Teknik pengumpulan bahan keterangan bagi polhut
-
Upload
sudirman-sultan -
Category
Education
-
view
4.932 -
download
6
description
Transcript of Teknik pengumpulan bahan keterangan bagi polhut
1
BAHAN AJAR
TTEEKKNNIIKK PPEENNGGUUMMPPUULLAANN BBAAHHAANN KKEETTEERRAANNGGAANN
DDIIKKLLAATT PPEEMMBBEENNTTUUKKAANN PPOOLLHHUUTT AANNGGKKAATTAANN XXXXXXII
TTAAHHUUNN 22001122
OOlleehh ::
SSuuddiirrmmaann SSuullttaann,, SSPP..,, MMPP..
KKEEMMEENNTTEERRIIAANN KKEEHHUUTTAANNAANN BBAADDAANN PPEENNYYUULLUUHHAANN DDAANN PPEENNGGEEMMBBAANNGGAANN SSDDMM
PPUUSSAATT PPEENNDDIIDDIIKKAANN DDAANN PPEELLAATTIIHHAANN KKEEHHUUTTAANNAANN
BBAALLAAII DDIIKKLLAATT KKEEHHUUTTAANNAANN MMAAKKAASSSSAARR
22001122
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Polisi Kehutanan (POLHUT) adalah pejabat tertentu dalam
lingkungan instansi kehutanan pusat dan daerah yang sesuai dengan sifat
pekerjaannya, menyelenggarakan dan atau melaksanakan usaha
perlindungan hutan yang oleh kuasa UU diberikan wewenang kepolisian
khusus di bidang kehutanan dan konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya.
Seorang Polhut dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
selalu mendapatkan keterangan/informasi mengenai tindak pidana
kehutanan. Untuk memastikan keterangan yang diperolehnya, seorang
Polhut harus mampu melakukan pengumpulan bahan keterangan dan
menilai bahan keterangan yang diperolehnya.
B. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran mata diklat ini, peserta diklat
mampu menjelaskan cara pengumpulan bahan keterangan/informasi bidang
kehutananan khususnya tindak pidana kehutanan.
C. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran mata diklat ini, peserta diklat
mampu:
1. Menjelaskan pengertian, tujuan dan manfaat pengumpulan bahan dan
keterangan.
2. Menjelaskan tata cara pengumpulan bahan dan keterangan.
3. Menjelaskan cara menganalisa bahan dan keterangan.
3
BAB II
PULBAKET
A. Pengertian
1. Pulbaket adalah segala usaha kegiatan dan pekerjaan yang
dilakukan secara berencana dan terarah dalam mencari,
mengumpulkan berbagai bahan keterangan tentang sasaran tugas
POLRI/Alat-Alat Kepolisian Khusus, untuk selanjutnya diolah dan
disajikan kepada pimpinan sebagai bahan masukan pimpinan dalam
menentukan kebijaksanaan dengan resiko yang telah diperhitungkan
terlebih dahulu.
2. INTELIJEN adalah orang yang bertugas untuk mencari bahan
keterangan untuk kebutuhan organisasi, kelompok atau perorangan.
B. Tujuan
Tujuan pengumpulan bahan dan keterangan adalah :
1. mendapatkan data dan informasi akurat.
2. mencari, dan menemukan bukti-bukti awal terhadap dugaan telah
terjadinya suatu tindak pidana kehutanan
3. mencari fakta/kejadian, barang bukti dan alat bukti yang
mengindikasikan dan mengarahkan pada pembuktian unsur-unsur
tindak pidana kehutanan.
4. menentukan apakah hasil PULBAKET tersebut layak ditindaklanjuti
dengan kegiatan penyidikan atau bentuk lainnya
C. Manfaat
Manfaat pengumpulan bahan dan keterangan adalah :
1. menyediakan bahan-bahan keterangan yang diperlukan dalam upaya
melakukan kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan.
2. memperjelas, menambah, dan menyempurnakan suatu data,
informasi, laporan, dan atau pengaduan yang diterima atau
ditemukan, bahwa telah terjadi tindak pidana bidang kehutanan.
4
BAB III TATA CARA PULBAKET
A. Observasi
Observasi yaitu “meninjau atau mengamat-amati suatu tempat,
keadaan atau orang untuk mengetahui baik hal-hal yang biasa maupun
yang tidak biasa dan kemudian hasilnya dituangkan dalam suatu
laporan”. Dari observasi yang dilakukan dapat diketahui kondisi suatu
tempat dan orang-orang yang ada ditempat tersebut. Setiap apa yang
dilihat dan diamati oleh observer akan dicatat sehingga dapat
menentukan langkah-langkah berikutnya.
Dalam melaksanakan observasi haruslah diperhatikan hal-hal
yang lain atau terdapat perbedaan dari hal-hal biasa yang tidak
diketahui masyarakat umum. Cara melakukan observasi adalah
bermacam-macam ragamnya antara lain apa yang tersebut di bawah
ini.
1. Observasi sepintas lalu, ialah observasi yang dilakukan secara
sambilan, dilakukan disamping sehari-hari atau disamping tugas
lainnya.
2. Observasi secara teratur , yaitu yang dijalankan oleh perorangan
atau kelompok dan merupakan tugas berdiri sendiri.
3. Observasi selayak pandang, ialah observasi dilakukan sccara umum
dengan perhatian yang berpindah-pindah tidak mendalam hanya
menghasilkan gambaran dalam garis besar, bersifat umum dan luas.
4. Observasi khusus, yaitu yang ditujukan khusus kepada suatu hal
yang tertentu.
B. Wawancara
Interview atau wawancara adalah suatu percakapan yang
diarahkan pada suatu masalah tertentu; ini merupakan proses tanya
jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara
fisik.
Dalam proses interview terdapat 2 (dua) pihak dengan kedudukan
yang berbeda. Pihak pertama berfungsi sebagai penanya, disebut pula
sebagai interviewer, sedang pihak kedua berfungsi sebagai pemberi
5
informasi (Information supplyer), interviewer atau informan. Interviewer
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, meminta keterangan atau
penjelasan, sambil menilai jawaban-jawabannya. Sekaligus ia
mengadakan paraphrase (menyatakan kembali isi jawaban interviewee
dengan kata-kata lain), mengingat-ingat dan mencatat jawaban-
jawaban. Disamping itu dia juga menggali keterangan-keterangan lebih
lanjut dan berusaha melakukan “probing” (rangsangan, dorongan).
Pihak interviewee diharap mau memberikan keterangan serta
penjelasan, dan menjawab semua pertanyaan yang diajukan
kepadanya. Kadang kala ia malahan membalas dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pula. Hubungan antara interviewer dengan
interviewee itu disebut sebagai “a face to face non-reciprocal relation”
(relasi muka berhadapan muka yang tidak timbal balik). Maka interview
ini dapat dipandang sebagai metoda pengumpulan data dengan tanya
jawab sepihak, yang dilakukan secara sistematis dan berdasarkan
tujuan research.
Wawancara dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu wawancara
terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Terstruktur apabila
pertanyaan yang diajukan pewawancara dilakukan secara ketat sesuai
daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Pertanyaan-pertanyaan,
runtunannya, dan perumusan kata-katanya sudah “harga mati”, artinya
sudah ditetapkan dan tak boleh diubah-ubah. Tidak terstruktur apabila
pertanyaan yang diajukan bersifat fleksibel tetapi tidak menyimpang dari
tujuan wawancara yang telah ditetapkan. Dalam wawancara dikenal
adanya teknik wawancara mendalam (in depth interview).
Petunjuk umum interview adalah :
a. Interviewer harus berpenampilan yang menarik. Tujuan utama interviu adalah untuk mendapatkan informasi yang yang akurat sebagaimana diinginkan. Untuk itu interviewer harus membekali diri dengan cara-cara yang dapat menarik perhatian, misalnya cara berbicara yang enak, familier, menyenangkan, termasuk cara berpakaian yang menarik;
b. Interviewer harus menguasai materi pertanyaan; jangan sering-sering melihat catatan, karena akan mengganggu suasana interviu.
6
Untuk itu pewawancara harus menguasai materi interviu, kalau perlu harus hafal di luar kepala.
c. Arahkan pertanyaan sehingga yang diinterview menjawab dengan jawaban “ya” dari pada menjawab “tidak”;
d. Segera melakukan pencatatan terhadap jawaban-jawaban saat interview; gunakan alat perekam elektronik. Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan pewawancara tidak ingat akan jawaban yang diberikan, padahal jawaban tersebut sangat penting;
e. Probing question: pertanyaan lebih mendalam untuk melakukan elaborasi terhadap jawaban; pertanyaan untuk menggali informasi lebih mendalam. Untuk menggali pertanyaan yang lebih mendalam, pewawancara harus menguasai betul materi interviu, sehingga suasana interviu tidak terjadi secara formal, akan tetapi lebih santai, ibaratnya seperti dialog saja.
f. Untuk dapat melakukan interviu dengan baik, pewawancara harus terampil dalam berbahasa, dan menguasai materi interviu. Untuk memenuhi maksud tersebut, pewawancara harus memperoleh latihan dan pengalaman yang cukup memadai.
C. Pembuntutan (Surveillance)
Surveillance adalah pengawasan terhadap orang , kendaraan
dan tempat atau obyek yang dilakukan secara rahasia ,terus-menerus
dan kadang-kadang berselang untuk memperoleh informasi kegiatan
dan identifikasi oknum. Informasi yang diperoleh dalam melakukan
pembuntutan digunakan untuk mengidentiflkasi sumber ,kurir dan
penadah hasil hutan illegal.
Operasi surveillance dilakukan secara terus-menerus dan kadang
berganti-ganti agar tidak menimbulkan kecurigaan bagi pelaku tindak
pidana kehutanan. Adapun tujuan pembututan adalah :
a. Untuk melindungi petugas atau untuk menguatkan kesaksian.
b. Untuk memperoleh bukti kejahatan.
c. Untuk melokalisir orang dengan mengawasi tempat yang sering ia
kunjungi dan orang-orang yang berhubungan dengannya.
d. Untuk mengecek kejujuran informan.
7
e. Untuk melokalisir harta benda atau barang-barang terlarang yang
disembunyikan.
f. Untuk mendapatkan kemungkinan dasar yang bisa digunakan untuk
melakukan penggeledahan
g. Untuk mendapatkan kemungkinan dasar yang bisa digunakan untuk
melakukan penggeledahan.
h. Untuk memperoleh informasi untuk digunakan nanti dalam
interogasi.
i. Untuk mengembangkan petunjuk dan informasi yang diterima dari
sumber-sumber lain.
j. Untuk mengetahui secara terus-menerus dimana seseorang itu
berada.
k. Untuk memperoleh barang bukti sah untuk digunakan dipengadilan.
Sedangkan tinjauan dari fungsi operasi pembuntutan dapat digolongkan
menjadi:
a. Pembuntutan untuk mengumpulkan data intelijen ( inteligence
seeking surveillance ) dimana penyidik perlu mempelajari segala
sesuatu yang bisa ia lakukan mengenai suatu kejahatan atau
kegiatan. Ia berusaha mempelajari sumber pemasok barang bagi
tersangka, siapakah kurirnya dan siapa saja yang mungkin menjadi
kaki tangannya.
b. Pembuntutan sebelum dilakukan pembelian ( prepurchase
surveillance) dilakukan untuk menghimpun data yang akan
membantu petugas dalam usahanya melakukan pembelian dari
tersangka. Penyidik berusaha mengenali orang-orang yang
berhubungan dengan tersangka. Ia juga berusaha mengetahui
sumber pemasok dan kurir-kurimya.
c. Pembuntutan selubung ( cover surveillance ) dilakukan terutama
untuk melindungi petugas, pembuntutan jenis ini juga dimaksudkan
untuk menguatkan kesaksian sipetugas.
d. Pembuntutan pasca pembelian ( post purchase surveillance )
dilakukan untuk alasan-alasan sebagai berikut:
Untuk memastikan larinya uang setelah penjualan.
8
Untuk mengambil orang-orang lain yang menjadi pelanggan
sipenjual tersebut.
Agar tetap bisa mengawasi sipenjual dalam petugas
mendapatkan barang tidak sesuai dengan kenyataan.
Operasi pembuntutan yang dilakukan harus juga didukung oleh
perlengkapan komunikasi dan transportasi yang memadai. Sebelum
dilakukan operasi pembuntutan maka petugas harus memperoleh
data orang yang akan dibuntuti. Dalam mempelajari informasi yang
berkaitan dengan tersangka, penyidik hendaknya memusatkan
perhatiannya pada nama-nama dan alias-alias yang digunakan oleh
tersangka, gambaran fisik yang terinci, termasuk foto jika ada, dan
ciri-ciri serta tabiat lain yang bisa dikenali. Kebiasaan dan kegiatan
sehari-harinya yang telah biasa dilakukan dan kemampuan
menghindari, pembuntutan. Dan juga harus diketahui identitas dan
gambaran kotak-kotak dan kawan-kawan tersangka yang sudah
diketahui atau dicurigai hendaknya diketahui.
D. Penyamaran
Penyamaran (undercover) adalah suatu operasi yang sifatnya
tertutup dan dirahasiakan. Kegiatan-kegiatan undercover semuanya
disamarkan ( Belanda : vermond ) sedemikian rupa. Sehingga orang-
orang yang melakukan dan segala kegiatannya tidak boleh
menimbulkan kecurigaan pada orang atau obyek yang disusupi.
Penyusupan ini akan sangat efektif jika digunakan dalam hal
telah diketahui lebih dahulu, bahwa beberapa orang terlihat dalam suatu
kejahatan berkomplot, tetapi bukti-bukti yang diperlukan masih kurang.
Dengan adanya informasi-informasi yang didapat melalui teknik-teknik
yang disebut di atas tersebut dapat disusun perencanaan guna
penangkapan pelaku tindak pidana dengan pembuatan TKP.
Perekayasaan TKP bertujuan untuk menciptakan suasana tertangkap
tangan sehingga pelaku tidak dapat mungkir dari sidang pengadilan dan
memudahkan penangkapan.
9
E. Laporan dan Informasi
Bahan keterangan juga bisa diperoleh berdasarkan laporan dan
informasi. Berdasarkan laporan dan informasi yang diperoleh tentang
tindak pidana kehutanan, maka Polhut membuatkan laporannya berupa
laporan informasi.
F. Survey Secara Cepat
Survei sumber daya alam hayati secara cepat adalah suatu
tehnik pengumpulan data tentang vegetasi, satwa liar, habitat dan
lingkungannya serta pengaruh aktifitas manusia yang terjadi di dalam
kawasan hutan atau kawasan konservasi. Pengumpulan data ini
dilakukan secara cepat namun tetap memiliki nilai informasi yang
akurat.
10
BAB IV ANALISA BAHAN KETERANGAN
A. Pencatatan
Pencatatan adalah kegiatan mencatat secara sistematis dalam
bentuk tulisan atau gambar agar memudahkan dalam kegiatan
penilaian dan penafsiran. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pencatatan :
1. Mudah untuk dicatat (dikelompokkan berdasarkan bidang dan
masalahnya)
2. Sederhana, mudah dimengerti.
3. Memungkinkan kecepatan dalam pekerjaan penyusunan.
4. Penyajian keterangan-keterangan yang diperlukan tidak terpengaruh
oleh situasi dan kondisi.
5. Memudahkan pelaksanaan penilaian dan penafsiran.
6. Memudahkan dan menjamin kecepatan mempersiapkan laporan.
Sarana Pencatatan antara lain :
1. Buku harian
2. Tabulasi data.
3. Peta situasi.
4. File intelijen.
5. Lembaran kerja.
Beberapa cara pencatatan informasi : memakai buku catatan,
map, lembar laporan kemajuan/lapju, dokumen pengolah kata dan
lembar lajur di komputer (ms word, ms excel, lotus, qpro, dll) serta basis
data (ms access, dll). Cara yang paling sering dipakai oleh lembaga
penegakan hukum adalah laporan informasi, dan penyimpanan
informasi dalam database.
Tujuan dari laporan informasi adalah untuk mencatat tiap bagian
dari informasi yang diperoleh dan sebagai media untuk menilai
informasi yang telah diperoleh. Laporan informasi biasanya
dihubungkan ke sebuah data base yang mengijinkan anggota tim
pengamat dan atasannya untuk melihat informasi.
Beberapa bagian dari laporan informasi yang universal :
11
Menulis tanggal informasi itu diberikan pada kita.
Menjelaskan sumber/ individu yang memberikan informasi.
Mencatat detail informasi.
Detail pengamatan yang kita buat ketika mengumpulkan
informasiatau detail tentang metode yang digunakan untuk
mengumpulkan informasi (anda mungkin ingin untuk memberikan
komentar tentang sumber atau individu itu sendiri dan informasi lain
apayang mungkin dapat disajikan).
Menulis tingkat keabsahan informasi atau tingkat kepercayaan kita
terhadap sumber / individu yang memberikan informasi, dan.
Memberikan sebuah referensi untuk mengaitkan dengan
laporaninformasi lainnya yang berhubungan dengan informasi yang
kita miliki.
Contoh Format laporan informasi terlampir.
B. Penilaian
Suatu kegiatan yang dilakukan secara beriringan atau
bersamaan dengan kegiatan pencatatan. Kegiatan ini dilakukan dengan
menilai suatu bahan keteragan secara kritis, yang akan digunakan
sebagai dasar kegiatan penafsiran. Penilaian adalah menentukan
“tingkat kebenaran” bahan keterangan dan “tingkat kepercayaan”
sumber bahan keterangan.
Ukuran penilaian bahan keterangan terdiri atas dua hal, yaitu :
1. Penilaian tingkat kepercayaan terhadap sumber diklasifikasikan
dengan huruf A, B, C, D, E dan F.
Penilaian tingkat kepercayaan terhadap sumber:
A = Dapat dipercaya sepenuhnya
B = Biasanya dapat dipercaya
C = Agak dapat dipercaya
D = Biasanya tak dapat dipercaya
E = Tidak dapat dipercaya
F = Kepercayaan tidak dapat dinilai
12
2. Penilaian kebenaran suatu keterangan diklasifikasikan dengan
angka 1, 2, 3, 4, 5 dan 6.
Penilaian keterangan atau tingkat kebenaran suatu keterangan yaitu
:
1 = Dibenarkan oleh sumber lain.
2 = Sangat mungkin benar.
3 = Mungkin benar.
4 = Kebenarannya diragukan.
5 = Tidak mungkin benar.
6 = Kebenarannya tidak dapat dinilai.
C. Penafsiran
Merupakan proses transformasi bahan keterangan menjadi
intelijen dengan cara mencocokkan dan membandingkan keterangan
yang satu dengan yang lainnya. Disamping itu penafsiran juga
merupakan pertimbangan yang kritis terhadap keterangan melalui
analisa, integrasi dan penentuan kesimpulan.
1. Analisa
Merupakan suatu proses pemilihan dan penyaringan bahan
keterangan yang telah dinilai baik sumber maupun isinya serta
memisahkan dari bahan keterangan lain berdasarkan kepentingan
tugas pokok. Proses Analisa harus dapat mengintegrasikan antara
intelijen dasar dan intelijen aktual dalam rangka menentukan
intelijen ramalan. Dalam penganalisaan perlu mempedomani hal-hal
antara lain:
a. Kelengkapan informasi/bahan keterangan. Semakin lengkap
informasi/keterangan yang diperoleh akan lebih memudahkan
dalam menganalisa suatu masalah.
b. Memenuhi target operasi. Dalam penganalisaan bahan
keterangan/ informasi harus relevan dengan Target Operasi
yang diterima, sehingga tidak menyimpang dengan Target
Operasi yang diterima.
13
c. Bahan Keterangan yang aktual. Hal ini akan berpengaruh
terhadap proses analisa sehingga dapat diperoleh kesimpulan
yang tepat.
Faktor-faktor yang berpengaruh :
Kemampuan dan pengalaman petugas.
Waktu yang tersedia.
Bahan Keterangan yang diperoleh.
Sarana dan prasarana yang tersedia.
2. Integrasi
Integrasi merupakan kegiatan mengkompilasikan keterangan
yang dipisahkan pada waktu melakukan analisis dan menghimpunnya
dengan keterangan-keterangan lain yang sudah diketahui untuk
membentuk suatu gambaran yang logis atau hipotetis tentang suatu
masalah. Langkah tersebut antara lain :
Memadukan beberapa bahan keterangan sesuai Target Operasi.
Hal ini perlu dilaksanakan untuk melengkapi atau memperkuat
antara keterangan yang satu dengan yang lainnya. Apabila ada
suatu bahan keterangan yang tidak mendukung tugas pokok,
keterangan tersebut dapat diabaikan.
Mengolah bahan keterangan yang diperoleh dengan intelijen dasar
yang tersedia. Bahan keterangan yang diperoleh selanjutnya
diolah dan diperbandingkan dengan intelijen dasar yang tersedia
sehingga keduanya dapat saling memperkuat/mendukung atau
tidak saling mendukung.
Pembuatan intelijen ramalan. Merupakan kegiatan pembuatan
perkiraan yang akan terjadi dengan cara mentransformasikan
intelijen dasar, intelijen aktual dan kecenderungan situasi yang ada
secara tepat dan benar, sehingga dapat diprediksi kemungkinan
yang akan terjadi dalam bentuk intelijen ramalan.
3. Kesimpulan
Tahap akhir dalam proses penafsiran keterangan, adalah
mengambil kesimpulan dari hipotesis-hipotesis yang dikembangkan.
Kesimpulan mencakup tafsiran atau interpretasi dari suatu keterangan.
14
Kesimpulan ini selanjutnya dijadikan dasar membuat perkiraan
mengenai kemungkinan perkembangan situasi yang akan dihadapi.
Perkiraan tersebut jelas hanya merupakan hipotesis yang disampaikan
kepada pihak pimpinan/atasan. Untuk membuktikan atau untuk
memperoleh keyakinan mengenai perkiraan yang disampaikan oleh
staf intelijen, pihak pimpinan bersangkutan dapat mengajukan verifikasi.
15
Lampiran :
RAHASIA DINAS KEHUTANAN UNIT INTEL SATGAS POLHUT
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN
I N T E R V I E W
I. DASAR
1. Surat Perintah Tugas Kepala ………………………….. Nomor :
2. Laporan Informasi Kejadian Nomor :
II. YANG MENGINTERVIEW
N a m a : Pekerjaan : Alamat :
III. YANG DIINTERVIEW
N a m a : Pekerjaan : Alamat :
IV. TEMPAT DAN TANGGAL INTERVIEW
V. SEHUBUNGAN DENGAN
VI. HASIL INTERVIEW
Dalam interview tersebut yang bersangkutan menceritakan hal-hal yang
didengar, dilihat dan dialaminya serta saran-saran yang perlu dikemukakan :
1.
2.
Makassar, 2012.
Yang Menginterview,
________________
NIP.
16
Lampiran : RAHASIA
DEPARTEMEN KEHUTANAN UNIT INTEL SATGAS POLHUT KARIMUNJAWA
LAPORAN INFORMASI
No. : R./ /LA/ / /Sub Unit Intel Satgas
Bidang :
Perihal :
I. PENDAHULUAN
1. Sumber Informasi
a. Nama :
b. Pekerjaan :
c. Alamat :
2. Hubungan dengan Sasaran :
3. Cara mendapatkan Baket :
4. Tempat/ Waktu mendapatkan Baket :
5. Nilai Informasi :
II. FAKTA – FAKTA
III. PENDAPAT PELAPOR
A. Kesimpulan
B. Saran
Karimunjawa,
PELAPOR,
S U K I R NIP.
17
18
RAHASIA
DEPARTEMEN KEHUTANAN UNIT INTEL SATGAS POLHUT KARIMUNJAWA
LAPORAN PENUGASAN No. : R/ /lapgas/ / /Satgas Polhut
Tentang
(Nama Tugas)
IV. PENDAHULUAN
A. Dasar
1.
2.
B. Personil
No. Nama NIP Jabatan 1. 2. 3.
C. Waktu Penugasan
Tanggal
D. Daerah Lokasi
V. TUGAS POKOK
1.
2.
VI. RENCANA PELAKSANAAN TUGAS
No. Hari/Tanggal Uraian Kegiatan Keterangan 1.
19
2.
3.
VII. PELAKSANAAN
No. Hari/Tanggal Kegiatan Pelaksanaan Keterangan
VIII. HASIL YANG DICAPAI
IX. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
A. Faktor yang Menghambat
B. Faktor yang Mendukung
X. PENUTUP
A. Kesimpulan
20
B. Saran
Karimunjawa, Ka. Unit Intel Satgas Polhut
SAMSIDI, SH. NIP.1962022819930310
04
21
RAHASIA DEPARTEMEN KEHUTANAN UNIT INTEL SATGAS POLHUT KARIMUNJAWA
LAPORAN KEGIATAN HARIAN
Tanggal :
Sub Unit : NO. Jam (WIB) Sumber Baket / Sasaran Antara Cara Mendapatkan Baket Hasil yang dicapai Keterangan
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Karimunjawa, PELAPOR S U K I R NIP.
22
DEPARTEMEN KEHUTANAN UNIT INTEL SATGAS POLHUT KARIMUNJAWA
UNSUR – UNSUR UTAMA KETERANGAN
No : R/ /UUK/ / /Unit Intel Satgas Polhut Bidang : Perihal :
NO. INDIKASI MASALAH
INTISARI BAKET YANG DIBUTUHKAN
SUMBER BAKET YANG
DIPERKIRAKAN TEKTAK
LIDIK WAKTU LIDIK
WAKTU DAN TEMPAT BAKET
DISERAHKAN
1 2 3 4 5 6 7
Karimunjawa, Kanit. Intel Satgas Polhut
SAMSIDI, SH. NIP.196202281993031004
23
DEPARTEMEN KEHUTANAN UNIT INTEL SATGAS POLHUT KARIMUNJAWA
RENCANA PENGUMPULAN BAHAN KETERANGAN
No : R/ /RPBK/ / /Unit Intel Satgas Polhut UUK No.: R/ /UUK/ / /Unit Intel Satgas Polhut
NO. Masalah/ Persoalan
BAKET yang diminta Sasaran Lidik / Sumber Baket
Waktu/ Tempat Baket
diserahkan Catatan
Karimunjawa, Kanit. Intel Satgas Polhut
SAMSIDI, S.H. NIP. 196202281993031004