PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA ( …
Transcript of PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA ( …
i
i
SKRIPSI
PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA ( IPLT ) BABAKAN KARET KABUPATEN
CIANJUR MENGGUNAKAN KOLAM STABILISASI TAHUN 2017
OLEH
MUKHAMAD SOLIKHIN 331310017
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI PELITA BANGSA
BEKASI 2018
ii
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
SKRIPSI
PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA
( IPLT ) BABAKAN KARET KABUPATEN CIANJUR MENGGUNAKAN
KOLAM STABILISASI TAHUN 2017
Disusun oleh:
Mukhamad Solikhin
331310017
Telah diperiksa dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diuji.
Bekasi, 2 Juni 2018
Disetujui,
iii
iii
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA ( IPLT ) BABAKAN KARET KABUPATEN CIANJUR MENGGUNAKAN
KOLAM STABILISASI TAHUN 2017
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Lingkungan
Disusun oleh: Mukhamad Solikhin
331310017
Telah diperiksa dan diuji pada tanggal 14 Juli 2018. `
Mengetahui
iv
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini saya:
Nama : Mukhamad Solikhin
NIM : 331310017
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul: “Perencanaan Instalasi Pengolahan
Lumpur Tinja (IPLT) Babakan Karet Kabupaten Cianjur Menggunakan
Kolam Stabilisasi Tahun 2017”, adalah hasil karya saya sendiri. Dengan ini saya
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat
keseluruhan atau sebagaian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara
menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol tanpa
memberikan pengakuan sumber aslinya.
Apabila saya terbukti melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut,
dengan ini saya menyatakan bersedia menarik skripsi yang saya ajukan serta
menerima konsekuensi gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh Sekolah Tinggi
Teknologi Pelita Bangsa dibatalkan.
v
v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Yang bertanda tangan di bawah ini saya:
Nama : Mukhamad Solikhin
NIM : 331310017
Program Studi : Teknik Lingkungan
Menyatakan bahwa hasil karya skripsi yang berjudul “Perencanaan Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja ( IPLT ) Babakan Karet Kabupaten Cianjur
Menggunakan Kolam Stabilisasi Tahun 2017” disetujui untuk dipublikasikan
oleh Sekolah Tinggi Teknologi Pelita Bangsa dalam bentuk buku cetak
(hardcopy) dan atau dalam bentuk dokumen (softcopy) di basis data (database)
Sekolah Tinggi Teknologi Pelita Bangsa untuk kepentingan akademis dan
pengembangan ilmu pengetahuan selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Bekasi, 14 Juli 2018
Tertanda
Mukhamad Solikhin
vi
vi
ABSTRAK
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Babakan Karet dibangun pada tahun 1995 dan mulai beroperasi tahun 1998. Unit pengolahan IPLT Babakan Karet terdiri dari tangki imhoff, kolam Sludge Drying Bed (SDB), kolam anaerobik, kolam fakultatif, kolam maturasi. Pada tahun 2017 pemerintah kabupaten Cianjur menganggarkan dana untuk rehabilitasi IPLT. Sehingga membutuhkan perencanaan yang menyesuaikan dengan kapasitas berdasarkan proyeksi penduduk sampai tahun 2028. Daerah pelayanan IPLT Babakan Karet tahun 2028 ada 6 kecamatan yaitu Cianjur, Karang tengah, Mande, Pacet, Sukaluyu, dan warungkondang dengan total 29 desa. Proyeksi jumlah penduduk pada tahun 2028 dengan pertumbuhan 1% adalah 395693 jiwa. Debit layanan limbah domestik untuk desain IPLT Babakan Karet pada tahun 2028 dengan prosentase 60% sebanyak 71m3/hari. Pengolahan lumpur tinja didesain menggunakan kolam stabilisasi kombinasi yang terdiri dari imhoff tank, kolam anaerobik, kolam fakultatif, kolam maturasi, kolam aerasi dan bak pengering lumpur (sludge drying bed). Kata kunci : Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja, Babakan Karet, Kabupaten Cianjur, Perencanaan IPLT.
ABSTRACT Babakan Karet Septage Treatment Facility (IPLT) was built in 1995 and started in 1998. Babakan Karet Septage Treatment Facility (IPLT) consists of an imhoff tank, Sludge Drying bed (SDB), anaerobic pond, facultative pond, maturation pond. In 2017 the Cianjur district government budgeted funds for the rehabilitation of IPLT. So requires planning adjusting capacity based on population projection until year 2028. Service Area of IPLT Babakan Karet in 2028 are 6 districts Cianjur, Karang Tengah, Mande, Pacet, Sukaluyu, and warungkondang with 29 villages. The projected population in 2028 with 1% growth is 395693 people. Debit for IPLT Babakan Karet design in 2028 with percentage of 60% as much as 71m3/day. IPLT is designed using stabilization lagoon such as imhoff tank, anaerobic pond, facultative pond, maturation pond, aeration pond and sludge drying bed. Keywords: Installation of Fecal Mud Processing, Babakan Rubber, Cianjur Regency, IPLT Design.
vii
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh,
Alhamdulillah, puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT
Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Perencanaan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
Babakan Karet Kabupaten Cianjur Menggunakan Kolam Stabilisasi Tahun 2017”.
Materi dalam skripsi ini difokuskan pada desain instalasi pengolahan lumpur tinja
(IPLT) Babakan Karet Kabupaten Cianjur menggunakan kolam stabilisasi tahun
2017.
Penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar dengan bantuan dan
dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan
terimakasih yang setulus tulusnya kepada:
1. Bapak Samadi dan Ibu Muntimah, orang tua tercinta yang selalu
mendukung dan mendoakan kegiatan penulis
2. Eko Windriyani S.Pd., istri tercinta yang selalu memberikan semangat untuk
hidup lebih baik dan bermakna
3. Alfaris Ramadhana Solikhin, anak tersayang yang selalu membuat hidup
penuh kebahagiaan
4. Bapak Dodit Ardiatma, S.T., M.Sc. selaku Kaprodi Teknik Lingkungan
sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah membantu selama
persiapan dan penyusunan skripsi
viii
viii
5. Ibu Neny Mulyani S.Pd .Kim., MM. selaku dosen pembimbing yang telah
membantu selama persiapan dan penyusunan skripsi
6. Bapak Aminudin Aziz S.T., selaku pembimbing lapangan yang memberikan
banyak informasi, referensi dan ilmu terkait materi skripsi
7. Bapak Hamzah Muhammad Mardi Putra, SKM, M.M selaku dewan penguji
8. Ibu Tyas Ismi Trialfhianty, S.Pi., M.Sc. selaku dewan penguji
9. Seluruh dosen STT Pelita Bangsa, khususnya dosen prodi Teknik
Lingkungan yang telah memberikan ilmunya
10. Seluruh mahasiswa TL.13 yang membuat proses perkuliahan terasa
menyenangkan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi
penulis serta perkembangan ilmu pengetahuan di Jurusan Teknik Lingkungan
Sekolah Tinggi Teknik Pelita Bangsa Bekasi pada umumnya.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Bekasi, 14 Juli 2018
Penulis
ix
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI................................................. v
ABSTRAK.................................................................................................. vi
ABSTRACT................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR................................................................................ vii
DAFTAR ISI............................................................................................... ix
DAFTAR TABEL....................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah ...…………….. 2
1.3 Rumusan Masalah...................................................................... 3
1.4 Tujuan ……………………….................................................... 4
1.5 Metodologi Penulisan ................................................................ 4
1.6 Sistematika Penulisan ................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kabupaten Cianjur...................................................................... 6
2.1.1 Topografi dan kemiringan............................................... 8
x
x
2.1.2 Demografi....................................................................... 11
2.2 Karakteristik Lumpur Tinja........................................................ 11
2.3 Dasar Teknis Pengolahan Lumpur Tinja................................... 13
2.4 Unit Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja................................... 13
2.5 Gambar Teknik………………………...................................... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Diagram Alir.............................................................................. 20
3.2 Pengumpulan Data..................................................................... 21
3.2.1 Lokasi Kegiatan............................................................... 21
3.2.2 Jangka Waktu Pelaksanaan Kegiatan.............................. 21
3.2.3 Lingkup Kegiatan.......................................................... 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 IPLT Babakan Karet Kabupaten Cianjur................................... 23
4.1.1 Tangki imhoff eksisting.................................................. 26
4.1.2 Kolam anaerobik eksisting.............................................. 27
4.1.3 Bak pengering lumpur (sludge drying bed) eksisting .... 29
4.1.4 Kolam fakultatif eksisting............................................... 31
4.1.5 Kolam maturasi eksisting................................................ 33
4.1.6 Cakupan pelayanan eksisting IPLT................................. 34
4.2 Rencana Wilayah Pelayanan dan Proyeksi Lumpur Tinja........ 35
4.3 Perhitungan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja....................... 42
4.3.1 Tangki imhoff ................................................................. 42
4.3.2 Kolam anaerobik ............................................................ 46
xi
xi
4.3.3 Kolam fakultatif ............................................................. 49
4.3.4 Kolam maturasi .............................................................. 52
4.3.5 Kolam aerasi .................................................................. 54
4.3.6 Bak pengering lumpur (sludge drying bed) .................. 56
4.3.7 Hanggar kompos ............................................................. 59
4.3.8 Profil hidrolis .................................................................. 60
4.3.9 Waktu retensi dan konsentrasi bakteri coliform ............. 61
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan................................................................................. 62
5.2. Saran........................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 64
LAMPIRAN 67
1. Daftar Riwayat Hidup................................................................ 68
2. Peta Jawa Barat.......................................................................... 69
3. Peta Kabupaten Cianjur.............…………...………………….. 70
4. Peta Babakan Karet ......................................………….…...…. 71
5. Jarak IPLT Babakan Karet ke Kampus STT Pelita Bangsa...… 72
6. IPLT Babakan Karet Tampak Atas ...………………….……... 73
7. Imhoff Tank Eksisting................................................……...… 74
8. Bak Pengering Lumpur / Sludge Dying bed Eksisting.............. 75
9. Kolam Anaerobik Eksisting....................................……...…… 76
10. Kolam Fakultatif Eksisting......................................................... 77
11. Kolam Maturasi Ekisisting..............................……………...… 78
xii
xii
12. Hanggar Kompos.................................................…………...… 79
13. Bangunan Kantor...................................................……….....… 80
14. Garasi........................................................................…….....… 81
15. Kondisi Aktual Unit IPLT.......................................................... 82
16. Jalan Masuk ke IPLT................................................................. 83
17. Denah IPLT Babakan Karet Eksisting....................................... 84
18. Denah IPLT Babakan Karet 2017.............................................. 85
19. Desain Profil Hidrolis................................................................ 86
20. Desain Tangki Imhoff ............................................................... 87
21. Desain Kolam Anaerobik.................................................…..... 88
22. Desain Kolam Fakultatif ...…………………........….……...… 89
23. Desain Kolam Maturasi.........………........................................ 90
24. Desain Kolam Aerasi................................................................. 91
25. Desain Bak Pengering Lumpur.................................…....……. 92
26. Gambar Tiga Dimensi IPLT Babakan Karet........................…. 93
xiii
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Ketinggian dan kemiringan tanah kabupaten Cianjur......... 9
Tabel 2.2. Karakteristik lumpur tinja................................................... 11
Tabel 2.3. Baku mutu limbah domestik............................................... 12
Tabel 4.1. Kondisi unit eksisting IPLT................................................ 24
Tabel 4.2. Dimensi unit eksisting IPLT............................................... 25
Tabel 4.3. Proyeksi wilayah pelayanan................................................ 37
Tabel 4.4. Standar ukuran tangki imhoff.............................................. 42
Tabel 4.5. Kriteria desain volumetrik BOD loading rate..................... 46
Tabel 4.6. Kriteria desain kolam fakultatif.......................................... 49
Tabel 4.7. Kriteria desain kolam maturasi........................................... 52
Tabel 4.8. Kriteria desain kolam aerasi................................................ 54
Tabel 4.9. Desain lapisan bak pengering lumpur................................. 58
Tabel 4.10. Profil hidrolis IPLT Babakan Karet.................................... 60
xiv
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Peta administrasi kabupaten Cianjur................................. 7
Gambar 2.2. Gambaran tangki imhoff................................................... 14
Gambar 2.3. Bentuk penampang tangki imhoff..................................... 14
Gambar 2.4. Kolam anaerobik............................................................... 15
Gambar 2.5. Proses pada kolam fakultatif............................................ 16
Gambar 2.6. Potongan bak pengering lumpur....................................... 18
Gambar 3.1. Diagram alir desain IPLT Babakan Karet........................ 20
Gambar 4.1. Tampak atas IPLT Babakan Karet.................................... 23
Gambar 4.2. Tampak atas dan tampak samping tangki imhoff ............ 26
Gambar 4.3. Tangki imhoff .................................................................. 27
Gambar 4.4. Tampak atas dan tampak samping kolam anaerobik........ 28
Gambar 4.5. Kolam anaerobik eksisting............................................... 29
Gambar 4.6. Tampak atas dan tampak samping bak pengering lumpur 30
Gambar 4.7. Bak pengering lumpur eksisting …………..............….... 31
Gambar 4.8. Tampak atas dan tampak samping kolam fakultatif......... 32
Gambar 4.9. Kolam fakultatif eksisting................................................ 32
Gambar 4.10 Tampak atas dan tampak samping kolam maturasi.......... 33
Gambar 4.11 Kolam maturasi eksisting................................................. 34
Gambar 4.12 Peta cakupan pelayanan IPLT Babakan Karet eksisting.. 35
Gambar 4.13. Wilayah Pelayanan........................................................... 36
Gambar 4.14. Skema unit IPLT Babakan Karet...................................... 41
xv
xv
Gambar 4.15. Tangki imhoff dalam pandangan isometri dan samping... 45
Gambar 4.16. Kolam anaerobik dalam pandangan isometri …….......... 48
Gambar 4.17. Kolam maturasi dalam pandangan isometri..................... 51
Gambar 4.18. Kolam fakultatif dalam pandangan isometri..................... 53
Gambar 4.19. Kolam aerasi dalam pandangan isometri …….......... 56
Gambar 4.20. Bak pengering lumpur dalam pandangan isometri........... 58
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lumpur tinja merupakan air limbah yang dalam proses pembusukannya
akan menguraikan zat organik yang dikandungnya dan menghasilkan gas yang
berbau dan dapat menimbulkan polusi bagi lingkungan. Lumpur tinja
mengandung berbagai mikroorganisme patogen yang berasal dari sistem
pencernaan manusia yaitu bakteri E. coli (Metcalf, at al, 2003). Oleh sebab itu
diperlukan sebuah teknologi yang dapat menampung dan memproses lumpur tinja
sebelum dibuang ke badan air ataupun dimanfaatkan secara aman. Teknologi
tersebut adalah Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja atau sering disebut IPLT.
Instalasi pengolahan lumpur tinja Babakan Karet yang telah dibangun pada
tahun 1995 dan mulai beroperasi pada tahun 1998 (Pemkab. Cianjur). Saat ini
tidak beroperasi secara optimal karena terjadi keretakan pada dinding di semua
unit instalasi, kecuali di imhoff tank. Berdasarkan buku petunjuk dari
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) IPLT Babakan
Karet sudah harus direhabilitasi pada tahun 2017. Perencanaan IPLT dibutuhkan
sebagai langkah awal sebelum pelaksanaan rehabilitasi bangunan IPLT.
2
2
Penelitian skripsi perencanaan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT)
Babakan Karet tahun 2017 ini dimaksudkan untuk membuat desain IPLT yang
disesuaikan dengan proyeksi penduduk sampai tahun 2028. Perencanaan instalasi
pengolahan lumpur tinja (IPLT) Babakan Karet tahun 2017 berdasarkan beberapa
faktor pertimbangan mengacu pada Permen PUPR No.04 tahun 2017, antara lain:
1) Efektif, murah dan sederhana dalam hal konstruksi maupun operasi dan
pemeliharaannya.
2) Kapasitas dan efisiensi pengolahan yang sebaik mungkin.
3) Ketersediaan lahan untuk lokasi IPLT.
Desain atau gambar perencanaan menurut Sutikno (2017) mempunyai
beberapa fungsi sebagai berikut:
1) Alat untuk menyatakan maksud atau penerus informasi dari perancang ke
penerima.
2) Dokumen yang disimpan dan dipergunakan sebagai bahan informasi untuk
rencana-rencana baru dikemudian hari.
1.2 Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah
Penulisan skripsi perencanaan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT)
Babakan Karet tahun 2017 ini dibuat pemikiran secara sistematis dan terukur.
Untuk itu diperlukan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang jelas agar
materi yang ada dalam skripsi ini mudah dipahami.
3
3
A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, masalah yang terdapat pada
IPLT Babakan Karet adalah:
1) Bangunan IPLT eksisting dirancang masih menggunakan batu belah sehingga
mudah terjadi keretakan.
2) IPLT sudah berumur 20 tahun sehingga memerlukan desain baru agar sesuai
dengan kebutuhan kapasitas sampai tahun 2028.
B. Pembatasan Masalah
Penulisan skripsi ini perlu adanya pembatasan masalah agar lebih fokus dan
terarah. Keterbatasan yang dimiliki peneliti baik dalam hal kemampuan, dana,
waktu dan tenaga maka penelitian ini hanya membatasi masalah pada desain
Instalasi pengolahan lumpur tinja Babakan Karet dengan memperhatikan
parameter BOD, TSS, dan konsentrasi E. coli pada lumpur tinja.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka didapatkan
rumusan masalah sebagai berikut:
1) Apa permasalahan IPLT Babakan karet?
2) Mana saja area pelayanan IPLT Babakan karet?
3) Berapakah debit lumpur tinja di area pelayanan IPLT Babakan karet?
4) Bagaimana desain baru IPLT Babakan karet?
4
4
1.4 Tujuan
Tujuan penelitian kripsi ini adalah:
1) Identifikasi permasalahan IPLT Babakan karet
2) Menentukan area pelayanan IPLT Babakan karet
3) Menghitung debit lumpur tinja di area pelayanan IPLT Babakan karet
4) Membuat desain baru IPLT Babakan karet
1.5 Metodologi Penulisan
Metodologi penulisan skripsi ini adalah berupa metode deskriptif dengan
teknik pengumpulan data primer berupa observasi dan kuantitatif, sedangkan data
sekunder berupa kualitatif berdasarkan studi literatur.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan terdiri dari:
BAB I PENDAHULUAN
Menyajikan tentang latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah, rumusan masalah, tujuan, dan sistematika pelaporan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Menjelaskan tentang peninjauan kembali pustaka berisi teori yang berkaitan
dengan permasalahan dan perencanaan instalasi pengolahan lumpur tinja.
5
5
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Menerangkan tahap perencanaan, lokasi kegiatan, jangka waktu pelaksanaa,
dan lingkup kegiatan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Menyajikan data eksisting IPLT Babakan karet, kriteria perencanaan,
pemilihan teknologi rencana desain berdasarkan analisis eksisting dan
perhitungan sesuai kriteria desain.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Menyimpulkan isi dari laporan berdasarkan rumusan masalah dan tujuan. Saran
agar laporan ini dapat digunakan sebagai referensi rehabilitasi IPLT Babakan
Karet kabupaten Cianjur tahun 2017.
6
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kabupaten Cianjur
Kabupaten Cianjur terletak antara 6°21' - 7°25' lintang selatan dan 106°42' -
107°33' bujur timur. Posisi tersebut menempatkan kabupaten Cianjur berada di
tengah-tengah wilayah provinsi Jawa Barat yang memanjang dari utara ke selatan.
Kabupaten Cianjur mempunyai luas 361.435 ha yang terdiri dari 32 kecamatan,
354 desa, 6 kelurahan yang mencakup 2.751 rukun warga dan 10.402 rukun
tetangga (BPS Kabupaten Cianjur, 2017). Batas administrasi wilayah kabupaten
Cianjur adalah:
1) Sebelah utara: kabupaten Bogor dan kabupaten Purwakarta
2) Sebelah timur: kabupaten Bandung Barat, kabupaten Bandung dan
kabupaten Garut
3) Sebelah selatan: samudra Indonesia
4) Sebelah barat: kabupaten Sukabumi.
Letak ketinggian wilayah kabupaten Cianjur yaitu 7-2.962 mdpl, luas lahan
di kabupaten Cianjur seluas 305.148 ha (BPS Kabupaten Cianjur, 2017).
7
7
Gambar 2.1 : Peta administrasi kabupaten Cianjur Sumber : Petatematikindo.wordpress.com, 2017
8
8
2.1.1 Topografi dan kemiringan
1) Dataran
Daratan merupakan daerah dengan kemiringan lereng yang berkisar
antara 0–8% yang menempati daerah pantai, daerah alluvial sungai dan dataran
lahar. Daerah ini meliputi kecamatan Sukaresmi, Cikalongkulon, Cianjur,
Ciranjang, Bojong Picung, Cibeber, Pagelaran, Kadupandak, Tanggeung, dan
sepanjang pantai selatan mulai dari Agrabinta sampai Cidaun (BPS Kabupaten
Cianjur, 2017).
2) Perbukitan berelief halus
Perbukitan berelief halus mempunyai permukaan bergelombang dengan
kemiringan lereng 8-15% yang terdapat di daerah utara yaitu Pacet, Warung
kondang, Takokak, sebelah barat Cidaun, dan sebelah timur Sindang Barang
(BPS Kabupaten Cianjur, 2017).
3) Perbukitan berelief sedang
Perbukitan berelief sedang mempunyai bentuk permukaan bergelombang
sedang dengan kemiringan lereng 15-25% yang tersebar di daerah utara
kecamatan Mande, sebelah selatan Kadupandak, dan sebelah selatan Cibeber
(BPS Kabupaten Cianjur, 2017).
9
9
4) Perbukitan berelief agak kasar
Perbukitan berelief agak kasar mempunyai kemiringan lereng 25-40%
yang tersebar di daerah Takokak, bagian utara dan selatan Kadupandak, bagian
utara Sukanagara, Agrabinta, sebelah utara Cidaun, sebelah selatan Pagelaran,
dan sebelah barat Tanggeung (BPS Kabupaten Cianjur, 2017).
5) Perbukitan berelief kasar
Perbukitan berelief kasar mempunyai kemiringan lereng >40% yang
terdistribusi pada daerah selatan Sukaresmi, sebelah selatan Bojong Picung,
Sukanagara, Gunung Buleud, sebelah timur Takokak dan Gunung Sambul,
Pagelaran, bagian Selatan dan Utara Kadupandak serta Karangtengah yang
membentuk gawir tanah yang hampir tegak lurus. Daerah lain yang memiliki
bentuk permukaan seperti ini adalah daerah Gunung Pangrango, Pasir Beser,
Pasir Taman sampai Pasir Gambir, Pasir Negrog, Gunung Pondok cabang,
Gunung Berenuk, dan Pasir Gook (BPS Kabupaten Cianjur, 2017). Ketinggian
wilayah serta kemiringan tanah di kabupaten Cianjur disajikan pada tabel
berikut ini.
Tabel 2.1 : Ketinggian dan kemiringan tanah kabupaten Cianjur
No Kecamatan Ketinggian (mdpl) Kemiringan (%)
1 Agrabinta 7 - 600 0 - 40
2 Leles 7 - 600 0 - 25
3 Sindangbarang 7 - 500 0 - 40
4 Cidaun 7 - 500 0 - 40
10
10
5 Naringgul 800 - 2300 15 - 40
6 Cibinong 141 - 800 3 - 40
7 Cikadu 141 - 950 15 - 40
8 Tanggeung 350 - 1,200 3 - 40
9 Pasir Kuda 350 - 1,200 3 - 40
10 Kadupandak 350 - 1,200 0 - 25
11 Cijati 350 - 1,200 0 - 25
12 Takokak 800 - 2,100 15 - 40
13 Sukanagara 700 - 1,010 15 - 40
14 Pagelaran 350 - 1,200 15 - 40
15 Campaka 475 - 700 15 - 40
16 Campakamulya 475 - 700 15 - 40
17 Cibeber 200 - 1,250 0 - 40
18 Warungkondang 300 - 900 0 - 40
19 Gekbrong 300 - 900 0 - 40
20 Cilaku 436 - 675 0 - 30
21 Sukaluyu 200 - 316 0 - 30
22 Bojongpicung 200 - 450 0 - 40
23 Haurwangi 200 - 450 0 - 40
24 Ciranjang 200 - 316 0 - 40
25 Mande 250 - 500 0 - 40
26 Karangtengah 350 - 375 0 - 30
27 Cianjur 436 - 675 0 - 25
28 Cugenang 300 - 1035 0 - 40
29 Pacet 1,080 - 2,962 3 - 40
11
11
30 Cipanas 1,080 - 2,962 3 - 40
31 Sukaresmi 1,080 - 1,450 3 - 40
32 Cikalongkulon 225 - 500 0 - 40
KABUPATEN CIANJUR 7 - 2,962 0 - 40
Sumber : Pemkab Cianjur, 2017
2.1.2 Demografi
Jumlah penduduk menurut pada tahun 2016 sebanyak 2.253.784 jiwa
dengan rata-rata kepadatan penduduk 624 jiwa/km2 (BPS Kabupaten Cianjur,
2017).
2.2 Karakteristik Lumpur Tinja
Lumpur tinja berasal dari kotaran manusia (human feces) yang biasa disebut
dengan ”black water”. Lumpur tinja terdiri dari padatan yang terlarut di dalam air
yang sebagian besar berupa bahan organik. Selain itu, lumpur tinja juga
mengandung berbagai macam mikroorganisme seperti bakteri, virus dan lain
sebagainya.
Tabel 2.2 : Karakteristik lumpur tinja
Konstituen Air Limbah Rumah Tangga (yang masih segar) (mg/l)
Lumpur Tinja (mg/l)
Parameter Rendah Sedang Tinggi Rentang
12
12
Total solids (TS) 350 720 1200 5.000 - 100.000
Suspended solids (SS) 100 220 350 4.000 - 100.000
Volatile suspended solids (VSS) 80 165 275 1.200 - 14.000
BOD 110 220 400 2.000 - 30.000
COD 250 500 1000 5.000 - 80.000
Nitrogen total 20 40 85 100 - 1.500
Amonia (NH3) 12 25 50 100 - 800
Fosfor (P) 4 8 15 50 - 800
Logam berat - - - 100 - 1000
Sumber : Metcalf & Eddy, Waste Water Engineering, 1991
Baku mutu limbah domestik mengacu pada baku butu Permen LHK No. 68
tahun 2016 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3 : Baku mutu limbah domestik Parameter Nilai Satuan
Ph 6 - 9 -
BOD 30 mg/L
COD 100 mg/L
TSS 30 mg/L
Minyak & Lemak 5 mg/L
Amonia 10 mg/L
Total Coliform 3000 /100 ML
Sumber : Permen. Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 68 Tahun 2016
13
13
2.3 Dasar Teknis Pengolahan Lumpur Tinja
Pengolahan lumpur tinja mempunyai 2 tujuan, yaitu untuk menurunkan
kandungan zat organik dari lumpur tinja dan untuk menurunkan bakteri-bakteri
patogen (organisme penyebab penyakit). Pada prinsipnya, pengolahan ini adalah
untuk menurunkan kandungan BOD, COD dan baketri E. coli serta zat tersuspensi
(SS), agar tidak membahayakan lingkungan (Gruchlik, Yolanta dkk 2018).
2.4 Unit Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
a) Unit Pengumpul ( Equalizing Unit )
Unit pengumpul atau sering disebut juga dengan tangki ekualisasi tidak
selalu digunakan pada IPLT. Umumnya tangki ekualisasi digunakan pada
pengolahan air limbah domestik terpusat (off-site system) yang mengolah air
limbah campuran black water dan grey water. Tangki ekualisasi ini berfungsi
untuk menghomogenkan lumpur tinja yang masuk ke IPLT, mengatur agar
debit aliran lumpur yang masuk ke unit berikutnya menjadi konstan dan tidak
berfluktuasi (Petunjuk Teknis CT/AL/Re-TC/001/98).
b) Tangki Imhoff
Tangki imhoff ini berfungsi untuk memisahkan zat padat yang dapat
mengendap dengan cairan yang terdapat dalam lumpur tinja. Tangki dibagi
menjadi dua kompartemen (ruangan) yang diberi sekat. Kompartemen bagian
14
14
(tengah) atas berfungsi sebagai ruang pengendap/sedimentasi (settling
compartment) dan kompartemen bagian bawah berfungsi sebagai ruang
pencerna (digestion compartment) (Petunjuk Teknis CT/AL/Re-TC/001/98).
Gambar 2.2 : Gambaran tangki imhoff Sumber : www.tpub.com 2017
Tipe 1 Tipe 2 Gambar 2.3 : Bentuk penampang tangki imhoff
Sumber : Petunjuk Teknis CT/AL/Re-TC/001/98
15
15
c) Kolam Anaerobik (Anaerobic pond)
Kolam anaerobik berfungsi untuk menguraikan kandungan zat organik
(BOD) dan padatan tersuspensi (SS) dengan cara tanpa oksigen. Kolam dapat
dikondisikan menjadi anaerobik dengan menambahkan beban BOD yang
melebihi kemampuan fotosintesis secara alami dalam memproduksi oksigen
(Bansah & Suglo, 2016).
Kolam anaerobik digunakan sebagai pengolahan pendahuluan
(pretreatment) yang cocok untuk air limbah dengan konsentrasi BOD yang
tinggi (high strength wastewater) dengan konsentrasi BOD minimal 1.500mg/l.
persentase penyisihan BOD berdasarkan temperatur dapat mencapai 70%
(Permen PUPR no. 04 tahun 2017).
Gambar 2.4 : Kolam anaerobik
16
16
d) Kolam Fakultatif (Facultative pond)
Kolam fakultatif berfungsi untuk menguraikan dan menurunkan
konsentrasi bahan organik yang ada di dalam limbah yang telah diolah pada
kolam anaerobik. Kolam fakultatif terstratifikasi menjadi tiga zona dengan
kondisi dan proses degradasi yang berbeda. Lapisan paling atas disebut
dengan zona aerobik karena kolam mengandung banyak oksigen. Kedalaman
zona aerobik ini bergantung pada beban yang diberikan pada kolam seperti
iklim, banyaknya sinar matahari, angin, dan jumlah algae yang berkembang
didalamnya. Zona aerobik juga berfungsi sebagai penghalang bau hasil
produksi gas dari aktivitas mikroba pada zona dibawahnya. Zona tengah
kolam disebut dengan zona fakultatif. Zona paling bawah disebut dengan
zona anaerobik yang terdapat lapisan lumpur dan sudah tidak ditemukan
oksigen (Ewing, Timothy. dkk. 2014).
Gambar 2.5 : Proses pada kolam fakultatif
17
17
e) Kolam Maturasi (Maturation pond)
Kolam maturasi digunakan untuk mengolah air limbah yang berasal dari
kolam fakultatif atau disebut sebagai kolam pematangan. Kolam ini
merupakan rangkaian akhir dari proses pengolahan aerobik air limbah
sehingga dapat menurunkan konsentrasi padatan tersuspensi (SS) dan BOD
yang masih tersisa didalamnya. Fungsi utama kolam maturasi adalah untuk
menghilangkan mikroba patogen yang berada di dalam limbah melalui
perubahan kondisi yang berlangsung dengan cepat serta pH yang tinggi.
Proses degradasi terjadi secara aerobik melalui kerjasama antara mikroba
aerobik dan algae. Algae melakukan fotosintesis membantu meningkatkan
konsentrasi oksigen di dalam air olahan yang digunakan oleh mikroba aerob
(Verbyla, Matthew. Sperling, Marcos von. Maiga, Ynoussa. 2017).
f) Unit Pengering Lumpur (Sludge Drying Bed)
Unit pengering lumpur berfungsi untuk menampung endapan lumpur dari
unit pengolahan biologis. Lumpur diletakkan di atas lapisan pasir sebagai
penyaring sehingga cairan akan turun. Supernatan (cairan yang tertelah
terpisah dari padatan) ditampung pada saluran drainase yang berada di bawah
bak pengering untuk diresirkulasi menuju ke bak ekualisasi sebagai bahan
pengencer. Lumpur dikeringkan secara alami dengan bantuan sinar matahari
dan angin. Lumpur yang sudah kering dapat digunakan sebagai pupuk.
18
18
Gambar 2.6 : Potongan bak pengering lumpur Sumber : Permen PUPR no. 04 tahun 2017
f) Profil Hidrolis
Profil hidrolis untuk IPLT menurut Petunjuk Teknis No.CT/AL/Re-
TC/001/98 dibuat dengan kriteria sebagai berikut:
� Beda elevasi muka air antar kolam dibuat dengan ketinggian (5–10) cm
� Elevasi dasar pengering lumpur haruslah lebih tinggi daripada muka air
kolam stabilisasi anaerobik I atau kolam aerasi aerobik.
� Elevasi muka air tangki imhoff harus lebih tinggi minimal 1,8 m di atas
pipa inlet pengering lumpur
� Elevasi muka air sumur pompa harus lebih tinggi daripada muka air
kolam stabilisasi anaerobik I atau kolam aerasi aerobik
� Elevasi muka air maksimal badan air penerima 0,5 m di bawah outlet
kolam maturasi atau dibuat lebih dalam.
19
19
2.5 Gambar Teknik
Sebuah gambar adalah suatu bentuk goresan yang sangat jelas dari benda
nyata, ide atau rencana yang diusulkan untuk pembuatan atau konstruksi
selanjutnya. Gambar mungkin berbentuk banyak, tetapi metode membuat
gambar yang sangat jelas adalah sebuah bentuk alami dasar dari komunikasi
ide-ide yang umum (Sutikno, 2017).
Desain atau gambar perencanaan menurut Sutikno (2017) mempunyai
beberapa fungsi sebagai berikut:
1) Alat untuk menyatakan maksud atau penerus informasi dari perancang ke
penerima.
2) Dokumen yang disimpan dan dipergunakan sebagai bahan informasi untuk
rencana-rencana baru dikemudian hari.
Pada skripsi perencanaan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT)
Babakan Karet tahun 2017 ini penulis membuat gambar dengan bantuan
aplikasi dua dimensi bernama Draftsight versi pendidikan (education).
20
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Skripsi perencanaan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) Babakan
Karet kabupaten Cianjur tahun 2017 ini bertujuan untuk membuat desain IPLT
baru yang dapat melayani sampai tahun 2028. IPLT Babakan Karet memanfaatkan
lahan yang ada seluas 1 ha. Desain IPLT harus memperhatikan kriteria desain
sesuai Permen PUPR No. 04 tahun 2017 dan juga ketersediaan lahan.
3.1 Diagram Alir
Gambar 3.1 : Diagram alir desain IPLT Babakan Karet
21
21
3.2 Pengumpulan Data
3.2.1 Lokasi Kegiatan
Lokasi penyusunan skripsi perencanaan instalasi pengolahan lumpur tinja
(IPLT) Babakan Karet kabupaten Cianjur tahun 2017 diantaranya untuk
pengambilan data dan gambar di IPLT Desa Babakan Karet kabupaten Cianjur
dan penyusunan di Bekasi.
3.2.2 Jangka Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Jangka waktu pelaksanaan kegiatan ini dimulai dari 5 Agustus 2017
sampai 28 Februari 2018.
3.2.3 Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan penyusunan skripsi perencanaan instalasi pengolahan
lumpur tinja (IPLT) Babakan Karet kabupaten Cianjur tahun 2017 adalah
sebagai berikut:
1) Mempelajari data mengenai lumpur tinja / sanitasi di kabupaten Cianjur dari
buku Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Cianjur Dalam Angka 2017
dan Pedoman Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kota.
2) Mengambil gambar / foto IPLT Babakan Karet eksisting menggunakan
smartphone Xiaomi.
22
22
3) Mengidentifikasi, menganalisis dan mengevaluasi IPLT eksisting dengan
data pembanding seperti jurnal, buku, undang-undang, internet yang
membahas tentang IPLT dan bantuan informasi dari Bapak Moh Aminudin
Azis S.T., sebagai pembimbing lapangan.
4) Memproyeksikan jumlah penduduk dan area pelayanan IPLT berdasarkan
pedoman jurnal Tata Cara Pemilihan Lokasi IPLT Dan IPAL Dengan
Menggunakan Sistem Skor (Samsuhadi, 2012) dengan menggunakan
bantuan Microsoft Excel.
5) Menyusun perhitungan sistem pengolahan IPLT berdasarkan rumus rumus
yang tertera pada Permen PUPR No. 04 tahun 2017 dengan menggunakan
bantuan Microsoft Excel.
6) Menyusun gambar desain IPLT Babakan Karet tahun 2017 berdasarkan
perhitungan desain menggunakan aplikasi gambar dua dimensi Draftsight
versi pendidikan (education).
23
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 IPLT Babakan Karet Kabupaten Cianjur
IPLT Babakan Karet dibangun pada tahun 1995 dan dilakukan
pengembangan atau rehabilisasi pada tahun 2008 yang dilakukan oleh kementrian
pekerjaan umum satuan kerja pengembangan penyehatan lingkungan permukiman
Provinsi Jawa Barat.
Gambar 4.1 : Tampak atas IPLT Babakan Karet
Sumber : Sejasa.com, 2017
24
24
Deskripsi mengenai kondisi IPLT Babakan Karet dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel 4.1 : Kondisi unit eksisting IPLT
No Jenis Informasi Keterangan
1 Lokasi IPLT Jl. Bodas, Kel. Babakan Karet
Koordinat lokasi IPLT S 06°47’41,09”
E 107°8’7,47”
2 Tahun Pembangunan dan Tahun mulai
operasional 1995
3 Sumber pendanaan bangunan APBD Kabupaten Cianjur
4 Luas total lahan IPLT (Ha) 1 ha
5 Luas Zona aktif sudah terpakai 0.173 ha
6 Luas zona aktif belum dipakai 0.827 ha
7 Tanah: sewa/ hak guna/hak milik Hak milik Pemda
8 Jenis dokumen lingkungan (UKL UPL/
Amdal, lainnya). Tahun penyusunan Belum ada
9 Jarak IPLT ke pusat kota 3 km
10 Jumlah rata-rata ritasi mobil tinja yang
masuk IPLT (rit/hari) 1 rit/hari
11 Rata-rata total truk tinja yang masuk ke
IPLT 2 unit/hari
12 Kegiatan penunjang yang ada di IPLT Pencatatan tinja masuk
Ya/Tidak
13 Sistem
Imhoff tank, kolam anaerobik,
Sludge Drying Bed, kolam
fakultatif
14 Rata-rata volume tinja yang masuk ke
IPLT 2 m3/hari
25
25
15 Jarak pinggir IPLT terhadap air
permukaan (kali/sungai/dan lainnya) 1.2 km
16 Jarak IPLT terhadap permukiman
terdekat, dan terjauh
Terdekat : Desa Babakan
Karet ± 400 m
Terjauh : Desa Nagrak ± 8 km
17 Pengujian influen dan efluen IPLT Tidak ada
Sarana dan Prasarana IPLT
18 Rumah jaga Ada
Pos jaga Ya/Tidak
Bangunan operasional
Ya/Tidak
Laboratorium Ya/Tidak
19 Garasi Ada
Sumber : Pemkab Cianjur, 2017
Dimensi unit IPLT Eksisting Babakan Karet dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 : Dimensi unit eksisting IPLT
Unit IPLT Jumlah
(Unit)
Dimensi
Panjang Lebar Kedalaman
Tangki Imhoff 1 9,60 m 3,60 m 6,00 m
Kolam Anaerobic 1 18,40 10,20 m 3,54 m
Sludge Drying Bed 1 22,10 m 22,10 m 10, 40 m
Kolam Fakultatif 1 31,20 m 8,50 m 2,47 m
Kolam Maturasi 1 12,50 m 19,20 m 1,5 m
Sumber : Pemkab Cianjur, 2017
26
26
4.1.1 Tangki imhoff eksisting
Tangki imhoff IPLT Kabupaten Cianjur berdasarkan pengukuran di
lapangan memiliki dimensi sebagai berikut :
� Lebar = 3,60 m
� Panjang = 9,60 m
� Kedalaman = 6,00 m
� Tebal dinding = 0,30 m
� Volume = 162 m3.
Gambar 4.2 : Tampak atas dan tampak samping tangki imhoff
27
27
Gambar 4.3 : Tangki imhoff
4.1.2 Kolam anaerobik eksisting
Kolam anaerobik pada IPLT Kabupaten Cianjur memiliki dimensi
sebagai berikut:
� Lebar = 10,20 m
� Panjang = 18,40 m
� Kedalaman = 3,54 m
� Volume = 400 m3.
28
28
Gambar 4.4 : Tampak atas dan tampak samping kolam anaerobik
Pengamatan di lapangan menemukan keretakan yang besar pada salah
satu dinding kolam anaerobik. Kondisi tersebut memiliki resiko diantaranya
adalah kebocoran dan longsoran dinding kolam.
29
29
Gambar 4.5 : Kolam anaerobik eksisting
4.1.3 Bak pengering lumpur (sludge drying bed) eksisting
Bak pengering lumpur IPLT kabupaten Cianjur memiliki dimensi sebagai
berikut:
� Lebar = 22,10 m
� Panjang = 22,10 m
� Kedalaman = 1,40 m
� Luas = 488,41 m2.
30
30
Gambar 4.6 : Tampak atas dan tampak samping bak pengering lumpur
31
31
Pengamatan di lapangan menemukan adanya pepohonan dan rerumputan
tahunan yang menutupi area kolam SDB yang secara teknis akan mengurangi
intensitas cahaya matahari dan udara dalam proses pengeringan lumpur tinja.
Gambar 4.7 : Bak pengering lumpur eksisting
4.1.4 Kolam fakultatif eksisting
Kolam fakultatif IPLT Kabupaten Cianjur memiliki dimensi sebagai
berikut:
� Lebar= 8,50 m
� Panjang= 31,20 m
� Kedalaman= 2,47 m
� Volume= 340,39 m3.
32
32
Gambar 4.8 : Tampak atas dan tampak samping kolam fakultatif
Pengamatan di lapangan menemukan dinding telah retak, kontruksi yang
beralasakan tanah tidak efesien digunakan dan kontruksi dinding yang terbuat
dari pasangan batu kali berpotensi terjadi rembesan.
Gambar 4.9 : Kolam fakultatif eksisting
33
33
4.1.5 Kolam maturasi eksisting
Kolam maturasi IPLT Kabupaten Cianjur memiliki dimensi sebagai
berikut:
� Lebar= 19,20 m
� Panjang= 12,5 m
� Kedalaman= 1,5 m
� Volume= 203,20 m3.
Gambar 4.10 : Tampak atas dan tampak samping kolam maturasi
34
34
Pengamatan di lapangan menemukan permukaan sudah tertutup tanah dan
rumput liar dan dinding mengalami kerusakan.
Gambar 4.11 : Kolam maturasi eksisting
4.1.6 Cakupan pelayanan eksisting IPLT
Cakupan daerah pelayanan di IPLT Babakan Karet Kabupaten Cianjur
berdasarkan dokumen Fasilitas Penyusunan Master Plan Air Limbah
Kabupaten Cianjur ada 14 kecamatan, diantaranya adalah kecamatan
Bojongpicung, Cianjur, Cilaku, Ciranjang, Cikalongkulon, Cipanas, Cugenang,
Gekbrong, Karangtengah, Mande, Pacet, Sukaluyu, Sukaresmi, dan
Warungkondang.
35
35
Gambar 4.12 : Peta cakupan pelayanan IPLT Babakan Karet eksisting Sumber : Pemkab Cianjur, 2017
4.2 Rencana Wilayah Pelayanan dan Proyeksi Lumpur Tinja
Pemerintah Kabupaten Cianjur merencanakan IPLT Babakan karet dapat
melayani 14 Kecamatan yang teridiri dari Cianjur, Cugenang, Warungkondang,
Cilaku, Karangtengah, Mande, Gekbrong, Sukaluyu, Bojongpicung, Ciranjang,
36
36
Cikalongkulon, Sukaresmi, Pacet, dan Cipanas. Namun pemilihan lokasi
Pelayanan IPLT dalam suatu proses perencanaan harus memperhatikan banyak
faktor. Faktor tersebut diantaranya jumlah penduduk yang akan dilayani
pengelolaan limbah, jarak area pelayanan dengan IPLT, kemiringan, jenis tanah,
bahaya banjir, batas administrasi wilayah. Implementasi cara ini dapat dilakukan
dengan memodifikasi foktor-faktor yang mempengaruhi dan pembobotan yang
disesuaikan kondisi lokasi/wilayah setempat. Daerah pritoritas yang terlayani
sampai tahun 2028 ada 6 kecamatan yaitu Cianjur, Karang tengah, Mande, Pacet,
Sukaluyu, dan warungkondang dengan total 29 desa seperti gambar berikut ini.
Gambar 4.13 : Wilayah Pelayanan Sumber : peta.bpn.go.id, 2017
37
37
IPLT Babakan Karet diproyeksikan dapat melayani sampai tahun 2028
dengan pertumbuhan dihitung sebesar 1% mengunakan rumus berikut;
Pn = Po . (1 + q) n
Pn = jumlah penduduk tahun rencana
Po = jumlah penduduk tahun awal
n = jumlah tahun rencana
q = laju pertumbuhan penduduk.
Kapasitas IPLT ditentukan dengan menggunakan pendekatan minimal 60%
penduduk pada Zona Prioritas. Kapasitas (debit) IPLT dihitung menggunakan
formulasi berikut:
V = (%�������)����
���
V : Debit yang akan masuk ke IPLT (m3)
P : Jumlah penduduk pada akhir periode desain (orang)
Q : debit timbunan lumpur tinja (liter/orang/hari) dipilih 0,3 liter/orang/hari
(Permen PUPR no. 04 tahun 2017)
Tabel 4.3 : Proyeksi wilayah pelayanan
Kecamatan Desa Jumlah Penduduk (Jiwa)
2016 2017 2018 2019 2020
1 2 3 4 5 6 7
Babakankaret 8570 8656 8742 8830 8918
Cianjur Bojongherang 15887 16046 16206 16368 16532
Limbangansari 11773 11891 12010 12130 12251
38
38
Mekarsari 11773 11891 12010 12130 12251
Muka 18520 18705 18892 19081 19272
Nagrak 15711 15868 16027 16187 16349
Pamoyaman 15541 15696 15853 16012 16172
Sawah Gede 18853 19042 19232 19424 19619
Sayang 36721 37088 37459 37834 38212
Solokpandan 12946 13075 13206 13338 13472
Bojong 18529 18714 18901 19090 19281
Ciherang 8792 8880 8969 9058 9149
Karang Tengah
Hegarmanah 10904 11013 11123 11234 11347
Maleber 12464 12589 12715 12842 12970
Sabandar 12042 12162 12284 12407 12531
Sindanglaka 7755 7833 7911 7990 8070
Sukamanah 8519 8604 8690 8777 8865
Sukasarana 3980 4020 4060 4101 4142
Sukasari 7316 7389 7463 7538 7613
Sukataris 9474 9569 9664 9761 9859
Mande Kademangan 8532 8617 8703 8791 8878
Pacet Ciherang 16117 16278 16441 16605 16771
Cipendawa 18381 18565 18750 18938 19127
Sukaluyu
Sukamulya 8922 9011 9101 9192 9284
Babakansari 6401 6465 6530 6595 6661
Hegarmanah 7401 7475 7550 7625 7702
Warung Kondang
Cikaroya 5501 5556 5612 5668 5724
39
39
Jambudipa 8414 8498 8583 8669 8756
Cieundeur 3619 3655 3692 3729 3766
Jumlah 29 Desa 349358 352856 356385 359950 363550
Timbulan Lumpur Tinja 104,81 105,86 106,92 107,98 109,07
Prosentase Pelayanan
Rencana Lumpur Tinja Yang diolah IPLT Babakan Karet
Jumlah Penduduk (Jiwa)
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028
8 9 10 11 12 13 14 15
9007 9097 9188 9280 9373 9467 9561 9657
16697 16864 17033 17203 17375 17549 17725 17902
12374 12497 12622 12748 12876 13005 13135 13266
12374 12497 12622 12748 12876 13005 13135 13266
19465 19659 19856 20055 20255 20458 20662 20869
16512 16678 16844 17013 17183 17355 17528 17704
16334 16497 16662 16829 16997 17167 17339 17512
19815 20013 20213 20415 20619 20825 21034 21244
38594 38980 39370 39764 40161 40563 40968 41378
13606 13742 13880 14019 14159 14300 14443 14588
19474 19669 19866 20064 20265 20468 20672 20879
9240 9333 9426 9520 9616 9712 9809 9907
11460 11575 11691 11807 11926 12045 12165 12287
40
40
13100 13231 13363 13497 13632 13768 13906 14045
12656 12783 12911 13040 13170 13302 13435 13569
8151 8232 8314 8398 8482 8566 8652 8739
8954 9043 9134 9225 9317 9410 9504 9599
4183 4225 4267 4310 4353 4396 4440 4485
7689 7766 7844 7922 8001 8081 8162 8244
9957 10057 10157 10259 10362 10465 10570 10676
8967 9057 9147 9239 9331 9425 9519 9614
16939 17109 17280 17452 17627 17803 17981 18161
19319 19512 19707 19904 20103 20304 20507 20712
9377 9471 9566 9661 9758 9855 9954 10054
6728 6795 6863 6931 7001 7071 7141 7213
7779 7856 7935 8014 8094 8175 8257 8340
5782 5839 5898 5957 6016 6077 6137 6199
8843 8932 9021 9111 9202 9294 9387 9481
3804 3842 3880 3919 3958 3998 4038 4078
367187 370860 374569 378316 382100 385922 389782 393680
110,16 111,26 112,37 113,49 114,63 115,78 116,93 118,1
Prosentase Pelayanan (%) 60
Rencana Lumpur Tinja Yang diolah IPLT Babakan Karet (m3) 71
Kapasitas Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja yang direncanakan
berdasarkan proyeksi 10 tahun perencanaan mencapai 71 m3/hari pada tahun
41
41
2028. Teknologi yang dipilih adalah sistem stabilized lagoon yang merupakan
teknologi sederhana yang tidak memerlukan biaya operasional yang tinggi. Unit
Proses IPLT untuk teknologi pengolahan lumpur tinja adalah solid separator
(imhoff tank), sludge drying bed, kolam anaerobik, kolam fakultatif, kolam
maturasi, kolam aerasi, dan hanggar kompos.
Gambar 4.14 : Skema unit IPLT Babakan Karet
42
42
4.3 Perhitungan Desain IPLT Babakan Karet Tahun 2017
Perhitungan desain IPLT Babakan Karet tahun 2017 harus disesuaikan
dengan ketersediaan lahan yang sudah ada dan tetap masuk pada kriteria desain
sesuai Permen PUPR No. 04 tahun 2017. Perhitungan perencanaan menggunakan
data diantaranya adalah konsentrasi BOD sebanyak 5000 mg/l, suspend solid (SS)
sebanyak 15000 mg/l (Metcalf & Eddy, 1991) dan konsentrasi coliform sebanyak
107 MPN/100ml (Tilley. dkk, 2014).
4.3.1 Tangki Imhoff
Dimensi standar tangki imhoff menurut Permen PUPR no. 04 tahun 2017
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4 : Standar ukuran tangki imhoff
Jumlah penduduk dilayani
Jumlah
Zona sedimentasi Zona lumpur Lumpur terbuang
Panjang Lebar Dalam Kapasitas Dalam
x1000 orang
Unit meter meter meter m3 meter m3/hari
100 1 7 3,5 2 180 5 6
200 1 atau 10 5 2
360 6
12 2 7 3,5 2 5
300 2 10 5 2 540 6 18
Sumber : Permen PUPR Nomor 04 Tahun 2017
43
43
Tangki imhoff berdasarkan layanan jumlah penduduk sebanyak 393680 x
60% = 236208 orang dan ketersediaan lahan yang ada maka, dipilihlah tangki
imhoff dengan dimensi panjang 7 meter, lebar 3,5 meter dan kedalaman 2
meter pada zona sedimentasi ditambah 5 meter pada zona lumpur sama dengan
7 meter dengan jumlah 2 unit.
Kriteria perencanaan tangki imhoff:
1) Kedalaman tangki total, sekitar 7 m, dengan rincian sebagai berikut:
� Zona sedimentasi = 2 m
� Zona netral 0,5 m
� Zona lumpur 4,5 m.
3) Zona sedimentasi:
� Tinggi jagaan = 0,3 m
� Lebar slot = 20 cm
� Overhang = 25 cm
� Kecepatan aliran horizontal = ��
= � ���,�
=2,9 m/hari = 3,36 x 10-3 cm/det < 1 cm/detik (memenuhi
kriteria)
� Beban permukaan (surface loading rate ) = ��
= � ���,�
=2,9 m3/m2.hari ≤ 30 m3/(m2.hari) (memenuhi kriteria)
� Waktu detensi td = �����
= (���,���)����
= 16,56 jam ≥ 1,5 jam (memenuhi kriteria)
44
44
� Efisiensi pemisahan suspend solid = 30% x 71 m3 = 21,3 m3
� Debit effluent = 71 m3 – 21,3 m3 = 49,7 m3 /hari
� Efisiensi pengurangan BOD = 30% x 5000 mg/l = 1500 mg/l
� BOD effluent = 5000 mg/l - 1500 mg/l = 3500 mg/l.
4) Zona lumpur:
� Kemiringan penampung lumpur 30°
� Waktu detensi = (1-2) bulan.
5) Ventilasi gas:
� Luas permukaan total ventilasi gas adalah (25-30)% luas permukaan
bak pencerna
� Lebar ventilasi gas pada satu sisi (45-60) cm, dan/atau luas
permukaan total ventilasi gas ≥ 20% dari luas total permukaan tangki.
6) Pipa lumpur:
� Diameter minimal 15 cm
� Kemiringan pipa pembuangan dan penyalur lumpur (underflow),
minimal 12%
� Jarak vertikal antara outlet pembuangan lumpur dan level permukaan
air 2,5 m.
7) Bangunan tangki imhoff:
� Dinding cor beton bertulang tebal 40cm
� Cor beton K300.
45
45
Gambar 4.15 : Tangki imhoff dalam pandangan isometri dan samping
Tangki imhoff didesain agar debit lumpur tinja yang masuk sebanyak 71
m3/hari dapat memisahkan air limbah tinja sebanyak 49,7 m3 /hari dan padatan
lumpur tinja (suspend solid) menjadi 21,3 m3. BOD lumpur tinja dalam tangki
imhoff juga dapat berkurang dari 5000 mg/l menjadi 3500 mg/l. Tangki imhoff
dilengkapi dengan 8 lubang control / manhole. Tangki imhoff mempunyai
sekat di bagian dalam sebagai pemisah antara lumpur (suspend solid) yang
akan dimasukkan ke bak pengering lumpur dan cairan lumpur tinja yang akan
masuk ke proses selanjutnya yaitu kolam anaerobik. Dinding tangki imhoff
mempunyai ketebalan 0,4 meter menggunakan beton K300 agar tahan lama
dan tidak mudah terjadi keretakan. Detail desain tangki imhoff lebih lengkap
ada pada lampiran 20.
46
46
4.3.2 Kolam Anaerobik
Dimensi kolam anaerobik menyesuaikan dengan debit effluent dari tangki
imhoff sebanyak 49,7 m3/hari dengan beban BOD 3500 mg/l. Desain kolam
anaerobik juga menyesuaikan dengan ketersediaan lahan yang ada sedangkan
kriteria desain mengikuti Permen PUPR no. 04 tahun 2017 sebagai berikut:
Tabel 4.5 : Kriteria desain volumetrik BOD loading rate dan penyisihan BOD
Teperatur (°) Laju beban BOD Volumetrik Penyisihan BOD (%)
<10 100 40
10 - 20 20T - 100 2T + 20
20 - 25 10T + 100 2T + 20
>25 350 70
Sumber : Permen PUPR Nomor 04 Tahun 2017
Data perencanaan
� Laju evaporasi (e) = 5 mm/hari
� BOD inlet = 3500 mg/l
� Volumetrik BOD loading rate 350 g/m3/hari asumsi temperatur 25°C
� Kedalaman bak anaerobik (Da) direncanakan 4 meter.
Perhitungan
1) Menghitung waktu detensi bak anaerobik
Waktu detensi bak anaerobik (θa) = ����
47
47
Asumsi λv = 350 gram/m3.day
θa = �������
= 10hari.
2) Menghitung volume kolam anaerobik
Va = Q × θa = 49,7 m3 × 10 = 497 m3
3) Luas permukaan bak anaerobik efektif
Aa = ��#�
= �$��
= 124,25 m2.
4) Lebar kolam
l = &Aa/3 = &124,25/3 =6,43 m dibulatkan 6,5 m.
Panjang kolam
p=3 x l =3 x 6,5= 19,5 m dibulatkan 20 m.
5) Debit efluen
Qe = Qin - 0,001.e . Aa
Qe = 49,7 - 0,001 . (5) . (124,25)
Qe = 49,7 - 0,62
Qe = 49,08 m3/hari.
6) Konsentrasi BOD efluen
Penyisihan BOD pada kolam anaerobik yakni 70%
BODef = (1-0,7) × 3500 = 1050 mg/l
7) Kolam anaerobik dibagi menjadi 4 kompartemen untuk meratakan
aliran sehingga perlu diberi sekat cor beton bertulang 3 buah dengan
tebal 20 cm.
48
48
8) Dinding kolam anaerobik terbuat dari cor beton bertulang dengan
tebal 40 cm.
9) Tinggi jagaan 0,5 m.
Gambar 4.16 : Kolam anaerobik dalam pandangan isometri
Kolam anaerobik mempunyai ukuran efektif panjang 20 meter, lebar 6,5
meter dan kedalaman 4,5 meter dengan dinding cor beton tebal 0,4 meter.
Kolam anaerobik dibagi menjadi 4 kompartemen yang terbagi rata dengan 3
sekat tebal 0,2 meter. Pipa inlet dan outlet diberi elevasi 0,1 meter agar air
limbah dapat mengalir secara grafitasi. Posisi kolam anaerobik lebih rendah 4,5
meter dari tangki imhoff. Kolam anaerobik mengolah influent sebanyak 49,7
m3/hari dan effluent yang dihasilkan sebanyak 49,08 m3/hari dengan BOD yang
sudah menjadi 1050 mg/l. Detail desain kolam anaerobik lebih lengkap ada
pada lampiran 21.
49
49
4.3.3 Kolam Fakultatif
Dimensi kolam fakultatif menyesuaikan dengan debit effluent dari kolam
anaerobik sebanyak 49,08 m3/hari dengan beban BOD yang sudah berkurang
menjadi 1050 mg/l. Desain kolam fakultatif juga menyesuaikan dengan
ketersediaan lahan yang ada sedangkan kriteria desain mengikuti Permen
PUPR no. 04 tahun 2017 sebagai berikut:
Tabel 4.6 : Kriteria desain kolam fakultatif
Parameter Simbol Besaran Satuan
Waktu retensi minimum
θf
T < 20° C 5 Hari
T > 20° C 4 Hari
Waktu detensi td 20 – 40 Hari
Efisiensi penurunan BOD n 70 – 90 %
Efisiensi penurunan coliform 60 – 99 %
Kedalaman kolam H 1,5 – 2,5 Meter
Raso panjang dan lebar p:l (2 – 4) – 1 -
Periode pengurasan 5 – 10 tahun
Sumber : Permen PUPR Nomor 04 Tahun 2017
Perhitungan
1) Q influent = 49,08 m3/hari.
2) Li (Konsentrasi BOD influent) = 1050 mg/l.
50
50
3) Rencana pembebanan luas permukaan (surface charge design)
diasumsikan λs = 635kg/ha. hari
4) Luas kolam fakultatif Af = ������
λ3= �� �����$,�4
5�� = 811,56 m2
5) Kedalaman kolam fakultatif direncanakan df = 2 meter
6) Volume kolam fakultatif
Vf = Af × df = 811,56 × 2 = 1623,1 m3
7) Waktu detensi td = 678
= 5��, �$,�4
= 33,07 hari
8) Lebar kolam fakultatif memperhatikan lahan yang tersedia l = 28 m
9) Panjang fakultatif
P = �9�= 4 ,�5
�4 = 28,98 m dibulatkan menjadi 29 m
10) Kolam fakultatif dibagi menjadi 2 unit sehingga lebar masing masing
adalah 14 m
11) Konsentrasi BOD efluen dengan persentase penyisihan 90%
BODef = ( 1 - 90% ) x 1050 = 105 mg/l
13) Kolam fakultatif dibagi menjadi 6 kompartemen untuk meratakan
aliran sehingga perlu diberi sekat cor beton bertulang 5 buah dengan
tebal 20 cm.
14) Dinding kolam maturasi terbuat dari cor beton bertulang dengan tebal
40 cm.
15) Tinggi jagaan 0,5 m
51
51
Gambar 4.17 : Kolam fakultatif dalam pandangan isometri
Kolam fakultatif mempunyai ukuran efektif panjang 29 meter, lebar 14
meter dan kedalaman 2,5 meter berjumlah 2 unit. dengan dinding cor beton
tebal 0,4 meter. Kolam fakultatif dibagi menjadi 6 kompartemen yang terbagi
rata dengan 5 sekat tebal 0,2 meter yang disesuaikan dengan panjang kolam.
Pipa inlet dan outlet diberi elevasi 0,1 meter agar air limbah dapat mengalir
secara grafitasi. Posisi kolam fakultatif lebih rendah 0,5 meter dari kolam
anaerobik. Kolam fakultatif mengolah influent sebanyak 49,08 m3/hari.
Konsentrasi BOD effluent dengan persentase penyisihan 90% diturunkan
menjadi 105 mg/l. Volume kolam fakultatif mencapai 1623,1 m3 . Waktu
detensi kolam fakultatif adalah yang terlama disbanding dengan unit yang lain
dengan 33,07 hari. Detail desain kolam fakultatif lebih lengkap ada pada
lampiran 22.
52
52
4.3.4 Kolam Maturasi
Dimensi kolam maturasi menyesuaikan dengan debit effluent dari kolam
fakultatif yang masih dianggap sama sebanyak 49,08 m3/hari namun dengan
beban BOD yang sudah berkurang menjadi 105 mg/l. Desain kolam maturasi
juga menyesuaikan dengan ketersediaan lahan yang ada sedangkan kriteria
desain mengikuti Permen PUPR no. 04 tahun 2017 sebagai berikut:
Tabel 4.7 : Kriteria desain kolam maturasi
Parameter Simbol Besaran Satuan
Waktu detensi td 5-15 hari
Efisiensi penurunan BOD >60 %
Kedalaman kolam H 1-2 meter
Rasio p:l p:l (2-4) :1 -
Beban BOD volumetrik 40-60 gr BOD/m3.hari
Sumber : Permen PUPR Nomor 04 Tahun 2017
Perhitungan
1) Jumlah kolam maturasi : 1 unit
2) Waktu detensi yang direncanakan : 10 hari
3) Volume kolam maturasi
Vm = Q × td = 49,08 × 10 = 490,8 m3
4) Kedalaman yang direncanakan pada kolam maturasi = 1,3 m
5) Luas area yang diperlukan Am = �:#
= �$�,4 ,�
= 377.5 m2
6) Lebar kolam maturasi dari lahan yang tersedia adalah 14 m
53
53
7) Panjang kolam maturasi p =�:�= ���,�
� = 27,4 m
8) Konsentrasi BOD efluen
Konstanta penyisihan BOD pada kolam maturasi (kf) menurut Heaven
(2011) yakni sebesar 0,1
BODef = ;<#�
(=9×?:)@ = ��
(�, × �)@ = 52,5 mg/l
9) Persen penyisihan BOD
% removal= ;<#�A;<#�9;<#�
× 100 ��A��,�
�� ×100 = 50%
10) Kolam maturasi dibagi menjadi 6 kompartemen untuk meratakan
aliran sehingga perlu diberi sekat cor beton bertulang 5 buah dengan
tebal 20 cm.
11) Dinding kolam maturasi terbuat dari cor beton bertulang dengan tebal
40 cm.
12) Tinggi jagaan 0,5 m
Gambar 4.18 : Kolam maturasi dalam pandangan isometri
54
54
Kolam maturasi mempunyai ukuran efektif panjang 27,4 meter, lebar 14
meter dan kedalaman 1,8 meter. dengan dinding cor beton tebal 0,4 meter.
Kolam maturasi dibagi menjadi 6 kompartemen yang terbagi rata dengan 5
sekat tebal 0,2 meter yang disesuaikan dengan panjang kolam. Pipa inlet dan
outlet diberi elevasi 0,1 meter agar air limbah dapat mengalir secara grafitasi.
Posisi kolam maturasi lebih rendah 0,5 meter dari kolam fakultatif. Konsentrasi
BOD effluent dengan persentase penyisihan 50% diturunkan menjadi 52,5
mg/l. Detail desain kolam maturasi lebih lengkap ada pada lampiran 23.
4.3.5 Kolam Aerasi
Dimensi kolam aerasi menyesuaikan dengan debit effluent dari kolam
maturasi sebanyak 49,08 m3/hari dengan beban BOD yang sudah berkurang
menjadi 52,5 mg/l. Desain kolam aerasi juga menyesuaikan dengan
ketersediaan lahan yang ada sedangkan kriteria desain mengikuti Permen
PUPR no. 04 tahun 2017 sebagai berikut:
Tabel 4.8 : Kriteria desain kolam aerasi
Parameter Simbol Besaran Satuan
BOD BOD 5 Kg/m3
SS SS 20 Kg/m3
VSS Loading VSS 0,5 Kg VSS/m3.hari
Solid Retention Time 21 hari
55
55
Hidrolis Retetion Time 21 hari
Kedalaman kolam H 1 - 6 meter
Sumber : Permen PUPR Nomor 04 Tahun 2017
Perhitungan
1) Jumlah kolam maturasi : 1 unit
2) Beban BOD = Konsentrasi BOD x Debit influent
= 52,5 x 44,91 = 2378 gr BOD/m2.hari
3) Tipikal beban BOD = 5 gr BOD/M2.hari
4) Luas media biofilter = ;�B�;<#C�D�E��;<#
= ���4�
= 471,56 m2
5) Luas media biofilter per m3 = 155 m2 / m3
6) Volume media biofilter = �F�3:�G��B�HI��J�K
�F�3:�G��B�HI��J�KD�K:�= ���4
�� = 3 m3
7) Waktu detensi yang direncanakan adalah 8 jam
8) Volume kolam aerasi = ��JG��
= �� ,�5�4��
= 15 m3
9) Volume total = Volume aerasi + (0,5 x Volume media biofilter)
= 15 + (0,5 x 3) = 16,5 m3
10) Panjang kolam yang tersedia 3 m
11) Kedalaman efektif 2,2 m
12) Lebar = �
��G= 5,�
���,� = 2,5 m
13) Tinggi jagaan 0,3 m
14) Dinding kolam aerasi terbuat dari cor beton bertulang dengan tebal 40
cm.
56
56
Gambar 4.19 : Kolam aerasi dalam pandangan isometri dan samping
Kolam aerasi mempunyai ukuran efektif panjang 3 meter, lebar 2,5 meter
dan kedalaman 2,5 meter. dengan dinding cor beton tebal 0,4 meter. Kolam
aerasi terdapat tempat untuk meletakkan biofilter sarang tawon. Posisi kolam
aerasi lebih rendah 0,5 meter dari kolam maturasi. Detail desain kolam arrasi
lebih lengkap ada pada lampiran 24.
4.3.6 Bak pengering lumpur (sludge drying bed)
Bak pengering lumpur dihitung berdasarkan kuantitas lumpur yang
dikumpulkan pada unit tangki imhoff dan kolam anaerob. Lumpur tersebut
dimasukkan ke dalam bak pengering lumpur yang berisi media kerikil dan
pasir. Cairan yang terfilter (supernatan) disirkulasikan ke kolam anaerob,
sedangkan lumpur kering (cake) yang tersisa dijadikan kompos.
57
57
Perhitungan
1) Total lumpur dalam tangki imhoff (tanpa dekomposisi anaerob)
SS = (LL���I�3��3�LL)��� ����JG
������
SS = ( �����$�%)�� � �����
������
SS = 7082,25 kg
2) Total lumpur dalam kolam anaerob (tanpa dekomposisi anaerob)
SS = (LL���I�3��3�LL)��� ����JG
������
SS = (������%)��$,�� ���� �
������
SS = 260,92 kg
3) Total lumpur dalam kolam setiap 5 hari
SSt = SS tangki imhoff + SS kolam anaerob
SS = 7082,25 + 260,92 = 7343.17 kg
4) Penentuan debit lumpur yang dihasilkan
Debit lumpur = ����. �EM ���EM/:N = 7,2 m3
5) Volume sludge drying bed
V = Q x td = 7,2 x 7
V = 50,4 m3
6) Direncanakan 4 unit SDB
7) Luas masing-masing unit SDB
A = �
O3�×= ��,�
�,�� = 84 m2
8) Dimensi SDB mengikuti lahan yang ada
58
58
Lebar = 6 m
Panjang = 13 m
Volume = p x l x 0,3 x n
= 6 x 13 x 0,3 x 4 = 93,6 m3 ( memenuhi kebutuhan)
9) Kedalaman bak pengering lumpur / SDB
Tabel 4.9 : Desain lapisan bak pengering lumpur
Ketebalan lapisan lumpur 0,3 m
Ketebalan lapisan kerikil, terdiri 0,35 m
Coarse gravel 0,2 m
Medium gravel 0,075 m
Fine gravel 0,075 m
Ketebalan lapisan pasir, terdiri dari 0,25 m
Coarse sand 0,1 m
Fine sand 0,15 m
Freeboard 0,2 m
Kedalaman total 1,1 m
10) Detail gambar terdapat pada lampiran.
Gambar 4.20 : Bak pengering lumpur dalam pandangan isometri
59
59
Bak pengering lumpur berjumlah 4 unit, masing masing mempunyai
ukuran efektif panjang 13 meter, lebar 6 meter dan kedalaman 1,1 meter.
dengan dinding cor beton tebal 0,4 meter. Posisi bak pengering lumpur lebih
rendah 2 meter dari tangki imhoff agar lumpur dapat dialirkan secara grafitasi
dan 2,5 meter diatas kolam anaerobik agar dapat mengalirkan air hasil
penyaringan lumpur tinja atau disebut supernatan. Detail desain bak pengering
lumpur lebih lengkap ada pada lampiran 25.
4.3.7 Hanggar kompos
Bangunan Hanggar kompos eksisting masih dalam kondisi bagus. Namun
untuk memastikannya masih sesuai atau tidak maka diperlukan perhitungan
sebagai berikut.
1) Volume lumpur total kering dari perhitungan bak pengering lumpur
Volume lumpur total kering = 50,4 m3
2) Pengeringan di hanggar kompos dilakukan dengan ketebalan 40 cm
maka dibutuhkan area = ��,��,�
= 126 m2
3) Luas area pengeringan di hanggar kompos eksisting
Panjang = 17 m
Lebar = 8,5 m
Area = 17 x 8,5 = 144,5 m2 > 126 m2 masih memenuhi kriteria.
60
60
4.3.8 Profil hidrolis
Profil hidrolis untuk IPLT Babakan karet dibuat sebagai berikut:
1) Elevasi muka air tangki imhoff dibuat 2 m di atas pipa inlet pengering
lumpur.
2) Elevasi dasar pengering dibuat lebih tinggi daripada muka air kolam
stabilisasi anaerobik 0,5 m.
3) Beda elevasi muka air antara kolam anaerobik dibuat lebih tinggi 0,5
m dari kolam fakultatif.
4) Beda elevasi muka air antara kolam fakultitaf dibuat lebih tinggi 0,5 m
dari kolam maturasi.
5) Beda elevasi muka air antara kolam maturasi dibuat lebih tinggi 0,5 m
dari kolam aerasi.
Tabel 4.10 : Profil hidrolis IPLT Babakan Karet
Bangunan Elevasi (5)
MPDL Selisih
Tangki imhoff 510 0
Bak pengering lumpur / SDB 508 -2
Kolam anaerobik 505,5 -4,5
Kolam fakultatif 505 -5
Kolam maturasi 504,5 -5,5
Kolam Aerasi 504 -6
61
61
4.3.9 Waktu retensi dan konsentrasi bakteri coliform
1) Retensi kolam anaerobik
θa = ���
= �$��
= 7 hari
2) Retensi kolam fakultatif
θf = �.�9.G9�.�A�,�� .�.�9
= �.�9�.�A�,�� .�.�9
=
θf = �� 5��, (���$�,4)A�,�� ���4 ,�5
= 34,5 hari \
3) Retensi kolam maturasi
θm = �.��(9�P).G:�,��.λ3(9�P)
= �� ��� ,��,��5��
= 3,07 hari
4) Konstanta temperatur
Kt = 2,6 x 1,19 (T-20)
Kt = 2,6 x 1,19 (25-20)
Kt = 6,2
5) Konsentrasi coliform pada inlet IPLT (Ni) sejumlah 107 MPN/100 ml
(Tilley. dkk, 2014).
6) Konsentrasi coliform pada outlet IPLT
Ne = Q�
( @EC.?�)( @EC.?9)( @EC.?:)R
Ne= �S
( @�,5�)( @�,5��,�)( @�,5�,��)T
Ne = 639,32 MPN/100 ml � memenuhi Ne < 3000 MPN/100 ml
sesuai Permen LHK No. 68 tahun 2016.
62
62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1) Bangunan IPLT eksisting dirancang masih menggunakan batu belah yang
saat ini sudah terjadi keretakan sehingga tidak dapat difungsikan.
2) Area pelayanan IPLT Babakan Karet kabupaten Cianjur berada di radius 15
km dengan total desa yang terlayani 29 desa yakni di Kecamatan Cianjur
terdiri dari Babakan Karet, Bojongherang, Limbangan Sari, Mekarsari,
Muka, Nagrak, Pamoyaman, Sawah Gede, Sayang, Solokpandan.
Kecamatan Karang Tengah meliputi Bojong, Ciherang, Hegarmanah,
Meleber, Sabandar, Sindangkala, Sukamanah, Sukasarana, Sukasari,
Sukataris. Kecamatan Mande ada Kademangan. Kecamatan Pacet ada
Ciherang dan Cipendawa. Kecamatan Sukaluyu ada Sukamulya,
Babakansari, Hegarmanah. Kecamatan Warung Kondang ada Cikaroya,
Jambudipa, Cieundeur.
3) Debit layanan limbah domestik untuk desain IPLT Babakan Karet pada
tahun 2028 adalah 71m3/hari.
4) Pengolahan lumpur tinja didesain menggunakan kombinasi unit pemisah
padatan cairan yang terdiri dari imhoff tank, kolam anaerobik, kolam
fakultatif, kolam maturasi, kolam aerasi dan bak pengering lumpur ( sludge
drying bed ). Desain dapat dilihat pada lampiran.
63
63
5.2 SARAN
Rancangan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) Babakan Karet tahun
2017 ini dapat digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Cianjur sebagai acuan
dalam merehabilitasi instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) Babakan Karet
tahun 2017.
64
64
DAFTAR PUSTAKA Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat No. 4 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik. Kementerian PUPR. Jakarta.
Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
No. 68 Tahun 2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik . Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun
2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah. Sekretariat Negara. Jakarta. Pemkab Cianjur. 2017. Kabupaten Cianjur Dalam Angka 2017. BPS Kabupaten
Cianjur. Cianjur. Gruchlik, Yolanta, et. al. 2017. Removal of Organic Micropollutants in Waste
Stabilisation Ponds: A review. Journal of Environmental Management. Curtin University. Australia.
Martinez, F. C., et al. 2016. Mathematical Modeling and Optimization In the
Design of a Maturation Pond. Journal of Applied Research and Technology 14 (2016) 93–100. Universidad Nacional Autonoma D Mexico. Mexico.
Collard, M., et al. 2016, Comparison of Three Different Wastewater Sludge and
Their Respective Drying Processes: Solar, Thermal and Reed Beds - Impact On Organic Matter Characteristics. Journal of Environmental Management. Universite de Poitiers. Perancis.
Dian, Gaby & Herumurti, Welly. 2016. Evaluasi Instalasi Pengolahan Lumpur
Tinja (IPLT) Keputih, Surabaya. Jurnal Teknik ITS Vol. 5, No. 1. Institut Teknologi Sepuluh Nopember,. Surabaya.
Ewing, Timothy et. al. 2014. Self - Powered Waste Water Treatment for the
Enhanced Operation of A Facultative Lagoon. Journal of Power Sources. Washington State University. USA.
Oktarina, Dwi & Haki, Helmi. 2013. Perencanaan Instalasi Pengolahan Lumpur
Tinja Sistem Kolam Kota Palembang (Studi Kasus: IPLT Sukawinatan). Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan Vol. 1, No. 1. Universitas Sriwijaya. Palembang.
Samsuhadi. 2012. Tata Cara Pemilihan Lokasi Iplt Dan Ipal Dengan
Menggunakan Sistem Skor. J. Tek. Ling Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup” Hal. 157 – 168. Jakarta.
65
65
Terasaka, Koichi, et. al. 2011. Development of Microbubble Aerator for Waste Water Treatment Using Aerobic Activated Sludge. Journal of Chemical Engineering Science. Keio University. USA.
Iskandar, Sofyan. dkk. 2016. Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik - Terpusat
Skala Permukiman. Kemen PUPR. Jakarta. Anonim. 2015. Pedoman Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten/Kota.
Kemen PPUPERA. Jakarta. Anonim. 2015. Kajian Refitalisasi Pengelolaan Instalasi Pengolahan Limbah
Terpadu (Iplt) Kalimulya Kota Depok. Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Pemerintah Kota Depok. Depok.
Tilley, E., Ulrich, L., Lüthi, C., Reymond, Ph., Schertenleib, R. and Zurbrügg, C.,
2014.Compendium of Sanitation Systems and Technologies. 2nd Revised Edition. Swiss Federal Institute of Aquatic Science and Technology (Eawag). Dübendorf, Switzerland.
Spellman, F. R. 2013. Handbook of Water and Wastewater Treatment Plant
Operations. Handbook of Water and Wastewater Treatment Plant Operations. USA.
Hermana, Joni. dkk. 2012. Teknologi Pengolahan Air Limbah Domestik. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember,. Surabaya. Sutikno, Endi. 2017. Modul Tugas Besar Menggambar Teknik. Universitas
Brawijaya. Malang. Sykes, R. M. 2003. Biological Wastewater Treatment Processes. Ohio State
University. USA. Anonim. 1998. Tata Cara Perencanaan IPLT Sistem Kolam. Petunjuk Teknis
CT/AL/Re-TC/001/98. Indonesia Metcalf and Eddy, Inc. 1991. Wastewater Engineering: Treatment, Disposal, and
Reuse. 3d ed. New York: McGraw-Hill. Anonim. 2017. Peta Tematik Jawa Barat. https://petatematikindo.wordpress.com-
/tag/jawa-barat/. (Diakses tanggal 21 September 2017) Anonim. 2017. Peta Tematik Kabupaten Cianjur. https://petatematikindo-
.wordpress.com-/tag/Cianjur/. (Diakses tanggal 21 September 2017) Anonim. 2017. Koordinat Kabupaten Cianjur. http://www.mapcoordinates.net/.
(Diakses tanggal 21 September 2017)
66
66
Anonim. 2017. Peta Desa di Kabupaten Cianjur. peta.bpn.go.id. (Diakses tanggal 21 September 2017)
Anonim. 2017. IPLT Babakan Karet. https://www.sejasa.com/businesses/saekan-
geoteknik/albums/survey-di-iplt-babakan-karet-cianjur. (Diakses tanggal 21 September 2017)
Anonim. 2017. IPLT Babakan Karet. http://wikimapia.org/#lang=en&lat=-
6.794637&lon=107.136357&z=19&m=b&search=iplt%20babakan%20karet. (Diakses tanggal 21 September 2017)
Anonim. 2017. Rute IPLT Babakan Karet. https://www.google.co.id/maps.
(Diakses tanggal 21 September 2017) Anonim. 2017. Imhoff Tank. http://armyengineer.tpub.com/EN0389/Figure-3-
Imhoff-Tank-84.htm. (Diakses tanggal 16 Desember 2017)
Anonim. 2017. Wastewater Sewage Treatment. http://www.thewatertreatments-.com/wastewater-sewage-treatment/. (Diakses tanggal 16 Desember 2017)
Anonim. 2017. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. http://stbm-indonesia-
.org/monev/index.php/pilar_1/kabupaten/32/3203. (Diakses tanggal 16 Desember 2017)