ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga...

95
ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINAN (Studi Kasus di Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi) Skripsi Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Malang (UIN) Malang Fakultas Syari’ah Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam Program Strata Satu ( S 1 ) Oleh Hasti Ernawati NIM. 03210069 JURUSAN AHWAL AL- SYAKHSHIYYAH FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG 2008

Transcript of ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga...

Page 1: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINAN

(Studi Kasus di Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri”

Kabupaten Ngawi)

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Malang (UIN) Malang

Fakultas Syari’ah Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah

Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

Program Strata Satu ( S 1 )

Oleh

Hasti Ernawati NIM. 03210069

JURUSAN AHWAL AL- SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MALANG

2008

Page 2: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Demi Allah,

Dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap pengembangan keilmuan,

penulis menyatakan bahwa skripsi dengan judul :

ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINAN (Studi Kasus di

Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi)

benar-benar merupakan karya ilmiah yang disusun sendiri, bukan duplikat atau

memindah data milik orang lain. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini ada

kesamaan, baik isi, logika maupun datanya, secara keseluruhan atau sebagian, maka

skripsi dan gelar sarjana yang diperoleh karenanya secara otomatis batal demi hukum

.

Malang, 25 Juli 2008

Penulis,

Hasti Ernawati

NIM 03210069

Page 3: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

HALAMAN PERSETUJUAN

ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINAN (Studi Kasus

Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi)

Skripsi

Oleh :

Hasti Ernawati

(03210069)

Telah diperiksa dan di setujui untuk di ujiankan

oleh dosen pembimbing :

Dr. Umi Sumbulah NIP 150289266

Mengetahui

Dekan Fakultas Syariah

Drs. H. Dahlan Tamrin, M. Ag NIP 150216425

Page 4: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

PENGESAHAN SKRIPSI

Dewan penguji saudari Hasti Ernawati, NIM 03210069, Mahasiswi Fakultas

Syari’ah angkatan tahun 2003, dengan judul :

ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINAN (Studi Kasus

Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri“ Kabupaten Ngawi)

telah dinyatakan LULUS dengan nilai B+ (memuaskan).

Dewan Penguji :

1

Drs. Fadil SJ, M. Ag NIP. 150 252 758

( )

(Penguji Utama)

2

Drs. Moh. Murtadho Amin, M. HI

NIP. 150 368 792

( )

(Ketua Penguji)

3

Dr. Umi Sumbulah, M. Ag NIP. 150 289 266

( )

(Sekretaris)

Malang, 5 Agustus 2008

Dekan Fakultas Syari’ah,

Drs. H. Dahlan Tamrin, M. Ag

NIP. 150 216 425

Page 5: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Pembimbing penulisan skripsi saudari Hasti Ernawati, NIM 03210069, mahasiswa

Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, setelah membaca,

mengamati kembali berbagai data yang ada di dalamnya, dan mengoreksi, maka

skripsi yang bersangkutan dengan judul :

ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINAN (Studi Kasus

Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi)

Telah dianggap memenuhi syarat-syarat ilmiah untuk disetujui dan diajukan pada

majelis dewan penguji.

Malang, 25 Juli 2008

Pembimbing,

Dr. Umi Sumbulah, M. Ag

NIP 150289266

Page 6: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

MOTTOMOTTOMOTTOMOTTO

ا�رض �� ��� �ا����و�� �آ��� �� ���� �� � �ا�ااا �����ا����

وا+*�اان (�$ اا��)�' ا ���$ &� ���� و # �ن �$ #���اا�"��! و

- ا,. /��0

Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil

usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi

untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu

nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya

melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah

Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (Al-Baqarah : 267)1

1 Al-Qur’anul Karim, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya. Semarang : PT Karya Toha Putra, 1996.

Page 7: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

PERSEMBAHAN

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas selesainya skripsi ini.

Atas pertolongan dan izin Mu, hamba dapat menyelesaikan skripsi ini. Yang

kupersembahkan kepada :

1. Kepada Ayahku (Bpk Suharji) dan Bundaku (Ibu Nurhayati) tercinta yang

telah memberikan kasih sayang, dukungan moril dan materiil serta do’a restu

untuk keberhasilan studiku.

2. Mbak Dania dan seseorang yang selalu memperhatikanku, membantuku dan

yang memberikan keceriaan di dalam kehidupanku.

3. Ukhti-ukhtiku yang ada di kontrakan al-multazim, yang telah memberikan

motivasi kepadaku semoga semua amal kebaikan di balas oleh Allah SWT

dengan yang lebih baik, dan tetap istiqomah dijalan dakwah.

4. Ustadzahku yang senantiasa memberikan masukan dan bimbingan agar tetap

kuat dalam menghadapi semua ujian, termasuk dalam menyelesaikan skripsi

ini.

5. Teriring do’a tulus “Jazakumullah Ahsanul Jaza” semoga Allah membalas

kebaikan dengan yang jauh lebih baik dan di lipat gandakan oleh Allah.

Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Hasti Ernawati

Page 8: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahim

Segala puji bagi Allah, kita memujiNya, memohon pertolongan kepadaNya,

meminta ampun kepadaNya dan meminta pertolonganNya. Hanya karena

keridhoanNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Zakat Sebagai

Sarana Pengentasan Kemiskinan (Studi Kasus Lembaga Amil Zakat “Bina Umat

Mandiri” Kabupaten Ngawi) ini dapat terselesaikan meskipun masih banyak

kekurangan.

Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,

kepada sanak keluarga dan para sahabat beliau serta orang-orang yang mengikuti

mereka dengan baik hingga hari kebangkitan.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas dan syarat ujian akhir program strata

1 (S-1) dalam fakultas syariah jurusan ahwal al-syakhshiyyah di Universitas Islam

Negeri Malang.

Penulis menyadari bahwa terselesainya skripsi ini berkat bantuan semua pihak.

Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis menghaturkan terima kasih atas

segala bantuannya terutama pada :

1. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku rector Universitas Islam Negeri Malang.

2. Drs. H. Dahlan Tamrin, M. Ag (Dekan Fakultas Syari’ah). Dra. Hj. Tutik

Hamidah, M. Ag. (Pembantu Dekan 1), Drs. Fadil SJ., M. Ag. (Pembantu

Dekan 11).

3. Dr. Umi Sumbulah. M. Ag., selaku pembimbing penulis dalam menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Atas bimbingan, arahan, saran, motivasi dan

kesabarannya, penulis sampaikan jazakumullah Ahsanul Jaza’.

Page 9: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

4. Drs. M. Fauzan Zenrif, M. Ag selaku dosen pembimbing akedemik selama

penulis kuliah di fakultas syariah Universitas Islam Negeri Malang.

5. Seluruh dosen fakultas syariah Universitas Islam Negeri Malang yang telah

mendidik, membimbig, mengajarkan dan mencurahkan ilmu-ilmunya kepada

penulis. Semoga Allah melipat gandakan amal kebaikan.

6. Bapak Atok Sunu Prastowo, Bapak Carda kurniawan, Bapak Purwantono,

Bapak Hariyanto Dan Bapak Mahmud Eko Yuwono selaku pelaksana harian

Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” yang telah memberikan informasi

yang di butuhkan penulis sehingga terselesainya skripsi ini.

7. Ayah dan Bundaku tercinta yang selalu memotifasiku, menyayangiku, dan

mendoakanku semoga Allah senantiasa melimpahkan kasih sayang Nya kepada

Ayah dan Bunda.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu karena keterbatasan

ruang yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, karenanya penulis mengharapkan kritik membangun dan saran dari

semua pihak. Kiranya skripsi ini dapat memberi manfaat bagi khalayak umum,

khususnya bagi penulis pribadi.

Penulis

Hasti Ernawati

Page 10: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ……………………………………… ii

HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………………… iii

PENGESAHAN SKRIPSI ………………………………………….................. iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………………….. v

MOTTO ………………………………………………………………………. vi

PERSEMBAHAN ………………………………………………………….......

vii

KATA PENGANTAR ………………………………………………………… viii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. x

ABSTRAK ……………………………………………………………………

xiii

BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6

D. Kegunaan Penelitian ................................................................... 7

E. Paradigma Penelitian .................................................................. 7

F. Sistematika Pembahasan ............................................................ 8

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ............................................................................ 10

A. Penelitian terdahulu ................................................................... 10

B. Perdebatan Teori ......................................................................... 14

1. Problematika Zakat ......................................................... 14

a. Pengertian Zakat .............................................................. 14

b. Hikmah Zakat ................................................................... 15

c. Harta yang wajib dikeluarkan zakatnya .......................... 17

d. Orang yang berhak menerima zakat ............................... 24

e. Orang yang tidak berhak menerima zakat ...................... 30

2. Problematika Kemiskinan ............................................... 31

Page 11: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

a. Pengertian Kemiskinan ................................................... 31

b. Upaya Pengentasan Kemiskinan ..................................... 36

3. Manajemen Pengelolaan Zakat ....................................... 38

a. Pengertian Manajemen .................................................... 38

b. Bentuk-Bentuk Manajemen ............................................ 38

1. Manajemen Klasik Pengelolan Zakat ........................ 38

2. Manajemen Modern Pengelolaan Zakat .................... 40

4. Lembaga Amil Zakat ........................................................ 42

a. Pengertian Lembaga Amil Zakat ..................................... 42

b. Susunan dan Fungsi Lembaga Amil Zakat ...................... 43

1). Susunan Organisasi Lembaga Amil Zakat ................. 43

2). Fungsi dan Tugas Pokok Pengurus Lembaga Amil Zakat

......................................................................................... 44

c. Tujuan Lembaga Amil Zakat .......................................... 45

BAB III : METODE PENELITIAN .................................................................... 47

A. Lokasi Penelitian ......................................................................... 47

B. Metode Penelitian ........................................................................ 48

1. Pendekatan penelitian .................................................................. 48

2. Sumber Data ................................................................................. 49

3. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 49

4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ........................................ 52

BAB IV : PAPARAN DAN ANALISIS DATA ................................................. 53

A. Susunan Organisasi, Tugas Pengurus, serta Visi dan Misi Lembaga

Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi .................. 54

B. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat

Mandiri” Kabupaten Ngawi dalam Rangka Pengentasan Kemiskinan

........................................................................................................ 57

C. Metode Pengelolaan Zakat di Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat

Mandiri” Kabupaten Ngawi ........................................................ 66

1. Pengumpulan Zakat di Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat

Mandiri” Kabupaten Ngawi ................................................... 66

Page 12: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

2. Pengelolaan dana Zakat di Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat

Mandiri” Kabupaen Ngawi ................................................... 67

3. Penyaluran Zakat di Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri”

Kabupaten Ngawi ................................................................... 68

D. Analisis Data Pemasukan dan Pengeluaran Zakat di Lembaga Amil

Zakat ”Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi ........................... 68

BAB V : PENUTUP ........................................................................................... 74

A. Kesimpulan .................................................................................. 74

B. Saran-Saran .................................................................................. 75

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 13: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

ABSTRAK

Ernawati, Hasti. 2008, NIM 03210069, Zakat Sebagai Sarana Pengentasan Kemiskinan (Studi Kasus di Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi). Skripsi, Jurusan Ahwal Al-Syakhshiyyah, Fakultas Syari’ah, Universitas Islam Negeri Malang. Pembimbing : Dr. Umi Sumbulah. M. Ag. Kata Kunci : Zakat, Pengentasan Kemiskinan

Zakat merupakan salah satu syarat mutlak di dalam membina masyarakat muslim. Memberikan zakat merupakan salah satu alasan diberikannya wewenang kepada orang-orang yang berbuat baik untuk memakmurkan bumi. Zakat sebagai suatu lembaga, benar-benar lekat dengan kebijakan keuangan. Bahkan zakat memainkan peranan lebih penting dibanding dengan lembaga-lembaga sosial yang lain seperti panti asuhan dan yayasan-yayasan dalam menghapus kesenjangan sosial.

Penelitian ini bertujuan memahami manajemen pengelolaan dan upaya yang dilakukan Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi dalam rangka mengentaskan kemiskinan.

Dalam menjawab kedua masalah tersebut, penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara kepada pengurus Lembaga Amil Zakat. Selain wawancara teknik penggalian data juga dilakukan dengan dokumentasi. Kemudian setelah terkumpul, data tersebut diolah dan dilakukan analisis secara deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, manajemen pengelolaan Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi adalah menggunakan sistem open management (manajemen terbuka), yaitu pemasukan dan pengeluaran dana zakat dapat diketahui langsung oleh masyarakat. Karena setiap pemasukan dan pengeluarannya dicantumkan di buletin tri wulan “Binuma”. Kemudian upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka mengentaskan kemiskinan melalui penyaluran beasiswa, kafalah du’at, waqaf al-Qur’an dan Iqra’, bantuan pendidikanTPA dan TKIT, bantuan renovasi masjid/mushalla, bantuan daerah bencana, daurah pembinaan umat, penyaluran zakat fitrah dan penyaluran ke amil zakat. Akan tetapi yang lebih difokuskan dalam rangka pencapaian tujuan itu adalah dengan lebih mengintensifkan dibidang pendidikan, yaitu beasiswa. Karena ini sebagai salah satu investasi jangka panjang yang menjanjikan untuk pengentasan kemiskinan. Adapun semua upaya ini belum berjalan secara optimal karena dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal, berupa pengelolaan zakat yang dianggap sebagai pekerjaan sampingan dan kurangnya disiplin dari pengurusnya, dan faktor eksternal berupa sistem yang ada sekarang ini, yaitu sistem kapitalis yang menuntut masyarakat untuk mementingkan diri sendiri.

Page 14: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia pengelolaan zakat diatur berdasarkan UU No. 38 Tahun 1999

tentang pengelolaan zakat dengan keputusan Menteri Agama No. 581 Tahun 1999

dan Keputusan Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D/291

Tahun 2000 tentang pedoman teknis pengelolaan zakat. Meskipun harus diakui

bahwa peraturan-peraturan tersebut masih banyak kekurangan yang sangat mendasar,

misalnya tidak dijatuhkannya sanksi bagi para muzakki yang melalaikan

kewajibannya (tidak mau berzakat) tetapi Undang-Undang No.38 tahun 1999

Page 15: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

dikemukakan bahwa organisasi pengelolaan zakat terdiri dari dua jenis yaitu

Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2

Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah institusi pengelolaan zakat yang

sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat yang bergerak

dalam bidang dakwah, pendidikan, sosial dan kemaslahatan umat Islam. Adapun

institusi yang mengurusi zakat yang lain adalah Badan Amil Zakat yaitu organisasi

pengelola zakat yang di bentuk oleh pemerintah terdiri dari unsur masyarakat dan

pemerintah dengan tugas mengumpulkan, mendistribusikan, dan mendayagunakan

zakat sesuai dengan ketentuan agama.3

Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” di Kabupaten Ngawi merupakan

salah satu sarana dan upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Lembaga

Amil Zakat ini mempunyai tugas pokok mengumpulkan, mendistribusikan, dan

mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama. Dengan adanya Lembaga

Amil Zakat ini diharapkan mampu untuk mengurangi kemiskinan, karena dengan

adanya kemiskinan akan menyebabkan berbagai permasalahan yaitu:

1. Kemiskinan akan membahayakan akidah karena dalam kondisi yang seperti ini,

kemiskinan dapat menebarkan benih keraguan terhadap kebijaksanaan Ilahi

mengenai pembagian rizeki.

2. Kemiskinan akan membahayakan akhlak dan moral karena kemelaratan dan

kesengsaraan seseorang, khususnya apabila ia hidup dilingkungan golongan kaya

yang tamak, sering mendorongnya melakukan tindak pelanggaran.

2 Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern (Yogyakarta : Gema Insani Press, 2003), 127. 3 Keputusan Menteri Agama RI tentang Pelaksanaan UU No.38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat Bab 1 Pasal 1 ayat 1 dan 2.

Page 16: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

3. Kemiskinan akan mengancam kestabilan pemikiran.

4. Kemiskinan membahayakan keluarga yang dapat menjadi ancaman, baik dalam

segi pembentukan, kelangsungan, maupun keharmonisannya.

5. Kemiskinan mengancam masyarakat dan kestabilannya.4

Islam menyuruh semua orang yang mampu bekerja dan berusaha untuk mencari

rezeki dan menutupi kebutuhan diri dan keluarganya. Hal itu dilakukan dengan niat fi

Sabilillah. Orang yang tidak kuat bekerja, tidak mempunyai harta warisan atau tidak

mempunyai simpanan untuk memenuhi kebutuhannya, berada dalam tanggungan

kerabatnya yang berkecukupan.5 Akan tetapi banyak juga yang tidak mempunyai

kerabat yang berkecukupan. Oleh sebab itulah Islam memberikan solusi terhadap

kemiskinan ini yaitu salah satunya dengan adanya zakat. Dikatakan zakat karena

didalamnya terkandung harapan untuk beroleh berkah, membersihkan jiwa dan

memperkaya dengan berbagai kebajikan. Zakat merupakan salah satu dari rukun

Islam yang lima dan disebut beriringan dengan shalat pada 82 ayat.6

Zakat adalah kewajiban yang tegas berdasarkan ketetapan Allah SWT dan

bukan sekedar tanggung jawab yang dibebankan kepada individu. Ia tidak ditunaikan

oleh mereka yang mengharapkan balasan Allah SWT di akherat tetapi ditinggalkan

oleh mereka yang kurang yakin terhadap negeri akherat. Zakat bukan sekedar

kemurahan individu, melainkan suatu sistem tata sosial yang dikelola oleh negara

melalui aparat tersendiri. Aparat ini mengatur semua permasalahannya, mulai dari

pengumpulannya dari para wajib zakat dan pendistribusiannya kepada yang berhak. 7

4 Yusuf Qardhawi Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan (Jakarta: Gema Insani Press, 1975). 24-29. 5 Ibid., 87. 6 Sayyid Sabiq. Fiqih Sunnah. (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1993), 5. 7 Qardhawi., Op. Cit., 106.

Page 17: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Zakat merupakan salah satu syarat mutlak di dalam membina masyarakat

muslim. Memberikan zakat merupakan salah satu alasan diberikannya wewenang

kepada orang-orang yang berbuat baik untuk memakmurkan bumi. Zakat sebagai

suatu lembaga, benar-benar lekat dengan kebijakan keuangan. Bahkan zakat

memainkan peranan lebih penting dalam menghapus kesenjangan sosial.

Penerapannya tidak hanya dilakukan satu dua hari saja, melainkan melalui rentang

waktu satu tahun.8

Dapat dikatakan, zakat merupakan Undang-Undang jaminan sosial pertama

yang tidak mengandalkan sedekah atau sumbangan suka rela masyarakat. Undang-

Undang ini ditegakkan atas bantuan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan setiap

orang, baik sandang, pangan, papan, dan kebutuhan primer lainnya. Ini berlaku bagi

seseorang secara pribadi berikut semua tanggungannya tanpa adanya pemborosan

dan penghematan.9

Apabila semuanya ini dapat dilaksanakan sebagaimana di atur dalam Undang-

Undang, yaitu dengan diserahkannya zakat tersebut oleh muzakki kepada Lembaga

Amil Zakat dan di kelola dengan baik sesuai dengan Undang-Undang maka akan

diperoleh suatu pengelolaan zakat yang efektif dan produktif. Yang tentunya hal ini

dapat terwujud pula dengan Lembaga Amil Zakat yang baik pula. LAZ yang baik

yaitu lembaga yang mempunyai susunan organisasi yang memenuhi syarat, dengan

adanya Dewan Pertimbangan, Komisi Pengawas, Badan Pelaksana. Selain itu para

personil dalam lembaga tersebut harus mempunyai tanggung jawab yang tinggi dan

komitmen akan melaksanakan tugasnya dengan sungguh-sungguh. Serta yang tidak

8 Yasin Ibrahim al- Syaikh. Zakat Menyempurnakan Puasa Membersihkan Harta (Bandung: Marja, 2004), 17. 9 Qardhawi., Op. Cit., 136.

Page 18: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

kalah penting adalah sistem manajemen organisasi pengelolaan zakat yang baik,

karena tidak ada artinya suatu Lembaga Amil Zakat bila sistem organisasinya

amburadul dan tidak mempunyai suatu pedoman yang baik.

Pada dasarnya, keberadaan Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri” di

Kabupaten Ngawi merupakan salah satu lembaga swasta yang bergerak dalam

pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah, yang didirikan pada tahun 2001. Pada

umumnya pengelolaan zakat di Kabupaten Ngawi ditangani oleh Badan Amil Zakat

milik pemerintah dan beberapa organisasi lainnya seperti panitia zakat Nahdhatul

Ulama dan panitia zakat Muhammadiyah. Dengan demikian masing-masing

organisasi mendirikan kepanitiaan yang menggunakan sistem pengelolaan menerima

zakat yang diperoleh dari masyarakat kemudian disalurkan kembali kepada

masyarakat, sesuai dengan ketentuan syariat.

Lembaga Amil Zakat ’’Bina Umat Mandiri” yang ada di Kabupaten Ngawi

adalah lembaga sosial yang merupakan lembaga alternatif yang berazaskan Islam.

Berfungsi untuk meningkatkan pemerataan kesejahteraan kehidupan umat Islam.

Dimana Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri” yang nantinya akan mengarah

kepada apa yang disebut fungsi lembaga sosial secara umum. Namun untuk saat ini

Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri” di Kabupaten Ngawi hanya memulai

aktivitasnya pada pengumpulan dan pendistribusian zakat saja.10

Adapun orang-orang yang menjadi pengurus Yayasan Harum berinisiatif untuk

mendirikan Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri”. Mereka terdiri dari : H.

Riyadh Rosyadi, Drs. Sudirman, Tri Kusdiarto, Maryoto, S. Pd, Ir. Yahya Amin, MP,

Joko Pitoyo, SE. Ak.

10 Atok Sunu Prastowo, wawancara (Ngawi, 17 Januari 2008).

Page 19: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Perkembangan selanjutnya pada tanggal 13 Januari 2001 lembaga ini

dilegalkan di depan notaris Muchammad Ikhwanul Muslimin, SH dengan Akta No. 5

Kabupaten Ngawi.

Berdasarkan keadaan tersebut, maka peneliti akan melihat secara langsung

manajemen zakat yang dikelola oleh Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri” di

Kabupaten Ngawi. Hal ini karena peneliti memandang peran zakat sangatlah penting

sebagai salah satu sarana pengentasan kemiskinan, akan tetapi semua itu tidak

terlepas bagaimana orang-orang yang akan mengelolanya sehingga dalam

pengelolaan itu mampu untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampikan di atas, maka permasalahan

yang dibahas adalah :

1. Bagaimana manajemen pengelolaan zakat di Lembaga Amil Zakat “Bina Umat

Mandiri” Kabupaten Ngawi ?

2. Bagaimana upaya-upaya pengentasan kemiskinan masyarakat Kabupaten Ngawi

oleh Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Untuk memahami manajemen zakat di Lembaga Amil Zakat “Bina Umat

Mandiri” Kabupaten Ngawi.

Page 20: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

2. Untuk mendeskripsikan upaya-upaya yang dilakukan Lembaga Amil Zakat

“Bina Umat Mandiri” sebagai sarana pengentasan kemiskinan masyarakat

Kabupaten Ngawi.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan agar memiliki kegunaan sebagai berikut :

1. Teoretis

Sebagai bahan ilmiah yang diharapkan bisa membantu memperkaya khazanah

keilmuan khususnya yang berkaitan dengan manajemen zakat sebagai bahan wacana,

sumbangan teori bagi mereka yang memiliki concern pada persoalan zakat.

2. Praktis

Diharapkan bisa memberikan wawasan baru bagi diri pribadi dan masyarakat

tentang urgensi zakat, sehingga bisa untuk mengembangkan konsep-konsep tentang

manajemen zakat yang baik, efektif dan produktif sebagai makna hakiki dari

diperintahkannya zakat sebagai sarana pengentasan kemiskinan masyarakat

khususnya yang ada di Kabupaten Ngawi.

E. Paradigma Penelitian

Menurut Bogdan dan Biklen, paradigma adalah kumpulan longgar dari

sejumlah asumsi yang di pegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan

cara berpikir dan penelitian.11 Paradigma dalam pandangan filosofis, memuat

pandangan awal yang membedakan, memperjelas dan mempertajam orientasi

11 Lexy Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), 30.

Page 21: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

berpikir seseorang. Dengan demikian membawa konsekuensi perilaku praktis, cara

berpikir, interpretasi dan kebijakan dalam pemilihan terhadap masalah.

Ada bermacam-macam paradigma penelitian, akan tetapi peneliti memakai

paradigma naturalistic paradigm (paradigma alamiah), yang bersumber pada

pandangan fenomenologis, yang dipusatkan pada konsep tentang metode penelitian.

Peneliti menggunakan paradigma ini dengan alasan agar peneliti lebih mampu

memahami peristiwa yang ada di Lembaga Amil Zakat secara langsung serta hal-hal

yang berkaitan dengan orang-orang yang ada dalam situasi tersebut.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan dalam pembahasan skripsi ini, maka penulis membagi

menjadi lima bab yaitu sebagai berikut :

Bab I ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian, paradigma penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II berupa kajian pustaka, yang dimulai dengan penelitian terdahulu, ini

untuk membuktikan bahwa penelitian ini belum pernah diteliti oleh peneliti-peneliti

sebelumnya. Kemudian terdapat perdebatan teori yang terdiri dari problematika

zakat, terdiri dari pengertian zakat, hikmah zakat, harta yang wajib dikeluarkan

zakatnya, orang yang berhak menerima zakat dan orang yang tidak berhak menerima

zakat. Tentang problematika kemiskinan yang terdiri dari pengertian kemiskinan dan

upaya pengentasan kemiskinan. Kami paparkan juga mengenai manajemen, yaitu

pengertian manajemen, itu dimaksudkan agar dalam membahas manajemen dapat

dipahami lebih jelas, kemudian bentuk-bentuk manajemen yang terdiri dari

manajemen klasik dan manajemen modern. Yang terakhir kami cantumkan seputar

Page 22: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Lembaga Amil Zakat itu sendiri, yang terdiri dari pengertian Lembaga Amil Zakat,

susunan organisasi Lembaga Amil Zakat, fungsi dan tugas pokok pengurus Lembaga

Amil Zakat serta tujuan Lembaga Amil Zakat.

Bab III berisi metode penelitian. Dengan ini maka akan mempermudah peneliti

untuk penyusunan skripsi, yang berupa lokasi penelitian. Kemudian metode

penelitian yang terdiri dari pendekatan penelitian, sumber data, metode pengumpulan

data dan teknik pengolahan dan analisis data.

Bab IV merupakan paparan dan analisis data yang berupa susunan organisasi,

tugas pengurus, serta visi dan misi Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri”

Kabupaten Ngawi, upaya-upaya yang dilakukan Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat

Mandiri” Kabupaten Ngawi dalam rangka pengentasan kemiskinan dan metode

pengelolaan zakat di Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi,

metode ini terdiri dari pengumpulan zakat di Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat

Mandiri” Kabupaten Ngawi, pengelolaan dana zakat di Lembaga Amil Zakat ”Bina

Umat Mandiri” Kabupaen Ngawi dan penyaluran zakat di Lembaga Amil Zakat

”Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi. Dan yang terakhir yaitu analisis data

pemasukan dan pengeluaran zakat di Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri”

Kabupaten Ngawi

Bab V adalah penutup. Maka dalam bab ini peneliti memberikan kesimpulan

terhadap hasil penelitian dan saran-saran bagi para pengurus guna meningkatkan

keprofesionalan dan pengelolaan Lembaga Amil Zakat ” Bina Umat Mandiri”

Kabupaten Ngawi.

Page 23: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang terkait dengan persoalan zakat bisa dilihat pada, yang

pertama; penelitian Agus Rahmad Riyadi dengan judul ”Pengelolaan Zakat Sesudah

Berlakunya UU No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Pada Bazis Masjid

Agung Jami’ Kota Malang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1). Pelaksanaan

pengelolaan zakat sesudah berlakunya UU No. 38 tahun 1999 pada BAZIS

mengalami perubahan sedikit demi sedikit sesuai dengan tujuan diberlakukannya

Undang-Undang tersebut. Hal ini terjadi karena lembaga zakat tidak 100 %

Page 24: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

mengikutinya, karena ada beberapa hal dalam isi Undang-Undang itu menurut

kalangan ulama terdapat perbedaan dalam memahaminya terutama jika dilihat dari

segi syari’at Islam, sehingga pelaksanaannya tidak dapat berjalan secara optimal. 2).

Dengan berlakunya UU nomor 38 tahun 1999, maka eksistensi BAZIS bertambah

terlihat terutama dalam hal kedudukan, pelaksanaan pengelolaan zakat, serta

mendapat tempat tersendiri dalam hati masyarakat yang telah mempercayai. 3).

Tolok ukur tingkat keberhasilan dalam mengelola zakat sesudah berlakunya UU

nomor 38 tahun 1999 bagi BAZIS Masjid Agung Jami’ kota Malang adalah jika

melaksanakan amanah atau tanggung jawab yang diberikan dapat dijalankan dengan

baik.

Yang kedua; penelitian yang dilakukan oleh Ainur Rifai dengan judul ”Studi

Analisis Terhadap Materi UU No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat

(Telaah Kritik Terhadap Pasal 2, 11,12 dan 14). Hasil penelitiannya adalah 1)

Masuknya badan dalam kategori wajib zakat hanya mempertimbangkan aspek

ekonomisnya saja, tetapi tidak memeliki dasar filosufis dari diwajibkan zakat, karena

pada dasarnya zakat dikeluarkan untuk membersihkan dan mensucikan jiwa dan

harta seseorang yang berzakat. Disamping itu, tidak ada kategori yang jelas tentang

badan dimaksud. 2) Adanya perkembangan obyek zakat dari nash yang telah

ditetapkan Rasulullah SAW adalah dikarenakan harta kekayaan tersebut memiliki

alasan hukum (illat ) diwajibkan zakat terhadap suatu harta kekayaan yaitu illat

kesuburan dan potensi berkembang secara ekonomis. Sedangkan untuk nishab dan

kadar dari harta tersebut yang selama ini masih kontroversial, harus diadakan

kesepakatan dari para ulama untuk menetapkan nishab dan kadar yang harus

dikeluarkan dalam bentuk aturan pelaksana, dengan terlebih dahulu memperhatikan

Page 25: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

sifat, karakter, arah pengembangan kekayaan tersebut, dan seberapa besar peranan

manusia didalamnya, sehingga nampak jelas, kearah mana harta tersebut harus

diqiyaskan. 3) Tugas dan wewenang amil zakat sebagaimana termaktub dalam pasal

12 ayat (1) tidak sesuai dengan Al-Qur’an surah At-Taubah : 103 dan data empiris

pada masa Nabi dan para sahabat tentang pelaksanaan zakat dan peranan amil

didalamnya. Ketentuan tersebut secara implisit juga menunjukkan karakter dari

Undang-Undang ini yang bersifat fakultatif (tidak mempunyai kekuatan memaksa).

4) Perlu adanya perumusan lebih lanjut mengenai jenis pembayaran zakat mana yang

dapat diperhitungkan untuk mengurangi beban pajaknya. Dari penjabaran di atas juga

nampak jelas bahwa pasal 14 ayat (3) UU No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan

Zakat tidak sejalan dengan UU pajak penghasilan.

Yang ketiga; penelitian yang dilakukan oleh Izzatul Widadiyah dengan judul

”Investasi Zakat dalam Perspektif Hukum Islam”. Hasil penelitiannya adalah 1)

Zakat mal saat ini dirasakan akan lebih efektif dan optimal jika pemanfaatannya

dengan cara produktif kreatif. Hal ini akan berpengaruh positif pada kemandirian dan

kreatifitas masyarakat. Selain itu, agar kehidupan perekonomian rakyat menjadi

semakin baik dan keluar dari kemiskinan dengan memanfaatkan zakat yang diubah

menjadi bentuk modal uang atau barang untuk usaha. Konsep investasi zakat disini

dapat menggunakan cara kerja sama antara pengelola harta zakat dengan pengusaha

atau pemilik keahlian. Kerja sama ini dapat dilakukan dengan beberapa sistem yang

terdapat dalam Islam, salah satunya adalah al-Mudhârabah dan al- Musyarâkah. 2)

Investasi zakat menjadi sangat sesuai dengan kondisi krisis ekonomi dan masih

merajalelanya kemiskinan saat ini. Investasi zakat diharapkan dapat menginvestasi

masyarakat untuk giat bekerja dan berusaha, agar tidak selamanya menjadi miskin.

Page 26: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Berangkat dari asumsi dasar tersebut di atas, maka menginvestasikan zakat hukumya

boleh dan tidak dilarang oleh ajaran Islam selama tidak merugikan kepentingan

umum umat Islam dengan memegang teguh pada konsep al-Maslahah Mursalah Lil

Ummah.

Yang keempat; penelitian ini dilakukan oleh Abdul Kadir dengan judul

”Pengelolaan Zakat di BAZDA Kota Blitar (Studi Implementasi dan Implikasi UU

No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat)”. Hasil penelitiannya adalah 1)

Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) kota Blitar, secara historis terbentuknya atas

usulan dari kantor Departemen Agama kota Blitar dan perundang-undangan yang

ada, terutama UU Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, walaupun

demikian hasil survey dan riset, bahwa secara konseptual BAZDA kota Blitar

memang tidak terlepas dari Undang Undang tersebut, tapi secara praktis belum bisa

mencerminkan keberadaan UU Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.

Manajemen dalam organisasi sangat dibutuhkan, sebagai upaya untuk mencapai

tujuan dari organisasi tersebut. Tidak terlepas dari Badan/Lembaga Pengelola Zakat

itu sendiri. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan perlu adanya manajemen yang

baik dalam pengelolaan, pengumpulan, pendayagunaan dan pendistribusian Dana

Zakat, Infaq dan Shadaqah, sehingga tepat sasaran, tepat guna dan bermanfaat bagi

para mustahiq, bukan hanya dalam jangka pendek, tapi lebih dari itu, jangka pajang.

Manajemen yang dimaksud adalah 1) Perencanaan, 2) Organisasi 3) Pelaksanaan dan

4) Pengawasan. Lain halnya dengan BAZDA kota Blitar, sebagai organisasi sosial,

manajemen yang peneliti ungkapkan diatas sangat penting untuk diterapkan.

Kecenderungan itu kearah sana masih belum terwujud dikarenakan beberapa

hambatan, baik secara internal maupun eksternal.

Page 27: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Melihat konteks dan wilayah penelitian sebelumnya maka yang membedakan

adalah peneliti lebih mengfokuskan seberapa besar peran zakat dalam rangka

mengentaskan kemiskinan yang di kelola Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat

Mandiri” Kabupaten Ngawi dengan memaparkan upaya-upaya yang dilakukan untuk

mewujudkan tujuannya tersebut.

B. Perdebatan Teori

1. Problematika zakat

a. Pengertian zakat

Zakat menurut lughat, berarti: kesuburan, kesucian dan keberkahan, sesuai

dengan firman Allah di dalam Al- Quran:

&�� و#8آ��� #��7ه� 23/4 ��� أ�ا �� ��

Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu, engkau

membersihkan dan mensucikan mereka.12

Adapun pengertiannya menurut syara’ yang telah dirumuskan oleh fuqaha

antara lain sebagai berikut: 1). Pemberian suatu yang wajib diberikan dari

sekumpulan harta tertentu, menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu, kepada golongan

tertentu yang berhak menerimanya.13 2). Nama harta yang dikeluarkan manusia dari

hak Allah, untuk diberikan kepada fakir miskin.14 3). Nama sebagian dari harta yang

dikeluarkan oleh hartawan, untuk diberikan kepada saudaranya yang fakir-miskin

dan untuk kepentingan umum yang meliputi penerbitan masyarakat dan peningkatan

12QS. At Taubah: 103. 13 Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Ilmu Fiqih, Jilid 1, Jakarta Pusat, 1983.229 (Dalam Muhammad Ja’far, zakat puasa dan haji. Kalam mulia. Jakarta.1988. Hal 1) 14 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah (Beirut:.Darul Fikri, 1977), 276.

Page 28: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

taraf hidup umat.15 4). Mengeluarkan sebagian dari harta, guna diberikan kepada

mereka yang telah diterangkan syara’, menurut aturan yang telah ditentukan di dalam

kitabullah, sunnah rasul dan undang-undang fiqh.16

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat dipahami bahwa zakat adalah ibadah

fardhu yang wajib atas setiap muslim melalui harta benda dengan syarat-syarat

tertentu. Zakat adalah ibadah fardhu yang setara dengan shalat fardhu, karena ia

adalah salah satu rukun dari rukun-rukun Islam yang lima, berdasarkan dalil Qur’an,

sunnah dan ijma’.

Zakat merupakan ibadah pokok dan bukan pajak, merupakan pertumbuhan dan

sekaligus penyucian diri. Secara teknis, zakat berarti menyucikan harta milik

seseorang dengan cara pendistribusian oleh kaum kaya sebagian harta kepada kaum

miskin sebagai hak mereka, dan bukan derma. Dengan membayarkan zakat, maka

seseorang memperoleh penyucian hati dan dirinya serta telah melakukan tindakan

yang benar dan memperoleh rahmat selain hartanya akan bertambah.17

b. Hikmah zakat

Ulama fiqih menyatakan bahwa sudah merupakan sunnatullah bahwa ada

orang yang memiliki rizkinya dilapangkan oleh Allah SWT sehingga ia memiliki

harta yang banyak, sedangkan sebagian yang lain tidak demikian, sehingga mereka

berada dalam kemiskinan. Untuk mengatasi kenyataan ini, Allah SWT mewajibkan

orang-orang kaya untuk membantu saudara-saudaranya yang miskin, terutama

melalui zakat. Sehingga ulama fiqih menetapkan bahwa hikmah zakat tersebut di

antaranya adalah sebagai berikut : 1). Memelihara harta orang-orang kaya dari

15 Mahmud Shaltut, Ala Fatawa (Kairo: 1966), 114. 16 Hasbi Ash Shiddeqy, Pedoman Zakat (Jakarta: Bulan Bintang, 1967), 5. 17 Yasin Ibrahim al- Shaikh, Zakat Menyempurnakan Puasa Membersihkan Harta (Bandung: Marja, 2004), 27.

Page 29: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

tangan-tangan penjahat yang diantaranya disebabkan terjadinya kesenjangan sosial.

2). Membantu para fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan, sehingga

kecemburuan sosial dapat dihilangkan serta ketentraman dan kestabilan masyarakat

dan negara terjamin. 3). Membersihkan diri dari sifat kikir dan pelit, sehingga orang

kaya meyakini secara sadar bahwa zakat itu bukan semata-mata kewajiban, tetapi

juga tanda rasa solidaritas sosial yang diwajibkan oleh Allah SWT. 4).

Membersihkan harta yang diperoleh yang mungkin dalam memperolehnya terjadi

kekhilafan dan kealpaan yang tidak disengaja. 5). Menunjukkan rasa syukur atas

nikmat kekayaan yang diberikan oleh Allah SWT.18 6). Zakat yang dikeluarkan

sebagai jalan pemerataan rizki terhadap seseorang untuk kelangsungan hidupnya,

mana langkah baginya seorang muzakki yang mengeluarkan zakat dapat memberikan

kelangsungan hidup orang lain. 7). Dengan rizki yang diperoleh oleh fakir miskin

dari zakat yang dikeluarkan dari seorang muzakki maka fakir miskin tersebut akan

terhindar dari kekufuran karena dapat memenuhi kebutuhannya. 8). Zakat merupakan

pembinaan memperkokoh persaudaraan baik antara si kaya dengan yang miskin,

bahkan merupakan kemaslahatan dunia dan ukhrawi.19

18 Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van hoeve, 2001), 1986. 19 Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Lembaga Pengelola Zakat.Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Direktorat pengembanagn Zakat dan Wakaf Tahun 2003. 126.

Page 30: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

c. Harta yang Wajib Dikeluarkan Zakatnya

Harta-harta yang wajib dizakati pada garis besarnya adalah sebagai berikut:

1). Emas dan perak (mata uang).

Emas dan perak disebut juga dengan mata uang, karena kedua jenis logam

inilah yang menjadi standar uang internasional, terutama emas. Adanya wajib zakat

pada mata uang, emas dan perak.20 Berdasarkan pada Firman Allah sebagai berikut :

8ون وا��ن� +*��� ��A@ �م . ا��� &<�اب (�>�ه� ا, ;��: (- � ���� و وا� '2 ا��ه9 �

@) ���� � ه�ا��آ8#� و�Cره� و�&�� ���ه�� &�� (��ى �ر��� � �� (�و3ا��آ

8ون�#.

Artinya: “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak, dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah mereka, (bahwa mereka akan mendapatkan) siksa yang pedih Ingatlah pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam api neraka jahannam, lalu dengan itu disetrika dahi, lambung dan punggung mereka (seraya dikatakan) kepada mereka,”inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah (akibat dari) api yang kamu simpan itu”.21

Nisab emas dan jumlah zakatnya

No Nisab Emas Jumlah Zakatnya

1. 80 gram emas 2 gram

2. 90 gram emas 2,25 gram

3. 100 gram emas 2,5 gram

4. 150 gram emas 3,75 gram

5. 200 gram emas 5 gram

6. 250 gram emas 6,25 gram

20 Muhammadiyah Ja’far. Zakat Puasa dan Haji (Jakarta: Kalam Mulia, 1988), 19. 21QS. Al- Taubah: 34-35.

Page 31: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

7. 300 gram emas 7,25 gram

8. 400 gram emas 10 gram

9. 500 gram emas 12,5 gram

Nisab perak dan jumlah zakatnya

No Nisab Perak Jumlah Zakatnya

1. 560 gram perak 14 gram

2. 600 gram perak 15 gram

3. 700 gram perak 17,5 gram

4. 1000 gram perak 25 gram

5. 2000 gram perak 50 gram

6. 3000 gram perak 75 gram

7. 4000 gram perak 100 gram

2). Barang-barang perniagaan.

Segala macam jenis harta atau barang yang diperdagangkan orang, baik yang

termasuk jenis harta yang wajib dizakati, seperti: bahan makanan dan ternak, maupun

harta yang tidak wajib pajak, seperti: tekstil, hasil kerajinan, kelapa, tebu, pisang,

tanah, mebel dan sebagainya, semuanya wajib dizakati, jika telah memenuhi syarat-

syaratnya.

Jumhur Ulama sahabat, tabi’in, dan fuqaha setelah tabiin, sepakat bahwa

barang-barang perniagaan wajib dizakati, berdasarkan ayat Al-Quran di dalam surat

Al Baqarah, ayat 267, Allah berfirman:

Page 32: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.

Adapun syarat-syarat wajib zakat barang-barang dagangan, adalah 1). Adanya

niat untuk bisnis dalam berbagai macam barang tersebut. 2). Nilai-nilai barang yang

di perdagangkan itu, telah sampai pada batas nisab pada akhir dagang itu. 3). Nisab

yang menjadi patokan di dalam barang-barang dagangan adalah, nisab emas dan

perak.22

3). Hasil tanaman dan buah-buahan.

Hasil tanaman dan buah-buahan wajib dizakati, berdasarkan Hadits Nabi

sebagai berikut :

Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda :

�<�نوا وا����ر ا����ء ;�� (��� و;*� +*�$ ا, 4*@ ا, ر;ل �3ل :+���3ل ا&� +�

.ا�>� �IJ أوا�'H &���ا�- ;�- و(��� ا�<>�، &<F اوآ�ن

22 Muhammadiyah Ja’far, Op.Cit 32.

Page 33: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Artinya: Dari Ibnu Umar, dia berkata, Rasulullah SAW telah bersabda, “pada tumbuhan yang pengairannya dari langit (hujan), sungai dan mata air-atau tumbuhan yang tidak butuh pengairan, zakatnya adalah sepersepuluh (10%), dan pada tumbuhan yang diairi dengan alat pengairan, alat penarik air, zakatnya seperdua puluh (5%). (Shahih : Mutafaq Alaih). 23

Nisab padi yang dikeluarkan baik dengan irigasi ataupun dengan kincir

No Nisab Padi dengan Liter

Jumlah Zakatnya

Dengan Irigasi

10 %

Dengan Kincir

5 %

1. 2000 liter 200 liter 100 liter

2. 3000 liter 300 liter 150 liter

3. 4000 liter 400 liter 200 liter

4. 5000 liter 500 liter 250 liter

5. 6000 liter 600 liter 300 liter

6. 7000 liter 700 liter 350 liter

7. 8000 liter 800 liter 400 liter

8. 9000 liter 900 liter 450 liter

9. 10000 liter 1000 liter 500 liter

Nisab beras yang dikeluarkan baik dengan irigasi ataupun dengan kincir

No Nisab Beras dan Jagung

Jumlah Zakatnya

Dengan Irigasi

10%

Dengan Kincir

5%

1. 1000 liter 100 liter 50 liter

2. 2000 liter 200 liter 100 liter

3. 3000 liter 300 liter 150 liter

23 Muhammad Nashiruddin Al Albani. Shahih Sunan Abu Daud (Jakarta : Pustaka Azzam, 2007). 621.

Page 34: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

4. 4000 liter 400 liter 200 liter

5. 5000 liter 500 liter 250 liter

6. 6000 liter 600 liter 300 liter

7. 7000 liter 700 liter 350 liter

8. 8000 liter 800 liter 400 liter

9. 9000 liter 900 liter 450 liter

4). Hewan ternak.

Ternak yang disepakati wajib zakat ada tiga jenisnya yaitu : unta, sapi

(termasuk kerbau) dan kambing (termasuk kibas atau domba). Semua ini wajib

dikeluarkan zakatnya apabila telah memenuhi syarat-syarat wajibnya yaitu : a)

Digembalakan di padang rumput sepanjang tahun menurut jumhur ulama. Adapun

ulama Malikiah, tidak mensyaratkan seperti tersebut; tetapi mereka mewajibkan

zakat pada ternak, baik yang di gembalakan di padang bebas, maupun yang di beri

makan di kandangnya. b) Adanya ternak itu, untuk produksi susu atau daging, bukan

dipakai untuk bertani, demikian pendapat jumhur. Akan tetapi ulama Malikiah tidak

mensyaratkan hal tersebut, mereka mengatakan, bahwa ternak itu wajib di zakati,

sama saja bekerja atau tidak. c) Jumlahnya telah sampai senisab, dan telah cukup

setahun dimiliki.24

24 Muhammadiyah Ja’far, Op.Cit . 49.

Page 35: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Nisab dan Zakat Unta

No Nisabnya Zakatnya Umurnya

1. 5-9 ekor 1 ekor kambing 2 tahun

2. 10-14 ekor 2 ekor kambing 2 tahun

3. 15-19 ekor 3 ekor kambing 2 tahun

4. 20-24 ekor 4 ekor kambing 2 tahun

5. 25-35 ekor 1 ekor anak unta 1 tahun lebih

6. 36-45 ekor 1 ekor anak unta 2 tahun lebih

7. 46-60 ekor 1 ekor anak unta 3 tahun lebih

8. 61-75 ekor 1 ekor anak unta 4 tahun lebih

9. 76-90 ekor 2 ekor anak unta 2 tahun lebih

10. 91-120 ekor 2 ekor anak unta 3 tahun lebih

11. 121 ekor 3 ekor anak unta 3 tahun lebih

Nisab dan Zakat ternak sapi

No Nisabnya Zakatnya Umurnya

1. 30-39 ekor 1 ekor anak sapi 1 tahun lebih

2. 40-59 ekor 1 ekor anak sapi 2 tahun lebih

3. 60-69 ekor 2 ekor anak sapi 1 tahun lebih

4. 70 ekor 1 ekor anak sapi 1 tahun lebih

Page 36: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Nisab dan Zakat ternak kambing

No Nisabnya Zakatnya Umurnya

1. 40-120 ekor 1 ekor anak kambing 2 tahun lebih

2. 121-200 ekor 2 ekor anak kambing 2 tahun lebih

3. 201-399 ekor 3 ekor anak kambing 2 tahun lebih

4. 400 ekor 4 ekor anak kambing 2 tahun lebih

Apabila telah lebih dari 400 ekor, maka tiap-tiap 100 ekor, zakatnya 1 ekor

anak kambing yang telah berumur 1 tahun lebih.

5). Hasil tambang dan rikaz.

Zakat barang tambang dan harta terpendam, terdapat perbedaan pendapat ulama

fiqih dalam mengartikan barang tanbang dan harta terpendam, dalam kaitannya

dengan kewajiban zakat. Ulama Mazhab Hanafi berpendapat bahwa barang tambang

dan rikaz mengandung pengertian yang sama, yaitu sama-sama barang yang

dikeluarkan dari perut bumi. Bedanya menurut mereka, hanya dari segi subyeknya,

yaitu barang tambang tersimpan di perut bumi atas ciptaan Allah SWT, sedangkan

rikaz merupakan perbuatan manusia masa lalu. Ulama Hanafi membagi barang

sejenis itu kepada tiga bentuk (a) yang bersifat baku dan harus diolah dan dibentuk

oleh manusia, seperti emas, perak, dan tembaga. (b) yang bersifat cair, seperti

minyak bumi. (c) yang bersifat padat, tetapi biasanya tidak diolah dan dibentuk

manusia, seperti batu akik, celak dan kapur.

Segala macam harta benda tersebut wajib dikeluarkan zakatnya, jika muzakki

telah memenuhi syarat-syarat wajibnya, yaitu:

a. Islam; Tidak ada wajib zakat atas harta orang non islam.

Page 37: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

b. Baligh dan berakal sehat; anak-anak yang belum baligh, dan orang-orang yang

tidak waras akalnya tidak wajib zakat baginya, tetapi harta keduanya wajib

dizakati oleh walinya masing-masing.

c. Sampai senisab dengan milik yang sempurna.

Yang dimaksud dengan nisab adalah suatu jumlah tertentu bagi setiap jenis

harta yang termasuk wajib zakat, selain dari kebutuhan hidup sehari-hari, seperti:

sandang, pangan, papan, kendaraan dan alat-alat untuk bekerja.

Nisab hasil tambang ini, tidak disyaratkan haul (cukup setahun). Akan tetapi,

manakala hasil tambang sampai senisab, maka di saat itu pula wajib dikeluarkan

zakatnya, 1/40 (2,5 %), dari jumlah hasil tambang yang sudah dibersihkan dari

kotorannya. Sedangkan nisab rikaz itupun sama menurut Imam Abu Hanifah dan al

Hadawiyah yaitu 1/5 (khumus) = 20% zakatnya.

d. Orang-Orang yang Berhak Menerima Zakat

Di dalam obyek penyaluran zakat, tampak sekali betapa besar peranan zakat,

untuk membangun masyarakat dan meningkatkan taraf hidup umat. Hal ini dapat kita

lihat pada setiap sektor obyeknya yang meliputi pembinaan pribadi umat dan

pembangunan masyarakat, dalam berbagai aspeknya. Di dalam Al-Quran Allah

berfirman :

Page 38: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Artinya : ”Sesungguhnya zakat- zakat itu, hanyalah untuk orang- orang fakir, orang-orang miskin, amilin, para muallaf yang di bujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, dan orang-orang yang berhutang, untuk dijalan Allah, dan untuk orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. At-Taubah 60).

Dari ayat di atas menjadi jelas arah penggunaan dana pengumpulan hasil zakat,

yaitu salah satunya adalah untuk menanggulangi kemiskinan. Dari Hadits Nabi

SAW., menyatakan bahwa Islam mengikrarkan bahwa tidak ada Tuhan selain dari

Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat,

berpuasa dalam bulan ramadhan, dan berhaji bagi siapa yang mampu. Jadi disini

zakat fitrah secara khusus dipastikan untuk disampaikan pada masyarakat miskin.

Beberapa petunjuk Nabi, bahwa zakat dikumpulkan dari orang kaya untuk disalurkan

bagi orang miskin. Dengan perkataan lain, kewajiban zakat benar-benar

memprioritaskan pada upaya untuk menanggulangi kemiskinan. Atau upaya untuk

menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan adalah merupakan salah satu

kriteria persaksian Islam.25

Penjelasan tentang orang-orang fakir dan miskin, menurut para ulama adalah

orang-orang yang paling berhak menerima zakat. Tetapi secara terpisah, terdapat

perbedaan pendapat di antara mereka, dan ada pula yang berpendapat bahwa, fakir

dan miskin itu adalah dua nama yang bersatu pada orang yang tidak memiliki

kecukupan di dalam kebutuhan hidupnya. Yang dimaksud orang fakir di sini adalah

orang yang tidak mempunyai harta sama sekali, dan juga tidak mempunyai mata

pencaharian atau usaha yang jelas dan tetap, sehingga ia tidak mampu memenuhi

25 Sakri Muhammad, Mekanisme Zakat dan Permodalan Masyarakat Muslim (Malang : Bahtera Press, 2006), 45.

Page 39: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

kebutuhan pokok hidupnya.26 Sedangkan orang miskin adalah orang yang

mempunyai harta sekadarnya, atau mempunyai pekerjaan tertentu yang dapat

menutup sebahagian hajatnya, akan tetapi selalu tidak mencukupi.

Menurut ulama Syafi’iyah, fakir ialah: orang yang yang sangat melarat

hidupnya, tidak memiliki harta dan tenaga; sedang orang miskin ialah: orang yang

yang tidak memiliki kecukupan dalam penghidupannya sehari-hari. Akan tetapi para

Ulama Hanafiah mengatakan bahwa: orang-orang miskin itu, lebih melarat dari pada

orang-orang fakir. Sehubungan dengan beberapa pendapat tersebut, maka T. M.

Hasbi Ash-Shiddiqi mengatakan; fakir miskin itu, dua kata yang berlainan

pengertiannya, bersatu pada zatnya. Inilah makna yang didapati sesudah melalui

berpuluh-puluh pendapat, dan inilah yang dipandang teguh alasannya. Jadi

kesimpulannya, bahwa fakir itu ialah orang-orang yang menghendaki pertolongan,

dan perlu ditolong, dalam menyelenggarakan keperluan hidupnya sehari-hari, dan

miskin itu ialah, orang-orang fakir yang tenang, dan tidak meminta-minta.27

Makna amilin ialah orang-orang yang ditugaskan untuk mengumpulkan zakat

dari orang-orang yang berzakat, dan membagi-bagikannya kepada orang-orang yang

berhak. Amilin juga bertugas untuk mengerjakan pembukuannya, dan mengelolanya.

Amilin atau panitia zakat ini, berhak mendapat bagian dari zakat itu, sebagai imbalan

jasa dari tugas pekerjaan mereka, walaupun mereka termasuk dalam kategori orang

kaya.28

26 Zakiah Darajat, Zakat Pembersih Harta dan Jiwa (Jakarta: Yayasan Pendidikan Islam RUHAMA, 1993), 77. 27 Mumammadiyah Ja’far, Zakat Puasa dan Haji (Jakarta : Kalam Mulia,1988)., 70. 28 Ibid., 71.

Page 40: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Dalam suatu hadits, Rasulullah SAW bersabda:

إ �)- اA# 23/4: : و;*� +*�$ ا, 4*@ ا, ر;ل �3ل �3ل ا�"/ري، ;<�/ أ&- +�

(�ه/اه� +*�$ او(���#J/ق ا;��اه�&���$، أو�)- ا,، ;��: أو�)�ز(- :+*��� :�<�� :�"��2

- رم او.� �)

Artinya: Dari Abu Said Alkhudri, ia berkata, ”Rasulullah SAW bersabda, zakat tidak boleh diberikan kepada orang kaya, kecuali karena lima perkara : karena ia petugas zakat, orang yang berperang dijalan Allah, orang kaya yang membelinya dengan hartanya sendiri, orang miskin yang menerima zakat kemudian ia menghadiahkannya untuk seorang yang kaya, atau orang yang banyak hutang.” (Shahih : Al Irwa’ (870), At-Ta’liq ala Ibni Khusamah (236-2373).29

Oleh sebab itu, maka bagian untuk amilin ini, tidak disamakan jumlahnya

dengan bagian lainnya, seperti fakir-miskin, karena amilin ini diberikan bagian,

bukan karena kebutuhannya.

Mengingat zakat merupakan potensi yang sangat penting untuk pembangunan

masyarakat muslim, oleh karena itu, orang-orang yang ditunjuk sebagai amil zakat,

benar-benar adalah orang yang terpercaya, karena masalah zakat adalah masalah

sensitif, sehingga kejujuran dan keikhlasan sangat diperlukan bagi para amilin

(panita zakat) dan mereka tidak dibenarkan langsung mengambil langsung bagiannya

sendiri, sebelum disetujui oleh atasannya atau sesama panitia yang

bertanggungjawab dalam tugasnya.30

Menurut Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad, orang-orang muallaf

(orang yang dapat dibujuk hatinya) dengan zakat adalah: a) Orang yang baru masuk

Islam dan imannya masih lemah. Mereka diberikan zakat, sebagai bantuan untuk

meningkatkan imannya. b) Pemimpin yang telah masuk Islam, dan diharapkan akan

29 Muhammad Nashiruddin Al Albani Shahih Sunan Ibnu Majah. (Jakarta : Pustaka Azzam, 2007). 159. 30 Ja’far, Op. Cit,. 71.

Page 41: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

mempengaruhi kaumnya yang masih kafir, supaya mereka masuk Islam. c)

Pemimpin yang telah kuat imannya, diharapkan mencegah perbuatan jahat orang-

orang kafir yang ada di bawah pimpinannya, atau perbuatan orang-orang yang tidak

mau memelihara zakatnya. d) Orang-orang yang dapat mencegah tindakan orang-

orang yang tidak mau membayar zakat. Sedangkan menurut Imam Mawardi

menjelaskan bahwa mualaf itu ada empat kelompok, 1) Kelompok yang tunduk pada

pertolongan umat Islam, 2) Kelompok yang tunduk karena cinta pada Islam, 3)

Kelompok yang tunduk pada masyarakat Islam, dan 4) Kelompok yang tunduk pada

orang-orang Islam. Begitu pentingnya penerima zakat yang awalnya adalah orang-

orang kafir ini yang tunduk pada masyarakat Islam, meskipun dengan sikap netral

dan imannya belum direalisasikan, penerima zakat ini akan selalu ada untuk

menyelamatkan orang kafir atau masyarakat yang sesat, supaya mendapat hidayah

dengan tunduk pada Islam dan menjauhi perbuatan keji. Dasar bagi penerima zakat

ini adalah sebagai hidayah bagi orang kafir dan pertolongan bagi mereka, bukan atas

perlindungan umat Islam. Jika tidak demikian, maka penerima zakat ini akan

melakukan perbuatan yang merugikan yang melemahkan kedudukan mereka, tujuan

hidayah ini adalah untuk menaklukkan hati mereka, sebagaimana penerima zakat

hanya sebagai jaminan sosial yang tetap ada.31

Kata “Riqab” adalah jamak daripada “Raqabah” menurut bahasa berarti :

pangkal leher.32 Menurut istilah syara’, riqab berarti : budak, atau hamba sahaya.

Budak dinamakan “raqaba atau riqab”, karena dia dikuasai sepenuhnya oleh

tuannya. Ketaatannya kepada tuannya serupa dengan hewan yang diikat lehernya, ke

31 Gazi Inayah, Teori Komprehensip tentang Zakat dan Pajak (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2003). 279. 32 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta : Hidakarya Agung, 1990). 145.

Page 42: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

mana saja ditarik, ia harus mengikut. Jadi yang dimaksud dengan riqab itu adalah

budak belian yang di beri kesempatan oleh tuannya untuk mengumpulkan uang guna

penebus dirinya, agar dia mendapat status sebagai manusia merdeka.33 Untuk

melepas ikatan budak itu, dan membebaskannya dari kungkungan perbudakan, dan

mengembalikannya kepada fitrahnya sebagai hamba Allah yang merdeka, maka

agama Islam menetapkan di dalam undang-undang zakat, satu bagian untuk

membebaskan budak dari ikatannya

Yang dimaksud dengan gharimin ialah orang-orang yang tersangkut utang

karena kegiatannya dalam urusan kepentingan umum, antara lain misalnya:

mendamaikan perselisihan antara keluarga, memelihara persatuan umat Islam,

melayani kegiatan dakwah Islam dan sebagainya, mereka berhak menerima bagian

zakat. Dari sini maka ulama fiqih tentang berhaknya yang berutang (gharim) diberi

zakat, adalah untuk menghindarkan yang bersangkutan dari hidup berutang, (1) baik

untuk kepentingan pribadi, (2) menciptakan kerukunan, dan (3) untuk kepentingan

pendidikan dan sosial keagamaan. Jelas sekali betapa besar dorongan Islam supaya

orang mau berbuat baik.34

Pengertian Sabilillah adalah segala jalan yang akan mengantarkan umat kepada

mardhatillah. Sabilillah ini meliputi seluruh kepentingan agama Islam dan umatnya.

Yang paling utama ialah membiayai pasukan sukarelawan Islam, melengkapi

berbagai jenis persenjataan dan perbekalannya, serta alat pengangkutan, mendirikan

balai pengobatan (rumah sakit), membangun jalan umum dan sarana kesejahteraan

umat, serta membiayai organisasi gerakan dakwah Islam.35

33 Zakiah Darajat, Zakat Pembersih Harta dan Jiwa. (Jakarta: YPI RUHAMA, 1993), 81. 34 Ibid.,. 82. 35 Muhammadiyah Ja’far, Zakat Puasa dan Haji (Jakarta: Kalam Mulia,1975), 75.

Page 43: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Yang dimaksud dengan Ibnusabil ialah : orang-orang yang sedang dalam

perjalanan, jauh dari kampung halamannya, jauh dari harta bendanya, sedang ia

membutuhkan biaya untuk menyelesaikan tugasnya, dan untuk kembali ke negerinya,

misalnya orang yang melakukan perjalanan ke luar daerah, atau keluar negeri untuk

mencari ilmu, melakukan penelitian ilmiah, atau untuk memperbaiki hubungan antar

daerah, atau antar negara muslim. Adapun orang-orang yang melakukan perjalanan

sebagai wisatawan, atau olah ragawan, untuk melakukan pertandingan dalam rangka

memperebutkan kejuaraan di daerah lain, atau untuk popularitas namanya, maka

orang-orang yang seperti itu, tidak termasuk golongan ibnusabil, yang berhak

mendapat bagian dari zakat.36

e. Orang-orang yang tidak berhak menerima zakat

Adapun orang-orang yang tidak berhak menerima zakat adalah sebagai berikut

: 1). Keturunan Nabi ; anak cucu Rasulullah SAW yaitu keturunan dari Rasulullah

SAW yang bisa disebut Bani Hasyim dan Bani Muthalib, tidak boleh menerima harta

zakat. 2). Keluarga muzakki; zakat tidak boleh diberikan kepada bapak, kakek, ibu,

nenek, anak laki-laki atau perempuan cucu orang yang membayar zakat, bahwa

seorang suami tidak boleh memberikan zakat kepada istri, sebab ia wajib

menafkahinya. 3). Orang yang tidak beribadat sunat; orang yang tidak

berkesempatan berusaha disebabkan waktunya dipergunakan untuk beribadah maka

36 Ibid., 76.

Page 44: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

zakatnya tidak boleh diberikan kepadanya. 4). Kafir harbi; orang kafir atau tidak

beragama Islam, tidak boleh menerima zakat.37

2. Problematika Kemiskinan

a. Pengertian Kemiskinan

Al-faqr (kemiskinan) berasal dari kata fuqara-yafquru-faqran, artinya ihtaja

(membutuhkan). Al-faqr artinya al-hajah (kebutuhan) atau ihtiyaj (membutuhkan).

Al-jurjani dan Ibn Kamal berkata, al-faqr adalah tidak memiliki apa yang

dibutuhkan, sementara tidak memiliki apa yang dibutuhkan tidak disebut al-faqr.

Secara bahasa, kemiskinan adalah kondisi saat seseorang itu membutuhkan sesuatu

tetapi ia tidak memiliki sesuatu yang dibutuhkan. Karena itu, dalam kamus dikatakan

al-faqr (kemiskinan) adalah lawan dari al-ghina (kaya/kecukupan).38

Islam menentukan beberapa kebutuhan yang bersifat mendasar dan harus

dipenuhi. Kebutuhan itu adalah makanan, pakaian (Q.S Al-Baqarah : 233) dan

tempat tinggal (Q.S Ath-Thalaq : 6). Ketiga kebutuhan itulah yang wajib dipenuhi.

Selain ketiganya merupakan kebutuhan sekunder.

Para fuqaha mengatakan, orang yang kaya adalah orang yang bisa

mengusahakan pemenuhan makanan pokoknya berikut keluarganya. Dengan begitu,

ia tidak memerlukan lagi makanan yang semisal. Ia juga mampu mengusahakan

pakaian dan tempat tinggal mereka, termasuk yang semisalnya kendaraan dan

37 Petujuk Pelaksanaan Pembinaan Lembaga Pengelola Zakat. Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Dan Penyelenggaraa Haji Direktorat Pengembangan Zakat Dan Wakaf. 73. 38 Majalah Al- Wa’ie (1-28 Februari 2007), 60.

Page 45: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

perhiasan secara layak.39 Jadi, orang kaya adalah orang yang bisa memenuhi

kebutuhan-kebutuhannya berikut orang yang menjadi tanggungannya secara layak,

bukan hanya kebutuhan pokok tetapi juga kebutuhan lain yang menjadi kebutuhan

mereka menurut kelayakan di masyarakat. Kecukupan pemenuhan kebutuhan itu

bukan hanya pemenuhan ala kadarnya, tetapi harus secara ma’ruf (Q.S Al- Baqarah :

233).

Adapun Rasulullah SAW menafsirkan tentang orang miskin melalui haditsnya,

sebagai berikut :

ا��ي ا�7اف &��ا ا������ ��P :�3ل و;*� +*�$ ا, 4*@ ا, ر;ل أن ه���ة، أ&- +�

ا��ي :�3ل ا������؟ (�� :��3ا وا����#�ن، وا����ة وا�*����ن، ا�*��2 #�دS ا��س، +*- �7ف

-./V� ،$� .ا��س (���ل و ��م، +*�$، (��J/ق �$، � �7 و �)

Artinya: Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, ” Orang miskin bukanlah orang yang mengelilingi manusia (untuk meminta-minta), di mana sesuap atau dua suap telah mengusirnya dari pintu ke pintu setelah mendapatkannya, juga satu biji atau dua biji kurma”. Mereka bertanya, ”Lalu siapakah yang dinamakan orang miskin?” Beliau bersabda, Orang yang tidak bisa mencukupi kebutuhannya dan tidak diketahui kebutuhannya, sehingga diberi sedekah dan tidak bangun lalu meminta-minta kepada manusia.” (Shahih : At-Tirmidzi. Muttafaq alaih dan Takhrij Musykilah Al Faqr (77)).40

Sedangkan golongan Hanafiyah mendefinisikan miskin ialah :

W*�� ��X ا��ي

Artinya : “…yang tidak memiliki sesuatu (harta atau tenaga)”.

39 Taqyuddin An-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatuf Perspektif Islam (Surabaya :Risalah Gusti, 1996), 214-215. 40 Muhammad Nashiruddin Al Albani Shahih Sunan An-Nasa’i. (Jakarta : Pustaka Azam, 2006). 344.

Page 46: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Berdasarkan gambaran batasan fakir miskin di atas, maka dua sifat yang

melekat pada kedua terminologi itu disebut kemiskinan (al-miskin).41

Kemiskinan sering dianggap sebagai sebuah keniscayaan dalam kehidupan

dunia ini. Allah SWT. Menciptakan segala sesuatu dalam keadaan berpasang-

pasangan : siang-malam, tua-muda, lemah-kuat, laki-laki-perempuan, senang-susah,

kaya-miskin, dan sebagainya. Seperti dalam sutat Adz- Dzaariyaat ayat 49:

Artinya : ”Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya

kamu mengingat akan kebesaran Allah”.

Dalam surat Az-Zukhruf ayat 32 :

Artinya :”Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.

Ayat tersebut tidaklah dimaksudkan bahwa kemiskinan merupakan suatu

sunnatullah yang bersifat pasti dan tetap, sehingga tidak perlu ada upaya-upaya

penanggulangannya. Justru ayat tersebut menggambarkan keharusan adanya sinergi

antara kelompok yang kuat atau kaya dengan keompok yang lemah atau miskin.42

41 Abdurrachman Qadir, Zakat Dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998), 210. 42 Didin Hafidhuddin, Agar Harta Berkah dan Bertambah (Jakarta :Gema Insani Press, 2007), 208.

Page 47: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Adapun dasar dan latar belakang pertimbangan syariat menetapkan delapan

golongan penerima zakat tersebut, penyebab jatuhnya mereka menjadi fakir miskin

bukanlah sepenuhnya oleh faktor internal atau kesalahan mereka sendiri, tetapi lebih

dominan disebabkan oleh faktor ekstenal, yaitu sebagai akibat tidak berjalannya

sistem dan norma-norma keadilan, yang berpangkal dari orang-orang kaya yang

menahan hak-hak golongan dhuafa ini yang terdapat dalam harta mereka tanpa

menjalankan fungsi harta dan pemilikan melalui berbagai institusi ekonomi Islam

seperti zakat. Jika diperhatikan proses terjadinya kemiskinan dalam suatu masyarakat

selain faktor internal seperti pemalas sebagai akibat dari nilai-nilai budaya yang

dianut oleh sebagian kaum miskin itu sendiri, juga disebabkan karena tertahannya

hak milik mereka di tangan orang-orang kaya, yaitu zakat yang dapat dijadikan

modal usaha dalam mengantisipasi secara dini agar tidak jatuh dalam kemiskinan.

Dengan sikap orang kaya yang menahan zakat tersebut, maka modal dan kekayaan

akan bertumpuk di lingkungan orang-orang kaya saja, hal tersebut merupakan salah

satu faktor penyebab kemiskinan.43

Beberapa kelebihan bagi orang kaya harus diaktualisasikan ke dalam konsep

keadilan sosial, karena keadilan tidak mungkin dapat ditegakkan bila setiap anggota

masyarakatnya berpacu menikmati kebebasan mutlak tanpa arah dan batas, dimana

setiap orang terlepas sama sekali dari berbagai bentuk ikatan sosial. Keadilan seperti

itu dapat dipastikan akan menghancurkan sendi-sendi keadilan sosial. Islam

menetapkan prinsip-prinsip jaminan dalam berbagai segi, yaitu : jaminan atas

individu dengan dirinya sendiri, dengan keluarga dekat, dengan masyarakat dan

antara umat dengan umat lainnya, Jaminan individu terhadap dirinya sendiri adalah

43 Ibid., 212.

Page 48: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

suatu jaminan untuk tidak membiarkan dirinya memperturutkan hawa nafsunya.

Beberapa ayat Al-Quran dan Hadits Nabi SAW. Memberikan dorongan agar seorang

muslim selalu tanggap dan peka terhadap problema sosial. Dengan demikian

kewajiban zakat, jauh lebih dulu sebagai undang-undang yang mempunyai landasan

kuat dalam menegakkan suatu jaminan sosial, bertujuan untuk mewujudkan

kesejahteraan bagi setiap orang yang membutuhkan, yaitu dalam bidang pangan,

sandang, perumahan dan kebutuhan hidup lainnya. Jaminan sosial dalam Islam

melalui zakat ini tidak semata dibatasi untuk kesejahteraan kaum muslimin, tetapi

mencakup seluruh pennduduk dan masyarakat yang hidup di bawah naungan

kekuasaan pemerintahan Islam, termasuk masyarakat non muslim.44

Adapun kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat dapat dikelompokkan

menjadi lima penyebab, yaitu : pertama, pandangan alamiah lingkungan, yang

menekannkan bahwa penyebab kemiskinan karena lingkungan sumber daya yang

tersedia memang miskin, lahan kritis dan masyarakat miskin tidak berdaya atau tidak

memiliki akses yang kuat, dan lain-lain; kedua, pandangan spesifik lokasi, yang

menekankan bahwa penyebab kemiskinan adalah terletak pada faktor lokasi yang

terpencil yang tidak terjangkau oleh program pembangunan dan tidak menjadikan

spesifik lokasi sebagai alternatif pendekatan dalam pembangunan; ketiga, pandangan

struktural, yang menekankan bahwa penyebab kemiskinan adalah terletak pada

faktor struktur sosial-ekonomi dalam masyarakat. Masyarakat miskin karena

lemahnya akses modal, teknologi dan lainnya, yang biasanya di kuasai masyarakat

kaya; keempat, pandangan kultural, yang menekankan bahwa penyebab kemiskinan

terletak pada faktor kultur masyarakat miskin, seperti malas, tidak mau bekerja keras,

44 Ibid., 214.

Page 49: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

tidak ulet dan lain-lain. Ini lebih banyak menyangkut pendidikan dan keterampilan

masyarakat miskin; kelima, pandangan organisasi dan kelembagaan, yang

menekankan bahwa penyebab kemiskinan terletak pada faktor akses organisasi

masyarakat miskin yang lemah secara ekonomi, sosial, budaya dan bahkan politik,

sehingga kebijakan ekonomi hampir-hampir tidak menyentuh kepentingan mereka,

kecuali hanya sekedar menjadi retorika untuk mendapatkan dukungan politik

masyarakat miskin tersebut.45

b. Upaya Pengentasan Kemiskinan

Al-Qardhawi mengemukakan pandangannya tentang upaya pengentasan

kemiskinan melalui enam solusi; pertama, setiap orang Islam harus bekerja keras

dan meningkatkan etos kerja; kedua, orang-orang kaya menyantuni dan menjamin

kehidupan ekonomi keluarga dekatnya yang miskin; ketiga, meningkatkan dan

mengintensifkan pelaksanaan zakat secara profesional; keempat, mengintensifkan

pengumpulan bantuan dari sumber, baik dari swadaya masyarakat maupun

pemerintah; kelima, mendorong orang-orang kaya untuk mengeluarkan sadakah

tathawwu’ kepada orang-orang yang sangat membutuhkannya; keenam, bantuan-

bantuan sukarela dan kebaikan hati secara individual dan insidental.

Keenam solusi itu disimpulkannya menjadi tiga tahapan, yaitu : tahap pertama,

secara khusus harus diupayakan oleh pihak fakir miskin itu sendiri dengan

meningkatkan kerja selama ia masih memiliki kemampuan dan kesanggupan

berusaha. Dalam hal ini masyarakat dan pemerintah mendorong dan menstimulus

dalam bentuk modal atau peralatan untuk berusaha sehingga mereka mampu mandiri;

45 Sakri Muhammad, Mekanisme Zakat dan Permodalan Masyarakat Miskin (Malang : Bahtera Press. 2006), 245.

Page 50: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

tahap kedua, masyarakat muslim meningkatkan kepedulian sosial dan bantuan riil

secara rutin diluar kewajiban zakat, terutama dari pihak keluarga dekat para fakir

miskin itu sendiri; tahap ketiga, secara khusus, pemerintah mencurahkan perhatian

dan political will-nya, karena secara syariat pemerintahan Islam berkewajiban untuk

menjamin kebutuhan pokok hidup rakyat, terutama bagi fakir miskin yang tidak

memiliki mata pencaharian atau keluarga dekat dan orang yang menjaminnya.

Kewajiban pemerintah ini tidak hanya terhadap orang Islam saja, tetapi termasuk

pula kafir dzimmi yang berada dalam perlindungan pemerintahan Islam.46

Persoalan pokok dalam pengentasan kemiskinan dan upaya-upaya

menjembatani jurang antara kelompok kaya dengan golongan miskin, adalah

meningkatkan pemberdayaan zakat dengan tesrlebih dahulu memantapkan

pemahaman tentang konsep teoritik dan operasionalnya sebagai motivasi dalam

upaya meningkatkan pelaksanaan dan pengamalan zakat.

Pengentasan kemiskinan melalui proses yang panjang dapat ditempuh dua

langkah dan pendekatan yakni : pendekatan parsial dan pendekatan struktural.

Pendekatan parsial, yaitu dengan pemberian bantuan langsung berupa sadakah biasa

dari orang-orang kaya dan dari dana zakat betul-betul tidak produktif lagi (karena

cacat jasmani dan rohani). Pendekatan struktural, model pendekatan ini bertujuan

untuk menuntaskan kemiskinan secara sistematis, dengan cara menghilangkan

faktor-faktor penyebab kemiskinan itu sendiri, baik yang disebabkan oleh faktor

internal maupun ekternal.47

46 Abdurrachman Qadir, Zakat dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial (Jakarta : Raja Grafindo.1998), 221-222. 47 Ibid., 223.

Page 51: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

3. Manajemen Zakat

a. Pengertian manajemen

Manajemen merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, ”management” yang

berakar kata ”manage” yang berarti ”control” dan ”succed” sukses. Dari sini dapat

disimpulkan inti dari manajemen adalah pengendalian hingga mencapai sukses yang

diinginkan. Adapun manajemen secara terminologi diartikan sebagai proses

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha para anggota

organisasi dengan menggunakan sumber daya yang ada agar mencapai tujuan yang

sudah ditetapkan.48

b. Bentuk-Bentuk Manajemen Dalam Pengelolaan Zakat

1. Manajemen Klasik dalam Pengelolaan Zakat

Terkait dengan zakat, manajemen nampaknya belum banyak diperhatikan

orang. Zakat masih dianggap persoalan ringan yang tidak perlu dikelola secara

profesional. Apalagi, ketika disebut zakat, orang segera mempersepsikan zakat fitrah

dalam benaknya dan zakat fitrah cukup dilaksanakan diakhir bulan ramadhan.

Dengan demikian, manajemen tidak diperlukan dalam pengelolaan zakat.

Adapun tradisi-tradisi yang biasa berkembang di masyarakat adalah yang

pertama; sikap penyepelean, pengelolaan zakat dianggap sepele karena zakat

sifatnya hanya bantuan dan pengelolaan bantuan itu merupakan pekerjaan sosial

semata. Keseriusan dalam pengelolaan zakat bukan merupakan keniscayaan.

Pekerjaan sosial bisa dilakukan dengan santai dan tanpa beban. Pandangan semacam

ini semakin memperkeruh situasi, sebab kebanyakan pengelola zakat menganggap

bahwa mereka tidak terlalu butuh zakat. Tanpa zakat mereka sudah dapat menikmati

48 Eri Sudewo, Manajemen Zakat (Jakarta: Institut Manajemen Zakat, 2004), 63.

Page 52: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

hidup layak sesuai dengna standar mereka. Mereka belum bisa merasakan betapa

para mustahiq menunggu dengan harap-harap cemas akan uluran tangan muzakki.

Yang kedua; pekerjaan sampingan. Pekerjaan sosial adalah pekerjaan kedermawanan

hati seseorang. Pekerjaan sosial dianggap pekerjaan sampingan yang tidak istimewa.

Tidak ada penghargaan tinggi terhadap jenis pekerjaan ini karena dianggap cukup

dikerjakan seadanya dan sederhana. Cara pandang yang meremehkan pengelolaan

zakat semacam ini tentu membuat orang akan segan menekuni bidang pengelolaan

zakat. Sentimen masyarakat terhadap pekerja zakat akan membuat masyarakat

semakin malas mengelola zakat secara profesional. Yang ketiga; tanpa manajemen,

semua berjalan sesuai intuisi masing-masing. Pembagian tugas dan struktur

organisasi hanya formalitas tanpa adanya alasan yang jelas. Struktur hanya

disesuaikan dengan keinginan sang pengelola atau si pendiri bukan berdasarkan

kebutuhan riil organisasi. Yang keempat, tanpa seleksi sumber daya manusia, siapa

yang berminat pasti diterima tanpa dilihat dahulu apakah termasuk orang-orang yang

profesional ataukah tidak. Yang kelima; Ikhlas tanpa imbalan. Lembaga seharusnya

memikirkan dan sensitif atas kenyataan bahwa orang bekerja butuh imbalan. Yang ke

enam; kreatifitas rendah. Para pelaksananya lebih sering menikmati keadaan dan

segan untuk melakukan terobosan-terobosan baru. Mungkin mereka takut di anggap

sok pintar atau sok maju. Yang ketujuh; minus monitoring dan evaluasi. Dengan

minusnya kedua elemen ini akan sulit berbenah apalagi berkembang untuk bersaing

dengan lembaga lain. Yang kedelapan; tidak biasa disiplin. Kebiasaan tidak disiplin

telah menjadi bagian hidup. Orang-orang yang telah memiliki kebiasaan disiplin

akan kecewa yang kemudian akan ikut-ikutan tidak disiplin.49

49 Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas (Malang: UIN Malang Press, 2007), 72-79.

Page 53: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

4. Manajemen Modern dalam Pengelolaan Zakat

Untuk menggairahkan organisasi, memang mengharuskan untuk menerapkan

manajemen modern. Yaitu proses perencanaan (planning), pengorganisasian

(organizing), pengarahan (actuating) dan pengawasan (controling).

a. Perencanaan (Planning), merupakan suatu aktifitas untuk membuat

rancangan-rancangan agenda kegiatan yang akan dilakukan oleh sebuah

organisasi. Perencanaan itu bisa terkait dengan waktu dan strategi. Perencanaan

model yang pertama, sering dibagi dalam tiga pembabakan, yaitu perencanaan

jangka pendek, perencanaan jangka menengah, dan perencanaan jangka

panjang. Yang dimaksud dengan perencanaan jangka pendek adalah

perencanaan yang dibatasi waktunya hanya satu tahun, sedangkan perencanaan

jangka menengah biasanya akan dilakukan dalam kisaran waktu antara waktu

satu sampai tiga tahun. Untuk perencanaan jangka panjang, waktu yang

dibutuhkan adalah tiga sampai lima tahun. Kisaran waktu tersebut bisa diubah

sesuai dengan selera tiap-tiap organisasi menunjuk kepada kebutuhan masing-

masing. Yang penting dalam perencanaan ini adalah adanya kegiatan yang jelas

dan berkesinambungan yang akan dilakukan oleh sebuah organisasi dengan

standar pencapaian yang dicanangkan.

b. Pengorganisasian (Organizing), adalah cara yang ditempuh oleh sebuah

lembaga untuk mengatur kinerja lembaga termasuk para anggotanya.

Pengorganisasian tidak lepas dari koordinasi, yang sering didefinisikan sebagai

upaya penyatuan sikap dan langkah dalam sebuah organisasi untuk mencapai

tujuan.

Page 54: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

c. Pelaksanaan dan Pengarahan. Pelaksanaan dalam sebuah manajemen adalah

aktualisasi perencanaan yang dicanangkan oleh organisasi, sedangkan

pengarahan adalah proses penjagaan agar pelaksanaan program kegiatan dapat

berjalan sesuai dengan rencana. Dalam pelaksanaan ada beberapa komponen

yang sangat diperlukan, diantaranya adalah motivasi, komunikasi, dan

kepemimpinan.

d. Pengawasan (Controling), merupakan proses untuk menganjurkan aktivitas

positif dan mencegah perbuatan yang menyalahi aturan atau dalam bahasa

agama biasa disebut dengan amar ma’ruf nahi munkar. Pengawasan berfungsi

sebagai pengawal agar tujuan dalam organisasi dapat tercapai.50

Jadi pilar utama manajemen pengelolaan dan pemberdayaan zakat itu adalah

adanya sifat amanah, karena merupakan kunci jaminan mutu dari kepercayaan

masyarakat. Tanpa adanya sifat ini, kehancuran perekonomian akan segera nampak.

Sikap tidak amanah menunjukkan adanya kerendahan moral. Apalagi pengelolaan

dana umat sangat membutuhkan sikap kepercayaan penuh. Profesional, karena

efisiensi dan efektifitas manajemen memerlukan sikap profesional dari semua

pengurus Badan Amil Zakat. Transparan, sistem kontrol yang baik akan terjadi jika

jiwa transparansi dalam pengelolaan dana umat dapat dilaksanakan. Sebab,

kemudahan akses para muzaki untuk mengetahui bagaimana dananya diolah akan

menambah rasa percaya terhadap lembaga.51

50 Ibid,. 79-93. 51 Suyitno, Heri Junaidi dan Adib Abduhomad, Anatomi Fiqh Zakat (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 144.

Page 55: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

4. Lembaga Amil Zakat

a. Pengertian Lembaga Amil Zakat

Amil zakat ialah mereka yang melaksanakan segala kegiatan urusan zakat

mulai dari para pengumpul sampai kepada bendahara dan para penjaganya, juga

mulai dari pencatat sampai pada penghitung yang mencatat keluar masuk zakat, dan

membagi kepada mustahiqnya.52

Amil zakat bukan saja sebagai pelaksana pengelolaan yang mengumpulkan,

mencatat keluar masuknya zakat, sampai pada membagikannya kepada yang berhak

menerima, tetapi mereka juga sebagai penerima zakat. Mereka menerima zakat

dimaksudkan sebagai upah atau gaji dari apa yang telah dikerjakan.

Badan Amal Infak dan Shadaqah adalah lembaga swadaya masyarakat yang

mengelola penerimaan, pengumpulan, penyaluran dan pemanfaatan zakat infak dan

shadaqah secara berdaya guna dan berhasil guna.53 Sedangkan Lembaga Amil Zakat

adalah institusi pengelola zakat yang dibentuk oleh masyarakat dan dikukuhkan oleh

pemerintah untuk melakukan kegiatan pengumpulan, pendistribusian dan

pendayagunaan zakat sesuai dengan ketentuan agama. Masyarakat yang dimaksud

adalah organisasi Islam atau lembaga dakwah yang bergerak dibidang dakwah,

pendidikan, sosial dan kemaslahatan umat Islam. Pengukuhan Lembaga Amil Zakat

dilakukan oleh pemerintah terdiri dari : 1). Pusat oleh Menteri Agama. 2). Daerah

52 Yusuf Qardhawy. Hukum Zakat, 665. 53 Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama RI tentang pembinaan Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqoh, Bab 1 pasal 1.

Page 56: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Propinsi oleh Gubernur atas usul kepala kantor wilayah Departemen Agama

propinsi.54

Lembaga Amil Zakat yang telah dikukuhkan memiliki kewajiban sebagai

berikut : 1). Segera melakukan kegiatan sesuai dengan program kerja yang telah

dibuat. 2). Menyusun laporan, termasuk laporan keuangan. 3). Mempublikasikan

laporan keuangan yang telah diaudit melalui media massa. 4). Menyerahkan laporan

kepada pemerintah. Lembaga Amil Zakat yang telah dikukuhkan dapat ditinjau

kembali, apabila tidak lagi memenuhi persyaratan dan tidak melaksanakan kewajiban

sebagaimana yang telah ditentukan. Mekanisme peninjauan ulang terhadap

pengukuhan Lembaga Amil Zakat dilakukan melalui tahapan pemberian peringatan

secara tertulis sampai tiga kali dan baru dilakukan pencabutan pengukuhan.

Pencabutan pengukuhan Lembaga Amil Zakat dapat menghilangkan hak pembinaan,

perlindungan dan pelayanan dari pemerintah, tidak diakuinya bukti setoran zakat

yang dikeluarkan sebagai pengurang pendapatan kena pajak dan tidak dapat

melakukan pengumpulan zakat.55

b. Susunan dan Fungsi Lembaga Amil Zakat

1. Susunan Organisasi Lembaga Amil Zakat

Lembaga Amil Zakat terdiri atas Dewan pertimbangan, komisi pengawas dan

badan pelaksana.1) Dewan pertimbangan meliputi unsur ketua, sekretaris dan

anggota. 2) Komisi pengawas meliputi unsur ketua, sekretaris dan anggota. 3) Badan

pelaksana meliputi unsur ketua, sekretaris, bagian keuangan, bagian pengumpulan,

54 Petunjuk Pelaksanaan Lembaga Pengelola Zakat, Departemen RI. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggarakan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf Tahun 2003. 14. 55 Ibid., 16.

Page 57: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

bagian pendistribusian dan pendayagunaan. 4) Anggota pengurus badan amil zakat

terdiri atas unsur masyarakat terdiri atas unsur ulama, kaum cendikia, tokoh

masyarakat, tenaga profesional dan lembaga pendidikan yang terkait.

Lembaga amil zakat yang berdiri atas prakarsa dari masyarakat sendiri dalam

proses pengelolanya tidak semuanya berpedoman pada Undang-Undang tentang

pengelolaan zakat, karena hal tersebut berkaitan erat dengan para pengurus dalam

menjalankan lembaganya, terutama dari penasehat atau pertimbangan yang memberi

fatwa agar lembaganya berjalan sebagaimana syariat Islam.

2. Fungsi dan Tugas Pokok Pengurus Lembaga Amil Zakat

1) Dewan pertimbangan, berfungsi memberikan pertimbangan, fatwa, saran, dan

rekomendasi kepada badan pelaksana dan komisi pengawas dalam mengelola

lembaga amil zakat, meliputi aspek syariah dan aspek manajerial. Adapun tugas

pokoknya adalah memberikan garis-garis kebijakan umum Lembaga Amil

Zakat, mengesahkan rencana kerja dari badan pelaksana dan komisi pengawas,

mengeluarkan fatwa syariah baik diminta maupun tidak berkaitan dengan

hukum zakat yang wajib diikuti oleh pengurus Lembaga Amil Zakat,

memberikan pertimbangan, saran, dan rekomendasi kepada badan pelaksana

dan komisi pengawas baik diminta maupun tidak, memberikan persetujuan atas

laporan tahunan hasil kerja badan pelaksana dan komisi pengawas, menunjuk

akuntan publik.

2) Komisi Pengawas, berfungsi sebagai pengawas internal lembaga atas

operasional kegiatan yang dilaksanakan badan pelaksana. Adapun tugas

pokoknya adalah mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan,

Page 58: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan Dewan

Pertimbangan, mengawasi operasional kegiatan yang dilaksanakan badan

pelaksana, yang mencakup pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan,

melakukan pemeriksaan operasional dan pemeriksaan syariah.

3) Badan pelaksana, berfungsi sebagai palaksana pengelola zakat. Adapun tugas

pokoknya adalah membuat rencana kerja, melaksanakan operasional

pengelolaan zakat sesuai rencana kerja yang telah disahkan dan sesuai dengan

kebijakan yang telah ditetapkan, menyusun laporan tahunan, menyampaikan

laporan pertanggungjawaban kepada pemerintah, bertindak dan bertanggung

jawab untuk dan atas nama Lembaga Amil Zakat ke dalam maupun keluar.

c. Tujuan Lembaga Amil Zakat

Tujuan lembaga amil zakat ini terdapat dalam Bab II pasal 5 Undang-Undang

No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, yaitu : 1) Meningkatkan pelayanan

kepada masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan ketentuan agama. 2)

Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam mewujudkan

kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial. 3) Meningkatkan hasil guna dan daya

guna.

Pengelolaan zakat oleh Lembaga Amil Zakat yang memiliki kekuatan hukum

formal akan memiliki keuntungan antara lain : 1) Untuk menjamin kepastian dan

disiplin pembayar zakat. 2) Untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahiq zakat

apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat para muzakki. 3) Untuk

mencapai efisien dan efektifitas, serta sasaran yang tepat dalam penggunaan harta

Page 59: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat. 4) Untuk memperlihatkan

syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan pemerintahan yang Islami.56

56 Didin Hafiduddin, hal 39.

Page 60: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi Penelitian

Lokasi Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” berada di jalan Lawu No. 2

Griya Lawu Indah Kabupaten Ngawi. Peneliti memilih lokasi ini disebabkan karena

lokasinya strategis untuk mengelola zakat sesuai dengan aturan Islam yaitu salah

satunya untuk mengentaskan kemiskinan, serta tempatnya berdekatan dengan tempat

tinggal peneliti. Adapun kantor Lembaga Amil Zakat ini berada di tempat tinggal

ketua pengurus Zakat sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan wawancara

ditengah-tengah kesibukan aktifitas beliau karena selain sebagai ketua pengurus

Page 61: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri”, beliau juga menjadi seorang guru di

SMA 2 Ngawi. Alasan yang lain bahwa peneliti menganggap penting untuk meneliti

masalah zakat ini, selain masalah zakat ini ada di perkuliahan fakultas syariah, juga

karena zakat punya peranan penting dalam mensejahterakan masyarakat dan

penghapusan kesenjangan sosial masyarakat. Adapun sebagian anggota atau

pengurus Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri” ini juga pengurus yayasan

harapan umat di Kabupaten Ngawi, sehingga mudah untuk mengadakan kerjasama

dalam rangka memajukan lembaga zakat tersebut.

B. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data yang tidak berbentuk

angka atau tidak dapat diangkakan, karena dalam menganalisis data digunakan kata-

kata bukan angka. Bertujuan untuk memahami makna fenomena-fenomena yang

terjadi di dalam Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi.

Pendekatan kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan; pertama,

menyesuaikan pendekatan kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan

kenyataan ganda; kedua, pendekatan ini menyajikan secara langsung hakikat

hubungan antara peneliti dan informan; ketiga, pendekatan ini lebih peka dan lebih

dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap

pola-pola nilai yang dihadapi.57

57 Ibid., 5.

Page 62: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data tersebut dapat

diperoleh. Data yang dimaksud ada dua macam, primer dan sekunder :

a. Data primer

Data primer atau data dasar adalah data yang diperoleh secara langsung dari

sumber pertama melalui wawancara di tempat penelitian. Dalam konteks penelitian

ini data primer didapatkan dari Bapak Atok Sunu Prastowo sebagai ketua, Bapak Sri

Purwantono sebagai sekretaris dan Bapak Hariyanto sebagai divisi pemberdayaan

Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan, diolah, dan disajikan oleh pihak

lain yang isinya berbentuk publikasi atau jurnal. Data sekunder berasal dari

dokumentasi Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi yang

berupa tabel besar zakat. Data sekunder juga merupakan bahan pustaka yang

memberikan penjelasan tafsiran mengenai sumber primer, seperti hasil penelitian

sebagai literatur dan media massa, yang meliputi dokumen, literatur, majalah, koran,

dan buletin yang berhubungan dengan zakat.58

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk

memperoleh data yang diperlukan. Metode pengumpulan data dilapangan dilakukan

dengan cara tiga cara :

58 Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Univbersitas Islam Press, 1981), 52.

Page 63: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

a. Metode Interview

Interview adalah percakapan antara dua orang atau lebih dengan maksud-

maksud tertentu atau tujuan tertentu. Dalam pelaksanaan interview, pewawancara

membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan

ditanyakan. Menginterview bukanlah hal yang mudah. Dalam hal ini peneliti

menggunakan interview bebas terpimpin karena menyesuaikan dengan informan

yang diwawancarai yaitu menciptakan suasana santai tetapi serius artinya bahwa

interview dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, tidak main-main, tetapi tidak kaku.

Mula-mula penulis menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur,

kemudian satu persatu diperdalam dengan mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan

demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi seluruh variabel dengan keterangan

yang lebih lengkap dan mendalam.59 Adapun yang ditanyakan kepada Bapak Atok

Sunu adalah kapan berdirinya Lembaga Amil Zakat, bagaimana latar belakang

berdirinya Lembaga Amil Zakat, apakah pada tahun pertama susunan organisasi

sudah ada tiga unsur pokok yaitu Dewan Pertimbangan, Komisi Pengawas, dan

Badan Pelaksana, kalau sudah ada tiga unsur diatas, menurut Bapak apakah ada

permasalahan diantara ketiga unsur pokok tersebut, bagaimana cara atau manajemen

Lembaga Amil Zakat ini dalam mengumpulkan zakat kepada mustahik, Lembaga

Amil Zakat ini mendapatkan zakat dari jenis harta apa saja dan dari mana saja, zakat

yang sudah terkumpulkan disalurkan kepada siapa saja, apakah ada yang digunakan

untuk sesuatu yang produktif, dalam rangka pengentasan kemiskinan masyarakat,

kegiatan apa saja yang dilakukan Lembaga Amil Zakat ini dalam kurun waktu satu

59 Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002).,2002.

Page 64: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

tahun, apa yang dijadikan tolak ukur keberhasilan memanajemen zakat Sedangkan

pertanyaan kepada Bapak Sri Purwantono adalah bagaimana kondisi keuangan di

Lembaga Amil Zakat ini apakah mengalami kenaikan atau menurun, sedangkan

pertanyaan kepada Bapak Hariyanto adalah bagaimana menghidupkan Lembaga

Amil Zakat ini ketika masyarakat kurang sadar akan pentingnya zakat. Setelah

wawancara dilakukan selanjutnya penulis mencari data mengenai hal-hal yang

berupa catatan, laporan-laporan yang berhubungan dengan kinerja dari Lembaga

Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi yaitu data tentang sejarah

berdirinya Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri”, susunan organisasi, metode

pengumpulan dan penyaluran zakat di Kabupaten Ngawi.

b. Observasi

Observasi adalah alat pengumpulan data yang menggunakan pengamatan atau

penginderaan langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi, proses atau prilaku.60

Metode ini dipergunakan untuk mengamati hal-hal yang berhubungan dengan

permasalahan penelitian seperti perencanaan, pengelolaan serta keadaan lingkungan

internal dan eksternal Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri”.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data atau cara untuk memperoleh informasi.

Peneliti menggunakan tiga macam sumber yaitu tulisan (paper), tempat (place), dan

kertas atau orang (people) yang berhubungan dengan objek yang diteliti.61 Dengan

menggunakan dokumentasi ini diharapkan peneliti akan terbantu dalam

pengumpulan data.

60 Sanapial Faisal. Format- format Penelitian Sosial (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1999). 61 Arikunto. Op. Cit., 107.

Page 65: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Data-data dari dokumen yaitu berupa tabel besar laporan zakat dalam bentuk

umum. Dari laporan tersebut kemudian dijelaskan satu persatu mulai dari penerimaan

zakat, siapa yang menjadi muzakkinya, penyaluran zakat, siapa yang menjadi

mustahiknya dan lain-lain.

4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari lapangan maupun dokumentasi kemudian diolah dan

diproses. Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan pembahasan, maka penelitian

ini menggunakan teknik sebagai berikut :

a). Editing; yaitu pemeriksaan kembali semua data yang diperoleh terutama dari

kelengkapannya, kejelasan makna, kesesuaian serta relevansi dengan pokok

permasalahan.62 Tahap ini dilakukan untuk mengecek keterwakilan kelengkapan

para informan.

b). Classifying, maksudnya adalah untuk menjadikan pembacaan penelitian lebih

mudah karena telah dikelompokkan dalam beberapa kategori.

c). Analysing sebagai tahap yang paling penting karena disinilah letak signifikan

dari penelitian ini. Apapun yang didapat akan menjadi rekomendasi dari

Lembaga Amil Zakat apakah sudah sesuai dengan visi, misi dan tujuan adanya

Lembaga Amil Zakat "Bina Umat Mandiri”. Peneliti melakukan analisis data

secara deskriptif kualitatif yaitu analisis yang menggambarkan keadaan atau

status fenomena dengan kata-kata atau kalimat kemudian dipisahkan menurut

kategori untuk memperoleh kesimpulan.63

62 Marzuki. Metodologi Rizet (Yogyakarta: BP-FE-UI, 1997), 81. 63Arikunto, Op. Cit., 245.

Page 66: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

BAB IV

PAPARAN DAN ANALISIS DATA

Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri” adalah salah satu lembaga swasta

yang bergerak dalam pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah. Lembaga ini senantiasa

berusaha untuk bekerja dengan penuh ketelitian dan kejelian agar tercapai kinerja

yang memuaskan, yang kini Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri” Kabupaten

Ngawi telah di percayai oleh lebih dari 300 orang donatur yang tersebar di hampir

seluruh kecamatan di Kabupaten Ngawi. Lembaga ini di dalam mengupayakan

pengentasan kemiskinan mempunyai berbagai program seperti memberikan bantuan

di daerah bencana, santunan anak yatim dan fakir miskin, daurah pembinaan umat

Page 67: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

dan yang lain, tetapi program ini belum berjalan secara optimal. Lembaga Amil

Zakat ini merupakan binaan dari YDSF (Yayasan Dana Sosial al-Falah) Surabaya,

jadi terkait dengan kinerja Lembaga Amil Zakat ini mencontoh pada YDSY tersebut.

A. Susunan Pengurus, Tugas Pengurus serta Visi dan Misi Lembaga Amil

Zakat “Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi

1. Susunan Pengurus Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri” Kabupaten

Ngawi

a. Dewan Syari’ah : Ustadz H. Riyad Rosyadi, Lc

: Ustadz H. Heri Setiawan, Lc

: Ustadzah Hj. Nurjanah, Lc

b. Dewan Pengawas : Tri Kusdiarto, Dipl, Rad

: Joko Pitoyo, SE

c. Dewan Pengurus

Ketua : Atok Sunu Prastowo, S.Pd

Sekretaris : Sri Purwantono, Amd. Kep

Bendahara : Drg. Carda Kurniawan

Div. Penghimpunan Dana : Agus Subiyanto, S. Pd

: Hariyanto

Div. Pendistribusian : A. R. Anggai, S. Pd

: Mahmud Eko Yuwono, S. Pd

Page 68: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

2. Tugas Masing-Masing Pengurus adalah :

a. Dewan Syari’ah, berfungsi memberikan pertimbangan, fatwa, saran, dan

rekomendasi kepada badan pelaksana dan komisi pengawas dalam mengelola

lembaga amil zakat, meliputi aspek syariah dan aspek manajerial. Adapun tugas

pokoknya adalah memberikan garis-garis kebijakan umum Lembaga Amil

Zakat, mengesahkan rencana kerja dari badan pelaksana dan komisi pengawas,

mengeluarkan fatwa syariah baik diminta maupun tidak berkaitan dengan

hukum zakat yang wajib diikuti oleh pengurus Lembaga Amil Zakat,

memberikan pertimbangan, saran, dan rekomendasi kepada badan pelaksana

dan komisi pengawas baik diminta maupun tidak, memberikan persetujuan atas

laporan tahunan hasil kerja badan pelaksana dan komisi pengawas, menunjuk

akuntan publik.

b. Dewan Pengawas, berfungsi sebagai pengawas internal lembaga atas

operasional kegiatan yang dilaksanakan badan pelaksana. Adapun tugas

pokoknya adalah mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan,

mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan Dewan

Pertimbangan, mengawasi operasional kegiatan yang dilaksanakan badan

pelaksana, yang mencakup pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan,

melakukan pemeriksaan operasional dan pemeriksaan syariah.

c. Dewan Pengurus, berfungsi sebagai palaksana pengelola zakat. Adapun tugas

pokoknya adalah membuat rencana kerja, melaksanakan operasional

pengelolaan zakat sesuai rencana kerja yang telah disahkan dan sesuai dengan

kebijakan yang telah ditetapkan, menyusun laporan tahunan, menyampaikan

Page 69: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

laporan pertanggungjawaban kepada pemerintah, bertindak dan bertanggung

jawab untuk dan atas nama Lembaga Amil Zakat ke dalam maupun keluar.

Adapun tugasnya secara rinci yaitu :

a. Ketua, tugasnya sebagai pemimpin dalam pelaksanaan, mengatur dengan

segenap kemampuannya agar pelaksanaan Lembaga Amil Zakat dapat berjalan

dengan sebaik-baiknya sesuai dengan harapan.

b. Sekretaris, tugasnya adalah mengadakan pembukuan keadministrasian mulai

dari awal proses pengumpulan zakat sampai dengan penyaluran kepada yang

berhak menerimanya, dan pelaporan tugas kerja utamanya menyelesaikan

segala hal yang ada kaitannya dengan kegiatan keadministrasian Lembaga

Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” untuk memudahkan pengendalian agar

terhindar dari adanya pelaksanaan yang kurang dapat dipertanggung jawabkan.

c. Bendahara, tugasnya menerima dari hasil pengumpulan zakat yang berupa

uang atau beras dan menjaga barang hak milik Lembaga Amil Zakat yang telah

terkumpulkan.

d. Divisi-divisi

a) Divisi Penghimpunan Dana, tugasnya mengumpulkan hasil dari zakat

yang berupa uang dan beras yang disetorkan pada tempat-tempat yang telah

di tentukan.

b) Divisi Pendistribusian, tugasnya menyalurkan hasil dari zakat yanng telah

diperoleh untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.

Page 70: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

3. Visi dan Misi Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi

Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri”Kabupaten Ngawi mempunyai visi

untuk membina dan membangun kemandirian umat. Misinya adalah untuk membina

dan membangun kemandirian umat melalui pengelolaan dana ummat yang amanah

dan professional.

B. Upaya-upaya yang dilakukan Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri”

Kabupaten Ngawi dalam rangka pengentasan kemiskinan, antara lain :

1. Beasiswa

Program yang diadakan “BINUMA” dalam bentuk beasiswa ini ada dua jenis

yaitu :

a. Beasiswa Anak Yatim, diantaranya anak yatim tidak mampu dan anak yatim

rawan putus sekolah.

b. Beasiswa dhu’afa dan yatim, yang terdiri dari anak orang tidak mampu, anak

rawan putus sekolah dan anak yang rawan pendangkalan aqidah.

Program yang dilakukan dalam hal ini berupa pemberian beasiswa dalam

bentuk uang, ataupun pendirian sarana pendidikan yang mendesak untuk disediakan.

Bantuan tersebut diberikan secara insidentil, penambahan biaya sekolah tiap bulan

bagi anak-anak yatim maupun peserta didik yang orang tuanya tidak mampu. Untuk

mengetahui anak-anak yang membutuhkan santunan tersebut didata melalui orang-

orang kepercayaan Lembaga Amil Zakat yang ada di Kabupaten Ngawi.64 Disini

peneliti cantumkan sebagian data dari hasil penelitian kami, yaitu daftar anak yatim

64 Atok Sunu, wawancara (Ngawi 24 Januari 2008).

Page 71: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

piatu yang telah di beri bantuan oleh Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri”

tertulis dalam tabel berikut :

Beasiswa untuk anak yatim di periode 30 Juni-November 2007

No Nama Alamat Sekolah 1. Supriyadi Dsn. Kiyonten, Ds. Kiyonten,

Kec. Kasreman SDN Lego Kulon

2. Chorul Azis Dsn. Ngablak RT 06/RW 02. Ds. Pacing, Kec. Padas

SMPN 1 Padas

3. Muhammad F Dsn, Ngablak RT 02/rw 02, Ds. Pacing, Kec. Padas

SMPN 1 Padas

4. Arya Dwi P Dsn. Banjar, Ds. Ngawi, Kec. Ngawi

SMPN 1 Ngawi

5. Astutik Dsn. Dungus, Ds, Karangsari, Kec. Ngawi

SMPN 5 Ngawi

6. Ayunda Prima S Margomulyo RT 05/RW 01, Ds. Margomulyo, Ngawi

SDN Karang Tengah 5

7. Sri Lestari Margomulyo RT 05/RW 01, Ds. Margomulyo, Ngawi

SMPN 1 Ngawi

8. Husa’in Abdullah

Dsn. Pojok RT 05/RW 01, Ds. Beran, Kec. Ngawi

MTsN Ngawi

9. Suroto Dsn. Blandongan RT 01/RW 01, Ds. Ngawi, Kec. Ngawi

MTsN Ngawi

10. Choirul Al Fizahri

Ds. Pleset, Kec. Pangkur SMPN 1 Pangkur

11. Arif Sutanto Dsn. Cangakan1 Ds. Cangakan, Kec. Kasreman

SMPN 1 Kasreman

12. Imam Muslimin Ds. Cangakan Dsn. Cangakan 1 Kec. Kasreman

SMPN 1 Kasreman

13. Aris Novi Biwayanti

Ds. Sumengko Kec. Kwadungan SMSN 1 Kwadungan

14. Umirul Chasanah

Kawu Trinil Kec. Kedunggalar MAN Ngawi

Dari data-data yang telah dipaparkan diatas maka menurut pendapat peneliti

program tersebut mempunyai peran dan pengaruh yang lebih besar dibandingkan

dengan yang lain dalam rangka mengentaskan kemiskinan yang ada di Kabupaten

Ngawi. Karena program ini begitu meyakinkan untuk menjadi investasi jangka

panjang atau lebih bersifat produktif bukan bersifat konsumtif. Dari program ini

Page 72: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

diharapkan para siswa mampu mengenyam pendidikan secara layak, tidak

mendapatkan kendala-kendala yang berarti. Para siswa mampu melanjutkan jenjang

pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Yang pada akhirnya mereka mampu

mencetuskan pemikiran untuk mengubah kondisi perekonomian mereka. Tidak

menjadi beban bagi dalam masyarakat, akan tetapi justru berubah menjadi orang

yang mampu membantu masyarakat lain yang kurang mampu.

Memang dalam mewujudkan sebuah tujuan tidak bisa diwujudkan dalam waktu

yang sangat singkat. Butuh waktu yang cukup lama untuk mewujudkannya. Apalagi

ini untuk mewujudkan sesuatu yang besar, mewujudkan masyarakat yang bebas dari

kondisi kemiskinan. Ini juga tidak terlepas dari sistem dilingkungan sekitar, yang

secara otomatis sangat berpengaruh besar terhadap kinerja di sebuah Lembaga Amil

Zakat.

Adapun hasil wawancara dengan ketua lembaga amil zakat, beliau

mengutarakan bahwa selama ini LAZ belum dapat mengentaskan mereka dari situasi

kemiskinan. Jadi program-program yang ada masih mengupayakan untuk menuju

kearah sana, pengentasan kemiskinan. Indikator seseorang dikatakan miskin yaitu

apabila pengeluarannya lebih besar dari pendapatannya. Maksudnya, seseorang

dalam mencukupi kebutuhan hidupnya itu belum bisa terpenuhi secara layak.

2. Kafalah Du’at

Wawancara dengan Bapak Atok Sunu, sebagai ketua Lembaga Amil Zakat

“Bina Umat Mandiri” menyatakan bahwa :

“Kafalah Du’at ini bertujuan untuk berdakwah. Kita alokasikan dana misalnya transportasi yang kedaerah-daerah. Kita juga mengcover bulanan da’i yang

Page 73: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

ekonominya masih belum mapan seperti sembako yaitu sabun, beras dan lain-lain. Juga untuk anak-anak da’i yang kurang mampu.”65 Maksud dari pernyataan diatas bahwa di Lembaga Amil Zakat “Bina Umat

Mandiri” juga memberikan bantuan kepada para Da’i dalam bentuk transportasi

untuk pergi ketempat mereka akan berdakwah. Adapun daerah-daerah yang

diprioritaskan oleh para Da’i ialah daerah terpencil yang sekiranya kehadirannya

para Da’i tersebut sangat dibutuhkan, seperti di Kecamatan Bringin dan Kecamatan

Pitu. Kemudian diberikan juga bantuan untuk keperluan sehari-hari sebagai

penunjang kebutuhannya. Hal ini diberikan kepada para Da’i yang dalam

perekonomiannya belum mapan sehingga proses dakwahpun tetap berjalan dengan

lancar dan bantuan ini diberikan disetiap bulan. Pada laporan pengeluaran Lembaga

Amil Zakat ”Binuma” bulan November 2007 memberikan bantuannya sebesar Rp.

500.000. Pemberian bantuan ini seyogyanya menjadi langkah motivasi internal dan

eksternal. Motivasi internal sebagai pemberi semangat bahwa niat dan langkah

mereka berjuang dan mengajar menjadi perhatian bersama umat Islam. Motivasi

eksternal mengarahkan masyarakat untuk diperhatikan kesejahteraan para Da’i dan

para guru TPA yang selama ini tidak terlalu penting untuk diperhatikan. Tidak

dilupakan juga bantuan pemberian dana pada anak-anak mereka untuk tetap bisa

duduk di bangku sekolahan. Hal ini tetap bisa berjalan seiring sejalan, dakwah tetap

berjalan dan anak-anak merekapun tetap mendapatkan pendidikan yang layak.

5. Waqaf Al-Qur’an dan Iqra’

Program lain dari lembaga amil zakat ini adalah berupa waqaf al-Qur’an dan

iqra’ yang diberikan ke masjid, mushalla dan taman pendidikan Quran. Ini

65 Atok Sunu, wawancara (Ngawi, 24 Januari 2008).

Page 74: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

diharapkan masyarakat bisa untuk membumikan ayat-ayat Allah di muka bumi.

Masyarakat lebih bisa mencintai Allah dan RasulNya daripada dunia dan seisinya.

6. Bantuan Pendidikan TPA dan TKIT

Untuk bantuan ini, Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” menyerahkan

bantuan pendidikan TKIT (Taman Kanak-kanak Islam Terpadu) Harapan Ummat

Kabupaten Ngawi di jalan S. Parman gang Soka No. 24 Ngawi pada bulan Agustus

2007 berupa monitor komputer. Dimaksudkan supaya dengan adanya fasilitas ini

proses dalam pendidikan bisa berjalan dengan yang lebih baik. 66

Selain membantu dalam segi pendidikan, Lembaga Amil Zakat juga membantu

untuk merenovasi gedung dengan memberikan bantuan berupa materiil dan logistik.

Dalam bentuk materiil ini misalkan berupa bentuk semen atau dengan uang tunai.

Sedangkan bantuan yang berupa logistik berupa Al-Qur’an dan buku-buku

keagamaan lainnya.67

7. Bantuan Renovasi Masjid/mushalla

Bantuan ini diberikan ke masjid/mushalla yang membutuhkan. Seperti yang

disampaikan oleh bapak Atok Sunu, beliau mengatakan :

“LAZ ini juga memberikan bantuan untuk merenovasi masjid, tetapi belum bisa bikin masjid yang besar, hanya bisa membantu setara dengan 10 sak semen atau dalam bentuk uang Rp 400.000.”68

Adapun masjid/mushalla yang mendapatkan bantuan antara lain terdapat pada

tabel berikut :

No Jenis Penyaluran Tempat Bulan/Tahun Jumlah

1 Bantuan Mushalla Dsn. Sidomulyo, Ds. 09/2007 Rp.

66 Ibid., (Edisi V : Agustus 2007). 67 Atok Sunu, wawancara (Ngawi, 17 Januari 2008). 68 Atok Sunu, wawancara (Ngawi, 24 Januari 2008).

Page 75: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Baitul Iman Kandangan 300.000

2 Bantuan Mushallanya

Pak Pur

Geneng 09/2007 Rp.

300.000

3 Bantuan Masjid

Hidayatullah

Dsn. Suko, Ds.

Karangasri

09/2007 Rp.

216.000

4 Bantuan Masjid

Baitussalam

Ds. Karangsono,

Kec. Kwadungan

11/2007 Rp.

300.000

5 Bantuan Masjid Baitul

Hikmah

Ds. Karangtengah,

Prandon

11/2007 Rp.

400.000

Dengan bantuan ini diharapkan maqsjid/mushalla bisa cepat selesai dan bisa

dimanfaatkan masyarakat untuk shalat berjamaah dan untuk kegiatan keagamaan

yang lain, yang bisa untuk menunjang pengokohan aqidah masyarakat.

8. Bantuan Daerah Bencana

Pelaksanaan bantuan ini diberikan ke desa Sumber Bening Kecamatan Bringin

yang terkena musibah diterjang angin puting beliung pada tanggal 24 Oktober 2007

kemarin. Oleh sebab itulah dari pihak Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri”

memberikan bantuan berupa uang tunai kepada keluarga yang ditimpa musibah,

khususnya mereka yang rumahnya roboh total dan sangat membutuhkan bantuan

untuk perbaikan rumah mereka. Bantuan pertama diserahkan ke Bapak Wito yang

rumahnya hancur total, beliau memiliki satu orang anak dan bekerja sebagai petani.

Kemudian selanjutnya diserahkan ke ibu Saini yang sehari-harinya juga bekerja

sebagai petani, kemudian diberikan juga kepada seorang nenek yang hidup bersama

cucunya. Semuanya ini dilakukan dalam rangka meringankan beban yang ada di

pundak mereka.69 Dan menurut bapak Atok Sunu Prastowo, pengalokasian dana pada

69 Buletin Binuma (Edisi VII : Desember 2007).

Page 76: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

daerah bencana ini bertujuan agar mereka tidak terjebak dengan hutang. Hal ini

disebabkan karena kondisi ekonomi dalam masyarakat semakin memburuk, dengan

keadaan itu dikhawatirkan ada oknum-oknum tertentu untuk mengambil keuntungan

pribadi. Program ini dilakukan hanya bersifat insidental, hanya sewaktu-waktu ketika

ada musibah menimpa masyarakat ngawi.

9. Daurah Pembinaan Umat

Di Lembaga Amil Zakat ini juga ada program daurah pembinaan umat atau

biasa disebut dengan training tsaqofah. Training ini contohnya di Kecamatan Pitu

dengan tema “ Kantin Gaul 57” (Kajian Rutin Generasi Unggul Se-Kecamatan Pitu”

nama trainning yang diadakan ini bekerjasama dengan karang taruna “Budi Karya”

Watugudel Pitu. Diadakan setiap bulan pada hari Ahad minggu keempat, yang

dihadiri oleh para pemuda dan pemudi Se-Kecamatan Pitu baik dari wakil remas,

pelajar, karang taruna dan lain-lain, dengan materi-materi baik agama dan

pengetahuan lain. Diharapkan dapat mencetak pemuda pemudi yang Gaul “Generasi

Unggul”.70 Maksudnya menjadikan mereka cepat tanggap terhadap permasalahan

yang ada di tengah-tengah masyarakat serta mengetahui bagaimana menyelesaikan

permasalahn tersebut dengan solusi yang tepat. Jadi program ini juga bertujuan untuk

mencerdaskan umat agar tidak terkungkung didalam kebodohan. Karena kebodohan

itu salah satu penyebab terjadinya kemiskinan. Karena seorang yang fakir pada

umumnya tidak bisa belajar ataupun mengajarkan dan menyekolahkan anak-anak

mereka, karena itulah pendidikan merupakan urgensitas yang harus dipenuhi oleh

70 Buletin Binuma (Edisi IV : Juli 2007).

Page 77: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

kaum fakir pada masa ini, dengan mendayagunakan zakat yang ada untuk belajar dan

menyekolahkan anak-anak mereka demi kepentingan duniawi dan ukhrawi.71

8. Penyaluran zakat fitrah

Zakat fitrah ini dibagikan kepada orang-orang yang tidak mampu di daerah-

daerah yang telah ditentukan dan yang ada di sekitarnya. Baik yang berwujud uang

maupun beras. Zakat fitrah ini tidak hanya berasal dari masyarakat sekitar akan tetapi

juga berasal dari lembaga-lembaga yang berada di Kabupaten Ngawi. Dalam

penyalurannya yang lebih diutamakan ialah orang-orang terdekat kemudian baru

orang-orang yang agak jauh dari kantor zakat.

Zakat juga sesungguhnya dapat di istilahkan sebagai jaminan sosial yakni

jaminan sosial bagi masyarakat yang membutuhkan, orang-orang yang tidak mampu

untuk bekerja, orang tua yang sudah jompo, tentu mereka berhak untuk mendapatkan

dana dari zakat. Dan statusnya mereka dapat disebut sebagai orang yang fakir atau

bisa juga disebut sebagai orang yang miskin. Dana zakat yang diberikan kepada

mereka bertujuan untuk dapat digunakan dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya

karena mereka tidak mampu untuk bekerja.72

Akan tetapi bantuan ini tidak bisa dijadikan sebagai jaminan bahwa kemiskinan

tersebut dapat dientaskan karena hanya bersifat konsumtif semata. Bantuan ini hanya

bisa untuk memenuhi mereka yang membutuhkan kebutuhan sehari-hari dan

istilahnya hanya berguna untuk sekali pakai saja. Tidak bisa dijadikan sebagai

investasi jangka panjang.

71 Yusuf Qaradhawi Spektrum Zakat Dalam Membangun Ekonomi Kemasyarakatan (Jakarta : Zikrul 1987). 50. 72 Didin Hafidhuddin Agar Harta Berkah dan Bertambah. (Jakarta : Gema Insani Press, 2007). 81.

Page 78: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

9. Penyaluran ke ‘Amil Zakat

Amil zakat adalah mereka yang melaksanakan segala kegiatan yang berkaitan

dengan urusan zakat, mulai dari proses penghimpunan, penjagaan, pemeliharaan,

sampailah proses pendistribusiannya, serta tugas pencatatan masuk dan keluarnya

dana zakat tersebut. Para pengurus badan atau lembaga zakat berhak mendapat

bagian zakat dari bagian amil atas kerja mereka yang diberikan oleh pihak yang

mengangkat mereka dengan catatan bagian tersebut tidak melebihi dari upaya

standart.73

Pada masa Rasulullah SAW, yang diangkat menjadi amil zakat adalah

Sayyidina Umar Bin Khattab ra. Ketika Umar menjadi khalifah, beliau mengangkat

Ibnus Sa’dy Al-Maliki sebagai pengumpul zakat. Dalam hadits Rasulullah SAW :

$ ا, رY- +�� ا;�<�*- �3ل ي +/ ��� ا &� ا +�+ -*+ /J23 ا� ��*) �.�) �� د���� وأ �

3/ �- (�ء أ+��7 �� �� : �3ل ا, +*- أ��ي و ا, +�*� ��� ا : (�*� �2 &<�� أ���- ا��$

- ;*� و +*�$ ا, 4*- ا, ر;ل +�/ +*- +�*�*�>) �*�) :Z� W�3 ��) ل �- لا, ر;

#J/ق و (�: �$ #�� ن أ .�� �� ��X أ+��7 ذا ا : و;*� +*�$ , ا 4*-

Artinya : Dari Ibnu As-Saidi, dia berkata, ”Umar bin Khaththab RA menjadikan aku sebagai amil yang mengumpulkan shadaqah (zakat), maka ketika aku menyelesaikan pekerjaan itu dan menyampaikan kepadanya, ia memerintahkan untuk memberikan kepadaku upah,” maka aku berkata, ”Aku mengerjakannya hanya karena Allah, dan ganjaranku hanya dari Allah,” dia berkata, ”Ambillah apa yang aku berikan kepadamu, karena sesungguhnya aku telah mengerjakan pekerjaan ini pada zaman Rasulullah SAW, dan beliau memberi kepadaku upah (waktu itu) aku mengatakan seperti apa yang kamu katakan, Rasulullah SAW bersabda, ”Apabila kamu di berikan sesuatu tanpa kamu memintanya, maka makanlah dan sedekahkanlah.” (Shahih, Muttafaq Alaih).74

73 Didin Hafidhuddin Agar Harta Berkah dan Bertambah (Jakarta : Gema Insani Press, 2007). 179. 74 Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Shahih Sunan Abu Daud (Jakarta : Pustaka Azzam, 2007). 640.

Page 79: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Berdasarkan keterangan dari Bapak Atok Sunu, penyaluran untuk ‘Amil ini

terbagi menjadi dua yaitu :

1. Amil yang meliputi kader-kader dari lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri”

sebagai pengurus dari lembaga tersebut.

2. Amil yang diartikan lembaga itu sendiri. Bagian untuk amil ditetapkan sebesar

1/8 setara dengan 12,5% pendapat Imam Syafi’i.

C. Metode Pengelolaan Zakat di Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri”

Kabupaten Ngawi

1. Pengumpulan Zakat pada Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri”

Kabupaten Ngawi

Dalam pengumpulan zakatnya yang pertama kali ditempuh oleh pengurus

Lembaga Amil Zakat adalah :

a. Menyebarkan informasi tentang keberadaan Lembaga Amil Zakat melalui

brosur ataupun media cetak seperti majalah tiga bulanan yang ditertibkan oleh

Lembaga Amil Zakat tersebut.

b. Kegiatan pengumpulan zakat biasanya dengan memanfaatkan momentum bulan

ramadhan.

c. Pengumpulkan zakat tidak hanya dari masyarakat saja, akan teapi juga dari

kader Lembaga Amil Zakat dan menjalin kerjasama dengan yayasan “Harum”

(Harapan Umat). Yaitu yayasan yang bergerak dalam bidang pendidikan,

setaraf dengan TK, TPA yang ada di Kabupaten Ngawi. Kerjasama tersebut

terbentuk karena sebagian besar pengurus Lembaga Amil Zakat merupakan

pengurus yayasan “Harum”.

Page 80: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Selain itu Lembaga Amil Zakat juga bekerjasama dengan lembaga pendidikan

seperti MAN Paron, SMK PGRI, SMA 2, SMA 1, juga lembaga milik pemerintah,

meliputi BRI dan PDAM. Dalam hal ini Lembaga Amil Zakat memberikan

penawaran pada lembaga-lembaga tersebut untuk membantu dan mendistribusikan

zakatnya. Jika lembaga tersebut setuju, maka pada bulan ramadhan, zakat fitrah yang

terkumpul akan diserahkan pada Lembaga Amil Zakat untuk selanjutnya akan

disalurkan pada para mustahiq zakat.

2. Pengelolaan dana zakat pada Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri”

Kabupaten Ngawi

Dalam pengelolaan dana zakatnya, Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri”

menerapkan open management atau managemen keterbukaan. Bapak Atok

mengungkapkan bahwa :

”Kita terbuka, kita membikin tempat ini sengaja biar masyarakat tahu, nggak ilegal, manajemen ini memang sewaktu-waktu siap di audit untuk pengeluaran, masuknya dana mayarakat di kemanakan, pertanggungjawabannya kepada masyarakat. Sehingga kalau ada dana yang masuk dan keluarnya dana di cantumkan di buletin binuma. Dengan cara ini diharapkan masyarakat akan mengetahui kinerja dari Lembaga Amil Zakat tersebut, serta memberikan kritik serta masukan.” Maksud dari pernyataan diatas bahwa Lembaga Amil Zakat ini terbuka untuk

umum yang diharapkan masyarakat mengetahui bagaimana kinerja lembaga zakat

ini, keluar dan masuknya dana bisa tersalurkan dengan jelas, tidak ilegal. Jadi

kapanpun lembaga ini siap untuk mempertanggungjawabkan kepada masyarakat.

Akan tetapi terkait denga zakat, manajemen nampaknya belum banyak diperhatikan

orang. Zakat masih dianggap persoalan ringan yang tidak perlu dikelola secara

profesional. Apalagi ketika disebut zakat, orang segera mempersepsikan zakat fitrah

Page 81: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

dalm benaknya dan zakat fitrah cukup dilaksanakan di akhir bulan ramadhan.

Dengan demikian, manajemen tidak diperlukan dalam pengelolaan zakat.75

Untuk memaksimalkan pengelolaan dana zakatnya, Lembaga Amil Zakat “Bina

Umat Mandiri” membagi prosentase dana zakat menjadi dua yaitu :

a. 60% untuk mustahiq.

b. 40% dari dana wakaf, infak dan shadaqoh.

3. Penyaluran zakat pada Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri”

Kabupaten Ngawi

Dalam penyaluran zakatnya, para amil di Lembaga Amil Zakat “Bina Umat

Mandiri” mengacu pada firman Allah dalam surat at-Taubah ayat 60, intinya dari

ayat tersebut bahwa penyaluran zakat diberikan kepada delapan asnaf. Adapun dalam

memberikan kepada delapan asnaf tersebut berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan,

dengan kata lain meskipun semuanya mendapatkan tapi yang lebih diprioritaskan

adalah orang-orang yang mempunyai kepentingan mendesak.76

D. Analisis Pemasukan dan Pengeluaran Zakat di Lembaga Amil Zakat “Bina

Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi

Dalam bagian pembahasan ini, peneliti berusaha menganalisis hasil dari

pengelolaan zakat dilihat dari pemasukan dan pengeluaran zakat apakah sudah

tersalurkan dengan baik dan mampu untuk mengentaskan kemiskinan atau belum.

Disini peneliti mencantumkan data-data penerimaan dan pengeluaran zakat dari

tahun 2004-2007 sebagai upaya untuk menguatkan hasil dari penelitian tersebut.

75 Sudirman, Zakat Dalam Pusaran Arus Modernitas (Malang : UIN Malang Press, 2007). 72. 76 Atok Sunu, wawancara (Ngawi, 17 Januari 2008).

Page 82: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Yang kemudian setelah dianalisis peneliti mampu untuk memberikan kesimpulan

dari apa yang telah di temukan.

1. Pemasukan dan Pengeluaran Zakat di Lembaga Amil Zakat “Bina Umat

Mandiri” Kabupaten Ngawi di tahun 2004-2005

No Pemasukan Jumlah Pengeluaran Jumlah 1 Zakat Fitrah Rp 4.512.000 Penyaluran Zakat

Fitrah Rp 4.512.000

2 Fidyah Rp 1.291.000 Bantuan Daerah Bencana

Rp 2.850.000

3 Zakat Maal Rp 28.070.500 Bantuan Renovasi TPA dan TKIT

Rp 7.500.000

4 Zakat Profesi

Rp 5.343.100 Bantuan Renovasi Masjid/Mushalla

Rp 2.095.000

5 Infak dan Shadaqah

Rp 2.833.500 Bantuan Pengobatan Keluarga Da’i

Rp 500.000

6 Lain-lain Rp 43.500 Kafalah Dakwah Rp 6.184.900

Total Pemasukan

Rp 41.893.600 Santunan Anak Yatim dan Fakir Miskin

Rp 6.910.000

7 Penyaluran ke Amil Zakat

Rp 6.309.200

8 Bantuan Daerah Tertinggal

Rp 2.901.000

9 Dana Operasional th. 2004-2005

Rp 1.054.000

Total Pengeluaran Rp 40.816.100

2. Pemasukan dan Pengeluaran Zakat di Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat

Mandiri” Kabupaten Ngawi Tahun 2005-2006

No Pemasukan Jumlah Pengeluaran Jumlah 1 Zakat Fitrah Rp 7.575.000 Penyaluran Zakat

Fitrah Rp 7.575.000

2 Fidyah Rp 235.000 Penyaluran Fidyah

Rp 235.000

3 Zakat Maal Rp 55.845.000 Santunan Anak Yatim

Rp 6.000.000

Page 83: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

4 Zakat Profesi

Rp 1.870.000 Fi Sabilillah Rp 3.500.000

5 Infak/Shadaqah

Rp 5.670.000 Ghorimin Rp 1.000.000

6 Infak Yatim Rp 400.000 Fakir Miskin Rp 5.000.000

7 Lain-lain Rp 521.000 Alokasi untuk ’Amilin (2,5% dari penerimaan zakat)

Rp 1.396.125

Total Pemasukan

Rp 72.116.000 Santunan Pengobatan

Rp 250.000

7 Bantuan Modal untuk Mustahiq

Rp 2.000.000

8 Bantuan Pembangunan Masjid Derah Tertinggal

Rp 1.500.000

9 Kafalah Ustadz/Ustadzh

Rp 1.250.000

10 Operasional Rp 1.250.000

11 Alokasi Ke Lembaga Dakwah Binaan

Rp 500.000

Total Pengeluaran

Rp 31.456.125

3. Penerimaan dan Pengelaran Zakat di Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat

Mandiri” Kabupaten Ngawi Tahun 2007

No Bulan Alokasi Debet Kredit Saldo Jumlah 1 Maret Infak 562.000 166.000 396.000 SAY 45.000 45.000 Zakat 650.000 650.000 Jumlah 1.662.000 1.662.000 1.496.000

14.996.000 2 April Infak 427.000 106.700 320.300 SAY 390.000 210.100 179.900 Zakat 590.000 187.320 402.680 Jumlah 1.407.000 504.120 902.880

902.880 3 Mei Infak 2.242.000 61.600 2.180.400 SAY 835.000 354.800 480.200

Page 84: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Zakat 240 000 65.300 174.700 Jumlah 3.317.000 481.700 2.835.300

2.835.300 4 Juni Infak 1.375.000 1.065.480 309.520 SAY 420.000 127.300 292.700 Zakat 590.000 534.960 55.040 Jumlah 2.385.000 1.727.740 657.260

657.260 5 Juli Infak 570.000 32.500 537.500 SAY 390.000 278.000 112.000 Zakat 600.000 600.000 Jumlah 1.560.000 310.500 1.249.500

1.249.500 6 Agustus Infak 585.000 617.290 32.290 SAY 445.000 80.000 365.000 Zakat 340.000 291.650 48.350 Jumlah 1.370.000 988.940 381.060 32.290 348.770

348.770 7 September Infak 190.000 243.250 53.250 SAY 180.000 180.000 Zakat 727.500 870.350 142.850 Jumlah 1097500 1113600 16100 8 November Infak 737.500 452.750 284.750 SAY 325.000 80.000 245.000 Zakat 1.321.500 1.543.320 221.820 Jumlah 2.384.000 2.076.070 307.930

307.930 9 Desember Infak 895.000 7.455.000 149.500 SAY 125.000 135.000 10.000 Zakat 1.150.000 686.500 463.000 Jumlah 2.170.000 1.567.000 603.000 10.000 593.000

593.000 TOTAL 17.352.500 8.935.670

8.390.640

Sebenarnya dari awal peneliti ingin menganalisis data dari awal berdirinya

sampai sekarang, akan tetapi karena data-data di tahun 2001-2003 tidak bisa diakses

maka peneliti menganalis dari tahun 2004-2007 yang hasilnya sebagai berikut.

Page 85: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Berdasarkan data-data yang telah ada ternyata pemasukan dan pengeluaran

mengalami instabilitasi, merujuk pada data diatas pemasukan di tahun 2004-2005

sebesar Rp 41.893.600, pemasukan ditahun 2005-2006 sebesar Rp 72.116.000

sedangkan pada tahun 2007 pemasukannya sebesar Rp 17.352.500, hal ini

merupakan sesuatu yang wajar karena terkait dengan adanya dua faktor yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari orang-orang dalam itu

sendiri, yaitu kurang maksimalnya dalam mengelola zakat di Lembaga Amil Zakat

”Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi. Hal tersebut dapat disebabkan karena

berbagai sebab seperti diantaranya karena mengelola zakat hanya sebagai pekerjaan

sampingan; tidak ada penghargaan yang tinggi terhadap jenis pekerjaan ini karena di

anggap cukup dikerjakan seadanya, di waktu yang tersisa dan sederhana. Kemudian

pekerjaan ini juga di kesampingkan setelah pekerjaan lain. Penyebab yang lain

karena kurangnya disiplin; memang saat ini kebiasaan tidak disiplin sudah menjadi

kebudayaan kita, sehingga sulit untuk dihilangkan. Akan tetapi meskipun sulit pasti

bisa untuk mengubahnya ketika di lembaga ini mempunyai komitmen yang tinggi

untuk meraih suatu hasil yang maksimal. Sedangkan dari faktor eksternal yaitu

terdapat pada sistemnya yang ada sekarang ini, yaitu sistem kapitalis. Ketika para

individunya yang terdapat disebuah organisasi seperti di Lembaga Amil Zakat ”Bina

Umat Mandiri” sudah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengentaskan

kemiskinan masyarakat sedangkan sistem yang ada adalah sistem yang menuntut

untuk mementingkan diri sendiri maka adanya Lembaga Amil Zakat pun tidak akan

mendapatkan hasil yang berarti.

Oleh sebab itulah peran negara dalam bentuk tanggung jawabnya mengenai

kebutuhan rakyat sangatlah penting dan harus dilakukan secara menyeluruh bukan

Page 86: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

hanya secara parsial saja. Hal ini berbeda, ketika ada negara Islam yang

pemimpinnya atau imamnya sangat bertanggung jawab. Contohnya ketika khalifah

Umar bin Khattab yang harus memanggul sekarung bahan makanan kesalah satu

keluarga miskin. Dalam kisah tersebut, bagaimana seorang khalifah dengan rela

mengangkat sekarung bahan makanan dari gudang kerumah seorang ibu yang

mengeluh bahwa khalifah tidak pernah memperhatikan mereka. Karena

ketidakmampuan membeli makanan, ibu tersebut terpaksa memasak batu untuk

menenangkan anaknya yang meminta makanan. Mendengar keluhan tersebut, Umar

Bin Khattab yang saat itu tengah melakukan kunjungan kerakyatnya merasa bersalah.

Sebagai tanggung jawabnya terhadap rakyatnya, khalifah Umar dengan rela

mengangkat sendiri sekarung bahan makanan untuk diberikan kepada ibu tersebut,

bahkan pengawalnya, tidak diijinkan ketika akan membantu. Beliau tahu, ia akan

dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT pada hari akhir nanti. Beliau bahkan

pernah berkata, ”Andaikan ada seekor keledai diwilayah Irak yang kakinya

terperosok dijalan, aku takut Allah SWT akan meminta pertanggungjawabanku

karena tidak memperbaiki jalan tersebut”. Hewan yang terperosok saja sangat

dikhawatirkan oleh khalifah, apalagi rakyat yang kelaparan.

Kisah tersebut membuktikan, bahwa pemimpin mempunyai tanggung jawab

besar terhadap kebutuhan pokok masyarakat. Dalam syariat Islam, negaralah yang

bertanggung jawab dalam memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan primer

kepada rakyat. Bahkan Rasulullah pernah mengatakan, ”seseorang imam (pemimpin)

bagaikan pengembala. Dia akan dimintai pertanggung jawaban atas gembalanya

(rakyatnya).”

Page 87: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi menerapkan

sistem open management (manajemen keterbukaan). Artinya dalam

pendapatan, pengelolaan, serta penyalurannya dapat diketahui oleh masyarakat

umum, melalui majalah tri wulan. Sehingga dengan menggunakan sistem ini

masyarakat percaya dan mengetahui dengan jelas kemana arah zakat yang

mereka keluarkan.

Page 88: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

2. Dalam rangka pengentasan kemiskinan Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat

Mandiri” Kabupaten Ngawi melakukan berbagai upaya seperti penyaluran

beeasiswa, kafalah du’at, waqaf al-Qur’an dan iqra’, bantuan pendidikan TPA

dan TKIT, bantuan renovasi masjid/mushalla, bantuan daerah bencana, daurah

pembinaan umat.

3. Zakat yang ada di Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” Kabupaten

Ngawi ini, dilihat dari hasilnya memang belum 100 % mencapai target untuk

mengentaskan kemiskinan, akan tetapi dari awal tahun berdirinya sudah

mengalami peningkatan yang lebih baik. Kalau pada awalnya Lembaga Amil

Zakat ini hanya aktif ketika pada bulan ramadhan tetapi sekarang pada setiap

bulannya sudah ada penerimaan dari masyarakat sekitar, yaitu melalui

kerjasama dengan yayasan “Harum” Kabupaten Ngawi, donatur rutin perbulan

dari Instansi-instansi lain seperti lembaga pendidikan yang berada di

Kabupaten Ngawi dan sekitarnya.

B. Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang penulis lakukan terhadap

permasalahan yang terdapat pada Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri”

Kabupaten Ngawi, maka penulis mengajukan usulan-usulan dan saran-saran, sebagai

berikut :

1. Demi terwujudnya suatu Lembaga Amil Zakat yang profesional, amanah,

terpercaya maka sudah selayaknyalah para pengurus Lembaga Amil Zakat

“Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi untuk lebih mengoptimalkan kembali

Page 89: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

upaya-upaya pengentasan kemiskinan yang selama ini sudah berjalan sehigga

benar-benar terwujud secara nyata dan bisa dirasakan oleh masyarakat umum.

2. Dalam rangka mewujudkan pengentasan kemiskinan yang ada di Kabupaten

Ngawi, maka upaya-upaya yang dilakukan seyogyanyalah lebih difokuskan lagi

pada usaha-usaha yang besifat produktif, seperti penyaluran program beasiswa

kepada orang-orang yang kurang mampu dalam mengenyam pendidikan,

karena ini mampu untuk dijadikan investasi guna mendukung kondisi

perekonomian masyarakat yang lebih baik sehingga kondisi kemiskinan inipun

mampu untuk dituntaskan.

3. Berdasarkan atas tuntutan profesionalisme sudah seyogyanyalah pengelola

zakat yaitu para amil untuk mengelola secara fokus dan full time. Sehingga

dapat dikatakan bahwa amil zakat adalah sebuah profesi, sebagaimana profesi-

profesi yang lain, bukan sebagai profesi sambilan. Peneliti berharap Lembaga

Amil Zakat ini mampu menjadi titik terang awal penghapusan kesenjangan

sosial, khususnya yang ada di Kabupaten Ngawi.

Page 90: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Karim (1996) Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya. Semarang : PT

Karya Toha Putra. Al Albani, Muhammad Nashiruddin (2007) Shahih Sunan Abu Daud. Jakarta :

Pustaka Azzam. --------------- (2007) Shahih Sunan Ibnu Majah. Jakarta : Pustaka Azzam. --------------- (2006) Shahih Sunan An-Nasa’i. Jakarta : Pustaka Azzam. Al-Syaikh, Yasin Ibrahim (2004) Zakat Menyempurnakan Puasa Membersihkan

Harta. Bandung: Marja. An-Nabhani, Taqyuddin (1996) Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif

Islam. Surabaya: Risalah Gusti. Arikunto, Suharsimi (2002) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta. Ashidiqi, Hasby (1967) Pedoman Zakat. Jakarta: Bulan Bintang. Departemen Agama (2005) Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Islam

Negeri. Malang. Departemen Agama RI (2003) Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Lembaga

Pengelolaan Zakat. Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji. Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf.

----------- (2003) Petunjuk Pelaksanaan Pengendalian dan Evaluasi Pengelolaan

Zakat. Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji.

Drajat, Zakiyah (1993) Zakat Pembersih Harta dan Jiwa. Jakarta : YPI RUHAMA. Faisal, Sanapial (1999) Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Grafindo

Persada. Hafidhuddin, Didin (2007) Agar Harta Berkah dan Bertambah. Jakarta : Gema

Insani Press. Inayah, Gazi (2003) Teori Kompreherensip Tentang Zakat dan Pajak. Yogyakarta:

Tiara Wacana.

Page 91: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Ja’far, Muhammad (1975) Zakat Puasa dan Haji. Jakarta: Kalam Mulia. Marzuki (1997) Metodologi Rizet. Yogyakarta: BP-FE-UI. Moleong, Lexy (2002) Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muhammad, Sahri (2006) Mekanisme Zakat dan Permodalan Masyarakat Miskin.

Malang: Bahtera Press. Mulyana, Deddy (2004) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya. Purnama, Siechul Hadi (1993) Sumber Penggalian Zakat. Jakarta: Pustaka Firdaus. Qadir, Abdurrachman (1998) Zakat Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial. Jakarta: PT

Raja Grafindo Pesada. Qardhawi, Yusuf (1975) Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan. Jakarta: Gema Insani

Press. ------------ (1987) Hukum Zakat. Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa. ------------ (2005) Spektrum Zakat dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan. Jakarta :

Zikrul Hakim. Ramulyo, Idris (2004) Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Acara

Peradilan Agama dan Zakat Menurut Hukum Islam. Jakarta: Sinar Grafika. Sabiq, Sayid (1977) Fiqih Sunnah. Beirut: Darul Fikri. Sahhatih, Syauqi Ismail (2007) Penerapan Zakat dalam Bisnis Modern. Bandung:

Pustaka Setia. Shaltut, Mahmud (1966). Ala Fatawa. Kairo. Soekanto, Soerjono (1981) Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Islam

Press. Sudirman (2007) Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas. Malang : UIN Press. Suyitno, Heri Junaidi,Adib Abdushomad (2005) Anatomi Fiqh Zakat. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar. Syarifuddin, Amir (2003) Garis-Garis Besar Fiqih. Bogor: Kencana. Yunus, Mahmud (1990) Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Hidakarya Agung.

Page 92: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Ensiklopedi Hukum Islam (2001). Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve. Buletin Binuma (Edisi 4: Juli 2007). Majalah Al-Waie (Edisi 78 : Februari 2007) Majalah Suara Islam (Edisi 8: November 2006).

Page 93: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

BUKTI KONSULTASI

Nama : Hasti Ernawati

NIM : 03210069

Pembimbing : Dr. Umi Sumbulah M.Ag

Judul Skripsi : Zakat Sebagai Sarana Pengentasan Kemiskinan (Studi Kasus

Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi)

No Tanggal Keterangan Tanda Tangan

1 28 Februari 2007 Pengajuan Judul

2 11 Mei 2007 Pengajuan Proposal

3 10 Desember 2007 Seminar Proposal

4 15 Desember 2007 Konsultasi Bab I

5 24 Desember 2007 Revisi Bab I

6 03 Maret 2008 Konsultasi Bab I, II, III

7 17 Maret 2008 Revisi Bab I, II, III

8 01 April 2008 Konsultasi Bab I, II, III, IV, V

9 11 April 2008 Revisi Bab I, II, III, IV, V

10 24 April 2008 ACC Keseluruhan

Malang, 25 Juli 2008

Mengetahui Dekan Fakultas

Drs. H. Dahlan Tamrin, M. Ag NIP 150216425

Page 94: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

PANDUAN WAWANCARA

1. Kapan berdirinya Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri” Kabupaten

Ngawi ?

2. Bagaimana latar belakang berdirinya Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat

Mandiri” Kabupaten Ngawi ?

3. Bagaimana susunan organisasi Lembaga Amil Zakat ini ?

4. Apakah pada tahun pertama susunan organisasi sudah ada tiga unsur pokok

yaitu Dewan Pertimbangan, Komisi Pengawas, dan Badan Pelaksana ?

5. Kalau sudah ada tiga unsur diatas, menurut bapak/saudara apakah ada

permasalahan diantara tugas ketiga unsur pokok tersebut ?

6. Bagaimana solusinya bila terjadi permasalahan diantara ketiga unsur pokok

tersebut ?

7. Bagaimana manajemen Lembaga Amil Zakat ini dalam mengumpulkan zakat

kepada mustahiq ?

8. Lembaga Amil Zakat ini mendapatkan zakat dari jenis harta apa saja dan dari

mana saja ?

9. Zakat yang sudah terkumpulkan disalurkan kepada siapa saja ? Dan apakah

ada yang digunakan untuk sesuatu yang bersifat produktif ?

10. Dalam rangka pengentasan kemiskinan masyarakat, kegiatan apa saja yang

dilakukan Lembaga Amil Zakat ini dalam kurun waktu satu tahun?

11. Apakah Lembaga Amil Zakat ”Bina Umat Mandiri” sudah berhasil untuk

mengentaskan kemiskinan yang ada di masyarakat ?

Page 95: ZAKAT SEBAGAI SARANA PENGENTASAN KEMISKINANetheses.uin-malang.ac.id/4236/1/03210069.pdf · Lembaga Amil Zakat (pasal 7) dan Badan Amil Zakat (pasal 6). 2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)