SKRIPSI KOORDINASI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA …
Transcript of SKRIPSI KOORDINASI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA …
SKRIPSI
KOORDINASI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN
PEMERINTAH DESA DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
DI DESA PAO KECAMATAN TOMBOLO PAO KABUPATEN GOWA
Oleh:
ARI SULFAHRI
Nomor Induk Mahasiswa : 10561 05447 15
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTASILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITASMUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
i
SKRIPSI
KOORDINASI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN
PEMERINTAH DESA DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
DI DESA PAO KECAMATAN TOMBOLO PAO KABUPATEN GOWA
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara (S.Sos)
Disusun dan Diajukan Oleh:
ARI SULFAHRI
Nomor Induk Mahasiswa : 10561 05447 15
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Ari sulfahri, 2020, Koordinasi Badan Permusyawaratan Desa dengan
Pemerintah Desa dalam Pembangunan Infrastruktur di Desa Pao Kecamatan
Tombolo Pao Kabupaten Gowa. Skripsi, (dibimbing oleh Muhlis Madani dan
Nasrulhaq).
Koordinasi merupakan suatu proses kerjasama antar unit atau bagian yang
menciptakan keharmonisan kerja, sehingga terdapat saling mengisi, saling
membantu dan saling melengkapi dalam melakukan kegiatan untuk mencapai
tujuan bersama. Berdasarkan hal tersebut, peneliti terdorong untuk mencoba
menjabarkan lebih lanjut mengenai koordinasi Badan Permusyawaratan Desa
dengan Pemerintah Desa dalam Pembangunan Infrastruktur di Desa Pao
Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui koordinasi Badan
Permusyawaratan Desa dengan Pemerintah Desa dalam pembangunan
infrastruktur di Desa Pao Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa. Jenis
penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif, sumber data yang digunakan
yaitu primer dan sekunder, jumlah informan yaitu 5 orang. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan Teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.
Teknik analisis data dengan menggunakan langkah reduksi data, penyajian data,
verifikasi data yang bersifat kualitatif, serta menggunakan pengabsahan data
triangulasi yakni triangulasi sumber, teknik, dan waktu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa koordinasi antara Badan
Permusyawaratan Desa dengan Pemerintah Desa dalam pembangunan
infrastruktur di Desa Pao Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa secara
umum sudah tergolong baik apabila kita tinjau dari aspek 1) komunikasi, 2)
kesadaran pentingnya koordinasi, 3) kompetensi partisipan, 4) kesepakatan,
komitmen dan insentif serta 5) kontinuitas perencanaan.
Kata Kunci: Koordinasi, Pembangunan Infrastruktur
vi
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan rasa syukur yang tidak terhingga kehadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Koordinasi Badan Permusyawaratan Desa
Dengan Pemerintah Desa Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Desa Pao
Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa”.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Bapak Dr. Muhlis Madani, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Nasrulhaq,
S.Sos, M.PA selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya
membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Makassar
3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar
4. Bapak Dr. Muhlis Madani, M.Si, Ibu Dr. Hj. Fatmawati, M.Si, Ibu Dr. Hj.
Sudarmi, M.Si, dan Bapak Adnan Ma’ruf, S.Sos, M.Si selaku penguji yang
telah meluangkan waktu demi kelancaran proses ujian skripsi.
5. Segenap Staf dan Kariyawan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Makassar.
6. Bapak Prof. Dr. Abdul Rahman Rahim, S.E, M.M selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
7. Kedua orang tua, Bapak Muh. Yunus dan Ibu Hariati yang telah membesarkan
penulis dan tiada henti-hentinya mendoakan dan memberikan apapun yang
terbaik, terlebih kasih sayang serta sabar yang tak pernah bosan membimbing
dan memotivasi serta menguatkan penulis ketika dalam keadaan sulit.
vii
8. Adinda (Dirga, Rika dan Syifa) serta segenap keluarga besar yang selalu
memberikan do’a di dalam sujud, serta senantiasa memberikan dukungan
disetiap langkah-langkah saya.
9. Teman-teman seangkatan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, sahabat-
sahabat kelas E jurusan Ilmu Administrasi Negara yang selama ini menjadi
teman seperjuangan saya dalam menulis skripsi.
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan.Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Makassar, 05 Agustus 2020
Ari sulfahri
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
PERSETUJUAN ................................................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................................... iv
ABSTRAK ......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 10
B. Teori Manajemen .................................................................................... 11
C. Konsep Koordinasi ..................................................................................13
D. Konsep Pemerintah Desa ........................................................................22
E. Konsep Badan Permusyawaratan Desa ...................................................23
F. Konsep Pembangunan Infrastruktur ........................................................24
G. Kerangka Pikir ........................................................................................26
H. Fokus penelitian ......................................................................................27
I. Deskripsi Fokus Penelitian .....................................................................28
ix
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................................31
B. Jenis dan Tipe Penelitian .........................................................................31
C. Sumber Data ............................................................................................32
D. Informan Penelitian .................................................................................32
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................33
F. Teknik Analisis Data ...............................................................................35
G. Pengabsahan Data ...................................................................................35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian.....................................................................37
B. Koordinasi BPD dengan Pemerintah Desa Pao ......................................51
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................77
B. Saran ........................................................................................................77
DAFTARPUSTAKA .........................................................................................79
LAMPIRAN ....................................................................................................... 81
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Alokasi anggaran dana desa Pao tahun 2019 ................. 5
Tabel 1.2 Rencana kerja kegiatan desa Pao tahun 2019 ................ 6
Tabel 3.1 Informan penelitian ....................................................... 33
Tabel 4.1 Jumlah penduduk desa Pao ........................................... 39
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan kerangka pikir ................................................ 27
Gambar 3.1 Model analisis data ................................................... 35
Gambar 4.1 Bagan struktur pengurus BPD Pao ............................ 45
Gambar 4.2 Struktur pemerintahan desa Pao ................................ 51
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan desa merupakan suatu proses yang menjadi tanggung jawab
pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, mengintegrasikan
kehidupan masyarakat desa ke dalam kehidupan bangsa sehingga memungkinkan
masyarakat desa dapat memberikan sumbangan sepenuhnya kepada pembangunan
nasional. Konsep ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Siagian yang
menyatakan bahwa pembangunan desa adalah keseluruhan proses rangkaian
usaha-usaha yang dilakukan dalam lingkungan desa dengan tujuan untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat desa serta memperbesar kesejahteraan
masyarakat dalam desa.
Kesadaran akan pentingnya melakukan pembangunan desa inilah yang
kemudian melahirkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang
merupakan landasan untuk membangun kehidupan baru desa yang mandiri,
demokratis dan sejahtera.Dewasaini, Desatelahberkembangdalamberbagaibentuk,
sehinggaperludilindungidandiberdayakan agar menjadikuat, maju,
mandiridandemokratissehinggadapatmewujudkanlandasan yang
kuatdalammelaksanakanpemerintahandanpembangunanmenujumasyarakat yang
adil, makmurdansejahtera.Syarat terwujudnya kehidupan masyarakat desa yang
sejahtera tentunya dengan terlaksananya pembangunan desa itu sendiri, salah
satunya yaitu pembangunan infrastruktur desa.
2
Dalam pembangunan desa yang berlandaskan pada kemandirian desa
tentunya diperlukan adanya koordinasi yang baik diantara lembaga pemerintahan
yang ada di desa itu sendiri. Lembaga pemerintahan desa yang mesti melakukan
koordinasi yang optimal terutama adalah koordinasi antara pemerintah desa
dengan badan permusyawaratan desa (BPD). Dengan terlaksananya koordinasi
yang baik antara lembaga di desa tersebut tentunya berdampak pada keberlanjutan
pelaksanaan pembangunan desa, khususnya pembangunan infrastruktur dasar
seperti jalan, listrik, sarana pendidikan dan sebagainya.
Koordinasi antara lembaga pemerintahan dikaji juga oleh Djamin, dalam
Hasibuan (2011:86) yang mendefinisikan koordinasi sebagai suatu usaha kerja
sama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu
sedemikian rupa, sehingga terdapat saling mengisi, saling membantu dan saling
melengkapi. Koordinasi dikaitkan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh berbagai
pihak yang sederajat untuk saling memberi informasi dan sebagai kewenangan
untuk menggerakkan, menyerasikan, menyelaraskan dan menyeimbangkan
kegiatan-kegiatan yang spesifik atau berbeda-beda agar semuanya terarah pada
tujuan tertentu ( Ndraha, 2003:290).
Namun bila kita kaitkan dengan kenyataan di lapangan, koordinasi antara
lembaga pemerintahan khususnya antara lembaga yang ada di desa yaitu antara
badan permusyawaratan desa (BPD) dengan pemerintah desa belum terlaksana
dengan optimal di Indonesia secara umum. Hal ini terutama disebabkan oleh
kurangnya pemahaman dari pemerintah desa dengan BPD tentang tugas dan
fungsinya masing-masing. Selain itu, banyak pegawai desa serta pengurus BPD
3
yang memiliki pekerjaan selain dari pekerjaannya di kantor desa sehingga sedikit
banyak menghambat pekerjaan utamanya dalam mengurus pemerintahan di desa,
dan tidak lengkapnya sarana pra sarana Desa seperti tidak adanya sekretariat BPD
juga menghambat jalannya koordinasi Pemerintah Desa dengan BPD
(kompasiana).
Desa Pao merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Tombolo
Pao Kabupaten Gowa. Kecamatan Tombolo Pao sendiri merupakan Kecamatan
hasil pemekaran dari Kecamatan Tinggimonong sehingga masih didapati beberapa
infrastruktur dasar yang ada di Kecamatan Tombolo Pao masih belum lengkap.
Begitupun kualitas sumber daya manusianya masih relatif minim. Keadaan seperti
ini juga terjadi di Desa Pao, dimana diketahui bahwa mayoritas angota BPD yang
ada di Desa Pao hanya lulusan SD dan SMP.
Dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa Pao guna melakukan
pembangunan, khususnya pembangunan infrastruktur desa untuk mencapai tujuan
mensejahterakan masyarakat dan menciptakan kemandirian desa tentunya
diperlukan koordinasi yang baik diantara Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
dengan aparat Pemerintah Desa Pao. Dari observasi peneliti, diketahui bahwa
Badan Permusyawaratan Desa Pao tidak memiliki sekretariat sehingga tentunya
sedikit banyak menghambat pelaksanaan tugas-tugasnya termasuk dalam
melakukan koordinasi dengan Pemerintah Desa Pao untuk menyalurkan aspirasi
masyarakat. Juga diketahui bahwa sebagian aparatur desa dan anggota BPD
memiliki pekerjaan lain selain pekerjaannya mengurus pemerintahan Desa Pao
seoerti pekerjaan sebagai petani atau pekebun. Kompetensi anggota BPD juga
4
masih relatif minim dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan mayoritas
anggotanya. Sebagian masyarakat juga tidak mengetahui siapa-siapa saja anggota
dari BPD Pao.
Koordinasi antara Badan Permusyawaratan Desa dengan Pemerintah Desa
Pao tersebut tentunya berdampak pada pembangunan infrastruktur di Desa Pao
itu sendiri. Dari hasil pengamatan awal peneliti diketahui bahwa pembangunan
infrastruktur di desa Pao walaupun sudah berjalan tetapi masih ada beberapa yang
belum rampung, misalnya pengerjaan jalan desa dan pembuatan irigasi. Selain itu
pembangunan potensiekonomilokal berupa objek wisata air terjun juga sudah
dikembangkan namun masih memerlukan penambahan beberapa fasilitas
penunjang. Pengembangan objek wisata ini dianggap penting mengingat letaknya
dekat dengan jalan poros dan dekat dengan kantor desa, sehingga potensinya
bagus untuk menarik pengunjung. Beberapa fakta tersebut mengisyaratkan bahwa
koordinasi antara Badan Permusyawaratan Desa dengan Pemerintah Desa Pao
yang sudah terjalin seharusnya bisa lebih dioptimalkan sehingga pembangunan
infrastruktur desa bisa lebih maksimal.
Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa APBDesa Pao tahun 2019,
dipaparkan bahwa pogram untuk pembangunan desa memakai anggaran yang
sangat besar, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
5
Tabel : 1.1
Alokasi anggran dana desa Pao tahun 2019
No Jenis Program Anggaran
1 Penyelenggaraan Pemerintah Desa Rp. 690.722.967.00
2 Pelaksanaan Pembangunan Desa Rp.1.487.943.900.00
3 Pembinaan Kemasyarakatan Rp. 88.620.000.00
4 Pemberdayaan Masyarakat Rp. 88.660.000.00
5 Penanggulangan Bencana Darurat dan
Mendesak Desa.
Rp. 10.000.000.00
TOTAL Rp.2.365.946.867.00
Sumber : KAUR Administrasi Desa Pao, diolah 25 Desember 2019
Jika kita merujuk pada tabel diatas, tentang anggaran pendapatan dan
belanja desa Pao pada tahun 2019 tersebut, diketahui bahwa penganggaran untuk
pembangunan desa Pao sebenarnya telah memakai anggaran dana desa yang
sangat besar, yaitu berjumlah Rp.1.487.943.900,00 bahkan jumlah tersebut paling
besar diantara program-program pemerintah desa lainnya. Dengan anggaran
tersebut Pemerintah Desa Pao telah menyepakati untuk melaksanakan
pembangunan infrastruktur untuk tahun anggaran 2019 dengan rincian sebagai
berikut:
6
Tabel : 1.2
Rencana kerja kegiatan desa Pao 2019
No
Rencana kerja
Kegiatan Volume Biaya Waktu Pelaksana
1
Pembangunan rapat
beton lembangia
100
Meter
Rp.
70.000.000,00
April 2019
PPKD
2
Pembangunan rapat
beton Pattallassang-
Bangkengbatu
500
Meter
Rp.
400.000,00
September
2019
PPKD
3
Rehab jembatan
swadaya Bolatoa
500
Meter
Rp.
5.000.000,00
September
2019
PPKD
4
Rehab embung 2 Unit Rp.
20.000.000,00
Juni 2019
TPK
5
Pembangunan plat
dekker
5 Unit Rp.
65.000.000,00
April 2019
PPKD
6
Pembangunan balai
kemasyarakatan
1 Unit Rp.100.000,00 Juli 2019
TPK
7
Pembangunan
jamban keluarga
8 Unit Rp.
80.000.000,00
September
2019
PNPM
8
Penataan taman
wisataBantimurung
Gallang
1
kegiatan
Rp.
50.000.000,00
Oktober
2019
PPKD
9
Pembangunan rapat
beton jalan akses
wisata air terjun
BantimurungGallang
120
Meter
Rp.
80.000.000,00
Oktober
2019
PPKD
Sumber : KAUR Administrasi Desa Pao, diolah 25 Desember 2019
7
Dari tabel rencana kerja kegiatan desa Pao tahun 2019 di atas, mayoritas
pengerjaan pembangunan tersebut telah terealisasi. Diketahui juga bahwa
pemerintah Desa Pao memprioritaskan pembangunan infrastruktur pada
pengerjaan rapat beton yang dikerjakan di beberapa lokasi seperti di Lembangia,
Pattallassang-Bangkengbatu serta akses jalan objek wisata air terjun bantimurung
gallang. Untuk realisasinya sendiri telah dilaksanakan, namun untuk
pembangunan rapat beton jalan Pattallassang-Bangkengbatu tidak sesuai dengan
perencanaan dimana yang terealisasi hanya sekitar 250 meter dari rencana awal
500 meter, begitupun pembangunan plat dekker yang terealisasi hanya 3 unit dari
rencana awal 5 unit. Pengerjaan rehab 2 unit embung juga tidak terealisasi namun
untuk program pembangunan infrastruktur lain sudah terealisasi.
Beberapapermasalahan yang terjadi di lapangan tersebut menjadi alasan
peneliti untuk menganalisis lebih dalam mengenai koordinasi antara Badan
Permusyawaratan Desa dengan Pemerintah Desa Pao dalam pembangunan
infrastruktur di Desa Pao. Tentunya diharapkan kedepannya koordinasi antara
BPD dengan Pemerintah Desa Pao bisa berjalan lebih optimal dan bersinergi
dalam pembangunan di Desa Pao.
Dari pemaparan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengambil
judul yaitu: “Koordinasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dengan
Pemerintah Desa dalam Pembangunan Infrastruktur di Desa Pao
Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa”.
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan dalam penelitian di
atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “bagaimana koordinasi Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dengan Pemerintah Desa dalam Pembangunan di
Desa Pao Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa”?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka tujuan
penelitian ini yaitu untuk mengetahui koordinasi Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) dengan Pemerintah Desa dalam Pembangunan di Desa Pao Kecamatan
Tombolo Pao Kabupaten Gowa.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Sebagai sumber data dan informasi, serta dasar pertimbangan bagi BPD dan
Pemerintah Desa Pao dalam menyelenggarakan pembangunan di Desa Pao
Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa;
b. Sebagai bahan kajian atau studi banding bagi desa lain yang ingin
mengaplikasikan koordinasi yang baik antara BPD dengan Pemerintah Desa
dalam pembangunan desa.
2. Manfaat Teoritis
a. Sebagai salah satu bahan bacaan atau sumber referensi yang dimiliki oleh
Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar;
9
b. Sebagai alah satu sumber data dan informasi atau baan referensi bagi para
mahasiswa dan peneliti yang berminat untuk melakukan penelitian;
c. Sebagai salah satu sumber referensi dalam diskusi, seminar, maupun
pengkajian terkait koordinasi antara BPD dengan Pemerintah Desa dalam
pembangunan desa;
d. Sebagai salah satu sumber data, informasi dan referensi tambahan dalam
Ilmu Administras Negara.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang telah dilakukan lebih dahulu dan dianggap
memiliki kaitan dan mendukung penelitian ini yaitu:
1. Penelitian Ramadhani (2016) dengan jud ul “ Efektifitas Koordinasi Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Dan Pemerintah Desa Dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa (Studi Pada Desa Selotong Kecamatan Secanggang
Kabupaten Langkat)” yang menyimpulkan bahwa koordinasi antara BPD dan
Pemerintah Desa dapat dikatakan sudah baik dan efektif. Ini dapat dilihat dari
sudah tercapainya apa yang menjadi tujuan dari koordinasi yang dilakukan dan
dalam berkoordinasi antara Pemerintah Desa dan BPD telah dapat menjalankan
tugas ataupun tanggungjawabnya masing-masing, selain itu juga tidak ditemui
konflik ataupun ketengangan diantara keduanya. Meskipun begitu koordinasi
antara BPD dan Pemerintah Desa tidak terlepas dari kendala-kendala yang
menyebabkan koordinasi diantara keduanya belum sepenuhnya seperti apa
yang diharapkan, adapun kendala tersebut yaitu berupa perbedaan pendapat
dan masalah pendapatan/insentif.
2. Penelitian Kamaluddin (2016) dengan judul “ Peranan Badan Permusyawaratan
Desa Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Di Desa Mattirowalle Kecamatan
Tanete Riaja Kabupaten Barru” yang menyimpulkan bahwa pelaksanaan tugas
pokok BPD dalam penyelenggaraan pemerintahan di Desa Mattirowalie
Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru belum sepenuhnya dilakukan secara
11
optimal karena hanya 3 tugas pokok yang dilaksanakan yaitu, menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat, membentuk panitia pemilihan kepala Desa
dan proses pembahasan dan penetapan peraturan Desa.
3. Penelitian Chutmaisintha (2016) dengan judul “ Koordinasi Pemerintah Desa
Dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Penyaluran Dana Bantuan
Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) Di Desa Ngepanrejo Kecamatan
Bandongan Kabupaten Magelang” yang menyimpulkan bahwa setiap kebijakan
yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat ketika sampai pada masyarakat desa
tidak benar-benar objektif (tidak tepat sasaran). Koordinasi yang dilakukan
Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa di Desa Ngepanrejo dalam
penyaluran dan BLSM jika dilihat dengan perspektif siyasah belum berjalan
dengan baik, karena tidak ada kemaslahatan dalam pelaksanaannya. Realita
yang terjadi di lapangan bertentangan dengan teori musyawarah dalam hukum
Islam. Dalam konteks ini, kinerja Pemerintah Desa dan BPD kurang maksimal
dalam menjalankan amanah dengan baik yang meliputi hak kewenangan serta
etika dan tata cara musyawarah yang sesuai siyasah, karena BPD memiliki hak
kontrol yang secara struktural statusnya sama dengan Pemerintah Desa yang
membedakan hanya tugas pokok dan fungsinya.
B. Teori Manajemen
Menurut Manulang (Atik & Ratminto, 2012: 1) manajemen merupakan
suatu seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, penyusunan dan
pengawasan daripada sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan terlebih dahulu. Terry (Hasibuan, 2007 : 2) senada dengan Manulang
12
mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses yang khas yang terdiri dari
tindakan-tindakan perencanaan, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan
untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
Hasibuanmendefenisikanmanajemensebagaiilmudansenimengatur proses
pemanfaatansumberdayamanusiadansumber-
sumberlainnyasecaraefektifdanefisienuntukmencapaisuatutujuantertentu. Dari tiga
pendapat ahli di atas, manajemen memiliki kata kunci “perencanaan”,
“pengarahan”, “pengendalian”, “sumber daya”, dan “tujuan”.
Stoner dan Freeman (Safroni, 2012: 44) berpendapat bahwa manajemen
adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian
upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua sumber daya organisasi
untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Sedangkan manajemen
menurut Massie (Arsyad, 2002: 1) merupakan suatu proses dimana kelompok
secara kerjasama mengerahkan tindakan atau kerjanya untuk mencapai tujuan
bersama. Proses tersebut diantaranya mencakup teknik-teknik yang digunakan
oleh para manajer untuk mengkoordinasikan kegiatan atau aktifitas orang lain
menuju tercapainya tujuan bersama.
Sikula ( Hasibuan 2007:2)
mengartikanmanajemenpadaumumnyadikaitkandenganaktivitas-
aktivitasperencanaan, pengoorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan,
pemotivasian, komunikasidanpengambilankeputusan yang
dilakukanolehsetiaporganisasidengantujuanuntukmengkoordinasikanberbagaisum
13
berdaya yang
dimilikiolehperusahaansehinggaakandihasilkansuatuprodukataujasasecaraefisien.
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen
merupakan suatu proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, kepemimpinan, pengendalian dan pengawasan melalui pemanfaatan
sumber daya dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
C. Konsep Koordinasi
Koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-
kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah(departemen-departemen atau bidang-
bidang fungsional) pada suatu organisasi untuk mencapai tujuan secara efisien dan
efektif (Handoko 2003:195). Menurut Brech yang dikutip Hasibuan (2007:85)
koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakan tim dengan memberikan lokasi
kegiatan pekerjaan yang cocok kepada masing-masing dan menjaga agar kegiatan
itu dilaksakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu
sendiri. Sedangkan Menurut Manulang (2001:72) koordinasi adalah usaha
mengarahkan kegiatan seluruh unit-unit organisasi agar tertuju untuk memberikan
sumbangan semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan organisasi secara
keseluruhan, dengan adanya koordinasi akan terdapat keselarasan aktivitas
diantara unit-unit organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Proses koordinasi
menjadi sangat penting untuk menjamin agar proses pencapaian tujuan diantara
beberapa bidang-bidang, departemen-departemen atau diantara lembaga-lembaga
dapat berjalan baik dan selaras.
14
Menurut Pearce dan Robinson, (dalamSilalahi, 2013),
koordinasiadalahintegrasidarikegiatan-kegiatan individual dan unit-unit
kedalamsuatu usaha bersamayaitubekerjakearahtujuanbersama.Sedangkanmenurut
Stoner (dalamSughanda, 2011:212), koordinasiadalah proses penyatu-
paduansasaran-sasarandankegiatan-kegiatandari unit-unit yang terpisah
(bagianataubidangfungsional)
darisuatuorganisasiuntukmencapaitujuanorganisasisecaraefisien.
Hasibuan (2007:85) mendefinisikankoordinasisebagaikegiatanmengarahkan,
mengintegrasikandanmengkoordinasikanunsur-unsurmanajemen (6M)
danpekerjaan-pekerjaanparabawahandalammencapaitujuanorganisasi.Djamin
(Hasibuan 2007:86)
mengartikankoordinasisebagaisuatuusahakerjasamaantarabadan, instansi, unit
dalampelaksanaantugas-tugastertentusedemikianrupa,
sehinggaterdapatsalingmengisi, salingmembantudansalingmelengkapi.
Manulang (2001: 72) menyatakan bahwa koordinasi dapat dipelihara
dengan melakukan empat cara utama yaitu: 1) Mengadakan pertemuan resmi
antara unsur-unsur atau unit yang harus dikoordinasikan. Dalam pertemuan ini,
dibahas dan diadakan pertukaran pihak-pihak yang bersangkutan dengan tujuan
mereka akan berjalan seiring dan begandengan dalam mencapai suatu tujuan; 2)
Mengangkat seseorang, suatu tim atau panitia koordinator yang khusus bertugas
melakukan kegiatan-kegiatan koordinasi, seperti memberi penjelasan atau
bimbingan kepada unit-unit yang dikoordinasikan; 3) Membuat buku pedoman
yang berisi penjelasan tugas masing-masing unit. Buku pedoman seperti itu
15
diberikan setiap unit untuk dipedomani dalam pelaksanaan tugas masing-masing;
4) Pimpinan atau atasan mengadakan pertemuan-pertemuan dengan bawahannya
dalam rangka pemberian bimbingan, konsultasi dan pengarahan.
Pendapat Manulang (2001:72) di atas menunjukkan bahwa untuk menjaga
agar koordinasi bisa tetap berjalan baik guna tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan dibutuhkan komunikasi atau musyawarah diantara para pihak yang
tergabung dalam organisasi khususnya pihak yang melakukan koordinasi secara
langsung dikarenakan jenis pekerjaan mereka yang membutuhkan sinergi dengan
yang lainnya. Olehnya itu, pertemuan-pertemuan atau musyawarah menjadi suatu
hal yang harus rutin dilakukan, selain itu kesadaran akan tupoksi masing-masing
juga menjadi hal yang penting agar tidak ada penyalahgunaan kewenangan.
Dari beberapapengertiankoordinasiolehbeberapaahli di atas,
dapatditarikkesimpulanbahwakoordinasimerupakansuatu proses kerjasamaantar
unit ataubagian yang menciptakankeharmonisankerjadalammelakukan proses
kegiatandalammencapaitujuanbersama.
1. Unsur-Unsur Koordinasi
Unsur-unsur koordinasi menurut menurut Terry dalam Kencana (2011:34)
yaitu:
a. Usaha-usaha sinkronisasi yang teratur (orderly synchronization of effort);
b. Pengaturan waktu (timing) dan terpimpin (directing);
c. Harmonis (harmonious);
d. Tujuan yang ditetapkan (stated objective)
16
Menurut Mooney, (dalamKencana 2011:34) unsur-unsur koordinasi adalah
sebagai berikut:
a. Susunan yang teratur;
b. Usaha kelompok;
c. Kesatuan tindakan;
d. Tujuan bersama.
Dari beberapapendapatahli di
atasdapatditarikkesimpulanbahwaunsurkoordinasimeliputi:Pengaturan, sinkronisasi,
kepentinganbersama, dan Tujuanbersama, yang kesemuanya itu harus tertanam dalam
diri masing-masing pihak yang terlibat sehingga tercipta keharmonisan dan keselarasan
dalam pencapaian tujuan.
2. Sifat-Sifat Koordinasi
Sifat-sifat koordinasi menurut Hasibuan, (2007 : 87) yaitu:
a. Koordinasi adalah dinamis bukan statis;
b. Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh dalam kerangka mencapai
sasaran;
c. Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.
Asaskoordinasiadalahasasskala,
artinyakoordinasiitudilakukandilakukanmenurutjenjang-
jenjangkekuasaandantanggungjawab yang disesuaikandenganjenjang-jenjang yang
berbeda-bedasatusama lain. Tegasnyaasashirarkiinimenyatakanbahwasetiapatasan
(koordinator) harusmengkoordinasikanbawahanlangsungnya.
17
Dari pemaparan ahli mengenai sifat-sifat koordinasi diatas, diketahui bahwa
koordinasi itu bersifat dinamis yang menandakan bahwa setiap pihak yang terlibat
dalam suatu kerjasama, semuanya bisa melakukan koordinasi satu sama lain guna
mempermudah pencapaian tujuan, koordinasi bisa dilakukan oleh setiap pihak atau
keseluruhan orang yang ada dalam sebuah organisasi atau lembaga dan menjadi
pekerjaan yang menyeluruh dalam organisasi.
3. Tipe-TipeKoordinasi
Tipe-tipe koordinasi dilihat dari sudut pandang politik menurut Hasibuan
(2007 :86-87)yaitu:
a. Koordinasi Vertikal, yaitu tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan,
pengarahan, yang dijalankan oleh atasan terhadap kegiatan-kegiatan, unit-unit,
kesatuan-kesatuan kerja yang ada dibawah wewenang dan tanggung jawabnya.
b. Koordinasi Horizontal, yaitu tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan
penyatuan, pengarahan yang dijalankan terhadap kegiatan-kegiatan di dalam
tingkat organisasi yang setingkat.
Kencana (2011: 35-37) mengemukakantigatipeataubentukkoordinasiyaitu:
a. Koordinasi horizontal
adalahpenyelarasankerjasamasecaraharmonisdansinkronantarlembaga-
lembagasederajat, misalnyaantarMuspikaKecamatan (Camat,
KapolsekdanDanramil), antarMuspidaKabupaten (Bupati,
DanramildanKapolres).
b. Koordinasiverticaladalahpenyelarasankerjasamasecaraharmonisdansinkrondaril
embaga-lembaga yang sederajatlebihtinggikepadalembaga lain yang
18
derajatnyalebihrendahmisalnyaantarKepala Unit suatuInstansikepadaKepala
Sub Unit lain di luar unit mereka, KepalaBagian (Kabag)
suatuInstansikepadaKepala Sub Bagian (Kasubag) lain di luarbagianmereka.
c. Koordinasifungsionaladalahpenyelarasankerjasamasecaraharmonisdansinkrona
ntarlembaga-lembaga yang memilikikesamaandalamfungsipekerjaan,
missalnyaantar sesama parakepalabagianhubunganmasyarakat,
jadikoordinasitersebutberdasarkanfungsi, yaitusesamekepalabagianhumas,
antaraKepalaBagianHumasKomandoDistrikMilitersetempat,
denganKepalaBagianHumasKepolisian Resort Setempat,
danKepalaBagianHumasPertaminasetempat.
4. Tujuan Koordinasi
Tujuan koordinasi menurut Ndraha dalam Kybernologi (2003 : 295) :
a. menciptakan dan memelihara efektifitas organisasi setinggi mungkin melalui
sinkronisasi, penyerasian, kebersamaan dan kesinambungan antar berbagai
kegiatan dependen suatu organisasi;
b. mencegah konflik dan menciptakan efisiensi setinggi-tingginya setiap kegiatan
interdependen yang berbeda - beda melalui kesepakatan-kesepakatan yang
mengikat semua pihak yang bersangkutan;
c. menciptakan dan memelihara iklim dan sikap saling responsif antisipatif di
kalangan unit kerja independen dan independen yang berbeda-beda agar
keberhasilan unit kerja yang satu tidak dirusak oleh keberhasilan unit kerja
yang lain, melalui jaringan informasi dan komunikasi yang efektif.
19
Sedangkan Hasibuan (2007: 87-88)
mengemukakantujuankoordinasiyaitusebagaiberikut:
a. Untukmengarahkandanmenyatukansemuatindakansertapemikirankearahtercapa
inyasasaranperusahaan;
b. Untukmenjuruskanketerampilanspesialiskearahsasaranperusahaan;
c. Untukmenghindarikekosongandantumpangtindihpekerjaan;
d. Untukmenghindarikekacauandanpenyimpangantugasdansasaran;
e. Untukmengintegrasikantindakandanpemanfaatan 6M
kearahsasaranorganisasiatauperusahaan;
f. Untukmenghindaritindakanoverlapping darisasaranperusahaan atau organisasi.
5. Fungsi Koordinasi
Menurut Handayaningrat dalam Noviana (2016), menjelaskan fungsi
koordinasi adalah sebagai berikut :
a. Sebagai salah satu fungsi manajemen, disamping adanya fungsi perencanaan,
penyusunan pegawai, pembinaan kerja, motivasi dan pengawasan. Dengan kata
lain koordinasi adalah fungsi organik dari pimpinan;
b. Untuk menjamin kelancaran mekanisme prosedur kerja dari berbagai
komponen dalam organisasi. Kelancaran mekanisme prosedur kerja harus
dapat terjamin dalam rangka pencapaian tujuan organisasi dengan menghindari
seminimal mungkin perselisihan yang timbul antara sesama komponen
organisasi dan mengusahakan semaksimal mungkin kerjasama di antara
komponen-komponen tersebut;
20
c. Sebagai usaha yang mengarahkan dan menyatukan kegiatan yang mengandung
makna adanya keterpaduan (integrasi) yang dilakukan secara serasi dan
simultan/singkronisasi dari seluruh tindakan yang dijalankan oleh organisasi,
sehingga organisasi bergerak sebagai kesatuan yang bulat guna melaksanakan
seluruh tugas organisasi yang diperlukan untuk mencapai tujuannya. Hal itu
sesuai dengan prinsip koordinasi, integrasi, dan singkronisasi;
d. Sebagai faktor dominan dalam kelangsungan hidup suatu organisasi pada
tingkat tertentu dan ditentukan oleh kualitas usaha koordinasi yang dijalankan.
Peningkatan kualitas koordinasi merupakan usaha yang perlu dilakukan secara
terus menerus karena tidak hanya masalah teknis semata tetapi tergantung dari
sikap, tindakan, dan langkah dari pemegang fungsi organik dari pimpinan;
e. Untuk melahirkan jaringan hubungan kerja atau komunikasi. Jaringan
hubungan kerja tersebut berbentuk saluran hubungan kerja yang membutuhkan
berbagai pusat pengambilan keputusan dalam organisasi. Hubungan kerja ini
perlu dipelihara agar terhindar dari berbagai rintangan yang akan membawa
organisasi ke situasi yang tidak berfungsi sehingga tidak berjalan secara efektif
dan efisien;
f. Sebagai usaha untuk menyelaraskan setiap tindakan, langkah dan sikap yang
terpadu dari para pejabat pengambil keputusan dan para pelaksana. Dalam
organisasi yang besar dan kompleks, pertumbuhan organisasi akan
menyembabkan penambahan beban kerja, penambahan fungsi- fungsi yang
harus dilaksanakan dan penambahan jabatan yang perlu di koordinasikan;
21
g. Untuk penataan spesialisasi dalam berbagai keanekaragaman tugas. Karena
timbulnya spesialisasi yang semakin tajam merupakan konsekuensi logis dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
6. Indikator Koordinasi
Menurut Handayaningrat dalam Noviana (2016), koordinasi dalam proses
manajemen dapat diukur melalui indikator :
a. Komunikasi
1) Ada tidaknya informasi;
2) Ada tidaknya alur informasi;
3) Ada tidaknya teknologi informasi.
b. Kesadaran Pentingnya Koordinasi
1) Tingkat pengetahuan pelaksana terhadap koordinasi;
2) Tingkat ketaatan terhadap hasil koordinasi.
c. Kompetensi Partisipan
1) Ada tidaknya pejabat yang berwenang terlibat;
2) Ada tidaknya ahli di bidang pembangunan yang terlibat.
d. Kesepakatan, Komitmen, dan Insentif Koordinasi
1) Ada tidaknya bentuk kesepakatan ;
2) Ada tidaknya pelaksana kegiatan;
3) Ada tidaknya sanksi bagi pelnggar kesepakatan;
4) Ada tidaknya insentif bagi pelaksana koordinasi.
22
e. Kontinuitas Perencanaan
1) Ada tidaknya umpan balik dari obyek dan subyek pembangunan;
2) Ada tidaknya perubahan terhadap hasil kesepakatan.
D. Konsep Pemerintah Desa
Desa merupakan garda depan dari sistem pemerintahan Republik Indonesia
yang keberadaannya merupakan ujung tombak dari pelaksanaan kehidupan yang
demokratis di daerah. Peranan masyarakat desa sesungguhnya merupakan cermin
atas sejauh mana aturan demokrasi diterapkan dalam Pemerintah Desa sekaligus
merupakan ujung tombak implementasi kehidupan demokrasi bagi setiap
warganya. Menurut kamus Wikipedia bahasa Indonesia Pemerintah menurut
etimologi berasal dari kata “Perintah”, yang berarti suatu individu yang memiliki
tugas sebagai pemberi perintah. Definisi dari Pemerintahan adalah suatu lembaga
yang terdiri dari sekumpulan orang-orang yang mengatur suatu masyarakat yang
meliliki cara dan strategi yang berbeda-beda dengan tujuan agar masyarakat
tersebut dapat tertata dengan baik.
Dalam Undan-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 1 angka 7
disebutkan bahwa Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai administrasi penyelenggara Pemerintah
Desa. Adapun yang disebut perangkat desa disini adalah Sekretaris Desa,
pelaksana teknis lapangan, seperti Kepala Urusan dan unsur kewilayahan seperti
Kepala Dusun atau dengan sebutan lain.
23
Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya Kepala Desa bertanggung
jawab kepada rakyat melalui surat keterangan persetujuan dari BPD dan
menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya kepada Bupati dengan tembusan
camat. Adapun Perangkat Desa dalam melaksanakantugasnya bertanggung jawab
kepada Kepala Desa.
Pada pelaksanakan tugasnya Kepala Desa dan Perangkat Desa berkewajiban
melaksanakan koordinasi dengan segala pemerintahan desa, mengadakan
pengawasan, dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas masing-masing
secara berjenjang. Apabila terjadi kekosongan perangkat desa, maka Kepala Desa
atas persetujuan BPD mengangkat pejabat perangkat desa.
E. Konsep Badan Permusyawaratan Desa
Dalam Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang dimaksud
Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
lembaga yang melakukan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil
dari pendududk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara
demokratis. Badan Permusyawaratan Desa merupakan perwujudan demokrasi
dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. BPD dapat dianggap sebagai
“parlemen”-nya desa. BPD merupakan lembaga baru didesa pada era otonomi
daerah di Indonesia.
Badan Permusyawaratan Desa merupakan badan permusyawaratan di
tingkat desa yang turut membahas dan menyepakati berbagai kebijakan dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Dalam upaya meningkatkan kinerja
kelembagaan di tingkat Desa, memperkuat kebersamaan, serta meningkatkan
24
partisipasi dan pemberdayaan masyarakat, Pemerintah Desa dan/atau Badan
Permusyawaratan Desa memfasilitasi penyelenggaraan Musyawarah Desa.
Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah forum musyawarah
antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa dan unsur masyarakat
yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk
memusyawarahkan dan menyepakati hal yang bersifat strategis dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
F. Konsep Pembangunan Infrastruktur
1. Pembangunan
Secara umum, pembangunan dapat diartikan sebagai perubahan dalam
rangka memperoleh kemajuan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan.
Pembangunan adalah sebuah proses multidimensional yang mencakup berbagai
perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi-
institusi nasional, disamping itu tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi
dan penanganan ketimpangan pendapatan serta pengentasan kemiskinan.
Adapun pembangunan desa, sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 114 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pembangunan Desa, sangat jelas
disebutkan dalam pasal 1 ayat 9 bahwa: Pembangunan Desa adalah upaya
peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan
masyarakat Desa. Selajutnya dalam asas pengeleloaan keuangan desa pasal 2
ayat 1 dan 2 disebutkan bahwa: pemerintah desa menyusun perencanaan
Pembangunan Desa sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada
perencanaan pembangunan Kabupaten/Kota. Pembangunan desa sebagaimana
25
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dengan melibatkan
seluruh masyarakat desa dengan semangat gotong royong.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pembangunan desa tidak
lepas dari peranPemerintah Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa ( BPD
)sebagai salah satu unsur Pemerintah Desa secara bersama-sama dengan
masyarakat menentukan arah pembangunan melalui penetapan
kebijakan,penyaluran aspirasi masyarakat dan pegawasan pelaksanaan
pembangunan.
2. Infrastruktur
Pengertian infrastruktur dalam kamus besar bahasa Indonesia, dapat
diartikan sebagai sarana dan prasarana umum. Sarana secara umum diketahui
sebagai fasilitas publik seperti rumah sakit, jalan, jembatan, sanitasi,telpon dan
sebagainya. Menurut Grigg (1988) infrastruktur merupakan sistem fisik yang
menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan gedung, dan fasilitas
publik lainnya, yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia baik
kebutuhan sosial maupun kebutuhan ekonomi. Dalam hal ini, hal-hal yang terkait
dengan infrastruktur tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Ketersediaan infrastruktur memberikan dampak terhadap sistem sosial dan sistem
ekonomi yang ada di masyarakat.
Ketersediaan infrastruktur memberikan akses mudah bagi masyarakat
terhadap sumber daya sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas
dalam melakukan kegiatan sosial maupun ekonomi. Dengan meningkatnya
efisiensi otomatis secara tidak langsung akan meningkatkan perkembangan
26
ekonomi dalam suatu wilayah. Sehingga menjadi sangat penting peran
infrastruktur dalam perkembangan ekonomi.
Infrastruktur mengacu pada fasilitas kapital fisik dan termasuk juga dalam
kerangka kerja organisasional, pengetahuan dan teknologi yang penting untuk
organisasi masyarakat dan pembangunan ekonomi mereka. Infrastrutur meliputi
undang-undang, sistem pendidikan dan kesehatan publik, sistem distribusi dan
perawatan air, pengumpulan sampah dan limbah, pengelolaan dan
pembuangannya, sistem keselamatan publik, seperti pemadam kebakaran dan
keamanan, sistem komunikasi, sistem transportasi, dan utilitas publik(Tatom,
1993).
Pembangunan infrastruktur yang sesuai dengan kebutuhan daerah
diharapkan mampu meningkatkan perekonomian daerah tersebut dan daerah
sekitarnya. Pembangunan infrastruktur yang baik tentunya harus memperhatikan
aspek keberlanjutan sehingga dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang.
Keberadaan infastruktur harus berdasarkan pada prinsip-prinsip akuntabilitas,
transparansi serta memperhatikan aspek efisiensi dan keadilan.
G. Kerangka Pikir
Penelitian ini berjudul “Koordinasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
dengan Pemerintah Desa dalam Pembangunan di Desa Pao Kecamatan Tombolo
Pao Kabupaten Gowa”. Penelitian ini akan dianalisis melalui model koordinasi
yang dikemukakan oleh Handayaningrat dalam Wahyuni (2016)yang menyatakan
bahwa koordinasi dalam proses manajemen dapat diukur melalui indikator yaitu:
1) komunikasi, 2) kesadaran pentingnya koordinasi, 3) kompetensi partisipan, 4)
27
kesepakatan, komitmen dan insentif koordinasi, dan 5) kontinuitas perencanaan.
Uraian yang telah dikemukakan, mendasari lahirnya kerangka pikir penelitian
seperti pada gambar berikut.
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
H. Fokus Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan difokuskan pada bagaimana koordinasi yang
dilakukan antara Badan Permusyawaratan Desa dengan Pemerintah Desa Pao
dalam melakukan pembangunan di Desa Pao Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten
Gowa. Koordinasi antara BPD dengan Pemerintah Desa dilihat berdasarkan pada
Koordinasi
Koordinasi Menurut Handayaningrat
1. Komunikasi
2. Kesadaran Pentingnya Koordinasi
3. Kompetensi Partisipan
4. Kesepakatan, Komitmen, dan Insenftif Koordinasi
5. Kontinuitas Perencanaan
Peningkatan Koordinasi Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) Dengan Pemerintah Desa Dalam
Pembangunan Di Desa Pao Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa
28
komunikasi yang terjalin, kesadaran masing-masing pihak akan pentingnya
koordinasi itu sendiri, kompetensi dari partsipan, kesepakatan, komitmen dan
insentif yang diterima oleh pihak yang melakukan koordinasi, serta kontinuitas
koordinasi.
I. Deskripsi Fokus Penelitian
Deskripsi fokus penelitian merupakan penjelasan dari masing-masing fokus
penelitian yang diamati untuk memberikan kemudahan dan kejelasan dalam
pengamatan. Untuk melihat bentuk koordinasi, digunakan indikator koordinasi
yang dikemukakan oleh Handayaningrat dalam Wahyuni W P (2016) yaitu
sebagai berikut:
1. Komunikasi, yaitu proses interaksi langsung dan perpindahan informasi antara
Badan Permusyawaratan Desa dengan Pemerintah Desa guna membahas
mengenai pembangunan infrastruktur yang akan dan telah dilaksanakan di
Desa Pao Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa. Komunikasi disini
terwujud dalam pertemuan-pertemuan atau rapat-rapat yang bersifat formal
maupun non formal antara Badan Permusyawaratan Desa dengan Pemerintah
Desa Pao. Adapun yang menjadi indikator berjalannya komunikasi disini yaitu
ada tidaknya informasi, serta ada tidaknya alur informasi.
2. Kesadaran pentingnya koordinasi, yaitu tingkat kesadaran akan pentingnya
melakukan koordinasi yang dimiliki oleh setiap pihak, baik dari Badan
Permusyawaratan Desa Pao maupun dari aparat Pemerintah Desa Pao serta
ketaatan terhadap hasil pertemuan atau rapat yang telah disepakati. Hal ini
29
terwujud dari keseriusan koordinasi aparat Pemerintah Desa Pao dengan Badan
Permusyawaratan Desa Pao dalam melaksanakan hasil-hasil kesepakatan yang
telah diambil dalam rapat-rapat atau pertemuan-pertemuan sebelumnya guna
menjaga keberlangsungan pembangunan di Desa pao. Adapun yang menjadi
indikator kesadaran pentingnya koordinasi yaitu tingkat kehadiran pihak yang
terkait dalam koordinasi yang dilaksanakan, serta tingkat ketaatan terhadap
hasil kesepakatan yang diambil dalam koordinasi.
3. Kompetensi partisipan, yaitu kemampuan kerja yang dimiliki oleh setiap
anggota baik dari Badan Permusyawaratan Desa Pao maupun aparat
Pemerintah Desa Pao untuk menunjang pembangunan di Desa Pao Kecamatan
Tombolo Pao. Kompetensi disini artinya keahlian dalam merencanakan
pembangunan yang bersifat strategis, keahlian dalam mengelola dan
menggerakkan sumber daya yang dimiliki desa guna optimalisasi
pembangunan Desa Pao. Yang menjadi indikator kompetensi partisipan disini
yaitu kemampuan kerja dan dipengaruhi juga dari tingkat pendidikan
partisipan.
4. Kesepakatan, Komitmen, dan Insentif Koordinasi, yaitu pernyataan-pernyataan
atau kontrak perjanjian kedua belah pihak, yakni BPD dan Pemerintah Desa
Pao dalam bentuk kesepakatan program-program pembangunan infrastruktur
yang lahir dari rapat atau musyawarah, komitmen diartikan sebagai
kepercayaan dan penerimaan terhadap hasil kesepakatan serta kemauan untuk
mengusahakan terwujudnya pembangunan infrastruktur desa yang optimal,
insentif diartikan sebagai kompensasi, gaji atau tunjangan yang diperoleh oleh
30
anggota Badan Permusyawaratan Desa serta aparat Pemerintah Desa Pao saat
melakukan koordinasi untuk pembangunan desa.
5. Kontinuitas Perencanaan, yaitu keberlanjutan dari proses pembangunan yang
terjadi di desa Pao sebagai hasil koordinasi yang terjadi antara Pemerintah
Desa Pao dengan Badan Permusyawaratan Desa Pao. Yang menjadi indikator
kontinuitas perencanaan disini yaitu ada tidaknya umpan balik dari objek
pembangunan yang dalam hal ini adalah masyarakat desa Pao dan subjek
pembangunan yang dalam hal ini yaitu BPD bersama Pemerintah Desa Pao.
Pemerintah Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa melakukan interaksi
dengan masyarakat sehingga terjadi proses umpan balik atau penyerapan
aspirasi masyarakat sehingga kedepannya dapat ditentukan program-program
apa saja yang akan dibahas dalam musyawarah selanjutnya.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian yang dibutuhkan pada penelitian ini kurang lebih selama 2
(dua) bulan. Lokasi penelitian berada di desa Pao karena peneliti melihat
koordinasi yang terbangun antara pemerintah desa dengan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Pao belum berjalan optimal, terbukti dari anggota
BPD yang tidak memiliki fasilitas berupa sekretariat atau ruangan kerja serta
anggota BPD jarang datang ke kantor desa untuk menyampaikan aspirasi
mayarakat, sehingga komunikasi antarapemerintah desa dengan BPD tidak terjalin
maksimal, peneliti juga ingin melihat bagaimana pelaksanaan pembangunan di
Desa Pao khususnya berkaitan dengan pembangunan infrastruktur.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan alasan untuk
mengetahui bagaimana koordinasi yang terjalin antara BPD dengan pemerintah
desa Pao. Penelitian kualitatif ini, mencakup penggunaan subjek yang dikaji dan
dikumpulkan dari berbagai studi kasus, wawancara,pengamatan pribadi, serta
visual yang menggambarkan makna keseharian.
Adapun tipe penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif. Alasan peneliti
menggunakan tipe penelitian ini adalah untuk menggambarkan secara deskriptif
bagaimana koordinasi antara BPD dengan pemerintah desa Pao. Deskriptif
digunakan untuk mengkaji permasalahan berdasarkan fenomena aktual dan
32
faktual yang terjadi di lapangan, sehingga penelitian ini tidak hanya
mengumpulkan data saja tetapi juga menganalisis data yang diperoleh di
lapangan.
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini ada 2 (dua), yaitu:
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari informan yang
bersangkutan dengan cara wawancara untuk mendapatkan jawaban atau
informasi yang berkaitan dengankoordinasi antara Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) dengan pemerintah desa Pao.
2. Data Sekunder, yang diperoleh dari literaturdan dokumen serta data yang
diambil dari studi pustaka berupa sejumlah buku, literatur, serta tulisan karya
ilmiah yang mendukung penelitian ini.
D. Informan Penelitian
Adapun informan dalam penelitian ini diambil dari beberapa unsur yang
terlibat dalam proses koordinasi yaitu Kepala Desa Pao beserta Perangkat Desa
Pao, Ketua Badan Permusyawaratan Desa Pao beserta anggota dan masyarakat
dari Desa Pao itu sendiri. Para informan tersebut merupakan informan kunci yang
dianggap mengetahui dan terlibat langsung dalam koordinasi guna pembangunan
di Desa Pao. Para informan penelitian tersebut dianggap peneliti bisa menjadi
sumber untuk menggali informasi yang dibutuhkan untuk melihat sejauh mana
jalnnya koordinasi yang terjalin antara Badan Permusyawaratan Desa dengan
33
Pemerintah Desa Pao dalam pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan di
Desa Pao. Lebih jelasnya informan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel : 3.1
Informan Penelitian
No Informan Jumlah
1 Kepala Desa Pao 1
2 Pegawai Desa Pao 1
3 Ketua BPD Pao 1
4 Masayarakat setempat 2
Total 5
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini,menggunakan:(1)
Wawancara; (2) Studi dokumentasi; (3) Media review; dan (4) Observasi.
1. Wawancara
Dilakukan guna memperoleh data primer tentang koordinasi yang terjalin
antara Badan Permusywaratan Desa dengan Pemerintah Desa Pao. Lebih
jelasnya, peneliti akan melakukan wawancara bersama informan penelitian
yang telah ditentukan sebelumnya yaitu dengan Kepala Desa Pao sebagai
perwakilan dari pihak pemerintah desa Pao, pegawai desa Pao juga dari pihak
penerintah Desa Pao, ketua BPD Pao sebagai perwakilan dari BPD Pao, serta
wawancara bersama masyarakat setempat. Dari hasil wawancara bersama para
informan tersebut nantinya hasil wawancara tersebut akan diolah dan
dipaparkan untuk melihat koordinasi yang terjalin antara BPD dengan
34
Pemerintah Desa Pao dalam kaitannya dengan pelaksanaan pembangunan
infrastruktur di Desa Pao.
2. Studi dokumentasi
Dilakukan guna mendapatkan data sekunder dengan cara melakukan kajian
terhadap data-data dokumen pribadi dan dokumen resmi, baik visual maupun
berupa tulisan yang berkaitan dengan masalah penelitianberupa catatan-catatan
atau pengambilan gambar yang ada di lokasi penelitian untuk dijadikan
referensi sumber yang relevan dengan penelitian ini. Peneliti turun langsung ke
lokasi penelitian dan melihat dokumen dari kantor desa pao berkaitan dengan
pelaksanaan koordinasi untuk pembangunan di Desa Pao. Peneliti juga terjun
ke lokasi pelaksanaan pembangunan infrastruktur di Desa pao dan melakukan
dokumentasi berupa pengambilan gambar
3. Observasi
Melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitiansecara berulang terhadap
suatu objek pengamatan pada tempat yang sama ataupun berbeda. Observasi
difokuskan pada pengamatan langsung terhadap masalah-masalah yang terjadi
di Desa Pao khususnya permasalahan koordinasi BPD dengan Pemerintah Desa
dalam hal pembangunan desa. Peneliti melakukan pengamatan mengenai
komunikasi anatara BPD dengan Pemerintah Desa Pao , tingkat kesadaran
antara BPD dan Pemerintah Desa Pao akan pentingnya melakukan koordinasi,
kemampuan kerja, komitmen dari BPD dan pemerintah Desa pao, kesepakatan-
kesepakatan yang diambil serta hal-hal lain yang berkaitan dengan jalannya
koordinasi antara BPD dengan Pemerintah Desa pao.
35
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data interaktif dari Miles dan Huberman (1992: 20), yaitu: (1) Reduksi
data (data reduction), denganmerangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan pola dari data; (2)
Penyajian data (data display), menyajikan data yang dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antarkategori, dan sebagainya; dan (3) Penarikan
kesimpulan (verification), penarikan kesimpulan terhadap makna-makna yang
muncul dari data.
Gambar 3.1:
Model Analisis Data Interaktif dari Miles dan Huberman (1992: 20)
G. Pengabsahan Data
Pengabsahan data dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan metode dari
Sugiyono (2014: 270) yaitu :(1) Perpanjangan pengamatan; (2) Peningkatan
ketekunan peneliti; dan (3) Triangulasi. Lebih jelasnya dipaparkan sebagai
berikut:
Data
Reduction
Data Display
Display
Conclusions:
Drawing/Verifying
Drawing/Verifying
Data Collection
Collection
36
1. Perpanjangan pengamatan
Peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, mewawancara kembali
sumber data, baik yang pernah ditemui maupun yang baru. Hal ini dilakukan
guna menguatkan hubungan peneliti dengan narasumber agar terbangun
kondisi yang akrab, terbuka, dan saling memercayai, sehingga dapat menggali
dan mendapatkan informasi yang tepat.
2. Peningkatan ketekunan peneliti
Melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan, sehingga
kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan
sistematis. Dengan meningkatkan ketekunan tesebut, maka peneliti akan
melakukan pengecekan kembali untuk melihat apakah data yang telah
ditemukan sudah benar atau tidak.
3. Triangulasi
Memeriksa keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
tersebut. Tringulasi dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu: (a)Triangulasi
sumber, dengan menguji kredibilitas data melaluipengecekan data yang telah
diperoleh dari beberapa sumber; (2) Triangulasi teknik, dengan menguji
kredibilitas data melalui pengecekan data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda; dan (3)Tringulasi waktu, dengan menguji kredibilitas
data melalui pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam
waktu atau situasi berbeda.
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Kondisi Geografis Desa Pao
Desa Pao merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Tombolo
Pao, tepatnya bagiantimur Kabupaten Gowa dengan jarak kurang lebih 105 KM
dari kota Sungguminasa dan berjarak 2 KM dari ibu kota kecamatan serta
mempunyai luas wilayah kurang lebih 25, 17 KM, dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut:
a. Sebelah utara : kelurahan Tamaona
b. Sebelah timur : Desa Tabbinjai
c. Sebelah barat : Desa Erelembang
d. Sebelah selatan : Kabupaten Bone
Desa pao mempunyai daerah pegunungan dengan ketinggian 600-1.750 M
dari permukaan laut, karena Desa Pao adalah daratan tinggi maka sangat cocok
dengan perkembangan tanaman pangan. Meskipun Desa pao merupakan daratan
tinggi, cuaca air hujan tergolong tinggi yang berakibat baik yaitu tersedianya
pasokan air minum dan air irigasi yang sangat memadai sepanjang tahun,
walaupun saluran irigasi untuk persawahan atau untuk mengairi kebun petani
masih menggunakan saluran air tradisional sehingga kadang tidak mencukupi di
musim kemarau.
Desa Pao terdiri dari 4 dusun yaitu Dusun Pao, Dusun Lembang, Dusun
Bangkeng Batu dan Dusun Pattallassang. Pusat pemerintahan Desa Pao terletak di
38
Dusun Pao. Terdapat 2 dusun yang terletak di seberang sungai yaitu dusun
Pattallassang dan dusun Bangkeng Batu, sehingga untuk menjangkau 2 dusun
tersebut sangat sulit, terlebih lagi ketika musim hujan tiba. Hal ini yang
dikarenakan sebahagian besar akses jalan masih jalan tanah, dengan keadaan jalan
yang belum baik dapat meresahakan warga karena jalan menjadi licin dan
berlumpur.
2. Keadaan Sosial Dan Ekonomi
Desa pao merupakan desa yang kaya akan sumber daya air karena di setiap
dusun terdapat beberapa sumber mata air dan sungai sehingga warga Desa Pao
memanfaatkan aset sumber daya Alam tersebut. Pemenuhan air untuk lahan
pertanian berasal dari mata air dan sungai yang ada disekitar persawahan, akan
tetapi yang menjadi kendala adalah terkadang persawahan kekurangan air karena
sarana pengairan masih kurang.
Penduduk Desa Pao pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani
sawah dan petani sayur, disamping itu pula sebagian dari mereka bekerja sebagai
perternak. Sebagian kecil warga berdagang hasil tanaman seperti berdagang
eceran dipasar dan sebahagian berdagang antar kabupaten dan sampai keluar
provinsi. Selain itu,sebagian masyarakat Desa Pao juga bergelut dibidang
pemerintahan dan sebagai tenaga pengajar (PNS). Sebagian masyarakat Desa Pao,
ada juga yang memiliki dua pekerjaan (pokok dan sampingan) yakni ada yang
bekerja sebagai petani sawah dan berternak sapi, kemudian ada juga yang bekerja
dibidang pemerintahan sekaligus bekerja sebagai petani.
Adapun jumlah penduduk Desa Pao dapat dilihat pada tabel berikut:
39
Tabel : 4.1
Jumlah Pendudk Desa Pao
NO DUSUN
JUMLAH PENDUDUK
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 PAO 167 175 343
2 LEMBANG 334 379 708
3 PATTALLASSANG 378 349 724
4 BANGKENG BATU 317 318 599
TOTAL 1.196 1.221 2.417
Sumber : KAUR Administrasi Desa Pao, diolah 25 Desember 2019
3. Iklim dan Curah Hujan
Iklim Desa Pao pada umumnya memiliki suhu rata-rata berkisar antara 15°C
sampai 25°C dengan tingkat curah hujan yang sangat tinggi. Curah hujan ini
kadang tidak sesuai dengan ketentuan musim atau tidak terdeteksi. Terjadinya
pergantian musim yang tidak menentu, tidak menghalangi masyarakat Desa Pao
untuk melakukan kegiatan bertani atau berkebun. Selain itu, masyarakat Desa Pao
juga biasa menperkirakan iklim dengan berpatokan pada kitab lontara’ yang
ditulis oleh nenek moyang dan para pendahulunya yaitu dengan menafsirkan
bahwa bulan Oktober hingga bulan Maret merupakan musim hujan dan bulan
April hingga bulan September merupakan musim kemarau.
Penggunaan tanah sebagai lahan pertanian di Desa Pao yaitu berdasarkan
hak garap karena warga masyarakat mengolah tanah/lahan secara bergilir. Tanah
tersebut digilir satu tahun, dua tahu, tiga tahun atau bahkan ada yang puluhan
tahun yang diatur secara adat, tanah tersebut dimanfaatkan masyarakat untuk
40
ditanami padi ataupun sayuran. Desa Pao juga memiliki kawasan hutan yang
sangat luas yang beraneka ragam tanaman yang ada didalamnya seperti kayu
Pinus, kayu Asa, kayu Tumea, rotan dan lain sebagainya. Masyarakat
memanfaatkan hasil hutan dengan menyadap pinus dan menjual kepihak
pengusaha, rata-rata mereka menyadap dua kali seminggu.
4. Visi dan Misi Desa Pao
Sebagai salah satu desa di Kecamatan Tombolo Pao yang memiliki sumber
daya alam yang melimpah, tentunya Desa Pao memiliki visi dan misi yang
menjadi landasan dan tujuan dari semua unsur dan lapisan masyarakat desa Pao
guna menjamin terciptanya kehidupan desa yang sejahtera. Adapun visi misi Desa
Pao yaitu sebagai berikut:
a. Visi
Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa
depan yang diinginkan dengan meihat potensi dan kebutuhan desa. Penyusunan
visi Desa Pao inidilakukan dengna pendekatan partisipatif, melibatkan pihak-
pihak yang berkepentingan di Desa Pao seperti Pemerintah Desa, BPD, Tokoh
Masyarakat, Tokoh Agama, Lembaga Masyarakat desa, dan masyarakat Desa
pada umumnya. Pertimbangan kondisi eksternal di desa seperti satuan kerja
wilayah pembangunan di kecamatan.
Berdasarkan dari hasil penjajakan dan analisis masalah dan potensi-
potensi yang bersumber dari sumber daya alam dan sumber daya manusia
maka Desa Pao merumuskan sebuah visi yaitu:
41
“Terwujudnya Desa Pao yang handal dalam pembangunan yang adil
danmerata menuju kesejahteraan rakyat lahir dan batin dalam bingkai
semangat gotong royong untuk mengelolah seluruh potensi sumber daya
alam dan sumber daya manusia”.
Cita cita Desa Pao dari visi tersebut yaitu lahirnya kemampuan dalam
melakukan pembangunan disegala sektor yang adil dan merata bagi seluruh
lapisan masyarakat Desa Pao sehingga masyarakat Desa Pao sejahtera lahir
maupun batin dengan megedepankan nilai nilai kearifan lokal yaitu
“sikamaseang natajangpammase puang” dan nilai nilai gotong royong dengan
mengandalkan potensisumber daya alam dan sumber daya manusia.
b. Misi
Misi merupakan tujuan jangka lebih pendek dari visi yang akan
menunjang keberhasilan tercapainya sebuah visi. Dengan kata lain, misi Desa
Pao merupakan penjabaran secara operasional dan lebih mengerucut dari visi
yang telah dibuat. Untuk mencapai visi yang telah dibuat tersebut maka
dirumuskanlah misi yang akan dilaksanakan yaitu sebagai berikut:
1) Meningkatkan pelayanan prima dan transparan kepada masyarakat.
2) Menciptakan pemerintah desa yang cepat tanggap terhadap keadaan
dan situasi masyarakat dengan terjung langsung melihat situasi
masyarakat.
3) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat agar berhasil guna
mendukungkesejahteraan masyarakat.
42
4) Meningkatkan sarana dan prasarana umum guna
mendukungkesejahteraan masyarakat.
5) Pemerataan pembangunan fisik dan non fisik, sehingga tidak akan
terjadikesenjangan sosial dalam masyarakat.
6) Melengkapi sarana dan prasarana tempat ibadah dan mendorong
kegiatankeagamaan guna memupuk keimanan dan ketaqwaan serta
membentukahlakul karimah utamanya bagi putra putri kita.
7) Meningkatkan kapasitas kinerja dan kompetensi perangkat desa
melaluipendidikan dan pelatihan.
5. Gambaran Umum Tentang Badan Permusyawaratan Desa Pao
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan salah satu lembaga
masyarakat yang ada di Desa Pao selaku mitra kerja dari Pemerintah Desa yang
berkedudukan sebagai unsur legislasi, penyelenggara pemerintah desa dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat. Jalannya pemerintahan yang
dilaksanakan oleh Kepala Desa dan Perangkat Desa diawasi oleh BPD.Anggota
BPD berkedudukan sebagai wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan
wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokratis. Dalam menjalankan
tugasnya BPD mempunyai fungsi :
a. Membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desabersama Kepala
Desa.
b. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa.
c. Melakukan pengawasankinerja Kepala Desa.
43
Masa keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa yaitu selama enam tahun
terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah/janji.Anggota Badan
Permusyawaratan Desa dapat dipilih untuk masa keanggotaan paling banyak tiga
kali secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.
Jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa ditetapkan dengan jumlah
gasal, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 9 (sembilan) orang, dengan
memperhatikan wilayah, perempuan, penduduk, dan kemampuan Keuangan
Desa.Peresmian anggota Badan Permusyawaratan Desa ditetapkan dengan
keputusan Bupati/Walikota.
Adapun anggota Badan Permusyawaratan Desa Pao berjumlah 9 orang yang
terdiri atas:
a. Ketua BPD : 1 Orang
b. Wakil Ketua : 1 Orang
c. Sekretaris : 1 Orang
d. Anggota : 6 Orang
Badan Permusyawaratan Desa Pao terdiri atas beberapa komisi yang
memiliki tugas masing-masing yaitu sebagai berikut:
1) Komisi Pemerintahan
Tugas dari komisi pemerintahan, yaitu :
a) Mengajukan rancangan peraturan Desa.
b) Melakukan pembahasan terhadap rancanganperaturan desa dan
rancangan keputusan BPD yangmasuk bidang tugas masing-masing.
c) Merumuskan materi untuk bahan penyusunankeputusan pimpinan BPD.
44
d) Menyampaikan usul dan pendapat kepada pimpinanBPD.
e) Mengusulkan pembentukan dan pengangkatanKepala Desa.
2) Komisi Ekonomi dan Pembangunan
Tugas dari komisi ekonomi dan pembangunan adalah,sebagai berikut :
a) Mengawasi pengelolaan administrasikeuangan desa.
b) Ikut merumuskan bahan penyusunan APB Desa.
c) Melaksanakan penyiapan bahan perumusankebijakan
teknispengembangan ekonomi masyarakatdan potensi desa.
d) Menganalisa dan mengkaji perkembangan ekonomimasyarakat.
e) Mengawasi kegiatan admisistrasi pembangunan.
3) Komisi Kemasyarakatan
Adapun tugas dari komisi kemasyarakatan adalah,sebagai berikut :
a) Menerima, mengolah, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat yang
disampaikan sesuai dengan bidangtugasnya dan melaporkan hasilnya
pada pimpinan.
b) Mengadakan rapat kerja dan dengar pendapat.
c) Ikut menjaga nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadatmasyarakat
setempat.
d) Melaksanakan kegiatan penataan kelembagaanmasyarakat untuk
kelancaran penyelenggaraanpemerintahan desa.
e) Penyiapan bahan untuk pelaksanaan programkegiatan keagamaan.
f) Penyiapan dan pelaksanaan program perkembangankehidupan
beragama.
45
g) Penyiapan bahan dan pelaksanaan program,pemberdayaan masyrakat
dan sosialkemasyarakatan.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai keanggotaan BPD Pao dapat dilihat
pada struktur pengurus sebagai berikut:
Gambar 4.1
Bagan Struktur Pengurus BPD Pao
6. Gambaran Umum Tentang Pemerintah Desa Pao
KETUA
Arifin Juddin
WAKIL KETUA
Aziz Tarra
KOMISI
KEMASYARAKATAN
1. Sudarsono
2. Yunus
KOMISI EKONOMI
& PEMBANGUNAN
1. Sunusi
2. Sahruddin Paola
KOMISI
PEMERINTAHAN
1. Nuzulul Haq S.Pd
2. Muh Saleh
SEKERTARIS
Niswati
46
Dalam Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa, disebutkan bahwa
yang dimaksud Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan
nama lain yang dibantu olehPerangkat Desa.
Adapun tugas dari masing-masing unsur Pemerintah Desa Pao, yaitu
sebagai berikut:
a. Kepala Desa
Kepala Desa memiliki tugas-tugas yaitu;
1) Menyelenggarakan Pemerintahan Desa;
2) Melaksanakan Pembangunan Desa;
3) Pembinaan kemasyarakatan Desa; dan
4) Pemberdayaan masyarakat Desa.
b. Sekertaris Desa
Tugas dari Sekertaris Desa yaitu sebagai berikut:
1) Pelaksanaan urusan surat menyurat, kearsipan dan pelaporan;
2) Pelaksanaan administrasi pemerintahan, pembangunan kemasyarakatan
dan pemberdayaan masyarakat;
3) Koordinator kegiatan Perangkat Desa;
4) Pengumpulan dan pengolahan bahan evaluasi data dan perumus
program serta petunjuk untuk keperluan pembinaan penyelenggaraan
tugas pemerintahan, pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan
pemberdayaan masyarakat;
5) Pelayanan masyarakat di bidang administrasi pemerintahan,
pembangunan dan kesejahteraan masyarakat;
47
6) Penyusunan program kerja tahunan dan pelaporannya;
7) Pelaksanaan tugas dan fungsi Kepala Desa apabila Kepala Desa
berhalangan melakukan tugasnya; dan
8) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa.
c. Kepala Urusan Administrasi
Tugas dari Kepala Urusan Administrasi, yaitu:
1) Penyusunan rencana dan penyelenggaraan administrasi umum;
2) Penyusunan program dan penyelenggaraan ketatausahaan;
3) Penyusunan program dan penyelenggaraan kearsipan;
4) Pelaporan dan evaluasi penyelenggaraan urusan administrasi; dan
5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa dan Sekertaris
Desa.
d. Kepala Urusan Keuangan
Tugas dari Kepala Urusan Keuangan yaitu:
1) Penyusunan program dan kebijakan pemerintah desa dalam rangka
penyelenggaraan keuangan desa;
2) Penyusunan program dan perencanaan kegiatan meliputi pengumpulan
bahan, data dan potensi dalam rangka penyelenggaraan keuangan desa;
3) Penyusunan program dan perencanaan kegiatan dalam rangka pelayanan
kepada masyarakat, dan penyelenggaraan keuangan desa;
4) Penyusunan data dan bahan laporan penyelenggaraan keuangan desa;
5) Pelaporan, monitoring dan evaluasi penyelenggaraan keuangan desa; dan
48
6) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa dan Sekertaris
Desa.
e. Kepala Urusan Umum
Tugas Kepala Urusan Umum yaitu:
1) Penyusunan program dan kebijakan pemerintah desa dalam rangka
penyelenggaraan urusan umum meliputi ketatausahaan, Aparat Desa,
perlengkapan dan rumah tangga;
2) Penyusunan program dan perencanaan kegiatan meliputi pengumpulan
bahan, data dan potensi dalam proses penyelenggaraan urusan umum;
3) Penyusunan program dan perencanaan kegiatan dalam rangka pelayanan
kepada masyarakat, penyelenggaraan urusan umum;
4) Penyusunan datadan bahan laporan penyelenggaraan urusan umum;
5) Pelaporan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan urusan umum; dan
6) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa dan Sekertaris
Desa.
f. Kepala Seksi Pemerintahan
Kepala Seksi Pemerintahan merupakan bagian dari pelaksana teknis
Pemerintah Desa yang memiliki tugas yaitu:
1) Penyusunan program dan kebijakan pemerintah desa dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan umumdan pelayanan masyarakat;
2) Penyusunan program dan perencanaan kegiatan meliputi pengumpulan
bahan, data dan potensi dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
umum;
49
3) Penyusunan program dan perencanaan kegiatan dalam rangka pelayanan
kepada masyarakat, penyelenggaraan pemerintahan, ketentraman dan
ketertiban masyarakat;
4) Penyusunan program dan perencanaan pengadministrasian kependudukan
dan catatan sipil;
5) Penyusunan data dan bahan laporan penyelenggaraan pemerintahan;
6) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan;
7) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa dan Sekertaris
Desa.
g. Kepala Seksi Pembangunan
Tugas dari Kepala Seksi Pembangunan Yaitu:
1) Penyusunan program dan kebijakan pemerintah desa dalam rangka
penyelenggaraan pemebangunan dan pelayanan masyarakat;
2) Penyusunan program dan perencanaan kegiatan meliputi pengumpulan
bahan, data dan potensi dalam rangka penyelenggaraan pembangunan
meliputi infrastruktur perekonomian, produksi dan pertanian;
3) Penyusunan program dan perencanaan kegiatan dalam rangka pelayanan
kepada masyarakat, penyelenggaraan pembangunan;
4) Penyusunan data dan bahan laporan penyelenggaraan pembangunan;
5) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pembangunan;
6) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa dan Sekertaris
Desa.
h. Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat
50
Tugas dari Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat yaitu:
1) Penyusunan program dan kebijakan pemerintah desa dalam rangka
penyelenggaraan kesejahteraan rakyat;
2) Penyusunan program dan perencanaan kegiatan meliputi pengumpulan
bahan, data dan potensi dalam rangka penyelenggaraan kesejahteraan
rakyat;
3) Penyusunan program dan perencanaan kegiatan dalam rangka pelayanan
kepada masyarakat, penyelenggaraan kesejahteraan rakyat;
4) Penyusunan data dan bahan laporan penyelenggaraan kesejahteraan
rakyat;
5) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan kesejahteraan
rakyat; dan
6) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa dan Sekertaris
Desa.
i. Pelaksana Kewilayahan (Kepala Dusun)
Adapun tugas dari Pelaksana Kewilayahan atau Kepala Dusun yaitu:
1) Pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan
serta ketentraman dan ketertiban di wilayahnya;
2) Pelaksanaan kebijakan Kepala Desa di wilayahnya;
3) Pembinaan kerukunan warg, swadaya gotong royong di wilayahnya;
4) Penyuluhan program pemerintah di wilayahnya; dan
5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa.
51
Untuk lebih jelasnya mengenai susunan struktur kepengurusan pemerintah
Desa Pao dapat dilihat pada bagan pengurus berikut
Gambar 4.2 Struktur Pemerintahan Desa Pao
B. Koordinasi Badan Permusyawaratan Desa Dengan Pemerintah Desa
Dalam Pembangunan Infrastruktur di Desa Pao
Berdasarkan beberapa teori, diketahui bahwa koordinasi merupakan suatu
proses kerjasama antar unit atau bagian yang menciptakan keharmonisan kerja
dalam melakukan proses kegiatan dalam mencapai tujuan bersama. Hal senada
juga dikemukakan oleh Awaluddin Djamin (dalam Hasibuan 2007:85)
KEPALA DESA
MUH.BASRI
SEKERTARIS DESA
FIRMAN ARIFIN S.Sos
KAUR
UMUM
RISNA AGUSTINA
S.H.I
KAUR
KEUANGAN
SUHARDI
S.Sos
KAUR
ADMINISTRASI
NURBAETI
S.Kom
KASI
PEMBANGUNAN
FAHRUNNISA
KASI
KESEJAHTERAAN
MARDIANA S.Pd
KASI
PEMERINTAHAN
AKBAR
KEPALA DUSUN
PATTALLASSANG
ABD. JABBAR
KEPALA DUSUN
BANGKENG BATU
ABD. HAMID LINTA’
KEPALA DUSUN
PAO
SALLATANG. P. LEWA
KEPALA DUSUN
LEMBANG
M. YASIN TIKA
LPM
BPD
52
mengartikan koordinasi sebagai suatu usah kerjasama antara badan, instansi, unit
dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu sedemikian rupa, sehingga terdapat saling
mengisi, saling membantu dan saling melengkapi. Menurut Handayaningrat ada
lima indikator yang dapat dilihat guna mengukur suatu proses koordinasi yaitu
1)Komunikasi, 2)Kesadaran Pentingnya Koordinasi, 3)Kompetensi Partisipan,
4)Kesepakatan, Komitmen dan Insentif Koordinasi, dan 5)Kontinuitas
Perencanaan. Kelima indikator tersebut dianalisis untuk melihat koordinasi antara
Badan Permusyawaratan Desa dengan Pemerintah Desadalam pembangunan
infrastruktur di Desa Pao Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa dengan lebih
khusus berkaitan dengan pembangunan infrastruktur fisik seperti jalan desa,
pembangunan infrasrruktur objek wisata bantimurung gallang, pembangunan
jamban, rehab embung danlain-lainsebagai berikut:
1. Komunikasi
Komunikasi, yaitu proses interaksi langsung dan perpindahan informasi
antara Badan Permusyawaratan Desa dengan Pemerintah Desa guna membahas
mengenai pembangunan infrastruktur yang akan dan telah dilaksanakan di Desa
Pao Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa. Komunikasi disini terwujud
dalam pertemuan-pertemuan atau musyawarah yang bersifat formal maupun non
formal antara Badan Permusyawaratan Desa dengan Pemerintah Desa Pao.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Pao (Muh Basri) di
kantor Desa Pao mengatakan bahwa:
“ ya selaluji melakukan komunikasi dengan BPD. BPD itu selalu juga
mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat kalau keluar ke wilayahnya
masing-masing kan kita disini ada 9 anggota BPD itu mewakili masyarakat.
Juga ada namanya reses jadi BPD itu turun ke masyarakat menyampaikan
53
bahwa hasil-hasil pembangunan yang dibangun saat ini, kemudian BPD
turun ke masyarakat mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat, setelah itu
diadakan rapat , disitu BPD menyampaikan kepada Kepala Desa keluhan-
keluhan masyarakat, bagaimana jalan keluarnya, sehingga BPD
menyelenggarakan musyawarah Desa. Musyawarah desa itu yang dibahas
tentang keluhan-keluhan masyarakat. Selain itu kita juga biasa ketemu-
ketemu diluar pertemuan resmi, disitu dibahas masalah pembangunan,
masalah keamanan dan ketertiban. Itu kalau ada acara-acara di masyarakat
kita juga cerita-cerita disitu.“(wawancara dengan MB, tamggal 3 Januari
2020).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Pao tersebut, diketahui
bahwa komunikasi antara Pemerintah Desa Pao dengan BPD sudah terjalin
dengan baik dalam bentuk musyawarah. Bahkan komunikasi yang terjalin tidak
hanya bersifat resmi tetapi juga terjalin diluar-forum-forum resmi seperti
pertemuan di acara atau kegiatan yang diadakan masyarakat. Dalam pertemuan-
pertemuan tersebut membahas hal-hal yang berkaitan dengan Desa Pao seperti
masalah pembangunan, keamanan dan ketertiban Desa.
Hal senada juga disampaikan oleh ketua Badan Permusyawaratan Desa Pao
(Arifin Juddin) mengatakan bahwa:
“Intensji komunikasinya , baik secara silaturahmi maupun secara dinas,
seringji diadakan. Tapi memang ya terus terang saya akui bahwa karena
tidak ada kita punya sekertariat kadang-kadang pribadi di rumahnya kepala
desa atau kalau bertamu ke kantor desa disitu diadakan komunikasi,
disamping ya dalam forum-forum resmi misalnya ada rapat yang
diselenggarakan oleh pemerintah desa dalam hal ini ataukah yang diinisiasi
oleh BPD itu sendiri. Ya kalau pemerintah desa yang berinisiatif berarti dia
yang mengundang BPD sebaliknya kalau BPD yang berinisiatif berarti dia
yang mengundang Pemerintah Desa dan tempatnya selalu karna tidak ada
kita punya tempat ya satu-satunya semuanya di kantor Desa di balai desa
dalam hal ini. Kalau kita di desa kan ada namanya semacam kegiatan rutin
yang sudah terpola seperti itu, artinya haruski, pertama mulai dari
perencanaan pembangunan, musrembang namanya, yang rutin itu antara
lain kegiatan musrembang, rapat penyusunan rencana kerja pemerintah,
penyusunan RKA (rencana kerja anggaran) yang terakhir itu pembahasan
dan penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, rutin itu dalam satu
54
tahun. Masih ada lagi, bukan cuma empat tapi saya lupa-lupa lagi”.
(Wawancara dengan AJ, tanggal 23 Desember 2019).
Dari hasil wawancara dengan Ketua BPD tersebut, diketahui bahwa
komunikasi antara BPD dengan Pemerintah Desa Pao sudah terjalin dalam bentuk
formal ataupun dalam bentuk silaturahmi. Anggota BPD sering berkunjung ke
rumah Kepala Desa untuk membahas hal-hal berkaitan dengan Desa Pao. Akan
tetapi karena tidak adanya sekretariat dari BPD Pao, maka sedikit menghambat
pelaksanaan tugas dari BPD Pao.
Berkaitan dengan komunikasi antara BPD dengan Pemerintah Desa Pao
mengenai pembangunan infrastruktur untuk tahun anggaran 2019 telah diadakan
rapat formal pada tanggal 26 Juni 2018 dengan agenda musyawarah desa
penyusunan rencana pembangunan desa Pao tahun anggaran 2019, dimana pada
rapat tersebut, hadir dari pihak Pemerintah Desa Pao serta jajaran, anggota Badan
Permusyawaratan Desa Pao, perwakilan lembaga kemasyarakatan, tokoh
masyarakat, agama, pemuda, pendidik, perempuan. Rapat tersebut menghasilkan
kesepakatan pembentukan tim perumus Rencana Kerja Pemerintah Desa
(RKPDes) tahun anggaran 2019.
Menindaklanjuti hasil musyawarah penyusunan rencana pembangunan desa
Pao tahun anggaran 2019 tersebut, selanjutnya pada tanggal 27 juli 2018 diadakan
musyawarah perencanaan pembangunan (MUSREMBANG) desa tahun anggaran
2019 yang dihadiri oleh Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
(PMD) Kab. Gowa, Babinkantibmas, BPD, Kepala desa, perangkat desa, tokoh
masyarakat, agama, pemuda, serta kelompok masyarakat. Pada rapat tersebut
terdapat beberapa poin kesepakatan, diantaranya disepakati untuk melaksanakan
55
program di bidang pembangunan yaitu: pengerjaan rapat beton Dusun Lembang,
pembangunan embunt atau bendung irigasi lembang lompoa di Dusun Lembang
dan pembangunan balai pelatihan masyarakat
Dari musyawarah perencanaan pembangunan tersebut, pada tanggal 28
September 2019 kembali diadakan musyawarah dengan agenda penetapan
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) desa Pao tahun anggaran 2019 yang dihadiri
oleh pihak Pemerintah Desa Pao serta jajaran, anggota Badan Permusyawaratan
Desa Pao, perwakilan lembaga kemasyarakatan, tokoh masyarakat, agama,
pemuda, pendidik, perempuan dan perwakilan kelompok masyarakat. Pada
musyawarah tersebut disetujui seluruh rencana kerja pemerintah desa Pao tahun
anggaran 2019.
Adapun program-program pembangunan infrastruktur yang dibahas dalam
musyawarah tersebut diantaranya:
a. Pembangunan rapat beton lembangia yang direncanakan akan dibangun
sepanjang 100 meter dengan biaya Rp. 70.000.000,00 dan telah terealisasi
sepanjang 200 meter pada bulan April 2019 oleh Pelaksana Pengelola
Keuangan Desa (PPKD). Adapun komunikasi antara BPD dengan
Pemerintah Desa terkait program ini telah terjalin dalam musyawarah desa
penyusunan rencana pembangunan desa Pao pada tanggal 26 Juni 2018
yang dihadiri sebanyak 46 orang dimana seluruh anggota BPD hadir serta
mayoritas jajaran Pemerintah Desa mulai dari Kepala Desa hingga RT serta
tamu undangan lainnya. Kemudian program ini kembali dibahas dalam
musyawarah perencanaan pembangunan pada tanggal 27 Juli 2018 yang
56
dihadiri 62 orang yang diantaranya 7 orang anggota BPD, jajaran
Pemerintah Desa Pao serta kelompok masyarakat dan tamu undangan
lainnya.
b. Pembangunan rapat beton Pattallassang-Bangkengbatu yang direncanakan
akan dibangun sepanjang 500 meter dengan biaya Rp. 400.000,00 hanya
terealisasi sepanjang 250 meter pada bulan September 2019 oleh PPKD.
Adapun komunikasi antara BPD dengan Pemerintah Desa terkait program
ini juga telah terjalin dalam musyawarah desa penyusunan rencana
pembangunan desa Pao pada tanggal 26 Juni 2018 yang dihadiri sebanyak
46 orang dimana seluruh anggota BPD hadir begitupun mayoritas jajaran
Pemerintah Desa mulai dari Kepala Desa hingga RT serta tamu undangan
lainnya. Kemudian program ini kembali dibahas dalam musyawarah
perencanaan pembangunan pada tanggal 27 Juli 2018 yang dihadiri 62
orang yang diantaranya 7 orang anggota BPD, jajaran Pemerintah Desa Pao
serta kelompok masyarakat dan tamu undangan lainnya.
c. Rehab jembatan swadaya Bolatoa yang direncanakan sepanjang 500 meter
dengan biaya Rp. 5.000.000,00 telah terealisasi pada bulan September 2019
oleh PPKD. Adapun komunikasi antara BPD dengan Pemerintah Desa
terkait program ini juga telah terjalin dalam musyawarah desa penyusunan
rencana pembangunan desa Pao pada tanggal 26 Juni 2018 yang dihadiri
sebanyak 46 orang dimana seluruh anggota BPD hadir serta mayoritas
jajaran Pemerintah Desa mulai dari Kepala Desa hingga RT serta tamu
undangan lainnya. Kemudian program ini kembali dibahas dalam
57
musyawarah perencanaan pembangunan pada tanggal 27 Juli 2018 yang
dihadiri 62 orang yang diantaranya 7 orang anggota BPD, jajaran
Pemerintah Desa Pao serta kelompok masyarakat dan tamu undangan
lainnya.
d. Rehab embung yang direncanakan sebanyak 2 unit namun program ini tidak
terealisasi padahal telah dibahas pada musyawarah perencanaan
pembangunan pada tanggal 27 Juli 2018 yang dihadiri 62 orang yang
diantaranya 7 orang anggota BPD, jajaran Pemerintah Desa Pao serta
kelompok masyarakat dan tamu undangan lainnya.
e. Pembangunan rapat beton jalan akses wisata air terjun Bantimurung Gallang
yang direncanakan sepanjang 120 meter dengan biaya Rp. 80.000.000,00
telah terealisasi pada bulan Oktober 2019 oleh PPKD. Adapun komunikasi
antara BPD dengan Pemerintah Desa terkait program ini juga telah terjalin
dalam musyawarah perencanaan pembangunan pada tanggal 27 Juli 2018
yang dihadiri 62 orang yang diantaranya 7 orang anggota BPD, jajaran
Pemerintah Desa Pao serta kelompok masyarakat dan tamu undangan
lainnya. Program ini dibahas kembali dalam musyawarah desa penetapan
Rencana Kerja Pemerintah pada tanggal 28 September 2018 yang dihadiri
44 orang dimana seluruh anggota BPD hadir, hadir pula mayoritas aparat
Pemerintah Desa Pao serta tamu undangan lainnya.
Beberapa program pembangunan infrastruktur lain juga telah terealisasi
sesuai rencana seperti pembangunan plat dekker, pembangunan balai
kemasyarakatan serta pembangunan jamban keluarga.
58
Selain itu, dari wawancara dengan Kepala Urusan Administrasi (Nurbaeti
S.Kom), berkaitan dengan komunikasi antara BPD dengan Pemerintah Desa Pao,
mengatakan bahwa:
“iya seringji itu bapak Kepala Desa dengan BPD berkomunikasi disini di
Balai Desa. Biasanya itu dalam bentuk musyawarah jadi kita undang BPD,
para kepala Dusun dan tokoh masyarakat untuk membahas mengenai
pembangunan, keluhan-keluhan masyarakat dan lain-lain”(wawancara
dengan N, tanggal 6 Januari 2020).
Dari hasil wawancara dengan Kepala Urusan Administrasi Desa Pao
tersebut, diketahui bahwa komunikasi yang terjalin antara Pemerintah Desa pao
dengan BPD terjalin dalam bentuk musyawarah. Dalam musyawarah tersebut juga
diundang beberapa tokoh masyarakat, serta para Kepala Dusun. Musyawarah
dilakukan untuk membahas mengenai perencanaan pembangunan, pemecahan
permasalahan atau keluhan-keluhan masyarakat dan lain-lain.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara bersama dengan beberapa
narasumber di atas diketahui bahwa komunikasi yang terjalin antara Badan
Permusyawaratan Desa dengan Pemerintah Desa Pao secara umum sudah terjalin
dengan baik dalam beberapa musyawarah yang telah diadakan meskipun tidak ada
sekertariat yang dimiliki oleh Badan Permusyawaratan Desa Pao namun hal
tersebut tidak menghalangi komunikasi yang terjalin.
2. Kesadaran Pentingnya Koordinasi
Kesadaran pentingnya koordinasi, yaitu tingkat kesadaran akan pentingnya
melakukan koordinasi yang dimiliki oleh setiap pihak, serta ketaatan terhadap
59
hasil pertemuan atau rapat yang telah disepakati. Adapun yang menjadi indikator
kesadaran pentingnya koordinasi disini yaitu tingkat kehadiran dari Badan
Permusyawaratan Desa Pao maupun dari aparat Pemerintah Desa Pao dalam
koordinasi yang dilaksanakan, serta tingkat ketaatan terhadap hasil kesepakatan
yang diambil dalam koordinasi.
Terkait hal tersebut, peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Desa
Pao (Muh Basri), beliau mengatakan bahwa:
“Selama ini berjalan dengan baik, hanya untuk angka seratus kan tidak
mungkin, ya 70 sampai 80 lah kalau dinilai tingkat kesadarannya. Jadi
dalam pembangunan kan ada perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan,
semuanya itu harus diadakan musyawarah. Di musyawarah itu kan dari
aparat pemerintah desa selalu hadir dan di BPD juga selalu hadir kecuali
kalau ada yang sakit. BPD itukan keterwakilan dusun dan jumlahnya setiap
dusun itu ada dua ada tiga BPD nya jadi kalau ada sakit satu diusahakan
yang lain hadir kalau musyawarah. “(wawancara dengan MB. Tanggal 3
Januari 2020).
Menurut hasil wawancara dengan Kepala Desa Pao di atas, berkaitan
dengan tingkat kesadaran akan pentingnya melakukan koordinasi antara BPD
dengan Pemerintah Desa Pao cukup baik. Dalam setiap pertemuan atau
musyawarah yang diadakan, mayoritas anggota BPD dan aparat Pemerintah Desa
Pao selalu hadir kecuali jika terkendala karena sakit.
Sehubungan dengan tingkat kesadaran pentingnya koordinasi antara BPD
dengan pemerintah desa Pao dapat dilihat dari tingkat kehadiran anggota BPD dan
aparat Pemerintah Desa dalam musyawarah yang dilaksanakan. Dimana untuk
tahun anggaran 2019 BPD bersama Pemerintah desa Pao telah melaksanakan
beberapa kali musyawarah guna membahas pembangunan infrastruktur di desa
Pao. Musyawarah tersebut diantaranya:
60
a. Musyawarah penyusunan perencanaan pembangunan desa yang
dilaksanakan tanggal 26 Juni 2018, yang dihadiri sebanyak 46 orang dimana
seluruh anggota BPD hadir serta mayoritas jajaran Pemerintah Desa mulai
dari Kepala Desa hingga RT serta tamu undangan lainnya.
b. Musyawarah perencanaan pembangunan (MUSREMBANG) desa yang
dilaksanakan tanggal 27 Juli 2018 yang dihadiri 62 orang yang diantaranya
7 orang anggota BPD, jajaran Pemerintah Desa Pao mulai dari Kepala desa
hingga RT serta kelompok masyarakat dan tamu undangan lainnya.
c. Musyawarah penetapan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) desa Pao tahun
anggaran 2019 yang dilaksanakan tanggal 28 September 2018. yang dihadiri
44 orang dimana seluruh anggota BPD hadir, begitupun mayoritas aparat
Pemerintah Desa Pao serta tamu undangan lainnya.
Pada musyawarah tersebut dari pihak BPD dan Pemerintah Desa Pao selalu
menyempatkan waktu untuk hadir bahkan pada dua kali musyawarah tersebut
seluruh anngota BPD hadir, hanya pada musyawarah perencanaan pembangunan
dari pihak BPD hanya hadir 7 orang dari 9 orang anggota keseluruhan. Begitupun
dari pihak pemerintah desa Pao, mayoritas aparatnya juga selalu menghadiri
musyawarah tersebut mulai dari Kepala Desa hingga ketua RT. Dari tingkat
kehadiran tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat kesadaraan akan pentingnya
koordinasi yang dimiliki oleh anggota BPD dan Pemerintah Desa Pao sudah baik.
Selain itu, berdasarkan wawancara denganketua Badan Permusyawaratan
Desa Pao (Arifin Juddin) mengatakan bahwa:
“Tingkat kesadarannya bagus dilihat dari kehadiran saat rapat ya semuanya
hadir kecuali memang yang berhalangan kalau sakit. Setiap ada pertemuan-
61
pertemuan formal diusahakan semuanya hadir. Kalau dari sisi pemerintah
desa, selain kepala desa, perangkatnya juga hadir seperti dengan BPD
kecuali kalau yang betul-betul berhalangan. Itu rapatnya kalau di desa itu,
khususnya kalau kita berbicara tentang BPD dengan Pemerintah Desa dalam
hal ini Kepala Desa dengan perangkatnya, kalau kami di BPD ada yang
namanya rapat internal BPD itu sendiri kemudian ada rapat musyawarah
desa, nah itu diadakan bersama dengan Pemerintah Desa. Musyawarah desa
itu macam-macam kan kita membahas tentang hal-hal yang bersifat prinsip,
hal-hal yang dianggap sangat strategis nah itu musyawarah desa namanya.
Dan itu kayak musyawarah desa itu bisa diinisiasi oleh BPD dan juga oleh
Pemerintah Desa. (Wawancara dengan AJ, tanggal 23 Desember 2019).
Menurut hasil wawancara di atas diketahui bahwa tingkat kesadaran anggota
BPD dalam melakukan koordinasi dengan Pemerintah Desa Pao sudah bagus
dilihat dari tingkat kehadiran dalam musyawarah yang diadakan.
Adapun komitmen BPD dan Pemerintah Desa Pao dalam pelaksanaan
program pembangunan tersebut dapat dilihat dari realisasi program pembangunan
infrastruktur yang telah disepakati, diantaranya:
a. Pembangunan rapat beton lembangia di Dusun Lembang yang direncanakan
akan dibangun sepanjang 100 meter dengan biaya Rp. 70.000.000,00 telah
terealisasi, bahkan melebihi rencana yakni terealisasi sepanjang 200 meter
pada bulan April 2019 oleh Pelaksana Pengelola Keuangan Desa (PPKD).
b. Pembangunan rapat beton Pattallassang-Bangkengbatu yang direncanakan
akan dibangun sepanjang 500 meter dengan biaya Rp. 400.000,00 namun
hanya terealisasi sepanjang 250 meter pada bulan September 2019 oleh
PPKD.
c. Rehab jembatan swadaya Bolatoa yang direncanakan sepanjang 500 meter
dengan biaya Rp. 5.000.000,00 telah terealisasi pada bulan September 2019
oleh PPKD.
62
d. Rehab embung yang direncanakan sebanyak 2 unit namun program ini tidak
terealisasi.
e. Pembangunan rapat beton jalan akses wisata air terjun Bantimurung Gallang
yang direncanakan sepanjang 120 meter dengan biaya Rp. 80.000.000,00
telah terealisasi pada bulan Oktober 2019 oleh PPKD.
f. Pembangunan plat dekker yang direncanakan sebanyak 5 unit dengan biaya
Rp. 65.000.000,00 namun hanya terealisasi sebanyak 3 unit pada bulan
April 2019 oleh PPKD.
g. Pembangunan balai kemasyarakatan yang direncanakan sebanyak 1 unit
dengan biaya Rp. 100.000.000,00 telah terealisasi pada bulan Juli 2019 oleh
Tim Pengelola Kegiatan (TPK)
h. Pembangunan jamban keluarga yang direncanakan sebanyak 8 unit dengan
biaya Rp. 80.000.000,00 telah terealisasi pada bulan September oleh
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).
i. Penataan taman wisata Bantimurung Gallang yang direncanakan dalam satu
kegiatan namun tidak terealisasi dan dialihkan dengan pembangunan rapat
beton akses jalan wisata air terjun Bantimurung Gallang.
Dari data diatas diketahui bahwa mayoritas program pembangunan
infrastruktur di Desa Pao telah terealisasi. Hal ini menandakan bahwa komitmen
BPD dan Pemerintah Desa Pao dalam melaksanakan hasil-hasil kesepakatan yang
diambil dalam musyawarah dapat dikatakan sudah baik. Secara umum dapat
disimpulkan bahwa tingkat kesadaran dalam melakukan koordinasi yang terjalin
antara Badan Permusyawaran Desa dengan Pemerintah Desa Pao terbilang bagus
63
dimana semua pihak yang terlibat mayoritasnya hadir dalam rapat-rapat yang
diselenggarakan, begitupun komitmen untuk melaksanakan pembangunan
infrastruktur di Desa Pao juga sudah baik.
3. Kompetensi Partisipan
Kompetensi partisipan, kemampuan kerja yang dimiliki oleh setiap anggota
baik dari Badan Permusyawaratan Desa Pao maupun aparat Pemerintah Desa Pao
untuk menunjang pembangunan di Desa Pao Kecamatan Tombolo Pao.
Kompetensi disini artinya keahlian dalam merencanakan pembangunan yang
bersifat strategis, keahlian dalam mengelola dan menggerakkan sumber daya yang
dimiliki desa guna optimalisasi pembangunan Desa Pao. Yang menjadi indikator
kompetensi partisipan disini yaitu kemampuan kerja yang dipengaruhi juga dari
tingkat pendidikan partisipan.
Berkaitan dengan hal tersebut, Kepala Desa Pao (Muh Basri) mengatakan
bahwa:
“ya kalau untuk kemampuan kerja sudah bagus, artinya bagus dalam
mengoperasionalkan komputer, kan beberapa sudah S1dan bawahan saya itu
ahli komputer semua ya yang sarjana, untuk BPD itu kan tidak ya rata-rata
hanya lulusan SMP, tapi mereka itu kerjanya bagusji kalau turun
mengadakan reses di wilayahnya masing-masing. Jadi itu mekanismenya
mereka itu sudah reses duluan sebelum diadakan musyawarah. “(wawancara
dengan MB, tanggal 3 Januari 2020)
Dari wawancara dengan Kepala Desa Pao tersebut, diketahui bahwa
kemampuan kerja dari aparat Pemerintah Desa Pao sudah terbilang baik dilihat
dari keahlian yang dimiliki dalam mengoperasikan komputer. Hal ini tidak
terlepas dari latar belakang pendidikan yang dimiliki yaitu jenjang pendidikan
64
strata satu. Hal ini tentu berdampak pada kelancaran dalam mengurus pekerjaan di
kantor desa Pao, khususnya pekerjaan yang berkaitan dengan administrasi.
Di lain pihak, Ketua Badan Permusyawaratan Desa Pao (Arifin Juddin),
mengatakan bahwa:
“ kalau kemampuan kerjanya dari kami di BPD itu kalau saya bisa nilai
sudah bagus, dalam artian saya punya anggota itu rajinji menyerap aspirasi
dari masyarakat dan seringji juga disampaikan kepada Kepala Desa, hanya
saja kalau kita nilai itu kemampuan berbicaranya di depan umum kalau ada
rapat-rapat resmi itu tidak semuanya yang aktif menyampaikan pendapat,
hanya sebagian yang aktif termasuk saya sendiri sebagai ketua. Itulah
gunanya kita punya rapat internal di BPD, disitumi kita bahas dan tentukan
apa-apa saja aspirasi masyarakat yang memang bagus untuk disampaikan
nantinya kepada kepala desa”. (Wawancara dengan AJ, tanggal 23
Desember 2019).
Berdasarkan wawancara dengan ketua BPD di atas, diketahui bahwa dari
pihak BPD sendiri bila kita lihat kemampuan kerjanya juga sudah optimal. Hal ini
dilihat dari bagaimana mereka melaksanakan tugasnya dengan sungguh-sungguh
seperti melakukan penyerapan aspirasi dari masyarakat dan aktif mengikuti
pertemuan internal yang diadakan. Walaupun begitu diketahui juga bahwa untuk
kemampuan berbicara di hadapan umum ataupun dalam rapat bersama aparat
pemerintah desa masih terbilang minim. Hal ini disebabkan rendahnya
kompetensi yang dimiliki dan dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pendidikan
mayoritas anggota BPD yang kebanyakan hanya lulusan SD dan SMP. Hal ini
terbukti ketika musyawarah sedang dilaksanakan dimana hanya beberapa orang
saja yang aktif dan berani untuk menyampaikan pendapat atau argumen mereka.
Dari wawancara dengan salah satu masyarakat Desa Pao (Nasir),
mengatakan bahwa:
65
“ anjo punna nakke ciniki bate jamana pammarentana toa ri Desa Pao iya
hajikji. Menge jato nakio mange assattu a’gotong royong. Najamaang mato
pole akrunganna ta,le ri Pattallassang na ri Bangkengbatu jari kullemi malo
otoa. Antu pole air terjung bantimurung najamami cuma tamaingngapi iya.
Mattai pole kapala desa iya kasampang rieng masyarakatna dodong ka
naantaraki sede naung attarile ri Mangkasara make otona”
Artinya: “kalau saya lihat kerjanya pemerintah kita di Desa Pao itu sudah
bagus. Kita itu sering diajak pergi bersabtu untuk gotong royong. Jalanan
kita ke Pattallassang dan ke Bangkeng Batu juga sudah dikerjakan jadi kita
sudah bisa peke mobil ke sana. Itu juga fasilitas air terjun Bantimurung
sekarang sudah diperbaiki hanya saja belum selesai. Kepala desa juga
orangnya baik karna kalau ada masyarakatnya yang sakit itu beliau antar ke
Makassar untuk berobat memakai mobilnya”.(wawancara dengan N, tanggal
6 Januari 2020).
Berdasarkan wawancara dengan salah satu masyarakat desa Pao di atas,
diketahui bahwa dari sisi masyarakat sendiri melihat kerja-kerja aparat pemerintah
desa Pao sudah cukup puas. Hal ini dilihat dari bagaimana masyarakat sering
diajak untuk melakukan gotong royong ataupun kerja bakti yakni setiap hari
sabtu. Pemerintah juga dianggap serius dalam merealisasikan program-program
pembangunan yang telah direncanakan seperti perbaikan jalan di dusun Bangkeng
Batu dan Pattallassang serta pembangunan objek wisata bantimurung gallang.
Dari hasi observasi dan wawancara bersama beberapa narasumber di atas
dapat diketahui bahwa kompetensi partisipan atau kemampuan kerja yang dimiliki
oleh Badan Permusyawaratan Desa masih belum bagus dilihat dari kemampuan
dalam mengutarakan aspirasi masyarakat dalam musyawarah yang dilaksanakan.
Hal ini tentunya dipengaruhi juga dari tingkat pendidikan mayoritas anggota BPD
yang masih minim. Sedangkan dari pihak Pemerintah Desa Pao bisa dikatakan
sudah bagus, artinya mereka paham akan tugas mereka masing-masing dan
berusaha untuk menunaikan tugas tersebut sebaik mungkin, diketahui bahwa
sebagian staf desa memiliki tingkat pendidikan yang lumayan tinggi yaitu sarjana.
66
4. Kesepakatan, Komitmen dan Insentif Koordinasi
Kesepakatan, Komitmen, dan Insentif Koordinasi, yaitu pernyataan-
pernyataan atau kontrak perjanjian kedua belah pihak, yakni BPD dan Pemerintah
Desa yang berbentuk kesepakatn program-program pembangunan infrastruktur
lahir dari pertemuan atau rapat resmi, komitmen diartikan sebagai kepercayaan
dan penerimaan terhadap hasil kesepakatan serta kemauan untuk mengusahakan
terwujudnya pembangunan infrastruktur desa yang optimal, insentif diartikan
sebagai kompensasi, gaji atau tunjangan yang diperoleh oleh anggota Badan
Permusyawaratan Desa serta aparat Pemerintah Desa Pao saat melakukan
koordinasi untuk pembangunan desa.
Terkait dengan hal tersebut, peneliti melakukan wawancara dengan Kepala
Desa Pao (Muh Basri), yang mengatakan bahwa:
“jadi pembangunan itu harus berlanjut, tidak boleh kita hentikan ini tahun
kemudian dilanjut tahun depan jadi itu harus tuntas sesuai dengan
kesepakatan awal. Misalnya kita sepakat membangun jalan seratus meter,
tidak boleh kita bangun 50 meter dulu, tahun depan 50 meter karena
anggarannya itu untuk seratus meter dalam satu tahun. Jadi apa yang
dibangun itu sesuai dengan hasil musyawarah. Kecuali kalau terjadi bencana
alam, misalnya kita mau bikin di seberang umpamanya 100 meter jalan
beton dan tiba-tiba terjadi longsor sehinnga mobil pengangkut bahan tidak
bisa lewat maka itu bisa dimusyawarahkan kembali. Kalau komitmen kita
itu dengan BPD, kita melakukan kerjasama dengan baik, mengawal ini
pembangunan supaya bisa lancar. Kita selalu berkoordinasi, kalau ada yang
mau disampaikan BPD kita berkoordinasi saja. Kalau rapat koordinasi itu
ada dananya juga, istilahnya ada uang jalan atau pembeli bensin dan ada
uang makannya juga.” (wawancara dengan MB, tanggal 3 Januari 2020).
Senada dengan itu, ketua Badan Permusyawaratan Desa Pao (Arifin Juddin),
mengatakan bahwa:
“Untuk kesepakatan kita di Desa Pao mengenai pembangunan strategis
disini sekarang itu prioritas kita untuk membangun infrastruktur jalan yang
ada di kedua dusun di seberang yaitu Bangkeng Batu dan Pattallassang dan
pengembangan objek wisata Bantimurung Gallang di dusun Pao. Jadi
67
komitmen kita dan Pemerintah Desa Pao untuk mengawal pembangunan
tersebut dan insya Allah tahun depan 2020 kita tetap lanjutkan karena itu
terus terang belum selesai.” (wawancara dengan AJ, tanngal 23 Desember
2019).
Dari hasil wawancara dengan kedua narasumber diatas, dapat diketahui
bahwa pembangunan yang menjadi prioritas utama di Desa Pao untuk sekarang
ini adalah pembangunan infrastruktur dasar, terutama dalam perbaikan jalan desa
dan pengembangan objek wisata. Pembangunan tersebut merupakan kesepakatan
yang telah diambil oleh Pemerintah Desa pao bersama dengan BPD Pao. Untuk
insentif juga telah diberikan kepada pihak yang melakukan koordinasi baik
dengan istilah uang jalan, uang pembeli bensin dan konsumsi.
Sehubungan dengan kesepakatan antara BPD dengan pemerintah desa Pao
dapat dilihat dari musyawarah yang dilaksanakan. Dimana BPD bersama
Pemerintah desa Pao telah melaksanakan beberapa kali musyawarah guna
membahas pembangunan infrastruktur di desa Pao. Musyawarah tersebut
diantaranya musyawarah penyusunan perencanaan pembangunan desa yang
dilaksanakan tanggal 26 Juni 2018, musyawarah penyusunan rancangan RKP
Desa yang dilaksanakan tanggal 27 Juni 2018, musyawarah perencanaan
pembangunan (MUSREMBANG) desa yang dilaksanakan tanggal 27 Juli 2018
serta musyawarah penetapan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) desa Pao tahun
anggaran 2019 yang dilaksanakan tanggal 28 September 2018. Adapun beberapa
poin kesepakatan yang diambil berkaitan dengan program pembangunan
infrastruktur di desa Pao dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel : 4.2
Rencana kerja kegiatan desa Pao 2019
68
No
Rencana kerja
Kegiatan Volume Biaya Waktu Pelaksana
1
Pembangunan rapat
beton lembangia
100
Meter
Rp.
70.000.000,00
April 2019
PPKD
2
Pembangunan rapat
beton Pattallassang-
Bangkengbatu
500
Meter
Rp.
400.000,00
September
2019
PPKD
3
Rehab jembatan
swadaya Bolatoa
500
Meter
Rp.
5.000.000,00
September
2019
PPKD
4
Rehab embung 2 Unit Rp.
20.000.000,00
Juni 2019
TPK
5
Pembangunan plat
dekker
5 Unit Rp.
65.000.000,00
April 2019
PPKD
6
Pembangunan balai
kemasyarakatan
1 Unit Rp.100.000,00 Juli 2019
TPK
7
Pembangunan
jamban keluarga
8 Unit Rp.
80.000.000,00
September
2019
PNPM
8
Penataan taman
wisataBantimurung
Gallang
1
kegiatan
Rp.
50.000.000,00
Oktober
2019
PPKD
9
Pembangunan rapat
beton jalan akses
wisata air terjun
BantimurungGallang
120
Meter
Rp.
80.000.000,00
Oktober
2019
PPKD
Sumber : KAUR Administrasi Desa Pao, diolah 25 Desember 2019
Adapun komitmen dari BPD dengan Pemerintah Desa Pao dapat dilihat dari
realisasi rencana pembangunan diatas yang dapat dilihat sebagai berikut:
69
a. Pembangunan rapat beton lembangia di Dusun Lembang yang direncanakan
akan dibangun sepanjang 100 meter dengan biaya Rp. 70.000.000,00 telah
terealisasi, bahkan melebihi rencana yakni terealisasi sepanjang 200 meter
pada bulan April 2019 oleh Pelaksana Pengelola Keuangan Desa (PPKD).
b. Pembangunan rapat beton Pattallassang-Bangkengbatu yang direncanakan
akan dibangun sepanjang 500 meter dengan biaya Rp. 400.000,00 namun
hanya terealisasi sepanjang 250 meter pada bulan September 2019 oleh
PPKD.
c. Rehab jembatan swadaya Bolatoa yang direncanakan sepanjang 500 meter
dengan biaya Rp. 5.000.000,00 telah terealisasi pada bulan September 2019
oleh PPKD.
d. Rehab embung yang direncanakan sebanyak 2 unit namun program ini tidak
terealisasi.
e. Pembangunan rapat beton jalan akses wisata air terjun Bantimurung Gallang
yang direncanakan sepanjang 120 meter dengan biaya Rp. 80.000.000,00
telah terealisasi pada bulan Oktober 2019 oleh PPKD.
f. Pembangunan plat dekker yang direncanakan sebanyak 5 unit dengan biaya
Rp. 65.000.000,00 namun hanya terealisasi sebanyak 3 unit pada bulan
April 2019 oleh PPKD.
g. Pembangunan balai kemasyarakatan yang direncanakan sebanyak 1 unit
dengan biaya Rp. 100.000.000,00 telah terealisasi pada bulan Juli 2019 oleh
Tim Pengelola Kegiatan (TPK).
70
h. Pembangunan jamban keluarga yang direncanakan sebanyak 8 unit dengan
biaya Rp. 80.000.000,00 telah terealisasi pada bulan September oleh
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).
i. Penataan taman wisata Bantimurung Gallang yang direncanakan dalam satu
kegiatan namun tidak terealisasi dan dialihkan dengan pembangunan rapat
beton akses jalan wisata air terjun Bantimurung Gallang.
Berdasarkan realisasi program pembangunan diatas, dapat dikatakan bahwa
komitmen BPD dan Pemerintah Desa Pao secara umumsudah baik dilihat dari
mayoritas program pembangunan infrastruktur tersebut sudah terealisasi
walaupun masih ada beberapa program yang tidak terlaksana sesuai rencana.
Untuk insentif bagi pihak yang melaksanakan koordinasi juga telah diberikan.
Selain itu juga peneliti melakukan wawancara dengan salah satu masyarakat
desa Pao (Nasir) yang mengatakan bahwa:
“punna kesepakatanna konre mae pammarentayya memang parallu dudua
anjo anghajikiai akrungang, tarutama mangea ri Bangkeng Batu na
Pattallassang. Anjo pammarentayya rurung BPD toje-tojeji ambangungi
anjo punna kucinik ka najama tojemi pak Desa”.(wawancara dengan N,
tanggal 6 Januari 2020).
Artinya: “Kalau kesepakatan pemerintah disini memang yang paling perlu
sekarang adalah memperbaiki jalan, terutama jalan ke Bangkeng Batu dan
Pattallassang. Komitmen pemerintah serius untuk melaksanakan
pembangunan tersebut kalau saya lihat, karna perbaikan jalan sudah banyak
dilakukan oleh Kepala Desa”.(wawancara dengan N, tanggal 6 Januari
2020).
Berdasarkan wawancara diatas, diketahui bahwa kesepakatan yang telah
diambil oleh pemerintah desa Pao bersama dengan BPD dan disaksikan oleh
masyarakat yaitu untuk melaksanakan pembangunan strategis. Pembangunan
strategis yang dimaksud adalah melaksanakan perbaikan jalan serta pembangunan
71
objek wisata air terjun bantimurung gallang. Pembangunan straegis tersebut sudah
dilaksanakan dan masih akan dianggarkan untuk tahun 2020.
Dari hasil wawancara di atas serta digabungkan dengan observasi peneliti
maka diketahui bahwa kesepakatan, komitmen dan insentif koordinasi antara BPD
dengan Pemerintah Desa Pao telah terlaksana, dimana telah disepakati oleh BPD
dengan Pemerintah Desa Pao untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur
yang dianggap perlu diprioritaskan di Desa Pao berupa infrasturuktur dasar
terutama perbaikan jalan desa dan pengembangan objek wisata air terjun
Bantimurung Gallang serta pengadaan beberapa jamban keluarga. Namun ada
beberapa program yang tidak terealisasi sesuai rencana awal seperti pembangunan
rapat beton jalan Pattallassang-Bangkengbatu dimana yang terealisasi hanya
sekitar 250 meter dari rencana awal 500 meter, begitupun pembangunan plat
dekker yang terealisasi hanya 3 unit dari rencana awal 5 unit. Pengerjaan rehab 2
unit embung juga tidak terealisasi. Sedangkan untuk insentif atau gaji bagi
pelaksanaan koordinasi juga telah diberikan.
5. Kontinuitas Perencanaan
Kontinuitas Perencanaan, yaitu keberlanjutan dari proses pembangunan
yang terjadi di desa Pao sebagai hasil koordinasi yang terjadi antara Pemerintah
Desa Pao dengan Badan Permusyawaratan Desa Pao. Pemerintah Desa bersama
Badan Permusyawaratan Desa Pao sebagai subjek pembangunan melakukan
interaksi dengan masyarakat sehingga terjadi proses umpan balik atau penyerapan
aspirasi agar kedepannya dapat ditentukan program-program apa saja yang akan
dibahas dalam musyawarah.
72
Menurut wawancara dengan Kepala Desa Pao (Muh Basri), mengatakan
bahwa:
“Kalau pembangunan itu kan harus berlanjut, pembangunan itu harus tuntas
dan berkelanjutan sesuai dengan kesepakatan dan rencana kita saat
melakukan musyawarah Desa. Nah sesuai musyawarah tersebut disitukan
telah direncanakan sebetulnya apa-apa yang akan dibangun ke depan.
rencana-rencana itulah yang saat ini saya berusaha untuk laksanakan, karna
itu juga sesuai dengan visi misi Desa dan khususnya visi-misi saya dulu
ketika mencalonkan jadi kepala Desa. Salah satu rencana kita kedepan ini di
Desa Pao yaitu menjadi Desa wisata juga, makanya kita berusaha untuk
mempercantik itu kawasan Bantimurung Gallang supaya nanti banyak
pengunjung yang datang dan menambah anggaran desa. Untuk respon
masyarakat juga bagus makanya itu diproritaskan”. (wawancara dengan
MB, tanggal 3 Januari 2020).
Berdasarkan wawancara di atas diketahui bahwa dari pihak pemerintah desa
Pao telah berusaha untuk tetap melanjutkan program-program pembangunan yang
telah dilaksanakan. Pemerintah desa pao menganggap bahwa pembangunan itu
pada prinsipnya harus berkelanjutan sampai tuntas. Kepala desa Pao sendiri
berusaha untuk mewujudkan program-program yang dijanjikan oleh beliau
semasa kampanye dulu yang dianggap sesuai dengan visi dan misi Desa Pao.
Berkaitan dengan itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan Ketua
BPD Pao (Arifin Juddin), yang mengatakan bahwa:
“Kalau pembangunan yang strategis di Desa Pao saat ini yaitu penyelesaian
infrastruktur itu di seberang, Bangkeng Batu dengan Pattallassang, serta
pengembangan objek wisata Bantimurung Gallang. Sebenarnya untuk tahun
ini, sudah tidak ada kegiatan kan sudah bulan desember, tapi itu
diprogramkan kembali di tahun 2020 supaya ini dilanjut. Untuk perbaikan
jalan diseberang yang dibetonisasi kira-kira baru seperdua yang selesai dan
untuk Bantimurung Gallang sendiri tahun ini sudah banyak yang selesai tapi
untuk tahun depan itu tetap dianggarkan.” (wawancara dengan AJ, tanggal
23 Desember 2019).
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber diatas, diketahui bahwa
pembangunan yang dilaksanakan saat ini di Desa Pao berdasarkan rencana awal
73
yang diambil dalam musyawarah desa telah dilaksanakan oleh Pemerintah Desa
namun prospeknya masih belum rampung keseluruhan sehingga pembangunan
tersebut masih akan dilaksanakan dan dilanjutkan. Pembangunan yang
dilaksanakan di Desa Pao sendiri dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dengan
melibatkan seluruh masyarakat desa dengan semangat gotong royong.
Berkaitan dengan kontinuitas perencanaan terkait pembangunan
infrastruktur di desa Pao dapat dilihat dari seberapa sering program pembangunan
infrastruktur diangkat atau dibahas dalam musyawarah-musyawarah yang
dilaksanakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut:
a. Program pembangunan rapat beton lembangia yang dibahas dalam dua kali
musyawarah diantaranya musyawarah perencanaan pembangunan yang
dilaksanakan pada tanggal 27 Juli 2018 yang dihadiri 62 orang dimana 7
orang anggota BPD hadir serta mayoritas jajaran Pemerintah Desa mulai
dari Kepala Desa hingga RT serta tamu undangan lainnya.dan musyawarah
penetapan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) desa tahun anggaran 2019
yang dilaksanakan tanggal 28 September 2018. yang dihadiri 44 orang
dimana seluruh anggota BPD hadir, begitupun mayoritas aparat Pemerintah
Desa Pao serta tamu undangan lainnya.
b. Program pembangunan rapat beton Pattallassang-Bengkengbatuyang juga
dibahas dalam dua kali musyawarah diantaranya musyawarah perencanaan
pembangunan yang dilaksanakan pada tanggal 27 Juli 2018 yang dihadiri 62
orang dimana 7 orang anggota BPD hadir serta mayoritas jajaran
Pemerintah Desa mulai dari Kepala Desa hingga RT serta tamu undangan
74
lainnya.dan musyawarah penetapan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) desa
tahun anggaran 2019 yang dilaksanakan tanggal 28 September 2018. yang
dihadiri 44 orang dimana seluruh anggota BPD hadir, begitupun mayoritas
aparat Pemerintah Desa Pao serta tamu undangan lainnya.
c. Rehab jembatan swadaya Bolatoa yang dibahas juga dalam musyawarah
penetapan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) desa tahun anggaran 2019
yang dilaksanakan tanggal 28 September 2018. yang dihadiri 44 orang
dimana seluruh anggota BPD hadir, begitupun mayoritas aparat Pemerintah
Desa Pao serta tamu undangan lainnya.
d. Rehab embung yang juga dibahas dalam dua kali musyawarah diantaranya
musyawarah perencanaan pembangunan yang dilaksanakan pada tanggal 27
Juli 2018 dan musyawarah penetapan Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
desa tahun anggaran 2019 yang dilaksanakan tanggal 28 September 2018.
e. Pembangunan balai kemasyarakatan juga dibahas dalam dua kali
musyawarah yaitu musyawarah perencanaan pembangunan yang
dilaksanakan pada tanggal 27 Juli 2018 dan musyawarah penetapan
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) desa tahun anggaran 2019 yang
dilaksanakan tanggal 28 September 2018.
f. Pembangunan jamban keluarga dibahas dalam musyawarah perencanaan
pembangunan yang dilaksanakan pada tanggal 27 Juli 2018 dan
musyawarah penetapan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) desa tahun
anggaran 2019 yang dilaksanakan tanggal 28 September 2018.
75
g. Penataan taman wisata Bantimurung Gallang yang dibahas dalam
musyawarah perencanaan pembangunan yang dilaksanakan pada tanggal 27
Juli 2018.
h. Pembangunan rapat beton jalan akses wisata air terjun Bantimurung Gallang
yang dibahas dalam musyawarah penetapan Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) desa tahun anggaran 2019 yang dilaksanakan tanggal 28 September
2018.
Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa kontinuitas
perencanaan program-program pembangunan infrastruktur di desa Pao secara
umum sudah baik. Sebagian besar program tersebut telah dibahas dalam dua kali
musyawarah yaitu musyawarah perencanaan pembangunan dan musyawarah
penetapan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) desa.
Berdasarkan dari hasil keseluruhan wawancara diatas serta digabungkan
dengan hasil observasi peneliti dan dikaitkan dengan teori koordinasi menurut
Handayaningrat, peneliti menyimpulkan bahwa koordinasi antara Badan
Permusyawaratan Desa dengan Pemerintah Desa Pao dalam pembangunan desa
Pao secara umum sudah baik. Seperti yang telah dipaparkan diatas, komunikasi
antara BPD dengan Pemerintah Desa Pao guna membahas mengenai
pembangunan Desa Pao telah terjalin dengan intens dan rutin. Baik dari pihak
BPD maupun aparat Pemerintah Desa Pao sadar mengenai pentingnya dalam
melakukan koordinasi dilihat dari tingkat kehadiran yang baik walaupun
Kompetensi dari anggota BPD masih relatif minim yang dipengaruhi oleh
rendahnya tingkat pendidikan mereka sedangkan dari aparat Pemerintah Desa Pao
76
relatif lebih tinggi dimana sebagian staf merupakan sarjana. Juga terdapat
beberapa hasil-hasil kesepakatan atau musyawarah yang telah diambil khususnya
mengenai pebangunan prioritas di desa Pao seperti pembangunan rapat beton jalan
desa, rehab jembatan, rehab embung pembangunan balai kemasyarakatan,
pembangunan jamban keluarga dan pembangunan plat dekker. Adapun realisasi
sebagian besar telah terlaksana sehingga dapat dikatakan komitmen BPD dan
Pemerintah Desa Pao secara umum sudah baik. Untuk insentif koordinasi sendiri
telah diberikan baik dengan istilah uang jalan atau uang konsumsi. Untuk
kontinuitas perencanaan program-program pembangunan infrastruktur tersebut
juga sudah baik dilihat dari seringnya program tersebut dibahas dalam
musyawarah.
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya maka penulis
dapat menyimpulkan bahwa koordinasi antara Badan Permusyawaratan Desa
dengan Pemerintah Desa Pao dalam pembangunan infrastruktur di Desa Pao
Kecamatan Tombolo Pao secara umum sudah terjalin dan terlaksana dengan baik
sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Handayaningrat dalam Wahyuni W P
(2016), bahwa dalam koordinasi didalamnya harus terdapat 1) komunikasi, 2)
kesadaran pentingnya koordinasi, 3) kompetensi partisipan, 4) kesepakatan,
komitmen dan insentif serta 5) kontinuitas perencanaan. Berdasarkan hal tersebut,
peneliti menganggap bahwa teori yang digunakan dalam kerangka pikir sudah
sesuai untuk mengukur dan melihat koordinasi yang terjalin antara BPD dengan
Pemerintah Desa Pao. Meskipun diketahui juga bahwa masih ada kendala yang
dialami khususnya oleh BPD Pao dikarenakan tidak adanya sekretariat atau
ruangan khusus yang mereka miliki serta masih rendahnya kompetensi anggota
BPD dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan mereka.
B. Saran
Sesuai dengan kesimpulan diatas, maka peneliti dapat memberikan saran
kepada Badan Permusyawaratan Desa Pao dan aparat Pemerintah Desa Pao
sebagai pihak yang terlibat langsung dalam koordinasi dalam pembangunan di
Desa pao, sebagai berikut:
78
1. Pemerintah Desa Pao seharusnya segera melakukan pengadaan sekretariat
atau ruangan Badan Permusyawaratan Desa Pao sehingga kerja-kerja BPD
dapat berjalan lebih maksimal lagi serta memudahkan koordinasi antara
Pemerintah Desa dengan pihak BPD Pao. Dengan adanya sekretariat atau
ruangan khusus BPD tentunya memudahkan masyarakat guna menyuarakan
aspirasi serta memperlancar kerja-kerja administrasi.
2. Berkaitan dengan minimnya kompetensi anggota BPD dikarenakan
rendahnya tingkat pendidikan mereka, maka peneliti menyarankan agar
Pemerintah Desa Pao agar sering melakukan pelatihan kerja kepada anggota
BPD terkait dengan tugas dan fungsi dari BPD itu sendiri.
3. Badan Permusyawaratan Desa bersama Pemerintah Desa Pao kiranya tetap
konsisten dalam menjalin koordinasi guna percepatan pembangunan
infrastruktur di Desa Pao sesuai dengan hasil-hasil musyawarah yang telah
diambil. BPD bersama aparat Pemerintah Desa Pao harus selalu bersinergi
dalam merancang rencana pembangunan desa, pelaksanaan pembangunan
desa serta dalam pengawasan pembangunan desa Pao.
79
DaftarPustaka
Aditya Fandhitya, Silalahi, Sahat. 2013. Tenaga Kerja: Perspektif Hukum,
Ekonomi, dan Sosial. Pusat Kajian Pengolahan Data dan Informasi
Sekretariat Jenderal DPR Republik Indonesia: Jakarta.
Amirullah&Budiyono,Haris. 2004. PengantarManajemen. GrahaIlmu:
Yogyakarta.
Atik & Ratminto. 2012. Manajemen Pelayanan. Pustaka Pelajar : Yogyakarta
Azhar Arsyad. 2002. Media Pembelajaran. Rajawali Pers: Jakarta.
Daan Sughanda. 2011. Pengantar Administrasi Indonesia. Intermedia: Jakarta
Febrina Ramadhani. 2016. Efektifitas Koordinasi Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) Dan Pemerintah Desa Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
(Studi Pada Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat).
Gitosudarmo,Indriyo&MulyonoAgus.PrinsipDasarManajemen. BPFE:
Yogyakarta.
Grigg, Neil. 1988. Infrastructure Enginering And Management. John Wiley and
Sons.
Hasibuan S.P. Malayu. 2007. ManajemenDasar, PengertiandanMasalah. PT
BumiAksara: Jakarta.
Handoko T. Hani.2003.Manajemen. BPFE: Yogyakarta.
Inu Kencana Safie. 2011. Ilmu Administrasi Publik. Rineke Cipta : Jakarta.
Kamaluddin. 2016. Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Di Desa Mattirowalle Kecamatan Tanete
Riaja Kabupaten Barru
Makmur.2013. TeoriManajemenStratejikDalamPemerintahandan Pembangunan.
PT RefikaAditama: Bandung.
Manulang. 2001. Dasar-dasar Manajemen. Ghalia Indonesia: Jakarta.
Miles M.B & Huberman A.M. 1984. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan oleh
Tjetjep Rohendi Rohidi. 1992. Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta.
Mona Variesta Inna Chutmaisintha. 2016. Koordinasi Pemerintah Desa Dan
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Penyaluran Dana Bantuan
Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) Di Desa Ngepanrejo Kecamatan
Bandongan Kabupaten Magelang
80
Ndraha, Talidzhu.2002. Metodologi Pembangunan Desa. PT. Binakarsa.
Jakarta
Ndraha Taliziduhu. 2003. Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru). Rineke Cipta :
Jakarta.
Noviana Wahyu Prabandary. 2016. Koordinasi antar institusi dalam pengelolaan
benda cagar budaya candi borobudur
Nurcholis, Hanif. 2011. PertumbuhandanPenyelenggaraanPemerintahanDesa.
PT GeloraAksaraPratama: Jakarta.
PeraturanPemerintahNomor 72 Tahun 2005 tentangDesa;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pembangunan Desa
Peraturan Daerah Kabupaten Gowa Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Badan
Permusyawaratan Desa
Peraturan Daerah Kabupaten Gowa Nomor 10 Tahun 2015 Tentang Penyusunan
Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintah Desa
Safroni. 2012. Manajemen dan Reformasi Pelayanan Publik dalam Konteks
Birokrasi Indonesia. Aditya Media Publishing: Surabaya.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif. Kualitatif. Dan
R&D. Alfabeta : Bandung
Sutinah&Suyanto,
Bagong.2011.MetodePenelitianSosialBerbagaiAlternatifPendekatan.Kenca
naPrenada Media Group: Jakarta.
Tatom, J.A. 1993. Paved With Good Intentions; The Mythical National
Infrastructure Crisis Policy Analysis. Cato Institute.
Undang Undang Desa, 2014. Pembangunan Desa Dan Pembangunan Kawasan
Perdesaan..Penerbit Jakrata: Sinar Grafika,
Undang-UndangNomor 6 Tahun 2014 tentangDesa;
Undang-UndangNomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah;
Widjaja, HAW. 2004. OtonomiDesaMerupakanOtonomi yang Asli,
BulatdanUtuh.PT Raja GrafindoPersada:Jakarta.
81
LAMPIRAN I
DAFTAR INFORMAN PENELITIAN
NO NAMA UMUR WAWANCARA ALAMAT JABATAN
1 Muh Basri 55 Tahun 3 Januari
2020
Dusun Pao Kepala Desa
Pao
2 Arifin Juddin 60 Tahun 23 Desember
2019
Dusun
Lembang
Ketua BPD
Pao
3 Nasir 47 Tahun 3 Januari
2020
Dusun
Lembang
Masyarakat
4 Nurbaeti S.Kom 26 Tahun 6 Januari
2020
Dusun
Pattallassang
KAUR
Administrasi
5 Hartati 41 Tahun 3 Januari
2020
Dusun
Lembang
Masyarakat
82
LAMPIRAN II
DAFTAR PERTANYAAN
PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN KOORDINASI BADAN
PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN PEMERINTAH DESA DALAM
PEMBANGUNAN DI DESA PAO KECAMATAN TOMBOLO PAO
KABUPATEN GOWA
A. IDENTITAS INFORMAN
NAMA : …………………..
ALAMAT : …………………..
UMUR : …………………..
JABATAN : …………………..
PENDIDIKAN TERAKHIR : …………………..
AGAMA :……………………
JENIS KELAMIN : ……………………
B. DAFTAR PERTANYAAN
1. Bagaimana komunikasi yang terjalin antara Badan Permusyawaratan Desa
dengan Pemerintah Desa Pao?
2. Seberapa sering BPD dan Pemerintah Desa melakukan pertemuan?
83
3. Apa saja yang dibahas oleh BPD dan Pemerintah Desa Pao dalam rapat atau
pertemuan yang diselenggarakan?
4. Seberapa penting BPD dan Pemerintah Desa Pao dalam melakukan
koordinasi?
5. Bagaimana tingkat kesadaran yang dimiliki oleh anggota BPD maupun
Pemerintah Desa Pao dalam melakukan koordinasi untuk pembangunan desa?
6. Bagaimana bapak melihat kemampuan kerja dari BPD maupun aparat
Pemerintah Desa Pao?
7. Seberapa sering BPD melakukan penyerapan aspirasi masuarakat desa?
8. Apakah hasil rapat atau kesepakatan benar-benar dilaksanakan di lapangan?
9. Bagaimana komitmen BPD dan Pemerintah Desa dalam melakukan
pembangunan di desa Pao?
10. Apa saja hasil kesepakatan koordinasi antara BPD dengan Pemerintah Desa
Pao?
11. Apa saja program pembangunan yang sedang berjalan di desa Pao?
12. Apakah ada insentif atau gaji yang diterima oleh BPD maupun Pemerintah
Desa Pao ketika melakukan koordinasi?
13. Bagaimana respon dan partisipasi masyarakat dalam program pembangunan
desa?
14. Apakah ada hasil kesepakatan atau program pembangunan yang diubah
setelah program tersebut berjalan?
84
LAMPIRAN III
DOKUMENTASI PENELITIAN
Suasana gotong royong perbaikan jalan desa Pao
85
Wawancara dengan Kepala Desa Pao (Muh Basri)
86
Wawancara dengan Ketua BPD Pao (Arifin Juddin)
87
Wawancara Dengan Kepala Urusan Administrasi Desa Pao (Nurbaeti S. Kom)
88
Dokumentasi pembangunan fasilitas objek wisata Bantimurung Gallang
89
Dokumentasi pembangunan fasilitas objek wisata Bantimurung Gallang
90
Dokumentasi pembangunan jalan Desa Pao
91
RIWAYAT HIDUP
Ari sulfahri dilahirkan pada hari kamis di
Tombolo Pao pada tanggal 24 April 1997. Anak pertama
dari 4 bersaudara dari pasangan Muh. Yunus dengan
Hariati. Riwayat pendidikan penulis yaitu menyelesaikan
pendidikan formal di SD Inpres Tombolo pada tahun
2009. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan
pendidikan di SMP Negeri 1 Tombolo Pao dan tamat pada tahun 2012, kemudian
pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai siswa SMA Negeri 1 Tombolo
Pao dan tamat pada tahun 2015. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikan di salah satu perguruan tinggi di kota Makassar yaitu Universitas
Muhammadiyah Makassar pada program studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Penulis telah berhasil menyelesaikan pekerjaan tugas akhir skripsi ini.
Semoga dengan penelitian tugas akhir skripsi ini mampu memberikan kontribusi
terutama bagi dunia pendidikan khususnya dalam pengembangan disiplin ilmu
Administrasi Negara. Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-
besarnya atas terselesaikannya skripsi yang berjudul “Koordinasi Badan
Permusyawaratan Desa dengan Pemerintah Desa dalam Pembangunan
Infrastruktur di Desa Pao Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa”.
92
93
94
95
95
96
97