UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK PROPOLIS TRIGONA...
Transcript of UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK PROPOLIS TRIGONA...
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK
PROPOLIS TRIGONA Sp ASAL CIBUBUR
MENGGUNAKAN METODE DPPH
(1,1-DIPHENYL-2 PICRYLHYDRAZIL)
Laporan Penelitian ini saya tulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
M Chalid As Shadiqy
NIM : 109103000001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 h/2012
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
nikmat yang telah diberikan, yang mengizinkan penulis untuk belajar hingga tepat
pada waktunya penulis harus menuliskan laporan penelitian ini. Penulis
menyadari, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka penelitian ini
tidak akan pernah terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Prof. Dr (hc). dr. M.K Tadjudin, SpAnd, dr. M. Djauhari Widjajakusumah,
DR. Arif Sumantri, M.Kes, Dra. Farida Hamid, MA selaku Dekan dan
Pembantu Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. dr. Syarief Hasan Luthfie, SpKFR selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Dokter atas bimbingan yang diberikan selama penulis menempuh
pendidikan di PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
3. dr. Alyya Siddiqa, SpFK selaku pembimbing 1 yang telah banyak
mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam
melakukan penelitian dan menyusun laporan penelitian ini.
4. Ibu Nurmeilis, M.Si, Apt selaku pembimbing 2 yang telah memberikan
masukan judul penelitian dan banyak mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga
untuk membimbing penulis dalam melakukan penelitian dan menyusun
laporan penelitian ini.
5. drg. Laifa Annisa Hendarmin selaku penanggung jawab modul Riset yang
tidak pernah lelah selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan
penelitian.
6. Papa Husin Boenyamin, SH dan mama Umitah Milyani, Am.keb yang selalu
mensupport,mendoakan, menasehati dan memberikan arahan-arahan selama
ini hingga penulis terus beranjak besar seperti ini.
7. Adik – adik ku yang selalu saya banggakan dan saya sayangi Sinta Ardhilatul
Jannah yang sekarang sedang berjuang untuk masuk PTN , M. Rizqan Fathir
iii
yang sekarang sedang menuntut ilmu dipesantren jawa timur sana, Naelul
authar si kecil yang selalu saya rindukan. Gapailah cita-cita kalian dan kita
dapat sukses bersama.
8. Kakek , nenek, bakwo , makwo, wak, mamang, bibi, pakcik, makcik yang tak
dapat saya sebutkan namanya satu persatu. Terima kasih telah memberikan
dukungan moriil maupun materil selama ini.
9. Kakak, ayuk, tante, dan Meita yang sudah memberikan nasehat dan dukungan
terus untuk menyelesaikan riset ini.
10. Ibu Zeti Haryati selaku PJ Laboratorium MBI dan Ibu Putri Amelia selaku PJ
Laboratorium PNA yang telah memberikan izin penggunaan laboratorium.
11. Mbak Rani, Mbak Suryani, Mbak Liken, Mbak Dina dan laboran-laboran lain
yang telah membantu penulis dalam pengambilan data.
12. Teman-teman satu kelompok penelitian, Resti, Ayesha, Ali dan Zuwi untuk
bantuannya menyelesaikan riset ini.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.
Demikian laporan penelitian ini penulis susun, semoga bermanfaat bagi kemajuan
ilmu pengetahuan. Dan semoga Allah SWT berkenan memasukkannya sebagai
amal jariyah di Akhirat kelak. Amiin.
Ciputat, 18 September 2012
Penulis
iv
ABSTRAK
M Chalid As Shadiqy. Program Studi Pendidikan Dokter. Uji Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Propolis Trigona Sp Asal Cibubur Menggunakan Metode
DPPH (1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl).2012
Propolis merupakan substansi resin (sejenis getah tanaman) yang berasal dari
kayu dan pucuk-pucuk tanaman yang dikumpulkan oleh lebah, kemudian
dicampur dengan lilin dan air liur lebah. Propolis mengandung beberapa senyawa
aktif seperti flavonoid yang dapat bersifat sebagai antioksidan. Kandungan
senyawa aktif pada propolis dapat bergantung pada tempat pengambilan, lebah
yang memproduksi, dan cara pembuatan ekstraknya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui aktivitas antioksidan pada ekstrak propolis Trigona Sp asal
Cibubur dengan pelarut etanol 96% menggunakan metode DPPH (1,1-Diphenyl-
2-Picrylhidrazyl). Pada penelitian ini digunakan vitamin C sebagai kontrol positif.
Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 517 nm. Hasil penelitian
didapatkan nilai IC50 ektsrak propolis sebesar 416,486 ppm sedangkan vitamin C
mempunyai nilai IC50 sebesar 5,96 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak
propolis tersebut belum dapat diklasifikasikan ke dalam golongan antioksidan
berdasarkan klasifikasi Blois.
Kata kunci : Antioksidan, Ekstrak propolis Trigona Sp, Metode DPPH
ABSTRACT
M Chalid As Shadiqy. Medical Education Study Program . Antioxidant Activity
Assay Of Extract Propolis Trigona sp from Cibubur by using DPPH (1,1-
Diphenyl-2-Picrylhydrazil) Method. 2012
Propolis is a resin substance come from the wood and top of the plants gathered
by bees, then mixed with wax and saliva of bee. Propolis contains several active
compounds such as flavonoids that could act as an antioxidant. The content of
active compound in propolis depends on the geographic factor, the bee species,
and how to make extract. The purpose of this research was to determine the
antioxidant activity of propolis extracts Trigona sp from Cibubur with 96%
ethanol using the DPPH (1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl) methods. In this study
the vitamin C was a positive control. The measurement of antioxidant activity
used UV-Vis spectrophotometer with it’s wavelength 517 nm. The result showed
that IC50 of propolis extract was 416.486 ppm while vitamin C was 5.96 ppm.
This suggested that propolis extract could not be classified in Blois’s antioxidant
classification.
Keywords : antioxidant, extracts of propolis Tigona Sp, DPPH
v
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ...........................................................................................
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN ...........................................................................
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................
KATA PENGANTAR .....................................................................................
ABSTRAK ........................................................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................
DAFTAR TABEL ............................................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ..................................................................................
1.2 Rumusan masalah .............................................................................
1.3 Hipotesis ………………………………………………………......
1.4 Tujuan penelitian ..............................................................................
1.5 Manfaat penelitian ............................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan teori ..................................................................................
2.1.1 Propolis ..................................................................................
2.1.2 Antioksidan .............................................................................
2.1.3 Metode uji antioksidan ...........................................................
2.1.4 Metode Ekstraksi.....................................................................
2.1.5 Spektrofotometer UV-Vis .......................................................
2.2 Kerangka konsep ..............................................................................
2.3 Definisi operasional ..........................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
1.1 Desain penelitian ..............................................................................
1.2 Waktu dan tempat penelitian ............................................................
1.3 Bahan yang diuji ...............................................................................
1.4 Alat dan bahan penelitian .................................................................
1.4.1 Alat penelitian………………………………………..
1.4.2 Bahan penelitian………………………………………
1.5 Cara kerja penelitian .........................................................................
1.5.1 Penyiapan sampel propolis ……………………….................
1.5.2 Pembuatan ekstrak propolis . ..................................................
1.5.3 Pembuatan larutan ...................................................................
1.5.4 Pengukuran absorbansi ............................................................
1.5.5 Analisa data antioksidan ..........................................................
i
ii
iii
iv
v
vii
viii
x
xi
1
3
3
3
3
5
5
10
11
13
16
17
18
19
19
19
19
19
19
19
19
20
20
22
22
vi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil penelitian……………..............................................................
4.1.1 Hasil ekstraksi propolis……………...………………...
4.1.2 Hasil pencampuran larutan uji dan nilai absorbansinya.
4.1.3 Hasil perhitungan IC50 dan analisa probit…………….
4.2 Pembahasan ....................................................................................
4.3 Keterbatasan penelitian……………………………………………
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ........................................................................................
5.2 Saran ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
LAMPIRAN .....................................................................................................
24
24
24
25
26
29
29
29
30
35
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Cara ekstraksi propolis ..................................................................... 15
Tabel 3.1 Klasifikasi antioksidan .................................................................... 23
Tabel 4.1 Panjang Gelombang Maximum dan Absorbansi Larutan Blanko… 24
Tabel 4.2 Penghitungan absorbansi, aktivitas hambatan, dan nilai probit
ekstrak propolis ................................................. ..............................................
25
Tabel 4.3 Penghitungan absorbansi, aktivitas hambatan, dan nilai probit
Vitamin C................................................. .......................................................
25
Tabel 4.4 Persamaan Linier dan penghitungan nilai IC50………………….. 25
Tabel 4.5 Persentase hambatan……………………………………………… 27
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Propolis Trigona Sp…………………………………………………………. 6
Gambar 2.2 Senyawa aktif propolis……………………………………………...
Gambar 2.3 Lebah Trigona Sp………………………………………………
7
9
Gambar 6.1 Grafik perbandingan konsentrasi dengan absorbansi ekstrak
ekstrak propolis...............................................................................................
35
Gambar 6.2 Grafik regresi linier ekstrak propolis ......................................... 35
Gambar 6.3 Grafik perbandingan konsentrasi dengan absorbansi vitamin C 36
Gambar 6.4 Grafik regresi linier vitamin C ..................................................... 36
Gambar 6.5 Proses evaporasi ........................................................................... 38
Gambar 6.6 Penimbangan ekstrak propolis ...................................................... 38
Gambar 6.7 Proses pembuatan larutan uji…………………………………… 38
Gambar 6.8 Proses homogenisasi 38
Gambar 6.9 Konsentrasi 1 ppm......................................................................... 39
Gambar 6.10 Konsentrasi 10 ppm ................................................................... 39
Gambar 6.11 Konsentrasi 100 ppm .................................................................. 39
Gambar 6.12 Konsentrasi 1000 ppm ................................................................ 39
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Manusia memiliki sistem pertahanan tubuh yang sangat kompleks, terdiri
dari berbagai macam sel, jaringan, dan organ, yang selalu berkaitan untuk
menjaga tubuh agar tetap sehat. Apabila sistem tersebut tidak berfungsi dengan
baik maka tubuh kita akan cepat terkena penyakit.1 Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi kesehatan manusia, salah satunya keseimbangan antara kadar
antioksidan dan radikal bebas di dalam tubuh. Radikal bebas merupakan molekul
yang sangat reaktif dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan.
Radikal bebas terbentuk terus menerus sebagai akibat dari proses metabolisme sel
normal, peradangan, kekurangan gizi dan respon terhadap pengaruh dari luar
tubuh seperti polusi, UV, asap rokok dan lain-lain.2 Tubuh manusia tidak memiliki
cadangan antioksidan berlebih. Apabila radikal bebas lebih banyak dari kadar
antioksidan didalam tubuh, hal ini dapat merusak molekul makro pembentuk sel
sehingga menjadi sumber timbulnya keadaan patologis dalam tubuh manusia.
Oleh karena itu tubuh manusia membutuhkan antioksidan eksogen.3,4
Berdasarkan sumber perolehannya ada 2 macam antioksidan, yaitu
antioksidan alami dan antioksidan buatan (sintetik).4Adanya kekhawatiran akan
kemungkinan efek samping yang belum diketahui dari antioksidan sintetik
menyebabkan antioksidan alami menjadi alternatif yang sangat dibutuhkan.
Meningkatnya minat untuk mendapatkan antioksidan alami terjadi beberapa tahun
terakhir ini.4Antioksidan alami dapat diperoleh dari tanaman sayuran/buah-
buahan, dan dapat pula kita dapatkan dari produk lebah seperti madu, propolis ,
royal jelly, lilin lebah, dan polen.5,6
Allah SWT telah menjelaskan didalam Al Quran tentang lebah yang
mengandung banyak manfaat bagi manusia.7
2
Sebagaimana tertera di dalam Al Quran Surah An-Nahl ayat 68-69 yang
artinya: “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah, buatlah sarang-sarang
dibukit-bukit , dipohon-pohon kayu, dan tempat yang dibuat manusia. Kemudian
makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu
yang dimudahkan (bagimu), dari perut lebah itu keluar minuman yang bermacam-
macam warnanya, didalamnya terdapat obat, yang menyembuhkan bagi manusia.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar tanda (kebesaran Tuhan) bagi
orang-orang yang memikirkannya”.7
Dalam ayat –ayat tersebut dijelaskan bahwa lebah dapat memberikan obat
yang terkandung didalam tubuh mereka. Telah banyak penelitian yang berkaitan
dengan lebah, salah satunya propolis.5 Propolis merupakan substansi resin
(sejenis getah tanaman) yang berasal dari kulit kayu dan pucuk-pucuk tanaman,
yang dikumpulkan oleh lebah dan kemudian dicampur dengan lilin dan air liur
lebah.8,9 Propolis digunakan untuk melindungi pintu sarang lebah dan
memperbaiki sarang mereka yang retak atau rusak.10 Propolis merupakan salah
satu produk lebah madu yang keberadaannya kini makin banyak beredar dan
dikonsumsi oleh banyak orang dalam bentuk ekstrak. Banyak riset yang telah
dilakukan oleh berbagai negara dalam memanfaatkan propolis sebagai obat yang
berpotensi sebagai antioksidan, antivirus ,antijamur, antiinflamasi, antialergi,
analgetik, meningkatkan system kekebalan selular manfaat lainnya yang sampai
sekarang masih dalam penelitian.3,9,11,12,13
Propolis mengandung beberapa komponen kimia seperti polifenol
(flavonoid, asam fenolat dan esternya), terpenoid, steroid dan asam amino, serta
mineral-mineral.14 Berdasarkan penelitian di Mesir diungkapkan bahwa propolis
mengandung kadar flavonoid yang tinggi dan dapat bersifat sebagai antioksidan.6
Pada penelitian di India juga dinyatakan bahwa propolis mengandung senyawa
aktif yang bersifat antioksidan.16 Uji aktivitas tersebut menggunakan metode
DPPH dengan membandingkan produk propolis yang berbeda. Hasilnya
didapatkan bahwa setiap propolis berbeda aktivitas antioksidannya. Hal ini
dikarenakan komponen kimia yang terkandung dalam propolis dipengaruhi oleh
perbedaan pada tempat pengambilan (letak geografis,iklim, dan tanaman-tanaman
3
yang berada disekitar sarang lebah), lebah yang memproduksi, dan cara
pembuatan ekstrak propolis.15,16
Indonesia memiliki aneka macam tumbuhan dan variasi keberagaman
hayati lainnya dan dapat berdampak pada kandungan senyawa aktif yang
terkandung didalam propolis yang bersifat antioksidan.15,17 Salah satu metode
yang digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan tersebut adalah metode
DPPH.18 Belum banyaknya penelitian di Indonesia yang membahas tentang
aktivitas antioksidan yang terkandung didalam propolis pada suatu daerah di
Indonesia dengan metode DPPH merupakan daya tarik bagi peneliti.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Apakah terdapat aktivitas antioksidan pada ekstrak propolis Trigona Sp asal
Cibubur?
1.3 HIPOTESIS
Pada ekstrak propolis tersebut terdapat aktivitas antioksidan.
1.4 TUJUAN PENELITIAN
1.4.1 Tujuan umum
Untuk menguji bahwa dengan menggunakan metode DPPH, pada ekstrak
propolis terdapat aktivitas antioksidan.
1.4.1 Tujuan khusus
Untuk mendapatkan persentase hambatan radikal bebas pada berbagai
konsentrasi (ppm) dan nilai IC50 yang menandakan kekuatan antioksidan
yang terkandung dalam ekstrak propolis
1.5 MANFAAT PENELITIAN
1.5.1 Untuk masyarakat
Menjadi sumber informasi bagi masyarakat tentang aktivitas antioksidan
yang terkandung pada produk propolis terutama pada daerah Cibubur.
4
1.5.2 Untuk institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar untuk mengetahui
lebih lanjut tentang aktivitas antioksidan yang terkandung pada propolis
dengan menggunakan metode DPPH
1.5.3 Untuk peneliti
Sebagai prasyarat untuk mendapat gelar sarjana kedokteran dan
menempuh jenjang pendidikan klinik Program Studi Pendidikan Dokter
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sebagai penambah ilmu dan pemahaman saya terhadap isi Al-Quran serta
kebenaran penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli bahwa banyak
manfaat yang ada pada lebah.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan teori
2.1.1 Propolis
A. Uraian tentang propolis
Propolis atau lem lebah merupakan suatu substansi yang mengandung
resin dan lilin lebah, bersifat lengket, yang dikumpulkan dari sumber tanaman,
terutama dari bunga dan pucuk daun.10,12 Lebah kemudian mencampur bahan resin
ini dengan enzim yang disekresikan dari kelenjar mandibula lebah. Meskipun
demikian, komponen yang terdapat di dalam propolis tidak mengalami
perubahan.15
Propolis bisa ditemukan dengan mudah di pintu-pintu masuk sarang dan di
seluruh tepian sarang lebah yang biasanya tersimpan dengan pola zig-zag. Pola
zig-zag ini memungkinkan penyimpanan propolis lebih efektif, sehingga dapat
digunakan untuk mengisi celah, menyumbat jalan masuk sarang atau untuk
dicairkan kembali jika harus digunakan ditempat lain didalam sarang. Bahkan
akhir-akhir ini diketahui, propolis yang dicampur dengan lilin lebah akan menjadi
perekat yang sangat kuat.19 JK Leipus, seorang peneliti dari Rusia, meneliti bahwa
1 lb ( 1 lb = 0,453 kg) lilin lebah dapat menahan beban 25 lbs (11,339 kg) madu.
Ternyata rahasianya terletak pada bentuk sel-sel heksagonal yang menyusun
sarang lebah dan propolis yang fungsinya sebagai serat karbon yang memperkuat
sel dan menghubungkannya dengan sel-sel sebelahnya.5
Propolis digunakan untuk menutup sel-sel atau ruang heksagonal pada
sarang lebah. Biasanya, propolis menutupi celah kecil berukuran 4-6 mm,
sedangkan celah lebih besar diisi oleh lilin lebah. Warna propolis umumnya
bervariasi, dari kuning terang, hijau, hingga cokelat kemerahan, tergantung pada
sumber tumbuhannya. Misalnya, propolis dari Kuba (propolis Kuba) berwarna
merah gelap. Propolis baru cenderung berwarna kemerahan dan seiring waktu
berubah menjadi lebih gelap. Namun dari sekian banyak warna propolis, warna
cokelat gelap adalah yang paling sering dijumpai. 5,20
6
Gambar 2.1 Propolis Trigona Sp
(sumber : thesis Desi hardianty, 2011)
B. Kandungan kimia
Komposisi kimia pada propolis tergantung pada letak geografis, iklim,
dan tumbuh-tumbuhan disekitar tempat pengambilannya.15 Propolis
mengandung beberapa senyawa kimia didalamnya, yaitu resin (45-55%)
dengan komponen flavonoid, asam fenolat, lilin dan asam lemak (25-35%),
minyak esensial (10%), pollen (5%), (mineral, vitamin, dan zat organik lain
(5%).21
Propolis terdiri dari beberapa senyawa alami kompleks antara lain:
terpenoid, flavonoid, ester asam fenolat, asam imbrikatoloat, phinocembrin,
fisetin, dan lain sebagainya. Propolis juga diketahui mempunyai kandungan
fenol yang tinggi. Fenol adalah suatu senyawa yang memiliki gugus hidroksil
(OH-) yang mempunyai efek sebagai antioksidan karena mampu mengikat dan
menetralisir radikal bebas.1,14
Komponen propolis pada daerah-daerah dan negara-negara tertentu
dapat dilihat dari senyawa aktif yang terkandung pada propolis berdasarkan
tumbuhan asal resin pembentuknya. Di negara kawasan Asia tumbuhan sumber
resinnya adalah Populus Sp (poplar) dengan komponen utama propolis berupa
pinocembrin, pinonbanksin, pinonbanksin-3-O-acetase, chrysin, galangin,
7
caffeates (benzyl,phenylethyl,prenyl). Sedangkan di negara Brazil tumbuhan
sumber resinnya adalah prenylated p-coumaric acids, prenylated
acetophenones, diterpenic acids.17
Gambar 2.2 senyawa aktif propolis 17 :
1. Resin
Resin adalah bahan utama propolis yang paling banyak diteliti. Sudah
berabad-abad lamanya resin mendapat tempat tersendiri di dunia pengobatan
alternatif, terutama karena resin dikenal sebagai anti-inflamasi (anti-
peradangan) dan antioksidan.11 Propolis dari sarang lebah umumnya
8
digunakan sebagai obat rumah dan berbagai keperluan lainnya termasuk
sebagai antiseptik topikal.
2. Flavonoid
Flanonoid banyak ditemukan pada tanaman buah dan sayuran. Biasanya,
flavonoid banyak diteliti manfaatnya bagi kesehatan terutama yaitu berperan
sebagai antioksidan. Propolis didominasi oleh kandungan flavonoid, yakni 10-
20 %. Hal ini berbeda dengan kandungan flavonoid pada pollen yang hanya
sekitar 0,5 % dan madu sekitar 0,006%.9,11,22
3. Lilin dan asam lemak
Lilin yang terkandung didalam propolis sebagian besar merupakan turunan
dari lilin lebah. Namun, tidak sedikit juga lilin yang berasal langsung dari
tanaman. Lilin lebah yang terkandung dalam propolis umumnya mengandung
ikatan ester, asam lemak, dan rantai alkohol hidrokarbon yang sebagian besar
tidak aktif secara kimia. Pada saat mengekstrak zat aktif propolis maka lilin ini
harus dipisahkan.9
4. Mineral dan vitamin
Sekitar 14 jenis mineral ditemukan dalam propolis. Zat besi (Fe) dan seng
(Zn) adalah kandungan yang terbanyak. Kedua zat ini juga sangat dibutuhkan
dalam membentuk sistem daya tahan tubuh. Jenis mineral lainnya adalah emas
(Au), perak (Ag), caesium (Cs), merkuri (Hg), timbal (Pb), kalsium (Ca),
magnesium (Mg), kalium (K), natrium (Na), mangan (Mn), tembaga (Cu),
fosfor (P), kobalt (Co), sulfur (S), alumunium (Al), Selenium (Se), dan Flour
(F). 21
C. Jenis – jenis propolis 9
Berikut ini adalah beberapa bentuk propolis yang sudah diproduksi massal9,21:
1. Propolis mentah, yaitu propolis tanpa melalui proses pematangan (mentah),
bisa langsung dikonsumsi. Umumnya berbentuk bongkahan atau dibekukan.
9
Bongkahan besar propolis murni dapat dikunyah, seperti permen karet. Namun
sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah sedikit, jika berlebihan menyebabkan
gangguan pada perut. Selain itu ada propolis mentah yang dihancurkan hingga
menjadi butiran halus. Butiran halus biasanya dimasukkan dalam kapsul atau
dicampur dengan makanan dan minuman.
2. Propolis cair. Propolis ini berbentuk cair dan telah diekstrak dengan jenis
pelarut tertentu. Ada banyak jenis pelarut yang dapat digunakan, di antaranya
etanol (alkohol), air, pelarut minyak sayur atau lemak hewan.
3. Propolis bubuk (powder). Sebelum diproses menjadi bentuk bubuk atau
powder, propolis mentah (raw propolis) terlebih dahulu diekstrak dengan
alkohol, air,atau ekstrak glikol. Bentuk propolis bubuk di pasaran dapat
ditemukan dalam bentuk tablet atau kapsul.
4. Pasta dan minyak propolis. Salah satunya adalah pasta gigi propolis, yang
bermanfaat untuk mencegah karies, radang gusi, dan sariawan. Selain dalam
bentuk pasta, propolis juga bisa dicampur dengan minyak atau krim untuk
dioleskan.
D. Lebah Trigona Sp penghasil propolis
Gambar 2.3 Lebah Trigona Sp
(sumber : thesis Amin fatoni,2008)
Lebah Trigona sp adalah satu jenis lebah yang sekarang banyak
dibudidayakan. Lebah Trigona sp sebagian besar bersarang dilubang, celah
rumah, kayu lapuk dan ranting pohon. Lebah Trigona sp sendiri merupakan lebah
10
liar yang berada di Indonesia dan telah banyak dibudidayakan oleh 5 provinsi di
Indonesia,yaitu provinsi Bengkulu, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi
Selatan, dan Nusa Tenggara Barat. Propolis ini dapat dipanen setiap empat bulan
sekali.5 Lebah ini merupakan jenis lebah dari Kelas Insecta, Ordo Hymenopetra,
Family apidae, Genus Trigona, dan Spesies T. carbonaria, T hockingsii, T
iridepennis, T. spinipes.17
Lebah–lebah ini tidak menyengat dan mempunyai daya produksi
propolisnya lebih banyak sebagai bentuk kompensasi pertahanan mereka.5 Lebah
ini mengumpulkan madu dengan mengumpulkan nektar , kemudian mengolahnya
dengan dehidrasi dan fermentasi didalam mulut sampai membentuk madu.17
2.1.2 Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan
satu/lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat
diredam.23 Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat spesies
oksigen reaktif/spesies nitrogen reaktif (ROS/RNS) dan juga radikal bebas
sehingga antioksidan dapat mencegah penyakit-penyakit yang dihubungkan
dengan radikal bebas seperti karsinogenesis, kardiovaskular dan penuaan.24
Mekanisme kerja antioksidan secara umum adalah menghambat
oksidasi lemak. Oksidasi lemak terdiri dari 3 tahap yaitu inisiasi, propagasi,
dan terminasi.25 Pada tahap inisiasi terjadi pembentukan radikal asam lemak,
yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil dan sangat
reaktif akibat dari hilangnya satu atom hidrogen (reaksi 1). Pada tahap
propagasi, radikal asam lemak akan bereaksi dengan oksigen membentuk
radikal peroksi (reaksi 2). Radikal peroksi lebih lanjut akan menyerang asam
lemak menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam lemak baru (reaksi 3).
Hidroperoksida yang terbentuk bersiat tidak stabil dan akan terdegradasi lebih
lanjut menghasilkan senyawa-senyawa karbonil rantai pendek seperti aldehida
dan keton. Tanpa adanya antioksidan, reaksi oksidasi lemak akan mengalami
terminasi melalui reaksi antar radikal bebas membentuk kompleks bukan
radikal (reaksi 4).
Inisiasi : RH → R* + H * (1)
11
Propagasi : R* + O2 → ROO* (2)
ROO* + RH → ROOH + R* (3)
Terminasi : ROO* + ROO* → non radikal (4)
R* + ROO → non radikal
R* + R* → non radikal
Berdasarkan sumbernya, antioksidan dapat digolongkan menjadi 2
yaitu antioksidan alami dan buatan.
a. Antioksidan Alami
Antioksidan alami berasal dari tumbuhan yang sering dikonsumsi dan
telah diisolasi. Antioksidan yang terdapat dalam tumbuhan
mengandung vitamin C, vitamin E, polienol, karoten, bioflavonoid,
katekin dan resveratol.26
b. Antioksidan Sintetik
Antioksidan Sintetik diizinkan penggunaannya dalam makanan untuk
menjaga mutu dan dari perubahan sifat kimia makanan akibat proses
oksidasi yang terjadi terutama pada waktu penyimpanan. Contohnya
BHA (Butylated Hidroxyanisol), BHT (Butylated Hydroxytoluene),
TBHQ ( Tert-Butyl Hidroxy Quinon), propel galat dan lain-lain.27,29
2.1.3 Metode Uji Antioksidan
Ada empat metode uji antioksidan yang sering digunakan yaitu 32 :
1. Metode DPPH
2. Metode Tiosianat
3. Metode Xanthin
4. Metode Deoksiribosa
a. Metode DPPH
DPPH (1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl) merupakan radikal bebas yang
stabil pada suhu kamar dan sering digunakan untuk mengevaluasi aktivitas
antioksidan beberapa senyawa atau ekstrak bahan alam. DPPH menerima
12
elektron atau radikal hidrogen dan akan membentuk molekul diagmentik yang
stabil. Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer elektron atau
radikal hidrogen pada DPPH, akan menetralkan karakter radikal bebas dari
DPPH. Jika semua elektron pada radikal bebas DPPH menjadi berpasangan,
maka warna larutan berubah dari ungu tua menjadi kuning terang dan
absorbansi pada panjang gelombang 517 nm akan hilang. Perubahan ini dapat
diukur secara stokiometri sesuai dengan jumlah elektron atau atom hidrogen
yang ditangkap oleh molekul DPPH akibat adanya zat antioksidan.31
Uji antioksidan dengan metode DPPH prinsipnya adalah reaksi
penangkapan hidrogen dari senyawa antioksidan, misalnya troloks yang
mengubahnya menjadi 1,1-difenil-2-pikrilhidrazin.
Parameter yang dipakai untuk menunjukan aktivitas antioksidan adalah
harga konsentrasi efisien atau efficient concentration (EC50) atau Inhibition
Contentration (IC50), yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan yang dapat
menyebabkan 50% DPPH kehilangan karakter radikal atau konsentrasi suatu
zat antioksidan tinggi akan mempunyai harga EC50 atau IC50 yang rendah.
b. Metode Tiosianat
Pada metode tiosianat pengukuran aktivitas antioksidan berdasarkan daya
penghambatan terbentuknya senyawa-senyawa radikal yang bersifat reaktif.
Pembentukan radikal bebas disebabkan oleh oksidasi asam linoleat. Oksidasi
asam linoleat dipercepat oleh AAPH yang merupakan senyawa penginduksi
pembentukan radikal bebas, yang umumnya berupa peroksida lipid. Dekomposisi
AAPH menghasilkan molekul nitrogen dan dua radikal karbon yang dapat
menghasilkan produk yang stabil atau bereaksi dengan molekul oksigen
menghasilkan radikal peroksil. Proses oksidasi lemak menghasilkan produk
primer peroksida. Bilangan peroksida dinyatakan sebagai senyawa yang mampu
mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+, dan selanjutnya Fe3+ dengan ion CNS
menghasilkan warna merah yang diukur pada panjang gelombang 500 nm.
13
c. Metode Xhantine Oksidase
Suatu sistem uji evaluasi aktivitas penangkal utnuk sampel melawan
superoksida anion radikal bebas.28 Pada metode ini digunakan Superoksida
Dismutase (SOD). SOD merupakan radikal superoksida (O2) menjadi hydrogen
peroksida (H2O2), sehingga SOD disebut sebagai scavenger atau pembersih
superoksida (O2).
d. Metode Deoksiribosa
Reaksi degradasi gula deoksiribosa akan menghasilkan suatu produk
karbonil dan dikarbonil diantaranya malondialdehid (MDA). Adanya MDA dapat
dideteksi dengan asam tiobarbiturat (TBA) dalam suasana asam membentuk suatu
kromogen yang berwarna merah muda.29 Jumlah kromogen MDA-TBA yang
terbentuk sangat tergantung dari jumlah deoksiribosa yang terdegradasi. Semakin
tinggi konsentrasi deoksiribosa yang ditambahkan akan menyebabkan
peningkatan absorbansi kromogen MDA-TBA.28
2.1.4 Metode ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari
jaringan tumbuhan maupun hewan. Sebelum ekstraksi dilakukan biasanya bahan-
bahan dikeringkan terlebih dahulu kemudian dihaluskan pada derajat kehalusan
tertentu.32
Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu:
A. Cara dingin
1. Maserasi
Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman
menggunakan pelarut dengan sesekali pengadukan pada temperatur kamar.
Maserasi yang dilakukan pengadukan secara terus-menerus disebut
maserasi kinetik. Pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan
penyaringan terhadap maserat pertama dan seterusnya disebut remaserasi.
14
2. Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu
baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada
temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pelembaman bahan,
tahap perendaman antara, tahap perkolasi sebenarnya
(penetesan/penampungan ekstrak) terus-menerus sampai diperoleh
perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
B. Cara panas
1. Refluks
Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan alat pada
temperatur tititk didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut
terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
2. Digesti
Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada
temperature lebih tinggi daripada temperature ruangan, yaitu secara umum
dilakukan pada temperatur 40-50°C.
3. Sokletasi
Sokletasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang
selalu baru, dilakukan dengan menggunakan alat soklet sehingga menjadi
ektaraksi kontinu dengan pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin
balik.
4. Infludasi
Infludasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada
temperatur 90°C selama 30 menit.
5. Dekoktasi
Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada
temperatur 90°C selama 30 menit.
Raw Propolis harus diekstrak terlebih dahulu untuk memurnikannya, yaitu
dengan memakai pelarut. Berdasarkan penelitian propolis dapat kita ekstraksi
secara maserasi menggunakan etanol.11,17 Cara untuk ekstraksi propolis
15
berdasarkan konsentrasi pelarut, waktu dan perbandingan Raw propolis dalam
pelarut dapat dilihat pada tabel dibawah :
- Tabel 2.1 Cara ekstraksi propolis 17 :
No Pelarut Waktu dan suhu Perbandingan pelarut dan
Raw propolis
Referensi
1 Etanol 70 % 24 jam, suhu ruangan 30 g – 100 ml Bankova et al. (2002)
24 jam, suhu ruangan 1: 10 Savickas et al.(2005)
Trusheva et al.
(2006)
7 hari, suhu ruangan 30 g – 100 ml Orsi, et al. (2005),
Orsi et al.(2007),
Gonsales et al.
(2006)
2 Etanol 80 % ½ jam , 70 º C 2 g – 25 ml Park et al. (1998)
2 hari, suhu ruangan 1: 10 Yaghoubi et al.
(2007)
3 hari , 50 º C 7 g – 100 ml Silici et al. (2005)
3 Etanol 95 % 5 hari, suhu ruangan 1kg – 51 Sabir (2005)
4 Absolut 24 jam, suhu ruangan 30 g -100 ml Ayres et al. (2007)
5 30 % - 100
%
20 hari, suhu ruangan 30 g -100 ml Muli dan Maingi
(2007)
6 Tidak
disebutkan
7 hari, suhu ruangan 30 g -100 ml Miorin et al. (2003).
Obasa et al. (2007)
12 jam, suhu ruangan 50 g – 500 ml Kumuzawa et al.
(2006)
16
2.1.5 SPEKTROFOTMETER UV-Vis
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang
digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan
kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan
yang digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer. Cahaya yang
dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi
dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron
valensi.34
Sinar atau cahaya yang berasal dari sumber tertentu disebut juga sebagai
radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik yang dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari adalah cahaya matahari.35
Dalam interaksi materi dengan cahaya atau radiasi elektromagnetik, radiasi
elektromagnetik kemungkinan diabsorbsi atau sehingga dikenal adanya
spektroskopi hamburan, spektroskopi absorbsi ataupun spektroskopi emisi.35
Pengertian spektroskopi dan spektrofotometri pada dasarnya sama yaitu di
dasarkan pada interaksi antara materi dengan radiasi elektromagnetik. Prinsip
kerja spektrofotometer UV-Vis adalah ketika sinar/cahaya melewati sebuah
wadah (kuvet) yang berisi larutan dan akhirnya akan menghasilkan spektrum. Alat
ini menggunakan hukum Lambert Beer sebagai acuan. Panjang gelombang untuk
sinar ultraviolet antara 200-400 nm sedangkan panjang gelombang untuk sinar
tampak/visible antara 400-750 nm.35
Spektrofotometri serapan adalah pengukuran serapan radiasi
elektromagnetik panjang gelombang tertentu yang sempit, mendekati
monokromatik, yang diserap zat. Spektrofotometer pada dasarnya terdiri atas
sumber sinar monokromator, tempat sel untuk zat yang diperiksa, detektor,
penguat arus dan alat ukur atau pencatat.35
17
2.2 KERANGKA KONSEP
DPPH (RADIKAL)
EKSTRAK PROPOLIS ETANOL
Perubahan warna saat dilarutkan bersama
Reaksi penambahan elektron / hidrogen dari antioksidan ke
radikal bebas
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
Penambahan Larutan DPPH pada ekstrak dengan berbagai konsentrasi & diukur absorbansinya
SENYAWA BIOAKTIF
(FLOVANOID, POLIFENOL)
Radikal bebas
Nilai IC50
Metode DPPH
Didapatkan data
1. Persentase Hambatan 2. Nilai probit 3. Log konsentrasi
18
2.3 DEFINISI OPERASIONAL
No Variabel Definisi Cara ukur Alat
ukur
Skala
ukur
Hasil ukur
1. Konsentrasi
ekstrak
propolis
konsentrasi
larutan uji
dalam ppm (1
μg/mL)
Perhitungan dengan
rumus (perbandingan
μg ekstrak dengan mL
etanol 96%)
- Numerik 1 ppm,
10 ppm,
100 ppm,
1000 ppm
2. Absorbansi
sampel
Nilai
absorbansi
sampel pada
masing-masing
konsentrasi
Diukur panjang
gelombang maksimum
dengan alat
spektrofotometer
Spektrofo
tometer
Numerik absorbansi
(nm)
3. %
Hambatan
seberapa %
sampel
menghambat
radikal bebas
di tiap-tiap
konsentrasi.
Perhitungan dengan
rumus : (Abs blanko – Abs sampel) x 100%
Abs Blanko
- Numerik Didapatkan
dlm %
4. IC50 Nilai yg
menunjukan
konsentrasi
ekstrak (ppm)
yg mampu
menghambat
proses oksidasi
sebesar 50%.
Persamaan regresi
linier kurva
perbandingan
konsentrasi (X) dan %
hambatan (Y)
- Numerik < 50 ppm = sgt
kuat
50-100 ppm =
kuat
100-150 =
sedang
151-200 ppm =
lemah
19
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik dengan
metode DPPH untuk menguji aktivitas antioksidan yang terkandung dalam
ekstrak propolis.
3.2 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan mei 2012 sampai bulan september
2012 di Laboratorium Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3.3 BAHAN YANG DIUJI
Ekstrak propolis pelarut etanol 4 konsentrasi yaitu 1 ppm, 10 ppm, 100
ppm, dan 1000 ppm. Masing-masing konsentrasi dibuat secara triplo.36
3.4 ALAT DAN BAHAN PENELITIAN
3.4.1 Alat Penelitian
Timbangan analitik; Tabung reaksi ; Erlenmeyer ; Gelas ukur ;
Gelas Beaker; Mikropipet 10, 100, dan 1000 μL; Shaker ; Kupet ;
Spektofotometri UV-Vis ; Alat evaporator.
3.4.2 Bahan Penelitian
Ekstrak propolis pelarut etanol ; 1 g DPPH (1,2-diphenyl-2-
picrylhydrazyl) sebanyak 0,5 mM ; Air Aquades ; Vitamin C ;
Etanol 96 %.
3.5 Cara Kerja Penelitian
3.5.1 Penyiapan Sampel
Sampel Raw propolis dibeli dari peternakan lebah Trigona sp
didaerah Cibubur yang telah dipanen.
20
Kemudian dipotong-potong menjadi ukuran yang lebih kecil
karena bersifat lengket dan padat sehingga tidak dapat digerus.13,17,22
3.5.2 Pembuatan Ekstrak propolis
Pembuatan ekstrak propolis menggunakan metode maserasi
(menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan / pengadukan
pada temperatur ruangan).9,14,30
1. Pertama – tama tentukan terlebih dahulu konsentrasi ekstrak
propolis akhir yang diinginkan, pada penelitian ini mengambil konsentrasi
10 %.22,30
2. Kemudian menimbang jumlah propolis dan menghitung volume
etanol yang digunakan, yaitu 100 gr propolis yang dilarutkan pada 1000
mL etanol
3. Propolis yang telah dipotong dan timbang kemudian kita
masukkan kedalam gelas kimia yang telah diisi 1000 mL etanol 96 %.
Lalu kita kocok setiap hari dan direndam selama 5, tetapi idealnya
direndam selama hari 1-2 minggu dan disimpan dalam ruang tertutup/
dingin.9,17 Pemakaian etanol 96% sebagai pelarut dikarenakan etanol 96%
dapat menarik komponen baik yang bersifat polar maupun non polar.
Semakin lama direndam dalam alkohol, maka propolis akan semakin
larut.9
4. hasil rendaman kemudian disaring menggunakan kertas filter
dan diambil filtratnya selama 5 hari hingga pelarut jernih.9,17,22
5. Hasil filtratnya kemudian dievaporasi menggunakan rotavapor
pada suhu ± 40.
6. Ekstrak pekatnya dilarutkan dengan etanol dengan perbandingan
1:3, lalu persiapan uji antioksidan.2
3.5.3 Pembuatan Larutan 36
a. Pembuatan Larutan DPPH
Timbang 0,0004 gram DPPH dalam botol gelap.
Larutkan dalam 10 mL etanol 96%.
21
Kocok larutan hingga homogen
Ukur absorbansi larutan DPPH dengan spektrofotometer UV-Vis
untuk memperoleh panjang gelombang maksimum. Panjang
gelombang maksimum untuk larutan DPPH adalah 517 nm.
b. Pembuatan Larutan Blanko
4500 μL etanol ditambah 500 μL larutan DPPH
kocok hingga homogen
c. Pembuatan Larutan Uji
1. Larutan Induk (10.000 ppm)
50 mg ekstrak dilarutkan dalam 5 mL etanol = 10 mg/mL = 10.000
μg/ml (ppm)
2. Larutan Seri (1, 10,100,1000 ppm)
1000 ppm
500 μL dari larutan induk ditambahkan etanol sampai volumenya
4500 μL. Tambahkan 500 μL larutan DPPH.
100 ppm
50 μL dari larutan induk ditambahkan etanol sampai volumenya
4500 μL. Tambahkan 500 μL larutan DPPH.
10 ppm
5 μL dari larutan induk ditambahkan etanol sampai volumenya
4500 μL. Tambahkan 500 μL larutan DPPH.
1 ppm
5 μL dari larutan 1000 ppm ditambahkan etanol sampai
volumenya 4500 μL. Tambahkan 500 μL larutan DPPH.
d. Pembuatan Larutan Vitamin C sebagai Kontrol Positif 39
a. Larutan Induk (100 ppm)
1 mg VIT. C murni dilarutkan dalam 5 mL etanol = 0,1 mg/mL =
100 μg/ml (ppm)
b. Larutan Seri (2,4,6,8 ppm)
22
2 ppm
100 μL dari larutan induk ditambahkan etanol sampai volumenya
4500 μL. Tambahkan 500 μL larutan DPPH.
4 ppm
200 μL dari larutan induk ditambahkan etanol sampai volumenya
4500 μL. Tambahkan 500 μL larutan DPPH.
6 ppm
300 μL dari larutan induk ditambahkan etanol sampai volumenya
4500 μL. Tambahkan 500 μL larutan DPPH.
8 ppm
400 μL dari larutan induk ditambahkan etanol sampai volumenya
4500 μL. Tambahkan 500 μL larutan DPPH.
3.5.4 Pengukuran Absorbansi
Semua larutan blanko, larutan uji dan larutan pembanding
diinkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit dalam keadaan gelap,
kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer.
Setelah mendapatkan nilai absorbansinya, hitung hambatan persen masing-
masing larutan dengan menggunakan rumus 23,32 :
% Hambatan = (Abs blanko – Abs sampel) x 100%
Abs Blanko
Setelah mendapatkan % aktivitas hambatan, kemudian dicari nilai
probitnya dengan cara melihat tabel probit38. Setelah mendapatkan nilai
probit, dicari nilai IC50 melalui persamaan regresi linier.
3.5.5 Analisa Data Antioksidan
Data antioksidan penangkap radikal DPPH (% hambatan) ekstrak
propolis dianalisis dan dihitung nilai IC50 nya melalui analisa probit. IC50
adalah nilai yang menunjukan konsentrasi ekstrak (ppm) yang mampu
23
menghambat proses oksidasi sebesar 50%. Semakin kecil nilai IC50
menandakan semakin tinggi aktivitas antioksidan senyawa tersebut.
Tabel 3.1 Klasifikasi antioksidan18
No Nilai IC50 Antioksidan 1. < 50 ppm Sangat kuat 2. 50-100 ppm Kuat 3. 100-150 ppm Sedang 4. 151-200 ppm Lemah
Data persentase hambatan diplotkan ke tabel probit untuk
memperoleh nilai probit, kemudian dibuat grafik antara log konsentrasi
(x) dan probit (y) sehingga diperoleh persamaan regresi linier y = a+bx.
Dengan memasukkan nilai y = 5 (probit dari 50%) pada persamaan
y=a+bx, maka nilai IC50 ditentukan dengan nilai x dan dikonversikan ke
bentuk anti log.
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil penelitian
4.1.1 Hasil Ekstraksi Propolis Sampel diambil dari raw propolis yang dipanen pada peternakan sarang lebah
Trigona sp yang berada pada kawasan Cibubur, Jawa Barat. Sebanyak 100 gr raw
propolis diekstraksi , kemudian didapatkan ekstrak kental sebanyak 1,9 gr dengan
warna coklat kekuningan dan bersifat lengket.
4.1.2 Hasil pencampuran larutan uji dan nilai absorbansinya
Hasil pencampuran larutan uji ekstrak propolis dengan larutan DPPH pada
konsentrasi 1ppm berwarna ungu pekat dan agak terlihat seperti warna blanko,
kemudian pada konsentrasi 10, dan 100 warna ungunya terlihat memudar,
sedangkan pada konsentrasi 1000 ppm terlihat perubahan warna ungu menjadi
kuning seperti terlihat dalam lampiran 5. Larutan vitamin C juga mengalami
perubahan warna menjadi ungu pudar dan kuning. Pada pengukuran absobansi
dilakukan pengukuran semua larutan (blanko, ekstrak propolis, dan vitamin C).
Setelah spektrofotometer disetting untuk pengukuran fotometri dengan panjang
gelombang maksimum 517 nm yang merupakan panjang maksimum DPPH,
pengukuran absorbansi dimulai dengan pengukuran larutan blanko, larutan ekstrak
propolis 1,10, 100,1000 ppm, kemudian larutan vitamin C 2, 4, 6, dan 8 ppm.
Hasil dari pengukuran absorbansi blanko sebagai pembanding larutan uji, data
ekstrak propolis, dan vitamin C seperti dibawah ini :
Tabel 4.1 Panjang Gelombang Maximum dan Absorbansi dari Larutan Blanko No Bahan Panjang Gelombang Maximum Absorbansi (nm)
1. Blanko 517 nm 0,701
25
Tabel 4.2 Penghitungan absorbansi, aktivitas hambatan, dan nilai probit ekstrak
propolis
No Konsentrasi
(ppm)
Absorbansi
(nm)
Aktivitas
Hambatan (%)
Log
Konsentrasi Nilai Probit
1 1 0,568 18,88 0 4,1147
2 10 0,486 30,67 1 4,4928
3 100 0,402 42,61 2 4,8134
4 1000 0,345 50,69 3 5,1050
Tabel 4.3 Penghitungan absorbansi, aktivitas hambatan dan nilai probit Vitamin C
No Konsentrasi
(ppm)
Absorbansi
(nm)
Aktivitas
Hambatan (%)
Log
Konsentrasi Nilai Probit
1 2 0,393 27,62 0,3 4,4052
2 4 0,352 35,17 0,6 4,6174
3 6 0,334 38,48 0,7 4,7078
4 8 0,196 63,90 0,9 5,3658
4.1.3 Hasil perhitungan IC50 dan analisa probit
Berdasarkan data tabel sebelumnya, maka akan didapatkan persamaan linier dan
nilai IC50 seperti yang tertera pada tabel 4.4 :
Tabel 4.4 Persamaan Linier dan penghitungan nilai IC50
No Bahan Nilai a Nilai b Nilai r Persamaan Linier Nilai IC50
(ppm)
1 Ekstrak
Propolis 4,13775 0,32915 0,998 Y= 4,13775 + 0,32915 x 416,48
2 Vitamin C 3,83553 1,50162 0,90 Y= 3,83553 + 1,50162 x 5,96
Untuk memudahkan proses input dan penghitungan data, digunakan
software Microsoft Excel untuk mencari persamaan regresi linier dengan analisa
probit.37 Dari hasil penghitungan didapatkan nilai IC50 ekstrak propolis sebesar
416,486 ppm dan vitamin C sebesar 5,96 ppm.
26
4.2 Pembahasan
Untuk membuat ekstrak propolis digunakan metode maserasi dengan 3
kali maserasi selama 7 hari menggunakan etanol 96% dan dilakukan pengocokan
setiap hari.17 Pemilihan metode maserasi dikarenakan relatif sederhana yaitu tidak
memerlukan alat-alat yang rumit, mudah, murah, dan dapat menghindari rusaknya
komponen senyawa akibat panas. Pemakaian etanol sebagai pelarut dikarenakan
etanol 96% dapat menarik komponen baik bersifat polar maupun non-polar.
Semakin lama direndam dalam alkohol , maka propolis akan semakin larut.2,9
Penelitian ini menggunakan metode DPPH untuk menguji aktivitas
antioksidan. Metode ini dipilih karena memiliki beberapa kelebihan, diantaranya
mudah, sederhana, cepat ,baik untuk sampel polaritas tertentu, sensitif dan hanya
membutuhkan sedikit sampel.18 Larutan uji yang dibuat dalam berbagai
konsentrasi untuk dilarutkan bersama DPPH bertujuan untuk mengetahui
aktivitas antioksidan dalam berbagai konsentrasi larutan dilihat dari perubahan
warnanya. Radikal DPPH mudah didegradasi oleh cahaya, oleh karena itu semua
larutan dibungkus dengan alumunium foil agar kondisinya dalam keadaan gelap.35
Agar larutan menjadi homogen, larutan harus dikocok dengan alat shaker
waterbath. Untuk tercapainya kondisi steady state (waktu dimana nilai absorbansi
sudah konstan) maka larutan didiamkan (diinkubasi) selama 30 menit dalam suhu
ruangan.37 Pada saat proses pencampuran larutan ekstrak propolis dan larutan
DPPH terjadi perubahan warna yaitu, warna ungu menjadi ungu pudar dan
kuning. Perubahan ini terjadi dikarenakan adanya penurunan absorptivitas molar
dari molekul DPPH. Perubahan warna tersebut berdasarkan jumlah elektron yang
tertangkap. Radikal bebas DPPH yang memiliki elektron tidak berpasangan
memberikan warna ungu. Perubahan warna yang terjadi disebabkan adanya ikatan
antara elektron DPPH dengan atom hidrogen yang mengindikasikan adanya
peningkatan kemampuan antioksidan dalam menangkap radikal bebas.27,37 Untuk
mencari persentase hambatan radikal bebas yang terdapat dalam ekstrak propolis,
perlu dicari terlebih dahulu nilai absorbansi sampel dan blanko. Oleh karena itu
digunakan spektrofotometer UV-Vis untuk mengukurnya.
27
Didapatkan masing-masing daya hambat radikal bebas yang terdapat pada ekstrak
propolis seperti pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.5 Persentase hambatan
No Konsentrasi larutan uji ekstrak propolis Persentase hambatan
1 1ppm ± 18,88 %
2 10 ppm ± 30, 67 %
3 100 ppm ± 42, 61 %
4 1000 ppm ± 50, 69 %
Pada hasil menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi propolis maka
nilai hambatnya pada radikal bebas akan semakin bertambah dilihat dari
perhitungan persentase hambatan. Hal ini juga menunjukkan bahwa propolis dapat
menghambat ataupun meredam radikal bebas. Untuk menganalisa aktivitas
antioksidan pada ekstrak propolis digunakan persamaan regresi linier dengan
analisa probit untuk mencari nilai IC50. Nilai probit didapatkan dengan
menggunakan tabel probit dari nilai % aktivitas hambatan.
Berdasarkan penggolongan antioksidan Blois, ekstrak propolis merupakan
golongan antioksidan yang sifatnya belum dapat diklasifikasikan, dengan nilai
IC50 416,486 ppm. Sedangkan untuk vitamin C sebagai standar/kontrol positif
telah diketahui dari penelitian sebelumnya memiliki nilai IC50 sebesar 5,05 ppm.39
Namun, dari hasil penelitian ini nilai IC50 vitamin C didapatkan sebesar 5,96
ppm.
Hasil penelitian di negara lain, India. Didapatkan bahwa ekstrak propolis
etanol dengan memakai larutan etanol 80 % menunjukkan antioksidan yang
kuat.16 Pada penelitian tersebut diperoleh data IC50 sebesar 71± 0,44. Pengujian
aktivitas antioksidan pada penelitian tersebut mempunyai persamaan dalam hal
metode dan spesies lebah yang digunakan, yaitu metode DPPH dan lebah Trigona
Sp.
28
Perbedaan hasil penelitian ini dapat dipengaruhi oleh komposisi kimia
yang terkandung pada propolis disetiap negara dan daerah yang berbeda.
Komposisi kimia pada propolis tergantung pada letak geografis, iklim, dan
tumbuh-tumbuhan disekitar tempat pengambilannya.15 Lebah mengumpulkan
propolis dari sumber tanaman, terutama dari bunga dan pucuk daun. Kemudian
lebah pun membuat sarang melalui enzim yang ada didalam air liurnya dan
bahan resin yang dikumpulkan. Hal ini menunjukkan bahwa propolis yang dibuat
oleh lebah diperoleh berdasarkan alam yang berada didekat mereka dan
kandungan senyawa aktif pun yang ada .
Seperti pada penelitian Gonzales yang mengambil sampel propolis dari 22
daerah di Brazil menunjukkan bahwa perbedaan asal propolis terhadap antibakteri
memiliki hubungan dengan besarnya kadar flavonoid dalam propolis.17 Flavonoid
pada propolis pun juga berfungsi sebagai senyawa aktif yang dapat menghambat
radikal bebas. 6
Senyawa aktif yang terkandung dalam propolis menunjukkan ciri daerah
atau negara tempat propolis dihasilkan. Perbedaan geografis di negara Eropa,
Amerikas selatan, dan Asia menghasilkan komposisi kimia yang berbeda.17
Meskipun demikian, propolis mempunyai persentase nilai hambatan radikal bebas
pada konsentrasi 1 ppm sebesar ± 18,88 % dan terdapat perubahan warna ketika
ekstrak propolis dilarutkan bersama DPPH yang menunjukkan bahwa propolis
mengandung antioksidan walaupun tidak bersifat kuat.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang dilakukan kali ini mempunyai keterbatasan dan
kekurangan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, yaitu :
Sampel yang digunakan adalah sampel yang dibeli dari peternakan lebah
dan belum tercantum sertifikasi atau keterangan yang menunjukkan bahwa
propolis tersebut benar-benar dari lebah Trigona Sp karena masih peternakan
tradisional. Cara memanen dan lingkungan tempat propolis diambil juga dapat
mempengaruhi hasil dari penelitian ini.
29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1. Dari hasil penelitian yang dilakukan, ekstrak propolis memiliki aktivitas
antioksidan. Hal ini berdasarkan adanya perubahan warna dan terdapat persentase
hambatan radikal bebas.
2. Ekstrak propolis memiliki nilai IC50= 416,486 ppm dan berdasarkan kriteria
pada pengklasifikasian antioksidan menurut blois, ekstrak propolis Trigona Spp
asal Cibubur ini belum dapat diklasifikasikan.
5.2 SARAN
1. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya tentang komposisi kimia yang
terkandung pada propolis di setiap daerah di Indonesia karena iklim, letak
geografis dan tumbuh-tumbuhan disekitar tempat pengambilannya
mempengaruhi komposisi kimia propolis.
2. Perlu dilakukan penelitian kembali kegunaan senyawa aktif yang terkandung
pada setiap komponen yang berasal dari lebah. Sebagaimana telah dijelaskan
juga didalam Al Quran bahwa setiap komponen yang keluar dari perut lebah
memiliki obat yang dapat menyembuhkan, oleh karena itu kita harus meneliti
lebih lanjut.
3. Perlu dilakukan kembali kajian ulang berapa konsentrasi pelarut etanol yang
baik untuk melarutkan senyawa aktif yang terkandung dalam propolis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Amic, D., Davidonic-Amic, D., Beslo, D. ,Trinajstic, N., 2003. Structure Radical
Scavenging Activity Relationships of Flavonoids. Croatic Chemica Acta 76:59-61
2. Radiati, Lilik Eka, dkk. Kajian Propolis, Pollen Dan Royal Jelly Pada Produk Madu
Sebagai Antioksidan Alami. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak Universitas
brawijaya, Hal 35 – 39, februari 2007.
3. Cook N. C., Samman S., Nutritional Biochemistry, 7, 66—76 (1996).
4. Ilham Kuncahyo, Sunardi. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa
Bilimbi, L.) Terhadap 1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl (Dpph). Yogyakarta : Teknologi
Farmasi Fakultas Teknik Universitas Setia Budi. 2007.
5. Suranto,adji. Dahsyatnya propolis untuk menggempur penyakit. Jakarta : AgroMedia
Pustaka. 2010
6. Hegazi, A.G., 1997. Propolis an overvie. International Symposium of Aphiterapy 8-9th.
Cairo
7. Al Qur’an dan terjemahnya. 2005. AL-JUMUNATUL ALI, Departemen Agama RI. CV
Penerbit J-ART. Hal 275
8. Bankova V dan Popova M. 2007. Propolis of stingless bee : a promising source of
biologically active compounds. Phcog Rev 1 (1) : 82-92
9. Hardianty, Desi. 2011. Pemberian Ekstrak Propolis Peroral Menurunkan Kadar F2-
Isoprostan Dalam Urin Tikus Putih (Rattus Novergicus) Jantan Yang Mengalami
Aktivitas Fisik Maksimal. Program PascaSarjana , Universitas Udayana, Denpasar, Bali.
Hal : 1-70.
30
10. Greenaway W, Scaysbrook T, Whatley FR. 1990.The composition and plant origins of
propolis: A report of work at Oxford, Bee World.71: 107–18.
11. Bankova VS. Castro SL dan Marcucci MC. 2000. Propolis : recent advances in chemistry
and plant origin. Apidologie 31 : 3-15
12. Bankova VS, Milena P, Stefan B , dan Anna GS.2002. Chemical composition of
European propolis. Expected and Unexpected Result. Z Naturforsch 57c : 530-533
13. Radiati , Eka Lilik , Umi kalsum, dkk. 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Propolis
Terhadap Sistem Kekebalan Selular Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Strain Wistar.
Fakultas peternakan , Universitas Brawijaya. Vol 9. No.1 : 1-9
14. Kumuzawa S, Hitomi G, Tomoko H, Syuichi F, Takunori F, dan Tsutomu N. 2006. A
New prenylated flavonoid from propolis collected in Okinawa, Japan. Biosci biotechnol
Biochem 68 (1) : 260-262.
15. Marcucci MC. 1995. Propolis : Chemical Composition, biological properties dan
therapeutic activity. Apidologie 26 : 83-99
16. M. Ranjith Kumar, V. Subash Chandra Bose, S. Sathyabama and V. Brindha
Priyadarisini. 2011. Antimicrobial and DPPH Free Radical- Scavenging Activities of the
Ethanol Extract of Propolis Collected from India. Journal of Ecobiotechnology; Vol 3,
No 1.
17. Fatoni , Amin. 2008. Pengaruh Propolis Trigona Spp. Asal Bukit Tinggi Terhadap
Beberapa bakteri Usus Halus Sapid an Penelusuran Komponen Aktifnya. Thesis, Sekolah
Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Hal : 17-40.
31
18. Blouis MS. Antioxidant Determinations by The Use of a Stable Free Radical. Nature :
1958. 1199-1200.
19. Salatino, A., Teixera, E.W., Negri, G., Dejair. 2005. Origin and Chemical Variation of
Brazilian Propolis. Department of Botany. Brazil: Institute of Biosciences University of
São PauloBrazil. Published by Oxford University Press
20. Burdock G.A. 1998. Review of the biological properties and toxicity of bee Propolis.
Food Chem Toxicol. 36: 347–63.
21. Krell, R.1996. Value-added Products from beekeeping : FAO Agricultural services
Bulltein No. 124. Food And Agriculture Organization Of The United Nations Rome
1996.
22. Hairrudin, Dina Helianti. Efek Protektif Propolis Dalam Mencegah Stres Oksidatif
Akibat Aktifitas Fisik Berat (Swimming Stress). Jurnal ILMU DASAR fakultas
kedokteran Universitas jember , Vol. 10 No. 2, Hal 207-211 Juli 2009.
23. Suhartono, E., ujiati, Aflanie, I. Oxygen Toxicity by Radiation and Effect of Glutamic
piruvat transamine (GPT) Activity Rat plasma after vitamine C treatment. Yogyakarta:
Diajukan pada international seminar on Environmental Chemistry and Toxicology. 2002
24. Halliwell, B and Gutteridge, J.M.C. Free radical in biology and medicine. New York:
oxford University press. 2000.
25. Wong D. Mechanism and Theory in food Chemitry. New York: Van Nostrad Reinhold.
1989.
26. Hernani, Rahardjo, Mono. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Jakarta: Penebar Swadaya.
2006.
32
27. Ardiansyah. Antioksidan dan Peranannya bagi Kesehatan. Artikel iptek. 2007. Akses 28
maret 2010.
28. Vimala, S., Adenan, M.I., A.R. and Shahdan Rohana. 2003. Nature’s Choice to Wellness
: Antioxidant vegetables/Ulam. Malaysia, Kuala Lumpur: Forest Research institute.
29. Mun’im, A, Negishi, O and Ozawa, T. 2003. Antioxidative compounds from Crotalaria
sessiliflora, Biosci.Biotechnol.Biochem.. Hal 410-414.
30. Harborne, JB. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan.
Terjemahan K. Padmawinata Edisi II. Bandung : ITB Press. 2006
31. Gurav, S. N. Deshkar, V. Gulkari, N. Duragkar, A. Patil. 2007. Free radical Scavenging
activity of polygala chinensis linn. Pharmacologyonline, 2: 245-253.
32. Molyneux P. The Use of The Stable Free Radical Dipenylpicrylhydrazyl (DPPH) for
Estimating antioxidant activity. Songklanakarin: Science Technologi. 2004. 26 (2) : 211-
219.
33. Sroka, Zbigniew. 2006. The screening analysis of antiradical activity of some
plant extracts. Department of Pharmacognosy, Wrocław Medical University, Wrocław,
Poland. Postepy Hig Med Dosw. (online), 60: 563-570.
34. Gandjar IG, Rohman A. Kimia farmasi analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.2007
35. Rouessac F, Rouessac A. Chemical analysis modern instrumentation, methods and
techniques. England: Willey.2004
33
36. Lachumy SJT, Sasidharan S, Sumathy V, Zakarin Z. Pharmacological Activity,
Phytochemical analysis and Toxicity of methanol extract of Etlingera elatior (Torch
Ginger) Flowers. Malaysia : Asian Pacific Journal of Tropical Medicine. 2010. 769-774.
37. Green RJ. Antioxidant Activity of peanut plant tissues. Thesis. North Caroline State
University, Raleihgh : Department of food science.2004
38. Saputri FC, Jantan I. Effect of selected medicinal plants on human low-density
lipoprotein oxidation, 2,2-diphenyl-1-picryhydrazyl (DPPH) radicals and human
aggregation. Journal of Medicinal Plants Research 2011 Nov ; 5 (26) : 6182-6191
39. Nabavi SF, Nabavi SN, Ebrahimzadeh MA, Asgarirad H. The Antioxidant Activity of
Wild Medlar (Mespilus germanical) Fruits, Stem Bark and Leaf. African Journal of
Biotechnologi 10 January 2011; Vol.10(2): pp. 283-289. Available from:URL:
http://www.academicjournals.org/AJB
34
35
LAMPIRAN
Lampiran 1
Gambar 6.1 Grafik perbandingan konsentrasi dengan absorbansi ekstrak ekstrak
propolis
Gambar 6.2 Grafik regresi linier ekstrak propolis
00,10,20,30,40,50,6
1 10 100 1000
abso
rban
si
konsentrasi
Grafik perbandingan konsentrasi dengan absorbansi ekstrak propolis
Series1
y = 0,329x + 4,137R² = 0,996
0
2
4
6
0 1 2 3 4
prob
it
log konsentrasi
Grafik perbandingan log konsentrasi dengan nilai probit ekstrak propolis
Series1
Linear (Series1)
36
Lampiran 2
Gambar 6.3 Grafik perbandingan konsentrasi dengan absorbansi vitamin C
Gambar 6.4 Grafik regresi linier vitamin C
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8
abso
rban
si
konsentrasi
Grafik perbandingan konsentrasi dengan absorbansi vitamin C
Series1
y = 1,501x + 3,835R² = 0,820
0123456
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
prob
it
log konsentrasi
Grafik perbandingan log konsentrasi dengan nilai probit vitamin C
Series1
Linear (Series1)
37
Lampiran 3
Perhitungan Nilai IC50 Ekstrak Propolis
y= a+ bx
y= 4,13775 + 0,32915 x
5= 4,13775 + 0,32915 x
x= 5- 4,13775
0,32915
x= 0,86225
0,32915
X= 2,6196
Antilog x = 416,4856 ppm
Nilai IC50 Ekstrak Propolis = 416,4856 ppm
Perhitungan Nilai IC50 vitamin C
y= a+ bx
y= 3,83553 + 1,50162 x
5= 3,83553 + 1,50162 x
x= 5- 3,83553
1,50162
X= 0,775
Antilog x = 5,96 ppm
Nilai IC50 Vitamin C = 5,96 ppm
38
Lampiran 4
1. Gambaran proses kerja
6.5 Proses evaporasi 6.6 Proses penimbangan
6.7 Proses pembuatan larutan uji 6.8 Proses homogenisasi
39
Lampiran 5
2. Gambar larutan ekstrak propolis setelah dicampur dengan DPPH
6.9 Konsentrasi 1 ppm 6.10 Konsentrasi 10 ppm
6.11 Konsentrasi 100 ppm 6.12 Konsentrasi 1000 ppm
40
Lampiran 6
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : M Chalid As Shadiqy
Tempat, tanggal lahir : Muara Enim, 25 Agustus 1991
Alamat : JL. Kamboja RT 4 / RW 5 Marga mulya, Kec.Lubuk
linggau selatan, Kota lubuk linggau, Sumatera Selatan
No HP : 081995193838
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1.TK PERWANIDA Muara Enim (1995-1996)
2. SD Negeri 3 Muara Enim (1996-1999)
3.SD Negeri 1 Marga Mulya (1999-2003)
4. SMPN 2 Lubuk Linggau (2003-2006)
5. SMAN 1 Unggulan Muara Enim (2006-2009)
6. PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2009- Sekarang)