16
Universitas Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Strategi Pengendalian Flu Burung26
Flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus
influenza tipe A (H5N1) yang ditularkan oleh unggas yang dapat menyerang
manusia. Nama lain dari penyakit ini antara lain avian influenza. (Depkes RI,
2009). Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza
termasuk famili Orthomyxoviridaef. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah
bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus
influenza tipe A terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), kedua huruf
ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya.
Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2,
H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N9. Strain yang sangat
virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus
tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 220 C dan lebih dari
30 hari pada 00 C. Virus akan mati pada pemanasan 600 C selama 30 menit atau
560 C selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta
cairan yang mengandung iodine.
Untuk gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia. Gejala
pada unggas. Jengger berwarna biru, borok dikaki, kematian mendadak. Gejala
pada manusia: demam (suhu badan diatas 380 C), batuk dan nyeri tenggorokan,
radang saluran pernapasan atas, pneumonia infeksi mata dan nyeri otot. Masa
Inkubasi Pada Unggas : 1 minggu, Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari
sebelum sampai 3-5 harus sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari .
f Orthomyxoviridae adalah famili virus RNA yang meliputi lima genera: Influenzavirus A, Influenzavirus B, Influenzavirus C, Thogotovirus dan Isavirus. Tiga genera pertama dapat menyebabkan influenza pada vertebrata, termasuk burung (lihat juga flu burung), manusia dan mamalia lainnya. Isaviruses menginfeksi salmon; thogotoviruses menginfeksi vertebrata dan invertebrata, seperti nyamuk. (http://id.wikipedia.org/wiki/Orthomyxoviridae)
Pengaruh penyuluhan..., Sufyan Suri, FKM UI, 2009
17
Universitas Indonesia
Flu burung dapat menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke
manusia, Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1
yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu burung.
Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika manusia telah menghirup
udara yang mengandung virus flu burung atau kontak langsung dengan unggas
yang terinfeksi flu burung. Sampai saat ini belum ada bukti yang menyatakan
bahwa virus flu burung dapat menular dari manusia ke manusia dan menular
melalui makanan.
Untuk menghindari atau mencegah penularan virus flu burung maka yang
harus dilakukan adalah:
a) Pada Unggas: Lakukan Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi virus
flu burung. Kemudian lakukan Vaksinasi pada unggas yang sehat.
b) Pada Manusia Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan
pedagang). Selalu melakukan cuci tangan dengan sabun atau desinfektan
setelah kontak secara langsung dengan unggas dan mandi sehabis bekerja.
Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinsfeksi virus
flu burung. Khusus untuk orang yang pekerjaanya sebagai pekerja
peternakan agar selalu menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker
dan pakaian pelindung). Setelah melakukan pekerjaan tersebut maka
tinggalkan pakaian kerja ditempat kerja. Membersihkan kotoran unggas
setiap hari dan lakukan Imunisasi.
c) Masyarakat umum. Selalu menjaga daya tahan tubuh dengan memakan
makanan bergizi & istirahat dengan cukup. Mengolah unggas dengan cara
yang benar, yaitu :Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala
penyakit pada tubuhnya), memasak daging ayam sampai dengan suhu ±
80C selama 1 menit dan pada telur sampai dengan suhu ± 64 C selama 4,5
menit.
Pengaruh penyuluhan..., Sufyan Suri, FKM UI, 2009
18
Universitas Indonesia
2.2 Strategi Komunikasi Nasional Flu Burung Komite Nasional
Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapai Pandemik
Influenza (Komnas FBPI).27
Pengendalian flu burung dan kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza
merupakan tanggung jawab bersama. Kesiapsiagaan menghadapi pandemic
influenza membutuhkan kesatuan usaha –usaha pengendalian flu burung antara
lain: Surveillance (pelacakan), Early Detection (deteksi dini), and Containment
(pengawasan), Response (penanganan) dan Communication (komunikasi).
Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menindaklanjuti suatu kejadian flu
burung sehingga kecepatan dan ketepatan penanganan kasus adalah kunci penting
dalam pengedalian flu burung.
2.2.1 Dalam mefokuskan kembali (refocusing) Rencana Strategi Nasional
(Renstranas), yang diantaranya adalah:
1. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
2. Restrukturisasi Industri peternakan
3. Surveillans epidemiologi terpadu
4. Pengendalian flu burung pada sumbernya
5. Pengembangan kapasitas
6. Simulasi pandemi
2.2.2 Tujuan Komunikasi Komnas FBPI
Komunikasi, informasi, dan edukasi merupakan langkah strategis utama
yang menjadi kunci keberhasilan pengendalian dan penanggulangan flu burung di
Indonesia. Tujuan kegiatan komunikasi Komnas FBPI adalah:
1. Melakukan advokasi kepada pengambil kebijakan untuk menanggulangi
flu burung.
Pengaruh penyuluhan..., Sufyan Suri, FKM UI, 2009
19
Universitas Indonesia
2. Mendisimenasi (menyebarluaskan) pengetahuan tentang flu burung kepada
masyarakat
3. Pemberdayaan masyarakat untuk ikut aktif dalam surveilans, membangun
jaringan kerja pada seluruh pihak yang lintas sektoral, dunia usaha, dan
masyarakat internasional dalam upaya peningkatan kegiatan komunikasi,
informasi dan edukasi.
4. Membangun citra Indonesia di dunia internasional tentang upaya yang
telah dilakukan.
2.2.3 Sasaran Komunikasi Komnas FBPI
1. Masyarakat secara umum dan khusus seperti: ibu rumah tangga, peternak,
siswa sekolah, dan sebagainya yang memiliki risiko tinggi terhadap flu
burung.
2. Pengambil kebijakan di tingkat pemerintah pusat dan pemerintah daerah,
lembaga-lembaga, instansi pemerintahan serta organisasi kemasyarakatan.
3. Pihak swasta, badan usaha dan industri yang berkaitan dengan dampak flu
burung dan pandemi influensa terhadap kelangsungan usahanya.
4. Lembaga, organisasi, termasuk masyarakat internasional yang memiliki
perhatian tertentu terhadap Indonesia dalam hal pengendalian flu burung
dan kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza.
5. Media massa nasional dan internasional.
2.2.4 Keluaran yang di harapkan dari kegiatan komunikasi Komnas FBPI
1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat
2. Merangsang kesadaran (awareness) masyarakat untuk dapat menghasilkan
inisiatif kegiatan kegiatan pencegahan dan penanggulangan flu burung
3. Peran serta dan kerjasama seluruh pihak bahwa flu burung bukanlah salah
siapa-siapa, tetapi tanggung jawab bersama.
4. Memperoleh dukungan Pemerintah
Pengaruh penyuluhan..., Sufyan Suri, FKM UI, 2009
20
Universitas Indonesia
5. Perubahan perilaku, memberikan kesadaran bahwa kegiatan pencegahan
flu burung harus dilakukan segera dan saat ini
6. Pengembangan opini di masyarakat, meningkatkan kualitas komunikasi di
masyarakat akan meningkat.
7. Kepercayaan dan keyakinan publik mengenai bahaya flu Burung dan
upaya pemerintah.
8. Perhatian seluruh pihak, termasuk dunia internasional, citra Indonesia
merupakan hal yang penting.
9. Reaksi dan aksi nyata, media merupakan kontrol publik paling efektif.
10. Kebijakan dan keputusan, eksekutif dan legislatif.
2.3 Strategi Promosi Kesehatan
Health promotion is the process of enabling people to increase control over,
and to improve, their health. To reach a state of complete physical, mental and
social well-being, an individual or group must be able to identify and to realize
aspirations, to satisfy needs, and to change or cope with the environment (Ottawa
Charter, 1986)28
Promosi kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatanya. Selain itu untuk
mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial maka,
masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan aspirasinya, kebutuhanya,
dan mampu mengubah atau mengatasi lingkunganya (Ottawa Charter, 1986).
2.3.1 Strategi Promosi Kesehatan global menurut WHO, 199429:
1. Advokasi. Kegiatan yang ditujukan kepada pembuat keputusan
(decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker) baik di bidang
kesehatan maupun sektor lain di luar kesehatan.
Pengaruh penyuluhan..., Sufyan Suri, FKM UI, 2009
21
Universitas Indonesia
2. Dukungan Sosial. Kegiatan yang ditujukan kepada para tokoh
masyarakat, baik formal (guru, lurah, camat, petugas kesehatan)
maupun informal (tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh adat).
3. Pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan ini ditujukan kepada
masyarakat langsung sebagai sarana primer atau utama promosi
kesehatan. Tujuanya adalah agar masyarakat memiliki kemampuan
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.
2.3.2 Strategi Promosi Kesehatan berdasarkan Ottawa Charter,198630:
1. Membangun Kebijakan Berwasawan Kesehatan (Build Healthy Public
Policy).
2. Menciptakan lingkungan yang mendukung (Create supporting
environment).
3. Menguatkan aksi masyarakat (Strengthen community action).
4. Mengembangkan kemampuan perorangan (Develop personal skills),
melalui penyediaan informasi dan pendidikan kesehatan dan penguatan
life skills, yang dapat dilaksanakan di berbagai setting, seperti sekolah,
rumah, pekerjaan dan masyarakat.
5. Melakukan Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient health services),
yang intinya melakukan perubahan orientasi kearah lebih memperkuat
elemen promotif dan preventif.
2.3.3 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan,
Berdasarkan tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi atau pendidikan
kesehatan, maka ruang lingkup promosi kesehatan ini dapat dikelompokkan
menjadi31:
1. Promosi Kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)
2. Promosi Kesehatan pada tatanan sekolah
Pengaruh penyuluhan..., Sufyan Suri, FKM UI, 2009
22
Universitas Indonesia
3. Pendidikan Kesehatan di tempat Kerja
4. Promosi Kesehatan di tempat-tempat Umum
5. Fasilitas Pelayanan kesehatan
2.4 Promosi Kesehatan di Sekolah.32
Baric (Rowling, 1996) Mendefinisikan Promosi Kesehatan di sekolah
sebagai suatu organisasi yang terdiri atas kebijakan, prosedur, aktifitas dan
struktur yang direncanakan untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan dan
hidup sehat para pelajar, pegawai dan anggota dalam masyarakat sekolah
(Mamdy, 2004).33
2.4.1 Tujuan
Secara umum tujuan promosi di sekolah adalah tercapainya peningkatan
pengetahuan, sikap dan kemampuan warga sekolah dan masyarakat lingkungan
sekolah dalam mencegah penyakit, memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
berperan aktif dalam upaya peningkatan kesehatan yang didukung dengan
kebijakan sekolah sehat. Secara khusus, tujuan promosi kesehatan sekolah adalah
sebagai berikut:
1. Meningkatkan warga sekolah dan masyarakat lingkungan sekolah yang
berperilaku hidup bersih dan sehat.
2. Meningkatkan lingkungan sekolah yang sehat, aman dan nyaman.
3. Meningkatkan peran aktif masyarakat sekolah untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat di lingkungan sekolah dan sekitarnya.
4. Meningkatkan dukungan kebijakan sehat dalam promosi kesehatan di
sekolah.
Pengaruh penyuluhan..., Sufyan Suri, FKM UI, 2009
23
Universitas Indonesia
2.4.2 Sasaran
1. Peserta didik yaitu semua anak yang mengikuti pendidikan di sekolah
2. Warga sekolah, yaitu setiap orang yang berperan di dalam proses belajar-
mengajar di sekolah (guru, Kepala Sekolah, karyawan sekolah).
3. Masyarakat lingkungan sekolah, yaitu seluruh masyarakat yang berada di
lingkungan sekolah selain warga sekolah (pengelola kantin, penjaga
sekolah, dan lain-lain)
4. Persatuan Guru Republik Indonesia, Komite Sekolah
5. Penentu kebijakan/pengambil keputusan (Kepala Dinas Pendidikan,
Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Daerah, DPR/DPRD).
2.4.3. Kebijakan
1. Promosi kesehatan di sekolah diselenggarakan dalam kerangka
desentralisasi untuk mewujudkan otonomi daerah di bidang kesehatan
guna mencapai visi Kabupaten/Kota sehat, Provinsi sehat dan Indonesia
sehat 2010.
2. Pembinaan promosi kesehatan di sekolah dilakukan melalalui kerjasama
multi sektor melalui wadah koordinasi yang sudah ada (seperti Tim
Pembina UKS dan Tim Pelaksana UKS).
3. Upaya meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat melalui promosi
kesehatan di sekolah merupakan bagian integral dari kegiatan UKS yang
harus didukung oleh upaya-upaya lain yang berkaitan, seperti
pemberlakuan kebijakan dan peraturan perundang-undangan, penyediaan
sarana-saran lingkungan sekolah sehat, dll.
Pengaruh penyuluhan..., Sufyan Suri, FKM UI, 2009
24
Universitas Indonesia
2.5 Penyuluhan Kesehatan34
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan
cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja
sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang
ada hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan
berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar
untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau
masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan
melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara
kelompok dan meminta pertolongan (Effendy, 1998).
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang
yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu, dan masyarakat.
Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan kepada seseorang oleh orang lain,
bukan seperangkat prosedur yang harus dilaksanakan atau suatu produk yang
harus dicapai, tetapi sesungguhnya merupakan suatu proses perkembangan yang
berubah secara dinamis, yang didalamnya seseorang menerima atau menolak
informasi, sikap, maupun praktek baru yang berhubungan dengan tujuan hidup
sehat (Suliha, dkk, 2002).
2.5.1 Tujuan pendidikan kesehatan adalah (Effendy, 1998):
1. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat
dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan
sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal.
2. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan
sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.
3. Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah
perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan.
Pengaruh penyuluhan..., Sufyan Suri, FKM UI, 2009
25
Universitas Indonesia
2.5.2 Metode penyuluhan kesehatan adalah (Notoatmodjo, 2002):
1. Metode ceramah adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan
suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran
sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan.
2. Metode diskusi kelompok adalah pembicaraan yang direncanakan dan
telah dipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan diantara 5 – 20
peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.
3. Metode curah pendapat adalah suatu bentuk pemecahan masalah di mana
setiap anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah
yang terpikirkan oleh masing – masing peserta dan evaluasi atas
pendapat – pendapat tadi dilakukan kemudian.
4. Metode Panel Adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan
pengunjung atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau
lebih panelis dengan seorangpemimpin. Metode bermain peran adalah
memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa
diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai
sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.
5. Metode demonstrasi adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian,
ide dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti
untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan,
adegan dengan menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan terhadap
kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.
Pengaruh penyuluhan..., Sufyan Suri, FKM UI, 2009
26
Universitas Indonesia
2.6 Program Penyuluhan Flu Burung untuk Sekolah Dasar dengan Media AI
School Kit.35
2.6.1 Tujuan School Kit
Paket ini bertujuan untuk memudahkan pengguna, para guru, untuk
menerangkan kepada para murid mengenai flu burung.
2.6.2 Kelompok Sasaran
Guru sebaiknya memusatkan perhatian kepada murid Sekolah Dasar kelas 4,
5 dan 6. Untuk siswa kelas 3, 2 dan 1 sebaiknya dibahasakan kembali agar dapat
dengan mudah dimengerti oleh para siswa kelas-kelas tersebut.
2.6.3. Jangka Waktu
Paket ini dapat digunakan untuk mengisi beberapa pelajaran seperti
pendidikan jasmani dan kesehatan, pendidikan pancasila, kewarganegaraan, dan
lain-lain. Paket ini dapat digunakan selama satu semester dan pada semester kedua
siswa dapat diajak untuk mengingat-ingat kembali pelajaran yang terdapat dalam
paket ini dengan melakukan kuis, tanya jawab dan permainan.
2.6.4. Metode dan pendekatan
Paket ini dapat diberikan baik di luar kelas (outdoor) maupun di dalam
ruang kelas (indoor). Sebaiknya siswa diajak keluar kelas agar dapat melihat-lihat
lingkungan sekeliling kemungkinan berkaitan dengan cerita dan pelajaran yang
terdapat dalam paket ini. Pemberian pelajaran dapat dilakukan dengan metode
story telling atau mendongeng. Mendongeng adalah salah satu peninggalan
budaya Indonesia yang sangat penting yang saat ini jarang di lestarikan.
Melalui paket ini pengguna, guru, bukan saja telah membekali siswa dengan
cara-cara yang penting mencegah penularan flu burung namun juga melestarikan
sebagian budaya Indonesia. Cara lain adalah dengan pendekatan audio visual.
Tampilkan kartun yang khusus dibuat untuk anak-anak yang terdapat di dalam
Pengaruh penyuluhan..., Sufyan Suri, FKM UI, 2009
27
Universitas Indonesia
paket ini dan ajaklah anak-anak menyimak serta diskusi berdiskusi tentang pesan-
pesan yang terdapat dalam kartun tersebut.
2.6.5. Evaluasi
Lakukan evaluasi pemahaman siswa terhadap pesan-pesan yang diberikan
oleh paket ini dengan memberikan kuis, pertanyaan-pertanyaan setelah bercerita
dan bagi setiap jawaban yang benar diberikan hadiah stiker bertuliskan “Aku
Tanggap Flu Burung”.
2.7 Perilaku36
2.7.1 Definisi Perilaku
Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan
dari luar organism (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung
pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini
bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap-tiap
orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang
berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan
menjadi 2 yakni:
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang
bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat
kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya.
2. Determinan faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, poitik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini
sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku
seseorang.
Pengaruh penyuluhan..., Sufyan Suri, FKM UI, 2009
28
Universitas Indonesia
2.7.2 Domain Perilaku
Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi
perilaku manusia itu kedalam 3 (tiga) ranah atau kawasan yakni: a) kognitif
(cognitive), b) afektif (affective), c) Psikomotorik (psychomotor).
1. Pengetahuan (Knowledge).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan, yakni:
a) Awareness, yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
stimulus
b) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
c) Evaluation, yakni menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya
d) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
e) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif
a. Tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
Pengaruh penyuluhan..., Sufyan Suri, FKM UI, 2009
29
Universitas Indonesia
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini
merupakan tingkatan pengetahuan yang sangat rendah.
b. Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
,menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi
disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum,
rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain.
d. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi dan masih ada kaitanya satu Sama lain.
e. Sintesis
Sintesis menunjuk kepada sautu kemampuan meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek
Pengaruh penyuluhan..., Sufyan Suri, FKM UI, 2009
30
Universitas Indonesia
2. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb, salah seorang ahli psikologis
sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak, dan merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Gambar 2.7.2 Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi
Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai
3 komponen pokok.
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan.
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi
dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-
ceramah tentang gizi.
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap Karena dengan
Stimulus
Rangsangan
Proses Stimulus Reaksi
Tingkah Laku
(terbuka)Sikap
(Tertutup)
Pengaruh penyuluhan..., Sufyan Suri, FKM UI, 2009
31
Universitas Indonesia
suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan, terlepas dari apakah pekerjaan itu salah atau benar.
c. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
4. Praktek atau Tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perubahan nyata diperlukan faktor
pendukung suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Selain
faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain,
misalnya dari suami-istri, orang tua atau mertua dan lain-lain. Praktek ini
mempunyai beberapa tingkatan:
1. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
2. Respons Terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
3. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mencapai praktek tingkat tiga.
4. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah di modifikasi tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut.
Pengaruh penyuluhan..., Sufyan Suri, FKM UI, 2009
32
Universitas Indonesia
PROCEED: Policy, Regulating or Resourcing, and Organizing for….
Quality
of life
Health education, Media, Advocacy
Policy, Regulation Resources, Organization
Predisposing
Enabling
Reinforcing
Life- Style
Envi- ronment
Health
PRECEDE: Predisposing, Reinforcing and Enabling Construct in Ecosystem Diagnosis And Evaluation
Planning
2.8 Teori-teori Perubahan perilaku37
2.8.1 Precede/Proceed Model
Selama lebih dari satu dasa warsa terkahir, Lawrence Green dan rekan-
rekanya mengembangkan Precede/proceed model, yang sekarang ini terkenal
untuk merencanakan program-program pendidikan kesehatan (Green, Kreuter,
Deeds dan Partridge, 1980; Green & Kreuter 1981), Precede-Proceed yang
dikembangkan oleh Green dan Kreuter (1992). Sebelumnya Green (1979) model
Precede-Proceed merupakan singkatan dari Predisposing, Reinforcing and
Enabling Constructs in Educational Diagnosis and Evaluation, digunakan untuk
menjelaskan perilaku pencegahan dan menemukan determinan untuk upaya
penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapi. Model Precede ini kemudian
dikembangkan menjadi model Precede-Proceed oleh Green dan Kreuter (1992).
Precede merupakan kependekan dari Policy, Regulatory and Organizational
Constructs in Educational and Environmental Development.
Gambar 2.8.1: Model Precede/Proceed
Pengaruh penyuluhan..., Sufyan Suri, FKM UI, 2009
33
Universitas Indonesia
Model ini terdiri dari beberapa tahapan kegiatan berikut, yaitu:
1. Diagnosis Sosial
Menggambarkan keadaan populasi sasaran, baik perorangan maupun
masyarakat.
2. Diagnosis Epidemiologik
Mengidentifikasi urutan masalah maupun tujuan program, dari data
morbiditas, mortalitas, tingkatan fungsional, kecacatan, harapan hidup
(longevity), atau prevalensi.
3. Diagnosis Perilaku dan Ekologik
Mengidentifikasi faktor-faktor perilaku dan lingkungan yang berkaitan
dangan indikator perilaku tahap berikutnya, seperti kepatuhan
(compliance), pola konsumsi (consumption patterns), coping, tindakan
preventif (preventative actions) yang ditampilkan dalam frekuensi,
persistensi dan kualitas. Sedangkan indikator ekologiknya menyangkut
ekonomi, fisik, pelayanan dan sosial. Dengan dimensi pengukuran akses,
keterjangkauan (affordability) dan pemerataan (equity).
4. Diagnosis Edukasional & Organisasional
Mengidentifikasikan faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi
perilaku.
Model yang dikembangkan Green ini membagi determinan perilaku kesehatan dan
pencegahan menjadi 3 kelompok yaitu :
1. Faktor Predisposisi (Predisposing factors)
Merupakan faktor-faktor yang melekat pada diri seseorang yang
mempengaruhi perilaku (kesehatan)nya. Termasuk disini pengetahuan,
sikap, praktek (KAP), nilai-nilai (values), keterampilan (existing skills),
kebutuhan (perceived needs) dan kemampuan (abilities). Faktor-faktor ini
mendukung atau menghambat perilaku dan melibatkan dimensi kognitif
Pengaruh penyuluhan..., Sufyan Suri, FKM UI, 2009
34
Universitas Indonesia
maupun afektif seperti mengetahui, merasakan, mempercayai, menilai dan
memiliki percaya diri serta self efficacy.
2. Faktor Pemungkin (Enabling factors)
Memfasilitasi kinerja dari suatu kegiatan. Termasuk disini misalnya
kondisi lingkungan seperti ketersediaan (availability), keterjangkauan
(accessibility) dan kemampuan jangkauan (affordability) sumber-sumber
(resources). Demikian juga dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk
melakukan perubahan perilaku dan atau lingkungan.
3. Faktor Penguat (Reinforcing factors)
Merupakan konsekuensi positif atau negatif dari suatu tindakan, seperti
dukungan sosial, pengaruh peer, nasihat-nasihat, umpan balik dari petugas
kesehatan, serta konsekuensi fisik dari perilaku. Faktor ini menentukan
apakah seseorang menerima umpan balik positif atau dukungan sosial
setelah menjalankan perubahan perilaku.
4. Diagnosis Administratif dan Kebijakan
Dimana perencana intervensi menentukan kemampuan dan ketersediaan
sumberdaya untuk mengemangkan dan melaksanakan program
(intervensi).
Pengaruh penyuluhan..., Sufyan Suri, FKM UI, 2009
35
Universitas Indonesia
2.9 Kerangka Teori
Berdasarkan dari berbagai teori yang menjelaskan mengenai flu burung,
proses penanggulangnya, strategi komunikasi flu burung, strategi Promosi
Kesehatan dan teori-teori tentang perubahan perilaku. Maka kerangka konsep
yang akan disusun adalah menjelaskan mengenai flu burung merupakan penyakit
menular yang bersumber dari hewan (unggas), yang dapat menular ke manusia.
Penyakit flu burung ini dapat di kendalikan dan dicegah dengan melakukan
beberapa strategi yang digunakan dalam Rencana Strategi Nasional: 1.
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi. 2. Restrukturisasi Industri Peternakan, 3.
Surveillans Epidemiologi Terpadu, 4. Pengendalian pada sumbernya,
Pengembangan kapasitas dan simulasi pandemi (Komnas FBPI.2008).
Salah satu strategi yang sangat penting untuk dilakukan khususnya kepada
seluruh masyarakat untuk mempengaruhi pengetahuan dan kesadaran masyarakat
dengan Komunikasi Edukasi dan Informasi (KIE) atau dengan melakukan
Promosi Kesehatan berdasarkan 5 aksi Promosi Kesehatan Ottawa Charter 1986.
Salah satunya dengan melakukan Pengembangan keterampilan individu (Personal
Develop Skills) kepada beberapa tatanan (sekolah, kantor, pelayanan kesehatan)
dengan melakukan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE). Seperti:
Penyuluhan, Kampanye, dan media massa yang diharapkan terjadi perubahan
Pengetahuan, Sikap dan Praktik. Kemudian terjadi perubahan perilaku
pencegahan .
Berdasarkan teori Lawrence Green dalam konsep preeced perilaku itu di
pengaruhi oleh: Faktor Pencetus (predisposing Factor), Faktor Pemungkin
(enabling Factor) dan Faktor Penguat (reinforcing Factor). Faktor pencetus
seperti latar belakang hidup seseorang, pengetahuan, budaya dan agama. Faktor
pemungkin terkait dengan sarana-prasarana dan fasilitas kesehatan. Faktor
penguat terkait dengan peran dari kader kesehatan.
Pengaruh penyuluhan..., Sufyan Suri, FKM UI, 2009
36
Universitas Indonesia
Gambar 2.9.1 Kerangka Teori
Pengendalian Flu Burung
Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Praktek
simulasi pandemi
Pengendalian pada sumbernya
Pengembangan kapaitas
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi.
Restrukturisasi Industri Peternakan
Surveillans Epidemiologi Terpadu
Pendidikan Kesehatan:Penyuluhan
dan kampanye
Perubahan Perilaku
Predisposing Factor Enabling Factor
Reinforcing Factor
Promosi Kesehatan
Develop Personal Skills
Pengaruh penyuluhan..., Sufyan Suri, FKM UI, 2009
37
Universitas Indonesia
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFENISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
Pre-Intervensi
1. Pengetahuan tentang flu burung
2. Sikap terhadap pencegahan flu burung
3. Praktik pencegahan flu burung
Pendidikan Kesehatan: Penyuluhan Pelatihan,
simulasi dan kampanye
Intervensi Post-Intervensi
1. Pengetahuan tentang flu burung
2. Sikap terhadap pencegahan flu burung
3. Praktik pencegahan flu burung
Pengaruh penyuluhan..., Sufyan Suri, FKM UI, 2009
38
Universitas Indonesia
3.2 Defenisi Operasional
NO Variabel Defenisi Operasional
Cara Ukur Alat Ukur
Hasil Ukur Skala Ukur
1 Usia pernyataan responden saat wawancara tentang usia
wawancara angket
2 Seks pernyataan responden tentang jenis kelaminnya.
wawancara angket 1. Laki-laki,
2. Perempuan
Nominal
3 Kelas Pernyataan responden tentang tingkat kelas pendidika di SD
1. 4
2. 5
4 Pemeliharaan Unggas
Pernyataan responden tentang cara memelihara unggas
wawancara angket 0. Diluar kandang
1. Didalam kandang
Nominal
5 Pengetahuan informasi yang dinyatakan oleh responden meliputi penyebab terjadinya, gejala atau tanda-tanda, akibat yang ditimbulkan, cara penularan, pencegahan penularan dan pengobatan FB, serta
wawancara angket
Skor pengetahuan
Nilai rata-rata
Interval
Pengaruh penyuluhan..., Sufyan Suri, FKM UI, 2009
39
Universitas Indonesia
pencegahan terhadap unggas dan manusia.
6 Sikap Informasi yang dinyatakan oelh responden mengenai kecenderungan untuk melakukan tindakan dalam pencegahan flu burung
Wawancara angket Skor Sikap
Nilai rata-rata
Interval
7 Praktik Informasi yang dinyatakan responden mengenai praktik pencegahan flu burung yang pernah dilakukan.
Wawancara angket Skor Peraktik
Nilai rata-rata
Interval
3.2 Hipotesis
1. Ada perbedaan pengetahuan, sikap dan praktek pencegahan flu burung
sesudah intervensi lebih tinggi daripada sebelum intervensi
2. Ada perbedaan pengetahuan sikap dan praktik pencegahan flu burung
dengan jenis kelamin, kelas dan Pola pemeliharaan ayam.
Pengaruh penyuluhan..., Sufyan Suri, FKM UI, 2009
Top Related