SYIAR TANPA SYAIR (Video Dokumenter Tentang Tradisi Sekaten ...
Transcript of SYIAR TANPA SYAIR (Video Dokumenter Tentang Tradisi Sekaten ...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
LANDASAN KONSEP A. KOMUNIKASI
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, kiita tidak bisa tidak
berkomunikasi. Tidak hanya melalui bahasa verbal, namun setiap gerakan,
nada berbicara, pakaian yang kita kenakan, apapun itu dapat menjadi sebuah
pesan yang bisa dimaknai, bahkan ketika kita diam.
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal
dari kata Latin communication, dan bersumber dari kata communis yang
berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna.10
Sebuah proses
komunikasi dapat dikatakan efektif apabila pesan yang dikirim oleh
komunikator dapat diterima oleh komunikan dengan makna yang sama.
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Fungsi-
fungsi komunikasi dan komunikasi massa dapat disederhanakan menjadi:
menyampaikan informasi (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to
entertain), dan mempengaruhi (to influence).11
Onong membagi proses komunikasi menjadi dua tahap, yakni secara
primer dan sekunder.12
Proses Komunikasi secara primer adalah proses
penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
10 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung, Remaja Rosdakarya, 1990, hal 9
11 Ibid, hal 26-31.
12 Ibid, hal 11.
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media
primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan
lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan
atau perasaan komunikator kepada komunikan. Dengan kata lain, lambang
yang dimaksud dapat berupa verbal maupun nonverbal.
Sedangkan proses komunikasi secara sekunder adalah proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai
media pertama. Proses ini menggunakan media massa sebagai perantara
(channel) pesan seperti koran, televisi, radio, film, dsb.
B. KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DAN INKULTURASI
Sistem kebudayaan memiliki beberapa unsur, Koentjaraningrat
membaginya menjadi tujuh unsur, yaitu bahasa, sistem pengetahuan,
organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata
pencaharian, sistem religi, kesenian.13
Beberapa pendapat klasik mengatakan bahwa komunikasi dan
kebudayaan tidak dapat dipisahkan. Komunikasi adalah kebudayaan dan
kebudayaan adalah komunikasi. Apabila komunikasi merupakan bentuk,
metode, teknik, proses sosial dari kehidupan manusia yang membudaya maka
13
Tedi Sutardi, Antropologi : Mengungkap Keragaman Budaya, Bandung, PT. Setia Purna Inves, 2007, hal 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
komunikasi adalah sarana transmisi kebudayaan, oleh karena itu kebudayaan
adalah komunikasi.14
Beberapa fungsi sosial dari komunikasi antarbudaya diantaranya
ialah sebagai penjembatan dan sosialisasi nilai. Melalui komunikasi,
perbedaan-perbedaan latar belakang antara komunikator dan komunikan
dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya
saling menjelaskan tafsir dari sebuah pesan sehingga menghasilkan makna
yang sama. Kemudian komunikasi juga berfungsi memperkenalkan nilai-nilai
suatu kebudayaan kepada masyarakat dengan budaya yang lain. Dalam fungsi
ini mungkin sering muncul ketidakpahaman terhadap perilaku-perilaku
nonverbal yang disampaikan, namun yang lebih penting ialah bagaimana
nilai-nilai yang terkandung dalam perilaku nonverbal dapat ditangkap.15
Halangan yang berat dalam berkomunikasi, khususnya komunikasi
antarbudaya ialah prasangka. Prasangka muncul sebelum komunikator
menyampaikan pesan. Tidak hanya dalam bentuk curiga, bahkan menentang
sesuatu yang belum disampaikan komunikator. Oleh karena itu, sekali
komunikator menikmbulkan prasangka yang mencekam, orang lain tidak
akan dapat berfikir obyektif dan segala sesuatu yand dilihatnya akan menjadi
negatif.16
14 Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2009, hal 20-21
15 Ibid, hal 40-41
16 Alo Liliweri, Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001, hal
175
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Zastrow (1989) menjelaskan bahwa ada beberapa penyebab
terjadinya prasangka: (1) proyeksi (usaha mempertahankan diri secara
berlebihan); (2) frustasi, agresi, kecewa, dan mengarah pada sikap
menantang; (3) berhadapan dengan ketidaksamaan dan kerendahdirian; (4)
kesewenang-wenangan; (5) alasan historis; (6) persaingan tidak sehat dan
menjurus ke arah eksploitasi; (7) cara-cara sosialisasi yang berlebihan; (8)
memandang kelompok lain dengan pandangan sinis.17
Pendekatan-pendekatan dalam berkomunikasi sangat penting
dilakukan untuk kelancaran sebuah proses komunikasi, salah satunya dengan
proses inkulturasi. Inkulturasi adalah sejenis penyesuaian dan adaptasi kepada
masyarakat, kelompok umat, kebiasaan, bahasa, dan perilaku yang biasa
terdapat pada suatu tempat.18
Istilah inkulturasi sering digunakan dalam
ajaran Katolik.
Oleh Ary Roest Crollius (1984), inkulturasi dapat terjadi melalui tiga
tahapan. Tahap pertama adalah akulturasi, yaitu ketika dua atau lebih budaya
yang berbeda bertemu dan dapat berjalan beriringan. Menurut
Koentjaraningrat (1990) titik penting dari akulturasi ialah bertahannya kedua
unsur kebudayaan tersebut tanpa ada salah satu berusaha menghilangkan
budaya yang lain. Tahapan kedua dalam proses inkulturasi adalah asimilasi,
yaitu ketika kebudayaan- kebudayaan tersebut mulai berpadu menjadi
kebudayaan baru. Tahapan terakhir adalah transformasi, yaitu kedua
17 Ibid, hal 176
18 Hari Kustanto, Inkulturasi Agama Katolik dalam Kebudayaan Jawa, Yogyakarta, PPY, 1989, hlm.40.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
kebudayaan direinterpretasikan terus-menerus ke arah bentuk kebudayaan
baru dengan tidak kehilangan identitas dari masing-masing kebudayaan
asal.19
Dalam studi kebudayaan lokal, inkulturasi mengandaikan sebuah
proses internalisasi sebuah ajaran baru ke dalam konteks kebudayaan lokal
dalam konteks akomodasi atau adaptasi. Inkulturasi dilakukan dalam rangka
mempertahankan identitas.20
Seperti gagasan K.H.Abdurrahman Wahid yang mulai disuarakan
sejak tahun 80-an, yaitu “pribumisasi Islam”. Ini adalah sebuah upaya
rekonsialisasi Islam dengan budaya setempat, agar budaya lokal itu tidak
menghilang, malah dapat menjadi sumber kekuatan bagi perkembangan
Islam. Pribumisasi Islam bukanlah penggabungan atau perpaduan dengan
budaya lokal, konsep ini hanya mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan
lokal di dalam merumuskan hukum-hukum agama, tanpa mengubah hukum
itu sendiri. Berikut petikan tulisan Gus Dur di media Tempo, 16 Juli 1983.
“Yang ‘dipribumikan’ adalah manifestasi kehidupan Islam belaka.
Bukan ajaran yang menyangkut inti keimanan dan peribadatan formalnya.
Tidak diperlukan “Qur’an Batak’ dan Hadis Jawa”. Islam tetap Islam, dimana
saja berada. Namun tidak berarti semua harus disamakan ‘bentuk-luar’nya.
Salahkah kalau Islam ‘dipribumikan’ sebagai manifestasi kehidupan?”21
19 Huub J.W.M. Boelaars, Indonesianisasi, Yogyakarta, Kanisius, 2005, hal 338-339
20 Anna Zakiyah Hastriana, Pribumisasi Hukum Islam Dalam Pesantren, Jurnal Al-Manahij 7.1, 2013
21 Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Islam pada zaman Nabi pun dibangun di atas tradisi lama yang baik,
hal ini menjadi bukti bahwa Islam tidak selalu memusuhi tradisi lokal. Jadi
tradisi itu tidak dimusuhi, tetapi justru menjadi sarana vitalisasi nilai-nilai
Islam, karena nilai-nilai Islam memerlukan kerangka yang akrab dengan
kehidupan pemeluknya.22
Di masa khalifah Umar bin Khattab juga demikian, dalam
memberlakukan hukum, beliau selalu menggunakan ijtihad atau
pemikirannya dengan melihat keadaan masyarakat saat itu. Bahkan Umar
seringkali meninggalkan doktrin teks untuk kepentingan umum yang
dianggap tidak memungkinkan dilaksankannya karena berbagai macam
aspek. Metode ijtihad yang diterapkannya itu kemudian dikenal dengan
metode istihsan, yang mengedepankan kemaslahatan di atas teks.23
C. MITOS
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mitos berarti cerita suatu
bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu, mengandung penafsiran
tentang asal-usul semesta alam, manusia, dan bangsa tersebut mengandung
arti mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib. Sedangkan gaib sendiri
berarti tidak kelihatan; tersembunyi; tidak nyata.24
Roland Barthes dalam teori semiotikanya order of significant juga
menuturkan tentang penggunaan mitos sebagai sebuah komunikasi. Barthes
22 Ibid
23 Ibid
24 Kamus Besar Bahasa Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
masih meneruskan pemikiran Saussure tentang cara-cara kompleks
pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna.
Tetapi Saussure kurang tertarik pada kenyataan bahwa satu kalimat dapat
memiliki beberapa makna. Sedangkan Barthes membagi pemaknaan kata atau
kalimat menjadi dua, yaitu denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan
konotasi (makna ganda). Di sinilah letak perbedaan pemikiran dua tokoh
Semiotik tersebut. Gagasan Barthes dapat dilihat pada model di bawah ini.
GAMBAR 2.1 MODEL TEORI BARTHES25
First order Second Order
reality sign culture
connotation form
Signifier
Denotation Signified
content
myth
Menurut Barthes, mitos terletak di pemaknaan tingkat kedua. Jadi,
suatu kalimat denotasi yang berubah menjadi konotasi, lalu konotasi tersebut
berubah menjadi denotasi. Itulah yang disebut mitos. Misalnya rumah kosong
25
Alex Sobur, Op.Cit, hal 127
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
yang dihuni kelelawar, makna denotasinya ialah rumah yang kotor, lalu
dimaknai sebagai rumah angker berhantu, lalu lama-kelamaan orang terbiasa
memaknai rumah seperti itu dengan angker. Makna konotasi tersebut sudah
menjadi denotasi karena terbiasanya orang berfikir demikian. Tahap inilah
yang disebut mitos.
Mitos juga berfungsi untuk mentransformasikan keterbatasan
pengetahuan manusia. Misalnya tradisi menginang dalam prosesi sekaten.
Masyarakat Jawa yang pada masa Kerajaan Demak belum mengenal
pengetahuan ilmiah meyakini bahwa menginang dapat membuat awet muda.
Namun sebenarnya tradisi ini dapat dijelaskan secara ilmiah. Kinang terdiri
dari lima macam bahan, yaitu injet, daun sirih, gambir, tembakau dan bunga
kantil. Secara medis, unsur-unsur kinang tersebut memiliki khasiat atau
sebagai antibiotik dan pembunuh kuman, sehingga gigi orang-orang yang
sering menginang tidak akan rusak meskipun sudah berusia lanjut. Jadi mitos
ini sebenarnya berfungsi untuk mengajak masyarakat untuk bersama-sama
hidup sehat.
Ada pula mitos yang telah ada pada masa sebelum masehi di Yunani,
salah satunya mitos tentang Dewa Thor sebagai dewa yang menurunkan hujan.
Dewa Thor digambarkan sebagai dewa yang memegang palu sebagai senjata.
Palu itu ketika dipukulkan dapat menyebabkan terjadinya petir dan hujan turun
secara bersamaan. Adanya mitos ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan
masyarakat di masa itu darimana datangnya hujan. Ketika musim kemarau tiba,
masyarakat juga bertanya mengapa hujan tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
turun. Sekali lagi, mitos yang dapat menjawab pertanyaan mereka.
Diceritakan bahwa palu Dewa Thor dicuri oleh musuhnya, Thrym, sang raja
raksasa hingga dia tidak bisa menurunkan hujan. Hingga akhirnya dengan
kisah yang panjang Dewa Thor dapat mengambil kembali palunya dan hujan
kembali turun. Selama musim kemarau, masyarakat selalu memberi sesaji
yang ditujukan agar dapat membantu Dewa Thor mengambil palunya.26
D. FILM DOKUMENTER SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI
Posisi film dokumenter dalam komunikasi dapat dijelaskan dengan
menggunakan model Lasswell. Komuniksai model Harold Lasswell sering
diterapkan dalam komunikasi massa, Model tersebut mengisyaratkan bahwa
pesan dapat dibawa melalui lebih dari satu saluran. Harold Lasswell
menjabarkan proses komunikasi mempunyai unsur-unsur sebagai berikut, 27
1. Sumber (Who) adalah yang memiliki pesan untuk disampaikan
2. Pesan (Says what) adalah seperangkat simbol verbal ataupun non-verbal
yang mewakili gagasan, nilai, atau maksud dari sumber
3. Saluran atau media (In Which Channel) adalah alat untuk menyampaikan
pesan kepada penerima
4. Penerima (To Whom) adalah penerima yang mendapatkan pesan dari
sumber.
26 Jostein Gaarder, Dunia Sophie : Sebuah Novel Filsafat, Bandung, Mizan, 1996, hal 36-43
27 Mulyana Deddy, M.A, Ph.D, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,Bandung, Remaja Rosdakarya. 2007, hal. 136-137
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
5. Efek (With What Effect?) adalah akibat dari apa yang ditimbulkan pesan
komunikasi massa pada khalayak pembaca, pemirsa, atau pendengar.
Dalam film dokumenter, pembuat film dukumenter (who)
menyampaikan berbagai macam informasi, dalam penelitian ini adalah
informasi tentang tradisi sekaten (says what). Informasi ini kemudian
disebarkan kepada khalayak melalui sebuah media audio visual, yang dalam
hal ini adalah media film dokumenter (in which channel). Kemudian diterima
oleh audience yang melihat film dokumenter ini (to whom) dan akan ada
akibat atau efek dari informasi yang disampaikan (with what effect). Dengan
kata lain, dalam model Lasswell ini, seorang pembuat film dokumeter
berfungsi sebagai sumber, sekaligus pemberi pesan melalui saluran berupa
film dokumenter.
E. SEKILAS TENTANG FILM DOKUMENTER
Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karya
Lumiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues) yang
dibuat sekitar tahun 1890-an. Tiga puluh enam tahun kemudian, kata
‘dokumenter’ kembali digunakan oleh pembuat film dan kritikus film asal
Inggris John Grierson untuk Film Moana (1962) karya Robert Flaherty.
Grierson berpendapat dokumenter merupakan cara kreatif merepresentasikan
realitas.28
28
Heru Effendy, Mari Membuat Film, Yogyakarta, Panduan, 2002, hal. 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Biasanya film dokumenter menceritakan keadaan sekarang maupun
masa lalu. Namun, dokumenter juga dapat memroyeksikan masa depan.
Misalnya Peter Watkins dengan film dokumenternya “The War Game”
(1965). Dari kejadian Hiroshima dan Nagasaki pada Perang Dunia II, dia
membuat hipotesis adanya serangan nuklir di London pada waktu
mendatang.29
Film dokumenter juga dapat digunakan sebagai kritik sosial. Film
tentang cara pekerja membuat pisau silet di dalam industri pembuatan pisau
adalah film yang menarik, tetapi Film yang fokusnya ialah menunjukkan
efek-efek dan resiko-resiko yang ditimbulkan dari pembuatan pisau tersebut
akan dapat mengundang pemirsa untuk ikut mengritisi hal tersebut. Itulah
yang disebut dokumenter sebagai kritik sosial.30
Film dokumenter termasuk dalam kategori film non cerita, Pada
mulanya ada dua tipe film non cerita yaitu yang termasuk dalam film
dokumenter dan film faktual. Film faktual, umumnya menampilkan fakta.
Kamera sekedar merekam peristiwa. Film ini hadir dalam bentuk film berita
(newsreel) dan film dokumentasi. Film berita, titik beratnya pada segi
pemberitaan atau suatu kejadian aktual, sedangkan film dokumentasi hanya
merekam kejadian tanpa diolah lagi, misalnya dokumentasi peristiwa perang
atau upacara kemerdekaan.31
29 Michael Rabiger, Directing the Documentary, Burlington, Focal Press, 1998, hal. 3
30 Ibid
31 Marselli Sumarno, Dasar-dasar Apresiasi Film, Jakarta, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1996, hal. 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
John Ivens, pembuat film dokumenter terkenal dari Belanda,
menyebutkan bahwa kekuatan utama yang dimiliki film dokumenter terletak
pada rasa keontentikan, bahwa tidak ada definisi film dokumenter yang
lengkap tanpa mengaitkan faktor-faktor subyektif pembuatnya. Dengan kata
lain, film dokumenter bukan cerminan pasif dari kenyataan, melainkan ada
proses penafsiran atas kenyataan yang dilakukan oleh si pembuat film
dokumenter.
Film dokumenter, selain mengandung fakta, ia juga mengandung
subyektivitas pembuat. Subyektivitas dalam arti sikap atau opini terhadap
peristiwa. Jadi ketika faktor manusia berperan, persepsi tentang kenyataan
kan sangat tergantung pada manusia pembuat film dokumenter itu.32
Sisi subyektifitas pembuat film yang seringkali melekat pada film
dokumenter, mengharuskan audiens untuk meyakini bahwa kebenaran dalam
film dokumenter adalah relatif. Meski termasuk dalam kategori non-fiksi,
film dokumenter dapat menggunakan pendekatan konstruksional seperti pada
film fiksi untuk mendapat kenyataan yang terjadi di lapangan. Seperti film
Errol Morris yang berjudul The Thin Blue Line. Film ini menceritakan kisah
pembunuhan seorang polisi di Texas. Digambarkan dua tersangka
pembunuhan dan beberapa polisi bersaksi tentang kejadian tersebut. Film
tersebut memiliki alur yang dramatis sehingga mirip dengan film fiksi.
Awalnya film tersebut menunjukkan pelaku pembunuhan, namun di akhir
32
Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
bagian film tersebut menunjukkan adanya konspirasi dalam penegakan
hukum, ternyata pelaku tersebut hanyalah kambing hitam.33
Seorang pembuat film dokumenter lain yaitu DA. Peransi
mengatakan bahwa film dokumenter yang baik adalah yang mencerdaskan
penonton. Sehingga kemudian film dokumenter menjadi wahana yang tepat
untuk mengungkap realitas, menstimulasi perubahan. Jadi yang terpenting
adalah menunjukkan realitas kepada masyarakat yang secara normal tidak
terlihat realitas itu.34
Layaknya sebuah gambar atau foto, kontras adalah salah satu hal
menarik perhatian. Demikian pula dalam film dokumenter, “kontras”
diwujudkan dengan adanya pertentangan di dalam konteks film itu. Apakah
pertentangan dalam hal idealisme pendapat, dikotomi, ataupun pertentangan
dalam satu konteks film itu sendiri.
1. Jenis-Jenis Film Dokumenter (Genre)
Kategori dalam film dokumenter juga terjadi dalam bidang seni-
budaya seperti musik, film serta sastra. Genre dibentuk oleh konvensi
yang berubah dari waktu ke waktu. Dalam kenyataannya bahwa setiap
genre berfluktuasi dalam popularitasnya dan akan selalu terikat erat pada
faktor-faktor budaya.35
Dalam film, terutama film cerita banyak sekali genre yang sudah
dikenal oleh masyarakat seperti melodrama, western, gangster, horor,
33 Williams, Linda (1993). Mirrors Without Memories, Film Quarterly, Vol. 46, No. 3, 9-21.
34 Ibid., hal. 15.
35 Himawan, Memahami Film, Jakarta, Homerian Pustaka, 2008, hal. 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
science fiction (sci-fi), komedi, action, perang, detektif dan sebagainya.
Namun dalam perjalanannya, genre-genre film tersebut sering dicampur
satu sama lain (mix genre) seperti horor-komedi, western-komedi, horror-
science fiction dan sebagainya. Selain itu genre juga bisa masuk ke
dalam bagian dirinya yang lebih spesifik yang kemudian dikenal dengan
sub-genre, contohnya dalam genre komedi dikenal sub-genre seperti
screwball comedy, situation comedy (sit-com), slapstick, black comedy
atau komedi satir dan sebagainya.36
Dalam buku Gerzon R. Ayawaila juga dijelaskan bahwa film
dokumenter juga memiliki beberapa macam genre: 37
a. Laporan Perjalanan
Jenis ini awalnya adalah dokumentasi antropologi dari para
ahli etnolog atau etnografi. Namun dalam perkembangannya bisa
membahas banyak hal dari yang paling penting hingga yang remeh-
temeh, sesuai dengan pesan dan gaya yang dibuat. Istilah lain yang
sering digunakan untuk jenis dokumenter ini adalah travelogue,
travel film, travel documentary dan adventures film.
b. Sejarah
Dalam film dokumenter, genre sejarah menjadi salah satu
yang sangat kental aspek referential meaning-nya (makna yang
sangat bergantung pada referensi peristiwanya) sebab keakuratan
36 Ibid, hal 22
37 Gerzon Ron Ayawaila, Dokumenter Dari Ide Sampai Produksi, Jakarta, IKJ, 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
data sangat dijaga dan hampir tidak boleh ada yang salah baik
pemaparan datanya maupun penafsirannya. Tidak diketahui sejak
kapan dokumenter sejarah ini digunakan, namun pada tahun 1930-an
Rezim Adolf Hitler telah menyisipkan unsur sejarah ke dalam film-
filmnya yang memang lebih banyak bertipe dokumenter
c. Potret/Biografi
Jenis ini berkaitan dengan sosok seseorang. Mereka yang
diangkat menjadi tema utama biasanya seseorang yang dikenal luas –
di dunia atau masyarakat tertentu – atau seseorang yang biasa namun
memiliki kehebatan, keunikan ataupun aspek lain yang menarik.
d. Nostalgia
Film–film jenis ini sebenarnya dekat dengan jenis sejarah,
namun biasanya banyak mengetengahkan kilas balik atau napak tilas
dari kejadian–kejadian dari seseorang atau satu kelompok.
e. Rekonstruksi
Dokumenter jenis ini mencoba memberi gambaran ulang
terhadap peristiwa yang terjadi secara utuh. Biasanya ada kesulitan
tersendiri dalam mempresentasikannya kepada penonton sehingga
harus dibantu rekonstruksi peristiwanya. Perisitiwa yang
memungkinkan direkonstruksi dalam film-film jenis ini adalah
peristiwa kriminal (pembunuhan atau perampokan), bencana
(jatuhnya pesawat dan tabrakan kendaraan), dan lain sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
f. Investigasi
Jenis dokumenter ini memang kepanjangan dari investigasi
jurnalistik. Biasanya aspek visualnya yang tetap ditonjolkan.
Peristiwa yang diangkat merupakan peristiwa yang ingin diketahui
lebih mendalam, baik diketahui oleh publik ataupun tidak.
Umpamanya korupsi dalam penanganan bencana, jaringan kartel
atau mafia di sebuah negara, tabir dibalik sebuah peristiwa
pembunuhan, ketenaran instan sebuah band dan sebagainya.
Peristiwa seperti itu ada yang sudah terpublikasikan dan ada pula
yan belum, namun persisnya seperti apa bisa jadi tidak banyak orang
yang mengetahui.
g. Perbandingan & Kontradiksi
Dokumenter ini mengetengahkan sebuah perbandingan, bisa
dari seseorang atau sesuatu
h. Ilmu Pengetahuan
Film dokumenter genre ini sesungguhnya yang paling dekat
dengan masyarakat Indonesia, film ini biasanya ditujukan untuk
publik umum yang menjelaskan tentang suatu ilmu pengetahuan
tertentu misalnya dunia binatang, dunia teknologi, dunia
kebudayaan, dunia tata kota, dunia lingkungan, dunia kuliner dan
sebagainya.
i. Buku Harian (Diary)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Seperti halnya sebuah buku harian, maka film ber–genre ini
juga mengacu pada catatan perjalanan kehidupan seseorang yang
diceritakan kepada orang lain. Tentu saja sudut pandang dari tema–
temanya menjadi sangat subjektif sebab sangat berkaitan dengan apa
yang dirasakan subjek pada lingkungan tempat dia tinggal, peristiwa
yang dialami atau bahkan perlakuan kawan–kawannya terhadap
dirinya. Dari segi pendekatan film jenis memiliki beberapa ciri, yang
pada akhirnya banyak yang menganggap gayanya konvensional.
Struktur ceritanya cenderung linear serta kronologis, narasi menjadi
unsur suara lebih banyak digunakan serta seringkali mencantumkan
ruang dan waktu kejadian yang cukup detil.
j. Musik
Genre musik memang tidak setua genre yang lain, namun
pada masa 1980 hingga sekarang, dokumenter jenis ini sangat
banyak diproduksi. banyak sekali film dokumenter bergenre musik
dibuat, namun tidak semuanya merupakan dokumentasi konser
musik ataupun perjalanan tur keliling untuk mempromosikan sebuah
album. Banyak sutradara yang membuatnya lebih dekat dengan
genre lain seperti biografi, sejarah, diary dan sebagainya.
k. Association Picture Story
Jenis dokumenter ini dipengaruhi oleh film eksperimental.
Sesuai dengan namanya, film ini mengandalkan gambar–gambar
yang tidak berhubungan namun ketika disatukan dengan editing,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
maka makna yang muncul dapat ditangkap penonton melalui asosiasi
yang terbentuk di benak mereka.
l. Dokudrama
Selain menjadi sub-tipe film, dokudrama juga merupakan
salah satu dari jenis dokumenter. Film jenis ini merupakan
penafsiran ulang terhadap kejadian nyata, bahkan selain peristiwanya
hampir seluruh aspek filmnya (tokoh, ruang dan waktu) cenderung
untuk direkonstruksi. Ruang (tempat) akan dicari yang mirip dengan
tempat aslinya bahkan kalau memungkinkan dibangun lagi hanya
untuk keperluan film tersebut. Begitu pula dengan tokoh, pastinya
akan dimainkan oleh aktor yang sebisa mungkin dibuat mirip dengan
tokoh aslinya.
Meski demikian, saat ini perkembangan genre sangatlah cepat.
Beberapa genre membelah diri menjadi genre yang khusus, seperti
dokumenter Ilmu Pengetahuan yang berubah menjadi Animal
Documentary. Bahkan beberapa genre dapat digabung di dalam satu
dokumenter atau yang disebut mix-genre. Di saluran MTV misalnya
membuat dokumenter dengan biorythm genre yang menggabungkan
antara biografi dan musik.38
2. Gaya Film Dokumenter 38
Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Membicarakan masalah gaya dalam film dokumenter
merupakan suatu pembicaraan yang tak ada habisnya, karena gaya terus
menerus berkembang sesuai kreatifitas sang dokumenteris. Gaya dalam
dokumenter terdiri dari bermacam-macam kreatifitas, seperti gaya
humoris, puitis, satir, anekdot, serius, semi serius dan seterusnya.39
a. Expository Documentary
Gaya ini adalah gaya yang konvensional, umumnya
merupakan tipe format dokumenter televisi dengan menggunakan
narator sebagai penutur tunggal.40
Fungsi narasi di sini adalah untuk
membangun dan memberikan pemahaman bagi audience. Narasi
dalam model expository membalikkan penekanan tradisional dalam
film yang menekankan pada gambar. Di sini, gambar berfungsi
untuk melengkapi, memperkuat, atau menguraikan kesan, pendapat,
reaksi dan hasil penelitian tertulis di arttikulasikan dalam narasi.
Model expository menciptakan kesan pendekatan objektif dan
seimbang untuk isi materinya, gaya editing yang memfokuskan pada
pemeliharaan kontinuitas gambar dan perspektif difungsikan untuk
menyampaikan argumen bagi penontonnya.
b. Observatorial Documentary
39 Ibid, hal. 43
40 Keith Beattie, Documentary Screens, New York, Palgrave Macmillan, 2004, hal. 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Gaya ini hampir tidak menggunakan narator, akan tetapi
lebih terfokus pada dialog antar subjek-subjeknya. Pada tipe ini
sutradara menempatkan posisinya hanya sebagai observator.
c. Reflexive Documentary
Saat ini, gaya tersebut sangat jarang ditemui. Gaya ini
merupakan sebuah refleksi dari proses pembuatan (shooting) film.
Reflexive documentary menekankan bahwa kamera sebagai mata
film (film eye) merekam realita tiap adegan yang di susun kembali
berdasarkan pecahan shot yang dibuat.41
Gaya refleksi lebih jauh
daripada interkatif karena, fokus utama adalah menuturkan proses
pembuatan shooting film ketimbang menampilkan keberadaan
subjek (karakter) dalam film.
d. Performative Documentary
Gaya ini disebut mendekati film fiksi karena disini yang
lebih diperhatikan adalah kemasannya yang harus semenarik
mungkin.42
Bila umumnya dokumenter tidak mementingkan alur
penuturan (plot) pada gaya ini sedikit diperhatikan. Sebagian
mengkategorikannya sebagai film semi-dokumenter. Isi cerita
didasarkan hanya pada sebuah testimoni serta daya ingat dari para
saksi mata. Sehingga bentuk penuturan menjadi seperti sebuah
investigasi terhadap kebenaran kasus pembunuhan yang hingga kini
41 Ibid, hal. 21
42 Ibid, hal. 22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
tetap gelap. Gaya ini dapat menggunakan tipe shot yang variatif
seperti pada film fiksi, hal ini dapat terjadi karena isi cerita dapat
direkonstruksi ke dalam naskah (shooting script) sehingga
perekaman gambar dapat dilakukan seperti membuat film fiksi.43
3. Bentuk-bentuk Film Dokumenter
Pada hakikatnya bentuk penuturan pun masih termasuk di dalam
bingkai gaya, hanya saja lebih spesifik. Pada prinsipnya setelah
mendapatkan hasil riset, kita sudah dapat menggambarkan secara kasar
bentuk penuturan apa yang akan kita pakai. Dengan menentukan sejak
awal bentuk apa yang akan dikemas, maka selanjutnya baik itu
pendekatan, gaya, struktur akan mengikuti ide dari bentuk tersebut.
Misalnya bila kita menginginkan bentuk penuturan laporan perjalanan,
maka pendekatan, gaya dan strukturnya dapat di rancang bangun,
sehingga baik aspek informatif, edukatif maupun hiburan dapat menyatu
sehingga memikat perhatian penonton.
Bentuk tidak harus berdiri sendiri secara baku, karena sebuah tema
dapat saja merupakan gabungan dari dua bentuk penuturan. Misalnya
bentuk penuturan potret dapat saja digabungkan dengan nostalgia atau
perbandingan, atau bentuk nostalgia dengan isi penuturan yang
mengetengahkan sebuah kontradiksi dari subjek.44
43 Ibid, hal. 23
44 Gerzon Ron Ayawaila, Ibid, hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
4. Struktur Film Dokumenter
Struktur yang dimaksudkan di sini adalah kerangka rancangan
untuk menyatukan berbagai unsur film sesuai dengan apa yang menjadi
ide dari penulis atau sutradara sesuai tema. Ada tiga tahapan dasar dalam
penulisan naskah, seperti: bagian awal cerita (pengenalan/introduksi),
bagian tengah cerita (proses krisis&konflik) hingga bagian akhir cerita
(klimaks/anti klimaks). Dimana ketiga bagian ini merupakan rangkuman
dari susunan shot yang membentuk adegan (scene) hingga sekuen
(sequence).45
Akan tetapi perlu diketahui bahwa pemahaman mengenai
struktur film tidak sesederhana seperti yang dikemukakan disini. Struktur
film memiliki makna estetika, psikologis dan bahasa sinematografi yang
lebih luas lagi.
Menentukan struktur bagi dokumenter tidak semudah pada film
cerita fiksi, terutama bila sutradara belum menentukan pendekatan apa
yang akan dilakukan berkaitan dengan ide dan tema. Harus diakui bahwa
struktur lebih dipentingkan oleh film fiksi dari pada film dokumenter,
akan tetapi seni tanpa struktur akan mengalami kekeringan estetika.
F. SEJARAH SEKATEN
Tradisi sekaten berawal ketika masa Kerajaan Demak yang didirikan
oleh Raden Patah setelah keruntuhan Kerajaan Majapahit pada abad ke-15.
45
Ibid, Hal 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Ketika itu agama Islam mulai berkembang di tanah Jawa, berpusat di
Kerajaan Demak dengan pemuka agama yang dalam Agama Islam disebut
wali. Para wali ini dikenal berjumlah sembilan orang, karena itu disebut Wali
Songo. Nama mereka masing-masing adalah Sunan Ampel, Sunan Bonang,
Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Gunungjati, Sunan Muria,
Syeh Maulana Maghribi, Syeh Siti Jenar. Tiap-tiap wali memiliki wilayah
penyebarannya masing-masing. Tiap tahun para wali itu mengadakan
pertemuan di kota Demak. Pertemuan tahunan tersebut diselenggarakan pada
bulan Rabiul Awal, tanggal 6 sampai dengan tanggal 12, tepat ketika
memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.46
Kesulitan dirasakan oleh para wali karena masih banyak masyarakat
yang menganut agama Hindu yang merupakan ajaran Kerajaan Majapahit.
Masyarakat masih sangat dekat dengan adat istiadat agama Hindu. Maka
dalam syiarnya, para wali, terutama Sunan Kalijaga menggunakan
pendekatan kebudayaan yang masih diusung oleh masyarakat Jawa. Beberapa
cara yang dilakukan ialah dengan membiarkan tetap dilaksanakannya adat
atau tata cara dalam agama Hindu, tetapi dimasuki pelajaran Islam, misalnya:
1. Semedi
Semedi dalam agama Hindu mempunyai maksud memuja kepada
dewa-dewa. Karena agama Islam tidak mengenal dewa, maka diganti
dengan memuja Allah SWT dengan dzikir dan sholat.
2. Sesaji
46
Kundharu Saddhono, Loc.Cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Sesaji menurut agama Hindu mempunyai maksud memberi
makanan kepada dewa-dewa dan jin, agar sesuai dengan ajaran Islam
diganti dengan zakat fitrah pada fakir miskin.
3. Keramaian
Dalam agama Hindu keramaian mempunyai maksud menghormat
kepada dewa-dewa, diganti keramaian menghormat hari raya dan
peringatan Islam.
Para wali juga mengetahui bahwa masyarakat sangat menyukai suara
gamelan dan gemar dengan keramaian. Atas usul Sunan Kalijaga, para wali
lalu mengatur penyelenggaraan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
dengan penyesuaian dengan tradisi rakyat pada waktu itu, yaitu mengganti
kesenian rebana dengan kesenian gamelan. Untuk melaksanakan hal itu
Sunan Kalijaga membuat seperangkat gamelan yang dinamakan Kyai Nogo
Wilogo.47
Untuk memeriahkan perayaan itu, maka ditempatkanlah gamelan
Kyai Nogo Wilogo di halaman Masjid Demak. Gamelan itu dipukul bertalu-
talu tidak henti-hentinya, mula-mula dengan irama dan suara lembut dan
halus, lama kelamaan dipukul keras-keras. Karena tertarik dengan bunyi
gamelan yang nyaring mengalun tersebut, maka orang-orang dari berbagai
penjuru datang berduyun-duyun ke pusat kota, sehingga alun-alun kerajaan
Demak menjadi penuh sesak dibanjiri orang yang ingin menikmati kesenian
gamelan dan menyaksikan keramaian yang diselenggarakan. Keramaian
47
Wawancara dengan K.P. Winarnokusumo, 14 Januari 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
itulah yang kemudian disebut sekaten, dan yang sampai sekarang masih
dilestarikan. Sementara gamelan dibunyikan, para wali bergantian
memberikan wejangan dan ajaran tentang agama Islam di mimbar yang
didirikan di depan gapura masjid.48
Orang yang datang tersebut diperbolehkan juga masuk ke dalam
serambi masjid tetapi harus terlebih dahulu membaca dua kalimat syahadat.
Membaca kalimat syahadat adalah syarat bagi seseorang untuk memeluk
agama Islam. Kalimat syahadat ditulis di gapura masjid agar dapat dibaca
oleh masyarakat yang akan masuk ke dalam masjid. Gapura sendiri berasal
dari bahasa Arab ghafura yang berarti ampunan. Ini merupakan doa sekaligus
simbol bahwa setelah melewati gapura, orang akan mendapatkan ampunan
dari Allah SWT.49
Selain itu, sebelum masuk ke dalam masjid, orang-orang
disuruh membasuh tangan, muka dan kaki mereka dengan air kolam luar
serambi masjid dengan maksud berwudhu membersihkan diri dari kotoran.
Demikianlah keramaian sekaten itu diselenggarakan sekali dalam
setahun tiap bulan Rabiul Awal, dari tanggal 6 sampai dengan tanggal 12.
Tradisi sekaten ini tetap dilestarikan oleh raja-raja yang memerintahkan
berikutnya hingga masa Mataram. Pada jaman kerajaan Mataram hingga
akhirnya pindah ke Surakarta, sekaten diadakan untuk kepentingan politik,
yaitu mengetahui kesetiaan para bupati yang ada di wilayah kerajaan. Pada
perayaan sekaten para bupati harus datang untuk menyerahkan upeti dan
menghaturkan sembah baktinya kepada raja. Apabila bupati tersebut
48 Kundharu Saddhono, Loc.Cit.
49 Wawancara dengan K.P. Winarnokusumo, 14 Januari 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
berhalangan hadir, maka harus diwakili oleh pihak kerajaan. Hal itu
dilakukan karena bila bupati tidak hadir pada perayaan sekaten diartikan
sebagai bentuk pembangkangan terhadap raja.
Perayaan sekaten yang diadakan oleh kerajaan Mataram, selain
bertujuan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW juga untuk
menunjukkan bahwa raja yang berkuasa masih ada hubungan dengan Nabi
Muhammad, utusan Allah. Sekaten juga berperan di bidang politik dan
ekonomi, karena dengan adanya sekaten para bupati mancanagari harus
datang memberi upeti dan kehadirannya di upacara sekaten sebagai tanda
kesetiaan kepada raja yang memerintah.
Sekaten juga dimanfaatkan dalam sektor perdagangan. Perayaan
sekaten sebagai ladang masyarakat untuk berdagang dan semakin membuat
marak perayaan sekaten. Selain untuk mendengarkan gamelan, para
pengunjung dapat membeli berbagai makanan dan mainan khas sekaten. Pada
masa awal sekaten, kegiatan ekonomi hanya dilakukan oleh sedikit
masyarakat yang menjual barang kebutuhan pengunujung sekaten, seperti
rokok, makanan dan minuman. Semakin lama, sedikit demi sedikit muncul
geliat perekonomian masyarakat kecil yang mulai menawarkan barang-
barang kebutuhan rumah tangga, seperti peralatan dapur, pakaian, dsb., dan
jasa wahana permainan, seperti komedi putar, tong setan, dsb. Hingga saat ini
sekaten berkembang sebagai pusat perbelanjaan dan hiburan yang murah.
Perayaan sekaten pernah bertahun-tahun tidak diselenggarakan
karena adanya penjajahan dan pergolakan politik di tanah air. Setelah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Indonesia merdeka, secara perlahan keadaan politik di Indonesia mulai stabil.
Dan ketika negara mulai berbicara tentang budaya, sekaten mulai digelar
kembali sekitar tahun 1970.
G. PROSESI UPACARA SEKATEN
Hanya tiga daerah yang masih menggelar tradisi ini, yaitu Surakarta,
Yogyakarta, dan Cirebon. Namun hanya Surakarta dan Yogyakarta yang
masih mengadakan prosesi secara lengkap. Kelengkapan yang dimaksud
tidak hanya urutan prosesi, namun juga segala pernak-pernik yang ada dalam
sekaten.
Sebelum memulai suaru upacara adat, Keraton Surakarta selalu
mengadakan wilujengan atau slametan. Tujuannya ialah meminta restu dan
keberkahan kepada Tuhan agar diberi kelancaran dalam melaksanakan
prosesi selanjutnya. Begitu pula dalam tradisi sekaten. Urutan prosesi sekaten
juga didahului dengan wilujengan. Beberapa kerabat keraton berkumpul di
lokasi akan diadakannya sekaten. Mereka memanjatkan doa untuk
keselamatan dan kelancaran seluruh prosesi sekaten.
Prosesi pertama ialah miyos gongso. Miyos gongso adalah prosesi
gamelan yang disimpan di dalam keraton diboyong keluar menuju halaman
Masjid Agung melewati sitinggil dan alun-alun, kemudian gamelan akan
dibunyikan selama tujuh hari tujuh malam. Prosesi ini juga disebut ungeling
gamelan atau gamelan yang dibunyikan. Gamelan dibawa ke halaman Masjid
Agung pada tanggal 5 Rabiul Awal. Miyos gongso disertai dengan kebiasaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
lain yakni mengunyah kinang pada saat gamelan dibunyikan. Masih banyak
masyarakat yang percaya, mengunyah kinang pada saat itu akan membuat
awet muda. Selain mengunyah kinang, masyarakat juga antusias berebut
janur untuk memperoleh keberkahan. Ada pula telur asin, mainan pecut, dan
celengan sebagai ciri khas sekaten.
Puncak acara sekaten adalah grebeg maulud atau yang biasa orang
menyebut gunungan. Pada prosesi ini, gunungan yang berisi hasil bumi dan
kekayaan alam dikirab dari keraton menuju halaman Masjid Agung Surakarta
untuk didoakan dan selanjutnya diperebutkan. Prosesi ini sekaligus
mengakhiri segala prosesi sekaten di tahun tersebut.
H. SIMBOL DAN MAKNA DALAM SEKATEN
Dalam suatu adat istiadat atau tradisi, peran simbolisme sangat
menonjol. Simbol-simbol selalu melekat pada suatu benda atau tradisi dan
simbol ini selalu diwariskan ke generasi berikutnya, agar suatu budaya dapat
tetap ada.
Kata “simbol” berasal dari kata Yunani symbolis yang berarti tanda
atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada. Sejalan dengan pengertian
Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa “simbol atau lambang ialah : (1)
sesuatu seperti tanda (lukisan,lencana, dan sebagainya) yang mengatakan
sesuatu hal atau mengandung maksud tertentu, misalnya gambar tunas kelapa
lambang pramuka, warna biru lambang kesetiaan; (2) simbol bisa berarti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
tanda pengenal tetap yang menyatakan sifat, keadaan, dan sebagainya, seperti
peci putih dan serban ialah lambang haji.”50
Pada dasarnya, dalam segala tradisi budaya, simbolisme selalu
mengait pada religi atau kepercayaan. Hal ini merupakan upaya mengingat
dan mendekatkan diri kepada Tuhan yang menciptakan dan memelihara
manusia, langit, bumi dan seisinya, serta yang menentukan ajal seseorang.
Unsur-unsur dari kebudayaan yang paling menonjolkan sistem klasifikasi
simbolik orang Jawa menurut Koentjaraningrat adalah bahasa dan
komunikasi, kesenian dan kasusasteraan, keyakinan keagamaan, ritual, ilmu
gaib serta beberapa pranata dalam organisasi sosialnya.51
Simbol atau “tanda” yang terdapat di Sekaten juga memiliki makna
yang bertujuan untuk selalu mengingat kepada Allah SWT. Beberapa
diantaranya ialah:
1. Sekaten
Kata “sekaten” berasal dari bahasa Arab syahadatain yaitu
kalimat syahadat yang merupakan suatu kalimat yang merupakan syarat
seseorang untuk masuk Islam. Kalimat syahadat terdiri dari dua konsep
keimanan, yaitu syahadat tauhid yang menyatakan bahwa Allah SWT
sebagai Tuhan dan syahadat rasul yang menyatakan bahwa Muhammad
sebagai nabi atau utusan Allah di muka bumi. Isi dari kalimat syahadat
dalam Bahasa Indonesia ialah “Tiada tuhan selain Allah dan Nabi
50 Kundharu Saddhono, Op.Cit
51 Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Muhammad adalah utusan Allah”. Selain berasal dari kata syahadatain,
sekaten juga berasal dari kata beberapa kata:52
a. Sakatain : menghentikan atau menghindari perkara dua, yakni sifat
pengecut dan menyeleweng;
b. Sakhatain : menghilangkan perkara dua, yaitu watak hewan dan sifat
setan, karena watak tersebut sumber kerusakan;
c. Sakhotain : menanamkan perkara dua, yaitu selalu memelihara budi
suci atau budi luhur dan selalu menghambakan diri pada Tuhan;
d. Sekati : setimbang, orang hidup harus bisa menimbang atau menilai
hal-hal yang baik dan buruk;
e. Sekat : batas, orang hidup harus membatasi diri untuk tidak berbuat
jahat serta tahu batas-batas kebaikan dan kejahatan.
2. Miyos Gongso dan Ungeling Gamelan
Miyos gongso adalah prosesi ketika gamelan yang disimpan di
dalam keraton diboyong keluar menuju halaman Masjid Agung melewati
sitinggil dan alun-alun, kemudian gamelan akan dibunyikan selama tujuh
hari tujuh malam. Prosesi ini juga disebut ungeling gamelan atau
gamelan yang dibunyikan. Gamelan dibawa ke halaman Masjid Agung
pada tanggal 5 Rabiul Awal dan akan dibawa kembali ke keraton pada
tanggal 12 Rabiul Awal sebelum prosesi Garebeg Maulud atau yang juga
disebut gunungan.
52
Tim Penulis Masjid Agung Surakarta, Sejarah Masjid Agung Surakarta, Yogyakarta, Absolute Media, 2014, hal 129-130
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Gamelan tersebut berjumlah dua perangkat yang diberi nama
Kyai Guntur Sari dan Kyai Guntur Madu. Keduanya diletakkan di dalam
bangsal Pradonggo di halaman Masjid Agung. Kyai Guntur Madu
diletakkan di selatan, Kyai Guntur Sari diletakkan di utara.
Kyai Guntur Madu memainkan gendhing Rambu yang berasal
dari kata Robbuna yang berarti Allah Tuhanku, sehingga gamelan ini
disimbolkan sebagai syahadat tauhid. Sedangkan, Kyai Guntur Sari
memainkan gendhing Rangkung yang berasal dari kata Roukhun yang
berarti jiwa besar atau jiwa yang agung. Rangkung menurut etimologi
atau lebih tepatnya kerata basa atau jarwa dhasaknya berasal dari kata
‘barang kakung’ yang menginterpretasikan pada seorang Nabi,
Khalifah, dan Raja-Raja Mataram yang kesemuanya laki-laki. Dan
kemudian gamelan Kyai Guntur Sari disimbolkan sebagai syahadat rasul.
Kedua perangkat gamelan dibunyikan secara bergantian dari pukul 9
pagi hingga pukul 12 malam. Namun ketika waktu sholat lima waktu tiba,
gamelan akan berhenti agar masyarakat dapat bersama-sama menunaikan
ibadah sholat. Selain pada waktu sholat lima waktu, gamelan
juga diistirahatkan pada hari Jum’at, karena hari Jum’at adalah hari
agung bagi umat Islam. 3. Kinang
Dalam prosesi sekaten, terdapat tradisi mengunyah kinang.
Tradisi ini diyakini oleh masyarakat dapat membuat awet muda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Mengunyah kinang atau dalam Bahasa Jawa nginang, dilakukan ketika
gamelan mulai dibunyikan, yaitu pada tanggal 5 Rabiul Awal atau pada
prosesi miyos gongso.
Kinang terdiri dari lima unsur, yang juga menyimbolkan rukun
Islam yang jumlahnya juga lima. Kelima unsur itu adalah daun sirih,
injet, gambir, tembakau, dan bunga kantil. Orang yang mengunyah
kinang menggunakan tiga unsur yang terdiri atas suruh, gambir dan injet
itu sudah enak, artinya orang yang sudah melaksanakan tiga rukun Islam
yakni syahadat, sholat, puasa itu sudah baik, apalagi melakukan zakat
dan haji, maka lebih sempurna.53
Dalam dunia medis, masing-masing kandungannya berkhasiat
bagi kesehatan tubuh. Kandungan inilah yang sebenarnya membuat awet
muda. Banyak orang-orang tua kita yang masih berwajah cerah dan
memiliki gigi yang utuh meskipun telah berusia lanjut. Tradisi ini
dilakukan sebagai ajakan kepada masyarakat agar senantiasa hidup sehat.
4. Gunungan
Pada puncak acara sekaten yang dalam bahasa Jawa disebut
Garebeg Maulud, terdapat upacara membawa gunungan dari keraton ke
halaman Masjid Agung untuk dibagikan kepada masyarakat. Namun
pada kenyataannya, masyarakat tidak bisa tertib dan saling berebut untuk
mendapatkan gunungan.
53
Ibid, hal 141
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Gunungan ialah wujud syukur kepada Allah SWT atas limpahan
rejeki yang diberikan kepada manusia. Oleh karenanya, gunungan
dibentuk dari hasil bumi, seperti sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian.
Disebut gunungan karena dibentuk seperti gunung yang semakin ke atas
semakin kecil. Di atas gunungan juga tertancap bendera merah putih.
Bendera merah putih merupakan bendera kerajaan Majapahit yang juga
disebut gulo klopo, kemudian bendera ini juga digunakan kerajaan
Mataram dan hingga saat ini digunakan sebagai bendera Republik
Indonesia.
Dahulu gunungan berjumlah dua belas pasang, namun karena
keraton sudah tidak memiliki daerah kekuasaan, jumlah yang dikeluarkan
adalah dua pasang gunungan. Sepasang gunungan terdiri dari gunungan
kakung dan gunungan putri. Ada pula gunungan anakan yang mengikuti
di tiap pasang gunungan serta ancak antaka .
Gunungan kakung dan putri melambangkan lingga-yoni atau
organ vital lelaki dan perempuan. Dalam kehidupan, manusia terlahir
dari ayah dan ibu. Dan apabila diurutkan ke urutan teratas, manusia juga
dimulai dari laki-laki dan perempuan, yaitu Nabi Adam AS dan Hawa.
Gunungan kakung dibentuk dari bahan-bahan mentah, gunungan putri
dibentuk dari makanan olahan. Ini melambangkan bahwa laki-laki yang
berkewajiban mencari nafkah dan perempuan yang mengolahnya.
Sedangkan gunungan anakan berisi makanan berwarna-warni yang
melambangkan anak-anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
a. Gunungan kakung
Gunungan kakung berbentuk kerucut dan bagian puncaknya
disebut mustaka atau kepala yang disusun dari entho-entho yang
terbuat dari tepung beras dan dipasang melingkar berrangkai dengan
telur asin. Kemudian di atasnya ditancapkan bendera merah putih
dan cakra yang merupakan senjata ampuh milik Bathara Kresna.
Seluruh badan dari gunungan kakung ditutup dengan kacang panjang
yang disusun secara vertikal dan diikat melingkar rapat. Di tiap
pucuk atas kacang panjang diberi kue-kue kecil dan cabai merah, ini
juga berfungsi untuk mengunci posisi kacang panjang agar tidak
jatuh. Gunungan kakung diletakkan di atas kotak yang disebut
jodhang. Kotak ini berisi nasi uduk dan lauk pauk. Kemudian kotak
ini ditutup kain berwarna merah putih. Untuk gunungan kakung alas
kain yang berwarna merah di atas dan putih di bawah.
Bahan-bahan maupun simbol yang tersusun dalam gunungan
kakung adalah:
1) Cakra
2) Bendera merah putih
3) Entho-entho
4) Telur asin
5) Kacang panjang
6) Cabai merah
7) Terong
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
8) Wapen
9) Kampuh
10) Bahan lain, seperti daun pisang sebagai dasar gunungan, tebu
yang ditancap bersama cabai, timun, wortel, nasi uduk, sayuran,
lauk pauk, kerupuk, dsb.
b. Gunungan putri
Gunungan putri berbentuk mirip payung yang terbuka.
Bagian puncaknya dilapisi kue besar bertumpuk lempengan
berwarna hitam dengan sekelilingnya ditancapi sejumlah kue
berbentuk daun. Sedangkan di bagian batang tubuhnya ditutupi
sejumlah kue ketan yang berbentuk bintang dan lingkaran yang
dinamakan rengginan, di tengahnya diberi kue kecil-kecil serta di
sekelilingnya diberi kue dan hiasan yang bermacam-macam bentuk.
Gunungan putri juga diberi kue yang berbentuk lingkaran-lingkaran
besar terbuat dari ketan yang disebut wajik. Gunungan putri
diletakkan di atas kotak atau jodang seperti gunungan kakung. Kotak
ini berisi makanan-makanan ringan seperti biskuit. Kemudian kotak
ini ditutup kain berwarna merah putih. Untuk gunungan putri alas
kain yang berwarna putih di atas dan merah di bawah.
Bahan-bahan maupun simbol yang tersusun dalam gunungan
kakung adalah:
1) Bendera merah putih, sama seperti pada gunungan kakung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
2) Eter yang terbuat dari seng berbentuk jantung manusia atau
bunga pisang (tuntut)
3) Kampuh penutup jodang yang terbuat dari kain mori atau lawe
yang bermakna sebagai pakaian jasmani dan rohani manusia
(kesusilaan dan sandang)
4) Rengginan terbuat dari beras ketan yang besar
5) Jajan yang terdiri dari jadah, wajik, dan jenang, sebagai isi dari
jodang
6) Bahan lain, seperti kacu, terbuat dari ketan yang dibentuk
bulatan kecil dan diberi warna, giwangan bima berjumlah 8 biji,
samir jene 4 biji, sujen, daun pisang, tali, dan jodang
c. Gunungan anakan
Gunungan anakan selalu berada di antara gunungan kakung
dan gunungan putri. Gunungan ini melambangkan bahwa kehidupan
manusia yang turun-menurun. Adapun isinya ialah:
1) Uang logam, banyaknya sesuai dengan Sri Susuhunan Paku
Buwana yang ke berapa, misalnya yang bertahta Paku
Buwana XIII, jumlah uang logam juga tiga belas.
2) Rengginan kecil yang berwarna merah, hitam, putih, dan
jene sebanyak untuk gunungan kakung yaitu empat biji dan
untuk putri sebanyak 8 biji.
3) Bunga sebagai hiasan dalam gunungan
4) Tuntut atau eter kecil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
5. Makanan dan Mainan Khas Sekaten
Dalam tradisi sekaten, terdapat makanan maupun mainan yang
selalu dijual dan menjadi ikon dari sekaten. Tentunya mainan dan
makanan tersebut juga merupakan simbol-simbol yang memiliki makna.
a. Telur Asin
Telur asin dalam Bahasa Jawa disebut endhog kamal atau
endhog amal, yang dimaksudkan agar kita beramal. Selain itu, Ada
pula yang menghubungkan dengan istilah dalam bahasa Arab, kamal
berarti sempurna, yakni sempurna melaksanakan rukun Islam.54
b. Pecut
Pecut biasa digunakan oleh orang-orang dari desa ketika
membajak sawah. Pecut digunakan untuk menggiring kerbau atau
sapi, bukan digunakan untuk melukai hewan tersebut, sehingga pecut
diibaratkan sebagai pengarah ke jalan yang benar.55
Dan bunyinya pun memiliki makna bahwa pecut ini dapat
melecut semangat pemiliknya, semangat untuk bekerja, beribadah,
dll.
c. Celengan
Celengan adalah wadah yang terbuat dari tanah liat yang
digunakan untuk menabung. Nama celengan berasal dari hewan
54 Ibid, hal 143-144
55 Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Celeng. Tetapi yang dimaksud bukan bentuknya seperti Celeng,
namun perilaku Celeng yang suka mengais tanah, perilaku ini
dianalogikan dengan memasukkan koin atau uang ke dalam lubang
celengan. Bentuk celengan bisa bermacam-macam, seperti sapi,
harimau, buah-buahan, dsb.
Celengan juga dihubungkan dengan pecut di atas. Ketika
orang membeli celengan, mereka akan semangat bekerja, semangat
menabung dengan keinginan agar tahun berikutnya dapat kembali
datang ke sekaten dengan uang yang ditabungnya di dalam celengan.
Kemudian ketika di sekaten, mereka membeli celengan lagi, dan
begitu seterusnya. Sehingga hidup mereka penuh semangat, tidak
hanya berdiam diri.
d. Gasing
Gasing juga disebut gangsingan, merupakan mainan anak-
anak yang terbuat dari bambu, cara memainkannya ialah menarik tali
yang sudah diputar pada sumbu atau tiang pada gasing tersebut,
sehingga gasing dapat berputar dan memiliki bunyi yang khas.
Gasing ini dimaknai seperti hidup manusia yang selalu
berputar. Dalam hidupnya, manusia boleh berputar ke mana saja,
tetapi harus selalu pada porosnya, yaitu Allah SWT. Poros pada
gasing ialah tiang di tengah gasing yang mengarah vertikal seperti
hubungan manusia dengan Tuhannya.56
56
Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
I. KALENDER HIJRIYAH
Kalender Hijriyah atau Kalender Islam (bahasa Arab: ???? م ي
رج; ال ي at-taqwim al-hijri), adalah kalender yang digunakan oleh umat Islam,
termasuk dalam menentukan tanggal atau bulan yang berkaitan dengan ibadah,
atau hari-hari penting lainnya. Kalender ini dinamakan Kalender Hijriyah, karena
pada tahun pertama kalender ini adalah tahun dimana terjadi peristiwa Hijrah-
nya Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah, yakni pada
tahun 622 M.57
Di beberapa negara yang berpenduduk mayoritas Islam,
Kalender Hijriyah juga digunakan sebagai sistem penanggalan sehari-hari.
Kalender Islam menggunakan peredaran bulan sebagai acuannya, berbeda
dengan kalender biasa (kalender Masehi) yang menggunakan peredaran
Matahari.
Perhitungan kalender Hijriyah didasarkan pada peredaran bulan
mengelilingi bumi dan peredaran bumi mengelilingi matahari. Anggapan
kebanyakan orang yang berpendapat bahwa kalender hijriyah hanya
didasarkan pada peredaran bulan mengelilingi bumi adalah salah. Peredaran
bulan mengelilingi bumi merupakan bulan sideris yang lamanya 23 1/3 hari.
Kalender hijriah dibuat berdasarkan bulan sinodis. Lama satu bulan kalender
hijriyah adalah 29,530, biasanya dibulatkan menjadi 29,5. Akibatnya lamanya
satu tahun pada kalender hijriyah adalah 354 hari. Perbedaan satu tahun
Gregorian dengan satu tahun hijriyah kira-kira 11 hari. Perbedaan ini
57
A. Djamil, Ibid, hal 62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
menyebabkan hari-hari besar Islam muncul lebih cepat 11 hari pada tahun
berikutnya.58
Keraton Surakarta juga mengadopsi kalender hijriyah ini.
Penanggalan pada tiap upacara adat disesuaikan dengan kalender Islam.
Nama-nama bulan pada kalender hijriyah beserta namanya dalam bahasa
Jawa secara urut adalah Muharram/Sura (29 hari), Syafar/Sapar (30 hari),
Rabiul Awal/Mulud (29 hari), Rabiul Akhir/Bakda Mulud (30 hari), Jumadil
Awal/Jumadilawal (29), Jumadil Akhir/Jumadilakir (30 hari), Rajab/Rejeb
(29 hari), Sya’ban/Ruwah (30 hari), Ramadhan/Pasa (29 hari), Syawal/Sawal
(30 hari), Dzulkaidah/Sela (29 hari), Dzulhijah/Besar (30 hari). 59
Tradisi
sekaten dilakukan pada bulan Rabiul Awal atau Mulud pada kalender Jawa.
58 Ibid
59 Ibid