STUDI PEMBUATAN BAKSO AYAM (MEATBALL) DENGAN...
Transcript of STUDI PEMBUATAN BAKSO AYAM (MEATBALL) DENGAN...
STUDI PEMBUATAN BAKSO AYAM (MEATBALL) DENGAN
PENAMBAHAN BUAH NAGA MERAH (HYLOCEREUS
POLYRHIZUZ)
TUGAS AKHIR
KARYA TULIS INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT
UNTUK MEMPEROLEH GELAR AHLI MADYA DARI
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
BHAQUH SYAHESTU
NIM : 140309255494
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TATA BOGA
BALIKPAPAN
2017
ii
ii
iii
iv
v
“Bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan” (Q.S Al-Alaq : 1)
Ya Allah
Waktu yang kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku,
Sedih, bahagia, susah, senang, dan bertemu orang – orang yang memberiku sejuta
pengalaman bagiku, yang telah memberi warna warni kehidupanku. Kubersujud
dihadapanMu, Engkau berikan aku kesempatan untuk bisa sampai di penghujung
awal perjuanganku
Segala puji bagi Mu ya Allah,
Alhamdulillah… Alhamdulillah… Alhamdulillahirobbil‟alamin
This Final Project I gave many thank to
Allah SWT and Phrophet Muhammad SAW
So many thank also to,
My Father and Mother,
Teguh santoso and Arpiah
My Uncle and Aunty,
Fendi and Dian
For my love Sisters and a Brother,
Emi, Miftah Helmi, and Bhaquh Syahesta
For my Greatest and my Best in my life,
Depangga and Hafshah Uli Kharimah
For my sidang Final Project Squad,
Tegar Mukti Wicaksono, Ahmad Setia Budi, and Uswatun Chasanah
And also I gave many thank for,
my Lecturers and my friends in class 3TB1 and 3TB2 angkatan 2014
Finally, thank for Google, Journal, Script, Final Project, and all of the referention
books I have read. I hope the writer of owner books would taken amal jariyah
forever.. amin ya Robbal ‘alamin.
vi
vii
ABSTRAK
Bhaquh Syahestu, Studi Pembuatan Bakso Ayam (meatball) dengan Penambahan
Buah Naga Merah (hylocereus polyrhizuz). Tugas Akhir, Balikpapan, Program Studi
Tata Boga, Politeknik Negeri Balikpapan, 2017.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk (1) Mengetahui apakah buah
naga merah (Hylocereus polyrhizus) dapat dijadikan bahan tambahan dalam
pembuatan bakso ayam (meatball). (2) mengetahui proses pembuatan bakso ayam
(meatball) yang dalam pembuatannya diberikan bahan tambahan buah naga merah
(Hylocereus polyrhizus). (3) mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap produk
bakso ayam buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) dari segi organoleptik. (4)
Mengetahui mutu hedonik produk bakso ayam buah naga merah dari segi warna,
tekstur, aroma, dan rasa.
Penelitian ini adalah melakukan eksperimen dan uji organoleptik dengan uji
penerimaan yaitu uji hedonik dan uji mutu hedonik dengan menggunakan panelis
agak terlatih sebanyak 25 panelis, kemudian hasilnya dianalisa menggunakan metode
statistic deskriptif untuk mengetahui tingkat kesukaan dan mutu dari bakso ayam
dengan penambahan buah naga merah sebanyak 50 gram, 75 gram dan 100 gram.
Tingkat hedonik bakso ayam pada penambahan buah naga yang telah penulis
lakukan melalui penyebaran angket kepada panelis mendapatkan hasil bahwa bakso
ayam dengan penambahan buah naga 100 gram mendapatkan nilai rata – rata
tertinggi yang disukai oleh para panelis melalui aspek warna sebanyak 4.24, tekstur
4.24, aroma 4.40, dan rasa 4.24.
Tingkat mutu hedonik penyebaran angket kepada panelis mendapatkan hasil
bahwa bakso ayam penambahan buah naga 100 gram lebih dipilih oleh panelis dari
aspek warna 4.28, tekstur 4.0, aroma 3.88. Kemudian bakso ayam dengan
viii
penambahan buah naga 75 gram lebih dipilih oleh panelis dari aspek rasa sebanyak
3.92.
Keywords : Buah Naga, Bakso Ayam, Uji Hedonik, Uji Mutu Hedonik
ix
ABSTRACT
Bhaquh Syahestu, Study of Making Meatball Chicken (meatball) with the addition of
Red Dragon Fruit (hylocereus polyrhizuz). Final Project, Balikpapan, Food and
Beverage Studies Program, Balikpapan State Polytechnic, 2017.
The purpose of this study is to (1) Know whether the red dragon fruit
(Hylocereus polyrhizus) can be used as an additional material in the manufacture of
chicken meatball (meatball). (2) to know the process of making chicken meatball
(meatball) which in its manufacture is given additional material of red dragon fruit
(Hylocereus polyrhizus). (3) to know the level of panelist's fondness for the product of
red dragon fruit chicken meatball (Hylocereus polyrhizus) from organoleptic point of
view. (4) Knowing the quality of hedonic products of red dragon fruit meatball
chicken in terms of color, texture, aroma, and taste.
This research is conducting experiment and organoleptic test with acceptance
test that is hedonic test and hedonic quality test by using panelist with 25 trained
panelist, then the result is analyzed using statistic method descriptive to know the
level of likeness and quality of chicken meatball with addition of fruit Red dragon as
much as 50 grams, 75 grams and 100 grams.
The hedonic level of chicken meatball on the addition of dragon fruit that the
author has done through the dispute of the questionnaire to the panelists to get the
result that chicken meatball with the addition of dragon fruit 100 grams get the
highest average value favored by the panelists through the color aspect as much as
4.24, texture 4.24, , And taste 4.24.
The hedonic quality of questionnaire dispersion to the panelists get the result
that chicken meatball addition of dragon fruit 100 gram preferred by the panelis of
color aspect as much as 4.28, texture 4.0,aroma 3.88. then chicken meatball with the
x
addition of dragon fruit 75 grams more selected by the panelis of the taste aspect as
much as 3.92.
Keywords: Dragon Fruit, Chicken Meatball, Hedonic Test, Hedonic Quality Test
xi
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat
rahmatNya penyusunan tugas akhir guna memperoleh gelar Ahli Madya pada
Jurusan Tata Boga Politeknik Negri Balikpapan ini dapat terselesaikan. Adapun
judul dari Proposal Tugas Akhir yang penulis susun adalah : Studi Pembuatan
Bakso Ayam (meatball) dengan Penambahan Buah Naga Merah (Hylocereus
polyrhizuz).
Penulis mengucapkan rasa terimakasih yang sedalam – dalamnya kepada
semua pihak yang membantu penulis selama proses pembuatan Tugas Akhir ini
oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih kepada :
1. Ramli, M,Pd. selaku Direktur Politeknik Negeri Balikpapan.
2. Ibu Yogiana Mulyani MM.par selaku kepala program studi tata boga
politeknik negeri Balikpapan.
3. Ibu Nur Amaliah, S.TP.,M.Si selaku pembimbing 1 yang telah banyak
memberi arahan dan masukan kepada saya dalam penyusun proposal tugas
akhir ini.
4. Bapak Drs. Bambang Djati Kusuma,.MM selaku pembimbing 2 juga telah
banyak memberikan bimbingan, arahan dan masukan kepada saya dalam
penyusun proposal tugas akhir ini.
5. Seluruh dosen yang mengampuh pada Prodi Tata Boga, yang penulis tidak
dapat menyebutkan satu-persatu, yang telah mengajarkan dan membimbing
Penulis dari semester 1 sampai semester 6.
6. Semua pihak yang penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini bukanlah karya yang
sempurna, dan masih banyak ditemani kekurangan dan kelemahan. Oleh
xii
karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang
membangun.
Dan penulis persembahkan karya kecil ini kepada orang-orang yang
penulis sayangi yang telah banyak mendukung dan mendoakan selama proses
penyusunan tugas akhir ini:
1. Bapak dan ibu, yang tak pernah putus dalam do‟anya demi kesuksesan
serta curahan kasih sayangnya kepada Penulis selama penyusunan Proposal
Tugas Akhir (TA).
2. Adik – adik, yang selalu menjadi ujung tombak canda tawa penulis.
3. Kawan – kawan, kelas 3 TB 1 dan 3 TB 2 yang sangat penulis sayangi.
Akhir dari kesempatan ini Penulis menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu - persatu yang turut
membantu Penulis dalam upaya penyelesaian Proposal Tugas Akhir (TA)
ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca dalam
memperbaiki dan menyempurnakan isi Tugas Akhir selanjutnya.
Balikpapan, 22 Agustus 2017
Bhaquh Syahestu
NIM. 140309255494
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN...................................................................................... iv
LEMBAR PERSEMBAHAN .................................................................................. v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................................. vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... . xv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... . 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Batasan Masalah .................................................................................... . 2
D. Tujuan Peneltian .................................................................................... . 3
E. Manfaat Peneltian ................................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori ........................................................................................... . 5
1. Bakso ................................................................................................. 5
2. Jenis – jenis bakso .............................................................................. 5
a. Defenisi Bakso sapi ...................................................................... . 5
b. Defenisi Bakso Ayam ................................................................... 6
c. Defenisi Bakso Ikan ...................................................................... 6
d. Mutu bakso (meatball) ................................................................. 7
e. Resep Acuan................................................................................. . 9
xiv
f. Bahan Pembuatan Bakso ................................................................. . 10
g. Teknik Pembuatan Bakso ................................................................ 13
3. Karakteristik ayam ............................................................................... . 15
a. Kandungan ayam ............................................................................. . 15
b. Jenis-jenis ayam .............................................................................. . 16
c. Rasa dan aroma daging ayam .......................................................... . 17
4. Buah naga ............................................................................................ . 19
a. Klasifikasi Buah Naga..................................................................... . 19
b. Jenis – jenis buah naga .................................................................... . 20
c. Berbagai Olahan dengan Penambahan Buah naga .......................... . 22
d. Kandungan Gizi Buah Naga ........................................................... . 23
e. Manfaat Buah naga ......................................................................... . 24
f. Kualitas Buah Naga yang baik ........................................................ . 25
5. Teori Uji Organoleptik ......................................................................... . 26
a. Persiapan Uji Organoleptik ............................................................. . 27
b. Laboratium Penilaian Organoleptik ................................................ . 29
c. Persiapan Uji Organoleptik ............................................................. . 31
d. Metode Pengujian Organoleptik ..................................................... . 32
B. Hasil Penelitian Yang Relavan ............................................................... . 36
C. Kerangka Berfikir.................................................................................... . 38
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ......................................................................................... . 40
1. Penelitian Pendahuluan ........................................................................ . 40
2. Penelitian Lanjutan .............................................................................. . 40
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. . 40
1. Penelitian Pendahuluan ........................................................................ . 40
2. Penelitian Lanjutan .............................................................................. . 40
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ................................................... . 40
1. Populasi ................................................................................................ . 41
xv
a. Penelitian Pendahuluan ................................................................... . 41
b. Penelitian Lanjutan.......................................................................... . 41
2. Sampel ................................................................................................. . 41
a. Penelitian Pendahuluan ................................................................... . 41
b. Penelitian Lanjutan.......................................................................... . 42
3. Teknik Sampling .................................................................................. . 42
a. Penelitian Pendahuluan ................................................................... . 42
b. Penelitian Lanjutan........................................................................... 42
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ................................................ 42
1. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 43
2. Instrumen Pengumpulan Data ............................................................ 43
E. Analisis Data ........................................................................................... . 45
F. Prosedur Penelitian................................................................................... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian ......................................................................... 57
1. Pelaksanaan Penelitian Pendahuluan .................................................... 57
a. Pelaksanaan Eksperimen Pertama .................................................... 59
b. Pelaksanaan Eksperimen Kedua ...................................................... 60
c. Pelaksanaan Eksperimen Ketiga ...................................................... 61
2. Penambahan Buah Naga 50 gram, 75 gram dan 100 gram ................... 63
a. Pelaksanaan Formula I ..................................................................... 63
b. Pelaksanaan Formula II .................................................................... 64
c. Pelaksanaan Formula III .................................................................. 66
3. Proses pembuatan bakso ayam (meatball) dengan penambahan buah
naga merah (Hylocereus polyhizuz) ...................................................... 67
a. Pemilihan bahan ............................................................................... 68
b. Menyiapkan bahan ........................................................................... 68
c. Penggilingan daging ......................................................................... 69
d. Mencampur bahan ............................................................................ 70
xvi
e. Perebusan dan pengukusan adonan bakso ....................................... 70
f. Penyajian .......................................................................................... 71
B. Pembahasan ............................................................................................... 71
1. Uji hedonik ........................................................................................... 71
a. Uji Hedonik pada Warna .................................................................. 71
b. Uji Hedonik pada Tekstur ................................................................ 75
c. Uji Hedonik pada Aroma ................................................................. 78
d. Uji Hedonik pada Rasa..................................................................... 80
2. Uji Mutu Hedonik ................................................................................. 83
a. Uji Hedonik pada Warna .................................................................. 84
b. Uji Hedonik pada Tekstur ................................................................ 87
c. Uji Hedonik pada Aroma ................................................................. 90
d. Uji Hedonik pada Rasa..................................................................... 94
C. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 97
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................ 98
B. Saran ......................................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... …….100
LAMPIRAN
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bakso Sapi .......................................................................................... 5
Gambar 2.2 Daging Ayam ...................................................................................... 10
Gambar 2.3 Tepung Tapioka .................................................................................. 11
Gambar 2.4 Es Batu ................................................................................................ 12
Gambar 2.5 Garam ................................................................................................. 12
Gambar 2.6 Merica Bubuk ..................................................................................... 13
Gambar 2.7 Bawang Putih ...................................................................................... 13
Gambar 2.8 Buah naga jenis hylocereus polyhizus ................................................ 20
Gambar 2.9 Buah Naga jenis hylocereus polyrhizuz .............................................. 20
Gambar 2.10 Jenis Buah Naga Selenicereus megalanthus ....................................... 21
Gambar 2.11 Jenis Buah Naga Hylocereus costaricensis ........................................ 21
Gambar 2.12 Pancake Buah Naga ............................................................................ 22
Gambar 2.13 Roti Sobek Buah Naga........................................................................ 23
Gambar 2.14 Mi goreng Buname (buah naga merah) ............................................. 23
Gambar 2.15 Mi ayam Buah Naga ........................................................................... 23
Gambar 2.16 Diagram Alir Skema Berfikir ............................................................. 39
Gambar 3.17 Alur Proses Penelitian Pendahuluan ................................................... 47
Gambar 3.18 Daging Ayam ...................................................................................... 48
Gambar 3.19 Tepung Tapioka .................................................................................. 49
Gambar 3.20 Es Batu ................................................................................................ 49
Gambar 3.21 Buah Naga jenis hylocereus polyrhizuz .............................................. 50
Gambar 3.22 Garam ................................................................................................. 50
Gambar 3.23 Merica Bubuk ..................................................................................... 51
Gambar 3.24 Bawang Putih ...................................................................................... 51
Gambar 3.25 Panci ................................................................................................... 52
Gambar 3.26 Kompor ............................................................................................... 52
xviii
Gambar 3.27 Baskom ............................................................................................... 53
Gambar 3.28 Food Processor ................................................................................... 53
Gambar 3.29 Sendok ................................................................................................ 54
Gambar 3.30 Saringan .............................................................................................. 54
Gambar 3.31 Timbangan Digital .............................................................................. 54
Gambar 3.32 Proses Pembuatan Bakso .................................................................... 55
Gambar 3.33 Alur Proses Penelitian lanjutan ........................................................... 56
Gambar 4.1 Buah naga merah ................................................................................ 67
Gambar 4.2 Persiapan bahan .................................................................................. 68
Gambar 4.3 Penggilingan daging ........................................................................... 68
Gambar 4.4 Percampuran bahan ............................................................................. 69
Gambar 4.5 Perebusan dan pengukusan ................................................................. 69
Gambar 4.6 Penyajian............................................................................................. 70
Gambar 4.7 Grafik Nilai Uji Hedonik Warna Bakso Ayam................................... 71
Gambar 4.8 Grafik Nilai Uji Hedonik Warna Bakso Ayam................................... 72
Gambar 4.9 Grafik Nilai Uji Hedonik Warna Bakso Ayam................................... 72
Gambar 4.10 Grafik Nilai Uji Hedonik Tekstur Bakso Ayam ................................. 74
Gambar 4.11 Grafik Nilai Uji Hedonik Tekstur Bakso Ayam ................................. 75
Gambar 4.12 Grafik Nilai Uji Hedonik Tekstur Bakso Ayam ................................. 75
Gambar 4.13 Grafik Nilai Uji Hedonik Aroma Bakso Ayam .................................. 77
Gambar 4.14 Grafik Nilai Uji Hedonik Aroma Bakso Ayam .................................. 77
Gambar 4.15 Grafik Nilai Uji Hedonik Aroma Bakso Ayam .................................. 78
Gambar 4.16 Grafik Nilai Uji Hedonik Rasa Bakso Ayam ..................................... 80
Gambar 4.17 Grafik Nilai Uji Hedonik Rasa Bakso Ayam ..................................... 80
Gambar 4.18 Grafik Nilai Uji Hedonik Rasa Bakso Ayam ..................................... 81
Gambar 4.19 Grafik Nilai Uji Hedonik Warna Bakso Ayam................................... 83
Gambar 4.20 Grafik Nilai Uji Hedonik Warna Bakso Ayam................................... 84
Gambar 4.21 Grafik Nilai Uji Hedonik Warna Bakso Ayam................................... 84
Gambar 4.22 Grafik Nilai Uji Hedonik Tekstur Bakso Ayam ................................. 87
xix
Gambar 4.23 Grafik Nilai Uji Hedonik Tekstur Bakso Ayam ................................. 87
Gambar 4.24 Grafik Nilai Uji Hedonik Tekstur Bakso Ayam ................................. 88
Gambar 4.25 Grafik Nilai Uji Hedonik Aroma Bakso Ayam .................................. 90
Gambar 4.26 Grafik Nilai Uji Hedonik Aroma Bakso Ayam .................................. 90
Gambar 4.27 Grafik Nilai Uji Hedonik Aroma Bakso Ayam .................................. 91
Gambar 4.28 Grafik Nilai Uji Hedonik Rasa Bakso Ayam ..................................... 93
Gambar 4.29 Grafik Nilai Uji Hedonik Rasa Bakso Ayam ..................................... 94
Gambar 4.30 Grafik Nilai Uji Hedonik Rasa Bakso Ayam ..................................... 94
xx
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Standar Mutu bakso ................................................................................. 8
Tabel 2.2 Tabel Resep Bakso Ayam ....................................................................... 9
Tabel 2.3 Perbandingan Kandungan Nutrisi Beberapa Jenis Daging (%) ............... 10
Tabel 2.4 Karakteristik Ayam ................................................................................. 15
Tabel 2.5 Kandungan Gizi Buah naga Per 100 Gram ............................................. 24
Tabel 2.6 Lembar Angket Uji Mutu Oganoleptik ................................................... 44
Tabel 2.7 Lembar Angket Uji Hedonik Oganoleptik .............................................. 45
Tabel 3.1 Resep acuan ............................................................................................. 57
Tabel 3.2 Resep Pada Eksperimen Pertama ............................................................ 59
Tabel 3.3 Resep Pada Eksperimen Kedua ............................................................... 60
Tabel 3.4 Resep Pada Eksperimen Ketiga ............................................................... 61
Tabel 3.5 Resep Pada Eksperimen Pertama ............................................................ 63
Tabel 3.6 Resep Pada Eksperimen Kedua ............................................................... 64
Tabel 3.7 Resep Pada Eksperimen Ketiga ............................................................... 66
Tabel 3.8 Uji Hedonik Warna ................................................................................. 73
Tabel 3.9 Uji Hedonik Tekstur ................................................................................ 76
Tabel 3.10 Uji Hedonik Aroma ................................................................................. 79
Tabel 3.11 Uji Hedonik Rasa .................................................................................... 82
Tabel 3.12 Uji Hedonik Warna ................................................................................. 86
Tabel 3.13 Uji Hedonik Tekstur ................................................................................ 89
Tabel 3.14 Uji Hedonik Aroma ................................................................................. 92
Tabel 3.15 Uji Hedonik Rasa ................................................................................... 96
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia memiliki berbagai macam kuliner yang khas mulai dari
bumbu, kari, hingga aneka macam olahan yang terbuat dari daging – dagingan
contohnya olahan bakso. Bakso sangat popular sekali, bahkan dapat dengan
mudah ditemukan dipinggir jalan, gerobak dorong, hingga mall – mall besar.
Bakso memiliki kandungan protein dan kadar air tinggi serta pH netral,
sehingga rentan terhadap kerusakan dan daya awet maksimal satu hari pada
suhu kamar. Bahan baku bakso dapat berasal dari berbagai jenis daging,
seperti sapi, babi, ikan dan ayam.
Pemilihan bakso ayam dalam penelitian ini dikarenakan bakso adalah
makanan yang cukup popular di Indonesia sekaligus sebagai makanan favorit
masyarakat Indonesia. Banyak masyarakat mulai dari kalangan menengah atas
hingga bawah menyenangi makanan khas yang umumnya terbuat dari daging
dan berbentuk bulat ini. Pemilihan daging ayam juga dikarenakan daging
ayam memiliki warna yang putih agar warna variasi pada buah naga dapat
sangat jelas terlihatnya.
Pada umumnya bakso yang dijual ialah menggunakan daging sapi.
Meningkatnya kebutuhan daging sapi di masyarakat membuat harga daging
sapi hampir di setiap tahunnya meningkat, hal ini membuat masyarakat juga
berfikir kembali untuk membeli daging sapi. Pada saat terjadi kenaikan seperti
ini, biasanya masyarakat hanya akan membeli ketika memiliki kebutuhan
khusus seperti acara atau untuk berjualan, namun tidak untuk konsumsi
sehari-hari. Maka dari itu masyarakat akan mencari alternatif lain pengganti
daging sapi seperti daging ayam dan ikan dengan penambahan buah
didalamnya. Buah naga yang digunakan adalah buah naga yang didapatkan
2
berupa pemanfaatan hasil panen yang berlimpah pada penjualan di
masyarakat.
Dalam pembuatan bakso ini yaitu menggunakan buah naga sebagai bahan
penambahan dalam pemberian variasi warna pada bakso tersebut sehingga
buah naga dapat dimanfaatkan sebagai bahan penambahan bakso ayam. Buah
naga merah (Hylocereus polyrhizuz) yang ditanam di Kalimantan Timur
ternyata memiliki sejumlah keunggulan yang tidak dimiliki oleh daerah lain.
Keunggulan tersebut diantaranya buah yang ditanam oleh petani buah di
Kalimantan Timur memiliki kandungan rasa yang lebih manis, ukuran buah
besar dan tidak tergantung oleh musim. Buah naga dapat digunakan sebagai
penambahan pembuatan bakso dikarenakan warna yang sangat cerah dari
daging buah naga tersebut dan dapat menambah variasi pada bakso. Buah
naga yang digunakan adalah buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz) yang
dibudidayakan dalam masyarakat banyak umumnya masyarakat Balikpapan.
Oleh karena itu pengangkatan judul Studi Pembuatan Bakso Ayam (meatball)
dengan Penambahan Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizuz), hasil
penelitian ini dapat menjadi salah satu inovasi dari produk pangan dengan
pemanfaatan buah naga pada penambahan pembuatan bakso serta menjadi
inspirasi guna mengembangkan produk-produk lainnya.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam tugas akhir ini adalah :
1. Apakah buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) dapat dijadikan sebagai
bahan tambahan dalam pembuatan bakso ayam (meatball) ?
2. Bagaimana cara atau proses pembuatan bakso ayam (meatball) yang diberi
bahan tambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) ?
3. Bagaimana tingkat hedonik (kesukaan) panelis terhadap produk bakso
ayam (meatball) dengan penambahan buah naga merah dari uji hedonik?
4. Bagaimana mutu hedonik produk bakso ayam buah naga merah dari segi
organoleptik?
3
C. Batasan Masalah
Batasan penelitian antara lain :
1. Penulis ingin mengetahui buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) dapat
dijadikan bahan tambahan dalam pembuatan bakso ayam (meatball).
2. Penulis ingin mengetahui pengolahan atau proses pembuatan bakso ayam
(meatball) yang diberi bahan tambahan buah naga merah (Hylocereus
polyrhizus) ?
3. Penulis ingin mengetahui kelayakan organoleptik maupun mutu dari
produk bakso ayam (meatball) buah naga (Hylocereus polyrhizus).
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian antara lain :
1. Untuk mengetahui apakah buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) dapat
dijadikan bahan tambahan dalam pembuatan bakso ayam (meatball) ?
2. Untuk mengetahui proses pembuatan bakso ayam (meatball) yang dalam
pembuatannya diberikan bahan tambahan buah naga merah (Hylocereus
polyrhizus).
3. Untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap produk bakso ayam
buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) dari segi organoleptik?
4. Untuk mengetahui mutu hedonik produk bakso ayam buah naga merah dari
segi warna, tekstur, aroma, dan rasa?
E. Manfaat penelitian
Dalam penelitian ini penulis dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak, antara lain :
1. Bagi penulis :
a. Dapat memberikan motivasi untuk lebih mengetahui hasil yang
diinginkan dari pembuatan bakso ayam (meatball) dengan
menambahkan buah naga merah sebagai bahan tambahan.
b. Dapat memperoleh pengalaman dari proses pengerjaan bahan pengganti
hingga hasil yang dicapai.
4
2. Bagi akademik :
a. Memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan
Diploma III Politeknik Negeri Balikpapan.
b. Sebagai sumber refrensi untuk menambah pengetahuan resep pembuatan
bakso dengan buah naga sebagai bahan tambahan khususnya dibidang
akademik tata boga.
3. Bagi masyarakat
a. Untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat
tentang buah naga merah yang dapat dijadikan alternatif sebagai bahan
tambahan dalam pembuatan bakso ayam (meatball).
b. Masyarakat dapat mengetahui bahwa buah naga mempunyai nilai daya
guna yang tinggi.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Bakso (Meatball)
Bakso memiliki akar dari seni kuliner Tionghoa Indonesia. Hal ini
ditunjukkan dari istilah 'bakso' berasal dari kata Bak-So, dalam Bahasa
Hokkien yang secara harfiah berarti 'daging giling'. Definisi Standar
Nasional Indonesia menyebutkan bahwa bakso daging merupakan makanan
berbentuk bulatan atau lain yang di peroleh dari campuran daging ternak
(kadar air tidak kurang dari (50%) dan puti atau serelia dengan atau tanpa
penambahan makanan yang di izinkan (BSN, 1995).
2. Jenis – jenis bakso
a. Definisi Bakso sapi
Menurut Yulia (2005) Bakso merupakan produk olahan daging
yang sangat popular. Kualitas bakso dipengaruhi oleh komposisi bahan
penyusunan. Untuk menghasilkan bakso yang berkualitas harus
menggunakan bahan penyusun yang tepat dan daging yang digunakan
harus baik dan segar. Pembuatan bakso sebaiknya di lakukan secara
higienis.
Gambar 2.1 Bakso Sapi
(Sumber : Rice, 2013)
6
Bakso yang sehat berasal dari daging sapi segar yang halal tanpa
bahan pengawet. Kualitas bakso di katakana baik jika bahan tambahan
lain yang di gunakan kurang dari 50 %. Berbagai bahan yang di
tambahkan harus memenuhi syarat yang tidak menyebabkan efek
samping terhadap kesehatan.
b. Defenisi bakso ayam
Menurut Sugi (2006) Bakso atau baso adalah jenis bola
daging yang lazim ditemukan pada masakan Indonesia. Bakso umumnya
dibuat dari campuran daging sapi giling dan tepung tapioka, akan tetapi
ada juga bakso yang terbuat dari daging ayam, ikan, atau udang bahkan
daging kerbau. Dalam penyajiannya, bakso umumnya disajikan panas-
panas dengan kuah kaldu sapi bening, dicampur mi, bihun, taoge, tahu,
terkadang telur dan ditaburi bawang goreng dan seledri. Bakso sangat
populer dan dapat ditemukan diseluruh Indonesia, dari gerobak
pedagang kaki lima hingga restoran besar. Berbagai jenis bakso
sekarang banyak ditawarkan dalam bentuk makanan beku yang dijual
dipasar swalayan ataupun mal-mal. Irisan bakso dapat juga dijadikan
pelengkap jenis makanan lain seperti mi goreng, nasi goreng, atau cap
cai.
c. Defenisi bakso ikan
Menurut Sugi (2006) Bakso atau baso adalah jenis bola daging
yang lazim ditemukan pada masakan Indonesia. Bakso umumnya dibuat
dari campuran daging sapi giling dan tepung tapioka, akan tetapi ada
juga bakso yang terbuat dari daging ayam, ikan, atau udang bahkan
daging kerbau. Dalam penyajiannya, bakso umumnya disajikan panas-
panas dengan kuah kaldu sapi bening, dicampur mi, bihun, taoge, tahu,
terkadang telur dan ditaburi bawang goreng dan seledri. Bakso sangat
populer dan dapat ditemukan di seluruh Indonesia; dari gerobak
7
pedagang kaki lima hingga restoran besar. Berbagai jenis bakso
sekarang banyak ditawarkan dalam bentuk makanan beku yang dijual di
pasar swalayan ataupun mal-mal. Irisan bakso dapat juga dijadikan
pelengkap jenis makanan lain seperti mi goreng, nasi goreng, atau cap
cai.
d. Mutu Bakso (Meatball)
Menurut Wibowo (2006) kualitas bakso yang baik dipengaruhi
oleh komposisi bahan penyusunnya. Untuk menghasilkan bakso dengan
kualitas baik harus menggunakan bahan penyusun yang tepat dan daging
yang digunakan harus menggunakan bahan penyusun yang tepat dan
daging yang digunakan harus baik dan masih segar yaitu dari ternak
yang baru dipotong. Hal ini berkaitan dengan sifat menahan air daging
(water holding capacity) yang berperan dalam menentukan tekstur
bakso. Semakin segar daging yang digunakan maka semakin bagus
kualitas bakso yang dihasilkan. Selain itu hendaknya daging tidak
banyak berlemak dan tidak banyak berurat. Lemak dan uratnya
sebaiknya dipisahkan dahulu. Namun jika ingin membuat bakso urat
harus menggunakan daging yang banyak uratnya, sedangkan lemak
tetap harus dipisahkan.
Kualitas bakso dikatakan baik jika bahan tambahan lain yang
digunakan kurang dari 50%. Menurut Asyahari (1992) penambahan
tepung tapioka sampai 25% dalam pembuatan bakso masih dapat
diterima, sedangkan menurut Triatmojo (1992) bahwa penambahan
tepung sampai 50% masih dapat diterima secara organoleptic walaupun
kandungan proteinnya menurun. Berbagai bahan yang ditambahkan pun
harus memenuhi syarat yang tidak menyebabkan efek samping terhadap
kesehatan. Adapun standar mutu bakso menurut Standar Nasional
Indonesia, dapat dilihat pada table.
8
Table 2.1 Standar Mutu bakso
No.
Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1
Keadaan
Bentuk
Bau
Rasa
Warna
-
-
-
-
Normal, khas daging
Normal
Gurih
Normal
2
Air % b/b Maks 70,0
3
Abu % b/b Maks 3,0
4 Protein
% b/b Min 9,0
5 Lemak % b/b Maks 2,0
6 Boraks - Tidak boleh ada
7 Bahan Tambahan
Makanan
Sesuai dengan SNI
8 Cemaran Logam
Timbal
Tembaga
Seng
Timah
Raksa
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
Maks 2,0
Maks 20,0
Maks 40,0
Maks 40,0
Maks 0,03
9 Cemaran Arsen Mg/kg Maks 1,0
10 Cemaran Mikroba
Angka Lempeng Total
Bakteri bentuk koli
E. Coli
Entere cocci
Clostridium perfringens
Salmonella
Staphylococcus aureus
Kloni/g
APM/g
APM/g
Kloni/g
Kloni/g
-
Kloni/g
Maks 1 x 10
Maks 10
<3
Maks 1 x 10
Maks 1 x 10
Negative
Maks 1x 10
(Sumber : BSN, 1995)
9
e. Resep Acuan
Resep Bakso ayam menurut Sari (2015) sebagai berikut :
Table 2.2 Resep Bakso Ayam
BAKSO AYAM
Bahan :
Daging ayam : 500 gram
Es batu : 100 gram
Bawang Putih : 3 siung, digoreng
Bawang putih : 5 siung
Garam : 1 sdm/10 gram
Tepung Terigu : 75 gram
Tepung Sagu/tapioca : 75 gram
Cara Membuat :
1. Potong – potong daging agar lebih mudah dihaluskan. Masukkan
kedalam food processor . Giling hingga halus.
2. Masukkan tepung sagu tani/tapioca dan tepung terigu/segitiga biru,
campur adonan lagi hingga menjadi adonan yang lembut dan
mulus.
3. Didihkan air dalam panci untuk merebus. Setelah mendidih,
kecilkan api.
4. Ambil segenggam adonan bakso kemudian kepalkan tangan dan
tekan jemari hingga adonan menyembul keluar dari sela ibu jari
dan telunjuk, celupkan sendok ke air dingin kemudian angkat
bulatan adonan dengan sendok dan masukkan ke dalam panci dan
kukus bakso beberapa menit.
Biarkan bakso sampai mengambang.
5. Siapkan air dingin dalam wadah/baskom, angkat bakso yang sudah
matang dari panci dan masukkan ke dalam air dingin. Biarkan
hingga dingin. Tiriskan dan bakso siap dipakai.
10
(Sumber: Sari, 2015).
f. Bahan Pembuatan Bakso Ayam
1) Daging Ayam
Fungsi daging ayam dalam pembutan bakso ini adalah
sebagai bahan utama yang merupakan bagian penting dalam
pembuatan bakso. Ayam merupakan ternak penghasil daging dan
telur. Jenis ayam pendaging biasa digunakan adalah Broiller yang
dapat dibedakan berdasarkan umur ayam yang dipotong. Daging
ayam merukan sumber protein yang cukup penting bagi tubuh.
Daging ayam memiliki kandungan protein yang lebih tinggi.
(Purnomo, 2005).
Gambar 2.2 Daging Ayam
(Sumber : Kfayam, 2016)
Tabel 2.3 Perbandingan Kandungan Nutrisi Beberapa Jenis
Daging (%)
Jenis Daging
Kalori
protein
Lemak
Daging sapi 207 18,8 14
Daging kerbau 85 18,7 0,5
Daging kambing 154 16,6 9,2
Daging domba 206 17,1 14,8
Daging ayam 302 18,2 25
Daging itik 326 16,0 28,6
(Sumber : AgroMedia/Kristanto, 2005)
11
2) Tepung Tapioka
Fungsi tepung dalam pembuatan bakso adalah sebagai bahan
pengikat dalam penambahan daging ayam. Tepung tapioka atau juga
disebut dengan tepung kanji. Terbuat dari sari pati ketela pohon
(singkong). Biasanya dipakai untuk membuat panganan tradisional.
Tepung tapioka memiliki tingkat elastilitas yang tinggi, tetapi tidak
bisa cepat masak pada suhu rendah. Perhatikan pada saat lamanya
waktu memasak agar seluruh permukaan hingga bagian tengah bakso
bisa masak ketika digoreng atau direbus ulang. Penggunaannya untuk
adonan bakso bisa dikombinasikan dengan jenis tepung
lainnya(Yuyun, 2007).
Gambar 2.3 Tepung Tapioka
(Sumber : Surya, 2016)
3) Es serut/ es batu
Penggunaan es batu membuat adonan lebih encer, semakin
encer adonan bakso, semakin banyak pula pentol yang dapat kita
hasilkan nantinya. Es serut mempunyai sifat yang dapat
mendinginkan, namun jika digunakan pada objek yang berbeda, es
serut adalah es yang sudah dipecah atau dikecil-kecilkan
(Apriyadi, 2013).
12
Gambar 2.4 Es Batu
(Sumber : Pondok Ibu, 2013)
4) Garam
Garam beryodium adalah sebagai pemberi rasa sekaligus
bumbu penting dalam penambahan adonan bakso. Garam yang telah
diperkaya dengan yodium yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
pertumbuhan dan kecerdasan. Garam beryodium yang digunakan
sebagai garam konsumsi harus memenuhi Standar Nasional Indonesia
(SNI) antara lain mengandung yodium sebesar 30 – 80 ppm (Nurani,
2015).
Gambar 2.5 Garam
(Sumber : Agustin, 2015)
5) Merica
Lada / merica adalah tumbuhan penghasil rempah – rempah
yang berasal dari bijinya, digunakan untuk memberikan rasa pedas
dan segar pada masakan. Rempah adalah bahan aromatik yang
digunakan untuk memasak dan berasal dari tumbuhan dan pada
umumnya dalam keadaan kering (Nurani, 2015).
13
Gambar 2.6 Merica Bubuk
(Sumber : Sugi, 2015)
6) Bawang Putih
Bawang putih adalah rempah – rempah sebagai bahan halus
dalam pencampuran adonan bakso dan penambah citarasa yang
ditambahkan untuk bakso serta dapat menambah nilai gizi pada bakso
tersebut.
Gambar 2.7 Bawang Putih
(Sumber : Ragil, 2015)
g. Teknik Pembuatan Bakso
Menurut Ristanto (2015), teknik pembuatan bakso harus
memperhatikan hal – hal sebagai berikut :
1) Kualitas Daging
Daging yang dipilih harus kualitas baik dengan suhu daging
dibawah 0ᵒC. Selain menghambat pertumbuhan mikroba/kuman yang
dapat merusak daging. suhu dingin membantu adonan agar tidak
panas pada saat digiling. Karena bila adonan terasa hangat maka hasil
14
bakso tidak akan kenyal dan kress alias pecah. Selain suhu yang
harus diperhatikan ada hal lain yaitu lemak. Apabila anda
menggunakan daging beku dengan kadar lemak tinggi, maka bakso
yang dihasilkan akan berminyak dan keras dikarenakan lemak pada
daging khususnya sapi akan meleleh pada suhu -+ 100ᵒC). Jadi
gunakan lemak secukupnya.
2) Suhu Adonan
Suhu adonan setelah giling tidak lebih dari 10ᵒC. hal ini
dikarenakan suhu hangat akan mengakibatkan hasil baso menjadi
pecah.oleh karena itu gunakan es yang cukup untuk menjaga suhu
tetap dingin pada saat penggilingan, biasanya es yang digunakan
adalah 10 - 15% dari total adonan.
3) Waktu Penggilingan
Waktu merupakan hal penting berikutnya, semakin lama
waktu penggilingan maka adonan akan menjadi panas dan hasilnya
pun tidak baik sehingga untuk menghasilkan adonan yang baik dan
kalis harus tidak terlalu lama menggiling, biasanya cukup selama 5
menit penggilingan bakso sudah siap untuk di cetak.
4) Kecepatan Mesin Penggiling
Kecepatan putaran pisau mesin giling yang digunakan adalah
3000 rpm dimulai dari daging sampai semua masuk dan sesegera
mungkin semuanya harus masuk sehingga waktu yang digunakan
tidak lebih dari 5 menit.
5) Suhu Air Penampungan Bakso
Penampungan baso sebaiknya dibuat 2 wadah yaitu wadah
pertama bersuhu 70ᵒC, ini berguna sebagai pembentukan kulit baso.
setelah mengambang pindahkan baso kewadah bersuhu 90ᵒC.
Berguna sebagai pematangan bakso dan pembunuhan kuman.
15
6) Penurunan Suhu Bakso
Bakso yang baru matang tidak bisa langsung dipacking
namun sudah layak makan. Namun sebelum dipacking bakso harus
segera didinginkan supaya kuman tidak sempat berkembang biak dan
bakso bisa tahan lama. Penurunan suhu ini biasanya menggunakan
kipas angin dengan setelahnya di taruh di ruangan bersuhu 0 – 5 ᵒC.
jika bakso ingin di pasarkan dengan kondisi beku maka bakso harus
diblast dengan suhu -40ᵒ C. (ristanto 2015).
3. Karakteristik Ayam
Tabel 2.4 Karakteristik Ayam
Nama bagian Keterangan
Dada
Kadar lemaknya rendah, tapi rasanya kurang,
dapat dimasak dengan segala bumbu.
Paha
Kadar lemaknya lebih tinggi sedikit dari pada
daging dada ayam, dan rasanya lezat.
Tulang dada ayam Merupakan bahan ideal untuk memasak kuah.
Daging rusuk ayam Nilai gizinya paling tinggi, tinggi kadar protein.
Sayap ayam Berlemak dan protein lebih tinggi dari pada daging
paha ayam.
Kaki ayam
Kaya mengandung protein dan zat besi.
Hati ayam
Kaya mengandung vitamin-vitamin A, B1, B2 dan
C serta zat mineral seperti besi, fosfor dan
kalsium.
Jantung ayam Kadar kolesterolnya agak tinggi.
Empela ayam
Merupakan bahan makanan yang baik untuk
menguatkan lambut dan usus.
Usus ayam Tidak berlemak, merupakan makanan sehat.
Sumber : Surya (2012)
a. Kandungan Ayam
Menurut Surya (2012) daging ayam mengandung vitamin A
yang kaya, lebih - lebih ayam kecil. Selain itu, daging ayam juga
16
mengandung vitamin C dan E. Daging ayam selain rendah kadar
lemaknya, lemaknya juga termasuk asam lemak tidak jenuh, ini
merupakan makanan protein yang paling ideal bagi anak kecil, orang
setengah baya, dan orang lanjut usia , penderita penyakit pembuluh
darah jantung dan orang yang lemah pasca sakit.
Daging ayam lebih unggul daripada daging sapi, kambing dan
babi. Mengapa daging ayam lebih digemari masyarakat daripada
daging-dagingan lainnya, karena daging ayam gampang dimasak.
Ditambah masa pertumbuhan dan peternakannya agak pendek.
b. Jenis – Jenis Ayam
Hingga saat ini, dikenal berbagai jenis ayam potong, antara lain
sebagai berikut.
1) Ayam Buras (Ayam Bukan Ras)
Secara genetik, ayam buras mempunyai pertumbuhan yang
lambat; untuk mencapai berat tubuh 1 kilogram – 1,5 kilogram
diperlukan waktu sekitar 6 – 8 bulan. Kualitas karkas daging ayam
buras sangat baik, karena memiliki jaringan ikat yang rapat dan
padat.
2) Ayam Ras Afkir
Ayam ras afkir adalah ayam ras petelur yang sudah tidak
produktif. Ayam ras afkir memiliki berat tubuh antara 2 kilogram –
2,5 kilogram dan berusian antara 18 – 20 bulan. Kualitas karkas
ayam jenis ini relative kurang baik, meskipun jaringan ikat daging
relative baik.
3) Ayam Pejantan Ras
Ayam pejantan ras adalah ayam pejantan ras petelur yang
dipelihara untuk dijadikan ayam potong. Ayam pejantan ras
mempunyai berat tubuh sekitar 0,8 kilogram – 1,0 kilogram dan
berusia sekitar 3 – 4 bulan. Kualitas karkas ayam pejantan ras tidak
17
jauh beda dengan ayam jabro. Meskipun secara gen ayam ini adalah
ayam ras yang pertumbuhannya tidak jauh berbeda dengan ayam
buras.
4) Ayam Broiller
Ayam broiler merupakan ayam ras yang memiliki karakteristik
ekonomi sebagai penghasil daging; dengan ciri khas pertumbuhan
yang cepat, makanan irit dan siap dipotong pada usia yang relative
muda. Ayam boiller menghasilkan karkas dengan jaringan ikat
lunak. Pada umumnya ayam ini dipelihara sampai usia 5 – 7
minggu dan berat tubuh sekitar 1,3 kilogram – 1,5 kilogram.
c. Rasa dan Aroma Daging Ayam
Beberapa factor yang sangat menentukan rasa dan aroma
daging ayam antara lain:
1) Faktor Genetik Ayam
Faktor ini merupakan faktor keturunan yang menyangkut kadar
lemak yang ditimbun didalam rongga perut. Secara genetik, ada
ayam yang memiliki lemak berwarna kuning ataupun putih dan ada
yang berbau anyir atau amis. Pada umumnya, ayam dapat
menghasilkan karkas yang berkualitas adalah ayam yang secara
genetik tidak menimbun terlalu banyak lemak didalam tubuhnya.
2) Faktor Usia Ayam
Semakin tua usia ayam, meskipun jaringan ikatnya baik tetapi
lebih banyak menimbun lemak yang semakin besar. Hal ini
mempengaruhi rasa dan aroma daging ayam.
3) Faktor Jenis Kelamin
Penimbunan lemak pada ayam jantan relative lebih kecil
dibandingkan dengan ayam betina. Sehingga karkas dan daging
18
ayam jantan cenderung lebih enak dibandingkan daging ayam
betina.
4) Faktor Makanan
Komposisi makanan yang dimakan oleh ayam berhubungan
erat dengan rasa dan aroma daging ayam. Pemberian makanan yang
menggunakan bahan baku tepung ikan akan menghasilkan daging
dan lemak yang memiliki rasa dan aroma ikan lauk.
d. Kualitas Daging Ayam Konsumsi
Kriteria yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk
menentukan kualitas daging ayam untuk keperluan konsumsi adalah
sebagai berikut:
1) Keempukan atau Kelunakan
Keempukan daging ditentukan oleh kandungan jaringan ikat
serta tua usia ayam, susunan jaringan ikat semakin banyak,
sehingga daging yang dihasilkan semakin liat.
2) Kandungan Lemak
Lemak berfungsi untuk membungkus otot dan
mempertahankan daging pada waktu dipanaskan. Semakin banyak
kandungan lemak daging, semakin empuk/lunak dan semakin enak.
3) Warna
Warna daging ayam bervariasi, tergantung dari jenis daging
secara genetik dan usia ayam.
4) Rasa dan Aroma
Daging ayam yang berkualitas baik mempunyai aroma yang
sedap dan rasa yang agak gurih.
19
5) Kelembapan
Daging ayam yang mempunyai permukaan kering dapat
menahan atau mengurangi terjadinya kontaminasi dari luar,
sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu yang agak lama.
6) Residu Obat-obatan
Kandungan residu obat-obatan yang terdapat pada daging
ayam harus berada dalam batas toleransi yang dipersyaratkan.
4. Buah Naga
Buah naga atau lazim juga disebut pitaya, terakhir ini menjadi salah
satu buah yang popular di kalangan masyarakat. Buah yang termasuk
kelompok kaktus atau family cactaceae ini sangat digemari oleh
masyarakat untuk konsumsi. Rasa yang manis dan segar pada buah naga
membuat para konsumennya ketagihan, buah naga juga memiliki berbagai
khasiat obat yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
Buah naga (inggris: pitaya) adalah buah dari beberapa jenis kaktus dari
marga Hylocereus dan Selenicereus. Buah naga memang buah yang unik.
Tumbuhan yang menghasilkan buah naga juga memiliki bentuk yang unik.
Konon, nama „naga‟ berasal dari penampilan batangnya yang menjulur
berwarna hijau, mirip tubuh naga, buahnya bersisik dan memiliki sayap
seperti ekor naga (Sri,2007).
a. Klasifikasi Buah Naga
Buah naga (hylocereus costraricensis) dihasilkan oleh tanaman
sejenis kaktus hingga termasuk dalam keluarga cactaceae. Berikut ini
klasifikasi lengkap dari buah naga (Sri, 2007).
Kindom : Plantae
Divisi : Magnoliopytha
Klas : Magnoliopsida
Ordo : Caryophllales
20
Famili : Cactaceae
Genus : Hylocereus
Spesies : Hylocereus sp.
Di tiap-tiap Negara, buah ini memiliki nama yang berbeda-beda.
Buah naga di Cina disebut feuy kwa, dalam bahasa Mandarin disebut
lung kuo, di Vietnam selain disebut thang loy, juga disebut clever
dragon, di Thailand dinamakan kaew mangkorn, di Taiwan dinamakan
shien mie kuo, di Israel disebut pitahaya, di Hawaii disebut melano, di
Australia disebut rhino fruit. Nama lainnya adalah pir stawberri, buah
kaktus, pitaya atau kaktus orkid. Secara Internasional, buah naga dikenal
dengan nama dragon fruit (Sri, 2007).
b. Jenis-jenis Buah Naga
Jenis-jenis buah naga yang telah dibudidayakan ada empat, yaitu :
1) Hylocereus polyhizus, yang buahnya berwarna merah dengan daging
buah putih.
Gambar 2.8 Buah naga jenis (hylocereus polyhizus)
Sumber : Dahlia (2014)
2) Hylocereus polyrhizus, yang buahnya berwarna merah muda dengan
daging buah merah.
Gambar 2.9 Buah Naga jenis (Hylocereus polyrhizuz)
Sumber : Dahlia (2014)
21
3) Selenicereus megalanthus dengan kulit buah kuning dan daging buah
putih.
Gambar 2.10 Jenis Buah Naga (Selenicereus megalanthus)
Sumber : Dahlia (2014)
4) Hylocereus costaricensis, buah naga dengan warna buah yang sangat
merah.
Gambar 2.11 Jenis Buah Naga (Hylocereus costaricensis)
(Sumber : Pondok Ibu, 2013)
Dari keempat buah naga yang dijelaskan yang paling banyak
dibudidayakan adalah yang berdaging putih dan berdaging merah.
Buah naga berdaging putih ( H. Undatus) paling banyak
dijumpai dipasaran. Berat buahnya rata-rata 400-500 g. Buah naga
berdaging putih rasanya lebih manis dan berair. Oleh karena itu
harganya lebih mahal bila dibandingkan dengan yang berdaging putih.
Buah naga berdaging merah juga lebih dianggap berkhasiat. Namun,
beratnya maksimum hanya 400 g. Tempat asal H.undatus tidak
diketahui, kemungkinan hibrida. Batangnya hijau dan tepian tidak
terlalu tajam. Panjang bunga 25-30 cm. warna bunga putih, tepala
(daun-daun tenda bunga) dan bracteanya (daun-daun pembalut)
berwarna hujau (sri,2007).
22
Buah naga (Hylocereus costaricensis) yang paling mahal adalah
yang berdaging super merah (super red). Rasanya sangat manis dengan
berat mencapai 900 g. Untuk sesaji, buah naga ini paling banyak dipilih.
Buah naga berdaging merah (Hylocereus costaricensis) dan super merah
(Hylocereus costaricensis), daerah asalnya dari Costa Rica dan
Nikaragua hingga peru. Jenis ini memiliki batang berlilin, hijau keputih-
putihan dengan tepian tajam, memiliki duri-duri sangat kecil. Panjang
bunganya sekitar 30 cm dengan daun-daun pembalut besar. Bunganya
putih dengan tepian ungu (Sri, 2007).
Buah naga (Hylocereus costaricensis) berkulit kuning dengan
daging putih mempunyai ukuran paling kecil jika dibandingkan dengan
jenis lainnya, hanya sekiar 80-100 gr. Oleh karena itu buah naga berkulit
kuning ini tidak sesuai untuk dikomersialkan. Buah naga jenis ini
biasanya ditanam di daerah dingin dengan ketinggian lebih dari 800
meter di atas permukaan laut. Buah naga berkulit kuning memiliki
batang hijau ramping, tepiannya tidak tajam. Bunga berwarna putih,
panjang bunga sekitar 30 cm, dengan daun-daun pelindung kecil (Sri,
2007).
c. Berbagai Olahan dengan Penambahan Buah Naga
berikut adalah berbagai macam olahan yang ditambahkan buah
naga dalam proses pengolahannya :
Gambar 2.12 Pancake Buah Naga
(Sumber : Tatyana 2016)
23
Gambar 2.13 Roti Sobek Buah Naga
(Sumber : Haravi 2015)
Gambar 2.14 Mi goreng Buname (buah naga merah)
(Sumber : Susan 2015)
Gambar 2.15 Mi ayam Buah Naga
(Sumber : Ferariani 2015)
d. Kandungan Gizi Buah Naga
Buah naga adalah buah sehat kaya manfaat. Bijinya mengandung
asam lemak yang bermanfaat dan kaya serat, yang baik untuk
pencernaan. Buah naga mengandung karbohidrat yang cukup rendah
sehingga baik untuk diet. Buah naga mengandung vitamin A seperti
karoten, yang membantu memperkuat memori. Buah naga mengandung
vitamin C yang bermanfaat meningkatkan system kekebalan tubuh.
Antioksida membantu menghancurkan radikal bebas dalam tubuh, yang
merupaka molekul yang dapat menyebabkan kanker dan masalah
kardiovaskular juga kesehatan lainnya. Nutrisi lainnya termasuk naga
vitamin buah B1, B2 dan B3, yang membantu memberikan manfaat
24
seperti hidrasi kulit, mengurangi kadar kolesterol jahat dan lain-lain. Ini
memiliki jumlah yang rendah kolesterol juga rendah kalori (Anggi,
2014).
Table 2.5 Kandungan Gizi Buah naga Per 100 Gram
Nutrisi
Kandungan
Kadar gula 13-18 briks
Air 90,20%
Karbohidrat 11,5 g
Asam 0,139g
Protein 0,53 g
Serat 0,71 g
Kalsium 134,5 mg
Fosfor 8,7 mg
Magnesium 60,4 mg
Vitamin C 9,4 mg
Sumber : Anggi (2014)
e. Manfaat Buah Naga
1) Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh
Karena buah naga merupakan salah satu buah yang banyak
mengandung vitamin C, membuat buah naga mampu meningkatkan
kekebalan tubuh kita. Untuk dapat mendapatkan lebih banyak
vitamin C, saya sarankan untuk mengeringkan buah ini, hal ini
mampu memperbanyak kandungan vitamin C sampai 10 kali lipat.
2) Memperbanyak Energi
Buah Naga juga dipercaya dapat memperbanyak energy
didalam tubuh kita, karena buah naga juga banyak mengandung
vitamin B1 yang mana kita tahu kalau vitamin ini mampu
mempercepat pembentukan karbohidrat.
25
3) Menurunkan Kolesterol
Karena banyaknya terdapat kandungan vitamin B3 dalam buah
naga, membuat buah naga mampu menurunkan kolesterol yang ada
dalam tubuh kita.
4) Menambah Nafsu Makan
Buah naga juga merupakan sumber dari kandungan vitamin
B12 yang mana telah kita ketahui bahwa vitamin itu mampu
meningkatkan nafsu makan kita, terutama untuk anak-anak.
5) Melancarkan Buang Air Besar
Selain mengandung vitamin yang sangat tinggi, buah naga
ternyata juga banyak mengandung serat yang sangat tinggi. Serat itu
mampu melancarkan buang air besar.
6) Memperkuat Tulang dan Gigi
Buah naga juga banyak mengandung fosfor dan kalsium, yang
mana zat-zat tersebut mampu memperkuat tulang dan gigi kita.
7) Mencegah Penyakit Kanker
Buah naga juga dapat mencegah penyakit kanker, caranya
adalah dengan mengkonsumsi buah naga secara teratur. Karena
dalam buah ini terdapat banyak gizi yang sangat baik.
f. Kualitas Buah Naga Yang Baik
Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat diketahui tentang
kualitas buah naga yang baik :
1) Buah naga yang warnanya merata serta cerah dan mulus.
2) Buah naga yang sedikit lembut dengan cara menekan pada kulitnya.
Jika keras artinya belum matang dan jika lembut artinya buah naga
telah lewat matang.
3) Buah naga yang telah matang akan mengeluarkan aroma yang khas.
26
4) Buah naga yang memiliki daun penutup buah atau bisa dibilang sisik
naganya berwarna hijau cerah. Karena ini menandakan buah naga
matang dan masih segar.
5) Hindari buah naga yang daun penutup buah atau sisik naganya
memiliki warna kecoklatan di setiap ujungnya. Itu menandakan buah
naga telah lewat matang.
6) Hindari buah naga yang memiliki memar. Karena bagian yang
memar memiliki kondisi daging buah yang tidak baik.
7) Buah naga berwarna putih yang baik yaitu buah naga yang berbentuk
oval.
8) Buah berwarna merah, yang baik yaitu buah naga yang berbentuk
bulat (Anggi,2014).
5. Uji Organoleptik
Uji organoleptik atau uji indera atau uji sensori merupakan cara
pengujian yang didasarkan pada proses pengindraan. Pengindraan
diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu kesadaran atau
pengenalan alat indera akan sifat-sifat berada karena adanya rangsangan
yang diterima alat indra yang berasal dari benda tersebut. Pengindraan
dapat juga berarti reaksi mental (sensation) jika alat indera mendapat
rangsangan (stimulus). Penilaian oraganoleptik sangat banyak
digunakan untuk menilai mutu dalam industry pangan dan industry hasil
pertanian lainnya. Kadang-kadang penilaian ini dapat memberi hasil
penilaian yang sangat teliti (Soewarno, 1985).
Dalam berapa hal penilaian dengan indra bahkan melebihi
ketelitian alat yang paling sensitive. Bagian organ tubuh yang berperan
dalam pengindraan adalah mata, telinga, indra pencicip, indra pembau,
dan indra perabaan atau sentuhan. Kemampuan alat indra memberikan
kesan atau tanggapan dapat dianalisis atau dibedakan berdasarkan jenis
27
kesan, intensitas kesan, luas daerah kesan, lama kesan, dan kesan
hedonik (Soewarno, 1985).
a. Persiapan Uji Organoleptik
Dalam melakukan persiapan pengujian, berikut hal yang perlu
dipersiapkan terlebih dahulu :
1) Panel
Untuk melaksanakan penilaian organoleptik diperlukan panelis
yang bertindak sebagai instrument atau alat. Panel adalah orang
atau kelompok yang bertugas menilai sifat atau mutu komoditi
berdasarkan kesan subjektif. Orang yang menjadi anggota panel
disebut panelis. Terdapat tujuh macam panel dalam penilaian
organoleptik, yaitu panel perseorangan, panel terbatas, panel
terlatih, panel agak terlatih, panel tak terlatih, panel konsumen,
dan panel anak-anak. Masing-masing penilaian didasarkan pada
keahlian dalam melakukan penilaian organoleptik (Soewarno,
1985).
2) Panel Perseorangan
Merupakan orang yang sangat ahli dengan kepekaan spesifik
sangat tinggi yang diperoleh karena bakat atau latihan-latihan
yang sangat intensif. Panel perseorangan sangat mengenal sifat,
peranan, dan cara pengolahan bahan yang akan dinilai dan
menguasai metode-metode analisis organoleptic dengan sangat
baik. Keuntungan menggunakan panelis ini adalah kepekaan
tinggi, bias dapat dihindari, penilaian cepat, efisien dan tidak cepat
fatik. Panel perseorangan biasanya digunakan untuk mendeteksi
penyimpangan yang tidak terlalu banyak dan mengenali
penyebabnya. Keputusan yang dihasilkan sepenuhnya hanya
seorangan saja (Soewarno, 1985).
28
3) Panel Terbatas
Terdiri dari 3 – 5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi.
Panelis ini mengenal dengan baik factor-faktor dalam penilaian
organoleptik dan dapat mengetahui cara pengolahan serta
pengaruh bahan baku terhadap hasil akhir. Keputusan diambil
setelah berdiskusi diantara anggota-anggotanya (Soewarno, 1985).
4) Panel Terlatih
Terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan cukup
baik. Untuk menjadi panelis terlatih perlu didahului dengan
seleksi latihan-latihan. Panelis ini dapat menilai beberapa sifat
rangsangan, sehingga tidak terlampau spesifik. Keputusan diambil
setelah dianalisis secara statistik (Soewarno, 1985).
5) Panel Agak Terlatih
Terdiri dari 15-25 orang yang sebelumnya dilatih untuk
mengetahui sifat sensorik tertentu. Panel agak terlatih dapat
dipillih dari kalangan terbatas dengan menguji kepekaannya
terlebih dahulu (Soewarno, 1985).
6) Panel Tidak Terlatih
Terdiri dari 25 orang awam yang dapat dipilih berdasarkan
jenis kelamin, suku bangsa, tingkat sosial, dan pendidikan. Panel
tidak terlatih hanya diperbolehkan menilai sifat-sifat oraganoleptik
yang sederhana seperti sifat kesukaan, tetapi tidak boleh
digunakan dalam uji pembedaan. Untuk itu panel tidak terlatih
biasanya terdiri dari orang dewasa dengan komposisi panelis pria
dengan panelis wanita (Soewarno, 1985).
7) Panel Konsumen
Terdiri dari 30 hingga 100 orangnya tergantung pada target
pemasaran suatu komoditi. Mempunyai sifat yang sangat umum
29
dan dapat ditentukan berdasarkan daerah atau kelompok tertentu
(Soewarno, 1985).
8) Panel Anak-anak
Menggunakan anak- anak berusia 3-10 tahun. Panelis anak-
anak sebaiknya dilakukan secara bertahap, yaitu dengan
pemberitahuan atau undangan bermain bersama, kemudian
dipanggil untuk diminta responnya terhadap produk yang dinilai
dengan alat bantu gambar seperti boneka, doraemon yang sedang
sedih, biasa, dan tertawa (Soewarno, 1985).
b. Laboratorium Penilaian Organoleptik
Laboratorium penilaian organoleptik adalah suatu laboratorium
yang menggunakan manusia sebagai alat pengukur berdasarkan
kemampuan penginderaannya. Laboratorium ini perlu penyaratan
tertentu agar diperoleh reaksi kejiwaan yang jujur dan murni tanpa
pengaruh faktor-faktor lain (Soewarno, 1985).
1) Unsur-unsur Penting dalam Laboratorium Penilaian
Organoleptik
a) Suasana : meliputi kebersihan, ketenangan, menyenangkan,
kerapian, teratur secara penyajian, yang estesis.
b) Ruang : meliputi ruang penyiapan sample / dapur, ruang
pencicipan, ruang tunggu para panelis dan ruang pertemuan para
panelis.
c) Peralatan dan sarana : meliputi alat penyiapan sampel, alat
penyajian sampel, dan alat komunikasi (sistem lampu, format
isian, format instruksi, alat tulis).
2) Penyaratan Laboratorium Penilaian Organoleptik
Untuk menjamin suasana tenang seperti tersebut diatas
diperlukan persyaratan-persyaratan khusus didalam laboratorium.
30
a) Isolasi : agar tenang maka laboratorium harus terpisah dari ruang
lain atau kegiatan lain, pengadaan suasana santai di ruang tunggu,
dan tiap anggota perlu bilik pencicip tersendiri.
b) Kedap suara : bilik pencicip harus kedap suara, laboratorium harus
dibangun jauh dari keramaian.
c) Kadar bau : ruang penilaian harus bebas bau-bauan asing dari luar
(bebas bau parfum/rokok panelis), jauh dari pembuangan kotoran
dan ruang pengolahan.
d) Suhu dan kelembapan : suhu ruang harus dibuat tetap seperti suhu
kamar (20-25ᵒ) dan kelembapan diatur sekitar 60%.
e) Cahaya : cahaya dalam ruang tidak terlalu kuat dan tidak terlalu
redup.
3) Bilik Pencicip (Booth)
Bilik pencicip terdapat dalam ruang pencicipan, bilik ini
berupa sekatan-sekatan dengan ukuran panjang 60-80 cm dan lebar
50-60 cm. Bilik pencicip berupa bilik yang terisolir dan cukup untuk
duduk satu orang panelis. Hal ini dimaksudkan agar tiap panelis
dapat melakukan penilaian secara individual. Tiap bilik pencicip
dilengkapi dengan :
a) Jendela (untuk memasukkan sampel yang diuji)
b) Meja (untuk menulis / mencatat kesan, tempat meletakkan sampel,
gelas air kumur)
c) Kursi bundar
d) Keran pipa air, penampung air buangan
4) Dapur Penyiapan Sampel
Dapur penyiapan sampel harus terpisah tetapi tidak terlalu jauh
dari ruang pencicipan. Bau-bauan dari dapur tidak boleh mencemari
ruang pencicipan. Kesibukan penyiapan sampel tidak boleh terlihat
atau terdengar panelis di ruang pencicipan.
31
c. Persiapan Pengujian Organoleptik
Pengujian organoleptik merupakan tim kerja sama yang diorganisasi
secara rapi dan disiplin serta dalam suasana antusiasme dan
kesungguhan tetapi santai. Hal ini perlu agar data penilaian dapat
diandalkan.
1) Organisasi pengujian ada empat unsur penting yang terkait dalam
pelaksanaan pengujian organoleptik , yaitu pengelola pengujian
(disebut penguji), panel, seperangkat sarana pengujian dan bahan
yang dinilai.
2) Komunikasi penguji dan panelis keandalan hasil penilaian atau kesan
sangat tergantung pada ketetapan komunikasi antara pengelola
dengan panelis. Informasi diberikan secukupnya, tidak kurang agar
dipahami panelis tetapi tidak berlebih supaya tidak biasa.
Ada tiga tingkat komunikasi antara penguji dengan
panelis,yaitu:
a) Penjelasan umum tentang : yaitu pengertian praktis, kegunaan,
kepentingan, peranan dan tugas panelis. Hal ini diberikan dalam
bentuk ceramah atau diskusi.
b) Penjelasan khusus : yaitu disesuaikan dengan jenis komoditi
tertentu, cara pengujian, dan tujuan pencicipan. Penjelasan ini
diberikan secara lisan menjelang pelaksanaan atau secara tulisan,
2 atau 3 hari sebelum pelaksanaan.
c) Instruksi : yaitu berisi pemberian tugas kepada panelis untuk
menyatakan kesan sensorik tiap melakukan pencicipan.
d) Insruksi harus jelas agar mudah dipahami, singkat agar cepat
ditangkap artinya. Instruksi dapat diberikan secara lisan segera
sebelum masuk bilik pencicip, atau secara tulisan dicetak dalam
format pertanyaan. Format pertanyaan (questioner) : harus
memuat unsur-unsur format yang terdiri dari informasi, instruksi
32
dan responsi. Format pertanyaan harus disusun secara jelas,
singkat dan rapi.
d. Metode Pengujian Organoleptik
Cara-cara pengujian organoleptik dapat digolongkan beberapa
kelompok :
1) Kelompok Pengujian Pembedaan (Defferent Test)
2) Kelompok Pengujian Pemilihan atau Penerimaan
3) Kelompok Pengujian Skalar
4) Kelompok Pengujian Diskripsi
Kelompok uji pembedaan dan uji pemilihan : banyak digunakan
dalam penelitian analisa proses dan penilaian hasil akhir. Kelompok uji
scalar dan uji diskripsi banyak digunakan dalam pengawasan mutu
(Quality Control). Hal penting dalam uji pemilihan dan uji scalar
diperlukan sampel pembanding. Yang perlu diperhatikan bahwa yang
terutama dijadikan factor pembanding adalah satu atau lebih sifat
sensorik dari bahan pembanding itu. Jadi sifat lain yang tidak dijadikan
factor pembanding harus diusahakan sama dengan contoh yang diujikan.
Biasanya yang digunakan sebagai sampel pembanding adalah komodisi
baku, komodisi yang sudah dipasarkan, atau bahan yang telah diketahui
sifatnya (Soewarno, 1985).
a) Penguji Pembedaan (Defferent Test)
Pengujian pembedaan digunakan untuk menetapkan apakah
ada perbedaaan sifat sensorik atau organoleptic antara dua sampel.
Meskipun dapat saja disajikan sejumlah sampel, tetapi selalu ada dua
sampel yang dipertentangkan. Uji ini juga dipergunakan untuk
menilai pengaruh beberapa macam pelakuan modifikasi proses atau
bahan dalam pengolahan pangan suatu industri, atau untuk
mengetahui adanya perbedaan atau persamaan antara dua produk dari
komoditi yang sama. Jadi agar efektif sifat atau kriteria yang diujikan
33
harus jelas dan dipahami panelis. Keandalan (reliabilitas) dari uji
pembedaan ini tergantung dari pengenalan sifat mutu yang
diinginkan, tingkat latihan panelis dan kepekaan masing-masing
panelis. Pengujian pembedaan menurut Soewarno, 1985 ini meliputi :
1) Uji pasangan (paired comparison atau dual comparation)
2) Uji segitiga (Triangle test)
3) Uji Duo-Trio
4) Uji pembanding ganda (Dual standard)
5) Uji pembanding jamak (Multiple Standard)
6) Uji Rangsangan Jamak (Multiple Pairs)
7) Uji Pasangan Jamak (Multiple Pairs)
8) Uji Tunggal
b) Kelompok Pengujian Pemilihan/Penerimaan (Preference
Test/Acceptance Test)
Uji penerimaan menyangkut penilaian seseorang akan suatu
sifat qualitas suatu bahan yang menyebabkan orang menyenangi.
Pada uji ini panelis mengemukakan tanggapan pribadi yaitu kesan
yang berhubungan dengan kesukaan atau tanggapan senang atau
tidaknya terhadap sifat sensoris atau qualitas yang dinilai. Uji
penerimaan lebih subyektif dari uji perbedaan. Tujuan uji penerimaan
ini untuk mengetahui apakah suatu komoditi atau sifat sensorik
tertentu dapat diterima oleh masyarakat. Uji ini tidak dapat untuk
meramalkan penerimaan dalam pemasaran. Hasil uji yang
menyakinkan tidak menjamin komoditi tersebut dengan sendirinya
mudah dipasarkan. Uji penerimaan menurut Vee 2008 ini meliputi :
1) Uji Kesukaan atau uji hedonik
Pada uji ini panelis mengemukakan tanggapan pribadi suka
atau tidak suka, disamping itu juga mengemukakan tingkat
kesukaannya. Tingkat kesukaan disebut juga skala hedonik. Skala
34
hedonik ditransformasi ke dalam skala numeric dengan angka
menaik menurut tingkat kesukaan. Dengan data numerik tersebut
dapat dilakukan analisa statistik.
2) Uji mutu hedonik
Pada uji ini panelis menyatakan kesan pribadi tentang baik
atau buruk (kesan mutu hedonik). Kesan mutu hedonik lebih
spesifik dari kesan suka atau tidak suka, seperti empuk – keras
untuk daging, pulen – keras nasi, dan dapat bersifat lebih umum :
baik – buruk, enak – tidak enak.
c) Penguji Skalar
Pada uji skalar panelis diminta menyatakan besaran kesan
yang diperolehnya. Besaran ini dapat dinyatakan dalam bentuk
besaran skala atau dalam bentuk skalar numerik. Besaran skalar
digambarkan dalam : pertama, bentuk garis lurus berarah dengan
pembagian skalar dengan jarak yang sama. Kedua, pita skalar yaitu
dengan degradasi yang mengarah (seperti contoh degradasi warna
dari sangat putih sampai hitam). Pengujian skalar ini meliputi :
1) Uji skalar
garis besaran skalar digambarkan dalam bentuk garis lurus
berarah dengan pembagian skalar dengan jarak yang sama, dapat
dinyatakan dengan angka, panelis diminta besaran kesan dengan
tanda garis vertical atau tanda X pada titik digaris skala.
2) Uji Skor (Pemberian skor atau Scoring)
Panelis memberikan nilai mutu sensorik pada tingkat skala
mutu/skor dapat dikatakan dengan skala hedonik. Data dapat
dirata-rata/ dianalisis sidik ragam. Skala mutunya seperti amat
sangat merah – tidak merah.
35
3) Uji perbandingan pasangan (Paired Comparation)
Prinsip uji ini hampir menyerupai biji pasangan.
Perbedaannya adalah pada uji pasangan pertanyaannya ada atau
tidak adanya perbedaaan. Sedang pada uji perbandingan pasangan,
pertanyaannya selain ada atau tidak adanya perbedaan, ditambah
mana yang lebih, dan dilanjutkan dengan tingkat lebihnya.
4) Uji perbandingan jamak (Multiple Comparision)
Prinsipnya hampir sama dengan uji perbandingan pasangan,
perbedaanya pada uji perbandingan pasangan hanya dua sampel
yang disajikan secara bersamaan. Pada uji ini panelis diminta
memberikan skor berdasarkan skala kelebihannya, yaitu lebih baik
atau lebih buruk.
5) Uji penjenjangan (uji pengurutan atau Rangking)
Uji penjenjangan jauh berbeda dengan uji skor. Dalam uji ini
komoditi diurutkan atau diberi nomor urutan, urutan pertama
selalu menyatakan yang paling tinggi. Data penjenjangan tidak
dapat diperlakukan sebagai nilai besaran, sehingga tidak dapat
dianalisis statistik lebih lanjut, tetapi masih mungkin dibuat
reratanya.
a) Pengujian Diskripsi
Pengujian-pengujian sebelumnya penilaian sensorik
didasarkan pada satu sifat sensorik, sehingga disebut “penilaian
satu demensi”. Pengujian ini merupakan penilaian sensorik
yang didasarkan pada sifat-sifat sensorik yang lebih kompleks
atau yang meliputi banyak sifat-sifat sensorik, karena mutu
suatu komoditi umumnya ditentukan oleh beberapa sifat
sensorik. Pada uji ini banyak sifat sensorik dinilai dan dianalisa
sebagai keseluruhan sehingga dapat menyusun mutu sensorik
secara keseluruhan. Sifat sensorik yang dipilih sebagai
36
pengukur mutu adalah yang paling peka terhadap perubahan
mutu dan yang paling relevan terhadap mutu. Sifat-sifat
sensorik mutu tersebut termasuk dalam atribut mutu.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
1) Kualitas Bakso Berbahan Dasar Daging Ayam Dan Jantung Pisang
dengan Bahan Pengikat Tepung Sagu
Menurut M. Wattimena (2013) Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui pengaruh interaksi antara formulasi daging ayam dan jantung
pisang dengan menggunakan tepung sagu sebagai bahan pengikat terhadap
kualitas bakso ayam. Penelitian ini bermanfaat mengetahui formulasi
daging ayam dan jantung pisang dengan konsentrasi tepung sagu yang
tepat dalam pembuatan bakso sehingga dapat meningkatkan konsumsi.
Rancangan percobaan faktorial dengan rancangan dasar Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 3 kali pengulangan. Faktor pertama (A) adalah
formulasi daging ayam dan jantung pisang,yaitu A0 : Formulasi daging
ayam dengan jantung pisang (100% : 0%) (Perlakuan kontrol), A1 :
Formulasi daging ayam dengan jantung pisang (95% : 5%), A2 : Formulasi
daging ayam dengan jantung pisang (90% : 10%), A3 : Formulasi daging
ayam dengan jantung pisang (85% : 15%), A4 : Formulasi daging ayam
dengan jantung pisang (80% : 20%), dan faktor kedua (B) konsentrasi
tepung sagu, yaitu B1 : Kosentrasi Tepung sagu 10%, dan B2 : Kosentrasi
Tepung sagu 20. Uji oganoleptik terhadap bakso ayam yang dihasilkan,
dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Non Parametrik Krusk
Wallis menggunakan program SPSS 16, jika berbeda nyata maka
dilanjutkan dengan uji lanjut Gibbon. Kombinasibakso menggunakan
formulasi daging ayam dan jantung pisang (80%:20%) dengan
menggunakan tepung sagu 20%, merupakan kombinasi yang optimum,
37
untuk menghasilkan bakso ayam dengan uji organoleptik yang dapat
diterima.
2) Pengaruh Penambahan Tepung Kecambah Kacang Hijau (phaseolus
radiatus l.) Terhadap Kualitas Kimia Dan Tingkat Kesukaan Bakso
Daging Ayam Broiler
Menurut Erna Dwi Rakhmawati (2012) Bakso merupakan produk
olahan dari daging yang banyak digemari masyarakat Indonesia. Daging
ayam dapat digunakan sebagai pengganti daging sapi dalam pembuatan
bakso. Tepung kecambah kacang hijau mempunyai kandungan serat,
protein, karbohidrat dan mineral yang tinggi, serta rendah lemak.
Penambahan tepung kecambah kacang hijau diharapkan dapat
meningkatkan nilai gizi dan kesukaan konsumen bakso daging ayam
broiler. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh penambahan tepung
kecambah kacang hijau pada pembuatan bakso daging ayam broiler
terhadap kualitas kimia (kadar air, kadar abu, kadar serat kasar, kadar
protein terlarut, kadar lemak) dan tingkat kesukaan bakso daging ayam
broiler, serta mengetahui persentase optimal tepung kecambah kacang hijau
pada pembuatan bakso daging ayam broiler.
3) Kadar Protein Dan Uji Organoleptik Bakso Berbahan Dasar
komposisi Daging Sapi Dan Jamur Merang (Volvariella volvaceae)
Yang Berbeda
Menurut Agung Cahyono (2012) Bakso adalah salah satu makanan
dari olahan daging. Jamur merang (Volvariellavolvaceae) merupakan salah
satu jamur yang dapat dikonsumsi dengan flavour yang khas, mengandung
protein, rendah lemak, Asam amino esensial, vitaminB1 ( thiamine), B2 (
riboflavine), niasin dan biotin, mineral,(K, P, Ca, Na,Mg,Cu) Serat murni
7,4-24,6 % sangat baik bagi pencernaan. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui kadar protein dan komposisi terbaik bakso daging sapi dan
jamur merang. Metode penelitian ini dengan Rancangan Acak Lengkap
38
(RAL) 1 faktor yaitu komposisi daging sapi dan jamur merang. Dengan
perlakuan daging sapi 100 g(B0), daging sapi 90g dan jamur merang 10g
(B1), daging sapi 80gdan jamur merang 20g (B2), dagingsapi 70gdan
jamur merang 30g(B3), daging sapi 60gdan jamur merang 40 g(B4),
daging sapi 50gdan jamur merang50 g(B5) dengan 3 kali ulangan. Hasil
penelitian menunjukanbahwa kadar protein tertinggi pada bakso perlakuan
B0(100 g daging sapi) yaitu7,24 %, dan protein terendah pada bakso
padaperlakuan B5(50 g daging sapi dan 50 g jamur merang)yaitu 6,01 %. ).
C. Kerangka Berpikir
Dalam pembuatan Tugas Akhir (TA) ini, penulis mengangkat judul
“Studi Pembuatan Bakso Ayam (Meatball) dengan Penambahan Buah
Naga Merah (Hylocereus polyrhizuz)”. dan penulis melakukan inovasi pada
olahan bakso dengan penambahan buah naga merah. Alasan penulis
melakukan penelitian dengan membuat Bakso Ayam (Meatball) dengan
Penambahan Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizuz) karena ingin
membuat variasi pada bakso dan ingin memanfaatkan hasil panen yang
berlimpah setiap masa panen nya pada buah naga merah agar meningkatkan
perekonomian masyarakat.
Penulis mengambil resep acuan bakso ayam dalam pembuatan bakso
pada umumnya yang berbahan dasar daging ayam, sebagai formula sehingga
penulis mengetahui cara dan teknik pembuatan bakso yang menghasilkan
bakso yang berkualitas dan menarik. Pada pembuatan produk bakso, penulis
melakukan beberapa kali eksperimen dengan menggunakan standard resep
yang sama namun dengan ukuran yang berbeda sehingga penulis
mendapatkan formula yang tepat untuk bakso ayam dengan penambahan buah
naga ini dan mengetahui proses pengolahan dari bakso ayam buah naga merah
(hylocereus polyrhizuz) ini. Formula yang digunakan yaitu penambahan buah
naga merah (hylocereus polyrhizuz) sebesar 50 gram, 75 gram, dan 100 gram.
39
Setelah pembuatan bakso ayam dengan penambahan buah naga
dilakukan, penulis melakukan angket uji tingkat kesukaan terhadap bakso
ayam dengan penambahan buah naga merah (hylocereus polyrhizuz) lalu
penulis membagikan angket tersebut dan pada akhirnya mengetahui tingkat
kesukaan konsumen dan mutu terhadap bakso ayam dengan penambahan buah
naga dan panelis mendapatkan seluruh hasil akhir dari pembagian angket
kepada penguji agak terlatih sebanyak 25 orang pada semester 6 jurusan tata
boga yang bertempat diPoliteknik Negeri Balikpapan.
Proses Pemilihan Bahan
Pembuatan bakso ayam
v
Penggunaan buah naga pada produk bakso
Bakso ayam buah naga
Organoleptik
Mutu Hedonik Mutu kualitas
Hasil
Gambar 2.16 Diagram Alir Skema Berfikir
(Sumber : Penulis, 2017)
Memperolah Formula
bakso Buah naga
Mengetahui Proses
Pembuatan Bakso
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini terbagi menjadi dua tahapan yaitu :
1. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan bertujuan untuk membuat produk bakso ayam
dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz). Dalam
penelitian pendahuluan ini jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian eksperimen. Menurut Prasetyo (2005) menyatakan bahwa
penelitian eksperimen merupakan kondisi yang ada dimanipulasi oleh
peneliti sesuai dengan kebutuhan peneliti.
2. Penelitian Lanjutan
Penelitian lanjutan dilaksanakan untuk mengetahui pengujian
organoleptik dengan penelitian mutu hedonik pada kesukaan konsumen
serta kelayakan terhadap produk bakso ayam dengan tambahan buah naga
merah (Hylocereus polyrhizuz).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Penelitian pendahuluan
Waktu penelitian pendahuluan yang dilaksanakan pada bulan Mei
2017 bertempat dirumah penulis yang beralamat di Jl. Gunung pasir
kampong lama RT. 004 NO. 35.
2. Penelitian Lanjutan
Waktu penelitian Lanjutan yang dilaksanakan pada bulan Mei 2017
bertempat di Politeknik Negeri Balikpapan.
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
Adapun populasi, sampel, teknik pengumpulan data dan penentuan
panelisyang penulis lakukan adalah sebagai berikut :
41
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2012) Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya populasi didalam penelitian ini terbagi menjadi
dua yaitu :
a. Populasi Penelitian Pendahuluan
Populasi dalam penelitian eksperimen ini adalah buah naga
(Hylocereus polyrhizuz) yang terdapat di Kutai Kartanegara dan
daging ayam jenis broiler yang ada di kota Balikpapan.
b. Populasi Penelitian Lanjutan
Populasi dalam penelitian tahap ini yaitu pada mahasiswa
semester 6 tahun 2017 yang berjumlah 44 orang di Politeknik Negeri
Balikpapan jurusan Tata Boga.
2. Sampel
a. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Hal yang
dipelajari dari sampel tersebut, kesimpulannya akan diberikan untuk
populasi. Untuk itu sampel yang diambil harus benar-benar
respresentatif (Sugiyono, 2012).
Dalam penelitian pendahuluan sampel pada penelitian
percobaan yang akan dibutuhkan dalam setiap satu kali eksperimen
adalah buah naga merah (Hylocereus costaricensis) dengan kualitas
terbaik dengan berat 300 gram yang kemudian akan di potong dengan
ukuran 2 X 2 cm sebagai pengganti es batu yang berukuran sama 2 X
2 cm. Sedangkan pada penelitian lanjutan, sampel yang diambil
42
adalah pada sejumlah mahasiswa semester 6 tahun 2017 yang
berjumlah 44 orang dan yang diambil sebanyak 25 orang di
Politeknik Negeri Balikpapan jurusan Tata Boga yang akan di
jadikan panelis pada uji hedonik dan disebut panelis agak terlatih
yang berjumlah 25 orang.
3. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel yang mana
didalam menentukan sampel terdapat berbagai teknik sampling yang
harus digunakan (Sugiyono, 2012).
a. Penelitian Pendahuluan
Teknik pendahuluan menentukan teknik sampling yang akan
penulis lakukan dengan pengambilan sample pembuatan bakso
dengan penambahan buah naga merah, yang akan berpengaruh
terhadap warna, tekstur, aroma, dan rasa pada bakso dengan
penambahan buah naga merah. Pemilihan sampel dalam penelitian
dilakukan dengan cara memilih buah naga yang tidak terlalu lunak,
tekstur daging buah tidak terlalu lembek (tua) maupun keras (muda),
mempunyai warna yang merah mateng yang menandakan siap
dipetik.
b. Penelitian Lanjutan
Dalam tahap ini, pengujian penelitian menggunakan teknik
sampling purposive yaitu pengambilan sampel berdasarkan seleksi
khusus. Peneliti membuat kriteria tertentu siapa yang dijadikan
sebagai informan. Adapun panelis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah panelis agak terlatih yakni 25 orang.
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Anggraeny (2013) diambil dari Ganis (2015) terdapat lima
teknik pengumpulan data ialah sebagai berikut :
43
a. Eksperimen
Dalam penelitian ini membutuhkan beberapa eksperimen agar
mendapatkan hasil yang maksimal. Eksperimen adalah metode yang
dilakukan dengan melakukan percobaan yang mana hasil
penelitiannya diolah dan disajikan dalam keadaan utuh dan berisi
penelitian pendahuluan.
b. Studi Kepustakaan
Dalam penelitian ini membutuhkan beberapa pengetahuan
yaitu dapat memlalui studi kepustakaan. Tinjauan pustaka yang berisi
mengenai bahasan dan akan disajikan pada tinjauan teori, beserta
mencari sumber serta data pendukung lainnya dengan cara mencari
buku refrensi dan internet dari jurnal atau artikel.
c. Dokumentasi
Dalam penelitian ini pastinya sangat membutuhkan
dokumentasi agar dapat membuktikan kebenarannya. Dengan
mengambi gambar dari hasil pembagian angket sebagai bukti
dokumentasi.
d. Observasi
Observasi dengan mengetahui situasi dalam lapangan
mengenai populasi buah naga dan daging ayam segar yang baik
dipasaran.
e. Angket
Dalam penelitian ini penulis akan membagikan angket kepada
beberapa panelis terlatih pada mahasiswa semester 6 Politeknik
Negeri Balikpapan jurusan Tata Boga. Angket adalah metode
pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunakan daftar
pernyataan dengan pemilihan yang dilakukan untuk memperoleh
pendapat dari panelis.
44
2. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Adapaun teknik dan instrument pengumpulan data yang digunakan ialah
sebagai berikut :
Tabel 2.6 Lembar Angket Uji Mutu Organoleptik
LEMBAR ANGKET UJI MUTU ORGANOLEPTIK
1. Nama Produk : Bakso dengan tambahan buah naga
2. Nama Panelis :
Berikan tanda √ pada sampel berdasarkan skala penelitian yang sesuai dengan
tingkat kesukaan anda, dengan kriteria penilaian sebagai berikut :
NO Aspek
Penelitian
Skala Mutu
Hedonik
Skala Nilai
Sangat cerah 5
Cerah 4
1. Agak cerah 3
Warna Tidak cerah 2
Sangat tidak cerah 1
Sangat kenyal 5
2. Kenyal 4
Tekstur Agak kenyal 3
Tidak kenyal 2
Sangat kenyal 1
Sangat khas ayam 5
3. Khas ayam 4
Agak khas ayam 3
Aroma Tidak khas ayam 2
Sangat tidak khas ayam 1
Sangat enak 5
4. Enak 4
Agak enak 3
Rasa Tidak enak 2
Sangat enak 1
(Sumber : Sukarto, 1985), diambil oleh penulis (2017)
45
Tabel 2.7 Lembar Angket Uji Hedonik Organoleptik
LEMBAR ANGKET UJI HEDONIK ORGANOLEPTIK
1. Nama Produk : Bakso dengan tambahan buah naga
2. Nama Panelis :
Berikan tanda √ pada sampel berdasarkan skala penelitian yang sesuai dengan
tingkat kesukaan anda, dengan kriteria penilaian sebagai berikut :
NO Aspek
Penelitian
Skala Mutu
Hedonik
Skala Nilai
Sangat suka 5
Suka 4
1. Agak suka 3
Warna Tidak suka 2
Sangat tidak suka 1
Sangat suka 5
2. Suka 4
Agak suka 3
Tekstur Tidak suka 2
Sangat suka 1
Sangat suka 5
3. Suka 4
Agak suka 3
Aroma Tidak suka 2
Sangat tidak suka 1
Sangat suka 5
4. Suka 4
Agak suka 3
Rasa Tidak suka 2
Sangat suka 1
(Sumber : Sukarto, 1985), diambil oleh penulis (2017)
E. Analisa Data
Analisa pengolahan data yang penulis gunakan dalam penelitian
pendahuluan aadalah metode deskriptif. Metode deskriptif suatu bentuk
metode penelitian yang berdasarkan data yang dikumpulkan selama penelitian
46
yang berdasarkan data yang dikumpulkan selama penelitian secara sistematis
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari objek didalamnya kemudian
diinterpretasikan berdasarkan teori-teori dan literature-literatur. Metode ini
bertujuan untuk memberikan gambaran yang cukup jelas atas masalah yang
diteliti. Pada penelitian ini, penulis menggunakan berbagai macam literature
yang didapatkan dari beberapa majalah, buku, dan hasil penelitian dari
universitas lainnya yang terkait dengan penelitian ini.
Sedangkan dalam penelitian lanjutan data yang penulis peroleh
melalui kuesioner yang telah diberi skor, akan dihitung secara statistic
inferensial. Analisa pengolah data dilakukan dengan cara mentransformasikan
skala hedonik menjadi skala numeric dengan angka menaik dan angka
menurun pada tingkat kesukaan. Dengan data numeric ini dapat dilakukan
analisis statistic deskriftif untuk uji hdeonik dengan bantuan aplikasi SPSS 20
for window untuk melihat tingkat kesukaan dan mutu hedonik dari aspek
warna, rasa, dan tekstur pada pembuatan bakso ayam dengan penambahan
buah naga merah. SPSS 20 for window adalah sebuah aplikasi yang memiliki
kemampuan analisa statistika dengan menggunakan menu-menu deskrptif dan
kotak-kotak dialog yang sederhana sehingga mudah untuk dipahami.
F. Prosedur Penelitian
Menurut Elah (2013) diambil dari Ganis (2015) prosedur penelitian adalah
beberapa tahapan yang digunakan dalam mencari data-data untuk menjawab
pertanyaan dalam penelitian. Prosedur yang penulis lakukan adalah :
1. Prosedur Penelitian Pendahuluan
Dalam penelitian pendahuluan, peneliti melakukan penelitian dimulai dari
mencari refrensi acuan resep hingga pengujian hasil produk yang
dihasilkan. Berikut gambaran prosedur penelitian yang penulis lakukan :
47
Persiapan Diri
v
Persiapan peralatan dan bahan
Pembuatan bakso
Penimbangan Bahan Bakso
Penggilingan daging
Pencampuran seluruh bahan tepung
hingga buah naga yang telah dihaluskan
Perebusan Adonan Bakso
Bakso
Pendinginan
Gambar 3.17 Alur Proses Penelitian Pendahuluan
(Sumber : Penulis, 2017)
v
v
v
v
v
v
48
a. Bahan yang digunakan dalam penelitian
1. Daging Ayam
Fungsi daging ayam dalam pembutan bakso ini adalah
sebagai bahan utama yang merupakan bagian penting dalam
pembuatan bakso. Ayam merupakan ternak penghasil daging dan
telur. Jenis ayam pendaging biasa digunakan adalah Broiller yang
dapat dibedakan berdasarkan umur ayam yang dipotong. Daging
ayam merukan sumber protein yang cukup penting bagi tubuh.
Daging ayam memiliki kandungan protein yang lebih tinggi.
(purnomo, 2005).
Gambar 3.18 Daging Ayam
(sumber : kfayam, 2016)
2. Tepung Tapioka
Fungsi tepung dalam pembuatan bakso adalah sebagai
bahan pengikat dalam penambahan daging ayam. Tepung tapioka
atau juga disebut dengan tepung kanji. Terbuat dari sari pati ketela
pohon (singkong). Biasanya dipakai untuk membuat panganan
tradisional. Tepung tapioka memiliki tingkat elastilitas yang
tinggi, tetapi tidak bisa cepat masak pada suhu rendah. Perhatikan
pada saat lamanya waktu memasak agar seluruh permukaan
hingga bagian tengah bakso bisa masak ketika digoreng atau
49
direbus ulang. Penggunaannya untuk adonan bakso bisa
dikombinasikan dengan jenis tepung lainnya(Yuyun, 2007).
Gambar 3.19 Tepung Tapioka
(Sumber : Surya, 2016)
3. Es serut/ es batu
Penggunaan es batu membuat adonan lebih encer, semakin
encer adonan bakso, semakin banyak pula pentol yang dapat kita
hasilkan nantinya. Es serut mempunyai sifat yang dapat
mendinginkan, namun jika digunakan pada objek yang berbeda, es
serut adalah es yang sudah dipecah atau dikecil-kecilkan
(Apriyadi, 2013).
Gambar 3.20 Es Batu
(Sumber : Pondok Ibu, 2013)
4. Buah naga merah dalam penelitian ini adalah pemberi warna
sebagai bahan tambahan pembuatan bakso yang dimana sebagai
variasi warna pada bakso. Hylocereus polyrhizus, yang buahnya
berwarna merah muda dengan daging buah merah.
50
Gambar 3.21 Buah Naga jenis (Hylocereus polyrhizuz)
Sumber : Dahlia (2014)
5. Garam
Garam beryodium adalah sebagai pemberi rasa sekaligus
bumbu penting dalam penambahan adonan bakso. Garam yang
telah diperkaya dengan yodium yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
pertumbuhan dan kecerdasan. Garam beryodium yang digunakan
sebagai garam konsumsi harus memenuhi Standar Nasional
Indonesia (SNI) antara lain mengandung yodium sebesar 30 – 80
ppm (Nurani, 2015).
Gambar 3.22 Garam
(Sumber : Agustin, 2015)
6. Merica
Lada / merica adalah tumbuhan penghasil rempah –
rempah yang berasal dari bijinya, digunakan untuk memberikan
rasa pedas dan segar pada masakan. Rempah adalah bahan
aromatik yang digunakan untuk memasak dan berasal dari
tumbuhan dan pada umumnya dalam keadaan kering (Nurani,
2015).
51
Gambar 3.23 Merica Bubuk
(Sumber : Sugi, 2015)
7. Bawang Putih
Bawang putih adalah rempah – rempah sebagai bahan
halus dalam pencampuran adonan bakso dan penambah citarasa
yang ditambahkan untuk bakso serta dapat menambah nilai gizi
pada bakso tersebut.
Gambar 3.24 Bawang Putih
(Sumber : Ragil, 2015)
b. Peralatan Yang Digunakan dalam penelitian
1. Panci (pot)
Merupakan peranti masak, yang terbuat dari logam (alumunium,
baja, dan sebagainya), memiliki telinga pada kedua sisinya,
berbentuk silinder atau mengecil pada bagian bawahnya, panci ini
digunakan untuk merebus air dan memasak baksonya.
52
Gambar 3.25 Panci
(Sumber : Penulis, 2017)
2. Kompor (stove)
Kompor merupakan perapian untuk memasak yang
menggunakan minyak tanah, gas, atau listrik sebagai bahan
bakarnya.
Gambar 3.26 Kompor
(Sumber : Penulis,2017)
3. Baskom (bowl)
Baskom merupakan wadah atau tempat yang digunakan untuk
meletakan bahan – bahan masakan serta dapat pula digunakan
untuk mencampur adonan.
53
Gambar 3.27 Baskom
(Sumber : Penulis, 2017)
4. Food Processor
Food processor merupakan alat yang dugunakan untuk
menghasluskan atau melumatkan bahan makanan serta digunakan
untuk mencampur seluruh adonan bakso.
Gambar 3.28 Food Processor
(Sumber : Penulis, 2017)
5. Sendok (dinner spoon)
Sendok merupakan alat yang digunakan sebagai pengganti tangan
dalam mengambil sesuatu. Dalam pembuatan bakso sendok ini
digunakan untuk mencetak bakso dan sebagai alat takar dalam
pembuatan bakso.
54
Gambar 3.29 Sendok
(Sendok : Penulis, 2017)
6. Saringan (strainer)
Saringan merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan bakso
yang matang dari air perebusannya.
Gambar 3.30 Saringan
(Sumber : Penulis, 2017)
7. Timbangan (digital scale)
Timbangan adalah alat ukur yang digunakan untuk menimbang
bahan – bahan dalam pembuatan bakso.
Gambar 3.31 Timbang Digital
(Sumber : Penulis, 2017)
55
c. Proses dalam pembuatan bakso sesuai resep acuan
Dalam membuat bakso harus memperhatikan beberapa preparation
yang digunakan dalam pembuatan bakso yaitu :
Persiapan bahan
Penggilingan Daging (dengan food processor)
Pencampuran seluruh bahan tepung
hingga buah naga yang dihaluskan
Pencetakan
Perebusan
Bakso ayam
Pendinginan
Pengemasan
Gambar 3.32 proses pembuatan bakso yang diajukan
(Sumber : Penulis 2017)
56
2. Prosedur Penelitian Lanjutan
Dalam penelitian lanjutan peneliti mengulangi kembali prosedur
pendahuluan, namun peneliti hanya melakukan percobaan sebnyak satu
kali karena telah mendapatkan resep formula yang diiginkan dan
membuatnya kembali untuk melakukan uji hedonik terhadap panelis.
Terakhir peneliti menguji produk dengan menyebarkan angket lembar uji
hedonik lanjutan kepada panelis. Berikut merupakan tahapan penelitian
kanjutan dapat dilihat pada gambar 3.21.
Persiapan Diri
Persiapan Produk dan Angket Uji
Hedonik
Menyebar Angket Uji Hedinik Kepada
Panelis
Pengolahan Data
Analisis Data
Menemukan Hasil Tingkat Kesukaan
Gambar 3.33 Alur Proses Penelitian Lanjutan
(Sumber : Penulis, 2017)
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Pelaksanaan Penelitian Pendahuluan
Proses Pembuatan bakso ayam (meatball) dengan penambahan buah
naga merah adalah bakso dengan variasi warna yang ditambahkan dengan
buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz) jenis super red serta
menghaluskan bumbu dan ayam dengan mesin Food Processor lalu merebus
adonan bulat bakso pada panci dengan menggunakan teknik boiled serta
mengukus beberapa menit dengan teknik steaming agar warna dan
kelembutan adonan bakso tetap terjaga.
Tabel 3.1 Resep Acuan
NO. Nama Bahan Jumlah
1. Daging ayam 500 gram
2. Es batu 100 gram
3. Tepung Terigu 75 gram
4. Bawang Putih 5 siung
5. Garam 1 sdm/10 gram
6. Tepung Sagu/tapioka 75 gram
7. Tepung terigu/segitiga biru 75 gram
(Sumber: Sari, 2015).
Cara Membuat :
6. Potong – potong daging agar lebih mudah dihaluskan. Masukkan
kedalam food processor . Giling hingga halus.
58
7. Masukkan tepung sagu tani/tapioca dan tepung terigu/segitiga biru,
campur adonan lagi hingga menjadi adonan yang lembut dan
mulus.
8. Didihkan air dalam panci untuk merebus. Setelah mendidih,
kecilkan api.
9. Ambil segenggam adonan bakso kemudian kepalkan tangan dan
tekan jemari hingga adonan menyembul keluar dari sela ibu jari
dan telunjuk, celupkan sendok ke air dingin kemudian angkat
bulatan adonan dengan sendok dan masukkan ke dalam panci dan
kukus bakso beberapa menit.
Biarkan bakso sampai mengambang.
10. Siapkan air dingin dalam wadah/baskom, angkat bakso yang sudah
matang dari panci dan masukkan ke dalam air dingin. Biarkan
hingga dingin. Tiriskan dan bakso siap dipakai.
Sebelum melakukan eksperimen, penulis melakukan percobaan
pada resep acuan yang dilakukan pada tanggal 22 Mei 2017 ditempat
kediaman penulis, dengan sesuai resep yang ditetapkan. Berdasarkan hasil
pengamatan penulis hasil produk pada resep acuan. Hasilnya adalah
tekstur lembut, memiliki aroma yang khas pada daging ayam, permukaan
sedikit halus dan warna putih terang berasal dari daging ayam.
Dalam penelitian bakso ayam dengan penambahan buah naga merah
penulis melakukan beberapa kali eksperimen dengan menggunakan resep
acuan yang penulis dapat dengan menggunakan metode yang sama, dan
dengan penambahan buah naga yang berbeda pada setiap eksperimennya.
Berikut adalah eksperimen pembuatan bakso dengan penambahan buah
naga merah :
59
a. Pelaksanaan Eksperimen Pertama
Tabel 3.2 Resep Pada Eksperimen Pertama
NO. Nama Bahan Jumlah
1. Daging ayam 500 gram
2. Es batu 75 gram
3. Tepung Terigu 75 gram
4. Bawang Putih 5 siung
5. Garam 1 sdm/10 gram
6. Tepung Sagu/tapioka 75 gram
7. Tepung terigu/segitiga biru 75 gram
8. Buah naga merah 25 gram
Proses eksperimen pertama :
11. Potong – potong daging agar lebih mudah dihaluskan. Masukkan
kedalam food processor . Giling hingga halus.
12. Masukkan tepung sagu tani/tapioca dan tepung terigu/segitiga biru,
campur adonan lagi hingga menjadi adonan yang lembut dan
mulus.
13. Didihkan air dalam panci untuk merebus. Setelah mendidih,
kecilkan api.
14. Ambil segenggam adonan bakso kemudian kepalkan tangan dan
tekan jemari hingga adonan menyembul keluar dari sela ibu jari
dan telunjuk, celupkan sendok ke air dingin kemudian angkat
60
bulatan adonan dengan sendok dan masukkan ke dalam panci dan
kukus bakso beberapa menit. Biarkan bakso sampai mengambang.
15. Siapkan air dingin dalam wadah/baskom, angkat bakso yang sudah
matang dari panci dan masukkan ke dalam air dingin. Biarkan
hingga dingin. Tiriskan dan bakso siap dipakai.
Pada eksperimen pertama dilakukan pada tanggal 22 Mei 2017
ditempat kediaman penulis, dengan penambahan buah naga sebesar 25
gram dalam pembuatan bakso ayam (meatball) dengan penambahan buah
naga merah (Hylocereus polyrhizuz). Berdasarkan hasil pengamatan
penulis belum mendapatkan hasil produk yang diinginkan. Hasilnya
adalah tekstur kasar, memiliki rasa tidak terasa buah naga, permukaan
masih kasar dan warna yang kurang merah muda. Pada eksperimen
pertama, penulis belum mendapatkan hasil yang di inginkan, maka
selanjutnya dilakukan eksperimen kedua sebagai berikut :
b. Pelaksanaan Eksperimen Kedua
Tabel 3.3 Resep Pada Eksperimen Kedua
NO. Nama Bahan Jumlah
1. Daging ayam 500 gram
2. Es batu 50 gram
3. Tepung Terigu 75 gram
4. Bawang Putih 5 siung
5. Garam 1 sdm/10 gram
6. Tepung Sagu/tapioca 75 gram
7. Tepung terigu/segitiga biru 75 gram
8. Buah naga merah 50 gram
Proses eksperimen kedua :
61
1. Potong – potong daging agar lebih mudah dihaluskan. Masukkan
kedalam food processor . Giling hingga halus.
2. Masukkan tepung sagu tani/tapioca dan tepung terigu/segitiga biru,
campur adonan lagi hingga menjadi adonan yang lembut dan
mulus.
3. Didihkan air dalam panci untuk merebus. Setelah mendidih,
kecilkan api.
4. Ambil segenggam adonan bakso kemudian kepalkan tangan dan
tekan jemari hingga adonan menyembul keluar dari sela ibu jari
dan telunjuk, celupkan sendok ke air dingin kemudian angkat
bulatan adonan dengan sendok dan masukkan ke dalam panci dan
kukus bakso beberapa menit. Biarkan bakso sampai mengambang.
5. Siapkan air dingin dalam wadah/baskom, angkat bakso yang sudah
matang dari panci dan masukkan ke dalam air dingin. Biarkan
hingga dingin. Tiriskan dan bakso siap dipakai.
Pada eksperimen kedua dilakukan pada tanggal 23 Mei 2017
ditempat kediaman penulis, dengan penambahan buah naga sebesar 50
gram dalam pembuatan bakso ayam (meatball) dengan penambahan buah
naga merah (Hylocereus polyrhizuz). Berdasarkan hasil pengamatan
penulis sedikit mendapatkan hasil produk yang diinginkan. Hasilnya
adalah tekstur pada bakso kenyal, permukaan yang sedikit halus dan
warna yang sedikit merah muda. Sehingga penulis beranggapan bahwa
hasil pembuatan bakso dengan penambahan buah naga merah sedikit
layak untuk di uji kepada panelis mengenai kualitas produk dari segi
warna, rasa, dan teksturnya. Pada eksperimen kedua, penulis sedikit
mendapatkan hasil yang di inginkan, maka selanjutnya dilakukan
eksperimen ketiga sebagai berikut :
62
c. Pelaksanaan Eksperimen Ketiga
Tabel 3.4 Resep Pada Eksperimen Ketiga
NO. Nama Bahan Jumlah
1. Daging ayam 500 gram
2. Es batu 25 gram
3. Tepung Terigu 75 gram
4. Bawang Putih 5 siung
5. Garam 1sdm/10gram
6. Tepung Sagu/tapioca 75 gram
7. Tepung terigu/segitiga biru 75 gram
8. Buah naga merah 75 gram
Proses eksperimen ketiga :
1. Potong – potong daging agar lebih mudah dihaluskan. Masukkan
kedalam food processor . Giling hingga halus.
2. Masukkan tepung sagu tani/tapioca dan tepung terigu/segitiga biru,
campur adonan lagi hingga menjadi adonan yang lembut dan mulus.
3. Didihkan air dalam panci untuk merebus. Setelah mendidih, kecilkan
api.
4. Ambil segenggam adonan bakso kemudian kepalkan tangan dan tekan
jemari hingga adonan menyembul keluar dari sela ibu jari dan
telunjuk, celupkan sendok ke air dingin kemudian angkat bulatan
adonan dengan sendok dan masukkan ke dalam panci dan kukus bakso
beberapa menit. Biarkan bakso sampai mengambang.
5. Siapkan air dingin dalam wadah/baskom, angkat bakso yang sudah
matang dari panci dan masukkan ke dalam air dingin. Biarkan hingga
dingin. Tiriskan dan bakso siap dipakai.
63
Pada eksperimen ketiga dilakukan pada tanggal 23 Mei 2017
ditempat kediaman penulis, dengan penambahan buah naga sebesar 75
gram dalam pembuatan bakso ayam (meatball) dengan penambahan buah
naga merah (Hylocereus polyrhizuz). Berdasarkan hasil pengamatan
penulis sedikit mendapatkan hasil produk yang diinginkan. Hasilnya
adalah tekstur pada bakso kenyal, permukaan bakso yang halus dan warna
yang merah muda. Sehingga penulis beranggapan bahwa hasil pembuatan
bakso dengan penambahan buah naga merah 75 gram layak untuk di uji
kepada panelis mengenai kualitas produk dari segi warna, rasa, dan
teksturnya. Setelah melakukan tiga kali eksperimen penulis lalu
menambah kan buah naga sebanyak 50 gram, 75 gram dan 100 gram
sebagai berikut :
2. Penambahan buah naga 50 gram, 75 gram dan 100 gram
Perbedaan dari ketiga sample pembuatan bakso ayam (meatball)
dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz) dengan
perbandingan buah naga sebesar 50 gram, 75 gram dan 100 gram dilihat dari
proses pembuatannya sama, hanya perbandingan buah naga yang berbeda
pada setiap sample. Perbedaan dari segi warna sample 1 sampai 3
mempunyai warna yang berbeda karena semakin banyak buah naga yang
digunakan maka produk tersebut semakin merah muda, dari segi rasa
semakin banyak buah naga yang digunakan maka rasa manis meresap dan
terasa buah naga sedikit dan dari segi tekstur semakin banyak buah naga
yang digunakan akan lebih kenyal. Berikut pelaksanaan eksperimen tersebut
:
64
a. Pelaksanaan Formula I
Tabel 3.5 Resep Pada Eksperimen Pertama
NO. Nama Bahan Jumlah
1. Daging ayam 500 gram
2. Es batu 50 gram
3. Tepung Terigu 75 gram
4. Bawang Putih 5 siung
5. Garam 1sdm/10gram
6. Tepung Sagu/tapioca 75 gram
7. Tepung terigu/segitiga biru 75 gram
8. Buah naga merah 50 gram
Proses eksperimen Pertama :
1. Potong – potong daging agar lebih mudah dihaluskan. Masukkan
kedalam food processor . Giling hingga halus.
2. Masukkan tepung sagu tani/tapioca dan tepung terigu/segitiga biru,
campur adonan lagi hingga menjadi adonan yang lembut dan mulus.
3. Didihkan air dalam panci untuk merebus. Setelah mendidih, kecilkan
api.
4. Ambil segenggam adonan bakso kemudian kepalkan tangan dan tekan
jemari hingga adonan menyembul keluar dari sela ibu jari dan
telunjuk, celupkan sendok ke air dingin kemudian angkat bulatan
adonan dengan sendok dan masukkan ke dalam panci dan kukus bakso
beberapa menit. Biarkan bakso sampai mengambang.
5. Siapkan air dingin dalam wadah/baskom, angkat bakso yang sudah
matang dari panci dan masukkan ke dalam air dingin. Biarkan hingga
dingin. Tiriskan dan bakso siap dipakai.
65
Pada eksperimen pertama dilakukan pada tanggal 29 Mei 2017
ditempat kediaman penulis, dengan penambahan buah naga merah
sebesar 50 gram dalam pembuatan bakso ayam (meatball) dengan
penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz). Berdasarkan hasil
pengamatan penulis belum mendapatkan hasil produk yang diinginkan.
Hasilnya adalah tekstur bakso kurang kenyal, memiliki rasa tidak terasa
buah naga, permukaan yang cukup halus dan warna yang sedikit terang.
Pada eksperimen formula pertama, penulis belum mendapatkan hasil
yang di inginkan, maka selanjutnya dilakukan eksperimen kedua sebagai
berikut :
b. Pelaksanaan Formula II
Tabel 3.6 Resep Pada Eksperimen Kedua
NO. Nama Bahan Jumlah
1. Daging ayam 500 gram
2. Es batu 25 gram
3. Tepung Terigu 75 gram
4. Bawang Putih 5 siung
5. Garam 1 sdm/10gram
6. Tepung Sagu/tapioca 75 gram
7. Tepung terigu/segitiga biru 75 gram
8. Buah naga merah 75 gram
Proses eksperimen Kedua :
1. Potong – potong daging agar lebih mudah dihaluskan. Masukkan
kedalam food processor . Giling hingga halus.
2. Masukkan tepung sagu tani/tapioca dan tepung terigu/segitiga biru,
campur adonan lagi hingga menjadi adonan yang lembut dan mulus.
66
3. Didihkan air dalam panci untuk merebus. Setelah mendidih, kecilkan
api.
4. Ambil segenggam adonan bakso kemudian kepalkan tangan dan tekan
jemari hingga adonan menyembul keluar dari sela ibu jari dan
telunjuk, celupkan sendok ke air dingin kemudian angkat bulatan
adonan dengan sendok dan masukkan ke dalam panci dan kukus bakso
beberapa menit. Biarkan bakso sampai mengambang.
5. Siapkan air dingin dalam wadah/baskom, angkat bakso yang sudah
matang dari panci dan masukkan ke dalam air dingin. Biarkan hingga
dingin. Tiriskan dan bakso siap dipakai.
Pada eksperimen kedua dilakukan pada tanggal 29 Mei 2017
ditempat kediaman penulis, dengan penambahan buah naga sebesar 75
gram dalam pembuatan bakso ayam (meatball) dengan penambahan buah
naga merah (Hylocereus polyrhizuz). Berdasarkan hasil pengamatan
penulis sudah mendapatkan hasil produk yang diinginkan. Hasilnya
adalah tekstur kenyal, permukaan bakso yang halus, memiliki rasa tidak
terasa buah naga dan warna merah muda yang terang. Pada eksperimen
formula kedua, penulis belum mendapatkan hasil yang di inginkan, maka
selanjutnya dilakukan eksperimen ketiga sebagai berikut :
c. Pelaksanaan Formula III
Tabel 3.7 Resep Pada Eksperimen Ketiga
NO. Nama Bahan Jumlah
1. Daging ayam 500 gram
2. Es batu -
3. Tepung Terigu 75 gram
4. Bawang Putih 5 siung
5. Garam 1sdm/10gram
6. Tepung Sagu/tapioca 75 gram
67
7. Tepung terigu/segitiga biru 75 gram
8. Buah naga merah 100 gram
Proses eksperimen Ketiga :
1. Potong – potong daging agar lebih mudah dihaluskan. Masukkan
kedalam food processor . Giling hingga halus.
2. Masukkan tepung sagu tani/tapioca dan tepung terigu/segitiga biru,
campur adonan lagi hingga menjadi adonan yang lembut dan mulus.
3. Didihkan air dalam panci untuk merebus. Setelah mendidih, kecilkan
api.
4. Ambil segenggam adonan bakso kemudian kepalkan tangan dan tekan
jemari hingga adonan menyembul keluar dari sela ibu jari dan
telunjuk, celupkan sendok ke air dingin kemudian angkat bulatan
adonan dengan sendok dan masukkan ke dalam panci dan kukus bakso
beberapa menit. Biarkan bakso sampai mengambang.
5. Siapkan air dingin dalam wadah/baskom, angkat bakso yang sudah
matang dari panci dan masukkan ke dalam air dingin. Biarkan hingga
dingin. Tiriskan dan bakso siap dipakai.
Pada eksperimen ketiga dilakukan pada tanggal 29 Mei 2017
ditempat kediaman penulis, dengan penambahan buah naga sebesar 100
gram dalam pembuatan bakso ayam (meatball) dengan penambahan buah
naga merah (Hylocereus polyrhizuz). Berdasarkan hasil pengamatan
penulis sudah mendapatkan hasil produk yang diinginkan. Hasilnya
adalah tekstur kenyal, memiliki rasa tidak terasa buah naga, permukaan
bakso yang halus dan warna merah muda yang sangat terang.
68
3. Proses pembuatan bakso ayam (meatball) dengan penambahan
buah naga merah (hylocereus polyrhizuz)
Pada proses pembuatan bakso ayam (meatball) dengan
penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz), ada beberapa
tahap yang harus dilakukan oleh peneliti, sebagai berikut:
a. Pemilihan Bahan
Gambar 4.1 : Buah naga merah
Sumber : Penulis (2017)
Dalam pemilihan bahan dalam pembuatan bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus
polyrhizuz), paling utama adalah memilih kualitas bahan tersebut.
Buah naga sebagai bahan tambahan harus berkualitas baik seperti
pada bagian buah tidak memar/cacat, berbentuk bulat, sisik buah
naga berwarna hijau sebagai implementasi, bumbu – bumbu lainnya
harus berkualitas baik pula dan tidak rusak/cacat.
b. Menyiapkan Bahan
69
Gambar 4.2 : Persiapan bahan
Sumber : Penulis (2017)
Setelah itu peneliti menyiapkan bahan sesuai resep dengan
tujuan agar pembuatan bakso ayam (meatball) dengan penambahan
buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz) yang dihasilkan dapat
memenuhi standar resep.
c. Penggilingan daging ayam
70
Gambar 4.3 : Penggilingan daging
Sumber : Penulis (2017)
Penggilingan daging dengan halus merata agar adonan
bakso dapat tercampur rata dengan bahan lainnya dan tekstur
bakso lebih halus dan kenyal.
d. Mencampur bahan
Gambar 4.4 : Percampuran bahan
Sumber : Penulis (2017)
Setelah semua bahan disiapkan lalu semua bahan dimasukan
satu persatu agar tercampur rata pada adonan bakso dan terakhir
beri campuran buah naga yang telah dihaluskan sebagai pewarna
alami pada adonan bakso.
e. Perebusan dan pengukusan adonan bakso
Gambar 4.5 : Perebusan dan pengukusan
Sumber : Penulis (2017)
71
Setelah bahan tercampur rata kemudian adonan direbus
hingga terangkat dan masukan lagi kedalam kukusan yang telah
disiapkan agar bakso dapat terjaga pewarna alaminya.
f. Penyajian
Gambar 4.6 : Penyajian
Sumber : Penulis (2017)
Bakso dengan penambahan buah naga merah siap
dihidangkan.
B. Pembahasan
1. Uji Hedonik
Uji hedonik merupakan suatu uji organoleptik yaitu suatu kegiatan
pengujian yang dilakukan oleh beberapa panelis yang mana memiliki tujuan
untuk mengetahui tingkat kesukaan atau ketidaksukaan konsumen tersebut
terhadap suatu produk tertentu, pada penelitian ini apakah ada pengaruh pada
pembuatan bakso ayam (meatball) dengan penambahan buah naga merah
(Hylocereus polyrhizuz) terhadap warna, tekstur, aroma dan rasa. Pada
penelitian uji hedonik dan mutu hedonik ini penulis mengambil 25 orang
panelis agak terlatih yaitu panelis yang telah mengetahui dan pernah
mengkonsumsi bakso ayam (meatball) dengan penambahan buah naga
merah (hylocereus polyrhizuz). Kemudian pada penelitian ini penulis
mengolah data menggunakan SPSS 20 for windows untuk menganalisis data
72
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul, serta mengetahui perbedaan dari aspek warna, tekstur, aroma dan
rasa pada pembuatan bakso ayam (meatball) dengan penambahan buah naga
merah (Hylocereus polyrhizuz) sebagai pewarna alami.
a. Uji Hedonik pada Warna
1) Uji hedonik warna pada formula 1 (50 gram)
Berdasarkan uji hedonik terhadap aspek warna bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus
polyrhizuz) sebanyak 50 gram sebagai pewarna alami terhadap bakso.
Selanjutnya tidak ada panelis (0%) yang menyatakan sangat tidak suka
dan tidak suka, 11 orang panelis (44.0%) menyatakan agak suka,
sebanyak 13 orang panelis (52.0%) menyatakan suka, dan seorang
panelis (4.0%) menyatakan sangat suka. Seperti yang terlihat pada bar
chart berikut :
Gambar 4.7 Grafik Nilai Uji Hedonik Warna bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
2) Uji hedonik warna pada formula 2 (75 gram)
Berdasarkan uji hedonik terhadap warna bakso ayam (meatball)
dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz)
73
sebanyak 75 gram. Selanjutnya tidak ada panelis (0%) yang
menyatakan sangat tidak suka dan tidak suka. Sebanyak 2 orang
panelis (8.0%) yang menyatakan agak suka. Sebanyak 22 orang
panelis (88.0%) menyatakan suka, dan seorang panelis (4.0%)
menyatakan sangat suka, seperti yang terlihat pada bar chart berikut :
Gambar 4.8 Grafik Nilai Uji Hedonik Warna bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
3) Uji hedonik warna pada formula 3 (100 gram)
Berdasarkan uji hedonik terhadap bakso ayam (meatball) dengan
penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz) sebanyak 100
gram. Selanjutnya tidak ada panelis (0%) menyatakan sangat tidak
suka dan tidak suka, seorang panelis (4.0%) menyatakan agak suka,
sebanyak 17 orang panelis (68.0%) menyatakan suka, selanjutnya 7
orang panelis (28.0%) menyatakan sangat suka, seperti yang terlihat
pada bar chart berikut :
74
Gambar 4.9 Grafik Nilai Uji Hedonik Warna bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
Berdasarkan nilai rata-rata pada bakso ayam (meatball) dengan
penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz) sebanyak 50
gram didapatkan nilai rata-rata (mean) adalah 3.60. Hal ini
menyatakan bahwa panelis menjukkan suka pada warna bakso yang
telah ditambahkan 50 gram buah naga. Nilai rata-rata pada bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus
polyrhizuz) sebanyak 75 gr didapatkan nilai rata-rata (mean) adalah
3.96 . Hal ini menyatakan bahwa panelis menunjukkan rasa sangat
suka pada warna bakso ayam (meatball) dengan penambahan buah
naga merah (Hylocereus polyrhizuz) sebanyak 100 gram. Nilai rata-
rata yang ditambahkan dengan 100 gram buah naga nilai rata-ratannya
adalah 4.24. Hal ini menyatakan bahwa panelis menunjukan suka pada
warna bakso yang telah ditambahkan 100 gram buah naga.
Secara keseluruhan rata-rata panelis menyatakan suka terhadap
warna bakso ayam (meatball) dengan penambahan buah naga merah
(Hylocereus polyrhizuz) sebanyak 50 gram, 75 gram, dan 100 gram.
Panelis lebih menyukai warna bakso yang ditambahkan buah naga
75
sebanyak 100 gram. Hal ini dapat dilihat pada jumlah sum yang
terdapat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 3.8 Uji Hedonik Warna
Uji Hedonik Warna
F1 F2 F3
N Valid 25 25 25
Missing 0 0 0
Mean 3.6000 3.9600 4.2400
Median 4.0000 4.0000 4.0000
Mode 4.00 4.00 4.00
Minimum 3.00 3.00 3.00
Maximum 5.00 5.00 5.00
Sum 90.00 99.00 106.00
Sumber : IMB SPSS Statistics 20 for windows (2017)
b. Uji Hedonik pada Tekstur
1) Uji hedonik tekstur pada formula 1 (50 gram)
Berdasarkan uji kesukaan terhadap tekstur bakso ayam (meatball)
dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz)
sebanyak 50 gram. Selanjutnya tidak ada panelis (0%) menyatakan
tidak suka dan sangat tidak suka. Selanjutnya 11 orang panelis (44.0%)
menyatakan agak suka, sebanyak 13 orang panelis (52.0%)
menyatakan suka, dan seorang panelis (4.0%) menyatakan sangat
suka. Seperti yang telah terlihat pada bar chart sebagai berikut:
76
Gambar 4.10 Grafik Nilai Uji Hedonik Tekstur bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
2) Uji hedonik tekstur pada formula 2 (75 gram)
Berdasarkan uji kesukaan terhadap tekstur bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus
polyrhizuz) sebanyak 75 gram. Selanjutnya tidak ada panelis (0%)
menyatakan tidak suka dan sangat tidak suka, 2 orang panelis (8.0%)
menyatakan agak suka, sebanyak 22 orang panelis (88.0%)
menyatakan suka, dan sebanyak seorang panelis (4.0%) menyatakan
sangat suka. Seperti yang telah terlihat pada bar chart sebagai berikut:
Gambar 4.11 Grafik Nilai Uji Hedonik Tekstur bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
77
3) Uji hedonik tekstur pada formula 3 (100 gram)
Berdasarkan uji hedonik terhadap tekstur bakso ayam (meatball)
dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz)
sebanyak 100 gram . Selanjutnya tidak ada panelis (0%) menyatakan
sangat tidak suka dan tidak suka, seorang panelis (4.0%) menyatakan
agak suka, 17 orang panelis (68.0%) menyatakan suka, sebanyak 7
orang panelis (28.0%) menyatakan sangat suka. Seperti yang telah
terlihat pada bar chart sebagai berikut :
Gambar 4.12 Grafik Nilai Uji Hedonik Tekstur bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
Berdasarkan nilai rata-rata pada bakso ayam (meatball) dengan
penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz) sebanyak 50
gram didapatkan nilai rata-rata (mean) adalah 3.60. Hal ini
menyatakan bahwa panelis menjukkan suka pada bakso yang telah
ditambahkan 50 gram buah naga. Nilai rata-rata pada bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus
polyrhizuz) sebanyak 75 gram didapatkan nilai rata-rata (mean) adalah
3.96 . Hal ini menyatakan bahwa panelis menunjukkan suka pada
tekstur bakso ayam (meatball) dengan penambahan buah naga merah
(hylocereus polyrhizuz) sebanyak 75 gram. Nilai rata-rata yang
ditambahkan dengan 100 gram buah naga nilai rata-ratannya adalah
78
4.24. Hal ini menyatakan bahwa panelis menunjukan sangat suka pada
bakso yang telah ditambahkan 100 gram buah naga.
Secara keseluruhan rata-rata panelis menyatakan suka terhadap
tekstur bakso ayam (meatball) dengan penambahan buah naga merah
(Hylocereus polyrhizuz) sebanyak 50 gram, 75 gram, dan 100 gram.
Panelis lebih menyukai tekstur bakso yang ditambahkan buah naga
sebanyak 100 gram . Hal ini dapat dilihat pada jumlah sum yang
terdapat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 3.9 Uji Hedonik Tekstur
Uji Hedonik Tekstur
F1 F2 F3
N Valid 25 25 25
Missing 0 0 0
Mean 3.6000 3.9600 4.2400
Median 4.0000 4.0000 4.0000
Mode 4.00 4.00 4.00
Minimum 3.00 3.00 3.00
Maximum 5.00 5.00 5.00
Sum 90.00 99.00 106.00
Sumber : IMB SPSS Statistics 20 for windows (2017)
c. Uji Hedonik pada Aroma
Hasil uji hedonik dari segi aroma pada masing – masing perlakuan
dapat dilihat dari gambar sebagai berikut :
79
Gambar 4.13 Grafik Nilai Uji Hedonik Aroma bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
Berdasarkan grafik uji hedonik terhadap aroma formula bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz)
sebanyak 50 gram terdapat 1 panelis menyatakan agak suka dengan
presentase 4%, 20 panelis menyatakan suka dengan presentase 80%, dan
4 panelis menyatakan sangat suka dengan presentase 16% terhadap
produk bakso ayam (meatball) dengan penambahan buah naga merah
(Hylocereus polyrhizuz) sebanyak 50 gram tersebut.
Gambar 4.14 Grafik Nilai Uji Hedonik Aroma bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
Berdasarkan grafik uji hedonik terhadap aroma formula bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz)
sebanyak 75 gram terdapat 4 panelis menyatakan agak suka dengan
80
presentase 16%, 11 panelis menyatakan suka dengan presentase 44%, dan
10 panelis menyatakan sangat suka dengan presentase 40% terhadap
produk bakso ayam (meatball) dengan penambahan buah naga merah
(Hylocereus polyrhizuz) sebanyak 75 gram tersebut.
Gambar 4.15 Grafik Nilai Uji Hedonik Aroma bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
Berdasarkan grafik uji hedonik terhadap aroma formula bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz)
sebanyak 100 gram terdapat tidak ada panelis menyatakan agak suka
dengan presentase 0%, 15 panelis menyatakan suka dengan presentase
65%, dan 10 panelis menyatakan sangat suka dengan presentase 45%
terhadap produk bakso ayam (meatball) dengan penambahan buah naga
merah (Hylocereus polyrhizuz) sebanyak 100 gram tersebut.
Berdasarkan nilai rata-rata pada bakso ayam (meatball) dengan
penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz) sebanyak 50 gram
didapatkan nilai rata-rata (mean) adalah 3.96. Hal ini menyatakan bahwa
panelis menjukkan suka pada aroma bakso yang telah ditambahkan 50
gram buah naga. Nilai rata-rata pada bakso ayam (meatball) dengan
penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz) sebanyak 75 gram
didapatkan nilai rata-rata (mean) adalah 4.08 . Hal ini menyatakan bahwa
81
panelis menunjukkan sangat suka pada aroma bakso ayam (meatball)
dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz) sebanyak
75 gram. Nilai rata-rata yang ditambahkan dengan 100 gram buah naga
nilai rata-ratannya adalah 4.40. Hal ini menyatakan bahwa panelis
menunjukan sangat suka pada bakso yang telah ditambahkan 100 gram
buah naga.
Secara keseluruhan rata-rata panelis menyatakan suka pada aroma
bakso ayam (meatball) dengan penambahan buah naga merah
(Hylocereus polyrhizuz) sebanyak 50 gram, 75 gram, dan 100 gram.
Panelis lebih menyukai khas ayam bakso yang ditambahkan buah naga
sebanyak 100 gram . Hal ini dapat dilihat pada jumlah sum yang terdapat
pada tabel sebagai berikut :
Tabel 3.10 Uji Hedonik Aroma
Uji Hedonik Aroma
F1 F2 F3
N Valid 25 25 25
Missing 0 0 0
Mean 3.9600 4.0800 4.4000
Median 4.0000 4.0000 4.0000
Mode 4.00 4.00 4.00
Minimum 2.00 3.00 4.00
Maximum 5.00 5.00 5.00
Sum 99.00 102.00 110.00
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
d. Uji Hedonik Pada Rasa
1) Uji hedonik pada rasa formula 1 (50 gram)
Berdasarkan uji kesukaan terhadap rasa bakso ayam (meatball)
dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz)
sebanyak 50 gram. Selanjutnya tidak ada panelis (0%) yang
82
menyatakan tidak suka dan sangat tidak suka, sebanyak 8 orang
panelis (32.0%) menyatakan agak suka, sebanyak 14 orang panelis
(56.0%) menyatakan suka, dan sebanyak 3 orang panelis. Seperti yang
terlihat pada bar chart berikut ini :
Gambar 4.16 Grafik Nilai Uji Hedonik Rasa bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
2) Uji hedonik rasa pada formula 2 (75 gram)
Berdasarkan uji kesukaan terhadap rasa bakso ayam (meatball)
dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz)
sebanyak 75 gram. Selanjutnya tidak ada panelis (0%) menyatakan
tidak suka, agak suka dan sangat tidak suka, 23 orang panelis (92.0%)
menyatakan kurang suka, sebanyak 16 orang panelis (64.0%)
menyatakan suka, dan 7 orang panelis (28%) menyatakan sangat suka.
Seperti yang telah terlihat pada tabel dan bar chart sebagai berikut :
83
Gambar 4.17 Grafik Nilai Uji Hedonik Rasa bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
3) Uji hedonik rasa pada formula 3 (100 gram)
Berdasarkan uji kesukaan terhadap rasa bakso ayam (meatball)
dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz)
sebanyak 100 gram. Selanjutnya tidak ada panelis (0%) menyatakan
tidak suka, agak suka dan sangat tidak suka, 19 orang panelis (76.0%)
menyatakan suka, sebanyak 6 orang panelis (24.0%) menyatakan
sangat suka. Seperti yang telah terlihat pada bar chart sebagai berikut :
Gambar 4.18 Grafik Nilai Uji Hedonik Rasa bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
Berdasarkan nilai rata-rata pada bakso ayam (meatball) dengan
penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz) 50 gram buah
naga didapatkan nilai rata-rata (mean) adalah 3.80. Hal ini menyatakan
bahwa panelis menujukkan suka pada bakso ayam (meatball) dengan
penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz) sebanyak 50
gram. Nilai rata-rata pada bakso ayam (meatball) dengan penambahan
buah naga merah (hylocereus polyrhizuz) dengan 75 gram buah naga
84
didapatkan nilai rata-rata (mean) adalah 4.08. Hal ini menyatakan
bahwa panelis menunjukkan sangat suka terhadap bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus
polyrhizuz)dengan 75 gram buah naga. Nilai rata-rata pada bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus
polyrhizuz) dengan 100 gram buah naga merah didapatkan nilai rata-
rata (mean) adalah 4.24. Hal ini menyatakan bahwa panelis
menunjukkan sangat suka pada bakso ayam (meatball) dengan
penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz)sebanyak 100
gram.
Secara keseluruhan rata-rata panelis menyatakan sangat suka
terhadap rasa bakso ayam (meatball) dengan penambahan buah naga
merah (Hylocereus polyrhizuz)sebanyak 50 gram, 75 gram, dan 100
gram. Panelis lebih menyukai rasa bakso ayam (meatball) dengan
penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz) sebanyak 75
gram . hal ini dapat dilihat pada jumlah sum yang terdapat pada tabel
sebagai berikut :
Tabel 3.11 Uji Hedonik Rasa
Uji Hedonik Rasa
F1 F2 F3
N Valid 25 25 25
Missing 0 0 0
Mean 3.8000 4.0800 4.2400
Median 4.0000 4.0000 4.0000
Mode 4.00 4.00 4.00
Minimum 3.00 4.00 4.00
Maximum 5.00 5.00 5.00
Sum 95.00 102.00 106.00
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
85
2. Uji Mutu Hedonik
Uji mutu hedonik adalah untuk mengetahui mutu suatu produk
apakah sudah diterima dengan baik. Mutu hedonik menyatakan kesan
tentang baik atau buruk. Kesan baik atau buruk ini disebut kesan mutu
hedonik sehubung dengan hal tersebut maka dalam penelitian ini untuk
mengetahui daya terima panelis dilakukan uji kelayakan dan untuk
mengetahui perbedaan terhadap produk bakso ayam (meatball) dengan
penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz) yang meliputi aspek
warna, tekstur, aroma dan rasa. Pada penelitian ini penulis mengolah data
dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS 20 for windows.
a. Uji Mutu Hedonik pada Warna
1) Uji mutu hedonik warna pada formula 1 (50 gram)
Berdasarkan uji mutu hedonik terhadap warna bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus
polyrhizuz) sebanyak 50 gram. Selanjutnya tidak ada panelis (0%)
menyatakan sangat tidak menarik, 1 orang panelis (4.0%) menyatakan
tidak menarik, 7 orang panelis (28.0%) menyatakan kurang menarik,
sebanyak 13 orang panelis (52.0%) menyatakan menarik, dan 4 orang
panelis (16%) menyatakan sangat menarik. Seperti yang telah terlihat
pada tabel dan bar chart sebagai berikut :
86
Gambar 4.19 Grafik Nilai Uji Hedonik Warna bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
2) Uji mutu hedonik warna pada formula 2 (75 gram)
Berdasarkan uji mutu hedonik terhadap warna bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus
polyrhizuz) sebanyak 75 gram. 2 orang panelis (8.0%) menyatakan
agak menarik, 22 orang panelis (88.0%) menyatakan menarik,
seorang panelis (4.0%) menyatakan sangat menarik. Seperti yang
telah terlihat pada bar chart sebagai berikut:
Gambar 4.20 Grafik Nilai Uji Hedonik Warna bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
3) Uji mutu hedonik warna pada formula 3 (100 gram)
Berdasarkan uji mutu hedonik terhadap warna bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus
polyrhizuz) sebanyak 100 gram. Seorang panelis (4,0%) menyatakan
agak menarik, 17 orang panelis (68.0%) menyatakan menarik, dan 7
orang panelis (28.0%) menyatakan sangat menarik. Seperti yang telah
terlihat pada Grafik sebagai berikut :
87
Gambar 4.21 Grafik Nilai Uji Hedonik Warna bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
Berdasarkan nilai rata-rata pada bakso ayam (meatball) dengan
penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz) sebanyak 50
gram didapatkan nilai rata-rata (mean) agak menarik adalah 3.36. Hal
ini menyatakan bahwa panelis menilai agak menarik terhadap warna
bakso ayam (meatball) dengan penambahan buah naga merah
(Hylocereus polyrhizuz)sebanyak 50 gram. Nilai rata-rata (mean) pada
bakso ayam (meatball) dengan penambahan buah naga merah
(Hylocereus polyrhizuz) sebanyak 75 gram didapatkan nilai rata-rata
(mean) adalah 3.96. Hal ini menyatakan bahwa panelis menjukkan
menarik terhadap warna bakso ayam (meatball) dengan penambahan
buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz) 75 gram buah naga dan nilai
rata-rata bakso ayam (meatball) dengan penambahan buah naga merah
(Hylocereus polyrhizuz) sebanyak 100 gram didapatkan nilai rata-rata
(mean) adalah 4.28 Hal ini menyatakan bahwa panelis menilai sangat
menarik terhadap warna bakso ayam (meatball) dengan penambahan
buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz)sebanyak 100 gram.
Secara keseluruhan rata-rata panelis menyatakan menarik
terhadap warna bakso ayam (meatball) dengan penambahan buah naga
88
merah (Hylocereus polyrhizuz) sebanyak 50 gram, 75 gram, dan 100
gram. Panelis menyukai terhadap warna pada formula 2. hal ini dapat
dilihat pada jumlah sum yang terdapat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 3.12 Uji Mutu Hedonik Warna
Uji Mutu Hedonik Warna
F1 F2 F3
N Valid 25 25 25
Missing 0 0 0
Mean 3.3600 3.9600 4.2800
Median 3.0000 4.0000 4.0000
Mode 3.00 4.00 4.00
Minimum 3.00 3.00 3.00
Maximum 4.00 5.00 5.00
Sum 84.00 99.00 107.00
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
Menurut hasil analisa, warna bakso yang ditambahkan buah naga
sebanyak 100 gram lebih menarik dibandingkan yang hanya 50 gram
dam 75 gram saja. Disebabkan adanya penambahan buah naga yang
lebih banyak sehingga memberikan warna yang lebih menarik.
b. Uji Mutu Hedonik pada Tekstur
a) Uji mutu hedonik tekstur pada formula 1 (50 gram)
Berdasarkan uji mutu hedonik terhadap rasa bakso ayam (meatball)
dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz) sebanyak
50 gram. seorang panelis (4.0%) menyatakan kurang kenyal, sebanyak 14
orang panelis (56.0%) menyatakan agak kenyal, dan 9 orang panelis
(36.0%) menyatakan kenyal, dan seorang panelis (4,0%) menyatakan
sangat kenyal. Seperti yang telah terlihat pada bar chart sebagai berikut :
89
Hal ini disebabkan adanya pigmen warna merah pada buah naga
(antosianin) yang memberikan pengaruh terhadap warna merah pada
bakso ayam
Gambar 4.22 Grafik Nilai Uji Hedonik Tekstur bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
b) Uji mutu hedonik tekstur pada formula 2 (75 gram)
Berdasarkan uji mutu hedonik terhadap rasa bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz)
sebanyak 75 gram. 5 orang panelis (20.0%) menyatakan agak kenyal,
sebanyak 19 orang panelis (76.0%) menyatakan kenyal, dan seorang
panelis (4.0%) menyatakan sangat kenyal. Seperti yang telah terlihat pada
bar chart sebagai berikut :
Gambar 4.23 Grafik Nilai Uji Hedonik Tekstur bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah
90
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
c) Uji mutu hedonik tekstur pada formula 3 (100 gram)
Berdasarkan uji mutu hedonik terhadap rasa bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz)
sebanyak 100 gram. Sebanyak 4 orang panelis (16.0%) menyatakan agak
kenyal, sebanyak 17 orang panelis (68.0%) menyatakan kenyal, dan 4
orang panelis (16.0%) menyatakan sangat kenyal. Seperti yang telah
terlihat pada bar chart sebagai berikut :
Gambar 4.24 Grafik Nilai Uji Hedonik Tekstur bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
Berdasarkan nilai rata-rata pada bakso ayam (meatball) dengan
penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz) sebanyak 50 gram
didapatkan nilai rata-rata (mean) adalah 3.40. Hal ini menyatakan bahwa
panelis menilai agak kenyal terhadap tekstur bakso ayam (meatball)
dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz) sebanyak
50 gram. Nilai rata-rata (mean) pada bakso yang telah ditambahkan buah
naga merah sebanyak 75 gram didapatkan nilai rata-rata (mean) adalah
3.84. Hal ini menyatakan bahwa panelis menjukkan kenyal terhadap
91
tekstur bakso ayam (meatball) dengan penambahan buah naga merah
(Hylocereus polyrhizuz) 75 gram buah naga merah. Nilai rata-rata bakso
ayam (meatball) dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus
polyrhizuz) sebanyak 100 gram. Didapatkan nilai rata-rata (mean) adalah
4.00. Hal ini menyatakan bahwa panelis menilai sangat kenyal terhadap
tekstur bakso ayam (meatball) dengan penambahan buah naga merah
(hylocereus polyrhizuz) sebanyak 100 gram.
Secara keseluruhan rata-rata panelis menyatakan kenyal terhadap
tekstur bakso ayam (meatball) dengan penambahan buah naga merah
(Hylocereus polyrhizuz) sebanyak 50 gram, 75 gram, dan 100 gram.
Tekstur pada penambahan 100 gram lebih kenyal dibandingkan 50 dan 75
gram. Hal ini dapat dilihat pada jumlah sum yang terdapat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 3.13 Uji Mutu Hedonik Tekstur
Uji Mutu Hedonik Tekstur
F1 F2 F3
N Valid 25 25 25
Missing 0 0 0
Mean 3.4000 3.8400 4.0000
Median 3.0000 4.0000 4.0000
Mode 3.00 4.00 4.00
Minimum 2.00 3.00 3.00
Maximum 5.00 5.00 5.00
Sum 85.00 96.00 100.00
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
Menurut hasil analisa, tekstur yang lebih disukai adalah pada
penambahan buah naga 100 gram dikarenakan banyaknya kandungan air
pada buah naga dengan penambahan 100 gram membuat adonan semakin
92
kenyal dibandingkan dengan penambahan buah naga 50 gram dan 75
gram.
c. Uji Mutu Hedonik pada Aroma
Hasil uji hedonik dari segi aroma pada masing – masing perlakuan
dapat dilihat dari gambar sebagai berikut :
Gambar 4.25 Grafik Nilai Uji Hedonik Aroma bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
Berdasarkan grafik uji hedonik terhadap aroma formula bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz)
sebanyak 50 gram terdapat 15 panelis menyatakan agak khas ayam
dengan presentase 60%, 9 panelis menyatakan khas ayam dengan
presentase 36%, dan seorang panelis menyatakan sangat khas ayam
dengan presentase 4% terhadap produk bakso ayam (meatball) dengan
penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz) sebanyak 50 gram
tersebut.
93
Gambar 4.26 Grafik Nilai Uji Hedonik Aroma bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
Berdasarkan grafik uji hedonik terhadap aroma formula bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz)
sebanyak 75 gram terdapat 4 panelis menyatakan agak khas ayam dengan
presentase 16%, 11 panelis menyatakan khas ayam dengan presentase
44%, dan 10 panelis menyatakan sangat khas ayam dengan presentase
40% terhadap produk bakso ayam (meatball) dengan penambahan buah
naga merah (Hylocereus polyrhizuz)sebanyak 75 gram tersebut.
Gambar 4.27 Grafik Nilai Uji Hedonik Aroma bakso ayam (meatball)
dengan penambahan buah naga merah
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
94
Berdasarkan grafik uji hedonik terhadap aroma formula bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz)
sebanyak 100 gram terdapat 8 panelis menyatakan agak khas ayam
dengan presentase 32%, 6 panelis menyatakan khas ayam dengan
presentase 24%, dan 11 panelis menyatakan sangat khas ayam dengan
presentase 44% terhadap produk bakso ayam (meatball) dengan
penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz) sebanyak 100
gram tersebut.
Berdasarkan nilai rata-rata pada bakso ayam (meatball) dengan
penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz) sebanyak 50 gram
didapatkan nilai rata-rata (mean) adalah 3.44. Hal ini menyatakan bahwa
panelis menilai agak khas ayam terhadap aroma pada bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz)
sebanyak 50 gram. Nilai rata-rata (mean) pada bakso ayam (meatball)
dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz) sebanyak
75 gram didapatkan nilai rata-rata (mean) adalah 3.76. Hal ini
menyatakan bahwa panelis menilai khas ayam pada aroma bakso yang
telah ditambahkan dengan 75 gram buah naga. Nilai rata-rata bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz)
sebanyak 100 gram. Didapatkan nilai rata-rata (mean) adalah 3.88. Hal ini
menyatakan bahwa panelis menilai khas ayam terhadap aroma pada bakso
ayam (meatball) dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus
polyrhizuz) sebanyak 100 gram. Hal ini dapat di lihat pada jumlah sum
yang terdapat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.14 Uji Hedonik Aroma
Uji Mutu Hedonik Aroma
F1 F2 F3
N Valid 25 25 25
95
Missing 0 0 0
Mean 3.4400 3.7600 3.8800
Median 3.0000 4.0000 4.0000
Mode 3.00 4.00 4.00
Minimum 3.00 3.00 3.00
Maximum 5.00 5.00 5.00
Sum 86.00 94.00 97.00
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
Menurut hasil analisa, Aroma yang lebih disukai adalah pada
penambahan buah naga 100 gram dikarenakan aroma khas ayam tidak
terlalu nampak dengan adanya aroma segar buah naga, sedangkan pada
penambahan buah naga 50 dan 75 gram aroma khas ayam masih nampak.
d. Uji Mutu Hedonik pada Rasa
1) Uji mutu hedonik rasa pada formula 1 (50 gram)
Berdasarkan uji mutu hedonik terhadap rasa bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus
polyrhizuz) sebanyak 50 gram. 12 orang panelis (48.0%) menyatakan
agak enak, 11 orang panelis (44.0%) menyatakan enak, dan 2 orang
panelis (8.0%) menyatakan sangat enak. Seperti yang telah terlihat
pada bar chart sebagai berikut :
96
Gambar 4.28 Grafik Nilai Uji Hedonik Rasa bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
2) Uji mutu hedonik rasa pada formula 2 (75 gram)
Berdasarkan uji mutu hedonik terhadap rasa bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus
polyrhizuz) sebanyak 75 gram. 4 orang panelis (16.0%) menyatakan
agak enak, dan 19 orang panelis (76.0%) menyatakan enak, dan 2
orang panelis (8,0%) menyatakan sangat enak. Seperti yang telah
terlihat pada bar chart sebagai berikut :
Gambar 4.29 Grafik Nilai Uji Hedonik Rasa bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah
97
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
3) Uji mutu hedonik rasa pada formula 3 (100 gram)
Berdasarkan uji mutu hedonik terhadap rasa bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus
polyrhizuz) sebanyak 100 gr. seorang panelis (4.0%) menyatakan
kurang enak, sebanyak 5 orang panelis (20.0%) menyatakan agak
enak, 15 orang panelis (60.0%) menyatakan bahwa enak, dan sebanyak
4 orang panelis (16,0%) menyatakan sangat enak. Seperti yang telah
terlihat pada bar chart sebagai berikut :
Gambar 4.30 Grafik Nilai Uji Hedonik Rasa bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
Berdasarkan nilai rata-rata pada bakso ayam (meatball) dengan
penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz) sebanyak 50
gram didapatkan nilai rata-rata (mean) adalah 3.60. Hal ini
menyatakan bahwa panelis menilai enak terhadap rasa pada bakso
ayam (meatball) dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus
polyrhizuz) sebanyak 50 gram. Nilai rata-rata (mean) pada bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah (Hylocereus
98
polyrhizuz) sebanyak 75 gram didapatkan nilai rata-rata (mean) adalah
3.92. Hal ini menyatakan bahwa panelis menilai enak pada bakso yang
telah ditambahkan dengan 100 gram buah naga dan nilai rata-rata
bakso ayam (meatball) dengan penambahan buah naga merah
(Hylocereus polyrhizuz) sebanyak 100 gram. Didapatkan nilai rata-rata
(mean) adalah 3.88. Hal ini menyatakan bahwa panelis menilai enak
terhadap rasa pada bakso ayam (meatball) dengan penambahan buah
naga merah (Hylocereus polyrhizuz) sebanyak 100 gram.
Secara keseluruhan rata-rata panelis menyatakan enak terhadap
rasa bakso ayam (meatball) dengan penambahan buah naga merah
(Hylocereus polyrhizuz) sebanyak 50 gram, 75 gram, dan 100 gram.
Mutu hedonik terhadap rasa lebih baik pada formula 2 dilihat pada
tabel yang mana bakso menggunakan penambahan 75 gram buah naga.
Hal ini dapat dilihat pada jumlah sum yang terdapat pada tabel sebagai
berikut:
99
Tabel 3.15 Uji Mutu Hedonik Rasa
Uji Mutu Hedonik Rasa
F1 F2 F3
N Valid 25 25 25
Missing 0 0 0
Mean 3.6000 3.9200 3.8800
Median 4.0000 4.0000 4.0000
Mode 3.00 4.00 4.00
Minimum 3.00 3.00 2.00
Maximum 5.00 5.00 5.00
Sum 90.00 98.00 97.00
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
Menurut hasil analisa, Panelis lebih menyukai rasa bakso yang
ditambahkan buah naga sebanyak 75 gram, karena adanya
keseimbangan rasa pada pemberian buah naga sebanyak 75 gram dan
daging ayam pada adonan bakso dibandingkan pada formula 1 dan
formula 2 ditambahkan buah naga sebanyak 50 gram yang tidak berasa
buah naga dikerenakan pemberian buah naga yang sedikit dan
penambahan yang berasa manis disebabkan karena pemberian buah
naga dengan penambahan 100 gram.
C. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian tugas akhir ini penulis memiliki keterbatasan
penelitian yaitu :
1. Kurangnya keterbatasan buku atau refrensi yang terkait dengan tanaman
buah naga.
2. Sering mendapatkan kendala dalam mencari teori atau sumber informasi
dari internet karena banyaknya sumber yang kurang jelas sehingga tidak
bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
100
3. Keterbatasan waktu pada penelitian yang berdampak pada hasil penelitian
yang masih jauh dari kata sempurna, namun dalam hal ini produk yang
dihasilkan sesuai dan layak diterima oleh masyarakat.
101
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan melalui
beberapa tahap – tahap penelitian seperti mengumpulkan data – data,
meneyebar angket, mengolah data, dan menganalisa data, penelitian ini dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan maka buah
naga merah dapat dijadikan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan
bakso ayam, Pada eksperimen pertama tidak dihasilkan perubahan warna
yang signifikan pada pembuatan bakso ayam (meatball) dengan
penambahan buah naga merah (Hylocereus polyrhizuz) dengan
perbandingan 25 gram dan 50 gram. Maka direkomendasikan untuk
menaikan perbandingan penambahan buah naga pada pembuatan bakso
ayam (meatball) dengan penambahan buah naga merah (hylocereus
polyrhizuz) menjadi 50 gram yaitu 50 gram, 75 gram dan 100 gram.
2. Proses dalam pembuatan bakso ayam yang pertama yaitu, memilih bahan,
menimbang bahan, menghaluskan, mencampur adonan bakso dengan buah
naga, merebus dan mengukus bakso buah naga.
3. Berdasarkan uji hasil tingkat hedonik bakso ayam pada penambahan buah
naga yang telah penulis lakukan melalui penyebaran angket kepada panelis
mendapatkan hasil bahwa bakso ayam dengan penambahan buah naga 100
gram mendapatkan nilai rata – rata tertinggi yang disukai oleh para panelis
melalui aspek warna sebanyak 4.24, tekstur 4.24, aroma 4.40, dan rasa
4.24.
4. Berdasarkan uji hasil tingkat mutu hedonik bakso ayam dengan
penambahan buah naga merah yang telah penulis lakukan melalui
penyebaran angket kepada panelis mendapatkan hasil bahwa bakso ayam
102
penambahan buah naga 100 gram lebih dipilih oleh panelis dari aspek
warna 4.28, tekstur 4.0, aroma 3.88. Kemudian bakso ayam dengan
penambahan buah naga 75 gram lebih dipilih oleh panelis dari aspek rasa
sebanyak 3.92.
B. Saran
Penelitian menyimpulkan hasil penelitian diatas sebagai berikut :
1. Kepada penelitian yang ingin melanjutkan penelitian ini :
a. Perlunya diadakan uji kelayakan produk untuk menjamin mutu
kesehatan dan kualitas produk bakso ayam (meatball) dengan
penambahan buah naga merah (hylocereus polyrhizuz).
b. Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai nilai gizi produk.
2. Kepada masyarakat yang ingin mencoba membuat produk bakso ayam
(meatball) dengan penambahan buah naga merah (hylocereus polyrhizuz)
yaitu :
a. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai masa
penyimpanan produk bakso ayam (meatball) dengan penambahan
buah naga merah (hylocereus polyrhizuz).
b. Perlunya pengembangan dari segi usaha yang lebih agar dapat
diproduksi sebagai olahan yang dapat dijual dimasyarakat.
c. Diharapkan untuk memperluas penelitian ini hingga pada proses
pengemasan produk.
103
DAFTAR PUSTAKA
Agung. (2014). Buah Naga Kuning. Diambil pada tanggal 26 APRIL 2017, 12.30.
Dari: http://flonimal-nesia.co.id/2015/06/nikmatnya-buah-naga: yang-
berwarna-kuning.html
Ardi. (2014). Gallus. Diambil pada tanggal 26 April 2017. 13.30. Dari:
http://permathic.com/2014/04/gallus.html
Asyahari. (1992). kualitas bakso. Diambil pada tanggal 26 April 2017. 13.39. Dari:
http://flonimal-nesia.co.id/2015/06/nikmatnya-bakso.html
Agromedia/kristanto, 2005 kandungan nutrisi jenis daging. Diambil pada tanggal 26
April 2017. 13.30. Dari: http://hastomo.net/kesehatan/kandungan-gizi-dan-
manfaat-daging-bagi-kesehatan/
Apriyadi, (2013) penggunaan es batu. Diambil pada tanggal 2 April 2017. 13.30.
Dari: http://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/viewFile/206/212 Juli 2013
Agustin, (2015) garam. Diambil pada tanggal 26 April 2017. 13.30. Dari:
http://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/viewFile/206/212 Juli 2015
Anggi, (2014) kandungan gizi buah naga per gram. Diambil pada tanggal 27 April
2017. 13.30. Dari: http://flonimal-nesia.co.id/2015/06/nikmatnya-buah-naga:
yang-berwarna-kuning.html
Agung Cahyo (2012) Jurnal kadar protein dan uji organoleptik bakso berbahan dasar
komposisi. Diambil pada tanggal 27 April 2017. 13.30. Dari:
https://kuliah77.files.wordpress.com/2014/02/13/-kadar-protein-dan-uji-
organoleptik-bakso
Anggraeny (2013) teknik pengumpulan data. Diambil pada tanggal 27 April 2017.
13.30. Dari: http://tekpan.unimus.ac.id/wp-
content/uploads/2013/07/Pengujian-Organoleptik/ teknik-pengumpulan-data
Basri. (2011). Jenis Ayam. Diambil pada tanggal 27 April 2017, 15.00. Dari:
http://flonimal-nesia.co.id/2011/06/jenis/ayam/html
104
Dahlia Bunga. (2012). Manfaat Buah Naga Untuk Kesehatan. Diambil pada tanggal
28 April 2017. 13.40. dari: http://manfaatnyasehat.com/manfaat: buah-naga-
untuk-kesehatan/
Erna Dwi Rakhmawati (2012) Jurnal pengaruh penambahan tepung kecambah kacang
hijau terhadap kualitas kimia dan tingkat kesukaan bakso daging ayam broiler.
Diambil pada tanggal 28 April 2017. 13.30. Dari:
https://kuliahpangan77.files.wordpress.com/2014/02/13/-pengaruh-
penambahan tepung-kecambah-kacang-hijau
Ferariani 2015 mie ayam buah naga. Diambil pada tanggal 28 April 2017. 13.30.
Dari: http://www.nafiun.com/2012/12/-mie-ayam-buah-naga
Fadli Aulia (2013). Bumbu Dapur Nusantara Super Lengkap. Jogjakarta:
Familia Pustaka.
Gusfahmi, Ahmad. (2013). Uji Hedonik. Diambil 28 April 2017, 16.30, Di
http://achmadgusfahmi.com
Haravi 2015 roti sobek buah naga. Diambil pada tanggal 28 April 2017. 13.30. Dari:
http://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/viewFile/206/212 Juli 2015
Ibrahim Seral. (6 agustus 2015). Samboja pusat produksi buah naga indonesia.
Balikpapan pos. Hal 10
Irpansyah. (2013). Kualitas Buah Naga Yang Baik, 17.30. diambil pada tanggal 1 mei
2017. Dari: http://www,.akuratpost.com/51/manfaat-buah-naga.html
M. wattimena (2013) Jurnal kualitas bakso berbahan dasar daging ayam dan jantung
pisang dengan bahan pengikat tepung sagu. Diambil pada tanggal 26 mei
2017. 13.30. Dari: https://kuliah77.files.wordpress.com/2014/02/13/-kualitas-
bakso berbahan-dasar-daging-ayam
Nurani, 2015 tumbuhan penghasil rempah rempah. Diambil pada tanggal 26 mei
2017. 13.30. Dari: http://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/viewFile/206/212
Juli 2015
Pondok ibu, 2013 es batu. Diambil pada tanggal 26 April 2017. 13.30. Dari:
http://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/viewFile/206/212 Juli 2013
105
Rice, 2013 bakso sapi. Diambil pada tanggal 29 April 2017. 13.30. Dari:
http://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/viewFile/206/212 Juli 2013
Ragil, 2015 bawang putih. Diambil pada tanggal 26 April 2017. 13.30. Dari:
http://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/viewFile/206/212 Juli 2015
Surya, 2016 tepung tapioka. Diambil pada tanggal 27 April 2017. 13.30. Dari:
http://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/viewFile/206/212 Juli 2016
Sugi, 2015 merica bubuk. Diambil pada tanggal 27 April 2017. 13.30. Dari:
http://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/viewFile/206/212 Juli 2015
Susan 2015 mie goreng buname. Diambil pada tanggal 27 April 2017. 13.30. Dari:
http://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/viewFile/206/212 Juli 2015
Tatyana 2016 pancake buah naga. Diambil pada tanggal 27 April 2017. 13.30. Dari:
http://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/viewFile/206/212 Juli 2015
Yuyun, fungsi tepung, 2007 Fungsi tepung tapioka. Diambil pada tanggal 26 April
2017. 13.30. Dari: :https://id.org/wiki/fungsi-tepung
Soewarno. (1985). Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. Jakarta: Bhratara karya Aksara
Surya (2012). Karakteristik Ayam. Diambil pada tanggal 28 April 2017, 21.55. dari
:https://id.org/wiki/Ayam
Vee. (2008). Uji Mutu Hedonik. Diambil pada tanggal 27 April 2017. 21.30. Di
http://indanswers.yahoo.com
106
107
108
Lampiran 3. Angket Uji Hedonik
LEMBAR ANGKET UJI MUTU ORGANOLEPTIK
3. Nama Produk : Bakso dengan tambahan buah naga
4. Nama Panelis :
Berikan tanda √ pada sampel berdasarkan skala penelitian yang sesuai dengan
tingkat kesukaan anda, dengan kriteria penilaian sebagai berikut :
NO Aspek
Penelitian
Skala Mutu
Hedonik
Skala Nilai
Sangat cerah 5
Cerah 4
1. Agak cerah 3
Warna Tidak cerah 2
Sangat tidak cerah 1
Sangat kenyal 5
2. Kenyal 4
Tekstur Agak kenyal 3
Tidak kenyal 2
Sangat kenyal 1
Sangat khas ayam 5
3. Khas ayam 4
Agak khas ayam 3
Aroma Tidak khas ayam 2
Sangat tidak khas ayam 1
Sangat enak 5
4. Enak 4
Agak enak 3
Rasa Tidak enak 2
Sangat enak 1
109
Lampiran 4. Angket Uji Mutu Hedon
LEMBAR ANGKET UJI HEDONIK ORGANOLEPTIK
3. Nama Produk : Bakso dengan tambahan buah naga
4. Nama Panelis :
Berikan tanda √ pada sampel berdasarkan skala penelitian yang sesuai dengan
tingkat kesukaan anda, dengan kriteria penilaian sebagai berikut :
NO Aspek
Penelitian
Skala Mutu
Hedonik
Skala Nilai
Sangat suka 5
Suka 4
1. Agak suka 3
Warna Tidak suka 2
Sangat tidak suka 1
Sangat suka 5
2. Suka 4
Agak suka 3
Tekstur Tidak suka 2
Sangat suka 1
Sangat suka 5
3. Suka 4
Agak suka 3
Aroma Tidak suka 2
Sangat tidak suka 1
Sangat suka 5
4. Suka 4
Agak suka 3
Rasa Tidak suka 2
Sangat suka 1
110
Lampiran 5. Dokumentasi penyebaran angket
111
Lampiran 6. Riwayat Hidup Penulis
Riwayat Hidup Penulis
Penulis bernama lengkap Bhaquh syahestu, yang
beragama Islam lahir di Samboja provinsi Kalimantan
timur pada tanggal 07 Desember 1995 merupakan anak
kelima dari delapan bersaudara. Penulis lahir dari
pasangan suami istri Bpk. Teguh santoso dan Ibu Arpiah.
Penulis sekarang bertempat tinggal di jalan Gn.pasir RT
004 Kel. Kampung lama, Kec. Samboja.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD
Negeri 037 Samboja lulus pada tahun 2008, SMP PGRI
Samboja lulus pada tahun 2011, SMA Negeri 1 Samboja
lulus pada tahun 2014 dan sampai penulisan tugas akhir
ini penulis masih terdaftar sebagai mahasiswa program
D3 Tata Boga di Politeknik Negeri Balikpapan.
Penulis memiliki pengalaman dalam praktek kerja lapangan pada Hotel
Novotel dan Ibis Hotel Balikpapan pada bulan Juni – Desember 2016, kemudian pada
Hotel Platinum selama bulan Juli 2014, dan CV. Ps Arena selama bulan Mei 2014
sebagai karyawan.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada program
studi Tata Boga, Politeknik Negeri Balikpapan, penulis melakukan penelitian pada
Tugas Akhir (TA) dengan judul “STUDI PEMBUATAN BAKSO AYAM
(MEATBALL) DENGAN PENAMBAHAN BUAH NAGA MERAH
(HYLOCEREUS POLYRHIZUZ)” di bawah bimbingan ibu Nur Amaliah, S.TP
M.Si dan bapak Drs. Bambang Jati Kusuma, MM.