Teodas 4.Pemurnian Protein Dengan Kfg
Click here to load reader
-
Upload
ditta-ria-arini -
Category
Documents
-
view
166 -
download
2
description
Transcript of Teodas 4.Pemurnian Protein Dengan Kfg
Larutan buffer adalah larutan yang terdiri dari garam dengan asam lemahnya atau
garam dengan basa lemahnya. Komposisi ini menyebabkan larutan memiliki kemampuan
untuk mempertahankan pH jika kedalam larutan ditambahkan sedikit asam atau basa. Hal ini
disebabkan larutan penyangga memiliki pasangan asam basa konyugasi. (Zulfikar, 2010)
Komponen-komponen ini bereaksi dengan ion hidrogen atau hidroksida apa saja yang
memasuki larutan, sehingga larutan yang berpenyangga dapat menahan perubahan PH ketika
ion hidroksida ditambahkan (Underwood, 2001).
Keefektifan suatu penyangga dalam menahan perubahan pH persatuan asam atau basa
kuat yang ditambahkan, mencapai nilai maksimumnya ketika rasio asam penyangga terhadap
garam adalah satu. Dalam titrasi asam lemah, titik maksimum keefektifan ini dicapai bila
asam tersebut ternetralkan separuh (underwood, 2001).
Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah
senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-
monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida
(Wirahadikusumah, 1989).
Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan
virus. Protein terlibat dalam sistem kekebalan (imun) sebagai antibodi, sistem kendali dalam
bentuk hormon, sebagai komponen penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam transportasi
hara (Soendoro, 1985).
Menurut struktur tiga dimensi protein dibagi menjadi tiga tingkatan organisasi
struktur protei, yaitu : Struktur primer, struktur sekunder, struktur tersier dan struktur
kuartener. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur protein adalah :
a. Suhu. Pada protein suhu sangatlah dijaga, hal ini di kerenakan kenaikan suhu
menyebabkan terjadinya proses denaturasi. Denaturasi adalah rusaknya struktur
protein dikarenakan yang menyebabkan protein kehilangan satu hingga sebagian
fungsi biologiknya.
b. pH. Pada umumnya struktur ion protein tergantung pada pH lingkungannya.
Struktur protein terdiri dari beberapa asam amino, dimana asam amino ini dapat
bertindak sebagai ion positif, ion negatif atau berdwikutub (zwitterion).
c. Radiasi. Radiasi merupakan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi struktur
dari suatu protein.
d. Pelarut Organik Protein terdiri atas asam amino yang memiliki struktur yang
berbeda. Jadi pelarut organik sangatlah berpengaruh terhadap striktur protein.
Selain itu karena ikatan-ikatan yang terbentuk pada protein inilah yang
mempengaruhi perubahan struktur protein bila dilarutkan dalam pelarut organik
(Poedjiadi, 1994).
Kromatografi filtrasi gel merupakan metode pemisahan yang tergantung pada pertukaran
molekul terlarut di antara pelarut fase gerak dalam pori-pori bahan pengisi kolom yang
menentukan rentang ukuran molekul pada pemisahan yang terjadi. Pada kromatografi jenis
ini fasa diam berupa gel yang terbuat dari dekstran, suatu bahan hasil ikatan silang molekul-
molekul polisakarida. Bahan ini bila dimasukkan dalam air akan menggembung dengan
membentuk saringan berpori dengan ukuran poripori tertentu. Pori-pori akan menehan
molekul komponen-komponen berdasarkan ukurannya (berat molekul). Molekul dengan berat
molekul dari 100 sampai berapa juta dapat dipisahkan dengan teknik ini (Panil, 2008).
Pengecualian untuk kromatografi filtrasi gel ialah memisahkan protein yang lebih besar
dari yang kecil, karena molekul yang lebih besar perjalanan lebih cepat melalui polimer
cross-linked dalam kolom kromatografi. Protein besar tidak masuk ke pori-pori polimer
sedangkan protein yang lebih kecil, dan lebih lama untuk melakukan perjalanan melalui
kolom kromatografi, melalui rute kurang langsung. Eluat dikumpulkan dalam serangkaian
tabung memisahkan protein berdasarkan waktu elusi. Filtrasi gel adalah alat yang berguna
untuk berkonsentrasi sampel protein, karena protein target adalah mengumpulkan dalam
volume elusi lebih kecil dari pada awalnya ditambahkan ke kolom. Teknik filtrasi yang sama
dapat digunakan selama protein skala produksi besar karena efektivitas biaya (Panil, 2008).
Fraksinasi merupakan cara pemisahan bagian-bagian sel dengan menggunakan
sentrifus, setiap bagian atau organel sel dapat mengendap secara bertahap berdasarkan
beratnya. Unsur radioaktif dapat digunakan sebagai penanda pada berbagai kegiatan molekul
yang akan diteliti dalam sel. Dengan mempelajari sel, kita dapat memahami struktur dan
fungsi bagian-bagian sel sebagai unit terkecil dari makhluk hidup (Kimball, 1989).
Fraksinasi merupakan proses pemisahan suatu larutan menjadi fraksi atau bagian-
bagian tertentu. Pembagian atau pemisahan ini didasarkan pada bobot, massa jenis dari tiap
fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada paling dasar biasa disebut Pelet sedangkan fraksi
yang lebih ringan akan berada dibagian diatas yang biasa disebut Supernatan. Salah satu
contoh fraksinasi ialah fraksinasi subseluler. Fraksinasi subseluler ialah pemecahan sel
melalui homogenasi dan pemisahan organel-organel dari yang satu degan lainnya
menggunakan alat setrifs. Fraksinasi biasanya dilakukan pada suhu rendah, biasanya 4°C
untuk meminimalisasi degradasi enzim-enzim yang ada terhadap komponen sel serta
mempertahankan struktur dan fungsi dari organel (Girsang, et al., 2003).
Terdapat dua macam prinsip sentrifugasi yang didasarkan atas: massa, ukuran atau
panjang partikel dan densitas partikel. Sentrifugasi zona merupakan contoh sentrifugasi
didasarkan atas massa dan ukuran partikel. Dalam sentrifugasi ini, partikel berbeda ukuran
akan terpisah pada lapisan-lapisan (zona) yang berbeda. Jenis kedua adalah sentrifugasi
berdasarkan pada keadaan yang setimbang, sentrifugasi keseimbangan gradien-densitas.
Sentrifugasi jenis ini bekerja berdasarkan prinsip partikel dan cairan yang berada pada level
keseimbangan densitas (disebut keadaan isopiknik). Teknik sentrifugasi keseimbangan
gradien-densitas dapat memisahkan molekul-molekul dengan perbedaan densitas sampai 0,02
g/ml. Misal : DNA dan RNA yang perbedaan densitasnya dalam larutan cesium klorida
(CsCl) berturut-turut adalah 1,3; 1,6-1,7 dan 1,75-1,8 gr/ml. Proses ini bertujuan memecah sel
tanpa merusak organelnya, dengan langkah awal merusak membran plasma dan dinding sel
jika sel tersebut memilikinya (Artika dan Safithri, 2010).
Pemurnian dan pemisahan merupakan proses pemisahan dua zat atau lebih yang
saling bercampur serta untuk mendapatkan zat murni dari suatu campuran. Campuran
merupakan contoh materi yang tidak murni, yaitu bukan sebuah unsure atau sebuah senyawa.
Susunan suatu campuran tidak sama dengan sebuah zat, dapat bervariasi dapat berupa
homogeny dan heterogen (Petrucci, 1996).
Criteria pemurnian suatu zat ditentukan oleh beberapa sifat fisiknya antara lain yaitu
titik didih, tekanan uap, kerapatan dan sebagainya. Sifat fisik adalah karakteristik zat yang
diamati dan di ukur tanpa mengubah komposisi kimianya. Di laboratorium kimia, sifat fisik
sangat penting karena dapat digunakan sebagai criteria kemurnian suatu zat. Proses
pemisahan suatu zat dari campuran adalah pemisahan berdasarkan sifat fisik dari zat-zat
tersebut. Jadi sangat tergantung dari macam-macam zat tercampur. Keragaman serta
kompleksnya suatu campuran dapat terjadi dari berbagai jumlah komponen dalam campuran
dengan perbandingan massa yang berbeda. Prinsip yang membedakan antara satu campuran
dengan campuran lainnya adalah pada ukuran partikelnya. Campuran dibagi menjadi tiga
bentuk yaitu suspense, koloid dan larutan (Underwood, 1988).
Pada dasarnya tahap pemurnian atau purifikasi protein terdiri dari dua tahap yaitu
tahap pertama yang bertujuan untuk mendapatkan larutan protein dan tahap kedua yang
bertujuan untuk memisahkan protein berdasarkan ukuran molekul protein. Prosedur
pemurnian protein dapat dilakukan karena adanya variasi: kelarutan, ukuran, muatan, binding
specificity (affinity), sifat hidrofobik/hidrofilik (Levine, 1990).
Pemurnian Enzim, tujuan utama pemurnian enzim adalah mengisolasi enzim dengan
kemurnian
maksimal pada tingkat rendemen yang maksimal dengan biaya yang efektif. Secara umum
pemurnian enzim dapat dibagi menjadi ekstraksi, pemekatan dan fraksinasi. Tahap akhir dari
pemurnian enzim adalah teknik fraksinasi, yang dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan
protein enzim dari protein non enzim lainnya. Enzim protease yang akan dimurnikan dari
cacing tanah terdapat bersama-sama dengan berbagai macam protein lainnya sehingga untuk
menentukan teknik pemurnian yang sesuai perlu dilakukan karakterisasi enzim kasar terlebih
dahulu. Informasi awal tentang karakteristik enzim seperti perkiraan berat molekul, pH dan
suhu optimum enzim, inhibitor spesifik untuk menentukan golongan enzim, pengaruh kation,
deterjen dan senyawa denaturan, akan sangat menentukan dalam penentuan metode
pemurnian yang tepat sehingga kondisi yang dilakukan dapat memurnikan enzim sasaran
yang diinginkan. Protein enzim yang diinginkan dari suatu organisme terdapat dalam bentuk
campuran dengan berbagai senyawa lain seperti lipida, protein/peptida maupun debris sel
sehingga perlu dilakukan tahap pemurnian. Tahapan pemurnian enzim yang umum dilakukan
meliputi pembuatan ekstrak, pengendapan baik dengan garam ataupun pelarut organik,
dialisis dan kromatografi (Yanti, 2003).
Daftar Pustaka
Day, R.A. dan A.L. Underwood. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif edisi keenam. Jakarta :
Penerbit Erlangga
Zulfikar. 2010. Larutan Penyangga atau Buffer. Tersedia di
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/larutan/larutan-penyangga-
atau-buffer/
Wirahadikusumah, M. 1989. Biokimia (Protein, Enzim, Asam Nukleat). ITB. Bandung.
Soendoro, R. 1985. Prinsip-prinsip Biokimia. Buku terjemahan David S. Page. Jakarta:
Erlangga.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
Panil, Zurbadar. 2008. Memahami Teori dan Praktik Biokimia Dasar Medis. Jakarta: EGC.
Daftar pustaka
Artika, I.M. dan M. Safithri. 2010. Diktat Kuliah Struktur dan Fungsi Subseluler. Bogor:
Departemen Biokimia.
Girsang, M., et al. 2003. Teknik Sentrifugasi untuk Meningkatkan Penemuan Bakteri Tahan
Asam (BTA) dari Sputum Penderita TBC Melalui Metode Zielh-Neelsen. Tersedia di:
http://www.litbang.depkes.go.id/media/index [di akses pada tanggal 9 april 2013].
Kimball John W, 1989. Biologi. Edisi ke-5. Jakarta : Erlangga.
Levine, N.D. 1990. Textbook of Veterinary Parasitology. Terjemahan Buku Pelajaran
Parasitologi Veteriner, oleh Gatut Ashadi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Petrucci. 1996. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Underwood. 1988. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Yanti. 2003. Pemurnian dan Karakterisasi Protease Cacing Tanah Lumbricus rubellus yang
Bersifat Fibrinolitik. Bogor: Ilmu Pangan Program Pascasarjana IPB.