vulnus scissum

35
BAB I SKENARIO I Tangan Pak Robi Robi 30 tahun seorang satpam, mengeluh tangan kanannya nyeri sejak 3 hari yang lalu, sebelumnya ia memang terjatuh dan menimpa kaca. Luka yang ada di lengannya di siram minyak gas, dan langsung dibungkus dengan kain. Karena nyeri tidak hilang maka dibawa ke klinik dokter. Dokter yang memeriksa mendiagnosa vulnus scissum dan menyarankan di lakukan foto rontgen dan juga dijahit, tetapi Robi memaksa untuk tidak di foto dan dijahit, dengan alasan takut akan jarum suntik dan memaksa dokter untuk minta obat saja. Sang dokter agak tersinggung dan mengatakan “terserah saja, kalau tidak mau sembuh ya sudah” ucap sang dokter. Tujuh (7) hari kemudian Robi datang lagi dengan keluhan panas badan dan pada luka didapatkan tanda-tanda radang. 1

description

vulnus scissum materi skenario pbl

Transcript of vulnus scissum

Page 1: vulnus scissum

BAB I

SKENARIO I

Tangan Pak Robi

Robi 30 tahun seorang satpam, mengeluh tangan kanannya nyeri sejak 3 hari yang

lalu, sebelumnya ia memang terjatuh dan menimpa kaca. Luka yang ada di lengannya di

siram minyak gas, dan langsung dibungkus dengan kain. Karena nyeri tidak hilang maka

dibawa ke klinik dokter. Dokter yang memeriksa mendiagnosa vulnus scissum dan

menyarankan di lakukan foto rontgen dan juga dijahit, tetapi Robi memaksa untuk tidak

di foto dan dijahit, dengan alasan takut akan jarum suntik dan memaksa dokter untuk

minta obat saja. Sang dokter agak tersinggung dan mengatakan “terserah saja, kalau tidak

mau sembuh ya sudah” ucap sang dokter. Tujuh (7) hari kemudian Robi datang lagi

dengan keluhan panas badan dan pada luka didapatkan tanda-tanda radang.

1

Page 2: vulnus scissum

BAB II

KATA KUNCI

1. Nyeri

2. Minyak Gas

3. Vulnus Scissum

4. Foto Rontgen

5. Panas Badan

6. Tanda Radang

2

Page 3: vulnus scissum

BAB III

MINIMAL PROBLEM

Apakah pertolongan pertama pada pasien sudah tepat ?

Mengapa terjadi nyeri berkelanjutan selama 3 hari ?

Bagaimana sikap dokter yang tepat dalam melakukan penanganan terhadap

pasien ?

Apakah suatu hal pada pasien yang menyebabkan panas badan dan radang ?

3

Page 4: vulnus scissum

BAB IV

PEMBAHASAN / HASIL DISKUSI

4.1. Batasan

Vulnus Scissum merupakan luka sayat atau luka iris akibat terkena benda tajam

yang ditandai dengan tepi luka berupa garis lurus dan beraturan.

4.2. Anatomi

Kulit dorsum manus tipis, berambut dan bebas bergerak di atas tendo-tendo dan

tulang yang ada di bawahnya. Persarafan sensorik ke kulit dorsum manus berasal dari

ramus superficialis nervi radialis dan ramus cutaneus posterior nervi ulnaris.

Ramus superficialis nervi radialis membelok di sekitar radius di bawah tendo

musculi brachioradialis , berjalan ke bawah diatas retinaculum musculorum extensorum

dan menyarafi kulit dua pertiga bagian lateral dorsum manus

Ramus cutaneus posterior nervi ulnaris membelok di sekitar ulna di bawah tendo

musculi flexor carpi ulnaris , berjalan ke distal di atas retinaculum musculorum

extensorum dan menyarafi sepertiga medial dorsum manus.

Pada dorsum manus terdapat arteri radialis yang berjalan ke distal di bawah tendo

musculi extensor pollicis longus untuk mencapai celah di antara kedua caput musculus

interosseus dorsalis 1 disini arteria radialis membelok ke depan dan sampai ke telapak

tangan Cabang-cabang arteri radialis pada dorsum manus ikut serta pada anastomosis di

sekitar articulatio radiocarpalis . Arteria digitales dorsalis berjalan ke pollex dan index.

4

Page 5: vulnus scissum

4.3. Histologi

Bagian paling atas adalah lapisan sel keratinisasi stratum korneum yang

ketebalannya bermacam-macam pada bagian-bagian tubuh tertentu. Pada tumit dan

telapak tangan adalah yang paling tebal sementara pada daerah yang terlindungi seperti

skrotum dan kelopak mata hanya pecahan dari millimeter. Berkaitan dengan forensik

pada perkiraan perlukaan penetrasi pada kulit.

Kemudian epidermis yang tidak terdapat pembuluh darah. Lapisan epidermis

umumnya berkerut, permukaan bawahnya terdiri dari papilla yang masuk ke dalam

dermis. Demis (korium) terdiri dari jaringan ikat dengan adneksa kulit sperti folikel

rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Terdapat  banyak pembuluh darah, saraf

pembuluh limfe serta ujung saraf taktil, tekan, panas.. bagian bawah dari dermis terdapat

jaringan adiposa dan (tergantung dari bagian tubuh) fascia, jaringan lemak, dan otot yang

berurutan di bawahnya.

Berikut ini adalah perubahan histologi akibat terjadinya luka:

1. 30 menit-4 jam terjadi pengumpulan lekosit PMN pada luka & terbentuknya

benang-benang fibrin.

2. 4-12 jam terjadi udem jaringan & pembengkakan endotel PD.

3. 12-24 jam terdapat peningkatan jumlah Makrofag dan dimulainya pembersihan

jaringan mati.

4. 24-72 jam  terdapat peningkatan jumlah lekosit sampai maksimal sekitar 48jam,

perbaikan dimulai,fibroblast muncul,PD baru mulai terbentuk,untuk membuat

jaringan granulasi.

5. 3-6 hari, epidermis mulai tumbuh.

6. 10-15 hari , epidermis menjadi tipis&datar.

7. Minggu-bulan ,proses penyembuhan jaringan berlanjut,jaringan granulasi

terbentuk.

5

Page 6: vulnus scissum

4.4. Fisiologi

Pada saat terkena kaca pak Robi merasakan nyeri pada tangannya tepatnya di

dorsum manus . Hal ini terjadi karena nyeri timbul setelah menjalani proses transduksi,

transmisi, modulasi dan persepsi. Transduksi adalah rangsang nyeri diubah menjadi

depolarisasi membran reseptor yang kemudian menjadi impuls saraf. Transmisi, saraf

sensoris perifir yang melanjutkan rangsang ke terminal di medula spinalis disebut sebagai

neuron aferen primer, jaringan saraf yang naik dari medula spinalis ke batang otak dan

talamus disebut neuron penerima kedua, neuron yang menghubungkan dari talamus ke

kortek serebri disebut neuron penerima ketiga. Modulasi nyeri dapat timbul di nosiseptor

perifer, medula spinalis atau supraspinal. Modulasi ini dapat menghambat atau memberi

fasilitasi. Persepsi, nyeri sangat dipengaruhi oleh faktor subyektif, walaupun

mekanismenya belum jelas.

Zat-zat penghasil nyeri, pembedahan akan menyebabkan kerusakan sel dengan

konsekuensi akan mengeluarkan zat-zat kimia bersifat algesik yang berkumpul di

sekitarnya dan dapat menimbulkan nyeri. Zat mediator inflamasi tersebut diantaranya:

6

Page 7: vulnus scissum

bradikinin, histamin, katekolamin, sitokinin, serotonin, lekotrien, prostaglandin dan

substansi-P. Nyeri dapat berlangsung berjam-jam sampai berhari- hari.

Respons sistemik terhadap nyeri, nyeri akut berhubungan dengan respons

neuroendokrin sesuai derajat nyerinya. Nyeri akan menyebabkan peningkatan hormon

katabolik dan penurunan hormon anabolik. Manifestasi nyeri dapat berupa hipertensi,

takikardi, hiperventilasi (kebutuhan Oksigen dan produksi karbon dioksida meningkat),

tonus sfingter saluran cerna dan saluran air kemih meningkat (ileus, retensi urin).

4.5. Patofisiologi

Hal-hal yang terjadi pada saat nyeri adalah proses

1. Transduksi

2. Transmisi

3. Modulasi

4. Persepsi

4.6. Patomekanisme

Mekanisme nyeri dibagi menjadi :

1. Nyeri akut adalah nyeri dengan tanda inflamasi, biasanya berlangsung

beberapa hari sampai proses penyembuhan. Tanda- tanda utama inflamasi

adalah: rubor (kemerahan jaringan), kalor (kehangatan jaringan), tumor

(pembengkakan jaringan), dolor (nyeri jaringan), fungsio laesa (kehilangan

fungsi jaringan).

2. Nyeri kronik adalah nyeri tanpa tanda inflamasi, waktu berlangsungnya

lama atau merupakan ikutan dari proses akut, dimana nyeri masih

berlangsung meskipun kerusakan jaringan sudah sembuh.

7

Page 8: vulnus scissum

3. Nyeri kanker merupakan kombinasi dari nyeri akut dan nyeri kronis

dimana ada suatu proses inflamasi kemudian nyeri berlangsung terus-

menerus sesuai dengan perkembangan kankernya, bilamana kanker tidak

ditangani.

Berdasarkan kualitasnya nyeri dibagi menjadi:

1. Nyeri ringan, biasanya pasien secara obyektif dapat berkomunikasi

dengan baik.

2. Nyeri sedang, secara obyektif pasien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti

perintah dengan baik.

3. Nyeri berat secara obyektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti

perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi

nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih

posisi nafas panjang.

4.6. Jenis-Jenis Penyakit yang berhubungan

a. Tetanus

b. Gas gangren

c. Cellulitis

d. Erysipelas

4.7. Gejala Klinis

Data Pasien :

Nama : Pak Robi

Umur : 30 tahun

Keluhan Utama :

Luka pada tangan ( Dorsum manus )

8

Page 9: vulnus scissum

Riwayat penyakit dahulu:

6 hari yang lalu jatuh lengan terkena kaca.

Dirasakan sangat nyeri, kemudian disiram minyak tanah oleh teman-teman

satpam, katanya supaya tidak infeksi.

Banyak darah, tetapi ketika disiram minyak tanah dan ditutup kain, darahnya

berhenti.

Nyerinya tambah terasa, dan cekot-cekot akhirnya di bawa ke dokter

Panas badan, sedikit nyeri

Sebelumnya 3 hari yang lalu sudah di bawa ke dokter, tetapi karena menolak

di foto dan di jahit akhirnya cuma minta obat saja.

Riwayat penyakit sebelumnya:

Sebelumnya tidak pernah seperti ini

Tidak ada riwayat operasi sebelumnya

Riwayat Penyakit Sekarang :

Tambah nyeri

Terlihat bengkak kemerahan.

Tangan kalau digerakkan tambah nyeri, apalagi bila luka disentuh

4.8. Pemeriksaan Fisik Penyakit

Vital Sign

Tekanan darah : 120 / 80 mmHg

Nadi : 84 kali/menit

Respiratory rate : 16 kali/menit

Suhu tubuh : 36 derajat celcius

9

Page 10: vulnus scissum

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi :

pembengkakan region manus dextra (edema)

vulnus regio manus Dextra

deformitas negatif

bengkak kemerahan

Palpasi :

nyeri tekan

vulnus 5 cm x 2 cm x 0,5 cm pada regio manus Dextra

Krepitasi negatif

Movement :

Nyeri bila digerakkan

Functi laesa

4.9. Pemeriksaan Penunjang Penyakit

Radiologi : fraktur negatif

Pemeriksaan Darah Lengkap : Leukosit 10.000

10

Page 11: vulnus scissum

BAB V

HIPOTESA AWAL

Setelah melakukan anamnesa , maka untuk sementara dapat disimpulkan bahwa

masalah yang dialami oleh Pak Robi adalah Vulnus Scissum dengan infeksi Sekunder

11

Page 12: vulnus scissum

BAB VI

DIFFERENTIAL DIAGNOSA

Dari masalah yang dialami oleh Pak Robi , dapat juga diduga kemungkinan

terjadi selain Vulnus Scissum dengan infeksi sekunder ., yakni Gas gangren dan

Erysipelas. Karena Vulnus Scissum dengan infeksi sekunder sudah menjadi diagnosis

sementara , maka Gas gangren dan Erysipelas dapat dijadikan sebagai differential

diagnosa ( diagnosa pembanding) dalam kasus ini.

6.1. GAS GANGRAEN

Disebabkan oleh oleh lebih dari satu jenis Clostridium:

Cl Welchii ( Cl. Perfringens )

Cl. Noyi

Cl. Bordelli

Cl. Septicum

Semuanya anaerobe dan sifatnya mengeluarkan ekxotoxin yang merusak jaringan

sekitarnya. Penyakit ini sering didapatkan pada luka-luka yang tak bisa segera ditolong ,

misalnya

keadaan peperangan

jarak jauh dari rimah sakit

kurangnya pengetahuan si penolong

Klinis:

Oedema jaringan sub kutan, nyeri

Otot menjadi rapuh dan menghitam

Pembentukan gelembung gas di antara serat-serat otot dan jaringan sekitarnya yang

teraba sebagai krepitasi. Gelembung gas dapat dilihat pada Ro foto.

Eksudat coklat yang berbau khas

12

Page 13: vulnus scissum

Tanda-tanda toksemia yang hebat dalam 48 jam dengan leukopani, panas yang tinggi,

nadi yang cepat dan kecil dan renal failure yang sekunder.

Therapi :

Pemberian antigen gangren serum yang polyvalent 3 ampul diulang 6 jam I.v.

Pemberian hyperbaric oxygen untuk mengurangi produksi toksemia

Pemberian penicillin dalam dosis tinggi, 8 juta disusul dengan 4 juta tiap 4 jam

selama 4-8 jam setiap 1-2 jam sehari.(sekarang Cefalosporin Gen III)

Luka dibiarkan terbuka dan dilakukan eksisi yang luas sampai terlihat jaringan yang

sehat, bila perlu dipersiapkan untuk amputasi.

6.2. ERYSIPELAS

Suatu radang akut dari kulit dan sub kutis yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes.

Gejala :

Khas ialah timbulnya kemerah-merahan yang terbatas jelas (tidak melampaui

lekukan-lekukan kulit), tepinya agak meninggi dan keras (indurasi) dan dirasakan

nyeri.

Suhu badan meningkat tinggi

Tanda-tanda toksemia

Therapi :

Antibiotika

Chemoterapeutica

Diberikan istirahat pada anggota badan yang terkena

13

Page 14: vulnus scissum

BAB VII

HIPOTESA AKHIR

Setelah melakukan analisa dengan diagnosa pembanding dan didukung oleh

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka dapat disimpulkan bahwa yang

terjadi pada Pak Robi adalah Vulnus Scissum dengan infeksi sekunder.

14

Page 15: vulnus scissum

BAB VIII

MEKANISME DIAGNOSA

Jenis Luka

Luka tajam : oleh karena benda tajam

Luka tajam sifatnya :

1. Tepi – Tepi luka licin

2. Tidak terdapat jembatan – jembatan jaringan

3. Tidak ada jaringan necrose diantaranya

Misal :

>>> Luka Iris (Vulnus Scissum) – panjang luka > daripada dalamnya. Tepi luka

tajam dan licin . Bila luka sejajar dengan lipatan kulit luka tak terlalu terbuka. Bila

memotong pembuluh darah maka luka sukar sembuh.

Gejala-gejala luka :

1. gejala umum

2. gejala setempat ( lokal )

a. nyeri

disebabkan oleh karena ujung saraf sensibel ikut rusak waktu terjadinya

luka

b. perdarahan

tergantung dari macam pembuluh darah yang terkena. Kalau pembuluh

darah vena / arteri besar yang kena biasanya perdarahannya hebat.

Pembuluh darah yang kecil tidak menyebabkan perdarahan yang hebat

oleh karena mempunyai sifat :

kontrakasi ( menarik diri )

konstriksi ( mengkerut)

koagulasi ( membeku )

c. pembukaan ( diastase )

Tergantung dari tempat dan macamnya luka.

15

Page 16: vulnus scissum

Gejala ini hanya terdapat pada luka terbuka.

Besar kecilnya diastase tergantung dari arah panjangnya luka.

Bila arah panjangnya luka sejajar dengan arah dari selaput elastis

kulit diastase akan kecil.

d. terganggunya gerakan karena luka ( funtio laesa)

Berdasarkan anamnesa diketahui bahwa pak Robi terkena luka infeksi .

Luka infeksi adalah suatu luka yang mengandung kuman dan didalam mana kuman

sudah berkembang biak, membentuk toksin-toksin yang menyebar kejaringan sekitarnya,

menyebabkan gejala-gejala lokal dan sebagian lagi menyebar melalui pembuluh-

pembuluh darah menyebabkan gejala-gejala umum.

Gejala lokal luka infeksi adalah :

rubor = merah , disebabkan pelebaran pembuluh darah setempat

dolor = nyeri , disebabkan tekanan pada ujung saraf

tumor = pembengkakan, disebabkan oleh edema jaringan

color = panas , disebabkan banyaknya darah yang mengalir kedaerah tersebut.

Functio laesa = anggota badan yang luka dihindarkan dari gerakan-gerakan.

16

Page 17: vulnus scissum

Bagan Mekanisme Diagnosa

Diagnosa

Anamnesa Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang

Inspeksi Palpasi Movement

Tumor Dolor Dolor

Rubor tegangan local Functio Laesa

Edema Color

What Vulnus Scissum Darah

Where X-Ray

When

Why

How

17

Page 18: vulnus scissum

BAB IX

STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH

9.1. Prinsip-prinsip Penatalaksanaan pada Luka

Meliputi teknik :

pembersihan luka ( wound cleansing )

Luka Kontaminasi

Harus dihindarkan jangan sampai luka tersebut menjadi luka infeksi, ini dapat

dicapai dengan cara :

o bekerja sesteril mungkin

o luka dan sekitarnya dicuci bersih

o desinfeksi dengan J-tintur 3 % , tetapi jangan diberikan

pada luka di daerah muka dan scrotum , mudah terjadi luka bakar.

(sekarang Bethadine)

o J-tintur dibersihkan dengan alkohol 70 %

o dipasang doek steril untuk mempersempit luka

o diberikan anesthesia lokal / umum

o eksisi (wound-debridement)

o Dengan pisau tepi luka diratakan , jaringan-jaringan yang

mati dikeluarkan sampai nampak jaringan yang berdarah sehat

o Diberi perhydrol 3 % ( H2 O2 ) dengan maksud

oksidasi dan dengan buihnya mengangkat kotoran-kotoran. Kemudian

dicuci dengan lar.Rl atau BWC

o luka dijahit lapis demi lapis

o diberikan antibiotika , bila perlu ATS-prophylaktis

Luka Infeksi

Luka yang lebih dari 6-8 jam ( golden period ) dianggap luka kotor. Dan

luka ini dapat dilakukan :

a. Jahitan sementara? Situasi dan drain. Bila ada pernanahan jahitan dibuka

kembali dan drain dijabut. Bila nanah masih banyak drain diganti 2-3 hari

sekali.

18

Page 19: vulnus scissum

b. Dibiarkan terbuka dan ditutup kasa steril serta diberi obat perangsang granulasi.

c. Kompres Betadin, Borwater dsb.

Pada luka kotor diberi antibiotika spectrum luas dan dosis tinggi <

ampicillin, tetrea siklin, sefalosporin dsb. Pada luka bersih atau dianggap luka

bersih diberi antibiotika profilaxis. Pada luka kotor bila granulasi baik dan

infeksi reda dapat dilakukan penjahitan sekunder dan transpalantasi.

penutupan luka ( wound closure )

Penjahitan primer. Sebaiknya jangan terjadi penegangan yang dapat

menyebabkan nekrosis. Dengan cara ini penyembuhan berlangsung cepat

terjadi.

Rotation flap . Dilakukan pada daerah cacat yang besar dan luas. Tetapi

jaringan sekitarnya cukup dan memenuhi sarat untuk pengambilan flap.

Cara ini dipakai untuk penutupan luka ditempat-tempat yang menerima

tekanan berat, misalnya tumit, telapak dan ujung-ujung jari.

Dibiarkankan terbuka. Dibuat obat perangsang granulasi seperti Betadin,

Bioplacenton, Sofratul dsb. Bila granulasi baik dan tak ada infeksi

dilakukan penjahitan sekunder atau skin grafting ( tandur kulit,

transplantasi kulit )

perlindungan luka ( coverage ).

Proses Penyembuhan Luka (Wound Healing)

Dapat dibagi dalam beberapa tingkat ( phase )

1.Fase inflamasi.

Fase ini berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-kira hari kelima.Pembuluh

darah yang terputus pada luka akan menyebabkan perdarahan dan tiubuh akan

berusaha menghentikannya dengan vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh darah

yang putus ( retraksi ) dan reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena thrombosit

yang keluar dari pembuluh darah saling melengket dan bersama dengan jala fibrin

yang terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah.

19

Page 20: vulnus scissum

Sementara itu terjadi reaksi inflamasi. Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan

serotonin dan histamin yang meningkatkan permaboilitas kapiler sehingga terjadi

eksudasi cairan, penyerbukan sel radang , disertai vasodilatasi setempat yang

menyebabkan edema dan pembengkakan. Tanda dan gejala klinis reaksi radang

menjadi jelas, berupa :

- kemerahan karena kapiler melebar ( rubor )

- suhu hangat ( kalor )

- rasa nyeri ( dolor )

- dan pembengkakan ( tumor )

Aktifitas seluler yang terjadi adalah pergerakan lekosit menembus dinding

pembuluh darah ( dipedesis ) menuju lukja karena daya kemotaksis. Lekosit

mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu mencerna bakteri dalam kotoran luka,

Limfosit dan monosit yang kemudian menyusul ikut menghancurkan dan memakan

bakteri dari kotoran luka karena dipertautkan fibrin yang amat lemah.

2.Fase proliferasi.

Disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol proliferasi fibroblast. Fase ini

berlangsung dari fase inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ketiga. Fibrbalast

merasa dari mesenkim yang belum berdeferensiasi, menghasilkan mukopolisakarida,

asam amino, prolin yang merupakan bahan dasar kolagen ,serat yng mempertautkan

tepi luka,

Pada fase ini serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk penyesuaian diri dengan

teganagan luka yang cenderung mengkerut. Sifat ini bersama dengan kontrkatil

miomikrblast, menyebabkan tarikan pada tepi luka. Pada akhir fase ini kekuatan

regangan regangan luka mencapai 25 % jaringan normal. Nantinya pada proses

penyudahan kekuatan serat kolagen beretambah karena ikatan ikatan intra molekul

dan ekxtra molekul.

Pada fase fibroplasias ini luka dipenuhi sel radang, fibroblast dan kolagen,

membentuk jaringan kemerhan dengan permukaan berbenjol halus. Disebut jaringan

granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasrnya dan

berpindah mengisdi permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi sel baru terbentuk

20

Page 21: vulnus scissum

dari proses mitosis. Pada migrasi hanya bisa terjadi kearah yang lebih rendah atau

datar , sebab epitel tak dapat bermigrasi kearah yang lebih tinggi. Proses ini baru

berhenti setrelah epitael saling menyentuh dan mengisi seluruh permukaan luka.

Dengan tertutupnya permukaan luka proses fibroplkasia dengan pembentukan

jaringan granulasi juga akan berhenti dan mulailah proses pematangan pada proses

penyudahah.

3.Fase penyudahan.

Pada fase ini tetrjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapak kembali

jaringan berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi, dan akhirnya perupaan

kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini dapat berlangsung berbulal bulan dan

dinyatakan berakhir bila semua tanda radang telah lenyap.

Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal. Karena proses

penyembuhan udem dan sel radang diserap, sel muda menjadi matang, kapiler baru

menutup dan diserap kembali, kolagen yang bewrlebih diserap sesisuai dengan

regangan yang ada, Selam proses ini, jaringan parut yang pucat, tpis dan lemas, serta

mudah digerakkan dari dasar.Terlihat pengerutan maximal luka. Pada fase ini

perupaan luka kulit mampu menahan regangan kira2 80% kemampuan kulit normal.

Hal ini terjadi kira2 3-6 bulan. Perupaan luka tulang memerlukan waktu satu tahun

atau lebih untuk menjapai jaringan yang normal, secara histology dan bentuk.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka

1. Umur

2. Keadaan umum :

3. Anemia

4. Gizi. Kekurangan protein menyebabkan luka terbuka kembali(wound-

dehiscence) pada hari ke-7 sampai ke-10.

5. Infeksi

6. Kekurangan vitamin B dan Vit.C

7. Vaskularisasi

8. Penyakit lain: diabetes mellitus

21

Page 22: vulnus scissum

Menurut cara penyembuhannya dapat dibagi :

1. Penyembuhan primer.

Luka yang sembuh cara ini, misalnya luka operasi, luka kecil yang bersih.

Penyembuhan tanpa komplikasi, penyembuhan dengan cara ini berjalan

cepat dan hasilnya baik.( gambar 2-1 A )

2. Penyembuhan sekunder

Penyembuhan pada luka terbuka adalah melalui jaringan granulasi dan

epitel yang bermigrasi. Luka yang lebar dan terinfeksi, luka tak dijahit,

luka bakar sembuh dengan cara ini. Setelah luka sembuh akan timbul

jaringan parut.( gambar 2-1 B )

3. Penyembuhan tertier

Disebut pula delayed primary closure. Terjadi pada luka yang dibiarkan

terbuka, karena adanya kontaminasi, kemudian setelah tidak ada tanda-

tanda infeksi dan granulasi telah baik, baru dilakukan jahitan sekunder

( Secondary suture ), yang dilakukan setelah hari Keempat , bila tanda-

tanda infeksi telah menghilang. ( gambar 2-1 C )

22

Page 23: vulnus scissum

Rehabilitasi

1. Bersihkan luka dengan sabun di air mengalir (keran)

2. Beri larutan antiseptik

3. Luka ringan cukup ditutup dengan plester.

4. Luka tersayat yang dalam dapat diperban.

5. Luka iris lebar dan dalam perlu dijahit

9.2. Penatalaksanaan luka infeksi pada pasien

Hal – hal yang perlu dilakukan adalah

1. Pembersihan luka (Kesterilan)

Personal

Disinfeksi ( menggunakan popidon iodin 10 % yodium ) jangan

menggunakan alkohol bisa menimbulkan nyeri

Peralatan untuk menjahit luka

a. Pinset

b. Disinfeksi

c. Gunting

d. Jarum

e. Benang

2. Anestesi lokal ( Lidokain 2 % )

3. Penjahitan luka

a. Bersihkan luka

b. Duck steril

c. Spet

23

Page 24: vulnus scissum

d. Diinfiltrasi / anestesi luka

e. Perhidrol H2O2 3 % NaCl 0,9%

f. Perdarahan tidak ada lalu dijahit

g. Dibersihkan dan ditutup dengan betadin

4. Antibiotik ( ampicillin , amoxillin )

5. Analgesik ( novalgin, antalgin )

Luka yang lebih dari 6-8 jam ( golden period ) dianggap luka kotor. Dan luka ini

dapat dilakukan :

Dibersihkan luka dan sekitarnya

Kompres Betadin atau Sol boric Acid 3 % dsb.

Diberi antibiotika dan bila perlu ATS Prophylaxis

Pada luka kotor diberi antibiotika spectrum luas dan dosis tinggi <

ampicillin, tetrea siklin, sefalosporin dsb. Pada luka bersih atau dianggap luka

bersih diberi antibiotika profilaxis. Pada luka kotor bila granulasi baik dan

infeksi reda dapat dilakukan penjahitan sekunder dan transpalantasi.

BAB X

24

Page 25: vulnus scissum

PROGNOSIS dan KOMPLIKASI

10.1. Komplikasi

Komplikasi yang dimaksud dalam hal ini adalah segala hal yang dapat terjadi

karena masalah yang dialami oleh Pak Robi. Komplikasi ini meliputi komplikasi

jangka pendek dan jangka panjang .

I. Komplikasi jangka pendek

o Nyeri

o Edema

o Sobekan : VAN , Kulit

II. Komplikasi jangka panjang

o Deformitas

o Kaku

o Infeksi Gas gangren

o Infeksi Erysipelas

10.2. Prognosis

Dalam hal Prognosis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

1. Vulnus Scissum yang dialami Pak Robi bisa sembuh

2. Untuk mempercepat penyembuhan serta mencegah terjadinya komplikasi

yang tidak terduga maka Pak Robi diharapkan untuk mengontrol

kesehatan secara teratur sesuai anjuran dokter

25

Page 26: vulnus scissum

BAB XI

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Buku Ajr Ilmyu Bedah , EGC Jakarta, 1997

2. Sumiardi Karakata, Bob Bachtiar, Bedah Minor < Jakarta, Hipocrates, 1995

3. JA Norton,RR Bol8inger, Surgery Basic Science and Clinical Evidence,Matrix

Publishing Sevice New York, 2000

4. Djohansjah Marzoeki,Ilmu Bedah, Lukia dan Perawataqnnya, Airlangga

University Press 1993.

5. WWW.Google.co.id

26