Step 7 Li Lbm 4

7
STEP 3 1. apa pengertian mutu pelayanan kesehatan ? mutu pelayanan kesehatan adalah suatu arah menuju peningkatan pelayanan kesehatan baik individu maupun populasi sesuai dengan kesehatan yang diharapkan dan sesuai dengan pegetahuan masa kini. Jadi pemberian pelayanan kesehatan harus sesuai dengan pengetahuan masa kini secara ilmiah , klinis, organisasi dan unsur-unsur manajement kesehatan. Sumber : http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126096-S- 5746-Analisis%20ketidaklengkapan-Literatur.pdf 2. sebutkan batasan program menjaga mutu pelayanan kesehatan ? suatu upaya yang dilaksanakan secara: berkesinambungan, sistematis objektif dan terpadu dalam: menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan berdasarkan standar yang telah ditetapkan,menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan,serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk lebihmeningkatkan mutu pelayanan. 1.rumusan kegiatan yang akan dilakukan 2.rumusan karakteristik dari kegiatan yangakan dilakukan. 3.rumusan tujuan yang ingin dicapai daridilaksanakannya kegiatan Sumber : ocw.usu.ac.id/course/... mutu .../dmm_122_slide_ mutu _ pelayanan .p df 3. bagaimana standar dalam program menjaga mutu pelayanan kesehatan ? 4. apa saja factor yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan ? 5. apa tujuan dan manfaat melakanakan program menjaga mutu pelayanan kesehatan? Tujuan : Manfaat :

description

:)

Transcript of Step 7 Li Lbm 4

Page 1: Step 7 Li Lbm 4

STEP 3 1. apa pengertian mutu pelayanan kesehatan ?

mutu pelayanan kesehatan adalah suatu arah menuju peningkatan pelayanan kesehatan baik individu maupun populasi sesuai dengan kesehatan yang diharapkan dan sesuai dengan pegetahuan masa kini. Jadi pemberian pelayanan kesehatan harus sesuai dengan pengetahuan masa kini secara ilmiah , klinis, organisasi dan unsur-unsur manajement kesehatan.Sumber : http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126096-S-5746-Analisis%20ketidaklengkapan-Literatur.pdf

2. sebutkan batasan program menjaga mutu pelayanan kesehatan ?suatu upaya yang dilaksanakan secara:

berkesinambungan, sistematis objektif dan terpadu dalam:

menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan berdasarkan standar yang telah ditetapkan,menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengankemampuan,serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk lebihmeningkatkan mutu pelayanan.

1.rumusan kegiatan yang akan dilakukan2.rumusan karakteristik dari kegiatan yangakan dilakukan.3.rumusan tujuan yang ingin dicapai daridilaksanakannya kegiatanSumber : ocw.usu.ac.id/course/...mutu.../dmm_122_slide_mutu_pelayanan.pdf

3. bagaimana standar dalam program menjaga mutu pelayanan kesehatan ?4. apa saja factor yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan ?5. apa tujuan dan manfaat melakanakan program menjaga mutu pelayanan kesehatan?

Tujuan :

Manfaat :a) Dapat lebih meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan.

Peningkatan efektifitas yang dimaksud di sini erat hubungannya dengan dapatdiselesaikannya masalah yang tepat dengan cara penyelesaian masalah yangbenar. Karena dengan diselenggarakannya program menjaga mutu dapatdiharapkan pemilihan masalah telah dilakukan secara tepat serta pemilihan danpelaksanaan cara penyelesaian masalah telah dilakukan secara benar.

b) Dapat lebih meningkatkan efesiensi pelayanan kesehatan.Peningkatan efesiensi yang dimaksudkan disini erat hubungannya dengan dapatdicegahnya penyelenggaraan pelayanan yang berlebihan atau yang dibawahstandar. Biaya tambahan karena pelayanan yang berlebihan atau karena harusmengatasi berbagai efek samping karena pelayanan yang dibawah standar akandapat dicegah.

c) Dapat lebih meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.Sumber : http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/1/jhptump-a-wilisdwipa-9-1-konsepd-n.pdf

Page 2: Step 7 Li Lbm 4

6. bagaimana pelayanan kesehatan yang bermutu ?sesuai dengan rencana pokok program pembangunan jangka panjang bidangkesehatan, diperlukan pengembangan tenaga kesehatan, dengan tujuan untukmeningkatkan penyediaan jumlah dan mutu tenaga kesehatan yang mampumengemban tugas untuk mewujudkan perubahan, pertumbuhan danpembaharuan dalam bidang kesehatan yang efisien dan efektif dalam rangkapengembangan Sistem Kesehatan Nasional (Amiroen, 1991 ).Sumber : http://repository.upi.edu/849/4/T_ADPEN_009742_Chapter1.pdf

7. siapa saja yang terlibat dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan?8. apa saja komponen dalam mutu pelayanan kesehatan ?

1. Apresiasi terhadap sistem. Penghargaan terhadap sistem adalah

bagian dalam suatu sistem bekerja untuk mendukung bagian yang lain untuk

mencapai optimasi. Kompetisi internal perlu dihilangkan, sehingga terjadi kontribusi antara bagian yang satu dengan yang lain untuk mengoptimalkan kerja.2. Teori tentang variasi: kesalahan dan inkonsistensi selalu terjadi, tetapi bukan

orang yang harus dipersalahkan. Hal tersebut disebakan oleh adanya variasi dalam sistem/proses, oleh karena itu Deming menganjurkan pemecahan masalah melalui siklus Deming/Shewhart:Plan,Do, tudy/Check,Act

3. Teori tentang pengetahuan: Adanya pengetahuan karena adanya teori, tanpa teori

Tidak akan terjadi pembelajaran. Suatu organisasi tidak dapat belajar daripengalaman orang lain, tetapi harus mengembangkan dari organisasinya sendiri, dan halini merupakan suatu proses pembelajaran.4. Psikologi:Deming percaya bahwa: karyawan mempunyai keinginan untuk belajar

dan berkreasi. Latihlah karyawan untuk mengukur “sesuatu”, maka ia akan berusahan untuk menerapkansendiri standaryang lebih tinggi”.

Sumber : http://manajemen-pelayanankesehatan.net/papua/images/materi/A4-4.pdf USAID indonesia

9. apa saja kendala dan solusi menjaga mutu pelayan kesehatan?10. apa saja upaya dalam mencapai mutu pelayanan kesehatan ?

11. apa saja yang diperhatikan dalam menilai mutu pelayanan kesehatan ?a. program yang dijalankan organisasi : menilai kinerja organisasi harus menilai

kegiatan organisasi b. evaluasi program yang meliputi evaluasi kinerja organisasi tersebut

sumber : http://eprints.undip.ac.id/6477/1/Manajemen_Mutu_Pelayanan_kesehatan_-_Sudiro.pdf

12. bagaimana hubungan antara mutu pelayanan kesehatan dengan pelayanan yang diberikan kepada pasien ?

13. apa saja dampak yang ditimbulkan dari pengobatan yang tidak rasional ?1. Dampak terhadap mutu pengobatan dan pelayanan

Page 3: Step 7 Li Lbm 4

Beberapa kebiasaan peresepan yang tidak rasional akan mempengaruhi mutupengobatan dan pelayanan secara langsung atau tidak langsung. Secara luas jugadampak negatifnya terhadap upaya penurunan mortalitas dan morbiditas penyakitpenyakit tertentu.2. Dampak terhadap biaya pelayanan pengobatan. Kebiasaanperesepan yang terlalu tergantung pada obat-obat paten yang mahal, jika adaalternatif obat generik dengan mutu dan keamanan yang sama, jelas merupakanbeban dalam pembiayaan dan merupakan salah satu bentuk ketidak rasionalan.3. Dampak terhadap kemungkinan efek samping obatKemungkinan risiko efek samping obat dapat diperbesar oleh pemakaian obat yangtidak tepat. Ini dapat dilihat secara individual pada masing-masing pasien atausecara epidemiologik dalam populasi. Pemakaian obat yang berlebihan baik dalamjenis (multiple prescribing) maupun dosis (over prescribing) jelas akan meningkatkanrisiko terjadinya efek samping. Pemakaian antibiotika secara berlebihan jugadikaitkan dengan meningkatnya resistensi kuman terhadap antibiotik yangbersangkutan dalam populasi (Levy, 1982). Ini mungkin merupakan contoh dampakefek samping yang kurang nyata pada seorang penderita tetapi jelas merupakankonsekuensi serius secara epidemiologik.4. Dampak psikososialPemakaian obat secara berlebihan oleh dokter seringkali akan memberikanpengaruh psikologik pada masyarakat. Masyarakat menjadi terlalu tergantung padaterapi obat walaupun intervensi obat belum tentu merupakan pilihan utama untukkondisi tertentu.Sumber : http://www.stikku.ac.id/wp-content/uploads/2011/02/PERAWAT-DAN-PEMAKAIAN-OBAT-SECARA-RASIONAL.pdf

14. apa saja indicator dalam pemberian obat yang rasional ?1.Tepat DiagnosisPenggunaan obat harus berdasarkan penegakan diagnosis yang tepat. Ketepatan diagnosis menjadi langkah awal dalam sebuah proses pengobatan karena ketepatan pemilihan obat dan indikasi akan tergantung pada diagnosis penyakit pasien. 2.    Tepat pemilihan obatBerdasarkan diagnosis yang tepat maka harus dilakukan pemilihan obat yang tepat. Pemilihan obat yang tepat dapat ditimbang dari ketepatan kelas terapi dan jenis obat yang sesuai dengan diagnosis. Selain itu, Obat juga harus terbukti manfaat dan keamanannya. Obat juga harus merupakan jenis yang paling mudah didapatkan. Jenis obat yang akan digunakan pasien juga seharusnya jumlahnya seminimal mungkin.

3.    Tepat indikasiPasien diberikan obat dengan indikasi yang benar sesuai diagnosa Dokter. Misalnya Antibiotik hanya diberikan kepada pasien yang terbukti terkena penyakit akibat bakteri.

4.    Tepat pasienObat yang akan digunakan oleh pasien mempertimbangkan kondisi individu yang bersangkutan. Riwayat alergi, adanya penyakit penyerta seperti kelainan ginjal atau kerusakan hati, serta kondisi khusus misalnya hamil, laktasi, balita, dan lansia harus

Page 4: Step 7 Li Lbm 4

dipertimbangkan dalam pemilihan obat. Misalnya Pemberian obat golongan Aminoglikosida pada pasien dengan gagal ginjal akan meningkatkan resiko nefrotoksik sehingga harus dihindari.

5.    Tepat dosisDosis obat yang digunakan harus sesuai range terapi obat tersebut. Obat mempunyai karakteristik farmakodinamik maupun farmakokinetik yang akan mempengaruhi kadar obat di dalam darah dan efek terapi obat. Dosis juga harus disesuaikan dengan kondisi pasien dari segi usia, bobot badan, maupun kelainan tertentu.

6.    Tepat  cara dan lama pemberianCara pemberian yang tepat harus mempertimbangkan mempertimbangkan keamanan dan kondisi pasien. Hal ini juga akan berpengaruh pada bentuk sediaan dan saat pemberian obat. Misalnya pasien anak yang tidak mampu menelan tablet parasetamol dapat diganti dengan sirup.Lama pemberian meliputi frekuensi dan lama pemberian yang harus sesuai karakteristik obat dan penyakit. Frekuensi pemberian akan berkaitan dengan kadar obat dalam darah yang menghasilkan efek terapi. Contohnya penggunaan antibiotika Amoxicillin 500 mg dalam penggunaannya diberikan tiga kali sehari selama 3-5 hari akan membunuh bakteri patogen yang ada. Agar terapi berhasil dan tidak terjadi resistensi maka frekuensi dan lama pemberian harus tepat.

7.    Tepat hargaPenggunaan obat tanpa indikasi yang jelas atau untuk keadaan yang sama sekali tidak memerlukan terapi obat merupakan pemborosan dan sangat membebani pasien, termasuk peresepan obat yang mahal. Contoh Pemberian antibiotik pada pasien ISPA non pneumonia dan diare non spesifik yang sebenarnya tidak diperlukan hanya merupakan pemborosan serta dapat menyebabkan efek samping yang tidak dikehendaki.l

8.    Tepat informasiKejelasan informasi tentang obat yang harus diminum atau digunakan pasien akan sangat mempengaruhi ketaatan pasien dan keberhasilan pengobatan. Misalnya pada peresepan Rifampisin harus diberi informasi bahwa urin dapat berubah menjadi berwarna merah sehingga pasien tidak akan berhenti minum obat walaupun urinnya berwarna merah.

9.    Waspada efek sampingPemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi. Contohnya Penggunaan Teofilin menyebabkan jantung berdebar.

Prinsip 8 Tepat dan 1 Waspada diharapkan dapat menjadi indikator untuk menganalisis rasionalitas dalam penggunaan Obat. Kampanye POR diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi belanja obat dan mempermudah akses masyarakat untuk memperoleh obat dengan harga terjangkau. POR juga dapat mencegah dampak penggunaan obat yang tidak tepat sehingga menjaga keselamatan pasien. Pada akhirnya,

Page 5: Step 7 Li Lbm 4

POR akan meningkatkan kepercayaan masyarakat (pasien) terhadap mutu pelayanan kesehatan.Sumber :

Pustaka

Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2006,

'Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 '

Depkes RI, Jakarta

Mashuda A(Ed), 2011, Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian Yang Baik (CPFB)/Good Pharmacy Practice (GPP), 

Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia dan Kementerian Kesehatan RI, Jakarta

WHO, 2012, Medicines, WHO, Geneva, [online],  http://www.who.int/medicines/areas/rational_use/en/ [1 Juni 2012]