STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE
Transcript of STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE
STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE
DENGAN ANALISIS SWOT DI DESA SEGARAJAYA
KECAMATAN TARUMAJAYA KABUPATEN BEKASI
JAWA BARAT
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
(S.Pd)
Oleh:
NAILUL MUNA AWALIAH
NIM:11140150000002
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
i
ABSTRAK
NAILUL MUNA AWALIAH. Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove dengan Analisis
SWOT di Desa Segarajaya Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi Jawa
Barat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pengembangan
ekowisata mangrove dengan Analisis SWOT di Desa Segarajaya Kecamatan
Tarumajaya Kabupaten Bekasi Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode
kombinasi, bahwa data-data yang disajikan berupa kata-kata dan angka-angka
dengan menganalisis internal dan eksternal lingkungan dalam mengembangakan
dan merumuskan strategi pengembangan ekowisata mangrove Desa Segarajaya.
Teknik pengambilan datanya dengan menggunakan observasi, wawancara,
dan studi dokumen. Untuk observasi dengan menganalisis vegetasi dan biota
mangrove menggunakan teknik transek line. Sedangkan untuk analisis sosial,
yaitu untuk mengetahui pendapat masyarakat terhadap ekowisata mangrove Desa
Segarajaya dengan menggunakan pedoman wawancara.
Hasil analisis kesesuaian menunjukkan bahwa ekowisata mangrove Desa
Segarajaya termasuk dalam kategori sesuai (S2) untuk dijadikan kawasan
ekowisata. Hal ini terlihat dari total skor penghitungan tingkat kesesuaian
ekowisata sebesar 60 dan Indeks Kesesuaian Ekosistem sebesar 68%. Hasil
alternatif strategi (SO) yaitu mengembangkan seluruh potensi yang ada di
ekowisata mangrove Desa Segarajaya dengan meningkatkan penanaman
mangrove. Sedangkan hasil alternatif strategi (WO) yaitu pemerintah setempat
Kabupaten Bekasi dapat menggalakkan promosi tentang adanya ekowisata
mangrove, dan membuat website resmi agar para pengunjung lebih bertambah
lagi.
Kata Kunci: Strategi, Mangrove, Segarajaya
ii
ABSTRACT
NAILUL MUNA AWALIAH. The Social Sciences Education Department,
Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic
University Jakarta. Strategy for Developing Mangrove Ecotourism with
SWOT analysis in Segarajaya Village, Tarumajaya District, Bekasi District,
West Java.
This study aims to determine the strategy for developing mangrove
ecotourism with SWOT analysis in Segarajaya Village, Tarumajaya District,
Bekasi, West Java. This study uses a combination method, that the data presented
are in the form of words and numbers by analyzing internal and external
environments in developing and formulating a strategy for developing mangrove
ecotourism in Segarajaya Village.
The data collection technique uses observation, interviews, and document
studies. For observation by analyzing vegetation and mangrove biota using the
line transect method. Whereas for social analysis, that is to find out public opinion
on mangrove ecotourism in Desa Segarajaya using interview guidelines.
The results of the conformity analysis show that mangrove ecotourism in
Segarajaya Village is included in the appropriate category (S2) to be used as an
ecotourism area. This can be seen from the total score of calculating the
ecotourism suitability level of 60 and the Ecosystem Conformity Index of 68%.
The alternative strategy (SO) is to develop all the potential that exists in the
mangrove ecotourism in Segarajaya Village by increasing mangrove planting.
Whereas the results of alternative strategies (WO), namely the local government
of Bekasi Regency can promote promotion of mangrove ecotourism, and create an
official website so that more visitors will increase.
Keywords: Strategy, Mangrove, Segarajaya
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove dengan
Analisis SWOT di Desa Segarajaya Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi
Jawa Barat”.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh
gelar sarjana pendidikan yang bertujuan untuk peningkatan pengetahuan di bidang
karya ilmiah dan juga untuk memperdalam pemahaman keilmuan dan
aplikatifnya. Penulis berharap semoga skripsi ini berguna untuk semua pihak yang
membutuhkan.
Dalam proses penyusunan skripsi, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, baik moril dan materil, maka penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan.
2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS sekaligus
Dosen Pembimbing Akademik.
3. Drs. Syaripulloh, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS.
4. Dr. Sodikin, M.Si dan Neng Sri Nuraeni, M.Pd, selaku dosen pembimbing
yang begitu sabar dalam membimbing saya, meluangkan banyak waktunya
untuk memberikan ilmu, nasihat, pengarahan serta kemudahan dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
atas ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu ini dapat
dimanfaatkan sebaik-baiknya.
6. Kedua orang tuaku tercinta, Rojudin Kurniawan dan Rohati yang
memberikan curahan kasih sayang dan senantiasa memberikan do’a serta
iv
dukungan baik secara moril maupun materil, satu-satunya adikku Amalia
Dwi Ananda yang memberikan semangat tiada henti dan memberikan
warna kehidupan.
7. Kepala Kesbangpol Kabupaten Tangsel, Kepala Kesbangpol Kabupaten
Bekasi, Kepala Desa Segarajaya dan Pengelola Restorasi Mangrove Desa
Segarajaya yang dengan ramah membantu dalam proses penelitian ini.
8. Temen-temen Pendidikan IPS angkatan 2014 dan sahabat-sahabatku,
Muzdalifah, Sani Alfia Chairani, Faristin Firdausiyah, Maulidia Syifa,
Yusri Humairah, Novia Nurhayati yang telah memberikan motivasi dan
semangat setiap harinya.
9. Seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Akhirnya segala hormat dan kerendahan hati, penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Jakarta, 10 Januari 2019
Penulis
Nailul Muna Awaliah
v
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 7
C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 7
D. Rumusan Masalah ................................................................................ 7
E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8
F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Kajian Teori ......................................................................................... 9
1. Pengertian Strategi ......................................................................... 9
2. Pengertian Pariwisata ..................................................................... 13
3. Daerah Tujuan Wisata .................................................................... 14
4. Masyarakat, Lingkungan dan Budaya ............................................ 15
5. Komponen Pendukung Pariwisata ................................................. 16
6. Pengertian Ekowisata ..................................................................... 22
vi
7. Dampak Ekonomi Pariwisata ......................................................... 25
8. Pengertian Mangrove ..................................................................... 26
9. Strategi Pengembangan Ekowisata ................................................ 29
B. Hasil Penelitian Relevan ...................................................................... 31
C. Kerangka Berfikir................................................................................. 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 36
B. Metode Penelitian................................................................................. 38
C. Sumber Data Penelitian ........................................................................ 39
D. Alat dan Bahan Penelitian .................................................................... 39
E. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................ 40
1. Data Primer .................................................................................... 40
2. Data Sekunder ................................................................................ 40
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 41
1. Observasi ........................................................................................ 41
2. Wawancara .................................................................................... 41
3. Studi Dokumen .............................................................................. 42
G. Instrumen Penelitian............................................................................. 42
1. Pedoman Wawancara ...................................................................... 42
2. Kisi-kisi Observasi ........................................................................... 46
H. Teknik Analisis Data ............................................................................ 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ................................................... 53
1. Kondisi Geografis .......................................................................... 53
2. Kependudukan................................................................................ 54
B. Deskripsi Data ...................................................................................... 58
1. Profil Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya ................................ 58
2. Parameter Ekowisata Mangrove di Desa Segarajaya ..................... 60
C. Analisis Kesesuaian Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya ............... 68
D. Strategi Pengembangan Ekowisata ...................................................... 70
E. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 77
vii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 78
B. Implikasi ............................................................................................... 79
C. Saran ..................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kunjungan Wisatawan Asing di Indonesia, 2013-2016................... 5
Tabel 2.1 Spesies Mangrove Indonesia ............................................................ 27
Tabel 3.1. Waktu Penelitian ............................................................................. 37
Tabel 3.2 Alat Penelitian .................................................................................. 39
Tabel 3.3 Bahan Penelitian .............................................................................. 39
Tabel 3.4 Kisi-kisi Wawancara untuk Pengunjung .......................................... 42
Tabel 3.5 Kisi-kisi Wawancara untuk Masyarakat .......................................... 43
Tabel 3.6 Kisi-Kisi Wawancara Pengelola Ekowisata ..................................... 44
Tabel 3.7 Kisi-kisi Observasi ........................................................................... 46
Tabel 3.8 Matriks Kesesuaian Lahan Pengembangan Mangrove .................... 49
Tabel 3.9 Matriks Analisis SWOT ................................................................... 52
Tabel 4.1 Kondisi Kependudukan berdasarkan Jenis Kelamin ........................ 54
Tabel 4.2 Kondisi Kependudukan berdasarkan Pendidikan ............................ 55
Tabel 4.3 Kondisi Kependudukan berdasarkan Agama ................................... 56
Tabel 4.4 Kondisi Kependudukan berdasarkan Mata Pencaharian .................. 57
Tabel 4.5 Ketebalan Mangrove tiap Stasiun .................................................... 60
Tabel 4.6 Jenis-jenis dan Distribusi Vegetasi Mangrove ................................. 62
Tabel 4.7 Hasil Observasi Jenis-jenis dan Distribusi Vegetasi Mangrove ...... 63
Tabel 4.8 Kerapatan Mangrove di Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya ..... 63
Tabel 4.9 Jenis Fauna di Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya .................... 64
Tabel 4.10 Jenis Fauna yang ditemukan saat Observasi .................................. 65
Tabel 4.11 Tingkat Kesesuaian Lahan untuk Ekowisata Mangrove ................ 71
Tabel 4.12 Matriks Analisis SWOT ................................................................. 76
ix
DAFTAR GAMBAR
Tabel 4.13 Matriks Analisis SWOT ................................................................. 76
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir ....................................................................... 35
Gambar 3.1. Lokasi Penelitian ......................................................................... 36
Gambar 4.1 Lokasi Penelitian .......................................................................... 53
Gambar 4.2 Kondisi Kependudukan berdasarkan Jenis Kelamin .................... 54
Gambar 4.3 Kondisi Kependudukan berdasarkan Pendidikan ........................ 55
Gambar 4.4 Kondisi Kependudukan berdasarkan Agama ............................... 56
Gambar 4.5 Kondisi Kependudukan berdasarkan Mata Pencaharian .............. 58
Gambar 4.6 Ketebalan Mangrove tiap Stasiun ................................................ 61
Gambar 4.7 Kondisi Pasang Surut ................................................................... 66
Gambar 4.8 Track............................................................................................. 73
Gambar 4.9 Perahu ........................................................................................... 73
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Transkip Wawancara
Lampiran II Hasil Observasi
Lampiran III Dokumentasi
Lampiran IV Surat-surat
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hutan mangrove merupakan tipe hutan tropika dan subtropika yang khas,
tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang
surut air laut. Mangrove banyak dijumpai di wilayah pesisir yang terlindung
dan gempuran ombak dan daerah yang landau. Mangrove tumbuh optimal di
wilayah pesisir yang memiliki muara sungai besar dan delta yang aliran aimya
banyak mengandung lumpur. Sedangkan di wilayah pesisir yang tidak
bermuara sungai pertumbuhan vegetasi mangrove tidak optimal.1
Ekosistem mangrove di Indonesia memiliki tingkat keanekaragaman
jenis yang tertinggi di dunia. Sejauh ini di Indonesia tercatat ada 202 jenis
tumbuhan mangrove yang terdiri dari 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19 jenis
tumbuhan memanjat (liana), 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit, dan I jenis
tumbuhan paku. Dari 202 jenis tersebut, hariya 43 jenis yang merupakan
mangrove sejati (true mangrove).2 Hutan mangrove berperan penting untuk
penahan erosi dan tempat tinggal biota laut, selain itu hutan mangrove menjadi
daya tarik wisata.
Pengembangan ekowisata pesisir dan laut harus mempertimbangkan dua
aspek, yaitu aspek tujuan wisata dan aspek pasar. Meskipun pengembangan
ekowisata menganut konsep pengarusutamaan produk atau pasar, namun
pengembangan produk wisata tetap menjamin kelestarian sumber daya alam
dan budaya masyarakat pesisir dan laut. Pengembangan ekowisata pesisir dan
laut lebih dekat kepada aspek pelestarian, karena di dalamnya sudah
terkandung aspek keberlanjutan. Pelestarian sumberdaya alam dan budaya
masvarakat akan menjamin terwujudnya keberlanjutan pembangunan. Dalam
1 Rokhmin Dahuri, Keanekaragaman Hayati Laut Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 58 2 Ibid, hlm. 66
2
pelaksanaannya, ekowisata pesisir dan laut hampir tidak dilakukan eksploitasi
sumberdaya ala, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik, dan psikologis wisatawan.3 Di
Indonesia, konsep ekowisata atau ecouturism, banyak dikembangkan oleh
pemerintah daerah. Contoh yang baik adalah, Taman Nasional Komodo,
Taman Nasional Kalimutu, di Bogor ada Taman Safari, Taman Buah Mekar
Sari di wilayah lainnya.4
Berdasarkan penelitian yang yang dilakukan oleh Basyuni, dkk tentang
identifikasi potensi dan strategi pengembangan ekowisata mangrove di Desa
Lubuk Kertang Terdapat tiga strategi prioritas untuk pengembangan ekowisata
di Desa Lubuk Kertang, pertama, meningkatkan pengelolaan ekosistem hutan
mangrove melalui kegiatan ekowisata dan interpretasi lingkungan. Kedua,
untuk menjaga obyek ekowisata mangrove dengan memperhatikan daya
dukung wilayah tersebut. Ketiga, dalam rangka untuk mempromosikan
ekowisata mangrove yang masih baru digunakan media internet atau media
sosial.5
Dasar hukum pengembangan pariwisata yang sesuai dengan prinsip
pengembangan adalah Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan Pasal 6: Pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan
asas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 yang diwujudkan melalui
pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan
keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan
manusia untuk berwisata. Pasal 8: 1) Pembangunan kepariwisataan dilakukan
berdasarkan rencana induk pembangunan kepariwisataan yang terdiri atas
rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional, rencana induk
pembangunan kepariwisataan provinsi, dan rencana induk pembangunan
3 Ambo Tuwo, Pengelolan Ekowisata Pesisir dan Laut Pendekatan Ekologi, Sosial-Ekonomi,
Kelembagaan, dan Sarana Wilayah, (Surabaya: Brilian Internasional, 2011), hlm. 29 4 I Gusti Bagus Arjana, Geografi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, (Jakarta: Rajawali, 2016),
hlm. 63 5 Mohammad Basyuni, dkk, Identifikasi Potensi dan Strategi Pengembangan Ekowisata
Mangrove di Desa Lubuk Kertang, Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat Sumatera
Utara, Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara, 2016, hlm. 1
3
kepariwisataan kabupaten/kota. 2) Pembangunan kepariwisataan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian integral dari rencana pembangunan
jangka panjang nasional. Pasal 11: Pemerintah bersama lembaga yang terkait
dengan kepariwisataan menyelenggarakan penelitian dan pengembangan
kepariwisataan untuk mendukung pembangunan kepariwisataan. Serta Pasal
12: 1 Aspek- aspek penetapan kawasan strategis pariwisata.
Ekowisata atau pariwisata yang berbasis lingkungan merupakan konsep
pariwisata yang saat ini diminati oleh masyarakat. Menurut Sodikin di dalam
penelitiannya pada tahun 2002 pemerintah telah mencanangkan program
ekowisata dan tahun 2003 ditetapkan sebagai tahun wisata bahari. Direktorat
Diversifikasi Produk Pariwisata Bahari Sub Direktorat Pengembangan
Pariwisata menyatakanbahwa, realisasi tahun wisata bahari adalah berupa
pengembangan objek-objek wisata bahari baru dalam bentuk pengembangan
wisata dengan ketertarikankhusus. Hal tersebut bertepatan dengan munculnya
perkembangan pariwisata yang bertema back to nature‖ yang cenderung
semakin meningkat. Fenomena itu tentunya merupakan kesempatan emas bagi
kepariwisataan untuk mengembangkan program pariwisata guna menarik
kunjungan wisatawan.6 Menurut Yunita Rahma Fauziah di dalam skripsinya,
hal ini disebabkan oleh perubahan paradigma berpikir manusia yang semakin
memberi penghargaan kepada alam dan isinya dan adanya konsep back to
nature. Selain itu, kondisi lingkungan kerja yang padat dan tingkat jenuh yang
tinggi mengakibatkan banyak orang yang ingin menikmati udara bebas dari
alam untuk melepaskan penat. Indonesia dengan kekayaan alamnya memiliki
potensi yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai pusat wisata alam.
Kesadaran akan pentingnya konservasi alam juga merupakan faktor yang
menyebabkan ekowisata sangat diminati.7
6 Sodikin, Kelayakan Hutan Mangrove Di Pantai Tiris Desa Pabean Ilir Kec. Pasekan
Kabupaten Indramayu Sebagai Kawasan Ekowisata Mangrove Yang Berkelanjutan, (Yogyakarta:
Simposium Nasional Sains Geoinformasi,2015) h. 334 7 Yunita Rahma Fauziah, Strategi Pengembangan Ekowisata Taman Nasional Karimunjawa
Kabupaten Jepara Jawa Tengah, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor,
2010, hlm. 18
4
Sesuai dengan firman Allah dalam Surat Asy-Syura ayat 7-8 tentang
hutan atau tumbuhan, sebagai berikut :8
اأولم ضإلىيرو ر ج كل من فيهاأن بت ناكم ال كريم زو
لكفيإن ثرهم كانوما لية ذ منينأك مؤ
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya
Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuhan-tumbuhan yang baik?
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda
kekuasaan Allah. Dan kebanyakan mereka tidak Beriman.”
Dalam Surah Asy-Syura, dikatakan bahwa manusia berasal dari tanah
dan hidup dari dan di atas tanah. Hubungan antara manusia dan tanah sangat
erat. Kelangsungan hidup manusia diantaranya tergantung dari tanah dan
sebaliknya, tanahpun memerlukan perlindungan manusia untuk eksistensinya
sebagai tanah yang memiliki fungsi. Dengan lahan itu manusia bisa membuat
tempat tinggal, bercocok tanam, dan melakukan aktivitas lainnya seperti
memberi penghargaan kepada alam dengan membangun ekowisata yang
berbasis konservasi.
Di Indonesia wilayah yang menjadi tempat favorit wisatawan lokal
maupun mancanegara salah satunya adalah Pulau Bali yang menjadi tujuan
wisata alam maupun tujuan wisata budaya. Pualu bali menjadi salah satu
tempat di Indonesia menjadi tempat terbanyak turis maupun siwatawan lokal
yang berkunjung. Dari segi fasilitas Pulau Bali bisa menjadi tempat wisata
yang bisa di kunjungi kalangan manapun, dari fasilitas murah sampai fasilitas
yang super mewah. Sedangkan pada wisata budayanya Pulau Bali merupakan
tujuan wisata yang Bali memiliki masyarakat yang ramah dengan segudang
tradisi yang masih dijaga hingga kini, memberinya kekhasan tersendiri yang
membuat banyak orang penasaran untuk membaur dan belajar dari
masyarakatnya.
Meskipun Indonesia memiliki tempat-tempat menarik untuk pariwisata
dan banyak lagi negara ini gagal menarik jumlah turis asing yang besar.
8 Departemen Agama Republik Indonesia, Al Jumanatul „Ali dan Terjemahannya, ( Jakarta: J-
ART, 2004), hlm. 267
5
Indonesia mungkin mencapai targetnya untuk menyambut 10 juta turis asing di
2015, namun angka ini jauh lebih rendah dari jumlah turis yang mengunjungi
negara-negara tetangga Singapura (15 juta) atau Malaysia (27 juta). Namun
Kunjungan turis ke Indonesia di tahun 2016 dibanding tahun sebelumnya,
beruntung tumbuh 9,5 persen selama Januari sampai Oktober 2016. Angka
tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan turis ke Malaysia dan Singapura yang
masing-masing, 3,8 dan 9,4 persen. Dengan jumlah kunjungan turis dari
Januari sampai Agustus dan Januari sampai September 2016. Hal ini seperti
disajikan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Kunjungan Wisatawan Asing di Indonesia, 2013-2016
Bulan Tourist
Arrivals
2013
Tourist
Arrivals
2014
Tourist
Arrivals
2015
Tourist
Arrivals
2016
Januari 614,328 753,079 723,039 814,303
Februari 678,415 702,666 786,653 888,309
Maret 725,316 765,607 789,596 915,019
April 646,117 726,332 749,882 901,095
Mei 700,708 752,363 793,499 915,206
Juni 789,594 851,475 815,148 857,651
Juli 717,784 777,210 814,233 1,032,741
Agustus 771,009 826,821 850,542 1,031,986
September 770,878 791,296 869,179 1,006,653
Oktober 719,900 808,767 825,818 1,040,651
November 807,422 764,461 764,461 777,976
Desember 766,966 915,334 915,334 913,828
Total 8,802,129 9,435,411 9,435,411 9,729,350
Sumber:https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/industri sektor/pariwisata/item6051?
Dengan banyaknya turis yang masuk ke Indonesia membuat berbagai
wilayah di Indonesia berlomba-lomba untuk saling mengembangkan potensi
wisatanya. Salah satunya adalah Kabupaten Bekasi. Dilihat dari lokasi
6
Kabupaten Bekasi dijuluki sebagai wilayah industry namun tidak membuat
Kabupaten Bekasi tidak mengembangkan wisata-wisata alam ataupun budaya
yang ada. Kepala Bidang Dinas Budaya Pemuda, dan Olahraga Kabupaten
Bekasi Agus Trihono, mengatakan jumlah wisatawan pada tahun 2015 tercatat
1.050.000. Data tersebut didapatkan dari jumlah pengunjung diobjek wisata
ataupun orang yang menginap di hotel, serta di sejumlah apartemen yang
tersebar di Kabupaten Bekasi.
Salah satu ekowisata yang terdapat di Kabupaten Bekasi adalah Restorasi
Pembelajaran mangrove atau sering disebut ekowisata mangrove yang terletak
di Desa Segarajaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi. Ekowisata
mangrove ini memiliki potensi wisata alam yang indah dan pemandangan yang
menarik.
Ekowisata yang tergolong baru ini memiliki potensi ekonomi bagi
masyarakat sekitar, namun dalam pengelolaan dan pengembangannya
dihadapkan pada beberapa permasalahan penting. Dari observasi awal yang
dilakukan oleh penulis di antaranya ialah tidak adanya pelayanan informasi,
kurangnya sarana dan prasarana, tidak adanya transportasi umum, kurangnya
promosi hanya mengandalkan social media, dan kurangnya kebersihan pada
ekowisata mangrove tersebut. Selain itu, pengembangan ekowisata mangrove
ini tidak sama dengan pariwisata umumnya, harus memperhatikan aspek
konservasi, aspek pendidikan, dan aspek ekonomi. Beberapa permasalahan
tersebut harus segera di cari solusinya agar pengembangan obyek wisata ini
bisa memberikan kemanfaatan ekonomi secara berkelanjutan, tanpa harus
mengorbankan lingkungan.
Dari uraian diatas perlu disadari oleh pemerintah daerah dalam hal ini
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang sangat berperan penting dalam
mengembangkan ekowisata mangrove, bahwa perlu diketahui ekowisata ini
adalah salah satu tempat wisata yang mempunyai potensi yang sangat besar
dalam menumbuhkan pendapatan daerah. Solusi-solusi yang dimaksud dalam
7
hal ini adalah strategi terkait dengan pengembangan ekowisata mangrove di
Desa Segarajaya agar dapat lebih berdaya saing dalam menarik wisatawan.
Strategi sebagai bentuk upaya yang dilakukan untuk menciptakan dan
melestarikan kawasan wisata yang sesuai dengan pengembangan kawasan
ekowisata mangrove di Desa Segarajaya ini. Sehingga dengan demikian
pemerintah dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dapat mengambil
langkah yang strategis dari pilihan yang ada.
Menurut Mintzburg di dalam skripsi Ian Asriandy strategi menjadi sangat
penting bagi pengembangan sebuah organisasi/perusahaan dalam rangka
pencapaian tujuan, baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. Analisa
dalam pengembangan strategi berdasarkan dimensi-dimensi strategi yang
digunakan yaitu tujuan, kebijakan dan program.9 Berdasarkan uraian yang
sudah dijelaskan, maka penulis begitu tertarik untuk melakukan penelitian
tentang strategi pengembangan ekowisata mangrove dengan analisis SWOT di
Desa Segarajaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
B. Identifikasi Masalah
1. Belum tersedianya pelayanan informasi ekowisata mangrove.
2. Strategi pengembangan ekowisata mangrove yang belum optimal.
3. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap konservasi mangrove.
4. Kurangnya sarana dan prasarana.
5. Belum tersedianya transportasi umum.
6. Hanya mengandalkan sosial media
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi hanya berkaitan dengan “Strategi Pengembangan
Ekowisata Mangrove dengan Analisis SWOT di Desa Segarajaya, Kabupaten
Bekasi Jawa Barat”.
9 Ian Asriandi, Strategi Pengembangan Obyek Wisata Air Terjun Bissapu di Kabupaten
Banteng, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanudin, 2016, hlm. 4
8
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang dipaparkan
sebelumnya, maka pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana strategi
pengembangan ekowisata mangrove dengan Analisis SWOT di Desa
Segarajaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yang hendak dicapai oleh penulis dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pengembangan ekowisata
mangrove dengan analisis SWOT di Desa Segarajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa
Barat.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian terdiri dari dua, yaitu manfaat teoritis dan praktis.
Dari penelitian yang telah dilakukan peneliti berharap memiliki manfaat
sebagai berikut:
1. Teoritis
Secara teoritis hasil peneliatian ini diharapkan berguna sebagai
sumbangan perkembangan ilmu dan pengetahuan pengembangan
ekowisata.
2. Praktis
a. Bagi pemerintah Kabupaten Bekasi, diharapkan penelitian ini dapat
menjadi bahan masukan atau solusi untuk mengembangkan ekowisata
mangrove sebagai kawasan wisata yang layak untuk dikunjungi dan
dapat dijadikan pertimbangan dalam penyusunan program sektoral.
b. Bagi pengelola ekowisata mangrove, dapat memperbaiki pengelolaan
wisata dengan baik dan merencanakan program wisata hingga layak
dikunjungi oleh wisatawan.
c. Bagi masyarakat sekitar ekowisata mangrove, dapat ikut serta dalam
pemeliharaan dan pelestarian kawasan ekowisata mangrove.
9
d. Bagi para peneliti, diharapkan dapat menjadi sumber rujukan atau acuan,
tambahan informasi yang sama ketika melakukan penelitian yang
terkakait untuk dikembangkan lebih lanjut
10
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori
1. Pengertian Strategi
Menurut Bracker, di dalam skripsi Ian Asriandy , pengertian “strategi”
bersumber dari kata Yunani Klasik, yakni “strategos” (jenderal), yang pada
dasarnya diambil dari pilahan kata-kata Yunani untuk “pasukan” dan
“memimpin”. Penggunaan kata kerja Yunani yang berhubungan dengan
“strategos” ini dapat diartikan sebagai “perencanaan dan pemusnahan
musuh-musuh dengan menggunakan cara yang efektif berlandaskan
saranasarana yang dimiliki”.10
Pengertian strategi menurut para ahli, di antaranya . Menurut Chandler
strategi ialah penentuan tujuan dan sasaran jangka panjang perusahaan,
diterapkannya aksi dan alokasi sumber daya yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.11
Menurut Andrews strategi ialah pola sasaran, tujuan dan
kebijakan/rencana umum untuk meraih tujuan yang telah ditetapkan, yang
dinyatakan dengan mendefinisikan apa bisnis yang dijalankan oleh
perusahaan, atau yang seharusnya yang dijalankan oleh perusahaan.12
Menurut Itami strategi ialah menentukan kerangka dari aktivitas bisnis
perusahaan dan memberikan pedoman untuk mengoordinasikan aktivitas,
sehingga perusahaan dapat menyesuaikan dan mempengaruhi lingkungan
yang selalu berubah. Strategi mengatakan dengan jelas lingkungan yang
diinginkan oleh perusahaan dan jenis organisasi seperti apa yang hendak
dijalankan.13
Pengertian beberapa ahli mengenai strategi ini mempunyai banyak
kesamaan. Frase “tujuan jangka panjang” dan “kebijakan umum”
10
Ian Asriandi, Ibid, hlm 9-10 11
Mudrajad Kuncoro, Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, (Jakarta: Erlangga,
2006), hlm. 1 12
Mudrajad Kuncoro, Ibid, 2006, hlm. 1 13
Ibid, Mudrajad Kuncoro, 2006, hlm. 1
11
menyiratkan bahwa strategi seharusnya berkaitan dengan keputusan “besar”
yang dihadapi organisasi dalam melakukan bisnis, yakni suatu keputusan
yang menentukan kegagalan dan kesuksesan organisasi.14
Strategi diperlukan agar perencanaan dapat dilaksanakan secara
praktis dan spesipik mungkin, maka di dalamnya harus tercakup
pertimbangan dan penyesuaian terhadap reaksi–reaksi orang dan pihak yang
dipengaruhi kegiatan marketing tersebut. Dalam hal yang demikian
diperlukan suatu strategi yang dapat membantu perencanaan yang dibuat.15
Menurut Henry Mintzberg, Joseph Lampel, James Brian Quinn, dan
Sumantra Ghoshal di dalam skripsi Ian Asriandi, menyajikan lima definisi
strategi yaitu :16
a. Strategi Sebagai Rencana
Strategi adalah rencana, semacam sadar dimaksudkan yang
meliputi tindakan, pedoman (atau pedoman yang ditetapkan) untuk
menangani situasi. Dengan definisi ini, strategi memiliki dua
karakteristik penting: mereka dibuat sebelum tindakan yang menerapkan,
dan mereka dikembangkan secara sadar dan sengaja. Sebagai rencana,
strategi berkaitan dengan bagaimana pemimpin mencoba untuk
menetapkan arah untuk organisasi, untuk mengatur mereka pada tindakan
yang telah ditentukan. Dalam mempelajari strategi sebagai rencana, kita
harus entah bagaimana masuk ke dalam pikiran strategi, untuk mencari
tahu apa yang benar-benar dimaksudkan.
b. Strategi Sebagai Taktik
Sebagai taktik, strategi membawa kita ke dalam wilayah persaingan
langsung, dimana ancaman dan feints dan berbagai manuver lain bekerja
untuk mendapatkan keuntungan. Tempat ini proses pembentukan strategi
dalam pengaturan yang paling dinamis, dengan gerakan memprovokasi
dan seterusnya. Namun Ironisnya, strategi itu sendiri adalah sebuah
14
Mudrajad Kuncoro, Ibid, 2006, hlm. 1 15
Oka A. Yati, Pemasaran Pariwisata, (Bandung: Angkasa, 1966), hlm. 164 16
Ian Asriandi, Op.cit, 2016, hlm. 10-18
12
konsep yang berakar tidak dalam perubahan tetapi dalam stabilitas dalam
mengatur rencana dan pola didirikan.
c. Strategi Sebagai Pola
Jika strategi dapat dimaksudkan (apakah sebagai rencana umum
atau khusus ploys), tapi mereka juga dapat terwujud. Dengan kata lain,
menentukan strategi sebagai rencana ini tidak cukup; kita juga perlu
definisi yang meliputi perilaku yang dihasilkan. Dengan demikian,
definisi ketiga diusulkan: strategi adalah pola-khususnya, pola dalam
aliran tindakan (Mintzberg dan Waters, 1985 [dalam Mintzberg, Lampel,
Quinn, Ghoshal :2003]). Menurut definisi ini, strategi adalah konsistensi
dalam perilaku, apakah atau tidak dimaksudkan.
Hal ini mungkin terdengar aneh definisi untuk kata yang telah
begitu terikat dengan kehendak bebas. Tetapi faktanya adalah bahwa
sementara hampir tidak ada yang mendefinisikan strategi dalam cara ini,
banyak orang tampak pada suatu waktu menggunakannya. Quinn
(1980:35) dalam Mintzberg, Lampel, Quinn, Ghoshal (2003)
mengatakan, pertimbangkan ini kutipan dari seorang eksekutif bisnis;
"Secara bertahap pendekatan yang sukses menggabungkan ke dalam pola
tindakan yang menjadi strategi kami. Kita tidak memiliki strategi
keseluruhan". Komentar ini tidak konsisten hanya jika kita membatasi
diri untuk salah satu definisi strategi, apa yang orang ini tampaknya
katakan adalah bahwa perusahaan memiliki strategi sebagai pola, tapi
bukan sebagai rencana.
Dengan demikian, definisi strategi sebagai rencana dan pola dapat
cukup independen satu sama lain: rencana saya belum direalisasi,
sementara pola mungkin muncul tanpa prasangka. Sebagai pola, bertitik
berat pada tindakan. Strategi sebagai pola juga memperkenalkan gagasan
tentang konvergensi, pencapaian konsistensi dalam perilaku organisasi.
Menyadari strategi dimaksudkan, mendorong kita untuk
mempertimbangkan gagasan bahwa strategi dapat muncul serta sengaja
dikenakan.
13
d. Strategi Sebagai Posisi
Definisi keempat adalah strategi sebagai posisi-secara khusus, cara
untuk menemukan sebuah organisasi, di teori organisasi suka
menyebutnya "lingkungan". Dengan definisi ini, strategi menjadi mediasi
antara organisasi dan lingkungan dalam konteks internal dan eksternal.
Definisi strategi sebagai posisi dapat kompatibel dengan baik (atau
semua) dari yang sebelumnya, posisi dapat dicentang dan bercita-cita
untuk memikirkan rencana (atau taktik) atau dapat dicapai, mungkin
bahkan melalui pola perilaku.
Sebagai posisi, strategi ini mendorong kita untuk melihat organisasi
dalam lingkungan kompetitif mereka, bagaimana mereka menemukan
posisi mereka dan melindungi mereka untuk memenuhi persaingan,
menghindarinya, atau menumbangkannya. Hal ini memungkinkan kita
untuk berpikir organisasi secara ekologis, sebagai organisme dalam ceruk
yang berjuang untuk bertahan hidup di dunia permusuhan dan
ketidakpastian serta simbiosis.
e. Strategi Sebagai Perspektif
Sementara definisi keempat strategi terlihat keluar, mencari untuk
menemukan organisasi dalam lingkungan eksternal, dan turun ke posisi
kelima terlihat di dalam organisasi, memang dalam kepala strategi
kolektif, tetapi sampai dengan pandangan yang lebih luas. Di sini,
strategi adalah perspektif, bukan hanya terdiri dari posisi pilihan, tetapi
cara yang tertanam memahami dunia.
Definisi kelima ini menunjukkan bahwa semua konsep strategi
memiliki satu implikasi penting, yaitu bahwa semua strategi adalah
abstraksi yang hanya ada di pikiran pihak yang berkepentingan. Hal ini
penting untuk diingat bahwa tidak ada yang pernah melihat atau menyentuh
strategi, setiap strategi adalah sebuah penemuan, khayalan dari imajinasi
seseorang, apakah dirumuskan sebagai niat untuk mengatur perilaku itu
14
berlangsung atau disimpulkan sebagai pola untuk menggambarkan perilaku
yang telah terjadi.
Sebagai perspektif, strategi menimbulkan pertanyaan menarik tentang
niat dan perilaku dalam konteks kolektif. Jika kita mendefinisikan
organisasi sebagai tindakan kolektif dalam mengejar misi umum, kemudian
strategi sebagai perspektif memunculkan masalah bagaimana menyebar niat
melalui sekelompok orang untuk menjadi bersama sebagai norma-norma
dan nilai-nilai, dan bagaimana pola perilaku menjadi sangat tertanam dalam
kelompok.
Seperti yang disarankan di atas, strategi sebagai posisi dan perspektif
dapat kompatibel dengan strategi sebagai rencana dan/atau pola. Tapi, pada
kenyataannya, hubungan antara definisi yang berbeda ini bisa lebih terlibat,
tapi konsep strategi yang muncul adalah bahwa pola yang dapat muncul dan
diakui menimbulkan sebuah rencana resmi, mungkin dalam perspektif
keseluruhan.
2. Pengertian Pariwisata
Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta, pari berarti sempurna,
lengkap, tertingi, sedangkan wisata ialah perjalanan, sehingga pariwisata
yaitu perjalanan yang lengkap atau sempurna. Menurut Yoeti, pariwisata
merupakan keseluruhan daripada gejala-gejala yang ditimbulkan oleh
perjalanan dan tinggalnya orang asing serta penyediaan tempat tinggal
sementara dan tidak berhubungan dengan pencarian nafkah. 17
Pariwisata
merupakan faktor penting dalam suatu negara, karena mendorong
perkembangan beberapa sektor perekonomian nasional.18
Menurut UU No.10/2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud
dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatanwisata dan didukung
17
I Gusti Bagus Arjana, Geografi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, (Jakarta: Rajawali, 2016),
hlm. 6 18
Yati, Oka A, Ekonomi Pariwisata Introduksi Informasi dan Implementasi. (Jakarta: PT
Kompas Media Nusantara, 2008), hlm. 27
15
oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat,
pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.19
3. Daerah Tujuan Wisata
Menurut Pendit di dalam skripsi Paramitha, bahwa terdapat tiga poin
utama yang menjadi syarat satu daerah untuk menjadi daerah tujuan wisata,
yaitu:20
a. Memiliki atraksi atau objek menarik (atraksi)
b. Mudah dicapai dengan alat-alat kendaraan (aksesbilitas) dan
c. Menyediakan tempat untuk tinggal sementara (fasilitas).
Pendit juga mengatakan, syarat untuk menjadi daerah tujuan wisata,
yaitu:21
a. Atraksi
Atraksi wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan
melalui suatu pertunjukan (shows) yang khusus diselenggarakan untuk
para wisatawan. Jadi atraksi wisata dibedakan dengan objek wisata
(tourist objects), karena objek wisata dapat dilihat atau disaksikan tanpa
membayar. Selain itu, dalam atraksi wisata untuk menyaksikan harus
dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan objek wisata dapat dilihat tanpa
dipersiapkan terlebih dahulu, seperti danau, pemandangan, pantai,
gunung, candi, monumen, dan lain-lain.
Atraksi yang juga disebut objek wisata merupakan potensi yang
menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata.
Menurut Undang-Undang Nomor 9 tahun 1990 pasal 1, objek dan daya
tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.
b. Aksesbilitas
Menurut Bintarto mengatakan bahwa yang dikatakan aksesbilitas
adalah kemudahan bergerak dari suatu tempat ke tempat lain dalam suatu
19
Unesco, Ekowisata Panduan Dasar Pelaksanaan, 2009, hlm. 3 20
Paramita Cyntia Dewi, Studi Kelayakan Pantai Bagus sebagai Daerah Tujuan Wisata di
Kabupaten Lampung Selatan, Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017, hlm. 14 21
Paramita Cyntia Dewi, Ibid, 2017, hlm. 14-15
16
wilayah. Aksesbilitas dapat diukur melalui waktu tempuh dari suatu
tempat ke tempat lain dan jarak tempuh dari suatu tempat ke tempat lain.
Aksesbilitas tidak dapat dipisahkan dengan ketersediaan system
transportasi:
1) Angkutan transportasi seperti mobil, bis, kereta api, pesawat udara.
2) Jaringan rute, sejalan dengan angkutan transportasi seperti jalan, rel
kereta api, jalur udara.
c. Fasilitas
Menurut Jansen menjelaskan mengenai fasilitas pariwisata disuatu
lokal menjadi dua bagian yaitu fasilitas primer dan penunjang.
Pembagian dan penjelasan mengenai fasilitas menurut Jansen Verbeke,
antara lain:
1) Fasilitas Primer adalah objek wisata dengan fungsi sebagai daya tarik
utama wisata
2) Fasilitas penunjang adalah bangunan diluar fasilitas primer yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama berada di
lokasi wisata. fasilitas penunjang dibagi menjadi dua bagian,
3) Fasilitas sekunder: bangunan yang bukan merupakan daya tarik utama
wisata akan tetapi digunakan untuk memenuhi kebutuhan utama
wisatawan seperti penginapan, rumah makan dan took cinderamata.
4) Fasilitas kondisional: bangunan yang digunakan oleh wisatawan
maupun warga setempat seperi masjid, toilet umum dan tempat
parker.
4. Masyarakat, Lingkungan, dan Budaya
Daerah tujuan wisata yang memiliki objek dan daya tarik wisata akan
mengundang kehadiran wisatawan. Beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam kaitannya dengan masyarakat, lingkungan dan budaya. Dapat dilihat
sebagai berikut:22
22
Paramita Cyntia Dewi, Ibid, 2017, hlm. 17-18
17
a. Masyarakat
Masyarakat di sekitar objek wisatalah yang akan menyambut
kehadiran wisatawan, baik dari dalam maupun dari luar daerah. Untuk itu
masyarakat disekitar objek wisata perlu mengetahui berbagai jenis dan
kualitas layanan yang dibutuhkan wisatawan.
b. Lingkungan
Selain masyarakat sekitar, lingkungan di sekitar objek wisata juga
perlu diperhatikan. Jika lingkungan tercemar, maka ekosistem dari fauna
dan flora di lingkungan sekitar akan rusak. Oleh sebab itu masyarakat di
sekitar dan wisatawan yang berlalu-lalang juga berperan penting untuk
menjaga lingkungan sekitar objek wisata.
c. Budaya
Setelah mengetahui masyarakat dan lingkungan alam, lingkungan
budaya juga berperan penting di sekitar objek wisata. Oleh karena itu,
masyarakat di sekitar harus menjaga kelestarian dari suku asli, adat
maupun kesenian daerah, agar tidak tercemar oleh budaya asing yang
masuk. Akan tetapi, kualitas budaya harus ditingkatkan lagi agar dapat
memberikan kenangan yang mengesankan bagi setiap wisatawan yang
berkunjung.
5. Komponen Pendukung Pariwisata
Wisatawan yang melakukan perjalanan wisata memerlukan berbagai
kebutuhan dan pelayanan mulai dari keberangkatan sampai kembali lagi ke
tempat tinggalnya. Aktivitas pariwisata sangat terkait dengan kehidupan kita
sehari-hari. Sama seperti yang kita lakukan setiap hari, wisatawan juga
butuh makan dan minum, tempat menginap, serta alat transportasi yang
membawanya pergi dari suatu tempat ke tempat lainnya. Untuk memenuhi
kebutuha dan pelayanan tersebut, pariwisata harus didukung oleh berbagai
komponen yaitu:23
23
Paramita Cyntia Dewi, Ibid, hlm. 18
18
a. Obyek dan Daya Tarik Wisata
Banyak alasan mengapa orang berwisata ke suatu daerah.
Beberapa yang paling umum adalah untuk melihat keseharian penduduk
setempat, menikmati keindahan alam, menyaksikan budaya yang unik,
atau mempelajari sejarah daerah tersebut. Intinya, wisatawan datang
untuk menikmati hal-hal yang tidak dapat mereka temukan dalam
kehidupan mereka seharihari. Alam, budaya serta sejarah tersebut
merupakan bagian dari obyek dan daya tarik wisata.24
Menurut Paramita dalam skripsinya, Daya tarik wisata merupakan
fokus utama penggerak pariwisata di sebuah destinasi. Dalam arti, daya
tarik wisata sebagai penggerak utama yang memotivasi wisatawan untuk
mengunjungi suatu tempat. Menurut Victor T.C Middleton membagi
daya tarik wisata itu terdiri atas 6 bagian besar sebagai berikut:25
1) Natural Attractions
Yaitu daya tarik wisata yang bersifat alamiah dan terdapat secara
bebas yang dapat dilihat dan disaksikan setiap waktu. Di antaranya
ada yang sudah dipelihara atau dikembangkan seperti: Kebun Raya,
Taman Nasional pemandangan, pantai, danau, laut, pegunungan,
lembah dan ada pula di antaranya tidak terpelihara seperti hutan
lindung yang terdapat dalam hutan belantara.
2) Build Attractions
Yaitu bangunan-bangunan dengan arsitektur kuno, jembatan,
rumah-rumah ibadah (gereja, masjid, wihara, kuil atau pura, gedung-
gedung perkantoran bekas penjajahan Belanda).
3) Cultural Attractions
Termasuk kelompok ini, yaitu peninggalan lama, petilasan, bekas
kerajaan, candi, museum. Misalnya Candi Borobudur dan Prambanan
(Jateng).
24
Paramita Cyntia Dewi, Ibid, hlm 18 25
Paramita Cyntia Dewi,Ibid, hlm. 21-24.
19
4) Traditional Attractions
Yaitu tata cara hidup satu etnis, masyarakat terasing, adat istiadat,
festival kesenian, Folklore suatu bangsa, misalnya Festival Bunga
Sakura (Jepang), Galungan dan Kuningan (Bali), Reog Ponorogo
(Jatim).
5) Sport Events
Yaitu aktivitas yang berkaitan dengan dunia olahraga, baik ikut
berpartisipasi dalam kegiatan olahraga tersebut, maupun hanya
datang menyaksikan pertandingan berlangsung, seperti misalnya
peserta olimpiade, pertandingan piala dunia untuk sepakbola.
6) Attractive Spontance
Yaitu segala sesuatu yang terdapat di DTW yang merupakan daya
tarik wisata, sebagai alasan mengapa wisatawan tertarik datang
berkunjung ke DTW tersebut. Daya tarik wisata itu (tourist
attractions), pada suatu DTW pada dasarnya ada tiga hal yang selalu
menjadi pertanyaan wisatawan kalau berkunjung, yaitu:
a) Something To See
Pada setiap DTW hendaknya selalu ada yang menarik untuk
dilihat atau disaksikan, aneh, unik dan langka yang menjadi daya
tarik, mengapa wisatawan perlu datang ke DTW tersebut.
b) Something To Do
Pada suatu DTW itu, hendaknya selain banyak yang dapat
dilihat atau disaksikan, juga banyak rekreasi yang dapat
dilakukan, sehingga tidak mononton.
c) Something To Buy
Hal ini penting sekali dalam bisnis pariwisata. Wisatawan itu
tidak dapat dipisahkan dari oleh-oleh, sebagai kenangkenangan
telah datang berkunjung ke DTW tersebut. Karena itu, cendera
mata khas daerah sudah harus disediakan, walau bentuk apapun,
pokoknya cendera mata dari DTW itu perlu ada, walaupun bukan
buatan DTW itu sendiri.
20
b. Transportasi dan Infrastruktur
Wisatawan memerlukan alat transportasi baik itu transportasi
udara, laut dan darat untuk mencapai daerah wisata yang menjadi
tujuannya. Tersedianya alat trasportasi adalah salah satu kunci sukses
kelancaran aktivitas pariwisata.
Komponen pendukung lainnya adalah infrastruktur yang secara
tidak langsung mendukung kelancaran kegiatan pariwisata misalnya: air,
jalan, listrik, pelabuhan, bandara, pengolahan limbah dan sampah.
Namun, meskipun tidak semua daerah tujuan wisata memiliki
komponen pendukung yang baik, suatu daerah tetap bisa menarik
wisatawan untuk berkunjung karena ada hal-hal unik yang hanya bias
ditemui atau dilihat di tempat tersebut.26
c. Akomodasi (Tempat Menginap)
Akomodasi adalah tempat dimana wisatawan bermalam untuk
sementara di suatu daerah wisata. Sarana akomodasi umumnya
dilengkapi dengan sarana untuk makan dan minum. Sarana akomodasi
yang membuat wisatawan betah adalah akomodasi yang bersih, dengan
pelayanan yang baik (ramah, tepat waktu), harga yang pantas sesuai
dengan kenyamanan yang diberikan serta lokasi yang relative mudah
dijangkau.
Jenis-jenis akomodasi berdasarkan bentuk bangunan, fasilitas, dan
pelayanan yang disediakan, adalah sebagai berikut:27
1) Hotel
Hotel merupakan sarana akomodasi (menginap) yang menyediakan
berbagai fasilitas dan pelayanan bagi tamunya seperti pelayanan
makanan dan minuman, layanan kamar, penitipan dan pengangkatan
barang, pencucian pakaian, serta pelayanan tambahan seperti salon
kecantikan, rekreasi.
26
Unesco, Op,cit, hlm 5 27
Unesco, ibid, hlm. 6-7
21
2) Guest House
Guest house, adalah jenis akomodasi yang bangunannya seperti
tempat tinggal. Umumnya guest house hanya memiliki fasilitas dasar
yaitu kamar dan sarapan tanpa fasilitas tambahan lainnya.
3) Homestay
Berbeda dengan Guest House, Homestay, jenis akomodasi yang
populer di wilayah perkotaan maupun pedesaan di Indonesia,
menggunakan rumah tinggal pribadi sebagai tempat wisatawan
menginap.
Umumnya homestay memberikan pelayanan kamar beserta
makanan dan minuman. Salah satu kelebihan dari homestay adalah
wisatawan bisa mendapatkan kesempatan untuk mengenal keluarga
pemilik. Mereka bisa juga mengenal lebih jauh tentang alam dan
budaya sekitar terutama bila si pemilik rumah memiliki banyak
pengetahuan tentang itu.
4) Losmen
Losmen merupakan jenis akomodasi yang menggunakan sebagian
atau keseluruhan bangunan sebagai tempat menginap. Losmen
memiliki fasilitas dan pelayanan yang jauh lebih sederhana
dibandingkan hotel. Losmen tidak dirancang menyerupai tempat
tinggal seperti guest house.
5) Perkemahan
Tidak seperti jenis akomodasi lainnya, perkemahan merupakan
sarana menginap yang memanfaatkan ruang terbuka dengan
menggunakan tenda.
6) Vila
Merupakan kediaman pribadi yang disewakan untuk menginap.
Bedanya dengan homestay adalah tamu akan menyewa rumah secara
keseluruhan dan pemilik rumah tidak berada pada rumah yang disewa
tersebut. Sedangkan pada homestay, tamu hanya menyewa kamar dan
berbaur bersama pemilik rumah.
22
d. Usaha Makanan dan Minuman
Usaha makanan dan minuman di daerah tujuan wisata merupakan
salah satu komponen pendukung penting. Usaha ini termasuk di
antaranya restoran, warung atau cafe. Wisatawan akan kesulitan apabila
tidak menemui fasilitas ini pada daerah yang mereka kunjungi. Sarana
akomodasi umumnya menyediakan fasilitas tambahan dengan
menyediakan makanan dan minuman untuk kemudahan para tamunya.
Selain sebagai bagian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
makanan adalah nilai tambah yang dapat menjadi daya tarik tersendiri
bagi wisatawan. Banyak wisatawan tertarik untuk mencoba makanan
lokal, bahkan ada yang datang ke daerah wisata hanya untuk mencicipi
makanan khas tempat tersebut sehingga kesempatan untuk
memperkenalkan makanan lokal terbuka lebar. Bagi wisatawan,
mencicipi makanan lokal merupakan pengalaman menarik.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam mengelola usaha
makanan dan minuman adalah jenis dan variasi hidangan yang disajikan,
cara penyajian yang menarik, kebersihan makanan dan minuman yang
disajikan, kualitas pelayanan serta lokasi usaha tersebut. Penyedia jasa
harus memperhatikan apakah lokasi usahanya menjadi satu dengan
sarana akomodasi, atau dekat dengan obyek wisata sehingga mudah
dikunjungi.28
e. Jasa Pendukung Lainnya
Jasa pendukung adalah hal-hal yang mendukung kelancaran
berwisata misalnya biro perjalanan yang mengatur perjalanan wisatawan,
penjualan cindera mata, informasi, jasa pemandu, kantor pos, bank,
sarana penukaran uang, internet, wartel, tempat penjualan pulsa, salon,
dan lain-lain. Dari berbagai jasa pendukung yang disebutkan di atas,
informasi dan jasa pemandu merupakan salah satu faktor penting dalam
mendukung kesuksesan suatu daerah tujuan wisata. Merekalah yang
28
Unesco, Ibid, hlm 8
23
memberikan panduan kepada wisatawan mengenai daerah yang
dikunjunginya.
Wisatawan bisa memperoleh informasi di pusat informasi wisata,
baik berupa penjelasan langsung maupun bahan cetak seperti brosur,
buku, leaflet, poster, peta dan lain sebagainya. Jasa pendukung lainnya
yang sangat penting adalah jasa pemandu. Pemandu harus memahami
informasi mengenai daerah tempat ia bekerja. Pengetahuan tentang
pelayanan dan keramah-tamahan juga sangat diperlukan. Pemandu tidak
hanya sekedar memberikan informasi, tapi juga harus dapat
meningkatkan kesadaran wisatawan untuk menghormati alam dan budaya
setempat.
Jasa pendukung tersebut sangat tergantung pada daerah atau tujuan
wisata, semakin terpencil, maka jasa pendukung akan semakin minim.
Namun hal ini umumnya dapat dimaklumi karena wisatawan yang
memilih pergi ke tempat terpencil sudah mempersiapkan diri dengan
kondisi lapangan yang terbatas.29
6. Pengertian Ekowisata
Pada awalnya ekowisata didefinisikan sebagai suatu bentuk wisata
yang menekankan tanggung jawab terhadap kelestarian alam, memberi
manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi
masyarakat setempat. Jika dikaji, maka definisi ini menekankan pada
pentingnya gerakan konservasi. Seiring dengan semakin berkembangnya
niat konservasi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka lahir
definisi baru mengenai ekowisata, yaitu suatu bentuk perjalanan wisata ke
area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan
melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat.30
Ekowisata harus dipahami melalui dua sisi, di antaranya:31
a. Ekowisata dari Segi Konsep
29
Unesco, Ibid, hlm 9 30
Ambo Tuwo, Op.cit, 2011, hlm. 28 31
Unesco, Op.cit, 2009, hlm. 15-17
24
Ekowisata merupakan pariwisata bertanggung jawab yang
dilakukan pada tempat tempat alami, serta memberi kontribusi terhadap
kelestarian alam dan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat
(TIES – The International Ecotourism Society dengan sedikit
modifikasi).
Menurut Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik
Indonesia, Ekowisata merupakan konsep pengembangan pariwisata yang
berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian
lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada
masyarakat dan pemerintah setempat.
Ekowisata memiliki banyak definisi yang seluruhnya berprinsip
pada pariwisata yang kegiatannya mengacu pada lima elemen penting
yaitu:
1) Memberikan pengalaman dan pendidikan kepada wisatawan yang
dapat meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap daerah tujuan
wisata yang dikunjunginya. Pendidikan diberikan melalui pemahaman
akan pentingnya pelestarian lingkungan, sedangkan pengalaman
diberikan melalui kegiatankegiatan wisata yang kreatif disertai dengan
pelayanan yang prima.
2) Memperkecil dampak negatif yang bisa merusak karakteristik
lingkungan dan kebudayaan pada daerah yang dikunjungi.
3) Mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan dan pelaksanaannya.
4) Memberikan keuntungan ekonomi terutama kepada masyarakat lokal,
untuk itu, kegiatan ekowisata harus bersifat profit (menguntungkan).
5) Dapat terus bertahan dan berkelanjutan.
Dalam ekowisata, prinsip tanggung jawab dan menghormati alam
dan budaya setempat menjadi sangat penting. Wisatawanmenyesuaikan
diri dengan budaya dan situasi setempat, bukan sebaliknya. Wisatawan
juga harus menyadari pentingnya pelestarian lingkungan dan
menghormati budaya dari kawasan yang dikunjunginya.
25
b. Ekowisata dari Segi Pasar
Kata ekowisata selalu mengacu pada bentuk kegiatan wisata yang
mendukung pelestarian. Ekowisata semakin berkembang tidak hanya
sebagai konsep tapi juga sebagai produk wisata (misalnya: paket wisata).
Akhir-akhir ini, paket wisata dengan konsep ”eko” atau ”hijau” menjadi
trend di pasar wisata. Konsep ”kembali ke alam” cenderung dipilih oleh
sebagian besar konsumen yang mulai peduli akan langkah pelestarian dan
keinginan untuk berpartipasi pada daerah tujuan wisata yang
dikunjunginya. Akomodasi, atraksi wisata maupun produk wisata lainya
yang menawarkan konsep kembali ke alam semakin diminati oleh pasar.
Namun sebaiknya para penyedia jasa pariwisata, daerah tujuan
wisata maupun pemerintah setempat yang ingin berorientasi pada
ekowisata harus memiliki kebijakan dan program tersendiri terkait
pelestarian lingkungan, budaya setempat dan manfaat kepada masyarakat
lokal. Karena pada banyak tempat, produk-produk wisata yang dijual
kebanyakan menyematkan kata ”eko” atau ”kembali ke alam” hanya
sebagai label untuk menarik konsumen, namun tidak disertai dengan
semangat melestarikan atau melibatkan masyarakat setempat dalam
produk wisata tersebut.
Ekowisata memiliki tiga kriteria, yaitu: (1) memberi nilai konservasi
yang dapat dihitung, (2) melibatkan masyaraka, (3) serta menguntungkan
dan dapat memelihara dirinya sendiri. Ketiga kriteria tersebut dapat
dipenuhi bilamana pada setiap kegiatan ekowisata memadukan empat
komponen, yaitu: (1) ekosistem, (2) masyarakat, (3) budaya, (4) ekonomi.32
7. Dampak Ekonomi Pariwisata
Menurut Laiper dampak positif pariwisata bagi perekonomian, di
antaranya adalah sebagai berikut:33
Pendapatan dari valuta asing
32
Ambo Tuwo, Op.cit, 2011, hlm. 32 33
I Gde Pitana, dan I Ketut Surya Diarta, Pengantar Ilmu Pariwisata, (Yogyakarta: Andi
Offset, 2009), hlm. 185-188
26
a. Menyehatkan neraca perdagangan luar negeri
b. Pendapatan dari usaha atau bisnis pariwisata
c. Pendapatan pemerintah
d. Penyerapan tenaga kerja
e. Efek multiplier
f. Pemanfaatan fasilitas pariwisata oleh masyarakat
Menurut Mathieson dan Wall, dampak negative keberadaan ekonomi
pariwisata di antaranya:34
a. Ketergantungan terlalu besar pada pariwisata
b. Meningkatkan angka inflasi dan meroketnya harga tanah
c. Meningkatnya kecenderungan untuk mengimpor bahan-bahan yang
diperlukan dalam pariwisata sehingga produk local tidak terserap
d. Sifat pariwisata yang musiman, tidak dapat diprediksi dengan tepat
menyebabkan pengambilan modal investasi juga tidak pasti waktunya.
e. Timbulnya biaya-biaya tambahan lain bagi perekonomian setempat.
Menurut Pizam dan Milman, mengklasifikasikan dampak sosial
budaya pariwisata, di antaranya:35
a. Dampak terhadap aspek demografis (jumlah penduduk, umur, perubahan
piramida kependudukan)
b. Dampak terhadap mata pencaharian (perubahan pekerjaan, distribusi
pekerjaan)
c. Dampak terhadap aspek budaya (tradisi, keagamaan, bahasa)
d. Dampak terhadap transformasi norma (nilai, moral, peranan seks)
e. Dampak terhadap modifikasi pola konsumsi (infrastruktur, komuditas)
f. Dampak terhadap lingkungan (polusi, kemacetan lalu lintas.
8. Pengertian Mangrove
a. Pengertian Mangrove
34
I Gde Pitana, dan I Ketut Surya Diarta, Ibid, hlm. 191-192 35
I Gde Pitana, dan I Ketut Surya Diarta, Ibid, hlm. 194
27
Menurut Nybakken, Mangrove adalah sebutan umum yang digunakan
untuk menggambarkan varietas komunitas pantai tropic yang didominasi
oleh beberapa jenis pohon dan semak yang khas yang mempunyai
kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Secara ekologis hutan
mangrove berperan sebagai pelindung pantai dari bahaya tsunami,
penahan erosi dan perangkap sedimen, pendaur hara, menjaga
produktivitas perikanan, peredam laju intrusi air laut, penyangga
kesehatan, menjaga keanekaragaman hayati, dan menopang ekosistem
pesisir lainnya.36
Jenis Flora dan Fauna Menurut Nybakken, tumbuhan atau vegetasi
mangrove terdiri atas pohon dan semak yang tergolong ke dalam delapan
family. Mangrove terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga, yaitu:
Avicennie, Sonneratia, Rhyzopora, Bruguiera, Aegiatilis, Snaeda, dan
Conocarpus.37
Menurut Qonitta Surayya di dalam skripsinya, diperkirakan sekitar 89
species mangrove tumbuh di dunia, yang terdiri dari 31 genera dan 22
famili. Tumbuhan mangrove tersebut umumnya hidup di hutan pantai
Asia tenggara, yaitu sekitar 74 spesies, dan sekitar 11 species hidup di
Caribbean. Lebih lanjut dari jumlah ini sekitar 51% atau 38 spesies
hidup di Indonesia yang terlihat pada Tabel 2.1.38
Tabel 2.1 Spesies Mangrove Indonesia
No Famili Species Penyebaran
1 2 3 4 5
1 Apocynaceae Cerbera Mangkas x x x x
2 Bignoniceae Dolichandrone x x
3
Combretaceae
Lumitzera Littorea x x x x
L. Lutea x
L. Rasemosa x x x x
36
Ambo Tuwo, Op.cit, 2011, hlm. 91-92 37
Ambo Tuwo, Op.cit, 2011, hlm. 93 38
Qonitta Surayya, Persepsi Siswa Terhadap Fungsi Hutan Mangrove Karangsong Sebagai
Sumber Belajar Geografi (Studi Kasus Pada Siswa Kelas XI SMAN 2 Indramayu), Jurusan
Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN syarif Hidayatullah Jakarta, 2017,
hlm.16-17
28
4 Euphorbiaceae Excoecaria Agallocha x x x x x
5 Flacourtiaceae Scolopia Maerophylla x x
6
Leguminosae Cynometra Ramiflora x x
Pithecellobium
Umbellatum
x
7 Meliaceae
Xylocarpus granatum
X. Molucensis x x x x x
8 Myrtaceae Osbornia Octodonta x x x
9
Palmae
Nypa Fruticans x x x x
Oncosperma Tisillaria x X
Phoenix Paludosa x 10
Rhizophoraceae
Bruguirea Cylindrica x x x X
B.Exarista X
B.Gymnorhiza x x x x X
B.Parviflora x x x X
B.Sexangula x x X
B.Haenesii X
Ceriops Decandra x x x X
C.Tagal x x x x X
Kandelia Candae x
Rhizophora Apiculata x x x x X
R.Mucronata x x x X
R.Stylosa x x X
11 Rubiaceae Scyphiphora
Hydrophyllaceae x x x X
12 Rutaceae Paramignya x x
13 Sonnerataceae Sonneratia Alba x x x x X
S.Caseolaris x x x x X
S.Ovata x x x x X
14 Sterculiaceae Heritiera Litoralis x x x x X
15 Avicenniuceae /
Verbenaceae Avicennia Alba x x x x X
A.Marina x x x x X
A.Officinalis x x x x X
Total 38 2
7
2
6
2
9
2
6
2
9 Keterangan : 1.Sumatra, 2.Jawa, Bali, Kalimantan, 3.Sulawesi, 4.Maluku, Nusa
Tenggara, 5.Irian Jaya
Fauna ekosistem mangrove terdiri dari berbagai jenis burung, Kalong
(Pteropus vampyrus), Monyet (Mucaca fascicularis), Lutung (Presbytis
cristatus), Bekantan (Nasalis larvatus), Kucing bakau (Felis viverrina),
29
Luwak (Paradoxurus hermaphroditus), dan Garangan (Herpetes
javanicus).39
b. Konservasi Mangrove
Menurut Asisten I Menteri Negara KLH pada tesis Saptorini, yang
dimaksud dengan konservasi adalah pengelolaan biosfer bagi keperluan
manusia sehingga menghasilkan manfaat sebesar-besarnya bagi generasi
kini dan memantapkau potensi untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi
generasi yang akan datang. Konservasi mencakup pengawetan,
perlindungan, pemanfaatan secara lestari, rehabilitasi dan peningkatan
umum lingkungan alam. Sudah diketahui bahwa komunitas mangrove
merupakan salah satu sistem penyangga kehidupan. Berdasarkan
berbagai peraturan, kerusakan hutan mangrove sebagai akibat tindakan
manusia maupun karena faktor alam harus segera ditanggulangi dengan
upaya konservasi sebagaimana diisyaratkan oleh peraturan-peraturan .
Menurut DepHutBun Propinsi Jateng, dalam rangka upaya konservasi
tersebut, Pemerintah Propinsi Jawa Tengah telah menyusun Rencana
Lima Tahun Rehabilitasi Rutan Mangrove Propinsi Jawa Tengah 2000 -
2005, yang bertujuan : (1) menghentikan perusakan, penanaman dan
penggunaan lahan secara tidak lestari dalam ekosistem mangrove, (2)
memelihara dan mengelola hutan mangrove secara lestari melalui
peningkatan ekologi, budaya, ekonomi dan sosial, (3) mengumpulkan,
mendokumentasikan, dan menyebarkan data dan informasi tentang
ekosistem mangrove untuk menjamin perlindungan, konservasi,
rehabilitasi dan pengelolaan mangrove yang lestari secara ilmiah
berdasarkan teknologi ; sebagai tujuan ekologi. Sedangkan sebagai tujuan
sosial ekonomi : (1) meningkatkan kesadaran pemerintah dan masyarakat
akan nilai nilai sosial, ekonomi dan ekologi serta fungsi hutan mangrove,
(2) menciptakan partisipasi masyarakat yang efektif dan dapat
berkomunikasi dalam pengelolaan mangrove secara lestari. Sebagai
tujuan kelembagaan adalah : (1) menciptakan pemahaman yang lebih
39
Ambo Tuwo, 2011, hlm. 111
30
baik, kerjasama dan koordinasi antara instansi-instansi yang terlibat
dalam pengelolaan mangrove, (2) membuat kerangka kerja kelembagaan
yang efektif dalam pengelolaan mangrove dan wilayah pantai secara
lestari. Dan sebagai tujuan hukum adalah : (1) menjelaskan masalah
hukum mengenai pengelolaan mangrove termasuk hak penggunaan
lahan, hak untuk menggarap, peraturan nasional dan lokal tentang
pemanfaatan mangrove, serta bila perlu memperkenalkan perundang-
undangan barn yang akan memperlancar dan mendukung pengelolaan
sumberdaya secara lesteri, (2) mempertegas status hukum wilayah pantai
secara urnum dan mangrove secara khusus melalui penerbitan peraturan
daerah yang mengatur pemanfaatan wilayah pantai.40
Menurut Hendrarto pada tesis Saptorini dalam merehabilitasi kawasan
mangrove pada hakekatnya yang perlu diperhatikan adalah : (1) sifat
tumbuhan penyusun hutan mangrove, (2) ketersediaan lumpur, (3) tekstur
tanah dan (4) pasang surut. Selanjutnya dijelaskan bahwa pemilihan jenis
mangrove yang digunakan dalam program penghijauan pantai biasanya
tergantung pada faktor-faktor : (1) kemudahan dalam memperoleh bibit,
(2) mempunyai kecepatan pertumbuhan yang tinggi dan (3) rnempunyai
daya toleransi tinggi terhadap rnanipulasi habitat. Karena pada umunmya
yang memenuhi krìteria ini adalah jenis dan marga Rhizophora, maka
jenis ini dipergunakan dalam program penghijauan.41
9. Strategi Pengembangan Ekowisata
Strategi pengembangan ekowisata ditentukan dari analisis kondisi dan
kelayakan ekowisata, ditentukan berdasarkan kriteria ekowisata yang
dikembangkan oleh Clark dan Salm, yaitu kriteria sosial ekonomi, ekologi,
dan penunjang. Adapun kriteria sosial ekonomi terdiri dari, penerimaan
masyarakat, kesehatan masyarakat, budaya, pendidikan, keamanan.
lapangan pekerjaan, dan manfaat ekonomi. Pada kriteria ekologi terdiri dari
40
Saptorini, Persepsi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Konservasi Hutan
Mangrove di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak, Program Studi Magíster Manajemen
Sumberdaya Pantai, Pascaserjana Universitas Diponegoro, 2003, hlm. 15-16 41
Saptorini, Ibid, 2003, hlm. 17
31
tumbuhan mangrove, jenis tumbuhan mangrove, jenis fauna, biota
berbahaya, struktur tumbuhan. Sedangkan kriteria penunjang mencakup
aksesbilitas, kondisi infrastruktur, dan kelembagaan.42
Setelah kelayakan jenis kegiatan ekowisata ditentukan, maka tahapan
selanjutnya dari kegiatan perencanaan yaitu merumuskan strategi
pengembangan ekowisata. Strategi pengembangan ekowisata harus dikaji
berdasarkan lingkungan strategic yang berpengaruh. Kondisi lingkungan
strategi mencakup faktor internal ( kekuatan dan kelemahan) dan faktor
eksternal (peluang dan ancaman) yang dapat berpengaruh terhadap
pengelolaan ekowisata.43
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ambo Tuwo di dalam
bukunya dengan menggunakan analisis SWOT yang sudah diperkalikan
antara nilai bobot skor didapatkan prioritas strategi pengembangan. Dari
hasil analisis ini nampak bahwa lima urutan teratas dari program yang perlu
mendapat prioritas dalam pengembangan ekowisata di Kepulauan Tanakeke
adalah: (1) pengembangan infrastruktur transportasi; (2) pengembangan
bantuan modal usaha; (3) pembangunan prasarana dan sarana yang
menunjang kegiatan wisata; (4) promosi potensi wisata pantai; (5)
pengembangan proyek obyek wisata.44
Dalam penelitian berbeda yang dilakukan oleh Ian Asriandy dalam
skripsinya, dengan menggunakan strategi berdasarkan dimensi-dimensi
strategi yang digunakan yaitu Tujuan, Kebijakan dan Program (Mintzberg,
Lampel, Quinn, Ghoshal). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi
pengembangan yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Bantaeng adalah Strategi sebagai Rencana. Adapun beberapa
implementasi strategi pengembangan yang teridentifikasi yang dilakukan
yakni, (1) Pengembangan yang dilakukan harus terfokus pada satu titik, (2)
Keterlibatan semua elemen-elemen yang terkait, (3) Mengidentifikasi secara
menyeluruh terhadap obyek yang akan dikembangkan, (4) Melakukan
42
Ambo Tuwo, 2011, hlm. 259-260 43
Ambo Tuwo, 2011, hlm. 317. 44
Ambo Tuwo, 2011, hlm 329.
32
pelatihan-pelatihan baik pemandu wisata, pelaku wisata, dan pengelola
wisata, (5) koordinasi yang terus dilakukan kepada pemerintah dan warga
sekitar kawasan obyek wisata.45
B. Hasil Penelitian Relevan
1. Ian Asriandi, Strategi Pengembangan Obyek Wisata Air Terjun Bissapu di
Kabupaten Banteng, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Hasanudin, 2016.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa strategi pengembangan yang
dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bantaeng adalah
Strategi sebagai Rencana. Adapun beberapa implementasi strategi
pengembangan yang teridentifikasi yang dilakukan yakni, (1)
Pengembangan yang dilakukan harus terfokus pada satu titik, (2)
Keterlibatan semua elemen-elemen yang terkait, (3) Mengidentifikasi secara
menyeluruh terhadap obyek yang akan dikembangkan, (4) Melakukan
pelatihan-pelatihan baik pemandu wisata, pelaku wisata, dan pengelola
wisata, (5) koordinasi yang terus dilakukan kepada pemerintah dan warga
sekitar kawasan obyek wisata.
2. Yunita Rahma Fauziah, Strategi Pengembangan Ekowisata Taman Nasional
Karimunjawa Kabupaten Jepara Jawa Tengah, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor, 2010
Hasil penelitiannya, prioritas strategi pengembangan ekowisata TN
Karimunjawa adalah (1) peningkatan pemberdayaan masyarakat, (2)
peningkatan kesadaran masyarakat, (3) pengembangan jasa lingkungan, (4)
pembangunan wisata darat dan bahari, (5) pemantapan koordinasi antar
para stakeholders, dan (6) pengembangan penelitian berbasis konservasi.
Prioritas strategi ini menunjukkan arah pengembangan TN Karimunjawa
yaitu pembangunan ekowisata dan konservasi berbasis pemberdayaan
masyarakat.
45
Ian Asriandy, Strategi Pengembangan Obyek Wisata Air Terjun Bissapu di Kabupaten
Banteng, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanudin, 2016, hlm.iii
33
3. Aditya Cahya Putra, Sutisno Anggoro dan Kismartini, Strategi
Pengembangan Ekowisata Melalui Kajian Ekosistem Mangrove di Pulau
Pramuka, Kepulauan Seribu, Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro, 2014.
Metode penelitian merupakan penelitian studi kasus menggunakan
deskriptif analitik melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan
analisis kualitas lingkungan mangrove, kualitas perairan dan sedimen
mangrove, kesesuaian ekowisata, daya dukung ekowisata dan SWOT untuk
memberikan informasi tentang potensi dan strategi pengelolan hutan
mangrove secara berkelanjutan. Hasil penelitian menunjukkan Pulau
Pramuka yang merupakan wilayah pesisir memiliki hutan mangrove dengan
jenis mangrove Rhizophora stylosa dengan kualitas lingkungan yang sesuai
untuk karakteristik pertumbuhan dan adaptasi mangrove. Memiliki
kesesuaian layak untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata
mangrove dengan Nilai Kesesuaian Ekowisata (NKE) sebesar 279 dan daya
dukung maksimal ekowisata sebanyak 114 orang/hari dengan alternatif
kegiatan yang dapat dilakukan diataranya wisata alam dan wisata bahari.
Berdasarkan hasil analisis SWOT didapatkan 5 prioritas strategi untuk
pengembangan ekowisata mangrove di Pulau Pramuka diantaranya: a).
koordinasi antara masyarakat sekitar dengan stakeholder yang dimulai
dengan perencanaan, sosialisasi, pelaksanaan dan pemantauan konsep
pengembangan ekowisata mangrove; b). penataan kembali ruang untuk
kegiatan ekowisata, perbaikan insfrastruktur, jaringan air bersih,
pembangunan MCK umum, sistem pengolahan dan pembuangan sampah,
serta unit usaha penunjang kebutuhan wisatawan; c). memberikan
pengetahuan kepada masyarakat mengenai pengelolaan dan pelatihan
manajemen pemasaran ekowisata mangrove yang efektif dan produktif; d).
studi kajian analisis dampak kegiatan wisata terhadap kondisi lingkungan
dan pertumbuhan vegetasi mangrove dengan pemantauan secara berkala dan
berkelanjutan; dan e). menggali potensi wisata alam dan bahari dengan
34
pembinaan wisata kepada masyarakat dan melengkapi pengadaan sarana dan
prasarana wisata.
4. Sodikin, Kelayakan Hutan Mangrove di Pantai Tiris Desa Pabean Ilir
Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu Sebagai Kawasan Ekowisata
Mangrove yang Berkelanjutan, Simposium Nasional Sains Geoinformasi IV
2015.
Metode dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling.
Untuk analisis vegetasi dan biota mangrove menggunakan metode transek
line, adapun untuk analisis sosial, yaitu untuk mengetahui tingkat
pengetahuan masyarakat terhadap fungsi mangrove dan manfaat adanya
ekowisata mangrove menggunakan angket dan pengukuran skala likert.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara keseluruhan berdasarkan kondisi
biofisik maupun sosial yang ada, hutan mangrove di Pantai Tiris termasuk
kategori sangat baik untuk di kembangkan menjadi kawasan ekowisata
mangrove dan masyarakat sekitar sudah memahami akan fungsi mangrove
dan manfaat adanya ekowisata mangrove. Jenis vegetasi yang ditemukan
antara lain jenis Rizhopora Apiculata, Rizhopora Mucronata,Avicennia
marina, Soneratia, Nypah, Bruguera, dan rata-rata memiliki kerapatan 15,1
individu/100m2. Untuk biota yang ditemui antara lain terdiri dari 13 jenis
ikan, 4 jenis kerustacea, 5 jenis molusca, 10 jenis burung dan jenus
mamalia. Sehingga dapat dikategorikan kawasan hutan mangrove di Pantai
Tiris sangat layak dijadikan sebagai kawasan ekowisata.
5. Mohammad Basyuni, Yuntha Bimantara, Bejo Selamet, Achmad Siddik
Thoha, Identifikasi Potensi dan Strategi Pengembangan Ekowisata
Mangrove di Desa Lubuk Kertang Kecamatan Brandan Barat Kabupaten
Langkat Sumatera Utara, Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan,
Universitas Sumatera Utara.
Hasil penelitian Desa Lubuk Kertang memiliki 638.47 ha hutan mangrove.
Sepuluh jenis mangrove ditemukan di Desa Lubuk Kertang Village adalah
Avicennia marina, A. lanata, Bruguiera sexangula, Rhizophora apiculata,
Ceriops tagal, Xylocarpus granatum, Lumnizera racemosa, Sonneratia
35
caseolaris, Excoearia agallocha dan Acanthus ilicifolius. Indeks kesesuaian
ekosistem mangrove untuk kegiatan ekowisata di Desa Lubuk Kertang
adalah 36 orang/hari. Terdapat tiga strategi prioritas untuk pengembangan
ekowisata di Desa Lubuk Kertang, pertama, meningkatkan pengelolaan
ekosistem hutan mangrove melalui kegiatan ekowisata dan interpretasi
lingkungan. Kedua, untuk menjaga obyek ekowisata mangrove dengan
memperhatikan daya dukung wilayah Desa Lubuk Kertang tersebut. Ketiga,
dalam rangka untuk mempromosikan ekowisata mangrove yang masih baru
digunakan media internet atau media sosial.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran digunakan sebagai dasar atau landasan dalam
pengembangan berbagai konsep teori yang digunakan dalam sebuah penelitian.
Kerangka pemikiran merupakan penjelasan terhadap hal-hal yang menjadi
objek permasalahan dan disusun berdasarkan tinjauan pustaka dan hasil
penelitian yang relavan.
Pada penelitian strategi pengembangan ekowisata mangrove di Desa
Segarajaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi. Terdapat berbagai
masalah terkait dengan strategi pengembangan ekowisata mangrove sebagai
obyek wisata sendiri yaitu daya tarik wisata, kondisi fisik, kondisi social yang
disediakan pengelola ataupun pemerintah agar wisatawan merasakan
kenyamanan ketika melakukan kunjungan wisata.
Dalam strategi pengembangan ekowisata diperlukan keseimbangan antar
dimensi seperti peran masyarakat lokal, pengunjung, dan pengelola. Dan tak
kalah penting adalah identifikasi potensi fisik ekowisata mangrove tersebut.
Sebagai awal penelitian, maka akan dilakukan pengumpulan data berkaitan
dengan ekowisata mangrove Desa Segarajaya yang meliputi di dalam kawasan
(sarana prasarana, identifikasi jenis tumbuhan dan hewan di kawasan
mangrove), kemudian melakukan pengumpulan data pengunjung, pengelola,
dan masyarakat sekitar ekowisata tersebut.
Setelah data terkumpul jenis kegiatan ekowisata ditentukan maka hal
yang harus dilakukan adalah dengan menganalisis deskriftif dan langkah akhir
36
yaitu merumuskan strategi pengembangan yang dilakukan dengan
menggunakan analisis situasional (SWOT), yaitu untuk menentukan kekuatan
dan kelemahan pada faktor internal, dan menentukan peluang dan ancaman
pada faktor eksternal. Berdasarkan hal tersebut, maka disusun kerangka
pemikiran penelitian seperti yang tertera pada Gambar 2.1
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya
Masyarakat
Lokal Kondisi Fisik
Sarana, Prasarana, Fasilitas, Pemandangan Alam, Identifikasi Jenis Tumbuhan
dan Flora di Kawasan Mangrove
Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove dengan Analisis SWOT di Desa
Segarajaya Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi Jawa Barat
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pusat Restorasi dan Pembelajaran Mangrove
di Desa Segarajaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Kabupaten Bekasi membentang antara 106º 48‟ 28” BT dan 107º 27‟
Pemilihan ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan
bahwa Ekowisata Mangrove tersebut merupakan salah satu daerah kawasan
ekowisata yang potensial untuk dikembangkan dan merupakan wisata andalan
Kabupaten Bekasi. Peta lokasi penelitian seperti terlihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Lokasi Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan selama sepuluh bulan yakni dari bulan
Desember 2017 sampai September 2018, jadwal dengan perincian kegiatan
penelitian seperti terlihat pada Tabel 3.1.
38
Tabel 3.1. Waktu Penelitian
Kegiatan Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan
Seminar
Proposal
Revisi
Proposal
Menyusun
Bab I-III
Membuat
Instrumen
Pengumpulan
Data
Melakukan
Penelitian
Mengolah
Data
Menyusun
Bab IV-V
Sidang
B. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan keguanaan tertentu.46
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian
kombinasi. Menurut Creswell metode penelitian kombinasi merupakan
pendekatan penelitian yang menggabungkan antara metode penelitian
kuantitatif dan kualitatif.47
Pada penelitian ini menggunakan penelitian kombinasi karena didasarkan
atas pertimbangan bahwa metode ini telah digunakan secara luas dan dapat
mengkaji lebih banyak segi dibanding dengan metode-metode penelitian lain.
46
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015),
hlm. 2 47
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung: Alfabeta, 2017), hlm. 19
39
C. Sumber Data Penelitian
Seumber data menggunakan data kuantitatif dan kualitatif. Peneliti akan
menganalisis potensi dengan menggunakan analisis kesesuaian ekowisata
mangrove dengan menggunakan metode kuantitatif, kemudian merumuskan
strategi pengembangannya dengan menggunakan analisis SWOT.
Peneltian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial dan melakukan
observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang mengetahui
tentang situasi sosial tersebut.48
Penentuan sumber data pada orang yang
diwawancarai dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Menurut Sugiyono, “purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel
sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya
orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan.”49
Jumlah narasumber pada penelitian ini ditetapkan menurut pertimbangan
peneliti yaitu sebanyak 20 (dua puluh) yang terdiri dari laki-laki dan
perempuan. Narasumber dalam penelitian ini terdiri dari 1 Kepala Desa, 2
Pengelola, 7 dari masyarakat, dan 10 dari pengunjung ekowisata mangrove.
D. Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat Tabel 3.2
dan Tabel 3.3.
Tabel 3.2 Alat Penelitian
No Alat Kegunaan
1 Alat Tulis Untuk mencatat data penelitian
2 GPS Penentuan stasiun dan data sample
3 Roll Meter Untuk mengukur panjang transek
4 Tali Rafia Untuk membuat transek line, yaitu teknik
untuk menggariskan plot atau stasiun
5 Alat Perekam Untuk merekam hasil wawancara
6 Kamera Untuk dokumentasi
48
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, hlm. 216 49
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, hlm. 216
40
6 Kantong Plastik Untuk tempat sample
7 Kertas Label Untuk memberi tanda sample
8 Serokan Ikan Untuk mengambil sample fauna mangrove
9 Buku Panduan Mangrove Untuk panduan mengidentifikasi jenis
mangrove
Tabel 3.3 Bahan Penelitian
No Bahan Kegunaan
1 Peta RBI Kabupaten
Bekasi Sebagai acuan batas area penelitian
2 Data monografi desa
Sebagai gambaran situasi dan kondisi
wilayah penelitian
E. Prosedur Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pegamatan langsung di
lapangan mengenai pengembangan ekowisata, dan kegiatan-kegiatan yang
mendukung penelitian yaitu data. Wawancara langsung dengan dinas setempat
dan pengisian kuesioner oleh wisatawan. Sedangkan data sekunder diperoleh
dari buku, jurnal, serta pemerintah setempat.
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung di lapangan
dengan melalui wawancara/kuisioner dan observasi langsung. Pengumpulan
data primer dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan, dengan
melakukan pengukuran potensi hutan mangrove dan melakukan wawancara
langsung dengan pengelola ekowisata mangrove, masyarakat lokal dan
pihak-pihak terkait.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai instansi atau
lembaga terkait yang relevan. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi
41
data keadaan geografis wilayah penelitian, data monografi desa dan data
pasang surut air laut.
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap dan sesuai dengan
tujuan penelitian maka digunakan metode penelitian data sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu obyek dengan
sistematika fenomena yang diselidiki. Observasi dapat dilakukan sesaat
ataupun dapat diulang.50
Adapun observasi yang dilakukan untuk melihat
vegetasi mangrove, biota, dan kondisi fisik lingkungan.
Pengamatan vegetasi di kawasan hutan mangrove dilakukan dengan cara
mengambil contoh bagian-bagian tumbuhan, mencatat nama daerah, ciri-ciri,
kemudian diidentifikasi dengan melihat buku petunjuk yang ada, serta
menghitung kerapatannya. Untuk menginventarisasi vegetasi digunakan
metode transek line.
Pengamatan pada fauna ikan dan udang dikumpulkan dengan
menggunakan serokan untuk diidentifikasi. Sedangkan pengamatan kepiting
langsung diamati di lapangan dilakukan pada waktu pagi hari pukul 07.00
sampai dengan pukul 10.00. pengamatan pada burung dilakukan dengan cara
pengamatan pada waktu pagi hari pukul 07.00 sampai dengan pukul 10.00.
Pengamatan dilakukan dengan cara duduk diam atau berjalan pelan dan
mengamati udara serta pepohonan dan air di kawasan ekowisata mangrove.
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan
informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan
pada para responden.51
Dalam penelitian wawancara dilakukan pada
penduduk sekitar dan pengelola wisata, dan pengunjung yang berada di
sekitar lokasi penelitian. Model wawancara yang digunakan adalah
50
Sukandarrumidi, Op.cit, 2012, hlm. 69 51
Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik.( Jakarta: Rineka Cipta, 2015),
hlm 39
42
wawancara terstruktur dengan mengacu pada daftar pertanyaan yang disusun
dan dianggap sesuai dengan aspek pengembangan ekowisata.
3. Studi Dokumen
Menurut Irawan, studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan
data yang ditujukan kepada subyek penelitian.52
Dokumen yang digunakan
berupa dokumen yang dimiliki pengelola ekowisata mangrove Desa
Segarajaya berupa profil ekowisata mangrove, petunjuk wisata, peta
mangrove, tiket wisata, dan sebagainya.
G. Instrument Penelitian
Untuk memudahkan penliti dalam mengumpulkan data saat penelitian.
Berikut ini akan disajikan kisi-kisi pedoman wawancara dan angket yang akan
dilaksanakan sebagai alat untuk mengumpulkan data selama penelitian
berlangsung.
1. Pedoman Wawancara
Wawancara dilakukan kepada pengelola ekowisata, masyarakat setempat,
dan pengunjung ekowisata mangrove. Kisi-kisi wawancara tertera pada
Tabel 3.4, 3.5, dan 3.6
Tabel 3.4 Kisi-kisi Wawancara untuk Pengunjung
No. Indikator Sub Indikator Butir Soal
1. Karakteristik
Responden
1. Nama
2. Alamat
3. Umur
4. Jenis Kelamin
5. Daerah Asal
2. Karakteristik
Sosial
Ekonomi
1. Tingkat pendidikan
2. Jenis Pekerjaan
52
Sukandarrumidi, Op.cit, 2012, hlm.101
43
3. Tanggapan
responden
terhadap
keadaan
ekowisata
1. Alasan berkunjung
2. Potensi yang dimiliki
3. Potensi yang perlu
dikembangkan
4. Kekuatan dari ekowisata
mangrove
5. Kelemahan dari ekowisata
mangrove
6. Peluang dari ekowisata
mangrove
7. Ancaman dari ekowisata
mangrove
1,2,3,4,5,6,7
4. Tanggapan
responden
setempat
terhadap
aksesibilitas,
prasarana
dan sarana
1. Kondisi jalan
2. Akses menuju ekowisata
3. Prasarana dan sarana yang
layak
4. Sarana dan prasarana yang
perlu diperbaiki
5. Prasaran dan sarana untuk
masa yang akan datang yang
perlu ditambah
8,9,10,11,12
5. Tanggapan
responden
setempat
terhadap
pengembangan
ekowisata
1. Perkembangan pengelolaan
objek wisata
2. Kendala dalam pengelolaan
3. Manfaat adanya objek
ekowisata
4. Pengaruh terhadap
lingkungan
5. Saran untuk pengembangan
ekowisata
13,14,15,16,
17
44
6. Dukungan
responden
1. Partisipasi dalam
mengembangkan objek
ekowisata
18
Tabel 3.5 Kisi-kisi Wawancara untuk Masyarakat
No Indikator Sub Indikator Butir Soal
1 Keadaan
Perekonomian dan
Demografi
1. Pola mata pencaharian
masyarakat di sekitar
ekowisata
2. Hasil produksi mayoritas
penduduk di sekitar
ekowisata
3. Latar belakang
pendidikan mayoritas
penduduk di sekitar
ekowisata
4. Rata-rata umur angkatan
kerja penduduk di
sekitar
5. Berapa besar pendapatan
rata-rata perbulan
1,2,3,4,5
2 Keadaan Sosial 1. Latar belakang budaya
mayoritas penduduk di
sekitar ekowisata
2. Kesenian daerah
mayoritas penduduk di
sekitar ekowisata
3. Bahasa yang digunakan
mayoritas penduduk di
sekitar ekowisata
6,7,8,9
45
4. Respon masyarkat
sekitar ekowisata
Tabel 3.6 Kisi-Kisi Wawancara Pengelola Ekowisata
No. Indikator Sub Indikator Butir Soal
1. Karakteristik
responden
Nama
Alamat
Umur
Jenis Kelamin
Daerah Asal
2. Karakteristik Sosial
Ekonomi
Tingkat pendidikan
Jenis Pekerjaan
3. Tanggapan responden
terhadap keadaan
potensi ekowisata
1. Keadaan potensi yang
dimiliki
2. Keadaan potensi yang
perlu dikembangkan
3. Kekuatan dari ekowisata
mangrove
4. Kelemahan dari
ekowisata mangrove
5. Peluang dari ekowisata
mangrove
6. Ancaman dari ekowisata
mangrove
1,2,3,4,5,6
4. Tanggapan responden
setempat terhadap
aksesibilitas,
prasarana dan sarana
1. Kondisi jalan
2. Akses menuju ekowisata
3. Prasarana dan sarana
yang layak
4. Sarana dan prasarana
7,8,9,10,11
46
yang perlu diperbaiki
5. Prasarana dan sarana
untuk masa yang akan
datang yang perlu ditambah
5. Tanggapan responden
setempat terhadap
pengembangan
ekowisata
1. Perkembangan
pengelolaan objek wisata
2. Kendala dalam
pengelolaan
3. Manfaat adanya objek
ekowisata
4. Pengaruh terhadap
lingkungan
5. Saran untuk
pengembangan
ekowisata
12,13,14,15,16
2. Kisi-kisi Observasi
Pedoman observasi digunakan untuk mengamati langsung tentang
gambaran keadaan ekowisata mangrove, diantaranya ialah seperti terdapat
di Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Kisi-kisi Observasi
No. Aspek yang diamati Deskripsi Aspek yang diamati Deskripsi
1. Ketebalan mangrove
2. Kerapatan mangrove
3. Jenis mangrove
4. Objek biota
5. Pasang surut air laut
6. Karakteristik kawasan
7. Aksebilitas
47
H. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini yaitu untuk mengaanalisis vegetasi dan
biota mangrove dengan menggunakan metode transek line. Sedangkan untuk
analisis sosial, yaitu untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap ekowisata
mangrove dengan menggunakan pedoman wawancara. Data yang diperoleh
kemudian dianalisis dengan menggunakan matriks SWOT dan akan
menghasilkan beberapa strategi yang akan direkomendasikan dalam
pengembangan ekowisata. Analisis data dilakukan dengan cara:
1. Pengumpulan Data
Pada pengumpulan data peneliti membuat catatan yang dikumpulkan dari
observasi dan wawancara.
2. Reduksi Data
Proses analisis dimulai dengan menelaah hasil dari observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi. Data yang dikumpulkan dari hasil
observasi meliputi ketebalan mangrove, kerapatan mangrove, jenis
mangrove, objek biota, pasang surut air laut, karakteristik kawasan, dan
aksebilitas. Dari data tersebut peneliti dapat mengetahui indeks kesesuaian
ekowisata mangrove Desa Segarajaya. Kemudian hasil dari wawancara dan
studi dokumen dianalisis dengan menggunakan matriks SWOT untuk
menghasilkan suatu strategi yang akan direkomendasikan dalam
pengembangan ekowisata mangrove.
3. Penyajian Data
Kemudian tahapan selanjutnya adalah peneliti melakukan penarikan
kesimpulan. Dalam hal ini peneliti menggunakan penyajian berupa teks
deskriptif yang mendeskripsikan secara rinci temuan penelitian. Kemudian
untuk memperkuat penyajian data, penulis akan menyajikan gambar, bagan,
dan tabel. Selain itu penyajian data dengan cara tersebut diharapkan mampu
membuat pembaca lebih memahami isi dari penelitian.
4. Penarikan Kesimpulan
Setelah data yang terkumpul direduksi dan selanjutnya disajikan, maka
langkah yang terakhir dalam menganalisis data adalah menarik kesimpulan
48
atau verifikasi. Analisisnya menggunakan analisis model interaktif, artinya
analisis ini dilakukan dalam bentuk interaktif dari ketiga komponen utama
tersebut. Di antaranya :
a. Analisis Potensi Mangrove untuk Ekowisata
Data yang dikumpulkan untuk analisis potensi mangrove untuk
ekowisata meliputi :
1) Ketebalan Mangrove
Ketebalan mangrove diukur secara manual dengan menggunakan
roll meter yang ditarik tegak lurus terhadap garis pantai mulai dari
hutan mangrove di batas laut sampai bagian darat. Nilai yang
didapatkan pada pengukuran ketebalan mangrove di lapangan adalah
pengukuran lebar mangrove.
2) Kerapatan Mangrove
Data mengenai spesies, jumlah individu, dan diameter pohon yang
telah dicatat pada form mangrove, kemudian diolah untuk
memperoleh kerapatan spesies. Rumus untuk mengetahui kerapatan
spesies ialah:53
Di=
Keterangan :
Di = Kerapatan jenis (ind/m2)
ni = Jumlah total tegakan jenis
A = Luas total area pengambilan contoh
3) Indeks Kesesuaian Ekowisata
Analisis kesesuaian wisata menggunakan matriks kesesuaian yang
disusun berdasarkan kepentingan setiap parameter untuk mendukung
kegiatan pada daerah tersebut. Rumus yang digunakan untuk
kesesuaian wisata pantai dan wisata bahari adalah54
53
Dhimas Wiharyanto, Kajian Pengembangan Ekowisata Mangrove di Kawassan Konservasi
Pelabuhan Tengkayu II Kota Tarakan Kalimantan Timur, IPB, 2007. 54
Sodikin, Kelayakan Hutan Mangrove Di Pantai Tiris Desa Pabean Ilir Kec. Pasekan
Kabupaten Indramayu Sebagai Kawasan Ekowisata Mangrove Yang Berkelanjutan, (Yogyakarta:
Simposium Nasional Sains Geoinformasi,2015) h. 335-336
49
IKW= Σ [ Ni/Nmaks ] x 100 %
Keterangan:
IKW : Indeks kesesuaian ekosistem untuk ekowisata mangrove (nilai
maksimum =88)
S1 : Sangat sesuai, dengan nilai 80 % - 100 %
S2 : Sesuai, dengan nilai 60 % - < 80 %
S3 : Sesuai bersyarat, dengan nilai 35 % - <60 %
N : Tidak sesuai, dengan nilai <35 %
Ni : Nilai parameter ke-i (bobot x skor)
N max : Nilai maksimum dari kategori ekowisata mangrove.
Kelas kesesuaian diperoleh dari perkalian antara bobot dan skor
dari masing-masing parameter. Kesesuaian ekowisata mangrove
mempertimbangkan 7 parameter penilaian, seperti yang terlihat pada
Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Matriks Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan
Ekowisata Mangrove
No. Parameter B Kategori
S1 S
Kategori
S2 S
Kategori
S3 S N S
1. Ketebalan
Mangrove
5 >500 4 >200-500 3 50-200 2 >50 1
2. Kerapatan
mangrove
4 >15-25 4 >10-15 3 5-10 2 > 1
3. Jenis
Mangrove
3 >5 4 3-5 3 1-2 2 0 1
4. Objek biota 3 Ikan, 4 Ikan, 3 Ikan, 2 Salah 1
50
Keterangan:
Untuk parameter no 6 dan 7
Karakteristik kawasan ; Penilaian karakteristik kawasan di dasarkan
pada pertimbangan :
Adanya objek yang menarik, baik flora, fauna maupun aspek fisik
Terdapat panorama atau keindahan, yang memiliki daya tarik
tertentu
Bentang alam yang bagus
Satwa dan tumbuhan langka / dilindungi
Keterangan :
S1 : apabila terdapat 4 dari ketentuan karakteristik
S2 : apabila terdapat 3 dari ketentuan karakteristik
S3 : apabila terdapat 2 dari ketentuan karakteristik
N : apabila terdapat 1 dari ketentuan karakteristik
Aksesibilitas ; Penilaian Aksesibilitas di dasarkan pada pertimbangan :
Jalan yang bagus untuk mencapai lokasi
Banyak jalan alternatif untuk mencapai lokasi
Banyak alat angkut / jenis transportasi ke lokasi
udang,
kepiting,
moluska,
reptil,
Burung
udang,
kepiting,
moluska,
moluska satu
biota air
5. Pasang surut 3 0-1 4 >1-2 3 >2-5 2 >5 1
6. Karakteristik
Kawasan
2 4
ketentuan
4 3
ketentuan
3 2
ketentuan
2 1
ketentuan
1
7. Aksebilitas 1 4
ketentuan
4 3
ketentuan
3 2
ketentuan
2 1
ketentuan
1
51
Terdapat sarana pendukung dermaga dan terminal
Keterangan :
S1 : apabila terdapat 4 dari ketentuan aksesibilitas
S2 : apabila terdapat 3 dari ketentuan aksesibilitas
S3 : apabila terdapat 2 dari ketentuan aksesibilitas
b. Analisis Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya
Pada penelitian ini menggunakan analisis SWOT, karena analisis
SWOT merupakan alat untuk mengembangkan stategi pengembangan
ekowisata mangrove ini bagi peran pemerintah. Analisis SWOT
digunakan untuk menganalisis kondisi lingkungan strategi kawasan
pengembangan dengan menggunakan data kondisi ekosistem pesisir,
social dan ekonomi, kondisi infrastruktur, dan kondisi kelembagaan
masyarakat. Analisis situasional bertujuan untuk dijadikan dasar
perumusan kebijakan pengembangan ekowisata.55
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor untuk merumuskan
suatu strategi. Analisis ini mendasarkan pada logika yan memaksimalkan
kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses), dan ancaman
(Threats).56
Analisis SWOT memberikan cara sederhana untuk memperkirakan
cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi, menolong para
perencana untuk mengetahui apa yang bisa dicapai, dan hal-hal apa saja
yang perlu diperhatikan.57
Hal pertama yang dilakukan dalam menentukan matrik SWOT adalah
mengetahui faktor strategi internal (IFAS) dan faktor strategi eksternal
(EFAS) terlebih dahulu.58
Kemudian menyusun matriks SWOT. Matriks
SWOT ini menghasilkan empat kemungkinan strategis.
55
Ambo Tuwo, Op.cit, 2011, hlm. 260. 56
Nur Ismawati, hlm 59-60 57
Ambo Tuwo, Op.cit, hlm 260-261 58
Dhimas Wiharyanto, Kajian Pengembangan Ekowisata Mangrove Di Kawasan Konservasi
Pelabuhan Tengkayu Ii Kota Tarakan Kalimantan Timur, (Bogor: IPB,2007)
52
Tabel 3.9 Matriks Analisis SWOT
Keterangan:
Strategi Kekuatan – Peluang
Dibuat untuk memanfaatkan seluruh kekuatan untuk
memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
Strategi Kelemahan – Peluang
Dibuat untuk menggunakan seluruh kekuatan didalam mengatasi
ancaman.
Srategi Kelemahan – Peluang
Diterapkan Berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
cara meminimalkan kelemahan yang ada.
Strategi Kelemahan – Ancaman
Didasarkan pada kegiatan yang bersifat bertahan dan berusaha
meminimalkan kelemahan.
IFAS
EFAS
Strengths (S)
Tentukan 5-10 faktor-faktor
kekuatan internal
Weakness (W)
Tentukan 5-10 kelemahan
internal
Opportunities (O)
Tentukan 5-10 faktor
peluang eksternal
Strategi SO
Ciptakan strategi yang
menggunakan
kekuatan untuk
memanfaatkan
peluang
Strategi WO
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
Threats ( T)
Tentukan 5-10 faktor
ancaman eksternal
Strategi ST
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk
mengatasi ancaman
Strategi WT
Ciptakan strategi yang
Meminimalkan kelemahan
dan
menghindari ancaman
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
1. Kondisi Geografis
Desa Segarajaya adalah sebuah desa yang terletak di kecamatan
Tarumajaya, kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Kabupaten Bekasi membentang
antara 106º 48‟ 28” BT dan 107º 27‟. Desa Segarajaya memiliki luas
wilayah 779.385 Ha. Untuk lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1
Gambar 4.1
Lokasi Penelitian
Dari Gambar 4.1 dapat dilihat batas wilayah Desa Segarajaya adalah
sebagai berikut:
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Timur : Desa Samudrajaya
Sebelah Selatan : Desa Pahlawan Setia
Sebelah Barat : Desa Pantai Makmur
Jarak dengan Ibukota Kecamatan + 2 Km
54
Jarak dengan Ibukota Kabupaten + 40Km
Jarak dengan Ibukota Provinsi > 100 Km
Jarak dengan Ibukota Negara + 30 Km
Desa Segarajaya terletak di daerah dataran rendah + 0.5 meter di atas
dipermukaan laut. Kelembapan dengan suhu rata-rata 31 derajat celcius, dan
bentuk wilayah dataran rendah dan pantai.
2. Kependudukan
a. Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan data monografi Desa Segarajaya, kondisi kependudukan
berdasarkan jenis kelamin dijelaskan dalam Tabel 4.1 dan Gambar 4.2
Tabel 4.1
Kondisi Kependudukan berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-laki 10.641 Orang
2 Perempuan 10.090 Orang
Total 20.731 Orang
Sumber: Data Monografi Desa Segarajaya, 2014
Gambar 4.2
Kondisi Kependudukan berdasarkan Jenis Kelamin
9,800
10,000
10,200
10,400
10,600
10,800
Laki-laki Perempuan
Kondisi Kependudukan berdasarkan Jenis
Kelamin
KondisiKependudukanberdasarkan JenisKelamin Jumlah
Total Jumlah
Penduduk 20.731
orang
55
Berdasarkan Tabel 4.1 dan Gambar 4.2 jumlah penduduk Desa
Segarajaya ialah sebanyak 20.731 orang, dengan jumlah penduduk laki
laki sebanyak 10.641 orang, dan jumlah penduduk perempuan sebanyak
10.090 orang. Sedangkan jumlah kepala keluarga Desa Segarajaya
sebanyak 5.572 kepala keluarga.
b. Berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan data monografi Desa Segarajaya, kondisi kependudukan
berdasarkan pendidikan dijelaskan dalam Tabel 4.2 dan Gambar 4.3
Tabel 4.2
Kondisi Kependudukan berdasarkan Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1 SD/MI 5.133 Orang
2 SMP/SLTP 4.288 Orang
3 SMA/SLTA 3.877 Orang
4 D1-S1 78 Orang
5 S2 12 Orang
6 S3 3 Orang
Total 13.391
Sumber: Data Monografi Desa Segarajaya, 2014
Gambar 4.3
Kondisi Kependudukan berdasarkan Pendidikan
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
Kondisi Kependudukan berdasarkan Pendidikan
Kondisi Kependudukanberdasarkan PendidikanJumlah
Total Jumlah
Kependudukan
Berdasarkan
Pendidikan 13.391
56
Berdasarkan Tabel 4.2 dan Gambar 4.3 dapat disimpulkan bahwa
penduduk Desa Segarajaya mayoritas lulusan SD/MI dengan jumlah
5.133 orang. Kemudian untuk lulusan terbanyak kedua yaitu lulusan
SMP/SLTP dengan jumlah 4.288 orang. Serta lulusan terbanyak ketiga
yaitu lulusan SMA/SLTA dengan jumlah 3.877 orang.
c. Berdasarkan Agama atau Penghayat terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Berdasarkan data monografi Desa Segarajaya, kondisi kependudukan
berdasarkan agama dijelaskan dalam Tabel 4.3 dan Gambar 4.4
Tabel 4.3
Kondisi Kependudukan berdasarkan Agama
No Agama Jumlah
1 Islam 20.499 Orang
2 Katolik 27 Orang
3 Protestan 173 Orang
4 Budha 32 Orang
5 Hindu -
6 Konghucu -
Total 20.731 Orang
Sumber: Data Monografi Desa Segarajaya, 2014
Gambar 4.4
Kondisi Kependudukan berdasarkan Agama
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
Kondisi Kependudukan berdasarkan Agama
Kondisi Kependudukanberdasarkan AgamaJumlah
Jumlah
Kependudukan
berdasarkan Agama
20.731
57
Jumlah penduduk berdasarkan agama di Desa Segarajaya mayoritas
menganut agama Islam sebanyak 20.499 orang. Kemudian yang kedua
adalah agama Protestan yang berjumlah 173 orang. Kemudian yang
ketiga adalah agama Budha yang berjumlah 32 orang.
d. Berdasarkan Mata Pencaharian
Berdasarkan data monografi Desa Segarajaya, kondisi kependudukan
berdasarkan mata pencaharian dijelaskan dalam Tabel 4.4 dan Gambar
4.5
Tabel 4.4
Kondisi Kependudukan berdasarkan Mata Pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah
1 Petani 440 Orang
2 Buruh 176 Orang
3 Jasa Transportasi 20 Orang
4 Nelayan 275 Orang
5 Bidan/Perawat 12 Orang
6 Karyawan 1.245 Orang
7 PNS 32 Orang
8 Dosen 7 Orang
9 Guru 78 Orang
10 Pensiunan 42 Orang
11 Montir 9 Orang
12 Pedagang 356 Orang
13 TNI/ Polri 60 Orang
14 Seniman/ Artis 23 Orang
15 Lain-lain 712 Orang
Total 3.487 Orang
Sumber: Data Monografi Desa Segarajaya, 2014
58
Gambar 4.5
Kondisi Kependudukan berdasarkan Mata Pencaharian
Dari Tabel 4.4 dan Gambar 4.5 dapat ditarik kesimpulan bahwa
penduduk Desa Segarajaya mayoritas bekerja sebagai karyawan dan lain-
lain. Penduduk yang bekerja sebagai karyawan sebanyak 1.245 orang
dan penduduk yang bekerja sebagai lain-lain sebanyak 712 orang.
B. Deskripsi Data
1. Profil Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya
Ekowisata mangrove terletak di Desa Segarajaya, Kecamatan
Tarumajaya, Kabupaten Bekasi. Area ekowisata mangrove Desa Segarajaya
memiliki wilayah 7,4 Ha. Secara umum ekowisata Desa Segarajaya
memiliki konsep seperti ekowisata daerah lain. Pengunjung dapat
menikmati ekosistem mangrove yang berbagai jenis, pengunjung juga dapat
berjalan sepanjang track dengan berhenti atau berkumpul bersama keluarga
di saung-saug yang berada di ujung-ujung track. Pengunjung dapat menaiki
perahu, dan permainan anak-anak seperti becak, dan bebek-bebekan.
Pengunjung yang berwisata sebagian besar berasal dari kota Bekasi dan
kabupaten Bekasi, sedangkan dari luar kabupaten yaitu dari Karawang dan
0200400600800
100012001400
Pe
tan
i
Bu
ruh
Jasa
Tra
nsp
ort
asi
Nel
ayan
Bid
an/P
era
wat
Kar
yaw
an
PN
S
Do
sen
Gu
ru
Pe
nsi
un
an
Mo
nti
r
Pe
dag
ang
TNI/
Po
lri
Sen
iman
/ A
rtis
Lain
-lai
n
Kondisi Kependudukan berdasarkan Mata
Pencaharian Jumlah
Kondisi Kependudukanberdasarkan MataPencaharian Jumlah
Jumlah Kondisi
Kependudukan
berdasarkan Mata
Pencaharian 3.487
59
Jawa Timur. Para pengunjung banyak berdatangan pada sore hari dari
kalangan anak muda maupun orang tua. Hal yang mendasari pengunjung
mendatangi wiasata ini yaitu untuk berkumpul bersama keluarga dan
menikmati keindahan yang disajikan wisata tersebut. Bagi kalangan anak
muda yaitu untuk befoto bersama teman-teman maupun pasangannya untuk
disebarkan disial media seperti facebook dan instagram.
Hal yang mendasari lainnya ialah ekowisata tersebut cukup popular di
social media dengan adanya jembatan cinta sebagai objek utama sebagai
pemandangan untuk berfoto, kemudian track sepanjang jalanan mangrove
yang berujung atau saling terhubung dengan beberapa saung. Manfaat dari
saung tersebut ialah untuk berkumpul, dan menikmatai keindahan
mangrove.
Selain itu pengunjung dapat menaiki atau menyewa perahu maupun
kapal boat untuk menyusuri dan melewati tumbuhan mangrove. Selain itu
juga dengan menyewa perahu atau kapal boat para pengunjung dapat
mengunjungi tumbuhan mangrove yang ada di sungai rindu. Keunikan
ekowisata mangrove ini ialah wisata yang berbasis alam yang baru
dikembangkan di desa Segarajaya. Pada awalnya tujuan dari penanaman
atau mengembangkan mangrove ini ialah untuk menahan abrasi dari air
laut, memperbanyak populasi ikan, dan untuk pendidikan, namun
berjalannya pengembangan tumbuhan mangrove ini yang dibangunnya track
dan jembatan yang unik para masayarakat mengunggah atau menyebarkan
poto yang diabadikan disosial media, kemudian datanglah para pengunjung
dari luar desa maupun kota dan semakin berjalannya waktu fasilitas
ekowisata tersebut semakin dikembangkan atau dibenahi.
Pengunjung yang melakukan aktivitas wisata di ekowisata mangrove
desa Segarajaya dikenakan biaya tarif sebesar Rp. 5000,00 per orang.
Sedangkan untuk parkir motor dikenakan biaya Rp. 2000,00, untuk mobil
dikenak biaya yaitu Rp. 5000,00.
Fasilitas yang sudah dibangun di ekowisata mangrove ini ialah tempat
parkir, gazebo, jembatan, track mangrove, dermaga kapal atau perahu,
60
tempat bermain anak-anak, saung, musholah, toilet. Sedangkan fasilitas
pendukungnya yaitu tempat duduk dan tempat sampah, namun masih
sedikit. Pengelola dan masyarakat setempat menyediakan bibit mangrove
untuk dijual.
2. Parameter Ekowisata Mangrove di Desa Segarajaya untuk Potensi
Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya
a. Ketebalan Mangrove
Pengukuran pada ketebalan atau lebar mangrove, dilakukan dengan
cara pengukuran manual dengan menggunakan roll meter. Tebal
mangrove diukur dari garis terluar ke arah laut tegak lurus ke arah darat
hingga vegetasi mangrove terakhir. (Jurnal Nunung, di dalam
Nurismawati). Ketebalan mangrove diukur per plot atau stasiun. Setelah
melakukan pengukuran di kawasan ekowisata mangrove Desa Segarajaya
maka diperoleh hasil pengukuran ketebalan ekosistem mangrove setiap
plot atau stasiun seperti pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.2
Tabel 4.5
Ketebalan Mangrove tiap Stasiun
Stasiun Koordinat Ketebalan Mangrove
I S 06°04.897‟ E 107°00.181‟ 100 m
II S 06°04.885‟ E 107°00.157‟ 60 m
III S 06°04.896‟ E 107°00.086‟ 55 m
61
Gambar 4.6
Ketebalan Mangrove tiap Stasiun
Berdasarkan pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.6 stasiun I memiliki
ketebalan 100 meter, stasiun II memiliki ketebalan 60 meter, dan stasiun
III memiliki ketebalan 55 meter. Jadi satasiun yang memiliki ketebalan
tertinggi yaitu stasiun I yaitu 100 meter.
b. Komposisi Jenis Mangrove
Berdasarkan data kepengelolaan ekowisata mangrove Desa
Segarajaya sebanyak 9 (sembilan) komponen mangrove sejati, yang
mendominasi Avicennia sp dan Rizhopora sp. Untuk lebih jelasnya,
disajikan pada tabel 4.6
0
20
40
60
80
100
120
I II III
Grafik Ketebalan Mangrove tiap Stasiun
Ketebalan Mangrove (m)
62
Tabel 4.6
Jenis-jenis dan Distribusi Vegetasi Mangrove
No Nama Latin Famili Nama
Lokal
Keterangan
1 Avicennia lanata
Ridley
Avicenniaceae Api-api Komponen
utama
2 Avicennia marina
(Forssk.) Vierh
Avicenniaceae Api-api Komponen
utama
3 Bruguiera
gymnorrhiza (L.)
Lam.
Rhizophoraceae Tanjang Komponen
utama
4 Rhizophora
apiculata Blume
Rhizophoraceae Bakau Komponen
utama
5 Nypa fruticans Palmae Nipah Komponen
utama
6 Rhizophora
mucronata Lam
Rhizophoraceae Bakau Komponen
utama
7 Rhizophora
stylosa Griff
Rhizophoraceae Bakau,
Slindur
Komponen
utama
8 Sonneratia alba
J. Sm.
Sonneratiaceae Prapat Komponen
utama
9 Sonneratia
Caseolaris (L.)
Engl.
Sonneratiaceae Pedada,
Prapat
Komponen
utama
Sumber: Pengelola Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya, 2018
Berdasarkan hasil observasi jenis mangrove yang ditemukan di
ekowisata mangrove Desa Segarajaya sebanyak 7 (lima) jenis. Untuk
lebih jelasnya, jenis mangrove yang ditemukan saat observasi di
ekowisata mangrove Desa Segarajaya disajikan dalam Tabel 4.7
63
Tabel 4.7
Hasil Observasi Jenis-jenis dan Distribusi Vegetasi Mangrove
No Spesies Nama local
1 Avicennia marina (Forssk.) Vierh Api-api
2 Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lam. Tanjang
3 Nypa fruticans Nipah
4 Rhizhopora apiculatta Bakau
5 Sonneratia alba J. Sm. Prapat
6 Sonneratia Caseolaris (L.) Engl. Pedada, Prapat
Sumber : Diolah Peneliti, 2018
Berdasarkan teori di BAB II jenis-jenis yang terdapat di ekowisata
mangrove Desa Segarajaya termasuk dalam jenis yang terdapat di Pulau
Jawa, yaitu Avicennia Marina, Bruguiera gymnorrhiza, Nypa Fruticans,
Rizhopora Apiculatta, Sonneratia alba, Sonneratia Caseolaris.
c. Kerapatan Jenis Mangrove
Kerapatan jenis adalah jumlah jenis yang berada di suatau unit area.
Ekosistem mangrove yang berada di Desa Segarajaya adalah jenis
mangrove muda. Hal ini dilihat dari kerapatan mangrove yang paling
mendominasi adalah mangrove dalam kelompok anakan. Dari tingkat
adapatasi mangrove ini dipengaruhi oleh keterlibatan manusia. Untuk
lebih jelasnya kerapatan mangrove di ekowisata mangrove Desa
Segarajaya disajikan dalam Tabel 4.8
Tabel 4.8
Kerapatan Mangrove di Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya
Stasiun Spesies Jumlah Pohon
(Ni)
Luas Area
(m)
Kerapatan
(Di)
I -Avicennia lanata
Ridley 2 100 0,02
-Rhizhopora 30 100 0,3
Jumlah 32 100 0,32
Rata-rata 0,16
II -Avicennia lanata
Ridley 1 100 0,01
- Rhizhopora 20 100 0,2
64
-Nypa fruticans 2 100 0,02
Jumlah 23 100 0,23
Rata-rata 0,07
III
- Avicennia marina 2 100 0,02
-Bruguiera
gymnorrhiza 1 100 0,01
-Sonneratia alba J.
Sm. 2 100 0,02
-Rhizhopora 15 100 0,15
Jumlah 20 100 0,2
Rata-rata 0,05
Sumber : Diukur langsung oleh peneliti, 2018
Dari hasil pengukuran yang dilakukan peneliti, nilai kerapatan jenis
mangrove berdasarkan kategori pohon di setiap plot menunjukkan bahwa
Rhizhopora memiliki nilai kerapatan tertinggi dibandingkan dengan jenis
mangrove lainnya. Berdasarkan nilai kerapatan rata-rata di setiap stasiun,
maka pada stasiun I memiliki nilai kerapatan 0,16 ind/m2. Stasiun II
memiliki kerapatan 0,076 ind/m2 dan stasiun III dengan nilai kerapatan
0,05 ind/m2.
d. Objek Biota
Fauna yang berasal dari ekowisata mangrove Desa Segarajaya
menurut pengelola ekowisata mangrove Desa Segarajaya dapat dilihat
dari Tabel 4.9
Tabel 4.9
Jenis Fauna di Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya
Jenis Nama Lokal Nama Latin
Aves
1. Burung Coka
2. Burung Walet Apodidae
3. Burung Gereja Passeridae
4. Burung Blekok Sawah Ardeola speciosa
Reptile
1. Ular Kadut Homalopsis buccata
2. Ular Babi Elaphe Flavoliniate
3. Kadal Lecertilia
4. Biawak Varanus salvator
Ikan
1. Ikan Bandeng Chanos chanos
2. Ikan Beranak Liza melinoptera
3. Ikan Cere Poecilia retiulata
Crustacea 1. Kepiting Metopograpsus latifrons
Tabel 4.7 (lanjutan)
65
2. Rajungan Portunidae
3. Udang Caridea
Mollusca
1. Kerang Hijau/ Sekupang Perna Viridis
2. Keong Telescopium
3. Kerang Simping Pectinidae
Sumber: Pengelola Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya, 2018
Berdasarkan Tabel 4.9 fauna yang ada di Desa Segarajaya cukup
beragam. Mulai dari jenis aves, reptile, ikan, crustecea, mollusca.
Sedangkan untuk fauna yang terdapat di ekowisata mangrove Desa
Segarajaya berdasarkan hasil observasi dapat dilihat di Tabel 4.10
Tabel 4.10
Jenis Fauna yang ditemukan saat Observasi
Jenis Nama Lokal Nama Latin
Aves 1. Burung Coka
2. Burung Walet Apodidae
Reptile 1. Ular Kadut Homalopsis buccata
Ikan 1. Ikan Bandeng Chanos chanos
2. Ikan Cere Chanos chanos
Crustacea 1. Kepiting Metopograpsus
atifrons
2. Udang Caridea
Mollusca 1. Kerang Hijau Perna Viridis
Sumber : Diolah Peneliti, 2018
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, jenis fauna
yang ditemukan didominasi dari jenis aves yaitu burung Coka dan
burung Walet. Kemudian didominasi juga dari jenis ikan yaitu ikan
Bandeng, ikan Cere. dan Crustacea antara lain kepiting dan udang.
Setelah itu jenis fauna yang jarang yaitu Reptil (Ular Kadut). Serta
Mollusca yaitu Kerang Hijau.
e. Kondisi Pasang Surut
Pasang surut adalah proses naik turunnya muka laut secara hampir
periodik karena gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan dan
matahari. Untuk grafik pasang surut di lihat pada Gambar 4.7
66
Gambar 4.7
Kondisi Pasang Surut
67
Data mengenai pasang surut merupakan data sekunder yang di dapat
dari Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan.
Dari analisis data pasang surut memperlihatkan bahwa tinggi muka air di
lokasi penelitian pada saat pasang tertinggi terjadi pada tanggal 29
Oktober 2018 jam 12.00 dengan ketinggian mencapai 53,59 cm.
Sedangkan tinggi muka air pada surut terendah terjadi pada tanggal 30
Oktober 2018 jam 04.00 mencapai ketinggian 34,91 cm. Hal ini
menunjukkan bahwa kisaran pasang surut yang diperoleh adalah sebesar
88,5 cm.
f. Karakteristik Kawasan
Menurut Nur Ismawati di dalam skripsinya untuk penilaian
karakteristik kawasan di dasarkan pada pertimbangan : (1) Adanya objek
yang menarik, baik flora, fauna maupun aspek fisik (2) Terdapat
panorama atau keindahan, yang memiliki daya tarik tertentu (3) Bentang
alam yang bagus (4) Satwa dan tumbuhan langka atau dilindungi. Di
ekowisata mangrove Desa Segarajaya ini memiliki dua kriteria , yaitu
adanya objek yang menarik baik flora, fauna maupun aspek fisik, dan
terdapat panorama atau keindahan, yang memiliki daya tarik tertentu.
Pada kawasan ekowisata mangrove Desa Segarajaya ini menyuguhkan
pemandangan yang sangat menarik untuk dilihat, yaitu banyaknya jenis
mangrove dan bibit mangrove, keanekaragaman faunanya, terdapatnya
jembatan yang sering disebut jembatan cinta yang salah satunya untuk
objek poto bagi para pengunjung, terdapatnya tracking yang
menghubungkan antara beberapa saung. Pengunjung juga dapat menaiki
perahu untuk menuju ke sungai rindu yang salah satunya objek
keindahan dari ekowisata mangrove Desa Segarajaya
g. Aksesbilitas
Menurut Nur Ismawati di dalam skripsinya untuk parameter
aksebilitas didasarkan pada pertimbangan (1) Jalan yang bagus untuk
mencapai lokasi (2) Banyak jalan alternative untuk mencapai lokasi (3)
Banyak alat angkut atau jenis transportasi ke lokasi (4) Terdapat sarana
68
pendukung dermaga dan terminal. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara yang dilakukan peneliti ekowisata mangrove Desa Segarajaya
memiliki dua kriteria, yaitu jalan yang bagus untuk mencapai lokasi dan
banyak jalan alternative untuk mencapai lokasi.
Akses menuju ke ekowisata mangrove Desa Segarajaya tergolong
mudah. Untuk mencapai ke kawasan tersebut hanya bisa menggunkan
kendaraan pribadi, karena tidak tersedianya angkutan umum. Lokasi
ekowisata ini cukup strategis karena berdekatan dengan ibukota negara.
Akses jalan yang dapat dilalui sudah beraspal dan kondisinya cukup baik.
C. Analisis Kesesuaian Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya
Analisis kesesuaian wisata menggunakan matriks kesesuaian yang
disusun berdasarkan kepentingan setiap parameter untuk mendukung kegiatan
pada daerah tersebut. Rumus yang digunakan untuk kesesuaian wisata pantai
dan wisata bahari adalah59
IKW= Σ [ Ni/Nmaks ] x 100 %
Sumber : Yuliyanda, dalam Sodikin, 2015
Keterangan :
IKW : Indeks kesesuaian ekosistem untuk ekowisata mangrove (nilai
maksimum =88)
S1 : Sangat sesuai, dengan nilai 80 % - 100 %
S2 : Sesuai, dengan nilai 60 % - < 80 %
S3 : Sesuai bersyarat, dengan nilai 35 % - <60 %
N : Tidak sesuai, dengan nilai <35 %
Ni : Nilai parameter ke-i (bobot x skor)
N max : Nilai maksimum dari kategori ekowisata mangrove.
Kelas kesesuaian diperoleh dari perkalian antara bobot dan skor dari
masing-masing parameter.
59
Sodikin, Kelayakan Hutan Mangrove Di Pantai Tiris Desa Pabean Ilir Kec. Pasekan
Kabupaten Indramayu Sebagai Kawasan Ekowisata Mangrove Yang Berkelanjutan, (Yogyakarta:
Simposium Nasional Sains Geoinformasi,2015), hlm. 335-336
69
Tabel 4.11
Tingkat Kesesuaian Lahan untuk Ekowisata Mangrove
No Parameter Stasiun
Rata-rata Skor Ni
1 2 3
1. Ketebalan
Mangrove (m)
100 m 60 m 55 m 71,7 m 2 10
2. Kerapatan
Mangrove (100m2)
16 ind 7 ind 5 ind 9,3 ind 2 8
3. Jenis Mangrove
-Avicennia lanata Ridley
-Rhizhopora
-Avicennia lanata
Ridley
- Rhizhopora
-Nypa fruticans
- Avicennia marina
-Bruguiera gymnorrhiza
-Sonneratia alba J. Sm.
-Rhizhopora
7 jenis
4 12
4. Objek Biota
Aves, Reptile, Ikan,
Crustacea
Reptile, Ikan,
Crustacea, Mollusca,
Kepiting
Aves, ikan, reptile, 6 Jenis 4 12
5. Pasang Surut 0,88 m 0,88 m 4 12
6. Karakteristik
Kawasan
2 Ketentuan
1. Adanya objek yang menarik baik flora, fauna maupun aspek fisik,
2. Terdapat panorama atau keindahan
2 2 4
7. Aksesbilitas
2 Ketentuan
1. Jalan yang bagus untuk mencapai lokasi
2. Banyak jalan alternatif untuk mencapai lokasi
2 2 2
Total 60
Indeks Kesesuaian Ekosistem (%) 68 %
Tingkat Kesesuaian S2
70
Berdasarkan Tabel 4.11 bahwa hasil dari tingkat kesesuaian lahan
mangrove yaitu pada ketebalan mangrove, kerapatan mangrove, karakteristik
kawasan, dan aksesbilitas hasil skornya itu 2 (dua) menunjukkan termasuk
dalam kategori S3, yaitu sesuai bersyarat, dan menjadi kelemahan dari
ekowisata mangrove Desa Segarajaya. Sedangkan jenis mangrove, objek biota,
dan pasang surut hasil skornya 4 (empat) termasuk dalam kategori S1 yaitu
sangat sesuai.
Skor semua hasil kondisi ekowisata mangrove Desa Segarajaya termasuk
dalam kategori sesuai S2, dengan total skor 60 dan indeks kesesuaian
ekosistem sejumlah 68 %. Jadi dapat diartikan lokasi ekowisata mangrove
Desa Segarajaya dapat digunakan untuk kegiatan ekowisata, namun masih
terdapat parameter yang harus ditingkatkan yaitu dari ketebalan mangrove.
Menurut Nur Ismawati di dalam skripsinya ketebalan yang optimal untuk
wisata adalah lebih dari 500 m. Sedangkan ketebalan mangrove yang terdapat
di ekowisata mangrove Desa Segarajaya berkisar antara 55-100 m. Upaya yang
harus dilakukan pengelola yaitu dengan cara penanaman mangrove. Cara ini
dapat meningkatkan kesesuaian mangrove untuk kegiatan wisata serta
mengoptimalkan kembali peran mangrove bagi pesisir. Masih terdapat
parameter yang lainnya yang harus ditingkatkan yaitu kerapatan mangrove,
karakteristik kawasan dan aksesbilititas.
D. Strategi Pengembangan Ekowisata Pada Kawasan Ekowisata Mangrove
Desa Segarajaya dengan analisis SWOT
Strategi pengembangan ekowisata mangrove dirumuskan melalui analisis
SWOT yaitu menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman
eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya. Untuk lebih jelasnya analisis SWOT terhadap
pengembangan ekowisata mangrove Desa Segarajaya dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Kekuatan (Strenght)
Kekuatan yang dimaksud dalam hal ini yaitu mengembangkan potensi yang
dimiliki untuk masa yang akan datang. Menurut informasi yang didapat dari
71
salah satu responden yang bernama Muhammad Guntur sebagai ketua
pengelola “ekowisata mangrove Desa Segarajaya memiliki tanah yang luas
untuk dijadikan indikator pengembangan ekowisata,beragamnya jenis
mangrove, tempatnya di tengah perkotaan, terdapatnya permainan anak,
adanya saung untuk bersantai, adanya track dan jembatan yang menjadikan
objek foto”.
Selain itu ada transportasi perairan seperti kapal untuk menjelajah hutan
mangrove dan untuk ke daerah Sungai Rindu. Seperti keterangan dari
responden lainnya yang bernama Laifa Nabila “dengan adanya alat
transportasi kapal para pengunjung dapat menjelajahi hutan mangrove”.
Sedangkan menurut pengelola yang bernama Agus “kekuatan ekowisata
mangrove ini yaitu adanya kerjasama pemerintah setempat dan LSM dalam
melaksanakan rehabilitasi mangrove”.
Untuk lebih jelasnya sarana-sarana pendukung ekowisata yang sudah baik
dapat dilihat pada Gambar 4.8 dan 4.9
Gambar 4.8 Track Gambar 4.9 Perahu
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa kekuatan yang mendukung untuk pengembangan
ekowisata antara lain:
1. Memiliki jenis mangrove yang cukup beragam
2. Adanya lahan yang luas
3. Terdapat sarana, seperti tracking, saung, perahu
72
4. Adanya kesiapan pemerintah setempat dan LSM dalam melaksanakan
program rehabilitasi mangrove dan meningkatnya masyarakat dengan
menghasilkan produk
5. Aksesbilitas mudah dijangkau
b. Kelemahan (Weakness)
Kelemahan yang dimaksud dalam studi ini adalah kekurangan atau
hambatan dalam pengembangan kawasan ekowisata mangrove. Menurut
informasi yang didapat dari responden yang bernama Iqbal “kelemahan dari
wisata ini banyaknya sampah yang berserakan kak, adanya jembatan yang
rusak, pusat informasi pun belum ada kak jadi kita tidak mengetahui apa
saja yang dilarang dalam wisata ini”.
Informasi yang didapat dari responden lainnya yang bernama Sri
“kelemahan ekowisata ini tata ruangnya masih kurang kak warung-
warungnya belum teretata, mengenai promosi saya hanya mengetahu dari
sosisal media, belum ada peraturan yang jelas”.
Menurut pengelola ekowisata mangrove yang bernama Guntur dalam
wawancaranya ”bahwasanya kekurang ekowisata ini banyaknya sampah,
promosi hanya mengandalkan para pengunjung melalui sosial media dan
belum mempunyai website resmi”.
Menurut hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, dapat
disimpulkan bahwa kelemahan dari ekowisata mangrove Desa Segarajaya,
antara lain :
1. Adanya sampah yang berserakan
2. Terdapat fasilitas yang rusak
3. Belum adanya pusat informasi
4. Rendahnya kegiatan pemasaran
5. Belum adanya peraturan yang jelas terkait pelestarian mangrove
c. Peluang (Opportunity)
Peluang yang dimaksud dalam hal ini yaitu faktor pendukung dari
pengembangan ekowisata mangrove. Menurut responden yang bernama
73
Darto “ekowisata ini tempatnya strategis neng, soalnya dekat dari ibukota
negara maupun dari kabupaten Bekasi”.
Sedangkan menurut Guntur sebagai ketua pengelola ekowisata mangrove
Desa Segarajaya ”adanya ekowisata ini pemerintah setempat dapat
berkerjasama dengan LSM, meningkatnya pendapatan masyarakat dan
mengurangi pengangguran, tingginya minat wisatawan untur berkunjung,
dengan adanya ekowisata masyarakatnya dapat menghasilkan produk seperti
kerajinan kerang dan membuat cemilan dari mangrove”.
Menurut hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, dapat
disimpulkan bahwa peluang dari ekowisata mangrove Desa Segarajaya, di
antara lain:
1. Adanya kerjasama pemerintah dan LSM
2. Meningkatnya pendapatan masyarakat
3. Lokasi tempat strategis
4. Menciptakan masyarakat yang kreatif
d. Ancaman (Treath)
Ancaman yang dimaksud dalam penelitian ini ialah faktor-faktor yang
menghambat untuk pengembangan ekowisata mangrove. Menurut
responden yang bernama Agus sebagai anggota pengelola ekowisata
mangrove Desa Segarajaya “ancamannya wisata pantai di Kabupaten Bekasi
sudah mulai banyak neng contohnya di Muara Gembong, jadi sebagai
pengelola kita harus kreatif agar tidak ketinggalan dengan wisata lain.
Ancaman lainnya terkadang masyarakat masih buang sampah sembarangan.
Ada juga masyarakat yang belum mengerti kegunaan mangrove yaitu
dengan menebang pohonnya”
Menurut responden lainnya bernama Aisyah” ancamannya itu adanya alih
fungsi lahan kak, dari lahan mangrove menjadi pemukiman”.
Menurut hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, dapat
disimpulkan bahwa ancaman dari ekowisata mangrove Desa Segarajaya, di
antara lain:
1. Abrasi pantai
74
2. Alih fungsi lahan
3. Dampak negative aktifitas ekowisata (sampah, kegiatan yang merusak
ekosistem)
4. Persaingan dengan obyek wisata lain
5. Penebangan pohon mangrove
Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal di atas,
maka digunakan matriks analisis untuk mengetahui strategi
pengembangan ekowisata pada kawasan ekowisata mangrove Desa
Segarajaya. Untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel 4.12
Tabel 4.12 Matriks Analisis SWOT
IFAS
EFAS
Strengths (S)
1. Memiliki jenis mangrove
dan biota yang cukup
beragam
2. Adanya lahan yang luas
3. Terdapat sarana, seperti
tracking, saung, perahu
4. Adanya kesiapan
pemerintah setempat dan
LSM dalam melaksanakan
program rehabilitasi
mangrove dan
meningkatnya masyarakat
dengan menghasilkan
produk
5. Aksesbilitas mudah
dijangkau
Weakness (W)
1. Adanya sampah yang
berserakan
2. Terdapat fasilitas yang
rusak
3. Belum adanya pusat
informasi
4. Rendahnya kegiatan
pemasaran
5. Belum adanya peraturan
yang jelas terkait pelestarian
mangrove
6. belum adanya alat
transportasi
7. kurangnya kerapatan
mangrove
8. kurangnya karakteristik
kawasan
Opportunities (O)
1. Adanya kerjasama
pemerintah dan LSM
2. Meningkatnya pendapatan
masyarakat
3. Lokasi tempat strategis
4. Menciptakan masyarakat
yang kreatif
Strategi SO
1. Mengembangkan vegetasi
mangrove yang ada, dengan
meningkatkan penanaman
mangrove
2. Meningkatkan komitmen
pemerintah terhadap
pengembangan mangrove
3. Menciptakan peluang
pendapatan ekonomi
dengan cara lebih
meningkatkan produksi dari
kerajinan tangan.
4. Menambah sarana yang ada
seperti menambah saung.
Dan lebih mengoptimalkan
Strategi WO
1. Menambahkan tempat
sampah dan
menginformasikan kepada
pengunjung untuk tidak
membuang sampah
sembarangan
2. Pemerintah setempat dapat
menggalakkan promosi
tentang adanya ekowisata
mangrove, dan membuat
website resmi agar para
pengunjung lebih bertambah
lagi
3. Mengoptimalkan kerjasama
pemerintah dengan beberapa
75
Berdasarkan Tabel 4.12 hasil dari strategi pengembangan ekowisata
mangrove menggunakan analisis SWOT. Strategi SO yaitu mengembangkan
vegetasi mangrove yang ada, dengan meningkatkan penanaman mangrove,
meningkatkan komitmen pemerintah terhadap pengembangan mangrove,
menciptakan peluang pendapatan ekonomi dengan cara lebih meningkatkan
produksi dari kerajinan tangan, menambah sarana yang ada seperti menambah
saung, lebih mengoptimalkan pemeliharaan sarana prasarana, dengan
memanfaatkan peran sumber daya masyarakat. Strategi WO yaitu
menambahkan tempat sampah dan menginformasikan kepada pengunjung
untuk tidak membuang sampah sembarangan, pemerintah setempat dapat
menggalakkan promosi tentang adanya ekowisata mangrove, dan membuat
website resmi agar para pengunjung lebih bertambah lagi, mengoptimalkan
kerjasama pemerintah dengan beberapa instansi untuk mengadakan penyuluhan
terkait manfaat mangrove agar partisipasi masyaraka meningkat, pemerintah
pemeliharaan sarana
prasarana, dengan
memanfaatkan peran
sumber daya masyarakat.
instansi untuk mengadakan
penyuluhan terkait manfaat
mangrove agar partisipasi
masyaraka meningkat
4. Pemerintah setempat
menyediakan angkutan
umum
5. Pengelola dan masyarakat
lebih giat untuk menanam
mangrove.
Threats ( T)
1. Abrasi pantai
2. Alih fungsi lahan
3. Dampak negative aktifitas
ekowisata (sampah,
kegiatan yang merusak
ekosistem)
4. Persaingan dengan obyek
wisata lain
5. Penebangan pohon
mangrove
Strategi ST
1. Meningkatkan penanaman
mangrove agar tidak terjadi
abrasi
2. Dibuat aturan atau
hukuman, agar tidak terjadi
alih fungsi lahan dan
penebangan untuk
kepentingan pribadi
3. Memberikan pendidikan
lingkungan/ konservasi
kepada setiap wisatawan
dengan cara menjaga
kebersihan di tempat
wisata,
4. Menjaga ekowisata wisata
mangrove dengan tetap
memperhatikan daya
dukung kawasan.
Strategi WT
1. Mengoptimalkan adanya
tempat sampah disetiap
sudut ekowisata mangrove
agar tidak merusak
ekosistem
2. Meningkatkan sarana dan
prasana, serta memperbaiki
fasilitas yang rusak. Agar
bisa bersaing dengan obyek
wisata lainnya.
3. Mengoptimalkan adanya
pusat pelayanan untuk
memberikan informasi dan
peraturan-peraturan yang
berlaku di ekowisata
mangrove Desa Segarajaya.
76
setempat menyediakan angkutan umum, pengelola dan masyarakat lebih giat
untuk menanam mangrove. Strategi ST yaitu meningkatkan penanaman
mangrove agar tidak terjadi abrasi, dibuat aturan atau hukuman, agar tidak
terjadi alih fungsi lahan dan penebangan untuk kepentingan pribadi,
memberikan pendidikan lingkungan/ konservasi kepada setiap wisatawan
dengan cara menjaga kebersihan di tempat wisata, menjaga ekowisata wisata
mangrove dengan tetap memperhatikan daya dukung kawasan. Strategi WT
yaitu mengoptimalkan adanya tempat sampah disetiap sudut ekowisata
mangrove agar tidak merusak ekosistem, meningkatkan sarana dan prasana,
serta memperbaiki fasilitas yang rusak. Agar bisa bersaing dengan obyek
wisata lainnya, mengoptimalkan adanya pusat pelayanan untuk memberikan
informasi dan peraturan-peraturan yang berlaku di ekowisata mangrove Desa
Segarajaya.
Berdasarkan pada teori Mintzburg Mzm strategi mempunyai lima
pendekatan yaitu sebagai rencana, taktik, pola, posisi, dan perspektif. Pada
strategi sebagai rencana di dalam penelitian ini dengan objek ekowisata
mangrove di Desa Segarajaya, formulasi strateginya menggunakan analisis
SWOT. Strategi sebagai taktik yaitu menurut Mintzberg strategi ini
merencanakan untuk bersaing dengan obyek wisata lain, jadi ekowisata
mangrove di Desa Segarajaya ini agar dapat bersaing dengan obyek wisata lain
yaitu meningkatkan dan pertumbuhan jenis mangrove, serta mengoptimalkan
promosi dan fasilitas yang ada, hasil dari strategi ini juga menjadi strategi
sebagai pola yaitu mementingkan aspek utama yang difokuskan. Sedangkan
strategi sebagai posisi yaitu adanya kerjasama antar pengelola ekowisata
mangrove Desa Segarajaya dengan masyarakat, yaitu memelihara ekowisata ini
dan menciptakan peluang ekonomi dengan menghasilkan produksi dan ini juga
menjadi strategi sebagai perspektif.
Menurut Ambo Tuwo, pengembangan ekowisata dapat mendatangkan
dampak positif berupa meningkatnya upaya reservasi sumberdaya alam,
pembangunan taman nasional, perlindungan pantai dan taman laut, serta
77
mempertahankan mangrove.60
Namun dipihak lain pengelolaan ekowisata yang
tidak tepat dapat menimbulkan dampak negatif berupa pencemaran lingkungan
seperti pembuangan sampah sembarangan, dan adanya kegiatyan yang merusak
ekosistem. Oleh karena itu diperlukan adanya peraturan atau kebijakan dalam
menata kegiatan ekowisata agar dapat memberikan dampak positif dan
menghindari dampak negatif terhadap lingkungan.
E. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah diusahakan dan dilakukan sesuai prosedur ilmiah,
tetapi masih memiliki keterbatasan antara lain:
1. Masih minimnya rujukan dalam bentuk buku yang membahas mengenai
strategi ekowisata, sehingga sebagian besar penulis merujuk referensi pada
jurnal yang sesuai dengan penulis sedang teliti, itupun juga masih jarang.
2. Jarak tempat untuk melakukan penelitian terbilang jauh, menjadi salah satu
kendala untuk melakukan penelitian.
3. Terdapat daerah mangrove yang sulit dijangkau, karena derah tersebut
tergenang air.
60
Ambo Tuwo, 2011. Hlm 35
78
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data kepengelolaan ekowisata mangrove Desa Segarajaya
sebanyak 6 (enam) komponen mangrove sejati, yang mendominasi Avicennia
sp dan Rizhopora sp. Hasil observasi jenis mangrove yang ditemukan di
ekowisata mangrove Desa Segarajaya sebanyak 6 (enam) jenis, Avicennia
marina (Forssk.) Vierh, Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lam., Nypa fruticans,
Rhizhopora apiculatta, Sonneratia alba J. Sm., Sonneratia Caseolaris (L.)
Engl. Jenis fauna yang ditemukan didominasi dari jenis aves atau burung.
Kemudian didominasi juga dari jenis ikan, dan crustacea, antara lain kepiting
dan udang. Dalam akses menuju ke ekowisata mangrove Desa Segarajaya
tergolong mudah. Untuk mencapai ke kawasan tersebut hanya bisa
menggunkan kendaraan pribadi, karena tidak tersedianya angkutan umum.
Lokasi ekowisata ini cukup strategis karena berdekatan dengan ibukota negara.
Akses jalan yang dapat dilalui sudah beraspal dan kondisinya cukup baik.
Potensi ekowisata mangrove Desa Segarajaya yang terdiri dari berbagai
jenis flora-fauna dan panorama alam memiliki daya tarik untuk pengembangan
ekowisata di kabupaten Bekasi. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian
menunjukkan bahwa ekowisata mangrove Desa Segarajaya termasuk dalam
kategori sesuai (S2) untuk dijadikan kawasan ekowisata. Hal ini terlihat dari
total skor penghitungan tingkat kesesuaian ekowisata sebesar 60 dan Indeks
Kesesuaian Ekosistem sebesar 68%.
Hasil dari penentuan strategi pengembangan ekowisata mangrove dengan
menggunakan analisis SWOT di antaranya yaitu: mengembangkan ekowisata
mangrove dengan meningkatkan penanaman mangrove, meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pentingnya menjaga kawasan mangrove,
menciptakan peluang pendapatan ekonomi dengan cara lebih meningkatkan
produksi dari kerajinan tangan, meningkatkan promosi tentang adanya
79
ekowisata mangrove, dan membuat website resmi agar para pengunjung lebih
bertambah lagi, menambah sarana yang ada seperti menambah saung. Dan
lebih mengoptimalkan pemeliharaan sarana prasarana, dengan memanfaatkan
peran sumber daya masyarakat.menjaga ekowisata wisata mangrove dengan
tetap memperhatikan daya dukung kawasan.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah dilakukan, maka peneliti dapat
memberikan implikasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
menentukan kebijakan yang berhubungan dengan pengembangan ekowisata.
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang penting bagi
pengelola ekowisata mangrove Desa Segarajaya Kecamatan Tarumajaya,
dalam meningkatkan startegi pengembangan ekowisata mangrove dengan
mengoptimalkan penanaman mangrove dan mengembangkan fasiltas yang
ada.
2. Peran pemerintah setempat sangat mendukung dalam pelaksanaan starategi
pengembangan ekowisata mangrove yang bertujuan untuk lebih
mempromosikan dan memberikan anggaran untuk membangun fasilitas
yang belum ada.
3. Peran masyarakat sangat mendukung dalam sebuah pengembangan
ekowisata mangrove Desa Segarajaya dengan memelihara fasilitas dan
tidak merusak ekosistem mangrove ketika masyarakat berkunjung.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dijabarkan beberapa saran untuk
menyajikan penelitian yang lebih berkualitas di masa mendatang diantaranya
sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah Kabupaten Bekasi
a. Hasil penelitian dapat dijadikan rujukan dalam mengembangkan strategi
pengembangan ekowisata mangrove
b. Menyediakan infrastruktur yang belum ada
c. Pemerintah diharapkan mempromosikan ekowisata mangrove Desa
Segarajaya
80
2. Bagi Pengelola Ekowisata Mangrove
a. Pengelola diharapkan dapat mengembangkan potensi yang ada di dalam
ekowisata mangrove Desa Segarajaya
b. Pengelola diharapkan menciptakan peluang pendapatan bagi masyarakat
sekitar dengan melakukan pengembangan akan pengetahuan tentang
manfaat mangrove terhadap kelompok masyarakat pengelola
c. Pengelola diharapkan dapat mengoptimalkan pemeliharaan sarana
prasarana yang telah ada dengan memanfaatkan peran sumber daya
masyarakat sekitar kawasan
3. Bagi Masyarakat
Untuk masyarakat diharapkan agar ikut berpartisipasi dalam
mengembangkan dan pemeliharaan pengelolaan ekowisata mangrove.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan melakukan penelitian lebih lanjut terkait pengelolaan jenis
mangrove dan pola penanaman yang tepat pada beberapa areal yang
tergenang di sekitar kawasan ekowisata mangrove Desa Segarajaya.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Afrizal. 2016. Metode Penelitian Kualitatif Sebuah Upaya Mendukung
Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta:
Rajawali Pers
Arjana, I Gusti Bagus. 2016. Geografi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Jakarta:
Rajawali
Dahuri, Rokhmin. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut Aset Pembangunan
Berkelanjuta Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Departemen Agama Republik Indonesia. 2004. Al Jumanatul ‘Ali dan
Terjemahannya. Jakarta: J-ART
Kuncoro, Mudrajad. 2006. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif.
Jakarta: Erlangga
Narbuko, Cholid, dan Abu Achmadi. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta:PT
Bumi Aksara
Pitana, I Gde, dan I Ketut Surya Diarta. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata.
Yogyakarta: Andi Offset
Subagyo, Joko. 2015. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta
Sukandarrumidi. 2012. Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti
Pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Tuwo, Ambo. 2011. Pengelolan Ekowisata Pesisir dan Laut Pendekatan Ekologi,
Sosial-Ekonomi, Kelembagaan, dan Sarana Wilayah. Surabaya: Brilian
Internasional
Unesco. 2009. Ekowisata Panduan Dasar Pelaksanaan
Yati, Oka A. 2008. Ekonomi Pariwisata Introduksi Informasi dan Implementasi.
Jakarta: PT Kompas Media Nusantara
Yati, Oka A. 1966. Pemasaran Pariwisata. Bandung: Angkasa
JURNAL DAN SKRIPSI
Asriandi, Ian. 2016. Strategi Pengembangan Obyek Wisata Air Terjun Bissapu di
Kabupaten Banteng, Sulawesi Selatan: Universitas Hasanudin
Basyuni, Mohammad, dkk. 2016. Identifikasi Potensi dan Strategi Pengembangan
Ekowisata Mangrove di Desa Lubuk Kertang, Kecamatan Brandan
Barat, Kabupaten Langkat Sumatera Utara, Program Studi Kehutanan,
Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara
Dewi, Paramita Cyntia. 2017. Studi Kelayakan Pantai Bagus sebagai Daerah
Tujuan Wisata di Kabupaten Lampung Selatan. Jurusan Pendidikan IPS
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Fauziah, Yunita Rahma. 2010. Strategi Pengembangan Ekowisata Taman
Nasional Karimunjawa Kabupaten Jepara Jawa Tengah. Bogor:
Institut Pertanian Bogor
Ismawati, Nur. 2017. Potensi dan Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove
Park Pekalongan di Kelurahan Kandang Panjang, Kecamatan
Pekalongan Utara, Kota Pekalongan, Jawa Tengah. Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Saptorini. 2003. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan
Konservasi Hutan Mangrove di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak.
Program Studi Magíster Manajemen Sumberdaya Pantai, Pascaserjana
Universitas Diponegoro
Sodikin. 2015. Kelayakan Hutan Mangrove di Pantai Tiris Desa Pabean Ilir
Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu Sebagai Kawasan Ekowisata
Mangrove yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Simposium Nasional Sains
Geoinformasi
Surayya, Qonitta. 2017. Persepsi Siswa Terhadap Fungsi Hutan Mangrove
Karangsong Sebagai Sumber Belajar Geografi (Studi Kasus
Pada Siswa Kelas XI SMAN 2 Indramayu), Jurusan Pendidikan
IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN syarif
Hidayatullah Jakarta
Wiharyanto, Dhimas. 2007. Kajian Pengembangan Ekowisata Mangrove di
Kawassan Konservasi Pelabuhan Tengkayu II Kota Tarakan
Kalimantan Timur. IPB
LAMPIRAN I
Pedoman Wawancara Pengelola
Nama :
Alamat :
Umur :
Jenis Kelamin :
Daerah Asal :
Tingkat Pendidikan :
Pekerjaan :
1. Menurut Bapak/Ibu potensi- potensi apa saja yang dimiliki ekowisata
mangrove sebagai daya tarik wisata?
2. Potensi-potensi apa saja yang perlu dikembangkan sebagai daya tarik dari
ekowisata mangrove Desa Segarajaya?
3. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kekuatan dari kawasan
ekowisata mangrove Desa Segarajaya?
4. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kelemahan dari kawasan
ekowisata mangrove Desa Segarajaya?
5. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi peluang dari kawasan
ekowisata mangrove Desa Segarajaya?
6. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi ancaman dari kawasan
ekowisata mangrove Desa Segarajaya?
7. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i bagaimana kondisi jalan untuk mencapai
ekowisata mangrove ?
8. Bagaimana menurut anda kemudahan dalam menjangkau (aksesibilitas) ke
lokasi wisata ini?
9. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri apa saja sarana dan prasarana yang sudah
layak di ekowisata mangrove?
10. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri prasrana dan sarana apa saja yang masih
kurang dan perlu diperbaiki?
11. Menurut Bapak/Ibu fasilitas pendukung apa saja yang perlu ditambah di
ekowisata mangrove?
12. Apakah Bapak/Ibu/Sdr/i, mengetahui perkembangan dalam pengelolaan
ekowisata mangrove?
13. Apa saja kendala yang terjadi dalam pengelolaan ekowisata mangrove?
14. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i, dengan adanya ekowisata mangrove ini apakah
mendatangkan manfaat yang dapat dirasakan penduduk atau wisatawan
setempat?
15. Dengan adanya ekowisata mangrove apa pengaruh terhadap lingkungan
sekitar?
16. Bagaimana saran-saran Bapak/Ibu/Sdr/i bagi pengembangan ekowisata
mangrove Desa Segarajaya pada masa yang akan datang agar banyak
dikunjungi?
Pedoman Wawancara Pengunjung
Nama :
Alamat :
Umur :
Jenis Kelamin :
Daerah Asal :
Tingkat Pendidikan :
Pekerjaan :
1. Apa tujuan Bapak/ Ibu berkunjung ke ekowisata mangrove ?
2. Menurut Bapak/Ibu potensi- potensi apa saja yang dimiliki ekowisata
mangrove?
3. Potensi-potensi apa saja yang perlu dikembangkan sebagai daya tarik dari
ekowisata mangrove?
4. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kekuatan dari kawasan ekowisata
mangrove?
5. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kelemahan dari kawasan ekowisata
mangrove?
6. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi peluang dari kawasan ekowisata
mangrove?
7. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi ancaman dari kawasan ekowisata
mangrove?
8. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i bagaimana kondisi jalan untuk mencapai ekowisata
mangrove?
9. Bagaimana menurut anda kemudahan dalam menjangkau (aksesibilitas) ke
lokasi wisata ini?
10. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri apa saja sarana dan prasarana yang sudah layak di
ekowisata mangrove?
11. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri prasrana dan sarana apa saja yang masih kurang
dan perlu diperbaiki?
12. Menurut Bapak/Ibu fasilitas pendukung apa saja yang perlu ditambah di
ekowisata mangrove?
13. Apakah Bapak/Ibu/Sdr/i, mengetahui perkembangan dalam pengelolaan
ekowisata mangrove?
14. Apa saja kendala yang terjadi dalam pengelolaan ekowisata mangrove?
15. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i, dengan adanya ekowisata mangrove ini apakah
mendatangkan manfaat yang dapat dirasakan penduduk atau wisatawan
setempat?
16. Dengan adanya ekowisata mangrove apa pengaruh terhadap lingkungan
sekitar?
17. Bagaimana saran-saran Bapak/Ibu/Sdr/i bagi pengembangan ekowisata
mangrove pada masa yang akan datang agar banyak dikunjungi?
18. Apa yang Bapak/Ibu/Sdr/i lakukan untuk ikut dalam mengembangkan
ekowisata mangrove?
Transkip Wawancara Pengelola
Nama : Muhammad Guntur
Alamat : Kp. Paljaya
Umur : 36
Jenis Kelamin : Laki-laki
Daerah Asal : Kp. Paljaya
Tingkat Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ketua Pengelola Ekowisata Mangrove
1. Menurut Bapak/Ibu potensi- potensi apa saja yang dimiliki ekowisata
mangrove sebagai daya tarik wisata?
Jawaban: Potensi yang dimiliki ekowisata mangrove di Desa Segarajaya
ini banyak ada berbagai tumbuhan mangrove, terdapat pemandangan, trac-
track dan jembatan sebagai obyek poto. Selain itu adanya tempat ini orang
disekitar bisa belajar terkait penanaman ekosistem mangrove yang
kegunaannya sangan banyak. Dan seperti kakak ini, mau penelitian disini,
mau macem-macem seperti belajar, kemungkinan mau wawancara disini
bisa. Dan itu juga membuka informasi untuk masyarakat, selain itu kita
bekerja sama dengan kelompok-kelompok masyarakat. Dan hasil dari
kerja sama bisa meningkatkan penghasilan. Seperti tempat parkir, dan bisa
bermanfaat orang yang tadinya nganggur bisa mempunyai penghasilan
dari tempat parkir dan jualan. Disana juga sering diadakan pelatihan, nanti
dari buahnya bisa dihasilkan untuk keripik.
2. Potensi-potensi apa saja yang perlu dikembangkan sebagai daya tarik dari
ekowisata mangrove Desa Segarajaya?
Jawaban: yang pastinya tumbuhan mangrovenya, masih harus ditambah
karena lahan di sini luas. Dari tracking dan saung jembatan harus ditambah
atau dikembangkan, karena pada saat liburan sebagian pengunjung tidak
dapat atau kebagian tempat duduk.
3. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kekuatan dari kawasan
ekowisata mangrove Desa Segarajaya?
Jawaban: ekowisata mangrove Desa Segarajaya memiliki tanah yang luas
untuk dijadikan indikator pengembangan ekowisata,beragamnya jenis
mangrove, tempatnya di tengah perkotaan, terdapatnya permainan anak,
adanya saung untuk bersantai, adanya track dan jembatan yang
menjadikan objek foto.
4. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kelemahan dari kawasan
ekowisata mangrove Desa Segarajaya?
Jawaban: bahwasanya kekurangan ekowisata ini banyaknya sampah,
promosi hanya mengandalkan para pengunjung melalui sosial media dan
belum mempunyai website resmi
5. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi peluang dari kawasan
ekowisata mangrove Desa Segarajaya?
Jawaban: adanya ekowisata ini pemerintah setempat dapat berkerjasama
dengan LSM, meningkatnya pendapatan masyarakat dan mengurangi
pengangguran, tingginya minat wisatawan untur berkunjung, dengan
adanya ekowisata masyarakatnya dapat menghasilkan produk seperti
kerajinan kerang dan membuat cemilan dari mangrove.
6. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi ancaman dari kawasan
ekowisata mangrove Desa Segarajaya?
Jawaban: menurut saya abrasi, jika penanaman mangrovenya masih sedikit
7. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i bagaimana kondisi jalan untuk mencapai
ekowisata mangrove ?
Jawaban: Kondisi jalannya sudah bagus, sudah beraspal.
8. Bagaimana menurut anda kemudahan dalam menjangkau (aksesibilitas) ke
lokasi wisata ini?
Jawaban: kalau akses mudah untuk lewat mana saja, seperti dari Jakarta
Utara dekat sekali, namun tidak terdapat transportasi. Kebanyakan
pengunjung menggunakan transportasi pribadi kak.
9. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri apa saja sarana dan prasarana yang sudah
layak di ekowisata mangrove?
Jawaban: yang sudah layak seperti jembatan tracking, saung, musholah,
toilet, perahu, dan parkiran.
10. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri prasrana dan sarana apa saja yang masih
kurang dan perlu diperbaiki?
Jawaban: saung harus ditambah, agar semua pengunjung dapat
menempatinya. Pusat pelayanan, homestay, tempat sampah.
11. Menurut Bapak/Ibu fasilitas pendukung apa saja yang perlu ditambah di
ekowisata mangrove?
Jawaban: di sini yang belum ada homestay dan restoran kak.
12. Apakah Bapak/Ibu/Sdr/i, mengetahui perkembangan dalam pengelolaan
ekowisata mangrove?
Jawaban: Untuk mengembangkan ekowisata mangrove Desa Segarajaya
ini perlu waktu waktu yamg panjang dan harus bekerjasama dengan baik
dari kelompok masyarakat dan pemerintah. Nah maka dari itu kita pelan-
pelan kak untuk mengembangkan ekowisata ini dengan memperbaiki
kekurangan yang ada.
13. Apa saja kendala yang terjadi dalam pengelolaan ekowisata mangrove?
Jawaban: masih kurangnya kerjasama antara masyarakat, karena masih
banyak warung-warung kecil yang masih belum tertata. Dan kerjasama
dengan pengunjung karena masih banyak pengunjung yang membuang
sampah sembarangan.
14. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i, dengan adanya ekowisata mangrove ini apakah
mendatangkan manfaat yang dapat dirasakan penduduk atau wisatawan
setempat?
Jawaban: ya sangat banyak kak, dari yang dulunya ekowisata ini hanya
restorasi, sekarang menjadi wisata yang rame dikunjungi. Mengurangi
angka pengangguran dan pastinya menambah pendapatan masyarakat.
15. Dengan adanya ekowisata mangrove apa pengaruh terhadap lingkungan
sekitar?
Jawaban: yah sangat banyak, salah satunya menahan abrasi.
16. Bagaimana saran-saran Bapak/Ibu/Sdr/i bagi pengembangan ekowisata
mangrove Desa Segarajaya pada masa yang akan datang agar banyak
dikunjungi?
Jawaban: lebih diperhatikan oleh pemerintah untuk perkembangan
ekowisata ini, harus kerjasama dengan baik antara pemerintah dan
masyarakat setempat.
Transkip Wawancara Pengelola
Nama : Agus
Alamat : Jalan Paljaya, Desa Segarajaya
Umur : 29 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Daerah Asal : kampung Paljaya
Tingkat Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Anggota Pengelola Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya
1. Menurut Bapak/Ibu potensi- potensi apa saja yang dimiliki ekowisata
mangrove sebagai daya tarik wisata?
Jawaban: tumbuhan mangrove, Jembatan tracking, Saung, dan lain
sebagainya
2. Potensi-potensi apa saja yang perlu dikembangkan sebagai daya tarik dari
ekowisata mangrove Desa Segarajaya?
Jawaban: lebih mengembangkan icon yang ada seperti Jembatan Cinta.
3. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kekuatan dari kawasan
ekowisata mangrove Desa Segarajaya?
Jawaban: kekuatan ekowisata mangrove ini yaitu adanya kerjasama
pemerintah setempat dan LSM dalam melaksanakan rehabilitasi mangrove
4. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kelemahan dari kawasan
ekowisata mangrove Desa Segarajaya?
Jawaban: penataan warung-warung kecil yang belum terorganisir.
5. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi peluang dari kawasan
ekowisata mangrove Desa Segarajaya?
Jawaban: meningkatnya ekonomi masyarakat, dan berkurangnya
pengangguran.
6. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi ancaman dari kawasan
ekowisata mangrove Desa Segarajaya?
Jawaban: ancamannya wisata pantai di Kabupaten Bekasi sudah mulai
banyak neng contohnya di Muara Gembong, jadi sebagai pengelola kita
harus kreatif agar tidak ketinggalan dengan wisata lain. Ancaman lainnya
terkadang masyarakat masih buang sampah sembarangan. Ada juga
masyarakat yang belum mengerti kegunaan mangrove yaitu dengan
menebang pohonnya.
7. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i bagaimana kondisi jalan untuk mencapai
ekowisata mangrove ?
Jawaban: kondidi jalannya lumayan bagus neng. Sudah beraspal.
8. Bagaimana menurut anda kemudahan dalam menjangkau (aksesibilitas) ke
lokasi wisata ini?
Jawaban: di sini transportasi angkutan umum belum ada neng.
9. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri apa saja sarana dan prasarana yang sudah
layak di ekowisata mangrove?
Jawaban: menurut saya sarana-prasarana yang ada di ekowisata ini
semuanya lumayan layak neng, karena ekowisata ini masih di tahap
pengembangan.
10. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri prasrana dan sarana apa saja yang masih
kurang dan perlu diperbaiki?
Jawaban: toilet umum, dan icon ekowisata ini.
11. Menurut Bapak/Ibu fasilitas pendukung apa saja yang perlu ditambah di
ekowisata mangrove?
Jawaban: di sini belum ada homestay neng.
12. Apakah Bapak/Ibu/Sdr/i, mengetahui perkembangan dalam pengelolaan
ekowisata mangrove?
Jawaban: ya menurut saya lebih giat mempromosikannya.
13. Apa saja kendala yang terjadi dalam pengelolaan ekowisata mangrove?
Jawaban: masih kurang kesadaran dari masyarakat akan manfaat
mangrove, dan warung-warung kecil belum tertata rapih.
14. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i, dengan adanya ekowisata mangrove ini apakah
mendatangkan manfaat yang dapat dirasakan penduduk atau wisatawan
setempat?
Jawaban: sangat mendatangkan manfaat neng, dari manfaat tumbuhan
mangrvenya. Sampai manfaat ekowisata ini, yang tadinya daerah di sini
sepi menjadi rame, dan pastinya meningkatkan pendapatan masyarakat.
15. Dengan adanya ekowisata mangrove apa pengaruh terhadap lingkungan
sekitar?
Jawaban: Pengaruhnya lingkungan tersebut menjadi sejuk.
16. Bagaimana saran-saran Bapak/Ibu/Sdr/i bagi pengembangan ekowisata
mangrove Desa Segarajaya pada masa yang akan datang agar banyak
dikunjungi?
Jawaban: lebih mengembangkan fasilitas yang ada agar tidak ketinggalan
dari ekowisata lainnya, dan lebih giat lagi dalam mempromosikannya.
Transkip Wawancara Pengunjung
Nama : Iqbal Rosyadi
Alamat : Kp. Jati, RT 01/05, Desa Kebalen, Babelan, Bekasi.
Umur : 24 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Daerah Asal : Bekasi
Tingkat Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru
1. Apa tujuan Bapak/ Ibu berkunjung ke ekowisata mangrove ?
Jawaban: untuk melihat pemandang, berpoto, merilekskan pikiran kak
hehe.
2. Menurut Bapak/Ibu potensi- potensi apa saja yang dimiliki ekowisata
mangrove?
Jawaban: wah banyak banget kak, yang pasti adanya tumbuhan mangrove,
jembatan cinta/tracking, saung-saung, perahu dan permainan anak.
3. Potensi-potensi apa saja yang perlu dikembangkan sebagai daya tarik dari
ekowisata mangrove?
Jawaban: memperbanyak penanaman mangrove.
4. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kekuatan dari kawasan
ekowisata mangrove?
Jawaban: Tata-tata ruangnya cukup baik.
5. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kelemahan dari kawasan
ekowisata mangrove?
Jawaban: masih ada sampah yang berserakan, adanya jembatan yang rusak,
pusat informasi pun belum ada kak jadi kita tidak mengetahui apa saja yang
dilarang dalam wisata ini.
6. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi peluang dari kawasan ekowisata
mangrove?
Jawaban: mengangkat ekonomi penduduk
7. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi ancaman dari kawasan
ekowisata mangrove?
Jawaban: kalau menurut saya si lebih ke lingkungan saja ya kak, seperti
pembuangan sampah sembarangan akan mangakibatkan merusaknya
ekosistem tumbuhan mangrove tersebut.
8. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i bagaimana kondisi jalan untuk mencapai
ekowisata mangrove?
Jawaban: kondisi jalannya sudah beraspal.
9. Bagaimana menurut anda kemudahan dalam menjangkau (aksesibilitas) ke
lokasi wisata ini?
Jawaban: kalau jangkauan dari daerah saya agak jauh ya kak, dan alat
transportasinya belum ada. Saya menggunakn transportasi pribadi.
10. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri apa saja sarana dan prasarana yang sudah
layak di ekowisata mangrove?
Jawaban: saung, jembatan, musholah, dan permainan anak.
11. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri prasrana dan sarana apa saja yang masih
kurang dan perlu diperbaiki?
Jawaban: tempat sampah, pusat pelayanan
12. Menurut Bapak/Ibu fasilitas pendukung apa saja yang perlu ditambah di
ekowisata mangrove?
Jawaban: di sini kayanya belum ada tempat penginapan kak.
13. Apakah Bapak/Ibu/Sdr/i, mengetahui perkembangan dalam pengelolaan
ekowisata mangrove?
Jawaban: tidak mengetahui
14. Apa saja kendala yang terjadi dalam pengelolaan ekowisata mangrove?
Jawaban: kurangnya penjagaan/warning dari ekowisata ini.
15. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i, dengan adanya ekowisata mangrove ini apakah
mendatangkan manfaat yang dapat dirasakan penduduk atau wisatawan
setempat?
Jawaban: manfaatnya untuk para pengunjung lebih merefresh pikiran.
Untuk masyarakat menurut saya bertambahnya ekonomi atau pendapatan.
16. Dengan adanya ekowisata mangrove apa pengaruh terhadap lingkungan
sekitar?
Jawaban: menahan abrasi
17. Bagaimana saran-saran Bapak/Ibu/Sdr/i bagi pengembangan ekowisata
mangrove pada masa yang akan datang agar banyak dikunjungi?
Jawaban: banyakin jenis mangrove dan harus mengembangkan fasilitasnya
18. Apa yang Bapak/Ibu/Sdr/i lakukan untuk ikut dalam mengembangkan
ekowisata mangrove?
Jawaban: ikut serta mempromosikan lewat social media.
Transkip Wawancara Pengunjung
Nama : Sri Wahyuni
Alamat : jalan Pertamina, RT 07/04, Kedung Jaya
Umur : 18 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Daerah Asal : kp. Wates
Tingkat Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
1. Apa tujuan Bapak/ Ibu berkunjung ke ekowisata mangrove ?
Jawaban: mencari ketenangan kak, hehe sambil poto-poto.
2. Menurut Bapak/Ibu potensi- potensi apa saja yang dimiliki ekowisata
mangrove?
Jawaban: potensi mangrovenya lebih dominan kak
3. Potensi-potensi apa saja yang perlu dikembangkan sebagai daya tarik dari
ekowisata mangrove?
Jawaban: lebih mengembangkan jembatan mangrovenya kak, soalnya
masih ada yang belum diperbaiki
4. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kekuatan dari kawasan
ekowisata mangrove?
Jawaban: menurut saya icon jembatan cinta kak
5. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kelemahan dari kawasan
ekowisata mangrove?
Jawaban: masih banyak sampah dan bau tak sedap
6. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi peluang dari kawasan ekowisata
mangrove?
Jawaban: banyak pedagang mencari peruntungan sehingga meningkatkan
ekonomi
7. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi ancaman dari kawasan
ekowisata mangrove?
Jawaban: banyaknya pengunjung, jadi takut jembatannya roboh kak. Lebih
ke fasilitasnya si kak.
8. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i bagaimana kondisi jalan untuk mencapai
ekowisata mangrove?
Jawaban: lumayan bagus, tapi banyak tikungan kak
9. Bagaimana menurut anda kemudahan dalam menjangkau (aksesibilitas) ke
lokasi wisata ini?
Jawaban: kemudahannya dekat dengan kampong saya, tapi tidak ada
transportasi kak
10. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri apa saja sarana dan prasarana yang sudah
layak di ekowisata mangrove?
Jawaban: musholah, parkiran
11. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri prasrana dan sarana apa saja yang masih
kurang dan perlu diperbaiki?
Jawaban: toilet umumnya
12. Menurut Bapak/Ibu fasilitas pendukung apa saja yang perlu ditambah di
ekowisata mangrove?
Jawaban: tidak ada
13. Apakah Bapak/Ibu/Sdr/i, mengetahui perkembangan dalam pengelolaan
ekowisata mangrove?
Jawaban: tidak mengetahui kak
14. Apa saja kendala yang terjadi dalam pengelolaan ekowisata mangrove?
Jawaban: kurangnya kesadaran warga sekitar, masih buang sampah
sembarangan
15. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i, dengan adanya ekowisata mangrove ini apakah
mendatangkan manfaat yang dapat dirasakan penduduk atau wisatawan
setempat?
Jawaban: pasti ada, lebih meningkatkan pendapatan masyarakat
16. Dengan adanya ekowisata mangrove apa pengaruh terhadap lingkungan
sekitar?
Jawaban: lebih banyak pengunjung, jadi rame kak
17. Bagaimana saran-saran Bapak/Ibu/Sdr/i bagi pengembangan ekowisata
mangrove pada masa yang akan datang agar banyak dikunjungi?
Jawaban: agar lebih dikembangkan fasilitas yang ada kak,
18. Apa yang Bapak/Ibu/Sdr/i lakukan untuk ikut dalam mengembangkan
ekowisata mangrove?
Jawaban: mempromosikan ke media social bahwa di daerah bekasi ada
tempat wisata yang bagus
Transkip Wawancara Pengunjung
Nama : Laifa Nabila
Alamat : Kp. Tambun
Umur : 23
Jenis Kelamin : Perempuan
Daerah Asal : Bekasi
Tingkat Pendidikan : S1
Pekerjaan : Karyawan
1. Apa tujuan Bapak/ Ibu berkunjung ke ekowisata mangrove ?
Jawaban: untuk liburan mbak dan poto-poto.
2. Menurut Bapak/Ibu potensi- potensi apa saja yang dimiliki ekowisata
mangrove?
Jawaban: tumbuhan mangrove, permainan anak, ada perahu, masih banyak
lagi pokoknya mbak
3. Potensi-potensi apa saja yang perlu dikembangkan sebagai daya tarik dari
ekowisata mangrove?
Jawaban: tanaman manrovenya banyakin lagi mbak
4. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kekuatan dari kawasan
ekowisata mangrove?
Jawaban: menurut saya perahu mbak adanya alat transportasi kapal/perahu
para pengunjung dapat menjelajahi hutan mangrove
5. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kelemahan dari kawasan
ekowisata mangrove?
Jawaban: masih banyak sampah mbak
6. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi peluang dari kawasan ekowisata
mangrove?
Jawaban: meningkatkan pendapatan masyarakat
7. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi ancaman dari kawasan
ekowisata mangrove?
Jawaban:lebih ke lingkungan mbak, pembuangan sampah sembarangan.
8. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i bagaimana kondisi jalan untuk mencapai
ekowisata mangrove?
Jawaban: kondisi jalnnya beraspal mbak, lumayan bagus
9. Bagaimana menurut anda kemudahan dalam menjangkau (aksesibilitas) ke
lokasi wisata ini?
Jawaban: tidak ada angkutan umum mbak di daerah sini
10. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri apa saja sarana dan prasarana yang sudah
layak di ekowisata mangrove?
Jawaban: jembatan, saung, musholah dan lain sebagainya
11. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri prasrana dan sarana apa saja yang masih
kurang dan perlu diperbaiki?
Jawaban: saungnya kurang banyak mbak, terus toilet, dan pusat pelayanan
umum tidak ada.
12. Menurut Bapak/Ibu fasilitas pendukung apa saja yang perlu ditambah di
ekowisata mangrove?
Jawaban: penginapan mbak di sini belum ada
13. Apakah Bapak/Ibu/Sdr/i, mengetahui perkembangan dalam pengelolaan
ekowisata mangrove?
Jawaban: tidak mengetahui mbak
14. Apa saja kendala yang terjadi dalam pengelolaan ekowisata mangrove?
Jawaban: kendalanya kesadaran masyarakat mbak
15. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i, dengan adanya ekowisata mangrove ini apakah
mendatangkan manfaat yang dapat dirasakan penduduk atau wisatawan
setempat?
Jawaban: sangat banyak mbak, menahan abrasi, menambah pendapatan
masyarakat pastinya.
16. Dengan adanya ekowisata mangrove apa pengaruh terhadap lingkungan
sekitar?
Jawaban: menahan abrasi
17. Bagaimana saran-saran Bapak/Ibu/Sdr/i bagi pengembangan ekowisata
mangrove pada masa yang akan datang agar banyak dikunjungi?
Jawaban: lebih memperhatikan dan mengembangkan fasilitas yang kurang,
meperhatikan kebersihan.
18. Apa yang Bapak/Ibu/Sdr/i lakukan untuk ikut dalam mengembangkan
ekowisata mangrove?
Jawaban: ikut mempromosikan di social media
Transkip Wawancara Pengunjung
Nama : Darto
Alamat : Paljaya
Umur : 31
Jenis Kelamin : Laki-laki
Daerah Asal : Paljaya
Tingkat Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
1. Apa tujuan Bapak/ Ibu berkunjung ke ekowisata mangrove ?
Jawaban: jalan-jalan dan liburan neng
2. Menurut Bapak/Ibu potensi- potensi apa saja yang dimiliki ekowisata
mangrove?
Jawaban: yang pastinya mangrove, jembatan, perahu, dan permainan anak
3. Potensi-potensi apa saja yang perlu dikembangkan sebagai daya tarik dari
ekowisata mangrove?
Jawaban: fasilitas, dan pohon mangrovenya diperbanyak lagi
4. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kekuatan dari kawasan
ekowisata mangrove?
Jawaban: pohon mangrove dan jembatan cinta neng
5. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kelemahan dari kawasan
ekowisata mangrove?
Jawaban: fasilitasnya kurang neng
6. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi peluang dari kawasan ekowisata
mangrove?
Jawaban: ekowisata ini tempatnya strategis neng, soalnya dekat dari
ibukota negara maupun dari kabupaten Bekasi
7. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi ancaman dari kawasan
ekowisata mangrove?
Jawaban: menurut saya tidak ada
8. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i bagaimana kondisi jalan untuk mencapai
ekowisata mangrove?
Jawaban: jalnnya cukup baik
9. Bagaimana menurut anda kemudahan dalam menjangkau (aksesibilitas) ke
lokasi wisata ini?
Jawaban: tidak ada transportasi umum neng, jadi menggunakan transportasi
pribadi
10. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri apa saja sarana dan prasarana yang sudah
layak di ekowisata mangrove?
Jawaban: menurut saya masih sedikit yang layak
11. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri prasrana dan sarana apa saja yang masih
kurang dan perlu diperbaiki?
Jawaban: toiletnya, dan pusat pelayannya belum ada
12. Menurut Bapak/Ibu fasilitas pendukung apa saja yang perlu ditambah di
ekowisata mangrove?
Jawaban: saungnya harus ditambah neng
13. Apakah Bapak/Ibu/Sdr/i, mengetahui perkembangan dalam pengelolaan
ekowisata mangrove?
Jawaban: tentu saja tidak mengetahui
14. Apa saja kendala yang terjadi dalam pengelolaan ekowisata mangrove?
Jawaban: kurangnya warga sekitar neng, sampah masih banyak berserakan
15. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i, dengan adanya ekowisata mangrove ini apakah
mendatangkan manfaat yang dapat dirasakan penduduk atau wisatawan
setempat?
Jawaban: pasti ada neng, seperti pendapatan masyarakat meningkat
16. Dengan adanya ekowisata mangrove apa pengaruh terhadap lingkungan
sekitar?
Jawaban: ada, semakin banyak pengunjung.
17. Bagaimana saran-saran Bapak/Ibu/Sdr/i bagi pengembangan ekowisata
mangrove pada masa yang akan datang agar banyak dikunjungi?
Jawaban: untuk lebih diperbaharui lagi fasilitasnya, soalnya masih banyak
yang rusak neng, jembatannya ada yang bolong.
18. Apa yang Bapak/Ibu/Sdr/i lakukan untuk ikut dalam mengembangkan
ekowisata mangrove?
Jawaban: kalau say amah neng paling cerita ke teman-teman kerja.
Transkip Wawancara Pengunjung
Nama : Aisyah
Alamat : kampung Kedaung, Babelan, Bekasi
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Daerah Asal : Kp. Kedaung
Tingkat Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
1. Apa tujuan Bapak/ Ibu berkunjung ke ekowisata mangrove ?
Jawaban: untuk poto-poto
2. Menurut Bapak/Ibu potensi- potensi apa saja yang dimiliki ekowisata
mangrove?
Jawaban: permainan anak, mangrove, dan pemandangan yang bagus
3. Potensi-potensi apa saja yang perlu dikembangkan sebagai daya tarik dari
ekowisata mangrove?
Jawaban: fasilitasnya harus dikembangkan mbak
4. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kekuatan dari kawasan
ekowisata mangrove?
Jawaban: icon jembatan cinta mbak, terkenal banget dikampung saya
5. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi kelemahan dari kawasan
ekowisata mangrove?
Jawaban: masih banyak sampah
6. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi peluang dari kawasan ekowisata
mangrove?
Jawaban: meningkatkan ekonomi penduduk setempat
7. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi ancaman dari kawasan
ekowisata mangrove?
Jawaban: ancamannya itu adanya alih fungsi lahan mbak, dari lahan
mangrove menjadi pemukiman
8. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i bagaimana kondisi jalan untuk mencapai
ekowisata mangrove?
Jawaban: cukup baik mbak
9. Bagaimana menurut anda kemudahan dalam menjangkau (aksesibilitas) ke
lokasi wisata ini?
Jawaban: saya menggunakan transportasi pribadi, angkutan umum belum
ada
10. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri apa saja sarana dan prasarana yang sudah
layak di ekowisata mangrove?
Jawaban: musholah, parkiran, dan lain-lain
11. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri prasrana dan sarana apa saja yang masih
kurang dan perlu diperbaiki?
Jawaban: toiletnya perlu diperbaiki
12. Menurut Bapak/Ibu fasilitas pendukung apa saja yang perlu ditambah di
ekowisata mangrove?
Jawaban: tempat beristirahatnya seperti saung
13. Apakah Bapak/Ibu/Sdr/i, mengetahui perkembangan dalam pengelolaan
ekowisata mangrove?
Jawaban: tidak mbak
14. Apa saja kendala yang terjadi dalam pengelolaan ekowisata mangrove?
Jawaban: menurut saya si lebih ke fasilitasnya ya mbak harus diperbaiki,
karena yang namanya wisata fasilitas paling utama.
15. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/i, dengan adanya ekowisata mangrove ini apakah
mendatangkan manfaat yang dapat dirasakan penduduk atau wisatawan
setempat?
Jawaban: sangat menguntungkan penduduk setempat
16. Dengan adanya ekowisata mangrove apa pengaruh terhadap lingkungan
sekitar?
Jawaban: Menahan abrasi dan banjir
17. Bagaimana saran-saran Bapak/Ibu/Sdr/i bagi pengembangan ekowisata
mangrove pada masa yang akan datang agar banyak dikunjungi?
Jawaban: tingkatkan penanamn mangrove dan fasilitas
18. Apa yang Bapak/Ibu/Sdr/i lakukan untuk ikut dalam mengembangkan
ekowisata mangrove?
Jawaban: paling cerita keteman-teman kak
LAMPIRAN II
Pedoman Observasi
No. Aspek yang diamati Deskripsi Hasil
1. Ketebalan mangrove
2. Kerapatan mangrove
3. Jenis mangrove
4. Objek biota
5. Pasang surut air laut
6. Karakteristik kawasan
7. Aksebilitas
Transkip Observasi
No. Aspek yang diamati Deskripsi Hasil
1. Ketebalan mangrove Stasiun I memiliki ketebalan 100
meter, stasiun II memiliki
ketebalan 60 meter, dan stasiun III
memiliki ketebalan 55 meter. Jadi
satasiun yang memiliki ketebalan
tertinggi yaitu stasiun I yaitu 100
meter
2. Kerapatan mangrove Nilai kerapatan jenis mangrove
berdasarkan kategori pohon di
setiap plot menunjukkan bahwa
Rhizhopora memiliki nilai
kerapatan tertinggi dibandingkan
dengan jenis mangrove lainnya.
Berdasarkan nilai kerapatan rata-
rata di setiap stasiun, maka pada
stasiun I memiliki nilai kerapatan
0,16 ind/m2. Stasiun II memiliki
kerapatan 0,076 ind/m2 dan stasiun
III dengan nilai kerapatan
0,05 ind/m2.
3. Jenis mangrove Jenis mangrove yang ditemukan di
ekowisata mangrove Desa
Segarajaya sebanyak 7 (lima) jenis.
4. Objek biota Jenis fauna yang ditemukan
didominasi dari jenis aves yaitu
burung Coka dan burung Walet.
Kemudian didominasi juga dari
jenis ikan yaitu ikan Bandeng, ikan
Cere. dan Crustacea antara lain
kepiting dan udang. Setelah itu
jenis fauna yang jarang yaitu Reptil
(Ular Kadut). Serta Mollusca yaitu
Kerang Hijau
5. Pasang surut air laut Tinggi muka air di lokasi penelitian
pada saat pasang tertinggi terjadi
pada tanggal 29 Oktober 2018 jam
12.00 dengan ketinggian mencapai
53,59 cm. Sedangkan tinggi muka
air pada surut terendah terjadi pada
tanggal 30 Oktober 2018 jam 04.00
mencapai ketinggian 34,91 cm. Hal
ini menunjukkan bahwa kisaran
pasang surut yang diperoleh adalah
sebesar 88,5 cm.
6. Karakteristik kawasan Pada kawasan ekowisata mangrove
Desa Segarajaya ini menyuguhkan
pemandangan yang sangat menarik
untuk dilihat, yaitu banyaknya jenis
mangrove dan bibit mangrove,
keanekaragaman faunanya,
terdapatnya jembatan yang sering
disebut jembatan cinta yang salah
satunya untuk objek poto bagi para
pengunjung, terdapatnya tracking
yang menghubungkan antara
beberapa saung. Pengunjung juga
dapat menaiki perahu untuk
menuju ke sungai rindu yang salah
satunya objek keindahan dari
ekowisata mangrove Desa
Segarajaya
7. Aksebilitas Akses menuju ke ekowisata
mangrove Desa Segarajaya
tergolong mudah. Untuk mencapai
ke kawasan tersebut hanya bisa
menggunkan kendaraan pribadi,
karena tidak tersedianya angkutan
umum. Lokasi ekowisata ini cukup
strategis karena berdekatan dengan
ibukota negara. Akses jalan yang
dapat dilalui sudah beraspal dan
kondisinya cukup baik.
LAMPIRAN III
Lembar Dokumentasi
Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya
Tracking Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya
Perahu Nelayan Aksesbilitas
Mengamati Flora dan Fauna Fauna Mangrove
Musholah Ekowisata Mangrove Desa Segarajaya
Wawancara Pengelola
Wawancara Masyarakat Wawancara Pengunjung
Wawancara Pengunjung
LAMPIRAN IV
BIOGRAFI PENULIS
Nailul Muna Awaliah, lahir di Bekasi 19 Februari 1996.
Merupakan putri pertama dari Bapak Rojudin Kurniawan
dan Ibu Rohati. Riwayat Pendidikan penulis di mulai dari
MI Attaqwa 16 Wates, melanjutkan ke MTs 05 Wates,
melanjutkan ke MAN 1 Kota Bekasi, dan melanjutkan ke
Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial/Kosentrasi Geografi.
Penulis berasal dari Kabupaten Bekasi, salah satu daerah yang terletak di Jawa
Barat.