STRATEGI MILITER RUSIA TERHADAP PENINGKATAN …digilib.unila.ac.id/59014/3/SKRIPSI TANPA BAB...

83
STRATEGI MILITER RUSIA TERHADAP PENINGKATAN PRESENSI MILITER NORTH ATLANTIC TREATY ORGANIZATION (NATO) DI EROPA TIMUR, 2014-2017 (Skripsi) Oleh Christindyah Clarasanti Panjaitan JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Transcript of STRATEGI MILITER RUSIA TERHADAP PENINGKATAN …digilib.unila.ac.id/59014/3/SKRIPSI TANPA BAB...

  • STRATEGI MILITER RUSIA TERHADAP PENINGKATAN PRESENSI

    MILITER NORTH ATLANTIC TREATY ORGANIZATION (NATO)

    DI EROPA TIMUR, 2014-2017

    (Skripsi)

    Oleh

    Christindyah Clarasanti Panjaitan

    JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

    FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG

    2019

  • ABSTRAK

    STRATEGI MILITER RUSIA

    TERHADAP PENINGKATAN PRESENSI MILITER NATO

    DI EROPA TIMUR, 2014-2017

    Oleh

    Christindyah Clarasanti Panjaitan.

    Pascaaneksasi Krimea oleh Rusia pada tahun 2014, ketegangan antara Rusia dan North

    Atlantic Treaty Organization (NATO) di Eropa Timur terus meningkat. Konflik di

    Ukraina menunjukkan kesediaan NATO untuk menggunakan kekuatan militer terhadap

    negara lain. Tidak hanya itu, perluasan militer NATO di kawasan tersebut juga terus

    dilakukan dengan menambah jumlah pasukan dan alat-alat militer, penambahan fungsi

    perencanaan dan jumlah markas militer, serta meningkatkan pengawasan dan pelatihan

    militer. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji strategi militer Rusia dalam merespon

    peningkatan presensi militer NATO selama periode 2014-2017. Dengan menggunakan

    metode penelitian kualitatif-deskriptif, data yang terdapat dalam penelitian ini

    merupakan jenis data sekunder yang utamanya dipublikasikan oleh the International

    Institute for Strategic Studies (IISS) dan the Stockholm International Peace Research

    Institute (SIPRI). Penulis menggunakan beberapa teori dan konsep, yaitu military

    strategy, military presence, security dilemma, balance of threat, dan defence policy.

    Peneliti melihat bahwa tindakan-tindakan yang dilakukan oleh negara-negara anggota

    NATO dan Rusia memiliki dampak terhadap keamanan nasional satu sama lain. Hal ini

    termasuk peningkatan presensi militer NATO di Eropa Timur yang memengaruhi

    keamanan Rusia. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa peningkatan presensi

    militer yang dilakukan oleh NATO di kawasan Eropa Timur menyebabkan adanya

    perubahan kebijakan keamanan, doktrin militer serta strategi militer yang dilakukan

    Rusia. Strategi militer yang digunakan oleh Rusia yang mencakup tujuan, cara dan

    sarana yaitu melalui modernisasi militer dengan peningkatan kapabilitas militer dari segi

    kuantitas seperti menambah jumlah personel dan melakukan pengadaan alat persenjataan

    darat, laut, dan udara.

    Kata kunci: Rusia, NATO, Strategi Militer, Eropa Timur.

  • ABSTRACT

    RUSSIAN MILITARY STRATEGY AGAINST

    THE INCREASING OF NATO’S MILITARY PRESENCE

    IN THE EASTERN EUROPE, 2015-2017

    By

    Christindyah Clarasanti Panjaitan.

    After the annexation of Crimea by the Russian Federation, the tensions between Russia

    and North Atlantic Treaty Organization (NATO) in Eastern Europe increased. The

    Ukraine conflict showed NATO's willingness to use its military power against other

    country. Moreover, NATO's military expansion in the region continued to be carried out

    by increasing the number of troops and military equipment, adding planning functions

    and the number of military headquarters, and increasing military supervision and

    training. This study analyzes the Russian military strategy in response to the increase of

    the NATO’s military presence in the period of 2014-2017. By using descriptive

    qualitative research methods; the data contained in this study are secondary that were

    mainly published by the International Institute for Strategic Studies (IISS) and the

    Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI). The author uses several

    theories and concepts; they are military strategy, military presence, security dilemma,

    balance of threat, and defense policy. The author argues that the actions taken by NATO

    member countries and Russia had an impact on each national security. This includes an

    increase in NATO military presence in Eastern Europe that affecting Russian security.

    The result of this study found that the increase of NATO’s military presence in East

    Europe changed the Russian security policy, military doctrine, and military strategy. The

    military strategy that was undertaken by Russia includes ends (objective), ways (courses

    of action, and means (resources) carried out by military modernization, such as

    increasing military capability in terms of quantity; increasing the number of personnel

    and procuring land, sea and air weapon.

    Keywords: Russia, NATO, Military Strategy, Eastern Europe.

  • Strategi Militer Rusia Terhadap Peningkatan Presensi Militer

    North Atlantic Treaty Organization (NATO) di Eropa Timur 2014-2017

    Oleh

    Christindyah Clarasanti Panjaitan

    Skripsi

    Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

    Sarjana Hubungan Internasional

    Pada

    Jurusan Hubungan Internasional

    Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

    Universitas Lampung

    FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG

    2019

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis bernama lengkap Christindyah Clarasanti

    Panjaitan. Dilahirkan di Bandar Lampung pada

    tanggal 28 Juni 1997, merupakan anak pertama dari

    tiga bersaudara pasangan Bapak Nasir Eden Panjaitan

    dan Ibu Tri Susanti. Pendidikan formal yang pernah

    penulis tempuh adalah Taman Kanak-Kanak Tunas

    Melati II pada tahun 2002. Kemudian, penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah

    Dasar di SDS Sejahtera IV Kedaton pada tahun 2009, menyelesaikan pendidikan

    Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 8 Bandar Lampung pada tahun 2012,

    dan menyelesaikan pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA

    Fransiscus Bandar Lampung pada tahun 2015 dengan konsentrasi Ilmu

    Pengetahuan Sosial (IPS). Penulis tercatat sebagai Mahasiswi Strata-1 di Jurusan

    Hubungan Internasional, Universitas Lampung pada tahun 2015 dengan

    konsentrasi studi pada Keamanan Global.

    Sebelumnya, ketika SMA penulis aktif berorganisasi di Paduan Suara Gita Asisi

    SMA Fransiscus Bandar Lampung sejak tahun 2012-2014. Sementara, selama

    menempuh pendidikan di Universitas Lampung, penulis aktif sebagai Projek

    Protokoler Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) HI tahun 2015/2016, sejak saat

  • itu pula penulis aktif bergabung dalam kepanitiaan yang bertugas melaksanakan

    berbagai program kerja yang dimiliki oleh HMJHI hingga tahun 2018. Selain itu,

    penulis juga berpartisipasi dalam kegiatan volunteer Socialize the Education yang

    diselenggarakan oleh Social Political English Club (SPEC) pada tahun 2017. Pada

    bulan Februari hingga Maret 2018 penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan

    di Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia pada Direktorat Jenderal Hukum

    dan Perjanjian Internasional dan pada bulan Juli ditahun yang sama penulis

    melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Raja Basa Baru, Kecamatan

    Mataram Baru, Kabupaten Lampung Timur.

  • MOTTO

    “Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang”

    (Amsal 23:18)

    “Tiada hasil yang mengkhianati usaha.”

    “Hukum Newton III : ‘aksi = reaksi’. Banyaknya usaha dan kerja keras yang

    dilakukan akan berbanding lurus dengan hasil yang akan diterima.”

  • PERSEMBAHAN

    Dengan perasaan bersyukur, kupersembahkan skripsi ini kepada semua yang

    menjadi bagian dalam hidupku:

    Tuhan Yang Maha Esa karena berkat yang diberikan-Nya, sehingga Penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini dengan baik;

    Untuk orang tuaku yang senantiasa memberikan doa, dukungan, dan motivasi

    moril dan materil yang tiada henti-hentinya.

    Keluargaku yang memberikan dukungan dan selalu menjadi motivasi Penulis

    untuk terus berproses;

    Untuk dosen-dosenku yang tanpa lelah berbagi ilmu dan menjadi mentor diskusi;

    Sahabat-sahabatku yang telah mengisi hari-hariku dan menyemangati untuk

    pantang menyerah selama ini;

    Terakhir, kepada Teman-teman HI Unila angkatan 2015 yang mewarnai dinamika

    kehidupan perkuliahan Penulis;

    Serta untuk Almamaterku tercinta,

    Jurusan Hubungan Internasional,

    Universitas Lampung.

  • SANWACANA

    Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,

    rahmat dan kasih-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

    Skripsi dengan judul “Strategi Militer Rusia Terhadap Peningkatan Presensi

    Militer North Atlantic Treaty Organization di Eropa Timur, 2014-2017” sebagai

    salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hubungan Internasional di

    Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung.

    Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

    sehingga sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak

    untuk pengembangan dan kesempurnaan skripsi ini. Hal ini karena dalam

    pelaksanaan penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapatkan

    banyak bantuan, bimbingan, dukungan, dan saran dari berbagai pihak secara

    langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan

    ucapan terima kasih dalam kesempatan ini kepada:

    1. Tuhan Yesus Kristus yang telah menjadi sumber kekuatan dan

    pengharapan penulis untuk terus bertahan, serta memberikan berkat,

    kesehatan, kelancaran, kemudahan, dan penyertaan-Nya selama ini dalam

    proses penyelesaian skripsi;

  • 2. Bapak Dr. Syarief Makhya, M.Si., selaku Dekan FISIP, Universitas

    Lampung.

    3. Ibu Dr. Ari Darmastuti, M.A., selaku Ketua Jurusan Hubungan

    Internasional, FISIP, Universitas Lampung;

    4. Ibu Dwi Wahyu Handayani, S.IP., M.Si., selaku Pembimbing Utama yang

    telah memberikan waktu dan pikiran kepada penulis untuk membantu dan

    mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini;

    5. Bapak Iwan Sulistyo, S.Sos., M.A., selaku Dosen Pembimbing

    Pendamping untuk segala kesabaran, waktu, tenaga, serta bimbingan yang

    telah Bapak perkenankan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan

    skripsi ini;

    6. Drs. Aman Toto Dwijono, M.H., selaku Dosen Penguji Skripsi Penulis

    yang telah menyediakan waktu, saran, dan kritik yang telah diberikan

    kepada Penulis dalam proses penulisan Skripsi ini;

    7. Seluruh jajaran Dosen FISIP Universitas Lampung, khususnya Jurusan

    Hubungan Internasional yang telah memberikan ilmu-ilmu yang

    bermanfaat, bimbingan, serta motivasi kepada Penulis;

    8. Seluruh Staf dan Karyawan FISIP Universitas Lampung, khususnya

    Jurusan Hubungan Internasional;

    9. Sumber utama kekuatan penulis, Papa dan Mama yaitu bapak Nasir Eden

    Panjaitan dan ibu Tri Susanti yang tiada henti memberikan semangat dan

    kekuatan selama hidup penulis terlebih dalam masa-masa penyelesaian

    skripsi. This Thesis is dedicated for you two, I love you so much Ma & Pa;

  • 10. Adik-Adikku tercinta Priscilla Iranata Panjaitan dan Christian Abimayu

    Panjaitan. Terimakasih telah menjadi adik, sahabat, penghibur sekaligus

    tempat untuk menceritakan segala keluh kesah. Thank you Ki & Bi for

    understanding things when no one else could;

    11. Almarhum Eyang Kakung, Almarhum Opung Boru dan Opung Doli yang

    telah berbahagia di atas sana. Eyang dan Opung, terimakasih atas doa dan

    kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis, khususnya kepada

    Almarhum Eyang Kakung yang telah ikut merawat penulis serta

    memberikan cinta dan dukungannya. I really wish you were here today, I

    am a proud grandchild and I will miss you everyday until we meet again;

    12. Keluarga besar penulis yang tiada hentinya menyayangi, memberikan doa,

    motivasi serta bantuan kepada penulis;

    13. Sahabatku tercinta Magdalena Kusuma Wardani yang telah setia

    menemani penulis selama kurang lebih 15 tahun. Terimakasih karena telah

    menjadi tempat untuk bersandar dan selalu mendukung setiap langkah

    penulis. I know that you’ll always be there for me. Thank you for staying

    constant in a world full of change, i love you;

    14. Sahabat-sahabatku tersayang Thai Club, yang telah menjadi pendamping

    dalam perjalanan yang panjang ini: Hayyu Putri Sophana, Hasya Novizsa,

    Sarah Endang Tri Wahyuningsih dan Chaindra Adityas Ramadhan.

    Terimakasih banyak selalu menemani dan membantu penulis dalam segala

    hal. Thank you for being there for me. I can’t find any other words to

    describe how thankful I am to have you guys in my life;

  • 15. Untuk seseorang yang selalu setia menemani dan memberikan motivasi. I

    want to thank you for the endless things you do for me. Thank you for

    loving me, thank you for believing in me, even when i can’t believe in

    myself. I just wanted to let you know that I appreciate you more than

    words can write. I'm so thankful to be a part of your life.

    16. Teruntuk teman-teman terbaik ku, Anissa Fernanda S. Nilam, Firstya

    Rachmadininta Putri, Arif Ramadhan, Sevy Lelibriani, Devita Riana Purba,

    Riris Silalahi, dan Geraldo Marcellino. Terima kasih telah menjadi teman

    yang saling mendukung satu sama lain, terima kasih atas canda, kritik, dan

    banyak bantuan yang telah diberikan dalam proses penulisan skripsi ini;

    17. Teman-teman Liaison Officer Mess Nomor tiga PSNMHII 30 Universitas

    Lampung; Riris, Gio, Nyi Ayu, Salsa, dan Rafika.

    18. Seluruh teman-teman Strata-1 Hubungan Internasional angkatan 2015

    tanpa terkecuali, semoga kesuksesan dapat menyertai kita semua;

    19. Bapak dan Ibu staff Kemenlu khususnya Direktorat Hukum dan Perjanjian

    Internasional: Pak Agus, Pak Amrih Jinangkung, Pak Zahir, Bu Shanti,

    Pak Nuke, dan Pak Rahmat yang telah mengajarkan penulis untuk berpikir

    dengan cara yang kritis, mendetail dan banyak memberikan masukan serta

    dukungan bagi penulis. Untuk Kak Aldamayo I’ll always remember the

    good memories we shared. Short-lived but intense is probably the best way

    to describe it;

    20. Teman-teman magang Direktorat HPI Kemenlu: Kak Grace, Adolf, Kak

    Ai, dan Rere yang telah banyak membantu, membimbing dan menjadi

    teman baik bagi penulis selama melaksanakan magang di Kemenlu;

  • 21. Kepada teman-teman KKN penulis di Desa Rajabasa Baru, Lampung

    Timur; Suci, Theo, Narendra, Sayu, Wilujeng dan Ridho.

    22. Seluruh pihak yang telah membantu dalam kelancaran dan kesuksesan

    skripsi ini.

    Bandar Lampung, 03 September 2019

    Christindyah Clarasanti Panjaitan

    NPM. 1516071061

  • ii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

    DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv

    DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v

    DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... vi

    I. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 7

    1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 8

    1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 8

    II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 9

    2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................................................... 17

    2.2 Kerangka Analitis ........................................................................................... 20

    2.2.1 Strategi Militer (Military Strategy) ..................................................... 20

    2.2.2 Presensi Militer (Military Presence) ................................................... 22

    2.2.3 Dilema Keamanan (Security Dilemma) .............................................. 24

    2.2.4 Perimbangan Ancaman (Balance of Threat) ....................................... 27

    2.2.5 Kebijakan Pertahanan (Defence Policy) .............................................. 30

    2.3 Kerangka Pemikiran ................................................................................................................... 32

  • iii

    III. METODE PENELITIAN ............................................................................. 34

    3.1 Tipe Penelitian ................................................................................................ 34

    3.2 Fokus Penelitian .............................................................................................. 35

    3.3 Jenis dan Sumber Data .................................................................................... 36

    3.4 Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 36

    3.5 Teknik Analisis Data ...................................................................................... 37

    3.6 Level Analisis Penelitian ................................................................................ 37

    3.5 Validitas Data Penelitian ................................................................................ 38

    IV. GAMBARAN UMUM ................................................................................ 40

    4.1. Profil Negara Rusia ....................................................................................... 40

    4.2. Kapabilitas Militer Rusia ............................................................................... 43

    4.3. Hubungan Rusia-NATO ................................................................................ 48

    V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 51

    5.1. Presensi Militer NATO 2014 – 2017 ............................................................. 51

    5.2. Strategi Militer Rusia Terhadap Peningkatan Presensi Militer NATO

    2014-2017 .............................................................................................................. 75

    5.2.1 Doktrin Militer Rusia ..................................................................... 75

    5.2.2 Modernisasi Militer Rusia .............................................................. 79

    5.2.2.1 Angkatan Darat (Land Forces) .......................................... 83

    5.2.2.2 Angkatan Udara (Air Forces) ............................................ 84

    5.2.2.3 Angkatan Laut (Navy) ........................................................ 86

    VI. PENUTUP ................................................................................................... 89

    6.1. Kesimpulan .................................................................................................... 89

    6.2. Saran .............................................................................................................. 91

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 93

  • iv

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    Tabel 2.1 Tabel Ringkasan Penelitian Terdahulu.......................................................... 17

    Tabel 3.1

    Tabel 4.1

    Tabel 5.1

    Tabel 5.2

    Tabel 5.3

    Tabel 5.4

    Tabel Tingkat Analisis Penelitian..................................................................

    Tabel Jumlah Kekuatan Militer Rusia............................................................

    Tabel Daftar Negara Anggota NATO............................................................

    Tabel Aktivitas Militer NATO di Eropa Timur Tahun 2015.........................

    Tabel Kontribusi Militer Enhanced Forward Presence di Polandia.............

    Tabel Peningkatan Presensi Militer NATO di Eropa Timur Tahun 2014-

    2017................................................................................................................

    38

    47

    55

    58

    64

    65

    Tabel 5.5 Tabel Kapal Angkatan Laut Baru yang Dipersenjatai Rudal Jelajah............. 86

  • v

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir................................................................................. 33

    Gambar 4.1 Peta Wilayah Negara Rusia…………………............................................ 41

    Gambar 5.1 Enhanced Forward Presence NATO......................................................... 62

    Gambar 5.2 Kapabilitas Rudal Potensial Rusia…………………................................ 82

    Gambar 5.3 Pengembangan Pesawat Tempur Flanker Rusia....................................... 85

    Gambar 5.4 Pengeluaran Militer Rusia 2010-2018......................................................... 88

  • vi

    DAFTAR SINGKATAN

    AWACS

    BALTOPS

    CAA

    CMAF

    CSCE

    EC

    EU

    ICBM

    ISAF

    NATO

    NFIU

    NMD

    NRC

    OMON

    PfP

    SAP

    SCO

    SLBM

    SOBR

    : Airborne Earlywarning and Control

    : Baltic Operations

    : Combined-Arms Armies

    : Coastal Missile Artillery Forces

    : Conference on Security and Cooperation in Europe

    : the European Community

    : the European Union

    : Intercontinental Ballistic Missile

    : International Security Assistance Force

    : the North Atlantic Treaty Organization

    : NATO Force Integration Unit

    : National Missile Defense

    : NATO-Russia Council

    : Otryad Militsii Osobogo Naznacheniya

    : Partnership for Peace

    : System, Application, Product

    : Shanghai Cooperation Organization

    : Submarine-launched ballistic missiles

    : Spetsial'niy Otryad Bystrovo Reagirovaniya

  • vii

    START

    SRF

    VJTF

    : Strategic Arms Reduction Treaties

    : Strategic Rocket Forces

    : Very High Readiness Joint Task Force

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Keamanan didefinisikan oleh Viotti dan Kauppi sebagai pertahanan serta

    perlindungan dasar dari suatu negara, dan konsep keamanan ini berlaku untuk

    individu maupun kelompok.1 Konsep pertahanan dan keamanan erat kaitannya

    dengan perang dan kemiliteran yang biasanya timbul akibat dari adanya ancaman

    dari negara lain.2 Namun, dalam hal ini perang lebih merujuk kepada definisi

    untuk memperjuangkan keutuhan serta mempertahankan keamanan negara.

    Keamanan merupakan aspek paling penting dalam mempertahankan kedaulatan

    suatu negara. Negara dituntut untuk mampu meningkatkan kekuatan militer guna

    menciptakan pertahanan negara yang tangguh dan diperhitungkan di mata dunia.

    Bukan hanya itu, negara meningkatkan kekuatan militernya sebagai alat untuk

    menunjukkan kepada negara lain power yang dimiliki oleh negara tersebut.3

    Pasca-perang Dunia II, hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan Uni

    Soviet belum menemukan titik damai. Pada Perang Dingin kedua negara tersebut

    mulai menyebarkan ideologinya masing-masing. Perang Dingin merupakan

    keadaan dimana kedua negara tersebut tidak telibat perang secara langsung, tetapi

    1Paul R. Viotii dan Mark V. Kauppi. 1999. International Relations Theory (5th Edition). Pearson Education, Inc. Hlm 56.

    2 Ibid, hlm 56.

    3 Bob Jessop. The State and State Power. Sage Handbook of Power, London. Hlm 367.

  • 2

    lebih mengarah pada perang ideologis antara keduanya, Uni Soviet menyebarkan

    ideologi komunisnya dan AS dengan paham liberalnya.

    AS memimpin Blok Barat, yang beranggotakan negara-negara Eropa Barat

    dan Uni Soviet memimpin Blok Timur dengan negara-negara komunis seperti

    Tiongkok. 4 Persaingan antar-kedua negara tersebut menimbulkan kecurigaan

    antara AS dan Uni Soviet dan menyebabkan ketegangan antara kedua negara.

    Negara-negara di luar AS dan Uni Soviet khususnya negara-negara kecil

    cenderung mencari perlindungan keamanan dari negara-negara yang memiliki

    power lebih besar.

    Persaingan antara AS dan Uni Soviet sangat terlihat saat pembagian

    Jerman sebagai hasil dari Konferensi Postdam. Saat itu Jerman dibagi ke dalam

    empat daerah pendudukan, di mana Tembok Berlin menjadi simbol pembagian

    kedua negara tersebut. Satu wilayah diduduki Uni Soviet berada di Jerman bagian

    timur dan menganut paham komunisme. Sedangkan Jerman Barat oleh Amerika

    Serikat, Perancis dan Inggris yang menerapkan paham liberalisme.5

    Dalam menandingi dan menjaga keamanan di Eropa Barat dari pengaruh

    Uni Soviet, Amerika Serikat bersama dengan negara-negara Barat membentuk

    aliansi militer baru yaitu North Atlantic Treaty Organization (NATO) atau Pakta

    Pertahanan Atlantik Utara yang terbentuk pada 4 April 1949 di Washington DC.

    Dalam pembentukannya, terdapat 12 negara yang ikut berpartisipasi, yakni

    4Robert McNamara. 1989. Out of the Cold: New Thinking for American Foreign Policy in

    the 21th Century. London: Bloomsbury. Hlm 23. 5Andrew Wolff. 2015. The Future of NATO enlagerment after the Ukraine Crisis.

    International Affair, 91. Hlm 103.

  • 3

    Amerika Serikat, Belanda, Belgia, Denmark, Inggris, Islandia, Italia, Kanada,

    Luxembourg, Norwegia, Portugal dan Prancis.6

    Sementara itu, Uni Soviet yang memimpin Blok Timur turut membentuk

    sebuah pakta pertahanan dengan negara-negara yang menganut paham komunis

    untuk mengorganisasikan diri terhadap kemungkinan ancaman NATO. Pakta

    pertahanan tersebut adalah Pakta Warsawa yang di bentuk pada tanggal 14 Mei

    1955 di Warsawa, Polandia. Negara-negara yang tergabung dalam Pakta Warsawa

    yakni Uni Soviet, Albania, Bulgaria, Cekoslovakia, Hungaria, Jerman Timur,

    Mongolia, Polandia dan Rumania.7

    Kompetisi antara kedua pakta pertahanan ini usai pada saat Perang Dingin

    berakhir yang ditandai dengan runtuhnya Uni Soviet pada tahun 19918 dan diikuti

    pula dengan bubarnya Pakta Warsawa. Berakhirnya Perang Dingin juga memberi

    pengaruh besar terhadap tata kelola sistem global khususnya pada isu keamanan.

    Dunia tidak lagi dikuasai oleh kekuatan bipolar antara AS dan Uni Soviet. Dalam

    salah satu bukunya, Francis Fukuyama memberikan gambaran bahwa runtuhnya

    Uni Soviet yang ditandai dengan berakhirnya Perang Dingin secara tidak langsung

    menghapus rivalitas antara AS dan Uni Soviet. 9 Berakhirnya Perang Dingin

    menandakan berakhirnya komunisme yang dibawa oleh Uni Soviet sebagai negara

    super power. Akibat dari hal tersebut Amerika Serikat menjadi satu-satunya

    6Ibid. Hlm.106

    7CIA Historical Review Program. "Eastern Europe and the Warsaw Pact". National

    Intelligent Estimate. Dalam https://www.cia.gov/library/readingroom/docs/1965-08-26.pdf.

    Diakses pada 22 November 2018 Pukul 21.22 8Ibid. Hlm 3 9Francis Fukuyama. 1992. The End of History and the Last Man. Free Press. Dalam

    Francis Fukuyama. The End of History? The National Interest, Summer 1989, Hlm. 1. (Sebelum

    menjadi buku, artikel Fukuyama The End of History pertama kali muncul dalam jurnal The

    National Interest No.16 Musim Panas Tahun 1989)

    https://www.cia.gov/library/readingroom/docs/1965-08-26.pdf

  • 4

    kekuatan besar dalam sistem internasional.10 NATO menjadi satu-satunya pakta

    pertahanan yang masih bertahan di kawasan Eropa dan Atlantik Utara.

    Pakta pertahanan ini berusaha mencapai kepentingannya, yaitu

    menghilangkan penyebaran komunisme di wilayah Eropa dengan sedikit demi

    sedikit memperluas keanggotannya. Demi mencapai tujuan tersebut, NATO

    memperluas keanggotaannya sampai ke wilayah Eropa Timur yang dulunya

    merupakan wilayah kekuasaan di bawah pengaruh Uni Soviet. Kemudian

    ditambah dengan bergabungnya negara-negara seperti Hungaria, Republik Ceko,

    dan Polandia yang merupakan negara eks penganut paham komunisme.

    Setelah runtuhnya Uni Soviet dan diikuti dengan bubarnya Pakta Warsawa,

    Uni Soviet terpecah-pecah menjadi beberapa negara seperti Rusia, Belarus,

    Estonia, Georgia, Lituania, Moldova, Ukraina, dan seterusnya.11 Rusia sebagai

    pengganti kedudukan Uni Soviet merupakan bagian dari Negara Uni Soviet yang

    terbesar dan mewarisi wilayah paling luas. Rusia juga mewarisi aset-aset ekonomi

    dan persenjataan Uni Soviet. Oleh karena itu, pertahanan militer yang dimiliki

    Rusia cukup membuat Negara lain segan terhadap kapabilitas yang dimiliki Rusia.

    Setelah runtuhnya Uni Soviet dan Pakta Warsawa, NATO dibawah kendali

    Amerika Serikat memanfaatkan kesempatan untuk membendung pengaruh Rusia

    di kawasan Eropa Timur untuk menyebarluaskan jangkauan kekuasaannya.

    Perluasan wilayah kekuasaan yang dilakukan NATO hingga ke Eropa Timur

    membuat keberadaan Rusia merasa terancam khususnya bagi posisi geopolitik

    Rusia. Hal tersebut akan berdampak pada hilangnya pengaruh Rusia di Eropa

    10Jason W. Davidson. 2009. “Italy-US Relations since the End of the Cold War: Prestige,

    Peace, and the Transatlantic Balance”, University of Mary Washington, Buletin of Italian Politics,

    Vol. 1 Hlm. 290. 11Ibid. Hlm 291.

  • 5

    Timur dan mengurangi ruang gerak Rusia di kawasan tersebut khususnya di

    negara-negara pecahan Uni Soviet.

    Ekspansi yang dilakukan oleh NATO yang terus mengarah ke Eropa

    Timur menjadi ancaman bagi Rusia sebab Eropa Timur merupakan penghubung

    Rusia dengan Negara-negara Barat. NATO juga terus meluas ke Eropa Timur

    khususnya di Ukraina dengan memasukan beberapa negara bekas anggota Pakta

    Warsawa ke dalam keanggotaan NATO.12 Negara-negara anggota NATO yang

    berada di Eropa Timur dan merupakan negara bekas anggota Pakta Warsawa,

    yakni Bulgaria, Hongaria, Polandia, Republik Ceko, Rumania, dan Slovakia.

    Puncaknya pada tahun 2014 hubungan antara Rusia dan NATO kembali

    menegang sejak aneksasi Krimea dari Ukraina yang dilakukan oleh Rusia.

    Diawali dengan protes masyarakat Ukraina akibat dari tindakan Presiden Ukraina

    untuk mundur dari penandatanganan perjanjian kerjasama dengan Uni Eropa. Hal

    inilah yang memicu timbulnya protes besar-besaran dan diturunkannya Presiden

    Ukraina, yakni Viktor Yanukovych dari jabatannya pada Februari 2014.13 Setelah

    Yanukovych berhasil diturunkan, muncul kelompok pro-Rusia di Ukraina Timur

    yang sebagian besar masyarakat di wilayah tersebut merupakan etnis Rusia dan

    mereka ingin melakukan referendum.

    Hal tersebut yang membuat Rusia mengirimkan pasukannya ke Ukraina

    Timur dan mengakibatkan terjadinya konflik bersenjata antara rakyat pro-Rusia

    dengan pasukan Ukraina. Intervensi yang dilakukan oleh Rusia dilakukan dengan

    12George Soros. 2007. Open Society: Reforming Global Capitalism. Jakarta. Yayasan

    Obor Indonesia. Hlm 371. 13 Edward Lucas & Mitchell. 2014. Central European Security After Crimea: The Case

    for Strengthening NATO’s Eastern Defenses. Center for European Policy Analysis. Washington

    DC. No.35. Hlm. 1.

  • 6

    alasan untuk melindungi compatriots.14 Oleh karena itu, pada 1 Maret 2014 Rusia

    mengajukan proposal untuk menggunakan militer dalam melaksanakan intervensi

    di wilayah Krimea. 15 Intervensi yang dilakukan Rusia dengan mengizinkan

    pasukan dikirim ke Krimea dimaksudkan untuk melindungi warga negara dan

    compatriots Rusia di wilayah tersebut.

    Tindakan Rusia tersebut dinilai mencampuri urusan internal negara lain

    dan membuat NATO merasa terganggu akan hal tersebut. Dibuktikan dengan

    pidato dari Anders Fogh Rasmussen kepala NATO yang menyatakan bahwa

    NATO mendesak Rusia untuk menarik kembali puluhan ribu pasukannya di

    perbatasan Ukraina.16 Rasmussen juga mendesak Rusia tidak mengambil tindakan

    apapun yang dapat meningkatkan ketegangan dan mencipatkan kesalahpahaman.

    NATO juga akan tetap mendukung kedaulatan Ukraina dan integritas teritorial di

    Ukraina karena hal tersebut merupakan faktor kunci stabilitas keamanan di Eropa

    Tengah dan Timur secara keseluruhan.17

    Ketegangan antara Rusia dan NATO juga semakin memanas saat

    pangkalan militer milik NATO yang dibuat untuk melindungi keamanan anggota-

    anggota NATO terus meluas ke wilayah Eropa Timur. Ketegangan lain juga

    dipicu oleh adanya isu senjata nuklir dan pembangunan sistem pertahanan misil

    milik NATO di bawah komando Amerika Serikat di beberapa wilayah kekuasaan

    Rusia. Ekspansi yang dilakukan Amerika Serikat dan NATO dipandang Rusia

    sebagai ancaman bagi eksistensinya. Ditambah lagi dengan ditandatanganinya

    14 Compatriots merupakan masyarakat yang memiliki kesamaan bahasa, sejarah, warisan

    budaya, tradisi dan adat istiadat dengan Rusia dan hidup di luar negeri (Kallas, Kristina. 2016.

    Russia Compatriots Policy. Vol 15) 15 Ben Smith & Daniel Harari. Ukraine, Crimea and Rusia. Research Paper, 14/16 17

    March 2014, House of Commons Library.

    16 Ukraine Crisis: Nato Warns Russia Against Further Intervention, diakses pada 13

    Desember 2018, melalui https://www.bbc.com/news/world-europe-26941799 17Ibid. www.bbc.com.

  • 7

    dokumen strategi keamanan nasional baru milik Rusia pada 31 Desember 2015

    yang secara tegas menyebutkan NATO sebagai ancaman dan Rusia harus

    merespon NATO. 18 Oleh karena itu, penelitian ini akan menelaah bagaimana

    peningkatan presensi militer yang dilakukan oleh NATO di Eropa Timur serta

    bagaimana strategi militer Rusia dalam menghadapi hal tersebut.

    1.2 Rumusan Masalah

    Eropa Timur menjadi faktor penting karena merupakan penghubung Rusia

    dengan negara-negara Barat. Selain itu jika dilihat dari segi historis dan kultural,

    jelas terlihat bahwa hubungan antara Rusia dan Negara-negara di Eropa Timur

    khususnya negara pecahan Uni Soviet sangat dekat, sehingga Rusia berusaha

    menjaga hubungan baik serta mempertahankan pengaruh kekuasaannya di

    wilayah sekitar Rusia. Namun, bagi Rusia keberadaan dan ekspansi kekuatan

    militer milik NATO yang berada di Eropa Timur merupakan sebuah ancaman

    langsung bagi keamanan Rusia yang mengancam kedaulatan negaranya.

    Berdasarkan hal yang telah dipaparkan dalam latar belakang adanya

    konflik di Ukraina dan aneksasi Krimea oleh Rusia pada tahun 2014 membuat

    hubungan Rusia dan NATO kembali menegang setelah sekian lama. Ditambah

    lagi dengan adanya peningkatan presensi militer NATO di Eropa Timur hingga

    tahun 2017 khususnya pada negara-negara anggota NATO yakni, Bulgaria,

    Hongaria, Polandia, Republik Ceko, Rumania dan Slovakia membuat Rusia

    merasa perlu untuk memberikan respon terhadap tindakan NATO melalui strategi

    18 Olga Oliker. 2016. Unpacking Russia's New National Security Strategy. Diakses pada

    23 November 2018, melalui https://www.csis.org/analysis/unpacking-russias-new-national-

    security-strategy.

    https://www.csis.org/analysis/unpacking-russias-new-national-security-strategyhttps://www.csis.org/analysis/unpacking-russias-new-national-security-strategy

  • 8

    militernya. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini menjawab

    satu pertanyaan, yaitu : “Bagaimana strategi militer Rusia terhadap

    peningkatan presensi militer NATO di Eropa Timur dari tahun 2014-2017?”

    1.3 Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini ialah untuk:

    1. Menjelaskan peningkatan presensi militer NATO di Eropa Timur tahun

    2014-2017 yang mencakup arms transfer, bases, dan joint military

    exercise; serta

    2. Menganalisis strategi militer Rusia terhadap peningkatan presensi

    militer NATO di Eropa Timur dari tahun 2014 hingga 2017 yang

    mencakup tujuan, cara (tindakan), serta sarana (sumber daya).

    1.4 Manfaat Penelitian

    Penelitian ini dibuat agar memiliki dua manfaat, yaitu:

    1. Manfaat Akademis:

    Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wawasan dan pengetahuan dalam

    bidang strategic studies, serta bahan pembelajaran dan media informasi

    dalam ilmu Hubungan Internasional khususnya mengenai respon negara

    Rusia terhadap perluasan NATO di Eropa Timur;

    2. Manfaat Praktis:

    Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan rujukan atau sebagai

    informasi tambahan untuk penulisan selanjutnya dan dapat menjadi

    pertimbangan bagi pengambil kebijakan negara Rusia.

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Penelitian Terdahulu

    Penelitian ini menganalisis strategi militer dari Rusia terhadap peningkatan

    presensi militer NATO di Eropa Timur secara khusus di Negara-negara anggota

    NATO seperti Bulgaria, Hongaria, Polandia, Republik Ceko, Rumania, dan

    Slovakia dari tahun 2014 hingga tahun 2017. Dalam melakukan penelitian ini,

    penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai bahan bacaan, sumber

    informasi, dan bahan dalam melakukan penelitian yang serupa. Penulis

    menggunakan kata kunci NATO enlargement, NATO’s Role in Eastern Europe,

    Russian Military, NATO-Russia Relations, Eropa dan Eropa Timur.

    Pertama, penelitian yang ditulis oleh Fadiah Silmina seorang mahasiswi

    jurusan Hubungan Internasional pada Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

    Penelitian Fadiah berjudul “Alasan Rusia Menganggap NATO sebagai Ancaman

    Dalam Sistem Pertahanan Anti Rudal Pasca Perang Dingin Tahun 2008-2015”.

    Penelitian ini berfokus untuk mengetahui alasan-alasan mengapa sistem

    pertahanan anti rudal milik NATO memberikan ancaman terhadap Rusia. Objek

    penelitian pada penelitian ini adalah Rusia dan NATO. Penelitian ini

    menggunakan konsep deterrence dan pertahanan (defense). Fadiah Silmina juga

    menjelaskan mengenai dominasi kepentingan AS melalui NATO serta membahas

  • 10

    mengenai aliansi militer Rusia dan China bersama Negara-negara Asia Tengah

    dalam Shanghai Cooperation Organization (SCO).19

    Dalam penelitian ini dijelaskan mengenai rencana Amerika dalam

    membangun Sistem Pertahanan Anti Rudal yang jelas mendapat kecaman keras

    dari pihak Rusia. Polandia, Ceko dan Georgia merupakan kawasan yang sangat

    dekat dengan wilayah Rusia, hal ini dianggap akan menjadi ancaman tersendiri

    bagi Rusia dalam bidang keamanan negaranya. Meskipun demikian, Rusia tetap

    menerima ajakan NATO untuk bekerjasama dalam pembangunan Sistem

    Pertahanan Anti Rudal Eropa yang muncul pada bulan Juni tahun 2011. Rusia

    menyatakan bahwa NATO sudah tidak menjadi ancaman bagi negaranya seperti

    pada masa Perang dingin. Namun masih ada kekhawatiran yang dirasakan dengan

    ekspansi kekuatan NATO. Kekhawatiran tersebut muncul dikarenakan keinginan

    NATO untuk memproyeksiskan kekuatan militernya di luar cakupan wilayahnya.

    Sebagai hasil, penulis menyimpulkan bahwa hubungan Rusia dan NATO

    dari awal memang sudah mengalami ketegangan yang dikarenakan ekspansi

    NATO dan AS ke kawasan Eropa. Berjalannya waktu sampai 2010 Rusia terus

    memperbaharui doktrin militernya yang menggambarkan bahaya ancaman utama

    eksternal Rusia yang berasal dari potensi kekuatan NATO. Rusia juga saat ini

    tengah mengembangkan program SAP (System, Aplication, and Product) militer .

    Program Peralatan Perang Negara Rusia yang dicanangkan hingga 2020 akan

    dimasukan dalam program modernisasi militer.

    19 Fadiah Silmina. 2016. “Alasan Rusia Menganggap NATO Sebagai Ancaman Dalam

    Sistem Pertahanan Anti Rudal Pasca Perang Dingin Tahun 2008-2015”, Jurnal Hubungan

    Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Diakses melalui

    http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/2673/JURNAL.pdf?sequence=15&isAllo

    wed=y

  • 11

    Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian penulis terletak pada

    fokus penelitian yang lebih mengarah pada alasan-alasan mengapa sistem

    pertahanan anti rudal milik NATO memberikan ancaman terhadap Rusia.

    Sedangkan penelitian ini berfokus pada strategi militer Rusia terkait peningkatan

    presensi militer yang dilakukan oleh NATO di Eropa Timur setelah mengetahui

    bahwa NATO merupakan salah satu ancaman keamanan bagi Rusia. Selain itu,

    penelitian tersebut menggunakan konsep yang berbeda dengan penelitian ini.

    Penelitian Fadiah Silmina menggunakan konsep deterrence dan pertahanan

    sedangkan penelitian ini hendak menggunakan beberapa konsep seperti military

    strategy, defense policy, aksi reaksi, security dilemma dan balance of threat.20

    Kedua, adalah penelitian yang ditulis oleh Satrio Pringgondani seorang

    mahasiswa jurusan Hubungan Internasional di Universitas Pasundan. Penelitian

    Satrio Pringgondani berjudul "Kebijakan Pertahanan Rusia dan Dampaknya

    Terhadap North Atlantic Treaty Organization". Penelitian ini menggunakan

    metode penelitian deskriptif analitik yang bertujuan untuk mengambarkan secara

    umum mengenai dampak pertahanan militer rusia terhadap NATO dan

    perimbangan kekuatan militer Rusia dengan NATO. Penulis berfokus pada dua

    pokok permasalahan yaitu dampak perimbangan kekuatan konvensional Rusia

    terhadap NATO dan dampak perimbangan non-konvensional terhadap NATO.21

    Konsep yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah Konsep

    Pertahanan Keamanan. Peneliti tersebut ingin melihat tindakan kedua belah pihak

    yang terlibat konflik yang berusaha untuk mengembangkan kekuatan militernya

    20 Ibid. Fadiah Silmina. Hlm. 19

    21 Satrio Pringgondani. 2016. Kebijakan Pertahanan Rusia dan Dampaknya Terhadap

    NATO. Skripsi (S1) thesis. Diakses melalui http://repository.unpas.ac.id/11635/

  • 12

    untuk mencegah ancaman dari luar. Selain itu, juga menggunakan Konsep

    Perimbangan Kepentingan. Peneliti mengungkapkan bahwa Rusia berupaya untuk

    mencegah ancaman negara lain. Salah satunya dengan menggunakan strategi

    deterrence. Konflik yang melibatkan Rusia-NATO dalam upaya memperebutkan

    pengaruh di kawasan Eropa, khususnya negara yang berbatasan langsung dengan

    wilyah Rusia. Hal ini merupakan bentuk nyata dari upaya Rusia dalam melakukan

    perimbangan kepentingannya. Masing-masing pihak (Rusia-NATO) berusaha

    untuk mengeluarkan kebijakan yang dapat memperkuat eksistensi masing-masing

    di kawasan tersebut. Terakhir, peneliti juga menggunakan Konsep Aksi Reaksi.

    Dalam konsep ini, peneliti melihat bahwa ekspansi yang dilakukan oleh NATO

    menimbulkan reaksi keras dari Rusia yang merasa terancam sehingga Rusia

    kebijakan sebagai reaksi dari ekspansi NATO, manuver yang berupa peningkatan

    kekuatan militernya. Hal ini kemudian ditanggapi oleh NATO (Amerika Serikat

    dan sekutunya) dalam mengeluarkan program NMD (National Missile Defense).22

    Sebagai hasil, penelitian ini memaparkan kesimpulan bahwa selama 10

    tahun terakhir, kebijakan pertahanan Rusia telah mengalami evolusi yaitu

    maksimalisasi kekuatan. Kebijakan Pertahanan yang dilakukan oleh Rusia

    memberikan dampak terhadap NATO dalam membentuk kondisi perimbangan

    relatif dalam bidang pertahanan keamanan, khususnya dalam hal kualitas

    kemampuan militer. Senjata nuklir yang dimiliki oleh rusia memiliki dua misi.

    Salah satunya adalah pencegahan strategis atas agresi besar-besaran terhadap

    Rusia. Selain itu, digunakan sebagai pencegahan dari serangan konvensional oleh

    22 Ibid. Satrio Pringgondani. Hlm. 70

  • 13

    suatu negara yang kuat atau sebuah aliansi (merujuk ke Amerika Serikat dan

    NATO). 23

    Peneliti juga memberikan beberapa saran di dalam penelitiannya, yakni

    diperlukannya perundingan dalam menjaga keamanan regional di Eropa dan

    mematuhi segala bentuk perjanjian yang telah disepakati oleh kedua pihak. Selain

    itu, NATO perlu untuk mengurangi pembangunan sistem pertahanan berbasis

    nuklir karena akan menimbulkan reaksi keras dari Rusia. Fokus penelitian yang

    dilakukan oleh Satrio Pringgondani ini berbeda dengan penelitian yang saat ini

    penulis lakukan karena penelitian tersebut lebih berfokus kepada dampak dari

    kebijakan Rusia terhadap NATO. Selain itu penulis juga menggunakan konsep-

    konsep yang berbeda dalam kerangka analitis.24

    Ketiga, penelitian yang ditulis oleh Rizky Rizaldi Sidiki, seorang

    mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional di Universitas Pasundan. Penelitian

    Rizky Rizaldi Sidiki berjudul "Pengaruh Perluasan NATO ke Eropa Timur

    Terhadap Konflik Ukraina". Ia menjelaskan bahwa perluasan NATO yang

    semakin ke Timur Eropa telah membuat posisi geopilitik Rusia terancam.

    Mencegah hal tersebut pada tahun 2013 Rusia menjadikan Ukraina sebagai

    prioritas utama kebijakan luar negerinya. Penelitian ini berfokus untuk

    mengetahui lebih dalam mengenai perimbangan kekuatan antara Rusia dan NATO

    dan untuk mengetahui korelasinya dengan konflik yang terjadi di Ukraina, serta

    23Ibid. Hlm, 80. 24 Ibid. Hlm, 81.

  • 14

    memahami bentuk respon yang diberikan NATO terhadap kebijakan pertahanan

    Rusia.25

    Peneliti memaparkan bahwa ikut campurnya NATO pada konflik Ukraina

    ini merupakan tujuan NATO yang memanfaatkan krisis di Ukraina. Sebagai hasil,

    peneliti menjelaskan bahwa konflik Ukraina adalah buntut dari kekesalan Rusia

    atas perluasan NATO yang semakin ke Timur. Bagi Rusia kontrol atas Rusia akan

    meningkatkan superioritas Rusia pada sisi geopolitik selain mendapat keuntungan

    dari potensi ekonomi dan sumber daya alam yang dimiliki, sebaliknya bagi Barat

    Ukraina mampu menjamin kedigdayaannya untuk jangka waktu yang lebih lama.

    Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif analisis dan

    deskriptif. Perbedaan antara penelitian oleh Rizki Rizaldy Sidiki dengan

    penelitian ini terletak pada fokus utama dan kerangka analitisnya. Peneliti tersebut

    hanya berfokus kepada pengaruh perluasan NATO terhadap konflik di Ukraina.

    Sedangkan penulis berfokus kepada peningkatan presensi militer NATO di Eropa

    Timur. Rizky Rizaldi Sidiki menggunakan Konsep power dan mencoba untuk

    menjelaskan strategi psikologis yang diterapkan negara yang bersaing (Rusia-

    NATO) dalam memperebutkan hegemoni di Eropa Timur.

    Keempat adalah penelitian milik Vojtech Mastny dengan judul "Eastern

    Europe and the Early Prospects for EC/EU and NATO Membership". Penelitian

    ini berfokus pada integrasi di Eropa setelah berakhirnya Perang Dingin. Jurnal ini

    juga mejelaskan mengenai organisasi-organisasi yang eksis pada 1987 yakni

    European Community (EC), North Atlantic Treaty Organization (NATO), dan

    25 Rizky Rizaldi Sidiki. 2016. Pengaruh Perluasan NATO ke Eropa Timur Terhadap Konflik Ukraina. Diakses melalui http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/12076

    http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/12076

  • 15

    Conference on Security and Cooperation in Europe (CSCE). 26 Konferensi

    Keamanan dan Kerjasama di Eropa pada saat itu menjadi kunci kerangka yang

    lebih layak untuk integrasi bagi negara-negara anggota Pakta Warsawa. Disana

    juga dijelaskan bahwa saat-saat itu merupakan periode kritis bagi masyarakat

    Eropa dalam kemajuan dan transformasi, yang membuat Eropa Timur memenuhi

    syarat sebagai kawasan yang demokratis, makmur dan aman. Peneliti

    memaparkan bahwa pada tahun 1992, kemerosotan dan runtuhnya Uni Soviet

    telah membuat NATO dan Uni Eropa menjadi alternatif organisasi yang lebih

    menjanjikan.

    Sebagai hasil, penelitian ini menjelaskan mengenai keberhasilan institusi

    Barat terhadap perluasan dan integrasi di Eropa. Serta kebangkitan sistem

    keamanan di Eropa yang inovatif sebagai pencapaian dari NATO dan Uni Eropa.

    Perbedaan penelitian milik Vojtech Mastny dengan penelitian ini yakni terletak

    pada fokus penelitiannya. Penelitian Vojtech berfokus pada peran NATO dan Uni

    Eropa sebagai penyokong keamanan di Eropa. NATO penting untuk keadaaan

    darurat yang kemungkinan terjadi. Sedangkan Uni Eropa mampu menyediakan

    landasan keamanan harian dan menjaga kemakmuran ekonomi dan stabilitas

    politik di Eropa. Berbeda dengan penelitian tersebut, penelitian ini berfokus

    kekhawatiran Rusia terhadap peningkatan aktivitas militer NATO di Eropa Timur

    sehingga Rusia perlu melacarkan strategi militernya dalam menghadapi tindakan

    NATO di Eropa Timur.27

    Kelima, penelitian yang berjudul "Revisiting NATO's Stabilizing role in

    South-Eastern Europe: The Cold War Experience and the Longue Durée" oleh

    26 Vojtech Mastny. 2009. Eastern Europe and the Early Prospects for EC/EU and NATO Membership. The Parallel History Project on Cooperative Security, Zurich Switzerland. Hal 203.

    27 Ibid. Vojtech Mastny. Hlm, 217.

  • 16

    Evanthis Hatzivassiliou seorang profesor Sejarah Kontemporer di Universitas

    Athena. Hatzivassiliou memaparkan mengenai kondisi pasca perang Balkan yang

    melibatkan pemisahan Perang Dingin dan perselisihan regional. Dalam menangani

    dan untuk integrasi Balkan dalam konteks global, NATO menjadi fokus utama

    dalam klaim teritorial antara Yunani dan Turki di satu sisi dan Bulgaria di sisi lain.

    Ironisnya, NATO kurang berhasil dalam memfasilitasi rekonsiliasi antara kedua

    anggotanya, Yunani dan Turki, meski bisa dibilang itu juga berkontribusi dalam

    mencegah bentrokan bilateral.28

    Penelitian tersebut juga membahas dampak NATO pada arus historis yang

    lebih luas di Eropa bagian Tenggara. Namun penelitian tersebut tidak membahas

    mengenai negara-negara yang tidak sepenuhnya terintegrasi dalam institusi-

    institusi Perang Dingin, seperti Yugoslavia. Berbeda dengan penelitian ini,

    penelitian Hatzivassiliou mencoba untuk menilai peran NATO dalam kasus

    negara-negara Balkan. Kontribusi NATO sebagian besar terletak pada integrasi

    regional yang dilakukan NATO, meningkatkan kepercayaan diri Yunani dan

    Turki, dan dalam jangka panjang, membantu rekonsiliasi mereka dengan Bulgaria,

    memfasilitasi keamanan di negara-negara tersebut, di mana NATO dianggap

    sebagai katalisator.Penelitian tersebut lebih merujuk kepada peran NATO dalam

    menstabilkan antar negara, yang berbeda dengan penelitian ini karena Rusia justru

    menganggap NATO sebagai ancaman di Eropa.29

    28 Evanthis Hatzivassiliou (2012) Revisiting NATO's Stabilizing role in South-Eastern Europe: The Cold War Experience and the Longue Durée. Southeast European and Black Sea

    Studies Vol. 12, No. 4. Hlm, 515. 29 Ibid. Evanthis Hatzivassiliou. Hlm, 527.

  • 17

    Tabel berikut adalah rangkuman dari beberapa penelitian terdahulu yang telah

    dipaparkan sebelumnya:

    Tabel 2.1. Tabel Ringkasan Penelitian- Penelitian Terdahulu

    No. Nama

    Penulis

    Judul Buku

    Atau Tulisan

    Fokus Tulisan Jalan Keluar

    1. Fadiah

    Silmina

    Alasan Rusia

    Menganggap

    NATO sebagai

    Ancaman Dalam

    Sistem

    Pertahanan Anti

    Rudal Pasca

    Perang Dingin

    Tahun 2008-2015

    Berfokus untuk mengetahui

    alasan-alasan mengapa sistem

    pertahanan anti rudal milik

    NATO memberikan ancaman

    terhadap Rusia. Objek

    penelitian pada penelitian ini

    adalah Rusia dan NATO

    Rusia terus

    memperbaharui

    doktrin

    militernya dan

    mengembangka

    n program SAP

    militer..

    Perbedaan

    dengan

    Penelitian

    terdahulu

    Perbedaan penelitian tersebut terletak pada fokus penelitian yang lebih

    mengarah pada alasan-alasan mengapa sistem pertahanan anti rudal

    milik NATO memberikan ancaman terhadap Rusia. Sedangkan

    penelitian ini berfokus pada strategi militer Rusia terkait peningkatan

    presensi militer yang dilakukan oleh NATO di Eropa Timur setelah

    mengetahui bahwa NATO merupakan salah satu ancaman keamanan

    bagi Rusia.

    2. Satrio

    Pringgon

    dain

    Kebijakan

    Pertahanan Rusia

    dan Dampaknya

    Terhadap North

    Atlantic Treaty

    Organization

    Berfokus pada dua pokok

    permasalahan yaitu dampak

    perimbangan kekuatan

    konvensional Rusia terhadap

    NATO dan dampak

    perimbangan non-konvensional

    terhadap NATO

    Kebijakan

    Pertahanan

    Rusia

    memberikan

    dampak

    terhadap NATO

    dalam

    membentuk

    kondisi

    perimbangan

    relatif dalam

    bidang

    pertahanan

    keamanan

    Perbedaan

    dengan

    Penelitian

    terdahulu

    Fokus penelitian yang dilakukan oleh Satrio Pringgondani ini berbeda

    dengan penelitian yang saat ini penulis lakukan karena penelitian

    tersebut lebih berfokus kepada dampak dari kebijakan pertahanan

    Rusia terhadap NATO. Selain itu penulis juga menggunakan konsep-

    konsep yang berbeda dalam kerangka analitis, seperti konsep military

    strategy, military presence, security dilemma, dan balance of threat

  • 18

    3. Rizki

    Rizaldi

    Sidiki

    Pengaruh

    Perluasan NATO

    ke Eropa Timur

    Terhadap Konflik

    Ukraina

    Berfokus untuk mengetahui

    lebih dalam mengenai

    perimbangan kekuatan antara

    Rusia dan NATO dan untuk

    mengetahui korelasinya dengan

    konflik yang terjadi di Ukraina

    Konflik Ukraina

    buntut dari

    kekesalan Rusia

    atas perluasan

    NATO. Kontrol

    atas Rusia akan

    meningkatkan

    superioritas

    Rusia pada sisi

    geopolitik &

    mendapat

    keuntungan dari

    potensi

    ekonomi dan

    SDA yang

    dimiliki. Bagi

    Barat Ukraina

    mampu

    menjamin

    kedigdayaannya

    untuk jangka

    waktu lama

    Perbedaan

    dengan

    Penelitian

    terdahulu

    Perbedaan penelitian ini terletak pada fokus utama dan kerangka

    analitisnya. Peneliti tersebut hanya berfokus kepada pengaruh

    perluasan NATO terhadap konflik di Ukraina. Sedangkan penulis

    berfokus kepada peningkatan presensi militer NATO di Eropa Timur.

    Rizky Rizaldi Sidiki menggunakan konsep power dan mencoba untuk

    menjelaskan strategi psikologis yang diterapkan negara yang bersaing

    (Rusia-NATO).

    4. Vojtech

    Mastny

    Eastern Europe

    and the Early

    Prospects for

    EC/EU and

    NATO

    Membership

    Berfokus pada integrasi di

    Eropa setelah berakhirnya

    Perang Dingin olehNATO dan

    Uni Eropa.

    Keberhasilan

    institusi Barat

    terhadap

    perluasan dan

    integrasi di

    Eropa. Serta

    kebangkitan

    sistem

    keamanan di

    Eropa yang

    inovatif sebagai

    pencapaian dari

    NATO dan Uni

    Eropa

    Perbedaan

    dengan

    Penelitian

    terdahulu

    Perbedaan penelitian ini yakni terletak pada fokus penelitiannya.

    Penelitian Vojtech berfokus pada peran NATO dan Uni Eropa sebagai

    penyokong keamanan di Eropa. NATO penting untuk keadaaan

    darurat yang kemungkinan terjadi. Sedangkan Uni Eropa mampu

    menyediakan landasan keamanan harian dan menjaga kemakmuran

  • 19

    ekonomi dan stabilitas politik di Eropa. Berbeda dengan penelitian

    tersebut, penelitian ini berfokus kekhawatiran Rusia terhadap

    peningkatan aktivitas militer NATO di Eropa Timur

    5. Evanthis

    Hatzivas

    siliou

    Revisiting

    NATO's

    Stabilizing role in

    South-Eastern

    Europe: The Cold

    War Experience

    and the Longue

    Durée

    Berfokus pada peran dan

    kontribusi NATO dalam

    menangani integrasi Balkan,

    Eropa bagian Tenggara..

    Kontribusi

    NATO sebagian

    besar terletak

    pada integrasi

    regional yang

    dilakukan

    NATO,

    meningkatkan

    kepercayaan

    diri Yunani -

    Turki, dan

    membantu

    rekonsiliasi

    dengan

    Bulgaria, serta

    memfasilitasi

    keamanan di

    negara-negara

    tersebut,.

    Perbedaan

    dengan

    Penelitian

    terdahulu

    Penelitian Hatzivassiliou mencoba untuk menilai peran NATO dalam

    kasus negara-negara Balkan. Di mana NATO dianggap sebagai

    katalisator.Penelitian tersebut lebih merujuk kepada peran NATO

    dalam menstabilkan antar negara, yang berbeda dengan penelitian ini

    karena Rusia justru menganggap NATO sebagai ancaman di Eropa

    Sumber: data diolah oleh penulis

  • 20

    2.2 Kerangka Analitis

    Penelitian ini menggunakan teori dan konsep yang berkaitan dengan

    strategi militer dan dinamika presensi militer, yaitu konsep military strategy,

    military presence, security dilemma, balance of threat, dan defense policy.

    2.2.1 Strategi Militer (Military Strategy)

    Sebagaimana yang tertulis dalam Dictionary of Military and

    Associated Terms yang diterbitkan Kementerian Pertahanan Amerika Serikat,

    strategi merupakan seni dan ilmu mengembangkan serta menggunakan

    instrumen kekuatan nasional dengan cara yang sinkron dan terintegrasi untuk

    mencapai tujuan medan perang, nasional, dan multinasional. Militer serta

    sistem persenjataan dan berbagai aspek-aspek yang berkaitan merupakan

    elemen utama dalam pelaksanaan strategi. Selain itu strategi militer

    merupakan sebuah kebijakan yang diimplementasikan oleh organisasi militer

    untuk mengejar kepentingan-kepentingan strategis yang hendak dicapai. 30

    Dapat disimpulkan bahwa strategi militer adalah perencanaan dan pelaksanaan

    perlombaan antara kelompok-kelompok musuh bersenjata. Strategi, yang

    merupakan subdisiplin perang dan kebijakan luar negeri adalah alat utama

    untuk mengamankan kepentingan nasional.

    Strategi militer melibatkan penggunaan sumber daya militer seperti

    pasukan, peralatan, dan informasi melawan sumber daya lawan untuk

    mendapatkan supremasi atau mengurangi keinginan lawan untuk bertempur

    30 Scott, S Gartner. 1999. Strategic Assessment in War, Yale University Press.

  • 21

    yang dikembangkan melalui ajaran ilmu militer.31 Perumusan strategi militer

    adalah hasil langsung dari generalisasi pengalaman kepemimpinan angkatan

    bersenjata dalam proses persiapan dan pelaksanaan perang skala strategis.

    Namun, strategi militer tidak hanya hasil dari pengalaman umum suatu negara

    tetapi juga mencakup prediksi teoritis tentang kondisi yang mungkin akan

    terjadi di masa depan.32

    Strategi militer adalah praktik mengurangi kapasitas fisik dan kemauan

    musuh untuk bertarung, dan terus melakukannya hingga tujuan tercapai. Hal

    tersebut terjadi di masa perang maupun masa damai dan mungkin melibatkan

    penggunaan kekuatan secara langsung atau tidak langsung sebagai ancaman.

    Strategi militer sering dibagi menjadi tiga variabel: tujuan, cara (tindakan),

    dan sarana (sumber daya). 33 Praktek strategi militer dijelaskan bersama

    dengan kekuatan militer yang ditambah oleh sembilan "prinsip perang":

    objective, maneuver, surprise, mass, economy of force, offensive, security,

    simplicity, and unity of command.34

    Keberadaan strategi militer juga tidak dapat dipisahkan dari kapabilitas

    militer yang dimiliki oleh suatu negara. Seperti yang dipaparkan oleh S.F

    Tomajczyck di dalam Dictionary of The Modern United States Military :

    ‘The ability of a nation to achieve a specific wartime objective , such as

    destroying a target or winning a battle. When determining one’s military

    capability, four aspects must be considered: Force Structure: The number,

    size and composition of the combat units (e.g., airwings, divisions, ships) that

    make up the military force; Modernization: The technical sophistication of the

    combat units and their weapons and equipment; Readiness: The ability of

    31 Sokolovsky, V. D. Military Strategy. Foreign Technology Division. Moscow: Third

    Edition. 32 Ibid, Sokolovsky.

    33 Antulio, Echevarria. 2017. Military Strategy: A Very Short Intoduction. Oxford

    University Press. 34Ibid. Antulio, Echevarria.

  • 22

    combat units and weapons systems to deploy without without unacceptable

    delay and perform at the level expected of them; Sustanibility: The ability of

    combat units, weapon systems and equipment to maintain their level of

    performance and duration of combat activity in order for certain objectives to

    be achieved. This so-called “staying power” is typically measured in numbers

    of days. For instance, a Marine Expeditionary Unit (MEU) generally has a

    self-sustainment capability of 15 days; a Marine Expeditionary Force (MEF),

    60 days”35

    Melalui konsep ini, dapat diketahui tindakan-tindakan serta cara yang

    dilakukan Rusia dalam merespon perluasan militer NATO, yang tentunya

    mengancam Rusia sehingga Rusia perlu mengeluarkan strategi militernya.

    2.2.2 Presensi Militer (Military Presence)

    Dov S. Zakheim mantan Wakil Menteri Pertahanan untuk Perencanaan

    dan Sumber Daya Amerika Serikat di dalam laporannya yang berjudul Political

    and Economic Implications of Global Naval Presence, menyebutkan bahwa

    military presence sering disebut dengan forward presence atau peacetime

    presence. 36 Military presence atau forward presence merupakan kegiatan

    mempertahankan pasukan yang ditempatkan di depan atau di luar negeri untuk

    menunjukkan tekad nasional, memperkuat aliansi, mencegah musuh potensial, dan

    meningkatkan kemampuan untuk merespon dengan cepat terhadap kemungkinan

    serangan yang terjadi. 37 Dijelaskan juga bahwa pengerahan pasukan tersebut

    dilakukan dalam kedekatan dengan lokasi yang menarik bagi keamanan dan

    35 S. F. Tomajczyk. 1996. Dictionary of The Modern United States Military. North

    Carolina: Mc Farland & Company. Hlm, 383.

    36 Dov S. Zakheim. 1996. Political and Economic Implications of Global Naval Presence.

    Office of the Deputy of Naval Operations, Resources, Warfare Requirements, and Assessments.

    The Pentagon Washington DC. 37 Joint Publication 3-32. Department of Defense. 2015. Dictionary of Military and

    Associated Terms.

  • 23

    kebijakan luar negerinya serta menunjukkan tujuan yang lebih kompleks dan

    politis.

    Thomason juga memaparkan konsep ini di dalam laporannya yang

    berjudul Transforming US Overseas Military Presence. Thomason memaparkan

    bahwa military presence terdiri dari semua aset militer yang berada di luar negeri

    dan terlibat dalam kegiatan atau fungsi yang relatif rutin, teratur, dan tidak

    bertempur.38 Aktivitas kehadiran militer di luar negeri secara umum dipandang

    sebagai bagian dari keseluruhan kegiatan pemerintah suatu negara dalam upaya

    mempromosikan tujuan militernya. Military presence juga mencakup pelatihan

    militer asing untuk meningkatkan kapabilitas secara damai dan dengan jelas

    menunjukan komitmen atau kemampuannya, serta untuk kegiatan pemeliharaan

    perdamaian.39

    Dapat dlihat bahwa military presence dimaksudkan untuk merujuk pada

    unit dan personil yang secara permanen berbasis di luar negeri. Bertujuan untuk

    mempertahankan kekuatan di suatu area untuk menunjukkan interest dan

    meningkatkan kemampuan untuk merespon dengan cepat dalam suatu krisis.

    Berdasarkan Laporan Tahunan Departemen Pertahanan AS (berbagai tahun),

    military presence mencakup basis militer. Basis militer didefinisikan sebagai

    fasilitas permanen yang menjadi rumah bagi unit-unit yang berorientasi pada

    angkatan darat, angkatan laut atau unit angkatan udara.40

    38 James Thomason. 2002. Transforming US Overseas Military Presence: Evidence and

    Options for DoD. Institute for Defense Analyses. Volume I. IDA Paper P-3707 39 Ibid. James Thomason. Hlm, 3. 40 James Meemik. 1994. Presidential Decision Making and the Political Use of Military

    Force. International Studies Quarterly, Volume 38. Hlm, 128.

  • 24

    Berdasarkan berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kehadiran

    militer terdiri dari semua aset militer di luar negeri yang terlibat dalam kegiatan

    atau fungsi non-combat yang relatif rutin. Secara kolektif, aset-aset ini merupakan

    salah satu dari seperangkat instrumen militer yang sangat penting bagi kekuatan

    dan pengaruh negara. Kehadiran militer luar negeri ingin mempromosikan tujuan

    keamanan utama, seperti pencegahan, penyediaan kapabilitas tanggap darurat

    tepat waktu, dan stabilitas regional. Dapat dilihat bahwa terdapat beberapa

    indikator dalam military presence, yakni (1) Bases; (2) Non-Combat; (3) Forces;

    (4) Military Aid; (5) Military Exercise; (6) Personnel / Troops.41 Melalui konsep

    ini, dapat diketahui mengenai perluasan keanggotaan dan presensi militer NATO

    di Eropa Timur dengan beberapa indikator yang ada di dalamnya, sehingga dapat

    memberikan gambaran mengenai aspek-aspek militer apa saja yang ditingkatkan

    oleh NATO guna mencapai tujuannya.

    2.2.3 Dilema Keamanan (Security Dilemma)

    Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan konsep security dilemma

    untuk menjelaskan kekhawatiran Rusia terhadap ancaman yang ada terkait

    peningkatan presensi militer NATO di Eropa Timur. Pertama kali konsep security

    dilemma digunakan oleh John Herz pada tahun 1951 dalam tulisannya yang

    berjudul Political Realism and Political Idealism. Menurut Herz, security

    dilemma adalah sebuah gagasan struktural dimana tindakan-tindakan yang

    dilakukan oleh sebuah negara untuk mengelola keamanannya sendiri, terlepas

    apapun niatnya, cenderung membuat rasa tidak nyaman dan aman di negara lain

    41 Ibid. James Meemik, hlm 128.

  • 25

    khususnya negara-negara yang memiliki kedekatan geografis karena masing-

    masing negara menganggap tindakan yang diambilnya bersifat defensif dan

    tindakan yang dilakukan negara lain bersifat mengancam.42

    Konsep security dilemma juga didefinisikan oleh Robert Jervis sebagai

    fenomena aksi dan reaksi oleh beberapa negara. Situasi dimana suatu pihak

    berupaya untuk meningkatkan keamanannya akan dianggap sebagai ancaman atau

    akan melemahkan keamanan negara lain, yang pada akhirnya mendapat respon

    dari pihak yang terancam dengan cara yang sama. 43 Security dilemma adalah

    istilah dalam hubungan internasional yang mengarah pada situasi dimana tindakan

    yang dilakukan oleh sebuah negara untuk meningkatkan keamanannya seperti

    kapabilitas militer atau beraliansi dapat membuat pihak-pihak lain mengambil

    tindakan yang sama karena merasa terancam.

    Herbert Butterfield berpikir bahwa security dilemma dapat membuat

    negara mengadopsi cara-cara kekerasan (misalnya, perang) kepada satu sama lain

    secara tidak sengaja. Butterfield juga menguraikan enam aspek utama mengenai

    security dilema,44 yakni : (1) Sumber utama dari security dilemma adalah adanya

    rasa takut yang berasal dari "universal sin of humanity"; (2) Security dilemma

    menimbulkan ketidakpastian atas niatan pihak lain; (3) Security dilemma tidak

    memiliki kesengajaan atau tidak ada niat untuk menyebabkan kerugian yang

    disengaja; (4) Security dilemma dapat menimbulkan terjadinya hal-hal tragis; (5)

    Faktor psikologis dapat memperburuk security dilemma; (6) Security dilemma

    merupakan faktor pendorong dibalik semua konflik yang terjadi.

    42 J. Herz. 1950. "Idealist Internationalism and the Security Dilemma", World Politics

    vol. 2, no. 2. Hlm. 157 43 Robert Jervis. 1994.“Cooperation Under The Security Dilemma”. New York. Hlm. 310

    44 Shiping Tang. 2010. A Theory of Security Strategy for Our Time. (Palgrave MacMillan). Hlm. 35.

  • 26

    Selain Butterfield, Herz juga mencoba untuk memaparkan enam aspek

    penting dari security dilemma menurutnya, yakni: (1) Sumber utama dari security

    dilemma adalah kondisi anarki (lack of “a higher unity”); (2) Penyebab langsung

    dari security dilemma adalah ketidakpastian negara dan ketakutan terhadap niat

    masing-masing negara untuk melakukan kejahatan di bawah anarki; (3) Negara-

    negara mencoba untuk keluar dari kondisi security dilemma dengan cara self-help

    dan mengumpulkan semakin banyak power yang pada akhirnya membentuk siklus

    persaingan kekuasaan; (4) Pengumpulan kekuatan (power) tersebut nyatanya tidak

    dapat meningkatkan keamanan mereka sama sekali; (5) Security dilemma dapat

    menyebabkan perang, tetapi bukan penyebab semua perang; (6) Dinamika

    security dilemma adalah “lingkran setan” yang pada akhirnya menimbulkan self-

    reinforcing.45

    Penjelasan Herz menyiratkan bahwa security dilemma adalah akumulasi

    negara terhadap semakin banyak kekuatan untuk keamanan mereka sendiri akibat

    rasa takut dan ketidakpastian tentang niat negara-negara lain di bawah anarki.

    Berdasarkan penjelasan mengenai kosep security dilemma di atas dapat digunakan

    sebagai kerangka analitis penelitian, guna menjelaskan secara umum mengenai

    kondisi hubungan antara Rusia dan NATO. Security dilemma juga penulis

    gunakan sebagai alat bantu analisis guna mengetahui kondisi security dilemma

    yang dirasakan oleh Rusia akibat dari peningkatan presensi militer yang dilakukan

    NATO di Eropa Timur.

    45 Ibid, Shiping Tang. Hlm. 36.

  • 27

    2.2.4 Perimbangan Ancaman (Balance of Threat)

    Balance of Threat dikembangkan oleh Stephen Walt seorang profesor pada

    Universitas Harvard, di dalam bukunya tahun 1987 yang berjudul “The Origins of

    Alliances”. Teori tersebut menguraikan alasan bahwa negara-negara membentuk

    aliansi guna melawan ancaman yang dirasakan.46 Balance of Threat menyatakan

    bahwa negara pada umumnya bertindak untuk menyeimbangkan ancaman terbesar

    terhadap keamanan mereka. Balancing diasumsikan sebagai hubungan negara satu

    dengan negara lain yang saling mengikat diri dengan beraliansi dengan tujuan

    yang sama yaitu untuk menghadapi pihak-pihak yang dianggap mengancam.

    Proposisi bahwa negara akan bergabung dengan aliansi untuk menghindari

    dominasi oleh power yang lebih kuat terletak pada teori balance of power.47 Teori

    ini memandang bahwa negara selalu berupaya untuk bertahan hidup sebagai

    entitas yang berdaulat di tengah sistem internasional yang anarkis. 48 Teori

    Balance of Threat memiliki perbedaan dengan dari teori Balance of Power. Teori

    Balance of Power menjelaskan bahwa negara akan selalu mengimbangi kekuatan

    negara lain yang lebih kuat darinya. Namun, balance of power hanya melihat

    power dan belum mampu menjelaskan mengapa masih terdapat negara yang tidak

    takut dengan negara yang memiliki power yang besar. Walt menentang balance of

    power, dan melihat bahwa negara tidak melakukan balancing berdasarkan power,

    tetapi dari ancaman yang diberikan negara yang dia anggap mengancam. Balance

    of threat sesuai untuk menjelaskan penelitian ini karena Rusia tidak mengimbangi

    46 Stephen M.Walt. 1987. The Origins of Alliances, Balance of Threat Theory. 47 Edward. V Gulick. 1955. Europe's Classical Balance of Power. New York: W.W.

    Norton. Di dalam Sthepen M. Walt, 1985, Alliance Formation and The Balance of World Power.

    The MIT Press. Hlm 5. 48 T.V. Paul dan James J. Wirtz. Introduction: The Enduring Axioms of Balance of Power

    Theory and Their Contemporary Relevance,. Stanford, 2004. Hlm. 4-5

  • 28

    power yang dimiliki NATO namun lebih kepada ancaman yang diberikan NATO

    di daerah kekuasannya.

    Menurut balance of threat, negara-negara dapat bergabung aliansi untuk

    melindungi diri dari negara atau koalisi yang sumber daya superiornya dapat

    menimbulkan ancaman. Negara akan memilih untuk balancing karena dua alasan

    utama. 49 Pertama, negara-negara mempertaruhkan kelangsungan hidup mereka

    sendiri, jika negara-negara tersebut gagal menahan hegemon potensial sebelum

    menjadi terlalu kuat. Bersekutu dengan dominant power berarti menempatkan

    kepercayaan sepenuhnya kepada pihak tersebut.

    Kedua, bergabung dengan pihak yang lebih rentan akan meningkatkan

    pengaruh dari anggota baru, karena pihak yang lemah memiliki kebutuhan akan

    bantuan yang lebih besar. Bergabung dengan pihak yang lebih kuat, sebaliknya,

    mengurangi pengaruh anggota baru dan membuatnya rentan terhadap keinginan

    mitra barunya. Dapat disimpulkan bahwa negara memilih untuk melakukan

    balancing karena memiliki tujuan untuk survive dan mempertahankan kedaulatan

    negaranya guna menekan dominasi power agar tidak bertambah kuat.

    Terdapat beberapa variabel dalam balance of threat yang menentukan

    seberapa besar tingkat ancaman yang ditimbulkan oleh suatu negara, yaitu :50

    1. Aggregate Power : Semakin besar sumber daya total yang dimiliki negara

    (yaitu, populasi, kemampuan industri, kapabilitas militer, keunggulan teknologi,

    dan lain-lain). Maka semakin besar pula potensi ancaman yang dapat ditimbulkan

    kepada negara lain.

    49 S.M Walt. 1985. Alliance Formation and The Balance of World Power. The MIT Press.

    Hlm 5-6. 50 Ibid. S.M Walt, Hlm 9-12

  • 29

    2. Geographic Proximity : Waltz beranggapan bahwa Negara yang secara

    geografis lebih dekat akan menimbulkan rasa tidak aman dan ancaman yang jauh

    lebih besar jika dibandingkan dengan negara yang letak geografisnya lebih jauh.

    3. Offensive Power : Negara dengan kemampuan ofensif yang besar lebih

    mungkin memancing aliansi daripada mereka yang lemah secara militer atau

    hanya mampu mempertahankannya. Dimana negara dengan offensive power yang

    besar akan melakukan serangan dan disokong dengan kapabilitas militer. Maka

    akan membuat negara lain harus membentuk sebuah aliansi.

    4. Offensive Intention : Negara yang menunjukan keagresifannya cenderung

    memprovokasi negara lain untuk menyeimbaingi mereka. Bahkan negara-negara

    dengan kapabilitas yang tidak terlalu tinggi dapat memicu respon balancing jika

    mereka dianggap agresif.

    Berdasarkan definisi yang telah dijelaskan di atas, konsep ini digunakan untuk

    melihat dan menganalisis bahwa NATO merupakan ancaman bagi Rusia. Sesuai

    dengan yang tertulis dalam doktrin militer NATO yang secara tegas menyatakan

    bahwa ekspansi yang dilakukan NATO dan negara-negara yang memiliki

    keinginan untuk bergabung NATO merupakan ancaman bagi eksistensi Rusia.

  • 30

    2.2.5 Kebijakan Pertahanan (Defence Policy)

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan merupakan rangkaian

    konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan

    suatu tindakan dalam mencapai tujuan dan sasaran. Michael Hill dan Peter Hope

    mendefinisikan kebijakan sebagai satu set keputusan-keputusan dan saling

    berkaitan yang ditetapkan oleh aktor politik atau sekelompok aktor mengenai

    tujuan dan cara pencapaian sebuah tindakan dalam situasi tertentu.51

    Defence dapat didefinisikan sebagai bertahan atau pertahanan. Di dalam

    buku "A Dictionary of Modern Defence and Strategy", defence dapat diartikan

    sebagai suatu upaya untuk menghindari musuh yang menimbulkan ancaman bagi

    negara. 52 Defence memiliki sifat lebih pasif dan memiliki tujuan preventif

    dibandingkan offence,53 dan lebih mengarah kepada posisi bertahan ketika konflik

    akan atau sedang terjadi. Dapat disimpulkan bahwa defence merupakan seluruh

    bupaya negara untuk melindungi masyarakat dan teritorialnya dari segala bentuk

    ancaman dengan tindakan-tindakan yang diperlukan.

    Untuk menyusun sebuah strategi pertahanan diperlukan adanya kebijakan

    pertahanan (defence policy). Kebijakan pertahanan merupakan turunan dari

    kebijakan negara yang berfokus kepada isu pertahan dan keamanan suatu negara,

    dan dapat diartikan sebagai rangkuman dari rencana dan tindakan yang akan

    diambil untuk menghadapi ancaman keamanan yang muncul baik dari dalam

    maupun luar negeri. Svein Eriksen dan Fransisco Cardona di dalam bukunya yang

    51 Michael Hill dan Peter Hope. 2002. Implementating Public Policy, (London: Sage Publication).

    52 David Robertson. 1987. A Dictonary of Modern Defence and Strategy. Hlm 95 53Ibid. David Robertson, hlm 95.

  • 31

    berjudul "Criteria for good governance in the defence sector, International

    standards and principles" menyebutkan bahwa kebijakan pertahanan mencakup

    perencanaan dan manajemen pertahanan.54

    Hal tersebut adalah langkah dan urutan menuju implementasi praktis dari

    kebijakan tersebut. Secara garis besar, kebijakan pertahanan merangkum dari awal

    hingga akhir serta cara-cara guna mencapai tujuan pertahanan nasional yang

    berpedoman pada prinsip-prinsip yang telah tertanam dalam kebijakan keamanan

    nasional. 55Kebijakan pertahanan tetap berlaku pada saat perang maupun tidak

    perang (damai), serta dipengaruhi oleh banyak faktor internal, yakni kelompok

    kepentingan, partai politik dan kelas-kelas sosial yang saling berinteraksi demi

    mencapai sebuah kepentingannya masing-masing.56

    Kebijakan pertahanan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal,

    yaitu kondisi politik global, diplomasi dan aliansi antar negara, adanya balance of

    power dan penggunaan kekuatan militer. Suatu kebijakan pertahanan dianggap

    penting karena keamanan suatu negara bergantung kepada efektivitas kebijakan

    pertahanannya serta prinsip-prinsip yang dianut di dalamnya. Tiap-tiap negara

    memiliki national interest masing-masing sehingga penggunaan kekuatan militer

    ditentukan berdasarkan sejauh mana tingkat ancaman tersebut terhadap

    kepentingan nasionalnya. Kepentingan-kepentingan inilah yang menjadi inti dasar

    dalam pembuatan kebijakan.

    Berdasarkan penjelasan diatas, kebijakan pertahanan merupakan sebuah

    tindakan yang dilakukan negara untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi

    54 Eriksen, Svein dan Francisco Cardona 2015. Criteria for good governance in the

    defence sector, International standards and principles. Centre for Integrity in the Defence Sector. 55 Ibid. Svein dan Cardona. 2015.

    56 Michael Merlingen, Rasa Ostrauskaite. 2008. European Security and Defence Policy

    An Implementation Perspective. Routledge Taylor & Francis Group Hlm. 189-195

  • 32

    berbagai ancaman dan permasalahan keamanan dan militer. Terdapat beberapa

    kesimpulan dari defence policy yang dapat dijadikan sebagai indikator, yakni

    kebijakan keamanan nasional dan tindakan mencakup (planning, management,

    and implementation). Dalam penelitian ini, konsep defence policy digunakan

    untuk menganalisis respon/kebijakan yang dikeluarkan Rusia terhadap terhadap

    peningkatan presensi militer NATO di Eropa Timur.

    2.3 Kerangka Pikir

    Dalam suatu kerangka berpikir, peneliti akan menjelaskan mengenai

    bagaimana strategi militer yang dilakukan Rusia terhadap adanya kondisi security

    dilemma yang dialami Rusia akibat dari adanya peningkatan presensi militer yang

    dilakukan oleh NATO. Penjelasan ini diawali dengan kebijakan Rusia mengenai

    perlindungan compatriots di luar negaranya sehingga intervensi yang dilakukan

    Rusia dianggap sah dengan mengizinkan pasukan dikirim ke Krimea untuk

    melindungi etnis Rusia di sana. Hal tersebut dianggap NATO sebagai tindakan

    mencampuri urusan internal negara lain. Tindakan Rusia direspon oleh NATO

    dengan memperluas keanggotaannya hingga ke Eropa Timur dan membangun

    pangkalan-pangkalan militer dengan alasan untuk melindungi keamanan anggota-

    anggota NATO disana. Perluasan keanggotaan dan kehadiran militer NATO di

    Eropa Timur akan dianalisis menggunakan konsep military presence. Security

    dilemma dirasakan Rusia atas perluasan NATO yang terjadi di Eropa Timur.

    Perluasan NATO yang dimulai sejak tahun 1999 dan dilakukan setiap 5 tahun

    sekali membuat Rusia merasa terancam.

  • 33

    Peningkatan presensi militer NATO di Eropa Timur terus terjadi hingga

    titik puncaknya pada tahun 2014 hubungan NATO dan Rusia semakin menegang

    akibat aneksasi Krimea oleh Rusia. Rusia memandang ekspansi yang dilakukan

    Amerika Serikat dan NATO merupakan ancaman bagi eksistensinya. Dengan

    menggunakan konsep balance of threat, dapat dilihat bahwa NATO merupakan

    ancaman bagi Rusia. Bahkan tertulis dalam doktrin militer NATO dan dokumen

    strategi keamanan nasional Rusia pada 31 Desember 2015 yang secara tegas

    menyatakan bahwa ekspansi yang dilakukan NATO dan negara-negara yang

    memiliki keinginan untuk bergabung NATO merupakan ancaman dan Rusia harus

    merespon hal tersebut melalui strategi militer Rusia dan meninjau kebijakan

    pertahanan yang dimiliki Rusia. Berdasarkan paparan di atas, kerangka pemikiran

    yang akan penulis gambarkan adalah sebagai berikut :

    Eksistensi Rusia yang masih memainkan peran politik dan keamanan pada level global dan regional.

    Adanya peningkatan presensi militer oleh NATO di daerah kekuasaan

    Rusia, khususnya Eropa Timur.

    Security dilemma dirasakan Rusia atas perluasan NATO yang terjadi di

    Eropa Timur

    Rusia memiliki kedekatan dengan Eropa Timur dari segi geografis, historis dan kultural. Sehingga, Rusia memandang ekspansi yang dilakukan NATO

    merupakan ancaman bagi negaranya dan Rusia perlu mempertahankan kedaulatan serta pengaruhnya disana.

    Strategi Militer Rusia terhadap peningkatan presensi

    militer NATO di Eropa Timur, 2014-2017

    Military Strategy

    Tujuan

    Cara (Tindakan)

    Sarana (Sumber

    Daya)

    Military Presence

    Security Dilemma

    Anarchy

    Uncertainty and fear Self-help trough

    power competition

    Balance of Threat

    Defence Policy

  • 34

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Tipe Penelitian

    Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif

    deskriptif. Lexy J. Moleong mendefinisikan penelitian deskriptif kualitatif adalah

    penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

    oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-

    lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,

    pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

    metode alamiah. 57 Penelitian kualitatif juga merupakan metode untuk

    mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau

    kelompok dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan.58

    Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya seperti mengajukan

    pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang dari

    partisipan, menganalisis data secara induktif dimulai dari tema yang khusus ke

    tema-tema yang umum, dan peneliti membuat penafsiran dari makna data.

    Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki struktur atau kerangka yang fleksibel.

    Mereka yang terlibat dalam bentuk penelitian ini mendukung cara pandang

    57Lexy. J. Moleong. 2007. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya).

    Hlm 6. 58 Ibid.

  • 35

    penelitian yang bergaya induktif, berfokus pada makna individu dan pentingnya

    menerjemahkan kompleksitas suatu persoalan.59

    Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan gambaran utuh

    mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif

    berhubungan erat dengan persepsi, ide, pendapat, keyakinan orang yang diteliti

    dan keseluruhannya tidak dapat diukur dengan angka.

    Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti melakukan pemahaman untuk

    mendeskripsikan strategi militer Rusia dalam menghadapi peningkatan presensi

    militer NATO di Eropa Timur mulai dari