72
72
BAB IV
KIPRAH IKATAN PEMUDA PELAJAR INDONESIA DALAM
PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN
Pendidikan dasar dari Indonesia tidak lepas dari keadaan pendidikan pada
zaman pemerintahan Hindia Belanda dan zaman pemerintahan Jepang. Pada zaman
pemerintahan Hindia Belanda terdapat tingkatan-tingkatan pendidikan di sekolah
dasar yang bertujuan penggolongan antara anak-anak Belanda dengan anak-anak
Bumi Putera, namun ketika zaman pemerintahan Jepang tingkatan semacam itu
dihilangkan.1 Semua sekolah dasar memiliki derajat yang sama, yaitu bernama
Sekolah Rakyat. Penghapusan tingkatan pendidikan bagi bangsa Indonesia memiliki
manfaat karena tidak terdapat lagi penggolongan di antara bangsa-bangsa yang pada
hakekatnya sebagai manusia memiliki kedudukan yang sama. Dasar-dasar pendidikan
disekolah-sekolah Jepang adalah untuk mengabdi kepada pemerintah Jepang.
Pada masa pendudukan Jepang, penyelenggaraan pendidikan kurang teratur.
Jumlah sekolah baik sekolah dasar, sekolah menengah maupun sekolah kejuruan
sangat menurun. Hal ini mengakibatkan bertambahnya rakyat yang buta huruf, selain
itu pemakaian bahasa Belanda dilarang dan menjadikan bahasa Indonesia sebagai
1 Tilaar., Lima Puluh Tahun Pembangunan Pendidikan Nasional 1945-1950,
(Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1995), hlm. 47.
73
bahasa pengantar di semua sekolah. Namun bahasa Jepang tetap dijadikan sebagai
mata pelajaran wajib untuk semua sekolah.
A. Kondisi Pendidikan Nasional Pasca Kemerdekaan 1945-1948
Semenjak proklamasi 17 Agustus 1945, sekolah-sekolah yang telah dibangun
pada masa pendudukan militer Jepang dilanjutkan oleh rakyat Indonesia dalam
keadaan serba kekurangan. Dasar-dasar dari pendidikan nasional terutama jenjang
dan jenis pendidikan telah disempurnakan dan sesuai dengan kebutuhan bangsa
Indonesia setelah itu diterapkan pada masa tersebut.2 Secara garis besar pendidikan
di awal kemerdekaan mengupayakan untuk dapat menyamai dan mendekati sistem
pendidikan di negara-negara maju. Pada masa peralihan antara tahun 1945-1948
bangsa Indonesia merasakan berbagai kesulitan baik dalam bidang sosial ekonomi,
politik maupun kebudayaan, terutama pendidikan. Dari sejumlah anak-anak usia
sekolah hanya beberapa persen saja yang dapat menikmati sekolah, sehingga sisanya
90% penduduk Indonesia masih buta huruf. Tujuan pendidikan pada waktu itu
merumuskan untuk mendidik warga negara yang sejati. Dengan kata lain, tujuan
pendidikan pada masa itu ditekankan pada penanaman semangat patriotisme, karena
pada saat itu negara dan bangsa Indonesia sedang mengalami perjuangan fisik dan
sewaktu-waktu pemerintah kolonial Belanda masih mencoba untuk menjajah kembali
negara Indonesia.
2 Ibid., hlm. 69.
74
1. Kondisi Sekolah Pasca Kemerdekaan
Pada masa permulaan revolusi fisik, sekolah-sekolah Jepang seperti sekolah
dasar bernama Kokumin Gakko berubah menjadi Sekolah Rakyat, sekolah-sekolah
menengah bernama Shoto Cu Gakko dan Koto Chu Gakko berubah menjadi SMTP
(SMP) dan SMTA (SMA). Pendidikan Sekolah Rakyat (SR) lama pendidikannya
semula 3 tahun. Tujuan pendirian Sekolah Rakyat ini adalah meningkatkan taraf
pendidikan pada masa sebelum kemerdekaan dan dapat menampung hasrat yang
besar dari mereka yang hendak bersekolah.3 Kurikulum Sekolah Rakyat adalah
pelajaran bahasa dan berhitung, selain itu jumlah jam pelajaran 38 jam pelajaran
seminggu, 8 jam adalah untuk bahasa Indonesia, 4 jam untuk bahasa daerah dan 17
jam berhitung. Setelah sekolah rakyat selesai, para murid melanjutkan ke sekolah
menengah Tinggi pertama (SMTP) dan kemudian sekolah menengah Tinggi Atas
(SMTA).
Sekolah Menengah Tinggi Pertama (SMTP) memberikan pelajaran bahasa,
praktek administrasi, Ilmu Alam dan Ilmu Pasti. Lama pendidikan SMTP 3 tahun
sama dengan Sekolah Menengah Tinggi Atas (SMTA). SMTA lama pendidikan tiga
tahun dan setelah lulus dapat melanjutkan ke perguruan tinggi. Mengenai rencana
pelajaran SMTA yang berlaku yaitu: (1) isinya memenuhi kebutuhan nasional, (2)
bahasa pengantarnya adalah bahasa Indonesia, dan (3) mutunya setingkat dengan
SMT menjelang kemerdekaan. Selain itu, untuk mempersiapkan tenaga-tenaga
3 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto., Sejarah
Nasional Indonesia VI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), hlm. 285.
75
pengajar bagi pendidikan dasar, terdapat Sekolah Guru (SGA) dengan lama
pendidikan 4 tahun dan tujuan pendidikan guru untuk dapat mengajar pada sekolah
rakyat. Murid yang diterima adalah tamatan SR yang akan lulus dalam ujian masuk
sekolah lanjutan.4 Pelajaran yang diberikan bersifat umum, seperti bahasa dan ilmu
pasti. SGA dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang membawahi sejumlah guru
dan diantaranya merupakan tenaga tidak tetap karena memang sangat kekurangan
guru tetap.
Struktur Susunan Persekolahan Tahun 1946
Bagan 1.
Sumber : “Struktur Susunan Persekolah Tahun 1946”, Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta.
4 Ibid., hlm. 286.
SEKOLAH TINGGI
SEKOLAH MENENGAH TINGGI
(3 TAHUN)
SEKOLAH MENENGAH
(3TAHUN)
SEKOLAH RAKYAT
(3 TAHUN)
76
Dalam periode 1945-1950 kesempatan untuk meneruskan studi pendidikan
tinggi semakin terbuka lebar bagi warga negara tanpa syarat. Lembaga pendidikan ini
berkembang pesat tetapi karena adanya perjuangan fisik maka perkuliahan sering kali
terbagi dengan perjuangan garis depan. Lembaga pendidikan yang ada adalah
Universitas Gajah Mada dan memiliki beberapa fakultas, antara lain:
1. Fakultas Kedokteran Kedokteran Gigi dan Farmasi.
2. Fakultas Kedokteran Hewan
3. Fakultas Pertanian
4. Fakultas Tehnik
5. Fakultas Hukum, Sosial dan Politik.
Selain UGM, terdapat Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Negeri
Yogyakarta, Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Sekolah
Tinggi Pertanian di Bogor dan Sekolah Tinggi Teknik di Bandung.5 Perkembangan
pendidikan tinggi sesudah proklamasi mengalami berbagai tantangan, karena tidak
dapat memisahkan diri dari perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan
merupakan salah satu kekuatan dari seluruh kekuatan rakyat Indonesia. Sejak awal
kemerdekaan, juga berdiri sekolah Tinggi kedokteran sebagai kelanjutan Ika Daigaku
zaman Jepang dan pada bulan Nopember 1946 dibuka pula Sekolah Tinggi Hukum
serta filsafat dan sastra.6 Peristiwa agresi militer I membuat kedua lembaga
pendidikan tinggi terakhir ini ditutup oleh belanda sehingga secara resmi sudah tidak
ada lagi, dengan demikian pendidikan tinggi waktu itu mengalami kesulitan.
5 Tilaar., op.cit., hlm. 88. 6 Soegarda Poerbakawatja., Pendidikan Dalam Alam Indonesia Merdeka,
(Jakarta: Gunung Agung, 1970), hlm. 56.
77
2. Peran Ikatan Pelajar Indonesia di Bidang Pendidikan
Pada awal revolusi, keadaan di Indonesia masih memanas ketika NICA-
Belanda berusaha menduduki kembali pemerintahan pusat Indonesia pada tanggal 29
September 1945.7 Kedatangan tentara Sekutu yang diboncengi NICA menyebabkan
terjadinya konflik dan pertempuran di berbagai daerah terutama pada pusat
pemerintahan Jakarta.8 Keinginan Belanda untuk kembali menjajah Indonesia
berhadapan dengan rakyat Indonesia yang mempertahankan kemerdekaannya dan hal
ini membuat terjadi pertempuran di berbagai daerah di Indonesia. Oleh karena itu,
pada tanggal 4 Januari 1946 Presiden Soekarno, Wakil Presiden Hatta dan
pemerintahan terpaksa berpindah ke Yogyakarta, terutama kementerian Pengajaran,
Pendidikan dan Kebudayaan memindahkan pegawai-pegawai untuk menjamin
jalannya pengajaran dan pendidikan bagi murid-murid dan guru.9 Dengan kepindahan
ibukota RI dari Jakarta ke Yogyakarta terjadi perubahan mengenai pendidikan
terutama sekolah-sekolah untuk murid dan guru di Yogyakarta, Kementerian
Pendidikan memutuskan membuka Sekolah Rakyat Darurat untuk menampung anak-
anak dan guru-guru pengungsi agar tetap dapat melakukan kegiatan belajar dan
mengajar. Pemuda pelajar yang tergabung dari Ikatan Pelajar Indonesia memberikan
bantuan tenaga dan ilmu untuk membantu mengajar di Sekolah Rakyat Darurat.
7 Slamet Muljana., Kesadaran Nasional Dari Kolonialisme Sampai
Kemerdekaan Jilid II, (Yogyakarta: LKis Yogyakarta, 2008), hlm. 54. 8 Ibid., hlm. 55. 9 Poetoesan Kepala Departemen Pengadjaran, Pendidikan dan Keboedajaan
1946, Koleksi Reksa Pustaka Mangkunegaran, Arsip Surat Keputusan Kepala
Departemen Pengajaran Pendidikan 1946 No. 4257.
78
Selain mengajar, Pelajar-pelajar di Daerah Istimewa Yogyakarta memberikan bantuan
buku-buku pelajaran yang telah disesuaikan dengan tingkatan kelas.
Pemerintahan Belanda mengetahui mengenai perpindahan pemerintahan
Jakarta ke Yogyakarta, Belanda berusaha untuk dapat menguasai daerah tersebut
dengan berencana berpura-pura mengadakan perjanjian kerja sama latihan militer
dengan TNI sebagai wujud gencatan senjata, tetapi kemudian dari Semarang pasukan
Van Langen menerobos masuk ke Maguwo, Yogyakarta. Dengan keadaan di
Yogyakarta yang tidak aman, sebagian kalangan pelajar menghentikan kegiatan
belajar karena beranggapan bahwa dalam situasi yang sangat penting dan keadaan
tanah air dalam bahaya musuh berusaha kembali menjajah, segala daya, tenaga dan
pikiran untuk dialihkan dalam menghadapi Belanda. Situasi menjadi memanas ketika
SMT (Sekolah Menengah Tinggi) Negeri di Yogyakarta dibuka kembali oleh Dr.
Priyono selaku direktur SMT, dan mengadakan peraturan-peraturan baru dan
berpendapat bahwa sudah semestinya jika pelajaran di SMT sebagai salah satu tempat
pendidikan calon-calon pemimpin harus tetap berjalan dan disesuaikan dengan
perjuangan para pemuda pelajar lainnya.
Perjuangan pemuda pelajar yang bersifat nasional, sosial dan kultur ini
membutuhkan tenaga yang cakap dalam segala hal di lapangan. Para pemuda dapat
belajar dari pengalaman bahwa keberanian tidak selalu membawa kemenangan, Maka
dari itu sekolah penting untuk perjuangan, memperdalam, memperluas ilmu dan
masih mempunyai kewajiban belajar. Dengan demikian pengharapan sebesar-
besarnya pada para pelajar agar lebih pandai sehingga mereka menjadi lebih cakap
79
dalam melakukan perjuangan. Tetapi bagi murid-murid yang meneruskan perjuangan
dapat meminta kembali bersekolah dan guru-guru sanggup memberi pelajaran
istimewa kepada para murid-murid yang keluar karena perjuangan itu, selain itu
murid-murid dapat mengikuti ujian naik kelas atau ujian penghabisan (ujian
istimewa).10 Penjelasan itu ditandatangani oleh Dr. Prijono selaku Kepala SMT.
Selain Kepala SMT, Ketua Pengurus Besar Ikatan Pelajar Indonesia Anto
Soleiman juga mengeluarkan maklumat yang menyatakan adanya pilihan pelajar yang
masuk tentara dan pelajar yang hanya masuk tentara pelajar untuk membela
kemerdekaan dan kembali belajar setelah perang. Bagi pelajar yang memilih ikut
berperang tidak akan di adili karena setiap pelajar berhak memilih dan menentukan,
sebagai kata terakhir Anto Soleiman mengucapkan selamat berjuang untuk Indonesia
Merdeka.11 Untuk lebih meyakinkan pendirian PB IPI dalam menghadapi situasi yang
gawat dan kritis, Tatang Mahmud selaku Wakil Ketua Umum PB IPI di hadapan
guru-guru yang tergabung dalam Persatuan Guru Republik Indonesia mengingatkan
dengan adanya hasil keputusan Kongres pertama yang berlangsung di Mataram pada
tanggal 25-28 September 1945 yang berisikan :
Sebagai Pemuda
1. Pelajar Republik Indonesia berdiri di belakang Pemerintah Republik Indonesia.
2. Bersatu dengan segala lapisan masyarakat Indonesia.
3. Menunjukkan keinginan dan kesanggupan untuk kekalnya kemerdekaan dengan
jalan positif demonstratif.
10 Api Merdeka, 1 Januari 1946, Koleksi Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia. 11 Api Merdeka, tahun 1946, Koleksi Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia.
80
4. Sanggup memberantas segala apa yang merintangi kemerdekaan Indonesia.
Sebagai Pelajar
1. Tunduk kepada pimpinan umum pelajar
2. Kalau ada salah suatu kejadian kita serentak atas perintah pimpinan umum
pelajar mengadakan aksi yang sama
3. Kalau ada satu daerah ada kejadian pimpinan daerah harus menyelesaikan itu,
kalau tidak dapat pimpinan umum yang menyelesaikannya, kalau tidak dapat
maka pimpinan umum menentukan akan diadakan aksi atau tidak.
Pendidikan Kepada Pelajar
1. Supaya dalam jam pelajaran diberi waktu yang resmi untuk mempertebal rasa
kebangsaan, kemerdekaan dan kemasyarakatan.
2. Kepada para guru dianjurkan supaya pada tiap-tiap pekerjaan untuk dimasukkan
rasa kebangsaan.
3. Di luar jam pelajaran diadakan usaha-usaha yang praktis, yang ditunjukkan arah
kenasionalan disertai perbuatan yang nyata.
Khusus Putri
Dianjurkan putra-putri calon pendidik harus memperdalam tentang kebangsaan.12
Keputusan-keputusan yang telah disepakati harus ditepati dan dijalankan
dengan perbuatan yang nyata. Sebab para pemuda pelajar tetaplah menjadi pelajar
Republik Indonesia yang membaktikan tenaga, jiwa dan raga untuk mempertahankan
dan menegakkan kemerdekaan tanah air dan bangsa Indonesia.
Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta menyadari bahwa lebih dari 90%
dari bangsa Indonesia masih buta huruf, maka sebelum memberikan pendidikan
kepada rakyat tentang kenegaraan perlu harus mengetahui huruf yang artinya dapat
membaca dan menulis. Usaha pembangunan ini dilakukan dengan mengadakan
pendidikan di luar sekolah yang bernama Pendidikan Masyarakat yang dipimpin oleh
Soejono Atmo, pemuda pelajar dari Ikatan Pelajar Indonesia yang memilih tetap
mengikuti kegiatan belajar tetap berperan aktif menyumbangkan tenaganya melalui
12 Kepoetoesan-Kepoetoesan Kongres Peladjar Di Mataram 1945, Koleksi
Arsip Nasional Republik Indonesia. Surat Keputusan No.25.
81
kegiatan mengajar di Pendidikan Masyarakat yang diadakan Pemerintah Yogyakarta
ini. Tujuan Pendidikan Masyarakat untuk memberantas buta huruf dan mengadakan
kursus-kursus pengetahuan umum yang bertingkat A,B dan C dan kegiatan
pendidikan jasmani. Kegiatan ini diadakan dibeberapa kabupaten Kulon Progo,
Bantul dan Gunung Kidul dan ditunjukan kepada penduduk didesa terutama anak-
anak yang tidak dapat bersekolah. Persiapan dalam Pendidikan Masyarakat ini panitia
kelurahan melaksanakan persiapan dengan membagi kelurahan menjadi 4 atau lebih
rukun tetangga dan setiap rukun tetangga menyediakan :
1. Roomah tempat beladjar
2. Medja atau dingklik oentoek doedoek moorid2
3. Papan toelis dan kapoer oentoek memberi peladjaran
4. Mengadakan perhitoengan orang2 jang masih boeta hoeroef dibagi mendjadi 3
golongan,
a. Beroemoer 12 – 18 tahoen
b. Beroemoer 18 – 25 tahoen
c. Beroemoer 25 – 40 tahoen13
Selain itu, pelaksanaan kegiatan belajar tidak melebihi 30 orang agar kegiatan
ini berjalan dengan efektif. Kegiatan ini diadakan tiga minggu sekali, dimulai pkl.
04.30 sampai pkl. 18.00 petang hari dan buku tuntunan yang digunakan untuk murid
menggunakan buku kursus pemberantas buta huruf yang diberikan Departemen
Pendidikan secara percuma. Suasana pada saat itu sulit untuk dihadapi oleh satu
golongan saja, melainkan harus dihadapi bersama-sama. Memiliki hal-hal yang telah
disepakati bersama membuat rasa bangga pada pemuda pelajar, sebab karena adanya
suasana sulit ini membuat munculnya rasa memiliki semangat ksatria yang rela
13 Persiapan Pemberantasan Boeta Hoeroef, Koleksi Reksa Pustaka
Mangkunegaran, Arsip Pendidikan 1946 No. 1401.
82
membaktikan tenaga, harta, jiwa dan raga untuk kepentingan Ibu Pertiwi. Selain itu
timbul rasa puas dan bangga karena turut membantu mempertahankan dan
menegakkan kemerdekaan Indonesia. Lebih penting lagi timbul perasaan saling
menghargai dan menghormati antara tua dan muda, antara golongan yang satu dengan
golongan lain.
Harapan Pengurus Besar Ikatan Pelajar Indonesia agar pemuda pelajar di
tempatkan pada sekolah yang aman dan kegiatan belajar tetap berlangsung. Namun
ini tidak berarti bahwa kesempatan bagi mereka yang ingin berjuang baik di garis
depan maupun pada garis belakang tertutup, tetapi dengan menjalankan dan
mengadakan bermacam-macam latihan tetap bersiap agar pemuda pelajar dapat maju
serentak dan meninggalkan bangku sekolah. Adapun kepada Departemen Pengajaran
di Jakarta supaya pelajar-pelajar yang mengungsi disediakan ke tempat-tempat yang
dapat melaksanakan kegiatan belajar dengan aman untuk pembangunan nusa dan
bangsa.14
Melihat perkembangan IPI yang demikian pesatnya dalam menghadapi
berbagai persoalan, akhirnya Pengurus Besar mengadakan Kongres ke II di Madiun
dan diadakan pada tanggal 1-5 Januari 1946 di Hotel Merdeka Madiun yang diikuti
oleh Kementerian Pengajaran, Kementerian Penerangan, Kementerian Dalam Negeri,
pihak GPRI dan semua anggota PB IPI dengan diterima oleh Residen Madiun, Mr.
Susanto Tirtoprodjo. Dan keputusan-keputusan yang diambil adalah :
14 Api Merdeka, 16 Januari 1946, Koleksi Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia.
83
Mengenai Pendidikan
1. Mengusulkan kepada pemerintah daerah supaya :
a. Sedapat-dapatnya kita tidak mempergunakan gedung sekolah kalau tidak perlu
betul-betul, supaya tidak merusak harmoni dalam masyarakat.
b. Mengadakan Panti-Pengetahuan Umum sebanyak-banyaknya.
c. Mengadakan noodonderwijs-organisasi, kalau didaerah pemerintahannya
cukup pelajar pengungsi.
2. Mengusulkan kepada Departemen Pengajaran supaya:
a. Co-education disempurnakan menurut kebijaksanaan Pemerintah.
b. Memberi subsidi yang cukup kepada sekolah-sekolah partikelir dan supaya
derajat dan penghargaan kepada sekolah-sekolah partikelir itu disamakan
dengan sekolah pemerintah.
c. Di dalam membicarakan rencana pendidikan dan pelajaran pelajar-pelajar turut
bersuara.
d. Menentukan kedudukan pelajar-pelajar yang sekarang ada dalam medan
perjuangan dan tidak masuk sekolah, pada akhir tahun pelajaran nanti.
3. Mohon perhatian Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia seumumnya
untuk para guru yang meninggalkan lapangan perguruan, padahal kita sangat perlu
akan tenaga atau kepandaian mereka.
Selain itu, Ikatan Pelajar Indonesia memiliki inisiatif sama seperti yang
dilakukan Pemerintahan Yogyakarta. Selain mengadakan pengajaran sukarela bagi
penduduk yang buta huruf, IPI juga mendirikan perpustakaan, menyediakan buku-
buku yang mudah dibaca dan dimengerti serta menyediakan Koran-koran. Selain itu,
mengadakan ceramah tentang hal-hal yang dibutuhkan sehari-hari agar dicatat oleh
kaum buta-huruf dan dibaca oleh seorang dari mereka sendiri. Sebuah maklumat
disampaikan oleh Tatang Mahmud pada 19 Februari 1946 mengenai dukungan yang
telah dilakukan para pemuda pelajar dalam mencerdaskan dan memberantas buta
huruf. Maklumat berisi mengingatkan bahwa :
(a). Akan menegakkan Negara Republik Indonesia tiap-tiap bagian masyarakat harus
dapat berjalan terus dengan tidak mengganggu siasat perjuangan garis depan dan,
(b). Pengetahuan adalah syarat mutlak untuk usaha pembangunan Negara.
84
Kemudian disusul Pengurus Besar Ikatan Pelajar Indonesia mengadakan rapat
pada tanggal 19 Februari 1946 memutuskan untuk menyatakan kepada para pemuda
pelajar, bahwa :
1. Di tempat-tempat yang keamanannya tidak terganggu oleh tentara Belanda
dan Inggris serta pembantu-pembantunya IPI melakukan segala rencana usaha
dan pekerjaannya :
a. Di luar jam sekolah
b. Pada waktu jam pelajaran sekolah dengan izin guru kepala dan perguruan
apabila kepentingan Negara dan umum betul-betul memintanya dipandang
dari sudut kebangsaan dan apabila tidak ada tenaga lain yang dapat atau
sempat menjalankannya.
2. Dalam pada itu :
a. IPI sedia menghadapi perjuangan yang lebih hebat lagi dalam berbagai hal
di lapangan sesuai dengan umur serta kecakapan anggota-anggotannya
masing-masing.
b. Anggota IPI tetap menolak jadi pelajar pemerintah jajahan dan tetap
menuntut kemerdekaan Indonesia.15
Pada saat itu sangatlah jelas bahwa para pemuda pelajar di beratkan dengan
pilihan dalam hal belajar dan berjuang mempertahankan kemerdekaan bangsa
Indonesia. Ada pihak yang menghendaki agar Belanda untuk di lawan secara terus-
menerus, tetapi ada juga yang menghendaki agar pengusiran Belanda dengan cara
berunding. Sementara itu jumlah pelajar yang meninggalkan bangku sekolah dan
berjuang di garis depan bertambah banyak.
15 Api Merdeka, 16 Februari 1946, Koleksi Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia.
85
B. Peran IPPI Dalam Pengembangan Pendidikan Nasional
Setelah Ikatan Pelajar Indonesia berfusi dengan Serikat Mahasiswa Indonesia
menjadi Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia pada tanggal 2 Februari 1948 di
Yogyakarta, IPPI melanjutkan tugas dari IPI sebelumnya. IPPI merupakan organisasi
yang kedudukannya sebagai organisasi pemuda pelajar yang harus bergerak dalam
dua lapangan, yaitu :
1. Kebutuhan dan kepentingan pelajar mengenai pendidikan, pengajaran,
kebudayaan, olahraga, kesehatan dan kesejahterahaan.
2. Mengenai kemasyarakatan, kebutuhan dan kepentingan rakyat, bangsa dan
Negara. Seperti: kekurangan fasilitas sekolah-sekolah, kesejahterahaan,
kewaspadaan nasional dan pemberantasan korupsi.16
Wujud perjuangan IPPI disesuaikan dengan tuntutan dan kemajuan zaman
sebagai layaknya sebuah organisasi pelopor perjuangan dari pemuda pelajar. IPPI
menghancurkan sikap dan jiwa yang apatis dari pemuda pelajar dan IPPI bertujuan
mempelopori usaha-usaha kemajuan serta memberantas kebodohan dalam segala
bentuknya sesuai dengan azas, maksud dan tujuan IPPI. IPPI memiliki azas
kemasyarakatan karena azas ini memiliki makna mencakup nilai-nilai Sosialisme dan
Nasionalisme. 17
16 Seruan Umum PB IPPI, Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, Arsip
Surat Masuk No. 2. 17 Sedikit Pedoman Bagi Pelaksanaan Tugas Badan Pekerdja PB IPPI,
Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, Arsip Surat Masuk No.32.
86
1. Program Dan Kegiatan Pendidikan Pengajaran
Sejarah perjuangan nasional bangsa Indonesia sejak tanggal 17 Agustus 1945
membuktikan betapa besar peranan dan darma bakti yang telah disumbangkan
segenap lapisan masyarakat Indonesia termasuk salah satu diantaranya adalah
organisasi pelajar pejuang IPPI. Sikap sebagai organisasi pelajar pejuang aktif
menerjunkan diri ke front-front pertempuran. Dengan segala daya dan kemampuan
yang dimilikinya, IPPI membentuk barisan pertahanan pelajar, seperti: Tentara
Pelajar (TP) dan Palang Merah Pelajar (PMP). Kegiatan ini dilakukan terutama pada
saat-saat dimana kelangsungan hidup Negara dan Bangsa terancam kedaulatannya
oleh penjajah kolonial. Sebagai organisasi yang berasaskan kemasyarakatan serta
bersifat umum dengan pengertian menghargai dan menerima setiap pendapat-
pendapat yang baik dari masyarakat, pelajar atau mahasiswa, IPPI mengadakan kerja
sama untuk mendirikan sekolah-sekolah, mengadakan diskusi besar di kalangan
pelajar dan usaha-usaha kegiatan sosial membantu korban bencana alam. 18
Kegiatan IPPI dalam bidang pendidikan adalah melakukan penerbitan brosur-
brosur dan buku pelajaran bagi para pelajar SMP dan SMA. Selain itu IPPI
membangun bangsa Indonesia pasca perang kemerdekaan bersama pemerintah
Indonesia mempelopori berdirinya sarana-sarana pendidikan dan juga perbaikan
fasilitas-fasilitas sosial lainnya, seperti perbaikan sekolah-sekolah dan perguruan
18 Surat Seruan Umum Pengurus Besar IPPI Dahler A.M. kepada seluruh
masyarakat pelajar dan mahasiswa 1960, Koleksi Arsip Nasional Indonesia, Arsip
Surat Keluar No. 2/XV/60.
87
tinggi.19 Perbaikan sekolah dilakukan pada SMP 1 Negeri yang didirikan oleh
pemerintahan Jepang pada tanggal 11 September 1942 bertempat di Jl. Terban
Taman. Sekolah ini dijadikan markas barisan tank Belanda ketika berusaha
menduduki Yogyakarta kembali, setelah Belanda berpindah para pemuda pelajar
melakukan pembersihan dan perbaikan untuk dapat dibuka dan digunakan untuk
kegiatan belajar.
Gambar 6.
Bangunan SMP Negeri I di Jl. Pantirapih Yogyakarta pada tahun 1948
Sumber: Koleksi Jogja Library Center
Selain SMP N 1, para pemuda pelajar juga membersihkan dan memperbaiki
SMP II Negeri Secodiningratan setelah Belanda mempergunakan untuk markas
tentara Belanda. Sekolah ini berdiri di gedung Secodinigratan pada tanggal 12
September 1942 pada masa pendudukan Jepang.20
19 Catatan-Catatan Hasil Kegiatan IPPI Setelah Perang Kemerdekaan 1950,
Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia. Arsip Kegiatan Sosial IPPI No.
19/02/50. 20 Departemen P Dan K Propinsi DIY, Sejarah Pendidikan DIY, (Yogyakarta:
Departemen P dan K, 1980), hlm. 120.
88
Wujud perjuangan IPPI haruslah disesuaikan dengan tuntutan dan kemajuan
zaman dan harus terus mempelopori usaha-usaha kemajuan dan memberantas
kebodohan dalam segala bentuk. Para pemuda pelajar meneruskan kegiatan yang
telah dilakukan Ikatan Pelajar Indonesia terdahulu dengan pemberantasan buta huruf
dan melanjutkan kegiatan belajar dan mengajar ke daerah-daerah terpencil yang jauh
dari kota, seperti Gunung Kidul, Sleman dan Bantul. Para pemuda pelajar
menyumbangkan ide pikiran dan ilmu pengetahuan kepada para murid yang
mengungsi dan anak-anak desa serta para orang tua yang buta huruf dan tidak dapat
berhitung, selain itu para pemuda pelajar melakukan kegiatan menyanyikan lagu
Indonesia Raya setelah belajar, hal ini bertujuan untuk menanamkan nilai- nilai
nasional di dalam jiwa para pemuda.
Pada tanggal 22 Juli 1949 pemerintah nasional di Yogyakarta mengadakan
konferensi antar Indonesia, antara lain merumuskan mengenai pemeliharaan dan
penyempurnaan mengenai kebudayaan dan pendidikan. Dalam hal pendidikan
pemerintah mengakui adanya hak negara bagian dan lembaga ataupun organisasi
untuk mendirikan sekolah atau perguruan tinggi. Dalam pengajaran negara-negara
bagian hendak dimuat peraturan yang menjamin tujuan pengajaran memperdalam
perasaan kebangsaan Indonesia, mempererat persatuan dan membangun
kesejahterahaan masyarakat dan tanah air.21 Rapat ini membahas pula UU No.13
Tahun 1945 yang menyatakan “Atas dasar kebebasan tiap-tiap warga negara
menganut sesuatu agama atau keyakinan hidup, maka kesempatan leluasa diberikan
21 Tilaar., op.cit., hlm. 75.
89
untuk mendirikan dan menyelenggarakan sekolah-sekolah partikelir”. Dan peraturan-
peraturan khusus tentang sekolah partikelir ditetapkan selanjutnya di UU No.14
Tahun 1945 yang memberitahukan “Sekolah-sekolah partikelir yang memenuhi
syarat-syarat dapat menerima subsidi dari pemerintah dan pembiayaannya, dan
peraturan pemberian subsidi ditetapkan dalam peraturan pemerintah”.22 Jelas dalam
kaitan dengan sekolah swasta yang memenuhi syarat dapat diberi bantuan subsidi
oleh pemerintah.
Kebijakan pemerintah ini membuat para pemuda pelajar yang tergabung dari
IPPI mendirikan 3 Sekolah Rakyat dibeberapa daerah terpencil sesuai dengan
peraturan dan syarat berlaku yang telah ditetapkan pemerintah dengan tujuan untuk
dapat memberikan tempat nyaman dalam kegiatan belajar mengajar, serta dapat
memberikan fasilitas sekolah bagi anak-anak didesa. Seperti Sekolah Rakyat Semanu
di desa Wareng, Semanu, Gunung Kidul. Sekolah ini berdiri pada saat pemuda
pelajar mengungsi di Gunung Kidul pada tanggal 8 Agustus 1949, tujuan berdirinya
sekolah ini agar membentuk manusia susila yang cakap serta bertanggungjawab
terhadap kesejahterahaan masyarakat dan tanah air. Selain di Gunung Kidul, IPPI
mendirikan Sekolah rakyat Kretek di Kretek, Bantul pada bulan September 1949.
Tujuan didirikan sekolah di desa tidak lain untuk memajukan dan mengembangkan
pendidikan dan pengajaran rakyat meskipun terdapat pada daerah terpencil. Para
pemuda pelajar mendirikan tempat-tempat pengajaran dengan menggunakan alat-alat
22 Ibid., hlm. 78.
90
seadanya dan para masyarakat turut membantu pembangunan sekolah ini. Pengajar
pendidik untuk sekolah ini merupakan sukarelawan dari para pemuda pelajar yang
berjuang mempertahankan kemerdekaan dengan menjadi guru-guru sementara.
Sekolah ini mengutamakan pelajaran bahasa, membaca, berhitung, agama dan
menanamkan rasa cinta tanah air dengan menceritakan sejarah pahlawan dan
menyanyikan lagu Indonesia Raya setelah belajar. Pada tahun dan daerah yang sama,
pemuda pelajar mendirikan sekolah rakyat di desa Sewon, Sewon Bantul. Sekolah
rakyat ini diberi nama Ali Maksum, nama ini diambil dari nama orang tertua pada
desa tersebut. 23 Pelajaran yang diajarkan pun sama mengenai bahasa, membaca dan
berhitung. Sekolah-sekolah yang didirikan IPPI bertujuan untuk memberikan tempat
belajar bagi anak-anak desa dan dapat merasakan bangku pendidikan serta menjadi
penerus pemuda pelajar yang berilmu berwawasan dan cinta tanah air.24
Setelah pemerintah, pemuda pelajar, mahasiswa dan seluruh bangsa Indonesia
berusaha mempertahankan tanah air membuat Amerika serikat hingga Dewan
Keamanan PBB bersimpati dan mengeluarkan resolusi yang disetujui oleh semua
anggota, yaitu :
a. Hentikan permusuhan;
b. Bebaskan presiden serta pemimpin-pemimpin Republik Indonesia yang di
tangkap pada tanggal 19 Desember 1948;
23 Departemen P Dan K Propinsi DIY, Sekolah Dasar, Guru Dan Murid
Provinsi DIY, (Yogyakarta: Departemen P dan K, 1970), hlm. 80. 24 Sarino Mangunpranoto., Pendidikan Sebagai Sistem Perjuangan
Kemerdekaan Indonesia, (Jakarta: Yayasan Indayu, 1978), hlm. 125
91
c. Memerintahkan kepada KTN agar memberikan laporan lengkap mengenai
situasi di Indonesia sejak 19 Desember 1948.25
Dengan keadaan yang kembali tenang membuat para pelajar yang bekerja
dengan tenaganya dapat kembali ke bangku sekolah masing-masing dan dapat
memberikan kesempatan sepenuhnya bagi para pelajar untuk belajar. Dengan
pernyataan dari Rahatmo ketua Peladjar Peladjar Sekolah, menyatakan:
Sekarang waktoenja agak beroebah.
a. Pekerdjaan jang haroes dikerdjakan oleh kaoem pemoeda pelajar tidak
banjak lagi (soedah mendjadi berkoerang)
b. Tanah air Indonesia memerloekan selekas-lekasnja kaoem tjerdik-pandai
(intelllectuelen) sebanjak-banjaknja.26
Kewajiban pemuda pelajar terhadap pertahanan Negara telah dipenuhi dan
para pemuda pelajar memiliki kewajiban belajar, menambah pengetahuan dan
mengejar materi pelajaran yang tertinggal karena menjadi tentara pelajar untuk
mempertahankan tanah air dan pada Oktober 1949 semua pelajar dapat dibebaskan
dari tugasnya di Komando Pertahanan Kementerian (KPK). Selain itu, pemerintah
bekerja sama dengan Badan Kesejahterahaan Pemuda dalam mengeluarkan Peraturan
Pemerintah untuk memberikan penghargaan terhadap pelajar yang telah berbakti
kepada tanah air. Selain memberikan penghargaan, pemerintah memberikan bantuan
dan tunjangan kepada para pelajar pejuang Indonesia. Misalnya:
1. Mengadakan daftar prioritas dengan mengambil ukuran:
a. Lamanya menjadi pelajar pejuang
b. Tingkat kesulitan dan jasa-jasa
2. Mengadakan darma siswa
25 Ibid., hlm. 410-411. 26 Salinan Peladjar-Peladjar Sekolah Oktober 1949, Koleksi Arsip Nasional
Republik Indonesia, Arsip Pendidikan Tahun 1946-1954 No. 4313.
92
3. Mendirikan asrama-asrama pelajar, dengan penarikan uang asrama yang
seringan-ringannya, atau memungkinkan dengan tidak dipungut biaya
asrama
4. Memberikan bantuan buku-buku pelajaran, alat-alat sekolah dan
memberikan petunjuk-petunjuk belajar.
Selain tunjangan, menjaga kesehatan serta keluhuran rohani dan jasmani para
pelajar, misal:
1. Mengusahakan bagi pelajar-pelajar pejuang yang ingin tetap dalam
ketentaraan dengan jalan yang sebaik-baiknya, serta beberapa boleh
mengkoordinir
2. Mengadakan sistem untuk mengatur pemindahan pelajar-pelajar
demobilisasi dari daerah satu ke daerah lain
3. Mengusahakan tempat-tempat berobat, berolahraga dan lain-lain
4. Melekaskan terlaksananya pengembalian pelajar ke bangku sekolah.27
Surat keputusan ini di tanda tangani oleh Presiden RI Soekarno dan Menteri
Pertahanan Hamengku Buwono IX. Kemudian pemerintah juga memberikan
beberapa fasilitas dalam menempuh pelajaran selanjutnya kepada para pemuda
pelajar dan mahasiswa. Perjuangan mempertahankan kemerdekaan menimbulkan
dampak mengenai pendidikan.
a. Kurikulum
Kurikulum pendidikan saat revolusi fisik pada intinya adalah sebagaimana
tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan
(PP & K), Mr. Suwandi, tanggal 1 Maret 1946 adalah pendidikan nasional pada masa
awal kemerdekaan sangat menekankan penanaman jiwa patriotisme. Hal ini untuk
mempertahankan Negara yang baru diproklamasikan. Antisipasi tersebut kemudian
terbukti benar dengan terjadinya agresi Balanda terhadap Negara berdaulat Republik
27 Pedoman Pengembalian Peladjar Pedjuang, Koleksi Arsip Nasional
Republik Indonesia, Arsip Panitia Pengembalian Peladjar Pedjuang No. 4277.
93
Indonesia. Kurikulum yang digunakan Sekolah Rakyat yang didirikan IPPI
disesuaikan pada masa kemerdekaan memakai istilah “leer plan”, dalam bahasa
Belanda artinya rentjana peladjaran. Saat itu kurikulum pendidikan di Indonesia
selain mengutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat,
materi pelajaran bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa pengantar untuk sekolah.
Seperti surat edaran yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan, Pengetahuan dan
Kebudayaan di Jakarta tahun 1948, seperti:
“Aturan-aturan mengenai bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar untuk
menekankan kepada rakyat betapa perlunya pengembangan bahasa Indonesia sebagai
bahasa pengantar dan bahasa pemersatu, lebih-lebih dalam perjuangan masyarakat
dan bangsa Indonesia dalam menegakkan kemerdekaan. Dan dalam surat-menyurat,
sekolah - sekolah dan buku pelajaran diganti, mencetak dan menyebarkan buku-buku
dalam ejaan yang telah diubah”.28
Selain mata pelajaran bahasa Indonesia diutamakan, mata pelajaran bahasa
daerah, berhitung, ilmu alam, imu hayat, ilmu kesehatan, ilmu bumi, sejarah,
menggambar, menulis, seni suara, pekerjaan tangan, gerak badan dan budi pekerti
ditetapkan sebagai mata pelajaran sekolah rakyat.29 Buku-buku pelajaran yang
digunakan adalah buku-buku hasil terjemahan dari bahasa Belanda ke dalam bahasa
Indonesia yang sudah dirintis sejak jaman Jepang. Bacaan untuk murid misalnya:
Gelis Pinter Matja susunan Van Dyk, Pelajaran Bahasa Indonesia susunan Usman,
28 Surat Edaran Aturan Memakai Edjaan Bahasa Indonesia, Koleksi Arsip
Nasional Republik Indonesia, Arsip Peraturan Pemakaian Edjaan Bahasa Indonesia
No. 4320. 29 Daftar Rentjana Peladjaran Sekolah Rakyat, Koleksi Arsip Nasional
Republik Indonesia, Arsip Berkas Tentang Sekolah Rakyat 1947 No. 4359.
94
Tjertera Si Manis susunan Ibu Sud, Siti Karo Slamet susunan Sastrawardaja,
Kembang Setaman susunan Deeniko, Purna Basa susunan Tjitreseno, Hiduplah
Permainan susunan Debbange dan Wulang Basa susunan Beswinkel ini untuk kelas
satu, dua, tiga dan empat Sekolah Rakyat. sedangkan Matahari Terbit susunan
Lamoyn, Pelajaran Bahasa Melayu susunan Usman, Atlas Indonesia susunan
Lekkerkerker, dan Peraturan Lalu Lintas susunan G. de Lang ini untuk kelas empat,
lima dan enam Sekolah Rakyat.30
Buku yang dikhususkan untuk remaja adalah “Perintis Jalan” dengan jelas
mempropagandakan dan mendukung pemuda untuk menjadi pejuang pembela tanah
air. Amar menyusun “Srigoenting” yang merupakan kumpulan cerpen, syair, pantun
dan teka-teki yang sebelumnya pernah muncul dalam lembaran taman kanak-kanak
majalah Pandji Pustaka. Isi karangan banyak menekankan bahwa siapapun dapat
bekerja keras dan membela tanah air sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Misalnya “Si Nadjib yang lumpuh” dengan syair-syairnya yang membangkitkan
semangat, Murti “Apakah yang akan kukerjakan?” dengan mengajarkan baca tulis
pada buruh pabrik rokok milik orang tuanya atau menjadi tentara dalam “Menepati
Wasiat Ayahnya”, bahkan menjadi petani pun dalam “Harapan di Hari Nanti”.31
30 Daftar Adanja Buku-Buku Dan Alat Tulis-Menulis Untuk Sekolah Rakyat,
Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, Arsip Berkas Tentang Sekolah Rakyat
1947 No. 4287. 31 Christantiawati, “Bacaan Anak Tempo Doeloe”, Berita Bahasa, November-
Desember 1992, hlm.17.
95
b. Guru-guru
Pada saat pemerintahan Belanda mengetahui pemerintahan Jakarta pindah ke
Yogyakarta dan Belanda berusaha untuk dapat menguasai daerah Yogyakarta.
Keadaan di Yogyakarta menjadi tidak aman, sebagian kalangan pemuda pelajar dan
mahasiswa kembali terjun membantu pertahanan bangsa Indonesia. Kemudian
MBKD (Markas Besar Komando Djawa) memberikan Mandat Perintah Harian
memobilisasi pelajar pada tanggal 16 dan 18 Maret 1949 dengan mendaftar sejumlah
pelajar yang tidak bergabung dalam TP maupun TRIP, dan sesudah memperoleh
gambaran yang lengkap segera dilakukan penempatan pelajar tersebut pada tiap
instansi yang memerluhkan terutama bagian pendidikan. Dalam hal pendidikan
anggota mobilisasi pelajar menghadapi kondisi tidak aman dan nyaman, para pemuda
pelajar harus menghadapi kekurangan pengajar di Sekolah Rakyat yang telah
didirikan pemuda pelajar untuk tetap melangsungkan kegiatan belajar mengajar pada
murid pengungsi dan anak-anak desa serta para orang tua yang buta huruf. Pada
tanggal 5 April 1949 pemerintah mengadakan “Kursus Guru Darurat”, pendidikan
guru bagi Sekolah Rakyat yang sebaik-baiknya adalah pendidikan yang lamanya 3
tahun setelah tamat dari pendidikan Sekolah Rakyat. Karena pendidikan guru sangat
diperluhkan, sehingga “Kursus Guru Darurat” memutuskan lamanya pendidikan
adalah 2 tahun.
96
Syarat untuk diterimanya menjadi murid “Kursus Guru Darurat”, adalah:
a. Pemuda (Laki-laki dan perempuan) yang berijazah sekolah rakyat dan
berumur sekurang-kurangnya 16 tahun.
b. Sesudah tamat “Kursus Guru Darurat” hendaknya sanggup menjadi guru
dalam Sekolah Rakyat terutama daerah terpencil.32
Dengan hal tersebut, Kursus Guru Darurat sangat diharapkan untuk dapat mengisi
kekurangan pengajar dan melahirkan pendidik yang berwawasan dan berilmu.
c. Respon Pemerintah dan Masyarakat terhadap Peran IPPI tahun 1948-1965
Selain kekurangan pengajar dan sebelum para pemuda pelajar dan para
masyarakat desa bergotong royong berhasil mendirikan 3 Sekolah Rakyat, para
pemuda pelajar melakukan kegiatan belajar mengajar memanfaatkan tanah lapang
yang bisa menampung semua para murid. Para pengajar pun mengalami kekurangan
alat-alat tulis serta buku-buku pelajaran. Meskipun kegiatan belajar dan mengajar
dalam keadaan yang seadanya para anak-anak desa, pengungsi dan orang tua tetap
melaksanakan pembelajaran dengan sungguh-sungguh dan tekun. Pemerintah turut
memberikan bantuan subsidi berupa uang sebesar Rp. 82355,52.- yang diserahkan
kepada perwakilan IPPI dan digunakan untuk mendirikan Sekolah Rakyat Sederhana
di Kretek Bantul dan di Sewon Bantul. Selain itu, penduduk di desa Wareng,
Semanu, Gunung Kidul pada tanggal 8 Agustus 1949 memberikan sebuah rumah
32 Maklumat “Kursus Guru Darurat”1949, Koleksi Arsip Nasional Republik
Indonesia, Arsip Berkas Mengenai Kursus Guru Darurat Untuk Menanggulangi
Kekurangan Guru No. 364/49/V.
97
untuk dimanfaatkan menjadi rumah sekolah bagi para pengungsi, anak-anak desa dan
para penduduk yang buta huruf untuk menunjang kegiatan belajar mereka.33
Tabel 1. Daftar Bantuan Barang Dari Pemerintah Untuk Menyelenggarakan
Sekolah Rakyat
No. Nama Barang Sekolah Rakyat Jumlah Keterangan
I III
1 Meja Murid 150 110 260
2 Papan Tulis 13 7 20
3 Sandaran Papan Tulis 11 - 11
4 Penggaris 8 6 14
5 Kursi Panjang 4 5 9
6 Meja Guru 8 7 15
7 Kursi Guru 12 6 18
8 Kursi Tinggi 6 - 6
9 Almari 6 - 6
10 Meja Kecil 2 - 2
11 Meja Panjang 2 - 2
12 Telraam - 1 1
13 Rana Kayu+Perlak 7 - 7
14 Tempat Sepeda 8 - 8
15 Peta - 1 1
16 Bermacam-macam
Buku Pelajaran kls I
s/d kls VI
990 1047 2037
(Sumber: Daftar Bantuan Barang Dari Pemerintah Untuk Menyelenggarakan Sekolah
Rakyat tanggal 10 September 1949. Badan Arsip Nasional Republik
Indonesia).
33 Surat Ijin Merobah rumah Untuk Rumah Sekolah Sawon 1949, Koleksi
Arsip Nasional Republik Indonesia, Arsip Berkas Mengenai Roemah Sewonan Untuk
Bangunan Sekolah Rakyat No. 4281.
98
Tabel 2. Daftar Bantuan Alat-alat Tulis Dari Pemerintah Untuk
Menyelenggarakan Sekolah Rakyat
No. Alat-alat dan Tambal Sulam Jumlah
1 Kapur 300
2 Penggaris 180
3 Buku Tulis 2000
4 Pensil 85 lusin
5 Tinta 50 liter
6 Buku Tulis 500 buah
7 Buku 600 buah
8 Sapu 240
9 Sapu Panjang 10
10 Kemucing 120
11 Air Minum 600
12 Perkakas Sekolah 200
13 Penghapus Papan Tulis 80
14 Kayu Penggaris Panjang 20
15 Rapor 1000
16 Kumpulan Rapor 250
17 Kartu Murid 1000
18 Kartu Pendaftaran 1500
19 Ijazah 250
20 Absen 100
21 Laporan Bulan 100
22 Daftar Murid 100
(Sumber: Daftar Bantuan Alat-alat Sekolah Dari Pemerintah Untuk
Menyelenggarakan Sekolah Rakyat tanggal 10 September 1949. Badan
Arsip Nasional Republik Indonesia).
99
Dengan adanya pembangunan Sekolah Rakyat secara sederhana oleh para
pemuda pelajar yang tergabung dalam IPPI dan dengan tambahan bantuan para
penduduk desa di beberapa wilayah Bantul dan Gunung Kidul, pemerintah
memberikan tambahan bantuan berupa perabotan sekolah dan alat-alat tulis. Bantuan
yang telah diberikan pemerintah ini diharapkan dapat membantu dan mengisi
kekurangan alat-alat sekolah yang dibutuhkan oleh para pemuda pelajar dalam
mensukseskan kegiatan belajar mengajar serta mengurangi buta huruf terutama di
daerah-daerah terpecil.
2. Penanaman Nilai-Nilai Perjuangan
Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan
kedaulatan sebuah Negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk
sekelompok manusia. Ikatan nasionalisme tumbuh di tengah masyarakat saat pola
pikirnya mulai merosot. Saat itu, naluri mempertahankan diri sangat berperan dan
mendorong mereka untuk mempertahankan negerinya, tempatnya hidup dan
menggantungkan diri.34 Dari sinilah cikal bakal tumbuhnya para pejuang pemuda di
Indonesia. Semenjak ide-ide perubahan dan nasionalisme mulai masuk ke Indonesia,
ada perubahan di dalam menghadapi kolonialisme dan imperialisme Barat. Perubahan
itu antara lain mencakup strategi, pemimpin pergerakan, dan cakupan wilayah
gerakan. Perlawanan terhadap kolonialisme tidak lagi ditempuh melalui perjuangan
34 Sartono Kartodirdjo., Pembangunan Bangsa tentang Nasionalisme,
Kesadaran dan Kebudayaan Nasional, (Yogyakarta: Aditya Media,1993), hlm. 56.
100
bersenjata tetapi menggunakan organisasi atau perkumpulan yang dipimpin oleh
kelompok bangsawan terpelajar dengan cakupan wilayah yang lintas etnis dan
budaya.
Salah satu faktor yang mampu mempersatukannya adalah adanya kesadaran
nasional, pergerakan pemuda pelajar yang tergabung dalam Ikatan Pelajar Indonesia
dan Serikat Mahasiswa Indonesia menjadi Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia
membuktikan betapa seluruh para pemuda pelajar sadar untuk bersatu
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Selain dalam kesadaran untuk bersatu
mempertahankan kemerdekaan, IPPI menghancurkan sikap dan jiwa yang apatis dari
pemuda pelajar dan bertujuan mempelopori usaha-usaha kemajuan serta memberantas
kebodohan dalam segala bentuknya sesuai dengan azas, maksud dan tujuan IPPI,
terutama dalam hal memberantas buta huruf. Hal ini membuktikan bahwa visi misi
awal IPPI mengenai pendidikan telah sesuai dan diterapkan dengan adanya kegiatan
perbaikan fasilitas-fasilitas sosial seperti perbaikan sekolah-sekolah dan kegiatan
bersama pemerintah mempelopori berdirinya sarana-sarana pendidikan dengan
mendirikan beberapa sekolah rakyat didaerah terpencil sesuai dengan peraturan dan
syarat berlaku yang telah ditetapkan pemerintah. Tujuan dalam kegiatan ini tidak lain
untuk memberikan tempat belajar bagi anak-anak dan masyarakat agar dapat
merasakan bangku pendidikan serta menjadi penerus pemuda pelajar yang berilmu,
berwawasan dan cinta tanah air. Serta memajukan dan mengembangkan pendidikan
dan pengajaran rakyat meskipun terdapat didaerah terpencil.
101
Selain itu, IPPI memiliki azas kemasyarakatan karena azas ini memiliki
makna mencakup nilai-nilai Sosialisme dan Nasionalisme.35 Ikatan Pemuda Pelajar
Indonesia menerapkan rasa Nasionalisme dengan memberikan jam pelajaran
mengenai rasa cinta tanah air untuk mempertebal rasa kebangsaan, kemerdekaan dan
kemasyarakatan. Kepada para guru dianjurkan supaya pada tiap-tiap pekerjaan untuk
dimasukkan rasa kebangsaan. Selain itu, Di luar jam pelajaran diadakan usaha-usaha
yang praktis, yang ditunjukkan arah kenasionalan disertai perbuatan yang nyata.
Seperti setelah kegiatan belajar selesai menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama-
sama. Munculnya rasa Nasionalisme dari para pemuda Indonesia harus diterapkan
dan dilestarikan kepada semua masyarakat agar menyadari dan memunculkan rasa
ingin untuk dapat membangun negaranya sendiri sesuai dengan karakter bangsa
Indonesia. Kondisi itulah yang mampu memompa harga diri bangsa untuk bersatu,
bebas, dan merdeka dari penjajahan. Meskipun begitu, harus diakui bahwa
munculnya kesadaran berbangsa itu juga merupakan dampak tidak langsung dari
perluasan kolonialisme.36 Oleh karena itu, para pemuda pelajar yang menjadi
penggerak utama nasionalisme Indonesia bisa disebut sebagai tokoh penggerak dari
masyarakat.
35 Sedikit Pedoman Bagi Pelaksanaan Tugas Badan Pekerdja PB IPPI 1948,
Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, Arsip Surat Masuk No.463/48. 36 Slamet Muljana., op.cit., hlm. vii.
Top Related