SKRIPSI PENGARUH PEMBELAJARAN MODEL ELABORASI …€¦ · Berdasarkan diskusi dengan guru...

96
1 ( ) Oleh: 106017000542 SKRIPSI PENGARUH PEMBELAJARAN MODEL ELABORASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA RATNA PUSPITASARI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas VII SMP N 188 Ja arta

Transcript of SKRIPSI PENGARUH PEMBELAJARAN MODEL ELABORASI …€¦ · Berdasarkan diskusi dengan guru...

  • 1

    ( )

    Oleh:

    106017000542

    SKRIPSI

    PENGARUH PEMBELAJARAN MODEL ELABORASI

    TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA

    RATNA PUSPITASARI

    JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2011

    Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas VII SMP N 188 Ja arta

  • ABSTRAK

    Ratna Puspitasari

    Kata kunci

    , “.” Skripsi, Jurusan Pendidikan

    Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    : ,

    Pengaruh Pembelajaran Model Elaborasi Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa

    Penelitian ini mengkaji pembelajaran model elaborasi t rhadap pemahaman konsep matematika siswa. Metode dan desain penelitian yang digunakan yaitu quasi eksperimen dengan posttest only control design. Berdasarkan pengolahan data dan analisis data yang sig kan, diperoleh kesimpulan: (1) Kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang menggunakan pembelajaran model elaborasi lebih tinggi ipada kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang menggunakan pembelajaran model klasikal; (2) Kemampuan pemahaman konsep matematika si pada dimensi translasi yang menggunakan pembelajaran model elaborasi lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman konsep matematika siswa p dimensi interpretasi dan dimensi ekstrapolasi. Selain itu, kemampuan pemahaman dimensi ekstrapolasi yang menggunakan pembelajaran model elaborasi lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman dimensi ekstrapolasi yang menggunakan pembelajaran model klasikal.

    Pemahaman Konsep Matematika Pembelajaran Model Elaborasi

  • 2

    , "." Thesis, Department of Mathematics

    Education, Faculty of Science and Teacher Training Tarbiyah, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

    ation

    ABSTRACT

    Ratna Puspitasari The Effect of Elaboration on Learning Model Student Understanding of Mathematics Concepts

    This study examines the learning model of elaboration students' understanding of mathematical concepts. Methods and research design used is a quasi experimental design with posttest-only control Based on data processing and analysis of significant data, we concluded: (1) The ability of students'understanding of mathematical concepts using e elaborate models of higher learning than the ability of student underst ng of mathematical concepts using a classical model of learning, (2) The ility of students' understanding of math concepts on the dimensions of translational that use more elaborate models of higher learning than the ability of students' understanding of mathematical concepts in the dimension of interpretation and extrapolation dimension. In addition, the ability of u standing the dimensions of learning model extrapolation using elaboration higher than the extrapolation capability of understanding the dimensions that use a classical model of learning.

    Keywords: Understanding Concepts in Mathematics, Learning Model Elabor

  • 1

    Alhamdulillah segala puji kehadirat illahirabbi Allah WT yang telah

    memberikan segala karunia, nikmat iman, nikmat islam, an nikmat kesehatan

    yang berlimpah dari dunia sampai akhirat. Shalawat dan Salam senantiasa

    dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, dan

    para pengikutnya sampai akhir zaman.

    Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak

    sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, be kat kerja keras, doa,

    perjuangan, kesungguhan hati dan dorongan serta masukan-masukan yang positif

    dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh

    sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

    Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbi ah dan Keguruan

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Ibu Maifalinda Fatra M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu

    Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Bapak. Otong Suhyanto, M.Si., Sekretaris Jurusan Pendi ikan Matematika

    Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

    Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan dan

    semangat dalam membimbing penulis selama ini.

    Bapak Abdul Muin, S.Si, M.Pd, Dosen Pembimbing I yang penuh kesabaran,

    bimbingan dan arahan dalam membimbing penulis selama i i.

    Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis

    selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah B pak dan Ibu

    berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

    Staf Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

    memberi kemudahan dalam pembuatan surat-surat serta se tifikat.

    Kepala SMPN 188 Jakarta, Bapak Drs. Safari Budiharjo, M.Pd yang telah

    KATA PENGANTAR

    ?? ??? ??????????Í??

  • 2

    memberikan izin untuk melakukan penelitian di SMPN 188 Jakarta, Ibu

    Tarmini, S.Pd yang telah membantu penulis melaksanakan penelitian d kelas

    VII-A dan VII-C. Seluruh karyawan dan guru SMPN 188 Jakarta yang telah

    membantu melaksanakan penelitian.

    Pimpinan dan staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan ultas Ilmu

    Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ang telah

    membantu penulis dalam menyediakan serta memberikan pinjaman literatur

    yang dibutuhkan.

    Keluarga tercinta Ayahanda Sukarman, Ibunda Sukarsih yang tak henti-

    hentinya mendoakan, melimpahkan kasih sayang dan memberikan

    dukungan moril dan materil kepada penulis. Adinda tercinta Fajar Bayu Aji

    dan Tidar Bayu Sakti, serta semua keluarga yang selalu mendoakan,

    mendorong penulis untuk tetap semangat dalam mengejar an meraih cita-

    cita.

    Teman-teman seperjuangan, Naliy Nur Arifiyani, Nur Seha, Siti Juleha, Irna

    Purnama Sari, Tuti Alawiah, Rifqia, Latifah, Siti Maryam Nur Azizah yang

    selalu mendorong penulis untuk tetap semangat.

    Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan '06, kelas

    A dan B yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

    Teman-teman PPKT di SMP Darul Ma'arif Cipete Jakarta S latan, Kelly Aprilla,

    Rossa Amelia, Siti Nur Azizah, Arief Mahmudi, Ahmad Syahroni, Agus

    Budiman, Abdus Salam yang selalu memberikan motivasi p da penulis.

    Kepala Sekolah, guru-guru serta staf SMP Islam Al-Hikmah Pondok Cabe yang

    tidak dapat disebutkan satu persatu yang memberikan motivasi penulis untuk

    tetap semangat.

    Ucapan terima kasih juga ditunjukan kepada semua pihak yang namanya

    tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis han a dapat memohon dan

    berdoa mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dukungan, sem gat, masukan dan

    doa yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah

  • 3

    SWT di dunia dan akhirat. Amin yaa robbal'alamin.

    Demikianlah, betapapun penulis telah berusaha dengan segenap

    kemampuan yang ada untuk menyusun karya tulis yang seb k-baiknya, namun di

    atas lembaran-lembaran skripsi ini masih saja dirasaka dan ditemui berbagai

    macam kekurangan dan kelemahan. Karena itu, kritik dan saran dari siapa saja

    yang membaca skripsi ini akan penulis terima dengan hati terbuka.

    Penulis berharap semoga skripsi ini akan membawa manfa yang sebesar-

    besarnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca sekal an umumnya.

    Jakarta, Maret 2011

    Penulis

    Ratna Puspitasari

  • 11

    Latar belakang masalah 1

    Identifikasi Masalah 4

    Pembatasan Masalah 4

    Perumusan Masalah 4

    Tujuan Penelitian 5

    Manfaat Penelitian 5

    Pemahaman Konsep Matematika Siswa 6

    Pembelajaran Model Elaborasi 12

    Metode Diskusi Kelompok Kecil 20

    Pembelajaran Model Klasikal 24

    Hasil Penelitian Relevan 25

    Kerangka Berpikir 26

    Hipotesis Penelitian 28

    Tempat dan Waktu Penelitian 29

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK i

    ABSTRACT ii

    KATA PENGANTAR iii

    DAFTAR ISI iv

    DAFTAR TABEL v

    DAFTAR GAMBAR viii

    DAFTAR LAMPIRAN ix

    BAB I PENDAHULUAN 1

    BAB II LANDASAN TEORETIS 6

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29

  • 22

    Metode dan Desain Penelitian 29

    Populasi dan Sampel 29

    Teknik Pengumpulan Data 30

    Analisis Instrumen 31

    Analisis Data 36

    Hipotesis Statistik 39

    Deskripsi Data 40

    Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Kelompok Eksperi en 43

    Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Kelompok Kontrol 45

    Hasil Pengujian Prasyarat Analisis 48

    Uji Normalitas 48

    Uji Homogenitas 48

    Pengujian Hipotesis 51

    Pembahasan Hasil Penelitian 54

    Keterbatasan Penelitian 58

    Kesimpulan 59

    Saran 60

    BAB IV HASIL PENELITIAN 40

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 59

    DAFTAR PUSTAKA 61

    LAMPIRAN-LAMPIRAN 64

  • 33

    Tabel 2.1 : Karakteristik dan Pengalaman Belajar Metode

    Diskusi Kelompok 20

    Tabel 2.2 : Langkah-Langkah Pembelajaran Model Elaborasi 22

    Tabel 3.1 : Kriteria Skor Pemahaman Konsep Matematika Siswa 30

    Tabel 3.2 : Rekapitulasi Analisis Butir Soal 34

    Tabel 4.1 : Statistik Deskriptif Hasil Penelitian 38

    Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Kumulatif Kelompok Eksperimen 41

    Tabel 4.3 : Hasil Skor Pemahaman Konsep Kelompok Eksperiman

    untuk Tiap Dimensi. 41

    Tabel 4.4 : Hasil Skor Pemahaman Konsep Kelompok Eksperiman

    untuk tiap dimensi. 41

    Tabel 4.5 : Distribusi Frekuensi Kumulatif Kelompok Kontrol 42

    Tabel 4.6 : Hasil Skor Pemahaman Konsep Kelompok Eksperiman

    untuk tiap dimensi. 43

    Tabel 4.7 : Rekapitulasi Rata-Rata Tiap Dimensi Pemahaman

    Kelompok Eksperimen dan kelomp ontrol 43

    Tabel 4.8 : Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Normalitas 45

    Tabel 4.9 : Hasil Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok

    Kontrol 47

    Tabel 4.10 : Hasil Pengujian Hipotesis 49

    DAFTAR TABEL

  • 44

    Gambar 1 : Penyebaran Nilai Hasil Posttes Kemampuan Pemahaman Konsep

    Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol 39

    DAFTAR GAMBAR

  • 55

    Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen 64

    Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol 118

    Lampiran 3 : Kisi-Kisi Soal 145

    Lampiran 4 : Instrumen sebelum uji validitas 149

    Lampiran 5 : Jawaban instrumen sebelum uji validitas 151

    Lampiran 6 : Instrumen setelah uji validitas 153

    Lampiran 7 : Jawaban instrumen setelah uji validitas 154

    Lampiran 8 : Langkah-Langkah Perhitungan Uji Validitas Test Essay

    dan Perhitungan Daya Pembeda Test Essay 155

    Lampiran 9 : Langkah-Langkah Perhitungan Tingkat Kesukaran Test Essay

    dan Perhitungan Reliabilitas Test Essay 156

    Lampiran 10 : Tabel Analisis Uji Validitas 157

    Lampiran 11 : Tabel Analisis Daya Pembeda Butir Soal 158

    Lampiran 12 : Tabel Tingkat Kesukaran Butir Soal 159

    Lampiran 13 : Tabel Analisis Uji Reliabilitas 160

    Lampiran 14 : Tabel Nilai Posttest Kelompok Eksperimen Berdasarkan

    Dimensi Pemahaman Konsep 161

    Lampiran 15 : Tabel Nilai Posttest Kelompok Kontrol Berdasarkan

    DAFTAR LAMPIRAN

  • 66

    Dimensi Pemahaman Konsep 162

    Lampiran 16 : Tabel Skor Pemahaman Konsep Kelompok Eksperimen dan

    Kelompok Kontrol untuk Tiap Dimensi 163

    Lampiran 17 : Perhitungan Data Statistik Awal Kelompok Eksperimen 164

    Lampiran 18 : Perhitungan Data Statistik Awal Kelompok Kontrol 167

    Lampiran 19 : Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Eksperimen 170

    Lampiran 20 : Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Kontrol 171

    Lampiran 21 : Tabel Daftar Frekuensi Observasi dan Ekspektasi Kelompok

    Eksperimen dan Kelompok Kon 172

    Lampiran 22 : Perhitungan Uji Homogenitas 173

    Lampiran 23 : Perhitungan Pengujian Hipotesis 174

    Lampiran 24 : Tabel Distribusi Normal Z 175

    Lampiran 25 : Tabel Uji Chi Kuadrat 176

    Lampiran 26 : Tabel Uji F 177

    Lampiran 27 : Tabel Uji t 182

  • 1

    SKRIPSI

    PENGARUH PEMBELAJARAN MODEL ELABORASI

    TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA

    Oleh:

    RATNA PUSPITASARI

    106017000542

    JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    (Penelitian Quasi Eksperimen pada kelas VII SMPN188 Jakarta)

  • 2

    1

    2011

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Kegiatan belajar dan mengajar yang baik yaitu guru tidak

    mendominasi pembelajaran, tetapi membantu menciptakan

    kondisi kondusif serta membimbing dan memberikan motiv i

    kepada siswa agar potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang

    melalui kegiatan belajar. Transfer belajar yang baik tidak hanya

    satu arah tetapi dua arah yakni guru dan siswa aktif dalam

    pembelajaran. Dalam , faktor-faktor yang dapat

    mempengaruhi timbulnya transfer belajar antara lain taraf

    intelegensi dan sikap, metode guru dalam mengajar, dan isi mata

    pelajaran. Salah satu faktor mempengaruhi transfer belajar yai u

    metode guru dalam mengajar. Apabila metode mengajar guru

    berpusat pada guru tanpa memperhatikan keaktifan sisw maka

    siswa akan jenuh dalam pembelajaran.

    Pembelajaran matematika yang didominasi guru biasanya

    mengajar dengan mengutamakan metode ceramah dan tanya

    jawab. Dalam proses pembelajarannya, siswa mengikuti cara

    belajar yang dipilih oleh guru, siswa kurang sekali mendapat

    kesempatan untuk menyatakan pendapatnya. Selain itu, pada

    pembelajaran seperti ini, guru jarang mengajar siswa untuk

    membahas atau menganalisa suatu konsep sehingga

    Psikologi Belajar

  • 3

    mengakibatkan kurangnya kemampuan pemahaman konsep sis a.

    Matematika merupakan dasar ilmu dari setiap jenjang

    pendidikan. Pembelajaran matematika di sekolah diarahk untuk

    membantu siswa menggunakan daya intelektualnya dalam belajar.

    Salah satu daya intelektual siswa yaitu kemampuan pemahaman

    konsep. Pemahaman suatu konsep matematika tidak dapat

    dipindahkan secara langsung dari otak seseorang (guru) ke kepala

    orang lain (siswa). Siswa sendirilah yang harus mengar ikan apa

    yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-

    pengalaman mereka. Pemahaman konsep dibentuk oleh siswa

    secara aktif, bukan hanya diterima secara pasif dari guru mereka.

    Pada taksonomi Bloom, pemahaman terbagi menjadi tiga

    yaitu kemampuan translasi, interpretasi, dan ekstrapol i.

    Kemampuan translasi siswa yaitu menerjemahkan suatu kalimat

    atau soal matematika ke dalam bentuk simbol matematika.

    Berdasarkan diskusi dengan guru matematika kelas VII i SMPN

    188 Jakarta, beberapa siswa masih bingung dalam penggunaan

    simbol matematika atau variabel-variabel yang digunakan, masih

    belum paham perkataan dalam soal yang harus disimbolkan dalam

    bentuk variabel. Menurut guru matematika kelas VII di MPN 188

    Jakarta, siswa merasa kesulitan bila mengerjakan soal- oal yang

    berkaitan dengan kehidupan nyata. Dimana soal-soal ini

    diindikasikan dapat mengukur kemampuan interpretasi dan

    ekstrapolasi siswa. Meskipun ada siswa yang mampu

    menerjemahkan soal dalam simbol, tetapi siswa tersebut belum

    dapat mengaplikasikan konsep yang diajarkan guru mereka.

    Berdasarkan hasil observasi, hasil belajar matematika i

  • 4

    SMPN 188 Jakarta belum maksimal. Terlihat dari hasil U ian MID

    Semester kelas VII yang rata-ratanya 56 dan ini tidak enuhi

    standar KKM yaitu 60. Sementara siswa yang mendapatkan nilai

    di atas KKM sebesar 71 siswa dari 187 siswa kelas VII. Hal ini

    menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep siswa belum

    maksimal

    Seiring berkembangnya model-model atau metode-metode

    pembelajaran dalam dunia pendidikan. Guru harus pandai

    merancang pembelajaran dengan memilih model dan metode

    untuk menciptakan suasana belajar mandiri, mengaktifk siswa,

    serta menyenangkan. Salah satu alternatif menciptakan ondisi

    pembelajaran yang aktif dan mandiri yaitu dengan pembelajaran

    model elaborasi. Pembelajaran model elaborasi dimulai dari

    penyajian kerangka isi, elaborasi tahap pertama, pemberian

    rangkuman dan sintesis eksternal, elaborasi tahap kedua,

    pemberian rangkuman dan sintesis eksternal, elaborasi elanjutnya

    disesuaikan tujuan pembelajaran yang ditetapkan (setiap elaborasi

    diakhiri dengan rangkuman dan sintesis), tahap terakhi dengan

    mereview pelajaran keseluruhan yaitu disajikan kembali kerangka

    isi kemudian mensintesis secara keseluruhan. Model elaborasi

    memiliki tujuh komponen antara lain urutan elaboratif, urutan

    prasyarat belajar, rangkuman, pesintesis, analogi, pengaktif

    strategi kognitif dan kontrol belajar.

    Metode yang digunakan pembelajaran model elaborasi

    dengan metode diskusi kelompok kecil. Pada pembelajaran

    elaborasi dengan metode diskusi kelompok kecil dimulai penyajian

    kerangka isi. Kerangka isi menjelaskan gambaran keselu han

  • 5

    materi yang akan dipelajari siswa atau konsep-konsep yang akan

    dipelajari nantinya. Dalam penyampaian kerangka isi juga

    dijelaskan tujuan pembelajaran serta prasyarat untuk mempelajari

    suatu konsep matematika. Elaborasi tahap pertama yaitu siswa

    memecahkan permasalahan yang ada pada LKS. LKS ini dis un

    sesuai dengan model elaborasi. Setelah elaborasi tahap pertama

    selesai diakhiri dengan rangkuman dan sintesis eksternal. Elaborasi

    tahap kedua juga menyelesaikan permasalahan yang berbeda pada

    LKS. Elaborasi ini diakhiri dengan rangkuman serta sintesis.

    Elaborasi dilanjutkan sampai pada tujuan pembelajaran yang

    ditetapkan dan diakhiri dengan rangkuman dan sintesis sternal.

    Bagian terakhir dalam pembelajaran ini yaitu mereview elajaran

    secara keseluruhan.

    Pada pembelajaran model elaborasi ini, siswa mendiskusikan

    permasalahan dalam LKS. Penyusunan LKS juga memperhatikan

    komponen elaborasi. Salah satu komponen elaborasi yaitu analogi.

    Analogi disajikan melalui ilustrasi, permasalahan keh pan

    nyata, atau pengetahuan yang dikenal siswa. Penggunaan analogi

    turut berpengaruh dalam membentuk pemahaman siswa jika ada

    kedekatan persamaan antara pengetahuan baru dengan

    pengetahuan yang dianalogikan. Pengetahuan baru ini dapat

    berupa suatu konsep, prinsip atau prosedur.

    Berdasarkan uraian di atas maka, pembelajaran model

    elaborasi metode diskusi kelompok kecil diduga memiliki

    pengaruh terhadap pemahaman konsep siswa. Oleh karena itu,

    peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul: Pen uh

    Pembelajaran Model Elaborasi Terhadap Pemahaman Konsep

  • 6

    Matematika Siswa.

    Identifikasi Masalah

    Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai

    berikut:

    Pembelajaran matematika yang digunakan guru selama ini

    masih cenderung berpusat pada guru.

    Pemilihan model pembelajaran matematika kurang bervariasi.

    Pembelajaran matematika selama ini dengan metode ceramah

    membuat siswa merasa jenuh.

    Pemberian contoh pada pembelajaran matematika kurang

    dikaitkan dengan pengetahuan yang dikenal siswa.

    Pembatasan Masalah

    Berdasarkan identifikasi masalah di atas , penelitian atasi

    pada:

    Pemahaman konsep siswa yang digunakan berdasarkan

    taksonomi Bloom yaitu pemahaman translasi ( ),

    pemahaman intreptretasi ( ), dan pemahaman

    ekstrapolasi ( ).

    Pembelajaran model elaborasi dengan metode diskusi kelompok

    kecil disusun berdasarkan teori elaborasi. Pada pembelajaran

    ini menggunakan LKS yang disusun sesuai model elaborasi.

    Perumusan Masalah

    Suatu model pembelajaran dikatakan berpengaruh baik

    translation

    interpretation

    extrapolation

  • 7

    terhadap pemahaman konsep matematika siswa apabila model

    pembelajaran yang diajarkan lebih baik dari model pemb aran

    yang biasa digunakan. Untuk itu, perumusan masalah pada

    penelitian ini adalah:

    Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep

    matematika siswa yang diajarkan menggunakan

    pembelajaran model elaborasi dengan kemampuan

    pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan

    menggunakan pembelajaran model klasikal?

    Bagaimana pemahaman konsep matematika siswa yang

    diajarkan menggunakan pembelajaran model elaborasi?

    Tujuan Penelitian

    Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian

    yaitu:

    Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan

    pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan

    menggunakan pembelajaran model elaborasi dengan

    kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang

    diajarkan menggunakan pembelajaran model klasikal.

    Untuk mengetahui pemahaman jenis mana yang lebih dikuasai

    siswa dari ketiga jenis pemahaman yaitu pemahaman

    translasi ( ), pemahaman interpretasi

    ( ), dan pemahaman ekstrapolasi ( )

    khususnya pada kelas yang diajarkan dengan pembelajaran

    model elaborasi.

    translation

    interpretation extrapolation

  • 8

    Syaiful Bahri Djamarah, , (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), Cet.2, h.230-232

    Manfaat Penelitian

    Manfaat dari penelitian antara lain adalah:

    Bagi peneliti, untuk memperluas wawasan dan pengalaman

    tentang cara belajar matematika dengan menggunakan

    pembelajaran model elaborasi.

    Bagi siswa, dapat memberikan alternatif dalam pembelajaran

    matematika untuk memahami dan menguasai konsep

    matematika.

    Bagi guru, hasil penelitian ini kiranya dapat menjadi n

    pertimbangan khususnya guru matematika dalam menyusun

    perencanaan pengajarannya agar memasukkan jenis model

    pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang

    diharapkan.

    Memberikan bahan pertimbangan bagi pengembangan

    kurikulum dalam rangka pengembangan kurikulum di masa

    mendatang.

    1 Psikologi Belajar

  • 1

    BAB II

    LANDASAN TEORETIS

    Pemahaman Konsep Matematika

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemahaman berarti proses, cara,

    perbuatan memahami atau memahamkan.1 Kategori pemahaman dihubungkan

    dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, inform si yang telah

    diketahui dengan kata-kata sendiri.2 Dari definisi dan kategori pemahaman di atas,

    maka pemahaman merupakan suatu perbuatan membuat seseorang paham melalui

    kemampuan menjelaskan informasi atau pengetahuan yang dibahasakan dengan

    kata-kata sendiri.

    Pemahaman dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Menurut Polya jenis

    pemahaman ada empat yaitu pemahaman mekanikal, pemaham induktif,

    pemahaman rasional, dan pemahaman intuitif. Pollastek membedakan dua jenis

    pemahaman yaitu pemahaman komputasional dan pemahaman fungsional.

    Copeland membagi pemahaman menjadi dan . Skemp

    membedakan dua jenis pemahaman yaitu pemahaman instrum tal dan

    pemahaman relasional. Pemahaman instrumental yaitu kemampuan hafal sesuatu

    secara terpisah atau dapat menerapkan sesuatu perhitun an rutin/sederhana,

    mengerjakan sesuatu secara algoritmik. Pemahaman relas onal yaitu kemampuan

    mengaitkan sesuatu dengan hal lainnya secara benar dan enyadariproses yang

    dilakukan. 3 Bloom berbeda dengan Polya, Skemp, Pollastek dan Cope and. Ia

    membagi pemahaman menjadi tiga jenis yaitu pemahaman translasi ( ),

    pemahaman interpretasi ( ), dan pemahaman ekstrapolasi

    ( ).

    Pemahaman merupakan salah satu aspek kognitif yang ada ada taksonomi

    knowing how to knowing

    translation

    interpretation

    extrapolation

  • 2

    Bloom. Dimana Bloom membagi tingkatan kemampuan atau tipe hasil belajar

    pada aspek kognitif menjadi enam yaitu pengetahuan ( ), pemahaman

    ( ), penerapan ( ), analisis ( ), sintesis

    ( ), dan evaluasi ( ). Urutan tersebut disusun secara hierarkis

    yang dimulai dari kemampuan dasar yaitu pengetahuan sampai pada kemampuan

    evaluasi.

    Pengetahuan merupakan tingkat kemampuan yang hanya mem nta siswa

    untuk mengenal atau mengetahui adanya konsep, fakta, kaidah, prinsip atau istilah-

    istilah tanpa harus mengerti, atau dapat menilai dan m ggunakannya.4 Siswa

    pada tingkat kemampuan pengetahuan dituntut untuk menghafal atau mengingat.

    Pengetahuan termasuk kemampuan dasar untuk mencapai kemampuan

    pemahaman ( ), karena pemahaman siswa juga tergantung pada

    pengetahuan yang dimiliki oleh siswa.

    Kemampuan pemahaman ( ) mencakup kemampuan untuk

    menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari.5 Kemampuan ini

    dinyatakan dalam menguraikan isi pokok suatu bacaan, m ngubah data yang

    disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain , membua perkiraan dari data

    tertentu. Kemampuan pemahaman ( ) setingkat lebih tinggi dari

    kemampuan pengetahuan. Dimana pada kemampuan pemahaman

    ( ) mengharapkan siswa tidak hanya menghafal secara verb l, tetapi

    memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan.

    Pemahaman ( ) merupakan kemampuan siswa yang

    dihadapkan dengan komunikasi dimana siswa mengetahui apa yang sedang

    dikomunikasikan dan dapat membahasakan komunikasi ters ut dalam bentuk

    lisan, tertulis, simbolis, atau gambar. Perilaku pemah man dibedakan menjadi tiga

    yaitu:6

    knowledge

    comprehension application analysis

    synthesis evaluation

    comprehension

    comprehension

    comprehension

    comprehension

    comprehension

    Pemahaman Translas i ( ) Translation

  • 3

    Pemahaman translasi ( ) yaitu kemampuan siswa yang dapat

    mengubah komunikasi ke dalam istilah lain atau melambangkan komunikasi

    tersebut dalam bentuk lain seperti simbol, rumus, gamb dan sebagainya.

    Biasanya siswa yang memiliki pengetahuan relevan yang diperlukan dalam

    komunikasi, siswa tersebut dapat memberikan arti dari a yang sedang

    dikomunikasikan dan mampu berpikir lebih kompleks. ntuk berpikir lebih

    kompleks, sebuah komunikasi atau materi yang diajarkan kepada siswa harus

    menggambarkan konsep umum atau keseluruhan ide yang re evan. Agar konsep

    umum, ide-ide abstrak dapat diubah/diterjemahkan dalam bentuk istilah sehari-

    hari berguna dalam berpikir lebih lanjut mengenai beb rapa masalah yang

    disampaikan dalam komunikasi. Pemahaman translasi dapat terbawa ke dalam

    perilaku yang lebih kompleks, seperti aplikasi, analis s, sintesis, dan evaluasi.

    Perilaku pemahaman translasi ( ) terdiri dari tiga macam yaitu:

    Pemahaman translasi ( ) dari satu tingkat abstraksi yang lain.

    Yaitu kemampuan mengubah ide-ide yang bersifat umum/konsep-konsep

    umum ke dalam bentuk istilah, kata-kata teknis atau me berikan contoh dari

    konsep umum dengan bahasa sendiri.

    Konsep terdiri dari konsep konkret dan konsep yang harus didefinisikan.

    Konsep konkret menunjukkan ciri-ciri fisik obyek dal m lingkungan. Konsep

    yang harus terdefinisi merupakan konsep yang mewakili realitas hi up, tetapi tidak

    langsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan fisi rena realitas itu tidak

    berbadan.7 Konsep konkret berkaitan langsung dengan lingkungan fis k sedangkan

    konsep yang harus terdefinisikan tidak berkaitan secara langsung dengan

    lingkungan hidup fisik. Dengan kata lain konsep yang harus didefinisikan

    merupakan konsep abstrak yang harus diterjemahkan dalam bentuk bahasa atau

    istilah lain yang dapat dipahami. Untuk itu diperlukan ampuan translasi

    ( ) dari satu tingkat abstraksi ke translasi yang dapat dipahami.

    translation

    translation

    translation

    translation

  • 4

    Contoh kemampuan ini antara lain: kemampuan untuk menerjemahkan soal

    yang diberikan dalam kata-kata teknis, kemampuan untuk menerjemahkan bagian

    panjang dari komunikasi ke dalam istilah abstrak singkat atau lebih, dan

    kemampuan untuk menerjemahkan sebuah abstraksi, seperti beberapa prinsip

    umum dengan memberikan ilustrasi atau contoh.

    Pemahaman translasi ( ) dari bentuk simbolik ke bahasa

    komunikasi atau sebaliknya.

    Yaitu kemampuan untuk mengubah komunikasi dalam bentuk simbol atau

    mengubah dalam bentuk simbol menjadi kalimat/ bahasa komunikasi.

    Kemampuan ini sangat diperlukan dalam matematika. Menurut Johson dan Rising

    (1972), matematika merupakan pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian

    yang logik, matematika itu adalah bahasa, bahasa yang enggunakan istilah yang

    didefinisikan dengan cermat, jelas, akurat dengan simb yang padat, lebih berupa

    bahasa simbol mengenai arti dari pada bunyi.8 Matematika menggunakan bahasa

    istilah yang dapat disimbolkan yang mempunyai arti. Maka untuk menerjemahkan

    dari bahasa istilah ke bentuk simbol, siswa harus memp nyai kemampuan

    translasi ( ) agar tidak kesulitan dalam belajar matematika.

    Contoh kemampuan pemahaman translasi ( ) antara lain:

    Kemampuan untuk menerjemahkan hubungan yang dinyatakan dalam

    bentuk simbol, termasuk ilustrasi, peta, tabel, diagram, grafik, rumus

    matematika lain, untuk membentuk verbal dan sebaliknya.

    Kemampuan untuk menerjemahkan ke dalam istilah visual u spasial.

    Hal ini terkait konsep geometris dalam hal verbal.

    Kemampuan untuk menyiapkan representasi data yang diam .

    Kemampuan untuk membaca nilai musik.

    Kemampuan untuk membaca rencana arsitektur.

    translation

    translation

    translation

  • 5

    Pemahaman translasi ( ) dari satu bentuk verbal yang lain.

    Yaitu kemampuan untuk mengubah/mengartikan kalimat kom ikasi ke

    dalam bentuk bahasa yang berbeda. Contoh kemampuan ini antara lain:

    kemampuan untuk menerjemahkan laporan non-literal (metafora, simbolisme,

    ironi, berlebihan) ke bahasa Indonesia biasa, kemampuan untuk memahami makna

    dari kata-kata tertentu dari sebuah puisi, dan kemampuan untuk menerjemahkan

    (dengan atau tanpa kamus) prosa atau puisi bahasa asin ke dalam bahasa

    Indonesia yang baik.

    Pada pemahaman interpretasi ( ) membutuhkan pemahaman

    translasi ( ). Pemahaman interpretasi ( ) yaitu kemampuan

    yang melibatkan komunikasi sebagai konfigurasi ide pem aman yang

    memerlukan penataan kembali ide-ide ke dalam konfigurasi baru dalam pikiran

    siswa. Maksudnya menerjemahkan/menafsirkan komunikasi elalui bagian-

    bagian yang menyusun komunikasi kemudian menyusun ulan atau mengatur

    ulang dalam pikiran siswa untuk dikaitkan dengan penge uan yang dimiliki

    siswa. Pengetahuan interpretasi ( ) juga mencakup kemampuan

    penting (pokok) dan membedakan bagian-bagian yang kurang penting (bukan

    pokok) dari aspek yang relatif relevan dengan komunikasi.

    Pemahaman interpretasi ( ) merupakan pemahaman pemberian

    arti yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menen konsep-konsep

    yang tepat untuk digunakan dalm menyelesaikan soal.9 Pemahaman ini berkaitan

    dengan menentukan pemilihan konsep yang tepat. Pada pemilihan konsep yang

    tepat juga diperlukan penentuan konsep mana penting ( okok) dari konsep-

    konsep yang kurang penting (tidak pokok).

    Konsep dalam matematika adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan

    orang untuk mengklasifikasikan apakah sesuatu objek te tu merupakan contoh

    translation

    interpretation

    translation interpretation

    interpretation

    interpretation

    Pemahaman Interpretas i ( ) Interpretation

  • 6

    atau bukan contoh dari ide abstrak tersebut.10 Suatu ide abstrak dapat diperjelas

    melalui contoh dari ide abstrak tersebut. Apabila sud h jelas dengan contoh

    tersebut maka dibedakan dengan yang bukan contoh dar ide abstrak. Hal ini

    dilakukan untuk mengetahui apa konsep yang sedang dipelajari oleh seseorang.

    Contoh kemampuan pemahaman interpretasi ( ) antara lain:

    kemampuan untuk membedakan antara kesimpulan yang diperlukan, tidak

    beralasan, atau bertentangan terkait dari data yang diambil, kemampuan untuk

    menafsirkan berbagai jenis data, dan kemampuan dalam membuat kualifikasi yang

    tepat ketika menginterpretasi data.

    Pemahaman ekstrapolasi ( ) tidak lepas dari pemahaman

    translasi ( ) dan pemahaman interpretasi ( ). Pemahaman

    ekstrapolasi ( ) mencakup pembuatan kesimpulan, pembuatan

    perkiraan atau prediksi berdasarkan kecenderungan, atau kondisi yang dijelaskan

    dalam komunikasi. Pemahaman ekstrapolasi ( ) yaitu kemampuan

    memperkirakan suatu kecenderungan atau gambar.11 Pada pemahaman ini juga

    dapat dikaitkan dengan suatu konsep atau gambar.

    “Konsep adalah suatu gagasan abstrak yang digeneralisasi dari contoh-

    contoh khusus.”12 Contoh-contoh khusus ini digunakan untuk menggambarka

    suatu gagasan yang abstrak. Membuat generalisasi dari contoh-contoh

    memerlukan kemampuan ekstrapolasi untuk menyimpulkan s ra keseluruhan

    konsep umum yang dibuat.

    Contoh kemampuan pemahaman ekstrapolasi ( ) antara lain:

    kemampuan untuk menarik kesimpulan secara efektif, kemampuan untuk

    memperkirakan atau memprediksi konsekuensi dari tindak yang dijelaskan

    dalam komunikasi, kemampuan untuk peka terhadap faktor-faktor yang dapat

    membuat prediksi akurat, dan kemampuan membedakan berdasarkan

    interpretation

    extrapolation

    translation interpretation

    extrapolation

    extrapolation

    extrapolation

    Pemahaman Ekstrapolas i ( ) Extrapolation

  • 7

    pertimbangan nilai dari prediksi konsekuensi.

    Berdasarkan penjelasan di atas, maka pemahaman konsep matematika

    merupakan kemampuan menerjemahkan ( ) suatu konsep matematika

    yang masih abstrak kemudian konsep tersebut diinterpretasi ( )

    untuk mendapatkan kesimpulan dan hingga akhirnya dieks olasi

    ( ) yaitu dapat membuat prediksi atau ramalan untuk meme kan

    suatu permasalahan dengan menggunakan konsep tersebut.

    Pemahaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah p ahaman

    menurut Bloom yang terdiri dari pemahaman translasi ( ), pemahaman

    interpretasi ( ), dan pemahaman ekstrapolasi ( ).

    Pembelajaran merupakan proses membelajarkan siswa menggunakan asas

    pendidikan maupun teori belajar yang menentukan keberh silan pendidikan.13

    Pembelajaran ini bukan hanya komunikasi satu arah saja, tetapi merupakan

    komunikasi dua arah antara guru dan siswa. “Pembelajaran adalah suatu proses

    interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pad suatu lingkungan belajar

    (UU Sisdiknas No.20 tahun 2003).”14 Kegiatan pembelajaran tidak lepas dari peran

    guru, siswa serta sumber belajar. Sumber belajar tidak hanya dari buku namun

    lingkungan pun dapat menjadi sumber belajar. Pembelajaran ada yang

    mendefinisikan sebagai perubahan dalam diri seseorang yang disebabka oleh

    pengalaman.15 Perubahan yang disebabkan pertumbuhan atau perkemban n

    pada diri seseorang bukan merupakan pembelajaran. Dal hal ini pembelajaran

    terjadi karena adanya perubahan dalam diri seseorang y ng berasal dari

    pengalaman.

    Pengalaman dalam kegiatan pembelajaran turut ditentukan oleh perencanaan

    materi pembelajaran yang didesain oleh guru. Salah satu cara mendesain materi

    pembelajaran yaitu dengan elaborasi. Elaborasi berasal dari kata dapat

    translation

    interpretation

    extrapolation

    translation

    interpretation extrapolation

    elaboration

    Pembelajaran Model Elaboras i

  • 8

    diartikan sebagai pengembangan secara rinci dan hati-h ti.16 Pengembangan yang

    dimaksud merupakan pengembangan materi pembelajaran me jadi pembelajaran

    bermakna.

    Dalam “

    .”17 Berdasarkan

    , elaborasi merupakan proses

    penambahan informasi yang dipelajari. Penambahan informasi ini dapat berupa

    kesimpulan, kelanjutan dari informasi yang diterima ol h seseorang, contoh, detail,

    gambar dan sebagainya.

    Para ahli psikologi kognisi menggunakan istilah elabor si untuk merujuk

    proses pemikiran tentang bahan yang akan dipelajari dengan cara yang

    menghubungkan bahan tersebut dengan informasi atau gag an yang sudah ada

    dalam pikiran pelajar tersebut (Ayaduray & Jacobs, 199 ).18 Menghubungkan

    bahan yang dipelajari dengan informasi yang sudah dim liki siswa diistilahkan

    sebagai elaborasi agar memudahkan siswa dalam memahami pelajaran. Para

    psikologi kognitif menemukan bahwa ketika individu men unakan elaborasi

    dalam menyandikan informasinya, mereka akan sangat terbantu daripada

    informasi harus diproses secara mendalam.

    Elaborasi adalah menambah arti dengan menghubungkan satu informasi baru

    dengan kumpulan-kumpulan yang lain atau dengan pengeta uan yang sudah

    ada.19 Hubungan yang terjadi bila informasi baru dihubungkan dengan informasi

    yang sudah ada akan membentuk kerangka kerja dan skema “Skema adalah

    informasi-konsep, pengetahuan, informasi tentang kejad -yang sudah eksis

    dalam pikiran seseorang.”20 Skema dari pengetahuan sebelumnya mempengaruhi

    cara kita menyandikan, membuat informasi, dan mengambi informasi dimana

    kesemua rangkaian ini dapat di simpan pada memori jangka panjang.

    Penggunaan analogi, sintesis dan rangkuman semuanya da at memperkokoh

    The Cognitive Psychology of School Learning, Elaboration is the

    process of adding to the information being learned The

    Cognitive Psychology of School Learning

  • 9

    upaya membangun skema yang menunjukkan keterkaitan antara bagian-bagian isi

    ajaran.21 Dalam pembelajaran model elaborasi ini menggunakan LKS yang

    disusun sesuai dengan model elaborasi sehingga diharap dapat membantu

    siswa untuk membuat skema terkait pemahaman yang mereka pahami dari

    pembelajaran tersebut.

    Desain materi pembelajaran model elaborasi berdasarkan pengembangan

    dari teori elaborasi. Adapun Langkah - Langkah Desain Materi Pembelajaran

    dalam Teori Elaborasi (Degeng, 1989: 125;Merril and Twitchell, 1994: 93-94)

    antara lain: penyajian kerangka isi, elaborasi tahap pertama, pemb an rangkuman

    dan sintesis internal, elaborasi tahap kedua, pemberian rangkuman dan sintesis

    internal, kemudian diteruskan sampai pada elaborasi yang sesuai dengan tujuan

    pembelajaran dan terakhir menyajikan secara keseluruhan materi yang telah

    diajarkan.22Penyajian kerangka isi dimulai dengan menyajikan kerangka isi yaitu

    struktur yang memuat bagian-bagian yang paling penting dari bidang studi.

    Kerangka isi dari materi yang akan diajarkan kepada siswa dapat menggunakan

    peta konsep.

    Elaborasi tahap pertama yaitu mengurutkan tiap-tiap bagian yang ada dalam

    kerangka isi, mulai dari bagian terpenting. Akhir tiap elaborasi diakhiri dengan

    rangkuman dan sintesis yang hanya mencakup materi-materi pelajaran yang baru

    saja diajarkan (sintesis internal). Kemudian dilajutkan dengan pemberian

    rangkuman dan sintesis internal. Rangkuman ini berisi pengertian-pengertian

    singkat mengenai materi yang diajarkan dalam elaborasi. Setelah itu, elaborasi

    tahap kedua. Pada tahap ini siswa pada tingkat kedalaman sebagaimana yang

    dituntut dalam tujuan pembelajaran. tahap kedua ini di akukan seperti pada

    eleborasi tahap pertama yaitu diakhiri dengan rangkuman dan sintesis. Elaborasi

    diberikan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan icapai. Di akhir

    pembelajaran, disajikan kembali kerangka isi untuk men ntesiskan keseluruhan isi

    materi pelajaran yang telah diajarkan.

  • 10

    Pada dasarnya terdapat tujuh komponen strategi yang di ntegrasikan dalam

    teori elaborasi, (Reigeluth, 1983 dan Degeng, 1989) sebagai berikut:23

    Urutan elaboratif yaitu urutan dari sederhana ke kompl ks atau dari umum

    ke rinci. Pada tahap ini, diusahakan agar siswa dapat emahami hal-hal yang

    bersifat umum terlebih dahulu, dimana hal yang umum i i merupakan kaitan

    utama bagi bagian-bagian selanjutnya. Urutan elaboratif ini ada dalam desain

    materi pembelajaran elaborasi yaitu ada elaborasi tah pertama,elaborasi tahap

    kedua, elaborasi tahap ketiga, sampai pada elaborasi y ng sesuai dengan tujuan

    pembelajaran. Urutan elaboratif pada penelitian ini terdapat dua macam yaitu

    elaborasi tahap pertama , elaborasi tahap kedua dan hanya satu elaborasi. Untuk

    pertemuan 2x 40 menit menggunakan dua elaborasi sedang 1x 40 menit hanya

    satu elaborasi.

    Urutan prasyarat belajar adalah struktur yang menunjuk konsep,

    prosedur atau prinsip mana yang harus dipelajari sebelum konsep, prosedur, atau

    prinsip lain bisa dipelajari. Urutan prasyarat belaja menampilkan hubungan

    prasyarat belajar untuk suatu konsep, prosedur, atau p insip. Dalam hal ini urutan

    prasyarat belajar dikaitkan dengan kemampuan siswa yan harusnya dikuasai

    untuk menunjang materi pelajaran yang akan dipelajari antinya di kelas. Pada

    desain materi pembelajaran elaborasi, urutan prasyarat belajar dapat disampaikan

    oleh guru pada saat menjelaskan kerangka isi.

    Rangkuman berfungsi untuk memberikan pernyataan singkat mengenai isi

    bidang studi yang telah dipelajari siswa, dan contoh-contoh acuan yang mudah

    diingat untuk setiap konsep, prosedur, atau prinsip ya g diajarkan. Pada teori

    elaborasi rangkuman diklasifikan menjadi dua yaitu ran kuman internal (

    Urutan Elaboratif

    Urutan Prasyarat Belajar

    Rangkuman

    internal

  • 11

    summarizer within-set summarizer) dan rangkuman eksternal ( ). Rangkuman

    internal diberikan pada setiap akhir suatu pelajaran d n hanya merangkum isi

    bidang studi yang diajarkan. Rangkuman eksternal diberikan setelah beberapa kali

    pelajaran, yang merangkum semua isi yang telah dipelajari dalam beberapa kali

    pelajaran itu. Rangkuman pada desain materi pembelajaran elaborasi di ajikan

    setiap kali mengakhiri suatu elaborasi. Rangkuman pada penelitian ini dibuat pada

    lembar laporan diskusi kelompok dan saat mengakhiri p entasi dari tiap

    kelompok yang persentasi.

    Membuat sintesis berfungsi utnuk menunjukkan kaitan-kaitan diantara

    konsep, prosedur, atau prinsip yang diajarkan. Pesintesis sangat penting karena

    akan menunjukkan sejumlah keterkaitan/hubungan diantara konsep, prosedur, dan

    prinsip sehingga dapat memudahkan pemahaman tentang suatu konsep,

    kebermaknaan dengan jalan menunjukkan konteks suatu ko sep, prosedur, atau

    prinsip pada bagian isi yang lebih luas (Ausubel, 1968). Sintesis dalam desain

    materi pembelajaran elaborasi dilakukan setiap akhir elaborasi.

    Analogi dibuat untuk dapat memudahkan pemahaman terhad p

    pengetahuan yang baru dengan cara membandingkannya den pengetahuan

    yang sudah ada dikenal oleh siswa (Reigeluth, 1983). nalogi menggambarkan

    persamaan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan lain yan berada di

    luar cakupan pengetahuan yang sedang dipelajari. Analogi dapat digunakan untuk

    memperjelas suatu konsep, prosedur, prinsip, atau teor sehingga mudah dipahami

    siswa.

    Analogi yang digunakan di LKS menggunakan gambar-gambar untuk

    selanjutnya dibandingkan dengan suatu konsep berdasarkan kesamaan-kesamaan

    gambar dengan konsep. Dimana analogi artinya “membandingkan satu hal

    Sintesis

    Analogi

  • 12

    dengan yang lainnya.”24 Membandingkan satu hal disini yaitu suatu konsep,

    prinsip atau prosedur. Sedangkan hal lainnya yaitu con lain yang berkaitan

    dengan suatu konsep, prinsip atau prosedur tersebut berdasarkan kesamaan cirri

    yang dibandingkan.

    Analogi digunakan untuk mempermudah pemahaman siswa terhadap suatu

    materi yang diberikan oleh guru. Analoginya dikaitkan dengan pengetahuan yang

    sudah dikenal oleh siswa. “Dengan demikian, makin deka ersamaan antara

    pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dijadikan analogi, maka makin efektif

    penggunaan analogi, maka makin efektif penggunaan anal i tersebut.”25 Untuk

    lebih baiknya, analogi diberikan sebelum pengetahuan b iberikan kepada

    siswa.

    Analogi dapat membantu siswa mempelajari informasi baru dengan menghubungkannya dengan konsep-konsep yang telah merek ketahui (Bulgren, Deshler, Schumaker dan Lenz, 2000; McDaniel an Dannelly, 1996). Salah satu studi yang menarik (Halpern, Hansen an Riefer, 1990) menemukan bahwa analogi paling baik digunakan apabila al itu paling berbeda dari proses yang sedang dijelaskan.26

    Maksud dari analogi di atas, analogi akan mudah dipahami oleh siswa

    apabila analogi yang digunakan yaitu sesuatu yang suda dikenal oleh siswa.

    Selain itu, pembuatan analogi harus memperhatikan persamaan ciri pokok dari

    suatu konsep yang akan dibandingkan dengan contoh lain Dimana contoh lain ini

    dapat memudahkan pemaham akan suatu konsep.

    Strategi kognitif merupakan keterampilan yang diperluk siswa untuk

    mengatur proses internalnya ketika belajar, mengingat, dan berpikir. Pembelajaran

    akan menjadi lebih efektif apabila guru mampu mendoron siswa, baik secara

    sadar ataupun tidak, untuk menggunakan strategi kognitif yang sesuai. Rigney

    (1978) mengemukakan dua cara untuk mengaktifkan starte kognitif yaitu dengan

    dan .

    Pengaktifan Strategi Kognitif

    Embedded Strategy Detached Strategy

  • 13

    Cara dengan merancang pembelajaran sedemikian rupa

    sehingga siswa dipaksa untuk menggunakannya. Misalnya gambar, diagram,

    , analogi, dan paraphrase. Selain itu pertanyaan-perta yaan penuntun

    juga dapat dipakai untuk memenuhi maksud dari suatu gambar, diagram,

    , analogi, dan paraphrase. Berbeda dengan , cara ini

    dilakukan dengan menyuruh siswa menggunakannya. tepat

    dipakai apabila siswa sudah pernah belajar bagaimana m ggunakan strategi

    kognitif ini. Contohnya, “Sekarang buatlah diagram untuk menunjukkan proses

    yang baru saja diajarkan!”, atau “Pikirkan sebuah anal untuk memperjelas ide

    yang baru saja dibicarakan.” (Degeng, 1989)

    Penelitian ini menggunakan metode diskusi kelompok, soal yang diberikan

    kepada siswa sebagai pengaktif strategi kognitif.

    Menurut Merril (1979), konsepsi mengenai kontrol belajar terkait dengan

    kebebasan siswa dalam melakukan pilihan dan pengurutan terhadap isi yang

    dipelajari ( ), kecepatan belajar ( , komponen strategi

    pembelajaran yang ingin digunakan ( ), dan strategi kognitif yang

    ingin digunakan ( ).

    Salah satu komponen teori elaborasi yaitu analogi. Analogi ini akan lebih

    difokuskan pada desain materi pembelajaran elaborasi melalui LKS. Dalam LKS

    akan disajikan gambar-gambar sebagai elaborasi untuk m njelaskan suatu konsep.

    Tujuh komponen dalam teori elaborasi dapat dikembangka menjadi

    langkah-langkah pengembangan desain pembelajaran berdasarkan teori elaborasi

    menurut Degeng (1997: 13) yaitu analisis tujuan dan karakteristik bidang studi,

    analisis sumber belajar, analisis karakteristik si bel r, menetapkan tujuan belajar

    dan isi pembelajaran, menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran,

    menetapkan strategi penyampaian isi pembelajaran, menetapkan strategi

    embedded strategy

    mnemonic

    mnemonic detached strategy

    Detached Strategy

    content control pace control)

    display control

    conscious cognition control

    Kontrol Belajar

  • 14

    pengelolaan pembelajaran, dan pengembangan prosedur p gukuran hasil

    pembelajaran.27 Semua langkah-langkah ini merupakan penyusun dari ren na

    pelaksanaan pembelajaran (RPP).

    Menurut

    tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan

    Dasar dan Menengah, komponen RPP dalam kegiatan pembel n meliputi

    kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penu up.28 Pada kegiatan inti

    terdiri dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Dalam kegiatan elaborasi, guru:

    memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas, diskusi, embelajaran kooperatif dan

    kolaboratif,memfasilitasi siswa berkompetisi secara se at untuk meningkatkan

    prestasi belajar, membiasakan peserta didik membaca da menulis yang beragam

    melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna, dan sebagainya. Untuk itu, peneliti

    menggunakan metode diskusi kelompok kecil agar siswa d at memunculkan

    gagasan baru baik secara lisan atau tertulis, serta melatih siswa bersaing sehat

    untuk meningkatkan prestasi belajar.

    Metode diskusi kelompok merupakan metode mengajar dalam pembahasan dan

    penyajian materi melalui suatu problema atau pertanyaan yang harus diselesaikan

    berdasarkan pendapat atau keputusan bersama. Kelompok ibedakan menjadi tiga

    yaitu kelompok kecil (2-5 siswa), kelompok sedang ( 6-10 siswa), dan kelompok

    besar (11-20 siswa). 29 Dalam penelitian ini setiap kelompok berjumlah 3-4 siswa.

    Adapun langkah-langkah metode diskusi kelompok kecil antara lain:

    Guru menetapkan topik/permasalahan diskusi.

    Membentuk beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri d ri 3-4 siswa.

    Memberikan waktu untuk tiap kelompok diskusi.

    Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007

    Tanggal 23 November 2007

    Metode Diskusi Kelompok Kecil

  • 15

    Perwakilan kelompok mempersentasikan hasil diskusi.

    Setiap kelompok membuat laporan diskusi.

    Guru mengatur jalannya diskusi.

    Membuat kesimpulan.

    Dalam metode ini memiliki karakteristik pengalaman bel r sebagai berikut pada tabel 2.1: 30

    Karakteristik Metode Pengalaman belajar

    Tabel 2.1

    Karakteris tik dan Pengalaman Belajar Metode Diskusi Ke ompok

  • 16

    Bahan pelajaran dengan topik

    permasalahan/ persoalan.

    Adanya pembentukan kelompok.

    Ada yang mengatur pembicaraan.

    Aktivitas siswa berpendapat

    Mengarah pada suatu

    kesimpulan/pendapat bersama.

    Guru lebih berperan sebagai

    pembimbing/motivator.

    Siswa sebagai objek dan subjek dalam

    pembelajaran.

    Melatih sistematika logika berpikir

    Melatih bahasa lisan.

    Pemahaman terhadap persoalan

    belajar bersama.

    Pendapat orang lain.

    Pembentukan rasa solidaritas

    terhadap pengambilan

    keputusan.

    Menerapkan cara menyelesaikan

    persoalan.

    Menerapkan cara menyampaikan

    pendapat.

    Pembelajaran model elaborasi dalam penelitian ini terd ri dari penyajian

    kerangka isi, elaborasi tahap pertama, rangkuman dan s ntesis, elaborasi tahap

    kedua, rangkuman dan sintesis, kesimpulan. Penyajian kerangka isi melalui

    penjelasan guru tentang materi pelajaran yang akan dip ajari pada hari itu disertai

    penyampaian tujuan dan syarat pembelajaran. Pada pembe ajaran model elaborasi

    ini, siswa mendiskusikan permasalahan di LKS yang disusun sesuai model

    elaborasi. Elaborasi tahap pertama siswa mempersentasikan tugas 1 pada LKS

    kemudian guru mengatur jalannya diskusi. Kelompok yan persentasi membuat

    rangkuman dan sintesis tentang permasalahan yang didis . Sintesis yang

    dibuat dapat berupa peta konsep yang tiap konsep dihub gkan dengan garis.

    Garis tersebut diberi keterangan sebagai sintesis pengait antar konsep satu dengan

    konsep yang lain. Elaborasi tahap kedua siswa mempersentasikan tugas 2 pada

    LKS. Kemudian diakhiri dengan rangkuman dan sintesis. ir guru

    membimbing siswa membuat kesimpulan dan mereview pelajaran yang telah

  • 17

    dipelajari secara keseluruhan. Setiap kelompok membuat laporan diskusi melalui

    lembar laporan diskusi kelompok yang dibagikan bersama LKS oleh guru.

    Permasalahan yang diberikan pada LKS diharapkan agar siswa aktif

    mencari penyelesaian melalui berbagai sumber, misalnya dari buku-buku paket

    matematika. Dalam mencari penyelesaian permasalahan yang didiskusikan, siswa

    dapat membentuk skema pemahaman yang terbentuk dalam d ri siswa yang

    kemudian nantinya akan di tuliskan pada rangkuman serta sintesis di lembar

    laporan diskusi kelompok.

    Pembelajaran model elaborasi berdasar pada langkah-l ngkah desain materi

    pembelajaran dalam teori elaborasi yang telah dijelaskan sebelumnya pada table

    2.2 sebagai berikut:

    Penyajian Kerangka Isi Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan

    menjelaskan bagian-bagian penting pada materi

    yang akan dipelajari.

    Elaborasi Tahap

    Pertama

    Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil.

    Masing-masing kelompok terdiri dari 3-4 orang.

    Guru membagi LKS pada tiap-tiap kelompok.

    Masing-masing kelompok berdiskusi. Guru

    mengundi kelompok yang nantinya akan

    persentasi. Kemudian perwakilan kelompok

    persentasi hasil diskusi.

    Tabel 2.2

    Langkah-Langkah Pembelajaran Model Elaborasi

    Langkah-Langkah Kegiatan Guru

  • 18

    Pemberian Rangkuman

    dan Sintesis Eksternal

    Guru mempersilahkan kelompok lain untuk

    menanggapi kelompok yang persentasi.

    Setiap kelompok, diakhir persentasi membuat

    kesimpulan.

    Membimbing siswa untuk membuat sintesis dari

    hasil kelompok yang persentasi.

    Elaborasi Tahap Kedua Kelompok lain persentasi.

    Kelompok yang tidak persentasi memberi

    tanggapan.

    Kelompok yang persentasi membuat kesimpulan

    dan sintesis.

    Pemberian Rangkuman

    dan Sintesis Eksternal

    Membimbing siswa untuk membuat rangkuman.

    Membimbing siswa untuk mengkaitkan konsep yang

    dielaborasi tahap pertama dan kedua dengan

    kerangka isi materi.

    Elaborasi dapat

    dilanjutkan sesuai

    tingkat kedalaman

    yang ditetapkan oleh

    tujuan pembelajaran

    Melanjutkan elaborasi sampai pada tujuan

    pembelajaran yang diharapkan.

    Penyajian Kerangka Isi

    secara keseluruhan

    Bersama siswa mereview materi yang telah dipelajari

    secara keseluruhan.

  • 19

    Pembelajaran Model Klasikal

    Pembelajaran klasikal meruapakan model pembelajaran yang biasa

    digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Pada model ini, guru mengajar sejumlah

    siswa yang diasumsikan memiliki minat dan kecepatan belajar yang relatif sama.31

    Pembelajaran model klasikal ini cenderung menempatkan iswa memiliki

    kemampuan sama dan menempatkan siswa dalam posisi pasif sebagai penerima

    materi pelajaran.

    Pembelajaran secara klasikal, siswa berjumlah kurang l ih 30 atau 40 orang

    siswa pada waktu yang sama menerima bahan pelajaran ya g sama, umumnya

    kegiatan ini diberikan dalam bentuk ceramah.32 Pembelajaran klasikal

    menempatkan guru sebagai pusat dalam keberlangsungan proses belajar mengajar

    karena komunikasi yang terjadi hanya satu arah. Ini berarti guru mengajar untuk

    memberikan informasi secara lisan dan data kepada siswa tanpa ada usaha

    mengembangkan keterampilan.

    Metode yang digunakan pada pembelajaran klasikal yaitu dengan ceramah

    dan tanya jawab bervariasi. Tahapan pelaksanaan pembelajaran klasikal setelah

    melakukan kegiatan pendahuluan serta menyampaikan tujuan/topik pembelajaran

    pada siswa antara lain sebagai berikut:33

    Menyajikan (persentasi) bahan pelajaran dengan ceramah bervariasi. Guru

    menjelaskan materi pelajaran harus disimak oleh seluru siswa dalam

    kelas. Guru tidak terus-menerus menjelaskan atau berbi ra, tetapi selang

    beberapa menit selalu member kesempatan pada siswa untuk bertanya,

    kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan kembali.

    Asosiasi dan pemahaman bahan pelajaran melalui keterhubungan antara materi

    yang sedang dipelajari dengan situasi nyata atau denga bahan pelajaran

    lain atau dengan bahan pelajaran yang menggambarkan se ab akibat. Cara

    yang dilakukan dengan ceramah dan tanya jawab.

  • 20

    Aplikasi bahan pelajaran yang telah dipelajari dengan cara tertulis (mengerjakan

    soal-soal atau menjawab pertanyaan) atau dengan cara l san.

    Menyimpulkan bahan pelajaran yang telah dipelajari. Kesimpulan dibuat di

    bawah bimbingan guru.

    Dalam mengikuti kegiatan belajar ini, siswa dituntut untuk selalu

    memusatkan perhatian terhadap pelajaran, kelas harus s yi dan semua siswa

    duduk di tempat masing-masing mengikuti uraian guru.

    Penelitian yang berhubungan dengan pengaruh pembelajaran model elaborasi

    terhadap pemahaman konsep matematika siswa yaitu:

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ismail Komalig tentang

    ,

    mengungkapkan pembelajaran model elaborasi memberikan ampak yang

    positif terhadap hasil belajar matematika siswa. Dari penelitian ini dapat

    disimpulkan hasil belajar matematika siswa yang diberi pengajaran model

    elaborasi lebih baik dibandingkan dengan buku teks. Selain itu diperoleh

    suatu temuan bahwa siswa pandai namun alat pelajaran (dalam hal ini

    buku pelajaran) yang digunakan kurang memadai, hasil b ajaranya

    kurang. Sebaliknya, siswa yang kurang pandai, tetapi a at pelajaran yang

    digunakan memadai, hasil belajarnya akan lebih baik.

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh I Nyoman Sudana Degeng tentang

    ,

    mengungkapkan bahwa pengorganisasian pengajaran beradsarkan model

    elaborasi memberikan dampak positif terhadap perolehan belajar dan

    retensi siswa. Dari penelitian ini dapat disimpulkan p gorganisasian

    pengajaran dengan menggunakan model leaborasi secara s gnifikan lebih

    Hasil Penelitian Relevan

    Perbandingan

    Antara Hasil Belajar Matematika Model Elaborasi dengan Buku Teks

    Pengorganisasian Pengajaran Berdasarkan Teori Elaboras dan

    Pengaruhnya Terhadap Perolehan Belajar Informasi Verbal dan Retensi

  • 21

    unggul dari penggorganisasian pengajaran dengan menggunakan urutan isi

    buku teks baik untuk belajar informasi verbal maupun b ajar konsep.

    Kemudian retensi perolehan belajar informasi verbal dan konsep lebih

    banyak dapat dipertahankan melalui pengorganisasian pengajaran

    berdasarkan model elaborasi daripada urutan buku teks.

    Maka penelitian ini relevan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

    Ismail Komalig dan I Nyoman Sudana Degeng.

    Pembelajaran tidak lepas dari interaksi guru dan sisw dalam memperoleh

    informasi dan kemampuan baru melalui sumber belajar. P rolehan informasi yang

    baik dalam belajar siswa, dapat dilakukan dengan elaborasi. Elaborasi digunakan

    sebagai penambahan rincian suatu informasi yang dimulai dari pengetahuan

    umum ke pengetahuan khusus. Dalam elaborasi ini berkai n dengan

    pembelajaran elaborasi yang berdasarkan teori elaborasi.

    Teori elaborasi mencakup komponen teori elaborasi dan esain materi

    pembelajaran elaborasi. Komponen-komponen teori elaborasi meliputi urutan

    elaboratif, urutan prasyarat belajar, rangkuman, sintesis, analogi, pengaktif strategi

    kognitif dan kontrol belajar. Tujuh komponen ini terdapat dalam model elaborasi.

    Desain materi pembelajaran elaborasi terdiri dari pen ajian kerangka isi, elaborasi

    tahap pertama, pemberian rangkuman dan sintesis eksternal, elaborasi tahap

    kedua, pemberian rangkuman dan sintesis eksternal, elaborasi tahap ketiga,

    pemberian rangkuman dan sintesis eksternal (dalam langkah elaborasi selalu

    diakhiri dengan rangkuman dan sintesis eksternal serta elaborasi disesuaikan

    dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan), tahap akh r pembelajaran yaitu

    mereview dengan menyajikan kembali kerangka isi untuk ensistesis keseluruhan

    isi materi yang telah diajarkan.

    Pembelajaran model elaborasi merupakan pengembangan d desain

    Kerangka Berpikir

  • 22

    materi pembelajaran dalam teori elaborasi. Pada pembel ran ini digunakan

    metode diskusi kelompok kecil agar siswa dapat mengemukakan gagasan baru

    serta memilki persaingan sehat untuk meningkatkan prestasi belajar. Dimana

    diskusi kelompok kecil ini, saat persentasi ditentukan oleh kocokan/random.

    Sehingga membuat setiap siswa merasa harus mempelajari materi yang nantinya

    akan dipresentasikan. Pemahaman siswa dapat dibentuk sendiri oleh siswa

    melalui kerjasama saat diskusi tanpa harus selalu guru yang memberi materi

    pelajaran.

    Pada pembelajaran model elaborasi digunakan LKS yang d desain sesuai

    komponen-komponen yang ada dalam model elaborasi. Untuk elaborasi tahap

    pertama, siswa diberikan suatu permasalahan yaitu tuga 1 kemudian melalui

    diskusi kelompok masing-masing serta buku-buku terkait materi yang dipelajari

    mereka mencari penyelesaiannya. Rangkuman dan sintesis pun dibuat

    berdasarkan pemahaman siswa terhadap penyelesaian perm alahan yang

    diberikan. Setelah elaborasi tahap pertama selesai d ilanjutkan elaborasi tahap

    kedua sampai pada rangkuman dan sintesis dengan cara y g sama pada elaborasi

    tahap pertama. Pengulangan akan rangkuman yang diberikan tiap elabora dan di

    akhir pembelajaran dapat memudahkan siswa dalam menyim an suatu konsep

    pada memori jangka panjang karena nantinya akan membentuk jalinan skema.

    Skema ini berisi pemahaman siswa yang di dapat dari proses pembelajaran.

    Salah satu komponen teori elaborasi yaitu analogi. Analogi merupakan

    pembandingan kesamaan ciri-ciri pokok pada suatu konsep atau ide. Penggunaan

    analogi dalam LKS terdapat pada pemberian ilustrasi serta pemberian

    permasalahan yang dikaitkan dengan kehidupan nyata. Analogi digunakan untuk

    memudahkan siswa dalam memahami sebuah konsep. Siswa d at dikatakan

    paham akan sebuah konsep apabila siswa tersebut mampu embahasakan konsep

    dengan bahasanya sendiri dan mampu membedakan contoh a bukan contoh

    dari suatu konsep. Sebuah contoh dapat digunakan sebagai analogi . Pada contoh

  • 23

    yang diambil, dicari kedekatan persamaan dengan konsep. Kedekatan persamaan

    ini dikaitkan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan suatu konsep yang

    dianalogikan dengan contoh. Pengetahuan baru lebih dia ahkan pada pengetahuan

    yang dikenal siswa sehingga siswa lebih mudah dalam menganalogikan suatu

    konsep. Penggunaan analogi baik digunakan apabila mem andingkan suatu

    konsep berdasarkan kedekatan persamaan melalui pengetahuan yang dikenal

    siswa.

    Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan tentang pe belajaran model

    elaborasi diduga bahwa pembelajaran model elaborasi da at meningkatkan

    kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. Sehingga mampuan

    pemahaman konsep matematika siswa dalam pembelajaran m el elaborasi

    menjadi lebih baik dibandingkan pembelajaran model klasikal.

    Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu kemampuan pemahaman konsep

    matematika siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran model elaborasi

    lebih tinggi daripada pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan

    menggunakan pembelajaran model klasikal.

    Tim Balai Pustaka Nasional, ”Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Edisi ketiga, Cetakan 4, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 998

    Maritis Yamin, , Cetakan ke-3, (Ciputat: Gaung Persada Press, 2005), h.28

    Asep Jihad, , Cetakan ke-1, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008), h.167

    M. Ngalim Purwanto, , Cetakan ke-14, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h.44

    W.S Winkel, , Cetakan ke-4, (Jakarta: Grasindo, 1996), h. 246

    Hipotesis Penelitian

    1

    2

    3

    4

    5

    Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi

    Pengembangan Kurikulum Matematika

    Prinsip-Prinsip dan Teknik evaluasi Pengajaran

    Psikologi Pengajaran

  • 24

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    13

    14

    15

    16

    17

    18

    19

    20

    21

    22

    23

    Benjamin S. Bloom, , (London: Longman Group LTD, 1979), h. 89-97

    W.S Winkel, , (Jakarta: Grasindo, 1996), Cet. 4, h. 100-101

    Asep, Jihad, , (Yogyakarta: Multi Presindo, 2008), Cet. 1, h. 152

    Gusni Satriawati, “Pembelajaran dengan Pendekatan Open ed untuk Meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMP”, dalam Jurnal , Vol.1, No. 1, Juni 2006, h.108.

    Sri Anitah W dan Janet Trineke Manoy, , (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), Cetakan kedua, h.8.9

    Lia Kurniawati, “Pembelajaran dengan Pendekatan Pemeca Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa SMP”, dalam Jurnal

    , Vol.1, No. 1, Juni 2006, h.80

    Robert E. Slavin, , (Jakarta: PT Indeks, 2008), Edisi ke-8, Jilid 1, h.298

    Syaiful Sagala, , (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. 8, h.61

    Yusri Panggabean, dkk, , (Bandung: Bina Media Informasi, 2007), h.46

    Robert E. Slavin, , …, h.179

    Budi Murtiyasa, “Elaborasi dan Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah”, dalam , No.15 tahun IX/1997, h.92

    Ellen D. Gagne,dkk, , (New York : Harper Collins, 1993), Second Edition, h.127-128

    Robert E. Slavin, ,…, h. 261

    Sri Esti Wuryani Djiwandono, , ( Jakarta: PT Grasindo, 2004), Cet., h. 156

    John W. Santrock, , (Jakarta : Kencana, 2008), Edisi ke 2, Cet. Ke 2, h.325

    Uno, Hamzah B, , (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), Cet.4, h. 146-147

    Yatim Riyanto, , (Jakarta: Kencana, 2009), Cet.1,

    h. 28-29

    Made Wena, , (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.25-28

    Taxonomy of Educational Objectives Handbook I Cognitive Domain

    Psikologi Pengajaran

    Pengembangan Kurikulum Matematika

    Algoritma

    Strategi Pembelajaran Matematika

    Algoritma

    Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik

    Konsep dan Makna Pembelajaran

    Strategi, Model, dan Evaluasi Pembelajaran Kurikulum 2006

    Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik

    Varidika

    The Cognitive Psychology of School Learning

    Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik

    Psikologi Pendidikan

    Psikologi Pendidikan

    Model Pembelajaran

    Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Gur Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berku tas

    Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer

  • 25

    24

    25

    26

    27

    28

    29

    30

    31

    32

    33

    Gelar Dwirahayu, “Pengaruh Pendekatan Analogi terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa”, dalam Jurnal , Vol.1, No. 1, Juni 2006, h. 61

    Yatim Riyanto, ,…, h. 26

    Robert E. Slavin, , …., h. 260-261

    Yatim Riyanto, ,…, h. 29-32

    Karnadi, dkk, , (Jakarta: BP. Cipta Jaya, 2009), h. 261-264

    Nana Syaodih, , (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), Cet. 2, h. 46

    Udin S. Winataputra, , (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), Edisi 1, Cet. 1, hal. 4.14

    Erman Suherman, dkk, , (Bandung : JICA, 2001), h.255

    Syaiful Sagala, , …h.187

    Udin S. Winataputra, dkk, , (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), Cet. 1, h. 3.13 - 3.15

    Algoritma

    Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi Guru Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas

    Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik

    Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Gur Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berku tas

    Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru

    Perencanaan Pengajaran

    Strategi Belajar Mengajar

    Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer

    Konsep dan Makna Pembelajaran

    Strategi Belajar Mengajar

  • 1

    Penelitian ini dilakukan di SMPN 188 Jakarta yang beralamat di jalan Tanah

    Merdeka Ciracas Jakarta Timur. Penelitian ini dilakukan pada semester genap

    tahun ajaran 2010/2011 yaitu pada tanggal 11 Januari 2 11 sampai 2 Februari 2011.

    Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperim dengan desain

    penelitian . Untuk pelaksanaan diperlukan dua kelas

    dimana peneliti mengajar di kelas eksperimen menggunakan pembelajaran model

    elaborasi dan di kelas kontrol menggunakan pembelajaran model klasikal. Desain

    penelitiannya adalah , yaitu:1

    Dalam design ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara

    random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan dengan p belajaran model

    elaborasi (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok y g diberi perlakuan

    dengan pembelajaran model elaborasi disebut kelompok eksperimen dan

    kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok trol. Pengaruh

    adanya perlakuan adalah O1 : O2

    2 9

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    Tempat dan Waktu Penelitian

    Metode dan Desain Penelitian

    R X O1

    R O2

    Populasi dan Sampel

    posttest only control design

    posttest only control design

  • 2

    Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh s swa SMPN 188 Jakarta.

    Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluru siswa kelas VII pada

    semester genap tahun ajaran 2010/2011 yang terbagi dalam 5 kelas. Jumlah siswa

    kelas VII 200 siswa. Teknik pengambilan sampel yaitu .

    Sampel diambil secara acak dari lima kelas VII SMP N 188 Jakarta kemudian

    diambil dua kelas. Kedua kelas menjadi sampel yaitu satu kelas eksperimen dan

    satu kelas kontrol. Penempatan siswa SMPN 188 Jakarta ilakukan secara merata

    dalam kemampuan, artinya tidak ada kelas unggulan serta kurikulum yang

    diberikan juga sama, maka karakteristik antar kelas da at dikatakan homogen,

    sedangkan karakteristik dalam kelas cukup heterogen, artinya ada siswa yang

    memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

    Dalam penelitian ini sampel diambil dari populasi terjangkau yang dilakukan

    dengan teknik , dengan mengambil dua kelas secara

    acak dari 5 kelas VII yang memiliki karakteristik sama Satu kelas akan menjadi

    kelompok eksperimen sebanyak 37 siswa yang berasal da kelas VII-A dengan

    menggunakan pembelajaran model elaborasi dan satu kelas menjadi kelompok

    kontrol sebanyak 37 siswa berasal dari kelas VII-C dengan menggunakan

    pembelajaran model klasikal.

    Adapun urutan pengumpulan data dilakukan sebagai berikut:

    Sebelum melakukan posttes, peneliti mengambil secara acak dua kelas dari 5

    kelas VII SMPN 188 Jakarta untuk menentukan kelompok eksperimen dan

    kelompok kontrol. Diperoleh kelas VII-A sebagai kelomp k eksperimen

    dan kelas VII-C sebagai kelompok kontrol.

    Memberikan perlakuan (treatment) kepada kelompok eksperimen

    menggunakan pembelajaran model elaborasi dan kelompok trol

    menggunakan pembelajaran model klasikal.

    Memberikan posttes yang sama berupa soal-soal pemahaman konsep

    27

    Cluster Random Sampling

    Cluster Random Sampling

    Teknik Pengumpulan Data

  • 3

    matematika siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

    Menilai hasil posttes yang diperoleh dari kelompok eksperimen dan kelompok

    kontrol.

    Pada penelitian ini analisis instrumen terdiri dari in en penelitian dan

    analisis butir instrumen.

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tulis dalam bentuk soal-

    soal pemahaman konsep matematika siswa. Pemberian skor pemahaman konsep

    matematika siswa disusun berdasarkan pemahaman menurut Bloom yaitu

    pemahaman translasi ( ), pemahaman interpretasi ( ), dan

    pemahaman ekstrapolasi ( ). Kriteria pemberian skor menurut Cai,

    Lane & Jacabsin disajikan dalam bentuk tabel:2

    Instrumen penelitian yang dibuat sebanyak 10 butir soal yang mengukur

    dimensi pemahaman translasi ( ), pemahaman interpretasi

    ( ), dan pemahaman ekstrapolasi ( ) dengan

    menggunakan skor 0 - 4 tiap butir soal. 10 butir soal ni dibuat kisi-kisi soal (lihat

    lampiran 3 halaman 145). Namun setelah diuji validitas 10 butir soal tersebut

    hanya 6 butir soal yang valid.

    Tes yang akan diberikan pada kelas eksperimen dan kela kontrol terlebih

    dahulu harus dianalisis agar hasilnya baik. Analisis b r instrumen terdiri dari uji

    validitas, daya pembeda, taraf kesukaran, dan reliabil tas instrumen.

    Skor Pemahaman

    Level 4 Konsep dan prinsip terhadap soal matematika secara len kap;

    penggunaan istilah dan notasi matematika secara tepat; penggunaan

    algoritma secara lengkap dan benar.

    Level 3 Konsep dan prinsip terhadap soal matematika hampir len kap;

    penggunaan istilah dan notasi matematika hampir benar;

    penggunaan algoritma secara lengkap; perhitungan secar umum

    benar namun mengandung sedikit kesalahan.

    Level 2 Konsep dan prinsip terhadap soal matematika kurang len kap;

    jawaban mengandung perhitungan yang salah.

    Level 1 Konsep dan prinsip terhadap soal matematika sangat terbatas;

    jawaban sebagian besar mengandung perhitungan yang sal .

    Level 0 Tidak menunjukkan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal

    matematika.

    Analis is Instrumen

    Instrumen Penelitian

    Tabel 3.1

    Kriteria Skor Pemahaman Konsep Matematika Siswa

    Analis is Butir Instrumen

    Uji Validitas

    translation interpretation

    extrapolation

    translation

    interpretation extrapolation

  • 4

    Uji validitas yang digunakan yaitu korelasi dengan angka

    kasar.3

    2222

    )(

    Keterangan:

    = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

    X = skor per item yang diuji

    Y = jumlah nilai setiap siswa

    YX= jumlah hasil kali X dengan Y

    2= kuadrat dari X

    2= kuadrat dari Y

    N = banyaknya subjek skor X dan skor Y

    Setelah diperoleh harga , dilakukan pengujian validitas dengan

    membandingkan harga dan . Harga dapat diperoleh dengan

    terlebih dahulu menetapkan derajat kebebasannya menggunakan rumus

    a

    Kriteria Pengujiannya:

    Jika , maka soal tersebut valid

    Jika , maka soal tersebut tidak valid.

    Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas, dari 10 s yang diujikan,

    diperoleh sebanyak 6 butir soal yang valid dan 4 butir soal yang tidak valid ( lihat

    lampiran 10 halaman 157).

    product moment

    YYNXXN

    YXXYNrXY

    XYr

    X

    Y

    xyr

    xyr tabelr tabelr

    df = n - 2

    tabelxy rr

    tabelxy rr

    ( )( )[ ] ( )[ ]∑ ∑∑ ∑

    ∑ ∑ ∑−−

    −=

    <

    pada taraf signifikansi = 0,05.

  • 5

    Daya pembeda soal, adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan

    antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yan berkemampuan

    rendah.4

    Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah :

    BAB

    B

    A

    A PPJ

    B

    J

    BD

    Keterangan :

    JA = jumlah maksimum skor peserta kelompok atas

    JB = jumlah maksimum skor peserta kelompok bawah

    BA = jumlah skor peserta kelompok atas

    BB = jumlah skor peserta kelompok bawah

    PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

    PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

    Klasifikasi daya pembeda:

    D : 0,00 - 0,20 = jelek (poor)

    D : 0,21 - 0,40 = cukup (satisfactory)

    D : 0,41 - 0,70 = baik (good)

    D : 0,71 - 1,00 = baik sekali (excellent)

    D : negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai

    nilai D negatif sebaiknya diperbaiki.

    Berdasarkan hasil perhitungan uji daya pembeda, diperoleh 5 butir soal

    termasuk dalam kategori jelek, 2 butir soal termasuk d lam kategori cukup, dan

    3soal termasuk dalam kategori baik (lihat lampiran 11 halaman 158).

    JS

    BP

    Daya Pembeda

    Taraf Kesukaran

    −=−=

    =

  • 6

    Keterangan:

    P = indeks kesukaran

    B = jumlah skor

    JS = jumlah skor maksimum

    Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering

    diklasifikasikan sebagai berikut:

    Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar

    Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang

    Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah5

    Berdasarkan hasil perhitungan uji taraf kesukaran, dip eh 3 butir soal

    termasuk dalam kategori mudah, 6 butir soal termasuk d am kategori sedang, dan

    1 butir soal termasuk dalam kategori sukar (lihat lampiran 12 halaman 159).

    Hasil perhitungan uji validitas, daya pembeda, dan taraf kesukaran dari

    tiap butir soal, dapat dibuat rekapitulasi analisis butir soal pada tabel 3.2 sebagai

    berikut:

    1a 0,40 (valid) 0,20 (jelek) 0,71 (mudah) digunakan

    1b 0,24

    (tidak valid)

    0,05

    (jelek)

    0,78

    (mudah)

    tidak

    digunakan

    1c 0,54 (valid) 0,39 (cukup) 0,71 (mudah) digunakan

    Tabel 3.2

    Rekapitulasi Analisis Butir Soal

    No. Butir

    Soal

    Validitas Daya Pembeda Taraf

    Kesukaran

    Keterangan

  • 7

    1d 0,54 (valid) 0,41 (baik) 0,54 (sedang) digunakan

    2a 0,59 (valid) 0,30 (cukup) 0,69 (sedang) digunakan

    2b 0,79 (valid) 0,48 (baik) 0,50 (sedang) digunakan

    3 0,16

    (tidak valid)

    0,05

    (jelek)

    0,67

    (sedang)

    tidak

    digunakan

    4 0,15

    (tidak valid)

    0,07

    (jelek)

    0,67

    (sedang)

    tidak

    digunakan

    5 0,61 (valid) 0,43 (baik) 0,50 (sedang) digunakan

    6 0,23

    (tidak valid)

    0,16

    (jelek)

    0,17

    (sukar)

    tidak

    digunakan

    Rumus Alpha digunakan untuk mencari koefisien reliabil tas instrumen pada

    soal jenis essay.

    Rumus Alpha Cronbach yaitu: 6

    )1)(1

    (2

    2

    11

    dengan NN

    )X(X

    2

    2

    2

    Keterangan:

    11r = reliabilitas yang dicari

    k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

    2

    i = jumlah varians butir

    2

    t = varians total

    Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas instrum , d iperoleh

    sebesar 0,74 (lihat lampiran 13 halaman 160). Dengan ilai reliabilitas demikian,

    Uji reliabilitas

    ( )∑

    −−

    =∑ ∑−

    ∑σ

    σ

    t

    i

    k

    kr

    hitungr

    s

    s

  • 8

    maka instrumen tersebut memiliki korelasi yang tinggi an memenuhi persyaratan

    instrumen yang baik.

    Untuk analisis data terlebih dahulu menggunakan uji pr syarat analisis yang

    terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Uji p arat dilakukan untuk

    memenuhi syarat uji hipotesis dengan uji t.

    Uji Normalitas

    Uji normalitas yang digunakan untuk mengetahui apakah ata dari kelas

    eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini

    digunakan uji Chi Kuadrat dengan 05,0 . Pengujian normalitas data hasil

    penelitian dengan menggunakan Chi-Kuadrat 7

    22

    Keterangan:

    2

    = nilai statistik chi- kuadrat

    Oi = nilai frekuensi observasi, yaitu banyaknya ata yang termasuk pada suatu

    kelas interval

    Ei = nilai frekuensi ekspektasi

    Kriteria Pengujian:

    Jika , maka data berdistribusi normal

    Jika maka data tidak berdistribusi normal

    Uji Homogenitas

    Analis is Data

    Uji Prasyarat Analisis

    =

    ( )∑

    −=

    a

    c

    c

    Ei

    EiOi

  • 9

    Uji Homogenitas menggunakan uji Fisher dengan taraf si ifikan a = 0,05

    untuk mengetahui apakah kedua kelompok memiliki varian yang sama atau tidak.

    Hipotesis:

    H0 : 2

    2

    2

    1

    H1 : 2

    2

    2

    1

    Keterangan:

    H0 : kedua kelompok data berasal dari populasi yang homog

    H1 : kedua kelompok data berasal dari populasi tidak homogen

    Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus stati tic uji F (Fisher) sebagai

    berikut: 8

    terkecilvarians

    terbesarvariansF

    Kriteria pengujian:Tolak H0 jika

    diperoleh dari daftar distribusi F dengan peluang 1/2

    dan derajat bebas pembilang dan penyebut masing-masing v1 dan v2. v1 diperoleh

    dari banyak sampel dengan varians terbesar (pembilang) dikurangi 1, dan v2

    diperoleh dari banyak sampel dengan varians terkecil (penyebut) dikurangi 1.

    Setelah dilakukan pengujian populasi data dengan menggunakan uji

    normalitas dan uji homogenitas, maka untuk menguji data yang diperoleh

    σ=σ

    σ≠σ

    =

    a

    Uji Hipotes is

  • 10

    digunakan rumus uji t. Taraf signifikan yang digunakan a = 0,05

    Rumus uji t untuk varians homogen dan varians tidak ho ogen sebagai

    berikut:9

    Jika varians populasi homogen

    21

    gab

    21hitun g

    n

    1

    n

    1S

    XXt

    2

    11

    21

    2

    22

    2

    11

    dengan 2nndb 21

    Jika varians populasi tidak homogen

    2

    2

    2

    1

    2

    1

    21

    dengan 11 2

    2

    2

    2

    2

    1

    2

    1

    2

    1

    2

    2

    2

    2

    1

    2

    1

    Keterangan:

    1X : rata-rata data kelompok eksperimen

    2X : rata-rata data kelompok kontrol

    gabS : nilai deviasi standar gabungan

    1n : banyaknya data kelompok eksperimen

    2n : banyaknya data kelompok kontrol

    +

    −=

    ( ) ( )−+

    −+−=

    −+=

    +

    −=

    +−

    +

    =

    nn

    SnSnS g ab

    n

    S

    n

    S

    XXthitu ng

    n

    n

    S

    n

    n

    S

    n

    S

    n

    S

    db

  • 11

    1 : varians data kelompok eksperimen

    2S : varians data kelompok kontrol

    Kriteria pengujian:

    H0 d iterima jika tab elh itu n gtt

    H0 ditolak jika tabelh itu ngtt

    Apabila pada uji normalitas diperoleh kelompok eksperi en dan/atau

    kelompok kontrol tidak berasal dari populasi berdistribusi normal, maka untuk

    menguji hipotesis digunakan uji statistik non parament

    a

    Rumus uji Mann Whitney yang digunakan yaitu: 10

    dengan

    keterangan:

    = nilai rata-rata

    = nilai simpangan baku

    n1 = banyak anggota kelompok 1

    n2 = banyak anggota kelompok 2

    Adapun hipotesis statistik yang akan diuji pada penel tian ini adalah sebagai

    berikut :

    H0: 21

    Ha: 21

    S

    <

    >

    >

    rik. Adapun jenis statistik

    non parametrik yang digunakan pada penelitian ini adal adalah uji

    Mann Whitney (Uji ”U”) untuk sampel besar dengan taraf signifikansi =

    0,05.

    Hipotesis Statis tik

    mm

    mm

  • 12

    Sugiyono, , (Bandung : Alfabeta, 2010), Cet. Ke- 9, h. 112 Gusni Satriawati, “Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan

    Pemahaman dan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMP”, dalam Jurnal Vol1, No.1, Juni 2006, h. 112

    Suharsimi Arikunto, (Jakarta:Bumi Aksara, 2008), Cet.8, h.72

    Suharsimi Arikunto, , (Jakarta: Bumi Aksara,2008), Cet.8, h.211-214

    Suharsimi Arikunto, , …, h.208-210 Suharsimi Arikunto, , (Jakarta: PT

    Rineka Cipta, 2006), Cet. 13, h.196 M. Subana dan Sudrajat, , (Bandung: Pustaka Setia,

    2001), Cet. ke-1, h. 149-153 Sudjana, , Cetakan ke-3, Edisi ke- 6, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 250 Sugiyono, ,(Jakarta:Alfabeta,2010),Cet.9,h.273 Kadir, , (Jakarta: PT Rosemata Sampurna,

    2010), h.275

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    Metode Peneltian Pendidikan

    Algoritma,

    Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan ,

    Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan

    Dasar-Dasar Evaluasi PendidikanProsedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik

    Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah

    Metoda StatistikaMetode Penelitian Pendidikan

    Statistika Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial

  • 1

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    Deskrips i Data

    Perlakuan pembelajaran dalam penelitian ini selama del an kali

    pertemuan di SMPN 188 Jakarta. Materi pembelajaran yan diajarkan adalah

    himpunan. Pada proses pembelajaran, kedua kelompok mem eroleh perlakuan

    yang berbeda. Kelas eksperimen yaitu kelas VIIA dengan jumlah siswa sebanyak

    37 orang memperoleh pembelajaran model elaborasi, sedangkan kelas kontrol

    yaitu kelas VIIC dengan jumlah siswa sebanyak 37 orang memperoleh

    pembelajaran model klasikal. Pada kahir pembelajaran kedua kelompok diberikan

    posttes yang digunakan untuk mengetahui kemampuan pema aman konsep

    matematika kedua kelompok. Sebelum tes diberikan, tes diuji cobakan terlebih

    dahulu kepada kelas VIID tahun ajaran 2010-2011 yang telah terlebih dahulu

    memperoleh materi himpunan.

    Data diperoleh melalui teknik pengumpulan data yang telah dijelaskan

    pada bab 3. Salah satunya yaitu memberikan posttes yang sama untuk kelompok

    eksperimen dan kelompok kontrol. Posttes ini disusun untuk mengukur

    kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. Dari hasi posttes ini

    dilakukan pemberian skor pada tiap butir soal dan kemudian skor tersebut di

    konversi dalam bentuk nilai.

    Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian berupa statistik deskripstif

    pada tabel 4.1 sebagai berikut:

  • 2

    Tabel 4.1

    Statistik Deskriptif Hasil Penelitian

    Statistika Kelompok

    Eksperimen

    Kelompok Kontrol

    Maksimum (Xm ax) 88 88

    Minimum (X