BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...

75
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengajaran bahasa Indonesia perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak baik oleh guru bidang studi bahasa Indonesia, keluarga, maupun masyarakat. Kedudukan dan peranan bahasa Indonesia marupakan keberhasilan dalam setiap aspek pendidikan. Kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar diharapkan mampu mengembangkan dan mengarahkan siswa dengan segala potensi yang dimilikinya secara optimal, yaitu guru dapat mendorong siswa untuk berpikir secara kritis. Keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran dikelas, terkait dengan kemampuan guru, baik sebagai perancang pembelajaran maupun sebagai pelaksana dilapangan. Selain itu,guru dituntut mampu melakukan pembaharuan khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu dengan merancang pembelajaran berdasarkan pengalaman belajar siswa sehingga menghasilkan pembelajaran yang bermakna(Wahab. A dalam Winihasih 2006). Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat, berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat ucap manusia (Keraf, 1979:16).Tanpa adanya suatu bahasa, manusia tidak bisa berkomunikasi, apalagi mengungkapkan ide-ide atau konsep-konsep yang ada dalam pikirannya kepada orang lain. Oleh karena itu, bahasa dipandang sebagai hal yang pertama dan utama dalam kehidupan manusia untuk mengadakan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk dapat berkomunikasi, manusia memakai sistem tanda-tanda atau lambang-lambang bunyi yang dinyatakan

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengajaran bahasa Indonesia perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak

baik oleh guru bidang studi bahasa Indonesia, keluarga, maupun masyarakat.

Kedudukan dan peranan bahasa Indonesia marupakan keberhasilan dalam setiap

aspek pendidikan.

Kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar diharapkan mampu

mengembangkan dan mengarahkan siswa dengan segala potensi yang dimilikinya

secara optimal, yaitu guru dapat mendorong siswa untuk berpikir secara kritis.

Keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran dikelas, terkait dengan kemampuan

guru, baik sebagai perancang pembelajaran maupun sebagai pelaksana dilapangan.

Selain itu,guru dituntut mampu melakukan pembaharuan khususnya dalam

pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu dengan merancang pembelajaran berdasarkan

pengalaman belajar siswa sehingga menghasilkan pembelajaran yang

bermakna(Wahab. A dalam Winihasih 2006).

Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat, berupa simbol bunyi

yang dihasilkan oleh alat-alat ucap manusia (Keraf, 1979:16).Tanpa adanya suatu

bahasa, manusia tidak bisa berkomunikasi, apalagi mengungkapkan ide-ide atau

konsep-konsep yang ada dalam pikirannya kepada orang lain. Oleh karena itu, bahasa

dipandang sebagai hal yang pertama dan utama dalam kehidupan manusia untuk

mengadakan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk dapat berkomunikasi,

manusia memakai sistem tanda-tanda atau lambang-lambang bunyi yang dinyatakan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

2

dengan sadar. Bunyi-bunyi disusun menjadi kata dan kata-kata disusun menjadi

kalimat berdasarkan peraturan-peraturan tertentu. Dengan adanya kalimat-kalimat

itulah manusia bisa berkomunikasi dengan orang lain.

Pada umumnya bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi antar anggota

masyarakat. Fungsi tersebut digunakan dalam berbagai lingkungan, tingkatan, dan

kepentingan yang beraneka ragam. Untuk itu, para pemakai bahasa komunikatif

memerlukan pengetahuan dan keterampilan menggunakan berbagai ragam bahasa

yang dapat mendukung pengembangan pengetahuan keterampilan berkomunikasi.

Penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari ada secara lisan, dan

ada juga secara tertulis. Pemakaian bahasa secara lisan dapat dijumpai dalam siaran

televisi, siaran radio, dan dalam percakapan, baik secara formal maupun non formal.

Sedangkan pemakaian bahasa secara tertulis dapat dijumpai dalam kegiatan surat-

menyurat, karang-mengarang, mencatat dan pembuatan laporan-laporan. Bahasa

memegang peran penting sebagai alat perhubungan antar anggota masyarakat, dengan

demikian menentukan pula pergaulan di masyarakat.

Menyadari akan pentingnya fungsi bahasa dengan ruang lingkup yang luas, dari

pergaulan masyarakat sampai pada pemanfaatan ilmu pengetahuan, artinya bahwa

bahasa Indonesia dipergunakan di segala bidang pendidikan. Di samping itu, fungsi

bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi mendapat tanggapan dalam pikiran

manusia, disusun, dan diungkapkan kepada orang lain sebagai bahan komunikasi.

Pada tanggal 28 Oktober 1928 yang menyatakan bahwa : “Kami Putra dan Putri

Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia”. Dalam perkembangannya

bahasa Indonesia telah diresmikan menjadi bahasa negara berdasarkan UUD RI

Tahun 1945, Bab XV, Pasal 36 yang berbunyi : “ Negara ialah bahasa Indonesia”.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

3

Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia, baik seebagai bahasa nasional

maupun sebagai bahasa negara sangat strategis dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara. Bahasa Indonesia mendukung seluruh aktivitas di segala segi kehidupan

bangsa dan negara Indonesia. Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia dalam

kaitannya dengan kehidupan warga negara Indonesia secara individual juga sangat

penting.

Sehubungan dengan hal itu, sekolah sebagai lambang pendidikan formal

mempunyai peran yang cukup besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan

bahasa, khususnya bahasa Indonesia. Karena pada dasarnya tujuan pengajaran bahasa

pada setiap jenjang pendidikan adalah untuk meningkatkan keterampilan be mampu

menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Pengajaran kalimat merupakan salah satu pembelajaran yang terdapat dalam

kurikulum Bahasa dan Sastra Indonesia mulai tingkat Sekolah Dasar sampai dengan

Sekolah Menengah. Pengajaran menganalisis kalimat majemuk berupa penggunaan

kalimat tunggal, pengembangan serta penggabungan kalimat.

Pengajaran tata kalimat di SMP oleh guru bahasa Indonesia disesuaikan dengan

kurikulum yang berlaku. Pengajaran kalimat diberikan secara terpadu dengan unsu-

unsur kebahasaan yaitu struktur dan kosa kata, dalam aspek keterampilan yang ada

yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. .

Dalam penggunaan bahasa Indonesia kalimat merupakan unsur terkecil utama

yang mendukung terbentuknya sebuah paragraph-wacana dan menjadi baik apabila

kalimat-kalimat pendukungnya tersusun secara baik pula. Dan apabila kita memegang

peranan penting dalam pemakian bahasa Indonesia sehari-hari, baik lisan maupun

tulisan.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

4

Dengan menggunakan kalimat majemuk bertingkat biasanya siswa dapat

menyusun suatu paragraf atau wacana. Tidak hanya dengan menggunakan kalimat

tunggal saja. Kalimat majemuk bertingkat bagian-bagian kalimat seperti subjek,

predikat, objek dan keterangan (adverbal), yang dapat diperluas menjadi pola kalimat

baru. Dan bisa juga dengan menghubungkan beberapa kalimat tunggal, yang

dihubungkan dengan kata penghubung. Unsur-unsur kalimat yang digunakan tidak

sederajat atau sejajar.

Dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia dalam menganalisis kalimat

majemuk masih banyak menemui suatu hambatan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya

perhatian siswa dalam menerima pembelajaran, siswa tidak memperhatikan pada saat

guru menjelaskan (bermain-main). Kurangnya perhatian guru terhadap siswa, karena

guru juga manusia biasa pasti ada saja kekurangan yang harus disempurnakan lagi

sehingga menjadi lebih baik. Solusi yang harus ditingkatkan adalah membaca buku

lebih rajin dan yang paling utama adanya minat belajar siswa harus dibangkitkan.

Untuk kriterian ketuntasan minimal (KKM) yang harus dicapai siswa adalah 8,0.

Bagi siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 8,0 akan melakukan remidi

(mengulang) samapai siswa itu memang benar-benar mengerti terhadap materi yang

diajarkan.

Adapun tahapan yang harus diterapkan dalam strategi pembelajaran

konstruktivisme yaitu: orientasi, eksplorasi, interpretasi, rekreasi, dan evaluasi. Maka

peneliti memilih objek seperti ini, karena peneliti ingin menggali potensi siswa

mengenai kemampuan menganalisis kalimat majemuk bertingkat dengan penerapan

strategi pembelajaran konstruktivisme dan nantinya hasil penelitian ini dapat

memberikan sumbangan pada dunia pendidikan, khususnya dalam pembelajaran

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

5

bahasa Indonesia. Untuk itu peneliti tertarik untuk mengadakan suatu penelitian

dengan judul “ Peningkatan Kemampuan Menganalisis Kalimat Majemuk Bertingkat

dengan Penerapan Strategi Pembelajaran Konstruktivisme pada Siswa Kelas VIII.1

SMP Nusa Dua Badung Tahun Pelajaran 2012/2013.

1.2 Rumusan Masalah

Sehubungan dengan pemaparan pada bagian latar belakang di atas, maka

masalah yang dibahas dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah penerapan strategi pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan

kemampuan menganalisis kalimat majemuk bertingkat siswa kelas VIII.1 SMP

Nusa Dua Badung Tahun Pelajaran 2012/2013?

2. Bagaimanakah langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penerapan strategi

pembelajaran konstruktivisme untuk meningkatkan kemampuan menganalisis

kalimat majemuk bertingkat siswa kelas VIII.1 SMP Nusa Dua Badung Tahun

Pelajaran 2012/2013?

1.3 Tujuan Penelitian

Segala sesuatu yang dilakukan pasti mempunyai tujuan. Dalam hal ini ada

tujuan yang ingin dicapai.

1.3.1 Tujuan Umum

- Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data yang

selengkap-lengkapnya dan ikut menyumbangkan pikiran dalam rangka

pembinaan dan perkembangan bahasa Indonesia.

- Sebagai umpan balik bagi guru dalam proses mengajar bahasa Indonesia.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

6

1.3.2 Tujuan Khusus

- Untuk mendapatkan informasi yang pasti dalam strategi pembelajaran

konstruktivisme dapat meningkatkan kemampuan menganalisis kalimat

majemuk bertingkat siswa kelas VIII.1 SMP Nusa Dua.

- Untuk menemukan langkah-langkah apa saja yang di tempuh untuk

meningkatkan kemampuan menganalisis kalimat majemuk bertingkat

melalui penerapan strategi pembelajaran konstruktivisme pada siswa kelas

VIII.1 SMP Nusa Dua.

1.4 Ruang Lingkup

Penelitian ini memfokuskan pada :

1. Peningkatan kemampuan menganalisis kalimat majemuk.

2. Menerapkan strategi pembelajaran konstruktivisme.

1.5 Mamfaat Penelitian

Setiap bentuk usaha yang dilakukan pasti memiliki harapan-harapan yang

dicapai sehingga hasilnya bisa bermanfaat. Demikian halnya pada penelitian ini yang

memiliki manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu sebagai berikut:

1.5.1 Mamfaat Teoritis

- Diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan wawasan terhadap

keterampilan berbahasa khususnya keterampilan menganalisis kalimat

majemuk.

- Dapat memberikan masukan kepada guru bidang studi bahasa Indonesia di

SMP Nusa Dua.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

7

1.5.2 Manfaat Praktis

- Guru

Penelitian ini akan bermamfaat bagi guru sebagai masukan untuk lebih

kreatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam

menganalisis kalimat majemuk.

- Bagi Siswa

Hasil penelitian ini akan bermamfaat bagi siswa kelas VIII.1 di SMP Nusa

Dua, karena dengan metode konstruktivisme kemampuan siswa dalam

menganalisis kalimat majemuk dapat ditingkatkan.

- Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini akan bermamfaat bagi peneliti karena peneliti sebagai

calon guru yang nantinya dapat menerapkan media gambar dalam

pengajaran menganalisis kalimat majemuk.

- Bagi lembaga

Bagi lembaga, tempat penelitian menempuh pendidikan hasil penelitian ini

dapat di manfaatkan sebagai referensi serta digunakan sebagai bahan

pengajaran mata kuliah penulisan karya ilmiah.

1.6 Asumsi

Rencana penelitian ini berdasarkan seperangkat asumsi. Adapun yang dimaksud

asumsi adalah anggapan dasar yang kebenarannya tidak perlu dibuktikan. Hal ini

merupakan suatu pegangan yang sangat penting dalam mengadakan suatu penelitian.

Seperangkat asumsi yang dimaksud adalah sebagai berikut :

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

8

1. Semua siswa memiliki fasilitas yang sama dalam mengikuti proses

pembelajaran.

2. Pengajaran tentang kalimat majemuk di kelas VIII.1 SMP Nusa Dua telah

sesuai dengan berdasarkan kurikulum yang berlaku.

3. Guru yang mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas VIII.1 SMP Nusa

Dua memiliki kewenangan mengajarkan bahasa Indonesia .

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

9

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu

pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia baik lisan maupun tulisan.

Pembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, juga untuk

meningkatkan berpikir dan bernalar serta memperluas wawasan.

Untuk menyampaikan ide atau gagasan, kita hendaknya mendalami penggunaan

bahasa Indonesia terutama penggunaan struktur kalimat tunggal maupun kalimat

majemuk. Kalimat majemuk dalam bahasa Indonesia ada tiga jenis, yaitu : kalimat

majemuk rapatan, kalimat majemuk setara (koordinator) dan kalimat majemuk

bertingkat (sub ordinatif).

Dari bentuk kalimat majemuk yang ada, penulis hanya membahas kalimat

majemuk bertingkat (sub ordinatif) saja, namun kiranya penulis singgung sedikit

pengertian kalimat, pengertian kalimat majemuk, pengertian kalimat majemuk

rapatan dan pengertian kalimat majemuk setara.

2.1 Pengertian kalimat

Kalimat adalah kesatuan ujaran yang terkecil, berintonasi dan mengandung

pikiran serta didukung dengan situasi (Zainuddin,1991:59).Menurut Keraf,

(1970:154) kalimat adalah suatu kumpulan kata-kata yang terkecil yang mengandung

pikiran yang lengkap. Kalimat juga didefinisikan sebagai suatu bahasa yang relatif

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

10

dapat berdiri sendiri yang mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri dari klausa

(Tarigan,1985:5).

Mencermati pendapat diatas, maka dapat dikemukakan bahwa kalimat

mengandung nilai-nilai makna, perasaan dan dapat dipahami oleh kontribusi

pemikiran yang mampu melahirkan suasana komunikasi yang berkesinambungan.

Berdasarkan pernyataan diatas dapat penulis simpulkan bahwa kalimat adalah

suatu bahasa yang mengandung makna, pesan yang digunakan untuk mengutarakan

isi pikiran atau perasaan dalam situasi tertentu yang relatif berdasarkan pada unsur

alphabet kata, intonasi, frase dan klausa yang dapat dipahami oleh orang lain baik

dalam bentuk lisan maupun tulisan.

2.2 Pengertian Kalimat Majemuk

Sebelum penulis menguraikan lebih lanjut mengenai kalimat majemuk, perlu

kiranyaa disinggung sedikit penjelasan kalimat tunggal. Kalimat tunggal adalah suatu

kalimat yang hanya terdiri dari dua unsur inti dan boleh diperluas dengan satu atau

lebih unsur tambahan, asal unsur-unsur tambahan itu tidak boleh membentuk pola

yang baru (Keraf,1978:169).

Contoh :Anak itu menendang bola

Kalimat diatas adalah sebuah kalimat tunggal, kalimat tunggal ini bisa dirubah

menjadi kalimat majemuk. Cara mengubahnya ada bermacam-macam, ada dengan

jalan memperluas salah satu unsurnya.

Contoh: Anak yang kau sebut kemarin itu, menendang bola.

Bentuk kalimat semacam ini disebut kalimat majemuk.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

11

Jadi kalimat majemuk adalah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas

sedemikian rupa sehingga perluasannya itu membentuk satu atau lebih pola kalimat

yang baru disamping pola yang sudah ada (Keraf, 1978: 187)

2.3 Pembagian Kalimat Majemuk

Menurut Heru Suparman (1981:23) kalimat majemuk dapat dibagi menjadi tiga,

yaitu : a) kalimat majemuk rapatan, b) kalimat majemuk setara, dan c) kalimat

majemuk bertingkat.

2.3.1 Kalimat Majemuk Rapatan

Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur,

maka kalimat-kalimat itu dapat digabungkan menjadi kalimat majemuk dengan

menuliskan atau menyebutkan satu kali unsur-unsur yang sama itu atau merapatkan

unsur-unsur lain.

2.3.2 Kalimat Majemuk Setara

Kalimat majemuk setara adalah kalimat tunggal yang digabungkan menjadi

sebuah kalimat yang lebih besar, dan tiap-tiap kalimat tunggal yang digabungkan itu

tidak kehilangan unsur-unsurnya(Herusantosa,1981:133).

2.3.3 Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat berbeda dengan kalimat majemuk rapatan dan

kalimat majemuk setara. Kalimat majemuk bertingkat seluk-beluk yang cukup

banyak variasinya. Pada kalimat majemuk bertingkat terdapat istilah induk kalimat,

anak kalimat dan bahkan kadang-kadang ada cucu kalimat dan cicit kalimat. Istilah

induk kalimat memberitahukan kepada kita bahwa pada kalimat majemuk bertingkat

terdapat kalimat yang tidak sederajat kedudukannya.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

12

Selanjutnya akan dijelaskan pengertian kalimat majemuk bertingkat: kalau

sebuah unsur dari kalimat sumber (kalimat tunggal) dibentuk menjadi sebuah kalimat

dan kalimat bentuknya ini digabungkan dengan sisa kalimat sumbernya, maka akan

terbentuklah kalimat majemuk bertingkat dengan ketentuan:

1. Sisa kalimat sumber disebut induk kalimat

2. Kalimat bentuknya disebut anak kalimat

3. Anak kalimat diberi nama sesuai dengan sumber yang akan

digantinya.(Herusantosa,1981:56)

Contoh : Kedatangannya disambut oleh rakyat kemarin.

Kalau kalimat tunggal diatas kita analisis menurut jabatannya akan terjadi

- Kedatangannya = Subjek

- Disambut = Predikat

- Oleh rakyat = Objek pelaku

- Kemarin = Keterangan tempat

Ternyata kalimat diatas terdiri dari empat unsur, tiap unsur yang ada dapat

diganti atau dikembangkan dengan kalimat.

Misalnya :

- Unsur kemarin diganti dengan ketika matahari mulai condong ke barat

Penjelasan :

1) Induk kalimat

- Kedatangan disambut oleh rakyat

2) Anak kalimat :

- Ketika matahari mulai condong ke barat

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

13

Dalam tata bahasa Indonesia juga dijelaskan pengertian kalimat majemuk

bertingkat adalah kalimat yang hubungan pola-polanya tidak sederajat, salah satu pola

atau lebih menduduki fungsi tertentu dari pola yang lain. Bagian yang lebih tinggi

kedudukannya disebut induk kalimat sedangkan bagian yang lebih rendah

kedudukannya disebut anak kalimat (Keraf,1978:189).

Begitu juga dalam tata bahasa Indonesia dikatakan pengertian kalimat majemuk

bertingkat adalah kalimat yang dibangun oleh beberapa pola kalimat atau klausa

bebas. Hubungan antarklausa bersifat koordinatif, atau secara popular disebut

hubungan setara. Karena itu, ada pustaka yang menyebutnya kalimat majemuk setara

(Mulyono,2002:110).

Berdasarkan ketiga pendapat diatas kita tidak menemukan suatu perbedaan

prinsip, tetapi cara penyampaiannya yang berbeda sehingga dengan demikian dapat

penulis simpulkan bahwa kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang salah satu

unsur kalimat tunggal yang diperluas dan hasil perluasannya membentuk pola kalimat

baru. Pola kalimat yang kedudukannya lebih tinggi disebut induk kalimat, sedangkan

pola kalimat yang kedudukannya lebih rendah disebut anak kalimat atau pola kalimat

yang digabungkan tidak sederajat atau setara.

Perlu juga diketahui hubungan kalimat majemuk bertingkat ada secara ekslisit

dan implisit.

1) Kalimat majemuk yang berhubungan secara eksplisit adalah hubungan anatara

anak kalimat dan induk kalimat yang ditandai dengan adanya kata penghubung:

karena, jika, oleh karena, kecuali dan sebagainya. Semua kata sambung yang

mendahului anak kalimat langsung menjadi tanda atau jenis anak kalimat

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

14

tersebut. Kata tugas : agar, supaya menunjukkan bahwa anak kalimat tersebut

pengganti keterangan tujuan.

Contoh :

a. Agar Ayah tetap sehat, saya memberikan obat ini kemarin.

b. Jika ia menepati janjinya, aku akan memberikan hadiah.

2) Kalimat majemuk bertingkat yang berhubungan secara implisit adalah apabila

hubungan antara anak kalimat dan induk kalimat tanpa menggunakan kata

sambung, melainkan hanya ada jeda atau hubungan batin.

Contoh :

a. Habis manis sepah dibuang.

b. Ia menepati janjinya, aku akan member hadiah

2.4 Unsur-Unsur Kalimat Majemuk Bertingkat

Unsur yang terdapat pada kalimat majemuk bertingkat meliputi unsur subjek,

objek, dan keterangan (adverbal). Tiap-tiap unsur dapat diganti dengan kalimat.

1) Kalimat Majemuk Bertingkat Pengganti Anak Kalimat Subjek

Contoh :

1) Kalimat tunggal : Gadis sedang naik ke atas panggung

2) Kalimat majemuk bertingkat : Gadis yang menjadi juara naik ke atas

panggung

Penjelasan :

1) Induk Kalimat (IK) : Gadis sedang naik ke atas panggung

2) Anak Kalimat (AK) : yang menjadi juara

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

15

2) Kalimat Majemuk Bertingkat Pengganti Anak Kalimat Predikat

Contoh :

1) Kalimat tunggal : Mereka belajar

2) Kalimat majemuk bertingkat : Mereka adalah anak-anak yang mempelajari

puisi

Penjelasan :

1) Induk Kalimat(IK) : Mereka belajar

2) Anak kalimat : Anak-anak yang mempelajari puisi

3) Kalimat Majemuk Bertingkat Pengganti Anak Kalimat Objek

Contoh :

1) Kalimat tunggal : Guru menasehati anak kemarin

2) Kalimat Majemuk bertingkat : Guru menasehati murid yang tidak pernah

masuk

Penjelasan :

1) Induk kalimat (IK) : Guru menasehati anak kemarin

2) Anak kalimat (AK) : Murid yang tidak pernah masuk kemarin

4) Kalimat Majemuk Berttingkat Pengganti Anak Kalimat Keterangan

(Adverbal).

Contoh :

1) Kalimat tunggal : Ayah menulis surat tadi pagi

2) Kalimat majemuk bertingkat : Ayah menulis surat ketika ibu membaca

Koran

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

16

Penjelasan :

1) Induk kalimat (IK) : Ayah menulis surat tadi pagi

2) Anak kalimat (AK) : ketika ibu membaca Koran

5) Pengembangan Unsur-Unsur Kalimat Menjadi Kalimat Majemuk

Bertingkat

Unsur yang dapat dikembangkan pada kalimat majemuk bertingkat meliputi

unsur, 1) subjek, 2) predikat, 3) objek dan 4) keterangan (adverbal).

1. Pengembangan subjek memiliki empat cara yaitu:

a) Menggunakan kata ganti penghubung

b) Anak kalimat didahului oleh kata penghubung

c) Anak kalimat berbentuk kalimat langsung

d) Anak kalimat menggunakan struktur kalimat Tanya

2. Pengembangan Predikat (Sebutan)

Pengembangan Predikat mempunyai dua cara yaitu:

a) Anak kalimat terletak di belakang titik dua.

b) Anak kalimat berbentuk kalimat langsung.

3. Pengembangan Objek

a) Anak Kalimat Objek Penderita

b) Anak Kalimat Objek Pelaku

c) Anak KalimatObjek Penyerta atau Objek Berkepentingan

d) Objek Berkata Depan

4. Pengembangan Keterangan (Adverbal)

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

17

a) Anak Kalimat Keterangan Waktu

b) Anak Kalimat Keterangan Tempat

c) Anak Kalimat Keterangan Sebab

d) Anak Kalimat Keterangan Akibat

e) Anak Kalimat Keterangan Syarat

f) Anak Kalimat Keterangan Tujuan

g) Anak Kalimat Keterangan Perlawanan

h) Anak Kalimat Keterangan Perbandingan

i) Anak Kalimat Keterangan Alat

j) Anak Kalimat Keterangan Keadaan

k) Anak Kalimat Keterangan Perwatasan

l) Anak Kalimat Keterangan Jumlah

m) Anak Kalimat Keterangan Asal

n) Anak Kalimat Keterangan Modalitas

o) Anak Kalimat Keterangan Derajat

2.5 Konstruktivisme

2.5.1 Pengertian Konstruktivisme

Konstruktivisme pada dasarnya merupakan sebuah teori tentang proses orang

belajar. Teori ini memandang seseorang sebagai makhluk yang aktif dalam

mengonstruksi ilmu pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan. Di dalam

konteks pembelajaran, siswa dipandang sebagai individu yang aktif membangun

pemahamannya sendiri dan pengetahuan dunia sekitarnya dengan mengalami sendiri

dan merefleksikan pengalaman tersebut. Dalam konstruktivisme, guru berperan

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

18

sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran konstruktivisme,

penambahan pengetahuan baru dilakukan oleh siswa sendiri. Pengembangan

pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan rangsangan berupa masalah-

masalah dari dunia nyata yang relevan dengan kebutuhan siswa,untuk dibahas dan

dicari jalan keluarnya ( Oliver dalam Mudjiman, 2008: 25). Trianto (2009:106)

mengatakan bahwa dalam pembelajaran kontruktivisme, siswa harus menemukan

sendiri dan mentranformasikan informasi kompleks, menyesuaikan informasi baru

dengan aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Dalam hal ini siswa harus benar-benar

memahami dan menerapkan pengetahuan, mereka harus belajar bekerja mengerjakan

dan mencari solusi yang terbaik.

2.5.2 Karakter Strategi Pembelajaran Konstruktivisme

Wena (2009:140) mengungkapkan karakter strategi pembelajaran

konstruktivisme sebagai berikut :

a. Keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional dalam pembelajaran.

b. Siswa didorong untuk menemukan / mengfontruksi sendiri konsep yang

sedang dikaji.

c. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya jawab menyelesaikan tugas

bersama.

d. Pada dasarnya untuk menjadi kreatif seseorang harus bekerja keras.

2.5.3 Model Pembelajaran Berdasarkan Konstruktivisme

Prisip-prisip pembelajaran dengan strategi pembelajaran konstruktivisme telah

melahirkan berbagai macam model pembelajaran. Model pembelajaran ini merupakan

model pembelajaran yang menekannkan bahwa proses belajar siswa adalah pelaku

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

19

aktif kegiatan belajar dengan membangun sendiri pengetahuan berdasarkan

pengalaman-pengalaman yang dimilikinya. Baharudin dan Esa (2008:128-139)

memaparkan beberapa model pembelajaran yang didasarkan kontruktivisme anatara

lain discovery learning,reception learning, aisted learning, active learning, the

accelerated learning, quantum learning, dan contextual teaching and learning.

Dari tujuh model pembelajar tersebut, peneliti hanya menggunakan model

pembelajaran reception learning karena model pembelajaran ini mempunyai

karakteristik tersendiri, yaitu menekankan keaktifan siswa dalam belajar dan

menekankan cara-cara siswa mengkonstruksi pengetahuan yang sudah ada, agar dapat

menjadi bagian dari pengetahuan yang baru. Selain itu, model pembelajaran ini

menekankan beberapa tahap yang dapat memotivasi siswa dalam belajar, di

antarannya melalui diskusi, observasi, eksperimen/percobaan, pemutaran film-film,

atau tugas-tugas belajar. Melalui eksperimen yang dilakukan, siswa dapat menunjang

sistematika berpikir dalam menuangkan idenya. Desain Pembelajaran

Konstruktivisme. Unsur-unsur desain menurut Mudjiman (2008:30) yaitu:

a. Penetapan masalah, utamanya oleh guru, tetapi sejauh mungkin melibatkan

siswa.

b. Pengelompokan siswa dengan mempertimbangkan berbagai faktor

sehingga kelompok tersebut dapat produktif.

c. Upaya menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki dengan

pengetahuan yang akan dicari, sesuai dengan pemahaman kostruktivisme.

d. Pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan kegiatan menjawab masalah.

e. Pengomunikasian hasil kerja kelompok dengan kelompok lain; dan

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

20

f. Refleksi terhadap kegiatan yang telah dijalankan dalam upaya memecahkan

masalah.

2.5.4 Prinsip-prinsip Pembelajaran Konstruktivisme

Konstruktivisme seperti yang dinyatakan oleh Thansoulos (dalam Mudjiman

2008:28) memiliki beberapa prinsip antara lain:

a. Lebih berkepentingan dengan belajar bukan mengajar.

b. Mendorong insiatif pembelajaran dalam melakukan kegiatan belajar.

c. Menganggap pembelajaran sebagai penentu keterlaksanaan rencana untuk

mencapai tujuan belajar.

d. Lebih mendorong munculnya rasa keingintahuan secara ilmiah, tidak

buatan.

e. Memperhitungkan kepercayaan sikap dan motivasi pembelajaran dalam

mendorong mereka belajar.

f. Menganggap belajar sesuatu yang tidak mungkin terpisah dengan segala

sesuatu yang telah diketahui pembelajaran.

g. Belajar adalah aktif dan memerlukan orang lain dalam pelaksanaannya.

2.5.5 Langkah-Langkah Strategi Pembelajaran Konstruktivisme

Menurut Wena (2009:140-143) terdapat 5 tahapan strategi pembelajaran

konstruktivisme adalah: orientasi, eksplorasi, interprestasi, rekreasi, dan evaluasi.

1. Orientasi

Tahap ini diawali dengan orientasi untuk menyepakati tugas dalam langkah

pembelajaran. Dalam hal ini guru mengomunikasikan tujuan, materi, waktu langkah-

langkah pembelajaran, hasil akhir yang diharapkan dari siswa, serta penilaian yang

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

21

diterapkan. Menurut Borich (dalam Wena, 2009:140) “ tahap orientasi sangat penting

dilakukan pada awal pembelajaran, karena dapat memberikan arah atau petunjuk bagi

siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan”.

2. Eksplorasi

Dalam tahap ini, siswa melakukan eksplorasi terhadap masalah/konsep yang

dikaji. Eksplorasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti membaca,

melakukan observasi, wawancara, melakukan percobaan, browsing lewat internet,

dan sebagainya. Melakukan kegiatan eksplorasi, siswa dirangsang untuk

meningkatkan rasa ingin tahunya (curiosity) dan hal tersebut dapat memacu kegiatan

belajar selanjutnya.

3. Interpretasi

Dalam hal ini hasil eksplorasi diinterpretasikan melalui kegiatan analisis,

diskusi,tanya jawab, atau bahkan berupa percobaan kembali, jika memang hal itu

diperlukan kembali. Tahap interpretasi sangat penting dilakukan dalam kegiatan

pembelajaran karena melalui tahap interpretasi siswa didorong untuk berpikir tingkat

tinggi (analisis, sintesis, dan evaluasi) sehingga terbiasa dalam memecahkan masalah

meninjau dari berbagai aspek.

4. Rekreasi

Dalam tahap ini siswa ditugaskan untuk menghasilkan sesuatu yang

mencerminkan pemahamannya terhadap konsep/topik/masalah yang dikaji menurut

kreasinya masing-masing. Menurut Clegg dan Berch (dalam Wena,2009:141) “ pada

setiap akhir suatu pembelajaran, sebaiknya siswa dituntut untuk mampu

menghasilkan sehingga informasi yang telah dipelajari menjadi bermakna, lebih-lebih

untuk memecahkan masalah yang sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari”.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

22

5. Evaluasi

Evaluasi dilakukan selama proses pembelajaran dan pada akhir pembelajaran.

Selama proses pembelajaran, evaluasi dilakukan dengan mengamati sikap dan

kemampuan berpikir siswa. Hal-hal yang dinilai selama proses pembelajaran adalah

kesungguhan mengerjakan tugas, hasil eksplorasi, kemampuan berpikir kritis dan

logis dalam memberikan pandangan/argumentasi, kemampuan untuk bekerja sama

dan memikul tanggung jawab bersama, sedangkan evaluasi pada akhir pembelajaran

adalah evaluasi terhadap produk kreatif yang dihasilkan siswa. Kriteria penilaian

dapat disepakati bersama pada waktu orientasi.

2.5.6 Implikasi Konstruktivisme terhadap Proses Belajar Mengajar (PBM).

2.5.7 Implikasi Konstruktivisme terhadap Proses Belajar.

1. Makna Belajar

Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif pelajar

mengkonstruksikan arti sebuah teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain. Belajar

juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau

bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga

pengertiannya dikembangkan. Proses tersebut antara lain bercirikan sebagai berikut:

1) Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa

yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. Konstruksi arti itu

dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.

2) Konstruksi arti adalah proses yang terus menerus. Setiap kali berhadapan

dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi, baik

secara kuat maupun lemah.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

23

3) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulan fakta, melainkan lebih suatu

pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar

bukanlah hasil perkembangan, melainkan merupakan perkembangan itu

sendiri, suatu perkembangan yang menuntut penemuan dan pengaturan

kembali pemikiran seseorang.

4) Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam

keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut situasi

ketidakseimbangan (disequilibrium) adalah situasi yang baik untuk

memacu belajar.

5) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik dan

lingkungan.

6) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui pelajar

konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan

bahan yang dipelajari (Paul Suparno 2001:61).

2. Peran Pelajar

Bagi kaum konstrutivisme, belajar adalah kegiatan yang aktif, dimana pelajar

membangun sendiri pengetahuannya. Pelajar mencari arti sendiri apa yang mereka

pelajari. Pelajar sendirilah yang bertanggungjawab atas hasil belajarnya. Mereka

membawa pengertiannya yang lama dalam situasi belajar yang baru. Mereka sendiri

yang membuat penalaran atas apa yang dipelajarinya dengan cara mencari makna,

membandingkannya dengan apa yang telah ia ketahui serta menyelesaikan

ketegangan antara apa yang telah ia ketahui dengan apa yang ia perlukan dalam

pengalaman yang baru (Paul Suparno, 2001:62).

Belajar merupakan proses organik untuk menemukan sesuatu bukan suatu proses

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

24

mekanik untuk mengumpulkan fakta. Belajar itu suatu perkembangan pemikiran

dengan membuat kerangka. Pengertian yang berbeda. Pelajar harus punya

pengalaman dengan membuat hipotesis, mengetes hipotesis, memanipulasi objek,

memecahkan persoalan, mencari jawaban, menggambarkan, meneliti, berdialog,

mengadakan refleksi, mengungkapkan pertanyaan, mengekspresikan gagasan, dan

lain-lain untuk membentuk konstruksi yang baru. Pelajar harus membentuk

pengetahuan mereka sendiri dan guru membentuk sebagai mediator dalam proses

pembentukan itu. Menurut Fosnot (1989) dalam Paul Suparno (2001:62) belajar

berarti terjadi melalui refleksi, pemecahan konflik pengertian, dan dalam proses

selalu memperbaiki tingkat pemikiran yang tidak lengkap.

3. Makna Mengajar

Bagi kaum konstruktivis menurut Bettencourt (1989) dalam Paul

Suparno(2001:65) mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru

ke murid, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri

pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi dengan pelajar dalam membentuk

pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan

justifikasi. Jadi mengajar adalah suatu bentuk belajar sendiri.

4. Fungsi dan Peran Pelajar

Pengajar sebagai mediator dan fasilitator, menurut prinsip konstruktivis, seorang

pengajar atau guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar

proses belajar murid berjalan dengan baik. Tekanan ada pada siswa yang belajar dan

bukan pada disiplin ataupun guru yang mengajar. Fungsi mediator dan fasilitator

dapat dijabarkan dalam beberapa tugas sebagai berikut:

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

25

a) Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan murid bertanggung

jawab dalam membuat rancangan, proses dan penelitian. Oleh karena itu

jelas memberi kuliah atau ceramah bukanlah tugas utama seorang guru.

b) Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang

keigintahuan murid dan membantu mereka mengekspresikan gagasannya

dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka. Menyediakan sarana yang

merangsang siswa berpikir secara produktif. Menyediakan kesempatan dan

pengalaman yang paling mendukung proses belajar siswa. Guru harus

menyemangati siswa. Guru perlu menyediakan pengalaman konflik.

c) Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran murid

jalan atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah

pengetahuan murid itu berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang

berkaitan. Guru membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan murid

(Paul Suparno, 2001:66).

Agar peran dan tugas tersebut berjalan dengan optimal, diperlukan beberapa

kegiatan yang dikerjakan dan juga beberapa pemikiran yang perlu disadari oleh

pengajar yaitu:

a) Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa

yang sudah mereka ketahui dan pikirkan

b) Tujuan dan apa yang akan dibuat di kelas sebaiknya dibicarakan bersama

sehingga sungguh terlibat.

c) Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan

kebutuhan siswa. Ini dapat dilakukan dengan berpartisipasi sebagai pelajar

juga di tengah pelajar.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

26

d) Diperlukan keterlibatan dengan siswa yang sedang berjuang dan

kepercayaan terhadap siswa bahwa mereka dapat belajar.

e) Guru perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat mengerti dan

menghargai pemikiran siswa, karena kadang siswa berpikir bedasarkan

pengandaian yang tidak diterima guru (Paul Suparno, 2001: 66).

2.5.8 Kelebihan dan Kelemahan Teori Konstruktivisme

1. Kelebihan

1) Berpikir :Dalam proses membina pengetahuan baru, murid berpikir untuk

menyelesaikan masalah, menjana ide dan membuat keputusan.

2) Faham :Oleh kerana murid terlibat secara langsung dalam mebina

pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan boleh mengapliksikannya

dalam semua situasi.

3) Ingat :Oleh kerana murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka

akan ingat lebih lama semua konsep. Yakin murid melalui pendekatan ini

membina sendiri kepahaman mereka. Justeru mereka lebih yakin

menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.

4) Kemahiran sosial :Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan

rekan dan guru dalam membina pengetahuan baru.

http//strategipembelajarankonstruktivisme.wordpress.com/2012/12/09/met

ode-konstruktivisme/.(strategi pembelajaran).

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

27

2. Kelemahan

1) Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil

konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi sesuai dengan kaidah

ilmu pengetahuan sehingga menyebabkan miskonsepsi,

2) Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya

sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa

memerlukan penanganan yang berbeda-beda,

3) Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah

memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas

siswa, dan yang kebih penting lagi, dan

4) Meskipun guru hanya menjadi pemotivasi dan memediasi jalannya proses

belajar, tetapi guru disamping memiliki kompetensi dibidang itu harus

memiliki perilaku yang elegan dan arif sebagai spirit bagi anak sehingga

dibutuhkan pengajaran yang sesungguhnya mengapresiasi nilai-nilai

kemanusiaan.http//strategipembelajarankonstruktivisme.wordpress.com/20

12/12/09/metode-konstruktivisme/.(strategi pembelajaran)

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

28

BAB III

METODE PENELITIAN

Di dalam mengadakan suatu penelitian, peneliti harus menggunakan sebuah

metode. Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam kegiatan

mengadakan penelitian dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan (Netra, 1974:1).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quozi eksperimen. Quozi

eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan melakukan tindakan kepada

siswa dan semua populasi atau siswa digunakan sebagai subjek eksperimen data

(Satyasa, 2008:24).

Sehubungan dengan pernyataan di atas, maka dalam penelitian ini metode yang

sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, yaitu: (1) jenis penelitian, (2) subjek,

objek, dan tempat penelitian, (3) rancangan penelitian, (4) prosedur penelitian, (5)

pengumpulan data, dan (6) analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Istilah dalam bahasa

inggrisnya adalah Classroom Action Research (CAR) yaitu sebuah kegiatan penelitian

yang dilakukan di kelas. Menurut Caar dan Kemmis (Wardani 2007:1-3) penelitian

tindakan kelas merupakan penelitian dalam bidang sosial yang menggunakan refleksi

diri sebagai metode utama, dilakukan oleh orang yang terlibat di dalamnya,serta

bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai aspek.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

29

PTK sebagai penelitian dengan melakukan tindakan tertentu agar dapat

memperbaiki dan dapat meningkatkan pembelajaran di kelas. Dalam penelitian

tindakan kelas memiliki tiga pengertian yaitu:

1. Penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan

menggunakan cara dan aturan metodelogi tertentu untuk memperoleh data atau

informasi yang bermamfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik

minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan

tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan siswa.

3. Kelas dalam hal ini terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian

yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan

dan pengajaran yang dimaksud dengan istilah kelas adalah kelompok siswa

dalam kurun waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang

sama pula (Arikunto, 2010:1).

3.2 Subjek, Objek, Tempat Penelitian

Subjek penelitian adalah orang yang dikenai tindakan (Wendra,2007:53). Dalam

penelitian ini yang menjadi subjek penelitian atau individu yang akan diteliti adalah

siswa kelas VIII.1 SMP Nusa Dua Badung yang jumlah siswa laki-laki 15 orang dan

jumlah siswa perempuan 19 orang dengan jumlah seluruhnya 34 orang dalam satu

kelas. Objek yang mencerminkan proses mencakup tindakan yang dilakukan dan

materi yang digunakan. Objek yang mencerminkan produk mencakup yang

diharapkan mengalami perbaikan respon siswa (Wendra,2007:54). Yang menjadi

objek dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan menganalisis kalimat

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

30

majemuk bertingkat melalui penerapan strategi pembelajaran konstruktivisme pada

siswa kelas VIII.1 SMP Nusa Dua Badung Tahun Pelajaran 2012/2013. Sedangkan

lokasi/tempat penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Nusa Dua

Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung.

3.3 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Kunandar

(2008:45) menjelaskan penelitian tindakan kelas adalah suatu kegiatan penelitian

ilmiah yang dilakukan secara rasional, sistematis, terhadap berbagai tindakan yang

dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti. Sejak disusunnya suatu

perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan-tindakan nyata di dalam kelas yang

berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi

pembelajaran yang dilakukan. Penelitian tindakan kelas lebih diarahkan pada praktik

pemecahan masalah yang terjadi dalam proses belajar-melajar. Untuk memecahkan

masalah tersebut diperlukan suatu tindakan secara bertahap (bersiklus). Berdasarkan

refleksi awal tersebut maka dilaksanakan penelitian tindakan kelas ini dengan

prosedur sebagai berikut.

1. Perencanaan atau Planning

adalah tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan

menganalisis kalimat majemuk.

2. Tindakan atau acting

adalah pembelajaran seperti apa yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya

meningkatkan kemampuan menganalisi kalimat majemuk bertingkat.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

31

3. Pengamatan atau observing

adalah pengamatan penelitian terhadap peran serta siswa selama pembelajaran

dan pengamatan terhadap hasil kerja siswa dan;

4. Refleksi atau reflecting

adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari

pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi terhadap proses belajar-mengajar

selanjutnya.

Skema 01. Siklus atau Langkah – langkah Rancangan Penelitian Menurut Kurt

Lewin

.

`

Siklus I diawali dengan melakukan refleksi awal, setelah refleksi awal

dilaksanakan, langkah selanjutnya adalah merumuskan rencana tindakan I. Apabila

perumusan rencana tindakan I sudah mantap, barulah diadakan pelaksanakan

tindakan I dengan memberikan siswa contoh kalimat majemuk bertingkat untuk

memberikan gambaran tentang menganalisis kalimat majemuk bertingkat, kemudian

Pelaksanaan tindakan I Rencana tindakan I Refleksi awal

Pelaksanaan

tindakan II Rencana

tindakan II

Refleksi

tindakan I

Observaesi dan

evaluasi I

Rencana tindakan III Refleksi

tindakan II

Observasi dan

evaluasi II

Penentuan

tindakan terbaik

Observasi dan

evaluasi III

Pelaksanaan tindakan III

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

32

diadakan observasi dan evaluasi terhadap tindakan I. Langkah selanjutnya

melaksanakan refleksi tindakan I. Apabila pelaksanaan tindakan I belum optimal

maka perlu dilakukan perancanaan tindakan II. Setelah perancanaan tindakan II sudah

selesai, kemudian diadakan pelaksanaan tindakan II. Selanjutnya diadakan observasi

dan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan II. Setelah proses belajar mengajar

selesai, kemudian diadakan refleksi terhadap tindakan II. Selanjutnya sampai

menemukan peningkatan di siklus III. Demikian seterusnya, sampai ditemukan

keputusan tindakan terbaik.

3.4 Prosedur Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas, kegiatan penelitian tidak hanya dilakukan sekali

tetapi secara multisiklus. Oleh karena, dalam melakukan suatu tindakan

pembelajaran, selalu ada kemungkinan hasilnya tidak sesuai dengan yang

dikehendaki. Oleh karena itu, perubahan atau peningkatan dapat diikuti dari waktu ke

waktu selama tindakan dilaksnakan. Namun, jika hasilnya belum sesuai dengan

harapan berarti perlu dilakukan perbaikan pada tahap siklus berikutnya. Perbaikan

akan terus dilakukan sampai diperoleh hasil yang diinginkan. Dengan demikian,

tahap siklus akan ditentukan oleh tercapainya tujuan penelitian tindakan kelas secara

optimal.

3.4.1 Refleksi Awal

Refleksi awal bertujuan untuk mengumpulkan data – data awal mengenai

permasalahan serta kendala – kendala yang dialami siswa dalam proses pembelajaran.

Pada tahapan ini peneliti melakukan pra tes untuk mengetahui kemampuan dasar

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

33

yang dimiliki oleh siswa, hasil pra tes ini digunakan sebagai titik tolak untuk

menentukan kemajuan yang dicapai pada pelaksanaan penelitian.

3.4.2 Perencanaan Tindakan

Supaya penelitian ini dapat berlangsung dengan baik, maka diperlukan

penyusunan perencanaan yang matang.

Tahap perencanaan tindakan disusun sebagai berikut :

1. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

2. Menyusun skenario pembelajaran

3. Mempersiapkan media pembelajaran yang akan dipakai dalam kegiatan prates.

3.4.3 Pelaksanaan Tindakan

Tindakan yang dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan menganalisis

kalimat majemuk bertingkat siswa kelas VIII.1 SMP Nusa Dua adalah dengan

menggunakan penerapan strategi pembelajaran konstruktivisme. Adapun skenario

yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 02. Skenario kerja dalam penelitan tindakan kelas (PTK)

NO PENELITI SISWA

(1) (2) (3)

Kegiatan Awal

1. - Membuka pelajaran dan

melakukan absensi

- Memberitahukan siswa yang

tidak hadir

2.

- Memberikan apersepsi tentang

pelajaran yang akan dibahas

- Menyimak apersepsi dengan

seksama

3.

- Menginformasikan tujuan

pembelajaran

- Menyimak dengan kosentrasi

4. - Menyampaikan indikator

pembelajaran yang akan

dilakukan

- Menyimak sambil mencatat

seperlunya

Kegiatan Inti

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

34

(1) (2) (3)

5. Eksplorasi

- Guru bertanya tentang materi

kalimat majemuk bertingkat

- Guru menjelaskan materi

kalimat majemuk bertingkat

- Siswa menjawab batas

yangmereka ketahui

- Mencatat hal-hal penting dan

bertanya terhadap hal yang

kurang dipahami

6. - Guru menjelaskan cara

menganalisis kalimat majemuk

bertingkat melalui penerapan

strategi pembelajaran

konstruktivisme

- Menyimak penjelasan guru

dengan baik

7.

- Guru menyuruh siswa untuk

mengamati sebuah teks

wacana dalam buku pelajaran

- Siswa mencermati teks wacana

dalam buku pelajaran.

8. Elaborasi

- Guru meminta siswa untuk

mencari sebuah teks wacana

yang bertema objek wisata bali

- Siswa menganalisis kalimat

majemuk bertingkat dalam teks

wacana yang dibawanya

9. - Guru menyuruh siswa untuk

menganalisis teks wacana yang

dibawa oleh masing-masing

siswa

- Siswa lain membuat komentar

tentang menganalisis teks wacana

yang dibacakan oleh temannya

10.

Konfirmasi

- Guru memberikan komentar

salah satu siswa terhadap hasil

- Menganalisis kalimat

majemuk bertingkat

dalam teks wacana

- Mendengarkan komentar guru

dengan baik

11.

- Guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bertanya

terkait materi kalimat

majemuk bertingkat

- Siswa yang kurang paham

bertanya dengan sopan

12. - Guru menjawab pertanyaan

siswa dengan informasi yang

tepat dan benar

- Guru menyimpulkan hasil

pembelajaran

- Siswa mencatat jawaban dari

pertanyaan yang diajukan

- Siswa mendengarkan dengan

seksama

Penutup

13. - Guru menutup pembelajaran

dan mengucapkan salam

penutup

- Membalas salam.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

35

3.4.4 Observasi dan Evaluasi

Observasi dan Evaluasi dilaksanakan untuk mendapatkan data yang akurat

mengenai pelaksanaan tindakan dan mengetahui keberhasilan tindakan. Observasi

dilakukan oleh peneliti dengan mencatat semua kegiatan yang terjadi selama tindakan

berlangsung.

Evaluasi dilaksanakan setelah satu siklus dilaksanakan secara tuntas. Pemberian

yang diberikan berupa tes untuk mendapatkan data tentang kemampuan setiap siswa

mengenai menganalisis kalimat majemuk bertingkat melalui penerapan strategi

pembelajaran konstruktivisme.

3.4.5 Refleksi

Berdasarkan hasil analisis data observasi dan evaluasi pada siklus I dilakukan

refleksi yang bertujuan untuk menganalisis kelemahan-kelemahan tindakan pada

siklus I. Kelemahan tersebut dilihat dari masalah-masalah dialami siswa pada saat

pelaksanaan kegiatan menganalisis kalimat majemuk bertingkat dengan penerapan

strategi pembelajaran konstruktivisme.

3.5 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Metode pengumpulan data sangat erat hubungannya dengan data yang

dikumpulkan. Apabila dalam penelitian diperlukan data yang bermacam-macam

maka yang dipakai untuk mengumpulkan data berbeda-beda pula sesuai dengan jenis

data yang hendak dikumpulkan. Untuk mencari data yang diharapkan, maka

dalam penelitian ini, digunakan metode tes. Metode tes digunakan untuk

mengumpulkan data utama (data primer). Mengenai kemampuan siswa dalam

menganalisis unsur-unsur kalimat majemuk bertingkat.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

36

3.5.1 Metode Wawancara

Wawancara adalah salah satu cara mendapatkan informasi mengenai suatu hal,

Wirajaya (2008:10). Informasi ini diperoleh dari guru mata pelajaran Bahasa

Indonesia tentang kesulitan dan kendala dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

3.5.2 Metode Observasi

Metode observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk

mengetahui seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pengamatan sangat

cocok untuk merekam data kualitatif, misalnya prilaku, dan proses lainnya, Kunandar

(2008:143). Observasi atau pengamatan bagaimana siswa mempersiapkan diri

menerima pelajaran, bagaimana sikap siswa ketika mengerjakan tugas, bagaimana

sikap siswa saat melakukan latihan menulis eksposisi.

3.5.3 Metode Tes

Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penelitian yang berbentuk suatu tugas

atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak

sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut,

yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan

nilai standar yang ditetapkan (Nurkencana, 1992:34). Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan siswa untuk mendengarkan dengan seksama menggunakan tes untuk

memperoleh data primer yang menyangkut kemampuan menganalisis kalimat

majemuk bertingkat. Tes yang dapat dipakai adalah tes yang berbentuk objektif

berjumlah 20 soal yang mempunyai bobot masing-masing adalah 1. SMI= 1x20= 20.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

37

Norma absolut skala sebelas adalah suatu susunan atau tingkatan yang terdiri dari

kategori. Masing - masing dinyatakan dari 0 sampai dengan 10. Angka 0 menyatakan

kategori terendah dan angka 10 menyatakan kategori tertinggi.

Tabel 03. Acuan lengkapnya pedoman konversi skala sebelas adalah sebagai

berikut.

No Tingkat Kesukaran Skor Standar

(1) (2) (3)

01.

02.

03.

04.

05.

06.

07.

08.

09.

10.

11.

95% - 100%

85% - 94%

75% - 84%

65% - 74%

55% - 64%

45% - 54%

35% - 44%

25% - 34%

15% - 24%

5% - 14%

0% - 4%

10

9

8

7

6

5

4

3

2

1

0

Dengan demikian selanjutnya akan diperoleh skor mentah dengan kriteria

penguasaan yang dapat dicari sebagai berikut :

Penguasaan 95% = 95 x 20 = 19

100

Penguasaan 85% = 85 x 20 = 17

100

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

38

Penguasaan 75% = 75 x 20 = 15

100

Penguasan 65% = 65 x 20 = 13

100

Penguasaan 55% = 55 x 20 = 11

100

Penguasaan 45% = 45 x 20 = 9

100

Penguasaan 35% = 35 x 20 = 7

100

Penguasaan 25% = 25 x 20 = 5

100

Penguasaan 15% = 15 x 20 = 3

100

Penguasaan 5% = 5 x 20 = 1

100

Penguasaan 0% = 0 x 20 = 0

100

Berdasarkan perhitungan konversi tersebut diatas, maka pedoman konversinya

adalah sebagai berikut.

Tabel 04. Pedoman perhitungan konversi menganalisis kalimat majemuk

bertingkat

No Skor Mentah Skor Standar

(1) (2) (3)

01.

02.

03.

04.

19 -20

17 -18

15 -16

13 -14

10

9

8

7

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

39

(1) (2) (3)

05.

06.

07.

08.

09.

10.

11.

11 – 12

9 – 10

7 - 8

4 - 6

3 - 4

1 - 2

0

6

5

4

3

2

1

0

(Nurkancana, 1992 : 98)

Contoh :

Jika seorang siswa dalam mengerjakan soal dengan memperoleh skor sebanyak

20, maka siswa tersebut akan meperoleh nilai 10 dengan predikat istimewa, demikian

juga apabila meperoleh skor mentah 3, maka nilainya adalah 2 dengan predikat

buruk sekali.

Selanjutnya ditentukan predikat nilai standar yang dimulai dari 1 – 10. Predikat

tersebut dapat dirinci sebagai berikut.

Tabel 05. Klasifikasi Tingkat Kemampuan Menganalisis Kalimat Majemuk

Bertingkat melalui Strategi Pembelajaran Konstruktivisme.

Normal Absolut Skala 11 Nilai Kriteria

(1) (2) (3)

87 – 100

79 - 86

71 – 78

10

9

8

Istimewa

Baik sekali

Baik

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

40

(1) (2) (3)

62 – 70

54 – 61

46 – 53

38 – 45

29 – 37

21 – 28

12 – 20

7

6

5

4

3

2

1

Lebih dari cukup

Cukup

Hampir cukup

Kurang

Kurang sekali

Buruk

Buruk sekali

(Depdikbud, 1980 : 10)

3.6 Analisis Data

Setelah pengumpulan data, data yang terkumpul dianalisis. Analisis data yang

digunakan yaitu analisis deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif yaitu dimana data

yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut

kategori untuk memperoleh simpulan. Data yang diperoleh pada pelaksanaan siklus

ke-N. Data yang harus dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif adalah hasil

penilaian terhadap kemampuan siswa dalam menganalisis kalimat majemuk

bertingkat melalui penerapan strategi pembelajaran konstruktivisme.

Untuk mendapat gambaran secara umum tentang kemampuan menganalisis

kalimat majemuk bertingkat kelas VIII.1 SMP Nusa Dua Badung, tahun pelajaran

2012/2013 maka perlu dicari nilai rata-rata yang diperoleh siswa. Untuk memperoleh

nilai rata-rata digunakan rumus seperti berikut :

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

41

Keterangan :

M = Mean (angka rata-rata)

∑fx = jumlah skor standar

N = jumlah individu yang diteliti atau banyak siswa

(Nurkancana, 1986:152)

M = ∑fx

N

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini disesuaikan dengan tahap-tahap

pembelajaran serta prosedur yang sudah ditentukan dalam rencana tindakan. Dari

pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut, diperoleh data yang diperlukan untuk

dievaluasi. Data yang diperoleh berupa hasil observasi terhadap siswa selama

pelaksanaan tindakan kelas dan data hasil tes kemampuan menganalisis kalimat

majemuk bertingkat pada siswa kelas VIII.1 setiap akhir pelaksanaan tindakan.

4.1.1 Observasi Awal

Berdasarkan pengamatan langsung yang penulis lakukan di kelas VIII.1 SMP

Nusa Dua Badung Tahun Pelajaran 2012/2013, dapat penulis catat tetang beberapa

hal yaitu: (1) jumlah siswa dalam satu rombongan dikatan tidak gemuk dan tidak

kurus artinya sudah memenuhi syarat dalam satu ruangan, (2) pengembangan bahan

ajar oleh guru masih kurang, sehingga guru terkesan kurang kreatif, (3) pendekatan

pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan tidak diterapkan oleh guru,

sehingga siswa menjadi pasif dan tidak bersemangat dalam pelajaran menganalisis

kalimat majemuk bertingkat, (4) guru cenderung menggunakan metode ceramah, dan

(5) siswa kurang diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapat, ide, bakat dan

kreatifitasnya dalam bentuk berdiskusi kelompok kecil.

4.1.2 Hasil Tes Awal

Pada pelaksanaan tes awal, peneliti tidak memberikan penjelasan lengkap

tentang materi yang akan diberikan kepada siswa, peneliti hanya memberikan

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

43

gambaran tentang materi menganalisis kalimat majemuk bertingkat. Penelitian ini

dilakukan pada hari Jumat tanggal 15 Maret 2013. Peneliti memperoleh data yang

diperlukan dengan memberikan tes soal menganalisis kalimat majemuk.

Hasil dari penelitian tes awal ini, hanya mendapatkan data dari hasil tes

menjawab soal menganalisis kalimat majemuk bertingkat, tanpa memberikan materi

tentang cara menganalisis kalimat majemuk bertingkat. Adapun data tes awal dari

hasil tes menganalisis kalimat majemuk bertingkat yang berjudul “ Tanah Lot”

http//strategipembelajarankonstruktivisme.wordpress.com/2012/12/09/metode-

konstruktivisme/.(strategi pembelajaran)

Tabel 06. Hasil Tes Awal Peningkatan Kemampuan Menganalisis Kalimat

Majemuk Bertingkat melalui Penerapan Strategi Pembelajaran

Konstruktivisme pada Siswa Kelas VIII.1 SMP Nusa Dua Badung Tahun

Pelajaran 2012/2013.

No Nama Siswa Skor

Mentah

Skor

Standar

Keterangan

(1) (2) (3) (4) (5)

01. Agni Manik Sriasih 12 6 Cukup

02. Agus Ryan K. 10 5 Hampir Cukup

03. Agus Suardana 11 6 Cukup

04. Agus Surya Aristin 8 4 Kurang

05. Ayu Pradnya, IGst. 10 5 Hampir Cukup

06. Ayu Thesya J. 11 6 Cukup

07. Buma Dyatmika 10 5 Hampir Cukup

08. Bayu Setyo Nugroho 11 6 Cukup

09. Deby Choiriah 11 6 Cukup

10. Devi Kusuma Wati 10 5 Hampir Cukup

11. Ega Aprilia Wati, A.A 11 6 Cukup

12. Elisabeth W. 11 6 Cukup

13. Faradyla Putri Vidy 11 6 Cukup

14. Feny Damayanti D. 11 6 Cukup

15. Candle Yuniko Dewi 11 6 Cukup

16. Guntur Kresta Putra 14 7 Lebih dari Cukup

17. Irvan P.W., I Pt 13 7 Lebih dari Cukup

18. Nadila Ayu Pertiwi 9 5 Hampir Cukup

19. Oki Krisnayanthi 11 6 Cukup

20. Safaico Churotul A. 10 5 Hampir Cukup

21. Sariani 11 6 Cukup

Page 44: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

44

(1) (2) (3) (4) (5)

22. Sendy Nia Faleh 10 5 Hampir Cukup

23. Septiari 8 4 Kurang

24. Silviana 11 6 Cukup

25. Suarta 8 4 Kurang

26. Suwantika 10 5 Hampir Cukup

27. Trisna Sari 11 6 Cukup

28. Vinesy Indah Kesia 8 4 Kurang

29. Wahyu Budi S. 11 6 Cukup

30. Widya Adnyana 8 4 Kurang

31. Wisnu Bayu Bianggi 8 4 Kurang

32. Yudi Antara Widya 11 6 Cukup

33. Yudi Ardita 11 6 Cukup

34. Yuni Nuryanti P. 7 4 Kurang

Jumlah - 184

Rata-rata - 5,41

4.1.3 Analisis Data Tes Awal

Dari pengelompokan prestasi yang diperoleh siswa serta persentasinya dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 07. Pengelompokan Prestasi Siswa Kelas VIII.1 SMP Nusa Dua Badung

Tahun Pelajaran 2012/2013 dalam Peningkatan Kemampuan

Menganalisis Kalimat Majemuk Bertingkat melalui Penerapan Strategi

Pembelajaran Konstruktivisme pada Tes Awal.

No

Kategori

Rentangan

skor

X

F

FX

Persen

(%)

Nilai rata-

rata

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

1.

Istimewa

87-100

10

0

0

0

2.

Baik Sekali

79-86

9

0

0

0

3.

Baik

71-78

8

0

0

0

4.

Lebih dari

Cukup

62-70

7

2

14

5,89%

5.

Cukup

54-61

6

17

102

50%

Page 45: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

45

(1) (2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7) (8)

6.

Hampir

Cukup

46-53

5

8

40

23,52%

184

34

= 5,41

(Cukup)

7.

Kurang

38-45

4

7

28

20,59%

8.

Kurang

Sekali

29-37

3

0

0

0

9.

Buruk

21-28

2

0

0

0

10.

Buruk

Sekali

13-20

1

0

0

0

Jumlah

34

184

100%

Berdasarkan tabel di atas, tes menganalisis kalimat majemuk bertingkat yang

diikuti oleh 34 siswa, diketahui nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 5,41

dengan rincian, siswa yang memperoleh nilai 7 sebanyak 2 orang (5,89%), siswa

yang memperoleh nilai 6 sebanyak 17 orang (50%), siswa yang memperoleh nilai 5

sebanyak 8 orang (23,52%), dan siswa yang memperoleh nilai 4 sebanyak 7 orang

(20,59%), sehingga kemampuan menganalisis kalimat majemuk bertingkat pada tes

awal dikelompokkan dengan kategori cukup. Oleh karena itu, perlu dilakukan

peningkatan hasil belajar dengan melanjutkan ke tahap berikutnya.

4.1.4 Refleksi

Berdasarkan hasil tes awal pada tabel 09 diketahui bahwa skor standar siswa 184

dengan nilai rata-rata 5,41 berkategori cukup. Hasil tes tersebut belum memenuhi

target yang ditentukan oleh peeneliti yaitu 8. Dari hasil yang diperoleh siswa masih

banyak ditemukan masalah, hal ini disebabkan karena: (1) siswa kurang

Page 46: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

46

memperhatikan penjelasan mengenai tes, (2) siswa menganggap tes awal tida serius,

(3) beberapa siswa mengerjakan tes awal dengan seadanya atau tidak serius, (4) siswa

sungkan untuk bertanya, (5) beberapa siswa belum memahami pengertian kalimat

majemuk bertingkat.

4.1.5 Siklus I

4.1.5.1 Perencanaan

Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan,

dimulai pada hari Kamis tanggal 21 Maret 2013 untuk materi, hari Jumat tanggal 22

Maret 2013 untuk evaluasi. Dalam perencanaanya, ada beberapa hal yang perlu

dipersiapkan oleh peneliti yaitu:

1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

2. Menyiapkan format observasi kegiatan siswa dan teks kalimat majemuk

bertingkat.

3. Menyiapkan tes untuk menguji pemahaman materi pada siswa.

4. Menjelaskan materi dengan lebih sabar berdasarkan hasil refleksi.

5. Mengaktifkan keingintahuan siswa melalui berbagai pertanyaan.

6. Mengurangi metode ceramah dan memperbanyak latihan pada siswa.

4.1.5.2 Pelaksanaan

Tabel 08. Skenario Tindakan Siklus I

No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

(1) (2) (3)

1. Pembukaan

Absensi

Apersepsi

Menyampaikan pembahasan

materi

Menyampaiakan tujuan.

Siswa merespon sesuai absen

Siswa memperhatikan.

Page 47: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

47

(1) (2) (3)

pembelajaran.

2. Inti

a. Orientasi

Guru memperkenalkan dan

menjelaskan materi yaitu

menganalisis kalimat majemuk

bertingkat

Guru memunjukkan.

a. Orientasi

Siswa mendengarkan dengan

seksama penjelasan dari guru

Siswa memperhatikan

Beberapa sisw mencoba

menunjukkan contoh kalimat

majemuk bertingkat.

b. Eksplorasi

Guru meminta siswa

menjawab pertanyaan dari

rumusan masalah.

b. Eksplorasi

Masing-masing siswa menjawab

pertanyaan dari rumusan

masalah.

c. Interpretasi

Guru meminta siswa

mengumpulkan hipotesis di

meja guru agar tidak diubah

lagi.

c. Interpretasi

Masing-masing siswa

mengumpulkan hipotesis di

meja guru agar tidak diubah

lagi.

d. Rekreasi

Guru meminta siswa mendata

fakta-fakta yang mendukung

ataupun yang berentangan

dengan jawaban hipotesis

mereka.

d. Rekreasi

Siswa mendata fakta-fakta yang

mendukung ataupun

bertentangan dengan jawaban

atau hipotesis masing-masing.

e. Evaluasi

Guru mengembalikan jawaban

yang dibuat oleh siswa.

Guru membimbing siswa

untuk menemukan jawaban

yang benar atau dapat diterima

sesuai dengan data atau

informasi yang diperoleh

berdasarkan data yang

dikumpulkan

Guru merumuskan simpulan

dari temuan hipotesis dan

jawaban yang benar

berdasarkan data yang relevan.

e. Evaluasi

Masing-masing siswa menerima

jawaban

Dengan bimbingan guru, siswa

mencoba menemukan jawaban

yang benar sesai dengan data

yang diperoleh

Siswa bersama guru,

merumuskan simpulan dri

temuan hipotesis.

3. Penutup

Mengadakan refleksi tentang

materi yang telah diberikan

Memberikan penguatan pada

tugas yang telah dikerjakan

siswa

Mengadakan refleksi tentang

materi yang telah berlangsung

Siswa menyimak penjelasan

guru tentang hasil pekerjaannya

Page 48: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

48

(1) (2) (3)

Mempersiapkan scenario

tindakan untuk pertemuan

berikutnya

Siswa sebagai upaya

memperbaiki kekurangan.

4.1.5.3 Observasi

Pada kegiatan observasi dapat diketahui bahwa prilaku siswa sudah mendapatkan

hasil yang lebih baik atau tidak. Adapun hal-hal yang diamati yaitu: (1) siswa sudah

mulai aktif mengikuti proses pembelajaran dengan tekun, (2) siswa lebih

mendengarkan penjelasan guru, (3) apabila belum mengerti, siswa sudah percaya diri

untuk bertanya.

4.1.5.4 Hasil Tes Siklus I

Adapun hasil tes yang duperoleh siklus I dengan tes objektif sebanyak 20 butir

soal dalam buku LKS (Ayo Belajar Bahasa Indonesia ) SMP semester 2 kelas VIII.1

adalah sebagai berikut.

Tabel 09. Hasil Penelitian Siklus I Peningkatan Kemampuan Menganalisis

Kalimat Majemuk Bertingkat melalui Penerapan Strategi Pembelajaran

Konstruktivisme pada Siswa Kelas VIII.1 SMP Nusa Dua Badung

Tahun Pelajaran 2012/2013.

No Nama Siswa Skor

Mentah

Skor

Standar

Keterangan

(1) (2) (3) (4) (5)

01. Agni Manik Sriasih 14 7 Lebih dari Cukup

02. Agus Ryan K. 12 6 Cukup

03. Agus Suardana 12 6 Cukup

04. Agus Surya Aristin 11 6 Cukup

05. Ayu Pradnya, IGst. 12 6 Cukup

06. Ayu Thesya J. 13 7 Lebih dari Cukup

07. Buma Dyatmika 12 6 Cukup

08. Bayu Setyo Nugroho 12 6 Cukup

09. Deby Choiriah 13 7 Lebih dari Cukup

10. Devi Kusuma Wati 11 6 Cukup

11. Ega Aprilia Wati, A.A 13 7 Lebih dari Cukup

12. Elisabeth W. 12 6 Cukup

13. Faradyla Putri Vidy 13 7 Lebih dari Cukup

14. Feny Damayanti D. 13 7 Lebih dari Cukup

Page 49: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

49

(1) (2) (3) (4) (5)

15. Candle Yuniko Dewi 12 6 Cukup

16. Guntur Kresta Putra 14 7 Lebih dari Cukup

17. Irvan P.W., I Pt 14 7 Lebih dari Cukup

18. Nadila Ayu Pertiwi 11 6 Cukup

19. Oki Krisnayanthi 13 7 Lebih dari Cukup

20. Safaico Churotul A. 11 6 Cukup

21. Sariani 14 7 Lebih dari Cukup

22. Sendy Nia Faleh 13 7 Lebih dari Cukup

23. Septiari 12 6 Cukup

24. Silviana 13 7 Lebih dari Cukup

25. Suarta 8 4 Kurang

26. Suwantika 12 6 Cukup

27. Trisna Sari 14 7 Lebih dari Cukup

28. Vinesy Indah Kesia 10 5 Hampir Cukup

29. Wahyu Budi S. 12 6 Cukup

30. Widya Adnyana 12 6 Cukup

31. Wisnu Bayu Bianggi 12 6 Cukup

32. Yudi Antara Widya 13 7 Lebih dari Cukup

33. Yudi Ardita 10 5 Hampir Cukup

34. Yuni Nuryanti P. 7 4 Kurang

Jumlah - 215

Rata-rata - 6,32

4.1.5.5 Analisis Data Siklus I

Dari pengelompokan prestasi yang diperoleh siswa serta persentasenya, dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 10. Pengelompokan Prestasi Siswa Kelas VIII.1 SMP Nusa Dua Badung

Tahun Pelajaran 2012/2013 dalam Peningkatan Kemampuan

Menganalisis Kalimat Majemuk Bertingkat melalui Strategi

Pembelajaran Konstruktivisme pada Siklus I

No. Kategori Rentan

gan

Skor

X F FX Persen

(%)

Nilai rata-

rata

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

1.

Istimewa

87-100

10

0

0

0

Page 50: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

50

(1)

(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

2.

Baik Sekali

79-86

9

0

0

0

215

34

= 6,32

(Lebih dari

Cukup)

3.

Baik

71-78

8

0

0

0

4.

Lebih dari

Cukup

62-70

7

15

105

44,11%

5.

Cukup

54-61

6

16

96

47,06%

6.

Hampir Cukup

46-53

5

2

10

5,89%

7.

Kurang

38-45

4

1

4

2,94%

8.

Kurang Sekali

29-37

3

0

0

0

9.

Buruk

21-28

2

0

0

0

10.

Buruk Sekali

13-20

1

0

0

0

Jumlah

34

215

100%

Berdasarkan tabel di atas, maka diketahui nilai rata-rata kelas VIII.1 adalah 6,32

dengan rincian siswa yang memperoleh nilai 7 sebanyak 15 orang (44,11%), siswa

yang memperoleh nilai 6 sebanyak 16 orang (47,06%), siswa yang memperoleh nilai

5 sebanyak 2 orang (5,89%), dan siswa yang memperoleh nilai 4 sebanyak 1 orang

(2,94%) sehingga kemampuan siswa dalam menganalisis kalimat majemuk bertingkat

pada siklus I dikategorikan lebih dari cukup.

4.1.5.6 Refleksi

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tindakan I, diketahui bahwa nilai rata-rata

dari 34 siswa adalah 6,32 dengan kategori lebih dari cukup. Prestasi siswa meningkat,

Page 51: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

51

tetapi nilai tersebut belum memenuhi target yang ditentukan oleh peneliti, yaitu 8,0.

Untuk memperoleh simpulan tentang hasil tindakan yang dilakukan, maka secara

rutin peneliti menganalisis hasil tindakan tersebut dengan menggunakan metode

analisis deskriptif kualitatif. Analisis pertama untuk pelaksanaan tindakan yang

diambil, bahwa pelaksanaan sesuai atau tidak dengan rencana. Analisis kedua

tersebut kemampuan siswa dalam menganalisis kalimat majemuk bertingkat.

Pada penelitian tindakan I ini, ditentukan beberapa kelemahan, baik di penelitian

maupun masalah yang dihadapi siswa, yang harus diperbaiki lagi dalam tindakan II.

Kelemahan penelti dalam tindakan I adalah: (1) pemberian materi yang agak cepat,

(2) ceramah yang terlalu banyak mendominasi, (3) peneliti belum memberikan

pertanyaan yang memancing keingintahuan siswa secara maksimal.

Adapun masalah yang dihadapi siswa adalah: (1) siswa kurang memperhatikan

materi yang telah dijelaskan, (2) siswa belum dapat memanfaatkan waktu yang

tersedia untuk megerjakan tes, (3) sebagian besar siswa masih ada yang malu untuk

bertanya.

Semua kelemahan dan masalah yang dalam tindakan I akan diperbaiki dengan

mengadakan tindakan II. Diharapkan dengan memperbaiki kelemahan dan mengatasi

masalah yang terjadi, akan meningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis

kalimat majemuk bertingkat melalui strategi pembelajaran konstruktivisme.

Page 52: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

52

4.1.6 Siklus II

4.1.6.1 Perencanaan

Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 11

April 2013 untuk materi dan Jumat tanggal 12 April 2013 untuk evaluasi. Dalam

perencanaannya, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh peneliti yaitu:

1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

2. Menyiapkan format observasi kegiatan siswa dan teks objektif

3. Menyiapkan tes untuk menguji pemahaman materi pada siswa

4. Memperbaiki cara penyampaian materi.

5. Menjelaskan materi dengan lebih sabar.

6. Mengaktifkan keingintahuan siswa melalui berbagai pertanyaan.

7. Mengurangi metode ceramah dan memperbanyak latihan pada siswa.

8. Memberikan penjelasan pada siswa bahwa selain kalimat tunggal, kalimat

majemuk bertingkat dalam menganalisis sebuah wacana dan kemampuan

mengutarakan pendapat tentang kalimat majemuk betingkat juga sangat

penting.

4.1.6.2 Pelaksanaan

Tabel 11. Skenario Tindakan Siklus II

No. Kegiatan Guru Kegiatan siswa

1. Pembukaan

Absensi

Aprsepsi

Menyampaikan pokok bahasan

materi

Menyampaikan tujuan

pembelajaran.

Siswa merespon sesuai absen

Siswa memperhatikan

dengan seksama.

2. Inti

Page 53: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

53

(1) (2) (3)

a. Orientasi

Guru memperkenalkan dan

menjelaskan materi kembali

Guru menunjukkan contoh

kalimat majemuk bertingkat

yang berbeda dari pertemuan

sebelumnya.

a. Orientasi

Siswa mendengarkan dengan

seksama penjelasan dari guru

Siswa memperhatikan

b. Eksplorasi

guru meminta beberapa siswa,

menunjukkan kalimat majemuk

bertingkat seperti SPOK

Guru memancing keaktifan

siswa untuk bertanya mengenai

kegiatan tersebut.

b. Eksplorasi

Beberapa siswa mencoba

menunjukkan contoh kalimat

majmeuk bertingkat

Siswa mulai aktif bertanya

agar lebih memahami

c. Interpretasi

Guru membimbing siswa untuk

menentukan rumusan masalah

dalam kegiatan menganalisis

kalimat majmeuk bertingkat

untuk dipecahkan.

c. Interpretasi

Siswa dengan bimbingan

guru, menentukan rumusan

masalah yang akan

dipecahkan.

d. Rekreasi

Guru meminta siswa menjawab

pertanyaan dari rumusan

masalah

Guru meminta masing-masing

siswa mengumpulkan hipotesis

di meja guru agar tidak diubah

lagi

Guru meminta siswa mendata

fakta-fakta yang mendukung

ataupun yang bertentangan

dengan jawaban atau hipotesis

mereka

d. Rekreasi

Masing-masing siswa

menjawab pertanyaan dari

rumusan masalah

Masing-masing siswa

mengumpulkan hipotesis di

meja guru agar tidak diubah

lagi

Siswa mendata fakta-fakta

yang mendukung ataupun

bertentangan dengan jawaban

atau hipotesis masing-

masing.

e. Evaluasi

Guru mengembalikan jawaban

yang dibuat oleh siswa

Guru membimbing siswa untuk

menentukan jawaban yang benar

atau dapat diterima sesuai

dengan data atau informasi yang

diperoleh berdasarkan data yng

dikumpulkan

Guru merumuskan simpulan

dari temuan hipotesis dan

e. Evaluasi

Masing-masing siswa

menerima jawabannya

Dengan bimbingan guru,

siswa mencoba menemukan

jawaban yang benar sesuai

dengan data yang diperoleh

Siswa bersama guru,

merumuskan simpulan dari

temuan hipotesis dan

jawaban yang benar.

Page 54: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

54

(1) (2) (3)

jawaban yang benar berdasarkan data

yang relevan

3. Penutup

Mengadakan refleksi tentang

materi yang telah diberikan

Member penguatan pada tugas

yang telah dikerjakan siswa

Mempersiapkan scenario

tindakan untuk pertemuan

berikutnya.

Mengadakan refleksi tentang

materi yang telah berlansung

Siswa upaya memperbaiki

kekurangan.

4.1.6.3 Observasi

Pada kegiatan observasi dapat diketahui bahwa perilaku siswa sudah

mendapatkan hasil yang lebih baik atau tidak. Adapun hal-hal yang diamati yaitu: (1)

siswa sudah aktif mengikuti proses pembelajaran dengan tekun, (2) siswa lebih

mendengarkan penjelasan guru, (3) apabila belum mengerti siswa sudah percaya diri

untuk bertanya.

4.1.6.4 Hasil Tes Siklus II

Adapun hasil tes yang diperoleh dari pelaksanaan siklus II dengan soal objektif

sebanyak 20 butir soal adalah sebagai berikut.

Tabel 12. Hasil Penelitian Siklus II Peningkatan Kemampuan Menganalisis

Kalimat Majemuk Bertingkat melalui Penerapan Strategi

Pembelajaran Konstruktivisme pada Siswa Kelas VIII.1 SMP Nusa

Dua Badung Tahun Pelajaran 2012/2013.

No Nama Siswa Skor

Mentah

Skor

Standar

Keterangan

(1) (2) (3) (4) (5)

01. Agni Manik Sriasih 15 8 Lebih dari Cukup

02. Agus Ryan K. 15 7 Cukup

03. Agus Suardana 15 7 Cukup

04. Agus Surya Aristin 12 6 Cukup

05. Ayu Pradnya, IGst. 14 7 Cukup

06. Ayu Thesya J. 15 8 Lebih dari Cukup

07. Buma Dyatmika 13 7 Cukup

08. Bayu Setyo Nugroho 14 7 Cukup

Page 55: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

55

(1) (2) (3) (4) (5)

09. Deby Choiriah 14 7 Lebih dari Cukup

10. Devi Kusuma Wati 12 6 Cukup

11. Ega Aprilia Wati, A.A 15 8 Lebih dari Cukup

12. Elisabeth W. 14 7 Cukup

13. Faradyla Putri Vidy 15 8 Lebih dari Cukup

14. Feny Damayanti D. 14 7 Lebih dari Cukup

15. Candle Yuniko Dewi 14 7 Cukup

16. Guntur Kresta Putra 15 8 Lebih dari Cukup

17. Irvan P.W., I Pt 14 7 Lebih dari Cukup

18. Nadila Ayu Pertiwi 14 7 Cukup

19. Oki Krisnayanthi 14 7 Lebih dari Cukup

20. Safaico Churotul A. 13 7 Cukup

21. Sariani 14 7 Lebih dari Cukup

22. Sendy Nia Faleh 14 7 Lebih dari Cukup

23. Septiari 13 6 Cukup

24. Silviana 14 7 Lebih dari Cukup

25. Suarta 13 7 Kurang

26. Suwantika 14 7 Cukup

27. Trisna Sari 14 7 Lebih dari Cukup

28. Vinesy Indah Kesia 13 7 Hampir Cukup

29. Wahyu Budi S. 13 7 Cukup

30. Widya Adnyana 13 7 Cukup

31. Wisnu Bayu Bianggi 13 7 Cukup

32. Yudi Antara Widya 14 7 Lebih dari Cukup

33. Yudi Ardita 15 8 Hampir Cukup

34. Yuni Nuryanti P. 13 7 Kurang

Jumlah - 242

Rata-rata - 7,11

4.1.6.5 Analisis Data Siklus II

Dari pengelompokan prestasi yang diperoleh siswa serta persentasenya, dapat

dilihat pada table berikut.

Tabel 13. Analisis Data Hasil Siklus II

No

Kategori Rentangan

skor

X F FX Persen

(%)

Nilai rata-

rata

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

1.

Istimewa

87-100

10

0

0

0

Page 56: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

56

(1) (2)

(3) (4) (5) (6) (7) (8)

2.

Baik Sekali

79-86

9

0

0

0

242

34

= 7,11

(Baik)

3.

Baik

71-78

8

6

48

17,64%

4.

Lebih dari

Cukup

62-70

7

26

182

76,47%

5.

Cukup

54-61

6

2

12

5,89%

6.

Hampir

Cukup

46-53

5

0

0

0

7.

Kurang

38-45

4

0

0

0

8.

Kurang

Sekali

29-37

3

0

0

0

9.

Buruk

21-28

2

0

0

0

10.

Buruk

Sekali

13-20

1

0

0

0

Jumlah

34

242

100%

Berdasarkan tabel diatas, maka diketahui nilai rata-rata kelas adalah 7,11 dengan

rincian siswa yang memperoleh nilai 8 sebanyak 6 orang (17,64%), siswa yang

memperoleh nilai 7 sebanyak 26 orang (76,47%), dan siswa yang memperoleh nilai 6

sebanyak 2 orang (5,89%) sehingga kemampuan siswa dalam menganalisis kalimat

majemuk bertingkat dalam soal objektif pada siklus II diketegorikan baik.

4.1.6.6 Refleksi

Setelah diadakan penelitian siklus II, maka diketahui nilai rata-rata dari 34 siswa

adalah 7,11 dengan kategori baik. Berdasarkan hasil observasi dan hasil tes perlu

diadakan refleksi untuk menegtahui bahwa tindakan yang dilakukan sudah tepat atau

Page 57: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

57

belum. Pada saat proses pembelajaran, peneliti melihat antusias siswa dalam

mengikuti pelajaran dan mencoba menemukan jawaban dengan panduan pertanyaan

pemancingan keaktifan dari peneliti, hasil tes siswa pun semakin meningkat, akan

tetapi setelah dikoreksi masih terdapat sedikit kekurangan yaitu siswa lebih

mempioritaskan kosa kata, padahal dalam menganalisis kalimat majemuk bertingkat

siswa juga perlu memperdalam kemampuan untuk memahami maksud yang ingin

disampaikan oleh cerita lewat wacana dan memberikan pendapat tentang wacana

tersebut.

Mengetahui kekurangan tersebut, peneliti berupaya memperbaiki penyampaian

materi agar lebih diserap oleh siswa dan menyempurnakan kemampuan mereka

dalam menganalisis kalimat majemuk bertingkat. Peneliti juga harus memberikan

pertanyaan pemancing keaktifan siswa secara lebih teratur melelui penelitian

berikutnya. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti akan mengadakan tindakan III

sebagai upaya memperbaiki kekurangan pada tindakan II.

4.1.7 Siklus III

4.1.7.1 Perencanaan

Pelaksanaan pembelajaran siklus III dilaksanakan dalam dua kali pertemuan,

pada hari kamis tanggal 18 April 2013 untuk materi dan evaluasi dilaksanakan pada

hari jumat tanggal 19 April 2013.

Adapun hal-hal yang dipersiapkan peneliti dalam perencanaan pembelajaran adalah:

1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Page 58: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

58

2. Menyiapkan format observasi kegiatan siswa dan tek kalimat majemuk

bertingkat.

3. Menyiapkan tes untuk menguji pemahaman materi pada siswa.

4. Memperbaiki cara penyampaian materi.

5. Menjelaskan materi dengan lebih sabar.

6. Mengaktifkan keingintahuan siswa melalui berbagai pertanyaan.

7. Mengurangi metode ceramah dan memperbanyak latihan pada siswa.

8. Memberikan penjelasan pada siswa bahwa selain, kalimat tunggal, kalmia

majemuk dalam menganalisis dan kemampuan mengutarakan pendapat

tentang menganalisis kalimat majemuk bertingkat juga sangat penting.

4.1.7.2 Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, peneliti menyiapkan skenario tindakan yang digunakan

saat pelaksanaan tindakan siklus III. Diharapkan dengan adanya susunan tindakan

yang teratur, dapat memudahkan peneliti saat mengajar di dalam kelas.

Tabel 14. Skenario Tindakan Siklus III

No. Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

(1) (2) (3)

1. Pembukaan

Absensi

Apersepsi

Menyampaikan pokok materi

Menyampaikan tujuan

pembelajaran.

Siswa merespon sesuai absen

Siswa memperhatikan dengan

seksama.

2.

Inti

a. Orientasi

Guru memperkenalkan dan

menjelaskan materi yaitu

menganalisis kalimat majemuk

bertingkat

Guru menunjukkan sebuah

a. Orientasi

Siswa mendengarkan secara

seksama penjelasan dari guru

Siswa memperhatikan

Beberapa siswa mencoba

menunjukkan anak kalimat

Page 59: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

59

(1)

(2) (3)

contoh kalimat majemuk dalam

bentuk cerita rakyat.

dan induk kalimat dalam cerita

rakyat tersebut.

b. Eksplorasi

Guru meminta beberapa siswa,

menunjukkan anak kalimat dan

induk kalimat dalam cerita

rakyat tersebut

Guru memancing keaktifan

siswa untuk bertanya

mengenai kegiatan tersebut

Guru membimbing siswa

untuk menentukan rumusan

masalah dalam kegiatan

menganalisis kalimat majemuk

bertingkat untuk dipecahkan.

b. Eksplorasi

Siswa mulai aktif bertanya

agar lebih memahami

Siswa dengan bimbingan

guru, menentukan rumusan

masalah yang akan

dipecahkan.

c. Interpretasi

Guru meminta siswa

menjawab pertanyaan dari

rumusan masalah.

c. Interpretasi

Masing-masing siswa

menjawab pertanyaan

darirumusan masalah.

d. Rekreasi

Guru meminta masing-masing

siswa mengumpulkan hipotesis

di meja guru agar tidak diubah

lagi

Guru meminta siswa mendata

fakta-fakta yang mendukung

ataupun yang bertentangan

dengan jawaban atau hipotesis

mereka.

d. Rekreasi

Masing-masing siswa

mengumpulkan hipotesis di

meja guru agar tidak diubah

lagi

Siswa mendata fakta-fakta

yang mendukung ataupun

bertentangan dengan jawaban

atau hipotesis masing-

masing.

e. Evaluasi

Guru mengembalikan jawaban

yang dibuat oleh siswa

Guru membimbing siswa

untuk menentukan jawaban

yang benar atau dapat diterima

sesuai dengan data atau

informasi yang diperoleh

berdasarkan data yang

dikumpulkan

Guru merumuskan simpulan

dari temuan hipotesis dan

jawaban yang benar

berdasarkan data yang relevan.

e. Evaluasi

Masing-masing siswa

menerima jawabannya

Dengan bimbingan guru,

siswa mencoba menentukan

jawaban yang benar sesuai

data yang diperoleh

Siswa bersama guru,

merumuskan simpulan dari

temuan hipotesis dan

jawaban yang benar.

Page 60: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

60

3. Penutup

(1) (2) (3)

Mengadakan refleksi tentang

materi yang telah diberikan

Member penguatan pada tugas

yang telah dikerjakan siswa

Mengadakan refleksi tentang

materi yang telah berlansung

Siswa menyimak penjelasan

guru tentang hasil pekerjaan

siswa sebagai upaya

memperbaiki kekurangan.

4.1.7.3 Observasi

Dari hasil observasi diketahui bahwa perilaku siswa sudah menampakkan hasil

atau belum. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, perilaku siswa

dalam proses pembelajaran telah menampakan hasil yang baik. Adapun hal-hal yang

diamati, antara lain : (1) siswa telah mampu menganalisis kalimat majemuk

bertingkat dengan lebih baik, (2) siswa telah mampu dalam mengemukakan

pendapatnya tentang kalimat majemuk bertingkat yang diberikan oleh peneliti tanpa

malu-malu seperti sebelumnya.

4.1.7.4 Hasil Tes Siklus III

Adapun hasil tes yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan III dengan menjawab

soal objektif mengenai menganalisis kalimat majemuk bertingkat sebanyak 20 butir

soal, dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 15. Penelitian Siklus III Peningkatan Kemampuan Menganalisis Kalimat

Majemuk Bertingkat melalui Penerapan Strategi Pembelajaran

Konstruktivisme pada Siswa Kelas VIII.1 SMP Nusa Dua Badung

Tahun Pelajaran 2012/2013.

No Nama Siswa Skor

Mentah

Skor

Standar

Keterangan

(1) (2) (3) (4) (5)

01. Agni Manik Sriasih 15 8 Lebih dari Cukup

02. Agus Ryan K. 15 8 Cukup

03. Agus Suardana 15 8 Cukup

04. Agus Surya Aristin 15 8 Cukup

05. Ayu Pradnya, IGst. 15 8 Cukup

Page 61: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

61

06.

(1)

Ayu Thesya J.

(2)

18

(3)

9

(4)

Lebih dari Cukup

(5)

07. Buma Dyatmika 15 8 Cukup

08. Bayu Setyo Nugroho 15 8 Cukup

09. Deby Choiriah 15 8 Lebih dari Cukup

10. Devi Kusuma Wati 15 8 Cukup

11. Ega Aprilia Wati, A.A 18 9 Lebih dari Cukup

12. Elisabeth W. 15 8 Cukup

13. Faradyla Putri Vidy 18 9 Lebih dari Cukup

14. Feny Damayanti D. 15 8 Lebih dari Cukup

15. Candle Yuniko Dewi 15 8 Cukup

16. Guntur Kresta Putra 18 9 Lebih dari Cukup

17. Irvan P.W., I Pt 16 8 Lebih dari Cukup

18. Nadila Ayu Pertiwi 15 8 Cukup

19. Oki Krisnayanthi 15 8 Lebih dari Cukup

20. Safaico Churotul A. 15 8 Cukup

21. Sariani 16 8 Lebih dari Cukup

22. Sendy Nia Faleh 15 8 Lebih dari Cukup

23. Septiari 15 8 Cukup

24. Silviana 16 8 Lebih dari Cukup

25. Suarta 15 8 Kurang

26. Suwantika 15 8 Cukup

27. Trisna Sari 16 8 Lebih dari Cukup

28. Vinesy Indah Kesia 15 8 Hampir Cukup

29. Wahyu Budi S. 15 8 Cukup

30. Widya Adnyana 15 8 Cukup

31. Wisnu Bayu Bianggi 15 8 Cukup

32. Yudi Antara Widya 15 8 Lebih dari Cukup

33. Yudi Ardita 18 9 Hampir Cukup

34. Yuni Nuryanti P. 15 8 Kurang

Jumlah - 277

Rata-rata - 8,14

4.1.7.5 Analisis Data Siklus III

Dari pengelompokan prestasi yang diperoleh siswa serta persentasinya, maka

penjelasan yang lebih rinci tentang pengelompokan prestasi serta persentasenya dapat

dilihat pada tabel berikut.

Page 62: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

62

Tabel 16. Analisis Data Hasil Siklus III

No

Kategori Rentangan

skor

X F FX Persen

(%)

Nilai rata-

rata

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

1.

Istimewa

87-100

10

0

0

0

277

34

= 8,14

(Baik Sekali)

2.

Baik Sekali

79-86

9

5

45

14,70%

3.

Baik

71-78

8

29

232

85,30%

4.

Lebih dari

Cukup

62-70

7

0

0

0

5.

Cukup

54-61

6

0

0

0

6.

Hampir

Cukup

46-53

5

0

0

0

7.

Kurang

38-45

4

0

0

0

8.

Kurang

Sekali

29-37

3

0

0

0

9.

Buruk

21-28

2

0

0

0

10.

Buruk

Sekali

13-20

1

0

0

0

Jumlah

34

277

100%

Page 63: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

63

Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai rata-rata kelas adalah 8,14 yang berarti

berkategori baik sekali, dengan rincian siswa yang memperoleh nilai 9 sebanyak 5

orang (14,70%), siswa yang memperoleh nilai 8 sebanyak 29 orang (85,30%).

Berdasarkan nilai rata-rata kelas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa

dalam menganalisis kalimat majemuk bertingkat telah meningkat dan mencapai target

yang diinginkan peneliti, maka dengan demikian penelitian ini hanya dilaksanakan

sampai pada siklus III.

4.1.7.6 Refleksi

Dari hasil observasi dan hasil tes yang diperoleh pada siklus III diketahui bahwa

kemampuan menganalisis kalimat majemuk bertingkat dalam menjawab soal objektif

telah meningkat. Siswa yang berjumlah 34 orang, hamper seluruhnya telah mampu

menganalisis kalimat majemuk bertingkat dengan baik, terbukti melalui rata-rata

kelas yang meningkat 8,14 pada siklus III. Maka ketuntasan siswa dalam

menganalisis kalimat majemuk bertingkat baik secara individu maupun klasikal telah

mencapai criteria yang ditentukan peneliti.

Berdasarkan hasil yang dicapai dari pelaksanaan siklus III, maka peneliti tidak

perlu lagi melanjutkan pelaksanaan ke siklus berikutnya.

4.2 Rekapitulasi Hasil Penelitian

Tabel 17. Rekapitulasi Hasil Penelitian Tes Awal, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III

Peningkatan Kemampuan Menganalisis Kalimat Majemuk Bertingkat

melalui Penerapan Strategi Pembelajaran Konstruktivisme pada Siswa

kelas VIII.1 SMP Nusa Dua Badung Tahun Pelajaran 2012/2013.

No.

Nama Siswa

Siklus

Keterangan S-0 S-I S-II S-III

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Page 64: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

64

01. Agni Manik Sriasih 61 70 72 76 Meningkat

02. Agus Ryan Kurniantara 51 60 68 72 Meningkat

03.

(1)

Agus Suardana,

(2)

56

(3)

60

(4)

68

(5)

74

(6)

Meningkat

(7)

04. Agus Surya Aristina 44 56 60 72 Meningkat

05. Ayu Pradnya, I Gst 52 60 68 72 Meningkat

06. Ayu Thesya Julyastini 60 68 72 80 Meningkat

07. Buma Dyatmika 52 60 64 72 Meningkat

08. Bayu Setyo Nugroho 56 60 68 74 Meningkat

09. Deby Choiriah 56 64 68 72 Meningkat

10. Devi Kusuma Wati 52 56 60 72 Meningkat

11. Ega Aprilia Wati, A.A 60 64 72 80 Meningkat

12. Elisabeth Wirasasmita 56 60 68 72 Meningkat

13. Faradyla Puri Vidy 60 68 72 80 Meningkat

14. Feny Damayanti D. 56 64 68 72 Meningkat

15. Candle Yuniko Dewi 56 60 68 72 Meningkat

16. Guntur Kresnta Putra 68 70 72 80 Meningkat

17. Irvan P.W 64 68 70 76 Meningkat

18. Nadila Ayu Pertiwi 52 56 68 72 Meningkat

19. Oki Krisnayanthi 56 64 68 74 Meningkat

20. Safaico Chorutul A 52 56 64 72 Meningkat

21. Sariani 60 68 70 76 Meningkat

22. Sendy Nia Faleh 52 64 68 72 Meningkat

23. Septiari 44 56 64 72 Meningkat

24. Silviana 60 68 70 76 Meningkat

25. Suarta 44 44 64 72 Meningkat

26. Suwantika 52 60 68 74 Meningkat

Page 65: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

65

Keterangan :

S – 0 = Tes awal

S – I = Siklus I

S – II = Siklus II

S – III = Siklus III

4.3 Pembahasan

Hasil penelitian ini diketahui berdasarkan hail observasi dan hasil kemampuan

siswa menganalisis kalimat majemuk bertingkat melalui strategi pembelajaran

konstruktivisme. Berdasarkan hasil yang diperoleh siswa dalam menganalisis kalimat

majemuk bertingkat dari tes awal hingga siklus III, nilai rata-rata kelas mengalami

peningkatan secara bertahap.

27. Trisna Sari 60 68 70 76 Meningkat

28. Vinesy Indah Kesia 44 48 64 72 Meningkat

29.

(1)

Wahyu Budi S.

(2)

56

(3)

60

(4)

68

(5)

72

(6)

Meningkat

(7)

30. Widya Adnyana 44 56 64 72 Meningkat

31. Wisnu Bayu Bianggi L. 44 56 64 74 Meningkat

32. Yudi Antara Wijaya 56 64 68 72 Meningkat

33. Yudi Ardita 60 70 72 80 Meningkat

34. Yuni Nuryanti Putri H. 44 48 64 72 Meningkat

JUMLAH 1.848 2.074 2.296 2.518 Meningkat

RATA-RATA 54,35 61 67,52 74,05 Meningkat

Page 66: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

66

Agar lebih jelas, peneliti membuat tabel perbandingan nilai rata-rata kelas dari

pra siklus hingga siklus III yang diperoleh selama melaksanakan penelitian di kelas

VIII.1 SMP Nusa Dua Badung, tabel perbandingan tersebut menunjukkan bahwa ada

peningkatan hasil belajar siswa dari pra siklus hingga siklus III.

Adapun tabel perbandingan nilai rata-rata yang menunjukkan terjadinya

peningkatan hasil belajar pada siswa selama pra siklus hingga siklus III adalah

sebagai berikut.

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa tes awal sampai siklus III,

sebagaian besar nilai skor standar siswa mengalami peningkatan. Dimulai dari tes

awal, nilai rata-rata kelas adalah 5,41 dengan rincian siswa yang memperoleh nilai 7

sebanyak 2 orang (5,89), siswa yang memperoleh nilai 6 sebanyak 17 orang (50%,),

siswa yang memperoleh nilai 5 sebanyak 8 orang (23,52%), dan siswa yang

memperoleh nilai 4 sebanyak 7 orang (20,59%), sehingga kemampuan siswa dalam

menganalisis kalimat majemuk bertingkat pada tes awal dikelompokkan dengan

ketegori cukup.

Pada hasil tes siklus I, nilai rata-rata kelas adalah 6,32 dengan rincian siswa yang

memperoleh nilai 7 sebanyak 15 orang (44,11%), siswa yang memperoleh nilai 6

sebanyak 16 orang (47,06%), siswa yng memperoleh nilai 5 sebanyak 2 orang

(5,89%), dan siswa yang memperoleh nilai 4 sebanyak 1 orang (2,94%), sehingga

kemampuan siswa dalam menganalisis kalimat majemuk bertingkat pada siklus I

dengan kategori lebih dari cukup.

Pada hasil tes siklus II, nilai rata-rata kelas adalah 7,11 dengan rincian siswa

yang memperoleh nilai 8 sebanyak 6 orang (17,64), siswa yang memperoleh nilai 7

sebanyak 26 orang (76,47%), dan siswa yang memperoleh nilai 6 sebanyak 2 orang

Page 67: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

67

(5,89%), sehingga kemampuan siswa dalam menganalisis kalimat majemuk

bertingkat pada siklus II dikategorikan baik.

Pada hasil tes siklus III, nilai rata-rata siswa adalah 8,14 dengan rincian siswa

yang memperoleh nilai 9 sebanyak 5 orang (14,70%), siswa yang memperoleh nilai 8

sebanyak 29 orang (85,30%), sehingga kemampuan siswa dalam menganalisis

kalimat majemuk bertingkat pada siklus III dikategorikan baik sekali.

Berdasarkan pada hasil observasi siswa selama mengikuti pembelajaran

menganalisis kalimat majemuk bertingkat di dalam kelas, dari tes awal hingga siklus

III menunjukkan peningkatan antara lain: (1) siswa aktif dalam proses pembelajaran,

(2) siswa aktif bertanya, (3) siswa semangat untuk menemukan jawaban atas

pertanyaan pembangkit keaktifan dari peneliti.

4.2.1 Langkah-langkah strategi pembelajaran konstruktivisme

a. Orientasi

Dalam hal ini guru mengomunikasikan tujuan, materi, waktu langkah-langkah

pembelajaran, hasil akan diharapkan dari siswa, serta nilai yang diterapkan. Tahap

orientasi sangat penting dilakukan pada awal pembelajaran, karena dapat memberikan

arah atau petunjuk bagi siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.

b. Eksplorasi

Dalam tahap ini, siswa melakukan eksplorasi terhadap masalah/konsep yang

dikaji. Eksplorasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti: membaca,

melakukan observasi, wawancara, melakukan percobaan, browsing lewat internet,

dan sebagainya.

c. Interpretasi

Page 68: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

68

Dalam hal ini hasil eksplorasi diinterpretasikan melalui kegiatan analisis, diskusi,

Tanya jawab, atau bahkan berupa percobaan kembali, jika memang hal itu diperlukan

kembali. Tahap interpretasi sangat penting dilakukan dalam kegiatan pembelajaran

karena melalui tahap interpretasi siswa didorong untuk berpikir tingkat tinggi.

d. Rekreasi

Dalam tahap ini siswa ditugaskan untuk menganalisis sesuatu yang

mencerminkan pemahamannya terhadap konsep/topic/masalah yang dikaji menurut

masing-masing. Pada akhirnya setiap akhir suatu pembelajaran, sebaiknya siswa

dituntut untuk mampu menghasilkan sehingga informasi yang telah dipelajari

menjadi bermakna.

e. Evaluasi

Evaluasi dilakukan selama proses pembelajaran dan pada akhir pembelajaran.

Selama proses pembelajaran, evaluasi dilakukan dengan mengamati sikap dan

kemampuan berpikir siswa. Hal-hal yang dinilai selama proses pembelajaran adalah

kesungguhan mengerjakan tugas, hasil eksplorasi, kemampuan berpikir kritis dan

logis dalam memberikan pandangan/argumentasi, kemampuan untuk bekerja sama

dan memikul tanggung jawab bersama, sedangkan evaluasi pada akhir pembelajaran

adalah evaluasi terhadap produk kreatif yang dihasilkan siswa.

Page 69: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

69

BAB V

PENUTUP

Hasil penelitian sudah jelas dengan rinci pada Bab IV. Lengkapnya suatu

penelitian haruslah disertai dengan kesimpulan akhir. Oleh karena itu, pada Bab V

dikemukakan simpulan penelitian mengenai peningkatan kemampuan menganalisis

kalimat majemuk bertingkat melalui penerapan strategi pembelajaran konstruktivisme

pada siswa kelas VIII.1 SMP Nusa Dua Badung Tahun Pelajaran 2012/2013. Pada

bagian ini akan diuraikan secara rinci tentang simpulan dan saran.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat

ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut.

1. Strategi pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan kemampuan

menganalisis kalimat majemuk bertingkat pada siswa kelas VIII.1 SMP Nusa Dua

Badung Tahun Pelajaran 2012/2013. Hal ini terbukti dari masing-masing siklus

sebagai berikut.

a. Hasil pelaksanaan siklus awal kemampuan menganalisis kalimat majemuk

bertingkat siswa kelas VIII.1 SMP Nusa Dua Badung masih kurang dilihat

dari skor rata-rata siswa 54,35.

b. Hasil pelaksanaan kemampuan menganalisis kalimat majemuk bertingkat

melalui penerapan strategi pembelajaran konstruktivisme pada siklus I

dilihat dari skor rata-rata sebesar 61.

Page 70: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

70

c. Hasil pelaksanaan kemampuan menganalisis kalimat majemuk bertingkat

melalui penerapan strategi pembelajaran konstruktivisme pada siklus II

dilihat dari skor rata-rata sebesar 67,52.

d. Hasil pelaksanaan kemampuan menganalisis kalimat majemuk bertingkat

melalui penerapan strategi pembelajaran konstruktivisme siklus III dilihat

dari skor rata-rata sebesar 74,05.

Di sini dapat dilihat terjadi peningkatan setiap siklus melalui stratrgi

pembelajaran konstruktivisme. Yang menyebabkan terjadinya peningkatan nilai siswa

menganalisis kalimat majemuk bertingkat karena siswa mendapat pengetahuan baru

tentang menganalisis kalimat majemuk bertingkat, melalui strategi pembelajaran

konstruktivisme wawasan siswa dalam mengasah kemampuannya dalam

menganalisis kalimat majemuk sangatlah baik. Karena disni siswa yang aktif (selalu

ingin tahu), dan guru hanya sebagai pendamping dalam proses pembelajaran.

2. Langkah-langkah strategi pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran

menganalisis kalimat majemuk bertingkat adalah sebagai berikut.

a. Orientasi

Dalam hal ini guru mengomunikasikan tujuan, materi, waktu langkah-langkah

pembelajaran, hasil akan diharapkan dari siswa, serta nilai yang diterapkan. Tahap

orientasi sangat penting dilakukan pada awal pembelajaran, karena dapat memberikan

arah atau petunjuk bagi siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.

b. Eksplorasi

Dalam tahap ini, siswa melakukan eksplorasi terhadap masalah/konsep yang

dikaji. Eksplorasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti: membaca,

Page 71: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

71

melakukan observasi, wawancara, melakukan percobaan, browsing lewat internet,

dan sebagainya.

c. Interpretasi

Dalam hal ini hasil eksplorasi diinterpretasikan melalui kegiatan analisis, diskusi,

Tanya jawab, atau bahkan berupa percobaan kembali, jika memang hal itu diperlukan

kembali. Tahap interpretasi sangat penting dilakukan dalam kegiatan pembelajaran

karena melalui tahap interpretasi siswa didorong untuk berpikir tingkat tinggi.

d. Rekreasi

Dalam tahap ini siswa ditugaskan untuk menganalisis sesuatu yang

mencerminkan pemahamannya terhadap konsep/topic/masalah yang dikaji menurut

masing-masing. Pada akhirnya setiap akhir suatu pembelajaran, sebaiknya siswa

dituntut untuk mampu menghasilkan sehingga informasi yang telah dipelajari

menjadi bermakna.

e. Evaluasi

Evaluasi dilakukan selama proses pembelajaran dan pada akhir pembelajaran.

Selama proses pembelajaran, evaluasi dilakukan dengan mengamati sikap dan

kemampuan berpikir siswa. Hal-hal yang dinilai selama proses pembelajaran adalah

kesungguhan mengerjakan tugas, hasil eksplorasi, kemampuan berpikir kritis dan

logis dalam memberikan pandangan/argumentasi, kemampuan untuk bekerja sama

dan memikul tanggung jawab bersama, sedangkan evaluasi pada akhir pembelajaran

adalah evaluasi terhadap produk kreatif yang dihasilkan siswa.

Page 72: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

72

5.2 Saran

Untuk mengatasi masalah atau hambatan yang dihadapi siswa kelas VIII.1 SMP

Nusa Dua Badung dalam melakukan proses pembelajaran menganalisis kalimat

majemuk bertingkat perlu diperhatikan hal-hal berikut.

a. Bahasa Indonesia perlu dibina dan dikembangkan seperti mengadakan

ceramah-ceramah bahasa Indonesia di sekolah.

b. Para siswa hendakanya membiasakan diri menggunakan bahasa Indonesia,

terutama dalam pembelajaran disekolah, dengan menggunakan bahasa yang

baik dan benar.

c. Kesadaran siswa dalam membaca harus ditingkatkan, karena dalam

membaca dengan kosentrasi kita dapat menganalisis kalimat majemuk

betingkat dengan benar. Karena dalam pelajaran berbahasa ada 4

keterampilan yang harus kita miliki antara lain: menyimak, bebicara,

membaca, dan menulis.

d. Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang disempurnakan,

hendaknya tersedia lebih banyak sehinggga siswa dapat memiliki

pengetahuan penggunaan klausa dan prase dalam menganalisis kalimat

mejmuk betingkat.

e. Buku-buku yang ada kaitannya dengan menganalisis kalimat majemuk

khususnya kalimat majemuk bertingkat hendaknya disediakan sehingga

siswa yang ingin mendalami masalah yang terkait akan semakin mudah

mempelajarinya. Dimana sumber/buku sangatlah berperan penting dalam

pembelajaran.

Page 73: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

73

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi dkk. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Yogyakarta: Rineka Cipta-Latihan ke-7.

Baharudin, dan Esa.2008. Teori Belajar dan Pembelajaran.Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media Group.

Battencourt dan Suparno. 1989. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rieneka Cipta.

Depdibud. 1980. Kurikulum Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta:Direktur Jendral

Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Fosnot. 1989. Metodelogi pembelajaran.Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.

http//strategipembelajarankonstruktivisme.wordpress.com/2012/12/09/metode-

konstruktivisme/.(strategi pembelajaran) .

Herusantosa. 1991. “Sintaksis I”. Singaraja: Fakultas Keguruan Universitas

Udayana.

Herusuparman. 1981. “Sintaksis II”. Singaraja: Fakultas Keguruan Universitas

Udayana.

Keraf, Goris.1970. Tata Bahasa Indonesia. Ende- Flores: Nusa Indah.

.1978. Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Surabaya: Airlangga

University Press

Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT.Raja Grafindo Prasada.

Kurt Lewis. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Ghalia Indonesia Anggota IKAPI.

Mudjiman. 2008. Metode Penelitian Bidang Sosial. Universitas Gajah Mada:

University Press.

Mulyono, Iyo.2002.Bahasa Indonesia,Pengembangan Kalimat dan Problematiknya.

Bandung: Sekolah Tinggi Bahasa Asing Yapari-ABA Bandung.

Netra, Ida Bagus.1974. Metodelogi Penelitian. Singaraja : IKIP UNUD

Nurkancana W.dan Sumartana. 1986. “Evaluasi Pendidikan”.Solo : Tiga Serangkai

Pustaka Mandiri.

. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha

Nasional

Page 74: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

74

Suparno,Paul.2001. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: UT.

Santyasa, M. 2008. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan Persiapan menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Tarigan.1985. Pendidikan Keterampilan Bahasa Indonesia. Jakarta. UT.

Trianto.2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Wardani. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka

Wahab, A dalam Winasih.2006. Isu Linguistik: Pengajaran Bahasa dan Sastra.

Surabaya: Airlangga University Press.

Wena, 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Akasa.

Wendra, I Wayan. 2007. Buku Ajar Penulisan Karya Iilmiah. Singaraja : Universitas

pendidikan Ganesha.

Wirjaya Asep Yudha,Sudarmawati dkk. 2008.Berbahasa dan Bersastra Indonesia

untuk /SMP/Mts Kelas VIII.Surakarta: CV. Putra Nugraha.

Zainudin.1991. Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: PT.Rineka

Cipta.

Page 75: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangunmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/skripsiku-Copy.pdf · Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur, maka

75