Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

download Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

of 63

Transcript of Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    1/63

    OPTIMASI WAKTU PENGERINGAN TERHADAP AKTIVITAS

    ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU PUTIH

    (Curcuma aromaticaSalisb)

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si) Program Studi

    Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Universitas Nusa Bangsa

    Oleh :

    Puji Lestari

    NPM : 41204720109036

    PROGRAM STUDI KIMIA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS NUSA BANGSA

    BOGOR

    2013

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    2/63

    LEMBAR PENGESAHAN

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS NUSA BANGSA

    Kami menyatakan skripsi yang ditulis oleh :

    Nama : Puji Lestari

    NPM : 41204720109036

    Program Studi : Kimia

    Judul : Optimasi Waktu Pengeringan terhadap Aktivitas Antioksidan

    Ekstrak Etanol Rimpang Temu Putih (Curcuma aromatica Salisb)

    Diterima sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Sains, pada ProgramStudi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Nusa

    Bangsa Bogor.

    Menyetujui,

    Hj. Nia Yuliani, Dra. M.Pd Mamay Maslahat S.Si, M.Si

    Pembimbing I Pembimbing II

    Mengetahui,

    Prof. Dr. RTM. Sutamihardja, M.Ag (Chem) Mamay Maslahat S.Si, M.Si

    Dekan Fakultas Kimia Ketua Program Studi Kimia

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    3/63

    PENGESAHAN PANITIA TIM PENGUJI

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS NUSA BANGSA

    Kami menyatakan skripsi yang ditulis oleh :

    Nama : Puji Lestari

    NPM : 41204720109036

    Program Studi : Kimia

    Judul : Optimasi Waktu Pengeringan terhadap Aktivitas Antioksidan

    Ekstrak Etanol Rimpang Temu Putih (Curcuma aromatica Salisb)

    Diterima sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Sains, pada ProgramStudi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Nusa

    Bangsa Bogor.

    PANITIA PENGUJI

    Ketua Sidang : Hj. Nia Yuliani, Dra., MPd. : .

    Anggota 1 : Mamay Maslahat, S.Si., M.Si. : .

    Anggota 2 : Dr. Padmono C. : .

    Anggota 3 : Amry Syawaalz, Drs., M.Sc. : ..

    Anggota 4 : Febi Nurilmala, Dra., M.Si. : ..

    Tanggal Lulus : 22 Agustus 2013

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    4/63

    PUJI LESTARI. 2013. Optimasi Waktu Pengeringan terhadap Aktivitas

    Antioksidan Ekstrak Etanol Rimpang Temu Putih (Curcuma aromatica Salisb).

    Dibimbing oleh NIA YULIANIdan MAMAY MASLAHAT.

    RINGKASAN

    Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki berbagai macam

    tanaman obat. Salah satunya adalah temu putih (Curcuma aromatica Salisb).

    Temu putih mengandung senyawa metabolit sekunder yang bermanfaat sebagai

    antioksidan. Senyawa metabolit sekunder akan rusak bila dikeringkan dengan

    waktu yang lama.

    Rimpang temu putih dikeringkan pada suhu 65o

    C dengan variasi waktu 22,

    23, 24, 25 dan 26 jam. Simplisia temu putih diekstrak dengan pelarut etanol

    diperoleh rendemen berturut-turut, 14,16%, 11,89%, 15,95%, 12,10% dan

    11,97%. Uji Fitokimia menunjukkan adanya alkaloid dan flavonoid pada ekstrak

    etanol rimpang temu putih. Penentuan aktivitas antioksidan dilakukan dengan

    metode DPPH menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 517 nm.

    Hasilnya dibandingkan dengan Kuersetin sebagai kontrol positif.

    Nilai IC50Kuersetin, ekstrak etanol rimpang temu putih 22, 23 24, 25 dan

    26 jam berturut-turut adalah 6,47g/ml , 160,54g/ml, 133,17g/ml,

    117,81g/ml, 144,69 g/ml, dan 157,7 g/ml. Ekstrak etanol rimpang temu putih

    pengeringan 23-25 jam memiliki aktivitas antioksidan sedang, sedangkan

    pengeringan 22 dan 26 jam memiliki aktivitas antioksidan lemah.

    Lama proses pengeringan mempengaruhi aktivitas antioksidan ekstrak

    etanol rimpang temu putih. IC50 terbaik diperoleh pada standar positif Kuersetin

    kemudian pada ekstrak etanol rimpang temu putih pengeringan 24 jam.

    Kata Kunci : etanol, Curcuma aromaticaSalisb, lama pengeringan, aktivitas

    antioksidan

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    5/63

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis bernama Puji Lestari dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 16

    Oktober 1990 sebagai anak kedua dari dua bersaudara, putri dari pasangan Bapak

    Ibnu Ismandri dan Ibu Tentrem.

    Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SDK BPK Penabur Cicurug

    tahun 2002, lulus SLTP Mardi Yuana Cicurug pada tahun 2005, kemudian penulis

    melanjutkan ke Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor dan lulus pada tahun

    2009.

    Pada tahun 2009, penulis tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Matematika

    dan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Kimia, Universitas Nusa Bangsa

    Bogor dan lulus pada bulan Agustus 2013, kemudian penulis langsung bekerjasebagai Technical and Lab Supportdi PT IMCD Indonesia.

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    6/63

    i

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

    limpahan berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

    baik. Skripsi ini berjudul Optimasi Waktu Pengeringan terhadap Aktivitas

    Antioksidan Ekstrak Etanol Rimpang Temu Putih (Curcuma aromatica Salisb).

    Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak

    Prof. Dr. RTM. Sutamihardja, M.Ag (Chem), selaku Dekan Fakultas MIPA

    Universitas Nusa Bangsa, Ibu Hj. Nia Yuliani, Dra. M.Pd, selaku pembimbing I,

    Ibu Mamay Maslahat S.Si, M.Si., selaku pembimbing II dan Ketua Program Studi

    Kimia atas segala bimbingan, arahan, masukkan serta saran dalam penyusunan

    skripsi ini.

    Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak, Ibu dan

    Kakak tercinta. Seluruh dosen beserta staf Fakultas MIPA Universitas Nusa

    Bangsa, dan teman-teman yang telah memberikan semangat, doa, dan dukungan

    kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena

    kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki masih terbatas, oleh

    karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhir

    kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi mahasiswa

    Universitas Nusa Bangsa serta masyarakat pada umumnya.

    Bogor, Agustus 2013

    Penulis

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    7/63

    ii

    DAFTAR ISI

    Isi Halaman

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... iDAFTAR ISI ....................................................................................................... iiDAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ivDAFTAR TABEL ................................................................................ ............... viDAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... viI. PENDAHULUAN........................................................................................ 1

    A. Latar Belakang ...................................................................................... 1B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 2C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 2D. Manfaat Penelitian ................... .............................................................. 2E. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 2F. Hipotesis ............................................................................................... 3G. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 3

    II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 4A. Temu Putih (Curcuma aromatica Salisb) ............................................... 4

    1. Identifikasi Temu Putih ...................................................................... 42. Morfologi Tumbuhan ......................................................................... 53. Kandungan Kimia .............................................................................. 54. Khasiat dan Kegunaan ........................................................................ 5

    B. Antioksidan ........................................................................................... 61. Pengertian Antioksidan ...................................................................... 6

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    8/63

    iii

    2. Fungsi Zat Antioksidan ...................................................................... 73. Metode Pengujian antioksidan ............................................................ 8

    C. Proses Pengeringan .............................................................................. 11D. Ekstraksi dan Pemekatan Larutan ........................................................ 12E. Senyawa Fitokimia .............................................................................. 13F. Kurkuminoid ....................................................................................... 18G. Spektrofotometer UV-Vis .................................................................... 19

    III. METODE PENELITIAN ........................................................................ 20A. Alat dan Bahan .................................................................................... 20B. Prosedur Penelitian. ............................................................................. 20

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 26A. Determinasi Tanaman .......................................................................... 26B. Pengeringan Simplisia dan Penetapan Kadar Air ................................. 26C. Pembuatan Ekstrak Simplisia ................................................. .............. 27D. Uji Fitokimia ....................................................................................... 29E. Uji Aktivitas Antioksidan .................................................................... 31

    V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... 38DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 39LAMPIRAN ...................................................................................................... 41

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    9/63

    iv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Temu putih ....................................................................................................... 42. Struktur DPPH (Diphenyl Picril Hydrazil) ....................................................... 93. Struktur Alkaloid ........................................................................................... 144. Struktur Triterpenoid ...................................................................................... 145. Struktur Flavonoid ......................................................................................... 156. Struktur Tanin ................................................................................................ 167. Struktur Saponin ............................................................................................ 178. Struktur Steroid .............................................................................................. 179. Struktur Kurkumin ......................................................................................... 1810. Struktur Dimetoksi-kurkumin ....................................................................... 1811. Struktur Bis-Demetoksi-Kurkumin ............................................................... 1812. Skema Peralatan Spektrofotometer UV-Vis .................................................. 1913. Hubungan antara Konsentrasi dan Peredaman Radikal Bebas ....................... 2414. Grafik Hubungan Kadar Air dan Lama Pengeringan Simplisia Temu Putih .. 2715. Hasil Rendemen Ekstrak Etanol Temu Putih ................................................ 2816. Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum ............................................... 3117. Kurva hubungan konsentrasi (g/ml) dengan Peredaman Radikal Bebas

    (% nhibisi) Ekstrak Temu Putih Pengeringan 22 jam .................................... 3218. Kurva Hubungan Konsentrasi (g/ml) dengan Peredaman Radikal Bebas

    (% Inhibisi) Ekstrak Temu Putih Pengeringan 23 Jam ................... .............. 3319. Kurva Hubungan Konsentrasi (g/ml) dengan Peredaman Radikal Bebas

    (% Inhibisi) Ekstrak Temu Putih Pengeringan 24 Jam .................... .............. 33

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    10/63

    v

    20. Kurva Hubungan Konsentrasi (g/ml) dengan Peredaman Radikal Bebas

    (% Inhibisi) Ekstrak Temu Putih Pengeringan 25 Jam. ................... .............. 3421. Kurva Hubungan Konsentrasi (g/ml) dengan Peredaman Radikal Bebas

    (% Inhibisi) Ekstrak Temu Putih Pengeringan 26 Jam .................... .............. 3422. Kurva Hubungan Konsentrasi Kuersetin (g/ml) dengan Peredaman Radikal

    Bebas (% Inhibisi) ........................................................................................ 3523. Mekanisme Reaksi Senyawa Antioksidan dengan DPPH .............................. 3624. Grafik Nilai IC50Ekstrak Etanol Temu Putih dan Kontrol Positif ................. 37

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    11/63

    vi

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Etanol Temu Putih .............................................. 30

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    1. Diagram Alir Metode Penelitian ..................................................................... 412. Diagram Alir Metode Uji Antioksidan Estrak Etanol Temu Putih ................... 423. Diagram Alir Metode Uji Aktivitas Antioksidan Kuersetin............................. 434. Hasil Determinasi Tanaman Temu Putih ........................................................ 445. Data kadar air simplisia rimpang temu putih................................................... 456. Data Rendemen yang diperoleh dari Hasil Ekstraksi ....................................... 467. DataInhibition ConcentrationEkstrak Temu Putih dan Kuersetin .................. 47

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    12/63

    1

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangIndonesia sebagai negara tropis memiliki beranekaragam tumbuhan yang

    dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Masyarakat Indonesia sejak

    zaman dahulu telah mengenal tanaman yang mempunyai khasiat obat atau

    menyembuhkan berbagai macam penyakit. Tanaman yang berkhasiat obat tersebut

    dikenal dengan sebutan tanaman obat tradisional.

    Temu putih (Curcuma aromatica Salisb) merupakan keluarga

    Zingiberaceae yang tumbuh liar dan banyak ditemukan di India dan Asia

    Tenggara. Secara tradisional temu putih digunakan sebagai obat anti radang, obat

    memar, keseleo dan infeksi kulit. Di China temu putih dimanfaatkan oleh

    masyarakat sebagai obat kanker.

    Komponen utama yang berkhasiat dalam rimpang temu putih adalah

    kurkuminoid, flavonoid, polifenol, dan minyak atsiri. Temu putih memiliki sifat

    antioksidan yang dapat menahan zat radikal bebas penyebab tumbuhnya sel

    kanker, anti-inflamasi (peradangan) serta dapat meningkatkan sel darah merah.

    Rimpang temu putih mempunyai potensi sebagai sumber antioksidan.Senyawa-senyawa antioksidan temu putih dapat mengalami kerusakan pada saat

    proses pengolahan. Salah satu cara pengolahan yang berpotensi menyebabkan

    kerusakan antioksidan adalah tahap pengeringan dalam pembuatan simplisia temu

    putih.

    Mutu simplisia yang dikeringkan sangat dipengaruhi oleh waktu proses

    pengeringan. Waktu pengeringan yang terlalu cepat dapat menyebabkan simplisia

    temu putih memiliki kadar air yang masih tinggi sehingga mudah diserang jamur.

    Pengeringan yang terlalu lama akan menyebabkan kerusakan mutu simplisia.

    Kondisi suhu pengeringan paling optimal pada pengeringan kunyit adalah

    pengeringan dengan oven pada suhu 65oC (Adinda, 2006). Kunyit merupakan

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    13/63

    2

    tanaman temu-temuan. Berdasarkan hal itu maka dilakukan pengeringan pada

    temu putih dengan suhu 65oC. Akan tetapi belum diketahui waktu yang tepat

    untuk mendapatkan aktivitas antioksidan optimal dari rimpang temu putih. Oleh

    karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui lama pengeringan yang

    tepat untuk mendapatkan aktivitas antioksidan yang optimal.

    B. Identifikasi MasalahApakah aktivitas antioksidan rimpang temu putih (Curcuma aromatica

    Salisb.) dipengaruhi oleh waktu pengeringan simplisia?

    C. Tujuan PenelitianMengetahui waktu pengeringan yang optimal terhadap aktivitas antioksidan

    rimpang temu putih (Curcuma aromatica Salisb.) menggunakan oven pada suhu

    650C.

    D. Manfaat PenelitianPenelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai pengaruh

    waktu pengeringan terhadap aktivitas antioksidan yang optimal.

    E. Kerangka PemikiranTemu putih merupakan salah satu tanaman obat tradisional yang diketahui

    memiliki aktivitas biologi yang luas, di antaranya sebagai antioksidan karena

    adanya kurkumin yang dapat menahan zat radikal bebas penyebab tumbuhnya sel

    kanker. Selain kurkumin ada juga senyawa metabolit sekunder lainnya yang

    bermanfaat sebagai antioksidan. Kandungan senyawa metabolit sekunder dapat

    dipengaruhi oleh lama proses pengeringan.

    Simplisia temu putih yang baik memiliki kadar air

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    14/63

    3

    bervariasi, yaitu 22, 23, 24, 25 dan 26 jam, dilanjutkan dengan ekstraksi cara

    maserasi dengan pelarut etanol, evaporasi, uji fitokimia dan uji aktivitas

    antioksidan.

    Penelitian untuk mengetahui aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode

    DPPH. Pada metode ini, adanya aktivitas antioksidan ditunjukkan dengan

    perubahan warna ungu 1,1-difenil-2-pikrihidrazil (DPPH) menjadi kuning 1,1-

    difenil-2-pikrilhidrazin (DPPH-H). Perubahan warna tersebut dapat mengukur

    kandungan DPPH yang berhasil diredamkan oleh senyawa antioksidan yang

    terkandung dalam ekstrak etanol rimpang temu putih.

    F. HipotesisWaktu pengeringan mempengaruhi aktivitas antioksidan ekstrak etanol

    rimpang temu putih (Curcuma aromatica Salisb.).

    G. Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Universitas Nusa Bangsa

    Bogor. Pelaksanaan penelitian berlangsung mulai Maret sampai Juli 2013.

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    15/63

    4

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Temu Putih (Curcuma aromatica Salisb)Temu putih merupakan tanaman obat yang dibudidayakan di beberapa

    negara di Asia Tenggara, seperti Thailand, Filipina, Malaysia dan Indonesia. Di

    Indonesia temu putih banyak ditemukan sebagai tanaman liar di kawasan Jawa

    Barat dan Jawa Tengah. Terutama di daerah yang kurang subur pada daerah

    dengan ketinggian 1000 m di atas permukaan laut (Heyne, 1987).

    Gambar 1. Rimpang Temu Putih

    1. Identifikasi Temu PutihDivisi : Spermathophyta

    Sub Divisi : Angiospermae

    Kelas : Monocotyledoneae

    Ordo : Zingiberales

    Famili : Zingiberaceae

    Genus :Curcuma

    Spesies :Curcuma aromatica Salisb.

    Sinonim : Curcuma zedoariaRoxb. (Heyne, 1987)

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    16/63

    5

    2. Morfologi TumbuhanTemu putih termasuk tanaman tahunan bersosok semak dengan tinggi

    mencapai 1 m. Daun berjenis tunggal, berbentuk lonjong dengan ujung

    meruncing dan pangkal tumpul, berbulu halus dan warnanya hijau bergaris

    ungu. Bunganya muncul dari ujung batang, berwarna putih. Kulit rimpang

    berwarna coklat. Rimpang berwarna putih kekuningan.

    3. Kandungan KimiaRimpang temu putih mengandung beberapa senyawa kimia, di antaranya

    minyak atsiri zingiberen, sineol, prokurkumenol, kurkumenol, kurkumol,

    epikurmenol, kurkumadiol, zederona dan isofuranogermakrena

    (Wijayakusuma, 1997). Senyawa yang terkandung dalam temu putih

    merupakan turunan kadinena, germakran, eleman, eudesman, guaian, dan tipe

    rangka lain (Tang & Eisenbrand dalam Esvandiari, 2002).

    Komponen epikurmenol dan zederona berkhasiat sebagai antitumor.

    Kurkumin berkhasiat sebagai antiradang dan antioksidan yang dapat

    mencegah kerusakan gen (Novalina, 2003 dalam Pratiwi, 2006). Berbagai

    jenis seskuiterpen telah diisolasi dari temu putih. Pada 1987, tiga seskuiterpen

    baru, isozedoarondiol, methylzedoarondiol dan neocurdione, yang diisolasi

    bersama dengan 7 seskuiterpen dari rimpang Curcuma aromatica

    (Kuroyanagi et al, 1987).

    4. Khasiat dan KegunaanRimpang temu putih mempunyai khasiat antiinflamasi (anti radang) dan

    antioksidan. Temu putih juga digunakan oleh masyarakat tradisional sebagai

    obat memar, keseleo dan pelega perut. Minyak atsiri yang dikandung temu

    putih berpotensi sebagai antioksidan.

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    17/63

    6

    B. Antioksidan1. Pengertian Antioksidan

    Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menangkap radikal bebas

    yang banyak terbentuk dalam tubuh, seperti enzim Superoksida Dismutase

    (SOD), gluthatione, dan katalase. Antioksidan juga dapat diperoleh dari

    asupan makanan yang banyak mengandung vitamin C, vitamin E dan

    betakaroten serta senyawa fenolik. Bahan pangan yang dapat menjadi sumber

    antioksidan alami, seperti rempah-rempah, coklat, biji-bijian, buah-buahan,

    sayur-sayuran seperti buah tomat, pepaya, jeruk dan sebagainya (Prakash,

    2001).

    Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat

    reaktif karena mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada

    orbit terluarnya. Untuk mencapai kestabilan atom atau molekul, radikal bebas

    akan bereaksi dengan molekul disekitarnya untuk memperoleh pasangan

    elektron. Reaksi ini akan berlangsung terus menerus dalam tubuh dan bila

    tidak dihentikan akan menimbulkan berbagai macam penyakit seperti kanker,

    jantung, katarak, penuaan dini serta penyakit degeneratif lainnya. Untuk

    mencapai kestabilan,radikal bebas akan mencari pasangan elektron dalam

    makromolekul biologi. Protein dan DNA sel manusia yang sehat merupakan

    sumber pasangan elektron yang baik. Penyerangan terhadap bagian tubuh

    inilah yang dianggap bertanggungjawab sebagai penyebab timbulnya

    berbagai macam penyakit degeneratif (Banito dan Kurnani, 2001 dalam Satiti

    2012).

    Antioksidan diharapkan aman dalam penggunaannya (tidak toksik).

    Efektif pada konsentrasi rendah yaitu 0.01 -0.12%. Antioksidan tersedia

    dengan harga yang cukup terjangkau dan tahan terhadap proses pengolahan

    produk. Antioksidan penting dalam melawan radikal bebas, tetapi dalam

    kapasitas berlebih menyebabkan kerusakan sel. Persyaratan (sesuai peraturan

    / undang-undang): antioksidan sebagai bahan tambahan pangan batas

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    18/63

    7

    maksimum penggunaannya telah diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI

    No 772/Menkes/Per/IX/88. Antioksidan yang diizinkan penggunaannya

    antara lain asam askorbat, asam eritrobat. Askorbil palmitat, askorbil stearat,

    butyl hidroksilanisol (BHA), butyl hidrokinin tersier, butyl hidroksitoluen,

    dilauril tiodipropionat, propel gallat, timah (II) klorida, alpha tokoferol,

    tokoferol, campuran pekat (Cahyadi, 2008 dalam Satiti 2012).

    2. Fungsi Zat AntioksidanBerkaitan dengan fungsinya, senyawa antioksidan diklasifikasikan dalam

    lima tipe antioksidan, yaitu:

    a. Primary antioxidants, yaitu senyawa-senyawa fenol yang mampumemutus rantai reaksi pembentukan radikal bebas asam lemak. Dalam

    hal ini memberikan atom hidrogen yang berasal dari gugus hidroksi

    senyawa fenol sehingga terbentuk senyawa yang stabil. Senyawa

    antioksidan yang termasuk kelompok ini, misalnya BHA,BHT,PG,TBHQ

    dan Tokoferol.

    b. Oxygen scavenger, yaitu senyawa-senyawa yang berperan sebagaipengikat oksigen sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi. Dalam hal

    ini, senyawa tersebut akan mengadakan reaksi dengan oksigen yangberada dalam system sehingga jumlah oksigen akan berkurang. Contoh

    dari senyawa-senyawa kelompok ini adalah vitamin C (asam askorbat),

    askorbilpalmitat, asam eritrobat dan sulfit.

    c. Secondary antioxidants, yaitu senyawa senyawa yang mempunyaikemampuan untuk terdekomposisi hidroperoksida menjadi produk akhir

    yang stabil.. tipe antioksidan ini pada umumnya digunakan unyuk

    menstabilkan polyolefin resin. Contohnya asam tiodipropionat dan

    dilauriltiopropionat.

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    19/63

    8

    d. Antioxidative enzyme,yaitu enzim yang berperan mencegah terbentuknyaradikal bebas. Contohnya glucose oksidase, SOD, glutation peroksidase

    dan katalase.

    e. Chelators sequestrants,yaitu senyawasenyawa yang mampu mengikatlogam seperti besi dan tembaga yang mampu mengkatalis reaksi oksidasi

    lemak. Senyawa yang termasuk didalammya adalah asan sitrat, asam

    amino, etilenediamintetra acetic(EDTA) dan fosfolipid.

    3. Metode Pengujian antioksidanAntioksidan dapat ditentukan dengan beberapa metode. Metode

    penentuan kapasitas antioksidan seperti DPPH (1,1-difenil -2- pikrilhidrazil),

    CUPRAC (cupric ion reducing antioxidant capacity), FRAP (Ferric

    Reducing Aility Of Plasma), SOD, Deoksiribosa, Tiosianat, Ce dan ABTS (3-

    ethylbenzothiazoline-6-sulfonic acid),. Pemilihan metode DPPH pada

    penentuan aktivitas antioksidan dalam rimpang temu putih merupakan

    metode yang sederhana, mudah, cepat, peka serta hanya memerlukan sedikit

    sampel (Apak, 2004 dalam Satiti 2012).

    a. Metode DPPHDPPH atau 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (,-difenil-pikrilhidrazil)

    merupakan suatu radikal bebas yang stabil dan tidak membentuk dimer akibat

    delokalisasi dari elektron bebas pada seluruh molekul. Ketika larutan DPPH

    dicampur dengan senyawa yang dapat mendonorkan atom hidrogen, maka

    warna ungu dari larutan akan hilang seiring dengan tereduksinya DPPH.

    Uji aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode ini

    berdasarkan dari hilangnya warna ungu akibat tereduksinya DPPH oleh

    antioksidan. Intensitas warna dari larutan uji diukur melalui spektrofotometri

    UV-Vis pada panjang gelombang sekitar 520 nm. Hasil dari uji ini

    diinterpretasikan sebagai IC50, yaitu jumlah antioksidan yang diperlukan

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    20/63

    9

    untuk menurunkan konsentrasi awal DPPH sebesar 50%. Pada metode ini

    tidak diperlukan substrat sehingga memiliki keuntungan, yaitu lebih

    sederhana dan waktu analisis yang lebih cepat. Struktur kimia dari DPPH

    adalah sebagai berikut:

    Gambar 2. Struktur DPPH (Diphenyl Picril Hydrazil)

    b. Metode Uji Superoksida Dismutase (SOD)Aktivitas enzim SOD dapat dinilai berdasarkan kemampuannya

    menghambat reaksi yang dikatalis oleh radikal superoksida, seperti

    menghmbat reduksi sitokrom C dan nitro blue tetrazolium (NBT).

    c. Metode DeoksiribosaMetode oksidasi 2-deoksiribosa dapat digunakan untuk mengetahui

    aktivitas peredaman radikal hidroksil yang terbentuk dalam reaksi Fenton.Radikal hidroksil tersebut mengoksidasi 2-deoksiribosa menjadi

    malondialdehida. Selanjutnya Malondialdehida produk dipanaskan dengan

    asam tiobarbiturat (thiobarbituric acid/TBA) pada pH rendah hingga

    menghasilkan kromogen warna merah muda, kemudian kromogen ini diukur

    absorbansinya pada panjang gelombang 532 nm.

    d. Metode TiosianatPeroksida akan mengoksidasi besi (II) menjadi besi (III), kemudian besi

    (III) akan bereaksi dengan ammonium tiosianat menghasilkan suatu kompleks

    besi (III) tiosianat yang berwarna merah tua. Penambahan antioksidan akan

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    21/63

    10

    mengalami proses oksidasi besi(II) menjadi besi (III) sehingga kompleks

    yang berarna merah pun akan berkurang. Perbedaan warna yang dihasilkan

    antara sampel dan standar dapat dibandingkan dengan mengukur absorbansi

    keduanya pada panjang gelombang 490-500 nm.

    e. Metode CeLarutan Ce (IV) sulfat yang diberikan pada sampel akan menyerang

    senyawa antioksidan. Senyawa antioksidan dapat berperan sebagai penambah

    elektron, maka perusakan struktur oleh elektron relative yang berasal dari

    oksidator kuat seperti Ce (IV) tidak terjadi. Metode ini berdasarkan

    spektrofotometri yang pengukurannya dilakukan pada panjang gelombang

    320 nm. Panjang gelombang ini digunakan untuk mengukur Ce (IV) yangtidak bereaksi dengan Kuersetin dan senyawa flavonoid lain. Kapasitas

    reduksi Ce (IV) pada sampel dapat diukur konsentrasi dan pH larutan yang

    sesuai membuat Ce (IV) hanya mengoksidasi antioksidan dan bukan senyawa

    organic lain yang mungkin teroksidasi. Hal ini membuat penentuan panjang

    gelombang maksimum dan nilai larutan pH penting untuk diketahui dan

    dijaga selama pengukuran agar tidak terjadi pergeseran panjang gelombang

    selama pengukuran.

    f. Metode Status antioksidan TotalAsam 2,2-Azinobis(3-etilbenzatiazolin)-6-sulfonat (ABTS) merupakan

    substrat dari peroksidase, di mana ketika dioksidasi dengan kehadiran H2O2

    akan membentuk senyawa radikal kation metastabil dengan karakteristik

    menunjukan absorbansi kuat pada panjang gelombang 414 nm. ABTS

    merupakan senyawa larut air dan stabil secara kimia. Akumulasi dari ABTS

    dapat dihambat oleh antioksidan pada medium reaksi dengan aktivitas yang

    bergantung waktu reaksi dan jumlah antioksidan.

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    22/63

    11

    4. Inhibition Concentration 50(IC50)Inhibition Concentration 50(IC50) yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan

    yang dapat menyebabkan 50% DPPH kehilangan karakter radikal atau

    konsentrasi suatu zat antioksidan yang memberikan penghambatan 50%. Zat

    yang mempunyai antioksidan tinggi, akan mempunyai nilai IC50yang rendah

    (Brand-Willams, 1995 dalam satiti 2012). IC50 dihitung dari persentase

    penghambatan serapan larutan ekstrak dengan menggunakan persamaan yang

    diperoleh dari kurva regresi linear, konsentrasi sampel sebagai sumbu x dan

    % inhibisi sebagai sumbu y.

    C. Proses PengeringanPengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air yang

    memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan

    dari permukaan bahan yang dikeringkan oleh media pengering. Proses

    pengeringan adalah proses pengambilan atau penurunan kadar air sampai batas

    tertentu sehingga dapat memperlambat laju kerusakan akibat aktivitas

    mikroorganisme sebelum bahan diolah (digunakan).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada dua golongan yaitu

    faktor yang berhubungan dengan udara pengering dan kelembaban udara,

    sedangkan faktor yang berhubungan dengan sifat bahan yang dikeringkan yaitu,

    ukuran dan kadar air awal dalam bahan.

    Pada dasarnya proses pengeringan dalam pembuatan simplisia temu putih

    dapat dilakukan dengan menggunakan oven. Mutu simplisia temu putih yang

    dikeringkan menggunakan oven sangat dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi

    suhu, makin cepat pula proses pengeringan yang berlangsung karena energi panas

    yang dibawa makin besar yang disebabkan jumlah massa cairan yang diuapkan

    dari permukaan bahan yang dikeringkan makin besar.

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    23/63

    12

    Muchtadi (1989) mengatakan bahan pangan yang dikeringkan umumnya

    mempunyai nilai gizi yang lebih rendah dibandingkan bahan segarnya. Selama

    pengeringan terjadi perubahan warna, tekstur dan aroma. Pada umumnya bahan

    pangan yang dikeringkan akan berubah warnanya menjadi coklat. Perubahan

    warna ini disebabkan oleh reaksi-reaksi baik enzimatis maupun non enzimatis.

    Efek lainnya adalah terjadinya case hardening, yaitu suatu keadaan dimana

    bagian luar atau permukaan bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya

    masih basah. Hal ini disebabkan suhu pengeringan yang terlalu tinggi akan

    menyebabkan bagian permukaan cepat mengering dan menjadi keras sehingga

    menghambat penguapan air selanjutnya.

    Manfaat dari pengeringan adalah ketahanan bahan dari proses kerusakan.

    Hal ini disebabkan oleh aktivitas air yang terdapat pada bahan mengalami

    penurunan sehingga mikroorganisme sebagai sumber penyebab kerusakan bahan

    tidak dapat hidup (Buckle et al, 1985).

    Lamanya proses pengeringan simplisia temu putih menyebabkan terjadinya

    penguapan dan kerusakan sebagian senyawa fenol, akibatnya terjadi penurunan

    aktivitas antioksidan pada simplisia temu putih.

    D. Ekstraksi dan Pemekatan LarutanEkstraksi merupakan cara pemisahan suatu senyawaan kimia yang

    terkandung dalam suatu bahan dengan menggunakan sistem pelarut. Teknik

    ekstraksi yang tepat bergantung pada tekstur dan kandungan air bahan tumbuhan

    yang diekstraksi dan genus senyawa yang diisolasi (Harbone, 1987).

    Ekstraksi yang digunakan adalah maserasi. Maserasi adalah perendaman

    sampel dengan menggunakan pelarut organik pada suhu ruangan. Pemilihan

    pelarut yang digunakan untuk proses maserasi akan memberikan efektifitas yang

    tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam karena dapat

    melarutkan seluruh golongan metabolit sekunder.

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    24/63

    13

    Hasil ekstraksi dalam jumlah pelarut yang cukup banyak dapat dipekatkan

    dengan menggunakan rotary evaporator pada proses pemekatan yaitu dengan

    menggunakan pompa vakum dengan pengaliran air. Penggunaan kondisi vakum

    untuk menghindari agar senyawa metabolit sekunder tidak terdegradasi selama

    proses pemekatan karena tidak panas.

    E. Senyawa FitokimiaSenyawa fitokimia merupakan senyawa bioaktif alami yang terdapat pada

    tanaman yang dapat berperan sebagai nutrisi dan serat alami yang dapat mencegah

    berbagai penyakit (Harborne, 1987). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

    fitokimia terdapat pada nutrisi yang terkandung dalam buah-buahan, sayur-sayuran, dan kacang-kacangan. Komponen biokatif tersebut dapat menghambat

    proses penuaan dini dan menurunkan resiko terhadap berbagai penyakit, misalnya

    kanker, penyakit pada hati, stroke, tekanan darah tinggi, osteoporosis dan infeksi

    saluran pencernaan (Hamburger dan Hastettmaun, 1991). Senyawa-senyawa

    fitokimia yang umum terdapat pada tanaman, yaitu golongan alkaloid, flavoniod,

    kuinon, tannin dan polifenol, saponin, steroid dan triterpenoid (Harborne, 1987).

    Senyawa fitokimia berperan dalam menjaga kesehatan. Senyawa-senyawa

    tersebut saling melengkapi dalam mekanisme kerja yang terjadi dalam tubuh,termasuk didalamnya adalah antioksidan, detoksifikasi oleh enzim, stimulasi dari

    sistem imun, metabolism hormon dan antibakteri serta antivirus (Hamburger dan

    Hastettmaun, 1991. dalam Sudirman, 2011).

    a. AlkaloidAlkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau

    alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam

    molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis,

    dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan

    hewan.

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    25/63

    14

    Pereaksi yang umum untuk uji alkaloid adalah pereaksi Mayer (kalium

    mercury iodida), pereaksi Wagner (iodium dan kalium iodida) dan pereaksi

    Dragendorff (Bismut nitrat, HCl pekat, air dan kalium iodida). Berikut adalah

    rumus umum dari alkaloid.

    Gambar 3. Struktur Alkaloid

    b. TriterpenoidTriterpenoid adalah senyawa yang umumnya larut dalam lemak dan

    terdapat dalam sitoplasma sel. Senyawa triterpenoid berupa senyawa tanpa

    warna, berbentuk Kristal, titik leleh tinggi dan bersuifat optis aktif. Uji yang

    banyak digunakan adalah dengan menggunakan pereaksi Lieberman-

    Burchard (anhidrida asetat dan H2SO4pekat) yang kebanyakan triterpena dan

    sterol memberikan warna hijau biru. Menurut Harborne (1987) senyawa

    triterpenoid dapat dibagi menjadi empat golongan,yaitu: triterpenoid, saponin,

    steroid, dan glikosida jantung (cardiosonic gliocside).

    Gambar 4. Struktur Triterpenoid

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    26/63

    15

    c. FlavonoidFlavonoid merupakan salah satu senyawa golongan fenol alam yang

    terbesar. Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom karbon

    yang umumnya tersebar di dunia tumbuhan. Flavonoid terutama berupa

    senyawa yang larut dalam air. Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan

    hijau sehingga pasti ditemukan pada setiap telaah ekstrak tumbuhan

    (Markham, 1988). Flavonoid adalah golongan senyawa polifenol yang

    diketahui memiliki sifat sebagai penangkap radikal bebas, penghambat enzim

    hidrolisis dan oksidatif, dan bekerja sebagai antiinflamasi (Pourmourad. 2006

    dalam haris, 2011). Jadi dapat disimpulkan bahwa flavonoid dapat bekerja

    sebagai antioksidan.

    Gambar 5. Struktur Flavonoid

    d. TaninTanin merupakan zat organik yang sangat kompleks dan terdiri dari

    senyawa fenolik. Tanin adalah. suatu senyawa polifenol yang berasal dari

    tumbuhan, berasa pahit dan kelat, yang bereaksi dengan dan menggumpalkan

    protein, atau berbagai senyawa organik lainnya termasuk asam amino dan

    alkaloid. Tanin dianggap senyawa kompleks yang dibentuk dari campuran

    polifenol yang sangat sukar dipisahkan karena tidak dapat dikristalkanTanin

    umumnya terdapat dalam organ: daun, buah, kulit batang, dan kayu.

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    27/63

    16

    Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui

    mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri

    dan antioksidan. Tanin merupakan komponen zat organik yang sangat

    kompleks, terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar

    mengkristal, mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan

    protein tersebut (Desmiaty et al., 2008). Tanin dibagi menjadi dua kelompok

    yaitu tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin memiliki peranan

    biologis yang kompleks mulai dari pengendap protein hingga pengkhelat

    logam. Tanin juga dapat berfungsi sebagai antioksidan biologis (Hagerman,

    2002). Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan

    pencernaan hewan.

    Gambar 6. Struktur Tanin

    e. SaponinSaponin adalah senyawa golongan glikosida yang mempunyai struktur

    steroid dan mempunyai sifat-sifat khas dapat membentuk larutan koloidal

    dalam air dan membui bila dikocok. Glikosida saponin bisa berupa saponin

    steroid maupun saponin triterpenoid. Sehingga ketika direaksikan dengan air

    dan dikocok maka akan terbentuk buih yang dapat bertahan lama. Saponin

    mudah larut dalam air dan tidak larut dalam eter. Saponin memiliki rasa pahit

    menusuk dan menyebabkan bersin serta iritasi pada selaput lendir.

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    28/63

    17

    Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau

    waktu memekatkan ekstrak tumbuhan merupakan bukti akan adanya saponin.

    Gambar 7. Struktur Saponin

    f. SteroidSteroid adalah suatu golongan senyawa triterpenoid yang mengandung

    inti siklopentana perhidrofenantren yaitu dari tiga cincin sikloheksana dan

    sebuah cincin siklopentana. Steroid sebelumnya dikenal dengan senyawa

    hewani (sebagai hormon kelamin, asam empedu, dan lain-lain) tetapi saat ini

    steroid banyak ditemukan di dalam jaringan tumbuhan. Sterol banyak

    ditemukan dalam tumbuhan dan disebut fitosterol yang dapat berperan

    menghambat penyerapan kolesterol sehingga dapat menurunkan penyerapan

    kolesterol total. Reaksi warna untuk uji kualitatif steroid adalah dengan

    pereaksi Lieberman-Burchard yang menghasilkan warna hijau biru

    (Harborne, 1987).

    Gambar 8. Struktur Steroid

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    29/63

    18

    F. KurkuminoidKurkuminoid termasuk kelompok senyawa fenolat yang terkandung dalam

    rimpang tanaman family Zingiberaceae antara lain temulawak, kunyit dan bangle.

    Kurkuminoid merupakan senyawa aktif dalam temulawak, kunyit dan bangle

    (Miftahuddin, 2010).

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Quiles et al (2002); Tonessen &

    Karlsen (1985) menunjukkan bahwa kunyit mengandung kurkuminoid yang

    terdiri atas kurkumin, dimetoksi-kurkumin dan bis-demetoksi kurkumin.

    Kurkumin diketahui berpotensi dalam menghambat proses oksidasi LDL dan

    peroksidasi plasmatik yang berperan penting dalam pathogenesis penyakit (Quiles

    et al, 2002).

    Gambar 9. Struktur Kurkumin

    Gambar 10. Struktur Dimetoksi-kurkumin

    Gambar 11. Struktur Bis-Demetoksi-Kurkumin

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    30/63

    19

    G. Spektrofotometer UV-VisSpektrofotometri merupakan suatu metoda analisis yang didasarkan pada

    pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan pada panjang

    gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi

    difraksi dengan detektor fototube.Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur

    transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang.

    Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang

    digunakan sering disebut dengan spektrofotometri. Spektrum ultraviolet

    merupakan suatu gambar antara panjang gelombang atau frekuensi serapan lawan

    intensitas serapan (transmisi atau absorbansi). Spektrofotometri ultraviolet

    berguna pada penentuan struktur molekul organik dan pada analisis kuantitatif

    (Creswell, 1982)

    Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual

    dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh

    suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu

    perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang

    berbeda.

    Gambar 12. Skema Peralatan Spektrofotometer UV-Vis

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    31/63

    20

    III.METODE PENELITIANA. Alat dan Bahan

    Peralatan yang digunakan adalah neraca analitik, oven, evaporator,

    peralatan gelas, eksikator dan spektrofotometer UV-Vis Genesys 20 single

    beam.

    Bahan-bahan yang digunakan adalah rimpang temu putih dari daerah

    Sukabumi berusia 11 bulan, ammonia 25%, kloroform, etanol, HCl 37%,

    pereaksi Dragendorff, pereaksi Mayer, Pereaksi Wagner, Pereaksi

    Liebermann-Burchard, serbuk Magnesium, Amilalkohol, FeCl3,1%, dietil eter,

    heksametilentetramin 0,5 %, DPPH dan kuersetin.

    B. Prosedur Penelitian.1. Determinasi Tanaman

    Determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan kebenaran simplisia

    yang akan digunakan dalam penelitian. Determinasi dilakukan di Pusat

    Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) diCibinong, Bogor.

    2. Persiapan SimplisiaTemu putih yang digunakan sebagai sampel penelitian diperoleh dari

    daerah Sukabumi. Rimpang temu putih yang digunakan berumur 11 bulan.

    Temu putih dicuci dan dibersihkan, kemudian ditiriskan. Rimpang temu

    putih dipotong memanjang dengan ketebalan 0,6-0,7 mm. Temu putih yang

    telah dipotong dikeringkan pada suhu 65C dengan waktu bervariasi.

    Selanjutnya dihaluskan sampai menjadi serbuk simplisia.

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    32/63

    21

    3. EkstraksiSebanyak 25 g simplisia temu putih diekstraksi dengan pelarut etanol

    dengan perbandingan sampel:pelarut 1:20, disimpan pada suhu ruang dalam

    shaker selama 24 jam dengan beberapa kali pengulangan sampai larutan

    ekstrak pelarut jernih. Kemudian filtrat dipisahkan dan dipekatkan

    menggunakan evaporator.

    4. Uji Fitokimia SenyawaAnalisis fitokimia yang dilakukan dalam penelitian dilakukan secara

    kualitatif. Senyawa yang diidentifikasi adalah alkaloid, saponin, flavonoid,

    steroid dan triterpenoid, tanin, dan kuinon.

    a. AlkaloidSebanyak 0,1 gram ekstrak kunyit ditambahkan 5 mL kloroform dan 3

    tetes amoniak. Fraksi kloroform dipisahkan dan diasamkan dengan 2 tetes

    H2SO4 2M. Fraksi asam dibagi menjadi tiga tabung kemudian masing-

    masing ditambahkan pereaksi Dragendorf, Meyer dan Wagner. Adanya

    alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan putih ada pereaksi Meyer,

    endapan merah pada perekasi Dragendorf, dan endapan coklat pada

    pereaksi Wagner.b. Saponin

    Sebanyak 0,1 gram ekstrak kunyit ditambahkan 5 mL akuades lalu

    dipanaskan selama 5 menit. Kemudian dikocok selama 5 menit. Busa yang

    terbentuk setinggi kurang lebih 1 cm dan tetep stabil setelah didiamkan

    selama 15 menit menunjukkan adanya saponin.

    c. FlavonoidSebanyak 0,1 gram ekstrak kunyit ditambahkan air secukupnya lalu

    dipanaskan selama 5 menit, kemudian ditambahkan serbuk Mg, 0,2 ml

    asam HCl pekat dan beberapa tetes amil alkohol, larutan dikocok dan

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    33/63

    22

    dibiarkan terpisah. Adanya flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna

    merah coklat pada lapisan amil alkohol

    d. Triterpenoid dan SteroidSebanyak 0,1 gram ekstrak kunyit ditambahkan 5 mL etanol 30% lalu

    selama 5 menit dipanaskan dan disaring. Filtratnya diuapkan kemudian

    ditambahkan dengan eter. Lapisan eter ditambahkan dengan pereaksi

    Liebermen Burchard (3 tetes asetat anhidrida dan 1 tetes H2SO4 pekat).

    Warna merah atau ungu yang terbentuk menunjukkan adanya triterprnoid

    dan warna hijau menunjukkan adanya steroid.

    e. TaninSebanyak 0,1 gram ekstrak kunyit ditambahkan 5 mL akuades kemudian

    dididihkan selama 5 menit. Kemudian disaring dan filtratnya ditambahkandengan 5 tetes FeCl31% (b/v). Warna biru tua atau hitam kehijauan yang

    terbentuk menunjukkan adanya tanin.

    f. KuinonSebanyak 0,1 gram ekstrak kunyit ditambahkan 5 mL akuades kemudian

    dididihkan selama 5 menit. Setelah dingin di saring lalu filtrat

    ditambahkan NaOH 15%, bila berwarna merah positif mengandung

    kuinon.

    5. Uji Aktivitas AntioksidanUji aktivitas antioksidan ditentukan secara spektrofotometri dengan metode

    DPPH.

    a. Pembuatan Larutan DPPH 1 mMDitimbang dengan teliti 39.5 mg DPPH (BM 394.32), dimasukkan

    kedalam labu takar 100 ml, kemudian ditambahkan metanol pro analisis

    (p.a) hingga batas volume, lalu ditempatkan dalam botol gelap.

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    34/63

    23

    b. Pembuatan Larutan BlankoLarutan DPPH 1 mM dipipet sebanyak 1.0 ml kedalam labu takar 10 ml,

    lalu ditambahkan metanol (p.a) hingga tanda batas volume.

    c. Pembuatan Larutan Uji Ekstrak SimplisiaEkstrak sampel sebanyak 50 mg di timbang, kemudian dimasukkan ke

    dalam labu takar 50 ml, ditambahkan metanol (p.a) hingga tanda batas

    volume (larutan induk 1000 g / ml atau ppm). Larutan induk 1000 g / ml

    masing-masing dipipet sebanyak 2,0 ml ; 3,0 ml ; 4,0 ml ; 5,0 ml ; 6,0 ml ;

    7,0 ml dan 8,0 ml ke dalam labu takar 50 ml untuk mendapatkan

    konsentrasi 40, 60, 80, 100, 120, 140 dan 160 g / ml atau ppm.

    d. Pembuatan Larutan Kontrol PositifKuersetin sebanyak 59 mg ditimbang kemudian dimasukkan kedalam labu

    takar 50 ml, lalu dilarutkan dengan metanol (p.a) hingga tanda batas

    volume (larutan induk 1000 g / ml atau ppm). Sebanyak 1 ml larutan

    induk diencerkan dengan metanol (p.a) hingga 10 ml (larutan induk 100g

    / ml atau ppm). Larutan induk 100g / ml masing-masing dipipet sebanyak

    0,5 ml ; 1,0 ml; 1,5 ml; 2,0 ml dan 2,5 ml ke dalam labu takar 10 ml untuk

    mendapatkan konsentrasi 1, 2, 3, 4 dan 5 g / ml atau ppm.

    e. Pengukuran Aktivitas AntioksidanMasing-masing labu takar yang berisi deret larutan uji dan larutan kontrol

    positif ditambahkan 5 ml larutan DPPH 1 mM, ditambahkan metanol (p.a)

    hingga tanda batas volume, kemudian dihomogenkan. Larutan blanko,

    deret larutan uji dan deret larutan standar diinkubasi dalam penangas air

    dengan suhu 37oC selama 30 menit.

    Panjang gelombang maksimum ditentukan dengan mengukur serapan

    larutan blanko pada rentang panjang gelombang 400-700 nm. Panjang

    gelombang maksimum diperoleh dari nilai absorbansi maksimum.

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    35/63

    24

    Kemudian diukur absorbansi deret larutan uji dan deret larutan standar

    pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh.

    f. Perhitungan aktivitas antioksidana)Peredaman radikal bebas dihitung dengan rumus sebagai berikut:

    Peredaman radikal bebas (%) =

    Keterangan:

    Abs Blanko = Absorbansi larutan blanko

    Abs Sampel = Absorbansi larutan sampel (larutan uji atau kontrol

    positif)

    b) PerhitunganInhibition Concentration 50(% IC50)Data-data hasil pengukuran kemudian dianalisis dengan menggunakan

    persamaan regresi linier dan diperoleh kurva hubungan antara

    konsentrasi (sebagai sumbu x) dengan peredaman radikal bebas

    (sebagai sumbu y). Kurva hubungan antara konsentrasi dan peredaman

    radikal bebas ditunjukkan pada gambar 13.

    Gambar 13. Hubungan antara Konsentrasi dan Peredaman Radikal Bebas

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    36/63

    25

    Nilai IC50diperoleh dari y = ax + b, dimana y = Absorbansi Blanko. Sampel

    dinyatakan berpotensi sebagai antioksidan jika memiliki IC50kurang dari 100

    g / ml atau 100 ppm (Kiswandono dan Maslahat, 2011).

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    37/63

    26

    IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Determinasi TanamanDeterminasi tanaman merupakan proses untuk menentukan secara spesifik

    nama atau jenis dari suatu tumbuhan. Determinasi bertujuan untuk menentukan

    suatu spesies yang lebih spesifik dan tepat sasaran, karena dalam proses

    pemanfaatannya, tumbuhan memiliki berbagai jenis varietas yang hampir mirip untuk

    digunakan pada penelitian, jamu-jamu dan obat.

    Rimpang temu putih yang digunakan berasal dari daerah Sukabumi usia 11

    bulan. Determinasi rimpang temu putih dilakukan di Pusat Penelitian Biologi

    (Herbarium Bogoriense). Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong,

    Bogor. Hasil uji Determinasi menyatakan bahwa rimpang temu putih yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah temu putih jenis Curcuma aromatica

    Salisb. sesuai dengan data yang ditunjukkan dalam Lampiran 4.

    B. Pengeringan Simplisia dan Penetapan Kadar AirRimpang temu putih yang digunakan pada penelitian ini merupakan bahan

    yang memiliki kadar air dalam jumlah relatif tinggi. Maka dilakukan pengeringanterhadap sampel. Pengeringan dilakukan dengan waktu yang bervariasi, yaitu 22,

    23, 24, 25, dan 26 jam. Simplisia yang telah mengalami pengeringan, kemudian

    ditentukan kadar airnya.

    Kadar air simplisia temu putih dilakukan dengan cara pemanasan pada suhu

    1050C. Menurut Harijadi (1993), air yang terikat secara fisik dapat dihilangkan

    dengan pemanasan pada suhu 100-1050C Hasil pengukuran kadar air simplisia

    rimpang temu putih dalam berbagai variasi waktu pengeringan ditunjukan oleh

    Gambar 14.

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    38/63

    27

    Gambar 14. Grafik Hubungan Kadar Air dan Lama Pengeringan Simplisia Temu

    Putih

    Pada Tabel 1 dapat dilihat pada semua waktu pengeringan kadar air simplisia

    berkisar antara 6,63 7,38%. Hasil ini sesuai dengan standar Depkes RI (1995) untuk

    kadar air simplisia, yaitu kurang dari 10% . Semakin lama proses pengeringan

    semakin kecil kadar air yang didapatkan. Setiap penambahan waktu proses

    pengeringan selama 1 jam kadar air berkurang sebanyak 0,15 0,22 %.

    Kadar air akan mempengaruhi daya tahan sampel terhadap serangan atau

    aktivitas mikroorganisme. Semakin besar kandungan air pada simplisia, maka

    semakin rendah daya tahannya terhadap serangan mikroorganisme. Kadar air yang

    baik untuk simplisia adalah 6-7%, jika kurang dari nilai tersebut, kemungkinan zat

    aktif dalam simplisia tersebut telah hilang.

    C. Pembuatan Ekstrak SimplisiaEkstrak simplisia yang diperoleh dalam bentuk persen rendemen

    ditunjukkan pada Gambar 15.

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    39/63

    28

    Gambar 15. Hasil Rendemen Ekstrak Etanol Temu Putih

    Pada penelitian ini teknik ekstraksi yang dipilih yaitu maserasi.

    Maserasi merupakan metode perendaman sampel dengan pelarut organik dengan

    molekul relatif kecil dan dilakukan pada suhu ruang. Dalam proses maserasi ini

    terjadi kontak antara serbuk simplisia temu putih dan etanol yang cukup lama.

    Pelarut terus menerus terdistribusi ke dalam sel tumbuhan. Muncul perbedaan

    tekanan di dalam dan di luar sel sehingga terjadi proses difusi. Larutan yang

    terpekat akan didesak menuju keluar berusaha mencapai keseimbangan

    konsentrasi antara zat aktif di dalam dan di luar sel. Proses ini akan berhenti,

    setelah terjadi keseimbangan konsentrasi. Senyawa metabolit sekunder akan

    terlarut dalam pelarut etanol.

    Metode maserasi digunakan karena tidak memakai suhu tinggi. Jika

    ekstraksi menggunakan suhu tinggi ada kemungkinan senyawa-senyawa metabolit

    sekunder terdegradasi. Pelarut yang digunakan adalah pelarut polar, yaitu etanol.

    Pemilihan etanol sebagai pelarut karena senyawa antioksidan seperti flavonoid

    dan alkaloid larut dalam pelarut semipolar.

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    40/63

    29

    Larutan hasil proses maserasi dipekatkan dengan menggunakan evaporator

    pada suhu 600C agar bahan aktif dalam ekstrak tidak ikut menguap bersama

    pelarut.

    Ekstrak etanol yang dihasilkan berwarna coklat pekat dengan kadar

    rendemen berturut-turut untuk ekstrak dengan pengeringan 22, 23, 24, 25 dan 26

    jam yaitu 14,16%, 11,89%,15,95%, 12,10% dan 11,97%.

    (Gambar 15).

    D. Uji FitokimiaUji fitokimia terhadap ekstrak temu putih dilakukan dengan pengujian

    kimia senyawa golongan alkaloid, flavonoid, saponin, steroid/triterpenoid, tanindan kuinon. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya senyawa

    metabolit sekunder di dalam ekstrak tersebut. Uji fitokimia ini merupakan suatu

    uji kualitatif dari sampel untuk menentukan ada atau tidaknya bahan aktif dalam

    sampel yang akan dianalisis.

    Temu putih mengandung beberapa senyawa kimia. Berdasarkan penelitian

    Pratiwi (2006), pada uji fitokimia temu putih alkaloid dan flavonoid menunjukkan

    hasil uji positif dan mempunyai aktivitas antioksidan. Pada tahun yang sama

    Irawan (2006) menyatakan bahwa temu putih mengandung terpenoid, alkaloid,

    dan flavonoid mempunyai potensi tinggi sebagai antikanker.

    Hasil uji fitokimia pada ekstrak etanol temu putih disajikan pada Tabel 1.

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    41/63

    30

    Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Etanol Temu Putih

    Senyawa Metabolit

    Sekunder

    Ekstrak Temu Putih

    22 jam 23 jam 24 jam 25 jam 26 jam

    Alkaloid

    Dragendroff ++ ++ ++ + + Mayer + + + - - Wagner ++ ++ ++ ++ +

    Flavonoid ++ ++ ++ + +

    Saponin - - - - -

    Triterpenoid - - + - -

    Steroid - - - - -

    Tanin - - - - -

    Kuinon - - - - -

    Keterangan : ++ = kuat

    + = tidak terlalu kuat

    - = tidak terdeteksi

    Berdasarkan data pada Tabel 1 diketahui bahwa ekstrak etanol temu putih

    mengandung senyawa alkaloid dan flavonoid positif, sedangkan saponin,

    triterpenoid, steroid, tanin dan kuinon negatif. Preparasi sampel untuk pengujian

    alkaloid dilakukan dengan prosedur Kiang Douglas, yaitu pengujian terhadap

    garam alkaloid yang terdapat dalam tanaman (lazimnya sitrat, tartrat atau laktat).

    Ekstrak pertama-tama diubah menjadi basa bebas dengan larutan amonia encer.

    Hasil yang diperoleh kemudian diekstrak dengan larutan kloroform, dan alkaloid

    diubah menjadi garam kloridanya dengan cara menambahkan asam klorida 10%.

    Filtrat larutan berair kemudian diuji dengan pereaksi alkaloid yaitu pereaksi

    Mayer, Dragendorff atau Wagner. Reaksi didasarkan pada kesanggupan alkaloid

    untuk bergabung dengan logam yang memiliki berat atom tinggi seperti merkuri /

    raksa (Hg), bismut (Bi), tungsten / wolfram, atau iod (I2). Pereaksi Mayer

    mengandung kaliun iodida (KI) dan merkuri klorida (HgCl2). Pereaksi Dragendorff

    mengandung bismut nitrat (Bi(NO3)3) dan HgCl2 dalam nitrit berair. Pereaksi Wagner

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    42/63

    31

    menunjukkan perbedaan yang besar dalam hal sensitivitas terhadap gugus alkaloid

    yang berbeda (Sjahid, 2008).

    Pada uji alkaloid, ekstrak etanol temu putih pengeringan 25 dan 26 jam

    endapan coklat yang terbentuk dengan pereaksi Wagner tidak sebanyak endapan

    yang dibentuk oleh ekstrak etanol temu putih pengeringan 22, 23, dan 24 jam.

    Begitu pula pada pengujian flavonoid, ekstrak etanol temu putih pengeringan 25

    dan 26 jam hanya memberikan sedikit warna merah coklat pada lapisan amil

    alkohol (lebih sedikit dari ekstrak etanol temu putih pengeringan 22, 23 dan 24

    jam). Hal ini menandakan kandungan alkaloid dan flavonoid pada ekstrak etanol

    temu putih pengeringan 25 dan 26 jam sudah berkurang.

    Triterpenoid pada temu putih tidak terdeteksi diduga karena triterpenoid

    bersifat non polar sehingga tidak terbawa pada saat ekstraksi dengan pelarutsemipolar (etanol). Pada pengeringan 24 jam sedikit terlihat.

    Lama pengeringan mempengaruhi kandungan metabolit sekunder dari

    ekstrak etanol temu putih. Semakin lama proses pengeringan, semakin tidak kuat

    reaksi yang ditimbulkan dari pengujian alkaloid dan flavonoid.

    E. Uji Aktivitas AntioksidanUji aktivitas antioksidan ekstrak etanol temu putih terhadap radikal bebas

    DPPH dilakukan dengan cara spektrofotometri dengan kuersetin sebagai kontrol

    positif. Dilakukan pengukuran maks antara 500-525.

    Gambar 16. Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    43/63

    32

    Berdasarkan Gambar 16, panjang gelombang maksimum yang didapatkan

    adalah pada panjang gelombang 517 nm dengan nilai absorbansi 0,918. Pada

    panjang gelombang maksimal, kepekaan absorbansi juga maksimal karena pada

    panjang gelombang maksimal tersebut, perubahan absorbansi untuk setiap satuan

    konsentrasi adalah yang paling besar.

    Aktivitas antioksidan adalah kemampuan antioksidan untuk menghambat

    reaksi oksidasi yang dinyatakan sebagai persen penghambatan. Hasil uji aktivitas

    antioksidan dalam ekstrak rimpang temu putih adalah sebagai berikut:

    Gambar 17. Kurva hubungan konsentrasi (g/ml) dengan Peredaman Radikal

    Bebas (% Inhibisi) Ekstrak Temu Putih Pengeringan 22 jam

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    44/63

    33

    Gambar 18. Kurva Hubungan Konsentrasi (g/ml) dengan Peredaman Radikal

    Bebas (% Inhibisi) Ekstrak Temu Putih Pengeringan 23 Jam

    Gambar 19. Kurva Hubungan Konsentrasi (g/ml) dengan Peredaman Radikal

    Bebas (% Inhibisi) Ekstrak Temu Putih Pengeringan 24 Jam

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    45/63

    34

    Gambar 20. Kurva Hubungan Konsentrasi (g/ml) dengan Peredaman Radikal

    Bebas (% Inhibisi) Ekstrak Temu Putih Pengeringan 25 Jam.

    Gambar 21. Kurva Hubungan Konsentrasi (g/ml) dengan Peredaman Radikal

    Bebas (% Inhibisi) Ekstrak Temu Putih Pengeringan 26 Jam

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    46/63

    35

    Gambar 22. Kurva Hubungan Konsentrasi Kuersetin (g/ml) dengan Peredaman

    Radikal Bebas (% Inhibisi)

    Pada Gambar 17-21 dapat dilihat nilai peredaman radikal bebas semakin

    menurun seiring dengan naiknya konsentrasi. Kontrol positif Kuersetin

    menunjukkan nilai IC50 yang paling rendah, yaitu 6,47g/ml (Gambar 22).

    Parameter yang digunakan untuk menunjukkan aktivitas antioksidan adalah

    Inhibition Concentration (IC50) yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan yang dapatmenghambat reaksi radikal bebas DPPH sebesar 50%. Zat yang mempunyai

    aktivitas antioksidan tinggi, akan memberikan nilai IC50yang rendah. Nilai IC50

    diperoleh dengan cara membandingkan serapan radikal bebas DPPH sebelum

    bereaksi (blanko) dan setelah direaksikan dengan ekstrak sampel yang

    mengandung antioksidan (sampel). Nilai ini kemudian dimasukkan kedalam

    persamaan linier dengan konsentrasi (g/ml) sebagai sumbu x dan nilai

    peredaman radikal bebas (%) sebagai sumbu y, kemudian dimasukkan ke

    persamaan y = ax+b, dimana y = 50, dan nilai x menunjukkan IC50.

    Berdasarkan mekanisme reaksi senyawa antioksidan dengan DPPH yang

    disajikan pada Gambar 23 diketahui bahwa senyawa antioksidan memiliki sifat

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    47/63

    36

    yang relatif stabil dalam bentuk radikalnya. Sehingga senyawa-senyawa yang

    berpotensi sebagai antioksidan dapat diprediksi dari golongan fenolat, flavonoid

    dan alkaloid (Brand-William,1995). Berikut adalah mekanisme reaksi senyawa

    antioksidan dengan DPPH.

    Gambar 23. Mekanisme Reaksi Senyawa Antioksidan dengan DPPH

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    48/63

    37

    Gambar 24. Grafik Nilai IC50Ekstrak Etanol Temu Putih dan Kontrol Positif

    Pada sampel 22-24 jam nilai IC50 semakin kecil, pada sampel 25 dan 26

    jam nilai IC50naik kembali. Hal ini disebabkan pada lama pengeringan 22 dan 23

    jam kemungkinan masih ada metabolit sekunder yang terjerap dalam air sehingga

    tidak terekstrak secara sempurna. Sedangkan pada lama pengeringan 25 dan 26

    jam zat aktif sudah ada yang mengalami kerusakan. Hal ini sebanding dengan

    hasil fitokimia yang memperlihatkan reaksi warna yang semakin melemah untuk

    ekstrak etanol dengan lama pengeringan 25 dan 26 jam.

    Nilai IC50yang didapatkan untuk ekstrak etanol dengan lama pengeringan

    22, 23, 24, 25 dan 26 jam berturut-turut adalah 160,54g/ml, 133,17 g/ml,

    117,81g/ml, 144,69g/ml, dan 157,70g/ml. Berbeda jauh dengan Kuersetin

    sebagai kontrol positif yang memiliki nilai IC506,47 g/ml. Secara spesifik suatu

    senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 kurang dari 50

    g/ml, kuat untuk IC50 bernilai 50-100 g/ml, sedang jika bernilai 100-150 g/ml, dan

    lemah jika nilai IC50 bernilai 151-200 g/ml (Zuhra dkk, 2008). Ekstrak etanol

    rimpang temu putih dengan pengeringan 23-25 jam termasuk memiliki aktivitas

    antioksidan sedang. Ekstrak etanol rimpang temu putih dengan pengeringan 22 dan

    26 jam termasuk memiliki aktivitas antioksidan yang lemah.

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    49/63

    38

    V. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama proses pengeringan

    berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan rimpang temu putih. Ekstrak etanol

    rimpang temu putih dengan lama pengeringan simplisia 24 jam memiliki aktivitas

    antioksidan terbaik, yaitu dengan nilai IC50117,81 g/ml.

    B. SaranUntuk mendapatkan senyawa aktif lain dalam rimpang temu putih yang

    berkhasiat sebagai antioksidan perlu dilakukan ekstraksi dengan pelarut lain,

    seperti heksan dan etil asetat.

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    50/63

    39

    DAFTAR PUSTAKA

    Adinda. S dan D.K. Ningrum. 2006. Pengeringan Kunyit menggunakan

    Microwavedan Oven. Universitas Diponegoro. Semarang.

    Buckle, K.A. 1985.Ilmu Pangan. Cet.1. Universitas Indonesia. Jakarta.

    Cresswell, C. J. 1982.Analisis Spektrum Senyawa Organik.Edisi kedua. Institut

    Teknologi Banndung. Bandung

    Ditjen POM. 2000.Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

    Departemen Kesehatan RI. Jakarta

    Esvandiari. 2002. Pengaruh Ekstrak Temu Putih (Curcuma zedoaria) dan Kunir

    Putih (Curcuma mangga) pada Pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae.

    (Skripsi). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam InstitutPertanian Bogor. Bogor.

    Hamburger M. and K Hostettmaun. 1991.Bioactivity in plants: The link between

    phytochemistry and medicine. Phytochemical 30(12):3864-3874.

    Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Ed ke-2. Institut Teknologi Bandung.

    Bandung.

    Haris,M. 2011. Penentuan Kadar Flavonoid Total Dan Aktifitas Antioksidan DariDaun Dewa (Gynura Pseudochina [Lour] Dc) Dengan Spektrofotometer Uv-

    Visibel. Skripsi. Universitas Andalas. Padang

    Hagerman, E. The Tannin Handbook. http://chemistry.muohio.edu/hagerman/ ,

    diakses 28 Juli 2013.

    Heyne K. 1987. Tanaman Berguna Indonesia. Badan Litbang Kehutanan Jakarta,

    penerjemah. Jilid I. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.

    Jakarta.

    Irawan, D. 2006. Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Mahkota Dewa, Temu

    Putih, Sambiloto dan Keladi Tikus secara In Vitro. Skripsi. Institut

    Pertanian Bogor. Bogor.

    Kiswandono.A.A. dan M. Maslahat. 2011.Uji Antioksidan Ekstrak Heksana, EtilAsetat, Etanol, Metanol 80% Dan Air Daun Kelor (Moringa Oleifera,

    Lamk). Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 1, No. 1,

    Januari 2011,39 44. Universitas Nusa Bangsa. Bogor

    Kuroyanagi M. and A. Ueno. 1987. Structures of sesquiterpenes from Curcuma

    aromatica Salisb. Chemical & Pharmaceutical Bulletin 35(1): 53-59.

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    51/63

    40

    Kuronayagi M, M. Ohshiro and A. Ueno. 1990. Structures of Sesquiterpenes from

    Curcuma longa. Phytochemistry Volume 29. University of Shizuoka. Japan.

    Liang OB, Y. Widjaja dan S. Puspa. 1985. Beberapa aspek isolasi, identifikasi,

    dan penggunaan komponenkomponen Curcuma xanthorriza Roxb dan

    Curcuma domestika Val. Di dalam: Symposium Nasional Temulawak.Lembaga Penelitian Universitas Padjadaran. Bandung.

    Markham, K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Penerjemah Kosasih

    Padmawinata. ITB. Bandung.

    Miftahuddin, A. 2010.Diferensiasi Temulawak, Kunyit, dan Bangle Berdasarkan

    Pola Pemisahan Senyawa Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis. Skripsi.

    Institut Pertanian Bogor. Bogor.

    Prakash, A. 2001. Antioxidant Activity. Medall ion Labor ator ies :

    Anal it hycal Progres Vol 19 No : 2. 1 4.

    Pratiwi W. 2006. Penentuan daya inhibisi ekstrak air dan etanol temu putih

    (Curcuma zeodaria) terhadap aktivitas tirosin kinase secara in vitro.

    Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

    Satiti, A.W. 2012. Ekstraksi Bertingkat Heksana, Etanol 90% dan Air Simplisia

    Daun Sirsak (Annona muricata Linn) serta Potensinya Sebagai Zat

    Antioksidan alami.Skripsi. Universitas Nusa Bangsa. Bogor

    Sidik, M.W. Mulyono dan A. Mutadi. 1995. Temulawak (Curcuma xanthorriza

    Roxb). Phyto Medika. Jakarta.

    Sudirman,S. 2011. Aktivitas Antioksidan Dan Komponen Bioaktif Kangkung Air

    (Ipomoea Aquatica Forsk.).(Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor

    Tonnessen HH, G. Smistad, T. Agren and J. Karlsen. 1992. Studies of curcumin

    and curcuminoid. XX III: Effects of Curcumin on Liposomal Lipid

    Peroksidastion.

    Quiles JL, MD Mesa, CLR Tortosa, CM Aguilera, M. Battio, A. Gil, and MCR

    Tortosa. 2002. Curcuma longa extract suplementation reduces oxidative

    stress and attenuates aortic fatty streak development in rabbits.

    Arteriolscler Thromb Vasc Biol. 22: 1225-1231.

    Wijayakusuma HMH. 1997. Hidup Sehat Secara Hembing. Volume ke-6. PT

    Gramedia. Jakarta.

    Zuhra,C.F., BT Juliati, S. Herlince. 2008. Aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid

    dari Daun Katuk (sauropus androgunus (l) merr.).Jurnal Biologi Sumatera.Universitas Sumatera Utara. Medan.

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    52/63

    41

    LAMPIRAN

    Determinasi

    Tanaman

    Pencucian dan penirisan

    Pengeringan dengan waktu

    22,23, 24,25, 26 jam

    Ekstraksi cara maserasi

    dengan etanol

    Ekstrak kental

    Uji AntioksidanUji Fitokimia

    Pemeriksaan

    kadar air

    Lampiran 1. Diagram Alir Metode Penelitian

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    53/63

    42

    Lampiran 2. Diagram Alir Metode Uji Antioksidan Estrak Etanol Temu Putih

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    54/63

    43

    Lampiran 3. Diagram Alir Metode Uji Aktivitas Antioksidan Kuersetin

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    55/63

    44

    Lampiran 4. Hasil Determinasi Tanaman Temu Putih

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    56/63

    45

    Lampiran 5. Data kadar air simplisia rimpang temu putih

    Waktu

    Pengeringan

    (Jam)

    Ulangan Bobot

    Kosong

    (g)

    Bobot +

    Sampel

    (g)

    Bobot

    Sampel

    (g)

    Bobot

    Kering

    (g)

    Kadar

    Air (%)

    22 1

    2

    27,4533

    29,6545

    29,4533

    31,6545

    2,0000

    2,0000

    1,8525

    1,8524

    7,38

    7,38

    Rata-rata 7,38

    23 1

    2

    30,1289

    30,2884

    32,1289

    32,2884

    2,0000

    2,0000

    1,8562

    1,8560

    7,19

    7,20

    Rata-rata 7,20

    24 1

    2

    29,6074

    32,4032

    31,6075

    34,4032

    2,0001

    2,0000

    1,8594

    1,8588

    7,03

    7,06

    Rata-rata 7,05

    25 1

    2

    29,7867

    30,6472

    31,7867

    32,6472

    2,0000

    2,0000

    1,8632

    1,8630

    6,84

    6,85

    Rata-rata 6,85

    26 1

    2

    30,5542

    30,4821

    32,5542

    32,4821

    2,0000

    2,0000

    1,8764

    1,8764

    6,63

    6,63

    Rata-rata 6,63

    Perhitungan :

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    57/63

    46

    Lampiran 6. Data Rendemen yang diperoleh dari Hasil Ekstraksi

    Ekstrak

    Temu Putih

    Serbuk

    Sampel (g)

    Cawan

    Kosong (g)

    Cawan +

    ekstrak (g)

    Bobot

    ekstrak (g)

    Rendemen

    (%)

    22 Jam 20,0024 42,6867 45,5194 2,8327 14,16

    23 Jam 20,0026 27,2557 29,6347 2,3790 11,89

    24 Jam 20,0023 39,2007 42,3968 3,1961 15,98

    25 Jam 20,0014 32,5544 30,1252 2,4292 12,10

    26 Jam 20,0086 50,3384 52,7328 2,3944 11,97

    Perhitungan :

    Rendemen (%) = berat ekstrak x 100%

    berat serbuk

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    58/63

    47

    Lampiran 7. DataInhibition ConcentrationEkstrak Temu Putih dan Kuersetin

    1. Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol temu putih pengeringan 22 jamUlangan Konsentrasi

    (mg/l)

    Ab As Peredaman

    Radikal Bebas

    IC50

    (mg/l)

    80 0,685 25,38

    100 0,624 32,03

    120 0,552 39,87

    1 140 0,918 0,496 45,97 160,54

    160 0,460 49,89

    180 0,423 53,92

    80 0,686 25,27

    100 0,624 32,03

    120 0,552 39,87

    2 140 0,918 0,495 46,08 160,60

    160 0,461 49,78

    180 0,422 54,03

    Keterangan :

    Ab = Absorbansi blanko

    As = Absorbansi sampel

    IC50 = Konsentrasi sampel yang memberikan 50% peredaman radikal bebas.

    Perhitungan persamaan regresi linear:

    y = ax +b, dimana y=50 dan x = IC50

    dari grafik diperoleh persamaan : y = 0,289x + 3,588

    maka

    x = 160,5

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    59/63

    48

    2. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Temu Putih Pengeringan 23 JamUlangan Konsentrasi

    (mg/l)

    Ab As Peredaman

    Radikal Bebas

    IC50

    (mg/l)

    40 0,793 13,62

    60 0,692 24,62

    80 0,636 30,72

    1 100 0,918 0,550 40,09 133,17

    120 0,498 45,75

    140 0,454 50,54

    40 0,793 13,62

    60 0,694 17,65

    80 0,632 31,05

    2 100 0,918 0,524 42,92 131,07

    120 0,498 45,75

    140 0,454 50,54

    Keterangan :

    Ab = Absorbansi blanko

    As = Absorbansi sampel

    IC50 = Konsentrasi sampel yang memberikan 50% peredaman radikal bebas.

    Perhitungan persamaan regresi linear:

    y = ax +b, dimana y=50 dan x = IC50

    dari grafik diperoleh persamaan : y = 0,367x + 1,127

    maka

    x = 50-1,127

    0,367

    x = 133,17

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    60/63

    49

    3. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Temu Putih Pengeringan 24 JamUlangan Konsentrasi

    (mg/l)

    Ab As Peredaman

    Radikal Bebas

    IC50

    (mg/l)

    40 0,785 14,49

    60 0,682 25,71

    80 0,614 33,12

    1 100 0,918 0,543 40,85 117,81

    120 0,427 53,49

    140 0,381 58,50

    40 0,790 13,94

    60 0,680 25,93

    80 0,620 32,46

    2 100 0,918 0,545 40,63 117,53

    120 0,430 53,16

    140 0,374 59,26

    Keterangan :

    Ab = Absorbansi blanko

    As = Absorbansi sampel

    IC50 = Konsentrasi sampel yang memberikan 50% peredaman radikal bebas.

    Perhitungan persamaan regresi linear:

    y = ax +b, dimana y=50 dan x = IC50

    dari grafik diperoleh persamaan : y = 0,444x - 2,309

    maka

    x = 50+2,309

    0,444

    x = 117,81

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    61/63

    50

    4. Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol temu putih pengeringan 25 jamUlangan Konsentrasi

    (mg/l)

    Ab As Peredaman

    Radikal Bebas

    IC50

    (mg/l)

    40 0,758 17,43

    60 0,750 18,30

    80 0,672 26,80

    1 100 0,918 0,569 38,02 144,69

    120 0,528 42,48

    140 0,482 47,49

    160 0,412 55,12

    40 0,762 16,99

    60 0,716 22,00

    80 0,635 30,83

    2 100 0,918 0,570 37,91 143,32

    120 0,518 43,57

    140 0,480 47,71

    160 0,412 55,12

    Keterangan :

    Ab = Absorbansi blanko

    As = Absorbansi sampel

    IC50 = Konsentrasi sampel yang memberikan 50% peredaman radikal bebas.

    Perhitungan persamaan regresi linear:

    y = ax +b, dimana y=50 dan x = IC50

    dari grafik diperoleh persamaan : y = 0,334x+1,672

    maka

    x = 50-1,672

    0,334

    x = 144,69

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    62/63

    51

    5. Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol temu putih pengeringan 26 jamUlangan Konsentrasi

    (mg/l)

    Ab As Peredaman

    Radikal Bebas

    IC50

    (mg/l)

    60 0,811 11,66

    80 0,724 21,13

    100 0,642 30,07

    1 120 0,918 0,587 36,06 157,70

    140 0,512 44,23

    160 0,466 49,24

    180 0,401 56,32

    60 0,821 10,57

    80 0,7720 21,57

    100 0,633 31,05

    2 120 0,918 0,588 35,95 164,64

    140 0,531 42,16

    160 0,482 47,49

    180 0,424 53,81

    Keterangan :

    Ab = Absorbansi blanko

    As = Absorbansi sampel

    IC50 = Konsentrasi sampel yang memberikan 50% peredaman radikal bebas.

    Perhitungan persamaan regresi linear:

    y = ax +b, dimana y=50 dan x = IC50

    dari grafik diperoleh persamaan : y = 0,376x -9,294

    maka

    x = 50+9,294

    0,376

    x = 157,70

  • 5/27/2018 Skripsi Curcuma Aromatica Salisb

    63/63

    52

    6. Hasil uji aktivitas antioksidan Standar Positif KuersetinUlangan Konsentrasi

    (mg/l)

    Ab As Peredaman

    Radikal Bebas

    IC50

    (mg/l)

    1 0,660 28,10

    2 0,627 31,70

    3 0,583 36,49

    1 4 0,918 0,557 39,32 6,47

    5 0,517 43,68

    6 0,475 48,26

    7 0,436 52,51

    1 0,661 28,00

    2 0,627 31,70

    3 0,583 36,49

    2 4 0,918 0,556 39,43 6,46

    5 0,517 43,68

    6 0,476 48,15

    7 0,435 52,61

    Keterangan :

    Ab = Absorbansi blanko

    As = Absorbansi sampel

    IC50 = Konsentrasi sampel yang memberikan 50% peredaman radikal bebas.

    Perhitungan persamaan regresi linear:

    y = ax +b, dimana y=50 dan x = IC50

    dari grafik diperoleh persamaan : y = 4,053x + 23,79

    maka

    x = 50 23,79

    4,053

    x = 6,47