Judul Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin No. ISBN
9789792257809 Penulis Tere-Liye Penerbit Gramedia Pustaka Utama Tanggal terbit Juni - 2010 Jumlah
Halaman 264 Berat Buku - Jenis Cover Soft Cover Dimensi(L x P) 135x200mm Kategori Romance Bonus
- Text Bahasa Indonesia ·
Buku pertama Tere-Liye yang saya baca. Seperti biasa, tema yang diangkat sederhana dan
tersebar dimana-mana. Ceritanya pun sangat mudah dicerna. Tapi diksinya, subhanallah,
membuat saya merenung dalam..
Kali ini ceritanya tentang cinta. Ya, CINTA. Tema klasik yang akan selalu ramai diusung
mungkin hingga akhir zaman kelak. Tania, sang tokoh utama, menceritakan kisah cintanya
sendiri. Cinta yang tumbuh diawali dengan rasa terima kasih dan kagum. Cinta pertamanya, cinta
sejak ia masih berkepang dua! Novelet ini sebagian besar beralur flash back. Framenya sangat
simpel: jendela di lantai dua toko buku paling besar yang ada di kota kelahirannya. Tania
menghabiskan waktu di tempat kenangannya, sambil merenungi perjalanan hidupnya, lebih
tepatnya, perjalanan cintanya.
Alurnya sangat teratur, tidak terlalu cepat atau lambat. Berawal dari pertemuan Tania dan
adiknya, Dede, dengan sang malaikat –yang kemudian menjelma menjadi cinta sejatinya.
Malaikat inilah yang menyelamatkan Tania dan Dede dari kejamnya kehidupan jalanan. Ia
memberi mereka janji tentang masa depan. Sepasang anak pengamen dekil disulap menjadi
permata, menoreh prestasi dimana-mana. Tania sendiri sejak SMP hingga kuliah mendapatkan
beasiswa ke Singapura, dan lulus sebagai lulusan terbaik.
Tapi ternyata rasa terima kasih dan kagum itu tidak bisa berjalan di jalurnya, ia berubah menjadi
benih cinta. Entah bagaimana dan sejak kapan, Tania akhirnya menyadari bahwa ia jatuh cinta
pada sang malaikat. Sayang, gayung tidak bersambut. Atau tepatnya, ia menganggapnya tidak
bersambut. Hingga suatu hari dimana sang malaikat memutuskan untuk menikah, perasaan Tania
hancur. Tania berubah menjadi orang lain, melakukan hal-hal yang tidak ia sukai, walaupun dia
tetap bisa menjaga energi dendamnya dalam hal yang produktif. Setelah dua tahun sejak
pernikahan tersebut, ia memutuskan pulang. Dan itu mengubah segalanya...
Bagian penutupnya mudah ditebak (paling tidak bagi saya). Entah akhir yang bahagia, atau
sedih. Itu tergantung. Yang jelas, memang cinta selalu menang. Cinta akan selalu menang, walau
cinta tidak harus memiliki. Cinta yang menerima setulusnya, cinta yang tidak egois, cinta yang
tidak mencoba berbahagia di atas perih orang lain. Cinta yang sempurna? Tidak mungkin, karena
cinta sempurna hanya dimiliki oleh Sang Pemilik Cinta...
Salut untuk Bang Tere!!
“Bahwa hidup harus menerima... penerimaan yang indah
Bahwa hidup harus mengerti... pengertian yang benar
Bahwa hidup harus memahami... pemahaman yang tulus
Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian dan pemahaman itu datang
Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan
Daun yang jatuh tak pernah membenci angin.
Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya
Biarkan angin merengkuhnya, membawanya pergi entah kemana
Dan kami akan mengerti, kami akan memahami... dan kami akan menerima”
(Monolog Dede di pusara Ibu dalam „Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin‟, hlm. 196-
197)
Tania dan Dede, adalah sepasang kakak beradik yang sehari-harinya bekerja sebagai pengamen jalanan.
Suatu hari, saat sedang mengamen di sebuah bis pada kepulangan mereka ke rumah, Tania dan Dede
bertemu dengan seorang lelaki yang kemudian menjadi malaikat dalam kehidupan mereka. Laki-laki itu
bernama Danar. Malam itu dia menolong Tania yang kakinya tertusuk paku payung. Dan seterusnya,
dialah penopang kehidupan Tania, Dede dan ibunya. Pertemuan dengan Danar juga mengajarkan Tania
sebuah perasaan baru. Tania yang saat itu berusia 11 tahun tanpa sadar sudah jatuh cinta pada
malaikatnya.
Hari-hari setelah kehadiran Danar merupakan sebuah awal yang baru dalam kehidupan Tania. Dia dan
adiknya bisa bersekolah kembali, mereka bisa tinggal di tempat tinggal yang lebih layak, dan ibunya bisa
memulai usaha yang dulu diidam-idamkannya. Sayangnya kebahagiaan itu harus ternoda. Dua tahun
berselang, ibu Tania meninggal dunia. Tania dan Dede resmi menjadi yatim piatu. Disinilah kembali
Danar menjelma menjadi malaikat bagi Tania dan Dede. Sepeninggal ibunya, Tania dan Dede diboyong
ke kontrakannya.
Waktu terus berjalan. Tania yang cerdas berhasil mendapat beasiswa untuk bersekolah di Singapura.
Bertahun-tahun terpisah nyatanya tak membuat perasaan Tania kepada Danar menghilang begitu saja.
Malah seiring dengan pertumbuhannya perasaan itu semakin membesar. Tania yang tumbuh menjadi
seorang gadis cantik dan dia pun merasa pantas untuk mendampingi Danar. Baginya rentang usia 14
tahun bukanlah masalah.
Sayangnya cinta itu tak pernah tersampaikan. Danar memutuskan menikah. Tania pun larut dalam upaya
menghilangkan kesedihan. Bekerja tanpa henti. Berubah menjadi pribadi yang berbeda. Hingga akhirnya
rahasia itu mulai terungkap.
*****
Untuk urusan bercerita, Tere Liye memang tak perlu diragukan lagi. Sudut pandang yang digunakan
adalah sudut pandang orang pertama, dengan Tania sebagai tokoh utamanya. Alur cerita dibuat secara
flashback untuk setiap bab-nya. Sedang untuk editing, saya menemukan satu kesalahan pengetikan
nama Tania menjadi Ratna. Lalu karena dalam novel ini Tania selalu menyebut nama Danar dengan dia
maka kadang saya harus benar-benar cermat dalam kalimat demi kalimat dalam novel ini. Penggunaan
panggilan dia ini juga kalau menurut saya berpotensi menimbulkan rasa bosan bagi pembaca, mengingat
betapa seringnya Tania menyebutkan kata dia dalam upayanya mengurai kenangan.
Secara keseluruhan, novel ini cukup menarik untuk dibaca. Dan seperti biasa, Tere Liye selalu
menyisakan pertanyaan di akhir novel-novel yang dibuatnya. Apalah kalimat yang dibisikkan Danar di
telinga Tania pada saat itu?
Okey, kali ini saya mau membahas tentang buku yang saya baca di penghujung tahun 2010
kemarin. Judulnya „Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin‟ karya penulis favorit saya
Om Tere Liye. Awalnya sih ke toko buku buat nyari buku ketiga dari tetralogi Anak-anak Emak
karya Om Tere. Di bukunya yang kedua, katanya buku ketiga akan terbit bulan Oktober 2010.
Tapi sampai sekarang ga terbit-terbit. Hmm.. Pembaca kecewa… Hehehe.. Daripada pulang
dengan tangan hampa, akhirnya saya memutuskan untuk beli buku Om Tere yang udah lama
saya incer juga. Ya, buku yang mau dibahas ini.
Overall, masih sama seperti buku-bukunya yang lain, di buku ini Om Tere juga menyajikan
cerita bercita rasa „keluarga‟. Yap, itulah istimewanya buku-buku Om Tere. Selalu mengangkat
tema keluarga, di tengah-tengah novel-novel yang mengangkat tema cinta ababil alias abege labil
yang –maaf- agak kurang bermutu dan ga ada pelajaran moralnya.
Tapiiii.. Ada yang cukup beda di novel Om Tere yang satu ini. Selain keluarga, Om Tere juga
mengangkat masalah cinta. Namun, tentu saja bukan cinta ababil, tapi cinta yang penuh dengan
misteri. Hehe.. Buat para perempuan yang punya idola cowok-cowok yang lebih tua, pasti pas
banget baca buku ini. Dan buat para cowok yang gengsian banget buat menyatakan rasa cinta
kepada sosok wanita idamannya, hanya karena alasan yang „sebenernya ga penting deeh‟, juga
pas banget buat baca buku ini. Pokoknya jangan sampai menyesal di akhir, seperti yang dialami
Kak Danar, tokoh di novel ini.
Untuk alur ceritanya, Om Tere pake sistem maju-mundur. Yang bercerita di sini adalah seorang
perempuan berusia 22 tahun (kurang lebih yaa..) bernama Tania (di novel ini dia yang menjadi
„AKU‟). Trus tokoh lainnya juga ada Dede (adiknya Tania), Ibu, Kak Danar (di novel ini dia
yang menjadi „DIA‟), Kak Ratna, dan beberapa figuran. Agak bingung? Yap, yap.. Kalau ga
bingung di awal, bukan novel Om Tere namanya… Hehehe..
Buat saya, seorang penggemar berat buku-bukunya Om Tere, buku ini so special.. Kenapa?
Karena Om Tere jarang-jarang mengangkat tema cinta. Emang siih, biasanya Om Tere cerita
tentang cinta, tapi dalam lingkup keluarga. Cinta dari ibu, ayah, kakak, adik, om atau tante. Tapi
untuk novel ini, Om Tere cerita tentang cinta antara kaum Adam dan Hawa. Hhuhuy… Teruuus,
setingan tempatnya di Depok, tepatnya di Margonda. Menurut analisis aku siih (ihiy), tempatnya
di Gramed Margonda. Yah, jadi bisa ngebayangin aja gitu.. Hehe.. Novel ini juga ngajarin kita
buat selalu ikhtiar. Soalnya, pemeran utama novel ini awalnya cuma pengamen miskiiin banget,
tapi seiring jalan, dia dapet beasiswa ASEAN untuk sekolah di Singapura dan jadi pekerja di
bursa efek Singapura. Keren deh.. Yang terakhir, akhir novel ini ga happy ending. Jadi buat yang
ga suka novel yang ga happy ending, mending jangan baca, entar kecewa. Hehehe..
Buat para penggemar novel, novel ini bisa jadi alternatif lain, di antara novel-novel teenlit yang
gitu deeh… Hehehe.. :p
Buat para penggemar novel-novel Om Tere, novel ini akan memberikan warna berbeda dari
novel-novel Om Tere yang lain.
This book is very recommended ..
Resensi Novel Harry Potter dan Batu
Bertuah (Harry Potter and The
Sorcerer Stone)
IDENTITAS BUKU
Judul buku : Harry Potter dan Batu Bertuah (Harry Potter and The Sorcerer Stone) Pengarang : J.K. Rowling Penerjemah : Listiani Srisani Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit : 2000 Tebal : 384 halaman Diresensi oleh Ruthadaning Inayati SINOPSIS
“Anak yang Bertahan Hidup” Harry berhasil selamat dari pembunuhan yang akan dilakukan musuh orang tuanya, Lord Voldemort. Padahal umurnya baru 1 tahun. Harry tinggal di rumah paman dan bibinya di Privet Drive no. 13 selama 11 tahun. Namun slama itu Harry belum pernah diperlakukan layak oleh paman dan bibinya. Mereka punya anak bernama Dudley-yang
super duper besar-Dudley pun sama seperti kedua orang tuanya. Hingga suatu hari, kejadian ajaib mendatanginya. Seorang manusia setengah raksasa tiba-tiba mendatanginya dan mengatakan bahwa Harry seorang penyihir. Sontak saja paman dan bibinya kaget
bukan main. Bagaimana mungkin rahasia yang mereka jaga selama 11 tahun terungkap begitu saja kalau Harry Potter adalah seorang penyihir. Singkatnya, Harry dibawa dan diperkenalkan dengan sebuah
sekolah sihir bernama Hogwarts dan segala komunitas sihir yang selama ini bersembunyi. Dari sini
petualangan Harry Potter “Anak yang Bertahan Hidup” dimulai Di tahun pertamanya di Hogwarts, Harry telah banyak dikenal. Ia juga selain berbakat sihir, juga bakat
mengendarai sapu terbang sehingga ia dipilih menjadi seorang seeker di sebuah olahraga bernama Quidditch. Selain itu Harry punya 2 orang sahabat, Ronald Weasley dan Hermione Granger. Ron seorang
yg konyol dan lucu. Sedangkan Hermione memiliki kecerdasan yang luar biasa. Merekalah yang
membantu Harry Potter dalam petualangannya. Harry di akhir tahun ajaran pertamanya, berhasil tahu bahwa ada seseorang yang ingin mencuri
“SORCERER STONE”, batu bertuah, yang disembunyikan di Hogwarts. Air yang dihasilkan batu itu bisa membuat peminumnya berumur panjang. Itulah yang diincar Voldemort, musuh yang telah membunuh
kedua orang tua Harry. Namun, Harry, Ron dan Hermione bisa menggagal rencananya. Harry nyaris saja kehilangan jiwanya ketika tiba-tiba bekas lukanya begitu sakit saat berhadapan dengan Voldemort yang
merasuki tubuh Quirrel. Harry nyaris tak tertolong jika saja Dumbledore, kepala sekolahnya, tidak datang
disaat yang tepat. KELEBIHAN
Alur cerita menarik dan berurutan Bahasa yang digunakan sederhana dan lugas sehingga pembaca tidak akan merasa bosan
Penokohan yang unik, tokoh antagonis dan protagonis digambarkan dengan baik dan jelas
Klimaks dan antiklimaks yang bagus membuat pembaca merasa puas dengan akhir cerita.
Konflik-konflik cerita yang disajikan mampu membuat pembaca penasaran.
Diselingi dengan humor-humor dan kejadian-kejadian lucu membuat pembaca tidak mudah
bosan dengan alur cerita.
KEKURANGAN
Desain kover yang kurang menarik dan bahan kertas kurang bagus.
Terlalu banyak tokoh-tokoh sampingan yang muncul membuat pembaca sulit mengingat nama
tokoh tersebut.
MANFAAT
Bacaan yang menarik bagi pembaca yang menyukai cerita misteri dan imajinasi. Memberi amanat agar tidak mudah berburuk sangka pada orang lain.
Menggambarkan tentang persahabatan manis yang terjalin antara Harry Potter, Ronald Weasley
dan Hermione Granger sehingga pembaca diharapkan mampu mencontoh sifat mereka.
Top Related