TESIS KEHIDUPAN KELUARGA LONG DISTANCE MARITAL IN ...repository.unair.ac.id/39307/8/ldr.pdf ·...
Transcript of TESIS KEHIDUPAN KELUARGA LONG DISTANCE MARITAL IN ...repository.unair.ac.id/39307/8/ldr.pdf ·...
1
TESIS
KEHIDUPAN KELUARGA “LONG DISTANCE
MARITAL IN RELATIONSHIPS”
Disusun Oleh:
DEVI ANJAS PRIMASARI
NIM: 071314753001
PROGRAM MAGISTER
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
2
TESIS
KEHIDUPAN KELUARGA “LONG DISTANCE
MARITAL IN RELATIONSHIPS”
Disusun Oleh:
DEVI ANJAS PRIMASARI
NIM: 071314753001
PROGRAM MAGISTER
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
3
KEHIDUPAN KELUARGA “LONG DISTANCE
MARITAL IN RELATIONSHIPS”
TESIS Untuk memperoleh Gelar Magister
Dalam Program Studi Sosiologi
Pada Program Magister Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Airlangga
Oleh:
Nama : DEVI ANJAS PRIMASARI
NIM : 071314753001
PROGRAM MAGISTER
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
16 Februari 2015
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
4
HALAMAN PERSETUJUAN PENULISAN TESIS
PENULISAN TESIS INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL 16 FEBRUARI 2015
Oleh
Pembimbing Ketua
(Prof. Dr. Musta’in, M.Si)
NIP.196001201986041001
Pembimbing Kedua
(Dra. Udji Asiyah, M.Si)
NIP.19195501291986012001
Mengetahui,
KPS
(Prof. Dr. Musta’in, Msi)
NIP. 196001201986041001
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
5
Telah diuji pada
Tanggal 13 Januari 2015
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Emy Susanty, MA
Anggota : 1. Prof. Dr. I.B Wirawan, SU
2. Prof. Dr. Musta’in, M.Si.
3. Dra. Udji Asiyah, M.Si
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
6
HALAMAN PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT
Bagian atau keseluruhan isi Penulisan Tesis ini tidak pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademis pada bidang studi dan/atau universitas lain dan tidak
pernah dipublikasikan/ditulis oleh individu selain penyusun kecuali bila dituliskan
dengan format kutipan dalam isi Penulisan Tesis.
Apabila ditemukan bukti bahwa pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku di Universitas Airlangga.
Surabaya, 16 Februari 2015
Devi Anjas Primasari
NIM. 071314753001
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala berkah
serta limpahan rahmatNya yang telah memberikan jalan serta kekuatan yang luar
biasa dalam proses penulisan tesis ini. Tak lupa pujian kepada junjungan Nabi
kita, Rasulullah SAW yang senantiasa memberikan bimbingan menuju jalan yang
benar untuk menggapai rahmatNya.
Sebagai tanda rasa syukur saya, semua pengalaman selama proses
penulisan tesis akan saya jadikan refleksi atas diri saya untuk kemudian akan saya
implementasikan dalam bentuk sikap dan perilaku konstruktif dan produktif untuk
kebaikan dan perbaikan semua warga bangsa.
Dalam menyelesaikan karya ini, cukup banyak hambatan yang dilalui oleh
penulis, namun atas dukungan dari berbagai pihak, karya ini dapat terselesaikan.
Seperti gading yang tak retak, tentu saja masih banyak kekurangan dalam
penulisan tesis ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang berperan penting bagi
penyelesaian karya tulis ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberikan limpahan rahmat yang begitu besar dan
hidayah yang diberikan kepada penulis dalam proses penyelesaian karya tulis
ini. Semua tidak akan terasa sulit dan berarti, jika selalu berada pada
lindungan dan limpahan rahmat-Nya. Tidak lupa sholawat dan salam tertuju
pada junjungan kita, Rasulullah SAW yang selalu menuntun kami untuk selalu
berjalan pada jalan Allah SWT, dan menjadi suri tauladan bagi umatnya.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
8
2. Kepada Romo dan Kanjeng Ibu yang selalu memberikan doa-doa, dukungan
materiil, semangat, kasih sayang dan perhatian yang tak pernah habis, menjadi
sandaran ketika berkeluh kesah serta berbahagia, tiada kasih yang paling
berarti kecuali kasih sayang Romo dan Ibu. Kepada kakak perempuanku satu-
satunya my eony Tia, terimakasih doa dan semangatnya yang turut
mendukung untuk tetap semangat dalam menyelesaikan karya ini.
3. Terima kasih sebanyak-banyaknya kepada dosen pembimbing tesis, Prof. Dr.
Mustain, M.Si, yang memberikan banyak dukungan, saran dan pencerahan,
Beliau banyak memberikan pengetahuan-pengetahuan yang bermanfaat dalam
hidup saya dan saya bersyukur menjadi anak bimbingan Beliau.
4. Terima kasih sebanyak-banyaknya kepada dosen pembimbing kedua, Dra.
Udji Asiyah, M.Si, yang memberikan banyak saran, saya sangat berterima
kasih atas saran-saran dan masukan Beliau.
5. Terimakasih sebanyak-banyaknya kepada para dosen penguji, Prof. Dr. Emy
Susanty, MA dan Prof. Dr. I.B Wirawan, SU, yang telah banyak memberikan
masukan dan arahan atas penulisan tesis ini.
6. Terima kasih sebanyak-banyaknya untuk Gunawan Anggit D.A, yang selalu
menemani dalam penyusunan karya ini meskipun jarak memisahkan. Dan
terimakasih selalu menjadi pendamping yang sabar dan mencintaiku.
Terimakasih karena selalu memberi semangat dan saya sangat berterimakasih
atas segala pengorbanan itu, semoga Allah SWT memberikan segala
kemudahan dan kebaikan bagimu.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
9
7. Kepada teman-teman Sosiologi 2009 (Alief, Santi, Dian) yang masih sering
memberikan semangat, terima kasih juga atas semangat-semangat yang
diberikan, dukungan serta doanya. Semoga Allah SWT membalas kebaikan
kalian.
8. Terima kasih kepada Mbak Carolin, yang sudah memberikan saran terutama
membantu saya dalam mencari narasumber. Semoga Allah SWT juga
mempermudah jalan Mbak menuju kesuksesan.
9. Terima kasih untuk Mbak Titis dan Mbak Anik, atas saran dan bantuannya.
Semoga Allah membalas kebaikannya.
10. Terima kasih kepada Dara dan Krista terima kasih semangatnya, atas saran-
saran, mengingatkan dalam kebaikan dan berjuang bersama. Terima kasih
untuk kalian berdua. Sukses untuk kita semua.
11. Kawan-kawan Magister Sosiologi 2013 Mbak Khalifah, Mbak Arum, Mbak
Robiah, Mbak Fitroh, Mas Yua, Mas Tebo, Mas Aan, Mas Jaka, Mas Dera,
Mas Rangga, terimakasih selalu memberikan warna-warni dalam kehidupan
saya dan memberikan semangat semoga sukses untuk kawan-kawan semua.
12. Terimakasih untuk dek Sena Sos 2012 dan dek Septy angkatan 2010 yang
selalu memberikan semangat pisangnya di semua media sosial. Gomawoyo.
13. Untuk teman-teman kos Karangmenjangan 5 no.23, Mbak Via terimakasih
semua nasehat dan bantuannya, Kinara makasih selalu jadi penyebar virus
alay, Mbak Yeti, Mbak Tian, Hera my Heroes Sista yang selalu nemenin di
kosan, Sulve, Kak Dena, Nadia, Sarah, Mbak Runi. Terimakasih sudah banyak
memberikan pengalaman kehidupan untuk saya.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
10
14. Kepada seluruh informan dalam penelitian ini yang sudah memberikan segala
informasi yang berkenaan dengan pertanyaan penelitian yang tidak dapat saya
sebutkan namanya dalam lembar ucapan terima kasih ini. Terimakasih telah
banyak memberikan pengetahuan dan pengalaman kehidupan long distance
kepada saya. Membuat saya membuka mata dan hati secara lebar-lebar, saya
sangat berterima kasih atas bantuan, waktu dan tenaga untuk membantu saya.
Tanpa kalian saya bukan apa-apa.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
11
RINGKASAN Kehidupan Keluarga “Long Distance Marital in Relationships”; Devi Anjas Primasari, Program Studi Magister Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik; Universitas Airlangga.
Keluarga pada umumnya dipahami sebagai sekelompok orang yang berhubungan satu sama lain melalui hubungan ikatan darah, perkawinan, atau adopsi dan tinggal bersama, membentuk unit ekonomi dan melahirkan serta membesarkan anak. Keluarga secara kontemporer dipahami sebagai hubungan di mana individu tinggal bersama dengan komitmen, membentuk unit ekonomi dan mengasuh anak, memiliki identitas yang melekat pada kelompok. Hubungan utama keluarga adalah antara suami-istri dan orangtua-anak. Dalam proses kehidupan, masyarakat mengalami perubahan seiring dengan tuntutan kebutuhan dan kebijakan pembangunan atau kebijakan dalam industrialisasi telah memaksa seseorang untuk bermigrasi sementara, hal ini dikarenakan individu tersebut memiliki pekerjaan di sektor industri. Selain itu alasan melakukan migrasi sementara pada pasangan suami istri ini dikarenakan beberapa faktor, salah satunya adalah faktor karier, gengsi, dan lain-lain sehingga memaksa mereka untuk bermigrasi.
Penelitian ini meneliti mengenai keutuhan keluarga yang menjalani kehidupan rumah tangga dalam keadaan terpisah atau jarak jauh yang biasa disebut long distance. Keluarga pasangan suami istri yang menjalani long distance tentunya dihadapkan pada permasalahan-permasalahan dan setiap keluarga memiliki strategi untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga. Oleh karena itu penelitian ini ditujukan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapai pasangan dan juga strategi pasangan suami istri untuk mempertahankan keutuhan keluarga pada saat long distance. Penelitian ini menggunakan paradigma interpretatif dan dengan metode penelitian kualitatif. Teknik purposive dipilih dalam penelitian ini untuk menggali informan. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam kepada para informan dan data sekunder diperoleh melalui pengamatan terlibat. Penelitian ini menggunakan tiga teori sebagai pisau analisis yaitu teori perubahan keluarga William F. Ogburn, teori adaptasi Robert K. Merton, dan Teori Komunikasi Interpersonal Joseph A. DeVito.
Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa; Pertama, permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh setiap keluarga pada pasangan suami istri yang terpisah jarak antara lain adalah mengenai kepercayaan, kejujuran, komunikasi, masalah anak, masalah dengan mertua, masalah keuangan dan juga masalah pemenuhan biologis. Kedua, strategi yang digunakan pada masing-masing keluarga dalam menghadapi permasalahan antara lain adalah membangun komitmen dan komunikasi yang lancar dengan pasangan. Strategi yang dipilih oleh masing-masing keluarga didukung pula oleh latar belakang pendidikan, agama, sosial, ekonomi, budaya yang dianut, profesi yang dijalani, serta aktivitas harian yang berbeda. Ketiga, keluarga long distance tidak meninggalkan tradisi-tradisi lama, karena pada kenyataannya keluarga long distance masih membutuhkan peran serta orangtua dalam memberikan dukungan moral dan spiritual.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
12
SUMMARY Family Life "Long Distance Marital in Relationships”; Devi Anjas Primasari, Social Sociology Master's Degree Study programme Science Faculty and Political Science; Airlangga University.
Family generally understood as covey that communicate mutually through blood bond relationship, marriage, or adoption and lodged with, form economic entity and mother as well as raise child. Family by contemporary understood as relationship where individual lodged with commitment, form economic entity and baby-sit, own identity attached in group. Family main relationships is among husband and wife and child’s parents. In life process, community experience change concurrent with need demand and development policy or internal policy industrialization has forced someone to temporary migrated, this thing because of individual own work in industry sector. Besides reason do temporary migration in this husband wife spouse because of several factors, one of them is career factor, prestige, and others until forced them to migration.
This research on family integrity that undergo domestic in a state of separated or distance that is common called by distance nickname for oldest child. Wife’s husband couple family that undergo distance nickname for oldest child certainly arraigned in problems and every family own strategy to maintain household integrity. Therefore this research aimed to know problems that faced couple and also wife’s husband couple strategy to maintain family integrity during distance nickname for oldest child. This research use interpretative paradigm and with qualitative research methods. Technique purposive selected in this research to dig informant. Primary data obtained through in-depth interviewing to informants and secondary data obtained through participant observation. This research use three theories as analysis knife namely William F. Ogburn’s family change theory, Robert K. Merton’s adaptation theory, and communication interpersonal theory by Joseph A. DeVito.
From research result that conducted obtained by conclusion that; First, problems faced by every family in husband wife spouse that separated by distance among others is about trust, honesty, communication, child’s problem, problem with parents-in-law, financial problem and also biological fulfillment problem. Both, strategy used in respective family in facing problem among others is build commitment and communication that is smooth with couple. Strategy selected by respective family supported also by education background, religion, social, economy, culture adopted, profession experienced, and daily activities that differ. Third, distance nickname for oldest child family still need parents participation on providing crutch and spiritual.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
13
ABSTRAK Keluarga pada umumnya dipahami sebagai sekelompok orang yang
berhubungan satu sama lain melalui hubungan ikatan darah, perkawinan, atau adopsi dan tinggal bersama, membentuk unit ekonomi dan melahirkan serta membesarkan anak. Keluarga kontemporer dipahami sebagai hubungan di mana individu tinggal bersama dengan komitmen, membentuk unit ekonomi dan mengasuh anak, memiliki identitas yang melekat pada kelompok. Hubungan utama keluarga adalah antara suami-istri dan orangtua-anak. Dalam proses kehidupan, masyarakat mengalami perubahan seiring dengan tuntutan kebutuhan dan kebijakan pembangunan atau kebijakan dalam industrialisasi telah memaksa seseorang untuk bermigrasi sementara, hal ini dikarenakan individu tersebut memiliki pekerjaan di sektor industri. Penelitian ini difokuskan: Bagaimanakah strategi pasangan suami istri dalam mempertahankan keutuhan keluarga pada pernikahan yang long distance?
Penelitian ini menggunakan paradigma interpretative, denga lokasi penelitian di Kota Surabaya. Hasil penelitian yang dilakukan terdapat lima informan. Kelima informan tersebut diwawancara secara mendalam untuk memperoleh data primer dengan didukung melalui observasi secara terlibat untuk mendapatkan data sekunder. Penelitian ini menggunakan tiga teori sebagai pisau analisis yaitu teori Perubahan Keluarga oleh William F. Ogburn, teori Adaptasi oleh Robert K. Merton, dan teori Komunikasi Interpersonal Joseph A. DeVito.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehidupan keluarga long distance marital in relationships dihadapkan kepada permasalahan-permasalahan seperti kepercayaan, kejujuran, keuangan, masalah anak, masalah dengan mertua, dan pemenuhan biologis. Setiap keluarga satu dengan yang lain memiliki strategi yang sangat bervariasi. Dengan perbedaan strategi dari masing-masing keluarga memiliki efek tersendiri terhadap keberhasilan pasangan suami istri dalam mempertahankan keutuhan rumah tangga selama terpisah oleh jarak.
Kata Kunci: Keluarga, Strategi, Keutuhan, Long Distance Marital in Relationships.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
15
DAFTAR ISI
Sampul Depan ................................................................................................. i
Sampul Dalam ................................................................................................. ii
Halaman Persyaratan Gelar Magister ............................................................. iii
Halaman Persetujuan ..................................................................................... iv
Lembar Penetapan Panitia Penguji ................................................................. v
Lembar Pernyataan Tidak Melakukan Plagiat ................................................ vi
Kartu Bimbingan Penulisan Tesis ................................................................... vii
Kata Pengantar .... ............................................................................................ viii
Ringkasan ........................................................................................................ x
Summary ......................................................................................................... xv
Abstrak ............................................................................................................ xvi
Abstract ........................................................................................................... xvii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xxi
Bab 1 Pendahuluan ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
1.2 Fokus Permasalahan ............................................................................ 10
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 10
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 10
1.4.1 Manfaat Teoritis ...................................................................... 10
1.4.2 Manfaat Praktis ........................................................................ 11
1.5 Sistematika Penulisan Tesis ................................................................ 11
Bab 2 Tinjauan Pustaka dan Teori ................................................................. 12
2.1 Studi Terdahulu ................................................................................... 12
2.2 Teori .................................................................................................... 20
2.2.1 Teori Perubahan Keluarga (William F.Ogburn) ...................... 20
2.2.2 Teori Struktur Sosial dan Anomie (Robert K.Merton) ............ 28
2.2.3 Teori Komunikasi Interpersonal .............................................. 34
2.3 Kerangka Berpikir ............................................................................... 45
Bab 3 Metode Penelitian ................................................................................. 51
3.1 Paradigma Penelitian ........................................................................... 51
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
16
3.2 Isu-Isu Penelitian ................................................................................. 51
3.2.1 Keluarga……………... ........................................................... 51
3.2.2 Long Distance Marital in Relationships ................................. 52
3.3 Lokasi Penelitian ................................................................................. 52
3.4 Subyek Penelitian dan Analisis Data .................................................. 53
3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 56
3.6 Teknik Analisis Data ............................................................................ 58
Bab 4 Hasil Penelitian Dan Pembahasan ....................................................... 60
4.1 Profil Keluarga Informan ........................................................................ 61
4.1.1 Keluarga El ................................................................................. 61
4.1.2 Keluarga Den .............................................................................. 62
4.1.3 Keluarga Iman ............................................................................. 62
4.1.4 Keluarga Jay ................................................................................ 62
4.1.5 Keluarga Cin ............................................................................... 63
4.2 Strategi Keluarga Long Distance Marital in Relationships .................... 63
4.2.1 Latarbelakang Menjalani Long Distance .................................... 64
4.2.2 Permasalahan yang Muncul Pada Pasutri Long Distance ........... 66
4.2.3 Strategi Pasutri Mengatasi Masalah ............................................ 68
4.2.4 Dilema yang Muncul Pada Pasutri Long Distance ..................... 72
4.2.5 Interaksi Pasutri dengan Pasangan ketika Long Distance ........... 74
4.2.6 Interaksi Pasutri dengan Anak ................................................. 77
4.2.7 Aktivitas Bersama Pasutri Ketika Di rumah ............................... 78
4.2.8 Pemenuhan Fungsi Pokok Keluarga Pasutri Long Distance ....... 81
4.2.8.1 Fungsi Biologis ........................................................................ 82
4.3.8.2 Fungsi Afeksi ........................................................................... 85
4.3.8.3 Fungsi Sosialisasi ..................................................................... 89
4.3.8.4 Fungsi Religi ............................................................................ 92
4.3.8.5 Fungsi Ekonomi ....................................................................... 96
4.3.8.6 Fungsi Pendidikan .................................................................... 98 4.2.9 Komitmen Pasutri Long Distance ............................................ 100 4.2.10 Peran Orangtua bagi Pasutri Long Distance ............................ 103 4.2.11 Makna Suami/Istri bagi Pasangan Long Distance .................... 106 4.2.12 Faktor Penghambat Keutuhan Keluarga Long Distance .......... 109
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
17
4.2.13 Faktor Pendukung Keutuhan Keluarga Long Distance ............ 113 4.2.14 Keterbukaan Pasutri Long Distance .......................................... 115 4.2.15 Strategi Pasutri Mempertahankan Keutuhan Keluarga ............. 119
Bab 5 Implikasi Teoritik ................................................................................. 123
5.1 Interpretasi Teoritik ........................................................................ 123
Bab 6 Penutup ................................................................................................. 138
6.1 Kesimpulan .................................................................................... 138
6.2 Saran ............................................................................................... 139
Daftar Pustaka ................................................................................................. 141
Lampiran-Lampiran ........................................................................................ 146
Lampiran 1 Pedoman Wawancara .............................................................. 146
Lampiran 2 Tabel Matriks Hasil Wawancara .............................................. 150
Lampiran 3 Transkrip Wawancara .............................................................. 173
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
18
DAFTAR BAGAN
2.1 Skema Kerangka Berpikir .................................................................. 50
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
19
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Keluarga bagi masyarakat secara umum dipahami dengan keberadaan
suami dan istri yang seyogyanya hidup bersama di bawah satu atap. Keluarga
secara tradisional dipahami sebagai sekelompok orang yang berhubungan satu
sama lain melalui hubungan ikatan darah, perkawinan, atau adopsi dan tinggal
bersama, membentuk unit ekonomi dan melahirkan serta membesarkan anak.
Keluarga secara kontemporer dipahami sebagai hubungan di mana individu
tinggal bersama dengan komitmen, membentuk unit ekonomi dan mengasuh anak,
memiliki identitas yang melekat pada kelompok. Hubungan utama keluarga
adalah antara suami-istri dan orangtua-anak.
Melalui proses pernikahan, maka individu telah membentuk sebuah
lembaga sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah,
kemudian terdapat peran dan status sosial baru sebagai suami atau istri. Di
kehidupan masyarakat tradisional, keluarga yang baru terbentuk tersebut tinggal
dalam satu rumah bersama dengan anak-anak mereka atau bertempat tinggal
bersama keluarga besar di lingkungan yang sama. Dalam proses kehidupan,
masyarakat mengalami perubahan seiring dengan tuntutan kebutuhan dan
kebijakan pembangunan atau kebijakan dalam industrialisasi telah memaksa
seseorang untuk bermigrasi semi permanent, hal ini dikarenakan individu tersebut
memiliki pekerjaan di sektor industri. Selain itu alasan melakukan migrasi pada
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
20
pasangan suami istri ini dikarenakan beberapa faktor, salah satunya adalah faktor
karier, gengsi, dan lain-lain sehingga memaksa mereka untuk bermigrasi.
Pasangan suami atau istri yang terpaksa melakukan migrasi semi
permanent dengan dilatarbelakangi oleh faktor-faktor seperti yang telah dijelaskan
pada paragraph sebelumnya dihadapkan kepada fakta bahwa jarak merupakan
salah satu permasalahan dalam pasangan suami istri yang long distance. Tetapi
dengan jarak yang masih dapat ditempuh dengan perjalanan pulang-pergi (PP)
tidak akan menimbulkan permasalah terhadap fungsi kontrol dan reproduksi, hal
ini berbeda dengan migrasi yang tidak dapat ditempuh dengan perjalanan pulang-
pergi dalam waktu sehari bahwa fungsi kontrol dan reproduksi akan mengalami
gangguan karena tidak dapat terpenuhi. Fenomena inilah yang disebut Long
Distance Relationship atau Long Distance Marital in Relationship.
Hubungan pernikahan yang Long Distance ini, pasangan suami istri
dihadapkan pada permasalahan-permasalahan mengenai tanggung jawab terhadap
keutuhan rumah tangga. Dengan keadaan suami dan istri yang long distance ini
tentu dapat menimbulkan kekosongan peran-peran yang seharusnya dilakukan
oleh suami dan istri layaknya pasangan yang tinggal seatap. Seperti dapat dilihat
dalam kehidupan keluarga di mana suami istri umumnya memegang peranan
dalam pembinaan kesejahteraan bersama, secara fisik, materi maupun spiritual
(Ihromi, 1990: 1). Dalam pengertian ini keluarga dapat diibaratkan sebagai
organisasi di mana setiap anggota keluarga yang ada diibaratkan sebagai organ-
organnya yang saling melengkapi. Sebagai sebuah organisasi, masing-masing
organ menempati posisinya masing-masing, bersinergi, sehingga roda organisasi
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
21
itu bisa bergerak dan berfungsi (Murniati, 2004: 197). Istilah organisasi sendiri
merujuk pada artikulasi dari bagian-bagian yang merupakan satu kesatuan
(Soekanto, 2003: 333) sehingga dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan
sebuah organisasi yang mengintegrasi tiap-tiap bagiannya ke dalam sebuah
sistem. Keluarga yang terorganisasi merupakan kesatuan sistem yang mampu
menjalankan fungsinya dengan baik, yakni di mana tiap-tiap anggota keluarga
yang ada mampu menjalankan peranan sosialnya dengan baik. Seperti diketahui
dalam pelaksanaannya keluarga tentu mempunyai beberapa fungsi penting yang
mungkin tidak dapat digantikan oleh siapapun, di mana dengan adanya fungsi-
fungsi tersebut dapat memungkinkan setiap anggotanya untuk menjaga
kelangsungan hidup dan juga mempertahankan hidup, baik secara biologis
maupun psikologis.
Fungsi-fungsi pokok dalam keluarga selanjutnya terwujud dalam sejumlah
peranan yang harus dilakukan oleh setiap keluarga sehingga kelangsungan hidup
keluarga tetap terjaga dan keutuhan keluarga terus berjalan. Dalam realita yang
terjadi pada pasangan suami istri yang long distance, fungsi-fungsi keluarga
mengalami perubahan dikarenakan pasangan suami istri tinggal secara terpisah
karena keadaan yang mengharuskan pasangan tidak tinggal bersama di bawah satu
atap. Perubahan fungsi keluarga ini, membawa implikasi terhadap keutuhan
rumah tangga pada pasangan suami istri yang long distance. Tuntutan-tuntutan
yang harus dipenuhi oleh masing-masing pasangan suami istri yang long distance
terkadang tidak dapat dipenuhi seperti pada pasangan suami istri yang tinggal
seatap, faktor jarak menjadikan kendala dalam pemenuhan kebutuhan, salah
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
22
satunya adalah kebutuhan biologis pada pasangan suami istri yang long distance
ini. Jika salah satu kebutuhan misalnya adalah kebutuhan biologis pada pasangan
suami istri ini tidak dapat dipenuhi dengan baik, maka keutuhan dalam rumah
tangga akan mengalami gangguan atau mengalami permasalahan serius.
Memutuskan untuk hidup terpisah karena kondisi tertentu pastinya bukan suatu
hal yang mudah dilakukan. Dalam menjalani long distance marital in
relationships, banyak hal yang tentunya menjadi pertimbangan yang
memberatkan, misalnya kebutuhan untuk berkomunikasi yang mungkin
terabaikan dan kebutuhan psikologis serta biologis yang harus dipenuhi,
dikhawatirkan hubungan mereka nantinya dapat berakhir di tengah jalan. Kondisi
semacam ini bisa berbahaya yang dapat menjadi salah satu faktor seseorang untuk
melakukan perselingkuhan. Tapi, hal ini memang tergantung pada bagaimana
masing-masing pribadi dalam memanajemen suatu permasalahan dalam sebuah
hubungan. Pasangan semacam ini (long distance relationship) memang punya
tantangan sendiri.
Permasalahan pada pasangan suami istri yang long distance di atas,
penulis berasumsi bahwa pernikahan yang bertanggungjawab menjadi dambaan
setiap keluarga di dunia ini. Pernikahan yang bertanggung jawab adalah
pernikahan yang dapat menjaga hak dan kewajiban atas fungsi dari masing-
masing anggotanya, serta menaruh perhatian terhadap lingkungan di mana ia
hidup, sehingga akan terciptalah ketenangan dan kebahagiaan dalam masyarakat.
Studi keluarga menjadi menarik untuk dikaji karena secara sosiologis
keluarga merupakan kelompok sosial yang khas dan unik. Berbeda dengan grup
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
23
atau kelompok sosial lainnya keluarga merupakan organisasi yang di dasarkan
pada:
a. Hubungan darah,
b. Intergenerasi,
c. Anggotanya dihubungakan secara biologis/keturunan dan affinal (hukum
perkawinan),
d. Aspek biologis dan affinal menghubungkan dengan keluarga yang lebih luas.
Berbagai penelitian terdahulu telah banyak mengungkapkan tentang
permasalahan-permasalahan keluarga misalnya, permasalahan pada pasangan
suami istri yang long distance. Berikut ini adalah data penelitian terdahulu
mengenai long distance pada pasangan suami istri:
1. Astie Alfiani (2008): Strategi Komunikasi Pasangan Suami Istri Yang
Menjalani Longdistance Marital Relationship Pada Awal Perkawinan
Kerangka teori yang digunakan teori komunikasi interpersonal (De Vito).
Penelitian ini hanya menekankan kepada permasalahan komunikasi dan
strategi komunikasi pasangan suami istri yang long distance.
2. Santiani (2010): Topik-topik Yang Dibicarakan Oleh Pasangan Suami Istri
Yang Menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Kabupaten Tulungagung
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi
interpersonal (De Vito). Penelitian ini hanya memfokuskan kepada topik yang
dibicarakan oleh pasangan suami istri yang long distance.
3. Fitri Rahmanjani (2007): Pembagian Peran Pada Keluarga Tenaga Kerja
Wanita (Studi Deskriptif tentang Pembagian Peran Keluarga Yang Isterinya
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
24
menjadi Tenaga Kerja Wanita di Kecamatan Sumber Gempol, Kabupaten
Tulungagung, Jawa Timur. Kerangka teori yang digunakan adalah teori
struktural fungsional (Talcott Parsons) dan teori struktur sosial dan anomie
(Robert K. Merton). Penelitian ini hanya melihat pembagian fungsi peran yang
dilakukan oleh isteri pada keluarga long distance di mana istri bekerja sebagai
TKW untuk menciptakan keutuhan keluarga.
Penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian kali ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya yang ruang
lingkupnya lebih banyak kepada lingkup studi komunikasi meskipun dalam topik
yang sama, yakni long distance pada pasangan suami istri. Penelitian ini
memfokuskan kepada ruang lingkup kajian studi sosiologi keluarga, yaitu
penelitian ini mengenai cara penyesuaian pasangan suami istri dalam menjalani
pernikahan yang long distance untuk menjaga keutuhan dalam hubungan rumah
tangga yang dibangun bersama pasangan. Penelitian ini menjadi sangat penting
karena jika dilihat melalui kacamata sosiologi, tujuan keluarga adalah
mewujudkan kesejahteraan lahir (fisik, ekonomi) dan batin (sosial, psikologi,
spiritual, dan mental). Setiap keluarga mempunyai tujuan yang baik dan mulia
misalnya untuk mewujudkan keluarga yang “Sakinah, Mawwadah, Warrohmah”.
Kehidupan pernikahan pasti mendambakan kebahagiaan yang merupakan hal
utama yang menjadi tujuan dan sangat diharapkan dari sebuah pernikahan. Namun
untuk mencapai suatu kebahagiaan pernikahan bukanlah sesuatu hal yang mudah
karena kebahagiaan pernikahan akan tercapai apabila pasangan suami istri
memiliki kualitas interaksi perkawinan yang tinggi. Dalam suatu pernikahan
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
25
terkadang apa yang diharapkan oleh masing-masing individu tidak sesuai dengan
kenyataannya setelah individu tersebut menjalani bahtera rumah tangga.
Pernikahan menuntut adanya perubahan gaya hidup, menuntut adanya
penyesuaian diri terhadap tuntutan peran dan tanggung jawab baru baik dari suami
maupun istri. Usaha untuk menyesuaikan diri dalam pernikahan merupakan satu
proses dinamis yang berlangsung seumur hidup. Pengalaman-pengalaman baru
dalam interaksi di antara keduanya dan dengan orang-orang lain menuntut
keduanya untuk selalu menyesuaikan diri secara baru. Kemudian peristiwa-
peristiwa dan situasi-situasi hidup selalu memaksa mereka untuk menyesuaikan
diri dengan situasi baru itu. Misalnya setelah menikah harus tinggal secara
terpisah karena pekerjaan atau pendidikan. Penyesuaian diri di dalam pernikahan
adalah suatu istilah khusus untuk menunjukkan bagaimana suami istri secara
bersama menjalankan tugas-tugas yang berhubungan dengan perkawinan demi
tercapainya tujuan perkawinan. Keduanya bisa dikatakan telah menyesuaikan diri
satu sama lain apabila keduanya sering mencapai kata sepakat dalam berbagai
urusan keluarga dan sering melakukan tugas-tugas keluarga secara bersama serta
saling menunjukkan afeksi terhadap satu sama lain.
Selain itu dalam sebuah hubungan pernikahan juga dibutuhkan adanya
rasa saling percaya satu sama lain. Adapun yang dimaksud dengan percaya di sini
adalah adanya keyakinan atas perasaan serta jaminan dari pasangan untuk saling
menepati janji guna mencari kesejahteraan dalam menjalani sebuah hubungan.
Dalam sebuah hubungan, salah satu pihak akan berusaha untuk mempelajari pihak
lain selama pihak lain tersebut dapat dipercaya. (Wood, 2004 p.213-214). Ada
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
26
beberapa hal yang dapat dilakukan agar hubungan yang dijalani tetap berlangsung
lama antara lain: membangun iklim yang mendukung terciptanya suatu hubungan
yang utuh, menjadi pendengar yang baik bagi pasangan, adanya keterbukaan
dalam hubungan, manajemen konflik yang baik, adanya respon yang baik
terhadap pasangan, serta adanya variasi dalam aktivitas hubungan (Wood, 2004
p.320-322). Ketidakmampuan untuk melakukan tuntutan-tuntutan tersebut tidak
jarang menimbulkan pertentangan, perselisihan dan bahkan berakhir dengan
perceraian. Pernikahan jarak jauh dapat menjadi penyebab tidak terpenuhinya
kebutuhan karena intensitas kebersamaan menjadi berkurang. Tidak terpenuhinya
kebutuhan dalam pernikahan akan mengakibatkan individu mencari pemenuhan
kebutuhan tersebut di luar pernikahan melalui perselingkuhan.
Data kasus perceraian yang diperoleh dari MPA Jawa Timur pada bulan
Maret 2013 menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun angka perceraian di Jawa
Timur makin meningkat. Pada tahun 2010 jumlah kasus perceraian mencapai
69.956 kasus, sedangkan pada tahun 2011 jumlahnya mengalami peningkatan
menjadi 74.777 kasus, dan pada tahun 2012 terus mengalami peningkatan
sebanyak 81.672 kasus. (jatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar318/yexd1362718).
Data lain kasus perceraian pada tahun 2013, para TKI dari Tulungagung
menunjukkan bahwa angka perceraian di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur
tergolong tinggi dengan rata-rata kasus talak/gugat cerai rata-rata mencapai 15-20
kasus per hari. Dari jumlah itu, kasus talak didominasi keluarga TKI, dengan latar
belakang permasalah perselingkuhan serta faktor ekonomi. Alasan
ketidakharmonisan dalam hubungan rumah tangga, menurutnya bisa terjadi
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
27
lantaran pasangan cerai hidup terpisah (bekerja merantau/TKI), perkawinan usia
dini, ataupun perselisihan lainnya. (http://www.merdeka.com/peristiwa/setiap-
hari-20-pasangan-bercerai-di-tulungagung.html)
Salah satu alasan dari kehidupan perkawinan yang rapuh dewasa ini adalah
tekanan sosial yang semakin lemah untuk memaksa suami istri tetap hidup
bersama. Perubahan sosial yang begitu cepat membuat nilai-nilai tradisional
berkembang ke arah yang tidak sejalan dengan nilai-nilai baru atau bahkan
bertentangan dengan nilai-nilai baru itu. Akibatnya, kontrol-kontrol keluarga dan
masyarakat menjadi lemah dan hal ini tentu saja menimbulkan penyimpangan
tingkah laku individual. Hal ini bisa melebarkan jalan untuk tidak saling mengerti
antara suami dan istri yang pada gilirannya dapat menghasilkan ketegangan dalam
perkawinan dan berbagai persoalan lainnya menyangkut keutuhan pernikahan,
misalnya perceraian. Dari data-data tersebut semakin memperkuat asumsi peneliti
bahwa pasangan suami istri yang terpisah jarak memiliki resiko keterputusan
hubungan/perceraian lebih tinggi, namun realitanya ada juga pasangan suami istri
yang masih bisa mempertahankan keutuhan rumah tangganya meskipun
mengalami long distance. Sehingga studi ini akan meneliti tentang bagaimana
kehidupan sebuah keluarga (pasangan suami atau istri) yang mengalami long
distance marital relationships masih dapat mempertahankan keutuhan
pernikahannya.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
28
I.2 Fokus Permasalahan
Fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagaimanakah strategi pasangan suami istri untuk mempertahankan
keutuhan keluarga pada pernikahan yang (long distance)?
I.3 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian yang berjudul “Kehidupan Keluarga Long Distance
Marital in Relationships” terdapat tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
yaitu untuk dapat menjawab fokus permasalahan mengenai strategi pasangan
suami istri ketika long distance dan memahami kehidupan pasangan suami istri
dalam menjalani kehidupan rumah tangga yang mengalami long distance serta
proses penyesuaian yang mereka bangun untuk mempertahankan keutuhan rumah
tangga. Sedangkan secara khusus, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
analisis perubahan sosial terutama pada lembaga sosial keluarga sebagai media
pembelajaran bersama atas fenomena-fenomena yang terjadi dalam masyarakat.
I.4 Manfaat Penelitian
I.4.1 Manfaat Teoritis
Pertama, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan,
memberikan sumbangan pemikiran, dan memperkaya wacana mengenai
kehidupan keluarga terutama pada perubahan keluarga dan proses penyesuaian
keluarga di era transisi yang berkaitan dalam ruang lingkup ilmu sosial khususnya
Sosiologi Keluarga.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
29
Kedua, penelitian ini juga dimaksudkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi penelitian-penelitian selanjutnya dengan topik yang sama
mengenai Kehidupan Keluarga Long Distance Marital in Relationships.
I.4.2 Manfaat Praktis
Pertama, diharapkan penelitian ini dapat memberikan suatu pengetahuan
dan pemahaman kepada masyarakat mengenai kehidupan keluarga pasangan
suami istri yang long distance dalam menjaga keutuhan keluarga dan proses
penyesuaian akibat perubahan sosial keluarga agar kehidupan rumah tangga dapat
mencapai kebahagiaan.
Kedua, hasil penelitian ini juga bisa digunakan untuk rujukan sebagai
bahan pertimbangan bagi yayasan-yayasan, lembaga, maupun instansi sosial dan
keagamaan dalam kaitannya dengan permasalahan-permasalahan rumah tangga
seperti kasus-kasus perceraian pada pasangan suami istri maupun kasus-kasus lain
yang ada kaitannya dengan kehidupan keluarga. Dan yang terakhir diharapkan
dengan adanya penelitian ini bagi pasangan suami atau istri yang sedang
mengalami long distance dapat menjadi masukan yang positif dan bermanfaat
bagi kelangsungan hubungan rumah tangganya.
I.5 Sistematika Laporan
Laporan penelitian ini terbagi menjadi enam bagian. Bab I Pendahuluan.
Bab II Kajian Pustaka Dan Teori. Bab III Metode Penelitian. Bab IV Hasil
Penelitian dan Pembahasan. Bab V Implikasi Teoritik. Bab VI Penutup berisi
Kesimpulan Umum dan Saran.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
30
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI
II.1 Studi Terdahulu
Berbagai penelitian terdahulu telah banyak mengungkapkan tentang
permasalahan-permasalahan keluarga. Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian
terdahulu mengenai long distance pada pasangan suami istri: (1) Astie Alfiani
(2008): Strategi Komunikasi Pasangan Suami Istri Yang Menjalani Longdistance
Marital Relationship Pada Awal Perkawinan Kerangka teori yang digunakan teori
komunikasi interpersonal (De Vito). Penelitian ini hanya menekankan kepada
permasalahan komunikasi dan strategi komunikasi pasangan suami istri yang long
distance. (2) Santiani (2010): Topik-topik Yang Dibicarakan Oleh Pasangan
Suami Istri Yang Menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Kabupaten
Tulungagung Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi
interpersonal (De Vito). Penelitian ini hanya memfokuskan kepada topik yang
dibicarakan oleh pasangan suami istri yang long distance. (3) Fitri Rahmanjani
(2007): Pembagian Peran Pada Keluarga Tenaga Kerja Wanita (Studi Deskriptif
tentang Pembagian Peran Keluarga Yang Isterinya menjadi Tenaga Kerja Wanita
di Kecamatan Sumber Gempol, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Kerangka
teori yang digunakan adalah teori struktural fungsional (Talcott Parsons) dan teori
struktur sosial dan anomie (Robert K. Merton). Penelitian ini hanya melihat
pembagian fungsi peran yang dilakukan oleh isteri pada keluarga long distance di
mana istri bekerja sebagai TKW untuk menciptakan keutuhan keluarga.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
31
Penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian kali ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh para peneliti terdahulu yang membahas
tentang long distance yang ruang lingkupnya lebih banyak kepada lingkup studi
komunikasi meskipun dalam topik yang sama, yakni long distance pada pasangan
suami istri. Penelitian ini lebih memfokuskan kepada ruang lingkup kajian studi
sosiologi keluarga, yaitu meneliti mengenai cara penyesuaian pasangan suami istri
dalam menjalani pernikahan yang long distance untuk menjaga keutuhan dalam
hubungan rumah tangga yang dijalani bersama tersebut. Penelitian ini menjadi
sangat penting karena jika dilihat melaui kacamata sosiologi, tujuan keluarga
adalah mewujudkan kesejahteraan lahir (fisik, ekonomi) dan batin (sosial,
psikologi, spiritual, dan mental).
Studi tentang pasangan suami dan istri yang long distance dan proses
penyesuaian diri pada pasangan suami istri ketika long distance dalam
mempertahankan keutuhan rumah tangga diperlukan pembahasan mengenai
hakekat keluarga itu sendiri yang dipahami oleh pasangan suami istri pada era
transisi akibat perubahan sosial (industrialisasi), serta beberapa teori yang
dipandang mempunyai beberapa implikasi terhadap studi tersebut.
Studi keluarga menjadi menarik untuk dikaji karena secara sosiologis
keluarga merupakan kelompok sosial yang khas dan unik. Berbeda dengan grup
atau kelompok sosial lainnya keluarga merupakan organisasi yang didasarkan
pada:
a. Hubungan darah,
b. Intergenerasi,
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
32
c. Anggotanya dihubungakan secara biologis/keturunan dan affinal (hukum
perkawinan),
d. Aspek biologis dan affinal menghubungkan dengan keluarga yang lebih luas.
Secara umum yang membedakan dengan organisasi sosial dan kelompok
sosial adalah derajat hubungannya. Keluarga memiliki keintiman hubungan yang
tidak terdapat pada hubungan sosial lainnya. Berbicara keluarga juga
membicarakan kelembagaan (norma budaya).
Melihat fenomena keluarga bisa dikaji berdasarkan level analisisnya,
yakni makroskopik maupun mikroskopik (White dan Klein: 1996). Secara
makroskopik dapat dilihat:
a. Hubungan keluarga dengan institusi yang lebih luas.
b. Membandingkan keluarga dengan beragam budaya.
c. Struktur keluarga dari masa ke masa (periode sejarah).
Secara mikroskopik dapat dillihat:
a. Individu anggota keluarga.
b. Hubungan personal antar anggota keluarga.
c. Keluarga dalam suatu budaya atau masyarakat.
d. Keluarga dalam episode sejarah.
e. Beberapa kombinasi dari hal-hal tersebut.
Studi tentang keluarga perkotaan (urban family) mulai menarik perhatian
para sosiolog sejak pertengahan abad 19. Ada beberapa sebab yang mendorong
perkembangan tersebut. Dorongan utama terletak pada perkembangan kehidupan
sosial, baik di Eropa maupun Amerika yang sangan dipengaruhi oleh perubahan-
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
33
perubahan besar dengan pertumbuhan industri modern. Pada saat itu proses
industrialisasi dan urbanisasi berlangsung sangat cepat. Sistem kelas sosial masih
berperan, sementara struktur sosial yang baru mulai berkembang. Hubungan-
hubungan keluarga sangat berpengaruh terhadap keadaan ini. Hak, kewajiban dan
tanggung jawab individu terhadap keluarga dan masyarakat, terutama masyarakat
yang mendasarkan ikatannya kepada hubungan-hubungan primer, mulai
dipertanyakan dan tertantang, demikian pula sebaliknya kekuasaan dengan
pranata pemerintah dan gereja pada saat itu. Walaupun keluarga masih tetap
merupakan pranata yang kuat, tetapi sebagian kekuasaannya atas anggotanya telah
diambil alih oleh Negara dan gereja. Dalam keluarga tipe ketiga, kekuasaan
keluarga sudah sangat terbatas karena makin kuatnya kekuasaan Negara dan
makin berkembangnya falsafah individualisme. Proses perubahan ini terulang
terus pada setiap fase sejarah yang dimulai dari fase Yunani, fase Romania, fase
modern dan fase yang akan datang (future), dan mungkin karena itu orang
menyebut teori ini sebagai siklus (cyclical theory).
Keluarga tidak bisa dimengerti secara terpisah dari masyarakat. Institusi
itu terintegrasi ke dalam masyarakat dan kebudayaan di mana individu berada.
Apa yang terjadi dalam keluarga sangat bergantung kepada aspek-aspek lain
kehidupan masyarakat. Pola hidup keluarga berbeda menurut faktor-faktor
tertentu seperti tempat tinggal (Kota atau desa), etnik dan budaya, serta latar
belakang dan pengalaman historis.
Keluarga sebagai institusi selalu berhubungan dengan institusi-istitusi lain
dalam masyarakat, seperti institusi ekonomi, politik, agama, dan pendidikan.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
34
Sebagai satu institusi, keluarga juga harus mampu beradaptasi. Mampu
menyesuaikan diri dengan situasi masyarakat yang lebih luas. Karena bersifat
dinamis, keluarga selalu bergerak dalam konteks yang selalu berubah. Hubungan
keluarga mungkin saja bergeser sebagai akibat perubahan-perubahan dalam dunia
ekonomi, politik, dan sistem-sistem lain dalam masyarakat. Struktur dan kegiatan-
kegiatan dalam keluarga mungkin dimodifikasikan sesuai dengan kebutuhan-
kebutuhan situasi yang baru.
Di lain pihak, keluarga bukanlah merupakan suatu kekuatan yang pasif
begitu saja terhadap masyarakat. Keluarga dapat menjadi sumber perubahan sosial
yang secara serempak bisa menjadi penerima perubahan dan sekaligus katalisator.
Sementara nilai dan norma kehidupan keluarga berasal dan bergantung kepada
kebudayaan suatu masyarakat, tipe dan sistem keluarga serta praktek sosialisasi
dalam keluarga dapat membawa pengaruh yang besar untuk masyarakat. Hal ini
dikarenakan keluarga membentuk kepribadian dan watak generasi muda atau
anak-anak muda. Melalui proses sosialisasi, keluarga menanamkan nilai, sikap,
dan keterampilan dalam diri seorang anak yang pada gilirannya dapat
mempengaruhi aspek-aspek kehidupan lain di dalam masyarakat.
Hubungan antara keluarga dan institusi-institusi lainnya pada dasarnya
bersifat timbal balik. Perubahan dalam institusi keluarga mempengaruhi institusi-
institusi lain dan sebaliknya. Misalnya perubahan-perubahan struktural di dalam
masyarakat di mana kehidupan ekonomi sangat maju dan lapangan kerja sangat
banyak sehingga memungkinkan anggota keluarga memperoleh pekerjaan, hal ini
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
35
turut membawa perubahan dalam struktur keluarga. Di lain sisi, perubahan-
perubahan dalam masyarakat yang lebih luas.
Sementara keluarga merupakan satu institusi yang dapat menyesuaikan
diri, institusi yang sama juga bersifat konservatif. Dua tendensi ini seringkali
menimbulkan ketidakcocokan dan ketidakjelasan dalam nilai-nilai dan norma-
norma. Norma-norma yang lama dapat hidup berdampingan dengan norma-norma
yang baru. Nilai-nilai lama masih sangat dijunjung tinggi walaupun situasi nyata
menuntut perubahan yang secepatnya. Hal demikian tidak jarang menimbulkan
ketidakpastian, kebingungan, dan bahkan konflik. Tetapi apabila hal itu sampai
terjadi maka konflik itu biasanya terjadi secara diam-diam dan tersembunyi,
bukannya bersifat radikal dan mengganggu kestabilan keluarga.
Masyarakat dalam dunia maju dewasa ini sedang mengalami proses
modernisasi dan perubahan yang luar biasa. Gejala yang paling menonjol dari
modernisasi adalah urbanisasi dan industrialisasi. Beberapa aspek dari
modernisasi adalah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa
serta perkembangan dalam dunia transportasi, komunikasi, media massa, dan
media elektronik.
Urbanisasi diwujudkan oleh mengalirnya orang-orang desa ke Kota.
Pemusatan hidup di Kota disebabkan Kota telah menjadi pusat perdagangan dan
pabrik-pabrik. Kota adalah pusat industri dan ekonomi. Kota adalah juga sebagai
pusat rekreasi, kebudayaan, dan pendidikan. Itulah sebabnya kehidupan Kota telah
menarik orang dari segala lapisan dan golongan.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
36
Proses urbanisasi dan industrialisasi telah dimungkinkan oleh kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Jaringan transportasi yang luar biasa sebagai
akibat dari penemuan mobil, kereta apai, pesawat terbang, serta perkembangan
jalan raya dan rel-rel kereta api telah memudahkan perpindahan barang dan
manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain. Kemajuan media massa seperti
telepon, radio, televisi, dan film merupakan satu revolusi dalam komunikasi. Hal
itu juga membantu perkembangan pemasaran dan kegiatan ekonomi lainnya
melalui promosi dan iklan.
Raho (2003) akibat-akibat dari urbanisasi dan industrialisasi belum begitu
jelas. Tetapi perubahan-perubahan berikut ini seringkali dihubungkan dengan
urbanisasi dan industrialisasi.
1. Sikap-sikap yang lebih mendukung ibu dan istri yang bekerja. Pemindahan
fungsi produksi dari rumah ke pabrik telah memberi kesempatan baru kepada
pekerja-pekerja wanita. Terbukanya lapangan kerja, tingkat pendidikan yang
lebih tinggi, penurunan jumlah anak, dan adanya undang-undang yang
melindungi hak-hak kaum wanita telah menimbulkan sikap-sikap yang
mendukung ibu-ibu dan istri yang bekerja di luar rumah.
2. Struktur peranan keluarga yang berubah. Industrialisasi membuka banyak
lapangan kerja yang terbuka bagi setiap orang tanpa membedakan jenis
kelamin pria dan wanita. Kesempatan ini memberi peluang kepada istri atau
ibu untuk bekerja di luar rumah tangga. Keadaan demikian telah
mempengaruhi susunan peranan dalam keluarga. Pekerjaan istri di luar rumah
menyebabkan dia tidak bisa melaksanakan semua tugas sebagai istri atau ibu
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
37
sebagaimana biasanya. Akibatnya suami dan istri harus mengatur pembagian
kerja secara baru karena pembagian kerja yang bersifat tradisional tidak bisa
dilaksanakan lagi. Hubungan antara keduanya pun lebih bersifat sejajar
daripada hubungan suami istri di mana isri tidak bekerja.
3. Berkurangnya otoritas suami dan ayah. Industrialisasi telah memindahkan
pusat produksi dari rumah ke pabrik. Akibatnya, suami menghabiskan lebih
banyak waktunya di luar rumah. Karena itu, dia sulit sekali menggunakan
otoritas dan kewibawaannya karena ia sering tidak berada di rumah. Selain itu,
istri yang mempunyai pekerjaan semakin tidak bergantung kepada suami
secara ekonomis. Semua ini merupakan beberapa sebab dari sebab-sebab lain
yang telah mengurangi kekuasaan ayah dalam keluarga. Kalau sebelumnya
banyak keputusan dilakukan oleh suami menuntut ketaatan dari istri dan anak-
anaknya, maka dewasa ini keputusan harus dibuat bersama oleh suami dan
istri bahkan juga dengan anak-anak yang telah dewasa.
4. Berkurangnya pengaruh keluarga terhadap individu. Sebelumnya keluarga
merupakan pusat dari segala kegiatan. Keluarga menjalankan hampir semua
fungsi yang penting untuk kehidupan keluarga. Setiap anggota keluarga
dituntut untuk bekerja sama dan melaksanakan tugas-tugas yang telah
dipercayakan kepadanya masing-masing demi kelangsungan hidup keluarga.
Dewasa ini situasi sudah berubah. Banyak kegiatan terjadi di luar rumah.
Fungsi-fungsi yang sebelumnya dilakukan oleh keluarga telah diambil alih
oleh institusi-institusi lain. Hal ini telah turut mengurangi pengaruh keluarga
terhadap anak-anak. Dunia industri telah memberikan peluang kepada
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
38
individu untuk mengembangkan kemampuannya. Keberdikariannya secara
ekonomis juga membuat dia tidak perlu harus bergantung kepada orang tua.
Dia bisa mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan orang tua.
5. Munculnya norma dan tingkah laku yang lebih longgar. Para pengamat
masalah-masalah sosial telah mencatat bahwa kenakalan remaja di kota-kota
semakin meningkat. Masa remaja adalah satu tenggang waktu di mana
seorang individu tidak bisa dikategorikan ke dalam anak kecil lagi tetapi pada
waktu yang sama dia belum bisa melaksanakan peran-peran orang dewasa.
Pada masa ini, anak-anak remaja diliputi dengan kebingungan, ketidakpastian,
dan suka coba-coba. Persoalan ini menjadi lebih hebat di kota karena
anonimitas dan kehidupan yang tidak melihat individu sebagai pribadi
melainkan nomor-nomor (tenggelam dalam massa). Itulah sebabnya banyak
problem sosial terjadi di kota-kota. Keberadaan yang berjam-jam di luar
rumah telah mengurangi ikatan keluarga dan masyarakat yang biasanya sangat
kuat di desa-desa. Tekanan sosial yang biasanya menghindarkan orang orang
dari perbuatan yang menyimpang hampir tidak dapat ditemukan lagi di kota-
kota. Semua ini telah memberikan kepada generasi baru satu definisi baru
tentang tingkah laku yang baik.
II.2 Teori
II.2.1 Teori Perubahan Keluarga (William F.Ogburn)
Perhatian utama gerakan perubahan sosial tertuju pada studi tentang
keluarga pada konteks pertumbuhan arus urbanisasi dan industrialisasi. Tekanan
bergeser dari perkembangan teori-teori tentang sistem keluarga kepada studi
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
39
tentang keluarga itu sendiri dan para anggotanya dengan berbagai masalah yang
dipandang ada kaitannya, baik langsung maupun tidak langsung dengan pranata
perkotaan dan industrial.
Namun ada perbedaan yang besar antara penganut perubahan yang baru
saja diuraikan di atas, yaitu konservatisme dan radikalisme masing-masing dari Le
Play dan Engels, dengan pandangan perubahan sosial yang dipelopori oleh
Chicago School.
Para penganut perubahan sosial, yang dipelopori oleh Chicago School of
Sociology, berusaha memahami baik keluarga maupun dampak perkembangan
perkotaan dan industri pada keluarga agar dengan itu dapat mencari cara
menanggulangi masalah yang akan timbul serta juga dapat memperkuat pranata
keluarga.
Chicago School mempengaruhi timbulnya beberapa orientasi teoritis. Para
pengikut pandangan ini mengkaji secara teliti perbedaan antara peri kehidupan
pedesaan dengan peri kehidupan perkotaan. Pada dasarnya mereka cemas dan
karena itu secara emplisit bersikap tidak setuju dengan pola kehidupan perkotaan.
Mereka memperlihatkan bahwa peri kehidupan dengan pola tradisional ambruk
karena desakan pengaruh perkotaan. Salah satu tema yang ditampilkan oleh
ChicagoSchool adalah hilangnya fungsi keluarga sebagai akibat urbanisasi. Tokoh
yang terkenal mempelopori tema ini adalah William F. Ogburn (1886-1959).
Ambruknya kebudayaan tradisional menurut Ogburn berakibat munculnya tipe
kehidupan keluarga yang baru, yang lebih menekankan fungsi-fungsi kepribadian.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
40
Tema fungsi keluarga juga menjadi batu dasar utama analisis para penganut
fungsionalisme struktur (structure functionslism).
Teori Ogburn tentang perubahan sosial dan keluarga membawa pengaruh
penting atas studi sosiologi di Amerika, terutama sosiologi keluarga. Sumbangan
yang paling berharga kepada perkembangan sosiologi ialah usahanya untuk
membedakan kebudayaan material dan kebudayaan adaptif. Ia berpendapat bahwa
titik permulaan nyata dari gerak perubahan dapat dijumpai di dalam inovasi
material yang disertai dengan kebiasaan, kepercayaan dan falsafah yang cocok
dengan substruktur material itu. Adalah kenyataan bahwa kebudayaan material
(material culture: teknologi, industri mesin, transportasi, dan lain-lain), menurut
Ogburn untuk menggunakan asumsi tunggakan kebudayaan (cultural lag), yaitu
terjadinya perubahan di dalam kebudayaan material menyebabkan perubahan di
dalam kebudayaan adaptif yang dapat berakibat maladjustment social atau
ketidakmampuan menyesuaikan diri secara sosial yang berkelanjutan antara kedua
segi kebudayaan itu.
Yang menarik dari teori Ogburn bagi peminat sosiologi keluarga adalah
pendapatnya bahwa sistem keluarga berubah sebagai akibat perubahan teknologi.
Keluarga, dengan demikian, lalu dijadikan contoh dari kebudayaan adaptif
(adaptatif culture: nilai, ide, sikap, kebiasaan, dan lain-lain). Teori Ogburn ini
dituangkan di dalam buku yang ditulisnya bersama Meyer M. Nimkoff,
Technology and The Changing Family.
Para penganut interaksi simbolik menyetujui pandangan Ogburn tentang
keluarga bahwa pada keluarga yang modern kehilangan banyak fungsi. Namun
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
41
mereka yakin bahwa keluarga ini bergerak menuju kebahagiaan, yang akan
terwujud dalam interaksi yang berbentuk “saling memuaskan, saling pengertian,
simpatik, dan persahabatan dari anggota-anggotanya”. Pergeseran dari fungsi
keluarga, menurut Burgess dan Locke adalah dari Institution ke Companionships,
yaitu pergeseran dari suatu pranata yang terutama berfungsi mengemban mandat
masyarakat untuk mempersiapkan warga yang sadar akan peranan dan tanggung
jawabnya menjadi pranata yang sekedar kontrak di atara dua orang untuk saling
membahagiakan.
Di lain pihak, pendekatan fungsionalisme struktural berusaha memahami
perubahan-perubahan sosial dalam analisis-analisisnya. Namun karena
fungsionalisme struktural cenderung melihat masyarakat sebagai suatu organisasi
yang selalu berusaha keras menciptakan keseimbangan dalam dirinya, yang
dikenal dengan model equilibrium, maka usaha untuk menjelaskan perubahan
sosial tidak sepenuhnya tercapai.
Menurut Goode, perubahan ke arah industrialisasi dan perubahan keluarga
merupakan proses parallel, keduanya dipengaruhi oleh perubahan sosial dan
adicita-adicita perorangan (personal ideologies). Ada 3 adicita yang merupakan
sumber utama perubahan, yaitu adicita kemajuan ekonomi (ideology of economic
progress), adicita keluarga konjugal (ideology of conjugal family), dan adicita
persamaan derajat (ideology of egalitarian). Dari ketiga adicita tersebut, keluarga
konjugal merupakan yang paling radikal dan bersifat menghancurkan tradisi lama
dalam hampir semua masyarakat dan merupakan tradisi pendorong timbulnya
kelompok-kelompok radikal di setiap Negara yang berkembang. Ia juga menyebar
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
42
nilai-nilai kebebasan individu seperti kebebasan menentukan jodoh, kebebasan
memilih tempat tinggal baru setelah menikah yang biasanya dipandang tidak
menghormati norma-norma keluarga luas. Adicita keluarga konjugal juga lebih
menyukai pada kesejahteraan individu dan kurang memberi perhatian pada
kesinambungan dan kebesaran nama keluarga luas.
Goode mengakui bahwa tipe keluarga konjugal adalah yang paling cocok
(fit) dengan perkembangan industri, dalam pengertian bahwa sistem keluarga
konjugal paling menguntungkan perkembangan industri, namun sebaliknya
tidaklah demikian. Industri bukanlah yang paling menguntungkan bagi sistem
keluarga konjugal. Bahkan Goode menyebutkan bahwa putusnya hubungan
dengan sistem keluarga besar merupakan pengorbanan yang paling mahal yang
diberikan oleh keluarga terhadap pertumbuhan industri, karena ini berarti
putusnya hubungan-hubungan yang telah dibina turun temurun dalam kehidupan
keluarga tradisional. Oleh sebab itu, bagi Goode, industrialisasi dianggap sebagai
faktor paling kritis dalam proses perubahan kompleks yang sedang terjadi.
Tamara K. Haveren dalam studinya di Manchester menemukan bahwa
keluarga luas ikut memberi dorongan dan ikut memberi arah pada pola-pola
adaptasi anggotanya terhadap kondisi yang baru.
Demikian juga mengenai teori bahwa keluarga konjugal lebih sesuai
dengan dinamika masyarakat industri ternyata tidak sepenuhnya dapat
dipertahankan karena tipe keluarga seperti itu tidak fungsional. Yang fungsional
adalah tipe keluarga luas yang sudah tersesuaikan (modified extended family).
Mereka memperoleh bukti bahwa tipe keluarga luas terdapat juga di pusat-pusat
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
43
perkotaan, tetapi tipe keluarga luas ini memang berbeda dengan tipe keluarga luas
tradisional. Perbedaan itu diungkapkan oleh Litwak dalam penelitiannya (1959-
1960 dan 1960a), yaitu keluarga luas perkotaan itu tanpa pimpinan otoritas dan
juga tidak dibatasi oleh jarak geografis maupun perbedaan lapangan pekerjaan.
Ikatan-ikatan kekerabatan perkotaan ini, menurut mereka, lepas dari pengamatan
Wirth dan Parsons karena kelemahan pendekatan yang mereka pergunakan, yaitu
pendekatan tipologi. Pendekatan ini terlalu menyederhanakan gejala sosial yang
diamatinya yang menyebabkan banyak hal yang penting luput dari perhatian
peneliti. Selain itu, mereka juga menemukan bahwa kedua tokoh tersebut
mengabaikan pengaruh yang disebabkan oleh perbedaan pengalaman sosialisasi,
yang disebutnya juga sebagai transformasi identitas. Karena itu, Key
berangggapan bahwa disintegrasi keluarga luas terutama akan dialami oleh
kelompok-kelompok imigran yang datang ke Amerika pada saat urbanisasi sedang
berlangsung dan pada saat mereka belum berhasil mengkonsolidasikan
keluarganya. (Ihromi, 1999:21).
Akibatnya terjadi konflik peran; dalam keluarga pola peran tradisional
masih membekas kuat, muncul peran baru yang tidak konsisten dengannya.
Banyak suami berkeberatan terhadap penerimaan hak oleh istri mereka dalam
bidang-bidang yang dianggap merupakan hak mereka sendiri. Konflik peran
sering berasal dari istri yang bekerja dan berpenghasilan. Masalah yang
berhubungan dengan peran ini mungkin tergantung terutama pada sikap sang
suami. Jika dia dapat menerima pekerja istrinya dengan pengertian, masalah
penyesuaian dapat diperkecil. Jika dia tetap berkeberatan terhadap peran ini,
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
44
masalah akan bertambah besar. Sang suami percaya bahwa urusan dapur
merupakan hak istri, dan tidak akan meluas menjadi pengambilan keputusan
pokok dalam keluarga. Apabila peran tersebut bertentangan terus menerus, maka
cenderung terjadi disorganisasi keluarga.
Secara umum saat ini di era globalisasi dan modernisasi kondisi keluarga
atau struktur keluarga yang berhubungan dengan peran mulai berubah karena
masyarakat saat ini makin kompleks. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa sebab
antara lain:
1. Pergeseran dari extended family menjadi nuclear family karena anggotanya
semakin menurun.
2. Single parent meningkat karena adanya perceraian
3. Orang tua tanpa menikah meningkat karena kumpul kebo.
4. Rumah tangga yang sendiri atau mandiri meningkat, misalnya longdistance
pada pasangan suami istri yang bermigrasi.
5. Adanya pekerjaan perempuan di luar keluarga sehingga pembagian kerja
dalam rumah tangga berubah
6. Status perceraian relatif biasa.
Salah satu cara berfikir mengenai alasan mengapa terjadi perubahan sosial
dan transformasi sosial adalah menyatakan bahwa suatu masyarakat dan masing-
masing bagiannya mempunyai kebutuhan untuk menyesuaikan dengan lingkungan
sosial dan lingkungan fisik mereka, atau lebih tepatnya menyesuaikan dengan
perubahan yang relevan di dalam lingkungan keluarga.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
45
Kehidupan keluarga dapat berubah, tetapi keluarga akan terus ada. Sebab
keluarga adalah sebagai satuan sosio-biologis yang diikat oleh rasa asih
(affection), asuh (care), tolong menolong (support), dan pembagian kerja di antara
anggotanya, menduduki posisi yang strategis untuk menciptakan “learning
environment” yang positif bagi tumbuh kembang anak dengan sejumlah fungsi
yang diembannya seperti yang dikatakan Wolfendale dalam Moelyarto (1986)
bahwa fungsi itu meliputi :
1. Mencukupi kebutuhan primer (sandang, pangan, papan),
2. Memberi dukungan emosional (mencukupi kebutuhan sekunder),
3. Menciptakan kondisi,
4. Menciptakan lingkungan,
5. Memberikan kerangka referensi untuk melakukan eksplorasi di luar rumah,
6. Memberi perlindungan,
7. Memberi kesempatan dan pengarahan bagi tumbuhnya fungsi mandiri dan
pengorganisasian diri,
8. Berfungsi sebagai model,
9. Mewariskan norma-norma sosial,
10. Bertindak sebagai transmitter pengetahuan dan informasi tentang realita dan
11. Berfungsi sebagai arbritase.
Talcott Parsons dan R.F Bales dengan pendekatan Struktural
Fungsionalnya berpendapat, dalam zaman modern fungsi keluarga terutama dalam
sosialisasi anak dan tension management untuk masing-masing anggota keluarga
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
46
justru semakin penting. Pada dasarnya pasangan suami istri pasti menginginkan
rumah tangganya selalu harmonis.
II.2.2 Teori Struktur Sosial dan Anomie Robert K. Merton
Merton menjelaskan bahwa analisis struktural fungsional memusatkan
perhatian pada kelompok, organisasi, masyarakat, dan kultur. Ia menyatakan
bahwa setiap objek yang dapat dijadikan sasaran analisis struktural fungsional
tentu mencerminkan hal yang standar (artinya terpola dan berulang) (Merton,
1949/1968:104). Di dalam pikiran Merton, sasaran studi struktural fungsional
antara lain adalah: peran sosial, pola institusional, proses sosial, pola kultur, emosi
yang terpola secara kultural, norma sosial, organisasi kelompok, struktur sosial,
perlengkapan untuk pengendalian sosial, dan sebagainya (Merton,
1949/1968:104)
Fungsionalis struktural awal memusatkan perhatian pada fungsi satu
struktur sosial atau pada fungsi satu institusi sosial tertentu saja. Menurut
pengamatan Merton, para analis cenderung mencampuradukkan motif subjektif
individual dengan fungsi struktur atau institusi. Perhatian analisis struktur
fungsional mestinya lebih dipusatkan pada fungsi sosial ketimbang pada motif
individual. Menurut Merton, fungsi didefinisikan sebagai “konsekuensi-
konsekuensi yang dapat diamati yang menimbulkan adaptasi atau penyesuaian
dari sistem tertentu” (1949/1968:105). Tetapi, jelas ada bias ideologis apabila
orang hanya memusatkan perhatian pada adaptasi atau penyesuaian diri, karena
adaptasi dan penyesuaian diri selalu mempunyai akibat positif. Perlu diperhatikan
bahwa satu faktor sosial dapat mempunyai akibat negative terhadap fakta sosial
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
47
lain. Untuk meralat kelalaian serius dalam fungsionalisme struktural awal ini,
Merton mengembangkan gagasan tentang disfungsi. Sebagaimana struktur atau
institusi dapat menyumbang pemeliharaan bagian-bagian lain dari sistem sosial,
struktur, atau institusi pun dapat menimbulkan akibat negative terhadap sistem
sosial.
Merton juga mengemukakan konsep nonfunctions yang didefinisikannya
sebagai akibat-akibat yang sama sekali tidak relevan dengan sistem yang sedang
diperhatikan. Dalam hal ini termasuk bentuk-bentuk sosial yang “bertahan hidup”
sejak zaman sejarah kuno. Meski mempunyai akibat positif atau negative di masa
lalu, namun bentuk sosial itu tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
masyarakat kini. Apakah fungsi positif lebih banyak daripada disfungsi atau
sebaliknya? Untuk membantu menjawab pertanyaan itu, Merton mengembangkan
konsep “keseimbangan bersih” (net balance).
Dalam sumbangannya terhadap teori struktural fungsional, Merton tertarik
untuk menganalisis mengenai hubungan antara kultur, struktur, dan anomie.
Kultur menurut Merton didefinisikan sebagai seperangkat nilai normative yang
terorganisir, yang menentukan perilaku bersama anggota masyarakat atau anggota
kelompok. Sedangkan struktur sosial didefinisikan sebagai cara melibatkan
anggota masyarakat atau kelompok di dalamnya. Anomie diartikan sebagai
keadaan yang terjadi apabila terdapat ketidaksesuaian antara norma kultural dan
tujuan dengan kapasitas yang terstruktur secara sosial dari anggota kelompok
untuk bertindak sesuai dengan nilai kultural (Ritzer, 2004:142).
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
48
Dalam sebuah keluarga terdapat seperangkat nilai normative yang dapat
dilihat melalui konsep peranan. Peranan dalam keluarga dapat diinternalisasi oleh
seluruh anggota keluarga melalui proses yang disebut dengan sosialisasi.
Sosialisasi atau disebut dengan proses belajar merupakan proses yang membantu
individu melalui proses belajar dan adaptasi/penyesuaian diri mengenai cara hidup
dan cara berpikir dari kelompok. Definisi lain mengenai apa itu sosialisasi adalah
proses yang harus dilalui manusia untuk memperoleh nilai-nilai dan pengetahuan
mengenai kelompoknya dan belajar mengenai peran sosialnya yang cocok dengan
kedudukannya di situ (Goode, 2002:20).
Proses sosialisasi terhadap seorang anak dapat dimulai dengan proses
imitasi atau peniruan, dimana anak akan meniru segala hal tingkah laku yang
dilihatnya dari ayah dan juga ibunya. Proses ini merupakan tahap awal seorang
anak menerima nilai-nilai normative yang ada dalam keluarga. Tetapi karena
keluarga merupakan institusi yang pertama kali memberikan sosialisasi kepada
individu maka keluarga secara tidak langsung juga mempunyai andil terhadap
penyimpangan atau perilaku negative yang mungkin diadopsi oleh anak ke dalam
masyarakat. Dalam tingkatan yang lebih jauh, setiap anggota keluarga kemudian
akan memperoleh pengetahuan mengenai keluarganya secara utuh, diantaranya
yakni tentang cara pemenuhan kebutuhan dan menyesuaikan diri (adaptasi)
dengan lingkungan sekitar. Keluarga diharapkan dapat menurunkan pengetahuan-
pengetahuan mengenai peranan setiap anggota keluarga dan bagaimana setiap
anggota keluarga dapat menjalankan peranannya sesuai dengan kedudukannya di
dalam keluarga. Sebuah kewajiban yang mutlak harus dipahami oleh sebuah
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
49
keluarga adalah dengan adanya kemampuan keluarga untuk menjadi media yang
berperan aktif dalam proses sosialisasi terhadap anggotanya sehingga dapat
selaras dengan nila-nilai kultural yang ada dalam masyarakat. Dengan demikian,
keluarga tidak akan menjadi suatu institusi yang nonfunctions bagi anggotanya.
Analisis struktur fungsional dari Merton lebih bisa dipusatkan kepada
fungsi sosial, dimana fungsi di sini diartikan sebagai segala konsekuensi yang
dapat diamati dan menimbulkan adaptasi dari suatu sistem. Misalnya dalam
struktur keluarga dimana terkadang mempunyai akibat yang negative terhadap
eksistensi dari sistem (keluarga) secara keseluruhan. Dalam keluarga besar yang
terdiri dari suami, istri, anak-anak, dan juga saudara lain akan dimungkinkan
mempunyai ketidakcocokan diri bagi keluarga sangat diharapkan bisa
menjembatani terhadap akibat negative yang muncul.
Dalam sejarah kehidupan manusia akan dikenal istilah dinamika hidup,
yakni segala sesuatu hal dalam hidup manusia yang sifatnya selalu mengalami
perubahan. Sebab-sebab terjadinya perubahan pada manusia tentu akan berbeda
satu sama lain, oleh karena itu besaran perubahan dan lama perubahan yang
dialami oleh seseorang juga akan berbeda satu sama lain. Dalam lingkup keluarga,
perubahan atau dinamika juga dapat terjadi.besaran dan waktu perubahanpun juga
akan berbeda untuk masing-masing keluarga.
Dinamika dalam hidup bisa dipengaruhi oleh lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial dimana individu tesebut berada. Lingkungan fisik dalam hal ini
adalah keluarga. Masing-masing anggota keluarga yang ada harus mampu saling
menyesuaikan diri dengan anggota keluarga lain sehingga konflik yang terjadi
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
50
diantara anggota keluarga dapat diminimalisir sedemikian rupa. Sedangkan untuk
lingkungan sosial, dapat disebut dengan masyarakat. Keluarga sebagai subsistem
masyarakat diharapkan juga dapat menyesuaikan diri, yakni dengan berusaha
menyelaraskan setiap nilai-nilai dan norma-norma dalam keluarga dengan nilai
dan norma dalam masyarakat. Proses penyesuaian diri merupakan reaksi terhadap
tuntutan pada diri seseorang. Menurut Vembriarto, tuntutan-tuntutan dapat
digolongkan menjadi tuntutan internal dan tuntutan eksternal (Khairuddin,
2002:68). Yang dimaksud dengan tuntutan internal adalah segala sesuatu yang
berasal dari dalam individu itu sendiri, misalnya karena adanya perasaan cinta
maupun sayang. Seseorang yang mau menyesuaikan diri dengan lingkungannya
karena adanya tuntutan internal umumnya adalah karena rasa cinta atau rasa
sayang mereka terhadap seseorang ataupun sekelompok orang (keluarga) sehingga
dengan rasa sayang dan cinta tersebut menyebabkan mereka secara sukarela
menyesuaikan diri, seperti pada pasangan suami istri yang menjalani pernikahan
long distance. Sedangkan tuntutan eksternal merupakan tuntutan yang bukan
berasal dari individu, melainkan dari lingkungan luar seperti masyarakat. Pada
masyarakat yang modern sekalipun, seperti yang diungkapkan oleh Durkheim,
masih memperlihatkan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dan tumbuh
berkembang di dalam lingkungan yang mereka tempati. Untuk itulah keluarga
yang hidup di tengah-tengah masyarakat harus dapat menyesuaikan diri. Proses
penyesuaian sendiri dapat dipandang dari dua sudut, yaitu:
1. Kualitas atau efisiensinya
2. Proses berlangsungnya
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
51
Proses penyesuaian yang dipandang berdasarkan kualitas, berarti yang
menjadi kriteria penilaian adaptasi adalah berhasil tidaknya dan efisien atau
tidaknya penyesuaian yang dilakukan. Untuk melihat berhasil tidaknya atau
efisien tidaknya adaptasi, menurut Vembriarto terdapat empat kriteria yang dapat
digunakan yaitu:
1. Kepuasaan psikis: penyesuaian diri yang berhasil akan menimbulkan kepuasan
psikis, sedangkan yang gagal akan menimbulkan rasa tidak puas yang
menjelma dalam perasaan kecewa, gelisah, lesu, depresi dan lain-lain
sebagainya.
2. Efisiensi kerja: penyesuaian diri yang berhasil akan tampak dalam
kerja/kegiatan yang tidak efisien.
3. Gejala-gejala fisik: penyesuaian diri yang gagal akan tampak dalam gejala-
gejala fisik seperti: pusing kepala, sakit perut, gangguan pencernaan, diare,
dan lain sebagainya.
4. Penerimaan sosial: penyesaian diri yang berhasil akan menimbulkan reaksi
setuju dari masyarakat, sedangkan yang gagal akan mendapatkan reaksi tidak
setuju oleh masyarakat.
Robert K. Merton mencoba menjelaskan penyimpangan melalui struktur
sosial. Menurut teori ini, struktur sosial bukan hanya menghasilkan perilaku yang
konformis saja, tetapi juga menghasilkan perilaku menyimpang. Merton
mengemukakan tipologi cara-cara adaptasi terhadap situasi, yaitu konformitas,
inovasi, ritualisme, pengasingan diri, dan pemberontakan (keempat yang terakhir
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
52
merupakan perilaku menyimpang). Merton mengidentifikasi lima tipe cara
adaptasi, empat diantaranya merupakan perilaku menyimpang, yaitu:
1. Komformitas, ini merupakan perilaku yang mengikuti tujuan dan cara yang
ditentukan masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut (cara konvensional dan
melembaga).
2. Inovasi, merupakan perilaku mengikuti tujuan yang ditentukan masyarakat,
tetapi memakai cara yang dilarang oleh masyarakat (termasuk tindak
kriminal).
3. Ritualisme adalah perilaku seseorang yang telah meninggalkan tujuan budaya.
Namun masih tetap berpegangan pada cara-cara yang telah digariskan
masyarakat, dalam arti ritual atau upacara dan perayaan masih
diselenggarakan tapi maknanya telah hilang.
4. Pengunduran/Pengasingan Diri, Meninggalkan, baik tujuan konvensional
maupun cara pencapaiannya yang konvensional. Dalam pengasingan diri juga
terdapat Retritsm. Orang yang menjalankan retritism adalah Anomi (tidak
punya nilai).
5. Pemberontakan (Rebellion), Penarikan diri dari tujuan dan cara-cara
konvensional yang disertai dengan upaya untuk melembagakan tujuan dan
cara baru.
II.2.3 Teori Komunikasi Interpersonal Joseph A. DeVito
II.2.3.1 Interpersonal Communications
Komunikasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi
manusia. Bahkan, bisa dikatakan bahwa komunikasi merupakan jiwa dari suatu
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
53
kehidupan (DeVito, 1994:47). Setiap manusia tentu memiliki keinginan untuk
menjalin suatu hubungan. Salah satu kontributor yang memiliki peran sangat
penting bagi kebahagiaan hidup manusia adalah terjalinnya suatu hubungan antar
individu atau relationships.
Lebih lanjut, Huston dan Schwartz dalam DeVito, mengemukakan bahwa
pentingnya kebutuhan akan komunikasi terjadi pada semua manusia, baik laki-laki
maupun perempuan, tua ataupun muda, atau bahkan bagi kaum homoseksual
maupun heteroseksual (DeVito, 2004:53).
Hubungan antar personal merupakan jenis hubungan yang unik, karena
dimulai dari proses yang bersifat psikologis, yang selalu menyebabkan
keterpengaruhan yang diakibatkan dari pesan seseorang diterima secara langsung
baik secara verbal maupun non-verbal, sehingga pesan-pesan yang disampaikan
oleh komunikator dapat berdampak positif atau negative (Liliweri, 1997:12). Bila
pesan tidak dipahami oleh komunikan, maka komunikator akan memberi
kesempatan yang seluas-luasnya kepada komunikan untuk bertanya secara
langsung.
Suatu hubungan dikatakan sebagai interpersonal relationships bila
memiliki tahap atau jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Tahap Perkenalan, dimana kedua individu hanya berkomunikasi sebatas pada
pertukaran informasi.
2. Hubungan Persahabatan, dimana kedua pribadi membagikan pengalaman agar
kedua belah pihak sama-sama puas dan sukses, menunjukkan dukungan
emosional, sukarela membantu kalau diperlukan pihak lain, berusaha
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
54
membuat sahabat menjadi tenang dan senang, serta membantu bila sahabat
mengalami kesusahan.
3. Tahap keakraban/keintiman, dimana hubungan yang semakin dalam akibat
terjadi secara berulang-ulang dengan derajat kebebasan dan keterbukaan yang
tinggi, serta memiliki banyak kesamaan. Pada tahap ini juga menumbuhkan
rasa cinta yang dapat menentukan relasi selanjutnya, yaitu hubungan
percintaan.
4. Hubungan suami dan istri, dimana sebagai hubungan kelanjutan dari tahap
keakraban/keintiman.
5. Hubungan orangtua dan anak, dimana sebagai perkembangan dari hubungan
suami dan istri dengan munculnya anak-anak.
6. Hubungan persaudaraan, dimana hubungan antara anak dengan anak (Liliweri,
1997:54).
Dalam membangun sebuah hubungan, terdapat 6 tahap, yaitu:
1. Contact, tahap ketika individu mengenal partnernya secara perceptual dengan
melihat gambaran fisik yang kemudian diikuti dengan tukar menukar
informasi personal dengan saling berkomunikasi dan berinteraksi.
2. Involvement, tahap ketika individu mulai menguji dan mencoba untuk belajar
atau mengetahui partnernya secara lebih jauh. Hal ini ditandai dengan menguji
perkiraan individu dengan realitas dalam diri partner (testing) serta
mengintensifkan interaksi dengan mulai membuka diri (intensifying).
3. Intimacy, tahap ketika individu mulai memutuskan untuk berkomitmen dan
menjaga hubungan yang telah dibangun. Hal ini ditandai ketika individu mulai
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
55
jujur dan terbuka kepada pasangannya, sehingga kepuasan terhadap hubungan
pun semakin meningkatkan.
4. Deterioration, tahap dimana ikatan antar individu dalam hubungan tersebut
melemah. Hal ini ditandai dengan munculnya ketidakpuasan terhadap relasi
yang dibangun yang mendorong salah satu pihak menarik diri dari hubungan
tersebut. Hal ini akan terjadi ketika tahap intimacy tidak mampu dijaga dan
dipertahankan.
5. Repair, tahap ketika kedua individu menganalisa masalah yang timbul dalam
hubungan dan mencoba mencari jalan keluarnya.
6. Dissolution, tahap dimana ikatan antar individu rusak atau terputus yang
menandai berakhirnya hubungan yang telah dibangun (Liliweri, 1997:236-
244).
II.2.3.2 Marriage Relationships
Keberadaan suami istri mempunyai arti penting pada suatu keluarga.
Ikatan suami istri ini menjadi unsur utama dalam pembentukan kehidupan
keluarga, dimana diawali dengan suatu perkawinan (DeVito, 2004:21).
Perkawinan sendiri adalah ikatan suci antara seorang pria dan seorang wanita
yang bersatu membentuk kehidupan baru. Sejak kedua individu ini bersepakat
untuk menikah dalam ikatan suci yang sah secara sosial dan agama, kedua
individu telah sepakat untuk menjalani kehidupan dengan peran yang baru.
Mereka bukan lagi sebagai individu yang bebas dan tunggal, tetapi sebagai
individu yang terikat satu sama lain.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
56
Lembaga perkawinan itu permanen dan merupakan kelompok yang
eksklusif dari hidup dua orang dewasa yang berlawanan jenis kelamin (Mappiare.
1983:1). Dalam perkawinan, keduanya setuju untuk membagi hidup bersama
menghadapi keadaan susah maupun senang, menyesuaikan diri satu sama lain,
membina cita-cita dan tujuan hidup bersama, menuju pada kebahagiaan.
Ketika individu baik laki-laki dan perempuan tersebut melakukan
perkawinan berarti memasuki fase berbeda dari sebelumnya, dari masa sebagai
anak dalam keluarga, berkembang menjadi individu dewasa untuk memulai
kehidupan baru (Mappiare, 1983:20). Sehingga, untuk sesuai dengan pola
kehidupan dan harapan sosial baru, peran individu dewasa diharapkan dapat
memainkan peran-peran baru dalam hal sebagai suami istri, orangtua, dan
pemimpin rumah tangga, serta mengembangkan sikap, minat, serta nilai-nilai
dalam memelihara peran-peran tersebut.
Kehidupan keluarga sebagai salah satu diantara berbagai aspek pada
individu dewasa, mempunyai berbagai liku yang meliputi: persiapan hidup
berkeluarga, cinta dalam menghadapi hidup berkeluarga, dasar-dasar yang
memperkokoh rumah tangga, termasuk penyesuaian hidup berdua dalam
perkawinan dan status sebagai orang tua (Mappiare, 1983:21). Sejalan dengan itu,
kebutuhan utama dan terkuat untuk berkeluarga dan menjalin ikatan perkawinan
bagi individu dewasa adalah keharmonisan, kebahagiaan, dan kelestarian dalam
kehidupan perkawinan akan memiliki impian dan harapan untuk menjadikan
perkawinan mereka harmonis, bahagia, dan lestari.
“…ketika seseorang memutuskan untuk menikah, maka individu tersebut tidak
hanya menikah dengan pasangannya saja, akan tetapi juga menikah dengan
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
57
keluarga pasangan. Suami istri harus bisa menyesuaikan diri dengan keluarga
pasangan agar tidak terjadi ketegangan dalam hubungan…” (Sadli, 1991:293).
Jadi, ikatan suami istri ini pada intinya menyatukan dua pribadi yang
masing-masing memiliki sejarahnya sendiri, dimana akan mendasari
pembentukan dan kelangsungan keluarga baru. Suatu perkawinan dengan
demikian, merupakan perpaduan antara dua pola budaya keluarga yang bersumber
dari dua keluarga asal mereka.
Yang dimaksud dengan pola budaya keluarga disini, yaitu aturan, didikan,
kebiasaan, keyakinan, serta nilai-nilai yang berlaku dalam suatu keluarga, yang
seringkali sangat jauh berbeda, entah itu dipengaruhi dari latar belakang keluarga,
lingkungan tempat tinggal maupun pengalaman pribadinya selama ini. Semua itu
tentu saja membentuk karakter dan sikap yang dibawa oleh masing-masing
pribadi dalam menghadapi masalah kesehariannya.
Semakin banyak “kesamaan” yang dimiliki oleh suami istri, maka akan
membuat semakin akrab. Keakraban yang dibina secara terus menerus akan dapat
mengatasi permasalahan yang sekecil apapun, karena keduanya dapat
mengkomunikasikan segala sesuatunya dengan baik (DeVito, 1994:49). Agar
tujuan perkawinan dapat tercapai, maka dibutuhkan kerjasama, komitmen, serta
komunikasi untuk mengekspresikan rasa cinta, memperkuat kesetiaan,
menciptakan keutuhan keluarga, serta mendiskusikan bersama apa saja yang
menjadi impian-impian dan harapan-harapan suami istri dalam perkawinan
sebagai suatu hal yang tidak boleh dilupakan agar perkawinan mereka dapat
berhasil.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
58
Marriage relationships dapat diartikan sebagai sebuah hubungan yang
sepakat untuk saling menjadi yang utama dalam melanjutkan bagian hidup satu
sama lain, dengan kata lain “i-thou-bonds” (Wood, 2004:294). Maksudnya,
ikatan yang memperlakukan orang lain, seperti memperlakukan diri sendiri sangat
dominan. Seseorang secara sukarela memilih pasangannya dan menerimanya
sebagai individu yang unik yang tidak dapat tergantikan oleh orang lain. Marriage
relationships juga melibatkan romantisme dan perasaan seksual.
Menurut Cuber dan Harroff dalam Wood, mengidentifikasikan bahwa
terdapat 5 perbedaan dalam tipe-tipe pernikahan (marital types), yaitu:
1. Vital marriage: pada tipe ini suami istri sangat dekat secara emosional dan
mereka ingin sedekat mungkin secara fisik.
2. Total marriage: tipe ini hampir sama dengan vital marriage, kecuali bahwa
pasangannya tidak terlalu bersama-sama secara bertahap.
3. Passive-Congenial Marriage: pada tipe ini pasangan bersikap sopan dan
mereka berinteraksi, tapi mereka secara khusus melakukan perjanjian dengan
superficial matters.
4. Devitalized Marriage: pasangan pada tipe ini bukan tidak menyukai satu sama
lain, namun mereka hanya bosan dengan satu sama lain dalam hubungan.
5. Conflict-habituated Marriage: pasangan pada tipe ini tidak rukun (Wood,
2004:310).
II.2.3.3 Communication in Marriage
Walaupun pernikahan memiliki tipe yang berbeda-beda, namun mereka
memiliki base of satisfaction yang mirip. Menurut Clifford Notarius dalam Wood,
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
59
mengidentifikasi bahwa terdapat 3 elemen kunci yang mempengaruhi kepuasan
dalam pernikahan, antara lain:
1. By words: komunikasi mempengaruhi self-esteem dan perasaan suami istri
dalam sebuah hubungan. Pasangan yang bahagia cenderung berkomunikasi
untuk mendukung, menyetujui, memahami, dan tertarik satu sama lain
daripada pasangan yang kurang bahagia. Sebaliknya pada pasangan yang
kurang bahagia cenderung berkomunikasi untuk mengkritik, pernyataan
negative, mindreading, dan egocentric communication, dimana mereka tidak
mempercayai dual perspective.
2. By Thoughts: pernikahan pasangan saling menentukan emosi dan perkataan
dalam sebuah pernikahan. Dalam memuaskan pernikahan, pasangan
cenderung untuk saling bersifat baik dalam perkataan maupun perbuatan, agar
berlangsung lama harus ada kestabilan antara kualitas internal dengan kontrol
individu.
3. By Emotions: emosi dipengaruhi oleh perkataan dan pemikiran. Emosi adalah
bentuk dan suasana kebatinan individu yang dinyatakan dalam perilaku yang
menyimpang dari perilaku yang biasa ditampilkan. Sedangkan, perasaan
dipengaruhi oleh apa yang kita katakan pada orang lain dan apa yang kita
komunikasikan pada diri sendiri melalui self-talk (Wood, 2004:310-311).
Dapat dinamakan sebagai long distance marital in relationships, jika
pasangan suami istri tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Tidak dapat selalu bersama, karena dipisahkan oleh jarak dan tidak
dimungkinkan bertemu setiap saat ketika ingin bertemu.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
60
b. Bertempat tinggal secara terpisah, akibat aktivitas yang dilakukan oleh
masing-masing pasangan, misalnya menjalankan tugas kemiliteran atau
penugasan kerja (Dinas).
c. Memiliki keinginan untuk dapat bersama, terbatasnya waktu dan jarak
geografis menjadikan pasangan ini memiliki keinginan lebih besar untuk
bertemu dan melihat langsung pasangannya, jika dibandingkan dengan
pasangan jarak geografis yang dekat.
d. Tidak dapat berjumpa untuk waktu yang terhitung lama, hal ini dipengaruhi
oleh waktu liburan atau cuti yang diijinkan oleh pihak universitas atau
perusahaan atau Negara (bagi mereka yang bekerja sebagai angkatan laut atau
polisi).
e. Waktu untuk bersama terbatas, sehingga pasangan ini sering melakukan
aktivitas atau momen yang spesial demi memuaskan pasangan dan dirinya,
karena keterbatasan kesempatan untuk bertemu.
f. Terpisah secara geografis (Kota, pulau, Negara) hingga mencapai puluhan
kilometer atau ratusan kilometer (antar Kota dalam pulau) serta bahkan
mencapai ribuan kilometer (antar pulau dalam Negara) (Gunarsa, 1993: 26).
Untuk menjaga keharmonisan rumah tangga yang tinggal berjauhan, maka
sangatlah penting untuk mempertahankan kepercayaan (trust) dan komunikasi
(communication), serta keterbukaan dan kejujuran (openness dan honestly)
(Parrot, 1998:64). Pasangan suami istri long distance relationships, dapat
dikatakan sebagai hubungan rawan terhadap berakhirnya sebuah hubungan dan
tentunya lebih sulit untuk dipertahankan, karena apabila kepercayaan,
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
61
komunikasi, keterbukaan dan kejujuran, serta kesetiaan pada komitmen atau
aturan kesepakatan (marriage rules) yang terbentuk suatu saat tidak dilaksanakan,
maka akan menimbulkan “konflik”.
Penyelesaian konfliknya cenderung berlangsung lama dengan komunikasi
yang tidak efektif, mengingat jarak yang jauh dan kesempatan untuk bertemu sulit
dan terbatas. Jika dibandingkan dengan marriage relationships dengan jarak
geografis yang dekat, yang tidak memiliki hambatan dalam hal kedekatan tempat
tinggal dan intensitas pertemuan diantara keduanya. Hal inilah yang memicu
munculnya problem diantara mereka, karena kurangnya efektifitas pertemuan
yang menyebabkan komunikasi yang efektif menjadi sulit untuk diwujudkan.
Berikut ini merupakan 3 permasalahan umum yang memicu timbulnya
konflik pada pasangan long distance relationships, yaitu:
1. The lack of daily sharing, dimana kurangnya waktu dan kesempatan berbagi,
seperti berbagi bersama dengan pasangan tidaklah mungkin dapat dilakukan
secara continue setiap hari. Padahal dengan secara rutin berkomunikasi akan
semakin mengetahui dan mengenal lebih dalam mengenai karakteristik
pasangan serta dapat membuat hubungan berlangsung lama.
2. Unrealistic expectations about time together, dimana munculnya harapan-
harapan yang tidak realistis tentang waktu bersama. Terbatasnya waktu
pertemuan seringkali membuat mereka berpikir bahwa setiap moment
haruslah perfect. Tidak boleh ada kata-kata kasar ataupun konflik serta
berharap akan selalu bersama setiap saat. Padahal konflik dan kebutuhan akan
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
62
otonomi merupakan hal wajar dan tidak dapat dihindari dalam semua
marriage relationships.
3. Unequal effort that the two partners invest in maintaining, dimana
ketidakseimbangan usaha yang diberikan masing-masing individu dalam
menjaga hubungan. Ketika individu yang satu melakukan sebagian besar hal
untuk membangun kontak rutin demi kelangsungan hubungan, sedangkan
individu yang lainnya tidak demikian. Hal ini tentunya akan menimbulkan
kekecewaan dan ketidakpuasan individu yang bersangkutan, sehingga
menimbulkan rasa pesimis terhadap kelanjutan hubungan ini (Wood,
2004:318-319).
Walaupun demikian, permasalahan umum yang timbul tidak selalu
menghambat long distance marital in relationships. Ada berbagai macam alasan
mengapa pasangan suami istri tetap memelihara dan menjaga hubungan hingga
berlangsung lama, meskipun harus menjalani long distance relationships, yaitu:
a. Emotional attachment: biasanya hubungan dipelihara, karena terdapat
perasaan cinta dan kasih sayang antara satu dengan yang lainnya, dimana
keduanya ingin hubungannya berlangsung lama.
b. Convenience: setiap orang tidak ingin menemukan kesulitan dalam kehidupan
sosial mereka, oleh sebab itu mereka cenderung lebih nyaman apabila tetap
bersama pasangannya daripada memutuskan hubungan.
c. Children: pasangan suami istri mungkin akan tetap bersama, karena mereka
merasa bahwa hal ini merupakan jalan yang terbaik untuk anak mereka, atau
agar anak-anak diterima oleh lingkungannya, untuk menutupi alasan yang
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
63
tersembunyi, seperti kenyamanan hidup, keuntungan finansial, serta ketakutan
hidup sendiri.
d. Fear: orang cenderung takut berada di luar dunia dengan hidup sendiri, karena
dianggap sebelah mata oleh masyarakat sebagai “single”, oleh sebab itu
mereka lebih baik tetap memelihara hubungan bersama pasangannya.
e. Inertia: beberapa hubungan cenderung dipertahankan, karena “inertia”,
dimana mereka malas untuk menjalin hubungan yang baru.
f. Commitment: orang cenderung memiliki komitment yang kuat untuk
mendasari sebuah hubungan. Commitment merupakan ikrar atau janji yang
bersifat mengikat (DeVito, 2004:260-261).
II.3 Kerangka Berpikir
Menjelaskan logical frame/kerangka berpikir adalah menjelaskan benang
merah antar teori yang direplikasi/diadaptasi dan hasil dari pencarian benang
merah tersebut merupakan upaya untuk mengembalikan fungsi teori sebagai
seperangkat alat untuk mendekati kenyataan; teori, sebagai proposisi yang akan
digunakan untuk menjelaskan realita.
Melalui kerangka berpikir juga akan dimengerti bahwa teori akan
dihubungkan dengan penafsiran terhadap fakta-fakta apa saja yang mungkin dapat
ditemukan dan disetujui demi memperjelas pemahaman terhadap fakta-fakta itu
dibutuhkan sebuah teori yang menjelaskan kepada kita tentang fakta-fakta itu.
Oleh karena itu, pekerjaan pokok peneliti dalam membangun logical frame adalah
bagaimana teori, yang melimpah ruah itu, yang memiliki keterbatasan satu sama
lain oleh karena realitas sosial yang dihadapi sangat heterogen sehingga selalu
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
64
memiliki keunikan tersendiri, itu diadaptasi dan diolah bersama-sama melalui
pembentukan proposisi-proposisi dalam pemahaman sebagai suatu pernyataan
umum tentang hubungan antara fakta sosial atau variable. Dan penelitian ini
menjelaskan logical frame antara teori yang membahas tentang perubahan dalam
keluarga modern oleh William F. Ogburn, Teori Struktur Sosial dan Anomie oleh
Robert K. Merton, dan Teori Komunikasi Interpersonal oleh Joseph A. DeVito.
Pengadaptasian tiga gagasan yang mempunyai dampak implikasi ilmiah berupa
saling melengkapi antara satu sama lain.
Dalam prakteknya, kehidupan keluarga mengalami perubahan. Sebenarnya
masalah di mana harus tinggal bersama serumah setelah menikah, telah terjadi
sebuah perubahan nilai dalam masyarakat kita. Jika dahulu secara tradisional
pasangan suami istri harus berdekatan secara fisik, tetapi saat ini pasangan suami
istri yang hanya bertemu di akhir pekan saja, bukan lagi suatu pemandangan yang
mengherankan, hal ini lah yang terjadi pada suami istri yang long distance.
Permasalahan yang muncul pada pasangan suami istri yang long distance
adalah berubahnya/hilangnya fungsi keluarga sebagai akibat urbanisasi. Tokoh
yang terkenal mempelopori tema ini adalah William F. Ogburn (1886-1959).
Ambruknya kebudayaan tradisional menurut Ogburn berakibat munculnya tipe
kehidupan keluarga yang baru, yang lebih menekankan fungsi-fungsi kepribadian.
Tema fungsi keluarga juga menjadi batu dasar utama analisis para penganut
fungsionalisme struktur (structure functionslism). Goode mengakui bahwa tipe
keluarga konjugal adalah yang paling cocok (fit) dengan perkembangan industri,
dalam pengertian bahwa sistem keluarga konjugal paling menguntungkan
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
65
perkembangan industri, namun sebaliknya tidaklah demikian. Industri bukanlah
yang paling menguntungkan bagi sistem keluarga konjugal. Bahkan Goode
menyebutkan bahwa putusnya hubungan dengan sistem keluarga besar merupakan
pengorbanan yang paling mahal yang diberikan oleh keluarga terhadap
pertumbuhan industri, karena ini berarti putusnya hubungan-hubungan yang telah
dibina turun temurun dalam kehidupan keluarga tradisional. Oleh sebab itu, bagi
Goode, industrialisasi dianggap sebagai faktor paling kritis dalam proses
perubahan kompleks yang sedang terjadi.
Komunikasi sangat membantu manusia untuk saling berinteraksi serta
dapat saling mengutarakan maksud dan bertukar pendapat. Tanpa adanya
komunikasi yang baik antara anggota keluarga, maka kesalahpahaman akan
terjadi dan dapat menyebabkan kurang harmonisnya sebuah keluarga tersebut.
Antara suami dan istri harus memiliki komunikasi yang baik dan lancar agar dapat
saling memahami satu dengan yang lain. Dengan kemajuan teknologi komunikasi
memudahkan pasangan suami istri dalam berkomunikasi. DeVito mengemukakan
bahwa terdapat 4 strategi komunikasi yang dapat digunakan antara pasangan
suami istri dalam menjalani kehidupan rumah tangga long distance, yaitu:
1. Directedness: suami atau istri menanyakan langsung bagaimana sebenarnya
komitmen dan kesungguhan yang terjalin.
2. Indirect Suggestion: berbagi cerita dan bercanda mengenai hal-hal kecil
tentang masa depan bersama. Membangun iklim komunikasi yang terbuka dan
suportif untuk membicarakan perasaan maupun permasalahan yang muncul,
karena tidak dapat selalu bersama, maka diantara kedua belah pihak satu sama
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
66
lain akan sangat membutuhkan dukungan (support) dalam menghadapi
persoalan hidup sehari-hari.
3. Triangular Love: pasangan suami istri yang tinggal berjauhan harus senantiasa
membangun kepercayaan (trust) dan komunikasi (communication), serta
keterbukaan dan kejujuran (oppeness and honestly).
4. Keep in touch: memaksimalkan komunikasi, misalnya sepakat untuk segera
menelpon atau berkirim sms melalui ponsel, sehingga pasangan dapat melepas
rasa kangen atau rindu sebagai solusi dari long distance relationships ini.
(DeVito, 2004:319).
Kurangnya komunikasi antara suami istri membuat mereka tidak dapat
bertukar pikiran, tidak akan dapat memahami dan mengerti perasaan masing-
masing. Kesalahpahaman akan terjadi bila komunikasi tidak berjalan dengan baik
dan lancar sehingga dapat menimbulkan konflik di dalam rumah tangga yang
muncul akibat berbagai macam masalah. Untuk mempertahankan keutuhan rumah
tangga pasangan suami istri long distance selain komunikasi dibutuhkan suatu
strategi adaptasi yang menurut Merton dalam analisis struktur fungsionalnya,
Merton lebih memusatkan kepada fungsi sosial, dimana fungsi di sini diartikan
sebagai segala konsekuensi yang dapat diamati dan menimbulkan adaptasi dari
suatu sistem. Misalnya dalam struktur keluarga long distance dimana terkadang
mempunyai akibat yang negative terhadap eksistensi dari sistem (keluarga) secara
keseluruhan. Dalam keluarga besar yang terdiri dari suami, istri, anak-anak, dan
juga saudara lain akan dimungkinkan mempunyai ketidakcocokan diri bagi
keluarga sangat diharapkan bisa menjembatani terhadap akibat negative yang
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
67
muncul. Kemudian Merton mengemukakan tipologi cara-cara adaptasi terhadap
situasi, yaitu konformitas, inovasi, ritualisme, pengasingan diri, dan
pemberontakan (keempat yang terakhir merupakan perilaku menyimpang).
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
68
II.1 SKEMA KERANGKA BERPIKIR
…………STRATEGI………………….................
Teori Perubahan Keluarga (William F.Ogburn): - Dampak Kebijakan Industrialisasi: spesialisasi
pekerjaan, pendidikan dan kesempatan kerja tinggi.
Keluarga Normal (suami dan istri tinggal seatap)
Keluarga Modern (suami dan istri tinggal terpisah/long distance marital in relationship)
Teori Adaptasi Robert K. Merton 1. Konformitas 2. Inovasi 3. Ritualisme 4. Pengasingan Diri 5. Pemberontakan
Teori Komunikasi Interpersonal Joseph A. DeVito:
1. Directness 2. Indirect Suggestion 3. Triangular Love 4. Keep in Touch
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
30
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI
II.1 Studi Terdahulu
Berbagai penelitian terdahulu telah banyak mengungkapkan tentang
permasalahan-permasalahan keluarga. Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian
terdahulu mengenai long distance pada pasangan suami istri: (1) Astie Alfiani
(2008): Strategi Komunikasi Pasangan Suami Istri Yang Menjalani Longdistance
Marital Relationship Pada Awal Perkawinan Kerangka teori yang digunakan teori
komunikasi interpersonal (De Vito). Penelitian ini hanya menekankan kepada
permasalahan komunikasi dan strategi komunikasi pasangan suami istri yang long
distance. (2) Santiani (2010): Topik-topik Yang Dibicarakan Oleh Pasangan
Suami Istri Yang Menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Kabupaten
Tulungagung Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi
interpersonal (De Vito). Penelitian ini hanya memfokuskan kepada topik yang
dibicarakan oleh pasangan suami istri yang long distance. (3) Fitri Rahmanjani
(2007): Pembagian Peran Pada Keluarga Tenaga Kerja Wanita (Studi Deskriptif
tentang Pembagian Peran Keluarga Yang Isterinya menjadi Tenaga Kerja Wanita
di Kecamatan Sumber Gempol, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Kerangka
teori yang digunakan adalah teori struktural fungsional (Talcott Parsons) dan teori
struktur sosial dan anomie (Robert K. Merton). Penelitian ini hanya melihat
pembagian fungsi peran yang dilakukan oleh isteri pada keluarga long distance di
mana istri bekerja sebagai TKW untuk menciptakan keutuhan keluarga.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
31
Penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian kali ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh para peneliti terdahulu yang membahas
tentang long distance yang ruang lingkupnya lebih banyak kepada lingkup studi
komunikasi meskipun dalam topik yang sama, yakni long distance pada pasangan
suami istri. Penelitian ini lebih memfokuskan kepada ruang lingkup kajian studi
sosiologi keluarga, yaitu meneliti mengenai cara penyesuaian pasangan suami istri
dalam menjalani pernikahan yang long distance untuk menjaga keutuhan dalam
hubungan rumah tangga yang dijalani bersama tersebut. Penelitian ini menjadi
sangat penting karena jika dilihat melaui kacamata sosiologi, tujuan keluarga
adalah mewujudkan kesejahteraan lahir (fisik, ekonomi) dan batin (sosial,
psikologi, spiritual, dan mental).
Studi tentang pasangan suami dan istri yang long distance dan proses
penyesuaian diri pada pasangan suami istri ketika long distance dalam
mempertahankan keutuhan rumah tangga diperlukan pembahasan mengenai
hakekat keluarga itu sendiri yang dipahami oleh pasangan suami istri pada era
transisi akibat perubahan sosial (industrialisasi), serta beberapa teori yang
dipandang mempunyai beberapa implikasi terhadap studi tersebut.
Studi keluarga menjadi menarik untuk dikaji karena secara sosiologis
keluarga merupakan kelompok sosial yang khas dan unik. Berbeda dengan grup
atau kelompok sosial lainnya keluarga merupakan organisasi yang didasarkan
pada:
a. Hubungan darah,
b. Intergenerasi,
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
32
c. Anggotanya dihubungakan secara biologis/keturunan dan affinal (hukum
perkawinan),
d. Aspek biologis dan affinal menghubungkan dengan keluarga yang lebih luas.
Secara umum yang membedakan dengan organisasi sosial dan kelompok
sosial adalah derajat hubungannya. Keluarga memiliki keintiman hubungan yang
tidak terdapat pada hubungan sosial lainnya. Berbicara keluarga juga
membicarakan kelembagaan (norma budaya).
Melihat fenomena keluarga bisa dikaji berdasarkan level analisisnya,
yakni makroskopik maupun mikroskopik (White dan Klein: 1996). Secara
makroskopik dapat dilihat:
a. Hubungan keluarga dengan institusi yang lebih luas.
b. Membandingkan keluarga dengan beragam budaya.
c. Struktur keluarga dari masa ke masa (periode sejarah).
Secara mikroskopik dapat dillihat:
a. Individu anggota keluarga.
b. Hubungan personal antar anggota keluarga.
c. Keluarga dalam suatu budaya atau masyarakat.
d. Keluarga dalam episode sejarah.
e. Beberapa kombinasi dari hal-hal tersebut.
Studi tentang keluarga perkotaan (urban family) mulai menarik perhatian
para sosiolog sejak pertengahan abad 19. Ada beberapa sebab yang mendorong
perkembangan tersebut. Dorongan utama terletak pada perkembangan kehidupan
sosial, baik di Eropa maupun Amerika yang sangan dipengaruhi oleh perubahan-
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
33
perubahan besar dengan pertumbuhan industri modern. Pada saat itu proses
industrialisasi dan urbanisasi berlangsung sangat cepat. Sistem kelas sosial masih
berperan, sementara struktur sosial yang baru mulai berkembang. Hubungan-
hubungan keluarga sangat berpengaruh terhadap keadaan ini. Hak, kewajiban dan
tanggung jawab individu terhadap keluarga dan masyarakat, terutama masyarakat
yang mendasarkan ikatannya kepada hubungan-hubungan primer, mulai
dipertanyakan dan tertantang, demikian pula sebaliknya kekuasaan dengan
pranata pemerintah dan gereja pada saat itu. Walaupun keluarga masih tetap
merupakan pranata yang kuat, tetapi sebagian kekuasaannya atas anggotanya telah
diambil alih oleh Negara dan gereja. Dalam keluarga tipe ketiga, kekuasaan
keluarga sudah sangat terbatas karena makin kuatnya kekuasaan Negara dan
makin berkembangnya falsafah individualisme. Proses perubahan ini terulang
terus pada setiap fase sejarah yang dimulai dari fase Yunani, fase Romania, fase
modern dan fase yang akan datang (future), dan mungkin karena itu orang
menyebut teori ini sebagai siklus (cyclical theory).
Keluarga tidak bisa dimengerti secara terpisah dari masyarakat. Institusi
itu terintegrasi ke dalam masyarakat dan kebudayaan di mana individu berada.
Apa yang terjadi dalam keluarga sangat bergantung kepada aspek-aspek lain
kehidupan masyarakat. Pola hidup keluarga berbeda menurut faktor-faktor
tertentu seperti tempat tinggal (Kota atau desa), etnik dan budaya, serta latar
belakang dan pengalaman historis.
Keluarga sebagai institusi selalu berhubungan dengan institusi-istitusi lain
dalam masyarakat, seperti institusi ekonomi, politik, agama, dan pendidikan.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
34
Sebagai satu institusi, keluarga juga harus mampu beradaptasi. Mampu
menyesuaikan diri dengan situasi masyarakat yang lebih luas. Karena bersifat
dinamis, keluarga selalu bergerak dalam konteks yang selalu berubah. Hubungan
keluarga mungkin saja bergeser sebagai akibat perubahan-perubahan dalam dunia
ekonomi, politik, dan sistem-sistem lain dalam masyarakat. Struktur dan kegiatan-
kegiatan dalam keluarga mungkin dimodifikasikan sesuai dengan kebutuhan-
kebutuhan situasi yang baru.
Di lain pihak, keluarga bukanlah merupakan suatu kekuatan yang pasif
begitu saja terhadap masyarakat. Keluarga dapat menjadi sumber perubahan sosial
yang secara serempak bisa menjadi penerima perubahan dan sekaligus katalisator.
Sementara nilai dan norma kehidupan keluarga berasal dan bergantung kepada
kebudayaan suatu masyarakat, tipe dan sistem keluarga serta praktek sosialisasi
dalam keluarga dapat membawa pengaruh yang besar untuk masyarakat. Hal ini
dikarenakan keluarga membentuk kepribadian dan watak generasi muda atau
anak-anak muda. Melalui proses sosialisasi, keluarga menanamkan nilai, sikap,
dan keterampilan dalam diri seorang anak yang pada gilirannya dapat
mempengaruhi aspek-aspek kehidupan lain di dalam masyarakat.
Hubungan antara keluarga dan institusi-institusi lainnya pada dasarnya
bersifat timbal balik. Perubahan dalam institusi keluarga mempengaruhi institusi-
institusi lain dan sebaliknya. Misalnya perubahan-perubahan struktural di dalam
masyarakat di mana kehidupan ekonomi sangat maju dan lapangan kerja sangat
banyak sehingga memungkinkan anggota keluarga memperoleh pekerjaan, hal ini
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
35
turut membawa perubahan dalam struktur keluarga. Di lain sisi, perubahan-
perubahan dalam masyarakat yang lebih luas.
Sementara keluarga merupakan satu institusi yang dapat menyesuaikan
diri, institusi yang sama juga bersifat konservatif. Dua tendensi ini seringkali
menimbulkan ketidakcocokan dan ketidakjelasan dalam nilai-nilai dan norma-
norma. Norma-norma yang lama dapat hidup berdampingan dengan norma-norma
yang baru. Nilai-nilai lama masih sangat dijunjung tinggi walaupun situasi nyata
menuntut perubahan yang secepatnya. Hal demikian tidak jarang menimbulkan
ketidakpastian, kebingungan, dan bahkan konflik. Tetapi apabila hal itu sampai
terjadi maka konflik itu biasanya terjadi secara diam-diam dan tersembunyi,
bukannya bersifat radikal dan mengganggu kestabilan keluarga.
Masyarakat dalam dunia maju dewasa ini sedang mengalami proses
modernisasi dan perubahan yang luar biasa. Gejala yang paling menonjol dari
modernisasi adalah urbanisasi dan industrialisasi. Beberapa aspek dari
modernisasi adalah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa
serta perkembangan dalam dunia transportasi, komunikasi, media massa, dan
media elektronik.
Urbanisasi diwujudkan oleh mengalirnya orang-orang desa ke Kota.
Pemusatan hidup di Kota disebabkan Kota telah menjadi pusat perdagangan dan
pabrik-pabrik. Kota adalah pusat industri dan ekonomi. Kota adalah juga sebagai
pusat rekreasi, kebudayaan, dan pendidikan. Itulah sebabnya kehidupan Kota telah
menarik orang dari segala lapisan dan golongan.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
36
Proses urbanisasi dan industrialisasi telah dimungkinkan oleh kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Jaringan transportasi yang luar biasa sebagai
akibat dari penemuan mobil, kereta apai, pesawat terbang, serta perkembangan
jalan raya dan rel-rel kereta api telah memudahkan perpindahan barang dan
manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain. Kemajuan media massa seperti
telepon, radio, televisi, dan film merupakan satu revolusi dalam komunikasi. Hal
itu juga membantu perkembangan pemasaran dan kegiatan ekonomi lainnya
melalui promosi dan iklan.
Raho (2003) akibat-akibat dari urbanisasi dan industrialisasi belum begitu
jelas. Tetapi perubahan-perubahan berikut ini seringkali dihubungkan dengan
urbanisasi dan industrialisasi.
1. Sikap-sikap yang lebih mendukung ibu dan istri yang bekerja. Pemindahan
fungsi produksi dari rumah ke pabrik telah memberi kesempatan baru kepada
pekerja-pekerja wanita. Terbukanya lapangan kerja, tingkat pendidikan yang
lebih tinggi, penurunan jumlah anak, dan adanya undang-undang yang
melindungi hak-hak kaum wanita telah menimbulkan sikap-sikap yang
mendukung ibu-ibu dan istri yang bekerja di luar rumah.
2. Struktur peranan keluarga yang berubah. Industrialisasi membuka banyak
lapangan kerja yang terbuka bagi setiap orang tanpa membedakan jenis
kelamin pria dan wanita. Kesempatan ini memberi peluang kepada istri atau
ibu untuk bekerja di luar rumah tangga. Keadaan demikian telah
mempengaruhi susunan peranan dalam keluarga. Pekerjaan istri di luar rumah
menyebabkan dia tidak bisa melaksanakan semua tugas sebagai istri atau ibu
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
37
sebagaimana biasanya. Akibatnya suami dan istri harus mengatur pembagian
kerja secara baru karena pembagian kerja yang bersifat tradisional tidak bisa
dilaksanakan lagi. Hubungan antara keduanya pun lebih bersifat sejajar
daripada hubungan suami istri di mana isri tidak bekerja.
3. Berkurangnya otoritas suami dan ayah. Industrialisasi telah memindahkan
pusat produksi dari rumah ke pabrik. Akibatnya, suami menghabiskan lebih
banyak waktunya di luar rumah. Karena itu, dia sulit sekali menggunakan
otoritas dan kewibawaannya karena ia sering tidak berada di rumah. Selain itu,
istri yang mempunyai pekerjaan semakin tidak bergantung kepada suami
secara ekonomis. Semua ini merupakan beberapa sebab dari sebab-sebab lain
yang telah mengurangi kekuasaan ayah dalam keluarga. Kalau sebelumnya
banyak keputusan dilakukan oleh suami menuntut ketaatan dari istri dan anak-
anaknya, maka dewasa ini keputusan harus dibuat bersama oleh suami dan
istri bahkan juga dengan anak-anak yang telah dewasa.
4. Berkurangnya pengaruh keluarga terhadap individu. Sebelumnya keluarga
merupakan pusat dari segala kegiatan. Keluarga menjalankan hampir semua
fungsi yang penting untuk kehidupan keluarga. Setiap anggota keluarga
dituntut untuk bekerja sama dan melaksanakan tugas-tugas yang telah
dipercayakan kepadanya masing-masing demi kelangsungan hidup keluarga.
Dewasa ini situasi sudah berubah. Banyak kegiatan terjadi di luar rumah.
Fungsi-fungsi yang sebelumnya dilakukan oleh keluarga telah diambil alih
oleh institusi-institusi lain. Hal ini telah turut mengurangi pengaruh keluarga
terhadap anak-anak. Dunia industri telah memberikan peluang kepada
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
38
individu untuk mengembangkan kemampuannya. Keberdikariannya secara
ekonomis juga membuat dia tidak perlu harus bergantung kepada orang tua.
Dia bisa mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan orang tua.
5. Munculnya norma dan tingkah laku yang lebih longgar. Para pengamat
masalah-masalah sosial telah mencatat bahwa kenakalan remaja di kota-kota
semakin meningkat. Masa remaja adalah satu tenggang waktu di mana
seorang individu tidak bisa dikategorikan ke dalam anak kecil lagi tetapi pada
waktu yang sama dia belum bisa melaksanakan peran-peran orang dewasa.
Pada masa ini, anak-anak remaja diliputi dengan kebingungan, ketidakpastian,
dan suka coba-coba. Persoalan ini menjadi lebih hebat di kota karena
anonimitas dan kehidupan yang tidak melihat individu sebagai pribadi
melainkan nomor-nomor (tenggelam dalam massa). Itulah sebabnya banyak
problem sosial terjadi di kota-kota. Keberadaan yang berjam-jam di luar
rumah telah mengurangi ikatan keluarga dan masyarakat yang biasanya sangat
kuat di desa-desa. Tekanan sosial yang biasanya menghindarkan orang orang
dari perbuatan yang menyimpang hampir tidak dapat ditemukan lagi di kota-
kota. Semua ini telah memberikan kepada generasi baru satu definisi baru
tentang tingkah laku yang baik.
II.2 Teori
II.2.1 Teori Perubahan Keluarga (William F.Ogburn)
Perhatian utama gerakan perubahan sosial tertuju pada studi tentang
keluarga pada konteks pertumbuhan arus urbanisasi dan industrialisasi. Tekanan
bergeser dari perkembangan teori-teori tentang sistem keluarga kepada studi
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
39
tentang keluarga itu sendiri dan para anggotanya dengan berbagai masalah yang
dipandang ada kaitannya, baik langsung maupun tidak langsung dengan pranata
perkotaan dan industrial.
Namun ada perbedaan yang besar antara penganut perubahan yang baru
saja diuraikan di atas, yaitu konservatisme dan radikalisme masing-masing dari Le
Play dan Engels, dengan pandangan perubahan sosial yang dipelopori oleh
Chicago School.
Para penganut perubahan sosial, yang dipelopori oleh Chicago School of
Sociology, berusaha memahami baik keluarga maupun dampak perkembangan
perkotaan dan industri pada keluarga agar dengan itu dapat mencari cara
menanggulangi masalah yang akan timbul serta juga dapat memperkuat pranata
keluarga.
Chicago School mempengaruhi timbulnya beberapa orientasi teoritis. Para
pengikut pandangan ini mengkaji secara teliti perbedaan antara peri kehidupan
pedesaan dengan peri kehidupan perkotaan. Pada dasarnya mereka cemas dan
karena itu secara emplisit bersikap tidak setuju dengan pola kehidupan perkotaan.
Mereka memperlihatkan bahwa peri kehidupan dengan pola tradisional ambruk
karena desakan pengaruh perkotaan. Salah satu tema yang ditampilkan oleh
ChicagoSchool adalah hilangnya fungsi keluarga sebagai akibat urbanisasi. Tokoh
yang terkenal mempelopori tema ini adalah William F. Ogburn (1886-1959).
Ambruknya kebudayaan tradisional menurut Ogburn berakibat munculnya tipe
kehidupan keluarga yang baru, yang lebih menekankan fungsi-fungsi kepribadian.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
40
Tema fungsi keluarga juga menjadi batu dasar utama analisis para penganut
fungsionalisme struktur (structure functionslism).
Teori Ogburn tentang perubahan sosial dan keluarga membawa pengaruh
penting atas studi sosiologi di Amerika, terutama sosiologi keluarga. Sumbangan
yang paling berharga kepada perkembangan sosiologi ialah usahanya untuk
membedakan kebudayaan material dan kebudayaan adaptif. Ia berpendapat bahwa
titik permulaan nyata dari gerak perubahan dapat dijumpai di dalam inovasi
material yang disertai dengan kebiasaan, kepercayaan dan falsafah yang cocok
dengan substruktur material itu. Adalah kenyataan bahwa kebudayaan material
(material culture: teknologi, industri mesin, transportasi, dan lain-lain), menurut
Ogburn untuk menggunakan asumsi tunggakan kebudayaan (cultural lag), yaitu
terjadinya perubahan di dalam kebudayaan material menyebabkan perubahan di
dalam kebudayaan adaptif yang dapat berakibat maladjustment social atau
ketidakmampuan menyesuaikan diri secara sosial yang berkelanjutan antara kedua
segi kebudayaan itu.
Yang menarik dari teori Ogburn bagi peminat sosiologi keluarga adalah
pendapatnya bahwa sistem keluarga berubah sebagai akibat perubahan teknologi.
Keluarga, dengan demikian, lalu dijadikan contoh dari kebudayaan adaptif
(adaptatif culture: nilai, ide, sikap, kebiasaan, dan lain-lain). Teori Ogburn ini
dituangkan di dalam buku yang ditulisnya bersama Meyer M. Nimkoff,
Technology and The Changing Family.
Para penganut interaksi simbolik menyetujui pandangan Ogburn tentang
keluarga bahwa pada keluarga yang modern kehilangan banyak fungsi. Namun
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
41
mereka yakin bahwa keluarga ini bergerak menuju kebahagiaan, yang akan
terwujud dalam interaksi yang berbentuk “saling memuaskan, saling pengertian,
simpatik, dan persahabatan dari anggota-anggotanya”. Pergeseran dari fungsi
keluarga, menurut Burgess dan Locke adalah dari Institution ke Companionships,
yaitu pergeseran dari suatu pranata yang terutama berfungsi mengemban mandat
masyarakat untuk mempersiapkan warga yang sadar akan peranan dan tanggung
jawabnya menjadi pranata yang sekedar kontrak di atara dua orang untuk saling
membahagiakan.
Di lain pihak, pendekatan fungsionalisme struktural berusaha memahami
perubahan-perubahan sosial dalam analisis-analisisnya. Namun karena
fungsionalisme struktural cenderung melihat masyarakat sebagai suatu organisasi
yang selalu berusaha keras menciptakan keseimbangan dalam dirinya, yang
dikenal dengan model equilibrium, maka usaha untuk menjelaskan perubahan
sosial tidak sepenuhnya tercapai.
Menurut Goode, perubahan ke arah industrialisasi dan perubahan keluarga
merupakan proses parallel, keduanya dipengaruhi oleh perubahan sosial dan
adicita-adicita perorangan (personal ideologies). Ada 3 adicita yang merupakan
sumber utama perubahan, yaitu adicita kemajuan ekonomi (ideology of economic
progress), adicita keluarga konjugal (ideology of conjugal family), dan adicita
persamaan derajat (ideology of egalitarian). Dari ketiga adicita tersebut, keluarga
konjugal merupakan yang paling radikal dan bersifat menghancurkan tradisi lama
dalam hampir semua masyarakat dan merupakan tradisi pendorong timbulnya
kelompok-kelompok radikal di setiap Negara yang berkembang. Ia juga menyebar
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
42
nilai-nilai kebebasan individu seperti kebebasan menentukan jodoh, kebebasan
memilih tempat tinggal baru setelah menikah yang biasanya dipandang tidak
menghormati norma-norma keluarga luas. Adicita keluarga konjugal juga lebih
menyukai pada kesejahteraan individu dan kurang memberi perhatian pada
kesinambungan dan kebesaran nama keluarga luas.
Goode mengakui bahwa tipe keluarga konjugal adalah yang paling cocok
(fit) dengan perkembangan industri, dalam pengertian bahwa sistem keluarga
konjugal paling menguntungkan perkembangan industri, namun sebaliknya
tidaklah demikian. Industri bukanlah yang paling menguntungkan bagi sistem
keluarga konjugal. Bahkan Goode menyebutkan bahwa putusnya hubungan
dengan sistem keluarga besar merupakan pengorbanan yang paling mahal yang
diberikan oleh keluarga terhadap pertumbuhan industri, karena ini berarti
putusnya hubungan-hubungan yang telah dibina turun temurun dalam kehidupan
keluarga tradisional. Oleh sebab itu, bagi Goode, industrialisasi dianggap sebagai
faktor paling kritis dalam proses perubahan kompleks yang sedang terjadi.
Tamara K. Haveren dalam studinya di Manchester menemukan bahwa
keluarga luas ikut memberi dorongan dan ikut memberi arah pada pola-pola
adaptasi anggotanya terhadap kondisi yang baru.
Demikian juga mengenai teori bahwa keluarga konjugal lebih sesuai
dengan dinamika masyarakat industri ternyata tidak sepenuhnya dapat
dipertahankan karena tipe keluarga seperti itu tidak fungsional. Yang fungsional
adalah tipe keluarga luas yang sudah tersesuaikan (modified extended family).
Mereka memperoleh bukti bahwa tipe keluarga luas terdapat juga di pusat-pusat
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
43
perkotaan, tetapi tipe keluarga luas ini memang berbeda dengan tipe keluarga luas
tradisional. Perbedaan itu diungkapkan oleh Litwak dalam penelitiannya (1959-
1960 dan 1960a), yaitu keluarga luas perkotaan itu tanpa pimpinan otoritas dan
juga tidak dibatasi oleh jarak geografis maupun perbedaan lapangan pekerjaan.
Ikatan-ikatan kekerabatan perkotaan ini, menurut mereka, lepas dari pengamatan
Wirth dan Parsons karena kelemahan pendekatan yang mereka pergunakan, yaitu
pendekatan tipologi. Pendekatan ini terlalu menyederhanakan gejala sosial yang
diamatinya yang menyebabkan banyak hal yang penting luput dari perhatian
peneliti. Selain itu, mereka juga menemukan bahwa kedua tokoh tersebut
mengabaikan pengaruh yang disebabkan oleh perbedaan pengalaman sosialisasi,
yang disebutnya juga sebagai transformasi identitas. Karena itu, Key
berangggapan bahwa disintegrasi keluarga luas terutama akan dialami oleh
kelompok-kelompok imigran yang datang ke Amerika pada saat urbanisasi sedang
berlangsung dan pada saat mereka belum berhasil mengkonsolidasikan
keluarganya. (Ihromi, 1999:21).
Akibatnya terjadi konflik peran; dalam keluarga pola peran tradisional
masih membekas kuat, muncul peran baru yang tidak konsisten dengannya.
Banyak suami berkeberatan terhadap penerimaan hak oleh istri mereka dalam
bidang-bidang yang dianggap merupakan hak mereka sendiri. Konflik peran
sering berasal dari istri yang bekerja dan berpenghasilan. Masalah yang
berhubungan dengan peran ini mungkin tergantung terutama pada sikap sang
suami. Jika dia dapat menerima pekerja istrinya dengan pengertian, masalah
penyesuaian dapat diperkecil. Jika dia tetap berkeberatan terhadap peran ini,
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
44
masalah akan bertambah besar. Sang suami percaya bahwa urusan dapur
merupakan hak istri, dan tidak akan meluas menjadi pengambilan keputusan
pokok dalam keluarga. Apabila peran tersebut bertentangan terus menerus, maka
cenderung terjadi disorganisasi keluarga.
Secara umum saat ini di era globalisasi dan modernisasi kondisi keluarga
atau struktur keluarga yang berhubungan dengan peran mulai berubah karena
masyarakat saat ini makin kompleks. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa sebab
antara lain:
1. Pergeseran dari extended family menjadi nuclear family karena anggotanya
semakin menurun.
2. Single parent meningkat karena adanya perceraian
3. Orang tua tanpa menikah meningkat karena kumpul kebo.
4. Rumah tangga yang sendiri atau mandiri meningkat, misalnya longdistance
pada pasangan suami istri yang bermigrasi.
5. Adanya pekerjaan perempuan di luar keluarga sehingga pembagian kerja
dalam rumah tangga berubah
6. Status perceraian relatif biasa.
Salah satu cara berfikir mengenai alasan mengapa terjadi perubahan sosial
dan transformasi sosial adalah menyatakan bahwa suatu masyarakat dan masing-
masing bagiannya mempunyai kebutuhan untuk menyesuaikan dengan lingkungan
sosial dan lingkungan fisik mereka, atau lebih tepatnya menyesuaikan dengan
perubahan yang relevan di dalam lingkungan keluarga.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
45
Kehidupan keluarga dapat berubah, tetapi keluarga akan terus ada. Sebab
keluarga adalah sebagai satuan sosio-biologis yang diikat oleh rasa asih
(affection), asuh (care), tolong menolong (support), dan pembagian kerja di antara
anggotanya, menduduki posisi yang strategis untuk menciptakan “learning
environment” yang positif bagi tumbuh kembang anak dengan sejumlah fungsi
yang diembannya seperti yang dikatakan Wolfendale dalam Moelyarto (1986)
bahwa fungsi itu meliputi :
1. Mencukupi kebutuhan primer (sandang, pangan, papan),
2. Memberi dukungan emosional (mencukupi kebutuhan sekunder),
3. Menciptakan kondisi,
4. Menciptakan lingkungan,
5. Memberikan kerangka referensi untuk melakukan eksplorasi di luar rumah,
6. Memberi perlindungan,
7. Memberi kesempatan dan pengarahan bagi tumbuhnya fungsi mandiri dan
pengorganisasian diri,
8. Berfungsi sebagai model,
9. Mewariskan norma-norma sosial,
10. Bertindak sebagai transmitter pengetahuan dan informasi tentang realita dan
11. Berfungsi sebagai arbritase.
Talcott Parsons dan R.F Bales dengan pendekatan Struktural
Fungsionalnya berpendapat, dalam zaman modern fungsi keluarga terutama dalam
sosialisasi anak dan tension management untuk masing-masing anggota keluarga
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
46
justru semakin penting. Pada dasarnya pasangan suami istri pasti menginginkan
rumah tangganya selalu harmonis.
II.2.2 Teori Struktur Sosial dan Anomie Robert K. Merton
Merton menjelaskan bahwa analisis struktural fungsional memusatkan
perhatian pada kelompok, organisasi, masyarakat, dan kultur. Ia menyatakan
bahwa setiap objek yang dapat dijadikan sasaran analisis struktural fungsional
tentu mencerminkan hal yang standar (artinya terpola dan berulang) (Merton,
1949/1968:104). Di dalam pikiran Merton, sasaran studi struktural fungsional
antara lain adalah: peran sosial, pola institusional, proses sosial, pola kultur, emosi
yang terpola secara kultural, norma sosial, organisasi kelompok, struktur sosial,
perlengkapan untuk pengendalian sosial, dan sebagainya (Merton,
1949/1968:104)
Fungsionalis struktural awal memusatkan perhatian pada fungsi satu
struktur sosial atau pada fungsi satu institusi sosial tertentu saja. Menurut
pengamatan Merton, para analis cenderung mencampuradukkan motif subjektif
individual dengan fungsi struktur atau institusi. Perhatian analisis struktur
fungsional mestinya lebih dipusatkan pada fungsi sosial ketimbang pada motif
individual. Menurut Merton, fungsi didefinisikan sebagai “konsekuensi-
konsekuensi yang dapat diamati yang menimbulkan adaptasi atau penyesuaian
dari sistem tertentu” (1949/1968:105). Tetapi, jelas ada bias ideologis apabila
orang hanya memusatkan perhatian pada adaptasi atau penyesuaian diri, karena
adaptasi dan penyesuaian diri selalu mempunyai akibat positif. Perlu diperhatikan
bahwa satu faktor sosial dapat mempunyai akibat negative terhadap fakta sosial
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
47
lain. Untuk meralat kelalaian serius dalam fungsionalisme struktural awal ini,
Merton mengembangkan gagasan tentang disfungsi. Sebagaimana struktur atau
institusi dapat menyumbang pemeliharaan bagian-bagian lain dari sistem sosial,
struktur, atau institusi pun dapat menimbulkan akibat negative terhadap sistem
sosial.
Merton juga mengemukakan konsep nonfunctions yang didefinisikannya
sebagai akibat-akibat yang sama sekali tidak relevan dengan sistem yang sedang
diperhatikan. Dalam hal ini termasuk bentuk-bentuk sosial yang “bertahan hidup”
sejak zaman sejarah kuno. Meski mempunyai akibat positif atau negative di masa
lalu, namun bentuk sosial itu tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
masyarakat kini. Apakah fungsi positif lebih banyak daripada disfungsi atau
sebaliknya? Untuk membantu menjawab pertanyaan itu, Merton mengembangkan
konsep “keseimbangan bersih” (net balance).
Dalam sumbangannya terhadap teori struktural fungsional, Merton tertarik
untuk menganalisis mengenai hubungan antara kultur, struktur, dan anomie.
Kultur menurut Merton didefinisikan sebagai seperangkat nilai normative yang
terorganisir, yang menentukan perilaku bersama anggota masyarakat atau anggota
kelompok. Sedangkan struktur sosial didefinisikan sebagai cara melibatkan
anggota masyarakat atau kelompok di dalamnya. Anomie diartikan sebagai
keadaan yang terjadi apabila terdapat ketidaksesuaian antara norma kultural dan
tujuan dengan kapasitas yang terstruktur secara sosial dari anggota kelompok
untuk bertindak sesuai dengan nilai kultural (Ritzer, 2004:142).
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
48
Dalam sebuah keluarga terdapat seperangkat nilai normative yang dapat
dilihat melalui konsep peranan. Peranan dalam keluarga dapat diinternalisasi oleh
seluruh anggota keluarga melalui proses yang disebut dengan sosialisasi.
Sosialisasi atau disebut dengan proses belajar merupakan proses yang membantu
individu melalui proses belajar dan adaptasi/penyesuaian diri mengenai cara hidup
dan cara berpikir dari kelompok. Definisi lain mengenai apa itu sosialisasi adalah
proses yang harus dilalui manusia untuk memperoleh nilai-nilai dan pengetahuan
mengenai kelompoknya dan belajar mengenai peran sosialnya yang cocok dengan
kedudukannya di situ (Goode, 2002:20).
Proses sosialisasi terhadap seorang anak dapat dimulai dengan proses
imitasi atau peniruan, dimana anak akan meniru segala hal tingkah laku yang
dilihatnya dari ayah dan juga ibunya. Proses ini merupakan tahap awal seorang
anak menerima nilai-nilai normative yang ada dalam keluarga. Tetapi karena
keluarga merupakan institusi yang pertama kali memberikan sosialisasi kepada
individu maka keluarga secara tidak langsung juga mempunyai andil terhadap
penyimpangan atau perilaku negative yang mungkin diadopsi oleh anak ke dalam
masyarakat. Dalam tingkatan yang lebih jauh, setiap anggota keluarga kemudian
akan memperoleh pengetahuan mengenai keluarganya secara utuh, diantaranya
yakni tentang cara pemenuhan kebutuhan dan menyesuaikan diri (adaptasi)
dengan lingkungan sekitar. Keluarga diharapkan dapat menurunkan pengetahuan-
pengetahuan mengenai peranan setiap anggota keluarga dan bagaimana setiap
anggota keluarga dapat menjalankan peranannya sesuai dengan kedudukannya di
dalam keluarga. Sebuah kewajiban yang mutlak harus dipahami oleh sebuah
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
49
keluarga adalah dengan adanya kemampuan keluarga untuk menjadi media yang
berperan aktif dalam proses sosialisasi terhadap anggotanya sehingga dapat
selaras dengan nila-nilai kultural yang ada dalam masyarakat. Dengan demikian,
keluarga tidak akan menjadi suatu institusi yang nonfunctions bagi anggotanya.
Analisis struktur fungsional dari Merton lebih bisa dipusatkan kepada
fungsi sosial, dimana fungsi di sini diartikan sebagai segala konsekuensi yang
dapat diamati dan menimbulkan adaptasi dari suatu sistem. Misalnya dalam
struktur keluarga dimana terkadang mempunyai akibat yang negative terhadap
eksistensi dari sistem (keluarga) secara keseluruhan. Dalam keluarga besar yang
terdiri dari suami, istri, anak-anak, dan juga saudara lain akan dimungkinkan
mempunyai ketidakcocokan diri bagi keluarga sangat diharapkan bisa
menjembatani terhadap akibat negative yang muncul.
Dalam sejarah kehidupan manusia akan dikenal istilah dinamika hidup,
yakni segala sesuatu hal dalam hidup manusia yang sifatnya selalu mengalami
perubahan. Sebab-sebab terjadinya perubahan pada manusia tentu akan berbeda
satu sama lain, oleh karena itu besaran perubahan dan lama perubahan yang
dialami oleh seseorang juga akan berbeda satu sama lain. Dalam lingkup keluarga,
perubahan atau dinamika juga dapat terjadi.besaran dan waktu perubahanpun juga
akan berbeda untuk masing-masing keluarga.
Dinamika dalam hidup bisa dipengaruhi oleh lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial dimana individu tesebut berada. Lingkungan fisik dalam hal ini
adalah keluarga. Masing-masing anggota keluarga yang ada harus mampu saling
menyesuaikan diri dengan anggota keluarga lain sehingga konflik yang terjadi
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
50
diantara anggota keluarga dapat diminimalisir sedemikian rupa. Sedangkan untuk
lingkungan sosial, dapat disebut dengan masyarakat. Keluarga sebagai subsistem
masyarakat diharapkan juga dapat menyesuaikan diri, yakni dengan berusaha
menyelaraskan setiap nilai-nilai dan norma-norma dalam keluarga dengan nilai
dan norma dalam masyarakat. Proses penyesuaian diri merupakan reaksi terhadap
tuntutan pada diri seseorang. Menurut Vembriarto, tuntutan-tuntutan dapat
digolongkan menjadi tuntutan internal dan tuntutan eksternal (Khairuddin,
2002:68). Yang dimaksud dengan tuntutan internal adalah segala sesuatu yang
berasal dari dalam individu itu sendiri, misalnya karena adanya perasaan cinta
maupun sayang. Seseorang yang mau menyesuaikan diri dengan lingkungannya
karena adanya tuntutan internal umumnya adalah karena rasa cinta atau rasa
sayang mereka terhadap seseorang ataupun sekelompok orang (keluarga) sehingga
dengan rasa sayang dan cinta tersebut menyebabkan mereka secara sukarela
menyesuaikan diri, seperti pada pasangan suami istri yang menjalani pernikahan
long distance. Sedangkan tuntutan eksternal merupakan tuntutan yang bukan
berasal dari individu, melainkan dari lingkungan luar seperti masyarakat. Pada
masyarakat yang modern sekalipun, seperti yang diungkapkan oleh Durkheim,
masih memperlihatkan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dan tumbuh
berkembang di dalam lingkungan yang mereka tempati. Untuk itulah keluarga
yang hidup di tengah-tengah masyarakat harus dapat menyesuaikan diri. Proses
penyesuaian sendiri dapat dipandang dari dua sudut, yaitu:
1. Kualitas atau efisiensinya
2. Proses berlangsungnya
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
51
Proses penyesuaian yang dipandang berdasarkan kualitas, berarti yang
menjadi kriteria penilaian adaptasi adalah berhasil tidaknya dan efisien atau
tidaknya penyesuaian yang dilakukan. Untuk melihat berhasil tidaknya atau
efisien tidaknya adaptasi, menurut Vembriarto terdapat empat kriteria yang dapat
digunakan yaitu:
1. Kepuasaan psikis: penyesuaian diri yang berhasil akan menimbulkan kepuasan
psikis, sedangkan yang gagal akan menimbulkan rasa tidak puas yang
menjelma dalam perasaan kecewa, gelisah, lesu, depresi dan lain-lain
sebagainya.
2. Efisiensi kerja: penyesuaian diri yang berhasil akan tampak dalam
kerja/kegiatan yang tidak efisien.
3. Gejala-gejala fisik: penyesuaian diri yang gagal akan tampak dalam gejala-
gejala fisik seperti: pusing kepala, sakit perut, gangguan pencernaan, diare,
dan lain sebagainya.
4. Penerimaan sosial: penyesaian diri yang berhasil akan menimbulkan reaksi
setuju dari masyarakat, sedangkan yang gagal akan mendapatkan reaksi tidak
setuju oleh masyarakat.
Robert K. Merton mencoba menjelaskan penyimpangan melalui struktur
sosial. Menurut teori ini, struktur sosial bukan hanya menghasilkan perilaku yang
konformis saja, tetapi juga menghasilkan perilaku menyimpang. Merton
mengemukakan tipologi cara-cara adaptasi terhadap situasi, yaitu konformitas,
inovasi, ritualisme, pengasingan diri, dan pemberontakan (keempat yang terakhir
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
52
merupakan perilaku menyimpang). Merton mengidentifikasi lima tipe cara
adaptasi, empat diantaranya merupakan perilaku menyimpang, yaitu:
1. Komformitas, ini merupakan perilaku yang mengikuti tujuan dan cara yang
ditentukan masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut (cara konvensional dan
melembaga).
2. Inovasi, merupakan perilaku mengikuti tujuan yang ditentukan masyarakat,
tetapi memakai cara yang dilarang oleh masyarakat (termasuk tindak
kriminal).
3. Ritualisme adalah perilaku seseorang yang telah meninggalkan tujuan budaya.
Namun masih tetap berpegangan pada cara-cara yang telah digariskan
masyarakat, dalam arti ritual atau upacara dan perayaan masih
diselenggarakan tapi maknanya telah hilang.
4. Pengunduran/Pengasingan Diri, Meninggalkan, baik tujuan konvensional
maupun cara pencapaiannya yang konvensional. Dalam pengasingan diri juga
terdapat Retritsm. Orang yang menjalankan retritism adalah Anomi (tidak
punya nilai).
5. Pemberontakan (Rebellion), Penarikan diri dari tujuan dan cara-cara
konvensional yang disertai dengan upaya untuk melembagakan tujuan dan
cara baru.
II.2.3 Teori Komunikasi Interpersonal Joseph A. DeVito
II.2.3.1 Interpersonal Communications
Komunikasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi
manusia. Bahkan, bisa dikatakan bahwa komunikasi merupakan jiwa dari suatu
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
53
kehidupan (DeVito, 1994:47). Setiap manusia tentu memiliki keinginan untuk
menjalin suatu hubungan. Salah satu kontributor yang memiliki peran sangat
penting bagi kebahagiaan hidup manusia adalah terjalinnya suatu hubungan antar
individu atau relationships.
Lebih lanjut, Huston dan Schwartz dalam DeVito, mengemukakan bahwa
pentingnya kebutuhan akan komunikasi terjadi pada semua manusia, baik laki-laki
maupun perempuan, tua ataupun muda, atau bahkan bagi kaum homoseksual
maupun heteroseksual (DeVito, 2004:53).
Hubungan antar personal merupakan jenis hubungan yang unik, karena
dimulai dari proses yang bersifat psikologis, yang selalu menyebabkan
keterpengaruhan yang diakibatkan dari pesan seseorang diterima secara langsung
baik secara verbal maupun non-verbal, sehingga pesan-pesan yang disampaikan
oleh komunikator dapat berdampak positif atau negative (Liliweri, 1997:12). Bila
pesan tidak dipahami oleh komunikan, maka komunikator akan memberi
kesempatan yang seluas-luasnya kepada komunikan untuk bertanya secara
langsung.
Suatu hubungan dikatakan sebagai interpersonal relationships bila
memiliki tahap atau jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Tahap Perkenalan, dimana kedua individu hanya berkomunikasi sebatas pada
pertukaran informasi.
2. Hubungan Persahabatan, dimana kedua pribadi membagikan pengalaman agar
kedua belah pihak sama-sama puas dan sukses, menunjukkan dukungan
emosional, sukarela membantu kalau diperlukan pihak lain, berusaha
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
54
membuat sahabat menjadi tenang dan senang, serta membantu bila sahabat
mengalami kesusahan.
3. Tahap keakraban/keintiman, dimana hubungan yang semakin dalam akibat
terjadi secara berulang-ulang dengan derajat kebebasan dan keterbukaan yang
tinggi, serta memiliki banyak kesamaan. Pada tahap ini juga menumbuhkan
rasa cinta yang dapat menentukan relasi selanjutnya, yaitu hubungan
percintaan.
4. Hubungan suami dan istri, dimana sebagai hubungan kelanjutan dari tahap
keakraban/keintiman.
5. Hubungan orangtua dan anak, dimana sebagai perkembangan dari hubungan
suami dan istri dengan munculnya anak-anak.
6. Hubungan persaudaraan, dimana hubungan antara anak dengan anak (Liliweri,
1997:54).
Dalam membangun sebuah hubungan, terdapat 6 tahap, yaitu:
1. Contact, tahap ketika individu mengenal partnernya secara perceptual dengan
melihat gambaran fisik yang kemudian diikuti dengan tukar menukar
informasi personal dengan saling berkomunikasi dan berinteraksi.
2. Involvement, tahap ketika individu mulai menguji dan mencoba untuk belajar
atau mengetahui partnernya secara lebih jauh. Hal ini ditandai dengan menguji
perkiraan individu dengan realitas dalam diri partner (testing) serta
mengintensifkan interaksi dengan mulai membuka diri (intensifying).
3. Intimacy, tahap ketika individu mulai memutuskan untuk berkomitmen dan
menjaga hubungan yang telah dibangun. Hal ini ditandai ketika individu mulai
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
55
jujur dan terbuka kepada pasangannya, sehingga kepuasan terhadap hubungan
pun semakin meningkatkan.
4. Deterioration, tahap dimana ikatan antar individu dalam hubungan tersebut
melemah. Hal ini ditandai dengan munculnya ketidakpuasan terhadap relasi
yang dibangun yang mendorong salah satu pihak menarik diri dari hubungan
tersebut. Hal ini akan terjadi ketika tahap intimacy tidak mampu dijaga dan
dipertahankan.
5. Repair, tahap ketika kedua individu menganalisa masalah yang timbul dalam
hubungan dan mencoba mencari jalan keluarnya.
6. Dissolution, tahap dimana ikatan antar individu rusak atau terputus yang
menandai berakhirnya hubungan yang telah dibangun (Liliweri, 1997:236-
244).
II.2.3.2 Marriage Relationships
Keberadaan suami istri mempunyai arti penting pada suatu keluarga.
Ikatan suami istri ini menjadi unsur utama dalam pembentukan kehidupan
keluarga, dimana diawali dengan suatu perkawinan (DeVito, 2004:21).
Perkawinan sendiri adalah ikatan suci antara seorang pria dan seorang wanita
yang bersatu membentuk kehidupan baru. Sejak kedua individu ini bersepakat
untuk menikah dalam ikatan suci yang sah secara sosial dan agama, kedua
individu telah sepakat untuk menjalani kehidupan dengan peran yang baru.
Mereka bukan lagi sebagai individu yang bebas dan tunggal, tetapi sebagai
individu yang terikat satu sama lain.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
56
Lembaga perkawinan itu permanen dan merupakan kelompok yang
eksklusif dari hidup dua orang dewasa yang berlawanan jenis kelamin (Mappiare.
1983:1). Dalam perkawinan, keduanya setuju untuk membagi hidup bersama
menghadapi keadaan susah maupun senang, menyesuaikan diri satu sama lain,
membina cita-cita dan tujuan hidup bersama, menuju pada kebahagiaan.
Ketika individu baik laki-laki dan perempuan tersebut melakukan
perkawinan berarti memasuki fase berbeda dari sebelumnya, dari masa sebagai
anak dalam keluarga, berkembang menjadi individu dewasa untuk memulai
kehidupan baru (Mappiare, 1983:20). Sehingga, untuk sesuai dengan pola
kehidupan dan harapan sosial baru, peran individu dewasa diharapkan dapat
memainkan peran-peran baru dalam hal sebagai suami istri, orangtua, dan
pemimpin rumah tangga, serta mengembangkan sikap, minat, serta nilai-nilai
dalam memelihara peran-peran tersebut.
Kehidupan keluarga sebagai salah satu diantara berbagai aspek pada
individu dewasa, mempunyai berbagai liku yang meliputi: persiapan hidup
berkeluarga, cinta dalam menghadapi hidup berkeluarga, dasar-dasar yang
memperkokoh rumah tangga, termasuk penyesuaian hidup berdua dalam
perkawinan dan status sebagai orang tua (Mappiare, 1983:21). Sejalan dengan itu,
kebutuhan utama dan terkuat untuk berkeluarga dan menjalin ikatan perkawinan
bagi individu dewasa adalah keharmonisan, kebahagiaan, dan kelestarian dalam
kehidupan perkawinan akan memiliki impian dan harapan untuk menjadikan
perkawinan mereka harmonis, bahagia, dan lestari.
“…ketika seseorang memutuskan untuk menikah, maka individu tersebut tidak
hanya menikah dengan pasangannya saja, akan tetapi juga menikah dengan
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
57
keluarga pasangan. Suami istri harus bisa menyesuaikan diri dengan keluarga
pasangan agar tidak terjadi ketegangan dalam hubungan…” (Sadli, 1991:293).
Jadi, ikatan suami istri ini pada intinya menyatukan dua pribadi yang
masing-masing memiliki sejarahnya sendiri, dimana akan mendasari
pembentukan dan kelangsungan keluarga baru. Suatu perkawinan dengan
demikian, merupakan perpaduan antara dua pola budaya keluarga yang bersumber
dari dua keluarga asal mereka.
Yang dimaksud dengan pola budaya keluarga disini, yaitu aturan, didikan,
kebiasaan, keyakinan, serta nilai-nilai yang berlaku dalam suatu keluarga, yang
seringkali sangat jauh berbeda, entah itu dipengaruhi dari latar belakang keluarga,
lingkungan tempat tinggal maupun pengalaman pribadinya selama ini. Semua itu
tentu saja membentuk karakter dan sikap yang dibawa oleh masing-masing
pribadi dalam menghadapi masalah kesehariannya.
Semakin banyak “kesamaan” yang dimiliki oleh suami istri, maka akan
membuat semakin akrab. Keakraban yang dibina secara terus menerus akan dapat
mengatasi permasalahan yang sekecil apapun, karena keduanya dapat
mengkomunikasikan segala sesuatunya dengan baik (DeVito, 1994:49). Agar
tujuan perkawinan dapat tercapai, maka dibutuhkan kerjasama, komitmen, serta
komunikasi untuk mengekspresikan rasa cinta, memperkuat kesetiaan,
menciptakan keutuhan keluarga, serta mendiskusikan bersama apa saja yang
menjadi impian-impian dan harapan-harapan suami istri dalam perkawinan
sebagai suatu hal yang tidak boleh dilupakan agar perkawinan mereka dapat
berhasil.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
58
Marriage relationships dapat diartikan sebagai sebuah hubungan yang
sepakat untuk saling menjadi yang utama dalam melanjutkan bagian hidup satu
sama lain, dengan kata lain “i-thou-bonds” (Wood, 2004:294). Maksudnya,
ikatan yang memperlakukan orang lain, seperti memperlakukan diri sendiri sangat
dominan. Seseorang secara sukarela memilih pasangannya dan menerimanya
sebagai individu yang unik yang tidak dapat tergantikan oleh orang lain. Marriage
relationships juga melibatkan romantisme dan perasaan seksual.
Menurut Cuber dan Harroff dalam Wood, mengidentifikasikan bahwa
terdapat 5 perbedaan dalam tipe-tipe pernikahan (marital types), yaitu:
1. Vital marriage: pada tipe ini suami istri sangat dekat secara emosional dan
mereka ingin sedekat mungkin secara fisik.
2. Total marriage: tipe ini hampir sama dengan vital marriage, kecuali bahwa
pasangannya tidak terlalu bersama-sama secara bertahap.
3. Passive-Congenial Marriage: pada tipe ini pasangan bersikap sopan dan
mereka berinteraksi, tapi mereka secara khusus melakukan perjanjian dengan
superficial matters.
4. Devitalized Marriage: pasangan pada tipe ini bukan tidak menyukai satu sama
lain, namun mereka hanya bosan dengan satu sama lain dalam hubungan.
5. Conflict-habituated Marriage: pasangan pada tipe ini tidak rukun (Wood,
2004:310).
II.2.3.3 Communication in Marriage
Walaupun pernikahan memiliki tipe yang berbeda-beda, namun mereka
memiliki base of satisfaction yang mirip. Menurut Clifford Notarius dalam Wood,
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
59
mengidentifikasi bahwa terdapat 3 elemen kunci yang mempengaruhi kepuasan
dalam pernikahan, antara lain:
1. By words: komunikasi mempengaruhi self-esteem dan perasaan suami istri
dalam sebuah hubungan. Pasangan yang bahagia cenderung berkomunikasi
untuk mendukung, menyetujui, memahami, dan tertarik satu sama lain
daripada pasangan yang kurang bahagia. Sebaliknya pada pasangan yang
kurang bahagia cenderung berkomunikasi untuk mengkritik, pernyataan
negative, mindreading, dan egocentric communication, dimana mereka tidak
mempercayai dual perspective.
2. By Thoughts: pernikahan pasangan saling menentukan emosi dan perkataan
dalam sebuah pernikahan. Dalam memuaskan pernikahan, pasangan
cenderung untuk saling bersifat baik dalam perkataan maupun perbuatan, agar
berlangsung lama harus ada kestabilan antara kualitas internal dengan kontrol
individu.
3. By Emotions: emosi dipengaruhi oleh perkataan dan pemikiran. Emosi adalah
bentuk dan suasana kebatinan individu yang dinyatakan dalam perilaku yang
menyimpang dari perilaku yang biasa ditampilkan. Sedangkan, perasaan
dipengaruhi oleh apa yang kita katakan pada orang lain dan apa yang kita
komunikasikan pada diri sendiri melalui self-talk (Wood, 2004:310-311).
Dapat dinamakan sebagai long distance marital in relationships, jika
pasangan suami istri tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Tidak dapat selalu bersama, karena dipisahkan oleh jarak dan tidak
dimungkinkan bertemu setiap saat ketika ingin bertemu.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
60
b. Bertempat tinggal secara terpisah, akibat aktivitas yang dilakukan oleh
masing-masing pasangan, misalnya menjalankan tugas kemiliteran atau
penugasan kerja (Dinas).
c. Memiliki keinginan untuk dapat bersama, terbatasnya waktu dan jarak
geografis menjadikan pasangan ini memiliki keinginan lebih besar untuk
bertemu dan melihat langsung pasangannya, jika dibandingkan dengan
pasangan jarak geografis yang dekat.
d. Tidak dapat berjumpa untuk waktu yang terhitung lama, hal ini dipengaruhi
oleh waktu liburan atau cuti yang diijinkan oleh pihak universitas atau
perusahaan atau Negara (bagi mereka yang bekerja sebagai angkatan laut atau
polisi).
e. Waktu untuk bersama terbatas, sehingga pasangan ini sering melakukan
aktivitas atau momen yang spesial demi memuaskan pasangan dan dirinya,
karena keterbatasan kesempatan untuk bertemu.
f. Terpisah secara geografis (Kota, pulau, Negara) hingga mencapai puluhan
kilometer atau ratusan kilometer (antar Kota dalam pulau) serta bahkan
mencapai ribuan kilometer (antar pulau dalam Negara) (Gunarsa, 1993: 26).
Untuk menjaga keharmonisan rumah tangga yang tinggal berjauhan, maka
sangatlah penting untuk mempertahankan kepercayaan (trust) dan komunikasi
(communication), serta keterbukaan dan kejujuran (openness dan honestly)
(Parrot, 1998:64). Pasangan suami istri long distance relationships, dapat
dikatakan sebagai hubungan rawan terhadap berakhirnya sebuah hubungan dan
tentunya lebih sulit untuk dipertahankan, karena apabila kepercayaan,
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
61
komunikasi, keterbukaan dan kejujuran, serta kesetiaan pada komitmen atau
aturan kesepakatan (marriage rules) yang terbentuk suatu saat tidak dilaksanakan,
maka akan menimbulkan “konflik”.
Penyelesaian konfliknya cenderung berlangsung lama dengan komunikasi
yang tidak efektif, mengingat jarak yang jauh dan kesempatan untuk bertemu sulit
dan terbatas. Jika dibandingkan dengan marriage relationships dengan jarak
geografis yang dekat, yang tidak memiliki hambatan dalam hal kedekatan tempat
tinggal dan intensitas pertemuan diantara keduanya. Hal inilah yang memicu
munculnya problem diantara mereka, karena kurangnya efektifitas pertemuan
yang menyebabkan komunikasi yang efektif menjadi sulit untuk diwujudkan.
Berikut ini merupakan 3 permasalahan umum yang memicu timbulnya
konflik pada pasangan long distance relationships, yaitu:
1. The lack of daily sharing, dimana kurangnya waktu dan kesempatan berbagi,
seperti berbagi bersama dengan pasangan tidaklah mungkin dapat dilakukan
secara continue setiap hari. Padahal dengan secara rutin berkomunikasi akan
semakin mengetahui dan mengenal lebih dalam mengenai karakteristik
pasangan serta dapat membuat hubungan berlangsung lama.
2. Unrealistic expectations about time together, dimana munculnya harapan-
harapan yang tidak realistis tentang waktu bersama. Terbatasnya waktu
pertemuan seringkali membuat mereka berpikir bahwa setiap moment
haruslah perfect. Tidak boleh ada kata-kata kasar ataupun konflik serta
berharap akan selalu bersama setiap saat. Padahal konflik dan kebutuhan akan
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
62
otonomi merupakan hal wajar dan tidak dapat dihindari dalam semua
marriage relationships.
3. Unequal effort that the two partners invest in maintaining, dimana
ketidakseimbangan usaha yang diberikan masing-masing individu dalam
menjaga hubungan. Ketika individu yang satu melakukan sebagian besar hal
untuk membangun kontak rutin demi kelangsungan hubungan, sedangkan
individu yang lainnya tidak demikian. Hal ini tentunya akan menimbulkan
kekecewaan dan ketidakpuasan individu yang bersangkutan, sehingga
menimbulkan rasa pesimis terhadap kelanjutan hubungan ini (Wood,
2004:318-319).
Walaupun demikian, permasalahan umum yang timbul tidak selalu
menghambat long distance marital in relationships. Ada berbagai macam alasan
mengapa pasangan suami istri tetap memelihara dan menjaga hubungan hingga
berlangsung lama, meskipun harus menjalani long distance relationships, yaitu:
a. Emotional attachment: biasanya hubungan dipelihara, karena terdapat
perasaan cinta dan kasih sayang antara satu dengan yang lainnya, dimana
keduanya ingin hubungannya berlangsung lama.
b. Convenience: setiap orang tidak ingin menemukan kesulitan dalam kehidupan
sosial mereka, oleh sebab itu mereka cenderung lebih nyaman apabila tetap
bersama pasangannya daripada memutuskan hubungan.
c. Children: pasangan suami istri mungkin akan tetap bersama, karena mereka
merasa bahwa hal ini merupakan jalan yang terbaik untuk anak mereka, atau
agar anak-anak diterima oleh lingkungannya, untuk menutupi alasan yang
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
63
tersembunyi, seperti kenyamanan hidup, keuntungan finansial, serta ketakutan
hidup sendiri.
d. Fear: orang cenderung takut berada di luar dunia dengan hidup sendiri, karena
dianggap sebelah mata oleh masyarakat sebagai “single”, oleh sebab itu
mereka lebih baik tetap memelihara hubungan bersama pasangannya.
e. Inertia: beberapa hubungan cenderung dipertahankan, karena “inertia”,
dimana mereka malas untuk menjalin hubungan yang baru.
f. Commitment: orang cenderung memiliki komitment yang kuat untuk
mendasari sebuah hubungan. Commitment merupakan ikrar atau janji yang
bersifat mengikat (DeVito, 2004:260-261).
II.3 Kerangka Berpikir
Menjelaskan logical frame/kerangka berpikir adalah menjelaskan benang
merah antar teori yang direplikasi/diadaptasi dan hasil dari pencarian benang
merah tersebut merupakan upaya untuk mengembalikan fungsi teori sebagai
seperangkat alat untuk mendekati kenyataan; teori, sebagai proposisi yang akan
digunakan untuk menjelaskan realita.
Melalui kerangka berpikir juga akan dimengerti bahwa teori akan
dihubungkan dengan penafsiran terhadap fakta-fakta apa saja yang mungkin dapat
ditemukan dan disetujui demi memperjelas pemahaman terhadap fakta-fakta itu
dibutuhkan sebuah teori yang menjelaskan kepada kita tentang fakta-fakta itu.
Oleh karena itu, pekerjaan pokok peneliti dalam membangun logical frame adalah
bagaimana teori, yang melimpah ruah itu, yang memiliki keterbatasan satu sama
lain oleh karena realitas sosial yang dihadapi sangat heterogen sehingga selalu
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
64
memiliki keunikan tersendiri, itu diadaptasi dan diolah bersama-sama melalui
pembentukan proposisi-proposisi dalam pemahaman sebagai suatu pernyataan
umum tentang hubungan antara fakta sosial atau variable. Dan penelitian ini
menjelaskan logical frame antara teori yang membahas tentang perubahan dalam
keluarga modern oleh William F. Ogburn, Teori Struktur Sosial dan Anomie oleh
Robert K. Merton, dan Teori Komunikasi Interpersonal oleh Joseph A. DeVito.
Pengadaptasian tiga gagasan yang mempunyai dampak implikasi ilmiah berupa
saling melengkapi antara satu sama lain.
Dalam prakteknya, kehidupan keluarga mengalami perubahan. Sebenarnya
masalah di mana harus tinggal bersama serumah setelah menikah, telah terjadi
sebuah perubahan nilai dalam masyarakat kita. Jika dahulu secara tradisional
pasangan suami istri harus berdekatan secara fisik, tetapi saat ini pasangan suami
istri yang hanya bertemu di akhir pekan saja, bukan lagi suatu pemandangan yang
mengherankan, hal ini lah yang terjadi pada suami istri yang long distance.
Permasalahan yang muncul pada pasangan suami istri yang long distance
adalah berubahnya/hilangnya fungsi keluarga sebagai akibat urbanisasi. Tokoh
yang terkenal mempelopori tema ini adalah William F. Ogburn (1886-1959).
Ambruknya kebudayaan tradisional menurut Ogburn berakibat munculnya tipe
kehidupan keluarga yang baru, yang lebih menekankan fungsi-fungsi kepribadian.
Tema fungsi keluarga juga menjadi batu dasar utama analisis para penganut
fungsionalisme struktur (structure functionslism). Goode mengakui bahwa tipe
keluarga konjugal adalah yang paling cocok (fit) dengan perkembangan industri,
dalam pengertian bahwa sistem keluarga konjugal paling menguntungkan
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
65
perkembangan industri, namun sebaliknya tidaklah demikian. Industri bukanlah
yang paling menguntungkan bagi sistem keluarga konjugal. Bahkan Goode
menyebutkan bahwa putusnya hubungan dengan sistem keluarga besar merupakan
pengorbanan yang paling mahal yang diberikan oleh keluarga terhadap
pertumbuhan industri, karena ini berarti putusnya hubungan-hubungan yang telah
dibina turun temurun dalam kehidupan keluarga tradisional. Oleh sebab itu, bagi
Goode, industrialisasi dianggap sebagai faktor paling kritis dalam proses
perubahan kompleks yang sedang terjadi.
Komunikasi sangat membantu manusia untuk saling berinteraksi serta
dapat saling mengutarakan maksud dan bertukar pendapat. Tanpa adanya
komunikasi yang baik antara anggota keluarga, maka kesalahpahaman akan
terjadi dan dapat menyebabkan kurang harmonisnya sebuah keluarga tersebut.
Antara suami dan istri harus memiliki komunikasi yang baik dan lancar agar dapat
saling memahami satu dengan yang lain. Dengan kemajuan teknologi komunikasi
memudahkan pasangan suami istri dalam berkomunikasi. DeVito mengemukakan
bahwa terdapat 4 strategi komunikasi yang dapat digunakan antara pasangan
suami istri dalam menjalani kehidupan rumah tangga long distance, yaitu:
1. Directedness: suami atau istri menanyakan langsung bagaimana sebenarnya
komitmen dan kesungguhan yang terjalin.
2. Indirect Suggestion: berbagi cerita dan bercanda mengenai hal-hal kecil
tentang masa depan bersama. Membangun iklim komunikasi yang terbuka dan
suportif untuk membicarakan perasaan maupun permasalahan yang muncul,
karena tidak dapat selalu bersama, maka diantara kedua belah pihak satu sama
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
66
lain akan sangat membutuhkan dukungan (support) dalam menghadapi
persoalan hidup sehari-hari.
3. Triangular Love: pasangan suami istri yang tinggal berjauhan harus senantiasa
membangun kepercayaan (trust) dan komunikasi (communication), serta
keterbukaan dan kejujuran (oppeness and honestly).
4. Keep in touch: memaksimalkan komunikasi, misalnya sepakat untuk segera
menelpon atau berkirim sms melalui ponsel, sehingga pasangan dapat melepas
rasa kangen atau rindu sebagai solusi dari long distance relationships ini.
(DeVito, 2004:319).
Kurangnya komunikasi antara suami istri membuat mereka tidak dapat
bertukar pikiran, tidak akan dapat memahami dan mengerti perasaan masing-
masing. Kesalahpahaman akan terjadi bila komunikasi tidak berjalan dengan baik
dan lancar sehingga dapat menimbulkan konflik di dalam rumah tangga yang
muncul akibat berbagai macam masalah. Untuk mempertahankan keutuhan rumah
tangga pasangan suami istri long distance selain komunikasi dibutuhkan suatu
strategi adaptasi yang menurut Merton dalam analisis struktur fungsionalnya,
Merton lebih memusatkan kepada fungsi sosial, dimana fungsi di sini diartikan
sebagai segala konsekuensi yang dapat diamati dan menimbulkan adaptasi dari
suatu sistem. Misalnya dalam struktur keluarga long distance dimana terkadang
mempunyai akibat yang negative terhadap eksistensi dari sistem (keluarga) secara
keseluruhan. Dalam keluarga besar yang terdiri dari suami, istri, anak-anak, dan
juga saudara lain akan dimungkinkan mempunyai ketidakcocokan diri bagi
keluarga sangat diharapkan bisa menjembatani terhadap akibat negative yang
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
67
muncul. Kemudian Merton mengemukakan tipologi cara-cara adaptasi terhadap
situasi, yaitu konformitas, inovasi, ritualisme, pengasingan diri, dan
pemberontakan (keempat yang terakhir merupakan perilaku menyimpang).
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
68
II.1 SKEMA KERANGKA BERPIKIR
…………STRATEGI………………….................
Teori Perubahan Keluarga (William F.Ogburn): - Dampak Kebijakan Industrialisasi: spesialisasi
pekerjaan, pendidikan dan kesempatan kerja tinggi.
Keluarga Normal (suami dan istri tinggal seatap)
Keluarga Modern (suami dan istri tinggal terpisah/long distance marital in relationship)
Teori Adaptasi Robert K. Merton 1. Konformitas 2. Inovasi 3. Ritualisme 4. Pengasingan Diri 5. Pemberontakan
Teori Komunikasi Interpersonal Joseph A. DeVito:
1. Directness 2. Indirect Suggestion 3. Triangular Love 4. Keep in Touch
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
69
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1 Paradigma Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma interpretatif dan dengan metode
penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor (1975:5) mendefinisikan metode
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati
(dalam Moleong, 2011:4). Pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk memahami
fenomena sosial melalui gambaran holistik dan memperbanyak pemahaman
mendalam. Sehingga pendekatan ini sangat sesuai jika diterapkan dalam
penelitian yang bertujuan untuk memahami makna yang mendasari tingkah laku
manusia dan sesuai diterapkan pada penelitian yang bermaksud untuk memahami
keadaan yang terbatas jumlahnya dengan fokus yang mendalam dan rinci (Emy,
2007:174).
III.2 Isu-Isu Penelitian
III.2.1 Keluarga
Dalam pengertian sosiologis, secara umum keluarga dapat didefinisikan
sebagai suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan
perkawinan, darah, atau adopsi, merupakan susunan rumah tangga sendiri,
berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain yang menimbulkan peranan-
peranan sosial bagi suami istri, ayah dan ibu, putra dan putrinya, saudara laki-laki
dan perempuan serta merupakan pemeliharaan kebudayaan bersama. Jadi keluarga
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
70
merupakan kesatuan sosial yang terikat oleh hubungan darah dan masing-masimg
anggotanya mempunyai peranan yang berlainan sesuai dengan fungsinya.
(Khairuddin, 1997:4).
Penelitian ini meneliti mengenai keluarga yang menjalani kehidupan
rumah tangga dengan pasangan (suami/istri) dalam keadaan terpisah atau jarak
jauh yang biasa disebut long distance. Keluarga pasangan suami istri yang
menjalani long distance tentunya memiliki beberapa masalah dan strategi untuk
tetap harmonis. Oleh karena itu penelitian ini ditujukan untuk mengetahui strategi
pasangan suami istri untuk mempertahankan keutuhan keluarga pada saat long
distance.
III.2.2 Long Distance Marital in Relationship
Setiap pasangan tentu ingin bisa hidup bersama. Namun pada kasus yang
dialami oleh beberapa orang karena alasan pekerjaan atau hal lainnya
membuatnya harus tinggal berjauhan dan melakukan mobilitas geografis dengan
pasangannya tiap jangka waktu tertentu oleh karena itu muncullah istilah Long
Distance Marital in Relationship.
Long distance marital in relationship dalam penelitian ini mengambil
kriteria pasangan suami istri yang menjalani pernikahan jarak jauh minimal satu
tahun dengan usia pernikahan minimal dua tahun.
III.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang diambil pada penelitian ini yaitu Kota Surabaya.
Kota Surabaya dipilih sebagai lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan subjek
dalam penelitian ini atau fenomena tentang pasangan suami istri yang mengalami
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
71
long distance. Alasan mengapa penelitian ini memilih di sekitar kampus
Universitas Airlangga adalah karena peneliti telah mengetahui/mengenal lokasi
tersebut dengan melihat potensi beberapa penghuni kos yang memiliki kriteria
sesuai dengan yang ditentukan oleh peneliti dalam penelitian ini. Selain itu
peneliti juga sering berinteraksi dengan para informan ini sehingga peneliti dapat
mengetahui sedikit banyak latar belakang kehidupan informan tersebut.
III.4 Subyek Penelitian dan Unit Analisis
Pemilihan subyek penelitian merupakan elemen yang sangat penting
dalam suatu penelitian karena subyek penelitian inilah yang akan memberi data-
data yang dapat merepresentasikan apa yang dicari dalam permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini. Teknik pemilihan informan yang digunakan adalah
secara purposive. Teknik purposive diambil yaitu dengan menentukan informan
sesuai karakteristik yang diinginkan oleh peneliti, jumlah informan tidak dibatasi.
Peneliti akan berhenti melakukan wawancara sampai data menjadi jenuh, artinya
akan berhenti jika peneliti tidak menemukan (lagi) aspek baru dalam fenomena
yang ditelitinya (Mulyana, 2003: 182).
Unit analisis penelitian ini adalah pasangan suami istri yang menjalani
kehidupan rumah tangga Long Distance. Penelitian ini memilih lokasi penelitian
di Surabaya dan memilih beberapa kriteria informan yang dapat memberikan
informasi penting sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu informan subyek,
informan non-subyek dan informan kunci.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
72
Adapun informan yang ditentukan oleh peneliti yaitu:
- Informan El (Informan Subyek) adalah El merupakan seorang tenaga ahli di
bidang kesehatan di salah satu rumah sakit di Surabaya. El saat ini berusia 36
tahun. Memiliki seorang anak dan menjalani kehidupan rumah tangga sekitar
4 tahun dari usia pernikahannya. Dengan 4 tahun usia pernikahan tersebut, El
telah menjalani kehidupan rumah tangga yang longdistance selama 3 tahun
dengan suami dan anaknya yang berada di Aceh.
- Informan Den (Informan Subyek) merupakan seorang perempuan yang
berusia 38 tahun. Den berprofesi sebagai seorang ahli kesehatan di salah satu
rumah sakit terkenal di Surabaya. Den telah menikah selama 9 tahun dengan
lama long distance selama 4 tahun, dan memiliki dua orang anak yan sekarang
tinggal bersama suaminya di Aceh.
- Informan Cin (Informan Subyek) merupakan seorang tenaga pendidik di salah
satu Universitas Swasta di Surabaya. Cin saat ini berusia 28 tahun. Belum
dikaruniai seorang anak dan menjalani kehidupan rumah tangga sekitar 2
tahun dari usia pernikahannya. Dengan 2 tahun usia pernikahan tersebut, El
telah menjalani kehidupan rumah tangga yang longdistance selama 2 tahun
dengan suaminya yang berada di Kupang, Nusa Tenggara Timur.
- Informan Jay (Informan Subyek) merupakan seorang anggota kepolisian yang
bekerja di Surabaya, usianya 25 tahun dan menjalani hubungan long distance
dengan istrinya yang bekerja di Jakarta. Dengan 3 tahun usia pernikahan dan
menjalani rumah tangga long distance selama 2 tahun.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
73
- Informan Iman (Informan Subyek) merupakan informan yang terakhir,
usianya 28 tahun yang berprofesi sebagai karyawan di sebuah perusahaan
swasta di Surabaya dan menjalani hubungan long distance dikarenakan suami
yang bekerja di Kalimantan. Informan ini telah menjalani pernikahan selama
lima tahun dan telah menjalani long distance selama 1 tahun 6 bulan.
Proses pencarian informan yang pertama yaitu informan El (informan
subyek) dalam penelitian ini yang diperoleh dari hasil survey lokasi yang
dianggap peneliti memiliki peluang besar terdapat banyak sumber informasi
mengenai pasangan suami istri yang sedang menjalani rumah tangga jarak jauh.
Setelah itu, peneliti menemukan informan kedua yaitu informan Den (informan
subyek) yang kemudian peneliti juga menemukan informan yang ketiga yaitu
Iman (informan subyek) yang mengarahkan ke informan berikutnya yaitu
informan keempat Jay (informan subyek) yang merupakan kenalan dari informan
Iman. Dan yang kelima adalah informan Cin diperoleh dari perkenalan secara
pribadi oleh peneliti karena latar belakang kehidupan informan Cin sebelumnya
sudah diketahui oleh peneliti yang merupakan teman sesama mahasiswa di
kampus. Selain itu peneliti juga melakukan penggalian data yang diperoleh dari
informan pendukung dalam hal ini yaitu informan tambahan (salah satu pasangan
dari informan subyek) untuk berpartisipasi menjadi informan pendukung dalam
penelitian ini.
Dari proses pencarian informan tersebut, akhirnya peneliti mampu
menggali data dari para informan utama dan pendukung, hingga jumlah informan
yang berpartisipasi dalam penelitian ini mencapai 7 informan yang terdiri dari
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
74
empat informan subyek yang berstatus istri dan satu informan subyek yang
berstatus suami dan 2 orang informan tambahan dari masing-masing pasangan
informan subyek. Dari ketujuh informan subyek dan tambahan tersebut dianggap
peneliti sudah cukup mewakili beberapa karakteristik yang dibutuhkan, meskipun
dari beberapa informan tambahan hanya diperoleh data/informasi yang tidak
sebanyak pada informan subyek dikarenakan kendala jarak jauh dan sulit untuk
ditemui.
III.5 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini
maka digunakan metode sebagai berikut:
a. Wawancara Mendalam
Teknik mendalam digunakan untuk mengumpulkan data-data yang bersifat
primer karena diperoleh langsung melalui informan, dalam hal ini adalah mereka
pasangan suami atau istri yang menjalani long distance marital in relationship.
Dalam penelitian ini teknik wawancara yang dilakukan adalah dengan indept
interview (wawancara mendalam) yang berisi pertanyaan-pertanyaan terbuka.
Wawancara merupakan cara yang paling umum untuk memahami subyek
yang diteliti. Dalam prosesnya, untuk seorang informan peneliti membutuhkan
waktu beberapa kali untuk observasi di lapangan. Selain waktu kunjungan yang
bervariasi, tempat berlangsungnya wawancara juga bervariasi, baik dilakukan di
rumah informan, di jalan, maupun di lokasi pada saat informan melakukan
aktivitas sehari-harinya. Pada prinsipnya, terdapat kesulitan saat memulai
hubungan komunikasi dengan subyek. Agar peneliti dapat mengerti apa yang
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
75
dipikirkan oleh informan yang sedang menjalani rumah tangga jarak jauh dengan
pasangan, maka peneliti berusaha membangun suatu bentuk komunikasi yang baik
dengan subyek secara lebih intensif, hal ini dikarenakan pada umumnya peneliti
belum mengenal dengan dekat subyek (informan).
b. Pengamatan/ Observasi
Teknik observasi memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-
situasi yang rumit misalnya ketika pasangan suami istri sedang terlibat
komunikasi melalui telepon selular. Jadi, observasi dapat menjadi alat yang
ampuh untuk situasi-situasi yang rumit dan untuk perilaku yang kompleks dalam
hal ini khususnya untuk mengamati tindakan atau aktifitas yang biasanya
dilakukan oleh suami atau istri yang menjalani hubungan long distance tersebut.
Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak
dimungkinkan, observasi dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat. Memang
observasi yang demikian membutuhkan waktu yang lebih banyak, tetapi peneliti
yakin bahwa terdapat hal-hal yang tidak dapat diperoleh hanya dari hasil
wawancara saja. Realitas sosial yang ada terdiri dari orang-orang yang
mengkonstruksikan dan menciptakan interpretasi melalui interaksi sosial sehari-
hari mereka. Oleh karena itu, dalam penelitian ini juga mengamati cara yang
dilakukan oleh informan untuk mempermudah data sehingga dapat menjawab
masalah yang telah dirumuskan.
c. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dokumentasi pada dasarnya merupakan metode
tambahan dalam melengkapi data tentang keadaan lokasi penelitian secara fisik
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
76
ataupun keadaan sosial yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
Dokumentasi adalah penelitian terhadap benda-benda tertulis atau dokumen, yang
digunakan untuk menunjang data-data yang diperoleh dari hasil wawancara atau
data-data primer yang diperoleh secara langsung melalui informan. Dalam
penelitian ini dokumentasi dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang
aktifitas dan tindakan apa saja yang dilakukan, strategi yang dilakukan oleh
pasangan suami istri dalam menjalin komunikasi bersama ketika jarak jauh
meskipun tidak semua mampu diabadikan melalui dokumentasi oleh peneliti.
Dalam dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti ini, pengambilan gambar
dilakukan dengan menggunakan kamera telepon genggam dan secara diam-diam
atau tersembunyi. Dokumentasi ini dilakukan guna mendukung peneliti dalam
menggambarkan, mengintepretasi, dan menganalisis data-data primer yang sesuai
dengan realitas di lapangan. Keterbatasan peneliti dalam dokumentasi yang
dilakukan dipengaruhi oleh kesediaan informan penelitian, namun pada informan
ketiga peneliti tidak mampu mengambil atau mendokumentasikan gambar karena
kesepakatan yang dilakukan oleh peneliti dan informan pada proses wawancara
yang dilakukan sebelumnya.
III.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan suatu proses yang terpenting dalam suatu
penelitian, karena dengan adanya analisis data ini dapat mempermudah kita dalam
membaca suatu hasil penelitian. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan
wawancara akan dianalisis secara kualitatif. Data yang diperoleh akan dibuat
transkrip dalam bentuk tulisan. Transkrip tersebut dibuat selengkap mungkin
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
77
dengan menggunakan data-data yang diperoleh dari hasil pengamatan, dan
catatan-catatan kecil yang dibuat baik pada saat wawancara maupun observasi di
lapangan.
Setelah membuat transkrip, langkah selanjutnya adalah mengorganisasikan
atau mengolah data yang akan diseleksi, dipetakan, diinterpretasi, diklasifikasikan
berdasarkan konsep-konsep tertentu misalnya adalah mengenai strategi pasangan
suami istri dalam mempertahankan keharmonisan rumah tangga ketika jarak jauh
dan dengan aplikasi teori perubahan sosial oleh William F. Ogburn, teori adaptasi
yang dikemukakan oleh Robert K. Merton, dan teori komunikasi interpersonal
Joseph A. DeVito. Kemudian peneliti melakukan analisis secara kualitatif dengan
menggunakan acuan kerangka teoritik yang sudah tersaji sehingga diharapkan
dapat memberikan gambaran yang lengkap dari fenomena yang diteliti.
Kerangka teori dimaksudkan sebagai pengetahuan peneliti agar dapat
melakukan penelitian dan menggali informasi secara mendalam, jelas, mudah dan
terfokus. Dengan kata lain, data-data awal akan digunakan untuk tujuan
membangun pemikiran dan teori digunakan sebagai pisau analisis atau alat untuk
mempermudah melakukan penelitian dan menggali informasi secara mendalam,
jelas, mudah, dan terfokus. Dengan kata lain, data-data awal digunakan untuk
tujuan membangun pemikiran dan teori tidak digunakan sebagai alat pengujian
hipotesis. Selanjutnya, peneliti membuat matriks hasil temuan lapangan guna
mempermudah analisis dan pemahaman mengenai masalah yang dikaji.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
78
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai bagaimana hasil penelitian di lapangan
mengenai strategi pasangan suami istri pada pernikahan long distance yang
ditemukan oleh peneliti. Selain itu hasil penelitian disajikan dalam bentuk kutipan
hasil wawancara dengan para informan yang dapat mempermudah dalam
menganalisis data tersebut, sehingga dapat menjawab fokus permasalahan dalam
penelitian ini.
Sesuai dengan paradigma yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
paradigma interpretatif, maka pada penelitian ini berupaya untuk memahami dan
menafsirkan makna suatu kenyataan sesuai dengan fokus permasalahan dalam
penelitian ini yaitu strategi pasangan suami istri dalam menjaga keutuhan keluarga
pada pernikahan long distance. Dalam hal ini peneliti memahami secara lebih
mendalam mengenai kehidupan keluarga pada pasangan suami istri yang
mengalami long distance marital in relationships.
Dalam bab ini terdiri dari beberapa sub bab. Sub bab yang ada dalam bab
ini meliputi beberapa sub bab yang akan menguraikan tentang strategi pasangan
suami istri pada pernikahan long distance. Selain itu terdapat sub bab yang
menguraikan tentang sikap, cara-cara atau strategi pasangan suami istri dalam
mempertahankan keutuhan rumah tangga ketika long distance. Sebelum diuraikan
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
79
mengenai hasil penelitian ini, berikut ini disajikan beberapa profil singkat
keluarga informan dalam penelitian yang dilakukan sebagai berikut:
IV.1 Profil Keluarga Informan
IV.1.1 Keluarga El
Keluarga pada informan yang pertama ini diketahui berinisial El, usianya
36 tahun, dan berjenis kelamin perempuan. El merupakan perempuan asal Aceh
yang merantau ke Jawa untuk melanjutkan studinya di Universitas Negeri ternama
di Surabaya. Keluarga El sudah menjalani kehidupan long distance selama kurang
lebih 3 tahun lamanya dengan usia perkawinan 4 tahun lamanya dan dikaruniai
seorang anak perempuan yang sekarang diasuh oleh suaminya di Aceh. El
berprofesi sebagai dokter yang praktek di salah satu Rumah Sakit Negeri di
Surabaya sebagai spesialis THT. Informan El saat ini sedang menyelesaikan
studinya dan berkeinginan untuk kembali ke daerah asalnya setelah studinya
terselesaikan. El tinggal di salah satu kos-kosan elite di daerah Surabaya selama
terpisah dengan suaminya. Suami dari informan El juga berprofesi sama yaitu
sebagai dokter spesialis bedah jantung di Rumah Sakit ternama di Aceh.
IV.1.2 Keluarga Den
Keluarga pada informan yang kedua adalah diketahui dengan inisial Den,
usianya saat ini 38 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Telah menjalani rumah
tangga long distance selama 4 tahun dengan usia pernikahan selama 9 tahun
lamanya. Informan memiliki dua orang anak yang sekarang di bawah asuhan
suaminya yang tinggal di Aceh. Den adalah warga asli Aceh yang datang ke
Surabaya untuk melanjutkan studinya. Informan Den berprofesi sebagai dokter
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
80
yang praktek di salah satu Rumah Sakit ternama di Kota Surabaya. Den bertempat
tinggal di kos-kosan elite yang berada dekat dengan tempat praktek dan kampus
dimana Den menempuh studinya. Den adalah rekan sesama dokter dengan
informan pertama yaitu El yang sama-sama warga asli Aceh.
IV.1.3 Keluarga Iman
Keluarga pada informan yang ketiga dketahui dengan inisial Iman, usianya
28 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Informan Iman menikah selama 5
tahun lamanya dan menjalani rumah tangga long distance selama 1 tahun 6 bulan
dengan suaminya. Iman menjalani long distance karena suami bekerja di
Kalimantan sedangkan Iman sekarang berada di Surabaya. Iman dikaruniai
seorang anak laki-laki dari pernikahanya dengan suaminya yang kini diasuh
sendiri olehnya. Informan Iman bekerja sebagai karyawan di sebuah pabrik
ternama di Surabaya. Iman merupakan warga asli Probolinggo yang sudah lama
tinggal di Surabaya dan Iman setiap harinya hanya tinggal berdua dengan
anaknya.
IV.1.4 Keluarga Jay
Informan keempat berinisial Jay yang berusia 25 tahun dan berjenis
kelamin laki-laki. Jay berprofesi sebagai anggota satuan kepolisian yang bertugas
di daerah Surabaya. Informan Jay menjalani kehidupan long distance bersama
istri selama 2 tahun karena sang istri bekerja di Jakarta. Usia pernikahan Jay saat
ini sudah 3 tahun lamanya. Dalam pernikahannya saat ini, Jay dan istri belum
dikaruniai anak. Jay merupakan warga asli Surabaya yang menikah dengan
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
81
perempuan asal Jawa Tengah. Istri dari informan Jay merupakan rekan kerja
informan Iman ketika masih bekerja di Surabaya.
IV.1.5 Keluarga Cin
Informan yang trakhir adalah Cin, berjenis kelamin perempuan dan
usianya saat ini 28 tahun. Informan ini berprofesi sebagai dosen di salah satu
Universitas Swasta di Kota Surabaya dan Cin saat ini sedang menempuh studi
magisternya di Universitas Negeri ternama di Kota Surabaya. Cin menjalani
pernikahan long distance selama kurang lebih 2 tahun dan dengan 2 tahu usia
pernikahan. Informan Cin menjalani long distance karena sang suami bekerja di
Kupang Nusa Tenggara Barat. Sejak menikah dan sebelum menikah Cin sudah
menjalani long distance dengan suaminya. Saat ini Cin belum dikaruniai anak dan
sedang menjalani program untuk memiliki momongan. Informan ini merupakan
warga asli Sidoarjo dan samapai saat ini bertempat tinggal di rumahnya sendiri di
daerah Sidoarjo. Setiap harinya informan Cin tinggal seorang diri selama terpisah
jarak dengan suaminya.
Setelah mengetahui keluarga profil informan dalam penelitian ini, di
bawah ini diuraikan dan dianalisis pada tiap-tiap sub bab yang telah disebutkan
pada paragraf sebelumnya sesuai dengan hasil penelitian yang ditemukan di
lapangan. Berikut ini penjelasan persub bab:
IV.2 Strategi Pasangan Suami Istri Untuk Mempertahankan Keutuhan
Keluarga Pada Pernikahan Long Distance
Dalam sub bab ini diuraikan hasil data lapangan tentang strategi pasangan
suami istri dalam kehidupan rumah tangga long distance, dengan penjelasan
mengenai pengetahuan informan tentang kehidupan rumah tangganya ketika
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
82
menjalani pernikahan long distance dan upaya informan dalam mempertahankan
keutuhan rumah tangga pada saat menjalani long distance.
IV.2.1 Latarbelakang Pasangan Suami Istri Menjalani Pernikahan Long
Distance
Dalam sub bab ini diuraikan hasil data lapangan tentang latarbelakang
pasangan suami istri mau menjalani pernikahan long distance. Hasil wawancara
dengan informan berikut ini menguraikan tentang apa yang melatarbelakangi
informan mau menjalani pernikahan long distance. Dari hasil wawancara dengan
para informan menunjukkan bahwa dari kedua informan memiliki latar belakang
yang sama yaitu:
“yang jelas karena harus sekolah lagi yah, kepaksa dek, mau gimana lagi emang sekolah lagi. Hiks hiks hiks.”(El, 11 Juni 2014, pukul 20.00WIB)
“ya karena aku kan lagi sekolah, makanya LDR dek, awalnya gak pernah LDR gini, udah empat tahun sih dek LDR. Tapi dulu juga waktu aku di sini suamiku sempet satu tahun di sini juga sama aku.”(Den, 20 Oktober 2014, pukul 20.11WIB)
Informan El dan Den mengakui bahwa karena alasan melanjutkan
pendidikan tersebut membuatnya berpisah dengan keluarga terutama suami dan
anak. Sedangkan informan yang lain, ditemukan jawaban yang berbeda dengan
informan sebelumnya yaitu informan Cin, Jay, dan Iman. Ketiga informan ini
mengatakan bahwa:
“Setelah kami menikah kebetulan suamiku mendapatkan pekerjaan di sana, sebelum nikah kita juga udah LDR an sih njas, tapi dulu suamiku di Jakarta terus berhenti dari kerjaan itu, nyari kerjaan laen dapetnya malah di luar Jawa yaudah akhirnya kita LDRan lagi kayak sebelum nikah.”(Cin, 8 Juni 2014, pukul 15.20WIB)
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
83
“nikah tahun 2012, mulai LDR sejak tahun 2013 istriku dipindah ke Jakarta karena kerjaan dia emang cabangnya di sana makanya pisah sementara..”(Jay, 22 Oktober 2014, pukul 16.14WIB)
“suamiku ditugasin di luar Pulau, aku kerja di sini gak bisa pindah ikut suamiku, jadi sementara ini kita LDR an dek.”(Iman, 23 Oktober 2014, pukul 19.15WIB)
Informan Cin, Jay, dan Iman mengatakan bahwa keadaan long distance
yang dialaminya saat ini adalah dikarenakan sang suami bekerja di luar Jawa.
Informan Cin yang sebelumnya sudah terbiasa menjalani long distance, sehingga
keadaan pernikahan long distance seperti saat ini merupakan hal yang dapat
dimengerti oleh informan Cin, sedangkan informan Jay dan Iman yang
sebelumnya tidak pernah menjalani long distance merasakan perbedaan dalam
rumah tangganya namun keadaan tersebut masih bisa diatasi oleh kedua informan.
Jadi dari hasil wawancara yang dilakukan dapat disimpulkan dari kelima informan
bahwa alasan atau hal yang melatarbelakangi pasangan suami istri menjalani
pernikahan long distance adalah karena faktor pekerjaan dan juga pendidikan
yang harus dipenuhi saat ini. Dari beberapa informan yang menjalani kehidupan
pernikahan jarak jauh lebih banyak dapat menyikapi kondisi tersebut dengan
sangat bijak dan mau menerima keadaan long distance dengan pasangan masing-
masing. Tetapi beberapa informan lain yang tidak terbiasa tinggal jauh dengan
pasangan kurang bisa beradaptasi dengan keadaan tersebut di awal long distance.
IV.2.2 Masalah-Masalah yang Muncul Pada Pasangan Suami Istri Ketika
Long Distance
Dalam sub bab ini diuraikan hasil data lapangan tentang permasalahan
yang muncul pada pasangan suami istri ketika long distance. Dari kelima
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
84
informan, masing masing memiliki permasalahan-permasalahan yang berbeda
pada saat long distance, misalnya informan El:
“awal-awal ini ya kangen banget tapi gak bisa ketemu langsung sama suami dan anak juga.”(El, 11 Juni 2014, pukul 20.00WIB)
Sedangkan informan Den mengatakan bahwa tidak ada permasalahan yang
begitu berarti dalam kondisi long distance, tetapi Den mengatakan bahwa ada hal
lain yang membuatnya sering merasa cemas seperti yang diutarakan berikut ini:
“apa yah? Gak ada masalah sih menurutku, gak ada sih. Biasa aja waktu itu.” “gak ada ya, palingan masalah anak lagi sakit itu aja, jadi bingung kalau gak bisa pulang gitu. Paling gitu aja sih masalah yang paling berat. Kan kendala jarak yang jauh jauhan ya.” (Den, 20 Oktober 2014, pukul 20.11WIB)
Berbeda lagi dengan pernyataan informan lain yaitu Cin yang mengakui
bahwa masalah-masalah itu muncul lebih banyak adalah dari pihak orang tua
pasangan yang meragukan kondisi rumah tangga jarak jauh seperti yang dikatakan
oleh Cin berikut:
“Ya pasti gini awalnya, kok gini habis nikah, terutama keluargane suamiku tuh kan Muhammadiyah nothok (banget), dimana dia punya konsep patriarkhi banget bahwa suami istri itu harus ikut apa kata suami.” (Cin, 8 Juni 2014, pukul 15.20WIB)
Informan Jay juga memiliki jawaban yang berbeda dengan informan
sebelumnya, bahwa munculnya masalah-masalah ketika long distance bukan
persoalan yang berat hanya saja perlu penyesuaian diri untuk bisa mandiri, seperti
yang diutarakan Jay sebagai berikut:
“awalnya kaget banget dek, gak tau jauh-jauhan tapi pas pacaran pernah LDR seh, saiki (sekarang) LDR maneh (lagi). Haha, masalah jelas ada, rumah berantakan kayak kapal pecah dek ra ono sing ngurusi (gak ada yang ngurusi), awalnya yo gitu, tapi
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
85
mari ngunu (setelah itu) ya aku bisa atasi semuane sendirian, belajar mandiri istriku juga jauh toh. Awak legrek (badan capek) kadang ngeluh pulang sepi gak ada istriku rasane yaapa gitu, tapi mau gimana lagi demi kerjaan rapopo (gak apa-apa) nek jare arek saiki.” (Jay, 22 Oktober 2014, pukul 16.14WIB)
Informan terakhir memberikan penjelasan yang hampir sama dengan
informan Jay, bahwa informan ini mengatakan masalah-masalah yang muncul
adalah bagaimana dirinya dapat menyesuaikan diri dengan kondisi long distance
yang saat ini Iman jalani, berikut ini jawaban dari informan Jay:
“ya aku sih ini dek, awalnya terharu juga sedih juga ya, hampir putus asa karena aku orangnya emang gak bisa jauh dari pasanganku dek, makanya nyesek pas pisah gini, tapi dia selalu ngeyakinin aku kalau LDR ini gak bakalan lama kok.” “awal awal aku kaget banget dek dengan kondisi di rumah gak ada suami, kayak misal pas musim hujan kayak sekarang kebetulan rumah belakang atapnya bocor, yaampun itu nyusahin banget dek akhirnya aku panggilin orang aja lah buat benerin, tapi atas perintah suamiku sih dek. Kalau gak gitu aku mana berani dek. Terus misal pas anak juga lagi sakit, dan butuh dirawat inap di rumah sakit aku bingung dia gak ad yang jagain, aku kan kerja, akhirnya ibuku tak epotin tak suruh ke Surabaya dek, maklum aku anak tunggal dek gak ada saudara lain paling ada tante sama mama aja dek kalau pulang. Suamiku gak bisa pulang anak nanyain mulu dek, waduh wes kalau kayak gitu nyesek dek.” (Iman, 23 Oktober 2014, pukul 19.15WIB)
Dari kelima informan di antaranya adalah Cin yang bisa menyadari dan
dapat menyesuaikan diri dengan adanya kondisi long distance meskipun dari
pihak dirinya dan suami tidak ada problem ketika long distance, ada pihak lain
yaitu keluarga dari sang suami yang meragukan keadaan Cin dan suami ketika
long distance, karena keluarga dari sang suami masih menganut paham patriarkhi
bahwa seorang istri harus tinggal seatap dengan suaminya atau ikut kemanapun
suaminya tinggal. Sedangkan informan El dan Den memiliki masalah yang
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
86
hampir sama tetapi masih bisa mengatasi masalah tersebut ketika long distance
dan masalah yang timbul tidak begitu menimbulkan konflik dengan pasangan,
kemudian informan Jay memiliki masalah yang sama dengan informan Iman yang
menyatakan bahwa kondisi long distance tersebut merupakan kondisi yang belum
pernah dialami sebelumnya dan di awal long distance mereka mengalami sedikit
problem tetapi pada akhirnya masih bisa diatasi.
Jadi permasalahan-permasalahan yang sering muncul dalam kehidupan
pernikahan long distance adalah masalah penyesuaian diri ketika harus terpisah
dengan pasangan (suami atau istri) sehingga muncul perasaan-perasaan takut
karena belum terbiasa dengan kondisi tersebut. Hal itu dirasakan oleh para
informan yang sebelumnya belum pernah menjalani long distance, berbeda
dengan informan yang sebelum menikah sudah pernah menjalani long distance
lebih memiliki kesiapan mental dan dapat menyesuaikan diri dengan kondisi
tersebut.
IV.2.3 Strategi yang Dilakukan untuk Mengatasi Masalah-Masalah Setelah
Memutuskan Long Distance
Dalam sub bab ini diuraikan hasil data di lapangan tentang strategi yang
dilakukan pasangan suami istri untuk mengatasi permasalahan yang muncul
ketika memutuskan long distance. Berikut ini hasil wawancara dengan kelima
informan yang diutarakan sebagai berikut:
“komunikasi ya yang jelas, skypean juga, telepon, sms-an, bbm-an gitu pokoknya sebisa mungkin komunikasi lancar.” (El, 11 Juni 2014, pukul 20.00 WIB)
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
87
Menurut pengakuan informan El strategi dalam mengatasi permasalahan
yang muncul ketika long distance adalah dengan membangun komunikasi yang
baik bersama pasangan agar rumah tangga masih tetap langgeng. Pernyataan
serupa diutarakan oleh informan Den yang menyatakan bahwa solusi untuk
permasalahan dalam hubungan jarak jauh dengan pasangan adalah dengan cara
membangun komunikasi yang baik dan mendiskusikan setiap permasalahan
dengan pasangan seperti yang diutarakan sebagai berikut:
“diomongin baik-baik biar gak salah paham, kadang kan something trouble karna miscommunication. Seberat-beratnya masalah rumah tangga kami bicarakan baik-baik selama ini gak ada masalah tanpa solusi.” (Den, 20 Oktober 2014, 20.11 WIB)
Pernyataan lain yang diutarakan oleh informan Cin bahwa strategi dalam
menyelesaikan permasalahan rumah tangga jarak jauh adalah dengan membangun
pengertian bersama pasangan dan keluarga dari pihak suami yaitu orang tua dari
suaminya. Cin mengakui bahwa suaminya lah yang lebih banyak memberikan
keputusan-keputusan yang bijak dalam menangani permasalahan tersebut, berikut
ini jawaban informan Cin:
“emmmm paling ini ya, ngasih pengertian ke mertua.” “makanya aku tuh kalok mertua jik ketar ketir (masih khawatir) jik durong onok sekonsep (belum sependapat) soale gimana gimana dia penganut samawa gitu lho, sehingga aku kudu ngikut mau gak mau ke Kupang akhirnya, tapi kalok dari mas Har sendiri sebagai juru bicara ke mertuaku, kalau aku kan gak mungkin diomongno, gak mungkin di dengerin, aku akhire yawes saya manut mas Haris aja buk, dek e (dia) gini (begini) wes aku aja yang mbalik ke Surabaya yowes (yaudah) sejauh ini gitu. Jare dek e (katanya dia) yo gak betah kok nang kono (di sana).” (Cin, 8 Juni 2014, pukul 15.20 WIB)
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
88
Informan berikut mengatakan hal yang hampir sama dengan informan El
dan Den bahwa solusi permasalahan yang ada dalam rumah tangganya adalah
dengan membangun komunikasi yang baik dengan pasangan dan berusaha
mendamaikan suasana agar hubungan suami istri tetap utuh, berikut ini jawaban
informan Jay:
“diomongin bareng pas dianya pulang sing jelas, biar gak slah paham dek, jadi pas dia pulang kalau pas ada masalah langsung dibahas ndang mari ndang uwes (biar cepat selesai) dek. Nek bertengkar pas jauh paling diem-dieman seh, bbm atau sms nanyain masih sibuk gak mau telepon gitu.” (Jay, 22 Oktober 2014, pukul 16.14WIB)
Informan terakhir memberikan jawaban yang berbeda dengan informan
lain bahwa permasalahan yang muncul lebih banyak terselesaikan karena terbantu
dengan kehadiran keluarga dari pihak Iman yaitu orangtua Iman yang biasanya
datang untuk membantu kesulitan Iman pada saat jauh dari suaminya, seperti yang
diungkapkan sebagai berikut:
“ortuku kan masih lengkap dek, ada tanteku juga jadi kalau dah kayak gitu salah satu dari mereka tak repotin dek tak suruh ke Surabaya nemenin aku. Hehe. Untungnya sih mereka semua jarang sibuk palingan papaku yang kerja luar kota, mama sama tante seringan yang bisa ke sini, suamiku terbantu dari situ. Dia tau aku juga sakit-sakitan makanya gak tega kalau sendirian.” (Iman, 23 Oktober 2014, pukul 19.15WIB)
Dengan mengetahui jawaban dari masing-masing informan maka hasil
wawancara pada kelima informan memiliki pendapat yang berbeda-beda dalam
menyelesaikan permasalahan rumah tangga. Informan El memiliki strategi yaitu
melakukan komunikasi melalui skype, telepon, sms, dan bbm. El mengaku dengan
komunikasi yang lancar adalah cara yang jitu untuk mengatasi masalah di saat
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
89
jauh dengan keluarga. Sedangkan informan Cin mengalami masalah bukan
dengan suami tetapi dengan pihak keluarga suaminya yaitu mertua dari informan
Cin. Informan Cin mengatakan bahwa cara untuk menyelesaikannya adalah
dengan memberikan pengertian kepada mertua misalnya ketika sang suami pulang
kampung, informan Cin dan suami menyempatkan untuk berkunjung ke rumah
orang tuanya. Kemudian informan lain yaitu Jay dan Den mengungkapkan bahwa
setiap permasalahan yang hadir dalam rumah tangganya sebisa mungkin
diselesaikan dengan cara baik-baik yaitu dibicarakan berdua bersama pasangan
tetapi dengan pertimbangan situasi dan kondisi masing-masing pasangan juga
dalam hal ini untuk mencegah permasalahan semakin parah. Sedangkan informan
Iman lebih banyak memanfaatkan keluarga besar sebagai pendukung dalam
kehidupan rumah tangganya di saat suami tidak berada dekat dengannya, hal ini
dapat dimaklumi karena informan memiliki riwayat penyakit yang sewaktu-waktu
dapat saja kambuh sehingga suami membutuhkan bantuan dari pihak orangtua
untuk mendampingi istri selama tinggal terpisah.
Jadi strategi untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang
muncul pada pasangan suami istri yang menjalani kehidupan rumah tangga long
distance adalah salah satunya membangun pengertian bersama pasangan dalam
menyikapi permasalahan tersebut, membangun komunikasi yang lancar bersama
pasangan melalui media skype, bbm, wa, video call, maupun pesan singkat. Selain
itu beberapa pasangan lain memiliki strategi yang dijalankan juga yaitu kerjasama
yang kompak dengan para orangtua dari kedua pasangan dalam mendukung
terciptanya kondisi rumah tangga yang utuh selama mereka terpisah oleh jarak.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
90
IV.2.4 Dilema yang Muncul Pada Pasangan Suami Istri ketika Long Distance
Dalam sub bab ini diuraikan hasil data lapangan tentang dilema yang
muncul pada pasutri ketika long distance. Dari hasil wawancara dengan para
informan diketahui bahwa Informan El dan Cin memiliki dilema yang berbeda
jika dilihat dari latarbelakang atau alasan keduanya mengalami long distance.
Informan El mengatakan bahwa:
“iya dek ada sempet dilema juga, anak nanti gimana, takut gak kenal sama ibunya kandung. Terus ini, sempet kepikiran juga suamiku gimana nanti, sempet cemburu juga khan kalau jauh gitu.” (El, 11 Juni 2014, pukul 20.00 WIB)
Dilemma yang muncul pada informan El berbeda dengan informan Den
yang mengatakan bahwa dilemma yang lebih banyak muncul adalah lebih pada
perasaan cemas pada anak-anak selama tinggal terpisah dengannya, seperti yang
diungkapkan berikut:
“gak ada dilemma selama awal jauh sama suami, tapi mungkin ini pas anak lagi sakit kebingungan juga kalau udah gitu apalagi gak bisa pulang. Dilemanya lebih banyak ke anak-anak kalau aku.”(Den, 20 Oktober 2014, pukul 20.11 WIB)
Informan Cin mengakui bahwa dilemma yang dirasakan adalah rasa
khawatir/cemas apabila kondisi long distance tersebut berlangsung lama.
Informan Cin merasa beban yang dialaminya saat ini sangat berat dan seharusnya
bisa berbagi dengan suami, berikut ini jawaban yang diutarakan:
“kalau LDR nya terus terusan ya takut lah njas, gimana gimana mesti ada eee ngroso (ngerasa) berat aku, beratnya iku gini multi berden aku yo kuliah terus di rumah kerja juga, harusnya kan bisa dibagi sama suami, ya kayak gitu. Nah, itu gak isok (gak bisa).”(Cin, 8 Juni 2014, pukul 15.20 WIB)
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
91
Dilemma yang dialami oleh Jay adalah apabila sang istri sedang hamil
dengan kondisi jarak jauh. Jay mengatakan ada rasa cemas apabila hal itu terjadi
nanti, berikut ini yang diutarakan olehnya:
“dilemmaku sama istri itu kalau tar dia hamil terus gak bisa pindah kerja surabaya kan repot juga, makanya kemaren itu sempet bilang gimana bisa gak berhenti kerja kalau hamil, biar kamu gak sendirian, terus dia bilang ya liat tar deh mas, aku ngertiin dia lagi semangat kerja jadi yaudah tar dipikirin lagi gimana baiknya.” (Jay, 22 Oktober 2014, pukul 16.14WIB)
Sedangkan informan terakhir mengatakan bahwa dilemma muncul
diakibatkan oleh perasaan putus asa yang dirasakan oleh Iman karena dirinya
belum terbiasa jauh dengan pasangan. Berikut ini yang diutarakannya:
“ya aku sih ini dek, awalnya terharu juga sedih juga ya, hampir putus asa karena aku orangnya emang gak bisa jauh dari pasanganku dek, makanya nyesek pas pisah gini, tapi dia selalu ngeyakinin aku kalau LDR ini gak bakalan lama kok.” (Iman, 23 Oktober 2014, pukul 19.15 WIB)
Informan El mengakui bahwa dirinya takut si anak kurang mengenal sang
ibu dikarenakan jarang bertemu ibunya. Selain itu, informan El juga merasa
cemburu dan takut sang suami berselingkuh ketika Mbak El tidak berada di
sampingnya setiap saat. Berbeda dengan informan Cin dan Iman yang
mengatakan bahwa bahwa dirinya tidak sanggup hidup terpisah lama dengan
suami. Informan Cin mentargetkan 5 tahun saja menjalani kehidupan rumah
tangga long distance bersama suami. Sedangkan informan Jay mengatakan bahwa
dilemma itu muncul apabila istri hamil, Jay berharap istrinya ada di sampingnya
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
92
ketika istri sedang hamil karena informan ini merasa tidak tega dengan kondisi
hamil ditambah lagi jauh dari pasangan. Informan Den memiliki dilemma lebih
pada bentuk kekhawatiran kepada anak-anaknya, misalnya ketika anak sakit Den
sering tidak bisa pulang untuk merawatnya, hal itu membuatnya merasa sedih dan
tidak dapat berkonsentrasi terhadap kegiatannya karena memikirkan anak yang
sedang sakit. Informan Iman memiliki dilemma karena tidak terbiasa jauh dari
pasangan.
Jadi dilemma yang muncul pada kasus pasangan suami istri yang
menjalani long distance salah satunya adalah perasaan cemas, karena kehilangan
sosok pasangan (suami atau istri) dan dialami oleh informan yang tidak terbiasa
jauh dari pasangan selain itu dilemma lainnya adalah tidak dapat merawat anak
ketika sedang sakit.
IV.2.5 Interaksi Pasangan Suami Istri ketika Long Distance
Dalam sub bab ini diuraikan hasil penelitian di lapangan tentang interaksi
pasangan suami istri ketika long distance. Dari hasil wawancara diketahui bahwa
proses interaksi yang dibangun keduanya tidak jauh berbeda, seperti yang
dikatakan oleh informan El dan Den:
“komunikasi ya yang jelas, skypean juga, telepon, sms-an, bbm-an gitu pokoknya sebisa mungkin komunikasi lancar.” (El, 11 Juni 2014, pukul 20.00 WIB)
“paling ya setiap hari ya, seharinya paling kalau sama suami ya telepon, sms, bbm biasa lah tetep intensif itungannya, paling ya handphone aja kalau skype an paling sama anak-anak tapi mereka gak begitu suka sih skype an paling via telepon aja kalau anak-anak.” (Den, 20 Oktober 2014, pukul 20.11WIB)
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
93
Sedangkan informan Cin mengatakan bahwa interaksi yang dibangun
bersama suami dapat dikatakan sangat lancar tetapi terkadang juga terhambat oleh
kondisi sinyal yang buruk, hal tersebut dapat memicu konflik dengan sang suami
ketika sedang berkomunikasi
“bendinone (setiap harinya) ya harus komunikasi, misal gak isok (gak bisa)telepon yo sms an, kadang sinyale angel (susah) di Kupang sana. Skypean nek pas longgar. Sebisa mungkin komunikasi terjaga, saling ingetin sholat, makan, apa-apa pokok e nek iso diomongno 9dibicarain) berdua masio (meskipun) jauhan ngobrol tetep lancar, jangan sampek miskom lah istilahe.” (Cin, 8 Juni 2014, pukul 15.20 WIB)
Pengakuan informan Cin tersebut didukung dengan jawaban yang sama
dengan informan lain yaitu informan Jay yang mengakui bahwa interaksi bersama
pasangan sebisa mungkin harus lancar untuk rumah tangga long distance seperti
yang dialami olehnya, berikut jawaban dari Jay:
“komunikasi biasanya sih lancar, tiap hari juga telepon, sms kalau pas repot banget, bbm juga sih. Sebisa mungkin pokoknya harus hubungi dek, namanya wong (orang) jarak jauh dek.” (Jay, 22 Oktober 2014, pukul 16.14 WIB)
Jawaban serupa lain dikatakan oleh informan berikut ini yang mengatakan
bahwa interaksi yang dilakukan bersama suami biasanya lebih banyak melalui
telepon selular, via bbm maupun sms adalah pada saat kondisi sibuk tidak
memungkinkan untuk berbicara melalui telepon selular. Media skype digunakan
pada saat malam hari ketika sedang santai, berikut ini jawaban dari Iman:
“sama suami komunikasi lancar aja sih, setiap hari hubungi terus, sms, telepon, bbm an, skipe an juga, pokoknya komunikasi harus tiap hari, kalau pas dia sibuk paling ya cuman bbm atau sms aja sih, kalau malam skipe an gitu biasanya buat ademin pikiran apalagi mau tidur. Kalau dulu pas serumah sih sama aja kita juga
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
94
komunikasinya lancar-lancar aja kok, cuman gak ada skipe skipe an kayak gini pastinya. Tapi aku tuh orange emang gak bisa jauh dari handphone dek, makanya sehari gitu gak bisa ya kalau gak ngabarin suamiku. Apalagi pas jauh gini.” (Iman, 23 Oktober 2014, pukul 19.15 WIB)
Informan El membangun interaksi bersama suami dan anak melalui
komunikasi yang lancar yaitu dengan via telepon, sms, bbm, dan skype secara
intensif. Informan Cin juga mengatakan bahwa Cin di atas dapat dipahami bahwa
informan ini juga memiliki cara untuk membangun interaksi bersama pasangan
yaitu melalui komunikasi yang intensif untuk meminimalisir misskomunikasi
dengan pasangan ketika tinggal berjauhan. Informan Den, Jay, dan Iman
mengakui hal yang sama ketika long distance, ketiga informan tersebut berusaha
membangun komunikasi dengan baik bersama pasangan untuk menghindari
misskomunikasi selama hubungan jarak jauh.
Jadi proses interaksi pasangan suami istri yang menjalani long distance
adalah lebih banyak melalui media elektronik seperti handphone dan laptop.
Beberapa pasangan suami istri memilih berkomunikasi melalui media skype untuk
kepentingan berkomunikasi tatap muka bersama pasangan maupun dengan anak.
Sedangkan pasangan lain juga lebih banyak memanfaatkan komunikasi via
telepon selular karena dianggap lebih mudah untuk digunakan dan meminimalisir
misskomunikasi dengan pasangan. Dengan kondisi long distance para informan
berusaha menghindari misskomunikasi pada saat sedang berkomunikasi dengan
pasangan.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
95
IV.2.6 Interaksi Pasangan Suami Istri Dengan Anak ketika Long Distance
Dalam sub bab ini diuraikan hasil data lapangan tentang interaksi
pasangan suami istri kepada anak ketika long distance. Seperti yang diutarakan
oleh El berikut:
“setiap waktu , misalnya emang belum bisa skype-an kami bbm-an atau telepon-an gitu, tar kalau malem biasanya skypean sama anak.” “kalau sama anak kan dia gak suka aku telpon, jadi pas abinya pulang baru bisa skype-an. Gitu deh sebisa mungkin kami selalu menghubungi.” “dari mulai pagi gitu kan uda bbm, kadang kalau pagi skypean sama anak terus pas dia mau sekolah gitu.” (El, 11 Juni 2014, pukul 20.00WIB)
Pendapat lain yang berbeda dari informan El adalah informan Den yang
mengatakan bahwa anak-anaknya tidak begitu menyukai media tatap muka seperti
video call atau skype, diakuinya cara tersebut tidak begitu efektif untuk
membangun komunikasi bersama anak-anaknya.
“paling ya setiap hari ya, seharinya paling kalau sama suami ya telepon, sms, bbm biasa lah tetep intensif itungannya, paling ya handphone aja kalau skype an paling sama anak-anak tapi mereka gak begitu suka sih skype an paling via telepon aja kalau anak-anak.” (Den, 20 Oktober 2014, pukul 20.11 WIB)
Informan Iman juga mengakui bahwa anaknya belum begitu banyak
terlibat dengan urusan komunikasi bersama suaminya ketika long distance karena
si anak sendiri kurang begitu antusias pada saat ibunya sedang berkomunikasi
dengan ayahnya, berikut ini yang diutarakan oleh Iman:
“kalau sama anak sih gak begitu sering interaksi ya, cuman pas aku lagi skype an paling anak nimbrung terus ngobrol tatap muka di internet sama ayahnya gitu, atau pas aku lagi sibuk terus handphonenya bunyi telepon dari suamiku diangkat sama anakku
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
96
bilang bundanya lagi sibuk yah, terus ayahnya jadinya ngobrol sama anaknya. Hahaha. (Iman, 23 Oktober 2014, pukul 19.15 WIB)
Dari hasil wawancara dapat diketahui informan El dan Den membangun
interaksi dengan sang anak melalui komunikasi intensif yang biasanya
dilakukannya melaui skype atau video call. Hal ini mempermudah El dan Den
untuk memberikan perhatian, mengetahui keadaan sang anak ketika jauh, dan
dapat secara langsung mengetahui aktivitas anak setiap saat. Sedangkan informan
Iman mengakui bahwa anaknya jarang berkomunikasi dengan ayahnya.
Jadi interaksi yang dilakukan pasangan dengan anak-anak memiliki
perbedaan. Beberapa pasangan lebih memilih berkomunikasi tatap muka melalui
media skype atau video call karena dengan media tersebut suami/istri dapat
mengetahui secara langsung kondisi anak ketika jauh. Sedangkan dalam pasangan
lain lebih memilih berkomunikasi dengan anak melalui telepon selular karena cara
itu lebih disukai oleh sang anak ketika berkomunikasi dengan orangtuanya.
IV.2.7 Aktivitas yang Dilakukan oleh Pasangan Suami Istri Ketika Di Rumah
Dalam sub bab ini diuraikan hasil penelitian di lapangan tentang aktifitas
atau kegiatan-kegiatan pasangan suami istri ketika berada di rumah. Dari hasil
wawancara dapat diketahui aktivitas masing-masing informan ketika di rumah
dengan pasangannya seperti yang dikatakan oleh informan El bahwa moment
pada saat bertemu suami adalah lebih banyak melakukan aktivitas seperti berlibur
bersama anak dan suami dan juga aktivitas yang biasanya hanya dapat dilakukan
berdua, berikut ini jawaban informan El:
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
97
“kalau liburan sih paling yang deket-deket aja, ke pantai deket rumah, bisa sekeluarga, bisa sama anak, atau sama suami aja kadang-kadang kayak pacaran gitu deh.hahaha.” “Kalau ada waktu untuk ketemu juga aku belain untuk bisa ketemu, itu penting banget buat hubungan yang LDR. Pas ketemu juga kita habiskan waktu bersama anak, masak bareng, nyuci piring kadang juga bareng, tidur udah pasti harus bareng dong.” (El, 11 Juni 2014, pukul 20.00 WIB)
Jika informan El mengatakan bahwa moment pertemuan bersama suami
lebih banyak dilakukan dengan aktivitas berlibur bersama keluarga, informan Cin
mempunyai jawaban yang serupa namun berbeda dalam hal memanajemen waktu.
Informan Cin lebih pandai membagi waktunya bersama suami pada saat bertemu,
berikut ini jawaban Cin:
“aku hari minggu iku adalah hari yang penting buatku, nah pas saat dia dateng dari tiga hari sampai 1 hari untuk orangtua ku sama orangtuanya, dua hari iku privat untuk kita. Wes ket awal dua hari gak iso diganggu gugat. Nek misale orangtuaku sih hargai nek misale aku gak iso, nek morotuoku misale njaluk (minta) iki yowes hari iki kudu terlaksana. Tapi dua hari iku kudu bener bener privat untuk kita, wes gak perduli, gak tonggo, gak opo pokok e tutup.” “kerjaan apa itu tak close semua karna aku bener-bener pengen ma suamiku. Lapo yo aku kok pengen banget ngono. Itu pun Cuma tiga hari, paling berhubungan cuman dua hari. Itu malem satu kali tok, jarang dua kali. Terus nonton standup comedy bareng ngunu lho wes sueneeng nonton koyok misal ke mall jalan-jalan deke (dia) sukak e kan ngemall, jadi kebalikan.” (Cin, 8 Juni 2014, pukul 15.20 WIB)
Informan lain mengutarakan jawaban yang hampir serupa dengan
informan El, bahwa aktifitas yang banyak dilakukan Den bersama suami adalah
berlibur bersama keluarga dan berbagi tugas di rumah, seperti yang dikatakan
berikut:
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
98
“biasanya palingan ya jalan-jalan gitu yang paling sering banget kita lakukan, pergi ngemall sama anak-anak, kadang juga di rumah aja seharian sama suami beres-beres rumah masak-masak bareng, ya gitu-gitu sih.” (Den, 20 Oktober 2014, pukul 20.11 WIB)
Sedangkan informan Jay memiliki jawaban yang berbeda yaitu aktivitas
yang biasanya banyak dilakukan olehnya dengan istri adalah saling memberikan
perhatian, saling memanjakan, dan yang terakhir adalah hangout bersama istri,
seperti yang diutarakannya berikut ini:
“iyo dek jarang bingit(banget), nek ketemu nyapo(kenapa) yo, eh iku mesti nek ketemu dia manja perhatian, minta jalan-jalan bareng makan bareng nonton bareng, mari ngunu wes kesel terus moleh (pulang) nang kontrakane wes kesel tapi seneng dek e (dia).” (Jay, 22 Oktober 2014, pukul 16.14 WIB)
Jawaban dari informan Iman hampir sama dengan informan Cin, bahwa
Iman lebih banyak membagi waktu bersama suami ketika bertemu, aktivitas yang
sering dilakukan lebih banyak dilakukan di rumah, liburan adalah pilihan ketika
menghadapi akhir pekan bersama anak. Berikut ini yang diutarakan oleh Iman:
“emm kegiatan…kalau kegiatan apa ya, kayak hari-hari biasa sih, ya masak bareng, kalau beres-beres rumah udah pasti aku, kasian kalau dia capek gak mungkin tak suruh ngapa-ngapain dek. Kalau udah gak capek ya dianya ngajak keluar makan bareng sama anak juga, pergi ke rumah mertua, ke rumah mamaku juga. Uda gitu aja sih.” (Iman, 23 Oktober 2014, pukul 19.15 WIB)
Dari hasil wawancara yang diungkapkan informan dapat diketahui
aktivitas masing-masing informan ketika di rumah adalah seperti yang dikatakan
oleh informan El, Den, Cin, Jay dan Iman adalah liburan bersama keluarga,
mengunjungi orangtua dari masing-masing pasangan dan melakukan rutinitas
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
99
sehari-hari seperti memasak dan membereskan rumah. Informan Cin lebih pandai
dalam membagi waktu, antara pekerjaan, orangtua, dan pasangan. Aktivitas yang
biasanya dilakukan pada saat bertemu suami adalah melakukan aktivitas biologis,
jalan-jalan, atau nonton acara favorit berdua dengan suami. Menurut Cin, pada
saat bertemu suami adalah moment yang penting dan tidak ingin ada gangguan.
Jadi kesimpulan yang diambil adalah aktivitas yang dilakukan oleh
pasangan ketika di rumah berbeda-beda. Masing-masing keluarga memiliki
kegiatan-kegiatan yang lebih bervariasi jika dilihat dari kondisi pekerjaan dan ada
tidaknya anak dalam keluarga ini. Keluarga yang memiliki pekerjaan yang banyak
menyita waktu luang biasanya menghabiskan aktivitas dengan pasangan dengan
membereskan rumah, mengunjungi orangtua, dan aktivitas biologis bersama
pasangan. Sedangkan keluarga yang sudah memiliki anak, lebih banyak kegiatan
yang dilakukan terfokus kepada anak misalnya dengan meluangkan waktu
berlibur bersama anak dan keluarga.
IV.2.8 Pemenuhan Fungsi-Fungsi Pokok Keluarga yang Dilakukan oleh
Pasangan Suami Istri ketika Long Distance
Dalam sub bab ini diuraikan hasil wawancara di lapangan tentang
pemenuhan fungsi-fungsi pokok keluarga (fungsi biologis, afeksi, sosialisasi,
religi, ekonomi, pendidikan) yang dilakukan oleh pasangan suami istri ketika long
distance. Pemenuhan akan fungsi-fungsi tersebut diutarakan oleh informan
sebagai berikut:
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
100
IV.2.8.1 Pemenuhan Fungsi-Fungsi Pokok Keluarga yang Dilakukan oleh
Pasangan Suami Istri ketika Long Distance (Fungsi Biologis)
Dari hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara dengan kelima
informan dapat diketahui bahwa pemenuhan biologis masing-masing informan
dipahami secara berbeda, misalnya informan El yang mengatakan bahwa:
“Hmm, hehe…kalau yang itu jelas gak bisa tergantikan ya njas, wajar kan misal aku kangen pengen dimanjain pengen cium pengen peluk suami juga, kalau udah gitu rasanya stress banget gak bisa ketemu soalnya.” “kalau skypean terus kan gak mungkin njas, jadi kudu ketemu. Pas suami kebetulan di Jakarta atau lagi di Jawa gitu aku usahain ketemuan sama suami. Yaudah kita habisin waktu bersama terutama buat pemenuhan biologis.” “Apalagi kalau malem senin sama malem jumat tuh aku stress banget. Apalagi habis liat film romantis yang ada adegan kissing, ML atau apalah langsung sensitive. Kadang ada orang yang lagi telpon mesra gitu bawaannya sensi.” (El, 11 Juni 2014, pukul 20.00 WIB)
Menurut pendapat Cin dalam hal pemenuhan biologis bersama pasangan
sangat berbeda dari El, karena menurut Cin kebutuhan biologis itu bukan sebuah
prioritas yang utama ketika bertemu, aktivitas itu ada dan dilakukan oleh Cin
bersama pasangan namun tidak harus seintim mungkin jka sedang bertemu
pasangan, seperti yang diutarakan berikut:
“jadi waktu menikahpun kebutuhan akan visual, maaf istilahnya sensasi-sensasi seksual itu pasti ada tapi gak seng sampek muluk-muluk yaapa ngunu misal haduh kalo gak gituan sama bojo terus gak iso turu, terus kalo orang kan biasane yaawloh kalo aku gak anu bojoku iku istilahe gak iso turu terus ngempet kepengen, aku sama suamiku tu kebetulan enggak, kene iku gak normal paling ya? Sing laine iku yo biasane kalo setelah menikah iku kan pingin itu pingin ini terus gandengan terus boncengan itu seneng banget, sedangkan aku sama suami udah kebiasaan sejak pacaran gak boncengan gak gandengan tangan karna aku istu istilahnya aku
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
101
dhewe itu isin, dia juga isin gitu kan, nah waktu udah nikah itu pun lho kan sek turune iku ae sek sungkan ngunu lho, dan maaf aku pun dua bulan setelah itu baru malam pertama, jadi selama itu kita sek adaptasi, aneh kok. Kamu pernah gak tanya dosenmu yang waktu itu sempat nyeletuk di kelas terus ditanggepi apa sama dosenmu? Yaudah aku sama suami pake cara itu, pake telepon terus skypean juga pernah, itu yang selama ini kita jalankan, Cuma selama ini kan kita ketemunya satu bulan sekali itupun gak maraton e aku.” “yaudah itu tuh cuman sekedar kebutuhan mari ngunu y owes mari yo mari yauwes gitu.” (Cin, 8 Juni 2014, pukul 15.20 WIB)
Pernyataan lain diungkapkan oleh informan Den yang mengakui bahwa
kebutuhan biologis bersama pasangan harus tersampaikan pada saat bertemu
dengan suaminya, hanya ada satu penyelesaian kebutuhan biologis dengan
pasangan yaitu dengan bertemu langsung, berikut ini jawaban Den:
“kalau soal itu udah pasti kita gak bisa dong kalau gak ketemu, soal kebutuhan intim menurutku hanya ada satu cara penyelesaian ketika LDR ya sebisa mungkin pas lagi ada libur kami ketemuan, terakhir ketemu pas lebaran haji kemaren kita sempatin buat ketemuan, nah pas lagi ketemu kebutuhan akan itu udah pasti tersampaikan.” (Den, 20 Oktober 2014, pukul 20.11 WIB)
Berbeda dengan informan Jay yang pada proses penyampaian kebutuhan
biologis ketika jarak jauh tersebut lebih banyak dialihkan dengan cara lain, karena
faktor belum bisa bertemu pasangan maka Jay biasanya hanya meminta foto dari
pasangan, video call dan skype. Tetapi Jay mengaku bahwa kebutuhan biologis
memang hanya dapat tersampaikan apabila bertemu langsung dengan pasangan.
Berikut ini pernyataan Jay:
“lhoh kudu dijawab iki dek mahasiswa? Isin lho dek. Piye ya, paling nek aku kangen pingin ketemu tap gak isok ketemu ya nyuwun potone bojo pas dia lagi aktivitas apa dia lagi santai, biasanya pas dia mau bobok ngirimi poto, terus atiku jadi adem nek wes liat potone. Nek ra yo skipian dek, sambi kerjo nek
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
102
kerjoane santai sih. Skipian neng omah nek ra ngunu, tapi nek kangen pol masalah biologis kudu ketemu deh dek, ra kuat nek iku. Cah lanang kan lebih besar daripada cah wedok, aku ngalahi nang Jakarta wes.” (Jay, 22 Oktober 2014, pukul 16.14 WIB)
Informan Iman juga memiliki pendapat yang hampir sama dengan
informan Cin, bahwa aktivitas biologis dengan pasangan itu hanya bisa dilakukan
pada saat bertemu. Kondisi long distance yang dialami saat ini lebih banyak
dilakukan dengan cara video call bersama suami. Berikut ini jawaban Iman:
“urusan itu ya tersampaikan pas ketemuan gitu, pas dia pulang aja, aku juga gak mungkin kan ke luar jawa anak sapa yang jagain kalau aku ke sana apalagi untuk urusan gairah, jadi nunggu suami pulang aja lah ya. Kangen iya, pengen sayang-sayanga iya, tapi selama itu masih bisa dimanajemenkan dengan suami gak bakalan jadi masalah. Suamiku juga biasanya video call gitu dia udah seneng, tapi kadang juga dia sensi kalau pas lagi kangen gak bisa tersampaikan hasratnya.” (Iman, 23 Oktober 2014, pukul 19.15 WIB)
Dari data hasil wawancara kelima informan dapat diketahui bahwa
pemenuhan biologis masing-masing informan dipahami secara berbeda, misalnya
informan El yang mengatakan bahwa pemenuhan biologis itu sangat dibutuhkan
olehnya, dan pemenuhan biologis ini tidak dapat tergantikan hanya melalui
teknologi komunikasi seperti skype. El mengatakan bahwa ada perasaan stress
ketika pemenuhan biologis tersebut belum terpenuhi. Berbeda dengan pengakuan
informan Cin yang mengatakan bahwa pemenuhan biologis dengan pasangan
bukan merupakan hal yang harus selalu dituntut untuk dipenuhi. Karena menurut
Cin, dirinya dan suaminya dalam hal pemenuhan biologis cukup dipahami sebagai
sekedar kebutuhan. Informan Den dan Cin hampir memiliki pengakuan yang
sama, bahwa pemenuhan biologis dengan pasangan menuntut untuk disampaikan
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
103
melalui pertemuan secara langsung/intim. Informan Jay lebih banyak mengontrol
hasrat biologisnya dan mengalihkan kepada kegiatan lain untuk menghilangkan
stress selama belum bisa terpenuhi. Informan Iman lebih banyak menyampaikan
hasrat biologisnya melalui teknologi komunikasi seperti skype/video call bersama
suami, tetapi hasrat kebutuhan biologis tersebut tetap menuntut untuk
tersampaikan kepada pasangan.
Jadi pemenuhan fungsi biologis pada pasangan suami istri long distance
hanya dapat terpenuhi ketika keduanya bertemu langsung, tetapi pada pasangan
lain merasa terbantu dengan adanya teknologi komunikasi seperti video call
maupun skype yang digunakan sebagai alat penyempurna ketika pasangan suami
istri belum bisa bertemu untuk memeuhi kebutuhan biologis dengan pasangan.
IV.2.8.2 Pemenuhan Fungsi-Fungsi Pokok Keluarga yang Dilakukan oleh
Pasangan Suami Istri ketika Long Distance (Fungsi Afeksi)
Dari hasil wawancara yang diperoleh dengan kelima informan dapat
diketahui bahwa fungsi afeksi masing-masing informan dipahami secara berbeda,
misalnya informan El yang mengatakan bahwa:
“dia gak minta sih, tapi pernah tak bawain boneka angry birds Cuma dia nya gak mau sukanya teddy bear aja, tapi karna dia alergi sama debu penyakit turunan emaknya nih hehe jadi gak aku kasih boneka terlalu banyak, paling pas aku pulang tak belikan baju baru gitu dia udah seneng banget. Kalau makanan anak gak suka aneh-aneh, dia mirip aku sukanya mie Aceh. Hehe jadi pas pulang dia mesti ngajak aku makan mie Aceh.hahaha” “anakku pernah sakit, demam tinggi gak turun-turun, aku langsung pulang njas…untungnya demamnya cepet turun, setelah itu aku baru bisa balik lagi ke Surabaya.” “kalau perhatian sih mungkin nanyain udah makan belum, kalau ke anak mungkin pas skypean tanyain tadi adek ngapain di sekolah? Kalau pas ketemu udah pasti jadi ibu rumah tangga dan istri yang sesungguhnya, mandiin anak, masak juga, bersih-bersih
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
104
pokoknya sebisa mungkin maximalin tugasku selama di rumah.” (El, 11 Juni 2014, pukul 20.00 WIB)
Informan El lebih banyak memberikan bentuk kasih sayangnya kepada
sang buah hati melalui buah tangan yang diberikan pada saat moment-moment
pulang ke rumahnya, selain itu pada saat long distance dirinya memberikan fungsi
afeksi dalam hal mengontrol tumbuh kembang anak yang biasanya dilihat dari
media skype bersama sang buah hati. Berbeda dengan pernyataan Cin yang belum
memiliki anak maka bentuk perhatian lebih banyak tercurah kepada suami,
berikut ini jawaban Cin:
“aku eksaitednya dia tuh pada saat opo yo de’e misale aku lagi, aku kan seneng dielus-elus ngunu, yo dielus elus ngunu iku aku wes sueneeng banget. Pokoknya kalok turu iku yo maaf istilahe iku dikeloni ngunu iku aku wes sueneng dan aku wes ngerasa iku eksaited karna aku merasa terlindungi kan biasane aku dhewean selalu mengambil keputusan sendiri, jadi pada saat deket moment-moment itu gitu lho, moment-moment sing dulu aku pacaran gak pernah itu malah aku yang membikin kita eksaited daripada sekedar berhubungan suami istri, kalo dia memang yo namanya laki-laki kan libidonya otomatis lebih tinggi daripada aku, dan gak bisa menahan, kayak gitu. Jadi de’e iku ngomonge eksaited iku pada saat aku maen karo dimasako mamah. Wes ngono jadi pas dimasakno mamah dan masakane uenak uwiih iku de’e bener-bener ngroso opo yo istilahe berbunga-bunga ngunu.” (Cin, 8 Juni 2014, pukul 15.20 WIB)
Jika menurut Cin bentuk afeksi yang diberikan kepada suami adalah
dengan memberikan pelayanan biologis dan membuatkan masakan kesukaan
suami, maka informan Den memiliki pendapat yang berbeda, berikut ini jawaban
Den:
“ya kurang lebih sama sih, cuman kan kalau LDR misal nanyain ke anak-anak udah makan belum, jaga kesehatan, gimana PR
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
105
sekolahnya gitu-gitu, kalau pas ketemu ya lebih kayak dampingin mereka pas lagi belajar bikin PR sekolahnya, nyiapin bekal makanan mereka, nyiapin baju suami dan anak-anak juga, ya seperti layaknya ibu rumah tangga lah ya. Udah palingan gitu sih, berbagi tugas juga sama suamiku.” (Den, 20 Oktober 2014, pukul 20.11 WIB)
Informan Den mengatakan bahwa bentuk pemenuhan fungsi afeksi lebih
banyak dilakukan dengan suami adalah berbagi tugas pada saat di rumah. Berbeda
dengan pendapat Jay yang mengatakan bahwa dirinya lebih banyak memberikan
support kepada istri pada saat long distance. Seperti yang diutarakan berikut ini:
“ngeluh wajar namanya juga perempuan paling ingin dimengerti nek jare lagu, haha. Ngeluh paling kesel-kesel mas kerjaan lagi banyak gak bisa pulang mas, ngono dek. Terus aku semangatin dia ben ndang mari garapane terus pulang ke sini.” (Jay, 22 Oktober 2014, pukul 16.14 WIB)
Hal yang serupa juga diutarakan oleh Iman yang mengaku bahwa bentuk
perhatian dari suami selalu diberikan kepadanya sebelum dan setelah long
distance, bentuk afeksi tersebut lebih banyak didapatkan dari suaminya, berikut
jawaban Iman:
“suamiku sering bahkan selalu ngasih perhatian ke aku apalagi ke anak, sebelum dan sesudah longdistance tetep gitu, cuman masalahnya pas jarak jauh perhatian itu hanya tersampaikan via media elektronik kan dek tau sendirilah yah.” (Iman, 23 Oktober 2014, pukul 19.15 WIB)
Dari data hasil wawancara dengan kelima informan dapat dipahami bahwa
para informan saling memberi dan saling membutuhkan pemenuhan afeksi (rasa
kasih sayang) dari pasangan dan juga anak. Seperti yang dikatakan oleh El bahwa
bentuk kasih sayang yang dilakukan oleh El kepada anak adalah dengan
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
106
memberikan perhatian melalui skype. Selain itu, biasanya ketika El pulang selalu
melakukan tugasnya sebagai seorang ibu sekaligus istri. Sedangkan informan Cin
mengatakan bahwa dirinya suka dengan perlakuan lembut sang suami ketika
bertemu, misalnya belaian. Hal tersebut dipahami oleh informan sebagai wujud
kasih sayang pasangan. Cin mengaku, suaminya merasa terpuaskan ketika kasih
sayang tersebut diwujudkan melalui hubungan intim dan masakan sang istri.
Sedangkan informan Den lebih banyak memfokuskan perhatian ke anak dengan
membimbing dan memantau perkembangan pendidikan sang buah hati yang
dilakukan bersama-sama sang suami meskipun kondisi jarak jauh. Informan Jay
lebih banyak memberikan perhatian melalui teknologi komunikasi yang biasanya
diwujudkan dalam bentuk kata-kata motivasi untuk sang istri. Informan Iman juga
memiliki perlakuan yang hampir sama dengan Cin, bentuk-bentuk perhatian
sebelum dan sesudah long distance tetap sama hanya saja untuk kondisi seperti
sekarang lebih banyak perhatian tersebut disampaikan secara tidak langsung
melalui teknologi komunikasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pemenuhan fungsi afeksi pada pasangan
suami istri yang menjalani long distance salah satunya adalah memberikan kasih
sayang kepada suami/istri dan anak dalam bentuk perhatian, hadiah, surprise,
pelukan, dan belaian. Tetapi tidak semua pasangan melakukan cara yang sama,
misalnya lebih banyak fungsi afeksi diwujudkan dalam bentuk kata-kata motivasi
kepada pasangan, hal ini dinilai merupakan bentuk dukungan kasih sayang atau
perhatian kepada pasangan ketika long distance.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
107
IV.2.8.3 Pemenuhan Fungsi-Fungsi Pokok Keluarga yang Dilakukan oleh
Pasangan Suami Istri ketika Long Distance (Fungsi Sosialisasi)
Dari hasil wawancara yang diperoleh dengan kelima informan dapat
diketahui bahwa pemenuhan fungsi sosialisasi masing-masing informan dipahami
secara berbeda, misalnya informan El yang mengatakan bahwa:
“pendidikan moral sepenuhnya aku serahin ke bapaknya. Tapi keluarga besar juga ndukung, misalnya ngajarin berdoa sebelum makan, cium tangan, salam gitu-gitu. Terus nanti pas skypean aku tanyain, adek tadi udah cium tangan abi? Misalnya kayak gitu.” “soal agama sih abinya ya yang ngasih pendidikan soal agama, Alhamdulillah abinya khan bisa ngaji, jadi kalau di rumah diajari sama abinya, misal abinya lagi solat gitu dia ikutan solat.” (El, 11 Juni 2014, pukul 20.00 WIB)
“kalau jauh gini anak-anak kan ikut ayahnya jadi apa-apa yang ngajarin ayahnya, misal ada PR gitu biasanya minta diajarin ayahnya, aku juga ngontrol dari jauh nanyain udah solat belum udah baca alqur’an belum dek? Alhamdulillah ayahnya kalau pas habis maghrib mesti ngajak anak-anak solat jamaah, ngajarin anak-anak baca doa-doa gitu, ya anak-anak di sekolahnya juga diajarin pelajaran bagus juga, kalau sore ikut semacam TPQ gitu juga diajarin soal agama.” (Den, 20 Oktober 2014, pukul 20.11 WIB)
Dari jawaban kedua informan masing-masing memiliki jawaban yang
hampir serupa mengenai fungsi sosialisasi lebih banyak dilakukan oleh suami
kepada anak-anak karena anak-anak berada di bawah asuhan para suami. Berbeda
dengan pendapat Cin yang mengatakan bahwa:
“pada saat deket moment-moment itu gitu lho, moment-moment sing dulu aku pacaran gak pernah itu malah aku yang membikin kita eksaited daripada sekedar berhubungan suami istri, kalo dia memang yo namanya laki-laki kan libidonya otomatis lebih tinggi daripada aku, dan gak bisa menahan, kayak gitu. Jadi de’e iku ngomonge eksaited iku pada saat aku maen karo dimasako mamah. Wes ngono jadi pas dimasakno mamah dan masakane
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
108
uenak uwiih iku de’e bener-bener ngroso opo yo istilahe berbunga-bunga ngunu.” “makanya aku tuh kalok mertua jik ketar ketir jik durong onok sekonsep soale gimana gimana dia penganut samawa gitu lho, sehingga aku kudu ngikut mau gak mau ke Kupang akhirnya, tapi kalok dari mas Har sendiri sebagai juru bicara ke mertuaku, kalau aku kan gak mungkin diomongno, gak mungkin di dengerin, aku akhire yawes saya manut mas Haris aja buk, dek e gini wes aku aja yang mbalik ke Surabaya yowes sejauh ini gitu. Jare dek e yo gak betah kok nang kono.” (Cin, 8 Juni 2014, pukul 15.20 WIB)
Jawaban lain yang diungkapkan oleh informan Jay berikut ini:
“iya kita belum dikasih anak sampai sekarang, kalau nunda aku sama istri gak ada rencana nunda-nundaan dek, masio sekarang gak serumah nek pas ketemu berharap istriku hamil dan bisa pindah Surabaya lagi. Jujur ae aku ra tego lah dek bojoku hamil terus dhewean nang kono. Nek isok ya dia hamil iku pindah Surabaya maneh lah ya bene isok tak jagain.” (Jay, 22 Oktober 2014, pukul 16.14 WIB)
Informan Jay mengakui bahwa dirinya lebih banyak memikirkan strategi
untuk mengakhiri kondisi long distance yang dialami olehnya saat ini karena Jay
tidak sanggup tinggal berjauhan apalagi dengan kondisi istri yang sedang hamil
hal itu yang sampai saat ini lebih banyak dibicarakan bersama pasangan. Berbeda
lagi dengan pendapat informan Iman yang mengatakan bahwa:
“dia berusaha ngadem-ngademin pikiranku, ngasih tau tar kemungkinan baiknya apa kemungkinan buruknya juga apa, jadi sebelum pindah dia banyak ngasih tau gimana nanti ke depan sebelum dan sesudah LDR tuh gimana.” “ya aku sih ini dek, awalnya terharu juga sedih juga ya, hampir putus asa karena aku orangnya emang gak bisa jauh dari pasanganku dek, makanya nyesek pas pisah gini, tapi dia selalu ngeyakinin aku kalau LDR ini gak bakalan lama kok.” (Iman, 23 Oktober 2014, pukul 19.15 WIB)
Iman berpendapat bahwa selama ini dengan kondisi rumah tangga jarak
jauh, sang suami lebih banyak memberikan pengertian dan memberikan nasehat-
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
109
nasehat agar Iman mau bersabar dengan kondisi tersebut. Dan cara itu terbukti
berhasil membuatnya tenang untuk beberapa waktu. Iman mengakui bahwa
karena faktor tidak terbiasa hidup sendiri maka perasaan cemas mengganggu
aktivitas Iman ketika berada jauh dengan suami.
Dari data yang diperoleh melalui wawancara bersama kelima informan
dapat diketahui bagaimana pemenuhan terhadap fungsi sosialisasi yang dilakukan
oleh informan kepada keluarga dan juga anak. Seperti yang dikatakan oleh El dan
Den bahwa fungsi sosialisasi diwujudkan melalui pendidikan moral yang lebih
banyak dilakukan oleh suaminya, El menyerahkan sepenuhnya kepada suaminya
mengenai proses sosialisasi kepada anak sejak dini. El yakin, suaminya memiliki
pengetahuan yang lebih baik untuk mendidik anaknya. Sedangkan informan Cin
mengatakan bahwa menurut Cin, bentuk atau wujud dari fungsi sosialisasi dalam
rumah tangganya adalah pada saat suaminya merasa terpuaskan dalam hal sex dan
juga makanan. Informan Jay mengatakan bahwa wujud dari fungsi sosialisasi
dalam rumah tangganya adalah pada saat membangun pengertian bersama istri
dalam hal memiliki momongan yang nantinya memberikan pengaruh terhadap
kelanjutan rumah tangga ketika long distance. Sedangkan informan Iman
mengakui bahwa wujud dari sosialisasi dalam rumah tangganya adalah ketika
sang suami berusaha untuk memberikan pengertian dan pemahaman ketika
kondisi keduanya terpisah oleh jarak, informan Iman bisa merasa aman, merasa
tenang dan nyaman itu merupakan wujud dari keberhasilan fungsi sosialisasi
keduanya ketika jarak memisahkan.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
110
Maka dapat disimpulkan bahwa pemenuhan fungsi sosialisasi dalam
kehidupan pasangan suami istri yang menjalani long distance salah satunya adalah
terpenuhinya pendidikan moral ke anak, tersampaikannya keinginan/hasrat untuk
menyayangi dan mencintai pasangan, terpenuhinya kepuasan batin yang lebih
stabil dari kebutuhan seks masing-masing pasangan, bentuk-bentuk perhatian dan
kasih sayang yang diwujudkan dengan membangun pemahaman bersama
pasangan.
IV.2.8.4 Pemenuhan Fungsi-Fungsi Pokok Keluarga yang Dilakukan oleh
Pasangan Suami Istri ketika Long Distance (Fungsi Religi)
Dalam sub bab ini diuraikan hasil wawancara dengan kelima informan
tentang pemenuhan fungsi agama pada pasangan suami istri ketika long distance.
Pemenuhan fungsi agama tersebut diutarakan oleh informan El sebagai berikut:
“selama LDR aku selau berkeyakinan gini, selama aku tidak berpaling kepada Allah, maka pasanganku juga tidak akan berpaling kepadaku, jadi cinta kita hanya tertuju kepada Allah semata, untuk masalah jodoh rejeki dan sebagainya insya Allah udah ada jalannya kok.” (El, 11 Juni 2014, pukul 20.00 WIB)
Menurut pengakuan informan El dalam hal agama, bahwa dengan kondisi
long distance pemahaman tentang agama sangat bermanfaat untuk kehidupan
rumah tangganya. Dengan bekal pengetahuan agama yang kuat El merasa selalu
yakin bahkan dengan kondisi jarak jauh dengan pasangan. Sedangkan informan
Cin mengatakan bahwa:
“Oooh emmm gini kalok aku tuh gak seberapa sepakat sama konsep sakinah mawadah warohmah, kenapa? Karena sakinah mawadah warohmah yang dicontohkan adalah keluarga yang harmonis, ada anak, soleha, tinggal seatap selalu melayani. Yang setauku adalah yowes patriarkhi itu. Terus kalok misalnya suami
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
111
pengen mintak poligami apa apa lah. Aku gak pengen kayak gitu. Dan suamiku juga gak sepakat sama hal kayak gitu. Nek misal kita gak punya anak terus opo o buyaar? Kan kayak gitu. Terutama sing tertekan ambek sakinah mawadah warohmah kan anak itu, untuk melanjutkan keturunan lah istilahe. Kita emang pengen melanjutkan keturunan, tapi misal kene kendala sama kesehatan terus gak bisa punya anak, opo yo gak isok nek misale cara lain misale bayi tabung gak isok gawe cara lain, anak sodara sing gak isok diangkat y owes anak adopsi sing penting wes kita bisa melanjutkan keturunan nah iku aku gak sepakat ambek konsep sakinah mawadah warohmah, nek misal aku didoain semoga samawa gitu aku biasane yowes amin tapi gak terlalu tak ini karna sudah ada mainstream aku itu bukan sakinah mawadah warohmah tapi bener bener menjalani ini sebagai suatu kewajiban, jadi konsep ibadah itu juga tidak harus apa itu namanya identik dengan sakinah mawadah warohmah tapi kan banyak cara, orang solat aja gak harus gini tergantung kondisinya misal dia di mobil kan juga bisa solat sambil duduk yang penting kan solatnya bukan harus pada gerakannya orang tuh kejebaknya di situ. Nah dari situ aku jugak dapet masukan-masukan apa istilahnya masukan-masukan ini tuh jugak aku opo wes sebelumnya aku kan wes tau ngaji di STID itu kan? Nah itu yo dari situ aku dapat konsep yoopo seh me opo istilahne hukum perkawinan kayak gitu. Sebenere kita itu terjebak pada substansi ibadahnya atau tata perkawinannya ataukah cara ceremonialnya yang kayak gitu-gitu. Wes sok sok ijab pakek basa arab lah langsung opo istilahe islamik banget, karna ada konsep itu kita pokoknya kalok kita udah satu visi pokoknya kita udah ada konsep itu njalani tuh wes yo relative lebih gampang dibandingkan kosong oblong oblong, meskipun kita kosongan minimal harus ada yang dikomunikasikan. Pas dikomunikasikan yo ono kesepakatane, terus yang kedua harus ada yang ditaati oleh kedua belah pihak, kalok udah ditaati nanti misalkan dek e ono revisi, evaluasi, redefinisikan kembali hubungan iki iku sing yoopo, sejauh ini ya.” “takut sama Allah…takut aja sama Allah wes prinsipe kalok kita takut sama Allah secara otomatis eeee opo kene iku mau opo mau mlakukan sesuatu yang buruk itu pasti gak jadi.” (Cin, 8 Juni 2014, pukul 15.20 WIB)
Dengan jawaban informan Cin tersebut dapat diketahui bahwa
pengetahuan tentang agama membawa pengaruh terhadap bagaimana Cin
mengambil sikap dan menghadapi sebuah permasalahan dalam rumah tangganya.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
112
“kalau soal agama buat aku sangat penting karena itu merupakan tuntunan hidupku, kalau dihubungkan sama kehidupan keluargaku selama LDR gini agama adalah penentram jiwa yah kalau menurutku, jadi misal aku lagi ruwet masalah kerjaan atau sekolah aku curhat sama Tuhan habis itu adem pikiranku, terus aku juga curhat ke suamiku dan dia juga kasih nasehat-nasehat bijak terutama nyuruh aku banyak istighfar solatnya juga ditingkatkan, terus kalau kita lagi ada masalah suamiku selalu ingetin aku untuk pasrah pada Tuhan dan ngeyakinin kalau bakalan ada jalan keluar dari masalah itu. Alhamdulillah pengetahuan agama suamiku bagus banget, jadi suamiku bimbing anak-anak soal agamanya juga bagus.” (Den, 20 Oktober 2014, pukul 20.11WIB)
Dari pengakuan Den bekal pengetahuan agama membantunya dalam
menyelesaikan permasalahan rumah tangga maupun karirnya. Dengan adanya
keyakinan yang kuat dari pengetahuan agamanya, Den percaya bahwa disetiap
masalah pasti memiliki jalan keluar.
“agamaku muslim, istri juga muslim, aku dari kecil dididik di keluarga yang agamanya bagus dek, begitu juga istriku dari kecil dia pernah cerita pernah ikut pesantren semacam gitu lah, pengetahuan agamanya juga bagus dia, dan selama ini kalau untuk urusan agama terutama untuk rumah tanggaku udah pasti amat penting dek. Dari situ aku sama istri banyak menemukan jalan apalagi ketika kami sedang ada masalah, dia juga ngingetin aku terus untuk ibadah, biar rejeki lancar, dan Alhamdulillah Tuhan mesti ngasih jalan ndelalah ada ja dek. Rumah tanggaku adem ayem meski kadang ada konflik tapi gak ada lama-lamaan nesu nesuan, istighfar terus gak lama baikan lagi. Terus apa yang gak boleh dilakuin ketika udah rumah tangga, apa yang baik sama enggak kita sama-sama saling belajar dari agama kita dek, saling meluruskan saling mengingatkan sesuai sama yang diajarin sama agama kita bagaimana untuk membangun keluarga yang sakinah mawadah warohmah, udah itu kuncinya biar rumah tangga awet.” (Jay, 22 Oktober 2014, pukul 16.14 WIB)
Pengakuan lain yang diutarakan oleh Jay mengenai fungsi agama bagi
kehidupan rumah tangganya adalah memberikan kedamaian hati dan pikiran pada
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
113
saat Jay menghadapi masalah rumah tangganya. Dengan berbekal pemahaman
agama yang kuat, Jay merasa dirinya lebih dapat berpikir jernih. Sedangkan
informan Iman memberikan pendapat berikut ini:
“untuk kondisi rumah tangga yang jarak jauh agama itu segalanya buat aku dek, kalau lagi kepikiran yang enggak-enggak aku langsung astaghfirullah, terus ambil air wudhu habis itu tak buat curhat sama Tuhan. Setelah itu hati dan pikiran adem, apalagi kalau inget anak pasti langsung ilang pikiran-pikiran buruk.” (Iman, 23 Oktober 2014, pukul 19.15 WIB)
Dari hasil wawancara dengan informan diketahui bahwa kelima informan
masing-masing memiliki bekal pengetahuan agama yang tidak jauh berbeda.
Tetapi, dalam prakteknya masing-masing informan memiliki jawaban sendiri.
Misalnya informan El mengatakan bahwa dengan berpegang teguh kepada agama
dan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan, maka kehidupan rumah tangganya
akan selalu awet dan terjaga dari hal-hal yang buruk. Informan Cin memiliki
jawaban sendiri tentang pemahaman agamanya bahwa dengan memiliki prinsip
selalu takut dan ingat kepada Tuhan, dengan takut dan selalu mengingat Tuhan
maka informan Cin yakin dirinya terhindar dari sesuatu yang buruk. Informan
Den juga memiliki keyakinan yang kuat bahwa dengan berbekal pengetahuan
agama maka kondisi rumah tangga yang terpisah oleh jarak akan selalu diberikan
kedamaian. Sedangkan informan Jay mengatakan bahwa rumah tangganya yang
sedang mengalami longdistance dikuatkan oleh keyakinan yang diperoleh melalui
agama yang biasanya Jay wujudkan dengan rajin beribadah dan dukungan
spiritual yang diberikan oleh sang istri ketika sedang mengalami masalah rumah
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
114
tangga, hal ini juga diakui oleh informan lain yaitu informan Iman yang memiliki
spirit agama yang kuat.
Sehingga dapat disimpulkan pemenuhan fungsi religi/agama pasangan
suami istri ketika long distance masih dimiliki oleh masing-masing pasangan,
karena beberapa informan memiliki latarbelakang agama yang kuat dan masing-
masing pasangan suami istri saling memberikan support mengenai pengetahuan
agama yang kemudian dijadikan pedoman hidup sehari-hari, selain itu dengan
berbekal pengetahuan tentang agama yang baik dapat dicontohkan kepada anak-
anak.
IV.2.8.5 Pemenuhan Fungsi-Fungsi Pokok Keluarga yang Dilakukan oleh
Pasangan Suami Istri ketika Long Distance (Fungsi Ekonomi)
Dalam sub bab ini diuraikan hasil wawancara dengan kelima informan
tentang fungsi ekonomi pada pasangan suami istri ketika long distance.
Pemenuhan fungsi ekonomi tersebut diutarakan oleh informan El sebagai berikut:
“kebutuhan ekonomi Alhamdulillah yah udah nyukupin, suamiku juga Alhamdulillah kerjaan udah menetap di sana, nanti kalau aku balik Aceh juga udah ditawarin kerjaan sih, jadi lumayan lah rejeki buat anak juga.” (El, 11 Juni 2014, pukul 20.00 WIB)
El mengatakan bahwa tidak ada permasalahan mengenai kebutuhan
ekonomi dalam rumah tangganya. Dengan penghasilan dari masing-masing
pasangan El mengatakan penghasilan tersebut sudah dapat mencukupi kebutuhan
rumah tangganya. Pendapat sama diutarakan oleh informan Den yaitu:
“ekonomi keluarga lumayan lah cukup ya, masih ada lah pokoknya kalau untuk nyukupin kebutuhan sehari-hari, yang paling penting kebutuhan untuk anak-anak juga alahamdulillah
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
115
masih nyukupi buat mereka sekolah dan lain-lain masih ada.” (Den, 20 Oktober 2014, pukul 20.11WIB)
Informan ini mengatakan bahwa kebutuhan ekonomi dalam keluarga dapat
terpenuhi dan kebutuhan pokok lain juga sudah tercukupi dari penghasilan kedua
pasangan. Informan lain seperti Cin, Jay dan Iman juga memiliki jawaban yang
sedikit banyak sama, berikut ini jawaban Cin:
“untuk kebutuhan ekonomi sejauh ini Alhamdulillah ada aja rejekinya, suami juga lancar kerjaanya, aku juga dikit-dikit dapet penghasilan dari ngajar lumayan bisa saving, mash bisa nyukupi kebutuhan lain juga, pokoknya masih cukup istilahnya, kita juga udah saving-saving buat nanti kalau aku hamil, untuk sekarang dapat dikatakan tercukupi.” (Cin, 8 Juni 2014, pukul 15.20 WIB)
“penghasilan istri sama penghasilanku lumayan bisa buat nyukupin kebutuhan sehari-hari, sebenernya dia gak harus kerja, tapi aku juga gak pernah ngelarang istri buat nyari duit sendiri, sampai sekarang kebutuhan akan ekonomi masih bisa diatasi.” (Jay, 22 Oktober 2014, pukul 16.14 WIB)
“kebutuhan ekonomi kalau udah nikah itu bisa berlipat-lipat lhoh apalagi udah ada anak, tapi sampai saat ini gajiku sama gaji suami masih bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga kami, anak juga masih bisa merasakan pendidikan yang bagus dengan sekolahnya yang bagus kan biayanya juga gak sedikit, terus untuk kebutuhan sehari-hari masih bisa lah diatasi.” (Iman, 23 Oktober 2014, pukul 19.15 WIB)
Dari pengakuan kelima informan dalam kaitannya dengan pemenuhan
kebutuhan ekonomi/ fungsi ekonomi dalam rumah tangga pasangan suami istri
yang long distance informan El, Den, Cin, Jay dan Iman merasa masih tercukupi
kebutuhan ekonomi sehari-harinya. Dengan penghasilan dari kedua pasangan
memberikan dampak positif dalam memperbaiki ekonomi keluarga.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
116
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemenuhan fungsi ekonomi keluarga
pasangan suami istri pada kondisi long distance bahwa dengan adanya pendapatan
dari kedua pasangan suami istri membawa dampak terhadap perbaikan ekonomi
rumah tangga sehingga kebutuhan ekonomi terpuaskan/teratasi.
IV.2.8.6 Pemenuhan Fungsi-Fungsi Pokok Keluarga yang Dilakukan oleh
Pasangan Suami Istri ketika Long Distance (Fungsi Pendidikan)
Dalam sub bab ini diuraikan hasil wawancara dengan kelima informan
tentang fungsi pendidikan pada pasangan suami istri ketika long distance.
Pemenuhan fungsi pendidikan tersebut diutarakan oleh informan sebagai berikut:
“pendidikan anak udah seratus persen aku serahin sama suamiku, sekarang anak kan masih kecil, dia masih PAUD jadi sekolahnya belum begitu gimana-gimana, pokoknya dia dapet ilmu dari sekolahnya, gak lupa juga kami yang bimbing dia untuk urusan kayak misal berdoa sebelum makan, cium tangan sebelum berangkat sekolah, ya gitu aja sih.” (El, 11 Juni 2014, pukul 20.00 WIB)
“anak-anak udah tercukupi kok pendidikannya, mulai dari pelajaran di sekolah yang pelajaran umum, sampai pendidikan agama juga semuanya dapet. Alhamdulillah sekolah mereka bagus, jadi gak kuatir lah kalau soal pendidikan.” (Den, 20 Oktober 2014, pukul 20.11WIB)
“pendidikan buat anak itu nomer satu, jadi untuk pemenuhan akan pendidikan yang bagus buat anak insyaAllah terpenuhi dengan baik, aku sama suami emang dari awal udah nyari sekolah mana nih tar yang kira-kira bagus kualitasnya, terus si anak juga kira-kira mau apa gak, itu jadi bahan pertimbangan kami. Untuk saat ini aku sih ngerasanya kebutuhan akan fungsi pendidikan itu udah terpuaskan apalagi kalau liat prestasi anak bagus, itu bikin bangga dan puas.” (Iman, 23 Oktober 2014, pukul 19.15 WIB)
Dari ketiga informan El, Den dan Iman mengatakan bahwa kebutuhan
akan fungsi pendidikan bagi anak-anak sudah terpenuhi dengan baik melalui
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
117
pendidikan bak di sekolah formal maupun pendidikan non formal. Berbeda
dengan pendapat Jay dan Cin yang lebih kepada persiapan diri menjadi orangtua
dengan mempersiapkan segalanya termasuk pendidikan bagi anaknya. Berikut ini
jawaban Jay:
“kalau untuk fungsi pendidikan apa ya, emang kita belum ada anak, jadi pemenuhan akan fungsi pendidikan lebih kepada bagaimana kami mempersiapkan menjadi orangtua nantinya, kayak ngelakuin kebiasaan-kebiasaan yang positif biar nanti anak nyontoh yang baik-baik aja, lebih kepada belajar ngasih contoh kepada anak nanti, pokoknya nyiapin lah istilahnya.” (Cin, 8 Juni 2014, pukul 15.20 WIB)
“kebutuhan pendidikan pasti adalah ya nanti kalau ada anak, untuk sekarang belum ada anak jadi cuman ini sih belajar-belajar dulu untuk ngasih contoh buat anak, terus mikirin tar sekolah yang bagus buat anak tuh. Emmm terus apa ya, mungkin ini belajar mempersiapkan diri untuk jadi orangtua yang bener.” (Jay, 22 Oktober 2014, pukul 16.14 WIB)
Dari hasil wawancara dengan kelima informan El, Den, Cin, Jay, dan Iman
memiliki kesamaan pandangan bahwa fungsi pendidikan telah terpenuhi dengan
adanya kenyataan bahwa anak-anak mendapatkan pendidikan yang berkualitas
dan para pasangan suami istri yang belum memiliki anak juga mempersiapkan diri
untuk dapat memberikan pendidikan yang bagus untuk anak-anaknya nanti.
Dapat disimpulkan bahwa pemenuhan fungsi pendidikan dalam kehidupan
rumah tangga pasangan suami istri dapat terpenuhi dengan baik dan diwujudkan
melalui pendidikan yang layak bagi anak-anak mereka. Dan dari masing-masing
informan tentunya memiliki pilihan-pilihan tersendiri sesuai dengan kondisi sang
anak.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
118
IV.2.9 Komitmen yang Dibangun oleh Pasangan Suami Istri ketika Long
Distance
Dalam sub bab ini diuraikan hasil penelitian di lapangan tentang komitmen
yang dibangun oleh pasangan suami istri ketika long distance. Bentuk komitmen
yang dibangun pasangan suami istri tersebut diutarakan oleh informan El sebagai
berikut:
“karena niatku untuk sekolah jadi bismillah aja, suami juga akhirnya bisa ngerti, jadi kami jalani aja semuanya apa adanya, karna semuanya udah diatur sama Allah.” “kami berdua selalu berpikir positif bahwa LDR ini semua udah digariskan Tuhan, dan kami berdua percaya bahwa meskipun LDR, keluarga masih harmonis dan pas kami berkumpul lagi insya Allah masa depan nanti lebih baik.” “kami sepakat sama-sama berjuang demi masa depan yang lebih baik pastinya, kalau untuk anak sejauh ini kan dia masih kecil banget ya jadi kami jalanin aja apa adanya sambil ngeliat perkembangan dia nanti, yang pasti meskipun LDR kayak sekarang kami yakin aja ini juga demi masa depan anak dan rumah tangga kami.” (El, 11 Juni 2014, pukul 20.00 WIB)
Sedangkan informan Cin menyatakan pendapat lain, berikut ini pernyataan
Cin: “Kan aku tuh LDR karna faktor pekerjaan, ya dia gini apa tuh namanya setiap alangkah satu langkahpun dia mesti diskusi sama aku. Aku dhewe waktu itu mikire yo aku terus lapo mikir nemen LDR karna ada strateginya, terus yaudah gapapa lanjut aja ambil. Lha saat dia ambil kerjaan itu akhirnya karna kita akhirnya kembali lagi sudah ada omongan kita mentaati omongan itu dua-duanya akhirnya gak ada problem karna kita udah istilahne wes kita iki omonganmu jangan sampek menjilat ludah sendiri lah istilahe.” “Yang pertama itu kalo dalam kehidupan rumah tangga yang menjalani kita, jadi kita harus buat kesepakatan dulu sama pengene suami yoopo, harus saling mempertimbangkan orang tua. Kalok aku gitu prinsipnya, kalok udah berumah tangga kita punya tanggungjawab sendiri, makan sendiri, cari uang sendiri, gitu kan? Gak lagi tergantung sama orang tua itu prinsipku. Walaupun aku sekarang nempatin rumah yang diberikan sama ibukku tapi tak cicil gitu lho, apa aku sama suamiku punyak prinsip apa kita berumah tangga ojok sampek ngrepotin orang tua lagi. Lha tapi
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
119
waktu aku tanya lek papa sendiri gimana? Jujur lek papa iki gak selalu ngarep sing yoopo memang kita harus punya anak, papa pengen punya anak. Tapi kalopun misale worsecase sing gak isok duwe anak pun yo gak masalah, aku nikahin mamah iku bukan karna pengen duwe anak, jadi konsep keluarga kita dari awal pun yang kita bangun adalah kita bersama opo jenenge saling melengkapi duduk karna aku pengen duwe anak ambi awakmu, duduk gitu. Jadi eee walaupun dia dibesarkan, aku senenge suamiku tuh opo walaupun dia dibesarkan dari keluarga sing patriarkhinya kuat tapi pola pikirnya dia sangat-sangat anti patriarkhi. Bahkan dia lho sampek benci karo LHI sing sangat menentang poligami kayak gitu. Dia sangat opo istilahnya memberikan kebebasan aku gitu lho, bahkan ibarate istilahe opo yo konsep suami harus nurut istri dia gak anu…aku sering ngelek-ngelekno dek e, anu dek e opo misale dek e opo jenenge lagi tukaran, papah itu gimana sheh gak anu…wes gedhe anu ngene ngene ngene. Iku yowes dek e iya mama aku maaf. Kata maaf bagi dia tu sudah biasa. Ya itulah yang akhirnya membuat aku bisa bertahan. Sebelum nikah tuh sempet galau, yoopo yo mbesuk isok ta menikah jarak jauh ngene ngene ngene? Sempet galau tapi, satu hal yang membuat aku eee istilahnya eee ngaboti dek e walaupun aku itu gak pernah ketemu dia sebelumnya meskipun kita pacaran, istilahe taarufan.” (Cin, 8 Juni 2014, pukul 15.20 WIB)
Dari kedua informan yaitu El dan Cin masing-masing memiliki komitmen
yang kuat dengan tujuan yang berbeda dari masing-masing informan. El memiliki
pendapat bahwa komitmen yang dibangun bersama suami adalah dengan tujuan
masa depan yang lebih baik melalui jenjang karir dan pendidikan tinggi yang
sedang dijalani saat ini. Sedangkan Cin mengatakan bahwa komitmen yang
dibangun bersama suami adalah dalam hal menjaga komitmen itu sendiri ketika
rumah tangga dihadapkan pada kondisi long distance. Informan lain seperti Den
misalnya mengatakan bahwa:
“keluarga yang harmonis menurutku adalah keluarga yang bisa menjalankan komitmen sebuah hubungan antara suami dan istri di saat jauh maupun dekat, LDR bukan dijadikan alasan untuk tidak mempertahankan komitmen rumah tangga, LDR juga ngajarin kami untuk bersabar lhoh, gimana kita harus melakukan aktivitas
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
120
sendiri, dituntut untuk mandiri juga, sebenernya LDR itu kalau menurutku banyak manfaat untuk kehidupan rumah tanggaku sih, terutama untuk sebuah kepercayaan, jadi kami menjadi lebih kuat ke depannya demi kehidupan keluarga yang lebih baik lagi, kalau sekarang aku LDR karena aku sekolah, itu juga demi masa depan aku, suami, anak-anak juga biar lebih baik lagi.” (Den, 20 Oktober 2014, pukul 20.11 WIB)
Jawaban dari informan Den sedikit banyak memiliki pengertian yang sama
dengan informan El bahwa komitmen yang dibangun bersama suami adalah
mengenai keberhasilan dalam menjaga dan menjalankan komitmen itu sendiri
bersama dengan pasangan. Komitmen yang dibangun juga banyak mengajarkan
kesabaran terutama dengan kondisi rumah tangga jarak jauh. Selanjutnya
pernyataan yang berbeda dinyatakan oleh Jay sebagai berikut:
“kalau aku sama istri sekarang ini LDR yowes dijalani LDR iku, saling percaya iku nomer siji dek nek wong LDR, nek wes saling percaya kan hati adem, pikiran tenang, kerja juga semangat dek, dadi hubungan suami istri yo ayem tentrem. Iku nek menurutku.” (Jay, 22 Oktober 2014, pukul 16.14 WIB)
Jay memberikan jawaban megenai membangun sebuah komitmen bersama
pasangan adalah keikhlasan dalam menjalani pernikahan jarak jauh dan selalu
menempatkan kepercayaan di atas sebuah komitmen yang dijalani bersama istri.
Informan lain yaitu Iman juga memiliki jawaban yang berbeda dengan Jay:
“pertahanan keutuhan rumah tangga kami pas LDR adalah salah satunya karena anak, tujuan kami sekarang LDR adalah demi masa depan yang lebih baik, memperbaiki keuangan keluarga juga istilahnya, demi masa depan anak yang lebih baik lagi, jadi meskipun LDR sekarang kami masih bisa bertahan.” (Iman, 23 Oktober 2014, pukul 19.15 WIB)
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
121
Dari wawancara kelima informan mengenai komitmen dapat diketahui bahwa
informan El, Den, Cin, Jay, dan Iman memiliki pemahaman bahwa komitmen
yang dibangun dengan pasangan adalah dengan saling memberikan pengertian
satu sama lain tentang kondisi yang mengharuskan mereka hidup terpisah dengan
suami, anak maupun keluarga. Seperti yang dikatakan oleh El dan Iman bahwa
semua yang El perjuangkan saat ini adalah demi masa depan keluarganya kelak.
Dan El tetap berpikir positif bahwa planning hidup ke depannya dapat berkumpul
lagi bersama keluarga. Berbeda dengan pernyataan Cin yang mengatakan bahwa
dengan memiliki prinsip untuk selalu memegang komitmen dan mematuhi
komitmen yang sudah dibangun bersama suami ketika akhirnya memutuskan
untuk hidup terpisah. Cin mengatakan bahwa komitmen tersebut tidak akan
menjadi masalah apabila keduanya tidak melanggar apa yang sudah disepakati
bersama.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa membangun komitmen dalam rumah
tangga pasangan suami istri yang menjalani long distance tentunya tidak mudah,
diketahui bahwa cara membangun komitmen ketika long distance adalah salah
satunya dengan mematuhi komitmen itu sendiri atau bisa dikatakan beberapa
pasangan memiliki pandangan yang sama dalam menjaga komitmen tersebut.
IV.2.10 Peran Orangtua bagi Pasangan Suami Istri ketika Long Distance
Dalam sub bab ini diuraikan hasil penelitian di lapangan tentang peran
orangtua bagi pasangan suami istri ketika long distance. Peran keluarga bagi
pasutri tersebut diutarakan oleh informan sebagai berikut:
“aku selalu mencontoh almarhum ayah ibuku selama mereka hidup, bagaimana mereka ini tetap romantis setiap harinya, dan
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
122
ayah ibu mertua juga menjadi panutanku sama suamiku. Sering ngasih nasehat-nasehat bagaimana aku harus memperlakukan suami ketika LDR dan nasehat-nasehat kewajiban kami berdua sebagai suami istri, jadi rumah tangga kami meskipun LDR tetap terjaga.” (El, 11 Juni 2014, pukul 20.00 WIB)
“dukungan dari ayah ibu mertua, kalau ayah ibuku kan udah meninggal ya, terus anak juga jadi semangat kami berdua. Jadi msekipun LDR itu susah dijalani kami sepakat bismillah aja, nanti kalau udah selesai sekolah aku juga udah janji bakalan balik ke daerah asal.” (Den, 20 Oktober 2014, pukul 20.11 WIB)
“ortuku kan masih lengkap dek, ada tanteku juga jadi kalau dah kayak gitu salah satu dari mereka tak repotin dek tak suruh ke Surabaya nemenin aku. Hehe. Untungnya sih mereka semua jarang sibuk palingan papaku yang kerja luar kota, mama sama tante seringan yang bisa ke sini, suamiku terbantu dari situ. Dia tau aku juga sakit-sakitan makanya gak tega kalau sendirian.” “mertuaku gak begitu ni ya ngurusin semenjak kita nikah, soale juga masih ngurusi adeknya suamiku kebetulan masih kuliah jadi perhatiannya lebih banyak tercurah ke adeknya, tapi aku sih gak apa-apa gak masalahain itu, kalau komentar soal aku LDR sama suami gak ada cuman ngasih nasehat aja jangan ada curiga-curiga, saling percaya aja biar kerja juga barokah. Gitu sih.” (Iman, 23 Oktober 2014, pukul 19.15 WIB)
“mertua udah pasrahin urusan rumah tangga kami ke kami, pas kami gak tinggal serumah yawes wongtuo podo paham tapi nek iso ojo keterusan hubungan jarak jauh nek jare wongtuo. Aku ngomong ke ortu kan gak mungkin jarak jauhan terus, dari situ ortu mung isone dungokne. Ngono wes dek.” (Jay, 22 Oktober 2014, pukul 16.14 WIB)
Dari pernyataan keempat informan El, Den, Iman dan Jay masing masing
sama-sama mendapatkan dukungan penuh dari orangtua baik dukungan moril dan
juga spiritual dari orang tua dari para informan tersebut. Sedangkan informan Cin
mengatakan bahwa dukungan orangtua lebih banyak pada kontrol terhadap kedua
pasangan terutama masalah dimana Cin dan suami harus memberikan keturunan.
Berikut ini pernyataan Cin:
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
123
“lebih ke kontrol ya menurutku, kayak soal anak terutama mertuaku. Soalnya kami LDR mungkin mereka kwatir lah istilahe nek gak isok ngasih cucu karna kita jarang ketemu. Iku sih.” (Cin, 8 Juni 2014, pukul 15.20 WIB)
Dari hasil wawancara yang diungkapkan oleh kelima informan dapat
diketahui bahwa informan El memiliki jawaban dirinya dan suaminya
mendapatkan dukungan dari keluarga dan juga anak sebagai penyemangatnya
ketika menjalani kehidupan rumah tangga yang long distance. Peran keluarga
sangat terlihat dari jawaban El bahwa orangtua memberikan peranan ketika
dirinya hidup terpisah dengan suami dan anak, peran tersebut berbentuk dukungan
dan juga nasehat. Selain itu, informan Cin memiliki jawaban berbeda bahwa peran
orangtua dalam hal ini dari pihak mertua lebih kepada kontrol sosial antara Cin
dan suami, terutama dalam hal memiliki keturunan. Informan Jay juga memiliki
pendapat yang sama dengan informan Cin bahwa kondisi rumah tangganya yang
sedang terpisah jarak mendapatkan dukungan moril maupun spiritual dari kedua
orang tua pasangan dan kedua orangtua berharap untuk segera mengakhiri kondisi
jarak jauh tersebut untuk menghindari malapetaka. Sedangkan informan Den
memiliki pendapat bahwa kondisi rumah tangganya yang terpisah jarak sudah bisa
dimaklumi oleh pihak keluarga terutama kedua orangtua pasangan ini dikarenakan
Informan Den sedang melanjutkan studinya. Informan Iman juga memiliki
pendapat yang tidak jauh berbeda yaitu dukungan dan bantuan penuh dari kedua
orangtuanya ketika Iman sedang jauh dari suaminya dikarenakan Iman adalah
mengakui bahwa dia tidak biasa hidup jauh dari pasangan oleh karena itu pada
saat kondisi tertentu kedua orangtua memberikan dukungan sepenuhnya.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
124
Jadi dapat disimpulkan bahwa peran orangtua terhadap kedua pasangan
suami istri yang dihadapkan pada kenyataan bahwa kedua pasangan menjalani
rumah tangga secara terpisah adalah tentang peran yang diwujudkan dalam bentuk
dukungan moral dan nasehat-nasehat pernikahan agar kedua pasangan dapat terus
langgeng. Beberapa pasangan lain memiliki perbedaan pengalaman dalam hal
peran serta orangtua yaitu misalnya peran orangtua sangat mendukung juga dalam
hal membantu meringankan beban dalam mengasuh anak selama salah satu
pasangan suami atau istri tidak ada.
IV.2.11 Pemahaman tentang Konsep “Suami atau Istri” bagi Pasangan
Suami Istri ketika Menjalani Pernikahan Long Distance
Dalam sub bab ini diuraikan hasil penelitian di lapangan tentang
pemahaman konsep suami atau istri bagi pasangan ketika long distance.
Pemahaman konsep suami atau istri bagi pasangan tersebut diutarakan oleh
informan El sebagai berikut:
“menurutku yang jelas untuk sekarang ini suamiku itu ayah sekaligus ibu untuk anakku selama aku jauh, tapi untuk kodratnya tetap aku seorang ibu yang melahirkannya, meskipun sekarang suamiku sebagai sosok single parent bisa jadi dia juga menjadi sosok aku. Intinya kami berdua berbagi peran buat anak. Tapi suamiku selalu ngasih pengertian ke anak kalau ibunya lagi sekolah dan gak lupa suamiku selalu nunjukin fotoku ke anak kalau aku ini ibunya.” (El, 11 Juni 2014, pukul 20.00 WIB)
Informan El mengatakan bahwa pemahaman tentang arti sosok suami
menurut pendapatnya adalah pendamping yang selama long distance berbagi
peran ganda bersama dirinya dalam mengasuh anak. Sedangkan informan Cin
mengatakan bahwa:
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
125
“menurutku sih suami itu bagian diriku, bagian diriku tapi yang ada di tubuh orang lain. Orang lain yang menjalankan bagian dari diriku. Aku adalah orang yang akhirnya diriku eee harus aku bagi sama dia. Jadi intinya gini, karna dia adalah bagian dari aku dan aku adalah bagian dari dia, maka logikanya itu ini opo iku jenenge lek dia merasa udah jadi satu sama aku, logikane gak mungkin kan saling menyakiti, dia pun juga sama karna aku opo istilahnya separuh jiwaku pergi ahahahaha…soalnya saat aku saat aku sudah menikah gak bisa jadi diriku yang sesungguhnya, tapi ketika aku melupakan diriku yang sesungguhnya aku harus gini aku harus gitu aku gak merasa jujur aku gak merasa keberatan. Karna dia pun juga melakukan hal yang sama dengan aku jadi ada resikonya. Karna ada kayak gitu, imbal balik aku gitu gak ngrasa berat. Oooo ini pas aku menjadi diriku srndiri, dan dia pun juga gitu. Sehingga secara tidak langsung, bentuk opo iku perhatian baik aku sama dia, jadi sejauh ini Alhamdulillah gak onok sih sing timpang sebelum pacaran sampek ini nikah, mungkin sing over perhatian opo over cemberut over protektif kan gak ada. Karna kita udah memaknai dari awal pasangan tuh gitu. Emboooh aku yo mikire gitu ae.”(Cin, 8 Juni 2014, pukul 15.20 WIB)
Dari pengakuan informan Cin bahwa seorang suami atau pendamping
adalah bagian dari dirinya yang berada di raga orang lain dan diciptakan oleh
Tuhan untuk mendampinginya. Apapun yang dilakukan oleh Cin sama dengan
apa yang dilakukan oleh suaminya, begitu juga sebaliknya. Suami adalah belahan
jiwa menurut pengakuan Cin. Sedangkan informan Iman menjawab bahwa:
“Suami itu imam, kepala rumah tangga, nahkoda rumah tangga, dan apa lagi yo? Sing jelas dia yang membimbing kita kemana jalan yang harus dilalui bersama, mau selamat apa mau gak selamat itu tergantung gimana keduanya saling memaknai kehidupan rumah tangga itu sendiri. Kalau seperti kondisiku yang jarak jauh sekarang ini, jujur aja aku juga kehilangan sosoknya untuk sementara istilahnya yang biasanya apa-apa aku langsung bisa ngobrolin ke dia, sekarang aku harus ini itu sendiri kadang tanpa minta persetujuan dia karena gak ada waktu buat bilang.” (Iman, 23 Oktober 2014, pukul 19.15 WIB)
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
126
Dari pernyataan yang diutarakan Iman suami adalah imam rumah tangga
yang membimbingnya ke tujuan rumah tangga bahagia bersama anak-anak juga.
Informan lain seperti Jay memiliki pendapat lain yaitu:
“istriku itu ya kan udah pasti jodohku, jadi apapun yang ada padaku, ada juga padanya, nek kayak sekarang pas lagi jauh gini kalau ada apa-apa gak ngerti kenapa ya dek muwesti gampang kroso meskipun gak ngomong. Belahan jiwa iku mau lah dek. Ada dia ada aku, ada aku ono dia juga. Semuanya pokok e saling berbagi saling bersama.” (Jay, 22 Oktober 2014, pukul 16.14 WIB)
Pemahaman Jay tentang seorang istri adalah jodoh yang dikirimkan oleh
Tuhan padanya untuk Jay jaga dan cintai. Jay memiliki feeling yang kuat pada
pasangannya dan dia mengatakan bahwa istri adalah pendamping yang
membuatnya merasa sempurna. Pernyataan lain diutarakan Den sebagai berikut:
“suami itu menurutku adalah jodoh dunia dan akherat, sosok suami itu penyemangat, penolong, super hero lah kalau menurutku. Di saat dekat maupun jauh.” (Den, 20 Oktober 2014, pukul 20.11WIB)
Dari pengakuan para informan menunjukkan bahwa pemahaman informan
El tentang sosok suami adalah sosok suami sebagai sosok yang memiliki peran
ganda ketika long distance. El memahami sosok suami sebagai sosok pengganti
dirinya dalam mengasuh anak. Itulah yang El pahami tentang sosok suami pada
saat long distance. Sedangkan informan Cin dan Jay mengatakan bahwa sosok
pendamping sebagai bagian dari dirinya dan melakukan sebagian perannya pada
saat long distance. Informan Cin mengakui sosok suami adalah belahan jiwa yang
satu sama lain saling tergantung. Sedangkan informan Den dan Iman memahami
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
127
sosok suami sebagai penuntun dalam kehidupan rumah tangganya di saat dekat
maupun di saat jauh.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep “suami dan istri”
dipahami secara berbeda oleh masing-masing individu, tetapi pada umumnya
konsep suami adalah sosok kepala keluarga dan fungsi-fungsi maupun perannya
tidak jauh berubah meski kondisi terpisah dengan istri, sedangkan konsep istri
dapat dipahami sebagai sosok wanita yang harus dilindungi yang peran-peran dan
fungsinya tidak dapat digantikan oleh suami meskipun terdapat peran-peran yang
banyak tergantikan oleh suami.
IV.2.12 Faktor Penghambat Keutuhan Pasangan Suami Istri ketika Long
Distance
Dalam sub bab ini diuraikan hasil penelitian di lapangan tentang faktor
yang menghambat keutuhan pasangan suami istri ketika long distance. Faktor
penghambat keharmonisan pasangan suami istri tersebut seperti diutarakan oleh
informan El sebagai berikut:
“Sejauh ini gak ada ya, kalau rasa cemburu gitu udah pasti ada lah, misal ada perempuan lain yang godain suamiku tapi suamiku itu Alhamdulillah ya bijaksana banget dan lebih dewasa lah kalau soal masalah kayak gitu, jadi aku gak khawatir. Intinya percaya ya, kembali lagi pada cinta kita kepada Tuhan, insya Allah pasangan kita juga tidak akan berpaling.” (El, 11 Juni 2014, pukul 20.00 WIB)
Faktor yang menjadi penghambat dalam keutuhan rumah tangganya
adalah orang ketiga yang mengganggu kelangsungan rumah tangga El bersama
suami. Tetapi El memiliki cara untuk terus berkeyakinan bahwa pasangannya
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
128
dapat dipercaya dan masih menjaga komitmen. Sedangkan informan Cin memiliki
jawaban lain sebagai berikut:
“perasaan ingin diperhatiin terus itu sih kalau internalnya, faktor libido suami juga mungkin juga masalah anak ya, kan aku masih konsentrasi ke karir bisa jadi kan nanti peratianku berkurang ke suami kalau udah ada anak juga, secara di situ logikanya pada saat kondisi seperti itu iku onok potensi dengan libido suami sing relative tinggi pasti onok potensi dia sulit untuk mengendalikan itu akhire dek e selingkuh dan iku membuat aku sulit untuk menerima, itu sing ada dalam benakku. Terus kalok dari faktor eksternal sih eeee opo yo kematian mungkin ya…opo yooo kira kira emmm belum terpikirkan sih. Sing tak pikirkan yok opo carane kalau nati udah punya anak keadaan LDR dan triple berden ngene eh multi berden malahan.” “itu emang aku sulit untuk menerima apa istilahnya untuk menerima perselingkuhan lah ya.” Kalau LDR itu jujur lambat dan memang membuat kita stress karna kan kita terkonsentrasi ke situ. Mangkane aku ke depan iki sek gurung duwe anak, engko masalah anak ngene ngene ngene dengan posisi aku kerja dan aku istilahe ada anak ngene ngene ngene iku mesti gak imbang kan sama dia. Dia juga kerja tapi gak ada tanggungjawab ke anak terus gak ada pembagian tugas ngurusi anak, gak ada pembagian tugas ini itu, kalaupun anak ini ikut dia kasian juga anaknya di sana kan daerahnya kurang maju. Sehingga opo yang paling aku takutkan adalah eee ini itu istilahnya itu berlangsung selamanya, LDR selamanya iku yoopo aku gak mau. Karna aku kan nargetnya lek isok ojok lebih dari lima tahun, toleransinya paling sepuluh dua puluh tahun lah. Pokoknya nak kita ada ojok sampek dek e kerjo adoh adoh pokok e ojok. Karna itu mesti sulit.” (Cin, 8 Juni 2014, pukul 15.20 WIB)
Cin mengakui bahwa faktor yang menjadi penghambat keutuhan rumah
tangganya apabila long distance itu berlangsung lama dan juga adanya faktor
perselingkuhan. Den juga memiliki jawaban tersendiri mengenai faktor
penghambat keutuhan keluarga yaitu:
“penghambat mungkin ada cuman kami aku dan suami gak begitu menanggapi yang begitu penting karena menurut kami masalah seperti miskom wajar lah kalau lagi jauh, kadang gemes juga kalau lagi miskom, tapi gak pernah jadi masalah penghambat sih
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
129
menurutku. Teknologi bisa aja kan something trouble gitu kadang-kadang gak ada sinyal atau apalah, ya pokoknya sabar aja kuncinya itu.” (Den, 20 Oktober 2014, pukul 20.11 WIB)
Faktor yang menjadi pemicu konflik lebih banyak datang dari komunikasi
yang tidak lancar, Den dan suami memiliki cara dalam menyikapi hal tersebut dan
sampai saat ini Den berhasil dalam menghadapi permasalahan seperti
miscommunication. Informan lain seperti Jay memiliki pendapat bahwa faktor
penghambat dalam keutuhan keluarga adalah karena kesalahpahaman antara Jay
dan istri, tetapi Jay dan istri masih dapat menyelesaikan permasalahan tersebut.
“hmm opo yo dek, pendukungnya ya iku rasa percaya iku mau dek, nek penghambat gak ono dek, eh paling salah paham salah paham aja sih menurutku penghambatnya misale pas lagi telepon kadang salah maksud jadi tengkar tapi gak suwi dek akur lagi. Udah ngono aja dek.” (Jay, 22 Oktober 2014, pukul 16.14 WIB)
Informan lain seperti Iman juga memiliki pendapat yang lebih bijak, yaitu:
“semua hal bisa aja ya menjadi penyebab keutuhan rumah tangga terancam, mulai hal kecilpun bisa lhoh, cuman lagi lagi gimana caranya masing-masing pasangan itu menyelesaikannya. Kalau aku sama suami insya Allah masih kompak terus, komunikasi sebisa mungkin lancar terus ketika jauh jadi masalah kecil maupun besar masih bisa diatasi bersama.” (Iman, 23 Oktober 2014, pukul 19.15 WIB)
Dari pengakuan kelima informan mengenai faktor penghambat dapat
diketahui bahwa faktor yang menghambat keutuhan keluarga pada saat long
distance salah satunya adalah seperti yang dikatakan oleh informan El bahwa
faktor yang menghambat keutuhan keluarga adalah perasaan curiga dan perasaan
cemburu ketika pasangan berada jauh darinya. Tetapi pada akhirnya informan
menyadari hal tersebut tidak memberikan manfaat baginya, informan El memiliki
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
130
kepercayaan tinggi kepada suaminya meski hidup terpisah dengannya. Selain
pernyataan El, informan Cin mengatakan bahwa faktor yang menghambat
keutuhan keluarganya adalah kurangnya perhatian atau kurangnya kasih sayang
kepada pasangan ketika terlalu sibuk bekerja dan mengurus anak. Informan Cin
berasumsi bahwa ketika suami merasa kurang diperhatikan maka dimungkinkan
pasangan akan melakukan perselingkuhan. Sehingga Cin memiliki rencana yang
matang ke depan ketika memiliki anak sebisa mungkin tidak long distance lagi.
Sedangkan informan Jay dan Den memiliki pendapat yang hampir sama bahwa
faktor penghambat bisa saja datang kapan saja, tergantung bagaimana individu
atau pasangan tersebut menyikapinya. Informan Iman juga menyatakan pendapat
yang sama, bahwa semua hal dalam kehidupan suami istri pasti selalu ada
permasalahan-permasalahan yang datang dan pergi, Iman meyakini bahwa selalu
ada cara untuk menyelesaikan apapun masalah yang bisa menjadi penghambat di
dalam rumah tangganya yaitu membangun komitmen bersama pasangan.
Dari jawaban informan dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat
keutuhan rumah tangga pada pasangan suami istri yang mengalami long distance
salah satunya adalah perasaan cemburu, curiga, ketidak jujuran, kurangnya ksih
sayang, kurang bisa membangun pengertian bersama pasangan, dan tidak adanya
komitmen bersama pasangan. Tetapi dengan adanya faktor penghambat beberapa
informan memiliki sikap yang lebih bijaksana dan lebih bisa mengontrol emosi
dalam menyelesaikan problem yang muncul dalam rumah tangga.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
131
IV.2.13 Faktor yang Mendukung Keutuhan Pasangan Suami Istri ketika
Long Distance
Dalam sub bab ini diuraikan hasil penelitian di lapangan tentang faktor
yang mendukung keutuhan keluarga pasangan suami istri ketika long distance.
Faktor pendukung keutuhan pasangan suami istri tersebut seperti yang diutarakan
oleh informan El sebagai berikut:
“selalu inget nasehat-nasehat kedua orang tua, kepercayaan, komunikasi selalu dan peratian yang tak terputus yah, khan LDR gak bisa tatap muka langsung, sebisa mungkin kami tetap kayak anak muda masih romantis bilang I love U ngirim foto dan lain-lain. Ada aja cara agar rumah tangga kami tetap terjaga meskipun LDR. Kalau ada waktu untuk ketemu juga aku belain untuk bisa ketemu, itu penting banget buat hubungan yang LDR. Pas ketemu juga kita habiskan waktu bersama anak, masak bareng, nyuci piring kadang juga bareng, tidur udah pasti harus bareng dong. Hehe…itu lah yang selalu membuat kami masih bertahan dan harmonis.” (El, 11 Juni 2014, pukul 20.00 WIB)
Faktor pendukung keutuhan keluarga rumah tangga El adalah selalu
mengingat nasehat-nasehat orang tua, kepercayaan, komunikasi dan rasa kasih
sayang yang tidak pernah putus. Pernyataan lain diutarakan oleh informan Cin
bahwa:
“biasane yowes iku koyo ibarate opo yo koyok kene iku tuh ngasih rewards gitu lhoh, jadi kita satu bulan ini kita target-tergetan gitu ya aku gini kamu gini, gitu jadi aku sama dia itu kayak temenan koyok arek asik asikan gitu ooow aku saiki isok koyok ngene ooow mamah isok ngene, halah papah lho isik lembur wek…iyo aku jik ngerjakno tugas mah, jadi opo yo kompetisi, misal nih kan aku diangkat dosen, mamah diangkat dosen lho, nek misale isok koyok ngene ngko pulang papa belikno ngene, dadi opo yo ada rewards ada anu gitu. Jadi pada saat gak ketemu iku kita fokus karna engkok rewardnya itu kalok wes aku ambil cuti wes gitu itu aku gak mau diganggu. Kayak gitu, kerjaan apa itu tak close semua
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
132
karna aku bener-bener pengen ma suamiku. Lapo yo aku kok pengen banget ngono.” (Cin, 8 Juni 2014, pukul 15.20 WIB)
Faktor pendukung dalam kehidupan rumah tangga Cin adalah adanya
kerjasama bersama suami dan selalu ada penghargaan bagi kesuksesan karier dari
masing-masing pasangan yang diwujudkan dalam prestasi kerja Cin dan Suami.
Sedangkan informan lain seperti Den mengatakan bahwa:
“apa ya, komitmen, percaya, terus juga anak-anak yang bikin aku terus semangat itu yang selalu jadi support buat rumah tanggaku selama ini, kalau lagi capek aku inget anak-anak sama suami jadinya kangen terus telepon mereka udah jadi ilang capeknya, mereka yang bikin aku kuat, rumah tanggaku juga baik-baik aja, suami juga selalu jadi laki-laki dewasa yang bijak. Alhamdulillah.” (Den, 20 Oktober 2014, pukul 20.11 WIB)
Jawaban dari informan Den tentang faktor pendukung keharmonisan
adalah komitmen yang dijaga, support dari anak-anaknya, dan kepercayaan yang
dimiliki oleh Den bersama suami. Informan Jay juga mendukung jawaban
informan Den bahwa faktor yang mendukung tetap utuh adalah kepercayaan.
Seperti yang diutarakan sebagai berikut:
“hmm opo yo dek, pendukungnya ya iku rasa percaya iku mau dek.” (Jay, 22 Oktober 2014, pukul 16.14 WIB)
Informan terakhir memiliki pendapat yang hampir sama dengan El dan
Den bahwa faktor pendukung rumah tangganya adalah karena anak, dan kondisi
ekonomi yang lebih baik lagi untuk masa depan yang lebih baik lagi. Berikut ini
jawaban Iman:
“pertahanan keutuhan rumah tangga kami pas LDR adalah salah satunya karena anak, tujuan kami sekarang LDR adalah demi masa depan yang lebih baik, memperbaiki keuangan keluarga juga
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
133
istilahnya, demi masa depan anak yang lebih baik lagi, jadi meskipun LDR sekarang kami masih bisa bertahan.” (Iman, 23 Oktober 2014, pukul 19.15 WIB)
Dari hasil wawancara dengan informan tentang membagun keutuhan
keluarga dapat diketahui bahwa faktor yang mendorong agar tetap utuh adalah
nasehat orangtua, kepercayaan, komunikasi intensif, dan tetap romantis dengan
pasangan. Berbeda dengan pernyataan informan Cin yang mengatakan bahwa
dirinya dan suami masing-masing memiliki strategi. Sebelum memutuskan untuk
bertemu, Cin dan suami berkompetisi dalam hal pekerjaan, dan setelah bertemu
aka nada rewards tersendiri dari masing-masing pasangan. Jadi menurut Cin,
hubungan keduanya dapat dikatakan seperti kompetisi dalam persahabatan.
Informan Den dan informan Iman memiliki pendapat yang sama mengenai faktor
yang mendorong untuk terus utuh yaitu adanya anak dan long distance adalah
dengan tujuan masa depan yang lebih baik. Informan Jay memiliki pendapat yang
sama dengan informan Den bahwa faktor kepercayaan satu sama lain adalah hal
utama yang membuat rumah tangga tetap utuh di saat jarak jauh. Jadi beberapa
pasangan mengatakan bahwa faktor yang mendorong agar tetap utuh adalah
nasehat orangtua, kepercayaan, komunikasi intensif, dan tetap romantis dengan
pasangan.
IV.2.14 Keterbukaan Di antara Pasangan Suami Istri ketika Long Distance
Dalam sub bab ini diuraikan hasil penelitian di lapangan tentang
keterbukaan pasangan suami istri ketika long distance. Keterbukaan pasangan
suami istri tersebut diutarakan oleh informan El sebagai berikut:
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
134
“Soal keuangan kami selalu terbuka, sering diskusi misal mau beli sesuatu. Soal anak juga kami pasti obrolin bareng. Masalah-masalahku di sini misal aku lagi bete pasti aku curhat sama suamiku. “Kalau masalah laen gak ada ya, mungkin pas aku capek gitu mending diem dulu, berpikir positif, merenung, habis itu baru hubungi suamiku lagi biar gak salah paham.” “suamiku juga sering cerita soal kegiatan dia kerjaan juga, kami sama kok.” (El, 11 Juni 2014, pukul 20.00 WIB)
Informan El dan pasangan lebih banyak terbuka tentang persoalan
keuangan. Informan lain seperti Cin mengatakan bahwa keterbukaan suami
kepadanya adalah soal orang ketiga yang berusaha mengganggu keutuhan rumah
tangganya, namun Cin dan suami masih bisa mempertahankan keutuhan rumah
tangga karena mereka berdua memiliki komitmen yang kuat. Berikut ini jawaban
Cin:
“sejauh yang dia bilang ke aku sih aku durong tau nemoni dek e iku yoopo, saking karena selama ini yang ada malah kejujurane iku lho menyakitkan.Astaghfirullahallazim malah diceritakno…aku itu mah yo saat itu onok rina terus pas susune ditempelno aku iku ngrasa ngene deg deg an terus serrr serr terus onok sing banging. Aku opo yo gak eeeeehhh…gregeten ngono. Aku ngene, kon ngerti aku kin gene kon malah cerito cerito ngono, aku kudu yok opo yo ngono iku akhire kan aku ws kebiasaan kejujurane iku lho menyakitkan aku. Serius suamiku tuh ngomong kayak gitu…nek misal telepon aku kalok misal dek e selingkuh, terus ooo iyo aku lali…terus dek e ngomong ngene opok o yo kok sedino iki pengen ketemu rina rina terus muuuuuah…duuuh kudu tak sawat sandal seh…aku sing ngrungokno iku ae mangkel. Sehingga aku mikire gini, papa iku lho kate bohong yok opo gak mungkin. Aku iki yo sejauh ini sama dia, istilahe dek e iku bohong iku enggak cuman ngene lho tapi nek dek e iku galau misale dek e aku lali haruse aku gak boleh tau informasi itu karna takut nyakitin perasaanku atu apa, tapi akhire aku mendesak harus tau. Dek e kan bingung galau akhire opo pas tak tanyain mek ngene tok jawabane bisa iya bisa tidak. Nek gak ngono jawabane emboh. Sehingga kesane koyok halaaah gak teges. Aku mesti ngamuk e gara gara iku. Terus dek e gini, mah papa itu sek perlu memikirkan hal lain onok siji sing gurong isok mlebu, wes engkok ae nek wes mari tak omongno mah.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
135
Ya ada sih kayak gitu misalnya…sehingga aku yo wes lah ngertiin dulu.” “Malah setelah nikah ini akeh akehe kemana pah? Nyandi pah? Jawabane lembuuur. Yo ngono lho kerjoan terus.” “Ya pernah, aku sibuk ngene ngene ngene terus akhire aku gak isok memendam rasa marah, yowes tak PING emotikon ngamok terus kacakacakaca terus ngunu iku dek e langsung respek, sorry ma lagi meeting. Yowes mari ngunu aku wes gak yawes, wes pokok e wes dijelasin. Wes mari yowes aku gak gak pengen yok opo baru nati malemnya telepon gitu macem-macem lah.” (Cin, 8 Juni 2014, pukul 15.20 WIB)
Sedangkan informan Den mengakui keterbukaan bersama pasangan adalah
lebih banyak dalam hal keuangan. Tetapi tidak pernah menjadi pemicu konflik
keduanya. Berikut ini pengakuan Den:
“gak ada ya, sama aja pas kayak tinggal serumah, cuman kan aku di sini ngatur keuangan banyakan untuk sekolahku aja, kalau di rumah udah dia semua yang atur, dan gak ada yang perlu diributkan untuk hal keuangan, pokoknya kita terbuka aja, mana yang ada yaudah itu dipakai. LDR gak pernah mempengaruhi hal keuangan sih, kalau pulang ongkos mahal itu udah biasa soalnya luar pulau wajar sih kalau ongkosnya segitu.” (Den, 20 Oktober 2014, pukul 20.11 WIB)
Informan Jay mengatakan bahwa keterbukaan yang dilakukan lebih
banyak dalam hal kesetiaan bersama pasangan ketika jarak memisahkan. Berikut
ini pernyataan Jay:
“membangun kepercayaan eeeeee nek aku sama istri sebisa mungkin setia lah ya, kalau udah setia pasti bisa dipercaya dong, diukur dari setia itu aja dek. Selama dia gak macem-macem aku juga enggak, begitu sebaliknya. Menikah itu bukan kayak pas pacaran dulu masih bisa main-main, kalau sekarang yang paling penting ya gimana caranya rumah tangga adem, rejeki juga lancar, insya Allah itu udah cukup.” (Jay, 22 Oktober 2014, pukul 16.14 WIB)
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
136
Pendapat lain yang diutarakan oleh informan Iman sebagai berikut:
“emmm, biasanya ini sih ngomongin masalah kerjaan, ngomongin masalah harga kebutuhan yang lagi naik, terus cerita-cerita masalah dia di sana, masalah anak juga di sekolahnya gimana lancar apa gak, dia dapet peringkat kelas gak, gitu gitu sih dek.” (Iman, 23 Oktober 2014, pukul 19.15 WIB)
Dari hasil wawancara dengan informan mengenai keterbukaan di antara
pasangan suami istri dapat diketahui tentang keterbukaan pasangan suami istri
ketika long distance. Seperti yang dikatakan oleh El dan Iman bahwa informan
terbuka sekali dengan masing-masing pasangan misalnya dalam hal keuangan,
mengurus anak, maupun permasalahan pekerjaan. Selain pernyataan El, informan
Cin mengatakan bahwa pasangan sangat terbuka misalnya dalam hal yang sangat
pribadi, bahkan terkadang kejujuran sang suami melukai hati dan perasaan
informan Cin. Tetapi Cin mengambil sisi positif dari kejujuran sang suami dengan
melihat kondisi pada saat long distance bahwa kejujuran itu sangat penting dalam
suatu hubungan. Sedangkan informan Den menyatakan pendapatnya bahwa
pasangannya selalu terbuka dalam urusan apapun termasuk ketika sedang
menjalani pernikahan jarak jauh, kondisi jarak jauh tidak membuat pasangan
berubah untuk urusan keterbukaan. Begitu juga informan Jay memiliki pendapat
yang sama dengan informan El dan Iman adalah keterbukaan mengenai masalah
keuangan. Dari beberapa pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
keterbukaan di antara pasangan suami istri pada saat long distance lebih banyak
adalah mengenai hal keuangan, mengurus anak, maupun permasalahan pekerjaan.
Tetapi beberapa pasangan mengatakan keterbukaan yang diakui lebih banyak
mengenai kesetiaan bersama pasangan ketika jarak memisahkan.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
137
IV.2.15 Strategi Pasangan Suami Istri Dalam Membangun Keharmonisan
Pernikahan Long Distance
Dalam sub bab ini diuraikan hasil penelitian di lapangan tentang strategi
pasangan suami istri dalam membangun keharmonisan pernikahan long distance.
Strategi pasangan suami istri tersebut diutarakan oleh informan El sebagai berikut:
“selalu inget nasehat-nasehat kedua orang tua, kepercayaan, komunikasi selalu dan peratian yang tak terputus yah, khan LDR gak bisa tatap muka langsung, sebisa mungkin kami tetap kayak anak muda masih romantis bilang I love U ngirim foto dan lain-lain. Ada aja cara agar rumah tangga kami tetap terjaga meskipun LDR. Kalau ada waktu untuk ketemu juga aku belain untuk bisa ketemu, itu penting banget buat hubungan yang LDR. Pas ketemu juga kita habiskan waktu bersama anak, masak bareng, nyuci piring kadang juga bareng, tidur udah pasti harus bareng dong. Hehe…itu lah yang selalu membuat kami masih bertahan dan harmonis.” “Intinya percaya ya, kembali lagi pada cinta kita kepada Tuhan, insya Allah pasangan kita juga tidak akan berpaling.” (El, 11 Juni 2014, pukul 20.00 WIB)
Menurut El strategi itu antara lain, kepercayaan, kejujuran, keyakinan
yang kuat kepada Tuhan dan kehadiran anak sebagai penyemangat kedua
pasangan ini. Penyataan lain yang dikatakan oleh Cin:
“buat visi hidup bersama, cinta itu untuk dipelajari, bukan dari sisi irasionalitas tapi bisa lahir dari irasionalitas itu. Kayak gitu emang bener ada afeksi bisa lahir dari irasionalitas itu emang bener. Domain si afeksi emang iyo tapi tidak harus munculnya dari afeksi aku jugak mengalami hal kayak gitu sama kayak yang pertama itu muncul dari afeksi baru dilogikakan ooo iyoo opo memang aku cocok ambek dek e bla bla bla kan itu muncul dari afeksi ketertarikan dan lain lain tapi apa eee kalok aku ini
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
138
dibandingkan emosiku dulu waktu pacaran sama yang sekantoran aku kok lebih merasa tertata sama yang ini suamiku karna eee apa itu istilahnya cinta itu muncul dari logika dulu baru setelah itu pelan pelan mikir gini oooh arek iku dukur yo ganteng yon ngene ngene pokoknya yang penting eee opo iku istilahnya apa yang membuat kita bertahan kalau udah satu visi itu pun berangkat dari afeksi dulu baru kognitifnya pokoknya afeksi jangan berhenti pada itu aja kognisi juga jangan berhenti pada kognisi tapi bener bener harus yo ada afeksi dan kognisinya lha itu lah satu visi menurutku ya.” (Cin, 8 Juni 2014, pukul 15.20 WIB)
Cin mengatakan bahwa strateginya adalah visi hidup bersama yang
dibangun oleh Cin dan suami. Sedangkan pendapat lain bahwa komitmenlah yang
membuat rumah tangga tetap utuh terutama soal kepercayaan, seperti yang
dinyatakan oleh Den yaitu:
“untuk memiliki keluarga yang tangguh dan harmonis kalau menurutku masing-masing pasangan harus memiliki komitmen yang tangguh juga dong, komitmenku sama suami dari awal apa ya itulah yang kami yakini dan jaga sampai akhir, kalau aku sekarang tujuan utama selesaikan kuliahku, terus balik ke kampung, untuk urusan rumah tanggaku baik di saat LDR maupun nanti ketika udah balik aku selalu memiliki keyakinan bahwa insya Allah terus kuat karena kami selalu jaga komitmen terutama kepercayaan. Jadi rumah tangga akan tetap utuh karena adanya komitmen di dalamnya yaitu rasa percaya atau yakin ya bakalan lebih baik kedepannya.” (Den, 20 Oktober 2014, pukul 20.11 WIB)
Informan Jay memiliki jawaban lain bahwa strategi untuk mewujudkan
keluarga yang utuh adalah bagaimana dirinya bisa berhasil dalam menjalankan
perannya baik sebagai suami dan juga ayah bagi anak-anaknya kelak. Seperti
yang diutarakan berikut:
“sing pasti yo dek, mewujudkan keluarga kokoh itu gak gampang dek, sekarang aku kan belum ada anak, gak tau nanti pas ada anak pasti tanggung jawabku sebagai bapak kan luweh besar dek, nah aku saiki udah siap-siap piye carane bisa ngidupin anak istriku
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
139
nanti dan membuat mereka iku aman damai bahagia nek istilahe, nek masalah rumah tangga kokoh iku tergantung individune dek, kalau aku sama istri sekarang ini LDR yowes dijalani LDR iku, saling percaya iku nomer siji dek nek wong LDR, nek wes saling percaya kan hati adem, pikiran tenang, kerja juga semangat dek, dadi hubungan suami istri yo ayem tentrem. Iku nek menurutku.” (Jay, 22 Oktober 2014, pukul 16.14 WIB)
Iman memiliki strategi untuk mewujudkan keutuhan keluarga yaitu
dengan membangun kerjasama bersama pasangan. Berikut ini pernyataan Iman:
“kalau strategi apa ya, ya itu tadi kerja sama, susah seneng pokoknya dirasain bareng dilakuin bareng bareng selama itu masih bisa dilakukan bareng berjuang bareng insya Allah rumah tangga masih bisa kuat dan harmonis terus pastinya.” (Iman, 23 Oktober 2014, pukul 19.15 WIB)
Dari hasil wawancara di atas memberikan pemahaman mengenai strategi
pasangan suami istri untuk menjaga keutuhan keluarga pada pernikahan long
distance adalah seperti yang dikatakan oleh informan El bahwa keutuhan rumah
tangga pada pernikahan long distance dipahami dengan memenuhi kewajiban dan
tanggungjawab sebagai pasangan dan juga bagian dari keluarga. Kepercayaan
yang menjadi prinsip hidup dan juga pedoman agama yang kuat dipahami oleh
informan El sebagai strategi untuk tetap utuh. Pernyataan lain yang dikatakan oleh
informan Cin adalah bahwa keutuhan rumah tangganya dibangun melalui
komitmen bersama pasangan. Menurut Cin, cinta itu dapat dipelajari melalui sisi
rasionalitas dan tidak hanya sisi irasionalitas saja. Yang membuat Cin bertahan
ketika jauh dari suami adalah karena dirinya membangun komitmen bersama
suami yaitu satu visi yang berangkat dari kasih sayang, perhatian, rasa cinta
kepada masing-masing pasangan, tetapi tidak berhenti pada fungsi afektif semata,
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
140
harus dibarengi dengan fungsi kognitifnya. Hal ini merupakan strategi Cin untuk
tetap bertahan dalam proses penyesuaian diri ketika menjalani pernikahan long
distance. Sedangkan informan Den menyatakan pendapatnya bahwa menjaga
sebuah komitmen dalam rumah tangga bersama pasangan adalah kunci untuk
terus mempertahankan keutuhan keluarga dan keutuhan antara pasangan suami
istri bahkan ketika sedang long distance. Informan Jay menyatakan bahwa
kepercayaan satu dengan lainnya adalah kunci dalam membangun rumah tangga
yang utuh, sedangkan informan Iman menyatakan pendapatnya bahwa kunci
keutuhan keluarga berawal dari membangun kerjasama dengan pasangan untuk
mewujudkan keluarga yang utuh bahkan ketika rumah tangga dihadapkan pada
permasalahan-permasalahan. Kesimpulannya adalah strategi/cara pasangan suami
istri dalam menjaga keutuhan keluarga pada kondisi jarak jauh adalah salah
satunya dengan membangun komunikasi yang baik dengan pasangan, selalu
mengutamakan kejujuran, menjaga komitmen bersama pasangan, membangun
kerjasama dengan pasangan dalam segala hal. Meski demikian keberhasilan yang
diraih dalam bentuk keutuhan keluarga ditentukan juga melalui pola pikir para
informan misalnya dengan melihat latar belakang pendidikan yang tinggi,
pengetahuan agama yang baik, dan kondisi ekonomi yang mapan turut serta
membantu keberhasilan rumah tangga yang utuh.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
141
BAB V
IMPLIKASI TEORI
Hasil Penelitian dan Pembahasan yang telah dianalisis dari berbagai
temuan data yang telah disajikan pada bab sebelumnya disampaikan dalam bab
ini. Tentunya dengan dikaitkan melalui teori-teori yang dipakai pada penelitian
ini, yaitu teori perubahan keluarga, teori adaptasi, dan teori komunikasi
interpersonal. Adapun maksud dari pembahasan serta analisis ini adalah untuk
mengetahui bagaimana membangun strategi untuk mempertahankan keutuhan
keluarga pada pernikahan yang long distance.
V.1 Interpretasi Teoritik
Hasil penelitian dan analisis hasil di lapangan mengenai kehidupan
keluarga pasangan suami istri long distance marital in relationship antara lain
mengenai strategi membangun keutuhan rumah tangga yaitu dengan membangun
komunikasi yang baik dengan pasangan melalui teknologi komunikasi seperti
handphone (via bbm, sms, whatsup, video call, skype, maupun telepon selular).
Selain membangun komunikasi yang baik dengan pasangan ditemukan beberapa
point penting lain yang menarik untuk dikaji mengenai strategi yang dilakukan
pasangan suami istri ketika long distance antara lain bahwa untuk membangun
keutuhan keluarga terdapat strategi lain yang dilakukan pasangan long distance
yaitu bagaimana membangun komitmen bersama. Komitmen yang dibangun
pasangan suami istri yang tinggal berjauhan memuat beberapa hal yaitu mengenai
kepercayaan (trust), cinta atau kasih sayang (love), keterbukaan dan kejujuran
(oppeness and honestly).
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
142
Dengan beberapa point penting yang diperoleh dari hasil penelitian yang
dilakukan, peneliti dapat menarik benang merah bahwa keutuhan rumah tangga
dapat terpenuhi oleh pasangan suami istri yang menjalani kehidupan rumah
tangga long distance apabila pasangan suami istri memiliki strategi dalam
menjaga keutuhan rumah tangga yaitu membangun komunikasi yang intensif dan
membangun komitmen bersama pasangan, di dalam membangun suatu komitmen
dengan kondisi rumah tangga yang terpisah jarak tentunya membutuhkan adanya
kepercayaan yang tinggi, kejujuran, dan kerjasama yang baik dengan pasangan.
Dengan adanya kerjasama antara suami istri selama menjalani long distance maka
fungsi-fungsi penting dalam keluarga tetap terpenuhi dengan baik, baik fungsi
afeksi, biologis, sosialisasi, ekonomi, pendidikan dan juga agama. Selama masih
ada kerjasama dan komitmen yang baik dari masing-masing pasangan, maka
kondisi pernikahan long distance tidak akan menimbulkan masalah serius seperti
perselingkuhan dan perceraian. Selain didukung oleh komunkasi dan komitmen
yang baik bersama pasangan, ada hal lain yang dapat mendukung keutuhan
keluarga yaitu pola pikir yang dianut oleh pasangan dalam menghadapi
permasalahan rumah tangga. Dengan lama usia pernikahan, pendidikan, agama
yang dianut, dan pengalaman-pengalaman long distance sebelum menikah juga
memiliki konsekuensi terhadap pilihan strategi yang dilakukan oleh pasangan
suami istri untuk menjaga keutuhan keluarga.
Fenomena pernikahan yang dijalani melalui hubungan jarak jauh (long
distance), termasuk hubungan yang tidak mudah dijalani bagi individu yang tidak
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
143
mempunyai rasa kepercayaan yang tinggi. Hubungan seperti ini sangat rentan
mendapatkan masalah. Tapi itulah konsekuensi yang harus diterima oleh pasangan
yang saling mencintai tapi tidak bisa sering bersama setiap saat dan setiap waktu
dikarenakan alasan tertentu yang harus ditanggungnya, misalnya saja pekerjaan.
Tuntutan pekerjaan terkadang membuat pasangan suami istri terpisah selama
beberapa saat. Banyak pekerjaan yang harus menuntut pasangan suami istri
berpisah sementara waktu, misalnya harus keluar daerah demi kewajiban sebagai
pegawai atau karyawan dan mau tidak mau harus meninggalkan keluarga untuk
sementara demi melaksanakan kewajiban tersebut.
LDMR atau singkatan dari Long Distance Marital in Relationship, dalam
bahasa Indonesia bisa diartikan hubungan jarak jauh pada pasangan suami istri.
Merupakan suatu jalinan, ikatan antara dua orang atau lebih tapi ikatan tersebut
dijauhkan oleh jarak. Hubungan jarak jauh mungkin umum, tetapi siapa saja yang
pernah berada di dalamnya akan menjamin fakta bahwa itu tidak pernah mudah.
Hubungan, secara sederhana membutuhkan upaya untuk berjalan lancar, dan
ketika ada jarak yang memisahkan, kadang-kadang bisa menjadi tak tertahankan.
Long distance yang terjadi antara suami dan istri, keduanya harus saling
menguatkan, karena hubungan pernikahan jelas jauh berbeda dengan pacaran.
Long distance marital in relationship yang paling banyak ditemui adalah karena
alasan pendidikan dan pekerjaan. Seseorang harus menuntut ilmu di tempat yang
jauh dikarenakan keinginan orang tersebut, atau juga karena mendapat beasiswa,
salah satu pasangan harus rela meninggalkan orang-orang terdekatnya demi ilmu
yang akan diraihnya. Long distance marital yang disebabkan alasan pekerjaan
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
144
terjadi karena tuntutan profesionalitas pegawai kepada organisasi yang memakai
tenaganya. Long distance jenis ini terjadi karena alasan mutasi (perpindahan antar
instansi dalam satu organisasi). Long distance jenis ini dapat disikapi dengan cara
pasangan mengikuti kemana pasangan lainnya di tempatkan bertugas. Tetapi
tentunya banyak hal yang perlu dipertimbangkan, seperti pendidikan anak,
kehidupan orang tua dll.
Hubungan pernikahan yang Long Distance ini, pasangan suami istri
dihadapkan pada permasalahan-permasalahan mengenai tanggung jawab terhadap
keutuhan rumah tangga. Dengan keadaan suami dan istri yang long distance ini
tentu dapat menimbulkan kekosongan peran-peran yang seharusnya dilakukan
oleh suami dan istri layaknya pasangan yang tinggal seatap. Seperti dapat dilihat
dalam kehidupan keluarga di mana suami istri umumnya memegang peranan
dalam pembinaan kesejahteraan bersama, secara fisik, materi maupun spiritual
(Ihromi, 1990: 1).
Masalah juga bisa timbul akibat tidak terpenuhinya hak dan kewajiban dari
masing-masing pasangan. Suami dan istri sama-sama memiliki kebutuhan lahir
dan batin yang bisa muncul setiap saat dan tentu akan sulit terpenuhi apabila
menjalani hubungan jarak jauh. Ketika salah satu pasangan tidak berada di
samping pasangannya, bisa saja memunculkan beberapa problema dalam sebuah
hubungan yang long distance tersebut misalnya godaan untuk berselingkuh.
Dibutuhkan sebuah komitmen luar biasa besar bagi suami dan istri untuk terus
memelihara diri agar ikatan pernikahan tetap langgeng pada saat terpisah jauh dari
pasangan mereka. Pernikahan jarak jauh mungkin hanya akan menimbulkan
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
145
stress, minimal apabila pasangan memiliki komitmen karir yang kuat, baik bagi
dirinya dan bagi pasangannya. Ketersediaan sumber keuangan yang memadai
pembiayaan dua rumah tangga dan pemantapan pola komunikasi yang efektif
akan berfungsi untuk mengurangi stress.
Keberhasilan penyesuaian (adaptasi) bisa didukung oleh seberapa sering
pasangan berjumpa satu sama lain, lamanya waktu mereka telah menikah, jumlah
anak yang mereka miliki, pendidikan, agama yang kuat, pengalaman-pengalaman
long distance sebelum menikah, aktivitas di tempat kerja, fleksibilitas kerja, dan
kemampuan mengatasi masalah dari setiap pasangan. Bagi pasangan muda yang
masih memerlukan lebih banyak waktu untuk saling menyesuaikan diri,
dimungkinkan ada konflik lebih lanjut mengenai karier siapa yang harus
dipertahankan dan dikalahkan agar tetap bisa tinggal satu atap.
Kebanyakan orang berasumsi bahwa pasangan pernikahan jarak jauh
memiliki pernikahan yang lemah, namun kenyataannya tidak selalu demikian.
Mereka justru lebih sering mengupayakan lebih banyak waktu, uang dan usaha
untuk kehidupan pernikahannya. Pernikahan semacam ini sebenarnya
memungkinkan pasangan untuk mengevaluasi kembali pernikahan mereka dan
untuk mepertimbangkan perubahan yang sesuai dalam hubungan pernikahan yang
mungkin perlu dilaksanakan setelah bersatu kembali. Berlawanan dengan
pendapat umum, pernikahan semacam ini tampaknya resikonya sangat kecil untuk
berakhir dengan perceraian karena pasangan lebih berkomitmen untuk pernikahan
mereka.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
146
Keluarga juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota
keluarganya. Bagi pasangan suami dan istri atau anggota keluarga yang dewasa,
keluarga berfungsi menstabilisasikan kehidupan mereka, yaitu memenuhi
kebutuhan kasih sayang, pendidikan, sosio-ekonomi dan kebutuhan seksual. Bagi
anak-anak, keluarga memberikan perawatan fisik dan perhatian emosional, dan
seiring dengan itu, keluraga juga memberikan pengarahan perkembangan
kepribadian. Sistem kelurga merupakan konteks belajar yang utama bagi suatu
perilaku, pikiran dan perasaan dari seorang individu. Orang tua merupakan “guru”
yang utama, karena orang tua menginterprestasiakan dunia dan masyarakat bagi
anak-anak.
Seperti yang dikatakan oleh Ogburn (1886-1959) pendapatnya mengenai
sistem keluarga yang berubah sebagai akibat perubahan teknologi yang dapat
berakibat maladjustment social atau ketidakmampuan menyesuaikan diri secara
sosial tidak terjadi pada keluarga long distance seperti dalam penelitian ini. Tetapi
pada kenyataannya keluarga yang mengalami perubahan tersebut bergerak menuju
kebahagiaan, yang akan terwujud dalam interaksi yang berbentuk saling
memuaskan, saling pengertian yang penuh simpati dan persahabatan dari anggota-
anggotanya seperti pada kasus keluarga long distance yang dialami oleh salah satu
informan dalam penelitian ini, bahwa hubungan suami istri dipahami sebagai
suatu hubungan yang merupakan sebagai sebuah strategi untuk membuat
keutuhan rumah tangga tetap terjaga ketika long distance. Terbukti perubahan
keluarga dalam penelitian ini lebih ke arah saling membahagiakan bukan
menghancurkan, hal ini dilihat dengan melihat pola pikir yang diungkapkan oleh
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
147
masing-masing informan dalam menjalani kehidupan rumah tangga long distance
mereka lebih menekankan pada tujuan dari long distance adalah demi perbaikan
kualitas pendidikan maupun pekerjaan sehingga kehidupan rumah tangga yang
mapan dan sejahtera dapat tercapai tetapi dengan tidak melupakan komitmen yang
dibangun bersama pasangan.
Keberfungsian sosial kelurga mengandung pengertian pertukaran dan
kesinambungan, serta adaptasi respirokal antara keluarga dengan anggotannya,
dengan lingkungannya, dan dengan tetangganya dll. Kemampuan berfungsi sosial
secara positif dan adaptif bagi sebuah keluarga salah satunnya jika berhasil dalam
melaksanakan tugas-tugas kehidupan, peranan dan fungsinya terutama dalam
sosialisasi terhadap anggota keluarganya.
Salah satu fungsi pokok keluarga yang tidak dapat diubah atau digantikan
adalah fungsi biologis. Ketika pasangan suami istri dihadapkan pada
permasalahan tentang jarak, kebutuhan biologis yang tidak bisa tergantikan harus
dapat tersalurkan. Tidak akan menjadi masalah besar apabila masing-masing
pasangan dapat membangun pengertian atau membuat variasi-variasi baru tentang
berhubungan intim seperti yang banyak dialami oleh pasangan suami istri long
distance, yaitu dengan menggunakan media komunikasi. Seperti yang diutarakan
oleh salah satu pasangan yang ada dalam penelitian ini, ketika keinginan biologis
tersebut muncul sewaktu-waktu dan tidak dapat bertemu secara langsung, maka
pasangan suami istri memiliki strategi yang dilakukan misalnya phone sex atau
melalui media skype. Sedangkan pada pasangan yang tidak dapat memenuhi hal
tersebut mereka harus dapat mengkomunikasikan dengan baik untuk membangun
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
148
pengertian bersama pasangan agar tidak terjadi permasalahan dalam rumah tangga
yang long distance.
Sikap-sikap baru terhadap perkawinan dan standart-standart kehidupan
keluarga yang baru, menggantikan beberapa “konsepsi-konsepsi” yang lebih lama.
Sikap-sikap seperti “sang ayah adalah pemimpin keluarga” dan “tempat wanita
adalah di rumah” menetapkan dasar-dasar bagi kehidupan keluarga selanjutnya,
dan mengancam terputusnya organisasi kelompok terhadap keadaan tertentu.
Pengawasan-pengawasan yang sudah kuno sudah tidak terpakai lagi dan banyak
di antaranya sudah hilang, kecuali tidak ada sesuatu yang baru yang
menggantikannya. Pria dan wanita harus terus hidup sambil mencoba untuk
memecahkan masalah-masalah yang baru. Trial and error semestinya
memberikan penyesuaian yang memuaskan. Di dalam situasi yang
membingungkan pada keluarga masa kini, tidaklah mudah untuk memecahkan
permasalahan seperti ini ketika seorang individu memiliki harapan untuk
menemukan dasar-dasar kepuasan bagi perkawinan pada era modern.
Dari penjelasan di atas dapat dketahui bahwa keluarga modern adalah
suatu bentuk keluarga yang mengikuti trend (peradaban terbaru) sebagai akibat
dari penyesuaian-penyesuaian terhadap gejala-gejala baru yang disebabkan oleh
semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh,
dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, seorang wanita yang dahulu hanya
bekerja sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi pekerjaan rumah, sekarang
sudah banyak yang mengenyam pendidikan sampai tingkat perguruan tinggi dan
mereka juga sudah banyak yang bekerja di berbagai sektor baik jasa, dagang,
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
149
kerajinan, dsb. Mereka sudah tidak lagi melulu hanya bekerja di rumah namun
bersamaan bekerja di sektor lain. Selain itu, teknologi juga sangat berpengaruh
terhadap keberlangsungan keluarga, saat ini banyak kita temukan anggota
keluarga yang secara fisik berkumpul di rumah, tetapi mereka asyik berhubungan
dengan rekan-rekan mereka di luar, baik dengan cara menggunakan telephone,
SMS, BBM, facebook, twitter, dsb. Selain teknologi informasi penggunaan
teknologi lain seperti mesin cuci, rice cooker, kulkas, kompor gas dsb yang
memudahkan pekerjaan keluarga menjadi salah satu ciri dari keluarga modern,
namun dibalik kemudahan-kemudahan yang dihasilkan oleh teknologi modern
tersebut, dapat melunturkan rasa saling tolong menolong di antara anggota
keluarga dalam hal melakukan pekerjaan rumah, sehingga mereka akan semakin
individualis dalam keluarganya.
Secara obyektif, terbukti mereka memang memiliki anak-anak yang lebih
adaptif, hubungan suami-istri yang lebih berkualitas, dan kehidupan kerja yang
lebih baik. Secara keseluruhan, beberapa penelitian para ahli menganggap bahwa
pergeseran peran para suami dan ayah ke ranah yang lebih domestik ini sebagai
sesuatu yang baik. Di mana hal ini dianggap sebagai sebuah kesempatan yang
baik bagi para ayah untuk mengeksplorasi dan mengembangkan sisi pengasuhan
mereka yang selama ini mungkin diabaikan karena sudah ada istri yang
melakukannya.
Di zaman modern ini, keberadaan setiap anggota keluarga berdasar ikatan
perkawinan di dalam satu tempat, satu rumah cenderung tidak populer lagi.
Kondisi perekonomian yang berkembang, geografis yang berubah, banyak
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
150
menjadikan mereka hidup berpencar untuk mencari nafkah, belajar, berkarya
dengan mobilitas antar wilayah dan lain seperti contohnya di Kota Surabaya.
Masyarakat yang merantau semakin banyak, bisnis rumah kos, kontrakan dan juga
asrama sudah menjamur. Budaya asal mulai memudar karena bercampur dengan
aneka budaya di tempat kerja dan sosialitanya.
Maka sudah saatnya melihat keluarga dengan lebih luas, tanpa terbatas
pada ikatan perkawinan saja. Jangan melupakan bahwa keluarga di zaman modern
ini menjadi sebuah institusi yang bisa dalam bentuk sekelompok pekerja,
sekelompok permainan, sekelompok tim dengan hobi yang sama, sekelompok
persaudaraan atau persahabatan dan kelompok-kelompok lain. Dalam bentuk-
bentuk seperti itulah pengaruh yang menjalar ke sesamanya lebih efektif. Baik itu
pengaruh budaya, pembinaan mental, lingkungan, saling melindungi, ekonomi,
dan yang utama juga adalah pengaruh informasi. Individu seakan terlena bahwa
kehidupan keluarga seperti ini kadang bisa mengalahkan interaksi dalam keluarga
inti.
Analisis struktur fungsional dari Merton lebih bisa dipusatkan kepada
fungsi sosial, dimana fungsi disini diartikan sebagai segala konsekuensi yang
dapat diamati dan menimbulkan adaptasi dari suatu sistem. Misalnya dalam
struktur keluarga dimana terkadang mempunyai akibat yang negative terhadap
eksistensi dari sistem (keluarga) secara keseluruhan. Dalam keluarga besar yang
terdiri dari suami, istri, anak-anak, dan juga saudara lain akan dimungkinkan
mempunyai ketidakcocokan diri bagi keluarga sangat diharapkan bisa
menjembatani terhadap akibat negative yang muncul. Begitu pula proses adaptasi
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
151
yang dilakukan oleh pasangan suami istri dalam hal menjaga keutuhan rumah
tangga adalah mempunyai akibat yang positif bagi keutuhan keluarga.
Dinamika dalam hidup bisa dipengaruhi oleh lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial dimana individu tesebut berada. Lingkungan fisik dalam hal ini
adalah keluarga. Masing-masing anggota keluarga yang ada harus mampu saling
menyesuaikan diri dengan anggota keluarga lain sehingga konflik yang terjadi
diantara anggota keluarga dapat diminimalisir sedemikian rupa. Sedangkan untuk
lingkungan sosial, dapat disebut dengan masyarakat. Keluarga sebagai subsistem
masyarakat diharapkan juga dapat menyesuaikan diri, yakni dengan berusaha
menyelaraskan setiap nilai-nilai dan norma-norma dalam keluarga dengan nilai
dan norma dalam masyarakat. Proses penyesuaian diri merupakan reaksi terhadap
tuntutan pada diri seseorang. Menurut Vembriarto, tuntutan-tuntutan dapat
digolongkan menjadi tuntutan internal dan tuntutan eksternal (Khairuddin,
2002:68). Yang dimaksud dengan tuntutan internal adalah segala sesuatu yang
berasal dari dalam individu itu sendiri, misalnya karena adanya perasaan cinta
maupun sayang. Seseorang yang mau menyesuaikan diri dengan lingkungannya
karena adanya tuntutan internal umumnya adalah karena rasa cinta atau rasa
sayang mereka terhadap seseorang ataupun sekelompok orang (keluarga) sehingga
dengan rasa sayang dan cinta tersebut menyebabkan mereka secara sukarela
menyesuaikan diri, seperti pada pasangan suami istri yang menjalani pernikahan
long distance. Sedangkan tuntutan eksternal merupakan tuntutan yang bukan
berasal dari individu, melainkan dari lingkungan luar seperti masyarakat. Pada
masyarakat yang modern sekalipun, seperti yang diungkapkan oleh Durkheim,
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
152
masih memperlihatkan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dan tumbuh
berkembang di dalam lingkungan yang mereka tempati. Untuk itulah keluarga
yang hidup di tengah-tengah masyarakat harus dapat menyesuaikan diri. Proses
penyesuaian sendiri dapat dipandang dari dua sudut, yaitu:
a. Kualitas atau efisiensinya
b. Proses berlangsungnya
Proses penyesuaian yang dipandang berdasarkan kualitas, berarti yang
menjadi kriteria penilaian adaptasi adalah berhasil tidaknya dan efisien atau
tidaknya penyesuaian yang dilakukan. Untuk melihat berhasil tidaknya atau
efisien tidaknya adaptasi, menurut Vembriarto terdapat empat kriteria yang dapat
digunakan yaitu:
1. Kepuasaan psikis: penyesuaian diri yang berhasil dapat menimbulkan
kepuasan psikis, sedangkan yang gagal menimbulkan rasa tidak puas yang
menjelma dalam perasaan kecewa, gelisah, lesu, depresi dan lain-lain
sebagainya.
2. Efisiensi kerja: penyesuaian diri yang berhasil terwujud dalam kerja/kegiatan
yang tidak efisien.
3. Gejala-gejala fisik: penyesuaian diri yang gagal terwujud dalam gejala-gejala
fisik seperti: pusing kepala, sakit perut, gangguan pencernaan, diare, dan lain
sebagainya.
4. Penerimaan sosial: penyesuaian diri yang berhasil dapat menimbulkan reaksi
setuju dari masyarakat, sedangkan yang gagal mendapatkan reaksi tidak setuju
oleh masyarakat.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
153
Menyadari pergeseran pola kehidupan sosial di zaman modern ini, tentu
setiap keluarga yang sesungguhnya, juga tak ingin kehilangan peran. Untuk itu
seorang individu atau pasangan suami istri mulai merekatkan lagi interaksi
keterlibatan dan komunikasi di antara sesama anggota keluarga. Dengan
keterlibatan yang baik, dan menghasilkan komitmen yang lebih erat. Tanpa
adanya keterlibatan (emosi dan interaksi) maka komitmen tak bisa diharapkan.
Merekatkan lagi yang renggang, memperjelas lagi nilai-nilai luhur, budi pekerti,
moral dan saling mengingatkan lagi untuk tetap menjalin komunikasi baik dengan
pasangan suami atau istri maupun dengan anggota keluarga yang lain. Masalah-
masalah dalam keluarga, pasangan suami-istri sangatlah kompleks yang
berhubungan dengan seluruh rangkaian kebutuhan baik pribadi, sosial maupun
ekonomi, sehingga tidaklah mengherankan apabila stabilitas, keutuhan keluarga
seringkali terganggu, yang apabila tidak dapat diselesaikan secara rasional, maka
bukan tidak mungkin akibatnya fatal yaitu malapetaka perceraian.
Semakin banyak “kesamaan” yang dimiliki oleh suami istri, maka akan
membuat semakin akrab. Keakraban yang dibina secara terus menerus dapat
mengatasi permasalahan yang sekecil apapun, karena keduanya dapat
mengkomunikasikan segala sesuatunya dengan baik (DeVito, 1994:49). Agar
tujuan perkawinan dapat tercapai, maka dibutuhkan kerjasama, komitmen, serta
komunikasi untuk mengekspresikan rasa cinta, memperkuat kesetiaan,
menciptakan keutuhan keluarga, serta mendiskusikan bersama apa saja yang
menjadi impian-impian dan harapan-harapan suami istri dalam perkawinan
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
154
sebagai suatu hal yang tidak boleh dilupakan agar perkawinan mereka dapat
berhasil.
Ada berbagai macam alasan mengapa pasangan suami istri tetap
memelihara dan menjaga hubungan hingga berlangsung lama, meskipun harus
menjalani long distance relationship, yaitu:
a. Emotional attachment: biasanya hubungan dipelihara, karena terdapat perasaan
cinta dan kasih sayang antara satu dengan yang lainnya, dimana keduanya ingin
hubungannya berlangsung lama.
b. Convenience: setiap orang tidak ingin menemukan kesulitan dalam kehidupan
sosial mereka, oleh sebab itu mereka cenderung lebih nyaman apabila tetap
bersama pasangannya daripada memutuskan hubungan.
c. Children: pasangan suami istri mungkin akan tetap bersama, karena mereka
merasa bahwa hal ini merupakan jalan yang terbaik untuk anak mereka, atau agar
anak-anak diterima oleh lingkungannya, untuk menutupi alasan yang tersembunyi,
seperti kenyamanan hidup, keuntungan finansial, serta ketakutan hidup sendiri.
d. Fear: orang cenderung takut berada di luar dunia dengan hidup sendiri, karena
dianggap sebelah mata oleh masyarakat sebagai “single”, oleh sebab itu mereka
lebih baik tetap memelihara hubungan bersama pasangannya.
e. Inertia: beberapa hubungan cenderung dipertahankan, karena “inertia”, dimana
mereka malas untuk menjalin hubungan yang baru.
f. Commitment: orang cenderung memiliki komitment yang kuat untuk mendasari
sebuah hubungan. Commitment merupakan ikrar atau janji yang bersifat mengikat
(DeVito, 2004:260-261).
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
155
BAB VI PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Hasil akhir dari penelitian tentang Kehidupan Keluarga Long Distance
Marital in Relationships adalah strategi pada pasangan suami istri sebagai upaya
dalam mempertahankan keutuhan keluarga pada pernikahan long distance secara
umum, maka dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini bahwa strategi/cara
pasangan suami istri dalam menjaga keutuhan keluarga pada kondisi jarak jauh di
lihat melalui bagaimana pasangan dihadapkan kepada permasalahan-
permasalahan seperti kepercayaan, kejujuran, keuangan, masalah anak, masalah
dengan mertua, dan pemenuhan biologis. Setiap keluarga satu dengan yang lain
memiliki strategi yang sangat bervariasi sehingga setiap permasalahan yang
muncul dapat diatasi. Dengan perbedaan strategi dari masing-masing keluarga
memiliki efek tersendiri terhadap keberhasilan pasangan suami istri dalam
mempertahankan keutuhan rumah tangga selama terpisah oleh jarak.
VI.2 Saran
Dari kesimpulan di atas menjelaskan bahwa dalam perkembangannya
keluarga banyak mengalami perubahan, tetapi perubahan yang terjadi pada
pasangan suami istri yang menjalani kehidupan pernikahan jarak jauh tidak
merubah peran-peran maupun kewajiban dasar yang seharusnya dilakukan oleh
suami dan istri. Perubahan yang terjadi pada pasangan suami istri long distance
lebih kepada perubahan cara berpikir atau perubahan mindset yang merupakan
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
156
bentuk strategi dalam beradaptasi ketika suami dan istri dihadapkan pada
permasalahan-permasalahan yang muncul ketika hidup berjauhan. Oleh karena itu
saran-saran yang hendak disampaikan dalam penelitian untuk penelitian-
penelitian selanjutnya ini adalah antara lain:
1. Peneliti berharap agar ada peneliti-peneliti lain yang tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai tema yang sesuai yaitu kehidupan keluarga long distance
marital in relationships dan selanjutnya lebih mengembangkan penelitian
yang sudah ada ini dengan mengkaji fokus permasalahan yang berbeda dari
tema yang sama. Misalnya lebih mengungkapkan realitas dan fenomena ini
lebih dalam lagi karena dalam penelitian ini peneliti belum mampu untuk
menggali data dari para informan non subyek secara lebih menyeluruh. Dalam
hal ini, peneliti belum mampu untuk melakukan wawancara dan menggali
informasi dari pihak-pihak lain terutama anak dan keluarga inti dari masing-
masing pasangan.
2. Pada penelitian selanjutnya ada baiknya menggunakan teori-teori yang lainnya
sebagai pisau analisis untuk memperdalam analisis temuan-temuan data yang
ada, dipandang dari perspektif teori yang berbeda sehingga mungkin bisa
menghasilkan analisis yang berbeda dengan penelitian ini namun masih dalam
ruang lingkup Sosiologi.
3. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi
masyarakat luas mengenai fenomena pasangan suami istri yang mengalami
pernikahan jarak yang merupakan suatu fenomena baru akibat kebijakan
industrialisasi dan urbanisasi, oleh karenanya diperlukan pemikiran yang bijak
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
157
dan berpikir rasional sebelum dan setelah memutuskan untuk menjalani
kehidupan rumah tangga long distance, karena menjalani pernikahan jarak
jauh tidaklah mudah dan membutuhkan suatu komitmen dan penyesuaian diri
untuk terus mempertahankan keharmonisan rumah tangga.
Semoga penyusunan laporan ini dapat digunakan sebagai referensi bagi
pihak-pihak yang berkepentingan. Secara keseluruhan peneliti masih jauh dari
kata sempurna. Banyak kekurangan akibat keterbatasan dari peneliti, meliputi
proses awal, analisa, maupun penulisan laporan. Oleh karena itu, peneliti sangat
berharap adanya saran dan kritik dari semua elemen masyarakat yang
memanfaatkan laporan ini.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
158
DAFTAR PUSTAKA
Sumber dari Buku:
Alfiani, Astie. 2008. Strategi Komunikasi Pasangan Suami Istri Yang Menjalani
Longdistance Marital Relationship Pada Awal Perkawinan. Surabaya:
Jurnal Skripsi Universitas Airlangga.
Anderson, Michael (Ed.). 1973. Sociology of the Family, Penguin Education.
Berger, Peter L. 1982. Piramida Korban Manusia, Etika Politik dan Perubahan
Sosial (terjemahan), LP3ES, Jakarta.
Berger, Peter L., Brigitte Berger dan Kellner Hansfried. 1977. The Homeless
Mind, Penguin Books.
Bolt, E. 1973. “Urban Families: Conjugal Roles and Social Networks,” dalam
Michael Anderson (ed.), Sociology of The Family, Penguin Education.
Brannen, Julia. 2005. Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Burgess, Ernest W and Harvey J. locke. 1960. The Family from Institution to
Companionship, American Book Company p.7-8.
Burgess, Ernest W. dan Locke. 1945. The Family, From Institution to
Companionships, American Books, New York.
Burgess, Ernest, W. 1973. “The Family in a Changing Society,” dalam Eva Haley
Etzioni dan Amitai Etzioni, Social Change Source, Patterns and
Consequences, “Basic Books Inc. Publisher, New York, 1973.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
159
Caplow, Theodore, Howard M. Bahr, Bruce A. Chadwick, Reuben Hill dan
Margaret Holmes Williamson. 1982. Middletown Families, Fifty Years of
Change and Continuity, University of Minnesota Press, Minneapolis.
Creswell, John W. 2009. Research Design; Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches, Sage, Los Angeles.
Devito, A. Joseph. 2011. Komunikasi Antarmanusia. Tangerang: Karisma.
Devito, J .A (1997: 231). The International Communication Book, Eleventh
Edition. New York : Person Education, Inc
Engels, Federich. 1977. The Origin of The Family, Private Property and The
state, Lawrence & Wishart, London.
Geertz, Hildred. 1983. Keluarga Jawa. Jakarta: Grafiti Pers.
Good, William J. 1995. Sosiologi Keluarga. Terj. Lailahanoum, Jakarta: Bumi
Aksara.
Good, William, J. 1973. “A Sociological Perspective on Marrital Dissolution,”
dalam Michael Anderson (ed.), Sociology of the Family, Penguin
Education.
Gunarsa, Singgih D. 1993. Psikologi untuk Keluarga, cetakan ke-11 BPK Gunung
Mulia, Jakarta.
Ihromi, T.O. 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Yayasan Obor Indonesia:
Jakarta.
Ihromi. 1990. Para Ibu yang Berperan Tunggal dan Yang Berperan Ganda.
Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.
Khairudin. 2002. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Liberti.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
160
Liliweri, Alo. 2010. Komunikasi Antarprbadi Cetakkan ke 5. Jakarta: PT. Indeks.
Litwak, Eugene. 1959/1960. “The Use of Extended Family Groups in the
Achievement of Social Goals,” dalam Social Problems, 7.
Mas’udah, Siti. 2002. Perceraian di Kalangan Tenaga Kerja Indonesia. Surabaya:
Skripsi Sosiologi Universitas Airlangga.
Megawangi, Ratna. 1999. Membiarkan Berbeda? sudut pandang baru tentang
relasi gender, Bndung, Pustaka Mizan, hal. 76-78.
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Murdock, George P. 1949. Social Structure, New York: Mac Millan, pp. 35-40.
Murniati, A. Nunuk P. 2004. Getar Gender: Perempuan Indonesia dalam
Perspektif Agama, Budaya, dan Keluarga, Edisi Kedua, Cetakan Pertama.
Magelang: Indonesia Tera.
Ogburn, William F. dan Meyer F. Nimkoff. 1955. Technology and the Family,
Houghton-Mifflin, Boston.
Ogburn, William F. dan Nimkoff, Meyer F. 1964. Sociology, AP Prefer dan
Simons International University Editon. Boston: Houghton Mifflin
Company.
Parsons, Talcott. 1951. The Social System, New York: Free Press pp. 27-28.
Parsons, Talcott. 1954. “The Kinship Sytem of the Contemporary United States,”
dalam Talcott Parsons, Essay in Sociological Theory, The Free Press,
London.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
161
Rahmanjani, Fitri. 2007. Pembagian Peran Pada Keluarga Tenaga Kerja Wanita
(Studi Deskriptif tentang Pembagian Peran Keluarga Yang Isterinya
menjadi Tenaga Kerja Wanita di Kecamatan Sumber Gempol, Kabupaten
Tulungagung, Jawa Timur. Surabaya: Jurnal Skripsi Universitas
Airlangga.
Raho, Bernard. 2003. Keluarga Berziarah Lintas Zaman: Suatu Tinjauan
Sosiologis, Cet. 1, flores NTT: Nusa Indah.
Rex, john. 1985. Analisis sistem sosial (Sahat Simamora: Penerjemah), Jakarta:
Bina Aksara, hal. 19-25.
Santiani. 2010. Topik-topik Yang Dibicarakan Oleh Pasangan Suami Istri Yang
Menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Kabupaten Tulungagung.
Surabaya: Jurnal Skripsi Universitas Airlangga.
Scanzoni, Letha dan John. 1981. Men, Women and Change, New York: McGraw
Hill& Co, pp. 568-569.
Soekanto, Soerjono. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi “Mix Method”. Bandung: CV
Alfabeta.
Suhendi. Hendi. & Wahyu, Ramdani. 2001. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga.
Bandung: CV Pustaka Setia.
Suyanto, Bagong dan Sutinah (ed.). 2007. Metode Penelitian Sosial: Berbagai
Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana.
Taneko, Soleman B. 1993. Struktur dan Proses Sosial. Suatu Pengantar Sosiologi
Pembangunan, PT.Raya Grafindo Persa Jakarta, Hal. 35, 40.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
162
Tangdilintin, Paulus. 1989. “Peranan Wanita dalam Gereja dan Masyarakat.”
Laporan Penelitian, Biro Wanita PGI.
Tomagola, Tamrin Amal. 1994. Tantangan yang Dihadapi Keluarga dalam Upaya
Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Hubungan Sosial, Makalah
Disajikan dalam Seminar Sehari Pimpinan Pusat Aisiyah di Aceh, hal.12-
15.
Wirawan, Ida Bagus. 2001. Keluarga di Tengah Arus Perubahan Sosial. Surabaya:
makalah/ di muat dalam jurnal/ MKP.
Yaumil. 1997. Kemitrasejajaran pria wanita yang harmonis dalam memperkokoh
ketahanan keluarga, makalah, Yayasan Melati Jakarta. Hal. 3-5.
Zelditch, Jr., Morris. 1964. “Cross-cultural Analysis of Family Structure,” dalam
Harold T. Christensen (ed.), Handbook of Marriage and the Family, Rand
McNally, Chicago.
Sumber dari Web :
Fitriana, syifa, apa sih enaknya tinggal terpisah setelah menikah?,
www.kafemuslimah.com/article-detail.php.
http://www.merdeka.com/peristiwa/setiap-hari-20-pasangan-bercerai-di-
tulungagung.html.
http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-timur/14/01/25/mzyr9c-ups-tiap-
hari-20-pasutri-di-tulungagung-cerai.
jatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar318/yexd1362718607.
Suparmi, Sawitri, saat-saat kritis perkawinan long distance relationships,
www.kompas.com/news/07/04/135322.htm.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
158
DAFTAR PUSTAKA
Sumber dari Buku:
Alfiani, Astie. 2008. Strategi Komunikasi Pasangan Suami Istri Yang Menjalani
Longdistance Marital Relationship Pada Awal Perkawinan. Surabaya:
Jurnal Skripsi Universitas Airlangga.
Anderson, Michael (Ed.). 1973. Sociology of the Family, Penguin Education.
Berger, Peter L. 1982. Piramida Korban Manusia, Etika Politik dan Perubahan
Sosial (terjemahan), LP3ES, Jakarta.
Berger, Peter L., Brigitte Berger dan Kellner Hansfried. 1977. The Homeless
Mind, Penguin Books.
Bolt, E. 1973. “Urban Families: Conjugal Roles and Social Networks,” dalam
Michael Anderson (ed.), Sociology of The Family, Penguin Education.
Brannen, Julia. 2005. Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Burgess, Ernest W and Harvey J. locke. 1960. The Family from Institution to
Companionship, American Book Company p.7-8.
Burgess, Ernest W. dan Locke. 1945. The Family, From Institution to
Companionships, American Books, New York.
Burgess, Ernest, W. 1973. “The Family in a Changing Society,” dalam Eva Haley
Etzioni dan Amitai Etzioni, Social Change Source, Patterns and
Consequences, “Basic Books Inc. Publisher, New York, 1973.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
159
Caplow, Theodore, Howard M. Bahr, Bruce A. Chadwick, Reuben Hill dan
Margaret Holmes Williamson. 1982. Middletown Families, Fifty Years of
Change and Continuity, University of Minnesota Press, Minneapolis.
Creswell, John W. 2009. Research Design; Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches, Sage, Los Angeles.
Devito, A. Joseph. 2011. Komunikasi Antarmanusia. Tangerang: Karisma.
Devito, J .A (1997: 231). The International Communication Book, Eleventh
Edition. New York : Person Education, Inc
Engels, Federich. 1977. The Origin of The Family, Private Property and The
state, Lawrence & Wishart, London.
Geertz, Hildred. 1983. Keluarga Jawa. Jakarta: Grafiti Pers.
Good, William J. 1995. Sosiologi Keluarga. Terj. Lailahanoum, Jakarta: Bumi
Aksara.
Good, William, J. 1973. “A Sociological Perspective on Marrital Dissolution,”
dalam Michael Anderson (ed.), Sociology of the Family, Penguin
Education.
Gunarsa, Singgih D. 1993. Psikologi untuk Keluarga, cetakan ke-11 BPK Gunung
Mulia, Jakarta.
Ihromi, T.O. 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Yayasan Obor Indonesia:
Jakarta.
Ihromi. 1990. Para Ibu yang Berperan Tunggal dan Yang Berperan Ganda.
Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.
Khairudin. 2002. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Liberti.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
160
Liliweri, Alo. 2010. Komunikasi Antarprbadi Cetakkan ke 5. Jakarta: PT. Indeks.
Litwak, Eugene. 1959/1960. “The Use of Extended Family Groups in the
Achievement of Social Goals,” dalam Social Problems, 7.
Mas’udah, Siti. 2002. Perceraian di Kalangan Tenaga Kerja Indonesia. Surabaya:
Skripsi Sosiologi Universitas Airlangga.
Megawangi, Ratna. 1999. Membiarkan Berbeda? sudut pandang baru tentang
relasi gender, Bndung, Pustaka Mizan, hal. 76-78.
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Murdock, George P. 1949. Social Structure, New York: Mac Millan, pp. 35-40.
Murniati, A. Nunuk P. 2004. Getar Gender: Perempuan Indonesia dalam
Perspektif Agama, Budaya, dan Keluarga, Edisi Kedua, Cetakan Pertama.
Magelang: Indonesia Tera.
Ogburn, William F. dan Meyer F. Nimkoff. 1955. Technology and the Family,
Houghton-Mifflin, Boston.
Ogburn, William F. dan Nimkoff, Meyer F. 1964. Sociology, AP Prefer dan
Simons International University Editon. Boston: Houghton Mifflin
Company.
Parsons, Talcott. 1951. The Social System, New York: Free Press pp. 27-28.
Parsons, Talcott. 1954. “The Kinship Sytem of the Contemporary United States,”
dalam Talcott Parsons, Essay in Sociological Theory, The Free Press,
London.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
161
Rahmanjani, Fitri. 2007. Pembagian Peran Pada Keluarga Tenaga Kerja Wanita
(Studi Deskriptif tentang Pembagian Peran Keluarga Yang Isterinya
menjadi Tenaga Kerja Wanita di Kecamatan Sumber Gempol, Kabupaten
Tulungagung, Jawa Timur. Surabaya: Jurnal Skripsi Universitas
Airlangga.
Raho, Bernard. 2003. Keluarga Berziarah Lintas Zaman: Suatu Tinjauan
Sosiologis, Cet. 1, flores NTT: Nusa Indah.
Rex, john. 1985. Analisis sistem sosial (Sahat Simamora: Penerjemah), Jakarta:
Bina Aksara, hal. 19-25.
Santiani. 2010. Topik-topik Yang Dibicarakan Oleh Pasangan Suami Istri Yang
Menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Kabupaten Tulungagung.
Surabaya: Jurnal Skripsi Universitas Airlangga.
Scanzoni, Letha dan John. 1981. Men, Women and Change, New York: McGraw
Hill& Co, pp. 568-569.
Soekanto, Soerjono. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi “Mix Method”. Bandung: CV
Alfabeta.
Suhendi. Hendi. & Wahyu, Ramdani. 2001. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga.
Bandung: CV Pustaka Setia.
Suyanto, Bagong dan Sutinah (ed.). 2007. Metode Penelitian Sosial: Berbagai
Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana.
Taneko, Soleman B. 1993. Struktur dan Proses Sosial. Suatu Pengantar Sosiologi
Pembangunan, PT.Raya Grafindo Persa Jakarta, Hal. 35, 40.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
162
Tangdilintin, Paulus. 1989. “Peranan Wanita dalam Gereja dan Masyarakat.”
Laporan Penelitian, Biro Wanita PGI.
Tomagola, Tamrin Amal. 1994. Tantangan yang Dihadapi Keluarga dalam Upaya
Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Hubungan Sosial, Makalah
Disajikan dalam Seminar Sehari Pimpinan Pusat Aisiyah di Aceh, hal.12-
15.
Wirawan, Ida Bagus. 2001. Keluarga di Tengah Arus Perubahan Sosial. Surabaya:
makalah/ di muat dalam jurnal/ MKP.
Yaumil. 1997. Kemitrasejajaran pria wanita yang harmonis dalam memperkokoh
ketahanan keluarga, makalah, Yayasan Melati Jakarta. Hal. 3-5.
Zelditch, Jr., Morris. 1964. “Cross-cultural Analysis of Family Structure,” dalam
Harold T. Christensen (ed.), Handbook of Marriage and the Family, Rand
McNally, Chicago.
Sumber dari Web :
Fitriana, syifa, apa sih enaknya tinggal terpisah setelah menikah?,
www.kafemuslimah.com/article-detail.php.
http://www.merdeka.com/peristiwa/setiap-hari-20-pasangan-bercerai-di-
tulungagung.html.
http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-timur/14/01/25/mzyr9c-ups-tiap-
hari-20-pasutri-di-tulungagung-cerai.
jatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar318/yexd1362718607.
Suparmi, Sawitri, saat-saat kritis perkawinan long distance relationships,
www.kompas.com/news/07/04/135322.htm.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
163
LAMPIRAN
A. Instrumen Penelitian 1. Pedoman Pengamatan (Guide Observasi)
Keterangan: Subyek penelitian 1 Subyek penelitian 2
Identitas
Hari/Tanggal/Jam
Setting Sosial
Pihak yang berada disekitar subyek yang diamati
Pihak yang terlibat dalam interaksi sosial yang diamati
Reaksi subyek yang diamati
Interaksi subyek yang diamati dengan sekitar
Percakapan subyek yang diamati
Tanggapan subyek yang diamati
nb: dilengkapi dengan catatan dan/atau perekam audio/audio visual
2. Pedoman Wawancara (Guide Interview) 1) Identitas informan
a. Nama : b. Alamat : c. Tempat/Tanggal lahir : d. Usia : e. Agama : f. Jumlah anak : g. Pekerjaan informan : h. Nama Suami/Istri : i. Usia Suami/Istri : j. Pekerjaan Suami/Istri :
2) Histori perjalanan hidup informan.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
164
DAFTAR PERTANYAAN 1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menikah? 2. Apakah Bapak/Ibu sudah memiliki momongan? 3. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal terpisah (long distance) dengan
keluarga? 4. Apa yang melatarbelakangi Bapak/Ibu memutuskan untuk hidup tepisah dari
keluarga? 5. Siapa yang memiliki hak/yang memutuskan untuk hidup secara terpisah? 6. Apakah Keluarga luas (orangtua dari pihak suami maupun istri) juga memiliki
peran dalam memberikan masukan pada Bapak/Ibu yang memutuskan untuk tinggal terpisah?
7. Masalah-masalah apa yang muncul saat awal-awal hidup terpisah? 8. Strategi apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut? 9. Apakah Bapak/Ibu memiliki pertimbangan sebelum akhirnya memutuskan
untuk tinggal terpisah? 10. Apa yang ada dalam pikiran Bapak/Ibu ketika memutuskan untuk tinggal
terpisah? 11. Apa yang Bapak/Ibu takutkan hidup terpisah dengan keluarga? 12. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu tentang keluarga yang hidup terpisah? 13. Bagaimana interaksi Bapak/Ibu dengan pasangan dengan kondisi hidup
terpisah (long distance)? 14. Bagaimana interaksi Bapak/Ibu dengan anak-anak dalam kondisi hidup
terpisah? 15. Apa arti penting/manfaat pertemuan bagi Bapak/Ibu dengan anggota keluarga? 16. Masalah apa saja yang sering muncul yang diakibatkan oleh tinggal secara
terpisah? 17. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengatasi masalah-masalah tersebut? 18. Berapa kali anda berinteraksi dengan keluarga anda dalam satu hari (melalui
media telepon)? 19. Pembicaraan apa yang kerap Bapak/Ibu bicarakan ketika berkomunikasi
dengan keluarga melalui media telepon? 20. Apakah Bapak/Ibu mengetahui segala kegiatan yang dilakukan oleh pasangan
ketika hidup terpisah? 21. Apakah Bapak/Ibu mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan oleh anak? 22. Kegiatan apa saja yang kerap dilakukan ketika berkumpul dengan keluarga
dirumah? 23. Bentuk perhatian apa yang biasa Bapak/Ibu berikan kepada pasangan ketika
berkumpul dirumah? 24. Bentuk perhatian apa yang biasa Bapak/Ibu berikan kepada anak ketika
berkumpul dirumah? 25. Buah tangan (oleh-oleh) apa yang Biasa Bapak/Ibu bawa ketika pulang
kerumah?
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
165
26. Bagaimana Bapak/Ibu dapat melindungi dan menjaga anak-anak ketika suami/istri tidak ada disamping Anda?
27. Apa yang Bapak/Ibu lakukan untuk masa depan anak-anak Anda? 28. Apakah Bapak/Ibu sering pergi berlibur dengan keluarga? 29. Apa arti liburan dengan keluarga bagi Bapak/Ibu? 30. Tempat hiburan mana yang menjadi favorit Bapak/Ibu dengan keluarga? 31. Bagaimana dengan hari ulang tahun anggota keluarga, Apakah kerap
merayakannya dengan sebuah pesta kecil? 32. Apakah ada masalah utama dalam pemenuhan biologis? 33. Bagaimana Bapak/Ibu dapat memenuhi kebutuhan biologis dengan pasangan
dalam kondisi hidup secara terpisah? 34. Apakah Bapak/Ibu mempunyai masalah dalam memenuhi kebutuhan biologis
dengan pasangan dengan kondisi hidup terpisah? 35. Bagaimana Bapak/Ibu mengatasi masalah tersebut? 36. Apakah dengan kondisi terpisah, adanya keinginan untuk menunda
mempunyai anak/cederung dengan anak yang sedikit? 37. Bagaimana Bapak/Ibu dapat memberi pendidikan moral kepada anak
mengingat tinggal terpisah dengan keluarga? 38. Nilai-nilai moral apa yang Bapak/Ibu tanamkan kepada anak? 39. Bagaimana cara Bapak/Ibu mendidik anak-anak? 40. Siapa yang paling berperan memberikan pendidikan agama pada anak? 41. Bagaimana Bapak/Ibu memahami/manfaat agama yang diyakini sebagai
penuntun dalam kehidupan berkeluarga? 42. Apakah Bapak/Ibu memberikan pendidikan agama sejak usia dini pada anak? 43. Bagaimana mengatur keuangan rumah tangga, (apabila suami-istri sama-sama
bekerja) dengan kondisi tinggal secara terpisah? 44. Apakah Bapak/Ibu menghadapi masalah dalam mengatur keuangan keluarga
mengingat tinggal secara terpisah? 45. Bagaimana Bapak/Ibu mengatasi masalah tersebut? 46. Apakah Bapak/Ibu kerap bertengkar dalam hal masalah keuangan? 47. Apakah penghasilan yang didapat mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga? 48. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana mewujudkan sebuah keluarga yang kokoh? 49. Menurut Bapak/Ibu, faktor pendukung apa saja yang dapat mempertahankan
keutuhan keluarga? 50. Menurut Bapak/Ibu, faktor penghambat apa saja yang memperlemah keutuhan
keluarga? 51. Apa strategi Bapak/Ibu untuk membangun keluarga yang memiliki ketahanan
yang tangguh?
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
166
B. Tabel Kategorisasi Hasil Observasi
Keterangan: Subyek penelitian 1
Subyek penelitian 2 Subyek penelitian 3
Identitas El dan Cin Den dan Iman Jay
Hari/Tanggal/Jam/Lokasi
Hari Rabu, 11 Juni 2014, pukul 20.00WIB di kos- kosan. Hari Minggu, 8 Juni 2014, pukul 15.20WIB di kantin.
Hari Senin, 20 Oktober 2014, pukul 20.11WIB di kos-kosan.
Hari Kamis, 23 Oktober 2014, pukul 1915WIB di kontrakan.
Hari Rabu, 22 Oktober 2014, pukul 16.14WIB di tempat kerja.
Setting Sosial Membicarakan permasalahan seputar kehidupan sehari-hari.
Membicarakan permasalahan seputar kehidupan sehari-hari.
Membicarakan kehidupan rumah tangga.
Pihak yang berada disekitar subyek yang diamati
Teman sesama pengguna kos.
Teman sesama pengguna kos.
Teman kerja.
Pihak yang terlibat dalam interaksi sosial yang diamati
Para penghuni kos yang menjalani long distance.
Para penghuni kos yang menjalani long distance.
Teman sesama profesi.
Reaksi subyek yang diamati
Menanggapi pertanyaan yang ditanyakan oleh peneliti.
Menanggapi pertanyaan yang ditanyakan oleh peneliti.
Menanggapi pertanyaan yang ditanyakan peneliti.
Interaksi subyek yang diamati dengan sekitar
Curhat. Ngobrol-ngobrol santai.
Ngobrol-ngobrol santai.
Percakapan subyek yang diamati
Alasan yang membuat long distance.
Membicarakan persoalan rumah tangga.
Membicarakan persoalan rumah tangga dan pekerjaan.
Tanggapan subyek yang diamati
Menjawab dengan santai.
Menjawab dengan santai dan sambil melakukan aktivitas
Menjawab dengan santai.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
167
C. Tabel Kategorisasi Hasil Wawancara Mendalam No. Nama Informan Latarbelakang Pasangan Suami/Istri Menjalani
Pernikahan Long Distance 1. El “yang jelas karena harus sekolah lagi yah, kepaksa
njas, mau gimana lagi emang sekolah lagi. Hiks hiks hiks”.
2. Cin “suamiku kan ditugasin emang di luar Jawa, makanya habis nikah LDR an”. “Setelah kami menikah kebetulan suamiku mendapatkan pekerjaan di sana, sebelum nikah kita juga udah LDR an sih njas, tapi dulu suamiku di Jakarta terus berhenti dari kerjaan itu, nyari kerjaan laen dapetnya malah di luar Jawa yaudah akhirnya kita LDRan lagi kayak sebelum nikah.”
3. Iman “suamiku ditugasin di luar Pulau, aku kerja di sini gak bisa pindah ikut suamiku, jadi sementara ini kita LDR an dek.”
4. Den “ya karena aku kan lagi sekolah, makanya LDR dek, awalnya gak pernah LDR gini, udah 4 tahun sih dek LDR. Tapi dulu juga waktu aku di sini suamiku sempet satu tahun di sini juga sama aku.”
5. Jay “nikah tahun 2012, mulai LDR sejak tahun 2013 istriku dipindah ke Jakarta karena kerjaan dia emang cabangnya di sana makanya pisah sementara.”
No. Nama Informan Masalah-Masalah yang Muncul Pada Pasangan
Suami Istri Ketika Long Distance
1. El “awal-awal ini ya kangen banget tapi gak bisa ketemu langsung sama suami dan anak juga.”
2. Cin “biasa aja sih njas, soale sebelum nikah juga udah ta’arufan, pas pacaran kita jarang berkomunikasi, ketemu juga gak pernah, aku kenal aja lewat yahoo messenger lho. Jadi pas longdis gak ada masalah.” “Ya pasti gini awalnya, kok gini habis nikah, terutama keluargane suamiku tuh kan Muhammadiyah nothok, di mana dia punya konsep patriarkhi banget bahwa suami istri itu harus ikut apa kata suami.”
3. Iman “ya aku sih ini dek, awalnya terharu juga sedih juga ya, hampir putus asa karena aku orangnya emang gak bisa jauh dari pasanganku dek, makanya nyesek pas pisah gini, tapi dia selalu ngeyakinin aku kalau LDR ini gak bakalan lama kok.” “awal awal aku kaget banget dek dengan kondisi di rumah gak ada suami, kayak misal pas musim hujan
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
168
kayak sekarang kebetulan rumah belakang atapnya bocor, yaampun itu nyusahin banget dek akhirnya aku panggilin orang aja lah buat benerin, tapi atas perintah suamiku sih dek. Kalau gak gitu aku mana berani dek. Terus misal pas anak juga lagi sakit, dan butuh dirawat inap di rumah sakit aku bingung dia gak ad yang jagain, aku kan kerja, akhirnya ibuku tak epotin tak suruh ke Surabaya dek, maklum aku anak tunggal dek gak ada saudara lain paling ada tante sama mama aja dek kalau pulang. Suamiku gak bisa pulang anak nanyain mulu dek, waduh wes kalau kayak gitu nyesek dek.”
4. Den “apa yah? Gak ada masalah sih menurutku, gak ada sih. Biasa aja waktu itu.” “gak ada ya, palingan masalah anak lagi sakit itu aja, jadi bingung kalau gak bisa pulang gitu. Paling gitu aja sih masalah yang paling berat. Kan kendala jarak yang jauh jauhan ya.”
5. Jay “awalnya kaget banget dek, gak tau jauh-jauhan tapi pas pacaran pernah LDR seh, saiki LDR maneh. Haha, masalah jelas ada, rumah berantakan kayak kapal pecah dek ra ono sing ngurusi, awalnya yo gitu, tapi mari ngunu ya aku bisa atasi semuane sendirian, belajar mandiri istriku juga jauh toh. Awak legrek kadang ngeluh pulang sepi gak ada istriku rasane yaapa gitu, tapi mau gimana lagi demi kerjaan rapopo nek jare arek saiki.”
No. Nama Informan Strategi yang Dilakukan Pasangan Suami Istri untuk Mengatasi Masalah-Masalah Setelah
Memutuskan Long Distance 1. El “komunikasi ya yang jelas, skypean juga, telepon,
sms-an, bbm-an gitu pokoknya sebisa mungkin komunikasi lancar.”
2. Cin “emmmm paling ini ya, ngasih pengertian ke mertua.”
3. Den “diomongin baik-baik biar gak salah paham, kadang kan something trouble karna miscommunication. Seberat-beratnya masalah rumah tangga kami bicarakan baik-baik selama ini gak ada masalah tanpa solusi.”
4. Jay “diomongin bareng pas dianya pulang sing jelas, biar gak slah paham dek, jadi pas dia pulang kalau pas ada masalah langsung dibahas ndang mari ndang uwes dek. Nek bertengkar pas jauh paling diem-dieman seh, bbm atau sms nanyain masih sibuk gak mau
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
169
telepon gitu.” 5. Iman “ortuku kan masih lengkap dek, ada tanteku juga jadi
kalau dah kayak gitu salah satu dari mereka tak repotin dek tak suruh ke Surabaya nemenin aku. Hehe. Untungnya sih mereka semua jarang sibuk palingan papaku yang kerja luar kota, mama sama tante seringan yang bisa ke sini, suamiku terbantu dari situ. Dia tau aku juga sakit-sakitan makanya gak tega kalau sendirian.”
No. Nama Informan Dilema yang Muncul Pada Pasangan Suami Istri ketika Long Distance
1. El “iya njas ada sempet dilema juga, anak nanti gimana, takut gak kenal sama ibunya kandung karna sekarang diasuh sama adekku njas, jadi dia taunya umiknya ada dua njas. Terus ini, sempet kepikiran juga suamiku gimana nanti, sempet cemburu juga khan kalau jauh gitu, tapi Alhamdulillah aku percaya suamiku baik dan gak akan nyeleweng.”
2. Cin “kalau LDR nya terus terusan ya takut lah njas…gimana gimana apa istilahnya ya itu planingnya kita kan lima tahun, tapi kan unpredictable. Saat unpredictable, gimana gimana mesti ada eee ngroso berat aku, beratnya iku gini multi berden aku yo kuliah terus di rumah kerja juga, harusnya kan bisa dibagi sama suami, ya kayak gitu. Nah, itu gak isok.”
3. Den “gak ada dilemma selama awal jauh sama suami, tapi mungkin ini pas anak lagi sakit kebingungan juga kalau udah gitu apalagi gak bisa pulang. Dilemanya lebih banyak ke anak-anak kalau aku.”
4. Jay “dilemmaku sama istri itu kalau tar dia hamil terus gak bisa pindah kerja surabya kan repot juga, makanya kemaren itu sempet bilang gimana bisa gak berhenti kerja kalau hamil, biar kamu gak sendirian, terus dia bilang ya liat tar deh mas, aku ngertiin dia lagi semangat kerja jadi yaudah tar dipikirin lagi gimana baiknya.”
5. Iman “ya aku sih ini dek, awalnya terharu juga sedih juga ya, hampir putus asa karena aku orangnya emang gak bisa jauh dari pasanganku dek, makanya nyesek pas pisah gini, tapi dia selalu ngeyakinin aku kalau LDR ini gak bakalan lama kok.”
No. Nama Informan Interaksi Pasangan Suami Istri ketika Long Distance
1. El “sebisa mungkin kami selalu menghubungi.” “komunikasi ya yang jelas, skypean juga, telepon,
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
170
sms-an, bbm-an gitu pokoknya sebisa mungkin komunikasi lancar.”
2. Cin “bendinone ya harus komunikasi, misal gak isok telepon yo sms an, kadang sinyale angel di Kupang sana. Skypean nek pas longgar. Sebisa mungkin komunikasi terjaga, saling ingetin sholat, makan, apa-apa pokok e nek iso diomongno berdua masio jauhan ngobrol tetep lancar, jangan sampek miskom lah istilahe”.
3. Den “paling ya setiap hari ya, seharinya paling kalau sama suami ya telepon, sms, bbm biasa lah tetep intensif itungannya, paling ya handphone aja kalau skype an paling sama anak-anak tapi mereka gak begitu suka sih skype an paling via telepon aja kalau anak-anak.”
4. Jay “komunikasi biasanya sih lancar, tiap hari juga telepon, sms kalau pas repot banget, bbm juga sih. Sebisa mungkin pokoknya harus hubungi dek, namanya wong jarak jauh dek.”
5. Iman “sama suami komunikasi lancar aja sih, setiap hari hubungi terus, sms, telepon, bbm an, skipe an juga, pokoknya komunikasi harus tiap hari, kalau pas dia sibuk paling ya cuman bbm atau sms aja sih, kalau malam skipe an gitu biasanya buat ademin pikiran apalagi mau tidur. Kalau dulu pas serumah sih sama aja kita juga komunikasinya lancar-lancar aja kok, cuman gak ada skipe skipe an kayak gini pastinya. Tapi aku tuh orange emang gak bisa jauh dari handphone dek, makanya sehari gitu gak bisa ya kalau gak ngabarin suamiku. Apalagi pas jauh gini.”
No. Nama Informan Interaksi Pasangan Suami Istri Kepada Anak ketika Long Distance
1. El “setiap waktu njas, misalnya emang belum bisa skype-an kami bbm-an atau telepon-an gitu, tar kalau malem biasanya skypean sama anak.” “kalau sama anak kan dia gak suka aku telpon, jadi pas abinya pulang baru bisa skype-an. Gitu deh sebisa mungkin kami selalu menghubungi.” “dari mulai pagi gitu kan uda bbm, kadang kalau pagi skypean sama anak terus pas dia mau sekolah gitu.”
2. Den “paling ya setiap hari ya, seharinya paling kalau sama suami ya telepon, sms, bbm biasa lah tetep intensif itungannya, paling ya handphone aja kalau skype an paling sama anak-anak tapi mereka gak begitu suka sih skype an paling via telepon aja kalau anak-anak.”
3. Iman “kalau sama anak sih gak begitu sering interaksi ya,
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
171
cuman pas aku lagi skipe an paling anak nimbrung terus ngobrol tatap muka di internet sama ayahnya gitu, atau pas aku lagi sibuk terus handphonenya bunyi telepon dari suamiku diangkat sama anakku bilang bundanya lagi sibuk yah, terus ayahnya jadinya ngobrol sama anaknya. Hahaha.
No. Nama Informan Aktivitas yang Dilakukan oleh Pasangan Suami Istri Ketika Di Rumah
1. El “kalau liburan sih paling yang deket-deket aja, ke pantai deket rumah, bisa sekeluarga, bisa sama anak, atau sama suami aja kadang-kadang kayak pacaran gitu deh.hahaha.” “Kalau ada waktu untuk ketemu juga aku belain untuk bisa ketemu, itu penting banget buat hubungan yang LDR. Pas ketemu juga kita habiskan waktu bersama anak, masak bareng, nyuci piring kadang juga bareng, tidur udah pasti harus bareng dong. Hehe.” “Kalau pas ketemu udah pasti jadi ibu rumah tangga dan istri yang sesungguhnya, mandiin anak, masak juga, bersih-bersih pokoknya sebisa mungkin maximalin tugasku selama di rumah.”
2. Cin “aku hari minggu iku adalah hari yang penting buatku, nah pas saat dia dateng dari tiga hari sampai 1 hari untuk orangtua ku sama orangtuanya, dua hari iku privat untuk kita. Wes ket awal dua hari gak iso diganggu gugat. Nek misale orangtuaku sih hargai nek misale aku gak iso, nek morotuoku misale njaluk iki yowes hari iki kudu terlaksana. Tapi dua hari iku kudu bener bener privat untuk kita, wes gak perduli, gak tonggo, gak opo pokok e tutup.” “kerjaan apa itu tak close semua karna aku bener-bener pengen ma suamiku. Lapo yo aku kok pengen banget ngono. Itu pun Cuma tiga hari, paling berhubungan cuman dua hari. Itu malem satu kali tok, jarang dua kali. Terus nonton standup comedy bareng ngunu lho wes sueneeng nonton koyok misal ke mall jalan-jalan deke sukak e kan ngemall, jadi kebalikan.”
3. Den “biasanya palingan ya jalan-jalan gitu yang paling sering banget kita lakukan, pergi ngemall sama anak-anak, kadang juga di rumah aja seharian sama suami beres-beres rumah masak-masak bareng, ya gitu-gitu sih.”
4. Jay “iyo dek jarang bingit, nek ketemu nyapo yo, eh iku mesti nek ketemu dia manja perhatian, minta jalan-jalan bareng makan bareng nonton bareng, mari
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
172
ngunu wes kesel terus moleh nang kontrakane wes kesel tapi seneng dek e.”
5. Iman “emm kegiatan…kalau kegiatan apa ya, kayak hari-hari biasa sih, ya masak bareng, kalau beres-beres rumah udah pasti aku, kasian kalau dia capek gak mungkin tak suruh ngapa-ngapain dek. Kalau udah gak capek ya dianya ngajak keluar makan bareng sama anak juga, pergi ke rumah mertua, ke rumah mamaku juga. Uda gitu aja sih.”
No. Nama Informan Pemenuhan Fungsi-Fungsi Pokok Keluarga yang Dilakukan oleh Pasangan Suami Istri ketika Long
Distance (Fungsi Biologis)
1. El “Hmm, hehe…kalau yang itu jelas gak bisa tergantikan ya njas, wajar kan misal aku kangen pengen dimanjain pengen cium pengen peluk suami juga, kalau udah gitu rasanya stress banget gak bisa ketemu soalnya.” “kalau skypean terus kan gak mungkin njas, jadi kudu ketemu. Pas suami kebetulan di Jakarta atau lagi di Jawa gitu aku usahain ketemuan sama suami. Yaudah kita habisin waktu bersama terutama buat pemenuhan biologis.” “Apalagi kalau malem senin sama malem jumat tuh aku stress banget. Apalagi habis liat film romantis yang ada adegan kissing, ML atau apalah langsung sensitive. Kadang ada orang yang lagi telpon mesra gitu bawaannya sensi.”
2. Cin “jadi waktu menikahpun kebutuhan akan visual, maaf istilahnya sensasi-sensasi seksual itu pasti ada tapi gak seng sampek muluk-muluk yaapa ngunu misal haduh kalo gak gituan sama bojo terus gak iso turu, terus kalo orang kan biasane yaawloh kalo aku gak anu bojoku iku istilahe gak iso turu terus ngempet kepengen, aku sama suamiku tu kebetulan enggak, kene iku gak normal paling ya? Sing laine iku yo biasane kalo setelah menikah iku kan pingin itu pingin ini terus gandengan terus boncengan itu seneng banget, sedangkan aku sama suami udah kebiasaan sejak pacaran gak boncengan gak gandengan tangan karna aku istu istilahnya aku dhewe itu isin, dia juga isin gitu kan, nah waktu udah nikah itu pun lho kan sek turune iku ae sek sungkan ngunu lho, dan maaf aku pun dua bulan setelah itu baru malam pertama, jadi selama itu kita sek adaptasi, aneh kok. Kamu pernah gak tanya dosenmu yang
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
173
waktu itu sempat nyeletuk di kelas terus ditanggepi apa sama dosenmu? Yaudah aku sama suami pake cara itu, pake telepon terus skypean juga pernah, itu yang selama ini kita jalankan, Cuma selama ini kan kita ketemunya satu bulan sekali itupun gak maraton e aku.” “yaudah itu tuh cuman sekedar kebutuhan mari ngunu y owes mari yo mari yauwes gitu.”
3. Den “kalau soal itu udah pasti kita gak bisa dong kalau gak ketemu, soal kebutuhan intim menurutku hanya ada satu cara penyelesaian ketika LDR ya sebisa mungkin pas lagi ada libur kami ketemuan, terakhir ketemu pas lebaran haji kemaren kita sempatin buat ketemuan, nah pas lagi ketemu kebutuhan akan itu udah pasti tersampaikan.”
4. Jay “lhoh kudu dijawab iki dek mahasiswa? Isin lho dek. Piye ya, paling nek aku kangen pingin ketemu tap gak isok ketemu ya nyuwun potone bojo pas dia lagi aktivitas apa dia lagi santai, biasanya pas dia mau bobok ngirimi poto, terus atiku jadi adem nek wes liat potone. Nek ra yo skipian dek, sambi kerjo nek kerjoane santai sih. Skipian neng omah nek ra ngunu, tapi nek kangen pol masalah biologis kudu ketemu deh dek, ra kuat nek iku. Cah lanang kan lebih besar daripada cah wedok, aku ngalahi nang Jakarta wes.”
5. Iman “urusan itu ya tersampaikan pas ketemuan gitu, pas dia pulang aja, aku juga gak mungkin kan ke luar jawa anak sapa yang jagain kalau aku ke sana apalagi untuk urusan gairah, jadi nunggu suami pulang aja lah ya. Kangen iya, pengen sayang-sayanga iya, tapi selama itu masih bisa dimanajemenkan dengan suami gak bakalan jadi masalah. Suamiku juga biasanya video call gitu dia udah seneng, tapi kadang juga dia sensi kalau pas lagi kangen gak bisa tersampaikan hasratnya.”
No. Nama Informan Pemenuhan Fungsi-Fungsi Pokok Keluarga yang Dilakukan oleh Pasangan Suami Istri ketika Long
Distance (Fungsi Afeksi)
1. El “dia gak minta sih, tapi pernah tak bawain boneka angry birds Cuma dia nya gak mau sukanya teddy bear aja, tapi karna dia alergi sama debu penyakit turunan emaknya nih hehe jadi gak aku kasih boneka terlalu banyak, paling pas aku pulang tak belikan baju baru gitu dia udah seneng banget. Kalau makanan anak gak suka aneh-aneh, dia mirip aku sukanya mie
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
174
Aceh. Hehe jadi pas pulang dia mesti ngajak aku makan mie Aceh.hahaha” “anakku pernah sakit, demam tinggi gak turun-turun, aku langsung pulang njas…untungnya demamnya cepet turun, setelah itu aku baru bisa balik lagi ke Surabaya.” “kalau perhatian sih mungkin nanyain udah makan belum, kalau ke anak mungkin pas skypean tanyain tadi adek ngapain di sekolah? Kalau pas ketemu udah pasti jadi ibu rumah tangga dan istri yang sesungguhnya, mandiin anak, masak juga, bersih-bersih pokoknya sebisa mungkin maximalin tugasku selama di rumah.”
2. Cin “aku eksaitednya dia tuh pada saat opo yo de’e misale aku lagi, aku kan seneng dielus-elus ngunu, yo dielus elus ngunu iku aku wes sueneeng banget. Pokoknya kalok turu iku yo maaf istilahe iku dikeloni ngunu iku aku wes sueneng dan aku wes ngerasa iku eksaited karna aku merasa terlindungi kan biasane aku dhewean selalu mengambil keputusan sendiri, jadi pada saat deket moment-moment itu gitu lho, moment-moment sing dulu aku pacaran gak pernah itu malah aku yang membikin kita eksaited daripada sekedar berhubungan suami istri, kalo dia memang yo namanya laki-laki kan libidonya otomatis lebih tinggi daripada aku, dan gak bisa menahan, kayak gitu. Jadi de’e iku ngomonge eksaited iku pada saat aku maen karo dimasako mamah. Wes ngono jadi pas dimasakno mamah dan masakane uenak uwiih iku de’e bener-bener ngroso opo yo istilahe berbunga-bunga ngunu.”
3. Den “ya kurang lebih sama sih, cuman kan kalau LDR misal nanyain ke anak-anak udah makan belum, jaga kesehatan, gimana PR sekolahnya gitu-gitu, kalau pas ketemu ya lebih kayak dampingin mereka pas lagi belajar bikin PR sekolahnya, nyiapin bekal makanan mereka, nyiapin baju suami dan anak-anak juga, ya seperti layaknya ibu rumah tangga lah ya. Udah palingan gitu sih, berbagi tugas juga sama suamiku.”
4. Jay “ngeluh wajar namanya juga perempuan paling ingin dimengerti nek jare lagu, haha. Ngeluh paling kesel-kesel mas kerjaan lagi banyak gak bisa pulang mas, ngono dek. Terus aku semangatin dia ben ndang mari garapane terus pulang ke sini.”
5. Iman “suamiku sering bahkan selalu ngasih perhatian ke aku apalagi ke anak, sebelum dan sesudah
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
175
longdistance tetep gitu, cuman masalahnya pas jarak jauh perhatian itu hanya tersampaikan via media elektronik kan dek tau sendirilah yah.”
No. Nama Informan Pemenuhan Fungsi-Fungsi Pokok Keluarga yang Dilakukan oleh Pasangan Suami Istri ketika Long
Distance (Fungsi Sosialisasi)
1. El “pendidikan moral sepenuhnya aku serahin ke bapaknya. Tapi keluarga besar juga ndukung, misalnya ngajarin berdoa sebelum makan, cium tangan, salam gitu-gitu. Terus nanti pas skypean aku tanyain, adek tadi udah cium tangan abi? Misalnya kayak gitu.” “soal agama sih abinya ya yang ngasih pendidikan soal agama, Alhamdulillah abinya khan bisa ngaji, jadi kalau di rumah diajari sama abinya, misal abinya lagi solat gitu dia ikutan solat.”
2. Cin “pada saat deket moment-moment itu gitu lho, moment-moment sing dulu aku pacaran gak pernah itu malah aku yang membikin kita eksaited daripada sekedar berhubungan suami istri, kalo dia memang yo namanya laki-laki kan libidonya otomatis lebih tinggi daripada aku, dan gak bisa menahan, kayak gitu. Jadi de’e iku ngomonge eksaited iku pada saat aku maen karo dimasako mamah. Wes ngono jadi pas dimasakno mamah dan masakane uenak uwiih iku de’e bener-bener ngroso opo yo istilahe berbunga-bunga ngunu.” “makanya aku tuh kalok mertua jik ketar ketir jik durong onok sekonsep soale gimana gimana dia penganut samawa gitu lho, sehingga aku kudu ngikut mau gak mau ke Kupang akhirnya, tapi kalok dari mas Har sendiri sebagai juru bicara ke mertuaku, kalau aku kan gak mungkin diomongno, gak mungkin di dengerin, aku akhire yawes saya manut mas Haris aja buk, dek e gini wes aku aja yang mbalik ke Surabaya yowes sejauh ini gitu. Jare dek e yo gak betah kok nang kono.”
3. Den “kalau jauh gini anak-anak kan ikut ayahnya jadi apa-apa yang ngajarin ayahnya, misal ada PR gitu biasanya minta diajarin ayahnya, aku juga ngontrol dari jauh nanyain udah solat belum udah baca alqur’an belum dek? Alhamdulillah ayahnya kalau pas habis maghrib mesti ngajak anak-anak solat jamaah, ngajarin anak-anak baca doa-doa gitu, ya anak-anak di sekolahnya juga diajarin pelajaran bagus
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
176
juga, kalau sore ikut semacam TPQ gitu juga diajarin soal agama.”
4. Jay “iya kita belum dikasih anak sampai sekarang, kalau nunda aku sama istri gak ada rencana nunda-nundaan dek, masio sekarang gak serumah nek pas ketemu berharap istriku hamil dan bisa pindah Surabaya lagi. Jujur ae aku ra tego lah dek bojoku hamil terus dhewean nang kono. Nek isok ya dia hamil iku pindah Surabaya maneh lah ya bene isok tak jagain.”
5. Iman “dia berusaha ngadem-ngademin pikiranku, ngasih tau tar kemungkinan baiknya apa kemungkinan buruknya juga apa, jadi sebelum pindah dia banyak ngasih tau gimana nanti ke depan sebelum dan sesudah LDR tuh gimana.” “ya aku sih ini dek, awalnya terharu juga sedih juga ya, hampir putus asa karena aku orangnya emang gak bisa jauh dari pasanganku dek, makanya nyesek pas pisah gini, tapi dia selalu ngeyakinin aku kalau LDR ini gak bakalan lama kok.”
No. Nama Informan Pemenuhan Fungsi-Fungsi Pokok Keluarga yang Dilakukan oleh Pasangan Suami Istri ketika Long
Distance (Fungsi Religi)
1. El “selama LDR aku selau berkeyakinan gini, selama aku tidak berpaling kepada Allah, maka pasanganku juga tidak akan berpaling kepadaku, jadi cinta kita hanya tertuju kepada Allah semata, untuk masalah jodoh rejeki dan sebagainya insya Allah udah ada jalannya kok.”
2. Cin “Oooh emmm gini kalok aku tuh gak seberapa sepakat sama konsep sakinah mawadah warohmah, kenapa? Karena sakinah mawadah warohmah yang dicontohkan adalah keluarga yang harmonis, ada anak, soleha, tinggal seatap selalu melayani. Yang setauku adalah yowes patriarkhi itu. Terus kalok misalnya suami pengen mintak poligami apa apa lah. Aku gak pengen kayak gitu. Dan suamiku juga gak sepakat sama hal kayak gitu. Nek misal kita gak punya anak terus opo o buyaar? Kan kayak gitu. Terutama sing tertekan ambek sakinah mawadah warohmah kan anak itu, untuk melanjutkan keturunan lah istilahe. Kita emang pengen melanjutkan keturunan, tapi misal kene kendala sama kesehatan terus gak bisa punya anak, opo yo gak isok nek misale cara lain misale bayi tabung gak isok gawe cara lain, anak sodara sing gak isok diangkat y owes
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
177
anak adopsi sing penting wes kita bisa melanjutkan keturunan nah iku aku gak sepakat ambek konsep sakinah mawadah warohmah, nek misal aku didoain semoga samawa gitu aku biasane yowes amin tapi gak terlalu tak ini karna sudah ada mainstream aku itu bukan sakinah mawadah warohmah tapi bener bener menjalani ini sebagai suatu kewajiban, jadi konsep ibadah itu juga tidak harus apa itu namanya identik dengan sakinah mawadah warohmah tapi kan banyak cara, orang solat aja gak harus gini tergantung kondisinya misal dia di mobil kan juga bisa solat sambil duduk yang penting kan solatnya bukan harus pada gerakannya orang tuh kejebaknya di situ. Nah dari situ aku jugak dapet masukan-masukan apa istilahnya masukan-masukan ini tuh jugak aku opo wes sebelumnya aku kan wes tau ngaji di STID itu kan? Nah itu yo dari situ aku dapat konsep yoopo seh me opo istilahne hukum perkawinan kayak gitu. Sebenere kita itu terjebak pada substansi ibadahnya atau tata perkawinannya ataukah cara ceremonialnya yang kayak gitu-gitu. Wes sok sok ijab pakek basa arab lah langsung opo istilahe islamik banget, karna ada konsep itu kita pokoknya kalok kita udah satu visi pokoknya kita udah ada konsep itu njalani tuh wes yo relative lebih gampang dibandingkan kosong oblong oblong, meskipun kita kosongan minimal harus ada yang dikomunikasikan. Pas dikomunikasikan yo ono kesepakatane, terus yang kedua harus ada yang ditaati oleh kedua belah pihak, kalok udah ditaati nanti misalkan dek e ono revisi, evaluasi, redefinisikan kembali hubungan iki iku sing yoopo, sejauh ini ya.” “takut sama Allah…takut aja sama Allah wes prinsipe kalok kita takut sama Allah secara otomatis eeee opo kene iku mau opo mau mlakukan sesuatu yang buruk itu pasti gak jadi.”
3. Den “kalau soal agama buat aku sangat penting karena itu merupakan tuntunan hidupku, kalau dihubungkan sama kehidupan keluargaku selama LDR gini agama adalah penentram jiwa yah kalau menurutku, jadi misal aku lagi ruwet masalah kerjaan atau sekolah aku curhat sama Tuhan habis itu adem pikiranku, terus aku juga curhat ke suamiku dan dia juga kasih nasehat-nasehat bijak terutama nyuruh aku banyak istighfar solatnya juga ditingkatkan, terus kalau kita lagi ada masalah suamiku selalu ingetin aku untuk pasrah pada Tuhan dan ngeyakinin kalau bakalan ada
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
178
jalan keluar dari masalah itu. Alhamdulillah pengetahuan agama suamiku bagus banget, jadi suamiku bimbing anak-anak soal agamanya juga bagus.”
4. Jay “agamaku muslim, istri juga muslim, aku dari kecil dididik di keluarga yang agamanya bagus dek, begitu juga istriku dari kecil dia pernah cerita pernah ikut pesantren semacam gitu lah, pengetahuan agamanya juga bagus dia, dan selama ini kalau untuk urusan agama terutama untuk rumah tanggaku udah pasti amat penting dek. Dari situ aku sama istri banyak menemukan jalan apalagi ketika kami sedang ada masalah, dia juga ngingetin aku terus untuk ibadah, biar rejeki lancar, dan Alhamdulillah Tuhan mesti ngasih jalan ndelalah ada ja dek. Rumah tanggaku adem ayem meski kadang ada konflik tapi gak ada lama-lamaan nesu nesuan, istighfar terus gak lama baikan lagi. Terus apa yang gak boleh dilakuin ketika udah rumah tangga, apa yang baik sama enggak kita sama-sama saling belajar dari agama kita dek, saling meluruskan saling mengingatkan sesuai sama yang diajarin sama agama kita bagaimana untuk membangun keluarga yang sakinah mawadah warohmah, udah itu kuncinya biar rumah tangga awet.”
5. Iman “untuk kondisi rumah tangga yang jarak jauh agama itu segalanya buat aku dek, kalau lagi kepikiran yang enggak-enggak aku langsung astaghfirullah, terus ambil air wudhu habis itu tak buat curhat sama Tuhan. Setelah itu hati dan pikiran adem, apalagi kalau inget anak pasti langsung ilang pikiran-pikiran buruk.”
No. Nama Informan Pemenuhan Fungsi-Fungsi Pokok Keluarga yang Dilakukan oleh Pasangan Suami Istri ketika Long
Distance (Fungsi Ekonomi)
1. El “kebutuhan ekonomi Alhamdulillah yah udah nyukupin, suamiku juga Alhamdulillah kerjaan udah menetap di sana, nanti kalau aku balik Aceh juga udah ditawarin kerjaan sih, jadi lumayan lah rejeki buat anak juga.”
2. Cin “untuk kebutuhan ekonomi sejauh ini Alhamdulillah ada aja rejekinya, suami juga lancar kerjaanya, aku juga dikit-dikit dapet penghasilan dari ngajar lumayan bisa saving, mash bisa nyukupi kebutuhan lain juga, pokoknya masih cukup istilahnya, kita juga udah
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
179
saving-saving buat nanti kalau aku hamil, untuk sekarang dapat dikatakan tercukupi.”
3. Den “ekonomi keluarga lumayan lah cukup ya, masih ada lah pokoknya kalau untuk nyukupin kebutuhan sehari-hari, yang paling penting kebutuhan untuk anak-anak juga alahamdulillah masih nyukupi buat mereka sekolah dan lain-lain masih ada.”
4. Jay “penghasilan istri sama penghasilanku lumayan bisa buat nyukupin kebutuhan sehari-hari, sebenernya dia gak harus kerja, tapi aku juga gak pernah ngelarang istri buat nyari duit sendiri, sampai sekarang kebutuhan akan ekonomi masih bisa diatasi.”
5. Iman “kebutuhan ekonomi kalau udah nikah itu bisa berlipat-lipat lhoh apalagi udah ada anak, tapi sampai saat ini gajiku sama gaji suami masih bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga kami, anak juga masih bisa merasakan pendidikan yang bagus dengan sekolahnya yang bagus kan biayanya juga gak sedikit, terus untuk kebutuhan sehari-hari masih bisa lah diatasi.”
No. Nama Informan Pemenuhan Fungsi-Fungsi Pokok Keluarga yang Dilakukan oleh Pasangan Suami Istri ketika Long
Distance (Fungsi Pendidikan)
1. El “pendidikan anak udah seratus persen aku serahin sama suamiku, sekarang anak kan masih kecil, dia masih PAUD jadi sekolahnya belum begitu gimana-gimana, pokoknya dia dapet ilmu dari sekolahnya, gak lupa juga kami yang bimbing dia untuk urusan kayak misal berdoa sebelum makan, cium tangan sebelum berangkat sekolah, ya gitu aja sih.”
2. Cin “kalau untuk fungsi pendidikan apa ya, emang kita belum ada anak, jadi pemenuhan akan fungsi pendidikan lebih kepada bagaimana kami mempersiapkan menjadi orangtua nantinya, kayak ngelakuin kebiasaan-kebiasaan yang positif biar nanti anak nyontoh yang baik-baik aja, lebih kepada belajar ngasih contoh kepada anak nanti, pokoknya nyiapin lah istilahnya.”
3. Den “anak-anak udah tercukupi kok pendidikannya, mulai dari pelajaran di sekolah yang pelajaran umum, sampai pendidikan agama juga semuanya dapet. Alhamdulillah sekolah mereka bagus, jadi gak kuatir lah kalau soal pendidikan.”
4. Jay “kebutuhan pendidikan pasti adalah ya nanti kalau ada anak, untuk sekarang belum ada anak jadi cuman
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
180
ini sih belajar-belajar dulu untuk ngasih contoh buat anak, terus mikirin tar sekolah yang bagus buat anak tuh. Emmm terus apa ya, mungkin ini belajar mempersiapkan diri untuk jadi orangtua yang bener.”
5. Iman “pendidikan buat anak itu nomer satu, jadi untuk pemenuhan akan pendidikan yang bagus buat anak insyaAllah terpenuhi dengan baik, aku sama suami emang dari awal udah nyari sekolah mana nih tar yang kira-kira bagus kualitasnya, terus si anak juga kira-kira mau apa gak, itu jadi bahan pertimbangan kami. Untuk saat ini aku sih ngerasanya kebutuhan akan fungsi pendidikan itu udah terpuaskan apalagi kalau liat prestasi anak bagus, itu bikin bangga dan puas.”
No. Nama Informan Komitmen yang Dibangun Oleh Pasangan Suami Istri ketika Long Distance
1. El “karna niatku untuk sekolah jadi bismillah aja, suami juga akhirnya bisa ngerti, jadi kami jalani aja semuanya apa adanya, karna semuanya udah diatur sama Allah.” “kami berdua selalu berpikir positif bahwa LDR ini semua udah digariskan Tuhan, dan kami berdua percaya bahwa meskipun LDR, keluarga masih harmonis dan pas kami berkumpul lagi insya Allah masa depan nanti lebih baik.” “kami sepakat sama-sama berjuang demi masa depan yang lebih baik pastinya, kalau untuk anak sejauh ini kan dia masih kecil banget ya jadi kami jalanin aja apa adanya sambil ngeliat perkembangan dia nanti, yang pasti meskipun LDR kayak sekarang kami yakin aja ini juga demi masa depan anak dan rumah tangga kami.”
2. Cin “Kan aku tuh LDR karna faktor pekerjaan, ya dia gini apa tuh namanya setiap alangkah satu langkahpun dia mesti diskusi sama aku. Aku dhewe waktu itu mikire yo aku terus lapo mikir nemen LDR karna ada strateginya, terus yaudah gapapa lanjut aja ambil. Lha saat dia ambil kerjaan itu akhirnya karna kita akhirnya kembali lagi sudah ada omongan kita mentaati omongan itu dua-duanya akhirnya gak ada problem karna kita udah istilahne wes kita iki omonganmu jangan sampek menjilat ludah sendiri lah istilahe.” “Yang pertama itu kalo dalam kehidupan rumah tangga yang menjalani kita, jadi kita harus buat kesepakatan dulu sama pengene suami yoopo, harus
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
181
saling mempertimbangkan orang tua. Kalok aku gitu prinsipnya, kalok udah berumah tangga kita punya tanggungjawab sendiri, makan sendiri, cari uang sendiri, gitu kan? Gak lagi tergantung sama orang tua itu prinsipku. Walaupun aku sekarang nempatin rumah yang diberikan sama ibukku tapi tak cicil gitu lho, apa aku sama suamiku punyak prinsip apa kita berumah tangga ojok sampek ngrepotin orang tua lagi. Lha tapi waktu aku tanya lek papa sendiri gimana? Jujur lek papa iki gak selalu ngarep sing yoopo memang kita harus punya anak, papa pengen punya anak. Tapi kalopun misale worsecase sing gak isok duwe anak pun yo gak masalah, aku nikahin mamah iku bukan karna pengen duwe anak, jadi konsep keluarga kita dari awal pun yang kita bangun adalah kita bersama opo jenenge saling melengkapi duduk karna aku pengen duwe anak ambi awakmu, duduk gitu. Jadi eee walaupun dia dibesarkan, aku senenge suamiku tuh opo walaupun dia dibesarkan dari keluarga sing patriarkhinya kuat tapi pola pikirnya dia sangat-sangat anti patriarkhi. Bahkan dia lho sampek benci karo LHI sing sangat menentang poligami kayak gitu. Dia sangat opo istilahnya memberikan kebebasan aku gitu lho, bahkan ibarate istilahe opo yo konsep suami harus nurut istri dia gak anu…aku sering ngelek-ngelekno dek e, anu dek e opo misale dek e opo jenenge lagi tukaran, papah itu gimana sheh gak anu…wes gedhe anu ngene ngene ngene. Iku yowes dek e iya mama aku maaf. Kata maaf bagi dia tu sudah biasa. Ya itulah yang akhirnya membuat aku bisa bertahan. Sebelum nikah tuh sempet galau, yoopo yo mbesuk isok ta menikah jarak jauh ngene ngene ngene? Sempet galau tapi, satu hal yang membuat aku eee istilahnya eee ngaboti dek e walaupun aku itu gak pernah ketemu dia sebelumnya meskipun kita pacaran, istilahe taarufan.”
3. Den “keluarga yang harmonis menurutku adalah keluarga yang bisa menjalankan komitmen sebuah hubungan antara suami dan istri di saat jauh maupun dekat, LDR bukan dijadikan alasan untuk tidak mempertahankan komitmen rumah tangga, LDR juga ngajarin kami untuk bersabar lhoh, gimana kita harus melakukan aktivitas sendiri, dituntut untuk mandiri juga, sebenernya LDR itu kalau menurutku banyak manfaat untuk kehidupan rumah tanggaku sih, terutama untuk sebuah kepercayaan, jadi kami
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
182
menjadi lebih kuat ke depannya demi kehidupan keluarga yang lebih baik lagi, kalau sekarang aku LDR karena aku sekolah, itu juga demi masa depan aku, suami, anak-anak juga biar lebih baik lagi.”
4. Jay “kalau aku sama istri sekarang ini LDR yowes dijalani LDR iku, saling percaya iku nomer siji dek nek wong LDR, nek wes saling percaya kan hati adem, pikiran tenang, kerja juga semangat dek, dadi hubungan suami istri yo ayem tentrem. Iku nek menurutku.”
5. Iman “pertahanan keutuhan rumah tangga kami pas LDR adalah salah satunya karena anak, tujuan kami sekarang LDR adalah demi masa depan yang lebih baik, memperbaiki keuangan keluarga juga istilahnya, demi masa depan anak yang lebih baik lagi, jadi meskipun LDR sekarang kami masih bisa bertahan.”
No. Nama Informan Peran Orangtua bagi Pasangan Suami Istri ketika Long Distance
1. El “aku selalu mencontoh almarhum ayah ibuku selama mereka hidup, bagaimana mereka ini tetap romantis setiap harinya, dan ayah ibu mertua juga menjadi panutanku sama suamiku. Sering ngasih nasehat-nasehat bagaimana aku harus memperlakukan suami ketika LDR dan nasehat-nasehat kewajiban kami berdua sebagai suami istri, jadi rumah tangga kami meskipun LDR tetap terjaga.” “dukungan dari ayah ibu mertua, kalau ayah ibuku kan udah meninggal ya, terus anak juga jadi semangat kami berdua. Jadi msekipun LDR itu susah dijalani kami sepakat bismillah aja, nanti kalau udah selesai sekolah aku juga udah janji bakalan balik ke daerah asal.”
2. Cin “lebih ke kontrol ya menurutku, kayak soal anak terutama mertuaku. Soalnya kami LDR mungkin mereka kwatir lah istilahe nek gak isok ngasih cucu karna kita jarang ketemu. Iku sih.”
3. Den “kalau orangtua udah tau semua ya aku jarak jauh karena tuntutan sekolah lagi, jadi mereka semua dukung-dukung aja keputusan kami untuk tinggal terpisah sementara waktu ini.”
4. Jay “mertua udah pasrahin urusan rumah tangga kami ke kami, pas kami gak tinggal serumah yawes wongtuo podo paham tapi nek iso ojo keterusan hubungan jarak jauh nek jare wongtuo. Aku ngomong ke ortu kan gak mungkin jarak jauhan terus, dari situ ortu
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
183
mung isone dungokne. Ngono wes dek.” 5. Iman “ortuku kan masih lengkap dek, ada tanteku juga jadi
kalau dah kayak gitu salah satu dari mereka tak repotin dek tak suruh ke Surabaya nemenin aku. Hehe. Untungnya sih mereka semua jarang sibuk palingan papaku yang kerja luar kota, mama sama tante seringan yang bisa ke sini, suamiku terbantu dari situ. Dia tau aku juga sakit-sakitan makanya gak tega kalau sendirian.” “mertuaku gak begitu ni ya ngurusin semenjak kita nikah, soale juga masih ngurusi adeknya suamiku kebetulan masih kuliah jadi perhatiannya lebih banyak tercurah ke adeknya, tapi aku sih gak apa-apa gak masalahain itu, kalau komentar soal aku LDR sama suami gak ada cuman ngasih nasehat aja jangan ada curiga-curiga, saling percaya aja biar kerja juga barokah. Gitu sih.”
No. Nama Informan Pemahaman tentang Konsep “Suami atau Istri” bagi Pasangan Suami Istri ketika Menjalani
Pernikahan Long Distance 1. El “menurutku yang jelas untuk sekarang ini suamiku itu
ayah sekaligus ibu untuk anakku selama aku jauh, tapi untuk kodratnya tetap aku seorang ibu yang melahirkannya, meskipun sekarang suamiku sebagai sosok single parent bisa jadi dia juga menjadi sosok aku. Intinya kami berdua berbagi peran buat anak. Tapi suamiku selalu ngasih pengertian ke anak kalau ibunya lagi sekolah dan gak lupa suamiku selalu nunjukin fotoku ke anak kalau aku ini ibunya.”
2. Cin “menurutku sih suami itu bagian diriku, bagian diriku tapi yang ada di tubuh orang lain. Orang lain yang menjalankan bagian dari diriku. Aku adalah orang yang akhirnya diriku eee harus aku bagi sama dia. Jadi intinya gini, karna dia adalah bagian dari aku dan aku adalah bagian dari dia, maka logikanya itu ini opo iku jenenge lek dia merasa udah jadi satu sama aku, logikane gak mungkin kan saling menyakiti, dia pun juga sama karna aku opo istilahnya separuh jiwaku pergi ahahahaha…soalnya saat aku saat aku sudah menikah gak bisa jadi diriku yang sesungguhnya, tapi ketika aku melupakan diriku yang sesungguhnya aku harus gini aku harus gitu aku gak merasa jujur aku gak merasa keberatan. Karna dia pun juga melakukan hal yang sama dengan aku jadi ada resikonya. Karna ada kayak gitu, imbal balik aku gitu gak ngrasa berat. Oooo ini pas aku menjadi diriku srndiri, dan dia pun
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
184
juga gitu. Sehingga secara tidak langsung, bentuk opo iku perhatian baik aku sama dia, jadi sejauh ini Alhamdulillah gak onok sih sing timpang sebelum pacaran sampek ini nikah, mungkin sing over perhatian opo over cemberut over protektif kan gak ada. Karna kita udah memaknai dari awal pasangan tuh gitu. Emboooh aku yo mikire gitu ae.”
3. Den “suami itu menurutku adalah jodoh dunia dan akherat, sosok suami itu penyemangat, penolong, super hero lah kalau menurutku. Di saat dekat maupun jauh.”
4. Jay “istriku itu ya kan udah pasti jodohku, jadi apapun yang ada padaku, ada juga padanya, nek kayak sekarang pas lagi jauh gini kalau ada apa-apamgak ngerti kenapa ya dek muwesti gampang kroso meskipun gak ngomong. Belahan jiwa iku mau lah dek. Ada dia ada aku, ada aku ono dia juga. Semuanya pokok e saling berbagi saling bersama.”
5. Iman “Suami itu imam, kepala rumah tangga, nahkoda rumah tangga, dan apa lagi yo? Sing jelas dia yang membimbing kita kemana jalan yang harus dilalui bersama, mau selamat apa mau gak selamat itu tergantung gimana keduanya saling memaknai kehidupan rumah tangga itu sendiri. Kalau seperti kondisiku yang jarak jauh sekarang ini, jujur aja aku juga kehilangan sosoknya untuk sementara istilahnya yang biasanya apa-apa aku langsung bisa ngobrolin ke dia, sekarang aku harus ini itu sendiri kadang tanpa minta persetujuan dia karena gak ada waktu buat bilang.”
No. Nama Informan Faktor Penghambat Keutuhan Pasangan Suami Istri ketika Long Distance
1. El “Sejauh ini gak ada ya, kalau rasa cemburu gitu udah pasti ada lah, misal ada perempuan lain yang godain suamiku tapi suamiku itu Alhamdulillah ya bijaksana banget dan lebih dewasa lah kalau soal masalah kayak gitu, jadi aku gak khawatir. Intinya percaya ya, kembali lagi pada cinta kita kepada Tuhan, insya Allah pasangan kita juga tidak akan berpaling.”
2. Cin “perasaan ingin diperhatiin terus itu sih kalau internalnya, faktor libido suami juga mungkin juga masalah anak ya, kan aku masih konsentrasi ke karir bisa jadi kan nanti peratianku berkurang ke suami kalau udah ada anak juga, secara di situ logikanya pada saat kondisi seperti itu iku onok potensi dengan libido suami sing relative tinggi pasti onok potensi dia
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
185
sulit untuk mengendalikan itu akhire dek e selingkuh dan iku membuat aku sulit untuk menerima, itu sing ada dalam benakku. Terus kalok dari faktor eksternal sih eeee opo yo kematian mungkin ya…opo yooo kira kira emmm belum terpikirkan sih. Sing tak pikirkan yok opo carane kalau nati udah punya anak keadaan LDR dan triple berden ngene eh multi berden malahan.” “itu emang aku sulit untuk menerima apa istilahnya untuk menerima perselingkuhan lah ya.” Kalau LDR itu jujur lambat dan memang membuat kita stress karna kan kita terkonsentrasi ke situ. Mangkane aku ke depan iki sek gurung duwe anak, engko masalah anak ngene ngene ngene dengan posisi aku kerja dan aku istilahe ada anak ngene ngene ngene iku mesti gak imbang kan sama dia. Dia juga kerja tapi gak ada tanggungjawab ke anak terus gak ada pembagian tugas ngurusi anak, gak ada pembagian tugas ini itu, kalaupun anak ini ikut dia kasian juga anaknya di sana kan daerahnya kurang maju. Sehingga opo yang paling aku takutkan adalah eee ini itu istilahnya itu berlangsung selamanya, LDR selamanya iku yoopo aku gak mau. Karna aku kan nargetnya lek isok ojok lebih dari lima tahun, toleransinya paling sepuluh dua puluh tahun lah. Pokoknya nak kita ada ojok sampek dek e kerjo adoh adoh pokok e ojok. Karna itu mesti sulit.”
3. Den “penghambat mungkin ada cuman kami aku dan suami gak begitu menanggapi yang begitu penting karena menurut kami masalah seperti miskom wajar lah kalau lagi jauh, kadang gemes juga kalau lagi miskom, tapi gak pernah jadi masalah penghambat sih menurutku. Teknologi bisa aja kan something trouble gitu kadang-kadang gak ada sinyal atau apalah, ya pokoknya sabar aja kuncinya itu.”
4. Jay “hmm opo yo dek, pendukungnya ya iku rasa percaya iku mau dek, nek penghambat gak ono dek, eh paling slah pahm salah paham aja sih menurutku penghambatnya misale pas lagi telepon kadang salah maksud jadi tengkar tapi gak suwi dek akur lagi. Udah ngono aja dek.”
5. Iman “semua hal bisa aja ya menjadi penyebab keutuhan rumah tangga terancam, mulai hal kecilpun bisa lhoh, cuman lagi lagi gimana caranya masing-masing pasangan itu menyelesaikannya. Kalau aku sama suami insya Allah masih kompak terus, komunikasi
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
186
sebisa mungkin lancar terus ketika jauh jadi masalah kecil maupun besar masih bisa diatasi bersama.”
No. Nama Informan Faktor Pendukung Keutuhan Pasangan Suami Istri ketika Long Distance
1. El “selalu inget nasehat-nasehat kedua orang tua, kepercayaan, komunikasi selalu dan peratian yang tak terputus yah, khan LDR gak bisa tatap muka langsung, sebisa mungkin kami tetap kayak anak muda masih romantis bilang I love U ngirim foto dan lain-lain. Ada aja cara agar rumah tangga kami tetap terjaga meskipun LDR. Kalau ada waktu untuk ketemu juga aku belain untuk bisa ketemu, itu penting banget buat hubungan yang LDR. Pas ketemu juga kita habiskan waktu bersama anak, masak bareng, nyuci piring kadang juga bareng, tidur udah pasti harus bareng dong. Hehe…itu lah yang selalu membuat kami masih bertahan dan harmonis.”
2. Cin “biasane yowes iku koyo ibarate opo yo koyok kene iku tuh ngasih rewards gitu lhoh, jadi kita satu bulan ini kita target-tergetan gitu ya aku gini kamu gini, gitu jadi aku sama dia itu kayak temenan koyok arek asik asikan gitu ooow aku saiki isok koyok ngene ooow mamah isok ngene, halah papah lho isik lembur wek…iyo aku jik ngerjakno tugas mah, jadi opo yo kompetisi, misal nih kan aku diangkat dosen, mamah diangkat dosen lho, nek misale isok koyok ngene ngko pulang papa belikno ngene, dadi opo yo ada rewards ada anu gitu. Jadi pada saat gak ketemu iku kita fokus karna engkok rewardnya itu kalok wes aku ambil cuti wes gitu itu aku gak mau diganggu. Kayak gitu, kerjaan apa itu tak close semua karna aku bener-bener pengen ma suamiku. Lapo yo aku kok pengen banget ngono.”
3. Den “apa ya, komitmen, percaya, terus juga anak-anak yang bikin aku terus semangat itu yang selalu jadi support buat rumah tanggaku selama ini, kalau lagi capek aku inget anak-anak sama suami jadinya kangen terus telepon mereka udah jadi ilang capeknya, mereka yang bikin aku kuat, rumah tanggaku juga baik-baik aja, suami juga selalu jadi laki-laki dewasa yang bijak. Alhamdulillah.”
4. Jay “hmm opo yo dek, pendukungnya ya iku rasa percaya iku mau dek.”
5. Iman “pertahanan keutuhan rumah tangga kami pas LDR adalah salah satunya karena anak, tujuan kami
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
187
sekarang LDR adalah demi masa depan yang lebih baik, memperbaiki keuangan keluarga juga istilahnya, demi masa depan anak yang lebih baik lagi, jadi meskipun LDR sekarang kami masih bisa bertahan.”
No. Nama Informan Keterbukaan Pasangan Suami Istri ketika Long Distance
1. El “Soal keuangan kami selalu terbuka, sering diskusi misal mau beli sesuatu. Soal anak juga kami pasti obrolin bareng. Masalah-masalahku di sini misal aku lagi bete pasti aku curhat sama suamiku. “Kalau masalah laen gak ada ya, mungkin pas aku capek gitu mending diem dulu, berpikir positif, merenung, habis itu baru hubungi suamiku lagi biar gak salah paham.” “suamiku juga sering cerita soal kegiatan dia kerjaan juga, kami sama kok.”
2. Cin “sejauh yang dia bilang ke aku sih aku durong tau nemoni dek e iku yoopo, saking karena selama ini yang ada malah kejujurane iku lho menyakitkan. Astaghfirullahallazim malah diceritakno…aku itu mah yo saat itu onok rina terus pas susune ditempelno aku iku ngrasa ngene deg deg an terus serrr serr terus onok sing banging. Aku opo yo gak eeeeehhh…gregeten ngono. Aku ngene, kon ngerti aku kin gene kon malah cerito cerito ngono, aku kudu yok opo yo ngono iku akhire kan aku ws kebiasaan kejujurane iku lho menyakitkan aku. Serius suamiku tuh ngomong kayak gitu…nek misal telepon aku kalok misal dek e selingkuh, terus ooo iyo aku lali…terus dek e ngomong ngene opok o yo kok sedino iki pengen ketemu rina rina terus muuuuuah…duuuh kudu tak sawat sandal seh…aku sing ngrungokno iku ae mangkel. Sehingga aku mikire gini, papa iku lho kate bohong yok opo gak mungkin. Aku iki yo sejauh ini sama dia, istilahe dek e iku bohong iku enggak cuman ngene lho tapi nek dek e iku galau misale dek e aku lali haruse aku gak boleh tau informasi itu karna takut nyakitin perasaanku atu apa, tapi akhire aku mendesak harus tau. Dek e kan bingung galau akhire opo pas tak tanyain mek ngene tok jawabane bisa iya bisa tidak. Nek gak ngono jawabane emboh. Sehingga kesane koyok halaaah gak teges. Aku mesti ngamuk e gara gara iku. Terus dek e gini, mah papa itu sek perlu memikirkan hal lain onok siji sing gurong isok mlebu, wes engkok ae nek wes mari tak omongno mah. Ya
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
188
ada sih kayak gitu misalnya…sehingga aku yo wes lah ngertiin dulu.” “Malah setelah nikah ini akeh akehe kemana pah? Nyandi pah? Jawabane lembuuur. Yo ngono lho kerjoan terus.” “Ya pernah, aku sibuk ngene ngene ngene terus akhire aku gak isok memendam rasa marah, yowes tak PING emotikon ngamok terus kacakacakaca terus ngunu iku dek e langsung respek, sorry ma lagi meeting. Yowes mari ngunu aku wes gak yawes, wes pokok e wes dijelasin. Wes mari yowes aku gak gak pengen yok opo baru nati malemnya telepon gitu macem-macem lah.”
3. Den “gak ada ya, sama aja pas kayak tinggal serumah, cuman kan aku di sini ngatur keuangan banyakan untuk sekolahku aja, kalau di rumah udah dia semua yang atur, dan gak ada yang perlu diributkan untuk hal keuangan, pokoknya kita terbuka aja, mana yang ada yaudah itu dipakai. LDR gak pernah mempengaruhi hal keuangan sih, kalau pulang ongkos mahal itu udah biasa soalnya luar pulau wajar sih kalau ongkosnya segitu.”
4. Jay “membangun kepercayaan eeeeee nek aku sama istri sebisa mungkin setia lah ya, kalau udah setia pasti bisa dipercaya dong, diukur dari setia itu aja dek. Selama dia gak macem-macem aku juga enggak, begitu sebaliknya. Menikah itu bukan kayak pas pacaran dulu masih bisa main-main, kalau sekarang yang paling penting ya gimana caranya rumah tangga adem, rejeki juga lancar, insya Allah itu udah cukup.”
5. Iman “emmm, biasanya ini sih ngomongin masalah kerjaan, ngomongin masalah harga kebutuhan yang lagi naik, terus cerita-cerita masalah dia di sana, masalah anak juga di sekolahnya gimana lancar apa gak, dia dapet peringkat kelas gak, gitu gitu sih dek.”
No. Nama Informan Strategi Pasangan Suami Istri Dalam Mempertahankan Keutuhan Pernikahan Long
Distance 1. El “selalu inget nasehat-nasehat kedua orang tua,
kepercayaan, komunikasi selalu dan peratian yang tak terputus yah, khan LDR gak bisa tatap muka langsung, sebisa mungkin kami tetap kayak anak muda masih romantis bilang I love U ngirim foto dan lain-lain. Ada aja cara agar rumah tangga kami tetap terjaga meskipun LDR. Kalau ada waktu untuk ketemu juga aku belain untuk bisa ketemu, itu penting
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
189
banget buat hubungan yang LDR. Pas ketemu juga kita habiskan waktu bersama anak, masak bareng, nyuci piring kadang juga bareng, tidur udah pasti harus bareng dong. Hehe…itu lah yang selalu membuat kami masih bertahan dan harmonis.” “Intinya percaya ya, kembali lagi pada cinta kita kepada Tuhan, insya Allah pasangan kita juga tidak akan berpaling.”
2. Cin “buat visi hidup bersama, cinta itu untuk dipelajari, bukan dari sisi irasionalitas tapi bisa lahir dari irasionalitas itu. Kayak gitu emang bener ada afeksi bisa lahir dari irasionalitas itu emang bener. Domain si afeksi emang iyo tapi tidak harus munculnya dari afeksi aku jugak mengalami hal kayak gitu sama kayak yang pertama itu muncul dari afeksi baru dilogikakan ooo iyoo opo memang aku cocok ambek dek e blab la bla kan itu muncul dari afeksi ketertarikan dan lain lain tapi apa eee kalok aku ini dibandingkan emosiku dulu waktu pacaran sama yang sekantoran aku kok lebih merasa tertata sama yang ini suamiku karna eee apa itu istilahnya cinta itu muncul dari logika dulu baru setelah itu pelan pelan mikir gini oooh arek iku dukur yo ganteng yon ngene ngene pokoknya yang penting eee opo iku istilahnya apa yang membuat kita bertahan kalau udah satu visi itu pun berangkat dari afeksi dulu baru kognitifnya pokoknya afeksi jangan berhenti pada itu aja kognisi juga jangan berhenti pada kognisi tapi bener bener harus yo ada afeksi dan kognisinya lha itu lah satu visi menurutku ya.”
3. Den “untuk memiliki keluarga yang tangguh dan harmonis kalau menurutku masing-masing pasangan harus memiliki komitmen yang tangguh juga dong, komitmenku sama suami dari awal apa ya itulah yang kami yakini dan jaga sampai akhir, kalau aku sekarang tujuan utama selesaikan kuliahku, terus balik ke kampung, untuk urusan rumah tanggaku baik di saat LDR maupun nanti ketika udah balik aku selalu memiliki keyakinan bahwa insya Allah terus kuat karena kami selalu jaga komitmen terutama kepercayaan. Jadi rumah tangga akan tetap utuh karena adanya komitmen di dalamnya yaitu rasa percaya atau yakin ya bakalan lebih baik kedepannya.”
4. Jay “sing pasti yo dek, mewujudkan keluarga kokoh itu gak gampang dek, sekarang aku kan belum ada anak,
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
190
gak tau nanti pas ada anak pasti tanggung jawabku sebagai bapak kan luweh besar dek, nah aku saiki udah siap-siap piye carane bisa ngidupin anak istriku nanti dan membuat mereka iku aman damai bahagia nek istilahe, nek masalah rumah tangga kokoh iku tergantung individune dek, kalau aku sama istri sekarang ini LDR yowes dijalani LDR iku, saling percaya iku nomer siji dek nek wong LDR, nek wes saling percaya kan hati adem, pikiran tenang, kerja juga semangat dek, dadi hubungan suami istri yo ayem tentrem. Iku nek menurutku.”
5. Iman “kalau strategi apa ya, ya itu tadi kerja sama, susah seneng pokoknya dirasain bareng dilakuin bareng bareng selama itu masih bisa dilakukan bareng berjuang bareng insya Allah rumah tangga masih bisa kuat dan harmonis terus pastinya.”
D. Transkrip Interview
1. Wawancara dilakukan pada hari Rabu, tanggal 11 Juni 2014, pukul 20.00WIB, di kos-kosan.
a. Nama : El b. Asal Daerah : Aceh c. Usia : 36 tahun d. Agama : Islam e. Jumlah anak : 1 orang f. Pekerjaan informan : Dokter g. Jenis Gadget yang dimiliki: Laptop, Handphone h. Status Sosial dan Ekonomi: Menengah Atas i. Nama Suami/Istri : Moh j. Usia Suami/Istri : 38 tahun k. Pekerjaan Suami/Istri : Dokter l. Usia Pernikahan : 4 tahun m. Usia LDR : 3 tahun Pada malam hari sekitar pukul 20.00 WIB, saya melakukan wawancara kepada informan pertama dalam penelitian ini. Informan pertama ini saya temui di salah satu kos-kosan setelah sebelumnya saya meminta ijin kepada EL untuk melakukan wawancara. Setelah EL setuju, malam itu juga saya berkunjung ke kamarnya dan melakukan wawancara. A: Assalamualaikum mbak? EL: Waalaikumsalam, hai silakan masuk. A: Permisi mbak, maaf aku ganggu mbak gak nih? EL: Hihihi anjas nih ada-ada aja deh, mau ngapain sih njas? A: Maen aja mbk, tanya-tanya dikit boleh gak mbak? EL: Aduh njas, mau tanya apa sih? Hehehe…
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
191
A: hehehe, jadi gini mbak, khan aku nih lagi penelitian tentang pasangan suami istri yang long distance mbak, dan kebetulan kan embak nih juga lagi LDR an khan? hehe
EL: ih anjas kepo deh, yaudah deh njas, mbak jawab apa adanya ya? A: oke mbak, kita mulai ya sharingnya? A: eh mbak nih udah berapa lama sih LDRan sama suami? EL: emmm, aq khan kenal udah lama dan pacaran juga udah lama, terus
emmm, tahun 2011 aq menikah. A: oh berarti udah hampir empat tahun ya mbak? EL: emm iyah… A: dalam pernikahan mbk yang udah empat tahun ini apakah embak sudah
memiliki momongan? EL: Alhamdulillah udah njas, aku sekarang punya satu baby. Hehe A: ooh gitu, terus embak nih udah berapa lama LDR an gini mbk? EL: dua ribuuuu sebelas ini yah setelah nikah itu aq LDR an. Pokoknya
setelah nikah kami langsung LDR. A: sebelumnya pas pacaran juga udah LDRan ta mbaknya? EL: sebelumnya iya aq juga sama suami pas masih pacaran LDR an juga njas,
setelah nikah dia kan sempet juga tinggal di Jakarta untuk beberapa bulan, pas itu aq di Surabaya, setelah dia selesai tugasnya baru bisa ke tempatku di Surabaya tetapi gak lama balik ke tempat asalku di sumatera. Anjas bingung khan? Hehe…
A: emmm, cukup rumit juga ya mbak kisah pacaran mbak sampai akhirnya nikah juga masih LDR ya. Terus apa sih alasan yang melatarbelakangi mbak memutuskan untuk LDR an setelah menikah?
EL: yang jelas karena harus sekolah lagi yah, kepaksa njas, mau gimana lagi emang sekolah lagi. Hiks hiks hiks…
A: terus nih mbak yang pertama kali memberikan keputusan untuk LDR an setelah menikah sapa sih mbak? Suami kah atau embak sendiri?
EL: kami berdua njas, sebenernya awalnya sempet dilemma sih karena waktu itu kami nunda momongan tapi kebobolan dan aq khan harus sekolah lagi di Surabaya. Suami sempet gak ngijinin aq sekolah jauh njas.
A: ooh berarti sempet ada pertengkaran kecil gitu ya mbak waktu memutuskan untuk LDR an?
EL: iya tapi waktu itu akhirnya dia bisa ngijinin aq, mau gimana lagi njas kan rejeki dapet momongan gak mungkin kami tolak khan, jadi pas hamil aq LDR an sama suamiku njas.
A: berarti embak waktu itu melahirkan di Surabaya tanpa didampingi suami gitu ya?
EL: enggak waktu itu aq melahirkan di kampungku sana, pas itu aq khan ambil cuti. Setelah itu aq balik lagi deh ke Surabaya.
A: oia mbak waktu mbak memutuskan untuk LDR keluarga inti adakah yang ikut memberi masukan ke embak?
EL: gak ada sih, semua dukung keputusan kami.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
192
A: masalah-masalah apa sih mbak yang muncul di saat awal-awal mbak LDR an?
EL: awal-awal ini ya kangen banget tapi gak bisa ketemu langsung sama suami dan anak juga.
A: terus strategi seperti apa yang mbak lakuin untuk ngatasin masalah tersebut?
EL: komunikasi ya yang jelas, skypean juga, telepon, sms-an, bbm-an gitu pokoknya sebisa mungkin komunikasi lancar.
A: Komunikasi biasanya sama suami dan anak sehari berapa kali mbak? EL: setiap waktu njas, misalnya emang belum bisa skype-an kami bbm-an
atau telepon-an gitu, tar kalau malem biasanya skypean sama anak. A: intensif banget ya mbak? Hehe…oia mbak sebelum mbak memutuskan
untuk LDR-an dengan keluarga, ada gak pertimbangan-pertimbangan gitu yang kadang bikin mbak dilemma pada waktu itu?
EL: iya njas ada sempet dilema juga, anak nanti gimana, takut gak kenal sama ibunya kandung karna sekarang diasuh sama adekku njas, jadi dia taunya umiknya ada dua njas. Terus ini, sempet kepikiran juga suamiku gimana nanti, sempet cemburu juga khan kalau jauh gitu, tapi Alhamdulillah aku percaya suamiku baik dan gak akan nyeleweng.
A: terus apa yang ada dipikiran mbak saat itu ketika memutuskan untuk LDR? EL: karna niatku untuk sekolah jadi bismillah aja, suami juga akhirnya bisa
ngerti, jadi kami jalani aja semuanya apa adanya, karna semuanya udah diatur sama Allah.
A: terus apakah ada perasaan atau pikiran-pikiran yang membuat mbak merasa takut ketika LDR?
EL: yaitu tadi takut anak jadi gak deket banget secara batin sama aku, suami sih yang paling deket sama anakku, karena apa-apa suamiku yang hendel.
A: gimana sih pandangan mbak tentang keluarga yang LDR seperti mbak nih? EL: kami berdua selalu berpikir positif bahwa LDR ini semua udah digariskan
Tuhan, dan kami berdua percaya bahwa meskipun LDR, keluarga masih harmonis dan pas kami berkumpul lagi insya Allah masa depan nanti lebih baik.
A: gimana dengan interaksi mbak sama suami, anak atau keluarga lain? EL: sebisa mungkin kami selalu menghubungi. A: kalau dengan anak biasanya mbak berkomunikasi lewat apa dan
bagaimana? EL: kalau sama anak khan dia gak suka aku telpon, jadi pas abinya pulang
baru bisa skype-an. Gitu deh… A: seberapa penting kah arti pertemuan bagi mbak ketika LDR gini? EL: penting banget ya, apalagi jauh gini, rasanya ketemu 3 minggu itu masih
kurang, pernah kan waktu pulang lumayan itu 3 minggu biasanya 2minggu udah mentok balik lagi njas, rasanya sedih pas ninggalin anak suami juga.
A: karena jarang ketemu, masalah-masalah apa sih mbak yang paling sering muncul?
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
193
EL: kangen njas, itu masalahnya…pengen peluk anak, pengen manja sama suami tapi gak bisa.
A: tapi kan mbak bisa skypean? EL: skypean gak puas njas, tetep harus ketemu. A: terus misalnya lagi kangen banget gitu apa yang mbak lakukan? EL: kebetulan pas suami ke Jakarta, aku belain lhoh ke sana. Ya emang sih
berat diongkos, tapi demi bisa ketemu suami dibelain deh. A: emm, berarti emang gak bisa sekedar berkomunikasi lewat handphone aja
ya mbak? Terus biasanya nih mbak kalau lagi komunikasi via telepon atau skype apa aja sih yang paling sering diobrolin? Hehe boleh ceritain gak mbak?
EL: duuuh apa ya, emmm, hehe…hmmm A: gak papa mbak santai aja. EL: emmm, ya gitu njas…paling ya udah makan? Lagi apa si anak? Terus
cerita masalah kerjaan juga, samaaaaa ya kangen gitu. Hahahaha A: terus mbak nih tau gak aktivitas apa ae yang dilakuin suami ma anak juga? EL: iya dong, dari mulai pagi gitu kan uda bbm, kadang kalau pagi skypean
sama anak terus pas dia mau sekolah gitu dia bilang gini “umik safia pake baju pink lho hari ini” gitu, kalau suami biasanya ngasih tau aktivitas apa-apa dari mulai pagi sampek malem.
A: bentuk perhatian seperti apa sih yang mbak berikan ke suami dan anak setiap hari ketika LDR?
EL: kalau perhatian sih mungkin nanyain udah makan belum, kalau ke anak mungkin pas skypean tanyain tadi adek ngapain di sekolah? Kalau pas ketemu udah pasti jadi ibu rumah tangga dan istri yang sesungguhnya, mandiin anak, masak juga, bersih-bersih pokoknya sebisa mungkin maximalin tugasku selama di rumah.
A: biasanya kalau pulang gitu si kecil minta dibeliin oleh-oleh gak mbak? EL: dia gak minta sih, tapi pernah tak bawain boneka angry birds Cuma dia
nya gak mau sukanya teddy bear aja, tapi karna dia alergi sama debu penyakit turunan emaknya nih hehe jadi gak aku kasih boneka terlalu banyak, paling pas aku pulang tak belikan baju baru gitu dia udah seneng banget. Kalau makanan anak gak suka aneh-aneh, dia mirip aku sukanya mie Aceh. Hehe jadi pas pulang dia mesti ngajak aku makan mie Aceh.hahaha
A: hehe miripnya lebih ke mbak semua yah…wkwkwkw…eh mbak, pernah gak nih si kecil sakit gitu? Terus apa yang mbak lakukan ketika si kecil sakit kan mbak jauh dari kampung asal.
EL: anakku pernah sakit, demam tinggi gak turun-turun, aku langsung pulang njas…untungnya demamnya cepet turun, setelah itu aku baru bisa balik lagi ke Surabaya.
A: kalau boleh tau apa sih yang mbak lakuin sama suami untuk masa depan anak mbak ini?
EL: kami sepakat sama-sama berjuang demi masa depan yang lebih baik pastinya, kalau untuk anak sejauh ini kan dia masih kecil banget ya jadi kami jalanin aja apa adanya sambil ngeliat perkembangan dia nanti, yang pasti meskipun LDR kayak sekarang kami yakin aja ini juga demi masa depan anak dan rumah tangga kami.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
194
A: wow mbak super sekali ya, jangan-jangan mbak sering liat Mario teguh ya? Hahaha…
EL: yaelah anjas nih bisa aja. A: hehe…motivasi buat para LDR mbak…hehe…terus kalau pas pulang gitu
mbak biasanya liburan kemana dengan keluarga? EL: kalau liburan sih paling yang deket-deket aja, ke pantai deket rumah, bisa
sekeluarga, bisa sama anak, atau sama suami aja kadang-kadang kayak pacaran gitu deh.hahaha
A: apa sih artinya liburan buat mbak ketika ketemu suami sama anak? EL: melepas penat, melepas kerinduan yang pasti. A: mbak sama suami suka bikin kejutan-kejutan gitu gak pas missal ulang
tahun? EL: kalau kejutan sih enggak ya, pas suamiku di Jakarta aku belain ke sana
gitu trus nanti pas di hotel aku iseng-iseng ngapaen gitu missal pas itu aku iseng nabur-naburin bunga di kamar terus suamiku ketawa ngapain nebar bunga gitu, aku jawab aja biar kayak film korea. Hehehe…setelah itu suamiku paham, dia bilang yasudah nanti malam jalan-jalan yuk. Gitu Hahaha
A: wah mbak hebat banget ya nyari perhatian suami? Perlu dicoba tuh…hehehe…
EL: hahaha… A: emm, ini pertanyaan agak sedikit privasi ya mbak, kalau gitu gimana
dengan pemenuhan biologis nih mbak? kalau suami istri kan sudah seharusnya ada pemenuhan ini ya?
EL: hmm…hehe…kalau yang itu jelas gak bisa tergantikan ya njas, wajar khan misal aku kangen pengen dimanjain pengen cium pengen peluk suami juga, kalau udah gitu rasanya stress banget gak bisa ketemu soalnya.
A: terus apa yang mbak lakukan? EL: kalau skypean kan gak mungkin njas, jadi kudu ketemu. Pas suami
kebetulan di Jakarta atau lagi di Jawa gitu aku usahain ketemuan sama suami. Yaudah kita habisin waktu bersama terutama buat pemenuhan biologis.
A: berarti gak bisa ya mbak kalau hanya diomongin via telpon atau skype aja? EL: gak bisa dong, tetep harus ketemu. Apalagi kalau malem senin sama
malem jumat tuh aku stress banget. Apalagi habis liat film romantis yang ada adegan kissing, ML atau apalah langsung sensitive. Kadang ada orang yang lagi telpon mesra gitu bawaannya sensi.
A: sejauh ini masalah yang sering dihadapi mbak soal pemenuhan biologis gitu apa ya?
EL: gak bisa ketemu pas kangen.hiks hiks A: kalau soal momongan apakah ada pertimbangan untuk menunda lagi? EL: sekarang sih iya, anak khan juga masih kecil lagian akunya sekolah juga. A: kalau soal pendidikan moral buat si anak apa yang udah mbak berikan
selama ini? EL: pendidikan moral sepenuhnya aku serahin ke bapaknya. Tapi keluarga
besar juga ndukung, misalnya ngajarin berdoa sebelum makan, cium tangan,
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
195
salam gitu-gitu. Terus nanti pas skypean aku tanyain, adek tadi udah cium tangan abi? Misalnya kayak gitu.
A: kalau soal pendidikan agama, siapa yang paling berperan memberikan pemahaman agama untuk anak?
EL: soal agama sih abinya ya yang ngasih pendidikan soal agama, Alhamdulillah abinya khan bisa ngaji, jadi kalau di rumah diajari sama abinya, misal abinya lagi solat gitu dia ikutan solat.
A: kalau menurut mbak, pengetahuan soal agama atau agama sebagai pedoman hidup menurut mbak ini seperti apa memahainya?
EL: selama LDR aku selau berkeyakinan gini, selama aku tidak berpaling kepada Allah, maka pasanganku juga tidak akan berpaling kepadaku, jadi cinta kita hanya tertuju kepada Allah semata, untuk masalah jodoh rejeki dan sebagainya insya Allah udah ada jalannya kok.
A: super sekali mbak ini, selalu positif dalam berpikir ya? Hehe… EL: hehehe…aduh bisa aja deh njas. A: eh mbak lupa nih, ada pertanyaan yang dari tadi aku pengen tanyain, soal
pembagian keuangan keluarga, siapa yang menentukan mbak? EL: khan aku masih sekolah njas, ya ada sih pendapatan dari mana-mana
kadang kita gak duga, tapi selebihnya masalah uang semua yang ngatur suamiku, suplai materi semua dari suamiku.
A: pernah ada masalah gak selama ngatur masalah keuangan keluarga mbak? EL: ada sih pas mau ngeluarin uang buat bikin rumah, dulu sebelum LDR kan
kita mau bikin rumah gitu njas, ada sempet cekcok sih, itu bener-bener rumit waktu itu, emmm karena maunya dia sama aku beda banget soal rumah, dia pengen di kamar tidur ada perpustakaan gitu atau ruang kerja, akunya mikir gini kamar tidur itu jangan ada tempat kerjanya kan kalau tidur sebisa mungkin pikiran kita lepas dari kerjaan, kalau ada meja kerjanya jadinya gak bisa santai dong, daripada uangnya habis buat bikin ruangan lagi aku bilang gimana kalau meja kerjanya dijadikan satu sama perpustakaan aja. Akhirnya dia ngerti, setelah debat panjang lebar.hehe
A: apakah mbak sering bertengkar karna masalah keuangan atau mungkin hal lain yang membuat mbak tengkar sama suami selaen masalah uang?
EL: kalau soal keuangan gak sering sih, tapi kadang-kadang aku beli apa gitu kan kelewatan, aku suka beli sepatu terus ketauan sama suami kena omelan, soale aku beli tapi belum pasti aku pakai hari itu juga, tak simpen dulu lama nunggu yang laen rusak. Suamiku kesel daripada beli sepatu beli yang laen kek yang penting. Hehe maklum deh perempuan suka shopping gitu. Kalau masalah laen gak ada ya, mungkin pas aku capek gitu mending diem dulu, berpikir positif, merenung, habis itu baru hubungi suamiku lagi biar gak salah paham.
A: hehe…aku juga suka shopping kok mbak…hahaha lalu penghasilan suami apakah sudah mencukupi dalam memenuhi kebutuhan keluarga mbak selama ini?
EL: Alhamdulillah cukup lah buat sekolahin aku sama anak. Hehe A: mbak kan LDR, terus apa sih yang mbak lakukan untuk membina rumah
tangga yang kokoh?
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
196
EL: aku selalu mencontoh almarhum ayah ibuku selama mereka hidup, bagaimana mereka ini tetap romantis setiap harinya, dan ayah ibu mertua juga menjadi panutanku sama suamiku. Sering ngasih nasehat-nasehat bagaimana aku harus memperlakukan suami ketika LDR dan nasehat-nasehat kewajiban kami berdua sebagai suami istri, jadi rumah tangga kami meskipun LDR tetap terjaga.
A: apa aja sih yang ndukung mbak ketika LDR untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga?
EL: dukungan dari ayah ibu mertua, kalau ayah ibuku kan udah meninggal ya, terus anak juga jadi semangat kami berdua. Jadi msekipun LDR itu susah dijalani kami sepakat bismillah aja, nanti kalau udah selesai sekolah aku juga udah janji bakalan balik ke daerah asal.
A: kira-kira ada hal yang membuat hubungan mbak dengan keluarga menjadi lemah ketika LDR?
EL: Sejauh ini gak ada ya, kalau rasa cemburu gitu udah pasti ada lah, misal ada perempuan lain yang godain suamiku tapi suamiku itu Alhamdulillah ya bijaksana banget dan lebih dewasa lah kalau soal masalah kayak gitu, jadi aku gak khawatir. Intinya percaya ya, kembali lagi pada cinta kita kepada Tuhan, insya Allah pasangan kita juga tidak akan berpaling.
A: menurut mbak, strategi apa yang membuat mbak bisa tetap terus mempertahankan keutuhan rumah tangga bersama suami ketika LDR gini?
EL: selalu inget nasehat-nasehat kedua orang tua, kepercayaan, komunikasi selalu dan peratian yang tak terputus yah, khan LDR gak bisa tatap muka langsung, sebisa mungkin kami tetap kayak anak muda masih romantis bilang I love U ngirim foto dan lain-lain. Ada aja cara agar rumah tangga kami tetap terjaga meskipun LDR. Kalau ada waktu untuk ketemu juga aku belain untuk bisa ketemu, itu penting banget buat hubungan yang LDR. Pas ketemu juga kita habiskan waktu bersama anak, masak bareng, nyuci piring kadang juga bareng, tidur udah pasti harus bareng dong. Hehe…itu lah yang selalu membuat kami masih bertahan dan harmonis.
A: emmm, makasih mbak atas waktunya, semoga rumah tangga mbak dan suami sakinah mawadah warrahmah ya mbak. Makasih banget udah mau diwawancarai. Maaf mengganggu aktivitasnya mbak nih. Yaudah aku pamit dulu ya mbak. Assalamualaikum, met istirahat mbak.
EL: amiiin, sama-sama njas, aku juga makasih ya, waalaikumsalam anjas juga met tidur ya? Daaah…
2. Wawancara dilakukan pada hari Rabu, tanggal 4 Juni 2014, pukul 15.20 WIB, di kantin.
a. Nama : Cin b. Asal Daerah : Sidoarjo c. Usia : 28 tahun d. Agama : Islam e. Jumlah anak : - f. Pekerjaan informan : Dosen g. Jenis Gadget yang dimiliki: Laptop, Handphone h. Status Sosial dan Ekonomi: Menengah Atas
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
197
i. Nama Suami/Istri : Har j. Usia Suami/Istri : 32 tahun k. Pekerjaan Suami/Istri : Pegawai BUMN l. Usia Pernikahan : 2 tahun m. Usia LDR : 2 tahun Pada sore hari sekitar pukul 15.20 WIB, saya melakukan wawancara kepada informan kedua dalam penelitian ini. Informan kedua ini, saya temui di kantin perpustakaan di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya. Setelah sebelumnya saya meminta ijin kepada Cin untuk melakukan wawancara. Setelah mendapat persetujuan Cin, sore itu juga saya beretemu dengan Cin dan melakukan wawancara. A: Assalamualaikum mbak? Ini kita enaknya ngobrol di sini apa di mana
mbak? sambil makan ta? Cin: Waalaikumsalam, yaudah yuk kita makan bareng di sini aja kebetulan
aku mbawak makanan dari rumah. A: maaf mbak kalau aku ganggu mbak sebentar nih. Yaudah aku juga tak
makan, tunggu aku beli sesuatu dulu yah? Cin: oke-oke aku tunggu. Kemudian saya membeli jajanan dulu dan kemudian kembali ke tempat semula untuk melakukan wawancara. A: hallo mbak, yuk kita mulai nih obrolannya sambil makan santai gitu
gakpapa kan mbak?Hehe Cin: siiip, ini ada makanan, yuk maem sama aku tadi dibawain sama ibukku
emboh iki opo ae yuk dimaem. A: ooo mbak dibawain ibuknya to? Ibuk mertua kah mbak? Cin: bukan, ya ibukku dhewe. A: maaf mbak, kan mbak pernah cerita ibuknya mbak udah meninggal. Cin: eh maksudku ibuku tiri kan ayahku nikah lagi gitu ceritanya. Hehe A: oalah, makanya tadi aku sempat bingung ndak tau ceritanya kalo mbak
punya ibuk lagi. Maaf ya mbak. Cin: iya, semenjak ibukku meninggal ayahku sakit makanya butuh orang yang
bisa merawat dia, habis aku juga sibuk banget, adekku juga udah rumah tangga dhewe.
A: kalo boleh tau emang ayahnya mbak nih sakit apa mbak? Cin: semacem sakit stroke gitu njas. Tapi sekarang dah lumayan, makanya
gak boleh dibikin stress dikit takut dia kambuh. A: oh ayahnya mbak sakit stroke, semoga diberikan sembuh ya mbak. Cin: iya makasih, sekarang udah lumayan sehat Alhamdulillah. A: emm, lanjut ke pertanyaan laen seputar karir mbak nih, sekarang mbak
kerja di mana? Dan gimana ceritanya? Cin: aku sekarang kerja di STID ngajar gitu. Ceritanya dulu sebelum jadi
dosen koyok ngene lulus SMA emm usia 18 aku udah kerja sih. Aku kerja jadi guru les, kayak lembaga khusus les privat, anak SMP ke bawah bahasa inggris dan komputer.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
198
A: kenapa mbak lulus SMA memilih langsung bekerja? Cin: Ada tuntutan ekonomi keluarga, setelah ibuku meninggal ayahku sakit-
sakitan, terus adikku juga butuh biaya blab la bla, habis itu aku kerja dan gak mungkin bisa kuliah karena gak ada biaya waktu itu. Aku lulus SMA tahun 2004, terus kuliah baru di tahun 2009. Karena tuntutan keadaan makanya aku telat kuliah. Aku jadi tulang punggung keluarga karna aku dua bersaudara dan adekku juga perempuan, jadi aku yang harus membiayai adekku ini karna bapak gajinya kan udah habis buat berobat. Dulu penghasilanku pernah cuman 5000 waktu itu dan sekarang yo Alhamdulillah aku ngajar di STID ini lumayan semakin baik lah.
A: jadi mbak ini udah banyak pengalaman ya dalam bekerja, terus nih mbak aku pengen tanya soal hubungan mbak sama suami, oya mbak kan udah nikah ya, udah berapa lama mbak?
Cin: udah hampir 2 tahun ya. A: terus gimana ceritanya mbak sama suami LDR an? Sejak kapan? Cin: suamiku kan ditugasin emang di luar Jawa, makanya habis nikah LDR
an. A: suami mbak ditugasin di daerah mana sih? Udah berapa lama di sana? Cin: suamiku ditugasin di luar Jawa daerah Kupang. Setelah kami menikah
kebetulan suamiku mendapatkan pekerjaan di sana, sebelum nikah kita juga udah LDR an sih njas, tapi dulu suamiku di Jakarta terus berhenti dari kerjaan itu, nyari kerjaan laen dapetnya malah di luar Jawa yaudah akhirnya kita LDRan lagi kayak sebelum nikah.
A: gimana perasaan mbak setelah nikah malah LDR gini? Cin: biasa aja sih njas, soale sebelum nikah juga udah ta’arufan, pas pacaran
kita jarang berkomunikasi, ketemu juga gak pernah, aku kenal aja lewat yahoo messenger lho. hehehe
A: boleh cerita gak gimana sih awal mulanya bisa kenal sama suami terus sampai akhire nikah mbak?
Cin: dulu aku punya pacar sekantor, tapi akhire putus. Aku udah males mau pacaran lagi. Tapi dengan umurku yang udah matang, ayahku otomatis nanyain terus mana calonmu? Kapan nikah? Aku tertekan juga tapi aku juga gak mungkin bikin ayahku kepikiran karna takutnya sakitnya kambuh lagi. Akhirnya aku iseng-iseng tanya ke temenku punya kenalan yang lagi jomblo gak? Aku langsung minta nomernya dan aku juga yang pertama kali hubungi dia minta kenalan.
A: wih mbak berani banget ya? Terus mbak? Cin: awalnya sih dia agak cuek, jawab sms juga cuman singkat-singkat. Tapi
aku gak berhenti di situ aja, sampai pada akhirnya dia mau sedikit lebih terbuka dan serius setelah dia tau sifat-sifat aku seperti apa.
A: Terus keluarga ndukung keputusan mbak sama suami gak untuk LDR? Cin: Ya pasti gini awalnya, kok gini habis nikah, terutama keluargane
suamiku tuh kan Muhammadiyah nothok, di mana dia punya konsep patriarkhi banget bahwa suami istri itu harus ikut apa kata suami, misale bahkan sing dialami oleh tanteku ini dia kan udah doktor kan, dia lulusan UNAIR, UGM, sama UI dan dia gak bisa jadi professor gara-garane opo ngerti? Dia ngikuti
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
199
suamine, apalagi sekarang ada lagi masalah laen opo iku prosese problemanya eeee adiknya mas Har kan juga nikah terpaut dua tahun, dia juga udah punya anak dan aku belum…haaa iku wes yang membuat….emm jujur dari situ akhire aku rodok goyah maksute akhir-akhir iki yang dulu itu serba cuek akhire aku sudah mulai agak galau mikirne gini apakah ada kemungkinan untuk pindah? Gitu wes wes mulai onok bahkan masuk UNAIR sendiripun aku gak ada kepikiran harus seratus persen aku ikut suami, jadi aku mbiyen mbujuki prof X (ya karna suami saya prof gitu-gitu) asline aku dhewe gak harus ikut apa kata suamiku, kita jarak jauh pun selama kita oke gak masalah tapi kan kita jaga-jaga sapa tau nanti kita punya anak punya anak wooa menjalani eem apa pernikahan yang gak isok sendiri gitu.
A: Dulu yang memutuskan LDR pertama kali itu suami ataukah diomongin berdua dengan mbak? Terus gimana sih cara mbak sama suami ngomongin ini?
Cin: Kan aku tuh LDR karna faktor pekerjaan, ya dia gini apa tuh namanya setiap alangkah satu langkahpun dia mesti diskusi sama aku misale aku nang mandiri ngene ngene ngene ngene mene aku bali, terus dia habis itu iki opo kok onok PLN konsekuensinya PLN itu di tempatkan di seluruh Indonesia, terus kamu gimana?gitu. Aku dhewe waktu itu mikire yo aku terus lapo mikir nemen LDR karna ada strateginya, terus yaudah gapapa lanjut aja ambil. Lha saat dia ambil kerjaan itu akhirnya karna kita akhirnya kembali lagi sudah ada omongan kita mentaati omongan itu dua-duanya akhirnya gak ada problem karna kita udah istilahne wes kita iki omonganmu jangan sampek menjilat ludah sendiri lah istilahe.
A: terus gimana caranya mbak meyakinkan orang tua bahwa meskipun mbak lagi LDR pernikahan tetep harmonis?
Cin: makanya aku tuh kalok mertua jik ketar ketir jik durong onok sekonsep soale gimana gimana dia penganut samawa gitu lho, sehingga aku kudu ngikut mau gak mau ke Kupang akhirnya, tapi kalok dari mas Har sendiri sebagai juru bicara ke mertuaku, kalau aku kan gak mungkin diomongno, gak mungkin di dengerin, aku akhire yawes saya manut mas Haris aja buk, dek e gini wes aku aja yang mbalik ke Surabaya yowes sejauh ini gitu. Jare dek e yo gak betah kok nang kono.
A: kalau mertua sendiri gimana responnya ketika mbak dan suami LDR, ada tuntutan tuntutan gak misal soal perhatian ke mereka atau hal lain misal minta cucu atau bentuk kontrol ke mbak sama suami?
Cin: emmmm paling ini ya, ngasih pengertian ke mertua, gimana kabare? Terus mbari ngono njaluk sing aneh aneh, dia kan punya adek kecil kan, usianya 7 tahun karena orangtuane kecolongan makanya selisih umur ma suamiku jauh sama adeknya ini, adek iki lho njaluk dimomong misale liburan njaluk nang ndi ngono. Tapi aku hari minggu iku adalah hari yang penting buatku, nah pas saat dia dateng dari tiga hari sampai 1 hari untuk orangtua ku sama orangtuanya, dua hari iku privat untuk kita. Wes ket awal dua hari gak iso diganggu gugat. Nek misale orangtuaku sih hargai nek misale aku gak iso, nek morotuoku misale njaluk iki yowes hari iki kudu terlaksana. Tapi dua hari
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
200
iku kudu bener bener privat untuk kita, wes gak perduli, gak tonggo, gak opo pokok e tutup.
A: hubungan LDR itu kan berbeda banget sama yang gak LDR, terus apa sih yang mbak takutkan dari hubungan LDR ini? Mungkin takut gak bisa harmonis atau apa gitu?
Cin: kalau LDR nya terus terusan ya takut lah njas…gimana gimana apa istilahnya ya itu planingnya kita kan lima tahun, tapi kan unpredictable. Saat unpredictable, gimana gimana mesti ada eee ngroso berat aku, beratnya iku gini multi berden aku yo kuliah terus di rumah kerja juga, harusnya kan bisa dibagi sama suami, ya kayak gitu. Nah, itu gak isok. Iku lebih kesitunya, bukan karna aku kurang peratian, tapi lebih kepada pembagian kerja yang tidak bisa dia lakukan eee sorry dia lakukan yang harusnya dia lakukan berdua. Walaupun dia juga udah ngasih solusi pembantu, maksute disuruh cuci cuciin gitu wes onok solusi solusi gitu tapi dalam kehidupan rumah tangga aku juga baru memahami masih baru belajar itu ada something yang memang harus berdua. Kayak gitu misalnya masalah masalah sing perkakas sing maslah masalah bocor rumah masalah opo tuh namanya urusan sama bank sama apa sama apa. Kalau LDR itu jujur lambat dan memang membuat kita stress karna kan kita terkonsentrasi ke situ. Mangkane aku ke depan iki sek gurung duwe anak, engko masalah anak ngene ngene ngene dengan posisi aku kerja dan aku istilahe ada anak ngene ngene ngene iku mesti gak imbang kan sama dia. Dia juga kerja tapi gak ada tanggungjawab ke anak terus gak ada pembagian tugas ngurusi anak, gak ada pembagian tugas ini itu, kalaupun anak ini ikut dia kasian juga anaknya di sana kan daerahnya kurang maju. Sehingga opo yang paling aku takutkan adalah eee ini itu istilahnya itu berlangsung selamanya, LDR selamanya iku yoopo aku gak mau. Karna aku kan nargetnya lek isok ojok lebih dari lima tahun, toleransinya paling sepuluh dua puluh tahun lah. Pokoknya nak kita ada ojok sampek dek e kerjo adoh adoh pokok e ojok. Karna itu mesti sulit.
A: hal hal apa sih yang mendukung atau membuat mbak merasa yakin ketika menjalani rumah tangga LDR seperti sekarang sehingga mbak dan suami tetep harmonis?
Cin: takut sama Allah…takut aja sama Allah wes prinsipe kalok kita takut sama Allah secara otomatis eeee opo kene iku mau opo mau mlakukan sesuatu yang buruk itu pasti gak jadi.
A: nah kalau ada hal yang mendukung berarti kan ada juga hal hal yang menghambat nih mbak? Kalau LDR gini kira kira ada gak hal hal yang bisa membuat hubungan mejadi gak harmonis?
Cin: internal opo eksternal? A: dua duanya mbak. Cin: perasaan ingin diperhatiin terus itu sih kalau internalnya, faktor libido
suami juga mungkin juga masalah anak ya, kan aku masih konsentrasi ke karir bisa jadi kan nanti peratianku berkurang ke suami kalau udah ada anak juga, secara di situ logikanya pada saat kondisi seperti itu iku onok potensi dengan libido suami sing relative tinggi pasti onok potensi dia sulit untuk mengendalikan itu akhire dek e selingkuh dan iku membuat aku sulit untuk
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
201
menerima, itu sing ada dalam benakku. Terus kalok dari faktor eksternal sih eeee opo yo kematian mungkin ya…opo yooo kira kira emmm belum terpikirkan sih. Sing tak pikirkan yok opo carane kalau nati udah punya anak keadaan LDR dan triple berden ngene eh multi berden malahan.
A: iya sih mbak apalagi kalau umur suami udah 40 tahun kemungkinan masa puber kedua itu lho.
Cin: itu emang aku sulit untuk menerima apa istilahnya untuk menerima perselingkuhan lah ya.
A: Terus misalkan pas LDR gini kebutuhan biologis sama suami itu gimana cara menyalurkannya?
Cin: Waduh kudu dicritakno nang kene? Ada seh mesti ada lah keinginan kayak gitu. Sek sek iki mbukak mpek mana ae seh?
A: Hahaha tenang ae mbak aman kok. Cin: jadi waktu menikahpun kebutuhan akan visual, maaf istilahnya sensasi-
sensasi seksual itu pasti ada tapi gak seng sampek muluk-muluk yaapa ngunu misal haduh kalo gak gituan sama bojo terus gak iso turu, terus kalo orang kan biasane yaawloh kalo aku gak anu bojoku iku istilahe gak iso turu terus ngempet kepengen, aku sama suamiku tu kebetulan enggak, kene iku gak normal paling ya? Sing laine iku yo biasane kalo setelah menikah iku kan pingin itu pingin ini terus gandengan terus boncengan itu seneng banget, sedangkan aku sama suami udah kebiasaan sejak pacaran gak boncengan gak gandengan tangan karna aku istu istilahnya aku dhewe itu isin, dia juga isin gitu kan, nah waktu udah nikah itu pun lho kan sek turune iku ae sek sungkan ngunu lho, dan maaf aku pun dua bulan setelah itu baru malam pertama, jadi selama itu kita sek adaptasi, aneh kok. Kamu pernah gak tanya dosenmu yang waktu itu sempat nyeletuk di kelas terus ditanggepi apa sama dosenmu? Yaudah aku sama suami pake cara itu, pake telepon terus skype an juga pernah, itu yang selama ini kita jalankan, Cuma selama ini kan kita ketemunya satu bulan sekali itupun gak maraton e aku.
A: Jadi kalo ketemu tuh ngapain mbak? Cin: Banyak ngobrol, banyak bagaimana membiasakan yowis bagi tugas aku
ke sini ngomong gini gitu dan dia itu gini lho katanya dia itu yo, dia merasa eksaited pada saat yo berhubungan itu habis itu yo yang kedua itu yo saat aku masakin dia. Itu kok dia merasa eksaited banget gitu lho, lha aku sendiri eeee lek opo istilahe iku gak sepiro’o eksaited ngunu lhah, yaudah itu tuh cuman sekedar kebutuhan mari ngunu y owes mari yo mari yauwes gitu.
A: Pokoknya kebutuhan itu udah terpenuhi ya mbak? Cin: Iya pokoknya itu udah yawes wes mari, terus mbari ngunu emmm apa tu
namanya aku eksaitednya dia tuh pada saat opo yo de’e misale aku lagi, aku kan seneng dielus-elus ngunu, yo dielus elus ngunu iku aku wes sueneeng banget. Pokoknya kalok turu iku yo maaf istilahe iku dikeloni ngunu iku aku wes sueneng dan aku wes ngerasa iku eksaited karna aku merasa terlindungi kan biasane aku dhewean selalu mengambil keputusan sendiri, jadi pada saat deket moment-moment itu gitu lho, moment-moment sing dulu aku pacaran gak pernah itu malah aku yang membikin kita eksaited daripada sekedar berhubungan suami istri, kalo dia memang yo namanya laki-laki kan libidonya
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
202
otomatis lebih tinggi daripada aku, dan gak bisa menahan, kayak gitu. Jadi de’e iku ngomonge eksaited iku pada saat aku maen karo dimasako mamah. Wes ngono jadi pas dimasakno mamah dan masakane uenak uwiih iku de’e bener-bener ngroso opo yo istilahe berbunga-bunga ngunu.
A: Oh berarti bentuk-bentuk perhatian seperti itu ya yang mbak berikan pas ketemu suami?
Cin: He’eh, ya istilahe kebiasaan yang dulu gak pernah kita rasakan. A: Terus biasanya gimana itu mbak kalok penyaluran hasrat? Jangan-jangan
pakek stoking itu kayak di film korea. Cin: Ooow aku gak eroh iku carane. A: Kan kalok pake stoking tuh biasae dibayangke sebagai sosok yang sexy
terus dia jadi bergairah gitu mbak. Cin: Suamiku gak sukak kayak gitu yo langsung ae malah pernah nontok
wajahe mah? Yowes hehehe biasane lek ambe skipi kan sinyale sana agak susah akhire opo iku namanya triji itu lho telpon triji iku yowes ya kayak gitu. Apa tuh namanya yooo dianya juga opo istilahe seneng akupun jugak ngrosoe yok opo yo lumayan onok hiburane tontonan gratis. Aku tuh gitu, jadi sejauh ini dia istilahnya eee no problem masalah itu karna dia terpenuhi ya istilahnya mohon maaf ejakulasi dini kayak gitu. Aku seneng baca-baca gitu. Jadi pas ketemu tuh gak mintak sing langsung bugil, jadi mintak layanan sing lain-lain. Banyak variasi kita apa kita apa pkoknya yang membuat itunya muncul, banyaak variasi. Ngomong tok lho yo iso, misal desahan apa gitu. Kakean cerito dadi kan aku suka cerita dia juga sering cerito sehingga opo eee konsep pesan iku tersampaikan.
A: Pernah gak? Ada kendala pada saat komunikasi kayak gitu mbak? Cin: Kalok misskom pernah tapi gak sepirok o sering itupun gara-gara
masalah sinyal. Aku kan paling gak seneng gitu. A: Misal karna sibuk gitu gak sempet hubungi mbak sampek tengkar pernah
gak? Cin: Ya pernah, aku sibuk ngene ngene ngene terus akhire aku gak isok
memendam rasa marah, yowes tak PING emotikon ngamok terus kacakacakaca terus ngunu iku dek e langsung respek, sorry ma lagi meeting. Yowes mari ngunu aku wes gak yawes, wes pokok e wes dijelasin. Wes mari yowes aku gak gak pengen yok opo baru nati malemnya telepon gitu macem-macem lah.
A: Terus gimana dengan bentuk perhatian yang diberikan oleh suami ke mbak? Misalnya nih pas sakit atau lagi ada masalah?
Cin: Aku gak tau ya dia pernah ngerasa bersalah atau gak, cuman dia nanyak mamah lagi apa? Terus aku kan cerito ngene ngene ngene, dek e mesti ngasih solusi, ke dokter ta? Ke dokter ngontrol sing gini gini, terus ndang diurus habis itu eee biasane aku mau menginjak mens itu kan sekarang aku teratur, aku pas biasane lagi mood mood an biasane kan mau PMS PMS iku kan masalah psikis kan istilahe lha itu biasane aku rewel, papa kapan pulang ngene ngene ngene, terus dek e iyo sabar nanti pulang, yowes ngono iku ae aku wes langsung meneng. Karna kenyataane aku lagi irasional jadi berarti dek e iku
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
203
paham nek aku lagi PMS. Mama lagi iku ta? Iya iya papa pulang. Okeeee yowes ngono tok wae wes mari.kan aku cumak butuh diperhatikan.
A: Berarti suami mbak ni sangat dewasa dan bijaksana banget yah? Mau ngalah sama mbak.
Cin: untungnya tuh gitu…makane terus aku bertahan. A: terus pernah gak tengkar, cemburu cemburu gitu kan namanya juga lagi
LDR pasti ada perasaan curiga gitu, ada gak? Cin: waktu pacaran malahan, sekarang malah gak onok. Waktu itu dia di
deketin teman kerjanya terus di dempet dempetne terus iku pupuler pupune di ler ler, lhoooh onok yo sing koyok ngono. Dek e sempet bingung…Yo laki laki kan mesti ae toh… aku kan gak bisa memenuhi itu. Terus orang e itu deket deket, susune ditempel tempelno ngono kui. Terus yo dek e sempet bingung galau terus akhire dek e ngrokok. Hahaha. Lapo kon biasane gak ngrokok kok ngrokok? Dek e cerito akhire onok jenenge rina bla bla bla bla wooo iku aku ngamuk ngamuk an iku tapi yo mbari ngono kembali lagi komitmen e kita iku opo. Malah setelah nikah ini akeh akehe kemana pah? Nyandi pah? Jawabane lembuuur. Yo ngono lho kerjoan terus…
A: sejauh mana mbak tau aktivitas suami ketika LDR? Cin: sejauh yang dia bilang ke aku sih. A: pernah bohongin mbak soal aktivitasnya terus ketauan gitu pernah gak? Cin: aku durong tau nemoni dek e iku yoopo, saking karena selama ini yang
ada malah kejujurane iku lho menyakitkan. Astaghfirullahallazim malah diceritakno…aku itu mah yo saat itu onok rina terus pas susune ditempelno aku iku ngrasa ngene deg deg an terus serrr serr terus onok sing banging. Aku opo yo gak eeeeehhh…gregeten ngono. Aku ngene, kon ngerti aku kin gene kon malah cerito cerito ngono, aku kudu yok opo yo ngono iku akhire kan aku ws kebiasaan kejujurane iku lho menyakitkan aku. Serius suamiku tuh ngomong kayak gitu…nek misal telepon aku kalok misal dek e selingkuh, terus ooo iyo aku lali…terus dek e ngomong ngene opok o yo kok sedino iki pengen ketemu rina rina terus muuuuuah…duuuh kudu tak sawat sandal seh…aku sing ngrungokno iku ae mangkel. Sehingga aku mikire gini, papa iku lho kate bohong yok opo gak mungkin. Aku iki yo sejauh ini sama dia, istilahe dek e iku bohong iku enggak cuman ngene lho tapi nek dek e iku galau misale dek e aku lali haruse aku gak boleh tau informasi itu karna takut nyakitin perasaanku atu apa, tapi akhire aku mendesak harus tau. Dek e kan bingung galau akhire opo pas tak tanyain mek ngene tok jawabane bisa iya bisa tidak. Nek gak ngono jawabane emboh. Sehingga kesane koyok halaaah gak teges. Aku mesti ngamuk e gara gara iku. Terus dek e gini, mah papa itu sek perlu memikirkan hal lain onok siji sing gurong isok mlebu, wes engkok ae nek wes mari tak omongno mah. Ya ada sih kayak gitu misalnya…sehingga aku yo wes lah ngertiin dulu.
A: mbak ni orangnya suka teges gitu ya berarti. Hehehe…kemudian ini mbak, yang pengen tak tanyakan menurut mbak sendiri pemahaman mbak tentang sosok suami tuh yang gimana sih?
Cin: menurutku sih suami itu bagian diriku, bagian diriku tapi yang ada di tubuh orang lain. Orang lain yang menjalankan bagian dari diriku. Aku adalah
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
204
orang yang akhirnya diriku eee harus aku bagi sama dia. Jadi intinya gini, karna dia adalah bagian dari aku dan aku adalah bagian dari dia, maka logikanya itu ini opo iku jenenge lek dia merasa udah jadi satu sama aku, logikane gak mungkin kan saling menyakiti, dia pun juga sama karna aku opo istilahnya separuh jiwaku pergi ahahahaha…soalnya saat aku saat aku sudah meikah gak bisa jadi diriku yang sesungguhnya, tapi ketika aku melupakan diriku yang sesungguhnya aku harus gini aku harus gitu aku gak merasa jujur aku gak merasa keberatan. Karna dia pun juga melakukan hal yang sama dengan aku jadi ada resikonya. Karna ada kayak gitu, imbal balik aku gitu gak ngrasa berat. Oooo ini pas aku menjadi diriku sendiri, dan dia pun juga gitu. Sehingga secara tidak langsung, bentuk opo iku perhatian baik aku sama dia, jadi sejauh ini Alhamdulillah gak onok sih sing timpang sebelum pacaran sampek ini nikah, mungkin sing over perhatian opo over cemberut over protektif kan gak ada. Karna kita udah memaknai dari awal pasangan tuh gitu. Emboooh aku yo mikire gitu ae…
A: Terus gimana cara mbak untuk nyelesaiin permasalahan soal anak nih sama suami, biar pihak keluarga suami ngertiin keadaan mbak sekarang ini?
Cin: Yang pertama itu kalo dalam kehidupan rumah tangga yang menjalani kita, jadi kita harus buat kesepakatan dulu sama pengene suami yoopo, harus saling mempertimbangkan orang tua. Kalok aku gitu prinsipnya, kalok udah berumah tangga kita punya tanggungjawab sendiri, makan sendiri, cari uang sendiri, gitu kan? Gak lagi tergantung sama orang tua itu prinsipku. Walaupun aku sekarang nempatin rumah yang diberikan sama ibukku tapi tak cicil gitu lho, apa aku sama suamiku punyak prinsip apa kita berumah tangga ojok sampek ngrepotin orang tua lagi. Akhire dari situ termasuk opo morotuoku, lek ortuku dhewe biasa. Kan adekku udah punya baby karna dia MBA kan jadi enggak…jadi karna keluarga broken home terus dia akhire MBA terus nikah lebih dulu daripada aku, ya mungkin karna kehilangan sosok ibu yo, aku sing kerja, bapakku saki-sakitan gitu trus akhirnya eee yang banyak ini tuh dari keluarga suamiku. Lha tapi waktu aku tanya lek papa sendiri gimana? Jujur lek papa iki gak selalu ngarep sing yoopo memang kita harus punya anak, papa pengen punya anak. Tapi kalopun misale worsecase sing gak isok duwe anak pun yo gak masalah, aku nikahin mamah iku bukan karna pengen duwe anak, jadi konsep keluarga kita dari awal pun yang kita bangun adalah kita bersama opo jenenge saling melengkapi duduk karna aku pengen duwe anak ambi awakmu, duduk gitu. Jadi eee walaupun dia dibesarkan, aku senenge suamiku tuh opo walaupun dia dibesarkan dari keluarga sing patriarkhinya kuat tapi pola pikirnya dia sangat-sangat anti patriarkhi. Bahkan dia lho sampek benci karo LHI sing sangat menentang poligami kayak gitu. Dia sangat opo istilahnya memberikan kebebasan aku gitu lho, bahkan ibarate istilahe opo yo konsep suami harus nurut istri dia gak anu…aku sering ngelek-ngelekno dek e, anu dek e opo misale dek e opo jenenge lagi tukaran, papah itu gimana sheh gak anu…wes gedhe anu ngene ngene ngene. Iku yowes dek e iya mama aku maaf. Kata maaf bagi dia tu sudah biasa. Ya itulah yang akhirnya membuat aku bisa bertahan. Sebelum nikah tuh sempet galau, yoopo yo mbesuk isok ta menikah jarak jauh ngene ngene ngene? Sempet galau tapi,
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
205
satu hal yang membuat aku eee istilahnya eee ngaboti dek e walaupun aku itu gak pernah ketemu dia sebelumnya meskipun kita pacaran, istilahe taarufan.
A: kalau gitu sekarang ini mbak menunda punya momongan karna LDR? Cin: gak, sekarang aku bukan menunda…soale evaluasi dokter itu sekarang
aku yowes opo sih namanya gimana gimana persiapannya usaha buat punya momongan. Aku juga ketar ketir apalagi lagi mikirin punya anak ini kata dokter gak boleh stress tapi gimana kalau emang ini jadi yaudah gimana caranya dijalani, tapi kuliahku kan gak mungkin tak terusin pasti minta cuti dulu kasian anak juga.
A: suami mbak ndukung juga gak ketika LDR terus mbak pengen punya anak?
Cin: iyo, benerrr dia emang ngomong gini gimana mah, kalau punya momongan terus gimana kan papa jauh gak bisa ngurusi nanti gimana? Akhirnya ada solusi gimana kalau kita beli mobil mah? tujuannya beli mobil ini bukan karna pengen gaya lhoh ya…mbelani beli mobil, uang kita habis terkuras gimana gimana dia kan 70 persen uangnya buat beli mobil sedangkan aku 30 persen aja buat beli mobil itu, tapi itu atas namaku dianya bilang semuanya untuk mama karna memang jarak jauh kan nanti mama kan gak boleh lama lama sepeda motoran kalok hamil akhire perlunya mobil nanti ada anak pun belum tentu papa isok ngurus itu kan. Masa masa kecil kan anak kecil biasane sakit sakitan nanti kalok ada mobil kan enak gitu kan? Iku dadi udah mulai dipersiapkan, mesti ada kompromi gitu lho. Yoopo kie ngene ngene ngene yawes buat ini dulu lah ini lah, werrrr gitu. Mungkin orang lain nontok e ngene, gaya baru 1 tahun nikah udah punya mobil padahal mereka gak tau fungsine iki mobil gae opo. Padahal iki iku sangat fungsional.
A: Terus misalkan nanti dikaruniai anak gimana mbak? Tetep LDR ato salah satu mengalah untuk gak LDR lagi?
Cin: Ya nanti aku ambil cuti lah, kan kalok dia gak mungkin karna level pekerjaannya kan gitu. Tapi aku meskipun cuti tetep pengene produktif, aku pengen nulis-nulis jurnal, nulis nulis buku, apalah gitu lho. Selama kita satu rumah, tapi itu belum. Nah, karna aku planning gitu saat ini gitu ya sampek sekitar lima tahun ke depan ini. Memang suamiku sekarang memilih karir tapi yoopo carane ben gampang dipindahkan nang Jowo soale nang Jowo saikiku akeh saingan. Berarti gak mesti ke kota asal, akupun juga gimana caranya saat aku punyak baby, aku sudah selesai, aku pengene gitu sehingga kerjaan iku isok tak tunda karna agar aku bisa fokus ke baby. Pengenku gitu, sehingga saat ini untuk konteks lima tahun ini ketemuan itu masih belum bisa dikatakan penting banget, maksute gak seberapa dipentingkan karna fokus sama karir kita.
A: Suami mbak juga gitu? Cin: Iya, sama komit, kayak gitu. Jadi ada komit kayak gitu, kalopun misale
istilahnya ketemuan iku pun biasane yo jalan dhewe-dhewe ngunu, biasane yowes iku koyo ibarate opo yo koyok kene iku tuh ngasih rewards gitu lhoh, jadi kita satu bulan ini kita target-tergetan gitu ya aku gini kamu gini, gitu jadi aku sama dia itu kayak temenan koyok arek asik asikan gitu ooow aku saiki isok koyok ngene ooow mamah isok ngene, halah papah lho isik lembur
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
206
wek…iyo aku jik ngerjakno tugas mah, jadi opo yo kompetisi, misal nih kan aku diangkat dosen, mamah diangkat dosen lho, nek misale isok koyok ngene ngko pulang papa belikno ngene, dadi opo yo ada rewards ada anu gitu. Jadi pada saat gak ketemu iku kita fokus karna engkok rewardnya itu kalok wes aku ambil cuti wes gitu itu aku gak mau diganggu. Kayak gitu, kerjaan apa itu tak close semua karna aku bener-bener pengen ma suamiku. Lapo yo aku kok pengen banget ngono. Itu pun Cuma tiga hari, paling berhubungan cuman dua hari. Itu malem satu kali tok, jarang dua kali. Terus nonton standup comedy bareng ngunu lho wes sueneeng nonton koyok misal ke mall jalan-jalan dek e sukak e kan nge mall, jadi kebalikan. Dia sukak e sportstations gitu terus baju-baju gak sepiro o suka, nontok I tok cobak cobak hahaha…sing penting berduaan sama istri.itu yang kayak semacam rewards dadi kita njalanine aku sejauh ini ya lek tak evaluasi njalanine iku gak gak begitu apa gitu istilahe karna kita ada target nanti ada reward yang pasti ada reward dan saat itu wes mari iku rasane sueneng. Wes siap kuliah maneh kerjo maneh, energi tuh kalok lemes berarti gak ketemu bojone. Gurung dices, gurung ketemu. Ada guyonan itu papa itu patua, patua sonde setor kwh ko? Tidak setor kwh kao? Untuk putus sama suami tuh gak bisa, memang fisiknya penyaluran fisik itu memang satu bulan sekali tapi kalo untuk istilahe psikis iku isok disalurkan. Pernah kamu sebut ya phonesex terus skype tapi dia yang bilang aku kangen mamah alaaa tapi iku sek level biasa.
A: Terus nih mbak, aku pengen tau gimana sih cara mbak mempertahanin keutuhan rumah tangga selama longdistance?
Cin: Banyaaak, ya itu tadi caranya udah tak jelaskan. A: He’eh mbak, tapi nih aku pengen tau jika dikaitkan sama pengetahuan
agama mbak, menurut mbak apa nih yang membuat mbak bertahan di saat LDR?
Cin: Oooh emmm gini kalok aku tuh gak seberapa sepakat sama konsep sakinah mawadah warohmah, kenapa? Karena sakinah mawadah warohmah yang dicontohkan adalah keluarga yang harmonis, ada anak, soleha, tinggal seatap selalu melayani. Yang setauku adalah yowes patriarkhi itu. Terus kalok misalnya suami pengen mintak poligami apa apa lah. Aku gak pengen kayak gitu. Dan suamiku juga gak sepakat sama hal kayka gitu. Nek misal kita gak punya anak terus opo o buyaar? Kan kayak gitu. Terutama sing tertekan ambek sakinah mawadah warohmah kan anak itu, untuk melanjutkan keturunan lah istilahe. Kita emang pengen melanjutkan keturunan, tapi misal kene kendala sama kesehatan terus gak bisa punya anak, opo yo gak isok nek misale cara lain misale bayi tabung gak isok gawe cara lain, anak sodara sing gak isok diangkat y owes anak adopsi sing penting wes kita bisa melanjutkan keturunan nah iku aku gak sepakat ambek konsep sakinah mawadah warohmah, nek misal aku didoain semoga samawa gitu aku biasane yowes amin tapi gak terlalu tak ini karna sudah ada mainstream aku itu bukan sakinah mawadah warohmah tapi bener bener menjalani ini sebagai suatu kewajiban, jadi konsep ibadah itu juga tidak harus apa itu namanya identik dengan sakinah mawadah warohmah tapi kan banyak cara, orang solat aja gak harus gini tergantung kondisinya misal dia di mobil kan juga bisa solat sambil
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
207
duduk yang penting kan solatnya bukan harus pada gerakannya orang tuh kejebaknya di situ. Nah dari situ aku jugak dapet masukan-masukan apa istilahnya masukan-masukan ini tuh jugak aku opo wes sebelumnya aku kan wes tau ngaji di STID itu kan? Nah itu yo dari situ aku dapat konsep yoopo seh me opo istilahne hukum perkawinan kayak gitu. Sebenere kita itu terjebak pada substansi ibadahnya atau tata perkawinannya ataukah cara ceremonialnya yang kayak gitu-gitu. Wes sok sok ijab pakek basa arab lah langsung opo istilahe islamik banget, karna ada konsep itu kita pokoknya kalok kita udah satu visi pokoknya kita udah ada konsep itu njalani tuh wes yo relative lebih gampang dibandingkan kosong oblong oblong, meskipun kita kosongan minimal harus ada yang dikomunikasikan. Pas dikomunikasikan yo ono kesepakatane, terus yang kedua harus ada yang ditaati oleh kedua belah pihak, kalok udah ditaati nanti misalkan dek e ono revisi, evaluasi, redefinisikan kembali hubungan iki iku sing yoopo, sejauh ini ya…
A: motivasi apa yang membuat mbak tetep bertahan ketika LDR? Cin: buat visi hidup bersama, cinta itu untuk dipelajari, bukan dari sisi
irasionalitas tapi bisa lahir dari irasionalitas itu. Kayak gitu emang bener ada afeksi bisa lahir dari irasionalitas itu emang bener. Domain si afeksi emang iyo tapi tidak harus munculnya dari afeksi aku jugak mengalami hal kayak gitu sama kayak yang pertama itu muncul dari afeksi baru dilogikakan ooo iyoo opo memang aku cocok ambek dek e blab la bla kan itu muncul dari afeksi ketertarikan dan lain lain tapi apa eee kalok aku ini dibandingkan emosiku dulu waktu pacaran sama yang sekantoran aku kok lebih merasa tertata sama yang ini suamiku karna eee apa itu istilahnya cinta itu muncul dari logika dulu baru setelah itu pelan pelan mikir gini oooh arek iku dukur yo ganteng yon ngene ngene pokoknya yang penting eee opo iku istilahnya apa yang membuat kita bertahan kalau udah satu visi itu pun berangkat dari afeksi dulu baru kognitifnya pokoknya afeksi jangan berhenti pada itu aja kognisi juga jangan berhenti pada kognisi tapi bener bener harus yo ada afeksi dan kognisinya lha itu lah satu visi menurutku ya.
A: Alhamdulillah…super sekali mbak…terimakasih banget udah mau tak ajak diskusi seputar LDR nih, semoga bisa dijadikan pengalaman buat kita semua ya mbak? Yaudah karena waktunya udah agak malam yuk kita pulang mbak? Makasih lho mbak, nanti lok misal aku ada masalah yang belum terjawab bisa ya minta tolong lagi?
Cin: hehe iya amiiin sama-sama njas…kalau butuh info seputar ini lagi kita ngobrol santai lagi. Yuk pulang…
Begitulah obrolan saya dengan informan. Tak lama kemudian kami berpisah di jalan dengan tujuan masing-masing… 3. Wawancara dilakukan pada hari Senin, 20 Oktober 2014, pukul 20.11
WIB) a. Nama : Den b. Asal Daerah : Aceh c. Usia : 38 tahun d. Agama : Islam
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
208
e. Jumlah anak : 2 orang f. Pekerjaan informan : Dokter g. Jenis Gadget yang dimiliki: Laptop, Handphone h. Status Sosial dan Ekonomi: Menengah Atas i. Nama Suami/Istri : Sug j. Usia Suami/Istri : 42 tahun k. Pekerjaan Suami/Istri : Dinas PU l. Usia Pernikahan : 9 tahun m. Usia LDR : 4 tahun Pada malam pukul 20.11 WIB saya menemui informan ketiga di tempat kosnya yang berada dekat dengan tempat kos peneliti. Dan sebelum wawancara dimulai saya terlebih dahulu menghubungi informan melalui via sms yang kemudian mendapatkan persetujuan dari pihak informan untuk diwawancarai secara personal. Berikut ini hasil wawancara saya dengan beliau: A: assalamualaikum kak, boleh saya mengganggu bentar? Kakak sedang sibuk kah? Den: waalaikumsalam, silahkan masuk dek, ah gak juga kok masuk aja, di sini apa di luar dek? A: gimana kalok di dalem aja kak? Biar lebih nyaman, boleh? Den: yaudah kalok gitu. A: oke kak aku masuk yah, oia kak mohon maaf sebelumnya perkenalkan saya Devi ingin meneliti tentang kehidupan pasangan suami istri LDR, nah kakak kan kebetulan sedang LDR juga yah, boleh kah aku tanya-tanya dikit? Den: oh iya apa yah dek soal apa? Kamu jurusan psikolog ya? A: bukan kak, tapi sosiologi gitu. Hehe. Den: hampir sama yah sama psikolog? Kayaknya kok mirip. A: yaya semacam gitu cuma beda cakupan aja kak, oia kak udah nikah selama berapa tahun? Den: udah emmm sembilan tahun yah. A: wow sembilan tahun ya kak, udah lumayan lama ya, terus gimana ceritanya bisa LDR gini kak dan udah berapa lama? Den: ya karena aku kan lagi sekolah, makanya LDR dek, awalnya gak pernah LDR gini, udah 4 tahun sih dek LDR. Tapi dulu juga waktu aku di sini suamiku sempet satu tahun di sini juga sama aku. A: oia kakak memiliki berapa orang anak? Terus bagaimana kondisi anak-anak pada saat terpisah dengan kakak? Den: dua sih, cewek semua. Iya dulu mereka sempet tinggal di sini bareng sama aku sama suamiku juga kita ngontrak rumah, setelah itu mereka balik ke Aceh sama suamiku. A: oh jadi masih sempet tinggal bareng selama satu tahun ya kak di sini? Terus bagaimana dengan keputusan kakak untuk memilih LDR dengan suami dan anak-anak? siapa yang mengambil keputusan ketika LDR? Den: gak ada ini ya, cuman ya omong-omongan biasa sih, semua keputusan emang udah dibicarain bareng sama suamiku, ya dia ngertiin kan aku LDR juga karena sekolah.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
209
A: emm, berarti udah ada kesepakatan sejak awal ya kak? Terus bagaimana dengan permasalahan yang sering muncul ketika lagi LDR? Masalah seperti apa sih kak? Den: apa yah? Gak ada masalah sih menurutku, gak ada sih. Biasa aja waktu itu. A: emmm, masak sih kak? Gak ada konflik apa gitu biasanya kan kaget kak kalau belum terbiasa LDRan kak? Den: gak ada ya, palingan masalah anak lagi sakit itu aja, jadi bingung kalau gak bisa pulang gitu. Paling gitu aja sih masalah yang paling berat. Kan kendala jarak yang jauh jauhan ya. A: terakhir ketemu anak sama suami kira-kira kapan kak? Den: terakhir pas lebaran haji kemaren ketemu mereka, mumpung libur kami ketemuan di Jakarta soalnya emang lagi ada acara juga di Jakarta sekalian aja kita ketemu. A: kira-kira pernah gak anak-anak protes ke bundanya ketika jauh jauhan gini, mungkin kangen atau ada masalah dengan sekolahnya? Terus gimana caranya kakak membuat anak-anak ngerti kondisi kakak sekarang? Den: anak-anakku gak begitu antusias soal ini ya, apa ya anak-anakku mungkin karena masih kecil-kecil jadi kurang begitu ngerti kondisi LDR itu kayak gimana, mereka gak pernah protes sih atau nyariin bundanya karena mungkin ayahnya yang udah ngejelasin sebelumnya. A: berapa kali intensitas kakak dengan anak-anak dan suami dalam hal komunikasi atau berinteraksi dengan mereka? Terus biasanya menggunakan media komunikasi apa yang paling sering digunakan untuk berinteraksi dengan mereka di kala jauh? Den: paling ya setiap hari ya, seharinya paling kalau sama suami ya telepon, sms, bbm biasa lah tetep intensif itungannya, paling ya handphone aja kalau skype an paling sama anak-anak tapi mereka gak begitu suka sih skype an paling via telepon aja kalau anak-anak. A: biasanya hal-hal apa saja yang sering dibicarakan melalui media elektronik (handphone) tersebut? Dengan anak-anak maupun suami. Den: apa ya, yaya cuman masalah biasa setiap hari kerjaan, sekolah mereka, udah gitu aja, paling kalau lagi curhat-curhat ya kadang-kadang pas lagi santai, maklum suamiku juga sibuk jadi mau ngobrol panjang kadang-kadang waktunya gak ada karena buat ngurusi kerjaan kantor sama ngurusi anak-anak pas di rumah. Kalau sma anak-anak yang diobrolin paling mereka udah ngerjain PR belum, makan, dan lain-lain hal yang biasa aja lah. A: gimana dengan suami kak? Kira-kira pernah gak ngalamin konflik dengan suami dan gimana caranya kakak menyelesaikannya ketika LDR gini? Den: konflik sejauh ini gak ada ya, gak pernah ada masalah serius yang bikin kami konflik parah, palingan cuman masalah kerjaan sama sekolah aja yang bikin suntuk kadang-kadang. Masalah-masalah kerjaan ya sekedar diobrolin bareng-bareng pas teleponan gitu, kalok ketemuan kayak kemaren palingan nonton sama suami sama anak jalan bareng ya happy happy lah mumpung ketemu. A: gimana dengan suami kak? Komunikasi dengan suami apakah sejauh ini lancar? Biasanya interaksi yang paling sering pas LDR gitu gimana sih kak?
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
210
Den: biasa aja sih, tapi bisa dikatakan lancar-lancar aja, setiap hari pasti hubungin lewat telepon paling gak ya sms gitu. Yang sering yah kalo lagi ada waktu telepon kalo sibuk cuman sms sama bbm gitu deh. A: pernah ngalamin konflik gara-gara misscomunication gak kak? Den: gak ada ya, lancar-lancar aja. A: gak pernah tengkar atau salah paham karna komunikasi gak lancar gitu kak? Terus gimana caranya biar gak terjadi salah paham pas LDR gini kan beda banget gak kayak ketemuan langsung, mungkin bahasa sms itu kadang kan bikin salah makna juga kak, pernah gak kayak gitu? Den: emmm, kayaknya pernah sih, tapi lagi lagi yaudah kami kan udah lama nikah kalo cuman gara-gara masalah miskom bisa lah diselesaiin cepet, insya Allah gak ada masalah gitu lagi Alhamdulillah sampek sekarang gak ada. Kalok lagi suntuk mending diem dulu tar kalo udah reda baru deh hubungin lagi. A: gimana dengan sikap suami ketika ada masalah seperti itu kak? Den: dia lebih bijak dewasa yah, jadi gak ngefek sih kalo cuman masalah gitu dia adem aja, lagian menurut dia juga kitanya udah lama nikah udah ada anak gak semestinya kalo tengkarnya cuman karna miskom. A: Kalau sama suami sejauh ini gak ada konflik, pernahkah ada masalah dengan anak-anak di rumah? Mungkin misalnya nih kak soal bentuk peratian kakak ke mereka selama LDR ini, mengingat mereka masih kecil ya kak jadi biasanya kan butuh perhatian yang lebih apalagi dari ibunya, gimana nih kak cara kakak memberi pengertian kepada mereka ketika jauh gini? Den: yaaaaa apaa yaaa, ini ya anak-anak kan pernah juga tinggal di Surabaya bareng sama aku meskipun cuman setahun, pas mereka masih di sini otomatis perhatian dan kasih sayang lebih banyak dari aku ibunya yah, setelah balik ke Aceh perhatian lebih banyak dari ayahnya, untungnya anak-anak gak rewel ya, mereka tuh gak begitu merespon gimana-gimana soalnya juga masih kecil sih, palingan cuman tanya kapan pulang gak pernah nuntut yang gimana-gimana paling wajarnya seorang anak kecil misalnya minta apa yang kesukaan dia, misalnya nih anakq kemaren minta dibeliin baju yang ada angrybirdnya kan dia suka tuh, yaudah itu aja sih, masih bisa kita katakana wajar masih bisa kita atasi, jadi gak ada masalah kalau soal anak. A: moment itu pas kapan kak? Pas pulang kampung kemaren ya? berarti kalau kakak mau pulang kampung anak-anak pasti dibelikan oleh-oleh ya? Wah seneng banget pastinya dibelikan oleh-oleh sama bundanya.hehe. terus kalau pas kakak pulang kampung biasanya kegiatan apa aja yang paling sering dilakukan pas lagi kumpul sama suami dan anak-anak? Den: biasanya palingan ya jalan-jalan gitu yang paling sering banget kita lakukan, pergi ngemall sama anak-anak, kadang juga di rumah aja seharian sama suami beres-beres rumah masak-masak bareng, ya gitu-gitu sih. A: kalau LDR kan perhatian biasanya hanya melalui media teknologi seperti handphone melalui via sms, bbm dan lain-lain ya kak, nah kalau pas lagi pulang gitu bentuk perhatian apa yang kakak berikan kepada suami dan anak-anak, apakah sama dengan bentuk perhatian ketika LDR? Den: ya kurang lebih sama sih, cuman kan kalau LDR misal nanyain ke anak-anak udah makan belum, jaga kesehatan, gimana PR sekolahnya gitu-gitu, kalau pas
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
211
ketemu ya lebih kayak dampingin mereka pas lagi belajar bikin PR sekolahnya, nyiapin bekal makanan mereka, nyiapin baju suami dan anak-anak juga, ya seperti layaknya ibu rumah tangga lah ya. Udah palingan gitu sih, berbagi tugas juga sama suamiku. A: berbagi tugas ya kak? So sweet dong. Hehe. Terus kalau pas pulang gitu biasanya kalau sama suami kegiatan yang dilakukan sama suami apa aja kak? Den: ya itu tadi berbagi tugas, tapi banyakan sih kalau pas lagi pulang kerjaan rumah lebih banyak tak kerjain sendiri soalnya kadang suamiku juga lagi sibuk banget di kantor. Aku sama suami simple aja kok kalau masalah bagi tugas rumah kita gak pernah gimana-gimana yang harus tengkar karena tugas rumah. Lagian aku juga sebagai ibu dan juga istri udah seharusnya melakukan aktivitas yang emang dilakukan seorang ibu rumah tangga. Kalau pas jauh kan gak bisa gini, di kosan palingan masak nyuci doang, habis itu pergi lagi ke kampus. A: maaf kak ya ini agak pribadi, gimana kalau soal pemenuhan kebutuhan biologis dengan suami? Selama LDR gini gimana cara kakak dan suami menyikapi hal tersebut? Den: kalau soal itu udah pasti kita gak bisa dong kalau gak ketemu, soal kebutuhan intim menurutku hanya ada satu cara penyelesaian ketika LDR ya sebisa mungkin pas lagi ada libur kami ketemuan, terakhir ketemu pas lebaran haji kemaren kita sempatin buat ketemuan, nah pas lagi ketemu kebutuhan akan itu udah pasti tersampaikan. A: kalau misalnya kebutuhan tersebut belum bisa tersampaikan kepada pasangan, bagaimana cara kakak untuk menyelesaikannya? Apa yang kakak lakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut mengingat kondisi kakak yang LDR? Den: emmm, gak ada ya masalah gara-gara kebutuhan biologis yang gak kesampaian, soalnya ketika sama-sama kangen terus belum bisa ketemu yaudah gak begitu jadi masalah palingan teleponan biasa belum bisa ketemu, yaudah kembali lagi inget komitmen dia ngertiin juga sekolahku masih sibuk-sibuknya, jadi dia gak papa sih. Suamiku juga kadang ngalah yang datang ke sini meskipun sehari. A: gak pernah tengkar gara-gara itu ya kak? Den: gak pernah sama sekali karena udah sma-sama dewasa yah, inget-inget lagi tujuan kami ini untuk kehidupan yang lebih baik, jadi kalau masalah pemenuhan semacem itu gak akan jadi konflik lah ya. A: oke kak, kemudian kalau soal anak nih kak, soal pendidikan anak, siapa yang memberikan pendidikan moral ke anak-anak ketika LDR gini? Den: kalau soal pendidikan awal mereka pilih sekolah sampai semua hal soal pendidikan anak-anak kami diskusikan bareng, cuman pas kami LDR lebih banyak pendidikan moral dan lain-lain anak-anak dapet dari sekolahnya yah, Alhamdulillah sekolahnya bagus. Suamiku juga bagus cara mendidik anak-anak selama aku gak ada di samping mereka, tapi aku juga mengontrol dari jauh perkembangan pendidikan anak-anak. A: menurut kakak sebagai seorang ibu sekaligus orangtua, seberapa penting arti pendidikan terutama bagi anak-anak? dan selain pendidikan formal, adakah pendidikan lain di luar itu?
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
212
Den: kalau pendidikan buat anak jelas sangat penting ya, aku sama suami juga memilih skolah yang terbaik untuk anak-anak kami dan kalau pendidikan di luar formal ada sih, anak-anak kalau sore ikut semacam sekolah berbasis agama gitu yang ngajarin baca alqur’an dan ngajarin tentang agama gitu pokoknya. Alhamdulillah anak-anak tambah pinter. Anak-anak juga ikut les-les mata pelajaran kayak matematika dan lain-lain juga kok. Jadi suamiku gak begitu dibuat pusing kalau mereka lagi ada PR di sekolah udah ada yang ngajarin di tempat les. A: iya kak, sekarang banyak lembaga bimbingan belajar yang bagus dan terpercaya buat anak-anak sih, jadi para orang tua juga diuntungkan dari situ misal banyak orangtua yang sibuk dan gak sempet ngajarin PR anaknya nih.hehe. terus kalau urusan memberikan pendidikan agama tuh biasanya kalau di rumah siapa kak? Den: suamiku sih biasanya kalau malam ngajarin mereka ngaji, terus kalau mau makan atau apa gitu diajari doa-doanya, tapi ini sih mereka juga dapet ilmu dari ikut semacem sekolah TPA gitu dek, jadi pas pulang suamiku kadang ngasih test ke anak-anak misalkan gini hayo tadi diajari doa apa nak? Coba ayah pengen tau. Terus mereka langsung baca doanya di depan ayahnya. Hehe A: wow luar biasa ya kak? Bagus itu kak, anak-anak jaman sekarang gak boleh dibiarkan tanpa pengetahuan agama karena itu penting banget ya kak, terus menurut kakak sebagai seorang muslim bagaimana kakak memahami/manfaat apa yang diyakini sebagai penuntun dalam kehidupan berkeluarga terutama pas lagi LDR gini? Den: kalau soal agama buat aku sangat penting karena itu merupakan tuntunan hidupku, kalau dihubungkan sama kehidupan keluargaku selama LDR gini agama adalah penentram jiwa yah kalau menurutku, jadi misal aku lagi ruwet masalah kerjaan atau sekolah aku curhat sama Tuhan habis itu adem pikiranku, terus aku juga curhat ke suamiku dan dia juga kasih nasehat-nasehat bijak terutama nyuruh aku banyak istighfar solatnya juga ditingkatkan, terus kalau kita lagi ada masalah suamiku selalu ingetin aku untuk pasrah pada Tuhan dan ngeyakinin kalau bakalan ada jalan keluar dari masalah itu. Alhamdulillah pengetahuan agama suamiku bagus banget, jadi suamiku bimbing anak-anak soal agamanya juga bagus. A: Alhamdulillah banget ya kak memiliki pasangan hidup yang bisa ngarahin kita ke jalan yang benar dan bisa support kita terus ketika LDR gini, oia kak kira-kira selama LDR tuh kalau masalah ngatur-ngatur keuangan gitu gimana kak? Den: kalau masalah ngatur keuangan gak ada yang harus aku atau dia ya, karena kita sama-sama punya penghasilan jadi mana aja yang ada yaudah itu yang dipakai, paling kalau soal biaya anak-anak sekolah itu yang urus dia, kalau untuk urusan belanja rumah bisa aku juga bisa dia. A: kalau gitu pernah gak ada masalah dalam urusan atur mengatur keuangan apalagi pas LDR kak? Den: gak ada ya, sama aja pas kayak tinggal serumah, cuman kan aku di sini ngatur keuangan banyakan untuk sekolahku aja, kalau di rumah udah dia semua yang atur, dan gak ada yang perlu diributkan untuk hal keuangan, pokoknya kita terbuka aja, mana yang ada yaudah itu dipakai. LDR gak pernah mempengaruhi
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
213
hal keuangan sih, kalau pulang ongkos mahal itu udah biasa soalnya luar pulau wajar sih kalau ongkosnya segitu. A: menurut kakak apakah penghasilan saat ini sudah dapat mencukupi kebutuhan keluarga? Den: Alhamdulillah yah, Allah ngasih rejeki aku sama suami yang sama-sama kerja dan punya penghasilan, meskipun sekolahku mahal setidaknya aku juga kerja praktek jadi masih ada input keuangan rumah tanggaku, dari awal kita juga udah persiapin saving jadi gak begitu ada masalah soal biaya. A: Alhamdulillah bisa untuk inspirasi kak, penting banget saving untuk masa depan, apalagi kalau udah nikah ya kak, tapi kak pernah gak kepikiran kalau LDR itu banyak borosnya di beli pulsa? Hahaha pengalamanku sih. Den: kalau itu iya, apalagi aku pakai dua handphone, jadi pulsanya juga kudu sering diisi seminggu gitu aku kan harus teleponan juga, gak hanya sama orang rumah sih, bisa jadi sama pasienku atau orang kampus, kalau skype an kana da wifi kos jadi lumayan terbantu. Hehe. LDR beratnya diongkos kalau kata orang. Hihihi A: hahaha iya kak bener tuh, tapi kalau gak hubungi sehari aja rasanya juga aneh kak, sebisa mungkin komunikasi tetap lancar pokoknya karena lagi LDR. Den: kamu LDR juga? A: hahaha iya kak. Den: pantesan kamu ambil masalah LDR. Cocok deh sambil curhat. Hahaha A: ahahaha bisa jadi kak, kan aku ambil manfaat dari pengalaman kakak dan yang lain-lain biar aku bisa lebih bijak lagi, hehe. Oia kak ngomong-ngomong soal LDR gimana cara kakak mewujudkan keluarga yang harmonis ketika LDR? Den: keluarga yang harmonis menurutku adalah keluarga yang bisa menjalankan komitmen sebuah hubungan antara suami dan istri di saat jauh maupun dekat, LDR bukan dijadikan alasan untuk tidak mempertahankan komitmen rumah tangga, LDR juga ngajarin kami untuk bersabar lhoh, gimana kita harus melakukan aktivitas sendiri, dituntut untuk mandiri juga, sebenernya LDR itu kalau menurutku banyak manfaat untuk kehidupan rumah tanggaku sih, terutama untuk sebuah kepercayaan, jadi kami menjadi lebih kuat ke depannya demi kehidupan keluarga yang lebih baik lagi, kalau sekarang aku LDR karena aku sekolah, itu juga demi masa depan aku, suami, anak-anak juga biar lebih baik lagi. A: terus menurut kakak adakah faktor pendukung yang bikin rumah tangga tetep awet meskipun LDR gini? Den: apa ya, komitmen, percaya, terus juga anak-anak yang bikin aku terus semangat itu yang selalu jadi support buat rumah tanggaku selama ini, kalau lagi capek aku inget anak-anak sama suami jadinya kangen terus telepon mereka udah jadi ilang capeknya, mereka yang bikin aku kuat, rumah tanggaku juga baik-baik aja, suami juga selalu jadi laki-laki dewasa yang bijak. Alhamdulillah A: kalau gitu ada gak faktor penghambatnya kak? Den: penghambat mungkin ada cuman kami aku dan suami gak begitu menanggapi yang begitu penting karena menurut kami masalah seperti miskom wajar lah kalau lagi jauh, kadang gemes juga kalau lagi miskom, tapi gak pernah jadi masalah penghambat sih menurutku. Teknologi bisa aja kan something
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
214
trouble gitu kadang-kadang gak ada sinyal atau apalah, ya pokoknya sabar aja kuncinya itu. A: terus nih pertanyaan terakhir kak ya, strategi seperti apa yang kakak dan suami lakukan untuk membangun keluarga yang tangguh? Den: untuk memiliki keluarga yang tangguh kalau menurutku masing-masing pasangan harus memiliki komitmen yang tangguh juga dong, komitmenku sama suami dari awal apa ya itulah yang kami yakini dan jaga sampai akhir, kalau aku sekarang tujuan utama selesaikan kuliahku, terus balik ke kampung, untuk urusan rumah tanggaku baik di saat LDR maupun nanti ketika udah balik aku selalu memiliki keyakinan bahwa insya Allah terus kuat karena kami selalu jaga komitmen terutama kepercayaan. Jadi rumah tangga akan tetap utuh karena adanya komitmen di dalamnya yaitu rasa percaya atau yakin ya bakalan lebih baik kedepannya. A: amin amin amin kak, semoga selalu langgeng sampai akhir ya kak, dan bisa jadi inspirasi bagi pasangan lain yang sedang LDR juga nih. Yaudah makasih banget kak waktu dan kesempatannya, maaf mengganggu acara kakak nih, aku pamit dulu kak, kalau nanti aku tanya-tanya lagi gak apa ya kak? Hehe…makasih ya kak. Den: iya sama-sama gak apa tanya aja aku bersedia kok dek, kalau misal masih ada yang kamu butuhkan. Ati-ati dek kalau pulang. Sampai ketemu lagi. A: iya kak, maksih. Aku pulang ya. 4. Wawancara dilakukan pada hari Rabu, 22 Oktober 2014, pukul 16.14
WIB di tempat kerja. a. Nama : Jay b. Asal Daerah : Surabaya c. Usia : 25 tahun d. Agama : Islam e. Jumlah anak : - f. Pekerjaan informan : Polisi g. Jenis Gadget yang dimiliki: Laptop, Handphone Smartphone h. Status Sosial dan Ekonomi: Menengah Atas i. Nama Suami/Istri : Prih j. Usia Suami/Istri : 27 tahun k. Pekerjaan Suami/Istri : Karyawan Swasta l. Usia Pernikahan : 3 tahun m. Usia LDR : 2tahun Pada sore hari sekitar pukul 16.14 WIB saya menemui informan keempat di tempat kerjanya yang berada di Surabaya. Dan sebelum wawancara dimulai saya terlebih dahulu menghubungi informan melalui via sms yang kemudian mendapatkan persetujuan dari pihak informan untuk diwawancarai secara personal. Berikut ini hasil wawancara saya dengan beliau:
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
215
A: assalamualaikum pak, saya devi yang tadi kemaren malam menghubungi bapak melalui sms? Saya temannya mbak Prih, bersediakah bapak untuk saya wawancarai sebentar hari ini? Jay: waalaikumsalam, oke dek mahasiswa ya, silakan duduk dek. A: terimakasih pak, kita wawancara di sini apakah tidak mengganggu pekerjaan bapak? Jay: gakpapa dek, kebetulan lagi gak ada kegiatan full kok, gakpapa santai aja, silakan dimulai mau ngobrol apa? A: em gini saya mahasiswi s2 sosiologi yang sekarang sedang menyelesaikan tugas akhir, dan bertemakan longdistance pada pasangan suami istri, karena saya sudah tahu status bapak dan mbak prih yang sedang menjalani LDR jadi saya langsung menemui mbak Prih untuk memperkenalkan saya dengan bapak Jay. Jay: oke, iya istriku udah cerito dek, yaudah kalau gitu apa yang bisa tak bantu? A: jadi begini pak, bapak udah ngejalanin pernikahan yang LDR berapa lama? Jay: nikahnya wes 3 tahunan, LDR udah dua tahun. A: tahun berapa nikahnya, terus LDR nya mulai kapan, bisa diceritakan? Jay: nikah tahun 2012, mulai LDR sejak tahun 2013 istriku dipindah ke Jakarta karena kerjaan dia emang cabangnya di sana makanya pisah sementara. A: sebelumnya berarti sama-sama tinggal di Surabaya ya? Terus gimana rasanya LDR ketika pertama kalinya apakah ada masalah? Jay: awalnya kaget banget dek, gak tau jauh-jauhan tapi pas pacaran pernah LDR seh, saiki LDR maneh. Haha, masalah jelas ada, rumah berantakan kayak kapal pecah dek ra ono sing ngurusi, awalnya yo gitu, tapi mari ngunu ya aku bisa atasi semuane sendirian, belajar mandiri istriku juga jauh toh. Awak legrek kadang ngeluh pulang sepi gak ada istriku rasane yaapa gitu, tapi mau gimana lagi demi kerjaan rapopo nek jare arek saiki. A: oalah gitu, terus dengan adanya masalah kayak gitu gimana cara nyelesaikan dengan istri biar gak berantem mungkin? Jay: diomongin bareng pas dianya pulang sing jelas, biar gak slah paham dek, jadi pas dia pulang kalau pas ada masalah langsung dibahas ndang mari ndang uwes dek. Nek bertengkar pas jauh paling diem-dieman seh, bbm atau sms nanyain masih sibuk gak mau telepon gitu. A: berarti kalau LDR an pas tengkar berusaha untuk diem-dieman dulu ya, kenapa memilih untuk diem-dieman dulu pak? Jay: haha yo gapopo seh, nek meneng sek biasane sambil mikir gitu nenangin pikiranku habis adem telepon istri biar tambah adem lagi, wkwkwk. A: emm, istri juga gitu gak pak kalau pas tengkar? Terus cara kayak gitu berhasil gak bikin rumah tangga yang LDR tetep langgeng menurut bapak? Jay: istriku podo wae sih, dia emang pendiem juga sifatnya, lebih kalem dewasa juga gak ngamukan, kalau tengkar paling aku sing banyak nesu-nesu dek. Nek udah telepon aku gak bisa nesu lagi wes adem denger suaranya. Jadi masalahku mbi bojo gak suwi-suwi dek, jare nek nesu lebih dari 3 hari kan duso dek.wkwkwkw. A: hahaha so sweet banget pak, jadi terharu saya, hihihi. Terus siapa sih yang ambil keputusan LDR ini pak? Kan bapak sebagai suami mbak Prih dan juga
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
216
kepala rumah tangga, apakah keputusan ini semua atas persetujuan bapak sepenuhnya atau keputusan berdua? Jay: keputusan LDR kami berdua sih, setelah dipikirne kok sepertinya emang harus berkorban dulu demi masa depan, kami belum punya anak jadi selama belum punya momongan yowes gak popo wes LDR dulu, jadi kita bikin semacam perjanjian nek dia hamil gak boleh kerja jauh dari aku. Dianya setuju oke wes. A: oalah jadi sampean bikin komitmen seperti itu ya, sejauh ini istri sendiri gimana pak? Pernah ngeluh gak LDR kayak sekarang? Jay: ngeluh wajar namanya juga perempuan paling ingin dimengerti nek jare lagu, haha. Ngeluh paling kesel-kesel mas kerjaan lagi banyak gak bisa pulang mas, ngono dek. Terus aku semangatin dia ben ndang mari garapane terus pulang ke sini. A: biasanya ketemuan berapa kali sebulan, setahun apa setiap minggu? Jay: alaah paling gak mesti dek, masio Surabaya Jakarta bisa pesawatan tapi nek kerjaane rung rampung ra iso ketemu bojo dek, terakhir pas lebaran haji wingi aku sing ke Jakarta. A: berarti jarang banget ketemu yah? Terus kalau ketemuan biasanya paling sering kegiatane apa ae pak? Jay: iyo dek jarang bingit, nek ketemu nyapo yo, eh iku mesti nek ketemu dia manja perhatian, minta jalan-jalan bareng makan bareng nonton bareng, mari ngunu wes kesel terus moleh nang kontrakane wes kesel tapi seneng dek e. A: pasangan muda yang sangat berjiwa muda pak? Hahaha. So sweet romantic, hihihi. Terus maaf nih pak mau tahu soal urusan yang paling pribadi kayak soal pemenuhan lahir dan batin misal hubungan intim suami istri gitu biasanya gimana pak kalau LDR? Jay: lhoh kudu dijawab iki dek mahasiswa? Isin lho dek. Piye ya, paling nek aku kangen pingin ketemu tap gak isok ketemu ya nyuwun potone bojo pas dia lagi aktivitas apa dia lagi santai, biasanya pas dia mau bobok ngirimi poto, terus atiku jadi adem nek wes liat potone. Nek ra yo skipian dek, sambi kerjo nek kerjoane santai sih. Skipian neng omah nek ra ngunu, tapi nek kangen pol masalah biologis kudu ketemu deh dek, ra kuat nek iku. Cah lanang kan lebih besar daripada cah wedok, aku ngalahi nang Jakarta wes. A: berarti emang kalao kangen banget kudu ketemu ya pak, apalagi kalo dah nikah ya, LDRan kalo dah nikah itu gimana sih menurut bapak? Dulu pacaran pernah LDR juga gak? Rasanya gimana? Jay: iyalah nek dah nikah iku rasanya beda lah ya, banyak yang harus dilakukan berdua, beda sama pas pacaran pacaran, tapi nek LDR ya sebenere hampir sama rasanya pas nikah sama pas pacaran, cuman kan pas pacaran dulu LDR bukan karena kerjaan tapi karena emang rumahku asal ma dia jauh beda asal, aku sini, dia orang sana. Wajar nek LDR an pas pacaran, nek saiki wes nikah kan dia tinggalnya sama aku harusnya, tapi lagi lagi pisah karena kerjaan. A: terus kalau konflik LDR pas pacaran sama pas udah nikah itu beda juga gak pak? Bisa diceritakan? Jay: bedo dek, jelas lah, wong nikah iku sing dimasalahin akehe masalah duit, meskipun kitanya podo kerjone tapi kan kami juga gak tau kebutuhan mendadak dek kayak kemaren iku keluarga lagi ada musibah ya mau gak mau kan kudu
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
217
mbantu-mbantu juga dek, lhah pas iku pemasukan lagi minim, pengeluaran lagi akeh, sempet debat tapi gak suwe akur neh dek, pacaran biyen mosok tau ono masalah duit, masalahe paling banter perkoro cemburu-cemburu maklum jauh-jauhan. A: kalau sekarang ini pernah juga gak konflik karena cemburu-cemburu karena hubungan jarak jauh kan menuntut adanya rasa saling percaya dan kesetiaan juga pak? Gimana menurut bapak? Jay: ya cemburu-cemburu pora yo wajar dek, tapi istriku nek cemburu keno dititeni sih, pas pacaran biyen soale wes apal aku, Alhamdulillah saiki aku sih sing ngalah ben dia gak cemburu yo sebisa mungkin gak nanggepi nek ono sing hubungi aku biasanya ono wedok wedok iseng telepon pas ono bojoku dek, wah rame nek wes ngono dek, tapi saiki wes gak sih, pokok e selama iku aku gak nanggepi. A: terus gimana cara bapak untuk membangun kepercayaan bersama istri ketika menjalani hubungan jarak jauh? Jay: membangun kepercayaan eeeeee nek aku sama istri sebisa mungkin setia lah ya, kalau udah setia pasti bisa dipercaya dong, diukur dari setia itu aja dek. Selama dia gak macem-macem aku juga enggak, begitu sebaliknya. Menikah itu bukan kayak pas pacaran dulu masih bisa main-main, kalau sekarang yang paling penting ya gimana caranya rumah tangga adem, rejeki juga lancar, insya Allah itu udah cukup. A: terus kalau masalah punya momongan gimana nih pak? Kan bapak sama mbak prih belum dikaruniai momongan ya? Rencana kedepan gimana nih? Apalagi pas LDR gini? Akankah menunda untuk memiliki anak? Jay: iya kita belum dikasih anak sampai sekarang, kalau nunda aku sama istri gak ada rencana nunda-nundaan dek, masio sekarang gak serumah nek pas ketemu berharap istriku hamil dan bisa pindah Surabaya lagi. Jujur ae aku ra tego lah dek bojoku hamil terus dhewean nang kono. Nek isok ya dia hamil iku pindah Surabaya maneh lah ya bene isok tak jagain. A: jadi rencananya gak ada nunda-nundaan ya pak, bisa jadikan faktor pendorong buat bisa pindah ke Surabaya lagi. Hehe…semoga segera dikaruniai momongan ya? Amin Jay: iya dek amin suwun. A: em pertanyaan lagi ya pak, hehe… kalau menurut bapak bagaimana pandangan bapak mengenai pentingnya pengetahuan agama bagi sebuah hubungan suami istri ketika LDR? Sejauh mana agama memberikan manfaat kepada bapak terutama untuk urusan rumah tangga? Jay: agamaku muslim, istri juga muslim, aku dari kecil dididik di keluarga yang agamanya bagus dek, begitu juga istriku dari kecil dia pernah cerita pernah ikut pesantren semacam gitu lah, pengetahuan agamanya juga bagus dia, dan selama ini kalau untuk urusan agama terutama untuk rumah tanggaku udah pasti amat penting dek. Dari situ aku sama istri banyak menemukan jalan apalagi ketika kami sedang ada masalah, dia juga ngingetin aku terus untuk ibadah, biar rejeki lancar, dan Alhamdulillah Tuhan mesti ngasih jalan ndelalah ada ja dek. Rumah tanggaku adem ayem meski kadang ada konflik tapi gak ada lama-lamaan nesu nesuan, istighfar terus gak lama baikan lagi. Terus apa yang gak boleh dilakuin ketika
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
218
udah rumah tangga, apa yang baik sama enggak kita sama-sama saling belajar dari agama kita dek, saling meluruskan saling mengingatkan sesuai sama yang diajarin sama agama kita bagaimana untuk membangun keluarga yang sakinah mawadah warohmah, udah itu kuncinya biar rumah tangga awet. A: berarti agama menurut bapak sangat penting ya apalagi untuk urusan rumah tangga supaya tetap langgeng? Jay: yo dek, penting banget nek menurutku gae pedoman lah istilahnya. A: lalu menurut bapak gimana mewujudkan sebuah keluarga yang kokoh apalagi ketika LDR? Jay: sing pasti yo dek, mewujudkan keluarga kokoh itu gak gampang dek, sekarang aku kan belum ada anak, gak tau nanti pas ada anak pasti tanggung jawabku sebagai bapak kan luweh besar dek, nah aku saiki udah siap-siap piye carane bisa ngidupin anak istriku nanti dan membuat mereka iku aman damai bahagia nek istilahe, nek masalah rumah tangga kokoh iku tergantung individune dek, kalau aku sama istri sekarang ini LDR yowes dijalani LDR iku, saling percaya iku nomer siji dek nek wong LDR, nek wes saling percaya kan hati adem, pikiran tenang, kerja juga semangat dek, dadi hubungan suami istri yo ayem tentrem. Iku nek menurutku. A: trus, faktor pendukung apa aja sih yang menurut bapak untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga pas LDR gini? Kira-kira kalau ada pendukung wes mesti ada penghambat juga nggeh pak? Hehe…monggo diceritakan Jay: hmm opo yo dek, pendukungnya ya iku rasa percaya iku mau dek, nek penghambat gak ono dek, eh paling slah pahm salah paham aja sih menurutku penghambatnya misale pas lagi telepon kadang salah maksud jadi tengkar tapi gak suwi dek akur lagi. Udah ngono aja dek. A: baiklah kalau gitu pak Jay itu tadi pertanyaan penutup, oia ada yang mau disampaikan mungkin untuk inspirasi buat para LDR agar hubungannya tetep langgeng kira-kira apa ya pak? Jay: hehe kayak Mario teguh aku ngko dek. Emm opo ya, mungkin simple ae ya dek, percayalah pada pasanganmu maka pasanganmu juga akan percaya padamu dan saling njaga kepercayaan iku apalagi untuk sing LDR. A: semoga mbak Prih sama panjenengan awet langgeng dan segera memiliki momongan ya pak? Saya pamit dulu, terimakasih sudah dibantuin, makasih sudah mau ditanyain dikorek tentang kehidupan rumah tangganya juga. Semoga bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi pasangan lain yang LDR ya pak. Saya permisi dulu. Assalamualaikum. Jay: iya dek amin matur nuwun dek…hatihati di jalan ya… 5. Wawancara dilakukan pada hari Kamis, 23 Oktober 2014, pukul 19.15
WIB a. Nama : Iman b. Asal Daerah : Probolinggo c. Usia : 27 tahun d. Agama : Islam e. Jumlah anak : 1 orang f. Pekerjaan informan : Karyawan Swasta
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
219
g. Jenis Gadget yang dimiliki: Laptop, Handphone Smartphone h. Status Sosial dan Ekonomi: Menengah Atas i. Nama Suami/Istri : Rez j. Usia Suami/Istri : 29 tahun k. Pekerjaan Suami/Istri : Karyawan Swasta l. Usia Pernikahan : 7 tahun m. Usia LDR : 1 tahun 6 bulan Pada malam pukul 19.15 WIB saya menemui informan kelima di tempat tinggalnya yang berada dekat dengan tempat tinggal peneliti. Dan sebelum wawancara dimulai saya terlebih dahulu menghubungi informan melalui via sms yang kemudian mendapatkan persetujuan dari pihak informan untuk diwawancarai secara personal. Berikut ini hasil wawancara saya dengan beliau: A: assalamualaikum mbak? Hai hai? Saya ganggu gak mbak? Iman: waalaikumsalam, halo dek, masuk masuk dek, enggak kok lagi habis isyak an barusan. Ayo masuk ajah. A: halo mbak aku devi, ini dengan mbak iman ya? Gini mbak aku lagi nyelesaiin tesis tentang pasangan suami istri yang sedang LDR an, boleh kan aku tanya-tanya bentar mbak? Iman: oalah soal itu, yaya mau tanya apa dek? A: mbak udah berapa lama nikah? Dan bisa diceritain gak kenapa bisa LDR? Udah berapa lama LDR an? Cerita ya mbak? Iman: nikah udah em 4 tahun dan LDR udah kira-kira setahunan lebih enam bulanan. A: kenapa bisa LDR mbak? Iman: suamiku ditugasin di luar Pulau, aku kerja di sini gak bisa pindah ikut suamiku, jadi sementara ini kita LDR an dek. A: oalah karena pekerjaan ya mbak? Terus gimana ceritanya bisa mengambil keputusan untuk LDR mbak? Siapa yang paling banyak mengambil keputusan ini? Iman: awalnya kan dia kerjanya samasama di Surabaya terus kantornya ada buka cabang baru di luar jawa dia kebagian dipindahin di sana soale belum ada yang pegang bagian itu di sana, ya mau gak mau akhirnya pindah ke sana dek. Udah pasti kalau soal ambil keputusan sih dia dek, cuman sekali lagi atas pengertianku juga lah, dia berusaha ngadem-ngademin pikiranku, ngasih tau tar kemungkinan baiknya apa kemungkinan buruknya juga apa, jadi sebelum pindah dia banyak ngasih tau gimana nanti ke depan sebelum dan sesudah LDR tuh gimana. A: terus gimana dengan mbak sendiri setelah diberi pengertian seperti itu sama suami? Iman: ya aku sih ini dek, awalnya terharu juga sedih juga ya, hampir putus asa karena aku orangnya emang gak bisa jauh dari pasanganku dek, makanya nyesek pas pisah gini, tapi dia selalu ngeyakinin aku kalau LDR ini gak bakalan lama kok. A: wah so sweet banget nih mbak sama suami, terus mbak apakah di awal LDR pernah terjadi konflik atau permasalahan apa sih mbak yang muncul di awal LDR?
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
220
Iman: awal awal aku kaget banget dek dengan kondisi di rumah gak ada suami, kayak misal pas musim hujan kayak sekarang kebetulan rumah belakang atapnya bocor, yaampun itu nyusahin banget dek akhirnya aku panggilin orang aja lah buat benerin, tapi atas perintah suamiku sih dek. Kalau gak gitu aku mana berani dek. Terus misal pas anak juga lagi sakit, dan butuh dirawat inap di rumah sakit aku bingung dia gak ad yang jagain, aku kan kerja, akhirnya ibuku tak repotin tak suruh ke Surabaya dek, maklum aku anak tunggal dek gak ada saudara lain paling ada tante sama mama aja dek kalau pulang. Suamiku gak bisa pulang anak nanyain mulu dek, waduh wes kalau kayak gitu nyesek dek. A: terus gimana mbak nyelesein masalah itu pas suami gak ada di rumah? Iman: ortuku kan masih lengkap dek, ada tanteku juga jadi kalau dah kayak gitu salah satu dari mereka tak repotin dek tak suruh ke Surabaya nemenin aku. Hehe. Untungnya sih mereka semua jarang sibuk palingan papaku yang kerja luar kota, mama sama tante seringan yang bisa ke sini, suamiku terbantu dari situ. Dia tau aku juga sakit-sakitan makanya gak tega kalau sendirian. A: kalau mertua atau ortu dari pihak suami gimana mbak? Dengan kondisi mbak yang LDR sama suami gini apa komentarnya? Iman: mertuaku gak begitu ni ya ngurusin semenjak kita nikah, soale juga masih ngurusi adeknya suamiku kebetulan masih kuliah jadi perhatiannya lebih banyak tercurah ke adeknya, tapi aku sih gak apa-apa gak masalahain itu, kalau komentar soal aku LDR sama suami gak ada cuman ngasih nasehat aja jangan ada curiga-curiga, saling percaya aja biar kerja juga barokah. Gitu sih. A: berarti saling dukung ya mbak, bisa buat penyemangat mbak sama suami nih. Hehe. Terus nih interaksi sama suami selama LDR gini intensif gak mbak? Berapa kali biasanya komunikasinya? Iman: sama suami komunikasi lancar aja sih, setiap hari hubungi terus, sms, telepon, bbm an, skipe an juga, pokoknya komunikasi harus tiap hari, kalau pas dia sibuk paling ya cuman bbm atau sms aja sih, kalau malam skipe an gitu biasanya buat ademin pikiran apalagi mau tidur. Kalau dulu pas serumah sih sama aja kita juga komunikasinya lancar-lancar aja kok, cuman gak ada skipe skipe an kayak gini pastinya. Tapi aku tuh orange emang gak bisa jauh dari handphone dek, makanya sehari gitu gak bisa ya kalau gak ngabarin suamiku. Apalagi pas jauh gini. A: kalau sama anak gimana mbak? Biasanya anak suka nanyai ayahnya pastinya kan? Terus gimana komunikasi antara anak sama suami pas LDR? Lancar gak mbak? Iman: kalau sama anak sih gak begitu sering interaksi ya, cuman pas aku lagi skipe an paling anak nimbrung terus ngobrol tatap muka di internet sama ayahnya gitu, atau pas aku lagi sibuk terus handphonenya bunyi telepon dari suamiku diangkat sama anakku bilang bundanya lagi sibuk yah, terus ayahnya jadinya ngobrol sama anaknya. Hahaha. A: terus kalau pas ngobrol sama suami biasanya mbak tuh banyak membahas soal apa ketika kondisi mbak yang lagi LDR an kayak sekarang? Iman: emmm, biasanya ini sih ngomongin masalah kerjaan, ngomongin masalah harga kebutuhan yang lagi naik, terus cerita-cerita masalah dia di sana, masalah
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
221
anak juga di sekolahnya gimana lancar apa gak, dia dapet peringkat kelas gak, gitu gitu sih dek. A: kalau sama anak biasanya ngobrolin apa mbak? Iman: pas lagi skipe an ayahnya suka iseng gangguin anakku gitu paling digodain gini, dek ayah kangen dek, adek kangen ayah gak? Tar kalau ayah pulang adek mo dibelikan apa? Terus adek tadi di sekolah nakal gak? Hahaha. Terus anakku paling responnya cuman datar aja dianya, minta liburan yah, minta beliin gadget aja yah. Gitu aja sih biasanya tiap hari yang diobrolin, cuman kadang tiba-tiba anakku nanyain ayahnya katanya kok lama gak pulang bunda, aku kan mau liburan. Hahaha sedih juga dengernya. A: terus gimana caranya njelasin ke sang buah hati kalau udah gitu mbak? Iman: ya kalau udah gitu palingan ya tak bilang aja ayahnya masih sibuk, tar kalau ayah pulang pasti ngabarin sabar ya sayang, atau kalau gak gitu akhirnya pergi liburannya sama aku sama neneknya juga. A: terus anak ngertiin gak mbak? Iman: dia cuman angguk kepala aja sih, tapi dia itu yang pentng pergi liburan, soalnya dia kan di sekolahnya kadang ada tugas semacam bikin cerita pengalaman liburan yang harus diceritakan di depan kelas, jadi yaudah yang penting keturutan liburan meskipun dia pengen ada ayahnya, kan kalau ada ayahnya dia bisa diajakin liburan yang agak jauh, dia seneng tuh kalau udah gitu. A: oalah gitu mbak ya, si kecil suka diajak jalan-jalan ya? Hehe. Oia misal lagi liburan bareng kumpul sama suami gitu biasanya liburan kemana mbak? Iman: biasanya kita kalau ada suami yah ke taman safari, ke tempat yang bener-bener gak hanya hiburan tok tapi juga ngasih ilmu ke anak tentunya. A: menurut mbak, seberapa pentingnya liburan untuk keluarga apalagi ketika suami bisa pulang? Iman: ini sih ya kalau soal liburan bukan penting apa gak, tapi udah jadi kegiatan rutinitas weekend kita, kalau sama suami mah dulu pas belum ada anak sering juga kita liburan akhir pekan gitu juga, kalau udah ada anak gini juga lebih sering, kalau pas suami pulang lama aja kita liburan karna kadang dia pulangnya mepet jadi gak bisa pergi ke luar kota lama besoknya udah harus balik luar pulau. A: biasanya kalau pas pulang mbak sama suami itu ngapain aja sih biasanya? Kegiatan yang paling sering dilakukan gitu. Iman: kegiatan…kalau kegiatan apa ya, kayak hari-hari biasa sih, ya masak bareng, kalau beres-beres rumah udah pasti aku, kasian kalau dia capek gak mungkin tak suruh ngapa-ngapain dek. Kalau udah gak capek ya dianya ngajak keluar makan bareng sama anak juga, pergi ke rumah mertua, ke rumah mamaku juga. Uda gitu aja sih. A: gimana urusan maaf nih mbak masalah kebutuhan biologis dengan pasangan ketika lagi LDR an gini? Iman: urusan itu ya tersampaikan pas ketemuan gitu, pas dia pulang aja, aku juga gak mungkin kan ke luar jawa anak sapa yang jagain kalau aku ke sana apalagi untuk urusan gairah, jadi nunggu suami pulang aja lah ya. Kangen iya, pengen sayang-sayanga iya, tapi selama itu masih bisa dimanajemenkan dengan suami gak bakalan jadi masalah. Suamiku juga biasanya video call gitu dia udah seneng, tapi kadang juga dia sensi kalau pas lagi kangen gak bisa tersampaikan hasratnya.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
222
A: terus kalau udah gitu gimana caranya nyelsaiin masalah itu mbak? Pernah gak tengkar karena masalah itu? Iman: untuk urusan ini kita gak ada berantem-berantem kok, gak pernah. Dia dewasa kalau soal ini, ngertilah ya lagi jauh-jauhan, kalau udah kangen butuh tersampaikan itunya tapi gak bisa pulang yaudah dia alihkan buat kegiatan yang lain dia cerita kalau pas itu dia langsung olahraga apa gitu biar cepet capek akhirnya gak pengen lagi. Haha. Kasian juga tapi mau gimana lagi. A: adakah keinginan untuk memiliki momongan lagi jika melihat kondisi mbak yang sedang LDR? Iman: pengen sih, tapi enggak untuk saat ini repotnya minta ampun, suami sebenernya rencana gimana sayang kalau punya anak lagi? Pas sebelum pindah luar jawa sih. Setelah pindah kita udah setuju untuk nunda dulu lah ya, kata dia kasian kalau aku tar hamil dia gak ada di rumah, ngurusin ini itu sendirian juga gak mungkin aku tipe-tipe manja. A: berarti nunda dulu ya mbak? Emmm terus ini mbak, gimana cara mbak memberikan pendidikan ke anak? apalagi ketika suami gak ada di rumah? Iman: kalau untuk urusan sekolahnya anak dia dapetin ilmu udah jelas banyak dari sekolah formalnya. Kalau pas di rumah aku ngajarin bikin PR gitu sore dia ikut sekolah baca alqur’an apa itu TPQ ya, jadi kalau untuk urusan pendidikan tak serahin aja sama sekolahnya pasti diajarin banyak kan apalgi sekarang sekolah-sekolah udah banyak yang bagus-bagus kualitasnya. A: untuk urusan memilih sekolah anak siapa yang milihin mbak? Suami apa mbak nih? Iman: sekolah anak yang milih aku, tapi tak tanya sama si anak juga kira-kira dia mau apa gak gitu, kalau anak suka yaudah tinggal masuk daftarin dia di sekolah itu. Suami ngikut aja wes. A: menurut mbak nih, seberapa besar sih arti pendidikan bagi anak? Iman: jelas penting banget untuk urusan pendidikan anak, aku maunya yang terbaik lah ya, sebisa mungkin anak dapet pendidikan yang bagus biar dia masa depan juga bagus. A: kalau untuk memberikan pendidikan agama ke anak gimana mbak? Iman: untuk urusan pendidikan agama sedikit-sedikit aku juga yang biasanya ngajarin dia doa-doa harian, baca alqur’an juga sih, di sekolahnya TPQ juga dia dapet ilmu kok, dapet pelajaran agama yang bagus kok Alhamdulillah terbantu juga dari situ. A: terus kalau suami gimana mbak selama jauh gini untuk urusan pendidikan anak? Iman: untuk itu suamiku juga ngontrol sih, ngontrol dalam hal gimana perkembangan sekolahnya, ada masalah gak gitu. A: gimana dengan urusan keuangan rumah tangga mbak? Mbak sama suami kan sama-sama bekerja ya? Kalau LDR gini gimana ngatur keuangan rumah tangga? Iman: iya sih aku kerja dia juga kerja dan kalau soal ngatur keuangan dia serahin semuanya sama aku, gak ada yang harus gimana-gimana soalnya sebelum LDR an juga yang ngatur keuangan aku semua. Sekarangpun juga gitu. A: pernah gak ada masalah dalam hal ngatur keuangan pas lagi LDR?
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
223
Iman: apa ya, gak ada sih, cuman kalau pas LDR gini aku kadang bingung juga mau mbagi antara yang ini yang itu, tapi bisa sih via telepon untuk diskusiin masalah keuangan, untungnya gak hidup di jaman batu yah. Haha masih ada teknologi pas jauhan gini. Wkwkwkwk A: haha iya mbak gak bisa bayangin deh kalau gak ada teknologi yah apalagi hubungan jarak jauh gitu. Haduh…oia mbak menurut mbak untuk urusan pemenuhan kebutuhan keluarga sejauh ini penghasilan mbak sama suami apakah sudah bisa mencukupi? Iman: kebutuhan rumah tangga udah nyukup ya, tapi namanya juga manusia gak ada puas-puasnya sama sekali jadi kan juga gak tau kapan kebutuhan itu datang kapan kebutuhan itu harus dipenuhi juga, tapi sejauh ini masih tercukupi sih kebutuhannya. A: menurut mbak gimana sih mewujudkan keluarga yang kokoh? Iman: keluarga yang tangguh itu menurutku terwujud jika kedua pasangan saling memperjuangkan dan ada yang diperjuangkan juga, tanpa kerjasama dari keduanya gak mungkin terwujud yang namanya rumah tangga yang kuat. Gak bisa dong kita nuntut pasangan kita aja yang harus berjuang sendiri mati-matian, kudu ada berjuang sama-sama juga. A: terus kira-kira faktor apa yang mendukung untuk dapat mempertahankan keutuhan rumah tangga ketika LDR? Iman: pertahanan keutuhan rumah tangga kami pas LDR adalah salah satunya karena anak, tujuan kami sekarang LDR adalah demi masa depan yang lebih baik, memperbaiki keuangan keluarga juga istilahnya, demi masa depan anak yang lebih baik lagi, jadi meskipun LDR sekarang kami masih bisa bertahan. A: untuk rencana ke depan gimana mbak? Apakah terus LDR apa gimana mbak? Iman: gak lah ya, jangan LDR terus, ya mungkin sampai 5 tahun ke depan bisa pindah kayaknya dia, suamiku gak betah juga di sana serba mahal, jadi tar prospek ke depan itu adalah kami gak LDR an lagi. A: jadi gak LDR an terus ya mbak? Hehe. Semoga bisa pindah ya mbak. Amin. Oia mbak kira-kira apa sih hal yang bisa aja membuat keutuhan rumah tangga itu jadi lemah? Iman: semua hal bisa aja ya menjadi penyebab keutuhan rumah tangga terancam, mulai hal kecilpun bisa lhoh, cuman lagi lagi gimana caranya masing-masing pasangan itu menyelesaikannya. Kalau aku sama suami insya Allah masih kompak terus, komunikasi sebisa mungkin lancar terus ketika jauh jadi masalah kecil maupun besar masih bisa diatasi bersama. A: kira-kira strategi apa yang dilakukan untuk membangun keutuhan rumah tangga mbak? Iman: kalau strategi apa ya, ya itu tadi kerja sama, susah seneng pokoknya dirasain bareng dilakuin bareng bareng selama itu masih bisa dilakukan bareng berjuang bareng insya Allah rumah tangga masih bisa kuat dan harmonis terus pastinya. A: berarti kebersamaan ya mbak kuncinya? Iman: iya kebersamaan di saat dekat maupun jauh dek. A: oke mbak terimakasih atas waktunya, dan semoga dapat menjadi inspirasi bagi pasangan-pasangan lain yang sedang berjuang ketika LDR ya? Saya pamitan dulu,
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari
224
nanti misal ada yang masih pengen saya tanyakan mbak bersediakah untuk memberikan waktunya untuk saya? Iman: oke dek, sama-sama makasih juga ya udah datang. Siap dek, semoga aku bisa bantu yah? Ati-ati dek pulangnya. A: assalamualaikum mbak Iman: waalaikumsalam
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tesis kehidupan keluarga longdistance .... Devi Anjas Primasari