TEKNIK TAMBANG PERMUKAAN DAN ALAT BERAT YANG DIGUNAKAN (ENGINEERING SURFACE MINING AND OF USING...
-
Upload
andrie-chandra -
Category
Documents
-
view
540 -
download
14
description
Transcript of TEKNIK TAMBANG PERMUKAAN DAN ALAT BERAT YANG DIGUNAKAN (ENGINEERING SURFACE MINING AND OF USING...
i
TEKNIK TAMBANG PERMUKAAN DAN ALAT BERAT YANG DIGUNAKAN
(ENGINEERING SURFACE MINING AND USING HEAVY EQUIPMENT)
NASKAH SEMINAR
Diajukan untuk memenuhi persyaratan tingkat sarjana Strata-1 pada Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral,
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Oleh: ANDRIANO DWICHANDRA
09.110.1044
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA
2012
ii
HALAMAN PENGESAHAN
TEKNIK TAMBANG PERMUKAAN DAN ALAT BERAT YANG DIGUNAKAN
(ENGINEERING SURFACE MINING AND USING HEAVY EQUIPMENT)
Diajukan untuk memenuhi persyaratan tingkat sarjana Strata-1 pada Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral,
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Dosen Pembimbing, Penyusun,
Prof. Ir. Sukandarrumidi, MSc., Ph.D. NIK : 08.0342.647.E NIM : 09.110.1044
Andriano Dwichandra
Mengetahui,
Jurusan Teknik Geologi
NIK: 96.0672.516 Dr. Sri Mulyaningsih., S.T, M.T
iii
PRAKATA
Dengan memanjatkan Puji dan Syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah kepada penyusun, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan naskah seminar ini dengan tidak ada suatu
halangan apapun.
Seminar berjudul Teknik Tambang Permukaan dan Alat Berat yang
Digunakan (Engineering Surface Mining And Using Heavy Equipment) dibuat
untuk memenuhi salah satu syarat kurikulum tingkat sarjana pada Jurusan Teknik
Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Institut Sains & Teknologi AKPRIND
Yogyakarta. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada:
1. Ketua Jurusan Teknik Geologi Dr. Sri Mulyaningsih., S.T, M.T, sebagai
Dosen Penguji
2. Dekan Fakultas Teknologi Mineral Ir. Dwi Indah Purnamawati., M.Si
3. Prof. Ir. Sukandarrumidi, MSc., Ph.D, sebagai Dosen Pembimbing
4. Kedua orang tua beserta kakak dan adik-adik saya yang selalu mendoakan,
memberikan semangat dan dukungan baik moril maupun moral dalam
penyusunan seminar ini.
5. Teman-teman angkatan 2009 (Annas, Dika, Salman, Aya, Ade, Bang Arie,
Ferdy dan rekan-rekan Geologi “GAIA” Institut Sains & Teknologi
Akprind Yogyakarta.
Penulis menyadari penyusunan naskah seminar ini masih jauh dari
sempurna, maka dengan segala kekurangan yang ada penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran, dan dengan adanya kritik dan saran tersebut dapat
penyusun gunakan sebagai pengalaman berharga di masa yang akan datang.
Yogyakarta, Juli 2012
Penyusun
iv
INTISARI
Tujuan dalam penulisan seminar ini adalah untuk mengetahui Teknik Tambang Permukaan dan Alat Berat yang Digunakan (Engineering Surface Mining And Using Heavy Equipment), yang dimulai dari pembersihan lahan (land clearing), pengupasan tanah pucuk (top soil), penggalian tanah penutup (over burden) dan penambangan batubara serta alat-alat berat apa saja yang digunakan. Metode penulisan yang dipakai adalah menggunakan studi pustaka dari beberapa literatur, internet, jurnal dan makalah seminar yang membahas tentang teknik tambang permukaan khususnya pada tambang batubara yang kemudian digabungkan untuk mendapatkan suatu resume atau kesimpulan mengenai Teknik Tambang Permukaan dan Alat Berat yang Digunakan (Engineering Surface Mining And Using Heavy Equipment).
Dalam klasifikasinya metode tambang permukaan dan tambang dalam antara lain : Peele (1941), Young (1946), Lewis dan Clark (1964). Dasar dari pembagian metode ini adalah beberapa kombinasi subyektif dari spasial, geologi dan faktor geoteknik. Sedangkan beberapa skema saat ini dikenalkan lebih kuantitatif atau memiliki pendekatan sistem tetapi menggunakan dasar pendekatan yang sama seperti Peele adalah Morrison dan Russel (1973), Boshkov dan Wright (1973), Thomas (1978), Nicholas (1981) dan Hamrin (1982). Secara garis besar, metode tambang dapat digolongkan menjadi 3, yaitu : (1) Tambang permukaan (surface mining), (2) Tambang dalam atau bawah tanah (underground mining), (3) Tambang bawah air (underwater mining atau marine mining). Dimana secara umum, metode tambang permukaan yang harus dilakukan meliputi beberapa tahapan yaitu : (1) Pembersihan lahan (land clearing), (2) Pengupasan tanah pucuk (top soil), (3) Pemompaan air tambang (jika terdapat genangan air di pit), (4) Penggalian tanah penutup (over burden), (5) Penambangan batubara (coal cleaning & coal getting ke ROM). Dalam tahapan diatas selama pengoperasian perlu adanya peran alat berat, karena dengan adanya alat berat memudahkan kita dalam pekerjaan penambangan khususnya tambang permukaan, pemilihan alat berat yang kita gunakan harus sesuai dengan metode, letak dan kemiringan serta banyaknya lapisan batubara dalam satu cadangan. Adapun metode yang digunakan pada tambang permukaan yaitu : Contour mining, Open pit mining dan Stripping mining.
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
INTISARI ........................................................................................................ iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
I.1. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
I.2. Maksud dan Tujuan .......................................................................... 1
I.3. Metode Penulisan ............................................................................. 2
I.4. Batasan Masalah .............................................................................. 2
BAB II DASAR TEORI ................................................................................. 3
II.1. Tinjauan Umum Tambang Permukaan ........................................... 8
II.1.1. Sistem teknik tambang permukaan ...................................... 9
II.1.2. Klasifikasi tambang permukaan .......................................... 9
II.2. Jenis Alat Berat yang Digunakan ................................................... 11
II.2.1. Alat pendorong, penggerak & dudukan ............................... 12
II.2.2. Alat penggali & penggusur .................................................. 14
II.2.3. Alat pengangkut, pengangkat & pemuat ............................. 29
II.2.4. Alat penunjang pekerjaan dasar (utama) ............................. 32
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................... 46
III.1. Tata Cara Teknik Tambang Permukaan ........................................ 46
III.2. Beberapa Tipe Tambang Permukaan ............................................ 53
III.3. Kecelakaan yang Mungkin Terjadi ............................................... 60
BAB.IV KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 62
IV.1. Kesimpulan ................................................................................... 62
vi
IV.2. Saran ..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
63
64
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Traktor (a) dengan roda karet (wheeller) dan (b) traktor dengan roda rantai (crawler), (Sri Mulyaningsih, 2006).................... ......... 12
Gambar 2. Bulldozer crawler (a) dan dozer wheeller (b), berfungsi sebagai penggali pada medan sempit dan jangkuan pendek, (Sri Mulyaningsih, 2006)................................................................. 16
Gambar 3. Jenis-jenis pisau Bulldozer, (Sri Mulyaningsih, 2006) .................... 19 Gambar 4. Scraper yang berfungsi sebagai mesin penggali sekaligus
sebagai mesin pengangkut. Material hasil galian langsung dimasukan kedalam truk pengangkut, (Sri Mulyaningsih, 2006).... 20
Gambar 5. Shovel jenis excavator yang diproduksi oleh perusahaan alat berat Volvo (atas). Cara pengoperasian (shovel) dilapangan, dapat pula sebagai alat muat/pengangkat sehingga muatan dapat langsung diangkut oleh truck (bawah), (Sri Mulyaningsih, 2006)........................................................................ 23
Gambar 6. Power shovel untuk pekerjaan mining yang dipasang diatas crawler mounted, berfungsi sebagai mesin penggali sekaligus memasukannya ke dump truck, (Sri Mulyaningsih, 2006) .............. 24
Gambar 7. Dragline; alat keruk yang dilengkapi dengan bucket dragline sepanjang 410 kaki, dapat dioperasikan pada daerah yang luas seperti quarry yang becek seperti rawa, danau dan bendungan, (Sri Mulyaningsih, 2006)................................................................. 26
Gambar 8. Clamshell, alat keruk yang dilengkapi dengan bucket Clamshell (dalam lingkaran), dapat dioperasikan pada daerah genangan yaitu rawa, danau atau bendungan. (Sri Mulyaningsih, 2006)........................................................................ 27
Gambar 9. Backhoe alat gali yang diperuntukkan pada pekerjaan-pekerjaan dalam sekal kecil dan sempit, (Sri Mulyaningsih, 2006) ................................................................................................ 28
Gambar 10. Mesin pengangkut material hasil galian dalam jarak pendek (loader) kiri, crawler dan kanan; wheeller, (Sri Mulyaningsih, 2006) ................................................................................................ 30
Gambar 11. Truck dengan muatan alat berat, (Mulyaningsih, 2006) .................. 31 Gambar 12. Grader dengan roda wheel (karet), (Sri Mulyaningsih, 2006) ........ 33 Gambar 13. Compactor soil dengan roda wheel (karet), (Sri Mulyaningsih,
2006) ................................................................................................ 34 Gambar 14. Compactor-Vibratory Roller-Single Drum, (Sri Mulyaningsih,
2006) ................................................................................................ 36 Gambar 15. Compactor – Landfill, (Sri Mulyaningsih, 2006) ............................. 37 Gambar 16. Pemukul, yang biasa digunakan untuk menancapkan besi beton
pada pondasi tiang pancang, (Sri Mulyaningsih, 2006) .................. 38 Gambar 17. Stone Crusher dan bagian-bagiannya, (Sri Mulyaningsih,
2006) ................................................................................................ 41
viii
Gambar 18. Tampak depan Oshkosh Discharge Concrete Mixer (molen), (Sri Mulyaningsih, 2006)................................................................. 42
Gambar 19. Dozer yang digunakan sebagai pembersih lahan/land clearing, (Sumber;http://www.amanahgroup.co.id) ....................................... 46
Gambar 20. Excavator yang digunakan sebagai pengupas tanah pucuk (top soil), (Sumber;http://www.amanahgroup.co.id).................... .......... 47
Gambar 21 Pemompaan air tambang, dilakukan jika terdapat adanya genangan air, (Sumber;http://www.amanahgroup.co.id)............ ..... 48
Gambar 22. Kolam penstabilan air tambang, hal ini baik dilakukan agar air tambang dapat dialirkan /dibuang kedaerah pembuangan, (Sumber;http://www.amanahgroup.co.id) ....................................... 49
Gambar 23. Penggalian tanah penutup/over burden menggunakan alat berat Excavator yang selanjutnya dibawa oleh dump truck ke penampungan yang selanjutnya tanah dapat dimanfaatkan, (Sumber;http://www.amanahgroup.co.id) ....................................... 50
Gambar 24. Penimbunan tanah penutup didiposal, yang selanjutnya tanah dapat dimanfaaatkan kembali untuk reklamasi, (Sumber;http://www.amanahgroup.co.id) ....................................... 51
Gambar 25. Penambangan batubara oleh alat berat Excavator, (Sumber;http://www.amanahgroup.co.id) ....................................... 52
Gambar 26. Excavator sedang memuat batubara ke dump truck yang selanjutnya dibawa ke stokpile/penampungan batubara, (Sumber;http://www.amanahgroup.co.id) ....................................... 53
Gambar 27. Tambang permukaan tipe contour mining, (Chioronis, 1987)............ .................................................................................... 56
Gambar 28. Tambang permukaan tipe open pit mining, (Chioronis, 1987) ....... 59 Gambar 29. Tambang permukaan tipe stripping mining, (Chioronis, 1987) ..... 60
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Sifat-sifat traktor sesuai dengan jenis rodanya ............................ 14 Tabel 2. Perbedaan bulldozer yang dikontrol ............................................. 17 Tabel 3. Produksi clearing oleh bulldozer .................................................. 18
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Pada saat batubara mulai ditambang, tumbuhan dan tanah penutup terlebih
dahulu dikupas. Pengupasan tanah penutup dalam jumlah banyak dilakukan
dengan alat-alat berat, antara lain dengan wheel tractor. Hasil kupasan ini
disingkirkan dan diangkut dengan tractor loader dan dump truck dikumpulkan di
suatu tempat. Tanah hasil pengupasan ini dimanfaatkan untuk reklamasi. Apabila
proses pengupasan tanah penutup (over burden) yang dilakukan secara besar-
besaran sudah mencapai lapisan batubara, maka sebagian dari lapisan tanah
tersebut akan bercampur dengan lapisan batubara (ini pasti akan terjadi dan tidak
dapat dihindari). (Sukandarrumidi, 2006).
I.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan naskah seminar ini adalah sebagai salah satu
prasyarat kelulusan untuk mencapai tingkat sarjana Srata-1 (S-1) pada jurusan
Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Institut & Sains Teknologi
AKPRIND, Yogyakarta.
Tujuan dalam penulisan seminar ini adalah untuk mengetahui Teknik
Tambang Permukaan dan Alat Berat yang Digunakan (Engineering Surface
Mining And Using Heavy Equipment) yang dimulai dari pembersihan lahan (land
2
clearing), pengupasan tanah pucuk (top soil), penggalian tanah penutup (over
burden) dan penambangan batubara serta alat-alat berat apa saja yang digunakan.
I.3 Metode Penulisan
Metode penulisan yang dipakai adalah menggunakan studi pustaka dari
beberapa literatur, internet, jurnal dan makalah seminar yang membahas tentang
Teknik Tambang Permukaan dan Alat Berat yang Digunakan (Engineering
Surface Mining And Using Heavy Equipment) khususnya pada tambang batubara
yang kemudian digabungkan untuk mendapatkan suatu resume atau kesimpulan
mengenai teknik tambang permukaan.
I.4 Batasan Masalah
Dalam pembahasan makalah seminar ini penulis hanya akan membahas
tentang Teknik Tambang Permukaan dan Alat Berat yang Digunakan
(Engineering Surface Mining And Using Heavy Equipment) khususnya pada
tambang batubara dan pengenalan alat berat serta kegunaannya.
3
BAB II
DASAR TEORI
Batubara terbentuk dengan cara yang sangat komplek dan memerlukan
waktu yang lama (puluhan sampai ratusan juta tahun) di bawah pengaruh fisika,
kimia ataupun keadaan geologi. Untuk memahami bagaimana batubara terbentuk
dari tumbuh-tumbuhan perlu diketahui dimana batubara terbentuk dan faktor-
faktor yang akan mempengaruhinya.
1. Tempat Terbentuknya Batubara
Untuk menjelaskan tempat terbentuknya batubara dikenal 2 macam teori:
Teori Insitu
Teori ini mengatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara,
terbentuknya di tempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan
demikian maka setelah tumbuhan tersebut mati, belum mengalami proses
transportasi segera tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami proses
coalification. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara ini mempunyai
penyebaran luas dan merata, kualitasnya lebih baik karena kadar abunya relative
kecil. Batubara yang terbentuk seperti ini di Indonesia didapatkan di lapangan
batubara Muara Enim, Sumatera Selatan.
Teori Drift
Teori ini menyebutkan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara
terjadi ditempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup dan
berkembang. Dengan demikian tumbuhan yang telah mati diangkut oleh media air
dan berakumulasi disuatu tempat, tertutup oleh batuan sedimen dan mengalami
4
proses coalification. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara ini mempunyai
penyebaran tidak luas, tetapi dijumpai di beberapa tempat, kualitas kurang baik
karena banyak mengandung material pengotor yang terangkut bersama selama
proses dari tempat asal tanaman ketempat sedimentasi. Batubara yang terbentuk
seperti ini di Indonesia didapatkan di lapangan batubara delta Mahakam purba,
Kalimantan Timur.
2. Faktor Yang Berpengaruh
Cara terbentuknya batubara merupakan proses yang sangat kompleks
dalam arti harus di pelajari dari berbagai sudut yang berbeda. Terdapat
serangkaian faktor yang di perlukan dalam pembentukan batubara yaitu:
a. Posisi Geotektonik
Posisi geoteknik adalah suatu tempat yang keberadaannya dipengaruhi
oleh gaya-gaya tektonik lempeng. Dalam pembentukan cekungan batubara, posisi
geoteknik merupakan faktor yang dominan. Posisi ini akan mempengaruhi iklim
lokal dan morfologi pengendapan batubara maupun kecepatan penurunannya.
Pada fase terakhir, posisi geoteknik mempengaruhi proses metamorfosa organik
dan struktur dari lapangan batubara melalui masa setelah pengendapan akhir.
b. Topografi (Morfologi)
Morfologi dari cekungan pada saat pengendapan gambut sangat penting
karena menentukan penyebaran rawa-rawa dimana batubara tersebut terbentuk.
Topografi mungkin mempunyai efek yang terbatas terhadap iklim dan keadaannya
tergantung pada posisi geoteknik.
5
c. Iklim
Kelembapan memegang peranan penting dalam pembentukan batubara
dan merupakan faktor pengontrol pertumbuhan flora dan kondisi yang sesuai.
Iklim tergantung pada posisi geografi dan lebih luas lagi dipengaruhi oleh posisi
geoteknik. Temperatur yang lembap pada iklim tropis dan sub tropis pada
umumnya sesuai untuk pertumbuhan flora dibandingkan wilayah yang lebih
dingin. Hasil pengkajian menyatakan bahwa hutan rawa tropis mempunyai siklus
pertumbuhan setiap 7-9 tahun dengan ketinggian pohon sekitar 30 m. sedangkan
pada iklim yang lebih dingin ketinggian pohon hanya mencapai 5-6 m dalam
selang waktu yang sama.
d. Penurunan
Penurunan cekungan batubara dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik. Jika
penurunan dan pengendapan gambut seimbang akan dihasilkan endapan batubara
tebal. Pergantian transgresi dan regresi mempengaruhi pertumbuhan flora dan
pengendapannya. Hal tarsebut menyebabkan adanya infiltrasi material dan
mineral yang mempengaruhi mutu dari batubara yang terbentuk.
e. Umur Geologi
Proses geologi menentukan berkembangnya evolusi kehidupan berbagai
macam tumbuhan. Dalam masa perkembangan geologi secara tidak langsung
membahas sejarah pengendapan batubara dan metamorfosa organik. Makin tua
umur batuan makin dalam umur penimbunan yang terjadi, sehingga terbentuk
batubara yang bermutu tinggi. Tetapi pada batubara yang mempunyai umur
geologi yang lebih tua selalu ada resiko mengalami deformasi tektonik yang
6
membentuk struktur perlipatan atau patahan pada lapisan batubara. Disamping itu
faktor erosi akan merusak semua bagian dari endapan batubara.
f. Tumbuhan
Flora merupakan unsur utama pembentuk batubara. Pertumbuhan dari
flora terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona fisiografi dengan iklim dan
topografi tertentu. Flora merupakan faktor penentu terbentuknya berbagai tipe
batubara. Evolusi dari kehidupan menceritakan kondisi ulang berbeda selama
masa sejarah geologi. Mulai dari Paleozoic hingga Devon, flora belum tumbuh
dengan baik. Setelah Devon pertama kali terbentuk lapisan batubara di daerah
lagon yang dangkal. Periode ini merupakan titik awal dari pertumbuhan flora
secara besar-besaran dalam waktu singkat pada setiap kontinen. Hutan tumbuh
dengan subur selama masa Karbon. Pada masa Tersier merupakn perkembangan
yang sangat luas dari berbagai jenis tanaman.
g. Dekomposisi
Dekomposisi flora yang merupakan bagian dari transformasi biokimia dari
organik merupakan titik awal untuk seluruh alterasi. Dalam pertumbuhan gambut,
sisa tumbuhan akan mengalami perubahan, baik secara fisik maupun kimiawi.
Setelah tumbuhan mati proses degradasi biokimia lebih berperan. Prosses
pembusukan (decay) akan terjadi oleh kerja mikrobiologi (bakteri anaerob).
Bakteri ini terjadi dalam suasana tanpa oksigen menghancurkan bagian yang
lunak dari tumbuhan seperti celulosa, protoplasma, dan pati. Dari proses diatas
terjadi perubahan dari kayu menjadi lignit dan batubara berbitumen. Dalam
suasana kekurangan oksigen terjadi proses biokimia yang berakibat keluarnya air
7
(H2O) dan sebagian unsur karbon akan hilang dalam bentuk karbon dioksida
(CO2), karbon monoksida (CO) dan metan (CH4). Akibat pelepasan unsur atau
senyawa tersebut jumlah relatif unsur karbon akan bertambah. Kecepatan
pertumbuhan gambut tergantung pada kecepatan perkembangan tumbuhan dan
proses pembusukan. Bila tumbuhan tertutup oleh air dengan cepat, maka akan
terhindar oleh proses pembusukan, tetapi terjadi proses desintegrasi atau
penguraian oleh mikrobiologi. Bila tumbuhan yang telah mati terlalu lama berada
di udara terbuka, maka kecepatan pembentukan gambut akan berkurang, sehingga
hanya bagian keras saja tertinggal yang menyulitkan penguraian oleh
mikrobiologi.
h. Sejarah Sesudah Pengendapan
Sejarah cekungan batubara secara luas bergantung pada posisi geotektonik
yang mempengaruhi perkembangan batubara dan cekungan batubara. Secara
singkat terjadi proses geokimia dan metamorfosa organik setelah pengendapan
gambut. Di samping itu sejarah geologi endapan batubara bertanggung jawab
terhadap terbentuknya struktur cekungan batubara, berupa perlipatan, persesaran,
instrusi magmatik dan sebagainya.
i. Struktur Cekungan Batubara
Terbentuknya batubara pada cekungan batubara pada umumnya
mengalami deformasi oleh gaya tektonik, yang akan menghasilkan lapisan
batubara dengan bentuk-bentuk tertentu. Disamping itu adanya erosi yang intensif
menyebabkan bentuk lapisan batubara tidak menerus.
8
j. Metamorfosa Organik
Tingkat kedua dalam pembentukan batubara adalah penimbunan atau
penguburan oleh sedimen baru. Pada tingkat ini proses degradasi biokimia tidak
berperan lagi tetapi lebih di dominasi oleh proses dinamotektonik. Proses ini
menyebabkan terjadi perubahan gambut menjadi batubara dalam berbagai mutu.
Selama proses ini terjadi pengurangan air lembab, oksigen dan zat terbang (seperti
CO2, CO, CH4 dan gas lainnya) serta bertambahnya prosentase karbon padat,
belerang dan kandungan abu. Perubahan mutu batubara diakibatkan oleh faktor
tekanan dan waktu. Tekanan dapat disebabkan oleh lapisan sedimen penutup yang
sangat tebal atau karena tektonik. Hal ini menyebabkan bertambahnya tekanan
dan percepatan proses metamorfosa organik. Proses metamorfosa organik akan
dapat merubah gambut menjadi batubara sesuai dengan perubahan sifat kimia,
fisika dan optiknya.
II. 1. Tinjauan Umum Tambang Permukaan (Surface Mining)
Tambang permukaan adalah suatu penggalian yang dilakukan
dipermukaan tanah yang dimaksudkan untuk mengambil bahan-bahan tambang.
Pada dasarnya dari tahun ketahun cara-cara penambangan untuk tambang-
tambang yang ada, khususnya tambang permukaan tersebut diatas tidak ada
perubahan yang berarti, hanya alat-alat yang semakin canggih dan besar
kapasitasnya.
9
II.1.1. Sistem Teknik Tambang Permukaan
Sistem penambangan adalah suatu cara atau teknik yang dilakukan untuk
membebaskan atau mengambil bahan galian yang mempunyai arti ekonomis
untuk diolah lebih lanjut sehingga dapat memberikan keuntungan yang besar
dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang terbaik serta
meminimalisasi dampak lingkungan yang dapat ditimbulkannya.
Agar dapat tercapai sistem penambangan di atas, maka cara penambangan
yang diterapkan harus dapat menjamin :
1. Ongkos penambangan yang seminimal mungkin.
2. Perolehan atau mining recovery harus tinggi.
3. Efisiensi kerja harus tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh :
- Jenis alat yang digunakan
- Sinkronisasi kerja yang baik
- Tenaga kerja yang terampil
- Organisasi dan manajemen yang baik.
II.1.2. Klasifikasi Tambang Permukaan
Beberapa ahli tambang telah melakukan klasifikasi metode penambangan
permukaan dan tambang dalam antara lain : Peele (1941), Young (1946), Lewis
dan Clark (1964). Dasar dari pembagian metode ini adalah beberapa kombinasi
subyektif dari spasial, geologi dan faktor geoteknik. Sedangkan beberapa skema
10
saat ini dikenalkan lebih kuantitatif atau memiliki pendekatan sistem tetapi
menggunakan dasar pendekatan yang sama seperti Peele adalah Morrison dan
Russel (1973), Boshkov dan Wright (1973), Thomas (1978), Nicholas (1981) dan
Hamrin (1982). Secara garis besar, metode penambangan dapat digolongkan
menjadi 3, yaitu :
1. Tambang permukaan (surface mining)
2. Tambang dalam atau bawah tanah (underground mining)
3. Tambang bawah air (underwater mining atau marine mining)
Tambang permukaan adalah metode penambangan yang segala aktivitas
penambangannya dilakukan diatas atau relatif dekat dengan permukaan bumi, dan
tempat kerjanya berhubungan langsung dengan udara bebas. Tambang
dalam/bawah tanah adalah metode penambangan yang segala kegiatan atau
aktivitasnya dilakukan di bawah permukaan bumi, dan tempat kerjanya tidak
langsung berhubungan dengan udara luar. Tambang bawah air adalah metode
penambangan yang kegiatan penggaliannya dilakukan di bawah permukaan air
atau endapan mineral berharganya terletak dibawah permukaan air. Untuk segala
metode tambang yang ada tentunya diperlukan alat-alat berat, agar pekerjaan
tambang dapat dikerjakan dengan mudah. Penggunaan alat alat berat yang kurang
tepat dengan kondisi dan situasi lapangan pekerjaan akan berpengaruh berupa
kerugian antara lain rendahnya produksi, tidak tercapainya jadwal atau target yang
telah ditentukan, atau kerugian biaya perbaikan yang tidak semestinya.
11
II.2. Jenis Alat Berat Yang Digunakan
Alat berat memiliki banyak macam dengan banyak penggunaan.
Didasarkan atas macam-macam penggunaannya tersebut, alat berat dapat
dikelompokkan ke dalam 4 jenis, yaitu : (1) alat pendorong, penggerak dan
dudukan; (2) alat penggali dan penggusur; (3) alat pengangkut, pengangkat dan
pemuat; dan (4) alat penunjang pekerjaan dasar (utama).
Pada prinsipnya, ada dua jenis penggerak mesin pada alat berat untuk
menghasilkan kecepatan dan ketepatan mekanikanya; yaitu mesin dengan
pendorong tipe hidraulik dan mesin dengan pendorong tipe pneumatik. Alat berat
hidraulik adalah alat berat yang digerakkan oleh mesin dengan pendorong fluida,
yang sering disebut sebagai pelumas hidraulik. Alat berat pneumatik adalah alat
yang digerakkan oleh mesin dengan pendorong gas (uap). Kedua alat berat
tersebut memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing. Alat berat yang
digerakkan dengan pendorong hidraulik memerlukan minyak (pelumas) hidraulik,
sehingga untuk pekerjaan yang berada di pedalaman atau jauh dari pertokoan,
harus memiliki cadangan minyak hidraulik tersebut. Alat berat pneumatik harus
dikontrol tekanan uapnya setiap saat. Dalam penggunaan, perawatan dan
pengoperasian alat berat yang ada tentunya mempunyai Standard Operating
Procedure (SOP) masing-masing, tujuan dari SOP tersebut adalah mengurangi
terjadinya kerusakan alat berat serta yang lebih penting agar dapat
menimalisasikan kecelakaan yang mungkin akan terjadi dalam kegiatan usaha
tambang.
12
II.2.1. Alat Pendorong, Penggerak & Dudukan
Traktor (Gambar 1) adalah alat yang dapat mengubah tenaga mesin
menjadi tenaga gerak (mekanik). Berfungsi sebagai penarik, pengangkat,
pendorong, dan dudukan alat lain. Berdasarkan jenis rodanya, traktor dapat dibagi
menjadi dua jenis (Tabel 1) yaitu traktor roda crawler (rantai) dan traktor roda
karet (wheel tractor). Masing-masing tipe taktor memiliki kegunaan yang
berbeda.
a. Traktor roda karet
13
b. Traktor roda rantai sebagai dudukan dozer
Gambar 1. Traktor (a) dengan roda karet (wheeler) dan (b) traktor dengan roda rantai (crawler), (Sri Mulyaningsih, 2006)
Untuk penggunaannya, diperlukan pemilihan alat yang sesuai, tergantung
dari medan atau morfologi lahan :
a) Ukuran traktor yang sesuai dengan kondisi geologi dan geografi proyek
b) Faktor koefisien traksi medan yang tersedia (landai atau miring; berlumpur
atau berbatu; basah atau kering; jalan aspal dan jalan berumput (tanah) atau
bergambut
c) Landai maksimal yang dilalui
d) Panjang jalan angkut dengan kecepatan gerak yang diperlukan
e) Jenis pekerjaan lanjutannya dan jenis usaha pengangkutannya.
14
Tabel 1. Sifat-sifat traktor sesuai dengan jenis rodanya, (Sri Mulyaningsih, 2006)
Traktor roda rantai Traktor roda karet
1) Spesialis daerah dengan permukaan
tanah jelek
2) Tenaga tarik besar, sehingga
gerakannya menjadi lambat
3) Bidang singgung roda dengan
tanah besar
4) Kemungkinan selip kecil dan
Floating lebih baik
5) Mobilitas rendah sehingga jarak
angkut sangat dekat
6) Biasanya hanya digunakan untuk
dudukan alat-alat penggalian dan
pembersihan
1) Spesialis daerah dengan permukaan
tanah keras dan baik
2) Tenaga tarik kecil sehingga dapat
bergerak lebih cepat; dengan
penambahan gardan pada
pengungkit roda, maka dapat
bergerak dengan lebih leluasa
3) Bidang singgung dengan tanah lebih
kecil, beban muatan bertumpu pada
roda
4) Karena bidang singgung kecil,
maka menjadi lebih mudah selip
5) Mobilitas tinggi, sehingga jarak
angkut jauh
II.2.2. Alat Penggali & Penggusur
Berfungsi untuk membantu dalam pekerjaan-pekerjaan penggalian dan
penggusuran, meliputi: Bulldozer, Shovel (Ekskavator), Dragline, Clamshell,
Backhoe, Scraper, Mobile Crane dan Crane angkat. Ada tiga komponen utama
dalam alat penggali dan penggusur; yaitu:
1. Attachment atau dudukan mesin penggerak; dapat berupa traktor jika
terpisah atau ada juga yang telah termasuk dalam spesifikasi alat
15
2. Bucket; yaitu alat pengeruk, pemotong atau penggusur (ada yang
dilengkapi pisau, gigi-gigi atau hanya sekop tanpa pisau atau gigi-gigi)
3. Crane (kabel) atau lengan-lengan; yang menghubungkan antara operator
dengan Bucket.
1. Bulldozer
Yaitu alat penggali dan penggusur yang digerakkan dengan menggunakan
traktor baik dengan roda karet maupun rantai (Gambar 2). Dalam menunjang
kapasitas kerjanya, bulldozer dilengkapi dengan attachment atau tempat khusus
yang berfungsi sebagai tempat duduknya bulldozer pada traktor yang menarik /
menggerakkannya. Untuk proses pengerukan, dilakukan dengan pisau dozer
(blade) yang dipasang di depan attachment. Bulldozer banyak macam dan
ukurannya, bulldozer yang berukuran kecil biasanya justru didudukkan pada
prime mover atau grader atau truk-truk berat. Pisau dozer pun juga banyak
macam dan ukurannya.
a. Bulldozer dengan roda crawler
16
b. Dozer wheeler dengan roda karet
Gambar 2. Bulldozer crawler (a) dan dozer wheeller (b), berfungsi sebagai penggali pada medan sempit dan jangkauan pendek, (Sri Mulyaningsih, 2006)
Ada dua jenis bulldozer berdasarkan kendali pisaunya, yaitu yang
dikontrol dengan kabel (alat yang lebih tua) dan yang dikontrol dengan hidraulik
(lebih modern). Masing-masing bulldozer dengan kedua pengontrol tersebut
memiliki kelebihan dan kekurangan, tergantung dari lokasi dan kapasitas
penggunaannya (Tabel 2).
17
Tabel 2. Perbedaan bulldozer yang dikontrol oleh kabel dan hidraulik, (Sri Mulyaningsih, 2006)
Bulldozer yang dikontrol oleh kabel Bulldozer yang dikontrol oleh hidraulik
1) Daya kerjanya dikontrol oleh
kemampuannya dalam mengangkat
secara vertikal
2) Untuk dapat bergerak secara lateral
dan menyudut diperlukan kombinasi
gerakannya dengan model hidraulik
3) Sederhana dalam pemasangan dan
pemakaiannya
4) Pemeliharaannya mudah
5) Bahaya kerusakan alat lebih kecil
karena pisaunya dapat naik sendiri
begitu menemui rintangan
6) Spesialisasi untuk tanah lembek dan
lepas-lepas
1) Daya kerjanya dipengaruhi oleh
tekanan piston yang digerakkan oleh
fluida (larutan hidraulik)
2) Dapat bergerak secara leluasa baik
lateral, putaran maupun menyudut
3) Pemasangan dan pemeliharaannya
lebih rumit dan berat
4) Tekanan pisau besar sehingga dapat
digunakan untuk lahan bertanah
padat – kompak
5) Kedudukan pisau dapat diatur-atur
6) Harus selalu menyediakan minyak
hidraulik
Secara umum fungsi bulldozer selain menggali adalah untuk:
1) Clearing: membersihkan pepohonan, rerumputan, puing-puing bekas
bangunan dan sebagainya; besarnya produksi tergantung dari jenis
material yang dibersihkan (Tabel 3)
2) Pembukaan jalan darurat, pembukaan jalur dekat sejauh 100 m, mengupas
bagian permukaan tanah yang jelek
18
3) Mendorong scraper pada waktu memuat
4) Meratakan permukaan tanah; mengisi timbunan, menghaluskan bidang
agar rata dan bagus
Tabel 3. Produksi clearing oleh bulldozer, (Sri Mulyaningsih, 2006)
Jenis tumbuhan:
Ukuran traktor
< 115 DBHP > 115 DBHP
1. Semak (Ø batang < 6 “)
2. Pepohonan sedang (Ø batang 7-12 “)
3. Pepohonan besar (Ø batang 12-30 “)
836 m2 per jam
3-9 menit per pohon
5-20 menit per pohon
1004 m2 per jam
2-6 menit per pohon
5-20 menit per pohon
19
Gambar 3. Jenis-jenis pisau Bulldozer, (Sri Mulyaningsih, 2006)
2. Scraper
Scraper (Gambar 4) adalah alat gusur yang juga dapat dioperasikan untuk
mengangkut material hasil galian, untuk itu scraper dilengkapi juga dengan apron
(pembuka atau penutup bowl (sekop). Mesin scraper kadang-kadang telah
termasuk di dalamnya, namun ada juga scraper yang didudukkan pada traktor.
Secara umum keduanya tetap disebut scraper.
Universal Blade (U-blade) Bowldozer Blade (U-blade)
Angling Blade (A-blade)
20
Gambar 4. Scraper yang berfungsi sebagai mesin penggali dan sekaligus sebagai mesin
pengangkut. Material hasil galian langsung dimasukkan ke dalam truck pengangkut, (Sri Mulyaningsih, 2006)
Didasarkan atas jumlah as-nya, maka ada tipe semi trailer (ber-as ganda)
dan tipe full trailer (ber-as tunggal). Sedangkan menurut pengendali geraknya,
dibagi menjadi scraper dengan pengendali hidraulik dan scraper dengan
pengendali kabel, sebagaimana dengan traktor, keduanya juga memiliki
kekurangan dan kelebihan yang sama. Roda geraknya juga dapat bertumpu pada
roda karet (ban) atau roda rantai (crawler). Untuk scraper berroda ban; ada yang
memiliki mesin ganda yang terletak di depan dan di belakang; dan yang bermesin
tunggal terletak di depan saja. Fungsi mesin yang terletak di depan adalah untuk
menarik scraper, sedangkan mesin yang terletak di belakang berfungsi untuk
mendorongnya.
Prinsip kerja scraper adalah dalam keadaan berjalan, cutting edge
diturunkan hingga menyentuh tanah; apron dinaikkan sehingga tanah atau
material hasil gusuran masuk ke dalam sekop. Setelah sekop penuh, apron ditutup
dan material siap dipindahkan. Biasanya, kecepatan gerak scraper sangat rendah,
21
untuk itu kadang-kadang memerlukan mesin pendorong lain yaitu pushdozer
(bulldozer pendorong).
Secara umum, fungsi scraper adalah (1) untuk mengupas permukaan
tanah, sebagaimana fungsi bulldozer; (2) meratakan permukaan tanah; (3)
menggali saluran air dan membersihkan saluran yang mampet; dan (4) menggali
dan mengurug, misalnya: badan jalan dan pondasi bangunan. Hanya saja, bedanya
dengan bulldozer, scraper lebih sesuai dioperasikan pada lahan yang lebih sempit.
Jika dioperasikan untuk mengangkut material hasil gusuran, idealnya pada jarak
angkut 100-1000 m.
3. Shovel
Shovel adalah alat berat yang khusus digunakan untuk menggali, dapat
disebut juga sebagai excavator. Shovel dilengkapi dengan attachment yang dapat
diganti-ganti sesuai dengan jenis pekerjaannya. Berdasarkan atas penggeraknya,
shovel dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu shovel dengan crawler mounted
(beroda crawler) yang disebut juga power shovel (Gambar 5); dan shovel yang
digerakkan dengan truck mounted (beroda ban). Power shovel adalah salah satu
shovel yang dalam pengoperasiannya tidak memerlukan alat bantu yang lain.
Material hasil galiannya langsung dapat dimasukkan ke dalam bak truck.
Keduanya juga memiliki spesifikasi untuk dioperasikan pada kondisi medan
tertentu.
22
Secara umum, bagian-bagian dari shovel adalah:
(1) revolving unit, yaitu lengan yang dapat diputar-putar;
(2) travelling unit; disebut sebagai mesin penggerak atau dapat berupa
traktor);
(3) attachment; yaitu perangkat lain yang dapat diganti-ganti sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan.
Jenis attachment yang sering dijumpai pada shovel atau alat excavator lain
adalah crane, dipper shovel, backhoe, dragline dan clamshell. Backhoe biasa
dioperasikan pada lahan yang lebih sempit dan geografi yang lebih rumit.
Dragline biasanya dioperasikan pada lahan pertambangan dengan area yang luas
dan jangkauan yang luas pula. Clamshell biasanya dioperasikan pada lahan
dengan jangkauan yang jauh, sebagai contoh danau atau rawa-rawa.
23
Gambar 5. Shovel jenis excavator yang diproduksi oleh perusahaan alat berat Volvo
(atas). Cara pengoperasian shovel (excavator) di lapangan, dapat pula sebagai alat pemuat /pengangkat sehingga muatan dapat langsung diangkut oleh truck (bawah). (Sri Mulyaningsih, 2006)
4. Excavator kabel (Power Shovel)
Excavator kabel (Gambar 6) atau sering disebut sebagai power shovel.
Alat ini spesialisasi dioperasikan untuk penggalian material yang letaknya jauh di
bawah permukaan, seperti bendungan, danau dan rawa, dengan jarak jangkauan
24
mencapai ~300 m atau 1000 ft, sama halnya dengan Clamshell. Bedanya dengan
Clamshell adalah tingkat produktivitasnya yang lebih tinggi, serta crane dan
bucketnya yang dapat diganti sesuai dengan kebutuhan jangkauan. Stick excavator
dapat diganti-ganti dan di-panjang-pendekkan sesuai dengan kebutuhan. Lintasan
kerja bucket excavator kabel terletak di antara kepala tower (menara) dan angkur
yang letaknya berada pada seberang yang akan digali. Tower dapat menggunakan
crawler crane dengan angkur yang dapat diatur-atur posisinya. Alat ini biasanya
didudukkan di atas mobil crane.
Gambar 6. Power shovel untuk pekerjaan mining yang dipasang di atas crawler
mounted; berfungsi sebagai mesin penggali sekaligus memasukkannya ke dump truck. (Sri Mulyaningsih, 2006)
5. Dragline
Dragline (Gambar 7) mirip dengan power shovel, dengan jangkauan yang
lebih jauh dan lebih dalam, dengan kapasitas muatan yang lebih besar mencapai
lebih dari 2,5 yd3. Alat ini dilengkapi dengan kabel yang fungsinya untuk
mengangkat material dari jangkauan yang jauh. Kabel dragline menghubungkan
25
bucket dengan roller yang fungsinya untuk mengatur jarak jangkauan pisau
pengeruk.
Power shovel juga dapat diubah menjadi dragline, dengan mengganti
boom shovel-nya dengan boom dan bucket dragline. Dengan menggunakan
dragline, alat tidak perlu masuk ke dalam galian dan muatan dapat langsung
diangkut dengan menggunakan truck pengangkut tanpa harus masuk ke dalam
lokasi penggalian, sehingga lebih efisien. Penggalian lumpur panas di Sidoarjo
hingga kini masih menggunakan dragline, karena truck pengangkut tidak dapat
langsung masuk ke dalam zona penggalian, oleh genangan yang tinggi.
Kelemahan dragline dibandingkan dengan power shovel adalah gerakannya yang
lambat, sehingga tingkat produksinya juga rendah, yaitu 70-80% dibandingkan
dengan produksi power shovel. Untuk jangkauan yang lebih jauh, kabel dragline
dapat diperpanjang dan untuk jangkauan yang dekat, kabelnya dapat diganti
dengan boom shovel.
26
Gambar 7. Dragline; alat keruk yang dilengkapi dengan bucket dragline sepanjang 410
kaki; dapat dioperasikan pada daerah yang luas seperti quarry dan becek seperti rawa, danau atau bendungan. (Sri Mulyaningsih, 2006)
6. Clamshell
Clamshell yaitu alat gali yang fungsinya mirip dengan dragline. Dengan
mengganti bucket dragline dengan bucket clamshell maka telah berubah menjadi
clamshell (Gambar 8). Ukuran bucket clamshell bermacam-macam, ada yang
berukuran besar, medium dan kecil. Bucket besar dilengkapi dengan gigi-gigi
untuk penggalian material berat dan keras. Bucket yang berukuran sedang
(medium) dan ringan tidak dilengkapi gigi-gigi dan biasanya digunakan untuk
pekerjaan-pekerjaan yang umum dilakukan, seperti menggali dan mengangkat
material lepas kerikil, kerakal dan pasir.
Clamshell biasanya digunakan untuk menggali dan memindahkan material
lepas yang lebih keras, seperti pasir, kerikil, kerakal dan batu belah pada
jangkauan yang lebih jauh dari shovel dan excavator. Bedanya dengan dragline,
alat ini dapat beroperasi di tengah danau atau laut dangkal atau pantai. Gaya
Kabel dragline
27
angkat clamshell sangat rendah, lebih rendah dari shovel maupun dragline,
sehingga produktivitasnya pun juga rendah, yaitu sekitar 70% dari produktivitas
shovel.
Gambar 8. Clamshell; alat keruk yang dilengkapi dengan bucket Clamshell (dalam
lingkaran), dapat dioperasikan pada daerah genangan, yaitu rawa, danau atau bendungan. (Sri Mulyaningsih, 2006)
Selain berfungsi sebagai penggali, clamshell juga berfungsi sebagai
pengangkat, secara vertikal ke atas, lalu digerakkan oleh swing ke samping,
diturunkan dan langsung dijatuhkan ke dalam bak pengangkut atau lokasi yang
dikehendaki. Kemampuan mengangkatnya ditentukan dari batas-batas gaya
angkat yang dihasilkan oleh crane. Gaya angkat crane yang biasa digunakan
adalah mobile crane, yang dayanya dihasilkan dari kendali kabel.
Clamshell juga biasanya dioperasikan di atas mesin penggerak seperti
kapal dan truck, tergantung dari di mana alat tersebut dioperasikan. Gambar 8
28
adalah Clamshell yang dioperasikan sebagai mesin keruk di atas kapal, sehingga
sering disebut juga sebagai kapal keruk.
7. Backhoe (Pull Shovel)
Backhoe (Gambar 9) adalah alat shovel yang khusus diperuntukkan pada
penggalian-penggalian material di bawah permukaan tanah pada jangkauan yang
pendek, seperti untuk menggali parit, menggali terowongan yang lebih sempit,
pondasi bangunan dan lubang galian pipa.
Gambar 9. Backhoe, alat gali yang diperuntukkan pada pekerjaan-pekerjaan dalam sekala
kecil dan sempit, (Sri Mulyaningsih, 2006)
Didasarkan atas alat kendali pisaunya, terdiri dari dua jenis yaitu backhoe
yang dikendalikan dengan kabel dan yang dikendalikan dengan hidraulik.
Berdasarkan atas penggeraknya, ada yang digerakkan di atas roda karet (wheel)
dan ada yang digerakkan dengan roda rantai (crawler).
29
II.2.3. Alat Pengangkut, Pengangkat & Pemuat
Mesin pengangkat dan pengangkut berfungsi untuk memindahkan material
hasil galian ke dalam truck pengangkut atau ke lokasi pembuangan atau
tumpukan. Ada dua jenis alat pengangkut, yaitu (1) alat yang dapat memindahkan
atau memuat material hasil galian atau gusuran alat lain (misalnya bulldozer atau
grader) ke dalam truck; dan (2) alat yang dapat memindahkan material ke lokasi
tujuan dalam jarak yang jauh. Alat pemuat lokal antara lain berupa loader dan alat
pemuat jarak jauh seperti dump truck, truck kecil, trailer dan tronton.
1. Loader
Loader adalah alat pengangkut yang juga dapat berfungsi sebagai alat
clearing ringan. Loader dapat digerakkan dengan traktor roda karet maupun roda
crawler (Gambar 10), sesuai dengan kebutuhannya. Loader memiliki spesifikasi
ukuran, berat, kapasitas kerja, jenis pisau (blade) dan bucket dengan komponen
mesin yang bermacam-macam.
30
Gambar 10. Mesin pengangkut material hasil galian dalam jarak pendek (loader); kiri:
crawler dan kanan wheeler, (Sri Mulyaningsih, 2006)
Pengoperasian loader berbeda dengan alat-alat berat yang lain. Ada
metode khusus untuk menghitung kestabilan muatan terhadap alat agar loader
tidak mengalami terguling, yaitu static tipping load. Static tipping load adalah
berat minimal beban bucket, sehingga bagian belakang tidak terangkat karena
beban berat bagian depan yang lebih besar. Hal-hal yang dipakai sebagai dasar
penghitungan kesetimbangan beban tersebut adalah: (1) kekerasan medan atau
permukaan tanah; (2) standar operasional unit kerja alat; (3) posisi bucket yang
harus miring ke belakang membentuk sudut > 30-45o dan (4) posisi bucket pada
saat memuat maksimal harus ke depan. Pada alat dijumpai spesifikasi umum alat
yang dikeluarkan oleh pabrik. Namun, dalam pengoperasiannya, hanya 50% saja
dari besaran static tipping load dari pabrik untuk wheel loader dan 35% untuk
crawler loader.
31
2. Truck
Truck yaitu alat angkut dengan gerakan yang cepat, paling cepat
dibandingkan dengan alat-alat berat yang lain. Truck hanya dijumpai dengan roda
penggerak wheeler (karet); tidak ada truck yang digerakkan dengan roda rantai.
Pada pekerjaan-pekerjaan teknik sipil, alat angkut yang digunakan berupa dump
truck, yaitu truck yang dapat memuntahkan sendiri muatannya. Alat berat dengan
gerakan cepat yang lain adalah truck trailer. Alat ini biasanya digunakan untuk
mengangkut alat lain dari tempat parkirnya ke lokasi proyek. Prinsip kerja trailer
sama dengan truck penumpah, hanya saja dilengkapi dengan conveyor roda ban
yang berfungsi untuk tempat alat yang diangkutnya (Gambar 11). Mesin trailer
menarik conveyor yang membawa alat berat tersebut.
Gambar 11. Truck dengan muatan alat berat, (Sri Mulyaningsih, 2006)
32
II.2.4. Alat Penunjang Pekerjaan Dasar (Utama)
Yaitu alat berat yang digunakan khusus pada pekerjaan-pekerjaan teknik
sipil, seperti dalam proses pengerasan jalan ( pengaspalan dan sarana transportasi
lain, pembuatan bendungan, pembuatan gedung bertingkat), pembuatan jembatan
dan lain-lain. Sebagai contoh adalah pekerjaan lanjutan pada sarana transportasi
yang telah ada, misalnya yang tinggal dilebarkan atau diaspal saja.
1. Grader
Grader (Gambar 12) adalah alat berat yang berfungsi untuk meratakan
permukaan tanah setelah pemasangan material (pondasi jalan), sebelum proses
pengaspalan dimulai. Sebagaimana namanya yaitu “Grader” yang berasal dari
kata “grade”, alat ini dioperasikan untuk membuat kemiringan permukaan jalan
sesuai dengan yang diinginkan.
Didasarkan atas jenis mesin penggeraknya, grader dapat dibagi menjadi
dua jenis yaitu motor grader , yaitu yang telah dilengkapi dengan mesin
penggerak pada alatnya oleh pabrik; dan towed grader yaitu grader yang
digerakkan oleh tractor. Pada umumnya, roda grader adalah wheel, karena
umumnya dioperasikan pada wilayah dengan morfologi yang telah rata.
33
Gambar 12. Grader dengan roda Wheel (karet), (Sri Mulyaningsih, 2006)
Secara umum, grader tersusun atas komponen-komponen yang terdiri
atas: (1) pisau grader yang dipasang pada circle; (2) motor pengendali pisau; dan
(3) traktor (mesin penggerak). Pisau grader dapat diatur gerakan dan jaraknya
dengan tanah, tergantung dari kebutuhan. Untuk itu pisau harus dipasang dengan
sudut 0-90o dengan arah horizontal. Untuk mendapatkan kelandaian yang tinggi,
maka sudut pisau terhadap garis horizontal diatur pada sudut 90O. Untuk
mendapatkan suatu permukaan jalan yang miring, maka pisau grader diatur
dengan sudut kurang dari 90o. Makin kecil sudutnya terhadap garis horizontal,
makin besar kemiringan jalan yang didapatkan.
Semua gerakan pisau dikendalikan oleh circle, yang pemasangannya
digantungkan pada drawbar, yaitu frame berbentuk segitiga yang dapat bergerak
ke atas atau bawah. Gerakan-gerakan yang dapat dilakukan pisau grader adalah:
1. Gerakan menyerong untuk membentuk sisi-sisi cetakan tepi jalan
34
2. Gerakan ke samping poros kendaraan; agar roda grader tidak
menginjak bagian yang telah diratakan
3. Gerakan menaikkan dan menurunkan circle atau pisau secara vertikal.
2. Compactor (Roller)
Compactor atau sering disebut sebagai roller (Gambar 13) adalah alat
yang digunakan untuk memadatkan lahan-lahan seperti landasan pacu pesawat
terbang, jalan raya, rel kereta api, lahan parkir dan lain-lain, sehingga
permukaannya menjadi rata dan padat, terhindar dari amblesan setelah
pembangunan, serta deformasi lain.
Gambar 13. Compactor soil dengan roda Wheel (karet), (Sri Mulyaningsih, 2006)
Berdasarkan atas cara bergeraknya, ada roller yang bergerak sendiri dan
ada yang digerakkan dengan traktor. Berdasarkan jenis roda penggilasnya, ada
yang menggunakan roda baja dan ada yang menggunakan roda karet (pneumatic).
Permukaan roda ada yang halus (plain), bersegmen, grid, kaki domba dan lain-
35
lain. Untuk pemadatan tanah, secara khusus menggunakan penggilas getar.
Macam-macam roller sesuai dengan peruntukan dan material yang dipadatkan
adalah:
(1) Penggilas roda tiga (macadam roller): digunakan untuk memadatkan
material berbutir kasar. Material-material lepas yang tersusun sering
meninggalkan rongga (pori-pori antar partikel), untuk memadatkannya
diperlukan alat yang mampu masuk ke dalam rongga tersebut sehingga
partikel yang lain dapat mengisinya. Beban total mencapai 6-12 ton dan
dapat ditingkatkan hingga 35% dengan mengisi material ke dalam
silindernya.
(2) Tandem Roller: jenis roller yang digunakan untuk penggilasan akhir
pada pengaspalan beton. Roller ini umumnya berbentuk silinder yang
permukaannya rata. Beratnya mencapai 8-14 ton, dapat ditingkatkan
hingga 25-60% dengan mengisi air.
(3) Roller getar (Gambar 14): cocok untuk memadatkan tanah pasiran.
Sifatnya yang bergetar menjadikan partikel-partikel akan tersusun
hingga mendapatkan pemampatan. Permukaan roller dilengkapi dengan
gigi-gigi yang digetarkan, sehingga gigi-gigi tersebut menekan partikel
dan memasukkannya ke dalam rongga antar partikel.
36
Gambar 14. Compactor - Vibratory Roller - Single Drum, (Sri Mulyaningsih, 2006)
(4) Meshgrid Roller: menggunakan roda penggilas dengan permukaan
teranyam sehingga dapat menjangkau bagian dalam tanah. Alat ini cocok
untuk memadatkan material berbutir kasar hingga pasiran.
(5) Roller bersegmen: dapat digunakan untuk tanah-tanah lembek
berlempung. Roller jenis ini tersusun atas lempengan-lempengan baja
berukuran kecil (Gambar 15).
37
Gambar 15. Compactor – Landfill, (Sri Mulyaningsih, 2006)
(6) Roller kaki domba: cocok untuk tanah berlempung. Menindas dari
bawah. Alat ini terbuat dari drum yang permukaannya dipasangi kaki-
kaki, tekanan roller berpusat pada kepala kaki
(7) Roller pneumatic: terbuat dari ban karet dengan permukaan rata
(8) Portable Roller: beratnya hanya 4-6 ton dilengkapi dengan roda karet
yang dapat dinaik-turunkan. Penggilas khusus untuk parit atau lubang
galian pada saluran-saluran irigasi atau paritan sedalam 16-23”.
3. Pemukul (Hammer)
Hammer (pemukul, Gambar 16) yaitu salah satu alat berat yang biasanya
digunakan untuk menancapkan pondasi tiang pancang pada bangunan-bangunan
teknik sipil. Prinsip kerjanya adalah dengan memberikan pukulan pada pangkal
38
tiang pancang dengan besaran energi tertentu. Besaran energi tersebut dihitung
dengan rumusan 1,0
21,0
2+
=+
=s
Es
bhL
L = daya dukung tiang dengan angka keamanan 6 (pound)
b = berat pemukul (pound)
h = tinggi jatuhnya pemukul (kaki)
s = masukkan tiang ke dalam tanah (inchi atau pukulan)
E = energi yang dibutuhkan pondasi tiang untuk memancang (kaki pound)
Gambar 16. Pemukul, yang biasa digunakan untuk menancapkan besi beton pada
pondasi tiang pancang, (Sri Mulyaningsih, 2006)
Berdasarkan mekanisme kerja dan penggeraknya, hammer dapat dibagi
dalam 5 tipe, yaitu:
39
(1) Pemukul yang dijatuhkan (drop hammer); pemukul dengan bentuk
kepala babi; berfungsi untuk memukul tiang agar masuk ke dalam tanah,
agar tiang tidak pecah, maka sebelum dipukulkan ujungnya diberi
peredam.
(2) Pemukul pneumatic (bertekanan uap); dengan silinder yang diberikan
tekanan uap. Jika tekanan diberikan, maka pemukul akan naik, dan jika
tekanan dilepaskan maka pemukul jatuh mengenai pangkal tiang
pancang. Kecepatan pukulan adalah 50-80 pukulan per menit.
(3) Pemukul gabungan hidraulik-hidraulik dengan pukulan dua arah;
pemukul dengan dua arah tekanan, yaitu ke atas untuk menarik pemukul
dan ke bawah untuk menambah tekanan pukulan dari gaya berat
pemukulnya sendiri. Pukulan yang dihasilkan bersifat menerus, sehingga
tingkat kerusakan tiang lebih kecil.
(4) Pemukul dengan tekanan piston; tekanan piston berada di bagian atas
dan bagian bawah yang diperoleh dari hasil perbedaan tekanan kedua
ruang piston. Pemukul jenis ini memiliki frekuensi pukulan yang hampir
sama dengan pemukul tipe (3).
(5) Pemukul dengan tekanan diesel; sumber tenaga pemukul berasal dari
pengentak gaya berat pemukulnya sendiri dan dari pembakaran bahan
bakar bermotor diesel. Kelebihannya adalah posisi pemukulnya dapat
diputar dan diatur-atur arahnya tergantung dari tipe konstruksinya.
40
4. Alat Pemecah Batu (Stone crusher)
Alat pemecah batu tersusun atas tiga komponen utama, yaitu alat pemecah
batu, penyaring dan penyalur (Gambar 17). Pekerjaan ini dilakukan dalam tiga
tahap, yaitu primary crusher, secondary crusher dan tertiery crusher. Jenis alat
berat yang digunakan untuk ketiga tahap pekerjaan pemecahan batu tersebut
adalah:
(1) Untuk pemecahan awal menggunakan jaw crusher (tipe rahang; Gambar
17), gyratory crusher (tipe giratori) dan tipe pukulan; material yang
dihasilkan masih berukuran kasar.
(2) Untuk pemecahan tahap dua menggunakan tipe conus, tipe silinder dan
tipe pukulan; material yang dihasilkan berukuran lebih halus (split).
(3) Untuk pemecahan tahap lanjutan menggunakan tipe silinder, tipe batang
dan tipe bola. Pada tahap ini diikuti dengan langkah pengayakan
(penyaringan) untuk mendapatkan besaran material campuran sesuai
dengan yang diinginkan.
41
Gambar 17. Stone crusher dan bagian-bagiannya, (Sri Mulyaningsih, 2006)
5. Alat Pencampur Beton
Alat ini memiliki komponen utama berupa beberapa silinder yang
diposisikan tegak atau miring (Gambar 18). Silinder tersebut dipasang pada as
yang dapat berputar pada poros panjangnya. Di dalam silinder terdapat sudu-sudu
yang berfungsi sebagai pengaduk pada saat silinder berputar.
42
Gambar 18. Tampak depan Oshkosh Discharge Concrete Mixer(molen),(Sri
Mulyaningsih, 2006)
6. Alat-Alat Perbetonan
Setelah melalui tahap pencampuran, selanjutnya dilakukan penakaran,
pengangkutan dan pemompaan. Alat-alat yang dibutuhkan adalah:
a) Penakar (Batcher); yaitu berupa kontainer yang berfungsi sebagai
penampung dan pengukur material beton sebelum dituangkan ke dalam mesin
pengaduk
b) Pengangkut beton; biasanya digunakan hanya pada pekerjaan-pekerjaan
pengecoran beton bersekala besar yang tidak dapat diselesaikan dengan tangan
manusia, seperti pada pembangunan bendungan, gedung besar bertingkat,
pengaspalan beton dan lain-lain. Didasarkan atas pergerakannya, ada 3 tipe
yaitu roda karet (truck ungkitan, ban berjalan, gerobak dan cikar satu atau dua
roda), rel (gerbong rel tunggal dan lori) dan gantung (bucket dengan elevator).
43
c) Bucket beton; berbentuk silinder terbuat dari plat baja, berfungsi untuk
menyalurkan beton yang tidak dapat diangkut oleh pengangkut beton ke lokasi
pengerjaan. Ada 3 macam berdasarkan ukurannya, yaitu bucket kecil dengan
kapasitas 1/3-2 yd3, bucket standar dengan kapasitas ½-4 yd3 dan bucket besar
dengan kapasitas 1-12 yd3.
d) Pompa beton; digunakan untuk menyalurkan bahan cor beton ke lokasi
pengecoran; dapat secara tegak, miring atau horizontal. Biasanya digunakan
untuk pengecoran pembuatan terowongan, lantai jembatan dan dinding yang
panjang.
e) Alat untuk pengaspalan; digunakan untuk pengolahan aspal pada pekerjaan
pengerasan jalan. Secara umum, proses pengaspalan dibagi dalam tiga tahap,
yaitu: (1) pengangkutan dan pemasukan agregat ke dalam mesin pengaduk; (2)
pelelehan atau memasak sehingga tidak lagi dijumpai bahan atau agregat
aspal yang berbentuk debu atau padatan lainnya; dan (3) mencampurkan
material dalam perbandingan tertentu. Mesin pengolah aspal sendiri ada 7
macam sesuai dengan peruntukannya, yaitu:
1) Pengumpan agregat dingin: tersusun atas beberapa kubus kecil (bin)
yang menyerupai lori pada batcher beton; diisi agregat dengan
menggunakan loader; berfungsi untuk mengantarkan agregat ke proses
selanjutnya.
2) Pengering agregat; berbentuk silinder panjang dan berongga, kedua alas
terbuka dengan poros yang hampir horizonal. Proses pengeringan ini
44
dilakukan dengan cara pengisapan, sehingga debu-debu tersaring dan
terbuang, yang kemudian dikumpulkan dalam penangkap debu.
3) Penangkap debu; berfungsi untuk mengumpulkan debu, selain dengan
hisapan, juga dilakukan dengan semprotan dan tiupan, tapi kedua metode
tersebut kini telah ditinggalkan karena menghasilkan banyak polusi
udara.
4) Elevator; berfungsi untuk mengangkat agregat dalam keadaan panas
yang telah kering dan dicampurkan ke dalam batch, yang selanjutnya
dicampur dan disaring.
5) Penyaring; berfungsi sebagai alat pemisah atau penyaring dari elevator.
Setelah melalui tahap penyaringan, agregat selanjutnya dimasukkan ke
dalam bin-bin terpisah untuk selanjutnya dilakukan pencampuran
kembali sesuai dengan keinginan.
6) Penakar; alat pengatur besarnya campuran, dikendalikan dengan suatu
tes (running gradation test) pada bin panas. Perbandingan campuran
biasanya dengan menggunakan bobot beratnya.
7) Mesin pengaduk; berbentuk tabung berukuran besar, yang di dalamnya
terdapat sudu-sudu untuk pengaduk. Dalam mesin pengaduk dilakukan
proses pemanasan sehingga pencampuran dan pengadukannya menjadi
lebih mudah. Pada tahap ini diusahakan secepat mungkin untuk
45
menghindari proses oksidasi dengan udara. Suhu pencampuran yang
ideal adalah pada 250-175o F untuk aspal dan 175-225o F untuk ter.
7. Peralatan untuk Pengerasan Jalan
1) Alat pengangkut;menggunakan long bottom dump truck agar aspal yang
telah diolah tidak mengeras sebelum dihamparkan. Alat ini mampu
mengangkut aspal dalam volume 20-35 ton dan dapat menjaga suhu aspal
pada temperatur 150-175o F.
2) Pendistribusi aspal; berupa tangki-tangki aspal yang disebut storage tank
yang dipasang pada dump truck dan juga berfungsi untuk menjaga suhu
aspal agar tetap stabil. Penyemprotan dilakukan dengan spray bar yang
dilengkapi dengan nozzle yang terletak dibagian belakang truck. Lebar
penyemprot ini dapat mencapai 4 meter, dan jika tidak digunakan lagi
dapat dilipat sehingga tidak mengganggu lalu lintas jalan.
3) Asphalt finisher; berfungsi untuk penghamparan aspal di atas jalan,
sehingga diperoleh perlapisan material yang sesuai dengan yang
diinginkan dan merata. Debit aspal yang dimuntahkan dapat diatur-atur
sesuai dengan keinginan, sehingga mendapatkan ketebalan apal sesuai
keinginan. Roda alat ini berupa crawler truck dengan penampung
campuran hopper tanpa alas sehingga aspal langsung turun ke jalan dan
digilas dengan mesin penggilas.
46
BAB III PEMBAHASAN
III.1. Tata Cara Teknik Tambang Permukaan
Dimana secara umum, teknik tambang permukaan PT. Amanah Anugerah
Adi Mulia meliputi tahapan global pekerjaan penambangan :
1. Pembersihan lahan (land clearing).
Gambar 19. Dozer digunakan sebagai pembersih lahan atau land clearing
(Sumber;http://www.amanahgroup.co.id) Pembersihan lahan ini dilaksanakan untuk memisahkan pepohonan dari
tanah tempat pohon tersebut tumbuh, sehingga nantinya tidak tercampur dengan
tanah subsoil-nya. Pepohonan (tidak berbatang kayu keras) yang dipisahkan ini
nantinya dapat dimanfaatkan sebagai humus pada saat pelaksanaan reklamasi.
Kegiatan pembersihan lahan ini baru dilaksanakan pada lahan yang benar-
benar segera akan ditambang. Sedangkan lahan yang belum segera ditambang
wajib tetap dipertahankan pepohonan yang tumbuh di lahan tersebut. Hal ini
47
sebagai wujud bahwa perusahaan tambang tetap memperhatikan aspek
pengelolaan atau lindungan lingkungan tambang.
2. Pengupasan tanah pucuk (top soil).
Gambar 20. Excavator digunakan sebagai pengupas tanah pucuk atau top soil
(Sumber;http://www.amanahgroup.co.id)
Pengupasan tanah pucuk ini dilakukan terlebih dulu dan ditempatkan
terpisah terhadap batuan penutup (over burden), agar pada saat pelaksanaan
reklamasi dapat dimanfaatkan kembali. Pengupasan top soil ini dilakukan sampai
pada batas lapisan subsoil, yaitu pada kedalaman dimana telah sampai di lapisan
batuan penutup (tidak mengandung unsur hara).
Kegiatan pengupasan tanah pucuk ini terjadi jika lahan yang digali masih
berupa rona awal yang asli (belum pernah digali atau ditambang). Sedangkan
untuk lahan yang bekas “peti’’(penambangan tanpa izin) biasanya lapisan top soil
tersebut telah tidak ada, sehingga kegiatan tambang diawali langsung dengan
penggalian batuan penutup.
48
Tanah pucuk yang telah terkupas selanjutnya di timbun dan dikumpulkan
pada lokasi tertentu yang dikenal dengan istilah top soil bank. Untuk selanjutnya
tanah pucuk yang terkumpul di top soil bank pada saatnya nanti akan
dipergunakan sebagai pelapis teratas pada lahan disposal yang telah berakhir dan
memasuki tahapan program reklamasi.
3. Pemompaan air tambang (jika terdapat genangan air di pit).
Gambar 21. Pemompaan air tambang, dilakukan jika terdapat genangan air pada pit
(Sumber;http://www.amanahgroup.co.id)
Pemompaan air tambang dilakukan dengan menggunakan mesin pompa
Allight dan Caterpillar dengan kapasitas maksimal masing-masing sekitar 200
lt/dt. Pompa ini tidak setiap saat digunakan, penggunaannya hanya apabila kondisi
tambang cukup terganggu dengan adanya genangan air dalam jumlah banyak.
Air hasil kegiatan pemompaan air tambang ini disalurkan ke kolam
penampungan (settling pond) yang terdiri dari 3 compartemen, yaitu :
49
1. Compartemen pertama, untuk mengendapkan kandungan lumpur yang ikut
larut dalam aliran air tambang yang terpompa.
2. Compartemen kedua, untuk penanganan (treatmen) kualitas pH air
tambang yang dihasilkan, dimana air tambang harus ber-pH standard
sesuai batasan baku mutu air tambang yang diijinkan.
3. Compartemen ketiga, untuk kolam penstabilan air tambang dan titik
penataan kualitas air tambang sebelum air tambang tersebut disalurkan ke
perairan umum atau sungai.
Gambar 22. Kolam penstabilan air tambang, (Sumber;http://www.amanahgroup.co.id)
Mengapa air tambang ini harus disalurkan ke settling pond terlebih dulu,
untuk selanjutnya baru boleh disalurkan ke perairan umum ? hal ini sebagai upaya
pencegahan terjadinya air asam tambang (AAT). AAT adalah air yang berasal dari
areal pertambangan yang bersifat asam (ph<7) sebagai akibat teroksidasinya
mineral sulfide pada batuan pada kondisi lahan yang terbuka dan adanya air. Sifat
AAT adalah asam sehingga cenderung merusak lingkungan, baik terhadap hewan
biota air maupun tumbuhan disekitar perairan tersebut.
50
4. Penggalian tanah penutup (over burden).
Gambar 23. Penggalian tanah penutup atau over burden menggunakan Excavator yang
selajutnya dibawa oleh dump truck ke penampungan tanah,(Sumber;http://www.amanahgroup.co.id)
Penggalian batuan penutup (over burden, disingkat OB) dilakukan pertama
kali dengan menggunakan alat gali berupa alat berat jenis big bulldozer yang
berfungsi sebagai alat pemecah bebatuan (proses ripping dan dozing). Batuan
penutup yang telah hancur tersebut selanjutnya diangkat oleh alat berat jenis
excavator dan dipindahkan ke alat angkut. Sedangkan alat angkut batuan penutup
ini berupa dump truck dengan kapasitas muat atau angkut maksimal 20 ton. Dump
truck ini beroperasi dari loading point di front tambang menuju ke areal disposal
yang berjarak 4 km (pulang pergi).
51
Gambar 24. Penimbunan batuan penutup di disposal,
(Sumber;http://www.amanahgroup.co.id)
Penimbunan batuan penutup di disposal ini harus dilakukan secara
bertahap, yaitu dimulai dengan membuat lapisan OB dasar seluas areal disposal
(luas maksimal) yang telah ditentukan. Untuk selanjutnya dilakukan kegiatan
penimbunan OB naik ke atas secara bertahap atau berjenjang dengan luasan
semakin mengecil, hingga membentuk sebuah bukit atau gunung yang ber-
terasering. Jika disposal ini nantinya telah dinyatakan selesai, maka permukaan
terasering disposal akan diberi lapisan top soil (diambil dari top soil bank) setebal
sekitar 50 ~ 100 centimeter dan permukaan akhir dibentuk kontur landai
membentuk bukit atau gunung yang rata (tidak terasering). Sedangkan derajat
kemiringan kontur bukit ini sekitar 14 derajat. Hal ini untuk menghindari
terfokusnya air limpasan disposal sehingga dapat menimbulkan erosi yang besar
(tidak ramah lingkungan).
52
5. Penambangan batubara (coal cleaning & coal getting ke ROM).
Gambar 25. Penambangan batubara oleh alat berat Excavator,
(Sumber;http://www.amanahgroup.co.id)
Setelah penggalian batuan penutup selesai dan lapisan batubara mulai
terekspose, maka kegiatan penambangan berikutnya adalah proses pembersihan
lapisan batubara dari unsur pengotor (sisa batuan penutup dan atau parting).
Kegiatan ini dikenal dengan istilah coal cleaning. Hasil kegiatan coal cleaning ini
adalah lapisan batubara yang bersih dan berkualitas.
Proses coal cleaning ini dilakukan oleh alat excavator yang telah
dilengkapi dengan cutting blade pada sisi luar kuku bucket. Hal ini menjadikan
ujung bucket bukan berupa kuku tajam, melainkan berupa ujung bucket yang datar
rata. Unsur pengotor yang berada di atas lapisan batubara dapat dihilangkan
hingga sebersih mungkin.
53
Gambar 26. Excavator memuat batubara ke dump truck, yang selanjutnya akan dibawa
ke stokpile, (Sumber;http://www.amanahgroup.co.id)
Sedangkan proses pemuatan batubara ke alat angkut dilakukan oleh unit
excavator, dimana alat angkut yang digunakan yaitu dump truck dengan kapasitas
muatan 20 ton. Selanjutnya batubara tersebut diangkut menuju ke stockpile mini
tambang (ROM). Hal ini dilakukan agar proses penambangan batubara di front
tambang dapat berlangsung lebih cepat, jika dibandingkan dengan pengangkutan
batubara secara langsung dari front tambang ke stockpile pelabuhan. Hal ini
mengingat jarak antara lokasi front tambang terhadap lokasi stockpile pelabuhan
cukup jauh (sekitar 43 kilometer).
III.2. Beberapa Tipe Tambang Permukaan
Kelebihan tambang permukaan dibandingkan dengan tambang dalam
adalah :
– Relatif lebih aman
– Relatif lebih sederhana
– Mudah pengawasannya
54
Pada saat ini penambangan batubara sebagian besar dilakukan dengan
metode tambang permukaan, lebih-lebih setelah digunakan alat-alat besar yang
mempunyai kapasitas muat dan angkut yang besar untuk membuang lapisan tanah
penutup batubara. Dengan demikian pekerjaan pembuangan lapisan penutup
batubara menjadi lebih murah dan menekan biaya ekstraksi batubara.
Selain itu prosentase batubara yang diambil jauh lebih besar dibanding
dengan batubara yang dapat diektraksi dengan cara tambang dalam. Penambangan
batubara dengan metode tambang permukaan saat ini diperoleh ± 85% dari total
Mineable reserve, sedangkan dengan metode tambang dalam paling besar hanya ±
50% saja.
Walaupun demikian, penambangan secara tambang permukaan
mempunyai keterbatasan yaitu :
– Dengan peralatan yang ada pada saat sekarang ini keterbatasan kedalaman
lapisan batubara yang dapat ditambang.
– Pertimbangan ekonomi antara biaya pembuangan batuan penutup dengan
biaya pengambilan batubara.
Tipe penambangan batubara dengan metode tambang permukaan
tergantung pada letak dan kemiringan serta banyaknya lapisan batubara dalam
satu cadangan. Di samping itu metode tambang permukaan dapat dibedakan juga
dari cara pemakaian alat dan mesin yang digunakan dalam penambangan.
Selanjutnya akan dijelaskan beberapa tipe penambangan batubara dengan
metode tambang permukaan adalah :
55
a. Contour Mining
Tipe penambanagan ini pada umumnya dilakukan pada endapan batubara
yang terdapat di pegunungan atau perbukitan. Penambanagan batubara dimulai
pada suatu singkapan lapisan batubara dipermukakan atau crop line dan
selanjutnya mengikuti garis kontur sekeliling bukit atau pegunungan tersebut.
Lapisan batuan penutup batubara dibuang ke arah lereng bukit dan
selanjutnya batuan yang telah tersingkap diambil dan diangkut. Kegiatan
penambangan berikutnya dimulai lagi seperti tersebut di atas pada lapisan
batubara yang lain sampai pada suatu ketebalan lapisan penutup batubara yang
menentukan batas limit ekonominya atau sampai batas maksimum kedalaman di
mana peralatan tambang tersebut dapat bekerja. Batas ekonomis ini ditentukan
oleh beberapa variabel antara lain :
– Ketebalan lapisan batubara
– Kualitas
– Pemasaran
– Sifat dan keadaan lapisan batuan penutup
– Kemampuan peralatan yang digunakan
– Persyaratan reklamasi
56
Gambar 27. Tambang permukaan tipe contour mining (Chioronis, 1987)
Peralatan yang digunakan untuk cara penambangan ini pada umumnya
memakai peralatan yang mempunyai mobilitas tinggi atau dikenal sebagai mobile
equipment. Alat-alat besar seperti :
– Sebagai alat muat : Wheel loader
Truck loader
Face shovel
Backhoe
– Sebagai alat angkut jarak jauh :
Off highway dump truck
– Sebagai alat angkut jarak dekat :
Scraper
Alat-alat tersebut dipergunakan untuk pekerjaan pembuangan lapisan
penutup batubara, sedangkan untuk pengambilan batubaranya dapat digunakan
dengan alat yang sama atau yang lebih kecil tergantung tingkat produksinya.
57
Kapasitas alat angkut berupa off highway dump truck antara 18 ton sampai 170
ton. Di Indonesia tipe contour mining diterapkan antara lain di tambang batubara
Ombilin Sawahlunto, Sumatra Barat. Ditempat ini penambangan secara besar-
besaran telah dimulai sejak 1977 dengan menggunakan mobile equipment berupa
alat muat yang terdiri dari front dan loader berkapasitas 5-6 m³ dan face shovel 7
m³, sedangkan untuk alat angkut digunakan off highway dump truck berkapasitas
35 ton dan 50 ton. Selain itu digunakan scraper kapasitas 15 m³.
b. Open Pit Mining
Open pit mining adalah penambangan secara terbuka atau permukaan
dalam pengertian umum. Apabila hal ini diterapkan pada endapan batubara
dilakukan dengan jalan membuang lapisan batubara penutup sehingga lapisan
batubaranya tersingkap dan selanjutnya siap untuk diekstraksi. Peralatan yang
dipakai pada penambangan secara open pit mining dapat bermacam-macam
tergantung pada jenis dan keadaan batuan penutup yang akan dibuang. Dalam
memilih peralatan perlu dipertimbangkan :
– Kemiringan lapisan batuan
Pada lapisan dengan kemiringan cukup tajam, pembuangan lapisan
penutup dapat menggunakan alat muat baik berupa face shovel, front end
loader atau alat muat lainnya.
– Masa operasi tambang
58
Penambangan tipe open pit biasanya dilakukan pada endapan batubara
yang mempunyai lapisan tebal atau dalam dan dilakukan dengan
menggunakan beberapa bench.
Peralatan yang dilakukan untuk pembuangan lapisan penutup batubara dibedakan
sebagai berikut :
1. Peralatan yang bersifat mobile antara lain truck shovel, front and loader,
bulldozer and scraper.
2. Peralatan yang bekerja secara kontinu membuang lapisan penutup tanpa
dibantu alat angkut antara lain :
a. Dragline baik yang dengan crawler maupun walking dragline.
Alat ini pengeruk dan langsung membuang sendiri. Kapasitasnya
bervariasi mulai dari yang kecil kurang dari 5 m³ sampai dengan yang
kapasitas bucket di atas 40 m³ dan jarak buang lebih dari 75 m.
b. Face shovel ada dua tipe :
1. Stripping shovel mempunyai kapasitas bucket yaang besar dan
jangkauan yang panjang digunakan sebagai alat pembuang lapisan
batuan penutup batubara tanpa perlu bantuan alat angkut yang lain.
Pada umumnya kapasitas bucket berukuran lebih besar dari 20 m³,
dengan jangkauan buang lebih dari 25 m.
2. Loading shovel yang dipergunakan sebagai alat muat pada umumnya
kapasitas isi mangkok dan panjang jangkauan lebih pendek.
c. Bucket wheel excavator adalah alat penggali dan pengangkutnya
sekaligus. Alat ini dapat bekerja sendiri atau dibantu alat lain yang
59
berupa belt conveyor dan dapat dibantu dengan alat yang dinamakan belt
transfer, dan selanjutnya pada ujung belt conveyor dipasang alat yang
dinamakan belt spreader yang berguna untuk menyebarkan hasil galian
batuan penutup ketempat pembuangan dumping disposal area. Di
Indonesia penambang secara open pit dengan bucket wheel excavator ini
dilaksanakan anatara lain di Tambang Batubara Bukit Asam di Sumatera
Selatan, yang terdapat 5 unit bucket wheel excavator, 5 unit belt transfer
(belt wagon), 2 unit spreader dan belt conveyor dengan panjang kurang 3
km.
Gambar 28. Tambang permukaan tipe open pit mining (Chioronis, 1987)
c. Stripping Mining
Tipe penambangan yang diterapkan pada endapan batubara yang pada
lapisannya datar dekat permukaan tanah. Alat yang digunanakan dapat berupa alat
yang besifat mobile atau alat penggalian yang dapat membuanag sendiri.
60
Penambangan batubara yang akan dilakukan diwilayah Kontraktor Perusahaan
Umum. Tambang batubara khususnya di Kalimantan akan dimulai dengan cara
tambang permukaan (surface mining) yang memakai alat kerja bersifat mobile.
(Sukandarrumidi, 2006).
Gambar 29. Tambang permukaan tipe stripping mining (Chioronis, 1987)
III.3. Kecelakaan yang Mungkin Terjadi di Tambang
Usaha pertambangan adalah suatu usaha yang penuh dengan bahaya.
Kecelakaan-kecelakaan yang sering terjadi, terutama pada tambang-tambang yang
lokasinya jauh dari tanah. Kecelakaan baik itu jatuh, tertimpa benda-benda,
ledakan-ledakan maupun akibat pencemaran atau keracunan oleh bahan tambang.
Oleh karena itu tindakan – tindakan penyelamatan sangatlah diperlukan, misalnya
memakai pakaian pelindung saat bekerja dalam pertambangan seperti topi
pelindung, boot, baju kerja, dan lain – lain. Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja
menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang
61
diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu
adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber
daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah
satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun.
Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan
dengan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dalam pemahaman yang umum, K3
adalah segala upaya untuk mengendalikan resiko yang berkaitan dengan kegiatan
kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Sasaran
utama dari K3 ditujukan terhadap pekerja, dengan melakukan segala daya upaya
berupa pencegahan, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja, agar
terhindar dari resiko buruk di dalam melakukan pekerjaan. Dengan memberikan
perlindungan K3 dalam melakukan pekerjaannya, diharapkan pekerja dapat
bekerja dengan aman, sehat dan produktif. Secara filosofis, K3 merupakan upaya
dan pemikiran guna menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani ataupun
rohaniah manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya serta hasil
karya dan budaya manusia. Secara keilmuan K3, didefinisikan sebagai ilmu dan
penerapan teknologi tentang pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja.
62
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Kesimpulan
Dalam klasifikasinya metode penambangan permukaan dan tambang
dalam antara lain : Peele (1941), Young (1946), Lewis dan Clark (1964). Dasar
dari pembagian metode ini adalah beberapa kombinasi subyektif dari spasial,
geologi dan faktor geoteknik. Sedangkan beberapa skema saat ini dikenalkan
lebih kuantitatif atau memiliki pendekatan sistem tetapi menggunakan dasar
pendekatan yang sama seperti Peele adalah Morrison dan Russel (1973), Boshkov
dan Wright (1973), Thomas (1978), Nicholas (1981) dan Hamrin (1982). Secara
garis besar, metode penambangan dapat digolongkan menjadi 3, yaitu :
(1)Tambang permukaan (surface mining), (2) Tambang dalam atau bawah tanah
(underground mining), (3) Tambang bawah air (underwater mining atau marine
mining).
Dimana secara umum, metode penambangan permukaan yang harus
dilakukan meliputi beberapa tahapan yaitu : (1) Pembersihan lahan (land
clearing), (2) Pengupasan tanah pucuk (top soil), (3) Pemompaan air tambang
(jika terdapat genangan air di pit), (4) Penggalian tanah penutup (over burden), (5)
Penambangan batubara (coal cleaning & coal getting ke ROM). Dalam tahapan
diatas selama pengoperasian perlu adanya peran alat berat, karena dengan adanya
alat berat (heavy equipment) memudahkan kita dalam pekerjaan penambangan
khususnya tambang permukaan, pemilahan alat berat yang kita gunakan harus
63
sesuai dengan metode, letak dan kemirirngan serta banyaknya lapisan batubara
dalam satu cadangan. Ada 3 metode atau teknik yang ada pada tambang
permukaan yaitu : Contour mining, Open pit mining dan Stripping mining.
IV.2 Saran
Harus adanya penelitian geologi yang lebih lanjut terhadap lokasi
penambangan batubara yang tujuannya untuk mengetahui proses geologi yang
mempengaruhi daerah tersebut, agar perhitungan kualitas dan kuantitas suatu
endapan batubaranya dapat dimasukan dalam perencanaan eksplorasinya sehingga
memberikan hasil yang optimal baik dari segi teknis, ekonomis dan lingkungan.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan usaha yang tidak boleh
di lupakan, karena dengan adanya K3 dapat mengendalikan resiko yang berkatian
dengan kegiatan kerja, guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.
64
DAFTAR PUSTAKA
Sukandarrumidi, 1995, Batubara dan Gambut. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Sukandarrumidi, 2006, Batubara dan Pemanfaatannya. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Sukandarrumidi, 1998, Bahan Galian Industri. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Sri Mulyaningsih, 2006, Diktat Kuliah Pengetahuan Alat Berat. IST AKPRIND, Yogyakarta. (Tidak diterbitkan)
---------------,http://www.amanahgroup.co.id. Senin 30 April 2012, 11.35 WIB
---------------,http://www.Chioronis.com 1987. Senin 30 April 2012, 11.48 WIB
---------------,http://www.adipedia.com/2011/05/mengenal-berbagai-jenis-alat-berat.html. Senin, 30 April 2012, 12.00 WIB.
---------------,http://carapedia.com/alat_alat_berat_info2375.html, Senin 30 April 2012, 12.30 WIB.
---------------,http://www.artikelk3.com/keselamatan-dan-kesehatan-kerja-k3 pertambangan.html. Senin, 30 April 2012, 15.30 WIB.
---------------,http://septa-ayatullah.blogspot.com/2009/04/budaya-keselamatan-dan-kesehatan-kerja.html. Jumat, 15 Juni 2012, 00.30 WIB.
---------------,http://iptekduniapertambangan.blogspot.com/2011/12/kecelakaan-kerja-tambang.html. Sabtu, 16 Juni 2012, 11.08 WIB.
SEMINAR
TEKNIK TAMBANG PERMUKAAN DAN ALAT BERAT YANG DIGUNAKAN
(ENGINEERING SURFACE MINING AND USING HEAVY EQUIPMENT)
Hari/ Tanggal : Kamis, 05 Juli 2012
Pembicara : Andriano Dwichandra
NIM : 09.110.1044
Jurusan : Teknik Geologi
Fakultas : Teknologi Mineral
Dosen Pembahas : Arie Noor Rakhman., S.T., M.T.
Mahasiswa Pembahas : 1) Ferdinandus Wunda (09.110.1026)
2) Salman Karta Muda (09.110.1037)
Notulen : Putri Rahmawati (09.110.1027)
Diskusi:
Mahasiswa pembahas
• Pembahas I
1) Jelaskan kelebihan dan kerugian dari tambang permukaan tersebut!
Jawab :
- Kelebihannya dari tambang permukaan :
1) Ongkos penambangan per ton atau per bcm endapan batubara lebih murah karena tidak perlu adanya penyanggaan, ventilasi dan penerangan
2) Kondisi kerjanya baik, karena berhubungan langsung dengan udara luar dan sinar matahari.
3) Penggunaan alat-alat mekanis dengan ukuran besar dapat lebih leluasa, sehingga produksi bisa lebih besar.
4) Pemakaian bahan peledak bisa lebih efisien, leluasa dan hasilnya lebih baik, karena :
1. Adanya bidang besar (free face) yang lebih banyak (struktur geologi seperti : kekar, sesar/bidag-bidang lemah).
2. Gas-gas beracun yang ditimbulkan oleh peledakan dapat dihembuskan angin dengan cepat
5) Perolehan tambang (mining recovery) lebih besar, karena batas endapan dapat dilihat dengan jelas.
6) Relatif lebih aman.
7) Pengawasan dan pengamatan endapan batubara lebih mudah.
- Kerugian dari tambang permukaan antara lain :
1) Para pekerja langsung dipengaruhi oleh keadaan cuaca, dimana hujan yang lebat atau suhu yang tinggi mengakibatkan efisiensi kerja menurun, sehingga hasil kerja juga menurun.
2) Kedalaman penggalian terbatas, karena semakin dalam penggalian akan semakin banyak tanah penutup (overburden) yang harus digali.
3) Timbul masalah dalam mencari tempat pembuangan tanah yang jumlahnya cukup banyak.
4) Alat-alat mekanis letaknya menyebar.
5) Pencemaran lingkungan hidup relatif lebih besar.
2). Dampak lingkungan yang terjadi pada tambang permukaan baik saat dan setelah kegiatan tambang?
Jawab :
Dampak utama terhadap lingkungan yang ditimbulkan oleh penambangan permukaan adalah terjadinya perubahan bentang alam di wilayah yang luas, ditambah dengan kemungkinan terjadinya gangguan terhadap pola aliran air di atas dan di bawah permukaan tanah. Selain itu, dapat pula timbul masalah lingkungan yang diakibatkan oleh adanya air asam tambang (AAT) yang dihasilkan dari kegiatan tambang. Timbulnya debu serta pembuangan Overburden dan batuan sisa juga dapat menyebabkan masalah lingkungan. Serta perubahan lingkungan dan pencemaran lingkungan relatif besar.
3) Judul teknik tambang permukaan apa ada hubungannya dengan Geologi Teknik? Jelaskan!
Jawab :
Ada, dalam menentukan lokasi tambang mengenai infrastruktur kita harus memperhatikan adanya struktur-struktur geologi seperti kekar dan sesar, dimana bangunan harus memperhatikan hal-hal tersebut. Pada faktor terbentuknya batubara faktor yang dominan ialah posisi geotektonik.
4) Judul teknik tambang permukaan berhubungan dengan Geologi Struktur, apa saja pengaruh dalam kegiatan tambang?
Jawab :
Pengaruh dari geologi struktur pada kegiatan tambang merupakan hal yang penting karena adanya struktur geologi ini (patahan (fault) atau lipatan (fold)), akan sangat membantu untuk menentukan metode pembukaan tambang, metode pengambilan batubara (extraction). Karena adanya bidang-bidang lemah ini untuk menentukan posisi peledakan menjadi lebih efisien.
• Pembahas II
1) Peran kita sebagai Geologist dalam kegiatan tambang permukaan :
Jawab :
Peran kita sebagai seorang geologist tentunya sangan penting baik dalam ekssplorasi hingga eksploitasi.
1. Melakukan penyelidikan umum, penyelidikan umum ini yaitu diawali dengan studi pustaka yang menyangkut mengenai keadaan geologi regional, sejarah tektonik dan batasan luas kerja. Selanjutnya melakukan pengecekan dilapangan yaitu mencari singkapan batubara dan batuan.
2. Melakukan penyelidikan pendahuluan, penyelidikan pendahuluan ini bertujuan untuk memetakan daerah penelitian berupa pemetaan topografi, pemetaan foto udara, interpretasi keadaan geologi (struktur geologi) dan dilakukan juga pemboran dangkal untuk mengetahui kedudukan stratigrafi lapisan-lapisan batubara, serta diketahui arah dan bentuk penyebaran lapisan batubara.
3. Melakukan penyelidikan detail, penyelidikan detail ini dilakukan pemboran secara detail sehingga didapatkan bentuk endapan batubara lebih teliti dan perhitungan cadangan, anomali eologi (sesar, lipatan dan patahan), kualitas batubara (analisa laboratorium dan sifat batubara). Selain itu melakukan data geofisika agar didapatkan stratigrafi kedudukan batubara lebih teliti, struktur geologi, bentuk endapan batubara dan penentuan metode penambangan baik tambang permukaan atau tambang dalam.
2) Faktor apa saja yang berpengaruh saat pengoperasian alat berat? Sebutkan dan jelaskan!
Jawab :
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi untuk menentukan alat berat antara lain :
1) Sifat-sifat fisik material/tanah
- material utama ada 2 yaitu batuan dan tanah dimana material tersebut mempunyai sifat fisik, misalnya batuan. Setelah dilakukan peledakan akan dihasilkan batuan yang berukuran bongkah-kerikil maka alat berat yang baik digunakan berupa bulldozer, karena daya tarik dari bulldozer cukup besar dan dilengkapi blade yang cukup besar dibagian depannya. Selain itu tanah, misalnya tanah lempung. Tanah lempung mempunyai sifat swelly (mengembang), hal ini akan menghambat pekerjaan alat berat.
2) Jarak angkut
- Untuk mengangkut material juga harus diperhatikan, apabila pengangkutan jarak pendek (100 m) alat berat yang digunakan yaitu scraper dan loader, sedangkan untuk pengangkutan jarak jauh alat berat yang digunakan yaitu dump truck.
3) Keadaan situasi/kondisi lapangan
- Penggunaan alat berat juga harus memperhatikan kondisi lapangan, apabila alat berat digunakan dari tempat landai hingga miring tentunya memerlukan tenaga yang besar, sehingga dibutuhkan bahan bakar yang besar juga.
4) Skala proyek (besar kecilnya proyek)
- Apabila perusahaan yang relatif lebih besar mampu membeli alat-alat berat tanpa harus menyewa, user terbatas “uang”.
Mahasiswa (audience)
1. Sebastiao Soares (09.110.1023)
Tipe tambang apa yang baik digunakan?
Jawab :
Dari 3 tipe tambang permukaan countur mining, open pit mining dan stripping mining, sebenarnya kita tidak dapat menentukan mana yang terbaik karena penentuan dari 3 tipe tambang permukaan yang ada ditentukan dengan keadaan kondisi morfologi, tetapi ada kalanya pemilihan metode tambang yang baik adalah stripping mining karena tambang ini penambangannya relatif landai dekat permukaan.
2. Rinaldy Mesakh Kase (09.110.1008)
Perbedaan Bulldozer roda karet dan roda rantai serta perbedaan penggunaan pada medan lapanagan?
Jawab :
- Traktor roda karet
1. Spesialis daerah dengan permukaan tanah keras dan baik
2. Tenaga tarik kecil sehingga dapat bergerak lebih cepat; dengan penambahan gardan pada pengungkit roda, maka dapat bergerak dengan lebih leluasa
3. Bidang singgung dengan tanah lebih kecil, beban muatan bertumpu pada roda
4. Karena bidang singgung kecil, maka menjadi lebih mudah selip
5. Mobilitas tinggi, sehingga jarak angkut jauh.
- Traktor roda rantai
1. Spesialis daerah dengan permukaan tanah jelek
2. Tenaga tarik besar, sehingga gerakannya menjadi lambat
3. Bidang singgung roda dengan tanah besar
4. Kemungkinan selip kecil dan Floating lebih baik
5. Mobilitas rendah sehingga jarak angkut sangat dekat
6. Biasanya hanya digunakan untuk dudukan alat-alat penggalian dan pembersihan.
3. Yoni Setiawan (10.110.1021)
Kenapa Bulldozer roda karet masih dipakai padahal ada yang roda rantai yang lebih kuat?
Jawab :
Pemakaian roda karet masih digunakan karena apabila roda rantai digunakan di daerah tanah yang keras berbatu tentunya akan merusak roda rantai dari bulldozer tesebut, sedangkan roda karet lebih efisien digunakan di permukaan tanah yang keras dan berbatu. Jadi, dalam pemilihan alat harus memeperhatikan medan lapangan.
4. Bayu Harpani (10.110.1017)
• Mengapa memilih judul”Teknik Tambang Permukaan dan Alat Berat yang Digunakan”
Jawab :
Mengapa saya memilih judul tentang teknik tambang permukan dan alat berat yang digunakan, karena pada saat sekarang teknik tambang permukaan metodenya tidak pernah berubah yang berubah hanya penggunaan alat berat yang digunakan, alat berat sudah banyak mengalami modifikasi dari tahun ke tahun. Sehingga membuat saya tertrik tentang pembahas ini.
• Untuk morfologi yang lebih curam lebih baik menggunakan alat yang mana?
Jawab :
Untuk morfologi yang curam sebaiknya digunakan alat berat seperti dragline, karena dragline mempunyai tower yang cukup panjang, jangka buang bucketnya mampu membuang hingga 75 meter, mampu mengangkut material yang berada pada tebing, sehingga alat berat tidak perlu masuk ke tebing, karena apabila itu dilakukan kemungkinan
terjadinya tanah longsor pada tebing tersebut. Tetapi kekurangan alat berat ini pergerakan yang lambat, sehingga mengurangi daya produktivitasnya.
• Dosen pembahas
1. Dalam memilih roda karet atau rantai disesuaikan dengan medan
2. Menganai sewa alat
3. Karakter batubara apa ada pengaruh dalam pemilihan alat berat
4. Pada pendahuluan ada tipe batubara, sebaran batubara
5. Saran : K3 ada hubungan pada tambang batubara tersebut.