Skripsi Miskonsepsi Fisika
Click here to load reader
-
Upload
calyptra-leiserl -
Category
Documents
-
view
204 -
download
23
description
Transcript of Skripsi Miskonsepsi Fisika
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STAD TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA
PADA MATERI BUNYI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
pada Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
ASMAWATI R.
106016300640
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
ABSTRAK
Asmawati R., “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
terhadap Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Bunyi”. Skripsi Program
Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendididkan IPA, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap penguasaan konsep siswa pada
materi bunyi. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Kota Tangerang
Selatan pada bulan April sampai dengan Mei tahun 2011. Metode penelitian yang
digunakan adalah kuasi eksperimen dan teknik pengambilan sampel menggunakan
Cluster Sampling. Sampel dalam penelitian ini, siswa kelas VIII-4 sebagai kelas
eksperimen dan kelas VIII-9 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa masing-
masing 36 siswa. Kelas eksperimen diberi perlakuan berupa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelas kontrol diberi perlakuan
pembelajaran konvensional. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes
pilihan ganda sebanyak 18 soal dengan empat alternatif pilihan jawaban.
Berdasarkan uji statistik dengan taraf signifikansi 0,05 diperoleh
thitung = 8,55 > ttabel = 1,99, dengan thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima,
sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh positif penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap penguasaan konsep siswa pada
materi bunyi.
Kata kunci: Model pembelajaran kooperatif tipe STAD, Konsep bunyi,
Penguasaan konsep siswa
ABSTRACT
Asmawati R., “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
terhadap Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Bunyi”. Skripsi Program
Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendididkan IPA, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
The aim of this research to knowing influence cooperative learning STAD type to
mastery in concept of the student in the physics at sound concept. This research
was conducted of SMP Negeri 13 Tangerang Selatan at April until May in
academic year 2010/2011. The research method is used quasi experiment and
technics sampling is used cluster sampling. Sample of this research are VIII-4
class as experiment group and VIII-9 class as control group and taken severally
36 students. The experiment group was given cooperative learning STAD type
and control group was given conventional learning. Instrument were used in these
research is test instrument used 18 test multiple choise. Data was got from test test
instrument was analyzed by analysis t-test. Based on result of statistical analysis
t-test at the level of significant (α = 0,05), it is shown that tvalues greater than ttabel
8,55 > 1,99, with the result that zero hypotesis (Ha) was refused and alternative
hypotesis (Ha) was accepted, that can be concluded, cooperative learning STAD
type can influence students concept mastery of the physics study in sound
concept.
Key Words: Cooperative learning model of STAD type, Concept of sound,
Mastery in concept of student
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum. Wr.Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW, yang telah menghubungkan kejalan yang benar dan memimpin kepada
agama yang lurus, semoga rahmat dan kesejahteraan senantiasa terlimpahkan
kepada Beliau dan kepada Nabi-nabi lain serta keluarga dan orang-orang yang
saleh.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pada Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi
ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap
Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Bunyi”.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang
tanpa lelah memberikan dorongan dan masukan moril maupun materil kepada
penulis, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus dosen
pembimbing I yang selalu meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan, dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd, selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan IPA
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika.
5. Ibu Kinkin Suartini, M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang selalu
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, dan pengarahan dalam
penulisan skripsi ini.
6. Ibu Erina Hertanti, M.Si., selaku dosen penasehat akademik yang selalu
memberikan bimbingan dan nasehat kepada penulis selama proses
perkuliahan.
7. Bapak Rohman, S.Pd, selaku Kepala SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan
yang telah membantu penulis selama penelitian berlangsung.
8. Ibu Silvani Damanik, S.Pd, selaku guru bidang studi fisika kelas VIII di SMP
Negeri 13 Kota Tangerang Selatan yang telah member dukungan moril kepada
penulis selama proses penelitian.
9. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Pada akhirnya, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan
keterbatasan dalam penulisan skripsi ini, sehingga penulis dengan terbuka
menerima segala bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua khususnya ilmu pengetahuan dan teknologi, amin.
Wassalaamu’alaikum. Wr.Wb.
Jakarta, Juni 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK . ................................................................................................. i
ABSTRACT ................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 5
C. Pembatasan Masalah ............................................................... 5
D. Perumusan Masalah ................................................................ 5
E. Tujuan Penelitian .................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian .................................................................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................... 7
A. Kajian Teori ............................................................................ 7
1. Pembelajaran Kooperatif ................................................... 7
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ................... 15
3. Konsep dan Penguasaan Konsep ....................................... 19
4. Konsep Bunyi .................................................................... 23
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................ 29
C. Kerangka Berpikir ................................................................... 32
D. Pengajuan Hipotesis ................................................................ 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 37
A. Metode Penelitian .................................................................... 37
B. Desain Penelitian ..................................................................... 37
C. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 37
D. Prosedur Penelitian .................................................................. 38
E. Variabel Penelitian .................................................................. 39
F. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................. 39
G. Teknik Pengambilan Sampel ................................................... 39
H. Teknik Pengambilan Data ....................................................... 40
I. Instrumen Penelitian ................................................................ 42
J. Teknik Analisis Data ............................................................... 45
K. Hipotesis Statistik ................................................................... 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 50
A. Hasil Penelitian ....................................................................... 50
B. Analisis Data Angket .............................................................. 54
C. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................. 60
BAB V PENUTUP .................................................................................... 63
A. Kesimpulan ............................................................................. 63
B. Saran ........................................................................................ 64
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 65
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Peta Konsep Bunyi .................................................................. 23
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir ........................................................ 33
Gambar 4.1 Grafik Nilai Rata-rata Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol . 48
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok
Belajar Tradisional ...................................................................... 11
Tabel 2.2 Kriteria Pemberian Skor Peningkatan Individu .......................... 18
Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok ................................................. 18
Tabel 3.1 Desain Penelitian ......................................................................... 35
Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen tes ................................................................ 38
Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas ..................................................................... 41
Tabel 4.1 Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan
Kontrol ........................................................................................ 48
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Pretest dan Posttest
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol .......................... 49
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pretest dan Posttest
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol .......................... 50
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Hipotesis dengan Menggunakan Uji-t Pretest
dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ..... 51
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Indikator Metode Pembelajaran yang
Digunakan Guru .......................................................................... 52
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Indikator Aktivitas Siswa .............................. 53
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Indikator Kemampuan Kognitif Siswa .......... 54
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Indikator Kemampuan Afektif Siswa ............ 55
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Indikator Kemampuan Psikomotor Siswa ..... 56
Tabel 4.10Hasil Perhitungan Indikator Peranan Guru dalam Proses
Pembelajaran ............................................................................... 57
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Uji Validitas ............................................................................. 68
Lampiran 2 Instrumen Penelitian ................................................................ 71
Lampiran 3 Perangkat Pembelajaran .......................................................... 93
Lampiran 4 Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol .................................................................. 115
Lampiran 5 Data Hasil Pretest Kelompok Eksperimen .............................. 116
Lampiran 6 Tabel Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas
Data Pretest Kelompok Eksperimen ....................................... 119
Lampiran 7 Uji Normalitas Data Pretest Kelompok Eksperimen .............. 120
Lampiran 8 Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen ........................... 121
Lampiran 9 Tabel Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas
Data Posttest Kelompok Eksperimen ...................................... 124
Lampiran 10 Uji Normalitas Data Posttest Kelompok Eksperimen ............ 125
Lampiran 11 Data Hasil Pretest Kelompok Kontrol ................................... 126
Lampiran 12 Tabel Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas
Data Pretest Kelompok Kontrol ............................................. 129
Lampiran 13 Uji Normalitas Data Pretest Kelompok Kontrol .................... 130
Lampiran 14 Data Hasil Posttest Kelompok Kontrol .................................. 131
Lampiran 15 Tabel Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas
Data Posttest Kelompok Kontrol ........................................... 134
Lampiran 16 Uji Normalitas Data Posttest Kelompok Kontrol ................... 135
Lampiran 17 Uji Homogenitas Pretest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol …………………………………………… 136
Lampiran 18 Uji Homogenitas Posttest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ……………………………………………. 138
Lampiran 19 Perhitungan Uji-t Hipotesis Hasil Pretest Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ....................................... 140
Lampiran 20 Perhitungan Uji-t Hipotesis Hasil Posttest Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol …………………………. 142
Lampiran 21 Lembar Pembagian Kelompok STAD .................................... 144
Lampiran 22 Lembar Rekapitulasi Kelompok STAD ……………………… 145
Lampiran 23 Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD oleh Guru Pamong (Pertemuan I) ..... 148
Lampiran 24 Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD oleh Guru Pamong (Pertemuan II) .... 150
Lampiran 25 Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD oleh Guru Pamong (Pertemuan III) ... 152
Lampiran 26 Lembar Uji Referensi ............................................................. 157
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang pada
dasarnya bertujuan mempelajari dan memberi pemahaman kuantitatif terhadap
gejala atau proses alam dan sifat serta penerapannya, demikian menurut
Wosparkik.1 Fisika sebagai salah satu disiplin ilmu merupakan bagian dari sains
yang bertujuan untuk mempelajari fenomena-fenomena yang berhubungan dengan
materi. Oleh karena itu, hakikat fisika sama dengan hakikat sains yakni terdiri dari
produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Pendidikan fisika diharapkan
mampu memberikan pengalaman secara langsung. Pendidikan fisika juga harus
mampu mengembangkan daya nalar dalam pemecahan masalah di kehidupan
sehari-hari, karena siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah
keterampilan proses agar mereka mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar
secara utuh.
Mata pelajaran fisika di tingkat SMA diajarkan sebagai mata pelajaran
yang berdiri sendiri untuk mencapai fungsi dan tujuannya. Adapun fungsi dan
tujuan mata pelajaran fisika di SMA adalah sebagai sarana untuk:
1. Menyadari keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
2. Memupuk sikap ilmiah;
3. Memberi pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis melaui
percobaan: merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan,
mengolah, dan menafsirkan data, menyusun laporan, serta
mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis;
1 Widodo Budhi, Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Model STAD Mata Kuliah
Fisika Matematika Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika JPMIPA FKIP Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta Tahun Akademik 2004/2005 dalam Jurnal Varidika, Vol.
17, No. 2, Desember 2005, h. 106
4. Mengembangkan kemampuan berpikir analisis induktif dan deduktif dengan
menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa
alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Pada kelas I perangkat matematika yang mendukung fisika adalah aljabar.
Pada kelas II selain aljabar penggunaan kalkulus juga diperkenalkan di
beberapa bagian. Di Kelas III penggunaan kalkulus diferensial dan integral
dilakukan dengan porsi yang lebih banyak lagi;
5. Menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika serta mempunyai
keterampilan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya
diri sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai bekal
untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi;
6. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menikmati dan menyadari
keindahan keteraturan perilaku alam serta dapat menjelaskan berbagai
peristiwa alam dan keluasan penerapan fisika dalam teknologi.2
Oleh karena itu, maka penguasaan terhadap ilmu fisika hendaklah terus
ditingkatkan.
Pada kenyataannya, tingkat penguasaan konsep siswa pada mata pelajaran
fisika masih rendah. Rendahnya penguasaan konsep siswa diduga ada kaitannya
dengan proses pembelajaran fisika yang masih berpusat pada guru (teacher
centered) dan siswa hanya mendapatkan konsep-konsep yang bersifat informasi
yang disampaikan guru di kelas. Konsep-konsep tersebut seharusnya dikuasai oleh
siswa agar mereka dapat memecahkan masalah fisika yang kelak akan mereka
hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Konsep tersebut seharusnya diperoleh siswa
melalui pemberian pengalaman oleh guru untuk dapat merumuskan masalah,
mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, mengumpulkan, dan
menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan
tertulis, tidak banyak dialami oleh siswa sehingga siswa sulit memahami konsep-
konsep fisika dan cepat melupakannya. Selain itu, faktor terpenting yang
2 Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Fisika
SMA, (Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, 2003), h. 7
mempengaruhi rendahnya penguasaan konsep siswa yaitu keaktifan, interaksi dan
kemampuan kerjasama siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang masih lemah.
Salah satu tindakan pembelajaran yang perlu dilakukan guru adalah
pengembangan model pembelajaran berdasarkan teori belajar kognitif. Termasuk
teori belajar kognitif adalah teori belajar konstruktivis. Pendekatan konstruktivis
dalam pembelajaran, salah satunya pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
kooperatif adalah mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu
satu sama lainnya sebagai satu tim untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran
kooperatif berarti juga belajar bersama-sama, saling membantu antara satu dengan
yang lain dalam belajar dan memastikan setiap orang dalam kelompok mencapai
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, demikian menurut Johnson.3
Salah satu tipe dalam model pembelajaran kooperatif adalah Student
Teams Achievment Divisions (STAD). Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD
ini, pengajar terlebih dahulu menyajikan materi, membentuk kelompok secara
heterogen. Selanjutnya pengajar memberi tugas kepada kelompok untuk
dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Setelah itu, pengajar memberi
kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa (pada saat menjawab kuis, siswa tidak boleh
saling membantu). Kemudian pengajar memberi evalusi, lalu bersama-sama
dengan siswa membuat kesimpulan.
Pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD didasarkan pada prinsip
bahwa para siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab
terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri. Siswa
ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan empat sampai lima orang yang
merupakan campuran menurut prestasi akademik dan jenis kelamin. Dalam model
pembelajaran kooperatif tipe STAD materi dirancang untuk pembelajaran
kelompok. Siswa secara kooperatif mengerjakan tugas-tugas yang diberikan
dalam bentuk LKS. Dalam model pembelajaran ini siswa lebih bebas bertanya
kepada teman satu timnya, sebab biasanya siswa tidak mau bertanya kepada guru
apabila menemukan permasalahan.
3 Isjoni. Pembelajaran Kooperatif. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009). Cet. ke-1, h.63
Pembelajaran dengan menggunakan metode STAD diharapkan dapat
membantu proses belajar mengajar agar lebih efektif, menarik dan menyenangkan
sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa pada mata pelajaran fisika
khususnya pada pokok bahasan suhu dan kalor. Pembelajaran fisika yang efektif
adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat belajar
dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan pembelajaran sesuai
yang diharapkan.
Adapun dipilihnya topik bunyi sebagai materi pembelajaran dalam model
ini didasarkan atas beberapa pertimbangan. Pertama, materi bunyi menuntut
berpikir kompleks, sehingga diperlukan keterampilan berpikir kreatif siswa dalam
merancang dan melakukan percobaan sehingga dapat meningkatkan pemahaman
dan penguasaan konsep siswa. Kedua, materi bunyi tergolong sulit sehingga
membutuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis, dan mengembangkan sikap
sosial siswa. Dalam pembelajaran materi bunyi hendaknya siswa berperan aktif
dalam kegiatan belajar mengajar agar siswa dapat memahami serta dapat
meningkatkan penguasaan konsep, hal ini dapat dicapai salah satunya melalui
pembelajaran kooperatif.
Dewimarhelly dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division)
Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Redoks Terintegrasi Nilai”. Dalam
hasil penelitiannya, Dewimarhelly melaporkan adanya peningkatan hasil belajar
yang signifikan antara sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD).4 Annisa Firdhausi
melakukan penelitian tindakan kelas mengenai ”Upaya Meningkatkan Aktifitas
dan Prestasi Belajar melalui Model Pembelajaran Kooperatid Tipe STAD dengan
Menggunakan Media Alternatif. Hasilnya, secara keseluruhan aktivitas siswa di
setiap siklusnya terjadi peningkatan yang sangat baik. Sehingga dapat dikatakan
bahwa media dan model pembelajaran yang telah diterapkan mampu
meningkatkan aktivitas siswa. Begitupun, secara keseluruhan prestasi belajar
4 Dewimarhelly, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Division) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Redoks Terintegrasi Nilai”
dalam Skripsi Program Studi Pendidkan Kimia UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009, h. 64
meningkat cukup baik di setiap siklusnya hingga mencapai indikator keberhasilan
yang ditetapkan pada penelitian ini.5
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini diberi judul ”Pengaruh
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Penguasaan Konsep Siswa
pada Materi Bunyi”.
B. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Terdapat kesenjangan hasil belajar antara siswa kelompok atas dan siswa
kelompok bawah. Hal ini disebabkan oleh rendahnya penguasaan konsep
siswa kelompok bawah.
2. Siswa pasif dalam kegiatan pembelajaran dan lemahnya kemampuan
kerjasama siswa dalam kegiatan kelompok.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini diadakan pembatasan masalah pada penguasaan konsep.
Dimana penguasaan konsep siswa yang diteliti, dibatasi hanya pada aspek
meningat (C2) pada ranah kognitif dari taksonomi Bloom.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di
atas, maka perumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap penguasaan konsep siswa pada
materi bunyi?”.
5 Annisa Firdhausi, ”Upaya Meningkatkan Aktifitas dan Prestasi Belajar melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Menggunakan Media Alternatif” dalam Skripsi
FPMIPA Jurusan Pendidikan Fisika UPI, Bandung, 2010, h. 92
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini, yaitu:
1. Mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD
terhadap penguasaan konsep siswa antara sebelum dan sesudah proses
pembelajaran.
2. Mengetahui respon siswa terhadap KBM dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitan ini, yaitu:
1. Bagi siswa, diharapkan dapat menumbuhkan kerjasama pada kegiatan
kelompok dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran fisika, khususnya
penguasaan konsep siswa pada materi bunyi.
2. Bagi guru fisika, diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif guru untuk
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement Divisions) untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa.
Dimana, model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model
pembelajaran yang menarik sehingga siswa berpartisipasi dalam
pembelajaran.
3. Bagi peneliti, dapat menjadi pengalaman langsung dalam menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada proses pembelajaran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama
lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.6 Pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana
para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu
sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.7
Eggen mendefinisikan bahwa belajar kooperatif adalah sebagai kumpulan
strategi mengajar yang digunakan siswa untuk membantu satu dengan yang lain
dalam suatu kelompok untuk mempelajari sesuatu.8 Sedangkan Slavin
menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif secara ekstenfsif, atas dasar teori
bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang
sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep-konsep itu dengan
temannya.9
Menurut Muslimin dkk., pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan
pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antarsiswa dalam kelompok
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sementara itu menurut Wina, model
pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh
siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
6 Isjoni, Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung: Alfabeta, 2007),
cet. ke-3 h. 15 7 Robert E. Slavin, Cooperative Learning-Teori, Riset, dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2005),
h. 4 8 Henny Ekana Chrisnawati, Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Student Teams Achievement Divisions )Terhadap Kemampuan Problem Solving Siswa SMK
(Teknik) Swasta di Surakarta Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa dalam Jurnal MIPA, Vol. 17,
No. 1, Januari 2007, h. 67 9 Ibid, h. 67
dirumuskan. Sementara menurut Anita dalam Cooperative Learning, model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan
kerjasama.10
Pembelajaran kooperatif ini bukan saja sekedar melibatkan dan
menempatkan siswa secara bersama dalam suatu kelompok kecil dan memberikan
kepada mereka tugas, akan tetapi juga di dalamnya melibatkan pemikiran dan
perhatian penuh pada berbagai macam aspek dari proses kelompok. Dalam
pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk saling bekerja sama dan membantu
antara satu dengan yang lainnya dalam menyelesaikan atau mempelajari suatu
pokok bahasan.
Pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai lingkungan belajar dimana
siswa bekerjasama dalam suatu kelompok kecil yang kemampuannya berbeda-
beda untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik. Pengorganisasian pembelajaran
kooperatif dicirikan oleh “struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif”.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, yang dimaksud struktur tugas kooperatif
adalah siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif harus
bekerjasama pada suatu tugasnya. Struktur tujuan kooperatif adalah seorang siswa
dalam suatu kelompok dikatakan dapat mencapai tujuan jika siswa lain dalam
kelompok tersebut juga dapat mencapai tujuan. Terdapat tiga macam struktur
tujuan sebagai berikut dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
1) Tujuan individualistik, jika tujuan yang ingin dicapai siswa secara individual
tidak memiliki konsekuensi terhadap pencapaian tujuan siswa lainnya.
2) Tujuan kompetitif, jika seorang siswa dapat mencapai tujuan sedangkan siswa
lain tidak mencapai tujuan tersebut.
3) Tujuan kooperatif, jika siswa bersama-sama mencapai tujuan tersebut.
Tiap-tiap individu ikut andil menyumbang pencapaian tujuan. Tujuan kelompok
akan tercapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan secara kolektif.11
10
Widyantini. Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD dalam Pembelajaran Matematika SMP.
(Yogyakarta: DEPDIKNAS, 2008), h. 4 11
Wahyu Sulistyorini, Pembelajaran Kooperatif Model STAD dan Jigsaw dalam Pembelajaran
Biologi di SMA dalam Jurnal Biomatik, h. 43
Model pembelajaran kooperatif ini merupakan salah satu cara
penyampaian pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centred learning).
Student centred learning adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada
siswa dalam proses pembelajaran, metode belajar ini berfokus pada kebutuhan
siswa, kemampuan, minat, dan cara mengajar guru sebagai fasilitator dalam
pemebelajaran. Siswa yang aktif adalah siswa yang dapat mengkonstruk dan
membangun sendiri pemahamannya lewat indera sensoriknya sendiri seperti
penglihatan, suara, penciuman dan sebagainya. Asumsi tersebut berkembang
berdasarkan alasan bahwa siswa bukan merupakan pembelajar pasif, tetapi
mereka merupakan seorang pencipta di lingkungannya.
Dari berbagai penjelasan mengenai pembelajaran kooperatif di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran kelompok untuk setiap kelompok mempunyai anggota yang
heterogen. Pembelajaran kooperatif ini merupakan suatu model yang setiap
anggota kelompok telah mencapai tujuan individu apabila kelompoknya telah
berhasil. Untuk mencapai tujuan individu dalam kelompok, sangat dipengaruhi
oleh keaktifan anggota kelompok tersebut dalam melakukan apa saja untuk
keberhasilan kelompoknya. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat tiga tujuan
pembelajaran yaitu: prestasi akademik, penerimaan pendapat yang beraneka
ragam dan pengembangan keterampilan sosial.
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tidak identik dengan pembelajaran
kelompok. Dalam pembelajaran kelompok guru dapat mengoptimalkan siswa
bekerja bersama dengan siswa lainnya. Pembelajaran kelompok berbeda dengan
pembelajaran kooperatif, karena ciri-ciri pembelajaran kooperatif seperti
dikemukakan oleh Slavin tidak tersirat secara sistematis. Oleh karena itu guru
dapat mengoptimalkan kinerja yang telah dilaksanakannya dengan memilih satu
metode yang dikemukakan Slavin, antara lain Student Teams Achievement
Divisions (STAD), Teams Games Tournaments (TGT), Teams Assisted
Individualization (TAI), Cooperative Integrated Reading and Composition
(CIRC) dan Jigsaw.12
b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Belajar secara kooperatif dalam kelompok kecil membantu siswa dan
anggota dalam tim untuk menyelesaikan tugas secara bersama-sama. Secara
umum pembelajaran kooperatif terdiri dari lima karakteristik, yaitu:13
1) Siswa belajar bersama pada tugas-tugas umum atau aktivitas untuk
menyelesaikan tugas atau aktivitas pembelajaran.
2) Siswa saling bergantung secara positif. Aktivitas diatur sehingga siswa
membutuhkan siswa lain untuk mencapai hasil bersama. Pembelajaran yang
paling baik ditangani jika melalui kerja kelompok.
3) Siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai 5
siswa.
4) Siswa menggunakan perilaku kooperatif.
5) Setiap siswa secara mandiri bertanggungjawab untuk pekerjaan pembelajaran
mereka.
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:14
1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya.
2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang,
rendah.
3) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin yang berbeda-beda.
4) Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu.
12
Suprayekti, “Strategi Penyampaian Pembelajaran Kooperatif”, dalam Jurnal Pendidikan
Penabur, No.07/Th.V/Desember 2006, h. 90 13
Zulfiani, dkk.., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009)
cet. ke-1 h. 131 14
Wahyu Sulistyorini, Op. Cit., h. 44
Carin mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif ditandai oleh ciri-
ciri sebagai berikut:15
1) Setiap anggota mempunyai peran
2) Terjadi interaksi langsung diantara siswa
3) Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas belajarnya dan juga teman-
teman sekelompoknya
4) Peran guru adalah membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan-
keterampilan interpersonal kelompok
5) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan
Bannet menyatakan ada lima unsur dasar yang dapat membedakan
pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu:16
1) Positive interdependence
2) Interaction face to face
3) Adanya tanggungjawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota
kelompok
4) Membutuhkan keluwesan
5) Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah
(proses kelompok)
Pada pembelajaran kooperatif siswa dikondisikan untuk bekerja dan
belajar dalam kelompok. Aktivitas kerja dan belajar dalam kelompok belajar
kooperatif berbeda dengan kelompok belajar tradisional. Kelompok tradisional
adalah kelompok belajar yang sering diterapkan di sekolah, seperti kelompok
diskusi, kelompok tugas dan kelompok belajar lainnya. Perbedaan tersebut dapat
dilihat pada tabel 2.1 berikut.17
15 Zulfiani, dkk.., Op. Cit., h. 132 16
Isjoni, Op. Cit.,, h. 60 17 Zulfiani, dkk, Op. Cit., h. 135
Tabel 2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan
Kelompok Belajar Tradisional
No. Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Tradisional
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kepemimpinan bersama
Saling ketergantungan positif
Kelompok heterogen
Mempelajari ketarampilan kooperatif
Sama-sama bertanggungjawab
Menekankan pada penyelesaian tugas
dan mempertahankan hubungan
Guru memperhatikan proses
kelompok belajar sehingga efektif
Satu hasil kelompok
Evaluasi kelompok
Satu pemimpin
Tidak saling bergantung
Kelompok homogen
Asumsi adanya keterampilan sosial
Tanggungjawabnya hanya untuk diri
sendiri
Hanya menekankan pada
penyelesaian tugas
Guru tidak memperhatian proses
kelompok belajar
Beberapa hasil kelompok
Evaluasi individual
c. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa keunggulan, antara lain
sebagai berikut:
1) Semua anggota kelompok wajib mendapat tugas
2) Ada interaksi langsung antar siswa dengan siswa dan siswa dengan guru
3) Siswa dilatih untuk mengembangkan keterampilan sosial
4) Mendorong siswa untuk menghargai pendapat orang lain
5) Dapat meningkatkan kemampuan akademik siswa
6) Melatih siswa untuk berani berbicara di depan kelas18
Selain memiliki keunggulan, pembelajaran kooperatif juga mempunyai
kelemahan-kelemahan, antara lain sebagai berikut:
1) Jika ditinjau dari sarana kelas, maka untuk membentuk kelompok kesulitan
mengatur dan mengankat tempat duduk.
18 Ruhadi. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe “STAD” Salah Satu Alternatif dalam
Mengajarkan Sains IPA yang Menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam Jurnal
Pendidikan Serambi Ilmu, Sept 2008, Volume 6 Nomor I, h. 49
2) Karena rata-rata jumlah siswa di dalam kelas adalah 40 orang, maka guru
kurang maksimal dalam mengamati belajar kelompok secara bergantian.
3) Guru dituntut bekerja cepat dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan
dengan pembelajaran yang telah dilakukan, antara lain koreksi pekerjaan
siswa, menentukan perubahan kelompok belajar.
4) Memerlukan waktu dan biaya yang banyak untuk mempersiapkan dan
kemudian melaksanakan pembelajaran kooperatif tersebut.19
d. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif
Terdapat lima macam metode belajar kooperatif yang berhasil
dikembangkan para peneliti pendidikan di John Hopkins University yaitu: STAD
(Student Teams Achievement Division), TGT (Teams Games Tournament), TAI
(Teams Accelerated Instruction), CIRC (Cooperative Integrated Reading &
Composition), dan Jigsaw.
1) STAD (Student Teams Achievement Division)
Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan pendekatan
kooperatif yang paling sederhana. Dalam metode ini, siswa dibagi dalam
bentuk kelompok beranggotakan 4 – 5 orang yang berbeda jenis kelamin, etnis
dan kemampuan. Guru menyajikan informasi akademik baru kepada siswa
setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Secara individual
setiap 2 minggu siswa diberi kuis. Kuis itu di skor perkembangan.
2) Jigsaw
Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap
anggota bertanggungjawab untuk mempelajari bagian tertentu yang diberikan.
Jigsaw terdiri dari lima langkah, yaitu mahasiswa membaca dan mengkaji
bahan ajar, diskusi kelompok ahli, diskusi kelompok mahasiswa (homogen),
tes/kuis, dan penguatan dari guru.
19
Ibid, h. 49
3) TGT (Team Games Tournament)
TGT hampir sama dengan STAD, namun dalam TGT tidak menggunakan kuis
atau saling tanya melainkan menggunakan turnamen atau lomba mingguan.
Dalam lomba itu siswa berkompetisi dengan anggota tim lain agar dapat
menyumbangkan poin pada skor mereka. TGT terdiri dari empat langkah,
yaitu identifikasi masalah, pembahasan masalah dalam kelompok, presentasi
hasil bahasan kelompok (turnamen), dan penguatan dari guru.
4) TAI (Team Accelerated Instruction)
Teknik ini menggabungkan metode belajar kelompok dengan belajar secara
individu. Tiap anggota kelompok akan diberi soal-soal bertahap yang harus
mereka kerjakan sendiri-sendiri dalam kelompoknya. Setelah itu, hasil
pekerjaan mereka diperiksa oleh anggota tim yang lain. Jika seorang siswa
telah mampu mengerjakan soal dalam satu tahap, maka ia diperbolehkan untuk
mengerjakan soal selanjutnya dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi.
Namun jika ia belum mampu menjawab suatu soal, maka ia harus
mengerjakan kembali soal yang tingkat kesulitannya sama sebelum ia
melanjutkan ke soal yang lebih sulit.
5) CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)
Teknik ini sejenis dengan TAI, namun hanya ditekankan pada pengajaran
membaca, menulis dan tata bahasa. Aktivitas CIRC terdiri dari siswa
mengikuti urutan instruksi guru, latihan tim, asesmen awal tim dan kuis.20
Pada penelitian ini akan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD. Alasan dipilih model pembelajaran kooperatif tipe STAD karena
model pembelajaran ini merupakan pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana. Selain itu, dapat digunakan untuk memberikan pemahaman konsep
materi yang sulit kepada siswa dimana materi tersebut telah dipersiapkan oleh
guru melalui lembar kerja atau perangkat pembelajaran yang lain.
20
Zulfiani, dkk, Op. Cit., h. 137
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
STAD yang dikemukakan oleh Slavin adalah sebuah metode
pembelajaran yang terdiri dari 4 atau 5 orang yang heterogen dari segi tingkat
kemampuan, jenis kelamin dan latar belakang budaya.21
Pada STAD dinyatakan
Slavin bahwa “Most often, the study involves students discussing problems
together, comparing answers, and correcting any misconceptions if teammates
make mistakes”, artinya siswa mendiskusikan masalah bersama, membandingkan
jawaban dan memeriksa miskonsepsi jika tim membuat kesalahan. Penekanan
diletakkan pada anggota tim melakukan yang terbaik untuk kelompoknya.22
STAD merupakan salah satu metode pendekatan dalam pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana dan merupakan sebuah model pendekatan yang cocok
untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif. Selain itu,
STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif
(Slavin).23
Menurut Davidson & Worshman (dalam Supraptama), “Cooperative
learning adalah model pembelajaran yang sistematis dengan mengelompokkan
siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif yang
mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis”. Senada dengan
pendapat tersebut, Johnson menyatakan bahwa dalam cooperative learning
“Students discuss the material with each other, help one another understand it,
and encourage each other to work hard”. Pada cooperative learning para siswa
mendiskusikan bahan antara siswa yang satu dengan lainnya, saling membantu
memahami siswa yang satu dengan yang lain dan masing-masing memberi
semangat untuk bekerja keras antara siswa yang satu dengan yang lain.24
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe
STAD merupakan salah satu model pembelajaran secara berkelompok (anggota
21
Suprayekti. Op. Cit., h. 90 22
Marjoko. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Model Cooperative Learning Teknik
Student Teams Achievement Division (STAD) di SMP Negeri 3 Cilacap dalam Jurnal Widyatama,
Vol. 5 No.1, Maret 2008, h. 64 23
Ruhadi, Op. Cit., h. 48 24
Marjoko, Op. Cit., h. 64
kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang yang heterogen) dengan mengintegrasikan
keterampilan sosial yang bermuatan akademis untuk sampai kepada pengalaman
belajar baik individu maupun kelompok. Bentuk partisipasi siswa yang
diharapkan dapat berupa keterlibatan mereka dalam suatu kelompok diskusi. Pada
aktivitas ini terjadi proses belajar mengajar antar siswa, berupa saling bertanya,
saling menjelaskan, dan mempraktikkan kemampuan-kemampuan lain dalam
wadah kelompok diskusi. Dalam proses pembelajaran ini dapat diharapakan
mampu meransang siswa untuk berpikir kritis, inovatif, aktif dan kreatif serta
mampu mencapai standar kompetensi yang diharapkan.
b. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dicirikan oleh struktur tugas,
tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi tipe STAD
didorong dan atau dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama, dan
mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.
Dalam penerapan tipe STAD, dua atau lebih individu saling bergantung satu sama
lain untuk mencapai satu penghargaan tersebut seandainya mereka berhasil
sebagai kelompok.25
Unsur-unsur dasar tipe STAD sebagai berikut: siswa dalam kelompoknya
haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama; siswa
bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik
mereka sendiri; siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam
kelomponya memiliki tujuan yang sama; siswa haruslah membagi tugas dan
bertanggung jawab yang sama diantara kelompoknya; siswa akan dikenakan
evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk
semua anggota keompok; siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.26
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki ciri-ciri berikut:
(a) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
25 Rusmansyah. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD dalam Jurnal Vidya Karya, Tahun XXIV, No. 1, April 2006, h. 90 26
Ibid, h. 90
belajarnya; (b) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah; (c) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras,
budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda; dan (d) Penghargaan lebih berorientasi
kelompok ketimbang individu.27
c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu: penyajian kelas, kegiatan
kelompok, tes, peningkatan individu dan pengakuan kelompok. Lima komponen
utama dalam pembelajaran kooperatif akan dijelaskan sebagai berikut.
1) Penyajian kelas
Penyajian kelas adalah tahap dimana siswa memulai pembelajaran dengan
menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.
Tahapan ini diikuti dengan penyajian informasi sebagaimana biasanya, dengan
menggunakan berbagai metode atau pendekatan yang sesuai misalnya
ceramah, tanya jawab, peragaan, dan demonstrasi.
Penyajian kelas dapat meliputi presentasi audio-visual atau kegiatan
penelusuran kelompok. Pada kegiatan ini siswa bekerja lebih dulu untuk
menemukan informasi atau konsep-konsep atas upaya mereka sendiri sebelum
pembelajaran.
2) Kegiatan kelompok
Siswa bekerja dan belajar bersama didalam kelompok. Waktu yang digunakan
1 – 2 jam pelajaran. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dengan
jumlah anggota 4 – 5 orang yang beragam, baik itu kemampuan akademik,
jenis kelamin, ras ataupun etnik dalam satu kelompok. Kerja tim merupakan
ciri terpenting STAD. Pada setiap saat, penekanan diberikan kepada anggota
tim agar melakukan yang terbaik untuk timya. Sesama anggota tim
memberikan dukungan kepada temannya untuk kinerja akademik dan
menunjukkan saling peduli.
27
Ibid, h. 90
3) Tes individual
Setelah siswa berlatih dalam kelompok, siswa diberi tes individu. Pada tahap
ini siswa tidak diperkenankan untuk saling memberitahu atau bekerja sama
dengan yang lain. Setiap siswa diharapkan berusaha untuk bertanggungjawab
secara individual untuk menjawab soal tes dan memberikan hasil yang terbaik
sebagai konstribusinya kepada kelompok.
4) Memberikan skor peningkatan individual
Pemberian skor peningkatan individual bertujuan untuk memberikan
kesempatan bagi setia siswa agar dapat menunjukkan gambaran kinerja
pencapaian tujuan dari hasil kerja maksimal setiap individu yang
disumbangkan untuk kelompokknya.
Pengelolaan hasil kerja kelompok adalah skor awal, skor tes, skor peningkatan
individu dan skor kelompok. Skor peningkatan didapat dari kaitan skor awal
dan skor tes. Jika ada peningkatan atau penurunan maka akan diberi poin
tersendiri, dan skor untuk kelompok dikumpulkan dari peningkatan seluruh
anggota kelompok, dicatat dan dijumlahkan maka itu akan menjadi skor
kelompok. Contoh pemberian skor dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.2 Kriteria Pemberian Skor Peningkatan Individu
Skor Tes Skor Peningkatan
a. Lebih dari 10 poin di bawah nilai awal
b. Antara 10 sampai 1 di bawah nilai awal
c. Antara 0 sampai 10 di atas nilai awal
d. Lebih dari 10 poin di atas nilai awal
e. Nilai terbaik (tidak berdasarkan nilai awal)
5
10
20
30
40
5) Pengakuan kelompok
Pengakuan kelompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing
kelompok. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor kemajuan kelompok
yang diperoleh dengan mengumpulkan kemajuan masing-masing anggota
kelompok. Berdasarkan skor kemajuan kelompok tersebut, guru memberikan
hadiah (award) berupa predikat kepada kelompok yang memenuhi kriteria
tertentu. Untuk menentukan tingkat penghargaan yang diberikan untuk
prestasi kelompok, dapat dilihat pada tabel berikut ini.28
Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok
Rata-rata Kelompok Penghargaan
15
20
25
Good Team (tim yang bagus)
Great Team (tim yang hebat)
Super Team (tim yang super)
3. Konsep dan Penguasaan Konsep
a. Konsep
Konsep adalah hasil berfikir abstrak manusia yang merangkum banyak
pengalaman sehingga konsep merupakan buah pikiran yang dimiliki seseorang.
Konsep merupakan suatu abstraksi yang mewakili satu kelas obyek-obyek,
kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut
yang sama (Rosser dalam Dahar). Sedangkan Herron (dalam Liliasari)
menyatakan bahwa konsep sama dengan ide, ide sebagai contoh dari konsep.29
Menurut Dahar, konsep merupakan kategori-kategori yang kita berikan
pada stimulus-stimulus yang ada dilingkungan kita. Konsep-konsep menyediakan
skema-skema terorganisasi untuk menentukan hubungan di dalam dan di antara
kategori-kategori. Konsep-konsep merupakan dasar bagi proses-proses mental
yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-
28 Zulfiani dkk., Op. Cit., h. 140 29
Akhmad Akhyani. Model Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Berbasis Inkuiri Laboratorium
untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA dalam
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, Vol. II, No. 1, Maret 2008, h. 102
generalisasi.30
Sedangkan Oemar Hamalik menyatakan bahwa “konsep adalah
suatu kelas stimuli yang memiliki sifat-sifat (atribut-atribut) umum”. 31
Berdasarkan berbagai definisi mengenai konsep dapat disimpulkan bahwa
konsep merupakan suatu idea tau gagasan yang menerangkan suatu objek
berdasarkan pengamatan terhadap fakta-fakta.
Adapun ciri-ciri konsep yaitu:32
1) Atribut konsep adalah suatu sifat yang membedakan antara konsep satu
dengan konsep lainnya.
2) Atribut nilai-nilai, adanya variasi-variasi yang terdapat pada suatu atribut.
3) Jumlah atribut juga bermacam-macam antara satu konsep dengan konsep
lainnya.
4) Kedominanan atribut, menunjuk pada kenyataan bahwa beberapa atribut lebih
dominan (obvious) daripada yang lainnya.
Jenis-jenis konsep adalah sebagai berikut:33
1) Konsep konjungtif, nilai-nilai tertentu (yang penting) dari berbagai atribut
disajikan bersama-sama. Nilai-nilai dan atribut ditambahkan bersama untuk
menghasilkan suatu konsep konjungtif.
Contoh:
Atribut Nilai Konsep
- Nomor
- Warna
- Bentuk
Tiga
Hitam kekuning-kuningan
Bulat/bundar
Tiga bulatan yang hitam
kekuning-kuningan
2) Konsep konjungtif sangat mudah dipelajari dan diajarkan, sebab hanya
menambah (kualitas adaptif) antara atribut dan nilai-nilai. Dengan cara itu,
kita dengan mudah membedakan antara anjing, kucing, dan kuda.
30
Armiza. Model Siklus Belajar Abduktif Empiris untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP pada Materi Pemantulan Cahaya dalam Jurnal
Penelitian Pendidikan IPA, Vol. I, No, 1, Maret 2007, h. 79 31 Oemar Hamalik. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. (Jakarta: Bumi
Aksara: 2005), cet. ke-4, h. 161 32 Ibid, h. 162 33 Ibid, h. 163
3) Konsep disjungtif, sesuatu yang dapat dirumuskan dalam sejumlah cara yang
berbeda-beda. Antara atribut-atribut dan nilai-nilai dapat didistribusikan antara
yang satu dengan yang lainnya.
4) Konsep hubungan, yakni suatu konsep yang mempunyai hubungan-hubungan
khusus antaratribut. Misalnya konsep jarak dan konsep arah. Jarak menunjuk
pada hubungan antara dua titik, yakni terdapat dua titik yang terpisah arah,
juga menunjukkan hubungan antara dua titik gerakan dari satu titik ke titik
lainnya.
b. Penguasaan Konsep
Dari proses pembelajaran yang berlangsung, diharapkan siswa dapat
menguasai konsep-konsep dari materi pelajaran yang sedang dipelajarinya. Dalam
hal ini penguasaan konsep sangat penting dimiliki siswa yang telah mengalami
pembelajaran. Penguasaan konsep yang dimaksud di sini tidak terbatas hanya
mengenal konsep itu, tetapi siswa harus dapat menghubungkan antara konsep
yang satu dengan konsep yang lain yang masih ada kaitannya. Berkaitan hal ini
Novak dan Gowin (dalam Baihaqi), menyatakan bahwa penguasaan konsep tidak
didasarkan pada kemampuan siswa untuk mengetahui seluruh konsep yang
diajarkan saja, tetapi lebih merupakan perkembangan hubungan proporsional
antara konsep yang menjadi pusat perhatian dan konsep lain yang dihubungkan.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penguasaan konsep identik dengan
pemahaman konsep, yaitu sekelompok perubahan tingkah laku (kemampuan)
siswa yang dipengaruhi oleh kemampuan berpikir dengan jenjang: ingatan (C1),
pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisa (C4), evaluasi (C5), dan kreatif (C6)
(Bloom dalam Anderson dan Krathwohl).34
Adapun penguasaan konsep fisika dimaksudkan sebagai tingkatan dimana
seorang siswa tidak sekedar mengetahui konsep-konsep fisika, melainkan benar-
benar memahaminya dengan baik, yang ditunjukkan oleh kemampuannya dalam
menyelesaikan berbagai persoalan, baik yang terkait dengan konsep itu sendiri
34 Akhmad Akhyani, Op. Cit., h. 102
maupun penerapannya dalam situasi baru. Berdasarkan taksonomi Bloom,
penguasaan konsep dalam penelitian ini hanya pada ranah kognitif C2.
Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, kelompok berkompetisi dengan
kelompok-kelompok lain, siswa dalam satu kelompok bekerja sama untuk
menyelesaikan tugas yang telah disiapkan oleh guru, hasil kerja dan penghargaan
adalah untuk kelompok bukan untuk perorangan, siswa merasa keberhasilan
mereka bergantung pada perilaku dan kinerja siswa lainnya dalam kelompok,
efektif dalam mengurangi dominansi siswa yang pintar dalam belajar kelompok,
dan guru memberi umpan balik untuk kelompok. Dengan demikian, interaksi
dalam kelompok dan antar kelompok lebih efektif dan efisien karena adanya
bahan diskusi yang telah dirancang sedemikian rupa oleh guru dan adanya
bimbingan dan arahan guru secara intensif.
Tipe STAD lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan
dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif. Peningkatan
belajar terjadi tidak tergantung pada usia siswa, mata pelajaran, atau aktivitas
belajar. Tugas-tugas belajar yang kompleks seperti pemecahan masalah, berpikir
kritis, dan pembelajaran konseptual meningkatkan secara nyata pada saat
digunakan strategi-strategi kooperatif, siswa lebih memiliki kemungkinan
menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi selama dan setelah diskusi dalam
kelompok kooperatif daripada mereka bekerja secara individual atau kompetitif.
Jadi materi yang dipelajari siswa akan melekat untuk periode waktu yang lebih
lama.35
Hal yang demikian diharapkan dapat lebih meningkatkan penguasaan
konsep fisika siswa khususnya pada materi bunyi.
35
Rusmansyah. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD dalam Jurnal Vidya Karya, Tahun XXIV, No. 1, April 2006, h. 90
4. Konsep Bunyi
a. Peta Konsep
Gambar 2.1 Peta Konsep Bunyi
Gelombang mekanik
(perambatannya melalui medium)
Getaran
Bunyi
Karakteristik
bunyi
Daerah frekuensi
Pemantulan Resonansi
Warna bunyi Kuat bunyi Tinggi bunyi
Infrasonik
(f < 20 Hz)
Audiosonik
(20 Hz s/d 20 kHz)
Ultrasonik
(f > 20 kHz)
Gelombang
longitudinal
terdiri atas terdiri atas
memiliki memiliki mengalami
dihasilkan oleh
dirambatkan oleh
berupa
b. Bunyi
Benda yang bergetar menimbulkan bunyi. Benda tersebut dapat kita sebut
sebagai sumber bunyi.36
Bunyi merupakan salah satu bentuk gelombang
longitudinal. Bunyi merambat dalam bentuk rapatan dan renggangan yang silih
berganti.
Kita telah membahas bahwa bunyi ditimbulkan oleh benda yang bergetar,
yaitu sumber bunyi. Dengan demikian, syarat terjadi dan terdengarnya bunyi
adalah:
1) Ada benda yang bergetar (sumber bunyi),
2) Ada medium yang merambatkan bunyi, dan
3) Ada penerima yang berada di dalam jangkauan sumber bunyi.37
c. Kelajuan Rambat Bunyi
Kelajuan rambat bunyi adalah jarak yang ditempuh oleh bunyi tiap satu
satuan waktu. Satuan kelajuan rambat bunyi dalam SI adalah m/s. karena itu dapat
dinyatakan: Cepat rambat bunyi adalah besarnya jarak yang ditempuh oleh bunyi
tiap sekon.
𝑣 =𝑠
𝑡 …………………………….. (2.1)
dengan: v = kelajuan rambat bunyi (m/s)
s = jarak yang ditempuh (m)
t = waktu tempuh (s)38
Oleh karena bunyi merupakan suatu bentuk gelombang, dapat dituliskan:
𝑣 =𝜆
𝑇= 𝑓. 𝜆 ………………………. (2.2)
dengan: T = periode bunyi (s)
λ = panjang gelombang bunyi (m)39
f = frekuensi bunyi
36 Mikrajuddin Abdullah. IPA Fisika SMP dan MTs Jilid 2 untuk Kelas VIII. (Jakarta: PT. Gelora
Aksara Pratama, 2006), h. 110 37 Ibid, h. 111 38 Tim Abdi Guru. IPA Terpadu untuk SMP Kelas VIII. (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 152 39
Saeful Karim dkk.Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar untuk Kelas VIII Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah. (Jakarta: CV. Pustaka Indah, 2008), h. 257
d. Batas Pendengaran Manusia
Kemampuan telinga manusia untuk mendengar bunyi sangat terbatas.
Telinga manusia normal umumnya hanya dapat mendengar bunyi dengan
frekuensi antara 20 – 20.000 Hz. Bunyi yang berada dalam daerah jangkauan
tersebut disebut audiosonik. Gendang telinga manusia hanya dapat menghasilkan
gelombang listrik syaraf yang dapat diterjemahkan otak jika bergetar dengan
frekuensi dalam jangkauan audiosonik.40
Bunyi dengan frekuensi di bawah 20 Hz disebut infrasonik (infra artinya
lebih rendah). Bunyi dengan frekuensi di atas 20.0000 Hz disebut ultrasonik (ultra
artinya lebih tinggi).
Manusia tidak mampu mendengar bunyi infrasonik maupun ultrasonik.
Beberapa hewan memiliki pendengaran yang sangat peka sehingga dapat
mendengar bunyi infrasonik maupun bunyi ultrasonik. Kemampuan ini
merupakan kemampuan alamiah hewan tersebut. Hewan yang dapat mendengar
bunyi infrasonik, misalnya jangkrik, anjing, dan kelelawar.
Selain dapat mendengar bunyi infrasonik, kelelawar juga dapat menghasilkan
dan mendengar bunyi ultrasonik. Dengan memancarkan bunyi ultrasonik dan
menangkap kembali pantulannya, kelelawar dapat mengetahui jarak benda yang
ada di depannya.
e. Resonansi
Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena getaran
benda lain. Syarat terjadinya resonansi adalah frekuensi yang sama dengan
sumber getarnya.41
Resonansi pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya pada kolom udara dapat
terjadi dengan syarat sebagai berikut.
1) Syarat agar terjadi resonansi I (R1): panjang kolom udara = ¼ λ
2) Syarat agar terjadi resonansi II (R2): panjang kolom udara = ¾ λ
40
Mikrajuddin Abdullah, Op. Cit., h. 114 41 Saeful Karim dkk., Op. Cit., h. 265
3) Syarat agar terjadi resonansi III (R3): panjang kolom udara = 5/4 λ, dan
seterusnya.
Jadi, agar terjadi resonansi ke-n, panjang kolom udara (λ) pada tabung adalah:
ℎ =1
4𝜆 2𝑛 − 1 ……………………… (2.3)
dengan n = 1, 2, 3, 4, ….
Banyak sekali alat musik yang memanfaatkan peristiwa resonansi.
Kegunaan sifat resonansi di antaranya adalah hanya dengan getaran yang kecil
akan diperoleh getaran yang besar. Resonansi terjadi pada alat musik senar, alat
musik tiup, gamelan, dan alat musik selaput tipis.
Selain bermanfaat, resonansi dapat juga menimbulkan masalah. Saat
terjadi resonansi, amplitudo getaran benda seringkali jauh lebih besar daripada
amplitudo penyebab benda tersebut bergetar. Resonansi harus diperhitungkan saat
membuat bangunan. Bangunan harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak ada
faktor lingkungan di sekitarnya, seperti getaran angin atau gempa bumi, yang
memiliki frekuensi sama dengan frekuensi alamiah bangunan tersebut. Jika hal ini
diabaikan dapat menyebabkan bangunan runtuh.42
f. Pemantulan Bunyi
Pemantulan gelombang bunyi memenuhi Hukum Pemantulan yang
menyatakan sebagai berikut.
1) Bunyi datang, garis normal, dan bunyi pantul terletak pada satu bidang datar.
2) Sudut bunyi datang sama dengan sudut bunyi pantul.43
Berdasarkan hukum pemantulan bunyi, jika bunyi yang datang berimpit
dengan garis normal (sudut datang = 0o), bunyi pantulnya juga berimpit dengan
garis normal (sudut pantul = 0o). Dengan kata lain, bunyi pantulnya akan berbalik
ke arah datangnya bunyi. Jika sudut datangnya lebih dari 0o, bunyi pantulnya tidak
akan kembali ke arah datangnya bunyi.44
42
Mikrajuddin Abdullah, Op. Cit., h. 121 43
Saeful Karim dkk., Op. Cit., h. 267 44
Mikrajuddin Abdullah, Op. Cit., h. 123
Macam-macam bunyi pantul:
1) Bunyi pantul yang memperkuat bunyi asli
Bunyi pantul dapat memperkuat bunyi asli jika jarak antara sumber bunyi dan
bidang pemantul sangat dekat. Dengan demikian, selang waktu yang
diperlukan oleh bunyi pantul untuk kembali berlangsung singkat. Dapat
dianggap bunyi pantul bersamaan waktunya dengan bunyi asli, sehingga bunyi
pantul memperkuat bunyi asli.
2) Gaung atau kerdam
Gaung atau kerdam adalah bunyi pantul yang sebagian bersamaan dengan
bunyi aslinya, sehingga bunyi asli menjadi tidak jelas. Perhatikan contoh
berikut ini.
Bunyi asli : mer – de – ka
Bunyi pantul : mer – de – ka
Terdengar : mer – …. – …. – ka
Untuk menghindari terjadinya gaung, dinding-dinding dalam bioskop, studio
radio atau televisi, studio rekaman, dan gedung pertunjukan dilapisi oleh zat
kedap (peredam) suara.
3) Gema
Jika jarak antara sumber bunyi dengan bidang pemantul sangat jauh
(misalnya: kamu berada jauh di depan lereng gunung kemudian berteriak), ada
kemungkinan bunyi pantul kembali setelah bunyi asli selesai diucapkan.
Bunyi pantul yang terdengar setelah bunyi asli selesai diucapkan dinamakan
gema.45
Adapun pemanfaatan pemantulan bunyi yaitu:
1) Menentukan cepat rambat bunyi di udara
Pemantulan bunyi dapat dimanfaatkan untuk menentukan cepat rambat bunyi
di udara, atau jika cepat rambat bunyi di udara diketahui, kita dapat
menentukan jarak antara dua tempat.
45 Marthen Kanginan. IPA Fisika 2 untuk SMP kelas VIII. (Jakarta: Erlangga, 2006),
h. 180-182
2) Survei geofisika
Suatu gemap bumi atau ledakan dahsyat membangkitkan gelombang-
gelombang bunyi yang dapat menempuh perjalanan yang sangat jauh melalui
Bumi. Jika getaran-getaran ini dicatat oleh seismograf di berbagai tempat di
permukaan Bumi, catatan-catatan ini dapat digunakan untuk mendeteksi,
menentukan lokasi, dan mengklasifikasikan gangguan-gangguan atau untuk
memberikan informasi tentang struktur Bumi.
3) Kacamata tunanetra
Prinsip pengiriman dan penerimaan pulsa ultrasonik pada kelelawar
dimanfaatkan pada kacamata tunanetra. Kacamata ini dilengkapi dengan
pengirim dan penerima pulsa. Penerima akan menghasilkan suatu bunyi tinggi
atau rendah, bergantung pada apakah benda yang memantulkan pulsa berada
dekat atau jauh dari si tunanetra.
4) Mengukur kedalaman laut
Kedalaman laut, bahkan lokasi kawanan ikan di bawah kapal, dapat ditentukan
dengan teknik pantulan pulsa ultrasonik. Pulsa ultrasonik dipancarkan oleh
instrumen yang dinamakan fathometer.
5) Penggunaan dalam bidang kedokteran
Pemeriksaan untuk melihat bagian dalam tubuh manusia dengan
menggunakan pulsa-pulsa ultrasonik dinamakan pemeriksaan USG
(ultrasonografi). Pemeriksaan dan pengobatan penyakit batu ginjal
menggunakan teknik ultrasonografi. Pulsa-pulsa ultrasonografi juga digunakan
oleh dokter gigi. Getaran-getaran ultrasonik dapat mengguncang kotoran dan
plak (karang) gigi sehingga terlepas dari gigi.
6) Mendeteksi cacat dan retah pada logam
Cacat dan retak pada logam dapat dideteksi dengan teknik pantulan ultrasonik.
Ketika pulsa ultrasonik mengenai retak pada logam yang tidak dapat dilihat,
pulsa ultrasonik dipantulkan kembali ke detektor. Berdasarkan pantulan inilah
kita dapat mendeteksi adanya retak pada logam di temapt tertentu.
7) Mengukur ketebalan pelat
Teknik pantulan ultrasonik dapat kita gunakan untuk mengukur ketebalan
sebuah pelat logam walaupun kita hanya diizinkan mengukurnya dari satu sisi
pelat logam.46
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil-hasil penelitian sebelumnya tentang model pembelajaran kooperatif
tipe STAD adalah sebagai berikut:
1. Dewimarhelly
Dewimarhelly dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division)
Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Redoks Terintegrasi Nilai”. Adapun
masalah dalam penelitian ini yaitu: (1) Proses pembelajaran yang masih monoton,
(2) Belum adanya pembelajaran kimia yang terintegrasi dengan nilai,
(3) Kurangnya penggunaan model, metode, dan pendekatan dalam pembelajaran
kimia, dan (4) Hasil belajar kimia yang masih rendah. Adapun upaya yang
dilakukan untuk memecahkan masalah yang muncul, yaitu dengan cara
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang bertujuan
meningkatkan kemampuan dan aktivitas siswa dalam belajar secara kelompok.47
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan mengintegrasikan nilai-nilai yang diterapkan di
kelas eksperimen dapat memberikan hasil lebih baik. Hal ini, terbukti pada tes
awal rata-rata hasil tes siswa hanya sebesar 44,9 sedangkan setelah dilaksanakan
pembelajaran kooperatif tipe STAD tampak terdapat peningkatan hasil tes
sehingga mencapai rata-rata sebesar 73,56. Sedangkan pada kelas kontrol, rata-
rata hasil tes awal siswa sebesar 38,93, sedangkan rata-rata hasil tes akhir siswa
sebesar 65,05. Dengan demikian, proses pembelajaran dengan menggunakan
STAD mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
46 Ibid, h. 177-180 47 Dewimarhelly, Op. Cit., h. 3
Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian serta pengujian hipotesis
yang telah dilakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan bahwa thitung > ttabel
(2,9 > 2,000), yang berarti bahwa terdapat pengaruh positif model pembelajaran
kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada konsep redoks terintegrasi
nilai.48
2. Fitriani
Fitriani dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Penerapan
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep
Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit”. Berdasarkan latar belakang penelitian,
maka identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu: (1) Pembelajaran masih
didominasi oleh guru, (2) Guru masih banyak menerapkan pembelajaran secara
konvensional sebagai sarana untuk mentransfer pengetahuan,dan (3) Pembelajaran
berlangsung dalam situasi yang kurang kondusif bagi pengembangan skill setiap
siswa. Permasalahan yang muncul dapat diatasi dengan merancang sistem
pembelajaran sedemikian rupa melalui peralihan pendekatan dan metode yang
tepat. Salah satu upaya yang relevan dengan hal tersebut adalah melalui
pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan konstrutivistik yaitu
pembelajaran kooperatif. Adapun dalam penelitian ini, menerapkan pembelajaran
kooperatif tipe STAD.49
Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian serta pengujian hipotesis
yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang
diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada siswa
yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran konvensional, hal ini dapat
dilihat pada nilai rata-rata kelas eksperimen 77,68 dan kelas kontrol 61,66. Dari
hasil perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t didapatkan thitung 6,13
dengan ttabel 2,00, maka thitung > ttabel yang berarti bahwa Ho ditolak dan
menerima Ha, maka disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan
48
Ibid, h. 64 49 Fitriani, “Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Hasil Belajar
Siswa pada Konsep Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit dalam Skripsi Program Studi Pendidikan
Kimia UIN Syarif Hidayatullah”, Jakarta, 2008, h. 4
dari pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada konsep
larutan elektrolit dan nonelektrolit.50
3. Annisa Firdhausi
Annisa Firdhausi melakukan penelitian tindakan kelas mengenai ”Upaya
Meningkatkan Aktifitas dan Prestasi Belajar melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD dengan Menggunakan Media Alternatif ”. Permasalahan
dalam penelitian ini yaitu rendahnya aktivitas dan prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran fisika di kelas X di salah satu SMA swasta kabupaten Bandung.
Adapun cara pemecahan masalah mengenai rendahnya aktivitas dan prestasi
belajar siswa dalam pembelajaran fisika akan dipecahkan dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD.51
Hasil penelitiannya, secara keseluruhan aktivitas siswa di setiap siklusnya
terjadi peningkatan yang sangat baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa media dan
model pembelajaran yang telah diterapkan mampu meningkatkan aktivitas siswa.
Begitupun, secara keseluruhan prestasi belajar meningkat cukup baik di setiap
siklusnya hingga mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan pada
penelitian ini.52
4. Jumrah
Jumrah dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Ketuntasan
Hasil Belajar Siswa SMAN 5 Palu melalui Pendekatan Keterampilan Proses
Model Kooperatif Tipe STAD pada Pembelajaran Asam-basa”. Permasalahan
dalam penelitian ini yaitu: (1) Masih banyak siswa SMA Negeri 5 Palu
mengalami kesulitan dalam mempelajari pengetahuan kimia, baik menyangkut
proses maupun produk.; (2) Siswa dalam pembelajaran kimia memperlihatkan
kekurang mampuan menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan perhitungan
kimia. Adapun upaya pencapaian keberhasilan pembelajaran kimia secara kasikal
yaitu penggunaan model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pilihan
50
Ibid, h. 58 51 Annisa Firdhausi, Op. Cit., h. 5 52
Ibid, h. 92
yang baik, mengingat kecenderungan interaksi siswa dalam proses belajarnya.
Siswa yang hasil belajarnya rendah termotivasi untuk meningkatkan hasil
belajarnya sejajar dengan temannya yang hasil belajarnya tinggi.53
Hasil belajar siswa baik secara individu, kelompok maupun klasikal
di setiap siklusnya pada mata pelajaran kimia dengan Pokok Bahasan Asam dan
Basa dengan menggunakan keterampilan kooperatif tipe STAD sangat baik.
Terdapat pengaruh positif yang signifikan penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan keterampilan proses belajar siswa
yang berdampak pada peningkatan ketuntasan hasil belajar.54
C. Kerangka Berpikir
Materi fisika tentang bunyi dirasakan sangat akrab dengan kehidupan
sehari-hari. Dengan demikian, penting untuk dapat memahami dan menyadari
kegunaannya. Namun pada kenyataannya siswa masih kesulitan dalam memahami
konsep bunyi dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sehubungan dengan itu, maka perlu untuk menerapkan suatu model
pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan terlibat
langsung dalam proses pembelajaran siswa diharapkan mampu meningkatkan
pemahaman dan penguasaan konsep siswa. Salah satu model pembelajaran yang
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran yaitu model pembelajaran
kooperatif.
Pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif, siswa dikelompokkan
ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 5 siswa. Bersama dengan
kelompoknya, siswa melakukan serangkaian kegiatan yang dapat membantu siswa
untuk memahami materi pelajaran. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif
memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Interaksi dan komunikasi yang terjadi diantara siswa dapat
memotivasi belajar siswa.
53
Jumrah, “Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa SMAN 5 Palu melalui Pendekatan
Keterampilan Proses Model Kooperatif Tipe STAD pada Pembelajaran Asam-basa” dalam Jurnal
Media Eksakta 2 (2): 111-115, Juli 2006, h. 112 54
Ibid, h. 114
Salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Pembelajaran
kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat
membantu guru dalam mengatasi masalah pembelajaran yang dihadapinya. Model
ini dikembangkan setidak-tidaknya untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran yang
penting, yaitu hasil belajar akademik siswa yang meningkat, penerimaan terhadap
keragaman (di mana siswa akan saling menghormati akan kelebihan dan
kekurangan diantara mereka dan melakukan hubungan yang sinergis serta saling
menguntungkan), dan pengembangan keterampilan sosial (Arends, 1997).55
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD didasarkan pada prinsip
bahwa para siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab
terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri. Siswa
ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan empat sampai lima orang yang
merupakan campuran menurut prestasi akademik dan jenis kelamin. Dalam model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, materi dirancang untuk pembelajaran
kelompok. Siswa secara kooperatif mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan bahwa dalam
setiap proses pembelajaran siswa aktif dalam membangun pengetahuannya
sendiri, dalam hal ini pembelajaran tidak dimaksudkan untuk mengumpulkan
pengetahuan sebanyak mungkin tetapi lebih pada bagaimana proses mendapatkan
pengetahuan tersebut. Selain itu, dalam model pembelajaran ini dimungkinkan
siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, sehingga memberikan dampak
positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi diantara siswa. Interaksi dan
komunikasi yang berkualitas ini dapat memotivasi belajar siswa
Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari 5 tahapan,
yaitu presentasi kelas, belajar tim, kuis, skor kemajuan individual, dan
penghargaan tim. Adanya tahapan belajar tim dalam pembelajaran kooperatif tipe
STAD memungkinkan siswa untuk lebih banyak melakukan aktivitas saat
kegiatan belajar mengajar. Kemudian tahapan skor kemajuan individual dan
55
Rusmansyah. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD dalam Jurnal Vidya Karya, Tahun XXIV, No. 1, April 2006, h. 89
penghargaan tim dapat memotivasi siswa untuk meraih skor yang lebih tinggi.
Akibatnya yaitu penguasaan konsep siswa meningkat. Meningkatnya penguasaan
konsep siswa juga dikarenakan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, setiap
kelompok dituntut untuk bertanggung jawab atas keberhasilan belajarnya baik
secara individu maupun kelompok.
Gambar 2.2. Bagan Kerangka Berpikir
Perlu adanya pemilihan KBM yang dapat
meningkatkan kemampuan kerjasama dan
aktivitas siswa, sehingga tidak terjadi
kesenjangan penguasaan konsep
Pembelajaran Kooperatif
Model STAD
Siswa aktif dalam
proses pembelajaran
Pembelajaran berpusat
pada siswa
Penguasaan Konsep
Siswa Meningkat
Konsep Bunyi
D. Hipotesis Penelitian
Dalam sebuah penelitian perlu adanya hioptesis, karena hipotesis sebagai
indikasi untuk mengarahkan jalannya penelitian. Hipotesis ini berupa indikasi
yang berbentuk generalisasi yang akan dibuktikan dan akan diteliti serta diuji
kebenarannya. Adapun hipotesis yang diajukan penulis adalah sebagai berikut:
Ho : Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Teams Achievement Divisions) terhadap penguasaan konsep
siswa pada materi bunyi.
Ha : Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student
Teams Achievement Divisions) terhadap penguasaan konsep siswa pada
materi bunyi.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan
yang berlokasi di Jl. Beruang II Peladen Pd. Ranji, Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2010/2011, yaitu pada tanggal 11 April sampai 10 Mei 2011 .
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi
eksperimen. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi
pelaksanaan eksperimen.56
Pelaksanaannya melibatkan dua kelompok, yaitu
kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievment Division) dan kelompok
kontrol yang diberi perlakuan pembelajaran konvensional.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group
Design. Desain ini digambarkan sebagai berikut.57
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan (X) Posttest
Eksperimen O1 XE O2
Kontrol O1 XK O2
56
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta, 2008),
Cet. ke-5, h. 77 57
Ibid, h. 79
Keterangan:
O1 = Pretest yang diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen
O2 = Posttest yang diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen
X1 = Perlakuan terhadap kelompok eksperimen menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD
X2 = Perlakuan terhadap kelompok eksperimen menggunakan model
pembelajaran konvensional
D. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan studi literatur tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD.
b. Mengurus Surat Ijin Penelitian.
c. Melakukan observasi lapangan sebelum penelitian dilakukan. Hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran awal yang berkenaan dengan
subyek penelitian.
d. Menentukan kelas yang dijadikan sampel penelitian dan materi fisika yang
akan diajarkan pada saat penelitian.
e. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum
pempelajaran. Selanjutnya memberikan penjelasan tentang model
pembelajaran kooperatif tipa STAD dan mengelompokkan siswa pada kelas
eksperimen.
b. Melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kelas eksperimen.
Sedangkan pada kelas kontrol,
c. Memberikan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3. Tahap Pengolahan Data
a. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian.
b. Melakukan uji hipotesis.
E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yaitu segala sesuatu yang menjadi obyek pengamatan
penelitian atau sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala
yang akan diteliti. Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu pembelajaran
yang menggunakan model kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievment
Division) sebagai variabel bebas (variabel X) dan variabel terikatnya adalah
penguasaan konsep siswa (variabel Y).
F. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.58
Populasi target dalam
penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan tahun
pelajaran 2010/2011. Sedangkan populasi terjangkau yaitu siswa kelas VIII SMP
Negeri 13 Kota Tangerang Selatan.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.59
Dari seluruh
kelas VIII di SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan diambil dua kelas untuk
dijadikan sampel penelitian. Satu kelas untuk dijadikan kelas eksperimen dan satu
kelas lagi untuk dijadikan kelas kontrol.
G. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
teknik cluster sampling, yaitu teknik sampling daerah digunakan untuk
menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas.60
Setelah melakukan teknik pengambilan sampel, maka yang menjadi sampel dalam
58
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), Cet. ke-13, h. 130 59
Ibid, h. 131 60 Sugiyono, Op. Cit., h. 83
penelitian ini adalah siswa kelas VIII-4 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-9
sebagai kelas kontrol yang berjumlah masing-masing 36 siswa.
H. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
dengan menggunakan tes dan nontes. Tes yang diberikan untuk mengukur
penguasaan konsep siswa sebelum (pretest) dan sesudah dilakukan pembelajaran
(posttest) pada materi bunyi dengan menggunakan tes objektif. Sedangkan nontes
yang digunakan berupa angket yang berfungsi untuk mengukur respon siswa
terhadap metode pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.
1. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.61
Selain itu, tes diartikan
sebagai alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur
sesuatu dalam suasana, denan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.62
Tes
dalam penelitian ini berupa tes objektif pilihan ganda sebanyak 18 soal. Kisi-kisi
instrumen tes dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen tes
No Indikator Jenjang Kognitif
C2 Jumlah Persentase
1. Memaparkan
karakteristik gelombang
bunyi
1*, 2*, 3, 4*, 5, 6* 6 20%
2. Membuktikan terjadinya
gelombang bunyi
7*, 8, 9, 10, 11*,
12*
6 20%
61 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), Cet. ke-13, h. 150 62
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Cet. ke-
5, h. 53
3. Membedakan bunyi
infrasonik, ultrasonik,
dan audiosonik
13, 14*, 15, 16,
17*, 18*
6 20%
4. Menunjukkan gejala
resonansi dalam
kehidupan sehari-hari
19*, 20*, 21*, 22*,
23*, 24
6 20%
5. Memberikan contoh
pemanfaatan dan
dampak pemantulan
bunyi dalam kehidupan
sehari-hari
25*, 26*, 27*,
28,29,30
6 20%
Jumlah soal 6 30 100%
Keterangan: *Nomor soal yang digunakan
2. Nontes
Nontes yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket. Angket
termasuk alat untuk mengumpulkan dan mencatatkan data atau informasi, sikap,
dan paham dalam hubungan kausal.63
Bentuk angket yang digunakan adalah
angket berstruktur, yaitu angket yang menyediakan kemungkinan jawaban.
Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen tes
No Indikator Butir
1 Metode pembelajaran yang digunakan guru 1
2 Aktivitas siswa 2,3
3 Kemampuan kognitif siswa 4,5
4 Kemampuan afektif siswa 6,7
5 Kemampuan psikomotor siswa 8
6 Peranan guru dalam proses pembelajaran 9,10
63
Zainal Arifin. Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik-Prosedur. (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1991), h. 62
I. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan sebagai alat pengumpul data. Pada
penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah tes dan nontes. Tes dalam
penelitian ini dengan menggunakan tes objektif dan nontes berupa angket.
Tes digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan konsep siswa
sebelum (pretest) dan sesudah dilakukan pembelajaran (posttest). Tes yang
disusun berupa tes tertulis yang berupa soal pilihan ganda sebanyak 30 soal
dengan 4 alternatif pilihan jawaban.
Sebelum soal tes objektif digunakan untuk mengambil data, soal tes diuji
cobakan terlebih dahulu kepada siswa di luar sampel. Setelah itu, dilakukan uji
validitas, uji reabilitas, uji tingkat kesukaran dan uji daya pembeda. Hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan soal yang layak untuk dijadikan instrumen
penelitian. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk tes uji coba instrumen
yaitu:
1. Uji Validitas
Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat mengukur apa yang hendak
diukur. Perhitungan validitas pada penelitian ini menggunakan rumus korelasi
point biserial sebagai berikut:64
𝛾𝑝𝑏𝑖 =𝑀𝑝−𝑀𝑡
𝑆𝑡 𝑝
𝑞 ………………………. (3.1)
Keterangan:
𝛾𝑝𝑏𝑖 = koefisien korelasi biserial
Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya
Mt = rerata skor total
St = standar deviasi dari skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar
q = proporsi siswa yang menjawab salah
64 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h. 79
Berdasarkan hasil analisis butir soal dengan menggunakan Anates diperoleh soal
yang valid sebanyak 18 soal. Nomor soalnya yaitu 1, 2, 4, 6, 7, 11, 12, 14, 17, 18,
19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, dan 27.
2. Uji Reabilitas
Reabilitas tes yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu dengan
menggunakan rumus Kuder Richardson atau yang dikenal dengan K-R 20, yaitu:65
r11 = n
n−1
S2−Σpq
S2 ……….................. (3.2)
Keterangan:
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes
Tabel 3.4 kriteria Reliabilitas
Koefisien r Klasifikasi
0,90 < r ≤ 1,00
0,70 < r ≤ 0,90
0,40 < r ≤ 0,70
0,20 < r ≤ 0,40
0,00 < r ≤ 0,20
Sangat tinggi
Tinggi
Cukup
Rendah
Sangat rendah
Berdasarkan pengujian reabilitas instrumen tes melalui perhitungan Anates
diperoleh reabilitas tes 0,69 (reabilitas cukup).
65
Ibid, h. 101
3. Uji Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar. Soal yang terlalu mudah tidak meransang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat mencoba lagi karena di luar
jangkauannya. Pengujian taraf kesukaran dapat menggunakan rumus sebagai
berikut:66
P =B
JS …………………………….. (3.3)
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang mejawab soal dengan betul
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi indeks kesukaran:
IK = 0,00 : soal terlalu sukar
0,00 < IK ≤ 0,30 : soal sukar
0,30 < IK ≤ 0,70 : soal sedang
0,70 < IK ≤ 1,00 : soal mudah
4. Uji Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah). Adapun cara perhitungan daya pembeda adalah dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:67
D =BA
JA−
BB
JB …………………………. (3.4)
Keterangan:
J = jumlah siswa
JA = banyaknya peserta kelompok atas
66
Ibid, h. 208 67
Ibid, h. 211
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
Klasifikasi daya pembeda:
D ≤ 0,00 : sangat jelek
0,00 < D ≤ 0,20 : jelek
0,20 < D ≤ 0,40 : cukup
0,40 < D ≤ 0,70 : baik
0,70 < D ≤ 1,00 : baik sekali
J. Teknik Analisis Data
Pengolahan data merupakan bagian penting dalam penelitian, karena
dengan melakukan pengolahan data, data tersebut dapat diberi arti dan makna
yang berguna dalam pemecahan masalah dalam penelitian. Adapun langkah-
langkah yang ditempuh dalam mengolah data adalah sebagai berikut.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal
dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas yang digunakan adalah uji
Liliefors tunggal. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam melakukan
uji normalitas data dengan uji Liliefors tunggal yaitu:
1) Hitung rata-rata nilai skor sampel.
2) Hitung standar deviasi nilai skor sampel.
3) Urutkan data sampel dari terkecil ke terbesar (X1, X2, …, Xn). Nilai Zi
dijadikan bilangan baku Z1, Z2, …., Zn. Dimana nilai baku Zi ditentukan
dengan rumus:
Zi =X i−X
S ………………………....... (3.5)
4) Tentukan besar peluang masing-masing nilai z berdasarkan tabel Z (luas
lengkungan di bawah kurva normal standar dari 0 ke z, dan disebut dengan
F(zi)).
5) Hitung frekuensi kumulatif atas dari masing-masing nilai z, dan disebut
dengan S(zi) kemudian dibagi dengan jumlah number of cases (N) sampel.
6) Tentukan nilai Lo(hitung) = F zi − S zi dan bandingkan dengan nilai Ltabel
(tabel nilai kritis untuk uji Liliefors).
7) Apabila Lo(hitung) < Ltabel, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal.68
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal
dari populasi yang variansnya sama. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji
Fisher dengan rumus:69
F =S1
2
S22 ……………………………… (3.6)
dengan,
S2 =nΣfi xi
2− Σfi xi 2
n n−2 ………………….. (3.7)
Keterangan:
F = nilai uji F
S12 = varians terbesar
S22 = varians terkecil
Adapun kriteria pengujian untuk uji homogenitas adalah:
Jika Fh < Ft, dimana data memiliki varian yang homogen, maka Ho diterima dan
jika Fh > Ft, dimana data memiliki varian yang tidak homogen, maka Ho ditolak.
68
Darwyan Syah dkk., Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 67 69
Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 2002), h. 249
3. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan
keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis yang diajukan oleh peneliti
sebelumnya.70
Untuk menguji hipotesis yang diajukan maka dilakukan uji
hipotesis sebagai berikut:
a. Data berdistribusi normal dan kedua varians homogen
Rumus yang digunakan, jika data berdistribusi normal dan kedua varians
homogen yaitu:71
thit =X E−X K
s 1
n E+
2
n K
……………………… (3.8)
dengan,
s2 = n1−1 S1
2+ n2−1 S22
n1+ n2− 2 …………………. (3.9)
Keterangan :
XE = nilai rata-rata hasil tes kelompok eksperimen
XK = nilai rata-rata hasil tes kelompok kontrol
nE = jumlah sampel kelompok eksperimen
nK = jumlah sampel kelompok kontrol
SE2 = varians kelompok eksperimen
SK2 = varians kelompok kontrol
t = hasil hitung distribusi t
S = nilai standar deviasi gabungan
Adapun kriteria pengujian sebagai berikut:
- Terima Ho, jika thitung < ttabel
- Tolak Ho, jika thitung > ttabel
70
Darwyan Syah, dkk., Op. Cit., h. 63 71 Sudjana, Op. Cit., h. 239
b. Data berdistribusi normal dan kedua varians tidak homogen
Jika kedua simpangan baku tidak sama tetapi kedua populasi berdistribusi
normal, hingga sekarang belum ada statistik yang tepat yang dapat digunakan.
Pendekatan yang cukup memuaskan adalah dengan menggunakan statistik uii-t’
sebagai berikut:72
t′ =X E−X K
sE
2
n E +
sK2
n K
…………………… (3.10)
Keterangan:
t’ = rata-rata yang dicari
XE = rata-rata hasil tes kelompok eksperimen
XK = rata-rata hasil tes kelompok kontrol
nE = jumlah sampel kelompok eksperimen
nK = jumlah sampel kelompok kontrol
Kriteria pengujian adalah: terima hipotesis Ho jika
−w1t1+w2t2
w1+w2< t′ <
w1t1+w2t2
w1+w2 …………… (3.11)
dengan: w1 = s12/n1
w2 = s22/n2
t1 = t(1 – 1/2α), (n1 – 1)
t2 = t(1 – 1/2α), (n2 – 1)
Keterangan:
t’ = hasil perhitungan dengan rumus t
w1 = varians kelompok 1 dibagi sampel kelompok satu
w2 = varians kelompok 2 dibagi sampel kelompok dua
t1 = tabel distribusi t (0,95), (n1 – 1)
t2 = tabel distribusi t (0,95), (n2 – 2)
72
Ibid, h. 240
K. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik yang akan diuji pada penelitian ini adalah:
Untuk uji-t
Ho : μE = μK
Ha : μE > μK
Keterangan:
μE = rata-rata siswa kelompok eksperimen
μK = rata-rata siswa kelompok kontrol
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Hasil Pretest dan Posttest
Ringkasan hasil pretest dan posttest penguasaan konsep pokok bahasan
bunyi yang dicapai siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut.
Tabel 4.1 Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Kelas
Pretest Posttest
Nilai
Maks
Nilai
Min
Rata-
rata SD
Nilai
Maks
Nilai
Min
Rata-
rata SD
Eksperimen 66,67 22,22 41,97 9,92 100 61,11 81,17 9,73
Kontrol 66,67 16,67 40,43 12,6 88,89 50,00 68,68 9,84
Gambar 4.1 Grafik Nilai Rata-rata Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Eksperimen Kontrol
Nil
ai ra
ta-r
ata
Pretest
Posttest
Berdasarkan data pada tabel 4.1 untuk kelas eksperimen diperoleh nilai
rata-rata pretest siswa adalah 41,97 dan nilai rata-rata posttest siswa adalah 81,17
dengan standar deviasi masing-masing 9, 92 dan 9,73. Sedangkan untuk kelas
kontrol diperoleh nilai rata-rata pretest adalah 40,43 dan nilai rata-rata posttest
siswa adalah 68,68 dengan standar deviasi masing-masing 12,6 dan 9,84. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa perolehan nilai rata-rata kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan dengan perolehan nilai rata-rata kelas kontrol.
2. Deskripsi Data Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh dari hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak. Hal ini dilakukan
untuk memudahkan perhitungan dan analisis data yang diperoleh dari lapangan.
Adapun hasil uji normalitas data pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Pretest dan Posttest
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Variabel Jumlah
Sampel Lhitung Ltabel Keterangan
Hasil Pretest
Kelas Eksperimen 36 0,1411 0,1480 Normal
Hasil Posttest
Kelas Eksperimen 36 0,1463 0,1480 Normal
Hasil Pretest Kelas
Kontrol 36 0,1189 0,1480 Normal
Hasil Posttest
Kelas Kontrol 36 0,1128 0,1480 Normal
Dari hasil perhitungan uji normalitas hasil pretest kelas eksperimen
diperoleh Lhitung = 0,1411 sedangkan Ltabel untuk taraf signifikansi 0,05 dengan
jumlah sampel 36 adalah 0,1480. Sehingga Lhitung < Ltabel (0,1411 < 0,1480), maka
dapat disimpulkan Ho diterima. Selanjutnya, dari hasil perhitungan uji normalitas
hasil posttest kelas eksperimen diperoleh Lhitung = 0,1463 sedangkan Ltabel untuk
taraf signifikansi 0,05 dengan jumlah sampel 36 adalah 0,1480. Sehingga Lhitung
< Ltabel (0,1463 < 0,1480), maka dapat disimpulkan Ho diterima. Dengan
demikian data pada kelas eksperimen berdistribusi normal.
Dari hasil perhitungan uji normalitas hasil pretest kelas kontrol diperoleh
Lhitung = 0,1189 sedangkan Ltabel untuk signifikansi 0,05 dengan jumlah sampel 36
adalah 0,1480. Sehingga Lhitung < Ltabel (0,1189 < 0,1480), maka dapat
disimpulkan Ho diterima. Selanjutnya, dari hasil perhitungan uji normalitas hasil
posttest kelas kontrol diperoleh Lhitung = 0,1128 sedangkan Ltabel untuk taraf
signifikansi 0,05 dengan jumlah sampel 36 adalah 0,1480. Sehingga Lhitung < Ltabel
(0,128 < 0,1480), maka dapat disimpulkan Ho diterima. Dengan demikian data
pada kelas kontrol berdistribusi normal.
3. Deskripsi Data Hasil Uji Homogenitas
Untuk menentukan apakah data sampel berasal dari populasi yang
variansnya sama, maka data hasil tes pretest dan posttest kelas eksperimen dan
kelas kontrol diuji dengan menggunakan uji Fisher. Adapun hasil perhitungan uji
homogenitas data pretest dan posttest pada kedua kelas sampel dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pretest dan Posttest
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Varians
Pretest Posttest
S12 (eksperimen) 54,48 S12 (eksperimen) 37,12
S12 (kontrol) 73,19 S12 (kontrol) 37,17
Fhitung 1,34 Fhitung 1
Ftabel 1,2 Ftabel 1,2
F hitung > Ftabel, maka data kedua
kelompok tidak homogen
Fhitung < Ftabel, maka data kedua
kelompok homogen
Berdasarkan perhitungan uji homogenitas hasil pretest kelas eksperimen
(lampiran ) didapat Fhitung = 1,34 dan Ftabel = 1,2 sehingga Fhitung > Ftabel
(1,34 > 1,2), maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan data hasil
pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol bersifat tidak homogen. Selanjutnya
dari hasil perhitungan uji homogenitas hasil posttest kelas eksperimen dan kelas
kontrol didapat Fhitung = 1 dan Ftabel = 1,2 sehingga Fhitung < Ftabel (1 < 1,2), maka
Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan data hasil posttest kelas
eksperimen dan kelas kontrol bersifat homogen.
4. Deskripsi Data Hasil Uji Hipotesis
Setelah uji prasyarat dilakukan dan diketahui bahwa data hasil pretest dan
posttest kedua kelas sampel berdistribusi normal dan varians data hasil pretest dan
posttest kedua kelas sampel tidak homogen, maka pengujian selanjutnya yaitu
pengujian hipotesis yang dilakukan menggunakan uji-t dengan hasil sebagai
berikut.
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Hipotesis dengan Menggunakan Uji-t
Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Variabel Jumlah Sampel thitung ttabel Kesimpulan
Penguasaan
konsep
siswa
Pretest NE dan NK = 36 0,82 1,7 Ha ditolak
Posttest NE dan NK = 36 8,55 1,99 Ha diterima
Berdasarkan data tabel 4.4, diperoleh hasil uji-t data pretest kedua kelas
sampel, diperoleh thitung sebesar 0,82 dan ttabel sebesar 1,7 (0,82 < 1,7), maka
Ho diterima dan Ha ditolak. Dan hasil uji-t data posttest kedua kelas sampel
diperoleh, thitung sebesar 8,55 dan ttabel sebesar 1,99 (8,55 > 1,99), maka Ho ditolak
dan Ha diterima Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada konsep bunyi memberikan peningkatan
penguasaan konsep siswa.
B. Analisis Data Angket
1. Deskripsi Data Angket
Setelah data angket terkumpul, maka dilakukan perhitungan data angket.
Adapun hasil perhitungan data angket sebagai berikut.
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Data Angket
No Indikator SS S R TS STS Persentase
SS
Persentase
S
1 Metode pembelajaran
yang digunakan guru 8 15 10 3 - 22,22 % 41,67%
2 Aktivitas siswa 15 14 6 - - 41,67% 40,28
3 Kemampuan kognitif
siswa 14 14 8 - - 38,89% 38,89%
4 Kemampuan afektif
siswa 12 13 8 2 - 33,33% 36,11%
5 Kemampuan
psikomotor siswa 10 14 12 - - 27,78% 38,89%
6 Kemampuan
psikomotor siswa 20 32 20 - - 27,78% 44,45%
2. Pembahasan Hasil Angket
a. Indikator Metode Pembelajaran yang Digunakan Guru
Metode mengajar adalah cara mengajar yang digunakan oleh guru atau
instruktur ketika menyampaikan bahan ajar/materi pelajaran.73
Penilaian pada
indikator metode pembelajaran yang digunakan guru bertujuan untuk menekankan
pentingnya guru menyesuaikan metode yang akan digunakan untuk materi
tertentu, supaya pembelajaran yang dilaksanakan mendapatkan hasil yang
73
Zulfiani dkk., Op. Cit., h. 96
maksimal. Adapun data angket yang diperoleh dari indikator metode
pembelajaran yang digunakan guru adalah sebagai berikut.
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Indikator Metode Pembelajaran
yang Digunakan Guru
No Pernyataan Butir 1
Frekuensi Persentase (%)
1 Sangat Setuju 8 22,22%
2 Setuju 15 41,67%
3 Ragu-ragu 10 27,78%
4 Tidak Setuju 3 8,33%
5 Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 36 100%
Berdasarkan data pada tabel 4.5 terlihat bahwa siswa yang menyatakan
sangat setuju sebanyak 8 siswa (22,22%), setuju sebanyak 15 siswa (41,67%),
ragu-ragu sebanyak 10 siswa (27,78%), dan tidak setuju sebanyak 3 siswa
(8,33%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa
menyukai metode pembelajaran yang digunakan oleh guru yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
b. Indikator Aktivitas Siswa
Penilaian pada indikator aktivitas siswa, bertujuan untuk mengetahui
aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun data angket yang diperoleh dari
indikator aktivitas siswa adalah sebagai berikut.
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Indikator Aktivitas Siswa
No Pernyataan
Butir 2 Butir 3
Frekuensi Persentase
(%) Frekuensi
Persentase
(%)
1 Sangat Setuju 12 33,33 18 50
2 Setuju 17 47,22 12 33,33
3 Ragu-ragu 7 19,44 6 16,67
4 Tidak Setuju - - - -
5 Sangat Tidak Setuju - - - -
Jumlah 36 100% 36 100%
Berdasarkan data pada tabel 4.6, angket butir 2 terlihat bahwa siswa yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 12 siswa (33,33%), setuju sebanyak 17 siswa
(47,22%), dan ragu-ragu sebanyak 7 siswa (19,44%). Selanjutnya, untuk angket
butir 3 terlihat terlihat bahwa siswa yang menyatakan sangat setuju sebanyak 18
siswa (50%), setuju sebanyak 12 siswa (33,33%), dan ragu-ragu sebanyak 6 siswa
(16,67%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa
terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pada kegiatan dikusi siswa
menyetujui adanya sikap saling menghargai pendapat masing-masing kelompok.
c. Indikator Kemampuan Kognitif Siswa
Penilaian pada indikator kemampuan kognitif siswa, bertujuan untuk
melihat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada peningkatan
penguasaan konsep siswa terhadap aspek kognitif siswa. Adapun data angket yang
diperoleh dari indikator kemampuan kognitif siswa adalah sebagai berikut.
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Indikator Kemampuan Kognitif Siswa
No Pernyataan
Butir 4 Butir 5
Frekuensi Persentase
(%) Frekuensi
Persentase
(%)
1 Sangat Setuju 15 41,67 13 36,11
2 Setuju 10 27,78 18 50
3 Ragu-ragu 11 30,56 5 13,89
4 Tidak Setuju - - - -
5 Sangat Tidak Setuju - - - -
Jumlah 36 100% 36 100%
Berdasarkan data pada tabel 4.7, angket butir 4 terlihat bahwa siswa yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 15 siswa (41,67%), setuju sebanyak 10 siswa
(27,78%), dan ragu-ragu sebanyak 11 siswa (30,56%). Selanjutnya, untuk angket
butir 3 terlihat terlihat bahwa siswa yang menyatakan sangat setuju sebanyak 13
siswa (36,11%), setuju sebanyak 18 siswa (50%), dan ragu-ragu sebanyak 5 siswa
(13,89%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa
menyetujui bahwa pemecahkan masalah melalui diskusi kelompok dan kegiatan
demonstrasi dan percobaan sangat membantu siswa dalam menguasai konsep
fisika, khususnya konsep pada pokok bahasan bunyi.
d. Indikator Kemampuan Afektif Siswa
Tujuan penilaian kemampuan afektif siswa dalam proses pembelajaran
kooperatif tipe STAD adalah:
1) Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai
yang antara lain diperlukan sebagai bahan bagi: perbaikan tingkah laku anak
didik, pemberian laporan kepada orang tua, dll.
2) Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar-mengajar yang tepat,
sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak
didik.
3) Untuk mengetahui latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku
anak didik. (Depdikbud)74
Sehubungan dengan tujuan penilaiannya ini maka yang menjadi sasaran
penilaian kemampuan afektif adalah perilaku anak didik, bukan pengetahuannya.
Adapun data angket yang diperoleh dari indikator kemampuan afektif siswa
adalah sebagai berikut.
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Indikator Kemampuan Afektif Siswa
No Pernyataan
Butir 6 Butir 7
Frekuensi Persentase
(%) Frekuensi
Persentase
(%)
1 Sangat Setuju 8 22,22 16 44,44
2 Setuju 14 38,89 12 33,33
3 Ragu-ragu 9 25 8 22,22
4 Tidak Setuju 5 13,89 - -
5 Sangat Tidak Setuju - - - -
Jumlah 36 100% 36 100%
Berdasarkan data pada tabel 4.8, angket butir 6 terlihat bahwa siswa yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 8 siswa (22,22%), setuju sebanyak 14 siswa
(38,89%), ragu-ragu sebanyak 9 siswa (25%), dan tidak setuju sebanyak 5 siswa
(13,89%). Selanjutnya, untuk angket butir 7 terlihat terlihat bahwa siswa yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 16 siswa (44,44%), setuju sebanyak 12 siswa
(33,33%), dan ragu-ragu sebanyak 8 siswa (22,22%). Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar siswa merasa senang dengan cara belajar
dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD, karena dapat menambah
percaya diri siswa dan siswa semakin senang dan bersemangat untuk belajar
bersama teman-temannya.
74
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005),
h. 178
e. Indikator Kemampuan Psikomotor Siswa
Pengukuran kemampuan psikomotor siswa dilakukan terhadap hasil-hasil
belajar yang berupa penampilan. Dalam hal ini, kemampuan siswa dalam
memahami petunjuk percobaan pada LKS, tugas-tugas dan soal-soal yang
diberikan. Adapun data angket yang diperoleh dari indikator kemampuan
psikomotor siswa adalah sebagai berikut.
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Indikator Kemampuan Psikomotor Siswa
No Pernyataan Butir 8
Frekuensi Persentase (%)
1 Sangat Setuju 10 27,78
2 Setuju 14 38,89
3 Ragu-ragu 12 33,33
4 Tidak Setuju - -
5 Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 36 100%
Berdasarkan data pada tabel 4.9 terlihat bahwa siswa yang menyatakan
sangat setuju sebanyak 10 siswa (27,78%), setuju sebanyak 14 siswa (38,89%),
dan ragu-ragu sebanyak 12 siswa (33,33%). Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar siswa mampu memahami petunjuk percobaan pada LKS,
tugas-tugas dan soal-soal yang diberikan.
f. Indikator Peranan Guru dalam Proses Pembelajaran
Data mengenai indikator peranan guru dalam proses pembelajaran
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peranan guru dalam proses pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Adapun data angket yang diperoleh dari indikator peranan
guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut.
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Indikator Peranan Guru
dalam Proses Pembelajaran
No Pernyataan
Butir 9 Butir 10
Frekuensi Persentase
(%) Frekuensi
Persentase
(%)
1 Sangat Setuju 8 22,22 12 33,33
2 Setuju 15 41,67 17 47,22
3 Ragu-ragu 13 36,11 7 19,44
4 Tidak Setuju - - - -
5 Sangat Tidak Setuju - - - -
Jumlah 36 100% 36 100%
Berdasarkan data pada tabel 4.10, angket butir 9 terlihat bahwa siswa
yang menyatakan sangat setuju sebanyak 8 siswa (22,22%), setuju sebanyak 15
siswa (41,67%), dan ragu-ragu sebanyak 13 siswa (36,11%). Selanjutnya, untuk
angket butir 7 terlihat terlihat bahwa siswa yang menyatakan sangat setuju
sebanyak 12 siswa (33,33%), setuju sebanyak 17 siswa (47,22%), dan ragu-ragu
sebanyak 7 siswa (9,44%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar siswa menyetujui guru memiliki peranan positif dalam proses pembelajaran.
Dalam hal ini, guru selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
dan mengemukakan pendapat dan guru selalu memberikan tanggapan yang
meyenangkan terhadap pertanyaan dan jawaban yang diberikan siswa.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembelajaran kooperatif tipe STAD, merupakan salah satu metode
pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, STAD mampu
meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, siswa
juga lebih mudah untuk memahami materi yang sedang dipelajari, siswa lebih
antusias dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan oleh guru. Dengan
STAD siswa lebih mudah memahami materi konsep bunyi. Hal ini disebabkan
materi yang disampaikan kepada siswa bukan hanya sekedar konsep yang harus
dihafal siswa, tetapi siswa dapat menyaksikan atau mengenal langsung materi
yang disajikan melalui masalah yang ada dalam kehidupan siswa sehari-hari.
Siswa lebih mudah mengingat apa yang mereka lihat dibandingkan kalau mereka
harus menghafal. Dengan demikian STAD mampu memberikan pengaruh positif
terhadap penguasaan konsep siswa.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui rata-rata pretest kelas eksperimen
sebesar 41,97 dan posttest sebesar 81,48. Sedangkan rata-rata pretest kelas kontrol
sebesar 40,43 dan rata-rata posttest sebesar 68,68. Dari hasil tersebut diketahui
bahwa siswa setelah diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD memiliki tingkat penguasaan konsep lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran
konvensional.
Dari hasil analisis uji-t diperoleh thitung sebesar 8,55 dan ttabel sebesar 1,99.
Karena thitung > ttabel (8,55 > 1,99), maka Ha diterima. Dengan ditolaknya hipotesis
nol (Ho) dari hasil pengujian hipotesis uji-t pada taraf signifikansi 0,05 dapat
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam
proses pembelajaran mempunyai pengaruh positif terhadap penguasaan konsep
siswa pada pokok bahasan bunyi.
Adanya pengaruh positif terhadap penguasaan konsep siswa
membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk
kelas eksperimen dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa dibandingkan
kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Pada model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membuat siswa aktif bekerjasama dan
saling membantu jika ada satu teman kelompoknya mengalami kesulitan dalam
memahami materi. Selain itu, aktifitas siswa dalam belajar kelompok yang
diterapkan oleh guru lebih menekankan sikap kepemimpinan dan tanggung jawab
siswa, baik secara pribadi maupun sebagai ketua/anggota kelompok, karena
kemajuan kelompok menjadi tanggung jawab semua anggota dan nilai yang
diperoleh kelompok adalah nilai dari masing-masing anggota. Dengan demikian
semua anggota kelompok memiliki hak dan tanggung jawab yang sama.
Terdapatnya pengaruh positif terhadap tingkat penguasaan konsep siswa
juga ditunjang dengan hasil angket yang diberikan kepada siswa untuk
mengetahui respon siswa terhadap KBM dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pada indikator metode pembelajaran yang
digunakan guru dalam KBM, 63,89% siswa menyatakan setuju. Indikator yang
mengukur aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD, 81,95% siswa menyatakan setuju.
Indikator yang mengukur kemampuan kognitif siswa dalam proses pembelajaran
kooperatif tipe STAD, 77,78% siswa menyatakan setuju. Indikator yang
mengukur kemampuan afektif siswa dalam proses pembelajaran kooperatif tipe
STAD, 69,44% siswa menyatakan setuju. Indikator yang mengukur kemampuan
psikomotor siswa dalam proses pembelajaran kooperatif tipe STAD, 66,67%
menyatakan setuju. Dan pada indikator yang mengukur peranan guru dalam
proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD, 72,23% siswa menyatakan setuju. Pada masing-masing indikator yang
dinilai, rata-rata respon siswa positif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
respon siswa terhadap KBM dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD adalah positif.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam
pembelajaran konsep bunyi dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa
dibandingkan dengan dengan penggunaan pembelajaran konvensional. Hal ini,
ditunjukkan dengan siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD memiliki rata-rata posttest lebih besar dibandingkan dengan
rata-rata posttest siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.
Dengan demikian, tingkat penguasaan konsep siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan
dengan pembelajaran konvensional. Setelah dilakukan uji-t pada hasil posttest
siswa diperoleh thitung lebih besar daripada ttabel. Karena thitung > ttabel maka Ho
ditolak dan Ha diterima. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
positif pada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam
penguasaan konsep siswa pada materi bunyi.
Respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa merasa senang belajar dan termotivasi
untuk meningkatkan pemahaman dan penguasaan konsep fisika, baik secara
individu maupun berkelompok. Memiliki rasa kebersamaan dan tanggung jawab
untuk membantu teman mereka yang masih belum memahami konsep dengan
memberikan bimbingan tutor sebaya dalam diskusi kelompok sehingga teman
yang belum paham mau bertanya dengan aktif untuk dapat mempelajari konsep
fisika dengan baik.
B. Saran
Adapun saran yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:
1. Guru dapat menjadikan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement division) sebagai alternatif penggunaan metode dalam proses
pembelajaran di kelas. Penerapan model pembelajaran ini harus disesuaikan
dengan konsep fisika yang cocok dalam penggunaan model pembelajaran
tersebut.
2. Peneliti dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan penguasaan konsep
siswa dengan pokok bahasan yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Akhyani, Model Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Berbasis Inkuiri
Laboratorium untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa SMA dalam Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, Vol.
II, No. 1, Maret 2008
Annisa Firdhausi, Upaya Meningkatkan Aktifitas dan Prestasi Belajar melalui
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Menggunakan Media
Alternatif dalam Skripsi FPMIPA Jurusan Pendidikan Fisika UPI,
Bandung, 2010
Armiza, Model Siklus Belajar Abduktif Empiris untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP pada Materi
Pemantulan Cahaya dalam Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, Vol. I, No,
1, Maret 2007
Darwyan Syah dkk., Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2006)
Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Kurikulum 2004 Mata
Pelajaran Fisika SMA, (Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas,
2003)
Dewimarhelly, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student
Teams Achievement Division) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep
Redoks Terintegrasi Nilai dalam Skripsi Program Studi Pendidkan Kimia
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009
Fitriani, Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap
Hasil Belajar Siswa pada Konsep Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit
dalam Skripsi Program Studi Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta, 2008
Henny Ekana Chrisnawati, Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran
Kooperatif tipe STAD Student Teams Achievement Divisions )Terhadap
Kemampuan Problem Solving Siswa SMK (Teknik) Swasta di Surakarta
Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa dalam Jurnal MIPA, Vol. 17, No. 1,
Januari 2007
Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009)
Isjoni, Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung:
Alfabeta, 2007)
Jumrah, Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa SMAN 5 Palu melalui
Pendekatan Keterampilan Proses Model Kooperatif Tipe STAD pada
Pembelajaran Asam-basa dalam Jurnal Media Eksakta 2 (2): 111-115,
Juli 2006
Marjoko, Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Model Cooperative
Learning Teknik Student Teams Achievement Division (STAD) di SMP
Negeri 3 Cilacap dalam Jurnal Widyatama, Vol. 5 No.1, Maret 2008
Marthen Kanginan, IPA Fisika 2 untuk SMP kelas VIII. (Jakarta: Erlangga, 2006)
Mikrajuddin Abdullah, IPA Fisika SMP dan MTs Jilid 2 untuk Kelas VIII.
(Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2006)
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,
(Jakarta: Bumi Aksara: 2005), cet. ke-4
Robert E. Slavin, Cooperative Learning-Teori, Riset, dan Praktik, (Bandung:
Nusa Media, 2005)
Ruhadi, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe “STAD” Salah Satu Alternatif
dalam Mengajarkan Sains IPA yang Menggunakan Kurikulum Berbasis
Kompetensi dalam Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Sept 2008, Volume 6
Nomor I
Rusmansyah, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD dalam Jurnal Vidya Karya, Tahun XXIV, No. 1,
April 2006
Saeful Karim dkk, Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar untuk Kelas
VIII Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: CV.
Pustaka Indah, 2008)
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung:
Alfabeta, 2008), Cet. Ke-5
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2005)
Suprayekti, “Strategi Penyampaian Pembelajaran Kooperatif”, dalam Jurnal
Pendidikan Penabur, No.07/Th.V/Desember 2006
Tim Abdi Guru. IPA Terpadu untuk SMP Kelas VIII. (Jakarta: Erlangga, 2006)
Wahyu Sulistyorini, Pembelajaran Kooperatif Model STAD dan Jigsaw dalam
Pembelajaran Biologi di SMA dalam Jurnal Biomatik
Widodo Budhi. Pengembangan Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD
Mata Kuliah Fisika Matematika Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Fisika JPMIPA FKIP Universitas Sarjana Wiyata Tamansiswa
Yogyakarta Tahun Akedemik 2004/2005 dalam Jurnal Varidika, Vol. 12
No. 2, Desember 2005
Widyantini, Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD dalam Pembelajaran
Matematika SMP, (Yogyakarta: DEPDIKNAS, 2008)
Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik-Prosedur, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1991)
Zulfiani dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2009)
LAMPIRAN 1
UJI VALIDITAS
Lampiran 1.1 Rekap Analisis Butir
Lampiran 1.2 Daya Pembeda
Lampiran 1.3 Tingkat Kesukaran
Lampiran 1.4 Reliabilitas Tes
Lampiran 1.1
Rekap Analisis Butir
Rata-rata= 17.75
Simpangan Baku= 4.22
Korelasi= 0.53
Reliabilitas Tes= 0.69
Butir Soal= 30
Jml Subyek= 36
Btr Baru Btr Asli D. Pembeda(%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi
1 1 60.00 Sedang 0.439 Signifikan
2 2 80.00 Sedang 0.560 Sangat Signifikan
3 3 -10.00 Sedang -0.067 -
4 4 40.00 Sedang 0.441 Signifikan
5 5 -10.00 Mudah -0.048 -
6 6 40.00 Sedang 0.538 Sangat Signifikan
7 7 50.00 Sedang 0.365 Signifikan
8 8 10.00 Sedang 0.004 -
9 9 20.00 Sedang 0.227 -
10 10 -40.00 Sedang -0.205 -
11 11 40.00 Sedang 0.453 Sangat Signifikan
12 12 90.00 Sedang 0.678 Sangat Signifikan
13 13 40.00 Mudah 0.276 -
14 14 60.00 Sedang 0.390 Signifikan
15 15 10.00 Mudah 0.139 -
16 16 0.00 Sedang -0.047 -
17 17 50.00 Sedang 0.383 Signifikan
18 18 70.00 Sedang 0.565 Sangat Signifikan
19 19 50.00 Sedang 0.511 Sangat Signifikan
20 20 30.00 Sangat Mudah 0.404 Signifikan
21 21 60.00 Sukar 0.528 Sangat Signifikan
22 22 50.00 Sangat Mudah 0.594 Sangat Signifikan
23 23 50.00 Sangat Mudah 0.555 Sangat Signifikan
24 24 20.00 Sedang 0.202 -
25 25 40.00 Sangat Mudah 0.595 Sangat Signifikan
26 26 50.00 Sedang 0.349 Signifikan
27 27 40.00 Mudah 0.366 Signifikan
28 28 30.00 Sangat Mudah 0.199 -
29 29 0.00 Sedang 0.052 -
30 30 0.00 Sangat Sukar -0.006 -
Lampiran 1.2
Daya Pembeda
Jml Subyek= 36
Klp atas/bawah (n)= 10
Butir Soal= 30
No Butir
Baru
No Butir
Asli Kel. Atas Kel. Bawah Beda Indeks DP (%)
1 1 9 3 6 60.00
2 2 8 0 8 80.00
3 3 3 4 -1 -10.00
4 4 8 4 4 40.00
5 5 8 9 -1 -10.00
6 6 9 5 4 40.00
7 7 7 2 5 50.00
8 8 10 9 1 10.00
9 9 6 4 2 20.0
10 10 1 5 -4 -40.00
11 11 8 4 4 40.00
12 12 10 1 9 90.00
13 13 9 5 4 40.00
14 14 9 3 6 60.00
15 15 9 8 1 10.00
16 16 5 5 0 0.00
17 17 9 4 5 50.00
18 18 8 1 7 70.00
19 19 10 5 5 50.00
20 20 10 7 3 30.00
21 21 7 1 6 60.00
22 22 10 5 5 50.00
23 23 10 5 5 50.00
24 24 4 2 2 20.00
25 25 10 6 4 40.00
26 26 10 5 5 50.00
27 27 9 5 4 40.00
28 28 6 3 3 30.00
29 29 5 5 0 0.00
30 30 1 1 0 0.00
Lampiran 1.3
Tingkat Kesukaran
Jml Subyek = 36
Butir Soal = 30
No Butir Baru No Butir Asli Jumlah Betul Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran
1 1 24 66.67 Sedang
2 2 13 36.11 Sedang
3 3 16 44.44 Sedang
4 4 23 63.89 Sedang
5 5 28 77.78 Mudah
6 6 24 66.67 Sedang
7 7 17 47.22 Sedang
8 8 25 69.44 Sedang
9 9 15 41.67 Sedang
10 10 13 36.11 Sedang
11 11 24 66.67 Sedang
12 12 23 63.89 Sedang
13 13 26 72.22 Mudah
14 14 20 55.56 Sedang
15 15 29 80.56 Mudah
16 16 18 50.00 Sedang
17 17 24 66.67 Sedang
18 18 17 47.22 Sedang
19 19 25 69.44 Sedang
20 20 32 88.89 Sangat Mudah
21 21 9 25.00 Sukar
22 22 31 86.11 Sangat Mudah
23 23 31 86.11 Sangat Mudah
24 24 16 44.44 Sedang
25 25 32 88.89 Sangat Mudah
26 26 20 55.56 Sedang
27 27 27 75.00 Mudah
28 28 11 30.56 Sangat Mudah
29 29 23 63.89 Sedang
30 30 3 8.33 Sangat Sukar
Lampiran 1.4
Reliabilitas Tes
Rata2= 17.75
Simpang Baku= 4.22
Korelasi XY= 0.53 Reliabilitas Tes = 0.69
No. Urut No. Subyek Kode/Nama
Subyek
Skor
Ganjil Skor Genap Skor Total
1 1 A 11 9 20
2 2 B 9 7 16
3 3 C 10 5 15
4 4 D 11 10 21
5 5 E 10 11 21
6 6 F 10 6 16
7 7 G 10 10 20
8 8 H 12 11 23
9 9 I 12 10 22
10 10 J 7 7 14
11 11 K 9 7 16
12 12 L 9 4 13
13 13 M 12 7 19
14 14 N 7 10 17
15 15 O 8 9 17
16 16 P 6 8 14
17 17 Q 13 10 23
18 18 R 12 8 20
19 19 S 12 8 20
20 20 T 9 5 14
21 21 U 11 8 19
22 22 V 12 10 22
23 23 W 9 4 13
24 24 X 10 7 17
25 25 Y 9 6 15
26 26 Z 12 13 25
27 27 AA 10 8 18
28 28 AB 9 6 15
29 29 AC 13 11 24
30 30 AD 7 3 10
31 31 AE 11 9 20
32 32 AF 11 11 22
33 33 AG 4 6 10
34 34 AH 4 8 12
35 35 AI 6 5 11
36 35 AJ 13 12 25
LAMPIRAN 2
INSTRUMEN PENELITIAN
Lampiran 2.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Lampiran 2.2 Instrumen Uji Coba
Lampiran 2.3 Kunci Jawaban Instrumen Uji Coba
Lampiran 2.4 Kisi-kisi Soal Tes
Lampiran 2.5 Kisi-kisi Angket
Lampiran 2.6 Lembar Kuisioner
Lampiran 2.1
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
Satuan Pendidikan : SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/semester : VIII/Genap
Jumlah Soal : 30 Soal
Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang,
dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.
Kompetensi Dasar : 6.2. Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan
sehari-hari.
No Indikator Jenjang Kognitif
C2 Jumlah Persentase
1. Memaparkan
karakteristik gelombang
bunyi
1*, 2*, 3, 4*, 5, 6* 6 20%
2. Membuktikan terjadinya
gelombang bunyi
7*, 8, 9, 10, 11*,
12*
6 20%
3. Membedakan bunyi
infrasonik, ultrasonik,
dan audiosonik
13, 14*, 15, 16, 17*,
18*
6 20%
4. Menunjukkan gejala
resonansi dalam
kehidupan sehari-hari
19*, 20*, 21*, 22*,
23*, 24
6 20%
5. Memberikan contoh
pemanfaatan dan
dampak pemantulan
bunyi dalam kehidupan
sehari-hari
25*, 26*, 27*,
28,29,30
6 20%
Jumlah soal 6 30 100%
Keterangan: *Nomor soal yang digunakan
Lampiran 2.2
1. Pernyataan di bawah ini menyatakan bahwa bunyi dapat terdengar oleh
manusia, kecuali….
a. frekuensinya 20 – 20.000 Hz
b. ada medium perantara
c. diterima oleh telinga normal dan pendengaran dalam keadaan sadar
d. tidak ada medium
2. Berikut ini ciri-ciri bunyi, kecuali ….
a. dihasilkan oleh benda yang bergetar
b. merupakan gelombang longitudinal
c. arah gelombang bunyi searah dengan arah rambatnya
d. merupakan gelombang transversal
3. Pernyataan berikut tentang cepat rambat bunyi yang benar adalah ….
a. bergantung pada ketinggian tempat
b. makin tinggi suhu udara kecepatannya makin bertambah
c. makin tinggi suhu udara kecepatannya makin berkurang
d. semakin renggang letak partikel-partikel zat, bunyi semakin cepat
merambat
4. Perhatikan tabel di bawah ini!
Suhu (oC) 0 15 25
Cepat rambat
bunyi (m/s)
332 340 347
Dari data di atas membuktikan bahwa sifat bunyi dipengaruhi oleh ….
a. keadaan
b. derajat Celcius
c. lamanya merambat
d. suhu
INSTRUMEN UJI COBA
POKOK BAHASAN BUNYI
Nama :
Kelas :
Hari/tanggal :
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dengan member tanda silang (X) pada huruf a, b, c,
atau d!
5. Sebuah pemancar radio memiliki frekuensi 1,2 MHz. Frekuensi pemancar
radio tersebut sebanding dengan ….
a. 1,2 x 10-6
Hz
b. 1,2 x 10-3
Hz
c. 1,2 x 103 Hz
d. 1,2 x 106 Hz
6. Kasus-kasus berikut ini yang tidak memperbolehkan gelombang-gelombang
bunyi untuk disalurkan adalah ….
a. dari sebuah kapal ke kapal selam
b. dari satu pesawat antariksa ke pesawat antariksa lainnya
c. dari satu sisi rel kereta ke sisi rel lainnya
d. dari satu ujung balon yang diisi helium ke ujung lainnya
7. Jika kita menyetel lagu pada MP3, telinga kita akan menangkap gelombang
bunyi. Pernyataan-pernyataan berikut ini tentang gelombang bunyi yang tidak
tepat adalah ….
a. gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal
b. gelombang bunyi tidak dapat melalui ruang vakum
c. gelombang bunyi merambat lebih pelan dalam air daripada di udara
d. panjang gelombang bunyi berkurang ketika frekuensinya bertambah
8. Pernyataan berikut ini yang tidak menghasilkan gelombang bunyi tetapi dapat
terdengar oleh manusia adalah ….
a. sebuah bel yang berbunyi di dalam air
b. sebuah senjata yang meletus dalam ruangan tanpa gema
c. sebuah palu yang menghantam sebatang logam
d. suatu ledakan dalam ruang hampa
9. Suatu percobaan umum dengan gelombang bunyi adalah menempatkan
sebuah bel yang sedang berbunyi dalam sebuah kotak bel dan mengeluarkan
seluruh udaranya. Begitu udara telah seluruhnya dipompa keluar, bunyi bel
tidak terdengar lagi. Alasan yang tepat untuk peristiwa ini adalah ….
a. pemukul bel tidak dapat bergerak dalam vakum
b. gelombang bunyi tidak dapat merambat melalui vakum
c. gelombang bunyi merambat jauh lebih cepat melalui vakum dan karena
itu tidak dapat didengar
d. frekuensi gelombang bunyi meningkat di atas tingkat yang dapat
didengarkan
10. Ketika kamu memegang tenggorokan pada saat berbicara, kamu merasakan
adanya getaran. Hal ini membuktikan bahwa ….
a. otot tenggorokan selalu bergetar
b. sumber bunyi adalah tenggorokan
c. berbicara memerlukan energi
d. sumber bunyi adalah getaran
11. Perhatikan gambar berikut.
Suara anak tersebut lebih jelas jika di antara kaleng diberi kawat atau benang.
Hal ini membuktikan bahwa ….
a. bunyi merambat memerlukan zat antara
b. bunyi merambat lebih baik dalam zat padat daripada dalam gas
c. bunyi merambat lebih baik dalam gas daripada dalam zat padat
d. suara anak tersebut terpusat dalam kaleng
12. Seorang peneliti melakukan sebuah percobaan dengan memetik dua utas
senar yang diletakkan di atas sonometer (lihat gambar).
Senar A dan B memiliki luas penampang yang sama. Setelah kedua senar
tersebut dipetik, frekuensi yang tercatat pada sonometer sama yaitu 300 Hz.
Jika peneliti tersebut mengganti senar B dengan senar yang memiliki luas
penampang lebih kecil dari senar sebelumnya agar menghasilkan kuat bunyi
yang berbeda, maka frekuensi yang dihasilkan senar B adalah ….
a. < 300 Hz
b. 300 Hz
c. > 300 Hz
d. tidak menghasilkan frekuensi
13. Frekuensi bunyi berikut yang dapat dideteksi oleh telinga manusia adalah ….
a. 10 Hz
b. 1000 Hz
c. 100000 Hz
d. 1000000 Hz
14. Seekor serangga mampu mendengar suara mangsanya pada kisaran frekuensi
17 Hz. Bunyi pada kisaran tersebut termasuk ….
a. infrasonik
b. ultrasonik
c. audiosonik
d. supersonik
15. Dua syarat agar bunyi dapat terdengar manusia adalah ….
a. ada zat antara dan frekuensi bunyi 20 Hz – 20 kHz
b. ada zat antara dan frekuensi bunyi lebih dari 20 kHz
c. ada sumber bunyi dan frekuensi bunyi lebih dari 20 kHz
d. ada sumber bunyi dan frekuensi bunyi kurang dari 20 kHz
16. Kelelawar bisa terbang pada malam hari dan tidak menabrak, padahal
kelelawar tidak dapat melihat. Hal ini, karena kelelawar dapat ….
a. mendengar dan menimbulkan infrasonik
b. mendengar dan menimbulkan ultrasonik
c. mendengar dan menimbulkan audiosonik
d. mendengar dan menimbulkan supersonik
17. Hewan yang mempunyai kemampuan menangkap gelombang infrasonik
adalah ….
a. jangkrik dan lumba-lumba
b. kelelawar dan lumba-lumba
c. lumba-lumba dan anjing
d. kelelawar dan jangkrik
18. Penggunaan ultrasonik di bidang kedokteran antara lain untuk …
a. USG dan kacamata tunanetra
b. menggoncang kotoran pada gigi
c. mengetahui cacat retak pada gigi
d. memonitor detak jantung pasien
19. Perhatikan pernyataan berikut.
(1) benda mempunyai selaput tipis
(2) frekuensi benda sama dengan frekuensi sumber bunyi
(3) panjang gelombang sama dengan panjang gelombang sumber bunyi
(4) panjang kedua ayunan sama
Syarat terjadinya resonansi ditunjukkan oleh pernyataan nomor ….
a. (1), (2), dan (3)
b. (1), (2), dan (4)
c. (1), (3), dan (4)
d. (2), (3), dan (4)
20. Kaca jendelamu kadang bergetar ketika ada pesawat terbang melintas.
Peristiwa ini disebabkan ….
a. kaca jendela beresonansi dengan getaran udara yang diakibatkan oleh
pesawat terbang
b. getaran yang ditimbulkan pesawat tersebut sangat besar sehingga mampu
menggetarkan kaca jendela yang letaknya jauh
c. pesawat tersebut pasti terbang dengan kecepatan yang sangat tinggi
d. pesawat terbang tersebut mengeluarkan gelombang ultrasonik yang
frekuensi getarannya di atas 20.000 Hz
21. Perhatikan gambar keempat garpu tala berikut ini.
f = 300 Hz f = 325 Hz f = 300 Hz f = 325 Hz
Apabila garpu tala A digetarkan, maka garpu tala yang ikut bergetar adalah
….
a. B
b. C
c. B dan C
d. B dan D
22. Perhatikan gambar berikut.
Jika bandul B diayun, maka bandul yang turut berayun adalah ….
a. A
b. C
c. D
d. E
A B C D
C
B
A E
D
23. Resonansi udara kedua akan terjadi jika panjang kolom udara ….
a. ¾ kali panjang gelombang sumber getar
b. ½ kali panjang gelombang sumber getar
c. 2 kali panjang gelombang sumber getar
d. sama dengan panjang gelombang sumber getar
24. Berikut ini adalah masalah-masalah yang ditimbulkan oleh resonansi, kecuali
….
a. pemasangan shock beker pada mobil
b. pecahnya gelas karena suara dari seorang penyanyi
c. resonansi udara dalam kotak gitar
d. ayunan besar dari jembatan gantung karena hentakan-hentakan kaki yang
seirama
25. Berikut ini merupakan bahan peredam bunyi yang ditimbulkan gaung adalah
….
a. karpet
b. aluminium
c. busa
d. wol
e. plastik
a. (1), (2), dan (3)
b. (1), (3), dan (4)
c. (3) dan (5)
d. semuanya benar
26. Suara gurumu lebih jelas didengar dalam ruangan kelas daripada di luar
kelas, karena ….
a. jarak dinding pemantul dengan sumber bunyi lebih dekat
b. adanya dinding pemantul sedangkan di lapangan tidak ada
c. jarak dinding pemantul dengan sumber bunyi sangat mempengaruhi
amplitudo bunyi
d. jarak dinding pemantul sangat mempengaruhi frekuensi bunyi
27. Pada gedung-gedung pertunjukan misalnya gedung bioskop dan gedung
teater, dilengkapi peredam bunyi. Hal ini bertujuan untuk ….
a. mendekatkan jarak dinding pemantul dengan sumber bunyi
b. membantu fungsi dinding pemantul, sehingga suara terdengar lebih keras
c. membantu fungsi dinding pemantul, sehingga frekuensi yang dihasilkan
bunyi menjadi lebih banyak
d. menghilangkan gaung maupun gema
28. Perhatikan gambar berikut.
s1 P s2
☻
A s B
Amir berteriak di antara dua batu. Apabila bunyi pantul pertama terdengar
setelah x sekon dan cepat rambat bunyi di udara y, maka persamaan rumus
untuk menentukan jarak antara Amir dengan batu A adalah …. (B)
a. s = v . t
b. 2s = v . t
c. s = 2(v . t)
d. 2∆s = v . t
29. Berikut ini adalah manfaat pemantulan bunyi, kecuali ….
a. pemeriksaan janin dengan USG
b. mengukur cepat rambat bunyi di udara
c. mendeteksi retak pada logam
d. menentukan jarak pesawat dari radar
30. Perhatikan gambar berikut ini!
Berdasarkan gambar di atas, langkah penelitian yang tepat untuk
membuktikan pemantulan bunyi adalah ….
a. dengarkan bunyi detakan jarum jam dengan menggunakan tabung dari
karton
b. aturlah kedudukan kedua tabung karton, dengarkan bunyi detakan jarum
jam
c. tariklah garis tegak lurus dinding sebagai garis normal, atur kedudukan
tabung karton sehingga membentuk sudut, dengarkan bunyi detakan
jarum jam
d. tariklah garis tegak lurus dinding, aturlah kedudukan tabung karton,
biarkan bunyi merambat dalam tabung karton
08:40
dinding
Lampiran 2.3
Kunci Jawaban
Instrumen Uji Coba
1. A
2. B
3. B
4. D
5. B
6. A
7. B
8. C
9. B
10. D
11. B
12. D
13. B
14. A
15. A
16. A
17. D
18. B
19. A
20. A
21. C
22. B
23. B
24. B
25. A
26. B
27. D
28. C
29. B
30. A
Lampiran 2.5
KISI-KISI ANGKET
No Indikator Butir
1 Metode pembelajaran yang digunakan guru 1
2 Aktivitas siswa 2,3
3 Kemampuan kognitif siswa 4,5
4 Kemampuan afektif siswa 6,7
5 Kemampuan psikomotor siswa 8
6 Peranan guru dalam proses pembelajaran 9,10
Lampiran 2.6
No Pernyataan SS S R TS STS
1 Pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat
menarik dan meyenangkan, sehingga membuat
saya senang belajar fisika daripada
sebelumnya
2 Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD,
siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran
3 Pada kegiatan dikusi, siswa saling menghargai
pendapat masing-masing kelompok
4 Memecahkan masalah melalui diskusi
kelompok membantu saya lebih menguasai
konsep fisika
5 Kegiatan demonstrasi dan percobaan sangat
membantu saya dalam menguasai pelajaran
6 Cara belajar yang telah dilakukan membuat
saya akrab dengan guru, sehingga saya berani
bertanya, berpendapat, menjawab pertanyaan,
dan tampil di depan kelas ketika presentasi
LEMBAR KUISIONER
Nama :
Kelas :
Hari/tanggal :
Berilah tanda checklist (√) pada pilihan jawaban yang anda anggap benar sesuai dengan
pilihan anda.
7 Diskusi dan kegiatan berkelompok membuat
saya semakin akrab dengan teman-teman,
sehingga saya semakin senang dan
bersemangat untuk belajar bersama teman-
teman
8 Petunjuk percobaan, tugas-tugas, dan soal-soal
mudah dimengerti, sehingga dapat saya
kerjakan dengan baik
9 Guru selalu memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya dan mengemukakan
pendapat
10 Guru selalu memberikan tanggapan yang
meyenangkan terhadap pertanyaan dan
jawaban yang diberikan siswa
LAMPIRAN 3
PERANGKAT PEMBELAJARAN
Lampiran 3.1 Perangkat Pembelajaran I
3.1.a RPP Pertemuan Pertama
3.1.b LKS I
Lampiran 3.2 Perangkat Pembelajaran II
3.2.a RPP Pertemuan Kedua
3.2.b LKS I
3.2.c Kuis I
Lampiran 3.3 Perangkat Pembelajaran III
3.3.a RPP Pertemuan Ketiga
3.3.b LKS II
3.3.c Kuis II
Lampiran 3.1.a
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Sekolah : SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan
Tahun Pelajaran : 2010/2011
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : VIII/Genap
Pertemuan : Pertama
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran,
gelombang, dan optika dalam produk teknologi
sehari-hari.
Kompetensi Dasar : 6.2. Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan
sehari-hari.
Indikator
1. Menjelaskan proses terjadinya bunyi
2. Mendeskripsikan karakteristik gelombang bunyi
3. Membuktikan terjadinya gelombang bunyi
4. Menjelaskan perambatan bunyi dalam medium
5. Membedakan infrasonik, audiosonik, dan ultrasonik
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
1. Menjelaskan pengertian bunyi.
2. Menyelidiki penyebab timbulnya bunyi.
3. Menjelaskan syarat terjadi dan terdengarnya bunyi.
4. Menjelaskan pengertian cepat rambat bunyi.
5. Mengukur cepat rambat bunyi.
6. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi cepat rambat bunyi.
7. Menentukan cepat rambat bunyi pada beberapa medium.
8. Membedakan pengertian infrasonik, audiosonik, dan ultrasonik.
9. Menyebutkan contoh infrasonik, audiosonik, dan ultrasonik.
10. Menyebutkan pemanfaatan bunyi ultrasonik dalam kehidupan sehari-hari.
11. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya bunyi, kuat
lemahnya bunyi, dan kualitas bunyi.
Materi Pembelajaran
Bunyi
Strategi Pembelajaran
1. Model pembelajaran: Koopertif tipe STAD
2. Metode belajar: Demonstrasi, praktikum, diskusi, tanya jawab, dan informasi
Langkah-langkah Pembelajaran
Tahapan Guru Siswa
Pendahuluan
(10 menit)
- Guru membuka pelajaran dan
mengucapkan salam,
memeriksa kehadiran siswa
dan memfokuskan perhatian
siswa dengan mengajak berdoa
dan memberi motivasi untuk
belajar.
- Apersepsi dilakukan oleh guru
dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan seputar
materi sebelumnya yaitu
getaran dan gelombang.
Pertanyaannya sebagai berikut:
Coba kalian ingat kembali
materi getaran dan
gelombang! Apa itu getaran?
Apa juga yang dinamakan
gelombang?
- Guru menggali konsep awal
siswa dengan demonstrasi
berikut:
Guru meminta salah seorang
siswa untuk menarik sehelai
karet yang telah direntangkan
lalu kemudian guru bertanya:
Apakah kalian mendengar
karet gelang tersebut
berbunyi? Apa yang
menyebabkan karet tersebut
berbunyi?
- Siswa menjawab salam
dan selanjutnya berdoa
sebelum belajar.
- Siswa menjawab
pertanyaan dari guru.
- Siswa memperhatikan
demonstrasi dan
menjawab pertanyaan
dari guru.
Tahap 1
Penyajian Materi
- Guru menjelaskan konsep-
konsep penting tentang
karakteristik gelombang bunyi,
cepat rambat bunyi, dan
macam-macam bunyi
berdasarkan frekuensinya.
- Guru menulis persamaan
rumus yang ada kaitannya
dengan materi di papan tulis.
- Siswa menyimak
penjelasan dari guru.
- Siswa mencatat
persamaan rumus yang
ditulis oleh guru.
Inti
(65 menit)
Tahap 2
Kegiatan Kelompok
- Guru membagi siswa ke dalam
kelompok-kelompok kecil
(masing-masing kelompok
terdiri dari 4 orang).
- Guru membagikan LKS yang
akan menjadi panduan siswa
dalam melakukan percobaan
- Guru menunjuk salah satu
perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya (kelompok yang
belum tampil pada pertemuan
sebelumnya). Kelompok yang
lain diberi kesempatan untuk
bertanya (guru memberi
penguatan dan mengarahkan
siswa pada konsep yang
benar).
- Guru membimbing siswa
menyimpulkan hasil
percobaan.
- Siswa melakukan
percobaan sesuai LKS
II secara berkelompok
- Siswa mendiskusikan
hasil percobaan dan
mengerjakan tugas
bersama teman
sekelompoknya
- Salah satu kelompok
mempresentasikan hasil
diskusi kelompknya.
- Siswa menyimpulkan
hasil percobaan.
Tahap 3
Kuis
- Guru membagikan soal kuis I
kepada masing-masing siswa.
- Siswa mengerjakan soal
kuis secara mandiri di
bawah pengawasan
guru.
Tahap 4
Perhitungan Skor
Perkembangan
Individu
- Guru menginformasikan bahwa
perhitung nilai kuis akan
dilakukan pada pertemuan
berikutnya.
- Siswa memperhatikan
informasi dari guru.
Tahap 5
Penghargaan
Kelompok
- Guru menginformasikan bahwa
perolehan skor kelompok dan
pemberian penghargaan kepada
kelompok yang memenuhi
kriteria good team, great team,
dan super team akan
diumumkan pada pertemuan
berikutnya.
- Siswa memperhatikan
informasi dari guru.
Penutup
(5 menit)
- Guru menginformasikan bahwa
materi yang akan dipelajari
pada pertemuan berikutnya
adalah tentang pemantulan
- Siswa mendengarkan
informasi dari guru.
bunyi.
- Guru menutup pelajaran
dengan mengucapkan salam.
- Siswa menjawab salam.
Sumber Belajar
a. Buku Fisika SMP Kelas VIII
b. Lembar Kerja Siswa
Penilaian Hasil Belajar:
a. Teknik Penilaian:
- Tugas (LKS)
- Tes Tertulis
b. Bentuk Instrumen:
- Tes Pilihan Ganda
Mengetahui,
Kepala SMP Negeri 13 Tangerang Selatan
Rohman, S.Pd
Ciputat, April 2011
Guru Mata Pelajaran
Asmawati R.
Lampiran 3.1.b
LEMBAR KERJA SISWA I
Nama kelompok :
Nama Siswa : 1. ………………………………
2. ………………………………
3. ………………………………
4. ………………………………
5. ………………………………
A. Penyebab timbulnya bunyi
1. Tujuan: Mengetahui penyebab timbulnya bunyi
2. Alat dan bahan:
1) Balon
2) Gunting
3. Langkah percobaan:
1) Guntinglah balon 1 cm dari mulut balon
2) Tempelkan mulut balon tersebut pada bibirmu
3) Tiuplah keras-keras seolah-olah kamu sedang mengisi udara kedalam balonmu
4) Kemudian persempit mulut balon dengan menjepit balon tersebut lebih keras,
tetapi usahakan udara masih bisa keluar, lalu tiup kembali balon tersebut dengan
keras
4. Diskusikan bersama teman sekelompok anda!
1) Pada saat kamu meniup mulut balon tersebut, apa yang terjadi?
……………………………………………………………………………………...
2) Ketika mulut balon dipersempit, bagaimana bunyi yang dihasilkan bila
dibandingkan sebelumnya?
……………………………………………………………………………………...
…………….………………………………………………………………………..
3) Mengapa mulut balon itu dapat menghasilkan bunyi?
…………………………………………………………………………………...…
……………………………………………………………………………………...
4) Tahukah kalian, peluit yang suka digunakan para tukang parkir atau wasit sepak
bola? …………………………. Mengapa peluit itu dapat mengeluarkan bunyi
ketika ditiup? ………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………...
5) Berbicaralah dengan temanmu, kemudian rabalah tenggorokanmu, apa yang
kamu rasakan? ……………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………...…
……………………………………………………………………………………...
5. Kesimpulan apa yang anda peroleh dari kegiatan di atas?
………………………………………………………………………………………….
.…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………….
B. Bunyi merambat melalui medium
1. Tujuan: Mengetahui bunyi merambat melalui medium
2. Alat dan bahan:
1) gelas plastik (2 buah)
2) benang (2 meter)
3) penjepit kertas (2 buah)
4) paku kecil
3. Langkah percobaan:
1) Lubangi gelas plastik dengan menggunakan paku kecil.
2) Masukkan benang kedalam lubang pada gelas plastik tersebut, lalu ikatkan pada
penjepit kertas.
3) Lakukan langkah 1 dan 2 pada gelas kedua sehingga kedua gelas tersambung
dengan benang.
4) Pegang salah satu gelas oleh temanmu, lalu tariklah sampai meregang sehingga
tali kelihatan lurus.
5) Cobalah kamu berbisik ke dalam tabung. Apakah temanmu dapat mendengar
suaramu? …………………………………………………………………………..
4. Diskusikanlah bersama teman sekelompok anda!
Menurut anda, bagaimana bunyi itu bisa sampai di telinga teman anda? Jelaskan!
………………………………………………………………………………………….
.…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………….
.…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………….
C. Cepat rambat bunyi dalam berbagai zat
Di bawah ini disajikan tabel data cepat rambat bunyi dalam berbagai medium pada
suhu 15°C. Bacalah dengan teliti, kemudian jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!
Medium Cepat rambat bunyi (m/s)
Udara
Helium
Air
Marmer
Kayu
Aluminium
Besi
340
977
1500
3810
3850
5000
5120
1) Pada medium apakah bunyi paling cepat merambat? ……………………………..
2) Medium apakah yang paling buruk digunakan untuk merambatkan bunyi?
………………………………. Mengapa demikian? ……………………………...
……………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………...
3) Kesimpulan apa yang anda peroleh dari kegiatan yang telah kalian lakukan?
……………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………...
D. Daerah frekuensi bunyi
1. Tujuan: Mengetahui daerah frekuensi bunyi
2. Alat dan bahan:
Penggaris plastik
3. Langkah percobaan:
1) Peganglah penggaris tersebut diujung meja tulismu.
2) Tekanlah penggaris tersebut dengan jarimu, kemudian lepaskan.
4. Diskusikan bersama teman sekelompok anda!
1) Apakah yang kamu lihat ? …..……………………………………………………..
……………………………………………………………………………………...
2) Apakah kamu mendengar sesuatu? ………………………………………………..
5. Kesimpulan apa yang anda peroleh?
………………………………………………………………………………………….
..………………………………………………………………………………………...
………………………………………………………………………………………….
..………………………………………………………………………………………...
………………………………………………………………………………………….
..………………………………………………………………………………………...
6. Bacalah naskah berikut ini!
Pada percobaan yang telah kalian lakukan sebelumnya, kalian dapat
mengetahui bagaimana bunyi dapat terdengar. Pada contoh percobaan dengan
penggaris logam, kamu dapat mendengar bunyi jika getaran yang dihasilkan
penggaris tersebut banyak. Jika getaran itu dalam satu detiknya tidak banyak, kamu
tidak akan mendengar bunyi penggaris karena telinga kamu mempunyai batas
mendengar dengan banyak getaran tertentu. Akan tetapi, bukan berarti getaran itu
tidak menghasilkan bunyi, tetapi telingamulah yang mempunyai keterbatasan untuk
dapat mendengar. Telingamu akan mendengar bunyi getaran jika tiap detiknya benda
itu bergetar 20 kali sampai 20.000 kali (20 Hz – 20.000 Hz) atau yang disebut sebagai
bunyi audiosonik. Jika kurang dari 20 Hz (yang disebut bunyi infrasonik) atau lebih
dari 20.000 Hz (yang disebut bunyi ultrasonik), kamu tidak dapat mendengarnya.
Akan tetapi, hewan tertentu dapat mendengarnya, seperti jangkrik, kelelawar dan
anjing yang mampu mendengar bunyi infrasonik, sedangkan bunyi ultrasonik dapat
didengar oleh ikan paus, lumba-lumba, kelelawar, dan anjing. Kelelawar selain bisa
mendengar bunyi infrasonik juga dapat memancarkan gelombang ultrasonik.
Pancaran gelombang ultrasonik tersebut memungkinkan kelelawar tidak pernah
mengalami tabrakan walaupun kelelawar tidak dapat melihat di malam yang gelap.
Sedangkan anjing, selain dapat mendengar bunyi infrasonik juga dapat mendengar
bunyi ultrasonik, sehingga anjing disebut hewan yang pendengarannya sangat tajam
dan digunakan digunakan oleh manusia sebagai penjaga rumah.
Berdasarkan naskah di atas, tulislah data yang anda peroleh pada tabel beriku!
No. Pembeda Audiosonik Infrasonik Ultrasonik
1. Batas frekuensi
2. Pendengar bunyi
Lampiran 3.2.a
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Sekolah : SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan
Tahun Pelajaran : 2010/2011
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : VIII/Genap
Pertemuan : Kedua
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran,
gelombang, dan optika dalam produk teknologi
sehari-hari.
Kompetensi Dasar : 6.2. Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan
sehari-hari.
Indikator
1. Menjelaskan pengertian resonansi
2. Menunjukkan gejala resonansi dalam kehidupan sehari-hari
3. Membedakan nada, desah, dan dentum
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
1. Menjelaskan pengertian resonansi.
2. Mengamati terjadinya resonansi pada garpu tala.
3. Mengamati terjadinya resonansi pada bandul sederhana.
4. Menjelaskan aplikasi konsep resonansi pada alat musik.
5. Menjelaskan masalah yang ditimbulkan resonansi.
Materi Pembelajaran
Bunyi
Strategi Pembelajaran
1. Model pembelajaran: Koopertif tipe STAD
2. Metode belajar: - Demonstrasi
- Praktikum
- Diskusi
- Tanya jawab
- Informasi
Langkah-langkah Pembelajaran
Tahapan Guru Siswa
Pendahuluan
(10 menit)
- Guru membuka pelajaran
dan mengucapkan salam,
memeriksa kehadiran siswa
dan memfokuskan perhatian
siswa dengan mengajak
berdoa dan memberi
motivasi untuk belajar.
- Apersepsi dilakukan oleh
guru dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
berikut ini:
Masih ingat materi pada
pertemuan sebelumnya
tentang bunyi? Apa yang
menyebabkan timbulnya
bunyi?Apa saja yang
menjadi karakteristik
gelombang bunyi?
- Guru menggali konsep awal
siswa dengan demonstrasi
yang dilakukan oleh siswa.
Guru menyuruh seorang
siswa memainkan alat musik
yang dia bisa. Kemudian
guru bertanya:
Apa kalian suka memainkan
alat musik? Alat musik apa
yang kalian bias mainkan?
Kalian pernah mendengar
istilah nada? Kira-kira apa
itu nada?
- Siswa menjawab salam
dan selanjutnya berdoa
sebelum belajar.
- Siswa menjawab
pertanyaan dari guru.
- Siswa memperhatikan
demonstrasi dan
menjawab pertanyaan dari
guru.
Tahap 1
Penyajian Materi
- Guru menjelaskan konsep-
konsep penting tentang
resonansi dan nada.
- Guru menulis persamaan
rumus yang ada kaitannya
dengan materi di papan
tulis.
- Siswa menyimak
penjelasan guru.
- Siswa mencatat persamaan
rumus yang ditulis oleh
guru.
Tahap 2
Kegiatan Kelompok
- Guru membagi siswa ke
dalam kelompok-kelompok
kecil (masing-masing
kelompok terdiri dari 4
orang).
Inti
(65 menit)
- Guru membagikan LKS
yang akan menjadi panduan
siswa dalam melakukan
percobaan
- Guru menunjuk salah satu
perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya
(kelompok yang belum
tampil pada pertemuan
sebelumnya). Kelompok
yang lain diberi kesempatan
untuk bertanya (guru
memberi penguatan dan
mengarahkan siswa pada
konsep yang benar).
- Guru membimbing siswa
menyimpulkan hasil
percobaan.
- Siswa melakukan
percobaan sesuai LKS II
secara berkelompok
- Siswa mendiskusikan hasil
percobaan dan
mengerjakan tugas
bersama teman
sekelompoknya
- Salah satu kelompok
mempresentasikan hasil
diskusi kelompknya.
- Siswa menyimpulkan hasil
percobaan.
Tahap 3
Kuis
- Guru menginformasikan
bahwa materi pertemuan
kedua akan dijadikan bahan
soal kuis pada pertemuan
ketiga.
- Siswa memperhatikan
informasi dari guru.
Tahap 4
Perhitungan Skor
Perkembangan
Individu
- Guru mengarahkan siswa
menghitung hasil kuis
(pertemuan sebelumnya).
Langkah-langkahnya
sebagai berikut.
Setiap kelompok menukar
lembar jawabannya
dengan kelompok lain
untuk memeriksa hasil
kuis.
Seluruh siswa memeriksa
hasil kuis dengan
mencocokkan jawaban
yang ditulis guru di papan
tulis.
Seluruh siswa menghitung
skor perkembangan
- Siswa mengikuti arahan
guru.
individu temannya pada
tabel yang tersedia pada
lembar jawaban.
Tahap 5
Penghargaan
Kelompok
- Guru mengumumkankan
perolehan skor kelompok
(pertemuan sebelumnya)
dan memberikan
penghargaan kepada
kelompok yang memenuhi
kriteria good team, great
team, dan super team.
- Siswa memperhatikan
pengumuman dari guru.
Penutup
(5 menit)
- Guru menginformasikan
bahwa materi yang akan
dipelajari pada pertemuan
berikutnya adalah tentang
pemantulan bunyi.
- Guru menutup pelajaran
dengan mengucapkan salam.
- Siswa memperhatikan
informasi dari guru.
- Siswa menjawab salam.
Sumber Belajar
a. Buku Fisika SMP Kelas VIII
b. Lembar Kerja Siswa
Penilaian Hasil Belajar:
a. Teknik Penilaian:
- Tugas (LKS)
- Tes Tertulis
b. Bentuk Instrumen:
- Tes Pilihan Ganda
Mengetahui,
Kepala SMP Negeri 13 Tangerang Selatan
Rohman, S.Pd
Ciputat, Mei 2011
Guru Mata Pelajaran
Asmawati R.
Lampiran 3.2.b
LEMBAR KERJA SISWA II
Nama kelompok :
Nama Siswa : 1. ………………………………
2. ………………………………
3. ………………………………
4. ………………………………
5. ………………………………
A. Definisi dan penyebab resonansi
Diskusikanlah!
1) Apa yang kalian ketahui tentang resonansi?
……………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………...
2) Apa yang menyebabkan benda beresonansi?
……………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………...
B. Manfaat dan dampak resonansi
Lakukanlah percobaan berikut ini!
1. Resonansi pada alat musik tiup
Alat dan bahan:
1) Sedotan
2) Gunting
Langkah percobaan:
1) Runcingkan ujung sedotan dengan menggunakan gunting. Ukur panjang sedotan
dengan menggunakan mistar, lalu catatlah hasilnya kedalam tabel dibawah ini.
2) Tiuplah dengan kuat sedotan tersebut. Apakah menghasilkan bunyi? ……………
……………………………………………………………………………………...
3) Potonglah sedotan tersebut sepanjang 1 cm, kemudian tiuplah kembali sedotan
tersebut. Bagaimana bunyinya bila dibandingkan dengan bunyi yang pertama?
……………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………...
4) Ulangi langkah ketiga tersebut sampai tiga kali, lalu catatlah hasilnya kedalam
tabel.
Panjang sedotan (cm) Bunyi yang dihasilkan
(lemah, sedang, atau kuat)
Diskusikanlah!
1) Apakah kamu mendengar bunyi?
……………………………………………………………………………………...
2) Dari manakah bunyi tersebut berasal?
……………………………………………………………………………………...
3) Apakah panjang-pendek sedotan mempengaruhi bunyi yang dihasilkan?
……………………………………………………………………………………...
4) Apakah bunyi yang dihasilkannya membentuk nada?
……………………………………………………………………………………...
5) Apa yang terjadi dengan frekuensi (tinggi) nadanya ketika sedotan diperpendek?
……………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………...
2. Resonansi pada alat musik selaput tipis
Alat dan bahan:
1) Potongan balon
2) 2 buah karet
3) Gelas aqua bekas
4) Gunting
5) Sumpit atau pensil
Langkah percobaan:
1) Lubangi bagian bawah gelas aqua bekas
2) Gunakan potongan balon untuk menutup bagian atas gelas aqua bekas
3) Ikatkan karet gelang agar lebih kencang dan kuat
4) Buatlah pemukul drum dengan menggunakan sumpit atau pensil yang diikatkan
karet diujungnya
5) Pukullah drum dengan pemukul drum
Diskusikanlah!
1) Apakah kamu mendengar bunyi?
……………………………………………………………………………………...
2) Darimanakah bunyi tersebut berasal?
……………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………...
Lampiran 3.2.c
1. Zat perantara di bawah ini, yang dapat merambatkan bunyi paling cepat
adalah ….
a. helium
b. kayu
c. aluminium
d. besi
2. Jika kita memukul gong, maka terjadilah perapatan dan peregangan udara di
sekelilingnya. Akhirnya, bunyi sampai ke telinga kita. Gelombang yang
terjadi di atas dinamakan ….
a. transversal
b. longitudinal
c. elektromagnetik
d. radiasi
3. Ketika kita melihat orang yang sedang menebang kayu dengan jarak yang
jauh, bunyi beradunya kapak terdengar beberapa saat setelah kapak mengenai
pohon. Hal ini terjadi karena ….
a. perambatan bunyi memerlukan waktu
b. kecepatan bunyi lebih kecil dari kecepatan cahaya
c. perambatan bunyi memerlukan waktu, sedangkan perambatan cahaya
tidak
d. pengaruh gema yang terjadi
4. Sebuah gelombang bunyi merambat di udara dengan kecepatan 360 m/s. Jika
panjang gelombang bunyi 25 cm, maka frekuensinya adalah ….
a. 14,4 Hz
b. 90 Hz
c. 1440 Hz
d. 9000 Hz
5. Periode suatu bunyi 0,025 sekon, maka frekuensi bunyi tersebut termasuk ….
a. audiosonik
b. ultrasonik
c. infrasonik
d. supersonik
KUIS I
POKOK BAHASAN BUNYI
Nama :
Kelas :
Hari/tanggal :
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dengan member tanda silang (X) pada huruf a, b, c,
atau d!
Lampiran 3.3.a
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Sekolah : SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan
Tahun Pelajaran : 2010/2011
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : VIII/Genap
Pertemuan : Ketiga
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran,
gelombang, dan optika dalam produk teknologi
sehari-hari.
Kompetensi Dasar : 6.2. Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan
sehari-hari.
Indikator
1. Menjelaskan hukum pemantulan bunyi
2. Menjelaskan perbedaan gaung dan gema
3. Memberikan contoh pemanfaatan pemantulan bunyi dalam kehidupan sehari-
hari dan teknologi
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
2. Menjelaskan syarat terjadinya pemantulan bunyi.
3. Menemukan hukum pemantulan bunyi.
4. Menyebutkan jenis-jenis bunyi pantul.
5. Membedakan antara gaung, gema dan bunyi pantul yang memperkuat bunyi
asli.
6. Menjelaskan manfaat pemantulan bunyi dalam kehidupan sehari-hari.
Materi Pembelajaran
Bunyi
Strategi Pembelajaran
1. Model pembelajaran: Koopertif tipe STAD
2. Metode belajar: - Demonstrasi
- Praktikum
- Diskusi
- Tanya jawab
- Informasi
Langkah-langkah Pembelajaran
Tahapan Guru Siswa
Pendahuluan
(10 menit)
- Guru membuka pelajaran
dan mengucapkan salam,
memeriksa kehadiran siswa
dan memfokuskan perhatian
siswa dengan mengajak
berdoa dan memberi
motivasi untuk belajar.
- Apersepsi dilakukan oleh
guru dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
berikut ini:
Masih ingat materi pada
pertemuan sebelumnya?
Apa itu resonansi? Apa
yang menyebabkan suatu
benda beresonansi?
- Guru menggali konsep awal
siswa dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
berikut ini:
Pernahkah kalian
mengalami ketika sedang
berteriak terdengar kembali
teriakan kalian setelahnya?
Pernahkan juga kalian
mendengarkan suara dari
pengeras suara terdengar
tidak jelas seakan-akan ada
yang mengikuti? Suara
apakah itu? Apa yang
menyebabkannya?
- Siswa menjawab salam
dan selanjutnya berdoa
sebelum belajar.
- Siswa menjawab
pertanyaan dari guru.
- Siswa menjawab
pertanyaan dari guru.
Tahap 1
Penyajian Materi
- Guru menjelaskan konsep-
konsep penting tentang
pemantulan bunyi.
- Guru menulis persamaan
rumus yang ada kaitannya
dengan materi di papan
tulis.
- Siswa menyimak
penjelasan guru.
- Siswa mencatat persamaan
rumus yang ditulis oleh
guru.
Tahap 2
Kegiatan Kelompok
- Guru membagi siswa ke
dalam kelompok-kelompok
kecil (masing-masing
kelompok terdiri dari 4
orang).
Inti
(65 menit)
- Guru membagikan LKS
yang akan menjadi panduan
siswa dalam melakukan
percobaan
- Guru menunjuk salah satu
perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya
(kelompok yang belum
tampil pada pertemuan
sebelumnya). Kelompok
yang lain diberi kesempatan
untuk bertanya (guru
memberi penguatan dan
mengarahkan siswa pada
konsep yang benar).
- Guru membimbing siswa
menyimpulkan hasil
percobaan.
- Siswa melakukan
percobaan sesuai LKS II
secara berkelompok
- Siswa mendiskusikan hasil
percobaan dan
mengerjakan tugas
bersama teman
sekelompoknya
- Salah satu kelompok
mempresentasikan hasil
diskusi kelompknya.
- Siswa menyimpulkan hasil
percobaan.
Tahap 3
Kuis
- Guru membagikan soal
kuis II kepada masing-
masing siswa
- Siswa mengerjakan soal
kuis secara mandiri di
bawah pengawasan guru.
Tahap 4
Perhitungan Skor
Perkembangan
Individu
- Guru mengarahkan siswa
menghitung hasil kuis.
Langkah-langkahnya
sebagai berikut.
Setiap kelompok menukar
lembar jawabannya
dengan kelompok lain
untuk memeriksa hasil
kuis.
Seluruh siswa memeriksa
hasil kuis dengan
mencocokkan jawaban
yang ditulis guru di papan
tulis.
Seluruh siswa menghitung
skor perkembangan
individu temannya pada
tabel yang tersedia pada
lembar jawaban.
- Siswa mengikuti arahan
guru.
Tahap 5
Penghargaan
Kelompok
- Guru mengumumkankan
perolehan skor kelompok
dan memberikan
penghargaan kepada
kelompok yang memenuhi
kriteria good team, great
team, dan super team.
- Siswa memperhatikan
pengumuman dari guru.
Penutup
(5 menit)
- Guru menginformasikan
bahwa materi yang akan
dipelajari pada pertemuan
berikutnya adalah tentang
pemantulan bunyi.
- Guru menutup pelajaran
dengan mengucapkan salam.
- Siswa mendengarkan
informasi yang diberikan
guru.
- Siswa menjawab salam.
Sumber Belajar
a. Buku Fisika SMP Kelas VIII
b. Lembar Kerja Siswa
Penilaian Hasil Belajar:
a. Teknik Penilaian:
- Tugas (LKS)
- Tes Tertulis
b. Bentuk Instrumen:
- Tes Pilihan Ganda
Mengetahui,
Kepala SMP Negeri 13 Tangerang Selatan
Rohman, S.Pd
Ciputat, Mei 2011
Guru Mata Pelajaran
Asmawati R.
Lampiran 3.3.b
LEMBAR KERJA SISWA III
Nama kelompok :
Nama Siswa : 1. ………………………………
2. ………………………………
3. ………………………………
4. ………………………………
5. ………………………………
A. Hukum pemantulan bunyi
Salah satu sifat bunyi adalah dapat dipantulkan. Permukaan yang keras seperti
dinding kelas, dinding sumur atau dinding lereng gunung akan memantulkan
gelombang-gelombang bunyi. Pemantulan bunyi telah banyak dimanfaatkan baik
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam teknologi, diantaranya:
a. Menentukan cepat rambat bunyi di udara
b. Melakukan survei geofisika
c. Mendeteksi cacat dan retak pada logam
d. Mengukur ketebalan pelat logam
Adapun hukum pemantulan bunyi dinyatakan sebagai berikut.
(1) Bunyi datang, garis normal, dan bunyi pantul terletak pada satu bidang
(2) Sudut pantul sama dengan sudut datang
Tugas kalian adalah:
Rancanglah sebuah percobaan untuk menemukan hukum pemantulan bunyi! (alat dan
bahan serta langkah kerja) dan gambarlah percobaan tersebut!
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
Lampiran 3.3.c
1. Perhatikan pernyataan berikut.
1) Benda mempunyai selaput tipis.
2) Frekuensi benda sama dengan frekuensi sumber bunyi.
3) Panjang gelombang sama dengan panjang gelombang sumber bunyi.
4) Panjang kedua ayunan sama.
Syarat terjadinya resonansi ditunjukkan oleh pernyataan nomor ….
a. 1, 2, dan 3
b. 1, 2, dan 4
c. 1, 3, dan 4
d. 2, 3, dan 4
e.
2. Pada percobaan tabung resonansi, tinggi kolom udara dalam tabung pada saat
sumber bunyi beresonansi pertama yaitu 0,19 m. Panjang gelombang sumber
bunyi adalah ….
a. 0,19 m
b. 0,39 m
c. 0,57 m
d. 0,96 m
3. Berikut ini adalah pemanfaatan bunyi pantul, kecuali ….
a. mengukur kedalaman laut
b. menyelidiki keadaan janin dalam rahim
c. mendeteksi cacat bagian dalam logam
d. mengukur resonansi kolom udara
4. Suatu pulsa bunyi dari sebuah kapal pengirim bunyi gema merambat ke
bawah melalui air laut pada kelajuan 1500 m/s. Dasar laut di bawal adalah
padatan dan kedalaman laut yaitu 600 m. waktu yang diperlukan pulsa untuk
kembali ke kapal adalah ….
a. 0,4 s
b. 0,6 s
c. 1,2 s
d. 2,4 s
KUIS II
POKOK BAHASAN BUNYI
Nama :
Kelas :
Hari/tanggal :
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dengan member tanda silang (X) pada huruf a, b, c,
atau d!
5. Seorang anak berada di antara dua bukit yang saling berhadapan. Anak itu
berjarak 70 m dari bukuit pertama dan 30 m dari bukit lainnya. Ia kemudian
membunyikan pistol dan mengamati bahwa beda waktu bunyi pantul pertama
dan kedua yang didengar olehnya adalah 0,25 s. Cepat rambat bunyi di udara
pada saat anak itu melakukan percobaan adalah ….
a. 320 m/s
b. 330m/s
c. 340 m/s
d. 350 m/s
Lampiran 4
Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Siswa Kelompok Eksperimen
Siswa Kelompok Kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
1 44,44 88,89 1 38,89 66,67
2 33,33 77,78 2 66,67 88,89
3 50,00 88,89 3 38,89 72,22
4 44,44 83,33 4 38,89 66,67
5 33,33 72,22 5 55,56 83,33
6 55,56 94,44 6 16,67 55,56
7 50,00 88,89 7 27,78 61,11
8 33,33 72,22 8 38,89 72,22
9 38,89 77,78 9 27,78 61,11
10 50,00 88,89 10 22,22 55,56
11 33,33 77,78 11 44,44 72,22
12 44,44 83,33 12 38,89 66,67
13 27,78 66,67 13 50,00 77,78
14 38,89 83,33 14 38,89 66,67
15 22,22 61,11 15 55,56 77,78
16 27,78 66,67 16 55,56 83,33
17 44,44 88,89 17 44,44 72,22
18 50,00 88,89 18 38,89 66,67
19 44,44 88,89 19 27,78 61,11
20 33,33 72,22 20 44,44 72,22
21 50,00 88,89 21 61,11 83,33
22 33,33 72,22 22 44,44 72,22
23 61,11 100 23 22,22 55,56
24 55,56 94,44 24 16,67 50,00
25 38,89 77,78 25 44,44 72,22
26 66,67 94,44 26 55,56 77,78
27 55,56 88,89 27 44,44 72,22
28 44,44 88,89 28 38,89 66,67
29 44,44 83,33 29 22,22 50,00
30 27,78 61,11 30 50,00 72,22
31 44,44 83,33 31 27,78 55,56
32 38,89 77,78 32 33,33 61,11
33 33,33 72,22 33 61,11 83,33
34 33,33 66,67 34 33,33 61,11
35 38,89 77,78 35 50,00 77,78
36 44,44 83,33 36 38,89 61,11
Σ 1511,07 2922,21 Σ 1455,56 2472,23
X 41,97 81,17 X 40,43 68,68
Lampiran 5
Data Hasil Pretest Kelompok Eksperimen
a. Banyak data (n) = 36
b. Data nilai pretest =
22,22 27,78 27,78 27,78 33,33 33,33 33,33 33,33
33,33 33,33 33,33 33,33 38,89 38,89 38,89 38,89
38,89 44,44 44,44 44,44 44,44 44,44 44,44 44,44
44,44 44,44 50,00 50,00 50,00 50,00 50,00 55,56
55,56 55,56 61,11 66,67
c. Jangkauan data (R) = nilai maksimum – nilai minimum
= 66,67 – 22,22
= 44,45
d. Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 36
= 6,14
= 7
e. Panjang kelas interval (i) = R/K
= 44,45 / 6
= 7,4
= 7
Tabel. Data Distribusi Frekuensi Hasil Pretest
Interval xi Batas
Nyata fi xi
2 fixi fixi
2
Frekuensi
relatif (%)
22 – 28 25 21,5 – 28,5 4 625 100 2500 11,11
29 – 35 32 28,5 – 35,5 8 1024 256 8192 22,22
36 – 42 39 35,5 – 42,5 5 1521 195 7605 13,89
43 – 49 46 42,5 – 49,5 9 2116 414 19044 25
50 – 56 53 49,5 – 56,5 8 2809 424 22472 22,22
57 – 63 60 56,5 – 63,5 1 3600 60 3600 2,78
64 – 70 67 63,5 – 70 5 1 4489 67 4489 2,78
Jumlah 36 1516 67902 100%
f. Perhitungan Mean
X = Σfx
Σf
Keterangan:
X = nilai mean
Σfx = jumlah hasil belajar data distribusi frekuensi
Σf = jumlah siswa
Maka,
X = Σfx
Σf
X = 1511,07
36
X = 41,97
g. Perhitungan Median (Me)
Me = b + p
12 n− F
f
Keterangan:
Me = median
b = batas bawah kelas median
n = jumlah siswa dalam kelompok
F = jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas
median
f = frekuensi kelas median
p = panjang kelas interval
Maka,
Me = 42,5 + 7
12 . 36 − 17
9
Me = 42,5 + 7 18 − 17
9
Me = 42,5 +7
9
Me = 43,28
h. Perhitungan Modus (Mo)
Mo = b + p b1
b1 + b2
Keterangan:
Mo = modus
b = batas bawah kelas modus
b1 = selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sebelumnya
b2 = selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sesudahnya
p = panjang kelas interval
Maka,
Mo = b + p b1
b1 + b2
Mo = 42,5 + 7 4
4 + 1
Mo = 42,5 +28
5
Mo = 48,1
Lampiran 6
Tabel. Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas
Data Pretest Kelompok Eksperimen
X Fi FiX Xi Xi2 FiXi
2
22,22 1 22,22 -19,75 390,0625 390,0625
27,78 3 83,34 -14,19 201,3561 604,0683
33,33 8 266,64 -8,64 74,6496 597,1968
38,89 5 194,45 -3,08 9,4864 47,432
44,44 9 399,96 2,47 6,1009 54, 9081
50,00 5 250 8,03 64,4809 322,4045
55,56 3 166,68 13,59 184,6881 554,0643
61,11 1 61,11 19,14 366,3396 366,3396
66,67 1 66,67 24,69 609,5961 609,5961
Σ 36 1511,07 1906,7602 3546,0722
𝐗 41,97
SD 9,92
S2 =Σ Xi − X 2
n− 1
S2 =1906,7602
35
S2 = 54,48
Lampiran 7
Uji Normalitas Data Pretest Kelompok Eksperimen
X Zi Zt F(Z) S(Z) F(Z) – S(Z)
22,22 -1,99 0,4767 0,0233 0,0278 0,0045
27,78 -1,43 0,4236 0,0764 0,0556 0,0208
27,78 -1,43 0,4236 0,0764 0,0833 0,0069
27,78 -1,43 0,4236 0,0764 0,1111 0,0347
33,33 -0,87 0,3078 0,1922 0,1389 0,0533
33,33 -0,87 0,3078 0,1922 0,1667 0,0255
33,33 -0,87 0,3078 0,1922 0,1944 0,0022
33,33 -0,87 0,3078 0,1922 0,2222 0,0300
33,33 -0,87 0,3078 0,1922 0,2500 0,0578
33,33 -0,87 0,3078 0,1922 0,2778 0,0856
33,33 -0,87 0,3078 0,1922 0,3056 0,1134
33,33 -0,87 0,3078 0,1922 0,3333 0,1411
38,89 -0,31 0,1217 0,3783 0,3611 0,0172
38,89 -0,31 0,1217 0,3783 0,3889 0,1060
38,89 -0,31 0,1217 0,3783 0,4167 0,0384
38,89 -0,31 0,1217 0,3783 0,4444 0,0661
38,89 -0,31 0,1217 0,3783 0,4722 0,0939
44,44 0,29 0,1141 0,6141 0,5000 0,1141
44,44 0,29 0,1141 0,6141 0,5278 0,0863
44,44 0,29 0,1141 0,6141 0,5556 0,0585
44,44 0,29 0,1141 0,6141 0,5833 0,0308
44,44 0,29 0,1141 0,6141 0,6111 0,0030
44,44 0,29 0,1141 0,6141 0,6389 0,0248
44,44 0,29 0,1141 0,6141 0,6667 0,0526
44,44 0,29 0,1141 0,6141 0,6944 0,0803
44,44 0,29 0,1141 0,6141 0,7222 0,1081
50,00 0,81 0,2910 0,7910 0,7500 0,0410
50,00 0,81 0,2910 0,7910 0,7778 0,0132
50,00 0,81 0,2910 0,7910 0,8056 0,0146
50,00 0,81 0,2910 0,7910 0,8333 0,0423
50,00 0,81 0,2910 0,7910 0,8611 0,0701
55,56 1,37 0,4147 0,9417 0,8889 0,0258
55,56 1,37 0,4147 0,9417 0,9167 0,0020
55,56 1,37 0,4147 0,9417 0,9444 0,0297
61,11 1,93 0,4732 0,9732 0,9722 0,0010
66,67 2,49 0,4936 0,9936 1,0000 0,0064
Dari tabel di atas diperoleh Lhitung = 0,1411
Karena Lhitung < Ltabel (0,1411 < 0,148), maka sampel berdistribusi normal
Lampiran 8
Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen
a. Banyak data (n) = 36
b. Data nilai posttest =
61,11 61,11 66,67 66,67 66,67 72,22 72,22 72,22
72,22 72,22 77,78 77,78 77,78 77,78 77,78 77,78
83,33 83,33 83,33 83,33 83,33 88,89 88,89 88,89
88,89 88,89 88,89 88,89 88,89 88,89 88,89 94,44
94,44 94,44 94,44 100
c. Jangkauan data (R) = nilai maksimum – nilai minimum
= 100 – 61,11
= 38,89
d. Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 36
= 6,14
= 7
e. Panjang kelas interval (i) = R/K
= 38,89 / 6
= 6,48
= 6
Tabel. Data Distribusi Frekuensi Hasil Posttest
Interval xi Batas
Nyata fi xi
2 fixi fixi
2
Frekuensi
relatif
(%)
59 – 64 61,5 58,5 – 64,5 2 3782,25 123 7564,5 5,56
65 – 70 67,5 64,5 – 70,5 3 4556,25 202,5 13668,75 8,33
71 – 76 73,5 70,5 – 76,5 5 5402,25 367,5 27011,25 13,89
77 – 82 79,5 76,5 – 82,5 6 6320,25 477 37921,5 16,67
83 – 88 85,5 82,5 – 88,5 6 7310,25 427,5 36551,25 13,89
89 – 94 91,5 88,5 – 94,5 13 8372,25 1281 117211,5 38,89
95 – 100 97,5 94,5 – 100 1 9506,25 97,5 9506,25 2,78
Jumlah 36 100%
f. Perhitungan Mean
X = Σfx
Σf
Keterangan:
X = nilai mean
Σfx = jumlah hasil belajar data distribusi frekuensi
Σf = jumlah siswa
Maka,
X = Σfx
Σf
X = 2922,21
36
X = 81,17
g. Perhitungan Median (Me)
Me = b + p
12 n− F
f
Keterangan:
Me = median
b = batas bawah kelas median
n = jumlah siswa dalam kelompok
F = jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas
median
f = frekuensi kelas median
p = panjang kelas interval
Maka,
Me = 88,5 + 6
12 . 36 − 22
13
Me = 88,5 + 6 4
13
Me = 88,5 +24
13
Me = 90,35
h. Perhitungan Modus (Mo)
Mo = b + p b1
b1 + b2
Keterangan:
Mo = modus
b = batas bawah kelas modus
b1 = selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sebelumnya
b2 = selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sesudahnya
p = panjang kelas interval
Maka,
Mo = b + p b1
b1 + b2
Mo = 88,5 + 7 7
7 + 12
Mo = 88,5 +49
19
Mo = 91,08
Lampiran 9
Tabel. Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas
Data Posttest Kelompok Eksperimen
X Fi FiX Xi Xi2 FiXi
2
61,11 2 122,22 -20,06 402,4036 804,8072
66,67 3 200,01 -14,5 210,2500 630,7500
72,22 5 361,1 -8,95 80,1025 400,5125
77,78 6 466,68 -3,39 11,4921 68,9526
83,33 6 499,98 2,16 4,6656 27,9936
88,89 10 888,9 7,72 59,5984 595,9840
94,44 3 283,32 13,27 176,0929 528,2787
100 1 100 18,83 354,5689 354,5689
Σ 36 2922,21 1299,174 3411,8475
𝐗 81,17
SD 9,73
S2 =Σ Xi − X 2
n− 1
S2 =1299,174
35
S2 = 37,12
Lampiran 10
Uji Normalitas Data Posttest Kelompok Eksperimen
X Zi Zt F(Z) S(Z) F(Z) – S(Z)
61,11 -2,06 0,4803 0,0197 0,0278 0,0081
61,11 -2,06 0,4803 0,0197 0,0556 0,0359
66,67 -1,49 0,4319 0,0681 0,0833 0,0152
66,67 -1,49 0,4319 0,0681 0,1111 0,0430
66,67 -1,49 0,4319 0,0681 0,1389 0,0708
72,22 -0,92 0,3212 0,1788 0,1667 0,0121
72,22 -0,92 0,3212 0,1788 0,1944 0,0156
72,22 -0,92 0,3212 0,1788 0,2222 0,0434
72,22 -0,92 0,3212 0,1788 0,2500 0,0712
72,22 -0,92 0,3212 0,1788 0,2778 0,0990
77,78 -0,35 0,1368 0,3632 0,3056 0,0576
77,78 -0,35 0,1368 0,3632 0,3333 0,0299
77,78 -0,35 0,1368 0,3632 0,3611 0,0021
77,78 -0,35 0,1368 0,3632 0,3889 0,0257
77,78 -0,35 0,1368 0,3632 0,4167 0,0535
77,78 -0,35 0,1368 0,3632 0,4444 0,0812
83,33 0,22 0,0871 0,5871 0,4722 0,1149
83,33 0,22 0,0871 0,5871 0,5000 0,0871
83,33 0,22 0,0871 0,5871 0,5278 0,0593
83,33 0,22 0,0871 0,5871 0,5556 0,0315
83,33 0,22 0,0871 0,5871 0,5833 0,0038
83,33 0,22 0,0871 0,5871 0,6711 0,0240
88,89 0,79 0,2852 0,7852 0,6389 0,1463
88,89 0,79 0,2852 0,7852 0,6667 0,1185
88,89 0,79 0,2852 0,7852 0,6944 0,0908
88,89 0,79 0,2852 0,7852 0,7222 0,0630
88,89 0,79 0,2852 0,7852 0,7500 0,0352
88,89 0,79 0,2852 0,7852 0,7778 0,0074
88,89 0,79 0,2852 0,7852 0,8056 0,0203
88,89 0,79 0,2852 0,7852 0,8333 0,0481
88,89 0,79 0,2852 0,7852 0,8611 0,0759
88,89 0,79 0,2852 0,7852 0,8889 0,1037
94,44 1,36 0,4131 0,9131 0,9167 0,0036
94,44 1,36 0,4131 0,9131 0,9444 0,0313
94,44 1,36 0,4131 0,9131 0,9722 0,0591
100 1,94 0,4738 0,9738 1,0000 0,0262
Dari tabel di atas diperoleh Lhitung = 0,1463
Karena Lhitung < Ltabel (0,1463 < 0,148), maka sampel berdistribusi normal
Lampiran 11
Data Hasil Pretest Kelompok Kontrol
a. Banyak data (n) = 36
b. Data nilai pretest =
16,67 16,67 22,22 22,22 22,22 27,78 27,78 27,78
27,78 33,33 33,33 38,89 38,89 38,89 38,89 38,89
38,89 38,89 38,89 38,89 44,44 44,44 44,44 44,44
44,44 44,44 50,00 50,00 50,00 55,56 55,56 55,56
55,56 61,11 61,11 66,67
c. Jangkauan data (R) = nilai maksimum – nilai minimum
= 66,67 – 16,67
= 50
d. Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 36
= 6,14
= 7
e. Panjang kelas interval (i) = R/K
= 50 / 6
= 8,33
= 8
Tabel. Data Distribusi Frekuensi Hasil Pretest
Interval X Batas
Nyata F x
2 fx fx
2
Frekuensi
relatif
(%)
16 – 23 19,5 15,5 – 23,5 5 380,25 97,5 1901,25 13,89
24 – 31 27,5 23,5 – 31,5 4 756,25 110 3025 11,11
32 – 39 35,5 31,5 – 39,5 11 1260,25 390,5 13862,75 30,56
40 – 47 43,5 39,5 – 47,5 6 1892,25 261 11353,5 16,67
48 – 55 51,5 47,5 – 55,5 7 2652,25 360,5 18565,75 19,44
56 – 63 59,5 55,5 – 63,5 2 3540,25 119 7080,5 5,56
64 – 71 67,5 63,5 – 71,5 1 4556,25 67,5 4556,25 2,78
Jumlah 36 100%
f. Perhitungan Mean
X = Σfx
Σf
Keterangan:
X = nilai mean
Σfx = jumlah hasil belajar data distribusi frekuensi
Σf = jumlah siswa
Maka,
X = Σfx
Σf
X = 1455,56
36
X = 40,43
g. Perhitungan Median (Me)
Me = b + p
12 n− F
f
Keterangan:
Me = median
b = batas bawah kelas median
n = jumlah siswa dalam kelompok
F = jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas
median
f = frekuensi kelas median
p = panjang kelas interval
Maka,
Me = 31,5 + 8
12 . 36 − 9
11
Me = 31,5 + 8 18 − 9
11
Me = 38,05
h. Perhitungan Modus (Mo)
Mo = b + p b1
b1 + b2
Keterangan:
Mo = modus
b = batas bawah kelas modus
b1 = selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sebelumnya
b2 = selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sesudahnya
p = panjang kelas interval
Maka,
Mo = 31,5 + 8 7
7 + 5
Mo = 31,5 + 8 7
12
Mo = 31,5 +56
12
Mo = 36,17
Lampiran 12
Tabel. Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas
Data Pretest Kelompok Kontrol
X Fi FiX Xi Xi2 FiXi
2
16,67 2 33,34 -23,76 564,5376 1129,0752
22,22 3 66,66 -18,21 331,6041 994,8123
27,78 4 111,12 -12,65 160,0225 640,0900
33,33 2 66,66 -7,1 50,4100 100,8200
38,89 9 350,01 -1,54 2,3716 21,3444
44,44 6 266,64 4,01 16,0801 96,4806
50,00 3 150 9,57 91,5849 274,7547
55,56 4 222,24 15,13 228,9169 915,6676
61,11 2 122,22 20,68 427,6624 855,3248
66,67 1 66,67 26,24 688,5376 688,5376
Σ 36 1455,56 2561,7277 5716,9072
𝐗 40,43
SD 12,6
S2 =Σ Xi − X 2
n− 1
S2 =2561,7277
35
S2 = 73,19
Lampiran 13
Uji Normalitas Data Pretest Kelompok Kontrol
X Zi Zt F(Z) S(Z) F(Z) – S(Z)
16,67 -1,89 0,4706 0,0294 0,0278 0,0016
16,67 -1,89 0,4706 0,0294 0,0556 0,0262
22,22 -1,45 0,4265 0,0735 0,0833 0,0098
22,22 -1,45 0,4265 0,0735 0,1111 0,0376
22,22 -1,45 0,4265 0,0735 0,1389 0,0654
27,78 -1,00 0,3413 0,1587 0,1667 0,0080
27,78 -1,00 0,3413 0,1587 0,1944 0,0357
27,78 -1,00 0,3413 0,1587 0,2222 0,0635
27,78 -1,00 0,3413 0,1587 0,2500 0,0913
33,33 -0,56 0,2123 0,2877 0,2778 0,0099
33,33 -0,56 0,2123 0,2877 0,3056 0,0179
38,89 -0,12 0,0478 0,4522 0,3333 0,1189
38,89 -0,12 0,0478 0,4522 0,3611 0,0911
38,89 -0,12 0,0478 0,4522 0,3889 0,0633
38,89 -0,12 0,0478 0,4522 0,4167 0,0355
38,89 -0,12 0,0478 0,4522 0,4444 0,0078
38,89 -0,12 0,0478 0,4522 0,4722 0,0200
38,89 -0,12 0,0478 0,4522 0,5000 0,0478
38,89 -0,12 0,0478 0,4522 0,5278 0,0756
38,89 -0,12 0,0478 0,4522 0,5556 0,1034
44,44 0,32 0,1255 0,6255 0,5833 0,0422
44,44 0,32 0,1255 0,6255 0,6111 0,0144
44,44 0,32 0,1255 0,6255 0,6389 0,0134
44,44 0,32 0,1255 0,6255 0,6667 0,0412
44,44 0,32 0,1255 0,6255 0,6944 0,0689
44,44 0,32 0,1255 0,6255 0,7222 0,0967
50,00 0,76 0,2764 0,7764 0,7500 0,0264
50,00 0,76 0,2764 0,7764 0,7778 0,0014
50,00 0,76 0,2764 0,7764 0,8056 0,0291
55,56 1,20 0,3849 0,8849 0,8333 0,0516
55,56 1,20 0,3849 0,8849 0,8611 0,0238
55,56 1,20 0,3849 0,8849 0,8889 0,0040
55,56 1,20 0,3849 0,8849 0,9167 0,0318
61,11 1,64 0,4495 0,9495 0,9444 0,0051
61,11 1,64 0,4495 0,9495 0,9722 0,0227
66,67 2,08 0,4812 0,9812 1,0000 0,0188
Dari tabel di atas diperoleh Lhitung = 0,1189
Karena Lhitung < Ltabel (0,1189 < 0,148), maka sampel berdistribusi normal
Lampiran 14
Data Hasil Posttest Kelompok Kontrol
a. Banyak data (n) = 36
b. Data nilai posttest =
50,00 50,00 55,56 55,56 55,56 55,56 61,11 61,11
61,11 61,11 61,11 61,11 66,67 66,67 66,67 66,67
66,67 66,67 72,22 72,22 72,22 72,22 72,22 72,22
72,22 72,22 72,22 77,78 77,78 77,78 77,78 83,33
83,33 83,33 83,33 88,89
c. Jangkauan data (R) = nilai maksimum – nilai minimum
= 88,89 – 50
= 38,89
d. Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 36
= 6,14
= 7
e. Panjang kelas interval (i) = R/K
= 38,89 / 6
= 6,48
= 6
Tabel. Data Distribusi Frekuensi Hasil Posttest
Interval X Batas
Nyata F x
2 fx fx
2
Frekuensi
relatif
(%)
50 – 55 52,5 49,5 – 55,5 2 2756,25 315 16537,5 16,67
56 – 61 58,5 55,5 – 61,5 10 3422,25 351 20533,5 16,67
62 – 67 64,5 61,5 – 67,5 6 4160,25 387 24961,5 16,67
68 – 73 70,5 67,5 – 73,5 9 4970,25 634,5 44732,25 25
74 – 79 76,5 73,5 – 79,5 4 5852,25 306 23409 11,11
80 – 85 82,5 79,5 – 85,5 4 6806,25 330 27225 11,11
86 – 91 88,5 85,5 – 91,5 1 7832,25 88,5 7832,25 2,78
Jumlah 36 100%
f. Perhitungan Mean
X = Σfx
Σf
Keterangan:
X = nilai mean
Σfx = jumlah hasil belajar data distribusi frekuensi
Σf = jumlah siswa
Maka,
X = Σfx
Σf
X = 2472,23
36
X = 68,68
g. Perhitungan Median (Me)
Me = b + p
12 n− F
f
Keterangan:
Me = median
b = batas bawah kelas median
n = jumlah siswa dalam kelompok
F = jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas
median
f = frekuensi kelas median
p = panjang kelas interval
Maka,
Me = 55,5 + 6
12 . 36 − 2
10
Me = 55,5 + 6 18 − 2
10
Me = 65,1
h. Perhitungan Modus (Mo)
Mo = b + p b1
b1 + b2
Keterangan:
Mo = modus
b = batas bawah kelas modus
b1 = selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sebelumnya
b2 = selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sesudahnya
p = panjang kelas interval
Maka,
Mo = b + p b1
b1 + b2
Mo = 55,5 + 6 8
8 + 4
Mo = 55,5 +48
12
Mo = 59,5
Lampiran 15
Tabel. Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas
Data Pretest Kelompok Kontrol
X Fi FiX Xi Xi2 FiXi
2
50,00 2 100 -18,68 348,9425 697,8848
55,56 4 222,24 -13,12 172,1344 708,5376
61,11 6 366,66 -7,57 57,3049 343,8294
66,67 6 400,02 -2,01 4,0401 24,2406
72,22 9 649,98 3,54 12,5316 112,7844
77,78 4 311,12 9,1 82,81 331,24
83,33 4 333,32 14,65 214,6225 858,49
88,89 1 88,89 20,21 408,4411 408,4411
Σ 36 2472,23 1300,8271 3485,4479
𝐗 68,68
SD 9,84
S2 =Σ Xi − X 2
n− 1
S2 =1300,8271
35
S2 = 37,17
Lampiran 16
Uji Normalitas Data Posttest Kelompok Kontrol
X Zi Zt F(Z) S(Z) F(Z) – S(Z)
50,00 -1,89 0,4706 0,0294 0,0278 0,0016
50,00 -1,89 0,4706 0,0294 0,0556 0,0262
55,56 -1,33 0,4082 0,0918 0,0833 0,0085
55,56 -1,33 0,4082 0,0918 0,1111 0,0193
55,56 -1,33 0,4082 0,0918 0,1389 0,0471
55,56 -1,33 0,4082 0,0918 0,1667 0,0749
61,11 -0,77 0,2794 0,2206 0,1944 0,0262
61,11 -0,77 0,2794 0,2206 0,2222 0,0016
61,11 -0,77 0,2794 0,2206 0,2500 0,0294
61,11 -0,77 0,2794 0,2206 0,2778 0,0572
61,11 -0,77 0,2794 0,2206 0,3056 0,0850
61,11 -0,77 0,2794 0,2206 0,3333 0,1127
66,67 -0,20 0,0793 0,4207 0,3611 0,0596
66,67 -0,20 0,0793 0,4207 0,3889 0,0318
66,67 -0,20 0,0793 0,4207 0,4167 0,0040
66,67 -0,20 0,0793 0,4207 0,4444 0,0237
66,67 -0,20 0,0793 0,4207 0,4722 0,0515
66,67 -0,20 0,0793 0,4207 0,5000 0,0793
72,22 0,36 0,1406 0,6406 0,5278 0,1128
72,22 0,36 0,1406 0,6406 0,5556 0,0850
72,22 0,36 0,1406 0,6406 0,5833 0,0573
72,22 0,36 0,1406 0,6406 0,6111 0,0295
72,22 0,36 0,1406 0,6406 0,6389 0,0017
72,22 0,36 0,1406 0,6406 0,6667 0,0261
72,22 0,36 0,1406 0,6406 0,6944 0,0538
72,22 0,36 0,1406 0,6406 0,7222 0,0816
72,22 0,36 0,1406 0,6406 0,7500 0,1094
77,78 0,92 0,3212 0,8212 0,7778 0,0434
77,78 0,92 0,3212 0,8212 0,8056 0,0156
77,78 0,92 0,3212 0,8212 0,8333 0,0121
77,78 0,92 0,3212 0,8212 0,8611 0,0399
83,33 1,49 0,4319 0,9319 0,8889 0,0430
83,33 1,49 0,4319 0,9319 0,9167 0,0152
83,33 1,49 0,4319 0,9319 0,9444 0,0125
83,33 1,49 0,4319 0,9319 0,9722 0,0403
88,89 2,05 0,4798 0,9798 1,0000 0,0202
Dari tabel di atas diperoleh Lhitung = 0,1128
Karena Lhitung < Ltabel (0,1128 < 0,148), maka sampel berdistribusi normal
Lampiran 17
Uji Homogenitas Pretest
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Ho : sampel homogen
Ha : sampel tidak homogen
Kriteria: Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima
Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak
Langkah-langkah perhitungan uji homogenitas
1) Menentukan nilai rata-rata
2) Menentukan selisih X1 − X , X2 − X ,…… , Xn − X
3) Menentukan kuadrat selisih, yakni X1 − X 2, X2 − X 2,…… , Xn − X 2
4) Menentukan jumlah kuadrat selisih, yakni Σ X1 − X 2
5) Kemudian jumlah kuadrat selisih dibagi (n – 1)
S2 =Σ Xi − X 2
n− 1
a. Varians
SE2 =
Σ Xi − X 2
n− 1
SE2 =
Σ Xi − X 2
n− 1
SE2 =
1906,7602
35
SE2 = 54,48
SK2 =
Σ Xi − X 2
n− 1
SK2 =
2561,7277
35
SK2 = 73,19
b. Uji hipotesis
Fhitung =Varians terbesar
Varians terkecil
Fhitung =73,19
54,48
Fhitung = 1,34
c. Perhitungan Ftabel
Df pembilang = 36 – 1 = 35
Df penyebut = 36 – 1 = 35
Ftabel = F (α) (df pembilang, df penyebut)
= F (0,05) (35, 35)
= 1,2
d. Interpretasi data
Karena Fhitung > Ftabel (1,34 > 1,2), maka kedua kelompok tidak homogen
Lampiran 18
Uji Homogenitas Posttest
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
a. Varians
SE2 =
Σ Xi − X 2
n− 1
SE2 =
1302,9932
35
SE2 = 37,23
SK2 =
Σ Xi − X 2
n− 1
SK2 =
1299,174
35
SK2 = 37,12
b. Uji hipotesis
Fhitung =Varians terbesar
Varians terkecil
Fhitung =37,23
37,12
Fhitung = 1
c. Perhitungan Ftabel
Df pembilang = 36 – 1 = 35
Df penyebut = 36 – 1 = 35
Ftabel = F (α) (df pembilang, df penyebut)
= F (0,05) (35, 35)
= 1,2
d. Interpretasi data
Karena Fhitung < Ftabel (1 > 1,2), maka kedua kelompok homogen
Lampiran 19
Perhitungan Uji-t Hipotesis
Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Kriteria pengujian:
Jika − w1t2+w2t2
w1+w2< t′ <
w1t2+w2t2
w1+w2, maka Ho diterima dan Ha ditolak
Karena data pretest berdistribusi normal dan varians kedua kelompok tidak
homogen maka uji-t yang digunakan yaitu:
t′ =x E − x K
SE
2
nE+
SK2
nK
t′ =41,97 − 40,43
54,4836 +
73,1936
t′ =41,97− 40,43
127,6736
t′ =1,54
3,55
t′ = 0,82
Kemudian menghitung:
−w1t1 + w2t2
w1 + w2< t′ <
w1t1 + w2t2
w1 + w2
Diketahui:
t’ = 0,82
w1 = 54,48/36 = 1,51
w2 = 73,19/36 = 2,03
t1 = t2 = t (0,95) 35 = 1,7
−w1t1 + w2t2
w1 + w2< t′ <
w1t1 + w2t2
w1 + w2
−1,51 x 1,7 + 2,03 x 1,7
1,51 + 2,03< 0,82 <
1,51 x 1,7 + 2,03 x 1,7
1,51 + 2,03
−2,567 + 3,451
3,54< 0,82 <
2,567 + 3,451
3,54
−1,7 < 0,82 < 1,7
Karena − w1t2+w2t2
w1+w2< t′ <
w1t2+w2t2
w1+w2 (–1,7 < 0,82 < 1,7), maka Ho diterima
dan Ha ditolak
Lampiran 20
Perhitungan Uji-t Hipotesis
Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Kriteria pengujian: Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima
thitung > ttabel, maka Ho ditolak
Karena data posttest berdistribusi normal dan varians kedua kelompok homogen
maka uji-t yang digunakan yaitu:
thitung =x E − x K
Sg 1
nE+
1nK
, dimana Sg = n− 1 SE
2 + n− 1 SK2
nE + nK − 2
Sg = nE − 1 SE
2 + nK − 1 SK2
nE + nK − 2
Sg = (35 x 37,12) + (35 x 37,17)
36 + 36 − 2
Sg = 1299,2 + 1300,95
70
Sg = 37,145
Sg = 6,09
Sehingga,
thi tung =x E − x K
Sg 1
nE+
1nK
thitung =81,17− 68,68
6,09 1
36 +1
36
thitung =12,49
6,09 x 0,24
thitung =12,49
1,46
thitung = 8,55
Ttabel = 1,999 dengan α = 0,05 dan dk = (n1 + n2) – 2
Karena thitung > ttabel (8,55 > 1,999), maka Ho ditolak dan Ha diterima
Lampiran 21
Lembar Pembagian Kelompok STAD
No Nama Siswa Ranking Kelompok Kemampuan
1 Silvia 1 1
Tinggi
2 Bongo 2 2
3 Septi 3 3
4 Fissilmy 4 4
5 Iis 5 5
6 Bondan 6 6
7 Aldi 7 7
8 Rico 8 8
9 Riana 9 9
10 Eko 10 1
Sedang
11 Shela 11 2
12 Syifa 12 3
13 Nurdin 13 4
14 Kelvin 14 9
15 Dyah 15 8
16 Devani 16 7
17 Syahrul 17 6
18 Nabela 18 5
19 Nabila 19 1
20 Amelia 20 2
21 Selvi 21 3
22 Herdiani 22 4
23 Ihya 23 9
24 Yunita 24 8
25 Dhede 25 7
26 Widya 26 6
27 Nita 27 5
28 Dody 28 1
Rendah
29 Razi 29 2
30 Agam 30 3
31 Sintia 31 4
32 Rofiq 32 5
33 Linda 33 6
34 Maulana 34 7
35 Zaeni 35 8
36 Lia 36 9
Lampiran 22
Lembar Rekapitulasi Kelompok STAD
Kelompok I
No. Nama
Nilai Kuis Rata-
rata
Nilai
Peningkatan
Nilai
Penghargaan
Kelompok I II
1. Silvia 80 100 90 30
21,25
(Great Team)
2. Eko 80 80 80 20
3. Nabila 60 40 50 5
4. Dody 60 80 70 30
Total 85
Rata-rata 21,25
Kelompok II
No. Nama
Nilai Kuis Rata-
rata
Nilai
Peningkatan
Nilai
Penghargaan
Kelompok I II
1. Bongo 100 100 100 20
25
(Super Team)
2. Shela 80 100 70 30
3. Amelia 60 80 70 30
4. Razi 60 60 60 20
Total 100
Rata-rata 25
Kelompok III
No. Nama
Nilai Kuis Rata-
rata
Nilai
Peningkatan
Nilai
Penghargaan
Kelompok I II
1. Septi 80 80 80 20
12,5
(Good Team)
2. Syifa 80 60 70 5
3. Selvi 60 60 60 20
4. Agam 80 60 70 5
Total 50
Rata-rata 12,5
Kelompok IV
No. Nama
Nilai Kuis Rata-
rata
Nilai
Peningkatan
Nilai
Penghargaan
Kelompok I II
1. Fissilmy 100 100 100 20
12,5
(Good Team)
2. Nurdin 80 60 70 5
3. Herdiani 60 60 60 20
4. Sintia 80 40 60 5
Total 50
Rata-rata 12,5
Kelompok V
No. Nama
Nilai Kuis Rata-
rata
Nilai
Peningkatan
Nilai
Penghargaan
Kelompok I II
1. Iis 80 80 80 20
16,25
(Good Team)
2. Nabela 80 80 80 20
3. Nita 60 40 50 5
4. Rofiq 60 60 60 20
Total 65
Rata-rata 16,25
Kelompok VI
No. Nama
Nilai Kuis Rata-
rata
Nilai
Peningkatan
Nilai
Penghargaan
Kelompok I II
1. Bondan 100 80 90 5
18,75
(Good Team)
2. Syahrul 80 80 80 20
3. Widya 60 80 70 30
4. Linda 60 60 60 20
Total 75
Rata-rata 18,75
Kelompok VII
No. Nama
Nilai Kuis Rata-
rata
Nilai
Peningkatan
Nilai
Penghargaan
Kelompok I II
1. Aldi 80 80 80 20
18,75
(Good Team)
2. Devani 80 80 80 20
3. Dhede 80 60 70 5
4. Maulana 60 80 70 30
Total 75
Rata-rata 18,75
Kelompok VIII
No. Nama
Nilai Kuis Rata-
rata
Nilai
Peningkatan
Nilai
Penghargaan
Kelompok I II
1. Rico 60 80 70 30
21,25
(Great Team)
2. Dyah 80 100 90 30
3. Yunita 80 60 70 5
4. Zaeni 60 60 60 20
Total 85
Rata-rata 21,25
Kelompok IX
No. Nama
Nilai Kuis Rata-
rata
Nilai
Peningkatan
Nilai
Penghargaan
Kelompok I II
1. Riana 80 80 80 20
12,5
(Good Team)
2. Kelvin 80 80 80 20
3. Ihya 60 40 50 5
4. Lia 80 60 70 5
Total 50
Rata-rata 12,5
Lampiran 23
Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD oleh Guru Pamong (Pertemuan Pertama)
Tahap dalam
Pembelajaran
STAD
Indikator
Terlaksana
Ket.
Ya Tidak
Tahap 1
Penyajian Materi
- Menyampaikan tujuan
pembelajaran √
- Meyampaikan materi sesuai dengan
apa yang akan dipelajari siswa √
Tahap 2
Kegiatan
Kelompok
- Membimbing siswa dalam
mengerjakan LKS √
Tahap 3
Kuis
- Membagikan soal-soal kuis √
- Memantau siswa selama
mengerjakan kuis √
Tahap 4
Perhitungan Skor
Perkembangan
Individu
- Membimbing siswa untuk saling
menukar lembar jawaban kuis dan
memeriksa jawaban kuis
√
- Membimbing siswa untuk
menghitung skor individu √
Tahap 5
Penghargaan
Kelompok
- Memberikan penghargaan pada
kelompok terbaik √
Keterangan:
1 cheklist Ya berniali 1
1 ckeklist Tidak bernilai 0
Berdasarkan hasil observasi keterlaksanaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada pertemuan pertama, diperoleh persentase sebagai
berikut:
Persentase keterlaksanaan pembelajaran =5
8 X 100% = 62,5%
Lampiran 24
Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD oleh Guru Pamong (Pertemuan Kedua)
Tahap dalam
Pembelajaran
STAD
Indikator
Terlaksana
Ket.
Ya Tidak
Tahap 1
Penyajian Materi
- Menyampaikan tujuan
pembelajaran √
- Meyampaikan materi sesuai dengan
apa yang akan dipelajari siswa √
Tahap 2
Kegiatan
Kelompok
- Membimbing siswa dalam
mengerjakan LKS √
Tahap 3
Kuis
- Membagikan soal-soal kuis √
- Memantau siswa selama
mengerjakan kuis √
Tahap 4
Perhitungan Skor
Perkembangan
Individu
- Membimbing siswa untuk saling
menukar lembar jawaban kuis dan
memeriksa jawaban kuis
√
- Membimbing siswa untuk
menghitung skor individu √
Tahap 5
Penghargaan
Kelompok
- Memberikan penghargaan pada
kelompok terbaik √
Keterangan:
1 cheklist Ya berniali 1
1 ckeklist Tidak bernilai 0
Berdasarkan hasil observasi keterlaksanaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada pertemuan pertama, diperoleh persentase sebagai
berikut:
Persentase keterlaksanaan pembelajaran =8
8 X 100% = 100%
Lampiran 25
Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD oleh Guru Pamong (Pertemuan Ketiga)
Tahap dalam
Pembelajaran
STAD
Indikator
Terlaksana
Ket.
Ya Tidak
Tahap 1
Penyajian Materi
- Menyampaikan tujuan
pembelajaran √
- Meyampaikan materi sesuai dengan
apa yang akan dipelajari siswa √
Tahap 2
Kegiatan
Kelompok
- Membimbing siswa dalam
mengerjakan LKS √
Tahap 3
Kuis
- Membagikan soal-soal kuis √
- Memantau siswa selama
mengerjakan kuis √
Tahap 4
Perhitungan Skor
Perkembangan
Individu
- Membimbing siswa untuk saling
menukar lembar jawaban kuis dan
memeriksa jawaban kuis
√
- Membimbing siswa untuk
menghitung skor individu √
Tahap 5
Penghargaan
Kelompok
- Memberikan penghargaan pada
kelompok terbaik √
Keterangan:
1 cheklist Ya berniali 1
1 ckeklist Tidak bernilai 0
Berdasarkan hasil observasi keterlaksanaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada pertemuan pertama, diperoleh persentase sebagai
berikut:
Persentase keterlaksanaan pembelajaran =8
8x100% = 100%