STRATEGI MILITER RUSIA TERHADAP PENINGKATAN …digilib.unila.ac.id/59014/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of STRATEGI MILITER RUSIA TERHADAP PENINGKATAN …digilib.unila.ac.id/59014/3/SKRIPSI TANPA BAB...
-
STRATEGI MILITER RUSIA TERHADAP PENINGKATAN PRESENSI
MILITER NORTH ATLANTIC TREATY ORGANIZATION (NATO)
DI EROPA TIMUR, 2014-2017
(Skripsi)
Oleh
Christindyah Clarasanti Panjaitan
JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
-
ABSTRAK
STRATEGI MILITER RUSIA
TERHADAP PENINGKATAN PRESENSI MILITER NATO
DI EROPA TIMUR, 2014-2017
Oleh
Christindyah Clarasanti Panjaitan.
Pascaaneksasi Krimea oleh Rusia pada tahun 2014, ketegangan antara Rusia dan North
Atlantic Treaty Organization (NATO) di Eropa Timur terus meningkat. Konflik di
Ukraina menunjukkan kesediaan NATO untuk menggunakan kekuatan militer terhadap
negara lain. Tidak hanya itu, perluasan militer NATO di kawasan tersebut juga terus
dilakukan dengan menambah jumlah pasukan dan alat-alat militer, penambahan fungsi
perencanaan dan jumlah markas militer, serta meningkatkan pengawasan dan pelatihan
militer. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji strategi militer Rusia dalam merespon
peningkatan presensi militer NATO selama periode 2014-2017. Dengan menggunakan
metode penelitian kualitatif-deskriptif, data yang terdapat dalam penelitian ini
merupakan jenis data sekunder yang utamanya dipublikasikan oleh the International
Institute for Strategic Studies (IISS) dan the Stockholm International Peace Research
Institute (SIPRI). Penulis menggunakan beberapa teori dan konsep, yaitu military
strategy, military presence, security dilemma, balance of threat, dan defence policy.
Peneliti melihat bahwa tindakan-tindakan yang dilakukan oleh negara-negara anggota
NATO dan Rusia memiliki dampak terhadap keamanan nasional satu sama lain. Hal ini
termasuk peningkatan presensi militer NATO di Eropa Timur yang memengaruhi
keamanan Rusia. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa peningkatan presensi
militer yang dilakukan oleh NATO di kawasan Eropa Timur menyebabkan adanya
perubahan kebijakan keamanan, doktrin militer serta strategi militer yang dilakukan
Rusia. Strategi militer yang digunakan oleh Rusia yang mencakup tujuan, cara dan
sarana yaitu melalui modernisasi militer dengan peningkatan kapabilitas militer dari segi
kuantitas seperti menambah jumlah personel dan melakukan pengadaan alat persenjataan
darat, laut, dan udara.
Kata kunci: Rusia, NATO, Strategi Militer, Eropa Timur.
-
ABSTRACT
RUSSIAN MILITARY STRATEGY AGAINST
THE INCREASING OF NATO’S MILITARY PRESENCE
IN THE EASTERN EUROPE, 2015-2017
By
Christindyah Clarasanti Panjaitan.
After the annexation of Crimea by the Russian Federation, the tensions between Russia
and North Atlantic Treaty Organization (NATO) in Eastern Europe increased. The
Ukraine conflict showed NATO's willingness to use its military power against other
country. Moreover, NATO's military expansion in the region continued to be carried out
by increasing the number of troops and military equipment, adding planning functions
and the number of military headquarters, and increasing military supervision and
training. This study analyzes the Russian military strategy in response to the increase of
the NATO’s military presence in the period of 2014-2017. By using descriptive
qualitative research methods; the data contained in this study are secondary that were
mainly published by the International Institute for Strategic Studies (IISS) and the
Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI). The author uses several
theories and concepts; they are military strategy, military presence, security dilemma,
balance of threat, and defense policy. The author argues that the actions taken by NATO
member countries and Russia had an impact on each national security. This includes an
increase in NATO military presence in Eastern Europe that affecting Russian security.
The result of this study found that the increase of NATO’s military presence in East
Europe changed the Russian security policy, military doctrine, and military strategy. The
military strategy that was undertaken by Russia includes ends (objective), ways (courses
of action, and means (resources) carried out by military modernization, such as
increasing military capability in terms of quantity; increasing the number of personnel
and procuring land, sea and air weapon.
Keywords: Russia, NATO, Military Strategy, Eastern Europe.
-
Strategi Militer Rusia Terhadap Peningkatan Presensi Militer
North Atlantic Treaty Organization (NATO) di Eropa Timur 2014-2017
Oleh
Christindyah Clarasanti Panjaitan
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
Sarjana Hubungan Internasional
Pada
Jurusan Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
-
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Christindyah Clarasanti
Panjaitan. Dilahirkan di Bandar Lampung pada
tanggal 28 Juni 1997, merupakan anak pertama dari
tiga bersaudara pasangan Bapak Nasir Eden Panjaitan
dan Ibu Tri Susanti. Pendidikan formal yang pernah
penulis tempuh adalah Taman Kanak-Kanak Tunas
Melati II pada tahun 2002. Kemudian, penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah
Dasar di SDS Sejahtera IV Kedaton pada tahun 2009, menyelesaikan pendidikan
Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 8 Bandar Lampung pada tahun 2012,
dan menyelesaikan pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA
Fransiscus Bandar Lampung pada tahun 2015 dengan konsentrasi Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS). Penulis tercatat sebagai Mahasiswi Strata-1 di Jurusan
Hubungan Internasional, Universitas Lampung pada tahun 2015 dengan
konsentrasi studi pada Keamanan Global.
Sebelumnya, ketika SMA penulis aktif berorganisasi di Paduan Suara Gita Asisi
SMA Fransiscus Bandar Lampung sejak tahun 2012-2014. Sementara, selama
menempuh pendidikan di Universitas Lampung, penulis aktif sebagai Projek
Protokoler Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) HI tahun 2015/2016, sejak saat
-
itu pula penulis aktif bergabung dalam kepanitiaan yang bertugas melaksanakan
berbagai program kerja yang dimiliki oleh HMJHI hingga tahun 2018. Selain itu,
penulis juga berpartisipasi dalam kegiatan volunteer Socialize the Education yang
diselenggarakan oleh Social Political English Club (SPEC) pada tahun 2017. Pada
bulan Februari hingga Maret 2018 penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan
di Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia pada Direktorat Jenderal Hukum
dan Perjanjian Internasional dan pada bulan Juli ditahun yang sama penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Raja Basa Baru, Kecamatan
Mataram Baru, Kabupaten Lampung Timur.
-
MOTTO
“Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang”
(Amsal 23:18)
“Tiada hasil yang mengkhianati usaha.”
“Hukum Newton III : ‘aksi = reaksi’. Banyaknya usaha dan kerja keras yang
dilakukan akan berbanding lurus dengan hasil yang akan diterima.”
-
PERSEMBAHAN
Dengan perasaan bersyukur, kupersembahkan skripsi ini kepada semua yang
menjadi bagian dalam hidupku:
Tuhan Yang Maha Esa karena berkat yang diberikan-Nya, sehingga Penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik;
Untuk orang tuaku yang senantiasa memberikan doa, dukungan, dan motivasi
moril dan materil yang tiada henti-hentinya.
Keluargaku yang memberikan dukungan dan selalu menjadi motivasi Penulis
untuk terus berproses;
Untuk dosen-dosenku yang tanpa lelah berbagi ilmu dan menjadi mentor diskusi;
Sahabat-sahabatku yang telah mengisi hari-hariku dan menyemangati untuk
pantang menyerah selama ini;
Terakhir, kepada Teman-teman HI Unila angkatan 2015 yang mewarnai dinamika
kehidupan perkuliahan Penulis;
Serta untuk Almamaterku tercinta,
Jurusan Hubungan Internasional,
Universitas Lampung.
-
SANWACANA
Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat dan kasih-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul “Strategi Militer Rusia Terhadap Peningkatan Presensi
Militer North Atlantic Treaty Organization di Eropa Timur, 2014-2017” sebagai
salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hubungan Internasional di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
sehingga sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
untuk pengembangan dan kesempurnaan skripsi ini. Hal ini karena dalam
pelaksanaan penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapatkan
banyak bantuan, bimbingan, dukungan, dan saran dari berbagai pihak secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih dalam kesempatan ini kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang telah menjadi sumber kekuatan dan
pengharapan penulis untuk terus bertahan, serta memberikan berkat,
kesehatan, kelancaran, kemudahan, dan penyertaan-Nya selama ini dalam
proses penyelesaian skripsi;
-
2. Bapak Dr. Syarief Makhya, M.Si., selaku Dekan FISIP, Universitas
Lampung.
3. Ibu Dr. Ari Darmastuti, M.A., selaku Ketua Jurusan Hubungan
Internasional, FISIP, Universitas Lampung;
4. Ibu Dwi Wahyu Handayani, S.IP., M.Si., selaku Pembimbing Utama yang
telah memberikan waktu dan pikiran kepada penulis untuk membantu dan
mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini;
5. Bapak Iwan Sulistyo, S.Sos., M.A., selaku Dosen Pembimbing
Pendamping untuk segala kesabaran, waktu, tenaga, serta bimbingan yang
telah Bapak perkenankan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini;
6. Drs. Aman Toto Dwijono, M.H., selaku Dosen Penguji Skripsi Penulis
yang telah menyediakan waktu, saran, dan kritik yang telah diberikan
kepada Penulis dalam proses penulisan Skripsi ini;
7. Seluruh jajaran Dosen FISIP Universitas Lampung, khususnya Jurusan
Hubungan Internasional yang telah memberikan ilmu-ilmu yang
bermanfaat, bimbingan, serta motivasi kepada Penulis;
8. Seluruh Staf dan Karyawan FISIP Universitas Lampung, khususnya
Jurusan Hubungan Internasional;
9. Sumber utama kekuatan penulis, Papa dan Mama yaitu bapak Nasir Eden
Panjaitan dan ibu Tri Susanti yang tiada henti memberikan semangat dan
kekuatan selama hidup penulis terlebih dalam masa-masa penyelesaian
skripsi. This Thesis is dedicated for you two, I love you so much Ma & Pa;
-
10. Adik-Adikku tercinta Priscilla Iranata Panjaitan dan Christian Abimayu
Panjaitan. Terimakasih telah menjadi adik, sahabat, penghibur sekaligus
tempat untuk menceritakan segala keluh kesah. Thank you Ki & Bi for
understanding things when no one else could;
11. Almarhum Eyang Kakung, Almarhum Opung Boru dan Opung Doli yang
telah berbahagia di atas sana. Eyang dan Opung, terimakasih atas doa dan
kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis, khususnya kepada
Almarhum Eyang Kakung yang telah ikut merawat penulis serta
memberikan cinta dan dukungannya. I really wish you were here today, I
am a proud grandchild and I will miss you everyday until we meet again;
12. Keluarga besar penulis yang tiada hentinya menyayangi, memberikan doa,
motivasi serta bantuan kepada penulis;
13. Sahabatku tercinta Magdalena Kusuma Wardani yang telah setia
menemani penulis selama kurang lebih 15 tahun. Terimakasih karena telah
menjadi tempat untuk bersandar dan selalu mendukung setiap langkah
penulis. I know that you’ll always be there for me. Thank you for staying
constant in a world full of change, i love you;
14. Sahabat-sahabatku tersayang Thai Club, yang telah menjadi pendamping
dalam perjalanan yang panjang ini: Hayyu Putri Sophana, Hasya Novizsa,
Sarah Endang Tri Wahyuningsih dan Chaindra Adityas Ramadhan.
Terimakasih banyak selalu menemani dan membantu penulis dalam segala
hal. Thank you for being there for me. I can’t find any other words to
describe how thankful I am to have you guys in my life;
-
15. Untuk seseorang yang selalu setia menemani dan memberikan motivasi. I
want to thank you for the endless things you do for me. Thank you for
loving me, thank you for believing in me, even when i can’t believe in
myself. I just wanted to let you know that I appreciate you more than
words can write. I'm so thankful to be a part of your life.
16. Teruntuk teman-teman terbaik ku, Anissa Fernanda S. Nilam, Firstya
Rachmadininta Putri, Arif Ramadhan, Sevy Lelibriani, Devita Riana Purba,
Riris Silalahi, dan Geraldo Marcellino. Terima kasih telah menjadi teman
yang saling mendukung satu sama lain, terima kasih atas canda, kritik, dan
banyak bantuan yang telah diberikan dalam proses penulisan skripsi ini;
17. Teman-teman Liaison Officer Mess Nomor tiga PSNMHII 30 Universitas
Lampung; Riris, Gio, Nyi Ayu, Salsa, dan Rafika.
18. Seluruh teman-teman Strata-1 Hubungan Internasional angkatan 2015
tanpa terkecuali, semoga kesuksesan dapat menyertai kita semua;
19. Bapak dan Ibu staff Kemenlu khususnya Direktorat Hukum dan Perjanjian
Internasional: Pak Agus, Pak Amrih Jinangkung, Pak Zahir, Bu Shanti,
Pak Nuke, dan Pak Rahmat yang telah mengajarkan penulis untuk berpikir
dengan cara yang kritis, mendetail dan banyak memberikan masukan serta
dukungan bagi penulis. Untuk Kak Aldamayo I’ll always remember the
good memories we shared. Short-lived but intense is probably the best way
to describe it;
20. Teman-teman magang Direktorat HPI Kemenlu: Kak Grace, Adolf, Kak
Ai, dan Rere yang telah banyak membantu, membimbing dan menjadi
teman baik bagi penulis selama melaksanakan magang di Kemenlu;
-
21. Kepada teman-teman KKN penulis di Desa Rajabasa Baru, Lampung
Timur; Suci, Theo, Narendra, Sayu, Wilujeng dan Ridho.
22. Seluruh pihak yang telah membantu dalam kelancaran dan kesuksesan
skripsi ini.
Bandar Lampung, 03 September 2019
Christindyah Clarasanti Panjaitan
NPM. 1516071061
-
ii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 8
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 9
2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................................................... 17
2.2 Kerangka Analitis ........................................................................................... 20
2.2.1 Strategi Militer (Military Strategy) ..................................................... 20
2.2.2 Presensi Militer (Military Presence) ................................................... 22
2.2.3 Dilema Keamanan (Security Dilemma) .............................................. 24
2.2.4 Perimbangan Ancaman (Balance of Threat) ....................................... 27
2.2.5 Kebijakan Pertahanan (Defence Policy) .............................................. 30
2.3 Kerangka Pemikiran ................................................................................................................... 32
-
iii
III. METODE PENELITIAN ............................................................................. 34
3.1 Tipe Penelitian ................................................................................................ 34
3.2 Fokus Penelitian .............................................................................................. 35
3.3 Jenis dan Sumber Data .................................................................................... 36
3.4 Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 36
3.5 Teknik Analisis Data ...................................................................................... 37
3.6 Level Analisis Penelitian ................................................................................ 37
3.5 Validitas Data Penelitian ................................................................................ 38
IV. GAMBARAN UMUM ................................................................................ 40
4.1. Profil Negara Rusia ....................................................................................... 40
4.2. Kapabilitas Militer Rusia ............................................................................... 43
4.3. Hubungan Rusia-NATO ................................................................................ 48
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 51
5.1. Presensi Militer NATO 2014 – 2017 ............................................................. 51
5.2. Strategi Militer Rusia Terhadap Peningkatan Presensi Militer NATO
2014-2017 .............................................................................................................. 75
5.2.1 Doktrin Militer Rusia ..................................................................... 75
5.2.2 Modernisasi Militer Rusia .............................................................. 79
5.2.2.1 Angkatan Darat (Land Forces) .......................................... 83
5.2.2.2 Angkatan Udara (Air Forces) ............................................ 84
5.2.2.3 Angkatan Laut (Navy) ........................................................ 86
VI. PENUTUP ................................................................................................... 89
6.1. Kesimpulan .................................................................................................... 89
6.2. Saran .............................................................................................................. 91
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 93
-
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Tabel Ringkasan Penelitian Terdahulu.......................................................... 17
Tabel 3.1
Tabel 4.1
Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
Tabel 5.4
Tabel Tingkat Analisis Penelitian..................................................................
Tabel Jumlah Kekuatan Militer Rusia............................................................
Tabel Daftar Negara Anggota NATO............................................................
Tabel Aktivitas Militer NATO di Eropa Timur Tahun 2015.........................
Tabel Kontribusi Militer Enhanced Forward Presence di Polandia.............
Tabel Peningkatan Presensi Militer NATO di Eropa Timur Tahun 2014-
2017................................................................................................................
38
47
55
58
64
65
Tabel 5.5 Tabel Kapal Angkatan Laut Baru yang Dipersenjatai Rudal Jelajah............. 86
-
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir................................................................................. 33
Gambar 4.1 Peta Wilayah Negara Rusia…………………............................................ 41
Gambar 5.1 Enhanced Forward Presence NATO......................................................... 62
Gambar 5.2 Kapabilitas Rudal Potensial Rusia…………………................................ 82
Gambar 5.3 Pengembangan Pesawat Tempur Flanker Rusia....................................... 85
Gambar 5.4 Pengeluaran Militer Rusia 2010-2018......................................................... 88
-
vi
DAFTAR SINGKATAN
AWACS
BALTOPS
CAA
CMAF
CSCE
EC
EU
ICBM
ISAF
NATO
NFIU
NMD
NRC
OMON
PfP
SAP
SCO
SLBM
SOBR
: Airborne Earlywarning and Control
: Baltic Operations
: Combined-Arms Armies
: Coastal Missile Artillery Forces
: Conference on Security and Cooperation in Europe
: the European Community
: the European Union
: Intercontinental Ballistic Missile
: International Security Assistance Force
: the North Atlantic Treaty Organization
: NATO Force Integration Unit
: National Missile Defense
: NATO-Russia Council
: Otryad Militsii Osobogo Naznacheniya
: Partnership for Peace
: System, Application, Product
: Shanghai Cooperation Organization
: Submarine-launched ballistic missiles
: Spetsial'niy Otryad Bystrovo Reagirovaniya
-
vii
START
SRF
VJTF
: Strategic Arms Reduction Treaties
: Strategic Rocket Forces
: Very High Readiness Joint Task Force
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keamanan didefinisikan oleh Viotti dan Kauppi sebagai pertahanan serta
perlindungan dasar dari suatu negara, dan konsep keamanan ini berlaku untuk
individu maupun kelompok.1 Konsep pertahanan dan keamanan erat kaitannya
dengan perang dan kemiliteran yang biasanya timbul akibat dari adanya ancaman
dari negara lain.2 Namun, dalam hal ini perang lebih merujuk kepada definisi
untuk memperjuangkan keutuhan serta mempertahankan keamanan negara.
Keamanan merupakan aspek paling penting dalam mempertahankan kedaulatan
suatu negara. Negara dituntut untuk mampu meningkatkan kekuatan militer guna
menciptakan pertahanan negara yang tangguh dan diperhitungkan di mata dunia.
Bukan hanya itu, negara meningkatkan kekuatan militernya sebagai alat untuk
menunjukkan kepada negara lain power yang dimiliki oleh negara tersebut.3
Pasca-perang Dunia II, hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan Uni
Soviet belum menemukan titik damai. Pada Perang Dingin kedua negara tersebut
mulai menyebarkan ideologinya masing-masing. Perang Dingin merupakan
keadaan dimana kedua negara tersebut tidak telibat perang secara langsung, tetapi
1Paul R. Viotii dan Mark V. Kauppi. 1999. International Relations Theory (5th Edition). Pearson Education, Inc. Hlm 56.
2 Ibid, hlm 56.
3 Bob Jessop. The State and State Power. Sage Handbook of Power, London. Hlm 367.
-
2
lebih mengarah pada perang ideologis antara keduanya, Uni Soviet menyebarkan
ideologi komunisnya dan AS dengan paham liberalnya.
AS memimpin Blok Barat, yang beranggotakan negara-negara Eropa Barat
dan Uni Soviet memimpin Blok Timur dengan negara-negara komunis seperti
Tiongkok. 4 Persaingan antar-kedua negara tersebut menimbulkan kecurigaan
antara AS dan Uni Soviet dan menyebabkan ketegangan antara kedua negara.
Negara-negara di luar AS dan Uni Soviet khususnya negara-negara kecil
cenderung mencari perlindungan keamanan dari negara-negara yang memiliki
power lebih besar.
Persaingan antara AS dan Uni Soviet sangat terlihat saat pembagian
Jerman sebagai hasil dari Konferensi Postdam. Saat itu Jerman dibagi ke dalam
empat daerah pendudukan, di mana Tembok Berlin menjadi simbol pembagian
kedua negara tersebut. Satu wilayah diduduki Uni Soviet berada di Jerman bagian
timur dan menganut paham komunisme. Sedangkan Jerman Barat oleh Amerika
Serikat, Perancis dan Inggris yang menerapkan paham liberalisme.5
Dalam menandingi dan menjaga keamanan di Eropa Barat dari pengaruh
Uni Soviet, Amerika Serikat bersama dengan negara-negara Barat membentuk
aliansi militer baru yaitu North Atlantic Treaty Organization (NATO) atau Pakta
Pertahanan Atlantik Utara yang terbentuk pada 4 April 1949 di Washington DC.
Dalam pembentukannya, terdapat 12 negara yang ikut berpartisipasi, yakni
4Robert McNamara. 1989. Out of the Cold: New Thinking for American Foreign Policy in
the 21th Century. London: Bloomsbury. Hlm 23. 5Andrew Wolff. 2015. The Future of NATO enlagerment after the Ukraine Crisis.
International Affair, 91. Hlm 103.
-
3
Amerika Serikat, Belanda, Belgia, Denmark, Inggris, Islandia, Italia, Kanada,
Luxembourg, Norwegia, Portugal dan Prancis.6
Sementara itu, Uni Soviet yang memimpin Blok Timur turut membentuk
sebuah pakta pertahanan dengan negara-negara yang menganut paham komunis
untuk mengorganisasikan diri terhadap kemungkinan ancaman NATO. Pakta
pertahanan tersebut adalah Pakta Warsawa yang di bentuk pada tanggal 14 Mei
1955 di Warsawa, Polandia. Negara-negara yang tergabung dalam Pakta Warsawa
yakni Uni Soviet, Albania, Bulgaria, Cekoslovakia, Hungaria, Jerman Timur,
Mongolia, Polandia dan Rumania.7
Kompetisi antara kedua pakta pertahanan ini usai pada saat Perang Dingin
berakhir yang ditandai dengan runtuhnya Uni Soviet pada tahun 19918 dan diikuti
pula dengan bubarnya Pakta Warsawa. Berakhirnya Perang Dingin juga memberi
pengaruh besar terhadap tata kelola sistem global khususnya pada isu keamanan.
Dunia tidak lagi dikuasai oleh kekuatan bipolar antara AS dan Uni Soviet. Dalam
salah satu bukunya, Francis Fukuyama memberikan gambaran bahwa runtuhnya
Uni Soviet yang ditandai dengan berakhirnya Perang Dingin secara tidak langsung
menghapus rivalitas antara AS dan Uni Soviet. 9 Berakhirnya Perang Dingin
menandakan berakhirnya komunisme yang dibawa oleh Uni Soviet sebagai negara
super power. Akibat dari hal tersebut Amerika Serikat menjadi satu-satunya
6Ibid. Hlm.106
7CIA Historical Review Program. "Eastern Europe and the Warsaw Pact". National
Intelligent Estimate. Dalam https://www.cia.gov/library/readingroom/docs/1965-08-26.pdf.
Diakses pada 22 November 2018 Pukul 21.22 8Ibid. Hlm 3 9Francis Fukuyama. 1992. The End of History and the Last Man. Free Press. Dalam
Francis Fukuyama. The End of History? The National Interest, Summer 1989, Hlm. 1. (Sebelum
menjadi buku, artikel Fukuyama The End of History pertama kali muncul dalam jurnal The
National Interest No.16 Musim Panas Tahun 1989)
https://www.cia.gov/library/readingroom/docs/1965-08-26.pdf
-
4
kekuatan besar dalam sistem internasional.10 NATO menjadi satu-satunya pakta
pertahanan yang masih bertahan di kawasan Eropa dan Atlantik Utara.
Pakta pertahanan ini berusaha mencapai kepentingannya, yaitu
menghilangkan penyebaran komunisme di wilayah Eropa dengan sedikit demi
sedikit memperluas keanggotannya. Demi mencapai tujuan tersebut, NATO
memperluas keanggotaannya sampai ke wilayah Eropa Timur yang dulunya
merupakan wilayah kekuasaan di bawah pengaruh Uni Soviet. Kemudian
ditambah dengan bergabungnya negara-negara seperti Hungaria, Republik Ceko,
dan Polandia yang merupakan negara eks penganut paham komunisme.
Setelah runtuhnya Uni Soviet dan diikuti dengan bubarnya Pakta Warsawa,
Uni Soviet terpecah-pecah menjadi beberapa negara seperti Rusia, Belarus,
Estonia, Georgia, Lituania, Moldova, Ukraina, dan seterusnya.11 Rusia sebagai
pengganti kedudukan Uni Soviet merupakan bagian dari Negara Uni Soviet yang
terbesar dan mewarisi wilayah paling luas. Rusia juga mewarisi aset-aset ekonomi
dan persenjataan Uni Soviet. Oleh karena itu, pertahanan militer yang dimiliki
Rusia cukup membuat Negara lain segan terhadap kapabilitas yang dimiliki Rusia.
Setelah runtuhnya Uni Soviet dan Pakta Warsawa, NATO dibawah kendali
Amerika Serikat memanfaatkan kesempatan untuk membendung pengaruh Rusia
di kawasan Eropa Timur untuk menyebarluaskan jangkauan kekuasaannya.
Perluasan wilayah kekuasaan yang dilakukan NATO hingga ke Eropa Timur
membuat keberadaan Rusia merasa terancam khususnya bagi posisi geopolitik
Rusia. Hal tersebut akan berdampak pada hilangnya pengaruh Rusia di Eropa
10Jason W. Davidson. 2009. “Italy-US Relations since the End of the Cold War: Prestige,
Peace, and the Transatlantic Balance”, University of Mary Washington, Buletin of Italian Politics,
Vol. 1 Hlm. 290. 11Ibid. Hlm 291.
-
5
Timur dan mengurangi ruang gerak Rusia di kawasan tersebut khususnya di
negara-negara pecahan Uni Soviet.
Ekspansi yang dilakukan oleh NATO yang terus mengarah ke Eropa
Timur menjadi ancaman bagi Rusia sebab Eropa Timur merupakan penghubung
Rusia dengan Negara-negara Barat. NATO juga terus meluas ke Eropa Timur
khususnya di Ukraina dengan memasukan beberapa negara bekas anggota Pakta
Warsawa ke dalam keanggotaan NATO.12 Negara-negara anggota NATO yang
berada di Eropa Timur dan merupakan negara bekas anggota Pakta Warsawa,
yakni Bulgaria, Hongaria, Polandia, Republik Ceko, Rumania, dan Slovakia.
Puncaknya pada tahun 2014 hubungan antara Rusia dan NATO kembali
menegang sejak aneksasi Krimea dari Ukraina yang dilakukan oleh Rusia.
Diawali dengan protes masyarakat Ukraina akibat dari tindakan Presiden Ukraina
untuk mundur dari penandatanganan perjanjian kerjasama dengan Uni Eropa. Hal
inilah yang memicu timbulnya protes besar-besaran dan diturunkannya Presiden
Ukraina, yakni Viktor Yanukovych dari jabatannya pada Februari 2014.13 Setelah
Yanukovych berhasil diturunkan, muncul kelompok pro-Rusia di Ukraina Timur
yang sebagian besar masyarakat di wilayah tersebut merupakan etnis Rusia dan
mereka ingin melakukan referendum.
Hal tersebut yang membuat Rusia mengirimkan pasukannya ke Ukraina
Timur dan mengakibatkan terjadinya konflik bersenjata antara rakyat pro-Rusia
dengan pasukan Ukraina. Intervensi yang dilakukan oleh Rusia dilakukan dengan
12George Soros. 2007. Open Society: Reforming Global Capitalism. Jakarta. Yayasan
Obor Indonesia. Hlm 371. 13 Edward Lucas & Mitchell. 2014. Central European Security After Crimea: The Case
for Strengthening NATO’s Eastern Defenses. Center for European Policy Analysis. Washington
DC. No.35. Hlm. 1.
-
6
alasan untuk melindungi compatriots.14 Oleh karena itu, pada 1 Maret 2014 Rusia
mengajukan proposal untuk menggunakan militer dalam melaksanakan intervensi
di wilayah Krimea. 15 Intervensi yang dilakukan Rusia dengan mengizinkan
pasukan dikirim ke Krimea dimaksudkan untuk melindungi warga negara dan
compatriots Rusia di wilayah tersebut.
Tindakan Rusia tersebut dinilai mencampuri urusan internal negara lain
dan membuat NATO merasa terganggu akan hal tersebut. Dibuktikan dengan
pidato dari Anders Fogh Rasmussen kepala NATO yang menyatakan bahwa
NATO mendesak Rusia untuk menarik kembali puluhan ribu pasukannya di
perbatasan Ukraina.16 Rasmussen juga mendesak Rusia tidak mengambil tindakan
apapun yang dapat meningkatkan ketegangan dan mencipatkan kesalahpahaman.
NATO juga akan tetap mendukung kedaulatan Ukraina dan integritas teritorial di
Ukraina karena hal tersebut merupakan faktor kunci stabilitas keamanan di Eropa
Tengah dan Timur secara keseluruhan.17
Ketegangan antara Rusia dan NATO juga semakin memanas saat
pangkalan militer milik NATO yang dibuat untuk melindungi keamanan anggota-
anggota NATO terus meluas ke wilayah Eropa Timur. Ketegangan lain juga
dipicu oleh adanya isu senjata nuklir dan pembangunan sistem pertahanan misil
milik NATO di bawah komando Amerika Serikat di beberapa wilayah kekuasaan
Rusia. Ekspansi yang dilakukan Amerika Serikat dan NATO dipandang Rusia
sebagai ancaman bagi eksistensinya. Ditambah lagi dengan ditandatanganinya
14 Compatriots merupakan masyarakat yang memiliki kesamaan bahasa, sejarah, warisan
budaya, tradisi dan adat istiadat dengan Rusia dan hidup di luar negeri (Kallas, Kristina. 2016.
Russia Compatriots Policy. Vol 15) 15 Ben Smith & Daniel Harari. Ukraine, Crimea and Rusia. Research Paper, 14/16 17
March 2014, House of Commons Library.
16 Ukraine Crisis: Nato Warns Russia Against Further Intervention, diakses pada 13
Desember 2018, melalui https://www.bbc.com/news/world-europe-26941799 17Ibid. www.bbc.com.
-
7
dokumen strategi keamanan nasional baru milik Rusia pada 31 Desember 2015
yang secara tegas menyebutkan NATO sebagai ancaman dan Rusia harus
merespon NATO. 18 Oleh karena itu, penelitian ini akan menelaah bagaimana
peningkatan presensi militer yang dilakukan oleh NATO di Eropa Timur serta
bagaimana strategi militer Rusia dalam menghadapi hal tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Eropa Timur menjadi faktor penting karena merupakan penghubung Rusia
dengan negara-negara Barat. Selain itu jika dilihat dari segi historis dan kultural,
jelas terlihat bahwa hubungan antara Rusia dan Negara-negara di Eropa Timur
khususnya negara pecahan Uni Soviet sangat dekat, sehingga Rusia berusaha
menjaga hubungan baik serta mempertahankan pengaruh kekuasaannya di
wilayah sekitar Rusia. Namun, bagi Rusia keberadaan dan ekspansi kekuatan
militer milik NATO yang berada di Eropa Timur merupakan sebuah ancaman
langsung bagi keamanan Rusia yang mengancam kedaulatan negaranya.
Berdasarkan hal yang telah dipaparkan dalam latar belakang adanya
konflik di Ukraina dan aneksasi Krimea oleh Rusia pada tahun 2014 membuat
hubungan Rusia dan NATO kembali menegang setelah sekian lama. Ditambah
lagi dengan adanya peningkatan presensi militer NATO di Eropa Timur hingga
tahun 2017 khususnya pada negara-negara anggota NATO yakni, Bulgaria,
Hongaria, Polandia, Republik Ceko, Rumania dan Slovakia membuat Rusia
merasa perlu untuk memberikan respon terhadap tindakan NATO melalui strategi
18 Olga Oliker. 2016. Unpacking Russia's New National Security Strategy. Diakses pada
23 November 2018, melalui https://www.csis.org/analysis/unpacking-russias-new-national-
security-strategy.
https://www.csis.org/analysis/unpacking-russias-new-national-security-strategyhttps://www.csis.org/analysis/unpacking-russias-new-national-security-strategy
-
8
militernya. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini menjawab
satu pertanyaan, yaitu : “Bagaimana strategi militer Rusia terhadap
peningkatan presensi militer NATO di Eropa Timur dari tahun 2014-2017?”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah untuk:
1. Menjelaskan peningkatan presensi militer NATO di Eropa Timur tahun
2014-2017 yang mencakup arms transfer, bases, dan joint military
exercise; serta
2. Menganalisis strategi militer Rusia terhadap peningkatan presensi
militer NATO di Eropa Timur dari tahun 2014 hingga 2017 yang
mencakup tujuan, cara (tindakan), serta sarana (sumber daya).
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dibuat agar memiliki dua manfaat, yaitu:
1. Manfaat Akademis:
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wawasan dan pengetahuan dalam
bidang strategic studies, serta bahan pembelajaran dan media informasi
dalam ilmu Hubungan Internasional khususnya mengenai respon negara
Rusia terhadap perluasan NATO di Eropa Timur;
2. Manfaat Praktis:
Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan rujukan atau sebagai
informasi tambahan untuk penulisan selanjutnya dan dapat menjadi
pertimbangan bagi pengambil kebijakan negara Rusia.
-
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini menganalisis strategi militer dari Rusia terhadap peningkatan
presensi militer NATO di Eropa Timur secara khusus di Negara-negara anggota
NATO seperti Bulgaria, Hongaria, Polandia, Republik Ceko, Rumania, dan
Slovakia dari tahun 2014 hingga tahun 2017. Dalam melakukan penelitian ini,
penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai bahan bacaan, sumber
informasi, dan bahan dalam melakukan penelitian yang serupa. Penulis
menggunakan kata kunci NATO enlargement, NATO’s Role in Eastern Europe,
Russian Military, NATO-Russia Relations, Eropa dan Eropa Timur.
Pertama, penelitian yang ditulis oleh Fadiah Silmina seorang mahasiswi
jurusan Hubungan Internasional pada Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Penelitian Fadiah berjudul “Alasan Rusia Menganggap NATO sebagai Ancaman
Dalam Sistem Pertahanan Anti Rudal Pasca Perang Dingin Tahun 2008-2015”.
Penelitian ini berfokus untuk mengetahui alasan-alasan mengapa sistem
pertahanan anti rudal milik NATO memberikan ancaman terhadap Rusia. Objek
penelitian pada penelitian ini adalah Rusia dan NATO. Penelitian ini
menggunakan konsep deterrence dan pertahanan (defense). Fadiah Silmina juga
menjelaskan mengenai dominasi kepentingan AS melalui NATO serta membahas
-
10
mengenai aliansi militer Rusia dan China bersama Negara-negara Asia Tengah
dalam Shanghai Cooperation Organization (SCO).19
Dalam penelitian ini dijelaskan mengenai rencana Amerika dalam
membangun Sistem Pertahanan Anti Rudal yang jelas mendapat kecaman keras
dari pihak Rusia. Polandia, Ceko dan Georgia merupakan kawasan yang sangat
dekat dengan wilayah Rusia, hal ini dianggap akan menjadi ancaman tersendiri
bagi Rusia dalam bidang keamanan negaranya. Meskipun demikian, Rusia tetap
menerima ajakan NATO untuk bekerjasama dalam pembangunan Sistem
Pertahanan Anti Rudal Eropa yang muncul pada bulan Juni tahun 2011. Rusia
menyatakan bahwa NATO sudah tidak menjadi ancaman bagi negaranya seperti
pada masa Perang dingin. Namun masih ada kekhawatiran yang dirasakan dengan
ekspansi kekuatan NATO. Kekhawatiran tersebut muncul dikarenakan keinginan
NATO untuk memproyeksiskan kekuatan militernya di luar cakupan wilayahnya.
Sebagai hasil, penulis menyimpulkan bahwa hubungan Rusia dan NATO
dari awal memang sudah mengalami ketegangan yang dikarenakan ekspansi
NATO dan AS ke kawasan Eropa. Berjalannya waktu sampai 2010 Rusia terus
memperbaharui doktrin militernya yang menggambarkan bahaya ancaman utama
eksternal Rusia yang berasal dari potensi kekuatan NATO. Rusia juga saat ini
tengah mengembangkan program SAP (System, Aplication, and Product) militer .
Program Peralatan Perang Negara Rusia yang dicanangkan hingga 2020 akan
dimasukan dalam program modernisasi militer.
19 Fadiah Silmina. 2016. “Alasan Rusia Menganggap NATO Sebagai Ancaman Dalam
Sistem Pertahanan Anti Rudal Pasca Perang Dingin Tahun 2008-2015”, Jurnal Hubungan
Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Diakses melalui
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/2673/JURNAL.pdf?sequence=15&isAllo
wed=y
-
11
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian penulis terletak pada
fokus penelitian yang lebih mengarah pada alasan-alasan mengapa sistem
pertahanan anti rudal milik NATO memberikan ancaman terhadap Rusia.
Sedangkan penelitian ini berfokus pada strategi militer Rusia terkait peningkatan
presensi militer yang dilakukan oleh NATO di Eropa Timur setelah mengetahui
bahwa NATO merupakan salah satu ancaman keamanan bagi Rusia. Selain itu,
penelitian tersebut menggunakan konsep yang berbeda dengan penelitian ini.
Penelitian Fadiah Silmina menggunakan konsep deterrence dan pertahanan
sedangkan penelitian ini hendak menggunakan beberapa konsep seperti military
strategy, defense policy, aksi reaksi, security dilemma dan balance of threat.20
Kedua, adalah penelitian yang ditulis oleh Satrio Pringgondani seorang
mahasiswa jurusan Hubungan Internasional di Universitas Pasundan. Penelitian
Satrio Pringgondani berjudul "Kebijakan Pertahanan Rusia dan Dampaknya
Terhadap North Atlantic Treaty Organization". Penelitian ini menggunakan
metode penelitian deskriptif analitik yang bertujuan untuk mengambarkan secara
umum mengenai dampak pertahanan militer rusia terhadap NATO dan
perimbangan kekuatan militer Rusia dengan NATO. Penulis berfokus pada dua
pokok permasalahan yaitu dampak perimbangan kekuatan konvensional Rusia
terhadap NATO dan dampak perimbangan non-konvensional terhadap NATO.21
Konsep yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah Konsep
Pertahanan Keamanan. Peneliti tersebut ingin melihat tindakan kedua belah pihak
yang terlibat konflik yang berusaha untuk mengembangkan kekuatan militernya
20 Ibid. Fadiah Silmina. Hlm. 19
21 Satrio Pringgondani. 2016. Kebijakan Pertahanan Rusia dan Dampaknya Terhadap
NATO. Skripsi (S1) thesis. Diakses melalui http://repository.unpas.ac.id/11635/
-
12
untuk mencegah ancaman dari luar. Selain itu, juga menggunakan Konsep
Perimbangan Kepentingan. Peneliti mengungkapkan bahwa Rusia berupaya untuk
mencegah ancaman negara lain. Salah satunya dengan menggunakan strategi
deterrence. Konflik yang melibatkan Rusia-NATO dalam upaya memperebutkan
pengaruh di kawasan Eropa, khususnya negara yang berbatasan langsung dengan
wilyah Rusia. Hal ini merupakan bentuk nyata dari upaya Rusia dalam melakukan
perimbangan kepentingannya. Masing-masing pihak (Rusia-NATO) berusaha
untuk mengeluarkan kebijakan yang dapat memperkuat eksistensi masing-masing
di kawasan tersebut. Terakhir, peneliti juga menggunakan Konsep Aksi Reaksi.
Dalam konsep ini, peneliti melihat bahwa ekspansi yang dilakukan oleh NATO
menimbulkan reaksi keras dari Rusia yang merasa terancam sehingga Rusia
kebijakan sebagai reaksi dari ekspansi NATO, manuver yang berupa peningkatan
kekuatan militernya. Hal ini kemudian ditanggapi oleh NATO (Amerika Serikat
dan sekutunya) dalam mengeluarkan program NMD (National Missile Defense).22
Sebagai hasil, penelitian ini memaparkan kesimpulan bahwa selama 10
tahun terakhir, kebijakan pertahanan Rusia telah mengalami evolusi yaitu
maksimalisasi kekuatan. Kebijakan Pertahanan yang dilakukan oleh Rusia
memberikan dampak terhadap NATO dalam membentuk kondisi perimbangan
relatif dalam bidang pertahanan keamanan, khususnya dalam hal kualitas
kemampuan militer. Senjata nuklir yang dimiliki oleh rusia memiliki dua misi.
Salah satunya adalah pencegahan strategis atas agresi besar-besaran terhadap
Rusia. Selain itu, digunakan sebagai pencegahan dari serangan konvensional oleh
22 Ibid. Satrio Pringgondani. Hlm. 70
-
13
suatu negara yang kuat atau sebuah aliansi (merujuk ke Amerika Serikat dan
NATO). 23
Peneliti juga memberikan beberapa saran di dalam penelitiannya, yakni
diperlukannya perundingan dalam menjaga keamanan regional di Eropa dan
mematuhi segala bentuk perjanjian yang telah disepakati oleh kedua pihak. Selain
itu, NATO perlu untuk mengurangi pembangunan sistem pertahanan berbasis
nuklir karena akan menimbulkan reaksi keras dari Rusia. Fokus penelitian yang
dilakukan oleh Satrio Pringgondani ini berbeda dengan penelitian yang saat ini
penulis lakukan karena penelitian tersebut lebih berfokus kepada dampak dari
kebijakan Rusia terhadap NATO. Selain itu penulis juga menggunakan konsep-
konsep yang berbeda dalam kerangka analitis.24
Ketiga, penelitian yang ditulis oleh Rizky Rizaldi Sidiki, seorang
mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional di Universitas Pasundan. Penelitian
Rizky Rizaldi Sidiki berjudul "Pengaruh Perluasan NATO ke Eropa Timur
Terhadap Konflik Ukraina". Ia menjelaskan bahwa perluasan NATO yang
semakin ke Timur Eropa telah membuat posisi geopilitik Rusia terancam.
Mencegah hal tersebut pada tahun 2013 Rusia menjadikan Ukraina sebagai
prioritas utama kebijakan luar negerinya. Penelitian ini berfokus untuk
mengetahui lebih dalam mengenai perimbangan kekuatan antara Rusia dan NATO
dan untuk mengetahui korelasinya dengan konflik yang terjadi di Ukraina, serta
23Ibid. Hlm, 80. 24 Ibid. Hlm, 81.
-
14
memahami bentuk respon yang diberikan NATO terhadap kebijakan pertahanan
Rusia.25
Peneliti memaparkan bahwa ikut campurnya NATO pada konflik Ukraina
ini merupakan tujuan NATO yang memanfaatkan krisis di Ukraina. Sebagai hasil,
peneliti menjelaskan bahwa konflik Ukraina adalah buntut dari kekesalan Rusia
atas perluasan NATO yang semakin ke Timur. Bagi Rusia kontrol atas Rusia akan
meningkatkan superioritas Rusia pada sisi geopolitik selain mendapat keuntungan
dari potensi ekonomi dan sumber daya alam yang dimiliki, sebaliknya bagi Barat
Ukraina mampu menjamin kedigdayaannya untuk jangka waktu yang lebih lama.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif analisis dan
deskriptif. Perbedaan antara penelitian oleh Rizki Rizaldy Sidiki dengan
penelitian ini terletak pada fokus utama dan kerangka analitisnya. Peneliti tersebut
hanya berfokus kepada pengaruh perluasan NATO terhadap konflik di Ukraina.
Sedangkan penulis berfokus kepada peningkatan presensi militer NATO di Eropa
Timur. Rizky Rizaldi Sidiki menggunakan Konsep power dan mencoba untuk
menjelaskan strategi psikologis yang diterapkan negara yang bersaing (Rusia-
NATO) dalam memperebutkan hegemoni di Eropa Timur.
Keempat adalah penelitian milik Vojtech Mastny dengan judul "Eastern
Europe and the Early Prospects for EC/EU and NATO Membership". Penelitian
ini berfokus pada integrasi di Eropa setelah berakhirnya Perang Dingin. Jurnal ini
juga mejelaskan mengenai organisasi-organisasi yang eksis pada 1987 yakni
European Community (EC), North Atlantic Treaty Organization (NATO), dan
25 Rizky Rizaldi Sidiki. 2016. Pengaruh Perluasan NATO ke Eropa Timur Terhadap Konflik Ukraina. Diakses melalui http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/12076
http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/12076
-
15
Conference on Security and Cooperation in Europe (CSCE). 26 Konferensi
Keamanan dan Kerjasama di Eropa pada saat itu menjadi kunci kerangka yang
lebih layak untuk integrasi bagi negara-negara anggota Pakta Warsawa. Disana
juga dijelaskan bahwa saat-saat itu merupakan periode kritis bagi masyarakat
Eropa dalam kemajuan dan transformasi, yang membuat Eropa Timur memenuhi
syarat sebagai kawasan yang demokratis, makmur dan aman. Peneliti
memaparkan bahwa pada tahun 1992, kemerosotan dan runtuhnya Uni Soviet
telah membuat NATO dan Uni Eropa menjadi alternatif organisasi yang lebih
menjanjikan.
Sebagai hasil, penelitian ini menjelaskan mengenai keberhasilan institusi
Barat terhadap perluasan dan integrasi di Eropa. Serta kebangkitan sistem
keamanan di Eropa yang inovatif sebagai pencapaian dari NATO dan Uni Eropa.
Perbedaan penelitian milik Vojtech Mastny dengan penelitian ini yakni terletak
pada fokus penelitiannya. Penelitian Vojtech berfokus pada peran NATO dan Uni
Eropa sebagai penyokong keamanan di Eropa. NATO penting untuk keadaaan
darurat yang kemungkinan terjadi. Sedangkan Uni Eropa mampu menyediakan
landasan keamanan harian dan menjaga kemakmuran ekonomi dan stabilitas
politik di Eropa. Berbeda dengan penelitian tersebut, penelitian ini berfokus
kekhawatiran Rusia terhadap peningkatan aktivitas militer NATO di Eropa Timur
sehingga Rusia perlu melacarkan strategi militernya dalam menghadapi tindakan
NATO di Eropa Timur.27
Kelima, penelitian yang berjudul "Revisiting NATO's Stabilizing role in
South-Eastern Europe: The Cold War Experience and the Longue Durée" oleh
26 Vojtech Mastny. 2009. Eastern Europe and the Early Prospects for EC/EU and NATO Membership. The Parallel History Project on Cooperative Security, Zurich Switzerland. Hal 203.
27 Ibid. Vojtech Mastny. Hlm, 217.
-
16
Evanthis Hatzivassiliou seorang profesor Sejarah Kontemporer di Universitas
Athena. Hatzivassiliou memaparkan mengenai kondisi pasca perang Balkan yang
melibatkan pemisahan Perang Dingin dan perselisihan regional. Dalam menangani
dan untuk integrasi Balkan dalam konteks global, NATO menjadi fokus utama
dalam klaim teritorial antara Yunani dan Turki di satu sisi dan Bulgaria di sisi lain.
Ironisnya, NATO kurang berhasil dalam memfasilitasi rekonsiliasi antara kedua
anggotanya, Yunani dan Turki, meski bisa dibilang itu juga berkontribusi dalam
mencegah bentrokan bilateral.28
Penelitian tersebut juga membahas dampak NATO pada arus historis yang
lebih luas di Eropa bagian Tenggara. Namun penelitian tersebut tidak membahas
mengenai negara-negara yang tidak sepenuhnya terintegrasi dalam institusi-
institusi Perang Dingin, seperti Yugoslavia. Berbeda dengan penelitian ini,
penelitian Hatzivassiliou mencoba untuk menilai peran NATO dalam kasus
negara-negara Balkan. Kontribusi NATO sebagian besar terletak pada integrasi
regional yang dilakukan NATO, meningkatkan kepercayaan diri Yunani dan
Turki, dan dalam jangka panjang, membantu rekonsiliasi mereka dengan Bulgaria,
memfasilitasi keamanan di negara-negara tersebut, di mana NATO dianggap
sebagai katalisator.Penelitian tersebut lebih merujuk kepada peran NATO dalam
menstabilkan antar negara, yang berbeda dengan penelitian ini karena Rusia justru
menganggap NATO sebagai ancaman di Eropa.29
28 Evanthis Hatzivassiliou (2012) Revisiting NATO's Stabilizing role in South-Eastern Europe: The Cold War Experience and the Longue Durée. Southeast European and Black Sea
Studies Vol. 12, No. 4. Hlm, 515. 29 Ibid. Evanthis Hatzivassiliou. Hlm, 527.
-
17
Tabel berikut adalah rangkuman dari beberapa penelitian terdahulu yang telah
dipaparkan sebelumnya:
Tabel 2.1. Tabel Ringkasan Penelitian- Penelitian Terdahulu
No. Nama
Penulis
Judul Buku
Atau Tulisan
Fokus Tulisan Jalan Keluar
1. Fadiah
Silmina
Alasan Rusia
Menganggap
NATO sebagai
Ancaman Dalam
Sistem
Pertahanan Anti
Rudal Pasca
Perang Dingin
Tahun 2008-2015
Berfokus untuk mengetahui
alasan-alasan mengapa sistem
pertahanan anti rudal milik
NATO memberikan ancaman
terhadap Rusia. Objek
penelitian pada penelitian ini
adalah Rusia dan NATO
Rusia terus
memperbaharui
doktrin
militernya dan
mengembangka
n program SAP
militer..
Perbedaan
dengan
Penelitian
terdahulu
Perbedaan penelitian tersebut terletak pada fokus penelitian yang lebih
mengarah pada alasan-alasan mengapa sistem pertahanan anti rudal
milik NATO memberikan ancaman terhadap Rusia. Sedangkan
penelitian ini berfokus pada strategi militer Rusia terkait peningkatan
presensi militer yang dilakukan oleh NATO di Eropa Timur setelah
mengetahui bahwa NATO merupakan salah satu ancaman keamanan
bagi Rusia.
2. Satrio
Pringgon
dain
Kebijakan
Pertahanan Rusia
dan Dampaknya
Terhadap North
Atlantic Treaty
Organization
Berfokus pada dua pokok
permasalahan yaitu dampak
perimbangan kekuatan
konvensional Rusia terhadap
NATO dan dampak
perimbangan non-konvensional
terhadap NATO
Kebijakan
Pertahanan
Rusia
memberikan
dampak
terhadap NATO
dalam
membentuk
kondisi
perimbangan
relatif dalam
bidang
pertahanan
keamanan
Perbedaan
dengan
Penelitian
terdahulu
Fokus penelitian yang dilakukan oleh Satrio Pringgondani ini berbeda
dengan penelitian yang saat ini penulis lakukan karena penelitian
tersebut lebih berfokus kepada dampak dari kebijakan pertahanan
Rusia terhadap NATO. Selain itu penulis juga menggunakan konsep-
konsep yang berbeda dalam kerangka analitis, seperti konsep military
strategy, military presence, security dilemma, dan balance of threat
-
18
3. Rizki
Rizaldi
Sidiki
Pengaruh
Perluasan NATO
ke Eropa Timur
Terhadap Konflik
Ukraina
Berfokus untuk mengetahui
lebih dalam mengenai
perimbangan kekuatan antara
Rusia dan NATO dan untuk
mengetahui korelasinya dengan
konflik yang terjadi di Ukraina
Konflik Ukraina
buntut dari
kekesalan Rusia
atas perluasan
NATO. Kontrol
atas Rusia akan
meningkatkan
superioritas
Rusia pada sisi
geopolitik &
mendapat
keuntungan dari
potensi
ekonomi dan
SDA yang
dimiliki. Bagi
Barat Ukraina
mampu
menjamin
kedigdayaannya
untuk jangka
waktu lama
Perbedaan
dengan
Penelitian
terdahulu
Perbedaan penelitian ini terletak pada fokus utama dan kerangka
analitisnya. Peneliti tersebut hanya berfokus kepada pengaruh
perluasan NATO terhadap konflik di Ukraina. Sedangkan penulis
berfokus kepada peningkatan presensi militer NATO di Eropa Timur.
Rizky Rizaldi Sidiki menggunakan konsep power dan mencoba untuk
menjelaskan strategi psikologis yang diterapkan negara yang bersaing
(Rusia-NATO).
4. Vojtech
Mastny
Eastern Europe
and the Early
Prospects for
EC/EU and
NATO
Membership
Berfokus pada integrasi di
Eropa setelah berakhirnya
Perang Dingin olehNATO dan
Uni Eropa.
Keberhasilan
institusi Barat
terhadap
perluasan dan
integrasi di
Eropa. Serta
kebangkitan
sistem
keamanan di
Eropa yang
inovatif sebagai
pencapaian dari
NATO dan Uni
Eropa
Perbedaan
dengan
Penelitian
terdahulu
Perbedaan penelitian ini yakni terletak pada fokus penelitiannya.
Penelitian Vojtech berfokus pada peran NATO dan Uni Eropa sebagai
penyokong keamanan di Eropa. NATO penting untuk keadaaan
darurat yang kemungkinan terjadi. Sedangkan Uni Eropa mampu
menyediakan landasan keamanan harian dan menjaga kemakmuran
-
19
ekonomi dan stabilitas politik di Eropa. Berbeda dengan penelitian
tersebut, penelitian ini berfokus kekhawatiran Rusia terhadap
peningkatan aktivitas militer NATO di Eropa Timur
5. Evanthis
Hatzivas
siliou
Revisiting
NATO's
Stabilizing role in
South-Eastern
Europe: The Cold
War Experience
and the Longue
Durée
Berfokus pada peran dan
kontribusi NATO dalam
menangani integrasi Balkan,
Eropa bagian Tenggara..
Kontribusi
NATO sebagian
besar terletak
pada integrasi
regional yang
dilakukan
NATO,
meningkatkan
kepercayaan
diri Yunani -
Turki, dan
membantu
rekonsiliasi
dengan
Bulgaria, serta
memfasilitasi
keamanan di
negara-negara
tersebut,.
Perbedaan
dengan
Penelitian
terdahulu
Penelitian Hatzivassiliou mencoba untuk menilai peran NATO dalam
kasus negara-negara Balkan. Di mana NATO dianggap sebagai
katalisator.Penelitian tersebut lebih merujuk kepada peran NATO
dalam menstabilkan antar negara, yang berbeda dengan penelitian ini
karena Rusia justru menganggap NATO sebagai ancaman di Eropa
Sumber: data diolah oleh penulis
-
20
2.2 Kerangka Analitis
Penelitian ini menggunakan teori dan konsep yang berkaitan dengan
strategi militer dan dinamika presensi militer, yaitu konsep military strategy,
military presence, security dilemma, balance of threat, dan defense policy.
2.2.1 Strategi Militer (Military Strategy)
Sebagaimana yang tertulis dalam Dictionary of Military and
Associated Terms yang diterbitkan Kementerian Pertahanan Amerika Serikat,
strategi merupakan seni dan ilmu mengembangkan serta menggunakan
instrumen kekuatan nasional dengan cara yang sinkron dan terintegrasi untuk
mencapai tujuan medan perang, nasional, dan multinasional. Militer serta
sistem persenjataan dan berbagai aspek-aspek yang berkaitan merupakan
elemen utama dalam pelaksanaan strategi. Selain itu strategi militer
merupakan sebuah kebijakan yang diimplementasikan oleh organisasi militer
untuk mengejar kepentingan-kepentingan strategis yang hendak dicapai. 30
Dapat disimpulkan bahwa strategi militer adalah perencanaan dan pelaksanaan
perlombaan antara kelompok-kelompok musuh bersenjata. Strategi, yang
merupakan subdisiplin perang dan kebijakan luar negeri adalah alat utama
untuk mengamankan kepentingan nasional.
Strategi militer melibatkan penggunaan sumber daya militer seperti
pasukan, peralatan, dan informasi melawan sumber daya lawan untuk
mendapatkan supremasi atau mengurangi keinginan lawan untuk bertempur
30 Scott, S Gartner. 1999. Strategic Assessment in War, Yale University Press.
-
21
yang dikembangkan melalui ajaran ilmu militer.31 Perumusan strategi militer
adalah hasil langsung dari generalisasi pengalaman kepemimpinan angkatan
bersenjata dalam proses persiapan dan pelaksanaan perang skala strategis.
Namun, strategi militer tidak hanya hasil dari pengalaman umum suatu negara
tetapi juga mencakup prediksi teoritis tentang kondisi yang mungkin akan
terjadi di masa depan.32
Strategi militer adalah praktik mengurangi kapasitas fisik dan kemauan
musuh untuk bertarung, dan terus melakukannya hingga tujuan tercapai. Hal
tersebut terjadi di masa perang maupun masa damai dan mungkin melibatkan
penggunaan kekuatan secara langsung atau tidak langsung sebagai ancaman.
Strategi militer sering dibagi menjadi tiga variabel: tujuan, cara (tindakan),
dan sarana (sumber daya). 33 Praktek strategi militer dijelaskan bersama
dengan kekuatan militer yang ditambah oleh sembilan "prinsip perang":
objective, maneuver, surprise, mass, economy of force, offensive, security,
simplicity, and unity of command.34
Keberadaan strategi militer juga tidak dapat dipisahkan dari kapabilitas
militer yang dimiliki oleh suatu negara. Seperti yang dipaparkan oleh S.F
Tomajczyck di dalam Dictionary of The Modern United States Military :
‘The ability of a nation to achieve a specific wartime objective , such as
destroying a target or winning a battle. When determining one’s military
capability, four aspects must be considered: Force Structure: The number,
size and composition of the combat units (e.g., airwings, divisions, ships) that
make up the military force; Modernization: The technical sophistication of the
combat units and their weapons and equipment; Readiness: The ability of
31 Sokolovsky, V. D. Military Strategy. Foreign Technology Division. Moscow: Third
Edition. 32 Ibid, Sokolovsky.
33 Antulio, Echevarria. 2017. Military Strategy: A Very Short Intoduction. Oxford
University Press. 34Ibid. Antulio, Echevarria.
-
22
combat units and weapons systems to deploy without without unacceptable
delay and perform at the level expected of them; Sustanibility: The ability of
combat units, weapon systems and equipment to maintain their level of
performance and duration of combat activity in order for certain objectives to
be achieved. This so-called “staying power” is typically measured in numbers
of days. For instance, a Marine Expeditionary Unit (MEU) generally has a
self-sustainment capability of 15 days; a Marine Expeditionary Force (MEF),
60 days”35
Melalui konsep ini, dapat diketahui tindakan-tindakan serta cara yang
dilakukan Rusia dalam merespon perluasan militer NATO, yang tentunya
mengancam Rusia sehingga Rusia perlu mengeluarkan strategi militernya.
2.2.2 Presensi Militer (Military Presence)
Dov S. Zakheim mantan Wakil Menteri Pertahanan untuk Perencanaan
dan Sumber Daya Amerika Serikat di dalam laporannya yang berjudul Political
and Economic Implications of Global Naval Presence, menyebutkan bahwa
military presence sering disebut dengan forward presence atau peacetime
presence. 36 Military presence atau forward presence merupakan kegiatan
mempertahankan pasukan yang ditempatkan di depan atau di luar negeri untuk
menunjukkan tekad nasional, memperkuat aliansi, mencegah musuh potensial, dan
meningkatkan kemampuan untuk merespon dengan cepat terhadap kemungkinan
serangan yang terjadi. 37 Dijelaskan juga bahwa pengerahan pasukan tersebut
dilakukan dalam kedekatan dengan lokasi yang menarik bagi keamanan dan
35 S. F. Tomajczyk. 1996. Dictionary of The Modern United States Military. North
Carolina: Mc Farland & Company. Hlm, 383.
36 Dov S. Zakheim. 1996. Political and Economic Implications of Global Naval Presence.
Office of the Deputy of Naval Operations, Resources, Warfare Requirements, and Assessments.
The Pentagon Washington DC. 37 Joint Publication 3-32. Department of Defense. 2015. Dictionary of Military and
Associated Terms.
-
23
kebijakan luar negerinya serta menunjukkan tujuan yang lebih kompleks dan
politis.
Thomason juga memaparkan konsep ini di dalam laporannya yang
berjudul Transforming US Overseas Military Presence. Thomason memaparkan
bahwa military presence terdiri dari semua aset militer yang berada di luar negeri
dan terlibat dalam kegiatan atau fungsi yang relatif rutin, teratur, dan tidak
bertempur.38 Aktivitas kehadiran militer di luar negeri secara umum dipandang
sebagai bagian dari keseluruhan kegiatan pemerintah suatu negara dalam upaya
mempromosikan tujuan militernya. Military presence juga mencakup pelatihan
militer asing untuk meningkatkan kapabilitas secara damai dan dengan jelas
menunjukan komitmen atau kemampuannya, serta untuk kegiatan pemeliharaan
perdamaian.39
Dapat dlihat bahwa military presence dimaksudkan untuk merujuk pada
unit dan personil yang secara permanen berbasis di luar negeri. Bertujuan untuk
mempertahankan kekuatan di suatu area untuk menunjukkan interest dan
meningkatkan kemampuan untuk merespon dengan cepat dalam suatu krisis.
Berdasarkan Laporan Tahunan Departemen Pertahanan AS (berbagai tahun),
military presence mencakup basis militer. Basis militer didefinisikan sebagai
fasilitas permanen yang menjadi rumah bagi unit-unit yang berorientasi pada
angkatan darat, angkatan laut atau unit angkatan udara.40
38 James Thomason. 2002. Transforming US Overseas Military Presence: Evidence and
Options for DoD. Institute for Defense Analyses. Volume I. IDA Paper P-3707 39 Ibid. James Thomason. Hlm, 3. 40 James Meemik. 1994. Presidential Decision Making and the Political Use of Military
Force. International Studies Quarterly, Volume 38. Hlm, 128.
-
24
Berdasarkan berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kehadiran
militer terdiri dari semua aset militer di luar negeri yang terlibat dalam kegiatan
atau fungsi non-combat yang relatif rutin. Secara kolektif, aset-aset ini merupakan
salah satu dari seperangkat instrumen militer yang sangat penting bagi kekuatan
dan pengaruh negara. Kehadiran militer luar negeri ingin mempromosikan tujuan
keamanan utama, seperti pencegahan, penyediaan kapabilitas tanggap darurat
tepat waktu, dan stabilitas regional. Dapat dilihat bahwa terdapat beberapa
indikator dalam military presence, yakni (1) Bases; (2) Non-Combat; (3) Forces;
(4) Military Aid; (5) Military Exercise; (6) Personnel / Troops.41 Melalui konsep
ini, dapat diketahui mengenai perluasan keanggotaan dan presensi militer NATO
di Eropa Timur dengan beberapa indikator yang ada di dalamnya, sehingga dapat
memberikan gambaran mengenai aspek-aspek militer apa saja yang ditingkatkan
oleh NATO guna mencapai tujuannya.
2.2.3 Dilema Keamanan (Security Dilemma)
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan konsep security dilemma
untuk menjelaskan kekhawatiran Rusia terhadap ancaman yang ada terkait
peningkatan presensi militer NATO di Eropa Timur. Pertama kali konsep security
dilemma digunakan oleh John Herz pada tahun 1951 dalam tulisannya yang
berjudul Political Realism and Political Idealism. Menurut Herz, security
dilemma adalah sebuah gagasan struktural dimana tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh sebuah negara untuk mengelola keamanannya sendiri, terlepas
apapun niatnya, cenderung membuat rasa tidak nyaman dan aman di negara lain
41 Ibid. James Meemik, hlm 128.
-
25
khususnya negara-negara yang memiliki kedekatan geografis karena masing-
masing negara menganggap tindakan yang diambilnya bersifat defensif dan
tindakan yang dilakukan negara lain bersifat mengancam.42
Konsep security dilemma juga didefinisikan oleh Robert Jervis sebagai
fenomena aksi dan reaksi oleh beberapa negara. Situasi dimana suatu pihak
berupaya untuk meningkatkan keamanannya akan dianggap sebagai ancaman atau
akan melemahkan keamanan negara lain, yang pada akhirnya mendapat respon
dari pihak yang terancam dengan cara yang sama. 43 Security dilemma adalah
istilah dalam hubungan internasional yang mengarah pada situasi dimana tindakan
yang dilakukan oleh sebuah negara untuk meningkatkan keamanannya seperti
kapabilitas militer atau beraliansi dapat membuat pihak-pihak lain mengambil
tindakan yang sama karena merasa terancam.
Herbert Butterfield berpikir bahwa security dilemma dapat membuat
negara mengadopsi cara-cara kekerasan (misalnya, perang) kepada satu sama lain
secara tidak sengaja. Butterfield juga menguraikan enam aspek utama mengenai
security dilema,44 yakni : (1) Sumber utama dari security dilemma adalah adanya
rasa takut yang berasal dari "universal sin of humanity"; (2) Security dilemma
menimbulkan ketidakpastian atas niatan pihak lain; (3) Security dilemma tidak
memiliki kesengajaan atau tidak ada niat untuk menyebabkan kerugian yang
disengaja; (4) Security dilemma dapat menimbulkan terjadinya hal-hal tragis; (5)
Faktor psikologis dapat memperburuk security dilemma; (6) Security dilemma
merupakan faktor pendorong dibalik semua konflik yang terjadi.
42 J. Herz. 1950. "Idealist Internationalism and the Security Dilemma", World Politics
vol. 2, no. 2. Hlm. 157 43 Robert Jervis. 1994.“Cooperation Under The Security Dilemma”. New York. Hlm. 310
44 Shiping Tang. 2010. A Theory of Security Strategy for Our Time. (Palgrave MacMillan). Hlm. 35.
-
26
Selain Butterfield, Herz juga mencoba untuk memaparkan enam aspek
penting dari security dilemma menurutnya, yakni: (1) Sumber utama dari security
dilemma adalah kondisi anarki (lack of “a higher unity”); (2) Penyebab langsung
dari security dilemma adalah ketidakpastian negara dan ketakutan terhadap niat
masing-masing negara untuk melakukan kejahatan di bawah anarki; (3) Negara-
negara mencoba untuk keluar dari kondisi security dilemma dengan cara self-help
dan mengumpulkan semakin banyak power yang pada akhirnya membentuk siklus
persaingan kekuasaan; (4) Pengumpulan kekuatan (power) tersebut nyatanya tidak
dapat meningkatkan keamanan mereka sama sekali; (5) Security dilemma dapat
menyebabkan perang, tetapi bukan penyebab semua perang; (6) Dinamika
security dilemma adalah “lingkran setan” yang pada akhirnya menimbulkan self-
reinforcing.45
Penjelasan Herz menyiratkan bahwa security dilemma adalah akumulasi
negara terhadap semakin banyak kekuatan untuk keamanan mereka sendiri akibat
rasa takut dan ketidakpastian tentang niat negara-negara lain di bawah anarki.
Berdasarkan penjelasan mengenai kosep security dilemma di atas dapat digunakan
sebagai kerangka analitis penelitian, guna menjelaskan secara umum mengenai
kondisi hubungan antara Rusia dan NATO. Security dilemma juga penulis
gunakan sebagai alat bantu analisis guna mengetahui kondisi security dilemma
yang dirasakan oleh Rusia akibat dari peningkatan presensi militer yang dilakukan
NATO di Eropa Timur.
45 Ibid, Shiping Tang. Hlm. 36.
-
27
2.2.4 Perimbangan Ancaman (Balance of Threat)
Balance of Threat dikembangkan oleh Stephen Walt seorang profesor pada
Universitas Harvard, di dalam bukunya tahun 1987 yang berjudul “The Origins of
Alliances”. Teori tersebut menguraikan alasan bahwa negara-negara membentuk
aliansi guna melawan ancaman yang dirasakan.46 Balance of Threat menyatakan
bahwa negara pada umumnya bertindak untuk menyeimbangkan ancaman terbesar
terhadap keamanan mereka. Balancing diasumsikan sebagai hubungan negara satu
dengan negara lain yang saling mengikat diri dengan beraliansi dengan tujuan
yang sama yaitu untuk menghadapi pihak-pihak yang dianggap mengancam.
Proposisi bahwa negara akan bergabung dengan aliansi untuk menghindari
dominasi oleh power yang lebih kuat terletak pada teori balance of power.47 Teori
ini memandang bahwa negara selalu berupaya untuk bertahan hidup sebagai
entitas yang berdaulat di tengah sistem internasional yang anarkis. 48 Teori
Balance of Threat memiliki perbedaan dengan dari teori Balance of Power. Teori
Balance of Power menjelaskan bahwa negara akan selalu mengimbangi kekuatan
negara lain yang lebih kuat darinya. Namun, balance of power hanya melihat
power dan belum mampu menjelaskan mengapa masih terdapat negara yang tidak
takut dengan negara yang memiliki power yang besar. Walt menentang balance of
power, dan melihat bahwa negara tidak melakukan balancing berdasarkan power,
tetapi dari ancaman yang diberikan negara yang dia anggap mengancam. Balance
of threat sesuai untuk menjelaskan penelitian ini karena Rusia tidak mengimbangi
46 Stephen M.Walt. 1987. The Origins of Alliances, Balance of Threat Theory. 47 Edward. V Gulick. 1955. Europe's Classical Balance of Power. New York: W.W.
Norton. Di dalam Sthepen M. Walt, 1985, Alliance Formation and The Balance of World Power.
The MIT Press. Hlm 5. 48 T.V. Paul dan James J. Wirtz. Introduction: The Enduring Axioms of Balance of Power
Theory and Their Contemporary Relevance,. Stanford, 2004. Hlm. 4-5
-
28
power yang dimiliki NATO namun lebih kepada ancaman yang diberikan NATO
di daerah kekuasannya.
Menurut balance of threat, negara-negara dapat bergabung aliansi untuk
melindungi diri dari negara atau koalisi yang sumber daya superiornya dapat
menimbulkan ancaman. Negara akan memilih untuk balancing karena dua alasan
utama. 49 Pertama, negara-negara mempertaruhkan kelangsungan hidup mereka
sendiri, jika negara-negara tersebut gagal menahan hegemon potensial sebelum
menjadi terlalu kuat. Bersekutu dengan dominant power berarti menempatkan
kepercayaan sepenuhnya kepada pihak tersebut.
Kedua, bergabung dengan pihak yang lebih rentan akan meningkatkan
pengaruh dari anggota baru, karena pihak yang lemah memiliki kebutuhan akan
bantuan yang lebih besar. Bergabung dengan pihak yang lebih kuat, sebaliknya,
mengurangi pengaruh anggota baru dan membuatnya rentan terhadap keinginan
mitra barunya. Dapat disimpulkan bahwa negara memilih untuk melakukan
balancing karena memiliki tujuan untuk survive dan mempertahankan kedaulatan
negaranya guna menekan dominasi power agar tidak bertambah kuat.
Terdapat beberapa variabel dalam balance of threat yang menentukan
seberapa besar tingkat ancaman yang ditimbulkan oleh suatu negara, yaitu :50
1. Aggregate Power : Semakin besar sumber daya total yang dimiliki negara
(yaitu, populasi, kemampuan industri, kapabilitas militer, keunggulan teknologi,
dan lain-lain). Maka semakin besar pula potensi ancaman yang dapat ditimbulkan
kepada negara lain.
49 S.M Walt. 1985. Alliance Formation and The Balance of World Power. The MIT Press.
Hlm 5-6. 50 Ibid. S.M Walt, Hlm 9-12
-
29
2. Geographic Proximity : Waltz beranggapan bahwa Negara yang secara
geografis lebih dekat akan menimbulkan rasa tidak aman dan ancaman yang jauh
lebih besar jika dibandingkan dengan negara yang letak geografisnya lebih jauh.
3. Offensive Power : Negara dengan kemampuan ofensif yang besar lebih
mungkin memancing aliansi daripada mereka yang lemah secara militer atau
hanya mampu mempertahankannya. Dimana negara dengan offensive power yang
besar akan melakukan serangan dan disokong dengan kapabilitas militer. Maka
akan membuat negara lain harus membentuk sebuah aliansi.
4. Offensive Intention : Negara yang menunjukan keagresifannya cenderung
memprovokasi negara lain untuk menyeimbaingi mereka. Bahkan negara-negara
dengan kapabilitas yang tidak terlalu tinggi dapat memicu respon balancing jika
mereka dianggap agresif.
Berdasarkan definisi yang telah dijelaskan di atas, konsep ini digunakan untuk
melihat dan menganalisis bahwa NATO merupakan ancaman bagi Rusia. Sesuai
dengan yang tertulis dalam doktrin militer NATO yang secara tegas menyatakan
bahwa ekspansi yang dilakukan NATO dan negara-negara yang memiliki
keinginan untuk bergabung NATO merupakan ancaman bagi eksistensi Rusia.
-
30
2.2.5 Kebijakan Pertahanan (Defence Policy)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan merupakan rangkaian
konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan
suatu tindakan dalam mencapai tujuan dan sasaran. Michael Hill dan Peter Hope
mendefinisikan kebijakan sebagai satu set keputusan-keputusan dan saling
berkaitan yang ditetapkan oleh aktor politik atau sekelompok aktor mengenai
tujuan dan cara pencapaian sebuah tindakan dalam situasi tertentu.51
Defence dapat didefinisikan sebagai bertahan atau pertahanan. Di dalam
buku "A Dictionary of Modern Defence and Strategy", defence dapat diartikan
sebagai suatu upaya untuk menghindari musuh yang menimbulkan ancaman bagi
negara. 52 Defence memiliki sifat lebih pasif dan memiliki tujuan preventif
dibandingkan offence,53 dan lebih mengarah kepada posisi bertahan ketika konflik
akan atau sedang terjadi. Dapat disimpulkan bahwa defence merupakan seluruh
bupaya negara untuk melindungi masyarakat dan teritorialnya dari segala bentuk
ancaman dengan tindakan-tindakan yang diperlukan.
Untuk menyusun sebuah strategi pertahanan diperlukan adanya kebijakan
pertahanan (defence policy). Kebijakan pertahanan merupakan turunan dari
kebijakan negara yang berfokus kepada isu pertahan dan keamanan suatu negara,
dan dapat diartikan sebagai rangkuman dari rencana dan tindakan yang akan
diambil untuk menghadapi ancaman keamanan yang muncul baik dari dalam
maupun luar negeri. Svein Eriksen dan Fransisco Cardona di dalam bukunya yang
51 Michael Hill dan Peter Hope. 2002. Implementating Public Policy, (London: Sage Publication).
52 David Robertson. 1987. A Dictonary of Modern Defence and Strategy. Hlm 95 53Ibid. David Robertson, hlm 95.
-
31
berjudul "Criteria for good governance in the defence sector, International
standards and principles" menyebutkan bahwa kebijakan pertahanan mencakup
perencanaan dan manajemen pertahanan.54
Hal tersebut adalah langkah dan urutan menuju implementasi praktis dari
kebijakan tersebut. Secara garis besar, kebijakan pertahanan merangkum dari awal
hingga akhir serta cara-cara guna mencapai tujuan pertahanan nasional yang
berpedoman pada prinsip-prinsip yang telah tertanam dalam kebijakan keamanan
nasional. 55Kebijakan pertahanan tetap berlaku pada saat perang maupun tidak
perang (damai), serta dipengaruhi oleh banyak faktor internal, yakni kelompok
kepentingan, partai politik dan kelas-kelas sosial yang saling berinteraksi demi
mencapai sebuah kepentingannya masing-masing.56
Kebijakan pertahanan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal,
yaitu kondisi politik global, diplomasi dan aliansi antar negara, adanya balance of
power dan penggunaan kekuatan militer. Suatu kebijakan pertahanan dianggap
penting karena keamanan suatu negara bergantung kepada efektivitas kebijakan
pertahanannya serta prinsip-prinsip yang dianut di dalamnya. Tiap-tiap negara
memiliki national interest masing-masing sehingga penggunaan kekuatan militer
ditentukan berdasarkan sejauh mana tingkat ancaman tersebut terhadap
kepentingan nasionalnya. Kepentingan-kepentingan inilah yang menjadi inti dasar
dalam pembuatan kebijakan.
Berdasarkan penjelasan diatas, kebijakan pertahanan merupakan sebuah
tindakan yang dilakukan negara untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi
54 Eriksen, Svein dan Francisco Cardona 2015. Criteria for good governance in the
defence sector, International standards and principles. Centre for Integrity in the Defence Sector. 55 Ibid. Svein dan Cardona. 2015.
56 Michael Merlingen, Rasa Ostrauskaite. 2008. European Security and Defence Policy
An Implementation Perspective. Routledge Taylor & Francis Group Hlm. 189-195
-
32
berbagai ancaman dan permasalahan keamanan dan militer. Terdapat beberapa
kesimpulan dari defence policy yang dapat dijadikan sebagai indikator, yakni
kebijakan keamanan nasional dan tindakan mencakup (planning, management,
and implementation). Dalam penelitian ini, konsep defence policy digunakan
untuk menganalisis respon/kebijakan yang dikeluarkan Rusia terhadap terhadap
peningkatan presensi militer NATO di Eropa Timur.
2.3 Kerangka Pikir
Dalam suatu kerangka berpikir, peneliti akan menjelaskan mengenai
bagaimana strategi militer yang dilakukan Rusia terhadap adanya kondisi security
dilemma yang dialami Rusia akibat dari adanya peningkatan presensi militer yang
dilakukan oleh NATO. Penjelasan ini diawali dengan kebijakan Rusia mengenai
perlindungan compatriots di luar negaranya sehingga intervensi yang dilakukan
Rusia dianggap sah dengan mengizinkan pasukan dikirim ke Krimea untuk
melindungi etnis Rusia di sana. Hal tersebut dianggap NATO sebagai tindakan
mencampuri urusan internal negara lain. Tindakan Rusia direspon oleh NATO
dengan memperluas keanggotaannya hingga ke Eropa Timur dan membangun
pangkalan-pangkalan militer dengan alasan untuk melindungi keamanan anggota-
anggota NATO disana. Perluasan keanggotaan dan kehadiran militer NATO di
Eropa Timur akan dianalisis menggunakan konsep military presence. Security
dilemma dirasakan Rusia atas perluasan NATO yang terjadi di Eropa Timur.
Perluasan NATO yang dimulai sejak tahun 1999 dan dilakukan setiap 5 tahun
sekali membuat Rusia merasa terancam.
-
33
Peningkatan presensi militer NATO di Eropa Timur terus terjadi hingga
titik puncaknya pada tahun 2014 hubungan NATO dan Rusia semakin menegang
akibat aneksasi Krimea oleh Rusia. Rusia memandang ekspansi yang dilakukan
Amerika Serikat dan NATO merupakan ancaman bagi eksistensinya. Dengan
menggunakan konsep balance of threat, dapat dilihat bahwa NATO merupakan
ancaman bagi Rusia. Bahkan tertulis dalam doktrin militer NATO dan dokumen
strategi keamanan nasional Rusia pada 31 Desember 2015 yang secara tegas
menyatakan bahwa ekspansi yang dilakukan NATO dan negara-negara yang
memiliki keinginan untuk bergabung NATO merupakan ancaman dan Rusia harus
merespon hal tersebut melalui strategi militer Rusia dan meninjau kebijakan
pertahanan yang dimiliki Rusia. Berdasarkan paparan di atas, kerangka pemikiran
yang akan penulis gambarkan adalah sebagai berikut :
Eksistensi Rusia yang masih memainkan peran politik dan keamanan pada level global dan regional.
Adanya peningkatan presensi militer oleh NATO di daerah kekuasaan
Rusia, khususnya Eropa Timur.
Security dilemma dirasakan Rusia atas perluasan NATO yang terjadi di
Eropa Timur
Rusia memiliki kedekatan dengan Eropa Timur dari segi geografis, historis dan kultural. Sehingga, Rusia memandang ekspansi yang dilakukan NATO
merupakan ancaman bagi negaranya dan Rusia perlu mempertahankan kedaulatan serta pengaruhnya disana.
Strategi Militer Rusia terhadap peningkatan presensi
militer NATO di Eropa Timur, 2014-2017
Military Strategy
Tujuan
Cara (Tindakan)
Sarana (Sumber
Daya)
Military Presence
Security Dilemma
Anarchy
Uncertainty and fear Self-help trough
power competition
Balance of Threat
Defence Policy
-
34
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif
deskriptif. Lexy J. Moleong mendefinisikan penelitian deskriptif kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-
lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah. 57 Penelitian kualitatif juga merupakan metode untuk
mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau
kelompok dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan.58
Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya seperti mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang dari
partisipan, menganalisis data secara induktif dimulai dari tema yang khusus ke
tema-tema yang umum, dan peneliti membuat penafsiran dari makna data.
Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki struktur atau kerangka yang fleksibel.
Mereka yang terlibat dalam bentuk penelitian ini mendukung cara pandang
57Lexy. J. Moleong. 2007. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya).
Hlm 6. 58 Ibid.
-
35
penelitian yang bergaya induktif, berfokus pada makna individu dan pentingnya
menerjemahkan kompleksitas suatu persoalan.59
Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan gambaran utuh
mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif
berhubungan erat dengan persepsi, ide, pendapat, keyakinan orang yang diteliti
dan keseluruhannya tidak dapat diukur dengan angka.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti melakukan pemahaman untuk
mendeskripsikan strategi militer Rusia dalam menghadapi peningkatan presensi
militer NATO di Eropa Timur mulai dari