Upah

14
Modul Perkuliahan HUKUM PERBURUHAN UPAH DAN JAMINAN SOSIAL A. UPAH 1. Menurut PP No. 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah, upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut persetujuan atau peraturan perundang- undangan yang berlaku dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan pekerja termasuk tunjangan baik untuk buruh maupun keluarganya. 2. Menurut UU No. 25 Tahun 1997 Upah ialah hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha kepada pekerja atau jasa yang telah atau akan dilakukan, ditetapkan, dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja dan keluarganya. 3. Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, upah ialah: Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Dari pengertian ini jelaslah bahwa upah dibayarkan berdasarkan kesepakatan para pihak, namun untuk menjaga agar jangan sampai upah yang diterima terlampau rendah, maka pemerintah turut serta Samun Ismaya, SH., MHum

description

Modul Perkuliahan

Transcript of Upah

  • Modul PerkuliahanHUKUM PERBURUHAN

    UPAH DAN JAMINAN SOSIAL

    A. UPAH

    1. Menurut PP No. 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah, upah

    adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada

    buruh untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan

    dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang

    ditetapkan menurut persetujuan atau peraturan perundang-

    undangan yang berlaku dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian

    kerja antara pengusaha dengan pekerja termasuk tunjangan baik

    untuk buruh maupun keluarganya.

    2. Menurut UU No. 25 Tahun 1997 Upah ialah hak pekerja yang

    diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari

    pengusaha kepada pekerja atau jasa yang telah atau akan

    dilakukan, ditetapkan, dan dibayarkan menurut suatu perjanjian

    kerja, kesepakatan atau peraturan perundang-undangan, termasuk

    tunjangan bagi pekerja dan keluarganya.

    3. Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, upah

    ialah: Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan

    dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha

    atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan

    dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau

    peraturan perundang undangan, termasuk tunjangan bagi

    pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa

    yang telah atau akan dilakukan.

    Dari pengertian ini jelaslah bahwa upah dibayarkan berdasarkan

    kesepakatan para pihak, namun untuk menjaga agar jangan sampai

    upah yang diterima terlampau rendah, maka pemerintah turut sertaSamun Ismaya, SH., MHum

  • Modul PerkuliahanHUKUM PERBURUHAN

    menetapkan standar upah terendah melalui perundang-undangan yang

    biasa disebut upah minimum.

    Hak menerima upah timbul timbul pada saat adanya hubungan kerja

    dan berakhir pada saat hubungan kerja putus. Pengusaha dalam

    menetapkan upah tidak boleh diskriminasi antara buruh laki-laki dan

    buruh wanita untuk pekerjaan yang sama nilainya.

    Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi

    penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Untuk mewujudkan

    penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi

    kemanusiaan, pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang

    melindungi pekerja/buruh.

    Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh meliputi :

    a. upah minimum;

    b. upah kerja

    lembur;

    c. upah tidak masuk kerja karena berhalangan;

    d. upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di

    luar pekerjaannya;

    e. upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;

    f. bentuk dan cara pembayaran upah;

    g. denda dan potongan

    upah;

    h. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;

    Samun Ismaya, SH., MHum

  • Modul PerkuliahanHUKUM PERBURUHAN

    i. struktur dan skala pengupahan yang proporsional;

    j. upah untuk pembayaran pesangon; dan

    k. upah untuk perhitungan pajak penghasilan.

    Pemerintah menetapkan upah minimum sebagaimana dimaksud dalam

    ayat (3) huruf a berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan

    mem-perhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.

    Upah minimum dapat terdiri atas : upah minimum berdasarkan

    wilayah provinsi atau kabupaten/kota; upah minimum berdasarkan

    sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota. Upah minimum

    diarahkan kepada pencapaian kebutuhan hidup layak. Upah minimum

    ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan rekomendasi dari

    Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Bupati/Walikota.

    Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum.

    Bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum dapat

    dilakukan penangguhan.

    Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara

    pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh tidak

    boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang ditetapkan

    peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal kesepakatan

    lebih rendah atau bertentangan dengan peraturan perundang-

    undangan, kesepakatan tersebut batal demi hukum, dan pengusaha

    wajib membayar upah pekerja/buruh menurut peraturan perundang-

    undangan yang berlaku.

    Pengusaha menyusun struktur dan skala upah dengan memperhatikan

    golongan, jabatan, asa kerja, pendidikan, dan kompetensi. Pengusaha

    Samun Ismaya, SH., MHum

  • Modul PerkuliahanHUKUM PERBURUHAN

    melakukan peninjauan upah secara berkala dengan memperhatikan

    kemampuan perusahaan dan produktivitas.

    Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan

    pekerjaan. Ketentuan ini tidak berlaku, dan pengusaha wajib membayar

    upah apabila :

    a. pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan;

    Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang sakit sebagai

    berikut :

    1. untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar 100% (seratus

    perseratus) dari upah;

    2. untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% (tujuh puluh lima

    perseratus) dari upah;

    3. untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50% (lima puluh

    perseratus) dari upah; dan

    4. untuk bulan selanjutnya dibayar 25% (dua puluh lima

    perseratus) dari upah sebelum pemutusan hubungan kerja

    dilakukan oleh pengusaha.

    b. pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama

    dan kedua masa haidnya sehingga tidak dapat melakukan

    pekerjaan;

    c. pekerja/buruh tidak masuk bekerja karena pekerja/buruh

    menikah, menikahkan, mengkhitankan, membaptiskan anaknya,

    isteri melahirkan atau keguguran kandungan, suami atau isteri atau

    anak atau menantu atau orang tua atau mertua atau anggota

    keluarga dalam satu rumah meninggal dunia;

    Samun Ismaya, SH., MHum

  • Modul PerkuliahanHUKUM PERBURUHAN

    Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang tidak masuk

    bekerja dalam hal ini sebagai berikut :

    1. pekerja/buruh menikah, dibayar untuk selama 3 (tiga)

    hari;

    2. menikahkan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua)

    hari;

    3. mengkhitankan anaknya, dibayar untuk selama 2

    (dua) hari

    4. membaptiskan anaknya, dibayar untuk selama 2

    (dua) hari;

    5. isteri melahirkan atau keguguran kandungan, dibayar

    untuk selama 2 (dua) hari;

    6. suami/isteri, orang tua/mertua atau anak atau

    menantu meninggal dunia, dibayar untuk selama 2 (dua) hari;

    dan

    7. anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia,

    dibayar untuk selama 1 (satu) hari.

    d. pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang

    menjalankan kewajiban terhadap negara;

    e. pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena

    menjalan-kan ibadah yang diperintahkan agamanya;

    f. pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan

    tetapi pengusaha tidak mempekerjakannya, baik karena kesalahan

    sendiri maupun halangan yang seharusnya dapat dihindari

    pengusaha;

    Samun Ismaya, SH., MHum

  • Modul PerkuliahanHUKUM PERBURUHAN

    g. pekerja/buruh melaksanakan hak

    istirahat;

    h. pekerja/buruh melaksanakan tugas serikat pekerja/serikat buruh

    atas persetujuan pengusaha;

    dan

    i. pekerja/buruh melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan.

    Dalam hal komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan

    tetap maka besarnya upah pokok sedikit-dikitnya 75 % (tujuh puluh

    lima perseratus) dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap.

    Pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja/buruh karena kesengajaan

    atau kelalaiannya dapat dikenakan denda. Pengusaha yang karena

    kesengajaan atau kelalaiannya mengakibatkan keterlambatan

    pembayaran upah, dikenakan denda sesuai dengan persentase tertentu

    dari upah pekerja/buruh. Pemerintah mengatur pengenaan denda

    kepada pengusaha dan/atau pekerja/buruh, dalam pembayaran

    upah. Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau dilikuidasi

    berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka upah

    dan hak-hak lainnya dari pekerja/buruh merupakan utang yang

    didahulukan pembayarannya.

    Tuntutan pembayaran upah pekerja/buruh dan segala pembayaran

    yang timbul dari hubungan kerja menjadi kadaluwarsa setelah

    melampaui jangka waktu 2 (dua) tahun sejak timbulnya hak.

    Untuk memberikan saran, pertimbangan, dan merumuskan kebijakan

    pengupahan yang akan ditetapkan oleh pemerintah, serta untuk

    pengembangan sistem pengupahan nasional dibentuk Dewan

    Pengupahan Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota.

    Samun Ismaya, SH., MHum

  • Modul PerkuliahanHUKUM PERBURUHAN

    Prinsip-prinsip Pengupahan dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang

    Ketenagakerjaan adalah sebagai berikut:

    (1) Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang

    memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

    (2) Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang

    layak bagi kemanusiaan, pemerintah menetapkan kebijakan

    pengupahan yang melindungi pekerja/buruh.

    (3) Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh meliputi :

    a. upah minimum;

    b. upah kerja lembur;

    c. upah tidak masuk kerja karena berhalangan;

    d. upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar

    pekerjaannya;

    e. upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;

    f. bentuk dan cara pembayaran upah;

    g. denda dan potongan upah;

    h. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;

    i. struktur dan skala pengupahan yang proporsional;

    j. upah untuk pembayaran pesangon; dan

    k. upah untuk perhitungan pajak penghasilan.

    (4) Pemerintah menetapkan upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup

    layak dan dengan mem-perhatikan produktivitas dan pertumbuhan

    ekonomi.

    (5) Upah minimum dapat terdiri atas:

    a. upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota;

    b. upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau

    kabupaten/kota.

    Samun Ismaya, SH., MHum

  • Modul PerkuliahanHUKUM PERBURUHAN

    (6) Upah minimum diarahkan kepada pencapaian kebutuhan hidup layak.

    (7) Upah minimum ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan

    rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau

    Bupati/Walikota.

    (8) Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum

    (9) Bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum dapat

    dilakukan penangguhan.

    (10) Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara

    pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh tidak

    boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang ditetapkan

    peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    (11) Dalam hal kesepakatan lebih rendah atau bertentangan dengan

    peraturan perundang-undangan, kesepakatan tersebut batal demi

    hukum, dan pengusaha wajib membayar upah pekerja/buruh menurut

    peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    (12) Pengusaha menyusun struktur dan skala upah dengan

    memperhatikan golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan, dan

    kompetensi.

    (13) Pengusaha melakukan peninjauan upah secara berkala dengan

    memperhatikan kemampuan perusahaan dan produktivitas.

    (14) Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan

    pekerjaan.

    (15) Ketentuan tersebut di atas tidak berlaku, dan pengusaha wajib

    membayar upah apabila :

    a. pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan;

    b. pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua

    masa haidnya sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan;

    Samun Ismaya, SH., MHum

  • Modul PerkuliahanHUKUM PERBURUHAN

    c. pekerja/buruh tidak masuk bekerja karena pekerja/buruh menikah,

    menikahkan, mengkhitankan, membaptiskan anaknya, isteri

    melahirkan atau keguguran kandungan, suami atau isteri atau anak

    atau menantu atau orang tua atau mertua atau anggota keluarga

    dalam satu rumah meninggal dunia;

    d. pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang

    menjalankan kewajiban terhadap negara;

    e. pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena

    menjalan-kan ibadah yang diperintahkan agamanya;

    f. pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan

    tetapi pengusaha tidak mempekerjakannya, baik karena kesalahan

    sendiri maupun halangan yang seharusnya dapat dihindari

    pengusaha;

    g. pekerja/buruh melaksanakan hak istirahat;

    h. pekerja/buruh melaksanakan tugas serikat pekerja/serikat buruh

    atas persetujuan pengusaha; dan

    i. pekerja/buruh melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan.

    (16) Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang sakit adalah

    sebagai berikut :

    a. untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar 100% (seratus perseratus)

    dari upah;

    b. untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% (tujuh puluh lima

    perseratus) dari upah;

    c. untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50% (lima puluh perseratus)

    dari upah; dan

    Samun Ismaya, SH., MHum

  • Modul PerkuliahanHUKUM PERBURUHAN

    d. untuk bulan selanjutnya dibayar 25% (dua puluh lima perseratus)

    dari upah sebelum pemutusan hubungan kerja dilakukan oleh

    pengusaha.

    (17) Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang tidak masuk

    bekerja adalah sebagai berikut :

    a. pekerja/buruh menikah, dibayar untuk selama 3 (tiga) hari;

    b. menikahkan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari;

    c. mengkhitankan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari;

    d. membaptiskan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari;

    e. isteri melahirkan atau keguguran kandungan, dibayar untuk selama

    2 (dua) hari;

    f. suami/isteri, orang tua/mertua atau anak atau menantu meninggal

    dunia, dibayar untuk selama 2 (dua) hari; dan

    g. anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia, dibayar

    untuk selama 1(satu) hari.

    (18) Dalam hal komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan

    tetap maka besarnya upah pokok sedikit-dikitnya 75 % (tujuh puluh

    lima perseratus) dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap.

    (19) Pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja/buruh karena

    kesengajaan atau kelalaiannya dapat dikenakan denda. Pengusaha

    yang karena kesengajaan atau kelalaiannya mengakibatkan

    keterlambatan pembayaran upah, dikenakan denda sesuai dengan

    persentase tertentu dari upah pekerja/buruh.

    (20) Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau dilikuidasi berdasarkan

    peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka upah dan hak-

    hak lainnya dari pekerja/buruh merupakan utang yang didahulukan

    pembayarannya.

    Samun Ismaya, SH., MHum

  • Modul PerkuliahanHUKUM PERBURUHAN

    Komponen Upah

    Pemberian upah yang tidak dalam bentuk uang dibenarkan asal tidak

    melebihi 25 % dari nilai upah yang seharusnya diterima.

    Berdasarkan Surat Edaran MTK No. 07/MEN/1990 tentang

    Pengelompokan Komponen Upah dan Pendapatan Non Upah

    disebutkan bahwa:

    1. Termasuk komponen upah

    Upah pokok

    Merupakan imbalan dasar yang dibayarkan kepada pekerja

    menurut tingkat atau jenis pekerjaan yang besarnya ditetapkan

    menurut perjanjian.

    Tujangan tetap

    Suatu pembayaran yang teratur berkaitan dengan pekerjaan

    yang diberikan secara tetap untuk buruh dan keluarganya yang

    dibayarkan bersamaan dengan upah pokok.

    Tunjangan tidak tetap

    Suatu pembayaran yang secara langsung maupun tidak

    langsung berkaitan dengan buruh dan diberikan secara tidak

    tetap dan tidak bersamaan dengan pembayaran upah pokok.

    2. Tidak termasuk komponen upah

    Fasilitas

    Kenikmatan dalam bentuk nyata/natura karena hal-hal yang

    bersifat khusus atau untuk meningkatkan kesejahteraan buruh.

    Bonus

    Pembayaran yang diterima buruh dari hasil keuntungan

    perusahaan atau karena buruh berprestasi melebihi taget

    produksi yang normal atau karena meningkatkan produktifitas.

    THR

    Samun Ismaya, SH., MHum

  • Modul PerkuliahanHUKUM PERBURUHAN

    Apabila pengusaha terlambat membayar upah maka ia akan dikenai

    denda keterlambatan (PP No. 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan

    Upah). Besarnya denda:

    Mulai hari ke empat sampai ke delapan masing-masing

    dikenakan denda 5 % setiap harinya. Sesudah hari ke delapan tiap-

    tiap hari 1 % dan maksimal denda keterlambatan 50 % dari upah

    yang seharusnya dibayar.

    Upah Lembur

    Cara menghitung upah lembur adalah sebagai berikut:

    I. Pada hari kerja biasa upah kerja lembur dihitung:

    a. Untuk satu jam I = 1 X upah sejam

    b. Untuk waktu selebihnya = 2 X upah sejam

    II. Pada hari istirahat Mingguan/Hari Raya Resmi

    a. Untuk setiap jam dalam batas waktu 7jam/ 5 jam jika hari

    raya jatuh pada hari kerja terpendek pada salah satu hari

    kerja upah lembur = 2 X upah sejam

    b. Untuk 1 jam I selebihnya 7 jam/5 jam jika hari raya jatuh

    pada hari kerja terpendek pada salah satu hari kerja upah

    lembur = 3 X upah sejam

    c. Untuk waktu selebihnya dibayar = 4 X upah sejam

    Upah sejam dihitung dengan rumus:

    a. Upah sejam bagi pekerja bulanan = 1/173 upah

    sebulan

    b. Upah sejam bagi pekerja harian = 2/20 upah sehari

    Samun Ismaya, SH., MHum

  • Modul PerkuliahanHUKUM PERBURUHAN

    c. Upah sejam bagi pekerja borongan = 1/7 rata-rata hasil kerja

    sehari

    B. JAMINAN SOSIAL

    Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh

    jaminan sosial tenaga kerja. Jaminan sosial tenaga kerja dilaksanakan

    sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Untuk meningkatkan kesejahteraan bagi pekerja/buruh dan

    keluarganya, pengusaha wajib menyediakan fasilitas kesejahteraan.

    Penyediaan fasilitas kesejahteraan dilaksanakan dengan

    memperhatikan kebutuhan pekerja/buruh dan ukuran kemampuan

    perusahaan.

    Peraturan sebagai pelaksanaan di bidang jaminan sosial tenaga kerja

    diatur lebih lanjut dalam UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem

    Jaminan Sosial Nasional. Yang dimaksud dengan Sistem Jaminan Sosial

    Nasional ialah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial

    oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial.

    Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan pada

    prinsip:

    a. kegotong-royongan;

    b. nirlaba;

    c. keterbukaan;

    d. kehati-hatian;

    e. akuntabilitas;

    f. portabilitas (mudah bergerak);

    g. kepesertaan bersifat wajib;

    Samun Ismaya, SH., MHum

  • Modul PerkuliahanHUKUM PERBURUHAN

    h. dana amanat; dan hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial

    dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan

    untuk sebesar-besar kepentingan peserta.

    Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah:

    a. Perusahaan Perseroan (Persero) Jaminan Sosial Tenaga Kerja

    (JAMSOSTEK);

    b. Perusahaan Perseroan (Persero) Dana Tabungan dan Asuransi

    Pegawai Negeri (TASPEN);

    c. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Sosial Angkatan

    Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI); dan

    d. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia

    (ASKES).

    Jenis program jaminan sosial meliputi:

    a. jaminan kesehatan;

    b. jaminan kecelakaan kerja;

    c. jaminan hari tua;

    d. jaminan pensiun; dan

    e. jaminan kematian.

    Samun Ismaya, SH., MHum

    A. UPAHB. JAMINAN SOSIAL