etheses.iainponorogo.ac.idetheses.iainponorogo.ac.id/14095/1/210317002_HUSNUL... · Web viewSesuai...

Click here to load reader

Transcript of etheses.iainponorogo.ac.idetheses.iainponorogo.ac.id/14095/1/210317002_HUSNUL... · Web viewSesuai...

PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN UPAYA MENGATASINYA DI MA MA’ARIF
AL-MUKARROM, KAUMAN, SUMOROTO, PONOROGO
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Khotimah, Husnul. 2021. Perilaku Prokrastinasi Akademik Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Upaya Mengatasinya di MA Ma’arif Al-Mukarrom, Kauman, Sumoroto, Ponorogo. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam Faktultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Ponorogo. Pembimbing, Zeni Murtafiati Mizani, M. Pd,I.
Kata kunci : Prokrastinasi Akademik, Mata Pelajaran PAI, Upaya mengatasinya.
Pendidikan sangat berkaitan dengan proses belajar, tak jarang dalam proses belajarnya terdapat masalah yang menyebabkan hasil belajar tidak maksimal. Siswa di jenjang SMA/MA masuk dalam kategori remaja. Dimasa ini harus mampu mengatasi krisis juga akan berdampak pada penyelesaian kewajiban belajar, termasuk adalah penundaan pengerjaan tugas dari guru. Perilaku menunda tugas merupakan perilaku yang dapat menghambat proses belajar siswa yang disebut Prokrastinasi akademik. Penundaan ini berkaitan dengan pengelolaan waktu luang. Prokrastinasi biasa terjadi setiap waktu merupakan masalah serius. Banyak siswa tetap melakukan prokrastinasi meskipun mereka mengetahui akibatnya.
Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui bentuk perilaku prokrastinasi akademik yang dilakukan siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam 2) Untuk mengetahui faktor penyebab perilaku prokrastinasi akademik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, dan 3) Untuk mengetahui upaya Kepala sekolah, guru PAI dan siswa dalam menghadapi perilaku prokrastinasi akademik siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo.
Pendekatan yang digunakan untuk menjawab penelitian ini yakni dengan pendekatan kualitatif, sedangkan jenis penelitiannya adalah studi kasus. Teknik pengumpulan data yakni dengan teknik wawancara, observasi dam dokumentasi. Teknis analisis data menggunakan teori Milles dan Hubberman, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing.
Berdasarkan penelitian ini disimpulkan: 1) Bentuk perilaku prokrastinasi yang dilakukan siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom adalah prokrastinasi akademik dengan jenis penundaan fungsional yang dilakukan karena ada kegiatan lain yang diprioritaskan, dan penundaan disfungsional yang dilakukan karena kurangnya percaya diri dan ketidakmampuan dalam menyelesaikan tugas. Sedangkan karakteristik siswa yang memiliki perilaku prokrastinasi yakni: Perfectionist, dreamer, worrier, dan over dior. 2) Faktor-faktor yang menjadi penyebab perilaku prokrastinasi akademik dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal disebabkan oleh buruknya pengelolaan waktu, sulit konsentrasi, kondisi fisik. Dan Faktor eksternal disebabkan oleh lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. 3) Upaya-upaya yang dilakukan Kepala sekolah, guru PAI, dan siswa dalam menghadapi perilaku prokrastinasi akademik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom adalah: a) Kepala sekolah dengan memberi skorsing bagi siswa yang tidak dapat dikendalikan dan memberikan kewenangan kepada guru PAI untuk memberikan punishment. b) Guru PAI dengan memberikan jangka waktu penugasan dan memberikan punishment yang bersifat mendidik. c) Siswa dengan berkomitmen memperbaiki manajemen waktu, memberi reward dan punishment kepada diri sendiri, dan membuka sarana disksusi di luar jam pelajaran.
DAFTAR ISI
B. Fokus Penelitian 5
C. Rumusan Masalah 5
D. Tujuan Penelitian 5
E. Manfaat Penelitian 6
F. Sistematika Pembahasan 7
A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu 8
B. Kajian Teori 17
1. Prokrastinasi Akademik 17
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik 23
f. Cara Mengatasi perilaku Prokrastinasi Akademik 25
2. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam 26
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam 26
b. Rumpun materi Pendidikan Agama Islam 27
c. Tujuan Pendidikan Agama Islam 28
d. Fungsi Pendidikan Agama Islam 29
3. Pengertian dan fungsi Kepala sekolah, guru dan siswa 30
a. Pengertian Upaya 30
b. Kepala sekolah 30
B. Kehadiran Peneliti 36
C. Lokasi Penelitian 36
E. Prosedur Pengumpulan Data 38
F. Teknik Analisis Data 40
G. Pengecekan Keabsahan Temuan 42
H. Tahapan-tahapan Penelitian 44
BAB IV: TEMUAN PENELITIAN
1. Sejarah Berdirinya MA Ma’arif Al-Mukarrom 46
2. Letak lokasi penelitian 48
3. Visi, Misi, dan Tujuan MA Ma’arif Al- Mukarrom 48
4. Profil Singkat MA Ma’arif Al-Mukarrom 50
5. Struktur Organisasi Kesiswaan 50
6. Keadaan Guru, Keadaan Siswa, Sarana Prasarana 51
B. Deskripsi Data Khusus 54
1. Bentuk perilaku prokrastinasi akademik yang dilakukan siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo. 54
2. Faktor penyebab perilaku prokrastinasi akademik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo. 57
3. Upaya Kepala sekolah, guru, dan siswa dalam menghadapi perilaku prokrastinasi akademik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo......... 59
BAB V: PEMBAHASAN
1. Bentuk perilaku prokrastinasi akademik yang dilakukan siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo. 63
2. Faktor penyebab perilaku prokrastinasi akademik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo. 66
3. Upaya Kepala sekolah, guru, dan siswa dalam menghadapi perilaku prokrastinasi akademik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo. 69
BAB VI: PENUTUP
A. Kesimpulan 75
B. Saran 76
Menurut Undang – undang Nomor 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat 1 yang menjelaskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, dengan tujuan agar siswa dapat aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki beberapa kemampuan diantaranya kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Undang undang tersebut dapat dipahami bahwa dalam pendidikan perlu adanya perencanaan yang matang bagi seorang individu. Potensi diri individu akan berkembang jika individu mau berusaha dengan sadar dalam menjalani proses pendidikan. Hal ini akan membantu individu memiliki pemahaman dan keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan baik di lingkungan masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan sangat berkaitan dengan proses belajar. Sedangkan belajar selalu berkaitan dengan perubahan-perubahan perilaku, apakah itu mengarah kepada perilaku yang baik ataupun yang kurang baik, baik direncanakan ataupun tidak. Kejadian lain yang juga terkait dalam konsep belajar adalah adanya pengalaman. Bentuk pengalaman yang ditemukan baik berbentuk kondisi dan komunikasi dengan orang lain atau lingkungannya.
Menurut Muhibbin, bahwa pada proses belajar mengajar (PBM), belajar merupakan istilah kunci yang paling vital dalam setiap urusan pendidikan, tanpa belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan, perubahan dan kemampuan merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar, disebabkan oleh kemampuan berubahlah manusia berkembang lebih baik dari pada makhluk-makhluk lainnya, sehingga ia terbebas dari kemandegan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi.
Siswa yang sedang menempuh pendidikan pada jenjang Sekolah Menangah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah (MA), usianya berkisar 15-18 tahun. Usia ini menurut Kartini Kartono masuk dalam kategori golongan remaja pertengahan. Remaja dalam fase ini (15-18 tahun) memiliki kepribadian masih kekanak-kanakan. Tetapi pada fase ini juga remaja mulai tumbuhnya unsur baru yakni kesadaran dalam sikap kepribadian dan kehidupannya sendiri. Remaja akan mengawali proses pencarian hakikat jati dirinya dengan dikelilingi pertanyaaan “siapa saya sebenarnya”. Fase "pencarian jati diri” pada remaja merupakan tahap perkembangan yang rawan yang disertai berbagai gejolak serta benturan. Adanya keinginan kuat seorang remaja mencari jati diri serta identitas pribadinya yang tidak jarang menyebabkan krisis. Keberhasilan remaja menghadapi krisis akan meningkatkan dan mengembangkan kepercayaan dirinya. Sehingga dapat diartikan bahwa ia mampu memaknai hakikat dari jati dirinya (self identity) dan siap menjalankan tugas perkembangan berikutnya dengan sempurna. Namun, bagi remaja yang tidak berhasil dalam menghadapi perjalanan krisisnya, cenderung akan memiliki kebingungan identitas (identitiy-diffussion). Terdapat tanda-tanda kebingungan remaja dalam menghadapi krisis yakni diantaranya timbulnya perasaan tidak berdaya dan tidak mampu, penurunan harga diri, dan sikap tidak percaya diri sehingga timbul fikiran pesimis terhadap berbagai hal daan masa depan.
Ketidakmampuan remaja dalam mengatasi krisis juga akan berdampak pada penyelesaian kewajiban belajar. Hal yang dimaksud adalah siswa menunda pengerjaan tugas yang diberikan pendidik yang bersampak pada keterlambatan pengumpulan tugas, atau malah pengabaian tugas dengan tidak mengerjakannya sama sekali. Seseorang dikatakan mempunyai kualitas sumber daya manusia yang tinggi jika dapat menunjukkan perilaku yang mencerminkan adanya kedisiplinan dalam pengelolaan waktu dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Kemampuan mengatur waktu berati dapat dilihat dari bagaimana seorang remaja mengelola diri sendiri yang dilakukan dengan berbagai cara bertujuan agar dapat mengoptimalkan waktu yang dimiliki. Maksudnya, remaja dapat menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu yang telah tersedia sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal.
Dalam AI-Qur'an Allah menjelaskan arti pentingnya waktu bagi kehidupan manusia yaitu dalam QS. Al-'Ashr. Dalam surah ini dijelaskan betapa pentingnya waktu untuk kehidupan manusia. Hal yang didapat jikalau manusia tidak dapat menghargai waktu akan mengalami kerugian yang nyata. Perintah pentingnya menghargai waktu dapat dicerminkan seorang hamba dalam menjalani perintah ibadah wajib. Hadist yang diriwayatkan oleh Abu Mas'ud AI-Anshori yang di dalamnya menceritakan bahwa Rosululloh Saw menganjurkan umatnya agar menyegerakan sholat saat waktunya tiba. Adanya ayat dan hadist tersebut secara implisit berisi tentang anjuran menghindari tindakan-tindakan menunda pekerjaan atau prokrastinasi.
Perilaku menunda tugas merupakan salah satu bentuk perilaku yang dapat menghambat proses belajar siswa, dalam ilmu Psikologi terdapat istilah prokrastinasi. Prokrastinasi dapat diartikan kecenderungan sesorang menunda waktu penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan. Adanya kecenderungan penundaan ini berkesinambungan dengan cara pemanfaatan dan pengelolaan diwaktu luang. Tidak dapat mengontrol waktu dengan semestinya dan menunda untuk memulai ataupun menyelesaikan suatu pekerjaan adalah indikasi dari perilaku prokrastinasi.
Prokrastinasi biasa terjadi setiap waktu dan merupakan masalah yang sangat urgent. Banyak siswa cenderung melakukan perilaku prokrastinasi bahkan sudah mnejadi kebiasaan, walaupun sudah mengetahui dampak yang akan ditanggungnya. Sebagai contoh terhambatnya penyelesaian tugas dengan tepat waktu seperti menyelesaikan pekerjaan rumah (PR). Kenyataan yang ada untuk menyelesaikannya tidaklah mudah, guna memperoleh nilai maksimal, siswa harus menghadapi berbagai tantangan, kendala dan hambatan. Salah satu permasalahan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan PR adalah pengelolaan waktu atau disiplin waktu untuk menyelesaikan tugas yang mengarah pada bentuk perilaku prokrastinasi. Seperti informasi yang diterima penulis di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo siswa banyak yang ikut organisasi dan mereka melalaikan pekerjaan sekolah, banyak melakukan dispensasi saat materi berlangsung hingga tidak mengetahui dan mengabaikan tugas sekolah, karena lebih mengutamakan organisasi dari pada akademiknya. Disamping itu ada kegiatan lain yang mereka utamakan seperti bermain game online, kebiasaan hunting untuk mencari spot foto, nongkrong di warung kopi dengan teman-teman yang akhirnya berakibat tugas-tugasnya terbengkalai dan tidak dapat menyelesaikan tepat waktu, sehingga hasil yang diperoleh tidak maksimal.
Perilaku prokrastinasi yang dilakukan oleh siswa MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo ini jika terus dibiarkan akan menimbulkan dampak internal dan eksternal bagi pelaku prokrastinasi. Oleh karena itu perlu adanya upaya-upaya yang dilakukan oleh elemen sekolah yakni dengan melibatkan Kepala sekolah, guru PAI, dan siswa yang memiliki sikap prokrastinasi akademik agar dapat meminimalisir perilaku siswa. Sehingga dalam penelitian ini penulis akan mengidentifikasi apa saja faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik siswa, serta mengetahui bagaimana upaya Kepala sekolah, guru PAI, dan siswa dalam menghadapi perilaku prokrastinasi akademiknya agar proses belajar mereka sesuai dengan tujuan pendidikan. Dan karena itu penulis dalam tugas skripsi tertarik mengambil judul “Perilaku Prokrastinasi Akademik Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Upaya Mengatasinya di MA Ma’arif Al-Mukarrom, Kauman, Sumoroto, Ponorogo”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti memfokuskan tentang upaya yang dilakukan oleh Kepala sekolah, guru PAI, dan siswa terhadap permasalahannya dalam proses pembelajaran, yakni tentang masalah penundaan tugas atau dikenal dengan istilah prokrastinasi akademik. Disini penulis membatasi penelitian khusus pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yakni meliputi Qur’an Hadist, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Aqidah Akhlak di MA Ma’arif Al- Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk perilaku prokrastinasi akademik yang dilakukan siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo?
2. Apa saja faktor penyebab perilaku prokrastinasi akademik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo?
3. Bagaimana upaya Kepala sekolah, guru PAI, dan siswa dalam menghadapi perilaku prokrastinasi akademik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo?
D. Tujuan Penelitian
Dalam sebuah penelitian tentunya harus memiliki tujuan, demikian halnya dengan penelitian ini bertujuan:
A. Untuk mengetahui bentuk perilaku prokrastinasi akademik yang dilakukan siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo.
B. Untuk mengetahui faktor penyebab perilaku prokrastinasi akademik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo.
C. Untuk mengetahui upaya Kepala sekolah, guru PAI, dan siswa dalam menghadapi perilaku prokrastinasi akademik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini ialah ditinjau secara teoritis dan praktik. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Secara Teoritik
2. Manfaat Secara Praktik
a. Untuk lembaga pendidikan MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai evaluasi guna memberikan solusi terhadap perilaku prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh siswa.
b. Untuk ustadz/ ustadzah, penelitian ini bermanfaat untuk mengidentifikasi permasalahan siswa agar mendapat perbaikan dalam belajarnya.
c. Untuk penulis dan rekan-rekan yang berminat dengan permasalahan yang diangkat dan yang berkaitan dengannya, agar dapat dijadikan sebagai salah satu kajian lebih lanjut.
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan merupakan susunan untuk memudahkan dan mengarahkan penulis dalam penulisan agar tidak mengarah pada hal-hal yang tidak berhubungan dengan masalah yang hendak diteliti. Susunan bagian-bagian tersebut antara lain:
BAB I PENDAHULUAN
BAB II KERANGKA TEORI
Bab ini digunakan sebagai landasan teori yang menyajikan tentang pengertian prokrastinasi, jenis prokrastinasi, karakteristik prokrastinasi, faktor prokrastinasi, indikator, pengertian materi PAI, ruang lingkup PAI, tujuan PAI, fungsi PAI, Pengertian upaya, pengertian dan tugas Kepala sekolah, guru, dan siswa.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini meliputi Pendekatan dan Jenis Penelitian, Kehadiran Peneliti, Lokasi Penelitian, Data dan Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Temuan dan Tahapan-Tahapan Penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Berisi kegiatan penelitian yang dilakukan penulis di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo dengan para siswa yang cenderung memiliki perilaku prokrastinasi akademik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dari hasil penelitian tersebut diketahui upaya Kepala sekolah, guru PAI, dan siswa untuk meminimalisir perilaku prokrastinasi akademik di MA Ma’arif Al-Mukarrom.
BAB V ANALISIS DATA
Bab ini membahas kajian analisa atas semua jawaban dari rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu analisis tentang penyebab dari perilaku prokrastinasi siswa dan upaya yang dilakukan Kepala sekolah, guru PAI, dan siswa dalam menghadapi perilaku prokrastinasi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
BAB VI PENUTUP
Berisi bagian terakhir dari proses penelitian yaitu kesimpulan dan saran.
BAB II
A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu
Sejauh peneliti melakukan penelitian terhadap skripsi-skripsi ataupun karya-karya ilmiah lain yang telah dilakukan, penulis menemui beberapa skripsi atau karya ilmiah sebagai berikut:
1. Siti Musyarofah. Universitas Sunan Kalijaga, 2017 “Hubungan Kedisiplinan Siswa dengan Prokrastinasi Akademik Siswa Kelas XI SMK PIRI 1 Yogyakarta”. Peneliti mengamati kedisiplinan siswa di SMK PIRI 1 Yogyakarta masih kurang dan masih banyak terjadi penundaan tugas khususnya tugas akademik atau dalam ilmu psikologi dikenal dengan istilah prokrastinasi akademik.
Dengan penundaan yang dilakukan tersebut seorang siswa akan merasa cemas dengan hasil yang didapatkan karena tidak sesuai dengan target yang telah direncanakan. Prokrastinasi akademik disini tidak hanya fokus pada tugas akademik akan tetapi juga membahas planning atau rencana yang tidak sesuai target atau kenyataan. Berdasarkan pembahasan ini disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara kedisiplinan siswa dengan prokrastinasi akademik siswa kelas XI SMK PIRI 1 Yogyakarta.
Hal ini dibuktikan dengan nilai korelasi dari Product Moment dari Pearson antara kedisiplinan siswa (X) dengan prokrastinasi akademik (Y) adalah (rxy) -0,733 dan sig. (2-tailed) atau p adalah 0,000 pada taraf signifikansi 1%. Artinya p<0,01 menunjukkan hubungan yang sangat signifikan dan (rxy)-0,733 menunjukkan hubungan negatif. Kedisiplinan siswa memberikan kontribusi sumbangan terhadap prokrastinasi akademik sebesar 73,3%. Artinya masih ada faktor lain dari penelitian ini yang dapat mempengaruhi prokrastinasi akademik. Faktor lain yang dapat mempengaruhi prokrastinasi akademik meliputi kondisi fisik individu atau kelelahan, regulasi diri, kontrol diri, tingkat kecemasan, gaya pengasuhan orang tua dan kondisi lingkungan.
Perbedaan penelitian tersebut dengan skripsi penulis yang berjudul “Upaya Siswa dalam Mengatasi Perilaku Prokrastinasi akademik pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo” adalah jenis penelitian dalam skripsi tersebut menggunakan jenis penelitian kuantitif, kemudian penelitian ini fokus pada hubungan prokrastinasi akademik dengan kedisiplinan siswa, sedangkan penulis fokus pada upaya mengatasi sikap prokrastinasi pada siswa dan menggunakan jenis penelitian kualitatif. Sedangkan objek penelitian pada skripsi di atas fokus pada kelas XI saja, sedangkan objek yang digunakan penulis adalah semua siswa yang memiliki sikap prokrastinasi akademik mulai dari kelas X samPendidikan Agama Islam kelas XI.
2. Dinie Thara Azhari. Universitas Negeri Padang, 2019. “Kontrol Diri Mahasiswa yang Memiliki Kecenderungan Prokrastinasi Akademik”. Wawancara yang peneliti lakukan dengan 10 orang mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sumbar Pariaman pada tanggal 26 Januari 2019, diperoleh hasil bahwa adanya mahasiswa yang kebiasaan menunda-nunda tugas, menyepelekan, mengabaikan, dan tidak memperdulikan yang semestinya menjadi kewajibannya sebagai mahasiswa untuk mengerjakan tugas tersebut. Selanjutnya, peneliti mendapatkan informasi bahwa adanya mahasiswa yang mengerjakan tugas beberapa jam sebelum perkuliahan dimulai (deadline). Sehingga terdengar istilah dikalangan mahasiswa yang mengatakan “kalau mengerjakan tugas tidak deadline, tidak terasa sensasinya”. Selain itu, berdasarkan wawancara peneliti dengan beberapa orang dosen dan petugas tata usaha di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sumbar Pariaman pada tanggal 8 Febuari 2019, diperoleh keterangan bahwa memang ada beberapa mahasiswa yang melalaikan tugas, menyepelekan tugas, dan bahkan terlihat mahasiswa yang mengerjakan tugas saat perkuliahan sedang berlangsung. Jika hal ini dibiarkan terus menerus, banyak dampak yang akan ditimbulkan untuk generasi selanjutnya. Sehingga ini sangat penting untuk diteliti lebih lanjut dan peran Bimbingan dan Konseling sangat diperlukan demi generasi selanjutnya.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai kontrol diri mahasiswa yang kecenderungan prokrastinasi akademik, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:1) Kontrol diri mahasiswa dalam mengendalikan situasi dan menghadapi stimulus yang tidak dikehendaki (kontrol perilaku) dikategorikan tinggi.Hal ini mendeskripsikan bahwa mahasiswa tergolong baik meskipun ada sebagian mahasiswa yang masih memikirkan kesenangan-kesenangan saja, seperti bermain dan menghabiskan waktu untuk hal yang tidak penting. Diketahui bahwa mahasiswa cenderung belum mampu menahan diri dari hal yang dapat merugikan dirinya sendiri. 2) Kontrol diri mahasiswa dalam kemampuan mengantisipasi keadaan yang tidak menyenangkan dan kemampuan menilai keadaan dengan memperhatikan positifnya (kontrol kognitif) dikategorikan tinggi. Dalam hal ini, mahasiswa mampu mengantisipasi keadaan yang tidak menyenangkan dengan cara memperhatikan dosen dalam materi dan memahami materi yang diberikan oleh dosen. 3) Kontrol diri mahasiswa memilih hasil dan tindakan berdasarkan sesuatu yang diyakini (kontrol keputusan) dikategorikan tinggi. Tetapi dalam hal ini masih ada sebagian mahasiswa tersebut mengungkapkan bahwa masih belum sepenuhnya yakin atas tindakan yang dipilihnya. Dalam penelitian ini, masih ada mahasiswa yang mengambil keputusan tergesa-gesa. Dapat dipahami jika hal tersebut dibiarkan begitu saja akan menimbulkan dampak yang besar bagi mahasiswa untuk menempuh karir ke depannya.
Perbedaan skripsi tersebut yang skripsi yang diteliti penulis adalah jenis penelitian dalam skripsi tersebut menggunakan jenis kuantitatif deskriptif, kemudian skripsi ini hanya mendeskripsikan keadaan siswa yang memiliki sikap prokrastinasi saja, sedangkan dalam penelitian skripsi yang dibahas penulis menggali upaya yang dilakukan Kepala sekolah, guru PAI, dan siswa untuk mengatasi perilaku prokrastinasi akademiknya. Kemudian objek dalam skripsi tersebut adalah tingkat mahasiswa, sedangkan penulis menggunakan objek siswa tingkat MA/SMA.
3. Satria M. Rafiko. IAIN Batusangkar, 2017, “Strategi Guru Bimbingan dan Konseling dala Mengatasi Perilaku Prokarstinasi Akademik Siswa di MAN 2 Batusangkar”. Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi guru Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi perilaku Prokrastinasi Akademik siswa di MAN 2 Batusangkar. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan strategi layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan guru BK di MAN 2 Batusangkar melalui 4 langkah pokok yaitu mengidentifikasi perilaku prokrastinasi akademik siswa, penyusunan rencana kerja, pelaksanaan layanan dan penilaian layanan.
Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa: strategi guru BK dalam mengatasi perilaku prokrastinasi akademik siswa di MAN 2 Batusangkar meliputi, mengidentifikasi perilaku prokrastinasi akademik siswa, melakukan Need Asessment dan Himpunan Data. Melakukan koordinasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas, penyusunan rencana diantaranya : Layanan Informasi, Layanan Bimbingan dan Kelompok, Layanan Konseling Perorangan dan Layanan Konsultasi. Pelaksanaan keempat layanan tersebut sudah berjalan dengan baik dimana siswa mengikuti layanan dengan aktif. Pada semester pertama layanan yang dilaksanakan sesuai dengan jadwal BK. pada semester kedua layanan dilaksanakan sesuai kontrak yang dilakukan dengan siswa karena jam BK pada semester kedua tidak ada. Terakhir pada langkah penilaian guru BK melakukan peninjauan setelah melakukan layanan apakah ada perubahan pada siswa.Pelaporan kegitan disusun dalam bentuk LAPELPROG (laporan pelaksanaan program). Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku prokrastinasi akademik di MAN 2 Batusangkar maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi perilaku prokrastinasi akademik Jadi dari hasil wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling, guru Bimbingan dan Konseling mendapatkan data-data siswa yang melakukan perilaku Prokrastinasi Akademik berdasarkan laporan dari guru mata pelajaran dan wali kelas. Namun data tersebut belum terdata dengan baik hanya sepengetahuan guru mata pelajaran saja. Dan ketika mendapatkan laporan dari guru mata pelajaran barulah diberikan layanan bimbingan dan konseling terhadap siswa tersebut. 2) Penyusunan rencana kerja Pada perencanaan layanan terhadap siswa yang berperilaku Prorastinasi Akademik memang belum dibuat di dalam program layanan. Namun berdasarkan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling kegiatan layanan dalam mengatasi perilaku prorastinasi akademik siswa di MAN 2 Batusangkar telah dilaksanakan. 3) Pelaksanaan layanan Layanan yang telah dilakukan dalam mengatasi perilaku prokrastinasi akademik siswa di MAN 2 Batusangkar berupa layanan konseling perorangan, bimbingan kelompok, layanan informasi, dan layanan konsultasi. Kemudian dalam pelaksanaanya untuk semester pertama sesuai ketentuan jam BK. Namun pada semester kedua jam BK tidak ada di sekolah tersebut kemudian guru BK melakukan kontrak terlebih dahulu dengan siswa sebelum melakukan layanan. Biasanya dilakukan jam istirahat kemudian pada saat jam pulang sekolah. 4) Penilaian layanan Guru BK melakukan peninjauan terhadap perubahan sikap siswa setelah diberikan layanan dan berkoordianasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas. Layanan yang telah dilaksanakan disusun dalam bentuk laporan pelaksanaan program (LAPELPROG).
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian penulis adalah subjek dari penelitian ini 3 orang Guru Bimbingan Konseling yang telah melakukan layanan berkaitan dalam mengatasi perilaku prokrastinasi akademik siswa, sedangkan dalam penelitian penulis subjek adalah siswa , guru Pendidikan Agama Islam, dan kepala sekolah. Penulis dalam penelitiannya lebih fokus pada pembatasan prokratinasi akademik pada lingkup mata pelajaran Pendidikan Agama Islam saja.
4. Amalia Puspita Sari. FKIP Universitas Sanata Dharma, 2019. “Faktor-Faktor Penyebab Prokrastinasi Pada Mahasiswa yang Lambat Dalam Menulis Skripsi di FKIP Universitas Sanata Dharma”. Perilaku menunda menulis skripsi juga terjadi pada mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma (USD) angkatan 2012-2014. Dari sejumlah mahasiswa yang kuliah di USD angkatan 2012 - 2014, sebagian dari mereka belum menyelesaikan skripsi saat ini. Dengan demikian perlu dicari tahu faktor apa saja yang menyebabkan mahasiswa mengalami penundaan dalam proses penulisan skripsinya.
Melihat hal ini, maka peneliti berpikir bahwa penting untuk menemukan secara ilmiah faktor-faktor yang dapat menyebabkan mahasiswa sering menunda nunda penulisan skripsi yang kemudian membuatnya terlambat dalam menyelesaikan skripsi, dalam hal ini ada faktor interen dan faktor eksteren. Jika faktor-faktor tersebut dapat diketahui, maka hal ini dapat digunakan oleh program studi dan dosen pembimbing skripsi untuk membantu mahasiswa penulis skripsi meminimalisir faktor tersebut.
Oleh sebab itu dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis faktor-faktor apa saja yang teridentifikasi tinggi dalam menyebabkan mahasiswa penulis skripsi memiliki perilaku prokrastinasi. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1) Faktor yang teridentifikasi determinan sebagai penyebab prokrastinasi pada mahasiswa yang lambat dalam penulisan skripsi adalah kontrol diri yang rendah dengan rata-rata yang paling tinggi yakni 5.4524 dan efikasi diri dengan rata-rata sebesar 4.4762.
Perbedaan skripsi tersebut dengan skripsi penulis adalah metode penelitian ini berupa kuantitatif, kemudian subjek yang digunakan adalah tingkat mahasiswa, sedangkan penulis menggunakan subjek penelitian di tingkat SMA/ MA. Disamping itu penelitian tersebut fokus pada faktor penundaan skripsi, sedangkan penulis fokus pada upaya yang dilakukan Kepala sekolah, guru PAI, dan siswa untuk mengatasi prokrastiansi akademik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
5. Puswanti. Jurnal Psikopedagogia, 2014. “Upaya Mereduksi Prokrastinasi Akademik melalui Konseling Kelompok melalui Pendekatan Behavioristik pada Siswa SMK”. Fakta dari hasil observasi di SMKN I Kalasan, masih ada beberapa siswa yang mempunyai masalah pengaturan waktu dalam menyelesaikan tugas sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi masih ditemukan beberapa kasus prokrastinasi, yaitu pada saat mengumpulkan pekerjaan rumah dengan waktu yang telah ditentukan dari 32 siswa hanya setengah dari jumlah siswa yang mengumpulkan, masih ada lagi setengah dari jumlah siswa yang tidak mengumpulkan tugas pada waktunya dengan mengutarakan berbagai alasan.
Pada dasarnya prokrastinasi akademik yang dilakukan siswa tidak hanya pada tugas. Contoh nyata prokrastinasi akademik lainnya yang terjadi di SMK Negeri I Kalasan adalah masih ada beberapa siswa terlambat masuk sekolah dan mengikuti pelajaran. Beberapa siswa masih ada yang terlambat masuk sekolah dan dengan sengaja melambatkan diri masuk ke ruang kelas untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Saat bel masuk sudah berbunyi siswa tidak segera masuk kelas, ada beberapa siswa yang masih mengobrol dengan teman-temannya di kantin, mendengarkan musik handphone bersama-sama di depan kelas, dan segera masuk kelas setelah ditegur oleh guru. Berdasarkan latar belakang masalah yang maka perlu adanya usaha yang diharapkan mampu untuk mereduksi prokrastinasi akademik pada siswa, yaitu menggunakan layanan bimbingan dan konseling.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioristik efektif untuk mereduksi prokrastinasi akademik pada siswa kelas XI Kayu SMK Negeri 1 Kalasan. Bagi guru bimbingan dan konseling, diharapkan dapat memberikan layanan konseling kelompok pendekatan behavioristik kepada siswa yang mengalami prokrastinasi akademik secara lebih konsisten. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi konselor untuk membantu siswa mereduksi prokrastinasi akademik melalui konseling kelompok dengan pendekatan behavioristik.
Perbedaan skripsi tersebut dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah berupa penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Sedangkan penulis dalam penelitannya menggunakan metode kualitatif untuk menggali data. Kemudian subjek dalam penelitian penulis fokus pada Kepala sekolah, guru PAI, dan siswa, sedangkan pada skripsi tersebut guru BK sebagai subjek dari upaya mengatasi masalah prokrastinasi pada siswa.
B. Kajian Teori
1. Prokrastinasi akademik
a. Pengertian prokrastinasi akademik
Prokrastinasi dalam American College Dictionary berasal dari kata procrastinate yang diartikan menangguhkan tindakan untuk melakasanakan tugas dan dilaksanakan di lain waktu atau hari berikutnya. Sedangkan istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin “procrastination” dengan awalan ‘pro’ yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran “crastinate” yang berarti “kepunyaan hari esok”, atau jika digabungkan maka artinya menjadi “menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya”.
Bangsa Mesir Kuno mempunyai 2 kata kerja yang mempunyai arti sebagai prokrastinasi, yang pertama menunjukkan suatu kebiasaan yang berguna untuk menghindari kerja yang tidak penting dan usaha yang impulsive, sedangkan yang kedua menunjukkan kebiasaan yang berbahaya akibat kemalasan dalam menyelesaikan tugas yang penting untuk nafkah hidup, seperti mengerjakan ladang ketika waktu menanam sudah tiba. Jadi pada abad lalu, prokastinasi bermakna positif bila penundaan sebagai upaya konstruktif untuk menghindari keputusan impulsive dan tanpa pemikiran yang matang, dan bermakna negatif bila dilakukan karena malas atau tanpa tujuan yang pasti.
b. Jenis-Jenis prokrastinasi akademik
Individu melakukan prokrastinasi dengan alasan yang berbeda beda. Perbedaan alasan dan tujuan dari procrastinator membuat para ahli mengelompokkan prokrastinasi ke dalam beberapa jenis.
1) Bruno menjelaskan bahwa ada empat jenis prokrastinasi, yaitu:
a) Penundaan fungsional, adalah penundaan yang dilakukan pada saat yang tepat dan bertujuan, atau adanya kegiatan lain yang lebih tinggi prioritasnya, misalnya individu yang menunda tugasnya karena sakit.
b) Penundaan disfungsional, adalah penundaan yang tidak bertujuan da tidak berguna, akibatnya tugas-tugas tidak terselesaikan, kesempatan hilang dan tujuan tidak tercapai. Misalnya, menunda kerena takut gagal. Ada dua bentuk Dysfunctional procrastination berdasarkan tujuan mereka melakukan penundaan yaitu:
(1) Decisional procrastination
Suatu penundaan dalam mengambil keputusan. Hal ini terjadi akibat kegagalan dalam mengidentifikasi tugas yang yang menyebabkan konflik dalam diri individu dan memutuskan untuk menunda. Bentuk prokrastinasi ini merupakan sebuah antesenden kognitif dalam menunda untuk memulai melakukan suatu pekerjaan dan dilakukan sebagai suatu bentuk coping yang digunakan untuk menyesuaikan diri dalam menghadapi situasi yang dipersepsikan penuh stress. Decisional procrastination berhubungan dengan kelupaan, kegagalan proses kognitif, akan tetapi tidak berkaitan dengan kurangnya tingkat intelegensi seseorang.
(2) Avoidance procrastination atau behavioral procrastination
Suatu penundaan dalam perilaku yang tampak. Penundaan ini dilakukan sebagai suatu cara untuk menghindari tugas yang dirasakan kurang menyenangkan dan sulit untuk dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kegagalan yang akan memberikan penilaian negatif kepada dirinya. Avoidance Procrastination berhubungan dengan tipe self presentation, keinginan untuk menjauhkan diri dari tugas yang menantang, dan implusiveness
(3) Penundaan jangka pendek, maksudnya penundaan pada target waktu yang pendek. Misalnya, jam atau harian.
(4) Penundaan kronis, maksudnya penundaan yang telah menjadi kebiasaan, sulit dihentikan, menjadi masalah dan sangat merugikan.
2) Ferrari membagi prokrastinasi menjadi dua berdasarkan jenis tugasnya, yaitu:
a) Prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik. Sebagai contoh penundaan terhadap tugas kuliah atau tugas kursus.
b) Prokrastinasi non-akademik, adalah penundaan yang dilakukan pada jenis tugas non formal atau berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh penundaan tugas sosial, penundaan menyapu.
3) Menurut Ghufron ada enam area jenis tugas yang sering diprokrastinasi oleh pelajar yaitu:
a) Tugas mengarang meliputi penundaan melaksanakan kewajiban atau tugas- tugas menulis, misalnya menulis makalah, laporan, atau tugas mengaraga lainnya.
b) Tugas belajar menghadapi ujian mencakup penundaan belajar untuk menghadapi ujian, misalnya uian tengah semester, ujian akhir semester, atau ulangan mingguan.
c) Tugas membaca meliputi adanya penundaan untuk membaca buku atau referensi yang berkaitan dengan tugas Akademik yang diwajibkan.
d) Tugas kerja administratif, seperti menyalin catatan, mendaftarkan diri dalam presesnsi kehadiran, daftar peserta praktikum, dan sebagainya.
e) Menghadiri pertemuan, yaitu penundaan maupun keterlambatan dalam menghadiri pelajaran, praktikum, dan pertemuan-pertemuan lainnya.
f) Penundaan dalam kinerja Akademik secara keseluruhan, yaitu menunda mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas Akademik secara keseluruhan.
c. Karakteristik Prokrastinasi Akademik
1) Perfectionist
2) Dreamer
3) Worrier
yaitu tidak berfikir tugas akan berjalan dengan baik, tetapi takut apa yang dilakukan lebih jelek atau gagal. Individu merasa gagal atau tidak akan dapat mengerjakan tugas dengan baik. Individu khawatir akan gagal sehingga memilih untuk menunda mengerjakan tugasnya.
4) Defier
yaitu tidak mau diperintah atau dinasehati oleh orang lain (suka menentang). Mereka suka disebut penunda karena dengan kebiasaan pada umumnya.
5) Crisis Maker
yaitu suka membuat masalah dalam pekerjaan karena terlambat memulai. Individu suka menunda pengerjaan tugas menjelang batas akhir waktu yang disediakan sehingga sering tidak dapat menyelesaikan tugas tepat waktu.
6) Over Doer
yaitu terlalu banyaknya tugas mereka. Individu selalu mengatakan “ya” pada tugas yang diberikan padanya sehingga cenderung kurang dapat mengatur waktu dan sumber daya yang ada serta tidak dapat menyelesaikan konflik yang terjadi. Akhirnya individu sering menunda tugas yang harus diselesaikan.
d. Indikator prokrastinasi akademik
1) Perceived time
Seseorang yang cenderung gagal menepati deadline. Mereka berorientasi pada masa sekarang dan tidak mempertimbangkan masa mendatang, prokrastinator tahu bahwa tugas yang dihadapinya harus segera diselesaikan, tetapi ia menunda-nunda untuk mengerjakannya atau menunda menyelesaikannya jika ia sudah memulai pekerjaannya tersebut.
2) Intention-action
Celah antara keinginan dan tindakan, perbedaan antara keinginan dengan tindakan senyatanya itu terwujud pada kegagalan siswa dalam mengerjakan tugas Akademik walaupun siswa tersebut punya keinginan untuk mengerjakannya. Hal ini terkait pula dengan kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual. Prokrastinator mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu.
3) Emotional distress
Adanya perasaan cemas saat melakukan prokrastinasi. Perilaku menunda- nunda akan membawa perasaan tidak nyaman pada pelakunya, konsekuensi negatif yang ditimbulkan memicu kecemasan dalam diri pelaku prokrastinasi. Pada mulanya siswa tenang karena merasa waktu yang tersedia masih banyak. Tanpa terasa waktu sudah habis, ini menjadikan meraka cemas karena belum menyelesaikan tugas.
4) Perceived ability
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik
Ada beberapa teori mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik. Dalam kajian teori ini, akan dipaparkan beberapa teori.
1) Menurut Knaus ada beberapa alasan yang menyebabkan pelajar melakukan prokrastinasi, yaitu:
a) Buruknya pengelolaan waktu
Prokrastinasi berarti tidak bisa mengelola waktu secara bijaksana. Hal ini mengakibatkan individu cenderung menunda mengerjakan tugas yang menjadi tanggung jawab karena tidak ada prioritas dan tujuan.
b) Kesulitan dalam berkonsentrasi
Seseorang sering mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi ketika sedang mengerjkan tugas. Hal ini mengakibatkan individu tersebu memikirkan hal lain di luar tugas tersebut, misalnya melamun, mencari cari foto pacar, memainkan pensil atau penghapus.
c) Kepercayaan Irasional dan ketakutan gagal
Takut mengalami kegagalan dapat membuat seseorang berhenti dalam mengerjakan tugas, seperti merasa tidak sukses di bidang apapun atau tidak puas dengan kemampuan untuk menyelesaikan tugas.
d) Kebosanan terhadap tugas
Bosan dengan tugas yang sedang dikerjalan dapat membuat seseorang menunda pengerjaan tugasnya.
2) Menurut Ferrari dapat dipaparkan dua faktor utama yang mempengaruhi prokrastinasi Akademik yaitu:
a) Faktor Internal, yaitu faktor-faktor dari diri individu yang turut membentuk perilaku prokrastinasi, meliputi:
(1) Faktor Fisik, faktor fisik yang dimaksud adalah kondisi fisiologis seseorang yang mendorong kearah prokrastinasi seperti kelelahan. Seseorang yang mengalami kelelahan yang berlebih akan memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan prokrastinasi, walaupun prokrastinasi sering berkaitan dengan keyakinan keyakinan yang irasional yang dimiliki seseorang.
(2) Faktor Psikologis, faktor psikologis meliputi tipe kepribadian dan motivasi. Tingkat kecemasan yang tinggi dan kemampuan adaptasi yang rendah dapat juga mendorong kearah prokrastinasi akademik. Adapun hasil penelitian yang menemukan aspek psikologis lain yang mempengaruhi prokrastinasi akademik, antara lain rendahnya kontrol diri.
b) Faktor Eksternal, yaitu faktor-faktor yang terdapat dari luar diri individu, antara lain:
(1) Gaya asuh orang tua, hasil penelitian Ferrari dan Ollivete menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter ayah menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi yang kronis pada subyek penelitian anak wanita, sedangkan tingkat pengasuhan otoriter ayah menghasilkan anak wanita yang bukan procrastinator ibu yang memiliki kecenderungan melakukan avoidance procratination menghasilkan anak wanita yang memiliki kecenderungan untuk melakukan avoidance procrastination pula.
(2) Kondisi lingkungan, kondisi lingkungan yang mendukung prokrastinasi Akademik lebih banyak dilakukan pada lingkungan yang rendah dalam pengawasan daripada lingkungan yang penuh pengawasan
(3) Banyaknya tugas (Overload Task), banyaknya tugas yang menuntut penyelesaian pada waktu yang hampir bersamaan. Kemudian tugas yang banyak menguras tenaga seseorang sehingga ia mengalami kelelahan dan tidak mampu menyelesaikan tugas
f. Cara mengatasi prokrastinasi
Menurut Boice, mengemukakan sepuluh prinsip dasar efikasi diri untuk membantu mengurangi sikap prokrastinasi, yaitu:
1) Bersikap tenang dan sabar sebelum menulis
2) Sebelum merasa siap menulis, kumpulkan informasi, susun dan buat kerangka gagasan,
3) Rinci tugas ke dalam aktivitas harian,
4) Berhenti dan lakukan istirahat ketika diperlukan,
5) Seimbangkan antara kerangka gagasan dengan kerja actual,
6) Cermati pikiran dan kebiasaan negatif selama mengerjakan tugas,
7) Kelola emosi selama bekerja dengan cara menghindari sikap tergesa-gesa dan supervisial,
8) Hindari melibatkan emosi yang terlalu berlebihan dalam pekerjaan,
9) Ijinkan orang lain mengkritisi hasil pekerjaan,
10) Hindari upaya menghamburkan energi, seperti bekerja sampai kelelahan dan tidak toleran terhadap kritik.
Sedangkan menurut Burka dan Yuen juga mengemukakan beberapa solusi untuk mengatasi prokrastinasi, diantaranya:
1) Visualisasikan kemajuan,
4) Mulailah bekerja sebelum ‘feeling in the mood’,
5) Hindari melakukan rasionalisasi,
8) Jika diperlukan bersikap lah fleksibel terhadap tujuan,
9) Kurangi kebutuhan akan kesempurnaan,
10) Berikan penghargaan atas kemajuan yang dicapai.
2. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut Daradjat, Pendidikan Agama Islam atau At-Tarbiyah Al-Islamiah adalah usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran Agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup. Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan Islam adalah: bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukumhukumAgama Islam, menuju terciptanya kepribadian utama menurut ukuran Islam.
Materi Pendidikan Agama Islam adalah materi pelajaran atau materi pokok bidang studi Islam yang lakukan secara terencana guna menyiapkan siswa untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, mengamalkan ajaran Islam dan berakhlak secara Islam serta diikuti tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan dengan kerukunan antara umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
b. Rumpun materi Pendidikan Agama Islam
Rumpun materi Pendidikan Agama Islam adalah penggolongan mata pelajaran berkaitan dengan Pendidikan Agama Islam yang dibagi dalam sub beberapa mata pelajaran antara lain: Al-Qur’an Hadist, Aqidah Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam.
1) Al-Qur’an Hadist
Pengajaran Al-Quran Hadist adalah pengajaran yang bertujuan agar siswa dapat membaca Al-Quran dan mengerti arti kandungan yang terdapat di setiap ayat- ayat Al-Quran serta memahami kandungan hadist. Akan tetapi dalam prakteknya hanya ayat-ayat dan hadist tertentu yang di masukkan dalam materi Pendidikan Agama Islam yang disesuaikan dengan tingkat pendidikannya.
2) Aqidah Akhlaq
Pengajaran aqidah berarti proses belajar mengajar tentang aspek kepercayaan, dalam hal ini tentunya kepercayaan menurut ajaran Islam, inti dari pengajaran ini adalah tentang rukun Iman. Sedangkan akhlak adalah bentuk pengajaran yang mengarah pada pembentukan jiwa, cara bersikap individu pada kehidupannya, pengajaran ini berarti proses belajar mengajar dalam mencaPendidikan Agama Islam tujuan supaya yang diajarkan berakhlak baik
3) Fiqih
Pengajaran fiqih adalah pengajaran yang isinya menyamPendidikan Agama Islamkan materi tentang segala bentuk-bentuk hukum Islam yang bersumber pada Al-Quran, sunnah, dan dalil-dalil syar'i yang lain. Tujuan pengajaran ini adalah agar siswa mengetahui dan mengerti tentang hukum-hukum Islam dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.
4) Sejarah Kebudayaan Islam
Tujuan pengajaran dari sejarah Islam ini adalah agar siswa dapat mengetahui tentang pertumbuhan dan perkembangan agama Islam dari awalnya samPendidikan Agama Islam zaman sekarang sehingga siswa dapat mengenal dan mencintai agama.
c. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan secara formal diartikan sebagai rumusan kualifikasi, pengetahuan, kemampuan dan sikap yang harus dimiliki oleh anak didik setelah selesai suatu pelajaran di sekolah, karena tujuan berfungsi mengarahkan, mengontrol dan memudahkan evaluasi suatu aktivitas sebab tujuan pendidikan itu adalah identik dengan tujuan hidup manusia.
Tujuan umum Pendidikan Agama Islam adalah untuk membimbing dan mengarahkan anak didik supaya menjadi muslim yang beriman teguh sebagai refleksi dari keimanan yang telah dibina oleh penanaman pengetahuan agama yang harus dicerminkan dengan akhlak yang mulia sebagai sasaran akhir dari Pendidikan Agama itu. Sedangkan tujuan khususnya, Pendidikan Agama Islam adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang ajaran Islam, keterampilan mempraktekkannya, dan meningkatkan pengamalan ajaran Islam itu dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, secara ringkas dapat dikatakan bahwa tujuan utama Pendidikan Agama Islam adalah keberagaman, yaitu menjadi seorang Muslim dengan intensitas keberagaman yang penuh kesungguhan dan didasari oleh keimanan yang kuat.
d. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Fungsi Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah, menurut Abdul Majid dan Dian Andayani dalam bukunya Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, yakni sebagai berikut:
1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembangan secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
2) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
3) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan kekurangan dan kelemahan-kelemahan siswa dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
4) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
5) Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum sistem dan fungsional.
6) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.
3. Upaya dan Fungsi Kepala Sekolah, Guru, dan Siswa
a. Pengertian Upaya
Upaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai usaha kegiatan yang mengarah tenaga, pikiran untuk mencapai tujuan. Upaya juga berarti usaha, akal, ikhtiar, untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan mencari jalan keluar. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa upaya adalah kegiatan yang ditempuh oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Kepala sekolah
Kepala sekolah adalah tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.
Menurut Aswarni Sujud menyebutkan bahwa fungsi kepala sekolah adalah sebagai berikut:
1) Perumusan tujuan kerja dan pembuat kebijakan sekolah.
2) Pengatur tata kerja sekolah, yang mengatur pembagian tugas dan mengatur pembagian tugas dan mengatur petugas pelaksana, menyelenggaran kegiatan.
3) Pensupervisi kegiatan sekolah, meliputi: mengatur kegiatan, mengarahkan pelaksanaan kegiatan, mengevaluasi pelaksanaan kegiatan, membimbing dan meningkatkan kemampuan pelaksana.
Sedangkan tugas pokok dan fungsi kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan adalah:
1) Perecanaan sekolah dalam arti menetapkan arah sekolah sebagai lembaga pendidikan dengan cara merumuskan visi, misi, tujuan dan strategi pencapaian.
2) Mengorganisasikan sekolah dalam arti membuat struktur organisasi, menetapkan staf dan menetapkan tugas dan fungsi masing-masing staf.
3) Menggerakkan staf dalam artian memotivasi staf melalui internal marketing dan memberi contoh eksternal marketing.
4) Mengawasi dalam arti melakukan supervisi, mengendalikan dan membimbing semua staf dan warga sekolah.
5) Mengevaluasi proses dan hasil pendidikan untuk dijadikan dasar pendidikan dan pertumbuhan kualitas, serta melakukan problem solving baik secara analitis sistematis maupun pemecahan masalah secara kreatif dan menghindarkan serta menanggulangi konflik.
c. Guru
Dalam UU RI nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 ayat 1 tentang Guru dan Dosen, menyatakan bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, pendidikan menengah”.
Secara terminologi, guru atau pendidik yaitu siapa yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik, dengan kata lain orang yang bertanggung jawab dalam mengupayakan perkembangan potensi anak didik, baik kognitif, afektif ataupun psikomotor sampai ketingkat setinggi mungkin sesuai dengan ajaran Islam.
Menurut Gary Flewelling dan William Higginson menggambarkan peran guru sebagai berikut:
1) Memberikan stimulasi kepada siswa dengan menyedian tugas-tugas pembelajaran yang kaya (rich learning tasks) dan terancang dengan baik untuk meningkatkan perkembangan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial
2) Berinteraksi dengan siswa untuk mendorong keberanian, mengilhami, menantang, berdiskusi, berbagi, menjelaskan, menegaskan, merefleksi, menilai dan merayakan perkembangan, pertumbuhan dan keberhasilan
3) Menunjukkan manfaat yang diperoleh dari mempelajari suatu pokok bahasan
4) Berperan sebagai seseorang yang membantu, seseorang yang mengerahkan dan memberi penegasan, seseorang yang memberi jiwa dan mengilhami siswa dengan cara membangkitkan rasa ingin tahu, rasa antusias, gairah dari seorang pembelajar yang berani mengambil resiko (risk taking learning), dengan demikian guru berperan sebagai pemberi informasi, dan fasilitator.
d. Siswa
Pengertian siswa atau siswa menurut ketentuan umum Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Siswa adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Mereka merupakan individu dinamis yang memiliki karakteristik tertentu pada setiap perkembangannya. Pertumbuhan dan perkembangann ini merupakan proses alami yang terjadi dalam kehidupan manusia. Menurut Hamalik siswa adalah salah satu komponen dalam pengajaran, di samping faktor guru, tujuan dan metode pengajaran. Sebagai salah satu komponen maka dapat dikatakan bahwa siswa adalah komponen yang terpenting diantara komponen lainnya.
Abu Ahmadi juga menuliskan tentang pengertian siswa, siswa adalah orang yang belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga Negara, sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau individu.
Setiap siswa memiliki karakteristik individual yang khas dan terus berkembang meliputi perkembangan emosional, moral, intelektual dan sosial. Perkembangan ini berpengaruh terhadap kemampuan siswa sebagai subjek pendidikan.
Ramayulis mengklasifikasikan siswa sebagai berikut:
1) Siswa bukanlah miniatur orang dewasa tetapi memiliki dunianya sendiri.
2) Siswa memiliki periodisasi perkembangan dan pertumbuhan.
3) Siswa adalah makhluk Allah SWT yang memiliki perbedaan individu baik disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan dimana ia berada.
4) Siswa merupakan dua unsur utama jasmani dan rohani, unsur jasmani memiliki daya fisik dan unsur rohani memiliki daya akal hati nurani dan nafsu.
5) Siswa adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat dikembangkan dan berkembang secara dinamis.
BAB III
METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif karena dalam penelitian ini menghasilkan kesimpulan berupa data yang menggambarkan secara rinci, bukan data yang berupa angka. Peneliti menggunakan pendekatan ini dikarenakan peneliti ingin menjabarkan fakta-fakta dan kejadian nyata di lapangan, sehingga data yang dihasilkan ini berupa kata-kata yang menggambarkan dan menginterprestasikan objek yang diteliti secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang hasilnya mengarah pada pembuktian suatu teori.
Sesuai dengan penelitian ini, nantinya peneliti akan mencari data tentang upaya dari Kepala sekolah, guru PAI, dan siswa dalam mengatasi perilaku prokrastinasi akademik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo yang diperoleh melalui wawancara, dokumentasi dan pengamatan dari perilaku prokrastinasi yang dilakukan siswa di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo yang membutuhkan pendekatan penelitian untuk mendeskripsikan data atau hasil penelitian, serta membutuhkan pengamatan bentuk perilaku prokrastinasi siswa. Dalam hal ini penulis mendeskripsikan temuan-temuan yang merupakan data dan keunikan keunikan yang ditemukan di lapangan.
Sedangkan jenis metode penelitian ini adalah studi kasus. Peneliti akan mengumpulkan data mengenai diri subjek yakni pada siswa yang memiliki perilaku prokrastinasi akademik di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo meliputi masa sebelumnya yakni menggali latar belakang siswa melakukan perilaku prokrastinasi akademik, dan masa sekarang yakni dengan mencari tahu bentuk perilaku prokrastinasi akademik kemudian dan mengetahui apa upaya yang dapat dilakukan siswa agar dapat mengatasi masalah prokrastinasi akademiknya. Dalam penelitian ini peneliti juga melibatkan peran Kepala sekolah dan guru PAI untuk memberikan informasi mengenai upaya yang dilakukan dalam mengadapi perilaku prokrastinasi siswa. Peneliti melakukan study kasus berbekal landasan teori sebagai acuan saat peneliti akan menggali suatu hal yang berkaitan dengan subjek. Diharapkan dengan landasan teori yang telah disebutkan pada bab sebelumnya dapat menjadi dasar setiap langkah yang dilakukan peneliti termasuk dalam menyusun pedoman wawancara, ketika melakukan wawancara, ketika menggali data dari sumber lain yang terkait.
B. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini peneliti akan bertindak sebagai pengumpul data yang sekaligus akan aktif di lapangan. Oleh sebab itu penulis berperan aktif bertindak di lapangan dan sebagai pengolah informasi berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh di lapangan. Peneliti sebagai pengamat akan mewawancari langsung pihak- pihak yang bersangkutan seperti kepala sekolah, guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, dan siswa yang memiliki perilaku prokrastinasi akademik di MA Ma’arif Al-Mukarrom. Kemudian peneliti juga akan melakukan observasi langsung untuk mengetahui kegiatan siswa yang melakukan perilaku prokrastinasi akademik.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pendidikan yakni MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo. Pemilihan lokasi ini berdasarkan kesesuaian dengan topik penelitian yang didasarkan pada keadaan siswa yang cenderung memiliki perilaku prokrastinasi akademik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dimana sebelumnya peneliti mengetahui permasalahan siswa di MA Ma’arif Al-Mukarrom mengenai keluhan tugas-tugas akademiknya.
D. Data dan Sumber Data
Data-data atau informasi merupakan ruh dalam sebuah penelitian. Oleh karena itu sumber data merupakan hak yang sangat penting, sebab dapat membantu lahirnya kualitas penelitian. Dalam penelitian ini data yang digunakan penulis terdiri dari:
1. Data primer
Data primer yakni data yang langsung diperoleh dalam penelitian. Dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi langsung di lapangan seperti mengamati kegiatan siswa saat akan masuk kelas yaitu mengerjakan pekerjaan rumah bersama- sama di sekolah, mengamati apa yang dilakukan siswa saat waktu luang misal bermain, nongkrong atau kebiasaan lainnya. Pengamatan tersebut nantinya akan menjadi bukti untuk mengidentifikasi kegiatan siswa tentang perilaku prokrastinasi akademik siswa di MA Ma’arif Al-Mukarrom, Kauman, Sumoroto, Ponorogo.
Kemudian dari hasil wawancara langsung kepada subjek penelitian yakni adalah siswa yang memilki perilaku prokrastinasi akademik bertujuan untuk mengetahui latar belakang, faktor, kendala siswa melakukan perilaku prokrastinasi akademik, dan upaya siswa dalam mengatasi perilaku tersebut. Selain itu untuk menggali data informasi lebih lengkap, penulis juga mewawancai kepala sekolah serta guru Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo untuk memberikan informasi kepada peneliti tentang hal hal yang diupayakan untuk menghadapi perilaku prokrastinasi akademik siswa.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang digunakan sebagai pelengkap dan pendukung yang diperoleh secara langsung di lapangan. Data yang yang diperoleh secara tidak langsung dalam penelitian. Adapun dokumen-dokumen yang dimaksud disini adalah berupa profil sekolah, data tabel profil sekolah, buku kerja siswa, foto siswa, dan catatan khusus guru bagi siswa yang memiliki sikap prokrastinasi akademik dan lembar tata tertib Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di MA Ma’arif Maa’arif Al-Mukarrom.
E. Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sebagai berikut:
1. Wawancara/Interview
Wawancara merupakan teknik dalam mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan kepada responden dan menulis atau merekam jawaban dari responden.29 Proses wawancara dalam penelitian dilakukan dengan cara tak terstruktur, karena peneliti akan menggali data dari siswa yang memiliki sikap prokrastinasi akademik dengan penjabaran yang luas supaya memperoleh data sebanyak-banyaknya yang mengarah kedalaman informasi dan dilaksanakan secara informal.
Dengan demikian wawancara ini dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat terbuka (open-ended) dan mengarah pada kedalaman informasi, serta dilakukan dengan cara yang tidak secara formal terstruktur, guna menggali pandangan subjek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya secara lebih jauh, lengkap, dan mendalam. Ada beberapa narasumber yang akan diwawancara dalam penelitian ini adalah:
a. Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan kunci, karena kepala sekolah berfungsi sebagai pemberi izin penelitian/pembuka jalan dengan objek yang diteliti. Selain itu kepala sekolah juga dapat memberikan rekomendasi dan informasi. Selain itu Kepala sekolah juga diminta memberikan informasi mengenai hal-hal yang dilakukan untuk menghadapi perilaku prokrastinasi akademik siswa di MA Ma’arif Al-Mukarrom.
b. Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dijadikan narasumber untuk diminta memberikan rekomendasi beberapa nama siswa yang cenderung memiliki perilaku prokrastinasi dan memberikan informasi mengenai upaya yang dilakukan guru PAI dalam menghadapi sikap prokrastinasi akademik siswa di MA Ma’arif Al-Mukarrom.
c. Siswa
Siswa yang dijadikan objek adalah siswa yang cenderung memiliki perilaku prokrastinasi akademik, yaitu siswa yang selalu menunda pekerjaan tugas sekolah dengan alasan berbagai macam faktor dan dikhususkan pada penundaan tugas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo yang direkomendasikan oleh guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
2. Observasi
Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi terhadap subjek untuk mengetahui informasi bentuk perilaku prokrastinasi, faktor penyebab dan bagaimana upaya yang dilakukan Kepala sekolah, guru PAI, dan siswa di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo dalam masalah tersebut. Observasi ini dilakukan langsung di lapangan seperti mengamati kegiatan siswa saat akan masuk kelas yaitu mengerjakan pekerjaan rumah bersama- sama di sekolah, mengamati apa yang dilakukan siswa saat waktu luang misal bermain, nongkrong, atau kebiasaan lainnya.
Disamping itu peneliti juga melalukan visit home pada siswa yang memiliki sikap prokrastinasi akademik, hal ini dilakukan supaya peneliti mengetahui kegiatan keseharian siswa tersebut. Serta untuk mengetahui sikap emosional siswa dalam menghadapi tugas, penulis juga mengamati raut wajah siswa saat dihadapkan tugas yang menumpuk yang dapat dilihat dari mimik ekspreksinya.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pencarian data meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, foto, sebagainya. Adapun dokumen-dokumen yang dimaksud disini adalah berupa buku kerja siswa, foto siswa, catatan khusus, rekaman wawancara, dan data profil sekolah. Dalam teknik dokumentasi ini peneliti memperoleh data yang berfungsi memberikan informasi atau fakta kepada peneliti tentang: Sejarah berdirinya, letak geografis, visi dan misi, struktur organisasi, keadaan guru dan siswa, dam sarana dan prasarana MA Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo.
F. Teknik Analisis Data
Penelitian kualitatif sudah semestinya melakukan analisis data bersamaan dengan pengumpulan data dan setelah selesai pengumpulan data dalam jangka waktu tertentu. Teknik analisis data dalam penelitian ini penulis menggunakan konsep Miles dan Huberman yaitu dilakukan secara interaktif dan terus-menerus, tuntas, lengkap sampai datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data meliputi:
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Proses pemilihan hal-hal yang menjadi pokok penelitian dan pemusatan perhatian dengan tujuan mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang yang tidak perlu sehingga dapat ditarik sebuah interprestasi. Kemudian dilakukan pemeriksaan apabila data telah terkumpul untuk mengetahui kelengkapan dan kesesuaian bahasan tentang upaya Kepala sekolah, guru PAI, dan siswa dalam menghadapi perilaku prokrastinasi akademik mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo.
2. Data Display (Penyajian Data)
Penyajian data dalam penelitian kualitatif bisa berbentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori atau kelompok, flowchart dan sejenisnya. Maka setelah data diperiksa dan dirasa telah sesuai dengan penelitian ini, langkah selanjutnya adalah data tersebut akan disusun dan dikelompokkan berdasarkan pokok pembahasan penelitian, yakni mengenai faktor yang menyebabkan siswa memiliki perilaku prokrastinasi dan Akademik dan upaya siswa dalam menghadapinya .
3. Conclusion Drawing (Menarik Kesimpulan)
Langkah terakhir yakni peneliti melakukan verifikasi terhadap data yang terkumpul sehingga akan diperoleh suatu kesimpulan. Dalam skripsi ini peneliti mengkaji data yang terkait dengan upaya Kepala sekolah, guru PAI, dan siswa dalam menghadapi perilaku prokrastinasi akademik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo kemudian ditarik kesimpulan.
Bagan
Keabsahan data adalah bagian terpenting dalam sebuah penelitian. Menurut Sugiyono teknik untuk menguji keabsahaan data yang digunakan penulis dalam penelitiannya yakni:
1. Uji kredibilitas data
Uji kredibiltas data dilakukan dengan menggunakan bahan referensi. Bahan referensi yang dimaksud disini ialah adanya pendukung untuk membuktikan daya yang telah ditemukan peneliti seperti rekaman wawancara, foto interaksi dengan informan, dan lembar hasil observasi. Dalam penelitian ini penulis akan melampirkan bukti-bukti dokumentasi selama penelitian berlangsung, dokumentasi tersebut berupa catatan wawancara, hasil observasi, lembaran yang dilakukan peneliti.
2. Triangulasi
Triangulasi adalah teknis pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Menurut Sugiono dalam bukunya menjelaskan ada tiga macam triangulasi yaitu triangulasi sember data, teknik pengumpulan data, dan waktu.
a. Triangulasi sumber
Untuk menguji kredibelitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang yang diperoleh dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan tiga sumber data yakni wawancara, observasi dan dokumentasi.35
b. Triangulasi teknik pengumpulan data
Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Jika dengan teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan untuk memastikan data mana yang dianggap benar
c. Triangulasi waktu
Triangualasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi dalam waktu atau situasi yang berbeda. Penulis dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber yaitu dengan melakukan pengecekan keabsahan data yang diperoleh melalui sumber berbeda, serta membandingkan data hasil wawancara dengan data pengamatan dan dokumen yang berkaitan.
3. Memperpanjang pengamatan
Dengan memperpanjang pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan memperpanjang pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk rapport (hubungan), semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin terbuka, saling memercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Dalam perpanjangan pengamatan ini, peneliti melakukan penggalian data secara lebih mendalam supaya data yang diperoleh menjadi lebih konkrit dan valid. Peneliti datang ke lokasi penelitian walaupun peneliti sudah memperoleh data yang cukup untuk dianalisis, bahkan ketika analisis data, peneliti melakukan crosscheck dilokasi penelitian.
4. Pemeriksaan Sejawat
Pemeriksaan sejawat melalui diskusi yaitu teknik yang dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. Dari informasi yang berhasil digali, diharapkan dapat terjadi perbedaan pendapat yang akhirnya lebih memantapkan hasil penelitian.
H. Tahapan-tahapan Penelitian
1. Tahap Pra Lapangan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan kegiatan yang meliputi: a) menyusun rancangan penelitian, pada tahap ini peneliti membuat latar belakang masalah penelitian dan alasan pelaksanaan penelitian, b) memilih lapangan penelitian, pada tahap ini peneliti menentukan lapangan sesuai dengan judul yang peneliti ambil, c) mengurus perizinan, peneliti menyerahkan surat penelitian yang disetujui oleh Ketua Jurusan IAIN Ponorogo dan Dosen Pembimbing d) menjajaki dan menilai lapangan. Peneliti melakukan kegiatan interaksi fisik di dalam lapangan akan diteliti, dan peneliti akan menjadi peran utama dalam penyaringan data.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada tahap selanjutnya peneliti melaksanakan kegiatan di lapangan. Adapun tahap ini disebut dengan tahap pekerjaan lapangan yang meliputi kegiatan: a) memahami latar penelitian dan persiapan diri, b) memasuki lapangan dan c) berperan serta sambil mengumpulkan data. Pada tahap pekerjaan lapangan ini, peneliti akan berusaha untuk memahami kondisi yang ada di lapangan serta berinteraksi dan berperan langsung dengan keadaan lapangan guna mengumpulkan data-data penelitian yang dibutuhkan.
3. Tahap Analisis Data
Dari data-data yang diperoleh selama kegiatan penelitian di lapangan. Maka tahap selanjutnya adalah analisis data. Pada tahap ini kegiatan yang dilaksanakan meliputi:
a. Reduksi data,
Tahap akhir dari penelitian yang dilaksanakan ini adalah penulisan laporan. Adapun kegiatan yang dilaksanakan meliputi: 1) penyusunan hasil penelitian, 2) konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing, c) perbaikan hasil konsultasi ketika ditemukannya data yang perlu untuk direvisi, 4) pengurusan kelengkapan persyaratan ujian, dan 5) ujian skripsi.
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN
1. Sejarah Berdirinya MA Ma’arif Al-Mukarrom
Madrasah Aliyah Ma’arif Al-Mukarrom Kauman Somoroto Ponorogo adalah salah satu lembaga pendidikan yang bernaung dalam lembaga Ma’arif. Lembaga Pendidikan Ma’arif ini merupakan salah satu Badan Otonom (Banom) dari organisasi masyarakat terbesar di Indonesia, tidak lain berasal dari Nadhlatu Ulama. Tujuan didirikannya lembaga pendidikan Ma’arif ini untuk mewujudkan cita-cita dan mecetak generasi yang berlandaskan Ahlussunnah wal jamaah.
Madrasah Aliyah Ma’arif Al-Mukaarrom berdiri pada tanggal 01 Januari 1972 berdasarkan piagam pengesahan yang resmi disahkan oleh pimpinan lembaga Ma’arif Cabang Ponorogo Nomor: 07/MA/72/1982 pada tanggal 28 Oktober 1982. Sedangkan Piagam Pendirian Madrasah Swasta yang dilakukan oleh departemen agama kantor wilayah departemen agama provinsi Jawa Timur, Nomor : Lm./3/31.c.1978 tepat pada tanggal 01 Desember 1978.
Berdasarkaan sejarah, lembaga pendidikan Islam ini dikenal dengan sebutan Pendidikan Guru Agama yakni pada tahun 1969. Lembaga ini berdiri diprakarsai oleh para tokoh Nahdlatul Ulama yang berada dijajaran Majelis Permusyawaratan Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) kecamatan Kauman. Tempat madrasah diniyah Kauman tepatnya sebelah di selatan Masjid Jami’ Kauman adalah tempat awal mula lembaga ini melaksanakan proses belajar mengajar.
Ada beberapa masa kepemimpinan di lembaga pendidikan Ma’arif Al-Mukarrom. Pertama PGA dikepalai oleh Sukeni Moh Ridwan, berkhidmat pada masa kepemimpinan dari tahun 1969 sampai dengan tahun 1974. Lalu dilantik sebagai Penilik Pendidikan Agama Islam (PENDAIS) di Kecamatan Sukorejo pada tahun 1974. Dengan demikian maka masa kepemimpinan dialihkan H. Daroini Umar, BA. Dengan masa kepemimpinan dari 1974 -1978. Kemudian pada tahun 1978 Daroini Umar, BA berpindah lokasi di MTs Carangrejo. Dengan adanya pengubahan nama ini disebabkan karena adanya penghapus nama PGA swasta dari aturan pemerintah yang berpusat di PGA Negeri Ponorogo. Sehingga nama yang semula bernama PGA 4 tahun menjadi Madrasah Aliyah Al-Mukarrom.
Madrasah Aliyah Al-Mukarrom berdiri pada 1972 ini diperkasai oleh pimpinan MTs Al-Mukarrom berkolaborasi dengan Pengurus Madrasah. Wahid, BA sebagai Kepala Madrasah Aliyah Ma’arif Al-Mukarrom. Kemudian masa kepimpinan di gantikan oleh Syamsul Hadi, BA sampai pada pada tahun 1992. Lalu adanya beberapa urusan Kepala Ma Ma’arif Al-Mukarrom diamanahkan kembali kepada Wahidi, BA.
Pada tahun 2006 terpilihlah Drs. Agus Yahya sebagai kepala madrasah yang terpilih diberi kepercayaan untuk memimpin madrasah dari 2006-2013. Dalam kepemimpinanya MA Ma’arif Al-Mukarrom mengalami perubahan yang sangat besar dan berkembang lebih maju.
Terjadi perubahan nama lembaga pada 01 Januari 2007, semula dikenal bernama MA Al-Mukarrom, beralih nama menjadi MA Ma’arif Al Mukarrom sesuai dengan Piagam dari Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Cabang Ponorogo Nomor 085/SK-4/LPM/I/2007.
Melihat kondisi lembaga pendidikan ini semakin maju dan berkembang, maka pada tahun 2009, MA Ma’arif Al Mukarrom mendapat kepercayaan dari pemerintah dengan mendapatkan bantuan dana Madrasah Education Development Project (MEDP) untuk membangun Gedung IPA.
Masa kepemipinan berikutnya berganti pada tanggal 1 Oktober 2013 diadakan pemilihan kepala Madrasah, dan terpilih Drs Mansur. Pemilihan ini diikuti oleh semua guru karyawan dan pengurus madrasah. Beliau memimpin mulai masa bakti 2013-2021 selama 2 periode kepemimpinan. Dimasa jabatannya beliau mengundurkan diri karena diangkat menjadi Kepala desa, sehingga Agus Yahya ditunjuk sebagai penanggung jawab pengganti.
Pada masa kepimpinan selanjutnya Pengurus BP3MNU Al Mukarrom mengamanahkan Eny Zahroh, S.H.I sebagai kepala Madrasah Aliyah Ma’arif Al Mukarrom tepat di tanggal 26 Agustus 2019. Dengan masa jabatan periode 2019-2023.
2. Lokasi penelitian
Madrasah Aliyah Ma’arif Al Mukarrom beralamatkan jalan Raden Patah nomor 2 Desa Kauman, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur. Lokasinya satu komplek dengan masjid Jami’Al-Mukarrom. Dengan letaknya yang sangat strategis yakni berada di tengah-tengah kota Ponorogo bagian barat. Dekat dengan pasar Sumoroto dan memiliki akses tempuh yang nyaman. Disetiap ajaran baru selalu terjadi peningkatan siswa dan selalu diminati siswa khususnya mereka yang berdomisili di Ponorogo bagian barat.
Letak madrasah yang dekat dengan berbagai jenis tempat hiburan seperti warung kopi, tempat main game online, pusat perbelanjaan, maka tidak heran jika siswa setiap pulang sekolah selalu sejenak menghabiskan waktunya di tempat hiburan tersebut. selain itu basecamp organisasi yang berada satu lokasi dengan madrasah, hal ini juga membuat siswa betah untuk tinggal di basecamp tanpa memiliki tujuan organisasi hingga tidak ingat waktu pulang. Dengan demikian siswa banyak menghabiskan waktunya untuk hal hal yang tidak berguna dan melalaikan tugas akademiknya.
3. Visi, Misi, dan Tujuan
a. Visi Madrasah
b. Misi Madrasah
1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga setiap siswa dapat berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimiliki
2) Menumbuhkan penghayatan terhadap pendidikan dan ajaran agama Islam sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.
3) Menumbuhkan semangat keunggulan secara optimal kepada seluruh warga madrasah
4) Mendorong dan membantu siswa untuk mengenali potensi dirinya, sehingga dapat dikembangkan secara optimal
5) Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga madrasah dan komite madrasah
6) Mendorong dan membimbing siswa untuk melaksanakan ibadah secara tertib, berakhlakul karimah dan melaksanakan syariat Islam yang berhaluan Ahlusunnah wal jamaah.
c. Tujuan
Berdasarkan visi dan misi madrasah,tujuan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:
1) Membentuk siswa memiliki imtak, akhlak mulia, dan budi pekerti yang baik.
2) Membekali siswa dengan penguasaan ilmu pengetahuan, tehnologi, sosial, budaya, dan seni untuk bekal menghadapi masa depan.
3) Mengembangkan kemampuan siswa dalam berfikir logis, kreatif, inovatif dan mandiri.
4) Membekali siswa memiliki wawasan kewirausahaan dan kemauan bekerja keras untuk mengembangkan diri di masa depan.
5) Memprioritaskan pelayanan pendidikan kepada para siswa dalam rangka meminimalkan angka drop out.
4. Profil Singkat
Berdiri Tahun : 1972
Alamat Madrasah : Jl Raden Patah No 11 Desa Kauman, Kec Kauman, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur
Jenis Madrasah : Swasta
Status : Terakreditasi A
Cabang : Ponorogo
Wakaur Sarana Prasarana : Drs.Dawam
Wali Kelas X : 1. X IPA : Dian Nur Aini, S.Pd.I
2. X IPS : Ela Ayuningtias, S.Pd
Wali Kelas XI : 1. XI IPA : Atik Karomatus S, S.Pd
2. XI IPS : Elly Yuswanti
Wali Kelas XII : 1. XII IPA : Yayuk Suprapti, S.Pd
2. XII IPS 1 :Ulvi Citra Febrinawati, S.Pd
3. XII IPS 2 : Drs. Dawam
6. Keadaan Guru, Keadaan Siswa, Sarana Prasarana
a. Keadaan Guru
Guru merupakan komponen dari proses pendidikan. Guru berperan penting sebagai fasilitator dalam pendidikan. Dari lampiran tabel keadaan guru, penulis dapat mendeskripsikan kedaan guru menjadi beberapa macam yakni meliputi keadaan guru menurut status kepegawaiannya dan jenjang pendidikan akhir yang ditempuh oleh guru di MA Ma’arif Al-Mukarrom dengan penjelasan di bawah ini.
Pertama, keadaan guru yang mengajar di MA Ma’arif Al-Mukarrom menurut status kepegawaiannya yakni dengan jumlah total keseluruhan 35 orang guru adalah berstatus guru tidak tetap/ non PNS. Rincian dari jumlah keseluruhan tersebut adalah 1 kepala madrasah, 17 guru laki-laki, 13 guru perempuan, 3 karyawan laki-laki dan 2 orang karyawan perempuan.
Kedua, keadaan guru menurut jenjang pendidikan. Dari jumlah 30 orang guru. Guru dengan ijazah S1 berjumlah 28 orang, 1 orang lulusan D3 , dan 1 orang adalah tamatan D2/ D1/SLTA.
Pada data keadaan karyawan diketahui terdapat 4 bagian personil karyawan dengan jenjang pendidikannya yakni:
1) Tata Usaha, terdapat 3 orang dengan jenjang pendidikan 1 orang berijasah S-1 dan 2 orang berijazah D-1/D2/D3
2) Pustakawan, Ditempati oleh 1 orang berijazah D1/D2/D3
3) Koperasi, terdapat 1 orang dengan ijazah S-1
4) Pesuruh, terdapat 2 orang dengan taamatan SLTA.
b. Keadaan Siswa
Dari tabel data siswa, penulis dapat mengetahui jumlah siswa di MA Ma’arif Al-Mukarrom. Di sekolah ini terdapat 2 jenis penjurusan yakni kelas IPA dan kelas IPS dengan total keseluruhan 178 siswa yakni 83 siswa laki-laki dan 95 jumlah siswa perempuan.
Berikut rincian jumlah siswa masing-masing kelas:
1) Siswa kelas X
Jumlah keselurahan 59 siswa, 31 siswa dari kelas IPA dan 28 siswa dari kelas IPS
2) Siswa kelas XI
Jumlah keselurahan ada 51 siswa, kelas IPA berjumlah 25 siswa dan kelas IPS berjumlah 26 siswa
3) Siswa kelas XII
Jumlah keselurahan terdapat 68 siswa, kelas IPA berjumlah 25 siswa, sedangkan di kelas IPS dibagi menjadi 2 kelas yakni IPS 1 berjumlah 22 siswa, dan IPS 2 terdapat 21 siswa.
c. Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana adalah dari bagian dari komponen dalam pendidikan. MA Ma’arif Al-Mukarrom memiliki sarana dan prasarana yang sangat lengkap dan ideal untuk menunjang proses belajar mengajar diantaranya:
a. Ruang Kepala Madrasah
b. Ruang Tata Usaha
B. Deskripsi Data Khusus
1. Bentuk Perilaku Prokrastinasi Akademik yang dilakukan Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo.
Setiap siswa yang sedang menempuh pendidikan tentu di dalamnya akan menemukan sebuah proses-proses yang harus dilewati. Di dalam proses belajar inilah siswa akan dapat memperoleh manfaat dari tujuan dalam pendidikan. Banyak diantara mereka yang berhasil dalam menempuh proses bahkan ada pula yang gagal mencapainya. Indikator keberhasilan siswa didapat melalui proses penugasan yang telah diberikan guru dengan pemberian tugas. Ada berbagai macam tugas yang diberikan kepada siswa yang harus diselesaikan tepat waktu, namun ia tidak dapat menyelesaikannya. Seperti penelitian yang ditemukan penulis bahwa terdapat beberapa jenis tugas yang tidak dapat diselesaikan dan proses mengerjakannya mengalami penundaan khususnya dalam materi PAI. Berdasarkan wawancara dengan siswa MA Ma’arif Al-Mukarrom yang bernama Muh Khamim As-Syafaat mengatakan:
“Tugas sekolah yang sering saya tunda adalah tugas meringkas pada materi Qur’an Hadist dan Akidah Akhlak. Tugas mengarang ini menurut saya berat karena dalam pengerjaan membutuhkan waktu yang lama dimulai dari membaca materi dahulu, memahami dan menulisnya”.
Bentuk dan model penugasan memberikan dampak bagi siswa untuk segera mengerjakan ataupun malah menundanya. Dalam penelitian ini penulis juga mengetahui jenis penugasan lain yang disampaikan siswa yang bernama Ahmad Nur Kholis.
“Saya selalu terlambat mengerjakan tugas. Tugas yang paling membuat saya malas mengerjakan adalah mata pelajaran SKI. Alasan saya menunda tugas SKI ini karena pendidik memberikan tugas sangat banyak jumlahnya. Sehingga perlu banyak waktu untuk mengerjakannya”.
Dimasa pandemi ini penugasan dapat dikatakan lebih banyak jumlahnya dibanding sebelum adanya Covid 19. Siswa yang model pembelajarannnya dilakukan secara daring ini dibebankan oleh banyaknya tugas yang lebih berat, disamping itu mereka tidak memahami isi materinya. Hal tersebut membuat siswa takut jika tugas yang dikerjakan tidak benar dan tidak tepat dalam menjawabnya. Seperti yang diungkapkan siswi yang bernama Baik Rini Handayani.
“Saya belum memahami materi yang disampaikan oleh guru, sehingga sangat kesulitan mengerjakannya, karena materi SKI ini sangat banyak bacaannya sehingga perlu ada penjelasan tidak bisa dibaca sendiri. Selain itu Menurut saya pelajaran SKI ini banyak sekali tugas yang diberikan, pemberian tugas sekali pengumpulan berjumlah 10-50 soal dan ini membuat saya tidak percaya diri untuk dapat mengerjakannya dengan sempurna, ditambah lagi tumpukan tugas dari mata pelajaran lainnya yang belum saya selesaikan”
Pengambilan nilai akademik dari pendidik di masa pandemi ini lebih menekankan pada tugas tugas harian. Sehingga siswa juga dituntut agar mengerjakan tugas dengan benar dan tepat waktu. Hal ini seperti yang diungkapkan Bapak Dawam selaku wali kelas 12 dan guru SKI.
“Nilai siswa sejak masa Covid 19 lebih banyak menitikberatkan pada tugas harian, karena kondisi daring dan jadwal masuk sekolah yang sangat minim, jadi diharapkan siswa serius dan mengerjakan tugas dengan benar”
Siswa di MA Ma’arif Al-Mukarrom yang memiliki perilaku prokrastinasi akademik ini adalah siswa yang memiliki kegiatan lain sebagai prioritas utamanya, diantaranya tanggung jawab di organisasi, tugas di luar sekolah, bekerja, dan bahkan terdapat siswa yang menunda mengerjakan tugas, sebab lebih mengutamakan bermain game. Hal tersebut dapat diketahui dari wawancara beberapa siswa sebagai berikut:
“Saya lebih mengutamakan kegiatan di organisasi, sehingga lebih sering aktif di organisasi, sehingga waktu mengerjakan selalu deadline. Di organisasi ini saya menduduki sebagai bendahara jadi harus selalu stay berada di base camp”. Ungkap Baik Rini Handayani.
“Ada hal yang lebih saya prioritaskan yakni menghafal Al-Qur’an, karena saya juga mengejar target hafalan yang nantinya akan saya setorkan kepada ustadz saya di pondok”. Kata Muh Khamim As-Syafaat.
“Saya biasa main game karena dari game saya sering menang dalam pertandingan dan menghasilkan uang. Jenis game yang saya tekuni adalah PUBG dan Mobile Legend. Disamping itu saya sangat memprioritaskan kerja, saya bekerja di usaha jasa pemasangan terop yang waktu kerjanya tidak dapat dipastikan waktunya”. Ujar Ahmad Nur Kholis.
Selain dari wawancara Ahmad Nur Kholis peneliti juga berkunjung di rumahnya. Saat itu penulis mendapati ia bermain games (mabar) dengan teman-temannya. Kemudian penulis juga menemukan lembaran soal yang belum dikerjakan, padahal soal tersebut harus diselesaikan sore itu pula. Lembaran tugas ini adalah tugas ulangan harian dengan jangka waktu pengerjaan jam 07.00-17.00, namun tugas tersebut terbengkalai dan tidak dikerjakan.
Hal-hal yang diprioritaskan tersebut sudah menjadi kebiasaan bagi siswa di MA Ma’arif Al-Mukarrom yang memiliki perilaku prokrastinasi akademik. Sehingga mereka sangat sering terlambat mengerjakan tugas, bahkan tidak mengerjakan. Sementara adanya peringatan dan nasehat dari guru juga tidak diperhatikan. Seperti yang diungkapkan Ahmad Nur Kholis saat wawancara dengan penulis.
“Sangat benar jika saya mengumpulkan tugas telat dan sering juga tidak mengerjakan tugas, apalagi jika waktu pengumpulannya bertabarakan dengan jadwal pertandingan mabar atau kerja, meskipun sudah mendapat peringatan beberapa kali dari guru tetapi saya sering tidak peduli”.
Berdasarkan pengamatan penulis, siswa yang memiliki perilaku prokrastinasi akademik adalah mereka yang suka membantah saat diberi masukan atau nasehat dari orang lain. Hal ini diketahui saat penulis berada di lokasi penelitian. Ketua organisasi PK Al-Mukarrom memerintah Ahmad Nur Kholis untuk segera mengumpulkan tugas. Sehingga hal tersebut membuatnya marah dan menentangnya.
Dari penelitian ini, peneliti mengetahui bentuk dan jenis tugas yang ditunda-tunda proses pengerjaannya. Prioritas kegiatan lain menjadi alasan utama siswa dalam menyelesaikan tugas tepat waktu.
Ciri-ciri karakteristik siswa di MA Ma’arif Al-Mukarrom yang mengalami prokrastinasi akademik dalam pandangan pendidik yakni mereka yang tidak tepat waktu dalam mengerjakan tugas dan tidak mengikuti proses pembelajaran dengan maksimal. Hal tersebut akan berpengaruh pada nilai akademiknya. Hal ini seperti yang telah dijelaskan Bu Eny Zahroh selaku Kepala Madrasah MA Ma’arif Al-Mukarrom.
“Menurut pandangan saya adalah mereka yang mengerjakan tugas tidak tepat waktu, hal ini dapat saya pantau dari masing-masing bidang studi, kemudian siswa yang memiliki perilaku ini adalah mereka yang biasa tidak mengikuti pembelajaran di dalam kelas dan absennya sering Alpha. Hal tersebut dapat dilihat juga dari nilai akademikmya”.
Karakter siswa dalam menghadapi tugas dapat tercermin saat siswa mengumpulkan tugas tepat waktu ataupun menundanya. Dalam hal ini berkaitan erat dengan akhlak siswa. Budi pekerti siswa dapat dilihat dari ketepatan menyelesaikan tugas-tugasnya. Seperti yang diungkapkan Pak Dawam selaku guru SKI di MA Ma’arif Al-Mukarrom.
“Mereka yang tidak mengerjakan tugas tepat waktu ini berkaitan dengan pendidikan akhlak . Bentuk menaati peraturan madrasah dan menghormati guru ini tercermin dalam perilaku mereka saat dihadapkan tugas. Siswa yang terbiasa mengerjakan tepat waktu memiliki karakter pribadi yang baik”.
2. Faktor Penyebab Perilaku Prokrastinasi Akademik pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Ma’arif Al-Mukarrom Kauman, Sumoroto, Ponorogo.
Tugas-tugas yang semestinya diselesaikan dengan benar dan dikumpulkan tepat pada waktunya merupakan keberhasilan siswa dalam menerapkan sikap disiplin. Namun banyak juga diantara mereka yang gagal dalam mencapai tujuan yang sesuai targetnya. Hal tersebut terdapat masalah-masalah yang menjadi pengaruh terhadap keberhasilan