ANATOMI ESOPHAGUS DAN IMPLIKASI KLINISNYA
I NYOMAN GEDE WARDANA
197807092005011012
DEPARTERMEN ANATOMI FK UNUD
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
i
ANATOMI ESOPHAGUS DAN IMPLIKASI KLINISNYA
I NYOMAN GEDE WARDANA
197807092005011012
DEPARTERMEN ANATOMI FK UNUD
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
atas karunia dan rahmat-Nya lah tulisan yang berjudul “Anatomi Esophagus dan
Implikasi Klinisnya” dapat penulis selesaikan dalam rangka melaksanakan Tri
Dharma perguruan tinggi di Universitas Udayana
Adapun tulisan ini masih jauh dari sempurna dan perlu kajian yang lebih
dalam lagi. Penulis membuka diri jika ada saran dan kritik yang ditujukan pada
tulisan ini.
Penulis juga sangat berterima kasih kepada semua pihak yang ikut
membantu dalam penelitian ini, semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa senantiasa
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada mereka semua.
Denpasar, Juli 2019
iii
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................. 3
2.1. Tofografi ................................................................................................... 3
2.1.1. Oesophagus Pars Cervicalis .............................................................. 4
2.1.2. Oesophagus Pars Thoracica .............................................................. 5
2.1.3. Oesohagus Pars Abdominalis ............................................................ 7
2.2. Spingter Esophagus .................................................................................. 9
2.3. Vaskularisasi dan Aliran Limfa .............................................................. 10
2.3.1. Arteriae ............................................................................................ 10
2.3.2. Venae............................................................................................... 10
2.3.3. Aliran Limfa .................................................................................... 10
2.4. Innervasi ................................................................................................. 12
2.5. Implikasi Klinis ...................................................................................... 14
2.5.1. Varises Esophagus .......................................................................... 14
2.5.2. Ruptur Esofagus .............................................................................. 15
2.5.3. Atresia esofagus .............................................................................. 16
2.5.4. Dismotilitas Esofagus ..................................................................... 17
BAB III KESIMPULAN ...................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Esophagus dilihat dari Anterior (A) dan Posterior (B) ......................... 3
Gambar 2. Skema Lokasi Penyempitan pada Esophagus ...................................... 6
Gambar 3. Struktur-Struktur di sekitar Esophagus Pars Abdominalis .................... 8
Gambar 4. Arteriae yang Melayani Esophagus..................................................... 11
Gambar 5. Venae dari Esophagus ......................................................................... 12
Gambar 6. Innervasi Esophagus ............................................................................ 13
1
BAB I
PENDAHULUAN
Esophagus merupakan saluran muskular yang menghubungkan faring
dengan gaster. Membentang mulai dari laryngopharyng di junctura pharyngo-
esophagealis sampai ke orificium cardiaca dari gaster. Dibentuk oleh otot lurik di
bagian sepertiga superiornya, otot polos bada sepertiga distalnya, dan gabungan
antara otot lurik dengan otot polos di sepertiga mediannya. Pars cervivalisnya
dimulai dari margo inferior cartilago cricoidea kira-kira setinggi C6 pada garis
median.1
Dari luar junctura pharyngo-esophagealis terlihat menyempit yang
disebabkan oleh pars cricopharyngealis dari musculus constrictor pharyngealis
inferior (spincter esophagus superior). Saat berakhir di bagian cardia dari gaster
menjadi junctura esophago-gastrica, superior dari junctura ini otot-otot
diaphragma membentuk hiatus esophealis yang berfungsi sebagai spincter
fisiologis (spincter esophagus inferior) yang akan mengalami kontraksi dan
relaksasi.1,2
Penyakit yang terjadi pada esophagus ditandai dengan dua gejala utama
yaitu disfagia (kesulitan menelan) dan nyeri pada daerah dada dan punggung).
Gejala yang lain dapat berupa ditemukannya tanda-tanda obstruksi mekanis
(stictur, tumor, esofagitis eosinofilik), kelainan motorik utama (achalasia,
obstruksi esofagogastrik junction outflow, hilangnya kontraktilitas, spasme
esophagus di bagian distal, jackhammer esophagus), dan GERD
(GastroEsophageal Reflux Disease).2
2
Untuk dapat menegakkan diagnosis kelaianan yang terjadi di esophaus
diperlukan pengetahuan anatomi yang baik. Pengetahuan anatomi yang penting
dalam memahami esophagus adalah mengenai tofografinya, lokasi dimana sering
terjadi penyempitan, spincternya, vaskularisisasi, innervasi, aliran lymphe, dan
kaitannya dengan penyakit yang sering terjadi pada esophagus.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Tofografi
Oesophagus adalah saluran muskular yang panjangnya berkisar 25 cm,
menghubungkan pharynx dengan gaster. Saluran ini dimulai di leher, sejajar
dengan batas bawah tulang rawan cricoidea dan corpus vertebrae cervicalis VI,
dan turun sebagian besar di anterior dari columna vertbralis melalui mediastinum
superior dan posterior, menembus diaphragma, sejajar dengan vertebrae thoracalis
X, dan berakhir pada bagian cardia dari gaster setinggi vertebrae thoracalis XI.
Gambar 1. Esophagus dilihat dari Anterior (A) dan Posterior (B)4
4
Oesophagus umumnya berjalan secara vertikal dan memiliki dua kurva dangkal.
Dimulai di bidang median, tetapi miring ke kiri sepanjang radix leher, secara
bertahap kembali ke bidang median dekat vertebrae thoracalis V, dan pada
vertebrae thoracalis VII berjalan miring ke kiri lagi sebelum menembus
diafragma.1,3,4
Oesophagus juga membengkok dalam bidang anteroposterior untuk
mengikuti lekukan cervicothoracic pada columna vertebralis dan juga bisa
menekuk sedikit ke kanan karena didorong oleh aorta sebelum membungkuk ke
kiri untuk mencapai hiatus esofagus. Ini adalah bagian tersempit dari saluran
pencernaan (kecuali untuk apendiks vermiformis) dan menyempit di awal (15 cm
dari gigi insisivus), di mana ia dilintasi oleh lengkungan aorta (22,5 cm dari gigi
insisivus), di mana disilangkan oleh bronkus utama kiri (27,5 cm dari gigi
insisivus) dan saat melewati diafragma (40 cm dari gigi insisivus). Pengukuran ini
penting secara klinis berkaitan dengan berjalannya instrumen di sepanjang
oesophagus.4
2.1.1. Oesophagus Pars Cervicalis
Oesophagus pars cervicalis berada di posterior dari trachea dan dilekatkan
oleh jaringan ikat longgar. Nervus laryngicus recurrent berjalan naik di setiap sisi
dalam atau di dekat sulcus tracheooesophagus. Di bagian posteriornya terdapat
columna vertebralis, longus colli dan lapisan dalam dari fascia prevertebralis.
Pada kedua sisi lateralnya terdapat arteriae carotid communis dan bagian posterior
dari kelenjar thyroid. Di leher bagian bawah, di mana esofagus menyimpang ke
kiri, itu lebih dekat ke selubung arteriae carotid communis dan kelenjar thyroid
5
yang kiri daripada yang di sebelah kanan. Ductus thoracicus berjalan naik untuk
jarak pendek di sepanjang sisi kirinya.1,3,4
2.1.2. Oesophagus Pars Thoracica
Oesophagus pars thoracica terletak sedikit ke kiri di mediastinum superior
antara trachea dan columna vertebralis. Oesophagus ini lewat di belakang dan di
sebelah kanan dari arcus aorta untuk turun di mediastinum posterior di sepanjang
sisi kanan aorta thoracica descendens. Di bawah, karena miring ke kiri, menyilang
anterior ke aorta dan memasuki abdomen menembus diaphragma setinggi
vertebrae thoracalis X. Dari atas ke bawah, trachea, arteriae pulmonalis dextra,
bronchus principalis sinistra, pericardium (memisahkannya dari atrium sinistra)
dan diaphragma terletak di anterior. Columna vertebralis, longus colli, arteriae
intercostalis posterior dextra, ductus thoracicus, vena azygos dan bagian terminal
hemiazygos dan vena azygos acessorius dan, dekat diafragma, aorta letaknya
adalah posterior dari oesophagus. Sebuah resessus panjang dari kantung pleura
kanan terletak di antara oesophagus (di depan) dan vena azygos dan columna
vertebralis (belakang) di mediastinum posterior.3,4
Di dalam mediastinum superior, bagian terminal dari arcus aorta, arteriae
subclavia sinistra, ductus thoracicus, pleura sinistra dan nervus laryngicus
recurrent adalah letaknya di sebelah lateral kiri ari oesophagus. Pada mediastinum
posterior, oesophagus berhubungan dengan aortae thoracica desendens dan pleura
sinistra. Pleura dextra, dan vena azygos saat melengkung ke depan di atas
bronchus principalis dextra untuk bergabung dengan vena cava superior, adalah
terletak disisi lateral kanan dari oesophagus.3,4
6
Gambar 2. Skema Lokasi Penyempitan pada Esophagus 3
Di bawah radix pulmonalis, nervus vagus berjalan turun dan kontak
dengan oesophagus, nervus yang kanan terutama di belakang dan nervus yang kiri
di depan; nervi vagi selanjutnya bersatu membentuk pleksus di sekitar
oesophagus. Di bawah, di mediastinum posterior, ductus thoracicus berada di
belakang dan di sebelah kanan oesophagus; pada posisi yang lebih tinggi ductus
ini posisinya di posterior, menyilang ke kiri oesophagus setinggi kira-kira
vertebrar thoracalis V dan kemudian naik di sebelah kiri. Di sebelah kanan
7
oesophagus, tepat di atas diafragma, sebuah bursa infracardiac kecil dapat
ditemukan; itu merepresentasikan bagian apex yang terpisah dari recessus
pneumotorenteric dextra.1,4
2.1.3. Oesohagus Pars Abdominalis
Oesohagus pars abdominalis memiliki panjang 1-2,5 cm, dan sedikit lebih
lebar di bagian orificium cardiacanya dibandingkan dengan di bagian orificium
diaphragmatica. Letaknya di sebelah kiri garis median dan masuk ke abdomen
melalui hiatus esofagus setinggi corpus vertebrae thoracal 10. Kemudian berjalan
miring ke kiri, sedikit posterior, dan berakhir di pertemuan gastro-esofagus.
Esofagus pars abdominalis terletak di posterior dari lobus hepatis sinistra, yang
membentuk sedikit sulcus, anterior dari crus sinistra, arteria phrenicus inferior
sinistra dan nervus sphlancnicus major sinistra.1,3,4
Permukaannya ditutupi oleh lapisan tipis jaringan ikat dan peritoneum
visceralis yang mengandung nervii vagus anterior dan posterior serta ramii
esophagelis arteria gastrica sinistra. Nervii vagus anterior bisa berjalan sendiri
atau menjadi beberapa truncus, dan berhubungan erat dengan lapisan paling luar
dari mantel otot longitudinal esofagus. Nervii vagi posterior biasanya tunggal
yang membuat lebih mudah di diidentifikasi selama operasi.4
8
Gambar 3. Struktur-Struktur di sekitar Esophagus Pars Abdominalis 3
Esophagus pars abdominalis melekat ke diafragma melalui jaringan ikat
ligamentum phrenico-esophagealis. Ligamentum ini terbentuk dari dua pita tebal
jaringan ikat yang kaya akan serat-serat elastin. Ligamentum phrenico-
esophagelias inferior secara efektif merupakan perpanjangan dari fascia
transversalis yang membentang di bawah peritoneum parietalis kemudian
mengalami refleksi dari diafragma ke esophaagus pars abdominalis. Serat-serat
tersebut hanya melekat secara longgar pada jaringan adventisia dan sejumlah
lemak dalam jumlah yang bervariasi sering berada di bawahnya, diantara dinding
esofagus dan lengkungan cruris.4
9
2.2. Spingter Esophagus
Esophagus pada bagian atas dan bawahnya dikelilingi oleh dua buah
cincin otot, yang masing-masing dikenal sebagai sfingter esofagus bagian atas dan
sfingter esofagus bagian bawah. Sfingter ini bertindak untuk menutup esophagus
saat makanan tidak ditelan. Sfingter esofagus bersifat fungsional tetapi tidak
anatomis, artinya mereka bertindak sebagai sfingter tetapi tidak memiliki
penebalan yang berbeda seperti sfingter lainnya.1,3.4
Sfingter esofagus bagian atas mengelilingi bagian atas esofagus. Sfingter
ini dibentuk oleh otot lurik tetapi tidak di bawah kendali. Pembukaan sfingter
esofagus bagian atas dipicu oleh refleks menelan. Otot primer sfingter esofagus
bagian atas adalah bagian pars cricopharyngealis dari musclus constricyor
pharyngealis inferior.1,3,4
Sfingter esofagus bagian bawah, atau sfingter gastroesofageal,
mengelilingi bagian bawah dari esofagus, di pertemuan antara esofagus dan
gaster. Disebut juga sebagai sfingter cardia atau sfingter cardioesofagealis,
dinamai dari bagian gaster yang berdekatan, yaitu cardia. Disfungsi dari sfingter
gastroesofageal menyebabkan gastroesophageal reflux, yang menyebabkan nyeri
perut seperti terbakar dan jika itu terjadi cukup sering, dapat menyebabkan
penyakit gastroesophageal reflux, dengan menyebabkan kerusakan pada mukosa
esofagus.1,3,4
10
2.3. Vaskularisasi dan Aliran Limfa
2.3.1. Arteriae
Oesophagus pars cervicalis mendapatkan aliran darah dari arteriae thyroid
inferior. Oesophagus pars thorcalis mendapatkan aliran darah dari rami
bronchialis dan rami oesphagialis arterior thoracica. Empat atau lima dari rami
oesophagialis berasal dari permukaan anterior dari aorta dan turun secara oblik
menuju oesophagus kemudian mengadakan anastomosis dengan rami
oesophagialis dari arteriae thyroidea inferior di bagian atas, dan di bagian bawah
juga mengadakan anasomosis dengan rami ascendens dari arteriae phrenicus
sinistra dan arteriae gastrica sinistra.4
2.3.2. Venae
Darah balik dari oesophagus dialirkan menuju ke plexus submukosa dan
kemudian menuju pleksus venosus peri-oesophagialis dimana vena-vena
oesophagus berasal. Yang dari oesophagus pars thoracalis dialirkan utamanya
menuju vena azygos dan sedikit menuju vena-vena hemiazygos, intercostalis, dan
bronchialis. Yang berasal dari oesophagus pars cervicalis dialirkan menuju venae
thyroid inferior. Vena gastrica sinistra bergabung dengan venae oesophagus di
bagian bawah pada daerah curvatura minor kemudian dialirkan menuju ke venae
porta.4
2.3.3. Aliran Limfa
Esofagus memiliki sistem limfatik submukosa yang ekstensif dan
longitudinal, yang mungkin menjelaskan limfadenopati para-oesophageal jarak
jauh pada karsinoma esofagus. Aliran limfa dari oesophagus pars cervivalis
11
Gambar 4. Arteriae yang Melayani Esophagus4
dialirkan menuju ke lymphonodi cervicalis profundus baik secara langsung
maupun tidak langsung atau melalui lymphonodi prartrachealis. Pembuluh limfa
dari oesophagus pars thorcalis dialirkan menuju ke lymphonodi mediastinalis
posterior. Dan yang dari oesophagus pars abdominalis akan dialirkan menuju
lymphonodi gastrica sinistra. Beberapa mungkin dialirkan langsung menuju ke
ductus thoracicus.1,3,4,5
12
Gambar 5. Venae dari Esophagus4
2.4. Innervasi
Esophagus diinervasi oleh nervus vagus dan serat-serat saraf simpatis
truncus cervicalis dan thoracalis. Esofagus bagian atas diinervasi oleh cabang-
cabang dari nervus laryngicus reccurent dan oleh serat-serat simpatis
postganglionik yang sebelumnya berjalan sepanjang arteria thyroidea inferior
sebelum mencapai esophagus. Esofagus bagian bawah diinnervasi oleh pleksus
13
esofagus yang mengelilingi esofagus di bawah setinggi radix pulmonis, dan yang
mengandung campuran serat-serat parasimpatis dan simpatis.1,4,5
Gambar 6. Innervasi Esophagus1
Serabut-serabut motorik untuk otot lurik dan polos dari dinding esofagus
dibawa oleh nervus vagus. Akson yang berasal dari badan sel saraf di nukleus
ambiguus berjalan melalui nervus laryngicus reccurent dan memberikan innervasi
pada cricopharyngeus dan otot lurik sepertiga bagian atas esofagus. Akson dengan
badan sel di nucleus dorsalis nervus vagus melewati pleksus esofagealis dan
memberikan innervasi pada otot polos yang membentuk dua pertiga bagian bawah
esophagus. Nervus vagus juga melepaskan cabang-cabang lainnya saat bergerak
melalui mediastinum, dan berjalan langsung menuju ke esophagus. Serat-serat
sekretomotor juga dilepaskan ke kelenjar lendir di mukosa esofagus, dan serat
aferen (sensorik) visceral ke tubuh sel di ganglion inferior.1
14
Serat-serat saraf sinpatis vasomotor untuk esofagus berasal dari segmen
atas dari medulla spinalis T4-6. Dari ganglion bagian atas melewati ganglia
cervicalis medialis dan inferior mengadakan sinapsis dengan neuron-neuron pos
ganglion, memberikan innervasi untuk pembuluh darah di esophagus pars
cervicalis dan thoracalis bagian atas. Yang berasal dari ganglion bawah dapat
berjalan langsung melalui pleksus esophagealis atau melalui ganglion coeliacus
dimana meraka akan mengadakan sinapsis pada akson pos ganglion untuk
menginervasi esophagus bagian distal. Serat-serat nyeri viscero afferen berjalan
melalui serat-serat saraf simpatis segmen T1-4 dari medulla spinalis. Karena
segmen ini juga menerima impuls aferen dari jantung, terkadang sangat sulit
membedakan antara nyeri yang berasal dari esophagus dengan nyeri yang berasal
dari jantung.1,3,4,5
2.5. Implikasi Klinis
2.5.1. Varises Esophagus
Adanya siroris atau fibrosis pada hepar akan mempengaruhi cabang-
cabang vaskulernya dan juga “compliance” vaskulernya. Akan terjadi juga tonus
vaskular yang meningkat, yang mungkin merefleksikan adanya pengurangan
vasodilator endotel seperti nitrit oksida. Resistensi portal meningkat, mengarah ke
pembentukan sirkulasi kolateral, dan ada peningkatan seiring aliran darah sistemik
dan splanknik. “Shunting” darah portosistemik terjadi antara venae gastrica brevis
dan vena esofagus, sebagian besar sebagai akibat dilatasi saluran embrio yang
sudah ada.4
Varises oesophagus di bagian distal mudah terlihat pada endoskopi, karena
mereka terletak di permukaan lamina propria. Darah dari vena superfisial
15
mengalir ke pleksus vena superfisial, kemudian menjadi pleksus vena intrinsik
yang lebih dalam dan akhirnya ke vena perioesophageal melalui vena perforantes.
Aliran dua arah biasanya dimungkinkan di wilayah ini, sebuah fenomena yang
memungkinkan perubahan tekanan selama pernapasan dan manuver Valsava.
Namun, dalam hipertensi portal, katup di dalam pembuluh yang berlubang
menjadi tidak kompeten dan aliran darah menjadi “retrograde”, menyebabkan
dilatasi vena intrinsik dalam.4
Adanya peningkatan tekanan dalam wilayah ini mempengaruhi varises
untuk mengalami perdarahan cepat dan dapat mengancam jiwa. Perawatan
diarahkan untuk mengendalikan pembentukan sirkulasi kolateral dan pemusnahan
varises yang rentan terhadap perdarahan, dan dicapai dengan injeksi endoskopik
paravariceal dari sclerosant, yang menyebabkan obliterasi varises sebagai akibat
dari pembentukan trombus. Hal ini juga menginduksi terjadinya fibrosis di dalam
mukosa, yang mengurangi pembentukan pembuluh kolateral baru. Atau, dapat
juga digunakan karet gelang dalam upaya untuk mengikat varises. Perdarahan dari
varises dikaitkan dengan tingkat mortalitas 25%, yang mencerminkan masalah
perdarahan ulang dan komorbiditas yang mendasarinya.4
2.5.2. Ruptur Esofagus
Sebagian besar ruptur esofagus adalah iatrogenik, dan dapat terjadi selama
instrumentasi esofagus pada waktu dilakukan tindakan endoskopi sederhana,
intervensi endoskopi dan pemasangan tabung nasogastrik. Penyebab lainnya
adalah trauma, barotrauma, benda asing dan karsinoma esofagus. Barotrauma
biasanya terjadi disertai dengan muntah yang hebat. Biasanya menyebabkan
16
robekan longitudinal pada dinding posterior esophagus pars thoracica. Secara
keseluruhan, hampir 60% perforasi terjadi di esophagus pars thoracica, 25% di
esophagus pars cervivalis dan 15% di esophagus pars abdominalis.4,5
Perforasi pada esophagus pars cervivalis terjadi di dinding posterior, di
mana esophagus berada pada posisi tertipis, dan sering berhubungan dengan area
mukosa di mana tidak ditutupi oleh otot, dan yang dibatasi oleh contrictor
pharyngealis inferior dan cricopharyngeus. Kematian akibat perforasi esofagus
adalah 20% dan akibat dari mediastinitis dan infeksi nekrotikans. Gejala yang
muncul meliputi nyeri dada, odinofagia, hematemesis, emfisema bedah subakut,
takikardia, dan sesak napas dan, pada kasus lanjut, syok septik. Adanya diagnosis
dini (dalam 24 jam) dan penanganan yang cepat memeberikan prognosis yang
lebih baik dan tingkat kematian antara 10% dan 15%, sedangkan diagnosis yang
terlambat memiliki tingkat kematian yang jauh lebih besar. Untuk perforasi di dua
pertiga atas esophagus pars thoracica, dilakukan tindakan torakotomi.4,5
2.5.3. Atresia esofagus
Sebagian besar kasus atresia esofagus terjadi bersamaan dengan fistula
trakeo-esofageal, dengan insidensi 1:3000-4000 kelahiran. Ada insiden tinggi
kelainan bawaan terkait seperti jantung, genitourinari, kerangka, dan anomali
gastrointestinal lainnya. Diagnosis prenatal tidak bisa dikerjakan karena
kurangnya gambaran ultrasonografi spesifik. Satu-satunya indikator prenatal yang
menajadi acuan adalah adanya polihidramnion dan, yang jarang berupa
ditemukannya gas lambung; tanda-tanda klinis lainnya adalah adanya kantong
faring pada pemeiksaan USG. Gambaran klinis postnatal dapat berupa
17
adanyaregurgitasi makanan; batuk berulang dan tersedak, terkait dengan adanya
fistula trakeo-esofagus. Tindakan dengan pembedahan korektif sangat penting;
kelangsungan hidup secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh adanya anomali
jantung terkait.4
2.5.4. Dismotilitas Esofagus
Gangguan utama pada motilitas dari esofagus berhubungan dengan
gangguan di sfingter esofageal bagian atas dan bawah dan Achalasia. Adanya
masalah di sfingter esofagus bagian atas biasanya disebabkan karena kelainan
neurologis. Penyakit yang menyerang batang otak mengganggu relaksasi
cricopharyngeus (sfingter esofagus bagian bawah), menyebabkan terjadi disfagia
pada material yang padat dan cairan. Pada kasus ini cenderung terjadi aspirasi.
Videofluoroskopi dapat menunjukkan kelainan tersebut.4,5
Achalasia pada dari regio cardia dari gaster merupakan kelainan motorik
primer esphagus di mana terjadi kegagalan pada relaksasi sfingter kardio-esofagus
dan hilangnya peristaltik di esofagus dengan degenerasi sel-sel sel saraf di pleksus
myenterikus. Gambaran klinisnya adalah disfagia, regurgitasi makanan yang tidak
tercerna, nyeri dada retrosternal dan penurunan berat badan. Pemeriksaan
radiologi thorax sederhana dapat menunjukkan dilatasi dari esophagus dan retensi
makanan. Pemeriksaan dengan menggunakan Barium menunjukkan gambaran
“bird-beak” yang klasik sebagai akibat dari kegagalan relaksasi sfingter esofagus
bagian bawah dan tidak adanya peristaltik. Pemeriksaan Manometri esofagus
dengan tekanan mengkonfirmasi diagnosis dan menunjukkan tidak ada atau
terjadi gangguan relaksasi sfingter esofagus bagian bawah. Perawatan terdiri dari
dilatasi balon pneumatik selama endoskopi atau miotomi bedah akses-minimal
18
dari cardia gaster. Alternatif pada pasien yang kondinsinya lemah adalah injeksi
toksin botulinum intrasphincteric. Keuntungannya adalah morbiditas dan
mortalitas yang lebih rendah, dengan risiko perforasi esofagus yang jauh lebih
rendah.4
Spasme esofagus yang difus dapat disertai dengan disfagia dan nyeri dada.
Ini dapat dilihat dengan adanya kontraksi esofagus yang abnormal pada saat
menelan barium, dan menghasilkan kontraksi segmental simultan yang
menghilangkan lumen esofagus untuk menghasilkan gambaran “corkscrew-
esophagus”. Manometri juga menunjukkan kontraksi titanic pada esofagus.
Gangguan motilitas esofagus nonspesifik terjadi seiring bertambahnya usia
(presbyoesophagus) dan ditandai oleh penurunan kejadian peristaltik normal, atau
bahkan tidak ada, setelah menelan. Ini mungkin disertai oleh kontraksi berulang
(tersier) dan kegagalan relaksasi sfingter esofagus bagian bawah. Dismotilitas
esofagus juga termasuk spasme esofagus dan gangguan yang disebabkan oleh
skleroderma atau penyakit jaringan ikat lainnya, di mana terdapat atrofi otot polos
dan penggantian fibrosa pada submukosa dan lamina propria.4,5
19
BAB III
KESIMPULAN
Esophagus merupakan saluran muskular yang memiliki panjang berkisar
25 cm, menghubungkan laryngopharynx dengan gaster. Memiliki dua buah
spincter yaitu spincter esophagealis superior dan inferior. Dibagi menjadi tiga
bagian pars cervicalis, pars thoracica (paling panjang), dan pars abdominalis
(paling pendek). Oesophagus pars cervicalis mendapatkan aliran darah dari
arteriae thyroid inferior. Oesophagus pars thoracalis mendapatkan aliran darah
dari rami bronchialis dan rami oesphagialis arterior thoracica. Darah balik dari
oesophagus pars cervicalis dialirkan menuju venae thyroid inferior. Vena gastrica
sinistra bergabung dengan venae oesophagus di bagian bawah pada daerah
curvatura minor kemudian dialirkan menuju ke venae porta. Esophagus
mendapatkan innervasi dari nervus vagus dan serat-serat saraf simpatis truncus
cervicalis dan thoracalis. Malasah klinis yang sering terjadi pada esophagus dapat
berupa varises esophagus, ruptur esophagus, atresia esophagus, dan gangguan
dismotilitas esophagus.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Moore, K.L., Agur A.M.R, and Dalley, A.F. Essential Clinical Anatomy. 5th
edn. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2015.
2. Aziz, Q., Fass, R., Gyawali, C. P., Miwa, H., Pandolfino, J. E., & Zerbib,
F. Esophageal Disorders. Gastroenterology 2016. 150(6); 1368-1379.
3. Netter, F. H. Atlas of human anatomy. Philadelphia PA: Saunders/Elsevier;
2006
4. Standring, S. Gray's anatomy : the anatomical basis of clinical. 41st edn. New
York: Elsevier Limited; 2016.
5. Wineski, L.E. Snell’s Clinical Anatomy by Region. 10 edn. New York;
Wolters Kluwer. 2019
Top Related