Teknik Pmbuatan Beton
-
Upload
kuyang-laki -
Category
Documents
-
view
86 -
download
2
Transcript of Teknik Pmbuatan Beton
March 28, 2008
Teknik Pembuatan Beton
Filed under: Teknik Sipil
Beton adalah material utama yang digunakan dalam pembuatan bangunan.
Beton terdiri dari pasta, agregat dan admixture. Dalam membuat suatu beton dengan
mutu tertentu perlu ditentukan jumlah pasta dan agregat yang sesuai. Pasta adalah
campuran semen dan air yang digunakan untuk merekatkan agregat-agregat dalam
beton. Jumlah pasta pada pembuatan beton sekitar 30-40% dari volume dan berat
total beton. Sedangkan jumlah agregat sebesar 60-70%.
Dalam suatu proses pembuatan beton, yang perlu diperhatikan ada kekuatan,
keekonomisan, dan durabilitas bahan dari beton tersebut. Durabilitas adalah daya
tahan suatu bahan terhadap beban yang akan diterimanya. Pembuatan beton
melalui proses perhitungan kadar air,jumlah semen dan jumlah agregat yang
diperlukan. Setelah proses perhitungan, akan dilakukan proses pembuatan beton
dengan bahan-bahan yang telah dihitung. Setelah beton terbentuk, dilakukanlah
proses perawatan selama 28 hari. Pada hari ke 28, kualitas beton hanya memenuhi
70% dari kondisi normalnya. Pada proses perawatan beton diusahakan agar
temperatur ruang perawatan jangan terlalu dingin, juga beton diusahakan jangan
terlalu
kering karena akan menyebabkan getas.
1. Semen dan Air
Semen merupakan bubuk kering yang berupa partikel-pertikel halus.
Dalam pembuatan beton, semen akan dicampur air untuk membentuk pasta.
Semen memiliki beberapa tipe yaitu tipe I, II, III, IV dan V. Tipe-tipe semen
tersebut diurutkan berdasarkan kekuatan awalnya dalam merekatkan suatu
bangunan yang dibentuk. Semen yang digunakan dalam pembutan beton
adalah semen hidrolik. Semen hidrolik adalah jenis semen yang bereaksi
dengan air dan membentuk suatu batuan massa. Semen hidrolik juga terdiri
dari beberapa jenis, seperti semen semen portland, semen portland abu
terbang, semen portland putih, dll. Semen portland terbuat dari campuran
kalsium, silika, alumunium dan oksida besi. Pada penggunaannya di
lapangan, bahan-bahan semen portland dibuat atau ditambahkan dari zat
kimia lain. Contohnya, semen portland abu terbang yang merupakan hasil
poemanfaatan kembali dari produksi pembakaran gas.
Air juga sangat dibutuhkan dalam pembuatan beton, karena air dapat
mempercepat proses kimiawi pada beton.Sehingga dapat memudahakn
pengerjaan. Pada reaksi kimia beton, hanya 1/3 bagian air yang diperlukan
untuk reaksi. Air bermanfaat dalam mencegah penyusutan plastis. Tapi dapat
merendahkan permeabilitas dan kekuatan beton.
Dalam pembuatan beton, semen akan dicampur air untuk membentuk
pasta. Fungsi dari pasta ini adalah untuk merekatkan agregat sehingga tidak
mudah goyah. Selain itu, semen juga berfungsi dalam mengeraskan dan
membentuk beton agar padat. Proporsi dari kedua campuran semen dan air
menentukan sifat-sifat dari beton yang dibentuk.
2. Agregat
Agregat merupakan pengisi beton yang digunakan untuk membuat
volume stabil. Selain itu, sifat mekanik dan fisik dari agregat sangat
berpengaruh tehadap sifat-sifat beton yang dihasilkan, seperti kuat tekan,
kekuatan, durabilitas, berat, dll. Kegunaan agregat pada beton adalah:
• Menghasilkan beton yang murah.
• Menimbulkan volume beton yang stabil
• Mencegah abrasi jika beton digunakan pada bangunan laut
Agregat alami dapat diperoleh dari proses pelapukan dan abrasi serta
pemecahan pada batuan induk yang lebih besar. Agregat yang baik untuk
digunakan adalah agregat yang menyerupai bentuk kubus atau bundar,
bersih, keras, kuat, bergradasi baik dan stabil secara kimiawi.
3. Admixture dan Additife
Admixture atau zat tambahan lainnya adalah bahan yang tidak harus dipakai
dalam pembuatan beton,karena dipakai hanya jika ingin mendapatkan suatu
jenis beton yang membutuhkan bahan,selain semen dan agregat. Contoh-
contoh zat admixture :
• Super-plasticizer : digunakan untuk mengurangi jumlah campuran air
• Pembentuk gelembung udara : meninggikan sifat kedap air
• Retarder : memperlambat pengerasan, memperpanjang waktu
pengerjaan
• Bahan warna : memberi bahan warna
Sistem dan Teknologi Konstruksi
Filed under: Teknik Sipil
PENDAHULUAN
Tulisan berikut merupakan rangkuman yang penulis kumpulkan dari
beberapa buku dalam rangka memahami dan menemukan hubungan interaksi
antara Sistem dengan Teknologi serta keterkaitan Pelaku, Keahlian dan
Kelembagaan yang mewadahinya. Substansi tulisan merupakan pemahaman awal
penulis saat bekerja pada Deputi Konstruksi, Kantor Menteri Negara Pekerjaan
Umum dahulu dan dirasakan masih sangat relevan dengan tugas-tugas di Badan
Pembinaan Konstruksi dan Investasi dimana penulis bekerja sekarang mengingat
tugas-tugas Deputi Konstruksi tersebut diwariskan pada badan ini.
PENGERTIAN SISTEM
Dari segi Etimologi, kata sistem sebenarnya berasal dari Bahasa Yunani yaitu
“Systema”, yang dalam Bahasa Inggris dikenal dengan “SYSTEM”, yang mempunyai
satu pengertian yaitu sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan
secara teratur dan merupakan satu keseluruhan yang tidak terpisahkan.
Menurut filsuf Stoa, bahwa sistem adalah gabungan dari keseluruhan langit
dan bumi yang bekerja bersama-sama, sehingga dapat kita lihat bahwa sistem terdiri
dari unsur-unsur yang bekerja sama membentuk suatu keseluruhan dan apabila
salah satu unsur tersebut hilang atau tidak berfungsi, maka gabungan keseluruhan
tersebut tidak dapat lagi kita sebut suatu sistem. Berikut ini adalah definisi kata
Sistem menurut beberapa para ahli.
a. Buckley
Sistem adalah suatu kebulatan atau totalitas yang berfungsi secara
utuh, disebabkan adanya saling ketergantungan diantara bagian-bagiannya.
(A whole that functions as a whole by virtue of interdependence of its parts).
b. H.Kerzner
Sistem adalah sekelompok komponen yang terdiri dari manusia
dan/atau bukan manusia (non-human) yang diorganisir dan diatur sedemikian
rupa sehingga komponen-komponen tersebut dapat bertindak sebagai satu
kesatuan dalam mencapai tujuan, sasaran bersama atau hasil akhir.
Pengertian ini, mengandung arti pentingnya aspek pengaturan dan
pengorganisasian komponen dari suatu sistem untuk mencapai sasaran
bersama, karena bila tidak ada sinkronisasi dan koordinasi yang tepat, maka
kegiatan masing-masing komponen, sub-sistem, atau bidang dalam suatu
organisasi akan kurang saling mendukung.
c. B.S. Blanchard
Engineering System adalah aplikasi yang efektif dari usaha-usaha
ilmu pengetahuan dan engineering dalam rangka mewujudkan kebutuhan
operasional menjadi suatu sistem konfigurasi tertentu, melalui proses yang
saling terkait berupa definisi keperluan analisis fungsional, sintesis, optimasi,
desain, tes, dan evaluasi.
Selanjutnya pengertian sistem ini pada kenyataannya juga dipakai untuk
menunjukan banyak hal seperti:
Sistem yang digunakan untuk menunjukan suatu kumpulan dan himpunan
benda-benda yang disatukan atau dipadukan oleh suatu bentuk saling hubung atau
saling ketergantungan yang teratur; sesuatu himpunan bagian-bagian yang
tergabungkan secara alamiah maupun oleh budi daya manusia sehingga menjadi
suatu kesatuan yang bulat dan terpadu; suatu keseluruhan yang terorganisasikan
atau sesuatu yang organik; atau juga yang berfungsi bekerja atau bergerak secara
serentak bersama-sama bahkan sering bergeraknya itu mengikuti suatu kontrol
tertentu. Contoh: Sistem tata surya, ekosistem.
Sistem yang digunakan untuk menyebut alat-alat atau organ tubuh secara
keseluruhan yang secara khusus memberikan andil atau sumbangan terhadap
berfungsinya fungsi tubuh tertentu yang rumit tetapi amat vital. Contoh: Sistem
syaraf.
Sistem yang menunjukan sehimpunan gagasan (ide) yang tersusun
terorganisasikan, suatu himpunan gagasan, prinsip, doktrin, hukum dan sebagainya
yang membentuk suatu kesatuan yang logik dan dikenal sebagai isi buah fikiran
filsafat tertentu, agama atau bentuk pemerintahan tertentu. Contoh: Sistem teologi,
sistem pemerintahan demokrasi, sistem masyarakat islam.
Sistem yang digunakan untuk menunjukan suatu hipotesa atau teori. Contoh:
Pendidikan sistematik.
Sistem yang digunakan dalam arti metode atau tata cara. Contoh: Sistem
mengetik 10 jari; sistem belajar jarak jauh.
Sistem yang digunakan untuk menunjukan pengertian skema atau metode
pengaturan organisasi atau susunan sesuatu atau mode tata cara. Dapat juga dalam
arti suatu bentuk atau pola pengaturan pelaksanaan atau pemrosesan; dan juga
dalam pengertian metode pengelompokan, pengkodifikasian dan sebagainya.
Contoh: Sistem pengelompokan bahan pustaka menurut Dewey.
Dari uraian di atas pemakaian sistem dapat digolongkan secara garis besar
pada dua golongan pemakaian yaitu:
Menunjukan pada suatu bentuk fisik, sesuatu wujud benda, abstrak maupun
konkrit termasuk juga konsepsi yang dikenal dengan deskriptif Menunjukan suatu
metode atau tata-cara yang dikenal dengan preskriptif
Sistem paling sering digunakan untuk menunjukan pengertian metode atau
cara dan sesuatu himpunan unsur atau komponen yang saling berhubungan satu
sama lain menjadi satu kesatuan.
Deskriptif Preskriptif
Ini sebuah mobil. Ini seb. mobil yg bisa memberi layanan transportasi ekonomis.
Ini program investasi. Ini program investasi yang akan meningkatkan deviden
Ini perlengkapan keamanan. Ini perlengkapan keamanan yang akan mencegah
kecelakaan
Contoh tersebut di atas menunjukan pada suatu wujud barang atau benda
dalam pengertian deskriptif yang berlainan dengan benda yang dipergunakan dalam
pengertian preskriptif yaitu sebagai suatu metode atau alat untuk mencapai sesuatu.
Konsep pengertian sistem sebagai suatu metode ini dikenal dalam pengertian
umum sebagai pendekatan sistem yang merupakan penerapan metode ilmiah dalam
memecahkan suatu masalah. Ada banyak penyebab atas terjadinya sesuatu
masalah. Jadi pendekatan sistem menyadari adanya kerumitan di dalam kebanyakan
permasalahan. Misalnya dalam kasus suatu kecelakaan mobil kita tidak bisa
menganggap terjadinya kecelakaan akibat mobil dijalankan ngebut. Apabila dikaji
lebih cermat banyak faktor yang dapat menjadi penyebab kecelakaan mobil. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa banyak manfaat yang kita peroleh dengan
mengambil kesimpulan atau keputusan secara sistematik ini.
A. DEFINISI SISTEM
Adalah sehimpunan unsur yang melakukan sesuatu kegiatan atau menyusun
skema atau tata cara melakukan sesuatu kegiatan pemrosesan untuk mencapai
sesuatu atau beberapa tujuan dan hal ini dilakukan dengan cara mengolah data
dan atau energi dan atau barang (benda) di dalam jangka waktu tertentu guna
menghasilkan informasi dan atau energi dan atau barang (benda). Contoh:
Sistem Pabrik. Sekelompok orang, mesin, dan fasilitas (sehimpunan unsur)
melakukan kegiatan atau bekerja untuk menghasilkan jumlah dan jenis produk
tertentu dengan mendayagunakan atau mengolah atau memberlakukan
persayaratan produk, jadwal, bahan mentah, dan daya listrik yang diubah
menjadi daya mekanik guna menghasilkan karya, produk dan informasi yang
telah direncanakan atau ditetapkan pada saat para langganan memerlukannya.
Sistem Informasi Manajemen. Sekumpulan orang, seperangkat pedoman dan
alat perlengkapan pengolah data memilih, menyimpan, mengolah dan mengambil
kembali data (mengolah data dan bahan) untuk mengurangi ketidakpastian di
dalam pembuatan keputusan dengan menghasilkan atau memberikan informasi
bagi/kepada pimpinan pada saat pimpinan tersebut bisa mempergunakannya
seefisien-efisiennya.
Sistem Organisasi Usaha. Sekumpulan orang mencari dan mengolah
sumber-sumber material dan informasi untuk mencapai berbagai macam tujuan
bersama termasuk keuntungan ekonomi bagi perusahaan dengan
menyelenggarakan pembelanjaan atau penganggaran, perancangan,
memproduksi dan pemasaran guna menghasilkan produk akhir dan berhasil
memasarkannya sebanyak jumlah minimum tertentu per tahunnya.
Jika diperhatikan ketiga contoh di atas, maka nampak ada unsur difinisi yang
selalu ada yaitu:
Sehimpunan Unsur
Tujuan Sistem
Wujud Hasil Kegiatan atau Proses Sistem dalam Kurun Waktu
Pengolahan data dan atau Energi dan atau Bahan.
Dari uraian di atas unsur-unsur definisi dapat disusun dalam bentuk
pertanyaan–pertanyaan sehingga mempermudah pemahamannya sebagai
berikut:
Apakah sajakah unsur-unsur sistem itu?
Apakah tujuan sistem itu?
Apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan itu?
Apa sajakah yang diproses oleh sistem itu?
Apa yang dihasilkan proses itu?
Apa ukuran keberhasilan proses tersebut?
Penggunaan kata Sistem dalam Pendekatan-Sistem (systems approach)
sudah digunakan sejak lama di negara-negara Barat untuk menyelesaikan
permasalahan dengan lebih objektif dan mendetail.
B. SISTEM KONSTRUKSI
Bagaimana dengan pengertian Sistem yang dikaitkan dengan Konstruksi,
yang sering ditulis dengan Sistem Konstruksi. Sebenarnya kata konstruksi
menurut Bahasa Indonesia lebih dekat dengan kata dari Bahasa Belanda
“Konstruktie”, karena kata Konstruksi yang dimaksudkan disini adalah wujud
sesuatu bangunan. Sehingga kata Konstruksi haruslah berupa kata benda. Jadi
Konstruksi disini bukanlah terjemahan langsung dari Bahasa Inggris yaitu dari
kata “Construction”, yang berarti pembangunan. Sehingga “Construction System”
menurut Bahasa Inggris lebih tepat diterjemahkan menjadi Sistem Pembangunan
yang dekat dengan pengertian “Construction Management”. Jadi yang dimaksud
dengan Sistem Konstruksi disini adalah sistem bangunan atau jenis-jenis
bangunan atau dalam Bahasa Inggris sebenarnya lebih tepat disebut dengan
“Structural System”.
Dengan menggunakan konsep di atas maka Sistem Konstruksi dapat
diartikan sebagai sekelompok orang, seperangkat pedoman dan peraturan,
fasilitas, alat perlengkapan pengolah data melakukan kegiatan atau bekerja
untuk menghasilkan jumlah dan jenis konstruksi tertentu dengan
mendayagunakan atau memberlakukan persyaratan teknis, sumber daya alam,
sumber daya manusia guna menghasilkan hasil karya dan informasi yang telah
direncanakan atau ditetapkan pada saat diperlukan. Selanjutnya, Sistem
Konstruksi dalam hal ini juga mengandung artikan sebagai gabungan dan
kerjasama dari semua unsur Konstruksi, sehingga membentuk satu kesatuan
yang kompak dan terpadu menjadi suatu bangunan untuk suatu manfaat tertentu.
Dalam hal Konstruksi Bangunan Sipil, khususnya Konstruksi Jembatan, maka
yang dimaksud dengan Sistem Konstruksi adalah suatu konstruksi yang disusun
oleh atau terdiri dari sub-sistem yaitu: Bangunan Atas Jembatan, Bangunan
Bawah Jembatan, dan dilengkapi dengan Bangunan Pelengkap Jembatan.
Selanjutnya, kalau bahasan analisa kita turunkan satu level dibawahnya yaitu
dengan merinci unsur sub-sistem Bangunan Atas Jembatan maka dapatlah kita
uraikan lebih jauh bahwa Bangunan Atas tersebut tersusun dari Gelagar Utama,
Diafragma, Lantai-Jembatan, Trotoar, Railing-Post, dan Hand-Railing. Memper-
hatikan uraian di atas dapatlah kita simpulkan bahwa setiap suatu sistem bisa
kita uraikan dalam bentuk sub-sistem pada level dibawahnya. Dan secara umum
suatu sistem dapat kita jabarkan dalam bentuk suatu hirarki dengan berbagai
levelnya.
Marilah kita tinjau sistem dari sebuah Pohon, dimana setiap Pohon akan
terdiri dari sub-sistem dibawahnya yaitu: Batang, Cabang, Ranting, Daun dan
Buah serta Akar. Unsur-unsur pohon tersebut, saling bekerjasama, untuk
memperoleh suatu manfaat tertentu, antara lain untuk mempertahankan hidup
dan menghasilkan reproduksi. Apabila salah satu atau lebih dari unsur sub-
sistem tersebut tidak bekerja atau hilang maka gabungan dari unsur-unsur yang
tidak lengkap tersebut tidak dapat kita katakan sebagai sebuah sistem.
Pada suatu sistem yang lebih kompleks misalnya Manusia, dapatlah kita lihat
suatu hirarki sebagai berikut: Manusia secara utuh dan lengkap dapat kita sebut
sebagai level-1. Selanjutnya sub-sistem yang langsung berada dibawahnya yaitu
pada level-2, dapat kita uraikan menjadi Kepala, Tubuh dan Anggota Badan.
Selanjutnya apabila kita teliti lebih jauh pada level sub-sistem berikutnya yaitu
pada level-3, maka Kepala dapat pula kita uraikan lebih jauh yaitu terdiri dari
Mata, Telinga, Mulut, Hidung, dan Wajah. Dan seterusnya pada level-4 dapat
diuraikan lagi lebih lanjut yaitu untuk Telinga dapat dirinci lebih jauh menjadi:
Daun-Telinga, Lubang-Telinga, Saluran Eustachius dan Gendang-Telinga.
Kalau kita melihat sistem tersebut dengan keterkaitannya kepada dukungan
dari unit lain, maka pada tatanan yang mempunyai level sistem yang sama yaitu
Teknologi Konstruksi, Keahlian Konstruksi, Kelembagaan Usaha Konstruksi dan
Jasa Konstruksi, maka akan kita temui suatu kumpulan sistem yang disebut
“BIDANG KONSTRUKSI”. Lebih jauh kalau kita melihat pada tatanan yang lebih
tinggi yang dikenal dengan sebutan “Supra-Sistemnya”, maka akan kita temui
suatu sistem yang cakupannya lebih luas dan lebih menyeluruh, misalnya suatu
ruas jalan tertentu dapat kita sebut sebagai Supra-Sistem dari jembatan yang
terletak pada ruas tersebut, selanjutnya ruas jalan tersebut dapat pula kita
namakan dengan sub-sistem dari suatu sistem jaringan jalan yang lebih luas.
Selanjutnya sistem jaringan jalan ini, dapat pula kita sebut sebagai sub-
sistem dari moda-transportasi darat, dimana moda transportasi darat ini dapat
pula kita nyatakan menjadi sub-sistem dari sistem transportasi nasional yang
mencakup seluruh moda transportasi yang ada yaitu transportasi darat,
transportasi laut, dan transportasi udara.
C. SISTEM KONSTRUKSI JEMBATAN
Sebelum membahas apa yang dimaksud dengan Sistem Konstruksi
Jembatan, akan dijelaskan terlebih dahulu definisi jembatan. Jembatan adalah
suatu Konstruksi yang dibangun untuk melewatkan suatu massa atau traffic lewat
atas suatu penghalang. Selanjutnya macam-macam penghalang, atau jenis
penghalang, dapat terdiri dari: Sungai, Jalan Raya, Laut, Waduk, Jalan Kereta
api, dan lain sebagainya. Apabila konstruksi tersebut kita bangun lewat bawah
suatu penghalang, maka jenis konstruksi tersebut umumnya dapat kita sebut
sebagai Terowongan, Under-pass atau Tunnel.
Dalam bahasan berikut ini kita akan membahas secara lebih mendetail
mengenai Sistem Konstruksi Jembatan, pertama-tama harus kita bahas terlebih
dahulu soal sebutan atau penamaan Jembatan, misalnya apakah yang dimaksud
dengan Sistem Konstruksi Jembatan Rangka Baja. Pemberian nama jembatan
biasanya mengikuti kesepakatan dari penggunaan jenis Konstruksi Utama yang
digunakan dan jenis material jembatannya. Dalam hal ini, jenis Konstruksi
Utamanya adalah terdiri dari konstruksi rangka dengan jenis material baja.
Selanjutnya yang dimaksud dengan Konstruksi Jembatan Gantung Baja,
adalah suatu Konstruksi Jembatan yang mengandalkan Konstruksi Utamanya
terdiri dari Kabel Penggantung yang umumnya terdiri dari jenis material baja.
Sedangkan yang dimaksud dengan Jembatan Cable-Stayed ialah suatu
konstruksi jembatan yang menggunakan kabel yang diregangkan lurus, atau
dicancangkan dalam memikul beban utama konstruksi.
Sistem Bangunan Atas Jembatan yang telah diteliti dan dikembangkan
selama bertahun-tahun, termasuk pengembangan tipe-tipe Konstruksi Bangunan
Atas, jenis material, nilai ekonomis, panjang jembatan yang mungkin dicapai,
telah menghasilkan suatu kesimpulan berupa suatu konsep yang dikenal dengan
sebutan “Bentang Ekonomis Jembatan”. Selanjutnya, yang dimaksud dengan
Bentang Ekonomis suatu jembatan ialah bentang yang paling ekonomis untuk
suatu tipe konstruksi jembatan dengan jenis material tertentu, sebagaimana
diuraikan seperti berikut ini:
Tipe Flat Slab, untuk bentang: 5m-15m
Tipe Gelagar, untuk bentang: 10m-25m
Tipe gelagar Prestressed I Section: 15m-40m
Tipe gelegar Box Prismatic Section: 30m-60m
Tipe Box Free Cantilever Sistem: 60m-200m
Tipe Pelengkung untuk bentang: 50m-250m
Tipe Rangka untuk bentang: 40m-400m
Tipe Cable-Stayed untuk bentang: 250m-1000m
Tipe Gantung untuk bentang: 100m-2000m
Tipe Hybrid (Gantung plus Cable-stayed): 1500m-3500m
BI-Stayed (pengembangan Cable-Stayed)
Dengan memperhatikan Konsep Bentang Ekonomis tersebut di atas kita
dapat dengan mudah untuk memutuskan untuk suatu lebar sungai tertentu,
berapa panjang bentang sebuah jembatan yang paling ekonomis, sehingga
penghematan biaya pembangunan jembatan tersebut dapat kita peroleh paling
tidak penghematan biaya untuk biaya Bangunan Atas sudah dapat langsung kita
terapkan. Lebih jauh lagi dengan mempelajari Sistem Konstruksi Bangunan
Bawahnya dapat pula kita pilih dan kemudian kita putuskan tipe bangunan yang
paling ekonomis tentu saja dengan telah mempertimbangkan pula pilihan jenis
pondasi yang paling sesuai dilihat dari segi ekonomisnya pula.
Kombinasi pemilihan tipe Bangunan Bawah Jembatan sebenarnya relatif
lebih sulit dikarenakan tipe bangunan bawah terutama tipe atau jenis Pondasinya
yang relatif bervariasi cukup banyak, karena penentuan tipe dan jenis pondasi
tersebut akan sangat tergantung kepada jenis dan besarnya beban serta
kombinasi beban yang bekerja, tentu saja pertimbangan lain yang tidak kalah
pentingnya, yaitu unsur tanahnya, dengan mempertimbangkan pula kekuatan
daya dukung serta struktur geologinya, kedalaman tanah keras dan tentu saja
juga tergantung pula kepada dalamnya sungai atau dalamnya laut apabila
kebetulan konstruksi jembatan yang kita tinjau tersebut terletak di laut,
sedemikian apabila kita ingin membuat sebuah standar dalam bentuk konsep
yang serupa yaitu Tipe-Pondasi yang paling ekonomis, tentu akan cukup rumit
mengingat banyaknya variasi yang harus kita pertimbangkan pula.
Berikut dibawah ini dapat dilihat uraian secara lengkap sistem konstruksi
jembatan menurut hirarkinya sebagai berikut:
1. PENILAIAN TERHADAP SISTEM
Suatu sistem dapat kita katakan optimum apabila semua unsur-unsur
yang mendukung sistem tersebut juga mencapai nilai optimum, di atas telah
kita bahas beberapa unsur yang mendukung terwujudnya suatu sistem yang
optimum yaitu:
Teknologi Konstruksi
Keakhlian Konstruksi
Kelembagaan Konstruksi
Jasa Konstruksi.
Selain keempat unsur utama tersebut di atas, maka ada beberapa unsur
lainnya yang tidak kalah pentingnya untuk turut pula menjadi pertimbangan
secara tersendiri disini, meskipun bahasan dari beberapa unsur tersebut
dapat pula kita bahas secara implisit di dalam masing-masing unsur tersebut.
Unsur-unsur penting lainnya tersebut adalah sebagai berikut:
Efektif-Efisien
Ekonomis
Financial-viable
Durability, kesesuaian dengan umur rencana
Azas-Manfaat, keberpihakan kepada Publik
Sistem Integrasi, terhadap sistem-sistem lain di lingkungannya
Dan lainnya (Lingkungan hidup, dlsb).
Keseluruhan unsur-unsur di atas haruslah menjadi pertimbangan untuk
melakukan penilaian terhadap suatu sistem konstruksi, apakah sistem
tersebut optimum atau tidak, yang menjadi masalah lebih lanjut adalah,
pemberian bobot terhadap masing–masing unsur. Apakah akan kita beri
bobot yang sama ataukah dengan bobot yang berbeda, menurut common–
sense seharusnya bobot untuk masing-masing unsur tersebut harusnya tidak
sama, tergantung kepada tingkat kepentingan dari masing-masing unsur
yang ditinjau, jadi sangat tergantung kepada tingkat Intervention–Policy yang
kita tetapkan. Pada kondisi normal dapat kita katakan bahwa pemberian
bobot tersebut dapat diambil sama, jadi untuk menentukan besarnya bobot
penilaian dari masing-masing unsur tersebut sebaiknya diambil berdasarkan
konsensus kebijakan yang kita tetapkan bersama.
Pemberian besaran masing-masing bobot tersebut biasanya mengikuti
kesepakatan yang biasa berlaku yaitu menggunakan 5 level yaitu Sangat
Penting, Penting, Biasa, Kurang Penting, Tidak Penting, atau menggunakan
Sistem 3 level, yaitu Penting, Biasa, Tidak Penting. Dalam bentuk rating
biasanya nilai-nilai tersebut di atas biasanya dinyatakan dalam bentuk angka
nominal yaitu untuk sistem 5 level, dalam bentuk 5,4,3,2,1, sedangkan untuk
sistem 3 level, dalam bentuk 5,3,1. Selanjutnya untuk lebih mudah dan jelas
sebaiknya kita lakukan simulasi penilaian ini langsung dalam bentuk nominal
secara kuantitatif. Misalnya di bawah ini akan kita bandingkan konstruksi
jembatan baja versus jembatan beton di ruas jalan Pantura antara Jakarta –
Surabaya.
Dapat kita simpulkan disini bahwa ternyata jembatan beton lebih unggul
kalau kita bandingkan dengan jembatan baja. Kalau kita uraikan lebih jauh
atas dasar apa kita menetapkan nilai-nilai rating tersebut di atas, berikut ini
dijelaskan secara rinci.
2. TEKNOLOGI KONSTRUKSI
Pengertian Teknologi sebenarnya berasal dari kata Bahasa Perancis
yaitu “La Teknique“ yang dapat diartikan dengan ”Semua proses yang
dilaksanakan dalam upaya untuk mewujudkan sesuatu secara rasional”.
Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan sesuatu tersebut dapat saja berupa
benda atau konsep, pembatasan cara yaitu secara rasional adalah penting
sekali dipahami disini sedemikian pembuatan atau pewujudan sesuatu
tersebut dapat dilaksanakan secara berulang (repetisi).
Berbeda kalau kita membahas tentang suatu produk-seni yang mana
proses pembuatannya dilaksanakan secara intuitif jadi tidak secara rasional,
sedemikian sehingga karya seni tersebut tidaklah dapat dikatagorikan
sebagai suatu produk teknologi. Kalau bahasan wacana ini dikembangkan
secara lebih jauh maka kata Teknologi ini biasanya mempunyai pasangan
kata yang populer yaitu Science, jadi pasangan kata Science dan Teknologi.
Sesungguhnya kata Science ini lebih dekat dengan jawaban kata “WHY”,
selanjutnya kata Teknologi dilain pihak sangat dekat dengan pengertian kata
jawaban dari “HOW”.
Kalau kita bandingkan penguasaan Teknologi Konstruksi Baja dengan
Konstruksi Beton secara umum dapat kita ketahui, bahwa berdasarkan
pengalaman selama ini bahwa teknologi pembuatan konstruksi beton lebih
banyak dikuasai oleh bangsa kita, apabila dibandingkan dengan teknologi
baja, hal ini dikarenakan bahwa semua unsur material pembuat beton banyak
tersedia di Pulau Jawa, karena itu maka nilai rating konstruksi beton kita
tetapkan dengan nilai 5, sedangkan untuk konstruksi baja kita tetapkan
dengan nilai 3.
Selanjutnya kalau kita berikan penilaian terhadap keahlian konstruksi,
maka dapat kita ketahui dengan jelas bahwa banyaknya tenaga terampil dan
tenaga ahli yang bergerak dibidang pembuatan konstruksi beton lebih banyak
dan lebih mudah ditemukan bila dibandingkan dengan, tenaga terampil dan
tenaga ahli dibidang konstruksi baja, jadi dapat kita simpulkan disini bahwa
nilai rating untuk konstruksi beton pasti lebih tinggi bila dibandingkan dengan
konstruksi baja, karena itu kita putuskan nilai untuk beton kita ambil 5 dan
untuk konstruksi baja kita ambil nilai 3.
3. KELEMBAGAAN USAHA
Kalau dilakukan juga penilaian terhadap ada atau tidaknya lembaga
usaha yang mampu melaksanakan pekerjaan suatu jenis konstruksi, maka
yang perlu diketahui disini adalah apakah kualifikasi dari suatu badan usaha
tersebut sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan ditinjau dari segala
aspeknya, apakah sudah ada sertifikasi yang sesuai untuk kualifikasi tersebut
dan lain sebagainya.
4. JASA KONSTRUKSI
Penilaian terhadap sistem apabila dilihat dari sudut Jasa Konstruksi,
tentu saja akan melibatkan penilaian apakah pelaksanaan Jasa Konstruksi di
Indonesia telah mempunyai suatu landasan Hukum yang kuat, juga apakah
pelaksanaan jasa konstruksi disini telah berdasarkan prinsip Market-Oriented.
Jadi telah menterapkan sistem persaingan bebas sedemikian sehingga
jaminan keamanan terhadap pelaksanaan jasa konstruksi dapat berkembang
berdasarkan prinsip persaingan bebas, yang memungkinkan dunia usaha
dibidang Jasa Konstruksi ini betul-betul akan hidup dan berkembang secara
sehat berdasarkan prinsip-prinsip di atas dan didukung oleh pengembangan
Professionalisme.
Dalam hal perbandingan Sistem Konstruksi Baja apabila kita
bandingkan dengan Sistem Konstruksi Beton akan dapat ditarik kesimpulan
berdasarkan kenyataan yang ada maka pelaksanaan konstruksi beton akan
lebih mudah dan lebih disukai dibandingkan dengan pelaksanaan Konstruksi
Baja, kerena itu penetapan besarnya nilai rating yang diambil adalah paralel
dengan hal tersebut diatas yaitu nilai 5 untuk konstruksi beton dan nilai 3
untuk konstruksi baja.
Penilaian selanjutnya akan ditujukan kepada nilai-nilai Eksternal yaitu
efektif, ekonomis, durability, manfaat, integrasi terhadap sistem lain dan
tingkat gangguannya terhadap lingkungan hidup.
5. EFEKTIVITAS
Kalau kita melihat sejauh mana suatu konstruksi itu akan mempunyai
tingkat nilai yang efektif, tentu saja harus diketahui proses pembuatannya dan
pemasangan bahan tersebut sampai menjadi suatu bangunan, apakah pada
setiap tahapan proses tersebut telah diterapkan syarat-syarat efektivitas
tersebut dan apakah pada setiap proses tersebut telah pula diterapkan
prinsip-prinsip kontrol kualitas secara ketat, untuk itu kalau kita bandingkan
proses pembuatan dan pelaksanaan Konstruksi Baja apabila kita bandingkan
dengan proses pembuatan dan pelaksanaan Konstrusi Beton maka dengan
mudah dapat diketahui bahwa jaminan tingkat efektivitas dari konstruksi baja
akan lebih unggul bila dibandingkan dengan konstruksi beton karena itu
penetapan besarnya nilai rating dapat diambil sebagai berikut yaitu untuk
baja diambil nilai 5 sedangkan untuk beton dtetapkan nilai 3.
6. EKONOMIS
Penilaian tentang ekonomis atau tidaknya suatu proyek haruslah
dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip pertimbangan ekonomis suatu
proyek antara lain prinsip Benefit-Cost Ratio yaitu suatu prinsip yang
dikembangkan berdasarkan penghitungan besarnya biaya yang akan
dikeluarkan oleh proyek tersebut. Selanjutnya kita bandingkan dengan
besarnya manfaat yang akan diperoleh apabila proyek tersebut sudah
berfungsi. Selain prinsip tersebut ada lagi metode lainnya yaitu berdasarkan
prinsip Internal-Rate of Return yang dikembangkan atas dasar prinsip
diskonto terhadap pengembalian dari investasi yang ditanamkan, kadang-
kadang prinsip ini sering juga disebut dengan prinsip Net Present Value. Ada
lagi cara lainnya yaitu dengan prinsip pengembalian Investasi yaitu dengan
prinsip W.A.C.C. Dengan menggunakan prinsip-prinsip di atas dapat kita lihat
atau diukur berapa tingkat ekonomisnya suatu proyek tersebut.
Dalam hal membandingkan tingkat ekonomis konstruksi baja bila
dibandingkan dengan konstruksi beton maka secara umum konstruksi Beton
sedikit lebih hemat dibandingkan dengan konstruksi Baja, untuk daerah
tertentu misalnya di Pulau Jawa. Sedangkan untuk daerah lainnya misalnya
di Pulau Kalimantan maka Konstruksi baja bisa sedikit lebih murah bila
dibandingkan dengan Konstruksi Beton, karena itu untuk penilaian ratingnya
dapat diambil sama.
7. UMUR RENCANA
Penilaian terhadap besarnya umur rencana suatu proyek umumnya
telah ditetapkan pada waktu proses perencanaannya, jadi biasanya setiap
proyek tersebut telah dihitung terlebih dahulu berapa prediksi umur yang
akan dicapai apabila proyek tersebut dibangun, kemudian dimensi proyek
tersebut baru dihitung sesuai dengan umur yang telah ditetapkan tersebut
selanjutnya besar nilai proyek tersebut lalu dihitung berdasarkan dimensi
tersebut bila kita kalikan dengan harga satuan dari masing-masing unit-price
pekerjaan yang akan dilakukan tersebut. Umur rencana ini tentu saja perlu
dikaitkan pula dengan pemeliharaan dari proyek tersebut, mengingat
bertahannya suatu proyek tidak terlepas dari biaya pemeliharaan yang kita
anggarkan. Semua biaya yang dikeluarkan mulai dari biaya perencanaan
sampai dengan biaya pemeliharaan itu umumnya disebut dengan Life-Cycle
Cost. Jadi yang penting ditekankan disini adalah apakah Performance
Indicator yaitu umur rencana itu dapat dicapai atau tidak, namun menurut
pengalaman yang ada banyak proyek yang tidak mencapai umur rencana
yang ditetapkan. Dalam hal pengambilan contoh rating ini dapat diambil untuk
Beton yaitu sebesar 5 sedangkan untuk baja diambil nilai 3, mengingat biaya
pemeliharaan beton lebih murah dibandingkan dengan beton.
8. MANFAAT
Pemberian penilaian terhadap manfaat yang akan diperoleh
masyarakat akibat adanya suatu proyek dapat kita bedakan dengan
perolehan manfaat langsung dan manfaat tidak langsung, dalam hal manfaat
langsung sesungguhnya telah ditetapkan lebih dahulu pada awal pembuatan
Studi-Kelayakan Proyek tersebut. Kita ambil misal untuk proyek jembatan,
sebelum proyek tersebut dibuat tentu terlebih dahulu telah dilakukan kajian
ekonomis apakah proyek tersebut cukup ekonomis atau tidak, salah satu
tolok ukur tersebut adalah melakukan prediksi, berapa jumlah traffic yang
akan lewat pada jembatan tersebut untuk suatu periode tertentu sampai
tercapai suatu umur rencana atau selama masa pelayanan dari konstruksi
tersebut. Dalam hal ini apabila kita bandingkan manfaat langsung dari kedua
macam konstruksi tersebut, tentu saja akan menghasilkan nilai yang sama.
Lain lagi kalau penilaian tersebut dilanjutkan kepada penilaian terhadap
manfaat tidak langsung misalnya kemungkinan kesempatan kerja, tentu saja
akan menghasilkan nilai yang berbeda. Tapi dalam kesempatan ini sebaiknya
pembahasan ini dibatasi saja terlebih dahulu dengan penilaian terhadap
manfaat langsung.
Melakukan penilaian yang lengkap terhadap kajian manfaat dari suatu
proyek konstruksi sebenarnya tidaklah terlalu mudah dikarenakan harus
melibatkan banyak fihak antara lain publik. Kalau sudah berhadapan dengan
publik dalam jumlah yang cukup mewakili maka haruslah diadopsi suatu
sistem penelitian yang dikembangkan berdasarkan suatu sistem angket atau
beberapa cara lain yang dilaksanakan berdasar prinsip-prinsip statistik
melalui proses jajak pendapat yang lengkap, kita akan memperoleh hasil
penelitian yang lengkap.
9. INTEGRASI SISTEM
Pembahasan mengenai terintegrasinya suatu sistem konstruksi yang
ditinjau haruslah dilihat secara keseluruhan apakah ada terdapat banyak
konstruksi yang sejenis yang telah dibangun disekitar daerah sistem
konstruksi yang kita tinjau kemudian haruslah diteliti sejauh mana keterkaitan
dari masing-masing sistem konstruksi yang telah ada dan harus juga dilihat
sejauh mana potensi keterkaitan sistem konstruksi tersebut dimasa depan.
Atas dasar kesemuanya itu dapatlah disimpulkan seberapa jauh tingkat
ketergantungan sistem tersebut satu sama lain dan atas dasar hal tersebut di
atas dapatlah diperoleh tingkat efisiensi tertentu yang dapat dicapai bila
dibandingkan dengan hanya sebuah single sistem saja yang kita terapkan,
hal ini dapat dengan mudah kita pahami yaitu pembelian suatu barang secara
Grossir tentu akan lebih hemat bila dibandingkan membeli secara eceran.
Dalam hal ini secara umum maka konstruksi beton akan lebih mudah
terintegrasi dengan sistem konstruksi lainnya yang menggunakan bahan
beton apabila dibandingkan dengan sistem konstruksi baja karena itu adalah
wajar kalau rating untuk beton diambil lebih besar yaitu sebesar 5, bila
dibandingkan dengan konstruksi baja yaitu 3.
10. MASALAH LINGKUNGAN
Dalam hal penilaian terhadap masalah lingkungan ini, maka akan
dapat dikembangkan secara lebih luas dan lengkap bila dalam kesempatan
ini dibahas pula masalah dampak kerusakan lingkungan yang dapat terjadi
pada suatu lingkungan proyek, namun mengingat dalam kesempatan ini
hanya akan dilihat secara garis besarnya saja, maka dapat dengan mudah
kita tentukan bahwa tingkat kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh
Sistem konstruksi beton akan lebih mencemari lingkungan mengingat
umumnya jenis konstruksi ini akan memanfaatkan sebesar-besarnya
penggunaan material setempat semisal batu, pasir, dan air yangdigunakan
sebagai bahan pembuat beton, karena itu penetapan besarnya nilai rating
yaitu sebesar 5, untuk konstruksi baja adalah wajar bila dibandingkan dengan
nilai 1.
Dari uraian di atas dapatlah diperoleh semua faktor penentu penilaian
terhadap suatu sistem yang ditinjau dimana semua faktor-faktor penentu tadi
dapat disebut dengan sebutan lain yaitu dikenal sebagai “Performance
Indicator” yaitu faktor-faktor yang kita tetapkan untuk menilai sejauh mana
performance suatu sistem yang ditinjau itu bekerja dengan benar, jadi suatu
kebijakan yang baik itu tentulah suatu kebijakan yang diambil berdasarkan
kriteria-kriteria tertentu yang disepakati bersama. Disamping ini ada pula
suatu penilaian yang dikembangkan untuk menilai suatu Policy yang telah
dilaksanakan sebelumnya tentu saja penilaian yang dilakukan disini adalah
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya apakah Performance
yang dicapai telah sesuai atau tidak bila dibandingkan dengan kriteria yang
telah ditetapkan semula, apabila ternyata tidak tercapai maka haruslah
ditelusuri kira-kira faktor-faktor yang menjadi penyebab utama dari
penyimpangan-penyimpangan tersebut, untuk kemudian dapat dihindari
dikemudian hari, selanjutnya kalau kita masukkan kriteria-kriteria baru
sebagai Performance Indicator yang baru hal ini dimungkinkan sebagai
bentuk penajaman penilaian dimasa datang.
Lebih jauh lagi akan lebih mudah melakukan penilaian terhadap
kebijakan suatu Sistem Konstruksi ini haruslah dikembangkan kumpulan-
kumpulan database dari masing-masing Indikator Penilaian yaitu database
tentang Sistem Konstruksi, Teknologi Konstruksi, Keahlian Konstruksi,
database tentang Harga Satuan, selanjutnya juga database tentang Sistem
Konstruksi di suatu lokasi dan lain sebagainya. Atas dasar database tersebut,
maka akses untuk melakukan penilaian terhadap suatu sistem konstruksi
akan dapat dengan mudah dilakukan, sedemikian dasar-dasar pengambilan
kebijakan yang baik dapat diambil dan ditetapkan, dan pada langkah lebih
lanjutnya tentulah hasil kebijakan tersebut akan bernilai optimum dan akan
bermanfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat banyak
Oleh: Ir. Herry Vaza, MEngSc
Kepala Bidang Rencana dan Evaluasi
Pusat Penilaian Mutu Konstruksi
BAPEKIN, KIMPRASWIL
Standar Kompetensi Bidang Konstruksi Batu / Beton
Filed under: Teknik Sipil, Edukasi
Daftar Istilah
1. acuan (bekisting) adalah suatu sarana pembantu struktur beton untuk
pencetak beton sesuai dengan ukuran, bentuk, rupa ataupun posisi yang
direncanakan.
2. agregat adalah material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah dan
kerak tungku besi, yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat
untuk membentuk suatu beton semen hidraulik atau adukan.
3. agregat ringan adalah agregat yang dalam keadaan kering dan gembur
mempunyai berat 1100 kg/m3 atau kurang.
4. agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi ‘alami’ bantuan
atau pasir yang dihasilkan oleh inustri pemecah batu dan mempunyai ukuran
butir terbesar 5,0 mm.
5. agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi ‘alami’ dari bantuan
atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir antara 5-40 mm.
6. adukan adalah campuran antara agregat halus dan semen portland atau
sembarang semen hidrolik yang lain dan air.
7. 7. angker adalah media untuk mengikat dalam suatu sambungan beton
pracetak.
8. bahan tambahan adalah suatu bahan berupa bubukan atau cairan, yang
dibubuhkan kedalam campuran beton selama pengadukan dalam jumlah
tertentu untuk merubah beberapa sifatnya.
9. beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang
lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan
tambahan membentuk masa padat.
10. beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah
tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum, yang disyaratkan dengan atau
tanpa prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua
material bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja.
11. beton-normal adalah beton yang mempunyai berat isi 2200- 2500 kg/m3
menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah yang tidak
menggunakan bahan tambahan.
12. beton praktekan adalah beton bertulang yang telah diberikan tegangan
dalam untuk mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat beban
kerja.
13. beton pracetak adalah elemen atau komponen beton tanpa atau dengan
tulangan yang dicetak terlebih dahulu sebelum dirakit menjadi bangunan.
14. beton ringan struktur adalah beton yang mengandung agregat ringan yang
mempunyai berat isi tidak lebih dari 1900 kg/m3.
15. beton polos adalah beton tanpa tulangan atau mempunyai tulangan tetapi
kurang dari ketentuan minimum.
16. berat jenis adalah perbandingan antara berat dan volume suatu material
(misalnya: beton).
17. CGS adalah standar internasional terkecil dalam ukuran metrik (dalam
sentimeter).
18. dowel adalah material penghubung antara 2 (dua) komponen struktur.
19. deking adalah beton tahu untuk pedoman ketebalan beton.
20. faktor air semen (fas) adalah perbandingan antara jumlah semen dan air
pada beton.
21. konstruksi batu adalah pasangan batu yang berfungsi sebagai elemen
konstruksi dengan kekuatan tekan > 100 kg/cm2.
22. konstruksi beton adalah beton yang berfungsi sebagai elemen konstruksi
23. Kabel adalah susunan material yang digunakan dalam media penarikan
beton pratekan, biasanya disebut ‘tendon’.
24. MKS adalah standar internasional terbesar dalam ukuran metrik (meter).
25. perancah (scaffolding) adalah suatu struktur (kerangka) sebagai (1) sarana
kerja bagi pekerja untuk melakukan tugas pada ketinggian tertentu dan (2)
penyangga acuan beton yang berfungsi mencegah terjadinya perubahan
posisi acuan dari posisi yang telah ditentukan
26. sengkang adalah tulangan yang digunakan untuk menahan tegangan geser
dan torsi dalam suatu komponen struktur, terbuat dari batang tulangan, kawat
baja atau jaring kawat baja las polos atau deform.
27. segregasi adalah pengelompokan agregat yang homogen pada adukan
beton, dimana agragat kasar terpisah dengan agregat halus. Standar
Kompetensi Bidang Konstruksi Batu/Beton Halaman - vii DEPDIKNAS RI
28. tulangan adalah batang baja berbentuk polos atau defon atau pipa yang
berfungsi untuk menahan gaya tarik pada komponen struktur, tidak termasuk
tendon prategang, kecuali bila secara khusus diikut sertakan.
29. tulangan polos adalah batang baja yang permuakaan sisi luarnya rata tidak
bersirip atau berukir.
30. tulangan deform adalah batangan baja yang permukaan sisi luarnya tidak
rata, tetapi bersirip, atau berukir.
Daftar Terjemahan
1. accelerator adalah bahan tambah untuk mempercepat pengikatan beton.
2. admixture adalah bahan tambah untuk campuran beton.
3. additive adalah bahan tambah untuk campuran beton.
4. bouwplank adalah papan duga dalam istilah Belanda.
5. barsteel adalah rangkaian tulangan.
6. box adalah korak penyedia daya atau arus listrik.
7. bucket tower crane adalah kotak pembawa material dari mesin angkat.
8. bleeding adalah beton yang kelebihan air, sehingga air semen naik ke
permukaan.
9. bendraat adalah kawat pengikat tulangan dalam istilah Belanda.
10. batching plant adalah lokasi / tempat pengadukan.
11. conveyor adalah ban berjalan untuk membawa material.
12. cofferdam adalah menahan / membendung adukan beton sehingga tidak
tercampur lingkungan (tanah, sungai dan sebagainya).
13. cast in situ adalah pelaksanaan pracetak beton di lapangan.
14. doka adalah perusahaan pembuat acuan dan perancah.
15. dump truck adalah truk yang mampu membawa adukan beton.
16. forklift adalah mesin / alat angkat.
17. hoist adalah mesin / alat angkat.
18. hammer test adalah uji palu beton pada lapisan yang telah mengeras.
19. in situ adalah lokasi / lapangan.
20. jacking adalah mesin / alat penarik kabel pratekan.
21. lay-out adalah penggunaan tata ruang di lapangan.
22. mold adalah acuan untuk pelaksanaan pengecoran beton.
23. mix design adalah disain campuran beton berdasarkan berat atau volume.
24. maccaferri adalah perusahaan pembuat acuan dan perancah.
25. power adalah energi listrik di lapangan yang berasal dari PLN atau
generating set.
26. portland cement adalah semen abu-abu.
27. post-tension adalah penarikan pada beton pratekan setelah beton
mengeras.
28. pre-tension adalah penarikan pada beton pratekan sebelum dilaksanakan
pengecoran.
29. peri adalah perusahaan pembuat acuan dan perancah.
30. retarder adalah bahan tambah untuk memperlambat pengikatan beton.
31. rapid klam adalah alat penjepit pada acuan untuk struktur kolom dan balok.
32. ready mix concrete adalah beton yang siap pakai.
33. speady adalah uji pada semen abu-abu untuk mengetahui kemampuan
ikatan semen.
34. slump adalah alat uji konsistensi/kekentalan beton.
35. steel proff adalah tiang baja yang berbentuk silinder dapat diatur
ketinggiannya.
36. shear connector adalah bahan / material penghubung antara 2 (dua)
material yang berbeda karakteristiknya (komposit).
37. strands adalah kumpulan kawat-kawat berdiameter kecil dan tipis untuk
membentuk kabel.
38. setting time adalah pengaturan atau penentuan waktu ikat pada beton.
39. sand blasting adalah alat / mesin pembersih permukaan pada beton
sebelum dilaksanakan perbaikan beton atau penutupan kembali.
40. shop drawing adalah gambar pelaksanaan / kerja.
41. site-plan adalah rencana lokasi / areal pelaksanaan. Standar Kompetensi
Bidang Konstruksi Batu/Beton Halaman - viii DEPDIKNAS RI
42. stressing adalah penarikan kabel atau tendon pratekan.
43. truck mixer adalah truk yang mampu mengaduk beton.
44. timing adalah pemilihan waktu untuk merencanakan ikatan beton.
45. troley adalah alat / mesin pembawa adukan beton.
46. uplift adalah tekanan / gaya angkat.
47. wearing diagram adalah pembungkus kabel (isolator) yang memiliki arus
listrik.
48. workshop adalah lokasi untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan fabrikasi.
49. waterpas adalah alat / mesin untuk mengukur kedataran suatu pasangan
konstruksi.
50. wires adalah kawat-kawat berdiameter kecil dan tipis untuk membentuk
kabel.
51. workability adalah kemudahan di dalam melaksanakan suatu pekerjaan
konstruksi.
52. wika precast adalah perusahaan (Wika, BUMN) yang memproduksi beton
pracetak.
Comments (0)
January 16, 2008
Istilah Transportasi
Filed under: Teknik Sipil, Tutorial Umum
IHCM (Indonesian Highway Capacity Manual) : diterjemahkan sebagai
Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (yang paling akhir diterbitkan tahun
1997), yang digunakan sebagai dasar perencanaan lalu lintas di Indonesia
(perencanaan simpang, perhitungan kapasitas jalan, dll).
Arus : pergerakan dari sekelompok moda transportasi baik sejenis maupun
tidak sejenis dari zona satu menuju zona yang lain.
Jalur (way) : adalah keseluruhan bagian perkerasan jalan yang ditujukan
untuk lalu lintas kendaraan baik satu arah atau lebih.
Lajur (lane) : adalah bagian dari jalur lalu lintas yang secara khusus
digunakan untuk dilewati oleh satu rangkaian kendaraan beroda empat atau
lebih dalam satu arah.
Bahu Jalan (shoulder) : adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur
lalu lintas baik diperkeras atau tidak, yang bermanfaat untuk tempat
menepikan kendaraan, parkir, dll.
Median : jalur pemisah arus yang dilengkapi dengan pembatas dan berfungsi
untuk membagi jalan jalan dalam masing-masing arah.
Kerb (curb) : adalah penonjolan atau peninggian tepi perkerasan ataupun
bahu jalan dengan maksud untuk keperluan drainase, mencegah kendaraan
keluar jalur dan memberikan ketegasan tepi perkerasan.
Pengaman Tepi : adalah bangunan semacam pagar penghalang yang
terletak di tepi jalan dengan tujuan untuk mencegah kendaraan keluar dari
jalur apabila terjadi kecelakaan, umumnya dipasang di jalur yang berada di
tepi jurang.
Damaja : Daerah Manfaat Jalan, yaitu areal yang meliputi badan jalan,
saluran tepi jalan dan ambang pengamannya, sedangkan badan jalan
meliputi jalur lalu lintas dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan.
Damija : Daerah Milik Jalan, adalah ruang sepanjang jalan yang dibatasi
dengan lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh pembina jalan dengan
suatu hak tertentu, yang merupakan sejalur tanah diluar Damaja yang
dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan keleluasaan keamanan
penggunaan jalan semisal untuk pelebaran Damaja dikemudian hari..
Dawasja : Daerah Pengawasan Jalan, yaitu Damija ditambah dengan�
sejalur tanah yang penggunaanya dibawah pengawasan pembina jalan
dengan maksud agar tidak mengganggu pandangan pengemudi dan
konstruksi jalan.
Alinyemen Horisontal/trase jalan : adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang
horisontal, yang berhubungan erat dengan tikungan, belokan, dll.
Alinyemen Vertikal : adalah perpotongan bidang vertikal derngan bidang
perkerasan permukaan jalan melalui sumbu jalan, yang berhubungan erat
dengan kelandaian ruas jalan.
Superelevasi : adalah kemiringan melintang jalan pada lengkung horisontal
(tikungan atau belokan) yang bertujuan untuk memperoleh gaya berat
kendaraan guna mengimbangi gaya sentrifugal yang terjadi.