Tugas Uts Sim Awi

23
UNIVERSITAS INDONESIA TELENURSING DALAM MENANGANI PASIEN GANGGUAN JIWA KORBAN BENCANA ALAM Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Informasi Manajemen Keperawatan Oleh : M. Nawawi N. 1006748671 PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN KEKHUSUSAN KEPERAWATAN JIWA

Transcript of Tugas Uts Sim Awi

Page 1: Tugas Uts Sim Awi

UNIVERSITAS INDONESIA

TELENURSING DALAM MENANGANI PASIEN GANGGUAN JIWA KORBAN BENCANA ALAM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Informasi Manajemen Keperawatan

Oleh :

M. Nawawi N.1006748671

PROGRAM PASCA SARJANAFAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

KEKHUSUSAN KEPERAWATAN JIWAUNIVERSITAS INDONESIA

2011

Page 2: Tugas Uts Sim Awi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah hasil dan

perkembangan teknologi keperawatan sebagai salah satu tugas untuk mata kuliah

Sistem Informasi Manajemen.

Tujuan penyusunan makalah ini adalah diharapkan mahasiswa mampu

menganalisis perkembangan teknologi keperawatan atau teknologi kesehatan yang

dapat dimanfaatkan oleh keperawatan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak

terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan krtitik dan saran yang

bersifat membangun demi perbaikan makalah ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada

berbagai pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.

Besar harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

pengembangan dan peningkatan ilmu keperawatan serta bagi peningkatan

pelayanan keperawatan yang profesional di masa yang akan datang.

Jakarta,Oktober 2011

Penulis

Page 3: Tugas Uts Sim Awi
Page 4: Tugas Uts Sim Awi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

ABSTRAK..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………...........................................................................1

BAB II : KAJIAN LITERATUR DAN PEMBAHASAN..................................4

A. Kajian Literatur ……………………………………………………….4

B. Pembahasan……………………………………………………………6

BAB III : PENUTUP.............................................................................................9

A. Kesimpulan …………………………………………………………...9

B. Rekomendasi …………………………………………………………9

DAFTAR PUSTAKA

Page 5: Tugas Uts Sim Awi

ABSTRAK

Bencana yang kerap terjadi di Indonesia berdampak kurang baik pada perkembangan kesehatan jiwa seseorang, terutama yang menjadi korban. Gangguan pada kesehatan jiwa dapat membuat penderita tidak produktif dan bergantung pada orang lain. Trauma psikologis pada individu yang mengami bencana memerlukan penangan yang berkesinambungan dalam rentang waktu yang relatif lama. Dalam bidang kesehatan termasuk pelayanan keperawatan telah mendorong terciptanya suatu model pelayanan keperawatan jarak jauh yang lebih dikenal dengan nama telenursing. Telenursing adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat.

Page 6: Tugas Uts Sim Awi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar BelakangBencana banjir di Semarang, tanah longsor di Wasior, Gempa bumi di

Padang, dan meletusnya Gunung Kelud sudah berlalu. Namun bukan berarti

selesai juga masalahnya, meski upaya terus dilanjutkan. Banyak masalah yang

berkaitan dengan bencana alam. Kehilangan dan kerusakan termasuk yang

paling sering harus dialami bersama datangnya bencana itu.

Berangkat dari berbagai masalah seperti itu menyebabkan timbulnya

bekas dalam jiwa. Karena bekas itu seperti luka jadinya, maka sakit yang

ditimbulkannya juga banyak menyangkut kejiwaan. Apalagi bila kejadian ini

juga dialami langsung, pengalaman itu bisa menjadi traumatis dan mengalami

gangguan psikologis. Berduka dan kehilangan sering menjadi stressor terbesar bagi korban

bencana alam. Dampak ini tentunya membawa efek berbeda di setiap umur.

Di antara para korban bencana, ada kelompok yang memiliki risiko lebih

tinggi untuk mengalami gangguan jiwa, yaitu anak-anak, perempuan, dan

lanjut usia.

Tentunya stress yang dialami oleh korban bencana alam ini bervariasi,

ada yang mengalami stress ringan, sedang, hingga berat. Tingkatan stress

yang dialami tergantung dari cara beradaptasi tiap individu yang tentunya

berbeda antara satu dengan lainnya. Cara beradaptasi tersebut berasal dari

persespi, penilaian, dan tuntutan individu. Adaptasi memang sangat

diperlukan disaat-saat krisis seperti bencana alam. Namun tidak semua orang

akan mengalami stress pasca bencana. Setelah melalui fase reaksi akut atau

syok, semuanya bergantung dari beberapa hal untuk tidak masuk ke dalam

fase berkepanjangan. Ada sejumlah faktor internal dan eksternal yang

mempengaruhi. Faktor internal seperti daya pulih, kemampuan menghadapi

masalah seperti bersandar pada agama, adanya gangguan jiwa yang kemudian

kambuh akibat bencana, dan lain sebagainya. Sementara itu, faktor eksternal

1

Page 7: Tugas Uts Sim Awi

seperti pendampingan, ada kejelasan atau tidak terus menerus menjadi

pengungsi, adanya akses ke pelayanan kesehatan jiwa, dan lain-lain.

Menurut Dr. Nova Riyanti, Sp.Kj. sebanyak 70-80 persen orang yang

mengalami peristiwa traumatik akibat bencana alam akan memunculkan

gejala-gejala distress mental seperti ketakutan, gangguan tidur, mimpi buruk,

panik, siaga berlebihan, berduka, dan lain-lain. Menurut hal itu merupakan

respon wajar dalam situasi tidak normal seperti bencana alam. Meski

demikian, umumnya keadaan tersebut bersifat sementara, sebagian besar akan

pulih secara alamiah dengan berlalunya waktu, meskipun tanpa intervensi

yang spesifik. Dari keseluruhan korban bencana, walaupun pada awal bencana

mungkin hampir semua mengalami distress mental, hanya sekitar 20-30

persen saja yang akan mengalami gangguan jiwa berat. Gangguan pada

kesehatan jiwa dapat membuat penderita tidak produktif dan bergantung pada

orang lain.

Untuk menanggulangi dampak buruk tersebut, perlu tenaga-tenaga

kesehatan yang siap untuk membantu mereka, khususnya di pelayanan tingkat

primer, karena tenaga khusus kesehatan jiwa masih terbatas.

Pada seminar keperawatan yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa

Ilmu Keperawatan bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) UMY dijelaskan bencana dapat menimbulkan dampak

buruk pada kesehatan jiwa seseorang. Perlu tenaga kesehatan yang siap

membantu untuk menanggulangi gangguan. Dalam sebuah penelitian, pasien

gangguan kesehatan jiwa lebih banyak datang ke pelayanan primer

dibandingkan ke pelayanan spesialistik. Masalah kesehatan jiwa secara

sekilas memang tampak tidak menyebabkan kematian secara langsung.

Namun menyebabkan penderitaan berkepanjangan, baik bagi individu,

keluarga, masyarakat, maupun negara.

Aspek Psikologis erat kaitannya dengan proses kehilangan, tidak hanya

fisik: kehilangan barang milik, kehilangan orang yang dikasihi tetapi juga

sosial: kehilangan aktivitas, kehilangan ikatan kekeluargaaan dan lain-

sebagainya. Mengingat dampak psikologis bencana sangat besar dalam arti

jumlah mereka yang mengalami dampak besar namun jumlah profesional

kesehatan mental terbatas (jumlah psikolog klinis dan psikiater sedikit).

2

Page 8: Tugas Uts Sim Awi

Belum lagi proses penanganan aspek psikologis bencana tidak singkat

melainkan merupakan proses yang relatif panjang.

Dengan berbagai hambatan yang ada pada wilayah bencana diperlukan

suatu sistem pelayanan serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang demikian pesat dalam bidang pendidikan dan kesehatan termasuk

pelayanan keperawatan telah mendorong terciptanya suatu model pelayanan

keperawatan jarak jauh yang lebih dikenal dengan nama telenursing.

Telenursing berarti pemberian perawatan secara berkelajutan untuk klien

dan biasanya pada mereka dalam kondisi kronik (Hardin, 2001).

Telenursing meliputi pengumpulan data klinik pasien dan penggunaanvideo-

imaging untuk memberikan perawatan berkelanjutan dan edukasi pada klien.

Sistem ini memungkinkan perawat memberikan informasi dan waktu

secara akurat dan dukungan secara online. Perawatan yang berkelanjutan

dapat ditingkatkan dengan memberikan harapan melalui kontak dengan

frekuensi yang sering antara pemberi asuhan perawatan dengan klien.

Telenursing merupakan alat yang digunakan untuk memberikan asuhan

keperawatan jarak jauh terutama pada pada penangan masalah psikologis

pasca bencana alam. Penggunaan telenursing terbukti bermanfaat baik dalam

hal jangkauan wilayah, efektifitas waktu, efisiensi biaya, dan penyelesaian

masalah keterbatasan tenaga pemberi pelayanan. Praktik telenursing tidak

lepas dari isu seputar legal aspek, yang harus disikapi secara bijaksana

dengan melibatkan peranserta pemerintah sebagai pembuat kebijakan.

23

Page 9: Tugas Uts Sim Awi

BAB II

KAJIAN LITERATUR DAN PEMBAHASAN

A. Kajian Literatur

1. Pengertian Telenursing

Telenursing adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam

memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan

dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau

antara beberapa perawat. Menurut National Council of State Boards of

Nursing, telenursing is defined as the practice of nursing over distance

using telecommunications technology.

Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk

memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak-jauh.

Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi satelit untuk menyiarkan

konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua negara dan memakai

peralatan video conference. Telenursing bagian integral dari telemedicine

atau telehealth.

2. Penerapan telenursing

Telenursing merupakan sistem yang berbasis internet yang didesain

untuk membantu pasien belajar cara mengelola kondisi mereka.

Kontruksi sistemnyadapat dilihat pada gambar 1, dimana Database

server yang berlokasi di sebuat pusat pelayanan perawatan kesehatan

yang berfungsi untuk mengumpulkan dan meneruskan serta memenuhi

sinyal dari pasien, perawat, dan dokter, dengan melihat informasi pada

website. Pada gambar 2 terlihat dipusat kesehatan dengan staffnya adalah

seorang perawat professional yang mengetahui tentang teknik

telekomunikasi. Perawat ini secara regular mengunjungi pasien yang

terdaftar dan juga memberikan perawatan berkelanjutan melalui sistem

telenursing.

Terdapat tiga jenis informasi yang akan terolah pada sistem ini

antara lain: (1) email dari pasien yang melaporkan status kesehatan; (2)

4

Page 10: Tugas Uts Sim Awi

Data vital sign: monitoring tekanan darah secara regular, nadi dan

temperature; (3) video-mail, yang berfungsi untuk meningkatkan evaluasi

pasien. Pasien mengakses informasi kesehatan pada website. Informasi

yang terkumpul dipusat pelayanan kesehatan dan perawatan akan

memutuskan apakah memberikan perawatan melalui instruksi telenursing

atau mengunjungi pasien.

3. Fungsi Telenursing

Telenursing dapat melakukan fungsi-fungsi berikut:

1. Pemantauan pasien yang menderita penyakit kronis.

2. Koordinasi perawatan untuk pasien dengan penyakit atau

kondisi yang rumit, atau banyak co-morbiditas.

3. Pendidikan pasien untuk mengelola gejala penyakit mereka

Menurut Britton et all (1999), ada beberapa keuntungan

telenursing yaitu :

1. Efektif dan efisien dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga

dapat mengurangi kunjungan ke pelayanan kesehatan ( dokter

praktek,ruang gawat darurat, rumah sakit dan nursing home).

2. Dengan sumber daya yang minimal dapat meningkatkan cakupan dan

jangkauan pelayanan keperawatan tanpa batas geografis.

3. Telenursing dapat menurunkan kebutuhan atau menurunkan waktu

tinggal di rumah sakit

4. Pasien dewasa dengan kondisi penyakit kronis memerlukan

pengkajian dan monitoring yang sering sehingga membutuhkan biaya

yang banyak. Telenursing dapat meningkatkan pelayanan untuk

pasien kronis tanpa memerlukan biaya dan meningkatkan

pemanfaatan teknologi

5. berhasil dalam menurunkan total biaya perawatan kesehatan dan

meningkatkan akses untuk perawatan kesehatan tanpa banyak

memerlukan sumber

Selain manfaat di atas telenursing dapat dimanfaatkan dalam

bidang pendidikan keperawatan ( model distance learning) dan

perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan.

5

Page 11: Tugas Uts Sim Awi

Telenursing dapat juga digunakan dikampus dengan video conference,

pembelajaran on line dan Multimedia Distance Learning

B. Pembahasan

Rangkaian bencana alam yang terjadi di Indonesia, yaitu bajir

bandang di Wasior, tsunami di Mentawai, gempa bumi di padang, dan

erupsi Gunung Merapi telah menelan ratusan korban meninggal, hilang,

maupun luka-luka. Kerugian material dan immaterial yang besar

berdampak pada kesehatan psikis dan somatis bagi korban bencana dan

keluarganya.

Bencana alam dapat menyebabkan dampak serius dan

berkepanjangan terhadap kesehatan fisik maupun psikologis pada korban

bencana yang selamat. Stres pasca tauma (posttraumatic stress

disorder (PTSD)) merupakan kelainan psikologis yang umum diteliti

setelah terjadinya bencana. PTSD dicirikan dengan adanya gangguan

ingatan secara permanen terkait kejadian traumatik, perilaku menghindar

dari rangsangan terkait trauma, dan mengalami gangguan meningkat terus-

menerus. Angka kejadian PSTD pada korban yang mengalami bencana

langsung yang selamat kurang lebih 30% sampai 40%. Pengamatan pada

262 korban tsunami di Aceh menunjukkan bahwa 83,6% mengalami

tekanan emosi berat dan 77,1% menunjukkan gejala depresi.

Untuk mengatasi masalah psikologis pada daerah yang terkena

bencana alam, maka diperlukan tenaga kesehatan dibidang kesehatan jiwa.

Terbatasnya tenaga kesehatan jiwa dan tidak cukup memadai untuk dapat

menjangkau tempat bencana alam maka kondisi ini dapat diatasi dengan

menerapkan metode telenursing untuk ketercapaian dan kesinambungan

terapi. Praktik telenursing memperlihatkan banyak kesempatam dalam

meningkatkan akses keperawatan. Sistem ini sangat cocok untuk

diterapkan di Indonesia mengingat letak geografisnya yang luas dan rawan

terjadi bencana. Sejauh ini praktik telenursing banyak diterapkan dalam

memberikan perawatan fisik.

Telenursing saat ini semakin berkembang pesat di banyak negara,

terkait dengan beberapa faktor seperti mahalnya biaya pelayanan

kesehatan, kasus yang saat ini terjadi di Indonesia adalah bencana alam,

sulitnya mendapatkan pelayanan kesehatan di daerah terpencil, rural, dan

6

Page 12: Tugas Uts Sim Awi

daerah yang penyebaran pelayanan kesehatan belum merata. Dan

keuntungannya, telenursing dapat menjadi jalan keluar kurangnya jumlah

perawat (terutama di negara maju), mengurangi jarak tempuh, menghemat

waktu tempuh menuju pelayanan kesehatan, mengurangi jumlah hari

rawat dan jumlah pasien di RS, serta menghambat infeksi nosokomial.

Praktik telenursing memperlihatkan banyak kesempatam dalam

meningkatkan akses keperawatan. Telenursing banyak diterapkan dalam

memberikan perawatan fisik, selain itu system ini juga dapat diterapkan

dalam mengatasi masalah psikologis, misalnya pada daerah yang mengami

bencana alam. Adanya bencana yang menyebabkan para perawat tidak

bisa datang ketempat kejadian maka telenursing ini sangat membantu

dalam asuhan keperawatan bagi korban yang mengalami gangguan jiwa.

Korban bencana yang mengalami trauma psikologis yang tidak dapat

ditangani dalam waktu yang singkat, sementara tenaga kesehatan untuk

menjangkau wilayah bencana sering kali mengalami banyak hambatan,

sementara korban memerlukan penanganan segera. Kondisi ini dapat

diatasi dengan menerapkan metode telenursing untuk ketercapaian dan

kesinambungan terapi.

Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka

diperlukan kebijakan umum dari pemerintah untuk mengatur praktek,

SOP/standar operasional prosedur, etik dan profesionalisme, keamanan,

kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan. Kegiatan

telenursing membutuhkan integrasi antara startegi dan kebijakan untuk

mengembangkan praktek keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan

keperawatan, dan sistem pendidikan serta pelatihan keperawatan.

Untuk dapat diaplikasikan maka ada beberapa hal yang perlu

menjadi perhatian :

1.   Faktor legalitas

Dapat didefinisikan sebagai otononi profesi keperawatan atau institusi

keperawatan yang mempunyai tanggung jawab dalam pelaksanaan

telenursing.

2.   Faktor financial

Pelaksanaan telenursing membutuhkan biaya yang cukup besar karena

sarana dan prasaranya sangat banyak. Perlu dukungan dari pemerintah

7

Page 13: Tugas Uts Sim Awi

dan organisasi profesi dalam penyediaan aspek financial dalam

pelaksanaan telenursing.

3.   Faktor Skill

Ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu pengetahuan dan skill

tentang telenursing. Perawat dan klien perlu dilakukan pelatihan

tentang aplikasi telenursing. Terlaksananya telenursing sangat

tergantung dari aspek pengetahuan dan skill antara klien dan perawat.

Pengetahuan tentang telenursing harus didasari oleh pengetahuan

tehnologi informasi.

4.   Faktor Motivasi

Motivasi perawat dan pasien menjadi prioritas utama dalam

pelaksanaan telenursing. Tanpa ada motivasi dari perawat dan pasien,

telenursing tidak akan bisa berjalan dengan baik.

Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya

mempertahankan privasi dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik

keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang secara

fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam bidang

kesehatan dalam merawat pasien adalah :

1. Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan

yang diberikan harus tetap terjaga

2. Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus

diinformasikan potensial resiko (seperti keterbatasan jaminan

kerahasiaan informasi, melalui internet atau telepon) dan

keuntungannya

3. Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat

dikontrol dengan membuat informed consent (pernyataan persetujuan)

lewat email

4. Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan

dan penyalah gunaan informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.

88 8

Page 14: Tugas Uts Sim Awi

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bencana alam yang terjadi di Indonesia, menyebabkan korban sulit

mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena terletak di daerah terpencil, dan

daerah yang penyebaran pelayanan kesehatannya belum merata.

Hambatan yang dialami oleh tenaga kesehatan karena jarak tempuh dan

kondisi bencana alam, maka diperlukan suatu sistem pelayanan serta

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk pelayanan

keperawatan yang diamana terciptanya suatu model pelayanan keperawatan

jarak jauh yang lebih dikenal dengan nama telenursing.

Telenursing dapat diterapkan dalam memberikan perawatan pada korban

bencana alam yang mengalami gangguan fisik, dan mangalami gangguan

psikologis. Selain itu juga telenursing dapat menjadi jalan keluar kurangnya

jumlah perawat (terutama di negara maju), mengurangi jarak tempuh,

menghemat waktu tempuh menuju pelayanan kesehatan, mengurangi jumlah

hari rawat dan jumlah pasien di RS, serta menghambat infeksi nosokomial.

B. Rekomendasi

Pelaksanaan telenursing di Indonesia masih belum berjalan dengan baik

disebabkan oleh karena keterbatasan sumberdaya manusia, keterbatasan

sarana dan prasarana serta kurangnya dukungan pelaksanaan telenursing dari

pemerintah. Untuk mensiasati keterbatasan pelaksanaan telenursing maka

yang harus diperhatikan Pemerintah dan lembaga kesehatan yaitu:

1. Mengadakan pelatihan kepada para perawat dalam rangka

pengguasaan tekhnologi berbasis telenursing.

2. Memberikan sertifikasi bagi mereka yang telah mengikuti pelatihan

berbasis telenursing.

3. Melegalkan praktek telenursing di bidang keperawatan terkhusus

keperawatan jiwa.

Page 15: Tugas Uts Sim Awi

4. Mempasilitasi dalam pengadaan hardware dan software untuk

penggunaan telenursing dalam bidang keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

American Nurses association. (1996). Telehealth-Issues for Nursing. Dalam http://ana.org/readroom/tele2.htm. Diperoleh tanggal 27 Oktober 2011.

Bohnenkam, et al. (2002). Telenursing on Patient’s Perspcetive. Dalam http://www.pubmed.gov. Diperoleh tanggal 28 Oktober 2011

Bland SH, O’Leary ES, Farinaro E, Jossa F, Trevisan M. (1996). Long-term psychological effects of natural disasters. Psychosom Med

Hardin S. (2001). Telehealth Impact on Nursing and Development of the Interstate Compact. Dalam www.proquest.umi/pqdweb. Diperoleh tanggal 30 Oktober 2011.

Jerant, AF. (2003). A randomized Trial of Telenursing to Reduce Hospitalization for Heart failure: Patient-Centered Outcomes and Nursing Indicators. Dalam www.hawortpress.com/store/research.asp. Diperoleh tanggal 30 Oktober 2011.

Martono.(2006). Telenursing (Pelayanan Asuhan Keperawatan Jarak Jauh)"Alternatif Asuhan Keperawatan Indonesia Menjelang Indonesia Sehat 2010" dalam http://www.inna-ppni.or.id/ index.php?name=News&file=article&sid=71, diperoleh tanggal 25 Oktober 2011

Susan Kay Bohnenkamp, Traditional Versus Telenursing Outpatient Management of Patients With Cancer With New Ostomi dalam http://ons.metapress.com/ content/ f662854712557057/, diperoleh tanggal 26 Oktober 2011

Souza R, Bernatsky S, Reyes R, de Jong K (2007). Mental health status of vulnerable tsunami-affected communities: a survey in Aceh Province, Indonesia. J Trauma Stress. 

Unpad.ac.id/keperawatankita/2010/12/21/telenursing-dalam-penanganan-psikis-korban-bencana-alam/ , Diperoleh tanggal 27 Oktober 2011.

Wikipedia.(2007). Telenursing, dalam http://en.wikipedia.org/wiki/telenursing, Diperoleh tanggal 27 Oktober 2011.

9

Page 16: Tugas Uts Sim Awi

10