MANAJEMEN STRATEGIS PENGELOLAAN ZAKAT BADAN AMIL …

13
Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif SEMARANG, 15 16 Oktober 2016 PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477 – 2097 578 MANAJEMEN STRATEGIS PENGELOLAAN ZAKAT BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KOTA SEMARANG Nikmatuniayah 1) , Lilis Mardiana A 1) 1 Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Semarang, Jl. Prof Sudharto SH Tembalang Semarang 50275 [email protected] Abtract This study aims to identify the strategic issues facing the BAZNAS Kota Semarang. This study formulates strategic management using the parameters: Opportunities, Threats, Strengh and weaknesses. This study uses a case study approach in which the subject is BAZNAS Semarang and qualitative analysis-descriptive, with a strategic management approach through a SWOT analysis. The results showed there are four strategic issues facing BAZNAS Kota Semarang, namely: Cost Management profesonalisme BAZ high, (2) Lack of human resources professionals in the field, (3) Database muzaki and mustahiq not accurate, (4) The financial statements of Zakat is not in accordance with PSAK 109 IAI. Strategi to reduce the high cost of management professionalism BAZ is to use WO strategy (Weaknesses- Opportunities). Strategi to overcome the limitations of human resources professionals is to use WO strategy (Weaknesses - Opportunities. Strategi to improve muzaki Database and mustahiq BAZ using strategies SO (Strengh - Opportunities). Finally strategy to improve the application of PSAK 109 charity's financial statements using strategies ST (Strengh-Treath). Keywords: management, strategic management, zakah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah-masalah strategik yang dihadapi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Semarang. Penelitian ini merumuskan manajemen strategis dengan menggunakan parameter: Peluang-peluang (Opportunities), Ancaman-ancaman (Threats), Kekuatan-kekuatan (Strengh), dan Kelemahan-kelemahan (Weaknesses). Penelitian ini menggunakan pendekatan case study yang subjeknya adalah BAZNAS Kota Semarang dengan analisis kualitatif-deskriptif, dengan pendekatan manajemen strategis melalui analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan terdapat empat isu strategis yang dihadapi BAZNAS Kota Semarang, yaitu: Biaya Profesionalisme Pengelolaan BAZ yang tinggi, (2) Keterbatasan SDM yang profesional di bidangnya, (3) Database muzaki dan mustahiq belum akurat, (4) Laporan keuangan Zakat belum sesuai PSAK 109 IAI. Strategi untuk mengurangi tingginya biaya profesionalisme pengelolaan BAZ adalah dengan menggunakan strategi WO (Weaknesses- Opportunities). Strategi untuk mengatasi keterbatasan SDM yang profesional adalah dengan menggunakan strategi WO (Weaknesses Opportunities. Strategi untuk meningkatkan Database muzaki dan mustahiq BAZ dengan menggunakan strategi SO (Strengh Opportunities). Pamungkas strategi untuk meningkatkan penerapan laporan keuangan zakat PSAK 109 dengan menggunakan strategi ST (Strengh Treath). Kata Kunci: manajemen, strategis, pengelolaan, zakat PENDAHULUAN Zakat adalah media pengalihan harta dari orang kaya ke orang miskin. Betapa Islam telah memikirkan kesejahteraan orang miskin dengan kewajiban membayar zakat 2,5%

Transcript of MANAJEMEN STRATEGIS PENGELOLAAN ZAKAT BADAN AMIL …

Page 1: MANAJEMEN STRATEGIS PENGELOLAAN ZAKAT BADAN AMIL …

Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif

SEMARANG, 15 – 16 Oktober 2016

PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477 – 2097 578

MANAJEMEN STRATEGIS PENGELOLAAN ZAKAT BADAN AMIL

ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KOTA SEMARANG

Nikmatuniayah1)

, Lilis Mardiana A1)

1 Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Semarang, Jl. Prof Sudharto SH Tembalang

Semarang 50275

[email protected]

Abtract

This study aims to identify the strategic issues facing the BAZNAS Kota Semarang. This

study formulates strategic management using the parameters: Opportunities, Threats,

Strengh and weaknesses. This study uses a case study approach in which the subject is

BAZNAS Semarang and qualitative analysis-descriptive, with a strategic management

approach through a SWOT analysis. The results showed there are four strategic issues

facing BAZNAS Kota Semarang, namely: Cost Management profesonalisme BAZ high,

(2) Lack of human resources professionals in the field, (3) Database muzaki and mustahiq

not accurate, (4) The financial statements of Zakat is not in accordance with PSAK 109 IAI.

Strategi to reduce the high cost of management professionalism BAZ is to use WO strategy

(Weaknesses- Opportunities). Strategi to overcome the limitations of human resources

professionals is to use WO strategy (Weaknesses - Opportunities. Strategi to improve

muzaki Database and mustahiq BAZ using strategies SO (Strengh - Opportunities). Finally

strategy to improve the application of PSAK 109 charity's financial statements using

strategies ST (Strengh-Treath).

Keywords: management, strategic management, zakah

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah-masalah strategik yang dihadapi

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Semarang. Penelitian ini merumuskan

manajemen strategis dengan menggunakan parameter: Peluang-peluang (Opportunities),

Ancaman-ancaman (Threats), Kekuatan-kekuatan (Strengh), dan Kelemahan-kelemahan

(Weaknesses). Penelitian ini menggunakan pendekatan case study yang subjeknya adalah

BAZNAS Kota Semarang dengan analisis kualitatif-deskriptif, dengan pendekatan

manajemen strategis melalui analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan terdapat

empat isu strategis yang dihadapi BAZNAS Kota Semarang, yaitu: Biaya Profesionalisme

Pengelolaan BAZ yang tinggi, (2) Keterbatasan SDM yang profesional di bidangnya, (3)

Database muzaki dan mustahiq belum akurat, (4) Laporan keuangan Zakat belum sesuai

PSAK 109 IAI. Strategi untuk mengurangi tingginya biaya profesionalisme pengelolaan

BAZ adalah dengan menggunakan strategi WO (Weaknesses- Opportunities). Strategi

untuk mengatasi keterbatasan SDM yang profesional adalah dengan menggunakan strategi

WO (Weaknesses – Opportunities. Strategi untuk meningkatkan Database muzaki dan

mustahiq BAZ dengan menggunakan strategi SO (Strengh – Opportunities). Pamungkas

strategi untuk meningkatkan penerapan laporan keuangan zakat PSAK 109 dengan

menggunakan strategi ST (Strengh – Treath).

Kata Kunci: manajemen, strategis, pengelolaan, zakat

PENDAHULUAN

Zakat adalah media pengalihan harta dari orang kaya ke orang miskin. Betapa Islam

telah memikirkan kesejahteraan orang miskin dengan kewajiban membayar zakat 2,5%

Page 2: MANAJEMEN STRATEGIS PENGELOLAAN ZAKAT BADAN AMIL …

Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif

SEMARANG, 15 – 16 Oktober 2016

PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477 – 2097 579

dari penghasilan orang kaya. Dengan 2,5% dari penghasilan seluruh orang kaya dapat

dikumpulkan jumlah zakat yang sangat besar. Potensi zakat di Indonesia yang

mencapai Rp. 217 triliun merupakan jumlah yang sangat besar dalam mengatasi

masalah kemiskinan. Dengan pengelolaan dana zakat yang baik oleh lembaga, zakat

dapat menjadi instrumen ekonom, yang memiliki kekuatan untuk pemerataan

pendapatan, peningkatan penghasilan, membuka lapangan pekerjaan, dan mendorong

tumbuhnya perekonomian masyarakat. Berdasarkan penelitian tahun 2011 yang

dilakukan oleh Baznas dan Institut Pertanian Bogor (IPB), diketahui bahwa potensi

zakat di Indonesia sampai tahun 2013 sangat besar, yaitu sekitar 217 triliun atau sebesar

3,4 persen dari PDB di Indonesia.

Kewajiban melaksanakan akuntabilitas bagi badan amil zakat (BAZ) atau lembaga

amil zakat (LAZ) dituntut oleh Undang-undang No. 38 Tahun 1999 tentang

pengelolaan zakat. Berlakunya UU Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan Zakat,

perlu dipertanyakan apakah bertumbuhnya lembaga zakat diiringi dengan manajemen

dan akuntabilitas yang baik. Dalam pasal 19 UU tersebut dikatakan, bahwa setiap BAZ

atau LAZ wajib melaporkan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat

yang telah diaudit kepada Baznas secara berkala (Bisri, Zaini 2012). Berpijak pada

aturan tersebut maka keberadaan Baznas menjadi penting bagi peningkatan

kesejahteraan masyarakat.

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan satu-satunya

yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001

yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq, dan

sedekah (ZIS) pada tingkat nasional. Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011

tentang Pengelolaan Zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS sebagai lembaga

yang berwenang melakukan pengelolaan zakat secara nasional. Dalam UU tersebut,

BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri

dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama.

Dengan demikian, BAZNAS bersama Pemerintah bertanggung jawab untuk

mengawal pengelolaan zakat yang berasaskan: syariat Islam, amanah, kemanfaatan,

keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.Visi BAZNAS adalah

“Menjadi Badan Zakat Nasional yang Amanah, Transparan dan Profesional.” Badan

Amil Zakat Kota Semarang beralamat di Jalan WR. Supratman No 77 Semarang

Nomor Telepon: 024 7600240; No Fax: 024 7600240; Email:

[email protected]; Website: www.bazsemarang.or.id. Badan Amil Zakat

(BAZ) Kota Semarang berdiri pada tanggal 13 Juni 2003 sesuai dengan Surat

Keputusan Walikota Semarang No 451.1.05.159, tanggal 13 Juni 2003 tentang

Pembentukan Badan Amil Zakat.

Berdasarkan hasil penelitian Sugiyo dkk (2009), diketahui bahwa potensi ZIS di

Jawa Tengah sebesar Rp 4.017.638.091.692 dan khususnya di Kota Semarang sebesar

Rp 153.445.980.564. Namun faktanya ZIS yang dapat digali hanya sebesar Rp

4.082.637.195, sedang di Kota Semarang terkumpul sebesar Rp 2.013.776.252. Rata-

rata tingkat serapan ZIS oleh Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) Jawa tengah masih

rendah, yaitu hanya 0,1 persen. Hal ini membuktikan bahwa kolektivitas pengumpulan

zakat masih jauh dari harapan. Menurut Adnan (2001), rendahnya tingkat kolektibilitas

dana zakat di Indonesia disebabkan oleh faktor aspek kelembagaan zakat, yakni

eksistensi dan profesionalisme Organisasi Pengelola Zakat.

Berdasarkan penelitian Nikmatuniayah (2014) menunjukkan, bahwa masih terdapat

kelemahan dalam kepatuhan terhadap pengendalian intern, antara lain ditunjukkan

Page 3: MANAJEMEN STRATEGIS PENGELOLAAN ZAKAT BADAN AMIL …

Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif

SEMARANG, 15 – 16 Oktober 2016

PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477 – 2097 580

dalam hal melemahnya pemisahan tugas, pemegang otorisasi, rotasi jabatan, dokumen

tidak bernomor urut tercetak, dan pengawasan internal LAZ di Kota Semarang. Lestari,

Puji et. al (2015) menunjukkan, bahwa sosialisasi program dan akuntabilitas

pengelolaan zakat masih rendah. Menjawab kesenjangan tersebut, penelitian ini

menganalisis strategi apa yang harus ditempuh oleh BAZNAS Kota Semarang,

sehingga kinerja pengelolaan Zakat, Infak dan Shodaqoh (ZIS) semakin baik. Dengan

mengkaji dan menganalisis SWOT melalui berbagai pertanyaan sebagai berikut: (1)

Faktor – faktor Strengh (Kekuatan) apa yang membuat BAZNAS Kota Semarang

sebagai isu strategis? (2) Faktor – faktor Weaknesses (Kelemahan) apa yang membuat

BAZNAS Kota Semarang sebagai isu strategis? (3) Faktor – faktor Opportunities

(Peluang) apa yang membuat BAZNAS Kota Semarang sebagai isu strategis? (4)

Faktor – faktor Threats (Ancaman ) apa yang membuat BAZNAS Kota Semarang

sebagai isu strategis?

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan dalam rangka penelitian ini mengacu pada

metode: (1) studi data sekunder, (2) wawancara mendalam (depth interview), dan (3)

observasi langsung pada organisasi yang menjadi objek penelitian. Studi data sekunder

dilakukan dengan cara penelusuran data-data atau dokumen tertulis, berupa bahan-

bahan laporan, arsip, dan berbagai referensi serta data statistik dari instansi/organisasi

terkait yang berhubungan dengan pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqoh. Disamping

dipakai juga sumber-sumber yang lain, seperti majalah, bulletin, brosur, internet.

Wawancara mendalam dimaksudkan untuk mendapatkan data primer dengan

menggunakan panduan wawancara (interview guide) secara terarah dan fleksibel yang

berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Adapun informan yang dijadikan objek

dalam wawancara dimaksud, yaitu tokoh kunci yaitu Ketua BAZ dan Bidang

Keuangan BAZ. Hasil wawancara tersebut diharapkan dapat memberikan dukungan

data yang lengkap dan akurat. Langkah berikutnya ialah melakukan pengamatan

langsung terhadap objek yang akan diteliti.

Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan pendekatan case study yang

subjeknya adalah BAZNAS Kota Semarang dengan analisa kualitatif-deskriptif, dengan

pendekatan manajemen strategis melalui analisis SWOT. Pendekatan analisis SWOT

didasarkan pada logika untuk memanfaatkan kekuatan dan peluang dan bersamaan

dengan itu pula dapat mengurangi berbagai kelemahan dan ancaman. Berdasarkan hasil

analisis lingkungan strategis, maka diperoleh gambaran tentang aspek-aspek pada

lingkungan eksternal yang dapat memberikan peluang-peluang dan juga yang dapat

menjadi ancaman bagi pengelolaan BAZNAS Kota Semarang , terutama yang berkaitan

dengan pengumpulan ZIS pada masa yang akan datang. Begitu juga dengan aspek pada

lingkungan internal yang merupakan kelemahan-kelemahan bagi Badan ZIS dalam

upaya pengumpulan ZIS di daerah kota Semarang.

Berdasarkan hasil analisis SWOT yang meliputi lingkungan eksternal dan internal

BAZ, angka kemudian dilakukan identifikasi terhadap berbagai isu strategis yang

muncul. Berkaitan dengan itu ada tiga pendekatan bagi identifikasi isu strategis (Barry,

1986 dalam Bryson, 1999:171) kemungkinannya adalah: Pendekatan langsung (the

direct approach), Pendekatan tujuan (the goals approach), dan Pendekatan visi

keberhasilan (the vision of success approach). Pendekatan mana yang terbaik

tergantung pada sifat organisasi atau komunitas. Dalam melakukan identifikasi

terhadap isu-isu yang muncul, maka penelitian ini dilakukan dengan pendekatan

Page 4: MANAJEMEN STRATEGIS PENGELOLAAN ZAKAT BADAN AMIL …

Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif

SEMARANG, 15 – 16 Oktober 2016

PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477 – 2097 581

langsung. Dengan kembali mengkaji kembali mandat, misi, dan analisis SWOT melalui

berbagai pertanyaan (Bryson, 1999) sebagai berikut: Apa isunya? Faktor-faktor apa

(mandat, misi dan SWOT) yang membuatnya sebagai isu strategis? Apa konsekuensi

kegagalan menangani isu tersebut? Selanjutnya untuk mengukur besarnya tingkat

strategis yang muncul atau yang dihadapi, dapat dilakukan Litmust Test.

Tabel 1. Faktor – faktor Analisis SWOT

Faktor-faktor Sub- Faktor Analisis Pengukuran 1. Peluang a. Legalisasi UU No. 23 2011

b. Dukungan pemerintah pusat -

kota

c. Dukungan organisasi massa

Islam

d. Jumlah penduduk

e. Perkembangan teknologi

Diukur dengan analisis deskriptif

2. Ancaman a. Tumbuhnya LAZ – LAZ daerah

/ nasional

b. Pemahaman Masyarakat

tentang ZIS kurang

c. Kesadaran Masyarakat

membayar zakat kurang

d. Pertumbuhan ekonomi yang

tidak stabil/ krisis moneter

Diukur dengan analisis deskriptif

3. Kekuatan a. Dukungan Pemerintah pusat –

kota

b. Perintah kewajiban membayar

zakat

c. Kejelasan visi dan misi

d. Dukungan UU Zakat yang

memusatkan pada BAZNAS

e. Pengawasan operasional BAZ

dilakukan oleh Komite

pengawas dan inspektorat.

Diukur dengan analisis deskriptif

4. Kelemahan a. Tingginya biaya profesionalisme

a. Keterbatas SDM yang

profesional di bidang tertentu

b. Data Muzaki/mustahik belum

akurat

c. Laporan Keuangan Zakat belum

sesuai PSAK 109

Diukur dengan analisis deskriptif

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada tahun 2015 - 2016 pimpinan BAZNAS Kota Semarang dipegang secara

langsung oleh bapak Wali Kota Hendi Hendar Prihardi. Susunan pengurus terdiri dari

pegawai PNS dan tokoh masyarakat. Adapun program yang diusung yaitu Panca

Program, yang meliputi: (1) Semarang Cerdas, (2) Semarang Makmur, (3) Semarang

Taqwa, (4) Semarang sehat, dan (5) Semarang peduli. Program Semarang Cerdas yaitu

program distribusi zakat yang digunakan untuk sektor pendidikan. Program ini

menyalurkan dana beasiswa untuk kaum dhuafa mulai dari sekolah dasar sampai

perguruan tinggi. Penerima zakat dari perguruan tinggi ini juga direkrut sebagai

relawan amil zakat pada BAZNAS Kota Semarang.

Program Semarang Makmur adalah program distribusi zakat untuk bantuan usaha.

Kelompok usaha yang dibina oleh BAZNAS Kota Semarang disebut Bina Mitra

Page 5: MANAJEMEN STRATEGIS PENGELOLAAN ZAKAT BADAN AMIL …

Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif

SEMARANG, 15 – 16 Oktober 2016

PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477 – 2097 582

Mandiri, dengan penerima kredit sejumlah 57 usaha. Melalui program ini diharapkan

orang-orang berekonomi lemah dapat terbantu. Program ini juga menjadi realisasi

tujuan pengentasan kemiskinan. Penerima kredit yang notabene pemegang ekonomi

lemah, dapat mengembangkan usahanya menjadi lebih besar. Orang-orang lemah yang

tidak memiliki akses pinjaman bank, memiliki kesempatan untuk mengembangkan

usaha tersebut.

Program Semarang Taqwa ditujukan untuk pemberian bantuan pembangunan

mushola dan honor guru ngaji TPQ. Berikutnya Program Semarang Sehat diberikan

untuk bantuan biaya pengobatan gratis dan khitanan massal. Sedangkan Program

Semarang Peduli adalah bantuan dana bagi orang miskin untuk keperluan bedah

rumah, atau korban bencana alam.

Jumlah zakat yang diterima dipotong langsung dari gaji karyawan BUMN,

Pemkot, Intansi vertikal (kemenag), atau suka rela dari masyarakat setempat.

Pencatatan transaksi zakat dilakukan secara manual dengan mencatat pemasukan dan

pengeluaran kas zakat. Pencatatan akuntansi zakat belum sepenuhnya mengacu pada

PSAK 109. Laporan keuangan untuk donatur diberikan setiap bulan via surat pos.

Laporan Keuangan Arus Kas Tahunan dilaporkan kepada wali kota, propinsi, dan

kementrian agama. Namun Laporan Keuangan BAZNAS sampai tahun 2016 belum

pernah diaudit auditor independen. BAZNAS Kota Semarang tidak memiliki tenaga

accounting yang berasal dari lulusan Akuntansi. Pengawasan operasional BAZ

dilakukan oleh Komite pengawas dan inspektorat.

Berdasarkan wawancara dengan Muhammad Asyhar, manager Baznas Kota

Semarang, “ Masalah yang dihadapi BAZ antara lain: (1) Keterbatasan SDM, terutama

SDM yang memiliki background Akuntansi, (2) Tingginya biaya profesionalisme, (3)

Pengumpulan zakat belum optimal, (4) Kesadaran masyarakat kurang, mereka lebih

suka membayar sendiri, (5) Ketergantungan dhuafa terhadap muzaki”. BAZNAS belum

memiliki tenaga akuntansi karena tingginya biaya profesionalisme. Adanya muzaki

yang lebih senang membayar secara langsung kepada saudara atau tetangga setempat,

menjadikan penerima zakat tergantung dengan muzaki.

HASIL ANALISIS SWOT

Pendekatan analisis SWOT didasarkan pada logika untuk memanfaatkan kekuatan

dan peluang dan bersamaan dengan itu pula dapat mengurangi berbagai kelemahan dan

ancaman. Berdasarkan hasil analisis lingkungan strategis, maka diperoleh gambaran

tentang aspek-aspek pada lingkungan eksternal yang dapat memberikan peluang-

peluang dan juga yang dapat menjadi ancaman bagi pengelolaan ZIS pada masa yang

akan datang. Begitu juga aspek-aspek pada lingkungan internal yang merupakan

kekuatan-kekuatan dan juga merupakan kelemahan-kelemahan bagi BAZNAS Kota

Semarang.

Dalam rangka mengidentifikasikan isu-isu strategis yang harus dijawab oleh

BAZNAS Kota Semarang, maka perlu dilakukan analisis SWOT untuk

memformulasikan aspek-aspek mana saja yang merupakan peluang dan ancaman

eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal BAZNAS Kota Semarang.

1. Peluang-peluang (Opportunities)

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, baik data yang bersifat primer

maupun sekunder dari faktor eksternal, maka berbagai peluang yang dapat

dimanfaatkan oleh BAZNAS Kota Semarang sebagai berikut:

Page 6: MANAJEMEN STRATEGIS PENGELOLAAN ZAKAT BADAN AMIL …

Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif

SEMARANG, 15 – 16 Oktober 2016

PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477 – 2097 583

a. Adanya legalisasi dari Undang-undang No. 38 Tahun 1999 tentang

pengelolaan zakat. Berlakunya UU Nomor 23 Tahun 2011 tentang

pengelolaan Zakat mengharuskan semua LAZ atau BAZ melaporkan

keuangannya kepada BAZNAS. UU ini mengisyaratkan bahwa BAZNAS

menjadi satunya-satunya Badan Amil Zakat yang legal dan syah menurut

pemerintah.

b. Adanya dukungan dari Pemerintah pusat sampai pemerintah kota. Baznas Kota

Semarang dipimpin langsung oleh Bapak Wali Kota Semarang Hendar

Prihardi. Baznas kota didukung oleh kantor pemerintahan, kementrian, dan

kemenag. Zakat diambil dari karyawan PNS seluruh di jajaran Pemerintah

Kota, kementrian, dan kemenag di Kota Semarang.

c. Meningkatnya jumlah penduduk dengan potensi zakat yang sangat besar.

Jumlah penduduk di Kota semarang tergolong besar dan mayoritas 90%

beragama Islam. Jumlah penduduk yang besar merupakan peluang bagi

BAZNAS Kota Semarang untuk menjaring muzaki dari masyarakat luas.

d. BAZNAS Kota Semarang didukung oleh ormas-ormas Islam, dan Takmir

masjid besar di Kota Semarang, seperti Masjid besar Baiturrahman, Masjid

Kota Semarang Kauman, dan Masjid Besar Jawa Tengah.

e. Perkembangan teknologi yang pesat memungkinkan BAZNAS memanfaatkan

aplikasi atau memperluas jaringan via internet.

2. Ancaman-ancaman (Threats)

Ada beberapa aspek internal yang dapat memberikan ancaman atau hambatan

terhadap upaya pengumpulan dana ZIS oleh BAZNAS Kota Semarang diantaranya

yaitu:

a. Adanya pertumbuhan LAZ yang cepat dan munculnya LAZ-LAZ nasional,

menyebabkan tanpa sengaja terjadi perebutan wilayah donatur dari BAZ

sebelumnya dengan LAZ-LAZ yang baru berdatangan.

b. Masyarakat belum terbiasa menyalurkan zakat pada badan/lembaga amil

zakat. Masyarakat cenderung membayar zakat secara langsung pada

keluarga dekat, tetangga, atau orang miskin yang dikenal.

c. Kurangnya kesadaran Masyarakat dalam membayar zakat. Masyarakat

belum memahami jenis zakat infak sodaqoh , dan yang dikenal baru sebatas

zakat fitrah.

d. Fluktuasi pertumbuhan ekonomi yang tidak menentu menyebabkan

rendahnya daya beli masyarakat dan penerimaan zakat. Orang cenderung

mendahulukan kebutuhan primer dan sekundernya terlebih dahulu

dibandingkan memberi sedekah apalagi membayar zakat

3. Kekuatan-kekuatan (Strength)

Ada beberapa aspek lingkungan internal yang merupakan kekuatan bagi BAZ

dalam upaya pengelolaan ZIS. Kekuatan-kekuatan itu adalah:

a. Adanya dukungan dari Pemerintah pusat sampai pemerintah kota. Baznas

Kota Semarang dipimpin langsung oleh Bapak Wali Kota Semarang.

b. Adanya perintah kewajiban membayar zakat dalam AL-Qur’an (27 kali).

c. Memiliki potensi jumlah pembayar zakat dari sektor karyawan pemerintah

PNS yang besar.

d. Adanya dukungan UU BAZ yaitu UU No 23 Tahun 2011. UU ini

menguatkan BAZ untuk menghimpun zakat dari masyarakat, termasuk

Page 7: MANAJEMEN STRATEGIS PENGELOLAAN ZAKAT BADAN AMIL …

Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif

SEMARANG, 15 – 16 Oktober 2016

PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477 – 2097 584

memotong langsung gaji karyawan dengan pembayaran zakat yang

nantinya dapat menjadi pengurang pajak.

e. Pengawasan operasional BAZ dilakukan oleh Komite pengawas dan

inspektorat.

4. Kelemahan-kelemahan (Weaknesses)

Ada beberapa aspek lingkungan internal yang merupakan kelemahan bagi

BAZNAS Kota Semarang dalam upaya pengumpulan ZIS. Kelemahan-kelemahan

itu adalah:

a. Keterbatasan SDM yang profesional di bidang akuntansi. Beberapa pengelola

BAZNAS merupakan eks karyawan PNS pemerintah kota yang dipindah

posisikan menjadi pengelola BAZ.

b. Tingginya biaya profesionalisme. Meningkatnya para sarjana yang juga

menginginkan bekerja di BAZ, menyebabkan biaya profesionalisme menjadi

tinggi.

c. Data muzaki dan mustahik belum akurat. Belum tersedia data base muzaki atau

pun mustahik.

d. Sistem birokrasi yang berbelit, menjadikan gerakan sosial BAZNAS Kota

Semarang menjadi lambat, kalah berkembang dibanding LAZ-LAZ nasional

ternama.

e. Publikasi, promosi dan sosialisasi yang terbatas. Promosi dan sosialisasi

kewajiban membayar zakat untuk BAZNAS Kota Semarang terbatas pada

karyawan PNS di lingkungan pemerintah Kota Semarang, Kementrian, atau

Kemenag. Publikasi hanya berupa surat berisi laporan saldo zakat yang

ditujukan untuk muzaki tertentu di pemerintahan kota. Publikasi Baznas Kota

Semarang baru disiarkan di radio, belum memanfaatkan majalah, bulletin, atau

koran.

f. Laporan keuangan zakat yang berbasis PSAK 109 belum tersedia (masih dalam

proses di tahun 2016), sehingga transparansi dan akuntabilitas BAZ dirasakan

yang masih kurang dibanding LAZ-LAZ lainya.

Dari hasil analisis pada lingkungan ekternal dan internal tersebut di atas, maka

untuk memudahkan analisis berikutnya, masing-masing peluang dan ancaman eksternal

serta kekuatan dan kelemahan internal BAZ tersebut dimasukkan ke dalam Matrik

SWOT BAZNAS Kota Semarang (Tabel 3). Selanjutnya berdasarkan hasil analisis

SWOT yang meliputi lingkungan eksternal dan internal organisasi BAZNAS Kota,

kemudian dilakukan identifikasi-identifikasi terhadap berbagai isu strategis yang

muncul. Sehubungan dengan itu, ada tiga pendekatan bagi identifikasi isu strategis

(Bary, 1986 dalam Bryson, 1999: 171), kemungkinannya adalah:

1. Pendekatan langsung (The direct approach) Pendekatan langsung meliputi jalan

lurus dari ulasan terhadap mandat, misi dan SWOT hingga identifikasi isu-isu

strategis. Pendekatan langsung dapat bekerja di dunia yang pluralistik, partisan,

terpolitisasi, dan relatif terfragmentasi di sebagian besar Badan Amil Zakat,

sepanjang ada koalisi dominan yang cukup kuat dan menarik untuk membuatnya

bekerja.

2. Pendekatan tujuan (The goal approach) Pendekatan tujuan lebih sejalan dengan

teori pendekatan konvensional, yang menetapkan bahwa organisasi harus

menciptakan sasaran dan tujuan bagi dirinya sendiri dan kemudian

mengembangkan strategi untuk mencapainya. Pendekatan ini dapat bekerja jika ada

Page 8: MANAJEMEN STRATEGIS PENGELOLAAN ZAKAT BADAN AMIL …

Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif

SEMARANG, 15 – 16 Oktober 2016

PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477 – 2097 585

kesepakatan yang agak luas dan mendalam tentang sasaran dan tujuan organisasi,

serta jika sasaran dan tujuan itu cukup terperinci spesifik untuk memandu

pengembangan strategi.

3. Pendekatan visi keberhasilan (the vision of success approach). Pendekatan visi

keberhasilan mengembangkan suatu gambar yang sangat berhasil memenuhi

misinya. Pendekatan ini lebih mungkin bekerja dalam organisasi nirlaba ketimbang

organisasi sektor publik.

Tabel 3. Matrik SWOT BAZNAS Kota Semarang

Strength (S)

1. Dukungan pemerintah

pusat dan pemerintah

kota.

2. Memiliki potensi

pembayar zakat dari

sektor karyawan

pemerintah PNS yang

besar.

3. Adanya perintah

kewajiban membayar

zakat dalam Al-

Qur’an

4. Dukungan UU Zakat

No 38 Tn 1999 dan

diperbaharui UU No

23 Th 2011 tentang

pengelolaan zakat.

5. Pengawasan

operasional BAZ

dilakukan oleh

Komite pengawas dan

inspektorat.

Weaknesses (W)

1. Tingginya biaya

profesionalisme

2. Database tentang

muzakki dan mustahiq

belum akurat

3. Keterbatasn SDM

yang profesional di

bidang akuntansi.

4. Sistem birokrasi yang

berbelit, menjadikan

gerakan sosial

BAZNAS Kota

Semarang menjadi

lambat, kalah

berkembang

dibanding LAZ-LAZ

nasional ternama.

5. Publikasi, promosi

dan sosialisasi yang

terbatas

6. Laporan keuangan

zakat belum mengikuti

PSAK 109.

Oppurtunities (O)

1. Adanya legalisasi UU

38 Th 1999 dan UU

23 Th 2011 tentang

pengelolaan zakat,

mengharuskan

pelaporan keuangan

zakat terpusat ke

BAZNAS.

2. Dukungan pemerintah

pusat dan pemerintah

Kota Semarang,

BAZNAS Kota

Semarang dipimpin

langsung oleh Wali

Kota Semarang.

3. Meningkatnya jumlah

penduduk dan potensi

zakat yang besar.

4. Dukungan ormas-

ormas Islam dan

Takmir Masjid besar

di Kota Semarang.

Strategi SO

1. Memperluas segmen

muzakki tidak terbatas

pada kantor

pemerintahan,

melainkan pada

perusahaan swasta

melalui Takmir

Masjid atau ormas-

ormas Islam.

2. Memperluas jaringan

muzaki melalui

jaringan internet dan

kerja sama dengan

Perguruan Tinggi

setempat

3. Memperluas

pemasaran melalui

event-event publik

Islami

4. Mengikuti pelatihan

atau work shop

Strategi WO

1. Meningkatkan

pemasukan donasi

untuk menekan biaya

profesionalisme yang

tinggi

2. Merekrut karyawan

baru yang profesional

di bidang akuntansi

atau menyeleksi eks

PNS karyawan

pemerintah yang

sesuai dengan

bidangnya.

3. Membuat data base

muzaki dan mustahik

dengan memanfaatkan

sistem komputerisasi.

4. Merekontruksi ulang

struktur organisasi

BAZNAS Kota

Semarang yang

memudahkan dan

Page 9: MANAJEMEN STRATEGIS PENGELOLAAN ZAKAT BADAN AMIL …

Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif

SEMARANG, 15 – 16 Oktober 2016

PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477 – 2097 586

5. Perkembangan

teknologi yang pesat

memungkinkan

BAZNAS

memanfaatkan

aplikasi atau

memperluas jaringan

via internet.

.

pengelolaan zakat

berdasarkan PSAK

109 IAI.

5. Secara berkala

melatih SDM

mengenai penerapan

akuntansi zakat

berbasis PSAK 109

IAI.

mempercepat

administrasi.

5. Memanfaatkan

teknologi sistem

komputerisasi untuk

mempercepat akses

transaksi pembayaran

zakat.

6. Meningkatkan

akuntabilitas laporan

keuangan LAZ

melalui pencatatan

akuntansi zakat sesuai

PSAK 109 IAI.

7. Memperluas publikasi

laporan keuangan

maupun kegiatan

melalui media publik

Threats (T)

1. Tumbuhnya LAZ-

LAZ baru baik skala

daerah atau nasional,

menjadikan ajang

perebutan lahan

muzaki.

2. Masyarakat cenderung

membayar secara

langsung ke saudara/

tetangga, dan tidak

terbiasa membayar

zakat pada BAZ.

3. Kurangnya kesadaran

Masyarakat dalam

membayar zakat.

Masyarakat belum

memahami jenis zakat

infak sodaqoh , dan

yang dikenal baru

sebatas zakat fitrah.

4. Fluktuasi ekonomi

yang tidak menentu,

krisis moneter

menyebabkan

turunnya daya beli

masyarakat termasuk

penerimaan zakat.

Strategi ST

1. Meningkatkan

kepercayaan publik/

masyarakat (muzakki)

terhadap BAZNAS

Kota Semarang

sebagai BAZ yang

legal dan diakui.

2. Melakukan

penerangan dan

sosialisasi tentang ZIS

melalui mass media.

3. Membuat

standardisasi SOP

penerimaan,

distribusi, dan

pelaporan BAZ.

4. Mendukung

pertumbuhan ekonomi

yang sehat melalui

program-program

pemberdayaan

masyarakat dan

pengentasan

kemiskinan.

Strategi WT

Tidak ditemukan strategi WT

Sumber: Data diolah, 2015

Pendekatan mana yang terbaik tergantung pada sifat organisasi atau komunitas.

Dalam melakukan identifikasi terhadap isu-isu yang muncul, maka penelitian ini

dilakukan melalui pendekatan langsung (the direct approach) yang biasa digunakan

oleh organisasi pelayanan publik atau organisasi non profit. Dengan mengkaji kembali

mandat, misi, dan analisis SWOT melalui berbagai pertanyaan (Bryson, 1999) sebagai

berikut: Apa isunya? Faktor-faktor apa (mandat, misi dan SWOT) yang membuatnya

sebagai isu strategis? Apa konsekuensi kegagalan menangani isu itu? Kemudian, untuk

Page 10: MANAJEMEN STRATEGIS PENGELOLAAN ZAKAT BADAN AMIL …

Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif

SEMARANG, 15 – 16 Oktober 2016

PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477 – 2097 587

mengukur besarnya tingkat strategis dari suatu isu yang muncul atau yang dihadapi,

dapat dilakukan melalui Litmus Test sebagai berikut dalam tabel 4.

Tabel 4. Tes Litmus untuk isu-isu strategis

(1) (2) (3)

1. Kapan isu-isu strategis tersebut menjadi

tantangan atau peluang bagi organisasi?

Sekarang Tahun depan Dua tahun

atau lebih

2. Seberapa besar/luas dampak isu tersebut

bagi organisasi?

Satu unit/

bidang

Beberapa

bidang

Seluruh

bidang

3. Seberapa besar resiko/peluang keuangan

bagi organisasi?

Kecil (kurang

dari anggaran

10)

Sedang (10-

25% dari

anggaran

Besar (25%

lebih dari

anggaran)

4. Akankah strategi-strategi bagi

pemecahkan isu akan memerlukan

a. Pengembangan sasaran dan program

pelayanan baru?

b. Perubahan signifikan dalam sumber

c. Pengaturan pemerintah

d. Penambahan staf yang signifikat

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Ya

Ya

Ya

Ya

5. Seberapa mudahkah pendekatan yang

dapat dilakukan untuk pemecahan isu?

Siap

diimplementasi

kan

Parameter

luas, agak

terperinvi.

Terbuka luas

6 Level terendah manakah yang dapat

dilakukan untuk pemecahan

Supervisor Kepala/Ketua

Bidang

Ketua umum/

ketua harian

7 Konsekuensi apakah yang akan terjadi

bila isu tidak diselesaikan?

kesulitan,

inefisiensi

Hambatan

dalam

pelayanan

pemborosan

Hambatan

pelayanan

jangka

panjang

kerugian

8 Berapa banyak organisasi yang harus

terlibat dalam pemecahannya?

Tidak ada 1-3 4 atau lebih

9

Bagaimana sensivitas isu ini terhadap

nilai-nilai sosial, politik, agama, atau

budaya masyarakat.

Lunak/tidak

sensitive

Sedang Keras

Sumber: Bryson (1999: 184-185)

Berdasarkan hasil jawaban atas beberapa pertanyaan dari instrumen Litmus Test,

maka dapat diindikasikan bahwa untuk nilai 1 merupakan operasional, sedangkan untuk

hal-hal yang bersifat strategis memiliki 3, sehingga dalam penelitian ini dapat

dikelompokkan sebagai berikut: (a) Kelompok tidak strategis dengan jumlah nilai (13-

21). (b) Kelompok cukup strategis dengan jumlah nilai (22-30). Dan (c) Kelompok

strategis dengan jumlah nilai (31-39). Berdasarkan hasil Tes Litmus di atas, maka

diperoleh empat isu startegis, yaitu (berdasarkan nilai) sebagai berikut: (1) Biaya

profesionalisme yang tinggi. (2) Keterbatasan SDM yang profesional di bidangnya,

Akuntansi, Marketing, dan Fundrasing. (3) Database tentang muzakki dan mustahiq

belum akurat. (4) Laporan keuangan zakat belum mengikuti PSAK 109 IAI.

Tabel 5. Hasil Tes Litmus Isu-Isu Strategis BAZNAS Kota Semarang No Isu Nilai untuk setiap kelompok pertanyaan Total Nilai

(Kategori) 1 2 3 4 5 6 7 8 9

a b C d e

1 Tingginya biaya 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 37

Page 11: MANAJEMEN STRATEGIS PENGELOLAAN ZAKAT BADAN AMIL …

Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif

SEMARANG, 15 – 16 Oktober 2016

PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477 – 2097 588

profesionalisme Strategis

2 Keterbatasan SDM

yang profesional di

bidangnya.

3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 36

Strategis

2 Publikasi, promosi

dan sosialisasi yang

terbatas

2 2 2 3 3 1 3 3 2 2 2 3 1 29

Cukup

strategis

3 Database tentang

muzaki dan

mustahiq belum

tersedia

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 38

Strategis

4 Sistem Birokrasi

yang berbelit

2 2 2 3 3 1 3 3 2 2 2 2 1 28

Cukup

strategis

5 Laporan keuangan

Zakat belum

mengikuti PSAK

109 IAI

2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 33

Strategis

6 Kurang kepercayaan

masyarakat terhadap

BAZ

2 3 2 3 3 1 3 3 2 2 2 2 2 30

Cukup

strategis

Sumber: Data yang diolah, 2015

Strategi untuk mengurangi tingginya biaya profesionalisme pengelolaan BAZNAS

Kota Semarang adalah dengan menggunakan strategi WO (Weaknesses-

Opportunities) yaitu mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang/kesempatan

yang ada, dengan cara sebagai berikut: Meningkatkan pemasukan donasi untuk

menekan biaya profesionalisme yang tinggi. Menempatkan orang-orang yang mengurus

BAZ sesuai dengan kualifikasi tugas. Terdapat pemisahan tugas diantara bagian

operasional, bagian penyimpan, dan bagian akuntansi. Pengurus BAZNAS Kota

Semarang yang profesional hendaknya distimulasi dengan reward atau gaji yang

memadai, atau berupa hak sebagai amil zakat, yaitu 1/8 dari total penerimaan zakat.

Melengkapi sarana dan prasarana sekretariat.

Strategi untuk mengatasi masalah keterbatasan SDM yang profesional di bidangnya

adalah dengan menggunakan startegi WO (Weaknesses – Opportunities), yaitu

mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang/ kesempatan yang ada. Strategi

yang dapat ditempuh antara lain: Merekrut karyawan baru yang profesional di bidang

akuntansi atau menyeleksi eks PNS karyawan pemerintah yang sesuai dengan

bidangnya. Merekontruksi ulang struktur organisasi BAZNAS Kota Semarang yang

memudahkan dan mempercepat administrasi. Mengangkat relawan-relawan yang

profesional di bidangnya dengan mengikat kerja penerima beasiswa BAZ. Sebelumnya

diadakan seleksi calon penerima beasiswa yang nantinya diangkat menjadi relawan atau

tenaga BAZ lepas, melalui rangkaian seleksi sebagai berikut: (1) Pemilihan bidang

sesuai dengan jurusan yang diambil mahasiswa tersebut (Akuntansi, Marketing, dan

Fundraising). (2) Diadakan tes seleksi tertulis mengenai pengetahuan umum dan agama

Islam. (3) Terakhir tes wawancara mengenai: psikotest, minat dan motivasi menjadi

relawan, dan tes BTAQ (Baca tulis Alqur’an). Tes ini dilakukan semata – mata untuk

meyakinkan kesungguhan motivasi calon beasiswa untuk menjadi relawan, bukan

semata-mata mendapat bantuan gratis belaka.

Page 12: MANAJEMEN STRATEGIS PENGELOLAAN ZAKAT BADAN AMIL …

Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif

SEMARANG, 15 – 16 Oktober 2016

PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477 – 2097 589

Strategi untuk meningkatkan Database tentang muzakki dan mustahiq BAZNAS

Kota Semarang dengan menggunakan strategi SO (Strengh – Opportunities), yaitu

mengatasi kelemahan dengan kekuatan/ kesempatan yang ada dengan cara sebagai

berikut: Memperluas segmen muzaki pada sektor swasta melalui kantor swasta,

perusahaan, Takmir Masjid dan atau ormas-ormas Islam. Memperluas jaringan muzaki

melalui jaringan internet dan kerja sama dengan Perguruan Tinggi setempat.

Memperluas pemasaran melalui event-event publik Islami, semisal pameran buku

Islam, pameran produk Islam, perayaan hari besar Islam. Mendata daftar muzaki tetap

mendata ulang distribusi, menyusun data base muzaki dan mustahiq berdasarkan

alfabet dengan data yang lengkap.

Strategi untuk meningkatkan penerapan laporan keuangan zakat BAZ dengan

menggunakan strategi ST (Strengh – Treath), yaitu mengatasi kelemahan dengan

kekuatan/ancaman. Dengan cara sebagai berikut: membuat standardisasi SOP

penerimaan, distribusi, dan pelaporan BAZ. Berikutnya membenahi dokumentasi

transaksi penerimaan/pengeluaran ZIS, membenahi sistem pencatatan ZIS yang baik,

Menyiapkan prosedur pelaporan keuangan ZIS sesuai dengan PSAK 109 IAI.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil Litmus Test, maka diperoleh empat isu strategis yang dihadapi

BAZNAS Kota Semarang dalam rangka pengumpulan ZIS, yaitu: (1) Biaya

Profesionalisme Pengelolaan BAZ yang tinggi. (2) Keterbatasan SDM yang

profesional di bidangnya, Akuntansi, Marketing, dan Fundrasing. (3) Database tentang

muzakki dan mustahiq belum akurat. (4) Laporan keuangan Zakat belum sesuai PSAK

109 IAI. Strategi untuk mengurangi tingginya biaya profesionalisme pengelolaan

BAZNAS Kota Semarang adalah dengan menggunakan strategi WO (Weaknesses-

Opportunities) yaitu: meningkatkan pemasukan donasi untuk menekan biaya

profesionalisme yang tinggi. Menempatkan orang-orang yang mengurus BAZ sesuai

dengan kualifikasi tugas.

Strategi untuk mengatasi masalah keterbatasan SDM yang profesional di bidangnya

adalah dengan menggunakan startegi WO (Weaknesses – Opportunities), yaitu:

merekrut karyawan baru yang profesional di bidang akuntansi atau menyeleksi eks PNS

karyawan pemerintah yang sesuai dengan bidangnya. Merekontruksi ulang struktur

organisasi BAZNAS Kota Semarang. Strategi untuk meningkatkan database tentang

muzaki dan mustahiq BAZNAS Kota Semarang dengan menggunakan strategi SO

(Strengh – Opportunities), yaitu: memperluas segmen muzaki pada sektor swasta

melalui kantor swasta, perusahaan, Takmir Masjid dan atau ormas-ormas Islam.

Memperluas jaringan muzaki melalui jaringan internet dan kerja sama dengan

Perguruan Tinggi setempat. Strategi untuk meningkatkan penerapan laporan keuangan

zakat BAZ dengan menggunakan strategi ST (Strengh – Treath), yaitu: membuat

standardisasi SOP penerimaan, distribusi, dan pelaporan BAZ sesuai dengan PSAK

109.

Keterbatasan penelitian ini adalah sebagaimana penelitian kualitatif yang tidak

meninggalkan subjektif penelitinya. Namun subjektivitas ini dapat diperbaiki dengan

melakukan pengamatan SOP secara berkala dan wawancara mendalam. Melalui

wawancara mendalam peneliti dapat menelisik lebih jauh dan bisa jadi dapat

memperoleh informasi yang tersembunyi (undocover). Untuk penelitian mendatang

peneliti berikutnya dapat mengembangkan optimalisasi pengelolaan zakat dalam

Page 13: MANAJEMEN STRATEGIS PENGELOLAAN ZAKAT BADAN AMIL …

Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif

SEMARANG, 15 – 16 Oktober 2016

PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477 – 2097 590

pemberdayaan masyarakat dalam berbagai aspek: kinerja BAZ, Kepuasan Donatur,

Program Distribusi Zakat, atau Dewan Pengawas Syariah BAZ.

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Muhammad Akhyar. (2001). Sebuah Kata Pengantar dalam Buku Akuntansi

dan Manajemen Keuangan Organisasi Pengelola Zakat. Jakarta: Institut

Manajemen Zakat (IMZ)

Bisri, Zaini AA. (2012). Zakat, Program besar yang terbelangkai. Suara Merdeka No.

32 Th 63, 12 Agustus 2012

Bryson, J. (1995). Strategic Planning for Public and Nonprofit Organizations. (Rev.

edn). San Franscisco, CA: Jossey-Bass

Darmawati, Dwita. Lestari, Puji. U. Widyastuti, Umi. (2006). Implementasi Perpekstif

Pembelajaran dan Pertumbuhan, Proses Bisnis Internal dan Pelanggan dalam

perencanaan Strategis (Studi Kasus pada Badan Amil Zakat Daerah/ BAZDA

Kabupaten Banyumas), PERFORMANCE, Vol. 4, No. 1, September, 43-56

Darmawari, Dwita., Mukti, Arifin M., Wahyudin. (2015). Kinerja Lembaga Amil

Zakat / LAZ dalam Pendekatan Balanced Scorecard (Studi Kasus di Kabupaten

Banyumas). Majalah Ilmiah Ilmu Pengetahuan Sosial, 63-68

Hafidhudin, Didin. (2013). Integrasi Pengelolaan Zakat dan SIMBA. Majalah Zakat.

Edisi mei-Juni 2013, Rajab 1434 H, 6-11, pusat.baznas.go.id

Lestari, Puji., Pratiwi, Umi., Ulfah, Permata. (2015). Identifikasi Faktor Organisasional

dalam Pengembangan “E-Governance” pada Organisasi Pengelola Zakat. MIMBAR,

Vol. 31, No.1, Juni, 221-228

Nikmatuniayah .(2014). Komparasi Sistem Pengendalian Internal Pengelolaan

Lembaga Amil Zakat, Jurnal Akuntansi Multi Paradigma, Vol. 5, No. 3, Desember,

498-510

Sugiyo, Setyawan H.A, Pujiono A. (2009). Model Pemberdayaan Masyarakat Miskin

Binaan Lembaga Amil Zakat Jawa Tengah Dalam Mengentaskan Kemiskinan Yang

Bersumber Dari Dana Zakat Infak Dan Sedekah. Semarang: Penerbit Universitas

Diponegoro

Wikaningtyas, Suci.U & Sulastiningsih. (2015). Strategi Pengumpulan Zakat pada

OPZIS Daerah Istimewa Yogyakarta dalam upaya Pengentasan Kemiskinan.

Prosiding Seminar Nasional dan The 2nd Call for Syariah Paper FEB UMS, 264-

275