library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-2... · Web viewHasil dari...
Transcript of library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-2... · Web viewHasil dari...
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi Akuntansi
2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Okoli Margaret Nnenna dalam jurnalnya yang
berjudul “The Use Accounting Information as an Aid to
Management in Decision Making” (2012: 61) mengemukakan
bahwa penggunaan sistem informasi akuntansi dapat meningkatkan
pengambilan keputusan dalam organisasi, dan dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang kuat antara penggunaan sistem
informasi akuntansi dalam perusahaan dan efesiensi managerial.
Menurut Rommey dan Steinbart (2009: 6) “accounting
information system is a system that collects, records, stores, and
prosecess data to produce information for decision makers”.
Pendapat tersebut menyatakan pada pengumpulan, pencatatan,
penyimpanan dan pengolahan data yang bertujuan untuk
menghasilkan sebuah informasi dalam membantu pengambilan
keputusan.
Menurut Gelinas dan Dull (2008: 14) “the accounting
information system is a specialized subsystem of the information
system that have a purpose to collect, process, and report
information system related to the financial aspect of business
event”. Gelinas dan Dull menyatakan bahwa sistem informasi
akuntansi merupakan sub-sistem dari sebuah sistem dalam
perusahaan yang berkaitan dengan aspek keuangan. Fungsi utama
dari sistem informasi akuntansi secara garis besar adalah untuk
mengumpulkan, memproses, dan melaporkannya dalam bentuk
data ataupun informasi yang akan digunakan untuk membantu
pengambilan keputusan.
Menurut Rama dan Jones (2006: 5), SIA merupakan subsistem
dari Management Information System (MIS) yang memberikan
informasi akuntansi dan keuangan seperti memperoleh informasi
lain dari proses rutin atas transaksi akuntansi.
7
8
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pernyataan di atas yaitu
hasil dari informasi tersebut dapat digunakan untuk membantu
dalam pengambilan keputusan dalam suatu organisasi karena
sistem informasi akuntansi merupbakan sub-sistem dari sistem
informasi yang memiliki tugas mengumpulkan, mengolah dan
melaporkan informasi yang berkaitan dengan informasi akuntansi
dan keuangan. Hasil dari informasi tersebut dapat digunakan untuk
membantu dalam pengambilan keputusan dalam suatu organisasi.
2.1.2 Komponen Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney dan Steinbart (2009: 6), terdapat 6
komponen pada SIA, terdiri dari:
1. Orang yang mengoperasikan sistem dan berbagai fungsi.
2. Prosedur dan instruksi, baik manual dan otomatis, termasuk
mengumpulkan, mengolah, dan menyimpan data mengenai
aktivitas organisasi.
3. Data mengenai organisasi dan proses bisnisnya
4. Software yang digunakan untuk mengolah data organisasi
5. Instruktur teknologi informasi, termasuk komputer dan
peralatan komunikasi jaringan yang digunakan untuk
mengumpulkan, menyimpan, mengolah, dan mengirimkan
data serta informasi
6. Pengendalian internal dan pengukuran keamanan yang
mengamankan data pada SIA
2.1.3 Manfaat Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Rama dan Jones (2006: 6), manfaat SIA terdiri dari 5
komponen, yaitu :
1. Producing External Report
Dalam menjalankan proses bisnisnya, perusahaan
menggunakan SIA untuk menghasilkan laporan yang
memenuhi kebutuhan informasi bagi stakeholder.
9
2. Supporting Routine
Manajer membutuhkan SIA untuk mendukung aktivitas
rutin di dalam perusahaan, seperti penerimaan pesanan,
pengiriman barang, menagih pelanggan, dan menerima kas.
Sistem komputer dan beberapa software akuntansi juga
menangani aktivitas rutin.
3. Decision Support
Informasi juga dibutuhkan untuk mendukung pengambilan
keputusan non-rutin pada semua tingkat organisasi,
termasuk informasi mengenai produk yang paling banyak
terjual. Informasi ini sangat kritis dalam perencanaan
produk baru, memutuskan produk apa yang harus tetap ada,
dan pemasaran produk ke pelanggan.
4. Planning and Control
Sistem Informasi dibutuhkan untuk aktivitas perencanaan
dan pengendalian. Contoh, informasi mengenai anggaran
dan biaya disimpan oleh sistem perusahaan, kemudian
laporan yang dihasilkan digunakan untuk membandingkan
anggaran dengan jumlah aktual. Menggunakan scanner
untuk mencatat item yang dibeli dan pendapatan hasil
penjualan memungkinkan user merencanakan dan
mengendalikan secara detail. Sebagai contoh, analisis
pendapatan dan beban dapat diselesaikan pada individual
product level. Data historis dapat ditarik dari database dan
digunakan pada spreadsheet atau program untuk
meramalkan kenaikan dan arus kas.
5. Implementing Internal Control
Pengendalian internal meliputi kebijakan, prosedur, dan SI
yang digunakan untuk melindungi aset perusahaan dari
kerugian atau pencurian. Selain itu, pengendalian internal
juga dapat memelihara data keuangan. Sangat mungkin
untuk membangun pengendalian ke dalam SIA
komputerisasi untuk membantu mencapai tujuan ini.
Sebagai contoh, SI dapat menggunakan password untuk
10
mencegah orang-orang mengakses entri data dan laporan
yang tidak dibutuhkan dalam jobdesk masing-masing
karyawan.
2.2 Penganggaran
2.2.1 Pengertian Anggaran
Menurut Garrison, Noreen, dan Brewer (2007: 4), “Anggaran
(budget) adalah rencana terperinci tentang pemerolehan dan
penggunaan sumber daya keuangan dan sumber daya lainnya
selama suatu periode waktu tertentu”. Anggaran menunjukkan
rencana masa depan yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif yang
formal.
Menurut Bagranoff, Smikin dan Norman (2010: 19), “A
budget is a financial projection for the future and is thus a valuable
managerial planning aid”. Yang artinya anggaran merupakan
proyeksi keuangan masa depan dan terutama dalam membantu
perencanaan manajerial yang berharga.
Menurut Shim dan Shiegel (2009: 1), “A budget is defined as
the formal expression of plans, goals, and objecives of
management that covers all aspects of operations for a designated
time period.”, yang artinya anggaran didefinisikan sebagai
peryataan formal dari perencanaan, tujuan dan objektivitas dari
manajemen yang melingkupi semua aspek operasi untuk periode
waktu yang telah ditentukan.
Dari pengertian – pengertian yang ada diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa anggaran adalah rencana proyeksi keuangan
masa depan yang terperinci dari manajemen untuk jangka waktu
periode yang telah ditentukan.
2.2.2 Fungsi Anggaran
Menurut Nafarin, M (2009: 28-30), Anggaran memiliki tiga
fungsi yaitu:
11
1. Fungsi Perencanaan
Anggaran sebagai alat perencanaan harus memperhatikan kaitan
anggaran yang satu dengan yang lain. Aspek lain yang penting dari
perencanaan menggunakan anggaran adalah perencanaan
penggunaan dana yang tersedia seefisien mungkin. Oleh karena itu,
para penyusun anggaran harus memperhitungkan berbagai
kemungkinan biaya apa saja yang dibutuhkan dan menentukan
kemungkinan mana yang paling menguntungkan bagi perusahaan.
Jadi salah satu fungsi anggaran adalah menentukan rencana
pembiayaan dan penggunaan dana seefisien mungkin bagi
perusahaan.
2. Fungsi Pelaksanaan
Anggaran sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan yang artinya
sebelum suatu pekerjaan dijalankan terlebih dahulu harus
mendapatkan persetujuan dari pihak yang berwenang. Pekerjaan
disetujui untuk dijalankan apabila terdapat dana yang digunakan
sebagai anggaran, atau kebutuhannya tidak menyimpang dari
anggaran yang disediakan.
3. Fungsi Pengawasan
Anggaran merupakan alat pengawasan atau pengendalian
(controlling). Pengawasan disini berarti mengevaluasi atau menilai
proses bagaimana suatu pekerjaan dilakukan, dengan cara
membandingkan rencana anggaran dengan realisasi dan melakukan
tindakan perbaikan apabila dirasa perlu atau jika terdapat
penyimpangan yang memungkinkan mengalami kerugian.
Anggaran digunakan sebagai alat menilai. Anggaran yang
tidak sesuai dengan keadaan, akan dilakukan revisi anggaran sesuai
dengan perkembangan keadaan. Selain itu anggaran dijadikan
pegangan oleh manajer yang bertanggungjawab menjalankan
operasi untuk mengadakan penilaian dari hasil yang dicapainya.
2.2.3 Tujuan Penyusunan Anggaran
Menurut Nafarin, M (2009: 19), ada beberapa tujuan dalam
disusunnya anggaran :
12
a) Untuk digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih
sumber dan penggunaaan dana.
b) Untuk mengadakan pembatasan jumlah dana yang dicari dan
digunakan.
c) Untuk merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis
penggunaan dana sehingga dapat mempermudah pengawasan.
d) Untuk merasionalkan sumber dan penggunaan dana agar dapat
mencapai hasil yang maksimal.
e) Untuk menyempurnakan rencana yang telah disusun, karena
dengan anggaran lebih nyata dan jelas terlihat.
f) Untuk menampung dan menganalisa serta memutuskan setiap
usulan yang berkaitan dengan keuangan.
2.2.4 Manfaat Penyusunan Anggaran
Menurut Nafarin, M (2009: 19-20), ada beberapa manfaat
yang dimiliki anggaran :
a) Segala kegiatan dapat terarah pada pencapaian tujuan bersama.
b) Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan
pegawai.
c) Dapat memotivasi pegawai.
d) Menimbulkan tanggung jawab tertentu pada pegawai.
e) Mengindari pemborosan dan pembayran yang kurang perlu.
f) Sumber daya, seperti : tenaga kerja, peralatan, dan dana dapat
dimanfaatkan seefisien mungkin.
g) Alat pendidikan bagi para manajer.
2.2.5 Tipe Anggaran
Menurut Banks dan Gilliberti (2008: 11), anggaran dapat
dikelompokkan dari beberapa sudut pandang berikut ini :
a) Anggaran Pendapatan
Anggaran pendapatan merupakan estimasi yang berasal dari
pendapatan sebuah organisasi untuk suatu periode yang spesifik.
Penyusunan anggaran pendapatan membentuk proses awal dari
penganggaran
13
b) Anggaran Operasional
Anggaran operasional merupakan anggaran yang mengestimasikan
kegiatan yang akan mempengaruhi keuntungan perusahaan.
c) Anggaran Laporan Keuangan
Anggaran laporan keuangan merupakan laporan laba rugi, laporan
neraca, laporan arus kas yang menunjukkan hasil dan kondisi
keuangan yang diproyeksikan dari sebuah organisasi.
Tipe anggaran pada anggaran pendapatan dan anggaran
operasional berkaitan dengan analisis permasalahan yang terdapat
pada perusahaan yang dijadikan objek penelitian. Dalam
penyusunan anggaran pendapatan, perusahaan merencanakan
pendapatan berdasarkan proyek yang sedang berjalan. Sedangkan
pada anggaran operasional, pada perusahaan berkaitan dengan
penyusunan anggaran kegiatan operasional untuk suatu event.
2.2.6 Proses Penyusunan Anggaran
Menurut Shim dan Siegel (2009: 9): “A sound budget process
communicates organizational goals, allocates resources, provides
feedback, and motivates employess” Dari kutipan tersebut dapat
diartikan bahwa dalam proses penganggaran terdapat beberapa hal
penting, seperti sosialisasi target perusahaan, alokasi sumber daya,
memberikan timbal balik, dan memotivasi karyawan. Proses
penyusunan anggaran harus dibuat sesuai dengan kebutuhan
perusahaan, harus konsisten dengan struktur perusahaan, dan
memperhitungkan sumber daya manusia yang dimiliki. Proses
penganggaran akan menghasilkan target dan kebijakan,
mengformulasikan limit, menghitung kebutuhan sumber daya,
memeriksa kebutuhan yang spesifik, menyajikan fleksibilitas,
menggabungkan asumsi-asumsi, dan mempertimbangkan kendala.
Proses penganggaran harus memperhitungkan analisis yang berasal
dari kondisi perusahaan saat ini. Waktu yang dibutuhkan dalam
proses penyusunan anggaran akan lebih lama apabila kompleksitas
dari sebuah proses produksi yang meningkat. Anggaran dibuat
14
berdasarkan pengalaman masa lalu dan tren saat ini. Enam langkah
dalam proses penganggaran adalah sebagai berikut :
a. Merencanakan tujuan
b. Menganalisis sumber daya yang tersedia
c. Melakukan negoisasi terhadap estimasi komponen anggaran
d. Mengkordinasikan dan meninjau komponen anggaran
e. Mendapat persetujuan akhir
f. Mendistribusikan anggaran yang telah disetujui
2.2.7 Anggaran Kas
Menurut Shim dan Siegel (2009: 258): “The cash budget is
schedule of estimated cash collections and payment” Dari kutipan
tersebut dapat disimpulkan bahwa anggaran kas merupakan suatu
perencanaan waktu dari estimasi pendapatan kas dan pengeluaran
kas. Hal ini menyajikan arus masuk kas yang diharapkan dan arus
keluar kas untuk jangka waktu yang ditetapkan. Anggaran kas
membantu manajemen dalam menjaga saldo kas dalam hubungan
yang wajar dengan kebutuhannya. Anggaran merupakan alat untuk
perencanaan dan pengendalian kas dimana harus detail sehingga
manajer tahu berapa banyak yang dibutuhkan untuk menjalankan
bisnis mereka. Jika arus kas dapat diestimasi dengan baik, saldo
kas dapat dipertahankan dekat dengan tingkat target dan transaksi
yang lebih sedikit. Selain itu, menurut Carter dan Usry (2005: 64)
anggaran kas juga dapat diartikan sebagai estimasi terinci atas
antisipasi penerimaan dan pengeluaran kas yang memperlakukan
kas sebagai aktiva yang menghasilkan laba.
Tujuan dan karakteristik anggaran kas menurut Carter dan Usry
(2005: 64) :
1. Mengindikasikan kebutuhan kas untuk aktifitas operasi
saat ini.
2. Membantu dalam memfokuskan prioritas penggunaan
kas yang sekarang diperlukan, antara pengeluaran yang
tidak dapat dihindari dengan yang dapat ditunda atau
15
dapat dihindari seterusnya.
3. Mengindikasikan dampak kas dari kebutuhan musiman,
persediaan dalam jumlah besar, penerimaan yang
tidak biasa, dan kelambanan dalam menagih piutang.
4. Mengindikasikan ketersediaan kas untuk memanfaatkan
diskon.
5. Mengindikasikan kebutuhan kas untuk program
ekspansi pabrik atau peralatan.
6. Membantu dalam merencanakan penarikan obligasi,
pembayaran pajak penghasilan, dan kontribusi ke dana
pensiun.
7. Menunjukkan ketersediaan dari kelebihan dana untuk
investasi jangka pendek atau jangka panjang.
8. Menunjukkan kebutuhan untuk melakukan pinjaman
atau penjualan efek. Dalam hal ini, anggaran kas
memberikan pengaruh pada kehati-hatian atas rencana
ekspansi, yang mungkin menyebabkan dilakukannya
modifikasi atas rencana pengeluaran modal.
9. Berguna sebagai dasar untuk mengevaluasi manajemen
kas aktual, dengan menggunakan kriteria pengukuran
seperti selisih antara target saldo kas rata-rata dengan
saldo kas rata-rata aktual disetiap akun kas.
2.2.8 Anggaran Pendapatan
Menurut Carter dan Usry (2005: 14) anggaran
pendapatan/penjualan merupakan estimasi penjualan yang realistis
berdasarkan analisis atas penjualan di masa lampau dan pasar saat
ini. Anggaran pendapatan umumnya diakui sebagai alat manajemen
yang berguna dan penting. Manajemen kas yang efektif
memerlukan jumlah kas yang tepat di tempat yang tepat pada
waktu yang tepat.
Anggaran pendapatan melibatkan pengelolaan arus kas dan
memperlakukan pendapatan sebagi aktiva yang menghasilkan laba
16
dan bukan sekadar mata uang untuk membayar tagihan. Meskipun
jika suatu perusahaan tidak membuat anggaran yang ekstensif
untuk penjualan dan produksi, maka perusahaan tersebut sebaiknya
menganggarkan penerimaan dan pengeluaran kas.
Tugas mempersiapkan anggaran pendapatan biasanya didekati
dari dua sudut yang berbeda yaitu,(1) menilai dan mengevaluasi
pengaruh eksternal dan (2) mempertimbangkan pengaruh internal.
Pengaruh eksternal meliputi tren umum dalam aktivitas individual,
tindakan pesaing, kebijakan pemerintah, siklus dari ekonomi
negara, perkiraan tingkat harga, daya beli populasi, pergeseran
dalam populasi, dan perubahan dalam kebiasaan membeli dan gaya
hidup. Sedangkan pengaruh internal adalah tren penjualan,
kapasitas pabrik, produk baru, ekspansi pabrik, produk musiman,
estimasi penjualan, dan penetapan kuota dari tenaga penjualan dan
daerah penjualan.
2.2.9 Anggaran Pengeluaran
Menurut Carter dan Usry (2005: 60), Pengeluaran modal
adalah komitmen jangka panjang atas sumber daya untuk
merealisasikan manfaat masa depan. Pembuatan anggaran
pengeluaran modal merupakan salah satu fungsi pengambilan
keputusan manajerial yang paling penting. Besarnya dana yang
terlibat untuk setiap pengeluaran dan lama waktu yang diperlukan
untuk mengembalikan investasi mengharuskan dilakukannya
analisis dan penilaian yang hati-hati. Keputusan mengenai operasi
sekarang ini selalu dapat diubah, tetapi karena proyek modal
melibatkan dana yang substansial dan periode waktu yang panjang,
maka kesalahan dapat menjadi sangat mahal.
Untuk meminimalkan kesalahan dalam pengeluaran modal,
maka perusahaan menetapkan sistem untuk mengevaluasi proyek
sebelum dana dikucurkan. Evaluasi proyek harus dilakukan oleh
manajemen untuk menentukan apakah proyek yang akan
dikerjakan tersebut dapat memberikan manfaat dan kontribusi yang
17
mencukupi terhadap laba sehingga dapat menutupi dana yang
dikeluarkan untuk proyek tersebut.
Nilai ekonomis dari suatu proyek harus ditentukan dan
dibandingkan dengan proyek lain. Anggaran dapat memberikan
kesempatan untuk memeriksa proyek guna membandingkan dan
untuk mengevaluasi kontribusinya atas laba di masa depan.
Penentuan waktu merupakan hal yang sangat penting dalam
mencapai hasil yang baik di perencanaan pengeluaran modal.
2.3 Pengendalian Internal
2.3.1 Pengertian Pengendalian Internal
Menurut Hall, J (2008: 128) sistem pengendalian internal
terdiri dari kebijakan, praktik, dan prosedur yang digunakan oleh
organisasi untuk mencapai empat tujuan yang luas, yaitu :
1. Untuk melindungi aset perusahaan.
2. Untuk memastikan akurasi dan keandalan catatan
akuntansi dan informasi.
3. Untuk mempromosikan efisien dalam suatu
perusahaan.
4. Untuk mengukur kesesuaian dengan kebijakan
manajemen dan prosedur yang ditentukan.
Pengendalian internal menurut Rama dan Jones (2009: 132),
adalah suatu proses, yang dipengaruhioleh dewan direksi entitas,
manajemen, dan personel lainnya, yang dirancang untuk
memberikan kepastian yang beralasan terkait dengan pencapaian
sasaran kategori berikut :efektivitas dan efisiensi operasi,
keandalan pelaporan keuangan, dan ketaatan terhadap peraturan
yang berlaku.
Dari definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
pengendalian internal adalah pengendalian dalam sebuah organisasi
yang meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang
dikoordinasikan untuk menjaga kekayaaan organisasi, memeriksa
ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan
mendorong agar kebijakan manajemen tidak dilanggar.
18
2.3.2 Komponen Pengendalian Internal
Dalam COSO terdapat 5 komponen yang berhubungan dengan
pengendalian internal menurut Rama dan Jones (2006: 143), yaitu
sebagai berikut :
1. Pengendalian Lingkungan
Pengendalian lingkungan mengacu pada faktor-faktor
umum yang menetapkan sifat organisasi dan
mempengaruhi kesadaran karyawannya terhadap
pengendalian. Faktor-faktor ini meliputi integritas, nilai-
nilai etika, serta filosofi, dan gaya operasi manajemen.
2. Penentuan Resiko
Penentuan resiko adalah identifikasi dan analisis resiko
yang mengganggu pencapaian sasaran pengendalian
internal.
3. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang
dikembangkan oleh organisasi untuk menghadapi risiko.
4. Informasi dan Komunikasi
Informasi dan komunikasi merupakan sistem informasi
perusahaan merupakan kumpulan (otomatisasi dan manual)
dan record yang dibuat untuk memulai, mencatat,
memproses, dan melaporkan kejadian pada proses entitas.
Sedangkan komunikasi merupakan penyediaan pemahaman
mengenai peran dan tanggung jawab individu.
5. Pengawasan
Manajemen harus mengawasi pengendalian internal untuk
memastikan bahwa pengendalian organisasi berfungsi
sebagaimana dimaksudkan.
2.3.3 Model Pengendalian Internal
Menurut Romney dan Steinbart (2009: 222), pengendalian
internal memiliki beberapa fungsi penting, yaitu :
19
1. Pengendalian Pencegahan (Preventif)
Pengendalian preventif adalah mencegah permasalahan
sebelum masalah itu muncul. Dengan cara mempekerjakan
karyawan yang berkualitas, memisahkan tugas karyawan
dengan tepat, mengendalikan hak akses secara efektif untuk
menjaga informasi. Sebagian besar kejadian yang tidak
diinginkan dapat diselesaikan ditahap pertama ini.
2. Pengendalian Detektif
Pengendalian detektif merupakan garis pertahanan kedua.
Pengendalian detektif membutuhkan suatu standar yang
dapat menyelesaikan masalah sebelum masalah itu muncul
dan dicegah. Pengendalian detektif ini mengidentifikasi
peringatan terhadap masalah yang ada.
3. Pengendalian Korektif
Pengendalian korektif adalah menyelesaikan masalah yang
ditemukan
2.3.4 Tujuan Sistem Pengendalian Internal
Menurut Romney dan Steinbart (2009: 227), berdasarkan
COSO, tujuan sistem pengendalian internal adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Strategis
Tujuan strategis adalah tujuan yang selaras dan mendukung
misi perusahaan.
2. Tujuan Operasi
Tujuan yang menghasilkan efektif dan efisiensi dari operasi
perusahaan.
3. Tujuan Laporan
Tujuan yang membantu perusahaan dalam memberikan
laporan internal dan eksternal perusahaan, finansial maupun
non finansial, yang akurat, lengkap, dan nyata.
4. Tujuan Pemenuhan
Tujuan yang memenuhi hukum dan peraturan yang
ditetapkan.
20
2.4 Analisis dan Perancangan Informasi
2.4.1 Object Oriented Design
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 60), Object
Oriented Design (OOD) adalah suatu cara untuk menentukan
seluruh tipe obyek yang memungkinkan berkomunikasi dengan
orang-orang dan perangkat-perangkat di dalam sistem,
menggambarkan bagaimana obyek berinteraksi untuk
menyelesaikan tugasnya dan memperbaiki definisi masing-masing
tipe dari obyek sehingga dapat diimplementasikan dengan sebuah
bahasa atau lingkungan khusus.
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 60), Object
Oriented Analysis (OOA) adalah suatu pendekatan yang
mendefinisikan semua tipe objek yang bekerja di dalam sistem dan
menyajikan interaksi antara aktor dan proses untuk menyelesaikan
tugasnya.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Object Oriented
Analysis and Design adalah pendekatan yang dapat menentukan
seluruh tipe objek di dalam suatu sistem, menggambarkan interaksi
yang dibutuhkan pengguna dan memperbaiki definisi masing-
masing tipe dari obyek sehingga dapat diterapkan dengan sebuah
bahasa atau lingkungan khusus.
Salah satu notasi yang digunakan untuk permodelan OOAD
adalah Unified Modeling Language (UML), yaitu standar notasi
yang dimiliki oleh Object Management Group, perusahaan yang
merupakan perusahaan non-profit dan bergerak dalam bidang
industri komputer. UML digunakan untuk menentukan spesifikasi,
visualisasi dan permodelan dari struktur dan tingkah laku bisnis
dan sistem aplikasi.
2.4.2 Activity Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 144), Activity
Diagram adalah diagram yang menggambarkan alur kerja yang
menggambarkan berbagai aktivitas sistem atau user, pihak yang
melakukan aktivitas dan alur bertahap dari aktivitas tersebut.
21
Activity Diagram merupakan salah satu diagram di dalam Unified
Modelling Language (UML) dan dapat digunakan di semua tipe
jenis penelitian pengembangan. Activity Diagram yang baik
menurut Satzinger harus berfokus pada penggambaran alur
aktivitas. Berikut adalah simbol – simbol yang digunakan dalam
Activity Diagram:
Gambar 2.1 Activity Diagram
2.4.3 Event Table
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 174), Event
table adalah suatu pedoman dari use case yang mendeskripsikan
event dalam baris dan potongan-potongan kunci dari informasi
mengenai tiap-tiap event di dalam kolom. Sebuah event table terdiri
dari baris dan kolom yang mewakili event dan detail dari masing-
masing. Informasi yang ditampilkan dalam event table terdiri dari:
Event : Peristiwa yang menyebabkan sistem melakukan
sesuatu
Trigger : Sinyal yang memberitahu sistem bahwa suatu
peristiwa telah terjadi, baik karena adanya data yang harus
diproses ataupun karena kejadian pada waktu tertentu
Source : External agent atau actor yang memberikan data
ke dalam sistem
22
Use Case : Apa yang dilakukan sistem ketika suatu
peristiwa terjadi
Response : Output yang dihasilkan sistem
Destination : External agent yang menerima dari sistem
Gambar 2.2 Event Table
2.4.4 Use Case
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 166), Use case
diagram adalah diagram yang menggambarkan bagaimana sistem
bereaksi terhadap event yang ada atau diagram yang
menghubungkan antara aktor dan use case. Diagram ini memiliki
notasi untuk use casenya berupa oval dan aktor berupa stick figure.
Notasi yang digunakan untuk menyusun use case diagram adalah :
Actor
Merupakan representasi dari siapa yang melakukan
interaksi dengan use case dalam sebuah sistem
Use Case
Merupakan bentuk interaksi antara sistem dengan actor
Garis Penghubung
Merupakan penghubung antara actor dengan use case
Hubungan pada Use Case Diagram terbagi menjadi :
1. <<include>> relationship atau disebut juga <<uses>>
relationship adalah hubungan antar use case yang
23
memungkinkan satu use case menggunakan fungsionalitas
yang disediakan oleh use case lain.
2. <<extends>> relationship merupakan hubungan antar use
case yang memungkinkan satu use case secara optional
menggunakan fungsionalitas yang disediakan oleh use case
lain.
Gambar 2.3 Use Case Diagram
2.4.5 Use Case Description
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 220), Use Case
Description adalah deskripsi yang menjelaskan proses detail untuk
masing-masing use case. Setiap detail informasi dalam use case
digambarkan dengan deskripsi use case. Ada 3 pembagian level
dalam detail Use Case Description, untuk pengembangan sistem
yang lebih baik, kita harus lebih masuk ke level detil dengan
pendeskripsian :
1. Brief Description
Use Case Description hanya menjelaskan proses detail di
dalam use case, tingkat detailnya hanya sebatas deskripsi
use case. Brief Description biasa digunakan sebatas untuk
use case yang sederhana, yang tidak memiliki proses terlalu
rumit
24
Gambar 2.4 Use Case Brief Description
2. Intermediate Description
Intermediate Description merupakan deskripsi yang lebih
detail dan merupakan perluasan dari sebuah brief
description untuk memasukkan arus aktivitas-aktivitas
internal untuk suatu use case. Jika terdapat multiple
scenarios, maka tiap arus aktivitas-aktivitas dideskripsikan
secara masing-masing. Selain itu, dokumentasi mengenai
kondisi-kondisi pengecualian juga dapat didokumentasikan
jika diperlukan.
Gambar 2.5 Use Case Intermediate Description
3. Fully Developed Description
Fully Developed Description merupakan metode yang
paling formal untuk mendokumentasikan sebuah use case.
Dengan detail lebih banyak memberikan gambaran
bagaimana internal flow dari suatu aktivitas terjadi.
Kesulitan utama daripada use case description ini adalah
software developer kesulitan dalam menemukan
requirement user. Tetapi kelebihan use case description ini
25
adalah memberikan pengertian menyeluruh dalam bisnis
dan bagaimana cara sistem bisa mendukung proses tersebut.
Gambar 2.6 Use Case Fully Developed Description
2.4.6 Class Diagram
2.4.6.1 Domain Class Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 184) Class
diagram digunakan untuk menunjukkan objek class untuk sistem.
Notasinya dari Unified Modelling Language (UML), yang telah
menjadi standar untuk model yang digunakan dengan
pengembangan system object oriented.
Salah satu jenis class diagram UML menunjukkan hal-hal
dalam pekerjaan domain user disebut sebagai domain model class
diagram. Tipe lain dari notasi class diagram UML digunakan untuk
membuat desain class diagram ketika merancang class perangkat
26
lunak. Di class diagram, persegi panjang mewakili class, dan garis
yang menghubungkan persegi panjang menunjukkan asosiasi
antara class. Dalam persegi panjang (kotak) terbagi dua, bagian
atas berisi nama class, dan bagian bawah merupakan atribut class.
Nama class selalu diawali dengan huruf kapital, dan atribut nama
selalu diawali dengan huruf kecil. Diagram class digambarkan
dengan menampilkan class dan asosiasi antara class
.
Gambar 2.7 Domain Class Diagram
2.4.6.2 First-Cut Class Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 309),
first-cut design class diagram ini dikembangkan dengan
cara memperluas domain model. Dalam pembuatannya
diperlukan dua langkah, yaitu:
a. Menguraikan atribut dengan jenis dan informasi
nilai awal
b. Menambahkan panah navigation visibility yang
berfungsi untuk menjelaskan objek yang dapat
berinteraksi satu sama lain.
2.4.6.3 Updated Class Diagram
Updated Class Diagram merupakan bentuk yang
hampir sama dengan first cut class diagram hanya selain
ditambahkan navigasi visibilitas panah, juga ditambahkan
behaviour yang membedakannya.
2.4.7 System Sequence Diagram
27
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 252), System
sequence diagram adalah sebuah diagram yang menunjukkan
urutan pesan antara aktor eksternal dan sistem selama berjalannya
use case atau skenario, System Sequence Diagram berguna untuk
mendeskripsikan alur dari informasi masuk dan keluar ke dalam
sistem yang terotomatisasi. Sequence Diagram merupakan contoh
dari diagram interaksi (Interaction Diagram).
Notasi yang digunakan dalam sequence diagram :
1. Actor
Actor merupakan orang yang berinteraksi dengan sistem.
Dalam sequence diagram aktor digambarkan sebagai stick
figure.
2. Object
Terdapat berbagai simbol dalam System Sequence Diagram,
kotak dengan tulisan “system” merepresentasikan
kesulurahan sistem yang terotomatisasi. Di dalam sequence
diagram penggambaran menggunakan notasi obyek, dimana
interaksi yang terjadi bukan antara class dimana obyek-
obyek tersebut berasal, tetapi menggunakan masing-masing
obyek. Notasi untuk menggambarkan obyek adalah kotak
dengan tulisan digaris bawah, penggarisan nama obyek
tersebut opsional, tidak wajib digunakan.
3. Lifeline
Notasi lifeline digambarkan dengan garis putus-putus yang
ditarik dari notasi kotak yang menggambarkan obyek.
Lifeline atau garis hidup merupakan penggambaran
perpanjangan dari obyek. Garis panah diantara lifeline
merepresentasikan pesan yang dikirim dan diterima antar
obyek-obyek di dalam Sequence Diagram.
4. Pengiriman pesan dan pengembalian nilai
Notasi pengiriman pesan berupa panah lurus yang
mengarah ke lifeline dari obyek. Notasi ini digunakan untuk
mengirimkan pesan ataupun parameter dari 1 obyek ke
obyek lain. Sedangkan pengembalian nilai digambarkan
28
dengan panah putus-putus yang mengarah ke lifeline obyek.
Notasi ini digunakan untuk mengembalikan nilai kembali
ke pengirimnya.
Setiap panah memiliki asal dan tujuan, asal berarti obyek
yang mengirimkan pesan sedangkan tujuan berarti obyek
yang akan menerima pesan tersebut. Tujuan dari lifeline
adalah menentukan urutan dari pengiriman pesan. Urutan
tersebut dibaca dari atas ke bawah lifeline. Setiap pesan
akan diberikan label untuk menggambarkan tujuan pesan
dan isi pesan tersebut.
Gambar 2.8 Sequence Diagram
2.4.8 Completed Three-Layer Sequence Diagram
Completed three-layer design sequence diagram merupakan
gambaran lengkap dari sequence diagram dan juga pengembangan
dari first-cut sequence diagram. Completed three-layer design
sequence diagram menambahkan data layer
2.4.9 User Interface
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 442), User Interface
adalah bagian dari sistem informasi yang membutuhkan interaksi dengan
user untuk menghasilkan input dan output. Terdapat delapan aturan dalam
29
merancang User Interface, delapan aturan ini disebut dengan Eight Golden
Rules of Interface Design, yaitu :
1. Konsistensi
Konsistensi dilakukan pada urutan tindakan, perintah, dan istilah yang
digunakan pada prompt, menu, serta layar bantuan.
2. Memungkinkan pengguna untuk menggunakan shortcut
Ada kebutuhan dari pengguna yang sudah ahli untuk meningkatkan
kecepatan interaksi, sehingga diperlukan singkatan, tombol fungsi,
perintah tersembunyi, dan fasilitas makro.
3. Memberikan umpan balik yang informatif
Untuk setiap tindakan operator, sebaiknya disertakan suatu sistem
umpan balik. Misalnya muncul suatu suara ketika salah menekan
tombol pada waktu input data atau muncul pesan kesalahannya.
4. Merancang dialog untuk menghasilkan suatu penutupan
Umpan balik yang informatif akan memberikan indikasi penutupan
bahwa cara yang dilakukan sudah benar dan dapat mempersiapkan
kelompok tindakan berikutnya.
5. Memberikan penanganan kesalahan yang sederhana
Sedapat mungkin sistem dirancang sehingga pengguna tidak dapat
melakukan kesalahan fatal. Jika kesalahan terjadi, sistem dapat
mendeteksi kesalahan dengan cepat dan memberikan mekanisme yang
sederhana dan mudah dipahami untuk penanganan kesalahan.
6. Mudah kembali ke tindakan sebelumnya
Hal ini dapat mengurangi kekuatiran pengguna karena pengguna
mengetahui kesalahan yang dilakukan dapat dibatalkan sehingga
pengguna tidak takut untuk mengeksplorasi pilihan-pilihan lain yang
belum biasa digunakan.
7. Mendukung tempat pengendali internal
Pengguna ingin menjadi pengontrol sistem dan sistem akan merespon
tindakan yang dilakukan pengguna daripada pengguna merasa bahwa
sistem mengontrol pengguna.
8. Mengurangi beban ingatan jangka pendek
30
Keterbatasan ingatan manusia membutuhkan tampilan yang sederhana
atau banyak tampilan halaman yang sebaiknya disatukan serta
diberikan cukup waktu pelatihan untuk kode dan urutan tindakan.
2.5 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penyusunan skripsi ini dimulai dari tahap
perencanaan, yaitu pengumpulan data dan mempelajari proses bisnis yang
sedang berjalan. Mempelajari proses bisnis yang sedang berjalan dengan cara
memperoleh struktur organisasi, visi dan misi perusahaan, tugas dan
wewenang, operasi perusahaan, dan proses penganggaran perusahaan. Dari
proses penganggaran dapat dilakukan tahap kedua yaitu tahap analisis
Tahap analisis dilakukan dengan mengolah dan menganalisis proses
bisnis dan data-data yang diperoleh. Dari analisis masalah yang dilakukan,
kemudian direkomendasikan solusi yang diusulkan untuk mendukung tahap
selanjutnya yaitu, tahap perancangan.
Pada tahap perancangan, analisis masalah dan rekomendasi perbaikan
yang telah dilakukan pada tahap analisis digunakan untuk melakukan
aktivitas-aktivitas pada tahap perancangan. Perancangan sistem informasi
dilakukan dengan menggunakan pendekatan Object Oriented Analysis and
Design (OOAD), yang terdiri dari tahap analisis dan perancangan yang
mengikuti metode Satzinger dan dipresentasikan melalui notasi Unified
Modelling Language (UML Diagram).
Berikut adalah kerangka pikir penulisan skripsi seperti yang ditunjukkan pada
gambar 2.10
Tahap Perancangan
Tahap Analisis :Activity DiagramEvent TableUse Case DiagramUse Case DescriptionDomain ClassSequence Diagram
Tahap Perancangan :Membuat User Interface
Tahap Analisis
Analisis Proses Bisnis
Masalah
Rekomendasi
Tahap PerencanaanProses Bisnis yang Berjalan
- Struktur Organisasi- Visi dan Misi Perusahaan- Tugas dan Wewenang- Operasi Perusahaan
ProsesPenganggaran
31
Gambar 2.10 Kerangka Berpikir