SKRIPSI PENGARUH PEMBELAJARAN MODEL ELABORASI …€¦ · Berdasarkan diskusi dengan guru...
Transcript of SKRIPSI PENGARUH PEMBELAJARAN MODEL ELABORASI …€¦ · Berdasarkan diskusi dengan guru...
-
1
( )
Oleh:
106017000542
SKRIPSI
PENGARUH PEMBELAJARAN MODEL ELABORASI
TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA
RATNA PUSPITASARI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas VII SMP N 188 Ja arta
-
ABSTRAK
Ratna Puspitasari
Kata kunci
, “.” Skripsi, Jurusan Pendidikan
Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
: ,
Pengaruh Pembelajaran Model Elaborasi Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa
Penelitian ini mengkaji pembelajaran model elaborasi t rhadap pemahaman konsep matematika siswa. Metode dan desain penelitian yang digunakan yaitu quasi eksperimen dengan posttest only control design. Berdasarkan pengolahan data dan analisis data yang sig kan, diperoleh kesimpulan: (1) Kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang menggunakan pembelajaran model elaborasi lebih tinggi ipada kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang menggunakan pembelajaran model klasikal; (2) Kemampuan pemahaman konsep matematika si pada dimensi translasi yang menggunakan pembelajaran model elaborasi lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman konsep matematika siswa p dimensi interpretasi dan dimensi ekstrapolasi. Selain itu, kemampuan pemahaman dimensi ekstrapolasi yang menggunakan pembelajaran model elaborasi lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman dimensi ekstrapolasi yang menggunakan pembelajaran model klasikal.
Pemahaman Konsep Matematika Pembelajaran Model Elaborasi
-
2
, "." Thesis, Department of Mathematics
Education, Faculty of Science and Teacher Training Tarbiyah, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.
ation
ABSTRACT
Ratna Puspitasari The Effect of Elaboration on Learning Model Student Understanding of Mathematics Concepts
This study examines the learning model of elaboration students' understanding of mathematical concepts. Methods and research design used is a quasi experimental design with posttest-only control Based on data processing and analysis of significant data, we concluded: (1) The ability of students'understanding of mathematical concepts using e elaborate models of higher learning than the ability of student underst ng of mathematical concepts using a classical model of learning, (2) The ility of students' understanding of math concepts on the dimensions of translational that use more elaborate models of higher learning than the ability of students' understanding of mathematical concepts in the dimension of interpretation and extrapolation dimension. In addition, the ability of u standing the dimensions of learning model extrapolation using elaboration higher than the extrapolation capability of understanding the dimensions that use a classical model of learning.
Keywords: Understanding Concepts in Mathematics, Learning Model Elabor
-
1
Alhamdulillah segala puji kehadirat illahirabbi Allah WT yang telah
memberikan segala karunia, nikmat iman, nikmat islam, an nikmat kesehatan
yang berlimpah dari dunia sampai akhirat. Shalawat dan Salam senantiasa
dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, dan
para pengikutnya sampai akhir zaman.
Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak
sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, be kat kerja keras, doa,
perjuangan, kesungguhan hati dan dorongan serta masukan-masukan yang positif
dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh
sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbi ah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ibu Maifalinda Fatra M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bapak. Otong Suhyanto, M.Si., Sekretaris Jurusan Pendi ikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan dan
semangat dalam membimbing penulis selama ini.
Bapak Abdul Muin, S.Si, M.Pd, Dosen Pembimbing I yang penuh kesabaran,
bimbingan dan arahan dalam membimbing penulis selama i i.
Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis
selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah B pak dan Ibu
berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
Staf Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberi kemudahan dalam pembuatan surat-surat serta se tifikat.
Kepala SMPN 188 Jakarta, Bapak Drs. Safari Budiharjo, M.Pd yang telah
KATA PENGANTAR
?? ??? ??????????Í??
-
2
memberikan izin untuk melakukan penelitian di SMPN 188 Jakarta, Ibu
Tarmini, S.Pd yang telah membantu penulis melaksanakan penelitian d kelas
VII-A dan VII-C. Seluruh karyawan dan guru SMPN 188 Jakarta yang telah
membantu melaksanakan penelitian.
Pimpinan dan staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan ultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ang telah
membantu penulis dalam menyediakan serta memberikan pinjaman literatur
yang dibutuhkan.
Keluarga tercinta Ayahanda Sukarman, Ibunda Sukarsih yang tak henti-
hentinya mendoakan, melimpahkan kasih sayang dan memberikan
dukungan moril dan materil kepada penulis. Adinda tercinta Fajar Bayu Aji
dan Tidar Bayu Sakti, serta semua keluarga yang selalu mendoakan,
mendorong penulis untuk tetap semangat dalam mengejar an meraih cita-
cita.
Teman-teman seperjuangan, Naliy Nur Arifiyani, Nur Seha, Siti Juleha, Irna
Purnama Sari, Tuti Alawiah, Rifqia, Latifah, Siti Maryam Nur Azizah yang
selalu mendorong penulis untuk tetap semangat.
Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan '06, kelas
A dan B yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Teman-teman PPKT di SMP Darul Ma'arif Cipete Jakarta S latan, Kelly Aprilla,
Rossa Amelia, Siti Nur Azizah, Arief Mahmudi, Ahmad Syahroni, Agus
Budiman, Abdus Salam yang selalu memberikan motivasi p da penulis.
Kepala Sekolah, guru-guru serta staf SMP Islam Al-Hikmah Pondok Cabe yang
tidak dapat disebutkan satu persatu yang memberikan motivasi penulis untuk
tetap semangat.
Ucapan terima kasih juga ditunjukan kepada semua pihak yang namanya
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis han a dapat memohon dan
berdoa mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dukungan, sem gat, masukan dan
doa yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah
-
3
SWT di dunia dan akhirat. Amin yaa robbal'alamin.
Demikianlah, betapapun penulis telah berusaha dengan segenap
kemampuan yang ada untuk menyusun karya tulis yang seb k-baiknya, namun di
atas lembaran-lembaran skripsi ini masih saja dirasaka dan ditemui berbagai
macam kekurangan dan kelemahan. Karena itu, kritik dan saran dari siapa saja
yang membaca skripsi ini akan penulis terima dengan hati terbuka.
Penulis berharap semoga skripsi ini akan membawa manfa yang sebesar-
besarnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca sekal an umumnya.
Jakarta, Maret 2011
Penulis
Ratna Puspitasari
-
11
Latar belakang masalah 1
Identifikasi Masalah 4
Pembatasan Masalah 4
Perumusan Masalah 4
Tujuan Penelitian 5
Manfaat Penelitian 5
Pemahaman Konsep Matematika Siswa 6
Pembelajaran Model Elaborasi 12
Metode Diskusi Kelompok Kecil 20
Pembelajaran Model Klasikal 24
Hasil Penelitian Relevan 25
Kerangka Berpikir 26
Hipotesis Penelitian 28
Tempat dan Waktu Penelitian 29
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
ABSTRACT ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II LANDASAN TEORETIS 6
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29
-
22
Metode dan Desain Penelitian 29
Populasi dan Sampel 29
Teknik Pengumpulan Data 30
Analisis Instrumen 31
Analisis Data 36
Hipotesis Statistik 39
Deskripsi Data 40
Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Kelompok Eksperi en 43
Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Kelompok Kontrol 45
Hasil Pengujian Prasyarat Analisis 48
Uji Normalitas 48
Uji Homogenitas 48
Pengujian Hipotesis 51
Pembahasan Hasil Penelitian 54
Keterbatasan Penelitian 58
Kesimpulan 59
Saran 60
BAB IV HASIL PENELITIAN 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 59
DAFTAR PUSTAKA 61
LAMPIRAN-LAMPIRAN 64
-
33
Tabel 2.1 : Karakteristik dan Pengalaman Belajar Metode
Diskusi Kelompok 20
Tabel 2.2 : Langkah-Langkah Pembelajaran Model Elaborasi 22
Tabel 3.1 : Kriteria Skor Pemahaman Konsep Matematika Siswa 30
Tabel 3.2 : Rekapitulasi Analisis Butir Soal 34
Tabel 4.1 : Statistik Deskriptif Hasil Penelitian 38
Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Kumulatif Kelompok Eksperimen 41
Tabel 4.3 : Hasil Skor Pemahaman Konsep Kelompok Eksperiman
untuk Tiap Dimensi. 41
Tabel 4.4 : Hasil Skor Pemahaman Konsep Kelompok Eksperiman
untuk tiap dimensi. 41
Tabel 4.5 : Distribusi Frekuensi Kumulatif Kelompok Kontrol 42
Tabel 4.6 : Hasil Skor Pemahaman Konsep Kelompok Eksperiman
untuk tiap dimensi. 43
Tabel 4.7 : Rekapitulasi Rata-Rata Tiap Dimensi Pemahaman
Kelompok Eksperimen dan kelomp ontrol 43
Tabel 4.8 : Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Normalitas 45
Tabel 4.9 : Hasil Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol 47
Tabel 4.10 : Hasil Pengujian Hipotesis 49
DAFTAR TABEL
-
44
Gambar 1 : Penyebaran Nilai Hasil Posttes Kemampuan Pemahaman Konsep
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol 39
DAFTAR GAMBAR
-
55
Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen 64
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol 118
Lampiran 3 : Kisi-Kisi Soal 145
Lampiran 4 : Instrumen sebelum uji validitas 149
Lampiran 5 : Jawaban instrumen sebelum uji validitas 151
Lampiran 6 : Instrumen setelah uji validitas 153
Lampiran 7 : Jawaban instrumen setelah uji validitas 154
Lampiran 8 : Langkah-Langkah Perhitungan Uji Validitas Test Essay
dan Perhitungan Daya Pembeda Test Essay 155
Lampiran 9 : Langkah-Langkah Perhitungan Tingkat Kesukaran Test Essay
dan Perhitungan Reliabilitas Test Essay 156
Lampiran 10 : Tabel Analisis Uji Validitas 157
Lampiran 11 : Tabel Analisis Daya Pembeda Butir Soal 158
Lampiran 12 : Tabel Tingkat Kesukaran Butir Soal 159
Lampiran 13 : Tabel Analisis Uji Reliabilitas 160
Lampiran 14 : Tabel Nilai Posttest Kelompok Eksperimen Berdasarkan
Dimensi Pemahaman Konsep 161
Lampiran 15 : Tabel Nilai Posttest Kelompok Kontrol Berdasarkan
DAFTAR LAMPIRAN
-
66
Dimensi Pemahaman Konsep 162
Lampiran 16 : Tabel Skor Pemahaman Konsep Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol untuk Tiap Dimensi 163
Lampiran 17 : Perhitungan Data Statistik Awal Kelompok Eksperimen 164
Lampiran 18 : Perhitungan Data Statistik Awal Kelompok Kontrol 167
Lampiran 19 : Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Eksperimen 170
Lampiran 20 : Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Kontrol 171
Lampiran 21 : Tabel Daftar Frekuensi Observasi dan Ekspektasi Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kon 172
Lampiran 22 : Perhitungan Uji Homogenitas 173
Lampiran 23 : Perhitungan Pengujian Hipotesis 174
Lampiran 24 : Tabel Distribusi Normal Z 175
Lampiran 25 : Tabel Uji Chi Kuadrat 176
Lampiran 26 : Tabel Uji F 177
Lampiran 27 : Tabel Uji t 182
-
1
SKRIPSI
PENGARUH PEMBELAJARAN MODEL ELABORASI
TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA
Oleh:
RATNA PUSPITASARI
106017000542
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(Penelitian Quasi Eksperimen pada kelas VII SMPN188 Jakarta)
-
2
1
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kegiatan belajar dan mengajar yang baik yaitu guru tidak
mendominasi pembelajaran, tetapi membantu menciptakan
kondisi kondusif serta membimbing dan memberikan motiv i
kepada siswa agar potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang
melalui kegiatan belajar. Transfer belajar yang baik tidak hanya
satu arah tetapi dua arah yakni guru dan siswa aktif dalam
pembelajaran. Dalam , faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi timbulnya transfer belajar antara lain taraf
intelegensi dan sikap, metode guru dalam mengajar, dan isi mata
pelajaran. Salah satu faktor mempengaruhi transfer belajar yai u
metode guru dalam mengajar. Apabila metode mengajar guru
berpusat pada guru tanpa memperhatikan keaktifan sisw maka
siswa akan jenuh dalam pembelajaran.
Pembelajaran matematika yang didominasi guru biasanya
mengajar dengan mengutamakan metode ceramah dan tanya
jawab. Dalam proses pembelajarannya, siswa mengikuti cara
belajar yang dipilih oleh guru, siswa kurang sekali mendapat
kesempatan untuk menyatakan pendapatnya. Selain itu, pada
pembelajaran seperti ini, guru jarang mengajar siswa untuk
membahas atau menganalisa suatu konsep sehingga
Psikologi Belajar
-
3
mengakibatkan kurangnya kemampuan pemahaman konsep sis a.
Matematika merupakan dasar ilmu dari setiap jenjang
pendidikan. Pembelajaran matematika di sekolah diarahk untuk
membantu siswa menggunakan daya intelektualnya dalam belajar.
Salah satu daya intelektual siswa yaitu kemampuan pemahaman
konsep. Pemahaman suatu konsep matematika tidak dapat
dipindahkan secara langsung dari otak seseorang (guru) ke kepala
orang lain (siswa). Siswa sendirilah yang harus mengar ikan apa
yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-
pengalaman mereka. Pemahaman konsep dibentuk oleh siswa
secara aktif, bukan hanya diterima secara pasif dari guru mereka.
Pada taksonomi Bloom, pemahaman terbagi menjadi tiga
yaitu kemampuan translasi, interpretasi, dan ekstrapol i.
Kemampuan translasi siswa yaitu menerjemahkan suatu kalimat
atau soal matematika ke dalam bentuk simbol matematika.
Berdasarkan diskusi dengan guru matematika kelas VII i SMPN
188 Jakarta, beberapa siswa masih bingung dalam penggunaan
simbol matematika atau variabel-variabel yang digunakan, masih
belum paham perkataan dalam soal yang harus disimbolkan dalam
bentuk variabel. Menurut guru matematika kelas VII di MPN 188
Jakarta, siswa merasa kesulitan bila mengerjakan soal- oal yang
berkaitan dengan kehidupan nyata. Dimana soal-soal ini
diindikasikan dapat mengukur kemampuan interpretasi dan
ekstrapolasi siswa. Meskipun ada siswa yang mampu
menerjemahkan soal dalam simbol, tetapi siswa tersebut belum
dapat mengaplikasikan konsep yang diajarkan guru mereka.
Berdasarkan hasil observasi, hasil belajar matematika i
-
4
SMPN 188 Jakarta belum maksimal. Terlihat dari hasil U ian MID
Semester kelas VII yang rata-ratanya 56 dan ini tidak enuhi
standar KKM yaitu 60. Sementara siswa yang mendapatkan nilai
di atas KKM sebesar 71 siswa dari 187 siswa kelas VII. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep siswa belum
maksimal
Seiring berkembangnya model-model atau metode-metode
pembelajaran dalam dunia pendidikan. Guru harus pandai
merancang pembelajaran dengan memilih model dan metode
untuk menciptakan suasana belajar mandiri, mengaktifk siswa,
serta menyenangkan. Salah satu alternatif menciptakan ondisi
pembelajaran yang aktif dan mandiri yaitu dengan pembelajaran
model elaborasi. Pembelajaran model elaborasi dimulai dari
penyajian kerangka isi, elaborasi tahap pertama, pemberian
rangkuman dan sintesis eksternal, elaborasi tahap kedua,
pemberian rangkuman dan sintesis eksternal, elaborasi elanjutnya
disesuaikan tujuan pembelajaran yang ditetapkan (setiap elaborasi
diakhiri dengan rangkuman dan sintesis), tahap terakhi dengan
mereview pelajaran keseluruhan yaitu disajikan kembali kerangka
isi kemudian mensintesis secara keseluruhan. Model elaborasi
memiliki tujuh komponen antara lain urutan elaboratif, urutan
prasyarat belajar, rangkuman, pesintesis, analogi, pengaktif
strategi kognitif dan kontrol belajar.
Metode yang digunakan pembelajaran model elaborasi
dengan metode diskusi kelompok kecil. Pada pembelajaran
elaborasi dengan metode diskusi kelompok kecil dimulai penyajian
kerangka isi. Kerangka isi menjelaskan gambaran keselu han
-
5
materi yang akan dipelajari siswa atau konsep-konsep yang akan
dipelajari nantinya. Dalam penyampaian kerangka isi juga
dijelaskan tujuan pembelajaran serta prasyarat untuk mempelajari
suatu konsep matematika. Elaborasi tahap pertama yaitu siswa
memecahkan permasalahan yang ada pada LKS. LKS ini dis un
sesuai dengan model elaborasi. Setelah elaborasi tahap pertama
selesai diakhiri dengan rangkuman dan sintesis eksternal. Elaborasi
tahap kedua juga menyelesaikan permasalahan yang berbeda pada
LKS. Elaborasi ini diakhiri dengan rangkuman serta sintesis.
Elaborasi dilanjutkan sampai pada tujuan pembelajaran yang
ditetapkan dan diakhiri dengan rangkuman dan sintesis sternal.
Bagian terakhir dalam pembelajaran ini yaitu mereview elajaran
secara keseluruhan.
Pada pembelajaran model elaborasi ini, siswa mendiskusikan
permasalahan dalam LKS. Penyusunan LKS juga memperhatikan
komponen elaborasi. Salah satu komponen elaborasi yaitu analogi.
Analogi disajikan melalui ilustrasi, permasalahan keh pan
nyata, atau pengetahuan yang dikenal siswa. Penggunaan analogi
turut berpengaruh dalam membentuk pemahaman siswa jika ada
kedekatan persamaan antara pengetahuan baru dengan
pengetahuan yang dianalogikan. Pengetahuan baru ini dapat
berupa suatu konsep, prinsip atau prosedur.
Berdasarkan uraian di atas maka, pembelajaran model
elaborasi metode diskusi kelompok kecil diduga memiliki
pengaruh terhadap pemahaman konsep siswa. Oleh karena itu,
peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul: Pen uh
Pembelajaran Model Elaborasi Terhadap Pemahaman Konsep
-
6
Matematika Siswa.
Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai
berikut:
Pembelajaran matematika yang digunakan guru selama ini
masih cenderung berpusat pada guru.
Pemilihan model pembelajaran matematika kurang bervariasi.
Pembelajaran matematika selama ini dengan metode ceramah
membuat siswa merasa jenuh.
Pemberian contoh pada pembelajaran matematika kurang
dikaitkan dengan pengetahuan yang dikenal siswa.
Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas , penelitian atasi
pada:
Pemahaman konsep siswa yang digunakan berdasarkan
taksonomi Bloom yaitu pemahaman translasi ( ),
pemahaman intreptretasi ( ), dan pemahaman
ekstrapolasi ( ).
Pembelajaran model elaborasi dengan metode diskusi kelompok
kecil disusun berdasarkan teori elaborasi. Pada pembelajaran
ini menggunakan LKS yang disusun sesuai model elaborasi.
Perumusan Masalah
Suatu model pembelajaran dikatakan berpengaruh baik
translation
interpretation
extrapolation
-
7
terhadap pemahaman konsep matematika siswa apabila model
pembelajaran yang diajarkan lebih baik dari model pemb aran
yang biasa digunakan. Untuk itu, perumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa yang diajarkan menggunakan
pembelajaran model elaborasi dengan kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan
menggunakan pembelajaran model klasikal?
Bagaimana pemahaman konsep matematika siswa yang
diajarkan menggunakan pembelajaran model elaborasi?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian
yaitu:
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan
menggunakan pembelajaran model elaborasi dengan
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang
diajarkan menggunakan pembelajaran model klasikal.
Untuk mengetahui pemahaman jenis mana yang lebih dikuasai
siswa dari ketiga jenis pemahaman yaitu pemahaman
translasi ( ), pemahaman interpretasi
( ), dan pemahaman ekstrapolasi ( )
khususnya pada kelas yang diajarkan dengan pembelajaran
model elaborasi.
translation
interpretation extrapolation
-
8
Syaiful Bahri Djamarah, , (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), Cet.2, h.230-232
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian antara lain adalah:
Bagi peneliti, untuk memperluas wawasan dan pengalaman
tentang cara belajar matematika dengan menggunakan
pembelajaran model elaborasi.
Bagi siswa, dapat memberikan alternatif dalam pembelajaran
matematika untuk memahami dan menguasai konsep
matematika.
Bagi guru, hasil penelitian ini kiranya dapat menjadi n
pertimbangan khususnya guru matematika dalam menyusun
perencanaan pengajarannya agar memasukkan jenis model
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
diharapkan.
Memberikan bahan pertimbangan bagi pengembangan
kurikulum dalam rangka pengembangan kurikulum di masa
mendatang.
1 Psikologi Belajar
-
1
BAB II
LANDASAN TEORETIS
Pemahaman Konsep Matematika
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemahaman berarti proses, cara,
perbuatan memahami atau memahamkan.1 Kategori pemahaman dihubungkan
dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, inform si yang telah
diketahui dengan kata-kata sendiri.2 Dari definisi dan kategori pemahaman di atas,
maka pemahaman merupakan suatu perbuatan membuat seseorang paham melalui
kemampuan menjelaskan informasi atau pengetahuan yang dibahasakan dengan
kata-kata sendiri.
Pemahaman dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Menurut Polya jenis
pemahaman ada empat yaitu pemahaman mekanikal, pemaham induktif,
pemahaman rasional, dan pemahaman intuitif. Pollastek membedakan dua jenis
pemahaman yaitu pemahaman komputasional dan pemahaman fungsional.
Copeland membagi pemahaman menjadi dan . Skemp
membedakan dua jenis pemahaman yaitu pemahaman instrum tal dan
pemahaman relasional. Pemahaman instrumental yaitu kemampuan hafal sesuatu
secara terpisah atau dapat menerapkan sesuatu perhitun an rutin/sederhana,
mengerjakan sesuatu secara algoritmik. Pemahaman relas onal yaitu kemampuan
mengaitkan sesuatu dengan hal lainnya secara benar dan enyadariproses yang
dilakukan. 3 Bloom berbeda dengan Polya, Skemp, Pollastek dan Cope and. Ia
membagi pemahaman menjadi tiga jenis yaitu pemahaman translasi ( ),
pemahaman interpretasi ( ), dan pemahaman ekstrapolasi
( ).
Pemahaman merupakan salah satu aspek kognitif yang ada ada taksonomi
knowing how to knowing
translation
interpretation
extrapolation
-
2
Bloom. Dimana Bloom membagi tingkatan kemampuan atau tipe hasil belajar
pada aspek kognitif menjadi enam yaitu pengetahuan ( ), pemahaman
( ), penerapan ( ), analisis ( ), sintesis
( ), dan evaluasi ( ). Urutan tersebut disusun secara hierarkis
yang dimulai dari kemampuan dasar yaitu pengetahuan sampai pada kemampuan
evaluasi.
Pengetahuan merupakan tingkat kemampuan yang hanya mem nta siswa
untuk mengenal atau mengetahui adanya konsep, fakta, kaidah, prinsip atau istilah-
istilah tanpa harus mengerti, atau dapat menilai dan m ggunakannya.4 Siswa
pada tingkat kemampuan pengetahuan dituntut untuk menghafal atau mengingat.
Pengetahuan termasuk kemampuan dasar untuk mencapai kemampuan
pemahaman ( ), karena pemahaman siswa juga tergantung pada
pengetahuan yang dimiliki oleh siswa.
Kemampuan pemahaman ( ) mencakup kemampuan untuk
menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari.5 Kemampuan ini
dinyatakan dalam menguraikan isi pokok suatu bacaan, m ngubah data yang
disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain , membua perkiraan dari data
tertentu. Kemampuan pemahaman ( ) setingkat lebih tinggi dari
kemampuan pengetahuan. Dimana pada kemampuan pemahaman
( ) mengharapkan siswa tidak hanya menghafal secara verb l, tetapi
memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan.
Pemahaman ( ) merupakan kemampuan siswa yang
dihadapkan dengan komunikasi dimana siswa mengetahui apa yang sedang
dikomunikasikan dan dapat membahasakan komunikasi ters ut dalam bentuk
lisan, tertulis, simbolis, atau gambar. Perilaku pemah man dibedakan menjadi tiga
yaitu:6
knowledge
comprehension application analysis
synthesis evaluation
comprehension
comprehension
comprehension
comprehension
comprehension
Pemahaman Translas i ( ) Translation
-
3
Pemahaman translasi ( ) yaitu kemampuan siswa yang dapat
mengubah komunikasi ke dalam istilah lain atau melambangkan komunikasi
tersebut dalam bentuk lain seperti simbol, rumus, gamb dan sebagainya.
Biasanya siswa yang memiliki pengetahuan relevan yang diperlukan dalam
komunikasi, siswa tersebut dapat memberikan arti dari a yang sedang
dikomunikasikan dan mampu berpikir lebih kompleks. ntuk berpikir lebih
kompleks, sebuah komunikasi atau materi yang diajarkan kepada siswa harus
menggambarkan konsep umum atau keseluruhan ide yang re evan. Agar konsep
umum, ide-ide abstrak dapat diubah/diterjemahkan dalam bentuk istilah sehari-
hari berguna dalam berpikir lebih lanjut mengenai beb rapa masalah yang
disampaikan dalam komunikasi. Pemahaman translasi dapat terbawa ke dalam
perilaku yang lebih kompleks, seperti aplikasi, analis s, sintesis, dan evaluasi.
Perilaku pemahaman translasi ( ) terdiri dari tiga macam yaitu:
Pemahaman translasi ( ) dari satu tingkat abstraksi yang lain.
Yaitu kemampuan mengubah ide-ide yang bersifat umum/konsep-konsep
umum ke dalam bentuk istilah, kata-kata teknis atau me berikan contoh dari
konsep umum dengan bahasa sendiri.
Konsep terdiri dari konsep konkret dan konsep yang harus didefinisikan.
Konsep konkret menunjukkan ciri-ciri fisik obyek dal m lingkungan. Konsep
yang harus terdefinisi merupakan konsep yang mewakili realitas hi up, tetapi tidak
langsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan fisi rena realitas itu tidak
berbadan.7 Konsep konkret berkaitan langsung dengan lingkungan fis k sedangkan
konsep yang harus terdefinisikan tidak berkaitan secara langsung dengan
lingkungan hidup fisik. Dengan kata lain konsep yang harus didefinisikan
merupakan konsep abstrak yang harus diterjemahkan dalam bentuk bahasa atau
istilah lain yang dapat dipahami. Untuk itu diperlukan ampuan translasi
( ) dari satu tingkat abstraksi ke translasi yang dapat dipahami.
translation
translation
translation
translation
-
4
Contoh kemampuan ini antara lain: kemampuan untuk menerjemahkan soal
yang diberikan dalam kata-kata teknis, kemampuan untuk menerjemahkan bagian
panjang dari komunikasi ke dalam istilah abstrak singkat atau lebih, dan
kemampuan untuk menerjemahkan sebuah abstraksi, seperti beberapa prinsip
umum dengan memberikan ilustrasi atau contoh.
Pemahaman translasi ( ) dari bentuk simbolik ke bahasa
komunikasi atau sebaliknya.
Yaitu kemampuan untuk mengubah komunikasi dalam bentuk simbol atau
mengubah dalam bentuk simbol menjadi kalimat/ bahasa komunikasi.
Kemampuan ini sangat diperlukan dalam matematika. Menurut Johson dan Rising
(1972), matematika merupakan pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian
yang logik, matematika itu adalah bahasa, bahasa yang enggunakan istilah yang
didefinisikan dengan cermat, jelas, akurat dengan simb yang padat, lebih berupa
bahasa simbol mengenai arti dari pada bunyi.8 Matematika menggunakan bahasa
istilah yang dapat disimbolkan yang mempunyai arti. Maka untuk menerjemahkan
dari bahasa istilah ke bentuk simbol, siswa harus memp nyai kemampuan
translasi ( ) agar tidak kesulitan dalam belajar matematika.
Contoh kemampuan pemahaman translasi ( ) antara lain:
Kemampuan untuk menerjemahkan hubungan yang dinyatakan dalam
bentuk simbol, termasuk ilustrasi, peta, tabel, diagram, grafik, rumus
matematika lain, untuk membentuk verbal dan sebaliknya.
Kemampuan untuk menerjemahkan ke dalam istilah visual u spasial.
Hal ini terkait konsep geometris dalam hal verbal.
Kemampuan untuk menyiapkan representasi data yang diam .
Kemampuan untuk membaca nilai musik.
Kemampuan untuk membaca rencana arsitektur.
translation
translation
translation
-
5
Pemahaman translasi ( ) dari satu bentuk verbal yang lain.
Yaitu kemampuan untuk mengubah/mengartikan kalimat kom ikasi ke
dalam bentuk bahasa yang berbeda. Contoh kemampuan ini antara lain:
kemampuan untuk menerjemahkan laporan non-literal (metafora, simbolisme,
ironi, berlebihan) ke bahasa Indonesia biasa, kemampuan untuk memahami makna
dari kata-kata tertentu dari sebuah puisi, dan kemampuan untuk menerjemahkan
(dengan atau tanpa kamus) prosa atau puisi bahasa asin ke dalam bahasa
Indonesia yang baik.
Pada pemahaman interpretasi ( ) membutuhkan pemahaman
translasi ( ). Pemahaman interpretasi ( ) yaitu kemampuan
yang melibatkan komunikasi sebagai konfigurasi ide pem aman yang
memerlukan penataan kembali ide-ide ke dalam konfigurasi baru dalam pikiran
siswa. Maksudnya menerjemahkan/menafsirkan komunikasi elalui bagian-
bagian yang menyusun komunikasi kemudian menyusun ulan atau mengatur
ulang dalam pikiran siswa untuk dikaitkan dengan penge uan yang dimiliki
siswa. Pengetahuan interpretasi ( ) juga mencakup kemampuan
penting (pokok) dan membedakan bagian-bagian yang kurang penting (bukan
pokok) dari aspek yang relatif relevan dengan komunikasi.
Pemahaman interpretasi ( ) merupakan pemahaman pemberian
arti yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menen konsep-konsep
yang tepat untuk digunakan dalm menyelesaikan soal.9 Pemahaman ini berkaitan
dengan menentukan pemilihan konsep yang tepat. Pada pemilihan konsep yang
tepat juga diperlukan penentuan konsep mana penting ( okok) dari konsep-
konsep yang kurang penting (tidak pokok).
Konsep dalam matematika adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan
orang untuk mengklasifikasikan apakah sesuatu objek te tu merupakan contoh
translation
interpretation
translation interpretation
interpretation
interpretation
Pemahaman Interpretas i ( ) Interpretation
-
6
atau bukan contoh dari ide abstrak tersebut.10 Suatu ide abstrak dapat diperjelas
melalui contoh dari ide abstrak tersebut. Apabila sud h jelas dengan contoh
tersebut maka dibedakan dengan yang bukan contoh dar ide abstrak. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui apa konsep yang sedang dipelajari oleh seseorang.
Contoh kemampuan pemahaman interpretasi ( ) antara lain:
kemampuan untuk membedakan antara kesimpulan yang diperlukan, tidak
beralasan, atau bertentangan terkait dari data yang diambil, kemampuan untuk
menafsirkan berbagai jenis data, dan kemampuan dalam membuat kualifikasi yang
tepat ketika menginterpretasi data.
Pemahaman ekstrapolasi ( ) tidak lepas dari pemahaman
translasi ( ) dan pemahaman interpretasi ( ). Pemahaman
ekstrapolasi ( ) mencakup pembuatan kesimpulan, pembuatan
perkiraan atau prediksi berdasarkan kecenderungan, atau kondisi yang dijelaskan
dalam komunikasi. Pemahaman ekstrapolasi ( ) yaitu kemampuan
memperkirakan suatu kecenderungan atau gambar.11 Pada pemahaman ini juga
dapat dikaitkan dengan suatu konsep atau gambar.
“Konsep adalah suatu gagasan abstrak yang digeneralisasi dari contoh-
contoh khusus.”12 Contoh-contoh khusus ini digunakan untuk menggambarka
suatu gagasan yang abstrak. Membuat generalisasi dari contoh-contoh
memerlukan kemampuan ekstrapolasi untuk menyimpulkan s ra keseluruhan
konsep umum yang dibuat.
Contoh kemampuan pemahaman ekstrapolasi ( ) antara lain:
kemampuan untuk menarik kesimpulan secara efektif, kemampuan untuk
memperkirakan atau memprediksi konsekuensi dari tindak yang dijelaskan
dalam komunikasi, kemampuan untuk peka terhadap faktor-faktor yang dapat
membuat prediksi akurat, dan kemampuan membedakan berdasarkan
interpretation
extrapolation
translation interpretation
extrapolation
extrapolation
extrapolation
Pemahaman Ekstrapolas i ( ) Extrapolation
-
7
pertimbangan nilai dari prediksi konsekuensi.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka pemahaman konsep matematika
merupakan kemampuan menerjemahkan ( ) suatu konsep matematika
yang masih abstrak kemudian konsep tersebut diinterpretasi ( )
untuk mendapatkan kesimpulan dan hingga akhirnya dieks olasi
( ) yaitu dapat membuat prediksi atau ramalan untuk meme kan
suatu permasalahan dengan menggunakan konsep tersebut.
Pemahaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah p ahaman
menurut Bloom yang terdiri dari pemahaman translasi ( ), pemahaman
interpretasi ( ), dan pemahaman ekstrapolasi ( ).
Pembelajaran merupakan proses membelajarkan siswa menggunakan asas
pendidikan maupun teori belajar yang menentukan keberh silan pendidikan.13
Pembelajaran ini bukan hanya komunikasi satu arah saja, tetapi merupakan
komunikasi dua arah antara guru dan siswa. “Pembelajaran adalah suatu proses
interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pad suatu lingkungan belajar
(UU Sisdiknas No.20 tahun 2003).”14 Kegiatan pembelajaran tidak lepas dari peran
guru, siswa serta sumber belajar. Sumber belajar tidak hanya dari buku namun
lingkungan pun dapat menjadi sumber belajar. Pembelajaran ada yang
mendefinisikan sebagai perubahan dalam diri seseorang yang disebabka oleh
pengalaman.15 Perubahan yang disebabkan pertumbuhan atau perkemban n
pada diri seseorang bukan merupakan pembelajaran. Dal hal ini pembelajaran
terjadi karena adanya perubahan dalam diri seseorang y ng berasal dari
pengalaman.
Pengalaman dalam kegiatan pembelajaran turut ditentukan oleh perencanaan
materi pembelajaran yang didesain oleh guru. Salah satu cara mendesain materi
pembelajaran yaitu dengan elaborasi. Elaborasi berasal dari kata dapat
translation
interpretation
extrapolation
translation
interpretation extrapolation
elaboration
Pembelajaran Model Elaboras i
-
8
diartikan sebagai pengembangan secara rinci dan hati-h ti.16 Pengembangan yang
dimaksud merupakan pengembangan materi pembelajaran me jadi pembelajaran
bermakna.
Dalam “
.”17 Berdasarkan
, elaborasi merupakan proses
penambahan informasi yang dipelajari. Penambahan informasi ini dapat berupa
kesimpulan, kelanjutan dari informasi yang diterima ol h seseorang, contoh, detail,
gambar dan sebagainya.
Para ahli psikologi kognisi menggunakan istilah elabor si untuk merujuk
proses pemikiran tentang bahan yang akan dipelajari dengan cara yang
menghubungkan bahan tersebut dengan informasi atau gag an yang sudah ada
dalam pikiran pelajar tersebut (Ayaduray & Jacobs, 199 ).18 Menghubungkan
bahan yang dipelajari dengan informasi yang sudah dim liki siswa diistilahkan
sebagai elaborasi agar memudahkan siswa dalam memahami pelajaran. Para
psikologi kognitif menemukan bahwa ketika individu men unakan elaborasi
dalam menyandikan informasinya, mereka akan sangat terbantu daripada
informasi harus diproses secara mendalam.
Elaborasi adalah menambah arti dengan menghubungkan satu informasi baru
dengan kumpulan-kumpulan yang lain atau dengan pengeta uan yang sudah
ada.19 Hubungan yang terjadi bila informasi baru dihubungkan dengan informasi
yang sudah ada akan membentuk kerangka kerja dan skema “Skema adalah
informasi-konsep, pengetahuan, informasi tentang kejad -yang sudah eksis
dalam pikiran seseorang.”20 Skema dari pengetahuan sebelumnya mempengaruhi
cara kita menyandikan, membuat informasi, dan mengambi informasi dimana
kesemua rangkaian ini dapat di simpan pada memori jangka panjang.
Penggunaan analogi, sintesis dan rangkuman semuanya da at memperkokoh
The Cognitive Psychology of School Learning, Elaboration is the
process of adding to the information being learned The
Cognitive Psychology of School Learning
-
9
upaya membangun skema yang menunjukkan keterkaitan antara bagian-bagian isi
ajaran.21 Dalam pembelajaran model elaborasi ini menggunakan LKS yang
disusun sesuai dengan model elaborasi sehingga diharap dapat membantu
siswa untuk membuat skema terkait pemahaman yang mereka pahami dari
pembelajaran tersebut.
Desain materi pembelajaran model elaborasi berdasarkan pengembangan
dari teori elaborasi. Adapun Langkah - Langkah Desain Materi Pembelajaran
dalam Teori Elaborasi (Degeng, 1989: 125;Merril and Twitchell, 1994: 93-94)
antara lain: penyajian kerangka isi, elaborasi tahap pertama, pemb an rangkuman
dan sintesis internal, elaborasi tahap kedua, pemberian rangkuman dan sintesis
internal, kemudian diteruskan sampai pada elaborasi yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan terakhir menyajikan secara keseluruhan materi yang telah
diajarkan.22Penyajian kerangka isi dimulai dengan menyajikan kerangka isi yaitu
struktur yang memuat bagian-bagian yang paling penting dari bidang studi.
Kerangka isi dari materi yang akan diajarkan kepada siswa dapat menggunakan
peta konsep.
Elaborasi tahap pertama yaitu mengurutkan tiap-tiap bagian yang ada dalam
kerangka isi, mulai dari bagian terpenting. Akhir tiap elaborasi diakhiri dengan
rangkuman dan sintesis yang hanya mencakup materi-materi pelajaran yang baru
saja diajarkan (sintesis internal). Kemudian dilajutkan dengan pemberian
rangkuman dan sintesis internal. Rangkuman ini berisi pengertian-pengertian
singkat mengenai materi yang diajarkan dalam elaborasi. Setelah itu, elaborasi
tahap kedua. Pada tahap ini siswa pada tingkat kedalaman sebagaimana yang
dituntut dalam tujuan pembelajaran. tahap kedua ini di akukan seperti pada
eleborasi tahap pertama yaitu diakhiri dengan rangkuman dan sintesis. Elaborasi
diberikan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan icapai. Di akhir
pembelajaran, disajikan kembali kerangka isi untuk men ntesiskan keseluruhan isi
materi pelajaran yang telah diajarkan.
-
10
Pada dasarnya terdapat tujuh komponen strategi yang di ntegrasikan dalam
teori elaborasi, (Reigeluth, 1983 dan Degeng, 1989) sebagai berikut:23
Urutan elaboratif yaitu urutan dari sederhana ke kompl ks atau dari umum
ke rinci. Pada tahap ini, diusahakan agar siswa dapat emahami hal-hal yang
bersifat umum terlebih dahulu, dimana hal yang umum i i merupakan kaitan
utama bagi bagian-bagian selanjutnya. Urutan elaboratif ini ada dalam desain
materi pembelajaran elaborasi yaitu ada elaborasi tah pertama,elaborasi tahap
kedua, elaborasi tahap ketiga, sampai pada elaborasi y ng sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Urutan elaboratif pada penelitian ini terdapat dua macam yaitu
elaborasi tahap pertama , elaborasi tahap kedua dan hanya satu elaborasi. Untuk
pertemuan 2x 40 menit menggunakan dua elaborasi sedang 1x 40 menit hanya
satu elaborasi.
Urutan prasyarat belajar adalah struktur yang menunjuk konsep,
prosedur atau prinsip mana yang harus dipelajari sebelum konsep, prosedur, atau
prinsip lain bisa dipelajari. Urutan prasyarat belaja menampilkan hubungan
prasyarat belajar untuk suatu konsep, prosedur, atau p insip. Dalam hal ini urutan
prasyarat belajar dikaitkan dengan kemampuan siswa yan harusnya dikuasai
untuk menunjang materi pelajaran yang akan dipelajari antinya di kelas. Pada
desain materi pembelajaran elaborasi, urutan prasyarat belajar dapat disampaikan
oleh guru pada saat menjelaskan kerangka isi.
Rangkuman berfungsi untuk memberikan pernyataan singkat mengenai isi
bidang studi yang telah dipelajari siswa, dan contoh-contoh acuan yang mudah
diingat untuk setiap konsep, prosedur, atau prinsip ya g diajarkan. Pada teori
elaborasi rangkuman diklasifikan menjadi dua yaitu ran kuman internal (
Urutan Elaboratif
Urutan Prasyarat Belajar
Rangkuman
internal
-
11
summarizer within-set summarizer) dan rangkuman eksternal ( ). Rangkuman
internal diberikan pada setiap akhir suatu pelajaran d n hanya merangkum isi
bidang studi yang diajarkan. Rangkuman eksternal diberikan setelah beberapa kali
pelajaran, yang merangkum semua isi yang telah dipelajari dalam beberapa kali
pelajaran itu. Rangkuman pada desain materi pembelajaran elaborasi di ajikan
setiap kali mengakhiri suatu elaborasi. Rangkuman pada penelitian ini dibuat pada
lembar laporan diskusi kelompok dan saat mengakhiri p entasi dari tiap
kelompok yang persentasi.
Membuat sintesis berfungsi utnuk menunjukkan kaitan-kaitan diantara
konsep, prosedur, atau prinsip yang diajarkan. Pesintesis sangat penting karena
akan menunjukkan sejumlah keterkaitan/hubungan diantara konsep, prosedur, dan
prinsip sehingga dapat memudahkan pemahaman tentang suatu konsep,
kebermaknaan dengan jalan menunjukkan konteks suatu ko sep, prosedur, atau
prinsip pada bagian isi yang lebih luas (Ausubel, 1968). Sintesis dalam desain
materi pembelajaran elaborasi dilakukan setiap akhir elaborasi.
Analogi dibuat untuk dapat memudahkan pemahaman terhad p
pengetahuan yang baru dengan cara membandingkannya den pengetahuan
yang sudah ada dikenal oleh siswa (Reigeluth, 1983). nalogi menggambarkan
persamaan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan lain yan berada di
luar cakupan pengetahuan yang sedang dipelajari. Analogi dapat digunakan untuk
memperjelas suatu konsep, prosedur, prinsip, atau teor sehingga mudah dipahami
siswa.
Analogi yang digunakan di LKS menggunakan gambar-gambar untuk
selanjutnya dibandingkan dengan suatu konsep berdasarkan kesamaan-kesamaan
gambar dengan konsep. Dimana analogi artinya “membandingkan satu hal
Sintesis
Analogi
-
12
dengan yang lainnya.”24 Membandingkan satu hal disini yaitu suatu konsep,
prinsip atau prosedur. Sedangkan hal lainnya yaitu con lain yang berkaitan
dengan suatu konsep, prinsip atau prosedur tersebut berdasarkan kesamaan cirri
yang dibandingkan.
Analogi digunakan untuk mempermudah pemahaman siswa terhadap suatu
materi yang diberikan oleh guru. Analoginya dikaitkan dengan pengetahuan yang
sudah dikenal oleh siswa. “Dengan demikian, makin deka ersamaan antara
pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dijadikan analogi, maka makin efektif
penggunaan analogi, maka makin efektif penggunaan anal i tersebut.”25 Untuk
lebih baiknya, analogi diberikan sebelum pengetahuan b iberikan kepada
siswa.
Analogi dapat membantu siswa mempelajari informasi baru dengan menghubungkannya dengan konsep-konsep yang telah merek ketahui (Bulgren, Deshler, Schumaker dan Lenz, 2000; McDaniel an Dannelly, 1996). Salah satu studi yang menarik (Halpern, Hansen an Riefer, 1990) menemukan bahwa analogi paling baik digunakan apabila al itu paling berbeda dari proses yang sedang dijelaskan.26
Maksud dari analogi di atas, analogi akan mudah dipahami oleh siswa
apabila analogi yang digunakan yaitu sesuatu yang suda dikenal oleh siswa.
Selain itu, pembuatan analogi harus memperhatikan persamaan ciri pokok dari
suatu konsep yang akan dibandingkan dengan contoh lain Dimana contoh lain ini
dapat memudahkan pemaham akan suatu konsep.
Strategi kognitif merupakan keterampilan yang diperluk siswa untuk
mengatur proses internalnya ketika belajar, mengingat, dan berpikir. Pembelajaran
akan menjadi lebih efektif apabila guru mampu mendoron siswa, baik secara
sadar ataupun tidak, untuk menggunakan strategi kognitif yang sesuai. Rigney
(1978) mengemukakan dua cara untuk mengaktifkan starte kognitif yaitu dengan
dan .
Pengaktifan Strategi Kognitif
Embedded Strategy Detached Strategy
-
13
Cara dengan merancang pembelajaran sedemikian rupa
sehingga siswa dipaksa untuk menggunakannya. Misalnya gambar, diagram,
, analogi, dan paraphrase. Selain itu pertanyaan-perta yaan penuntun
juga dapat dipakai untuk memenuhi maksud dari suatu gambar, diagram,
, analogi, dan paraphrase. Berbeda dengan , cara ini
dilakukan dengan menyuruh siswa menggunakannya. tepat
dipakai apabila siswa sudah pernah belajar bagaimana m ggunakan strategi
kognitif ini. Contohnya, “Sekarang buatlah diagram untuk menunjukkan proses
yang baru saja diajarkan!”, atau “Pikirkan sebuah anal untuk memperjelas ide
yang baru saja dibicarakan.” (Degeng, 1989)
Penelitian ini menggunakan metode diskusi kelompok, soal yang diberikan
kepada siswa sebagai pengaktif strategi kognitif.
Menurut Merril (1979), konsepsi mengenai kontrol belajar terkait dengan
kebebasan siswa dalam melakukan pilihan dan pengurutan terhadap isi yang
dipelajari ( ), kecepatan belajar ( , komponen strategi
pembelajaran yang ingin digunakan ( ), dan strategi kognitif yang
ingin digunakan ( ).
Salah satu komponen teori elaborasi yaitu analogi. Analogi ini akan lebih
difokuskan pada desain materi pembelajaran elaborasi melalui LKS. Dalam LKS
akan disajikan gambar-gambar sebagai elaborasi untuk m njelaskan suatu konsep.
Tujuh komponen dalam teori elaborasi dapat dikembangka menjadi
langkah-langkah pengembangan desain pembelajaran berdasarkan teori elaborasi
menurut Degeng (1997: 13) yaitu analisis tujuan dan karakteristik bidang studi,
analisis sumber belajar, analisis karakteristik si bel r, menetapkan tujuan belajar
dan isi pembelajaran, menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran,
menetapkan strategi penyampaian isi pembelajaran, menetapkan strategi
embedded strategy
mnemonic
mnemonic detached strategy
Detached Strategy
content control pace control)
display control
conscious cognition control
Kontrol Belajar
-
14
pengelolaan pembelajaran, dan pengembangan prosedur p gukuran hasil
pembelajaran.27 Semua langkah-langkah ini merupakan penyusun dari ren na
pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Menurut
tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah, komponen RPP dalam kegiatan pembel n meliputi
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penu up.28 Pada kegiatan inti
terdiri dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas, diskusi, embelajaran kooperatif dan
kolaboratif,memfasilitasi siswa berkompetisi secara se at untuk meningkatkan
prestasi belajar, membiasakan peserta didik membaca da menulis yang beragam
melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna, dan sebagainya. Untuk itu, peneliti
menggunakan metode diskusi kelompok kecil agar siswa d at memunculkan
gagasan baru baik secara lisan atau tertulis, serta melatih siswa bersaing sehat
untuk meningkatkan prestasi belajar.
Metode diskusi kelompok merupakan metode mengajar dalam pembahasan dan
penyajian materi melalui suatu problema atau pertanyaan yang harus diselesaikan
berdasarkan pendapat atau keputusan bersama. Kelompok ibedakan menjadi tiga
yaitu kelompok kecil (2-5 siswa), kelompok sedang ( 6-10 siswa), dan kelompok
besar (11-20 siswa). 29 Dalam penelitian ini setiap kelompok berjumlah 3-4 siswa.
Adapun langkah-langkah metode diskusi kelompok kecil antara lain:
Guru menetapkan topik/permasalahan diskusi.
Membentuk beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri d ri 3-4 siswa.
Memberikan waktu untuk tiap kelompok diskusi.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007
Tanggal 23 November 2007
Metode Diskusi Kelompok Kecil
-
15
Perwakilan kelompok mempersentasikan hasil diskusi.
Setiap kelompok membuat laporan diskusi.
Guru mengatur jalannya diskusi.
Membuat kesimpulan.
Dalam metode ini memiliki karakteristik pengalaman bel r sebagai berikut pada tabel 2.1: 30
Karakteristik Metode Pengalaman belajar
Tabel 2.1
Karakteris tik dan Pengalaman Belajar Metode Diskusi Ke ompok
-
16
Bahan pelajaran dengan topik
permasalahan/ persoalan.
Adanya pembentukan kelompok.
Ada yang mengatur pembicaraan.
Aktivitas siswa berpendapat
Mengarah pada suatu
kesimpulan/pendapat bersama.
Guru lebih berperan sebagai
pembimbing/motivator.
Siswa sebagai objek dan subjek dalam
pembelajaran.
Melatih sistematika logika berpikir
Melatih bahasa lisan.
Pemahaman terhadap persoalan
belajar bersama.
Pendapat orang lain.
Pembentukan rasa solidaritas
terhadap pengambilan
keputusan.
Menerapkan cara menyelesaikan
persoalan.
Menerapkan cara menyampaikan
pendapat.
Pembelajaran model elaborasi dalam penelitian ini terd ri dari penyajian
kerangka isi, elaborasi tahap pertama, rangkuman dan s ntesis, elaborasi tahap
kedua, rangkuman dan sintesis, kesimpulan. Penyajian kerangka isi melalui
penjelasan guru tentang materi pelajaran yang akan dip ajari pada hari itu disertai
penyampaian tujuan dan syarat pembelajaran. Pada pembe ajaran model elaborasi
ini, siswa mendiskusikan permasalahan di LKS yang disusun sesuai model
elaborasi. Elaborasi tahap pertama siswa mempersentasikan tugas 1 pada LKS
kemudian guru mengatur jalannya diskusi. Kelompok yan persentasi membuat
rangkuman dan sintesis tentang permasalahan yang didis . Sintesis yang
dibuat dapat berupa peta konsep yang tiap konsep dihub gkan dengan garis.
Garis tersebut diberi keterangan sebagai sintesis pengait antar konsep satu dengan
konsep yang lain. Elaborasi tahap kedua siswa mempersentasikan tugas 2 pada
LKS. Kemudian diakhiri dengan rangkuman dan sintesis. ir guru
membimbing siswa membuat kesimpulan dan mereview pelajaran yang telah
-
17
dipelajari secara keseluruhan. Setiap kelompok membuat laporan diskusi melalui
lembar laporan diskusi kelompok yang dibagikan bersama LKS oleh guru.
Permasalahan yang diberikan pada LKS diharapkan agar siswa aktif
mencari penyelesaian melalui berbagai sumber, misalnya dari buku-buku paket
matematika. Dalam mencari penyelesaian permasalahan yang didiskusikan, siswa
dapat membentuk skema pemahaman yang terbentuk dalam d ri siswa yang
kemudian nantinya akan di tuliskan pada rangkuman serta sintesis di lembar
laporan diskusi kelompok.
Pembelajaran model elaborasi berdasar pada langkah-l ngkah desain materi
pembelajaran dalam teori elaborasi yang telah dijelaskan sebelumnya pada table
2.2 sebagai berikut:
Penyajian Kerangka Isi Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
menjelaskan bagian-bagian penting pada materi
yang akan dipelajari.
Elaborasi Tahap
Pertama
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil.
Masing-masing kelompok terdiri dari 3-4 orang.
Guru membagi LKS pada tiap-tiap kelompok.
Masing-masing kelompok berdiskusi. Guru
mengundi kelompok yang nantinya akan
persentasi. Kemudian perwakilan kelompok
persentasi hasil diskusi.
Tabel 2.2
Langkah-Langkah Pembelajaran Model Elaborasi
Langkah-Langkah Kegiatan Guru
-
18
Pemberian Rangkuman
dan Sintesis Eksternal
Guru mempersilahkan kelompok lain untuk
menanggapi kelompok yang persentasi.
Setiap kelompok, diakhir persentasi membuat
kesimpulan.
Membimbing siswa untuk membuat sintesis dari
hasil kelompok yang persentasi.
Elaborasi Tahap Kedua Kelompok lain persentasi.
Kelompok yang tidak persentasi memberi
tanggapan.
Kelompok yang persentasi membuat kesimpulan
dan sintesis.
Pemberian Rangkuman
dan Sintesis Eksternal
Membimbing siswa untuk membuat rangkuman.
Membimbing siswa untuk mengkaitkan konsep yang
dielaborasi tahap pertama dan kedua dengan
kerangka isi materi.
Elaborasi dapat
dilanjutkan sesuai
tingkat kedalaman
yang ditetapkan oleh
tujuan pembelajaran
Melanjutkan elaborasi sampai pada tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
Penyajian Kerangka Isi
secara keseluruhan
Bersama siswa mereview materi yang telah dipelajari
secara keseluruhan.
-
19
Pembelajaran Model Klasikal
Pembelajaran klasikal meruapakan model pembelajaran yang biasa
digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Pada model ini, guru mengajar sejumlah
siswa yang diasumsikan memiliki minat dan kecepatan belajar yang relatif sama.31
Pembelajaran model klasikal ini cenderung menempatkan iswa memiliki
kemampuan sama dan menempatkan siswa dalam posisi pasif sebagai penerima
materi pelajaran.
Pembelajaran secara klasikal, siswa berjumlah kurang l ih 30 atau 40 orang
siswa pada waktu yang sama menerima bahan pelajaran ya g sama, umumnya
kegiatan ini diberikan dalam bentuk ceramah.32 Pembelajaran klasikal
menempatkan guru sebagai pusat dalam keberlangsungan proses belajar mengajar
karena komunikasi yang terjadi hanya satu arah. Ini berarti guru mengajar untuk
memberikan informasi secara lisan dan data kepada siswa tanpa ada usaha
mengembangkan keterampilan.
Metode yang digunakan pada pembelajaran klasikal yaitu dengan ceramah
dan tanya jawab bervariasi. Tahapan pelaksanaan pembelajaran klasikal setelah
melakukan kegiatan pendahuluan serta menyampaikan tujuan/topik pembelajaran
pada siswa antara lain sebagai berikut:33
Menyajikan (persentasi) bahan pelajaran dengan ceramah bervariasi. Guru
menjelaskan materi pelajaran harus disimak oleh seluru siswa dalam
kelas. Guru tidak terus-menerus menjelaskan atau berbi ra, tetapi selang
beberapa menit selalu member kesempatan pada siswa untuk bertanya,
kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan kembali.
Asosiasi dan pemahaman bahan pelajaran melalui keterhubungan antara materi
yang sedang dipelajari dengan situasi nyata atau denga bahan pelajaran
lain atau dengan bahan pelajaran yang menggambarkan se ab akibat. Cara
yang dilakukan dengan ceramah dan tanya jawab.
-
20
Aplikasi bahan pelajaran yang telah dipelajari dengan cara tertulis (mengerjakan
soal-soal atau menjawab pertanyaan) atau dengan cara l san.
Menyimpulkan bahan pelajaran yang telah dipelajari. Kesimpulan dibuat di
bawah bimbingan guru.
Dalam mengikuti kegiatan belajar ini, siswa dituntut untuk selalu
memusatkan perhatian terhadap pelajaran, kelas harus s yi dan semua siswa
duduk di tempat masing-masing mengikuti uraian guru.
Penelitian yang berhubungan dengan pengaruh pembelajaran model elaborasi
terhadap pemahaman konsep matematika siswa yaitu:
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ismail Komalig tentang
,
mengungkapkan pembelajaran model elaborasi memberikan ampak yang
positif terhadap hasil belajar matematika siswa. Dari penelitian ini dapat
disimpulkan hasil belajar matematika siswa yang diberi pengajaran model
elaborasi lebih baik dibandingkan dengan buku teks. Selain itu diperoleh
suatu temuan bahwa siswa pandai namun alat pelajaran (dalam hal ini
buku pelajaran) yang digunakan kurang memadai, hasil b ajaranya
kurang. Sebaliknya, siswa yang kurang pandai, tetapi a at pelajaran yang
digunakan memadai, hasil belajarnya akan lebih baik.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh I Nyoman Sudana Degeng tentang
,
mengungkapkan bahwa pengorganisasian pengajaran beradsarkan model
elaborasi memberikan dampak positif terhadap perolehan belajar dan
retensi siswa. Dari penelitian ini dapat disimpulkan p gorganisasian
pengajaran dengan menggunakan model leaborasi secara s gnifikan lebih
Hasil Penelitian Relevan
Perbandingan
Antara Hasil Belajar Matematika Model Elaborasi dengan Buku Teks
Pengorganisasian Pengajaran Berdasarkan Teori Elaboras dan
Pengaruhnya Terhadap Perolehan Belajar Informasi Verbal dan Retensi
-
21
unggul dari penggorganisasian pengajaran dengan menggunakan urutan isi
buku teks baik untuk belajar informasi verbal maupun b ajar konsep.
Kemudian retensi perolehan belajar informasi verbal dan konsep lebih
banyak dapat dipertahankan melalui pengorganisasian pengajaran
berdasarkan model elaborasi daripada urutan buku teks.
Maka penelitian ini relevan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Ismail Komalig dan I Nyoman Sudana Degeng.
Pembelajaran tidak lepas dari interaksi guru dan sisw dalam memperoleh
informasi dan kemampuan baru melalui sumber belajar. P rolehan informasi yang
baik dalam belajar siswa, dapat dilakukan dengan elaborasi. Elaborasi digunakan
sebagai penambahan rincian suatu informasi yang dimulai dari pengetahuan
umum ke pengetahuan khusus. Dalam elaborasi ini berkai n dengan
pembelajaran elaborasi yang berdasarkan teori elaborasi.
Teori elaborasi mencakup komponen teori elaborasi dan esain materi
pembelajaran elaborasi. Komponen-komponen teori elaborasi meliputi urutan
elaboratif, urutan prasyarat belajar, rangkuman, sintesis, analogi, pengaktif strategi
kognitif dan kontrol belajar. Tujuh komponen ini terdapat dalam model elaborasi.
Desain materi pembelajaran elaborasi terdiri dari pen ajian kerangka isi, elaborasi
tahap pertama, pemberian rangkuman dan sintesis eksternal, elaborasi tahap
kedua, pemberian rangkuman dan sintesis eksternal, elaborasi tahap ketiga,
pemberian rangkuman dan sintesis eksternal (dalam langkah elaborasi selalu
diakhiri dengan rangkuman dan sintesis eksternal serta elaborasi disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan), tahap akh r pembelajaran yaitu
mereview dengan menyajikan kembali kerangka isi untuk ensistesis keseluruhan
isi materi yang telah diajarkan.
Pembelajaran model elaborasi merupakan pengembangan d desain
Kerangka Berpikir
-
22
materi pembelajaran dalam teori elaborasi. Pada pembel ran ini digunakan
metode diskusi kelompok kecil agar siswa dapat mengemukakan gagasan baru
serta memilki persaingan sehat untuk meningkatkan prestasi belajar. Dimana
diskusi kelompok kecil ini, saat persentasi ditentukan oleh kocokan/random.
Sehingga membuat setiap siswa merasa harus mempelajari materi yang nantinya
akan dipresentasikan. Pemahaman siswa dapat dibentuk sendiri oleh siswa
melalui kerjasama saat diskusi tanpa harus selalu guru yang memberi materi
pelajaran.
Pada pembelajaran model elaborasi digunakan LKS yang d desain sesuai
komponen-komponen yang ada dalam model elaborasi. Untuk elaborasi tahap
pertama, siswa diberikan suatu permasalahan yaitu tuga 1 kemudian melalui
diskusi kelompok masing-masing serta buku-buku terkait materi yang dipelajari
mereka mencari penyelesaiannya. Rangkuman dan sintesis pun dibuat
berdasarkan pemahaman siswa terhadap penyelesaian perm alahan yang
diberikan. Setelah elaborasi tahap pertama selesai d ilanjutkan elaborasi tahap
kedua sampai pada rangkuman dan sintesis dengan cara y g sama pada elaborasi
tahap pertama. Pengulangan akan rangkuman yang diberikan tiap elabora dan di
akhir pembelajaran dapat memudahkan siswa dalam menyim an suatu konsep
pada memori jangka panjang karena nantinya akan membentuk jalinan skema.
Skema ini berisi pemahaman siswa yang di dapat dari proses pembelajaran.
Salah satu komponen teori elaborasi yaitu analogi. Analogi merupakan
pembandingan kesamaan ciri-ciri pokok pada suatu konsep atau ide. Penggunaan
analogi dalam LKS terdapat pada pemberian ilustrasi serta pemberian
permasalahan yang dikaitkan dengan kehidupan nyata. Analogi digunakan untuk
memudahkan siswa dalam memahami sebuah konsep. Siswa d at dikatakan
paham akan sebuah konsep apabila siswa tersebut mampu embahasakan konsep
dengan bahasanya sendiri dan mampu membedakan contoh a bukan contoh
dari suatu konsep. Sebuah contoh dapat digunakan sebagai analogi . Pada contoh
-
23
yang diambil, dicari kedekatan persamaan dengan konsep. Kedekatan persamaan
ini dikaitkan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan suatu konsep yang
dianalogikan dengan contoh. Pengetahuan baru lebih dia ahkan pada pengetahuan
yang dikenal siswa sehingga siswa lebih mudah dalam menganalogikan suatu
konsep. Penggunaan analogi baik digunakan apabila mem andingkan suatu
konsep berdasarkan kedekatan persamaan melalui pengetahuan yang dikenal
siswa.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan tentang pe belajaran model
elaborasi diduga bahwa pembelajaran model elaborasi da at meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. Sehingga mampuan
pemahaman konsep matematika siswa dalam pembelajaran m el elaborasi
menjadi lebih baik dibandingkan pembelajaran model klasikal.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran model elaborasi
lebih tinggi daripada pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan
menggunakan pembelajaran model klasikal.
Tim Balai Pustaka Nasional, ”Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Edisi ketiga, Cetakan 4, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 998
Maritis Yamin, , Cetakan ke-3, (Ciputat: Gaung Persada Press, 2005), h.28
Asep Jihad, , Cetakan ke-1, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008), h.167
M. Ngalim Purwanto, , Cetakan ke-14, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h.44
W.S Winkel, , Cetakan ke-4, (Jakarta: Grasindo, 1996), h. 246
Hipotesis Penelitian
1
2
3
4
5
Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Pengembangan Kurikulum Matematika
Prinsip-Prinsip dan Teknik evaluasi Pengajaran
Psikologi Pengajaran
-
24
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Benjamin S. Bloom, , (London: Longman Group LTD, 1979), h. 89-97
W.S Winkel, , (Jakarta: Grasindo, 1996), Cet. 4, h. 100-101
Asep, Jihad, , (Yogyakarta: Multi Presindo, 2008), Cet. 1, h. 152
Gusni Satriawati, “Pembelajaran dengan Pendekatan Open ed untuk Meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMP”, dalam Jurnal , Vol.1, No. 1, Juni 2006, h.108.
Sri Anitah W dan Janet Trineke Manoy, , (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), Cetakan kedua, h.8.9
Lia Kurniawati, “Pembelajaran dengan Pendekatan Pemeca Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa SMP”, dalam Jurnal
, Vol.1, No. 1, Juni 2006, h.80
Robert E. Slavin, , (Jakarta: PT Indeks, 2008), Edisi ke-8, Jilid 1, h.298
Syaiful Sagala, , (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. 8, h.61
Yusri Panggabean, dkk, , (Bandung: Bina Media Informasi, 2007), h.46
Robert E. Slavin, , …, h.179
Budi Murtiyasa, “Elaborasi dan Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah”, dalam , No.15 tahun IX/1997, h.92
Ellen D. Gagne,dkk, , (New York : Harper Collins, 1993), Second Edition, h.127-128
Robert E. Slavin, ,…, h. 261
Sri Esti Wuryani Djiwandono, , ( Jakarta: PT Grasindo, 2004), Cet., h. 156
John W. Santrock, , (Jakarta : Kencana, 2008), Edisi ke 2, Cet. Ke 2, h.325
Uno, Hamzah B, , (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), Cet.4, h. 146-147
Yatim Riyanto, , (Jakarta: Kencana, 2009), Cet.1,
h. 28-29
Made Wena, , (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.25-28
Taxonomy of Educational Objectives Handbook I Cognitive Domain
Psikologi Pengajaran
Pengembangan Kurikulum Matematika
Algoritma
Strategi Pembelajaran Matematika
Algoritma
Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik
Konsep dan Makna Pembelajaran
Strategi, Model, dan Evaluasi Pembelajaran Kurikulum 2006
Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik
Varidika
The Cognitive Psychology of School Learning
Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik
Psikologi Pendidikan
Psikologi Pendidikan
Model Pembelajaran
Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Gur Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berku tas
Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer
-
25
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Gelar Dwirahayu, “Pengaruh Pendekatan Analogi terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa”, dalam Jurnal , Vol.1, No. 1, Juni 2006, h. 61
Yatim Riyanto, ,…, h. 26
Robert E. Slavin, , …., h. 260-261
Yatim Riyanto, ,…, h. 29-32
Karnadi, dkk, , (Jakarta: BP. Cipta Jaya, 2009), h. 261-264
Nana Syaodih, , (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), Cet. 2, h. 46
Udin S. Winataputra, , (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), Edisi 1, Cet. 1, hal. 4.14
Erman Suherman, dkk, , (Bandung : JICA, 2001), h.255
Syaiful Sagala, , …h.187
Udin S. Winataputra, dkk, , (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), Cet. 1, h. 3.13 - 3.15
Algoritma
Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi Guru Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas
Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik
Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Gur Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berku tas
Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru
Perencanaan Pengajaran
Strategi Belajar Mengajar
Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer
Konsep dan Makna Pembelajaran
Strategi Belajar Mengajar
-
1
Penelitian ini dilakukan di SMPN 188 Jakarta yang beralamat di jalan Tanah
Merdeka Ciracas Jakarta Timur. Penelitian ini dilakukan pada semester genap
tahun ajaran 2010/2011 yaitu pada tanggal 11 Januari 2 11 sampai 2 Februari 2011.
Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperim dengan desain
penelitian . Untuk pelaksanaan diperlukan dua kelas
dimana peneliti mengajar di kelas eksperimen menggunakan pembelajaran model
elaborasi dan di kelas kontrol menggunakan pembelajaran model klasikal. Desain
penelitiannya adalah , yaitu:1
Dalam design ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara
random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan dengan p belajaran model
elaborasi (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok y g diberi perlakuan
dengan pembelajaran model elaborasi disebut kelompok eksperimen dan
kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok trol. Pengaruh
adanya perlakuan adalah O1 : O2
2 9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Metode dan Desain Penelitian
R X O1
R O2
Populasi dan Sampel
posttest only control design
posttest only control design
-
2
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh s swa SMPN 188 Jakarta.
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluru siswa kelas VII pada
semester genap tahun ajaran 2010/2011 yang terbagi dalam 5 kelas. Jumlah siswa
kelas VII 200 siswa. Teknik pengambilan sampel yaitu .
Sampel diambil secara acak dari lima kelas VII SMP N 188 Jakarta kemudian
diambil dua kelas. Kedua kelas menjadi sampel yaitu satu kelas eksperimen dan
satu kelas kontrol. Penempatan siswa SMPN 188 Jakarta ilakukan secara merata
dalam kemampuan, artinya tidak ada kelas unggulan serta kurikulum yang
diberikan juga sama, maka karakteristik antar kelas da at dikatakan homogen,
sedangkan karakteristik dalam kelas cukup heterogen, artinya ada siswa yang
memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
Dalam penelitian ini sampel diambil dari populasi terjangkau yang dilakukan
dengan teknik , dengan mengambil dua kelas secara
acak dari 5 kelas VII yang memiliki karakteristik sama Satu kelas akan menjadi
kelompok eksperimen sebanyak 37 siswa yang berasal da kelas VII-A dengan
menggunakan pembelajaran model elaborasi dan satu kelas menjadi kelompok
kontrol sebanyak 37 siswa berasal dari kelas VII-C dengan menggunakan
pembelajaran model klasikal.
Adapun urutan pengumpulan data dilakukan sebagai berikut:
Sebelum melakukan posttes, peneliti mengambil secara acak dua kelas dari 5
kelas VII SMPN 188 Jakarta untuk menentukan kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Diperoleh kelas VII-A sebagai kelomp k eksperimen
dan kelas VII-C sebagai kelompok kontrol.
Memberikan perlakuan (treatment) kepada kelompok eksperimen
menggunakan pembelajaran model elaborasi dan kelompok trol
menggunakan pembelajaran model klasikal.
Memberikan posttes yang sama berupa soal-soal pemahaman konsep
27
Cluster Random Sampling
Cluster Random Sampling
Teknik Pengumpulan Data
-
3
matematika siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Menilai hasil posttes yang diperoleh dari kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
Pada penelitian ini analisis instrumen terdiri dari in en penelitian dan
analisis butir instrumen.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tulis dalam bentuk soal-
soal pemahaman konsep matematika siswa. Pemberian skor pemahaman konsep
matematika siswa disusun berdasarkan pemahaman menurut Bloom yaitu
pemahaman translasi ( ), pemahaman interpretasi ( ), dan
pemahaman ekstrapolasi ( ). Kriteria pemberian skor menurut Cai,
Lane & Jacabsin disajikan dalam bentuk tabel:2
Instrumen penelitian yang dibuat sebanyak 10 butir soal yang mengukur
dimensi pemahaman translasi ( ), pemahaman interpretasi
( ), dan pemahaman ekstrapolasi ( ) dengan
menggunakan skor 0 - 4 tiap butir soal. 10 butir soal ni dibuat kisi-kisi soal (lihat
lampiran 3 halaman 145). Namun setelah diuji validitas 10 butir soal tersebut
hanya 6 butir soal yang valid.
Tes yang akan diberikan pada kelas eksperimen dan kela kontrol terlebih
dahulu harus dianalisis agar hasilnya baik. Analisis b r instrumen terdiri dari uji
validitas, daya pembeda, taraf kesukaran, dan reliabil tas instrumen.
Skor Pemahaman
Level 4 Konsep dan prinsip terhadap soal matematika secara len kap;
penggunaan istilah dan notasi matematika secara tepat; penggunaan
algoritma secara lengkap dan benar.
Level 3 Konsep dan prinsip terhadap soal matematika hampir len kap;
penggunaan istilah dan notasi matematika hampir benar;
penggunaan algoritma secara lengkap; perhitungan secar umum
benar namun mengandung sedikit kesalahan.
Level 2 Konsep dan prinsip terhadap soal matematika kurang len kap;
jawaban mengandung perhitungan yang salah.
Level 1 Konsep dan prinsip terhadap soal matematika sangat terbatas;
jawaban sebagian besar mengandung perhitungan yang sal .
Level 0 Tidak menunjukkan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal
matematika.
Analis is Instrumen
Instrumen Penelitian
Tabel 3.1
Kriteria Skor Pemahaman Konsep Matematika Siswa
Analis is Butir Instrumen
Uji Validitas
translation interpretation
extrapolation
translation
interpretation extrapolation
-
4
Uji validitas yang digunakan yaitu korelasi dengan angka
kasar.3
2222
)(
Keterangan:
= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
X = skor per item yang diuji
Y = jumlah nilai setiap siswa
YX= jumlah hasil kali X dengan Y
2= kuadrat dari X
2= kuadrat dari Y
N = banyaknya subjek skor X dan skor Y
Setelah diperoleh harga , dilakukan pengujian validitas dengan
membandingkan harga dan . Harga dapat diperoleh dengan
terlebih dahulu menetapkan derajat kebebasannya menggunakan rumus
a
Kriteria Pengujiannya:
Jika , maka soal tersebut valid
Jika , maka soal tersebut tidak valid.
Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas, dari 10 s yang diujikan,
diperoleh sebanyak 6 butir soal yang valid dan 4 butir soal yang tidak valid ( lihat
lampiran 10 halaman 157).
product moment
YYNXXN
YXXYNrXY
XYr
X
Y
xyr
xyr tabelr tabelr
df = n - 2
tabelxy rr
tabelxy rr
( )( )[ ] ( )[ ]∑ ∑∑ ∑
∑ ∑ ∑−−
−=
∑
≥
<
pada taraf signifikansi = 0,05.
-
5
Daya pembeda soal, adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yan berkemampuan
rendah.4
Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah :
BAB
B
A
A PPJ
B
J
BD
Keterangan :
JA = jumlah maksimum skor peserta kelompok atas
JB = jumlah maksimum skor peserta kelompok bawah
BA = jumlah skor peserta kelompok atas
BB = jumlah skor peserta kelompok bawah
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi daya pembeda:
D : 0,00 - 0,20 = jelek (poor)
D : 0,21 - 0,40 = cukup (satisfactory)
D : 0,41 - 0,70 = baik (good)
D : 0,71 - 1,00 = baik sekali (excellent)
D : negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai
nilai D negatif sebaiknya diperbaiki.
Berdasarkan hasil perhitungan uji daya pembeda, diperoleh 5 butir soal
termasuk dalam kategori jelek, 2 butir soal termasuk d lam kategori cukup, dan
3soal termasuk dalam kategori baik (lihat lampiran 11 halaman 158).
JS
BP
Daya Pembeda
Taraf Kesukaran
−=−=
=
-
6
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = jumlah skor
JS = jumlah skor maksimum
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering
diklasifikasikan sebagai berikut:
Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang
Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah5
Berdasarkan hasil perhitungan uji taraf kesukaran, dip eh 3 butir soal
termasuk dalam kategori mudah, 6 butir soal termasuk d am kategori sedang, dan
1 butir soal termasuk dalam kategori sukar (lihat lampiran 12 halaman 159).
Hasil perhitungan uji validitas, daya pembeda, dan taraf kesukaran dari
tiap butir soal, dapat dibuat rekapitulasi analisis butir soal pada tabel 3.2 sebagai
berikut:
1a 0,40 (valid) 0,20 (jelek) 0,71 (mudah) digunakan
1b 0,24
(tidak valid)
0,05
(jelek)
0,78
(mudah)
tidak
digunakan
1c 0,54 (valid) 0,39 (cukup) 0,71 (mudah) digunakan
Tabel 3.2
Rekapitulasi Analisis Butir Soal
No. Butir
Soal
Validitas Daya Pembeda Taraf
Kesukaran
Keterangan
-
7
1d 0,54 (valid) 0,41 (baik) 0,54 (sedang) digunakan
2a 0,59 (valid) 0,30 (cukup) 0,69 (sedang) digunakan
2b 0,79 (valid) 0,48 (baik) 0,50 (sedang) digunakan
3 0,16
(tidak valid)
0,05
(jelek)
0,67
(sedang)
tidak
digunakan
4 0,15
(tidak valid)
0,07
(jelek)
0,67
(sedang)
tidak
digunakan
5 0,61 (valid) 0,43 (baik) 0,50 (sedang) digunakan
6 0,23
(tidak valid)
0,16
(jelek)
0,17
(sukar)
tidak
digunakan
Rumus Alpha digunakan untuk mencari koefisien reliabil tas instrumen pada
soal jenis essay.
Rumus Alpha Cronbach yaitu: 6
)1)(1
(2
2
11
dengan NN
)X(X
2
2
2
Keterangan:
11r = reliabilitas yang dicari
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
2
i = jumlah varians butir
2
t = varians total
Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas instrum , d iperoleh
sebesar 0,74 (lihat lampiran 13 halaman 160). Dengan ilai reliabilitas demikian,
Uji reliabilitas
( )∑
−−
=∑ ∑−
=σ
∑σ
σ
t
i
k
kr
hitungr
s
s
-
8
maka instrumen tersebut memiliki korelasi yang tinggi an memenuhi persyaratan
instrumen yang baik.
Untuk analisis data terlebih dahulu menggunakan uji pr syarat analisis yang
terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Uji p arat dilakukan untuk
memenuhi syarat uji hipotesis dengan uji t.
Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan untuk mengetahui apakah ata dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini
digunakan uji Chi Kuadrat dengan 05,0 . Pengujian normalitas data hasil
penelitian dengan menggunakan Chi-Kuadrat 7
22
Keterangan:
2
= nilai statistik chi- kuadrat
Oi = nilai frekuensi observasi, yaitu banyaknya ata yang termasuk pada suatu
kelas interval
Ei = nilai frekuensi ekspektasi
Kriteria Pengujian:
Jika , maka data berdistribusi normal
Jika maka data tidak berdistribusi normal
Uji Homogenitas
Analis is Data
Uji Prasyarat Analisis
=
( )∑
−=
a
c
c
Ei
EiOi
-
9
Uji Homogenitas menggunakan uji Fisher dengan taraf si ifikan a = 0,05
untuk mengetahui apakah kedua kelompok memiliki varian yang sama atau tidak.
Hipotesis:
H0 : 2
2
2
1
H1 : 2
2
2
1
Keterangan:
H0 : kedua kelompok data berasal dari populasi yang homog
H1 : kedua kelompok data berasal dari populasi tidak homogen
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus stati tic uji F (Fisher) sebagai
berikut: 8
terkecilvarians
terbesarvariansF
Kriteria pengujian:Tolak H0 jika
diperoleh dari daftar distribusi F dengan peluang 1/2
dan derajat bebas pembilang dan penyebut masing-masing v1 dan v2. v1 diperoleh
dari banyak sampel dengan varians terbesar (pembilang) dikurangi 1, dan v2
diperoleh dari banyak sampel dengan varians terkecil (penyebut) dikurangi 1.
Setelah dilakukan pengujian populasi data dengan menggunakan uji
normalitas dan uji homogenitas, maka untuk menguji data yang diperoleh
σ=σ
σ≠σ
=
a
Uji Hipotes is
-
10
digunakan rumus uji t. Taraf signifikan yang digunakan a = 0,05
Rumus uji t untuk varians homogen dan varians tidak ho ogen sebagai
berikut:9
Jika varians populasi homogen
21
gab
21hitun g
n
1
n
1S
XXt
2
11
21
2
22
2
11
dengan 2nndb 21
Jika varians populasi tidak homogen
2
2
2
1
2
1
21
dengan 11 2
2
2
2
2
1
2
1
2
1
2
2
2
2
1
2
1
Keterangan:
1X : rata-rata data kelompok eksperimen
2X : rata-rata data kelompok kontrol
gabS : nilai deviasi standar gabungan
1n : banyaknya data kelompok eksperimen
2n : banyaknya data kelompok kontrol
+
−=
( ) ( )−+
−+−=
−+=
+
−=
−
+−
+
=
nn
SnSnS g ab
n
S
n
S
XXthitu ng
n
n
S
n
n
S
n
S
n
S
db
-
11
1 : varians data kelompok eksperimen
2S : varians data kelompok kontrol
Kriteria pengujian:
H0 d iterima jika tab elh itu n gtt
H0 ditolak jika tabelh itu ngtt
Apabila pada uji normalitas diperoleh kelompok eksperi en dan/atau
kelompok kontrol tidak berasal dari populasi berdistribusi normal, maka untuk
menguji hipotesis digunakan uji statistik non parament
a
Rumus uji Mann Whitney yang digunakan yaitu: 10
dengan
keterangan:
= nilai rata-rata
= nilai simpangan baku
n1 = banyak anggota kelompok 1
n2 = banyak anggota kelompok 2
Adapun hipotesis statistik yang akan diuji pada penel tian ini adalah sebagai
berikut :
H0: 21
Ha: 21
S
<
>
≤
>
rik. Adapun jenis statistik
non parametrik yang digunakan pada penelitian ini adal adalah uji
Mann Whitney (Uji ”U”) untuk sampel besar dengan taraf signifikansi =
0,05.
Hipotesis Statis tik
mm
mm
-
12
Sugiyono, , (Bandung : Alfabeta, 2010), Cet. Ke- 9, h. 112 Gusni Satriawati, “Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan
Pemahaman dan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMP”, dalam Jurnal Vol1, No.1, Juni 2006, h. 112
Suharsimi Arikunto, (Jakarta:Bumi Aksara, 2008), Cet.8, h.72
Suharsimi Arikunto, , (Jakarta: Bumi Aksara,2008), Cet.8, h.211-214
Suharsimi Arikunto, , …, h.208-210 Suharsimi Arikunto, , (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2006), Cet. 13, h.196 M. Subana dan Sudrajat, , (Bandung: Pustaka Setia,
2001), Cet. ke-1, h. 149-153 Sudjana, , Cetakan ke-3, Edisi ke- 6, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 250 Sugiyono, ,(Jakarta:Alfabeta,2010),Cet.9,h.273 Kadir, , (Jakarta: PT Rosemata Sampurna,
2010), h.275
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Metode Peneltian Pendidikan
Algoritma,
Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan ,
Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan
Dasar-Dasar Evaluasi PendidikanProsedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik
Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah
Metoda StatistikaMetode Penelitian Pendidikan
Statistika Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial
-
1
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Deskrips i Data
Perlakuan pembelajaran dalam penelitian ini selama del an kali
pertemuan di SMPN 188 Jakarta. Materi pembelajaran yan diajarkan adalah
himpunan. Pada proses pembelajaran, kedua kelompok mem eroleh perlakuan
yang berbeda. Kelas eksperimen yaitu kelas VIIA dengan jumlah siswa sebanyak
37 orang memperoleh pembelajaran model elaborasi, sedangkan kelas kontrol
yaitu kelas VIIC dengan jumlah siswa sebanyak 37 orang memperoleh
pembelajaran model klasikal. Pada kahir pembelajaran kedua kelompok diberikan
posttes yang digunakan untuk mengetahui kemampuan pema aman konsep
matematika kedua kelompok. Sebelum tes diberikan, tes diuji cobakan terlebih
dahulu kepada kelas VIID tahun ajaran 2010-2011 yang telah terlebih dahulu
memperoleh materi himpunan.
Data diperoleh melalui teknik pengumpulan data yang telah dijelaskan
pada bab 3. Salah satunya yaitu memberikan posttes yang sama untuk kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Posttes ini disusun untuk mengukur
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. Dari hasi posttes ini
dilakukan pemberian skor pada tiap butir soal dan kemudian skor tersebut di
konversi dalam bentuk nilai.
Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian berupa statistik deskripstif
pada tabel 4.1 sebagai berikut:
-
2
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Hasil Penelitian
Statistika Kelompok
Eksperimen
Kelompok Kontrol
Maksimum (Xm ax) 88 88
Minimum (X