STRUKTUR KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN DESKRIPSI ...
Transcript of STRUKTUR KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN DESKRIPSI ...
STRUKTUR KALIMAT MAJEMUK
DALAM KARANGAN DESKRIPSI PADA SISWA KELAS XI
MAN 10 JAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011-2012
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh
Anung Adhy Nugroho 107013000825
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
i
ABSTRAK
ANUNG ADHY NUGROHO. 107013000825. STRUKTUR KALIMAT
MAJEMUK DALAM KARANGAN DEKSRIPSI SISWA KELAS XI MA
NEGERI 10 JAKARTA. Skripsi. Jakarta: PBSI FITK UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA.2014
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui struktur kalimat majemuk pada karangan
deskripsi siswa kelas XI MA Negeri 10 Jakarta. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan tehnik analisis isi. Objek
dalam penelitian ini adalah karangan deskripsi siswa kelas XI MA Negeri 10
Jakarta sedangkan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah struktur
kalimat majemuk siswa. Instrumen yang digunakan adalah tes mengarang. Dari
penelitian ini diperoleh 268 kalimat dari 25 karangan yang dianalisis, dari
keseluruhan kalimat tersebut terdapat 142 kalimat majemuk, yang terdiri dari 61
kalimat majemuk setara, 52 kalimat majemuk bertingkat, dan 29 kalimat majemuk
campuran. Dari 142 kalimat majemuk terdapat 142 struktur kalimat yang berbeda.
Dari keseluruhan kalimat majemuk yang dianalisis, tidak terdapat struktur kalimat
yang dominan. Tiap-tiap kalimat majemuk memiliki struktur yang berbeda-beda.
Struktur kalimat majemuk siswa MA Negeri 10 Jakarta sangat kompleks karena
banyak terjadi perluasan-perluasan pada tiap unsurnya, terutama unsur
keterangan. Beberapa contoh struktur kallimat majemuk S+P+K+P+K,
S+P+Pel+K+P+Pel+K, K(P+O)+S+P+S+P+S+P+P+O+K
Kata Kunci : Kalimat Majemuk Dan Karangan Deskripsi
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah
swt, yang telah senantiasa memberikan kesehatan lahir dan batin kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar kesarjanaan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Salawat beserta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar
Muhammad saw. yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan ke zaman
kecerdasan.
Penyusunan skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik karena
adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik berupa moral maupun
material. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., sebagai Ketua Jurusan PBSI yang selalu
memberikan pencerahan kepada penulis;
3. Dra. Hindun, M.Pd., sebagai penasihat akademik yang selalu memberikan
nasihat yang berguna untuk penulis;
4. Dr. Nuryani, M.A., sebagai dosen pembimbing yang telah banyak membantu
penulis dalam penyusunan skripsi ini dan telah bersedia meluangkan waktu,
tenaga, dan pikirannya untuk memberikan petunjuk serta pengarahan kepada
penulis;
5. Drs. Mohammad Yasin, M.Pd., sebagai kepala MAN 10 Jakarta beserta
jajarannya yang telah membantu penulis dengan memberikan izin untuk
mengadakan penelitian di sekolah tersebut;
6. Ayahanda dan Ibunda, atas segala bentuk cinta dan kasih sayangnya kepada
ananda yang selalu memberikan doa, motivasi, bantuan moral, dan material,
semoga Allah swt. selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada keluarga kita.
iii
7. Kakak dan adikku, yang selalu memberikan dukungan dan bantuan baik moral
maupun material yang tak terhingga kepada penulis;
8. Dewi Handayani, teman seperjuangan yang bisa mengembalikan semangat
dan motivasi saya dalam melanjutkan skripsi saya yang telah tertunda selama
dua tahun.
Penulis berdoa dan berharap semoga semua pihak yang telah membantu
dengan kebaikan dan ketulusan mendapat balasan dan menjadi ladang amal di sisi
Allah swt. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga skripsi ini berguna
dan bermanfaat khususnya bagi penulis, umumnya bagi pembaca. Amin.
Jakarta, 11 Juli 2014
Penulis
Anung Adhy Nugroho
107013000825
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PENGGUJI
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................... 3
C. Perumusan Masalah ...................................................... 4
D. Tujuan Penelitian .......................................................... 4
E. Manfaat Penelitian ........................................................ 4
BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Deskripsi Teori .......................................................... 5
a. Struktur Kalimat majemuk ...................................... 5
b. Karangan Deskripsi ................................................ 21
B. Penelitian Relevan ...................................................... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian ........................................................ 28
B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................... 29
C. Objek, Subjek dan Fokus Penelitian ............................. 29
D. Instrumen Penelitian .................................................... 29
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................... 30
F. Teknik Analisis Data ................................................... 31
v
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data .............................................................. 32
B. Penyajian Data .............................................................. 33
C. Analisis Data ............................................................... 57
D. Hasil Interpretasi Data .................................................. 86
E. Keterbatasan Penelitian ................................................. 86
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................... 88
B. Saran ............................................................................ 88
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 89
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................... 90
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Tabel Struktur Pola Kalimat Majemuk……………………. 90
Lampiran 2: Karangan Deskripsi Siswa ................................................. 92
Lampiran 3: Lembar Uji Referensi ........................................................ 102
Lampiran 4: Surat Keterangan Penelitian/Riset ..................................... 103
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi dan alat interaksi yang
digunakan manusia. Selain itu, bahasa juga merupakan alat atau media
yang digunakan manusia untuk bersosialisasi di tengah masyarakat.
Seseorang akan sulit untuk berinteraksi serta bersosialisasi dengan orang
lain apabila bahasa yang digunakan kurang baik. Sebenarnya, bahasa
bukanlah satu-satunya alat untuk berkomunikasi. Namun kenyataanya
bahasa merupakan alat yang paling baik dibandingkan dengan alat
komunikasi yang lain.
Bahasa dapat digunakan secara lisan ataupun secara tertulis,
penggunaan bahasa secara lisan lebih sering digunakan dibandingkan
penggunaan bahasa secara tertulis. Baik penggunaan bahasa secara lisan
maupun tertulis, pada dasarnya dibangun oleh beberapa sistem yang saling
berhubungan. Hal ini sejalan dengan pendapat Keraf.
Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan
simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer, yang
dapat diperkuat dengan gerak-gerik badaniah yang nyata.1
Pendapat lain yang sejalan dengan pendapat di atas dikemukakan oleh
Chaer dan Leonie Agustina, dalam buku sosiolinguistik sebagai berikut.
Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh
komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan.
Sebagai sebuah sistem, bahasa selain bersifat sistematis juga
bersifat sistemis. Dengan sistemis bahasa itu tersusun menurut pola
tertentu, tidak tersusun secara acak dan sembarangan. Sedangkan
sistemis artinya bahasa itu bukan merupakan sebuah sistem tunggal
melainkan terdiri dari sejumlah subsistem, yakni subsistem
fonologi, subsistem sintaksis, dan subsistem leksikon.2
Berdasarkan pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan, bahwa
seseorang akan dapat berbahasa lisan apabila dia telah menguasai dan
dapat menggunakan semua sistem bahasa itu dengan benar.
1 Gorys Keraf. Komposisi. Nusa Indah. 1980. hlm. 2
2 Abdul Chaer dan Leoni Agustina. Sosiolinguistik. Jakarta:Rineka Cipta. 2004. hlm. 11-12.
2
Dalam kehidupan sekolah dan dalam bidang pendidikan, pada
umumnya bahasa indonesia merupakan bahasa pengantar resesi dari taman
kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Oleh karena itu, agar siswa dapat
menguasai bahasa indonesia dengan baik, mereka perlu mendapatkan
pengajaran, pembinaan dan pengembangan yang benar-benar efektif.
Tarigan mengemukakan
Keterampilan bahasa mempunyai empat komponen yaitu: (1)
keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3)
keterampilan membaca, (4) keterampilan menulis. Keempat
keterampilan itu tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya,
karena keempat keterempailan tersebut saling berkaitan.3
Menulis atau mengarang merupakan salah satu keterampilan siswa.
Keterampilan ini dapat dikuasai siswa apabila siswa tersebut telah
menguasai tiga keterampilan berbahasa lainnya. Maka jelaslah di dalam
kegiatan mengarang, siswa dituntut mampu menyusun kalimat-kalimat
yang baik untuk menyampaikan buah pikiran. Struktur kalimat sangat
mempengaruhi makna atau pokok pikiran dalam sebuah kalimat. Apakah
sebuah kalimat memiliki struktur yang kurang baik, maka makna kalimat
tersebut akan sulit untuk dipahami.
Kalimat dalam bahasa Indonesia dibedakan atas ragam dan
bentuknya. Menurut ragamnya, kalimat-kalimat yang terdapat dalam
karangan siswa biasanya ragam kalimat berita. Menurut bentuknya
kalimat-kalimat yang digunakan siswa adalah kalimat tunggal dan
majemuk. Kalimat majemuk terbagi lagi yaitu, kalimat majemuk setara,
kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.
Baik teori maupun praktiknya, pembelajaran kalimat majemuk
telah diajarkan sejak SLTP bahkan sejak SD. Akan tetapi struktur kalimat
majemuk yang digunakan siswa, baik struktur kalimat majemuk setara,
bertingkat, ataupun kalimat majemuk campuran sangat beragam. Hal ini
mungkin karena pembelajaran kalimat majemuk disekolah kurang
mendapatkan perhatian yang serius. Semua itu merupakan tantangan bagi
3 Henry Guntur Tarigan. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.
1986. hlm. 9
3
guru bahasa Indonesia, dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap
struktur kalimat yang baik, khususnya struktur kalimat majemuk. Di
bawah ini beberapa contoh kalimat majemuk yang didapat dari beberapa
karangan deskripsi siswa:
1) Pangandaran merupakan salah satu pantai yang indah, terletak di
daerah Ciamis Jawa Barat.
2) Jika kita memasuki perumahan atau kompleks tersebut, kita pasti akan
menemukan berbagai macam tukang makanan, dari makanan untuk
pagi hari sampai malam.
3) Dari kejauhan aku lihat kabut-kabut yang sejuk dan hamparan sawah
yang menguning.
Dalam proses mengarang banyak siswa lebih cenderung fokus
kepada bentuk karangannya dibandingkan dengan struktur kalimat.
Sehingga kalimat yg terdapat di dalam karangan tidak terlalu diperhatikan.
Serta di dalam proses penilaian terhadap suatu karangan kebanyakan guru
tidak menilai struktur kalimatnya, mereka menilai bentuknya dan isi dari
cerita.
Berdasarkan uraian di atas penulis termotivasi untuk melakukan
penelitian guna mengetahui struktur kalimat majemuk dalam karangan
deskripsi siswa. Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti mengambil judul
struktur kalimat majemuk dalam karangan deskripsi siswa kelas XI
MAN 10 Jakarta tahun pelajaran 2011-2012.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat
diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Beragamnya struktur kalimat majemuk pada karangan deskripsi
2. Pada karangan deskripsi siswa lebih fokus kepada bentuk karangan
dibandingkan dengan struktur kalimat.
4
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang
diuraikan diatas, maka perumusan masalah yang akan dijadikan penelitian
adalalah “Bagaimana struktur kalimat majemuk dalam karangan deskripsi
pada siswa kelas XI MAN 10 Jakarta tahun pelajaran 2011-2012?.”
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengetahui
struktur kalimat majemuk pada karangan deskripsi pada siswa kelas XI
MAN 10 Jakarta tahun pelajaran 2011-2012.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan tentang struktur kalimat majemuk yang sering digunakan
oleh siswa MAN pada karangan deskripsi.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan
oleh guru sebagai acuan untuk bisa menjelaskan kalimat majemuk
secara lebih terperinci dan dapat menentukan metode yang tepat untuk
pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran kalimat
majemuk.
Serta dapat mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa
mengenai struktur kalimat majemuk, dan memberikan gambaran hasil
pembelajaran sebagai umpan balik bagi guru untuk menentukan
pembelajaran bahasa indonesia selanjutnya.
BAB II
KERANGKA TEORITIS DAN PENILITIAN YANG RELEVAN
A. Deskripsi Teori
a. Struktur Kalimat Majemuk
Kata struktur dapat diartikan sebagai suatu kesatuan atas bagian-bagian.
Contohnya pohon, rumah, dan masyarakat. Bagian dari pohon, rumah, dan
masyarakat disebut sebagai struktur. Selain itu, struktur juga memiliki keterkaitan
antara bagian-bagian yang ada. Seperti contoh di atas, bagian pohon, rumah dan
masyarakat memiliki keterkaitan yang teratur. Hal ini menurut Keraf,
“struktur adalah keseluruhan dari relasi antara kesatuan dan bagian-
bagiannya, atau antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Atau
dapat dikatakan struktur adalah perangkat hubungan anatara bagian-bagian
yang teratur, yang membentuk suatu kesatuan yang lebih besar.”1
Kalimat merupakan sebuah struktur karena tiap-tiap bagiannya merupakan
suatu kesatuan yang dibentuk dari bagian-bagian tertentu. Putrayasa
mengemukakan,
“Dalam Bahasa Indonesia terdapat lima struktur (pola) kalimat dasar yaitu:
1) KB+KB (kata benda+kata benda), 2) KB+KK (kata benda+kata kerja),
3) KB+KS (kata benda+kata sifat), 4) KB+Kbil (kata benda+kata
bilangan), dan 5) KB+Kdep (kata benda+kata depan). Pada pola tersebut
kata benda pertama menunjukan subjek, sedangkan kata benda kedua, kata
kerja, kata sifat, kata bilangan, dan kata depan sebagai predikat kalimat.”2
Kita mengenal istilah kalimat panjang dan kalimat pendek. Struktur dasar
kalimat panjang tidak berbeda dengan struktur kalimat pendek. Yang
membedakan kalimat panjang dan kalimat pendek bukan di dalam struktur
kalimatnya, melainkan adanya tambahan-tambahan kata yang menempel pada
subjek atau predikat yang ada. Hal ini sesuai dengan pendapat Widyamartaya,
“panjang atau pendek, kalimat hanya dan harus terdiri atas subjek dan predikat.
1 Gorys Keraf. Eksposisi. Jakarta: Grasindo. 1995. hlm.57
2 Ida Bagus Putrayasa. Analisis kalimat. Bandung: Refika Aditama. 2007.hlm 25.
5
6
Kalimat pendek akan menjadi panjang atau berkembang karena diberi tambahan-
tambahan atau keterangan-keterangan pada subjek, pada predikat, atau pada
keduanya.”3
Sebuah kalimat itu bisa dikatakan sebagai sebuah kalimat jika memiliki
subjek (S) dan predikat (P) di dalamnya, serta di dalam kalimat itu terbentuk
sebuah makna. Hal ini sejalan dengan pendapat Finoza, “kalimat adalah bagian
ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan
intonasinya menunjukan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna.”4
Kalimat adaalah kumpulan kata yang terkecil. Kalimat bukanlah semata-
mata gabungan atau rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk.
Melainkan, di dalam kalimat tersebut mengandung pikiran yang lengkap. Ini
senada dengan pendapat Keraf yang menyatakan bahwa, “kalimat ialah satuan
kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap.”5
Selain dari bentuk kalimat, untuk menyatakan bahwa kalimat itu sudah
lengkap. Kalimat bisa juga ditandai dengan adanya intonasi di bagian ujaran.
Wiyanto mengemukakan bahwa, “kalimat adalah bagian ujaran yang didahului
dan diikuti oleh kesenyapan, sedangkan intonasinya menunjukan bahwa bagian
ujaran itu sudah lengkap.”6
Kalimat harus memiliki struktur subjek, predikat, objek dan keterangan
dan stuktur itu terlihat jelas. Sehingga kalimat tersebut akan memiliki makna atau
ide. Selain itu, makna atau gagasan yang menunjukan sebuah kalimat harus
mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap maksud
penuturannya. Arifin menambahkan, “sebuah kalimat hendaklah berisikan suatu
gagasan atau ide. Agar gagasan atau ide kalimat mudah dipahami pembaca,
fungsi bagian kalimat yang meliputi subjek, predikat, objek dan keterangan, harus
3 A. Widyamartaya. Seni menggayakan kalimat. Yogyakarta: Kanisius. 1990. hlm 9.
4 Lamuddin Finoza. Komposisi bahasa indonesia. Jakarta: Insan Mulia. 2001. hlm 115.
5 Gorys Keraf. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah. 1991. hlm 140.
6 Asul Wiyanto. Tata bahasa sekolah. Jakarta: Grasindo. 2005. hlm 44
7
tampak dengan jelas (eksplisit).”7 Ini sejalan dengan pendapat chaer, “kalimat
harus dilengkapi dengan unsur seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan.”8
1) Unsur atau bagian menjadi pokok pembicaraan, yang lazim disebut
dengan istilah subjek (S)
Contoh:
Kata “lampu” dalam kalimat:
Lampu itu menerangi jalan.
Pada kalimat di atas, yang berfungsi sebagai subjek (S) adalah
lampu. Karena lampu menjadi pokok pembicaraan dalam kalimat
tersebut. Fungsi subjek biasanya diisi oleh kata benda, seperti kata
“lampu” dalam kalimat di atas.
2) Unsur atau bagian yang menjadi komentar tentang subjek, yang lazim
disebut dengan istilah predikat (P).
Contoh:
Kata “membaca” dalam kalimat:
Ayah membaca koran
Pada kalimat di atas, yang berfungsi sebagai predikat (P) adalah
membaca. Karena membaca menjadi komentar tentang subjek
dalam kalimat tersebut. Fungsi predikat biasanya diisi oleh kata
kerja, seperti kata “membaca” dalam kalimat di atas. Tetapi dapat
juga berupa frase kerja, kata sifat atau frase sifat seperti contoh di
bawah ini:
(1) Ani tidak akan pergi
7 E. Zaenal Arifin dan Farid Hadi. 1001 Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Akademika Pressindo.
2009. hlm 116 8 Abdul Chaer. Tata bahasa praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. 2006. hlm 327-328.
8
“Tidak akan pergi” disini menjelaskan sebagai frase kerja.
(2) Gedung itu tinggi
“itu tinggi” disini menjelaskan sebagai frase sifat.
3) Unsur atau bagian yang merupakan pelengkap dari predikat, yang
lazim disebut dengan istilah objek (O).
Contoh:
Kata koran dalam kalimat:
Ayah membaca “koran”.
Pada kalimat di atas, yang berfungsi sebagai objek (O) adalah
koran. Karena koran menjadi pelengkap dari predikat dalam
kalimat tersebut. Fungsi objek biasanya diisi oleh kata benda,
seperti kata “koran” dalam kalimat di atas. Tetapi ada juga frase
benda seperti contoh berikut ini:
Yosef membaca “buku bahasa inggris”.
“buku bahasa inggris” disini menjelaskan sebagai frase benda.
4) Unsur atau bagian yang merupakan penjelasan lebih lanjut terhadap
predikat dan subjek, yang lazim disebut istilah keterangan (K).
Contoh:
Pada frase di dapur dalam kalimat:
Ibu memasak di dapur
Pada kalimat di atas, yang berfungsi sebagai keterangan (K) adalah
dapur. Karena dapur menjadi penjelasan lebih lanjut terhadap
predikat atau subjek dalam kalimat tersebut. Fungsi keterangan di
sini memberi penjelasan tempat dan berfungsi sebagai keterangan.
9
Unsur keterangan ini dapat memberi penjelasan tentang tempat
seperti contoh di atas tetapi juga memberi berbagai penjelasan lain
seperti tentang keterangan waktu, sebab, akibat, syarat, alat, dan
sebagainya.
Contoh:
(1) Hari ini dia datang terlambat (keterangan waktu)
(2) Dia terlambat karena hujan (keterangan sebab)
(3) Dia dipukuli orang ramai sampai babak belur (keterangan
akibat)
(4) Saya akan hadir di sana (keterangan tempat)
(5) Kakak menulis dengan pulpen (keterangan alat)
Walija mengemukakan batasan-batasan antara subjek, predikat, objek,
pelengkap, dan keterangan sebagai berikut:
Fungsi kalimat batasan
Subjek Bagian kalimat yang tindakan atau keadaannya yang
diterangkan oleh predikat.
Predikat Bagian kalimat yang menerangkan tindakan atau
keadaan subjek
Objek Bagian kalimat yang menjadi sasaran tindakan
subjek.
Pelengkap Bagian kalimat yang mirip objek, tetapi tidak dapat
berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif.
keterangan Bagian kalimat yang menjelaskan lebih lanjut
tentang subjek, predikat, atau objek.
Subjek dan predikat merupakan unsur yang harus ada di setiap kalimat,
sedangkan unsur objek dan keterangan tidak harus selalu ada. Ada atau tidaknya
objek dalam sebuah kalimat bergantung pada jenis kata yang menjadi predikat.
10
Sudah kita ketahui bahwa kalimat terdiri dari unsur-unsur yang berupa S,
P, O, Pel, dan K. Memang tidak semua kalimat mengandung semua unsur itu.
Kalimat dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa jenis menurut jumlah klausa
pembentuknya, fungsi isinya, kelengkapan unsurnya dan susunan subjek
predikatnya.
Menurut jumlah klausa pembentuknya, kalimat dapat dibedakan atas dua
macam, yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Klausa pembentuk kalimat
tunggal hanya mengandung satu unsur S, P, O, Pel, dan K. Sedangkan klausa
pembentuk pada kalimat majemuk bisa mengandung dua atau lebih unsur S, P, O,
Pel, dan K. Hal ini sejalan dengan pendapat Wiyanto, “kalimat majemuk adalah
kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih”9
Finoza, dalam bukunya komposisi bahasa indonesia memberikan batasan
mengenai kalimat majemuk, “kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan
gabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal.”10
Senada dengan pendapat di atas keraf berpendapat bahwa, “kalimat
majemuk adalah penggabungan dari dua kalimat tunggal atau lebih, sehingga
kalimat yang baru ini mengandung dua pola kalimat.”11
Sedangkan Alisjahbana
mengemukakan bahwa,
“kalimat majemuk adalah susunan beberapa kalimat yang dalam hubungan
kalimat-kalimat yang banyak itu amat rapat perhubungan isinya,
sedangkan perhubungan yang rapat itu ternyata pula pada cara menyusun
kalimat-kalimat itu, sehingga sekaliannya itu bersama-sama boleh
dianggap menjadi sebuah kalimat baru.”12
Dari semua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat majemuk
adalah kalimat yang berasal dari penggabungan dua kalimat atau lebih yang
menimbulkan sifat-sifat hubungan. Kalimat majemuk bisa terdiri dua kalimat
dengan struktur yang sama, bisa juga dengan dua kalimat dengan dua struktur
9 Asul Wiyanto. Op. Cit. hlm 49.
10 Lamuddin Finoza. Op. Cit. hlm 128.
11 Gorys Keraf. Op. Cit. hlm 167.
12 S. Takdir Alisjahbana. Tata bahasa baru Bahasa Indonesia. Jakarta; Dian Rakyat. 1983. hlm
117
11
yang berbeda. Hasil penggabungan dua kalimat atau lebih memiliki hubungan
yang amat rapat.
Dari penggabungan kalimat itu maka muncul sifat hubungan pola-pola
kalimat dalam sebuah kalimat majemuk. Menurut Keraf, sifat hubungan tersebut
sebagai berikut:
a) Sederajat (koordinatif) : kedudukan pola-pola kalimat tunggal sama
tinggi, tidak ada pola-pola kalimat yang menduduki satu fungsi dari
pola yang lain. b) bertingkat (subordinatif) : hubungan antara pola-pola
kalimat tidak sederajat, karena pola kalimat yang menduduki suatu
fungsi dari pola campuran. c) campuran : hubungan antara pola-pola
kalimat itu dapat sederajat dan bertingkat.13
Senada dengan pendapat di atas Arifin dan Tasai mengemukakan bahwa,
“kalimat majemuk dapat bersifat setara (koordinatif), tidak setara (subordinatif),
ataupun campuran (koordinatif-subordinatif).”14
Sedangkan Wiyanto memberikan batasan atau macam-macam kalimat
majemuk berdasarkan hubungan antar klausanya sebagai berikut:
1) Kalimat majemuk setara,
2) Kalimat majemuk bertingkat,
3) Kalimat majemuk setara rapatan,
4) Kalimat majemuk bertingkat rapatan, dan
5) Kalimat majemuk campuran.15
Bila hubungan antar kedua pola kalimat itu sederajat maka terdapatlah
kalimat majemuk setara. Hubungan setara itu dapat terperinci lagi atas:
1) Setara menggabungkan: pengabunggan itu dapat terjadi dengan
merangkaikan dua kalimat tunggal dengan diantaranya kesenyapan
antara atau dirangkaikan dengan kata-kata tugas seperti: dan, lagi,
sesudah itu, karena itu.
13
Gorys Keraf. Op. Cit. hlm 168 14
E. Zaenal dan Amran Tasai. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Pustaka Antarkota. 1985. hlm 87-88. 15
Asul Wiyanto.Op.Cit. hlm 50.
12
Contoh:
(1a) saya menangkap ayam itu dan ibu memotongnya.
(1b) ayah telah memanjat pohon manngga itu, sesudah itu
dipetiknya beberapa buah.
2) Setara memilih: kata tugas yang dipakai untuk menyatakan hubungan
ini adalah: atau.
Contoh:
Engkau tinggal saja di sini, atau engkau ikut dengan membawa
barang itu.
3) Setara mempertentangkan: kata-kata tugas yang dipakai dalam
hubungan ini adalah: tetapi, melainkan, hanya.
Contoh:
(3a) adiknya rajin, tetapi ia sendiri malas.
(3b) ia tidak menjaga adiknya, melainkan membiarkannya saja.
Alisjahbana mengemukakan hubungan menjajarkan serupa atau
setara terbagi atas: hubungan menjajarkan menyambung, hubungan
menjajarkan mepertentangkan dan hubungan menjajarkan yang
menyatakan sebab akibat.16
Hubungan menjajarkan menyambung terbagi:
1) Menyambung biasa
Contoh:
Ibu menuang teh, bapak membaca surat kabar dan adik
bermain-main
16
S. Takdir Alisjahbana. Op. Cit. hlm 118
13
2) Menyambung menguatkan
Contoh:
(2a) baju yang seburuk itulah diberikannya kepada saya,
itupun dilakukannya dengan hati yang berat.
(2b) bukan saja tidak datang, mengirim suratpun ia tidak.
(2c) pendapatannya yang sedikit itu dipakainya, sehingga
cukup baginya, malahan ia dapat pula menyimpan
sekadarnya untuk hari tuanya.
3) Menyambung mengatur
Contoh:
(3a) mula-mula disuruhnya anak itu duduk, sesudahnya itu
diberinya buku untuk dibaca, kemudian diajaknya becakap-
cakap, akhirnya berulah dikeluarkannya maksudnya yang
sebenarnya.
(3b) pertama saya keberatan akan maksudnya itu, kedua
saya tidak beruang memberi sokongan sebanyak itu, ketiga
saya benci melihat sikapnya yang sombong.
Hubungan menjajarkan mempertentangkan, dapat dibedakan:
1) Mempertentangkan biasa
Contoh:
(1a) adiknya pandai, tetapi kakaknya bodoh.
(1b) musim hujan dingin, musim kemarau sebaliknya
panas.
2) Mempertentangkan mengganti
14
Contoh:
(2a) bukan dia harus dicela, tetapi orang yang dengan
sengaja menghasutnya harus disalahkan.
(2b) saya datang sendiri mengantarkannya, atau saya suruh
anak saya ke rumah tuan.
3) Mempertentangkan mewatasi
Contoh:
(3a) meskipun ia berusaha dengan sungguh-sungguh, tetapi
ia tak maju-majunya.
(3b) karangan tuan sudah diterima, hanya di sana-sini
diadakan beberapa perubahan.
Hubungan menjajarkan yang menyatakan sebab akibat.
Contoh:
(1) Si umi sakit, sebab itu ia tidak sekolah
(2) Engkau tidak menghafal, tentulah nilaimu buruk.
Sugono menambahkan, “kalimat majemuk setara (koordinatif)
adalah struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya,
dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat
tunggal.”17
Sugono membagi kalimat majemuk setara kedalam empat macam
yaitu:
1) Kalimat majemuk setara yang menyatakan gabungan, 2)
kalimat majemuk setara yang menyatakan urutan peristiwa, 3)
17
Dendy Sugono. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara. 1994. hlm 114.
15
kalimat majemuk setara yang menyatakan pilihan, dan 4)
kalimat majemuk setara yang menyatakan perlawanan.18
1) Menyatakan gabungan: kalimat majemuk setara ini ditandai
oleh konjungsi, misalnya dan, serta, dan lagi pula.
Contoh:
(1a) penggembala itu meniup seruling, da teman-temannya
menyanyikan lagu perjuangan.
(1b) pak mandor perkebunan kopi mengawasi mereka dari
jauh, dan para pekerja perkebunan merasa terhibur, serta
para pencari kayu ikut bergembira.
(1c) mereka menyambut para pekerja perkebunan itu, dan
meneriakkan pekik kemerdekaan.
Jika unsur kalimat majemuk setara itu ada tiga kalimat dasar,
ada dua pilahan, yaitu menggunakan dua konjungsi (dan, serta)
secara serentak dan menggunakan tanda koma serta konjungsi dan.
Konjungsi dan dan serta dapat digunakan secara serentak jika ada
tiga kalimat dasar dalam sebuah kalimat majemuk setara gabungan.
Di samping itu dapat juga digunakan konjungsi pada kalimat dasar
yang terakhir. Bahkan cara ini dapat dipakai pada kalimat majemuk
lebih dari tiga kalimat dasar.
Contoh:
Matahari bergerak turun di balik pegunungan, penggembala
mengiring kerbaunya pulang, pak mandor membunyikan
bel, para pekerja perkebunan berangsur meninggalkan
perkebunan kopi, dan suasana sunyi kembali.
18
Ibid. hlm 116
16
Pada kalimat itu hanya digunakan satu konjungsi, yaitu dan,
pada posisi sebelum kalimat dasar yang terakhir. Kalimat dasar
dipisahkan oleh tanda koma.
2) Kalimat majemuk setara pilihan.
Kalimat majemuk ini ditandai oleh kata penghubung atau.
Jika isi pilihan hanya dua, (dua kalimat dasar), dipakai
konjungsi atau diantara dua pilihan itu dan disertai tanda
koma.
Contoh:
(2a) dia mengikuti bimbingan tes SPMB, atau
melanjutkan di perguruan tinggi swasta yang baik.
(2b) kau boleh mengikuti ujian lisan, atau kau
membuat karya ilmiah tentang masalah hukum di
indonesia.
(2c) hasil ujian saya kirim lewat pos, atau anda
ambil di sekretariat FKIP
Jika kalimat majemuk terdiri dari lebih dari dua kalimat
dasar, konjungsi atau ditempatkan pada posisi sebelum
kalimat dasar yang terakhir. Kalimat dasar yang satu ini
dipisahkan dengan tanda koma dari kalimat dasar yang lain.
Contoh:
Santi dapat membaca di papan pengumuman,
meminta penjelasan kepada dosen pembimbing,
atau mencari informasi di biro pendidikan.
2) Kalimat majemuk setara urutan peristiwa
Kalimat majemuk ini ditandai oleh konjungsi lalu, lantas,
terus, kemudian. Meskipun konjungsi merupakan pembatas
kalimat dasar satu dari kalimat dasar yang lain, masih
17
diperlukan tanda koma sebagai pembatas antara kalimat
dasar satu dengan kalimat dasar yang lain.
Contoh:
(3a) sang komandan memberi perintah, lalu mereka
mencari tempat perlindungan.
(3b) sebagai pasukan menerobos perbatasan,
kemudian mereka menghantam pertahanan musuh.
(3c) beberapa kali mereka melancarkan tembakan,
lantas anggota pasukan yang lain menuju
perbatasan.
Jika kalimat majemuk jenis ini terdiri dua kalimat
dasar, ada dua pilihan. Pilihan pertama ialah kalimat
majemuk yang menggunakan konjungsi secara serentak,
dan pilihan kedua ialah kalimat majemuk yang
menggunakan tanda koma dan konjungsi menjadi pemisah
antarkalimat dasar. Konjungsi lalu, lantas, kemudian dapat
digunakan secara serentak. Disamping itu, dapat juga
digunakan satu konjungsi yang terletak pada kalimat dasar
yang akhir.
Contoh:
(1) Seorang prajurit menyelinap di balik pepohonan,
lalu dia mengawasi keadaam sekelilingnya,
lantas dia melihat seorang pencari kayu di ujung
jalan setapak, kemudian dia lari mengejarorang
itu.
(2) Laki-laki pencari kayu itu merasa diikuti orang,
dia menoleh ke belakang, seorang prajurit
berteriak memanggilnya, kemudian mereka
bersama-sama menuju arah selatan.
18
Konjungsi lalu dan lantas pada kalimat pertama itu
dapat ditiadakan tanpa mengubah makna kalimat itu
asalkan masih ada konjungsi terakhir (kemudian).
Sebaliknya, pada kalimat kedua dapat ditempatkan
konjungsi diantara kalimat dasar pertama dan kedua serta
diantara kalimat dasar kedua dan ketiga. Jika hal itu
dilakukan, maka kalimatnya akan berbentuk:
(1) Seorang prajurit menyelinap di balik
pepeohonan, dia mengawasi keadaan
sekelilingnya, dia melihat seorang pencari kayu
diujung jalan setapak, kemudian dia lari
mengejar orang itu.
(2) Laki-laki pencari kayu itu merasa diikuti orang,
lalu dia menoleh ke belakang, lantas seorang
prajurit berteriak memanggilnya, kemudian
mereka bersama-sama menuju arah selatan.
3) Kalimat majemuk setara perlawanan.
Kalimat majemuk ini ditandai oleh konjingsi tetapi,
melainkan dan sedangkan. Konjungsi itu menyatakan
hubungan perlawanan antara kalimat dasar satu dan kalimat
dasar yang lain dalam sebuah kalimat majemuk. Namun,
masih perlu digunakan tanda koma di antara kalimat dasar
yang satu dan kalimat dasar yang lain.
Contoh:
(4a) orang tua selalu meributkan masalah kenakalan
remaja, tetapi kalangan remaja sendiri tak pernah
mempersalahkan hal itu.
(4b) bukan anak-anak remaja yang meributkan
persoalan itu, melainkan orang tua mereka yang
takut anaknya melanggar pergaulan.
19
(4c) orang tua selalu menyalahkan anak-anaknya,
sedangkan mereka sendiri terlalu sibuk dengan
urusan di luar rumah.
Karena kalimat majemuk perlawanan umumnya
terdiri atas dua kalimat dasar, konjungsi perlawanan selalu
hadir. Tanpa konjungsi perlawanan, makna kalimat itu
tidak akan memperlihatkan hubungan perlawanana secara
tegas.
Bila hubungan klausa-klausa tidak sederajat maka
terdapatlah kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk
bertingkat (subordinasi) adalah kalimat majemuk yang hubungan
antara klausa-klausanya tidak sederajat.19
Contoh:
Pencuri itu membuka jendela ketika kami tidur
Dari kalimat di atas dapat dilihat bahwa hubungan antara
klausa pencuri itu membuka jendela dan klausa kami tidur
tidak sederajat.
Sedangkan menurut sugono, “kalimat majemukk bertingkat
adalah kalimat yang mengandung satu kalimat dasar yang
merupakan inti (utama) dan satu atau beberapa kalimat dasar yang
berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur kalimat itu, misalnya
keterangan, subjek, atau objek.20
Walija menambahkan, “hubungan bertingkat ditandai
dengan adanya klausa utama dan klausa bawahan yang dimakasud
klausa bawahan atau subordinat adalah klausa yang berfungsi
19
Asul Wiyanto. Op. Cit. hlm 51 20
Dendy Sugono. Op. Cit. hlm 124
20
sebagai keterangan dari klausa utamanya. Oleh karena itu, klausa
tersebut tidak setara atau bertingkat.”21
Bila terjadi penggabungan kalimat majemuk setara dengan
kalimat majemuk bertingkat, maka akan menghasilkan struktur
kalimat baru yang disebut kalimat majemuk campuran. ini sejalan
dengan wiyanto yang mengemukakan, “kalimat majemuk
campuran adalah kalimat kalimat majemuk yang merupakan
gabungan dari kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk
bertingkat.”22
Contoh:
Sinta menggoreng tempe dan santi mengatur meja
makan ketika ranti mencuci piring.
Keraf menambahkan bahwa, “kalimat majemuk campuran
dapat terdiri dari sebuah pola atasan dan sekurang-kurangnya dua
pola bawahan, atau sekurang-kurangnya dua pola atasan dan satu
atau lebih pola bawahan.”23
1) Satu pola atasan dua pola bawahan.
Contoh:
Kami telah menyelenggarakan sebuah
malam kesenian, yang dimeriahkan oleh
para artis ibu kota, serta dihadiri pula oleh
para pembesar di kota itu
2) Dua pola atasan dan satu atau lebih pola bawahan
Contoh:
21
Walija. Op. Cit. hlm 6 22
Asul Wiyanto. Op. Cit. hlm 54 23
Gorys Keraf. Op. Cit. hlm 170
21
Bapak menyesalkan perbuatan itu, dan
meminta kami berjanji tidak akan
mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama,
yang dapat merugikan nama keluarga dan
kedudukannya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa struktur
kalimat majemuk adalah keseluruhan dari relasi antara kesatuan
dengan bagian-bagian, atau antara bagian yang satu dengan bagian
yang lain di dalam sebuah kalimat majemuk.
b. Karangan Deskripsi
Seorang pengarang adalah seperti seorang pengusaha toko. Ia mempunyai
tumpukan bahan, untuk disuguhkan kepada para pembaca hanya bagaimana cara
mengaturnya. Dalam mengarang seseorang berusaha merangkai kata-kata untuk
menuangkan gagasannya. Hal ini sejalan dengan pendapat finoza bahwa,
“mengarang adalah pekerjaan merangkai atau menyusun kata, frasa,
kalimat, dan alinea yang dipadukan dengan topik dan tema tertentu untuk
memperoleh hasil akhir berupa karangan (bandingkan dengan pekerjaan
merangkai bunga dengan hasil akhir berupa karangan bunga).”24
Di dalam buku teknik mengarang karya caraka, “mengarang adalah
mengungkapkan sesuatu secara jujur, tanpa rasa emosional yang berlebih-lebihan,
realistis dan tidak menghambur-hamburkan kata secara tak perlu.”25
Karsana
menambahkan,
“mengarang adalah mengutarakan sesuatu dengan menggunakan bahasa
secara tertulis. Dengan mengutarakan itu dimaksudkan menyampaikan,
24
Lamuddin Finoza. Op. Cit. hlm 189 25
Cipta Loka Caraka. Teknik Mengarang. Yogyakarta:Kanisius. 1993. hlm 8
22
memberitakan, menceritakan, melukiskan, menerangkan, meyakinkan,
menjelmakan dan sebagainya.”26
Dari ketiga pendapat di atas dapat disiimpulkan bahwa kegiatan
mengarang merupakan pekerjaan menuangkan gagasan atau pikiran dalam bentuk
rangkaian kata-kata.
Kita semua mempunyai gagasan, tetapi dalam melukiskan gagasan
tidaklah mudah. Seringkali kita menemui hambatan-hambatan dalam melukiskan
atau menuangkan gagasan. Walija mengemukakan hambatan-hambatan ketika
akan menuangkan gagasan diantaranya sebagai berikut:
1) Merasa tidak mampu mengarang
2) Merasa gagasannya tidak istimewa atau biasa-biasa saja
3) Merasa takut salah
4) Merasa takut dikritik orang lain
5) Merasa kurang mempunyai data atau bukti-bukti yang cukup untuk
mengarang dengan tema tertentu.
6) Merasa tidak terlatih27
Gagasan merupakan modal pertama seorang pengarang untuk
menuangkannya ke dalam bentuk karangan. Gagasan, ide, atau buah pikiran dapat
disampaikan kedalam bentuk karangan yang sesuai dengan jenis gagasan yang
ingin disampaikan. Walija mewnjelaskan macam-macam jenis gagasan sebagai
berikut:
Penyajian gagasan secara umum dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis,
yaitu 1) pemaparan atau eksposisi, 2) pembahasan atau argumentasi, 3)
penceritaan atau narasi, 4) pelukisan atau deskripsi, dan 5) pembujukan
atau persuasi.28
Pendapat di atas sejalan dengan Finoza, berdasarkan cara penyajian pokok
bahasannya tipe karangan ada lima, yaitu:
26
Ano Karsana. Buku Materi Pokok Keterampilan Menulis. Jakarta. 1986. hlm. 5 27
Walija. Komposisi:Mengolah Gagasan Menjadi Karangan. Jakarta:Penerbit Aksara. 1996. hlm
1 28
Ibid. Hlm 4.
23
1) Karangan deskripsi (pelukisan)
2) Karangan narasi (pengisahan)
3) Karangan eksposisi (pemaparan)
4) Karangan argumentasi (pembahasan)
5) Karangan persuasi (pengajakan)29
1. Karangan deskripsi
Karangan deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertujuan memperluas
pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan melukiskan,
membeberkan suatu objek sesuai dengan ciri-ciri, sifat-sifat, atau hakikat
objek sebenarnya.
2. Karangana narasi
Karangan narasi adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan,
mengisahkan, merangkaikan tindak tanduk, perbuatan manusia dalam
sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu
kesatuan waktu.
3. Karangan eksposisi
Karangan eksposisi adalah karangan yang bertujuan untuk memberi tahu,
mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu.
4. Karangan argumentasi
Karangan argumentasi adalah untuk meyakinkan pembaca agar menerima
atau mengambill suatu doktrin, sikap, dan tingkah laku tertentu.
5. Karangan persuasi
Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan membuat pembaca
percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan yang
mungkin berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat atau gagasan
ataupun seseorang.
Sudah dijelaskan macam-macam karangan, di antaranya karangan narasi,
karangan argumentasi, karangan eksposisi, karangan persuasi, dan karangan
deskripsi. Tulisan deskripsi berupaya untuk menggambarkan sesuatu. Deskripsi
berasal dari kata describere dalam bahasa latin yaitu menulis tentang,
membeberkan sesuatu hal, melukiskan suatu hal. Sedangkan dalam bahasa inggris
29
Lamuddin Finoza. Op. Cit. hlm 190.
24
istilah description (melukiskan). Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmadi,
“deskripsi berarti melukiskan, menggambarkan, mempertunjukan.”30
Menurut Liang Gie deskripsi berarti, “bentuk pengungkapan yang
menggambarkan berbagai cerapan pengarang dengan segenap inderanya yang
bermaksud menimbulkan citra yang sama dalam diri pembaca.”31
Keraf
menambahkan,
“deskripsi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikan
suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa, sehingga objek itu seolah-olah
berada di depan mata kepala pembaca, seakan-akan para pembaca melihat
sendiri objek itu.”32
Dalam deskripsi kita melihat objek garapan secara hidup dan konkrit; kita
melihat objek secara bulat.
Karangan deskripsi berhubungan dengan pengalaman pancaindera seperti
penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasaan. Untuk menulis
satu deksiprsi yang baik seorang pengarang harus dekat kepada objek dan
masalahnya dengan semua pancainderanya.
Finoza menjelaskan. “karangan deskripsi adalah karangan yang lebih
menonjolkan aspek pelukisan sebuah benda sebagaimana adanya.”33
Karangan
deskriptif merupakan gambaran mengenai suatu objek ataupun suatu peristiwa
seolah-olah pembaca merasakan peristiwa tersebut.
Kemampuan penulis dalam menggambarkan sesuatu merupakakan
hal yang utama. Ini senada dengan Wibowo, “deskripsi adalah bentuk
tulisan yang mengutamakan kemampuan penulisnya dalam melukiskan
30
Muksim Ahmadi. Penyusunan dan Pengembangan Paragraf serta Penciptaan Gaya Bahasa
Karangan. Malang: Y A 3. 1991. hlm 21 31
The Liang Gie. Pengantar Dunia Karang-Mengarang. Yogyakarata: Liberty. 1995. hlm 18 32
Gorys Keraf. Op. Cit. hlm. 16 33
Lamuddin Finoza. Op. Cit. hlm 192.
25
atau merinci sesuatu (peristiwa, kejadian, atau lanskap) secara objektif via
kata-kata.”34
Melalui karangan deskripsi, pengarang mengajak pembaca melihat,
mendengar, dan merasakan sesuai dengan apa yang dilukiskan oleh pengarang.
Sudarno dan Rahman menggolongkan deskripsi ke dalam dua bagian, yaitu:
“1) deskripsi ekspositoris: penulis mengajak pembaca agar mengetahui apa
yang dilukiskan. 2) deskripsi impresionistik (stimulasi atau sugestif):
menghendaki adanya kesan atau reaksi.”35
Karangan deskripsi memiliki ciri yang membedakannya dengan karangan-
karangan lain. Brotowidjoyo mengemukakan,
“ciri-ciri karangan deksripsi ialah: sebagian informatif sebagian imaginatif
dan subjektif, nampaknya dapat dipercaya dan tulus, berisi terutama
pendapat pribadinya dan kecenderungannya, mengandung impresi spesifik
tentang sesuatu, bahasanya figuratif dan alami.”36
Dari pendapat-pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa karangan deksripsi adalah penggambaran dari suatu objek
atau kejadian dari hasil pengamatan pancaindera. Berikut ini adalah salah satu
contoh deskripsi.
“tidak sulit menemukan rumah dewa budjana di pekayaon town house,
pejaten barat, jakarta selatan. Di komplek yang hanya ditempati sepuluh
unit rumah itu rumah budjana merupakan satu-satunya rumah yang
mengunakan angkul-angkul itu akan tampak padmasana, tempat doa bagi
pemeluk hindu bali. Di dalam ruangan rumah keluarga kecil ini juga
terdapat pelangkiran, altar pemuja leluhur. Memasuki ruang tamu, kita
disambut gitar di meja kayu. Gitar merek ario pro itu ditanam di meja kayu
yang diberi rongga khusus untuk merebahkan gitar. Meja itu dilapisi kaca
tebal sehingga gitar berada dalam posisi aman tanpa tersentuh tangan. Itu
baru gitar pertama yang terlihat. Naik ke lantai dua kita akan menemui
34
Wahyu Wibowo. Manajemen Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2001. hlm 59 35
Sudarno dan Erman A. Rahman. Terampil Berbahasa Indonesia. Jakarta: PT. Hikmat Syahid
Indah. hlm 117 36
Mukayat D. Brotowidjojo. Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Akademika Pressindo. 1993.
hlm 13-14
26
hampti 50 gitar berbagai merek di satu kamar khusus yang juga berfungsi
sebagai studio.”37
B. Penelitian Relevan
Dalam penelitian ini penulis mengambil penelitian yang relevan sebagai
acuan. Penelitian relevan telah dilakukan oleh Sulis Setiawati, mahasiswa
Universitas Negeri Jakarta, jurusan bahasa dan sastra Indonesia pada tahun 2006.
Dengan judul “Penggunaan Kalimat Majemuk dalam Ragam Jurnalistik pada
Artikel dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa SMA
Lab School Jakarta”. Penelitian ini berbentuk skripsi. Kesimpulan yang diperoleh
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Jenis kalimat majemuk yang terdapat dalam artikel terdiri atas kalimat
majemuk setara (hubungan koordinatif), kalimat majemuk bertingkat
(hubungan subordinatif), dan kalimat campuran.
2. Pola kalimat dalam ragam jurnalistik lebih kompleks dengan susunan
fungsi kalimat yang bertingkat-tingkat.
3. Wartawan lebih sering menggunakan kalimat mejemuk bertingkat
dibandingan dengan kalimat majemuk setara atau campuran.
4. Kalimat majemuk bertingkat (hubungan subordinatif) sangat sering
digunakan dan menempati urutan pertama terbanyak dengan berbagai
tipe perluasan fungsi yaitu: 1) perluasan subjek, 2) perluasan subjek
dan predikat, 3)perluasan subjek dan objek, 4) perluasan subjek dan
pelengkap, 5) perluasan subjek dan keterangan, 6) perluasan objek, 7)
perluasan objek dan predikat, dalam bahasa indonesia dengan baik dan
benar, baik dalam lisan maupun tulis.
Dari penelitian relevan diatas terdapat beberapa perbedaan penelitian
dengan yang sudah saya lakukan:
37
Frans Sartono dan Putu Fajar Arcana. “Gitar di Kamar Budjana”, Kompas. 10 Januari, 2010.
hlm 27
27
1. Tidak ada yang dominan dalam penggunaan kalimat majemuk,
begitupun dengan struktur kalimatnya. Semua kalimat majemuk memiliki
porsi yang sama.
2. Pola kalimat dalam karangan deskripsi siswa tidak ada yang kompleks,
karena susunannya tidak diperhatikan dalam penulisannya. Mereka lebih
fokus kepada bentuk karangannya saja.
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Metode deskriptif merupakan cara penelitian yang digunakan secara teratur
dengan menggali dan membentangkan objek penelitian yang diambil pada
waktu tertentu. Tujuannya untuk menerangkan secara sistematis akan fakta
dan ciri-ciri yang ada. Hal ini sejalan dengan pendapat Nurul Zuriah,
“Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan
gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat,
mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.”1 Melalui metode ini,
peneliti memberikan analisis struktur kalimat majemuk, dan memberikan
kesimpulan sesuai analisis yang telah di lakukan. Melalui metode ini juga
akan diketahui kesimpulan mengenai kalinat majemuk di dalam karangan
deskripsi. Untuk memperoleh data objektif maka dalam penelitian ini
digunakan dalam bentuk penelitian, yaitu:
1. Penelitian kepustakaan atau library research, yaitu penelitian yang
dilakukan dengan mengumpulkan, membaca, dan menganalisis buku
yang ada relevansinya dengan masalah yang dibahas dalam
penelitian.
2. Penelitian lapangan atau field research, yaitu penelitian yang
digunakan untuk memperoleh data-data lapangan langsung.
Penelitian ini dilakukan dengan cara mendatangi langsung sekolah
yang akan diteliti yaitu MAN 10 Jakarta.
1 Dra. Nurul Zuriah, M. Si. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi. Jakarta:
PT Bumi Aksara. 2007. Hlm 47.
29
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Januari sampai desember 2011,
yakni sejak penyusunan proposal, analisis teori, pengumpulan dan pengolahan
data lapangan, penarikan kesimpulan, hingga penyusunan laporan hasil penelitian
dalam bentuk skripsi. Seperti tertulis dalam judul, penelitian ini dilaksanakan di
kelas XI MA Negeri 10 Jakarta tahun pelajaran 2011-2012. Sekolah tersebut
beralamat di Jalan Joglo Baru No. 77, Kembangan, Jakarta Barat.
C. Objek, Subjek, dan Fokus Penelitian
Objek atau populasi dalam penelitian ini adalah karangan deskripsi siswa
kelas XI MA Negeri 10 Jakarta tahun pelajaran 2011-2012. Populasi menurut
Suharsimi Arikunto adalah keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi
populasi atau studi sensus.2 Sedangkan yang menjadi fokus dalam penelitian ini
adalah struktur kalimat majemuk yang terdapat dalam karangan deskripsi siswa
kelas XI. Sementara itu, yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa
kelas XI MAN 10 Jakarta.
D. Instrumen Penelitian.
Instrumen dalam penelitian ini berupa tes mengarang yang diberikan
kepada siswa. Untuk memudahkan penelitian penulis dibantu tabel kerja sebagai
berikut:
2 Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta. 2006. hlm. 130.
30
TABEL ANALISIS STRUKTUR KALIMAT MAJEMUK DALAM
KARANGAN DESKRIPSI SISWA
No.
karangan
No.
kalimat
Bentuk
kalimat
Jenis kalimat
majemuk Jumlah
klausa Pola kalimat
s b c
jumlah
Ket.
S = setara
B = bertingkat
C = campuran
E. Teknik Pengumpulan Data
Selain menggunakan metode deskriptif, penulis juga menggunakan teknik-
teknik untuk mendapatkan data salah satunya adalah observasi. Data yang
diperoleh harus melalui pemilihan yang benar-benar cocok dengan masalah yang
diteliti, sehingga dapat memberikan data sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini
sependapat dengan Mardalis. “observasi atau pengamatan digunakan dalam
rangka mengumpulkan data dalam suatu penelitian, merupakan hasil perbuatan
jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya sesuatu rangsangan
tertentu yang diinginkan.”3 Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan
sebagai berikut:
1. Meminta siswa membuat karangan deskripsi
3 Drs. Mardalis. Metode Penelitian Suatu Penddekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara. 1995. Hlm
63.
31
2. Mengambil karangan siswa yang digunakan
3. Membaca karangan siswa
4. Memilih/menentukan kalimat yang merupakan kalimat majemuk.
F. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis tahap-tahap yang peniliti kerjakan, yaitu:
1. Memberikan penomoran pada setiap data;
2. Mencari tiap-tiap kalimat yang merupakan kalimat majemuk;
3. Menunjukkan letak atau bagian-bagian kalimat yang termasuk kalimat
majemuk dan mengklasifikasikan kalimat majemuk tersebut dalam
jenisnya masing-masing;
4. Menganalisis kalimat yang termasuk kalimat majemuk;
5. Menarik kesimpulan dari data-data yang diperoleh dari hasil analisis;
6. Memberikan saran-saran yang relevan dengan hasil penelitian.
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Dalam penelitian ini penulis menganalisis karangan siswa kelas XI MA
Negeri 10 Jakarta. MA Negeri 10 Jakarta ini berlokasi di bilangan Jakarta Barat,
lebih lengkapnya lagi di Jalan Joglo Baru No. 77, kembangan, Jakarta Barat. MA
Negeri yang dikepalai oleh Mohammad Yasin, Mpd ini sudah memiliki gedung
yang permanen dan bersertifikat. Dibangun pada tahun 1990 dan mulai beroperasi
tahun 1993, MA negeri ini memiliki luas bangunan 1.041.5 m2 dan 3.000m2
untuk luas tanahnya.
MA Negeri ini memiliki Visi sebagai berikut:
a. Unggul dalam bidang akademik dan non akademik
b. Kreatif dalam memiliki daya cipta yang tinggi dan mampu menciptakan
model Pembelajaran Berbasis IT
c. Inovatif dan peka terhadap lingkungan dan perkembangan, serta kaya
terhadap ide reformasi dan berorientasi pada masa depan
d. Terampil dalam penggunaan dan pemanfaatan IPTEK, menguasai dan
menggunakan Bahasa Arab dan Inggris, pengamalan nilai-nilai ajaran
islam, serta penguasaan seni dan olahraga
e. Berwawasan IPTEK berlandaskan IMTAQ, berpikir rasional dan
obyektif berdasarkan IMTAQ, memiliki kompetensi tinggi dalam
memanfaatkan perkembangan IPTEK berlandaskan IMTAQ, serta
memiliki kepekaan tinggi dan kaya akan pembaharuan berdasarkan
IMTAQ
33
f. Menjadi rujukan dan mengembangkan model madrasah berbasis IT,
serta mengembangkan kreatifitas dan produktifitas SDM.
Misi MA Negeri 10 Jakarta sebagai berikut:
a. Menjadikan madrasah sebagai tempat untuk menumbuhkembangkan
keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
b. Menumbuhkembangkan kebiasaan kepribadian yang berbudaya dan
berakhlak mulia.
c. menjadikan madrasah yang unggul secara akademis dan non akademis
d. melaksanakan kegiatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan.
e. meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknonolgi serta
keterampilan peserta didik dalam bidang Bahasa Arab dan Inggris
f. meningkatkan semangat kompetitif
Dari seluruh jumlah karangan siswa peneliti mengambil 25 karangan siswa
yang terdapat kalimat majemuk, kemudian digunakan sebagai bahan skripsi ini.
Dari 25 karangan yang dianalisis diperoleh 268 kalimat, dari keseluruhan kalimat
tersebut terdapat 142 kalimat majemuk, yang terdiri dari 61 kalimat majemuk
setara, 52 kalimat majemuk bertingkat, dan 29 kalimat majemuk campuran. Dari
142 kalimat majemuk tersebut terdapat 142 struktur kalimat yang berbeda.
B. Penyajian Data
Di bawah ini adalah hasil analisis yang dimasukkan ke dalam tabel analisis
sebagai berikut:
34
No.
karan
gan
No.
kali
mat
Bentuk
kalimat
majemuk
Jenis
kalimat
majem
uk Jumlah klausa Pola kalimat
s b c
1. 1. Pangandara
n
merupakan
salah satu
pantai yang
indah,
terletak di
daerah
ciamis
jawa barat.
v
2 klausa S+P+K+P+K
2. Pangandara
n memiliki
keunikan
tersendiri,
disana
terdapat
sebuah
batu ikan
hiu yang
disebut
batu ikan
hiu.
v
2 klausa S+P+Pel+K+P+Pel+K
3. Jika
menjelang
petang atau
sore
sunsetnya
begitu
indah,
udaranya
sangat
sejuk,
burung-
burung
mulai
berkicau,
mendekati
matahari
yang
terbenam.
v
5 klausa K(P+O)+S+P+S+P+S+P+
P+O+K
35
5. Jika pagi
tiba,
anginnya
bertiup
sepoi-
sepoi,
berjalan-
jalan di
pantai,
pasirnya
sangat
bersih
putih,
panorama
alamnya
sangat
indah.
v
5 klausa K+S+P+K+S+P+K+P+K+
S+P+S+P
6. Ketika di
sana, aku
menaiki
sebuah
perahu
setelah itu
menaiki
sebuah
perahu,
ditengah-
tengah laut
tampak
jelas
keindahann
ya.
v
3 klausa K+S+P+O+K+P+O+K+P
+Pel
7. Begitu
sempurna,
ikan-ikan
yang
beraneka
ragam,
terumbu
karang
yang
sangat
indah,
ditambah
v
3 klausa K+S+P+S+P+P+Pel+K
36
lagi
binatang-
binatang
laut yang
sangat
unik.
13. Objek
wisata
yang
banyak
dikunjungi
oleh para
wisatawan
asing
karena
memiliki
panorama
alam yang
indah.
v
2 klausa S+(K+P+O)+K(P+O+K)
16. Pantai
pangandara
n harus
dilestarikan
, agar tetap
menjadi
objek
wisata
yang sering
dikunjungi
oleh
wisatawan
lokal dan
mancanega
ra.
v
3 klausa S+P+K(P+Pel)+K+P+O
2. 1. Perumahan
Mutiara
garuda
yang
terletak di
petukangan
selatan,
terdapat
rumah
v
2 klausa S+P+K+P+Pel
37
seorang
siswa
MAN 10
Jakarta.
2. Jika kita
memasuki
perumahan
atau
komplek
tersebut,
kita pasti
akan
menemuka
n berbagai
macam
tukang
makanan,
dari
makanan
untuk pagi
hari sampai
malam.
v
2 klausa K+S+P+O+S+P+O+K
3. Jika kita
memasuki
perumahan
atau
komplek
tersebut,
kita pasti
akan
menemuka
n berbagai
macam
tukang
makanan,
dari
makanan
untuk pagi
hari sampai
malam.
v
2 klausa K+S+P+O+S+P+K+K
38
4. Ketika kita
hendak
memasuki
komplek
blok C1
No. 2, kita
juga akan
menemui
pepohonan
yang rapih
tempatnya,
untuk
menyantai
setiap sore.
v
3 klausa K+S+P+O+S+P+O+K+K(
P+K)
5. Memasuki
dan
melewati
beberapa
gang
komplek,
kita akan
melihat
rumah
siswa
MAN 10
Jakarta.
v
2 klausa P+O+S+P+O
9. Jika kita
hendak
membuka
pintu
rumah,
terdapat
ruang
tengah
yang amat
rapih, dan
banyak kita
lihat
barang-
barang
antik dari
v
3 klausa K+S+P+O+P+Pel+K+K+
S+P+O+K
39
gelas antik
sampai
patung
yang antik.
10. Jika
hendak
memasuki
kamar
Aidir siswa
MAN 10
Jakarta,
akan
terlihat
gitar listrik
yang
menarik
dan hiasan
kamar yang
menggamb
arkan
cowok-
cowok
dewasa
mempunya
i sosok
yang ideal.
v
3 klausa K+P+O+K+P+Pel+K+S+
P+O+K
11. Tidak di
kamar itu
saja, jika
kita mau
melalui
kamar yang
ada di
lantai atas
yang jika
menaiki
tangganya
kita harus
melewati
dapur yang
sederhana.
v
4 klausa P+K+K+S+P+O+K+K+P
+O+S+P+O+K
40
12. Di lantai
atas
terdapat
ruang
komputer
dan ruang
tamu anak
remaja
untuk
teman-
teman
Aidir, dan
di
kamarnya
pun
terdapat
gitar-gitar
anggota
band MAN
10 Jakarta
yang biasa
ditaruh di
atas
dinding.
v
3 klausa K+P+Pel+K+K+P+Pel+K
+K(P+K)
3. 1. Pagi hari
yang sejuk,
aku lihat
burung-
burung
berkicau
riang,
menyambu
t datangnya
mentari di
ufuk timur.
v
3 klausa S+P+S+P+O+K+P+O+K
2. Dari
kejauhan
aku lihat
kabut-
kabut yang
sejuk dan
hamparan
sawah yang
v
2 klausa K+S+P+O+K+S+P
41
menguning
.
3. Hamparan-
hamparan
rumput
sangat luas
dan
dibasahi
oleh
embun-
embun
pagi.
v
2 klausa S+P+P+O
4. Terlihatlah
dari arah
kejauhan
bukit-bukit
yang
menjulang
tinggi,
disusul
oleh
pohon-
pohon yang
semakin
tinggi.
v
2 klausa P+K+O+K+P+O+K
5. Tak lama
kemudian
seorang
bapak yang
setengah
tua berjalan
mendekati
sawah-
sawah, ibu-
ibu petani
yang sudah
siap untuk
memanen
padi.
v
2 klausa K+S+K+P+O+S+K(P+O)
6. Ku lihat
v
2 klausa S+P+O+K+P+O+K
42
pula anak-
anak kecil
yang
berlarian
dan
bermain-
main
ditambah
angin-
angin yang
sejuk dan
sepoi-
sepoi.
8. Jalan raya
dipenuhi
oleh
kendaraan-
kendaraan,
polusi di
mana-mana
dan
sampah
berserakan
dimana-
mana,
mengotori
setiap
jalan-jalan
dan
selokan.
v
3 klausa S+P+O+S+K+S+P+O+P+
O
9. Setiap pagi
mobil-
mobil
angkutan
penuh
dengan
penumpang
diantaranya
penuh
dengan
anak
sekolah.
v
2 klausa K+S+P+K+K(P+K)
43
11. Siang hari
begitu
panas oleh
sengatan
matahari,
tapi tetap
semilir
angin
menerpa
tempat
tinggalku.
v
2 klausa
K+P+O+K+S+P+O
4. 1. Keadaan
rumahku
yang
sangat
sejuk,
karena dari
mulai
gerbangnya
penuh
dengan pot
bunga-
bunga.
v
2 klausa S+P+K(K+P+K)
2. Warna cat
rumahnya
pun hijau
dan di atas
pintu
pertama
ada bunga
yang
sangat
menyejuka
n hati dan
pikiran.
v
2 klausa S+P+K+S+P+O
3. Di ruang
tamupun
terlihat
bunga-
bunga yang
v
4 klausa K+P+O+K+P+K+K+P+O
+P+O+K+S+P+O
44
indah, dan
masuk ke
ruangan
keluarga
juga
banyak
terlihat
akuarium
dan
terdengar
gemuruh
air dari
akuarium-
akuarium
tersebut,
itupun
sangat
menyenang
kan hati.
4. Masuk ke
kamar-
kamarpun
terlihat
lukisan-
lukisan
bunga atau
pohon-
pohon yang
sangat
hijau dan
menarik
perhatian
orang yang
pernah
datang ke
rumah itu.
v
4 klausa P+K+P+O+K+P+O+K+P
+K
5. Dan setelah
itu masuk
ke ruangan
dapur juga
terlihat
tembok-
v
3 klausa K+P+K+P+O+K(P+Pel)+
P+Pel
45
tembok
dapurnya
yang di cat
hijau dan
diberi
lukisan
tumbuh-
tumbuhan.
7. Dan
keluarga
kamipun
setiap hari
selalu
berkumpul
di belakang
rumah,
karena
menurut
kami
berkumpul
bersama-
sama
keluarga di
dekat
kolam ikan
dan bunga
itu
membawa
semangat
kami untuk
menghadap
i semua
cobaan
yang akan
datang
esok hari.
v
6 klausa S+K+P+K+K(P+O)+P+K
+O+K+P+O+K(P+O)+K+
P+O
5. 1. Rumah
yang indah
terdapat
halaman
rumah
yang
v
3 klausa S+K+P+Pel+K+P+K+S+
K+P+O
46
bersih,
penuh
dengan
pohon-
pohon, dan
bunga-
bunga yang
cantik
menghiasi
halaman
rumah.
2. Di dalam
ruang tamu
terdapat
kursi yang
biasa
ditempati
oleh
keluarga,
untuk
menikmati
siaran
televisi dan
di sini juga
terdapat
foto
keluarga
dan jam
dinding.
v
4 klausa K+P+Pel+K+P+O+K(P+
O)+K+P+Pel
3. Melihat
kesisi lain
rumah
terdapat
kamar tidur
yang di
dalamnya
sangat
sederhana.
Di sana
terdapat
lemari
pakaian,
v
3 klausa P+K+P+Pel+K+K+P+Pel
47
tempat
buku, jam
dan jadwal
pelajaran.
4. Selain
terdapat
ruang tamu
dan kamar
tidur,
terdapat
juga dapur
tempat ibu
memasak
dilengkapi
peralatan
untuk
memasak
yang
bersih.
v
3 klausa P+Pel+P+Pel+K(S+P)+K(
P+O+K)
5. Dilihat dari
sekitar,
keadaan
rumah
tertata
dengan rapi
dan indah
sehingga
kita merasa
nyaman.
v
3 klausa P+K+S+P+K+K(S+P+O)
6. Walaupun
rumah
tersebut
tidak besar
dan jauh
dari
keramaian,
tapi bagiku
rumah
tersebut
indah.
v
3 klausa S+P+P+K+K+S+P
48
7. Apalagi
kalau
melihat ke
halaman
belakang
rumah
terdapat
sawah dan
udara yang
segar
v
2 klausa K+P+K+P+Pel+K
6. 1. Suasana di
taman
bandung
sangat
cerah,
namun
udara di
Bandung
segar dan
dingin.
v
2 klausa S+K+P+S+K+P
2. Di sekitar
taman
wisata baik
dan ramai,
tapi
sayangnya
banyak
sampah-
sampah
yang
berserakan.
v
2 klausa K+P+K+S+P
10. Taman
Ciater
Bandung
ini indah
dan cuaca
yang cerah
agak
mendung,
udaranya
segar.
v
3 klausa S+P+S+K+S+P
49
7. 1. Desa kami
sangat
indah dan
sejuk,
lingkungan
nya sangat
bersih, dan
pendudukn
ya ramah
dan
sejahtera.
v
3 klausa S+P+S+P+S+P
2. Di pagi
hari desa
kami
sangat
segar
karena
disekeliling
kami
banyak
sekali
pepohonan
yang hijau-
hijau, dan
tercampur
binatang
yang unik,
ada itik,
ayam, dan
juga
kambing.
v
3 klausa K+S+P+K(K+S+P)+P+O
+K+K
4. Desa kami
suka sekali
memelihara
binatang
itu dan
kalau
sudah besar
binatang
itu
v
2 klausa S+P+O+K+S+P+O+K
50
menghasilk
an uang,
lumayan
untuk
tambahan
belanja.
7. Tapi masih
banyak
juga
tanaman
yang harus
ditanam,
karena
tanaman itu
memerluka
n air yang
sangat
banyak,
seperti
terong dan
pare.
v
2 klausa K+S+P+K+S+P+O+K+K
9. Dan orang-
orang
kampung
itu
membantu
kannya,
ada yang
memetik
dan juga
mengikatka
n, tapi yang
membantu
itu diberi
upah.
v
2 klausa S+P+K+K+P+Pel
8. 1. Terbentang
luas
samudera
biru, serta
debur
v
2 klausa P+O+S+P+O
51
ombak dan
pasir putih
menghiasi
indahnya
dirimu.
2. Sejuknya
angin
seakan
membuatk
u terlelap
oleh
kesempurn
aan mu,
karang-
karang
yang
membentan
g
menandaka
n
keindahan
kehidupan
mu.
v
2 klausa S+P+O+K+S(P+O).
3. Suasana
yang
bersih,
indah,
seakan-
akan diriku
tak bisa
meninggal
kan
keindahan
mu.
v
2 klausa S+P+K+S+P+O
4. Debur
ombak
sangat
kencang
serta
birunya
airmu
v
2 klausa S+P+S+P+O
52
membuatk
u ingat
akan
kemaha
esaan.
5. Sungguh
maha besar
kuasamu
atas segala
kesempurn
aan, kaulah
surgaku
v
2 klausa K+P+O+K+S+P
6. Ku ingin
selamanya
ada di
dekatmu
karena kau
tak akan
pernah
mati.
v
2 klausa S+P+K+K(S+P)
7. Dirimu
disukai
oleh
banyak
orang yang
ingin
merasakan
keindahan
lingkungan
mu
v
2 klausa S+P+O+K(P+O)
9. 1. Pada suatu
hari aku
memandan
gi
lingkungan
keadaan
rumahku
kemudian
aku melihat
isi rumah
yang
berada di
v
3 klausa K+S+P+O+K+S+P+O+K(
P+K).
53
sekitar
rumahku.
2. Di depan
rumahku
terdapat
pohon
jambu dan
pepohonan
lainnya
untuk
melindungi
dan
menghinda
ri panasnya
matahari.
v
2 klausa K+P+Pel+K(P+O)
3. Bukan
hanya itu
saja yang
aku lihat,
tapi aku
juga
melihat
keadaan isi
rumahku.
v
2 klausa K+S+P+S+P+O
4. Pertama
kulihat
kursi sofa
yang
berwarna
biru dan
memasuki
ke dalam
rumah
banyak
peralatan
rumah
tangga,
ruang
tamu,
kamar
tidur, ruang
keluarga
dan dapur.
v
2 klausa S+P+O+K+P+K+Pel
54
6. Aku kagum
terhadap
jerih payah
kedua
orang
tuaku yang
begitu
peduli
terhadap
lingkungan
tempat
tinggalnya.
v
2 klausa S+P+Pel+K(P+Pel)
8. Suatu saat
aku ingin
seperti
mereka
karena
mereka
bisa
menata dan
menjaga
lingkungan
di
sekitarnya.
v
2 klausa K+S+P+K+K(S+P+O+K)
9. Aku harus
lebih
banyak
belajar dari
mereka,
bagaimana
cara
menjaga
lingkungan
yang baik.
v
2 klausa S+P+K+K+P+O+K
12. Harapanku
adalah
ingin
seperti
kedua
tuaku
karena
v
2 klausa S+P+K+K(S+P+O+K+K)
55
mereka
bisa
menjaga
lingkungan
yang baik
dan sehat
untuk masa
depanku
nanti.
13. Hanya ada
satu hal
yang belum
aku ketahui
yaitu
bagaimana
caranya
diriku
mencintai
lingkungan
.
v
2 klausa K+S+P+K(S+P+O)
10. 1. Sangrila
adalah
tempat
wisata
yang
banyak
sekali
dikunjungi
para
wisatawan
asing,
karena
keindahan
tempat
tersebut.
v
2 klausa S+P+Pel+K+P+O+K
2. Hampir
setiap hari
tempat itu
selalu
ramai,
pasirnya
yang
bersih,
v
4 klausa
K+S+P+S+P+S+P+K(S+P
+K)
56
airnya yang
jernih
membuat
turis
semakin
betah
berlama-
lama di
sana.
3. Sekarang
ini sudah
tidak layak
dikunjungi,
karena
tempat itu
sudah
tercemar
akibat
tangan
manusia
yang tidak
bertanggun
g jawab
yang
membuang
sampah
sembarang
an.
v
3 klausa K+K+P+K[S+P+K(S+K)]
+P+O+K
4. Air laut
yang bersih
menjadi
kotor,
karangpun
akhirnya
mati,
ikanpun
akhirnya
berpindah
tempat,
pasir yang
bersih
menjadi
kotor.
v
4 klausa S+P+K+S+K+P+S+K+P+
S+P+K
57
6. Maka dari
itu kami
sebagai
penerus
bangsa
Indonesia
tidak akan
merusak
lingkungan
tempat
tinggal
kami.
v
2 klausa K+S+P+P+O
C. Analisis Data
Berdasarkan hasil karangan siswa, peneliti mengamati terdapat beragam
macam struktur kalimat majemuk pada karangan siswa kelas XI MA Negeri 10
Jakarta. Adapun data yang dianalisis sebagai berikut.
1. karangan 1 dengan judul pantai pangandaran
Kalimat:
4) Pangandaran merupakan salah satu pantai yang indah, terletak di
daerah ciamis jawa barat.
Kalimat (1) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Pangandaran merupakan salah satu pantai yang indah
(b) Terletak di daerah ciamis jawa barat
Klausa (a) berpola S+P+K, klausa (b) berpola P+K. Ditinjau dari sifat
hubungan antarklausanya. Kalimat (1) termasuk kalimat majemuk
setara.
5) Pangandaran memiliki keunikan tersendiri, disana terdapat sebuah batu
ikan hiu yang disebut batu ikan hiu.
Kalimat (2) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Pangandaran memiliki keunikan tersendiri
58
(b) Disana terdapat sebuah batu ikan hiu yang disebut batu ikan hiu
Klausa (a) berpola S+P+Pel, klausa (b) berpola K+P+Pel+K. Ditinjau
dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (2) termasuk kalimat
majemuk bertingkat.
6) Jika menjelang petang atau sore sunsetnya begitu indah, udaranya sangat
sejuk, burung-burung mulai berkicau, mendekati matahari yang terbenam.
Kalimat (3) mempunyai 5 klausa, yaitu:
(a) Jika menjelang petang atau sore
(b) Sunsetnya begitu indah
(c) Udaranya sangat sejuk
(d) Burung-burung mulai berkicauan
(e) Mendekati matahari yang terbenam
Klausa (a) berpola K(P+O), klausa (b) berpola S+P, klausa (c) berpola
S+P, klausa (d) berpola S+P, klausa (e) berpola P+O+K. Ditinjau dari
sifat hubungan antar klausanya kalimat (3) termasuk kalimat majemuk
campuran.
7) Panorama alam yang jarang sekali ditemukan.
Kalimat (4) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+K(P).
8) Jika pagi tiba, anginnya bertiup sepoi-sepoi, berjalan-jalan di pantai,
pasirnya sangat bersih putih, panorama alamnya sangat indah.
Kalimat (5) mempunyai 5 klausa:
(a) Jika pagi tiba
(b) Anginnya bertiup sepoi-sepoi
(c) Berjalan-jalan di pantai
(d) Pasirnya sangat putih
(e) Panorama alamnya sangat indah
Klausa (a) berpola K+S+P, klausa (b) berpola K+S+P+K, klausa (c)
berpola P+K, klausa (d) berpola S+P, klausa (e) berpola S+P. Ditinjau
59
dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (5) termasuk kalimat
majemuk campuran.
9) Ketika di sana, aku menaiki sebuah perahu setelah itu menaiki sebuah
perahu, ditengah-tengah laut tampak jelas keindahannya.
Kalimat (6) mempunyai 3 klausa, yaitu:
(a) Ketika di sana, aku menaiki sebuah perahu
(b) Setelah itu menaiki sebuah perahu
(c) Di tengah-tengah laut tampak jelas keindahannya
Klausa (a) berpola K+S+P+O, klausa (b) berpola K+P+O, klausa (c)
berpola K+P+Pel. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat
(6) termasuk kalimat majemuk bertingkat.
10) Begitu sempurna, ikan-ikan yang beraneka ragam, terumbu karang yang
sangat indah, ditambah lagi binatang-binatang laut yang sangat unik.
Kalimat (7) mempunyai 3 klausa, yaitu:
(a) Begitu sempurna, ikan-ikan yang beraneka ragam
(b) Terumbu karang yang sangat indah
(c) Ditambah lagi binatang-binatang laut yang sangat unik
Klausa (a) yang berpola K+S+P, klausa (b) berpola S+P, klausa (c)
berpola P+Pel+K. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausa, kalimat (7)
termasuk kalimat majemuk campuran.
11) Biasanya setiap hari, banyak para nelayan dan para penjual aksesoris dari
binatang laut mengambil ikan dan tumbuhan-tumbuhan laut untuk
dimanfaatkan, misalnya untuk kalung, cincin dari terumbu karang, dari
mutiara, dan dari kulit kerang.
Kalimat (8) merupakan kalimat tunggal dengan pola K+S+K+P+O+K.
12) Mereka olah menjadi sebuah aksesoris yang sangat indah.
Kalimat (9) merupakan kallimat tunggal dengan pola S+P+K(O+K)
13) Bahan-bahan yang mereka manfaatkan, benar-benar alami dari laut.
60
Kalimat (10) merupakan kalimat tunggal dengan pola S(S+P)+K.
14) Pangandaran merupakan pantai yang sangat sejuk, bersih, dan indah.
Kalimat (11) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+P+K.
15) Banyak pepohonan di sana.
Kalimat (12) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+K.
16) Objek wisata yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan asing karena
memiliki panorama alam yang indah.
Kalimat (13) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Objek wisata yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan asing
(b) Karena memiliki panorama alam yang sangat indah
Klausa (a) berpola S+(K+P+O), klausa (b) berpola K(P+O+K).
Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (13) termasuk
kalimat majemuk setara.
17) Sungguh sangat bahagia aku bisa kesana.
Kalimat (14) merupakan kalimat tunggal dengan pola K+S+P+K.
18) Keindahan alam yang begitu sempurna.
Kalimat (15) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+K.
19) Pantai pangandaran harus dilestarikan, agar tetap menjadi objek wisata
yang sering dikunjungi oleh wisatawan lokal dan mancanegara.
Kalimat (16) mempunyai 3 klausa, yaitu:
(a) Pantai pangandaran harus dilestarikan
(b) Agar tetap menjadi objek wisata
(c) Yang sering dikunjungi oleh wisatawan lokal dan mancanegara
Klausa (a) berpola S+P, klausa (b) berpola K(P+Pel), klausa (c)
berpola K+P+O. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat
(16) termasuk kalimat majemuk bertingkat.
2. karangan 2 dengan judul block C1 No. 2.
61
Kalimat:
1) Perumahan Mutiara garuda yang terletak di petukangan selatan,
terdapat rumah seorang siswa MAN 10 Jakarta.
Kalimat (1) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Perumahan Mutiara garuda yang terletak di petukangan selatan
(b) Terdapat rumah seorang siswa MAN 10 Jakarta
Klausa (a) berpola S+P+K, klausa (b) berpola P+Pel. Ditinjau dari sifat
hubungan antarklausanya, kalimat (1) termasuk kalimat majemuk
bertingkat.
2) Jika kita memasuki perumahan atau komplek tersebut, kita pasti akan
menemukan berbagai macam tukang makanan, dari makanan untuk
pagi hari sampai malam.
Kalimat (2) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Jika kita memasuki perumahan atau komplek tersebut
(b) Kita pasti akan menemukan berbagai macam tukang makanan, dari
makanan untuk pagi hari sampai malam.
Klausa (a) berpola K+S+P+O, klausa (b) berpola S+P+O+K. Ditinjau
dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (2) termasuk kalimat
majemuk setara.
3) Banyak juga kita temui tukang becak, juga anak remaja yang sedang
santai di taman di depan komplek setiap sore dan malam hari.
Kalimat (3) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Banyak juga kita temui tukang becak
(b) Juga anak remaja yang sedang santai di taman di depan komplek
setiap sore dan malam hari
62
Klausa (a) berpola K+S+P+O, klausa (b) berpola S+P+K+K. Ditinjau
dari sifat hubungan antarklausanya , kalimat (3) termasuk kalimat
majemuk bertingkat.
4) Ketika kita hendak memasuki komplek blok C1 No. 2, kita juga akan
menemui pepohonan yang rapih tempatnya, untuk menyantai setiap
sore.
Kalimat (4) mempunyai 3 klausa, yaitu:
(a) Ketika hendak memasuki komplek blok C1 No. 2
(b) Kita juga akan menemui pepohonan yang rapih tempatnya
(c) Untuk menyantai setiap sore
Klausa (a) berpola K+S+P+O, klausa (b) berpola S+P+O+K, klausa (c)
berpola K(P+K). Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya,
kalimat(4) termasuk kallimat majemuk bertingkat.
5) Memasuki dan melewati beberapa gang komplek, kita akan melihat
rumah siswa MAN 10 Jakarta.
Kalimat (5) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Memasuki dan melawati beberapa gang komplek
(b) Kita akan melihat rumah siswa MAN 10 Jakarta
Klausa (a) berpola P+O, klausa (b) berpola S+P+O. Ditinjau dari sifat
hubungan antarkalusanya, kalimat (5) termasuk kalimat majemuk
setara.
6) Rumah tersebut berwarna biru yang dikelilingi rumah-rumah.
Kalimat (6) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+K+P+O.
7) Rumah tersebut memiliki gerbang yang cukup sederhana.
Kalimat (7) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+P+O+K.
63
8) Jika pagi hari masih terdapat mobil blazer yang masih dihalaman
rumah.
Kalimat (8) merupakan kalimat tunggal dengan pola K+S+Pel+K.
9) Jika kita hendak membuka pintu rumah, terdapat ruang tengah yang
amat rapih, dan banyak kita lihat barang-barang antik dari gelas antik
sampai patung yang antik.
Kalimat (9) mempunyai 3 klausa, yaitu:
(a) Jika hendak membuka pintu rumah
(b) Terdapat ruang tengah yang amat rapih
(c) Dan banyak kita lihat barang-barang antik dari gelas antik sampai
patung yang antik.
Klausa (a) berpola K+S+P+O, klausa (b) berpola P+Pel+K, klausa (c)
berpola K+S+P+O+K. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya,
kalimat (9) termasuk kalimat majemuk bertingkat.
10) Jika hendak memasuki kamar Aidir siswa MAN 10 Jakarta, akan
terlihat gitar listrik yang menarik dan hiasan kamar yang
menggambarkan cowok-cowok dewasa mempunyai sosok yang ideal.
Kalimat (10) mempunyai 3 klausa, yaitu:
(a) Jika hendak memasuki kamar Aidir siswa MAN 10 Jakarta
(b) Akan terlihat gitar listrikyang menarik
(c) Dan hiasan kamar yang menggambarkan cowok-cowok dewasa
mempunyai sosok yang ideal.
Klausa (a) berpola K+P+O+K, klausa (b) berpola P+Pel+K, klausa (c)
berpola S+P+O+K. Ditinjau dari sifat hubungan antarklauasanya,
kalimat (10) termasuk kalimat majemuk bertingkat.
11) Tidak di kamar itu saja, jika kita mau melalui kamar yang ada di lantai
atas yang jika menaiki tangganya kita harus melewati dapur yang
sederhana.
Kalimat (11) mempunyai 4 klausa, yaitu:
64
(a) Tidak di kamar itu saja
(b) Jika kita mau melalui kamar yang ada di lantai atas
(c) Yang jika menaiki tangganya
(d) Kita harus melewati dapur yang sederhana
Klausa (a) berpola P+K, klausa (b) berpola K+S+P+O+K, klausa (c)
berpola K+P+O, klausa (d) berpola S+P+O+K. Ditinjau dari sifat
hubungan antarklausanya, kalimat (11) termasuk kalimat majemuk
campuran.
12) Di lantai atas terdapat ruang komputer dan ruang tamu anak remaja
untuk teman-teman Aidir, dan di kamarnya pun terdapat gitar-gitar
anggota band MAN 10 Jakarta yang biasa ditaruh di atas dinding.
Kalimat (12) mempunyai 3 klausa, yaitu:
(a) Di lantai atas terdapat ruang komputer dan ruang tamu remaja
untuk teman-teman Aidir
(b) Dan dikamarnya pun terdapat gitar-gitar anggota band MAN 10
Jakarta
(c) Yang biasa ditaruh di atas dinding.
Klausa (a) berpola K+P+Pel+K, klausa (b) berpola K+P+Pel+K,
klausa (c) berpola K(P+K). Ditinjau dari sifat hubungan
antarklausanya, kalimat (12) termasuk kalimat majemuk bertingkat.
3. Karangan 3 dengan judul Kampung Halaman Tempat Aku Berteduh.
Kalimat:
65
1) Pagi hari yang sejuk, aku lihat burung-burung berkicau riang,
menyambut datangnya mentari di ufuk timur.
Kalimat (1) mempunyai 3 klausa, yaitu:
(a) Pagi hari yang sejuk
(b) Aku lihat burung-burung berkicau riang
(c) Menyambut datangnya mentari di ufuk timur
Klausa (a) berpola S+P, klausa (b) berpola S+P+O+K, klausa (c)
berpola P+O+K. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat
(1) termasuk kalimat majemuk bertingkat.
2) Dari kejauhan aku lihat kabut-kabut yang sejuk dan hamparan sawah
yang menguning.
Kalimat (2) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Dari kejauhan aku lihat kabut-kabut yang sejuk
(b) Dan hamparan sawah yang menguning
Klausa (a) berpola K+S+P+O+K, klausa (b) berpola S+P. Ditinjau dari
sifat hubungan antarklausanya, kalimat (2) tetrmasuk kalimat majemuk
bertingkat.
3) Hamparan-hamparan rumput sangat luas dan dibasahi oleh embun-
embun pagi.
Kalimat (3) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Hamparan-hamparan rumput sangat luas
(b) Dan dibasahi oleh embun-embun pagi.
Klausa (a) berpola S+P, klausa (b) berpola P+O. Ditinjau dari sifat
hubungan antarklausanya, kalimat (3) termasuk kalimat majemuk
bertingkat.
4) Terlihatlah dari arah kejauhan bukit-bukit yang menjulang tinggi,
disusul oleh pohon-pohon yang semakin tinggi.
66
Kalimat (4) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Terlihatlah dari arah kejauhan bukit-bukit yang menjulang tinggi
(b) Disusul oleh pohon-pohon yang semakin tinggi
Klausa (a) berpola P+K+O+K, klausa (b) berpola P+O+K. Ditinjau
dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (4) termasuk kalimat
majemuk bertingkat.
5) Tak lama kemudian seorang bapak yang setengah tua berjalan
mendekati sawah-sawah, ibu-ibu petani yang sudah siap untuk
memanen padi.
Kalimat (5) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Tak lama kemudian seorang bapak yang setengah tua berjalan
mendekati sawah-sawah
(b) Ibu-ibu petani yang sudah siap untuk memanen padi
Klausa (a) berpola K+S+K+P+O, klausa (b) berpola S+K(P+O).
Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (5) termasuk
kalimat majemuk setara.
6) Ku lihat pula anak-anak kecil yang berlarian dan bermain-main
ditambah angin-angin yang sejuk dan sepoi-sepoi.
Kalimat (6) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Ku lihat pula anak-anak kecil yang berlarian dan bermain-main
(b) Ditambah angin-angin yang sejuk dan sepoi-sepoi
Klausa (a) berpola S+P+O+K, klausa (b) berpola P+O+K. Ditinjau dari
sifat hubungan antarklausanya,, kalimat (6) termasuk kalimat majemuk
setara.
7) Dari sisi lain ku pandang banyak pula orang-orang yang sibuk satu
sama lain.
Kalimat (7) merupakan kalimat tunggal dengan pola K+S+P+O+K.
67
8) Jalan raya dipenuhi oleh kendaraan-kendaraan, polusi di mana-mana
dan sampah berserakan dimana-mana, mengotori setiap jalan-jalan dan
selokan.
Kalimat (8) mempunyai 3 klausa, yaitu:
(a) Jalan raya dipenuhi oleh kendaraan-kendaraan
(b) Polusi di mana-mana dan sampah berserakan dimana-mana
(c) Mengotori setiap jalan-jalan dan selokan
Klausa (a) berpola S+P+O, klausa (b) berpola S+K+S+P+O, klausa (c)
berpola P+O. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (8)
termasuk kalimat majemuk campuran.
9) Setiap pagi mobil-mobil angkutan penuh dengan penumpang
diantaranya penuh dengan anak sekolah.
Kalimat (9) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Setiap pagi mobil-mobil angkutan penuh dengan penumpang
(b) Diantaranya penuh dengan anak sekolah
Klausa (a) berpola K+S+P+K, klausa (b) berpola K(P+K). Ditinjau
dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (9) termasuk kalimat
majemuk bertingkat.
10) Ku pandang lagi dari sisi lingkunganku
Kalimat (10) merupakan kalimat tunggal dengan pola K+P+K.
11) Siang hari begitu panas oleh sengatan matahari, tapi tetap semilir angin
menerpa tempat tinggalku.
Kalimat (11) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Siang hari begitu panas oleh sengatan matahari
(b) Tapi tetap semilir angin menerpa tempat tinggalku
Klausa (a) berpola K+P+O, klausa (b) berpola K+S+P+O. Ditinjau dari
sifat hubungan antarklausanya, kalimat (11) termasuk kalimat
majemuk setara.
68
12) Terpaan angin itulah yang membuat aku terhanyut dalam sebuah
keindahan.
Kalimat (12) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+K(S+P+Pel).
13) Keindahan yang membawa aku dalam kedamaian.
Kalimat (13) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+P+O+K.
14) Itulah hidupku.
Kalimat (14) merupakan kalimat tunggal dengan pola K+S.
15) Itulah kampung halamanku.
Kalimat (15) merupakan kalimat tunggal dengan pola K+S.
4. Karangan 4 dengan judul Rumah yang sejuk.
Kalimat:
1) Keadaan rumahku yang sangat sejuk, karena dari mulai gerbangnya
penuh dengan pot bunga-bunga.
Kalimat (1) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Keadaan rumahku yang sangat sejuk
(b) Karena dari mulai gerbangnya penuh dengan pot bunga-bunga
Klausa (a) berpola S+P, klausa (b) berpola K(K+P+K). Ditinjau dari
sifat hubungan antarklausanya, kalimat (1) termasuk kalimat majemuk
setara.
2) Warna cat rumahnya pun hijau dan di atas pintu pertama ada bunga
yang sangat menyejukan hati dan pikiran.
69
Kalimat (2) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Warna cat rumahnya pun hijau
(b) Dan di atas pintu pertama ada bunga yang sangat menyejukan hati
dan pikiran.
Klausa (a) berpola S+P, klausa (b) berpola K+S+P+O. Ditinjau dari
sifat hubungan antarklausanya, kalimat (2) termasuk kalimat majemuk
setara.
3) Di ruang tamupun terlihat bunga-bunga yang indah, dan masuk ke
ruangan keluarga juga banyak terlihat akuarium dan terdengar
gemuruh air dari akuarium-akuarium tersebut, itupun sangat
menyenangkan hati.
Kalimat (3) mempunyai 4 klausa, yaitu:
(a) Di ruang tamupun terlihat bunga-bunga yang indah
(b) Dan masuk ke ruangan keluarga juga banyak terlihat akuarium
(c) Dan terdengar gemuruh air dari akuarium-akuarium tersebut
(d) Itupun sangat menyenangkan hati.
Klausa (a) berpola K+P+O+K, klausa (b) berpola P+K+K+P+O,
klausa (c) berpola P+O+K, klausa (d) berpola S+P+O. Ditinjau dari
sifat hubungan antarklausanya, kalimat (3) termasuk kalimat majemuk
campuran.
4) Masuk ke kamar-kamarpun terlihat lukisan-lukisan bunga atau pohon-
pohon yang sangat hijau dan menarik perhatian orang yang pernah
datang ke rumah itu.
Kalimat (4) mempunyai 4 klausa, yaitu:
(a) Masuk ke kamar-kamarpun
(b) Terlihat lukisan-lukisan bunga atau pohon-pohon yang sangat hijau
(c) Dan menarik perhatian orang
(d) Yang pernah datang ke rumah itu.
70
Klausa (a) berpola P+K, klausa (b) berpola P+O+K, klausa (c) berpola
P+O+K, klausa (d) berpola P+K. Ditinjau dari sifat hubungan
antarklausanya, kalimat (4) termasuk kalimat majemuk campuran.
5) Dan setelah itu masuk ke ruangan dapur juga terlihat tembok-tembok
dapurnya yang di cat hijau dan diberi lukisan tumbuh-tumbuhan.
Kalimat (5) mempunyai 3 klausa, yaitu:
(a) Dan setelah itu masuk ke ruangan dapur
(b) Juga terlihat tembok-tembok dappurnya yang di cat hijau
(c) Dan diberi lukisan tumbuh-tumbuhan.
Klausa (a) berpola K+P+K, klausa (b) berpola P+O+K(P+Pel), klausa
(c) berpola P+Pel. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat
(5) termasuk kalimat majemuk bertingkat.
6) Dan pergi ke belakang dan ke pinggir rumah ada pot bunga dan kolam
ikan yang sangat panjang yang terbuat dari tembok.
Kalimat (6) merupakan kalimat tunggal dengan pola P+K+O+K+K.
7) Dan keluarga kamipun setiap hari selalu berkumpul di belakang
rumah, karena menurut kami berkumpul bersama-sama keluarga di
dekat kolam ikan dan bunga itu membawa semangat kami untuk
menghadapi semua cobaan yang akan datang esok hari.
Kalimat (7) mempunyai 6 klausa, yaitu:
(a) Dan keluarga kamipun stiap hari selalu berkumpul di belakang
rumah
(b) Karena menurut kami
(c) Berkumpul bersama-sama keluarga di dekat kolam ikan dan bunga
itu
(d) Membawa semangat kami
(e) Untuk menghadapi semua cobaan
(f) Yang akan datang esok hari
71
Klausa (a) berpola S+K+P+K, klausa (b) berpola K(P+O), klausa (c)
berpola P+K+O+K, klausa (d) berpola P+O, klausa (e) berpola
K(P+O), klausa (f) berpola K+P+O. Ditinjau dari sifat hubungan
antarklausanya, kalimat (7) termasuk kalimat majemuk campuran.
5. Karangan 5 dengan judul Keadaan rumah.
Kalimat:
1) Rumah yang indah terdapat halaman rumah yang bersih, penuh dengan
pohon-pohon, dan bunga-bunga yang cantik menghiasi halaman
rumah.
Kalimat (1) mempunyai 3 klausa, yaitu:
(a) Rumah yang indah terdapat halaman rumah yang bersih
(b) Penuh dengan pohon-pohon
(c) Dan bunga-bunga yang cantik menghiasi halaman rumah.
Klausa (a) berpola S+K+P+Pel+K, klausa (b) berpola P+K, klausa (c)
berpola S+K+P+O. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya,
kalimat (1) termasuk kalimat majemuk setara.
2) Di dalam ruang tamu terdapat kursi yang biasa ditempati oleh
keluarga, untuk menikmati siaran televisi dan di sini juga terdapat foto
keluarga dan jam dinding.
Kalimat (2) mempunyai 4 klausa, yaitu:
(a) Di dalam ruang tamu terdapat kursi
(b) Yang biasa ditempati oleh keluarga
(c) Untuk menikmati siaran televisi
72
(d) Dan di sini juga terdapat foto keluarga dan jam dinding
Klausa (a) berpola K+P+Pel, klausa (b) berpola K+P+O, klausa (c)
berpola K(P+O), klausa (d) berpola K+P+Pel. Ditinjau dari sifat
hubungan antarklausanya, kalimat (2) termasuk kalimat majemuk
bertingkat.
3) Melihat kesisi lain rumah terdapat kamar tidur yang di dalamnya
sangat sederhana. Di sana terdapat lemari pakaian, tempat buku, jam
dan jadwal pelajaran.
Kalimat (3) memiliki 3 klausa, yaitu:
(a) Melihat kesisi lain rumah
(b) Terdapat kamar tidur yang di dalamnya sangat sederhana
(c) Di sana terdapat lemari pakaian, tempat buku, jam dan jadwal
pelajaran.
Klausa (a) berpola P+K, klausa (b) berpola P+Pel+K, klausa (c)
berpola K+P+Pel. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat
(3) termasuk kalimat majemuk bertingkat.
4) Selain terdapat ruang tamu dan kamar tidur, terdapat juga dapur tempat
ibu memasak dilengkapi peralatan untuk memasak yang bersih.
Kalimat (4) mempunyai 3 klausa, yaitu:
(a) Selain terdapat ruang tamu dan kamar tidur
(b) Terdapat juga dapur tempat ibu memasak
(c) Dengan dilengkapi peralatan untuk memasak yang bersih
Klausa (a) berpola P+Pel, klausa (b) berpola P+Pel+K(S+P), klausa (c)
berpola K(P+O+K). Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya,
kalimat (4) termasuk kalimat majemuk bertingkat.
5) Dilihat dari sekitar, keadaan rumah tertata dengan rapi dan indah
sehingga kita merasa nyaman.
73
Kalimat (5) mempunyai 3 klausa, yaitu:
(a) Dilihat dari sekitar
(b) Keadaan rumah tertata dengan rapi dan indah
(c) Sehingga kita merasa nyaman
Klausa (a) berpola P+K, klausa (b) berpola S+P+K, klausa (c) berpola
K(S+P+O). Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (5)
termasuk kalimat majemuk setara.
6) Walaupun rumah tersebut tidak besar dan jauh dari keramaian, tapi
bagiku rumah tersebut indah.
Kalimat (6) mempunyai 3 klausa, yaitu:
(a) Walaupun rumah tersebut tidak besar
(b) Dan jauh dari keramaian
(c) Tapi bagiku rumah tersebut indah
Klausa (a) berpola S+P, klausa (b) berpola P+K, klausa (c) berpola
K+S+P. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (6)
termasuk kalimat majemuk bertingkat.
7) Apalagi kalau melihat ke halaman belakang rumah terdapat sawah dan
udara yang segar.
Kalimat (7) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Apalagi kalau melihat ke halaman belakang rumah
(b) Terdapat sawah dan udara yang segar.
Klausa (a) berpola K+P+K, klausa (b) berpola P+Pel+K. Ditinjau dari
sifat hubungan antarklausanya, kalimat (7) termasuk kalimat majemuk
bertingkat.
74
6. Karangan 6 dengan judul Taman Bandung.
Kalimat:
1) Suasana di taman bandung sangat cerah, namun udara di Bandung
segar dan dingin.
Kalimat (1) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Suasana di taman bandung sangat cerah
(b) Namun udara di Bandung segar dan dingin
Klausa (a) berpola S+K+P, klausa (b) berpola S+K+P. Ditinjau dari
sifat hubungan antarklausanya, kalimat (1) termasuk kalimat majemuk
setara.
2) Di sekitar taman wisata baik dan ramai, tapi sayangnya banyak
sampah-sampah yang berserakan.
Kalimat (2) mempunyai 2klausa, yaitu:
(a) Di sekitar taman wisata baik dan ramai
(b) Tapi sayangnya banyak sampah-sampah yang berserakan
Klausa (a) berpola K+P, klausa (b) berpola K+S+P. Ditinjau dari sifat
hubungan antarklausanya, kalimat (2) termasuk kalimat majemuk
setara.
3) Di taman Ciater Bandung ada pemandian air hangat.
Kalimat (3) merupakan kalimat tunggal dengan pola K+S.
4) Ciater Bandung baik untuk dikunjungi
Kalimat (4) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+P+K.
5) Di sana juga ada air terjun yang indah.
Kalimat (5) merupakan kalimat tunggal dengan pola K+S+K.
6) Banyak pengunjung dari lokal dan interlokal.
75
Kalimat (6) merupakan kalimat tunggal dengan pola K+S+K.
7) Taman Ciater Bandung ini terkenal sampai pelosok bumi.
Kalimat (7) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+P+K.
8) Orang-orang yang berdagang pun ramah-ramah.
Kalimat (8) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+P+K.
9) Perjalananya pun cukup jauh.
Kalimat (9) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+K.
10) Taman Ciater Bandung ini indah dan cuaca yang cerah agak mendung,
udaranya segar.
Kalimat (10) mempunyai 3 klausa, yaitu:
(a) Taman Ciater Bandung ini indah
(b) Dan cuaca yang cerah agak mendung
(c) Udaranya segar
Klausa (a) berpola S+P, klausa (b) berpola S+K, klausa (c) berpola
S+P. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (10)
termasuk kalimat majemuk setara.
11) Orang menyebut Bandung kota hujan.
Kalimat (11) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+P+O+K.
12) Taman Bandung adalah tempat wisata yang indah.
Kalimat (12) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+P+K
13) Dan banyak juga sejarahnya.
Kalimat (13) merupakan kalimat tunggal dengan pola K+S.
7. Karangan 7 dengan judul Desa yang indah dan sejuk.
Kalimat:
76
1) Desa kami sangat indah dan sejuk, lingkungannya sangat bersih, dan
penduduknya ramah dan sejahtera.
Kalimat (1) mempunyai 3 klausa, yaitu:
(a) Desa kami sangat indah dan sejuk
(b) Lingkungannya sangat bersih
(c) Dan penduduknya ramah dan sejahtera
Klausa (a) berpola S+P, klausa (b) berpola S+P, klausa (c) berpola
S+P. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (1) termasuk
kalimat majemuk setara.
2) Di pagi hari desa kami sangat segar karena disekeliling kami banyak
sekali pepohonan yang hijau-hijau, dan tercampur binatang yang unik,
ada itik, ayam, dan juga kambing.
Kalimat (2) mempunyai 3 klausa, yaitu:
(a) Di pagi hari desa kami sangat segar
(b) Karena disekeliling kami banyak sekali pepohonan yang hijau-
hijau
(c) Dan tercampur binatang yang unik, ada itik, ayam, dan juga
kambing.
Klausa (a) berpola K+S+P, klausa (b) berpola K(K+S+P), klausa (c)
berpola P+O+K+K. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya,
kalimat (2) termasuk kalimat majemuk bertingkat.
3) Itu termasuk binatang lindung.
Kalimat (3) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+P+Pel.
4) Desa kami suka sekali memelihara binatang itu dan kalau sudah besar
binatang itu menghasilkan uang, lumayan untuk tambahan belanja.
Kalimat (4) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Desa kami suka sekali memelihara binatang itu
(b) Dan kalau sudah besar binatang itu menghasilkan uang, lumayan
untuk tambahan belanja
77
Klausa (a) berpola S+P+O, klausa (b) berpola K+S+P+O+K. Ditinjau
dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (4) termasuk kalimat
majemuk setara.
5) Di desa kami banyak sekali sawah dan kebon yang luas.
Kalimat (5) merupakan kalimat tunggal dengan pola K+S+K.
6) Orang-orang di sana banyak sekali menanami sayur-sayuran yang
mayoritas sayuran sawi, kangkung, dan kemangi.
Kalimat (6) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+K+P+O+K
7) Tapi masih banyak juga tanaman yang harus ditanam, karena tanaman
itu memerlukan air yang sangat banyak, seperti terong dan pare.
Kalimat (7) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Tapi masih banyak juga tanaman yang harus ditanam
(b) Karena tanaman itu memerlukan air yang sangat banyak, seperti
terong dan pare
Klausa (a) berpola K+S+P, klausa (b) berpola KS+P+O+K+K).
Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (7) termasuk
kalimat majemuk setara.
8) Kalau sudah panen sayuran itu menghasilkan uang yang cukup
lumayan.
Kalimat (8) merupakan kalimat tunggal dengan pola K+S+P+O+K.
9) Dan orang-orang kampung itu membantukannya, ada yang memetik
dan juga mengikatkan, tapi yang membantu itu diberi upah.
Kalimat (9) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Dan orang-orang kampung itu membantukannya, ada yang
memetik dan juga mengikatkan
(b) Tapi yang membantu itu diberi upah
Klausa (a) berpola S+P+K, klausa (b) berpola K+P+Pel. Ditinjau dari
sifat hubungan antarklausanya, kalimat (9) termasuk kalmat majemuk
setara.
78
10) Di kampung kami banyak sekali pohon kelapa sawit.
Kalimat (10) merupakan kalimat tunggal dengan pola K+S
11) Orang-orang kampung kami memanfaatkannya untuk minyak kelapa.
Kalimat (11) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+P+K.
8. Karangan 8 dengan judul Pantai Kuta Bali
Kalimat:
1) Terbentang luas samudera biru, serta debur ombak dan pasir putih
menghiasi indahnya dirimu.
Kalimat (1) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Terbentang luas samudera biru
(b) Serta debur ombak dan pasir putih menghiasi indahnya dirimu
Klausa (a) berpola P+O, klausa (b) berpola S+P+O. Ditinjau dari sifat
hubungan antarklausanya, kalimat (1) termasuk kalimat majemuk
setara.
2) Sejuknya angin seakan membuatku terlelap oleh kesempurnaan mu,
karang-karang yang membentang menandakan keindahan
kehidupanmu.
Kalimat (2) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Sejuknya angin seakan membuatku terlelap oleh kesempurnaan mu
(b) Karang-karang yang membentang menandakan keindahan
kehidupanmu.
79
Klausa (a) berpola S+P+O+K, klausa (b) berpola S(P+O). Ditinjau dari
sifat hubungan antarklauasanya, kalimat (2) termasuk kalimat
majemuk setara.
3) Suasana yang bersih, indah, seakan-akan diriku tak bisa meninggalkan
keindahanmu.
Kalimat (3) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Suasana yang bersih, indah
(b) Seakan-akan diriku tak bisa meninggalkan keindahanmu
Klausa (a) berpola S+P, klausa (b) berpola K+S+P+O. Ditinjau dari
Sifat hubungan antarklausanya, kalimat (3) termasuk kalimat majemuk
setara.
4) Debur ombak sangat kencang serta birunya airmu membuatku ingat
akan kemaha esaan.
Kalimat (4) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Debur ombak sangat kencang
(b) Serta birunya airmu membuatku ingat akan kemaha esaan.
Klausa (a) berpola S+P, klausa (b) S+P+O. Ditinjau dari sifat
hubungan antarklausanya, kalimat (4) termasuk kalimat majemuk
setara.
5) Sungguh maha besar kuasamu atas segala kesempurnaan, kaulah
surgaku
Kalimat (5) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Sungguh maha besar kuasamu atas segala kesempurnaan
(b) Kaulah surgaku
Klausa (a) berpola K+P+O+K, klausa (b) berpola S+P. Ditinjau dari
sifat hubungan antarklausanya, kalimat (5) termasuk kalimat majemuk
bertingkat.
80
6) Ku ingin selamanya ada di dekatmu karena kau tak akan pernah mati.
Kalimat (6) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Ku ingin selamanya ada di dekatmu
(b) Karena kau tak akan pernah mati
Klausa (a) berpola S+P+K, klausa (b) berpola K(S+P). Ditinjau dari
sifat hubungan antarklausanya, kalimat (6) termasuk kalimat majemuk
setara.
7) Dirimu disukai oleh banyak orang yang ingin merasakan keindahan
lingkunganmu
Kalimat (7) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Dirimu disukai oleh banyak orang
(b) Yang ingin merasakan keindahan lingkunganmu
Klausa (a) berpola S+P+O, klausa (b) berpola K(P+O). Ditinjau dari
sifat hubungan antarklausanya, kalimat (7) termasuk kalimat majemuk
setara.
8) Matahari yang terbenam seakan menambah indahnya lingkunganmu.
Kalimat (8) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+K+Pel.
9. Karanagan 9 dengan judul Tata Lingkungan Tempat Tinggalku.
Kalimat:
1) Pada suatu hari aku memandangi lingkungan keadaan rumahku
kemudian aku melihat isi rumah yang berada di sekitar rumahku.
Kalimat (1) mempunyai 3 klausa, yaitu:
81
(a) Pada suatu hari aku memandangi lingkungan keadaan rumahku
(b) Kemudian aku melihat isi rumah
(c) Yang berada disekitar rumahku
Klausa (a) berpola K+S+P+O, klausa (b) berpola K+S+P+O, klausa (c)
berpola K(P+K). Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat
(1) termasuk kalimat majemuk bertingkat.
2) Di depan rumahku terdapat pohon jambu dan pepohonan lainnya untuk
melindungi dan menghindari panasnya matahari.
Kallimat (2) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Di depan rumahku terdapat pohon jambu dan pepohonan lainnya
(b) Untuk melindungi dan menghindari panasnya matahari
Klausa (a) berpola K+P+Pel, klausa (b) berpola K(P+O). Ditinjau dari
sifat hubungan antarklausanya, kalimat (2) termasuk kalimat majemuk
setara.
3) Bukan hanya itu saja yang aku lihat, tapi aku juga melihat keadaan isi
rumahku.
Kalimat (3) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Bukan hanya itu saja yang aku lihat
(b) Tapi aku juga melihat keadaan isi rumahku
Klausa (a) berpola K+S+P, klausa (b) berpola S+P+O. Ditinjau dari
sifat hubungan antarklausanya, kalimat (a) termasuk kalimat majemuk
setara.
4) Pertama kulihat kursi sofa yang berwarna biru dan memasuki ke dalam
rumah banyak peralatan rumah tangga, ruang tamu, kamar tidur, ruang
keluarga dan dapur.
Kalimat (4) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Pertama kulihat sebuah kursi sofa yang berwarna biru
82
(b) Dan memasuki ke dalam rumah banyak peralatan rumah tangga,
ruang tamu, kamar tidur, ruang keluarga, dan dapur.
Klausa (a) berpola S+P+O+K, klausa (b) berpola P+K+Pel. Ditinjau
dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (4) termasuk kalimat
majemuk setara.
5) Aku melihat rumahku yang tersusun begitu rapi dan menawan.
Kalimat (5) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+P+O+K
6) Aku kagum terhadap jerih payah kedua orang tuaku yang begitu peduli
terhadap lingkungan tempat tinggalnya.
Kalimat (6) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Aku kagum terhadap jerih payah kedua orang tuaku
(b) Yang begitu peduli terhadap lingkungan tempat tinggalnya.
Klausa (a) berpola S+P+Pel, klausa (b) berpola K(P+Pel). Ditinjau dari
sifat hubungan antarklausanya, kalimat (6) termasuk kalimat majemuk
setara.
7) Aku tak mau kalah dengan kedua orang tuaku.
Kalimat (7) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+P+K
8) Suatu saat aku ingin seperti mereka karena mereka bisa menata dan
menjaga lingkungan di sekitarnya.
Kalimat (8) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Suatu saat aku ingin seperti mereka
(b) Karena mereka bisa menata dan menjaga lingkungan di sekitarnya.
Klausa (a) berpola K+S+P+K, klausa (b) berpola K(S+P+O+K).
Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (8) termasuk
kalimat majemuk setara.
9) Aku harus lebih banyak belajar dari mereka, bagaimana cara menjaga
lingkungan yang baik.
83
Kalimat (9) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Aku harus lebih banyak belajar dari mereka
(b) Bagaimana cara menjaga lingkungan yang baik
Klausa (a) berpola S+P+K, klausa (b) berpola K+P+O+K. Ditinjau dari
sifat hubungan antarklausanya, kalimat (9) termasuk kalimat majemuk
bertingkat.
10) Begitu banyak benda-benda yang berada di rumahku tetap tersusun
rapi, mulai dari kebutuhanku sampai kebutuhan orang tuaku.
Kalimat (10) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+K+P+K
11) Dari dalam rumah hingga sekelilingnya pekarangan rumahku itu amat
sangat menawan.
Kalimat (11) merupakan kalimat tunggal dengan pola kalimat K+P
12) Harapanku adalah ingin seperti kedua tuaku karena mereka bisa
menjaga lingkungan yang baik dan sehat untuk masa depanku nanti.
Kalimat (12) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Harapanku adalah ingin seperti kedua orang tuaku
(b) Karena mereka bisa menjaga lingkungan yang baik dan sehat untuk
masa depanku nanti.
Klausa (a) berpola S+P+K, klausa (b) berpola K(S+P+O+K+K).
Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (12) termasuk
kalimat majemuk setara.
13) Hanya ada satu hal yang belum aku ketahui yaitu bagaimana caranya
diriku mencintai lingkungan.
Kalimat (13) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Hanya ada satu hal yang belum aku ketahui
(b) Yaitu bagaimana caranya diriku mencintai kingkungan
84
Klausa (a) berpola K+S+P, klausa (b) berpola K(S+P+O). Ditinjau dari
sifat hubungan antarklausanya, kalimat (13) termasuk kalimat
majemuk bertingkat.
10. Karangan 10 dengan judul Sanglira
Kalimat:
1) Sangrila adalah tempat wisata yang banyak sekali dikunjungi para
wisatawan asing, karena keindahan tempat tersebut.
Kalimat (1) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Sangrila adalah tempat wisata
(b) Yang banyak sekali dikunjungi para wisatawan asing, karena
keindahan tempat tersebut
Klausa (a) berpola S+P+Pel, klausa (b) berpola K+P+O+K. Ditinjau
dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (1) termasuk kalimat
majemuk setara.
2) Hampir setiap hari tempat itu selalu ramai, pasirnya yang bersih,
airnya yang jernih membuat turis semakin betah berlama-lama di sana.
Kalimat (2) mempunyai 4 klausa, yaitu:
(a) Hampir setiap hari tempat itu selalu ramai
(b) Pasirnya yang bersih
(c) Airnya yang jernih
(d) Membuat turis semakin betah berlama-lama di sana
85
Klausa (a) berpola K+S+P, (b) berpola S+P, klausa (c) berpola S+P,
klausa (d) berpola K(S+P+K). Ditinjau dari sifat hubungan antar
klausanya, kalimat (2) termasuk kalimat majemuk campuran.
3) Sekarang ini sudah tidak layak dikunjungi, karena tempat itu sudah
tercemar akibat tangan manusia yang tidak bertanggung jawab yang
membuang sampah sembarangan.
Kalimat (3) mempunyai 3 klausa, yaitu:
(a) Sekarang ini sudah tidak layak dikunjungi
(b) Karena tempat itu sudah tercemar akibat tangan manusia yang
tidak bertanggung jawab
(c) Yang membuang sampah sembarangan
Klausa (a) berpola K+K+P, klausa (b) berpola K[S+P+K(S+K)],
klausa (c) berpola P+O+K. Ditinjau dari sifat hubungan
antarklausanya, kalimat (3) termasuk kalimat majemuk bertingkat.
4) Air laut yang bersih menjadi kotor, karangpun akhirnya mati, ikanpun
akhirnya berpindah tempat, pasir yang bersih menjadi kotor.
Kalimat (4) mempunyai 4 klausa, yaitu:
(a) Air laut yang bersih menjadi kotor,
(b) Karangpun akhirnya mati
(c) Ikanpun akhirnya berpindah tempat
(d) Pasir yang bersih menjadi kotor
Klausa (a) berpola S+P+K, klausa (b) berpola S+K+P, klausa (c)
berpola S+K+P, klausa (d) berpola S+P+K. Ditinjau dari sifat
antarklausanya, kalimat (4) termasuk kalimat majemuk campuran.
5) Akhirnya tempat itu pun hanya menyisakan nama saja.
Kalimat (5) merupakan kalimat tunggal dengan pola K+S+P+K
6) Maka dari itu kami sebagai penerus bangsa Indonesia tidak akan
merusak lingkungan tempat tinggal kami.
86
Kalimat (6) mempunyai 2 klausa, yaitu:
(a) Maka dari itu kami sebagai penerus bangsa indonesia
(b) Tidak akan merusak lingkungan tempat tinggal kami.
Klausa (a) berpola K+S+P, klausa (b) berpola P+O. Ditinjau dari sifat
hubungan antarklausanya, kalimat (6) termasuk kalimat majemuk
bertingkat.
Hasil analisis tersebut selanjutnya dimasukan ke dalam tabel analisis
sebagai berikut.
D. Hasil Interpretasi Data
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh 142 kalimat majemuk dengan
142 struktur kalimat yang berbeda. Tidak ada struktur kalimat yang dominan,
semua kalimat majemuk memiliki struktur kalimat yang berbeda-beda.
E. Keterbatasan penelitian
Keterbatasan penelitian ini sebagai berikut.
1. Penulis tidak memperhitungkan lingkungan, situasi, dan kondisi siswa dalam
penelitian ini.
87
2. Penulis menganalisis seluruh karangan siswa, sumber yang dianalisis hanya 25
karangan
3. Peneliti hanya menentukan struktur kalimat majemuk setara, kalimat majemuk
bertingkat, dan kalimat majemuk campuran. Dalam menentukan struktur
kalimat majemuk penulis tidak terlepas dari pendapat para ahli.
88
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis terhadap data-data hasil penelitian yang telah
diuraikan pada bab IV, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut.
1. Berdasarkan 25 karangan yang dianalisis diperoleh 268 kalimat, dari
keseluruhan kalimat tesebut terdapat 142 kalimat majemuk, yang terdiri
dari 61 kalimat majemuk setara, 52 kalimat majemuk bertingkat, dan 29
kalimat majemuk campuran.
2. Dari 142 kalimat majemuk terdapat 142 struktur kalimat yang berbeda.
Struktur kalimat majemuk terlampir dalam bentuk tabel.
3. Dari keseluruhan kalimat majemuk yang dianalisis, tidak terdapat struktur
kalimat yang dominan. Tiap-tiap kalimat majemuk memiliki struktur yang
berbeda-beda.
5.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan di dalam penelitian ini adalah.
1. Bagi guru, hendaknya menyiapkan materi tentang kalimat majemuk sesuai
kemampuan siswa secara bervariasi, selain itu guru hendaknya
memberikan banyak latihan membuat kalimat majemuk kepada siswa.
2. Bagi sekolah, sebaiknya menambahkan buku-buku mengenai kalimat
majemuk.
3. Bagi siswa, harus lebih memperhatikan materi tentang kalimat majemuk dan
memperbanyak latihan membuat kalimat majemuk, agar dapat membuat
dan menggunakan kalimat majemuk dengan struktur yang baik
89
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Muksin. 1991. Penyusunan dan Pengembangan Paragraf serta
Penciptaan Gaya Bahasa Karangan. Malang: Y A 3
Akhadiah, Sabarti, dkk. 1989. Pembinaan keterampilan Menulis Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga
Alisjahbana, S. Takdir. 1983. Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jakarta: Dian
Rakyat
Arifin, E. Zaenal dan Farid Hadi. 2009. 1001 kesalahan Berbahasa. Jakarta:
Akademika Pressindo
Brotowidjoyo, Mukayat D. 1993. Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Akademika
Pressindo
Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 2004. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta
Caraka, Cipta Loka. 1993. Tehnik Mengarang. Yogyakarta: kanisius
Finoza, Lamuddin. 2001. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia
Gie, The Liang. 1995. Pengantar Dunia karang-mengarang. Yogyakarta: Liberty
Karsana, Ano. 1986. Keterampilan Menulis. Jakarta: Karunika
Keraf, Gorys. 1980. Komposisi. Flores: Nusa Indah
__________. 1991. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah
__________. 1995. Eksposisi. Jakarta: Grasindo
Putrayasa, Ida Bagus. 2007. Analisis Kalimat. Bandung: Refika Aditama
Sartono, Frans dan Putu Fajar Arcana. 2010. “gitar di kamar budjana”. Kompas
90
Sudarno dan Erman A. Rahman. Terampil Berbahasa Indonesia. Jakarta: PT.
Hikmah Syahid Indah.
Sugono, Dendy. 1994. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa
Walija. 1996. KOMPOSISI: Mengolah Gagasan Menjadi Karangan. Jakarta:
Penebar Aksara
_____. 2006. Kupas Kalimat. Jakarta: FKIP UHAMKA
Wibowo, Wahyu. 2001. Manajemen Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
Widyamartaya, A. 1990. Seni Menggayakan Kalimat. Yogyakarta: Kanisius
Wiyanto, Asul. 2005. Tata Bahasa Sekolah. Jakarta: Grasindo
Zaenal, E dan Amran Tasai. 1985. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Pustaka Antarkota
;r1
Tabel struktur kalimat majemuk
No Pola kalimat rnajemuk Jumlah strukturkalimat
1 S+P+K+P+K 32 S+P+Pel+K+P+Pe!+K 23 K(P+o)+S+P+S+P+s+P+p+o+K 24 K+S+P+K+S+P+K+P+K+S+P+S+P 25 K+S+P+O+K+P+ O+K+p+pel 26 K+S+P+S+P+P-fPel+K 27 s+(K+P+O)+K(P+O+K) 38 S+P+K(P+Pel)+K+P+O 29 S+P+K+P+PeI 110 K+S+P+O+S+P+O+K 21 1 K+S+P+O+S+P+K+K 212 K+S+P+O+S+P+O+K+K(P+K) 413 P+O+S+P+O 3t4 K+S+P+O+P+PeI+K+K+S+P+O+K L1 5 K+P+O+K+P+Pel+K+S+P+O+K L16 P+K+K+S+P+O+K+K+p+O+S+P+Or K T17 K+P+Pel+K+K+P+Pel+K+K(P+K) z
1.8 S+P+S+P+O+K+P+O+K z
19 K+S+P+O+K+S+P L
20 s+P+P+O 42 t P+K+O+K+P+O+K 722 K+S+K+P+O+S+K(P+O) 123 S+P+O+K+P+O+K 224 S+P+O+S+K+S+P+O+P+O 225 K+S+P+K+K(P+K) 226 K+P+O+K+S+P+O 227 s+P+K(K+P+K) 328 S+P+K+S+P+O 329 K+P+O+K+P+K+K+P+O+P+O+K+S+P+O 230 P+K+P+O+K+P+O+K+P+K 231 K+P+K+P+O+K(P+Pel)+p+p.1 232 s+K+P+K+K(P+O)+p+K+O+K+p+O+K(p+O)+K+p+O233 S+K+P+Pel+K+P+K+S+K+p+O L34 K+P+P el+K+P+O+K(P+O)+K+P+Pel 135 P+K+P+Pel+K+K+P+Pel 236 P+Pel+P+PeI+K(S+P)+K(P+O+K) 137 P+K+S+P+K+K(S+P+O) L38 S+P+P+K+K+S+P 239 K+P+K+P+PeI+K 240 S-fK+P+S+K+P 241. K+P+K+S+P 2
I
r .II
S+P+S+K+S+PS+P+S+P+S+PK+S+P+K(K+S+P)+P+O+K+K
s+P+K+K(S+P+O+K+KI(+S+P+K(S+P+Ol
6465
S+P+Pel+K+P+O+KK+S+P+S+P+S+P+K( S+P+K
s+P+o+K+s+P+o+KK+S+P+K+S+P+O+K+KS+P+K+K+P+PEIP+O+S+P+Os+P+o+K+sS+P+K+S+P+OS+P+S+P+OK+P+O+K+S+PS+P+K+K(S+P
K+S+P+O+K+S+P+O+K(P+KK+P+Pel+K(P+OK+S+P+S+P+Os+P+o+K+P+K+PelS*P*Pel+KP+PelK+S+P+K+K(S+P+O+KS+P+K+K+P+O+K
K+K+P+KIS+P+ s+K)l+P+o+KS+P+K+S+K+P+S+K+P+S+P+KK+S+P+P+O
1
i l
{I
chVntra Ae'n nah
funtai Pa,\W&mn?^aqr,,rlaran rnenupal(an Satah futo pnla't Wrg lrdc4h ,ltrV)at<
di aoerzliLr ctarnrl futwa hrat- Wnganclar1o fnernr(iK kzuni fan
tg"eere(n , aiearca terdaph+ Sebvah Latw tka,n hiv yan! "lirehrlla6t- i'pe,;n hiv. ?iFa rnen )elaor,r pelang aVv core {rzr r@tny6
bqi+t f rula)', , vdaranga 9anEal J€:ot< , bvrung- bu*n9 rn-,lai ba'-
Vrcoru, lyt€n deVa+i vaalahari ganq lgrbgnam . Panpra.rw alcnrn Wryhra,r0 (evai diten"..,t oy) . )il<a Wt hba 1 an/innyl, forlvp sgpcr"
Sepi , bgrtalan- ?ztan cli pnlrlt, Pasi rr,& hngv* hrcit-, putih,
Pfrnora n alamngcL hngai Indah. l.ehFa disrnn* , otvw t^nenaiKi
kbuah Wral\v lgte{an i+r., rngnaiKr Jehr^h pgrahu , Ai Ienr^f,,ferynr^r
lau{ )trnpv JelW k rtraha\ny,-. kgiw JerngrrnrL , lKan - lFan
Vang WaneVa rcrgnrn rt€.rr,ib, Vara^E Wang tanlrA lMah , A"rla^b+.,lagi b)natang- tin 'tarrg\avi W^q Sanry* uriK- Bia Sa(\Wj tetiaplari .bangzV Wva nela4n d,an Wxa Wanl o#refcrrl Aan trnat ?nglavl frren Wnbil [Xan dan ]vnn h-,h an - turnb.,han lav) eyrtuF Ai man
laal karn , hr galnga vnirh ValwuL, Cafr C^a darl lCrumh; lrarar\g , dar't
r'nvlrara- , dan dan Prtit EgrAg - InpheFa a\ah nn?n7gdi t€brah Ayse
ions t2h'og eanEcri lnclah, Mhan -p6nharn wng rnere6^ fr\cln loctt@n ,
bgr,r.- t€rurn ar\arni dan lart -Pavvandaran,IrngruparKan pa"rHh, %,tno]
sangal Jt>r:F, b?rsih , /lnn lndab . Ev,ngn? Peruhman d\ Sanru. ObXv nnuisa:
lu vang \anvav^ dr pqr*rrlrj a{eh para wiforta*ran Ahngr lcc-,r?na-
rnen^itifi paruramn d\arn Vr,q^, lndah , Svnqgvh grmg^t bahag\x
ayw lrir^ Yesaqn. k€tndahan alnrn Vh^rWO\!u 1![[grna,
l r
|6ntai pangandanan harui d\leo+anl.an , ahr, letap.rnar ?a,t; ciotevi l
' w\Ea+a vary ser\rg di h,ncvnl\ deh wiga lcawan loko I danhorr&tI
, .,f n@rq
/ o,,
:
' , i i
I
I
r ' : (l . \ .
I it l i i ' !
4
a r tr a x
-ltli
t\v\v fiaTynr
$\oar [i ntu.2fervv^na'nn tm,a,,1161v.,
lhwdo, Vhy ltt+laV d; leltlavyn J|.lq+^n
lerdapnf Fvrrnntzr l%rary f iJr^,lr. tt44p tn )nunrM . )itor^ 1.,+^ lnernqfuld
Prt hnnharn nlt av l4npttv lfid,t rl, p'l-n pas i hwn h^tn *nvlzrn laerbr,gi
hnncavvt h,Vrrry y^alamfua, d^n rrv..npty\n4^ ur,rlvla pg hnri lnvwpai
haar\^r,n . f>n1ynv 1w)a lqLA l0r"n; NWry bgsnrt,Ty hralc t^(rnxaa
Vhy f ela,2 f an+tti ,fi ttnws'al\ li lepon l@Ver !e,1,^,0 Sorg r.n.r
rvvntnw l^ari. beht.a lqh har^a.ap M{r//vvr"vh l&uynp(gtc btot Cr rys_2r
Ia'u auy alLan fufuvwvt Ftyvvt:,lnr qby n rptln lwpn+ bst, , uyrhulch,ngnntrri ethap tor< - h^(,u^kr"h l,tn^ Mtltwrnh WhY^,yt^ ryry%nvlov ,Vl, ny-rru nnetit-nf run^61^ llJrva t^ftN vo ]h,y*vw .ffi*o,t^l er\ebvt btr w,\ rr\ v;W v?hyt ii lql^'\;rlj r.r r,.nh . r vw-t L: . lLurwrh lf,fSe.b"+ xnsla fltlh gOrVnvy yry t-V^ V kdUl^ana.1pn l,,q;, [vn [vrnrl.,
kvdnya Mdal Ll^'vs, vhy tnar.u olivvtntrnr rvr.r.t^ , ,],lb tk htodabYY\TU\,W,A ?lhf, fv*^(^ ,he",\oyF r*ry le,WU 2"v, ^Mt t ,^nh , A^bnu*VY- l.h lrit^,,..t 6*y-D^rn*2 6-h,tc A^^ galro anhk lAwpa; yV
?ny t'nhV . J',V \ttv,/.av l"tgw,r,wl. }^** fidir fi1wo MAv w
]a%d't, , c,Vq lert;'l"nY 2m, Inht. V^V ln1;v,nrlc }n^ \irrx,- l.a,r^,^
9^try MWtt^^ btrlcau.. (rotrsV- lfiwoV AttwAnr\ V\^t.v*ltn2r,,i h*pV r'de^lhaap /,tl tahnn tly gr^w , ?'tco hU h^tv ttntlntvt lrann^. ultr,y2 al"a
l"[^^+^i ** v)nrt lit^ hnet^nih hrgSr,rg^ l.f^fo*.1 twtl(w*(,.
4:* vnYt Jd'rrfu^* .0i la*ni nfuo **-/wfr tuInJJr],"il- Arn'
""ry) Tnro atryrk rfinn6.r;n yntvF h',,,*^- tfuwn ̂ Air,r, ,a\^un li\a^wrr
r\ph puh lt Ary^'l qihr-oih" tnnaanlri^A ry!+^/ **t^-i ,^^.^
v -,-:
tur\nnwt
hh,., b.rt^n^
Ltnr.*-r. r,\" rR-
@
tr*a^,.Ptali* i
(Whl*^ tahat Vg h^r,Ll - h^or^t
Yhr-w1r^:1 h ^'"ta--^ V., Ytrwvl^
[,'f"-, ]<a"arin Lrto"^
An ry^V S['D\^A-
0l^A l<ufit* \^^r4Fr.l^M ,\;va*f JAbf\,,in Av?ifr hlc*p.^
tr^ yrl l."Sl"Ah,. **r1any1 hr.htn ilvttu Vnry }n turrr,rr.t A\-
l.ah.}n *7r . t"i^P^t^ otn \t-r1 gyr-UtW-^^ta
ifut^h kia^+b^. iLtrh T-*i,-ur
tr,{r. t'n {oLrat
[eFAa" aa^,,^
YffnrlINV frALhMPN T6.npa1 AW TsGvtnvi.
W )..fl",,/ yy\) t e4vv , h)Q. Utra* Lr-tS -h-r5 h.ly-r"-1i4rnr;, bnfalu o*r^Vu+ t4*?v*nt. yyy^ Ytt,t-,mYwn' K-$-U hq,,*.
,rr't^; \LaryM/W ^,tw t r^n+ lcruf"rf -V.tWV W) JWV 7.t"^l*n^p^*^ 9a,w*-l^ Yky ^*W^ry . V4^r-n{^ -}*^*k ,nr-t\,\
h^lr-l W*dr lrur-.o h\" k\'aoaUa at'r,t' ehbrv- (n"-\t\rv, y4t
trrrUX^,t\^l^ I^ri 6,ft,^ lqAn-l^ ^ trUt -bvht VW VWNIry kVV)' FfnUf ol4 f"I"r>l^ - ldt*-., W Jer.n,.Lia h:". , ilU. l/,r^,-r*
lqt*, A r^^^ \,Wrra V^+r,tr- t '.,,^,\y Jrfuryat-ra,nta.-, L|.rrqat,'.^ yr^t/^+c&^Ai
\ot^tt*- Jar"^.,o^A ,tt, -{"lw )r*rrd
u)tv-.j Lf^h h^.y r,"^Vk 1.,^{^^^^(v/T
h^A . F-Ur"r+ p"rn, A,v.tr./tl -tv .*a)c h^ga,; I VNy l"entn ^,r.r-^ t-r,,..,,.^
bCn^^"^"^ .l,rn{du'r F [o..,a^^U"1" A^^I'9^- Ar...6.'h lC^^b )tQtlc Bq.^.,
StyuS -te{,ur . Da-' !.,t^, \ai'a Iw y,^"^ *, boo2ou'}n lr. %*S
?*5 vr5 t'ta, F J^{., )^\r ̂ [^-i,^ - etAa,a vg^ t: yow,* ovj.VnWu^r^ -kn!or-t ^- t )r"t-h' X v^n-^ - tr,.qv-a hr,^ )arnn\rr..t^, Lor
f0mh"n4/l l, hnr.nz- - Mnr^t , hr6ru'- 161; tth o"y aaa*v, - Qr-Lo,,n Dt\,"q
0->raa
k Y^*t% lc-f" laln b,t Ursh-, \t*w, ghn6 t^ri \no, lu yn^n
-TI; . t_
beli wulanda.,-
Ru*ah ythF? SetAr-
lcaaao'" r'.o''ahhr ggng setngul sot*rv ,Yr^rongn aun p^rrar ger\o"g^9h pOn h Aeng 1 p6t \*go-\,t^grn, \NLae6e1 c(.\: rLw\ o*VvUe pnhiao^u d-o.n )iulv, pinh, Pe"tr."a oda \rr>nga qav s^,.'g,.t ww).:t - hath'datr, hrFncan. Di.r"u.9 ta,r.^.rp..,n ?trlil^al W- 6%*
Wr,ry l^aaf , dan fnaayr< '''L
**on tettr,tn JW Lar-taV ie.tilalap.ra-ivhy\ dan feri**pfu. BtmVrj*r arir doni arpqn6i,.,lrn. Olt<,.arrvW.
tet:ehrt , il'rpn Sargat Ynen6an24o hai lnwvF b lcar",a,.lqh.nftrpr.rn le't;t af trhsan- t^,Pisan bvnja h+tu pfion- fohon W^gbr,rl^t hif^, dan hg'h/ritl pr-hallian WWV Wry Wr^h drataryke n".orh ilv- thn l?,rriah i.-f, rvrarwF Ye r:n*y,n dc4pvr lrh lertrr,aflr"mvo? - tt.nuor d.av,,..v ..ga w\ry ai cal lniyau arrn cliben lvgyon ita^,'.r^{rtnWMn. Dan 7er7, Ye togiluary d{,^ Q p\t*fi\r^ f urnarr ofu.o V\^X" J,an yt7..6,rn il,an ,pyry taryn+ Vn7,vb Vg lerU61 l.anlenrutzF- Dan Yel'ny, l*-'i1r.,n Jeno,( hwiagn kton\,-, berhr^nd dibglvrvart ru,rnah , Varenr pngrvnrt Far^i benk^,,^1^,r hr.sa*,.- s0nrn6
l,e)t 6r9a dt arw lr,rtc-r, lVan dan bv,W, it, nqennba,\a \gnarydl
l'arrni unh'lc- tncrgl,r,*rttn fe'nnuot Ldrnan vv av,nn Ao+ny o>ov h"cl
F
I' 4gffiYl:rr_:i? '-, w
t -tg\n\ p
, : Va$!* nr^"r^'l-'I
: Nbnah Va11 \nla\ \e.A.-tpal \a\rn.r*n f-eF^^h \hy tarh . ?**1.,-: b€ngan Yohso- F\ on Ca,. \"a" - U,{r" g^11 Can lk n"q?!.io^.,,
ha\arnr,,n r.r6nVr - A\ d,av."n \.hy \arnb \erda-g") \^xu y^y\',r^
),le.ntp"h, d,th U*fa , 'Jr1\uB hnpn,!:rna\, Slat6n l-t\eM)^' Ao.^. \ - l r \ 1
di (r.i"' +y^ \<r4"y"t \rfu trn\*g. ),1n )o-"n Ain o\tr5tcvO\r\n\ \e f..X \*nr Fr.rcc4lr \3odn^p^\ \a""o"r J"tr-. :r^,"5 Ai A..^lo,.nts)^ \an2al Jederc\aw. . D\lno.^ \t-lngA \r,rna.*i \a,,\n\^n- / \O*W.t\"\- , erzr\$ Aorn ?lAr^r^\ p{V,Onrl^n . Selorin \$Ao^pr^\ r^ra>
. }n* A.^n ba*" n ha* , \+rdap"i ef{h }oqrv \emp^t tL, $c\0snr,. !4.\c {t\ory,\ap Yerr^.\0..\nc
'-.rn h\. \r{lfll.( %g Wg\rruL.Di\i t^rrf dfl" SE\qhnr , \*nila^,^ \-\rb ava \{r*^r. d.g.- d\a,^','
\^Aah f,e\irqyi \S|A .nc,en^"A yr?Arnan . wczr\m,_.br. r\rh^{^\\^t \e.WUrT
\,Ao.k Y(t>c,e a\onn ea.rh r\,on.i \e**a,\hn , \^p., \q)- ...n^r,.,,lt--teurl W^h aya\,.a1 k ^rr^/ 16g\nLnT Y.\^fon^^\A W"y
' gv^nrrh trrdo.ynt Sarwa.,t,r Ar- va\.a"a V> [e9Xr .
vI ffiSqr'"*"-"
'-
l r
Ahv',ral' v
fAmrr.$n&rqt
Su^^"o )i L"*^ L"h*) s^^1o\ I"+7 rurnp *A.q.,.li\,^d,v t,eqar\^. )U..il I,/rW^. l;- *t,.t" UVA* r^^"iJ ,t*, e\* .! . \i;,*u: . il ̂\i-^: re*fi '*-,h:tr* ry\^l . frrJn, Inq.,o !^p,u^\-\" & U"^"))fl , fi s^b^
tt","! {'t-"r T l''/.^r' 'v)&"V;^yny ionLr"-t I^^ \^r*t"h,i .'f^^n^ r^^+rl t-J"f, ,"; l€^lah^{
:ffilffi\;*,#ffi*:,?ffinHyuFo&f id t^,\r^U J.r^ wryt
2*l w*t^ Alatr vw.Ar, ,r.do*6,n-14^ \"q6r. R.uJt#, +a^? #l:\,,k*'*$t^^ V'g;r,;T u.p^*u
"l"iI
--ss-!€
[iJa\ lc
WYr*^* sN,^soa ).r,,tar,rru tA,^^ s e.nJF , [n.s]- ys6"nnlwI Wra
'Uzrnt^ ')r4"^ Yi o'rwfuk vY,a rfu''aA \otn \?gaa^w6-
0^'lor; I./w\' At* \wr^^i snwgd {e.gour Yevs,,r* }j iqq,r,'il5,k'f4^^d \o,*^go,x r r.\cc^u \pW\.*^^ gt\ryt \; ou-, -,l;eo,,) | gr,v,
X*r Carr,gvr Wro4*5 ehy\ vnrk t htu i,l..F , W^6 , &bn 6,9^
k, "- t'2 l^5 , f |., \t,r 11nsrn- 1" L^r-1"1 l^^fturt . dloa l.a.* trl.^
J ct^q' nrunr<a' L'o,rr-t, b n atn4 i lv *t^n \,r.rr.^- s., 'r.l- \*^,l^wrra^3 rhv I"-"5 ^r-ht L-- vt\\ / 1w,'v,go,.r,t vn frh |nr.^lo^u*.^
bgUr*,- {n d<aa Lrnv,-' vhvfua," r.,Y*. (trwc+t ?an%hh5 - uv-a.v1 41 rr-,1 La rgnv t (Y*p^ wwv*rnr-,,..-
YhvS h^>o nI m Qrvzir,,nnr,^ Sarnt ,Yarj v^'^+ r p++t l.Uwv*
W ntu^At^ *nng64. Wg,^ 1r,,,,^o,r-r*., gojkrrr ir'l-a^n ̂ ,Yayg*|h^a.w-r-^ iV wt'u*&r L, Fr^ 0-\ r Vh\ S hvyt V'.2aV , \e,y e,r l\.
\r*t F"^ fdr+ . t ̂ ,\r"^, y, dc,\ Y^'.an gabr"na^ it- n^h^rha4.t
k^^ Van3 ,Arg rruWv L'r'rnagnn . Dnr,n Oyhv>- tr0,1 Ea., tfry
iL mrrn^ Lanh., l"n^*pa , Aba br,vS l"nga*-rfi{c Aan W, ,"'ov<olvnnI[t^^ , l*p v\ rnryn uanrv iu l. Ll,,i u,^r h' \"^*yA l*^,V*^, ! e\vr,r^: pvt^qn lwtrt, fawrl . s^.5 - ervtva V^*v%]*r,rnonnavnt+.ar [",,^b^ unfrzg r-,iq7r,rU Li"fn ,
WLn^ Wywrv
t+gvr Vv>r?,,,-
tr'1
Yul'{ 9 '
Dcnrlror, k^&^ 1]onL'
tg.te^{ a,.,g \uas !p1v^n.:lr a- b ru . { g".fat dd.ar o,-.haF Ao^
)t0"vi" prrh[ Tv.\e/n 3\i4".,' ln \q\n 'ryrr- /rri "n r " S? z,.,rE nha
^*Ei,n (€ a.Ycnn nnt;rrr \a.-,a^\\<^-, 1q. h.\af otat \c q ahn lr.,rrroarnfnur , Vglrny - I.ar'ary val"rg rne {"n V{ an\rnV hn -nan c4nyanlag \ r",aarvrfi Lel"'i dupa,6 nnv " (';goc..r.q :f,4 ., \oottiq , tn do.h ,Sealrravt - ^W^ liril"u t",.k Lisa Inenib 9a.\\<an ke i"Aahf,anr\"
Dehrc ol'nbqy Saqgn t Fzua19 Sgt.!tu trtuq2c^ ai r n, 'mern
tr^f \"- l>^t a#q(l Ez*aM ?A p^a.,. (.:n yr-V hnahn bo*
k"alo^u ^fu Ce3^ln f ekh ?utrhhaf , F^u\"'h \'rgaVtt.
L" l'Dr n ft) arna.)h aAa liaevat"n,., Ya, wn Y^u lau a\,an
Pe.o ̂t try/fi ' Diki t-nr.,, alir,-iaai oleh L""ynF ,rAy V^rb \ta'n
h,-ere^* uVqn Le itUo[- a^ i,hb l""tt a h\-, . [tn6p,h6n, gr>4,,rL o^a h^ Je a.Fnn rne^a.rJ"^\ l"da\tzr^ lilf ).^9nnrr.v ,
I
,r
t .
t
"v:
:
f lr.1)21 F,tA.
Iata lih? kvygh^ Tpytp^) hny,^l6 -
?aaa (sctfu hr^ci awrnffnandanel lin5 Wng^n y"od^a6,
rr:'w-q6 \a., !e ., olia,,n aW h^diharl isi r,rrnal" Vv\ bWA^
,\i <lar fur-"u.h lc., , A,aQr,l^ rtnruhiq.z lrrtar"r phm Jarnt.iAa" |,e p"honan lainryq uh.tvV fn e\i "d..ei lan \nghir4ari
bnnn5ngr r.natahan . lrr"f*rn [^^^p^ ih, gCr-fi uy\V qr{v lihat,
l"f; avu 1vy l^rli l,.a't Vwd^an iri ruhn^h Fu ?erta'"r, h til^nt'
Yt'rS\ CDIA yV bf rwr.nrl^a \"iru i.an h^Afnab-,h b2 A^l anruh^ h \ong^t, |tra\alr,., rurr^ah ltng2^ ,N(ny l-a.n, ,ln^r,.a.fi/w , tvn11 ["alrcn"6o ]orn dn1o,r, a.*., y^ztihart 1ey".n1n l<.r
Yhry I e'r sr*^ &eil' ,ap', ba rr^e,r, c.wpo. afu bq'*n i,rnhacay&ri! F^p^h Vtdu^ vfor)l3ayv .b.v tnggiy- y.ed,',l', Ydrl^odc-y
iin2 lr'npa^ lgr^ p^} hrrTEalrga . ah- laV rn6,v l.^r^h dU7fq
Vdv, opar) \aV- |tl1V (r.at aW iry,itn rut1erl rnerrey
lareru muevq viv lnvnAk atnn lr\r,rylge., lirryt<ryr,n A^' teklw,y6
ttlow L*.,v-t lebih ba''g^( te(a?m" otArt n(rel+- , Vrq,tr'..ar.rtu
e^ra tnmvqn l,ng..l"wrgan Vary lnrY . D"On u2m2a1 bwa^ -t -
V Ud" b0.$ \UdA" o,l^ ru6ap.y, I e+e^+^ | arJwgn ra1"i , l^nulal
dari teVrrfuL a^t^,lcu sar^ pai LnLy fuhah. ,hoy !^ fu - 61an dala^rvv"n^\a hl"\cor,, sgtaeti li^b":;;h lLtcart,ryrrn r^r.rr^.,a,hpu ifu a*frgt4ryN hg,no,rwrrn, Har a;,nnp- addark Jrpir,, t.1g4e;, [crt"ra o*"t rafa, ftn1}tv, hgrot(al hf^ Lnan Jgr, \rS\eurbrnW Wv, lniY
i^n rahat vhh,l. lnaser d\tro,nw hanh . h^ry ,lu gr{lt, hht
brV Lrt*" nV^ Iz Uf"ri ry^iw b'ryart'w^n^ (krmrgrw dtn'p,
'.--tII
nvr l€lA l{ -
a Sqng lr.a,.
Ja'ng llrpa hclalc*t irm,pal w\gal a. Cuy \ arwy cvvalt-c\i h,n7ung. Pcnrrr \.ui sa) C.,w4v- o),t ,lrir<,r,u ltg 1n6)V^ov\tem'6nl I usevoa . ll a*p, ;^ srytar Lr. re^rrv,al it-v Je\cr tu rcttyr6nPfr>i rnw\ 9un, L6s;l at rnT. vun) )err,1h rn4ry^bv arl 1,,,r\5SennaKrr. lresrl, \Wla^6,l,n*a 6lr fona , SQ,yArare tni g,rclah['c{ar lavos fi\lv',tvr3t ,pargrv Tt''yaq+ r}u (.rc)ah }errornn,
A+p;066 tan ,a",' 7ta6.6g, )ik I
W"5 ltaaV b€rl ̂ nbur,2 b,"^b Van5lnZv"nh-avw2 SahnhahS(nbarrnrrfur, , a^ r I ad gan, bw;b ry\ ry*c1lWor , Yr'ar2 Pw a"l".i rn?c1 *afl ,'ry ̂n pun avh.y9 Le, p,r,olr\tt-.ynl , thtr' b42 borsJ hff>na,
"b+vt , ay,t;Frvh )em,r^1 ih,
fun )',an9a hnenr.nr fal.qn y-6x,6n (ulcl - MtniA jart i+v yarnt Sebaq^,7e^u4 ba-vra lnolons5',u,, 'hlcnr ayur-, rngrur)ra( l\g)t^,n,ao )enp^l
trtn951r,t \(^^
t t
I't
. , '
t{1
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama : Anung Adhy NugrohoNIM :102013000825Judul skripsi : Bagaimana Struktur Kalimat Majemuk datam Karangan
Deskripsi Pada Sisr,'a Kelas XI MAN l0 Jakarta
No Judul Buku Para Dosen
I Ahmadi, Muksin. 19@Pengembangan Paragraf serta penciptaan GayaBahasa Karangan. Malang: y A 3 , *
2 AkJradiah, Sabarti, dkk. 1989. per,@Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga cta
J Alisjahbana, S. Takdir. 1983. Tata Bahasa Eoru Baha*Indonesia. Jakarta: Dian Rakvat
\(f,At/
4 Arifin, E. Zaenal dan Farid Hadi. 20mB erbahas a. Jakarta: Akademika pressindo .&;
5 tsrotowidjoyo, Mukayat D. 1993. penulisan KdanganIlmiah. Jakarta: Akademika pressindo ( l
n l6 Chaer, Abdul. 2006. Tata Baha.sa prikt! Bahasa
Indone.cia. Jakarta: Rineka Cipta ,d.1 Chaer, Abdul dan Leoni AgustinaJ004. S"ri"lrrg"lrtlk.
Jakarta: Rineka Ciom
- L\(
0 ' l8 C-araka, Cipta Loka. 1993. r@.
Yogyakarta: kanisius9 Finoza, Lamuddin. 2ool. Ko^pffi.
Jakarta: Insan Mulia
,dt0 Gie, The Liang. 1995. peng@
me ngar an g. Y o gy akarta: Liberty +;l l Karsana, Ano. 1986. Keterampiffi
Karunika\ y
,TAt2 Keraf, Gorys. 1980. KomposlsiJores: I{usa Indah .6,n13 1991. Tata Bahasa Indonesia. Flores:
Nusa Indah'^il
t4 1995. El<sposisi. Jakarta: Grasindofi
l 5 futlayasa, Ida Bagus. 2007. Analisis EAt*afiM:Refika Aditama
tr ,A ' L
l 6 Sartono, Frans dan Putu fa@kamar budjana". Kompas L 1
I
. , 1
'r
t
I
i
. l
t7 Sudarno dan Erman A. Rahman. Terampil BerbahasaIndonesia. Jakarta: PT. Hikmah Svahid Indah. I
nl 8 Sugono, Dendy. 1994. Berbahasa Indonesia Dengan
penar. Jakarta: Puspa Swara {r^l 9 Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menyimak Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa ,),120 Walija. 1996. KOMPOSISI: Mengolah Gagasan
Menjadi l{grangan. Jakarta: Penebar Aksara d'^'2 l Wibowo, Wahyu. 2001. Manajemen Bahasa. Jakarta: pT
Gramedia Pustaka Utama\ /
n ' l22 Widyamartaya, A. 1990. Seni Menggayakan Kaliiar.
Yogyakarta: Kanisius 4n'23 Wiyanto, Asul. 2005. Tata Bahasa Sekolah. Jakarta:
Grasindo :d24 Zaenal, E dan Amran Tasai. 1985. Cermat Berbaiisa
Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: PustakaAntarkota d
Mengetahui,
200912 2 003
r
Nomor : Un.01/F. l /KM .01.3 1 .. . . . . . .1201 1Lamp. : -Hal : Bimbingan Skripsi
Jakarta, 20 Juni 201 I
untuk menjadi pembimbing I/Il
Kepada Yth.
Dr. Nuryani, S. Pd., MA
Pembimbing SkripsiFakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUIN Syarif HidayatullaltJakarta.
A s s alamu' al aikum wr.w b.
Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara(materi/teknis) penulisan skipsi mahasiswa:
Nama
NIM
Jurusan
Semester
Judul Skripsi
Anung Adhy Nugroho
I 070 l 3000825
PBSI
VIII (Delapan)
Struktur Kalimat Majemuk dalam Karangan Desktipsi
pada Siswa Kelas XI MAN 10 Jakarta
Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 1
Juni 201 l, abstraksi/outline terlampir, Saudara dapat melakukan perubahan redaksional
pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing
menghubungi Jurusan terlebih dahulu.
Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat
diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan'
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih'
W as s al amu' al aikum wr. w b.
a.n. Dekani,'pBhasa dan Sastra Indonesiaidl'. ,t')
Fitrivah ZA. M.Pd
Tembusan:1. Dekan FITK2. Mahasiswa ybs.
KEMENTERIAN AGAMA
_#%, utN JAKARTA:*d ' im l F ITKi-Y{1"!-9^.; Jt. tr H. Juanda No ss ciputat 15412 tndonesia
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-081Tgl. Terbit : 1 Maret 2010No. Revis i : : 01
Hal 1t1
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI
12 199703 2 001
FI
*DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakaria, 6 Dcsember 1987. Penulis
merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan
penulis di muiai dari Taman K-anak-kanak Negeri Per'bina
Nasional, setelah itu penulis melanjutkan di SDN 05
Jakarta. Setelah menamatkan SD, jenjang SMP ditempuh di
SMPN 245 Jakarta. Pendidikan SMA pacia SMAN 32
Jakarta.
Selepas SMA penulis sempat vakum setahun dari pendidikan karena tidak
diterima di PTN. Tahun berikutnya melanjutkan ke program Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah iakarta.
Program tersebut diselesaikarr pada 2014. Sejak duduk dibangkr.r SN4P. penr.r l is
aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler. Pada 2001, penulis aktif dalam kelompok
PRAMLIKA di SMPN 215 jakarra. Pada jenjang SMA, penuiis pun aktif dalam
Pasukan Peiigibar Bendera (PASKIBRA) di SIvIAN 32 Jakarta yang kerrrudian
menjabat sebagai Ketua Harian PASKIBRA SMAN 32 jakarta periocie 2004-
2005. Menapaki dunia perkuliahan, jiwa organisasi yang dimiliki penulis pun
tidak sepadat pada saat SMP maupun SMA. ln{eskipun tidak aktif di dalam
organisasi di kampus, penulis sempat tergabung dalam Volunteer Officer (VO)
pada SEA Games 201I Jakarta-Palembang. Pada SEA Games tersebut penulis di
percaya sebagai koordinator sektor.
Pada tahun 2009 hingga saat ini, penulis menemukan dimana dirinya
merasa nyaman, penulis lebih memilih untuk memrltar 180 derajat passionnya dari
jurusan yang ditekuninya saat kuliah untuk menjadi seorang koki. Semenjak saat
iiu penulis lebih memilik untuk bisa meniadi seorang koki profesional. Diau'ali
dengan mengambil kursus memasak di salah satu lembaga kuliner, penulis
memberanikan diri untuk menjadi Private Chef.Di tahun 2012 pertulis akhirnya
mendapatkan kesempatan untuk bisa bekerja di salah satu Patiserie di bilangan
Jakarta pusat. Semenjak saat itu penulis mulai berkonsentrasi untuk menjadi
seorang profesional chef.
L