skripsi apriadi simamora
-
Upload
apriadi-simamora -
Category
Documents
-
view
455 -
download
2
Transcript of skripsi apriadi simamora
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari tingkat
sekolah dasar sampai sekolah tingkat menengah. Tujuan pendidikan matematika di
sekolah-sekolah ini adalah untuk membentuk kemampuan pada diri siswa yang
tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, dan memiliki sifat
obyektif, jujur, dan disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang
matematika, bidang lain, maupun dalam kehidupan sehari-hari (Widdiharto, 2004:1).
Kurikulum yang berlaku sekarang yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan
memandang perlunya pembelajaran matematika di jenjang-jenjang sekolah karena
pembelajaran matematika ini dapat membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Namun
kenyataannya, pada proses pembelajaran khususnya pada proses pembelajaran
matematika sangat bertolak belakang dengan apa yang diharapkan dari KTSP itu.
Kebanyakan guru sudah terbiasa dengan model pembelajaran konvensional yaitu
pembelajaran ekspositori. Pembelajaran ekspositori ini tentu saja membuat siswa pasif
dalam proses pembelajaran khususnya siswa yang berkemampuan rendah karena
pembelajaran lebih didominasi oleh guru.
Dilihat dari konteks kesulitan belajar siswa, kesulitan tersebut bisa dilihat jelas
dari kurangnya kemampuan siswa dalam pemecahan masalah. Sintaksnya siswa kurang
memahami masalah yang diberikan berupa latihan atau tugas, kurang mampu memilih
strategi penyelesaian masalah, dan kurang mampu menyelesaikan masalah tersebut
secara sistematis
1
Inayah (2007:2) mengemukakan bahwa kemampuan pemecahan masalah
matematika pada siswa dapat diketahui melalui soal-soal yang berbentuk uraian, karena
pada soal-soal yang berbentuk uraian kita dapat melihat langkah-langkah yang
dilakukan siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan, sehingga pemahaman siswa
dalam pemecahan masalah dapat terukur.
Adapun salah satu bentuk soal uraian tersebut yaitu soal cerita. Menurut Suyitno
dalam Inayah (2007:2) soal cerita merupakan soal yang dikaitkan dengan kehidupan
sehari-hari (contextual problem) yang lebih ditekankan kepada penajaman intelektual
anak sesuai dengan kenyataan yang mereka hadapi. Di kebanyakan sekolah, pada saat
pemberian soal uraian berbentuk soal cerita, siswa mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal-soal cerita tersebut. Bentuk kesulitan siswa tersebut diantaranya
kesulitan dalam memahami kalimat-kalimat dalam soal cerita yang diberikan, kurang
mampu memisalkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, serta kurang mampu
menghubungkan secara fungsional unsur-unsur yang diketahui untuk menyelesaikan
masalahnya, dan unsur mana yang harus dimisalkan dengan suatu variabel”.
Berdasarkan informasi dari guru mata pelajaran matematika di SMP Negeri 1
Semende Darat Laut, permasalahan pokok yang dihadapi dalam pembelajaran
matematika di SMP Negeri 1 Semende Darat Laut adalah siswa pasif dalam proses
pembelajaran matematika, siswa sulit dalam pemecahan masalah, dan siswa sulit dalam
penerjemahan soal cerita. Selain itu, permasalahan lain yang ada di SMP Negeri 1
Semende Darat Laut adalah kesulitan guru dalam memilih model, metode, teknik, dan
pendekatan dalam pembelajaran matematika.
Untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran matematika seperti yang
telah diuraikan di atas, maka perlu kiranya dikembangkan suatu bentuk atau model
2
pembelajaran yang efektif, berpusat pada siswa, memahami prinsip perbedaan
individual siswa, dan mampu meningkatkan kemampuan siswa terutama dalam
menyelesaikan soal uraian berbentuk soal cerita. Salah satu model pembelajaran yang
dapat mengakomodasi kepentingan untuk mengkolaborasikan pengembangan diri di
dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif (Widyaningsih, dkk,
2008:2). Point penting dalam pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran berpusat pada
siswa, siswa dapat aktif dan guru menjadi kreatif untuk mengembangkan suatu materi
ajar.
Ada banyak model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran matematika,
salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe CIRC. “Model pembelajaran
kooperatif CIRC merupakan model pembelajaran kooperatif terpadu membaca dan
menulis” (Steven dan Slavin dalam Wijayanti, 2007:16). Pada awalnya model
pembelajaran ini diterapkan pada pelajaran bahasa. Namun dalam perkembangannya,
model pembelajaran ini ternyata bisa juga diterapkan dalam pelajaran matematika
khususnya untuk melatih siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah.
Membaca yang dimaksud dalam model pembelajaran CIRC ini jika dihubungkan
dengan pembelajaran matematika yaitu memahami permasalahan yang diberikan,
memahami/mencari apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, dan menyimpulkan
cara penyelesaian yang akan dilakukan sedangkan menulis yang dimaksud yaitu
menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dengan suatu variabel serta
menyelesaikan permasalahan tersebut secara sistematis.
Pada pembelajaran kooperatif tipe CIRC ini, siswa ditempatkan dalam suatu
kelompok yang terdiri dari 4-5 orang yang memiliki kemampuan berbeda untuk
menyelesaikan suatu tugas tertentu, dalam hal ini untuk menyelesaikan soal-soal cerita.
3
Dari hasil kajian-kajian terdahulu yang relevan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe CIRC ini, penulis mendapatkan data-data sebagai berikut:
1) Nurul Inayah dengan judul Keefektifan Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe CIRC (Cooperatife Integrated Reading And Composition)
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Pokok Bahasan Segiempat Siswa
Kelas VII SMP Negeri 13 Semarang Tahun Ajaran 2006/2007 didapatkan
kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC lebih
efektif untuk meningkatkan aspek kemampuan pemecahan masalah pada pokok
bahasan segiempat siswa kelas VII SMP N 13 Semarang tahun ajaran 2006/2007
dibanding dengan pembelajaran dengan metode ekspositori.
2) Ani Shofiyani dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B
SMP NU Al Maruf Kudus Tahun Pelajaran 2006/2007 Pada Materi Pokok Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel Melalui Implementasi Pembelajaran kooperatif
Tipe CIRC didapatkan kesimpulan bahwa dengan implementasi model pembelajaran
kooperatif tipe CIRC dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelasVIII B SMP NU
Al Ma’ruf Kudus pokok bahasan sistem persamaan linear dengan dua variabel
3) Noor Wijayanti dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX A
SMP 3 Kudus Tahun Pelajaran 2006/2007 Pada Pokok Bahasan Peluang Melalui
Implementasi Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and
Compocition (CIRC) didapatkan kesimpulan bahwa dengan menggunakan model
pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Compocition (CIRC) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IXA SMP 3 Kudus tahun pelajaran
2006/2007 pada pokok bahasan peluang
4
4) Retno Sapardini dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII B
SMP 2 Bae Kudus Tahun Pelajaran 2006/2007 Pada Materi Perbandingan Melalui
Implementasi Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe CIRC didapatkan
kesimpulan bahwa melalui Implementasi model pembelajaran
Cooperative Learning tipe CIRC dapat meningkatkan hasil belajar
aktifitas siswa kelas VII B SMP 2 Bae Kudus tahun pelajaran
2006/2007.
Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya yaitu pada materi pokok yang akan diajarkan, tempat
penelitian, dan variabel penelitian yang menjadi titik perhatian
penulis.
Dari uraian di atas, maka penulis/calon peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION)
TERHADAP KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL
CERITA MATERI POKOK LINGKARAN DI KELAS VIII SMP NEGERI 1
SEMENDE DARAT LAUT”.
1.2 Masalah Penelitian
1.2.1 Batasan Masalah
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran masalah penelitian ini,
maka perlu diberikan batasan masalah. Adapun batasan masalah yang dimaksud yaitu
sebagai berikut:
1) Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini dilihat dari perbandingan
nilai tes siswa kelas eksperimen yang mendapat perlakuan model pembelajaran
5
kooperatif tipe CIRC dengan nilai tes akhir siswa kelas kontrol yang mendapat
perlakuan pembelajaran ekspositori pada materi pokok lingkaran.
2) Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC merupakan model
pembelajaran kooperatif yang mensetting siswa ke dalam suatu kelompok yang
heterogen terdiri dari 4-5 orang guna menyelesaikan permasalahan atau tugas yang
diberikan oleh guru dengan rangkaian yang spesifik.
3) Pembelajaran ekspositori yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu suatu
bentuk pembelajaran dengan melakukan aktivitas ceramah secara dominasi pada
pembelajaran, menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab, dan
mengerjakan latihan soal, dan pemberian tugas.
4) Kemampuan artinya kesanggupan atau kecakapan (Kamus Umum
Bahasa Indonesia, 1999). Kemampuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kesanggupan atau kecakapan siswa dalam menyelesaikan soal cerita yang dilihat
dari nilai tes yang diberikan pada akhir materi pokok lingkaran
5) Soal cerita adalah soal yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari
6) Lingkaran merupakan salah satu materi pokok mata pelajaran
matematika yang diajarkan di SMP. Adapun sub materi pokok lingkaran yang akan
diajarkan dalam penelitian ini yaitu luas lingkaran dan keliling lingkaran
7) Subjek yang diteliti adalah siswa kelas VIII semester genap di SMP
Negeri 1 Semende Darat Laut tahun ajaran 2009/2010.
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apakah ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CIRC
(Cooperative Integrated Reading and Composition) terhadap kemampuan siswa dalam
6
menyelesaikan soal cerita materi pokok lingkaran di kelas VIII SMP Negeri 1 Semende
Darat Laut?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) terhadap kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita materi pokok lingkaran di kelas VIII SMP Negeri 1
Semende Darat Laut?
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Bagi Guru, yaitu:
a) Sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan memilih bentuk
pembelajaran yang berpusat pada siswa, membuat siswa aktif serta guru
kreatif, dan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal cerita
b) Guru semakin mantap dalam mempersiapkan diri dalam proses
pembelajaran
2) Bagi Sekolah
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukkan
dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya pada
pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)
1.5 Anggapan Dasar
7
Menurut Arikunto (2006:65) anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik
tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh peneliti.
Dari pemikiran di atas, maka anggapan dasar dari penelitian ini yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC merupakan bentuk pembelajaran dimana siswa
disetting dalam kelompok belajar yang heterogen guna menyelesaikan suatu
permasalahan atau tugas tertentu dengan rangkaian kerja yang spesifik.
1.6 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah yang
diajukan pada penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto,
2002:64).
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) terhadap
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi pokok lingkaran di kelas
VIII SMP Negeri 1 Semende Darat Laut.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengaruh
Pelaksanaan suatu teknik atau suatu cara tentu dapat menimbulkan dampak
terhadap beberapa hal atau beberapa kejadian tertentu. Dampak atau akibat dari kegiatan
atau suatu cara ini sering disebut sebagai pengaruh. Misalnya penerapan suatu metode
pengajaran oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran tertentu, jika metode
pengajaran yang digunakan dalam penyampaian materi pelajaran tersebut tidak
bersesuaian maka dampak yang akan didapat adalah ketidakberhasilan pelaksanaan
proses pembelajaran tersebut. Demikian juga sebaliknya, jika metode pengajaran yang
digunakan oleh guru bersesuaian dengan materi yang diajarkan maka dapat diyakini
siswa akan lebih mudah memahami materi yang sedang dipelajarinya.
Purwadarminto (2003:865) mengemukakan bahwa pengaruh adalah daya yang
ada atau yang timbul dari sesuatu (orang, benda, dsb) yang berkuasa atau yang
berkekuatan (gaib, dsb). Dimana pengaruh dalam hal ini dapat saja bernilai positif
maupun bernilai negatif. Untuk itu, dalam melaksanakan suatu kegiatan pembelajaran
sudah seharusnya memperhatikan dampak yang akan ditimbulkan oleh kegiatan atau
cara tersebut.
Demikian halnya dengan pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CIRC
dalam proses pembelajaran, dalam hal ini dikhususkan pada pembelajaran matematika
9
materi pokok lingkaran. Pengaruh dalam penelitian ini diukur dari perbandingan rata-
rata kemampuan siswa kelas eksperimen yang diberikan perlakuan model pembelajaran
kooperatif tipe CIRC dilihat dari nilai tes akhir dengan kemampuan siswa kelas kontrol
yang diberikan perlakuan pembelajaran ekspositori dilihat dari nilai tes akhir.
2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC
2.2.1 Model Pembelajaran
Menurut Joyce (dalam Trianto, 2007:5) model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, kmputer,
kurikulum, dan lain-lain. Sedangkan menurut Soekamto, dkk (dalam Widdiharto,
2004:3) model pembelajaran adalah kerangka konsteptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan
para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Ismail (dalam Widdiharto, 2003:3) mengemukakan bahwa model pembelajaran
mempunyai empat ciri khusus. Ciri khusus tersebut yaitu sebagai berikut:
1) Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya
2) Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model pembelajaran tersebut
berhasil
4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran tercapai
Dari pendapat-pendapat dan ciri-ciri khusus model pembelajaran di atas, penulis
menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah pola atau bentuk pembelajaran yang
10
tergambar dari awal sampai akhir pembelajaran yang disajikan secara khas oleh guru
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2.2.2 Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang baru dalam dunia pendidikan
khususnya pada mata pelajaran matematika. Model pembelajaran kooperatif ini adalah
suatu perubahan bentuk pembelajaran yang selama ini monoton berpusat pada guru
menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Menurut Saptono (dalam
Widyaningsih, dkk, 2008:5) model pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
merupakan suatu pola atau model pembelajaran yang menitikberatkan pada
pengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda ke dalam kelompok-
kelompok kecil. Selanjutnya, Posamienter (dalam Widdiharto, 2007:13) mengemukakan
bahwa cooperative learning atau belajar secara berkelompok adalah penempatan siswa
dalam kelompok kecil dan memberikan sebuah atau beberapa tugas.
Dari kedua pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif adalah suatu bentuk atau pola pembelajaran yang mengelompokkan siswa ke
dalam suatu kelompok yang heterogen untuk bersama-sama mendiskusikan atau
menyelesaikan suatu tugas atau bahan pembelajaran yang diberikan.
Adapun tujuan pembelajaran kooperatif itu sendiri adalah untuk mencapai tiga
tujuan pembelajaran yang penting, yaitu:
1) Hasil pembelajaran akademik, pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2) Penerimaan terhadap perbedaan individu, efek penting yang kedua adalah penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda, menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan maupun ketidakmampuan
11
3) Pengembangan keterampilan sosial, model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi (Ibrahim dalam Inayah, 2007:17).
Pada model pembelajaran kooperatif yang diutamakan adalah kerjasama siswa
dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pembelajaran kooperatif. Hal-hal tersebut yaitu sebagai berikut:
1) Setiap anggota kelompok harus merasa bagian dari tim dalam pencapaian tujuan bersama
2) Setiap anggota dalam kelompok harus menyadari bahwa masalah yang harus mereka pecahkan adalah masalah kelompok, berhasil atau gagal akan dirasakan oleh anggota kelompok
3) Untuk pencapaian tujuan kelompok, semua siswa harus bicara atau diskusi satu sama lain
4) Harus jelas bahwa setiap kerja individu dalam kelompok mempunyai efek langsung terhadap keberhasilan kelompok
(Widdiharto, 2007:13)
Terkait dengan model pembelajaran ini, Ismail dalam Widdiharto (2007:15)
mengemukakan bahwa ada enam langkah pada pembelajaran kooperatif. Langkah-
langkah pembelajaran kooperatif tersebut yaitu:
TABEL 1
FASE-FASE PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Fase Ke- Indikator Tingkah Laku Guru
1 Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa untuk belajar
2 Menyajikan Informasi Guru menyajikan informasi
kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan
bacaan
12
3 Mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok
Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu
setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien
4 Mebimbing kelompok dalam bekerja
dan belajar
Guru membimbing kelompok-
kelompok belajar pada saat
mengerjakan tugas
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah
dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya
6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk
menghargai upaya atau hasil
belajar individu maupun kelompok
2.2.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC
CIRC merupakan singkatan dari cooperative integrated reading and
composition. Menurut Steven dan Slavin (dalam Wijayanti, 2004:35) model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC merupakan model pembelajaran kooperatif terpadu
membaca dan menulis. Pada awalnya model pembelajaran CIRC ini digunakan dalam
pembelajaran bahasa. Dalam kelompok kecil, para siswa diberikan suatu teks atau
bacaan, kemudian siswa latihan membaca, memahami ide pokok, saling merevisi, dan
menulis ikhtisar cerita atau memberikan tanggapan terhadap isi cerita. Namun dalam
perkembangannya, model pembelajaran kooperatif tipe CIRC ini ternyata bisa
digunakan dalam pembelajaran matematika khususnya untuk menyelesaikan soal-soal
uraian berbentuk soal cerita.
13
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe CIRC, siswa ditempatkan ke dalam
kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri dari 4 atau 5 siswa.
Pembentukan kelompok dalam model pembelajaran kooperatif tipe CIRC ini tidak
dibedakan atas jenis kelamin, suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan siswa sehingga
dalam proses pembelajaran siswa saling berinteraksi satu sama lain dalam suatu
kelompok serta bebas mengeluarkan ide atau gagasannya untuk memecahkan
permasalahan atau tugas tertentu yang diberikan oleh guru, dalam hal ini untuk
menyelesaikan soal cerita materi pokok lingkaran. Model pembelajaran kooperatif tipe
CIRC ini juga dapat meningkatkan cara berfikir kritis , kreatif, dan menumbuhkan rasa
sosial yang tinggi dalam diri siswa.
Adapun kegiatan pokok model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dalam
pembelajaran matematika adalah untuk memecahkan soal cerita dengan rangkaian yang
spesifik sebagai berikut:
a. Salah satu anggota kelompok atau beberapa anggota saling membaca soal cerita yang diberikan oleh guru
b. Membuat prediksi atau menafsirkan isi soal cerita termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan memisalkan yang ditanyakan dengan variabel tertentu
c. Saling membuat ikhtisar atau rencana penyelesaian soald. Menuliskan penyelesaian soal cerita secara urute. Saling merevisi dan mengedit pekerjaan (penyelesaian) jika ada yang perlu
di revisi(Suyitno dalam Sapardini, 2007:17)
2.2.3.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC
Menurut Sari (2007, 20-21) agar model pembelajaran kooperatif tipe CIRC
dapat berhasil dalam pelaksanaannya, maka perlu diperhatikan langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC tersebut.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe CIRC tersebut
yaitu sebagai berikut:
14
1) Guru menerangkan suatu materi pokok matematika tertentu kepada siswa
2) Guru memberikan latihan soal berbentuk soal cerita termasuk cara
menyelesaikannya
3) Guru siap melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan siswanya dalam
menyelesaikan soal cerita melalui model pembelajaran kooperatif tipe CIRC
4) Guru membentuk kelompok-kelompok belajar (learning society) yang heterogen
serta terdiri dari 4 sampai 5 siswa di setiap kelompok
5) Guru mempersiapkan 1 atau 2 soal cerita dan membagikannya kepada setiap
siswa dalam kelompok yang sudah terbentuk
6) Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi serangkaian kegiatan
yang spesifik sebagai berikut
a) Salah satu anggota kelompok membaca atau beberapa anggota saling
membaca soal cerita tersebut.
b) Membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal cerita termasuk
menuliskan yang ditanyakan dengan suatu variabel tertentu.
c) Saling membuat rencana penyelesaian soal cerita.
d) Menuliskan penyelesaian soal cerita secara urut.
e) Menyerahkan hasil tugas kelompok kepada guru.
7) Guru berkeliling mengawasi kerja kelompok.
8) Guru meminta perwakilan kelompok tertentu untuk menyajikan temuannya di
depan kelas.
9) Guru memberikan tugas/soal cerita secara individual kepada para siswa tentang
pokok bahasan yang sedang dipelajari.
15
10) Guru bisa membubarkan kelompok yang dibentuk dan para siswa kembali
ketempat duduknya masing-masing.
11) Menjelang akhir waktu pembelajaran, guru dapat mengulang secara klasikal
tentang strategi pemecahan soal cerita.
(Inayah, 2007:26)
2.3 Pembelajaran Ekspositori
Pembelajaran ekspositori merupakan suatu bentuk pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada
siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Roy
Killen (dalam Yanti, 2009:17) menamakan metode ekspositori dengan istilah strategi
pembelajaran langsung (Direct Instruction), karena dalam hal ini siswa tidak dituntut
untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi. Selanjutnya,
Sanjaya (dalam Yanti, 2009:17) menyatakan bahwa: “Metode ekspositori merupakan
bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered
approach)”
Sama halnya dengan model pembelajaran lainnya, pembelajaran ekspositori juga
mempunyai karakteristik tersendiri. Menurut Yanti ( 2009:17) karakteristik
pembelajaran ekspositori yaitu sebagai berikut:
1) Dilakukan dengan cara penyampaian materi pelajaran secara verbal.
2) Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah
jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu.
3) Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri.
Artinya setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya
16
dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah
diuraikan.
Kerangka pembelajaran konvensional (pembelajaran ekspositori) terdiri dari 4
fase yaitu guru memberikan informasi atau mendiskusikan bersama siswa dari materi
pelajaran yang disampaikan, guru memberi latihan soal yang dikerjakan secara individu
oleh siswa, guru bersama siswa membahas latihan soal dengan cara beberapa siswa
disuruh mengerjakan di papan tulis, guru memberi tugas kepada siswa sebagai
pekerjaan rumah (Sujarwo dalam Azizah, 2006:26-27).
Dari pengertian, ciri, dan kerangka pembelajaran ekspositori di atas, penulis
menyimpulkan bahwa pembelajaran ekspositori adalah suatu bentuk pembelajaran yang
berpusat pada guru serta pada penerapannya di kelas mengutamakan penyampaian
informasi secara langsung kepada siswa dengan cara ceramah, tanya jawab, pemberian
contoh soal, menyelesaikan soal latihan, dan pemberian tugas.
2.3.1 Tahap-tahap Pembelajaran Ekspositori
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran ekspositori terdiri dari beberapa tahap
atau prosedur yang perlu dipahami oleh guru. Tahap atau prosedur pembelajaran
ekspositori itu yaitu sebagai berikut:
1) Persiapan (Preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima
pelajaran. Dalam metode ekspositori, keberhasilan pelaksanaan pembelajaran sangat
bergantung pada langkah persiapan. Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan
persiapan yaitu :
a) Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif.
b) Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar.
17
c) Merangsang dan mengubah rasa ingin tahu siswa.
d) Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka.
2) Penyajian (Presentation)
Tahap penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan
persiapan yang telah dilakukan. Hal yang harus diperhatikan oleh guru pada tahap ini
adalah bagaimana materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh
siswa. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan
langkah ini diantaranya : Penggunaan bahasa, intonasi suara, Menjaga kontak mata
dengan siswa, serta menggunakan kemampuan guru untuk menjaga agar suasana kelas
tetap hidup dan menyenangkan.
3) Korelasi (Correlation)
Tahap korelasi adalah langkah yang dilakukan untuk memberikan makna
terhadap materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang
telah dimiliki siswa maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir
dan kemampuan motorik siswa.
4) Menyimpulkan (Generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti (core) dari materi pelajaran
yang telah disajikan. Sebab melalui langkah menyimpulkan, siswa dapat mengambil inti
sari dari proses penyajian. Menyimpulkan berarti pula memberikan keyakinan kepada
siswa tentang kebenaran suatu paparan. Sehingga siswa tidak merasa ragu lagi akan
penjelasan guru. Menyimpulkan bisa dilakukan dengan cara mengulang kembali inti-
inti materi yang menjadi pokok persoalan, memberikan beberapa pertanyaan yang
relevan dengan materi yang diajarkan, dan membuat maping atau pemetaan keterkaitan
antar pokok-pokok materi.
18
5) Mengaplikasikan (Aplication)
Tahap aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka
menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting dalam
proses pembelajaran ekspositori. Pada langkah ini guru akan dapat mengumpulkan
informasi tentang penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi yang telah
diajarkan. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah ini diantaranya, dengan membuat
tugas yang relevan, serta dengan memberikan tes materi yang telah diajarkan untuk
dikerjakan oleh siswa.
(Sanjaya, 2008)
2.3.2 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Ekspositori
Sama halnya dengan pembelajaran lainnya, pembelajaran ekspositori juga
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran
ekspositori tersebut yaitu sebagai berikut:
1) Kelebihan pembelajaran ekspositori
a) Dapat menampung kelas besar.
b) Bahan pelajaran diberikan secara urut oleh guru.
c) Guru dapat menentukan hal-hal yang dianggap penting.
d) Guru dapat memberikan penjelasan-penjelasan secara individual maupun
klasikal.
2) Kelemahan pembelajaran ekspositori
a) Pada metode ini tidak menekankan penonjolan aktivitas fisik seperti aktivitas
mental siswa.
b) Kegiatan terpusat pada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran).
c) Pengetahuan yang didapat dengan metode ekspositori cepat hilang.
19
d) Kepadatan konsep dan aturan-aturan yang diberikan dapat berakibat siswa
tidak menguasai bahan pelajaran yang diberikan.
(Setianingsih, 2007:19)
2.4 Kemampuan Siswa
Kemampuan artinya kesanggupan atau kecakapan (Purwodarminto, 1999).
Dalam konteks pembelajaran matematika, aspek kemampuan siswa yang sering menjadi
penilaian yaitu kemampuan penalaran, kemampuan pemahaman konsep, dan
kemampuan pemecahan masalah
Adapun kemampuan siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kesanggupan atau kecakapan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika yang
diukur menggunakan tes berbentuk soal cerita.
Pada soal cerita, kemampuan siswa dapat diamati dari kesanggupan siswa
memahami maksud soal cerita tersebut, mencari cara penyelesaian soal, dan
menyelesaikan soal cerita tersebut.
2.5 Soal Cerita
Pemberian soal cerita dalam pembelajaran matematika sangatlah penting, sebab
diperlukan dalam perkembangan proses berpikir siswa. Menurut Inayah (2007:28) soal
cerita adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek terdiri dari beberapa
kalimat. sedangkan menurut Amin dalam Sari (2007:13) soal cerita matematika adalah
soal matematika yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari serta memuat masalah
yang menuntut pemecahan soal.
Dalam pembelajaran matematika tingkat kesulitan soal cerita dipengaruhi oleh
panjang pendeknya kalimat yang digunakan, kejelasan bahasa yang digunakan, dan cara
pemisalan suatu variabel tertentu ke dalam soal cerita. Jadi, guru harus benar-benar
20
memperhatikan soal cerita yang diberikan agar tidak terjadi kesalahan penerjemahan
oleh siswa.
Menurut Tim Matematika Depdikbud (Suharyono, 1996) tiap soal cerita dapat
diselesaikan sebagai berikut.
a) Membaca soal tersebut dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan
dalam soal.
b) Menuliskan kalimat matematika yang menyatakan hubungan tersebut dalam
bentuk operasi bilangan.
c) Menyelesaikan kalimat matematika.
d) Menggunakan hasil penyelesaian untuk menjawab penyelesaian dalam soal.
2.6 Kajian Materi Pokok Pembelajaran
2.6.1 Lingkaran
1) Definisi Lingkaran
Lingkaran adalah garis lengkung yang kedua ujungnya saling bertemu dan
semua titik yang terletak pada garis lengkung itu mempunyai jarak yang sama terhadap
sebuah titik tertentu.
2) Unsur-unsur Lingkaran
Perhatikan gambar di atas agar lebih mudah memahami mengenai unsur-unsur
lingkaran.
a) Titik O disebut pusat lingkaran
b) disebut jari-jari lingkaran, yaitu garis yang
menghubungkan titik pusat lingkaran dan titik pada keliling lingkaran
21
c) disebut garis tengah atau diameter, yaitu ruas garis yang menghubungkan
dua titik pada keliling lingkaran dan melalui pusat lingkaran. Karena diameter
, dimana = jari-jari (r) lingkaran, sehingga diameter (d) =
d) disebut tali busur, yaitu ruas garis yang menghubungkan dua titik pada
lingkaran
e) ┴ tali busur ┴ tali busur disebut apotema, yaitu jarak
terpendek antara tali busur dan pusat lingkaran
f) Garis lengkung disebut busur lingkaran, yaitu bagian dari
keliling lingkaran. Busur terbagi menjadi dua, yaitu busur besar dan busur keci,
- Busur kecil/pendek adalah busur AB yang panjangnya kurang dari
setengah keliling lingkaran
- Busur besar/panjang adalah busur AB yang lebih dari setengah keliling
lingkaran
g) Daerah yang dibatasi oleh dua jari-jari, serta busur BC disebut
juring atau sektor. Juring terbagi dua, yaitu juring besar dan juring kecil
h) Daerah yang dibatasi oleh tali busur dan besarnya disebut tembereng.
3) Pendekatan Nilai
Nilai perbandingan disebut ,
Atau:
=
Bilangan tidak dapat dinyatakan secara tepat dalam bentuk pecahan biasa
maupun pecahan decimal. Bilangan merupakan bilangan irasional yang berada antara
3,141 dan 3,142. Oleh karena itu, nilai hanya dapat dinyatakan dengan nilai
pendekatan saja, yaitu 3,14, dengan pembulatan sampai dengan dua desimal.
22
Pecahan jika dinyatakan dalam bentuk pecahan desimal menjadi 3,142857…
dan dibulatkan sampai dua tempat decimal menjadi 3,14. Jadi, adalah pecahan yang
mendekati nilai , yaitu 3,14.
Dengan demikian, pendekatan nilai dapat dinyatakan sebagai pecahan biasa
atau pecahan desimal dengan pembulatan sampai dua tempat decimal, yaitu:
1) Dengan pecahan biasa, maka =
2) Dengan pecahan desimal, maka = 3,14
4) Menghitung Keliling Lingkaran
Pada pembahasan di bagian atas, diperoleh bahwa pada setiap lingkaran nilai
perbandingan menunjukkan bilangan yang sama atau tetap disebut
. Karena sehingga didapat . Karena panjang diameter adalah 2 jari-
jari atau d = 2r, maka
Jadi, didapat rumus keliling (K) lingkaran dengan diameter (d) atau jari-jari (r)
adalah atau
5) Menghitung Luas Lingkaran
Secara umum, rumus luas lingkaran dengan jari-jari r atau diameter d yaitu
sebagai berikut:
atau
2.7 Kajian Terdahulu Yang Relevan
Seperti yang telah diuraikan oleh penulis pada bagian latar belakang bahwa ada
penelitian terdahulu yang relevan dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC.
Untuk menghindari dugaan “plagiat”, maka pada bagian ini penulis akan menguraikan
hasil penelitian terdahulu mengenai model pembelajaran kooperatif tipe CIRC
(Cooperative Integrated Reading and Composition).
23
Nurul Inayah dengan judul skripsi; Keefektifan Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Pokok Bahasan Segiempat Siswa Kelas VII
SMP Negeri 13 Semarang Tahun Ajaran 2006/2007 didapatkan kesimpulan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC lebih efektif untuk meningkatkan
aspek kemampuan pemecahan masalah pada pokok bahasan segiempat siswa kelas VII
SMP N 13 Semarang tahun ajaran 2006/2007 dibanding dengan pembelajaran dengan
metode ekspositori.
Ani Shofiyani dengan judul skripsi; Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas
VIII B SMP NU Al Maruf Kudus Tahun Pelajaran 2006/2007 Pada Materi Pokok
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Melalui Implementasi Pembelajaran kooperatif
Tipe CIRC didapatkan kesimpulan bahwa dengan implementasi model pembelajaran
kooperatif tipe CIRC dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelasVIII B SMP NU Al
Ma’ruf Kudus pokok bahasan sistem persamaan linear dengan dua variable
Noor Wijayanti dengan judul skripsi; Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas
IX A SMP 3 Kudus Tahun Pelajaran 2006/2007 Pada Pokok Bahasan Peluang Melalui
Implementasi Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Compocition
(CIRC) didapatkan kesimpulan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran
Cooperative Integrated Reading and Compocition (CIRC) dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas IXA SMP 3 Kudus tahun pelajaran 2006/2007 pada pokok bahasan
peluang
Retno Sapardini dengan judul skripsi; Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas
VII B SMP 2 Bae Kudus Tahun Pelajaran 2006/2007 Pada Materi Perbandingan
Melalui Implementasi Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe CIRC didapatkan
24
kesimpulan bahwa melalui Implementasi model pembelajaran Cooperative
Learning tipe CIRC dapat meningkatkan hasil belajar aktifitas siswa
kelas VII B SMP 2 Bae Kudus tahun pelajaran 2006/2007.
Dari keempat kajian terdahulu yang relevansi di atas,
disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe CIRC sesuai untuk
digunakan pada pembelajaran matematika terutama pada aspek
pemecahan masalah. Adapun yang membedakan penelitian yang
akan dilakukan oleh penulis dengan penelitian sebelumnya yaitu pada
materi pokok yang akan diajarkan, tempat penelitian, dan variabel
yang menjadi titik perhatian penulis.
25
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian
“Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian” (Arikunto, 2006:116).
Adapun variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel = Kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita yang diajarkan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe CIRC diukur dari nilai tes yang
diberikan pada akhir materi pokok lingkaran di kelas VIII SMP Negeri
1 Semende Darat Laut (sebagai kelas eksperimen)
Variabel = Kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita yang diajarkan dengan
model pembelajaran ekspositori diukur dari nilai tes yang diberikan
pada akhir materi pokok lingkaran di kelas VIII SMP Negeri 1
Semende Darat Laut (sebagai kelas kontrol)
3.1.1 Definisi Operasional Variabel
26
Agar pengertian variabel dalam penelitian ini lebih jelas, maka perlu
didefinisikan sebagai berikut:
1) Kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita yang diajarkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC merupakan nilai tes yang diperoleh siswa
kelas eksperimen (yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
CIRC) pada akhir materi pokok lingkaran.
2) Kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita yang diajarkan dengan model
pembelajaran ekspositori merupakan nilai tes yang diperoleh siswa kelas kontrol
(yang diajarkan dengan model pembelajaran eskpositori) pada akhir materi
pokok lingkaran.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
“Populasi adalah keseluruhan objek penelitian” (Arikunto, 2006:130). Adapun
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Semende
Darat Laut tahun pelajaran 2009/2010 yang terdiri atas 5 kelas dengan jumlah siswa
sebanyak 180 siswa, dengan rincian sebagai berikut:
TABEL 2
POPULASI PENELITIAN
Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
VIII. A 13 24 37
VIII. B 17 20 37
VIII. C 23 14 37
VIII. D 24 12 36
VIII. E 15 18 33
27
Jumlah 92 88 180
Sumber: Staf Tata Usaha SMP Negeri 1 Semende Darat Laut tahun pelajaran
2009/2010
3.2.2 Sampel
“Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti” (Arikunto,
2005:131). Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu teknik simple random sampling. Penggunaan teknik simple random sampling ini
dilakukan setelah memperhatikan ciri-ciri antara lain siswa mendapat materi
berdasarkan kurikulum yang sama, siswa yang dijadikan objek duduk di kelas yang
sama yaitu kelas VIII, dan pembagian kelas VIII di SMP Negeri 1 Semende Darat Laut
tidak berdasarkan peringkat melainkan siswa yang memiliki peringkat tinggi, sedang,
dan rendah masing-masing tersebar secara merata di setiap kelas, sehingga tidak
terdapat kelas unggulan.
Dengan menggunakan teknik simple random sampling, maka dipilih kelas VIII.
D sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII. C sebagai kelas kontrol
TABEL 3SAMPEL PENELITIAN
No Kelas Laki-laki PerempuanJumlah
SiswaFungsi Kelas
1 VIII. D 24 12 33 Kelas Eksperimen
2 VIII. C 17 20 37 Kelas Kontrol
Jumlah 41 32 70
Sumber: Staf Tata Usaha SMP Negeri 1 Semende Darat Laut tahun pelajaran
2009/2010
3.3 Metode Penelitian
28
“Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya” (Arikunto, 2006:160). Sesuai dengan masalah dan
jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, maka metode penelitian yang akan
digunakan adalah metode eksperimen.
Penggunaan metode eksperimen dalam penelitian ini yaitu karena ingin
membandingkan dua perlakuan yang berbeda, dimana satu kelas sebagai kelas
eksperimen yang mendapat perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan
satu kelas sebagai kelas kontrol yang mendapat perlakuan pembelajaran ekspositori.
Penelitian ini akan dilaksanakan selama empat kali pertemuan dengan masing-masing
indikator pembelajaran pada rencana pelaksanaan pembelajaran (lampiran 1 dan 2).
Pada akhir materi pokok, dalam hal ini materi pokok lingkaran, baik kelas
eksperimen maupun kelas kontrol diberikan tes dengan soal yang sama yaitu soal uraian
berbentuk soal cerita sebanyak 5 soal yang terlebih dahulu diujicobakan. Tujuan
pemberian tes ini yaitu untuk mengetahui kemampuan siswa baik siswa kelas kontrol
(yang diajar dengan model pembelajaran ekspositori) maupun siswa kelas eksperimen
(yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC) dalam menyelesaikan
soal cerita materi pokok lingkaran.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Arikunto (2002A:197) “Pengumpulan data merupakan pekerjaan yang
paling penting dalam penelitian”.
Adapun Metode-metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam
penelitian ini yaitu metode dokumentasi dan metode tes.
3.4.1 Metode Dokumentasi
29
Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data
nama siswa yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini dan untuk memperoleh data
nilai ulangan harian dari guru mata pelajaran matematika pada kelas yang menjadi
sampel. Khusus untuk kelas VIII. D sebagai kelas eksperimen (yang mendapatkan
perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC) data nilai ulangan harian ini
nantinya akan dijadikan acuan dalam pembentukan kelompok.
3.4.2 Metode Tes
Setelah semua materi pelajaran diberikan pada siswa, maka langkah berikutnya
adalah pemberian tes berupa soal uraian berbentuk soal cerita baik di kelas eksperimen
(yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC) maupun di kelas kontrol
(yang diajar dengan model pembelajaran ekspositori). Tujuan penggunaan metode tes
dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal cerita materi pokok lingkaran.
Instrumen yang digunakan terdiri atas 5 butir soal yang terlebih dahulu
diujicobakan. Adapun kisi-kisi soal, soal instrumen, dan kunci jawaban dapat dilihat
pada lampiran 3, 4, dan 5.
3.5.1 Teknik Analisis Data
Untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan dan untuk memperoleh
suatu kesimpulan, maka data nilai tes yang diberikan pada akhir materi pokok lingkaran
dianalisis menggunakan uji t. Adapun tahap-tahap analisis data yang dilakukan penulis
yaitu sebagai berikut:
1) Analisis Data Hasil Belajar Siswa
a) Rata-rata
30
b) Modus
Mo = Frekuensi nilai yang paling sering muncul
c) Varians
2) Uji Normalitas data
Syarat pengujian hipotesis menggunakan statistik parametrik adalah
berdistribusi normal, oleh karena itu sebelum data ini diuji hipotesisnya, dilakukan uji
normalitas data. Untuk menguji kenormalan data digunakan ukuran kemiringan.
Kriterianya yaitu data berdistribusi normal jika kemiringan kurva terletak diantara -1
dan +1.
Kemiringan =
3) Uji homogenitas
Uji homogenitas dua varians dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel
yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol tingkat varians yang sama (homogen) atau
tidak. Kemudian hasil dari uji homogenitas ini digunakan untuk menentukan uji
hipotesis yang akan digunakan. Adapun langkah-langkah pengujian homogenitas
varians yang dilakukan yaitu sebagai berikut:
a) Menentukan formulasi hipotesis
Formulasi hipotesis yang digunakan penulis yaitu uji dua pihak.
(Sudjana, 2002:250)
Keterangan:
31
= Varians data nilai kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita materi
pokok lingkaran yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif
(sebagai kelas eksperimen)
= Varians data nilai kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita materi
pokok lingkaran yang diajarkan dengan model pembelajaran ekspositori
(sebagai kelas kontrol)
b) Menentukan kriteria pengujian
diterima jika
ditolak jika
(Sudjana, 2002:249)
c) Uji F
Fhitung = (Sudjana, 2002:250)
4) Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk menguji hipotesis yang dikemukakan dalam
penelitian ini yaitu ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CIRC
(Cooperative Integrated Reading and Composition) terhadap kemampuan siswa
menyelesaikan soal cerita materi pokok lingkaran di kelas VIII SMP Negeri 1 Semende
Darat Laut.. Adapun uji hipotesis yang digunakan yaitu uji t pihak kanan dengan rumus
sebagai berikut:
a) Varians kedua kelas sama
Jika varians kedua kelas sama, rumus yang digunakan yaitu:
32
dengan
Kriteria pengujiannya adalah H0 ditolak jika
(Sudjana, 1996:241)
b) Varians kedua kelas berbeda
Jika varians kedua kelas berbeda, maka rumus yang digunakan yaitu:
Kriteria pengujiannya adalah H0 ditolak jika
(Sudjana, 2002:241).
Keterangan:
= Kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita yang diajarkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC diukur dari nilai tes yang diberikan pada
akhir materi pokok lingkaran
= Kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita yang diajarkan dengan model
pembelajaran ekspositori diukur dari nilai tes yang diberikan pada akhir materi
pokok lingkaran
= Banyak siswa kelas eksperimen (yang diajar dengan model pembelajaran
kooperatif tipe CIRC)
= Banyak siswa kelas kontrol (yang diajar dengan model pembelajaran
ekspositori)
= Simpangan baku kelas eksperimen (yang diajar dengan model pembelajaran
kooperatif tipe CIRC)
33
= Simpangan baku kelas kontrol (yang diajar dengan model pembelajaran
ekspositori)
= Varians kelas eksperimen (yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif
tipe CIRC)
= Varians kelas kontrol (yang diajar dengan model pembelajaran ekspositori)
= Varians gabungan
3.6 Analisis Instrumen
Sebelum soal digunakan untuk mengukur kemampuan siswa menyelesaikan soal
cerita materi pokok lingkaran pada kelas sampel, soal tes terlebih dahulu diujicobakan.
Hasil uji coba kemudian dianalisis dan siap digunakan untuk mengukur kemampuan
siswa menyelesaikan soal cerita materi pokok lingkaran baik di kelas eksperimen
maupun kelas kontrol.
Suatu tes dikatakan baik sebagai alat ukur kemampuan pemecahan masalah jika
memenuhi persyaratan tes yaitu validitas dan reliabilitas. Berdasarkan data hasil uji
coba soal tes, dihitung validitas, reliabilitas, dan tingkat kesukaran soal sebagai berikut:
3.6.1 Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 1998:160). Untuk menghitung validitas
tiap butir soal digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut.
(Sugiono, 2005:213)
Keterangan:
: Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
N : Jumlah peserta didik
: Jumlah skor soal nomor i
34
: Jumlah skor total
: Jumlah hasil perkalian x dan y
Kemudian hasil yang didapat dari perhitungan dibandingkan dengan harga
rtabel . Harga rtabel untuk N = 37 dan taraf signifikansi 5% adalah 0,32. Jika ,
maka dapat dinyatakan butir soal tersebut valid
Berdasarkan uji coba soal yang telah dilaksanakan, dari 8 soal yang diujicobakan
diperoleh 5 soal yang valid. Adapun rekapitulasi hasil uji validitas soal tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini
TABEL 4
HASIL UJI VALIDITAS SOAL
No Soal Kaidah Keputusan
1 0,456 0,396 Valid
2 0,413 0,396 Valid
3 0,45 0,396 Valid
4 0,388 0,396 Tidak Valid
5 0,374 0,396 Tidak Valid
6 0,631 0,396 Valid
7 0,854 0,396 Valid
8 0,285 0,396 Tidak Valid
Untuk perhitungan selengkapnya dari uji coba isntrument tersebut, dapat dilihat
pada lampiran 10.
35
3.6.2 Reliabilitas
Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut
sudah baik (Arikunto, 1998:170).
Untuk perhitungan reliabilitas dalam penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut:
(Arikunto, 1995:106)
Keterangan:
: Reliabilitas instrumen
n : Jumlah item soal
: Jumlah varians skor tiap-tiap item
: Varians total
Kemudian hasil yang didapat dari perhitungan dibandingkan dengan
harga rtabel . Harga rtabel untuk N = 25 dan taraf signifikansi 5% adalah 0,396. Jika
, maka dapat dinyatakan butir soal tersebut reliabel.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai = 0,54. Karena
maka disimpulkan bahwa keseluruhan soal tes tersebut
adalah reliabel.
3.6.3 Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada
tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Untuk
menghitung taraf kesukaran tiap butir soal, digunakan rumus:
TK =
36
Dengan klasifikasi indeks kesukaran sebagai berikut:
adalah sukar
adalah sedang
adalah mudah
Dari hasil perhitungan diperoleh 5 soal yang berkategori sedang, 2 soal yang
berkategori sukar, dan 1 soal yang berkategori mudah. Adapun rekapitulasi tingkat
kesukaran tiap butir soal uji coba, dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini.
TABEL 6
TINGKAT KESUKARAN SOAL
No Soal
Skor Maksimum
TK Kategori
1 186 7,44 11 0,67636 Sedang2 198 7,92 12 0,66 Sedang3 165 6,6 10 0,66 Sedang4 114 4,56 19 0,24 Sukar5 128 5,12 15 0,34133 Sedang6 297 11,88 18 0,66 Sedang7 230 9,2 13 0,70769 Mudah8 128 5,12 18 0,28444 Sukar
Untuk perhitungan selengkapnya, dapat dilihat pada lampiran
12 halaman
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Hasil penelitian pada bab ini merupakan hasil studi lapangan untuk memperoleh
data dengan teknik tes setelah dilakukan suatu pembelajaran yang berbeda antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Pengambilan data penelitian ini dilaksanakan di kelas
VIII SMP Negeri 1 Semende Darat Laut pada bulan Maret 2010. Data diperoleh dari
hasil eksperimen yaitu dari hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model
38
pembelajaran kooperatif tipe CIRC (sebagai kelas eksperimen) dan hasil belajar siswa
yang diajarkan dengan model pembelajaran ekspositori (sebagai kelas kontrol).
Variabel yang menjadi titik perhatian dalam penelitian ini adalah kemampuan
siswa menyelesaikan soal cerita materi pokok lingkaran yang diajarkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC di kelas VIII SMP Negeri 1 Semende Darat Laut
(sebagai kelas eksperimen) dan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita materi
pokok lingkaran yang diajarkan dengan model pembelajaran ekspositori di kelas VIII
SMP Negeri 1 Semende Darat Laut (sebagai kelas kontrol).
Sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), menyusun tes hasil belajar, dan
mengujicobakan soal tes hasil belajar tersebut.
Model pembelajaran yang digunakan pada kelas eksperimen adalah model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)
sedangakan model pembelajaran yang digunakan pada kelas kontrol adalah model
pembelajaran ekspositori.
Pada kelas eksperimen yaitu kelas VIII.D, pertemuan pertama dilakukan pada
tanggal 22 Maret 2010 dengan indikator pembelajaran: menghitung keliling lingkaran
dan menyelesaikan soal cerita mengenai keliling lingkaran. Alokasi waktu yang
digunakan pada pertemuan pertama ini adalah 2 jam pelajaran. Pertemuan kedua
dilakukan pada tanggal 24 Maret 2010 dengan indikator pembelajaran: menghitung luas
lingkaran dan menyelesaikan soal cerita mengenai luas lingkaran. Alokasi waktu yang
digunakan pada pertemuan kedua ini sama dengan pada pertemuan pertama yaitu 2 jam
pelajaran. Pertemuan ketiga dilakukan pada tanggal 26 Maret 2010 dengan indikator
pembelajaran: menyelesaikan soal cerita mengenai keliling lingkaran dan
39
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
50 to55
55 to60
60 to65
65 to70
70 to75
75 to80
80 to85
85 to90
90 to95
95 to100
VAR1
Frequency
Normal
menyelesaikan soal cerita mengenai luas lingkaran. Alokasi waktu yang digunakan pada
pertemuan ketiga ini adalah 1 jam pelajaran.
Pada kelas kontrol yaitu kelas VIII.C, pertemuan pertama dilakukan pada
tanggal 22 Maret 2010 dengan indikator pembelajaran: menghitung keliling lingkaran
dan menyelesaikan soal cerita mengenai keliling lingkaran. Alokasi waktu yang
digunakan pada pertemuan pertama ini adalah 2 jam pelajaran. Pertemuan kedua
dilakukan pada tanggal 23 Maret 2010 dengan indikator pembelajaran: menghitung luas
lingkaran dan menyelesaikan soal cerita mengenai luas lingkaran. Alokasi waktu yang
digunakan pada pertemuan kedua ini yaitu 2 jam pelajaran. Pertemuan ketiga dilakukan
pada tanggal 25 Maret 2010 dengan indikator pembelajaran: menyelesaikan soal cerita
mengenai keliling lingkaran dan menyelesaikan soal cerita mengenai luas lingkaran.
Alokasi waktu yang digunakan pada pertemuan ketiga ini adalah 1 jam pelajaran.
Pada tanggal 27 Maret 2010, diadakan tes baik di kelas eksperimen maupun
kelas kontrol. Soal yang diberikan yaitu soal cerita mengenai keliling lingkaran dan luas
lingkaran dengan teknik uraian berbentuk essay sebanyak 5 soal. Soal tes dikerjakan
secara individu baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol.
4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian
Dari hasil tes pada kelas eksperimen diperoleh nilai siswa yang berkisar dari 45
sampai 90. Modus untuk data hasil tes siswa kelas eksperimen yaitu 87 dengan
frekuensi sebanyak 5 orang siswa Adapun distribusi frekuensi nilai tes yang diperoleh
siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada histogram di bawah ini.
40
0
1
2
3
4
5
6
7
45 to50
50 to55
55 to60
60 to65
65 to70
70 to75
75 to80
80 to85
85 to90
90 to95
VAR2
Frequency
Normal
Gambar : Distribusi frekuensi nilai tes kelas eksperimen
Dari hasil tes pada kelas kontrol diperoleh nilai siswa yang berkisar dari 45
sampai 90. Modus untuk data hasil tes siswa kelas kontrol adalah 71 dengan frekuensi
sebanyak 4 orang siswa. Adapun distribusi nilai tes yang diperoleh keseluruhan siswa
kelas kontrol dapat dilihat pada histogram di bawah ini.
Gambar : Distribusi frekuensi nilai tes kelas eksperimen
Hasil tes ini merupakan data yang akan dijadikan bahan analisis untuk menguji
hipotesis yang telah dirumuskan yaitu “ada pengaruh model pembelajaran kooperatif
tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) terhadap kemampuan
41
siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi pokok lingkaran di kelas VIII SMP
Negeri 1 Semende Darat Laut.
4.1.3 Analisis Data Hasil Tes
4.1.3.1 Analisis Data Hasil Tes Siswa Kelas Eksperimen
Dari data nilai tes siswa kelas eksperimen kemudian dibuat ke dalam bentuk
tabel distribusi data tunggal untuk memudahkan dalam perhitungan rata-rata, varians
dan simpangan baku.
TABEL 7
DISTRIBUSI NILAI TES SISWA KELAS EKSPERIMEN
No Nama Nilai1 Agus Saputra 712 Ahmad Thoharoh 813 Ade Agung Pratama 814 Agus Karnawi 715 Andi Gunawan 766 Catam Herawan 517 Edi Pirnando 818 Irian Ifindi 859 Ida Yanti 81
10 Indang Satria 9111 Juliani 8212 Juliansyah 8713 Krisno Harianto 7214 Kairmiati 8515 M. Putra Ardian 9016 M. Ari Saputra 8717 M. Irwansyah 8518 Muliadi Efendi 5619 Mardiyanto 9620 Meriansyah 9121 Nurul Istiqomah 9622 Rujiansyah 7523 Rika Aprilia 9624 Sadrin Amin 8725 Susi Susanti 96
42
26 Setio Pribadi 6627 Sumarni 8728 Sepmini 8729 Septriani 6830 Septi Dariah 9031 Ucip Suprianto 8432 Wahyu P. Putra 6933 Anita Handayani 75
Jumlah 26761) Rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen
=
= 81,09
2) Simpangan Baku
Dari data distribusi hasil tes siswa kelas eksperimen diperoleh:
= 2676
= 220940
=
=
=
= 123,1477
= 123,15
43
= 11,09
4.1.3.2 Analisis Data Hasil Tes Siswa Kelas Kontrol
Dari data nilai tes siswa kelas kontrol kemudian dibuat ke dalam bentuk tabel
distribusi data tunggal untuk perhitungan rata-rata, modus, varians dan simpangan baku.
TABEL 8
DISTRIBUSI NILAI TES SISWA KELAS KONTROL
No Nama Siswa Nilai1 Apriono 712 Andiansyah 623 Devi Apriza 794 Divi Arianti 505 Erma Wasila 906 Elvi Susanti 467 Eka Sakbaniah 668 Eliza Mayang Sari 539 Feri Ardiansyah 4910 Febri Romadhon 6211 Fitriani 7212 Haryanti 6613 Herawansyah 5714 Ili Parsita 8215 Irwanto 6216 Julianto 5117 Maulana Fadli 8718 Marlini 6219 Midi Nopriansyah 8220 M. Rido 7121 M. Ali Topan 4522 Megayanti 8123 M. Edi Setiawan 7824 M. Mubarok 5125 Nando Dwi Lesmana 6926 Nopriansyah 7627 Nizar Herwindi 7128 Nuzuliah 6029 Olpin Demaru 85
44
30 Rahmudin Saputra 4531 Renaldi Vanhoten 6932 Saprianto 6833 Suria Adi Putra 7134 Siti Sahara 6635 Tri Handayani 7636 Yan Efrizon 8137 Anton Hengki Saputra 56
Jumlah 2468
1) Rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol
=
= 66,70
2) Simpangan Baku
= 2468
= 170342
=
=
=
= 158,8814
= 158,88
= 12,6
45
4.1.4 Uji Normalitas Data
4.1.4.1 Uji Normalitas Data Kelas Eksperimen
Dari distribusi data tes kelas eksperimen di atas diperoleh data sebagai berikut:
= 81,09
Modus (Mo) = 87
s = 11,09
1) Formulasi Hipotesis
= Data tidak berdistribusi normal
= Data berdistribusi normal
2) Kriteria Pengujian
ditolak jika -1 kemiringan 1 sebaliknya diterima jika kemiringan -1
atau kemiringan 1
3) Uji Statistik
Kemiringan =
=
=
= -0,53
4) Kesimpulan
46
Karena kemiringan = -0,53 terletak diantara -1 dan +1, maka berdasarkan
kriteria pengujian di atas ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa data hasil tes
siswa kelas eksperimen berdistribusi normal.
4.1.4.2 Uji Normalitas Data Kelas Kontrol
Dari distribusi data tes kelas eksperimen di atas diperoleh data sebagai berikut:
= 66,70
Modus (Mo) = 71
s = 12,6
1) Formulasi Hipotesis
= Data tidak berdistribusi normal
= Data berdistribusi normal
2) Kriteria Pengujian
ditolak jika -1 kemiringan 1 sebaliknya diterima jika kemiringan -1
atau kemiringan 1
3) Uji Statistik
Kemiringan =
=
=
= -0,34
4) Kesimpulan
47
Karena kemiringan = -0,34 terletak diantara -1 dan +1, maka ditolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa data hasil tes siswa kelas kontrol berdistribusi
normal.
Dari pengujian normalitas data tes siswa kedua kelas, diperoleh kesimpulan
bahwa kedua data hasil tes kelas eksperimen maupun data hasil tes kelas kontrol
berdistribusi normal, maka untuk selanjutnya dapat digunakan uji statistik parametrik
yaitu menggunakan uji statistik t.
4.1.5 Uji Homogenitas Data
1) Formulasi Hipotesis
Hipotesis yang digunakan untuk uji homogenitas data yaitu sebagai berikut:
: , kedua varians sampel adalah sama (homogen)
: , kedua varians sampel adalah tidak sama (tidak homogen)
2) Taraf nyata dan
Taraf nyata ( ) yang digunakan dalam pengujian homogenitas data ini yaitu 5%,
nilai = 1,768 (FINV(0,05;36;32))
3) Kriteria pengujian
Kriteria pengujian hipotesis yang digunakan yaitu diterima jika
, sebaliknya ditolak jika .
4) Uji statistik
Adapun untuk menguji hipotesis tersebut, digunakan uji F dengan rumus:
F =
48
= 158,88
= 123,15
F =
=
= 1,29
5) Kesimpulan
Karena maka diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa kedua sampel berasal dari populasi dengan varians yang homogen.
4.1.6 Uji Hipotesis
Dari hasil perhitungan uji normalitas data, diperoleh kesimpulan bahwa data
hasil tes kelas eksperimen dan data hasil tes kelas kontrol berdistribusi normal, sehingga
uji hipotesis yang digunakan yaitu uji t. Dari hasil uji homogenitas varians juga
diperoleh kesimpulan bahwa kedua sampel berasal dari populasi dengan varians
homogen sehingga rumus uji t yang digunakan yaitu uji t. Uji t yang digunakan dalam
pengujian hipotesis penelitian ini yaitu uji t pihak kanan dengan asumsi bahwa hasil
belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dari hasil belajar siswa kelas kontrol. Adapun
langkah-langkah pengujian hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Formulasi Hipotesis
H0 : Tidak ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CIRC
(Cooperative Integrated Reading and Composition) terhadap
49
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi pokok
lingkaran di kelas VIII SMP Negeri 1 Semende Darat Laut
Ha : Ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative
Integrated Reading and Composition) terhadap kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita materi pokok lingkaran di kelas VIII SMP
Negeri 1 Semende Darat Laut
2) Taraf nyata ( ) dan
Taraf nyata ( ) yang digunakan dalam pengujian hipotesis penelitian ini yaitu = 5
%. Harga untuk = 0,05 dan dk = = 68 adalah 1,9954
(TINV(0,05;68))
3) Kriteria Pengujian
Kriteria pengujian yang digunakan yaitu H0 ditolak jika dan
sebaliknya H0 diterima jika
4) Uji statistik
dengan
a) Data
Dari hasil analisis data tes siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, diperoleh
data sebagai berikut:
= 81,09
50
= 66,70
= 123,15
= 158,88
b) Nilai simpangan baku gabungan ( )
=
=
=
= 142,0659
= 142,07
= 11,91
c) Nilai thitung
=
=
=
51
=
=
= 5,253167
= 5,25
5) Kesimpulan
Karena maka berdasarkan kriteria pengujian di
atas H0 ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Compisition)
terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi pokok lingkaran di
kelas VIII SMP Negeri 1 Semende Darat Laut.
4.2 Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe CIRC terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
materi pokok lingkaran di kelas VIII SMP Negeri 1 Semende Darat Laut. Pada
penelitian ini digunakan dua kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas VIII. D sebagai
kelas eksperimen dan VIII. C sebagai kelas kontrol. Untuk mengumpulkan data
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi pokok lingkaran, peneliti
mengunakan tes, dan tes tersebut diberikan pada akhir materi pokok lingkaran yang
terlebih dahulu diujicobakan di kelas uji coba instrumen.
Kegiatan yang dilakukan dalam CIRC untuk memecahkan soal cerita meliputi
rangkaian kegiatan bersama yang dimulai dengan membaca soal, membuat prediksi atau
menafsirkan maksud soal, termasuk menuliskan apa yang diketahui, yang ditanyakan
dengan suatu variabel tertentu, membuat ikhtisar atau rencana isi soal cerita, menuliskan
52
penyelesaian soal cerita secara urut dan saling merevisi dan kemudian mengedit
pekerjaan atau penyelesaian.
Dalam pelaksanaan penelitian, pembelajaran dilakukan dalam 3 kali pertemuan,
pertemuan pertama digunakan untuk melakukan persiapan, pengenalan dan dilanjutkan
dengan pemberian materi cara menghitung keliling lingkaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Pada pelaksanaan pembelajaran hari pertama
ini, peneliti tidak menemukan hambatan yang berarti dikarenakan model pembelajaran
kooperatif tipe CIRC ini sederhana dan mudah untuk diaplikasikan. Sedangkan untuk
kelas kontrol diberikan model pembelajaran konvensional seperti yang telah dilakukan
oleh guru selama ini, yakni materi diberikan dengan menggunakan model pembelajaran
ekspositori.
Pertemuan kedua diberikan dengan model pembelajaran yang sama yaitu
pembelajaran kooperatif tipe CIRC di kelas eksperimen dan pembelajaran ekspositori di
kelas kontrol. Pada pertemuan kedua di kelas eksperimen, peneliti dapat dengan mudah
memulai pemberian materi dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC karena
siswa telah mampu menyesuaikan diri. Adapun materi yang diberikan pada pertemuan
kedua ini adalah menghitung luas lingkaran.
Pertemuan ketiga juga diberikan dengan model pembelajaran yang sama. Pada
pertemuan ketiga ini peneliti lebih lanjut menghubungkan materi yang sedang
dipelajari dengan kehidupan sehari-sehari siswa, kemudian siswa lebih diarahkan agar
mampu memberikan contoh serta menyelesaikan soal cerita yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari siswa yaitu soal cerita tentang lingkaran.
Pada pertemuan keempat, diadakan tes baik di kelas eksperimen maupun kelas
kontrol dengan soal yang sama sebanyak 5 soal. Tujuan diadakannya tes ini yaitu untuk
53
mengetahui kemampuan siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol dalam
menyelesaikan soal cerita materi pokok lingkaran dan pada akhirnya digunakan untuk
menganalisa apakah ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CIRC
(cooperative integrated reading and composition) terhadap kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita materi pokok lingkaran di kelas VIII SMP Negeri 1 Semende
Darat Laut.
Setelah data hasil tes terkumpul, kemudian dianalisis guna membuktikan
hipotesis yang telah dirumuskan. Dari hasil analisis data tes siswa kelas eksperimen,
diperoleh rata-rata hasil tes sebesar 81,03, varians sebesar 123,15, simpangan baku
sebesar 11,09 dan modus datanya yaitu 87. Sedangkan untuk kelas kontrol diperoleh
rata-rata hasil tes sebesar 66,70, varians 158,88, simpangan baku sebesar 12,6, dan
modus datanya yaitu 71. Dilihat dari rata-rata nilai tes yang diperoleh siswa kedua
kelas, terlihat bahwa rata-rata nilai tes siswa kelas eksperimen (yang diajarkan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC) lebih dari rata-rata nilai tes
siswa kelas kontrol (yang diajarkan menggunakan model pembelajaran ekspositori).
Dari hasil pengujian normalitas data hasil tes siswa kelas eksperimen diperoleh
kemiringan kurva sebesar -0,53. Karena kemiringan kurva terletak diantara -1 dan +1,
maka data hasil tes siswa kelas eksperimen berdistribusi normal. Kemudian dari hasil
pengujian normalitas data hasil tes siswa kelas kontrol diperoleh kemiringan kurva
sebesar -0,34. karena kemiringan kurva terletak diantara -1 dan +1, maka data hasil tes
siswa kelas kontrol berdistribusi normal. Dilihat dari kenormalan data kedua kelas,
maka untuk selanjutnya dapat digunakan uji statistik parametrik menggunakan uji
statistik t.
54
Dari hasil uji homogenitas varians, diperoleh Fhitung = 1,29. harga Ftabel untuk dk
pembilang = 36 dan dk penyebut = 32 pada = 5% adalah 1,768. karena Fhitung<Ftabel,
maka kedua varians tersebut homogen atau dengan kata lain kedua sampel berasal dari
populasi dengan varians homogen. Uji homogenitas ini digunakan untuk menentukan
rumus uji t yang akan digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
Uji statistik untuk pengujian hipotesis penelitian ini yaitu uji t pihak kanan
dengan asumsi bahwa kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita yang diajarkan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC lebih baik atau lebih dari kemampuan
siswa menyelesaikan soal cerita yang diajarkan dengan model pembelajaran ekspositori.
Hipotesis statistik dalam penelitian ini terdiri dari hipotesis null ( ) dan hipotesis
alternatif ( ). Hipotesis null pada penelitian ini yaitu tidak ada pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)
terhadap kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita materi pokok lingkaran di kelas
VIII SMP Negeri 1 Semende Darat Laut, sedangkan hipotesis alternatifnya yaitu ada
pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading
and Composition) terhadap kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita materi pokok
lingkaran di kelas VIII SMP Negeri 1 Semende Darat Laut.
Dari hasil perhitungan diperoleh =11,97, kemudian setelah dimasukkan
ke dalam perhitungan uji t diperoleh = 5,25. Adapun harga ttabel untuk = 5% dan
= 68 adalah 1,995. Karena atau maka H0
ditolak dan Ha diterima.
Karena H0 ditolak, maka is dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)
55
terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi pokok lingkaran di
kelas VIII SMP Negeri 1 Semende Darat Laut terbukti kebenarannya.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata model pembelajaran
kooperatif tipe CIRC (cooperative integrated reading and composition) mempunyai
pengaruh positif pada pembelajaran matematika khususnya dalam penyelesaian soal
aspek pemecahan masalah yaitu soal cerita.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated
Reading and Composition) terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
materi pokok lingkaran di kelas VIII SMP Negeri 1 Semende Darat Laut tahun ajaran
2009/2010.
5.2 Saran
Sehubungan dengan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut:
1) Dalam proses pembelajaran matematika khususnya pada aspek pemecahan
masalah, guru disarankan untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe CIRC (cooperative integrated reading and composition) sebagai variasi
mengajar untuk meningkatkan keaktifan serta pengoptimalan hasil belajar siswa.
56
2) Kepada guru juga disarankan untuk mengenalkan dan melatih cara pemecahan
masalah serta keterampilan kooperatif sebelum atau selama pembelajaran agar
peserta didik mampu menemukan dan mengembangkan sendiri pemecahan
masalah serta dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang
dituntut.
3) Kepada siswa disarankan untuk dapat lebih aktif di dalam
kelompok, memelihara nilai sosial, melatih sikap kerjasama, dan
saling menghargai baik dalam satu kelompok maupun dengan
kelompok lain
4) Perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari
penelitian ini terutama untuk materi-materi pembelajaran yang
lain.
57
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Inayah, Nurul. 2007. Keefektifan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Pokok Bahasan Segiempat Siswa Kelas VII SMP Negeri 13 Semarang Tahun Ajaran 2006/2007. Skripsi:Universitas Negeri Semarang.
M. Cholik Adinawan dan Sugijono. 2007. Matematika Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta:Erlangga.
Poerwadarminto. 1999. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.
Sapardini, Retno. 2007. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII B SMP 2 Bae Kudus Tahun Pelajaran 2006/2007 Pada Materi Perbandingan Melalui Implementasi Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe CIRC. Skripsi:Universitas Negeri Semarang.
Sari, Virgania. 2007. Keefektifan Model Pembelajaran Problem Posing Dibanding Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Compotition) Pada Kemampuan Siswa Kelas VII Semester 2 SMP Negeri 16 Semarang Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi Pokok Himpunan Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi:Universitas Negeri Semarang.
58
Shofiyani, Ani. 2006. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B SMP NU AL Ma’ruf Pada Materi Pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Melalui Implementasi Pembelajaran Kooperatif TIPE CIRC. Skripsi:Universitas Negeri Semarang.
Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung:Tarsito.
Widdiharto, Rachmadi. 2004. Model-model Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta: Widyaiswara PPPG Matematika Yogyakarta.
Wijayanti, Noor. 2007. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX A SMP 3 Kudus Tahun Pelajaran 2006/2007 Pada Pokok Bahasan Peluang Melalui Implementasi Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Skripsi:Universitas Negeri Semarang.
Yanti, Leny Farida. 2009. Penerapan Penyelesaian Soal Secara Sistematis (PS3) Dengan Menggunakan Metode Ekspositori Pada Pokok Bahasan Lingkaran Di Kelas VIII SMP Rakyat Pancur Batu Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi:Universitas Islam Sumatera Utara.
59