Teknik Pembuangan Tinja, Pinastik, Tripikon S
-
Upload
muhammad-akhsand-d-skylord -
Category
Documents
-
view
1.382 -
download
52
Transcript of Teknik Pembuangan Tinja, Pinastik, Tripikon S
DI SUSUN OLEH : 1. DWI LINGGAR SARI 2. DYKA NUGRAHANINGSIH 3. MUHAMMMAD AKHSAN BASYIR 4. NILUH DWI NURAINI
METODE PEMBUANGAN TINJA, PINASTIK, & TRIPIKON-S
Pembuangan tinja merupakan bagian penting dari sanitasi lingkungan. Metode/teknik
pembuangan tinja yang tidak benar akan menimbulkan penyakit, dan dapat menular.
Disamping itu juga akan menyebabkan pencemaran tanah dan sumber-sumber penyediaan
air. Atas dasar hal tersebut, maka perlu dilakukan pembuangan tinja dengan metode-metode
yang memenuhi persyaratan sanitasi.
METODE PEMBUANGAN TINJA
1. Unsewered Area
Merupakan suatu cara pembuangan tinja yang tidak menggunakan saluran air dan
tempat pengelolaan air kotor. Terdapat beberapa pilihan cara antara lain : Service Type,
Non Service Type (Sanitary Latrines), dan Latrines Suitable for camps and temporary
use.
2. Sewered Area
Suatu cara pembuangan tinja dan air limbah dari rumah, kawasan industri, dan
perdagangan. Dilakukan melalui jaringan bawah tanah.
1. Unsewered Area
Service Type
Merupakan metode pengumpulan tinja dari ember-ember khusus oleh manusia yang
diangkut ke TPA dan diletakkan pada lubang yang dangkal, contoh masyarakat Bantul
pada jaman dahulu.
Non Service type ( Sanitary Latrines )
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan :
a. Bore hole latrine (jamban bor) e. Septik tank
b. Dug well latrine f. Aqua privy (Cubluk berair )
c. Water seal latrine ( WC leher angsa ) g. Chemical Close (jamban kimia)
d. Pispot
Latrines Suitable for camps and temporary use
Non Service type ( Sanitary Latrines )
a. Bore hole latrine (jamban bor) Yaitu membuat lubang dengan dibor kemudian ditutup dengan tanah, berdiameter 30-40 cm dengan kedalaman 4-8 m. Keuntungan : 1. Tidak memerlukan pembersihan setiap hari untuk memindahkan tinja 2. Lubangnya gelap dan tidak cocok bagi lalat untuk berkembangbiak 3. Bila lokasinya 15 m dari sumber air, tidak akan menimbulkan pencemaran air Kekurangan : 1. Lubang tersebut cepat penuh karena kapasitasnya kecil 2. Alat khusus yang digunakan untuk menggali lubang tidak selalu tersedia
b. Dug well latrine
Merupakan pengembangan dari Bore hole latrine.
Bila lubang telah penuh, lubang baru dapat dibuat.
c. Water seal latrine ( WC leher angsa )
Merupakan jamban tuang siram yang
menggunakan sekat air, dan bukanlah jenis
instalasi pembungan tinja yang tersendiri,
melainkan lebih merupakan modifikasi
yang penting dari slab atau lantai jamban biasa.
Keuntungan :
1. Memenuhi syarat estetika
2. Tidak menimbulkan bau
3. Aman untuk anak-anak
4. Mencegah kontak dengan lalat
d. Pispot
Merupakan sebuah bejana yang diberi pegangan
yang digunakan untuk buang air kecil dan buang air besar,
dan biasanya digunakan oleh orang yang sakit (pasien).
Keuntungan :
1. Membantu pasien dalam upaya memenuhi
kebutuhan eliminasi
2. Mengurangi pergerakan pasien
3. Mengetahui adanya kelainan feces maupun urine secara visual
Kelemahan :
1. Pembuang tinja berhubungan langsung dengan tinja tersebut.
2. Harus membuang tinja secara berkala ke jamban.
e. Septik tank
Merupakan cara yang efektif untuk pembuangan
tinja rumah tangga yang memiliki air yang mencukupi
tetapi tidak memiliki hubungan dengan sistem limbah
penyaluran masyarakat.
Keuntungan :
1. Memudahkan proses dekomposisi oleh bakteri
Kerugian :
1. Penggunaan desinfektan/air sabun berlebihan
dapat membunuh bakteri dalam septic tank
2. Endapan lumpur yang menumpuk dapat mengurangi
kapasitas septic tank
f. Aqua privy (Cubluk berair )
Merupakan bangunan kedap air yang diisi air
seperti septic tank. Digunakan pada daerah
padat penghuni.
g. Chemical Close (jamban kimia)
Banyak digunakan dalam sarana transportasi,
misal kereta api dan pesawat terbang.
Kloset ini berisi cairan desinfaktan seperti
soda abu dan KOH.
Latrines Suitable for camps and temporary use
Dipakai untuk kebutuhan sementara
(perkemahan dan pengungsian ).
PINASTIK
Pinastik adalah singkatan dari pipa tunas septik. Kontruksi pinastik terdiri dari bagian utama berupa pipa pralon atau pipa
dari bahan lain yang ringan, dengan diameter minimal 15 cm. Kedua pipa ditutup dengan sambungan L (el-bow). Ujung
muka (A) dihubungkan dengan leher angsa dari kakus atau pembuang limbah cair rumah tangga lainnya. Ujung belakang
(B) diberi lubang pengeluaran air (outlet) pada ketinggian air di dalam pipa, yakni pada kedalaman 0,8-0,9 kali diameter
pipa. Pada jarak 0,5-1 m dan 2,5-3 m dari ujung A dibuat cabang pipa ke bawah (C1 dan C2) yang ditutup di bagian
bawahnya, untuk menampung lumpur hasil penguraian dalam tangki pembusukan. Pada jarak 0,5-1 m dari C1 dan C2
dibuat percabangan ke atas (C3 dan C4) yang dihubungkan dengan ventilasi, untuk menangkap bahan terapung. Pada
jarak 0,5 m dari ujung B dibuat sekat yang dibagian tengahnya berlubang dengan diameter 1-2 cm, untuk menahan agar
kotoran yang mengapung tidak lolos ke bagian belakang.
PINASTIK
Perencanaan ukuran pinastik didasarkan pada beban limbah rumah tangga 20-25 L / orang / hari, dan waktu tinggal limbah
dalam tangki selama 3 hari. Secara praktis, ukuran panjang dan diameter pipa yang akan digunakan disesuaikan dengan
jumlah orang dalam rumah, yang dapat ditentukan dengan menggunakan tabel.
Tabel Pembebanan pada pinastik (liter/hari) dan kapasitas pada jumlah orang
Panjan
g (m)
Diameter (cm)
15 20 25 30
Beban Jumlah
orang Beban
Jumlah
orang Beban
Jumlah
orang Beban
Jumlah
orang
2,00 10 - 18 - 30 1 42 2
3,00 15 - 28 1 44 2 63 3
4,00 21 1 37 1 60 3 85 4
5,00 26 1 47 2 73 3 105 5
7,50 40 2 70 3 110 6 158 7
10,00 52 2 94 5 146 7 211 10
TRIPIKON-S
Merupakan singkatan dari Tri (tiga) Pi-p Kon-sentris-S-eptik, yang menggambarkan kontruksi alat yang terdiri dari tiga buah pipa konsentris. Kontruksi dipasang sedemikian rupa sehingga sumbu-sumbunya berimpit. Pipa yang terletak paling dalam berupa pipa kecil dengan diameter 5 cm yang dihubungkan dengan leher angsa dari jamban rumah tangga. Panjang pipa itu harus cukup, sehingga ujungnya berada di bawah bagian limbah yang mengapung (scum). Di luar pipa kecil dipasang pipa sedang yang berdiameter 15-25 cm. Dalam pipa itu terjadi perombakan limbah rumah tangga. Pada bagian bawah pipa sedang, pada jarak 10-20 cm dari dasar, dibuat lubang-lubang berdiameter 1 cm untuk jalan air, dan pada ujung bawah dibuat celah-celah sebesar 1-2 cm yang mengelilingi pipa untuk keperluan pengurusan lumpur tinja. Pipa terluar atau terbesar berdiameter 20-30 cm dan merupakan pipa peluap. Celah antara pipa sedang dan pipa besar minimum 2 cm. Pajang pipa besar minimum 1 m dan bagian atasnya harus selalu berada di atas permukaan air pasang tertinggi. Ukuran pipa ditentukan oleh volume beban limbah dan keadaan pasang surut, serta permukaan tanah di lapangan. Hubungan panjang pipa (L) dalam meter, diameter pipa (d) dalam cm, dan jumlah orang (n) dinyatakan dalam rumus : L :
a) Tripikon-S+ yang dilengkapi ruang aerator pada pipa tengahnya
b) Tripikon-S untuk pemukiman padat dan industri rumah tangga,
yang dilengkapi pipa filtrasi yang di isi ijuk, pasir kasar, dan krikil
atau arang
TRIPIKON-S
Untuk memudahkan dalam penentuan ukuran panjang dan diameter pipa sedang sesuai dengan jumlah orang, dapat dilihat pada tabel
berikut :
Panjang
(m)
Diameter (cm)
15 20 25 30
Beban Jumlah
orang Beban
Jumlah
orang Beban
Jumlah
orang Beban
Jumlah
orang
2,00 12 - 20 - 33 1 47 2
3,00 17 - 31 1 49 2 70 3
4,00 23 1 41 1 65 3 94 4
5,00 29 1 52 2 81 4 117 5
7,50 44 2 78 3 122 6 176 8
10,00 58 2 104 5 163 7 235 11
TERIMA
KASIH