Tingkat Perilaku Afektif Dalam Konsentrasi Belajar -Mohammad Irfansyah - 1405997

23
TINGKAT PERILAKU AFEKTIF DALAM KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA PSIKOLOGI DI KELAS LAPORAN PRAKTIKUM OBSERVASI I MOHAMMAD IRFANSYAH DEPARTEMEN PSIKOLOGI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

description

Psikologi

Transcript of Tingkat Perilaku Afektif Dalam Konsentrasi Belajar -Mohammad Irfansyah - 1405997

Page 1: Tingkat Perilaku Afektif Dalam Konsentrasi Belajar -Mohammad Irfansyah - 1405997

TINGKAT PERILAKU AFEKTIF DALAM KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA

PSIKOLOGI DI KELAS

LAPORAN PRAKTIKUM OBSERVASI I

MOHAMMAD IRFANSYAH

DEPARTEMEN PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Page 2: Tingkat Perilaku Afektif Dalam Konsentrasi Belajar -Mohammad Irfansyah - 1405997

Abstrak

Tujuan observasi ini adalah untuk mengetahui tingkat perilaku afektif dalam konsentrasi

belajar mahasiswa Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia angkatan 2014. Subjek yang di

observasi adalah seorang mahasiswa Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia angkatan 2014

yang merupakan rekan satu kelas observer. Tingkah laku yang diamati adalah tindakan-tindakan

yang muncul ketika mahasiswa berada di kelas saat proses belajar mengajar, yang disesuaikan

dengan indikator-indikator yang ada. Metode observasi yang digunakan adalah metode observasi

partisipan dengan teknik pencatatan menggunakan teknik checklist. Berdasarkan hasil observasi,

perilaku afektif dalam konsentrasu belajar muncul dengan persentase 58,33 % dilihat dari

perbandingan jumlah indikator yang terpenuhi dengan keseluruhan jumlah indikator yang

diobservasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek cenderung memiliki perilaku asertif yang

sedang.

Page 3: Tingkat Perilaku Afektif Dalam Konsentrasi Belajar -Mohammad Irfansyah - 1405997

TINGKAT PERILAKU AFEKTIF DALAM KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA

1.1 Latar Belakang

Pentingnya konsentrasi belajar pada mahasiswa sangat menentukan prestasi

belajarnya, konsentrasi belajarnya tersebut dapat dilihat dari fokusnya mahasiswa ketika

belajar . Siswa ataupun mahasiswa hendaknya mampu berkonsentrasi saat proses belajar

mengajar berlangsung, seperti yang diungkapkan oleh Slameto (2010: 87), menurutnya

konsentrasi belajar besar pengaruhnya terhadap belajar. Jika seseorang mengalami kesulitan

berkonsentrasi, jelas belajarnya akan sia-sia, karena hanya membuang tenaga, waktu dan biaya

saja.

Dengan memahami tingkat konsentrasi belajar, dapat diketahui apa saja yang harus

dilakukan untuk mengembangkan konsentrasi belajar tersebut. Oleh karena itu untuk mengetahui

seberapa tingkat konsentrasi belajarnya maka dilakukan observasi pada seorang mahasiswa

psikologi 2014 untuk diketahui tingkat konsentrasinya baik atau tidak saat menerima pelajaran di

kelas. Perilaku yang diamati adalah perilaku afektif yang menjadi salah satu komponen dalam

berkonsentrasi, maka hal yang diamati seperti cara duduk di kelas, cara menyampaikan argumen

dan lain lain. Observer mengambil latar belakang tempat di kelas karena memang kelas juga

kegiatan belajarnya merupakan tempat dimana konsentrasi belajar sangat diperlukan. Observer

memilih tema juga observee tersebut karna memang hal ini lah yang penting dimiliki setiap

mahasiswa agar mendapatkan ilmu secara optimal. Berdasarkan latar belakang tersebut, observer

tertarik untuk mengambil judul observasi “Perilaku Afektif dalam Konsentrasi Belajar

Mahasiswa Psikologi 2014”

1.2 Kajian Pustaka

1.2.1 Pengertian Konsentrasi Belajar

Pengertian Konsentrasi

Dalam Supriyo (2008: 103), Konsentrasi adalah pemusatan perhatian pikiran terhadap

suatu hal dengan mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Implikasi

pengertian di atas berarti pemusatan pikiran terhadap bahan yang dimahasiswai dengan

mengesampingkan semua hal yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran tersebut.

Page 4: Tingkat Perilaku Afektif Dalam Konsentrasi Belajar -Mohammad Irfansyah - 1405997

Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan

menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Dalam belajar konsentrasi berarti

pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan menyampingkan semuahal lainnya yang

tidak berhubungan dengan pelajaran (Slameto,2010:86).

Selain itu, Siswanto (2007: 65) menyebutkan bahwa yang dimaksud konsentrasi yaitu

kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada persoalan yang sedang dihadapi.

Konsentrasi memungkinkan individu untuk terhindar dari pikiran-pikiran yang mengganggu

ketika berusaha untuk memecahkan persoalan yang sedang dihadapi. Pada kenyataannya, justru

banyak individu yang tidak mampu berkonsentrasi ketika menghadapi tekanan. Perhatian mereka

malah terpecah-pecah dalam berbagai arus pemikiran yang justru membuat persoalan menjadi

semakin kabur dan tidak terarah.

Pengertian Belajar

Sementara itu, Suyono dan Hariyanto (2011:9) menyatakan bahwa “Belajar adalah suatu

aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,

memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian”.

Pengertian Konsentrasi Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 239), “Konsentrasi belajar merupakan

kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi

bahan belajar maupun proses memperolehnya.”

1.2.2 Ciri-ciri Konsentrasi Belajar

Engkoswara dalam Rusyan (1989: 10) menjelaskan klasifikasi perilaku belajar yang

dapat digunakan untuk mengetahui ciri-ciri siswa yang dapat berkonsentrasi belajar sebagai

berikut.

(1) Perilaku kognitif, yaitu perilaku yang menyangkut masalah pengetahuan, informasi, dan

masalah kecakapan intelektual. Pada perilaku kognitif ini, siswa yang memiliki konsentrasi

Page 5: Tingkat Perilaku Afektif Dalam Konsentrasi Belajar -Mohammad Irfansyah - 1405997

belajar dapat ditengarai dengan kesiapan pengetahuan yang dapat segera muncul bila diperlukan,

komprehensif dalam penafsiran informasi, mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh, dan

mampu mengadakan analisis dan sintesis pengetahuan yang diperoleh.

(2) Perilaku afektif, yaitu perilaku yang berupa sikap dan apersepsi. Pada perilaku ini,

mahasiswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat dilihat perilaku atentifnya yang ditengarai

dengan adanya penerimaan. Lalu terdapat respon, berupa keinginan untuk mereaksi bahan yang

diajarkan, mengemukakan suatu pandangan atau keputusan sebagai integrasi dari suatu

keyakinan, ide dan sikap seseorang.

(3) Perilaku psikomotor. Pada perilaku ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat

ditengarai dengan adanya gerakan anggota badan yang tepat atau sesuai dengan petunjuk guru,

serta komunikasi non verbal seperti ekspresi muka dan gerakan-gerakan yang penuh arti.

(4) Perilaku berbahasa. Pada perilaku ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat

ditengarai adanya aktivitas berbahasa yang terkoordinasi dengan baik dan benar.

1.2.3 Dimensi Penyesuaian Diri

Perilaku afektif yaitu perilaku yang berupa sikap dan apersepsi.  Ranah afektif adalah ranah

yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan,

minat, sikap, emosi, dan nilai. Pada perilaku ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat

dilihat dari perilaku atentifnya yang bersifat kinetic, yaitu gerakan yang bersifat dapat di

observasi. Menurut Herlina (2011:31), “Kinetik adalah ilmu yang memepelajari sesuatu yang

dpat diobservasi”. Komponen utama dari system komunikasi kinetic (Non-verbal) yaitu seperti;

- Postur Tubuh, yaitu sikap tubuh atau bagian tubuh yang terjadi dalam durasi cukup lama

(lebih dari 2 detik), sehingga bias menjadi ekspresi sikap, perasaan, dan mood orang yang

bersangkutan.

- Gestur, meliputi gerakan tubuh dan tangan saat berkomunikasi yang menggambarkan

tentang emosi apa yang sedang dialami dan seberapa intens emosi tersebut.

Page 6: Tingkat Perilaku Afektif Dalam Konsentrasi Belajar -Mohammad Irfansyah - 1405997

- Isyarat Wajah (Facial Sign), meliputi mimik wajah, kontak mata, gerak kening, alis,

mulut dan lain-lain. Isyarat wajah menyampaikan pesan, sedikit perubahan dapat saja

mengubah arti dari pesan yang ingin disampaikan.

Selain dari system komunikasi kinetiknya ada satu hal yang perlu diperhatikan dalam perilaku

afektif dalam berkonsentrasi, yaitu

- Respon penerimaan, yang berupa komunikasi verbal yang disampaikan secara lisan yang

ditujukan untuk mereaksi bahan yang dimahasiswai.

METODOLOGI

2.1 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam kegiatan observasi ini adalah “Bagaimana tingkat perilaku

afektif dalam konsentrasi belajar pada mahasiswa Psikologi 2014?”

2.2 Tujuan Observasi

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, tujuan observasi ini

adalah untuk mengetahui tingkat perilaku afektif dalam berkonsentrasi mahasiswa psikologi UPI

pada saat menerima pelajaran.

2.3 Metode

Metode yang digunakan adalah metode observasi partisipan dimana observer terlibat

langsung dalam kegiatan belajar mengajar dan mengamati tingkah laku yang tampak selama di

kelas saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Observasi dilakukan sebanyak 3 kali pada 3

mata kuliah yang berbeda. Dalam proses pencatatan, penandaan, dan pengumpulan data

digunakan checklist dan anecdotal record (catatan anekdot).

2.4 Subjek Observasi

Identitas

Nama : GT

Umur : 19 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Page 7: Tingkat Perilaku Afektif Dalam Konsentrasi Belajar -Mohammad Irfansyah - 1405997

Pekerjaan : Mahasiswa Psikologi UPI 2014

Suku : Batak

2.5 Definisi Operasional

Tingkat perilaku afektif dalam berkonsentrasi merupakan salah satu aspek perilaku dalam

konsentrasi, jika suatu tingkat konsentrasi belajar dikatakan baik, maka aspek perilaku yang satu

ini juga harus dalam tingkat yang baik. Pada perilaku ini, mahasiswa yang memiliki konsentrasi

belajar dapat dilihat perilaku atentifnya yang ditengarai dengan adanya penerimaan. Lalu

terdapat respon, berupa keinginan untuk mereaksi bahan yang diajarkan, mengemukakan suatu

pandangan atau keputusan sebagai integrasi dari suatu keyakinan, ide dan sikap seseorang.

Page 8: Tingkat Perilaku Afektif Dalam Konsentrasi Belajar -Mohammad Irfansyah - 1405997

2.6 Instrumentasi

Berikut ini adalah instrumentasi yang berisi indikator perilaku yang diharapkan muncul

dari dimensi yang digunakan:

No Tingkah Laku

Dimensi Indikator

1. Postur Tubuh Menegakan kepala secara tegak

Menjulurkan kepala

Menggerakan bahu ke belakang

Duduk dengan menyandarkan punggung

Saat mengerjakan tugas, subjek menundukan badan ke arah tugas

2. Gestur Membuka telapak tangan saat berbicara

Menggunakan tangan saat menekankan argumen

3. Isyarat Wajah

(Facial Sign)

Membuka mata secara lebar saat ada yang menyampaikan sesuatu

Menyimak materi dengan pandangan mata yang lurus

Mengkerutkan dahi secara vertikal saat menyimak

Tertawa “a” (hahaha…) saat ada hal yang lucu

4. Respon Penerimaan Mengangkat tangan ketika ingin mengajukan pertanyaan

Menyatakan pendapat

Menyanggah pendapat orang lain

Page 9: Tingkat Perilaku Afektif Dalam Konsentrasi Belajar -Mohammad Irfansyah - 1405997

Menyatakan kesetujuan

Mengucapkan terima kasih ketika sudah mendapat penjelasan

mengenai apa yang ditanyakannya

HASIL DAN PEMBAHASAN

Observasi dilakukan ketika perkuliahan berlangsung di dalam kelas selama 2 SKS (100

menit) x 1 pertemuan perkuliahan dan 3 SKS (150 menit) x 2 pertemuan perkuliahan, dengan

mata kuliah yang menggunakan system belajar dengan presentasi yang dilakukan oleh

mahasiswa, yaitu Pendidikan Sosial Budaya (2 SKS, hari Rabu, 25 November 2015 pukul 07.00

– 08.40), Psikologi Perkembangan 2 (3 SKS, hari Kamis, 26 November 2015 pukul 07.00 –

09.30) dan Psikologi Sosial (3 SKS, hari Jum’at, 27 November 2015 07.00 – 09.30).

1. Observasi Pertama

Pada dimensi pertama yaitu observee menunjukan bagaimana postur tubuh seseorang

yang berkonsentrasi di kelas. Dari 5 indikator yang ada, Observee menampilkan semua indikator

yang ada, yaitu menegakan kepala secara tegak, menjulurkan kepala ke arah pemateri,

menggerakan bahu kebelakang saat duduk, duduk dengan menyandarkan punggung, dan saat

mengerjakan tugas, observee menundukan badan ke arah tugas.

Pada dimensi kedua, Observee di harapkan menunjukan gesture seseorang yang

berkonsentrasi dalam menerima juga merespon pelajaran di kelas. Dari 2 indikator yang ada,

observee tidak menampilkan satu pun indikator yang diharapkan. Ke 2 indikator tersebut adalah

membuka telapak tangan saat berbicara dan menggunakan tangan saat menekankan argument.

Ke 2 indikator yang tidak muncul di karenakan observee pada saat mata kuliah ini

memperhatikan pematerian sambil mengerjakan tugas pengganti karena tugas yang seharusnya

dikumpulkan pada hari itu terkena tumpahan air minum di tasnya.

Pada dimensi ketiga, Observee diharapkan menunjukat isyarat wajah yang menunjukan

bahwa dia berkonsentrasi. Dari ke 4 indikator, semua indikator ditampilkan oleh observe, yaitu

membuka mata secara lebar saat ada yang menyampaikan sesuatu mengenai materi yang

dipresentasikan, menyimak materi kuliah dengan pandangan mata yang lurus tertuju pada

Page 10: Tingkat Perilaku Afektif Dalam Konsentrasi Belajar -Mohammad Irfansyah - 1405997

pemateri, mengkerutkan dahi secara vertical saat menyimak pemateri, dan tertawa “a”

(hahaha…) saat ada hal yang lucu mengenai kesalah pengucapan dan kesalah pahaman materi

yang di presentasikan pemateri.

Pada dimensi keempat yaitu observee menunjukan respon penerimaan. Dari 5 indikator,

observee sama sekali tidak menunjukan indikator yang di harapkan. Ke 5 indikator yang tidak

muncul itu adalah mengangkat tangan ketika ingin mengajukan pertanyaan, menyatakan

pendapat, menyanggah pendapat orang lain, menyatakan kesetujuan, dan mengucapkan terima

kasih ketika sudah mendapat penjelasan mengenai apa yang ditanyakan. Ke 5 indikator tersebut

tidak ditampilkan karena observee memperhatikan pematerian sambil mengerjakan tugas

pengganti yang menjadikan observee terbagi fokusnya.

2. Observasi Kedua

Pada dimensi pertama yaitu observee menunukan bagaimana postur tubuh seseorang yang

berkonsentrasi. Dari ke 5 indikator, observee menampilkan 4 indikator, yaitu menegakan kepala secara

tegak, menjulurkan kepala ke arah pemateri, menggerakan bahu kebelakang saat duduk,dan

duduk dengan menyandarkan punggung. Indikator yang tidak muncul yaitu subjek menundukan

badan kea rah tugas saat mengerjakan tugas. Indikator tersebut tidak muncul dikarenakan

memang pada saat observasi kedua tidak ada tugas yang diberikan oleh pemateri maupun dosen.

Pada dimensi kedua, Observee di harapkan menunjukan gesture seseorang yang

berkonsentrasi dalam menerima juga merespon pelajaran di kelas. Dari 2 indikator yang ada,

Observee menunjukan semua indikator yang diharapkan tampil yaitu, membuka telapak tangan

saat berbicara menanyakan hal yang tidak dipahaminya saat pematerian, menggunakan tangan

berupa menggerak-gerakan tangan saat menekankan argumennya mengenai perbedaan paham

antara observee dan pemateri.

Pada dimensi ketiga, Observee diharapkan menunjukat isyarat wajah yang menunjukan

bahwa dia berkonsentrasi. Dari ke 4 indikator, observee menampilkan 3 indikator, yaitu

membuka mata secara lebar saat ada yang menyampaikan sesuatu mengenai materi yang

dipresentasikan, menyimak materi kuliah dengan pandangan mata yang lurus tertuju pada

pemateri, dan mengkerutkan dahi secara vertical saat menyimak pemateri . Indikator yang tidak

muncul adalah tertawa “a” (hahaha…) saat ada hal yang lucu. Meskipun pemateri menyebutkan

Page 11: Tingkat Perilaku Afektif Dalam Konsentrasi Belajar -Mohammad Irfansyah - 1405997

hal yang membuat teman sekitar observee tertawa, namun observee tidak tertawa karena pada

saat itu dia sedang focus mengoperasikan tablet yang ia pinjam dari teman sebelahnya bukan

fokus tertuju pada pemateri.

Pada dimensi keempat yaitu observee menunjukan respon penerimaan. Dari 5 indikator,

observee menampilkan 4 indikator yaitu, mengangkat tangan ketika ingin mengajukan

pertanyaan mengenai apa yang tidak dipahami oleh observee, menyatakan pendapat,

menyanggah pendapat orang lain, dan mengucapkan terima kasih ketika sudah mendapat

penjelasan mengenai apa yang ditanyakan. Indikator yang tidak ditampilkan oleh observee

adalah menyatakan kesetujuan, karena memang tidak ada perbedaan argument yang terjadi.

3. Observasi Ketiga

Pada dimensi pertama yaitu observee menunjukan bagaimana postur tubuh seseorang

yang berkonsentrasi di kelas. Dari 5 indikator yang ada, Observee menampilkan semua indikator

yang ada, yaitu menegakan kepala secara tegak, menjulurkan kepala ke arah pemateri,

menggerakan bahu kebelakang saat duduk, duduk dengan menyandarkan punggung, dan saat

mengerjakan tugas, observee menundukan badan ke arah tugas yang diberikan oleh pemateri.

Pada dimensi kedua, Observee di harapkan menunjukan gesture seseorang yang

berkonsentrasi dalam menerima juga merespon pelajaran di kelas. Dari 2 indikator yang ada,

observee tidak menampilkan indikator apapun. Ke 2 indikator yang tidak tampil tersebut adalah

membuka telapak tangan saat berbicara dan menggunakan tangan saat menekankan argument.

Ke 2 indikator yang tidak muncul di karenakan observee pada saat mata kuliah ini lebih

mengoperasikan smartphone temannya dibandingkan memperhatikan pematerian.

Pada dimensi ketiga, Observee diharapkan menunjukat isyarat wajah yang menunjukan

bahwa dia berkonsentrasi. Dari ke 4 indikator, hanya 1 indikator ditampilkan oleh observe, yaitu

membuka mata secara lebar saat ada yang menyampaikan sesuatu mengenai materi yang

dipresentasikan. 3 indikator yang tidak ditampilkan adalah menyimak materi kuliah dengan

pandangan mata yang lurus tertuju pada pemateri, mengkerutkan dahi secara vertical saat

menyimak pemateri, dan tertawa “a” (hahaha…) saat ada hal yang lucu mengenai perkuliahan.

Ke 3 indikator ini tidak muncul karena observee lebih banyak mengoperasikan smartphone

temannya dibandingkan menyimak pematerian. Saat pemateri mempersilahkan audiens untuk

bertanya, observee tetap menundukan badan ke arah smartphone temannya.

Page 12: Tingkat Perilaku Afektif Dalam Konsentrasi Belajar -Mohammad Irfansyah - 1405997

Pada dimensi keempat yaitu observee menunjukan respon penerimaan. Dari 5 indikator,

observee sama sekali tidak menunjukan indikator yang di harapkan. Ke 5 indikator yang tidak

muncul itu adalah mengangkat tangan ketika ingin mengajukan pertanyaan, menyatakan

pendapat, menyanggah pendapat orang lain, menyatakan kesetujuan, dan mengucapkan terima

kasih ketika sudah mendapat penjelasan mengenai apa yang ditanyakan. Ke 5 indikator tersebut

tidak ditampilkan karena observee lebih banyak mengoperasikan smartphone temannya

dibandingkan merespon pematerian. Dilihat dari mulai perkuliahan sampai akhir perkuliahan,

observee lebih lama menundukan badan ke arah smartphone.

Analisa

Dalam observasi ini terdapat 16 indikator. Untuk menghitung perilaku afektif dalam

konsentrasi belajar

1. Observasi pertama 9 /16 x 100 %=¿ 56,25%

Adapun 9 dari 16 indikator yang terpenuhi yaitu:

Menegakan kepala secara tegak

Menjulurkan kepala

Menggerakan bahu ke belakang

Duduk dengan menyandarkan punggung

Saat mengerjakan tugas, subjek menundukan badan ke arah tugas

Membuka mata secara lebar saat ada yang menyampaikan sesuatu

Menyimak materi dengan pandangan mata yang lurus

Mengkerutkan dahi secara vertikal saat menyimak

Tertawa “a” (hahaha…) saat ada hal yang lucu

2. Observasi kedua : 13/16 x 100% = 81,25%

Adapun 13 dari 16 indikator yang terpenuhi yaitu:

Menegakan kepala secara tegak

Menjulurkan kepala

Menggerakan bahu ke belakang

Duduk dengan menyandarkan punggung

Page 13: Tingkat Perilaku Afektif Dalam Konsentrasi Belajar -Mohammad Irfansyah - 1405997

Membuka telapak tangan saat berbicara

Menggunakan tangan saat menekankan argumen

Membuka mata secara lebar saat ada yang menyampaikan sesuatu

Menyimak materi dengan pandangan mata yang lurus

Mengkerutkan dahi secara vertikal saat menyimak

Mengangkat tangan ketika ingin mengajukan pertanyaan

Menyatakan pendapat

Menyanggah pendapat orang lain

Mengucapkan terima kasih ketika sudah mendapat penjelasan mengenai apa yang

ditanyakannya

3. Observasi ketiga : 6/16x 100% = 37,5%

Adapun 6 dari 16 indikator yang terpenuhi yaitu:

Menegakan kepala secara tegak

Menjulurkan kepala

Menggerakan bahu ke belakang

Duduk dengan menyandarkan punggung

Saat mengerjakan tugas, subjek menundukan badan ke arah tugas

Maka, pada observasi pertama mahasiswa sudah dapat menampilkan perilaku afektif dalam

konsentrasi belajarnya dengan persentase 56,25% dapat dikatakan bahwa mahasiswa tersebut

memiliki perilaku afektif dalam konsentrasi belajar yang tinggi, pada observasi kedua terdapat

kenaikan persentase perilaku asertif yang ditampilkan menjadi 81,25% dapat dikatakan bahwa

memiliki perilaku afektif dalam konsentrasi belajar yang sangat tinggi, dan mengalami

penurunan perilaku asertif menjadi 37,5% saat observasi ketiga.

Adapun hasil keseluruhan persentase perilaku asertif yang ditampilkan mahasiswa dapat

dihitung dengan rumus:

nilai observasi 1 + nilai observasi 2 + nilai observasi 3 x 100%

Jumlah observasi

Page 14: Tingkat Perilaku Afektif Dalam Konsentrasi Belajar -Mohammad Irfansyah - 1405997

Nilai observasi pertama = 0,5625

Nilai observasi kedua = 0,8125

Nilai observasi ketiga = 0,3750

0,5625 + 0,8125 + 0,3750 x 100% = 58,33 %

3

Kesimpulan

Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama tiga kali, subjek cenderung

mempunyai perilaku afektif dalam berkonsentrasi belajar yang sedang dengan persentase

58,33%, sehingga dari hasil observasi yang dilakukan, subjek telah memenuhi beberapa indikator

yang diharapkan muncul.

Rekomendasi

a. Rekomendasi untuk mahasiswa

Mahasiswa sebaiknya dapat lebih berkonsentrasi lagi saat pembelajaran sedang

berlangsung di dalam kelas, lebih siap lagi dalam menerima pembelajaran dan focus pada

pematerian di dalam kelas tanpa melakukan aktifitas lain di luar kegiatan belajar menagajar.

b. Rekomendasi untuk peneliti selanjutnya

Bagi observer yang tertarik untuk mengambil tema dan judul yang sama sebaiknya

memilih observee yang bukan teman dekat untuk menghindari terjadinya bias dalam

pengamatan. Harus dipersiapkan juga resiko seorang observer partisipan di dalam kelas yaitu

mata kuliah yang terbengkalai karena melakukan observasi ini pada suatu mata kuliah.

Daftar Pustaka

Page 15: Tingkat Perilaku Afektif Dalam Konsentrasi Belajar -Mohammad Irfansyah - 1405997

Cartwright, C. A., & Cartwright, P. G. (1984). Developing Observation Skills. New York:

McGraw-Hill.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Hariyanto dan Suyono. 2011. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasra. Bandung:

Rosda

Herlina. 2011. Mengenali Komunikasi Non-Verbal (Salah Satu Upaya Memahami Perilaku

Manusia). Bandung: Pustaka Cendekia Utama.

Setiani, Amalia C. 2014. “Meningkatkan Konsentrasi Belajar Melalui Layanan Bimbingan

Kelompok Pada Siswa Kelas VI SD Negeri 2 Karangcegak, Kabupaten Purbalingga

Tahun Ajaran 2013/2014”. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas

Negeri Semarang.

Siswanto. 2007. Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan dan Perkembangannya.Yogyakarta :

Penerbit ANDI.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :

Rineka Cipta.

Supriyo. 2008. Studi Kasus Bimbingan Konseling. Semarang.

Tabrani, Rusyan. 1998. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV Remaja

Karya.

Page 16: Tingkat Perilaku Afektif Dalam Konsentrasi Belajar -Mohammad Irfansyah - 1405997

No. Tingkah Laku Observasi

ke-

Keterangan

Dimensi Indikator 1 2 3

1. Postur Tubuh Menegakan kepala secara tegak ✔ ✔ ✔

Menjulurkan kepala ✔ ✔ ✔

Menggerakan bahu ke belakang ✔ ✔ ✔

Duduk dengan menyandarkan punggung ✔ ✔ ✔

Saat mengerjakan tugas, subjek menundukan

badan ke arah tugas

✔ ✔ Pada observasi kedua tidak

ada tugas yang diberikan

oleh dosen maupun pemateri.

2. Gestur Membuka telapak tangan saat berbicara ✔

Menggunakan tangan saat menekankan

argumen

3. Isyarat Wajah

(Facial Sign)

Membuka mata secara lebar saat ada yang

menyampaikan sesuatu

✔ ✔ ✔

Menyimak materi dengan pandangan mata

yang lurus

✔ ✔

Mengkerutkan dahi secara vertikal saat

menyimak

✔ ✔

Tertawa “a” (hahaha…) saat ada hal yang

lucu

4. Respon

Penerimaan

Mengangkat tangan ketika ingin mengajukan

pertanyaan

Menyatakan pendapat ✔

Menyanggah pendapat orang lain ✔

Menyatakan kesetujuan

Mengucapkan terima kasih ketika sudah

mendapat penjelasan mengenai apa yang

ditanyakannya