WPA Konsep Kristina

21
WARGA PEDULI AIDS KPAP DKI JAKARTA BIDANG PROMOSI PENCEGAHAN Dra. KRISTINA SUPARDAL, M.SI November 2014 KONSEP & PELAKSANAAN

description

WPA Konsep Kristina

Transcript of WPA Konsep Kristina

Page 1: WPA Konsep Kristina

WARGA PEDULI AIDSKPAP DKI JAKARTABIDANG PROMOSI PENCEGAHAN

Dra. KRISTINA SUPARDAL, M.SI

November 2014

KONSEP & PELAKSANAAN

Page 2: WPA Konsep Kristina

CO – CD DALAM PENANGGULANGAN HIV AIDS

Comnity Development (Pengembangan Masy)

Kebijakan Penanggulangan HIV & AIDS

Program WPA

Community Organization

(Pengorganisasi Masy.)

Identifikasi Potensi/kendalan utk Solusi

IdentifikasiMasalah /Kebutuhan

Magis NAIF Kritis

FAKTA EPIDEMI – KASUS +

INFORMASI

INTERVENSIWPA

KOMUNIKASI - KAN !

TINGKATANKESADARAN, MAU

MAMPUTERLIBAT

1

Page 3: WPA Konsep Kristina

3(tiga) Tingkatan Kesadaran Manusia

KESADARAN MAGIS : Kesadaran magis ditandai oleh fatalisme yang membuat manusia berpangku tangan dan cepat menyerah pada nasib.

KESADARAN NAIF: Kesadaran naif merupakan kesadaran yang menganggap diri lebih unggul dari fakta-fakta/keadaan.

KESADARAN KRITIS: Kesadaran yang dapat mengintegrasikan diri manusia dengan realitas dan saling berhubungan dengan lingkungannya berdasarkan hubungan kausalitas.

Kritis

Naif

Magis

(Paulo F, 1960, Brazil)

Tingkatan Kesadaran dipengaruhi a.n

informasi, tingkat pendidikan,

1

2

Page 4: WPA Konsep Kristina

PENDEKATAN: CO - CDGERAKAN PARTISIPATIF

BUTTUM UP (CO)PROGRAM ATAU PROYEK

TOP DOWN (CD)

1. Mayarakat sbg subjek 1. Masyjekarakat sbg Ob

2. Birokrasi sbg fasilitator 2.Orientasi pada uang

3. Muncul keinginan yg berkelanjutan

3.Target pencapaian hanya proses administratif

4. Akselerasis pencapaian dgn tindakan

4. Peran unsur birokrasi lebih dominat

5. Kesadaram kolektifberdasarkan sebab akibat

3

Page 5: WPA Konsep Kristina

Definisi Warga Peduli AIDS

Gerakan partisipasi masyarakat dalam membangun kesadaran kritis untuk menciptakan lingkungan hidup yang sehat dan sejahtera

Masyarakat mampu mengorganisasir Diri (suistainable)

Page 6: WPA Konsep Kristina

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) partner bertanggung jawab atas semua kegiatan “WPA’

Berkaitan dengan masyarakat sipil, baik itu area pencegahan, dukungan psikologis dan sosial serta penguatan system masyarakat.

community organizer (CO) dan kader, KPA memiliki konsep Warga Peduli AIDS (WPA) dan Dinkes dengan konsep Layanan Komprehensif Berkesinambungan (LKB).

SIAPA WPA 4

Page 7: WPA Konsep Kristina

pengorganisasian masyarakat dan pendampingan populasi umum ataupun populasi kunci : Wanita Pekerja Seks (WPS), Klien WPS, IDU’s & Partner (Pemakai Narkoba Jarum Suntik dan pasangannya), Lelaki Seks dengan Lelaki, Transgender dan ODHA (Orang dengan HIV AIDS)

Apa Kegiatan WPA 5

Page 8: WPA Konsep Kristina

Pengaruh pemangku kepentingan pada pencegahan HIV & AIDS – (WARGA PEDULI AIDS)

WPATeman Sebaya Komunitas dalam keluarga inti --- ke keluarga luas

WPA dan Komunitas

Keluarga luas level RT/RW

Masyarakat Luas level RT – Kelurahan/ Kecamatan / wil. kota

6

Page 9: WPA Konsep Kristina

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) partner bertanggung jawab atas semua kegiatan “WPA’

Berkaitan dengan masyarakat sipil, baik itu area pencegahan, dukungan psikologis dan sosial serta penguatan system masyarakat.

community organizer (CO) dan kader, KPA memiliki konsep Warga Peduli AIDS (WPA) dan Dinkes dengan konsep Layanan Komprehensif Berkesinambungan (LKB).

SIAPA WPA 7

Page 10: WPA Konsep Kristina

Langkah-langkah untuk mampu mengorganisir diri1. Mengidentifikasi & mendata persoalan (issue) terkait

populasi berisiko dan penyebabnya: Narkota, HIV dan AIDS

2. Mendiskusikan dengan semua

3. Membuat kesepakatan

4. Mengadakan pertemua dgn organisasim institusi lokal yg memiliki minat yang sama

5. Membagi peran yang jelas sesuai kemampuan, spesifikasi masing2x

6. Merencanakan program & kegiatan bersama untuk periode waktu tertentu

7. Merancang dan membuat berbagai media kampanye

8

Page 11: WPA Konsep Kristina

Langkah-langkah Pengorganisasian Mayarakat (CO)

1. Tentuan tujuan dari pengorganisasi di masy

2. Petakan potensi masyarakat

3. Petakan hambatan yang ada di masyarakat

4. Bentuk core team (tim inti) dari semua unsur masy. Yang mendukung tujuan program

5. Lakukan pertemuan secara intes atas tujuan yg dicapai

6. Fasilitasi semua usulan dari tim inti

7. Lakukan pertemua di RT/RW atau blok

8. Buat kelompok Front Line (garis depan), Support unit (unit pendukung), workgroup (basis masa penggerak)

9. Advokasi pemegang kebijakan (mulai dari yang terendah dpt kelurahan/kecamatan sampai tingkat yang lebih tinggi walikota/ provinsi

9

Page 12: WPA Konsep Kristina

STRATEGI PENCEGAHANSIFAT & KARAKTERI WPA

Sistem berupa gerakan partisipasi masyarakatMenggalang pengalaman masyrakat dalam masalah NAPZAH suntik, IMS,

HIV an AIDSMenggali kemampuan masyrakat (Sumber Daya ManusiaMenggalai Potensi Masyrakat (Sumber Daya AlamMembangun sistem partisipasi masyarakatMembantun sistem rujukan dasar kesehatan di masyarakatMembangun kesepahaman dan kesepakatan untuk mengadvokasi

kebijakan publik

bla

10

Page 13: WPA Konsep Kristina

A. RENCANA STRATEGIS WPS1. Sosialisasi respon terhadap masalah IMS, Napza suntik,

IMS, HIV dan AIDS ke seluruh lapisan masyarakat

2. Melibatkan stakeholder (pemangku kempentingan) dan toma, toga

3. Membangun sistem informasi dan penyelamatan terhadap orang yang terinfeksi IMS, HIV dan AIDS, juga pengguna napza suntik (Penasum)

4. Membangun kesamaan visi bahwa orang yang berpeilaku resiko tinggi (risti) dan ODHA adalah korban dan orang sakit yang perlu dilindungi dan diobati oleh keluarga , masyarakt dan pemerintah.

11

Page 14: WPA Konsep Kristina

B.ISU STRATEGI WPA1. Ibu Hami terinfeksi HIV & AIDS

2. Balita terifeksi HIV * AIDS

3. Remaja dengan NAPZA Suntik khususnya

4. Masyarakat dengan IMS

5. Penjaja Seks (PS) da pelanggan dengan kondomnya

12

Page 15: WPA Konsep Kristina

C. TUJUAN YANG AKAN DICAPAI1. Terbangunnya kesadarn kritis dan kesadaran publik

dalam merespon IMS, NAPZA suntik, HIV dan HIV

2. Terciptanya sisten koordinasi yang berpihak pada resiko tinggi dan ODHA

3. Tersedianya layanan komprehensif (menyeluruh) yang mudah diakses dan diajngkau ole masrakat

4. Terbangunnya kesepakatan bersama dalam meningkatkan kesetan lingkungan

5. Terbentuknya fasilitator dan kader peduli AIDS di Kecamatan dan Kelurahan

6. Terbangunnya kesdaran Warga Peduli AIDS

13

Page 16: WPA Konsep Kristina

D. TARGET DAN SASARAN1. Masyarakat

2. Pemangku kepentingan, Toma & Toga

3. Bidang

4. Petugas Promosi Kesehtan

5. Puskesmas

6. PMI (Palang Merah Indonesia)

7. UTDC (Unit Transfusi Daerah Cabang) PMI

14

Page 17: WPA Konsep Kristina

IMPLEMENTASI WPA

15

Page 18: WPA Konsep Kristina

1. Identifikasi Potensi Resiko (berbasis kelurahan)

Apakah ada indikasi anak2 muda akan / sudah terlibat penggunaan narkoba? Apakah ada pekerja seks (perempuan, waria, laki-laki) di lingkungan? Apakah ada warga yang bekerja di industri hiburan malam? (spt. sering pulang larut malam)

Apakah ada warga berprofesi sebagai pelaut atau supir jarak jauh atau profesi lainnya (yang sering pergi lama meninggalkan keluarga)

Apakah lingkungannya terdata (misalnya oleh puskesmas setempat) banyak kasus penyakit kelamin (termasuk keputihan) atau banyak kasus penangkapan Narkoba oleh polisi?

Dan sebagainya.

Peran Warga Peduli AIDS (1/3)

Page 19: WPA Konsep Kristina

2. Edukasi dan Fasilitasi ke LayananLurah & Ketua RT/RW (bersama

toga/toma) mengetahui informasi dasar HIV & AIDS dan mendidik warganya agar mengerti (melalui: pertemuan desa, arisan, rumah ke rumah, dsb, edukasi dilakuksan secara kekeluargaan dan tidak men-stigma)

Lurah & Ketua RT/RW mendorong dan memfasilitasi warga-nya (terutama yang dianggap berperilaku beresiko untuk mengakses layanan).

Kedua kegiatan diatas dapat dilakukan dengan dana swadaya (urunan) atau menggunakan ADD (alokasi dana desa), terutama untuk yang miskin.

Dan sebagainya (sesuai kearifan lokal).

Peran Warga Peduli AIDS (2/3)

Page 20: WPA Konsep Kristina

3. Jaga Lingkungan Kondusif Lurah & Ketua RT/RW (bersama toga/toma)

perlu menjaga lingkungan kondusif (tanpa stigma dan diskriminasi) baik kepada orang terinfeksi HIV maupun kelompok masyarakat lainnya (yang berperilaku beresiko tinggi) jangan sampai ada pengusiran orang terinfeksi HIV maupun kelompok marginal dari kampung / tempat tinggal-nya.

Tidak semua orang terinfeksi HIV atau berperilaku beresiko karena penyebab tunggal tetapi karena faktor pendidikan, ekonomi, pembangunan yang tidak adil, dsb-nya.

Norma-norma adat dan agama serta budaya lokal lainnya dikembangkan untuk menciptakan kasih sayang kepada sesama manusia.

Dan sebagainya.

Peran Warga Peduli AIDS (3/3)

Page 21: WPA Konsep Kristina

Contoh Implementasi WPA