Tässä on Saku. Saku on huomannut, että koulussa on paljon sääntöjä.
VALIDITAS BUKU SAKU IDENTIFIKASI HEWAN INVERTEBRATA...
Transcript of VALIDITAS BUKU SAKU IDENTIFIKASI HEWAN INVERTEBRATA...
1
VALIDITAS BUKU SAKU IDENTIFIKASI HEWAN INVERTEBRATA
PESISR BINTAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS X
Sarkawi1, Trisna Amelia2, Bony Irawan2
1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi, 2Dosen Program Studi Pendidikan
Bilogi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali Haji
Email: [email protected]_
Abstrak
Telah dilakukan pengembangan buku saku identifikasi hewan invertebrata
pesisir Bintan sebagai media pembelajaran biologi kelas X. Tujuan dari penelitian ini
adalah menghasilkan buku saku identifikasi hewan invertebrata pesisir Bintan yang
layak dan mendeskripsikan validitas buku saku materi hewan invertebrata. Penelitian
ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research & Development) dengan
menggunakan model PLOMP. Namun dalam penelitian ini hanya dilakukan sampai
pada fase keempat. Tahap Implementasi sebagai tahap terakhir tidak dilakukan.
Validitas buku saku ditentukan berdasarkan hasil validasi oleh empat validator terdiri
atas dua orang ahli materi dan dua orang ahli media. Validitas buku saku dilihat dari
kelayakan penyajian materi, kelayakan Bahasa, kelayakan pengembangan produk,
kelyakan ukuran buku saku, kelayakan tampilan dan kelayakan cetakan. Data dianalisis
secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek materi
mendapatkan persentase 89% dan aspek media medapatkan rata-rata persentase 93%
dengan kategori sangat valid. Berdasarkan hasil validasi dapat disimpulkan bahwa
buku saku identifikasi hewan invertebrata pesisir Bintan sebagai media pembelajaran
biologi kelas X yang dikembangkan layak digunakan dalam pembelajaran di kelas.
Kata kunci: Validitas, buku saku, identifikasi hewan invertebrata pesisir,media
pembelajaran
PENDAHULUAN
Salah satu sumber belajar yang sering digunakan oleh peserta didik untuk belajar
adalah buku-buku pelajaran. Buku pelajaran merupakan salah satu jenis media cetak
(Ibrahim, 2010). Selain sumber belajar ada juga media pembelajaran yang sering
digunakan guru di dalam kelas. Menurut (Asyhar, 2011: 8), media pembelajaran adalah
2
segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu sumber
secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana
penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efesien dan efektif. Dalam
pembelajaran penggunaan media bertujuan untuk lebih memberikan pengetahuan yang
kongkret, tepat, mudah dipahami, dapat memberikan suasana baru dalam proses
pembelajaran, mengurangi kesalahpahaman siswa dalam menerima penjelasan dari
guru dan meningkatkan minat belajar siswa (Sadiman, dkk, 2014: 17).
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi Biologi SMAN 1 Teluk
Bintan dan guru bidang studi Biologi Madrasah Aliyah Negeri Bintan, terdapat adanya
permasalahan yang hampir sama. Guru bidang studi mengatakan bahwa materi
Invertebrata merupakan salah satu materi yang sulit ditandai dengan rendahnya
ketuntasan klasikal pada materi tersebut. Terdapat dua faktor yang menyebabkan
rendahnya persentase ketuntasan minimal pada pembelajaran materi Invertebrata
diantarnya adalah faktor karakteristik materi dan faktor penggunaan media relevan
yang kurang. Terkait karakteristik materi Invertebrata, materi ini dalam biologi
meliputi pengklasifikasian atau penggolongan jenis-jenis hewan berdasarkan filum,
dalam penyajian materi banyak sekali hewan-hewan yang harus dikenali. Materi ini
juga memperkenalkan berbagai jenis Hewan Invertebrata yang sebagian besar tidak
familiar di kalangan peserta didik. Hal ini menyebabkan peserta didik sulit untuk
memahami konsepnya.
Terkait media yang relevan diperoleh informasi bahwa dalam pembelajaran
materi Invertebrata ini hanya menggunakan sebatas buku teks. Buku teks yang
3
digunakan adalah buku teks karangan Sulistyowati, dkk yang memiliki ukuran 25 cm
x 17 cm sehingga sulit dibawa kemana-mana. Salah satu upaya mengatasi rendahnya
tingkat ketuntasan belajar siswa adalah dengan meningkatkan kebermakanaan
pembelajaran yaitu berupa pembelajaran kontekstual. Pembelajaran yang di
integrasikan pada potensi lokal dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan
meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan (Hasanah, 2016: 6). Maka salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ketuntasan klasikal peserta didik
adalah dengan membuat media yang sesuai untuk meningkatkan pembelajaran
kebermaknaan yaitu dengan mengembangkan media berupa buku saku. Mutmainah
(2014) juga menerangkan bahwa buku saku memiliki pengertian sebagai buku yang
berukuran kecil dan simpel sehingga mudah dibawa kemana-mana. Buku saku
memiliki beberapa keunggulan di antaranya dalam setiap halaman memuat bacaan
yang ringkas dan berisi gambar-gambar yang dapat menarik minat belajar siswa untuk
membaca. Buku saku yang disertai gambar akan memancing motivasi siswa dalam
belajar terkait konsep yang ada di dalam buku saku tersebut sehingga frekuensi
membaca siswa akan bertambah. Kontras warna pada buku saku merupakan bentuk
komunikasi non-verbal sehingga dapat menyampaikan pesan secara cepat, lebih
mudah, dan lebih bermakna (Ami, dkk., 2012).
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian pengembangan buku saku
identifikasi hewan invertebrata pesisir Bintan sebagai media pembelajaran biologi
kelas X. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan validitas buku
4
saku identifikasi hewan invertebrata pesisir Bintan sebagai media pembelajaran biologi
kelas X yang dikembangkan.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian dan pengembangan (research and development) adalah
metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan atau mengembangkan produk
tertentu dan menguji kevalidan, kepraktisan dan keefektifan produk tersebut. Pada
penelitian pengembangan produk dilakukan dengan model plomp, adapun model
pengembangan Plomp ini terdiri dari lima fase, yaitu 1) investigasi awal, 2) desain,
3)realisasi, 4) tes, evaluasi, dan revisi, 5) implementasi menurut (Shoffa, 2018).
Namun, penelitian ini hanya dilakukan sampai pada fase ke-4. Dikarenakan fase ke-5
(implementasi) memerlukan proses dan waktu yang lama.
Uji kelayakan buku saku identifikasi hewan invertebrata pesisir Bintan sebagai
media pembelajaran biologi kelas X didapat dari 4 validator yang terdiri atas dua orang
ahli materi dan dua orang ahli media. Jenis data yang digunakan dalam penelitian dan
pengembangan ini ada dua, yaitu 1) Data kualitatif diperoleh dari kritikan, tanggapan
dan saran dari pembimbing, ahli materi, dan ahli media terhadap kualitas penampilan
dan materi pada buku saku yang dihasilkan yang terdapat dalam kolom komentar pada
angket uji validitas para ahli. 2) Data kuantitatif diperoleh dari hasil penilaian
pembimbing, ahli materi dan ahli materi media melalui angket validasi para ahli yang
berisi angka-angka yang diperoleh. Insstrumen yang digunakan dalam pengembangan
5
media buku saku ini berupa angket. Kemudian angket diberika kepada validator materi
dan media untuk memperoleh data berupa lembar penilian dan saran terhadap media
buku saku yang dikemabangkan. Dalam angket tersebut digunakan skala bertingkat
dimana pada setiap pertanyaan, validator memberikan skor untuk aspek yang
ditanyakan dari media pembelajaran.Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara
deskritif kuantitatif dengan menggunakan acuan Skala Likert (Riduwan, 2011:15).
Berdasarkan data yang diperoleh dari lembar validasi oleh validator kemudian dihitung
persentase validitas buku saku dengan menggunakan perhitungan Skala Likert. Seperti
pada tabel 1 berikut.
Tabel 1. Kriteria Skor Skala Likert
Berdasarkan Skala skor tersebut dihitung persentase validitas dengan
menggunakan rumus:
K = F
N.I.R X 100 %
Keterangan:
K = Presentasi Kelayakan
F = Jumlah seluruh jawaban responden
Penilaian Skor
Sangat Baik 4
Baik 3
Cukup Baik 2
Kurang Baik 1
6
N = Skor tertinggi dalam angket
I = Jumlah pertanyaan dalam angket
R = Jumlah responden
Analisis hasil validasi dari validator ini digunakan untuk mengetahui kelayakan
buku saku berdasarkan validitas buku saku. Interpretasi skor berdasarkan hasil
perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut di atas sesuai tabel 2 berikut.
Tabel 2. Interpretasi Skor Validasi
Tingkat Pencapaian Kategori
80 – 100 % Sangat Valid
60 – 80 % Valid
40 – 60 % Cukup Valid
20 – 40 % Kurang Valid
0 – 20 % Tidak Valid
Sumber: (Modifikasi Riduwan, 2011:15)
Buku saku dikatakan baik ditinjau dari validitas buku saku, jika interpretasi
skor lembar validisi dari validator mencapai persentase sebesar ≥ 60% dengan kriteria
valid.
HASIL
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Validasi Materi Pembelajaran Buku Saku
Kriteria Rata-rata Persentase 2
Ahli Materi
Kategori
Penyajian materi 92% Sangat Valid
Kebahsaan 85% Sangat Valid
Rata-Rata 89% Sangat Valid
Ditinjau dari aspek penyajian materi media buku saku ini di kategorikan sangat
valid dengan persentase 92%. Jika ditinjau dari segi kebahsaan di kategorikan sangat
valid dengan persentase 85%. Berdasarkan hasil penilaian di dapat rata-rata untuk
seluruh aspek yaitu 89%, sehingga dikategorikan sangat valid sebagai media
pembelajaran buku saku.
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Validitas Media Pembelajaran Buku Saku
Kriteria Rata-rata
Persentase 2 Ahli
Media
Kategori
Bahan pengembangan produk 94% Sangat Valid
Format ukuran 100% Sangat Valid
Tampilan 84% Sangat Valid
Cetakan 94% Sangat Valid
Rata-Rata 93% Sangat Valid
Aspek bahan pengembangan buku saku mendapatkan persentasen94 % dengan
kategori sagat valid. Jika ditinjau dari aspek format ukuran dikategorikan sangat valid
dengan persentase 100%. Sedangkan aspek tampilan di kategorikan sangat valid
dengan persentase 84%. Aspek terakhir yaitu aspek cetakan mendapatkan persentase
94% dengan kategori sangat valid. Berdasarkan penilaian didapatkan rata-rata seluruh
aspek dengan persentase 93% kategori sangat valid.
PEMBAHASAN
Validitas Aspek Materi
Berdasarkan validitas diketahui bahwa seluruh aspek buku saku materi
identifikasi hewan invertebrata pesisir Bintan sebagai media pembelajaran biologi
kelas X yang dikembangkan mendapatkan persentase sebesar 89% dan masuk dalam
kategori sangat valid. Ditinjau dari asepk penyajian materi, aspek ini mendapatkan rata-
rata persentase 92%. Menurut validator, hal ini karena berdasarkan pada penyajian
yang sudah sesuai dengan materi hewan invertebrata, menyajikan keanekaragaman
hewan invertebrata pesisir Bintan dan penulisan nama ilmiah yag sesuai.
Seperti yang diungkapkan oleh Darmawan (2014: 45) bahwa media
pembelajaran yang mudah dipahami oleh siswa apabila media tersebut berisi
informasi yang penting dan memiliki nilai dan manfaat tertentu yang dimunculkan
melalui media pembelajaran yang digunakan. Sedangkan aspek kebahasaan
mendapatkan persentase 85% hal ini karena media buku saku sesuai dengan kaidah
EBI (ejahan bahasa Indonesia), bahasa yang digunakan mudah dimengerti. Bahasa
yang digunakan juga merupakan bahasa yang baku, sesuai dengan tata bahasa dan ejaan
yang disempurnakan.
Hal ini sejalan dengan pendapat Yunohudiyono dan Parmin (2007) yang
menyatakan bahwa syarat bahasa yang baik adalah bahasa yang sesuai dengan EYD
dan tidakmengandung makna ganda sehingga mudah dipahami siswa. Kedua validator
selain memberikan skor angka, juga memberikan komentar terhadap buku saku yang
dikembangkan. Adapun komentar dari validator yaitu perbaiki gambar yang kurang
jelas dan perbaiki terhadap penamaman nama ilmiah spesies yang masih salah.
Validitas Aspek Media
Hasil dari validasi media memperoleh persentase 93% dengan kategori sangat
valid hal tersebut berdasarkan pada media buku yang memiliki tampilan gambar yang
jelas, pemilihan warna yang sesuai, desain buku yang menarik dan menggunakan jenis
bahan buku yang sesuai. Menurut Susilana dan Riyana, (2009:15) menyatakan bahwa
media cetak (media buku saku) menyajikan gambar yang diilustrasikan untuk lebih
memperjelas pesan atau informasi yang ingin disajikan.
Sudjana dan Riva’i (dalam Arsyad, 2014: 123) juga menambahkan bahwa
gambar yang ditampilkan benar-benar harus melukiskan konsep atau pesan isi
pelajaran yang ingin disampaikan sehingga dapat memperlancar pencapaian tujuan
pembelajaran. Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh Wardani (dalam Rahmawati,
dk., 2013:160) bahwa siswa cenderung menyukai bacaan yang menarik dengan sedikit
uraian dan banyak gambar atau warna.
Terdapat 4 aspek dalam validasi media buku saku yakni bahan pengembangan
produk, format ukuran, tampilan dan cetakan. Aspek bahan pengembangan produk
mendapatkan persentase 94% dengan kategori “sangat valid” karena mengunakan
kertas jenis art paper yang tidak mudah robek dan tahan lama. Aspek format ukuran
mendapatkan rata-rata persentase 100% kategori “sangat valid”. Menurut Setyono,
dkk. (2013:118) buku saku adalah suatu buku yang berukuran kecil yang mana berisi
informasi dan dapat disimpan di saku sehingga mudah dibawa kemana-mana.
Tergambar jelas bahwa aspek utama dalam ukuran buku saku adalah kemudahan
membawanya. Maka ukuran buku saku harus relatif kecil. Buku saku yang dibuat
dalam penelitian ini berukuran 10 x 12 cm sehingga akan memudahkan siswa
membawanya.
Aspek tampilan yang terdiri dari 6 indikator diantaranya tata letak, ilustarsi
cover, sistematis, perpindahan halaman dan tifografi mendaptkan persentase 85% di
kategorikan sangat valid. Validator menganggap pemilihan ukuran tulisan, jarak antar
kata, jarak antar kalimat sangat baik. Sedangkan aspek terakhir yaitu asepk cetakan
mendapatkan persentase 94% dengan kategori sangat valid. Berdasarkan penilaian 2
ahli validai media maka disimpulkan buku saku layak untuk diuji cobakan. Kedua
validator selain memberikan skor angka, juga memberikan komentar terhadap buku
saku yang dikembangkan. Beberapa saran yang diberikan validator berkaitan dengan
kekontrasan cover, dan penempatan tata letak nama spesies yang kurang teratur.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian terhadap buku saku identifikasi hewan invertebrata pesisir
Bintan sebagai media pembelajaran biologi kelas X dikembangkan maka dapat
disimpulkan bahwa buku saku identifikasi hewan invertebrata pesisir Bintan sebagai
media pembelajaran biologi kelas X dinyatakan sangat valid.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengcapkan terimakasih kepada ibu Trisna Amelia, S.Pd., M.Pd.
selaku pembimbing I dan bapak Bony Irawan, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing II yang
selal memberikan bimbingan selama penelitian ini. Terimakasih juga kepada ibu Elpa
Oprasmani, S.Pd., M.Pd. dan bapak Zulfahmi, S.Pd. sebagai validator materi dan
terimkasih juga kepada ibu Dr. Nevrita., M.Pd., M.Si bapak Nurul Asikin ,S.Pd.,
M.Pd. sebagai validator ahli media serta kepada bapak Henky Irawan, S.Pi., MP, M.Sc
sebagai validator aspek identifikasi hewan invertebrata pesisir.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Riva’i dan Sujana, Nana. (2011). Media Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru.
Ami, M. S., Susantini, Endang, Raharjo. 2012. Pengembangan Buku Saku Materi
Sistem Ekskresi Manusia di SMA/MA Kelas XI. Jurnal BioEdu. Vol. 1:2 (10-13).
Asra, M.Ed., Sumiati. 2012. Metode Penelitian. Bandung: CV Wacana Prima.
Asyhar, R.(2011). Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Press.
Darmawan, Deni. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif. Cetakan Kedua. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Hasanah, U., Mahrus, Hadipraytino, G.2018. Pengaruh Implementasi Pembelajaran
Biologi Berbasis Potensi Lokal Terhadap Kemampuan Kognitif Peserta Didik.
Vol. 13 No 2 Desember 2018.
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2010. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya Press.
Mutmainah. 2014. Buku Saku Keanekaragaman Hayati Hasil Inventarisasi Tumbuhan
Berpotensin Tanaman Hias Di Gunung Sari Singkawang. Artikel Penelitian.
Pontianak: Universitas Tanjungpura.
Setyono, Sukarmin, & Wahyuningsih. (2013). Pengemabangnan Media Fisika
Berupa Buletin Dalam Bentuk Buku Saku untuk Pembelajaran Fisika Kelas VIII Materi
Gaya Ditinjau Dari Minat Baca Siswa. Jurnal Pendidikan Fisik