MANAJEMEN STRATEGIS PENGELOLAAN ZAKAT BADAN AMIL …
Transcript of MANAJEMEN STRATEGIS PENGELOLAAN ZAKAT BADAN AMIL …
Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif
SEMARANG, 15 – 16 Oktober 2016
PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477 – 2097 578
MANAJEMEN STRATEGIS PENGELOLAAN ZAKAT BADAN AMIL
ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KOTA SEMARANG
Nikmatuniayah1)
, Lilis Mardiana A1)
1 Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Semarang, Jl. Prof Sudharto SH Tembalang
Semarang 50275
Abtract
This study aims to identify the strategic issues facing the BAZNAS Kota Semarang. This
study formulates strategic management using the parameters: Opportunities, Threats,
Strengh and weaknesses. This study uses a case study approach in which the subject is
BAZNAS Semarang and qualitative analysis-descriptive, with a strategic management
approach through a SWOT analysis. The results showed there are four strategic issues
facing BAZNAS Kota Semarang, namely: Cost Management profesonalisme BAZ high,
(2) Lack of human resources professionals in the field, (3) Database muzaki and mustahiq
not accurate, (4) The financial statements of Zakat is not in accordance with PSAK 109 IAI.
Strategi to reduce the high cost of management professionalism BAZ is to use WO strategy
(Weaknesses- Opportunities). Strategi to overcome the limitations of human resources
professionals is to use WO strategy (Weaknesses - Opportunities. Strategi to improve
muzaki Database and mustahiq BAZ using strategies SO (Strengh - Opportunities). Finally
strategy to improve the application of PSAK 109 charity's financial statements using
strategies ST (Strengh-Treath).
Keywords: management, strategic management, zakah
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah-masalah strategik yang dihadapi
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Semarang. Penelitian ini merumuskan
manajemen strategis dengan menggunakan parameter: Peluang-peluang (Opportunities),
Ancaman-ancaman (Threats), Kekuatan-kekuatan (Strengh), dan Kelemahan-kelemahan
(Weaknesses). Penelitian ini menggunakan pendekatan case study yang subjeknya adalah
BAZNAS Kota Semarang dengan analisis kualitatif-deskriptif, dengan pendekatan
manajemen strategis melalui analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan terdapat
empat isu strategis yang dihadapi BAZNAS Kota Semarang, yaitu: Biaya Profesionalisme
Pengelolaan BAZ yang tinggi, (2) Keterbatasan SDM yang profesional di bidangnya, (3)
Database muzaki dan mustahiq belum akurat, (4) Laporan keuangan Zakat belum sesuai
PSAK 109 IAI. Strategi untuk mengurangi tingginya biaya profesionalisme pengelolaan
BAZ adalah dengan menggunakan strategi WO (Weaknesses- Opportunities). Strategi
untuk mengatasi keterbatasan SDM yang profesional adalah dengan menggunakan strategi
WO (Weaknesses – Opportunities. Strategi untuk meningkatkan Database muzaki dan
mustahiq BAZ dengan menggunakan strategi SO (Strengh – Opportunities). Pamungkas
strategi untuk meningkatkan penerapan laporan keuangan zakat PSAK 109 dengan
menggunakan strategi ST (Strengh – Treath).
Kata Kunci: manajemen, strategis, pengelolaan, zakat
PENDAHULUAN
Zakat adalah media pengalihan harta dari orang kaya ke orang miskin. Betapa Islam
telah memikirkan kesejahteraan orang miskin dengan kewajiban membayar zakat 2,5%
Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif
SEMARANG, 15 – 16 Oktober 2016
PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477 – 2097 579
dari penghasilan orang kaya. Dengan 2,5% dari penghasilan seluruh orang kaya dapat
dikumpulkan jumlah zakat yang sangat besar. Potensi zakat di Indonesia yang
mencapai Rp. 217 triliun merupakan jumlah yang sangat besar dalam mengatasi
masalah kemiskinan. Dengan pengelolaan dana zakat yang baik oleh lembaga, zakat
dapat menjadi instrumen ekonom, yang memiliki kekuatan untuk pemerataan
pendapatan, peningkatan penghasilan, membuka lapangan pekerjaan, dan mendorong
tumbuhnya perekonomian masyarakat. Berdasarkan penelitian tahun 2011 yang
dilakukan oleh Baznas dan Institut Pertanian Bogor (IPB), diketahui bahwa potensi
zakat di Indonesia sampai tahun 2013 sangat besar, yaitu sekitar 217 triliun atau sebesar
3,4 persen dari PDB di Indonesia.
Kewajiban melaksanakan akuntabilitas bagi badan amil zakat (BAZ) atau lembaga
amil zakat (LAZ) dituntut oleh Undang-undang No. 38 Tahun 1999 tentang
pengelolaan zakat. Berlakunya UU Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan Zakat,
perlu dipertanyakan apakah bertumbuhnya lembaga zakat diiringi dengan manajemen
dan akuntabilitas yang baik. Dalam pasal 19 UU tersebut dikatakan, bahwa setiap BAZ
atau LAZ wajib melaporkan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat
yang telah diaudit kepada Baznas secara berkala (Bisri, Zaini 2012). Berpijak pada
aturan tersebut maka keberadaan Baznas menjadi penting bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan satu-satunya
yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001
yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq, dan
sedekah (ZIS) pada tingkat nasional. Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS sebagai lembaga
yang berwenang melakukan pengelolaan zakat secara nasional. Dalam UU tersebut,
BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri
dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama.
Dengan demikian, BAZNAS bersama Pemerintah bertanggung jawab untuk
mengawal pengelolaan zakat yang berasaskan: syariat Islam, amanah, kemanfaatan,
keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.Visi BAZNAS adalah
“Menjadi Badan Zakat Nasional yang Amanah, Transparan dan Profesional.” Badan
Amil Zakat Kota Semarang beralamat di Jalan WR. Supratman No 77 Semarang
Nomor Telepon: 024 7600240; No Fax: 024 7600240; Email:
[email protected]; Website: www.bazsemarang.or.id. Badan Amil Zakat
(BAZ) Kota Semarang berdiri pada tanggal 13 Juni 2003 sesuai dengan Surat
Keputusan Walikota Semarang No 451.1.05.159, tanggal 13 Juni 2003 tentang
Pembentukan Badan Amil Zakat.
Berdasarkan hasil penelitian Sugiyo dkk (2009), diketahui bahwa potensi ZIS di
Jawa Tengah sebesar Rp 4.017.638.091.692 dan khususnya di Kota Semarang sebesar
Rp 153.445.980.564. Namun faktanya ZIS yang dapat digali hanya sebesar Rp
4.082.637.195, sedang di Kota Semarang terkumpul sebesar Rp 2.013.776.252. Rata-
rata tingkat serapan ZIS oleh Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) Jawa tengah masih
rendah, yaitu hanya 0,1 persen. Hal ini membuktikan bahwa kolektivitas pengumpulan
zakat masih jauh dari harapan. Menurut Adnan (2001), rendahnya tingkat kolektibilitas
dana zakat di Indonesia disebabkan oleh faktor aspek kelembagaan zakat, yakni
eksistensi dan profesionalisme Organisasi Pengelola Zakat.
Berdasarkan penelitian Nikmatuniayah (2014) menunjukkan, bahwa masih terdapat
kelemahan dalam kepatuhan terhadap pengendalian intern, antara lain ditunjukkan
Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif
SEMARANG, 15 – 16 Oktober 2016
PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477 – 2097 580
dalam hal melemahnya pemisahan tugas, pemegang otorisasi, rotasi jabatan, dokumen
tidak bernomor urut tercetak, dan pengawasan internal LAZ di Kota Semarang. Lestari,
Puji et. al (2015) menunjukkan, bahwa sosialisasi program dan akuntabilitas
pengelolaan zakat masih rendah. Menjawab kesenjangan tersebut, penelitian ini
menganalisis strategi apa yang harus ditempuh oleh BAZNAS Kota Semarang,
sehingga kinerja pengelolaan Zakat, Infak dan Shodaqoh (ZIS) semakin baik. Dengan
mengkaji dan menganalisis SWOT melalui berbagai pertanyaan sebagai berikut: (1)
Faktor – faktor Strengh (Kekuatan) apa yang membuat BAZNAS Kota Semarang
sebagai isu strategis? (2) Faktor – faktor Weaknesses (Kelemahan) apa yang membuat
BAZNAS Kota Semarang sebagai isu strategis? (3) Faktor – faktor Opportunities
(Peluang) apa yang membuat BAZNAS Kota Semarang sebagai isu strategis? (4)
Faktor – faktor Threats (Ancaman ) apa yang membuat BAZNAS Kota Semarang
sebagai isu strategis?
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan dalam rangka penelitian ini mengacu pada
metode: (1) studi data sekunder, (2) wawancara mendalam (depth interview), dan (3)
observasi langsung pada organisasi yang menjadi objek penelitian. Studi data sekunder
dilakukan dengan cara penelusuran data-data atau dokumen tertulis, berupa bahan-
bahan laporan, arsip, dan berbagai referensi serta data statistik dari instansi/organisasi
terkait yang berhubungan dengan pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqoh. Disamping
dipakai juga sumber-sumber yang lain, seperti majalah, bulletin, brosur, internet.
Wawancara mendalam dimaksudkan untuk mendapatkan data primer dengan
menggunakan panduan wawancara (interview guide) secara terarah dan fleksibel yang
berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Adapun informan yang dijadikan objek
dalam wawancara dimaksud, yaitu tokoh kunci yaitu Ketua BAZ dan Bidang
Keuangan BAZ. Hasil wawancara tersebut diharapkan dapat memberikan dukungan
data yang lengkap dan akurat. Langkah berikutnya ialah melakukan pengamatan
langsung terhadap objek yang akan diteliti.
Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan pendekatan case study yang
subjeknya adalah BAZNAS Kota Semarang dengan analisa kualitatif-deskriptif, dengan
pendekatan manajemen strategis melalui analisis SWOT. Pendekatan analisis SWOT
didasarkan pada logika untuk memanfaatkan kekuatan dan peluang dan bersamaan
dengan itu pula dapat mengurangi berbagai kelemahan dan ancaman. Berdasarkan hasil
analisis lingkungan strategis, maka diperoleh gambaran tentang aspek-aspek pada
lingkungan eksternal yang dapat memberikan peluang-peluang dan juga yang dapat
menjadi ancaman bagi pengelolaan BAZNAS Kota Semarang , terutama yang berkaitan
dengan pengumpulan ZIS pada masa yang akan datang. Begitu juga dengan aspek pada
lingkungan internal yang merupakan kelemahan-kelemahan bagi Badan ZIS dalam
upaya pengumpulan ZIS di daerah kota Semarang.
Berdasarkan hasil analisis SWOT yang meliputi lingkungan eksternal dan internal
BAZ, angka kemudian dilakukan identifikasi terhadap berbagai isu strategis yang
muncul. Berkaitan dengan itu ada tiga pendekatan bagi identifikasi isu strategis (Barry,
1986 dalam Bryson, 1999:171) kemungkinannya adalah: Pendekatan langsung (the
direct approach), Pendekatan tujuan (the goals approach), dan Pendekatan visi
keberhasilan (the vision of success approach). Pendekatan mana yang terbaik
tergantung pada sifat organisasi atau komunitas. Dalam melakukan identifikasi
terhadap isu-isu yang muncul, maka penelitian ini dilakukan dengan pendekatan
Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif
SEMARANG, 15 – 16 Oktober 2016
PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477 – 2097 581
langsung. Dengan kembali mengkaji kembali mandat, misi, dan analisis SWOT melalui
berbagai pertanyaan (Bryson, 1999) sebagai berikut: Apa isunya? Faktor-faktor apa
(mandat, misi dan SWOT) yang membuatnya sebagai isu strategis? Apa konsekuensi
kegagalan menangani isu tersebut? Selanjutnya untuk mengukur besarnya tingkat
strategis yang muncul atau yang dihadapi, dapat dilakukan Litmust Test.
Tabel 1. Faktor – faktor Analisis SWOT
Faktor-faktor Sub- Faktor Analisis Pengukuran 1. Peluang a. Legalisasi UU No. 23 2011
b. Dukungan pemerintah pusat -
kota
c. Dukungan organisasi massa
Islam
d. Jumlah penduduk
e. Perkembangan teknologi
Diukur dengan analisis deskriptif
2. Ancaman a. Tumbuhnya LAZ – LAZ daerah
/ nasional
b. Pemahaman Masyarakat
tentang ZIS kurang
c. Kesadaran Masyarakat
membayar zakat kurang
d. Pertumbuhan ekonomi yang
tidak stabil/ krisis moneter
Diukur dengan analisis deskriptif
3. Kekuatan a. Dukungan Pemerintah pusat –
kota
b. Perintah kewajiban membayar
zakat
c. Kejelasan visi dan misi
d. Dukungan UU Zakat yang
memusatkan pada BAZNAS
e. Pengawasan operasional BAZ
dilakukan oleh Komite
pengawas dan inspektorat.
Diukur dengan analisis deskriptif
4. Kelemahan a. Tingginya biaya profesionalisme
a. Keterbatas SDM yang
profesional di bidang tertentu
b. Data Muzaki/mustahik belum
akurat
c. Laporan Keuangan Zakat belum
sesuai PSAK 109
Diukur dengan analisis deskriptif
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada tahun 2015 - 2016 pimpinan BAZNAS Kota Semarang dipegang secara
langsung oleh bapak Wali Kota Hendi Hendar Prihardi. Susunan pengurus terdiri dari
pegawai PNS dan tokoh masyarakat. Adapun program yang diusung yaitu Panca
Program, yang meliputi: (1) Semarang Cerdas, (2) Semarang Makmur, (3) Semarang
Taqwa, (4) Semarang sehat, dan (5) Semarang peduli. Program Semarang Cerdas yaitu
program distribusi zakat yang digunakan untuk sektor pendidikan. Program ini
menyalurkan dana beasiswa untuk kaum dhuafa mulai dari sekolah dasar sampai
perguruan tinggi. Penerima zakat dari perguruan tinggi ini juga direkrut sebagai
relawan amil zakat pada BAZNAS Kota Semarang.
Program Semarang Makmur adalah program distribusi zakat untuk bantuan usaha.
Kelompok usaha yang dibina oleh BAZNAS Kota Semarang disebut Bina Mitra
Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif
SEMARANG, 15 – 16 Oktober 2016
PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477 – 2097 582
Mandiri, dengan penerima kredit sejumlah 57 usaha. Melalui program ini diharapkan
orang-orang berekonomi lemah dapat terbantu. Program ini juga menjadi realisasi
tujuan pengentasan kemiskinan. Penerima kredit yang notabene pemegang ekonomi
lemah, dapat mengembangkan usahanya menjadi lebih besar. Orang-orang lemah yang
tidak memiliki akses pinjaman bank, memiliki kesempatan untuk mengembangkan
usaha tersebut.
Program Semarang Taqwa ditujukan untuk pemberian bantuan pembangunan
mushola dan honor guru ngaji TPQ. Berikutnya Program Semarang Sehat diberikan
untuk bantuan biaya pengobatan gratis dan khitanan massal. Sedangkan Program
Semarang Peduli adalah bantuan dana bagi orang miskin untuk keperluan bedah
rumah, atau korban bencana alam.
Jumlah zakat yang diterima dipotong langsung dari gaji karyawan BUMN,
Pemkot, Intansi vertikal (kemenag), atau suka rela dari masyarakat setempat.
Pencatatan transaksi zakat dilakukan secara manual dengan mencatat pemasukan dan
pengeluaran kas zakat. Pencatatan akuntansi zakat belum sepenuhnya mengacu pada
PSAK 109. Laporan keuangan untuk donatur diberikan setiap bulan via surat pos.
Laporan Keuangan Arus Kas Tahunan dilaporkan kepada wali kota, propinsi, dan
kementrian agama. Namun Laporan Keuangan BAZNAS sampai tahun 2016 belum
pernah diaudit auditor independen. BAZNAS Kota Semarang tidak memiliki tenaga
accounting yang berasal dari lulusan Akuntansi. Pengawasan operasional BAZ
dilakukan oleh Komite pengawas dan inspektorat.
Berdasarkan wawancara dengan Muhammad Asyhar, manager Baznas Kota
Semarang, “ Masalah yang dihadapi BAZ antara lain: (1) Keterbatasan SDM, terutama
SDM yang memiliki background Akuntansi, (2) Tingginya biaya profesionalisme, (3)
Pengumpulan zakat belum optimal, (4) Kesadaran masyarakat kurang, mereka lebih
suka membayar sendiri, (5) Ketergantungan dhuafa terhadap muzaki”. BAZNAS belum
memiliki tenaga akuntansi karena tingginya biaya profesionalisme. Adanya muzaki
yang lebih senang membayar secara langsung kepada saudara atau tetangga setempat,
menjadikan penerima zakat tergantung dengan muzaki.
HASIL ANALISIS SWOT
Pendekatan analisis SWOT didasarkan pada logika untuk memanfaatkan kekuatan
dan peluang dan bersamaan dengan itu pula dapat mengurangi berbagai kelemahan dan
ancaman. Berdasarkan hasil analisis lingkungan strategis, maka diperoleh gambaran
tentang aspek-aspek pada lingkungan eksternal yang dapat memberikan peluang-
peluang dan juga yang dapat menjadi ancaman bagi pengelolaan ZIS pada masa yang
akan datang. Begitu juga aspek-aspek pada lingkungan internal yang merupakan
kekuatan-kekuatan dan juga merupakan kelemahan-kelemahan bagi BAZNAS Kota
Semarang.
Dalam rangka mengidentifikasikan isu-isu strategis yang harus dijawab oleh
BAZNAS Kota Semarang, maka perlu dilakukan analisis SWOT untuk
memformulasikan aspek-aspek mana saja yang merupakan peluang dan ancaman
eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal BAZNAS Kota Semarang.
1. Peluang-peluang (Opportunities)
Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, baik data yang bersifat primer
maupun sekunder dari faktor eksternal, maka berbagai peluang yang dapat
dimanfaatkan oleh BAZNAS Kota Semarang sebagai berikut:
Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif
SEMARANG, 15 – 16 Oktober 2016
PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477 – 2097 583
a. Adanya legalisasi dari Undang-undang No. 38 Tahun 1999 tentang
pengelolaan zakat. Berlakunya UU Nomor 23 Tahun 2011 tentang
pengelolaan Zakat mengharuskan semua LAZ atau BAZ melaporkan
keuangannya kepada BAZNAS. UU ini mengisyaratkan bahwa BAZNAS
menjadi satunya-satunya Badan Amil Zakat yang legal dan syah menurut
pemerintah.
b. Adanya dukungan dari Pemerintah pusat sampai pemerintah kota. Baznas Kota
Semarang dipimpin langsung oleh Bapak Wali Kota Semarang Hendar
Prihardi. Baznas kota didukung oleh kantor pemerintahan, kementrian, dan
kemenag. Zakat diambil dari karyawan PNS seluruh di jajaran Pemerintah
Kota, kementrian, dan kemenag di Kota Semarang.
c. Meningkatnya jumlah penduduk dengan potensi zakat yang sangat besar.
Jumlah penduduk di Kota semarang tergolong besar dan mayoritas 90%
beragama Islam. Jumlah penduduk yang besar merupakan peluang bagi
BAZNAS Kota Semarang untuk menjaring muzaki dari masyarakat luas.
d. BAZNAS Kota Semarang didukung oleh ormas-ormas Islam, dan Takmir
masjid besar di Kota Semarang, seperti Masjid besar Baiturrahman, Masjid
Kota Semarang Kauman, dan Masjid Besar Jawa Tengah.
e. Perkembangan teknologi yang pesat memungkinkan BAZNAS memanfaatkan
aplikasi atau memperluas jaringan via internet.
2. Ancaman-ancaman (Threats)
Ada beberapa aspek internal yang dapat memberikan ancaman atau hambatan
terhadap upaya pengumpulan dana ZIS oleh BAZNAS Kota Semarang diantaranya
yaitu:
a. Adanya pertumbuhan LAZ yang cepat dan munculnya LAZ-LAZ nasional,
menyebabkan tanpa sengaja terjadi perebutan wilayah donatur dari BAZ
sebelumnya dengan LAZ-LAZ yang baru berdatangan.
b. Masyarakat belum terbiasa menyalurkan zakat pada badan/lembaga amil
zakat. Masyarakat cenderung membayar zakat secara langsung pada
keluarga dekat, tetangga, atau orang miskin yang dikenal.
c. Kurangnya kesadaran Masyarakat dalam membayar zakat. Masyarakat
belum memahami jenis zakat infak sodaqoh , dan yang dikenal baru sebatas
zakat fitrah.
d. Fluktuasi pertumbuhan ekonomi yang tidak menentu menyebabkan
rendahnya daya beli masyarakat dan penerimaan zakat. Orang cenderung
mendahulukan kebutuhan primer dan sekundernya terlebih dahulu
dibandingkan memberi sedekah apalagi membayar zakat
3. Kekuatan-kekuatan (Strength)
Ada beberapa aspek lingkungan internal yang merupakan kekuatan bagi BAZ
dalam upaya pengelolaan ZIS. Kekuatan-kekuatan itu adalah:
a. Adanya dukungan dari Pemerintah pusat sampai pemerintah kota. Baznas
Kota Semarang dipimpin langsung oleh Bapak Wali Kota Semarang.
b. Adanya perintah kewajiban membayar zakat dalam AL-Qur’an (27 kali).
c. Memiliki potensi jumlah pembayar zakat dari sektor karyawan pemerintah
PNS yang besar.
d. Adanya dukungan UU BAZ yaitu UU No 23 Tahun 2011. UU ini
menguatkan BAZ untuk menghimpun zakat dari masyarakat, termasuk
Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif
SEMARANG, 15 – 16 Oktober 2016
PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477 – 2097 584
memotong langsung gaji karyawan dengan pembayaran zakat yang
nantinya dapat menjadi pengurang pajak.
e. Pengawasan operasional BAZ dilakukan oleh Komite pengawas dan
inspektorat.
4. Kelemahan-kelemahan (Weaknesses)
Ada beberapa aspek lingkungan internal yang merupakan kelemahan bagi
BAZNAS Kota Semarang dalam upaya pengumpulan ZIS. Kelemahan-kelemahan
itu adalah:
a. Keterbatasan SDM yang profesional di bidang akuntansi. Beberapa pengelola
BAZNAS merupakan eks karyawan PNS pemerintah kota yang dipindah
posisikan menjadi pengelola BAZ.
b. Tingginya biaya profesionalisme. Meningkatnya para sarjana yang juga
menginginkan bekerja di BAZ, menyebabkan biaya profesionalisme menjadi
tinggi.
c. Data muzaki dan mustahik belum akurat. Belum tersedia data base muzaki atau
pun mustahik.
d. Sistem birokrasi yang berbelit, menjadikan gerakan sosial BAZNAS Kota
Semarang menjadi lambat, kalah berkembang dibanding LAZ-LAZ nasional
ternama.
e. Publikasi, promosi dan sosialisasi yang terbatas. Promosi dan sosialisasi
kewajiban membayar zakat untuk BAZNAS Kota Semarang terbatas pada
karyawan PNS di lingkungan pemerintah Kota Semarang, Kementrian, atau
Kemenag. Publikasi hanya berupa surat berisi laporan saldo zakat yang
ditujukan untuk muzaki tertentu di pemerintahan kota. Publikasi Baznas Kota
Semarang baru disiarkan di radio, belum memanfaatkan majalah, bulletin, atau
koran.
f. Laporan keuangan zakat yang berbasis PSAK 109 belum tersedia (masih dalam
proses di tahun 2016), sehingga transparansi dan akuntabilitas BAZ dirasakan
yang masih kurang dibanding LAZ-LAZ lainya.
Dari hasil analisis pada lingkungan ekternal dan internal tersebut di atas, maka
untuk memudahkan analisis berikutnya, masing-masing peluang dan ancaman eksternal
serta kekuatan dan kelemahan internal BAZ tersebut dimasukkan ke dalam Matrik
SWOT BAZNAS Kota Semarang (Tabel 3). Selanjutnya berdasarkan hasil analisis
SWOT yang meliputi lingkungan eksternal dan internal organisasi BAZNAS Kota,
kemudian dilakukan identifikasi-identifikasi terhadap berbagai isu strategis yang
muncul. Sehubungan dengan itu, ada tiga pendekatan bagi identifikasi isu strategis
(Bary, 1986 dalam Bryson, 1999: 171), kemungkinannya adalah:
1. Pendekatan langsung (The direct approach) Pendekatan langsung meliputi jalan
lurus dari ulasan terhadap mandat, misi dan SWOT hingga identifikasi isu-isu
strategis. Pendekatan langsung dapat bekerja di dunia yang pluralistik, partisan,
terpolitisasi, dan relatif terfragmentasi di sebagian besar Badan Amil Zakat,
sepanjang ada koalisi dominan yang cukup kuat dan menarik untuk membuatnya
bekerja.
2. Pendekatan tujuan (The goal approach) Pendekatan tujuan lebih sejalan dengan
teori pendekatan konvensional, yang menetapkan bahwa organisasi harus
menciptakan sasaran dan tujuan bagi dirinya sendiri dan kemudian
mengembangkan strategi untuk mencapainya. Pendekatan ini dapat bekerja jika ada
Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif
SEMARANG, 15 – 16 Oktober 2016
PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477 – 2097 585
kesepakatan yang agak luas dan mendalam tentang sasaran dan tujuan organisasi,
serta jika sasaran dan tujuan itu cukup terperinci spesifik untuk memandu
pengembangan strategi.
3. Pendekatan visi keberhasilan (the vision of success approach). Pendekatan visi
keberhasilan mengembangkan suatu gambar yang sangat berhasil memenuhi
misinya. Pendekatan ini lebih mungkin bekerja dalam organisasi nirlaba ketimbang
organisasi sektor publik.
Tabel 3. Matrik SWOT BAZNAS Kota Semarang
Strength (S)
1. Dukungan pemerintah
pusat dan pemerintah
kota.
2. Memiliki potensi
pembayar zakat dari
sektor karyawan
pemerintah PNS yang
besar.
3. Adanya perintah
kewajiban membayar
zakat dalam Al-
Qur’an
4. Dukungan UU Zakat
No 38 Tn 1999 dan
diperbaharui UU No
23 Th 2011 tentang
pengelolaan zakat.
5. Pengawasan
operasional BAZ
dilakukan oleh
Komite pengawas dan
inspektorat.
Weaknesses (W)
1. Tingginya biaya
profesionalisme
2. Database tentang
muzakki dan mustahiq
belum akurat
3. Keterbatasn SDM
yang profesional di
bidang akuntansi.
4. Sistem birokrasi yang
berbelit, menjadikan
gerakan sosial
BAZNAS Kota
Semarang menjadi
lambat, kalah
berkembang
dibanding LAZ-LAZ
nasional ternama.
5. Publikasi, promosi
dan sosialisasi yang
terbatas
6. Laporan keuangan
zakat belum mengikuti
PSAK 109.
Oppurtunities (O)
1. Adanya legalisasi UU
38 Th 1999 dan UU
23 Th 2011 tentang
pengelolaan zakat,
mengharuskan
pelaporan keuangan
zakat terpusat ke
BAZNAS.
2. Dukungan pemerintah
pusat dan pemerintah
Kota Semarang,
BAZNAS Kota
Semarang dipimpin
langsung oleh Wali
Kota Semarang.
3. Meningkatnya jumlah
penduduk dan potensi
zakat yang besar.
4. Dukungan ormas-
ormas Islam dan
Takmir Masjid besar
di Kota Semarang.
Strategi SO
1. Memperluas segmen
muzakki tidak terbatas
pada kantor
pemerintahan,
melainkan pada
perusahaan swasta
melalui Takmir
Masjid atau ormas-
ormas Islam.
2. Memperluas jaringan
muzaki melalui
jaringan internet dan
kerja sama dengan
Perguruan Tinggi
setempat
3. Memperluas
pemasaran melalui
event-event publik
Islami
4. Mengikuti pelatihan
atau work shop
Strategi WO
1. Meningkatkan
pemasukan donasi
untuk menekan biaya
profesionalisme yang
tinggi
2. Merekrut karyawan
baru yang profesional
di bidang akuntansi
atau menyeleksi eks
PNS karyawan
pemerintah yang
sesuai dengan
bidangnya.
3. Membuat data base
muzaki dan mustahik
dengan memanfaatkan
sistem komputerisasi.
4. Merekontruksi ulang
struktur organisasi
BAZNAS Kota
Semarang yang
memudahkan dan
Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif
SEMARANG, 15 – 16 Oktober 2016
PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477 – 2097 586
5. Perkembangan
teknologi yang pesat
memungkinkan
BAZNAS
memanfaatkan
aplikasi atau
memperluas jaringan
via internet.
.
pengelolaan zakat
berdasarkan PSAK
109 IAI.
5. Secara berkala
melatih SDM
mengenai penerapan
akuntansi zakat
berbasis PSAK 109
IAI.
mempercepat
administrasi.
5. Memanfaatkan
teknologi sistem
komputerisasi untuk
mempercepat akses
transaksi pembayaran
zakat.
6. Meningkatkan
akuntabilitas laporan
keuangan LAZ
melalui pencatatan
akuntansi zakat sesuai
PSAK 109 IAI.
7. Memperluas publikasi
laporan keuangan
maupun kegiatan
melalui media publik
Threats (T)
1. Tumbuhnya LAZ-
LAZ baru baik skala
daerah atau nasional,
menjadikan ajang
perebutan lahan
muzaki.
2. Masyarakat cenderung
membayar secara
langsung ke saudara/
tetangga, dan tidak
terbiasa membayar
zakat pada BAZ.
3. Kurangnya kesadaran
Masyarakat dalam
membayar zakat.
Masyarakat belum
memahami jenis zakat
infak sodaqoh , dan
yang dikenal baru
sebatas zakat fitrah.
4. Fluktuasi ekonomi
yang tidak menentu,
krisis moneter
menyebabkan
turunnya daya beli
masyarakat termasuk
penerimaan zakat.
Strategi ST
1. Meningkatkan
kepercayaan publik/
masyarakat (muzakki)
terhadap BAZNAS
Kota Semarang
sebagai BAZ yang
legal dan diakui.
2. Melakukan
penerangan dan
sosialisasi tentang ZIS
melalui mass media.
3. Membuat
standardisasi SOP
penerimaan,
distribusi, dan
pelaporan BAZ.
4. Mendukung
pertumbuhan ekonomi
yang sehat melalui
program-program
pemberdayaan
masyarakat dan
pengentasan
kemiskinan.
Strategi WT
Tidak ditemukan strategi WT
Sumber: Data diolah, 2015
Pendekatan mana yang terbaik tergantung pada sifat organisasi atau komunitas.
Dalam melakukan identifikasi terhadap isu-isu yang muncul, maka penelitian ini
dilakukan melalui pendekatan langsung (the direct approach) yang biasa digunakan
oleh organisasi pelayanan publik atau organisasi non profit. Dengan mengkaji kembali
mandat, misi, dan analisis SWOT melalui berbagai pertanyaan (Bryson, 1999) sebagai
berikut: Apa isunya? Faktor-faktor apa (mandat, misi dan SWOT) yang membuatnya
sebagai isu strategis? Apa konsekuensi kegagalan menangani isu itu? Kemudian, untuk
Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif
SEMARANG, 15 – 16 Oktober 2016
PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477 – 2097 587
mengukur besarnya tingkat strategis dari suatu isu yang muncul atau yang dihadapi,
dapat dilakukan melalui Litmus Test sebagai berikut dalam tabel 4.
Tabel 4. Tes Litmus untuk isu-isu strategis
(1) (2) (3)
1. Kapan isu-isu strategis tersebut menjadi
tantangan atau peluang bagi organisasi?
Sekarang Tahun depan Dua tahun
atau lebih
2. Seberapa besar/luas dampak isu tersebut
bagi organisasi?
Satu unit/
bidang
Beberapa
bidang
Seluruh
bidang
3. Seberapa besar resiko/peluang keuangan
bagi organisasi?
Kecil (kurang
dari anggaran
10)
Sedang (10-
25% dari
anggaran
Besar (25%
lebih dari
anggaran)
4. Akankah strategi-strategi bagi
pemecahkan isu akan memerlukan
a. Pengembangan sasaran dan program
pelayanan baru?
b. Perubahan signifikan dalam sumber
c. Pengaturan pemerintah
d. Penambahan staf yang signifikat
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
5. Seberapa mudahkah pendekatan yang
dapat dilakukan untuk pemecahan isu?
Siap
diimplementasi
kan
Parameter
luas, agak
terperinvi.
Terbuka luas
6 Level terendah manakah yang dapat
dilakukan untuk pemecahan
Supervisor Kepala/Ketua
Bidang
Ketua umum/
ketua harian
7 Konsekuensi apakah yang akan terjadi
bila isu tidak diselesaikan?
kesulitan,
inefisiensi
Hambatan
dalam
pelayanan
pemborosan
Hambatan
pelayanan
jangka
panjang
kerugian
8 Berapa banyak organisasi yang harus
terlibat dalam pemecahannya?
Tidak ada 1-3 4 atau lebih
9
Bagaimana sensivitas isu ini terhadap
nilai-nilai sosial, politik, agama, atau
budaya masyarakat.
Lunak/tidak
sensitive
Sedang Keras
Sumber: Bryson (1999: 184-185)
Berdasarkan hasil jawaban atas beberapa pertanyaan dari instrumen Litmus Test,
maka dapat diindikasikan bahwa untuk nilai 1 merupakan operasional, sedangkan untuk
hal-hal yang bersifat strategis memiliki 3, sehingga dalam penelitian ini dapat
dikelompokkan sebagai berikut: (a) Kelompok tidak strategis dengan jumlah nilai (13-
21). (b) Kelompok cukup strategis dengan jumlah nilai (22-30). Dan (c) Kelompok
strategis dengan jumlah nilai (31-39). Berdasarkan hasil Tes Litmus di atas, maka
diperoleh empat isu startegis, yaitu (berdasarkan nilai) sebagai berikut: (1) Biaya
profesionalisme yang tinggi. (2) Keterbatasan SDM yang profesional di bidangnya,
Akuntansi, Marketing, dan Fundrasing. (3) Database tentang muzakki dan mustahiq
belum akurat. (4) Laporan keuangan zakat belum mengikuti PSAK 109 IAI.
Tabel 5. Hasil Tes Litmus Isu-Isu Strategis BAZNAS Kota Semarang No Isu Nilai untuk setiap kelompok pertanyaan Total Nilai
(Kategori) 1 2 3 4 5 6 7 8 9
a b C d e
1 Tingginya biaya 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 37
Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif
SEMARANG, 15 – 16 Oktober 2016
PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477 – 2097 588
profesionalisme Strategis
2 Keterbatasan SDM
yang profesional di
bidangnya.
3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 36
Strategis
2 Publikasi, promosi
dan sosialisasi yang
terbatas
2 2 2 3 3 1 3 3 2 2 2 3 1 29
Cukup
strategis
3 Database tentang
muzaki dan
mustahiq belum
tersedia
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 38
Strategis
4 Sistem Birokrasi
yang berbelit
2 2 2 3 3 1 3 3 2 2 2 2 1 28
Cukup
strategis
5 Laporan keuangan
Zakat belum
mengikuti PSAK
109 IAI
2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 33
Strategis
6 Kurang kepercayaan
masyarakat terhadap
BAZ
2 3 2 3 3 1 3 3 2 2 2 2 2 30
Cukup
strategis
Sumber: Data yang diolah, 2015
Strategi untuk mengurangi tingginya biaya profesionalisme pengelolaan BAZNAS
Kota Semarang adalah dengan menggunakan strategi WO (Weaknesses-
Opportunities) yaitu mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang/kesempatan
yang ada, dengan cara sebagai berikut: Meningkatkan pemasukan donasi untuk
menekan biaya profesionalisme yang tinggi. Menempatkan orang-orang yang mengurus
BAZ sesuai dengan kualifikasi tugas. Terdapat pemisahan tugas diantara bagian
operasional, bagian penyimpan, dan bagian akuntansi. Pengurus BAZNAS Kota
Semarang yang profesional hendaknya distimulasi dengan reward atau gaji yang
memadai, atau berupa hak sebagai amil zakat, yaitu 1/8 dari total penerimaan zakat.
Melengkapi sarana dan prasarana sekretariat.
Strategi untuk mengatasi masalah keterbatasan SDM yang profesional di bidangnya
adalah dengan menggunakan startegi WO (Weaknesses – Opportunities), yaitu
mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang/ kesempatan yang ada. Strategi
yang dapat ditempuh antara lain: Merekrut karyawan baru yang profesional di bidang
akuntansi atau menyeleksi eks PNS karyawan pemerintah yang sesuai dengan
bidangnya. Merekontruksi ulang struktur organisasi BAZNAS Kota Semarang yang
memudahkan dan mempercepat administrasi. Mengangkat relawan-relawan yang
profesional di bidangnya dengan mengikat kerja penerima beasiswa BAZ. Sebelumnya
diadakan seleksi calon penerima beasiswa yang nantinya diangkat menjadi relawan atau
tenaga BAZ lepas, melalui rangkaian seleksi sebagai berikut: (1) Pemilihan bidang
sesuai dengan jurusan yang diambil mahasiswa tersebut (Akuntansi, Marketing, dan
Fundraising). (2) Diadakan tes seleksi tertulis mengenai pengetahuan umum dan agama
Islam. (3) Terakhir tes wawancara mengenai: psikotest, minat dan motivasi menjadi
relawan, dan tes BTAQ (Baca tulis Alqur’an). Tes ini dilakukan semata – mata untuk
meyakinkan kesungguhan motivasi calon beasiswa untuk menjadi relawan, bukan
semata-mata mendapat bantuan gratis belaka.
Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif
SEMARANG, 15 – 16 Oktober 2016
PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477 – 2097 589
Strategi untuk meningkatkan Database tentang muzakki dan mustahiq BAZNAS
Kota Semarang dengan menggunakan strategi SO (Strengh – Opportunities), yaitu
mengatasi kelemahan dengan kekuatan/ kesempatan yang ada dengan cara sebagai
berikut: Memperluas segmen muzaki pada sektor swasta melalui kantor swasta,
perusahaan, Takmir Masjid dan atau ormas-ormas Islam. Memperluas jaringan muzaki
melalui jaringan internet dan kerja sama dengan Perguruan Tinggi setempat.
Memperluas pemasaran melalui event-event publik Islami, semisal pameran buku
Islam, pameran produk Islam, perayaan hari besar Islam. Mendata daftar muzaki tetap
mendata ulang distribusi, menyusun data base muzaki dan mustahiq berdasarkan
alfabet dengan data yang lengkap.
Strategi untuk meningkatkan penerapan laporan keuangan zakat BAZ dengan
menggunakan strategi ST (Strengh – Treath), yaitu mengatasi kelemahan dengan
kekuatan/ancaman. Dengan cara sebagai berikut: membuat standardisasi SOP
penerimaan, distribusi, dan pelaporan BAZ. Berikutnya membenahi dokumentasi
transaksi penerimaan/pengeluaran ZIS, membenahi sistem pencatatan ZIS yang baik,
Menyiapkan prosedur pelaporan keuangan ZIS sesuai dengan PSAK 109 IAI.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil Litmus Test, maka diperoleh empat isu strategis yang dihadapi
BAZNAS Kota Semarang dalam rangka pengumpulan ZIS, yaitu: (1) Biaya
Profesionalisme Pengelolaan BAZ yang tinggi. (2) Keterbatasan SDM yang
profesional di bidangnya, Akuntansi, Marketing, dan Fundrasing. (3) Database tentang
muzakki dan mustahiq belum akurat. (4) Laporan keuangan Zakat belum sesuai PSAK
109 IAI. Strategi untuk mengurangi tingginya biaya profesionalisme pengelolaan
BAZNAS Kota Semarang adalah dengan menggunakan strategi WO (Weaknesses-
Opportunities) yaitu: meningkatkan pemasukan donasi untuk menekan biaya
profesionalisme yang tinggi. Menempatkan orang-orang yang mengurus BAZ sesuai
dengan kualifikasi tugas.
Strategi untuk mengatasi masalah keterbatasan SDM yang profesional di bidangnya
adalah dengan menggunakan startegi WO (Weaknesses – Opportunities), yaitu:
merekrut karyawan baru yang profesional di bidang akuntansi atau menyeleksi eks PNS
karyawan pemerintah yang sesuai dengan bidangnya. Merekontruksi ulang struktur
organisasi BAZNAS Kota Semarang. Strategi untuk meningkatkan database tentang
muzaki dan mustahiq BAZNAS Kota Semarang dengan menggunakan strategi SO
(Strengh – Opportunities), yaitu: memperluas segmen muzaki pada sektor swasta
melalui kantor swasta, perusahaan, Takmir Masjid dan atau ormas-ormas Islam.
Memperluas jaringan muzaki melalui jaringan internet dan kerja sama dengan
Perguruan Tinggi setempat. Strategi untuk meningkatkan penerapan laporan keuangan
zakat BAZ dengan menggunakan strategi ST (Strengh – Treath), yaitu: membuat
standardisasi SOP penerimaan, distribusi, dan pelaporan BAZ sesuai dengan PSAK
109.
Keterbatasan penelitian ini adalah sebagaimana penelitian kualitatif yang tidak
meninggalkan subjektif penelitinya. Namun subjektivitas ini dapat diperbaiki dengan
melakukan pengamatan SOP secara berkala dan wawancara mendalam. Melalui
wawancara mendalam peneliti dapat menelisik lebih jauh dan bisa jadi dapat
memperoleh informasi yang tersembunyi (undocover). Untuk penelitian mendatang
peneliti berikutnya dapat mengembangkan optimalisasi pengelolaan zakat dalam
Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif
SEMARANG, 15 – 16 Oktober 2016
PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477 – 2097 590
pemberdayaan masyarakat dalam berbagai aspek: kinerja BAZ, Kepuasan Donatur,
Program Distribusi Zakat, atau Dewan Pengawas Syariah BAZ.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Muhammad Akhyar. (2001). Sebuah Kata Pengantar dalam Buku Akuntansi
dan Manajemen Keuangan Organisasi Pengelola Zakat. Jakarta: Institut
Manajemen Zakat (IMZ)
Bisri, Zaini AA. (2012). Zakat, Program besar yang terbelangkai. Suara Merdeka No.
32 Th 63, 12 Agustus 2012
Bryson, J. (1995). Strategic Planning for Public and Nonprofit Organizations. (Rev.
edn). San Franscisco, CA: Jossey-Bass
Darmawati, Dwita. Lestari, Puji. U. Widyastuti, Umi. (2006). Implementasi Perpekstif
Pembelajaran dan Pertumbuhan, Proses Bisnis Internal dan Pelanggan dalam
perencanaan Strategis (Studi Kasus pada Badan Amil Zakat Daerah/ BAZDA
Kabupaten Banyumas), PERFORMANCE, Vol. 4, No. 1, September, 43-56
Darmawari, Dwita., Mukti, Arifin M., Wahyudin. (2015). Kinerja Lembaga Amil
Zakat / LAZ dalam Pendekatan Balanced Scorecard (Studi Kasus di Kabupaten
Banyumas). Majalah Ilmiah Ilmu Pengetahuan Sosial, 63-68
Hafidhudin, Didin. (2013). Integrasi Pengelolaan Zakat dan SIMBA. Majalah Zakat.
Edisi mei-Juni 2013, Rajab 1434 H, 6-11, pusat.baznas.go.id
Lestari, Puji., Pratiwi, Umi., Ulfah, Permata. (2015). Identifikasi Faktor Organisasional
dalam Pengembangan “E-Governance” pada Organisasi Pengelola Zakat. MIMBAR,
Vol. 31, No.1, Juni, 221-228
Nikmatuniayah .(2014). Komparasi Sistem Pengendalian Internal Pengelolaan
Lembaga Amil Zakat, Jurnal Akuntansi Multi Paradigma, Vol. 5, No. 3, Desember,
498-510
Sugiyo, Setyawan H.A, Pujiono A. (2009). Model Pemberdayaan Masyarakat Miskin
Binaan Lembaga Amil Zakat Jawa Tengah Dalam Mengentaskan Kemiskinan Yang
Bersumber Dari Dana Zakat Infak Dan Sedekah. Semarang: Penerbit Universitas
Diponegoro
Wikaningtyas, Suci.U & Sulastiningsih. (2015). Strategi Pengumpulan Zakat pada
OPZIS Daerah Istimewa Yogyakarta dalam upaya Pengentasan Kemiskinan.
Prosiding Seminar Nasional dan The 2nd Call for Syariah Paper FEB UMS, 264-
275