Urban Heritage Management

download Urban Heritage Management

of 18

Transcript of Urban Heritage Management

  • 8/15/2019 Urban Heritage Management

    1/18

    1

  • 8/15/2019 Urban Heritage Management

    2/18

     

    2

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya

    sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan mata kuliah Manajemen Kota yang

    berjudul “ Urban Heritage Management” .

    Selama proses penulisan laporan ini banyak mendapatkan bantuan dari pihak-pihak lain

    sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan optimal. Pada Kesempatan ini penulis

    menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

    penyusunan tugas ini yaitu:

    -  Dr. Ing. Ir. Haryo Sulistyarso Sebagai dosen mata kuliah Manajemen Kota yang telah

    membimbing kami dalam menyelesaikan laporan ini serta memberikan ilmu dan

    saran yang sangat bermanfaat;

    -  Putu Gde Ariastita, ST., MT, Sebagai dosen mata kuliah Manajemen Kota yang telah

    membantu kami dan memberikan banyak masukan dan saran yang bermanfaat

    dalam menyelesaikan tugas ini;

    Serta semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian tugas ini yang

    tidak dapat disebutkan satu per satu.

    Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan pembaca.

    Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik

    dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata kami ucapkan

    terimakasih.

    Surabaya, 29 Februari 2016

    Tim Penulis

  • 8/15/2019 Urban Heritage Management

    3/18

     

    3

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ......................................................................................................................................................................... 2 

    DAFTAR ISI ............................................................................................................................................................................................. 3 

    1  BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................................................... 5 

    1.1  Latar Belakang .............................................................................................................................................................. 5 

    1.2  Tujuan Penulisan ......................................................................................................................................................... 5 

    1.3  Sistematika Pembahasan ..................................................................................................................................... 5 

    2  BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................................................................... 7 

    2.1 

    Cagar Budaya / Urban Heritage .................................................................................................................... 7 

    2.1.1  Definisi Cagar Budaya ........................................................................................................................................ 7 

    2.1.2  Kebijakan Cagar Budaya di Indonesia .................................................................................................. 7 

    2.1.3  Jenis-jenis Cagar Budaya ............................................................................................................................... 7 

    2.2  Pengelolaan Cagar Budaya / Urban Heritage Management ................................................. 8 

    2.2.1  Definisi Urban Heritage Management .................................................................................................. 8 

    2.2.2  Upaya Urban Heritage Management .................................................................................................... 8 

    2.2.3 

    Peran dalam Urban Heritage Management ................................................................................. 10 

    2.2.4  Masalah dalam Urban Heritage Management ........................................................................... 10 

    2.3  Pengelolaan Cagar Budaya di Kota Surabaya .................................................................................. 11 

    2.3.1  Cagar Budaya di Kota Surabaya .............................................................................................................. 11 

    2.3.2  Tahapan Pelestarian Cagar Budaya di Kota Surabaya.......................................................... 12 

    2.3.3  Kriteria Cagar Budaya di Kota Surabaya ........................................................................................... 12 

    2.3.4  Penggolongan Cagar Budaya di Kota Surabaya ....................................................................... 14 

    2.4  Studi Kasus ............. ............. ............. ............. ............. .............. ............. ............. ............. ............. ............. .............. ....... 15 

    3  BAB III DISKUSI ...................................................................................................................................................................... 17 

    BAB IV PENUTUP ............................................................................................................................................................... 18 

    4.1  Kesimpulan ................................................................................................................................................................... 18 

    4.2 

    Rekomendasi............................................................................................................................................................... 18 

  • 8/15/2019 Urban Heritage Management

    4/18

     

    4

  • 8/15/2019 Urban Heritage Management

    5/18

     

    5

    1  BAB I PENDAHULUAN

    1.1  Latar Belakang

    Cagar Budaya merupakan kekayaan bangsa yang penting artinya bagi pemahaman dan

    pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, sehingga perlu di lindungi

    dan di lestarikan demi pemupukan kesadaran jati diri bangsa, daerah dan kepentingan

    nasional. Pentingnya perlindungan dan pelestarian warisan budaya dan sejarah ini juga

    menjadi kebutuhan dan tuntutan masyarakat internasional. Pelestarian dalam konteks ini

    tidak hanya sebatas memberikan perlindungan saja tetapi juga melakukan

    pengembangan dan pemanfaatan yang pada akhirnya dapat memberikan peranan dalam

    memperkuat pengamalan Pancasila, memperkuat kepribadian bangsa, daerah dan

    kebanggaan nasional, memperkukuh persatuan bangsa, meningkatkan kualitas hidup

    serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai arah kehidupan bangsa. Usaha ini

    tidaklah cukup apabila tidak disertai dengan kerja sama berbagai pihak. Oleh sebab itu

    keterlibatan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah serta peran masyarakat sangat penting

    dalam pelestarian cagar budaya. Selain itu untuk mewujudkan pelestarian warisan budaya

    perlu diterapkan sistem pengelolaan yang efisien dan mampu meningkatkan potensi

    serta menjadi solusi dari permasalahan cagar budaya yang sekarang ini banyak ditemui.

    Maka dari itu, pada makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai seperti apa sistem

    pengelolaan cagar budaya ditinjau dari kebijakan yang ada, jenis-jenis upaya yang

    mungkin dilakukan, serta penerapannya di Indonesia.

    1.2  Tujuan Penulisan

    -  Memahami konsepsi pengelolaan cagar budaya dan mengenal kasus-kasus terkait

    urban heritage management.

    Mahasiswa memahami berbagai strategi penanganan permasalahan cagar budaya

    -  Mahasiswa dapat menyusun usulan penanganan permasalahan cagar budaya

    1.3 

     Sistematika Pembahasan

    BAB I PENDAHULUAN: Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang, tujuan, manfaat, dan

    sistematika penulisan makalah.

    BAB II PEMBAHASAN: Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengelolaan cagar budaya

    / urban heritage management dimulai dari penjelasan cagar budaya, pengelolaan cagarbudaya, praktik pengelolaan di Kota Surabaya, dan studi kasus.

  • 8/15/2019 Urban Heritage Management

    6/18

     

    6

    BAB III DISKUSI: Pada bab ini akan dijelaskan mengenai proses diskusi mengenai urban

    heritage management selama presentasi dilakukan.

    BAB IV: PENUTUP: Pada bab ini akan dijelaskan kesimpulan dan rekomendasi dari

    pembahasan urban heritage management secara keseluruhan.

  • 8/15/2019 Urban Heritage Management

    7/18

     

    7

    2  BAB II PEMBAHASAN

     2.1  Cagar Budaya / Urban Heritage

     2.1.1  Definisi Cagar Budaya

    Menurut UU No 11 Tahun 2010, cagar budaya adalah warisan budaya berupa benda cagar

    budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan

    cagar budaya baik di darat maupun di dalam air cagar budaya perlu di lestarikan

    keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan,

    agama, dan atau kebudayaan melalui proses penetapan.

    Menurut UNESCO, cagar budaya adalah sekelompok bangunan yang berhubunganmaupun terpisah, baik secara arsitektural, homogenitas, atau lokasinya yang memiliki nilai

    lebih dilihat dari sudut pandang sejarah, seni, maupun budaya.

     2.1.2  Kebijakan Cagar Budaya di Indonesia

    Pada awalnya peraturan mengenai pelestarian warisan/cagar budaya diatur dalam UU

    No. 5 Tahun 1992 Tentang Cagar Budaya. Namun seiring berjalannya waktu kebijakan

    tersebut dinilai sudah tidak bisa lagi memenuhi tuntutan pelestarian warisan budaya yang

    terus terancam oleh pembangunan yang tidak lagi memperhatikan nilai budaya dan dapat

    menghilangkan jati diri bangsa dan daerah. Sehingga pada tanggal 24 November 2010

    lahirlah undang-undang baru yaitu UU No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya untuk

    menciptakan tatanan yang baru dalam usaha pemerintah untuk melestarikan warisan

    budaya bangsa ini. Dengan disahkannya undang-undang tersebut dapat terlihat

    bagaimana keseriusan pemerintah dalam melestarikan warisan budaya dengan

    membentuk payung hukum yang jelas dan pasti.

    Adapun selain undang-undang tersebut, masing-masing daerah juga memiliki ketentuan

    dan peraturan terkait cagar budayanya masing-masing. Hal ini dikarenakan masing-

    masing cagar budaya di setiap daerah memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda

    sehingga cara penanganan dan pengelolaannya pun tidak bisa diseragamkan.

     2.1.3   Jenis-jenis Cagar Budaya

    Cagar budaya memiliki bentuk dan jenis yang beragam. Adapun dibawah ini adalah

    beragam jenis-jenis cagar budaya:

  • 8/15/2019 Urban Heritage Management

    8/18

     

    8

    Benda cagar budaya adalah benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik

    bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan kelompok, atau bagian-

    bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan

    dan sejarah perkembangan manusia.

    -  Bangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau

    benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau

    tidak berdinding, dan beratap.

    -  Struktur cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam

    dan/atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan yang

    menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana untuk menampung kebutuhan

    manusia.

    Situs cagar budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yangmengandung benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, dan/atau struktur

    cagar budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu.

    Kawasan / lingkungan cagar budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki

    dua situs cagar budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau

    memperlihatkan ciri tata runag yang khas.

     2.2  Pengelolaan Cagar Budaya / Urban Heritage Management

     2.2.1 

    Definisi Urban Heritage Management

    Pengelolaan adalah upaya terpadu untuk melindungi, mengembangkan, dan

    memanfaatkan Cagar Budaya melalui kebijakan pengaturan perencanaan, pelaksanaan,

    dan pengawasan untuk sebesarbesarnya kesejahteraan rakyat.

    Adapun tujuan dari pelestarian cagar budaya yaitu:

    melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia;

    -  meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui cagar budaya;

    -  memperkuat kepribadian bangsa;

    meningkatkan kesejahteraan rakyat

    -  mempromosikan warisan budaya bangsa kepada masyarakat internasional.

     2.2.2  Upaya Urban Heritage Management

    Pengelolaan cagar budaya dilakukan melalui beberapa upaya diantaranya adalah:

    pelestarian, pemanfaatan, perbanyakan, perlindungan dan pengembangan.

    Pelestarian

  • 8/15/2019 Urban Heritage Management

    9/18

     

    9

    Pengelolaan adalah upaya terpadu untuk melindungi, mengembangkan, dan

    memanfaatkan Cagar Budaya melalui kebijakan pengaturan perencanaan,

    pelaksanaan, dan pengawasan untuk sebesarbesarnya kesejahteraan rakyat.

    Pemanfaatan

    Pemanfaatan adalah pendayagunaan cagar budaya untuk kepentingan sebesar-

    besarnya kesejahteraan rakyat dengan tetap mempertahankan kelestariannya

    Perbanyakan

    Perbanyakan adalah kegiatan duplikasi terhadap benda cagar budaya, bangunan

    cagar budaya, atau struktur cagar budaya, baik seluruh maupun bagian – 

    bagiannya, untuk menunjang publikasi benda cagar budaya, bangunan cagar

    budaya, atau struktur cagar budaya, keluar daerah

    PerlindunganPelindungan adalah upaya mencegah dan menanggulangi dari kerusakan,

    kehancuran, atau kemusnahan dengan cara Penyelamatan, Pengamanan, Zonasi,

    Pemeliharaan, dan Pemugaran Cagar Budaya.

    Beberapa hal yang dilakukan untuk upaya perlindungan di antara lain:

    Penyelamatan adalah upaya menghindarkan dan/atau menanggulangi Cagar

    Budaya dari kerusakan, kehancuran, atau kemusnahan.

    Pengamatan adalah upaya menjaga dan mencegah Cagar Budaya dari ancaman

    dan/atau gangguan.

    Zonasi adalah penentuan batas-batas keruangan Situs Cagar Budaya dan Kawasan

    Cagar Budaya sesuai dengan kebutuhan.

    Pemeliharaan adalah upaya menjaga dan merawat agar kondisi fisik Cagar Budaya

    tetap lestari.

    Pemugaran adalah upaya pengembalian kondisi fisik Benda Cagar Budaya,

    Bangunan Cagar Budaya, dan Struktur Cagar Budaya yang rusak sesuai dengan

    keaslian bahan, bentuk, tata letak, dan/atau teknik pengerjaan untuk

    memperpanjang usianya. 

    -  Pengembangan

    Pengembangan adalah peningkatan potensi nilai, informasi, dan promosi Cagar

    Budaya serta pemanfaatannya melalui Penelitian, Revitalisasi, dan Adaptasi secara

    berkelanjutan serta tidak bertentangan dengan tujuan pelestarian.

    Penelitian adalah kegiatan ilmiah yang dilakukan menurut kaidah dan metode yang

    sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan bagi kepentingan

    Pelestarian Cagar Budaya, ilmu pengetahuan, dan pengembangan kebudayaan.

  • 8/15/2019 Urban Heritage Management

    10/18

     

    10

    Revitalisasi adalah kegiatan pengembangan yang ditujukan untuk menumbuhkan

    kembali nilai-nilai penting Cagar Budaya dengan penyesuaian fungsi ruang baru

    yang tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian dan nilai budaya masyarakat.

    Adaptasi adalah upaya pengembangan Cagar Budaya untuk kegiatan yang lebih

    sesuai dengan kebutuhan masa kini dengan melakukan perubahan terbatas yang

    tidak akan mengakibatkan kemerosotan nilai pentingnya atau kerusakan pada

    bagian yang mempunyai nilai penting.

     2.2.3  Peran dalam Urban Heritage Management

    Adapun dalam pelaksanaan urban heritage management tidak terlepas dari peran-peran

    beberapa pihak diantaranya: pemerintah dan masyarakat pemilik cagar budaya.

    Adapun peran pemerintah dalam urban heritage management yaitu:

    Cagar budaya yang ditelantarkan pemiliknya dapat dikuasai oleh negara

    -  Melakukan perlindungan pengembangan dan pemanfaatan cagar budaya

    -  Menyediakan dana cadangan penyelamatan cagar budaya dalam keadaan darurat

    -  Bertanggungjawab terhadap pengawasan pelestarian cagar budaya

    -  Memfasilitasi pengelolaan kawasan cagar budaya

    -  Mengalokasikan pendanaan pelestarian cagar budaya

    Adapun peran masyarakat pemilik cagar budaya yaitu:

    -  Wajib menjaga dan merawat cagar budaya dari pencurian, pelapukan, atau

    kerusakan baru

    -  Wajib melakukan pengamanan

    -  Wajib memelihara cagar budaya yang dimiliki dan dikuasainya

     2.2.4  Masalah dalam Urban Heritage Management

    Dalam pelaksanaannya, tentunya masih ditemukan masalah dalam urban heritage

    management. Adapun masalah-masalah yang sering muncul dalam pelestarian cagar

    budaya yaitu:

    -  Konsep pelestarian kawasan cagar budaya belum dipahami masyarakat luas

    -  Penggusuran bangunan cagar budaya di perkotaan

    -  Pembangunan selalu dikatakan menggantikan yang lama

    Alih fungsi yang tidak sesuai

    -  Penegakan dan perlindungan hukum masih lemah

  • 8/15/2019 Urban Heritage Management

    11/18

     

    11

    Masih terdapat beberapa wilayah yang belum memiliki regulasi pengelolaan

    kawasan cagar budaya

    -  Belum ada pengelolaan yang terpadu antar stakeholders 

    Sebagai kawasan lindung tidak masuk dalam RTRW

    -  Belum ada valuasi dan evaluasi untuk pengembangan dan pemanfaatan

     2.3  Pengelolaan Cagar Budaya di Kota Surabaya

     2.3.1  Cagar Budaya di Kota Surabaya

    Cagar budaya pada masing-masing daerah memiliki karakteristik dan jenis yang beragam.

    Maka dari itu, karena keberagamannya pengelolaan cagar budaya yang dilakukan pada

    tiap daerah tentu berbeda. Setiap pemerintah daerah memberlakukan kebijakannya

    masing-masing dalam pengelolaan cagar budaya pada daerahnya.

    Di Kota Surabaya sendiri pengelolaan cagar budaya diatur di dalam Peraturan Daerah No

    5 Tahun 2005 Tentang Pelestarian Bangunan dan/atau Lingkungan Cagar Budaya. Pada

    peraturan ini diatur mengenai cagar budaya berupa bangunan dan/atau lingkungan yang

    terdapat di Kota Surabaya. Peraturan hanya dibatasi pada pelestarian

    bangunan/lingkungan cagar budaya saja dikarenakan di Kota Surabaya hanya terdapat

    kedua jenis cagar budaya tersebut.

    Adapun pelestarian bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya bertujuan untuk:

    -  mempertahankan keaslian bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya yang

    mengandung nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan;

    -  melindungi dan memelihara bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya dari

    kerusakan yang disebabkan oleh tindakan manusia maupun proses alam;

    -  memanfaatkan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya sebagai kekayaan

    budaya untuk dikelola sebaik-baiknya demi kepentingan dan citra kota serta tujuan

    wisata.

    Adapun sasaran pelestarian bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya adalah:

    -  meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemilik akan pentingnya pelestarian,

    perlindungan, dan pemeliharaan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya;

    -  memberikan dorongan dan dukungan kepada masyarakat untuk berperan serta

    dalam upaya pelestarian, perlindungan, pemeliharaan dan pemanfaatan terhadap

    potensi bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya untuk kepentingan sejarah,

    pengetahuan, kebudayaan, sosial, dan ekonomi.

  • 8/15/2019 Urban Heritage Management

    12/18

     

    12

     2.3.2  Tahapan Pelestarian Cagar Budaya di Kota Surabaya

    Adapun tahapan pelestarian dan pengelolaan cagar budaya di Kota Surabaya secara

    administratif adalah sebagai berikut:

    a. 

    Tahap Inventarisasi

    Inventarisasi dilakukan pada bangunan dan/atau lingkungan yang ditetapkan

    dalam rapat kerja di awal tahun. Bangunan cagar budaya yang akan diinventaris

    tersebut berdasarkan laporan dari masyarakat yang peduli atau tokoh-tokoh

    masyarakat yang memiliki perhatian lebih pada pelestarian cagar budaya.

    b.  Tahap Penelitian

    Setelah proses inventarisasi status bangunan/lingkungan cagar budaya tersebut

    status bangunan akan menjadi “diduga”. Status tersebut akan ber laku sampai

    dilakukan penelitian lebih lanjut oleh Tim Cagar Budaya dan BP3 (Balai Pelestarian

    Peninggalan Purbakala) tingkat daerah menurut kritertia tertentu cagar budaya.

    Setelah penelitian tersebut statusnya akan menjadi “Bangunan atau Lingkungan

    Cagar Budaya” jika pemilik bangunan tersebut setuju, jika tidak maka status

    bangunan akan tetap pada status “diduga” cagar budaya dan proses akan berhenti

    sampai disitu.

    c. 

    Tahap Pendaftaran

    Bangunan/lingkungan cagar budaya yang sudah mendapatkan status selanjutnyaakan dilakukan pendaftaran sebagai bangunan/lingkungan cagar budaya.

    d. 

    Tahap Penggolongan

    Setelah dilakukan pendaftaran, maka akan dilakukan penelitian lanjutan untuk

    menggolongan masing-masing bangunan/lingkungan cagar budaya ke dalam

    golongan berdasarkan pertimbangan atau kriteria tertentu. Penggolongan ini

    bertujuan agar mempermudah penanganan dan pengelolaan

    bangunan/lingkungan cagar budaya sesuai kondisi eksistingnya secara

    berkelompok.

     2.3.3  Kriteria Cagar Budaya di Kota Surabaya

    Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa cagar budaya di Kota Surabaya hanya

    terdapat dua jenis yaitu: bangunan dan lingkungan/kawasan. Adapun kriteria penentuan

    masing-masing bangunan maupun lingkungan cagar budaya berbeda.

    Penentuan bangunan cagar budaya ditetapkan berdasarkan kriteria: umur, estetika,

    kejamakan, kelangkaan, nilai sejarah, memperkuat kawasan, keaslian, keistimewaan,

    dan/atau tengeran.

  • 8/15/2019 Urban Heritage Management

    13/18

     

    13

    Adapun tolak ukur dari kriteria bangunan cagar budaya sebagaimana yang dimaksud

    dalam kriteria diatas adalah:

    -  umur berkenaan dengan batas usia bangunan cagar budaya sekurang-kurangnya

    50 (lima puluh) tahun;-  estetika berkenaan dengan aspek rancangan arsitektur yang menggambarkan

    suatu zaman dan gaya/langgam tertentu;

    kejamakan berkenaan dengan bangunan-bangunan, atau bagian dari kota yang

    dilestarikan karena mewakili kelas atau jenis khusus bangunan yang cukup

    berperan;

    kelangkaan berkenaan dengan jumlah yang terbatas dari jenis atau fungsinya, atau

    hanya satu-satunya di lingkungan atau wilayah tertentu;

    nilai sejarah berkenaan dengan peristiwa dan/atau perkembangan kota Surabaya,

    nilai-nilai kepahlawanan, peristiwa kejuangan bangsa Indonesia, ketokohan, politik,

    sosial, budaya, serta nilai arsitektural yang menjadi simbol nilai kesejarahan pada

    tingkat nasional dan/atau daerah;

    -  memperkuat kawasan berkenaan dengan bangunan-bangunan dan/atau bagian

    kota yang karena potensi dan/atau keberadaannya dapat mempengaruhi serta

    sangat bermakna untuk meningkatkan kualitas dan citra lingkungan di sekitarnya;

    -  keaslian berkenaan dengan tingkat perubahan dari bangunan cagar budaya baik

    dari aspek struktur, material, tampang bangunan maupun sarana dan prasarana

    lingkungannya.

    Penentuan lingkungan cagar budaya ditetapkan berdasarkan kriteria: umur, keaslian, nilai

    sejarah, kelangkaan, dan/atau ilmu pengetahuan.

    Adapun tolak ukur dari kriteria lingkungan cagar budaya sebagaimana yang dimaksud

    dalam kriteria diatas adalah:

    umur berkenaan dengan usia lingkungan terbangun, paling sedikit seusia

    bangunan yang telah ditetapkan atau diduga sebagai bangunan cagar budaya;

    keaslian adalah keberadaan lingkungan cagar budaya yang masih asli, baik

    lengkap maupun tidak lengkap;

    nilai sejarah berkenaan dengan peristiwa perubahan dan/atau perkembangan

    kota Surabaya, nilai-nilai kepahlawanan, peristiwa kejuangan bangsa Indonesia,

    ketokohan, politik, sosial, budaya yang menjadi simbol nilai kesejahteraan pada

    tingkat nasional dan/atau daerah untuk memperkuat jati diri bangsa;

  • 8/15/2019 Urban Heritage Management

    14/18

     

    14

    kelangkaan berkenaan dengan tatanan tapak atau lingkungan yang jarang

    ditemukan;

    -  ilmu pengetahuan, berkenaan dengan ilmu dan pengetahuan yang berkaitan

    dengan lingkungan cagar budaya.

     2.3.4  Penggolongan Cagar Budaya di Kota Surabaya

    Berdasarkan kriteria dan tolak ukur yang telah dijelaskan sebelumnya, bangunan dan

    lingkungan cagar budaya di Kota Surabaya diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan.

    Adapun penggolongan tersebut dilakukan untuk mempermudah penanganan dan

    pengelolaan cagar budaya di Kota Surabaya.

    Adapun bangunan cagar budaya diklasifikasikan ke dalam 4 (empat) golongan yaitu:

    Bangunan cagar budaya Golongan A adalah bangunan cagar budaya yang harus

    dipertahankan dengan cara preservasi.

    Preservasi adalah pelestarian suatu bangunan atau lingkungan cagar budaya

    dengan cara mempertahankan keadaan aslinya tanpa ada perubahan, termasuk

    upaya mencegah penghancuran.

    Adapun contoh bangunan cagar budaya Golongan A di Kota Surabaya diantaranya:

    bangunan Balai Kota Surabaya, Fakultas Kedokteran UNAIR, Gedung Grahadi,

    Hotel Majapahit, dan Rumah Sakit Darmo.

    -  Bangunan cagar budaya Golongan B adalah bangunan cagar budaya yang dapat

    dilakukan pemugaran dengan cara restorasi/rehabilitasi atau rekonstruksi.

    Restorasi/rehabilitasi adalah upaya mengembalikan ke dalam keadaan semula

    dengan menghilangkan tambahan tambahan dan memasang komponen semula

    tanpa menggunakan bahan baru.

    Sedangkan rekonstruksi adalah upaya mengembalikan suatu tempat semirip

    dengan keadaan semula, dengan menggunakan bahan lama atau baru, sesuai

    informasi kesejarahan yang diketahui .

    Adapun contoh bangunan cagar budaya Golongan B di Kota Surabaya adalah Bank

    BNI, Gedung Cerutu, Rumah sakit Dr. Soetomo, SMA Kompleks, dan Jembatan

    Petekan.

    Bangunan cagar budaya Golongan C adalah bangunan cagar budaya yang dapat

    dilakukan pemugaran dengan cara revitalisasi/adaptasi.

    Revitalisasi/adapatasi adalah upaya mengubah cagar budaya agar dapat

    dimanfaatkan untuk fungsi yang lebih sesuai tanpa menuntut perubahan drastis.

  • 8/15/2019 Urban Heritage Management

    15/18

     

    15

    Adapun contoh bangunan cagar budaya Golongan C di Kota Surabaya adalah

    Gedung Notaris, Yayasan Al-Irsyad, Penjara Kloben, Gereja GKI Pregolan, dan

    Masjid Kemayoran.

    Bangunan cagar budaya Golongan D adalah bangunan cagar budaya yang

    keberadaannya dianggap dapat membahayakan keselamatan pengguna maupun

    lingkungan sekitarnya sehingga dapat dibongkar dan dapat dibangun kembali

    sesuai dengan aslinya dengan cara demolisi

    Adapun lingkungan cagar budaya diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) golongan yaitu:

    -  Lingkungan cagar budaya golongan I yaitu lingkungan cagar budaya yang secara

    fisik masih lengkap serta memenuhi kriteria

    -  Lingkungan cagar budaya golongan II yaitu lingkungan cagar budaya yang secara

    fisik tidak lengkap serta minimal memenuhi kriteria umur, keaslian, dan nilai sejarah

    -  Lingkungan cagar budaya golongan III yaitu lingkungan cagar budaya yang secara

    fisik tidak lengkap serta minimal memenuhi kriteria umur dan keaslian.

     2.4   Studi Kasus

    Implementasi Perda nomor 5 tahun 2005 oleh Dinas pada UPTD Tugu pahlawan dapat

    dikatakan maksimal. Hal tersebut dikarenakan UPTD merupakan kepanjangan tangan dari

    Dinas dan memiliki kewenangan tersendiri untuk mengatur pengelolaan di TuguPahlawan seperti yang tertuang dalam SK Walikota mengenai Tugas dan Fungsi UPTD.

    Adanya UPTD ini membuat kawasan Tugu Pahlawan menjadi lebih terstruktur dan terarah

    pengelolaan, perawatan dan pengawasannya karena ada pertanggung-jawaban dari

    UPTD kepada Dinas. Tiap bulan UPTD ini memberikan laporan kepada Dinas Kebudayaan

    dan Pariwisata Kota Surabaya mengenai perkembangan, perawatan dan pengelolaan

    Cagar Budaya Tugu Pahlawan. Tugas Dinas di sini hanya sebagai pengawas. Keluhan dari

    UPTD sendiri adalah anggaran dana yang masih minim untuk pengelolaan Cagar Budaya.

    Dana yang diperoleh sekita 2M untuk 2013, dana tersebut sudah termasuk untuk

    pengadaaan fasilitas seperti lift yang hampir menghabiskan dana sekitar 1,5M. Sisa dana

    tersebut dapat dikatakan minim jika digunakan untuk pengelolaan dan perawatan serta

    pengadaan barang-barang bersejarah untuk museum. Selain itu target PAD (Pajak Asli

    Daerah) yang ditetapkan oleh DPRD setiap tahunnya semakin besar agar dapat

    memperoleh dana untuk pengelolaan Tugu Pahlawan. Jika implementasi Perda pada

    Tugu Pahlawan sudah dikatakan maksimal maka tidak dengan implementasi Perda pada

    rumah HOS Tjokroaminoto yang masih belum maksimal. Pengelola dan pengawas (Ketua

    RT dan Ketua RW Peneleh VII) yang ditunjuk melalui SK Walikota kurang dilibatkan dalam

  • 8/15/2019 Urban Heritage Management

    16/18

     

    16

    pelestarian Cagar Budaya. Kurang dilibatkan disini lebih kepada tidak ada komunikasi

    antara pihak Dinas dan pihak Ketua RT setempat sebagai pengelola Cagar Budaya rumah

    HOS Tjkroaminoto. Ketua RT lebih banyak berperan sebagai juru kunci dan perawat rumah

    dari pada sebagai pengelola seperti yang disebutkan di SK Walikota. Dinas memang

    menjalankan proses pelestarian rumah HOS Tjokroaminoto, tapi setiap kebijakan yang

    dilakukan bersifat satu arah dari Dinas saja tanpa meminta masukan ketua RT selaku orang

    yang lebih mengetahui kondisi Rumah HOS Tjokro secara dekat.

    Tampak juga tindakan pengecatan yang dilakukan oleh ketua RT tanpa sepengetahuan

    Dinas, hal tersebut tentunya menyalahi aturan yang ada. Seharuskan dikonsultasikan

    dengan Tim Cagar Budaya terlebih dahulu. Dari sana tampak bahwa belum dilakukan

    sosialisasi mengenai pem-bagian ranah kerja dan aturan pelestarian Cagar Budaya dari

    Dinas kepada Pengelola Cagar Budaya. Selain itu masalah anggaran dan rumitnya

    birokrasi juga menjadi kendala pengelolaan Rumah HOS Tjokroaminoto. Ketua RT dan

    Ketua RW hanya diberi uang insentif sebesar 250 ribu rupiah dan tidak ada anggaran yang

    dikhususkan untuk perawatan rumah tersebut. Tiap bulan memang ada pengadaan alat-

    alat kebersihan dari Dinas tapi tidak ada anggaran untuk perawatan yang lain, seperti

    genting bocor, gembok rusak dan lain sebagainya. Jika ingin melakukan perbaikan dan

    diajukan ke Dinas akan memerlukan waktu yang lama, bisa ber-bulan-bulan sampai

    bertahun-tahun dan belum tentu direalisasikan. Kurangnya komunikasi yang dilakukan

    Dinas pada masyarakat setempat juga terjadi, terlihat dari warga masyarakat sekitar yang

    baru mengetahui bahwa rumah tersebut merupakan bangunan bersejarah pada tahun

    2011 saat ada kuliah terbuka dari dosen Unair.

  • 8/15/2019 Urban Heritage Management

    17/18

     

    17

    3  BAB III DISKUSI

    Berikut ini adalah lampiran proses berjalannya diskusi pada saat dilakukan presentasi

    pada hari Senin, 29 Febuari 2016 yang lalu.

    Elizaria Febe Gomez (3613100703)

    Pada penjelasan terkait upaya Urban Heritage Management, disebutkan bahwa

     salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan perbanyakan / duplikasi.

    Bisakah dijelaskan secara jelas seperti apa contoh nyata dari upaya tersebut?

    Dalam kegiatan duplikasi / perbanyakan, cagar budaya yang ada dapat ditiru

    dengan tingkat kemiripan yang beragam dengan perizinan dari pemerintah.Kegiatan duplikasi ini dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas dari cagar

    budaya itu sendiri.

    Pada contohnya, pada salah satu bangunan cagar budaya ingin dilakukan

    penambahan bangunan untuk mendukung kegiatan yang terdapat di cagar

    budaya itu sendiri. Kemudian dilakukan pembangunan gedung baru dekat dengan

    bangunan cagar budaya tersebut dengan struktur, bentuk, dan arsitektural yang

    sama dengan bangunan cagar budaya tersebut. Kegiatan duplikasi tersebut sah

    dilakukan asal pembangun sudah mengantongi izin dari pihak-pihak berwajib.

    Selain itu kegiatan duplikasi ini dapat dilakukan sehingga pembangunan gedung

    baru tersebut dapat dilakukan untuk mendukung fungsi bangunan cagar budaya

    tersebut. Dan kemudian apabila tidak dilakukan duplikasi dalam pembangunan

    tersebut maka akan mengurangi nilai estetika bangunan cagar budaya itu sendiri.

  • 8/15/2019 Urban Heritage Management

    18/18

     

    18

    4  BAB IV PENUTUP

     4.1  Kesimpulan

    Cagar budaya adalah warisan budaya yang perlu dilindungi dan dilestarikan

    keberadaannya karena memiliki nilai-nilai tertentu yang berbeda dengan bangunan

    lainnya. Pengelolaan cagar budaya adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam

    melestarikan cagar budaya tersebut. Dalam pengelolaan cagar budaya, secara umum

    terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan yaitu pelestarian, pemanfaatan,

    perbanyakan, perlindungan dan pengembangan. Sedangkan dalam pengelolaan cagar

    budaya di tiap wilayah memiliki penanganan yang berbeda sehingga upaya-upaya

    tersebut diperdetail lagi sesuai dengan kebutuhan dan kondisi cagar budaya yang ada diwilayah tersebut.

     4.2  Rekomendasi

    Dalam pengelolaannya, cagar budaya di Indonesia sudah cukup baik. Hal ini dikarenakan

    pengelolaannya sudah dilindungi oleh payung hukum yang pasti dan setiap tindakannya

    sudah diatur dengan rinci. Namun dalam pelaksanaannya, pengelolaan cagar budaya

    perlu dimaksimalkan lagi. Hal ini dikarenakan meskipun pelestarian cagar budaya sudah

    diatur dalam undang-undang, namun masih banyak cagar budaya yang diabaikan tanpa

    perawatan serta pelestarian yang sudah seharusnya dilakukan baik oleh pemerintah

    maupun masyarakat pemilik cagar budaya tersebut.