tugas forensik RZUDZA
-
Upload
zamzami-sapoetra -
Category
Documents
-
view
36 -
download
8
description
Transcript of tugas forensik RZUDZA
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Kekerasan Tajam (4A)
Definisi
Kekerasan tajam adalah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada
permukaan tubuh yang disebabkan oleh benda-benda tajam. Benda-benda yang
dapat mengakibatkan luka seperti ini adalah benda yang memiliki sisi tajam, baik
berupa garis maupun runcing, yang bervariasi dengan menggunakan alat-alat
seperti golok, pisau, dan sebagainya, hingga keping kaca, gelas, logam, sembilu
bahkan tepi kertas atau rumput. Luka akibat benda tajam pada umumnya mudah
dibedakan dari luka yang disebabkan oleh benda tumpul dan dari luka tembakan
senjata api (Sjamsuhidajat, R., 2010).
Luka akibat kekerasan tajam merupakan salah satu kasus tersering dalam
Ilmu Kedokteran Forensik. Luka bisa terjadi pada korban hidup maupun korban
mati. Secara medis, luka dipandang sebagai suatu kerusakan jaringan akibat dari
trauma, sedangkan secara hukum luka merupakan bukti suatu keadaan yang dapat disebabkan
oleh suatu tindak pidana baik yang bersifat intensional (sengaja), recklessness
(ceroboh), atau negligence (kurang hati– hati). Dalam ilmu perlukaan dikenal
istilah trauma tumpul dan trauma tajam (Dahlan, S., 2004).
Berdasarkan aspek medis, luka merupakan kerusakan atau hilangnya
hubungan antara jaringan (discontinuous tissue) seperti jaringan kulit, jaringan
lunak, jaringan otot, jaringan pembuluh darah, jaringan saraf, dan tulang. Bentuk
luka bermacam-macam, tergantung dari penyebabnya, misalnya luka sayat atau
vulnuss scissum disebabkan oleh benda tajam, sedangkan luka tusuk yang disebut
vulnus punctum akibat benda runcing (Dahlan, S., 2004).
Patofisologi dan gambaran klinis
Mekanisme luka
Tubuh biasanya mengabsorbsi kekuatan baik dari elastisitas jaringan atau
kekuatan rangka. Intensitas tekanan mengikuti hukum fisika. Hukum fisika yang
terkenal dimana kekuatan = ½ masa x kecepatan. Sebagai contoh, 1 kg batu bata
ditekankan ke kepala tidak akan menyebabkan luka, namun batu bata yang sama
dilemparkan ke kepala dengan kecepatan 10 m/s menyebabkan perlukaan.
Faktor lain yang penting adalah daerah yang mendapatkan kekuatan.
kekuatan dari masa dan kecepatan yang sama yang terjadi pada dareah yang lebih
kecil menyebabkan pukulan yang lebih besar pada jaringan. Pada luka tusuk,
semua energi kinetik terkonsentrasi pada ujung pisau sehingga terjadi perlukaaan,
sementara dengan energi yang sama pada pukulan dengan menggunakan tongkat
mungkin bahkan tidak menimbulkan memar.
Efek dari kekuatan mekanis yang berlebih pada jaringan tubuh akan
menyebabkan penekanan, penarikan, perputaran, dan luka iris. Kerusakan yang
terjadi tidak hanya pada jenis penyebab mekanisnya tetapi juga pada target
jaringannya. Contohnya, kekerasan penekanan pada ledakan mungkin hanya
sedikit perlukaan pada otot namun dapat menyebabkan ruptur paru atau intestinal,
sementara pada torsi mungkin tidak memberikan efek pada jaringan adiposa
namun menyebabkan fraktur spiral pada femur.
Klasifikasi luka
1. Abrasi
2. Kontusi
3. Laserasi
4. Luka insisi
Anatomi forensik kulit
Bagian paling atas pada kulit adalah lapisan sel keratinisasi stratum
korneum yang memiliki ketebalan bermacam-macam pada bagian-bagian tubuh
tertentu. Tumit dan telapak tangan memiliki lapisan yang paling tebal sementara
pada daerah yang terlindungi seperti skrotum dan kelopak mata hanya pecahan
dari millimeter. Berkaitan dengan forensik pada perkiraan perlukaan penetrasi
pada kulit.
Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah. Lapisan epidermis
umumnya berkerut, permukaan bawahnya terdiri dari papilla yang masuk ke
dalam dermis. Dermis (korium) terdiri dari jaringan ikat dan adneksa kulit,
seperti: folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Terdapat banyak
pembuluh darah, saraf pembuluh limfe serta ujung saraf taktil, tekan,dan panas.
Bagian bawah dari dermis terdapat jaringan adiposa dan fascia (tergantung dari
bagian tubuh), jaringan lemak, dan otot yang berurutan di bawahnya.
Abrasi
Merupakan perlukaan paling superfisial, dengan definisi tidak menebus
lapisan epidermis. Abrasi yang sesungguhnya tidak berdarah karena pembuluh
darah terdapat pada dermis. Kontak gesekan yang mengangkat sel keratinisasi dan
sel di bawahnya akan menyebabkan daerah tersebut pucat dan lembab oleh karena
cairan eksudat jaringan.
Ketika kematian terjadi sesudahnya, abrasi menjadi kaku, tebal, perabaan
seperti kertas berwarna kecoklatan. Pada abrasi yang terjadi sesudah kematian
berwarna kekuningan jernih dan tidak ada perubahan warna.
Tangensial atau abrasi geser
Abrasi kebanyakan disebabkan oleh gerakan lateral daripada tekanan
vertikal. Ketika tanda abrasi ini ditemukan, arah kekuatan dapat ditentukan dari
sisa epidermis yang terbawa sampai ke ujung abrasi. Pemeriksaan visual, bila
perlu menggunakan lensa dapat menunjukkan pergerakan dari tubuh.
Abrasi Crushing
Ketika penekanan vertikal pada permukaan kulit, tidak ada goresan yang
terjadi, namun epidermis hancur dan objek yang menghantam tercetak. Jika
hantaman tersebut kuat dan daerah permukaan kontak kecil, akan terjadi luka
dengan lubang kecil dan abrasi hantaman terjadi. Kerusakan yang terjadi berupa
penekanan hingga depresi ringan dari permukaan, paling tidak memar atau
tonjolan udem lokal. Abrasi ini salah satu dari abrasi yang menunjukkan cetakan
dari objek yang membuat luka.
Abrasi kuku jari
Sangat penting karena frekuensi pada serangan khususnya pada
penyiksaan anak, penyerangan seksual, dan penjeratan. Sering disertai dengan
memar lokal. Abrasi kuku jari biasanya sering ditemukan pada leher, muka,
lengan atas, dan lengan depan. Mungkin berupa goresan linear jika jari-jari
tersebut menarik ke bawah, tanda kurva atau garis lurus jika tangan tersebut
menggenggam.
Lengan bagian depan sering merupakan lokasi untuk penggenggaman dan
menahan baik pada penyiksaan anak atau serangan pada orang dewasa. Memar
umum ditemukan, namun tanda kuku jari dapat menumpang pada memar tersebut.
Ahli patologi harus berhati-hati dengan interpretasi yang salah. Contohnya,
memutuskan tanda kuku jari pada leher yang disebabkan oleh tangan dari depan
atau belakang leher.
Abrasi berpola
Abrasi yang terjadi mengikuti pola objek. Tidak hanya epidermis yang
rusak, kulit dapat tertekan mengikuti pola objek, sehingga dapat terjadi memar
intradermal. Contohnya, ketika ban motor melewati kulit, meninggalkan pola pada
kulit dimana kulit juga tertekan mengikuti alur ban tersebut.
Abrasi post-mortem (sesudah kematian)
Dapat disebabkan berbagai macam, antara lain penyeretan pada saat
pemakaman atau akibat proses otopsi. Pada saat proses pemakaman, khususnya
setelah dibersihkan dengan air panas. Pada otopsi kedua, perlu diperiksa dengan
deskripsi sebelumnya atau dengan foto, jika beberapa luka yang ditemukan
diragukan.
Kontusio atau memar
Meskipun sering bersamaan dengan abrasi dan laserasi, memar murni
terjadi karena kebocoran pada pembuluh darah dengan epidermis yang utuh oleh
karena proses mekanis. Ekstravasasi darah dengan diameter lebih dari beberapa
millimeter disebut memar atau kontusio, ukuran yang lebih kecil disebut ekimosis
dan yang terkecil seukuran ujung peniti disebut petekie. Baik ekimosis dan petekie
biasanya terjadi bukan karena sebab trauma mekanis.
Kontusio disebabkan oleh kerusakan vena, venule, arteri kecil. Perdarahan
kapiler hanya dapat dilihat melalui mikroskop, bahkan petekie berasal dari
pembuluh darah yang lebih besar dari kapiler. Kata ‘memar’ mengacu pada lesi
yang dapat dilihat pada kulit atau yang terjadi pada subkutanea, sementara
‘kontusio’ dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja seperti limpa, mesenterium,
atau otot. Penggunaan kata memar lebih banyak digunakan dokter saat
memberikan laporan atau keterangan pada kalangan non-medik.
Memar Intradermal
Memar yang biasa terjadi akibat penekanan pada subkutanea, sering pada
jaringan adiposa. Jika dilihat, memar terjadi pada perbatasan dermis dan
epidermis, namun kadang samar. Ketika memar terjadi akibat penekanan dengan
objek berpola, perdarahan yang terjadi lebih dapat dilihat, jika berada di lapisan
subepidermal. Jumlah darahnya sedikit namun karena posisinya yang superfisial
dan lapisan tipis di atasnya yang jernih sehingga polanya dapat dibedakan. Memar
ini terjadi ketika objek yang menekan memiliki pinggiran dan alur, sehingga kulit
dipaksa mengikuti alur dan bentuknya.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Munculnya Memar
1. Kebocoran pembuluh darah. Harus ada ruangan yang cukup untuk darah
yang keluar berakumulasi. Ini menjelaskan kenapa memar lebih mudah
terjadi pada skrotum daripada tumit, dimana jaringan-jaringan fibrosanya
padat. Karena banyaknya jaringan subkutanea pada orang yang gemuk,
mereka lebih mudah terjadi memar daripada orang yang kurus. Jika
faktor lain seperti fragilitas pembuluh darah dan umur
2. Jumlah darah yang keluar
3. Ruangan yang cukup
4. Kedalaman memar yang terjadi
5. Fragilitas pembuluh darah
6. Pada orang yang berbaring lama
Pergerakan dari Memar
Pada daerah superfisial memar muncul dengan cepat, sementara pada area
yang dalam membutuhkan waktu untuk muncul ke permukaan. Memar dapat
bergerak mengikuti gaya gravitasi. Contohnya, perdarahan subkutanea dapat turun
melewati alis mata dan muncul di orbita mata yang memberikan gambaran ‘mata
hitam’ yang dapat disalah artikan sebagai trauma langsung. Begitu juga memar
pada lengan atas atau betis, dapat turun sampai siku atau tumit.
Perubahan Memar oleh Waktu
Dengan berlalunya waktu, hematom yang terbentuk pecah oleh pengaruh
enzim jaringan dan infiltrasi seluler. Sel darah merah yang menutupi ruptur dan
mengandung Hb membuat degradasi secara kimiawi yang memyebabkan
perubahan warna. Hemoglobin pecah menjadi hemosiderin, biliversin, dan
bilirubon yang menyebabkan perubahan warna memar dari ungu atau coklat
kebiruan menjadi coklat kehijauan, kemudian hijau kekuningan sebelum akhirnya
samar. Memar kecil pada dewasa muda yang sehat akan menghilang dalam waktu
1 minggu. Namun pada memar akibat ‘gigitan asmara’ (cupang) akan menghilang
dalam waktu beberapa hari, ini dikemukakan oleh Roberts yang mengadakan
penelitian.
Beberapa faktor yang berpengaruh antara lain:
Besarnya ekstravasasi
Umur korban
Idosinkrasi seseorang
Beberapa observasi yang ditemukan:
Jika ditemukan memar yang tampak baru tanpa disertai perubahan warna,
diperkirakan terjadi 2 hari sebelum kematian
Jika memar terdapat perubahan warna kehijauan, diperkirakan terjadi tidak
lebih dari 18 jam sebelum kematian
Jika ada beberapa memar dengan beberapa warna yang berbeda, berarti
tidak terjadi pada saat yang sama. Penting pada kasus penyiksaan anak.
Memar pada Tanda Khusus
Kumpulan memar bentuk koin kecil merupakan karakterisitik tekanan jari,
baik pada pemegangan atau tusukan. Sering tampak pada kasus penyiksaan anak,
dimana orang yang dewasa memegang dengan pegangan yang nyaman. Biasa
disebut ‘memar sixpenny’. Ketika permukaan kulit dilanggar oleh roda atau objek
berpola seperti rotan, memar yang tampak mengikuti pola objek tersebut.
Luka akibat Tendangan
Telapak kaki dapat meninggalkan pola memar pada tubuh, sering pada
abdomen dan dada walaupun ini juga dapat dikenali pada leher dan wajah.
Tendangan yang cepat dapat menyebabkan luka lecet disertai memar, sedangkan
menurut arahnya, tendangan vertikal menunjukkan memar intradermal dengan
pola telapak kaki. Kasus luka akibat tendangan menjadi hal biasa dengan
meningkatnya kekerasan pada masyarakat. Sebagian besar tendangan dilakukan
pada korban yang telah duduk atau terjatuh ke tanah, yang sebelumnya
disebabkan tindakan kekerasan lainnya seperti mendorong atau memukul,
sehingga setelah korban lemas dan kaki pelaku menyerang bagian yang paling
mudah seperti pinggang, paha, leher, dan area abdominal. Variasi lain tendangan
yaitu pelaku menyerang dari atas korban dengan cara loncat dan menendang
dengan satu atau dua kaki, sehingga dada paling sering terkena dan dapat
menyebabkan patah tulang iga maupun tulang dada.
Bahaya umum yang terjadi pada tendangan ke arah muka adalah patah
tulang mandibula, maksila, tulang hidung, dan zygoma. Tendangan pada satu sisi
wajah dapat benar-benar melepas bagian bawah dari maksila dengan bagian
lengkungan gigi dam palatum.
Memar post mortem dan artefak lainnya
Khususnya pada kematian kongesti seperti tekanan pada leher, sistem vena
dapat tersumbat dan dapat terjadi memar. Salah satu area yang penting yang dapat
mendeskripsikan secara penuh dibandingkan yang lain adalah leher, dimana
kumpulan dari darah antara esophagus dan tulang belakang servikal dapat
menimbulkan memar dari stranhulasi.
Luka gores/Laserasi
Berbeda dengan luka iris dimana pada luka gores jaringan yang rusak
menyobek bukan mengiris.
Laserasi dapat dibedakan dari luka iris :
1. Garis tepi memar dan kerusakan memiliki area yang sangat kecil sehingga
untuk pemeriksaannya kadang dibutuhkan bantuan kaca pembesar.
2. Keberadaan rangkaian jaringan yang terkena terdapat pada daerah bagian
dalam luka, termasuk pembuluh darah dan saraf .
3. Tidak adanya luka lurus yang tajam pada tulang dibawahnya, terutama jika
yang terluka daerah tulang tengkorak.
4. Jika area tertutup oleh rambut seperti kulit kepala, maka rambut tersebut
akan terdapat pada luka.
Laserasi terpola
Laserasi tidak menciptakan kembali bentuk dari alat yang melukai,
tendangan dapat menyebabkan laserasi, khususnya jika menggunakan sepatu boot
yang besar dengan ujung kakinya yang keras. Pukulan yang sangat keras dapat
menyebabkan laserasi linier atau stellate.
Luka akibat benda tumpul yang berpenetrasi
Luka ini merupakan luka campuran antara luka laserasi dan luka iris.
Dapat terjadi akibat dari pukulan besi atau sebilah kayu. Pada waktu alat tumpul
dipukulkan ke kulit, maka akan ada lekukan dan lecet pada sisinya, walaupun
bekas yang lebih dulu akan hilang jika alatnya telah ditarik kembali. Material
seperti karat, kotoran atau serpihan mungkin tertinggal pada luka dan harus sangat
hati-hati dilindungi untuk pemeriksaan forensik, jika alat yang digunakan belum
diketahui.
Luka Iris
Luka iris adalah luka yang disebabkan oleh objek yang tajam, biasanya
mencakup seluruh luka akibat benda-benda seperti pisau, pedang, silet, kaca,
kapak tajam, dan lain-lain. Ciri yang paling penting dari luka iris adalah adanya
pemisahan yang rapi dari kulit dan jaringan dibawahnya, maka sudut bagian luar
biasanya bisa dikatakan bersih dari kerusakan apapun.
Luka potong
Luka potong adalah luka iris yang kedalamannya lebih panjang. Luka
potong tidak lebih berbahaya dibandingkan tikaman, sebagaimana ketidakdalaman
luka tidak akan terlalu mempengaruhi organ vital, khususnya target utamanya
adalah tangan dan muka.
Luka tikam dan luka yang berpenetrasi
Tikaman yang dilakukan biasanya menggunakan pisau, hal ini sering
terjadi pada kasus pembunuhan dan pembantaian.
Karakteristik dari alat tikam:
1. Panjang, lebar, dan ketebalan pisau
2. Satu atau dua sisi
3. Derajat dari ujung yang lancip
4. Bentuk belakang pada pisau satu sudut (bergerigi/kotak)
5. Bentuk dari pelindung pangkal yang berdekatan dengan mata pisau
6. Adanya alur, bergerigi atau cabang dari mata pisau
7. Ketajaman dari sudut dan khususnya ujung dari mata pisau
Karakteristik luka tikam, dapat menerangkan tentang:
1. Dimensi senjata
2. Tipe senjata
3. Kelancipan senjata
4. Gerakan pisau pada luka
5. Kedalaman luka
6. Arah luka
7. Banyaknya tenaga yang digunakan
Petunjuk dari luka tusuk
Petunjuk dari luka tusuk sering dianggap sebagai suatu masalah
pembunuhan terutama sebagai persidangan, yang mengarah pada saat rekontruksi
kejadian. Kejadian-kejadian penusukan sering bergerak dan dinamis sehingga
korban jarang dalam keadaan statis. Penjelasan mengenai petunjuk, berdasarkan
gambaran luka dan jejak benda. Saat pisau dengan mata pisau kurang cukup besar,
maka luka sering tampak terpotong bagian bawahnya mengenai jaringan
subkutan. Pada otopsi menjelaskan, seperti pada luka tusuk di dada, kadang saat
diotopsi luka terletak dibawah puting. Pembedahan dari jaringan dan otot bisa
mengungkapkan bahwa kerusakan dinding dada terletak di ICS berapa. Informasi
ini menjadi petunjuk luka dan mengambarkan jejak luka.
Perkiraan mengenai derajat kekuatan luka tusuk
Diberikan keterangan mengenai:
1. Bagian dari tulang atau pengerasan tulang rawan
2. Ketajaman dari ujung pisau
3. Kecepatan datangnya pisau
4. Kulit yang elastis lebih mudah ditembus
5. Variasi ketebalan kulit terhadap pisau, kulit telapak kaki lebih tebal dari
bagian tubuh lain.
6. Luka tembus yang disebabkan tusukan
Luka oleh senjata lain selain pisau
Pisau cukur dan pecahan gelas memiliki tepi tajam yang berbeda sehingga
dapat memberikan jejak yang berbeda pula. Pada derah luka yang berambut, maka
akan terlihat rambut yang terpotong.
Luka akibat Gunting
Sering ditemukan pada kejadian rumah tangga, dimana biasanya pelaku
adalah wanita, menggunakan senjata yang gampang, dikenal, dan mudah diraih.
Gambaran luka tergantung pada posisi gunting saat ditusukkan, terbuka atau
tertutup. Pada gunting yang terbuka, dengan satu sisi tertusuk, maka gambaran
luka sukar dibedakan dengan gambaran luka tusuk oleh pisau. Sedangkan untuk
luka akibat gunting yang tertutup, maka luka akan membentuk seperti huruf Z
atau seperti kilatan cahaya.
Luka tangkis
Luka tangkis merupakan luka yang terjadi akibat perlawanan korban dan
pada umumnya ditemukan pada telapak tangan, punggung tangan, jari-jari tangan,
punggung lengan bawah, dan tungkai. Bila pada keadaan tangkis dengan cara
menangkap mata pisau dengan telapak tangan, maka luka yang terjadi akan
mengiris telapak tangan, melintasi lekukan jari, mengiris kulit, jaringan tendon,
atau kadang teririsnya keempat jari tangan.
Penentuan luka secara histologi
Untuk keperluan forensik, pemeriksaan histologi digunakan untuk
menentukan faktor:
1. Apakah luka yang ditemukan pada saat otopsi terjadi pada saat sebelum
atau sesudah kematian.
2. Apabila telah terjadi kematian, berapa lama kematian itu sudah terjadi.
Berikut ini adalah perubahan histologi akibat terjadinya luka:
1. 30 menit – 4 jam terjadi pengumpulan leukosit PMN pada luka &
terbentuknya benang-benang fibrin.
2. 4 - 12 jam terjadi udem jaringan & pembengkakan endotel pembuluh
darah
3. 12 - 24 jam terdapat peningkatan jumlah Makrofag dan dimulainya
pembersihan jaringan mati.
4. 24 - 72 jam terdapat peningkatan jumlah leukosit sampai maksimal sekitar
48 jam, perbaikan dimulai, fibroblast muncul, pembuluh darah baru mulai
terbentuk untuk membuat jaringan granulasi.
5. 3 - 6 hari, epidermis mulai tumbuh.
6. 10 - 15 hari , epidermis menjadi tipis & datar.
7. Minggu - bulan, proses penyembuhan jaringan berlanjut, jaringan
granulasi terbentuk.
Gambaran klinis kekerasan tajam
Secara klinis gambaran umum akibat dari kekerasan tajam memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata, dan sudutnya runcing
2. Bila ditautkan akan mejadi rapat (karena benda tersebut hanya
memisahkan, tidak menghancurkan jaringan) dan membentuk garis lurus
dan sedikit lengkung.
3. Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan.
4. Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar.
Kekerasan tajam dikenal dalam tiga bentuk, yaitu luka iris atau luka sayat
(vulnus scissum), luka tusuk (vulnus punctum) dan luka bacok (vulnus caesum)
(Satyo, A., 2006).
1. Luka sayat (Cuts or incised wound)
Luka sayat ialah luka karena alat yang digunakan memiliki tepi tajam
dan menimbulkan luka oleh karena alat ditekan pada kulit dengan
kekuatan relatif ringan kemudian digeserkan sepanjang kulit sehingga
syok traumatik tidak terjadi, kecuali ditimbulkan oleh faktor-faktor yang
lain seperti perdarahan. Komplikasi fatal dari luka iris yang paling sering
terjadi adalah perdarahan sepsis. Luka iris pada kasus bunuh diri paling
sering terjadi di kerongkongan, pergelangan tangan, dan lengan bawah sisi
fleksor. Seseorang biasanya memegang senjata dengan tangan kanan dan
memulai irisan dari sisi kiri ke sisi kanan, atau mungkin dia mengiris dari
sisi kanan leher ke depan dan ke bawah. Seseorang yang kidal akan
mengiris dirinya dengan cara yang sama, pada umumnya memulai irisan
dari sisi kanan leher.
2. Luka tusuk (stab wound)
Luka tusuk ialah luka akibat alat yang berujung runcing dan bermata
tajam atau tumpul yang terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus atau
serong pada permukaan tubuh. Efek yang terjadi pada luka tusuk tergantung
dari lokasinya pada tubuh. Luka dapat terjadi pada dada, abdomen, tulang
belakang, leher, kepala, dan ekstremitas. Contoh: belati, bayonet, keris,
clurit, kikir, tanduk kerbau.
3. Luka bacok (chop wound)
Luka bacok ialah luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata
tajam atau agak tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga
yang cukup besar. Contoh : pedang, clurit, kapak, baling-baling kapal.
Pada kematian yang disebabkan oleh benda tajam, walaupun tetap harus
dipikirkan kemungkinan karena suatu kecelakaan, tetapi pada umumnya karena
suatu peristiwa pembunuhan atau peristiwa bunuh diri.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium dapat berupa pemeriksaan darah rutin tapi tidak spesifik.
Pemeriksaan radiologis rontgen AP
Dilakukan pada luka berat dan pada luka yang tak kunjung sembuh seperti
ulkus. Luka dikatakan kronik atau gagal sembuh bila gagal menutup atau gagal
mengalami epitelisasi dalam 30 hari.
Diagnosa
Dilakukan pemeriksaan secara teliti tentang ciri-ciri khas pada kekerasan
tajam untuk memastikan apakah ada perdarahan yang harus dihentikan. Kemudian
tentukan jenis trauma tajam, luasnya kematian jaringan, banyaknya kontaminasi,
dan berat ringannya luka.
Ciri luka sayat :
a. Pinggir luka rata
b. Sudut luka tajam
c. Rambut ikut terpotong
d. Jembatan jaringan ( - )
e. Biasanya mengenai kulit, otot, pembuluh darah, tidak sampai tulang.
Ciri luka tusuk (misalnya: senjata pisau / bayonet) :
a. Tepi luka rata
b. Dalam luka lebih besar dari panjang luka
c. Sudut luka tajam
d. Sisi tumpul pisau menyebabkan sudut luka kurang tajam
e. Kadang-kadang ada memar / echymosis di sekitarnya
Ciri luka bacok :
a. Luka biasanya besar
b. Pinggir luka rata
c. Sudut luka tajam
d. Hampir selalu menimbulkan kerusakan tulang, dapat memutuskan bagian
tubuh yang terkena bacokan
e. Kadang-kadang pada tepi luka terdapat memar, aberasi.
Diagnosa differensial
Kekerasan tumpul
Aspek Medikolegal
Penentuan luka secara medikolegal seperti tindakan bunuh diri, kecelakaan
atau pembunuhan dapat ditentukan dengan mengumpulkan semua data
pemeriksaan korban. Beberapa faktor yang dapat menunjang adalah :
1. Tempat dan jumlah luka
2. Jenis luka
3. Luas dan daerah luka
4. Arah luka
5. Letak dan posisi senjata
6. Adanya darah atau benda asing pada senjata
7. Letak dan sifat darah pada korban dan pakaian serta situasi sekitar kejadian
8. Ada tidaknya robekan pada pakaian dan hubungannya dengan luka di
tubuh korban
9. Tanda perlawanan yang dapat dilihat dari pakaian ataupun tubuh dan
situasi tempat kejadian
Daftar Pustaka
Anonymous. Patofisologi Luka. Available online at:
http://www.freewebs.com/patofisiologi-luka diakses pada tanggal [ ]
Dahlan, S. 2004. Ilmu kedokteran forensik pedoman bagi dokter dan penegak
hukum. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Satyo, Alfred C. 2006. Aspek Medikolegal Luka pada Forensik Klinik. Majalah
Kedokteran Nusantara 39(3) : 430-432
Sjamsuhidajat, R. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat - De Jong. Eds 3.
Jakarta : EGC
Biodata Penulis
Nama : Topan Ardian
NIM : 0907101010016
Progam Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Syiah
Kuala.