Tugas Individu Forensik
-
Upload
krisna-murti-putu -
Category
Documents
-
view
262 -
download
0
description
Transcript of Tugas Individu Forensik
PATOLOGI LUKA
Definisi : kerusakan jaringan tubuh baik diluar / didalam tubuh karena persentuhan
ruda paksa dengan benda tajam atau benda tumpul atau kombinasi keduanya.
1. Kontusi / luka memar
Adalah luka karena kekerasan dengan benda tumpul dimana permukaan kulit dapat rusak
atau tidak, tetapi jaringan dibawah kulit bengkak dan berwarna merah kebiruan yang
disebabkan oleh karena ekstravasasi kapiler yang pecah ke jaringan ikat sekitarnya
2. Abrasi / luka lecet
Adalah luka pada permukaan kulit sedemikian rupa, sehingga permukaan kulit sebelah
luar sebagian atau seluruhnya hilang, dengan meninggalkan bagian kulit dibawahnya yang
bisa berdarah atau tidak berdarah karena goresan, gesekan dan persentuhan dengan benda
(benda tumpul pada umumya)
3. Lacerasi / luka robek
Adalah robeknya kulit dan jaringan dibawahnya yang disebabkan oleh benda tajam atau
benda tumpul dengan arah tegak lurus sehingga terjadi flap dari kulit dan jaringan
dibawahnya
4. Luka iris
Adalah luka yang disebabkan senjata yang tepinya tajam yang menimbulkan luka pada
bagian yang tajam dari senjata yang ditekan dan ditarik (irisan) pada permukaan kulit,
sedang kekuatan yang digunakan relatif ringan.
5. Incisi / luka tusuk
Adalah luka yang disebabkan oleh benda tajam runcing/ tumpul yang menembus kulit dan
jaringan dibawahnya
6. Luka bacok
Adalah luka karena persentuhan benda tajam (bisa agak tumpul) yang agak berat dimana
persentuhannya di ayunkan dengan kekuatan.
Klasifikasi luka
1. Luka yang tidak menimbulkan halangan untuk sementara dalam melakukan
pekerjaan sehari-hari atau luka ringan
2. Luka yang menimbulkan halangan untuk sementara dalam melakukan pekerjaan
sehari-hari atau luka sedang
3. Luka berat ada 7 :
a. Luka yang tidak ada harapan sembuh atau menimbulkan bahaya maut
(misalnya : luka tusuk pada perut)
b. Luka yang menyebabkan tidak mampu melakukan pekerjaan sehari-hari
selama seumur hidup (misalnya : pemain piano yang kehilangan jari-jarinya,
dokter bedah tulang yang kehilangan fungsi tangannya)
c. Luka yang menyebabkan kehilangan salah satu panca indera
d. Cacat berat misalnya kaki atau tangan putus karena amputasi
e. Mengalami kelumpuhan
f. Wanita hamil yang mengalami keguguran
g. Terganggunya daya pikir lebih dari 4 minggu
TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
1. Bucal Swab
Pengambilan swab buccal ditujukan untuk memastikan identitas korban dan bukti
DNA. Penggunaan bukti DNA adalah teknologi terbaru yang digunakan terutama
dalam sistem peradilan pidana untuk mengidentifikasi pelaku kejahatan seksual.
Prosedur pengumpulan DNAdapat bervariasi. Namun, semua memerlukan sampel
perbandingan yang harus diambil dari korban.
Prosedur pengambilan swab buccal
Kumpulan isi kit
4 kapas tip aplikator steril
1 amplop manila dengan label informasi putih terpasang
1 amplop manila sedikit lebih kecil
1 segel
Satu pasang sarung tangan lateks bebas bubuk
Petunjuk pengambilan sampel
Pakai sepasang sarung tangan lateks bebas bubuk. Buka kertas steril
pembungkus salah satu dari empat kapas tip aplikator
Gosok ujung kapas tip pada bagian dalam pipi mulut sambil perlahan
diputar. Lakukan selama sekitar 30 detik.
Tempatkan kapas tip aplikator dalam amplop yang lebih kecil. Kertas
pembungkus kapas swab dapat dibuang. Ulangi proses untuk sisa tiga
kapas lalu masukkan dalam amplop yang lebih kecil. Lepaskan sarung
tangan karet dan buang
Tempatkan amplop yang lebihkecil berisi empat kapas tip aplikator
dalam amplop yang lebih besar dengan label terpasang
Isi semua informasi pada label putih
Tempatkan amplop dengan label putih dalam amplop yang berlabel
Referensi Swab Mulut Collection Kit.
Segel amplop yang berlabel Referensi Mulut Swab Collection Kit
dengan segel bukti dan tandai segel
Tempatkan amplop ke Ruang Properti dan simpan di lemari pendingin
2. Pengambilan Darah
Pada pemeriksaan spesimen darah, selalu diberi label pada tabung sampel
darah catatan :
- Pembuluh darah femoral
- Jantung
Darah yang diperiksa :
a. 20cc dalam tabung dengan permukaan merah ;
b. 20 cc dalam 2 x 10 cc permukaan abu-abu ; (bahan pengawet potassium oxalate dan
sodium fluoride)
c. 10 cc dengan warna permukaan keunguan (Pengawet EDTA). Tabung ini untuk
analisa DNA.
d. Untuk analisa dari bahan-bahan yang mudah menguap, darah harus ditaruh didalam
tabung tes dengan tutup yang dapat diputar sehingga komponennya tidak tercampur
dengan tutup karetnya
Pada kasus mayat yang tidak diotopsi :
1. Darah diambil dari vena femoral. Jika vena ini tidak berisi, dapat diambil dari
subclavia
2. Pengambilan darah dengan cara jarum ditusuk pada trans-thoracic secara acak,
secara umum tidak bisa diterima, karena bila tidak berhati-hati darah bisa
terkontaminasi dengan cairan dari esophagus, kantung perikardial, perut/ cavitas
pleura
Untuk mayat yang diotopsi:
1. Darah diambil dari vena femoral ;
2. Jika darah tidak dapat diambil dari vena femoral, dapat diambil dari :
a. Vena subklavia
b. Aorta
c. Arteri pulmonary
d. Vena cava superior
e. Jantung
3. Darah seharusnya diberi label sesuai dengan tempat pengambilan.
4. Pada kejadian yang jarang terjadi, yang biasanya berhubungan dengan
trauma massive, darah tidak dapat diambil dari pembuluh darah tetapi
terdapat darah bebas pada rongga badan.
3. Vaginal swab
Teknik Pengambilan bahan untuk pemeriksaan laboratorium untuk
pemeriksaan cairan mani dan sel mani dalam lendir vagina, yaitu dengan mengambil
lendir vagina menggunakan pipet pasteur atau diambil dengan ose batang gelas, atau
swab. Bahan diambil dari forniks posterior, bila mungkin dengan spekulum. Pada
anak-anak atau bila selaput darah masih utuh, pengambilan bahan sebaiknya dibatasi
dari vestibulum saja.
Pengambilan Vagina Swab
a. Alat dan Bahan
1. Spekulum
2. APD lengkap
3. Senter
4. Lidi kapas seri
5. Tabung reaksi yang telah ditutup kapas berlemak
6. Baskom yang berisi desinkfektan
7. Garam Fisiologis
b. Prosedur Kerja
1. Berkomunikasilah dengan baik dengan pasien terlebih dahulu,
setelah suasana mulai kondusif, mulailah langkah-langkah
pengambilan sample
2. Suruh pasien berbaring pada kursi yang telah disiapkan khusus
untuk pengambilan sample swab vagina dengan menekuk lutut
hingga dekat paha
3. Bersihkan labia mayora dengan garam fisiologis
4. Masukkan spekulum ke lubang vagina, buka spekulum hingga
terlihat serviks
5. Oleskan lidi kapas pada bagian tersebut sebanyak dua kali
pengambilan
6. Kembalikan posisi spekulum pada posisi semula
7. Keluarkan perlahan
8. Rendam pada baskom yang berisi desinkfektan
9. Taruh lidi kapas tadi pada tabung reaksi
10. Tutup rapat dengan kapas berlemak yang terbungkus kertas
perkamen
11. Bawa ke laboratorium untuk diperiksa.
4. Pengambilan Urin
Suatu tindakan mengambil sejumlah urine sebagai sampel untuk pemeriksaan
laboratorium.Mengambil sampel urine yang tidak terkontaminasi untuk menganalisa
urine rutin atau test diagnostik yang meliputi test kultur dan sensitivitas. Mengetahui
adanya mikroorganisme dalam urine.
Proses Pengambilan Urine.
Persiapan alat
Botol yang telah disterilkan(tempat penampung spesimen)
Label spesimen
Sarung tangan sekali pakai
Larutan anti septik
Kapas sublimat
Formulir Laboratorium
Urinal (Pispot) jika klien tidak dapat berjalan
Baskom air hangat
Waslap
Sabun
Handuk
Prosedur pelaksanaan
Beritahu klien tujuan prosedur pelaksanaan
Untuk klien yang dapat berjalan
- Antar klien ke kamar kecil
- Antar klien untuk membasuh dan mengelap daerah ginetal dan
parineal dengan sabun dan air
Untuk klien wanita
Bersihkan daerah parineal dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas
desinfektan steril hanya sekali pakai
Untuk klien laki – laki
Tarik perlahan kulit penis sehingga saluran penis tertarik
Dengan gerakan memutar, bersihkan saluran kencing. Gunakan steril
hanya sekali pakai kemudian buang. Bersihkan area beberapa inci dari
penis
Cara Pengambilan Sampel
Bahan urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari.
Pengambilan spesimen urine dilakukan oleh penderita sendiri (kecuali dalam keadaan yang
tidak memungkinkan). Sebelum pengambilan spesimen, penderita harus diberi penjelasan
tentang tata cara pengambilan yang benar. Bahan urin dapat diambil dengan cara punksi
suprapubik (suprapubic puncture=spp), dari kateter dan urin porsi tengah (midstream urine).
Bahan urin yang paling mudah diperoleh adalah urin porsi tengah yang ditampung dalam
wadah bermulut lebar dan steril.
Cara pengambilan dan penampungan urine porsi tengah pada wanita :
a. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah vagina dan muara
uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi
air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai
larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan
jangan buka tutupnya sebelum pembersihan daerah vagina selesai.
b. Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan potongan kasa
steril yang mengandung sabun. Arah pembersihan dari depan ke belakang. Kemudian
buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
c. Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa yang dibasahi
dengan air atau salin hangat. Selama pembilasan tetap pisahkan kedua labia dengan 2 jari
dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra. Lakukan pembilasan sekali lagi,
kemudian keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa
yang telah dipakai ke tempat sampah.
d. Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin
yang mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran urin selanjutnya ke dalam wadah steril
sampai kurang lebih sepertiga atau setengah wadah terisi.
e. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah
dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim
segera ke laboratorium.
Cara pengambilan dan penampungan urine porsi tengah pada pria :
a. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis dan muara
uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi
dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air atau salin hangat dan
sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk
membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya
sebelum pembersihan selesai.
b. Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah ujung penis
dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
c. Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi sekali lagi, lalu
keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang
telah dipakai ke dalam tempat sampah.
d. Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih. Buang beberapa
mililiter urin yang keluar, kemudian tampung urin yang keluar berikutnya ke dalam
wadah steril sampai terisi sepertiga sampai setengahnya.
e. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah
dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim
segera ke laboratorium.
f. Bahan urin harus segera dikirim ke laboratorium, karena penundaan akan menyebabkan
bakteri yang terdapat dalam urin berkembang biak dan penghitungan koloni yang tumbuh
pada biakan menunjukkan jumlah bakteri sebenarnya yang terdapat dalam urin pada saat
pengambilan. Sampel harus diterima maksimun 1 jam setelah penampungan.2 Sampel
harus sudah diperiksa dalam waktu 2 jam. Setiap sampel yang diterima lebih dari 2 jam
setelah pengambilan tanpa bukti telah disimpan dalam kulkas, seharusnya tidak dikultur
dan sebaiknya dimintakan sampel baru.3 Bila pengiriman terpaksa ditunda, bahan urin
harus disimpan pada suhu 40 C selama tidak lebih dari 24 jam.
5. Pengambilan muntahan dan isi lambung
Pengambilan sampel untuk pemeriksaan toksikologi pada mayat
Lambung dengan isinya
Lambung diikat pada 2 tempat:
a. yang berbatasan dengan kerongkongan
b. yang berbatasan dengan usus halus
- Cara ini dimaksudkan untuk menghindari hancurnya butir-butir pil atau
tablet yang tertelan korban → mempermudah pemeriksaan toksikologik
- Cara yang lain adalah pemeriksaan kelainan pada lambung oleh dokter,
dapat diperkirakan jenis racun yang ditelan korban.
Usus dengan isinya
Pemeriksaan usus dengan isinya sangat berguna → terutama jika kematian
korban terjadi setelah beberapa jam disaat ia kemasukan racun
Dari hasil pemeriksaan ini dapat diperkirakan saat kematian, dan dapat
ditemukan tablet yangtidak dapat dihancurkan lambung (enteric coated tablet).
Caranya adalah mengikat usus dengan jarak 60 cm, yaitu pada perbatasan
lambung-usus halus, usus halus, usus halus-usus besar, dan usus besar poros
usus. Ikatan-iakatan tersebut untuk mencegah tercampurnya isi usus bagian
oral dengan isi usus bagian anal
6. Pengambilan jaringan dan sampel tulang
a. Jaringan, organ & tulang segar
- ambil tiap bagian dgn pinset
- tiap item dlm wadah sendiri & berlabel
- simpan dipendingin, kirim
b. Jaringan, organ & tulang tak segar
- ambil tiap bagian, tiap item wadah sendiri & berlabel.
Jaringan otot : min 25 mg o.k DNA sedikit Jaringan Hati ; 15 mg
Wadah :
2 buah toples masing-masing 2 liter untuk hati dan usus.
3 buah toples masing-masing 1 liter untuk lambung beserta isinya, otak dan
ginjal.
4 buah botol masing-masing 25 ml untuk darah (2 buah) urine dan empedu.
7. Pengambilan sampel gigi
- Cabut gigi yg masih utuh
- masukkan dkm kantong plastik, beri label
8. Pengumpulan dan pengemasan barang bukti
a) Mengumpulkan Barang Bukti (Trace Evident)
Dokter tetap berkoordinasi dengan penyidik, terutama bila ada team Labfor.
Dokter membantu mencari barang bukti, misal racun, anak peluru dll.
Segala yang ditemukan diserahkan pada penyidik.
Dokter dapat meminjam barang bukti tersebut.
Selesai pemeriksaan, TKP ditutup misal selama 3 X 24 jam.
Korban dibawa ke RS dengan disertai permohonan visum et repertum.
b) Pengambilan & Pengumpulan bahan
Harus dijaga :
- Syarat medicolegal
- Chain of evidence
Bahan-bahan tersebut :
Stat. I : Lambung + isi , Usus + isinya
Stat. II : Hati + 500 gram, Otak + 500 gram,P aru + 250 gram
Stat. III : Ginjal (sebagian kanan/kiri) , Kandung seni
Bahan-bahan lain :
- Darah (50 - 100 ml )
- Urine (100 ml )
Pada korban hidup :
- Sisa makanan/minuman
- Obat-obatan, bahan penyebab keracunan
- Bahan muntahan / hasil kumbah lambung
- Urine, darah & faeses
Kasus-kasus tertentu :
> Keracunan Alkohol :
- darah V.Femoralis
- urine
> Bila darah (-) :
- sum-sum tulang
- jaringan otot
> Keracunan kronis Arsen :
- rambut, kuku & tulang.
Wadah : gelas/plastik (inert), mulut lebar dapat ditutup rapat bersih dari zat
kimia (baru)
Jumlahnya minimal 3 buah :
Wadah I : organ trac. Gastrointestinalis
Wadah II : organ hati, empedu, otak, ginjal dll
Wadah III : organ trac. urogenitalis
Pengawet : Alkohol 96%
Bisa : es batu, dry ice , Na fluorida , merkuri nitrat
Bahan pemeriksaan terendam dlm pengawet
> Seal dgn parafin
> Ikat tali tdk bersambung
> Beri label
> Segel ( lak + cap segel dinas ).
Pengiriman :
> Sertakan contoh bahan pengawet (100 ml) dalam botol bersih, dilabel &
segel.
> Dikirim segera setelah bahan diambil.
> Diantar ( via kurir )
> Via Paket.
Syarat-syarat surat :
> Surat permohonan pemeriksaan toksikologi
> Surat tentang laporan peristiwa atau kejadian (secara singkat).
> Surat tentang laporan otopsi
> Berita acara pembungkusan & penyegelan + cap segel dinas
ISI LABEL :
- Identitas korban
- Jenis & jumlah bahan pemeriksaan
- Bahan pengawet yang dipakai
- Tempat & saat pengambilan bahan, pembungkusan, penyegelan
- Tanda tangan & nama terang penyegel, dokter yang otopsi
- Cap stempel dinas& segel dinas.
Pada penggalian jenazah :
> Bila mungkin bahan seperti tersebut diatas
> Contoh tanah : bagian atas/bawah, kiri/kanan jenazah (peti)
>Pembanding : contoh tanah radius 5 m dengan kedalaman yang sama
dengan jenazah
> Masing-masing dimasukkan dalam wadah tersendiri.
PEMERIKSAAN PENUNJANG ATAU LABORATORIUM FORENSIK
1. Pemeriksaan cairan mani dan sperma
1 . Sperma Cair
Hisap dgn semprit/pipet→ masukkan tab atau dengan kapas, keringkan
beri label, kirim
2 . Bercak Sperma pada benda yg dipindah
misal celana, bila masih basah, keringkan bila kering potong yang ada
nodanya → amplop
beri label, kirim ke lab.
3. Bercak sperma pd benda besar yang bisa dipotong
misal karpet, potong bagian yang ada noda
masukkan dlm amplop, beri label, dikirim
4. Bercak pada benda tidak dpt dipindah & tdk menyerap
misal lantai, kerok bercaknya→ masukkan kertas lipat
masukkan amplop, label, kirim
5. BB sperma pd korban kejahatan seksual
BB di vagina, mulut/anus korban
tiap item dlm wadah sendiri & berlabel
kirim ke lab.
2. Pemeriksaan bercak darah
1. Sampel Darah Cair
a. Darah dari seseorang
diambil dgn semprit, masukkan ke dlm tabung yg ada EDTA +/- 1ml
darah.
beri label, simpan di pendingin atau dikirim ke lab.
b. Darah cair di TKP
ambil dgn semprit/pipet/kain → masukkan ke tab.dgn EDTA.
bila membeku → ambil dengan spaltel
beri label, simpan di pendingin atau dikirim ke lab.
c. Darah cair dalam air/salju/es
sesegera mungkin, ambil secukupnya → dalam botol
hindari kontaminasi, beri label, simpan atau kirim ke lab.
2. Bercak Darah Basah
a. Dipakaian
Pakaian dgn noda ditempatkan pd permukaan bersih dan dikeringkan.
Setelah kering → masukkan kantong kertas/amplop
beri label, kirim ke kab.
b. Benda dengan bercak darah basah
Bila benda kecil biarkan kering, tapi pada benda besar hisap bercak
tersebut dengan kain katun dan keringkan.
masukkan amplop, beri label dan kirim
3. Bercak Darah Kering
a. Pada benda yang dapat dipindahkan
mis; senjata, kain → kumpulkan
tiap item → masukkan dlm kantong kertas
beri label, kirim ke lab.
b. Pada benda padat dgn permukaan kasar
mis; lantai → bercak dikerok → masukkan amplop
beri label, kirim
c. Pada benda besar yang tidak dapat dipindahkan
bercak digosok dgn kapas basah dgn saline/air steril
kapas dikeringkan → masukkan kantong plastik
4. Bercak darah kering pada karpet/benda yang dapat dipotong
Potong bagian yang ada nodanya
Tiap potongan beri label
sertakan potongan yang tidak ada nodanya sebagai kontrol.
kirim ke lab.
5. Percikan Darah Kering
Gunakan celotape, tempelkan pada percikan noda
masukkan celotape tersebut dalam kantong plastik
kirim ke lab.
3. Histopatologi Forensik
• Histologi
– Histo = jaringan
– Logos = ilmu
– Ilmu yang mempelajari struktur anatomi dan jaringan di bawah mikroskop
(tingkat seluler).
• Patologi
– Ilmu yang mempelajari tentang penyakit, penyebab, mekanisme, dan
perubahan-perubahannya, dilihat dari tingkat selular
Tujuan
• Menegakkan diagnosis sebab mati
• Mengkonfirmasi temuan makroskopis
• Memberi gambaran histomorfologi perjalanan penyakit
• Gambaran intravitalitas
• Menentukan umur secara histomorphologi (infark lama/baru, umur luka, dsb)
• Memberi gambaran riwayat korban berkaitan dengan investigasi kriminal
(pemakaian narkoba suntik kronis, luka tembak masuk, dsb)
• Gambaran histologi sel (sel sperma pada kasus kekerasan seksual)
• Diagnosis berdasarkan gambaran histomorfologi pada penyakit-penyakit
okupasi (asbestosis, dsb)
4. Fotografi forensik
Fotografi forensik adalah “foto yang merekam objek, adegan, dan peristiwa
untuk digunakan dalam suatu proses hukum.” Fotografi forensik bisa digunakan secara
spesifik untuk dokumentasi, analisis, intelijen, atau untuk presentasi di pengadilan. Satu
hal penting, gambar yang digunakan di pengadilan mesti mengikuti aturan-aturan
pemaparan bukti-bukti sesuai yurisdiksi yang berlaku di tempat tertentu.
Gambar-gambar dalam fotografi forensik juga dapat digunakan untuk
“mengekstrak” data forensik seperti pengukuran jarak, dimensi, lokasi, atau untuk
mengungkap detail-detail yang tidak kasat mata (melalui sinar x, inframerah, ultraungu).
Sebuah foto forensik harus memiliki data seperti kapan dan di mana gambar
diambil, siapa fotografernya, dan perlengkapan apa (lensa, body, filter, dudukan, dan lain-
lain) saja yang digunakan. Informasi mengenai posisi matahari atau bayangan mungkin
akan diperlukan juga sebagai tambahan informasi tentang tanggal, waktu, atau musim.
Dengan kata lain, fotografi forensik adalah sebuah disiplin ilmiah, yang penggunaannya
mesti mengikuti aturan, prosedur, dan protokol yang ketat.
Fotografi makro adalah fotografi close-up. Lensa dirancang untuk makro biasanya
di paling tajam mereka di jarak fokus makro dan tidak cukup sebagai tajam pada jarak
fokus yang lain. Metode ini sangat berguna dalam pekerjaan forensik, di mana detail kecil
pada adegan kejahatan atau kecelakaan mungkin sering menjadi signifikan. Trace bukti
seperti sidik jari dan tanda selip sangat penting, dan mudah direkam menggunakan
macroscopy.
5. Test getah paru
Caranya :
o paru-paru diletakkan diatas meja permukaan paru-paru dibersihkan satu kali
dengan pisau posisi tegak lurus
o di iris sampai alveoli yang paling dekat dengan pleura (sub pleura) dan di
tutup
o objek glass ditempelkan pada alveoli dan ditutup dengan gelas penutup
o dilihat dibawah mikroskop,akan didapatkan lumpur,pasir,telur cacing,
diatome,alga, dll.
Test getah paru (+) : korban sempat/pernah bernafas dalam air
Test getah paru (-) : korban meninggal terlebih dahulu baru masuk kedalam air/tidak
sempat bernafas dalam air
Airnya jernih sama dengan air minum
Spasme laring
Vagal refleks
6. Cara mengambil gas CO2 dari sumur
Cara mengambil gas CO2 dalam sumur :
Ambil beberapa botol bersih berkapasitas 1 liter dan kosongkan (ex : botol
bir). Ikat leher dan bagian alas botol masing masing dengan tali cukup panjang
Isi botol tersebut dengan air sampai penuh. Turunkan kedalam sumur yang
mengandung gas CO2 dengan posisi tegak (alas botol dibawah dan leher botol
diatas ). Jaga air dalam botol jangan sampai tumpah.
Setelah sampai ketempat yang sesuai dengan korban ditemukan meninggal
(kedalamannya),botol tersebut dibalik agar semua air dalam botol tumpah.
Yaitu dengan cara menarik tali yang mengikat alas botol dan mengulur tali
yang mengikat leher botol.
Dengan keluarnya seluruh air dan botol menjadi kosong maka botol akan
vaccum sehingga gas CO2 masuk kedalam botol.
Setelah botol teriisi gas CO2 maka botol diangkat keatas dengan cara botol
dibalik lagi, seperti posisi semula agar gas CO2 dapat terbawa terus kedalam
botol (gas CO2 lebih berat daripada udara).
Setelah sampai diatas, botol segera ditutup rapat, berikan label dan disegel.
Test CO2 ada dua yaitu :
Kualitatif : dengan pemberian larutan Ca(OH)2 yang jernih dan baru dibuat
atau larutan Ba(OH)2 pada botol yang berisis udara yang diambil dari tempat
sempel. Apabila terdapat endapan putih kapur dari CaCO3 atau BaCO3 maka
berarti gas CO2 positif
CaOH2+CO2 CaCO3+H2O
BaOH2+CO2 BaCO3+H2O
Kuantitatif :
Grafimetri (penimbangan terhadap endapan yag terjadi)
Volumetri (dengan menitrasi kelebihan larutan basa CaOH2/BaOH2
dengan konsentrasi tertentu.
Chromatografi gas (kualitatif dan kuantitatif )
Keracunan gas CO2 : darah berwarna hitam
Keracunan gas CO dan HCN (kluwek,pete,gaplek) : cherry red
7. Alkali dilution test
Test untuk korban mati gas CO
Contohnya : gas lampu, kebakaran
(sifat gas CO: tidak berbau,tidak berwarna,lebih ringan dari udara )
Gunanya : untuk membedakan korban telah meninggal sebelum terbakar atau
memang meninggal karena terbakar.
Cara kerja :
Ambil dua tabung reaksi yang bersih. Pada tabung reaksi I dimasukkan tigas
tetes darah orang normal (sebagai kontrol ) dan pada tabung reaksi II
dimasukkan tiga tetes darah korban. Kemudian keduanya diencerkan dengan
aquades sampai volume 15ml (hingga berwarna pink jernih). Setelah
tercampur secara homogen,kedua tabung reaksi diberi tiga tetes larutan alkali
(NaOH 10% atau KOH 10%). Amati perubahan yang terjadi. Darah normal
(tabung reaksi I) segera berubah warna dari merah muda menjadi coklat
kehijauan dalam waktu kurang dari 30” ,karena terbentuknya alkali hematin.
Sedangkan darah korban (tabung reaksi II) perubahan warna seperti diatas
membutuhkan waktu lebih dari 30 “ ,karena sudah terjadi ikatan CO-HB. HB
lebih mudah mengikat CO dari pada CO2 .
(+) : korban keracunan gas CO, korban sebelum/setelah mati dibunuh
menghirup asap,perokok berat
(-) : korban tidak menghirup asap, spasme laring ,vagal refleks
8. Test apung paru
8. Emboli udara vena
Terjadi karena vena teriris(biasanya V.jugularis dileher) sehingga udara masuk ke
dalampembuluh darah vena kemudian menuju ke jantung kanan cab. Arteri
pulmonale ke paru-paru menyebabkan sesak.
Korban meninggal karena kapiler paru buntuoleh udara sehingga terjadi asphyxia.
(jumlah udara yang dapat menyebabkan kematian antara 100-150 cc).
Otopsi:
Kulit dinding thorax dibuka sternum dipotong pada proc. Xypoideus setinggi
ICS II dibawah costa II supaya V. Brachialis cab V. Clavicula tidak terpotong
ambil dan gunting pericard dengan posisi Y terbalik dengan pinset tarik
ujung-ujung potongan pericard seperti Y terbalik isi dengan air sampai
menggenang tusuk atrium kanan,ventrikel kanan,arteri pulmonalis ada
gelembung udara positif.
Penyebab emboli udara vena:
1. Luka pada pembuluh balik leher( terutama V.Jugularis)
2. Abortus provocatus criminalis dengan cara penyemprotan.
9. Emboli udara arteri
Otopsi sama dengan emboli udara vena . hanya yang ditusuk atrium kiri,
ventrikel kiri dan aorta
Terjadi bila ada luka tembus paru-paru emboli v pulmonalis
atrium kiri ventrikel kiri aorta
Korban meninggal karena udara membuntu otak, ginjal dan jantung sampai
terjadi asfiksi
.
Penyebab :
1) Luka tusuk/tembus diparu-paru
2) Artifisial pneumothorax
3) Pneumonectomy
10. Emboli lemak
Contoh kasus : seorang anak yang dipukul terus menerus menjadi sesak
akhirnya mati.
Patah tulang paha mau dioperasi akhiranya meninggal karena sesak
Hal ini terjadi karena emboli lemak ( dilakukan pemeriksaan pada paru-paru)
ec. Fraktur tulang panjang
Lemak terpecah dan terlepas karena kena pukulan pada kulit seluruh
punggung dan patahnya tulang panjang. Sehingga cairan lemak masuk ke
dalam pembuluh darah vena yang robek masuk ke vena cava
superior atrium kanan ventrikel kanan arteri pulmonale
Dan membuntu di paru-paru (alveoli)
Korban meninggal karena kapiler paru buntu dan terjadi asphiksia.
Test emboli lemak : organ yang diambil yaitu paru-paru
“jaringan paru-paru diambil dan dikeraskan dengan uap zat asam arang cair
(frozzensetion) dan kemudian dengan mikrotom dipotong 20 mikron dan dicat
dengan warna Sudan III” kemudian dikirim ke PA.
Pengiriman PA / pengawetan : paru-paru diberi gas CO kemudian difiksasi
menggunakan dry ice supaya tidak membusuk (jangan mengirim PA dengan
alkohol/formalin karena lemak akan larut)
11. Pneumothorax
Adanya udara dalam rongga thorax
Otopsi :
buka kulit dinding thorax dengan potongan huruf “I” atau “Y”
setelah terlihat costa tarik potongan costa, tarik potongan kulit hingga
membentuk kantong
kemudian isi air sampai menggenangi
kemudian tusuk paru-paru diantara ICS2,
Test (+) bila ada gelembung udara
Pada gas pembusukan ditemukan gelembung udara sedikit.
FORENSIK KLINIK
Pemeriksaan selaput dara
Selaput dara yang utuh dapat dibagi tiga berdasarkan bentuk dan tepi lubangnya :
a. Bentuk teratur dan tepi teratur utuh
Hymen annularis : lubang bundar ditengah atau eksentris disegmen
anterior
Hymen semilunaris (falciforme) : lubang disegmen posterior dan
berbentuk seperti bulan sabit
Hymen labiiformis : lubang berbentuk celah yang berjalan dari anterior
keposterior dengan bibir-bibir selaput dara dikedua sisinya.
b. Bentuk teratur dan tepi tidak teratur
Bentuk lubang bisa annular,semilunar atau labiiformis tetapi tepi lubang
menunjukkan celah-celah (defek konginental) yang dangkal atau dalam, jika
banyak maka tergantung dari sifat celahnya. Selaput dara yang tampak
terbelah-belah disebut hymen lobatus,tampak bergerigi disebut hymen
dentatus,sedangkan yang tampak berumbai-rumbai disebut hymen fimbriatus.
Jika celah-celahnya sampai pada dasar,sehingga selaput dara tampak terbagi
dalam sejumlah jelabir disebut hymen colloriformis.
c. Bentuk teratur dan tepi teratur atau tidak teratur
Yang termasuk dalam golongan ini adalah selaput dara yang atipis (atypical)
karena lubangnya tidak ada,atau lebih dari satu, atau tidak merupakan satu
kesatuan.
Hymen imperforatus : selaput dara tidak berlubang
Hymen biparitus atau hymen septus : terdapat dua lubang dengan sekat
diantaranya
Hymen partim septus : septum diantara kedua lubang tidak merupakan
satu kesatuan, tetapi terdiri dari dua jelabir selaput yang saling
berhadapan.
Hymen multiplex atau hymen colloformis : selaput dara terdiri dari
banyak jelabir.
Hymen cribrosus : selaput dara berlubang banyak.
Pemeriksaan anus
Kemungkinan bila terjadi hubungan seksual secara anal akan menyebabkan luka pada
anal berupa robekan, ireugaritas, keadaan fissura
Jika kasus yang dihadapi adalah kasus homoseks antara dua pria, maka pembuktian
secara kedokteran forensik adalah: adanya sperma serta air mani baik dalam dubur
maupun mulut korban, dan mendapatkan adanya unsur-unsur yang terdapat dalam anus;
juga perlu diperiksa bentuk dubur, bagi yang telah sering melakukan persetubuhan
melalui dubur, maka bentuk dari dubur akan mengalami perubahan, duburnya terbuka,
berbentuk corong (funnel shape), dan otot sfingternya sudah tidak dapat berfungsi dengan
baik.
Untuk menentukan adanya sperma dalam dubur pasangannya sama seperti untuk
menentukan sperma atau air mani pada vagina, untuk melihat unsur-unsur yang ada
dalam dubur yang terbawa atau melekat pada penis, dapat dibuat sediaan langsung
dengan atau tanpa pewarnaan.