SPESIES MALASSEZIA PADA PASIEN PITIRIASIS...

15
SPESIES MALASSEZIA PADA PASIEN PITIRIASIS VERSIKOLOR DI BERBAGAI MEDIUM KULTUR (ANALISIS MAKROSKOPIK, MIKROSKOPIK DAN BIOKIMIA) MALASSEZIA SPECIES IN PITYIRIASIS VERSICOLOR AT SOME CULTURE MEDIUM (MACROSCOPIC, MICROSCOPIC AND BIOCHEMIST ANALYSIS) Meity Hidayani 1 , Safruddin Amin 1 , Sri Vitayani 1 , Faridha Ilyas 1 , Muh. Nasrum Massi 2 1 Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin 2 Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin Alamat Korespondensi : dr. Meity Hidayani Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar Hp.081241545486 Email: [email protected]

Transcript of SPESIES MALASSEZIA PADA PASIEN PITIRIASIS...

Page 1: SPESIES MALASSEZIA PADA PASIEN PITIRIASIS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/1ffdd2a0e2ebb451116ba0c5089f87bc.pdf · 1 ABSTRAK Spesies Malassezia sebagai agen penyebab penyakit pitiriasis

SPESIES MALASSEZIA PADA PASIEN PITIRIASIS VERSIKOLOR DI BERBAGAI MEDIUM KULTUR

(ANALISIS MAKROSKOPIK, MIKROSKOPIK DAN BIOKIMIA)

MALASSEZIA SPECIES IN PITYIRIASIS VERSICOLOR AT SOME CULTURE MEDIUM

(MACROSCOPIC, MICROSCOPIC AND BIOCHEMIST ANALYSIS)

Meity Hidayani1, Safruddin Amin1, Sri Vitayani1, Faridha Ilyas1, Muh. Nasrum Massi2

1Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin 2Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin

Alamat Korespondensi : dr. Meity Hidayani Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar Hp.081241545486 Email: [email protected]

Page 2: SPESIES MALASSEZIA PADA PASIEN PITIRIASIS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/1ffdd2a0e2ebb451116ba0c5089f87bc.pdf · 1 ABSTRAK Spesies Malassezia sebagai agen penyebab penyakit pitiriasis

1

ABSTRAK

Spesies Malassezia sebagai agen penyebab penyakit pitiriasis versikolor dalam pertumbuhannya memerlukan medium pertumbuhan khusus karena sifatnya yang lipofilik, dimana penelitian tentang peranan Malasezia utamanya M. furfur dalam menyebabkan penyakit pada manusia sangat terhambat oleh kurangnya medium kultur yang sederhana dan mudah terutama untuk isolasi primer. Tujuan penelitian ini untuk menilai berbagai medium kultur untuk spesies Malassezia yakni medium agar Sabouraud dekstrosa yang ditambahkan butter oil, medium Dixon modifikasi dan medium IMU-Mf. Suatu penelitian eksploratif dan uji perbandingan berbagai medium menggunakan metode eksperimental dengan menggunakan 33 sampel medium yang terdiri atas 11 medium Sabouraud dekstrosa yang ditambahkan butter oil, 11 medium Dixon modifikasi dan 11 medium IMU-Mf yang dilakukan kultur dari skuama 11 pasien pitiriasis versikolor. Pengamatan pada medium dilakukan setiap hari dan dilakukan penentuan frekuensi positif, jumlah koloni dan keberadaan kontaminan pada medium agar Sabouraud dekstrosa agar Sabouraud dekstrosa yang ditambahkan butter oil, medium Dixon modifikasi dan medium IMU-Mf pada hari kelima, ketujuh dan keempatbelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepadatan koloni secara makroskopis menunjukkan medium Dixon lebih padat secara makroskopis dibandingkan medium IMU-Mf dan medium agar Sabouraud dekstrosa yang ditambahkan substansi lemak, sedangkan pertumbuhan koloni (frekuensi positif dan jumlah koloni) pada medium agar Sabouraud dekstrosa yang ditambahkan substansi lemak, medium Dixon modifikasi dan medium IMU-Mf menunjukkan hasil yang tidak berbeda secara signifikan. Selain itu pada medium ASD yang ditambahkan butter oil terdapat peningkatan persentase jumlah medium yang mengalami kontaminan dibandingkan medium Dixon modifikasi dan medium IMU-Mf utamanya pada hari keempatbelas. Kata kunci : Medium agar Sabouraud dekstrosa yang ditambahkan butter oil, medium Dixon modifikasi, medium IMU-Mf, pitiriasis versikolor, spesies Malassezia. ABSTRACT Malassezia species as a caused agent of pityriasis versicolor needs a special medium for growth because of its lipophilic. Research on the role of Malasezia especially M. furfur in causing disease in humans was severely hampered by the lack of a culture medium that is simple and easy, especially for primary isolation. The aim of the study is to assess various culture media for Malassezia species which are Sabouraud dextrose agar medium were added butter oil, modified Dixon medium and IMU-Mf medium. An exploratory research and comparative testing various medium using experimental method. Sample were included 33 samples of medium consisting of 11 medium Sabouraud dextrose were added butter oil, 11 modified Dixon medium and 11 IMU-Mf medium which taken from 11 pityriasis versicolor patients. The medium were observed every day and determination of positive frequency, the number of colonies and the presence of contaminants in the medium Sabouraud dextrose agar were added butter oil, modified Dixon medium and medium IMU-Mf on fifth, seventh and fourteenth day. The results showed that the density of macroscopic colonies showed Dixon modified medium denser than IMU-Mf and Sabouraud dextrose agar medium were added fatty substance macroscopically, whereas growth of colony (positive frequency and the number of colonies) on Sabouraud dextrose agar medium were added fatty substances, modified Dixon medium and medium IMU-Mf shows results that are not significantly different. In addition to the ASD medium were added butter oil showed an increasing percentage of contaminants than modified Dixon medium and IMU-Mf medium especially on fourteenth day.

Keywords: Sabouraud dextrose agar medium were added butter oil, modified Dixon medium, IMU-Mf medium, pityriasis versicolor, Malassezia spp.

Page 3: SPESIES MALASSEZIA PADA PASIEN PITIRIASIS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/1ffdd2a0e2ebb451116ba0c5089f87bc.pdf · 1 ABSTRAK Spesies Malassezia sebagai agen penyebab penyakit pitiriasis

2

PENDAHULUAN

Tinea versikolor atau pitiriasis versikolor (PV) merupakan infeksi jamur superfisial,

ditandai dengan perubahan pigmen kulit yang disebabkan oleh kolonisasi jamur lipofilik

dimorfik dari flora normal kulit pada stratum korneum.(Moniri et al., 2009) Meskipun PV telah

diuraikan sejak awal abad ke sembilan belas, namun hingga saat ini klasifikasi agen etiologinya

masih merupakan persoalan yang meragukan. Hal kontroversi ini kemungkinan disebabkan oleh

berbagai ciri-ciri morfologi dan adanya persyaratan untuk pertumbuhan ragi Malassezia secara in

vivo. (Rai et al., 2009)

Malassezia merupakan jamur dimorfik lipofilik yang tergolong flora normal dan dapat

diisolasi dari kerokan kulit yang berasal dari hampir seluruh area tubuh terutama di area yang

kaya kelenjar sebasea seperti dada, punggung dan area kepala. (Pfaller et al., 2009) Malassezia

furfur yang merupakan salah satu spesies dari genus Malassezia sampai saat ini masih

dibutuhkan waktu yang lama untuk lebih memahami sifat ketergantungannya terhadap lipid serta

pertumbuhannya pada medium kultur. Berdasarkan sifat tersebut, teknik laboratorium

konvensional yang biasa digunakan untuk identifikasi tidak dapat diterapkan pada Malassezia.

(Gueho-Kellermann et al., 2010)

Penelitian beberapa ahli di berbagai tempat mengenai kolonisasi spesies Malassezia pada

pasien PV, menunjukkan hasil yang bervariasi. Hal ini diduga adanya variasi secara geografis

terhadap prevalensi spesies Malassezia yang berbeda pada pasien pitiriasis

versikolor.(Chaudhary et al., 2010) Sampai saat ini masih sedikit penelitian mengenai aktivitas

metabolik dan keadaan pertumbuhan spesies Malassezia. Tes asimilasi standar tidak dapat

dilakukan karena adanya ketergantungan lipid. Asimilasi karbohidrat hanya dimiliki oleh M.

pachydermatitis yang dapat mengasimilasi manitol, gliserol, dan sorbitol sebagai satu-satunya

sumber karbohidrat. (Hossain et al., 2007) Agar Sabouraud dekstrosa/Sabouraud Dextrose Agar

(SDA) yang berisi sikloheksimid dengan lapisan minyak zaitun dan agar Dixon

modifikasi/Modified Dixon Agar (MDA) merupakan media yang lebih khusus yang

memungkinkan visualisasi dan isolasi koloni yang lebih baik. (Chaudhary et al., 2010) Untuk

suatu penelitian lengkap, sampel yang diperoleh dari manusia ataupun hewan sebaiknya

diinokulasi dalam medium kompleks yang selektif. Dalam praktek klinis, agar Sabouraud yang

ditambahkan minyak zaitun/olive oil mudah dan cepat penyediaannya, tetapi tidak

Page 4: SPESIES MALASSEZIA PADA PASIEN PITIRIASIS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/1ffdd2a0e2ebb451116ba0c5089f87bc.pdf · 1 ABSTRAK Spesies Malassezia sebagai agen penyebab penyakit pitiriasis

3

direkomendasikan sebab hanya M. furfur, M. pachydermatis, dan M. yamatoensis yang dapat

tumbuh sangat baik pada medium ini. (Guého et al., 2010) Medium IMU-Mf (International

medical university-Malassezia furfur) merupakan medium modifikasi untuk kultur Malassezia

furfur yang mengandung berbagai komponen lipid yang diperlukan dalam pertumbuhan jamur

lipofilik. Medium IMU-Mf secara signifikan menurunkan resiko kontaminasi bakteri

dibandingkan agar Sabouraud dekstrosa. (Chua et al., 2005)

Berdasarkan hal diatas maka dilakukan penelitian untuk melihat medium kultur spesies

Malassezia manakah diantara medium agar Sabouraud dekstrosa yang ditambahkan substansi

lemak, agar Dixon modifikasi, dan medium IMU-Mf modifikasi yang terbanyak frekuensi

positif, jumlah isolat, paling kurang keberadaan kontaminan pada masing-masing medium ?

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Desain penelitian ini merupakan penelitian eksploratif dan uji perbandingan berbagai

medium menggunakan metode eksperimental.

Subjek penelitian

Jumlah sampel yang diambil adalah 33 sampel medium yang terdiri atas 11 medium

Sabouraud dekstrosa yang ditambahkan butter oil, 11 medium Dixon modifikasi dan 11 medium

IMU-Mf yang dilakukan kultur dari skuama 11 pasien pitiriasis versikolor. Setelah mendapat

persetujuan dari komite etik penelitian, didapatkan 11 subjek yang memenuhi kriteria penelitian

dimasukkan dalam studi ini. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan cara purposive

sampling selama 2 bulan. Sampel penelitian adalah semua penderita yang dinyatakan menderita

PV yang didiagnosis secara klinis dan laboratorium yang memenuhi kriteria penerimaan sampel

penelitian. Kriteria inklusi yakni pasien dengan diagnosis PV (baik secara klinis, pemeriksaan

KOH dan lampu wood), tidak menderita penyakit kulit lainnya yang memberikan gambaran

menyerupai PV seperti pitiriasis alba, morbus hansen. Pasien tidak menggunakan antijamur

topikal selama 2 minggu terakhir atau antijamur sistemik selama 1 bulan terakhir, tidak

menggunakan kortikosteroid topikal dan sistemik. Bersedia ikut penelitian dengan menanda

tangani formulir persetujuan. Kriteria eksklusi sampel kelompok kasus yakni pasien PV dengan

skuama yang minimal, pasien PV yang menolak mengikuti penelitian. Penelitian dilakukan di

Page 5: SPESIES MALASSEZIA PADA PASIEN PITIRIASIS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/1ffdd2a0e2ebb451116ba0c5089f87bc.pdf · 1 ABSTRAK Spesies Malassezia sebagai agen penyebab penyakit pitiriasis

4

Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo dan Rumah

Sakit jejaring. Pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi RS Pendidikan Universitas

Hasanuddin Makassar. Waktu penelitian yaitu bulan Januari hingga Maret 2013.

Metode

Seluruh subjek yang telah memenuhi kriteria penelitian diminta mengisi kuesioner

mengenai data pribadi dan riwayat penyakit, dilakukan pengambilan gambar lesi kulit pasien

dengan menggunakan kamera digital dan pengerokan skuama lesi kulit yang akan dilakukan

kultur pada medium Sabouraud dekstrosa yang ditambahkan butter oil, medium Dixon

modifikasi dan medium IMU-Mf.

Teknik Pelaksanaan

Isolasi awal jamur Malassezia yakni skuama digores pada medium agar Sabouraud

dekstrosa yang ditambahkan butter oil pada tabung atau cawan petri dan diinkubasi pada suhu

32-340C. Dilakukan pengamatan pertumbuhan koloni jamur setiap hari sampai hari ke-14. Hasil

positif jika terbentuk koloni berwarna krem mengkilat. Pembiakan jamur Malassezia pada

medium agar Sabouraud dekstrosa yang ditambahkan butter oil, Dixon modifikasi dan IMU-Mf.

Satu sengkelit isolat jamur diencerkan dengan akuades steril, sampai kekeruhannya setara

dengan Mc.Farland 5 (kadar 105 sel/l). Dengan menggunakan sengkelit, cairan tersebut

dioleskan pada media, kemudian diinkubasi pada suhu 32-340C. Pengamatan dilakukan setiap

hari sampai hari ke-14. Hasil positif jika terbentuk koloni jamur berwarna krem mengkilat. Dari

sekian koloni yang tumbuh, dipilih satu koloni terbesar atau yang tampilan makroskopisnya

dianggap mewakili koloni terbanyak dan digunakan sebagai bahan isolat jamur yang akan

diidentifikasi. Identifikasi spesies Malassezia dengan gambaran morfologi yakni dilakukan

pengamatan morfologi makroskopis koloni Malassezia yang tumbuh pada agar Sabouraud

dekstrosa. Pengamatan morfologis mikroskopis dilakukan dengan bantuan mikroskop elektron

dengan pembesaran 20 kali pada sediaan dengan pewarnaan lactophenol cotton blue. Reaksi

Katalase dilakukan dengan larutan hidrogen peroksida 3% diteteskan sebanyak 2-3 tetes pada

spesimen jamur yang diletakkan di atas gelas obyek. Hasil positif dilihat dengan terbentuknya

gelembung udara. Pembiakan isolate jamur pada ASD, Tween 20, 40, 60, 80 & Cremophor EL

dilakukan dengan cara medium agar Sabouraud dekstrosa yang ditambahkan butter oil, dibuat

plong dengan diameter 2 mm dan isi dengan Tween 20, 40, 60, 80 dan Cremophor EL. Media

Page 6: SPESIES MALASSEZIA PADA PASIEN PITIRIASIS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/1ffdd2a0e2ebb451116ba0c5089f87bc.pdf · 1 ABSTRAK Spesies Malassezia sebagai agen penyebab penyakit pitiriasis

5

disimpan pada suhu kamar selama 7-10 hari pada suhu 32-34⁰C yakni pada lingkungan yang

lembab. Hasil positif jika koloni jamur tumbuh di sekitar sumur plong.

Analisis statistik

Data diolah menggunakan Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 10.

Metode statistik yang digunakan adalah perhitungan nilai rerata, simpang baku, sebaran

frekuensi dan uji statistik. Uji statistik yang digunakan adalah uji Friedman dengan tingkat

kemaknaan p<0,05.

HASIL

Tabel 1 menunjukkan responden penelitian sebanyak 11 orang yang terdiri atas laki-laki

9 orang (81,9 %) dan perempuan 2 orang (8,1%) dengan distribusi kelompok umur yang merata

yakni kelompok usia 16-25 tahun sebanyak 3 orang (27,3%), kelompok usia 26-35 tahun

sebanyak 3 orang (27,3%), kelompok usia 46-55 tahun sebanyak 3 orang (27,3%), serta

kelompok usia >55 tahun sebanyak 2 orang (18,1%). Lokasi predileksi pada masing-masing

pasien yang terbanyak adalah pada punggung dan lengan atas yakni pada masing-masing 5 orang

(26,3%), yang disusul predileksi pada daerah dada sebanyak 4 orang (21,1%) serta wajah dan

paha pada masing-masing 2 orang (10,5%). Gambaran klinis atau effloresensi yang terbanyak

adalah lesi kulit makula hipopigmentasi pada keseluruhan pasien yakni 11 orang (100%).

Tabel 2 menunjukkan tidak ada perbedaan secara signfikan dalam aspek frekuensi positif

spesies Malassezia pada medium agar Sabouraud dekstrosa yang ditambahkan butter oil,

medium Dixon modifikasi dan medium IMU-Mf (p=0,217>0,05). Demikian juga dalam aspek

jumlah isolat atau banyaknya koloni spesies Malassezia pada ketiga medium (p=0,717>0,05).

Grafik 1 menunjukkan medium ASD yang ditambahkan butter oil terdapat peningkatan

persentase jumlah medium yang mengalami kontaminan yakni pada hari V 18,2% menjadi

90,9% pada hari ketujuh, dan menjadi 100% medium mengalami kontaminan pada hari

keempatbelas. Sedangkan pada medium Dixon modifikasi dan medium IMU-Mf pada hari

keempatbelas menunjukkan jumlah medium yang mengalami kontaminan hanya pada 3 medium

(27,3%).

Kepadatan koloni spesies Malassezia secara makroskopis pada medium ASD yang

ditambahkan butter oil, medium Dixon modifikasi dan medium IMU-Mf menunjukkan lebih dari

Page 7: SPESIES MALASSEZIA PADA PASIEN PITIRIASIS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/1ffdd2a0e2ebb451116ba0c5089f87bc.pdf · 1 ABSTRAK Spesies Malassezia sebagai agen penyebab penyakit pitiriasis

6

setengah jumlah sampel (57%) secara makroskopis menunjukkan jumlah koloni yang paling

padat pada medium Dixon modifikasi dibandingkan medium SDA+Butter oil dan IMU-Mf.

Gambar 1 menunjukkan isolat awal kultur pada medium agar Sabouraud dekstrosa yang

ditambahkan substansi lemak (butter oil), dilakukan pemeriksaan makroskopis tampak koloni

berwarna krem kekuningan dengan permukaan halus, cembung, diameter 1,5-3 mm.Gambaran

mikroskopis M. furfur menunjukkan sel-sel yeast yang beragam yaitu berbentuk bulat, oval,

elips, silindris, secara umum berupa gambaran sel-sel bulat telur kecil. Isolat kultur dilakukan

pemeriksaan asimilasi terhadap Tween 20, 40, 60, 80 dan cremophor. Pada satu pasien secara

mikroskopis menunjukkan spesies M. globosa, tetapi setelah dikonfirmasi dengan tes asimilasi

Tween menunjukkan asimilasi yang baik terhadap Tween 20, 40, 60, dan 80 serta cremophor

Tabel 3 menunjukkan hasil pada seluruh pasien didapatkan asimilasi yang baik terhadap Tween

20, 40, 60, dan 80 serta cremophor, dimana pemeriksaan tersebut menyokong penentuan spesies

Malassezia yakni Malassezia furfur.

PEMBAHASAN

Penelitian ini menunjukkan tidak terdapat perbendaan yang signifikan pada frekuensi

positif dan jumlah koloni pada medium agar Sabouraud dektrosa yang ditambahkan butter oil,

medium Dixon modifikasi dan medium IMU-Mf. Medium ASD yang ditambahkan butter oil

terdapat peningkatan persentase jumlah medium yang mengalami kontaminan dibandingkan

medium Dixon modifikasi dan medium IMU-Mf utamanya pada hari keempatbelas. Kepadatan

koloni secara makroskopis menunjukkan medium Dixon lebih padat secara makroskopis

dibandingkan medium IMU-Mf dan medium agar Sabouraud dekstrosa yang ditambahkan

substansi lemak.

Identifikasi spesies Malassezia dapat dilakukan melalui pemeriksaan makroskopis,

mikroskopis dan biokimia. Pada semua responden penelitian dilakukan ketiga tahap

pemeriksaaan tersebut diatas yakni identifikasi makroskopis dengan melihat gambaran koloni

yang tumbuh, dimana semua koloni sesuai untuk M. furfur. Gambaran mikroskopis M. furfur

menunjukkan sel-sel yeast yang beragam yaitu berbentuk bulat, oval, elips, silindris, secara

umum berupa gambaran sel-sel bulat telur kecil (1 sampai 1,5 dengan 2 hingga 2,5 mm). Pada

satu pasien menunjukkan gambaran mikroskopis menyerupai M. globosa yakni dengan

Page 8: SPESIES MALASSEZIA PADA PASIEN PITIRIASIS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/1ffdd2a0e2ebb451116ba0c5089f87bc.pdf · 1 ABSTRAK Spesies Malassezia sebagai agen penyebab penyakit pitiriasis

7

gambaran koloni tidak bervariasi yakni berbentuk bulat yang menunjukkan gambaran spesies

M.globosa. Selanjutkan dilakukan pemeriksaan biokimia untuk mengkonfirmasi pemeriksaan

makroskopis dan mikroskopis yakni melalui asimilasi terhadap Tween 20, 40, 60, 80 dan

Cremophor.

Sifat Malassezia yang lipofilik dan bergantung pada lipid memerlukan media khusus yang

mengandung lipid. Spesies Malassezia dapat dibedakan berdasarkan kemampuan berasimilasi

dengan berbagai polyoxyethylene sorbitan ester (Tween). Strain diuji berdasarkan kapasitas

pertumbuhannya pada agar Sabouraud dengan suplemen Tween 20, 40, 60, 80, dan Cremophor

EL (CrEL) sebagai sumber lipid. (Gueho-Kellermann et al., 2010)

Beberapa spesies Malassezia memperlihatkan hidrolisis terhadap esculin dan asimilasi

terhadap polyethoxylated castor oil. Di antara tujuh spesies Malassezia, hanya M.furfur yang

dapat berasimilasi dengan Cremophor EL (PEG-35 castor oil). (Kaneko et al., 2007, Kaneko et

al., 2006) Cremophor EL merupakan salah satu sumber lipid seperti halnya Tween yang berperan

dalam pertumbuhan M. furfur. Penambahan sterol pada medium akan merubah bentuk vegetatif

menjadi reproduktif. (Elliot, 2000)

Spesies Malassezia tidak dapat tumbuh pada medium agar Sabouraud dekstrosa (ASD)

biasa karena spesies Malassezia memiliki sifat afinitas yang tinggi terhadap lemak, sehingga

pada penelitian ini tetap menggunakan medium agar Sabouraud dektrosa yang ditambahkan

substansi lemak yakni butter oil, dimana berdasarkan penelitian preliminary yang telah

dilakukan sebelumnya pada enam sampel medium yakni masing-masing dua medium ASD yang

ditambahkan olive oil, palm oil dan butter oil didapatkan pertumbuhan spesies Malassezia

terbanyak pada medium ASD yang ditambahkan butter oil.

Pertumbuhan Malassezia furfur yang dipengaruhi oleh substansi lemak juga diperlihatkan

pada penelitian yang dilakukan oleh Vijayakumar dengan menggunakan enam substansi lemak

yang berbeda yakni corn oil, butter, olive oil, coconut oil, oleic oil dan castor oil yang

ditambahkan pada medium Sabouraud dextrose agar (SDA). Diantara keenam substansi lemak

tersebut, M. furfur menunjukkan pertumbuhan pada SDA dengan penambahan berturut-turut

pada butter, lalu pada corn oil, olive oil, coconut oil, oleic oil, dan castor oil. (Vijayakumar et

al., 2006)

Page 9: SPESIES MALASSEZIA PADA PASIEN PITIRIASIS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/1ffdd2a0e2ebb451116ba0c5089f87bc.pdf · 1 ABSTRAK Spesies Malassezia sebagai agen penyebab penyakit pitiriasis

8

Penelitian ini menunjukkan frekuensi positif dan banyaknya isolat spesies Malassezia

pada medium ASD yang ditambahkan butter oil, medium Dixon modifikasi dan medium IMU-

Mf tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, dimana masing-masing medium menunjukkan

pertumbuhan yang banyak koloni spesies Malassezia. Hal ini disebabkan masing-masing

medium memiliki sumber nutrisi esensial yang dibutuhkan spesies Malassezia untuk

pertumbuhannya.

Agar Sabouraud dekstrosa (Sabouraud dextrose agar) yang ditambahkan sustansi lemak

terdiri atas campuran 20 g glukosa, 10 g pepton dan 10 mL substansi lemak (virgin olive

oil/butter oil), 0,5 g kloramfenikol, 0,5 g sikloheksimid dalam 1 L air demineralisasi dan

ditambahkan 12-15 g agar. (Gueho-Kellermann et al., 2010) Pada penelitian ini digunakan butter

oil sebagai substansi lemak. Butter oil merupakan minyak yang berasal dari lemak susu yang

berbahan dasar krim bertekstur padat dan mengandung garam. Butter yang dimasukkan di lemari

pendingin akan berbentuk massa solid, akan menjadi lunak jika diletakkan pada temperature

ruangan, dan akan mencair menjadi liquid yang tipis pada suhu 32-35⁰C.

Formula Dixon modifikasi (modified Dixon agar) mengandung 36 g malt extract, 10 g

pepton, 20 g dessicated ox bile, 10 mL Tween 40, 2 mL gliserol, 2 g oleic acid, 0,5 g

kloramfenikol, 0,5 g sikloheksimid, 1L akuades dan ditambahkan 12-15 g agar. (Karakas et al.,

2009, Rincon et al., 2006, Gueho-Kellermann et al., 2010).

Medium IMU-Mf (International Medical University-Malassezia furfur). merupakan

formulasi medium solid berisi komponen nutrisi per liter yakni Bacto-agar 12 gram, dekstrosa

10 gram, ekstrak ragi 10 gram, pepton 3 gram, natrium klorida (NaCl) 2 gram, empedu sapi

kering/ desiccated ox-bile 2 gram, thioglycolate 2 gram, L-asparagin 2 gram, minyak kelapa

sawit 10 ml, dan Tween 80 10 ml. Bacto-agar digunakan pada konsentrasi 1,5% sebagai dasar

untuk solid. Kloramfenikol (50 g/ml) dan cycloheximide/sikloheksimid (200 g/ml) digunakan

untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang berlebihan. (Chua et al., 2005)

Kontaminan pada medium ASD yang ditambahkan butter oil terdapat peningkatan

persentase jumlah medium yang mengalami kontaminan yakni menjadi 100% medium

mengalami kontaminan pada hari keempatbelas. Sedangkan pada medium Dixon modifikasi dan

medium IMU-Mf pada hari keempatbelas menunjukkan jumlah medium yang mengalami

kontaminan hanya pada 3 medium (27,3%). Penelitian oleh Chua dkk memperlihatkan

Page 10: SPESIES MALASSEZIA PADA PASIEN PITIRIASIS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/1ffdd2a0e2ebb451116ba0c5089f87bc.pdf · 1 ABSTRAK Spesies Malassezia sebagai agen penyebab penyakit pitiriasis

9

pertumbuhan kontaminan pada ASD yang diberikan minyak zaitun pada bagian atas medium

lebih tinggi dibandingkan medium IMU-Mf.(Chua et al., 2005)

Medium agar Sabouraud dekstrosa yang ditambahkan substansi lemak dapat digunakan

untuk isolasi primer jamur lipofilik. Hal ini disebabkan komposisi medium ASD yang

mengandung glukosa konsentrasi tinggi. Medium ini memiliki kelebihan dapat menumbuhkan

spesies Malassezia dalam jumah yang sangat banyak, tetapi terdapat keterbatasan yakni koloni

yang konfluen akibat dari pertumbuhan yang berlebihan (overgrowth) dan banyaknya

pertumbuhan jamur lainnya atau kontaminasi kuman patogen lainnya. Medium Dixon modifikasi

memungkinkan visualisasi spesies Malassezia yang lebih baik dibandingkan medium agar

Sabouraud dekstrosa yang ditambahkan substansi lemak.

Penelitian tentang peranan Malasezia utamanya M. furfur dalam menyebabkan penyakit

pada manusia sangat terhambat oleh kurangnya medium kultur yang sederhana dan mudah

terutama untuk isolasi primer. Agar Sabouraud dekstrosa dengan tambahan minyak zaitun telah

digunakan untuk isolasi primer dan subkultur Malassezia. Meskipun medium klasik ini dapat

digunakan tetapi memiliki keterbatasan yakni pada isolasi primer menunjukkan adanya

kontaminasi jamur lain. Ini mungkin karena komposisi medium Sabouraud dekstrosa yang

mengandung glukosa konsentrasi tinggi yang dapat mendorong pertumbuhan berbagai jamur.

Masalah utama lainnya adalah ketidakmampuan untuk memperoleh koloni individu. (Chua et al.,

2005)

Meskipun karakteristik morfologi (gambaran koloni dan pemeriksaan mikroskopis)

digunakan untuk identifikasi primer spesies Malassezia, tetapi tidak memberikan informasi yang

cukup dalam identifikasi isolat yang lebih spesifik. Sehingga sejumlah metode biokimia

dilakukan untuk identifikasi fisiologis spesies Malassezia. (Khosravi et al., 2009, Fell et al.,

2006, Gandra et al., 2008)

Identifikasi spesies Malassezia dengan menggunakan metode biokimia terlihat

memerlukan banyak tahapan sehingga membutuhkan waktu lebih banyak dibandingkan dengan

metode biomolekular, namun demikian biaya yang diperlukan untuk mengerjakan metode

biokimia relatif lebih murah dan hanya membutuhkan peralatan sederhana, oleh karena itu

metode ini masih tetap digunakan pada sejumlah pusat penelitian.

Page 11: SPESIES MALASSEZIA PADA PASIEN PITIRIASIS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/1ffdd2a0e2ebb451116ba0c5089f87bc.pdf · 1 ABSTRAK Spesies Malassezia sebagai agen penyebab penyakit pitiriasis

10

KESIMPULAN DAN SARAN

Pertumbuhan koloni (frekuensi positif dan jumlah koloni) pada medium agar

Sabouraud dekstrosa yang ditambahkan substansi lemak, medium Dixon modifikasi dan medium

IMU-Mf menunjukkan hasil yang tidak berbeda secara signifikan. Medium ASD yang

ditambahkan butter oil terdapat peningkatan persentase jumlah medium yang mengalami

kontaminan dibandingkan medium Dixon modifikasi dan medium IMU-Mf utamanya pada hari

keempatbelas. Kepadatan koloni secara makroskopis menunjukkan medium Dixon lebih padat

secara makroskopis dibandingkan medium IMU-Mf dan medium agar Sabouraud dekstrosa yang

ditambahkan substansi lemak.

Penggunaan medium Agar Sabouraud dekstrosa yang ditambahkan substansi lemak

dapat digunakan untuk isolasi primer spesies Malassezia tetapi untuk identifikasi spesies

diperlukan medium Dixon modifikasi atau medium IMU-Mf. Diperlukan penelitian selanjutnya

untuk mengidentifikasi spesies Malassezia dengan jumlah sampel yang lebih banyak dengan

mengkonfirmasi pemeriksaan biokimia dengan pemeriksaan biomolekuler.

Page 12: SPESIES MALASSEZIA PADA PASIEN PITIRIASIS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/1ffdd2a0e2ebb451116ba0c5089f87bc.pdf · 1 ABSTRAK Spesies Malassezia sebagai agen penyebab penyakit pitiriasis

11

DAFTAR PUSTAKA

Chaudhary, R., Singh, S., Banerjee, T. & Tilak, R. (2010) Prevalence of different Malassezia species in pityriasis versicolor in central India. Indian J Dermatol Venereol Leprol, 76, 159-64.

Chua, K., Chua, I., Chua, I., Chong, K. & Chua, K. (2005) A modified mycological medium for isolation and culture of Malassezia furfur. Malaysian J Pathol, 27, 99-105.

Elliot, C. (2000) Sterols in Fungi: Their Functions in Growth and Reproduction. Adv in Micro Physio, 15, 121-9.

Fell, J., ScorzettiI, G. & Connell, L. (2006) Biodiversity of micro-eukaryotes in Antarctic Dry Valley soils with <5% soil moisture. Soil Biol Biochem, 38, 3107-19.

Gueho-Kellermann, E., Boekhout, T. & Begerow, D. (2010) Biodiversity, phylogeny, and ultrastructure. In Boekhout, T., Gueho-Kellermann, E., Mayser, P. & Velegraki, A. (Eds.) Malassezia and the skin. Berlin, Springer-Verlag.

Gandra, R., Gambale, W. & De Cássia Garcia Simão, R. (2008) Malassezia spp. in acoustic meatus of bats (Molossus molossus) of the Amazon Region, Brazil. Mycopathol, 165, 21-6.

Guého, E., Batra, R. & Boekhout, T. (2010) The genus Malassezia Baillon. In Kurtzman, C., Fell, J. & Boekhout, T. (Eds.) The yeasts, a taxonomic study. 5th ed. Amsterdam, Elsevier.

Hossain, H., Landgraf, V. & Weib, R. (2007) The genetic and biochemical characterization of the species Malassezia pachydermatis with particular attention on pigment-producing subgroups. Med Mycol, 45, 41-9.

Kaneko, T., Makimura, K. & Abe, M. (2007) Revised culture-based system for identification of Malassezia species. J of Clin Microbiol, 45, 3737-42.

Kaneko, T., Makimura, K. & Sugita, T. (2006) Tween 40-based precipitate production observed on modified chromogenic agar and development of biological identification kit for Malassezia species. Med Mycol, 44, 227-31.

Karakas, M., Turac-Bicer, A. & Olkit, M. (2009) Epidemiology of pityriasis versicolor in Adana, Turkey. J of Dermatol, 36, 377-82.

Khosravi, A., Eidi, S. & Katiraee, F. (2009) Identification of different Malassezia species isolated from patients with Malassezia infections. World J Zool, 4, 85-9.

Moniri, R., Nazeri, M., Amiri, S. & Asghari, B. (2009) Isolation and identification of Malassezia spp. in pytiriasis versicolor in Kashan, Iran. Pak J Med Sci, 25, 837-40.

Pfaller, M., Diekema, D. & Merz, W. (2009) Infection caused by non-Candida, non-Cryptococcus yeasts. In Anaissie, E., Mcginnis, M. & Pfaller, M. (Eds.) Clinical mycology. 2nd ed. Churchill Livingstone, Elsevier.

Rai, M. & Wankhade, S. (2009) Tinea versicolor: an epidemiology. J Microbial Biochem Technol, 1, 51-6.

Rincon, S., De Garcia, M. & Espinel-Ingroff, A. (2006) A modified christensen’s urea and CSLI broth microdilution method for testing susceptibilities of six Malassezia species to voriconazole, itraconazole, and ketoconazole. J of Clin Microbiol, 44, 3429-31

Vijayakumar, R., Muthukumar, C. & Kumar, T. (2006) Characterization of Malassezia furfur and its control by using plant extracts. Indian J Dermatol, 51, 145-8.

Page 13: SPESIES MALASSEZIA PADA PASIEN PITIRIASIS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/1ffdd2a0e2ebb451116ba0c5089f87bc.pdf · 1 ABSTRAK Spesies Malassezia sebagai agen penyebab penyakit pitiriasis

12

Tabel 1. Karakteristik responden penelitian

Tabel 2. Perbandingan frekuensi positif jumlah koloni antar medium pada hari kelima

Jenis medium p*a p*b

Medium agar Sabouraud dektrosa + butter oil

0,217 0,717 Medium Dixon modifikasi

Medium IMU-Mf

P*a: Nilai p=0,217>0,05 pada frekuensi positif, p*b: Nilai p=0,717>0,05 pada jumlah koloni

spesies Malassezia

Karakteristik responden penelitian

n %

Jenis kelamin - Laki-laki 9 81.8 - Perempuan 2 18.2 Usia - 16-25 tahun 3 27.3 - 26-35 tahun 3 27.3 - 36-45 tahun 0 0 - 46-55 tahun 3 27.3 - >55 tahun 2 18,1 Lokasi predileksi - Wajah 2 10.5 - Leher 1 5.3 - Dada 4 21.1 - Lengan atas 5 26.3 - Punggung 5 26.3 - Paha

2 10.5

Gambaran klinis - Makula hipopigmentasi 11 100 - Makula hiperpigmentasi 0 0 - Makula eritem 0 0

Page 14: SPESIES MALASSEZIA PADA PASIEN PITIRIASIS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/1ffdd2a0e2ebb451116ba0c5089f87bc.pdf · 1 ABSTRAK Spesies Malassezia sebagai agen penyebab penyakit pitiriasis

13

Grafik 1. Kontaminan pada masing-masing medium

Gambar 1. Gambaran makroskopik M. furfur

020406080

100120

ASD+

Butt

er O

il

Dixo

n m

odifi

kasi

IMU

-Mf

ASD+

Butt

er O

il

Dixo

n m

odifi

kasi

IMU

-Mf

ASD+

Butt

er O

il

Dixo

n m

odifi

kasi

IMU

-Mf

Hari V Hari VII Hari XIV

Kontaminan

Kontaminan

Page 15: SPESIES MALASSEZIA PADA PASIEN PITIRIASIS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/1ffdd2a0e2ebb451116ba0c5089f87bc.pdf · 1 ABSTRAK Spesies Malassezia sebagai agen penyebab penyakit pitiriasis

14

Tabel 3. Pemeriksaan biokimia spesies Malassezia

Spesies

Malassezia

Jumlah

pasien

Gambaran

mikroskopis

Asimilasi Tween Cr

Reaksi

katalase 20 40 60 80

M. furfur 10 sel yeast

berbentuk oval,

bulat, elips

(+) (+) (+) (+) (+) (+)

M. globosa 1 sel yeast

berbentuk bulat

(+) (+) (+) (+) (+) (+)