sarafambarawa.files.wordpress.com€¦ · Web viewTes ini adalah tes yang obyektif dan digunakan...
Transcript of sarafambarawa.files.wordpress.com€¦ · Web viewTes ini adalah tes yang obyektif dan digunakan...
TUGAS UJIAN BANGSAL
1. Test Perspirasi
Prinsip : adanya keringat akan bereaksi dengan amilum/tepung yang diberi
yosium, sehingga memberikan warna biru/ungu.
Tujuan : menentukan letak topis lesi di medulla spinalis
Cara pemeriksaan :
a. Bagian depan tubuh (leher ke bawah) disapu dengan tepung yang
mengandung yodium 2%.
b. Kemudian tubuh penderita ditutup dengan semacam sungkup supaya cepat
berkeringat (bila perlu diberi obat antipiretik).
c. Setelah 1-2 jam sungkup dibuka dan dicatat bagian tubuh yang tetap putih
(tidak ada produksi keringat).
Tes ini adalah tes yang obyektif dan digunakan pada kasus paraplegia untuk
menentukan batas lesinya
Interpretasi:
- Normal: terjadi perubahan warna tepung amilum menjadi warna ungu pada
daerah yang diolesi yodium 2% dan ditaburi tepung amilum
- Jika terjadi gangguan berkeringat, tidak terjadi perubahan warna. Perbatasan
warna putih dan ungu merupakan topis lesi yang dicari.
1. Test Perspirasi
2. Pemeriksaan untuk Menentukan Tinggi Lesi
Pemeriksaan Motorik
a. Refleks Fisiologis
Jaw Jerk Reflex
Tingkat segmental : Pons (Trigeminal).
Cara : Tekankan ibu jari tangan pada dagu penderita dengan mulut setengah
sampai tiga perempat terbuka, dalam keadaan rileks.
Respon : akan terjadi kontraksi otot maseter (elevasi mulut)
Reflex Biceps
Tingkat segmental : C5-C6
Cara : Lengan penderita dalam keadaan fleksi, letakkan ibu jari tangan di
atas tendon m.biceps. Respon timbul gerakan fleksi lengan bawah.
Reflex Brachioradialis
Tingkat segmental : C5-C6
Cara : Penderita duduk dengan lengan difleksikan serta pronasi, lakukan
ketukan pada proc. Stiloideus radius. Respon : timbul gerakan lengan
bawah fleksi dan supinasi.
Reflex Triceps
Tingkat segmental : C6,C7,C8
Cara : Pegang lengan bawah penderita yang disemifleksikan , kemudian
ketuklah tendon insersio m.triceps pada atas olecranon atau topang lengan
yang berada dalam keadaan abduksi dengan lengan bawah yang tergantung
bebas kemudian lakukan ketukan. Respon : terjadi gerakan ekstensi elbow.
Reflex Tendon Patella
Tingkat segmental : L2, L3, L4
Cara : tungkai difleksikan dan digantung di tepi tempat bed. Lakukan
ketukan pada tendon m. quadriceps femoris. Respon : gerakan ekstensi
knee joint.
Refleks Tendon Achilles (Achilles Pes Reflex)
Tingkat segmental : S1-S2.
Cara : tungkai bawah difleksikan sedikit kemudian kita pegang kaki pada
ujungnyauntuk memberikan sikap dorso fleksi ringan pada kaki. Lakukan
ketokan pada tendon achilles.
Respon : terjadinya kontraksi pada m.triceps surae sehingga terjadi gerakan
plantar fleksi pada kaki.
Pemeriksaan Sensorik
a. Sensibilitas eksteroseptif atau protopatik. Terdiri dari :
Rasa nyeri.
Rasa suhu
Rasa raba.
b. Sensibilitas proprioseptif.
Rasa sikap
Posisi dan gerak
c. Sensibilitas diskriminatif
daya untuk mengenal bentuk/ukuran.
daya untuk mengenal /mengetahui berat sesuatu benda dsb.
Tujuan pemeriksaan sensorik
a. Menetapkan adanya gangguan sensorik.
b. Mengetahui modalitasnya.
c. Menetapkan polanya.
d. Menyimpulkan jenis dan lokasi lesi yang mendasari gangguan sensorik yang
akhirnya dinilai bersama sama dengan pemeriksaan motorik , kesadaran dll.
Tahap Pemeriksaan Sensibilitas eksteroseptif atau protopatik.
a. Test untuk rasa raba halus.
Alat pemeriksa : kapas.
Cara pemeriksaan:
- Permukaan diraba dengan ujung – ujung kapas tersebut.
- Dari atas ke bawah/ sebaliknya.
- Dibandingkan kanan dan kiri.
Yang perlu diingat:
- Daerah lateral kurang peka dari medial.
- Ada daerah-daerah erotogenik : leher, sekitar mammae, genetalia.
b. Test untuk rasa nyeri superficial.
Alat pemeriksa : jarum bundel
Cara pemeriksaan :
jarum diletakkan tegak lurus dan sentuhkan pada lokasi yang akan diperiksa.
Test untuk mengetahui lokalisasi rasa nyeri :
Tindakan untuk mengetahui adanya kelainan di daerah tulang belakang servikal.
- Distraksi servikal.
- Kompresi servikal : tindakan Lhermitte.
- Tindakan valsava.
- Test menelan.
Tindakan dari Tinel
Untuk mengetahui tanda kesemuten akibat lesi susunan saraf perifer.
Cara Pemeriksaan : Dengan melakukan penekanan pada saraf perifer
- Bila hasil ya: timbul rasa nyeri ini berarti terjadi lesi irritatif.
- Bila hasil nya timbul kesemuten ini berarti adanya regenerasi saraf perifer.
c. Test untuk rasa suhu.
Alat pemeriksa :
- Botol/tabung berisi air panas : suhu 40-45 derajat celcius.
- Botol/tabung berisi air dingin : suhu 10-15 derajat celcius.
Cara pemeriksaan :
- Botol botol tersebut harus kering betul.
- Bagian tubuh yang tertutup pakaian lebih sensitif dari bagian tubuh yang
terbuka.
Tahap Pemeriksaan Sensibilitas Proprioseptif
a. Test untuk rasa sikap.
Alat pemeriksa : bagian tubuh pasien sendiri.
Cara pemeriksaan :
- Tempatkan salah satu lengan/tungkai pasien pada suatu posisi tertentu,
kemudian suruh pasien untuk menghalangi pada lengan dan tungkai.
- Perintahkan untuk menyentuh dengan ujung ujung telunjuk kanan, ujung jari
kelingking kiri dsb.
b. Test untuk rasa gerak/posisi sendi.
Alat pemeriksan : sendi sendi/jari jari tangan kaki pasien
Cara pemeriksaan:
- Pegang ujung jari jempol kaki pasien dengan jari telunjuk dan jempol jari
tangan pemeriksa dan gerakkan keatas kebawah maupun kesamping kanan dan
kiri
- Pasien diminta untuk menjawab posisi ibu jari jempol nya berada
diatas atau dibawah atau disamping kanan /kiri.
c. Test untuk rasa getar.
Alat pemeriksa : garpu tala
Cara pemeriksaan:
- Garpu tala digetarkan dulu/diketuk pada meja atau benda keras lalu letakkan
diatas ujung ibu jari kaki pasien
- Minta pasien menjawab untuk merasakan ada getaran atau tidak dari garputala
tersebut.
Tahap Pemeriksaan Sensibilitas Diskriminatif :
Test untuk membedakan bentuk dan berat benda.
Alat pemeriksa : kunci, mata uang logam, kancing , jarum bundel.
Cara pemeriksaan :
a. Rasa stereognosis.
Dengan mata tertutup pasien diminta untuk mengenal benda – benda yang
disodorkan kepadanya.
b. Rasa Gramestesia.
Untuk mengenal angka, aksara, bentuk yang digoreskan diatas kulit pasien,
misalnya ditelapak tangan pasien.
c. Rasa Barognosia.
Untuk mengenal berat suatu benda.
d. Rasa topognosia.
Untuk mengenal tempat pada tubuhnya yang disentuh pasien.
Pemeriksaan Otonom
a. Kelenjar Lakrimal
Lesi infranuklear pada ganglion geniculate menyebabkan penurunan
produksi air mata.
Tes Schirmer evaluasi sekresi airmata. Kertas lakmus steril lebar 0,5 cm
dipilin dan ditempatkan pada forniks konjungtiva dengan posisi mata
tertutup lembut. Setelah 5 menit, ukur panjang kelembapan kertas lakmus.
Normal : lebih dari 10 mm
b. Disfungsi Sfingter
Gangguan pada medulla spinalis bagian bawah (kornu medularis atau
kauda equina) retensi urin. Vesica urinaria dapat teraba dan sering
infeksi.
Gangguan lesi inkomplit pada bagian lebih tinggi medulla spinalis
dinding vesika urinaria mudah terangsang sehingga terjadi inkontinensia
urgensi urin.
Pada gastrointestinal, terjadi konstipasi absolute, dan inkontinensia
overflow feses.
Pemeriksaan Koordinasi
a. Gait / Cara Berjalan
Prosedur pemeriksaan :
Mintalah pasien berjalan, perhatikan panjang langkahnya dan lebar
jarak kedua telapak kakinya.
b. Tandem Walking (Heel To Toe)
Prosedur pemeriksaan:
Perintahkan pasien berjalan pelan dengan ibu jari kaki yang satu berada
di belakang tumit kaki satunya secara bergantian, mengikuti garis lurus.
Pasien diminta melakukan dengan mata terbuka, kemudian melakukan
dengan mata tertutup.
Tes Positif bila pasien cenderung jatuh ke satu sisi. Pada lesi di
serebelum, pasien akan jatuh ke arah yang sama dengan lesi di
serebelum.
c. Tes Romberg
Prosedur pemeriksaan :
Mintalah pasien berdiri dengan sikap kedua tumit bertemu. Kedua
lengan berada disamping, atau disilangkan di dada. Mintalah pasien
melakukan dengan mata terbuka, kemudian mata tertutup. Perhatikan
adakah sikap berdiri yang terhuyung-huyung atau cenderung jatuh ke
salah satu sisi, pada saat mata terbuka maupun tertutup. Positif bila
pasien sangat terhuyung-huyung dan cenderung jatuh pada saat mata
tertutup.Tes Romberg positif menunjukkan adanya lesi pada jalur
proprioseptif.
Pada lesi di serebelum, pasien tidak akan bisa berdiri stabil dengan kaki
dirapatkan pada saat mata terbuka.
d. Tes Romberg Dipertajam (Sharpened Romberg Test)
Prosedur pemeriksaan :
Pasien diminta untuk berdiri dengan menempatkan tumit satu kaki di
depan ibu jari kaki yang lain. Kedua lengan disilangkan di depan dada
atau terjulur di samping kanan kiri tubuh. Mintalah pasien mengerjakan
dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup. Perhatikan posisi
berdiri pasien, apakah ada kecenderungan untuk jatuh (terhuyung-
huyung) pada saat membuka mata dan menutup mata. Interpretasi sama
dengan tes Romberg
e. Disdiadokokinesia
Prosedur pemeriksaan :
Mintalah pasien menggerakkan tangannya pada posisi supinasi dan
pronasi secara bergantian dan cepat. Cara lain adalah meminta pasien
menepukkan satu tangan pada telapak tangan yang lain dengan posisi
pronasi dan supinasi secara bergantian, atau menepukkan kedua tangan
pada paha dengan posisi pronasi dan supinasi secara bergantian.
Perhatikan ritme, kecepatan dan ketepatan gerakan.
Positif bila gerakan lamban, ritme tidak teratur dan tidak tangkas.
f. Tes Telunjuk-Hidung
Prosedur pemeriksaan :
Mintalah pasien merentangkan kedua lengannya ke samping.
Kemudian mintalah pasien menyentuhkan ujung jari telunjuk ke ujung
hidung. Pertama dilakukan dengan mata terbuka, setelah beberapa kali
dilakukan, kemudian mintalah pasien melakukan dengan mata tertutup.
Selanjutnya dilakukan pada tangan yang lain dengan cara yang sama.
Perhatikan ketepatan gerakan pada saat ujung jari telunjuk menyentuh.
Apabila terdapat lesi di serebelum, pasien tidak mampu menyentuh
ujung hidung dengan tepat.
g. Tes Telunjuk-Telunjuk
Prosedur pemeriksaan :
Mintalah pasien merentangkan kedua lengannya ke samping.
Kemudian mintalah pasien mempertemukan ujung kedua jari
telunjuknya di tengah (depan dada). Pertama dengan mata terbuka dan
kedua dengan mata tertutup. Perhatikan ketepatan gerakan pada saat
kedua ujung jari telunjuk bertemu. Apabila terdapat lesi di serebelum,
pasien tidak mampu mempertemukan kedua ujung jari telunjuk dengan
tepat.
h. Tes Hidung-Telunjuk-Hidung
Prosedur pemeriksaan :
Mintalah pasien untuk menyentuhkan ujung jari telunjuk ke hidungnya
kemudian menyentuhkan ujung jari telunjuk ke ujung jari telunjuk
pemeriksa. Dilakukan berulang-ulang, dengan posisi jari telunjuk
pemeriksa berpindah-pindah. Perhatikan ketepatan gerakan saat ujung
jari menyentuh ujung hidung dan menyentuh ujung jari pemeriksa.
Apabila terdapat lesi di serebelum, pasien tidak mampu menyentuh
ujung hidung maupun ujung jari pemeriksa dengan tepat.
i. Tes Tumit-Lutut-Ibu Jari Kaki
Prosedur pemeriksaan :
Mintalah pasien menempatkan salah satu tumitnya di atas lutut tungkai
lainnya, kemudian minta pasien menggerakkan tumit dari lutut ke
pergelangan kaki melalui tulang tibia dan akhirnya melewati dorsum
padis untuk menyentuh ibu jari kaki. Perhatikan ketepatan gerakan yang
dilakukan pasien. Apabila terdapat lesi di serebelum, pasien tidak
mampu melakukan gerakan dengan tepat.
j. Tes Rebound
Prosedur pemeriksaan :
Pemeriksa meminta pasien untuk memposisikan lengannya aduksi,
fleksi pada siku, tangan mengepal, tangan menghadap ke badan pasien.
Pemeriksa memberikan tahanan pada pergelangan tangan pasien,
mintalah pasien untuk mempertahankan posisi fleksi (seperti adu
kekuatan / panco). Kemudian secara mendadak pemeriksa melepaskan
tahanan, hendaknya tangan pemeriksa yang tidak digunakan untuk
memberikan tahanan ditempatkan di antara wajah pasien dengan tangan
pasien. Perhatikan lengan pasien pada saat tahanan yang diberikan
pemeriksa, mendadak dilepaskan.
Pada orang normal, lengan akan bisa mempertahankan posisi,
sedangkan apabila terdapat lesi di serebelum, tangan pasien tidak bisa
mempertahankan posisi, dan bisa memukul pada badannya sendiri.