STRATEGI LAZ BAITUL MAAL HIDAYATULLAH DALAM MENJAGA … · 2013-04-25 · STRATEGI LAZ BAITUL MAAL...
Transcript of STRATEGI LAZ BAITUL MAAL HIDAYATULLAH DALAM MENJAGA … · 2013-04-25 · STRATEGI LAZ BAITUL MAAL...
STRATEGI LAZ BAITUL MAAL HIDAYATULLAH DALAM MENJAGA LOYALITAS
DONATUR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E,Sy)
Oleh:
ABDUL MUID NIM. 107 0461 02108
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011
iv
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memenuhi strata satu di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan, telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau tuntunan dari pihak lain, bukan menjadi tanggung jawab dosen
pembimbing atau Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah,
tetapi menjadi tanggung jawab saya sendiri dan bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa paksaan
dari siapapun.
Jakarta, 2 4 M e i 2 0 1 1 20 Jumadil al-Tsaniyah 1432 H
Penulis
Abdul Muid
v
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puja dan syukur tak terhingga dari hati dan pikiran
yang tulus kehadirat Allah SWT rabb al-izzati karena berkat nikmat kesempatan dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir kuliah ini.
Shalawat serta salam semoga tetap dilimpahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-Nya yang bersedia mengorbankan
jiwa dan raganya untuk menegakkan kalimat Ilahi, yang tetesan embun ajarannya
hingga kini masih terasa.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah
membantu dan memberikan semangat dan motivasi yang sangat dahsyat dalam
menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis memanjatkan syukur dan doa yang
tulus, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kasih sayang-Nya, dan hidayah-
Nya kepada mereka semua. Ucapan terima kasih khusus penulis persembahkan
kepada :
1. Prof. Dr. Drs. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Euis Amalia, M.Ag selaku Ketua Prodi Muamalat Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Dr. H. Afifi Fauzi Abbas, MA. yang sabar dan rela untuk mebimbing dan
memberikan arahan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.
vi
4. LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah (BMH) (Pak Rama Wijaya, Pak Wahyu,
Pak Ismail dan seluruh staf BMH) yang telah ikhlas memberikan kesempatan
dalam penelitian skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya
dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah mengamalkan ilmu dan
pengalamannya kepada penulis selama di bangku kuliah.
6. Kedua orang tuaku tercinta H. Abdul Muid dan Ibunda Hj. Siti Zahrah, Kakak-
kakaku tersayang, Kak Tuan Azkhan, Kak Tuan Manan, Kak Fatma dan Fatya
beserta keluarga tercinta yang tak kunjung reda dalam sejadah doa dan selalu
memberikan perhatian dan dorongan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
7. Beserta semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dan
motivasi yang penulis tidak bisa menyebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT melindungi kita semua. Akhirnya penulis berharap
semoga skripsi ini bisa memberikan kontribusi yang luas bagi cakrawala ilmu
pengetahuan. Amin
Jakarta, 2 4 M e i 2 0 1 1 20 Jumadil al-Tsaniyah 1432 H
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ v
DAFTAR ISI .................................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xii
ABSTRAK ...................................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..................................................... 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 11
D. Review Studi Terdahulu .......................................................................... 13
E. Metode Penelitian dan Teknis Penulisan ................................................ 15
F. Sistematika Penulisan ............................................................................. 19
BAB II MANAJEMEN ZAKAT, LEMBAGA AMIL ZAKAT DAN
LOYALITAS
A. Manajemen Zakat .................................................................................... 21
B. Tinjauan Tentang Lembaga Amil Zakat ............................................... 34
C. Loyalitas ................................................................................................ 39
ix
BAB III SEJARAH SINGKAT LEMBAGA AMIL ZAKAT BAITUL MAAL
HIDAYATULLAH
A. Latar Belakang Berdiri BMH .................................................................. 45
B. Visi dan Misi BMH ................................................................................. 49
C. Tujuan dibentuk BMH ............................................................................ 49
D. Struktur Organisasi BMH ...................................................................... 50
E. Diskripsi Tugas Masing-masing Departemen ......................................... 50
F. Macam-macam Program yang didentuk BMH ....................................... 53
G. Produk Jasa dan Layanan BMH .............................................................. 57
H. Mitra Kerjasama BMH ............................................................................ 59
I. Cabang-cabang BMH .............................................................................. 61
BAB IV STRATEGI LAZ BAITUL MAAL HIDAYATULLAH DALAM
MENJAGA LOYALITAS DONATUR
A. Urgensi Penerapan Strategi Loyalitas di BMH ....................................... 63
B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Donatur di BMH ............ 64
C. Strategi BMH Dalam Upaya Menjaga Loyalitas Donatur ...................... 65
D. Faktor-faktor Pemilihan Strategi Loyalitas Donatur .............................. 78
E. Kemudahan dan Hambatan Dalam Menerapkan Strategi Loyalitas ....... 79
F. Analisis Tingkat Perkembangan BMH Setelah Menerapkan Strategi
Loyalitas Donatur .................................................................................... 80
x
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 89
B. Saran ........................................................................................................ 91
Daftar Pustaka ................................................................................................................... 93
Lampiran-lampiran ............................................................................................................ 96
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Jumlah Penghimpunan Zakat Tahun 2001-2010 ............................................ 2
Table 1.2 : Jumlah Penghimpunan ZIS di LAZ Baitul Maal Hidayatullah ...................... 4
Tabel 3.1 : Cabang-cabang Baitul Maal Hidayatullah .................................................... 61
Table 4.1 : Pertumbuhan Donatur Baitul Maal Hidayatullah 2006-2010 ....................... 82
Table 4.2 : Penghimpunan Dana ZIS Baitul Maal Hidayatullah 2006-2010 .................. 84
Table 4.3 : Persentase Penerima Manfaat Dana ZIS Baitul Maal Hidayatullah ............. 87
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Konstruk Kepercayaan Donatur ................................................................ 44
Gambar 3.1 : Struktur Organisasi Baitul Maal Hidayatullah .......................................... 50
Gambar 4.1 : Mekanisme Implementasi Strategi Loyalitas Donatur Baitul Maal
Hidayatullah .............................................................................................. 70
Gambar 4.2 : Diagram Pertumbuhan Donatur Baitul Maal Hidayatullah 2006-2010 .... 82
Gambar 4.3 : Diagram Pertumbuhan Penghimpunan Dana ZIS Baitul Maal
Hidayatullah 2006-2010 ............................................................................ 84
Gambar 4.4 : Penerima Manfaat Baitul Maal Hidayatullah ............................................ 87
xiii
ABSTRAK
Pertumbuhan jumlah Lembaga Amil Zakat (LAZ) di Indonesia
membuktikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian umat karena dari
dana-dana yang terhimpun dari lembaga zakat akan bermanfaat untuk
pemberdayaan ekonomi kaum dhuafa. Namun demikian dengan jumlah LAZ yang
banyak tersebut akan memicu persaingan tiap LAZ dalam meraih simpati tiap
donatur. Dengan demikian tiap lembaga zakat dituntut untuk menciptakan
kepercayaan dan keloyalan kepada donatur agar tiap lembaga zakat bisa
menjalankan operasional kegiatannya. Atas dasar inilah peneliti tertarik
melakukan penelitian di sebuah lembaga zakat yaitu Baitul Maal Hidayatullah
(BMH), dengan tujuan untuk mengetahui strategi menjaga loyalitas terhadap
donatur di lembaga ini.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif
yaitu mengorganisir semua data malalui observasi, wawancara teknis dokumentasi
dengan memilah milahnya menjadi satu kesatuan yang dapat dikelola, menemukan
apa yang penting dan apa yang dipelajari, serta memutuskan apa yang dapat
diceritakan mengenai strategi loyalitas donatur oleh Baitul Maal Hidayatullah
(BMH).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa loyalitas donatur Baitul Maal
Hidayatullah (BMH) selalu meningkat terlihat dari indikator jumlah donatur yang
banyak di Baitul Maal Hidayatullah (BMH) serta pertambahan jumlah donatur tiap
tahunnya. Selain itu penghimpunan jumlah dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS),
terus meningkat tiap tahunnya dan kenaikan tersebut dengan rata-rata 41% tiap
tahunnya. Lembaga ini memberikan pelayanan yang baik untuk para donatur yang
dimulai dari transparansi dalam penghimpunan dan pendistribusian untuk
meningkatkan keloyalitasan donatur.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sepanjang tahun 2001 sampai sekarang merupakan era kebangkitan baru
dalam perekonomian Indonesia yaitu dengan kehadiran Badan Amil Zakat (BAZ)
serta Lembaga-lembaga Amil Zakat (LAZ) Nasional yang secara hukum
disahkan oleh pemerintah melalui Undang-undang No. 38 tahun 1999. Peran
Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi kaum dhuafa sangat signifikan, terbukti dengan
tumbuhnya pengelolaan zakat dengan pola distribusi pada arah pengembangan
produktivitas mustahik.
Zakat merupakan solusi terbaik dalam membangun ekonomi kaum dhuafa,
hal itu dikarenakan zakat adalah sumber dana yang tidak akan pernah kering dan
habis. Artinya, selama umat Islam memiliki kesadaran untuk berzakat dan selama
dana zakat tersebut mampu dikelola dengan baik, maka dana zakat akan selalu
ada serta bermanfaat untuk kepentingan dan kemaslahatan masyarakat.
Zakat sebagai salah satu kewajiban seorang mukmin yang telah ditentukan
oleh Allah swt tentunya mempunyai tujuan, hikmah dan faedah seperti
kewajiban yang lain, diantara hikmah tersebut tercermin dari urgensinya yang
2
dapat memperbaiki kondisi masyarakat, baik dari aspek moril maupun materil.1
Sedangkan menurut Didin Hafidhuddin lima hikmah dan manfaat zakat yaitu.
Pertama, sebagai perwujudan keimanan kepada Allah swt. Kedua, berfungsi
untuk menolong mambantu dan membina terutama fakir miskin ke arah
kehidupan yang lebih baik. Ketiga, sebagai pilar amal bersama (jama’i) antara
orang kaya yang berkecukupan hidupnya dan para mujahid yang seluruh
waktunya berjihad di jalan Allah swt. Keempat, sebagai salah satu sumber dana
bagi pembangunan sarana dan prasarana yang harus dimiliki umat Islam. Kelima,
untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar.2
Zakat sebagai salah satu instrument kebangkitan ekonomi bangsa memiliki
potensi yang besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dalam satu
dekade terakhir ini, tampak terdapat kecenderungan peningkatan jumlah
penghimpunan dana zakat. Dari data yang berhasil dihimpun oleh the Indonesia
Magnificence of Zakat (IMZ), terlihat peningkata dalam penghimpunan dana
zakat, terutama melalui organisasi pengelola zakat (OPZ) di Indonesia.
Tabel 1.1 :
Jumlah Penghimpunan Zakat Tahun 2001-2010
Tahun Jumlah
2001 62.780.000.000,00
2002 80.370.000.000,00
1 Fakhruuddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang : UIN Malang Press, 2008),
h. 24 2 Didin Hafhiduddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta : Gema Insani Press,
2002), h. 10-11
3
2003 99.710.000.000,00
2004 167.590.000.000,00
2005 295.320.000.000,00
2006 413.920.000.000,00
2007 444.070.000.000,00
2008 570.670.000.000,00
2009 1.200.000.000.000,00
2010 1.500.000.000.000,00
Sumber : Analisa the Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ) diakses di www.hanumisme.com/2009/12/28/potensi-zakat-2010/ pada tanggal 16 Oktober 2010
Dari data tersebut, terlihat jelas bahwa terjadi peningkatan jumlah
pengumpulan zakat dalam Organisasi Penghimpun Zakat (OPZ). Persentase
kenaikan tertinggi terjadi antara kurun tahun 2004 ke 2005. Dalam rentang waktu
tersebut, penghimpunan zakat mengalami kenaikan sebesar hampir 71,75 persen,
dari total nilai penghimpunan sebelumnya sebesar Rp.167,59 miliar menjadi
Rp.287,84 miliar. Sementara itu, peningkatan jumlah persentase penghimpunan
terendah terjadi antara tahun 2006 ke 2007. Dalam selisih tahun tersebut, terjadi
persentase negatif total penghimpunan sebesar 7,28 persen, dari total
penghimpunan tahun 2006 sebesar Rp. 413,92 miliar menjadi 444,07 miliar
rupiah.3 Selama dekade terakhir ini juga ada kemajuan yang cukup pesat dalam
penggalangan dana umat yang dilakukan oleh beberapa lembaga sosial Islam.4
3 The Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ) diakses
www.hanumisme.com/2009/12/28/potensi-zakat-2010/ pada tanggal 16 Oktober 2010 4 Zaim Saidi dan Hamid Abidin, Menjadi Bangsa Pemurah, Wacana dan Praktek
Kedermawanan Sosial di Indonesia, (Jakarta : Piramedia, 2005), h. 3
4
Salah satunya yaitu Baitul Maal Hidayatullah Baitul Maal Hidayatullah (BMH).
Baitul Maal Hidayatullah (BMH) merupakan salah satu lembaga amil zakat
nasional yang berusaha mengimplementasikan visi pengelolaan zakat yang
amanah, transparan, profesional dan inovatif serta berusaha melaksanakan tujuan
besar sebagai Lembaga Amil Zakat (LAZ) yaitu meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam penunaian, pelayanan dan meningkatkan hasil guna dari dana
Zakat Infaq, Shadaqah (ZIS). Eksistensi dari Baitul Maal Hidayatullah dapat
dilihat dari keberhasilan Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dalam menciptakan
program-program pengelolaan dana Zakat Infaq, Shadaqah (ZIS) yang
transparan seperti program pendidikan, sosial, ekonomi dan dakwah. Selain itu
bukti keeksistensiannya Baitul Maal Hidayatullah berhasil membuka cabang
dihampir seluruh propinsi yang ada di Indonesia sehingga dalam tiap tahun
penghimpunan dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) cukup besar
Tabel 1.2.
Jumlah Penghimpunan ZIS di LAZ BMH 2001-2010
Tahun Jumlah
2001 13.500.000.000,00
2002 1.914.256.702,98
2003 1,761.006.729,00
2004 3.255.495.006,00
2005 6.422.111.121,00
2006 7.383.360.101,00
2007 10.793.648.307,00
5
2008 15.849.548.237,00
2009 16.759.780.000,00
2010 (sampai Oktober)
8.354.934.356,00
Sumber: Dokumen Forum Zakat (FOZ) Grand Total Penggalangan Dana Lembaga Amil Zakat, diakses di situs resmi FOZ www.forumzakat.net pada tanggal 16 Oktober dan Majalah bmhnews edisi November 2010 h. 21
Dari data di atas tahun 2001 yaitu tahun sejak disahka Lembaga Amil
Zakat (LAZ) Baitul Maal Hidayatullah (BMH) oleh pemerintah hingga tahun
2003 terjadi tren tahun penurunan yang sangat tajam dari jumlah penghimpunan
Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) yaitu sebesar 666,6 persen. Banyak lembaga
amil zakat yang berdiri pasca dikeluarkannya UU No. 38 tahun 1999 khususnya
pada tahun 2002-2006 salah satu faktor penurunan tingkat penghimpunan zakat
di BMH. Pada tahun 2002 misalnya, Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang telah
mendapatkan legalitas dari pemerintah seperti Bangun Sejahtera Mitra Umat,
LAZ Dewan Dakwah, LAZ Muhammadiyyah, LAZ Persis, Portal Infaq, Baitul
Maal BRI, Baitul Maal wa Tamwil Jakarta. Kalau pada tahun 2001 Lembaga
Amil Zakat (LAZ) baru berdiri sebanyak delapan Lembaga. Adapun tahun 2006
sudah berdiri Lembaga Amil Zakat (LAZ) sebanyak 16 LAZNAS (Lembaga
Amil Zakat Nasional) yang sudah dilegalkan oleh pemerintah yang berdiri di
berbagai propinsi.5 Adapun faktor internal yang mempengaruhi penghimpunan
turun adalah belum berpengalamannya Lembaga Amil Zakat (LAZ) dalam
5 Majalah INFOZ, Media Infomasi Organisasi Pengelola Zakat, edisi 12 TH IV Mei- Juni
2011, h. 5
6
penerapan manajemen internal pengelolaan dana Zakat, Infaq,Shadaqah (ZIS)
sehingga menyebabkan tingkat kepercayaan (trust) dari masyarakat rendah yang
pada akhirnya mudah bagi donatur untuk menyalurkan dana mereka ke tempat
lain yang dipercaya.6 Seiring tingkat pengalaman Baitul Maal Hidayatullah
(BMH) bertambah dalam menghimpun dana Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) dan
berbagai cara dan strategi yang ditempuh untuk menghimpun dana Zakat, Infaq,
Shadaqah (ZIS) Dalam rentang waktu 2003 sampai 2008 penghimpunan dana
Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) di Baitul Maal Hidayatullah (BMH) terus
meningkat, jumlah kenaikan tersebut tidak kurang dari 35,12 persen pertahun dan
2007-2008 merupakan kenaikan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya
yaitu sebesar Rp 5,054 miliar atau naik sebesar 46,81 persen. Sementara itu dari
keterangan forum zakat (FOZ) rasio produktivitas dari BMH sebesar 77,7 persen.
Ini berarti bahwa penyaluran dana Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) oleh Baitul
Maal Hidayatullah (BMH) mengalami pertmbuhan yang signifikan dan
penyaluran Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) yang tepat sasaran dengan
pengembangan fokus program pendidikan dakwah dan ekonomi.7
Lembaga Amil Zakat Baitul Maal Hidayatullah (BMH) belum mampu
menghimpun potensi dana zakat yang ada, Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dan
Lembaga Amil zakat lainnya mengalami problem yang sama yaitu semenjak
6 Ria Casmi Arrsa, Negara Dalam Merevitalisasi Pengelolaan Zakat Sebagai Upaya Strategis
MenanggulanganKemiskinan Di Indonesia, diakses dari http://www.legalitas.org. pada tanggal 15 Oktober 2010
7 Media Informasi Organisasi Pengelola Zakat (INFOZ), Edisi 3 tahun V Oktober – November, h. 14
7
tahun 1999, Indonesia yang telah memiliki Undang-Undang zakat yang secara
substansi Undang-Undang tersebut memberikan aturan dan pola hubungan
antara lembaga amil zakat baik yang dikelola oleh masyarakat maupun oleh
pemerintah dimana perkembangan pengelolaan zakat dan pemanfaatannya belum
optimal jika dilihat dari potensi yang dimiliki hal ini dikarenakan oleh bebarapa
faktor seperti :
1. Lemahnya penerapan prinsip manajemen organisasi di dalam pengelolaan
dana zakat.
2. Rendahnya penguasaan teknologi oleh institusi amil zakat
3. Lembaga amil zakat masih dipandang sebagai lembaga grassroot dan tidak
professional. Akibatnya Muzakki, Munfiq, dan Mushadiq (dalam hal ini
disebut donatur) mempunyai motivasi yang cukup rendah dalam
menjalankan kewajibannya, artinya masih banyak keraguan yang
menghampiri para donatur untuk menyalurkan dananya pada satu lembaga.
Sehingga menjadi godaan tersendiri bagi para donatur untuk berpindah
antara satu lembaga pengelola Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) ke lembaga
sejenis lainnya, atau bahkan menyampaikan Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS)
secara langsung ke mustahik8. Dalam survey yang dilakukan oleh Ford
Foundation bekerja sama dengan UIN Syarif Hidayatullah yakni 61 persen
zakat fitrah dan 93 persen zakat maal diberikan langsung kepada penerima.
8 Erni Yanti Siregar, Kinerja Lembaga Amil Zakat (LAZ) Nasional Dompet Dhuafa
Republika dalam Pengelolaan Dana ZIS, diakses dari, http://www.mb-ipb.org. tanggal 15 Oktober 2010
8
Penerima zakat fitrah dan zakat maal terbesar (70 persen) adalah masjid-
masjid, BAZ pemerintah hanya mendapatkan 5 persen zakat fitrah dan 3
persen zakat maal, serta LAZ swasta hanya 4 persen zakat maal.9
Persaingan Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dengan lembaga amil zakat
yang lainnya dalam menghimpun dan merangkul donatur begitu ketat terlihat
dari banyak lembaga amil zakat yang dikelola oleh masyarakat seperti Yayasan
Dompet Dhuafa (DD) di Jakarta, Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) di
Surabaya, Yayasan Darut Tauhid (DT) di Bandung, Pos Keadilan Peduli Umat
(PKPU) di Jakarta, Dompet Sosial Umul Quro (DSUQ) di Bandung, Lagzis di
Jakarta yang telah melakukan penggalangan dana umat secara profesional dan
inovatif.10 Banyaknya lembaga amil zakat yang muncul menyebabkan donatur
dihadapkan pada berbagai pilihan lembaga amil zakat yang pada akhirnya bisa
memungkinkan donatur untuk beralih lembaga pada amil zakat lain, terlebih lagi
jika lembaga amil zakat tersebut membuat suatu perubahan dan menawarkan
karakteristik pengelolaan dana Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) yang lebih unggul
untuk memberikan kepuasan terhadap donatur atas dana Zakat, Infaq, Shadaqah
(ZIS) yang mereka salurkan.
Berbagai program yang berpariasi ditawarkan oleh lembaga-lembaga zakat
kepada donatur membuat Baitul Maal Hidayatullah (BMH) lebih berhati-hati
9 Achmad Setiyaji, Potensi ZIS dan Problem Pengelolaan, diakses dari
http://www.rumahzakat.org/detail.php?id=1628&kd=B. diakses pada tanggal 07 Oktober 2010 10
Zaim Saidi dan Hamid Abidin, Menjadi Bangsa Pemurah, Wacana dan Praktek Kedermawanan Sosial di Indonesia, (Jakarta : Piramedia, 2005), h. 3
9
dalam merancang strategi penghimpunan (fundraising) Zakat, Infaq, Shadaqah
(ZIS). Salah satu cara agar dapat menghimpun dana Zakat, Infaq, Shadaqah
(ZIS) dari para donatur adalah dengan memperoleh donatur sebanyak-
banyaknya. Lembaga amil zakat akan berhasil memperoleh donatur dalam
jumlah yang banyak apabila dinilai dapat memberikan kepuasan bagi para
donatur. Kepuasan donatur yang tercipta dapat memberikan beberapa manfaat,
antaranya hubungan antara Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan donatur menjadi
harmonis, memberikan dasar yang baik bagi penyaluran ulang, membentuk suatu
rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan Lembaga Amil Zakat
(LAZ) dan tercipta loyalitas Donatur. Donatur yang puas dan loyal (setia)
merupakan peluang bagi Baitul Maal Hidayatullah (BMH) untuk mendapatkan
donatur baru.
Dana Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) yang besar yang dihimpun oleh Baitul
Maal Hidayatullah (BMH) dapat terjadi karena cabang Baitul Maal Hidayatullah
(BMH) yang begitu luas dan adanya donatur baru, maupun penyaluran ulang
oleh donatur lama. Terjadi penyaluran ulang ini disebabkan oleh kepuasan
donatur sehingga hal tersebut akan menciptakan loyalitas donatur. Adanya
donatur yang loyal terhadap Baitul Maal Hidayatullah (BMH) akan dapat
meningkatkan penghipunan dana Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) dan mampu
mempertahankan posisi yang baik sebagai lembaga filantrofi.
Mengetahui akan penting suatu loyalitas donatur, maka menarik bagi
peneliti untuk melakukan penelitian tentang strategi Lembaga Amil Zakat Baitul
10
Maal Hidayatullah dalam menjaga dan mempertahankan loyalitas para donatur
(muzakki, munfiq, mushadiq) yang dituangkan dalam bentuk skripsi berjudul
“Strategi LAZ Baitul Maal Hidayatullah dalam Menjaga Loyalitas
Donatur”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Baitul Maal Hidayatullah (BMH) selama ini mengalami peningkatan
jumlah penghimpunan dana Zakat, Infak, dan Shadaqah (ZIS) dari tahun ke
tahun, Oleh sebab itu muncul pertanyaan apakah peningkatan jumlah dana
Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) disebabkan oleh jumlah cabang Baitul Maal
Hidayatullah (BMH) yang banyak yang berdiri di berbagai daerah sehingga
penghimpunan dana ZIS di setiap daerah bisa tergali, atau pengaruh dari mutu
kinerja strategi yang dilakukan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) pusat
dalam dan meningkatkan loyalitas donatur sehinggga meningkatkan jumlah dana
Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS) .
Berdasarkan masalah-masalah yang diidentifikasi di atas agar mendapatkan
suatu batasan penelitian yang jelas sekaligus mencegah pembahasan yang meluas
yang tidak ada kaitannya dengan masalah yang akan dibahas, selain itu karena
keterbatasan ilmu dan pengetahuan serta waktu dan tenaga yang dimiliki oleh
penulis, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian pada, bagaimana
strategi Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dalam menjaga loyalitas donatur. Hal
ini bertujuan untuk mengetahui lebih banyak strategi yang dilakukan oleh Baitul
Maal Hidayatullah (BMH) dalam menjaga kepercayaan para donatur agar
11
terbentuk image yang baik tentang Baitul Maal Hidayatullah serta bertujuan
untuk meningkatkan penghimpunan dana Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS)
Dari pembatasan masalah tersebut, untuk lebih memudahkan penulis dalam
pembahasan skripsi ini, maka penulis membuat rumusan masalah yang muncul
dalam penelitian ini yang berbentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa strategi yang diaplikasikan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dalam
menjaga loyalitas donatur?
2. Mengapa Baitul Maal Hidayatullah (BMH) memilih menggunakan strategi
tersebut?
3. Langkah-langkah apa yang dilakukan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
untuk mengaplikasikan strategi yang dipilih?
4. Bagaimana tingkat perkembangan Baitul Maal Hidayatullah (BMH) setelah
menerapkan strategi menjaga loyalitas donatur tersebut?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian skripsi ini adalah
1. Untuk mengetahui strategi yang diaplikasikan oleh Baitul Maal Hidayatullah
(BMH) dalam menjaga loyalitas donatur
2. Untuk mengetahui mengapa Baitul Maal Hidayatullah (BMH) memilih
menggunakan strategi tersebut
3. Untuk mengetahui langkah-langkah apa yang dilakukan oleh Baitul Maal
Hidayatullah (BMH) untuk mengaplikasikan strategi tersebut.
12
4. Untuk mengetahui tingkat Perkembangan Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
setelah menerapkan strategi menjaga loyalitas Donatur.
Adapun manfaat praksis dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi
syarat kelulusan strata satu serta persyaratan memperoleh gelar sarjana ekonomi
syariah (S.E,Sy) di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian skripsi ini adalah :
a. Teoritis
1) Bagi penulis khususnya mampu menambah cakrawala keilmuan dan
mengembangkan pikiran yang berupa konsep atau gagasan yang bisa
dianalisa lewat penelitian ini.
2) Penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan teori baru dan atau
sebagai pengembangan teori mengenai strategi atau manajemen menjaga
loyalitas donatur khususnya donatur dari Baitul Maal Hidayatullah
(BMH)
b. Praktis
1) Secara praktis penelitian ini diharapkan berguna bagi para praktisi
khususnya Baitul Maal Hidayatullah (BMH) sebagai acuan dan
perbandingan dengan lembaga zakat yang lainnya.
2) Penelitian dapat dijadikan sebagai pedoman atau referensi yang bisa
memberikan sumbangsih dalam bentuk karya ilmiah untuk kemudian
dijadikan bahan kajian dalam mengembangkan konsep manajemen atau
13
strategi menjaga loyalitas khususnya loyalitas dari donatur Zakat, Infaq,
Shadaqah (ZIS)
D. Review Studi Terdahulu
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan penulis belum menemukan
penelitian ini sebelumnya. Namun sebagai acuan penulis mengambil beberapa
skripsi yang menjadi bahan acuan adalam membuat skripsi ini yaitu :
1. Fachri Firdaus dengan judul skripsi Strategi Pengembangan
Organisasi Pengelolaan Zakat (OPZ) mahasiswa program Studi Muamalat
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan
Nomor Induk Mahasiswa (NIM) 203046101698. Isi Masalah dari skripsi
yang diangkat yaitu
a) Apa saja yang harus dilakukan dalam mengembagkan organisasi
terutama pada Organisasi Pengelola Zakat (OPZ)
b) Bagaimanakah strategi pengembangan OPZ yang dilakukan oleh LAZ
PKPU
c) Apa yang menjadi kekuatan adan kelemahan serta peluang dan
tantangan dari kegiatan pengembangan organisasi yang dilakukan PKPU
d) Bagaimana analisa strategi pengembangan organisasi LAZ PKPU
Adapun perbedaan dari skripsi yang penulis akan teliti yaitu, bahwa skripsi
ini hanya membahas bagaimana strategi mengembangkan suatu organisasai
zakat. Akan tetapi dalam penelitian penulis akan memaparkan strategi
bagaimana organisasi itu berkembang dengan strategi menjaga donatur tetap
14
loyal dalam menyalurkan dana mereka pada Baitul Maal Hidayatullah
(BMH) sehingga Baitul Maal Hidayatullah (BMH) itu sendiri dapat
berkembang dengan pesat.
2. Abdul Alim dengan judul skripsi Pemberdayaan Ekonomi Mustahik Zakat
Perusahaan pada Baitul Maal Muamalat mahasiswa Program Studi
Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Syarif Hidayatullah
dengan Nomor Induk Mahasiswa (NIM) 205046100589. Isi Masalah yang
ada dalam skripsi ini adalah :
a) Bagaimana konsep pemberdayaan ekonomi mustahik dengan zakat
perusahaan
b) Bagaimana pola pengumpulan dan pendayagunaan ZISWAF yang
dilakukan Baitul Maal Muamalat
c) Bagaimana hasil pencapaian BMM dalam memperdayakan ekonomi
mustahik
Adapun Perbedaan dengan skripsi iini adalah dalam kajian skripsi ini penulis
tidak hanya memaparkan bagaimana strategi penggalangan dana akan tetapi
bagaimana juga cara mempertahankan donatur agar tetap menyalurkan dana
mereka pada Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
Didasari kajian review ini penulis tertarik untuk meneliti strategi yang
dikembangkan LAZ Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dalam menjaga loyalitas
para donatur dalam memertahankan kontinyuitas penghimpunan dana di Baitul
Maal Hidayatullah (BMH). penulis beranggapan penulisan karya tulis ini sangat
15
penting karena melihat perkembangan Lembaga-lembaga amil zakat saat ini.
Selain membahas penghimpunan dana, masalah Lembaga Amil Zakat (LAZ) ini
belum secara khusus membicarakan masalah loyalitas Donatur Zakat, Infaq,
Shadaqah (ZIS).
E. Metode Penelitian dan Teknis Penulisan
Salah satu tahapan urgen dalam penulisan karya ilmiah adalah penerapan
metodologi yang tepat yang digunakan sebagai pedoman penelitian dalam
mengungkap fenomena dan untuk menjawab rumusan masalah yang telah
diuraikan maka perlu bagi penulis untuk menguraikan metodologi penelitian
yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu :
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang datanya bersifat kualitatif
dengan menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu penelitian yang
menggambarkan suatu gejala data-data dan informasi yang berdasarkan pada
fakta yang diperoleh di lapangan11. Kemudian penulis menggambarkan atau
memaparkan analisis data tentang strategi menjaga loyalitas donatur yang
kemudian diambil kesimpulan. Dengan metode deskriptif analisis ini, penulis
mengumpulkan dan memaparkan data yang diperoleh dengan melakukan
penelitian lapangan (Field Research).
11
Irawan Soehartono, Penelitian Sosial, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 1995) cet. 1 h. 35
16
2. Pendekatan
Adapun penelitian ini menggunakan pendekatan manajemen (approach
managemen) yang bertujuan untuk mempelajari strategi-strategi yang
diterapkan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Dalam penelitian ini focus
penelitian adalah pada bagaimana strategi yang digunakan oleh Baitul Maal
Hidayatullah (BMH) dalam menjaga loyalitas.
3. Sumber Data
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan dua jenis sumber
data, yaitu:
a. Data Primer, dalam hal ini penulis mengambil data melalui penelitian
langsung melalui pihak yang terkait dengan pembahasan skripsi ini guna
memperoleh data-data mengenai strategi menjaga loyalitas donatur. Data
primer merupakan data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu
organisasi atau perorangan langsung dari objeknya12.
b. Data Sekunder. Dimana dalam hal ini penulis memperolah data atau
informasi melalui buku, jurnal, surat kabar, artikel, media internet atau
data-data yang dikeluarkan oleh LAZ Baitul Maal Hidayatullah (BMH).
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi,
sudah dikumpulkan13.
12 Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta : Rajawali Press, 2008), h.
101 13 Ibid., h. 103
17
4. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini proses pengambilan data akan diperoleh melalui
metode-metode sebagai berikut
a. Observasi,
Dalam observasi ini penulis langsung mendatangi tempat penelitian
yaitu Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yang dalam hal ini penulis
mendatangi kantor Baitul Maal Hidayatullah (BMH), pihak-pihak yang
punya jabatan di Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dengan mengamati
sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan
sebenarnya
b. Wawancara
Dalam hal ini Penulis melakukan tanya jawab secara lisan dan bertatap
muka secara langsung dengan mengajukan pertanyaan kepada pihak Baitul
Maal Hidayatullah (BMH) seperti direktur utama, Fund manajer, manajer
Fund Distribution mengenai Staregi menjaga loyalitas Donatur. Adapun
yang ditanyakan seperti terkait dengan laporan keuangan, laporan jumlah
donatur tiap tahun, jumlah donasi yang dikeluarkan oleh setiap donatur,
faktor internal dan eksternal perusahaan dan seluruh masalah yang terkait
dengan strategi menjaga loyalitas yang diterapkan oleh LAZ Baitul Maal
Hidayatullah (BMH)
18
c. Dokumentasi
Dalam hal ini penulis mengumpulkan data berupa data-data tertulis
yang ada pada diliteratur-literaur buku, jurnal, surat kabar, atikel, dan
referansi lainnya yang mengandung keterangan dan penjelasan serta
pemikiran tentang penomena yang masih aktual mengenai strategi menjaga
loyalitas donatur serta dianalisa dengan data yang diperolah oleh penulis di
LAZ Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik
analisis induktif yaitu teknik menganalisa temuan-temuan penelitian muncul
dari keadaan umum, tema-tema dominan dan signifikan yang ada dalam data
tanpa mengabaikan hal-hal yang muncul oleh struktur metodologisnya.14
Pendekatan analisis induktif ini untuk membantu pemahaman yang jelas dalam
mengolah data dan memberikan penjelasan yang baik untuk mengetahui
temuan-temuan strategi Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dalam menjaga
loyalitas donatur.
6. Teknik Penulisan
Sebagai pedoman skripsi ini, penulis merujuk kepada buku “pedoman
penulisan skripsi” Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2007
14 Lexy J Moleong , Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), h.
297
19
F. Sistematika Penulisan
Hasil akhir dari penulisan ini akan dituangkan dalam laporan tertulis
dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Bab ini membahas latar belakang masalah, pembatasan masalah dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu,
metode penelitian dan teknik penulisan, sistematika penulisan.
BAB II Strategi, Loyalitas dan Lemabaga Amil Zakat
Bab ini membahas tentang manajemen startegi yang meliputi pengertian
strategi, elemen-elemen strategi, proses perancanaan strategi bagi organisasi
nirlaba, nilai -nilai perencanaan strategi organisasi nirlaba. Loyalitas membahas
pengerrtian loyalitas, faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas, dan cara
mempertahankan loyalitas. Lemabaga Amil Zakat (LAZ) membahas tentang
pengertian LAZ, urgensi lembaga amil zakat, urgensi loyalitas donatur bagi amil
zakat dan hikmah adanya lembaga amil zakat (LAZ)
BAB III Sejarah Singkat Lembaga Amil Zakat Baitul Maal Hidayatullah
(BMH)
Bab ini menguraikan tentang objek penelitian secara komprehensif
antaranya, latar belakang berdiri Baitul Maal Hidayatullah (BMH), visi dan misi
Baitul Maal Hidayatullah (BMH), tujuan didirikan Baitul Maal Hidayatullah
(BMH), struktur organisasi Baitul Maal Hidayatullah (BMH), diskripsi tugas
masing-masing departemen, macam – macam program Baitul Maal Hidayatullah
20
(BMH), produk – produk Baitul Maal Hidayatullah (BMH), mitra kerjasama,
cabang – cabang Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
BAB IV Strategi LAZ Baitul Maal Hidayatullah dalam Menjaga Loyalitas
Donatur
Bab ini memuat uraian secara rinci mengenai semua temuan-temuan yang
dihasilkan yaitu, Urgensi penerapan strategi loyalitas donatur di Baitul Maal
Hidayatullah (BMH), faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas donatur di
Baitul Maal Hidayatullah (BMH), strategi Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
dalam upaya menjaga loyalitas donatur, langkah-langkah Baitul Maal
Hidayatullah (BMH) dalam merumuskann strategi menjaga loyalitas, Mekanisme
penerapan strategi loyalitas di Baitul Maal Hidayatullah (BMH) implementasi
strategi, faktor-faktor pemilihan strategi, kemudahan dan hambatan dalam
menerapkan strategi loyalitas, analisis tingkat perkembangan BMH.
BAB V Penutup
Bab ini memuat kesimpulan dan saran. Kesimpulan dihasilkan dari
pembahasan yang telah dilakukan serta saran berisi tentang saran-saran untuk
penelitian yang lebih lanjut mengenai Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
21
BAB II
MANAJEMEN ZAKAT, LEMBAGA AMIL ZAKAT DAN LOYALITAS
A. Manajemen Zakat
1. Pengertian Manajemen
Manajemen merupakan kata serapan dari bahasa Inggris,
”management” yang berakar kata ”manage,” yang berarti ”control” kontrol
dan ”succed” sukses. Dari kata ini dapat disimpulkan bahwa inti dari
manajemen adalah pengendalian hingga mencapai sukses yang diinginkan.1
Adapaun manajemen secara terminologi yang diartikan oleh James Stones
seperti yang dikutip oleh Eri Sudewo, bahwa manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha para
anggota organisasi dengan menggunakan sumber daya yang ada agar
mencapai tujuan organisasi yang sudah ditetapkan.2
Menurut Follet seperti yang dikutip Fakhruddin manajemen
merupakan seni untuk melakukan sesuatu melalui orang lain. Dalam tataran
ilmu, manajemen dipandang sebagai kumpulan pengetahuan yag
dikumpulkan, disistematisasi dan diterima berkenaan dengan kebenaran-
kebenaran universal.3
1 Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas, (Malang : UIN Malang Press, 2007), h.
71 2 Eri Sudewo,Manajemen Zakat, (Ciputat : Institut Manajemen Zakat, 2004), h. 63
3 Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia (Malang : UIN Malang Press, 2008),
h. 266
22
Menurut Hani Handoko manajemen adalah bekerja dengan orang-
orang untuk menentukan, menginterpretasikan, dan mencapai tujuan-tujuan
organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan personalia atau kepegawaian, pengarahan dan kepemimpinan
serta pengawasan.4
Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara
rapi, benar, tertib dan teratur. Proses-proses harus diikuti dengan baik sesuatu
tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. Hal ini merupakan prinsif utama
dalam ajaran Islam. Rasulullah saw. Bersabda dalam sebuah hadist yang
diriwayatkan Imam Thabrani
�وא�����אن��{�ن�א������ذא���������א����ن�������{� �
Artinya
Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan, dilakukan secara Itqan (tepat, terarah, jelas dan tuntas) (HR. Thabrani)
Arah pekerjaan yang jelas, landasan yang mantap dan cara-cara
mendapatkannya yang transparan merupakan amal perbuatan yang dicintai
Allah swt. Sebenarnya manajemen dalam arti mengatur segala sesuatu agar
dilakukan dengan baik, tepat dan tuntas merupakan hal yang disyariatkan
dalam ajaran Islam.5
4 Ibid,. h. 64
5 Didin Hafidhuddin, Manajemen Syariah dalam Praktik, (Jakarta : Gema Insani Press,
2003), h. 1
23
Pada dasarnya menajemen merupakan rangkaian cara beraktifitas.
Bagi seorang muslim manajemen bisa menjadi wahana amal kebajikan. Di
situ ada kesadaran untuk mengaplikasikan cara-cara bekerja dengan landasan
ajaran Islam. Manajemen islami idak bebas nilai.kaidah halal dan thayyib
menjadi nilai utama organisasi. Ini berlaku dari awal pengembilan keputusan,
perencanaan hingga aplikasi dan evaluasinya yang tetap melandaskan pada
nlai-nilai halal dan thayyib.6
Halal dan thayyib tidak hanya berlaku untuk menilai sebuah benda
seperti makanan atau barang. Dengan prinsip itu Islam mengenalkan karakter
manajemen halal dan thayyib. Melalui karakter tersebut lahir dua hal ciri
penting dalam manajemen halal dan thayyib, yakni (1) menekankan pada
proses, dan (2) berorientasi pada penyuburan kebijakan.
Penekanan pada proses merupakan inti dari Management By Process
(MBP). Pendekatan manajemen ini tidak mengutamakan hasil akhir. Dalam
melaksanakan aktivitas yang harus diperhatikan adalah upaya-upaya
penghindaran kerugian pada pihak lain. Perkembangan yang sehat didorong.
Antara satu dengan yang lain jadi saling mengisi, memperkuat berbagai sisi-
sisi yang lemah. Tidak menimbulkan kerugian secara otomatis
mengembangkan kemaslahatan. Bahwa suatu proses butuh waktu tentu saja.
Bahwa proses pun butuh satu kesepakatan bahasa juga merupakan tahapan
yang harus dilalui
6 Eri Sudewo, op.cit. h. 77
24
2. Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu aktivitas untuk membuat rancangan-
rancanagan agenda kegiatan yang akan dilaksanakan oleh organisasi.
Perencanaan itu bisa terkait dngan waktu dan strategi.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh lembaga zakat agar
perencanaan lembaga tersebut tercapai secara optimal adalah :
a. Filtrasi
Islam memang indah. Agama samawi ini menghargai apapun
kebaikan yang telah berkembang sebelum Islam masuk. Islam
menganjurkan jangan tembak nyamuk dengan meriam atau ambil madunya
jangan hancurkan sarangnya. Artinya Islam tidak mengijinkan
penghancuran peradaban manusia yang telah dibangun beratus tahun
sebelumnya. Itulah salah satu makna rahmatan lil’alamin. Maka yang perlu
dilakukan adalah filterisasi. Tujuannya untuk menyeleksi mana hal yang
harus disisihkan dan mana yang harus dipertahankan dan dikembangkan.
b. 5 W + 1 H
Perhatikan urutan penerima zakat yang dipadankan dengan sifat
Allah yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Kaitan itu harus cermat
dipahami olem pengurus zakat. Bahwa alokasi zakat sungguh-sungguh
diprioritaskan untuk fakir dan miskin, sebagai kalangan yang diposisikan
dalam urutan pertama danm kedua. Ketentuan ini sangatlah adil. Sebab
kondisi fakir miskin, selalu menjerat hingga sukar untuk bisa lepas dari
25
kesulitan hidup. Kemiskinan selalu melahirkan berbagai kemiskinan
lainnya. Dengan sifat yang Maha Bijaksana, Allah memahami kondisi
kritis itu. Maka para amil yang mengurus fakir miskin, juga harus
memahaminya. Dengan sifat Maha Bujaksana, Allah tempatkan fakir
miskin pada prioritas utama penerima zakat.
Banyak cara dalam merancang sebuah perencanaan. Satu kiat
menarik adalah menggunakan 5 W + 1 H : (what, when, who, where, why,
dan how ) pendekatan 5 W menjelaskan “apa yang hendak dilakukan,
kapan dilaksanakan, siapa pelakunya, dimana pelaksanaannya dan
mengapa itu dijalankan”. Dan 1 H menggambarkan “bagaimana cara
melakukannya”. Dengan mengeksplorasi pendekatan 5 W + 1 H ini, akan
diperoleh suatu perencanaan yang lebih matang, sistematis, jelas tujuannya,
arah dan sasarannya. Siapapun yang membaca suatu perencanaan
berdasarkan 5 W + 1 H akan mudah memahaminya. Pendekatan ini
memudahkan penyusunan plan of action.
c. Perencanaan Berdasarkan Waktu
Perencanaan yang terkait waktu sering dibagi menjadi tiga bagian
yaitu perencanaan jangka pendek, perencanaan jangka menengah, dan
perencanaan jangka panjang. Sedangkan.perencanaan yang matang akan
memberikan arahan kemana jalan organisasi dalam waktu yang telah
26
ditentukan. Ini akan mempermudah dalam membuat langkah-langkah
konkret secara pasti.7
d. Perencanaan Strategis
Prancanaan strategis yaitu perencanaan yang digunakan untuk
menjaga fleksibilitas rencana jangka panjang akibat berubahnya situasi.
Rencana strategis ini bertujuan untuk menjaga eksistensi organisasi
sehingga tetap bertahan.
Dalam pengelolaan zakat, rencana strategis merupakan suatu
unsur yang tidak bisa dipisahkan. Ada beberapa alasan tentang hal itu.
Pertama adalah masalah kepercayaan, kepercayaan akan muncul jika
orang lain yang menyampaikan oleh karena itu kepercayaan butuh waktu
yang lama untuk diraih. Kedua yaitu masyarakat memiliki logika sendiri
dalam menilai sebuah organisasi. Secara sosial, zaat merupakan bentuk
ibadah yang memiliki hubungan nyata dengan masyarakat.8
3. Pengorganisasian
Ajaran Islam adalah ajaran yang mendorong umatnya untuk
melakukan segala sesuatu secara terorganisasi dengan rapi. Kesungguhan dan
keseriusan dalam mengorganisir sesuatu sangat dianjurkan oleh Islam.9
7 Sudirman, op.cit. h. 80-81
8 Ibid., h. 81-82 9 Didin Hafidhuddin, Manajemen Syariah dalam Praktik, (Jakarta : Gema Insani Press, 2003),
h. 100
27
Pengorganisasian tidak lepas dari koordinasi Koordinasi, yaitu upaya
penyatuan sikap dan langkah dalam pencapaian tujuan. Pada dasarnya
organisasi zakat menghimpun sejumlah orang yang masing-masing punya
kepentingan. Organisasi zakat juga memiliki kepentingan. Disinilah sering
terjadi tabrakan antara kepentingan organisasi dan anggota. Maka dibutuhkan
orang kuat dalam membenahi penyimpangan, konsisten dalam mempertahan
kan visi dan selalu mendorong anggota untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut Eri Sudewo Koordinasi dapat terwujud karena beberapa faktor yaitu
1) Pimpinan
Organisai nirlaba sangat ditentukan dengan sikap pemimpin. Apa yang
dikatakan pemimpin meruapakan perintah sebagai inti koordinasi.
2) Sumber Daya Manusia (SDM)
Baik buruknya koordinasi juga ditentukan oleh kapasitas dan kapabilitas
SDM yang ada. SDM mencerminkan sosok organisasi. Anggota dengan
kesadaran tinggi berbenah, jadi potensi baik bagi berjalannya koordinasi
3) Sistem
Organisasi yang memiliki sistem, lebih mampu bertahan dalam waktu yang
lebih lama ketimbang yang tak bersistem.10
4. Pelaksanaan dan Pengarahan
Pelaksanaan dalam sebuah manajemen ialah aktualisasi perencanaan
yang dicanagkan oleh organisasi, sedangkan pengarahan adalah proses
10 Eri Sudewo,Manajemen Zakat, (Ciputat : Institut Manajemen Zakat, 2004), h. 106-107
28
penjagaan agar pelaksanaan program kegiatan dapat berjalan sesuai dengan
rencana.11 Dalam pelaksanaan ada beberapa komponen yang sangat dierlukan
diantaranya adalah motivasi, komunikasi, dan kepemimpinan.
a. Motivasi
Motivasi akan memunculkan semangat bekerja dan pantang menyerah
saat menghadapai berbagai tantangan dan hambatan. Untuk memotivasi
anggota organisasi perlu dibangun sikap kebersamaan dan keterbukaan
sehingga anggota yang baru masuk sekalipun akan merasa menjadi
bagian utuh yang diharapkan kiprahnya. Ada beberapa jurus untuk
memotivasi anggota organisasi yaitu pertama, pengelolaan zakat adalah
mitra muzakki. Zakat adalah kewajiban orang kaya yang harus
dikeluarkan guna mensucikan harta mereka. Amil zakat bertugas untuk
berdakwah kepada para muzakki untuk berzakat, ini adalah perbuatan
mulia yang tergolong dakwah apalagi kalo sukses tentu pahalanya
berlipat ganda. Kedua setelah mengumpulkan zakat tugas amil
mendayagunakan secara benar apabila tugas ini dilakukan dengan benar
maka menjadi ladang amal bagi amil untuk bekerja giat dan penuh
semangat. Ketiga transparan antar anggota unsur ini penting dalam rangka
meningkatkan loyalitas dan kepercayaan amil terhadap lembaga yang
digelutinya. Dengan demikian amil ekan bekerja optimal sedangkan
11
Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas, (Malang : UIN Malang Press, 2007), h. 86
29
muzakki akan percaya dan puas atas kinerja amil karena zakatnya telah
tersampaikan kepada yang berhak.
b. Komunikasi
Komunikasi merupakan kegiatan untuk menyampaikan informasi secara
timbal balik sehingga tidak terjadi kesalahpahaman terhentinya informasi
akan menyebabkan kemacetan interaksi sehingga pada akhirnya akan
memunculkan masalah baru. Oleh sebab itu jalannya arus informasi harus
berlangsung secara lancar.
c. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah unsur esensial dalam sebuah organisasi seiring
sinyalemen umum bahwa warna organisasi sangat tergantung siapa yang
memimpinnya. Kepemimpinan tidak lepas dari karakter individu yang
sering ditentukan oleh lingkungan keluarga, lingkungan bergaul, belajar
atau tempat kerja. Bakat kepemimpinan membutuhkan stimulus dari luar
sehingga bakat itu dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal.12
5. Pengawasan
Pengawasan merupakan proses untuk menganjurkan aktivitas positif
dan mencegah perbuatan yang menyalahi aturan atau dalam bahasa agama
bias di sebut amar ma’ruf nahi munkar. Tujuan pengawasan adalah untuk
menjamin tercapainya tujuan organisasi. Caranya adalah mengembalikan atau
12
Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas, (Malang : UIN Malang Press, 2007), h. 86-89
30
meluruskan berbagai penyimpangan yang terjadi. Atau memberikan masukan
secara integral mengapa perjalanan sebuah organisasi tersendat-sendat.
a. Pengawasan Lembaga Zakat
Lembaga zakat merupakan lembaga yang lahir karena tuntutan Islam.
Dalam prekteknya lembaga zakat harus mematuhi koridor syari’ah. Oleh
karena itu, dalam lembaga zakat, pengawasan dibedakan menjadi dua
substansi, yakni
Pertama, secara fungsional, pengawasan telah built-in melekat inheren
dalam diri setiap amil. Dengan pengawasan melekat, sejak dini
pengimpangan telah dikikis oleh tiap amil.
Kedua, secara formal, lembaga zakat membuat Dewan Syari’ah.
Kedudukan Dewan Syari’ah dilembagakan secara structural. Bersifat
formal melalui surat keputusan Badan Pendiri. Karena mengawasi seluruh
kegiatan, secara organisasi posisi Dewan Syari’ah berada diatas pimpinan
lembaga zakat. Hak dan wewenang Dewan Syari’ah adalah melegalkan
dan mengesahkan setiap program lembaga zakat. Juga berhak
menghentikan program yang menyimpang dari ketentuan syari’ah.13
b. Tipe Pengawasan
Pada prakteknya, pengawasan terbagi menjadi tiga tipe dasar, yakni 1)
pengawasan awal, 2) pengawasan berjalan, 3) pengawasan akhir.
13
Eri Sudewo,Manajemen Zakat, (Ciputat : Institut Manajemen Zakat, 2004), h. 141-142
31
Pengawasan awal, merupakan pengawasan untuk mengantisipasi
penyimpangan yang akan terjadi. Bahkan saat merancang perencanaan,
faktor-faktor penghambat pun dieksplorasi agar meminimalisir
kekeliruan.
Pengawasan berjalan, berlangsung selama kegiatan berjalan. Ini terkait
erat dengan cara penanggulangan yang telah diantisipasi dalam
perencanaan awal. Tujuan pengawasan adalah menekan kekeliruan. Maka
pengawasan berjalan dapat meminta evaluasi di tengah kegiatan yang
berjalan.
Pengawasan akhir merupakan pengawasan yang dilaksanakan pada setiap
akhir kegiatan. Pengawasan ini bersifat kurang aktif. Meski gejala
penyimpangan suad bias dideteksi, pengawasan akhir hanya bias
dijalankan di akhir kegiatan.14
c. Tahap Pengawasan
Pertama, Penetapan standard. Arti standard mengacu pada ukuran yang
dapat digunakan sebagai patokan untuk menilai hasil. Standard bias
dibedakan atas dua jenis, yakni standard kualitatif dan standard
kuantitatif.
Kedua, Pelaksanaan pengawasan. Pelaksanaan pengawasan dapat
dibedakan atas tiga kegiatan, yaitu pelaksanaan melekat, pelaksanaan
berkala (periodik), dan pelaksanaan mendadak.
14 Eri Sudewo,Manajemen Zakat, (Ciputat : Institut Manajemen Zakat, 2004), h. 145-146
32
Ketiga, Analisa pengawasan. Pengawasan dilakukan untuk menjamin
jalannya kegiatan program sesuai dengan standard yang telah ditetapkan.
Analisa pengawasan harus mampu mengungkap sebabsebab
penyimpangan. Karena itu, tim pengawas yang ditugaskan tidak boleh
memiliki kepentingan yang akan menambah parahnya suatu
penyimpangan.
Keempat, Rekomendasi dan tindak koreksi. Jika terjadi penyimpangan,
maka tim pengawas harus memberi rekomendasi. Ada beberapa
rekomendasi hasil pengawasan, diantaranya 1) ubah standard
perencanaan, 2) perbaiki pelaksanaan, 3) ganti personil, 4) berani
mengambil tindakan.15
6. Strategi
Menururt Michael Allison Jude Kaye Strategi merupakan prioritas
atau arah keseluruhan yang luas yang diambil oleh organisasi. Strategi adalah
pilihan-pilihan tentang bagaimana cara terbaik untuk mencapai misi
organisasi. Bagi organisasi nirlaba strategi merupakan proses sistemik yang
disepakati organisasi dan membangun keterlibatan di antara stakeholder
utama tentang prioritas yang hakiki bagi misinya dan tanggap terhadap
lingkungan operasi.16
15
Eri Sudewo,Manajemen Zakat, (Ciputat : Institut Manajemen Zakat, 2004), h. 147-149 16 Michael Allison Jude Kaye, Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Nirlaba, (Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia, 2004 ), h. 1-3
33
Dari penjelasan di atas, pada dasarnya yang dimaksud dengan strategi
bagi manajemen organisasi pada umumnya dan manajemen organisasi bisnis
khususnya adalah rencana berskala besar yang berorientasi jangkauan masa
depan yang jauh serta ditetapkan secara matang. Sehingga organisasi dapat
berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya dalam kondisi persaingan
yang kesemuanya diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan dan berbagai
sasaran organisasi yang bersangkutan.17
7. Nilai – nilai Manajemen Bagi Organsasi Nirlaba
Bagi organisasi profit (perusahaan), strategi yang diaplikasikan
bertujuan untuk mendapat keuntungan materi yang sebesar-besarnya untuk
kemajuan dan pertumbuhan perusahaan. Akan tetapi bagi organisasi nirlaba
seperti lembaga amil zakat (LAZ) mempunyai tujuan strategi yaitu
memperluas manfaat bagi masyarakat dan sebagai investasi sosial untuk
kemaslahatan masyarakat. Perencanaan Strategi yang dilakukan oleh
organisasi nirlaba seperti lembaga amil zakat (LAZ) harus mencerminkan
nilai-nilai dan aturan yang tidak melangggar syariah agama. Sebuah
manajemen yang baik menurut Didin Hafiduddin yaitu :
a. Didasarkan pada sebuah keyakinan bahwa apa yang dilakukan adalah baik. Standar baik dalam agama Islam adalah sesuai dengan ajaran Islam.
b. Dipastikan betul bahwa sesuatu yang dilakukan memiliki banyak manfaat. Manfaat ini bukan sekedar untuk orang yang melakukan perencanaan, tetapi untuk orang lain.
17 P. Sondang Siagian, Manajemen Strategik, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995 ), h. 15-17
34
c. Didasarkan atas ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan apa yang akan dilakukan.
d. Dilakukan studi banding (banchmark) yaitu melakukan studi terhadap praktik terbaik dari lembaga sejenis yang telah sukses menjalankan organisasinya.
e. Dipikirkan prosesnya. Proses seperti apa yang akan dilakukan apakah proses itu tetap dan seperti apa hasil proses yang akan dilakukan.18
B. Tinjauan Tentang Lembaga Amil Zakat
1. Pengertian Lembaga Amil Zakat
Amil zakat adalah mereka yang melaksanakan segala kegiatan urusan
zakat, mulai dari para pengumpul, sampai kepada bendahara dan penjaganya.
Juga mulai dari pencatat sampai kepada penghitung yang mencatat keluar
masuknya zakat dan membagi kepada para mustahiknya. Allah menyediakan
upah bagi mereka dari harta zakat sebagai imbalan dan tidak diambil dari
harta selain zakat.19
Pembagian zakat yang dilakukan oleh lembaga amil zakat didasarkan
pada firman Allah SWT dalam surat al-Taubah ayat 60 :
$yϑ‾ΡÎ) àM≈ s% y‰ ¢Á9$# Ï !# t� s)à�ù= Ï9 ÈÅ3≈ |¡ yϑø9$# uρ t,Î#Ïϑ≈yè ø9$# uρ $ pκö� n=tæ Ïπx�©9xσ ßϑø9$# uρ öΝ åκ æ5θè=è% †Îûuρ
É>$s% Ìh�9$# t ÏΒÌ�≈tó ø9$# uρ †Îûuρ È≅‹Î6y™ «! $# Èø⌠ $# uρ È≅‹Î6¡¡9$# ( Zπ ŸÒƒÌ� sù š∅ ÏiΒ «! $# 3 ª!$# uρ íΟŠ Î=tæ
ÒΟ‹Å6 ym ) ٦٠/ ٩ /ا����� (
18 Didin Hafiduddin, Manajemen Syariah daam Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003),
h. 90-91 19 Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Jakarta :Pustaka Litera Antarnusa, 1996), h. 545
35
Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
2. Urgensi Lembaga Amil Zakat
Pengelolaan zakat oleh lembaga pengelolaan zakat, apalagi yang
memiliki kekuatan hukum formal akan memiliki beberapa keuntungan, antara
lain : Pertama, untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayar zakat.
Kedua, untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat, apalagi
berhadapan langsung untuk menerima zakat dari muzakki. Ketiga, untuk
mencapai efisiensi dan efektifitas serta sasaran yang tepat dalam penggunaan
harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat. Keempat,
untuk memperlihatkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan
pemerintah islami.20
Selain itu, dalam pengelolaan zakat ada empat tujuan yang hendak
dicapai. Pertama, memudahkan muzakki menunaikan kewajiban berzakat.
Kedua, menyalurkan zakat yang terhimpun kepada mustahik yang berhak
menerimanya. Ketiga, tujuan ini merupakan serangkaian yang kuat, berjalan
20 Didin Hafiduddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002),
h. 126
36
secara serentak dengan mekanisme yang saling mengisi. Keempat,
pengelolaan zakat bisa tercapai yakni akan terwujud kesejahteraan sosial.21
3. Urgensi Loyalitas Donatur Bagi Lembaga Amil Zakat
Menurut Eri Sudewo mengatakan bahwa di Indonesia ada dua lembaga
yang sama-sama berlegal yayasan, tetapi memiliki karakteristik yang cukup
berbeda yaitu lembaga nirlaba dan lembaga not for profit. Sesuai dengan kata
makna, arti nir adalah nihil atau kosong. Berarti nirlaba adalah nihil laba.
Dengan demikian, lembaga nirlaba memang didirikan tidak untuk tidak
mencari laba serupiah pun dari kegiatan-kegiatannya. Tiap lembaga nirlaba
tentu mempunyai visi dan misi yang khusus. Bicara visi dan tanpa mencari
laba, berarti ada hal yang diperjuangkan. Apa itu? Itulah nilai-nilai dan
moralitas yang diusung lembaga nirlaba. Inilah segi yang paling mendasar
yang membedakan lembaga nirlaba dengan perusahaan. Produk lembaga
nirlaba adalah nilai dan moral. Sedang produk perusahaan adalah barang dan
jasa. Dalam memperjuangkan nilai dan moralitas, lembaga nirlaba tetap
membutuhkan dana. Dana yang diperoleh hanya untuk operasional, bukan
mencari uang untuk meraup laba sebesar-besarnya. Sumber dana berasal dari
donasi masyarakat. Sifat dana tentu tidak mengikat dan bukan pinjaman, baik
berasal dari zakat, infaq, shadaqah, wakaf, dan hibah. Lembaga nirlaba dapat
saja membuat usaha yang hasil usahanya bisa digunakan untuk menunjang
21
Eri Sudewo, Manajemen Zakat, (Ciputat : Institut Manajemen Zakat, 2004 ), h. 99 - 100
37
operasioal dan membiayai berbagai kegiatannya. Contoh organisasi yang
termasuk lembaga nirlaba adalah lembaga zakat baik BAZ, LAZ, dan
BAZNAS, panti-panti asuhan yatim dan jompo.22
Lembaga amil zakat sebagai organisasi nirlaba yang berada di tengah –
tengah donatur sangat penting untuk dijaga kepercayaan dan amanah mereka
karena dana yang diperoleh dari para donatur didistribusikan untuk kegiatan
sosial dan dana tersebut untuk keberlangsungan program – program
pemberdayaan ekonomi masyarakat. Lembaga zakat sangat erat hubungannya
dengan pemberian kepercayaan, kesetiaan (loyalitas), kepada donatur untuk
keberlangsungan pembiayaan berbagai program-program sosial.
Pengorganisasian di lembaga zakat perlu pula diatur sebaik-baiknya
agar pelaksanaan Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) dapat dikoordinasikan dan
diarahkan. Ini perlu dilakukan untuk memantapkan kepercayaan masyarakat
dan wajib zakat.23
Oleh karena itu, sebagai organisasi nirlaba, lembaga zakat juga
memiliki karakteristik seperti organisasi nirlaba lainnya :
a. Sumber daya (baik dana maupun barang) berasal dari donatur yang mempercayakannya kepada lembaga. Para donatur tersebut tidak mengharapkan keuntungan kembali secara materi dari lembaga pengelola zakat.
b. Menghasilkan berbagai jasa dalam bentuk pelayanan kepada masyarakat. Jasa-jasa tersebut tidak dimaksudkan untuk mendapatkan laba.
22 Eri Sudewo, Manajemen Zakat, (Ciputat : Institut Manajemen Zakat, 2004 ), h. 99 - 208 23 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Waqaf, (Jakarta : UI Press, 1988),
h. 65
38
c. Kepemilikan lembaga pengelola zakat tidak seperti lazimnya pada organisasi bisnis. Bisaanya terdapat pendiri, yaitu orang-orang yang bersepakat untuk mendirikan lembaga pengelola zakat. Pada hakikatnya lembaga pengelola zakat bukanlah milik pendiri, melainkan milik umat. Hal ini dikarenakan sumber daya organisasi terutama berasal dari masyarakat.24
Namun tentunya selain itu organisasi pengelola zakat mempunyai
karakteristik yang membedakan dengan organisasi lembaga lainnya, antara
lain :
a. Terikat dengan aturan prinsip-prinsip syari’ah.
b. Sumber dana utama adalah dana zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf.
c. Biasanya memiliki Dewan Pengawas Syari’ah dalam struktur
organisasinya.25
4. Hikmah Adanya Lembaga Amil Zakat
Islam mewakilkan penugasan penarikan zakat oleh amil zakat kepada
muzakki dan membagikannya kepada mustahik mempunyai beberapa hikmah
yaitu :
a. Adanya jaminan bagi fakir miskin dan haknya tidak diabaikan begitu saja. Membayar zakat tidaklah secara sukarela, namun merupakan kewajiban, dan lembaga amil zakat berperan dalam melaksanakan tugas terssebut sehingga mempunyai posisi tawar yang tinggi yang tidak dapat dilakukan oleh fakir miskin secara langsung.
b. Si fakir meminta kepada pemerintah, bukan kepada pribadi orang kaya, untuk memelihara kehormatan dan air muka dari perasaan belas kasihan
24 Eri Sudewo, Manajemen Zakat, (Ciputat : Institut Manajemen Zakat, 2004 ), h.209 25
Ibid., 210
39
oleh sebab meminta. Serta memelihara perasaan dan tidak melukai hatinya dari gunjingan dan kata-kata yang menyakitkan.
c. Tidak memberikan urusan zakat pada pribadi-pribadi berarti menjadikan urusan pembagian zakat sama besarnya. Hal ini dapat lebih memeratakan dan memenuhi keadilan dalam pembagian.
d. Zakat bukan diberikan kepada pribadi fakir, miskin dan ibnu sabil saja, akan tetapi ada di antara sasaranya yang berhubungan dengan kemaslahatan kaum muslimin bersama yang tidak bisa dilakukan oleh peroarangan, akan tetapi oleh penguasa dan lembaga musyawarah jama’ah kaum muslimin seperti memberi zakat pada golongan muallaf mempersiapkan perlengkapan dan orang-orang untuk jihad fi sabilillah serta mempersiapkan para da’i untuk menyampaikan risalah Islam.
e. Islam adalah agama dan pemerintahan, Qur’an dan kekuasaan. Untuk tegaknya kekuasaan dan pemerintahan ini dibutuhkan harta, yang dengan itu pula dilaksanakannya syariat. Zakat merupakan salah satu sumber penghasilan negera yang penting dalam Islam.26
C. Loyalitas
1. Pengertian Loyalitas
Menurut kamus umum bahasa Indonesia Loyalitas berarti taat, patuh,
dan setia.27 Sedangkan Loyalitas menurut Oliver adalah komitmen yang
dipegang kuat untuk membeli lagi atau berlangganan lagi produk atau jasa
tertentu dimasa depan meskipun ada pengaruh situasi dan usaha pemasaran
yang berpotensi menyebabkan peralihan perilaku.28
Loyalitas secara umum dapat diartikan kesetiaan seseorang atas suatu
produk, baik barang maupun jasa tertentu yang merupakan manifestasi dan
26
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, (Jakarta : Lentera Antarnusa, 1996), h. 742 27 Poerwadaarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka 2004), h. 609 28 Philip Kotler Kavin Lane Keller, Menajemen Pemasaran, (Jakarta: Indeks, 2009), edisi 12,
h. 176
40
kelanjutan dari kepuasan konsumen dalam menggunakan fasilitas maupun jasa
pelayanan yang diberikan oleh pihak perusahaan, serta untuk tetap menjadi
konsumen dari perusahaan tersebut.29
2. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas
Tugas pertama perusahaan menurut Peter Drucker ialah ”menciptakan
pelanggan”. Akan tetapi menciptakan pelanggan dapat menjadi tugas yang
berat karena pelanggan menghadapi banyak pilihan produk, merek harga dan
pasokan.30
Adapun bagi organisasi nirlaba seperti lembaga amil zakat maka tugas
utama untuk lembaga tersebut ialah mencari donatur yaitu para muzakki
(wajib zakat), munfiq (orang yang berinfaq) mushadiq (orang yang
bersedekah). Semakin banyaknya lembaga amil zakat yang bermunculan
menyebabkan tingkat loyalitas dan segmentasi donatur menjadi hal penting
untuk dikaji. Ini deperlukan untuk menganalisa faktor-faktor yang
mempengaruhi donatur untuk tetap loyal terhadap lembaga amil zakat.
Faktor-faktor tersebut antara lain :
a. Faktor Nilai
Dalam pengelolaan dana Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) aspek
religius sangat menentukan keloyalitasan dari para donatur. Indikator dari
29 Theresia Widyaratna Denny dan Filisia Chandra, ”Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen terhadap Tingkat Penjualan di Warung Bu Kris”, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol.3, no. 2, September 2001. Hal . 89 diakses dari http://puslit.petra.ac.id/journals/management/ pada tanggal 10 Pebruari 2011
30 Philip Kotler & Gary Amstrong, Prinsif-prinsif Pemasaran, (Jakarta : Erlangga, Jilid II 2001), edisi ke-8, h. 295-296
41
faktor religius adalah prinsip-prinsip dari lembaga amil zakat. Para amil
dituntut memiliki beberapa persyaratan moralitas seperti
1) Amanah, dana ZIS merupakan amanah dari ummat yang akan dititipi untuk para mustahik
2) Sidiq, semua tindakan yang dilakukan oleh amil harus benar. Baik itu dalam menghimpun, mendistribusikan dana Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) maupun dalam melayani para donatur.
3) Bertanggung jawab, merupakan sifat yang harus dimiliki oleh amil untuk memberikan pertanggungjawaban terhadap dana ZIS yang diamanahi oleh Donatur
4) Adil, adil dalam pengertian amil bisa memberikan akses info bantuan untuk seluruh mustahik
5) Kasih, sifat kasih manjadi tuntunan untuk memberikan rasa kasih terhadap para mustahik sehingga bagi para mustahik memberikan ketenangan bathin.
6) Gemar menolong, merupakan nilai Islam yang mencontohkan para muzakki menyalurkan dananya ke amil untuk didistribusikan kepada kaum dhuafa
7) Tabah, yakni kuat terhadap problem kaum miskin yang beragam. Besabar dalam menangani berbagai persoalan kaum dhuafa.31
b. Faktor Kualitas Pelayanan
Penelusuran Parasuraman dkk menandai ada sepuluh faktor yang
menentukan kualitas suatu jasa, kesepuluh faktor tersebut adalah:
Acces, communication, competence, courtesy, credebility,
reliability, responsivness, security, tangible, dan understanding/knowing
the costumer.32
31 Eri Sudewo, Manajemen Zakat, (Ciputat : Institut Manajemen Zakat, 2004 ), h. 39-44 32 Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra, Service, Quality and Satisfaction, (Yogyakarta :
Andi Offset, 2007), h. 133-135
42
Dari sepuluh faktor yang dapat menentukan faktor tersebut,
akhirnya mereka menyimpulkan bahwa hanya lima dimensi kualitas jasa
yang perlu diperhatikan dalam memahami kualitas jasa.
Secara ringkas, kelima dimensi kualitas jasa dan ukuran-ukurannya
adalah sebagai berikut :
1) Tangible, yang berupa fasilitas, peralatan dan penampilan fisik 2) Reliabity, yaitu kemampuan perusahaan dalam menepati janji dan
dapat diandalkan. 3) Responsivness, yaitu keinginan perusahaan untuk membantu
pelanggan dan menyajikan jasa yang tepat 4) Assurance, yaitu pengetahuan dan keramah-tamahan personel dan
kemampuan mereka menciptakan opini untuk dapat dipercaya oleh pelanggan
5) Empathy, yaitu kepedulian dan perhatian perusahaan kepada pelanggan.33
Bagi lembaga amil zakat (LAZ) kualitas pelayanan menjadi
pertimbangan para donatur untuk menyalurkan dana mereka pada suatu
LAZ. Kemudahan dalam menyalurkan dana merupakan hal penting bagi
para donatur. Semakin baik pelayanan yang diberikan kepada donatur
maka semakin baik tanggapan para donatur untuk menyalurkan dana
mereka ke lembaga zakat.
c. Faktor Produk
Sebagian perusahaan memberikan nilai unggul melalui kemudahan
dan harga rendah yang lain dengan memanjakan pelanggannya dan
33 Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra, Service, Quality and Satisfaction, (Yogyakarta :
Andi Offset, 2007), h. 133-135
43
membuat produk untuk memenuhi kebutuhan khusus yang secara tepat
dibutuhkan oleh relung pasar. Hasilnya ialah kesetiaan (keloyalan) dan
preferensi pelanggan yang kuat.34
Bagi lembaga amil zakat produk yang diciptakan untuk kepuasan
donatur yaitu program – program pendayagunaan Zakat, Infaq, Shadaqah
(ZIS). Program yang dibentuk oleh LAZ yang tepat sasaran menjadi
pertimbangan para donatur menyalurkan dana mereka pada Lembaga
Amil zakat (LAZ). Donatur yang lebih rasional dalam preferensi
berdonasi akan memperhatikan keinginan dan ketertarikan mereka
terhadap program - program yang ditawarkan dan yang telah dijalankan
oleh lembaga amil zakat.
d. Faktor Kepercayaan
Dimensi kepercayaan terhadap suatu produk, karyawan, atau
penyedia jasa menurut Zeithaml, adalah :
1) Kredibilitas, berhubungan dengan kepercayaan kepada penyedia jasa.
2) Kompetensi, artinya keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki
oleh penyedia jasa untuk melakukan pelayanan yang diharapkan
3) Courtesy, yaitu yang meliputi sikap atau moral para penyedia jasa
terhadap pemakai.35
34 Philip Kotler & Gary Amstrong, Prinsif-prinsif Pemasaran, (Jakarta : Erlangga, Jilid II
2001), Edisi ke-8, h. 293 35 Husein Umar, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, (Jakarta : JBRC, 2000), h. 39
44
Kepercayaan para donatur terhadap amil yang meliputi kredebilitas
amil di lembaga zakat (karyawan), transparansi lembaga dan moral yang
dimiliki oleh para amil menjadi instrumen kepercayaan donatur dan
menjadi pertimbangan donatur untuk kembali berdonasi. .
Gambar 2.1 : Konstruk Kepercayaan Donatur
Sumber : Sopyan Rizal, Pengaruh Tingkat Kepuasan dan Kepercayaan Muzakki Kepada Lembaga Amil Zakat terhadap Perilaku Berzakat Muzakki, Tesis, UI. 2006
Kepercayaan
Courtesy
Kompeten
Kredibilitas
• Amil zakat amanah terhadap dana zakat
• Ketepatan sasaran peruntukan zakat • Transparansi LAZ dalam hal
keuangan dan pengelolaan • Kredibilitas LAZ di mata muzakki • Kepercayaan muzakki terhadap
LAZ
• Pengetahuan amil zakat tentang zakat
• Pengelolaan zakat yang baik
• Penampilan lahiriyah pengelola LAZ
45
BAB III
SEJARAH SINGKAT LEMBAGA AMIL ZAKAT BAITUL MAAL
HIDAYATULLAH
A. Latar Belakang Pembentukan Baitul Maal Hidayatullah
Negeri yang dibangun dengan strategi pembangunan yang selalu
beorientasi pada pertumbuhan ekonomi serta pembangunan fisik, tetapi
mengabaikan swadaya dan kemandirian masyarakat, serta hampir-hampir
mengabaikan pengembangan manusia (human depelopment) akhirnya ambruk.
Bukan hanya sumber daya alam yang terkuras habis dieksploitasi atau kualitas
sumber daya manusia yang malah terpuruk menjadi termasuk terendah di dunia
tapi juga tumpukan utang yang tidak terkira akibatnya strategi pembangunan
yang lebih banyak ditopang pinjaman luar negeri dan manajemen pembangunan
yang buruk. Paradigma tricle down effect ini ternyata dalam realitasnya bukan
hasil pembangunan atau kemakmuran yang menetes, tetapi utang menjadi beban
bagi seluruh masyarakat dan yang paling merasakan beban tersebut adalah
masyarakat bawah1.
Lalu ketika pondasi yang rapuh itu ambruk, kemiskinan menjadi cermin
dari wajah bangsa Indonesia dan berlangsung hingga saat ini. Pengangguran,
bencana kelaparan, busung lapar, malnutrsi, anak putus sekolah, anak jalanan, the
1 Profile Baitul Maal Hidayatullah, Sejarah dan Latar Belakang BMH, dan Wahyu Rahman,
Direktur Baitul Maal Hidayatullah, wawancara pribadi pada tanggal 11 Pebruari 2011
46
lost generation, poorest of the poor (anak termiskin dari yang miskin), pelayanan
kesehatan yang buruk dan dan banyak lagi persoalan yang melilit bangsa ini yang
tidak hanya membuat malu sebagai sebuah bangsa sekaligus negara yang
berpenduduk muslim tersebsar di dunia.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang memerintahkan Bani Umayyah hanya
dalam jangaka 23 bulan mampu mewujudkan masyarakat yang makmur.
Kepemimpinan yang adil, amanah dan bijaksana disertai dengan Baitul Maal
yang dekelola secara baik, jujur, amanah, dan transparan sehingga mampu
mengundang pertolongan Alloh SWT berupa mukjizat-mukjizat. Lahan pertanian
yang tadinya gersang dan tidak menghasilkan menjadi subur dengan hasil
pertanian yang melimpah, hewan-hewan ternak mengeluarkan air susu dengan
derasnya padahal sebelumnya tidak pernah bisa diperah, iklim selalu baik serta
hujan yang cukup.
Kemakmuran yang terwujud pada saat itu sangat luar biasa sampai tidak
satu pun ditemukan penduduk yang kekurangan, sehingga khalifah waktu itu
mengalami kesulitan mendistribusikan zakat yang telah terkumpul. Petugas
Baitul Maal berkeliling keseluruh negeri dan berseru, ”manakah orang miskin?
Manakah orang yang punya utang? Manakah anak yatim yang terlantar. Namun
tak ditemukan satu pun orang miskin, orang yang mempunyai utang, anak yatim
yang terlantar dan orang yang berutang.2
2 Profile Baitul Maal Hidayatullah, Sejarah dan Latar Belakang BMH, dan Wahyu Rahman,
Direktur Cabang BMH, wawancara pribadi pada tanggal 11 Pebruari 2011
47
Baitul Maal Hidayatullah (BMH) merupakan organisasi non profit yang tak
lepas dari akar sejarah pendirian Pondok Pesantren Hidayatullah di Balikpapan,
Kalimantan Timur. Berkhidmat memberdayakan masyarakat miskin melalui
pengelolaan dana sosial masyarakat (ZISWAF- Zakat, Infaq, Sedekah, Wakaf)
serta dana lain yang halal dan sesuai hukum dari perseorangan, lembaga dan
perusahaan.3
Pada 9-13 Juli 2000 Melalui Musyawarah Nasional I di Balikpapan,
Hidayatullah bermetamorfosis menjadi Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) dan
memposisikan diri sebagai “Jama’atul Min Jama’atil Muslimin (bagian dari
jamaah kaum muslimin)”. Kini, Hidayatullah dengan beranggotakan sekitar 12
juta orang (th. 2008) telah menjadi Ormas terbesar ke-3 (setelah NU dan
Muhammadiyah) dengan jaringan kerja di 5.400 Kecamatan dan 489
Kabupaten/Kota di 33 propinsi seluruh Indonesia.4
Jumlah cabang pesantren yang banyak yang dimiliki Hidayatullah, menjadi
modal besar yang sangat berharga bagi pengkaderan Hidayatullah di masa yang
akan datang. Hal ini juga mempertegas bahwa pesantren dengan prinsip
kemandirian dan kewirausahaan, mampu menjelma menjadi salah satu kekuatan
strategis bagi pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Perubahan dari
pesantren ke ormas bukan tanpa alasan. Menurut Ustadz Abdul Rahman, Ketua
Umum pertama ormas Hidayatullah periode 2000-2005, ada beberapa alasan dan
3 Profil Baitul Maal Hidayatullah, diakses dari http://www.bmh.or.id pada taggal 8 Januari
2011 4 Ibid
48
prinsip utama mengapa Hidayatullah mengubah dirinya dari pesantren ke ormas
sosial-keagamaan. Pertama, tentu saja Hidayatullah—baik sebagai pesantren
maupun ormas tetap berpegang teguh pada nilai-nilai luhur Islam yang telah
diperjuangkan oleh Rasulullah saw melalui naungan dan bimbingan wahyu.
Dalam konteks inilah, Hidayatullah memiliki dasar ideologi Islam.
Kedua, konteks sosial pada saat Hidayatullah (sebagai pesantren) didirikan
oleh Ustadz Abdullah Said, tentu saja berbeda dengan kondisi riil saat ini. Jika
pada saat Ustadz Said mendirikan Hidayatullah sebagai pesantren, dia tampil
sebagai single fighter yang tentu saja unsur kharismatik beliau menjadi modal
utama. Sementara saat ini, di samping mencari figur seperti beliau sangat sulit,
mengandalkan pola kepemimpinan kharismatik ternyata tidak akan berlangsung
lama dan cenderung pada sifat feodalistik Ketiga, daya jangkau ormas tentu lebih
luas dan memiliki legitimasi yang lebih kuat daripada pesantren, karena struktur
organisasi dan kepengurusannya lebih variatif dan dinamis. Di samping itu,
ormas dianggap memiliki instrumen yang lebih efektif dan strategis daripada
pesantren, terutama dalam merespon perkembangan sosial budaya dan politik
yang berkembang cukup pesat dan cepat di masyarakat.5
Setelah dibentuk ormas Hidayatullah, salah sattu Buah upaya dari ikhtiar
yang dilakukan Hidayatullah dalam mengelola dana masyarakat pada tanggal 15
Februari 2001, Baitul Maal Hidayattullah (BMH) resmi dikukuhkan sebagai
5 Halif Alkaf, “Ormas Hidayatullah, Study tentang Idiologi Keaagamaan dan Sistem
Pengkaderan”, Jurnal Paramadea, Vol 7 No 4 Oktober 2006
49
Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) dengan SK Menteri Agama No. 538
Tahun 2001.6
B. Visi dan Misi Baitul Maal Hidayatullah
Visi
Menjadi lembaga amil zakat yang terdepan dan terpercaya dalam
memberikan pelayanan kepada ummat.
Misi
1. Meningkatkan kesadaran umat untuk peduli terhadap sesama
2. Mengangkat kaum lemah (dhuafa) dari kebodohan dan kemiskinan menuju
kemuliaan dan kesejahteraan
3. Menyebarkan syiar Islam dalam mewujudkan peradaban Islam.7
C. Tujuan Dibentuk Baitul Maal Hidayatullah
1. Menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya sesuai dengan ketentuan
syari’ah, melalui program-program yang dilaksanakan bersama Dewan Pusat
Hidayatullah.
2. Menggali berbagai potensi ummat untuk diberdayakan guna mengatasi
berbagai problematika ummat sebagai bentuk kepedulian sesama muslim.8
6 Latar Belakang Baitul Maal Hidayatullah diakses dari www.bmh.or.id pada tanggal 13
Pebruari 2011 7 Wahyu Rahman, Direktur Baitul Maal Hidayatullah, wawancara pribadi pada tanggal 11
Pebruari 2011 8 Ibid.,
50
D. Struktur Organisasi Baitul Maal Hidayatullah
Gambar 3.1
Struktur Organisasi Baitul Maal Hidayatullah
Sumber : Profile Baitul Maal Hidayatullah (BMH) 2010 Struktur Pengrus Lembaga Amil Zakat Baitul Maal Hidayatullah
E. Diskripsi Tugas Masing-masing Dapartemen
1. Dewan Pengawas Syariah
a. Melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga Baitul Maal
Hidayatullah (BMH) yang berada di bawah pengawasannya.
b. Merumuskan permasalahan-permasalahan yang dihadapi lembaga amil
zakat Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dan menjawabnya dengan
ketentuan- ketentuan syariah
Dewan Pembina Dr. Abdul Manan, SE, MM H. Hasan Ibrahim, MA
Dewan Pengawas Ir. Abu A'la Abdullah, MH.I Asih Subagyo, S. Kom
Dewan Pengawas Syariah KH. Drs. Hamim Thohari. Msi KH. Nashirul Haq, Lc. MA
Direktur Eksekutif Drs. Wahyu Rahman
Departemen Keuangan dan IT Firman Zainal Abidin
Departemen Komunikasi dan Penghimpunan Rama Wijaya
Departemen SDM dan Networking Marwan Mujahidin, SE
Departemen Program Ade Syariful Allam, S. Sos
51
2. Dewan Pembina
a. Mengarahkan langkah dan kebijakan umum lembaga Baitul Maal
Hidayatullah (BMH).
b. Menentukan sikap lembaga terhadap permasalahan-permasalahan umum
dan perubahan-perubahan yang mendasar.
c. Merekomendasikan dan menyetujui berdiri cabang lembaga zakat di
berbagai daerah
3. Dewan Pengawas
a. Mengesahkan rencana kerja dan rencana anggaran Baitul Maal
Hidayatullah (BMH)
b. Melaksanakan pengawasan atas pelaksanaan rencana kerja yang telah
disahkan yang mencakup kegiatan penghimpunan dan pendayagunaan
zakat oleh pengelola
c. Meminta laporan dan pertanggungjawaban ke pengurus harian sesuai
kesepakatan atau di luar kesepakatan
d. Mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan
e. Melaksanakan pengawasan internal terhadap pelaksanaan tugas
adiminstratif dan teknis operasional penghimpunan dan pendayagunaan
zakat.
4. Direktur
a. Menjalankan jalanya oprasional Baitul Maal Hidayatullah (BMH) sesuai
dengan kebijakan dan tujuan umum yang telah digariskan.
52
b. Membuat perencanaan secara periodik yang meliputi rencana, operasional,
dan pengawasanya.
c. Memimpin dan mengarahkan secara umum seluruh kegiatan yang
dilakukan oleh karyawan sekaligus melakukan pengawasan.
d. Menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang terkait.
e. Menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja.
f. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan dana aset.
g. Menentukan skala prioritas pendayagunaan dana bersama dewan
pengawas.
h. Melakukan kontrol terhadap realisasi program.
i. Menyeleksi dan mengadakan studi kelayakan dengan Dewan Pengawas
atas proposal yang diajukan oleh pihak lembaga luar
5. Depertemen Keuangan dan IT
a. Membuat dan mengelola data base nasabah dan simpatisan serta
mengontrol penarikan dana ZIS.
b. Mencatat dan membukukan setiap transaksi yang telah dilakukan.
c. Membuat laporan penarikan dana ZIS
d. Bertanggung jawab terhadap semua operasional kantor.
6. Departemen SDM dan Networking
a. Menyelenggarakan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kualitas SDM
Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
53
b. Bertanggung jawab terhadap sarana publikasi Baitul Maal Hidayatullah
(BMH) terutama majalah dan lembar taushiyah
c. Membangun kerjasama dengan media untuk memudahkan publikasi
program Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
7. Departemen Komunikasi dan Penghimpunan
a. Menggali dan menghimpun potensi dana umat.
b. Mencari dan menjaring donatur baru
c. Menyelesaikan keluhan dan komplain dari donatur dan simpatisan.
d. Bertanggung jawab terhadap penghimpunan dana ZIS.
e. Membuat laporan dana ZIS kepada departemen keuangan.
f. Mengontrol penarikan dana ZIS.
8. Departemen Program
a. Mengontrol dan mengawasi pendayagunaan dana yang sudah rutin berjalan
b. Membuat perencanaan pendayagunaan dana yang kemudian diajukan
kepada Direktur dan Dewan Pengawas.
F. Macam – macam Program yang Dibentuk Baitul Maal Hidayatullah
1. Dakwah
a. Kampung Berkah Mandiri
Merupakan program pemberdayaan masyarakat terpadu yang
mengintegrasikan antara pembinaan pada aspek spiritual, pendidikan dan
ekonomi. Bentuk aktifitas program yang dilakukan secara bertahap maupun
simultan berupa Kajian Materi Dasar Islam, Gerakan Mengajar dan Belajar
54
Al-Qur’an (GRAND MBA), pendirian rumah tahfidz, pendirian Taman
Pendidikan Al-Qur’an (TPA), pemberian beasiswa kepada anak
miskin/dhuafa, pendirian Rumah Baca Anak, pendirian ternak mandiri
sampai pada pendirian pesantren di kampung tersebut sebagai sentral
dakwah dan pemberdayaan masyarakat.
b. Kuliah Dai Mandiri
Merupakan program yang diinisiasi oleh BMH dengan model short
course selama enam bulan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
tenaga da’i di wilayah pelosok. Materi pembinaan dan pelatihan dipadukan
antara penguasaan tsaqofah (wawasan) islamiyyah, kajian fiqih sampai
kemampuan praktis da’i sebagai bekal kemandirian bagi mereka seperti
materi tentang pemberdayaan masyarakat dan skill kewirausahaan.
Pelatihan ini di lakukan secara boarding (berasrama) agar pelaksanannya
bisa lebih efektif.
c. Peduli Dai Pelosok
Program ini diinisasi untuk menjawab persoalan kurangnya
perhatian yang diberikan kepada para da’i yang berjuang di medan dakwah
untuk melakukan pencerahan atau pun pemberdayaan di tengah-tengah
masyarakat. Prioritas sasaran penerima bantuan dalam program ini adalah
para da’i yang berkiprah dalam dakwah di suatu daerah pelosok-
55
pedalaman. Bentuk program di antaranya adalah memberikan natura untuk
da’i, asuransi da’i, fasilitas dakwah dan transportasi da’i.9
2. Pendidikan dan Pengembangan
a. Sekolah Pemimpin
Merupakan Sekolah Islam Terpadu untuk anak-anak dari keluarga
miskin. Kategori penerima manfaat dari sekolah ini adalah tidak hanya
siswa/siswi yang berprestasi namun berdasarkan kriteria yang paling
miskin adalah yang memiliki kesempatan lebih besar
b. Beasiswa Berkah
Merupakan program bantuan beasiswa yang diberikan kepada
siswa/siswi dhuafa. Prioritas sasaran penerima bantuan ini adalah
siswa/siswi yatim, dhuafa dan juga anak da’i yang berprestasi.
c. Sekolah Alam
Yaitu Even program yang di inisiasi oleh BMH melalaui moment
kreasi dan kreafitifitas. Dengan kemasan acara fun dan seting outdoor.
d. Sahabat Guru/Bea guru
Pemberian Besiswa kepada guru didik untuk menambah wawasan
mereka dan disupport sepenuhnya oleh Baitul Maal Hidayatullah.
Beasiswa ini diberikan untuk bisa menumbuhkan pengetahuan para dhuafa
oleh para guru yang diberikan beasiswa
9 Wahyu Rahman, Direktur Baitul Maal Hidayatullah, wawancara pribadi pada tanggal 11
Pebruari 2011
56
e. Klinik Komputer
Program klinik Komputer ditujukan untuk anak – anak dhuafa untuk
meningkatkan kecerdasan mereka dibidang teknologi. Komputer
disediakan oleh Baitul Maal Hidayatullah dan anak – anak dhuafa didik
untuk menggunakan komputer
f. Rumah Baca Anak
Rumah baca anak ditujukan untuk anak – anak dhuafa yang tidak
mampu membeli buku. Baitul Maal Hidayatullah (BMH) memfasilitasi
anak – anak dhuafa agar minat membaca mereka tinggi.10
3. Sosial Ekonomi
a. Sidak Sehat
Program kesehatan keliling dengan pengobatan cuma-cuma,
penyuluhan dan konseling ke masyarakat khususnya rawan penyakit,
kekurangan gizi dan makanan
b. Mapan (Mandiri terdepan)
Pemberdayaan ekonomi masyarakat bagi usaha kecil produktif yang
dimiliki / dikelola oleh perorangan atau pun kelompok mustahik (orang
yang berhak menerima ziswaf). Model pembiayaan secara langsung dan
melalui BMT
10 Wahyu Rahman, Direktur Baitul Maal Hidayatullah, wawancara pribadi pada
tanggal 11 Pebruari 2011
57
c. PPAS (Pusat Pendidikan Anak Soleh)
Program penyantunan dan pembinaan anak-anak yang dhuafa /
kurang mampu melalui pondok PPAS yang mana memberikan fasilitas
secara penuh mulai akomodasi, konsumsi hingga pendidikan
d. Rumah Singgah
Program pembinaan anak-anak jalanan dengan pembekalan keilmuan
agama / akhlak dan motivasi
e. Kurban Berkah Nusantara
Program kurban yang didistribusikan ke daerah / desa binaan dari
Sumatra hingga Papua
f. Klinik Sehat
Pendirian klinik yang diprioritaskan untuk kalangan yang kurang
mampu dengan pembiayaan gratis dan melakukan konseling keliling
(dokter keluarga) secara berkala dan berkelanjutan.11
G. Produk Jasa dan Layanan Baitul Maal Hidayatullah
1. Produk Jasa
a. Penghimpunan Dana Zakat
b. Penghimpunan Dana Infaq dan Shadaqah
c. Penghimpunan Dana Waqaf Tunai
d. Penghimpunan Dana Khusus (Kemanusiaan)
11 Wahyu Rahman, Direktur Baitul Maal Hidayatullah, wawancara pribadi pada tanggal
11 Pebruari 2011
58
e. Penghimpunan dana Qurban
f. Penghimpunan dana CSR (Corporate Social Responsibility)
g. Penghimpunan Barang Bantuan
h. Kemitraan Program Sosial Perusahaan Pemerintah dan Swasta12
2. Layanan Umat
a. Membaca dan belajar al-Qur’an (MBA)
1) Baca al-Qur’an
2) Tahsin al-Qur’an
3) Tarjamah dan Tafsir al-Quran
b. Kajian Islam
1) Dasar-dasar Diinul Islam
2) Kajian lanjut Dienul Islam
3) Kajian Metoodologi Berislam
c. Ruqyah Syari’iyah
d. Konseling Keluarga dan Agama
e. Layanan SKS (Sahabat Kala Sakit)13
3. Layanan Partisipasi
a. Berzakat via ATM
b. Berzakat via Bank
c. Berzakat via SMS
12 Wahyu Rahman, Direktur Baitul Maal Hidayatullah, wawancara pribadi pada tanggal
11 Pebruari 2011 13 Ibid
59
d. Berzakat via Debet Card
e. Berzakat via Internet Banking
f. Berzakat via Mobile Banking
g. Konter Zakat
h. Konsulasi Zakat
i. Jemput Zakat
j. Zakat Online
H. Mitra Kerjasama Baitul Maal Hidayatullah
1. Jaringan Perusahaan
a. Permata Syariah
b. BNI Syariah
c. BRI Syariah
d. Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia
e. PT. Medco Energi
f. PT Exxon Mobile Indonesia
g. PT Jasamarga
h. PT Tugu Pratama
i. Telkomsel
j. Pemkot Balikpapan
k. Pemda Batam
l. PT Indosat Medan
m. PT Excelcomindo
60
n. PT Premier Oil
o. PT Chevron Oil14
2. Jaringan Media
a. Trans TV
b. TPI
c. Suara Hidayatullah
d. Rakyat Merdeka
e. Kaltimpost
f. Republika
g. TV One Radio Dakta15
3. Jaringan LSM
a. Baznas
b. BAMUIS BNI
c. MER-C
d. Mercy Malaysia16
14 Wahyu Rahman, Direktur Baitul Maal Hidayatullah, wawancara pribadi pada tanggal
11 Pebruari 2011 15 ibid 16 ibid
61
I. Cabang – cabang Baitul Maal Hidayatullah
Tebel 3.1
Cabang – cabang Baitul Maal Hidayatullah
No Daerah Cabang
1 Semarang
2 Mataram
3 Surabaya
4 Sidoarjo
5 Malang
6 Bangkalan
7 Pekalongan
8 Makasar
9 Balikpapan
10 Samarinda
11 Papua
12 Timika
13 Tarakan
14 Bengkulu
15 Lampung
16 Solo
17 Jogjakarta
18 Bandung
19 Kudus
20 Madiun
21 Ngawi
22 Bojonegoro
23 Gresik
24 Nganjuk
25 Magetan
26 Sumenep
27 Pamekasan
62
Sumber : Wahyu Rahman, Direktur Baitul Maal Hidayatullah, pada
tanggal 10 Pebruari 2011
28 Kutai timur
29 Bontang
30 Sorong
31 Banyuwangi
32 Cilegon
33 Luwu Timur
34 Bau-bau
35 Porbolinggo
36 Karawang
37 Tenggarong
38 Kendari
39 Bone
40 Ternate
41 Sorong
42 Seragen
43 Medan
63
BAB IV
STRATEGI LAZ BAITUL MAAL HIDAYATULLAH DALAM MENJAGA
LOYALITAS DONATUR
A. Urgensi Loyalitas Donatur Pada Baitul Maal Hidayatullah
Badan atau Lembaga Amil Zakat merupakan organisasi sosial ekonomi
dalam masyarakat Islam. Karena begitu penting lembaga ini dalam masyarakat
Islam maka sudah selayaknya lembaga ini menjadi sentral untuk penghimpunan
dana filantrofi untuk umat Islam. Jumlah lembaga zakat yang tumbuh dengan
jumlah yang banyak di Indonesia mencerminkan bahwa lembaga zakat tersebut
memiliki potensi yang besar serta jumlah orang yang mampu/kaya (muzakki,
munfiq, mushadiq/donatur) yang begitu besar di negeri ini untuk dihimpun dana
– dana mereka yang berupa zakat, infaq, waqaf dan shadaqah. Dengan
banyaknya lembaga zakat ini tentunya akan banyak berkontribusi dalam
memberdayakan kaum muslimin.
Dengan kehadiran lembaga zakat maka sudah barang tentu lembaga
tersebut harus memiliki donatur untuk menjalankan roda lembaga. Kehadiran
donatur di lembaga zakat menjadi hal yang sangat penting untuk menopang
suatu lembaga zakat karena dari dana-dana para donaturlah segala program
lembaga zakat bisa diimplementasikan. Oleh karena itu suatu lembaga zakat akan
lebih tumbuh jika para donatur tumbuh dan loyal terhadap lembaga tersebut.
64
Posisi donatur merupakan posisi yang sangat penting di Baitul Maal
Hidayatullah (BMH), karena donatur merupakan urat nadi dari lembaga zakat.
Oleh karena itu loyalitas donatur menjadi hal yang penting untuk dijaga oleh
Baitul Maal Hidayatullah (BMH) karena :
1. Donatur mempunyai peran untuk mensupport segala program yang
dijalankan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dan menjadi ujung tombak
dari lembaga amil zakat (LAZ) Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
2. Donatur khusunya para wajib zakat (muzakki) ditujukan untuk
menumbuhkan kesadaran dan keberlangsungan mereka untuk membayar
zakat. Hal ini supaya perputaran harta di tengah – tengah para muzakki bisa
mengalir kepada kaum dhuafa
3. Karakteristik para donatur yang tidak secara konsisten menyalurkan dana
Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) mereka kepada Baitul Maal Hidayatullah
(BMH) perlu diperhatikan agar dalam menyalurkan harta mereka tidak
hanya bersifat insidental.1
B. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Donatur di Baitul Maal
Hidayatullah
Sebelum menetapkan strategi loyalitas, Baitul Maal Hidayatullah
mengidentifikasi Faktor – faktor yang mempengaruhi loyalitas donatur. Faktor-
faktor tersebut didapatkan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) melalui
1 Rama Wijaya, Departemen Komunikasi dan Penghimpunan Baitul Maal Hidayatullah,
wawancara pribadi pada tanggal 13 Mei 2011
65
evaluasi donatur tiap satu periode berjalan (biasanya satu tahun). Evaluasi
tersebut berupa jawaban langsung dari kuisioner yang telah diberikan kepada
tiap donatur terkait langsung dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ) Baitul Maal
Hidayatullah (BMH). Dari hasil evaluasi tersebut faktor-faktor yang
mempengaruhi loyalitas donatur di Baitul Maal Hidayatullah (BMH) adalah :
1. Citra lembaga, yaitu Baitul Maal Hidayatullah (BMH) sebagai lembaga amil
zakat memberikan pelayanan yang rill bagi masyarakat melalui Zakat, Infaq,
dan Shadaqah (ZIS). Selain itu nilai-nilai keislaman yang dibawa oleh
ORMAS Hidayatullah menjadi daya tarik tersendiri bagi donatur untuk
menilai.
2. Program - program kreatif yang dilaksanakan oleh Baitul Maal Hidayatullah
(BMH) dalam pendayagunaan dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS)
3. Aktifitas rill para dai Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dalam membawa
nilai-nilai moral kepada masyarakat.2
C. Strategi Baitul Maal Hidayatullah Dalam Upaya Menjaga Loyalitas Donatur
Sebagaimana pengertian dari strategi yaitu sebagai penentu tujuan dan
sasaran jangka panjang organisasi, diterapkannya aksi dan alokasi sumber daya
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.3 Sebuah
organisasi atau lembaga yang menyusun strategi umumnya lebih efektif
2 Rama Wijaya, Departemen Komunikasi dan Penghimpunan Baitul Maal Hidayatullah,
wawancara pribadi pada tanggal 13 Mei 2011 3 Mudrajad Kuncoro, Strategi, Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif , (Jakarta :
Erlangga, 2005), hal.1
66
dibandingkan dengan organisasi yang tidak menyusun strategi. Hal ini
disebabkan strategi menentukan kerangka kerja dari aktivitas perusahaan atau
organisasi dan memberikan pedoman untuk mengkoordinasikan aktivitas,
sehingga organisasi dapat menyesuaikan dan mempengaruhi lingkungan yang
selalu berubah.
Strategi yang diterapkan oleh suatu organisasi atau lembaga yang telah
disusun dengan baik dapat memberikan kontribusi yang besar dalam kesuksesan
organisasi. Akan tetapi jikalau strategi tidak disusun dengan rapi dan baik maka
pasti tentu akan membawa lembaga/organisasi tersebut dalam lubang kegagalan
yang pada akhirnya berdampak buruk bagi seluruh elemen organisasi.
1. Langkah – langkah Baitul Maal Hidayatullah Dalam Merumuskan
Strategi Loyalitas
Baitul Maal Hidayatullah (BMH) merupakan lembaga amil zakat yang
berbasis dakwah, dengan berbasis dakwah ini Baitul Maal Hidayatullah
(BMH) berusaha merancang strategi untuk memanajemen dakwah tersebut.
Strategi menjadi instrumen yang mutlak bagi Baitul Maal Hidayatullah
(BMH) demi tercapai tujuan dan keberlangsungan lembaga tersebut serta
untuk menghadapi persaingan yang berat dengan lembaga – lembaga amil
yang lain baik itu lembaga yang sudah berdiri maupun lembaga amil yang
banyak bermunculan. Untuk merumuskan strategi Loyalitas, Baitul Maal
Hidayaullah (BMH) melibatkan seluruh elemen-elemen yang ada di internal
67
Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yaitu dalam tahap melakukan merumuskan,
memutuskan dan mengimplementasikan.4
Tahap pertama yang dilakukan Baitul Maal Hidayatullah (BMH) untuk
menerapakan strategi loyalitas yaitu memperkuat sisi kelembagaan dengan
menyusun visi dan misi Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dan memperkuat
sistem organisasi dengan meningkatkan peran masing-masing departemen.5
Selanjutnya langkah strategi yang dilakukan oleh Baitul Maal
Hidayatullah (BMH) yaitu menganalisa faktor internal dan eksternal yang
ada di Lembaga Amil Zakat (LAZ) Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Faktor-
faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan, dan faktor eksternal yaitu
berupa peluang dan tantangan
a. Peluang
1) Dengan potensi zakat yang mencapai 19,3 riliun Baitul Maal
Hidayatullah (BMH) mempunyai banyak peluang untuk menggapai
potensi tersebut. Karena zakat pada saat ini baru hanya terhimpun
sebanyak 1,2 triliun sehingga kesempatan masih banyak dengan
menggarap potensi zakat yang ada di perusahaan-perusahaan dan
indvidu.
2) Negara Indonesia yang memiliki penduduk yang mayoritas Muslim
menjadi aset penting untuk menggali potensi aset filantropi. Sehingga
4 Rama Wijaya, Departemen Komunikasi dan Penghimpunan Baitul Maal Hidayatullah,
wawancara pribadi pada tanggal 11 Pebruari 2011 5 ibid
68
peluang untuk menciptakan pemberdayaan melalui donasi masyarakat
terimplementasi.
b. Tantangan
1) Kesadaran para donatur yang hanya mengetahui zakat hanya sebatas
zakat fitrah
2) Peraturan undang – undang no 38 tahun 1999 yang belum sepenuhnya
mendukung perzakatan di Indonesia
3) Mutu sumber daya manusia (SDM) yang masih sedikit dan mesti terus
ditingkatkan
c. Kekuatan
1) Jaringan Baitul Maal Hiayatullah yang luas yang ada di semua daerah
dimana mempunyai 43 cabang
2) Potensi keunikan tersendiri dari Dai Hidayatullah, adanya pesantren
Hidayatullah, unit usaha Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yang
menjadi pendukung pertumbuhan Baitul Maal Hidayatullah (BMH).
3) Didukung dengan tenaga Sumber Daya Manusia (SDM) yang
mempunyai keloyalan yang tinggi terhadap Baitul Maal Hidayatullah
(BMH)
4) Komitmen dari tenaga kerja untuk mengemban amanat dalam
menjalankan visi dan misi lembaga
69
d. Kelemahan
Belum melakukan aktifitas publikasi besar-besaran ke media seperti
yang dilakukan oleh lembaga amil zakat yang lain.6
2. Mekanisme Implementasi Strategi Loyalitas di Baitul Maal Hidayatullah
Baitul Maal Hidayatullah (BMH) merupakan lembaga di bawah
naungan Organisasi Masa (ORMAS) Hidayatulah. Oleh karena itu Baitul
Maal Hidayatullah (BMH) dalam menjalankan aktivitasnya (melaksanakan
strategi loyalitas) mempunyai kaitan erat dengan ORMAS Hidayatullah.
Adapun mekanisme implementasi strategi di Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
meliputi
a. ORMAS Hidayatullah mempunyai fungsi sebagai pemberi mandat kepada
Baitul Maal Hidayatullah (BMH) untuk merumuskan strategi yang telah
direncanakan baik itu perencanaan strategi jangka panjang maupun jangka
pendek
b. Lembaga Zakat Baitul Maal Hidayatullah (BMH) merumuskan langkah –
langkah strategi menjaga loyalitas donatur dengan melibatkan seluruh
departemen yang ada di Baitul Maal Hidayatullah (BMH).
c. Pelaksanaan strategi loyalitas donatur dengan menggerakkan tim khusus di
lapangan
6 Rama Wijaya, Departemen Komunikasi dan Penghimpunan Baitul Maal Hidayatullah,
wawancara pribadi pada tanggal 11 Pebruari 2011
70
d. Mengevaluasi hasil strategi dengan menitikberatkan pada indikator jumlah
donatur dan jumlah penghimpunan.7
Gambar 4.1
Mekanisme Implementasi Strategi Loyalitas Baitul Maal Hidayatullah
(Sumber : Rama Wijaya, Departemen Komunikasi dan Penghimpunan Baitul Maal
Hidayatullah, pada tanggal 13 Mei 2011)
3. Implementasi Strategi Loyalitas Donatur
Implementasi strategi merupakan tahapan yang sangat penting bagi
suatu lembaga untuk menentukan keberhasilan dalam menggapai tujuan.
Karena implementasi ini merupakan proses bagaimana organisasi
melaksanakan strategi yang telah diformulasikan dengan tindakan rill.8
Pada fase ini dibutuhkan suatu komitmen serta kerjasama yang tinggi
dari seluruh Depertemen, karyawan, dan seluruh elemen untuk keberhasilan
strategi.
7 Rama Wijaya, Departemen Komunikasi dan Penghimpunan Baitul Maal Hidayatullah,
wawancara pribadi pada tanggal 11 Pebruari 2011 8 Dess Lumkin Eisner, Stratgic Management, Creating Competitiv Advantage (New York
: McGraw-Hill Irwin, 2007), , third edition, h. 6-9
ORMAS Hidayatullah memberikan Mandat kepada BMH untuk Merumuskan Strategi
BMH merumuskan strategi dengan melibatkan seluruh departemen
Pelaksanaan Strategi dengan menggerakkan tim khusus
Evaluasi Hasil
71
Strategi Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yang diaplikasikan untuk
menjaga loyalitas donatur yaitu dengan cara sebagai berikut :
a. Melakukan Audit Keuangan
Pada sisi kelembagaan Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
melakukan audit keuangan yaitu dengan langkah Baitul Maal Hidayatullah
(BMH) mendatangkan akuntan publik untuk mengaudit segala bentuk
penghimpunan yang dilakukan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) serta
pendayagunaan dari dana – dana yang dihimpun oleh Baitul Maal
Hidayatullah (BMH). Setelah melakukan Audit, Baitul Maal Hidayatullah
(BMH) memberikan laporan kepada seluruh Donatur melalui beberapa
media yaitu
1) Dialog Jumat Republika
2) Koran Tempo
3) Majalah BMH news dengan Oplah sebanyak 35.000/bulan
4) Majalah Hidayatullah dengan Oplah sebanyak 50.000/bulan
5) Website www.bmh.or.id
6) Website majalah Hidayatullah www.hidayatullah.com
Selain media tersebut Baitul Maal Hidayatullah (BMH) menyusun
tim khusus untuk melaporkan hasil audit kepada para Donatur yaitu para
stap dibawah Departemen Program. Para tim ini mendatangi setiap rumah
donatur dengan memberikan hasil laopran audit keuangan dengan
72
membawa serta Majalah BMH news serta brosur press relies kegiatan –
kegiatan yang diaplikasikan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH).
b. Report Laporan Kegiatan Secara Berkala
Strategi yang kedua yang diterapkan oleh Baitul Maal Hidayatullah
dalam menjaga loyalitas donatur yaitu melaporkan segala laporan
pendayagunaan dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS) kepada donatur tiap
bulan . Hal ini dilakukan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) sebagai
bukti transfaransi lembaga dalam mengemban amanah yang diberikan oleh
pihak donatur dan para stakeholder lainnya. Laporan kegiatan yang
diberikan kepada donatur yaitu berupa program – program yang dijalankan
oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yaitu diantaranya:
1) Program Pendidikan dan Pengembangan
Program Pendidikan dan pengembangan yang dilaksanakan oleh
Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yaitu meliputi :
a) Sekolah Pemimpin
b) Beasiswa Berkah
c) Sekolah Alam
d) Sahabat Guru/Bea guru
e) Klinik Komputer
f) Rumah Baca Anak
73
2) Program Syiar dan Dakwah
Program Syiar dan dakwah yang dilakukan oleh Baitul Maal
Hidayatullah (BMH) yaitu :
a) Kampung Berkah Mandiri .
b) Kuliah Dai Mandiri
c) Peduli Dai Pelosok
3) Program Sosial Ekonomi
Proram Sosial ekonomi yang dilakukan oleh Baitul Maal
Hidayatullah (BMH) yaitu berupa:
a) Sidak Sehat
b) Mapan (Mandiri terdepan)
c) PPAS (Pusat Pendidikan Anak Soleh)
b) Rumah Singgah
d) Kurban Berkah Nusantara
e) Klinik Sehat
Dalam mereport laporan kegiatan secara berkala, Baitul Maal
Hidayatullah (BMH) menggerakkan semua tim lapangan baik pusat
maupun cabang yang ada di bawah Departemen Program. Langkah –
langkah dalam melaporkan hasil kegiatan yang dilakukan oleh Baitul Maal
Hidayatullah (BMH) yaitu sebagai berikut :
74
1) Membagi Relawan menjadi beberapa tim untuk terjun ke bebarapa
daerah tempat tinggal donatur
2) Membekali cara berkomunikasi dan service yang baik dengan donatur
3) Membekali para tim dengan membawa majalah BMH news dan brosur
– brosur BMH
4) Mendoakan para donatur setelah memberikan laporan kegiatan dan
keuangan berkala
c. Meningkatkan Mutu Kinerja Organisasi
Strategi yang ketiga yang dilakukan oleh Baitul Maal
Hidayatullah (BMH) yaitu meningkatkan kinerja organisasi. Dalam
kiprahnya sebagai lembaga umat, Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
melakukan langkah-langkah strategis sebelum terjun untuk menyapa
masyarakat baik itu dalam penghimpunan dana zakat, infaq dan shadaqah
maupun dalam menyalurkan dana – dana tersebut. Langkah – langkah
yang dilakukan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yaitu membangun
prinsif - prinsif dasar pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah (ZIS).
Prinsif – prinsif tersebut yaitu
1) Amanah, yaitu amanah lembaga sebagai amil yang dimana sebagai
mediator penyaluran dana umat
2) Transparan yaitu sebagai lembaga zakat nasional milik umat, segala
hal yang berkaitan dengan kegiatan baik itu fundraising
75
(penghimpunan) dana zakat infaq, shadaqah maupun pendayagnaan
(distribusi) bisa diketahui oleh masyarakat dengan jujur.
3) Professional menjadi bagian dari prinsip kerja semua lini yang
bergerak di lembaga. Untuk menunjang sistem kerja yang lebih baik
maka semua amil komitmen menerapkan sertifikat ISO agar ukuran
aktifitas lebih jelas dan terukur. Segala pelayanan (service)
manajemen dalam operasional Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
dilakukan dengan penuh dedikasi yang tinggi dan dengan komitmen
sertifikat ISO yang diraih oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH),
Baitul Maal Hidayatullah (BMH) berusaha untuk terus meningkatkan
mutu pengelolaan manajemen dan terus berkiprah untuk masyarakat.
4) Kemitraan, dengan siapa pun juga Baitul Maal Hidayatullah
membuka peluang kemitraan dalam upaya pencapaian visi dan misi,
asalkan memiliki ruh yang sama untuk memberikan manfaat sebesar-
besarnya untuk umat.9
Dari sisi keuangan untuk meningkatkan Kinerja, Baitul Maal
Hidayatullah melakukan auditing keuangan tiap tahunnya dengan
mendatangkan akuntan publik serta langsung mereport kemedia jejaring
Baitul Maal Hidayatullah (BMH) untuk dilaporkan ke pihak donatur
beserta para stakeholder.
9 Rama Wijaya, Departemen Komunikasi dan Penghimpunan Baitul Maal Hidayatullah,
wawancara pribadi pada tanggal 19 dan 26 April 2011
76
Pada sisi pelayanan dan produk, Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
mengembangkan bebrapa produk jasa yaitu :
1) Produk Jasa
Merupakan produk Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yang
dikembangkan berupa penghimpunnan dana zakat dan dana – dana
sosial lainnya seperti infaq, shadaqah, waqaf , CSR serta dana-dana
kebajikan lainnya
2) Layanan Umat
Merupakan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat secara
cuma – cuma baik donatur maupun mustahik, yang berupa kajian
Islam, konseling keluarga, dan layanan rukyah syar’iyyah
3) Layanan Partisipasi
Merupakan layanana kerjasama yang dilakukan oleh Baitul Maal
Hidayatullah (BMH) dengan beberapa instansi pemerintah maupun
swasta untuk kemudahan para donatur untuk berdonasi
Dari sisi pendayagunaan dana zakat, infaq dan shadaqah (ZIS)
Baitul Maal Hidayatullah (BMH) melaksanakan fokus program
pendayagunaan yaitu Pendayagunaan melalui :
a) Program Pendidikan yang meliputi (Sekolah pemimpin, sekolah
alam, sekolah berkah, sahabat guru, rumah baca anak dan klinik
computer)
77
b) Program Dakwah yang meliputi (Kampung berkah mandiri, kuliah
dai mandiri, dan peduli dai pelosok).10
d. Melakukan Komunikasi Intensif
Startegi komunikasi intensif merupakan komunikasi informal yang
dilakukan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Komunikasi ini dibangun
oleh Baitul Maal hidayatullah (BMH) untuk mengikat dan mempererat tali
silaturahim antara lembaga dan donatur. Langkah – langkah yang
dilakukan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dalam komunikasi ini
ialah :
1) Mendatangi rumah donatur serta mendiskusikan program – program
yang telah dilaksanakan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH).
2) Memberikan info – info keislaman kepada donatur melalui direct mail
3) Menelpon donatur secara berkala untuk mengetahui keadaan dan
meminta saran untuk kepentingan peningkatan kualitas lembaga
4) Membagikan Quesioner kepada seluruh donatur untuk mengetahui
tingkat kualitas dan pencapaian keberhasilan yang telah dilakukan oleh
Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
Selain dari keempat startegi tersebut secara umum dalam kaitannya
menjaga loyalitas donatur Baitul Maal Hidayatullah (BMH) menerapkan
10 Rama Wijaya, Departemen Komunikasi dan Penghimpunan Baitul Maal Hidayatullah,
wawancara pribadi pada tanggal 19 April 2011
78
Grand Strategi dalam melayani umat. Di antara startegi yang dilakukan
Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yaitu :
a) Meningkatan kapasitas lembaga melalui peningkatan manajemen
lembaga
b) Menjalin Kemitraan, baik secara internal yaitu antar karyawan Baitul
Maal Hidayatullah (BMH) maupun secara eksternal yaitu antar
lembaga amil zakat baik nasional maupun internasional.
c) Pelayanan prima yang dilakukan secara nasional yaitu melaksanakan
semua program pendayagunaan dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah
(ZIS).
d) Penguatan jejaring yaitu menguatkan cabang–cabang Baitul Maal
Hidayatullah (BMH) yang ada di seluruh Indonesia.11
D. Faktor – faktor Pemilihan Stretegi Loyalitas Donatur
Loyalitas donatur mempunyai peranan penting dalam lembaga amil zakat,
dan menjadi urat nadi lembaga. Loyalitas inilah yang mesti dijaga, tidak hanya
pada donatur tapi pada mustahik maupun masyarakat secara keseluruhan.
Pilihan startegi yang dilakukan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
mempunyai beberapa faktor yaitu :
1. Karena aktifitas Lembaga Amil Zakat sepenuhnya berbasis pada
kepercayaan dan pelayanan yang prima. Dengan harapan aktifitas yang
11
Rama Wijaya, Departemen Komunikasi dan Penghimpunan Baitul Maal Hidayatullah, wawancara pribadi pada tanggal 11 Pebruari 2011
79
berjalan dapat optimal jika pegembangan dilakukan secara kelembagaan dan
juga didukung oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai.
2. Kemitraan merupakan fungsi utama dalam upaya pencapaian tujuan lembaga
ke depan, maka perlu dibangun kemitraan dengan berbagai elemen baik
internal maupun eksternal yang kuat dan solid dalam upaya melakukan
pencapaian tujuan
3. Aktifitas pelayanan, merupakan prioritas dalam upaya meningkatkan
kepercayaan baik pada mustahik, muzaki, mitra dan yang lainnya, dengan
mengutamakan pelayanan terhadap donatur menjadi andalan dalam
meningkatkan kepercayaan.12
E. Kemudahan dan Hambatan dalam Menerapkan Strategi Loyalitas
Dalam menjalankan strategi loyalitas donatur Baitul Maal Hidayatullah
(BMH) tidak sepenuhnya mendapatkan kemudahan. Hambatan dalam
menerapkan strategi loyalitas menghampiri Baitul Maal Hidayatullah (BMH).
Kemudahan dan hambatan tersebut ialah :
1. Kemudahan
a. Luasnya jaringan pesantren Hidayatullah menjadi mediator penanaman
loyalitas dari donatur
b. Sumber daya Manusia (SDM) Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yang
mempuyai motivasi yang tinggi dalam mendukung strategi
12
Rama Wijaya, Departemen Komunikasi dan Penghimpunan Baitul Maal Hidayatullah, wawancara pribadi pada tanggal 11 Pebruari 2011
80
c. Orientasi dakwah dari para amil di Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
menjadikan setiap strategi yang dilakukan menjadi ringan
2. Hambatan
a. Teknologi informasi yang belum kuat diterapkan di lembaga Baitul Maal
Hidayatullah (BMH)
b. Media publikasi yang terbatas yang dilakukan oleh Baitul Maal
Hidayatullah (BMH) dikarenakan terbatasnya anggaran untuk alokasi
media yang lebih luas.
F. Analisis Tingkat Perkembangan Baitul Maal Hidayatullah Setelah
Menerapkan Strategi Loyalitas
Dalam menganalisa keberhasilan Baitul Maal Hidayatullah (BMH) setelah
menerapkan strategi menjaga loyalitas donatur penelitian ini dilakukan dengan
cara menganalisa tingkat perkembangan Jumlah donatur, pertumbuhan
penghimpunan dana zakat, infaq dan shadaqah, serta distribusi penghimpunan
yang ada di Baitul Maal Hidayatullah (BMH).
1. Pertumbuhan Jumlah Donatur di Baitul Maal Hidayatullah
Layanan donatur yang telah dilaksanakan oleh Baitul Maal
Hidayatullah (BMH) berupa penghimpunan dana Zakat, Infaq dan Shadaqah
(ZIS) terus ditingkatkan. Target untuk merangkul donatur yang lebih banyak
terus dilakukan, karena melihat jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas
Islam menjadi peluang besar untuk meningkatkan kesadaran untuk berzakat.
Loyalitas donatur menjadi tolok ukur keberhasilan dan peningkatan jumlah
81
penghimpunan dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS). Dari donatur yang
loyal Baitul Maal Hidayatullah (BMH) mengharapkan peningkatan jumlah
donatur dengan informasi dari donatur lama untuk merokemendasikan
donatur lain yang cukup berpotensi untuk menjadi calon donatur baru.
Atas dasar rekomendasi dari donatur yang loyal, Baitul Maal
Hidayatullah (BMH) melaksanakan kunjungan kepada donatur baru melalui
pengajian – pengajian rumah, seperti jamaah pengajian masjid, pengajian
instansi pemerintahan maupun swasta serta dengan loyalitas donatur yang
meningkat inilah Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dapat membantu
meningkatkan kasadaran para masyarakat yang mampu (agniya) untuk
mengeluarkan kewajibannnya.
Dengan strategi menjaga loyalitas yang diterapkan oleh Baitul Maal
Hidayatullah (BMH) membuktikan bahwa upaya lembaga dalam
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar Zakat, Infaq dan
Shadaqah (ZIS) dan dana kebajikan lainnya semakin meningkat. Hal ini
terlihat dalam tabel perkembangan donatur Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
di bawah ini.
(Sumber :
Diagram
(Sumber : Dokumen
-2,000.00 4,000.00 6,000.00 8,000.00
10,000.00 12,000.00 14,000.00 16,000.00
Tabel 4.1
Pertumbuhan Donatur
Baitul Maal Hidayatullah 2006 – 2010
Sumber : Dokumen Data Donatur Baitul Maal Hidayatullah
Gambar 4.2
Diagram Pertumbuhan Donatur Baitul Maal Hidayatullah
2006 – 2010
Dokumen Data Donatur Baitul Maal Hidayatullah
2006 2007 2008 2009 2010
Jumlah Donatur 2006 -2010
Jumlah Donatur
No Tahun Jumlah Donatur
1 2006 7,859.00
2 2007 8,483.00
3 2008 9,506.00
4 2009 11,565.00
5 2010 15,000.00
82
Donatur Baitul Maal Hidayatullah )
Donatur Baitul Maal Hidayatullah
Baitul Maal Hidayatullah)
2010
Jumlah Donatur
83
Tabel di atas menunjukkan bahwa sejak tahun 2006 perkembangan
jumlah donatur terus meningkat. Dari tahun 2006 – 2007 kenaikan jumlah
donatur sebesar 7,93 %, tahun 2006 – 2007 ini merupakan tahun persentase
pertumbuhan donatur terendah. Sementara tahun 2007 – 2008 dan tahun
2008 – 2009 masing – masing sebesar 12,05 % dan 21,66 %. Sedangkan
persentase pertumbuhan donatur tertinggi yaitu pada tahun 2009 – 2010
sebesar 29,7%. Hal ini membuktikan bahwa upaya Baitul Maal Hidayatullah
(BMH) dalam menjaga loyalitas donatur cukup maksimal.
2. Penghimpunan Dana ZIS di Baitul Maal Hidayatullah
Segala strategi yang diterapkan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
dalam meghimpun dana masyarakat tidak terlepas dari strategi lembaga
untuk merangkul dan menjaga loyalitas donatur. Dalam melakukan aktifitas
penghimpunan, Baitul Maal Hidayatullah (BMH) terbuka bagi semua
korporasi/perusahaan untuk bekerjasama baik dalam CSR (Cooparate Social
Responsibility) maupun penghimpunan dana Zakat, Infaq dan Shadaqah
(ZIS) karyawan, di antaranya seperti : PT. Medco Energi, Bank Permata
Syariah, Bank Niaga Syariah, PT Antam, media informasi seperti TV
maupun radio, institusi pemerintah daerah.
Dengan semua langkah yang dilakukan oleh Baitul Maal Hidayatullah
(BMH) dalam merangkul dan menjaga loyalitas donatur membuktikan
bahwa upaya lembaga dalam meningkatkan dana masyarakat semakin
meningkat. Hal ini terlihat dalam tabel perkembangan penghimpunan dana
Zakat, Infaq
Penghimpunan Dana ZIS Baitul Maal Hidayatulla
No Tahun
1 2006
2 2007
3 2008
4 2009
5 2010
(Sumber : Laporan Keuangan
Diagram Pertumbuhan Penghimpunan Dana ZIS
(Sumber : Laporan Keuangan Baitul Maal Hidayatullah
5,000,000,000
10,000,000,000
15,000,000,000
20,000,000,000
25,000,000,000
30,000,000,000
meningkat. Hal ini terlihat dalam tabel perkembangan penghimpunan dana
dan Shadaqah (ZIS) di bawah ini.
Tabel 4.2
Penghimpunan Dana ZIS Baitul Maal Hidayatulla
2006 – 2010
Tahun Jumlah Penghimpunan (Rupiah)
2006 7,383,360,101
2007 10,793,648,307
2008 17,849,548,237
2009 23,759,780,000
2010 28,354,934,356
Sumber : Laporan Keuangan Baitul Maal Hidayatullah 2006
Gambar 4.3
Diagram Pertumbuhan Penghimpunan Dana ZIS
Baitul Maal Hidayatullah 2006 – 2010
Sumber : Laporan Keuangan Baitul Maal Hidayatullah 2006
-
5,000,000,000
10,000,000,000
15,000,000,000
20,000,000,000
25,000,000,000
30,000,000,000
2006 2007 2008 2009 2010
Jumlah Penghimpunan
Jumlah Penghimpunan
84
meningkat. Hal ini terlihat dalam tabel perkembangan penghimpunan dana
Penghimpunan Dana ZIS Baitul Maal Hidayatullah
(Rupiah)
2006-2010)
Diagram Pertumbuhan Penghimpunan Dana ZIS
2006-2010)
2010
85
Data di atas menunjukkan bahwa jumlah penghimpunan dana Zakat,
Infaq dan Shadaqah (ZIS) di Baitul Maal Hidayatullah (BMH) terus
meningkat. Dari tahun 2006 (yaitu pada tahun mulainya Baitul Maal
Hidayatullah dalam mengaudit laporan keuangan) sampai tahun 2007
persentase kenaikan penghimpunan dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS)
sebesar 46,18 %. Sedangkan untuk tahun 2007 sampai tahun 2008 tingkat
persentase pertumbuhan dana sebesar 65,3 %. Selanjutnya tahun 2008
sampai tahun 2010 mencapai pertumbuhan penghimpunan sebesar 58,8%.
Apabila dirata-ratakan jumlah persentase penghimpunan dana zakat dari
tahun 2006-2010 mencapai 41 %. Dengan melihat persentase tersebut dapat
dijelaskan bahwa terjadi kenaikan jumlah penghimpunan yang signifikan,
dan kenaikan penghimpunan ini tidak terlepas dari strategi – strategi yang
dijalankan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dalam upaya menjaga
loyalitas donatur.
3. Alokasi Dana ZIS di Baitul Maal Hidayatullah
Diantara kesuksesan suatu lembaga sosial seperti lembaga zakat yaitu
kesuksesan lembaga tersebut dalam mendistribusikan dana yang terkumpul
untuk para mustahik (fakir, miskin, amil, muallaf, muallaf, memerdekakan
budak, orang berhutang, keperluan dijalan Allah). Namun setiap lembaga
tidak selalu menyalurkan dananya secara merata kepada mustahik seperti
yang difirmankan dalam al-Qur’an. Hal ini karena disesuaikan dengan tujuan
lembaga dan kondisi masyarakat. Baitul Maal Hidayatullah (BMH) juga
86
tidak menyalurkan dananya kepada semua mustahik dikarenakan Baitul
Maal Hidayatullah (BMH) mempunyai program unggulan yaitu program
dakwah, pendidikan dan sosial ekonomi
Distribusi Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) bersinergi antara fisik dan
pengembangan sumber daya manusia (SDM). Dimana Baitul Maal
Hidayatullah (BMH) lebih fokus pada konsep penerapan program dakwah
dan pendidikan. Untuk pendidikan, Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
mendirikan lembaga pendidikan gratis yaitu sekolah pemimpin, dengan
konsep modern boarding yang di bawah naungan Baitul Maal Hidayatullah
(BMH) serta beasiswa berkah. Sedangkan untuk dakwah Baitul Maal
Hidayatullah (BMH) mendirikan STIS (Sekolah Tinggi Ilmu Syariah) yang
ada di Balikpapan, kedua Sekolah Tinggi Lukmanul Hakim yang ada di
Surabaya dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Hidayatullah yang ada
di Depok Jawa Barat.13
13
Rama Wijaya, Departemen Komunikasi dan Penghimpunan Baitul Maal Hidayatullah, wawancara pribadi pada tanggal 26 April 2011
87
Tabel 4.3 Persentase Penerima Manfaat dana ZIS
Baitul Maal Hidayatullah
No Keterangan Prosentase Penerima Manfaat
1 Dakwah 4%
2 Pendidikan 30%
3 Sosial 57%
4 Ekonomi 9%
(Sumber : Data Dokumen Baitul Maal Hidayatullah )
Gambar 4.4
Penerima Manfaat Dana Baitul Maal Hidayatullah
(Sumber : Data Dokumen Baitul Maal Hidayatullah )
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa pendistribusian dana yang
terkumpul di Baitul Maal Hidayatullah (BMH) paling banyak dialokasikan
pada prograsm sosial yaitu sebesar 57%. Hal ini disebabkan karena Baitul
Maal Hidayatullah (BMH) memberikan subsidi untuk program sosial seperti
sidak sehat yaitu layanan kesehatan cuma-cuma yang difasilitasi oleh Baitul
4%
30%
57%
9%
Prosentase Penerima Manfaat
Dakwah
Pendidikan
Sosial
Ekonomi
88
Maal Hdayatullah (BMH), selain itu pemberian subsidi untuk PPAS (Pusat
Pendidikan Anak Sholeh), Rumah Singgah, Klinik sehat dan Aksi
kemanusiaan. Sedangkan yang mendapatkan urutan kedua untuk alokasi
dana yaitu pendidikan sebesar 30% hal ini karena Baitul Maal Hidayatullah
(BMH) memberikan fasilitas untuk kaum dhuafa dalam program beasiswa
berkah, sekolah pemimpin, sekolah alam, sahabat guru, klinik komputer dan
rumah baca anak.
89
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Strategi yang telah diterapkan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dalam
menjaga loyalitas donatur yaitu :
a. Melakukan audit keuangan yaitu Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
mendatangkan akuntan publik untuk mengaudit segala penghimpunan dan
pendayagunaan dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS) yang dilakukan
oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) serta melaporkan hasil audit ke
semua donatur
b. Report laporan kegiatan secara berkala yaitu Baitul Maal Hidayatullah
melaporkan semua pendayagunaan dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah
(ZIS) kepada donatur tiap bulan yang berupa laporan program-program
kegiatan penyaluran dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS) kepada kaum
dhuafa
c. Meningkatkan mutu kinerja lembaga yaitu meningkatkan manajemen
pengelolaan dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS) dengan menerapkan
prinsif amanah, transparan dan professional.
d. Melakukan komunikasi intensif ke donatur yaitu komunikasi yang
dibangun oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) untuk mengikat tali
silaturahim antara lembaga dan donatur, yang dilakukan dengan cara
90
formal yaitu mendatangi donatur maupun informal dengan komunikasi
direct mail.
2. Adapun faktor-faktor pemilihan strategi yang diterapkan oleh Lembaga Amil
Zakat (LAZ) Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yaitu karena :
a. Aktifitas Lembaga Amil Zakat (LAZ) sepenuhnya berbasis pada
kepercayaan dan pelayanan yang prima kepada donatur.
b. Kemitraan merupakan fungsi utama dalam upaya pencapaian tujuan
lembaga kedepan, maka perlu dibangun kemitraan dengan berbagai
elemen baik internal maupun eksternal yang kuat dan solid dalam upaya
melakukan pencapaian tujuan.
c. Aktifitas pelayanan, merupakan prioritas dalam upaya meningkatkan
kepercayaan baik pada mustahik, donatur, mitra dan yang lainnya, dan
dengan mengutamakan pelayanan terhadap donatur menjadi andalan
Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dalam meningkatkan kepercayaan.
3. Dalam menerapkan strategi loyalitas donatur di Baitul Maal Hidayatullah
(BMH), langkah-langkah yang dilakukan pertama adalah memperkuat sisi
kelembagaan yaitu dengan menyusun visi dan misi Baitul Maal Hidayatullah
(BMH) serta menguatkan peran sistem keorganisasian lembaga dalam hal ini
memperkuat peran fungsi dari masing-masing departemen. Setelah itu Baitul
Maal Hidayatullah (BMH) menganalisa lingkungan internal dan eksternal.
Analisa internal yang berupa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh
91
lembaga serta eksternal yaitu berupa peluang dan tantangan yang di hadapi
oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
Selain itu dalam proses penerapan strategi loyalitas kemudahan yang
ditemukan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yaitu luasnya jaringan
pesantren Hidayatullah serta tingginya loyalitas dan semangat para karyawan
di Baitul Maal Hidayatullah menjadi modal utama dalam langkah
menerapkan strategi loyalitas.
4. Dari penerapan strategi yang telah dilakukan oleh Baitul Maal Hidayatullah
(BMH), strategi tersebut mempunyai keberhasilan yang maksimal terlihat
dari jumlah donatur Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yang terus meningkat.
Pada tahun 2010 jumlah donatur mencapai 15.000 donatur dari tahun 2006
yang hanya 7.859 donatur. Rata-rata pertumbuhan jumlah donatur tersebut
dari tahun 2006 sampai tahun 2010 mencapai 15%. Selain itu jumlah
penghimpunan dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS) terus meningkat dari
tahun ketahun. Jumlah penghimpunan yang terakhir sejumlah Rp.
28,354,934,356,00,- yang pada tahun 2006 hanya Rp.7,383,360,101,00,-
Persentase pertumbuhan penghimpunan tersebut mencapai rata-rata 41% tiap
tahunnya.
B. Saran
Dari penelitian yang penulis lakukan di Baitul Maal Hidayatullah (BMH),
ada beberapa hal yang dapat dipertimbangankan sebagai masukan untuk
penelitian yang lebih lanjut :
92
1. Menyelidiki berbagai faktor yang mempengaruhi loyalitas donatur Baitul
Maal Hidayatullah (BMH) dengan melibatkan banyak responden dari
donatur
2. Menyelidiki lebih lanjut peranan Organisasi Masa (ORMAS) Hidayatullah
dalam meningkatkan perkembangan lembaga amil zakat Baitul Maal
Hidayatullah (BMH)
93
DAFTAR PUSTAKA
Allison, Michael. Kaye, Jude. Perencanaan Strategi Bagi Organisasi Nirlaba. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2005.
A, Pearce Jhon. Robinson, Jr Richard B. Manajemen Strategi,Formulasi,
Implementasi dan Pengendalian. edisi bahasa Indonesia. Jakarta : Salemba Empat, 2008
A, Thompson, Arthur. E Gamble, Jhon. A. J. Strickland. Strategy, Core Consepts
Analytical Tools Reading. Second Edition New York : Mc graw-Hill, 2006. Azra, Azyumardi. Zakat dan Kemiskinan, diakses dari www.uinjkt.ac.id, diakses
pada tanggal 11 Oktober 2010 C.H, Lovelock. Service Marketing. Second edition. New Jersey, Prentice-Hall Inc,
1991. Daud, Mohammad Ali. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Waqaf. Jakarta : UI
Press, 1988. Erni, Yanti Siregar, Kinerja Lembaga Amil Zakat (LAZ) Nasional Dompet Dhuafa
Republika dalam Pengelolaan Dana ZIS, diakses dari, http://www.mb-ipb.org. tanggal 15 Oktober 2010
Fakhruuddin. Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia. Malang : UIN Malang Press,
2008. Fatwa, A.M. Problem Kemiskinan, Zakat sebagai Solusi Alternatif. Bandung : Mizan
Media utama, 2004. Forum Zakat www.forumzakat.net diakses pada tanggal 16 Oktober 2010 George, L.Morrisey. Pedoman Pemikiran Strategis. Jakarta : Prenhallindo, 1996 Hafiduddin, Didin. Manajemen Syariah daam Praktek. Jakarta: Gema Insani,
2003. Press. ------------------------ Zakat dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani
Press, 2002. Kotler, Philip. Lane, Keller Kavin. Menajemen Pemasaran. Jakarta: Indeks, 2009
edisi 12
94
------------------. Amstrong, Gary. Prinsif-prinsif Pemasaran.. Jakarta : Erlangga, Jilid II, 2001, edisi ke-8
Kuncoro, Mudrajad. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif. Jakarta :
Erlangga, 2005. Lumkin, Dess Eisner. Stratgic Management, Creating Competitiv Advantage. third
edition. New York : McGraw-Hill Irwin, 2007. Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005
Muhammad. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. Jakarta : Rajawali Press, 2008. Majalah INFOZ, Media Infomasi Organisasi Pengelola Zakat, TH IV Mei- Juni 2011,
edisi 12 Media Informasi Organisasi Pengelola Zakat (INFOZ), tahun V Oktober –
November, Edisi ke-3 Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 2004.
Qardhawi, Yusuf. Hukum Zakat. Jakarta : Pustaka Lentera Antarnusa, 1996 Rizal, Sopyan. Pengaruh Tingkat Kepuasan dan Kepercayaan Muzakki Kepada
Lembaga Amil Zakat terhadap Perilaku Berzakat Muzakki, Tesis, UI 2006. Ria, Casmi Arsa, Negara Dalam Merevitalisasi Pengelolaan Zakat Sebagai Upaya
Strategis MenanggulanganKemiskinan Di Indonesia, diakses dari http://www.legalitas.org. diakses pada tanggal 15 Oktober 2010
Sabiq, Sayyid. Fiqh Sunnah. Bandung : Al-Maarif, 1988 Saidi, Zaim. Abidin, Hamid. Menjadi Bangsa Pemurah, Wacana dan Praktek
Kedermawanan Sosial di Indonesia. Jakarta : Piramedia, 2005. Setiyaji, Achmad Potensi ZIS dan Problem Pengelolaan, diakses dari
http://www.rumahzakat.org/detail.php?id=1628&kd=B. diakses pada tanggal 07 Oktober 2010
Siagian, P. Sondang. Manajemen Strategik. Jakarta : Bumi Aksara, 1995. Soehartono, Irawan. Penelitian Sosial. Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 1995.
95
Sudewo, Eri. Manajemen Zakat. Ciputat : Institut Manajemen Zakat, 2004
Sudirman.. Zakat dalam Pusaran Arus modernitas, Malang: UIN Malang Press, 2007 Theresia Widyaratna Denny dan Filisia Chandra. Analisis Kepuasan dan Loyalitas
Konsumen terhadap Tingkat Penjualan di Warung Bu Kris, Jurnal Manajemendan Kewirausahaan Vol.3, no. 2 diakses dari http://puslit.petra.ac.id/journals/management/ pada tanggal 10 Pebruari 2011
Tjiptono, Fandy. Chandra, Gregorius. Service, Quality and Satisfaction. Yogyakarta :
Andi Offset, 2007. Umar, Husein.. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta : JBRC, 2000 . www.hanumisme.com/2009/12/28/potensi-zakat-2010/ diakses pada tanggal 16
Oktober 2010
Pertanyaan Wawancara LAZ Baitul Maal Hidayatullah
1. T. Sejauh mana pentingnya loyalitas donatur di Baitul Maal Hidayatullah
J : loyalitas penting karena
a. Donator mempunyai peran untuk mensupport segala program yang dijalankan oleh
Baitul Maal Hidayatullah
b. Donator khusunya para wajib zakat (muzakki) ditujukan untuk menumbuhkan
kesadaran dan keberlangsungan mereka untuk membayar zakat.
c. Karakteristik para donator yang tidak secara konsisten menyalurkan dana zakat,
infaq, dan shadaqah (ZIS) mereka kepada Baitul Maal Hidayatullah (BMH) perlu
diperhatikan agar dalam menyalurkan harta mereka tidak hanya bersifat insidental
2. T. Strategi apa yang diterapkan BMH dalam menjaga loyalitas donatur.?
J. Ada beberapa straegi yang dilakukan BMH untuk meraih loyalitas donatur yaitu
a. Pada sisi kelembagaan BMH melakukan audit keuangan yang kemudian
memberikan laporan kepada donatur
b. Memberikan laporan secara berkala dalam bentuk laporan secara periodik
c. Meningkatkan mutu kinerja dengan pelayanan dan meminimalisir complen sampai
angka yang paling rendah Komitmen BMH dalam memberkan pelayanan BMH
mendapat sertifikat ISO yaitu sertifikat standar mutu pengelolaan manajemen
d. Melakukan komunikasi intensif kepada donatur baik secara langsung dan tidak
langsung. Yang tidak langsung seperti melalui media dan informasi program serta
langsung menemui donatur kerumah-rumah sera mendiskusikan program dan
rencana kegiatan BMH
secara umum dan selain strategi tersebut ada GRAND STRATEGI yang diterapkan BMH
yaitu
a) peningkatan kapasitas lembaga
b) kemitraan, yaitu secara internal dan eksternal
c) pelayanan prima yang dilakukan secara nasional
d) Penguatan jejaring
3. T. Mengapa BMH memilih menggunakan strategi tersebut dalam menjaga loyalitas
donatur?
a. Karena aktifitas LAZ sepenuhnya berbasis pada kepercayaan dan pelayanan yang
prima. Dengan harapan aktifitas yang berjalan dapat optimal jika pegembangan
dilakukan secara kelembagaan dan juga didukung oleh kwalitas SDM yang memadai
b. Kemitraan merupakan fungsi utama dalam upaya pencapaian tujuan lembaga
kedepan, maka perlu dibangun kemitraan yang kuat dan solid dalam upaya
melakukan pencapaian yang dimaksud dengan berbagai elemen di internal maupun
eksternal
c. Aktifitas pelayanan, merupakan prioritas dalam upaya meningkatkan kepercayaan
baik pada mustahik, muzaki, mitra dan yang lainnya. Masing-masing memiliki fungsi
sendiri-sendiri
4. T. Bagaimana konsep dalam menerapkan strategi menjaga loyalitas donatur
J. LAZ BMH merupakan LAZ yang berbasis dakwah. Dengan berbasis dakwah ini LAZ
mensupport berbagai program yang telah diagendakan oleh LAZ. Penerapan strategi ini
lebih terfokus pada konsep penerapan program dakwah dan pendidikan pada aspek
pendayagunaan dan pemberdayaan. Sedangkan dalam bentuk lain adalah dalam bentuk
edukasi zakat secara luas pada masyarakat.
5. T. Apa yang menjadi faktor-foktor yang mempengaruhi loyalitas donatur di Baitul Maal
Hidayatullah
a. Citra lembaga, yaitu Baitul Maal Hidayatullah (BMH) sebagai lembaga amil
zakat memberikan pelayanan yang rill bagi masyarakat melalui zakat infaq dan
shadaqah (ZIS).
b. Program - program kreatif yang dilaksanakan oleh Baitul Maal Hidayatullah
c. Aktifitas rill para dai Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dalam membawa nilai-
nilai moral kepada masyarakat
6. T. Apa yang menjadi prinsif dalam manajemen pengelolaan zakat?
1. Amanah, yaitu amanah lembaga dan sebagai amil yang dimana sebagai mediator
penyaluran dana umat
2. Transparan dalam aktifitas. Baik dalam bentuk penghimpunan dan pendayagunaan
dalam bentuk report
3. Proffesional, menjadi bagian dari prinsip kerja semua lini yang bergerak di lembaga.
Untuk menunjang sistem kerja yang lebih baik maka semua amil komitmen
menerapkan sertifikat ISO agar ukuran aktifitas lebih jelas dan terukur
4. Kemitraan, dengan siapapun juga BMH membuka peluang kemitraan dalam upaya
pencapaian visi dan misi BMH asalkan memiliki ruh yang sama untuk memberikan
manfaat sebesar-besarnya untuk umat.
7. T. Bagaimana langkah – langkah BMH dalam menerapkan strategi tersebut?
J. sebelum menrapkan strtegi BMH memperkuat visi dan misi serta menguatkan peran
masing-masing departemen. Karena BMH merupakan lembaga otonom ORMAS
Hidayatullah maka mekanisme penerapan strategi merupakan mandat dari Hidayatullah
dan dilaksanakan oleh BMH dengan mengerahkan tim-tim di BMH serta lansung
mengevaluasi hasil strategi tersebut. Selanjutnya melakukan hal-hal :
a. Komunikasi secara berkala, baik berupa informasi, program maupun dalam bentuk
b.Report program
c. Layanan prima
8. T. Apa yang melatarbelakangi perlunya menjaga loyalitas donatur?
J. karena Donatur mempunyai peranan penting dalam lembaga amil zakat, dan menjadi
urat nadi lembaga. Keprcayaan inilah yang mesti dijaga, tidak hanya pada donatur tapi
pada mustahik maupun masyarakat secara keseluruhan
9. T. Apa yang menjadi faktor peluang, tantangan, kekuatan dan kelemahan dalam
menerapkan strategi loyalitas tersebut
J. Peluang : dengan potensi zakat yang mencapai 19,3 riliun BMH mempunya banyak
pelunag untuk menggapai potensi tersebut. Karena zakat pada saat ini zakat baru hanya
terhimpun sebanyak 1,2 triliun sehingga kesempatan masih banyak dengan menggarap
potensi zakat yang ada di perusahaan-perusahaan dan indvidu.
Tantangan :
• kesadaran para donatur yang hanya mengetahui zakat hanya sebatas zakat fitrah
• peraturan uu zakat yang belum sepenuhnya mendukung perzakatan di Indonesia
• Mutu SDM yang mesti terus ditingkatkan
Kekuatan :
• jaringan BMH yang luas yang ada di semua daerah yang mempunya 43 cabang
• potensi keunikan tersendiri dari Dai Hidayatullah, adanya pesantren Hidayatullah,
unit usaha BMH yang menjadi pendukung pertumbuhan BMH
• didukung dengan tenaga SDM yang mempunyai keloyalan yang tinggi terhadap BMH
• komitmen dari tenaga kerja untuk mngemban amanat dalam menjalankan visi dan
misi lembaga
Kelemahan
• Belum melakukan aktifitas publikasi besar-besaran ke media seperti yang
dilakukan oleh lembaga amil zakat yang lain
10. Kemudahan dan hambatan apa yang dihadapi Baitul Maal Hidayatullah dalam
menerapkan strategi loyalitas ?
J. kemudahan
1. Luasnya jaringan pesantren Hidayatullah
2. Sumber daya Manusia (SDM) Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yang mempuyai
motivasi yang tinggi dalam mendukung strategi
3. Orientasi dakwah dari para amil di Baitul Maal Hidayatullah (BMH) menjadi
ringan
Hambatan
1. Teknologi informasi yang belum kuat
2. Terbatasnya Media publikasi yang dilakukan oleh Baitul Maal
11. Bagaimana trend pertumbuhan jumlah donatur sampai saat ini?berapakah jumlah total
donatur saat ini ?
J. Peningkatan jumlah penghimpunana berbanding lurus dengan jumlah donatur artinya
untuk dari tahun ke tahun jumlah donatur terus bertambah. Karena identifikasi belum
mendalam Untuk saat baru 11 cabang dari data BMH jumlah total donatur sebanyak
15.000 donatur yang mana dari jumlah seluruhnya donatur zakat mendominasi.
12. Adakah target untuk menambah Donatur tiap tahunnya?
J : Target untuk merangkul donatur yang lebih banyak pasti ada, karena melihat jumlah
penduduk Indonesia yang mayoritas Islam menjadi peluang besar untuk meningkatkan
kesadaran untuk berzakat. Bukti dari Loyalitas ini pertumbuhan ini terliahat pada tahun
2008 jumlah donasi sebesar Rp 17 miliar tahun 2009 sebesar Rp. 23 miliar dan tahun
2010 sebesar Rp.28 miliar
13. Apakah donatur dari tahun 2001 masih sampai sekarang menjadi donatur?
Sebagian besar masih, hal ini seiring dengan perbaikan sistem yang dibuat dengan
pendekatan teknologi dan pengembangan SDM, Insya Allah kedepan akan semakin baik
14. Bagaimana tingkat kontinyuitas penyaluran dana ZIS di BMH oleh donatur yang sudah
berlangsung, apakah tingkat jumlah donasi bertambah atau berkurang ?
J. Grafik pertumbuhan Alhamdulillah, trendnya terus meningkat dari tahun ketahun
15. Distribusi ZIS dari BMH apakah hanya pada hal fisik atau pengembangan SDM, lebih
mana yang fokus?
J. Distribusi ZIS bersinergi antara fisik dan pengembangan SDM. Diamana BMH
Lebih Fokus pada konsep penerapan program dakwah dan pendidikan dimana untuk
pendidikan BMH mendirikan lembaga pendidikan gratis (sekolah pemimpin), dengan
konsep modern boarding yang dibawah naungan BMH serta beasiswa berkah. Sedangkan
untuk dakwah BMH mendirikan STIS (Sekolah tinggi ilmu syariah) yang ada di
balikpapan, kedua sekolah tinggi Lukmanul Hakim yang ada di surabaya dan Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Hidayatullah.
16. Dalam menhimpun dan mendistribusikan dana ZIS, BMH bermitra kerjasama dengan
perusahaan apa saja?
J. Dalam melakukan aktifitas penghimpunan, kami terbuka bagi semua
corporasi/perusahaan contoh yang sudah bekerjasama baik dalam CSR maupun
penghimpunan dana ZIS karyawan. Diantaranya adalah : PT. Medco Energi, Bank
Permata syariah, Bank Niaga Syariah, PT Antam, media informasi seperti TV
maupun Radio, Institusi pemerintah daerah dll. Sedangkan untuk distribusinya,
kami melakukan kerjasama dengan lembaga maupun perorangan.