STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELEBIHAN...
Transcript of STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELEBIHAN...
STUDI KASUS
DI SUSUN OLEH:
WAHYU WIDODO
NIM. P.10136
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
ASUHAN KEPERAWATAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN PADA TN. S
DENGAN CHRONIC KIDNEY DESEASE (CKD) STAGE IV DI RUANG
MELATI RSUD Dr. SOEHADI PRIJONEGORO
SRAGEN
i
STUDI KASUS
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH:
WAHYU WIDODO
NIM. P. 10136
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
ASUHAN KEPERAWATAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN PADA TN. S
DENGAN CHRONIC KIDNEY DESEASE (CKD) STAGE IV DI RUANG
MELATI RSUD Dr. SOEHADI PRIJONEGORO
SRAGEN
v
KATA PENGANTAR
Pujisyukur penulis panjatkan bagiTuhan Maha Kuasa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN : KELEBIHAN VOLUME CAIRAN PADA TN. S DENGAN
CHRONIC KIDNEY DESEASE (CKD) DI RUANG MELATI RSUDDr.
SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN”.
Dalam penyusunan KaryaTulis Ilmiahini penulis
banyakmendapatbimbingandandukungandariberbagai pihak, olehkarenaitupada
kesempatanini penulismengucapkan terimakasih dan penghargaanyang setinggi –
tingginya kepada yang terhormat :
1. Setiyawan, S.Kep.,Ns, Selaku Ketua Prodi Studi DIII Keperawatan yang telah
memberi kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma
HusadaSurakarta.
2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, Selaku SekretarisKetua Prodi D III
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untukdapat menimba ilmu
diStikesKusuma Husada Surakarta.
3. Setiyawan, S.Kep., Ns.Selaku dosenpembimbing sekaligus sebagai penguji
yang telahmembimbing dengancermat, memberi masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyamandalambimbingan serta memfasilitasidemi sempurnanyastudi
kasus ini.
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan .............................................................. 6
C. Manfaat Penulisan ............................................................ 7
BAB II LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien .................................................................. 8
B. Pengkajian ........................................................................ 8
C. Perumusan Masalah Keperawatan ................................... 12
D. Perencanaan...................................................................... 13
E. Implementasi .................................................................... 14
F. Evaluasi ............................................................................ 16
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan ...................................................................... 19
vi
B. Kesimpulan dan Saran...................................................... 32
C. Saran ................................................................................ 35
Daftar Pustaka
Lampiran
Daftar Riwayat Hidup
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Log Book
Lampiran 3 Format Pendelegasian Pasien
Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data
Lampiran 5 Asuhan Keperawatan
Lampiran 6 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmia
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Wahyu Widodo
Tempat, Tanggal Lahir : Boyolali, 19 Januari 1992
Jenis Kelamin : Laki - laki
Alamat Rumah :Guwo, Kemusu, Boyolali
Riwayat Pendidikan : 1.SDN 2 GUWO ( lulus pada tahun 1999 )
2.SMPN 1 WONOSEGORO ( lulus pada tahun 2007 )
3. SMAN 1 KEMUSU( lulus pada tahun 2010 )
4. Pada saat ini masih menempuh program studi DIII
Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta
Riwayat Pekerjaan : -
Riwayat Organisasi : 1. Pramuka
2. OSIS ( Anggota )
3. KARANG TARUNA INTAN PERTIWI GUWO
Publikasi : -
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan berfungsi untuk
membuang sampah metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin atau air
seni, yang kemudian dikeluarkan dari tubuh. Meskipun sangat penting,
seringkali kita lupa untuk merawatnya secara baik. Tingginya kasus penyakit
di Indonesia terjadi akibat, kurangnya pengetahuan masyarakat untuk
mencegah penyakit tersebut. Selain itu, terbatasnya sarana pelayanan
kesehatan di puskesmas dan rumah sakit, serta kurangnya tenaga dokter
spesialis yang bisa memeriksa dan menangani gangguan sejak dini
(Nusantara, 2012).
Penyakit ginjal kronik kini telah menjadi persoalan serius bagi
kesehatan masyarakat di dunia. Menurut WHO dan Global Burden of
Disease (GBD), penyakit ginjal dan saluran kemih telah menyumbang
850.000 kematian setiap tahunnya, hal ini berarti menduduki peringkat ke 12
tertinggi angka kematian atau peringkat tertinggi ke 17 angka kecacatan.
Sedangkan menurut Kidney Disease Outcome Quality Initiative (KDOQI,
2005) diperkirakan 20 juta orang dewasa di Amerika Serikat mengalami
penyakit ginjal kronik. Prevalensi penyakit gagal kronik (PGK) atau yang
disebut juga Chronic Kidney Disease (CKD) meningkat setiap tahunnya.
2
Center for Disease Control (CDC) melaporkan bahwa dalam kurun waktu
tahun 1999 hingga 2004, terdapat 16.8% dari populasi penduduk usia di atas
20 tahun, mengalami PGK. Persentase ini meningkat bila dibandingkan data
pada 6 tahun sebelumnya, yakni 14.5%. Di negara - negara berkembang,
insiden ini diperkirakan sekitar 40-60 kasus per juta penduduk per tahun. Di
Indonesia, dari data di beberapa bagian nefrologi, diperkirakan insidens PGK
berkisar 100-150 per 1 juta penduduk dan prevalensi mencapai 200-250 kasus
per juta penduduk. Sedangkan data yang diperoleh dari RSUP H Adam Malik
Medan, jumlah pasien yang menjalani hemodialisa pada tahun 2007
berjumlah 127 orang, tahun 2008 berjumlah 166 orang, serta bulan januari
sampai februari tahun 2009 berjumlah 196 orang (Bakri, 2005).
Chronic Kidney Disease (CKD) suatu sindrom klinis penurunan
fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut,
hal ini terjadi bila laju filtrasi glomelurus kurang dari 50 ml per menit
(Suhardjono, 2004). Penyakit CKD atau Choronic Renal Failure (CRF)
merupakan proses kontinyu yang dimulai katika terjadi kehilangan sebagian
nefron yang tersisa sudah tidak lagi dapat bertahan hidup, selama periode ini
dapat dikenali tiga stadium yang saling berhubungan yaitu insufisiensi renal,
gagal ginjal dan uremenia (Kumar, 2012).
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan fungsi renal
yang progresif dimana kemampuan tubuh tersebut gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
sehingga terjadi uremia. CKD disebabkan oleh berbagai keadaan, meliputi
3
penyakit-penyakit yang dapat mengenai ginjal atau pasokan darahnya
misalnya glomeluropati, hipertensi, diabetes. Pada gagal ginjal kronis (GGK)
yang sudah lanjut kadar natrium, kalium, magnesium, amino dan fosfat
didalam darah semuanya akan mengalami peningkatan sementara kadar
kalsium menurun. Retensi natrium dan air akan menaikkan volume
intravaskuler yang menyebabkan hipertensi (Berkowitz, 2012).
Gangguan fungsi ginjal dapat dikelompokkan menjadi empat
stadium menurut tingkat keparahanya, kondisi normal kerusakan ginjal
dengan nilai Glomerular Filtration Rate (GFR) normal, ginjal berfungsi
diatas 90%, nilai GFR diatas 90 ml per menit per 1,73m2. Stadium satu
kerusakan ginjal ringan dengan penurunan nilai GFR, belum terasa gejala
yang mengganggu, ginjal berfungsi 60-86%, nilai GFR 60-86 ml per menit
per 1,73m2. Stadium dua kerusakan sedang, masih bisa dipertahankan, ginjal
berfungsi 30-59%, nilai GFR 30-59 ml per menit per 1,73m2. Stadium tiga
kerusakan berat, sudah tingkat membahayakan, ginjal hanya berfungsi 15-
29%, nilai GFR 15-29 ml per menit per 1,73m2. Stadium empat kerusakan
parah harus cuci ginjal, funngsi ginjal kurang dari 15%, nilai GFR kurang
dari 15 ml per menit per 1,73m2 (Alam Syamsir, 2007).
Pada penderita CKD gangguan pemenuhan kebutuhan cairan akan
menunjukkan beberapa tanda dan gejala, mayor harus ada edema, kulit
tegang dan mengilap, minor yang mungkin ada asupan cairan lebih banyak
daripada haluaran, sesak napas, penambahan berat badan (Carpenito, 2009).
Keparahan kondisi bergantung pada tingkat kurusakan ginjal, kondisi lain
4
yang mendasari adalah usia pasien, maninfestasi kardio vaskuler diantaranya
hipertensi, gagal ginjal kongestif, edema pulmonal, perikarditis, gejala
- gejala dermatologis diantaranya gatal - gatal hebat atau proritus, serangan
uremik karena pengobatan dini dan agresif, gejala gastrointestinal
diantaranya anoreksia, mual, muntah dan cegukan, haus, rasa kecap logam
dalam mulut, perubahan neuromuskuler perubahan tingkat kesadaran kecuali
mental (Elizabeth, 2009).
Manusia membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan
proporsi yang tepat di berbagai jaringan tubuh agar dapat mempertahankan
kesehatan dan kehidupannya. Air menempati proporsi yang besar dalam
tubuh. Terdapat sekitar 50 liter air dalam tubuh seseorang dengan berat
badan 70 kg. Air menyusun 75% berat badan bayi, 70% berat badan pria
dewasa, dan 55% tubuh pria usia lanjut. Karena wanita memiliki simpanan
lemak yang relative banyak (relative bebas air), kandungan air dalam tubuh
wanita 10% lebih sedikit dibandingkan pria. Air tersimpan dalam dua
kompartemen utama dalam tubuh yaitu, cairan intra seluler dan cairan ekstra
seluler (Gibson, 2004).
Kelebihan volume cairan adalah kondisi dimana ketika individu
mengalamai atau beresiko mengalami kelebihan beban cairan intraseluler
atau interstisial, adapun batasan karakteristiknya mayor terdapat edema, kulit
tegang dan mengilap, minor yang mungkin ada asupan cairan lebih banyak
daripada haluaran, sesak napas, penambahan berat badan. Sedangkan
kekurangan volume cairan adalah kondisi ketika individu yang tidak mampu
5
meminum cairan dan mengalami atau beresiko mengalami dehidrasi vaskuler,
intertstesiel atau intraseluler (Carpenito, 2009).
Berbagai literatur menyebutkan CKD disebabkan oleh salah satunya
karena kerusakan nefron yang menyebabkan filtrasi cairan terganggu dan
dapat menyebabkan penumpukan cairan dan penimbunan produk sisa yang
bervariasi tergantung pada bagian ginjal yang sakit yang menyebabkan
kerusakan nefron lebih lanjut. Nefron yang tersisa meningkatkan laju filtrasi,
reabsorpsi dan sekresi, serta mengalami hipertrofi dalam proses tersebut.
Sehinga dengan makin banyak nefron yang mati, nefron yang tersisa
menghadapi tugas yang makin berat, sehinga nefron – nefron tersebut ikut
rusak dan akirnya mati. Sebagian dari siklus kematian ini tampaknya
berkaitan dengan tuntutan pada nefron yang ada untuk meningkatkan
reabsorpsi protein. Seiring dengan penyusutan progresif nefron, terjadi
pembentukan parut dan penurunan aliran darah ginjal. Pelepasan renin
meningkat dan bersama peningkatan beban cairan (Elizabeth, 2009).
Berdasarkan hasil observasi di RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen, sebagian besar pasien dengan gagal ginjal kronis (GGK) mengalami
gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan penulis menjumpai Tn. S dengan
Chronic Kidney Disease (CKD) dengan keluhan utama kakinya bengkak dan
data objektif kaki tampak bengkak, pitting oedema derajad 2, keadaan
abnormal yang harus segera ditangani dan jika tidak segera ditangani akan
menyebakan komplikasi yang serius salah satunya adalah komplikasi
kardiovaskuler, penyakit vaskuler merupakan penyebab utama kematian pada
6
gagal ginjal kronik (Yasmine, 2007). Dengan adanya berbagai data diatas
maka penulis tertarik melakukan Laporan Studi Kasus “Asuhan Keperawatan
Kelebihan Volume Cairan pada Tn.S dengan Chronic Kidney Desease (CKD)
Stage IV di RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus gangguan pemenuhan kebutuhan cairan pada Tn.S
dengan Cronic Kidney Desease (CKD) Stage IV di RSUD Dr. Soehadi
Pijonegoro Sragen.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn.S dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.S
dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume
cairan.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Tn.S
dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume
cairan.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn.S dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn.S dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan.
7
f. Penulis mampu menganalisa kondisi gangguan pemenuhan
kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan yang terjadi pada Tn.S.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis.
Sebagai sarana dan alat dalam memperoleh pengetahuan dan
pengalaman khususnya dibidang keperawatan gangguan pemenuhan
kebutuhan cairan pada pasien dengan Chronic Kidney Desease (CKD).
2. Bagi instansi pendidikan.
Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang
asuhan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan pada
pasien dengan Chronic Kidney Desease (CKD) dapat digunakan acuan
bagi praktek mahasiswa keperawatan.
3. Rumah Sakit.
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam
pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan khususnya gangguan
pemenuhan kebutuhan cairan pada pasien dengan Chronic Kidney
Desease (CKD).
4. Bagi profesi keperawatan.
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan informasi dibidang keperawatan tentang asuhan
keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan pada pasien
dengan Chronic Kidney Desease (CKD).
8
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 April 2013 jam 11.00 WIB,
pada kasus ini dilakukan dengan metode autoanamnesa dan alloanamnesa,
pengamatan, observasi langsung, pemeriksaan fisik dari kepala sampai kaki.
Pasien masuk pada tanggal 2 April 2013. Pengkajian tersebut didapat hasil
identitas pasien, bernama Tn.S, umur 47 tahun, beragama Islam, alamat
Sidoharjo, Sragen, pendidikan SD, pekerjaan buruh, nomor register
2087xxx, dirawat di Ruang Melati RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen, di
diaknosa Dokter Chronic Kidney Disease (CKD). Yang bertanggung jawab
kepada pasien adalah Ny.W, umur 43 tahun, pendidikan SD, pekerjaan Ibu
rumah tangga, hubungan dengan pasien adalah sebagai seorang istri pasien.
B. Pengkajian
Hasil dari pengkajian tentang riwayat keperawatan, keluhan utama
yang dirasakan oleh pasien adalah kedua kakinya bengkak. Riwayat penyakit
sekarang pasien mengatakan dua hari sebelum diperiksa ke puskesmas
tanggal 31 Maret 2013 kedua kakinya terasa berat dan bengkak dua hari
kemudian tanggal 2 April 2013 pasien merasa sesak napas tidak dipengaruhi
cuaca atau debu setelah itu pasien dibawa ke puskesmas oleh pihak
puskesmas pasien dirujuk ke RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen, di IGD
9
tanggal 2 April 2013 pasien mendapat terapi O2 3 liter per menit dengan
canule nasal, infus RL 16 tetes per menit, injeksi Cefotaxime 2 mg, injeksi
furosemide 10 mg dan tekanan darah 170/90 mmHg, frekuensi nadi 80 kali
per menit, frekuensi respirasi 20 kali per menit, suhu 370C.
Riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan tidak mempunyai
riwayat penyakit hipertensi. Tetapi pernah memiliki riwayat penyakit diabetes
mellitus kurang lebih 2 tahun yang lalu, gagal ginjal semenjak 1,5 tahun yang
lalu. Pasien juga mengatakan tidak memiliki riwayat alergi.
Riwayat keluarga, pasien mengatakan anak pertama dari 2
bersaudara menikah dengan Ny.W telah mempunyai 4 anak, anak Tn.S dan
Ny.W semua laki – laki. Pasien mengatakan didalam keluarganya tidak ada
yang menderita penyakit seperti yang di alaminya saat ini. Selain itu
dikeluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit keturunan seperti asma,
diabetes mellitus, serta penyakit menular seperti TB paru dan HIV AIDS.
Riwayat kesehatan lingkungan, pasien mengatakan lingkungan disekitar
tempat tinggalnya bersih, ada pembuangan sampah tersendiri, dirumahnya
terdapat ventilasi dan bebas dari polusi.
Hasil pengkajian menurut Gordon, pola nutrisi dan metabolisme,
sebelum sakit pasien mengatakan bahwa pasien makan 3 kali per hari dengan
menu nasi, sayur, lauk pauk habis 1 porsi dan minum air putih dan teh ± 1500
cc per hari tidak ada keluhan saat makan. Sedangkan selama sakit pasien
mengatakan makan 3 kali sehari, kadang sering mual tetapi makan hanya
habis ½ porsi sesuai diit yang telah diberikan oleh rumah sakit yaitu diit
10
ginjal rendah garam (NSRG) dan minum habis ± 600 cc per hari keluhan
ketika makan kadang – kadang sering mual, berat badan 61 kg.
Pola eliminasi, sebelum sakit pasien mengatakan buang air kecil ± 4
- 5 kali per hari ± 600 cc berwarna kuning jernih, bau khas amoniak. Buang
air besar 1 kali per hari dengan konsistensi lembek warna kuning dan bau
khas. Sedangkan selama sakit pasien mengatakan buang air kecil 2 – 3 kali
per hari, keluarga pasien mengatakan ± 500 cc berwarna kuning jernih, pasien
juga mengatakan tidak ada keluhan saat buang air kecil. Buang air besar
pasien mengatakan belum buang air besar selama dirawar di rumah sakit.
Hasil pengkajian input dan output selama 24 jam dilakukan pada hari
Senin tanggal 22 April 2013 didapatkan input berasal dari makan 250 cc,
minum 600 cc, infus 1500 cc, sehingga didapatkan hasil input 2350 cc.
Output berasal dari buang air besar (tidak buang air besar), buang air kecil
500 cc, insensible water loss (dengan rumus 15 x berat badan pasien) hasil
perhitungan 15 x berat badan yaitu 61 kg, hasilnya 915 cc, dan didapatkan
hasil output 1415 cc, maka didapatkan perhitungan balance cairan yaitu
(input – autput) 2350 – 1415 = +935 cc.
Pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien
mengeluh lemas. Kesadaran composmentis dengan nilai glasglow coma scale
(GCS) 15, eye 4, verbal 5, motoric 6, tanda – tanda vital tekanan darah
140/90 mmHg, frekuensi nadi 92 kali per menit, teratur dan kuat. Frekuensi
pernafasan 28 kali per menit, teratur dan nafas dangkal, suhu 36,5°C. Pada
pemeriksaan mata didapatkan palpebra tampak oedema. Pada pemeriksaan
11
hidung didapatkan terdapat sedikit sekret, terpasang terapi O2 3 liter per menit
dengan canule nasal, kebersihan kurang. Pada pemeriksaan mulut didapatkan
lidah kurang bersih, kebersihan mulut kurang, gigi berwarna sedikit
kekuningan, kebersihan kurang. Telinga simetris kanan kiri, terdapat sedikit
serumen, kebersihan cukup bersih.
Pada pemeriksaan paru didapatkan saat dilakukan inspeksi diperoleh
pengembangan paru tidak maksimal. palpasi didapatkan vokal fremitus kanan
kiri sama, perkusi didapatkan sonor, auskultasi suara lapang paru vesikuler.
Pada pemeriksaan jantung didapatkan inspeksi didapatkan ictus cordis tidak
tampak, saat dilakukan palpasi didapatkan ictus cordis teraba di intercosta 5
sinistra, saat dilakukan perkusi didapatkan pekak, saat dilakukan auskultasi
didapatkan bunyi jantung I bunyi jantung II murni atau lup dup.
Pada pemeriksaan abdomen didapatkan inspeksi buncit, asites,
auskultasi didapatkan bising usus 13 kali per menit, perkusi pekak, lien tidak
teraba serta diperoleh distensi abdomen. Pada pemeriksaan ekstremitas atas
didapatkan tangan sebelah kiri kekuatan otot penuh, terpasang infuse RL 20
tetes per menit, sebelah kanan kekuatan otot penuh, integritas kulit kurang
baik, capillary refill kurang dari 2 detik. Ekstremitas bawah didapatkan
sebelah kiri kekuatan otot penuh, sebelah kanan kekuatan otot penuh, kedua
ekstremitas bawah terdapat oedema, pitting oedema derajad 2, integritas kulit
kurang baik, capillary refill lebih dari 2 detik. Kulit tidak kemerahan,
integritas kulit kurang baik, warna mengkilat.
12
Pemeriksaan data penunjang foto rontgen thorax yang dilakukan
tanggal 3 April 2013 didapatkan hasil kardiomegali dan oedema pulmo dan
data laboraturium yang dilakukan pada tanggal 2 April 2013, yaitu
hemoglobin 6,5 g/dl, (normal 12,2 – 18,1 g/dl); hematokrit 25,0%, (normal
37,7 – 53,7%); trombosit 292ribu/ul, (normal 150 – 450ribu/ul); kreatinin
8,27 mg/dl, (normal 0,6 – 1,1 mg/dl); ureum 79,9 mg/dl, (normal 10 –
50mg/dl). Hasil dari perhitungan Glomerular Filtrasi Rate (GFR) pada Tn.S
didapatkan hasil 9,527, sehinga Tn.S masuk dalam stage 4.
Selama diruang melati pasien mendapatkan terapi injeksi Ranitidine
25 mg tiap 12 jam, injeksi furosemid 10 mg tiap 6 jam, infus RL 20 tetes per
menit, terapi oksigen 3 liter per menit dengan canule nasal.
C. Perumusan Masalah Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian dan observasi diatas, penulis
melakukan analisa data kemudian merumuskan diagnosa keperawatan,
ditandai dengan data subjektif pasien mengatakan minum habis ± 600 cc per
hari, buang air kecil 2 – 3 kali per hari, keluarga pasien mengatakan ± 500 cc,
buang air besar pasien mengatakan belum buang air besar selama dirawat di
rumah, pasien juga mengatakan kedua kakinya bengkak sedangkan data
objektif ditandai dengan palpebra tampak oedema, pitting oedema derajad 2,
berat badan 61 kg, pemeriksaan laboratorium, hemoglobin 6,5 g/dl;
hematokrit 25,0%; kreatinin 8,27 mg/dl, ureum 79,9 mg/dl dan balance
cairan +935 cc, maka penulis merumuskan prioritas masalah keperawatan
13
gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan, dari hasil
rumusan masalah penulis menegakkan diagnosa keperawatan gangguan
pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan berhubungan
dengan gangguan mekanisme pengaturan di ginjal.
D. Perencanaan
Tujuan yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah gangguan pemenuhan
kebutuhan cairan dapat teratasi dengan kriteria hasil tidak ada oedema, input
dan output seimbang, hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal,
hemoglobin (12,2 – 18,1 g/dl), hematokrit (37,7 – 53,7%), kreatinin (0,6 – 1,1
mg/dl), ureum (10 – 50 mg/dl).
Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan adalah kaji
tanda-tanda vital dengan rasional gejala hipotensi termasuk postural,
takikardi, demam dapat menunjukkan respon terhadap efek kehilangan cairan,
kaji atau catat penggunaan cairan terutama pemasukan dan pengeluaran
dengan rasional untuk mengetahui keseimbangan antara input dan output,
jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan dengan rasional
agar cairan tidak berlebih, kolaborasi dengan tim laboratorium untuk
pemeriksaan darah kreatinin, ureum, hemoglobin, hematokrit dengan rasional
untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan, kolaborasi dengan dokter pemberian terapi diuretik dan siapkan
hemodialisa dengan rasional untuk menyeimbangkan cairan tubuh.
14
E. Implementasi
Tindakan keperawatan pada hari pertama yang dilakukan pada
tanggal 22 April 2013 jam 11.00 WIB yaitu menjelaskan pembatasan cairan,
supaya minum dikurangi, karena buang air kecilnya hanya sedikit, ditakutkan
bengkak pada ke dua kaki bertambah besar, didapatkan respon pasien pada
data subjektif pasien mengatakan paham dan mengerti, data objektif pasien
tampak mengerti dibuktikan dengan menjelaskan kembali tentang apa yang
disampaikan perawat. Jam 12.15 WIB mengkaji atau monitoring status
cairan input dan autput dengan cara menimbang berat badan respon pasien
data subjektif pasien mengatakan bersedia diukur berat badannya, data
objektif berat badan 61 kg. Kemudian jam 13.00 WIB mengobservasi
keadaan umum didapat respon subjektif pasien menggatakan kaki kiri masih
terasa berat atau bengkak. Pada jam 14.15 WIB mengukur tanda-tanda vital
dengan respon pasien data subjektif pasien mengatakan bersedia diperiksa,
data objektif tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 92 kali per menit, pernafasan
28 kali per menit, suhu 37°C. Kemudian pada jam 14.30 WIB mengkaji atau
monitoring status cairan input dan output dengan cara mencatat penggunaan
cairan terutama pemasukan dan pengeluaran dengan respon pasien data
subjektif pasien mengatakan buang air kecilnya sedikit serta kedua kakinya
bengkak, pitting oedema derajad 2, data objektif didapatkan didapatkan input
berasal dari makan 250 cc, minum 600 cc, infus 1500 cc, sehingga didapatkan
hasil input 2350 cc. Output berasal dari buang air besar (tidak buang air
15
besar), buang air kecil 500 cc, insensible water loss 915 cc, dan didapatkan
hasil output 1415 cc, maka didapatkan perhitungan balance cairan +935 cc.
Tindakan keperawatan pada hari kedua yang dilakukan pada tanggal
23 April 2013 jam 08.00 WIB yaitu mengobservasi keadaan umum pasien
dengan respon subjektif pasien mengatakan ke dua kaki masih bengkak data
objektif kaki masih oedema pasien terlihat berbaring, kemudian mengkaji
status cairan dengan menimbang berat badan didapatkan respon pasien pada
data subjektif pasien mengatakan bersedia diukur berat badannya, data
objektif berat badan 61 kg. Kemudian pada jam 13.15 WIB memberikan
terapi obat injeksi therapi dokter dengan respon pasien data subjektif pasien
mengatakan bersedia di injeksi, data objektif injeksi furosemide 10 mg dan
ranitidine 25 mg telah masuk melalui intravena. Pada jam 13.45 WIB
mengukur tanda-tanda vital dengan respon pasien data subjektif pasien
mengatakan bersedia diperiksa, data objektif tekanan darah 150/90 mmHg,
nadi 85 kali per menit, pernafasan 24 kali per menit, suhu 36,5°C. Kemudian
pada jam 14.00 WIB mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan dan
pengeluaran dengan respon pasien data subjektif pasien mengatakan buang air
kecilnya lumayan banyak serta kedua kakinya masih bengkak, pitting oedema
derajad 2, data objektif makan 250 cc, minum 200 cc, infus 1000 cc, buang
air besar ( tidak buang air besar ) buang air kecil 500 cc, insensible water loss
915 cc, Input 1450 cc, output 1415 cc, balance cairan +135 cc.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari ketiga tanggal 24
April 2013 jam 08.00 WIB yaitu mengkaji status cairan dengan menimbang
16
berat badan didapatkan respon pasien pada data subjektif pasien mengatakan
bersedia diukur berat badannya, data objektif berat badan 60 kg. Kemudian
pada jam 12.00 WIB mengukur tanda-tanda vital dengan respon pasien data
subjektif pasien mengatakan bersedia diperiksa, data objektif tekanan darah
140/90 mmHg, nadi 79 kali per menit, pernafasan 22 kali per menit, suhu
36,5°C. Kemudian pada jam 14.00 WIB mencatat penggunaan cairan
terutama pemasukan dan pengeluaran dengan respon pasien data subjektif
pasien mengatakan buang air kecilnya sedikit serta kedua kakinya masih
bengkak, pitting oedema derajad 2, data objektif makan 250 cc, minum 200
cc, infus 1000 cc, buang air besar 150 cc, buang air kecil 200 cc, insensible
water loss 900 cc, Input 1450 cc, output 1250 cc, balance cairan +200 cc.
F. Evaluasi
Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis kemudian
dilakukan evaluasi pada hari Senin tanggal 22 April 2013 jam 14.00 WIB,
dengan metode SOAP yaitu pasien mengatakan kedua kakinya bengkak
ditandai dengan tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 92 kali per menit,
pernafasan 28 kali per menit, suhu 37°C. berat badan 61 kg, kedua kaki
tampak bengkak, pitting oedema derajad 2, input berasal dari makan 250 cc,
minum 600 cc, infus 1500 cc, sehingga didapatkan hasil input 2350 cc.
Output berasal dari buang air besar (tidak buang air besar), buang air kecil
500 cc, insensible water loss 915 cc, dan didapatkan hasil output 1415 cc,
maka didapatkan perhitungan balance cairan +935. Hal ini menyatakan
17
masalah keperawatan belum teratasi, maka intervensi dilanjutkan yaitu kaji
status cairan dengan menimbang berat badan, kaji atau catat penggunaan
cairan terutama pemasukan dan pengeluaran, lanjutkan pemberian terapi
diuretik (furosemide 10mg).
Evaluasi pada hari kedua, Rabu tanggal 23 April 2013 jam 14.30
WIB yaitu pasien mengatakan pasien mengatakan kedua kakinya masih
bengkak ditandai dengan tekanan darah150/90 mmHg, nadi 85 kali per
menit, pernafasan 24 kali per menit, suhu 36,5°C, berat badan 61 kg, kedua
kaki tampak bengkak, pitting oedema derajad 2, input cairan melalui makan
250 cc, minum 200 cc, infus 1000 cc, buang air besar (tidak buang air besar)
buang air kecil 500 cc, insensible water loss 915 cc, Input 1450 cc, output
1415 cc, balance cairan +135 cc.
Hal ini menyatakan pada hari kedua masalah keperawatan belum
teratasi, maka intervensi tetap dilanjutkan yaitu kaji status cairan dengan
menimbang berat badan, kaji penggunaan cairan terutama pemasukan dan
pengeluaran, lanjutkan pemberian terapi diuretik (furosemide 20mg).
Evaluasi pada hari ketiga, Kamis tanggal 24 April 2013 jam 14.00
WIB yaitu pasien mengatakan pasien mengatakan kedua kakinya masih
bengkak ditandai dengan tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 85 kali per
menit, pernafasan 24 kali per menit, suhu 36,5°C, berat badan 60 kg, kedua
kaki tampak bengkak, pitting oedema derajad 2, pemasukan cairan
melalui makan 250 cc, minum 200 cc, infus 1000 cc, buang air besar
18
(tidak buang air besar) buang air kecil 500 cc, insensible water loss 915 cc,
Input 1450 cc, output 1415 cc, balance cairan +135 cc.
Hal ini menyatakan pada hari ketiga masalah keperawatan belum
juga teratasi, maka intervensi tetap dilanjutkan yaitu kaji status cairan dengan
menimbang berat badan, kaji atau catat penggunaan cairan terutama
pemasukan dan pengeluaran, lanjutkan pemberian terapi diuretic
(furosemide 40mg) dan siapkan pasien untuk hemodialisa yang telah
dijadwalkan secara rutin oleh rumah sakit satu minggu sekali.
19
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan
Bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan
dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan
pada Tn.S dengan Chronic Kidney Desease (CKD) di ruang Melati RSUD Dr.
Soehadi Prijonegoro Sragen.
Ginjal adalah salah satu organ utama sistem kemih atau uriner
(tractus urinarius) yang bertugas menyaring dan membuang cairan sampah
metabolisme dari dalam tubuh. Seperti diketahui, setelah sel-sel tubuh
mengubah makanan menjadi energi, maka akan dihasilkan pula sampah
sebagai hasil sampingan dari preoses metabolisme tersebut yang harus
dibuang segera agar tidak meracuni tubuh. Sebagian dibuang melalui usus
sebagai tinja, sebagian bersama ginjal sebagai urin, dan sisanya dibawa kulit
sebagai keringat (Hadibroto, 2007).
Chronic Kidney Desease (CKD) suatu sindrom klinis penurunan
fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut,
hal ini terjadi bila laju filtrasi glomelurus kurang dari 50 ml per menit
(Suhardjono, 2004). CKD merupakan gangguan fungsi renal yang progresif
dimana kemampuan tubuh tersebut gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehinga terjadi uremia.
20
CKD disebabkan oleh berbagai keadaan, meliputi penyakit-penyakit yang
dapat mengenai ginjal atau pasokan darahnya misalnya glomeluropati,
hipertensi, diabetes. Pada gagal ginjal kronis (GGK) yang sudah lanjut kadar
natrium, kalium, magnesium, amino dan fosfat didalam darah semuanya akan
mengalami peningkatan sementara kadar kalsium menurun. Retensi natrium
dan air akan menaikkan volume intravaskuler yang menyebabkan hipertensi
(Berkowitz, 2012).
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan secara komprehensif pada Tn.S dengan
Chronic Kidney Desease (CKD) pada tanggal 22 April 2013 dengan
metode autoanamnesa dan alloanamnesa. Data yang diperoleh penulis
pada pengkajian riwayat keperawatan, keluhan utama yang dirasakan
pasien adalah kedua kakinya bengkak. Bengkak pada kedua kaki pasien
disebabkan akibat kegagagalan ginjal untuk mengekskresikan cairan
sehingga cairan tetap menumpuk di semua rongga yang ada di tubuh
manusia, akibat pertambahan volume cairan interstisial (Horne M, 2009).
Riwayat penyakit sekarang, pasien datang dengan keluhan kedua
kakinya bengkak dan sesak nafas. Penumpukan cairan pada rongga paru
yang mengakibatkan sesak nafas akibat ekspansi paru tidak maksimal,
penumpukan cairan pada jaringan palpebra akan mengakibatkan palpebra
edema, edema terjadi akibat dari pertambahan volume cairan interstisial
dan di artikan sebagai bengkak yang dapat teraba dari ruang iterstisial
yang terlokasi (Horne M, 2009).
21
Hasil pengkajian tentang pola nutrisi dan metabolisme didapatkan
selama sakit Tn.S kadang-kadang sering mual, hal ini diakibatkan oleh
penumpukan limbah dalam darah atau yang disebut dengan uremia, terjadi
karena fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimana kemampuan ginjal
untuk mempertahankan keseimbangan metabolik, dan cairan serta
elektrolit terganggu (Bruner & Suddart, 2009). Diit yang dianjurkan rumah
sakit adalah nasi rendah garam (NSRG). Tujuan diet rendah garam adalah
membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi (Almatsier, 2004).
Sedangkan selama sakit pasien mengatakan buang air kecil 2 – 3 kali
per hari, keluarga pasien mengatakan ± 500 cc berwarna kuning jernih.
Buang air besar pasien mengatakan belum pernah buang air besar. Nilai
urin normal adalah 1200-1500 cc per 24 jam (Kozier, 2009).
Pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien
lemah. Kesadaran composmentis dengan nilai glasglow coma scale (GCS)
15, eye 4, verbal 5, motoric 6, tanda-tanda vital tekanan darah 140/90
mmHg, nadi 92 kali per menit, teratur dan kuat. Pernafasan 28 kali per
menit, teratur dan nafas dangkal, suhu 36,5°C. Pasien Chronic Kidney
Desease (CKD) selalu mengalami tekanan darah tinggi disebabkan oleh
kelebihan cairan (hipervolemia) dan peningkatan produksi suatu zat yaitu
renin (Yasmine, 2007). Edema biasanya merupakan bukti paling nyata
pada gagal ginjal, penumpukan cairan pada rongga paru yang
mengakibatkan sesak nafas akibat ekspansi paru tidak maksimal, sehinga
22
alat bantu napas oksigen sangat membatu pasien pada gagal ginjal yang
mengalami sesak napas, penumpukan cairan pada jaringan palpebra akan
mengakibatkan palpebra edema, edema atau penumpukan cairan
diakibatkan kebocoran abnormal cairan dari plasma keruang interstisial
dengan melintasi kapiler dan kegagalan linfatik untuk mengembalikan
cairan dari interstisial ke dalam darah (Horne M, 2009). Ekstermitas
bawah pada kedua kaki mengalami edema atau bengkak, pitting edema
derajad 2, Tn.S mengalami pitting edema derajad 2 karena kedalamanya
±3 mm kembali kurang dari 5 detik, rentan nilai derajat edema 2 :
kedalaman 3 – 5 mm dan kembali normal kurang dari 5 detik, edema
adalah penumpukan cairan yang berlebihan dikarenakan peningkatan
permeabilitas kapiler (Desideswita, 2011). Bengkak pada kaki
menyebabkan kulit terlihat mengkilat dan integritas kulit kurang baik, kulit
terlihat kekuning-kuningan akibatkan penimbunan urokrom (Suhardjono,
2004). Perut mengalami asites atau membesar disebabkan akibat
kegagagalan ginjal untuk mengekskresikan cairan sehingga cairan tetap
menumpuk di semua rongga yang ada di tubuh manusia, akibat
pertambahan volume cairan interstisial (Horne M, 2009).
Pengkajian input dan output selama 24 jam dilakukan pada hari
Senin tanggal 22 April 2013 didapatkan input berasal dari makan 250 cc,
minum 600 cc, infus 1500 cc, sehingga didapatkan hasil input 2350 cc.
Output berasal dari buang air besar (tidak buang air besar), buang air kecil
500 cc, insensible water loss (dengan rumus 15 x berat badan pasien) hasil
23
perhitungan 15 x berat badan yaitu 61 kg, hasilnya 915 cc, dan
didapatkan hasil output 1415 cc, maka didapatkan perhitungan balance
cairan yaitu (input – autput) 2350 – 1415 = +935 cc. Didapatkan balance
cairan diatas batas normal, sedangkan rentang normal balance cairan
adalah +/-100, pasien tersebut mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan
cairan : kelebihan volume cairan (Andry, 2008).
Pemeriksaan data penunjang foto rontgen thorax yang dilakukan
tanggal 3 April 2013 didapatkan hasil kardiomegali dan oedema pulmo
dan data laboraturium yang dilakukan pada tanggal 2 April 2013, yaitu
hemoglobin 6,5 g/dl, (normal 12,2 – 18,1 g/dl); Eritrosit 2,96 juta/ul,
(normal 4,04 – 6,13 juta/ul); hematokrit 25,0%, (normal 37,7 – 53,7%);
kreatinin 8,27 mg/dl, ( normal 0,6 – 1,1mg/dl); ureum 79,9 mg/dl,
(normal 10 – 50mg/dl).
Kadar ureum darah normal adalah 20 mg/dl sampai 40 mg/dl
setiap 100 cc darah, tetapi hal ini tergantung dari jumlah normal protein
yang dimakan dan fungsi hati dalam pembentukan ureum. Ginjal juga
memproduksi hormon eritropoetin yang berfungsi mematangkan sel darah
merah, gangguan pada ginjal menyebabkan penderita mengalami anemia
karena hemoglobin menurun (Bauhman Diane, 2009).
Pada pemeriksaan laboratorium semua elemen darah akan terjadi
penurunan, jika kedua ginjal terkena, tanda gejala gagal ginjal akan
muncul. Selain itu, gangguan fungsi ginjal akan menyebabkan penurunan
sel darah, hematokrit serta penurunan kadar hemoglobin sehinga
24
menyebabkan anemia. Keadaan itu kemudian akan membebani ginjal itu
sendiri. Hal lain yang juga terjadi jika fungsi ginjal tergangu adalah terjadi
penumpukan bahan-bahan beracun seperti ureum dan nitrogen yang
merupakan pecahan protein, yaitu suatu keadaan yang disebut sindroma
uremia, sehingga pada gagal ginjal ureum akan mengalami peningkatan
(Farid Aziz, 2008).
Sedangkan hematokrit mengukur volume persentase darah lengkap
yang terdiri dari sel darah merah (SDM). Karena hematokrit mengukur
persentase sel-sel yang berhubungan dengan plasma, maka meningkat atau
menurunnya hematokrit akan dipengaruhi oleh perubahan volume plasma.
Sedangkan gangguan ginjal mengkompensasi kehilangan volume dengan
menahan natrium dan air maka akan tejadi perpindahan cairan dan cairan
interstisial ke dalam plasma sehinga hematokrit akan mengalami
penurunan (Bauhman Diane, 2009).
Sedangkan kreatinin merupakan produk sisa dari perombakan
kreatin fosfat yang terjadi di otot. Kreatinin adalah zat racun dalam darah,
terdapat pada seseorang yang mengalami Chronic Kidney Desease (CKD).
Kadar kreatinin pada seseorang maksimal 1,6 mg/dl. (David R, 2005).
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif dimana kemampuan tubuh tersebut gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehinga terjadi
uremia. CKD disebabkan oleh berbagai keadaan, meliputi penyakit-
25
penyakit yang dapat mengenai ginjal atau pasokan darahnya misalnya
glomeluropati, hipertensi, diabetes (Suhardjono, 2004).
Perhitungan Glomerular Filtrasi Rate (GFR) pada Tn.S dengan
rumus (140 – Usia) x berat badan, dibagi 72 x Scr atau kadar kreatinin
serum, sehingga didapatkan hasil (140 – Usia 47 tahun) x berat badan 61
hasilnya, 5673, dibagi perhitungan dari 72 x Scr atau kadar kreatinin
serum 8,27 mg/dl, hasilnya 595,44 dan didapatkan hasil dari pembagian
5673 : 595,44 = 9,527.
Gangguan fungsi ginjal dapat dikelompokkan menjadi empat
stadium menurut tingkat keparahanya, kondisi normal kerusakan ginjal
dengan nilai glomerular filtration rate (GFR) normal, ginjal berfungsi
diatas 90%, nilai GFR diatas 90 ml per menit per 1,73m2. Stadium satu
kerusakan ginjal ringan dengan penurunan nilai GFR, belum terasa gejala
yang mengganggu, ginjal berfungsi 60-86%, nilai GFR 60-86 ml per menit
per 1,73m2. Stadium dua kerusakan sedang, masih bisa dipertahankan,
ginjal berfungsi 30-59%, nilai GFR 30-59 ml per menit per 1,73m2.
Stadium tiga kerusakan berat, sudah tingkat membahayakan, ginjal hanya
berfungsi 15-29%, nilai GFR 15-29 ml per menit per 1,73m2. Pada Tn.S
hasil yang didapatkan dari perhitungan GFR kurang dari 15% karena
hanya 9,5% dan dapat dikatakan masuk dalam stadium empat kerusakan
parah harus cuci ginjal, funngsi ginjal kurang dari 15%, nilai GFR kurang
dari 15 ml per menit per 1,73m2 (Alam Syamsir, 2007).
26
2. Perumusan Masalah Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian dan observasi diatas, penulis
melakukan analisa data kemudian merumuskan diagnosa keperawatan,
ditandai dengan data subjektif pasien mengatakan kedua kakinya bengkak
sedangkan data objektif ditandai dengan palpebra tampak oedema, pitting
oedema derajad 2, pemeriksaan laboratorium, kreatinin 8,27 mg/dl, ureum
79,9 mg/dl dan balance cairan +935 cc, maka penulis merumuskan
prioritas masalah keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan :
kelebihan volume cairan, dari hasil rumusan masalah penulis menegakkan
diagnosa keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan
volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme pengaturan di
ginjal. Pada kasus yang dialami Tn.S terjadi gangguan pemenuhan
kebutuhan cairan khususnya adalah kelebihan volume cairan, Kelebihan
volume cairan kondisi dimana ketika individu mengalamai atau
beresiko mengalami kelebihan beban cairan intraseluler atau interstisial
(Carpenito, 2009).
Penulis memprioritaskan diagnosa gangguan pemenuhan
kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan berhubungan dengan
gangguan mekanisme pengaturan di ginjal dengan alasan mengacu pada
pengertian Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan fungsi
renal yang progresif dimana kemampuan tubuh tersebut gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
(Berkowitz, 2012). keadaan abnormal yang harus segera ditangani dan jika
27
tidak segera ditangani akan menyebabkan komplikasi yang serius salah
satunya adalah komplikasi kardiovaskuler, penyakit vaskuler merupakan
penyebab utama kematian pada gagal ginjal kronik (Yasmine, 2007).
3. Intervensi
Intervensi yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan
kebutuhan dan respon pasien, sehingga rencana tindakan dapat
dilaksanakan dengan spesifik (jelas), measurable (dapat diukur),
acceptance, rasional dan timing. Pembahasan dari intervensi yang meliputi
tujuan, kriteria hasil yaitu pada diagnosa gangguan pemenuhan kebutuhan
cairan : kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme pengaturan di ginjal mempunyai tujuan yaitu setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam, tindakan keperawatan selama
3x24 jam dilakukan karena kelebihan volume cairan pada gagal ginjal
dapat menyebabkan kelemahan, kehilangan kesadaran dan bahkan koma
seringkali ditandai iritasi neurologis komplikasi tersebut dapat timbul
secara tiba-tiba contohnya kehilangan kesadaran, maka dari itu
penanganan selama 3x24 jam sangat dibutuhkan (Yasmine, 2007).
diharapkan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan
volume cairan dapat teratasi dengan kriteria hasil tidak ada oedema
keseimbangan antara input dan output, hemoglobin dalam batas normal
(12-15,6 g/dl) hematokrit dalam batas normal (33-45%), kreatinin dalam
batas normal (0,6-1,1 mg/dl), ureum dalam batas normal (10 – 50 mg/dl)
28
untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil
yang diharapkan.
Intervensi yang dibuat sesuai dengan teori pada buku Rencana
Asuhan Keperawatan yang dikarang oleh Doengoes mengacu pada
gangguan kebutuhan cairan khususnya kelebihan volume cairan intervensi
yang dibuat sesuai kasus yang mengacu pada kebutuhan dasar pasien
adalah tindakan keperawatan tersebut adalah mengkaji status cairan
dengan menimbang berat badan, untuk mengetahui perkembangan status
cairan yang dialami oleh pasien. Mengkaji/mencatat penggunaan cairan
terutama pemasukan dan pengeluaran, untuk mengetahui keseimbangan
antara input dan output, Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang
pembatasan cairan, cairan dalam tubuh perlu diperhatikan agar tidak
terjadi penumpukan. Perlu diingat bahwa makanan berkuah tetap dihitung
sebagai cairan, kolaborasi dengan dokter pemberian terapi diuretik
golongan diuretik yang berfungsi untuk mengurangi oedema dan hipertensi
ringan sampai sedang (Joyce L, 2003).
4. Implementasi
Penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai rencana yang telah
disusun sebelumnya. Didapatkan hasil implementasi padaTn.S hari
pertama dan kedua berat badan 61 kg, tetapi menurun pada hari ketiga
yaitu 60 kg. Berat badan menurun menunjukan makin membaiknya
29
kondisi pasien (Doengoes, 2006). Pemasukan cairan salah satunya adalah
pemberian infus RL% sekaligus sebagai terapi.
Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan,
cairan dalam tubuh perlu diperhatikan agar tidak terjadi penumpukan.
Perlu diingat bahwa makanan berkuah tetap dihitung sebagai cairan.
Makan makanan yang mengandung sodium yang tinggi dapat
menyebabkan haus, sebaiknya makanan yang dikonsumsi sedikit
mengandung sodium atau garam (Tuti KA, 2003).
Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi diuretik. Pemberian
terapi furosemide, injeksi furosemide adalah golongan diuretik yang
berfungsi untuk mengurangi oedema dan hipertensi ringan sampai sedang
(Doengoes, 2006). Furosemide merupakan diuretik kuat (loop/high-
ceiling) bekerja pada ansa henle dengan menghambat transport klorida
terhadap natrium kedalam sirkulasi (menghambat reabsorbsi natrium
pasif). Garam natrium dan air akan keluar bersama dengan kalium,
kalsium dan magnesium (Joyce L, 2003).
Tindakan keperawatan yang dilakukan selama tiga hari sudah
dilakukan secara komprehensif dengan acuan Rencana Asuhan
Keperawatan (Doengoes, 2006) serta telah berkolaborasi dengan tim
kesehatan lainnya didapatkan data hasil evaluasi keadaan pasien dengan
kriteria hasil belum tercapai, maka gangguan pemenuhan kebutuhan cairan
: kelebihan volume cairan pada Ny.S belum teratasi.
30
5. Evaluasi
Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis kemudian
dilakukan evaluasi pada hari Senin tanggal 22 April 2013 jam 14.00 WIB,
dengan metode SOAP yaitu pasien mengatakan kedua kakinya bengkak
ditandai dengan tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 92 kali per menit,
pernafasan 28 kali per menit, suhu 37°C. berat badan 61 kg, kedua kaki
tampak bengkak, pitting oedema derajad 2, input berasal dari makan 250
cc, minum 600 cc, infus 1500 cc, sehingga didapatkan hasil input 2350
cc. Output berasal dari buang air besar (tidak buang air besar), buang air
kecil 500 cc, insensible water loss 915 cc, dan didapatkan hasil output
1415 cc, maka didapatkan perhitungan balance cairan +935. Hal ini
menyatakan masalah keperawatan belum teratasi karena didapatkan data
subjektif dan objektif belum mencapai kriteria hasil yang telah
diharapkan, hal ini disebabkan oleh gangguan fungsi renal yang progresif
dimana kemampuan tubuh tersebut gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit (Berkowitz, 2012).
Maka intervensi dilanjutkan yaitu kaji status cairan dengan menimbang
berat badan, kaji atau catat penggunaan cairan terutama pemasukan dan
pengeluaran, lanjutkan pemberian terapi diuretik (furosemide 10mg).
Evaluasi pada hari kedua, Rabu tanggal 23 April 2013 jam 14.30
WIB yaitu pasien mengatakan pasien mengatakan kedua kakinya masih
bengkak ditandai dengan tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 85 kali per
menit, pernafasan 24 kali per menit, suhu 36,5°C, berat badan 61 kg,
31
kedua kaki tampak bengkak, pitting oedema derajad 2, input cairan melalui
makan 250 cc, minum 200 cc, infus 1000 cc, buang air besar (tidak buang
air besar) buang air kecil 500 cc, insensible water loss 915 cc, Input 1450
cc, output 1415 cc, balance cairan +135 cc.
Hal ini menyatakan pada hari kedua masalah keperawatan belum
teratasi karena didapatkan data subjektif dan objektif belum mencapai
kriteria hasil yang telah didapatkan, hal ini disebabkan oleh gangguan
fungsi renal yang progresif dimana kemampuan tubuh tersebut gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
terganggu (Berkowitz, 2012). Maka intervensi tetap dilanjutkan yaitu kaji
status cairan dengan menimbang berat badan, kaji/catat penggunaan cairan
terutama pemasukan dan pengeluaran, lanjutkan pemberian terapi diuretik
(furosemide 20mg) dan siapkan pasien untuk hemodialisa yang telah
dijadwalkan secara rutin oleh rumah sakit.
Evaluasi pada hari ketiga, Kamis tanggal 24 April 2013 jam 14.00
WIB yaitu pasien mengatakan pasien mengatakan kedua kakinya masih
bengkak ditandai dengan tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 85 kali per
menit, pernafasan 24 kali per menit, suhu 36,5°C, berat badan 60 kg,
kedua kaki tampak bengkak, pitting oedema derajad 2, pemasukan cairan
melalui makan 250 cc, minum 200 cc, infus 1000 cc, buang air besar
(tidak buang air besar) buang air kecil 500 cc, insensible water loss 915 cc,
Input 1450 cc, output 1415 cc, balance cairan +135 cc.
32
Hal ini menyatakan pada hari ketiga masalah keperawatan belum
juga teratasi karena didapatkan data subjektif dan objektif belum
mencapai kriteria hasil yang telah didapatkan, hal ini disebabkan oleh
gangguan fungsi renal yang progresif dimana kemampuan tubuh tersebut
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit terganggu (Berkowitz, 2012). Maka intervensi tetap dilanjutkan
yaitu kaji status cairan dengan menimbang berat badan, kaji/catat
penggunaan cairan terutama pemasukan dan pengeluaran, lanjutkan
pemberian terapi diuretik (furosemide 40mg) dan siapkan pasien untuk
hemodialisa yang telah dijadwalkan secara rutin oleh rumah sakit.
B. Simpulan
Simpulan yang didapatkan pada asuhan keperawatan pemenuhan
kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan pada Ny.S dengan Chronic
Kidney Disease (CKD) sebagai berikut :
1. Pengkajian didapatkan hasil kedua kakinya bengkak, pasien tampak
lemah palpebra tampak oedema, tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 92
kali per menit, pernafasan 28 kali per menit, Suhu 36,5°C, kreatinin 8,27
mg/dl, ureum 79,9 mg/dl, Pola nutrisi dan metabolisme, selama sakit
pasien mengatakan makan 3 kali sehari, kadang sering mual, makan
hanya habis ½ porsi sesuai diit yang telah diberikan oleh rumah sakit
yaitu diit ginjal rendah garam (NSRG) dan minum habis ± 600 cc per
hari. Pola eliminasi, selama sakit pasien mengatakan buang air kecil per
33
hari ± 400 cc berwarna kuning jernih. Buang air besar 1 kali per hari
dengan konsistensi lembek warna kuning dan bau khas, balance cairan
+935cc.
2. Perumusan masalah yang didapatkan adalah sebagai berikut data
subjektif pasien mengatakan kedua kakinya bengkak sedangkan data
objektif ditandai dengan palpebra tampak oedema, pitting oedema
derajad 2, tekanan darah darah 140/90 mmHg, nadi 92 kali per menit,
pernafasan 28 kali per menit, Suhu 36,5°C, kreatinin 8,27 mg/dl, ureum
79,9 mg/dl, (meningkat) balance cairan +855 cc. Dari perumusan data di
atas maka dapat disimpulkan diagnosa keperawatan yaitu gangguan
pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan berhubungan
dengan gangguan mekanisme pengaturan di ginjal.
3. Tujuan dilakukan intervensi keperawatan adalah setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah gangguan
pemenuhan kebutuhan cairan dapat teratasi dengan kriteria hasil tidak
ada oedema kesimbangan antara input dan output, hemoglobin dalam
batas normal (12-15,6 g/dl) hematokrit dalam batas normal (33-45%),
kreatinin dalam batas normal (0,6-1,1 mg/dl), ureum dalam batas normal
(10 – 50 mg/dl). Intervensi keperawatan yaitu kaji status cairan dengan
menimbang berat badan, kaji/catat penggunaan cairan terutama
pemasukan dan, jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan,
dan kolaborasi dengan dokter pemberian terapi diuretik.
34
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan penulis pada tanggal 22
sampai 24 April 2013 adalah mengkaji status cairan dengan menimbang
berat badan, mengkaji atau mencatat penggunaan cairan terutama
pemasukan dan, menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang
pembatasan cairan, dan mengkolaborasi dengan dokter pemberian terapi
diuretik dan siapkan pasien untuk hemodialisa yang telah dijadwalkan
secara rutin oleh rumah sakit.
5. Evaluasi keperawatan yang dilakukan selama tiga hari pada tanggal 22
sampai 24 april 2013 sudah dilakukan secara komprehensif, serta telah
berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya didapatkan hasil evaluasi
keadaan pasien dengan kriteria hasil belum tercapai, maka gangguan
pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan pada Tn.S belum
teratasi.
6. Tanda dan gejala pada pasien Chronic Kidney Disease (CKD) yang
sesuai dengan teori, tidak semuanya muncul pada pasien kelolaan penulis
tetapi pada dasarnya tanda dan gejala yang muncul sama dengan pasien
yang ada di klinik. Tanda dan gejala yang muncul pada Tn.S adalah
bengkak pada kedua kaki, palpebra tampak oedema, tekanan darah
140/90 mmHg, nadi 92 kali per menit, pernafasan 28 kali per menit, Suhu
36,5°C, kreatinin 8,27 mg/dl, ureum 79,9 mg/dl. Dalam menegakkan
diagnosa medis secara pasti dapat dilakukan pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan laboratorium dan rontgen. Walaupun tanda dan
gejala pasien pengelolaan penulis tidak muncul semua sesuai didalam
35
teori, diagnosa medis Chronic Kidney Disease (CKD) padaTn.S dapat
dipastikan karena tanda dan gejala yang ada pada Tn.S sesuai dengan
konsep teori dan didukung dengan pemeriksaan laboratorium dan
rontgen.
C. Saran
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Chronic Kidney Disease (CKD), penulis akan memberikan usulan dan
masukan positif khususnya dibidang kesehatan antara lain :
1. Bagi institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit)
Hal ini diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan
dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan
maupun klien serta rumah sakit mampu menyediakan fasilitas serta
sarana dan prasarana yang dapat mendukung kesembuhan pasien
sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang
optimal pada umumnya dan pasien Chronic Kidney Disease (CKD)
khususnya.
2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat
Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam
memberikan asuhan keperawatan serta memberikan pelayanan
profesional dan komprehensif pada klien agar lebih maksimal, khususnya
pada klien dengan Chronic Kidney Disease (CKD).
3. Bagi institusi pendidikan
36
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas
dan professional sehingga dapat tercipta perawat profesional, terampil,
inovatif dan bermutu yang mampu memberikan asuhan keperawatan
secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Aida Yaida, Suharjono, (2004), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 2, Ed 3,
FKUI.
Almatsier Sunita, (2004) Penuntun Diet , Gramedia Pustaka IKAPI, Jakarta.
Aziz Farid M, Witjaksono Juliyanto, (2008), Panduan Pelayanan medik; editor
Imam Rasjidi, EGC, Jakarta
Bakri, (2005), htt://Presentase Gagal Ginjal, Abstrak, google cendikia.com,
httpscholar.google.co.idscholarq=penyakit+abstrak+gagal+ginjal+kro
nis&btnG=&hl=id&as_sdt=0%2C5, Diakses, tanggal, 19 April 2013.
Baughman, Diane C, (2009), Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa Yasmin
Asih, EGC, Jakarta.
Berkowitz, Aaron, (2012), Lekture Note Patofisiologi Klinik; Contoh Khasus
Klinis, EGCJakarta.
Burunner dan Suddarth, (2009), Keperawatan Medikal Bedah : Buku Saku untuk,
penulis Dianel, Joann C editor Monika, EGC, Jakarta.
Caerpenito, Lyndia Jual, (2009), Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada praktek
klinik, Ed 9 Jakarta.
Elizabet J, Crowin, (2009), Patofisiologi; Buku Saku, ED 3 EGC, Jakarta.
Farid Aziz dan Julianto Witjaksono, (2008), Panduan Pelaksanaan Medik : Model
Interdisiplin Pernatalaksanaan Kangker Servik dengan gengguan
Ginjal, EGC, Jakarta.
Gibson Jhon, (2004), Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat, Ed 32. EGC,
Jakarta
Hadibroto iwan, Alam syamir. (2007) Gagal Ginjal, Gramedia Pustaka Utama,
IKAPI Jakarta.
Horne, Mima M, (2009), Keseimbangan Cairan, Elektrolit dan Asam basa, Ed. 2,
EGC, Jakarta.
Kozier dan Berman Audarli, (2009), Buku Ajar Keperawatan Klinis. Alih bahasa,
Eny Mellia, Editor alih bahasa Fruriolina, Ed.5, EGC, Jakarta.
Nusantara Yogi, (2013) Aplikasi Informasi Penyakit Ginjal,
htt://scholar.google.co.id/scolar, Diakses tanggal, 29 April 2012.
Potter Patrisia A, (2005), Buku Ajar Funda Mental Keperawatan; konsep proses
dan praktek. Edisi, 4 EGC, Jakarta.
Sabiston, David C,(2009) Buku Ajar Bedah, EGC, Jakarta.
Suhardjono, (2004), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Ed.3, Koordinator
Prof.Dr, Arjmo Tjokronegoro,Ph D, Sp dan Dr. Hendra Utam, SpFK.
Cetakan oleh Gaya Baru Jakarta.
Yasmine Elizabeth, (2009), At a Glance Sistem Ginjal, edition laguage by
blackwell, Amalia Safitri, penerbit Erlangga, EGC, Jakarta.