Transplantasi ginjal.gfjh

download Transplantasi ginjal.gfjh

of 47

Transcript of Transplantasi ginjal.gfjh

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    1/47

    7

    BAB II

    PENGERTIAN

    A. Pengertian

    Pengertian penyakit ginjal kronik menurut beberapa ahli adalah:

    1. Penyakit ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)

    merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible di

    mana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme

    dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia/ retensi

    urea dan sampah nitrogen lain dalam darah (Smeltzer & Bare, 2001).

    2. Penyakit ginjal kronik (CKD) didefinisikan sebagai kerusakan ginjal

    yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural atau

    fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus

    ( glomerular filtration rate/ GFR) dengan manifestasi kelainan patologis

    atau terdapat tanda-tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam

    komposisi kimia darah, atau urin, atau kelainan radiologis (wibowo,

    2010).

    3. Penyakit ginjal kronik adalah proses patofisiologis dengan etiologi

    yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif 

    dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal (Sudoyo, Setiyohadi,

    Alwi, dkk, 2006).

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    2/47

    8

    B.   Tahapan Perkembangan Penyakit Ginjal Kronik 

    Berdasarkan perkembangan penyakitnya, penyakit ginjal kronik terdiri

    dari lima tahap. Tabel 2.1 menjelaskan klasifikasi PGK 

    Tabel 2.1Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Derajat Penyakit

    Sumber : Suwitra dalam Sudoyo (2006)

    derajat penjelasan LFG(ml/mn/1,73m2)

    1 kerusakan ginjal dengan LFG normal ≥ 90

    2 kerusakan ginjal dengan LFG ringan 60-89

    3 kerusakan ginjal dengan LFG sedang 30-59

    4 kerusakan ginjal dengan LFG berat 15-29

    5 PGTA < 15

    C. Anat

    omi dan Fisiologi

    1.   Anatomi

    Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat

    sepasang (masing-masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan

     posisinya retroperitoneal. Anatomi ginjal tampak dari depan, di sini

    dapat kita ketahui bahwa ginjal terletak dibagian belakang abdomen

    atas, dibelakang peritonium (retroperitoneal), didepan dua kosta

    terakhir dan tiga otot-otot besar (transversus abdominis, kuadratus

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    3/47

    9

    lumborum dan psoas mayor) di bawah hati dan limpa. Kedua ginjal

    terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3 (Syaifuddin, 2006).

    Gambar 2.1

    Anatomi ginjal tampak dari depan

    Sumber: Adam.com

    Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm)

    dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal

    sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11 (vertebra T12),

    sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau iga 12.

    Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah processus transversus vertebra L2

    (kira-kira 5 cm dari krista iliaka) sedangkan kutub bawah ginjal kanan

    adalah pertengahan vertebra L3. Dari batas-batas tersebut dapat terlihat

     bahwa ginjal kanan posisinya lebih rendah dibandingkan ginjal kiri

    (Syaifuddin, 2006).

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    4/47

    10

    Gambar 2.2

    Letak anatomi ginjal

    Sumber: Price dan Wilson (2006)

    Panjang ginjal pada orang dewasa adalah sekitar 12 sampai 13 cm

    (4,7 hingga 5,1 inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm (1 inci),

    dan beratnya sekitar 150 gram. Ukuranya tidak berbeda menurut bentuk 

    dan ukuran tubuh. Perbedaan panjang dari kutub ke kutub kedua ginjal

    (dibandingkan dengan pasanganya) yang lebih dari 1,5 cm (0,6 inci) atau

     perubahan bentuk merupakan tanda yang paling penting (Syaiffudin,

    2006).

    Permukaan anterior dan posterior kutub atas dan bawah serta tepi

    lateral ginjal berbentuk cembung, sedangkan tepi medialnya berbentuk 

    cekung karena adanya hilus. Beberapa struktur yang masuk atau keluar 

    dari ginjal melalui hilus adalah arteria dan vena renalis, saraf, pembuluh

    limfatik dan ureter. Ginjal diliputi oleh suatu kapsula fibrosa tipis

    mengkilat, yang berikatan longgar dengan jaringan di bawahnya dan dapat

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    5/47

    11

    dilepaskan dengan mudah dari permukaan ginjal (Price dan Wilson, 2006).

    Secara umum struktur makroskopis ginjal terdiri dari beberapa bagian:

    1. Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/ terdiri dari

    korpus renalis/ Malpighi (glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus

    kontortus proksimal dan tubulus kontortus distalis.

    2. Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari

    tubulus rektus, lengkung Henle dan tubukus pengumpul (ductus

    colligent).

    3. Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal.

    4. Processus renalis, yaitu bagian pyramid/ medula yang menonjol ke

    arah korteks.

    5. Hilus renalis, yaitu suatu bagian/ area di mana pembuluh darah,

    serabut saraf atau duktus memasuki/ meninggalkan ginjal.

    6. Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus

     pengumpul dan calix minor.

    7. Calix minor, yaitu percabangan dari calix major.

    8. Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis.

    9. Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang

    menghubungkan antara calix major dan ureter.

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    6/47

    12

    Gambar 2.3

    Struktur makroskopis ginjalSumber: Novartis.com

    Struktur ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula

    renalis yang terdiri dari jaringan fibrosa berwarna ungu tua. Lapisan luar 

    terdapat lapisan korteks (substansia kortekalis), dan lapisan sebelah dalam

     bagian medulla (substansia medularis) berbentuk kerucut yang disebut

    renal piramid. Puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari

    lubang-lubang kecil disebut papila renalis. Masing-masing piramid saling

    dilapisi oleh kolumna renalis, jumlah renalis 15-16 buah.

    Arteri renalis membawa darah murni dari aorta ke ginjal, lubang-

    lubang yang terdapat pada piramid renal masing-masing membentuk 

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    7/47

    13

    simpul dan kapiler satu badan malfigi yang disebut glomerulus. Pembuluh

    aferen yang bercabang membentuk kapiler menjadi vena renalis yang

    membawa darah dari ginjal ke vena kava inferior.

    Ginjal mendapat persarafan dari fleksus renalis (vasomotor). Saraf 

    ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal,

    saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ginjal.

    Di atas ginjal terdapat kelenjar suprarenalis, kelenjar ini merupakan

    sebuah kelenjar bantu yang menghasilkan dua macam hormon yaitu

    hormon adrenalin dan hormon kortison. Adrenalin dihasilkan oleh

    medulla.

    Struktur mikroskopik ginjal adalah nefron. Unit kerja fungsional

    ginjal disebut sebagai   nefron.  Dalam setiap ginjal terdapat sekitar 1 juta

    nefron yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi sama. Setiap

    nefron terdiri dari Kapsula Bowman, yang mengitari rumbai kapiler 

    glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle, dan tubulus

    kontortus distal, yang mengosongkan diri ke duktus pengumpul. Duktus

     berjalan lewat korteks dan medulla renal untuk mengosongkan isinya ke

    dalam pelvis ginjal ( Price dan Wilson, 2006).

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    8/47

    14

    Gambar 2.4

    Proses pembentukan urine

    Sumber: alfina.com

    2. Fisiologi ginjal

    Fungsi ginjal menurut Price dan Wilson (2006) di bedakan menjadi

    dua yaitu fungsi eksresi dan non ekskresi, antara lain:

    a. Fungsi ekskresi

    1) Mempertahankan osmolalitas plasma sekitar 285 mosmol

    dengan mengubah-ubah ekskresi air.

    2) Mempertahankan volume ECF dan tekanan darah dengan

    mengubah-ubah ekskresi Na+.

    3) Mempertahankan konsentrasi plasma masing-masing elektrolit

    individu dalam rentang normal.

    4) Mempertahankan PH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan

    kelebihan H+ dan membentuk kembali HCO3-.

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    9/47

    15

    5) Mengekskresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme

     protein (terutama urea, asam urat dan kreatinin).

    6) Bekerja sebagai jalur ekskretori untuk sebagian besar obat.

     b. Fungsi non ekskresi

    1) Menghasilkan renin : penting dalam pengaturan tekanan darah.

    2) Menghasilkan eritropoetin : meransang produksi sel darah

    merah oleh sumsum tulang.

    3) Menghasilkan 1,25-dihidroksivitamin D3   : hidroksilasi akhir 

    vitamin D3 menjadi bentuk yang paling kuat.

    4) Mengaktifkan prostaglandin : sebagian besar adalah

    vasodilator, bekerja secara lokal, dan melindungi dari

    kerusakan iskemik ginjal.

    5) Mengaktifkan degradasi hormon polipeptida.

    6) Mengaktifkan insulin, glukagon, parathormon, prolaktin,

    hormon pertumbuhan, ADH, dan hormon gastrointestinal

    (gastrin, polipeptida intestinal vasoaktif [VIP]).

    Proses pembentukan urine menurut Syaifuddin (2006) glomerulus

     berfungsi sebagai ultrafiltrasi pada simpai bowman, berfungsi untuk 

    menampung hasil filtrasi dari gomerulus. Pada tubulus ginjal akan terjadi

     penyerapan kembali zat-zat yang sudah disaring pada glomerulus, sisa

    cairan akan diteruskan ke piala ginjal berlanjut ke ureter.

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    10/47

    16

    Urine berasal dari darah yang dibawa arteri renalis masuk ke dalam

    ginjal, darah ini terdiri dari bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian

     plasma darah. Ada tiga tahap pembentukan urine:

    a. Proses filtrasi

    Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena permukaan aferen

    lebih besar dari permukaan eferen maka terjadi penyerapan darah.

    Sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali

     protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai Bowman yang

    terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, yang

    diteruskan ke tubulus ginjal.

     b. Proses reabsorbsi

    Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar glukosa,

    natrium, klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara

     pasif yang dikenal dengan obligator reabsorbsi terjadi pada tubulus

    atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali

     penyerapan natrium dan ion bikarbonat. Bila diperlukan akan diserap

    kembali ke dalam tubulus bagian bawah. Penyerapanya terjadi secara

    aktif dikenal dengan reabsorbsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada

     papila renalis.

    c. Proses sekresi

    Sisanya penyerapan urine kembali yang pada tubulus dan

    diteruskan ke piala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke

    vesika urinaria.

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    11/47

    17

    D. Etiologi

    Penyebab CKD menurut Price dan Wilson (2006) antara lain :

    1. Penyakit infeksi: pielonefritis kronik atau refluks, nefropati,

    tubulointestinal.

    2. Penyakit peradangan: glomerulonefritis.

    3. Penyakit vaskuler hipertensi: nefrosklerosis maligna, nefrosklerosis

     benigna, stenosis arteria renalis.

    4. Gangguan jaringan ikat: lupus eritematosus sistemik, poliarteritis

    nodosa, sklerosis sistemik progresif.

    5. Gangguan kongenital dan hederiter: penyakit ginjal polikistik 

    hederiter, asidosis sistemik progresif.

    6. Penyakit metabolik: diabetes melitus, gout, hiperparatiroidisme,

    amiloidosis.

    7. Nefropati toksik: penyalahgunaan analgesik, nefropati timah.

    8. Nefropati obstruktif karena obstruksi saluran kemih karena batu,

    neoplasma, fibrosis retroperitoneal, hipertrofi prostat, striktur uretra,

    anomali kongenital leher vesika urinarian dan uretra.

    E. Patofisiologi

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    12/47

    18

    Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada

     penyakit yang mendasarinya. Pengurangan masa ginjal mengakibatkan

    hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa   (surviving 

    nephrons)   sebagai upaya kompensasi, yang diperantarai oleh molekul

    vasoaktif seperti sitokin dan   growth factors. Hal ini mengakibatkan

    terjadinya hiperfitrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan

    aliran darah glomerulus. Proses adaptasi berlangsung singkat, akhirnya

    diikuti oleh proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa.

    Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang progresif,

    walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi (Suwitra dalam Sudoyo,

    2006).

    Fungsi renal menurun menyebabkan produk akhir metabolisme

     protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam

    darah. Akibatnya terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh.

    Semakin banyak timbunan produk sampah, maka gejala akan semakin

     berat (Smeltzer dan Bare, 2002).

    Retensi cairan dan natrium akibat dari penurunan fungsi ginjal

    dapat mengakibatkan edema, gagal jantung kongestif/ CHF, dan

    hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi karena aktivitas aksis renin

    angiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron.

    CKD juga menyebabkan asidosis metabolik yang terjadi akibat

    ginjal tidak mampu mensekresi asam (H-) yang berlebihan. Asidosis

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    13/47

    19

    metabolik juga terjadi akibat tubulus ginjal tidak mampu mensekresi

    ammonia (NH3-

    ) dan mengabsorpsi natrium bikarbonat (HCO3).

    Penurunan ekresi fosfat dan asam organik lain juga dapat terjadi.

    Selain itu CKD juga menyebabkan anemia yang terjadi karena

     produksi eritropoietin yang tidak memadai, memendeknya usia sel darah

    merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan

    akibat status uremik pasien, terutama dari saluran pencernaan.

    Eritropoitein yang diproduksi oleh ginjal, menstimulasi sumsum tulang

    untuk menghasilkan sel darah merah jika produksi eritropoietin menurun

    maka mengakibatkan anemia berat yang disertai keletihan, angina, dan

    sesak napas.

    Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat merupakan gangguan

    metabolisme akibat penurunan fungsi ginjal. Kadar serum kalsium dan

    fosfat dalam tubuh memiliki hubungan timbal balik dan apabila salah

    satunya meningkat, maka fungsi yang lain akan menurun. Akibat

    menurunya   glomerular filtration rate   (GFR) kadar fosfat akan serum

    meningkat dan sebaliknya kadar serum kalsium menurun. Terjadinya

     penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon dari

    kelenjar paratiroid. Tetapi, gagal ginjal tubuh tidak merespon normal

    terhadap peningkatan sekresi parathormon. Sehingga kalsium di tulang

    menurun, yang menyebabkan terjadinya perubahan tulang dan penyakit

    tulang. Demikian juga dengan vitamin D (1,25 dihidrokolekalsiferol) yang

    dibentuk diginjal menurun seiring dengan perkembangan gagal ginjal.

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    14/47

    20

    Penyakit tulang uremik/ osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan

    kompleks kalsium, fosfat, dan keseimbangan parathormon (Nursalam,

    2006).

    F. Manifestasi Klinik 

    Menurut Smeltzer dan Bare (2002) tanda dan gejala penyakit ginjal kronik 

    didapat antara lain :

    1. Kardiovaskuler: hipertensi, pitting edema (kaki, tangan, sekrum),

    edema periorbital, pembesaran vena leher.

    2. Integumen : warna kulit abu-abu mengkilat, kulit terang dan bersisik,

     pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.

    3. Pulmoner : krekles, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernafasan

    kussmaul.

    4. Gastrointestinal: nafas berbau amonia, ulserasi dan perdarahan pada

    mulit, anoreksia, mual dan muntah, konstipasi dan diare, perdarahan

    dari saluran GI.

    5. Neurologi: kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang,

    kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, perubahan

     perilaku.

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    15/47

    21

    6. Muskuloskeletal: kram otot, kekuatan otot hilang, faktor tulang.

    7. Reproduktif: amenore, atrofi testikuler.

    G.  Penatalaksanaan Medis

    Rencana penatalaksanaan penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajatnya

    menurut Suwitra dalam Sudoyo (2006) antara lain:

    Tabel 2.2

    Rencana tatalaksana penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajatnya

    Derajat LFG(ml/mn/1,73m2) Rencana Tatalaksana

      1 ≥ 90 Terapi penyakit dasar, kondisi komorbid,

    evaluasi perburukan (progression) fungsi

    ginjal, memperkecil risiko kardiovaskuler 

    2 60-80 Menghambat perburukan (progession) fungsi

    ginjal

    3 30-59 Evaluasi dan terapi komplikasi

    4 15-29 Persiapan untuk terapi pengganti ginjal

    5 < 15 Terapi pengganti ginjal

    Di bawah ini merupakan penjelasan dari penatalaksanaan penyakit

    ginjal kronik berdasarkan tabel diatas adalah:

    1) Terapi Spesifik Terhadap Penyakit Dasarnya

    Waktu yang paling tepat untuk terapi penyakit dasarnya adalah

    sebelum terjadinya penurunan LFG sehingga perburukan fungsi ginjal

    tidak terjadi. Pada ukuran ginjal yang masih normal secara

    ultrasonografi, biopsi dan pemeriksaan histopatologi ginjal dapat

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    16/47

    22

    menentukan indikasi yang tepat terhadap terapi spesifik. Sebaliknya,

     bila LFG sudah menurun sampai 20-30% dari normal, terapi terhadap

     penyakit dasar sudah tidak banyak bermanfaat.

    2) Pencegahan dan Terapi Terhadap Kondisi Komorbid

     penting sekali untuk mengikuti dan mencatat kecepatan penurunan

    LFG pada pasien Penyakit Ginjal Kronik. Hal ini untuk mengetahui

    kondisi komorbid ( superimposed factors)   yang dapat memperburuk 

    keadaan pasien. Faktor-faktor komorbid antara lain, gangguan

    keseimbangan cairan, hipertensi yang tidak terkontrol, infeksi traktus

    urinarius, obstruksi traktus urinarius, obat-obat nefrotoksik, bahan

    raddiokontras, atau peningkatan aktivitas penyakit dasarnya.

    3) Menghambat Perburukan Fungsi Ginjal

    Faktor utama penyebab perburukan fungsi ginjal adalah terjadinya

    hiperfiltrasi glomerulus dengan cara penggunaan obat-obatan

    nefrotoksik, hipertensi berat, gangguan elektrolit (hipokalemia).

    4) Pembatasan Asupan Protein

    Asupan protein dan fosfat pada pasien PGK dijelaskan dalam tabel 2.3

    Tabel 2.3

    Pembatasan Asupan Protein dan Fosfat pada Penyakit Ginjal Kronik 

    Sumber : Suwitra dalam Sudoyo (2006)

    LFG ml/mnt Asupan protein g/kg/hr Fosfat g/kg/hr  

    >60 Tidak dianjurkan Tidak dibatasi

      25-60 0,6-0,8/kg/hr, termasuk ≥ 0,35 ≤ 10g

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    17/47

    23

    gr/kg/hr nilai biologi tinggi

      5-25 0,6-0,8/kg/hr, termasuk ≥0,35 gr/kg/hr ≤10g

     protein nilai biologis tinggi /tambahan0,3 g asam amino esensial / asam keton

     < 60(SN) 0,8/kg/hr (+ 1 gr protein/ g proteinuria ≤ 9g

    atau 0,3 g / kg tambahan asam amino

    esensial atau asam keton

    5) Terapi Farmakologis

    Terapi farmakologi bertujuan untuk mengurangi hipertensi,

    memeperkecil risiko gangguan kardiovaskuler juga memperlambat

     pemburukan kerusakan nefron. Beberapa obat antihipertensi, terutama

     penghambat enzim konverting angiotensin   (Angiotensin Converting 

     Enzym/ ACE inhibitor).

    6) Pencegahan dan Terapi Terhadap Penyakit Kardiovaskuler 

    Hal-hal yang termasuk dalam pencegahan dan terapi penyakit

    kardiovaskuler adalah pengendalian diabetes, pengendalian hipertensi,

     pengendalian dislipidemia, pengendalian anemia, pengendalian

    hiperfosfatemia dan terapi terhadap kelebihan cairan dan gangguan

    keseimbangan elektrolit.

    7) Pencegahan dan Terapi Terhadap Komplikasi

    Penyakit ginjal kronik mengakibatkan berbagai komplikasi yang

    manifestasinya sesuai dengan derajat penurunan fungsi ginjal yang

    terjadi.

    8) Terapi Pengganti Ginjal

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    18/47

    24

    Terapi pengganti ginjal dilakukan pada Penyakit Ginjal Kronik 

    stadium 5, yaitu pada LFG kurang dari 15ml/mnt. Terapi pengganti

    tersebut dapat berupa hemodialisis, peritoneal dialisis atau

    transplantasi ginjal.

    H. Komplikasi

    Komplikasi penyakit gagal ginjal kronik menurut Smeltzer dan Bare

    (2001) yaitu :

    1) Hiperkalemia akibat penurunan eksresi, asidosis metabolik,

    katabolisme dan masukan diet berlebihan.

    2) Perikarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung akibat retensi

     produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.

    3) Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem

    rennin-angiostensin-aldosteron

    4) Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel

    darah merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin dan

    kehilangan darah selama hemodialisis.

    5) Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatic akibat retensi fosfat, kadar 

    kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D abnormal dan

     peningkatan kadar alumunium.

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    19/47

    25

    I. Pengkajian Fokus (Termasuk Pemeriksaan Penunjang )

    Pengkajian fokus keperawatan yang perlu diperhatikan pada penderita

     penyakit ginjal kronik menurut Doegoes (2000), Alam dan Hadibroto

    (2007), serta Smeltzer dan Bare (2001) ada berbagai macam, meliputi :

    a. Demografi

    Lingkungan yang tercemar oleh kadmium, kroomium, timah, merkuri

    dan sumber air tinggi kalsium beresiko untuk penyakit ginjal kronik,

    kebanyakan menyerang umur 20-50 tahun, jenis kelamin lebih banyak 

     perempuan, kebanyakan ras kulit hitam.

     b. Riwayat penyakit dahulu

    Riwayat penyakit diabetes mellitus, hipertensi, obstruksi traktus

    urinarius, infeksi ginjal, glomerulonefritis kronik, lupus eritematosus

    sistemik, penyalahgunaan analgesik, pielonefritis kronik atau refluks,

     batu.

    c. Riwayat kesehatan keluarga

    Riwayat penyakit batu ginjal, hipertensi, DM dalam keluarga, penyakit

    ginjal polikistik, gout.

    d. Pola kesehatan fungsional

    1) Pemeliharaan kesehatan

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    20/47

    26

    Konsumsi obat nefrotoksik yang berkepanjangan (analgesik,

    aspirin, antacid, laktasif). Konsumsi makanan tinggi kalsium,

     purin, oksalat, fosfat, protein, kebiasaan minum suplemen, kontrol

    tekanan darah dan gula darah tidak teratur pada penderita tekanan

    darah tinggi dan diabetes mellitus.

    2) Pola nutrisi dan metabolik 

    Perlu dikaji adanya peningkatan berat badan cepat (edema),

     penurunan berat badan (malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual,

    muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut (pernafasan amonia),

     penggunaan diuretik.

    3) Pola eliminasi

    Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut),

    abdomen kembung, diare konstipasi, perubahan warna urin.

    4) Pola aktivitas dan latihan

    Kelemahan ekstrem, kelemahan, malaise, kelemahan otot,

     penurunan rentang gerak.

    5) Pola istirahat dan tidur 

    Gangguan tidur (insomnia/ gelisah atau somnolen).

    6) Pola persepsi sensori dan kognitif 

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    21/47

    27

    Pengkajian persepsi sensori CKD diperoleh data sakit kepala,

     penglihatan kabur, kram otot/ kejang, restless leg syndrom, kebas

    rasa terbakar pada telapak kaki, kebas/ kesemutan dan kelemahan

    khususnya pada ekstremitas bawah (nefropati perifer). Pengkajian

    kognitif gatal, gangguan status mental contoh penurunan lapang

     perhatian, kedidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori,

    kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma.

    7) Hubungan dengan orang lain

    Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,

    mempertahankan fungsi peran biasanya dalam bekerja.

    8) Reproduksi dan seksual

    Penurunan libido, amenorea, infertilitas.

    9) Persepsi diri dan konsep diri

    Faktor stres, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada

    kekuatan, menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,

     perubahan kepribadian.

    e. Pengkajian fisik 

    1)   Keluhan umum : malaise, lemah, tampak sesak 

    2)  Tingkat kesadaran : komposmentis sampai koma.

    3)  Pengukuran antropometri : berat badan menurun,

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    22/47

    28

    4)   Tanda vital : tekanan darah meningkat, suhu meningkat, nadi

    lemah, disritmia, pernapasan kusmaul, tidak teratur.

    5)  Kepala

    a)   Mata: konjungtiva anemis, penglihatan kabur, edema

     periorbital.

    b)   Rambut: rambut mudah rontok, tipis dan kasar, kotor.

    c)   Hidung : pernapasan cuping hidung.

    d)   Mulut : nafas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan, mual,

    muntah serta cegukan, peradangan gusi.

    6)  Leher : pembesaran vena leher.

    7)   Dada dan thoraks : penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan

    dangkal dan kusmaul serta krekels, nafas dangkal, edema

     pulmoner, efusi pleura.

    8)  Abdomen : nyeri area pinggang, asites.

    9)   Ekstremitas : melambat, kuku rapuh dan kusam serta tipis,

    kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, kekuatan

    otot.

    10)   Kulit : kering, pigmentasi, bekas garukan, ekimosis, pucat, lecet,

    warna mengkilat/ abu-abu.

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    23/47

    29

    11)   Pemeriksaan penunjang

    Menurut Doengoes (2000), pemeriksaan penunjang penyakit

    ginjal kronik adalah:

    a. Urine

    1) Volume : biasanya kurang dari 400 ml/24 jam

    (oliguria) atau urine tak ada (anuria).

    2) Warna : secara abnormal urine keruh mungkin

    disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, partikel koloid,

    fosfat atau sedimen koor, kecoklatan menunjukkan

    adanya darah, Hb.

    3) Berat jenis : kurang dari 1.015 (menetap pada 1.010

    menunjukkan kerusakan ginjal berat).

    4) Natrium : lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal

    tidak mampu mereabsorbsi natrium.

    5) Protein : dapat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat

    menunjukkan kerusakan glomerulus bila SDM dan

    fragmen juga ada.

     b. Darah

    1) BUN/ kreatinin : meningkat diatas normal

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    24/47

    30

    2) Hitung darah lengkap : Hb menurun biasanya kurang

    dari 7-8 g/dL

    3) Kalium : meningkat

    4) Natrium serum : mungkin rendah atau normal

    5) Magnesium fosfat meningkat

    6) Kalsium : menurun

    7) Protein (khususnya albumin) : kadar serum menurun

    dapat menunjukkan kehilangan protein melalui urine,

     perpindahan cairan, penurunan pemasukan, atau

     penurunan sintesis karena asam amino esensial.

    8) Osmolaritas serum : lebih besar dari 285 mOsm/kg ;

    sering sama dengan urine

    c.Pemeriksaan Radio diagnostik 

    1) Biopsi ginjal : mungkin dilakukan secara endoskopik 

    untuk menentukan sel jaringan untuk diagnosis

    histologik.

    2) KUB foto : menunjukkan ukuran ginjal/ureter/kandung

    kemih dan adanya obstruksi (batu)

    3) Pielogram retrograd : menunjukkan abnormalitas

     pelvis ginjal dan ureter.

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    25/47

    31

    4) Arteriogram ginjal : mengkaji sirkulasi ginjal dan

    mengidentifikasi ekstravaskuler , massa.

    5) Sistouretrogram berkemih : menunjukkan ukuran

    kandung kemih , refluks kedalam ureter, retensi.

    6) Ultrasono ginjal : terbentuk adanya atropi

    7) Endoskopi ginjal, nefroskopi : dilakukan untuk 

    menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan

     pengangkatan tumor selektif.

    8) EKG : mungkin abnormal menunjukkan

    ketidakseimbangan elektrolit dan asam/basa.

    9) Foto kaki, tengkorak, kolumna spinal, dan tangan :

    dapat menunjukkan demineralisasi, klasifikasi

    J. Diagnosa Keperawatan

    Diagnosa keperawatan penyakit gagal ginjal kronik menurut Doengoes

    (2000), Smeltzer & Bare (2002) dan Carpenito (2006) adalah :

    1. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi paru, edema

     paru ditandai dengan adanya sianosis dan dispnea, penurunan bunyi

    nafas.

    2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveolus

    sekunder terhadap adanya edema pulmoner.

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    26/47

    32

    3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2

    dan nutrisi ke jaringan sekunder terhadap penurunan Hb.

    4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran

    urin, diet berlebih dan retensi cairan dan natrium ditandai dengan

     peningkatan berat badan cepat (edema), distensi abdomen (asites).

    5. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan

    ketidakseimbangan cairan mempengaruhi sirkulasi, kerja miokardial

    dan tahanan vaskuler sistemik, gangguan frekuensi, irama, konduksi

     jantung (ketidakseimbangan elektrolit).

    6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

    anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan mukosa

    mulut ditandai dengan penurunan berat badan (malnutrisi), distensi

    abdomen/ asites.

    7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi

     produk sampah dan prosedur dialisis ditandai dengan kelemahan otot,

     penurunan rentang gerak.

    8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritus dan kulit

    kering sekunder terhadap uremia dan edema ditandai dengan kulit

    menghitam, gangguan turgor kulit.

    9. Gangguan konsep diri Harga diri rendah berhubungan dengan

     penurunan fungsi tubuh dan perubahan penampilan.

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    27/47

    33

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    28/47

    31

    K. Pathway Keperawatan

    Penyakit Proses Glomerilius

    Penyakit Primer Medikal

    Ketrolistik 

    Ginjal Rusak 

    GFR 

    Ekresi ureum kreatininenurun

    Peningkatan ureum di

     pembuluh darah

    Sirdroma uremi a Hi perrospatemia

    Anoreksia, mual,

    muntah

    Intake tidak 

    adekuat

     Nutrisi kurang

    dari kebutuhan tubuh

    Pruritus + perubahana

    warna kulit

    Resiko gangguan

    integritas Kulit

    HC03

    Asidosis

    Hiperventilasi

    Peningkatan ReninMeningkat

    Hiperaldosteron

    Retensi Natrium

    Vasokontriksi

    Preolad naik 

    Hipertrofi

    ventrikel kiri

    Payah jantung kiri

    Peningkatan beban

     jantung

    Perubahan Pola nafas

    Tekanan Hidrotastik Kapiler Paru

    meningkat

    Perubahan penampilan

    Edema Paru

    Penurunan COP

    Difusi O2 ke

    alveoliTerganggu

    Gangguan Pertukaran

    Gas

    Eritropoitein Menurun

    Oksi HB menurun

    Suplai O2 Ke

     jaringan menurun

    Gangguan

    Perfusi

     jaringan

    Intoleransi

    aktivitas

    stomatitis

    Fungsi ekresi

    Volume interstitial

    Ekresi air 

    Retensi cairan

    Penumpukan

    cairan di paru

    Kelebihan

    volume

    cairan

    Tekanan vaskuler 

    Sesak 

    nafas

    Fungis Ginjal

    Menurun

    Perpindahan cairan

    dari kapiler ke

    alveoli

    HDR 

    Fungsi ekresienurun

    Ekskresi kalium

    iperkalemi

    Gangguan

    kontraktilitas

    miokard

    Gangguan irama dan

    konduksi

    kelemahan

    Distensi

    abdomen

    Rasa penuh dilambung

    anoreksia

    Sumber : Doengoes (2000)

    Smeltzer & Bare (2002)

    Carpenito (2006)

    Kualitas

    mengunyah

    enurun

    edemasirkulasitak 

    adekuat

    Ekresi ureum kreatininenurun

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    29/47

    32

    L. Fokus intervensi dan rasional

    1. Diagnosa : perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi

     paru, edema paru ditandai dengan adanya sianosis dan dispnea,

     penurunan bunyi nafas.

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien

    menunjukkan pola nafas efektif 

    Kriteria hasil : tidak ada dispnea, bunyi nafas tidak mengalami

     penurunan, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, RR 16-24

    x/menit.

    Intervensi :

    a.   Kaji fungsi pernapasan klien, catat kecepatan, adanya gerak,

    dispnea, sianosis, dan perubahan tanda vital.

    Rasional : Distress pernapasan dan perubahan pada vital dapat

    terjadi sebagai akibat dari patofisiologi dan nyeri.

    b.   Catat pengembangan dada dan posisi trakea

    Rasional : Pengembangan dada atau ekspansi paru dapat

    menurunkan apabila terjadi asietas atau edema

     pulmoner.

    c.   Kaji klien adanya keluhan nyeri bila batuk atau nafas dalam.

    Rasional : Sokongan terhadap dada dan otot abdominal membuat

     batuk lebih efektif dan dapat mengurangi trauma.

    d.   Pertahankan posisi nyaman misalnya posisi semi fowler 

    Rasional : Meningkatkan ekspansi paru.

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    30/47

    33

    e.   Kolaborasikan pemeriksaan laboratorium (elektrolit)

    Rasional : Untuk mengetahui elektrolit sebagai indikator keadaan

    status cairan.

    f.   Kolaborasikan pemberian oksigen

    Rasional : Menghilangkan distress respirasi dan sianosis.

    2. Diagnosa : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan

    ekspansi paru sekunder terhadap adanya edema pulmoner.

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien

    menunjukkan pertukaran gas efektif.

    Kriteria hasil : analisa gas darah dalam rentang normal, tidak ada

    tanda sianosis maupun hipoksia, taktil fremitus positif kanan dan kiri,

     bunyi nafas tidak mengalami penurunan, auskultasi paru sonor, TTV

    dalam batas normal: RR 16-24 x/menit

    Intervensi :

    a. Kaji fungsi pernapasan klien, catat kecepatan, adanya gerak,

    dispnea, sianosis, dan perubahan tanda vital.

    Rasional : Distress pernapasan dan perubahan pada vital dapat

    terjadi sebagai akibat dari patofisiologi dan nyeri.

     b. Auskultasi bunyi nafas

    Rasional : Untuk mengetahui keadaan paru.

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    31/47

    34

    c. Catat pengembangan dada dan posisi trakea

    Rasional : Pengembangan dada atau ekspansi paru dapat

    menurunkan apabila terjadi asietas atau udema pulmoner.

    d. Kaji taktil fremitus

    Rasional : Taktil fremitus dapat negative pada klien dengan edema

     pulmoner.

    e. Kaji klien adanya keluhan nyeri bila batuk atau nafas dalam.

    Rasional : Sokongan terhadap dada dan otot abdominal membuat

     batuk lebih efektif dan dapat mengurangi trauma.

    f. Pertahankan posisi nyaman misalnya posisi semi fowler 

    Rasional :  Meningkatkan ekspansi paru.

    g. Kolaborasikan pemeriksaan laboratorium (elektrolit)

    Rasional : Untuk mengetahui elektrolit sebagai indicator keadaan

    status cairan.

    h. Kolaborasikan pemeriksaan analisa gas darah dan foto thoraks.

    Rasional : Mengkaji status pertukaran gas dan ventilasi serta

    evaluasi dari implementasi.

    i. Kolaborasikan pemeriksaan oksigen

    Rasional : Menghilangkan distress respirasi dan sianosis.

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    32/47

    35

    3. Diagnosa : Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan

     penurunan suplai O2 dan nutrisi ke jaringan sekunder terhadap

     penurunan Hb.

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan perfusi

     jaringan adekuat

    Kriteria hasil : Membran mukosa warna merah muda, kesadaran

    kompos mentis, tidak ada keluhan sakit kepala, tidak ada tanda

    sianosis ataupun hipoksia,   capillary refill   kurang dari 3 detik, nilai

    laboratorium dalam batas normal (Hb 12-15 gr%), konjungtiva tidak 

    anemis, tanda-tanda vital stabil: TD: 120/80 mmHg, nadi: 60-

    80x/menit

    Intervensi :

    a. Awasi tanda-tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit dan

    dasar kuku.

    Rasional : Memberikan informasi tentang derajat atau keadekuatan

     perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan

    intervensi

     b. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.

    Rasional : Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan

    oksigenasi untuk kebutuhan seluler, vasokonstrisi (ke

    organ vital) menurunkan sirkulasi perifer.

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    33/47

    36

    c. Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh

    hangat sesuai dengan indikasi.

    Rasional : Kenyamanan klien atau kebutuhan rasa hangat harus

    seimbang dengan kebutuhan untuk menghindari panas

     berlebihan pencetus vasodilatasi (penurunan perfusi

    organ).

    d. Kolaborasi untuk pemberian O2

    Rasional : Memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.

    e. Kolaborasikan pemeriksaan laboratorium (hemoglobin).

    Rasional : Mengetahui status transport O2

    f. Kolaborasikan pemberian terapi untuk peningkatan Hb

    (Eritropoetin Stimulating Agen)

    Rasional : untuk meningkatkan kadar Hb dalam tubuh.

    4. Diagnosa : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan

    haluaran urine, retensi cairan dan natrium ditandai dengan peningkatan

     berat badan cepat (edema), distensi abdomen (asites).

    Tujuan : kelebihan cairan tidak terjadi.

    Kriteria hasil : turgor kulit normal tanpa edema, tanda-tanda vital

    normal 120/80mmHg, tidak ada asites, tidak ada kenaikan BB.

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    34/47

    37

    Intervensi :

    a. Kaji status cairan seperti timbang berat badan harian,

    keseimbangan masukan dan haluaran, turgor kulit dan adanya

    edema, tekanan darah, denyut dan irama nadi.

    Rasional : pengkajian merupakan dasar berkelanjutan untuk 

    memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi.

     b. Batasi masukan cairan dan garam

    Rasional : pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal,

    haluaran urine dan respons terhadap terapi.

    c. Identifikasi sumber potensial cairan, medikasi dan cairan yang

    digunakan untuk pengobatan, oral dan intravena serta makanan.

    Rasional : sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat

    diidentifikasi.

    d. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan.

    Rasional : pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan

    keluarga dalam pembatasan cairan.

    e. Bantu pasien dalam menghadapai ketidaknyamanan akibat

     pembatasan cairan.

    Rasional : kenyamanan pasien meningkatkan kepatuhan terhadap

     pembatasan diet.

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    35/47

    38

    f. Timbang berat badan harian

    Rasional : untuk memantau status cairan dan nutrisi.

    g. Kolaborasikan dialisis

    Rasional : untuk mengurangi penumpukan cairan dalam tubuh.

    h. Ajarkan management rasa haus, oral higiene.

    Rasional : untuk mengurangi rasa haus.

    5. Diagnosa : Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan

    ketidakseimbangan cairan mempengaruhi sirkulasi, peningkatan kerja

    miokardial dan tahanan vaskuler sistemik, gangguan frekuensi, irama,

    konduksi jantung (ketidakseimbangan elektrolit).

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan curah

     jantung dapat dipertahankan

    Kriteria hasil : Tanda-tanda vital dalam batas normal: tekanan

    darah: 120/80 mmHg, nadi 60-80 x/menit, kuat, teratur, akral hangat,

    capillary refill   kurang dari 3 detik, Nilai laboratorium dalam batas

    normal (kalium 3,5-5,1 mmol/L, urea 15-39 mg/dl)

    Intervensi :

    a. Auskultasi bunyi jantung dan paru, evaluasi adanya edema perifer 

    atau kongesti vaskuler dan keluhan dispnea, awasi tekanan darah,

     perhatikan postural misalnya: duduk, berbaring dan berdiri.

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    36/47

    39

    Rasional : Mengkaji adanya takikardi, takipnea, dispnea,

    gemerisik, mengi dan edema.

     b. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan lokasi dan beratnya.

    Rasional : Hipertensi ortostatik dapat terjadi sehubungan dengan

    defisit cairan.

    c. Evaluasi bunyi jantung akan terjadi friction rub, tekanan darah,

    nadi perifer, pengisisan kapiler, kongesti vaskuler, suhu tubuh dan

    mental.

    Rasional : Mengkaji adanya kedaruratan medik.

    d. Kaji tingkat aktivitas dan respon terhadap aktivitas.

    Rasional : Kelelahan dapat menyertai gagal jantung kongestif juga

    anemia.

    e. Kolaborasikan pemeriksaan laboratorium yaitu kalium.

    Rasional : Ketidakseimbangan dapat mengganggu kondisi dan

    fungsi jantung.

    f. Batasi makanan tinggi kalium

    Rasional : menghindari terjadinya hiperkalemia dalam tubuh

    g. Berikan obat anti hipertensi sesuai dengan indikasi.

    Rasional : Menurunkan tahanan vaskuler sistemik.

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    37/47

    40

    6. Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

     berhubungan dengan intake inadekuat, mual, muntah, anoreksia

    ditandai dengan penurunan berat badan (malnutrisi), distensi abdomen/

    asites.

    Tujuan : nutrisi adekuat

    Kriteria hasil : Pengukuran antropometri dalam batas normal,

     perlambatan atau penurunan berat badan yang cepat tidak terjadi,

     pengukuran biokimis dalam batas normal (albumin, kadar elektrolit),

     pemeriksaan laboratorium klinis dalam batas normal, pematuhan

    makanan dalam pembatasan diet dan medikasi sesuai jadwal untuk 

    mengatasi anoreksia.

    Intervensi :

    a. Kaji status nutrisi seperti perubahan berat badan, pengukuran

    antropometrik, nilai laboratorium (elektrolit, serum, BUN,

    kreatinin, protein, transferin dan kadar besi).

    Rasional : menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan

    mengevaluasi intervensi.

     b. Kaji pola diet dan nutrisi pasien seperti riwayat diet, makanan

    kesukaan, hitung kalori.

    Rasional : pola diet sekarang dan dahulu dapat dipertimbangkan

    dalam menyusun menu.

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    38/47

    41

    c. Kaji faktor-faktor yang dapat merubah masukan nutrisi seperti

    Anoreksia, mual, muntah, diet yang tidak menyenangkan bagi

     pasien, kurang memahami diet

    Rasional : menyediakan informasi mengenai faktor lain yang

    dapat diubah atau dihilangkan untuk meningkatkan

    masukan diet.

    d. Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet.

    Rasional : mendorong peningkatan masukan diet

    e. Tingkatkan masukan protein yang mengandung nilai biologis

    tinggi : telur, produk susu, daging.

    Rasional : protein lengkap diberikan untuk mencapai

    keseimbangan nitrogen yang diperlukan untuk 

     pertumbuhan dan penyembuhan.

    f. Anjurkan camilan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium,

    diantara waktu makan.

    Rasional : mengurangi makanan dan protein yang dibatasi dan

    menyediakan kalori untuk energi, membagi protein

    untuk pertumbuhan dan penyembuhan jaringan.

    g. Ubah jadwal medikasi sehingga medikasi ini tidak segera

    diberikan sebelum makan

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    39/47

    42

    Rasional : ingesti medikasi sebelum makan menyebabkan

    anoreksia dan rasa kenyang.

    h. Jelaskan rasional pembatasan diet dan hubunganya dengan

     penyakit ginjal dan peningkatan urea dan kadar kreatinin.

    Rasional : meningkatkan pemahaman pasien tentang hubungan

    antara diet, urea, kadar kreatinin dengan penyakit renal.

    i. Sediakan daftar makanan yang dianjurkan secara tertulis dan

    anjurkan untuk memperbaiki rasa tanpa menggunakan natrium atau

    kalium.

    Rasional : daftar yang dibuat menyediakan pendekatan positif 

    terhadap pembatasan diet dan merupakan referensi

    untuk pasien dan keluarga yang dapat digunakan

    dirumah.

     j. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan.

    Rasional : faktor yang tidak menyenangkan yang berperan dalam

    menimbulkan anoreksia dihilangkan.

    k. Kaji bukti adanya masukan protein yang tidak adekuat seperti

     pembentukan edema, penyembuhan yang lambat, penurunan kadar 

    albumin.

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    40/47

    43

    Rasional : masukan protein yang tidak adekuat dapat menyebabkan

     penurunan albumin dan protein lain, pembentukan edema

    dan perlambatan penyembuhan.

    7.   Diagnosa : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan,

    anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialisis ditandai dengan

    kelemahan otot, penurunan rentang gerak.

    Tujuan : Berpartisipasi d alam a ktivitas yang dapat

    ditoleransi

    Kriteria hasil : Berpartisipasi dalam meningkatkan tingkat

    aktivitas dan latihan, melaporkan peningkatan rasa sejahtera,

    melakukan istirahat dan aktivitas secara bergantian, berpartisipasi

    dalam aktivitas perawatan mandiri yang dipilih

    Intervensi :

    a. Kaji faktor yang menyebabkan keletihan seperti anemia,

    ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, retensi produk sampah,

    dan depresi.

    Rasional : Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat

    keletihan

     b. Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat

    ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi.

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    41/47

    44

    Rasional : Meningkatkan aktivitas ringan/sedang dan memperbaiki

    harga diri.

    c. Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat.

    Rasional : Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas yang

    dapat ditoleransi dan istirahat yang adekuat

    d. Anjurkan untuk beristirahat setelah dialisis.

    Rasional : Dianjurkan setelah dialisis, bagi banyak pasien sangat

    melelahkan.

    8. Diagnosa : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritus

    dan kulit kering sekunder terhadap uremia dan edema ditandai dengan

    kulit menghitam, gangguan turgor kulit.

    Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan integritas

    kulit membaik.

    Kriteria hasil : mempertahankan kulit utuh, menurunkan

     perilaku/tekhnik untuk mencegah kerusakan/ cedera kulit.

    Intervensi :

    a. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskular.

    Perhatikan kemerahan, ekskoriasi. Observasi terhadap ekimosis,

     purpura.

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    42/47

    45

    Rasional : menandakan area sirkulasi buruk/ kerusakan yang dapat

    menimbulkan pembentukan dekubitus/ infeksi.

     b. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa.

    Rasional : mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan

    yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan

     pada tingkat seluler.

    c. Inspeksi area tergantung terhadap edema

    Rasional : jaringan edema lebih cenderung robek/ rusak 

    d. Ubah posisi dengan sering : gerakan pasien dengan perlahan: beri

     bantalan pada tonjolan tulang dengan kulit domba, pelindung siku/

    tumit.

    Rasional : menurunkan tekanan pada edema, jaringan dengan

     perfusi buruk untuk menurunkan iskemia. Peninggian

    meningkatkan aliran balik statis vena

    terbatas/pembentukan edema.

    e. Berikan perawatan kulit : batasi penggunaan sabun, berikan salep

    atau krim (mis.lanolin).

    Rasional : soda kue, mandi dengan tepung menurunkan gatal dan

    mengurangi pengeringan dari pada sabun. Losion dan

    salep mungkin diinginkan untuk menghilangkan kering,

    robekan kulit.

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    43/47

    46

    f. Pertahankan linen kering, bebas keriput.

    Rasional : menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit.

    g. Selidiki keluhan gatal.

    Rasional : meskipun dialisis mengalami masalah kulit yang

     berkenaan dengan uremik, gatal dapat terjadi karena kulit

    adalah rute eksresi untuk produk sisa. Misal kristal fosfat

    (berkenaan dengan hiperparatiroidisme pada penyakit

    tahap akhir).

    h. Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk 

    memberikan tekanan (dari pada garukan) pada area pruritus.

    Pertahankan kuku pendek: berikan sarung tangan selama tidur bila

    diperlukan.

    Rasional : menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan

    risiko cedera dermal.

    i. Berikan matras busa.

    Rasional : menurunkan tekanan lama pada jaringan yang dapat

    membatasi perfusi selular yang menyebabkan iskemia/ nekrosis.

    9. Diagnosa : gangguan konsep harga diri rendah berhubungan dengan

     penurunan fungsi tubuh dan perubahan penampilan.

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    44/47

    47

    Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dapat

    memperbaiki konsep diri.

    Kriteria Hasil : klien tidak merasa minder dan malu

    Intervensi :

    a. Kaji respon dan reaksi pasien dan keluarga terhadap penyakit dan

     penanganan.

    Rasional : menyediakan data tentang masalah pada pasien dan

    keluarga

     b. Kaji hubungan antara pasien dengan anggota keluarga terdekat

    Rasional : penguatan dan dukungan terhadap pasien diidentifikasi.

    c. Kaji pola koping pasien dan anggota keluarga

    Rasional : pola koping yang telah efektif di masa lalu mungkin

     potensial destruktif ketika memandang pembatasan yang

    ditetapkan akibat penyakit dan penanganan.

    d. Ciptakan diskusi terbuka tentang perubahan yang terjadi akibat

     penyakit dan penanganan seperti perubahan peran, perubahan gaya

    hidup, perubahan dalam pekerjaan, perubahan seksual,

    ketergantungan pada tim tenaga kesehatan.

    Rasional : pasien dapat mengidentifikasi masalah dan langkah-

    langkah yang diperlukan untuk menghadapinya.

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    45/47

    48

    e. Gali cara alternatif untuk ekspresi seksual lain selain hubungan

    seksual

    Rasional : bentuk alternatif ekspresi seksual dapat diterima.

    f. Diskusikan peran memberi dan menerima cinta, kehangatan dan

    kemesraan

    Rasional : seksualitas mempunyai arti yang berbeda bagi tiap

    individu tergantung pada tahap maturasinya

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    46/47

    49

  • 8/18/2019 Transplantasi ginjal.gfjh

    47/47