Tidak ada TIDAK ADA KANDUNGAN INFORMASI Lama dan … · hak kepemilikan perusahaan dan surat...

23
Ada abnormal return ADA KANDUNGAN INFORMASI Pengumuman Peristiwa Tidak ada abnormal return TIDAK ADA KANDUNGAN INFORMASI Efisien Cepat Ada abnormal return Pengumuman Peristiwa Tidak Efisien Lama dan berkepanja-ngan Tidak ada abnormal return Tidak Terjawab BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pasar Modal Pasar Modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas (Tandelilin, 2010:26). Di pasar modal, yang diperjualbelikan adalah modal berupa hak kepemilikan perusahaan dan surat pernyataan utang perusahaan. Pembeli modal adalah individu atau organisasi/lembaga yang bersedia menyisihkan kelebihan dananya untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan pendapatan melalui pasar modal, sedangkan penjual modal adalah perusahaan yang memerlukan modal atau tambahan modal untuk keperluan usahanya (Rahayu, 2010). Pasar modal (capital market) dirancang untuk investasi jangka panjang. Pengguna pasar modal ini adalah individu-individu, pemerintah maupun organisasi laba dan non laba. Nilai nominal investasi pasar modal bisa sama dengan pada pasar uang atau bisa lebih rendah atau lebih tinggi (Wiagustini, 2010:22). Menurut Rahayu (2010) dalam pasar modal ada beberapa sekuritas yang umumnya diperdagangkan antara lain : 1) Saham

Transcript of Tidak ada TIDAK ADA KANDUNGAN INFORMASI Lama dan … · hak kepemilikan perusahaan dan surat...

Ada abnormal returnADA KANDUNGAN INFORMASIPengumuman PeristiwaTidak ada abnormal returnTIDAK ADA KANDUNGAN INFORMASIEfisienCepat Ada abnormal returnPengumuman PeristiwaTidak EfisienLama dan berkepanja-nganTidak ada abnormal returnTidak Terjawab BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pasar Modal

Pasar Modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana

dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas

(Tandelilin, 2010:26). Di pasar modal, yang diperjualbelikan adalah modal berupa

hak kepemilikan perusahaan dan surat pernyataan utang perusahaan. Pembeli modal

adalah individu atau organisasi/lembaga yang bersedia menyisihkan kelebihan

dananya untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan pendapatan melalui pasar

modal, sedangkan penjual modal adalah perusahaan yang memerlukan modal atau

tambahan modal untuk keperluan usahanya (Rahayu, 2010).

Pasar modal (capital market) dirancang untuk investasi jangka panjang.

Pengguna pasar modal ini adalah individu-individu, pemerintah maupun organisasi

laba dan non laba. Nilai nominal investasi pasar modal bisa sama dengan pada pasar

uang atau bisa lebih rendah atau lebih tinggi (Wiagustini, 2010:22).

Menurut Rahayu (2010) dalam pasar modal ada beberapa sekuritas yang

umumnya diperdagangkan antara lain :

1) Saham

Menurut Tandelilin (2010:32) saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan

atas asset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Saham memiliki wujud

berupa selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut adalah

pemilik perusahaan yang menerbitkan surat tersebut. Jumlah kepemilikan

ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang diinvestasikan di perusahaan

tersebut. Saham dapat dibedakan menjadi dua, yaitu saham biasa dan saham

preferen. Saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya berada

diposisi bawah ketika terdapat pembagian dividen dan mendapat hak atas harta

kekayaan perusahaan apabila perusahaan mengalami likuidasi. Sedangkan saham

preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi

dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga

obligasi) tetapi bisa juga tidak mendapatkan hasil yang dikehendaki investor

serta memiliki hak yang lebih dahulu memperoleh dividen.

2) Obligasi

Obligasi merupakan sekuritas yang memberikan pendapatan dalam jumlah tetap

kepada pemiliknya. Pada saat membeli obligasi, investor sudah dapat mengetahui

dengan pasti berapa pembayaran kembali nilai par (par value) pada saat jatuh

tempo. Jangka waktu obligasi yang ditetapkan berdasarkan perjanjian, obligasi

yang dapat diterbitkan oleh pemerintah, BUMN, BUMD maupun pihak swasta.

3) Derivatif dari efek

a. Right

Right menunjukkan bukti hak memesan terlebih dahulu yang melekat pada

saham yang memungkinkan para pemegang saham untuk membeli saham baru

yang akan diterbitkan oleh emiten, sebelum saham-saham tersebut ditawaran

kepada pihak lain.

b. Waran

Waran adalah efek yang diterbitkan oleh emiten yang memberi hak kepada

pemegang saham untuk memesan saham dari emiten yang bersangkutan pada

harga tertentu, umumnya untuk 6 bulan hingga 5 tahun.

c. Dividen saham

Keuntungan perusahaan dapat dibagi dalam bentuk tunai maupun dividen

saham. Alasan emiten membagikan dividen saham karena emiten ingin menahan

labanya untuk digunakan sebagai modal kerja.

d. Sertifikat Reksa Dana

Reksa dana adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari

masyarakat. Sedangkan yang dimaksud sertifikat reksa dana adalah sertifikat

yang menjelaskan bahwa pemodal menitipkan uang kepada manajer investasi

sebagai pengelola dana untuk diinvestasikan baik di pasar modal atau pasar uang.

Ada dua jenis reksa dana yaitu reksa dana open end (terbuka), sertifikat ini bisa

dijual kembali pada manajer investasi, dan reksa dana close end (tertutup),

sertifikat ini tidak bisa dijual kembali pada manajer investasi tetapi dijual ke

pasar sekunder.

2.1.2 Efisiensi Pasar

Definisi efisiensi pasar ini akan melihat pasar dalam proses dinamik, yang

menurut Beaver (1989) mendasarkan pada distribusi informasi yang dimiliki oleh

investor. Dimana pasar efisien jika harga-harga saham terjadi jika setiap orang

mempunyai informasi yang sama. Definisi efisiensi pasar yang statis tidak

mempertimbangkan distribusi informasi yang tidak simestris dan kecepatan proses

distribusinya (Yoseph, 2004).

Secara formal pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga

sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin

cepat informasi baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal

tersebut. Dengan demikian akan sangat sulit (atau bahkan hampir tidak mungkin)

bagi para pemodal untuk memperoleh tingkat keuntungan di atas normal secara

konsisten dengan melakukan transaksi perdagangan di bursa efek. Efisiensi dalam

artian ini sering juga disebut sebagai efisiensi informasional (Husnan, 2005:260)

Menurut Fama tahun 1970 (dalam Jogiyanto 2013:500 ) terdapat 3 (tiga)

bentuk-bentuk efisiensi pasar secara informasi, yaitu:

1) Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form)

Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga dari sekuritas

tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Informasi masa

lalu ini merupakan informasi yang sudah terjadi. Bentuk efisiensi pasar

secara lemah ini berkaitan dengan teori langkah (random walk theory) yang

menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang.

Jika pasar efisien secara bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat

digunakan untuk memprediksi harga sekarang. Ini berarti bahwa untuk pasar

efisiensi bentuk lemah, investor tidak dapat menggunakan informasi masa

lalu untuk mendapatkan abnormal return.

2) Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat (semistrong form)

Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara

penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan termasuk

informasi yang berada di laporan-laporan keuangan perusahaan emiten.

Informasi yang dipublikasikan dapat berupa sebagai berikut :

a. Informasi yang dipublikasikan hanya mempengaruhi harga sekuritas yang

perusahaan yang hanya mempublikasikan informasi tersebut. Informasi yang

dipublikasikan ini merupakan informasi dalam bentuk pengumuman oleh

perusahaan emiten. Informasi ini umumnya berhubungan dengan peristiwa

yang terjadi diperusahaan emiten (corporate event).

b. Informasi yang dipublikasikan hanya mempengaruhi harga-harga sekuritas

sejumlah perusahaan. Informasi yang dipublikasikan ini dapat berupa

peraturan pemerintah atau peraturan dari regulator yang hanya berdampak

pada harga-harga sekuritas perusahaan-perusahaan yang terkena regulasi

tersebut.

c. Informasi yang dipublikasikan yang mempenagruhi harga-harga sekuritas

semua perusahaan yang terdaftar dipasar saham. Informasi ini dapat berupa

peraturan pemerintah atau peraturan regulator yang berdampak ke semua

perusahaan emiten.

Jika pasar efisien dalam bentuk setengah kuat, maka tidak ada investor atau

grup dari investor yang dapat menggunakan dari informasi yang

dipublikasikan untuk mendapatkan abnormal return.

3) Efisiensi Pasar Bentuk Kuat (strong form)

Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga sekuritas penuh

mencerminkan semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang

privat. Jika pasar efisien dalam bentuk ini, maka tidak ada individual

investor atau grup dari investor yang dapat memperoleh abnormal return

karena mempunyai informasi privat.

2.1.3 Studi Peristiwa (Event Study)

Menurut Jogiyanto (2013:536) studi peristiwa (event study) merupakan studi

yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya

dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study dapat digunakan untuk

menguji kandungan informasi (information content) dari suatu pengumuman dan

dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat.

Pengujian kandungan informasi dan pengujian efisiensi pasar bentuk setengah

kuat merupakan dua pengujian yang berbeda. Pengujian kandungan informasi

dimaksudkan untuk mengandung informasi (information content), maka diharapkan

pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi

pasar ditunjukan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan. Reaksi

ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau

dengan menggunakan abnormal return. Jika digunakan abnormal return,maka dapat

dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan

memberikan abnormal return kepada pasar. Sebaliknya yang tidak mengandung

informasi tidak memberikan abnormal return kepada pasar seperti tampak pada

gambar berikut.

Gambar 2.1Kandungan Informasi Suatu Pengumuman

Peristiwa Reaksi pasar terhadap

Kandungan informasi

Hasil

Sumber : Jogiyanto, 2013

Pengujian kandungan informasi hanya menguji reaksi dari pasar, tetapi tidak

menguji seberapa cepat pasar itu bereaksi. Jika pengujian melibatkan kecepatan

reaksi dari pasar untuk menyerap informasi yang diumumkan, maka pengujian ini

merupakan pengujian efisiensi pasar secara informasi (information efficient market)

bentuk setengah kuat. Pasar dikatakan efisien bentuk setengah kuat jika investor

bereaksi cepat (quickly) untuk menyerap abnormal return untuk menuju ke harga

keseimbangan yang baru. jika investor menyerap abnormal return dengan lambat,

maka pasar dikatakan tidak efisien bentuk setengah kuat secara informasi.

Pengujian efisiensi pasar secara informasi bentuk setengah kuat seharusnya

dilakukan setengah pengujian kandungan informasi dan urutannya dapat dilihat

gambar dibawah ini.

Gambar 2.2Efisiensi Pasar Secara Informasi

Peristiwa Kandungan informasi

Kecepatan Reaksi Efisiensi Pasar secara

Informasi

Sumber : Jogiyanto, 2013

2.1.4 Corporate Action

Corporate action merupakan langkah perusahaan dalam rangka memberikan

informasi yang mampu menarik investor untuk melakukan transaksi di pasar modal.

Tujuan perusahaan melakukan corporate action untuk meningkatkan kinerja yang

bersifat jangka pendek maupun jangka panjang.

Menurut Samsul (2006:186) corporate action adalah tindakan perusahaan

untuk melakukan :

1) Pembagian Dividen

Dividen saham berasal dari kapitalisasi laba ditahan. Dividen saham memiliki

nominal yang sama dengan saham yang ada, tetapi dikonvesri dengan harga

pasar dan harga konversi minimum sama dengan harga nominalnya apabila

harga pasar berada di bawah nilai nominal. Pengeluaran dividen saham akan

menaikan jumlah saham dan modal disetor, tetapi total ekuitas tidak berubah.

Jika peningkatan jumlah saham disertai setoran dividen saham sebesar harga

pasar, maka harga pasar akan tetap, tetapi indeks pasar teoritis memerlukan

penyesuaian.

2) Right issue

Setelah perusahaan berhasil menambah modal melalui penawaran umum

kepada masyarakat tetapi masih juga kekurangan modal, maka perusahaan

dapat mencari tambahan modal melalui emisi berikutnya, yaitu right issue.

Namun saham baru tersebut harus ditawarkan terlebih dahulu kepada para

pemegang saham yang sudah ada, sebelum ditawarkan kepada masyarakat

umum. Pemegang saham lama mendapat hal untuk membeli saham baru itu

terlebih dahulu, yang disebut preemptive right. Bukti right diberikan secara

gratis kepada para pemegang saham lama, dan hanya membayar sebesar harga

pelunasan (strike price) pada saat ditukarkan dengan saham baru. Apabila

pemegang saham lama tidak ingin menukarkan bukti right dengan saham baru,

maka bukti right tersebut dapat dijual di Bursa Efek melalui kantor broker efek.

Pelaksanaan penukaran bukti right dengan saham baru harus dilakukan sebelum

6 bulan sejak diterbitkan.

3) Stock Split

Split (pemecahan) saham dilakukan dengan beberapa alasan, tergantung pada

tujuan split untuk memperbanyak jumlah saham (split-up) atau memperkecil

jumlah saham (split down). Jika harga saham di pasar dianggap terlalu tinggi

dibandingkan dengan harga-harga saham lainnya, maka dapat dilakukan split-

up. Tindakan split-up akan meningkatkan jumlah saham beredar dan

menurunkan harga saham di pasar sehingga terjangkau oleh para investor. Akan

tetapi, split-up juga dapat membuat likuiditas perdagangan meningkat dan pada

gilirannya dapat meningkatkan image saham perusahaan sebagai saham yang

likuid diperdagangkan.

4) Saham Bonus

Saham bonus adalah saham yang berasal dari kapitalisasi agio saham.

Sementara itu, agio saham berasal dari selisih antara harga jual saham dan harga

nominal saham. Saham bonus diberikan kepada pemegang saham lama secara

gratis. Di sini saham bonus 1 : 2 berarti setiap satu saham lama mendapat 2 unit

saham tambahan dengan nominal yang sama. Pengeluaran saham bonus akan

membuat modal disetor bertambah dan agio saham berkurang, tetapi tidak

mengubah total ekuitas.

5) Waran (Warrant)

Waran (Warrant) sangat mirip dengan right issue, yaitu pemegang saham lama

berhak untuk membeli saham baru pada harga tertentu dan pada waktu tertentu.

Hak tersebut diberikan kepada pemegang saham lama secara cuma-cuma, hanya

saja pada waktu akan ditukarkan dengan saham baru harus membayar sejumlah

harga yang sudah ditetapkan ketika waran diterbitkan.

2.1.5 Right issue

Menurut Ang (1997) (dalam Rahyu tahun 2010), right issue atau HMETD (Hak

Memesan Efek Terlebih Dahulu) adalah hak yang diberikan kepada semua pemegang

saham untuk membeli saham dengan harga yang telah ditentukan, biasanya harganya

di bawah harga pasar. Right issue memberikan hak bagi pemegang saham lama untuk

membeli terlebih dahulu (preemptive right) saham baru pada harga tertentu dalam

waktu kurang dari 6 bulan (Samsul, 2006:84). Harga tertentu yang dimaksudkan

adalah harga yang ditetapkan di muka, yang besarnya di bawah harga pasar saat

diterbitkan. Apabila harga tembusan atau harga pelaksanaan (exercise price atau

strike price) di atas harga pasar, maka tidak akan ada yang menukarkan right dengan

saham karena investor lebih murah beli di pasar. Pemegang saham lama berhak

membeli saham baru dalam jumlah yang sebanding dengan saham yang dimilikinya.

Pada saat right issue, perusahaan akan mengirimkan satu hak untuk setiap lembar

saham yang dipegang oleh investor. Apabila seorang pemegang saham lama tidak

ingin menukar right dengan saham, maka bukti right dapat dijual di bursa efek

melalui broker efek.

Terdapat tiga hipotesis yang muncul dari perilaku return dan harga saham di

sekitar tanggal pengumuman right issue (Rahayu 2010):

1) Hipotesis Price Presure

Dalam hipotesis ini diasumsikan bahwa dengan adanya sinyal informasi right

issue, harga saham akan turun secara permanen untuk jangka waktu tertentu

setelah pengumuman. Hal tersebut dikarenakan investor menyerap informasi

yang buruk dari sinyal tersebut. Setelah jangka waktu tertentu, harga saham

akan cenderung naik ke posisi semula.

2) Hipotesis kandungan informasi

Dalam hipotesis ini diasumsikan bahwa informasi right issue mempunyai

kandungan informasi yang dapat mempengaruhi preferensi investor dalam

pengambilan keputusan informasi, maka semestinya terjadi perbedaan dalam

harga saham sebelum dan setelah pengumuman. Jika kandungan informasi

right issue direspon negatif maka akan menyebabkan perbedaan harga atau

return saham sebelum dan setelah pengumuman.

3) Hipotesis Short Telling

Hipotesis ini mengasumsikan bahwa harga saham akan turun dengan segera

sebelum hari pengumuman karena para spekulator berusaha untuk menaikkan

penjualan saham secara besar-besaran karena mereka percaya bahwa harga

saham setelah pengumuman akan turun sehingga reaksi mereka akan menekan

harga saham untuk turun sebelum pengumuman.

Tujuan perusahaan melakukan right issue adalah untuk menambah modal kerja

perusahaan. Modal kerja tersebut dapat digunakan untuk investasi maupun

pembayaran utang perusahaan. Untuk memperoleh tambahan dana sebenarnya

perusahaan dapat saja menerbitkan saham baru untuk ditawarkan kepada publik.

Namun apabila cara ini ditempuh umumnya perusahaan harus menggunakan jasa

penjamin (yang akan menjamin bahwa penerbitan tersebut akan terjual semua) atau

menawarkan saham baru dengan harga yang lebih rendah dari harga saham saat ini ke

publik. Karena apabila harga saham baru ditawarkan dengan harga yang sama dengan

harga saham lama, maka para investor akan berpikir untuk tidak membeli saham baru

di pasar perdana karena mereka dapat membeli saham yang sama dengan harga yang

sama di pasar sekunder. Karena itulah umumnya harga saham baru akan lebih murah

dari harga saham lama (Rahayu, 2010).

Kedua pilihan tersebut akan mengakibatkan perusahaan menanggung biaya,

pilihan yang pertama mengakibatkan perusahaan harus membayar fee kepada pihak

penjamin (underwriter) dan yang kedua berarti distribusi kemakmuran kepada

pemegang saham yang baru. Sehingga dengan dilakukannya right issue perusahaan

tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar dan tidak terjadi distribusi kemakmuran

kepada pemegang saham yang baru serta perubahan persentase hak suara dalam

perusahaan tidak terjadi (Rahayu, 2010).

Dengan adanya right issue, maka jumlah saham yang beredar akan bertambah.

Konsekuensi penambahan saham akibat kebijakan penerbitan right issue ini

mempengaruhi kepemilikan pemegang saham lama apabila tidak melakukan konversi

right-nya. Pemegang saham lama ini akan mengalami apa yang dikenal dengan istilah

dilusi (dilution) yaitu penurunan persentase kepemilikan saham. Menurut Rivai

(dalam Rahayu, 2010) menyatakan bahwa dengan bertambahnya jumlah saham yang

beredar akan mengakibatkan jumlah dividen per lembar saham yang akan diterima

pemegang saham menjadi lebih kecil atau lebih sedikit, hal itu akan terjadi apabila

perolehan laba perusahaan dan persentase pembayaran dividen (deviden pay out

ratio) nilainya tetap. Penurunan dividen per lembar saham dapat menimbulkan

dampak psikologis yang negatif, karena dividen per lembar saham yang kecil akan

mengurangi minat investor untuk membeli saham tersebut, sehingga mengakibatkan

harga saham menjadi turun.

Ketika dana yang diperoleh dari right issue akan digunakan untuk hal yang

menguntungkan seperti investasi maka pengaruh right issue menjadi positif terhadap

harga saham. Hal tersebut dikarenakan para investor menangkap sinyal positif bahwa

perusahaan menemukan proyek baru dengan NPV positif, sehingga muncul pengaruh

positif pada harga saham. Sedangkan jika dana tersebut digunakan untuk hal yang

tidak menguntungkan seperti pembayaran utang maka pengaruh right issue menjadi

negatif terhadap harga saham. Hal tersebut dikarenakan para investor menangkap

sinyal bahwa pihak manajer memiliki ramalan yang buruk tentang risiko perusahaan

di masa yang akan datang.

Adanya reaksi dari para investor tersebut menyebabkan timbulnya volatilitas

harga saham yang kemudian memperbesar variance return. Dimana nilai variance

return menunjukkan besarnya risiko total suatu perusahaan.

Faktor yang harus diperhatikan dalam suatu penerbitan right issue antara lain

waktu, harga dan rasio. Bagi investor informasi waktu penerbitan sangat penting

untuk mengambil keputusan apakah dia akan melaksanakan haknya membeli right

atau tidak membelinya. Beberapa hal yang berkaitan dengan right issue yaitu :

1. Cum date adalah tanggal terakhir seorang investor dapat meregistrasikan

sahamnya untuk mendapatkan hak corporate action. Membeli saham pada saat

periode cum right maka akan diperoleh saham yang masih memiliki hak atas

bukti right yang akan segera didistribusikan.

2. Ex date adalah tanggal dimana investor tidak mempunyai hak lagi akan suatu

corporate action. Saham yang diperoleh tidak lagi memiliki hak atas right.

3. DPS date adalah tanggal dimana daftar pemegang saham yang berhak atas

suatu corporate action diumumkan.

4. Tanggal pelaksanaan dan akhir right adalah tanggal periode right tersebut

dicatatkan di bursa dan kapan berakhirnya.

5. Allotment date adalah tanggal menentukan bagian investor yang mendapatkan

right dan jumlah tambahan saham baru akibat right issue.

6. Listing date adalah tanggal dimana penambahan saham akibat right tersebut

didaftarkan di Bursa Efek.

iR

Sedangkan harga pelaksanaan merupakan harga pelaksanaan yang harus

dibayar investor untuk mengkonversikan haknya ke dalam bentuk saham. Pada

umumnya harga pelaksanaan right di bawah harga saham yang berlaku (Arif Budiarto

dan Zaki Baridwan (1999).

2.1.6 Pengujian Return Tak Normal (Abnormal Return)

Return Tak Normal (Abnormal return) merupakan selisih return aktual (actual

return) dengan return yang diharapkan (expected return) yang dapat terjadi sebelum

informasi resmi diterbitkan atau telah terjadi kebocoran informasi (leakage of

information) sesudah informasi resmi diterbitkan (Samsul, 2006:275). Return tak

normal digunakan dalam penelitian studi peristiwa untuk menganalisis apakah suatu

peristiwa mempunyai kandungan informasi atau tidak dan juga untuk menguji

efisiensi pasar (Dewi, 2014).

Jogiyanto (2013:610) menyatakan bahwa expected return dapat dihitung

dengan tiga model yaitu Mean Adjusted Model, Market Model, dan Market Adjusted

Model. Ketiga model memiliki cara perhitungan dan karakteristik yang berbeda-beda.

1. Model Disesuaikan Rata-rata (Mean Adjusted Model)

Model ini mengasumsikan bahwa expected return memiliki nilai konstan

yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode

estimasi. Expected return pada periode tertentu didapatkan dengan lamanya

periode estimasi. Formula dalam perhitungannya adalah sebagai berikut:

iR

ARi,t = Ri,t – ………………………………………….………………(1)

Keterangan:

ARi,t = return tak normal sekuritas i pada hari t.

Ri,t = return aktual sekuritas i pada hari t.

= rata-rata return sekuritas i selama sekian hari sebelum hari t.

2. Model Pasar (Market Model)

Perhitungan expected return dengan model ini melalui dua tahapan, yaitu

membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama

periode return estimasi. Mengestimasi return ekspektasi pada periode jendela

dengan menggunakan model ekspektasi ini. Model ekspektasi dibentuk

dengan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square). Dalam melakukan

perhitungan market model dapat ditunjukkan dengan persamaan sebagai

berikut :

Ri = α1 + βiRm + ei ............................................................................ (2)

Keterangan:

α1 = intersep dalam regresi untuk sekuritas i.

βI = koefisien regresi yang menyatakan slope garis regresi.

Rm = Ini mengukur perubahan yang diharapkan dalam return

sekuritas sehubungan dengan perubahan dalam return pasar.

ei = kekeliruan regresi.

3. Model Disesuaikan Pasar (Market Adjusted Model)

Model ini beranggapan bahwa penduga yang paling baik dalam mengestimasi

return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat ini. Model ini tidak

menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena

return sekutitas yang di estimasi adalah sama dengan return indeks harga

pasar. Formula dalam menghitungnya adalah sebagai berikut :

ARi,t = Ri,t - RM,t …………………………………………………………. (3)

Keterangan:

ARi,t = return tak normal sekuritas i pada hari t.

Ri,t = return aktual sekuritas i pada hari t.

Rm,t = return pasar pada waktu ke t.

Return tak normal harian dapat dihng dengan melakukan pengurangan return realisasi

dari return harapan pada hari t.

2.1.7 Teori Sinyal (Signalling Theory)

Signalling theory menyatakan bahwa ada peristiwa yang dapat memberikan

sinyal terhadap reaksi informasi yang ada di pasar. Signalling theory memberikan

sinyal terhadap pasar dengan tujuan menarik perhatian investor. Saat pengumuman

telah dipublikasikan maka pelaku pasar menganalisis dan memilih informasi yang

baik (good news) atau informasi yang buruk (bad news). Saat perusahaan

memberikan reaksi yang positif maka sinyal dapat dipercaya oleh pasar (Sri, 2009).

Reaksi negatif terhadap pengumuman right issue dapat dijelaskan dengan teori

sinyal (signaling theory). Asumsi utama dalam teori sinyal adalah bahwa manajemen

mempunyai informasi yang akurat tentang nilai perusahaan yang tidak diketahui oleh

investor luar, dan manajemen adalah orang yang selalu berusaha memaksimalkan

insentif yang diharapkannya, artinya manajemen umumnya mempunyai informasi

yang lebih lengkap dan akurat dibanding pihak luar perusahaan (investor) mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan (Gardiny, 2005).

Asimetri informasi akan terjadi jika manajemen tidak secara penuh

menyampaikan semua informasi yang diperolehnya tentang semua hal yang dapat

mempengaruhi nilai perusahaan ke pasar modal, sehingga jika manajemen

menyampaikan suatu informasi ke pasar, maka umumnya pasar akan merespon

informasi tersebut sebagai suatu sinyal terhadap adanya event tertentu yang dapat

mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin dari perubahan harga dan volume

perdagangan saham yang terjadi. Sebagai implikasinya, pengumuman perusahaan

untuk menambah jumlah lembar saham baru yang beredar (right issue) akan direspon

oleh pasar sebagai suatu sinyal yang menyampaikan adanya informasi baru yang

dikeluarkan oleh pihak manajemen yang selanjutnya akan mempengaruhi nilai saham

perusahaan dan aktivitas perdagangan saham (Gardiny,2005).

2.2 Hipotesis Penelitian

Penelitian tentang pengujian reaksi pasar dapat diukur melalui adanya

abnormal return di sekitar tanggal pengumuman penerbitan saham. Abnormal return

berasal dari selisih actual return dengan expected return. Expected return biasanya

disebut juga dengan return normal (retun yang diharapkan investor) (Trisna, 2013).

Di Colombo, Ramesh dan Rajumesh (2014) melakukan penelitian dengan

tujuan untuk menguji reaksi pasar saham terhadap informasi right issue dan

mengetahui dampak pengumuman right issue terhadap saham. Dengan menggunakan

uji t memperoleh hasil bahwa reaksi pasar yang signifikan kuat di sebelah kanan hari

masalah pengumuman. Informasi dari right issue diserap oleh pasar pada hari 0,

menunjukkan bahwa informasi yang diserap cepat oleh partisipasi pasar. Hal ini

terbukti dari hasil empiris hari acara yang menyediakan signifikan secara statistik

pada tingkat 0,05. Pemegang saham dapat memperoleh AAR positif 1,54 persen ke

right issue hari pengumuman.

Edirisinghe dan Nimal (2015) yang menyatakan bahwa terdapat reaksi harga

saham yang signifikan terhadap utang dan ekuitas pada saat pengumuman right issue

yang dilakukan di perusahaan yang terdapat di Colombo. Miglani (2011) melakukan

penelitian di India dengan tujuan mengetahui reaksi pasar saham India berbentuk

pasar efisien setengah kuat atau tidak. Analisis menunjukkan bahwa kinerja saham

aktual untuk perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan pasar diharapkan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa nilai saham perusahaan meningkat pada hari

pengumuman right issue sekitar 1,42 persen. Penelitian ini juga mengungkapkan

abnormal return yang signifikan secara statistik pada pengumuman dan tanggal

sekitarnya.

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka jawaban sementara

(hipotesis) dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

H1 : Terdapat abnormal return yang signifikan sebelum pengumuman right

issue di Bursa Efek Indonesia.

H2 : Terdapat abnormal return yang signifikan saat pengumuman right issue di

Bursa Efek Indonesia.

H3 : Terdapat abnormal return yang signifikan sesudah pengumuman right

issue di Bursa Efek Indonesia.

Hartono (2009) melakukan penelitian yang menemukan terdapat perbedaan

abnormal return sebelum pengumuman dan setelah pengumuman right issue. Dari

pengujian yang dilakukan terdapat bahwa abnormal return setelah pengumuman

menunjukkan penurunan dibandingkan dengan rata-rata abnormal return sebelum

pengumuman. Penurunan tersebut signifikan pada tingkat signifikansi 0.01

ditunjukkan dengan nilai p-value sebesar 0,003.

Penelitian oleh Sri (2009) bertujuan untuk mengetahui apakah pasar modal

bereaksi terhadap pengumuman right issue, dengan mengamati perilaku return

saham, abnormal return, security return variability dan trading volume activity di

sekitar tanggal pengumuman (sebelum, saat, sesudah pengumuman). Hasil yang

diperoleh menunjukkan bahwa adanya perubahan abnormal return yang positif

karena adanya penyesuaian harga right issue. Berdasarkan penelitian yang sudah

dilakukan, maka jawaban sementara (hipotesis) dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut :

H4 : Terdapat perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman

right issue di Bursa Efek Indonesia.