VALIDASI DAN PENETAPAN KADAR KETOKONAZOL TABLET …
Transcript of VALIDASI DAN PENETAPAN KADAR KETOKONAZOL TABLET …
VALIDASI DAN PENETAPAN KADAR KETOKONAZOL
TABLET DOSIS 200 MG MEREK DAGANG DAN
GENERIK SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV
TAHUN 2018
SKRIPSI
Oleh:
Muhammad Nazri
1601012085
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2018
VALIDASI DAN PENETAPAN KADAR KETOKONAZOL
TABLET DOSIS 200 MG MEREK DAGANG DAN
GENERIK SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV
TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Program Study S1 Farmasi dan Memperoleh
Gelar Sarjana Farmasi
(S.Farm)
Disusun Oleh:
Muhammad Nazri
1601012085
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2018
Judul Karya Tulis Ilmiah : Validasi dan Penetapan Kadar Ketokonazol
Table Dosis 200 mg Merek Dagang dan
Generik
Secara Spektrofotometri UV Tahun 2018
Nama Mahasiswa : Muhammad Nazri
Nomor Induk Mahasiswa : 1601012085
Menyetujui
Medan, 6 Oktober 2018
Institut Kesehatan Helvetia Medan
Falkutas Farmasi dan Kesehatan
Dekan,
(Darwin Syamsul, S.Si., M.Si., Apt)
Pembimbing I,
(Hendri Faisal, S.Si., M.Si., Apt)
Pembimbing II,
(Ella Fransiska, S.Farm., M.Si.,Apt)
Telah diuji pada tanggal : 6 Oktober 2018
Panitia Penguji Skripsi
Ketua : Hendri Faisal, S.Si., M.Si., Apt.
Anggota : 1. Ella Fransiska, S.Farm., M.Si.,Apt.
2. Khairani Fitri, S.Si., M.Kes., Apt
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan
gelar akademik Sarjana Farmasi (S.Farm) di Falkutas Farmasi dan
Kesehatan Umum Institute Kesehatan Helvetia Medan.
2. Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Pembimbing dan masukan
Tim Penguji.
3. Dalam Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantum sebagai acuan dalam naskah dengan disebut nama pengarang
dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesunguhnya dan apabila dikemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan
gelar yang telah diperbolehkan karena karya ini, serta sanksi lainnya
sesuai dengan norma yang berlaku diperguruan tinggi ini.
Medan, 6 Oktober 2018
Yang membuat pernyataan,
Muhammad Nazri
1601012085
i
ABSTRACT
VALIDATION AND DETERMINATION OF KETOCONAZOLE TABLETS
WITH DOSAGE 200 MG OF TRADE AND GENERIC BRANDS BY UV
SPECTROFOTOMETRY IN 2018
MUHAMMAD NAZRI
1601012085
Ketoconazole is one of the most commonly used azole antifungal agents in
the community and is cheaper compared to other azole groups. Quality Test is
laboratory testing conducted to prove the quality of the drug is always consistent
with the standards and requirements. One of the quality test requirements is the
determination of the level of the drug so that the drug can achieve the desired
therapeutic effect. This study aims to validate the method and the determination of
Ketoconazole levels tablet with a dose of 200 mg on the market by UV
spectrophotometry.
This research method used a quantitative research method by UV
spectrophotometry with linearity parameters, accuracy, precision, detection limit
and limit of quantitation. The validation method aims for the determination
Farmyco (SANBE), Muzoral (PT. MOLEX AYUS), Ketoconazol (OGB dexa),
Omegzole (PT. MULTIFA), Mycoral (KALBE) levels.
The results of the validation of Ketoconazole with methanol solvent
showed a correlation coefficient of 0.9988, % recovery with an accuracy of 80 %
with a range of 93.8 % - 100 %, at 100 % accuracy of 95 %, at 120 % accuracy of
89.6 % - 93.8 % Precision % RSD is 0.492 %. Detection limit of 2.9 ppm,
quantitation limit of 9.7 ppm. Based on the data obtained, the average level of the
sample is Mycoral 91.1 % ± 2.0 %, Ketoconazol 95.2 % ± 3.6 %, Omegzole, 92.0
% ± 1.5 %, Farmyco 92.3 % ± 0.4 %, Muzoral 99.5 % ± 1.7 %.
In this study the method validation fulfilled the requirements of the
validation test parameters, namely the correlation coefficient value above 0.98 %,
Recovery was between 80 % - 110 %, precision was % RSD ≤ 6 % all
Ketoconazole samples fulfilled Indonesian Pharmacopoeia Edition IV
requirements which were at 90 % - 110 %.
Keywords: 200 mg Ketoconazole Tablet, UV Spectrovotometry, Method
Validation and Level Determination
The Legitimate Right by:
Helvetia Language Center
ii
ABSTRAK
VALIDASI DAN PENETAPAN KADAR KETOKONAZOL TABLET
DOSIS 200 MG MEREK DAGANG DAN GENERIK SECARA
SPEKTROFOTOMETRI UV TAHUN 2018
MUHAMMAD NAZRI
1601012085
Program Studi S1 Farmasi
Ketokonazol adalah salah satu anti jamur golongan azol yang paling umum
di gunakan di masyarakat dan harganya lebih murah jika dibandingkan dengan
golongan azol lainnya. Uji Mutu adalah pengujian laboratorium yang dilakukan
untuk membuktikan mutu obat selalu konsisten memenuhi standar dan
persyaratan. Salah satu syarat uji mutu adalah penetapan kadar obat sehingga,
obat dapat mencapai efek terapi yang diinginkan. Penelitian ini bertujuan untuk
memvalidasi metode dan penetapan kadar ketokonazol tablet dengan dosis 200
mg yang beredar dipasaran dengan menggunakan spektrofotometri UV.
Metode penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif menggunakan
alat Spektrofotometri UV dengan parameter linieritas, akurasi, presisi, batas
deteksi dan batas kuantitasi. Memvalidasi metode bertujuan untuk penetapan
kadar Farmyco (SANBE), Muzoral (PT. MOLEX AYUS), Ketokonazol (OGB
dexa), Omegzole (PT. MULTIFA), Mycoral (KALBE).
Hasil validasi Ketokonazol dengan pelarut methanol menunjukan koefisien
korelasi 0,9988, % recoveri dengan akurasi 80 % yaitu dengan rentang 93,8 % -
100 %, pada akurasi 100 % yaitu 95 %, pada akurasi 120 % yaitu 89,6 % – 93,8 %
Presisi % RSD sebesar 0,492 %. Batas deteksi 2,9 ppm, batas kuantitasi 9,7 ppm.
Berdasarkan data yang diperoleh maka kadar rata-rata sampel yaitu Mycoral
, Ketokonazol , Omegzole, ,
Farmyco , Muzoral . Pada penelitian ini validasi metode memenuhi syarat parameter uji
validasi yaitu dengan nilai koefisien korelasi diatas 0,98, % Recoveri berada
diantara 80 %- 110 %, presisi berada %RSD ≤ 6 % semua sampel Ketokonazol
memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu berada pada kadar 90
% - 110 %.
Kat Kunci : Ketokonazol Tablet 200 mg, Spektrovotometri UV,
Validasi Metode dan Penetapan Kadar
iii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Pujidan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat dan rahmat serta karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan
Skripsi ini dengan judul “Validasi dan Penetapan Kadar Ketokonazol Tablet
Dosis 200 mg Merek Dagang dan Generik Secara Spektrofotometri UV
Tahun 2018”.
Dalam penyusunan Skripsi ini penulis menyadari masih banyak kesalahan
dan kekurangannya, namun harapan penulis, pembaca dapat mengkoreksi dan
memberikan masukan untuk penelitian yang akan dilakukan dengan harapan
penelitian ini dapat berkembang dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Skripsi ini, terutama:
1. Ibu. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc, M.Kes, selaku Penasehat Yayasan
Helvetia Medan.
2. Bapak Iman Muhammad, S.E, S.Kom, MM, M.Kes, selaku Ketua Yayasan
Helvetia Medan.
3. Bapak Drs. H. Ismail Efendy M.Si., selaku Rektor Institut Helvetia di Medan.
4. Bapak H. Darwin Syamsul, S.Si., M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
dan Kesehatan Institut Kesehatan Hevetia Medan.
5. Ibu Adek Chan, S.Farm., M.Si., Apt,selaku ketua Program Studi S1 Farmasi
Institut Kesehatan Hevetia
6. Bapak Hendri Faisal, S.Si.,M.si., Apt, selaku Dosen Pembimbing I yang
menyediakan waktu dan tenaga untuk membimbing dan memberikan arahan.
7. Ibu Ella Fransiska, S.,Farm., M.Si., Apt. Pembimbing II yang menyediakan
waktu dan tenaga untuk membimbing dan memberikan arahan.
8. Ibu Khairani Fitri S.Si , M.kes., Apt. Selaku Dosen Penguji
9. Kepada Dosen dan Staf Dosen Institut Kesehatan Helvetia Medan yang telah
membantu saya dalam menyelesaikan Skripsi ini.
10. Kepada kedua orang tua dan juga saudari sayayang telah banyak memberikan
dukungan baik moral, material dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi ini.
Kemudian kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu, Dalam kesempatan ini penulis mengharapkan kritik ataupun saran yang
bermanfaat dan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan karunia dan
hidayahNya kepada kita semua hingga Skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Medan, September 2018
Hormat penulis
Muhammad Nazri
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
I. IDENTITAS
Nama : Muhammad nazri
Tempat Tanggal Lahir : Medan, 19 Mei 1996
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Anak ke : 2 dari 2 Bersaudara
Ayah : Kamaluddin
Ibu : Nur Leli
Alamat : Jln T. Umar No. 80 Kel. Madras Hulu Kec.
Medan Polonia
II. PENDIDIKAN FORMAL
2001 – 2007 : Menyelesaikan Pendidikan di SD PAB 26 Medan
2007 – 2010 : Menyelesaikan Pendidikan di SMP Swasta
Raksana Medan
2010 – 2013 : Menyelesaikan Pendidikan di SMAN 1 Sungai
Rumbai
2013 – 2016 : Menyelesaikan Pendidikan di D-III Farmasi
Institut Kesehatan Helvetia
2016 – 2018 : Menyelesaikan Pendidikan di S-1 Farmasi Institut
Kesehatan Helvetia
v
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PANITIA PENGUJI SKRIPSI
LEMBAR KEASLIAN PENELITIAN
ABSTRACT ..................................................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS .................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR TABEL........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................. 3
1.3. Hipotesa.................................................................................. 3
1.4. Tujuan Penelitian ................................................................... 3
1.5. Manfaat Penelitian ................................................................. 4
1.6. Kerangka Pikir Penelitian ...................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Obat ........................................................................................ 5
2.2. Industri Farmasi ..................................................................... 5
2.3. Pengertian Obat Generik ........................................................ 5
2.4. Pengertian Obat Bernama Dagang ......................................... 6
2.5. Tablet .................................................................................... 6
2.6. Antibiotik ............................................................................... 6
2.7. Anti-jamur .............................................................................. 6
vi
2.7.1. Polien .......................................................................... 6
2.7.2. Imidazol ...................................................................... 7
2.7.3. Anti-metabolit ............................................................ 7
2.8. Ketokonazol ........................................................................... 7
2.9. Resistensi................................................................................ 8
2.10. Mekanisme Kerja Spektroskopi Serapan Ultra Violet dan
Sinar Tampak ......................................................................... 8
2.11. Instrumentasi Untuk Pengukuran Asorbansi Didaerah Sinar
Tampak dan Ultra Violet ........................................................ 9
2.11.1. Tabung Nessler ........................................................... 9
2.11.2. Kolirimeter Dubosq .................................................... 10
2.11.3. Fotoklorimeter ............................................................ 10
2.11.4. Spectronic 20 .............................................................. 11
2.12. Zat-Zat Yang Dapat Diperiksa Menggunakan Spektroskopi
Ultar Violet dan Visibel ......................................................... 11
2.12.1. Elektron Pengabsorbsi ................................................ 11
2.12.2. Kromofor Organik ...................................................... 12
2.12.3. Absorbsi Oleh Sistem Aromatik ................................ 12
2.12.4. Absorbsi Oleh Ion Anion Anorganik ......................... 12
2.13. Komponen Pada Spektrofotometer ........................................ 12
2.13.1. Sumber Cahaya .......................................................... 12
2.13.2. Monokromator ............................................................ 13
2.13.3. Detektor ...................................................................... 14
2.14. Faktor yang Mempengaruhi Absorbansi ................................ 14
2.15. Metode Penetapan Kadar ........................................................ 14
2.15.1. Lineritas , Regresi dan Koefisen Korelasi .................. 14
2.15.2. Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantifikasi
(LOQ) ........................................................................ 15
2.15.3. Presisi dan Akurasi ..................................................... 16
2.15.4. Uji Penolakan Hasil Analisis ...................................... 19
2.15.5. Menyatakan Hasil Ahir .............................................. 19
vii
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian ............................................................................ 20
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 20
3.2.1. Lokasi Penelitian .................................................................... 20
3.2.2. Waktu Penelitian .................................................................... 20
3.3. Populasi dan Sampel ........................................................................ 20
3.3.1. Populasi .................................................................................. 20
3.3.2. Sampel .................................................................................... 20
3.4. Teknik Pengambilan Sampel ........................................................... 21
3.5. Alat dan Bahan ................................................................................ 21
3.5.1. Alat .................................................................................... 21
3.5.2. Bahan .................................................................................... 21
3.6. Cara Kerja .................................................................................... 22
3.6.1. Baku Pembanding .................................................................. 22
3.6.2. Pengerusan Sampel ................................................................ 22
3.6.3. Kurva Kalibrasi ...................................................................... 22
3.6.4. Akurasi ................................................................................... 22
3.6.5. Presisi .................................................................................... 23
3.6.6. Penetapan Kadar Sampel ....................................................... 24
3.6.7. Pembacaan Panjang Gelombang Serapan Maksimum
Ketokonazol Standar dan Sampel .......................................... 24
3.7. Pengumpulan Data ........................................................................... 24
3.8. Pengolahan Data .............................................................................. 24
BAB IV METODE HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil .................................................................................... 25
4.1.1. Panjang Gelombang Maksimum ........................................... 25
4.1.2. Kurva Kalibrasi ...................................................................... 26
4.1.3. Batas Deteksi dan Batas Kuantitas ......................................... 26
4.1.4. Akurasi ................................................................................... 27
4.1.5. Presisi .................................................................................... 27
viii
4.1.6. Penetapan Kadar Sampel ....................................................... 28
4.1. Pembahasan .................................................................................... 29
4.1.1. Panjang Gelombang Maksimum ........................................... 29
4.1.2. Kurva Kalibrasi ...................................................................... 29
4.1.3. Batas Deteksi dan Batas Kuantitas ......................................... 29
4.1.4. Akurasi ................................................................................... 30
4.1.5. Presisi .................................................................................... 30
4.1.6. Penetapan Kadar Sampel ....................................................... 30
BAB V METODE HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1. Kesimpulan ...................................................................................... 31
1.2. Saran ................................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 32
LAMPIRAN .................................................................................... 35
ix
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1.1 Variabel Bebas dan Terikat........................................... 4
2. Gambar 2.1 Struktur Ketokonazol .................................................... 7
3. Gambar 4.1 Panjang Gelombang Serapan Maksimum
Ketokonazol Dengan Pelarut Metanol ........................... 25
4. Gambar 4.2 Kurva Kalibrasi Ketokonazol dengan Pelarut
Methanol ........................................................................ 26
x
DAFTAR TABEL
1. Tabel 2.1 Syarat Rentang Recovery .................................................... 17
2. Tabel 2.2 Persentase Relatif Standar Deviation Uji
Ripitabilitas ......................................................................... 18
3. Tabel 4.3 Hasil Penentuan Nilai Batas Deteksi Dan Batas
Kuantitas Dengan Persammaan Y = 0,044x + 0,016 ......... 26
4. Tabel 4.1 Hasil Uji Akurasi Ketokonazol Tablet Pada
Pelarut Metanol .................................................................. 27
5. Tabel 4.2 Hasil Uji Presisi Baku Ketokonazol Pada Pelarut
Methanol ............................................................................. 27
6. Tabel 4.4 Hasil Penetapan Kadar Sampel Berdasarkan Tabel
Harga Kritis t ...................................................................... 28
11
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1. Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan
Koefisien Korelasi ......................................................... 35
2. Lampiran 2. Batas Deteksi dan Batas Kuantitas ................................. 37
3. Lampiran 3. PerhitunganBobot Tablet dan Kadar Tablet yang
Dilarutkan ...................................................................... 39
4. Lampiran 4. Perhitungan (%) Kadar dari Konsentrasi ....................... 40
5. Lampiran 5. Perhitungan Statistik Mycoral ........................................ 42
6. Lampiran 6. Perhitungan Statistik Keokonazol .................................. 46
7. Lampiran 7. Perhitungan Statistik Omegzole ..................................... 50
8. Lampiran 8. Perhitungan Statistik Farmyco ....................................... 54
9. Lampiran 9. Perhitungan Statistik Muzoral ........................................ 58
10. Lampiran 10. Perhitungan Presisi Baku ............................................... 64
11. Lampiran 11. Perhitungan Nilai Akurasi dan Nilai Recovery .............. 66
12. Lampiran 12. Gambar Panjang Gelombang Serapan
Maksimum...................................................................... 68
13. Lampiran 13. Gambar Kurva Kalibrasi ................................................ 69
14. Lampiran 14. Gambar Parsisi Sampel .................................................. 70
15. Lampiran 15. Gambar % Akuras 80% Sampel ..................................... 71
16. Lampiran 16. Gambar % Akurasi 80% Sampel + Baku ....................... 72
17. Lampiran 17. Gambar % Akurasi 100% Sampel ................................. 73
18. Lampiran 18. Gambar % Akurasi 100% Sampel + Baku ..................... 74
19. Lampiran 19. Gambar % Akurasi 120% Sampel.................................. 75
20. Lampiran 20. Gambar % Akurasi 120% Sampel + Baku ..................... 76
21. Lampiran 21. Gambar Sampel Mycoral ............................................... 77
22. Lampiran 22. Gambar Sampel Omegzole ............................................ 78
23. Lampiran 23. Gambar Sampel Ketokonazol ........................................ 79
24. Lampiran 24. Gambar Sampel Muzoral ............................................... 80
25. Lampiran 25. Gambar Sampel Farmyco ............................................... 81
26. Lampiran 26. Lembar Bimbingan......................................................... 82
12
27. Lampiran 27. Gambar Surat Izin Penelitian Lab .................................. 84
28. Lampiran 28. Gambar Surat Izin Penelitian Kimia Farma ................... 85
29. Lampiran 29. Gambar Surat Balasan Kimia Farma.............................. 87
30. Lampiran 30. Gambar Sertifikat Analisis Ketokonazol ....................... 88
31. Lampiran 31. Gambar Hasil Penelitian ................................................ 89
32. Lampiran 32 Tabel Harga Kritis t ........................................................ 91
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat adalah sediaan atau paduan bahan yang termasuk produk biologi
yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia(1).
Antimikroba adalah substansi yang menghambat pertumbuhan atau membunuh
bakteri atau mikroorganisme lain (organisme mikroskopik termaksuk bakteri,
virus, jamur, protozoa dan riketsia)(2). Ketokonazol adalah salah satu anti-jamur
golongan azol yang digunakan untuk infeksi jamur sistemik atau superfisial yang
tidak respon terhadap pengobatan tropical atau nyistatin(3). Menurut peraturan
pemerintah sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diproduksi atau diedarkan
harus memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan(4). Sediaan
farmasi yang berupa bahan obat dan obat sesuai dengan persyaratan dalam buku
Farmakope atau buku standar lainnya yang ditetapkan oleh Menteri(4).
Menurut sebuah penelitian telah terjadi pola kepekaan jamur candida
terhadap anti jamur golongan azol. Berdasarkan penelitian tersebut dilakukan uji
resistensi terhadap flukonazol terhadap candida albican dari 229 sampel sebanyak
3 isolat yang resisten terhadap flukonazol dan iju resistensi terhadap intrakonazol
dari 232 isolat yang resisten sebanyak 10 isolat, dan 20 isolat intermediet.
Meskipun tingkat sensitivitas golongan azol saat ini cukup tinggi terhadap candida
2
albican akan tetapi tingkat kepekaan terhadap golongan azol cukup tinggi pada
candida jenis lainnya(5).
Uji Mutu adalah pengujian laboratorium yang dilakukan untuk
membuktikan mutu obat selalu konsisten memenuhi standar dan persyaratan.
Salah satu syarat uji mutu adalah penetapan kadar obat sehingga, obat dapat
mencapai efek terapi yang diinginkan. Apabila obat tidak sesuai kadar dapat
menyebabkan efek tosik, mungkin juga dosis terapi yang digunakan akan
meningkat dari yang sebelumnya karena adanya kuman yang tersisa, hingga
resisten atau tidak munculnya efek terapi sama sekali. Berdasarkan peraturan dari
Badan Pengawasan Obat dan Makanan Repoblik Indonesia obat yang tidak
memenuhi standar harus ditarik dari peredaran(6). Berdasarkan pengambilan
sampel obat-obatan yang dilakukan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM) pada tahun 2015 ditemukan 1-2 % obat yang beredar diindonesia adalah
obat palsu(7). Menurut Operasi Storm yaitu operasi gabungan antara BPOM
Indonesia dan Interpol menyebutkan bahwa pada tahun 2013 hingga 2016, jumlah
obat palsu di Indonesia belum mengalami penurunan(8).
Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap
parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan
bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Beberapa
parameter analisis yamg harus dipertimbangkan dalam validasi metode adalah
akurasi, presisi, linieritas, batas deteksi, dan batas kuantitasi(9,10). Menurut
Menurut Moffat (2004) dan Dibbren tahun (2002) Panjang gelombang serapan
maksimum Ketokonazol dengan pelarut metanol secara teoritis adalah 244 nm (11,12).
3
Adapun alasan penulis memilih tabet 200 mg dikarenakan sediaan ini yang paling
umum digunakan dan bekerja secara sistemik. Berdasarkan Farmakope Edisi 4
syarat kadar ketokonazol harus berada diantara 90 % - 110 % (13). Tujuan
penelitian ini adalah untuk memvalidasi metode dan penetapan kadar ketokonazol
yang beredar dipasaran secara spektrovotometri UV. Penelitiaan ini sudah pernah
dilakukan oleh Olga Popovska, Zoran Kavrakovski, dan Vesna Rafajlovska tahun
2014 pada sediaan tablet, krim dan shampoo dengan hasil panjang gelombang
maksimum 244 nm dan 296 nm, dengan nilai koefisien korelasi lebih besar dari
0,999 dan nilai Standar Devasiasi Relatif sebesar 2 %(14).
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan pemasalahan
sebagai berikut:
Apakah kadar ketokonazol yang beredar di pasaran kadarnya sudah
memenuhi syarat Farmakope Edisi IV?
1.3 Hipotesa
Peredaran antibiotik ketokonazol tablet dosis 200 mg yang berada di
pasaran sudah memenuhi syarat .
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kadar Ketokonazol tablet generik dan merek dagang dosis 200
mg yang beredar di pasaran kadarnya sudah memenuhi syarat Farmakope
Edisi IV.
4
2. Memberikan kepastian mutu obat kepada masyarakat terhadap obat yang
beredar pasaran..
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Informasi kepada masyarakat tentang kadar obat yang beredar
dipasaran sudakah memenuhi syarat khususnya antibiotik.
2. Menambah wawasan dan pengalaman dalam pemeriksaan kadar obat.
3. Menjamin mutu obat yang beredar di pasaran.
4. Mengawasi peredaran antibiotik yang beredar dipasaran agar tidak
menimbulkan resistensi.
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Variabel didalam penelitian ini di bagi menjadi dua yaitu variabel
bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tablet
generik dan merek dagang ketokonazol dosis 200 mg. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah kadar ketokonazol tablet dosis 200 mg .
Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter
Gambar 1.1 Variabel Bebas dan Terikat
Tablet ketokonazol
dosis 200 mg
tokonazol merek
Farmyco (SANBE),
Muzoral (PT.
MOLEX AYUS),
Ketokonazol (OGB
dexa), Omegzole (PT.
MULTIFA), Mycoral
(KALBE)
Kadar ketokonazol
tablet dosis 200 mg
secara
Spektrofotometri UV
Panjang gelomang
serapan serapan
maksimum
ketokonazol pada
panjang glombang 244
nm
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obat
Obat adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi(1).
2.2 Industri Farmasi
Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Mentri
Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat(1). Semua
Pembuatan pengolahan dalam industri farmasi harus dikerjakan sesuai dengan
CPOB Food and Drug (FDA) untuk mencapai obat yang aman dengan mutu dan
kemurnian yang paling tinggi kepada masyarakat(15).
Sebelum suatu produk baru dapat dipasarkan atau suatu produk yang
sudah beredar diperbaiki mutunya, maka bagian produksi serta bagian penelitian,
pengembangan produk, penjualan dan bagian pemasaran harus membatasi dan
menyetujui biaya , keuntungan, waktu pemasaran, dan waktu produk(15).
2.3 Pengertian Obat Generik
Obat Generik adalah obat dengan nama resmi International Non
Propietary Names (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku
standar lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya(16).
6
2.4 Pengertian Obat Bernama Dagang
Obat Generik Bermerek atau Bernama Dagang adalah obat generik
dengan nama dagang yang menggunakan nama milik produsen obat yang
bersangkutan(16).
2.5 Tablet
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai
tablet cetak dan tablet kempa(17).
2.6 Antibiotik
Antibiotika adalah substansi yang menghambat pertumbuhan atau
membunuh bakteri atau mikroorganisme lain (organisme mikroskopik termaksuk
bakteri, virus, jamur protozoa dan riketsia). Istilah antibiotik mengacu pada zat
kimia yang dihasilkan oleh suatu macam mikroorganisme yang menghambat
pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme yang lain(2).
2.7 Anti-jamur
Obat-obat antijamur dikelompokan kedalam beberapa golongan yaitu:
2.7.1 Polien
Obat dari anti-jamur polien untuk mengobati infeksi jamur sistemik
adalah amfoteristin B. Diperkirakan pada tahun 1956 dan masih terus dipakai
pada saat sekarang dan pengawasan ketat akibat toksisitasnya. Obat golongan ini
efektif mengobati berbagai jenis jamur termasuk hitoplasmiosis, kriptokokosis,
koksidioidoikosis, dan aspergilosis(2).
7
2.7.2 Imidazol
Kelompok imidazol efektif untuk melawan kandidasis ( superfisial
dan sistemik), koksidioidomikosis, kriptokokosis, histoplasmosis dan
parakoksidioidomikosis(2).
2.7.3 Anti-metabolit
Anti-metabolit flusitosin mempunyai khasiat antijamur. Obat ini
dengan baik diabsorbsi melalui saluran gastrointestinal. Flusitosin dipakai dalam
bentuk kombinasi dengan obat-obat anti-jamur lainnya(2).
2.8 Ketokonazol
Gambar 2.1 Struktur Ketokonazol
Indikasi : Infeksi jamur sistemik atau superfisial yang tidak respon terhadap
pengobatan tropical atau nyistatin, griseofulvin oral.
Dosis : Dewasa dan anak-anak > 30 kg yaitu 200 mg/hari, anak-anak 15-
30 kg 100 mg/hari, untuk infeksi parah dosis bisa ditingkatkan
menjadi 400 mg/hari.
Kontra Indikasi: Kerusakan Hati.
Efek Samping : Mual, ruam, pruritus, hepatotoksisitas, genekomastia.
Interaksi Obat : Anticholinergik, antasida, simetidin, dapat mempengaruhi
absorbsi.
8
Perhatian : Untuk wanita hamil dan laktasi(3).
2.9 Resistensi
Bakteri dapat menjadi sensitif atau resisten terhadap anti-bakteri
tertentu. Jika suatu bakteri sensitif terhadap suatu obat , maka organisme tersebut
akan dihambat atau dimusnahkan. Jika anti-bakteri itu resisten terhadap suatu
anti-bakteri maka organisme itu akan tetap tumbuh mekipun telah dilakukan
pemberian obat anti-bakteri.
Resistensi bakteri dapat timbul secara alami atau di dapat. Resistensi
alami yaitu resistensi yang tampa didahului paparan. Contoh resistensi alami
bakteri gram negatif Psedomonas aeuruginosa resisten terhadap penisilin g.
Resistensi yang didapat yaitu resistensi yang disebabkan oleh pemajaan terhadap
anti-bakteri(2).
2.10 Mekanisme Kerja Spektroskopi Serapan Ultra Violet dan Sinar
Tampak
Penyerapan sinar tampak atau ultraviolet oleh suatu molekul dapat
menyebabkan terjadinya eksitasi molekul tersebut dari tingkat energi dasar (
ground stated) ke tingkat energi yang lebih tinggi (excited stated). Proses ini
melalui dua tahap:
Tahap 1 : M + hv M*
Tahap 2 : M* M + heat
9
Umur molekul yang tereksitasi M* ini sangat pendek ( -
detik) dan molekul kembali ke tingkat dasar lagi M. Proses diatas disebut reaksi
fotokimia.
Penyerapan sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu molekul
umumnya menghasilkan eksitasi ikatan elektron : akibatnya panjang gelombang
Penyerapan maksimum dapat direlokasikan dengan jenis ikatan yang ada didalam
molekul yang sedang diselidiki. Oleh karena itu, spektroskopi serapan molekul
berharga untuk mengidentifikasi gugus-gugus fungsional yang ada didalam suatu
molekul. Akan tetapi, yang lebih penting adalah penggunaan spektrofotometri
serapan ultra violet dan sinar tampak untuk penentuan kualitatif senyawa-senyawa
yang mengandung gugus gugus penyerapannya(18).
2.11 Instrumentasi Untuk Pengukuran Asorbansi Didaerah Sinar Tampak
dan Ultra Violet.
Sebagian materi melakukan absorbsi pada daerah sinar ultra violet
(λ200-400 nm) dan lainya pada daerah sinar tampak (λ 400 - 750 nm). Berikut ini
adalah jenis- jenis instrumen untuk mengukur absorbsi(18):
2.11.1 Tabung Nessler
Persyaratan larutan yang dipenuhi untuk penyerapan sinar tampak
adalah larutan harus berwarna. Oleh karena itu, metode spektroskopi sinar tampak
disebut juga metode kalorimetri dan alatnya disebut kolorimeter. Tabung nessler
merupakan kolorimeter yang paling sederhana. Metode kolorimetri didasarkan
pada keadaan dimana perubahan warna larutan tergantung pada kosentrasi
komponen pembentuk larutan. Oleh karena itu, aspek kuantitatif merupakan
10
tujuan pengukuran dengan metode kalorimetri. Larutan yang cuplikan tidak
berwarna atau berwarna lemah dapat dibuat berwarna dengan mereaksikannya
dengan suatu pereaksi yang dapat menghasilkan zat berwarna contoh , larutan
nitrit dibuat berwarna oleh pereaksi sulffanamida dan N-(1-naftil)-etilenamina.
2.11.2 Kolirimeter Dubosq
Kolorimeter Dubosq menggunakan prinsip yang serupa dengan tabung
Nessler yaitu membandingkan warna larutan analit dengan warna larutan standar.
Akan tetapi, suatu alat pembanding yang dilengkapi teropong digunakan didalam
kalorimeter Dubosq.
Larutan analit dan larutan standar yang bewarna dimasukan dalam
tabung yang disediakan setelah kedua laturan ditempatkan pada tempatnya
didalam kalorimetri Dubosq. Lihatlah intensitas warna kedua larutan dibuat sama
dengan memutar kedua tombol pengaturan jarak. Bila pandangan pada teropong
terlihat merata takterlihat garis pemisah lingkaran maka intensitas warna kedua
larutan sama.
2.11.3 Fotoklorimeter
Fotokolorimeter berguna untuk penentuan kosentrasi larutan seperti
metode sebelumnya. Akan tetapi , alat yang digunakan di sini mempunyai
komponen-komponen yang lebih rumit dari kolorimeter dubosq.
Di dalam fotokolorimeter lampubiasa (6V) digunakan sebagai sumber
cahaya polikromatik. Cahaya polikromatik diuraikan menjadi cahaya
monokromatik setelah melalui filter dan hanya cahaya dengan panjang
gelombang spesifik melewati filter untuk diserap (diabsorbsi) larutan. Biasanya,
11
filter dibuat dari lapisan tipis gelatin yang mengandung zat warna dan dilapiskan
pada lempeng gelas. Tempat larutan biasanya berbuat dari gelas atau pelastik
berbentuk tabung atau berbentuk persegi empat (curvet).
Sel foto (photo cell) berguna untuk mendeteksi cahaya yang melewati
larutan. Cahaya yang mengenai sel foto berubah menjadi arus listrik yang dapat
dibaca melalui meter dalam bentuk % transmisi (% T) atau asorbansi.
2.11.4 Spectronic 20
Alat spectronic 20 ini mempunyai rentang panjang gelombang dari
340 nm sampai 600 nm. Larutan yang bewarna dalam tabung reaksi khusus
dimasukan ke tempat cuplikan dan absorbansi atau persen transmitansi dapat
dibaca pada skala pembacaan. Sumber cahaya berupa lampu tungsun akan
memancarkan sinar polikromatik. Setelah melewati pengatur panjang gelombang
hanya sinar yang monokromatik dilewatkan kelarutan dan sinar yang dilewati
larutan dideteksi oleh fotodetektor.
2.12 Zat-Zat Yang Dapat Diperiksa Menggunakan Spektroskopi Ultar
Violet dan Visibel
Zat-zat yang dapat diperiksa dengan spektrofotometri UV-Vis Sebagai
Berikut:(18)
2.12.1 Elektron Pengabsorbsi
Elektron-elektron yang terlibat langsung dalam pembentukan ikatan
diantara atom-atom, elektron-elektron bebas atau tak berpasangan seperti pada
atom-atom oksigen, halogen, belerang dan nitrogen.
12
2.12.2 Kromofor Organik
Kromofor organik yang umum dan perkiraan lokasi absorbsi
maksimumnya. Data ini hanya dapat memberikan petujuk kasar untuk
mengidentifikasi gugus fungsional, karena posisi maksimal juga pengaruhi oleh
pelarut dan struktur molekul kromofor.
2.12.3 Absorbsi Oleh Sistem Aromatik
Ketiga sifat pita untuk benzen sangatlah dipengaruhi oleh
pendistribusian pada cincin, pengaruh tersebut pada pita dengan panjang
gelombang yang lebih besar sangat menarik sekali karena dapat dipelajari dengan
alat spektrofotometer biasa.
2.12.4 Absorbsi Oleh Ion Anion Anorganik
Sejumlah anion memperlihatkan puncak absorbsi ultra violet sebagai
akibat dari transisi n menjadi π*. Contoh ion – ion (nitrat 313 nm), karbonat (217
nm), nitrit (360 dan 280 nm), azido ( 239 nm), dan tritiokarbonal (500 nm).
2.13 Komponen Pada Spektrofotometer
Berikut ini adalah komponen utama spektrototometer(10):
2.13.1 Sumber Cahaya
Sumber cahaya atau lampu yang digunakan adalah dua lampu terpisah
yang digunakan secara bersama-sama, yang mencangkup seluruh daerah tampak
dan daerah ultraviolet spektrum elektromagnetik. Untuk cahaya tampak putih,
digunakan lampu tungsten.lampu ini tidak lebih canggih dibandingkan dengan
lampu bola yang filamennya terbuat dari tungsten logam. Untuk senyawa yang
menyerap pada daerah ultra violet dibutuhkan lampu deuterium yang memiliki
13
panjang gelombang 200 - 370 nm dan digunakan pada semua spektroskopi daerah
ultra violet spektrum.
2.13.2 Monokromator
Pada sebagian besar pengukuran kuantitatif, cahaya yang digunakan
harus monokromatik, yaitu cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Cahaya
monokromatik ini didapat dengan melewatkan cahaya polikromatik (yaitu cahaya
dengan berbagai panjang gelombang) pada sebuah monokromator. Monokromator
pada spektro modern ada dua jenis yaitu prisma atau kisi difraksi.
Prisma adalah suatu potongan kuarsa berbentuk segitiga, yang
membiaskan (membelokan) cahaya yang melaluinya. Tingkat pembiasan ini
bergantung pada panjang gelombang cahaya sehingga berkas cahaya putih dapat
dipecah menjadi warna-warna komponennya dengan melewati sebuah prisma.
Prisma tersebut kemudian diputar untuk memilih panjang gelombang tertentu
yang diperlukan untuk penetapan kadar.
Kisi difraksi adalah suatu potongan kecil kaca yang diatasnya terdapat
banyak garis berjarak sama, setelah dipotong-potong menjadi beberapa ribu
permilimeter kisi, dan menghasilkan suatu struktur yang tampak seperti sisir kecil.
Jarak antara potongan-potongan tersebut kurang lebih sama dengan panjang
gelombang cahaya, sehingga berkas cahaya polikromatik akan dibiaskan menjadi
panjang gelombang komponen-komponen oleh kisi-kisi tersebut. Kisi-Kisi
tersebut kemudian diputar untuk memilih panjang gelombang yang penetapan
kadar untuk pengujian.
14
2.13.3 Detektor
Setelah cahaya melewati sampel, penurunan intensitas yang terjadi
karena penyerapan diukur oleh detektor. Detektor biasanya berupa suatu alat
elektronik yang pintar disebut tabung fotopenganda yang mengubah intensitas
berkas cahaya menjadi signal elektrik yang dapat diukur dengan mudah, dan juga
betindak sebagai amplifer untuk mengikat kekuatan signal secara terus menerus.
2.14 Faktor yang Mempengaruhi Absorbansi
Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbansi meliputi pelarut, pH
larutan, suhu, kosentrasi elektrolon yang tinggi, dan adanya zat penggangu.
Pengaruh-pengaruh ini harus diketahui, kondisi analisis harus dipilih sedemikian
hingga absorbansi tidak akan dipengaruhi sedikitpun.
Keberhasilan juga akan mempengaruhi penyerapan termasuk bekas
jari pada dinding tabung harus dibersihkan dengan kertas tisu dan hanya
memegang bagian ujung atas tabung sebelum pengukuran(18).
2.15 Metode Penetapan Kadar
2.15.1 Lineritas , Regresi dan Koefisen Korelasi
Linierias merupakan kemampuan suatu metode untuk memperoleh
hasil-hasil uji yang langsung proposional dengan kosentrasi analit pada kisaran
yang diberikan. Linieritas suatu metode merupakan ukuran seberapa baik kurva
kalibrasi yang menghubungkan antara respon (y) dengan kosentrasi (x).
Regresi adalah kurva yang menyatakan hubungan antara dua besaran.
hubungan ini biasanya berupa garis lurus atau garis cekung. Rumus regresi
sebagai berikut(10):
15
a =
Ket:
X = kosentrasi
Y = asorbansi
XY = arsorbansi kali kosentrasi
= jumlah kuadrat kosentrasi
= jumlah kosentrasi di kuadratkan
n = jumlah pengulangan
Koefisien korelasi iyalah salah satu teknik analisis dalam stastistik
yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih yang
bersifat kuantitatif(10).
r =
Ket:
= kadar pada sampel ke-i
= kadar rata-rata
= kukuatan larutan baku ke-i
= rata-rata kekuatan larutan baku
2.15.2 Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantifikasi (LOQ)
Batas deteksi didefenisikan sebagai kosentrasi analit terendah dalam
sampel yang dapat dideteksi, meskipun tidak dapat dikuantifikasi. LOD
16
merupakan batas uji yang secara spesifik menyatakan apakah analit diatas atau
dibawah nilai tertentu. Rumus LOD sebagai berikut(10):
LOD = 3,3
Ket:
LOD = batas deteksi.
SD = standar deviasi.
S = kemiringan.
Batas kuantifikasi didefenisikan sebagai konsentrasi analit terendah
dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat
diterima pada kondisi oprasional metode yang digunakan. jadi juka kosentrasi
LOQ menurun maka presisinya juga menurun dan debaliknya. Rumus LOQ
sebagai berikut(10):
LOQ =
Ket:
LOQ = batas kuantifikasi.
SD = standar deviasi.
S = kemiringan.
2.15.3 Presisi dan Akurasi
Akurasi merupakan ketelitian metode analisis atau kedekatan antara
nilai terukur dengan nilai yang diterima baik niai konversi, nilai sebenarnya, atau
nilai rujukan. Akurasi diukur sebagai banyaknya analit yang diperoleh kembali
pada suatu pengukuran dengan melakukan spiking pada sutau sampel. Untuk
menentukan ukuran ketelitian digunakan parameter peroleh kembali (recovery).
17
Ada beberapa pendapat untuk menentukan nilai recovery pada penelitian ini
nilainya adalah 80-120%. Rumusnya sebagai berikut(10):
Rumus kosentrasi larutan setelah tambah baku
=
Rumus kadar larutan baku dalam sampel
% Recovery =
Tabel 2.1 Syarat Rentang Recovery(9).
Nomor Kosentrasi Analit Dalam Matrik Contoh Rentang % Recovery
1 100 % 98 - 102
2 ≥ 10 % 98 - 102
3 ≥ 1 % 97 - 103
4 ≥ 1000 ppm 95 - 105
5 ≥ 100 ppm 90 - 107
6 ≥ 10 ppm 80 - 110
7 ≥ 1 ppm 80 - 110
8 ≥ 100 ppb 80 - 110
9 ≥10 ppb 60 - 115
10 ≥ 1 ppb 40 - 120
Presisi adalah ukuran keterulangan metode analisis dan biasanya
dieksperesikan sebagai simpang baku relaif dari sejumlah sampel yang berbeda
signifikan secara stastitik. Rumus presisi sebagai berikut(10):
18
1. Standar deviasi
SD =
Ket:
X = nilai dari masing-masing pengukuran.
= rata-rata dari pengukuran.
N = frekuensi.
N-1 = derajat kebebasan.
SD = standar deviasi.
2. Standar deviasi relatif
RSD = x 100 %
Ket:
RSD = Standar deviasi relatif.
SD = Standar deviasi.
= Rata-rata.
Tabel 2.2 Persentase Relatif Standar Deviation Uji Ripitabilitas(19).
No Kadar Senyawa dalam Sampel (%) Relative Standar Deviation
1 > 10 1,5
2 >1 2
3 >0,1 3
4 > 0,01 4
5 > 0,001 6
19
2.15.4 Uji Penolakan Hasil Analisis
Diantara hasil yang diperoleh dari suatu sampel adakalanya sangat
menyimpang bila dibandingkan dengan dengan yang lain tanpa diketahui
kesalahan secara pasti sehingga timbul kecenderungan untuk menolak hasil yang
sangat menyimpang tadi. Taraf kepercayaan umumnya 99 % akan tetapi dengan
karena banyak penetapan kadar kimia kecil 3 atau 4 kali saja maka dianjurkan
taraf kepercayaan 95 %. Pada penelitian ini menggunakan taraf kepercayaan 95
%(10).
2.15.5 Menyatakan Hasil Ahir
Hasil ahir suatu analisis kimia umumnya dinyatakan oleh rata-ratanya.
Tentu saja rata-ratanya yang dihitung setelah dilakukan analisis data mengenai
ada tidaknya data yang ditolak. Tetapi karena hasil analisis selalu mengandung
unsur kesalahan maka untuk menyatakan hasil ahir selalu mengandung unsur
kesalahan, selain disebutkan rata-ratanya disebutkan pula batas kesalahannya,
rumusnya sebagai berikut(10):
l.e =
Ket:
SD = standar deviasi.
N = frekuensi penetapan.
t = suatu harga yang besarnya tergantung pada drajat kebebasan dan taraf
kepercayaan.
20
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif karena data
penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan stastistik(20).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi
Penelitian ini dilakukan di laboratorium farmasi Institut Kesehatan
Helvetia.
3.2.2 Waktu
Penelitian ini dilakukan di bulan September 2018.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh tablet ketokonazol dosis
200 mg dari Farmyco (SANBE), Muzoral (PT. MOLEX AYUS), Ketokonazol
(OGB dexa), Omegzole (PT. MULTIFA), Mycoral (KALBE).
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah masing- masing 20 tablet ketokonazol
dosis 200 mg dari Farmyco (SANBE), Muzoral (PT. MOLEX AYUS),
Ketokonazol (OGB dexa), Omegzole (PT. MULTIFA), Mycoral (KALBE).
Penelitian ini tanpa ada membandingkan antara satu tempat dengan tempat yang
lainnya karena sampel dianggap homogen(21).
21
3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel secara random atau acak disebut random
sampling, dan sampel yang diperoleh disebut sampel random. Teknik random
sampling ini digunakan karena setiap unit atau anggota populasi ini di anggap
homogen(21).
3.5 Alat dan Bahan
3.5.1 Alat
Alat-alat yang digunakan sebagai berikut;
1. Spektrofotometer
2. HP Pro Desktop (Windows Xp Pro, Sofwere (UV- Solution )Vortex
3. Timbangan Analitik
4. Pipet Volume 0,5 mL, 1 mL, 2 mL, dan 5 mL
5. Labu Ukur ukuran 100 mL dan 10 mL
6. Lumpang
3.5.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Ketokonazol 200 mg p.a
2. Metanol p.a
3. Sampel penelitian ini adalah masing-masing sebanyak 20 tablet
Ketokonazol merek Farmyco (SANBE), Muzoral (PT. MOLEX AYUS),
Ketokonazol (OGB dexa), Omegzole (PT. MULTIFA), Mycoral
(KALBE).
22
3.6 Cara Kerja
Berikut ini adalah perosedur kerja penetapan kadar ketokonazol secara
spektrofotometri UV
3.6.1 Pembuatan Baku Pembanding 200 ppm
Baku pembanding Ketokonazol ditimbang berat bobot sebanyak 20
mg lalu dimasukan ke dalam labu ukur 100 mL lalu di paskan sampai tanda
dengan pelarut metanol sehingga kosentrasi baku menjadi 200 ppm(22).
3.6.2 Pengerusan Sampel
Masing- masing sampel ketokonazol sebanyak 20 tablet dosis 200 mg
ditimbang berat bobot rata-rata tablet lalu gerus didalam lumpang hingga menjadi
serbuk kemudian ambil sampel yang setara dengan dosis 20 mg(22).
3.6.3 Pembuatan Larutan Kurva Kalibrasi
Larutan induk baku pembanding Ketokonazol 200 ppm di encerkan
lagi hingga kosentrasinya menjadi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, dan 25
ppm(22).
3.6.4 Akurasi
Sampel Farmyco yang sudah dihaluskan lalu ditimbang setara dengan
20 mg lalu dilarutan kedalam labu ukur 100 mL dengan metanol sampai tanda
sehingga kosentrasi menjadi 200 ppm. Kemudian sampel diencerkan kedalam
labu ukur 50 mL dengan perlakuan akurasi 80 %, 100 %, 120 %. Dengan
perbandingan sampel + baku yaitu 80 % + 20 %(9).
a) Perlakuan Akurasi 80 %
23
Larutan sampel di pipet masing- masing sebanyak 3,2 mL sebanyak 2
kali lalu pada salah satu sampel ditambahkan baku sebanyak 0,8 mL dengan
kosentrasi 200 ppm diencerkan kedalam labu ukur 50 ml lalu diencerkan sampai
tanda. lalu ukur panjang kadarnya secara spektofotometri sebanyak 3 kali
pengulangan(9,22).
b) Perlakuan Akurasi 100 %
Larutan sampel di pipet masing- masing sebanyak 4.0 mL sebanyak 2
kali lalu pada salah satu sampel ditambahkan baku sebanyak 1,0 mL dengan
kosentrasi 200 ppm diencerkan kedalam labu ukur 50 ml lalu diencerkan sampai
tanda. lalu ukur panjang kadarnya secara spektofotometri sebanyak 3 kali
pengulangan(9,22).
c) Perlakuan Akurasi 120 %
Larutan sampel di pipet masing- masing sebanyak 4,8 mL sebanyak 2
kali lalu pada salah satu sampel ditambahkan baku sebanyak 1,2 mL dengan
kosentrasi 200 ppm diencerkan kedalam labu ukur 50 ml lalu diencerkan sampai
tanda. lalu ukur panjang kadarnya secara spektofotometri sebanyak 3 kali
pengulangan(9,22).
3.6.5 Presisi
Baku ketokonazol diambil sebanyak 5 mL lalu diencerkan dengan
metanol kedalam labu ukur ukuran 50 mL lalu dipaskan sampai tanda sehingga,
kosentrasi larutan menjadi 20 ppm. Lalu larutan diukur kadarnya secara
spektofotometri sebanyak 6 kali pengulangan(9).
24
3.6.6 Penetapan Kadar Sampel
Sampel ditimbang sebanyak 20 mg lalu dilarutkan kedalam metanol
hingga volume menjadi 100 mL sehingga kosentrasinya menjadi 200 ppm.
Selanjutnya larutan ketokonazol 200 ppm diencerkan kedalam labu ukur 10 ml
hingga kosentrasi menjadi 20 ppm pengenceran dilakukan dengan 6 kali
pengulangan. Kemudian hitung kadarnya pada alat 6 kali pengulangan(9).
3.6.7 Pembacaan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Ketokonazol
Standar dan Sampel
Ambil salah satu kurvet, isi kurvet dengan larutan ketokonazol hingga
penuh. Masukan kurvet kedalam alat Spektrofotometer UV-Vis lalu lihat panjang
gelombang serapan maksimumnya pada panjang gelombang 200-400 nm(10).
3.8 Pengumpulan Data
Data yang diperoleh berupa panjang gelombang serapan maksimum
dan absorbansinya dari setiap sampel. Kemudian hasil yang di peroleh akan
dihitung kadar dan di pindahkan ke dalam tabel.
3.9 Pengolahan Data
Data yang diolah berupa nilai absorbansi lalu di hitung kadarnya
berdasarkan dengan kurva kalibrasi dari bahan baku standar selanjutnya,
dilakukan pengambilan kesimpulan apakah kadar ketokonazol yang beredar di
pasaran sudah memenuhi syarat Farmakope Edisi IV dengan kadar 90 % - 110 %.
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Panjang Gelombang Maksimum
Hasil penentuan panjang gelombang maksimal dari baku Ketokonazol
dalam pelarut metanol sebagai berikut:
Gambar 4.1 Panjang Gelombang Serapan Maksimum Ketokonazol Dengan
Pelarut Metanol.
26
4.1.2 Kurva Kalibrasi
Hasil penentuan Kurva Kalibrasi dari baku Ketokonazol dalam pelarut
methanol sebagai berikut:
Gambar 4.2 Kurva Kalibrasi Ketokonazol dengan Pelarut Methanol.
4.1.3 Batas Deteksi dan Batas Kuantitas
Tabel 4.3 Hasil Penentuan Nilai Batas Deteksi Dan Batas Kuantitas Dengan
Persammaan Y = 0,044 + 0,018
No X Y
1 0 0 0,018 -0,018 0.000324
2 5 0.233 0.238 -0,005 0.000025
3 10 0.481 0.458 0.023 0.000529
4 15 0.679 0.678 0.001 0.000001
5 20 0.909 0.898 0.011 0.000121
6 25 1.103 1.118 -0.015 0.000225
∑ 0.001225
27
4.1.4 Akurasi
Tabel 4.1 Hasil Uji Akurasi Ketokonazol Tablet Pada Pelarut Methanol:
No Perlakuan
Akurasi
(%)
Kosentrasi
Sampel
(ppm)
Kosentrasi
Sampel + Baku
(ppm)
Kosentrasi baku
yang
ditambahkan
(ppm)
Rekovery
(%)
1 12,0 15,2 3,2 100,0
2 80 % 12,0 15,1 3,2 96,9
3 12,1 15,1 3,2 93,8
1 14,6 18,4 4,0 95,0
2 100 % 14,6 18,4 4,0 95,0
3 14,6 18,4 4,0 95,0
1 17,8 22,1 4,8 89,6
2 120 % 17,6 22,1 4,8 93,8
3 17,7 22,2 4,8 93,8
4.1.5 Presisi
Tabel 4.2 Hasil Uji Presisi Baku Ketokonazol Pada Pelarut Methanol:
No Kosentrasi (ppm) Kadar (%)
1 19,8 99,0
2 19,8 99,0
3 19,9 99,5
4 20,0 100,0
5 20,0 100,0
6 19,8 99,0
∑ 596,5 1,2
Rata-rata 99,4 0,2
28
4.1.6 Penetapan Kadar Sampel
Tabel 4.4 Hasil Penetapan Kadar Sampel Berdasarkan Tabel Harga Kritis t
No Merek Dagang Kosentasi
(ppm)
% Kadar Keterangan
1 18,2 90,7 Diterima
2 18,6 92,7 Diterima
3 Mycoral 18,3 91,2 Diterima
4 18,0 89,7 Diterima
5 19,5 97,2 Ditolak
6 19,4 96,7 Ditolak
1 18,1 90,8 Diterima
2 18,0 90,3 Ditolak
3 Omegzole 18,5 92,8 Diterima
4 18,6 93,3 Ditolak
5 18,5 92,8 Diterima
6 18,3 91,8 Diterima
1 19,1 92,6 Diterima
2 18,9 92,2 Ditolak
3 Ketokonazol 20,1 98,0 Diterima
4 20,3 99,0 Ditolak
5 19,6 95,6 Diterima
6 19,4 94,6 Diterima
1 18,4 91,7 Diterima
2 18,5 92,2 Ditolak
3 Farnyco 18,6 92,7 Diterima
4 18,8 93,7 Ditolak
5 18,5 92,2 Diterima
6 18,5 92.2 Diterima
1 21,3 103,6 Diterima
2 21,3 103,6 Diterima
3 Muzoral 19,7 95,9 Ditolak
4 18,9 92,0 Ditolak
5 20,6 100,2 Diterima
6 20,5 99,8 Diterima
29
4.2 Pembahasan
4.2.1 Panjang Gelombang Maksimum
Menurut Menurut Moffat (2004) dan Dibbren tahun (2002) Panjang
gelombang serapan maksimum Ketokonazol dengan pelarut metanol secara teoritis adalah
244 nm (11,12). Dalam penelitian ini, hasil pengukuran panjang gelombang
serapan maksimum Ketokonazol dengan menggunakan pelarut methanol adalah
220 nm. Sehingga pada penelitian ini, peneliti menggunakan panjang gelombang
serapan maksimum 220 nm. Penyebab terjadinya perbedaan panjang gelombang
pada penilitian ini disebabkan karena perbedaan kondisi alat, pelarut dan
pengguna.
4.2.2 Kurva Kalibrasi
Dilakukan pembuatan kurva kalibrasi menggunakan pelarut metanol
dengan kosentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm dengan panjang
gelombang 220 nm diperoleh nilai koefisien korelasi 0,999 sehingga persamaan
Kurva Kalibrasi diterima karena nilai koefisien korelasi lebih besar dari 0,98.
Hasil menunjukan adanya korelasi yang baik antara senyawa Ketokonazol dengan
pelarut methanol pada sistim Spektrofotometri UV. Nilai koefisien korelasi
merupakan indikator kualitas dari parameter linieritas. Bedasarkan hasil kurva
kalibrasi diperoleh persamaan regresi yaitu .
4.2.3 Batas Deteksi dan Batas Kuantitas
Batas deteksi adalah batas dimana kadar terkecil yang masih dapat
dideteksi oleh alat tetapi kadar zat belum dapat dikuantifikasi secara tepat. Batas
deteksi pada penelitian ini adalah 2,9 ppm. Batas kuantitas adala h batas dimana
30
alat mulai mendeteksi kadar zat tepat secara kuantitas, Batas kuantitas pada
penelitian ini adalah 9,7 ppm.
4.2.4 Akurasi
Persentase perolehan kembali Ketokonazol dengan pelarut metanol
pada akurasi 80 % yaitu dengan rentang 93,8 % - 100 %, pada akurasi 100 %
yaitu 95 %, pada akurasi 120 % yaitu 89,6 – 93,8. Semua data diterima karena
nilai % recoveri berada diantara 110 % - 80 %.
4.2.5 Presisi
Berdasarkan hasil perhitungan presisi diperoleh nilai % RSD sebesar
0,492 % maka nilai perhitungan presisi sangat baik karena nilai % RSD ≤ 6 %.
Dengan ini hasil dari penelitian ini memiliki kedekatan antara hasil analisis seri
pengukuran.
4.2.6 Penetapan Kadar Sampel
Berdasarkan data yang diperoleh berdasarkan Tabel Harga Kritis t
maka kadar rata-rata sampel yaitu Mycoral , Ketokonazol
, Omegzole, , Farmyco ,
Muzoral . Hal ini menunjukan berarti seluruh kadar rata-rata
seluruh sampel memenuhi persyaratan kadar yang tertera pada Farmakope
Indonesia Edisi IV berada pada persyaratan 90 % - 110 %.
31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pada penelitian ini validasi metode memenuhi syarat parameter uji
validasi yaitu dengan nilai koefisien korelasi diatas 0,98, % Recoveri
berada diantara 80 %-110 %, presisi berada %RSD ≤ 6 %.
2. Hasil dari penetapan kadar sampel yaitu Mycoral ,
Ketokonazol , Omegzole, , Farmyco
, Muzoral . Sehingga, semua sampel
Ketokonazol memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu
berada pada kadar 90 % - 110 %.
5.2 Saran
Disarankan untuk pengembangan ilmu pengetahuan selain
menggunakan pelarut metanol yang diperoleh melalui validasi metode yang
memenuhi syarat pada Ketokonazol dapat dilakukan juga dengan pelarut yang lain
dengan metode Spektrofotometri UV.
32
Daftar Pustaka
1. Peraturan Mentri Kesehatan No.73. Standar Pelayanan Farmasi di Apotik.
Jakarta; 2016
2. Kee, J.L. dan Evelyn R. Hayes. Farmakologi: Pendekatan Proses
Keperawatan. Jakarta: EGC; 1996.
3. Anonim ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia volume 47. Jakarta:
Penerbit PT.ISFI; 2012
4. Keputusan Mentri Kesehatan No.1997. Industri Farmasi. Jakarta; 2010.
5. Yogo Mohammad Reynalzi,dan Ridhawati. Pola Kepekaan Candida
albicans Terhadap Flukonazol dan Intrakonazol Secara In Vitro: Tinjauan
pada Bahan Klinik Laboratorium Mikrobiologi Departemen Parasitologi
FKUI Periode 2010-2011. Universitas Indonesia; 2013. http://lib.ui.ac.id/
diakses tanggal 12 mei 2018).
6. Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia.
No.HK04.1.33.12.11.09938. Kriteria dan Tatacara Penarikan Obat yang
Tidak Memenuhi Standar dan/atau Persyaratan. Jakarta; 2011
7. Priayambodo B. Dari Pengambilan Sampel Obat di Took-Toko Obat dan
Apotek Selama Tahun 2015 oleh Badan Pengawasan Obat dan Makan
(BPOM) 1-2 Persen Obat yang Beredar di Indonesia Adalah Obat Palsu.
Trimbun Jogja; 31 juli 2016 halaman 13.
8. Annisa S.H. Upaya Indonesia dalam Manangani Pemalsuan Obat Melalui
33
Member State Mechanism Tahun 2012-2016. Jornal of International
Relations; 3(1): 123-130; 2017
9. Harmita. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan cara perhitungannya.
Majalah Ilmu Kefarmasian. Cetakan Pertama.
10. Ganjar, G.I dan Rohman, A. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar :
Yogyakarta; 2007.
11. Clarke EGC. Isolation and identification of drugs in Pharmaceuticals, body
fluids, and post-mortem material. Vol. 3. The Pharmaceutical Press, 17
Bloomsbury Square, London WC1A2NN.; 2004.
12. Dibbern H-W, Muller RM, Wirbitzki E. UV and IR Spectra
Pharmaceutical Substances (UV and IR) and Pharmaceutical and Cosmetic
Excipients (IR). Editio Cantor; 2002.
13. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia. Edisi
IV. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan; 1995.
14. Popovska, O., Zoran K., dan Vesna R. Development and Validation of UV
Spectroscopic Method for Determination of Ketokonazol in
Pharmaceutical Formulation. Skopje: Cyril and Methodius University;
4(4); 95-101: 2014.
15. Bolton, S. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Trans. Siti Suyatmi. Ed.
Lachman L., Lieberman H.A. and Kanig J.L., Universitas Indonesia Press,
Jakarta;2008.
34
16. Keputusan Mentri Kesehatan RI No HK 02.02-068. Kewajiban
Menggunakan Obat Generik Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah.
Jakarta; 2010.
17. Tjay T.H. dan Raharjo. Obat - obat Penting Khasiat, Penggunaan dan
Efek- efek Sampingnya. Jakarta : Penerbit PT Elek Media
Komputindo;2002.
18. Hendayana S, Asep K., AA S., dan Asep S. Kimia Analitik Instrumen.
Semarang: IKPI; 1994.
19. Suprianto. Develoment of methods of Simultaneously Applying Mixing
Preservative And Colors In Syrup Esens by Using HPLC.
20. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta ; 2013.
21. Natoadmojo,S. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2005.
22. Erika Rosa Maria Kedor-Hackmann, Maria Ines Rocha Miritello Santoro,
Anil Kumar Singh, Andreia Cricco Peraro. Frist-derivative Ultraviolet
Spectrophotometric and High Performance Liquid Cheomatographic
Determination of Ketoconazole in Pharmaceutical Emulsions. Brazilian
Journal of Pharmaceutical Sciences: University of Sao Paulo; vol 42:
2006.
35
Lampiran 1. Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi
Data Kalibrasi Ketokonazol Secara Spektrofotometri UV
No Kosentrasi (ppm) Absorbansi (nm)
1 0 -0.007
2 2 0.233
3 10 0.481
4 15 0.679
5 20 0.909
6 25 1.103
Perhitungan persamaan Garis Regresi
a =
a =
a = 0,044
No X Y XY
1 0 0 0 0 0
2 5 0.233 1.165 25 0.054289
3 10 0.481 4.810 100 0.231361
4 15 0.679 10.815 225 0.461041
5 20 0.909 18.180 400 0.826281
6 25 1.103 27.575 625 1.216609
∑ 75 3.405 61.915 1375 2.789581
Rata -rata 12.5 0.568 10.319
36
Lampiran 1. Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi
(Lanjutan)
Sehingga persamaan regresinya adalah Y = 0.044 + 0.018
Perhitungan Koefisien Korelasi:
r =
r =
r =
r = 0.9990
37
Lampiran 2. Batas Deteksidan Batas Kuantitas
Perhitungan LOD dan LOQ persamaan Y =0,044x + 0,018
No X Y
1 0 0 0,018 -0,018 0.000324
2 5 0.233 0.238 -0,005 0.000025
3 10 0.481 0.458 0.023 0.000529
4 15 0.679 0.678 0.001 0.000001
5 20 0.909 0.898 0.011 0.000121
6 25 1.103 1.118 -0.015 0.000225
∑ 0.001225
Perhitungan simpang baku:
38
Lampiran 2. Batas Deteksidan Batas Kuantitas (Lanjutan)
Perhitungan batas deteksi:
Perhitungan Batas kuantitas:
39
Lampiran 3. PerhitunganBobot Tablet dan Kadar Tablet yang Dilarutkan
Perhitungan dosis yang ditimbang:
Dosis yang ditimbang =
Mycoral
Omegzole
Ketokonazol
Farmyco
Muzoral
No MerekObat Bobot 20
tablet (mg)
Bobot 1
tablet
(mg)
Bobot yang
ditimbang
(mg)
Dosis yang
ditimbang
1 Mycoral 6.866,7 343 34,4 20,06
2 Omegzole 6.137,4 307 30,6 19,93
3 Ketokonazol 6.249,1 312 32,0 20,51
4 Farmyco 6.474,6 324 32,5 20,06
5 Muzoral 5.068,6 253 26,0 20.05
40
Lampiran 4. Perhitungan (%) Kadar dari Konsentrasi
No Merek Dagang Kosentasi (ppm) % Kadar
1 18,2 90,7
2 18,6 92,7
3 Mycoral 18,3 91,2
4 18,0 89,7
5 19,5 97,2
6 19,4 96,7
1 18,1 90,8
2 18,0 90,3
3 Omegzole 18,5 92,8
4 18,6 93,3
5 18,5 92,8
6 18,3 91,8
1 19,1 92,6
2 18,9 92,2
3 Ketokonazol 20,1 98,0
4 20,3 99,0
5 19,6 95,6
6 19,4 94,6
1 18,4 91,7
2 18,5 92,2
3 Farnyco 18,6 92,7
4 18,8 93,7
5 18,5 92,2
6 18,5 92.2
1 20,3 98,8
2 20,2 98,3
3 Muzoral 19,7 95,9
4 18,9 92,0
5 20,7 100,7
6 20,6 100,2
41
Lampiran 4. Perhitungan (%) Kadar dari Konsentrasi (Lanjutan)
Contoh perhitungan kadar ( %):
Kadar (%) =
= × 100 %
= 90,7 %
42
Lampiran 5. Perhitungan Statistik Mycoral
Pada taraf kepercayaan 95 % dengan nilai α = 0,025, n = 6 ,dk = 5 dari tabel
distribusi t diperoleh t tabel = 2,5706
No Kadar %
1 90,7 -2,3 5,29
2 92,7 -0,3 0,09
3 91,2 -1,8 3,24
4 89,7 -3,3 10,89
5 97,2 4,2 17,64
6 96,7 3,7 13,69
∑ X = 558,2 = 50,84
43
Lampiran 5. Perhitungan Statistik Mycoral (Lanjutan)
data ditolak
data ditolak
Dari perhitungan diatas, didapat 2 data yang ditolak yaitu data ke-5 dan
ke-6 karena nilai maka perhitungan diulang kembali dengan tidak
menggunakan data yang ditolak.
44
Lampiran 5. Perhitungan Statistik Mycoral (Lanjutan)
Pada taraf kepercayaan 95 % dengan nilai α = 0,025, n = 4 ,dk = 3 dari tabel
distribusi t diperoleh t tabel = 3,1824
No Kadar %
1 90,7 -0,4 0,16
2 92,7 1,6 2,56
3 91,2 0,1 0,01
4 89,7 -1,4 1,96
∑ X = 364,3 = 4,69
45
Lampiran 5. Perhitungan Statistik Mycoral (Lanjutan)
Dari hasil perhitungan diatas, diperoleh semua , maka semua data
diterima ada taraf kepercayaan 95 % sehingga kadar rata-rata ketokonazol adalah:
)
46
Lampiran 6. Perhitungan Statistik Ketokonazol
Pada taraf kepercayaan 95 % dengan nilai α = 0,025, n = 6 ,dk = 5 dari tabel
distribusi t diperoleh t tabel = 2,5706
data ditolak
data ditolak
No Kadar %
1 92,6 -2,7 7,29
2 92,2 -3,1 9,61
3 98 2,7 7,29
4 99 3,7 13,69
5 95,6 0,3 0.09
6 94,6 -0,7 0,49
∑ X = 572,0 = 38,46
47
Lampiran 6. Perhitungan Statistik Ketokonazol (Lanjutan)
Dari perhitungan diatas, didapat 2 data yang ditolak yaitu data ke-2 dan ke-4
karena nilai maka perhitungan diulang kembali dengan tidak
menggunakan data yang ditolak
48
Lampiran 6. Perhitungan Statistik Ketokonazol (Lanjutan)
Pada taraf kepercayaan 95 % dengan nilai α = 0,025, n = 4 ,dk = 3 dari table
distribusi t diperoleh t tabel = 3,1824
No Kadar %
1 92,6 -2,6 6.76
3 98 2,8 7,84
5 95,6 0,4 0,16
6 94,6 -0,6 0,36
∑ X = 380,8 = 15,12
49
Lampiran 6. Perhitungan Statistik Ketokonazol (Lanjutan)
Dari hasil perhitungan diatas, diperoleh semua , maka semua data
diterima ada taraf kepercayaan 95 % sehingga kadar rata-rata ketokonazol adalah:
)
50
Lampiran 7. Perhitungan Statistik Omegzole
No Kadar %
1 90,8 -1,2 1,44
2 90,3 -1,7 2,89
3 92,8 0,8 0,64
4 93,3 1,3 1,69
5 92,8 0,8 0,64
6 91,8 -0,2 0,04
∑ X = 551,8 = 7,34
51
Lampiran 7. Perhitungan Statistik Omegzole (Lanjutan)
Pada taraf kepercayaan 95 % dengan nilai α = 0,025, n = 6 ,dk = 5 dari tabel
distribusi t diperoleh t tabel = 2,5706
data ditolak
2,6262 data ditolak
Dari perhitungan diatas, didapat 2 data yang ditolak yaitu data ke-2 dan ke-4
karena nilai maka perhitungan diulang kembali dengan tidak
menggunakan data yang ditolak.
52
Lampiran 7. Perhitungan Statistik Omegzole (Lanjutan)
Pada taraf kepercayaan 95 % dengan nilai α = 0,025, n = 4 , dk = 3 dari tabel
distribusi t diperoleh t tabel = 3,1824
data ditolak
No Kadar %
1 90,8 -1,2 1,44
3 92,8 0,8 0,64
5 92,8 0,8 0,64
6 91,8 -0,2 0,04
∑ X = 368,2 = 2,76
53
Lampiran 7. Perhitungan Statistik Omegzole (Lanjutan)
Dari hasil perhitungan diatas, diperoleh semua , maka semua data
diterima ada taraf kepercayaan 95 % sehingga kadar rata-rata ketokonazol adalah:
)
54
Lampiran 8. Perhitungan Statistik Farmyco
Pada taraf kepercayaan 95 % dengan nilai α = 0,025, n = 6 ,dk = 5 dari tabel
distribusi t diperoleh t tabel = 2,5706
data ditolak
data ditolak
No Kadar %
1 91,7 -0,8 0,64
2 92,2 -0,3 0,09
3 92,7 0,2 0,04
4 93,7 1,2 1,44
5 92,2 -0,3 0,09
6 92,2 -0,3 0,09
∑ X = 554,7 = 2,39
55
Lampiran 8. Perhitungan Statistik Farmyco (Lanjutan)
Dari perhitungan diatas, didapat 2 data yang ditolak yaitu data ke-1 dan ke-4
karena nilai maka perhitungan diulang kembali dengan tidak
menggunakan data yang ditolak.
56
Lampiran 8. Perhitungan Statistik Farmyco (Lanjutan)
Pada taraf kepercayaan 95 % dengan nilai α = 0,025, n = 4 ,dk = 3 dari tabel
distribusi t diperoleh t tabel = 3,1824
No Kadar %
2 92,2 -0,1 0,01
3 92,7 0,4 0,16
5 92,2 -0,1 0,01
6 92,2 -0,1 0,01
∑ X = 369,3 = 0,19
57
Lampiran 8. Perhitungan Statistik Farmyco (Lanjutan)
Dari hasil perhitungan diatas, diperoleh semua , maka semua data
diterima ada taraf kepercayaan 95 % sehingga kadar rata-rata ketokonazol adalah:
)
58
Lampiran 9. Perhitungan Statistik Muzoral
Pada taraf kepercayaan 95 % dengan nilai α = 0,025, n = 6 ,dk = 5 dari tabel
distribusi t diperoleh t tabel = 2,5706
data ditolak
No Kadar %
1 98,8 1,2 1,44
2 98,3 0,7 0,49
3 95,9 -1,7 2,89
4 92,0 -5,6 31,36
5 100,7 3,1 9,61
6 100,2 2,6 6,76
∑ X = 585,9 = 52,55
59
Lampiran 9. Perhitungan Statistik Muzoral (Lanjutan)
Dari perhitungan diatas, didapat 1 data yang ditolak yaitu data ke-4 karena nilai
maka perhitungan diulang kembali dengan tidak menggunakan
data yang ditolak.
60
Lampiran 9. Perhitungan Statistik Muzoral (Lanjutan)
Pada taraf kepercayaan 95 % dengan nilai α = 0,025, n = 5 ,dk = 4 dari tabel
distribusi t diperoleh t tabel = 2,7765
data ditolak
No Kadar %
1 98,8 0 0
2 98,3 -0,5 0,25
3 95,9 -2,9 8,41
5 100,7 1,9 3,61
6 100,2 1,4 1,96
∑ X = 493,9 = 14,23
61
Lampiran 9. Perhitungan Statistik Muzoral (Lanjutan)
Dari perhitungan diatas, didapat 1 data yang ditolak yaitu data ke-3 karena nilai
maka perhitungan diulang kembali dengan tidak menggunakan
data yang ditolak.
62
Lampiran 9. Perhitungan Statistik Muzoral (Lanjutan)
Pada taraf kepercayaan 95 % dengan nilai α = 0,025, n = 4 ,dk = 3 dari tabel
distribusi t diperoleh t tabel = 3,1824
No Kadar %
1 98,8 -0,7 0,49
2 98,3 -1,2 1,44
5 100,7 1,2 1,44
6 100,2 1 1
∑ X = 398 = 4,37
63
Lampiran 9. Perhitungan Statistik Muzoral (Lanjutan)
Dari hasil perhitungan diatas, diperoleh semua , maka semua data
diterima ada taraf kepercayaan 95 % sehingga kadar rata-rata ketokonazol adalah:
)
64
Lampiran 10. Perhitungan Presisi Baku
No Kosentrasi (ppm) Kadar (%)
1 19,8 99,0
2 19,8 99,0
3 19,9 99,5
4 20,0 100,0
5 20,0 100,0
6 19,8 99,0
Contoh perhitungan kadar baku ( %):
Kadar (%) =
= × 100 %
= 99,0 %
65
Lampiran 10. Perhitungan Presisi Baku (Lanjutan)
Perhitungan simpang baku Ketokonazol sebagai berikut:
Perhitungan simpang baku relatif (% RSD) atau Koefisien variasi Ketokonazol
sebagai berikut:
% RSD = x 100 %
No Kadar %
1 99,0 -0,4 0,16
2 99,0 -0,4 0,16
3 99,5 0,1 0,01
4 100,0 0,6 0,36
5 100,0 0,6 0,36
6 99,0 -0,4 0,16
∑ 596,5 1,2
Rata-rata 99,4 0,2
66
Lampiran 11. Perhitungan Nilai Akurasi dan Nilai Recovery
No Perlakuan
Akurasi
(%)
Kosentrasi
Sampel
(ppm)
Kosentrasi
Sampel + Baku
(ppm)
Kosentrasi baku
yang
ditambahkan
(ppm)
Rekovery
(%)
1 12,0 15,2 3,2 96,9
2 80 % 12,0 15,1 3,2 93,8
3 12,1 15,2 3,2 93,8
1 14,6 18,4 4,0 95,0
2 100 % 14,6 18,4 4,0 95,0
3 14,6 18,4 4,0 95,0
1 17,8 22,1 4,8 89,6
2 120 % 17,6 22,1 4,8 93,8
3 17,7 22,2 4,8 93,8
Contoh perhitungan nilai Recovery sebagai berikut:
% Recovery =
67
Lampiran 11. Perhitungan Nilai Akurasi dan Nilai Recovery (Lanjutan)
Perhitungan kosentrasi analit yang ditambahkan:
Akurasi 80%
Akurasi 100%
Akurasi 120%
68
Lampiran 12. Gambar Panjang Gelombang Serapan Maksimum
69
Lampiran 13. Gambar Kurva Kalibrasi
70
Lampiran 14. Gambar Parsisi Sampel
71
Lampiran 15. Gambar % Akuras 80% Sampel
72
Lampiran 16. Gambar % Akurasi 80% Sampel + Baku
73
Lampiran 17. Gambar % Akurasi 100% Sampel
74
Lampiran 18. Gambar % Akurasi 100% Sampel + Baku
75
Lampiran 19. Gambar % Akurasi 120% Sampel
76
Lampiran 20. Gambar % Akurasi 120% Sampel + Baku
77
Lampiran 21. Gambar Sampel Mycoral
78
Lampiran 22. Gambar Sampel Omegzole
79
Lampiran 23. Gambar Sampel Ketokonazol
80
Lampiran 24. Gambar Sampel Muzoral
81
Lampiran 25. Gambar Sampel Farmyco
82
Lampiran 26. Lembar Bimbingan
83
Lampiran 26. Lembar Bimbingan (Lanjutan)
84
Lampiran 27. Gambar Surat Izin Penelitian Lab
85
Lampiran 28. Gambar Surat Izin Penelitian Kimia Farma
86
Lampiran 28. Gambar Surat Izin Penelitian Kimia Farma (Lanjutan)
87
Lampiran 29. Gambar Surat Balasan Kimia Farma
88
Lampiran 30. Gambar Sertifikat Analisis Ketokonazol
89
Lampiran 31. Gambar Hasil Penelitian
90
Lampiran 31. Gambar Hasil Penelitian (Lanjutan)
91
Lampiran 32 Tabel Harga Kritis t