Tugas Arda Skenario 1

download Tugas Arda Skenario 1

of 22

Transcript of Tugas Arda Skenario 1

  • 7/28/2019 Tugas Arda Skenario 1

    1/22

    NAMA : ARDA PUTRI KURNIATI

    NPM : 1102008042

    SK I :Dari Meja Operasi ke Meja Hijau

    I. Memahami dan Menjelaskan Malpraktik

    Definisi

    Malpraktik atau malpractice berasal dari kata mal yang berarti buruk dan practice

    yang berarti suatu tindakan atau praktik, dengan demikian malpraktek adalah suatu tindakan

    medis buruk yang dilakukan dokter/tenaga kesehatan dalam hubungannya dengan pasien.

    Malparaktik adalah setiap kesalahan profesional yang diperbuat oleh dokter/tenaga

    kesehatan pada waktu melakukan pekerjaan profesionalnya, tidak memeriksa, tidak menilai,

    tidak berbuat atau meninggalkan hal-hal yang diperiksa, dinilai, diperbuat atau dilakukan

    oleh dokter pada umumnya didalam situasi dan kondisi yang sama (Berkhouwer & Vorsman,

    1950).

    Menurut Hoekema, 1981 malpraktik adalah setiap kesalahan yang diperbuat oleh

    dokter karena melakukan pekerjaan kedokteran dibawah standar yang sebenarnya secara rata-

    rata dan masuk akal, dapat dilakukan oleh setiap dokter dalam situasi atau tempat yang sama.

    Kelalaian medik

    Kelalaian dapat terjadi dalam 3 bentuk, yaitu malfeasance, misfeasance dan

    nonfeasance:

    Malfeasance berarti melakukan tindakan yang melanggar hukum atau tidaktepat/layak (unlawful atau improper), misalnya melakukan tindakan medis tanpa

    indikasi yang memadai.

    Misfeasance berarti melakukan pilihan tindakan medis yang tepat tetapi dilaksanakan

    dengan tidak tepat (improper performance), yaitu misalnya melakukan tindakan medis

    dengan menyalahi prosedur.

    Nonfeasance adalah tidak melakukan tindakan medis yang merupakan kewajiban

    baginya. Bentuk-bentuk kelalaian di atas sejalan dengan bentuk-bentuk error

    (mistakes, slips and lapses), namun pada kelalaian harus memenuhi keempat unsur

    kelalaian dalam hukum khususnya adanya kerugian, sedangkan error tidak selalu

    mengakibatkan kerugian. Demikian pula adanya latent error yang tidak secaralangsung menimbulkan dampak buruk .

    Suatu perbuatan atau sikap dokter atau dokter gigi dianggap lalai apabila memenuhi

    empat unsur di bawah ini, yaitu:

    1. Duty atau kewajiban dokter dan dokter gigi untuk melakukan sesuatu tindakan atau

    untuk tidak melakukan sesuatu tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi

    dan kondisi yang tertentu.

    2. Dereliction of the duty atau penyimpangan kewajiban tersebut.

    1

  • 7/28/2019 Tugas Arda Skenario 1

    2/22

    3. Damage atau kerugian, yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai

    kerugian akibat dari layanan kesehatan/kedokteran yang diberikan oleh pemberi

    layanan.

    4. Direct causal relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata. Dalam hal ini harus

    terdapat hubungan sebab-akibat antara penyimpangan kewajiban dengan kerugian

    yang setidaknya merupakan proximate cause

    Penanganan

    Seorang dokter atau dokter gigi yang menyimpang dari standar profesi dan melakukan

    kesalahan profesi belum tentu melakukan malpraktik medis yang dapat dipidana, malpraktik

    medis yang dipidana membutuhkan pembuktian adanya unsur culpa lata atau kalalaian berat

    dan pula berakibat fatal atau serius (Ameln, Fred, 1991). Hal ini sesuai dengan ketentuan

    Pasal 359 KUHP, pasal 360, pasal 361 KUHP yang dibutuhkan pembuktian culpa lata dari

    dokter atau dokter gigi.

    Dengan demikian untuk pembuktian malpraktik secara hukum pidana meliputi unsur :

    1) Telah menyimpang dari standar profesi kedokteran;

    2) Memenuhi unsur culpa lata atau kelalaian berat; dan

    3) Tindakan menimbulkan akibat serius, fatal dan melanggar pasal 359, pasal 360, KUHP.

    Adapun unsur-unsur dari pasal 359 dan pasal 360 sebagai berikut :

    1) Adanya unsur kelalaian (culpa).

    2) Adanya wujud perbuatan tertentu .

    3) Adanya akibat luka berat atau matinya orang lain.4) Adanya hubungan kausal antara wujud perbuatan dengan akibat kematian orang lain itu.

    Tiga tingkatan culpa:

    a. Culpa lata : sangat tidak berhati-hati (culpa lata), kesalahan serius, sembrono (gross

    fault or neglect)

    b. Culpa levis : kesalahan biasa (ordinary fault or neglect)

    c. Culpa levissima : kesalahan ringan (slight fault or neglect) (Black 1979 hal. 241)

    Dalam pembuktian perkara perdata, pihak yang mendalilkan sesuatu harus

    mengajukan bukti-buktinya. Dalam hal ini dapat dipanggil saksi ahli untuk diminta

    pendapatnya. Jika kesalahan yang dilakukan sudah demikian jelasnya (res ipsa loquitur, the

    thing speaks for itself) sehingga tidak diperlukan saksi ahli lagi, maka beban pembuktian

    dapat dibebankan pada dokternya.

    2

  • 7/28/2019 Tugas Arda Skenario 1

    3/22

    Dalam kasus atau gugatan adanya civil malpractice pembuktianya dapat dilakukan

    dengan dua cara yakni :

    1. Cara langsung

    Oleh Taylor membuktikan adanya kelalaian memakai tolok ukur adanya 4 D yakni :

    1. Duty (kewajiban)

    Dalam hubungan perjanjian tenaga perawatan dengan pasien, tenaga perawatan haruslahbertindak berdasarkan :

    (1) Adanya indikasi medis

    (2) Bertindak secara hati-hati dan teliti

    (3) Bekerja sesuai standar profesi

    (4) Sudah ada informed consent.

    2. Dereliction of Duty (penyimpangan dari kewajiban)

    Jika seorang tenaga perawatan melakukan asuhan keperawatan menyimpang dari apa

    yang seharusnya atau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut standard

    profesinya, maka tenaga perawatan tersebut dapat dipersalahkan.

    3

  • 7/28/2019 Tugas Arda Skenario 1

    4/22

    3. Direct Causation (penyebab langsung)

    4. Damage (kerugian)

    Tenaga perawatan untuk dapat dipersalahkan haruslah ada hubungan kausal

    (langsung) antara penyebab (causal) dan kerugian (damage) yang diderita oleh karenanya

    dan tidak ada peristiwa atau tindakan sela diantaranya., dan hal ini haruslah dibuktikandengan jelas. Hasil (outcome) negatif tidak dapat sebagai dasar menyalahkan tenaga

    perawatan.

    Sebagai adagium dalam ilmu pengetahuan hukum, maka pembuktiannya adanya

    kesalahan dibebankan/harus diberikan oleh si penggugat (pasien).

    2. Cara tidak langsung

    Cara tidak langsung merupakan cara pembuktian yang mudah bagi

    pasien, yakni dengan mengajukan fakta-fakta yang diderita olehnya sebagai hasil layanan

    perawatan (doktrin res ipsa loquitur).

    Doktrin res ipsa loquitur dapat diterapkan apabila fakta-fakta yang ada memenuhikriteria:

    a. Fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila tenaga perawatan tidak lalai

    b. Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab tenaga perawatan

    c. Fakta itu terjadi tanpa ada kontribusi dari pasien dengan perkataan lain tidak ada

    contributory negligence.

    Pencegahan

    Dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga medis karena

    adanya malpraktek diharapkan tenaga dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-hati,yakni:

    a. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena perjanjian

    berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan perjanjian akan berhasil (resultaat

    verbintenis).

    b.Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.

    c.Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.

    d.Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter.

    e.Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala kebutuhannya.

    f. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat sekitarnya.

    II. Memahami dan Menjelaskan MKEK dan MKDKI

    Definisi

    Majelis Kehormatan Etik Kedokteran/MKEK

    Seorang dokter diduga melakukan pelanggaran etika kedokteran (tanpa melanggar

    norma hukum), maka ia akan dipanggil dan disidang oleh Majelis Kehormatan Etik

    Kedokteran (MKEK) IDI untuk dimintai pertanggung-jawaban etik dan disiplin profesinya.

    Persidangan MKEK bertujuan untuk mempertahankan akuntabilitas, profesionalisme dan

    keluhuran profesi.

    4

  • 7/28/2019 Tugas Arda Skenario 1

    5/22

    Persidangan etik dan disiplin profesi dilakukan oleh MKEK IDI, sedangkan gugatan

    perdata dan tuntutan pidana dilaksanakan di lembaga pengadilan di lingkungan peradilan

    umum. Dokter tersangka pelaku pelanggaran standar profesi (kasus kelalaian medik) dapat

    diperiksa oleh MKEK, dapat pula diperiksa di pengadilan-tanpa adanya keharusan saling

    berhubungan di antara keduanya. Seseorang yang telah diputus melanggar etik oleh MKEKbelum tentu dinyatakan bersalah oleh pengadilan, demikian pula sebaliknya.

    Persidangan MKEK bersifat inkuisitorial khas profesi, yaitu Majelis (ketua dan

    anggota) bersikap aktif melakukan pemeriksaan, tanpa adanya badan atau perorangan sebagai

    penuntut. Persidangan MKEK secara formiel tidak menggunakan sistem pembuktian

    sebagaimana lazimnya di dalam hukum acara pidana ataupun perdata, namun demikian tetap

    berupaya melakukan pembuktian mendekati ketentuan-ketentuan pembuktian yang lazim.

    Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia/MKDKI

    MKDKI adalah lembaga yang berwenang untuk :

    1. Menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter dan dokter gigi dalampenerapan disiplin ilmu kedokteran dan kedokteran gigi.

    2. Menetapkan sanksi disiplin.

    MKDKI merupakan lembaga otonom dari Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) yang

    dalam menjalankan tugasnya bersifat independen

    Fungsi

    Perkara yang dapat diputuskan di majelis ini sangat bervariasi jenisnya. Di MKEKIDI Wilayah DKI Jakarta diputus perkara-perkara pelanggaran etik dan pelanggaran disiplin

    profesi, yang disusun dalam beberapa tingkat berdasarkan derajat pelanggarannya

    Putusan MKEK tidak ditujukan untuk kepentingan peradilan, oleh karenanya tidak

    dapat dipergunakan sebagai bukti di pengadilan, kecuali atas perintah pengadilan dalam

    bentuk permintaan keterangan ahli. Salah seorang anggota MKEK dapat memberikan

    kesaksian ahli di pemeriksaan penyidik, kejaksaan ataupun di persidangan, menjelaskan

    tentang jalannya persidangan dan putusan MKEK. Sekali lagi, hakim pengadilan tidak terikat

    untuk sepaham dengan putusan MKEK.

    Eksekusi Putusan MKEK Wilayah dilaksanakan oleh Pengurus IDI Wilayah dan/atau

    Pengurus Cabang Perhimpunan Profesi yang bersangkutan. Khusus untuk SIP, eksekusinya

    diserahkan kepada Dinas Kesehatan setempat. Apabila eksekusi telah dijalankan maka dokter

    teradu menerima keterangan telah menjalankan putusan.

    Tugas MKDKI :

    a. menerima pengaduan, memeriksa, dan memutuskan kasus pelanggaran disiplin

    dokter dan dokter gigi yang diajukan dan

    b. menyusun pedoman dan tata cara penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter

    atau dokter gigi.

    MKDKI dapat memberikan informasi tentang ketentuan-ketentuan yang berlaku diMKDKI, proses dan bentuk sanksi disiplin yang dapat diputuskan oleh MKDKI, tetapi tidak

    5

  • 7/28/2019 Tugas Arda Skenario 1

    6/22

    dapat memberi nasihat tentang masalah hukum maupun masalah teknis medis. Untuk

    permasalahan hukum Anda dapat menghubungi penasihat hukum Anda

    Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) adalah lembaga

    Negara yang berwenang untuk:

    1) menentukan ada atau tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter/dokter gigidalam penerapan disiplin ilmu kedokteran/kedokteran gigi; dan

    2) menetapkan sanksi bagi dokter/dokter gigi yang dinyatakan bersalah.

    Dasar pembentukan dan kewenangan MKDKI adalah Undang-Undang Nomor

    29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

    Struktur

    Keanggotaan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia terdiri atas 3 (tiga)

    orang dokter dan 3 (tiga) orang dokter gigi dari organisasi profesi masing-masing, seorang

    dokter dan seorang dokter gigi mewakili asosiasi rumah sakit, dan 3 (tiga) orang sarjanahukum.

    Untuk dapat diangkat sebagai anggota Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran

    Indonesia harus dipenuhi syarat sebagai berikut :

    a. warga negara Republik Indonesia;

    b. sehat jasmani dan rohani;

    c. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia;

    d. berkelakuan baik;

    e. berusia paling rendah 40 (empat puluh) tahun dan paling tinggi 65 (enam puluh lima)

    tahun pada saat diangkat;

    f. bagi dokter atau dokter gigi, pernah melakukan praktik kedokteran paling sedikit 10(sepuluh) tahun dan memiliki surat tanda registrasi dokter;

    g. bagi sarjana hukum, pernah melakukan praktik di bidang hukum paling sedikit 10

    (sepuluh) tahun dan memiliki pengetahuan di bidang hukum kesehatan; dan

    h. cakap, jujur, memiliki moral, etika, & integritas yang tinggi serta memiliki reputasi yg

    baik

    Anggota Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia ditetapkan oleh Menteri

    atas usul organisasi profesi. Masa bakti keanggotaan Majelis Kehormatan Disiplin

    Kedokteran Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 adalah 5 (lima) tahun dan dapat

    diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan. Anggota Majelis Kehormatan Disiplin

    Kedokteran Indonesia sebelum memangku jabatan wajib mengucapkan sumpah/janji sesuai

    dengan agama masing-masing di hadapan Ketua Konsil Kedokteran Indonesia.

    Proses Pengaduan Pelanggaran

    Pelanggaran disiplin kedokteran adalah pelanggaran terhadap aturan-aturan dan/atau

    ketentuan dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran/kedokteran gigi. Dokter/dokter gigi

    dianggap melanggar disiplin kedokteran bila :

    1. Melakukan praktik dengan tidak kompeten

    2. Tidak melakukan tugas dan tanggung jawab profesionalnya dengan baik (dalam halini tidak mencapai standar-standar dalam praktik kedokteran)

    6

  • 7/28/2019 Tugas Arda Skenario 1

    7/22

    3. Berperilaku tercela yang merusak martabat dan kehormatan profesinya

    Yang termasuk pelanggaran disiplin kedokteran/kedokteran gigi antara lain

    ketidakjujuran dalam berpraktik, berpraktik dengan ketidakmampuan fisik dan mental,

    membuat laporan medis yang tidak benar, memberikan "jaminan kesembuhan" kepada

    pasien, menolak menangani pasien tanpa alasan yang layak, memberikan tindakan medistanpa persetujuan pasien/keluarga, melakukan pelecehan seksual, menelantarkan pasien pada

    saat membutuhkan penanganan segera, mengistruksikan atau melakukan pemeriksaan

    tambahan/pengobatan yang berlebihan, bekerja tidak sesuai standar asuhan medis, dsb

    Suatu pengaduan diputuskan menjadi kewenangan MKDKI apabila :

    1. Dokter/dokter gigi yang diadukan telah terregistrasi di Konsil Kedokteran Indonesia.

    2. Tindakan medis yang dilakukan oleh dokter/dokter gigi yang diadukan terjadi setelah

    tanggal 6 Oktober 2004 (setelah diundangkannya UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang

    Praktik Kedokteran)

    3. Terdapat hubungan profesional dokter-pasien dalam kejadian tersebut

    4. Terdapat dugaan kuat adanya pelanggaran disiplin kedokteran/kedokteran gigi

    Jika keempat kriteria tersebut terpenuhi, akan dilanjutkan dengan pemeriksaan oleh Majelis

    Pemeriksa Disiplin (MPD)

    Dalam formulir pengaduan, terdapat beberapa informasi yang harus diberikan, antara lain :

    1. Identitas pengadu/pelapor;

    2. Identitas pasien (jika pengadu bukan pasien);

    3. Nama dan tempat praktik dokter/dokter gigi yang diadukan;

    4. Waktu tindakan dilakukan;

    5. Alasan pengaduan dan kronologis;

    6. Pernyataan tentang kebenaran pengaduan, dsb

    Setelah semua kelengkapan data pengaduan diterima, Anda akan mendapatkan tanda

    terima pengaduan (berisi nomor register pengaduan). Setelah dilakukan verifikasi, pengaduan

    akan ditangani oleh Majelis Pemeriksa Awal ataupun Majelis Pemeriksa Disiplin.

    Sesuai UU Praktik Kedokteran, sanksi disiplin dalam keputusan MKDKI dapat berupa:

    1. Pemberian peringatan tertulis

    2. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi (STR) atau Surat Izin Praktik (SIP);

    dan/atau

    3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan kedokteranatau kedokteran gigi

    MKDKI dapat menangani permintaan ganti rugi/kompensasi yang diajukan terhadap

    dokter teradu:

    1. MKDKI berwenang untuk menentukan ada tidaknya pelanggaran disiplin oleh

    dokter/dokter gigi

    2. MKDKI berwenang menetapkan sanksi disiplin kepada dokter/dokter gigi yang

    dinyatakan melanggar disiplin kedokteran/kedokteran gigi

    3. MKDKI tidak menangani sengketa antara dokter dan pasien/keluarganya

    4. MKDKI tidak menangani permasalahan ganti rugi yang diajukan pasien/keluarganya

    7

  • 7/28/2019 Tugas Arda Skenario 1

    8/22

    Keputusan MKDKI bersifat final dan mengikat dokter/dokter gigi yang diadukan,

    KKI, Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, serta instansi terkait.

    Dokter/dokter gigi yang diadukan dapat mengajukan keberatan terhadap keputusan MKDKI

    kepada Ketua MKDKI dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari sejak dibacakan atau

    diterimanya keputusan tersebut dengan mengajukan bukti baru yang mendukung

    keberatannya

    III. Memahami dan Menjelaskan Informed Consent

    Definisi

    Informed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien

    atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan

    kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.

    Persetujuan yang ditanda tangani oleh pasien atau keluarga terdekatnya tersebut, tidak

    membebaskan dokter dari tuntutan jika dokter melakukan kelalaian. Tindakan medis yang

    dilakukan tanpa persetujuan pasien atau keluarga terdekatnya, dapat digolongkan sebagai

    tindakan melakukan penganiayaan berdasarkan KUHP Pasal 351.

    Komponen

    Informasi/keterangan yang wajib diberikan sebelum suatu tindakan kedokteran

    dilaksanakan adalah:

    1. Diagnosa yang telah ditegakkan.2. Sifat dan luasnya tindakan yang akan dilakukan.

    3. Manfaat dan urgensinya dilakukan tindakan tersebut.

    4. Resiko resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi daripada tindakan kedokteran

    tersebut.

    5. Konsekwensinya bila tidak dilakukan tindakan tersebut dan adakah alternatif cara

    pengobatan yang lain.

    6. Kadangkala biaya yang menyangkut tindakan kedokteran tersebut.

    Secara rutin para dokter memberikan informasi kepada pasien tentang risiko risiko

    dari tindakan medik yang diusulkan. Ini terutama merupakan bagian terpenting dari Informed

    Consent. Dokter harus mengungkapkan 4 aspek risiko, yaitu:

    a. Sifat dari risiko ( the nature of the risk )

    b. Kepentingan dari risiko ( the magnitude of the risk )

    c. Kemungkinan timbulnya risiko itu ( the probability that the risk might

    materialize )

    d. Segera tidaknya akan timbul risiko ( the imminence of risk materialization )

    Pengecualian terhadap keharusan pemberian informasi sebelum dimintakan

    persetujuan tindakan kedokteran adalah:

    1. Dalam keadaan gawat darurat (emergensi), dimana dokter harus segera bertindakuntuk menyelamatkan jiwa.

    8

  • 7/28/2019 Tugas Arda Skenario 1

    9/22

    2. Keadaan emosi pasien yang sangat labil sehingga ia tidak bisa menghadapi situasi

    dirinya.

    Pihak Yang Berhak Menyatakan Persetujuan:

    1. Pasien sendiri (bila telah berumur 21 tahun atau telah menikah)

    2. Bagi pasien di bawah umur 21 tahun diberikan oleh mereka menurut hak sebagai

    berikut:

    (1) Ayah/ibu kandung,

    (2) Saudara-saudara kandung.

    Bagi yang di bawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua atau orang tuanya

    berhalangan hadir diberikan oleh mereka menurut urutan hak sebagai berikut:

    (l) Ayah/ibu adopsi,

    (2) Saudara-saudara kandung,

    (3) Induk semang.

    3. Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, diberikan oleh mereka menurut urutanhak sebagai berikut:

    (1) Ayah/ibu kandung,

    (2) Wali yang sah,

    (3) Saudara-saudara kandung.

    4. Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampuan (curatelle), diberikan menurut

    urutan hak sebagai berikut: (1) Wali, (2) Curator.

    5. Bagi pasien dewasa yang telah menikah/orang tua, diberikan oleh mereka menurut

    urutan hak sebagai berikut:

    a. Suami/istri,

    b. Ayah/ibu kandung,

    c. Anak-anak kandung,d. Saudara-saudara kandung.

    Wali: yang menurut hukum menggantikan orang lain yang belum dewasa untuk mewakilinya

    dalam melakukan perbuatan hukum atau yang menurut hukum menggantikan kedudukan

    orang tua. Induk semang : orang yang berkewajiban untuk mengawasi serta ikut bertanggung

    jawab terhadap pribadi orang lain seperti pimpinan asrama dari anak perantauan atau kepala

    rumah tangga dari seorang pembantu rumah tangga yang belum dewasa.

    Fungsi

    Fungsi Informed Consent:

    a. Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan dokter yang sebenarnya

    tidak diperlukan dan secara medik tidak ada dasar pembenarannya yang dilakukan

    tanpa sepengetahuan pasiennya.

    b. Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat

    negatif, karena prosedur medik modern bukan tanpa resiko, dan pada setiap tindakan

    medik ada melekat suatu resiko

    Suatu informed consent baru sah diberikan oleh pasien jika memenuhi minimal 3

    (tiga) unsur sebagai berikut :

    a. Keterbukaan informasi yang cukup diberikan oleh dokterb. Kompetensi pasien dalam memberikan persetujuan

    9

  • 7/28/2019 Tugas Arda Skenario 1

    10/22

    c. Kesukarelaan (tanpa paksaan atau tekanan) dalam memberikan persetujuan.

    Informed Consent mengandung 4 buah komponen yaitu:

    a. Pasien harus mempunyai kemampuan ( capacity or ability ) untuk mengambil

    keputusan.b. Dokter harus memberi informasi mengenai tindakan yang hendak dilakukan,

    pengetesan, atau prosedur, termasuk juga manfaat dan risikonya dan

    kemungkinan adanya manfaat dan risiko yang mungkin terjadi.

    c. Pasien harus dapat memahami informasi yang diberikan.

    d. Pasien harus secara sukarela memberikan izinnya, tanpa adanya paksaan atau

    tekanan.

    Dasar Informed Consent adalah:

    1. Hubungan dokter-pasien yang berdasarkan atas kepercayaan

    2. Hak otonomi atau menentukan sendiri atas dirinya sendiri3. Adanya hubungan perjanjian antara dokter pasien.

    IV. Memahami dan Menjelaskan Rekam Medis

    Definisi

    Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas

    pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada

    pasien. Catatan adalah tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi tentang segala

    tindakan yang dilakukan kepada pasien dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan.

    Dokumen adalah catatan dokter, dokter gigi, dan/atau tenaga kesehatan tertentu, laporan hasil

    pemeriksaan penunjang, catatan observasi dan pengobatan harian dan semua rekaman, baik

    berupa foto radiologi, gambar pencitraan (imaging), dan rekaman elektro diagnostik

    Rekam medis juga merupakan kompilasi fakta tentang kondisi kesehatan dan penyakit

    seorang pasien yang meliputi:

    - data terdokumentasi tentang keadaan sakit sekarang dan waktu lampau

    - pengobatan yang telah dan akan dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional

    secara tertulis.

    Secara umum, informasi yang tercantum dalam rekam medis seorang pasien harus

    meliputi:

    - Siapa (Who) pasien tersebut dan Siapa (Who) yang memberikan pelayanankesehatan/medis

    10

  • 7/28/2019 Tugas Arda Skenario 1

    11/22

    - Apa (What), Kapan (When) , Kenapa (Why) dan Bagaimana (How) pelayanan

    kesehatan/medis diberikan

    - Hasil akhir atau dampak (Outcome) dari pelayanan kesehatan dan pengobatan

    Komponen

    Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan sekurang-kurangnya:

    a. Identitas pasien

    b. Tanggal dan waktu

    c. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit

    d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik

    e. Diagnosis

    f. Rencana penatalaksanaan

    g. Pengobatan dan/atau tindakan

    h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien

    i. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik danj. Persetujuan tindakan yang diperlukan.

    Isi rekam medis untuk pasien rawat inap dan perawatan satu hari:

    a. Point a-g

    b. Persetujuan tindakan bila diperlukan

    c. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan

    d. Ringkasan pulang (discharge summary)

    e. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang

    memberikan pelayanan kesehatan.

    f. Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu dang. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik

    Resume akhir

    Resume ini dibuat segera setelah pasien dipulangkan. Isi resume harus singkat,

    menjelaskan informasi penting tentang penyakit, pemeriksaan yang dilakukan dan

    pengobatannya.

    Isinya antara lain:

    1. Mengapa pasien masuk RS (anamnesis).

    2. Hasil penting pemeriksaan fisik diagnostik, laboratorium, rontgen, dan lain-lain.3. Pengobatan dan tindakan operasi yang dilaksanakan.

    4. Keadaan pasien waktu keluar (perlu berobat jalan, mampu untuk bekerja, dll)

    5. Anjuran pengobatan dan perawatan (nama obat dan dosisnya, tindakan pengobatan

    lain, dirujuk kemana, perjanjian untuk datang lagi, dll)

    Tujuan pembuatan resume:

    1. Untuk menjamin kontinuitas pelayanan medik dengan kualitas yang tinggi serta bahan

    yang berguna bagi dokter pada waktu menerima pasien untuk dirawat kembali.

    2. Bahan penilaian staf medik RS

    11

  • 7/28/2019 Tugas Arda Skenario 1

    12/22

    3. Untuk memenuhi permintaan dari badan-badan resmi atau perseorangan tentang

    perawatan seorang pasien. Misalnya, dari perusahaan Asuransi (setelah persetujuan

    Direktur)

    4. Sebagai bahan informasi bagi dokter yang bertugas, dokter yang mengirim dan dokter

    konsultan.

    Untuk pasien yang meninggal dibuat laporan sebab kematian.

    Fungsi Rekam Medis

    1. Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang ikut ambil

    bagian dalam memberi pelayanan, pengobatan dan perawatan pasien.

    2. Sebagai dasar untuk perencanaan pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada

    pasien.

    3. Sebagai bukti tertulis atas segala pelayanan, perkembangan penyakit dan pengobatan

    selama pasien berkunjung/dirawat di rumah sakit.

    4. Sebagai dasar analisis, studi, evaluasi terhadap mutu pelayanan yang diberikan kepadapasien.

    5. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan tenaga

    kesehatan lainnya.

    6. Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan penelitian dan

    pendidikan.

    7. Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medik pasien.

    8. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai bahan

    pertanggungjawaban dan laporan.

    Pemanfaatan rekam medis harus mendapat persetujuan secara tertulis dari pasien atau

    ahli warisnya dan harus dijaga kerahasiaannya. Pemanfaatan rekam medis untuk keperluan

    pendidikan dan penelitian tidak diperlukan persetujuan pasien, bila dilakukan untuk

    kepentingan negara.

    Tujuan Rekam Medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam

    rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan . Tanpa didukung suatu sistem pengelolaan

    rekam medis yang baik dan benar , maka tertib administrasi tidak akan berhasil Kegunaan

    Rekam Medis antara lain:

    a. Aspek Administrasi

    Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya menyangkut

    tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan perawat

    dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan

    b. Aspek Medis

    Catatan tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan

    yang harus diberikan kepada pasien Contoh :

    Identitas pasien name, age, sex, address, marriage status, etc.

    Anamnesis fever how long, every time, continuously, periodic?

    Physical diagnosis head, neck, chest, etc.

    Laboratory examination, another supporting examination. Etc

    12

  • 7/28/2019 Tugas Arda Skenario 1

    13/22

    c. Aspek Hukum

    Menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan , dalam

    rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan

    keadilan

    d. Aspek KeuanganIsi Rekam Medis dapat dijadikan sebagai bahan untuk menetapkan biaya pembayaran

    pelayanan. Tanpa adanya bukti catatan tindakan/pelayanan , maka pembayaran tidak

    dapat dipertanggungjawabkan

    e. Aspek Penelitian

    Berkas Rekam medis mempunyai nilai penelitian , karena isinya menyangkut

    data/informasi yang dapat digunakan sebagai aspek penelitian .

    f. Aspek Pendidikan

    Berkas Rekam Medis mempunyai nilai pendidikan , karena isinya menyangkut

    data/informasi tentang kronologis dari pelayanan medik yang diberikan pada pasien

    g. Aspek Dokumentasi

    Isi Rekam medis menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai

    sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan sarana kesehatan

    Berdasarkan aspek-aspek tersebut, maka rekam medis mempunyai kegunaan yang

    sangat luas yaitu :

    1. Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga kesehatan lainnya yang ikut

    ambil bagian dalam memberikan pelayanan kesehatan

    2. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus diberikan

    kepada seorang pasien

    3. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan , perkembangan penyakit dan

    pengobatan selama pasien berkunjung/dirawat di Rumah sakit

    4. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa , penelitian dan evaluasi terhadap program

    pelayanan serta kualitas pelayanan

    Contoh : Bagi seorang manajer :

    Berapa banyak pasien yang dating ke sarana kesehatan kita ? baru dan lama ?

    Distribusi penyakit pasien yang dating ke sarana kesehatan kita

    Cakupan program yang nantinya di bandingkan dengan target program

    Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, sarana kesehatan maupun tenaga

    kesehatan yang terlibat5. Menyediakan data dan informasi yang diperlukan untuk keperluan pengembangan

    program , pendidikan dan penelitian

    6. Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan kesehatan

    7. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan serta bahan

    8. pertanggungjawaban dan laporan

    Penyimpanan, pemusnahan, dan kerahasiaan

    - Rekam medis pasien rawat inap di RS wajib disimpan sekurang-kurangnya untuk

    jangka waktu 5 tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat atau dipulangkan.

    13

  • 7/28/2019 Tugas Arda Skenario 1

    14/22

    - Setelah batas 5 tahun, rekam medis dapat dimusnahkan, kecuali ringkasan pulang dan

    persetujuan tindakan medik.

    - Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik harus disimpan dalam jangka

    waktu 10 tahun terhitung dari tanggal dibuat ringkasan tersebut.

    - Rekam medis pada sarana pelayanan kesehatan non RS wajib disimpan sekurang-

    kurangnya untuk jangka waktu 2 tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat.Setelah batas waktu tersebut rekam medis dapat dimusnahkan.

    Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan

    riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal:

    a. Untuk kepentingan kesehatan pasien

    b. Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum atas

    perintah pengadilan.

    c. Permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri

    d. Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan dane. Untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis, sepanjang tidak

    menyebutkan identitas pasien.

    Sebelum dimusnahkan, berkas tersebut harus:

    a. Diambil informasi-informasi utama

    b. Menyimpan berkas anak-anak hingga batas usia tertentu sesuai dengan ketentuan

    yang berlaku.

    c. Menyimpan berkas rekam medik/RM sesuai dengan ketentuan yang berlaku di

    Inggris, Departemen Kesehatan merekomendasikan masa retensi RM, minimun:

    RM obstetri 25 tahun.

    RM anak-anak dan usia muda disimpan sampai ulang tahun ke-25 atau 8 tahun

    sesudah kunjungan terakhir.

    RM pasien gangguan mental, 20 tahun sesudah dokter yang merawat

    menyatakan sudah sembuh.

    RM yang lain, 8 tahun dan resume akhir dibuat.

    Rekam medis mempunyai 2 bagian yang perlu diperhatikan yaitu bagian pertama

    adalah tentang INDIVIDU: suatu informasi tentang kondisi kesehatan dan penyakit pasien

    yang bersangkutan dan sering disebut PATIENT RECORD, bagian kedua adalah tentang

    MANAJEMEN: suatu informasi tentang pertanggungjawaban apakah dari segi manajemenmaupun keuangan dari kondisi kesehatan dan penyakit pasien yang bersangkutan.

    V. Memahami dan Menjelaskan Undang-undang yang berhubungan dengan

    kesehatan dan kedokteran

    1. UNDANG-UNDANG DASAR 1945

    14

  • 7/28/2019 Tugas Arda Skenario 1

    15/22

    Pasal 27

    (1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan

    wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

    (2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

    kemanusiaan.

    2. UNDANG-UNDANG RI NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN

    KONSUMEN

    Pasal 4

    Hak Konsumen:

    a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang

    dan/atau jasa.

    b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa

    tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.

    c. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang

    dan/atau jasa.d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang

    digunakan.

    e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa

    perlindungan konsumen secara patut.

    f. Hak untuk diberlakuakan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.

    g. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang

    dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana

    mestinya.

    Pasal 5

    Kewajiban konsumen:

    a. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.

    Pasal 7

    Kewajiban pelaku usaha:

    a. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

    barang dan/atau jasa serta member penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.

    b. memperlakuakan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak

    diskriminatif.

    c. memberikan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat

    penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.

    Pasal 8

    1) pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau

    jasa yang:

    a. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan

    ketentuan peraturan-perundangan.

    Pasal 19

    Tanggung Jawab Pelaku Usaha

    1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,

    pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau

    jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.

    15

  • 7/28/2019 Tugas Arda Skenario 1

    16/22

    2) ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang

    atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau

    perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan

    peraturan perundang-undangan.

    3) pemberian ganti rugi sebagaiman dimaksud ayat (1) dan (2) tidak

    menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktianlebih lanjut mengenai adanya unsure kesalahan.

    3. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004

    TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN

    Pasal 3

    Pengaturan praktik kedokteran bertujuan untuk :

    a) memberikan perlindungan kepada pasien;

    b) mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan oleh

    dokter dan dokter gigi; dan

    c) memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi.

    Fungsi, Tugas, dan Wewenang

    Pasal 6

    Konsil Kedokteran Indonesia mempunyai fungsi pengaturan, pengesahan, penetapan,

    serta pembinaan dokter dan dokter gigi yang menjalankan praktik kedokteran, dalam

    rangka meningkatkan mutu pelayanan medis.

    Pasal 7

    (1) Konsil Kedokteran Indonesia mempunyai tugas :a. melakukan registrasi dokter dan dokter gigi;

    b. mengesahkan standar pendidikan profesi dokter dan dokter gigi; dan

    c. melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan praktik kedokteran yang

    dilaksanakan bersama lembaga terkait sesuai dengan fungsi masing-masing.

    (2) Standar pendidikan profesi dokter dan dokter gigi yang disahkan Konsil sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan bersama oleh Konsil Kedokteran Indonesia

    dengan kolegium kedokteran, kolegium kedokteran gigi, asosiasi institusi pendidikan

    kedokteran, asosiasi institusi pendidikan kedokteran gigi, dan asosiasi rumah sakit

    pendidikan.

    Pasal 8Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Konsil Kedokteran

    Indonesia mempunyai wewenang :

    a. menyetujui dan menolak permohonan registrasi dokter dan dokter gigi;

    b. menerbitkan dan mencabut surat tanda registrasi dokter dan dokter gigi;

    c. mengesahkan standar kompetensi dokter dan dokter gigi;

    d. melakukan pengujian terhadap persyaratan registrasi dokter dan dokter gigi;

    e. mengesahkan penerapan cabang ilmu kedokteran dan kedokteran gigi;

    f. melakukan pembinaan bersama terhadap dokter dan dokter gigi mengenai

    pelaksanaan etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi profesi; dan

    g. melakukan pencatatan terhadap dokter dan dokter gigi yang dikenakan sanksi

    oleh organisasi profesi atau perangkatnya karena melanggar ketentuan etikaprofesi.

    16

  • 7/28/2019 Tugas Arda Skenario 1

    17/22

    Paragraf 1

    Standar Pelayanan

    Pasal 44

    Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran wajib

    mengikuti standar pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi.

    Standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibedakan menurut jenis

    dan strata sarana pelayanan kesehatan.

    Standar pelayanan untuk dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

    Paragraf 2

    Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran GigiPasal 45

    1. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau

    dokter gigi terhadap pasien harus mendapatkan persetujuan.

    2. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien

    mendapatkan penjelasan secara lengkap.

    3. Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup :

    Diagnosis dan tata cara tindakan medis;

    Tujuan tindakan medis yang dilakukan;

    Alternatif tindakan lain dan resikonya;

    Risiko dan komplikasi yang mukin terjadi; dan

    Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

    Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan baik secara tertulis

    maupun lisan.

    4. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko tinggi harus

    diberikan dengan persetuajuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak

    memberikan persetujuan.

    5. Ketentuan mengenai tata cara persetujuan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5) diatur

    dengan Peraturan Menteri.

    Paragraf 3Rekam Medis

    17

  • 7/28/2019 Tugas Arda Skenario 1

    18/22

    Pasal 46

    Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalanka praktik kedokteran wajib membuat

    rekam medis.

    Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi setelah

    pasien selesai meneriman pelayanan kesehatan.

    Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas

    yang memberikan pelayanan atau tindakan.

    Paragraf 6

    Hak dan Kewajiban Dokter atau Dokter Gigi

    Pasal 50

    Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak :a) memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan

    standar profesi dan standar prosedur operasional;

    b) memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur

    operasional;

    c) memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya; dan

    d) menerima imbalan jasa.

    Pasal 51

    Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban :

    a) memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur

    operasional serta kebutuhan medis pasien;b) merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau

    kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan

    atau pengobatan;

    c) merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga

    setelah pasien itu meninggal dunia;

    d) melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin

    ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan

    e) menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau

    kedokteran gigi.

    Paragraf 7

    Hak dan Kewajiban Pasien

    Pasal 52

    Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai hak:

    a) mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3);

    b) meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;

    c) mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;

    d) menolak tindakan medis; dane) mendapatkan isi rekam medis.

    18

  • 7/28/2019 Tugas Arda Skenario 1

    19/22

    Pasal 53

    Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai kewajiban :

    a) memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya;

    b) mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi;

    c) mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dand) memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima

    4. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009

    TENTANG KESEHATAN

    Pasal 2

    Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan,

    keseimbangan, manfaat, pelindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban,

    keadilan, gender dan nondiskriminatif dan norma-norma agama.

    Hak

    Pasal 4

    Setiap orang berhak atas kesehatan.

    Pasal 5

    (1) Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber

    daya di bidang kesehatan.

    (2) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang

    aman, bermutu, dan terjangkau.

    (3) Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiripelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.

    Pasal 7

    Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang

    seimbang dan bertanggung jawab.

    Pasal 8

    Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk

    tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga

    kesehatan.

    TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH

    Pasal 14

    Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan,

    membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan

    terjangkau oleh masyarakat.

    Tanggung jawab Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikhususkan

    pada pelayanan publik.

    19

  • 7/28/2019 Tugas Arda Skenario 1

    20/22

    Pasal 19

    Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang

    bermutu, aman, efisien, dan terjangkau.

    SUMBER DAYA DI BIDANG KESEHATAN

    Tenaga Kesehatan

    Pasal 22

    Tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum.

    Ketentuan mengenai kualifikasi minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    diatur dengan Peraturan Menteri.

    Pasal 24

    Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus memenuhi

    ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar

    pelayanan, dan standar prosedur operasional.

    Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) diatur oleh organisasi profesi.

    Ketentuan mengenai hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan

    standar prosedur operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

    Peraturan Menteri.

    Pasal 29

    Dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan profesinya,

    kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi.

    Perlindungan Pasien

    Pasal 58

    Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan,

    dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan

    atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya.

    Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi

    tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau

    pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.

    Ketentuan mengenai tata cara pengajuan tuntutan sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    20

  • 7/28/2019 Tugas Arda Skenario 1

    21/22

    DAFTAR PUSTAKA

    Agus M. Algozi. Rekam Medis Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. FKUNAIR-RS. DR. Soetomo. Surabaya.

    21

  • 7/28/2019 Tugas Arda Skenario 1

    22/22

    Chadha,P.Vijay.1995.Ilmu Forensik dan Toksikologi.Jakarta:Widya Medika Indonesia.

    Prof. Dr. Jusuf Hanafiah, SpOG(K) dan Prof Amri Amir, SpF(K).Etika Kedokteran dan

    Hukum Kedokteran.Edisi 4.

    http://www.ilunifk83.com/t143p15-informed-consent

    http://indonesia.ahrchk.net/news/mainfile.php/Constitution/22

    22

    http://www.ilunifk83.com/t143p15-informed-consenthttp://indonesia.ahrchk.net/news/mainfile.php/Constitution/22http://www.ilunifk83.com/t143p15-informed-consenthttp://indonesia.ahrchk.net/news/mainfile.php/Constitution/22