Tekben Acara 6

27
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR TEKNOLOGI BENIH ACARA VI PROSESING BUAH Disusun oleh : NAMA : Dimas Tri Asmara NIM : 13190 GOL/KEL : C2/1 ASISTEN : Dinda Dewanti LABORATORIUM TEKNOLOGI BENIH JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

description

TEKBENACARA 6

Transcript of Tekben Acara 6

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR TEKNOLOGI BENIH

ACARA VIPROSESING BUAH

Disusun oleh :

NAMA: Dimas Tri AsmaraNIM

: 13190GOL/KEL: C2/1ASISTEN: Dinda DewantiLABORATORIUM TEKNOLOGI BENIH

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2015ACARA VIPROSESING BUAH

ASTRAKSI

Praktikum Teknologi Benih Acara VI yang berjudul Prosesing Buah ini dilaksanakan pada hari Selasa, 07 April 2015 yang bertempat di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui prosesing biji buah dengan baik dan benar sehingga didapatkan benih yang bermutu tinggi. Waktu pemungutan yang tepat adalah pada waktu biji tepat masak secara fisiologis yaitu saat viabilitas tinggi, berat kering maksimum, vigor maksimum, dan kadar air rendah (20%). Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tomat, cabai dengan tingkat kemasakan buah yang berbeda, air, pasir. Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain petridish, filteran, pisau, kapas kertas saring, pinset dan timbangan elektrik. Prosesing benih pada biji cabe dilakukan dengan memisahkan biji dari buah kemudian dicuci dan dikeringkan. Benih cabai yang paling baik adalah benih yang didapatkan dari buah cabai yang sudah masak fisiologis yang ditandai dengan buah cabai berwarna merah. Prosessing tomat dilakukan denga fermentasi dan cara kimiawi.I. PENDAHULUANA. Latar Belakang

Buah yang akan digunakan sebagai bibit harus dipanen dalam keadaan masak fisiologis yaitu keadaan dimana suatu buah telah berubah warna dan mengeluarkan aroma yang berbeda. Jika buah dipanen dalam keadaan belum masak, maka dapat menurunkan kualitas bibit yang akan disemai. Faktor yang mempengaruhi saat pemungutan buah antara lain temperatur, kelembaban udara, kelembaban tanah, keadaan cuaca, dan tingkat kemasakan buah.

Agar dapat diperoleh benih yang bermutu, saat pemungutan buah dan cara pemisahan biji dari buah haruslah dipahami benar. Beberapa faktor mempengaruhi saat pemungutan buah antara lain : temperatur, kelembaban udara, kelembaban tanah, keadaan cuaca dan tentunya terhadap tingkat kerusakan buah itu sediri. Pelaksanan pemungutan yang tepat saatnya dan cara pemisahan yang dilakukan secara benar, akan memberikan hasil yang tinggi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil yang diperoleh adalah keseragaman tumbuh tanaman, keserentakan masaknya, kebernasannya dan cara melakukan panen.B. Tujuan

Untuk mengetahui prosesing biji buah dengan baik dan benar sehingga didapatkan benih yang bermutu tinggi.II. TINJAUAN PUSTAKA

Benih merupakan salah satu komoditi perdagangan dan merupakan unsur baku yang mempunyai peranan penting dalam produksi pertanian. Benih bermutu dengan kualitas yang tinggi selalu diharapkan oleh petani. Oleh karenanya benih harus selalu dijaga kualitasnya sejak diproduksi oleh produsen benih, dipasarkan sampai diterima oleh petani untuk ditanam. Benih bermutu tinggi ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor fisik. Faktor genetik adalah varietas-varietas yang mempunyai genotipe yang baik. Sedangkan yang dimaksud faktor fisik yaitu benih bermutu tinggi yang meliputi kemurnian, persen perkecambahan tinggi, bebas dari kotoran dan benih rumputan serta bebas dari insektisida, kadar air biji rendah yaitu 12-14% untuk benih serealia dan kedelai (Sutopo. 2002).

Benih secara industri dapat dikelompokkan menjadi benih ortodoks, rekalsintran, dan benih intermediate (antara). Pengelompokan tersebut didasarkan atas kepekaannya terhadap pengeringan dan suhu. Benih ortodoks relatif toleran/tahan terhadap pengeringan, benih rekalsintran peka terhadap pengeringan, sedangkan benih intermediate berada antara kedua sifat ortodok dan rekalsintran (Hasanah, 2002).Susunan suatu buah antara buah yang satu dengan buah yang lain amat berbeda, pada buah kelapa sawit (Elaeis guinensis) biji dari buah ini diselubungi oleh mesokarp yang banyak mengandung jaringan lemak, jaringan lemak yang menyelubungi biji ini berpengaruh dalam prosesing dalam pembibitan tanaman ini karena jaringan lemak ini dapat menghambat imbibisi air masuk ke dalam biji (Kartika, 2004).

Pada beberapa buah seperti buah tomat terdapat suatu zat yang dapat menghambat daya tumbuh benih (cairan coumarin). Oleh karena itu, pada prosesing buah tomat setelah benih dapat lepas dari daging buah dan daging buah itu sendiri telah hancur dengan diperlakukan dengan HCl 35%, benih lebih mudah bebas dari coumarin (Rabaniyah, 1988).Masak fisiologis cabai rawit varietas Rama tercapai pada tingkat kemasakan 50 HSBM (hari setelah bunga mekar). Pada fase tersebut, benih mengalami perubahan dan perkembangan fisiologis seperti kadar air minimum, bobot kering maksimum, dan total kandungan karotenoid benih maksimum (Sinuraya, 2007)Kegiatan pemungutan benih tidak kalah pentingnya dengan pemilihan sumber benih, karena bila pemungutan benih dilakukan dengan tidak benar maka akan diperoleh benih dengan mutu yang jelek. Semua usaha yang dilakukan untuk mencari sumber benih yang baik akan percuma bila pengumpulan benih tidak dilakukan dengan cara yang benar. Untuk itu perlu juga adanya suatu regu khusus untuk pengambilan benih karena pekerja kontrak biasanya kurang memperhatikan mutu benih mereka hanya melihat jumlahnya saja (Coppelad, 1980). Hal yang perlu dilakukan sebelum benih dikumpulkan adalah Menentukan waktu pengumpulan benih. Setiap jenis pohon memiliki masa berbuah tertentu untuk itu mengetahui masa berbunga atau berbuah perlu dilakukan sehingga waktu panen yang tepat dapat ditentukan dengan tepat pula. Tanda-tanda buah masak perlu diketahui sehingga buah yang dipetik cukup masak (masak fisiologis) dan menyiapkan alat yang dibutuhkan untuk pengumpulan benih.Setelah dilakukan pengumpulan, benih harus ditangani dengan baik meliputi: Sortasi buah/polong, ekstrasi benih, pembersihan benih, sortasi benih dan pengeringan benih (Schmidt. 2002).

1. Sortasi buah/ polong : Sortasi buah/ polong merupakan kegiatan pemisahan buah/polong yang susah masak dari yang belum/kurang masak, kemudian dimasukkan kedalam wadah yang terpisah.

2. Ekstrasi benih : Ekstrasi benih adalah proses pengeluaran benih dari buahnya/polongnya. Cara ekstrasi berbeda-beda tergantung dari jenis pohon, dapat dilakukan dengan bantuan alat dan harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah kerusakan benih.3. Pembersihan dan sortasi benih : Benih yang sudah diekstrasi masih mengandung kotoran berupa sekam, sisa polong, ranting, sisa sayap, daging buah, tanah dan benih yang rusak, harus dibuang untuk meningkatkan mutunya4. Pengeringan benih: Benih yang baru diekstrasi biasanya mengandung kadar air yang cukup tinggi, untuk itu perlu dikeringkan sebelum benih benih itu disimpan (tetapi tidak semua benih biasa dikeringkan). Kadar air untuk masing-masing benih berbeda-beda, misalnya ada benih benih yang dikeringkan sampai kadar air rendah sehingga dapat disimpan lama, benih benih ini disebut benih yang ortodoks, contohnya: akasia, kayu besi, salawaku, gamal, dll. Sebaliknya ada benih yang tidak dapat dikeringkan dan tidak dapat disimpan lama. Benih benih ini disebut benih yang bersifat rekalsitran seperti: meranti, damar, mahoni, dll.

Kinerja pengeringan biji-bijian dipengaruhi oleh kondisi udara sekitarnya. Bila kondisi udara pengering berubah, maka penampilan pengeringan juga akan berubah. Kinerja pengeringan dapat diketahui melalui pengeringan lapisan tipis yaitu pengeringan terhadap satu lapis biji, dimana semua biji dalam lapisan tersebut mendapat lingkungan udara pengering yang sama dan konstan. Proses pengeringan hasil pertanian adalah proses pengeluaran atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan sampai kadar air keseimbangan dengan udara lingkungan atau sampai kadar air tertentu, dimana jamur, enzim dan serangga yang bersifat merusak tidak dapat aktif lagi (Hall, 1957).

Dalam pengujian kecepatan berkecambah, penggunaan cara perhitungan pertama atau first count adalah lazim dilakukan, yang dalam penilaiannya digunakan persentase benih yang berkecambah pada hari ketiga atau keempat setelah masa tanamnya. Jadi penilaian atau perhitungan pada hari ketiga atau keempat tersebut merupakan penilaian atau perhitungan pertama. Dan apabila menurut penilaian atau perhitungan pertama tersebut ternyata benih yang berkecambah normal adalah sejumlah lebih dari 75% dari keseluruhan benih yang disemaikan dalam rangka pengujian, keadaan kecepatan berkecambahnya benih tersebut adalah tinggi (Kartasapoetra, 1986).

Benih-benih rekalsitran merupakan benih yang sensitif terhadap desikasi dan bila disimpan pada kondisi yang menyebabkan kehilangan air, benih akan kehilangan viabilitasnya. Viabilitas benih rekalsitran contohnya pada kakao hanya dapat bertahan beberapa hari saja dalam keadaan terbuka pada suhu kamar. Hal ini merupakan kendala dalam penyimpanan dan pengeringan buah kakao, desikasi pada buah rekalsitran menyebabkan penurunan daya berkecambah dan bobot kering dan laju pertumbuhan kecambah normal (Mathius, 2000).III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Praktikum Dasar-Dasar Teknologi Benih Acara VI yang berjudul Prosessing Buah dilaksanakan pada hari Selasa, 07 April 2015 yang bertempat di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain buah tomat, buah cabai hijau, cabai merah, cabai orange dan air. Sedangkan alat-alat yang digunakan antara lain petridish, filteran, pisau, kapas kertas saring, pinset dan timbangan elektrik.

Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu ditimbang 50 gram buah lombok yang berbeda. Buah tersebut dibelah dan dikeluarkan bijinya. Ditimbang berat basah biji. Kemudian calon benih tersebut dicuci dan dijemur dengan cara dikering anginkan selama 2 hari. Biji kering yang diperoleh ditimbang, dihitumg presentase berat biji terhadap berat buah. Berat biji 100 bijinya dihitung. Untuk tomat ditimbang 4 buah kemudian dibelah diambil pulpnya. Prosessing tomat dilakukan dengan cara fermentasi, dan juga kimiawi dengan penambahan larutan asam untuk memissahkan biji dengan puls. Kemudian dikecambahkan benih cabai dan tomat sebanyak 50 biji sesuai tingkat kemasakan masing masing buah selama 14 hari dengan metode to paper. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan rancangan acak lengkap dengan tingkat signifikansi 95%.IV. HASIL PENGAMATAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Tabel 1.1 Tabel parameter benih cabaiTingkat KemasakanDaya Tumbuh (%)Indeks VigorRendemen (%)Bobot 100 Benih (gr)

Merah0,08590240 a4,58075 a7,69400 a0,460 a

Oranye0,06819534 a2,65325 b8,07575 a0,498 a

Hijau0,04215760 b1,09925 b2,77425 b0,520 a

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada = 5%Tabel 1.2 Tabel parameter benih tomat

MetodeDaya Tumbuh (%)Indeks VigorRendemen (%)Bobot 100 Benih (gr)

Kimiawi85,0 a7,353 a0,353 a0,330 a

Fermentasi87,5 a7,339 a0,350 a0,342 a

Keterangan: Notasi huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata pada = 5%V. PEMBAHASAN

Pressesing/pengolahan benih merupakan bagian yang paling penting dari seluruh kegiatan teknologi benih, karena menyangkut pemasukan benih dari varietas yang telah ditingkatkan.

Prosessing benih yang baik akan memberikan jaminan kepada:

1. Hasil kerja keras pemulia tanaman dalam merakit varietas baru 2. Produsen benih yang telah menghasilkan benih dengan kualitas maksimum

Prinsip prosesing benih adalah meningkatkan kulaitas benih selama prosesing dengan cara:

1. Memilahkan berdasarkan besar, bentuk, struktur, warna, serta berat jenis.

2. Menghilangkan benih varietas lain dari jenis yang sama, benih tanaman lain, biji herba dan kotoran-kotoran benih. Juga menghilangkan benih yang belum masak, pecah, telah mengalami deteriorasi, rusak karena hama penyakit, atau penanganan yang kurang baik. 3. Memperlakukan benih dengan bahan kimia, untuk melindungi benih dari serangan hama penyakit, atau untuk meningkatkan vigor benih.

Tujuan akhir dari pengolahan benih ialah untuk memperoleh presentase maksimum benih murni dengan potensi perkecambahan yang tinggi. Konsep ini refleksi dari istilah presentase benih murni yang hidup (pure live seed presentage).

Kegiatan pemungutan benih tidak kalah pentingnya dengan pemilihan sumber benih, karena bila pemungutan benih dilakukan dengan tidak benar maka akan diperoleh benih dengan mutu yang jelek. Semua usaha yang dilakukan untuk mencari sumber benih yang baik akan percuma bila pengumpulan benih tidak dilakukan dengan cara yang benar. Untuk itu perlu juga adanya suatu regu khusus untuk pengambilan benih karena pekerja kontrak biasanya kurang memperhatikan mutu benih mereka hanya melihat jumlahnya saja. Berikut ini diterangkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan dalam kegiatan pengumpulan benih.Benih yang baru diekstrasi biasanya mengandung kadar air yang cukup tinggi, untuk itu perlu dikeringkan sebelum benih-benih itu disimpan (tetapi tidak semua benih biasa dikeringkan). Kadar air untuk masing-masing benih berbeda-beda, misalnya ada benih-benih yang dikeringkan sampai kadar air rendah sehingga dapat disimpan lama, benih-benih ini disebut benih yang ortodoks, contohnya: akasia, kayu besi, salawaku, gamal, dll. Sebaliknya ada benih yang tidak dapat dikeringkan dan tidak dapat disimpan lama. Benih-benih ini disebut benih yang bersifat rekalsitran seperti: meranti, damar, mahoni, dll.

Pengeringan adalah salah satu kegiatan prosesing benih yang sangat penting dilakukan. Pengeringan benih merupakan suatu cara untuk mengurangi kandungan air di dalam benih dengan tujuan agar benih dapat disimpan lebih lama dan tidak mengurangi kualitasnya. Kandungan air benih sangat menentukan lamanya penyimpanan. Tinggi rendahnya kandungan air dalam benih memegang peranan yang sangat penting dan berpengaruh besar terhadap viabilitas dan pertumbuhan umum dari benih. Jika cuaca di lapangan cukup baik, kelembababn nisbi udara cukup rendah sewaktu panen, sehingga mengakibatkan kandungan kadar air menjadi rendah, maka benih tidak perlu dikeringkan. Kadar air ini dianggap tidak akan mendatangkan kerusakan sewaku benih diproses, diangkut, dan disimpan.

Penjemuran biji dengan panas sinar matahari merupakan salah satu cara pengeringanyang paling sederhana dan umum dilakukan oleh para petani di Indonesia. Pada benih-benihtertentu pengeringan tidak bisa dilakukan secara langsung. Missal benih tomat harus melaluiperlakuan pendahuluan dengan pemeraman yang tujuannnya untuk memisahkan biji dari bahan-bahan yang melapisinya, barulah setelah itu biji dicuci bersih dan dapat dikeringkan.Pengeringan dapat dilakukan dengam memakai suatu alat pengering (Articial drying) ataudengan penjemuran di bawah sinar matahari (sun drying).Untuk pengeringan biji yang dipergunakan sebagai sebagai benih harus diperhatikantemperature udara sebaiknya antara 320C-430C. Pengeringan dengan sinar matahari harus hati-hati, karena jika terlalu panas akan merusak benih dan menurunkan kualitas benih.Pada teknik pengeringan alami diperlukan tempat khusus untuk menjemur, tempat harus rata dengan tanah dan sehari penuh harus terkena sinar matahari langsung. Kelemahan dari pengeringan secara alami ini adalah dapat terjadi kerusakan pada benih karena pada pengeringan secara alami ini, kita tidak dapat mngatur secara langsung.

Untuk cara pengeringan benih dengan cara pengeringan buatan, perinsip dari pengeringan buatan ini adalah menurunkan kadar air benih dengan pertolongan udara alami yang dihembuskan ke dalam masa benih dengan kekuatan tertentu, atau membiarkan benih bergerak dalam kolom udara. Dengan menghembuskan udara ke dalam masa benih, pengeringan dapat terjadi, karena sewaktu udara melalui masa benih, sekaligus membawa uap air yang ada di permukaan benih. Peristiwa ini disebut dengan evaporasi. Dengan adanya proses evaporasi, suhu sekeliling benih akan turun, juga suhu benihnya dan suhu udara di keliling benih. Proses ini menimbulkan panas, panas ini yang dipergunakan benih untuk mengeluarkan air dari dalam benih yang disebut dengan transpirasi.

Pengeringan buatan harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Dapat mengeringkan benih kapan saja, tidak bergantung pada cuaca.

b. Tidak mengurangi tujuan pemakaian benih (tidak menurunkan viabilitas dan vigor).

c. Tidak merubah warna dan menimbulkan bau, kalau ini terjadi menandakan bahwa benih mengalami kerusakan fisiologis. d. Tidak merusak kulit benih, sebab dengan rusaknya kulit benih, respirasi dapat meningkat, mikroorganisme mudah masuk. Di daerah yang lembab, kadar air benih sewaktu dipungut biasanya naik di atas kadar air masak fisiologis pada cuaca yang kurang baik. Kadar air setinggi itu jelas akan mendatangkan kerusakan pada benih dan akan membahayakan kulaitasnya. Untuk mencegah terjadinya kemunduran pada benih yang cepat, maka kadar air harus diturunkan, yaitu denagn cara pengeringan. Pengeringan tidak hanya mempertahankan kualitas benih dalam penyimpanan, tetapi juga mencegah terjadinya kerusakan selama tindakan selanjutnya. Hasil dari pengamatan didapatkan bahwa rendemen dari cabai berwarna orange lebih tinggi dari cabai yang berwarna merah, hijau. Nilai rendemen dari yang paling tinggi sampai yang terendah secara berurutan yaitu 14.53; 13.03; 8.10 dan 6.23.

Benih cabai dari berbagai warna tersebut dikecambahkan untuk mengetahui tingkat kemasakan pada benih cabai. Dilihat dari grafik harian berkecambah benih cabai didapatkan bahwa cabai yang berwarna merah perkecambahannya stabil, cabai hijau perkecambahanya rendah. Benih cabai yang berwarna merah lebih banyak yang berkecambah, hal ini dikarenakan cabai berwarna merah memiliki tingkat kemasakan yang baik.

Histogram daya tumbuh benih menunjukkan bahwa benih cabai yang berwarna merah berdaya tumbuh yang paling baik yaitu 74, cabai oranye 48, dan cabai hijau 20. Daya tumbuh hanya dilihat berdasarkan banyaknya benih yang berkecambah setelah 14 hari dikecambahkan sedangkan kecambah harian ditentukan berdasarkan banyaknya benih yang berkecambah pada hari pengamatan yang digambarkan dalam bentuk grafik.

Grafik harian indeks vigor merupakan nilai keserentakan benih berkecambah pada hari pengamatan. Dari hasil pengamatan, benih tomat yang diproses secara kimiawi memiliki keserempakan tumbuh di awal, sementara untuk tomat fermentasi masih ada yang tumbuh menjelang akhir pengamatan yaitu pada minggu ke dua.

Untuk daya tumbuh benih tomat fermentasi maupun kimiawi tidak memiliki perbedaan yang sangat mencolok, hanya benih tomat fermentasi memiliki daya tumbuh 87,5 dan kimiawi 85%. Hasil tidak menunjukan perbedaan yang mencolok karena pada dasarnya buah yang dipakai tingkat kemasakannya sama, hanya berbeda pada prosessingnya yang menggunakan teknik fermentasi dan kimiawi.

Dari hasil analisis didapatkan bahwa perbedaan tingkat kemasakan benih cabai (merah,oranye, hijau) sangat berpengaruh pada perbedaan daya tumbuh, vigor, rendemen dan juga bobot biji. Dari hal ini dapat dikatakan bahwa tingkat kemasakan buah sangat mempengaruhi kualitas benih yang dihasilkan. Namun pada cara prosessing buah tomat fermentasi dan kimiawi didapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang berarti antara perbedaan perlakuan ini, yang berarti metode fermentasi dan juga kimiawi tidak terlalu berpengaruh nyatam pada kualitas benih yang dihasilkan.

VI. KESIMPULAN

1. Tingkat kemasakan benih cabai sangat berpengaruh pada daya tumbuh serta vigornya, dengan urutan paling baik cabai merah, oranye, hijau.2. Kualitas suatu benih dipengaruhi oleh waktu panennya.3. Saat pemungutan yang tepat adalah pada biji tepat masak secara fisiologis (physiological maturity).4. Faktor yang mempengaruhi saat pemungutan buah antara lain: temperature, kelembaban udara, kelembaban tanah, keadaan cuaca dan tingkat kemasakan buah sendiri.5. Prosessing buah tomat fermentasi dan kimiawi tidak memberikan pengaruh yang berarti pada kualitas benih.DAFTAR PUSTAKA

Coppelad, 1980. Principles of Seed Science and Technology. Burgess Publ. co. Minneapolis, Minnesota.

Hall, C. W. 1957. Drying Farm Crops. Eduard Brothers Co, Michigan.

Hasanah, M. 2002. Peran mutu fisiologik benih dan perkembangan industri benih tanaman industri. Jurnal Litbang Pertanian 21 : 84-91.

Kartasapoetra, A.G. 1986. Teknologi Benih. Bina Aksara, Jakarta.

Kartika, D. 2004. Kloning parsial gen penyandi enoil-ACP reduktase dari mesokarp buah kelapa sawit (Elais guinensis). Menara Perkebunan 72 : 26-35.

Mathius, Toruan. 2000. Phishiological and biochemical chages in cocoa seed (Theobroma cacao L.) caused by desication. Menara Perkebunan 68 : 20-29.

Rabaniyah, Rohmanti. 1988. Cara Pengadaan Benih Tomat (Lycopersicum esculentum Mill), Pengaruhnya Terhadap Daya Kecambah Dan Hasil Buah. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.Schmidt, L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis (terjemahkan) Dr. Mohammad Naiem dkk. Bandung

Sinuraya, F. 2007. Indikator Karotenoid Untuk Menentukan Masak Fisiologi Benih Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Varietas Sulawesi dan Rama. Skripsi. Pemuliaan Tnaman dan Teknologi Benih. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.LAMPIRAN ACARA 6

CABAI

> a=read.table("clipboard",header=T)

> a

Perlakuan DB IV Rendemen Bobot_100_Benih

1 Hijau 16 0.757 3.497 0.32

2 Hijau 18 0.974 3.767 0.20

3 Hijau 6 0.302 2.900 0.20

4 Hijau 38 2.364 0.933 1.12

5 Kuning 64 3.408 7.603 0.49

6 Kuning 42 2.392 8.500 0.52

7 Kuning 28 1.379 7.233 0.56

8 Kuning 56 3.434 8.967 0.42

9 Merah 66 3.369 7.743 0.51

10 Merah 92 6.304 7.233 0.55

11 Merah 64 3.116 7.900 0.53

12 Merah 74 5.534 7.900 0.49

> b=transform(a,DBarcsin=asin(sqrt(DB)/100))

> b

Perlakuan DB IV Rendemen Bobot_100_Benih DBarcsin

1 Hijau 16 0.757 3.497 0.32 0.04001067

2 Hijau 18 0.974 3.767 0.20 0.04243915

3 Hijau 6 0.302 2.900 0.20 0.02449735

4 Hijau 38 2.364 0.933 1.12 0.06168325

5 Kuning 64 3.408 7.603 0.49 0.08008558

6 Kuning 42 2.392 8.500 0.52 0.06485286

7 Kuning 28 1.379 7.233 0.56 0.05293975

8 Kuning 56 3.434 8.967 0.42 0.07490317

9 Merah 66 3.369 7.743 0.51 0.08133001

10 Merah 92 6.304 7.233 0.55 0.09606431

11 Merah 64 3.116 7.900 0.53 0.08008558

12 Merah 74 5.534 7.900 0.49 0.08612970

>

> anova=aov(DBarcsin~Perlakuan,data=b)

> summary(anova)

Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F)

Perlakuan 2 0.003873 0.0019367 13.55 0.00193 **

Residuals 9 0.001286 0.0001429

---

Signif. codes: 0 *** 0.001 ** 0.01 * 0.05 . 0.1 1

> library(agricolae)

> attach(b)

> duncan=duncan.test(DBarcsin,Perlakuan,9,0.0001429,alpha=0.05)

> duncan

$statistics

Mean CV MSerror

0.06541845 18.27325 0.0001429

$parameters

Df ntr

9 3

$Duncan

Table CriticalRange

2 3.199173 0.01912159

3 3.339138 0.01995816

$means

DBarcsin std r Min Max

Hijau 0.04215760 0.015251492 4 0.02449735 0.06168325

Kuning 0.06819534 0.011976059 4 0.05293975 0.08008558

Merah 0.08590240 0.007258519 4 0.08008558 0.09606431

$comparison

NULL

$groups

trt means M

1 Merah 0.08590240 a

2 Kuning 0.06819534 a

3 Hijau 0.04215760 b

> anova=aov(IV~Perlakuan,data=b)

> summary(anova)

Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F)

Perlakuan 2 24.34 12.167 8.601 0.00816 **

Residuals 9 12.73 1.415

---

Signif. codes: 0 *** 0.001 ** 0.01 * 0.05 . 0.1 1

> duncan=duncan.test(IV,Perlakuan,9,1.415,alpha=0.05)

> duncan

$statistics

Mean CV MSerror

2.77775 42.82379 1.415

$parameters

Df ntr

9 3

$Duncan

Table CriticalRange

2 3.199173 1.902769

3 3.339138 1.986015

$means

IV std r Min Max

Hijau 1.09925 0.8884486 4 0.302 2.364

Kuning 2.65325 0.9782949 4 1.379 3.434

Merah 4.58075 1.5803066 4 3.116 6.304

$comparison

NULL

$groups

trt means M

1 Merah 4.58075 a

2 Kuning 2.65325 b

3 Hijau 1.09925 b

> anova=aov(Rendemen~Perlakuan,data=b)

> summary(anova)

Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F)

Perlakuan 2 69.94 34.97 44.19 2.22e-05 ***

Residuals 9 7.12 0.79

---

Signif. codes: 0 *** 0.001 ** 0.01 * 0.05 . 0.1 1

> duncan=duncan.test(Rendemen,Perlakuan,9,0.79,alpha=0.05)

> duncan

$statistics

Mean CV MSerror

6.181333 14.37909 0.79

$parameters

Df ntr

9 3

$Duncan

Table CriticalRange

2 3.199173 1.421744

3 3.339138 1.483945

$means

Rendemen std r Min Max

Hijau 2.77425 1.2798352 4 0.933 3.767

Kuning 8.07575 0.7975033 4 7.233 8.967

Merah 7.69400 0.3161192 4 7.233 7.900

$comparison

NULL

$groups

trt means M

1 Kuning 8.07575 a

2 Merah 7.69400 a

3 Hijau 2.77425 b

> anova=aov(Bobot_100_Benih~Perlakuan,data=b)

> summary(anova)

Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F)

Perlakuan 2 0.0073 0.00367 0.055 0.947

Residuals 9 0.6029 0.06699

>

TOMAT

> a=read.table("clipboard",header=T)

> a

Perlakuan DB IV Rendemen Bobot_100_Benih

1 Kimiawi 44 2.316 0.388 0.37

2 Kimiawi 100 8.135 0.367 0.36

3 Kimiawi 100 8.669 0.321 0.30

4 Kimiawi 96 10.291 0.337 0.29

5 Fermentasi 60 4.998 0.320 0.30

6 Fermentasi 92 9.631 0.352 0.34

7 Fermentasi 100 5.478 0.352 0.28

8 Fermentasi 98 9.250 0.377 0.45

> b=transform(a,DBarcsin=asin(sqrt(DB)/100))

> b

Perlakuan DB IV Rendemen Bobot_100_Benih DBarcsin

1 Kimiawi 44 2.316 0.388 0.37 0.06638124

2 Kimiawi 100 8.135 0.367 0.36 0.10016742

3 Kimiawi 100 8.669 0.321 0.30 0.10016742

4 Kimiawi 96 10.291 0.337 0.29 0.09813704

5 Fermentasi 60 4.998 0.320 0.30 0.07753734

6 Fermentasi 92 9.631 0.352 0.34 0.09606431

7 Fermentasi 100 5.478 0.352 0.28 0.10016742

8 Fermentasi 98 9.250 0.377 0.45 0.09915736

> nindy=aov(DBarcsin~Perlakuan,data=b)

> summary(nindy)

Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F)

Perlakuan 1 0.0000081 8.150e-06 0.042 0.844

Residuals 6 0.0011625 1.937e-04

> nindy=aov(IV~Perlakuan,data=b)

> summary(nindy)

Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F)

Perlakuan 1 0.0 0.000 0 0.995

Residuals 6 54.2 9.033

> nindy=aov(Rendemen~Perlakuan,data=b)

> summary(nindy)

Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F)

Perlakuan 1 0.000018 0.0000180 0.025 0.88

Residuals 6 0.004337 0.0007229

> nindy=aov(Bobot_100_Benih~Perlakuan,data=b)

> summary(nindy)

Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F)

Perlakuan 1 0.000313 0.000313 0.084 0.781

Residuals 6 0.022275 0.003712