Teodas Biofar
-
Upload
gabriella-rosalina -
Category
Documents
-
view
24 -
download
8
description
Transcript of Teodas Biofar
Disolusi suatu tablet adalah jumlah atau persen zat aktif dari suatu sediaan padat yang
larut pada suatu waktu tertentu dalam kondisi baku misal pada suhu, kecepatan
pengadukan dan komposisi media tertentu. Dari uji disolusi ini dapat dilihat kualitas
dan bioavailabilitas suatu obat, karena bioavailabilitas merupakan kecepatan dan
jumlah obat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik (Banakar, 1992). Uji disolusi yang
merupakan suatu metode fisika-kimia, digunakan dalam pengembangan produk dan
pengendalian mutu sediaan obat berdasarkan pengukuran parameter kecepatan
pelepasan dan melarut zat berkhasiat dari sediaannya (Lachman, et al., 1994).
Absorpsi sistemik suatu obat dari tempat ekstravaskular dipengaruhi oleh sifat – sifat
anatomik dan fisiologik tempat absorpsi serta sifat – sifat fisikokimia produk obat.
Umumnya, produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui suatu rangkaian proses,
meliputi disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat, disolusi obat dalam
media aqueous, dan absorpsi melewati membran sel menuju sirkulasi sistemik. Dalam
ketiga proses tersebut di atas, kecepatan obat mencapai sirkulasi ditentukan oleh
tahapan yang paling lambat dalam rangkaian yang disebut tahap penentu kecepatan
(Shargel dan Yu, 2005).
Uji disolusi merupakan suatu metode fisika yang penting sebagai parameter dalam
pengembangan mutu sediaan obat yang didasarkan pada pengukuran kecepatan
pelepasan dan pelarutan zat aktif dari sediaanya. Uji disolusi digunakan untuk uji
bioavailabilitas secara in vitro, karena hasil uji disolusi berhubungan dengan
ketersediaan hayati obat dalam tubuh (Banakar,1992). Uji disolusi bertujuan untuk
memprediksi korelasi bioavailabilitas in vivo dari produk obat. Uji disolusi penting
sebagai (1) petunjuk untuk pengembangan formulasi dan produk obat, (2) kontrol
kualitas selama proses produksi (3) memastikan kualitas bioekivalen in vitro antar
batch dan (4) regulasi pemasaran produk obat (Allen dkk., 2005).
Uji disolusi terbanding adalah uji disolusi komparatif yang dilakukan untuk
menunjukkan similaritas profil disolusi antara obat uji dengan obat
inovator/komparator. Uji disolusi terbanding dapat digunakan untuk memastikan
kualitas dan sifat- sifat produk obat dengan perubahan minor dalam formulasi atau
pembuatan setelah izin pemasaran. BPOM memberikan ketentuan untuk uji disolusi
terbanding yaitu dengan melihat nilai f2 (faktor kemiripan) antara produk uji dengan
produk pembanding (BPOM, 2011).
Kemiripan antar obat dihitung secara statistik dengan faktor similaritas berikut :
Rt = persentase kumulatif obat yang larut pada setiap waktu sampling dari produk
pembanding (R = reference)
Tt = persentase kumulatif obat yang larut pada setiap waktu sampling dari produk uji
(T = test)
- Nilai f2 50 atau lebih besar (50-100) menunjukkan kesamaan atau ekivalensi ke 2
kurva, yang berarti kemiripan profil disolusi ke 2 produk’
- Jika produk “ Copy” dan produk pembanding memiliki disolusi yang sangat cepat
(> 85 % melarut dalam waktu < 15 menit dalam ke-3 media dengan metode uji yang
dianjurkan), perbandingan profil disolusi tidak diperlukan (BPOM, 2005).
Sedangkan perbedaan antar profil obat dilakukan dengan faktor perbedaan (difference
factor) berikut :
Dimana : f1 ; faktor perbedaan
f2 : faktor similaritas
n : jumlah titik waktu yang diambil
R(t) : mean persentase obat yang terlarut (obat referensi)
T(t) : mean persentase obat yang terlarut (obat uji)
(Indira, 2010)
Kondisi pengujian dilakukan untuk masing-masing obat baik inovator maupun
uji sebanyak 12 buah tablet. Profil dapat dinyatakan BE bila faktor perbedaan
mendekati nilai 0 dan faktor similaritas mendekati 100. Pada umumnya dapat pula
dinyatakan BE bila faktor perbedaan memiliki nilai rentang 0 – 15 dan faktor
similaritas memiliki rentang 50 – 100. Prosedur tersebut dapat dilakukan bila kondisi
hasil pengujian disolusi kedua produk memberikan jumlah terlarut tidak > 85% dalam
waktu 15 menit, karena dengan profil tadi tidak diperlukan uji BE lagi (BPOM,
2005).
Asam mefenamat termasuk salah satu golongan non-steroidal anti-
inflammatory drugs (NSAID). Asam mefenamat merupakan derivat asam antranilat
(fenamate). Obat ini memiliki aktivitas analgesik dan antipiretik, serta memilki efek
antiinflamasi yang kecil. Asam mefenamat memiliki kelarutan yang kecil dalam air
(0,0041 g/100 ml) dengan suhu 25EC dan 0,008 g/100 ml dengan suhu 37 EC pada pH
7,1). Asam mefenamat memiliki laju disolusi yang rendah. Sebanyak 75% asam
mefenamat terdisolusi dalam media disolusi HCL 0,1 N dalam waktu 180 menit. Laju
disolusi obat ini dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan kelarutan solut dimana
kelarutan tersebut dapat ditingkatkan dengan pembentukan kompleks (Setyawan dan
Dewi, 2009) .
Daftar Pustaka
Allen, L. V. Jr., Popovich, N. G., and Ansel, H.C. 2005. Ansel’s Pharmaceutical
Dosage Form and Drug Delivery System, Eight Edition. Philadelphia :
Lippincot Williams and Wilkins
Banakar, U.V. 1992. Pharmaceutical Dissolution Testing. New York : Marcel
Dekker, Inc.
BPOM RI. 2011. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.03.1.23.12.11.10217 Tahun 2011 Tentang Obat Wajib
Uji Ekivalensi. Jakarta : Kepala BPOM
BPOM RI. 2005. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor : Hk .00.05.3.1818 Tentang Pedoman Uji Bioekivalensi.
Jakarta : Kepala BPOM
Indira, TK. 2010. Comparison of Dissolution Profile Using F1 and F2 Factors.
Available online at http://www.pharmainfo.net/Dissolution/comparison-
dissolution-profiles-using-f1-and-f2-factors
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Indrustri.
Edisi Ketiga. Vol III. Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta: UI Press
Setyawan, Dwi dan Dewi Isadiartuti. 2009. Karakterisasi Kompleks Inklusi Asam
Mefenamat β-Siklodekstrin yang Dibuat dengan Metode Freeze Drying.
Jurnal Kefarmasian Vol 1, halaman 1-9
Shargel, L. dan Yu. 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Edisi.
Kedua. Surabaya: Airlangga University Press