Monitoring dan Evaluasi: Monitoring dan Evaluasi: Tinjauan Kondisi ...
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI · iii KATA PENGANTAR . Monitoring dan evaluasi merupakan bagian...
Transcript of SISTEM MONITORING DAN EVALUASI · iii KATA PENGANTAR . Monitoring dan evaluasi merupakan bagian...
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI
DI TAMAN KEHATI
Tim Penyusun
Hendra Gunawan, Sugiarti Rachim, Vivin S. Sihombing, Anita Rianti, dan Pujo Setio
Editor
R. Garsetiasih dan Adi Susmianto
Penerbit
FORDA PRESS Bogor, 2015
Penerbitan dan Pencetakan
Atas kerja sama antara:
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTAN
dan PT. TIRTA INVESTAMA BABAKAN PARI, SUKABUMI
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
Penyusun : Hendra Gunawan, Sugiarti Rachim, Vivin S.
Sihombing, Anita Rianti, dan Pujo Setio
Editor : R. Garsetiasih dan Adi Susmianto
Foto sampul : Hendra Gunawan dan Sugiarti Rachim
Desain sampul : Tatang Rohana dan FORDA PRESS dan tata letak
Penerbit : FORDA PRESS, Bogor (Anggota IKAPI)
Cetakan ke I : Desember 2015, xviii + 194 hlm, 14,8 x 21,0 cm
ISBN : 978-602-6961-01-3
© Hak Cipta pada penyusun, dilindungi Undang-Undang
Sanksi Pelanggaran Pasal 72 UU Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling
singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah) atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan,
atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana penjara paling lambat 5 (lima) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).
Perpustakaan Nasional RI., Data Katalog Dalam Terbitan (KDT) Gunawan, H. [et al].
Sistem Monitoring dan Evaluasi Keanekaragaman Hayati di Taman Kehati / Penyusun: H. Gunawan, S. Rachim, V.S. Sihombing, A. Rianti, P. Setio ; Editor: R. Garsetiasih, A. Susmianto. -- Bogor : Forda Press, 2015.
xviii, 194 hlm. : ill. ; 21 cm.
ISBN: 978-602-6961-01-3
1. Monitoring, Evaluasi -- Keanekaragaman Hayati. I. Gunawan, H. [et al.] II. Penyusun. III. Forda Press IV. Judul
333.7
iii
KATA PENGANTAR
Monitoring dan evaluasi merupakan bagian dari mana-
jemen yang harus dilakukan jika ingin ada peningkatan
dan perbaikan kinerja. Oleh karena itu, kegiatan moni-
toring dan evaluasi pun perlu dilakukan dalam pem-
bangunan dan pengelolaan Taman Keanekaragaman Ha-
yati (Taman Kehati).
Kegiatan Monitoring Keanekaragaman Hayati dan Evaluasi
Keberhasilan Taman Kehati menjadi cara untuk pening-
katan dan efisiensi kinerja dan perbaikan pengelolaan,
serta efektivitas pencapaian output, outcome, dan dam-
pak. Buku ini disusun sebagai pedoman atau acuan dalam
pelaksanaan kegiatan monitoring keanekaragaman hayati
dan evaluasi keberhasilan Taman Kehati.
Terdapatnya buku ini diharapkan pelaksanaan kegiatan
monitoring dan evaluasi dapat dilakukan dengan sis-
tematik, konsisten, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Bogor, Desember 2015
Tim Penulis
v
SAMBUTAN KEPALA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTAN
Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Pemerintahan Kabinet Kerja memiliki kebijakan untuk
meningkatkan jumlah dan luasan ruang terbuka hijau
yang berfungsi ganda, yaitu untuk pelestarian flora-fauna,
wahana rekreasi, sarana pendidikan, sumber ilmu penge-
tahuan, objek penelitian, dan sebagai daerah tangkapan
hujan untuk konservasi air. Salah satu implementasi kebi-
jakan tersebut ialah pembangunan Taman Keaneka-
ragaman Hayati (Taman Kehati) sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 3
Tahun 2012.
Taman Kehati merupakan program konservasi keaneka-
ragaman hayati flora fauna yang berbasis pada penelitian
dan pengetahuan (sains). Oleh karena itu, Pusat Penelitian
dan Pengembangan Hutan berperan aktif untuk menyuk-
seskan program Taman Kehati, antara lain dengan mem-
berikan bimbingan dan konsultasi teknis, pembinaan
sumber daya pengelola, menyediakan paket-paket tek-
nologi terapan pendukung, pedoman teknis dan publikasi
hasil-hasil penelitian Taman Kehati.
Buku Sistem Monitoring dan Evaluasi Keaneka-
ragaman Hayati di Taman Kehati merupakan salah
satu produk Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan
dalam rangka mendukung pengelolaan Taman Kehati.
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
vi
Buku ini diharapkan menjadi panduan yang standar bagi para pengelola Taman Kehati dalam melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi sehingga diperoleh keseragaman parameter, metode, dan format pelaporan. Dengan demi-kian, hal ini akan memudahkan pembinaan secara nasional dalam rangka meningkatkan kualitas Taman Kehati selanjutnya.
Akhirnya, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepa-da para penulis atas sumbangan pemikiran dan penge-tahuannya dalam menyusun buku ini. Demikian pula, ucapan terima kasih dan penghargaan disampaikan kepa-da PT. Tirta Investama Plant Babakan Pari, Sukabumi atas kerjasama dan kontribusinya dalam menerbitkan buku ini.
Bogor, Desember 2015
Kepala Pusat,
Ir. Djohan Utama Perbatasari, M.M.NIP. 19601230 198801 1 001
vii
DAFTAR ISI
Hal.
KATA PENGANTAR ……………………………………………. iii
SAMBUTAN KEPALA PUSAT PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN HUTAN ………………………………..…..
v
DAFTAR ISI ………………………….…………………….……. vii
DAFTAR TABEL …………………….………………….……….. ix
DAFTAR GAMBAR ……………….…………………….………. xi
DAFTAR LAMPIRAN ………………….…………….…………. xiii
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN ………….….……… xiv
I. PENDAHULUAN ………………………………………… 1
A. Latar Belakang ……………………….………….. 1
B. Maksud dan Tujuan ………………….………… 2
II. DEFINISI DAN PENGERTIAN ………….…..……… 5
III. PRINSIP-PRINSIP MONITORING DAN
EVALUASI ………………………………….….……………
13
A. Prinsip-Prinsip …………………….……………… 13
B. Memilih Evaluator ……………………………..… 15
IV. TAHAPAN MONITORING DAN EVALUASI ….…. 17
V. METODE MONITORING KEANEKARAGAMAN
HAYATI FAUNA …………………………………..………
19
A. Tujuan ……………………………………….……… 20
B. Sasaran Objek yang Dimonitor ………….…. 21
C. Indikator yang Dimonitor ……………..……… 21
D. Metode Pengumpulan Data …………………… 21
E. Peralatan dan Bahan …………………..………. 23
F. Lokasi Monitoring ……………………..………… 29
G. Periode Monitoring ……………..……………… 30
H. Pengolahan dan Interpretasi Data ………… 31
I. Pelaporan ……………………………………..…… 45
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
viii
VI. METODE MONITORING KEANEKARAGAMAN
HAYATI FLORA ………………………..…………………
49
A. Tujuan ………………………………….…………… 50
B. Sasaran Objek yang Dimonitor ………..…… 50
C. Indikator yang Dimonitor ……………..……… 51
D. Metode Pengumpulan Data …………………… 54
E. Peralatan dan Bahan ……………….………….. 55
F. Lokasi Monitoring …………………..…………… 56
G. Periode Monitoring ……………….……………. 59
H. Pengolahan dan Interpretasi Data ……..…. 60
I. Pelaporan …………………………………….……. 61
VII. METODE EVALUASI KEBERHASILAN
TAMAN KEHATI ……………………………….….………
65
A. Maksud dan Tujuan ……………………..……… 65
B. Aspek-Aspek yang Dievaluasi ………..……… 66
C. Pendekatan ……………………………..…………. 69
D Metode Evaluasi ……………………….………… 75
E. Laporan Evaluasi ……………………..…………. 76
DAFTAR PUSTAKA ……………………………..……………… 77
LAMPIRAN ………..………………..……………………….…… 83
RIWAYAT HIDUP PENULIS ………..……………………….. 191
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
Tabel 1. Perbedaan mendasar antara monitoring
dan evaluasi
8
Tabel 2. Kelebihan dan kekurangan evaluasi
internal dan eksternal
11
Tabel 3. Tally sheet pengamatan untuk monitoring
satwa
27
Tabel 4. Hasil pengamatan lapangan monitoring
satwa
28
Tabel 5. Contoh penyajian hasil olahan data satwa
dalam bentuk tabel
41
Tabel 6. Contoh penyajian data indeks indeks
kemiripan komunitas burung
41
Tabel 7. Form hasil pengolahan data 43
Tabel 8. Form pengolahan klasifikasi dan
kategorisasi satwa
44
Tabel 9. Form rekapitulasi laporan monitoring
satwa
46
Tabel 10. Tally Sheet monitoring vegetasi/pohon
muda
52
Tabel 11. Tally Sheet monitoring vegetasi/pohon
dewasa
53
Tabel 12. Peralatan dan bahan monitoring pohon
Taman Kehati
55
Tabel 13. Pembagian periode dan waktu monitoring 60
Tabel 14. Rekapitulasi hasil monitoring pohon muda
62
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
x
Tabel 15. Rekapitulasi hasil monitoring pohon
dewasa
63
Tabel 16. Contoh jenis flora prioritas target
konservasi di Taman Kehati Babakan Pari
(Cidahu-Sukabumi)
67
Tabel 17. Contoh lima jenis fauna prioritas target
konservasi di Taman Kehati Babakan Pari
(Cidahu-Sukabumi)
67
Tabel 18. Pendekatan-pendekatan dalam melakukan
evaluasi
70
Tabel 19. Aspek yang dievaluasi dan metode
evaluasinya di Taman Kehati Babakan Pari
(contoh kasus di Taman Kehati Babakan
Pari, Kecamatan Cidahu, Kabupaten
Sukabumi)
71
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Hal.
Gambar 1. Beberapa peralatan monitoring satwa:
binocular (A), monocular (B), kamera
dengan lensa jauh (telelens) (C), GPS
(D), camera trap (E), dan stop counter (F)
24
Gambar 2. Beberapa buku panduan pengenalan
satwa
25
Gambar 3. Pengamatan satwa menggunakan
teropong/binocular (A) dan monitoring
satwa menggunakan camera/video trap
(B)
25
Gambar 4. Pendokumentasian satwa kecil
menggunakan kamera dengan lensa
jauh (telelens)
26
Gambar 5. Contoh lokasi monitoring satwa liar di
Taman Kehati Babakan Pari, Kecamatan
Cidahu, Kabupaten Sukabumi
30
Gambar 6. Contoh penyajian hasil olahan data
satwa dalam bentuk grafik pie
42
Gambar 7. Contoh penyajian hasil olahan data
satwa dalam bentuk histogram
42
Gambar 8. Berang-berang jawa (Aonyx cinereus) yang tertangkap camera trap di Taman
Kehati PT. Tirta Investama Lido
45
Gambar 9. Peralatan yang perlu dibawa pada saat
monitoring
56
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
xii
Gambar 10. Contoh lokasi monitoring flora pohon
di Taman Kehati Babakan Pari,
Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi
57
Gambar 11. Pemeriksaan hama dan penyakit
tanaman
57
Gambar 12. Pengukuran diamater pohon dewasa (A)
dan pencatatan kondisi gulma sekitar
tanaman (B)
58
Gambar 13. Label pohon yang dimonitor: bagian
depan berisi nama spesies, nomor
pohon, dan nomor blok (A); dan bagian
belakang berisi checklist tanggal
monitoring (B)
58
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Hal.
Lampiran 1. Panduan wawancara pengunjung/
masyarakat sekitar Taman Kehati
83
Lampiran 2. Kuesioner untuk stakeholders tentang
evaluasi keberhasilan Taman Kehati
84
Lampiran 3. Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang
Dilindungi berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor
7 Tahun 1999 tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa
87
Lampiran 4. Appendices CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora)
99
Lampiran 5. Daftar Spesies Prioritas (Lampiran
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P. 57/Menhut-II/2008 tentang Arahan
Strategis Konservasi Spesies Nasional
2008–2018)
178
Lampiran 6. Daftar 25 spesies satwa liar terancam
punah yang diprioritaskan meningkat
populasinya sebesar 10% pada tahun
2019 (Lampiran Surat Keputusan
Direktur Jenderal Perlindungan Hutan
dan Konservasi Alam No.
200/IV/KKH/2015)
186
Lampiran 7. Jumlah spesies flora dan fauna di
Indonesia yang terancam menurut
IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources)
188
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
xiv
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
1. CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) adalah konvensi internasional untuk mengendalikan perdagangan hidupan liar (flora dan fauna) yang terancam kepunahan. Indonesia memberlakukan Konvensi ini melalui Keputusan Presiden No. 43 Tahun 1978 tanggal 15 Desember 1978.
2. Daerah jelajah (home range) adalah daerah yang digunakan oleh individu satwa untuk mendapatkan makanan, pasangan dan memelihara anak (Burt, 1943 dalam Shaw, 1985).
3. Ekosistem adalah suatu kompleksitas interaksi yang dinamis dari komunitas tumbuhan, binatang dan mikroorganisme serta lingkungan fisiknya sebagai satu kesatuan fungsi.
4. Ekoton adalah pertemuan dua tipe habitat atau lebih atau peralihan antara dua atau lebih komunitas yang berbeda.
5. Flagship species adalah spesies yang dipilih untuk menggambarkan kondisi lingkungan atau ekosistem yang membutuhkan upaya konservasi. Spesies ini dipilih karena kerentanan, daya tarik, atau keunikannya dalam rangka membangkitkan dukungan dan penghargaan publik bagi konservasi keseluruhan ekosistem dan spesies di dalamnya. Contoh flagship species ialah panda raksasa, orangutan, gajah afrika, harimau india, monyet tamarin rambut emas, penyu belimbing, banteng, macan tutul jawa, dan gorila gunung.
6. Fragmentasi adalah proses pemecahan suatu habitat, ekosistem, atau tipe land-use menjadi bidang-bidang lahan yang lebih kecil.
7. Habitat adalah tempat atau tipe suatu tapak di mana suatu organisme atau populasi berada secara alami.
xv
Habitat merupakan suatu unit lingkungan (termasuk ruang, iklim, makanan, cover, dan air) di mana binatang, tumbuhan, atau populasi secara alami dan hidup normal dan berkembang.
8. Identifikasi jenis tumbuhan dan satwa adalah upaya untuk mengenal jenis, keadaan umum, status populasi, dan tempat hidupnya yang dilakukan di dalam habitatnya.
9. Invasive alien species (IAS) adalah spesies asing (bukan asli) yang keberadaannya sudah mengganggu dan mengancam keberadaan spesies asli dan endemik karena pertumbuhan dan penyebarannya sangat cepat dan meluas (invasive).
10. Inventarisasi jenis tumbuhan dan satwa adalah upaya mengetahui kondisi dan status populasi secara lebih terinci, serta daerah penyebarannya yang dilakukan di dalam dan di luar habitatnya, termasuk di lembaga konservasi.
11. Jenis tumbuhan atau satwa adalah jenis yang secara ilmiah disebut spesies atau anak-anak jenis yang secara ilmiah disebut subspecies, baik di dalam maupun di luar habitatnya.
12. Keanekaragaman hayati (biodiversity) adalah keanekaragaman organisme hidup dari berbagai sumber termasuk antara lain daratan, lautan, dan ekosistem perairan lainnya, yang mana di dalamnya merupakan bagian sistem ekologi yang kompleks. Keanekaragaman hayati mencakup keanekaragaman dalam spesies, antarspesies, dan keanekaragaman ekosistem (CBD).
13. Komunitas adalah kumpulan berbagai populasi dalam suatu wilayah tertentu.
14. Konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
xvi
memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya (UU No. 5/1990).
15. Monitoring jenis tumbuhan dan satwa adalah upaya untuk mengetahui kecenderungan perkembangan populasi jenis tumbuhan dan satwa dari waktu ke waktu melalui survei dan pengamatan terhadap potensi jenis tumbuhan dan satwa secara berkala.
16. Populasi adalah kelompok organisme yang terdiri atas individu-individu satu spesies yang saling berinteraksi dan melakukan perkembangbiakan pada suatu tempat dan waktu tertentu.
17. Red List atau Red Data List dibuat sejak tahun 1964 oleh IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources) merupakan daftar status konservasi spesies di dunia yang paling lengkap dan IUCN merupakan lembaga utama yang memiliki kewenangan (otoritas) membuat status konservasi spesies di dunia.
18. Relung (niche) didefinsikan sebagai peran yang dimainkan oleh setiap spesies di dalam habitat alaminya. Bagian paling penting dari relung adalah pemisahan makanan, walaupun relung lain juga penting, seperti cara penggunaan cover, air, atau bahkan ruang (Shaw, 1985).
19. Satwa adalah semua jenis sumber daya alam hewani baik yang hidup di darat, air, atau udara (UU No.5 tahun 1990).
20. Satwa atau tumbuhan dilindungi adalah satwa dan tumbuhan yang dilindungi berdasarkan PP No. 7 tahun 1999.
21. Satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat dan/atau di air dan/atau di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia.
xvii
22. Satwa migran afrotropica adalah satwa yang berpindah cukup jauh dalam wilayah afrotropica (misalnya kebanyakan burung kukuk).
23. Satwa migran lokal adala satwa yang melakukan perpindahan dalam jarak yang dekat (beberapa kilometer) dari dan ke tempat berkembang biak (breeding).
24. Satwa migran paleartic adalah satwa yang menghabiskan sebagian besar hidupnya di wilayah afrotropica, tetapi bermigrasi ke wilayah paleartic untuk berkembang biak.
25. Satwa penetap (resident) adalah satwa yang menempati habitat yang sama sepanjang tahun.
26. Sensus adalah upaya menghitung semua individu tumbuhan dan satwa di suatu wilayah tertentu.
27. Spesies eksotik adalah suatu takson yang telah diperkenalkan atau yang telah melakukan kolonisasi suatu daerah dari tempat lain di masa lalu (Adisoemarto & Rifai, 1992).
28. Spesies asli adalah spesies pribumi dan terdapat alami di suatu daerah tertentu.
29. Spesies atau jenis adalah suatu takson yang dipakai dalam taksonomi untuk menunjuk pada satu atau beberapa kelompok individu (populasi) yang serupa dan dapat saling membuahi satu sama lain di dalam kelompoknya (saling membagi gen) namun tidak dapat dengan anggota kelompok yang lain.
30. Spesies endemik adalah suatu takson yang ada di alam hanya pada suatu tempat, di saat sekarang dan masa lalu (Adisoemarto & Rifai, 1992).
31. Spesies kunci (keystone species) merupakan spesies yang memiliki pengaruh besar pada lingkungannya, memengaruhi banyak organisme lain dalam ekosistem, serta menentukan tipe dan jumlah berbagai spesies dalam suatu komunitas. Banyak hewan
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
xviii
pemangsa merupakan spesies kunci, seperti macan tutul di Jawa.
32. Spesies payung (umbrella species) adalah spesies yang dipilih dalam rangka pembuatan keputusan konservasi; karena sulit menentukan status dari banyak spesies, pemilihan satu spesies payung dapat memudahkan pengambilan keputusan konservasi. Segala upaya konservasi terhadap spesies payung akan berdampak positif (mengonservasi) juga bagi spesies lain. Spesies payung dapat digunakan untuk membantu memilih lokasi yang sesuai dalam rangka melakukan pencagaran, menentukan luas, dan mengetahui komposisi, struktur, dan proses-proses ekosistem. Contoh spesies payung ialah harimau india, harimau sumatera, orangutan kalimantan.
33. Takson adalah sekelompok organisme yang diklasifikasikan bersama karena sifat-sifat yang sama, meliputi spesies, genus, famili, dan lain-lain (Adisoemarto & Rifai, 1992).
34. Teritori (territory) adalah bagian atau keseluruhan dari suatu home range yang dipertahankan dari satwa lain, khususnya dari spesies yang sama.
35. Tumbuhan adalah semua jenis sumber daya alam nabati, baik yang hidup di darat maupun di air (UU No.5 tahun 1990).
36. Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang hidup di alam bebas dan/atau dipelihara yang masih mempunyai kemurnian jenisnya (UU No.5 tahun 1990).
37. Vegetasi [dalam arti luas] adalah kelompok tumbuh-tumbuhan yang mana satuan vegetasi hutan terbesar ialah formasi hutan. Asosiasi hutan adalah satuan-satuan di dalam formasi hutan yang diberi nama menurut jenis yang paling dominan (Soerianegara, 1978).
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Monitoring dan evaluasi merupakan bagian integral dari
proses manajemen. Monitoring perlu dilakukan secara
periodik dan terus menerus untuk mengetahui kemajuan
suatu program atau proyek dalam jangka waktu tertentu.
Untuk mengetahui apakah suatu program atau proyek
telah dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien
seperti yang diharapkan, evaluasi perlu dilakukan pada
akhir program atau proyek tersebut. Evaluasi ini dilakukan
terus menerus dalam jangka panjang untuk mengetahui
apakah program atau proyek telah memberikan outcome
atau dampak, baik yang telah direncanakan maupun yang
tidak diduga.
Monitoring dan evaluasi sangat penting bagi pihak
manajemen untuk mengambil keputusan dan menentukan
langkah-langkah perbaikan proses atau metode untuk
pencapaian hasil yang baik. Hasil monitoring dan evaluasi
juga penting sebagai bahan pertimbangan dalam rangka
menghilangkan kendala-kendala atau hambatan yang
dapat menggagalkan program atau proyek.
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
2
Salah satu program lingkungan yang mulai dikembangkan
di Indonesia ialah pembangunan Taman Keanekaragaman
Hayati (Taman Kehati). Pembangunan dan pengelolaan
Taman Kehati merupakan program jangka panjang yang
hasil dan outcome atau dampaknya dapat diukur, baik
secara kuantitatif maupun kualitatif. Oleh karena itu,
monitoring dan evaluasi menjadi alat kontrol yang handal
agar program dapat berjalan sesuai dengan rencana dan
tercapai tujuan secara efektif dan efisien. Tentunya, hal
ini akan menghasilkan outcome dan memberikan dampak
yang baik.
B. Maksud dan Tujuan
Monitoring dan evaluasi dimaksudkan untuk:
(1) Membantu pengambil keputusan dan pelaksana
program perlindungan keanekaragaman hayati di
Taman Kehati untuk mengetahui kemajuan dan
perkem-bangan yang telah dicapai.
(2) Membantu pelaksana program untuk memeriksa
apakah suatu kegiatan berhasil diselesaikan sesuai
dengan rencana atau tidak.
(3) Membantu pelaksana program untuk mengambil
tindakan perbaikan terhadap masalah yang ditemu-
kan di lapangan.
(4) Mendokumentasikan berbagai pengalaman yang
muncul dalam pelaksanaan program dan dapat
mengambil pelajaran dari pengalaman tersebut.
3
Tujuan monitoring dan evaluasi keberhasilan pem-
bangunan dan pengelolaan Taman Kehati, yaitu:
(1) Memastikan pembangunan dan pengelolaan Taman
Kehati sesuai dengan prinsip dan ketentuan yang
ditetapkan.
(2) Memastikan Taman Kehati memberikan manfaat
langsung dan tidak langsung bagi pelestarian flora
dan fauna, serta peningkatan kesadaran masyarakat
terhadap pentingnya konservasi keanekaragaman
hayati.
(3) Memastikan pelaksanaan program dan kegiatan
sesuai dengan rencana dan memenuhi kriteria yang
telah ditetapkan.
(4) Memastikan para pihak yang terlibat dalam pengelo-
laan keanekaragaman hayati dapat menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya secara baik sesuai
dengan fungsinya masing-masing.
(5) Memberikan penilaian independen terhadap pelak-
sanaan program perlindungan keanekaragaman
hayati di Taman Kehati
.
5
DEFINISI DAN PENGERTIAN
Monitoring ialah kegiatan pengumpulan informasi secara
rutin atau periodik untuk melihat kinerja semua pelaksana
program dan memastikan seluruh kegiatan dapat dilak-
sanakan sesuai dengan rencana yang ditetapkan serta
sesuai dengan biaya yang dialokasikan. Laporan moni-
toring biasanya dibuat dalam periode bulanan, triwulan,
caturwulan, atau semester dan isinya mencakup output,
kegiatan (aktivitas), dan penggunaan input sumber daya
(manusia, waktu, dana, dan material).
Monitoring merupakan bagian fungsi internal dari proyek
atau organisasi, yaitu suatu fungsi berkelanjutan yang
menggunakan pengumpulan data secara sistematik dari
indkator-indikator yang telah ditetapkan dalam rangka
memberi informasi pihak manajemen dan stakeholders
tentang sejauh mana capaian dari tujuan dan kemajuan
dalam penggunaan sumber daya (input).
Indikator ialah variabel kuantitatif atau kualitatif yang
dapat dipakai untuk mengukur kemajuan atau hasil dan
dibandingkan dengan ukuran-ukuran target yang diren-
canakan. Indikator merupakan dasar penilaian sederhana
dan dapat dipercaya untuk menilai capaian, perubahan,
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
6
atau kinerja (performance). Indikator numerik (berupa
angka) lebih disukai dan dapat diukur berkali-kali secara
konsisten untuk menunjukan perubahan. Indikator-
indikator yang ditetapkan selama fase perencanaan proyek
biasanya meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
(1) Apa yang akan diukur?
(2) Unit ukuran yang digunakan untuk menggambarkan
perubahan, misalnya persentase.
(3) Status sebelumnya atau baseline, misalnya pada ta-
hun 2010 nilainya 10%.
(4) Ukuran, arah, dan dimensi dari perubahan yang di-
inginkan; misalnya 30% pada tahun 2012.
(5) Kualitas atau standar perubahan yang ingin dicapai,
misalnya peningkatan presentase menjadi lebih ting-
gi.
(6) Sasaran yang dimonitor, misalnya tanaman, satwa
dan lain-lain.
(7) Jangka waktu, misalnya periode Januari 2010–
Januari 2011.
Evaluasi ialah suatu kegiatan untuk menilai hasil pelak-
sanaan program dan kegiatan yang telah dilakukan dan
melihat realisasi capaian ataupun dampaknya. Evaluasi
dilakukan untuk memastikan bahwa program dan kegiatan
telah dilaksanakan sesuai dengan target yang diharapkan
(direncanakan), dengan metode dan penggunaan sumber
daya yang benar. Evaluasi membantu para pihak
7
mengambil pembelajaran dan pemahaman, serta menun-
jukan tingkat pencapaian. Evaluasi berfokus pada outcome
dan keterkaitannya dengan output. Dalam evaluasi, hal
yang dilihat, yakni efisiensi, efektivitas, dan dampak.
Evaluasi merupakan penilaian sistematik dan objektif dari
suatu program atau kebijakan, baik yang masih berlang-
sung maupun yang sudah selesai, meliputi rencana, imple-
mentasi dan hasilnya. Evaluasi lebih menekankan pada
penilaian outcome dan dampak (impact) daripada output-
output yang telah dihasilkan. Evaluasi harus memenuhi
kriteria:
(1) Obyektivitas
(2) Efisiensi
(3) Efektifitas
(4) Dampak (impact)
(5) Keberlanjutan (sustainability)
Input ialah sumber daya manusia, keuangan dan sumber
daya lainnya yang digunakan untuk melaksanakan kegiat-
an. Activity (kegiatan) ialah suatu pekerjaan yang harus
dilakukan guna menghasilkan output. Output (keluaran)
ialah hasil utama yang dibutuhkan guna mencapai
outcome. Outcome ialah manfaat jangka panjang, baik
yang direncanakan maupun tidak direncanakan. Outcome
bisa dicapai dalam jangka pendek, misalnya selama siklus
program, seperti yang ditetapkan dalam tujuan atau
jangka panjang yang biasanya berupa pencapaian target
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
8
(goal) atau tujuan jangka panjang. Impact atau dampak
ialah hasil dari capaian khusus seperti meningkatnya
keanekaragaman jenis satwa akibat meningkatnya keane-
karagaman jenis pohon yang ditanam. Perbedaan
mendasar antara monitoring dan evaluasi disa-jikan pada
Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Perbedaan mendasar antara monitoring dan evaluasi
Lingkup Monitoring Evaluasi
Waktu Terus menerus
sepanjang pelaksanaan program
Menilai seluruh siklus
program
Kedalaman
dan Tujuan
Merupakan bagian
reguler dari program manajemen. Fokus pada pelaksanaan
program, membandingkan antara realisasi dan rencana
Mereview capaian
program dan menilai apakah rencana sudah yang terbaik
untuk mencapai outcome.
Mengukur capaian
dan dampak, baik positif maupun negatif, baik yang
diinginkan maupun tidak diinginkan.
Mencari
pembelajaran, baik dari kesuksesan
maupun kegagalan, serta mencari yang terbaik untuk
dipraktekan di tempat lain.
9
Lingkup Monitoring Evaluasi
Pelaku Dilakukan oleh orang yang terlibat langsung
dalam pelaksanaan program
Sebaiknya dilaksanakan oleh
pihak luar independen.
Keterkaitan
monitoring dengan evaluasi
Data dan penilaian yang diperoleh dalam
monitoring menjadi masukan dan digunakan dalam proses evaluasi.
Terdapat beberapa cara pelaksanaan evaluasi, baik yang
dilakukan oleh internal maupun eksternal. Cara evaluasi
yang lazim digunakan antara lain:
(1) Self-evaluation; pelaksanaan melibatkan orang
(pihak) internal dari program atau proyek. Kegiatan
ini merupakan introspeksi atas apa yang telah dilak-
sanakan untuk pembelajaran dan perbaikan. Itikad
introspeksi dan kejujuran sangat diperlukan agar
evaluasi cukup efektif dan menjadi pembelajaran
yang penting dan berkesan.
(2) Participatory evaluation; hal ini merupakan salah
satu bentuk evaluasi internal. Maksud kegiatan ini
ialah mengikutsertakan sebanyak mungkin pihak
yang terlibat, seperti pelaksana kegiatan dan
masyarakat yang mendapat manfaat. Apabila ada
pihak luar yang diikutsertakan, fungsi yang bersang-
kutan ialah sebagai fasilitator dari proses evaluasi,
bukan sebagai evaluator.
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
10
(3) Rapid Participatory Appraisal (RPA); biasanya
digunakan di daerah pedesaan atau pada keba-
nyakan kelompok masyarakat. Kegiatan ini merupa-
kan metode evaluasi kualitatif semiterstruktur yang
dilaksanakan oleh tim multidisiplin dalam waktu
yang singkat. RPA digunakan sebagai titik awal
untuk memahami kondisi setempat dengan cepat
dan murah, serta sangat bermanfaat untuk
mengumpulkan informasi. Pelaksanaan mengguna-
kan data sekunder, review data, observasi langsung,
wawancara semiterstruktur, informan kunci, wawan-
cara kelompok, games, diagram, peta, dan kalender.
Dalam konteks evaluasi, RPA memungkinkan sese-
orang mendapatkan input berharga dari orang-orang
yang diperkirakan mendapat manfaat dari program.
RPA sangat fleksibel dan interaktif.
(4) External evaluation; pelaksanaan dilakukan oleh
pihak luar yang telah ditunjuk dengan selektif.
(5) Interactive evaluation; pelaksaaan melibatkan
secara aktif antara evaluator luar dan pelaksana
program yang dievaluasi, atau pihak internal ter-
masuk di dalam tim evaluator.
Masing-masing cara evaluasi memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan dan kekurangan evaluasi internal
dan eksternal disajikan pada Tabel 2.
11
Tabel 2. Kelebihan dan kekurangan evaluasi internal dan
eksternal
Pelaku Kelebihan Kekurangan
Internal Evaluator sudah familiar dengan program, kultur
organisasi, maksud dan tujuan program yang akan dievaluasi
Kadang orang lebih senang berbicara kepada pemeriksa dari
internal daripada eksternal.
Merupakan alat
manajemen yang jelas untuk introspeksi dan koreksi diri sendiri.
Tidak merasa tertekan sehingga bisa
memudahkan mendapat temuan dan kritik.
Lebih murah daripada evaluasi eksternal.
Potensial terjadi konflik kepentingan, terutama untuk mengarahkan ke
kesimpulan yang baik atau positif.
Mungkin orang internal
tidak memiliki keahlian atau terlatih melakukan evaluasi.
Menyita waktu kerja pegawai, walaupun lebih murah. Namun
demikian, bisa menjadi mahal karena kehilangan waktu kerja.
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
12
Pelaku Kelebihan Kekurangan
Eksternal Evaluasi lebih objektif karena evaluator tidak
memiliki konflik kepentingan.
Evaluator biasanya
sudah berpengalaman dan terlatih.
Kadang-kadang pekerja
lebih senang memberikan informasi kepada orang luar.
Lebih kredibel untuk mendapatkan temuan, khususnya yang positif.
Orang luar mungkin tidak paham kultur dan
apa yang ingin dicapai dalam program.
Yang dievaluasi
mungkin merasa tertekan dan takut berbicara terus terang
dan kooperatif dalam proses evaluasi.
Bisa sangat mahal.
Bisa salah pengertian dengan yang dievaluasi sehingga apa yang
diinginkan dari evaluasi tidak terpenuhi.
13
PRINSIP-PRINSIP MONITORING DAN EVALUASI
A. Prinsip-Prinsip
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi perlu didasarkan
pada kejujuran, motivasi, dan keinginan yang kuat dari
para pelaku. Kegiatan ini harus dianggap sebagai alat
yang penting untuk memperbaiki program. Prinsip-prinsip
dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi selanjutnya
diuraikan sebagai berikut.
1. Objektif dan Profesional
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilakukan secara
profesional berdasarkan analisis data yang lengkap dan
akurat. Hal ini dimaksudkan agar menghasilkan penilaian
secara objektif dan masukan yang tepat bagi pengambilan
keputusan dan pelaksanaan kebijakan. Oleh karena itu,
pelaku program wajib melaporkan informasi seakurat
mungkin. Informasi harus diuji silang dengan sumber lain
untuk menjamin keakurasiannya. Informasi yang akurat
dan berdasarkan fakta dari sumber terpercaya dapat
membantu untuk memperbaiki program.
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
14
2. Transparan
Monitoring dan evaluasi harus dilakukan di suatu ling-
kungan yang mendorong kebebasan berbicara yang ber-
tanggung jawab. Hasil pemantauan dan evaluasi harus
diketahui oleh banyak orang, terutama pihak-pihak yang
terlibat dalam proses ini.
3. Partisipatif
Semua pelaku program; terutama masyarakat, fasilitator,
dan konsultan; harus bebas untuk berpartisipasi dan mela-
porkan berbagai masalah yang dihadapi, serta member-
kan kontribusinya untuk perbaikan program.
4. Akuntabel
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi harus dapat diper-
tanggungjawabkan secara internal maupun eksternal.
5. Berorientasi Solusi
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi diorientasikan untuk
menemukan solusi atas masalah yang terjadi dan menjadi
dasar peningkatan kinerja atau perbaikan metode.
6. Terintegrasi
Kegiatan pemantauan dan evaluasi yang dilakukan, baik
oleh konsultan maupun internal, harus menjadi bagian tak
terpisahkan dari manajemen, dalam hal ini sistem penge-
lolaan Taman Kehati.
15
B. Memilih Evaluator
Apabila akan menggunakan evaluator dari luar untuk
mengevaluasi program Taman Kehati, evaluator yang
dipilih harus memiliki kriteria berikut:
(1) Memiliki pemahaman tentang isu keanekaragaman
hayati;
(2) Memiliki pemahaman tentang isu perusahaan yang
dievaluasi;
(3) Berpengalaman dalam mengevaluasi proyek atau
program yang sejenis;
(4) Memiliki track record yang baik dengan clients
sebelumnya;
(5) Memiliki keahlian meneliti;
(6) Memiliki komitmen terhadap kualitas;
(7) Memiliki komitmen terhadap ketepatan waktu;
(8) Objektif, jujur, dan adil;
(9) Logis dan dapat bekerja secara sistematik;
(10) Memiliki kemampuan berkomunikasi lisan dan
tulisan;
(11) Memiliki gaya dan pendekatan yang sesuai dengan
perusahaan yang dievaluasi;
(12) Memiliki nilai-nilai yang serasi dengan nilai-nilai yang
dianut perusahaan;
(13) Biayanya rasional.
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
16
Sebelum memutuskan untuk menggunakan evaluator
eksternal, hal-hal penting yang harus diperhatikan sebagai
berikut:
(1) Memeriksa referensinya;
(2) Bertemu dengan evaluator sebelum membuat kepu-
tusan final;
(3) Menyampaikan dengan jelas apa yang diinginkan
(Term of Reference/ToR untuk kontrak);
(4) Menegosiasikan kontrak dengan ketentuan provisi
jika kontrak tidak dapat diselesaikan tepat waktu
atau hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan;
(5) Meminta rencana kerja dengan output dan tata
waktunya;
(6) Mengikuti realisasi kontrak, termasuk meminta
laporan antara (interim report), baik lisan maupun
tertulis;
(7) Menyediakan waktu khusus untuk menampung um-
pan balik secara formal.
Tidak setiap evaluator objektif sempurna karena mereka
pasti sudah memiliki opini dan pemikiran. Namun, sebaik-
nya opini mereka harus dinyatakan secara jelas dan tidak
disembunyikan karena berguna untuk evaluasi.
17
TAHAPAN MONITORING DAN EVALUASI
Langkah-langkah dalam merancang sistem monitoring dan
evaluasi tergantung pada apa yang ingin dimonitor dan
dievaluasi. Berikut ini merupakan outline langkah-langkah
umum yang biasa dilakukan dalam monitoring dan
evaluasi.
(1) Mengidentifikasi siapa saja yang akan dilibatkan
dalam perancangan, implementasi, dan pelaporan.
Para pihak yang dilibatkan diharapkan dapat
memberikan bantuan, perspektif dan pemahaman,
serta umpan balik.
(2) Menetapkan secara jelas ruang lingkup, tujuan,
penggunaan hasil, dan anggaran.
(3) Mengembangkan pertanyaan-pertanyaan untuk
menjawab apa yang ingin dipelajari dari hasil moni-
toring dan evaluasi.
(4) Memilih indikator-indikator capaian dan cara-cara
mengukur capaian untuk penilaian kinerja (perfor-
ma), atau untuk menggambarkan perubahan, baik
secara kualitatif maupun kuantitatif.
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
18
(5) Menetapkan metode pengumpulan data, misalnya
metode “review dokumen”, “kuesioner”, “survei”,
dan “wawancara”.
(6) Menganalisis dan menyintesis informasi yang dipero-
leh. Sekaligus me-review informasi yang diperoleh
untuk melihat apakah ada pola atau kecenderungan
(trend) yang muncul dari proses.
(7) Menginterpretasi temuan-temuan, memberikan um-
pan balik (feedback), dan membuat rekomendasi.
Dari proses analisis data dan pemahaman terhadap
temuan-temuan dapat melahirkan rekomendasi-
rekomendasi untuk meningkatkan kinerja atau mela-
kukan perubahan-perubahan di tengah perjalanan
program untuk perbaikan.
(8) Mengomunikasikan temuan dan pandangan kepada
para pihak (stakeholders) dan memutuskan bagai-
mana harus menggunakan hasil monitoring dan eva-
luasi untuk peningkatan kinerja.
Indikator input umumnya sumber daya, seperti sumber
daya manusia (SDM) dan biaya. Indikator proses merupa-
kan kegiatan yang biasanya terdiri atas beberapa kegiatan
secara berurutan. Indikator output ialah hasil yang dapat
dilihat segera. Indikator outcome ialah hasil yang dapat
dilihat atau dirasakan dalam jangka menengah, sedangkan
indikator impact atau dampak ialah hasil yang diperoleh
atau dirasakan dalam jangka panjang.
19
METODE MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI FAUNA
Monitoring fauna ialah kegiatan pengumpulan dan analisis
data hasil observasi terhadap fauna secara berulang untuk
mengetahui perubahan kondisi (struktur, komposisi, dan
keanekaragaman) fauna yang dibandingkan dengan kon-
disi sebelumnya (baseline) atau kondisi yang diharapkan.
Data satwa liar termasuk sebagai hal yang sulit didapatkan
di lapangan, apalagi jika waktu yang tersedia sangat ter-
batas. Hal ini dikarenakan satwa bersifat mobile atau
selalu berpindah dan beberapa satwa sangat sensitif
dengan kehadiran manusia sehingga akan menjauh
sebelum orang yang melakukan monitoring atau evaluasi
datang. Untuk mendapatkan data satwa yang akurat,
pengamat harus mengerahkan segala sumber daya,
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, termasuk
hasil-hasil penelitian terbaru, literatur, dan informasi dari
masyarakat setempat atau petugas yang telah lama
berdomisili di sekitar lokasi yang akan disurvei (Gunawan,
in press).
Dalam monitoring satwa liar, metode apapun yang diguna-
kan tidak boleh menimbulkan kerusakan dan harus
memerhatikan:
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
20
(1) Tidak menggunakan metode sampling yang meru-
sak; misalnya menembak satwa atu menjaring bu-
rung.
(2) Harus menjamin bahwa jenis-jenis satwa liar yang
penting, sumber daya alam, dan tanaman tidak ru-
sak karena kegiatan survei yang dilakukan.
(3) Meminimalkan gangguan terhadap spesies yang sen-
sitif.
(4) Tidak menggunakan peralatan bermesin pada habi-
tat yang sensitif, kecuali dampaknya dapat dihin-
darkan.
(5) Membuat titik-titik pengamatan (lokasi sampling)
permanen secara seksama dan meminimalkan keru-
sakan pada saat pembuatan.
(6) Menjamin peralatan atau bangunan yang dibuat
untuk monitoring tidak menimbulkan risiko pada
satwa liar atau masyarakat.
(7) Menghindarkan kunjungan yang tidak perlu ke titik-
titik pengamatan (lokasi sampling).
A. Tujuan
Monitoring keanekaragaman hayati fauna atau satwa liar
bertujuan mengetahui perubahan kondisi fauna atau
satwa liar dari waktu ke waktu sebagai dampak dari
keberadaan Taman Kehati.
21
B. Sasaran Objek yang Dimonitor
Sasaran yang menjadi objek monitoring yaitu satwa liar
bertulang belakang (vertebrata) yang terdiri atas kelas
mamalia, aves, reptilia, dan amfibia. Monitoring khusus
juga dilakukan pada jenis-jenis satwa unggulan yang men-
jadi target konservasi.
C. Indikator yang Dimonitor
Indikator yang dimonitor dari kondisi satwa liar, yaitu stru-
ktur, komposisi, dan keanekaragaman. Struktur meliputi
kelimpahan relatif dan sebaran jenis dalam komunitas
(indeks kemerataan jenis). Komposisi meliputi jumlah jenis
dan proporsinya menurut berbagai kategori atau klasi-
fikasi. Sementara itu, indikator keanekaragaman diukur
dari nilai indeks keanekaragaman jenis Shannon Wienner
(Magurran, 1988).
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data satwa liar untuk mendapatkan
nilai indikator-indikator dari mamalia, aves, reptilia, dan
amfibia dilakukan dengan metode transek atau jalur
(Sutherland, 2001). Dalam metode ini, pengamat berjalan
pada suatu jalur penjelajahan dengan arah konsisten yang
memotong wilayah studi secara sistematis sehingga dapat
mewakili dan mencakup semua kondisi habitat yang ada.
Transek juga dapat dibuat mengikuti track yang sudah
ada, seperti sungai atau jalan setapak.
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
22
Setiap satwa yang dijumpai dicatat jenis, jumlah dan
frekuensi perjumpaannya. Hal penting lain yang juga perlu
dicatat yaitu aktivitas satwa pada saat dijumpai dan
tempat spesifik yang digunakan (misalnya jenis pohon
tertentu sebagai tempat tidur) (Gunawan, in press). Untuk
mengenali suatu jenis satwa, beberapa cara dapat
dilakukan antara lain melalui jejak, feses, suara, sarang,
bau, dan tanda-tanda lain yang ditinggalkan (van
Lavieren, 1982; Alikodra, 1990). Wawancara dengan
petugas lapangan dan masyarakat juga dilakukan untuk
melengkapi data yang tidak tercakup pada waktu
pengamatan (Gunawan, in press).
Kegiatan monitoring jenis-jenis burung (aves) dapat
dilakukan dengan metode observasi burung yang umum
seperti metode IPA (Indices Ponctuels d’Abundance)
dengan interval waktu 20 menit dan radius observasi 50 m
(van Lavieren, 1982). Identifikasi jenis bisa menggunakan
buku panduan pengenalan burung yang sudah dibuat
untuk seluruh wilayah biogeografi Indonesia dan telah
banyak beredar, seperti ”Panduan Lapangan Pengenalan
Burung-Burung di Jawa dan Bali” (MacKinnon, 1991),
”Panduan Lapangan Burung-Burung Asia Tenggara” (King,
1975), ”Panduan Lapangan Burung-Burung di Kawasan
Wallacea” (Coates & Bishop, 1997), dan ”Panduan
Lapangan Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan
Kalimantan” (MacKinnon et al., 1992).
Pada pengamatan burung-burung dengan habitat yang
luas, metode garis transek (line transect) dapat digunakan
23
(Sutherland, 2004). Garis transek juga dapat diganti
dengan jalan (track) yang sudah ada atau sungai.
Pengamatan dilakukan sepanjang kiri dan kanan jalan
atau sungai. Masing-masing selebar 20 m sehingga bila
panjang jalan atau sungai 500 m, luas areal yang diamati
sama dengan 1 ha (Pomeroy, 1992). Cara tersebut sering
disebut road-side census atau river-side census.
Observasi burung sebaiknya dilakukan pada pagi hari
ketika burung-burung memulai aktivitas atau menjelang
petang ketika burung-burung kembali ke sarang. Misalnya,
waktu pengamatan dilakukan pada pukul 05.00–10.00 dan
pukul 16.00–18.00 waktu setempat. Setelah hujan ber-
henti di tengah hari, burung-burung juga sering mudah
ditemukan.
Data yang dicatat dari pengamatan burung meliputi jenis,
jumlah total individu [dari setiap jenis yang ditemukan],
frekuensi perjumpaan, dan habitat tempat ditemukan.
Informasi lain juga dapat ditambahkan, seperti strata tajuk
vegetasi ketika ditemukan, aktivitas yang sedang
dilakukan, jenis makanan, dan waktu saat ditemukan
(Gunawan, in press).
E. Peralatan dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam monitoring satwa antara
lain teropong (binocular atau monocular), Geographic
Positional System (GPS), kamera dengan lensa jauh (tele-
lens), camera trap, stop counter, dan alat tulis. Bahan-
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
24
bahan yang digunakan antara lain peta kerja, buku pan-duan pengenalan jenis burung, panduan pengenalan jenis reptilia, panduan pengenalan jenis amfibia, dan buku panduan pengenalan jejak satwa, serta buku catatan atau tally sheet pengamatan.
Gambar 1. Beberapa peralatan monitoring satwa: binocular (A), monocular (B), kamera dengan lensa jauh (telelens) (C), GPS (D), camera trap (E), dan stop counter (F)
A
B
C
D
E F
25
Gambar 2. Beberapa buku panduan pengenalan satwa
Gambar 3. Pengamatan satwa menggunakan teropong/bino-cular (A) dan monitoring satwa menggunakan camera/video trap (B)
A B
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
26
Gambar 4. Pendokumentasian satwa kecil menggunakan ka-mera dengan lensa jauh (telelens)
27
Tabel 3. Tally sheet pengamatan untuk monitoring satwa
TALLY SHEET PENGAMATAN UNTUK MONITORING SATWA
Taman Kehati : Lokasi /Blok :
Pemonitor : Tanggal :
Jam : Kondisi cuaca :
No Nama Lokal Turus/Tabulasi Keterangan
1. Rajaudang biru
2-1-1 Bertengger, bersuara
2. Bunglon 1-1-1-1 Mencari makan
3. Kutilang 8-4 Berjemur, terbang
4. Tekukur 2 Bertengger
5. Walet sapi 25 Terbang
6. Garangan 2 Melintas jalan
7. Sero 1 Berjemur
Keterangan:
Model Tally sheet ini bisa digunakan untuk mencatat semua satwa yang dijumpai (masih campuran). Namun, data ini selanjutnya harus disortir/ dipisahkan untuk mamalia, reptilia, amfibia dan aves (burung)
dalam pengolahan data.
Turus/tabulasi 2-1-1 artinya terdapat 3 kali perjumpaan dan total individu yang dijumpai sebanyak 4 (2+1+1=4) [perjumpaan pertama 2
ekor, kedua 1 ekor dan ketiga ada 1 ekor].
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
28
Tabel 4. Hasil pengamatan lapangan monitoring satwa
HASIL PENGAMATAN LAPANGAN MONITORING SATWA
Taman Kehati : Lokasi /Blok :
Pemonitor : Tanggal :
Jam : Kondisi cuaca : Kelas : MAMALIA/REPTILIA/AMFIBIA/AVES*
No Nama
Lokal
Nama
Latin
Jumlah Individu
(ni)
Frekuensi Perjumpaan
(fi)
1. n1. f1.
2. n2. f2.
3. n3. f3.
4. n4. f4.
5. n5. f5.
6. n6. f6.
7. n7. f7.
8. n8. f8.
9. n9. f9.
10. n10. f10.
11. n11. f11.
12. n12. f12.
13. n13. f13.
14. n14. f14.
15. n15. f15.
16. n16. f16.
17. n17. f17.
18. n18. f18.
19. ..... .....
20. ..... .....
Jumlah N F
*Coret yang tidak perlu.
29
F. Lokasi Monitoring
Lokasi monitoring satwa dipilih di tempat-tempat yang
mewakili kondisi habitat yang ada di Taman Kehati. Cara
pemilihan sampel pengamatan dilakukan sebagai berikut
[lihat Gambar 5]:
(1) Sampel pengamatan untuk metode transek ialah
dengan cara meletakkan transek melewati seluruh
tipe habitat atau tipe vegetasi.
(2) Membuat pengulangan transek secara sistematis,
misalnya dengan jarak antartransek 100 m atau 200
m hingga mewakili seluruh areal yang ada.
(3) Untuk sampel pengamatan berbentuk titik, misalnya
metode IPA, titik pengamatan diletakkan di daerah
ekoton, yaitu daerah pertemuan dua tipe habitat/
komunitas atau lebih. Misalnya, peralihan dari sawah
dengan kebun, peralihan dari hutan ke kebun,
peralihan dari hutan ke sawah, peralihan dari rum-
pun bambu ke kebun, dan lain-lain.
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
30
Gambar 5. Contoh lokasi monitoring satwa liar di Taman Keha-ti Babakan Pari, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi
G. Periode Monitoring
Monitoring satwa liar dilakukan sedikitnya setahun dua kali
untuk mewakili kondisi musim kemarau dan musim hujan.
Untuk memudahkan dan agar periode waktunya tetap,
sebaiknya monitoring dilakukan pada bulan yang sama
setiap tahunnya, misalnya bulan Juni untuk musim
kemarau dan bulan Desember untuk musim hujan.
Apabila memungkinkan, setahun dapat dilakukan empat
kali monitoring, yaitu dua kali mewakili musim kemarau
dan dua kali mewakili musim hujan.
31
yang mana S ialah banyaknya jenis pada suatu tipe habitat.
H. Pengolahan dan Interpretasi Data
Pengolahan data satwa dilakukan untuk menghasilkan
informasi frekuensi perjumpaan relatif (FR), kelimpahan
relatif (KR), indeks keanekaragaman jenis Shannon (H’),
indeks kemerataan jenis (evenness) dan [jika diperlukan]
indeks kemiripan antar komunitas (indeks Sorensen) untuk
membandingkan dua komunitas secara spasial ataupun
temporal. Data juga dapat diklasifikasikan sehingga mem-
berikan informasi yang mudah dipahami dan berguna
untuk pengambilan keputusan (Gunawan, in press).
Indeks keanekaragaman jenis dihitung dengan rumus dari
Shannon (H’) yaitu (Magurran, 1988.):
pipiH ln' yang mana N
nipi
pi ialah perbandingan antara jumlah individu spesies ke i
dengan jumlah total individu. Logaritma yang digunakan
ialah logaritma dasar 10 atau Ln (logaritma natural).
Rumus ini dapat diubah menjadi (Soegianto, 1994):
N
niniNNH
lnln'
Untuk mengetahui struktur komunitas dalam setiap tipe
habitat, nilai kemerataan antarjenis atau indeks evenness
(E) dihitung dengan rumus sebagai berikut (Odum, 1994):
S
HE
ln
'
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
32
yang mana A ialah kelimpahan (Abundance), ni ialah jumlah individu spesies I, dan L ialah
luas areal yang disurvei (dalam hektar atau km2).
Indeks kemiripan komunitas (Similarity Index) atau dike-
nal dengan nama Indeks Sorensen antara dua sampel
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Odum,
1994):
BA
CSI
2
SI ialah indeks kemiripan komunitas, A ialah jumlah jenis
dalam sampel A, B ialah jumlah jenis dalam sampel B, dan
C ialah jumlah jenis yang sama pada kedua sampel.
Dengan demikian, indeks ketidaksamaan ialah 1 - S. Nilai
indeks kemiripan komunitas berkisar antara 0–1. Semakin
tinggi nilai indeks kemiripan komunitas antara dua sampel
maka semakin miriplah kedua sampel tersebut, demikian
pula sebaliknya.
Kelimpahan (abundance) yang sering disimbolkan dengan
“N” ialah jumlah individu pada suatu wilayah yang sedang
diteliti. Kelimpahan Relatif merupakan nilai relatif dari
suatu jenis (spesies) terhadap total individu seluruh jenis
yang sedang diteliti. Nilai ini bermanfaat untuk meng-
gambarkan keadaan komunitas satwa liar di suatu wilayah
studi yang tidak diketahui luasnya atau untuk studi yang
kurang intensif. Kelimpahan suatu jenis pada suatu areal
yang disurvei dihitung dengan formula:
L
niA
33
yang mana RA ialah kelimpahan relatif, ni ialah kelimpahan atau jumlah individu spe-sies i dan N adalah kelimpahan total atau
jumlah seluruh individu dari seluruh spesies.
yang mana FOi ialah frekuensi perjumpaan (Frequency of Occurance), fi ialah jumlah
perjumpaan suatu spesies (i), A ialah luas areal yang disurvei (hektar atau km2) dan T ialah lamanya waktu pengamatan (menit
atau jam).
Kelimpahan Relatif dihitung dengan formula.
%100xN
niRA
Dalam setiap survei satwa, seringkali kita perlu menun-
jukan hasil kuantitatif yang bisa menggambarkan kondisi
populasi atau komunitas satwa. Frekuensi perjumpaan
atau frequency of occurance dapat menggambarkan
seberapa sering atau seberapa mudah kita menjumpai
suatu jenis satwa. Semakin tinggi nilai relatif frekuensi
perjumpaan suatu jenis satwa, semakin mudah kita
menjumpainya di areal tersebut. Frekuensi perjumpaan
bisa berbasis luas areal pengamatan (jumlah perjumpaan
pada suatu luasan wilayah pengamatan), atau bisa juga
berbasis lamanya waktu pengamatan (jumah perjumpaan
selama waktu pengamatan). Dengan demikian, nilai FR
bisa menjadi petunjuk sebaran satwa, baik secara spasial
(ruang) maupun temporal (waktu). Formula untuk meng-
hitung frekuensi perjumpaan yaitu:
A
fiFOi
atau
T
fiFOi
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
34
Yang mana FRi ialah frekuensi per-jumpaan relatif suatu spesies (i), fi ialah frekuensi atau jumlah perjum-
paan dengan spesies i, dan F ialah total frekuensi perjumpaan seluruh spesies.
Formula yang digunakan untuk mendapatkan nilai
frekuensi relatif sebagai berikut:
%100xF
fiFR i
Interpretasi data satwa juga dibuat klasifikasi untuk
memberikan informasi yang lebih sesuai dengan tujuan
memudahkan pengambilan keputusan. Klasifikasi data
satwa, khususnya burung, antara lain berdasarkan
(Gunawan, in press):
Kelompok makanan (feeding guilds).
Spesialisasi habitat: daratan dan perairan.
Sifat tinggal: resident (penghuni tetap) dan migran lo-
kal atau migran antar benua.
Status endemisitas: endemik dan eksotik (tidak ende-
mik).
Status asal/keaslian: asli dan introduksi.
Pemanfaatannya: komersial dan tidak komersial.
Status konservasi, seperti status perlindungan
berdasarkan PP 7/1999 (dilindungi/tidak dilindungi),
status berdasarkan Appendix CITES (Appendix I, II,
III atau Non-Appendix), dan status menurut Redlist
IUCN.
35
Berdasarkan tipe habitat yang diteliti, misalnya kebun,
sawah, lahan terbuka, hutan tanaman monokultur,
hutan tanaman campuran, hutan alam sekunder,
hutan alam primer, dan lain-lain.
Lainnya; misalnya berdasarkan prioritas konservasi
nasional, prioritas konservasi daerah, maskot kabu-
paten, maskot provinsi, maskot nasional, atau
merupakan spesies kunci (keystone species), spesies
payung (umbrella species), serta spesies bendera (flag
species).
Klasifikasi berdasarkan feeding guilds untuk burung
meliputi burung-burung pemakan daun disebut frugivora,
pemakan biji disebut granivora, dan pemakan nektar
disebut nektivora. Burung pemangsa satwa lain disebut
karnivora atau raptor, pemangsa ikan disebut piscivora
dan dan pemakan serangga disebut insektivora. Untuk
bangsa satwa mamalia umumnya dikelompokkan menjadi
herbivora (pemakan bagian tumbuhan), karnivora
(pemangsa satwa lain), dan omnivora (pemakan segala).
Berdasarkan spesialisasi habitatnya, burung-burung
dikelompokkan menjadi burung daratan (terrestrial bird)
yaitu burung yang sebagian besar hidupnya di daratan
dan mencari makan di daratan dan burung air (water
bird) yaitu burung yang sebagian besar hidupnya di
perairan atau dalam mencari makan tergantung pada
keberadaan perairan (umumnya makanannya ada di air,
seperti ikan, udang, dan hewan air lainnya).
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
36
Klasifikasi berdasarkan status tinggal, yaitu satwa resident
(penghuni tetap), migran lokal atau migran antar benua.
Satwa penetap (resident) ialah satwa yang menempati
habitat yang sama sepanjang tahun. Satwa migran lokal
ialah satwa yang melakukan perpindahan dalam jarak
yang dekat (beberapa kilometer) dari dan ke tempat
berkembang biak (breeding). Satwa migran afrotropica
ialah satwa yang berpindah cukup jauh dalam wilayah
afrotropica (misalnya kebanyakan burung kukuk). Satwa
migran paleartic adalah satwa yang menghabiskan
sebagian besar hidupnya di wilayah afrotropica tetapi
bermigrasi ke wilayah paleartic untuk berkembang biak.
Berdasarkan status endemisitasnya, satwa-satwa dapat
dikelompokkan menjadi satwa endemik dan eksotik atau
introduksi. Spesies endemik ialah satwa yang hidup di
alam hanya pada suatu tempat, di saat sekarang dan
masa lalu (Adisoemarto & Rifai, 1992). Spesies eksotik
ialah spesies yang telah diintroduksi ke suatu tempat atau
yang telah mengolonisasi suatu daerah dari tempat lain di
masa lalu (Adisoemarto & Rifai, 1992).
Berdasarkan status asal atau keasliannya, satwa-satwa
dikelompokkan menjadi satwa asli (indigenous) atau intro-
duksi (didatangkan dari tempat lain). Spesies asli ialah
spesies pribumi dan terdapat alami di suatu daerah.
Berdasarkan pemanfaatannya, satwa dapat dikelompok-
kan menjadi satwa komersial dan nonkomersial. Satwa
37
komersial ialah satwa yang memiliki nilai ekonomi dan
diperdagangkan.
Klasifikasi berdasarkan Red List IUCN (International Union
for Conservation of Nature and Natural Resources) versi
3.1 untuk satwa liar didasarkan pada tingkat keteran-
camannya, mulai dari yang paling gawat hingga yang
paling ringan dengan kategori sebagai berikut:
Extinct (EX) = punah
Extinct in the Wild (EW) = punah di alam
Critically Endangered (CR) = kritis
Endangered (EN) = terancam
Vulnerable (VU) = rentan
Near Threatened (NT) = mendekati terancam
Least Concern (LC) = kurang mendapat perhatian
CITES (Convention on International Trade in Endangered
Species of Wild Fauna and Flora) atau konvensi perda-
gangan internasional spesies tumbuhan dan satwa liar
terancam adalah perjanjian internasional antarnegara
yang disusun berdasarkan resolusi sidang anggota World
Conservation Union International Union for the Conser-
vation of Nature and Natural Resources (WCU-IUCN)
tahun 1963. Konvensi bertujuan mengendalikan perda-
gangan flora dan fauna yang terancam kepunahan dan
melindunginya terhadap perdagangan internasional yang
mengakibatkan kelestarian spesies tersebut terancam.
Pemerintah Indonesia telah meratifikasi CITES melalui
Keputusan Pemerintah No. 43 Tahun 1978.
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
38
CITES menetapkan berbagai tingkatan proteksi terhadap
lebih dari 33.000 spesies terancam yang dicantumkan
dalam apendiks yang terdiri atas tiga apendiks, yaitu:
Apendiks I (sekitar 800 spesies) berisi daftar
seluruh spesies tumbuhan dan satwa liar yang dila-
rang dalam segala bentuk perdagangan internasional.
Spesies yang dimasukkan ke dalam kategori ini ialah
spesies yang terancam punah bila perdagangan tidak
dihentikan. Perdagangan spesimen dari spesies yang
ditangkap di alam bebas tergolong ilegal (diizinkan
hanya dalam keadaan luar biasa).
Satwa dan tumbuhan yang termasuk dalam daftar
Apendiks I namun merupakan hasil penangkaran atau
budi daya dianggap sebagai spesimen dari Apendiks II
dengan beberapa persyaratan. Otoritas pengelola dari
negara pengekspor harus melaporkan Non-Detriment
Finding (NDF) berupa bukti bahwa ekspor spesimen
dari spesies tersebut tidak merugikan populasi di alam
bebas. Setiap perdagangan spesies dalam Apendiks I
memerlukan izin ekspor impor. Otoritas pengelola dari
negara pengekspor diharuskan memeriksa izin impor
yang dimiliki pedagang dan memastikan negara peng-
impor dapat memelihara spesimen tersebut dengan
layak.
Satwa yang dimasukkan ke dalam Apendiks I, misal-
nya harimau dan subspesiesnya, macan tutul, gajah
Asia, dan semua spesies badak di Indonesia.
39
Apendiks II (sekitar 32.500 spesies) berisi daftar
spesies yang tidak terancam kepunahan, tetapi
mungkin terancam punah bila perdagangan terus
berlanjut tanpa adanya pengaturan
Spesies dalam Apendiks II tidak segera terancam
kepunahan, tetapi mungkin terancam punah bila tidak
dimasukkan ke dalam daftar dan perdagangan terus
berlanjut. Selain itu, Apendiks II juga berisi spesies
yang terlihat mirip dan mudah keliru dengan spesies
yang didaftar dalam Apendiks I. Otoritas pengelola
dari negara pengekspor harus melaporkan bukti
bahwa ekspor spesimen dari spesies tersebut tidak
merugikan populasi di alam bebas.
Apendiks III (sekitar 300 spesies) berisi daftar
spesies tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi di
negara tertentu dalam batas-batas kawasan habitat-
nya, dan suatu saat peringkatnya bisa dinaikkan ke
dalam Apendiks II atau Apendiks I.
Spesies yang dimasukkan ke dalam Apendiks III ialah
spesies yang dimasukkan ke dalam daftar setelah
salah satu negara anggota meminta bantuan para
pihak CITES dalam mengatur perdagangan suatu
spesies. Spesies tidak terancam punah dan semua
negara anggota CITES hanya boleh melakukan
perdagangan dengan izin ekspor yang sesuai dan
Surat Keterangan Asal (SKA) atau Certificate of Origin
(CoO).
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
40
Flagship species ialah spesies yang dipilih untuk meng-
gambarkan kondisi lingkungan atau ekosistem yang
membutuhkan upaya konservasi. Spesies ini dipilih karena
kerentanan, daya tarik, atau keunikannya dalam rangka
membangkitkan dukungan dan penghargaan publik bagi
konservasi keseluruhan ekosistem dan spesies di dalam-
nya. Contoh flagship species yaitu panda raksasa, orang-
utan, gajah afrika, harimau india, monyet tamarin rambut
emas, penyu belimbing, dan gorila gunung.
Spesies kunci (keystone species) merupakan spesies yang
memiliki pengaruh besar pada lingkungannya, memenga-
ruhi banyak organisme lain dalam ekosistem, dan
menentukan tipe dan jumlah berbagai spesies dalam suatu
komunitas. Banyak hewan pemangsa merupakan spesies
kunci, seperti macan tutul di Jawa dan harimau di Suma-
tera.
Spesies payung (umbrella species) ialah spesies yang
dipilih dalam rangka pembuatan keputusan konservasi.
Mengingat sulitnya menentukan status dari banyak
spesies, pemilihan satu spesies payung dapat memudah-
kan pengambilan keputusan konservasi. Segala upaya
konservasi terhadap spesies payung akan berdampak
positif (mengonservasi) juga bagi spesies lain. Spesies
payung dapat digunakan membantu memilih lokasi yang
sesuai untuk pencagaran, menentukan luasnya dan
mengetahui komposisi, struktur, dan proses-proses eko-
sistem. Contoh spesies payung, yaitu harimau india,
harimau sumatera, orangutan kalimantan, dan elang jawa.
41
Hasil klasifikasi lebih menarik dan cepat dimengerti jika
disajikan dalam bentuk tabel, gambar atau grafik,
misalnya grafik pie, grafik line, atau histogram batang.
Penyajian daftar jenis satwa dalam tabel sebaiknya
disusun sistematik yang mencantumkan famili, genus, dan
spesies.
Tabel 5. Contoh penyajian hasil olahan data satwa dalam bentuk tabel
Lokasi Jumlah Jenis
Burung
Indeks Keragaman Jenis
(H')
Indeks Evenness
(E)
Kalitengah Lor
13 1.94 0.76
Balerante 15 2.36 0.87
Deles
Kemalang
14 2.02 0.77
Srumbung 18 2.40 0.83
Sumber: Gunawan et al. (2012)
Tabel 6. Contoh penyajian data indeks indeks kemiripan komunitas burung
Lokasi Kalitengah
Lor Balerante
Deles
Kemalang
Srum-
bung
Kalitengah
Lor
- 0.54 0.37 0.26
Balerante - 0.69 0.42
Deles Kemalang
- 0.31
Srumbung -
Sumber: Gunawan et al. (2012)
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
42
Sumber: Gunawan et al., 2012
Gambar 6. Contoh penyajian hasil olahan data satwa dalam
bentuk grafik pie
Sumber: Gunawan et al., 2005
Gambar 7. Contoh penyajian hasil olahan data satwa dalam bentuk histogram
43
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
44
45
Gambar 8. Berang-berang jawa (Aonyx cinereus) yang ter-tangkap camera trap di Taman Kehati PT. Tirta Investama Lido
I. Pelaporan
Hasil monitoring satwa dilaporkan kepada Kepala Badan
Lingkungan Hidup Provinsi atau Kabupaten (selaku Pem-
bina Taman Kehati), Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hutan Bogor (selaku otoritas penelitian keanekaragaman
hayati dan ekosistem), dan Balai Konservasi Sumber Daya
Alam (BKSDA) setempat selaku otoritas manajemen
keanekaragaman hayati dan ekosistem, khususnya jenis
langka dan/atau dilindungi. Rekapitulasi laporan moni-
toring satwa dapat disajikan seperti format berikut.
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
46
Tabel 9. Form rekapitulasi laporan monitoring satwa
LAPORAN MONITORING SATWA
Nama Taman Kehati
Lokasi Desa/Kec/Kab
Petugas yang Memonitor
Tanggal/Bulan/Tahun
Jam
Kondisi Cuaca
HASIL MONITORING
Tujuan Monitoring
Obyek Monitoring
Indikator
A. Kekayaan Spesies Sebelumnya Sekarang
1. Total spesies
2. Mamalia
3. Reptilia
4. Amfibia
5. Aves
B. Indeks Keaneka-ragaman
Sebelumnya Sekarang
1. Total spesies
2. Mamalia
3. Reptilia
4. Amfibia
5. Aves
47
C. Indeks Kemerataan Sebelumnya Sekarang
1. Total spesies
2. Mamalia
3. Reptilia
4. Amfibia
5. Aves
Metode Transek dan IPA
Peralatan Binokuler, Kamera
Lokasi Monitoring (Blok)
Periode Monitoring Januari-Juni / Juli-Desember
Pihak yang Dilapori Badan Pengelola Lingkungan Hidup; Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hutan; Balai Konservasi Sumber Daya Alam
49
METODE MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI FLORA
Memonitor perkembangan komunitas tumbuhan di Taman
Kehati sangat penting karena tumbuhan merupakan
komponen pokok dari suatu ekosistem. Hal ini karena
tumbuhan merupakan produsen utama dalam ekosistem
yang dikonsumsi oleh konsumen pertama yaitu satwa-
satwa herbivora. Selanjutnya, satwa herbivora dimakan
oleh satwa karnivora pertama, dan satwa karnivora
pertama dimakan oleh karnivora kedua atau karnivora
puncak yang kemudian mati dan diuraikan oleh organisme
pengurai (detritus) atau dimakan oleh pemakan bangkai
(scavenger). Pada akhirnya, scavenger mati diuraikan oleh
detritus dan menghasilkan unsur hara yang dikonsumsi
kembali oleh tumbuh-tumbuhan. Demikian seterusnya,
siklus rantai makanan (food chain) terjadi dalam suatu
ekosistem.
Mengetahui status komunitas tumbuhan atau vegetasi di
suatu ekosistem dapat menjadi prediksi bagi kondisi
satwa-satwa yang menjadi konsumen tumbuhan, misalnya
satwa pemakan daun, buah, biji, pucuk, nektar, dan umbi.
Terdapat interaksi dan keterkaitan atau saling keter-
gantungan antara unsur tumbuhan dan satwa liar. Oleh
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
50
karena itu, memonitor satwa liar berarti juga memonitor
habitatnya. Dalam hal ini, tumbuhan merupakan bagian
utama dari habitat satwa liar tersebut.
A. Tujuan
Monitoring keanekaragaman hayati flora atau tumbuhan
bertujuan untuk mengetahui perubahan kondisi flora atau
tumbuhan dari waktu ke waktu di Taman Kehati.
B. Sasaran Objek yang Dimonitor
Sasaran yang menjadi objek monitoring yaitu pohon-
pohon hasil penanaman pada program pembangunan
Taman Kehati dengan fokus pada jenis-jenis unggulan
target konservasi. Terdapat dua kelompok sasaran moni-
toring flora pohon, yaitu:
(1) Kelompok pohon muda, yaitu bibit-bibit yang baru
ditanam hingga berumur kurang dari 10 tahun. As-
pek yang dimonitor antara lain survival (daya hidup),
pertumbuhan (tinggi dan diameter), dan kesehatan
(hama dan penyakit).
(2) Kelompok pohon dewasa, yaitu pohon-pohon besar
dengan diameter di atas 10 cm atau berumur lebih
dari 10 tahun. Aspek yang dimonitor terutama pada
fenologi (pembungaan) dan pembuahan. Selain itu,
aspek kesehatan pohon dewasa lebih ditekankan
pada kondisi fisik yang menyebabkan pohon rawan
51
tumbang, patah dahan, atau kondisi tajuk yang
mungkin mengganggu pertumbuhan pohon lain.
C. Indikator yang Dimonitor
Indikator yang dimonitor dari kelompok pohon muda:
Tinggi total pohon
Diameter batang
Keberadaan hama atau penyakit
Keberadaan gulma/tumbuhan pengganggu
Indikator yang dimonitor dari kelompok pohon dewasa:
Tinggi total pohon
Tinggi bebas cabang
Diameter setinggi dada (dbh)
Pembungaan (waktu berbunga dan lamanya musim
berbunga)
Pembuahan (waktu berbuah dan lamanya musim
buah)
Keberadaan hama atau penyakit
Keberadaan cacat pohon (berlubang, patah cabang,
rawan tumbang, dan lain-lain)
Satwa yang memanfaatkan (misalnya untuk bersarang
atau dimakan buah, biji, daun atau nektarnya)
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
52
Tabel 10. Tally sheet monitoring vegetasi/pohon muda
WAKTU MONITORING
1. Periode Monitoring Jan-Mar/Apr-Jun/Jul-Sep/Okt-
Des
2. Tanggal Monitoring
IDENTITAS POHON
3. Nomor Pohon
4. Nama Lokal
5. Nama Latin
6. Famili
7. Tahun tanam
INDIKATOR YANG DIMONITOR
8. Tinggi total (m)
9. Diameter (cm)
10. Keberadaan hama/ penyakit
Jenis hama/penyakit
Bagian yang diserang hama/penyakit
Upaya penanggulangan
hama/penyakit
11. Keberdaan gulma/ tumbuhan pengganggu
Jenis gulma
Upaya penanggulangan
gulma
53
Tabel 11. Tally sheet monitoring vegetasi/pohon dewasa
WAKTU MONITORING
1. Periode Monitoring Jan-Mar/Apr-Jun/Jul-Sep/Okt-
Des*
2. Tanggal Monitoring
IDENTITAS POHON
3. Nomor Pohon
4. Nama Lokal
5. Nama Latin
6. Famili
7. Tahun tanam
INDIKATOR YANG DIMONITOR
8. Tinggi total (m)
9. Tinggi bebas cabang (m)
10. Diameter setinggi dada (cm)
11. Keberadaan hama penyakit
Jenis hama/penyakit
Bagian yang diserang
Upaya penanggulangan
12. Keberadaan cacat pohon
Lubang/growong batang
Patah cabang/ranting
Rawan tumbang
13. Pembungaan (fenologi)
Waktu mulai berbunga
Lamanya musim berbunga
Satwa pemakan nektar
14. Pembuahan
Waktu mulai berbuah
Lamanya musim buah
Satwa pemakan buah/biji
15. Keberadaan sarang satwa
* Lingkari yang sesuai.
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
54
D. Metode Pengumpulan Data
Monitoring terhadap tanaman pohon-pohon di Taman
Kehati dapat dilakukan secara sensus ataupun sampling.
Apabila jumlahnya tidak terlalu banyak, misalnya kurang
dari 30 pohon, monitoring dilakukan secara sensus (100%
diamati dan diukur). Namun, apabila jumlahnya terlalu
banyak dan sumber daya yang tersedia terbatas (waktu,
tenaga, dan biaya), sampling perlu dibuat. Sampling diha-
rapkan dapat mewakili kondisi populasi pohon dari jenis
yang sama pada umumnya. Oleh karena itu, hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam menentukan sampel, yaitu:
(1) Sampling ditentukan pada saat pertama melakukan
monitoring. Pada monitoring berikutnya hanya mela-
kukan pengukuran dan pengamatan ulang terhadap
sampel yang telah ditentukan tersebut.
(2) Sampling (pemilihan pohon sampel) dilakukan seca-
ra acak (random).
(3) Untuk mendapatkan keterwakilan dari berbagai kon-
disi secara proporsional [jika diperlukan], stratifikasi
dilakukan sebelum menentukan pohon-pohon yang
akan dijadikan sampel untuk dimonitor.
(4) Stratifikasi dilakukan berdasarkan jenis pohon dan
kelas umur (tahun tanam).
(5) Setelah distratifikasi, setiap strata dipilih 30 pohon
secara acak.
(6) Pohon-pohon yang telah terpilih diberi tanda (no-
mor) untuk mengingatkan kembali pada monitoring
berikutnya.
55
E. Peralatan dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam monitoring
flora pohon disajikan pada Tabel 12 berikut ini:
Tabel 12. Peralatan dan bahan monitoring pohon Taman Kehati
No Alat/Bahan Kegunaan/Fungsi
1. Haga Altimeter Mengukur tinggi pohon dewasa
2. Caliper Mengukur diameter bibit dan pohon kecil
3. Phi band Mengukur diameter pohon besar
4. Meteran roll Mengukur tinggi bibit kurang dari 2 meter
5. Gergaji pruning Pruning ranting tinggi
6. Gunting stek Pruning bibit
7. Gunting pruning Pruning daun dan ranting kecil
8. Chain saw Menebang pohon yang
membahayakan
9. Weeding tools Membuang gulma
10. Gergaji rumput Membuang gulma
11. Kamera Mendokumentasikan hasil pengamatan
12. Tally sheet Daftar checklist monitoring
13. Alat tulis Membuat catatan di lapangan
14. PC/Laptop Mengolah data dan membuat laporan
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
56
Gambar 9. Peralatan yang perlu dibawa pada saat monitoring
F. Lokasi Monitoring
Monitoring dilakukan pada semua perwakilan tanaman. Oleh karena itu, apabila tanaman telah dibagi menurut tema di dalam blok, perwakilan tanaman yang dimonitor harus ada di setiap blok. Untuk Taman Kehati Babakan Pari (Cidahu-Sukabumi), lokasi monitoring flora pohon dapat dilihat pada Gambar 10.
57
Gambar 10. Contoh lokasi monitoring flora pohon di Taman Kehati Babakan Pari, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi
Gambar 11. Pemeriksaan hama dan penyakit tanaman
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
58
Gambar 12. Pengukuran diamater pohon dewasa (A) dan pen-catatan kondisi gulma sekitar tanaman (B)
Gambar 13. Label pohon yang dimonitor: bagian depan berisi nama spesies, nomor pohon, dan nomor blok (A); dan bagian
belakang berisi checklist tanggal monitoring (B)
A B
A B
59
G. Periode Monitoring
Monitoring pohon muda, khususnya pada bibit-bibit yang
baru ditanam hingga umur satu tahun, sebaiknya dilaku-
kan lebih sering untuk mengetahui daya hidupnya, hama
penyakit dan gulma pengganggunya yang dapat memati-
kan atau menghambat pertumbuhan bibit tersebut.
Dengan demikian, jika terjadi kematian bibit maka dapat
segera diketahui dan dapat cepat dilakukan penyulaman.
Pada tahun pertama, monitoring dapat dilakukan seming-
gu sekali atau dua minggu sekali. Setelah melewati tahun
pertama, kondisi bibit sudah relatif stabil sehingga
frekuensi monitoring dapat dilakukan sebulan sekali
hingga tiga bulan sekali.Pada pohon dewasa, monitoring
cukup dilakukan tiga bulan sekali untuk mengantisipasi
pohon tumbang dan cabang atau ranting patah. Meskipun
demikian, pada musim hujan yang sering terjadi hujan
angin, pemeriksaan pohon dewasa harus lebih sering
dilakukan.
Monitoring yang umum dilakukan dalam periode tiga
bulanan (triwulan), empat bulanan (caturwulan) atau
enam bulanan (semester) dengan pengaturan sebagai
berikut:
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
60
Tabel 13. Pembagian periode dan waktu monitoring
Periode Triwulan Waktu/Tanggal Monitoring
Januari-Maret 31 Maret atau 1 April
April-Juni 30 Juni atau 1 Juli
Juli-September 31 Agustus atau 1 September
Oktober-Desember 31 Desember atau 1 Januari
Periode Caturwulan Waktu/Tanggal Monitoring
Januari-April 30 April atau 1 Mei
Mei-Agustus 31 Agustus atau 1 September
September-Desember 31 Desember atau 1 Januari
Periode Semester Waktu/Tanggal Monitoring
Januari-Juni 30 Juni atau 1 Juli
Juli-Desember 31 Desember atau 1 Januari
H. Pengolahan dan Interpretasi Data
Data hasil monitoring diolah untuk mendapatkan informasi
persen hidup, laju pertumbuhan tinggi dan diameter, serta
kesehatan pohon. Hasil olahan data disajikan dalam
bentuk tabel dan/atau grafik. Garfik garis dapat digunakan
untuk menunjukan pertumbuhan. Grafik pie dapat diguna-
kan untuk menunjukan persentase pohon hidup, per-
sentase pohon sehat, atau persentase serangan hama dan
penyakit.
Data dan informasi yang didapat diinterpretasi dan disin-
tesis untuk menghasilkan rekomendasi-rekomendasi bagi
manajemen untuk melakukan upaya-upaya, yaitu:
61
(1) Pemupukan pohon yang pertumbuhannya kurang.
(2) Pemangkasan pohon yang mengganggu pertum-
buhan pohon target konservasi.
(3) Pemotongan daun atau ranting yang berpenyakit.
(4) Pemberantasan hama dan penyakit.
(5) Penyiraman tanah yang kering
(6) Pembersihan gulma.
(7) Penyulaman pohon yang mati.
I. Pelaporan
Hasil monitoring flora pohon dilaporkan kepada Badan
Lingkungan Hidup Provinsi atau Kabupaten selaku
Pembina di daerah, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hutan Bogor selaku otoritas penelitian Kehati di
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat
selaku otoritas manajemen konservasi flora fauna langka
dan dilindungi.
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
62
Tabel 14. Rekapitulasi hasil monitoring pohon muda
REKAPITULASI HASIL MONITORING POHON MUDA
WAKTU MONITORING
Periode Monitoring Jan-Mar/Apr-Jun/Jul-Sep/Okt-Des
Tanggal Monitoring
HASIL MONITORING POHON MUDA
Jenis pohon Jumlah
pohon
Jumlah
Hidup
Tinggi rata-
rata
Diameter
rata-rata
Jumlah Terserang
Hama/ penyakit
Jumlah
Cacat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
dst
CATATAN PENTING
REKOMENDASI
63
Tabel 15. Rekapitulasi hasil monitoring pohon dewasa
REKAPITULASI HASIL MONITORING POHON DEWASA
WAKTU MONITORING
Periode Monitoring Jan-Mar/Apr-Jun/Jul-Sep/Okt-Des
Tanggal Monitoring
HASIL MONITORING POHON DEWASA
Jenis
pohon
Jumlah
pohon
Tinggi
total rata-rata
Tinggi
bebas cabang rata-
rata
Diameter
rata-rata
Jumlah
pohon berbunga
Jumlah
pohon berbuah
Jumlah
pohon cacat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
dst
CATATAN PENTING
REKOMENDASI
65
METODE EVALUASI KEBERHASILAN TAMAN KEHATI
A. Maksud dan Tujuan
Evaluasi keberhasilan pembangunan dan pengelolaan Ta-
man Kehati dimaksudkan:
(1) Memberikan informasi yang dibutuhkan oleh mana-
jemen dalam pengambilan keputusan pengelolaan
Taman Kehati ke depan.
(2) Menilai apakah tujuan pembangunan dan penge-
lolaan Taman Kehati dapat dicapai sesuai dengan
yang diharapkan sehingga dapat dijadikan contoh
atau model untuk pengembangan di tempat lain.
(3) Menilai efektivitas program, capaian sasaran,
efisiensi dan keberlanjutan dalam rangka pember-
dayaan fungsi Taman Kehati.
Oleh karena itu, evaluasi keberhasilan pembangunan dan
pengelolaan Taman Kehati bertujuan:
(1) Memperoleh apa yang ingin dicapai melalui pem-
bangunan dan pengelolaan Taman Kehati (tujuan
dan manfaat).
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
66
(2) Menilai kemajuan sampai di mana tujuan telah ter-
laksana dan manfaat telah diperoleh.
(3) Mengetahui strategi yang dibuat untuk mencapai
tujuan; apakah strategi tersebut diikuti dan apakah
strategi bekerja efektif; jika tidak, mengapa?
(4) Mengetahui implikasi program pengembangan dan
pengelolaan Taman Kehati bagi para stakeholders.
(5) Menilai efisiensi, efektivitas, dan dampak (impact)
dari pengembangan dan pengelolaan Taman Kehati.
B. Aspek-Aspek yang Dievaluasi
Aspek-aspek yang dikaji dalam evaluasi keberhasilan pem-
bangunan dan pengelolaan Taman Kehati ialah yang
terkait dengan tujuan dan manfaat atau fungsi Taman
Kehati, serta pelaksanaan program yang terkait, yaitu:
1. Tujuan Taman Kehati
Pembangunan dan pengelolaan Taman Kehati bertujuan
menyelamatkan berbagai spesies tumbuhan asli/lokal yang
memiliki tingkat ancaman sangat tinggi terhadap kelesta-
riannya atau ancaman yang mengakibatkan kepunahan-
nya (Pasal 1 ayat 3, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
[Permen LH] No. 3 Tahun 2012). Adapun spesies pohon
asli yang menjadi target konservasi Taman Kehati
Babakan Pari yaitu sebagaimana disajikan pada Tabel 16.
Sementara itu, fauna target yang dikonservasi di Taman
Kehati disajikan pada Tabel 17.
67
Tabel 16. Contoh jenis flora prioritas target konservasi di
Taman Kehati Babakan Pari (Cidahu-Sukabumi)
No Nama Latin Nama Indonesia
Status IUCN
dan PP No. 7/1999
1. Diospyros celebica Bakh.
Kayu hitam Rentan (VU)
2. Eusideroxylon zwageri Teijsm.& Binn.
Kayu besi Rentan (VU)
3. Intsia bijuga (Colebr.) Kuntze
Merbau Rentan (VU)
4. Shorea leprosula Miq. Meranti Genting (EN)
5. Dryobalanops lanceolata Burck.
Kamper Genting (EN)
Tabel 17. Contoh lima jenis fauna prioritas target konservasi di Taman Kehati Babakan Pari (Cidahu-Sukabumi)
No Nama Latin Nama Indonesia
Status IUCN dan PP No.
7/1999
1. Herpestes javanicus (É.
Geoffroy Saint-Hilaire, 1818)
Garangan Least Concern
(LC)
2. Paradoxurus hermaphroditus (Pallas, 1777)
Careuh bulan Least Concern (LC)
3. Halcyon cyanoventris Vieillot, 1818
Raja udang
jawa
Least Concern
(LC); Dilindungi
4. Bronchocela jubata Duméril &
Bibron, 1837
Bunglon surai
Least Concern (LC)
5. Cinnyris jugularis Linnaeus, 1766
Burung madu sriganti
Least Concern (LC); Dilindungi
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
68
2. Manfaat atau Fungsi Taman Kehati
Berdasarkan pasal 5 Permen LH No. 3 Tahun 2012,
manfaat atau fungsi Taman Kehati ialah sebagai berikut:
(1) Untuk koleksi tumbuhan;
(2) Untuk pengembangbiakan tumbuhan dan satwa
pendukung;
(3) Sebagai penyedia atau sumber bibit dan benih;
(4) Sebagai sumber genetis tumbuhan/tanaman lokal;
(5) Sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengem-
bangan ilmu pengetahuan, dan ekowisata;
(6) Ruang terbuka hijau dan/atau penambahan tutupan
vegetasi.
3. Program dan Kegiatan Konservasi
Keanekaragaman Hayati
Program dan kegiatan terkait konservasi keanekaragaman
hayati yang menjadi bahan evaluasi yaitu:
(1) Penanaman dan pemeliharaan tanaman.
(2) Penelitian dan publikasi hasil penelitian.
(3) Pelatihan dalam rangka pemberdayaan masyarakat
melalui konservasi dan pemanfaatan flora/fauna.
(4) Pelatihan peningkatan kapasitas SDM dalam penge-
lolaan Taman Kehati.
(5) Pendidikan lingkungan hidup dan konservasi.
(6) Rehabilitasi lahan kritis, daerah aliran sungai dan ka-
wasan konservasi.
(7) Adopsi pohon.
(8) Wisata alam.
69
C. Pendekatan
Terdapat beberapa pendekatan yang dapat ditempuh oleh
evaluator dalam melakukan evaluasi sebagaimana disaji-
kan pada Tabel 18. Evaluator sebaiknya menggunakan
kombinasi pendekatan dan perusahaan yang dievaluasi
meminta secara khusus apa yang ingin dievaluasi tetapi
jangan mengesampingkan temuan dengan pendekatan
yang berbeda.
Metode yang digunakan dalam evaluasi dari setiap aspek,
kegiatan, dan program berbeda-beda. Namun, metode
yang cocok digunakan untuk evaluasi di Taman Kehati
secara umum ialah sebagai berikut:
(1) Survei lapangan
(2) Wawancara masyarakat
(3) Wawancara responden kunci
(4) Kuesioner
(5) FGD (Focus Group Discussion)
(6) Pertemuan dengan masyarakat (Community
meetings)
(7) Laporan kegiatan rutin pekerja lapangan
(8) Hasil Monitoring
Penggunaan masing-masing metode dan teknik pengum-
pulan data, serta parameter yang dievaluasi disajikan
pada Tabel 19.
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
70
Tabel 18. Pendekatan-pendekatan dalam melakukan evaluasi
Pendekatan Tujuan Utama
Fokus Pertanyaan
Metodologi
Berbasis sasaran
Menilai capaian tujuan dan sasaran
Apakah sasaran tercapai dan efisien? Apakah sasarannya benar?
Membandingkan baseline dan data kemajuan; mencari cara-cara untuk mengukur indikator
Pengambilan keputusan
Menyediakan informasi
Apakah program telah efektif? Haruskah dilanjutkan? Apakah perlu dimodifikasi?
Menilai pilihan-pilihan berkaitan dengan konteks, input, proses dan hasil. Menetapkan konsesus pengambilan keputusan
Tidak berbasis sasaran
Menilai seluruh dampak program/ proyek, baik dikehendaki maupun tidak
Outcomes apa saja yang dihasilkan? Nilai apa yang diberikan oleh outcomes?
Determinasi standar yang dibutuhkan untuk menilai apakah program/proyek bermanfaat? Teknik kualitatif dan kuantitatif untuk mengungkap semua hasil yang mungkin
Expert judgement
Penggunaan keahlian
Bisakah membayar evaluator luar yang profesional?
Review kritis berlandaskan pada pengalaman, survei informal dan penilaian subjektif.
71
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
72
73
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
74
75
D. Metode Evaluasi
Proses evaluasi terdiri atas tiga tahap, yaitu:
Tahap 1: merencanakan evaluasi yang meliputi:
(1) Menetapkan tujuan
(2) Penanggung jawab
(3) Rencana kerja evaluasi
(4) Anggaran
(5) Core learning partnership
(6) Pertanyaan-pertanyaan evaluasi
(7) Term of Reference
(8) Memilih konsultan
(9) Logistik
(10) Briefing tim evaluasi
Tahap 2: melaksanakan evaluasi yang meliputi:
(1) Pelibatan manajer proyek/program
(2) Pengumpulan data
(3) Pembuatan draft laporan
(4) Core learning partnership
(5) Mengakomodir umpan balik dari para pihak
Tahap 3: menggunakan hasil evaluasi yang meliputi:
(1) Mempertimbangkan rekomendasi
(2) Membuat rencana implementasi
(3) Diseminasi
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
76
E. Laporan Evaluasi
Format outline laporan evaluasi keberhasilan pemba-
ngunan dan pengelolaan Taman Kehati ialah sebagai
berikut:
Halaman Judul
Daftar Isi
Kata Pengantar
Ucapan Terima Kasih
Ringkasan Eksekutif
Glosarium, Akronim dan Singkatan
Bab 1. Pendahuluan (latar belakang, tim evaluasi,
proses dan permasalahan yang terjadi)
Bab 2. Deskripsi Proyek/Program (latar belakang dan
tujuan proyek/program)
Bab 3. Tujuan dan Metode Evaluasi
Bab 4. Temuan (terkait efisiensi, efektivitas, dampak
dan hal lain yang muncul)
Bab 5. Kesimpulan (kesimpulan dan interpretasi
temuan, lebih baik menggunakan analisis
SWOT)
Bab 6. Rekomendasi (saran ke depan untuk
mengatasi kelemahan dan membangun
kekuatan)
Daftar Pustaka
Lampiran : daftar responden yang diwawancarai,
kuesioner yang digunakan, peta, dan lain-
lain.
77
DAFTAR PUSTAKA
Adisoemarto, S. & Rifai, M.A. (editor). 1994. Keaneka-ragaman Hayati di Indonesia. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup (KLH) dan Konsorsium untuk Pelestarian Hutan dan Alam Indonesia
(KONPHALINDO). Jakarta.
Alikodra, H.S. 1990. Pengelolaan Satwaliar Jilid I. Depar-
temen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, Institut Pertanian Bogor.
Bailey, J.A. 1984. Principles of Wildlife Management. John Wiley and Sons. New York.
BAPPENAS. 1993. Biodiversity Action Plan for Indonesia. BAPPENAS. Jakarta.
Biodiversity Indicators for Monitoring Impacts and Conser-
vation. www.Theebi.org
Blomberg, S. & Shine, R. 2004. Reptiles. Pp.218-226 dalam Sutherland, W.J. (ed). Ecological Census Techniques: A Handbook. Cambridge University Press. Cam-bridge, UK.
CITES. 2015. Appendices I, II & III. https://www.cites. org/sites/default/files/eng/app/2015/E-Appendices-2015-02-05.pdf. Downloaded on 22 October 2015.
Coates, B.J. & Bishop, K.D. 1997. Panduan Lapangan Burung-Burung di Kawasan Wallacea. Birdlife
International-Indonesia Program. Bogor.
Gibbons, D.W., Hill, D. & Sutherland, W.J. 2004. Birds. Pp. 227-259 dalam Sutherland, W.J. (ed). Ecological Census Techniques: A Handbook. Cambridge University Press. Cambridge, UK.
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
78
Guidelines for Monitoring and Evaluation for Biodiversity
Projects. www.siteresources.worldbank.org
Gunawan, H. in press. Mengintegrasikan Keaneka-
ragaman Hayati dalam analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Forda Press. Bogor.
Gunawan et al. 2012. Laporan Hasil Penelitian Kajian
Model Restorasi Ekosistem Kawasan Konservasi. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Konservasi Dan
Rehabilitasi.
Gunawan, H., Putri, I.A.S.L.P. & Qiptiyah, M. 2005. Keanekaragaman Jenis Burung Di Wanariset Malili,
Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, II(3): 241–
250.
Halliday, T.R. 2004. Amphibians. Pp.205-217 dalam Sutherland, W.J. (ed). Ecological Census Techniques: A Handbook. Cambridge University Press. Cam-bridge, UK.
Hill, D., Fasham, M., Tucker, G., Shewry, M. & Shaw, P. (eds). 2005. Handbook of Biodiversity Methods: Sur-vey, Evaluation and Monitoring. Cambridge
University Press. www. Cambrisdge.org. Diakses tanggal 11 Desember 2008.
Iskandar, D.T. 2002. Amfibi Jawa dan Bali. Puslitbang Bio-
logi LIPI-GEF Biodiversity Collections Project. Bogor.
IUCN-WCU. 2001. IUCN Red List Categories and Criteria Version 3.1. IUCN-The World Conservation Union. Gland, Switzerland.
IUCN 2015. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2015-4. <http://www.iucnredlist.org>. Downloaded on 19 November 2015
79
Kariuki, J.G. 2014. An Exploration of the Guiding Prin-
ciples, Importance and Challenges of Monitoring and Evaluation of Community Development Projects and
Programmes. International Journal of Business and Social Science, 5 1): 140–147. www.ijbssnet. com. [3 Juli 2015]
King, B., Dickinson, E.C. & Woodcock, M. 1975. A Field Guide to the Birds of South East Asia. Collins. Lon-
don.
Kusmana, C. 1997. Metode Survei Vegetasi. IPB Press. Bogor.
Lawrence, A. 2002. Participatory assessment, monitoring and evaluation of biodiversity. ETFRN E-workshop
on Participatory Monitoring and Evaluation of Biodiversity, 7-25 January 2002. www.etfrn.org/ etfrn/workshop/biodiversity/index.html. [3 Juli 2015]
MacKinnon, J. 1991. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-Burung di Jawa dan Bali. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
MacKinnon, J., Phillips, K. & van Balen, B. 1992. Panduan Lapangan Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Birdlife International-Indonesia Program. Bogor.
Magurran, A.E. 1988. Ecological Diversity and Its Mea-surement. Croom Helm. London.
Monitoring, Evaluation, Reporting and Improvement.
www.nrm.gov.au.
Monitoring and Evaluation by Janet Shapiro www.civicus. org.
Monitoring and Evaluation in Conservation: a Review of Trends and. www.fosonline.org.
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
80
Monitoring and evaluation: tool for biodiversity conser-
vation and. www.sanbi.org.
Monitoring and Evaluation: tools for biodiversity conser-
vation. https://archive.org.
Odum, E.P. 1994. Fundamentals of Ecology, Third Edition. T. Samingan (terj.). Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999 tentang
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Pomeroy, D. 1992. Counting Birds. African Wildlife Foundation. Nairobi, Kenya.
Sastrapradja, S., Adisoemarto, S., Kartawinata, K. & Rifai, M. 1989. Keanekaragaman Hayati untuk Kelang-sungan Hidup Bangsa. Pusat Penelitian dan Pengem-bangan Bioteknologi LIPI. Bogor.
Sera, Y. & Beaudry, S. 2007. Monitoring & Evaluation.
Social Development Department-The World Bank. www.worldbank.org/smallgrantsprogram.
Shaw, J. 1985. Introduction to Wildlife Management. McGraw-Hill Book Company. New York.
Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif. Penerbit Usaha
Nasional. Surabaya.
Soerianegara, I. & Indrawan, A. 1980. Ekologi Hutan. Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan
IPB. Bogor.
Soerianegara, I. 1978. Diktat Ekologi Hutan. Pusat
Pendidikan Kehutanan Cepu. Direksi Perum Perhutani. Cepu.
81
Sutherland, W.J. 2004. Mammals. Pp.260-280 dalam
Sutherland, W.J. (ed). Ecological Census Techniques: A Handbook. Cambridge University
Press. Cambridge, UK.
Sutherland, W.J. (ed.). 2004. Ecological Census Tech-niques: A Handbook. Cambridge University Press.
Cambridge, UK.
Toolkit to Combat Trafficking in Persons, Chapter 10:
Monitoring and Evaluation. https://www.unodc.org [2 Juli 2015].
Tucker, G., Bubb P., de Heer, M., Miles, L., Lawrence, A.,
Bajracharya, S.B., Nepal, R.C., Sherchan, R. & Chapagain, N.R. 2005. Guidelines for Biodiversity Assessment and Monitoring for Protected Areas. KMTNC, Kathmandu, Nepal.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Direk-torat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan dan Japan Inter-
national Cooperation Agency. Bogor.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1994
tentang ratifikasi Konvensi PBB untuk Keaneka-ragaman Hayati (Convension on Biodiversity).
Van Lavieren, L.P. 1983. Wildlife Management in The Tropics, II. School of Environmental Conservation management. Bogor.
World Bank’s Environment Department, Global Environ-ment Division. 1998. Guidelines for Monitoring and Evaluation for Biodiversity Projects. www.
siteresources.worldbank.org. [3 Juli 2015]
83
Lampiran 1.
PANDUAN WAWANCARA
PENGUNJUNG/MASYARAKAT SEKITAR TAMAN KEHATI
1. Identitas Responden
Nama : ................................................ Umur: ...... th
Jenis Kelamin : Pria/Wanita Pekerjaan : …............................
Pendidikan : SD/SLTP/SLTA/Universitas
2. Pernahkan anda datang ke Taman Kehati Babakan Pari? Belum pernah Pernah 1 kali 2 kali 3 kali/lebih
3. Apakah anda tahu, apa itu Taman Kehati? Tidak tahu Tahu, yaitu: ……............................................
4. Apa tujuan anda datang ke Taman Kehati? Rekreasi Bermain Belajar pohon
Penelitian Tugas ..........................................
5. Apakah anda mendapatkan pengetahuan baru dari Taman Kehati?
Dapat yaitu ...................................................................
Tidak
6. Setelah datang ke Taman Kehati, berapa jenis pohon di
Taman Kehati yang anda kenal/ketahui dan ingat? Sebutkan. ..................................................................................................................................................................................
7. Jenis satwa apa saja yang anda lihat selama berada di Taman Kehati. ..................................................................
…...................................................................................... 8. Apa manfaat atau fungsi Taman Kehati? ............................ … .....................................................................................
9. Apabila diberi kesempatan, maukah anda diajak menanam pohon di Taman Kehati dan mengasuhnya? .........................................................................................
10. Fasilitas apa yang perlu ditambah di Taman Kehati? …......................................................................................
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
84
Lampiran 2.
KUESIONER UNTUK STAKEHOLDERS
TENTANG EVALUASI KEBERHASILAN TAMAN KEHATI
DATA STAKEHOLDERS
Nama : ..............................................................
Umur : ....... th
Pekerjaan/Jabatan :...............................................................
Desa/Kecamatan :...............................................................
Hubungan dg TIV :...............................................................
1. Apakah Taman Kehati sudah berfungsi menyelamatkan
spesies tumbuhan asli/lokal yang menjadi target?
Sudah; alasannya ........................................................
Belum; Alasannya ........................................................
2. Apakah Taman Kehati sudah berfungsi menyelamatkan
spesies fauna asli/lokal yang menjadi target?
Sudah; alasannya .......................................................
Belum; Alasannya .......................................................
3. Apakah dengan adanya Taman kehati, jenis-jenis satwanya bertambah banyak?
Ya bertambah Tetap Tidak tahu
4. Apakah anda pernah menerima bantuan bibit atau benih dari
PT. Tirta Investama (Aqua)?
Belum pernah
Pernah bibit .......................................... tahun ............
5. Jika Taman Kehati menjadi sumber bibit pohon, maka bibit pohon apa yang anda inginkan?
.......................................................................................
85
6. Jenis-jenis satwa apa yang ada di Taman Kehati?
.......................................................................................
7. Apakah jenis-jenis pohon lokal sudah ditanam di Taman
Kehati?
Belum ada Tidak tahu
Sudah, yaitu ...............................................................
8. Apakah Taman Kehati telah berfungsi sebagai sarana pendidikan lingkungan/alam/biologi bagi anak-anak sekolah?
Sudah Belum Tidak tahu
9. Apakah Taman Kehati sudah digunakan sebagai tempat
rekreasi atau wisata alam?
Sudah Belum Tidak tahu
10. Apa yang menarik dari Taman Kehati sehingga cocok sebagai tempat wisata? .................................................................
11. Apakah Taman Kehati telah berfungsi sebagai Ruang
Terbuka Hijau yang memberikan kenyamanan, kesejukan dan udara segar bagi sekitarnya?
Sudah Belum Tidak tahu
12. Apakah tanaman-tanaman di Taman Kehati kondisinya cukup terpelihara dengan baik?
Tidak tahu
Terpelihara baik pemeliharaan belum maksimal
13. Apakah sudah ada kegiatan penelitian di Taman Kehati?
Sudah Belum Tidak tahu
14. Apakah ada publikasi tentang Taman Kehati? Apakah anda pernah menerima? melihat atau membacanya?
Ada dan pernah melihat/menerima/membacanya
Belum ada Tidak tahu
15. Apakah sudah pernah ada pelatihan pemberdayaan masyarakat berkaitan dengan pemanfaatan atau budidaya flora fauna?
Sudah Belum Tidak tahu
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
86
16. Apakah Taman Kehati dikelola oleh SDM yang telah
mengikuti pelatihan yang relevan?
Sudah Belum Tidak tahu
17. Pendidikan lingkungan apakah yang pernah dilakukan di Taman Kehati? Apakah ada usulan pendidikan lainnya di Taman Kehati.
.......................................................................................
.......................................................................................
18. Selain mengelola Taman Kehati, apakah PT. Tirta Investama (Aqua) melakukan rehabilitasi lahan kritis, daerah aliran sungai dan kawasan konservasi? Dimana?
Ya, di ..........................................................................
Belum Tidak tahu
19. Apakah PT. Tirta Investama (Aqua) melaksanakan program adopsi pohon atau pohon asuh? Baik di Taman Kehati maupun di luar Taman Kehati.
Sudah, yaitu di ...........................................................
Pengadopsi dari lembaga/sekolah ..........................
Belum Tidak tahu
20. Secara umum, menurut anda apakah Taman kehati Babakan
Pari telah berhasil sesuai dengan tujuannya?
Sudah, alasannya ........................................................
....................................................................................... Belum, alasannya ........................................................
.......................................................................................
Tidak tahu
87
Lampiran 3. Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang
Dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa.
No. Nama Ilmiah Nama Indonesia
SATWA
I. MAMALIA (Menyusui)
1 Anoa depressicornis Anoa dataran rendah, Kerbau
pendek
2 Anoa quarlesi Anoa pegunungan
3 Arctictis binturong Binturung
4 Arctonyx collaris Pulusan
5 Babyrousa babyrussa Babirusa
6 Balaenoptera musculus Paus biru
7 Balaenoptera physalus Paus bersirip
8 Bos sondaicus Banteng
9 Capricornis sumatrensis Kambing Sumatera
10 Cervus kuhli; Axis kuhli Rusa Bawean
11 Cervus spp. Menjangan, Rusa sambar (semua jenis dari genus Cervus)
12 Cetacea Paus (semua jenis dari famili Cetacea)
13 Cuon alpinus Ajag
14 Cynocephalus variegatus Kubung, Tando, Walangkekes
15 Cynogale bennetti Musang air
16 Cynopithecus niger Monyet hitam Sulawesi
17 Dendrolagus spp. Kanguru pohon (semua jenis
dari genus Dendrolagus)
18 Dicerorhinus sumatrensis
Badak Sumatera
19 Dolphinidae Lumba-lumba air laut (semua
jenis dari famili Dolphinidae)
20 Dugong dugon Duyung
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
88
No. Nama Ilmiah Nama Indonesia
21 Elephas indicus Gajah
22 Felis badia Kucing merah
23 Felis bengalensis Kucing hutan, Meong congkok
24 Felis marmorota Kuwuk
25 Felis planiceps Kucing dampak
26 Felis temmincki Kucing emas
27 Felis viverrinus Kucing bakau
28 Helarctos malayanus Beruang madu
29 Hylobatidae Owa, Kera tak berbuntut
(semua jenis dari famili Hylobatidae)
30 Hystrix brachyura Landak
31 Iomys horsfieldi Bajing terbang ekor merah
32 Lariscus hosei Bajing tanah bergaris
33 Lariscus insignis Bajing tanah, Tupai tanah
34 Lutra lutra Lutra
35 Lutra sumatrana Lutra Sumatera
36 Macaca brunnescens Monyet Sulawesi
37 Macaca maura Monyet Sulawesi
38 Macaca pagensis Bokoi, Beruk Mentawai
39 Macaca tonkeana Monyet jambul
40 Macrogalidea musschenbroeki
Musang Sulawesi
41 Manis javanica Trenggiling, Peusing
42 Megaptera novaeangliae Paus bongkok
43 Muntiacus muntjak Kidang, Muncak
44 Mydaus javanensis Sigung
45 Nasalis larvatus Kahau, Bekantan
46 Neofelis nebulusa Harimau dahan
47 Nesolagus netscheri Kelinci Sumatera
48 Nycticebus coucang Malu-malu
49 Orcaella brevirostris Lumba-lumba air tawar, Pesut
50 Panthera pardus Macan kumbang, Macan tutul
89
No. Nama Ilmiah Nama Indonesia
51 Panthera tigris sondaica Harimau Jawa
52 Panthera tigris sumatrae Harimau Sumatera
53 Petaurista elegans Cukbo, Bajing terbang
54 Phalanger spp. Kuskus (semua jenis dari
genus Phalanger)
55 Pongo pygmaeus Orang utan, Mawas
56 Presbitys frontata Lutung dahi putih
57 Presbitys rubicunda Lutung merah, Kelasi
58 Presbitys aygula Surili
59 Presbitys potenziani Joja, Lutung Mentawai
60 Presbitys thomasi Rungka
61 Prionodon linsang Musang congkok
62 Prochidna bruijni Landak Irian, Landak semut
63 Ratufa bicolor Jelarang
64 Rhinoceros sondaicus Badak Jawa
65 Simias concolor Simpei Mentawai
66 Tapirus indicus Tapir, Cipan, Tenuk
67 Tarsius spp. Binatang hantu, Singapuar (semua jenis dari genus Tarsius)
68 Thylogale spp. Kanguru tanah (semua jenis dari genus Thylogale)
69 Tragulus spp. Kancil, Pelanduk, Napu (semua jenis dari genus Tragulus)
70 Ziphiidae Lumba-lumba air laut (semua jenis dari famili Ziphiidae)
II. AVES (Burung)
71 Accipitridae Burung alap-alap, Elang (semua
jenis dari famili Accipitridae)
72 Aethopyga exima Jantingan gunung
73 Aethopyga duyvenbodei Burung madu Sangihe
74 Alcedinidae Burung udang, Raja udang
(semua jenis dari famili Alcedinidae)
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
90
No. Nama Ilmiah Nama Indonesia
75 Alcippe pyrrhoptera Brencet wergan
76 Anhinga melanogaster Pecuk ular
77 Aramidopsis plateni Mandar Sulawesi
78 Argusianus argus Kuau
79 Bubulcus ibis Kuntul, Bangau putih
80 Bucerotidae Julang, Enggang, Rangkong, Kangkareng (semua jenis dari famili Bucerotidae)
81 Cacatua galerita Kakatua putih besar jambul kuning
82 Cacatua goffini Kakatua gofin
83 Cacatua moluccensis Kakatua Seram
84 Cacatua sulphurea Kakatua kecil jambul kuning
85 Cairina scutulata Itik liar
86 Caloenas nicobarica Junai, Burung mas, Minata
87 Casuarius bennetti Kasuari kecil
88 Casuarius casuarius Kasuari
89 Casuarius unappenddiculatus
Kasuari gelambir satu, Kasuari leher kuning
90 Ciconia episcopus Bangau hitam, Sandanglawe
91 Colluricincla megarhyncha
Burung sohabe coklat
92 Crocias albonotatus Burung matahari
93 Ducula whartoni Pergam raja
94 Egretta sacra Kuntul karang
95 Egretta spp. Kuntul, Bangau putih (semua
jenis dari genus Egretta)
96 Elanus caerulleus Alap-alap putih, Alap-alap tikus
97 Elanus hypoleucus Alap-alap putih, Alap-alap tikus
98 Eos histrio Nuri Sangir
99 Esacus magnirostris Wili-wili, Uar, Bebek laut
100 Eutrichomyias rowleyi Seriwang Sangihe
101 Falconidae Burung alap-alap, Elang
91
No. Nama Ilmiah Nama Indonesia
(semua jenis dari famili Falconidae)
102 Fregeta andrewsi Burung gunting, Bintayung
103 Garrulax rufifrons Burung kuda
104 Goura spp. Burung dara mahkota, Burung titi, Mambruk (semua jenis dari genus Goura)
105 Gracula religiosa mertensi
Beo Flores
106 Gracula religiosa robusta Beo Nias
107 Gracula religiosa venerata
Beo Sumbawa
108 Grus spp. Jenjang (semua jenis dari genus Grus)
109 Himantopus himantopus Trulek lidi, Lilimo
110 Ibis cinereus Bluwok, Walangkadak
111 Ibis leucocephala Bluwok berwarna
112 Lorius roratus Bayan
113 Leptoptilos javanicus Marabu, Bangau tongtong
114 Leucopsar rothschildi Jalak Bali
115 Limnodromus semipalmatus
Blekek Asia
116 Lophozosterops javanica Burung kacamata leher abu-abu
117 Lophura bulweri Beleang ekor putih
118 Loriculus catamene Serindit Sangihe
119 Loriculus exilis Serindit Sulawesi
120 Lorius domicellus Nori merah kepala hitam
121 Macrocephalon maleo Burung maleo
122 Megalaima armillaris Cangcarang
123 Megalaima corvina Haruku, Ketuk-ketuk
124 Megalaima javensis Tulung tumpuk, Bultok Jawa
125 Megapoddidae Maleo, Burung gosong (semua jenis dari famili Megapododae)
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
92
No. Nama Ilmiah Nama Indonesia
126 Megapodius reintwardtii Burung gosong
127 Meliphagidae Burung sesap, Pengisap madu
(semua jenis dari famili Meliphagidae)
128 Musciscapa ruecki Burung kipas biru
129 Mycteria cinerea Bangau putih susu, Bluwok
130 Nectariniidae Burung madu, Jantingan, Klaces (semua jenis dari famili Nectariniidae)
131 Numenius spp. Gagajahan (semua jenis dari genus Numenius)
132 Nycticorax caledonicus Kowak merah
133 Otus migicus beccarii Burung hantu Biak
134 Pandionidae Burung alap-alap, Elang
(semua jenis dari famili Pandionidae)
135 Paradiseidae Burung cendrawasih (semua
jenis dari famili Paradiseidae)
136 Pavo muticus Burung merak
137 Pelecanidae Gangsa laut (semua jenis dari famili Pelecanidae)
138 Pittidae Burung paok, Burung cacing (semua jenis dari famili
Pittidae)
139 Plegadis falcinellus Ibis hitam, Roko-roko
140 Polyplectron malacense Merak kerdil
141 Probosciger aterrimus Kakatua raja, Kakatua hitam
142 Psaltria exilis Glatik kecil, Glatik gunung
143 Pseudibis davisoni Ibis hitam punggung putih
144 Psittrichas fulgidus Kasturi raja, Betet besar
145 Ptilonorhynchidae Burung namdur, Burung dewata
146 Rhipidura euryura Burung kipas perut putih, Kipas gunung
93
No. Nama Ilmiah Nama Indonesia
147 Rhipidura javanica Burung kipas
148 Rhipidura phoenicura Burung kipas ekor merah
149 Satchyris grammiceps Burung tepus dada putih
150 Satchyris melanothorax Burung tepus pipi perak
151 Sterna zimmermanni Dara laut berjambul
152 Sternidae Burung dara laut (semua jenis dari famili Sternidae)
153 Sturnus melanopterus Jalak putih, Kaleng putih
154 Sula abbotti Gangsa batu aboti
155 Sula dactylatra Gangsa batu muka biru
156 Sula leucogaster Gangsa batu
157 Sula sula Gangsa batu kaki merah
158 Tanygnathus sumatranus
Nuri Sulawesi
159 Threskiornis aethiopicus Ibis putih, Platuk besi
160 Trichoglossus ornatus Kasturi Sulawesi
161 Tringa guttifer Trinil tutul
162 Trogonidae Kasumba, Suruku, Burung
luntur
163 Vanellus macropterus Trulek ekor putih
III. REPTILIA (Melata)
164 Batagur baska Tuntong
165 Caretta caretta Penyu tempayan
166 Carettochelys insculpta Kura-kura Irian
167 Chelodina novaeguineae Kura Irian leher panjang
168 Chelonia mydas Penyu hijau
169 Chitra indica Labi-labi besar
170 Chlamydosaurus kingii Soa payung
171 Chondropython viridis Sanca hijau
172 Crocodylus novaeguineae
Buaya air tawar Irian
173 Crocodylus porosus Buaya muara
174 Crocodylus siamensis Buaya siam
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
94
No. Nama Ilmiah Nama Indonesia
175 Dermochelys coriacea Penyu belimbing
176 Elseya novaeguineae Kura Irian leher pendek
177 Eretmochelys imbricata Penyu sisik
178 Gonychephalus dilophus Bunglon sisir
179 Hydrasaurus amboinensis
Soa-soa, Biawak Ambon, Biawak pohon
180 Lepidochelys olivacea Penyu ridel
181 Natator depressa Penyu pipih
182 Orlitia borneensis Kura-kura gading
183 Python molurus Sanca bodo
184 Phyton timorensis Sanca Timor
185 Tiliqua gigas Kadal Panan
186 Tomistoma schlegelii Senyulong, Buaya sapit
187 Varanus borneensis Biawak Kalimantan
188 Varanus gouldi Biawak coklat
189 Varanus indicus Biawak Maluku
190 Varanus komodoensis Biawak komodo, Ora
191 Varanus nebulosus Biawak abu-abu
192 Varanus prasinus Biawak hijau
193 Varanus timorensis Biawak Timor
194 Varanus togianus Biawak Togian
IV. INSECTA (Serangga)
195 Cethosia myrina Kupu bidadari
196 Ornithoptera chimaera Kupu sayap burung peri
197 Ornithoptera goliath Kupu sayap burung goliat
198 Ornithoptera paradisea Kupu sayap burung surga
199 Ornithoptera priamus Kupu sayap priamus
200 Ornithoptera rotschldi Kupu burung rotsil
201 Ornithoptera tithonus Kupu burung titon
202 Trogonotera brookiana Kupu trogon
203 Troides amphrysus Kupu raja
204 Troides andromanche Kupu raja
95
No. Nama Ilmiah Nama Indonesia
205 Troides criton Kupu raja
206 Troides haliphron Kupu raja
207 Troides helena Kupu raja
208 Troides hypolitus Kupu raja
209 Troides meoris Kupu raja
210 Troides miranda Kupu raja
211 Troides plato Kupu raja
212 Troides rhadamantus Kupu raja
213 Troides riedeli Kupu raja
214 Troides vandepolli Kupu raja
V. PISCES (Ikan)
215 Homaloptera gymnogaster
Selusur Maninjau
216 Latimeria chalumnae Ikan raja laut
217 Notopterus spp. Belida Jawa, Lopis Jawa (semua jenis dari genus Notopterus)
218 Pritis spp. Pari Sentani, Hiu Sentani (semua jenis dari genus Pritis)
219 Puntius microps Wader goa
220 Scleropages formasus Peyang malaya, Tangkelasa
221 Scleropages jardini Arowana Irian, Peyang Irian,
Kaloso
VI. ANTHOZOA
222 Anthiphates spp. Akar bahar, Koral hitam (semua jenis dari genus Anthiphates)
VII. BIVALVIA
223 Birgus latro Ketam kelapa
224 Cassis cornuta Kepala kambing
225 Charonia tritonis Triton terompet
226 Hippopus hippopus Kima tapak kuda, Kima kuku
beruang
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
96
No. Nama Ilmiah Nama Indonesia
227 Hippopus porcellanus Kima Cina
228 Nautilus popillius Nautilus berongga
229 Tachipleus gigas Ketam tapak kuda
230 Tridacna crocea Kima kunia, Lubang
231 Tridacna derasa Kima selatan
232 Tridacna gigas Kima raksasa
233 Tridacna maxima Kima kecil
234 Tridacna squamosa Kima sisik, Kima seruling
235 Trochus niloticus Troka, Susur bundar
236 Turbo marmoratus Batu laga, Siput hijau
TUMBUHAN
I. ARACEAE
237 Amorphophallus decussilvae
Bunga bangkai jangkung
238 Amorphophallus titanum Bunga bangkai raksasa
II. PALMAE
239 Borrassodendron borneensis
Bindang, Budang
240 Caryota no Palem raja/Indonesia
241 Ceratolobus glaucescens Palem Jawa
242 Cystostachys lakka Pinang merah Kalimantan
243 Cystostachys renda Pinang merah Bangka
244 Eugeissona utilis Bertan
245 Johannesteijsmania altifrons
Daun payung
246 Livistona spp. Palem kipas Sumatera (semua
jenis dari genus Livistona)
247 Nenga gajah Palem Sumatera
248 Phoenix paludosa Korma rawa
249 Pigafetta filaris Manga
250 Pinanga javana Pinang Jawa
97
No. Nama Ilmiah Nama Indonesia
III. RAFFLESSIACEA
251 Rafflesia spp. Rafflesia, Bunga padma
(semua jenis dari genus Rafflesia)
IV. ORCHIDACEAE
252 Ascocentrum miniatum Anggrek kebutan
253 Coelogyne pandurata Anggrek hitam
254 Corybas fornicatus Anggrek koribas
255 Cymbidium hartinahianum
Anggrek hartinah
256 Dendrobium catinecloesum
Anggrek karawai
257 Dendrobium d'albertisii Anggrek albert
258 Dendrobium lasianthera Anggrek stuberi
259 Dendrobium macrophyllum
Anggrek jamrud
260 Dendrobium ostrinoglossum
Anggrek karawai
261 Dendrobium phalaenopsis
Anggrek larat
262 Grammatophyllum papuanum
Anggrek raksasa Irian
263 Grammatophyllum speciosum
Anggrek tebu
264 Macodes petola Anggrek ki aksara
265 Paphiopedilum chamberlainianum
Anggrek kasut kumis
266 Paphiopedilum glaucophyllum
Anggrek kasut berbulu
267 Paphiopedilum praestans Anggrek kasut pita
268 Paraphalaenopsis denevei
Anggrek bulan bintang
269 Paraphalaenopsis laycockii
Anggrek bulan Kaliman Tengah
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
98
No. Nama Ilmiah Nama Indonesia
270 Paraphalaenopsis serpentilingua
Anggrek bulan Kaliman Barat
271 Phalaenopsis amboinensis
Anggrek bulan Ambon
272 Phalaenopsis gigantea Anggrek bulan raksasa
273 Phalaenopsis sumatrana Anggrek bulan Sumatera
274 Phalaenopsis violacose Anggrek kelip
275 Renanthera matutina Anggrek jingga
276 Spathoglottis zurea Anggrek sendok
277 Vanda celebica Vanda mungil Minahasa
278 Vanda hookeriana Vanda pensil
279 Vanda pumila Vanda mini
280 Vanda sumatrana Vanda Sumatera
V. NEPHENTACEAE
281 Nephentes spp. Kantong semar (semua jenis dari genus Nephentes)
VI. DIPTEROCARPACEAE
282 Shorea stenopten Tengkawang
283 Shorea stenoptera Tengkawang
284 Shorea gysberstiana Tengkawang
285 Shorea pinanga Tengkawang
286 Shorea compressa Tengkawang
287 Shorea semiris Tengkawang
288 Shorea martiana Tengkawang
289 Shorea mexistopteryx Tengkawang
290 Shorea beccariana Tengkawang
291 Shorea micrantha Tengkawang
292 Shorea palembanica Tengkawang
293 Shorea lepidota Tengkawang
294 Shorea singkawang Tengkawang
99
Lampiran 4. Appendices CITES (Convention on Inter-national Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) [valid from 5 February 2015]
APPENDICES
I II III
F A U N A (ANIMALS)
P H Y L U M C H O R D A T A
CLASS MAMMALIA (MAMMALS)
ARTIODACTYLA
Antilocapridae Pronghorn
Antilocapra americana
(Only the population of Mexico; no other population is included in the Appendices)
Bovidae Antelopes, cattle, duikers, gazelles, goats, sheep, etc.
Addax nasomaculatus
Ammotragus lervia
Antilope cervicapra (Nepal)
Bison bison athabascae
Bos gaurus (Excludes the domesticated form, which is referenced as
Bos frontalis, and is not subject to the provisions of the Convention)
Bos mutus (Excludes the domesticated form,
which is referenced as Bos grunniens, and is not subject to the
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
100
APPENDICES
I II III
provisions of the
Convention)
Bos sauveli
Boselaphus tragocamelus (Pakistan)
Bubalus arnee (Nepal)
(Excludes the domesticated form, which is referenced as
Bubalus bubalis)
Bubalus depressicornis
Bubalus mindorensis
Bubalus quarlesi
Budorcas taxicolor
Capra falconeri
Capra hircus aegagrus (Pakistan) (Specimens of the domesticated form are not subject to the
provisions of the Convention)
Capra sibirica (Pakistan)
Capricornis milneedwardsii
Capricornis rubidus
Capricornis sumatraensis
Capricornis thar
Cephalophus brookei
Cephalophus dorsalis
Cephalophus jentinki
101
APPENDICES
I II III
Cephalophus ogilbyi
Cephalophus silvicultor
Cephalophus zebra
Damaliscus pygargus pygargus
Gazella bennettii (Pakistan)
Gazella cuvieri
Gazella dorcas (Algeria, Tunisia)
Gazella leptoceros
Hippotragus niger variani
Kobus leche
Naemorhedus baileyi
Naemorhedus caudatus
Naemorhedus goral
Naemorhedus griseus
Nanger dama
Oryx dammah
Oryx leucoryx
Ovis ammon (Except the
subspecies included in Appendix I)
Ovis ammon hodgsonii
Ovis ammon nigrimontana
Ovis canadensis (Only the population of
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
102
APPENDICES
I II III
Mexico; no other
population is included in the Appendices)
Ovis orientalis ophion
Ovis vignei (Except the subspecies included in Appendix I)
Ovis vignei vignei
Pantholops hodgsonii
Philantomba monticola
Pseudoryx nghetinhensis
Rupicapra pyrenaica ornata
Saiga borealis
Saiga tatarica
Tetracerus quadricornis (Nepal)
Camelidae Guanaco, vicuna
Lama glama guanicoe
Vicugna vicugna [Except the populations of:
Argentina (the populations of the Provinces of Jujuy and
Catamarca and the semi-captive populations of the
Provinces of Jujuy, Salta, Catamarca, La Rioja and San Juan),
Chile (population of the Primera Región), Peru
103
APPENDICES
I II III
(the whole population)
and the Plurinational State of Bolivia (the whole population),
which are included in Appendix II)
Vicugna vicugna [Only the populations of Argentina1 (the
populations of the Provinces of Jujuy and Catamarca and the
semi-captive populations of the Provinces of Jujuy, Salta, Catamarca, La Rioja and San Juan),
Chile2 (population of the Primera Región), Ecuador3 (the whole
population), Peru4 (the whole population) and the Plurinational State of
Bolivia5 (the whole population); all other populations are included
in Appendix I]
Cervidae Deer, guemals, muntjacs, pudus
Axis calamianensis
Axis kuhlii
Axis porcinus (except the subspecies included
in Appendix I) (Pakistan)
Axis porcinus annamiticus
Blastocerus dichotomus
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
104
APPENDICES
I II III
Cervus elaphus bactrianus
Cervus elaphus barbarus (Algeria, Tunisia)
Cervus elaphus hanglu
Dama dama mesopotamica
Hippocamelus spp.
Mazama temama cerasina (Guatemala)
Muntiacus crinifrons
Muntiacus vuquangensis
Odocoileus virginianus mayensis (Guatemala)
Ozotoceros bezoarticus
Pudu mephistophiles
Pudu puda
Rucervus duvaucelii
Rucervus eldii
Hippopotamidae Hippopotamuses
Hexaprotodon liberiensis
Hippopotamus amphibius
Moschidae Musk deer
Moschus spp. (Only the populations of
Afghanistan, Bhutan, India, Myanmar, Nepal and Pakistan; all other
105
APPENDICES
I II III
populations are included
in Appendix II)
Moschus spp. (Except
the populations of Afghanistan, Bhutan, India, Myanmar, Nepal
and Pakistan, which are included in Appendix I)
Suidae Babirusa, pygmy hog
Babyrousa babyrussa
Babyrousa bolabatuensis
Babyrousa celebensis
Babyrousa togeanensis
Sus salvanius
Tayassuidae Peccaries
Tayassuidae spp. (Except the species included in Appendix I
and the populations of Pecari tajacu of Mexico and the United States of
America, which are not included in the Appendices)
Catagonus wagneri
CARNIVORA
Ailuridae Red panda
Ailurus fulgens
Canidae Bush dog, foxes, wolves
Canis aureus (India)
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
106
APPENDICES
I II III
Canis lupus (Only the
populations of Bhutan, India, Nepal and Pakistan; all other
populations are included in Appendix II. Excludes the domesticated form and the dingo which are
referenced as Canis lupus familiaris and Canis lupus dingo)
Canis lupus (Except the
populations of Bhutan, India, Nepal and Pakistan, which are included in Appendix I.
Excludes the domesticated form and the dingo which are
referenced as Canis lupus familiaris and Canis lupus dingo)
Cerdocyon thous
Chrysocyon brachyurus
Cuon alpinus
Lycalopex culpaeus
Lycalopex fulvipes
Lycalopex griseus
Lycalopex gymnocercus
Speothos venaticus
Vulpes bengalensis (India)
Vulpes cana
107
APPENDICES
I II III
Vulpes vulpes griffithi (India)
Vulpes vulpes montana
(India)
Vulpes vulpes pusilla (India)
Vulpes zerda
Eupleridae Fossa, falanouc, Malagasy civet
Cryptoprocta ferox
Eupleres goudotii
Fossa fossana
Felidae Cats
Felidae spp. (Except the species included in Appendix I. Specimens
of the domesticated form are not subject to the provisions of the Convention)
Acinonyx jubatus (Annual export quotas for live specimens and hunting trophies are
granted as follows: Botswana: 5; Namibia: 150; Zimbabwe: 50. The trade in such specimens
is subject to the provisions of Article III of the Convention)
Caracal caracal (Only
the population of Asia; all other populations are included in Appendix II)
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
108
APPENDICES
I II III
Catopuma temminckii
Felis nigripes
Leopardus geoffroyi
Leopardus jacobitus
Leopardus pardalis
Leopardus tigrinus
Leopardus wiedii
Lynx pardinus
Neofelis nebulosa
Panthera leo persica
Panthera onca
Panthera pardus
Panthera tigris
Pardofelis marmorata
Prionailurus bengalensis bengalensis (Only the populations of
Bangladesh, India and Thailand; all other populations are included
in Appendix II)
Prionailurus planiceps
Prionailurus rubiginosus (Only the population of India; all other populations are included in Appendix II)
Puma concolor coryi
Puma concolor costaricensis
109
APPENDICES
I II III
Puma concolor couguar
Puma yagouaroundi (Only the populations of
Central and North America; all other populations are included
in Appendix II)
Uncia uncia
Herpestidae Mongooses
Herpestes edwardsi (India, Pakistan)
Herpestes fuscus (India)
Herpestes javanicus (Pakistan)
Herpestes javanicus auropunctatus (India)
Herpestes smithii (India)
Herpestes urva (India)
Herpestes vitticollis (India)
Hyaenidae Aardwolf, hyaenas
Hyaena hyaena Pakistan)
Proteles cristata (Botswana)
Mephitidae Hog-nosed skunk
Conepatus humboldtii
Mustelidae Badgers, martens, weasels, etc.
Lutrinae Otters
Lutrinae spp. (Except
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
110
APPENDICES
I II III
the species included in
Appendix I)
Aonyx capensis microdon (Only the populations of Cameroon and Nigeria;
all other populations are included in Appendix II)
Enhydra lutris nereis
Lontra felina
Lontra longicaudis
Lontra provocax
Lutra lutra
Lutra nippon
Pteronura brasiliensis
Mustelinae Grisons, honey badger, martens, tayra, weasels
Eira barbara (Honduras)
Galictis vittata (Costa Rica)
Martes flavigula (India)
Martes foina intermedia (India)
Martes gwatkinsii (India)
Mellivora capensis (Botswana)
Mustela altaica (India)
Mustela erminea ferghanae (India)
Mustela kathiah (India)
Mustela nigripes
111
APPENDICES
I II III
Mustela sibirica (India)
Odobenidae Walrus
Odobenus rosmarus (Canada)
Otariidae Fur seals, sealions
Arctocephalus spp. (Except the species included in Appendix I)
Arctocephalus townsendi
Phocidae Seals
Mirounga leonina
Monachus spp.
Procyonidae Coatis, kinkajou, olingos
Bassaricyon gabbii (Costa Rica)
Bassariscus sumichrasti (Costa Rica)
Nasua narica (Honduras)
Nasua nasua solitaria (Uruguay)
Potos flavus (Honduras)
Ursidae Bears, giant panda
Ursidae spp. (Except the species included in Appendix I)
Ailuropoda melanoleuca
Helarctos malayanus
Melursus ursinus
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
112
APPENDICES
I II III
Tremarctos ornatus
Ursus arctos (Only the populations of Bhutan,
China, Mexico and Mongolia; all other populations are included
in Appendix II)
Ursus arctos isabellinus
Ursus thibetanus
Viverridae Binturong, civets, linsangs, otter-civet, palm civets
Arctictis binturong (India)
Civettictis civetta (Botswana)
Cynogale bennettii
Hemigalus derbyanus
Paguma larvata (India)
Paradoxurus hermaphroditus (India)
Paradoxurus jerdoni (India)
Prionodon linsang
Prionodon pardicolor
Viverra civettina (India)
Viverra zibetha (India)
Viverricula indica (India)
CETACEA Dolphins, porpoises, whales
CETACEA spp. (Except the species included in Appendix I. A zero
113
APPENDICES
I II III
annual export quota has
been established for live specimens from the Black Sea population of
Tursiops truncatus removed from the wild and traded for primarily commercial purposes)
Balaenidae Bowhead whale, right whales
Balaena mysticetus
Eubalaena spp.
Balaenopteridae Humpback whale, rorquals
Balaenoptera acutorostrata (Except the population of West
Greenland, which is included in Appendix II)
Balaenoptera bonaerensis
Balaenoptera borealis
Balaenoptera edeni
Balaenoptera musculus
Balaenoptera omurai
Balaenoptera physalus
Megaptera novaeangliae
Delphinidae Dolphins
Orcaella brevirostris
Orcaella heinsohni
Sotalia spp.
Sousa spp.
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
114
APPENDICES
I II III
Eschrichtiidae Grey whale
Eschrichtius robustus
Iniidae River dolphins
Lipotes vexillifer
Neobalaenidae Pygmy right whale
Caperea marginata
Phocoenidae Porpoises
Neophocaena phocaenoides
Phocoena sinus
Physeteridae Sperm whales
Physeter macrocephalus
Platanistidae River dolphins
Platanista spp.
Ziphiidae Beaked whales, bottle-nosed whales
Berardius spp.
Hyperoodon spp.
CHIROPTERA
Phyllostomidae Broad-nosed bat
Platyrrhinus lineatus (Uruguay)
Pteropodidae Fruit bats, flying foxes
Acerodon spp. (Except the species included in Appendix I)
Acerodon jubatus
Pteropus spp. (Except
115
APPENDICES
I II III
Pteropus brunneus and
the species included in Appendix I)
Pteropus insularis
Pteropus loochoensis
Pteropus mariannus
Pteropus molossinus
Pteropus pelewensis
Pteropus pilosus
Pteropus samoensis
Pteropus tonganus
Pteropus ualanus
Pteropus yapensis
CINGULATA
Dasypodidae Armadillos
Cabassous centralis (Costa Rica)
Cabassous tatouay (Uruguay)
Chaetophractus nationi (A zero annual export quota has been
established. All specimens shall be deemed to be
specimens of species included in Appendix I and the trade in them
shall be regulated accordingly)
Priodontes maximus
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
116
APPENDICES
I II III
DASYUROMORPHIA
Dasyuridae Dunnarts
Sminthopsis longicaudata
Sminthopsis psammophila
DIPROTODONTIA
Macropodidae Kangaroos, wallabies
Dendrolagus inustus
Dendrolagus ursinus
Lagorchestes hirsutus
Lagostrophus fasciatus
Onychogalea fraenata
Phalangeridae Cuscuses
Phalanger intercastellanus
Phalanger mimicus
Phalanger orientalis
Spilocuscus kraemeri
Spilocuscus maculatus
Spilocuscus papuensis
Potoroidae Rat-kangaroos
Bettongia spp.
Vombatidae Northern hairy-nosed wombat
Lasiorhinus krefftii
LAGOMORPHA
Leporidae Hispid hare, volcano rabbit
117
APPENDICES
I II III
Caprolagus hispidus
Romerolagus diazi
MONOTREMATA
Tachyglossidae Echidnas, spiny anteaters
Zaglossus spp.
PERAMELEMORPHIA
Peramelidae Bandicoots, echymiperas
Perameles bougainville
Thylacomyidae Bilbies
Macrotis lagotis
PERISSODACTYLA
Equidae Horses, wild asses, zebras
Equus africanus (Excludes the
domesticated form, which is referenced as Equus asinus, and is not
subject to the provisions of the Convention)
Equus grevyi
Equus hemionus (Except the subspecies included in Appendix I)
Equus hemionus hemionus
Equus hemionus khur
Equus kiang
Equus przewalskii
Equus zebra hartmannae
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
118
APPENDICES
I II III
Equus zebra zebra
Rhinocerotidae Rhinoceroses
Rhinocerotidae spp. (Except the subspecies
included in Appendix II)
Ceratotherium simum simum (Only the popu-lations of South Africa and Swaziland; all other
populations are included in Appendix I. For the exclusive purpose of
allowing international trade in live animals to appropriate and accep-table destinations and
hunting trophies. All other specimens shall be deemed to be
specimens of species included in Appendix I and the trade in them
shall be regulated accordingly)
Tapiridae Tapirs
Tapiridae spp. (Except the species included in Appendix II)
Tapirus terrestris
PHOLIDOTA
Manidae Pangolins
Manis spp. (A zero annual export quota has been established for
Manis crassicaudata, M.
119
APPENDICES
I II III
culionensis, M. javanica
and M. pentadactyla for specimens removed from the wild and
traded for primarily commercial purposes)
PILOSA
Bradypodidae Three-toed sloth
Bradypus pygmaeus
Bradypus variegatus
Megalonychidae Two-toed sloth
Choloepus hoffmanni (Costa Rica)
Myrmecophagidae American anteaters
Myrmecophaga tridactyla
Tamandua mexicana (Guatemala)
PRIMATES Apes, monkeys
PRIMATES spp. (Except the species included in Appendix I)
Atelidae Howler and prehensile-tailed monkeys
Alouatta coibensis
Alouatta palliata
Alouatta pigra
Ateles geoffroyi frontatus
Ateles geoffroyi panamensis
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
120
APPENDICES
I II III
Brachyteles arachnoides
Brachyteles hypoxanthus
Oreonax flavicauda
Cebidae New World monkeys
Callimico goeldii
Callithrix aurita
Callithrix flaviceps
Leontopithecus spp.
Saguinus bicolor
Saguinus geoffroyi
Saguinus leucopus
Saguinus martinsi
Saguinus oedipus
Saimiri oerstedii
Cercopithecidae Old World monkeys
Cercocebus galeritus
Cercopithecus diana
Cercopithecus roloway
Macaca silenus
Mandrillus leucophaeus
Mandrillus sphinx
Nasalis larvatus
Piliocolobus kirkii
Piliocolobus rufomitratus
Presbytis potenziani
121
APPENDICES
I II III
Pygathrix spp.
Rhinopithecus spp.
Semnopithecus ajax
Semnopithecus dussumieri
Semnopithecus entellus
Semnopithecus hector
Semnopithecus hypoleucos
Semnopithecus priam
Semnopithecus schistaceus
Simias concolor
Trachypithecus geei
Trachypithecus pileatus
Trachypithecus shortridgei
Cheirogaleidae Dwarf lemurs
Cheirogaleidae spp.
Daubentoniidae Aye-aye
Daubentonia madagascariensis
Hominidae Chimpanzees, gorilla, orang-utan
Gorilla beringei
Gorilla gorilla
Pan spp.
Pongo abelii
Pongo pygmaeus
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
122
APPENDICES
I II III
Hylobatidae Gibbons
Hylobatidae spp.
Indriidae Avahi, indris, sifakas, woolly lemurs
Indriidae spp.
Lemuridae Large lemurs
Lemuridae spp.
Lepilemuridae Sportive lemurs
Lepilemuridae spp.
Lorisidae Lorises
Nycticebus spp.
Pithecidae Sakis and uakaris
Cacajao spp.
Chiropotes albinasus
PROBOSCIDEA
Elephantidae Elephants
Elephas maximus
Loxodonta africana
(Except the populations of Botswana, Namibia, South Africa and
Zimbabwe, which are included in Appendix II)
Loxodonta africana5 (Only the populations of Botswana, Namibia,
South Africa and Zimbabwe; all other populations are included
in Appendix I)
RODENTIA
123
APPENDICES
I II III
Chinchillidae Chinchillas
Chinchilla spp. (Specimens of the
domesticated form are not subject to the provisions of the
Convention)
Cuniculidae Paca
Cuniculus paca
(Honduras)
Dasyproctidae Agouti
Dasyprocta punctata
(Honduras)
Erethizontidae New World porcupines
Sphiggurus mexicanus (Honduras)
Sphiggurus spinosus (Uruguay)
Muridae Mice, rats
Leporillus conditor
Pseudomys fieldi praeconis
Xeromys myoides
Zyzomys pedunculatus
Sciuridae Ground squirrels, tree squirrels
Cynomys mexicanus
Marmota caudata (India)
Marmota himalayana
(India)
Ratufa spp.
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
124
APPENDICES
I II III
Sciurus deppei (Costa
Rica)
SCANDENTIA Tree shrews
SCANDENTIA spp.
SIRENIA
Dugongidae Dugong
Dugong dugon
Trichechidae Manatees
Trichechus inunguis
Trichechus manatus
Trichechus senegalensis
CLASS AVES (BIRDS)
ANSERIFORMES
Anatidae Ducks, geese, swans, etc.
Anas aucklandica
Anas bernieri
Anas chlorotis
Anas formosa
Anas laysanensis
Anas nesiotis
Anascornis scutulata
Branta canadensis leucopareia
Branta ruficollis
Branta sandvicensis
Cairina moschata (Honduras)
125
APPENDICES
I II III
Coscoroba coscoroba
Cygnus melancoryphus
Dendrocygna arborea
Dendrocygna autumnalis (Honduras)
Dendrocygna bicolor (Honduras)
Oxyura leucocephala
Rhodonessa caryophyllacea
(possibly extinct)
Sarkidiornis melanotos
APODIFORMES
Trochilidae Hummingbirds
Trochilidae spp. (Except the species
included in Appendix I)
Glaucis dohrnii
CHARADRIIFORMES
Burhinidae Thick-knee
Burhinus bistriatus (Guatemala)
Laridae Gull
Larus relictus
Scolopacidae Curlews, greenshanks
Numenius borealis
Numenius tenuirostris
Tringa guttifer
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
126
APPENDICES
I II III
CICONIIFORMES
Balaenicipitidae Shoebill, whale-headed stork
Balaeniceps rex
Ciconiidae Storks
Ciconia boyciana
Ciconia nigra
Jabiru mycteria
Mycteria cinerea
Phoenicopteridae Flamingos
Phoenicopteridae spp.
Threskiornithidae Ibises, spoonbills
Eudocimus ruber
Geronticus calvus
Geronticus eremita
Nipponia nippon
Platalea leucorodia
COLUMBIFORMES
Columbidae Doves, pigeons
Caloenas nicobarica
Ducula mindorensis
Gallicolumba luzonica
Goura spp.
Nesoenas mayeri (Mauritius)
CORACIIFORMES
Bucerotidae Hornbills
127
APPENDICES
I II III
Aceros spp. (Except the
species included in Appendix I)
Aceros nipalensis
Anorrhinus spp.
Anthracoceros spp.
Berenicornis spp.
Buceros spp. (Except the species included in
Appendix I)
Buceros bicornis
Penelopides spp.
Rhinoplax vigil
Rhyticeros spp. (Except the species included in
Appendix I)
Rhyticeros subruficollis
CUCULIFORMES
Musophagidae Turacos
Tauraco spp.
FALCONIFORMES Eagles, falcons, hawks, vultures
FALCONIFORMES spp.
(Except Caracara lutosa and the species of the family Cathartidae,
which are not included in Appendices; and the species included in
Appendices I and III)
Accipitridae Hawks, eagles
Aquila adalberti
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
128
APPENDICES
I II III
Aquila heliaca
Chondrohierax uncinatus wilsonii
Haliaeetus albicilla
Harpia harpyja
Pithecophaga jefferyi
Cathartidae New World vultures
Gymnogyps californianus
Sarcoramphus papa (Honduras)
Vultur gryphus
Falconidae Falcons
Falco araeus
Falco jugger
Falco newtoni (Only the population of
Seychelles)
Falco pelegrinoides
Falco peregrinus
Falco punctatus
Falco rusticolus
GALLIFORMES
Cracidae Chachalacas, currassows, guans
Crax alberti (Colombia)
Crax blumenbachii
Crax daubentoni (Colombia)
129
APPENDICES
I II III
Crax globulosa
(Colombia)
Crax rubra (Colombia,
Costa Rica, Guatemala, Honduras)
Mitu mitu
Oreophasis derbianus
Ortalis vetula
(Guatemala, Honduras)
Pauxi pauxi (Colombia)
Penelope albipennis
Penelope purpurascens (Honduras)
Penelopina nigra
(Guatemala)
Pipile jacutinga
Pipile pipile
Megapodiidae Megapodes, scrubfowl
Macrocephalon maleo
Phasianidae Grouse, guineafowl, partridges, pheasants, tragopans
Argusianus argus
Catreus wallichii
Colinus virginianus ridgwayi
Crossoptilon crossoptilon
Crossoptilon mantchuricum
Gallus sonneratii
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
130
APPENDICES
I II III
Ithaginis cruentus
Lophophorus impejanus
Lophophorus lhuysii
Lophophorus sclateri
Lophura edwardsi
Lophura leucomelanos (Pakistan)
Lophura swinhoii
Meleagris ocellata
(Guatemala)
Pavo cristatus (Pakistan)
Pavo muticus
Polyplectron bicalcaratum
Polyplectron germaini
Polyplectron malacense
Polyplectron napoleonis
Polyplectron schleiermacheri
Pucrasia macrolopha (Pakistan)
Rheinardia ocellata
Syrmaticus ellioti
Syrmaticus humiae
Syrmaticus mikado
Tetraogallus caspius
Tetraogallus tibetanus
Tragopan blythii
131
APPENDICES
I II III
Tragopan caboti
Tragopan melanocephalus
Tragopan satyra (Nepal)
Tympanuchus cupido attwateri
GRUIFORMES
Gruidae Cranes
Gruidae spp. (Except the species included in Appendix I)
Grus americana
Grus canadensis nesiotes
Grus canadensis pulla
Grus japonensis
Grus leucogeranus
Grus monacha
Grus nigricollis
Grus vipio
Otididae Bustards
Otididae spp. (Except the species included in
Appendix I)
Ardeotis nigriceps
Chlamydotis macqueenii
Chlamydotis undulata
Houbaropsis bengalensis
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
132
APPENDICES
I II III
Rallidae Rail
Gallirallus sylvestris
Rhynochetidae Kagu
Rhynochetos jubatus
PASSERIFORMES
Atrichornithidae Scrub-bird
Atrichornis clamosus
Cotingidae Cotingas
Cephalopterus ornatus (Colombia)
Cephalopterus penduliger (Colombia)
Cotinga maculata
Rupicola spp.
Xipholena atropurpurea
Emberizidae Cardinals, tanagers
Gubernatrix cristata
Paroaria capitata
Paroaria coronata
Tangara fastuosa
Estrildidae Mannikins, waxbills
Amandava formosa
Lonchura oryzivora
Poephila cincta cincta
Fringillidae Finches
Carduelis cucullata
Carduelis yarrellii
133
APPENDICES
I II III
Hirundinidae Martin
Pseudochelidon sirintarae
Icteridae Blackbird
Xanthopsar flavus
Meliphagidae Honeyeater
Lichenostomus melanops cassidix
Muscicapidae Old World flycatchers
Acrocephalus rodericanus (Mauritius)
Cyornis ruckii
Dasyornis broadbenti litoralis (possibly extinct)
Dasyornis longirostris
Garrulax canorus
Garrulax taewanus
Leiothrix argentauris
Leiothrix lutea
Liocichla omeiensis
Picathartes gymnocephalus
Picathartes oreas
Terpsiphone bourbonnensis (Mauritius)
Paradisaeidae Birds of paradise
Paradisaeidae spp.
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
134
APPENDICES
I II III
Pittidae Pittas
Pitta guajana
Pitta gurneyi
Pitta kochi
Pitta nympha
Pycnonotidae Bulbul
Pycnonotus zeylanicus
Sturnidae Mynahs (Starlings)
Gracula religiosa
Leucopsar rothschildi
Zosteropidae White-eye
Zosterops albogularis
PELECANIFORMES
Fregatidae Frigatebird
Fregata andrewsi
Pelecanidae Pelican
Pelecanus crispus
Sulidae Booby
Papasula abbotti
PICIFORMES
Capitonidae Barbet
Semnornis ramphastinus (Colombia)
Picidae Woodpeckers
Dryocopus javensis richardsi
135
APPENDICES
I II III
Ramphastidae Toucans
Baillonius bailloni (Argentina)
Pteroglossus aracari
Pteroglossus castanotis (Argentina)
Pteroglossus viridis
Ramphastos dicolorus (Argentina)
Ramphastos sulfuratus
Ramphastos toco
Ramphastos tucanus
Ramphastos vitellinus
Selenidera maculirostris (Argentina)
PODICIPEDIFORMES
Podicipedidae Grebe
Podilymbus gigas
PROCELLARIIFORMES
Diomedeidae Albatross
Phoebastria albatrus
PSITTACIFORMES
PSITTACIFORMES spp.
(Except the species included in Appendix I and Agapornis roseicollis, Melopsittacus undulatus, Nymphicus hollandicus and Psittacula krameri,
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
136
APPENDICES
I II III
which are not included
in the Appendices)
Cacatuidae Cockatoos
Cacatua goffiniana
Cacatua haematuropygia
Cacatua moluccensis
Cacatua sulphurea
Probosciger aterrimus
Loriidae Lories, lorikeets
Eos histrio
Vini ultramarina
Psittacidae Amazons, macaws, parakeets, parrots
Amazona arausiaca
Amazona auropalliata
Amazona barbadensis
Amazona brasiliensis
Amazona finschi
Amazona guildingii
Amazona imperialis
Amazona leucocephala
Amazona oratrix
Amazona pretrei
Amazona rhodocorytha
Amazona tucumana
Amazona versicolor
Amazona vinacea
137
APPENDICES
I II III
Amazona viridigenalis
Amazona vittata
Anodorhynchus spp.
Ara ambiguus
Ara glaucogularis
Ara macao
Ara militaris
Ara rubrogenys
Cyanopsitta spixii
Cyanoramphus cookii
Cyanoramphus forbesi
Cyanoramphus novaezelandiae
Cyanoramphus saisseti
Cyclopsitta diophthalma coxeni
Eunymphicus cornutus
Guarouba guarouba
Neophema chrysogaster
Ognorhynchus icterotis
Pezoporus occidentalis (Possibly extinct)
Pezoporus wallicus
Pionopsitta pileata
Primolius couloni
Primolius maracana
Psephotus
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
138
APPENDICES
I II III
chrysopterygius
Psephotus dissimilis
Psephotus pulcherrimus (possibly extinct)
Psittacula echo
Pyrrhura cruentata
Rhynchopsitta spp.
Strigops habroptilus
RHEIFORMES
Rheidae Rheas
Pterocnemia pennata (Except Pterocnemia pennata pennata which is included in Appendix II)
Pterocnemia pennata pennata
Rhea americana
SPHENISCIFORMES
Spheniscidae Penguins
Spheniscus demersus
Spheniscus humboldti
STRIGIFORMES Owls
STRIGIFORMES spp. (Except Sceloglaux albifacies and the species included in Appendix I)
Strigidae Owls
Heteroglaux blewitti
139
APPENDICES
I II III
Mimizuku gurneyi
Ninox natalis
Ninox novaeseelandiae undulata
Tytonidae Barn owls
Tyto soumagnei
STRUTHIONIFORMES
Struthionidae Ostrich
Struthio camelus (Only
the populations of Algeria, Burkina Faso, Cameroon, the Central
African Republic, Chad, Mali, Mauritania, Marocco, the Niger,
Nigeria, Senegal and the Sudan; all other populations are not included in the
Appendices)
TINAMIFORMES
Tinamidae Tinamous
Tinamus solitarius
TROGONIFORMES
Trogonidae Quetzals
Pharomachrus mocinno
CLASS REPTILIA (REPTILES)
CROCODYLIA Alligators, caimans, crocodiles
CROCODYLIA spp. (Except the species
included in Appendix I)
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
140
APPENDICES
I II III
Alligatoridae Alligators, caimans
Alligator sinensis
Caiman crocodilus apaporiensis
Caiman latirostris (Except the population
of Argentina, which is included in Appendix II)
Melanosuchus niger (Ex-cept the population of Brazil, which is included
in Appendix II, and the population of Ecuador, which is included in
Appendix II and is subject to a zero annual export quota until an
annual export quota has been approved by the CITES Secretariat and
the IUCN/SSC Crocodile Specialist Group)
Crocodylidae Crocodiles
Crocodylus acutus (Except the population of Cuba, which is included in Appendix II)
Crocodylus cataphractus
Crocodylus intermedius
Crocodylus mindorensis
Crocodylus moreletii (Except the population of Belize and Mexico,
which are included in
141
APPENDICES
I II III
Appendix II with a zero
quota for wild specimens traded for commercial purposes)
Crocodylus niloticus [Except the populations
of Botswana, Egypt (subject to a zero quota for wild specimens
traded for commercial purposes), Ethiopia, Kenya, Madagascar,
Malawi, Mozambique, Namibia, South Africa, Uganda, the United Republic of Tanzania
(subject to an annual export quota of no more than 1,600 wild
specimens including hunting trophies, in addition to ranched
specimens), Zambia and Zimbabwe, which are included in Appendix II]
Crocodylus palustris
Crocodylus porosus (Except the populations
of Australia, Indonesia and Papua New Guinea, which are included in
Appendix II)
Crocodylus rhombifer
Crocodylus siamensis
Osteolaemus tetraspis
Tomistoma schlegelii
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
142
APPENDICES
I II III
Gavialidae Gavial
Gavialis gangeticus
RHYNCHOCEPHALIA
Sphenodontidae Tuatara
Sphenodon spp.
SAURIA
Agamidae Agamas, mastigures
Saara spp.
Uromastyx spp.
Chamaeleonidae Chameleons
Archaius spp.
Bradypodion spp.
Brookesia spp. (Except the species included in
Appendix I)
Brookesia perarmata
Calumma spp.
Chamaeleo spp.
Furcifer spp.
Kinyongia spp.
Nadzikambia spp.
Trioceros spp.
Cordylidae Spiny-tailed lizards
Cordylus spp.
Gekkonidae Geckos
Cyrtodactylus serpensinsula
143
APPENDICES
I II III
Hoplodactylus spp. (New
Zealand)
Nactus serpensinsula
Naultinus spp.
Phelsuma spp.
Uroplatus spp.
Helodermatidae Beaded lizard, gila monster
Heloderma spp. (Except
the subspecies included in Appendix I)
Heloderma horridum charlesbogerti
Iguanidae Iguanas
Amblyrhynchus cristatus
Brachylophus spp.
Conolophus spp.
Ctenosaura bakeri
Ctenosaura melanosterna
Ctenosaura oedirhina
Ctenosaura palearis
Cyclura spp.
Iguana spp.
Phrynosoma blainvillii
Phrynosoma cerroense
Phrynosoma coronatum
Phrynosoma wigginsi
Sauromalus varius
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
144
APPENDICES
I II III
Lacertidae Lizards
Gallotia simonyi
Podarcis lilfordi
Podarcis pityusensis
Scincidae Skinks
Corucia zebrata
Teiidae Caiman lizards, tegu lizards
Crocodilurus amazonicus
Dracaena spp.
Tupinambis spp.
Varanidae Monitor lizards
Varanus spp. (Except the species included in Appendix I)
Varanus bengalensis
Varanus flavescens
Varanus griseus
Varanus komodoensis
Varanus nebulosus
Xenosauridae Chinese crocodile lizard
Shinisaurus crocodilurus
SERPENTES Snakes
Boidae Boas
Boidae spp. (Except the species included in Appendix I)
145
APPENDICES
I II III
Acrantophis spp.
Boa constrictor occidentalis
Epicrates inornatus
Epicrates monensis
Epicrates subflavus
Sanzinia madagascariensis
Bolyeriidae Round Island boas
Bolyeriidae spp. (Except the species included in Appendix I)
Bolyeria multocarinata
Casarea dussumieri
Colubridae Typical snakes, water snakes, whipsnakes
Atretium schistosum (India)
Cerberus rynchops (India)
Clelia clelia
Cyclagras gigas
Elachistodon westermanni
Ptyas mucosus
Xenochrophis piscator (India)
Elapidae Cobras, coral snakes
Hoplocephalus bungaroides
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
146
APPENDICES
I II III
Micrurus diastema
(Honduras)
Micrurus nigrocinctus (Honduras)
Naja atra
Naja kaouthia
Naja mandalayensis
Naja naja
Naja oxiana
Naja philippinensis
Naja sagittifera
Naja samarensis
Naja siamensis
Naja sputatrix
Naja sumatrana
Ophiophagus hannah
Loxocemidae Mexican dwarf boa
Loxocemidae spp.
Pythonidae Pythons
Pythonidae spp. (Except the subspecies included in Appendix I)
Python molurus molurus
Tropidophiidae Wood boas
Tropidophiidae spp.
Viperidae Vipers
Crotalus durissus (Honduras)
147
APPENDICES
I II III
Daboia russelii (India)
Trimeresurus mangshanensis
Vipera ursinii (Only the
population of Europe, except the area which formerly constituted the Union of Soviet Socialist
Republics; these latter populations are not included in the
Appendices)
Vipera wagneri
TESTUDINES
Carettochelyidae Pig-nosed turtles
Carettochelys insculpta
Chelidae Austro-American side-necked turtles
Chelodina mccordi (Zero export quota for speci-mens from the wild)
Pseudemydura umbrina
Cheloniidae Marine turtles
Cheloniidae spp.
Chelydridae Snapping turtles
Macrochelys temminckii (United States of America)
Dermatemydidae Central American river turtle
Dermatemys mawii
Dermochelyidae Leatherback turtle
Dermochelys coriacea
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
148
APPENDICES
I II III
Emydidae Box turtles, freshwater turtles
Clemmys guttata
Emydoidea blandingii
Glyptemys insculpta
Glyptemys muhlenbergii
Graptemys spp. (United
States of America)
Malaclemys terrapin
Terrapene spp. (Except
the species included in Appendix I)
Terrapene coahuila
Geoemydidae Box turtles, freshwater turtles
Batagur affinis
Batagur baska
Batagur7borneoensis
Batagur dhongoka
Batagur kachuga
Batagur trivittata7
Cuora spp. (Zero quota
for wild specimens for commercial purposes for Coura aurocapitata, C. flavomarginata, C. galbinifrons, C. mccordi, C. mouhotii, C. pani, C. trifasciata, C. yunnanensis and C. zhoui)
Geoclemys hamiltonii
149
APPENDICES
I II III
Geoemyda japonica
Geoemyda spengleri
Hardella thurjii
Heosemys annandalii 7
Heosemys depressa7
Heosemys grandis
Heosemys spinosa
Kachuga spp.
Leucocephalon yuwonoi
Malayemys macrocephala
Malayemys subtrijuga
Mauremys annamensis7
Mauremys iversoni (China)
Mauremys japonica
Mauremys megalocephala (China)
Mauremys mutica
Mauremys nigricans
Mauremys pritchardi (China)
Mauremys reevesii (China)
Mauremys sinensis (China)
Melanochelys tricarinata
Melanochelys trijuga
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
150
APPENDICES
I II III
Morenia ocellata
Morenia petersi
Notochelys platynota
Ocadia glyphistoma (China)
Ocadia philippeni (China)
Orlitia borneensis7
Pangshura spp. (Except the species included in Appendix I)
Pangshura tecta
Sacalia bealei
Sacalia pseudocellata (China)
Sacalia quadriocellata
Siebenrockiella crassicollis
Siebenrockiella leytensis
Vijayachelys silvatica
Platysternidae Big-headed turtle
Platysternidae spp.
Podocnemididae Afro-American side-necked turtles
Erymnochelys madagascariensis
Peltocephalus dumerilianus
Podocnemis spp.
151
APPENDICES
I II III
Testudinidae Tortoises
Testudinidae spp. (Except the species
included in Appendix I. A zero annual export quota has been
established for Geochelone sulcata for specimens removed
from the wild and traded for primarily commercial purposes)
Astrochelys radiata
Astrochelys yniphora
Chelonoidis nigra
Geochelone platynota
Gopherus flavomarginatus
Psammobates geometricus
Pyxis arachnoides
Pyxis planicauda
Testudo kleinmanni
Trionychidae Softshell turtles, terrapins
Amyda cartilaginea
Apalone spinifera atra
Aspideretes gangeticus
Chitra spp. (Except the
species included in Appendix I)
Chita chitra
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
152
APPENDICES
I II III
Chita vandijki
Dogania subplana
Lissemys ceylonensis
Lissemys punctata
Lissemys scutata
Nilssonia formosa
Nilssonia gangetica
Nilssonia hurum
Nilssonia leithii
Nilssonia nigricans
Palea steindachneri
Pelochelys spp.
Pelodiscus axenaria
Pelodiscus maackii
Pelodiscus parviformis
Rafetus swinhoei
CLASS AMPHIBIA (AMPHIBIANS)
ANURA
Bufonidae Toads
Amietophrynus superciliaris
Altiphrynoides spp.
Atelopus zeteki
Incilius periglenes
Nectophrynoides spp.
Nimbaphrynoides spp.
153
APPENDICES
I II III
Calyptocephalellidae Chilean toads
Calyptocephalella gayi (Chile)
Dendrobatidae Poison frogs
Adelphobates spp.
Ameerega spp.
Andinobates spp.
Dendrobates spp.
Epipedobates spp.
Excidobates spp.
Hyloxalus azureiventris
Minyobates spp.
Oophaga spp.
Phyllobates spp.
Ranitomeya spp.
Dicroglossidae Frogs
Euphlyctis hexadactylus
Hoplobatrachus tigerinus
Hylidae Tree frogs
Agalychnis spp.
Mantellidae Mantellas
Mantella spp.
Microhylidae Red rain frog, tomato frog
Dyscophus antongilii
Scaphiophryne gottlebei
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
154
APPENDICES
I II III
Myobatrachidae Gastric-brooding frogs
Rheobatrachus spp. (Except Rheobatrachus silus and Rheobatrachus vitellinus)
CAUDATA
Ambystomatidae Axolotls
Ambystoma dumerilii
Ambystoma mexicanum
Cryptobranchidae Hellbener and giant salamanders
Andrias spp.
Cryptobranchus alleganiensis (United
States of America)
Hynobiidae Asiatic salamanders
Hynobius amjiensis (China)
Salamandridae Newts and salamanders
Neurergus kaiseri
CLASS ELASMOBRANCHII (SHARKS)
CARCHARHINIFORMES
Carcharhinidae Requiem sharks
Carcharhinus longimanus
Sphymidae Hammerhead sharks
Sphyrna lewini
Sphyrna mokarran
Sphyrna zygaena
155
APPENDICES
I II III
LAMNIFORMES
Cetorhinidae Basking shark
Cetorhinus maximus
Lamnidae Mackerel sharks
Carcharodon carcharias
Lamna nasus
ORECTOLOBIFORMES
Rhincodontidae Whale shark
Rhincodon typus
PRISTIFORMES
Pristidae Sawfishes
Pristidae spp.
RAJIFORMES
Mobulidae Mobulid rays
Manta spp.
CLASS ACTINOPTERYGII (FISHES)
ACIPENSERIFORMES Paddlefishes, sturgeons
ACIPENSERIFORMES
spp. (Except the species included in Appendix I)
Acipenseridae Sturgeons
Acipenser brevirostrum
Acipenser sturio
ANGUILLIFORMES
Anguillidae Freshwater eels
Anguilla anguilla
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
156
APPENDICES
I II III
CYPRINIFORMES
Catostomidae Cui-ui
Chasmistes cujus
Cyprinidae Blind carps, plaeesok
Caecobarbus geertsi
Probarbus jullieni
OSTEOGLOSSIFORMES
Arapaimidae Arapaimas
Arapaima gigas
Osteoglossidae Bonytongue
Scleropages formosus8
PERCIFORMES
Labridae Wrasses
Cheilinus undulatus
Sciaenidae Totoaba
Totoaba macdonaldi
SILURIFORMES
Pangasiidae Pangasid catfish
Pangasianodon gigas
SYNGNATHIFORMES
Syngnathidae Pipefishes, seahorses
Hippocampus spp.
CLASS SARCOPTERYGII (LUNGFISHES)
CERATODONTIFORMES
Ceratodontidae Australian lungfish
Neoceratodus forsteri
157
APPENDICES
I II III
COELACANTHIFORMES
Latimeriidae Coelacanths
Latimeria spp.
P H Y L U M E C H I N O D E R M A T A
CLASS HOLOTHUROIDEA (SEA CUCUMBERS)
ASPIDOCHIROTIDA
Stichopodidae Sea cucumbers
Isostichopus fuscus (Ecuador)
P H Y L U M A R T H R O P O D A
CLASS ARACHNIDA (SCORPIONS AND SPIDERS)
ARANEAE
Theraphosidae Red-kneed tarantulas, tarantulas
Aphonopelma albiceps
Aphonopelma pallidum
Brachypelma spp.
SCORPIONES
Scorpionidae Scorpions
Pandinus dictator
Pandinus gambiensis
Pandinus imperator
CLASS INSECTA (INSECTS)
COLEOPTERA
Lucanidae Cape stag beetles
Colophon spp. (South
Africa)
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
158
APPENDICES
I II III
LEPIDOPTERA
Nymphalidae Brush-footed butterflies
Agias amidon boliviensis (Plurinational
State of Bolivia)
Morpho godartii lachaumei (Plurinational State of Bolivia)
Prepona praeneste buckleyan (Plurinational State of Bolivia)
Papilionidae Birdwing butterflies, swallowtail butterflies
Atrophaneura jophon
Atrophaneura pandiyana
Bhutanitis spp.
Ornithoptera spp. (Except the species included in Appendix I)
Ornithoptera alexandrae
Papilio chikae
Papilio homerus
Papilio hospiton
Parnassius apollo
Teinopalpus spp.
Trogonoptera spp.
Troides spp.
159
APPENDICES
I II III
P H Y L U M A N N E L I D A
CLASS HIRUDINOIDEA (LEECHES)
ARHYNCHOBDELLIDA
Hirudinidae Medicinal leeches
Hirudo medicinalis
Hirudo verbana
P H Y L U M M O L L U S C A
CLASS BIVALVIA (CLAMS AND MUSSELS)
MYTILOIDA
Mytilidae Marine mussels
Lithophaga lithophaga
UNIONOIDA
Unionidae Freshwater mussels, pearly mussels
Conradilla caelata
Cyprogenia aberti
Dromus dromas
Epioblasma curtisi
Epioblasma florentina
Epioblasma sampsonii
Epioblasma sulcata perobliqua
Epioblasma torulosa gubernaculum
Epioblasma torulosa rangiana
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
160
APPENDICES
I II III
Epioblasma torulosa torulosa
Epioblasma turgidula
Epioblasma walkeri
Fusconaia cuneolus
Fusconaia edgariana
Lampsilis higginsii
Lampsilis orbiculata orbiculata
Lampsilis satur
Lampsilis virescens
Plethobasus cicatricosus
Plethobasus cooperianus
Pleurobema clava
Pleurobema plenum
Potamilus capax
Quadrula intermedia
Quadrula sparsa
Toxolasma cylindrella
Unio nickliniana
Unio tampicoensis tecomatensis
Villosa trabalis
VENEROIDA
Tridacnidae Giant clams
Tridacnidae spp.
161
APPENDICES
I II III
CLASS GASTROPODA (SNAILS AND CONCHES)
MESOGASTROPODA
Strombidae Queen conch
Strombus gigas
STYLOMMATOPHORA
Achatinellidae Agate snails, oahu tree snails
Achatinella spp.
Camaenidae Green tree snail
Papustyla pulcherrima
P H Y L U M C N I D A R I A
CLASS ANTHOZOA (CORALS, SEA ANEMONES)
ANTIPATHARIA Black corals
ANTIPATHARIA spp.
GORGONACEAE
Coralliidae
Corallium elatius (China)
Corallium japonicum (China)
Corallium konjoi (China)
Corallium secundum (China)
HELIOPORACEA
Helioporidae Blue corals
Helioporidae spp. (Includes only the species Heliopora coerulea. Fossils are not
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
162
APPENDICES
I II III
subject to the provisions
of the Convention)
SCLERACTINIA Stony corals
SCLERACTINIA spp.
(Fossils are not subject to the provisions of the Convention)
STOLONIFERA
Tubiporidae Organ-pipe corals
Tubiporidae spp. (Fossils are not subject to the provisions of the
Convention)
CLASS HYDROZOA
(SEA FERNS, FIRE CORALS, STINGING MEDUSAE)
MILLEPORINA
Milleporidae Fire corals
Milleporidae spp. (Fossils are not subject
to the provisions of the Convention)
STYLASTERINA
Stylasteridae Lace corals
Stylasteridae spp. (Fossils are not subject to the provisions of the Convention)
F L O R A (PLANTS)
AGAVACEAE Agaves
Agave parviflora
163
APPENDICES
I II III
Agave victoriae-reginae #4
Nolina interrata
Yucca queretaroensis
AMARYLLIDACEAE Snowdrops, sternbergias
Galanthus spp. #4
Sternbergia spp. #4
APOCYNACEAE Elephant trunks, hoodias
Hoodia spp. #9
Pachypodium spp. #4 (Except the species
included in Appendix I)
Pachypodium ambongense
Pachypodium baronii
Pachypodium decaryi
Rauvolfia serpentina #2
ARALIACEAE Ginseng
Panax ginseng #3 (Only the population of the
Russian Federation; no other population is included in the
Appendices)
Panax quinquefolius #3
ARAUCARIACEAE Monkey-puzzle tree
Araucaria araucana
BERBERIDACEAE May-apple
Podophyllum hexandrum #2
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
164
APPENDICES
I II III
BROMELIACEAE Air plants, bromelias
Tillandsia harrisii #4
Tillandsia kammii #4
Tillandsia mauryana #4
Tillandsia xerographica #4
CACTACEAE Cacti
CACTACEAE spp.9 #4
(Except the species included in Appendix I and except Pereskia spp., Pereskiopsis spp. and Quiabentia spp.)
Ariocarpus spp.
Astrophytum asterias
Aztekium ritteri
Coryphantha werdermannii
Discocactus spp.
Echinocereus ferreirianus ssp. lindsayi
Echinocereus schmollii
Escobaria minima
Escobaria sneedii
Mammillaria pectinifera
Mammillaria solisioides
Melocactus conoideus
Melocactus deinacanthus
165
APPENDICES
I II III
Melocactus glaucescens
Melocactus paucispinus
Obregonia denegrii
Pachycereus militaris
Pediocactus bradyi
Pediocactus knowltonii
Pediocactus paradinei
Pediocactus peeblesianus
Pediocactus sileri
Pelecyphora spp.
Sclerocactus brevihamatus ssp. tobuschii
Sclerocactus erectocentrus
Sclerocactus glaucus
Sclerocactus mariposensis
Sclerocactus mesae-verdae
Sclerocactus nyensis
Sclerocactus papyracanthus
Sclerocactus pubispinus
Sclerocactus wrightiae
Strombocactus spp.
Turbinicarpus spp.
Uebelmannia spp.
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
166
APPENDICES
I II III
CARYOCARACEAE Ajo
Caryocar costaricense #4
COMPOSITAE (Asteraceae) Kuth
Saussurea costus
CUCURBITACEAE Melons, gourds, cucurbits
Zygosicyos pubescens
Zygosicyos tripartitus
CUPRESSACEAE Alerce, cypresses
Fitzroya cupressoides
Pilgerodendron uviferum
CYATHEACEAE Tree-ferns
Cyathea spp.#4
CYCADACEAE Cycads
CYCADACEAE spp.#4 (Except the species
included in Appendix I)
Cycas beddomei
DICKSONIACEAE Tree-ferns
Cibotium barometz #4
Dicksonia spp.#4 (Only the populations of the Americas; no other
population is included in the Appendices)
DIDIEREACEAE Alluaudias, didiereas
DIDIEREACEAE spp. #4
DIOSCOREACEAE Elephant’s foot, kniss
Dioscorea deltoidea #4
167
APPENDICES
I II III
DROSERACEAE Venus’ flytrap
Dionaea muscipula #4
EUPHORBIACEAE Spurges
Euphorbia spp.#5 (Succulent species only except Euphorbia misera and the species included in Appendix I. Artificially propagated
specimens of cultivars of Euphorbia trigona, artificially propagated
specimens of crested, fan-shaped or colour mutants of Euphorbia lactea, when grafted on
artificially propagated root stock of Euphorbia neriifolia, and artificially
propagated specimens of cultivars of Euphorbia ‘Milii’ when
they are traded in shipments of 100 or more plants and readily
recognizable as artificially propagated specimens, are not
subject to the provisions of the Convention)
Euphorbia ambovombensis
Euphorbia capsaintemariensis
Euphorbia cremersii (Includes the forma
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
168
APPENDICES
I II III
viridifolia and the var.
rakotozafyi)
Euphorbia cylindrifolia
(Includes the ssp. tuberifera)
Euphorbia decaryi (Includes the vars. ampanihyensis, robinsonii and spirosticha)
Euphorbia francoisii
Euphorbia moratii (Includes the vars. antsingiensis, bemarahensis and multiflora)
Euphorbia parvicyathophora
Euphorbia quartziticola
Euphorbia tulearensis
FAGACEAE Beeches
Quercus mongolica #5
(Russian Federation)
FOUQUIERIACEAE Ocotillos
Fouquieria columnaris #4
Fouquieria fasciculata
Fouquieria purpusii
GNETACEAE Gnetums
Gnetum montanum #1 (Nepal)
169
APPENDICES
I II III
JUGLANDACEAE Gavilan
Oreomunnea pterocarpa #4
LAURACEAE Laurels
Aniba rosaeodora#12
LEGUMINOSAE (Fabaceae) Afrormosia, cristobal, palisander, rosewood, sandalwood
Caesalpinia echinata#10
Dalbergia spp.#10 (Populations of Madagascar)
Dalbergia calycina #6
[population of Guatemala] (Guatemala)
Dalbergia cochinchinensis #5
Dalbergia cubilquitzensis #6 [population of Guatemala] (Guatemala)
Dalbergia dariensis #2
[Population of Panama] (Panama)
Dalbergia glomerata #6 [Population of Guatemala] (Guatemala)
Dalbergia granadillo #6
Dalbergia nigra
Dalbergia retusa #6
Dalbergia stevensonii #6
Dalbergia tucurensis #6
(Nicaragua. In addition,
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
170
APPENDICES
I II III
Guatemala has listed its
national population)
Dalbergia panamensis (Costa Rica, Nicaragua)
Pericopsis elata #5
Platymiscium pleiostachyum #4
Pterocarpus santalinus #7
Senna meridionalis
LILIACEAE Aloes
Aloe spp.#4 (Except the
species included in Appendix I. Also excludes Aloe vera, also
referenced as Aloe barbadensis which is not included in the Appendices)
Aloe albida
Aloe albiflora
Aloe alfredii
Aloe bakeri
Aloe bellatula
Aloe calcairophila
Aloe compressa (Includes the vars.
paucituberculata, rugosquamosa and schistophila)
Aloe delphinensis
171
APPENDICES
I II III
Aloe descoingsii
Aloe fragilis
Aloe haworthioides (Includes the var.
aurantiaca)
Aloe helenae
Aloe laeta (Includes the var. maniaensis)
Aloe parallelifolia
Aloe parvula
Aloe pillansii
Aloe polyphylla
Aloe rauhii
Aloe suzannae
Aloe versicolor
Aloe vossii
MAGNOLIACEAE Magnolia
Magnolia liliifera var. obovata #1 (Nepal)
MELIACEAE Mahoganies, West Indian cedar
Cedrela fissilis #5
(Plurinational State of Bolivia)
Cedrela lilloi #5
(Plurinational State of
Bolivia)
Cedrela odorata #5
(Brazil and the Plurinational State of Bolivia. In addition, the
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
172
APPENDICES
I II III
following countries have
listed their national populations: Colombia, Guatemala and Peru)
Swietenia humilis #4
Swietenia macrophylla #6 (Populations of the Neotropics)
Swietenia mahagoni #5
NEPENTHACEAE Pitcher-plants (Old World)
Nepenthes spp. #4 (Except the species
included in Appendix I)
Nepenthes khasiana
Nepenthes rajah
OLEACEAE Ashes, etc.
Fraxinus mandshurica #5 (Russian Federation)
ORCHIDACEAE Orchids
ORCHIDACEAE spp.10 #4 (Except the species included in Appendix I)
(For all of the following
Appendix-I species, seedling or tissue cultures obtained in vitro, in solid or liquid
media, transported in sterile containers are not subject to the
provisions of the Convention only if the specimens meet the
173
APPENDICES
I II III
definition of ‘artificially
propagated’ agreed by the Conference of the Parties)
Aerangis ellisii
Dendrobium cruentum
Laelia jongheana
Laelia lobata
Paphiopedilum spp.
Peristeria elata
Phragmipedium spp.
Renanthera imschootiana
OROBANCHACEAE Broomrape
Cistanche deserticola #4
PALMAE (Arecaceae) Palms
Beccariophoenix madagascariensis #4
Chrysalidocarpus decipiens
Lemurophoenix halleuxii
Lodoicea maldivica #13
(Seychelles)
Marojejya darianii
Neodypsis decaryi #4
Ravenea louvelii
Ravenea rivularis
Satranala decussilvae
Voanioala gerardii
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
174
APPENDICES
I II III
PAPAVERACEAE Poppy
Meconopsis regia #1 (Nepal)
PASSIFLORACEAE Passion-flowers
Adenia firingalavensis
Adenia olaboensis
Adenia subsessifolia
PEDALIACEAE Sesames
Uncarina grandidieri
Uncarina stellulifera
PINACEAE Firs and pines
Abies guatemalensis
Pinus koraiensis #5 (Russian Federation)
PODOCARPACEAE Podocarps
Podocarpus neriifolius #1 (Nepal)
Podocarpus parlatorei
PORTULACACEAE Lewisias, portulacas, purslanes
Anacampseros spp. #4
Avonia spp. #4
Lewisia serrata#4
PRIMULACEAE Cyclamens
Cyclamen spp. 11 #4
RANUNCULACEAE Golden seals, yellow adonis, yellow root
Adonis vernalis #2
Hydrastis canadensis #8
175
APPENDICES
I II III
ROSACEAE African cherry, stinkwood
Prunus africana #4
RUBIACEAE Ayugue
Balmea stormiae
SANTALACEAE Sandalwoods
Osyris lanceolata #2
(Populations of Burundi, Ethiopia, Kenya, Rwanda, Uganda and the United
Republic of Tanzania)
SARRACENIACEAE Pitcher-plants (New World)
Sarracenia spp.#4
(Except the species included in Appendix I)
Sarracenia oreophila
Sarracenia rubra ssp. alabamensis
Sarracenia rubra ssp. jonesii
SCROPHULARIACEAE Kutki
Picrorhiza kurrooa #2 (Excludes Picrorhiza scrophulariiflora)
STANGERIACEAE Stangerias
Bowenia spp. #4
Stangeria eriopus
TAXACEAE Himalayan yew
Taxus chinensis and
infraspecific taxa of this species #2
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
176
APPENDICES
I II III
Taxus cuspidata and
infraspecific taxa of this species12 #2
Taxus fuana and infraspecific taxa of this species #2
Taxus sumatrana and infraspecific taxa of this
species#2
Taxus wallichiana #2
THYMELAEACEAE (Aquilariaceae) Agarwood, ramin
Aquilaria spp.#14
Gonystylus spp.#4
Gyrinops spp.#14
TROCHODENDRACEAE (Tetracentraceae) Tetracentron
Tetracentron sinense #1 (Nepal)
VALERIANACEAE Himalayan spikenard
Nardostachys grandiflora #2
VITACEAE Grapes
Cyphostemma elephantopus
Cyphostemma laza
Cyphostemma montagnacii
WELWITSCHIACEAE Welwitschia
Welwitschia mirabilis #4
ZAMIACEAE Cycads
ZAMIACEAE spp. #4
177
APPENDICES
I II III
(Except the species
included in Appendix I)
Ceratozamia spp.
Chigua spp.
Encephalartos spp.
Microcycas calocoma
ZINGIBERACEAE Ginger lily
Hedychium philippinense #4
ZYGOPHYLLACEAE Lignum-vitae
Bulnesia sarmientoi #11
Guaiacum spp. #2
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
178
Lampiran 5. Daftar Spesies Prioritas (Lampiran
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 57/Menhut-II/2008 tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies
Nasional 2008–2018)
A. Burung
No. KELOMPOK PRIORITAS
Prioritas Sangat Tinggi
1. Maleo sekanwor Macrocephalon maleo
2. Gosong maluku Eulipoa wallacei
3. Curik Bali Leucopsar rotschildi
4. Seriwang sangihe Eutrichomyias rowleyi
5. Kuau kerdil Polypectron spp.
6. Sempidan Lophura spp.
7. Kakatua Cacatua spp.,Probosciger aterrimus
8. Elang Spizaetus bartelsi, S. floris, S. lanceolatus, Ictinaetus malayanus
9. Cenderawasih Paradisea rubra, Paradigalla carunculata, Dyphilodes respublica
10. Rangkong Famili Bucerotidae
11. Nuri dan Perkici Famili Psittacidae
12. Kuau raja Argusianus argus
Prioritas Tinggi
13. Mentok rimba (Itik serati) Cairina scutulata
14. Mambruk Goura spp.
15. Beo Nias (Tiong emas) Gracula religiosa
16. Ayam-hutan hijau Gallus varius
179
No. KELOMPOK PRIORITAS
17. Jalak putih Sturnus melanopterus
18. Merak hijau Pavo muticus
19. Betet jawa Psittacula alexandri
20. Gelatik jawa Padda oryzivora
21. Anis Zoothera spp.
22. Paok Pitta spp.
23. Pelatuk Famili Picidae
24. Celepuk Otus spp.
25. Raja udang Famili Alcedinidae
26. Bangau dan Ibis Famili Ciconiidae dan Threskiornithidae
B. Mamalia
No. KELOMPOK PRIORITAS
Prioritas Sangat Tinggi
1. Pesut mahakam Orcaella brevirostris
2. Badak sumatera Dicerorhinus sumatraensis
3. Musang Sulawesi Macrogalidia muschenbroekii
4. Babi kutil Sus verrucosus
5. Harimau sumatera Panthera tigris sumatrae
6. Gajah sumatera Elephas maximus
7. Babirusa Babirousa babyrussa
8. Anoa dataran tinggi Bubalus quarlesi
9. Anoa dataran rendah Bubalus depressicornis
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
180
No. KELOMPOK PRIORITAS
Prioritas Tinggi
10. Kambing gunung Capricornis sumatraensis sumatraensis
11. Duyung Dugong dugon
12. Banteng Bos javanicus
13. Gajah Kalimantan Elephas maximus borneensis
14. Beruang madu Helarctos malayanus
15. Badak jawa Rhinoceros sondaicus
16. Tutul jawa Panthera pardus melas
17. Tapir Tapirus indicus
C. Primata
No. KELOMPOK PRIORITAS
Prioritas Sangat Tinggi
1. Orang utan sumatera Pongo abelii
2. Bokoi Macaca pagensis
3. Bilou Hylobates klosii
4. Joja Presbytis potenziani
5. Simakobu Simias concolor
Prioritas Tinggi
7. Lutung banggat Presbytis hosei
8. Lutung natuna Presbytis natunae
6. Owa jawa Hylobates moloch
9. Orang utan kalimantan Pongo pygmaeus
181
No. KELOMPOK PRIORITAS
10. Bekantan Nasalis larvatus
11. Surili Presbytis comata
D. Reptilia dan Amfibia
No. KELOMPOK PRIORITAS
Prioritas Sangat Tinggi
1. Kura-kura rote Chelodina mccordi
2. Kura-kura bintang Chitra chitra
3. Kura-kura sulawesi Leucocephalon yuwonoi
4. Baning kuning Indotestudo forstenii
5. Bajuku, Tuntong Callagur borneoensis
6. Biuku Batagur baska
7. Biawak biru Varanus melinus
8. Biawak merak Varanus auffenbergi
9. Ular python maluku Morelia clastolepis
10. Ular python Halmahera Morelia tracyae
11. Ular python kerdil Tanimbar Morelia nauta
12. Buaya siam Crocodylus siamensis
13. Katak barbourula Barbourula kalimantanensis
14. Katak pohon merah Nyctixalus margaritifer
15. Kodok merah Leptophryne cruentata
16. Kodok klaviger Bufo claviger
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
182
No. KELOMPOK PRIORITAS
Prioritas Tinggi
17. Kura-kura irian Chelodina gunaleni
18. Kura-kura reimani Chelodina reimanni
19. Sanca macklot Liasis mackloti
20. Ular python Python curtus
21. Biawak timor Varanus timorensis
22. Buaya sinyulong Tomistoma schlegelii
E. Insekta
No. KELOMPOK PRIORITAS
1. Papilio lampsacus
2. Allotopus rosenbergi
3. Ornithoptera spp.
4. Troides spp.
5. Trogonoptera brookiana
6. Cyclommatus giraffe
7. Dorcus bucephalus
8. Atrophaneura palu
9. Graphium stresemanni
10. Idea tambusisiana
11. Euploea albicosta
12. Euploea caespes
13. Euploea tripunctata
183
No. KELOMPOK PRIORITAS
14. Ideopsis hewitsonii
15. Parantica kuekenthali
16. Parantica Marcia
17. Parantica sulewattan
18. Parantica timorica
19. Polyura dehaani
20. Bombus rufipes
21. Apis koschevnikovi
22. Apis andreniformis
F. Biota air
No. KELOMPOK PRIORITAS
Prioritas Sangat Tinggi
1. Pesut mahakam Orcaella brevirostris
2. Kima raksasa Tridacna gigas
3. Duyung Dugong dugong
4. Arwana papua Scleropages jardinii
5. Ikan belida Notopterus chitala
6. Ikan batak Neolissochillus thienemanni
7. Kardinal banggai Pterapogon kauderni
Prioritas Tinggi
8. Ikan napoleon Cheilinus undulatus
9. Kima lain (selain Tridacna gigas, 6 spesies)
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
184
No. KELOMPOK PRIORITAS
10. Teripang pasir Holothuria scabra dan 25 spesies teripang lainnya
11. Kerang lola Trochus niloticus
12. Kuda laut Hippocampus spp.
13. Penyu laut (6 spesies)
14. Nautilus Nautilus spp.
15. Kepiting kenari Birgus latro
16. Ikan raja laut Latimeria menadoensis
17. Hiu Superordo Selachimorpha
18. Pari Superordo Batoidea
19. Siput mata bulan Turbo marmoratus
20. Ubur-ubur Pulau Kakaban (Cassiopeia ornata, Mastigias papua, Aurelia aurita danTripedalia cystophora)
21. Koral merah Corallium rubrum
G. Flora
No. KELOMPOK PRIORITAS
1. Pelalar Dipterocapus littoralis
2. Palem ekor ikan Hydriastele flabellata
3. Kalapia Kalappia celebica
4. Anggrek ekor tikus Paraphalaenopsis spp.
5. Rafflesia, Padma Rafflesia spp.
6. Resak banten Vatica bantamensis
7. Resak bribes Vatica javanica
185
No. KELOMPOK PRIORITAS
8. Nothofagus womersleyi
9. Kayu hitam, eboni Dyospyros celebica
10. Kayu susu Alstonia beatricis
11. Bintangur Calophyllum insularum
12. Guioa waigeoensis
13 Saninten Castanopsis argentea
14 Anggrek bulan raksasa Phalaenopsis gigantea
15 Kawoli Alloxylon brachycarphus
16 Bintangur Calohpyllum papuanum
17 Bintangur Calophyllum euryphyllum
18 Bintangur Calophylum carii
19 Nyatoh Manilkara kanosiensi
20 Mendarahan Myristica rumphii var. florentis
21 Kantung semar Nepenthes spp.
22 Tualang Koompasia grandiflora
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
186
Lampiran 6. Daftar 25 spesies satwa liar terancam
punah yang diprioritaskan meningkat populasinya sebesar 10% pada tahun 2019 (Lampiran Surat Keputusan
Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam No. 200/IV/KKH/2015)
No. KELOMPOK SPESIES PRIORITAS
1. Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae )
2. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus)
3. Badak jawa (Rhinoceros sondaicus)
4. Owa jawa (Hylobates moloch)
5. Banteng (Bos javanicus)
6. Elang jawa (Spizaetus bartelsi)
7. Jalak bali (Leucopsar rotschildi )
8. Kakatua kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea)
9. Orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus pygmaeus)
10. Komodo (Varanus komodoensis)
11. Bekantan (Nasalis larvatus)
12. Anoa (Bubalus depressicornis, Bubalus quarlesi)
13. Babirusa (Babirousa babyrussa )
14. Maleo (Macrocephalon maleo)
15. Macan tutul jawa (Panthera pardus melas)
16. Rusa bawean (Axis kuhlii)
17. Cenderawasih (Macgregoria pulchra, Paradisaea raggiana, Paradisaea apoda, Cicinnurus regius, Seleucidis melanoleuca, Paradisea rubra)
18. Surili (Presbytis fredericae, Presbytis comata)
187
No. KELOMPOK SPESIES PRIORITAS
19. Tarsius (Tarsius fuscus)
20. Monyet hitam Sulawesi (Macaca nigra, Macaca maura)
21. Julang sumba (Rhyticeros everetii)
22. Nuri kepala hitam (Lorius domicella, Lorius lory)
23. Penyu (Chelonia mydas, Eretmochelys imbricata)
24. Kanguru pohon (Dendrolagus mbaiso)
25. Celepuk rinjani (Otus jolanodea)
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
188
Lampiran 7. Jumlah spesies flora dan fauna di Indonesia
yang terancam menurut IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources) [last updated 19 November 2015]
A. Jumlah spesies terancam di Indonesia
Kelompok Takson Jumlah
Mamalia 185
Aves 131
Reptilia 32
Amfibia 32
Ikan 150
Moluska 6
Invertebrata lainnya 284
Flora 426
Jumlah 1.246
B. Jumlah spesies endemik dan terancam di Indonesia
Kelompok Takson Jumlah
Mamalia Endemik 259
Endemik terancam 115
Aves Endemik 429
Endemik terancam 82
Amfibia Endemik 173
Endemik terancam 21
Kepiting air tawar Endemik 71
Endemik terancam 10
Koral pembentuk karang
Endemik 4
Endemik terancam 2
Konifera Endemik 5
Endemik terancam 1
Cycada Endemik 2
Endemik terancam 2
189
C. Jumlah spesies punah dan terancam di Indonesia menurut
kategori IUCN Red List
Kategori IUCN
Red List Kelompok takson
Fauna Flora
Extinct (EX) 2 1
Extinct in the wild (EW) 0 1
Critically Endangered (CR) 75 126
Endangered (EN) 195 87
Vulnerable (VU) 550 213
Near Threatened (NT) 564 96
Lower Risk/Consevation dependent (LR/cd)
4 9
Data Deficient (DD) 921 82
Least Concern (LC) 4.090 624
Jumlah 6.401 1.239
D. Struktur kategori IUCN Red List dan derajat keterancaman
190
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis adalah Peneliti Utama di Bidang
Konservasi Sumber Daya Alam yang
telah 22 tahun melakukan penelitian
keanekaragaman hayati flora-fauna di
Kementerian Kehutanan [kini
Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan]. Ia juga berpengalaman
sebagai penyusun AMDAL dan
memegang Sertifikat Kompetensi Ketua
Penyusun AMDAL (Reg. No. K.030.02.11.016.000396).
Jabatan lain yang dipercayakan kepadanya saat ini, antara lain:
Ketua Kelompok Peneliti Konservasi Keanekaragaman Hayati;
Anggota Dewan Riset (bidang konservasi) Badan Litbang dan
Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
Anggota Dewan Redaksi Jurnal Penelitian Hutan dan
Konservasi Alam,
Anggota Dewan Redaksi Journal of Rehabilitation Science;
Anggota Kelompok
Kerja Kebijakan Badan Litbang dan Inovasi, Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
191
Penulis adalah Humas Madya di Pusat
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya
Bogor, LIPI. Selama lebih dari 20 tahun,
ia telah melakukan berbagai kegiatan
kehumasan di bidang pendidikan
lingkungan dan konservasi tumbuhan.
Beberapa jabatan yang pernah
dipercayakan kepadanya, antara lain:
Penanggung jawab pembangunan Ekoregion Kalimantan
dengan Bank Mandiri di Ecopark LIPI, Cibinong;
Penanggung jawab kerjasama Pembangunan Replika Hutan
Tropis Ekoregion Jawa Bali di Ecopark LIPI, Cibinong dengan
Yayasan KEHATI, Kementerian Kehutanan dan PT. Garuda
Indonesia (Perseroan) Tbk.;
Tenaga ahli program Eco Study PT Sharp Electronic Indonesia;
Tenaga ahli revitalisasi lapangan golf Rumbai Camp, PT Caltex
Pacific Indonesia.
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
192
Penulis dilahirkan di Palembang pada
tanggal 19 Agustus 1986. Puteri ke tiga
dari tiga bersaudara pasangan Bertha
Rina (Ibu) dan FM Sihombing (Ayah),
menyelesaikan pendidikan SD di Bangka
(1998), SMP di Palembang (2001),
SMAN 3 Palembang (2004), dan
mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Kelautan dari Universitas
Sriwijaya Palembang (2008).
Sejak tahun 2010, penulis menjadi Peneliti di Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hutan, Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan dengan jabatan Peneliti Pertama Bidang Perlindungan
Sumber Daya dan Lingkungan. Penulis aktif melakukan penelitian
di bidang konservasi sumber daya alam di Kelompok Peneliti
Konservasi Keanekaragaman Hayati.
193
Penulis dilahirkan di Jayapura tangal 6
Mei 1986. Ia adalah puteri ke tiga dari
tiga bersaudara pasangan Titing
Murtiningsih (Ibu) dan Daryono (Ayah).
Penulis menyelesaikan pendidikan SD di
Jayapura (1998), SMP di Jayapura Utara
(2001), dan SMU di Malang (2004). Pada
tahun 2008, penulis memperoleh gelar
Sarjana Peternakan dari Universitas
Brawijaya (UNIBRAW). Penulis juga pernah menjadi Asisten
Praktikum Mata Kuliah Ilmu Reproduksi Ternak di Fakultas
Peternakan UNIBRAW dan Customer Services PT. Telkom Indonesia
Kandatel Malang (2008–2009).
Sejak tahun 2009, penulis menjadi peneliti di Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hutan, Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. Saat ini, jabatan penulis adalah Peneliti Pertama
bidang Konservasi Sumber Daya Hutan. Penulis aktif melakukan
penelitian konservasi keanekaragaman hayati di Kelompok
Peneliti Konservasi Keanekaragaman Hayati.
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
194
Penulis dilahirkan di Jakarta tanggal 5
Juni 1968 dan merupakan putra ke
empat dari pasangan [Alm.] Pairun
Sastro Darsono (Ayah) dan [Alm.]
Soeratinah (Ibu). Penulis menyelesaikan
pendidikan SD di Jakarta (1981), SMPN 2
di Jakarta (1984), dan SMAN 1 di Jakarta
(1987). Gelar Sarjana Kedokteran
Hewan diperoleh tahun 1991 dan profesi
Dokter Hewan tahun 1993 dari FKH IPB, Bogor. Gelar Magister
Sains bidang Biologi Konservasi diraih tahun 2007 dari FMIPA
Universitas Indonesia, Depok.
Penulis pernah bertugas di Papua sejak tahun 1993 hingga 2004.
Selama itu, pengalaman penulis antara lain Pemimpin Bagian
Proyek Taman Burung dan Taman Anggrek Biak, Dinas Kehutanan
Provinsi Irian Jaya [Papua]; Ketua Kelompok Peneliti bidang
Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) di Balai Penelitian
Kehutanan Manokwari, Instruktur/pengajar bidang KSDA di Balai
Latihan Kehutanan Manokwari; Dosen Luar Biasa dan pembimbing
skripsi mahasiswa di Universitas Negeri Papua (UNIPA).
Sejak tahun 2004 hingga sekarang, penulis mengabdikan dirinya di
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan di Bogor dengan
jabatan saat ini sebagai Peneliti Madya. Penulis juga aktif dalam
kelompok kerja/tim terpadu yang dibentuk di lingkup
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yaitu Badan
Litbang dan Inovasi; Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya
Alam dan Ekosistem; serta Direktorat Jenderal Planologi dan Tata
Lingkungan. Saat ini, penulis aktif sebagai editor buku dan
merangkap Direktur Penerbitan FORDA PRESS; narasumber
bidang konservasi sumber daya alam; dan pembimbing skripsi
mahasiswa S1 IPB dan Universitas Pakuan (UNPAK).