jurnaleksperimental.comjurnaleksperimental.com/.../09/JURNAL-JUNAIDAH-SIAP.docx · Web viewSesuai...

21
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KOMUNIKASI, DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL Junaidah, M.Pd Dosen Tetap STIT PGMI Al-Hilal Sigli Jl. Lingkar Keuniree Sigli Kabupaten Pidie Propinsi Aceh Email: junnaidah10@yahoo .com Abstract The aims of this study was to examine the achivement and improvement of students’ understanding, communication, and the students’ mathematical disposition. Besides thet the researcher examined the interaction between learning an KAM to increase students’ ability of mathematical understanding and communication. This reasearch is quasy experimental form with non- equivalent control group design. The population in this study were all student of eighth grade students’ of SMP Lembang. The sample of the research is determined by using purposive sampling. The sample consisted of two classes, the experimental class used contextual teaching and learning approach, while the control class used expository learning. The research finding were: (1) the achivement and improvement of students’ mathematical understanding by using contextual teaching and learning approach better than the students’ who learnt by using reguler expository learning. (2) the achivement and improvement of students’ mathematical communication skills by using CTL better than the students who learnt by using expository learning. (3) there are no interaction between learning and KAM (high, medium, and low) toward the achivement of students’ mathematical understanding and communication skills. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menelaah pencapaian dan peningkatan kemampuan pemahaman, komunikasi, dan disposisi matematis siswa, serta menelaah interaksi antara pembelajaran dan KAM terhadap peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan bentuk desain Non-equivalent Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII pada salah satu Jurnal Eksperimental PGMI Volume 1, Nomor 2. Desember 2013 | 53

Transcript of jurnaleksperimental.comjurnaleksperimental.com/.../09/JURNAL-JUNAIDAH-SIAP.docx · Web viewSesuai...

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KOMUNIKASI, DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA MELALUI

PENDEKATAN KONTEKSTUAL

Junaidah, M.PdDosen Tetap STIT PGMI Al-Hilal Sigli

Jl. Lingkar Keuniree Sigli Kabupaten Pidie Propinsi AcehEmail: junnaidah10@yahoo .com

Abstract

The aims of this study was to examine the achivement and improvement of students’ understanding, communication, and the students’ mathematical disposition. Besides thet the researcher examined the interaction between learning an KAM to increase students’ ability of mathematical understanding and communication. This reasearch is quasy experimental form with non-equivalent control group design. The population in this study were all student of eighth grade students’ of SMP Lembang. The sample of the research is determined by using purposive sampling. The sample consisted of two classes, the experimental class used contextual teaching and learning approach, while the control class used expository learning. The research finding were: (1) the achivement and improvement of students’ mathematical understanding by using contextual teaching and learning approach better than the students’ who learnt by using reguler expository learning. (2) the achivement and improvement of students’ mathematical communication skills by using CTL better than the students who learnt by using expository learning. (3) there are no interaction between learning and KAM (high, medium, and low) toward the achivement of students’ mathematical understanding and communication skills.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menelaah pencapaian dan peningkatan kemampuan pemahaman, komunikasi, dan disposisi matematis siswa, serta menelaah interaksi antara pembelajaran dan KAM terhadap peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan bentuk desain Non-equivalent Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII pada salah satu SMPdi kota Lembang. Sampel penelitian ditentukan menggunakan purposive sampling. Sampel terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, dan kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran ekspositori. Temuan penelitian ini adalah: (1) Pencapaian dan peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan kontekstuallebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa baik secara keseluruhan maupun secara KAM. (2) Pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan kontekstuallebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa baik secara keseluruhan maupun secara KAM. (3) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dan KAM (tinggi, sedang, rendah) terhadap pencapaian kemampuan pemahamanmatematis siswa. (4) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dan KAM (tinggi, sedang, rendah) terhadap pencapaian kemampuan komunikasi matematis siswa.

Jurnal Eksperimental PGMI Volume 1, Nomor 2. Desember 2013 | 53

I. Pendahuluan

Tujuan matematika menurut

Permendiknas No. 22 (Depdiknas,

2006) antara lain meliputi hal berikut :

(1) memahami konsep matematika,

menjelaskan keterkaitan antar konsep

dan mengaplikasikan konsep

matematika, menjelaskan keterkaitan

antar konsep dan mengaplikasikan

konsep atau algoritma secara luwes,

akurat, efesien, dan tepat dalam

pemecahan masalah, (2)

mengkomunikasikan gagasan dengan

simbol, tabel, diagram atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau

masalah, (3) memiliki sikap menghargai

kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian

dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya

diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan tujuan pembelajaran

matematika tersebut dapat ditelusuri

bahwa belajar matematika tentunya

tidak cukup hanya dengan

menyampaikan materi saja tetapi juga

mengembangkan sikap dan karakter

peserta didik.

Selanjutnya NCTM (National

Council of Teacher of Mathematics,

2000) menambahkan bahwa terdapat

enam kemampuan penting yang perlu

dikembangkan dalam pembelajaran

matematika, yaitu pemahaman konsep

(conceptual understanding), pemecahan

masalah (problem solving), penalaran

dan pembuktian (reasoning and proof),

komunikasi (communication), koneksi

(connection), dan representasi

(representation).

Berdasarkan pemaparan di atas,

terlihat bahwa kemampuan pemahaman

dan komunikasi merupakan kemampuan

yang harus dimiliki peserta didik dalam

belajar matematika. Seseorang

dikatakan memahami konsep atau fakta

matematis jika ia dapat menjelaskan

konsep atau fakta matematis tersebut

dengan cara yang lebih sederhana.

Untuk menjelaskan konsep atau fakta

tersebut tentunya dibutuhkan

kemampuan komunikasi yang baik pula.

Menurut Nirmala (Lindawati,

2010: 5) membangun pemahaman pada

setiap kegiatan belajar matematika akan

mengembangkan pengetahuan

matematika yang dimiliki oleh

seseorang. Artinya makin luas

pemahaman tentang ide atau gagasan

matematika yang dimiliki oleh seorang

siswa, maka akan semakin bermanfaat

dalam menyelesaikan permasalah yang

dihadapinya. Sehingga dengan

pemahaman diharapkan tumbuh

Jurnal Eksperimental PGMI Volume 1, Nomor 2. Desember 2013 | 54

kemampuan siswa untuk

mengkomunikasikan konsep yang telah

dipahami dengan baik dan benar setiap

kali ia menghadapi permasalahan dalam

pembelajaran matematika.

Siswa hendaknya memiliki

kemampuan pemahaman dan

komunikasi matematis, namun hal ini

tidak sejalan dengan yang terjadi

dilapangan. Untuk memecahkan

masalah matematis yang dihadapi siswa

dalam mempelajari matematika, siswa

harus mampu memahami konsep-

konsep matematika itu sendiri. Namun

kenyataannya banyak siswa yang masih

belum memahami konsep-konsep yang

diajarkan karena siswa cenderung

menghafal.Rendahnya kemampuan

pemahaman matematis siswa terlihat

dari beberapa hasil penelitian

sebelumnya. Seperti penelitian yang

dilakukan oleh Rahmah (2012),

Afrilianto (2012), dan Tim Jica

(Tandililing, 2011) menyimpulkan

rendahnya kualitas pemahaman

matematis siswa disebabkan oleh proses

pembelajaran dimana guru terlalu

berkonsentrasi pada latihan soal yang

bersifat prosedural sehingga tidak

memungkinkan siswa cepat

memperoleh makna dari kegiatan

pembelajaran.

Selanjutnya, beberapa studi

sebelumnya juga menemukan bahwa

kemampuan komunikasi matematik

siswa masih rendah. Setiawan (2008)

dan Tandililing (2011) menyatakan

bahwa dalam suatu penelitian yang

dilakukan terhadap siswa terungkap

bahwa siswa masih lemah dalam

membuat model matematika terhadap

informasi yang diberikan dalam soal.

Kemampuan siswa mengkomunikasikan

gagasan dengan simbol, gambar, grafik,

tabel, dan media lain untuk memperjelas

keadaan atau masalah juga belum

memberikan hasil yang memadai.

Selain kemampuan kognitif yang

harus dimiliki siswa, terdapat juga

kemampuan afektif yang hendaknya

dimiliki oleh siswa. Sesuai dengan

tujuan umum matematika yaitu

memiliki sikap menghargai kegunaan

matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan

minat dalam mempelajari matematika,

serta sikap ulet dan percaya diri dalam

pemecahan masalah. Gregg (2005: 33)

menekankan bahwa siswa harus

menghargai matematika dan memiliki

keyakinan pada kemampuannya dalam

bermatematika.Untukmencapaitujuanini

secaraefektif, guru harus menyadari

bahwa keputusan yang mereka buat

Jurnal Eksperimental PGMI Volume 1, Nomor 2. Desember 2013 | 55

dalam instruksi dan penilaian dapat

mempengaruhi sikap dan

disposisisiswa. Oleh karena itu, guru

harus bekerja untuk mengembangkan

sikap positif terhadap matematika pada

siswa-siswanya. Pengembangan minat,

sikappositif dan ketertarikan terhadap

matematika tersebut akan membentuk

kecenderungan yang kuat yang

dinamakan disposisi matematis

(mathematical disposition).

Melihat pentingnya kemampuan

pemahaman, komunikasi, dan disposisi

matematis maka guru hendaknya

merancang pembelajaran yang dapat

memfasilitasi siswa dalam

meningkatkan kemampuan pemahaman,

komunikasi, dan disposisi matematis.

Salah satu pembelajaran yang diduga

dapat meningkatkan kemampuan

kognitif dan afektif tersebut adalah

pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual. Pendekatan kontekstual

merupakan konsep belajar yang

membantu guru mengaitkan antara

materi yang diajarkan dengan situasi

dunia nyata siswa dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan

yang dimilikinya dengan penerapannya

dalam kehidupan mereka sehari-hari

(Trianto, 2007: 103).

Dalam meningkatkan kemampuan

pemahaman, komunikasi, dan disposisi

matematis siswa,salah satu upaya yang

harus dilakukan adalah dengan mencari

faktor-faktor yang diduga dapat

memberikan pengaruh positif terhadap

peningkatan kemampuan pemahaman,

komunikasi, dan disposisi. Faktor-faktor

yang dimaksud antara lain adalah faktor

pendekatan pembelajaran yang

diterapkan guru dan faktor KAM (atas,

tengah, bawah). Hal ini bertujuan untuk

melihat apakah penerapan pendekatan

kontekstual merata pada setiap kategori

KAM atau hanya pada kategori KAM

tertentu saja. Apabila merata pada setiap

kategori KAM maka dapat dikatakan

bahwa penerapan pendekatan

kontekstual cocok diterapkan pada

semua kategori yaitu tinggi, sedang, dan

rendah.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat

menghasilkan temuan-temuan yang

dapat memberikan kontribusi dalam

perbaikan mutu pendidikan matematika,

khususnya dalam meningkatkan

kemampuan pemahaman, komunikasi

dan disposisi matematis siswa.

Jurnal Eksperimental PGMI Volume 1, Nomor 2. Desember 2013 | 56

II. Kajian Teori

A. Pemahaman Matematis

Hiebert dan Carpenter (Godino,

1996 :1) menegaskan salah satu ide

yang paling diterima secara luas di

pendidikan matematika adalah siswa

harus memahami matematika. Gardner

(Auliya, 2013) menambahkan bahwa

pemahaman adalah salah satu aspek

dasar dalam pembelajaran, sehingga

model pembelajaran yang digunakan

harus memperhatikan persoalan

mengenai pemahaman.

Stylianides (2007: 2)

menambahkankan adanya hubungan

yang tidak terpisahkan antara

pemahaman dan matematika, dan

mempelajari matematika dengan

pemahaman sudah semakin diterima

dalam bidang matematika dan psikologi

sehingga pemahaman matematika telah

dijadikan salah satu tujuan paling

penting dari pendidikan matematika.

Pemahaman dalam penelitian ini

merupakan pemahaman relasional, di

mana siswa mampu mengaitkan suatu

konsep dengan konsep lainnya secara

benar dan memahami apa yang

dilakukannya. Indikator pemahaman

matematis, yaitu: (1) kemampuan

menerapkan konsep secara algoritma;

(2) kemampuan menyajikan konsep

dalam berbagai bentuk representasi

matematika; dan (3) kemampuan

mengaitkan berbagai konsep.

B. Komunikasi Matematis

Komunikasi adalah bagian

esensial dari matematika dan

pendidikan matematika, komunikasi

merupakan cara berbagi gagasan dan

mengklarifikasi pemahaman. Melalui

komunikasi, gagasan-gagasan menjadi

obyek-obyek refleksi, penghalusan,

diskusi, dan perombakan. Proses

komunikasi juga membantu

membangun makna dan kelanggengan

untuk gagasan-gagasan serta

menjadikan gagasan-gagasan tersebut

diketahui publik (Wahyudin, 2008: 42).

Indikator Komunikasi matemati

dalam penelitian ini meliputi: (1)

menghubungkan benda nyata, gambar,

dan diagram ke dalam ide matematika;

(2) menjelaskan ide, situasi dan relasi

matematika secara tulisan dengan benda

nyata, gambar, grafik, dan aljabar; (3)

menyatakan peristiwa sehari-hari dalam

bahasa atau simbol matematika

C. Disposisi Matematis

Katz mendefinisikan disposisi

matematika sebagai keyakinan atau

kecenderungan untuk menunjukkan

perilaku sering, sadar dan sukarela

dalam proses pembelajaran (Atallah,

Jurnal Eksperimental PGMI Volume 1, Nomor 2. Desember 2013 | 57

2006: 2). Sedangkan Perhins dan

Tishman (Atallah, 2006: 4)

menggunakan istilah disposisi yang

merujuk pada kecenderungan untuk

menunjukkanperilaku dalam kondisi

tertentu. Mereka berpendapat bahwa

disposisi melibatkan sensitivitas,

kecenderungan dan kemampuan.

Sensitivitas menyangkut kesadaran

terhadap lingkungan. Kecenderungan

menyangkut motivasi atau belajar.

Kemampuan menyangkut kemampuan

untuk menindaklanjuti dengan tepat.

Disposisi matematika adalah

meliputi: (1) rasa percaya diri; (2)

menunjukkan minat; (3) memiliki

kegigihan; (4) memiliki keinginan; (5)

fleksibel (6) memonitor dan

mengevaluasi.

D. Pendekatan Kontekstual

Johnson (2007: 35) menyatakan

pembelajaran dan pengajaran

kontekstual melibatkan para siswa

dalam aktivitas penting yang membantu

mereka mengaitkan pelajaran akademis

dengan konteks kehidupan nyata yang

mereka hadapi.Suprijono (2013, 79)

menjelaskan bahwa pembelajaran

kontekstual merupakan konsep yang

membantu guru mengaitkan antara

materi yang diajarkannya dengan situasi

dunia nyata dan mendorong peserta

didik membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka

sebagai anggota keluarga dan

masyarakat.

Pendekatan kontekstual memiliki

tujuh komponen utama, yaitu

konstruktivisme (Contructivism), inkuiri

(Inquiry), bertanya (Questioning),

masyarakat belajar (Learning

Community), pemodelan (Modeling),

refleksi (Reflection), penilaian

sebenarnya (Authentic Assesment).

Sebuah kelas dikatakan menggunakan

pendekatan kontekstual jika

menerapkan ke tujuh prinsip tersebut

dalam pembelajarannya. Pendekatan

kontekstual dapat diterapkan dalam

kurikulum apa saja, bidang studi apa

saja, dan kelas yang bagaimanapun

keadaannya (Depdiknas dalam Trianto,

2007: 106).

III.Metodologi Penelitian

A. Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah

penelitian Quasi Experimental dengan

bentuk desain Nonequivalent Control

Group Design, dimana subyek

penelitian tidak dikelompokkan secara

acak. Hal ini dikarenakan penelitian

yang dilakukan disesuaikan dengan

Jurnal Eksperimental PGMI Volume 1, Nomor 2. Desember 2013 | 58

situasi dan kondisi di lapangan. Desain

eksperimen dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

Kelas Eksperimen : O X O

Kelas kontrol : O - O

Dengan:

O : Pretes/ Postes Kemampuan

Pemahaman dan Komunikasi

Matematis

X : Pembelajaran dengan Pendekatan

Kontekstual

B. Instrumen Penelitian

Instrumen disusun dalam bentuk

tes dan kuisioner/ angket yang dijawab

oleh responden secara tertulis.

Instrumen tersebut terdiri dari: (a) tes

kemampuan awal matematis;(b) tes

kemampuan pemahaman matematis; (c)

tes kemampuan komunikasi matematis;

(d) skala disposisi matematis siswa.

C. Analisis Data

a. Tes Kemampuan Awal Matematis

Berdasarkan skor kemampuan

awal matematis yang diperoleh, siswa

dikelompokkan ke dalam tiga

kelompok.

b. Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis

Hasil tes kemampuan pemahaman

dan komunikasi matematis digunakan

untuk menelaah peningkatan dan

pencapaian kemampuan pemahaman

dan komunikasi matematis siswa yang

belajar melalui pembelajaran dengan

pendekatan kontekstual dibandingkan

dengan pembelajaran biasa. Data yang

diperoleh dari hasil tes kemampuan

pemahaman dan komunikasi matematis

diolah melalui tahapan sebagai berikut:

1) Memberikan skor jawaban siswa

sesuai dengan kunci jawaban dan

pedoman penskoran yang

digunakan.

2) Mengubah data skor menjadi nilai,

dengan cara membagi skor

perolehan dengan skor ideal

dikalikan 100.

3) Membuat tabel skor pretes dan

postes siswa kelas eksperimen dan

kelas kontrol.

4) Menentukan skor peningkatan

kemampuan pemecahan masalah

matematis dengan rumus gain

ternormalisasi (Meltzer, 2002)

yaitu:

Normalized gain= posttest score−pretest scoremaximum possible score−pretest score

Hasil perhitungan gain kemudian

diinterpretasikan dengan menggunakan

klasifikasi (Hake, 1999) sebagai

berikut:

Tabel 1.

Jurnal Eksperimental PGMI Volume 1, Nomor 2. Desember 2013 | 59

Klasifikasi Gain TernormalisasiBesarnya Gain

(g)Klasifikasi

g ≥ 0,70 Tinggi0,30 ≤ g < 0,70 Sedang

g < 0,30 Rendah

5) Melakukan uji normalitas untuk

mengetahui kenormalan data skor

pretes, postes dan gain kemampuan

pemahaman dan komunikasi

matematis menggunakan uji

statistik Kolmogorov-Smirnov.

Apabila data berasal dari populasi

yang berdistribusi normal, maka

pengujian dilakukan ke uji

parametrik. Dan sebaliknya jika

data yang berdistribusi tidak

normal, maka dilakukan pengujian

non-parametrik Mann-Whitney.

6) Menguji homogenitas varians skor

pretes, postes dan gain kemampuan

pemahaman dan komunikasi

matematis menggunakan uji Levene

dengan bantuan software IBM

Statistics SPSS 20. Pengujian

homogenitas merupakan pengujian

mengenai sama tidaknya variansi-

variansi dua buah distribusi atau

lebih dengan tujuan apakah data

mempunyai varians yang homogen

atau tidak. Apabila variansi

homogen, maka pengujian

dilakukan dengan uji-t. Dan

sebaliknya jika variansi tidak

homogen, maka pengujian

dilakukan dengan uji-t’.

7) Uji Perbedaan Rataan

Untuk skor N-Gain kemampuan

pemahaman dan komunikasi yang

berdistribusi normal dan homogen

maka dapat menggunakan uji

perbedaan rataan dengan uji-t

(Independent Sample T-test).

8) Selanjutnya, dilakukan uji ANOVA

dua jalur dengan syarat data

berdistribusi normal dan homogen.

Jika terdapat paling sedikit satu data

yang tidak berdistribusi normal

maka pengujian menggunakan

ANOVA dua jalur tidak dapat

dilaksanakan dan analisis data

hanya dilakukan secara kualitatif

(Prabawanto, 2012: 204).

D. Skala Disposisi Matematis

Skala disposisi dilakukan uji

perbedaan rataan dengan uji non-

parametrik Mann-Whitney karena jenis

skala ordinal. Ruseffendi (2012: 499)

menyatakan bahwa uji Mann-Whitney

adalah uji non-parametrik yang cukup

kuat sebagai pengganti uji-t, dan asumsi

yang mendasarinya ialah jenis skalanya

paling tidak ordinal, sedangkan

normalnya distribusi dan

Jurnal Eksperimental PGMI Volume 1, Nomor 2. Desember 2013 | 60

homogenitasnya variansi tidak perlu.

Uji non-parametrik Mann-Whitney.

IV. Hasil Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengkaji pencapaian dan

peningkatan kemampuan pemahaman,

komunikasi, dan disposisi matematis

antara siswa yang mendapat

pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual dan pembelajaran dengan

pembelajaran ekspositori baik secara

keseluruhan maupun ditinjau dari KAM

(atas, tengah, bawah), mengkaji

interaksi antara pembelajaran dengan

KAM terhadap peningkatan

kemampuan pemahaman dan

komunikasi matematis siswa. Untuk

mencapai tujuan tersebut peneliti

melakukan pengolahan data dengan

bantuan Software SPSS 20 dan

Microsoft Office Excel 2010.

Berdasarkan hasil penelitian

diperoleh bahwa pendekatan

kontekstual dapat meningkatkan

kemampuan pemahaman dan

komunikasi siswa, namun pendekatan

kontekstual tidak dapat meningkatkan

kemampuan dipsosisi siswa, hal ini

dikarenakan penelitian yang relatif

singkat yaitu 6 minggu sehingga

kemampuan disposisi tidak dapat

ditingkatkan, dibutuhkan waktu yang

lama dalam meningkatkan kemampuan

afektif siswa. Hal ini sesuai dengan

yang diungkapkan Aristotle (Syahril,

2014) menyatakan bahwa pembentukan

sikap atau pengetahuan seseorang tidak

dapat berkembang secara spontan akan

tetapi melalui proses yang panjang baik

secara individu maupun berkelompok.

Hal ini sejalan dengan yang

diungkapkan oleh Kusumah dan

Suherman (Ibrahim, 2011: 16) yang

mengatakan bahwa pembentukan ranah

afektif sebagai hasil belajar matematika

relatif lebih lambat daripada

pembentukan ranah kognitif.

Selain itu, pendekatan kontekstual

mendapat respon baik dari siswa, hal ini

terlihat dari wawancara tertulis yang

diberikan guru diakhir pembelajaran.

Siswa merasa lebih mudah memahami

materi jika materi tersebut dikaitkan

dengan kehidupan nyata siswa. Berikut

beberapa kutipan hasil wawancara

tertulis siswa:

Gambar 1. Wawancara Tertulis Siswa

Jurnal Eksperimental PGMI Volume 1, Nomor 2. Desember 2013 | 61

Beberapa faktor yang

mempengaruhi peningkatan

kemampuan pemahaman dan

komunikasi matematis diantaranya

adalah faktor pembelajaran dan faktor

KAM. Namun, hasil penelitian

menunjukkan tidak adanya interaksi

antara faktor pembelajaran dan faktor

KAM terhadap peningkatan

kemampuan pemahaman dan

komunikasi matematis.

V. Penutup

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan, diperoleh beberapa

kesimpulan yaitu sebagai berikut:

a. Pencapaian dan peningkatan

kemampuan pemahaman matematis

siswa yang memperoleh

pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual lebih baik daripada siswa

yang memperoleh pembelajaran

biasa baik secara keseluruhan

maupun ditinjau dari KAM.

b. Pencapaian dan peningkatan

kemampuan komunikasi matematis

siswa yang memperoleh

pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual lebih baik daripada siswa

yang memperoleh pembelajaran

biasa baik secara keseluruhan

maupun ditinjau dari KAM.

c. Tidak terdapat interaksi antara

pembelajaran dan KAM terhadap

peningkatan kemampuan

pemahaman matematis siswa.

d. Tidak terdapat interaksi antara

pembelajaran dan KAM terhadap

peningkatan kemampuan komunikasi

matematis siswa.

e. Tidak terdapat perbedaan disposisi

matematis siswa yang memperoleh

pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual dengan siswa yang

memperoleh pembelajaran biasa.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas,

penulis mengemukakan beberapa saran

sebagai berikut:

a. Pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual menjadi salah satu

alternatif dalam meningkatkan

kemampuan pemahaman dan

komunikasi matematis siswa, karena

direspon baik oleh siswa sehingga

pembelajaran ini dipandang dapat

mengubah cara pandang siswa bahwa

belajar matematika bukan hanya

sekedar mengafal rumus melainkan

memahami matematika dari masalah-

Jurnal Eksperimental PGMI Volume 1, Nomor 2. Desember 2013 | 62

masalah dalam kehidupan sehari-

hari.

b. Bagi siapa saja yang akan

menerapkan model pembelajaran

dengan pendekatan kontekstal ini

maka hendaknya memperhatikan

efisien waktu.

c. Penelitian ini hanya berlangsung 6

minggu sehingga tidak dapat

meningkatkan kemampuan disposisi

matematis dan dibutuhkan penelitian

yang relatif lama dalam

meningkatkan kemampuan disposisi

matematis.

Jurnal Eksperimental PGMI Volume 1, Nomor 2. Desember 2013 | 63

Daftar Pustaka

Afrilianto, M. (2012). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Metaphorical Thinking untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis Siswa SMP. Tesis SPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Atallah, F.; Bryant, S.L.; Dada, R. (2006). Research Framework for Studying Conceptions and Dispositions of Mathematics: A dialogue to help students learn. Research in Higher Education Journal. Pp 1-8.

Auliya, R.N. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CRH (Course, Review, Hurray) Terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis dan Kecemasan Matematika Siswa SMP. Tesis SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Depdiknas. (2006). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan

Godino, J. D. (1996). Mathematical Concepts, Their Meanings, and Understanding. Journal of Granada University. Spain.

Gregg, P. A. (2005). Using Writing as a Vehicle to Assess Mathematical Dispositions. Current Issues in Middle Level Education (CIMLE),Vol. 11, pp. 33-34.

Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]

Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain [21 April 2014]

Ibrahim. (2011). Peningkatan Kemampuan Komunikasi, Penalaran, dan Pemecahan Masalah Matematis serta Kecerdasan Emosional melalui Pembelajaran Berbasis Masalah pada Siswa Sekolah Menengah Atas. Tesis SPs UPI : Tidak diterbitkan.

Johnson, E.B. (2007). Contextual Teaching & Learning. Bandung: Mizan Learning Center (MLC).

Lindawati, S. (2010). Pembelajaran Matematis dengan Pendekatan Inkuri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan

Meltzer, D.E. (2002). Addendum to: “The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diaqnostics Pretest Score”.

NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA: Authur.

Prabawanto, S (2013). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah, Komunikasi, dan Self-Efficacy Matematis Mahasiswa melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metacognitive Scaffolding. Disertasi Doktor PPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Jurnal Eksperimental PGMI Volume 1, Nomor 2. Desember 2013 | 64

Rahmah, M. A. (2012). PendekatanInduktif-DeduktifuntukMeningkatkanKemampuanPemahamandanPemecahanMasalahMatematispadaSiswa SMP.Tesis PPs UPI. Bandung: tidakditerbitkan.

Ruseffendi, E. T. (2012). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Setiawan, A. (2008). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Stylianides, A.J, & Stylianides, G.J. (2007). Learning Mathematics with Understanding: A Critical Consideration of the Learning Principle in the Principles and Standards for School Mathematics. TMME. Vol 4. No. 1. p.103 : California.

Suprijono, A. (2013). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Syahril, A. (2014). Penerapan Strategi Active Knowledge Sharing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman, Komunikasi serta Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Tandililing, E. (2011). Peningkatan Pemahaman dan Komunikasi Matematika Serta Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Strategi PQ4R dan Bacaan Refutation

Text. Disertasi Doktor UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Wahyudin. (2008). Pembelajaran dan Model-model Pembelajaran. Bandung.

Jurnal Eksperimental PGMI Volume 1, Nomor 2. Desember 2013 | 65