Sisi Lain Dari Langkap

download Sisi Lain Dari Langkap

of 36

Transcript of Sisi Lain Dari Langkap

SISI LAIN DARI LANGKAP (Arenga obtusifolia Mart.) : KEMUNGKINANNYA SEBAGAI KOMPLEMENTER GULA AREN DAN KOLANG-KALING

OlehAnas Badrunasar dan Darsono Priono

RingkasanLangkap (Arenga obtusifolia Mart.) adalah keluarga palem-paleman dari genus Arenga. Langkap ini sebarannya cukup luas di Indonesia dan menjadikan momok bagi habitat badak jawa di Ujung Kulon, karena langkap dikategorikan sebagai tumbuhan inpasif terhadap vegetasi lain yang menjadi sumber pakan badak jawa. Pemanfaatan langkap di Indonesia tidak sepopuler aren, padahal secara morfologi, anatomi dan manfaat dari langkap ada beberapa kemiripan dengan aren. Berdasarkan hasil survei awal terhadap sebaran lankap di beberapa kecamatan di Kabuten Ciamis, langkap dapat ditemukan di Kecamatan Banjarsari, Pamarican, Cimaragas, Rancah dan Lumbung. Sedangkan untuk Kabupaten Pangandaran terdapat di Langkaplancar.

I. PENDAHULUANDi dunia, Genus Arenga yang sudah teridentifikasi terdapat sebayak 24 jenis. Di Indonesia sendiri telah teridentifikasi sebanyak 9 jenis, yaitu : aren (Arenga pinnata [Wurmb.] Merr.), gelora (Arenga undulatifolia Becc.), sagu (Arenga microcarpa Becc.), baling (Arenga brevipes Becc.), langkap (Arenga obtusifolia Mart.), anudur (Arenga distincta), Arenga longipes, Arenga plicata, A. talamauensis (Sastrapradja, et all., (1978) dan Mogea, (2004). Dari sembilan genus yang terdapat di Indonesia, yang sudah diketahui manfaat dan kegunaannya oleh masyarakat, baik umum maupun masyarakat etnik tertentu baru aren dan sagu.Aren telah dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sejak ratusan tahun yang lalu terutama niranya yang diolah menjadi gula (Arif, dkk., 2011 dan Kaunang, dkk. 2011.; Rindengan dan Karouw, 2004). Di tahun 2012 Kebutuhan akan gula pasir nasional sangat besar (3,44 juta ton/tahun), sedangkan yang mampu disediakan industri nasional sebanyak 2,31 juta ton/tahun, sisanya harus impor sebanyak 252.368 ton (108.889 ton gula pasir mentah). Untuk mengurangi ketergantungan gula pasir import, gula aren dapat dimanfaatkan (Yusuf, dkk. 2012).Heyne (1987) menyebutkan bahwa, selain nira, buahnya juga diolah menjadi kolang-kaling. Daun mudanya sebagai bahan baku rokok tradisional, daun tuanya dimanfaatkan untuk atap rumah, tulang daunnya dimanfaatkan sebagai sapu lidi. Injuknya sebagai bahan tali-temali, sapu ijuk, kuas dan peralatan rumah tangga lainnya. Kayunya (bagian keras) digunakan sebagai gagang peralatan, senjata, talang saluran air dan lain-lain. Bagian empulur dari batangnya menghasilkan sagu (tepung kanji). Akar pohonnya, setelah diolah merupakan bahan topi dan pecut serta berkhasiat obat. Teknik budidaya aren sekarang sudah dapat dipastikan tidak akan tergantung lagi dari anakan alam, karena Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Yayasan Masarang melalui berbagai penelitian dan percobaan sudah berhasil membibitkan sekitar 1000-5000 bibit aren dari biji (Kaunang, dkk. 2011). Sementara itu, salah satu genus Arenga yang sebarannya cukup luas di Indonesia dan menjadikan momok bagi habitat badak jawa di Ujung Kulon, adalah langkap (Arenga obtusifolia Mart.), karena langkap dikategorikan sebagai tumbuhan inpasif terhadap vegetasi lain yang menjadi sumber pakan badak jawa (Haryanto, 1997).Pemanfaatan langkap di Indonesia tidak sepopuler aren, padahal secara morfologi, anatomi (Haryanto dan Siswoyo, 1997; Pongsattayapipat and Barfod, 2005; Moore, 1963) dan manfaat dari langkap ada beberapa kemiripan dengan aren, seperti di Sumatera, nira dari langkap yang disadap dari pangkal bunga jantan dapat dijadikan tuak (Haryanto dan Siswoyo, 1997). Heyne (1987) mengemukakan bahwa nira dari langkap jauh lebih harum dan manis dibandingkan dengan aren, walaupun secara kualitatif nira yang dihasilkannya sedikit, kayunya sangat bagus untuk gagang senjata. Di Laos, selain nira, kolang-kaling yang diproses dari buahnya dijadikan makanan penutup pada toping es krim, daun mudanya diolah menjadi makanan lokal, batang pohonnya juga menghasilkan sagu serta daunnya dimanfaatkan sebagai atap dan bahan kemasan (www.palmpedia.net). Populasi langkap, selain di Ujung Kulon yang merupakan wilayah konservasi Badak Jawa, juga terdapat di Kabupaten Ciamis yang tumbuh alami dan tersebar luas di lahan-lahan milik rakyat atau di areal yang berbatasan langsung dengan hutan konsesi Perum Perhutani Unit III Jawa Barat maupun kawasan konservasi. Namun demikian, belum terdapatnya data secara rinci seberapa besar potensi dan penyebaran populasi langkap yang diharapkan akan menjadi komplementer (pengisi) produksi gula merah dan kolang-kaling dari aren untuk sekala rumahtangga maupun industri, masih mempunyai hambatan cukup berarti. Ketersediaan dan keberlanjutan bahan baku merupakan kunci penting bagi keberhasilan pengusahaan langkap. Eksplorasi potensi langkap dengan demikian merupakan langkah yang pelu dilakukan.II. BAHAN DAN METODEA. Lokasi dan WaktuSurvei penyebaran langkap dilakukan di empat kecamatan, yaitu : Kecamatan Langkap Lancar, Banjarsari, Pamarican dan Cimaragas Kabupaten Ciamis, sedangkan penyadapan serta pengolahan buah dilakukan di Kamrpung Karangsari, Desa Banjaranyar, Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis. Kegiatan ini dilakukan pada bulan April 2014.B. Bahan dan AlatBahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah tegakan langkap di Kecamatan Langkap Lancar, Banjarsari, Pamarican dan Ciamaragas, Kabupaten Ciamis, sedangkan untuk kegiatan penyadapan dan pengolahan buah dilakukan terhadap langkap yang sudah siap sadap dengan mengambil lokasi di Desa Banjaranyar, Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis. Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah : GPS, meteran, golok, gelas ukur, timbangan, meteran, buku data, kamera, dan alat-alat tulis.III. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil1. Sebaran LangkapBerdasasarkan hasil survei, tegakan langkap banyak dijumpai pada tapak yang dijadikan sebagai rerenceub (sumber matair bagi masyarakat setempat), tempat pemakaman umum, patilasan (tempat persinggahan orang berpengaruh pada jaman dulu), tanah desa (tanah negara yang dikelola desa) atau gabungan fungsi tersebut serta lahan konservasi. Lokasi yang menjadi habitat langkap berdasarkan survei adalah sebagai berikut :a. BanjarsariBlok:Dusun Sindangasih, Desa Banjaranyar, Kecamatan Banjarsari. Merupakan Hutan Keramat Lingga KancanaKoordinat: 07528,93 LS dan 1085330,1BTElevasi:236 m dplTopografi:berbukitKemiringin:25-35Luas: 5 haKondisi Tegakan : Pohon langkap dbh 10-22 cm dan banyak anakan langkap tersebar merata dibawah tegakan tua. Pohon langkap berasosiasi dengan tongtolok/winong (Sterculia campanulata), kenanga hutan (Giniothalanus sp.), dahu (Dracontomelum mangiferum), nangsi (Villebrunea rubescens) kiara koneng (Ficus anullata), jati (Tectona grandis), picung (Pangium edule), lengsir (Pometia tomentosa), huni (Antidesma bunius), loa (Ficus glomerata) peusar (Artocarpus rigidus), ki mokla (Knema laurina), pansor (Ficus callosa), kondang (Ficus variegata), putat (Baringtonia spicata), kokosan monyet (Disoxylum caulostachyum), Aren (Arenga pinnata), bubuai (Plectocomia elongata), binuang (Octomeles sumatrana).

b. LangkaplancarBlok:Desa Bojong, Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Pangandaran (dulu Kab. Ciamis). Merupakan makam/patilasan Keramat Sembah Daleum Wangsa Dipa.Topografi:landai-bergelombangKoordinat:075435 LS dan 1084941,9BTElevasi:430 m dplLuas: 1 haKondisi Tegakan : Pohon langkap dbh 10-22 cm, anakan tersebar merata di bawah tegakan tua Pohon langkap berasosiasi dengan ki segel (Dillenia excelsa), manglid (Manglietia glauca), Ki ara (Ficus globosa), ki mokla (Knema laurina), teureup (Artocarpus elastica) ki teja (Cinnamomum iners), putat (Planconia valida), pulai (Alstonia scholaris), tangkalak (Litsea roxburghii), bungbulang (Prema tomentosa).c. Keramat Gunung KelirBlok:Dusun Cibeureum, Desa Cimanggu, Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Pangandaran (dulu Kab. Ciamis). Merupakan makam/ patilasan Keramat Sheik MagribiTopografi:bergelombang, berbukitKoordinat:075018,6 LS dan 1084285,8BTElevasi:598 m dplLuas: 4 haKondisi Tegakan : Pohon langkap dbh 10-20 cm, anakan tersebar merata di bawah tegakan tua Pohon langkap berasosiasi dengan ki segel (Dillenia excelsa), Ki ara (Ficus globosa), puspa (Schima calichii), ki sampang (Evodia latifolia), teureup (Artocarpus elastica), saninten (Castanopsis argentea), ceuri (Garcinia dioica), pakis-pakisan, tepus (Achasma megalocheilos), rotan bubuai (Plectocomia elongata), rotan balukbuk (Calamus burckanus).d. Kawasan Hutan Perum Perhutani KPH Ciamis Lokasi BiodiversityPetak: 78 CRPH: PamaricanBKPH: Banjar SelatanLuas: 47,75 ha.Topografi:bergelombang, berbukitKoordinat:07467,81 LS dan 1085213,5BTElevasi:204 m dplKondisi Tegakan : Pohon langkap dbh 10-20 cm, anakan tersebar merata di bawah tegakan tua Pohon langkap berasosiasi dengan jati (Tectona grandis) ki segel (Dillenia excelsa), Ki ara (Ficus globosa), ki sampang (Evodia latifolia), teureup (Artocarpus elastica), pakis-pakisan, tepus (Achasma megalocheilos), rotan bubuai (Plectocomia elongata), rotan balukbuk (Calamus burckanus).

e. Patilasan Sanghiang Cipta Permana Prabu Digaluh Blok:Dusun Tinggarahayu, Desa Cimaragas, Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis Topografi:LandaiKoordinat:07359,95 LS dan 1084516,4BTElevasi:79 m dplLuas: 990 m2Kondisi Tegakan : Pohon langkap dbh 10-24 cm, anakan tersebar merata di bawah tegakan tua Pohon langkap berasosiasi dengan hantap (Sterculia cordata) koosan monyet (Disoxylum caulostachyum), ki segel (Dillenia excelsa), Ki ara (Ficus globosa), teureup (Artocarpus elastica), lengsir (Pometia pinnata), burahol (Stelocarpus burahol), johar (Casia siamea) manglid (Manglietia glauca), peusar (Artocarpus rigidus), sawo hejo (Chrysophyllum cainito), mahoni afrika (Khaya anthoteca), angsana (Pterocarpus indicus), dahu (Dracontomelum mangiferum), tongtolok (Sterculia campanulata) bambu tali (Gigantochloa apus), bambu tamiang (Schizostachyum blumei).

Gambar 1. Peta sebaran langkap di beberapa kecamatan di Kab.Ciamis dan Pangandaran

B. PembahasanSeperti dikemukakan pada pendahuluan, bahwa langkap secara morfologi anatomi dan manfaat ada kemiripan dengan aren, maka informasi mengenai morfologi, anatomi dan manfaat kedua jenis tersebut perlu dipersandingkan. Informasi mengenai langkap diperoleh dari Haryanto dan Siswoyo (1997) dan Heyne (1987) sedangkan aren diperoleh dari Heyne (1987)1. LangkapJenis palem ini, belum begitu banyak dikenal orang. Di beberapa daerah di Indonesia daunnya sering dipakai untuk atap. Nama daerahnya ialah langkap (Indonesia, Batak, Sunda dan Jawa), puli (Karo), langko (Minangkabau), langkak (Lampung).Semenanjung Malaysia, Sumatera dan Jawa diperkirakan merupakan tempat tumbuh asal tumbuhan ini. Langkap sering tumbuh didekat aliran-aliran sungai, pada tempat yang agak terbuka dengan ketinggian sampai 600 m dpl.

a. Klasifikasi IlmiahKerajaan: PlantaeDivisi: Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)Kelas: Monocotyledonae (berkeping satu)Ordo: ArecalesFamili: ArecaceaeGenus: ArengaSpesies: Arenga obtusifolia Mart.

b. Morfologi dan Anatomi Langkap1) DaunSusunan daunmajemuk menyirip dengan anak daun linear. Bentuk daun pita. Ujung daun terbelah dan bergerigi. Tulang-tulang cabang tidak ada. Tata letak daun berselang-seling pada pelepah daun dan letak anak daun datar. Susunan tulang daun bertulang sejajar. Bentuk tepi anak dau bergerigi hanya didekat ujung. Daging daun tipis tetapi cukup kaku (perkamenteus). Pangkal daunberlekuk/bertelinga. Warna daun (bagian atas) berwarna hijau mengkilap. Warna daun (bagian bawah) berwarna hijau kebiru-biruan dan tertutup semacam tepung halus keputih-putihan) Ukuran panjang daun 87,5 (di bagian tengah/ terpanjang). Ukuran panjang daun 37,5 (di bagian ujung/terpendek). Ukuran lebar daun (terlebar) 7,5 cm. Ukuran lebar daun (tersempit) 3,5 cm. Helaian daun tepi bergerigi. Ukuran tangkai daun tidak ada tangkai (terpanjang + terpendek) Ukuran pelepah daun 4,5 (7,5 cm) (terpanjang). Ukuran pelepah daun 3,5 cm (terpendek). Jumlah daun 113 daun (tanaman muda) 115 daun (tanaman tua). Ciri-ciri lainnyasatu daun yang diujung berkisar antara 5-7 daun

Gambar 2. Bentuk daun langkap muda (Sumber : Daves Garden, 2013)

2) Batang

Arah tumbuhtegak. Bentuk batangbulat dan lurus. Sifat-sifat batang berijuk sedikit dan berbuku-buku. Tinggipohon dewasa dapat mencapai tinggi total 6-8 m. Diameter 22 cm.

Gambar 3. Bentuk batang pohon langkap dewasa dan muda

3) Akar

Berakar serabut

4) Bunga

Susunan bunga bunga majemuk (panjang 120-150 cm). Tata letak terletak pada ketiak dari daun-daun tua atau yang telah gugur. Bunga menggantung pada malai, yang tertua tumbuh di ujung batang). Daun pelindung/seludang besar dan kaku seperti kulit. Bakal buah berwarna kuning muda dan berjumlah lebih dari 100 bakal buah.Kelopak (antar helai daun) berlekatan kadang tidak. Kelopak (bagian yang berlekatan) pangkal atau seluruhnya. Tajuk/mahkota bunga berwarna coklat kekuning-kuningan dan tidak terdapat staminodium. Panjang 1,25 cm. Yang berlekatan pangkal tau seluruhnya.Benangsari sangat kecil. Ukuran kepalasari lebih pendek daripada mahkota. Tangkai kepalasari berdiri tegak pada ujung tangkaisari atau melekat seluruhnya kadang bagian tengahnya saja yang melekat.

Gambar 4. Rupa bunga langkap

5) Buah

Warna buah yang sangat muda berwarna hijau tua dan berjumlah 45-75 buah. Buah muda berwarna hijau muda sampai kekuningan berjumlah 15-50 buah/sub tandan. Kadang-kadang 60-93 buah/sub tandan. Buah tua berwarna merah kecoklatan dan berjumlah 15-45 buah/sub tandan kadang-kadang 45-75 buah/sub tandanBentuk buah menyegitiga jorong agak pipih (mirip buah aren). Penampang melintang berbentuk bundar, dengan garis tengah rata-rata lebih besar dari 2 cm. Letak buah tersusun dalam tandan, beberapa sub tandan buah bertangkai satu tandan. Jumlah tandan/pohon memproduksi 1-7 tandan buah. Jumlah sub tandan pada setangkai tandan yang normal terdapat 17-45 sub tandan. Jumlah buah pertandan 151-1889 buah.

Gambar 5. Rupa buah langkap muda

6) Biji

Jumlah biji pertandan453-5667 butir. Jumlah biji tiap buahsebanyak 3 butir

Gambar 6. Bentuk biji langkap (Sumber : Daves Garden, 2013)

c. Pemanfaatan Langkap

Di Sumatera, tanda bunga jantannya disadap untuk menghasilkan nira. Selanjutnya nira tersebut dibuat tuak. Nira yang dihasilkan lebih sedikit jika dibandingkan dengan aren. Oleh karena itu langkap hanya di sadap bila aren tidak ada. Umbut langkap dapat dimakan. Karena kegunaannya yang kurang berarti, palem ini tidak dibudidayakan. Selain itu daun muda dan buahnya merupakan sumber pakan bagi monyet ekor panjang (Hadi, 2005).Ditinjau dari kemampuan biologi dari langkap dalam hal perkembangbiakannya, maka kemungkinan langkap untuk dibudidayakan secara massal sangat tinggi jika dikawin silangkan dengan aren. Cara tersebut dimungkinkan untuk memadukan sifat langkap yang tumbuh merumpun dan sifat aren yang dapat menghasilkan nira yang banyak. Beberapa penelitian mengenai manfaat pohon langkap atau yang sekerabat dengannya telah dilakukan di Thailand dan Laos, ternyata manfaat dari langkap hampir sama dengan aren (www.palmpedia.net). Dalam palmpedia.net disebutkan juga bahwa kolang-kaling yang dihasilkan dari buahnya merupakan makanan penutup berupa topping pada es krim. Tunas muda atau kuncup daun (kadang-kadang disebut 'kubis mak tao') merupakan makanan lezat penduduk lokal. Daunnya digunakan sebagai atap dan bahan kemasan, sementara minuman manis (nira) dapat disadap dari potongan pangkal bunga jantan dan dibuat menjadi tuak. Penyadapan berikutnya dapat dilakukan pada pangkal tandan buah yang sama dengan cara membuat sayatan baru pada pangkal tandan kemudian ditutup dengan tanah liat, biarkan selama dua hari, setelah itu buat lagi sayatan diatasnya, dan nira akan segera keluar dan ditampung kembali. Jika nira tersebut disimpan (melalui proses permentasi) dalam wadah bambu selama dua hari, maka akan terbentuk anggur. Pohon langkap pertama kali berbuah pada umur 13 tahun, setelah itu berbuah lagi setiap dua tahun sekali. Satu pohon langkap dewasa dapat menghasilkan buah antara 200 kg - 300 kg dan setiap 10 kg buah menghasilkan biji antara 3 kg-3,5 kg. Setelah tiga atau empat kali panen, pohon mati. Biji semi terbuka diekstraksi dengan membelah buah, yang dilakukan di hutan untuk memudahkan transportasi. Ekstraksi harus dilakukan di tempat teduh untuk menjaga kualitas. Biji-biji tersebut direbus dan dapat disimpan dalam kantong untuk 18-20 hari, kelembaban terjaga dan terhindar dari sinar matahari. Tunas dimasak dalam berbagai sup lokal. Di Thailand, kolang-kaling langkap dibuat manisan yang dikeringkan sebelum dikemas ke dalam kantong ukuran 100 gram. Ketika kolang-kaling yang dihasilkan berubah menjadi merah dan mengalami fermentasi, harga jualnya menjadi turun.2. ArenAren dikenal dengan nama daerah sebagai arenpalm, suikerpalm (Belanda); zucker palme (Jerman); gomuti palm, sugar palm (Inggris); eminu-minu (Enggano); bak juk, bak jok (Aceh); pangguh, ijuk (Gayo); pola, paula, bagot, agaton, bargot (Sumatera Utara); pohon gemuti (Timor) pohon sageru (Maluku), pohon seho (Manado); kawung, taren (Sunda); aren, lirang (Jawa).a. Klasifikasi IlmiahKerajaan: PlantaeDivisi: Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)Kelas: Monocotyledonae (berkeping satu)Ordo: ArecalesFamili: ArecaceaeGenus: ArengaSpesies: Arenga pinnata Merr.

b. Morfologi dan Anatomi Aren1) DaunDaun aren mempunyai pelepah besar dan panjang (5 m), anak daun bertulang di tengah (lidi) tersusun seperti sirip berpasangan sejajar dengan helaian daun selebar 7cm dan panjang 150 cm. Pada bagian bawah pangkal pelepah daun ditumbuhiijuk (gomuti fiber) yang berwarna hitam dan membentuk serat-serat teranyam. Ijuk bagian luar umumnya besar dan kasar, sedangkan bagian dalamnya teranyam padat dan halus. Tangkai daun bulat memanjang, penampang melintang bundar, bagian adaksialnya agak berlekuk memanjang. Helaian daunnya bertekstur agak berserat, terdiri atas rakis daun dan sejumlah helaian pinak-pinak daun yang terjalin membentuk susunan daun menyerupai sirip dengan jumlah ganjil.Daun lateralnya berbentuk pita, tidak bertangkai dan pada pangkalnya terdapat bantalan.

Gambar 7. Susunan daun aren

2) Batang

Batang aren tidak berduri, tidak bercabang, dengan tinggi dapat mencapai 25 m dan diameter 65 cm. Batang aren hampir sama dengan batang kelapa (Cocos nucifera). Perbedaannya, batang kelapa permukaannya bersih, sedangkan batang aren sangat kotor karena batangnya terbalut ijuk yang berwarna hitam dan sangat kuat sehingga pelepah daunnya sangat sulit diambil dari batangnya. Oleh karena itu, batang aren banyak ditumbuhi tanaman paku-pakuan.Waktu pohon masih muda batang aren belum kelihatan karena tertutup oleh pangkal pelepah daun, ketika daun paling bawah sudah gugur, batangnya mulai kelihatan. Permukaan batang ditutupi oleh serat ijuk berwarna hitam yang berasal dari dasar tangkai daun.

Gambar 8. Bentuk batang aren dewasa di arboretum BPTA

3) Akar

Arenga pinnatamemiliki akar tipe serabut. Akar serabut dan bulu akar yang banyak berfungsi untuk berpegangan pada tanah. Kelebihan akarArenga pinnataadalah, sistem perakarannya kuat dan panjang. Menurut Mogea, Seibert, dan Smits (1991), sistem perakaranArenga pinnatasangat dalam hingga mencapai kedalaman 15 meter dengan lebar mencapai 10 meter.Dengan sistem perakaran yang cukup kokoh dan sangat panjang tersebut dapat memberikan kestabilan pada tanah. Selain sebagai alat transportasi mineral dan zat hara, akar padaArenga pinnatalebih berfungsi sebagai jangkar, melihat sistem perakarannya yang begitu kokoh dan panjang.

4) Bunga

Bunga jantan bulat lonjong, daun kelopak melebar 5 x 8 mm, daun mahkota lonjong 12 x 5 mm, bagian luarnya berwarna violet. Jumlah benang sari 60 -120, panjang tangkai sari antara 1 mm, panjang kepala sari antara 10 mm, penghubung ruang kepala sari bagian ujung memanjang berbentuk segitiga runcing yang panjangnya antara 1 mm, putik semu tidak ada (Mogea, 1991).Bunga jantan berwarna kecoklatan, berbentuk bulat telor memanjang, berdaun bunga tiga, dan berkelopak bunga tiga helai, sedangkan bunga betina berwarna kehijauan memiliki mahkota bunga berbentuk segitiga beruas-ruas, bakal buah bersel tiga dan berputik tiga. Tandan bunga betina aren hanya menghasilkan sedikit nira, oleh sebab itu tidak disadap dan dibiarkan tumbuh dan membentuk buah.Untaian-untaian bunga jantan lebih pendek dari untaian-untaian bunga betina. Jika untaian bunga jantan panjangnya hanya sekitar 50 cm saja, maka untaian bunga betina panjangnya dapat mencapai 175 cm. Pada saat aren mulai berbunga, kira-kira setelah tanaman berumur 7 10 tahun. Tangkai malai bunga dapat disadap setiap hari, selama 2-3 bulan, menghasilkan 3,5 liter nira tiap hari, yang mengandung sampai 15% sukrosa (Karouw dan Lay, 2006).

Gambar 9. Rupa bunga aren

5) Buah

Buah aren terbentuk akibat dari penyerbukan secara alami, pelaksanaannya dengan bantuan angin. Pada satu batang aren dapat terbentuk sebanyak 4-5 tandan buah. Mesokarpnya tebal, agak berserat, padat, relatif kering serta mengandung banyak kristal oksalat yang dapat mengakibatkan gatal bila tersentuh.

Gambar 10. Rupa buah aren muda

Tiap untaian buah panjangnya mencapai 1,5-1,8 m, dan tiap tandan buah terdapat 40-50 untaian buah.

6) Biji

Buah aren memiliki tiga biji dengan bentuk bulat lonjong (Muhaemin, 2012).Ukuran biji aren panjang 3 cm dan diameter 2,5 cm. Pada sayatan melintang bentuknya agak segitiga dengan sisi luar melengkung.

Gambar 11. Biji aren muda sebagai kolang-kaling

d. Pemanfaatan Aren

Pada batang aren banyak tersimpan pati yang dapat diolah menjadi bihun. Seperti halnya polisakarida lain, maka pati aren dapat dihidrolisa menjadi monosakarida atau bahan pemanis. Cara pengambilan tepung aren pada dasarnya sama dengan tepung dari pohon sagu yaitu dilakukan penebangan terlebih dahulu kemudian dipotong-potong sepanjang 1-1,5 meter (Wulandari, 2008). Potongan batang aren kemudian dipecah membujur menjadi empat bagian yang sama besarnya sehingga tampak bagian dalamnya dimana terdapat empulur yang mengandung sel-sel parenchyma penyimpan tepung. Kemudian empulur di pisahkan dari kulit dalamnya, selanjutnya digiling menggunakan mesin parut. Hasil parutan serbuk yang keluar dari mesin dikumpulkan dan disaring untuk memisahkan serbuk-serbuk dari serat-seratnya yang kasar. Serbuk tersebut ditaruh di atas strimin yang terendam dalam bak, serbuk-serbuk tersebut selanjutnya di peras sehingga patinya keluar dan larut dalam air dan kemudian mengendap.Kemampuan Arenga pinnata dalam menyimpan air, dikarenakan anatomi dan morfologi batangnya yang menunjang. Berdasarkan sifat internal dan eksternalnya, tipe batang Arenga pinnata termasuk ke dalam jenis pohon. Menurut Mulyani (2006), struktur umum yang dimiliki pada batang, pada bagian luar terdapat epidermis yang ditutupi oleh bahan lemak alam yang sangat tahan air (kutin). Lapisan kutin disebut dengan kutikula. Pada Arenga pinnata, kutikulanya cukup tebal, bersifat kedap air dan gas (impermeabel). Bagian sebelah dalam epidermis terdapat korteks yang terdiri dari jaringan parenkim, kolenkim, dan sklerenkim. Di sebelah dalam korteks terdapat silinder pusat yang berisi jaringan pembuluh tersusun yang biasa disebut ikatan pembuluh (berkas pengangkut). Setiap berkas pengangkut terdiri atas xilem di bagian dalam dan floem di bagian luar. Pada Arenga pinata, berkas pengangkut tersebar di seluruh organ batang. Di antara xilem dan floem tidak terdapat kambium, sehingga disebut dengan tipe kolateral tertutup.Struktur tumbuhan yang paling berperan dalam pencegahan banjir adalah jaringan parenkim. Jaringan parenkim merupakan jaringan dasar yang terdapat di seluruh tubuh tumbuhan. Sebagian besar tubuh tumbuhan, seperti empulur, hampir semua korteks akar dan batang, perisikel, mesofil daun, dan daging buah terdiri atas parenkim. Sel parenkim juga terdapat di dalam xilem dan floem. Berdasarkan fungsinya, parenkim dapat dibedakan menjadi parenkim asimilasi, parenkim penimbun, parenkim air, dan parenkim.Parenkim air merupakan sel parenkim yang berfungsi menyimpan air sebagai bahan cadangan. Umumnya sel berukuran besar, berdinding tipis, lapisan sitoplasmanya tipis, mengandung hanya sedikit kloroplas atau bahkan tidak ada sama sekali. Sel penyimpan air memiliki vakuola besar yang berisi cairan berlendir. Senyawa berlendir ini dapat meningkatkan kapasitas penyimpanan air dan juga terdapat dalam sitoplasma maupun dinding sel (Mulyani 2006). Sel parenkim pada Arenga pinnata terdapat pada akar, batang, maupun daunnya. Porsi terbesar yang dapat menampung air terletak pada batangnya. Hal tersebut dikarenakan volume batang merupakan organ yang paling terbesar yang memungkinkan tertampungnya air.Saat hujan, setiap batang pelepah daun dapat menahan 1-2 liter selama beberapa jam. Pada umur 5-7 tahun, pohon aren memiliki pelepah dari pangkal batang hingga ke ujung pohon, sehingga memberikan waktu yang panjang untuk tanah di bawah pohon untuk dapat menyerap lebih banyak air, dan dengan sendirinya akan menyimpan air tanah yang paling banyak (Kurrataayun, 2012). Penelitian sementara dari ahli geologist, pohon aren dapat menyimpan dan menyerap 200 liter air. Dengan demikian akan sangat berperan untuk mencegah banjir, dalam umur 3 tahun saja sudah dapat mencapai tingkat maksimal peran penyerapan air.Serat ijuk merupakanisolator (peredam) suhu dan suara, sehingga banyak diekspor, antara lain ke Amerika Serikat, Inggris, Singapura, Jepang, New Zealand, Australia dan negara-negara Eropa lainnya.Nira aren merupakan cairan manis yang terdapat di dalam bunga tanaman aren yang pucuknya belum membuka dan diperoleh dengan cara penyadapan. Pada umumnya masyarakat memanfaatkan nira aren untuk pembuatan gula merah/gula jawa dan gula semut, selain itu dapat digunakan sebagai minuman segar baik dari niranya langsung maupun nira yang dibuat sirup. Nira aren berbeda dengan nira kelapa dari segi warna, aroma, rasa maupun kadar kotorannya. Nira aren terasa lebih manis, lebih jernih dan lebih segar daripada nira kelapa, namun jumlah padatan terlarut nira kelapa lebih tinggi daripada nira aren (Rindengan dan Karouw, 2004).

IV. KEMUNGKINAN PEMANFAATAN LANGKAP

Dengan memperhatikan morfologi dan anatomi antara langkap dengan aren serta informasi mengenai manfaat dari langkap baik yang di Sumatera Utara, Malaysia, Laos maupun Thailand, maka kemungkinan langkap dijadikan sebagai komplementer (pengisi) dari aren dan sagu yang selama ini sudah dikenal baik oleh masyarakat Indonesia sangat terbuka lebar.Beberapa penelitian mengenai manfaat pohon langkap atau yang sekerabat dengannya telah dilakukan di Thailand dan Laos, ternyata manfaat dari langkap hampir sama dengan aren (www.palmpedia.net). Tandan bunga jantannya disadap untuk memperoleh niranya, buah mudanya diproses menjadi kolang-kaling, daun muda maupun umbutnya dimanfaatkan sebagai makanan tradisional, daun tuanya dapat dijadikan atap rumah dan bahan kemasan. A. Teknik PenyadapanTeknik penyadapan nira langkap pada prinsipnya sama persis dengan yang dilakukan pada pohon aren, jika memperhatikan cara penyadapan langkap yang dilakukan di Laos. Di Indonesia masyarakat pedesaan yang daerahnya merupakan sebaran alami aren melakukan penyadapan menurut tradisi atau kebiasaan masing-masing dan kearifan lokal juga mengikutinya.Berikut ini adalah kegiatan penyadapan aren yang dapat diaplikasikan pada langkap, dengan mengambil kasus di kampung Karangsari, Desa Banjaranyar, Kecamatan Banjarsari.Sebelum dilakukan penyadapan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti persiapan peralatan yang akan digunakan, kesiapan pohon yang akan disadap dan pengetahuan mengenai cara penyadapan yang dapat mempengaruhi mutu nira yang akan dihasilkan. Alat-alat yang digunakan masyarakat kampung Karangsari untuk menyadap nira sebagian besar merupakan hasil buatan sendiri yang bahan bakunya berasal dari kebun atau pekarangan, kecuali untuk bedog (golok) dan peso (pisau) sadap yang diperoleh dengan cara membeli di pasar atau pandai besi. Tabel 1. Peralatan untuk Menyadap Berikut Asal Bahan, Kegunaan dan Cara Memper-olehnya

Alat dan BahanAsal BahanKegunaanCara Memperoleh

PaninggurBatang/akar kayu nangkaAlat untuk memukul langari (tandan bunga jantan) dengan tujuan memperlancar kelaurnya niraBuat Sendiri

Bedog (golok)BesiUntuk mem-buka salumpit (pelepah)Beli di pasar atau pandai besi

Lodong (tabung terbuat dari bambu)Awi Gombong (Denrocalum giganteus)Untuk me-nampung nira pada saat penyadapanBuat sendiri

Sigai (tangga terbuat dari bambu)Awi Tali (Gigantochloa apus)Tangga untuk menaiki pohonBuat sendiri

Peso (pisau) sadapBesiUntuk memotong ujung langariBeli di pasar atau pandai besi

Tali ijukIjuk arenUntuk mengikat lodong pada pelepah daunBuat sendiri

Tali penga-manIjuk arenUntuk sabuk pengaman penyadapBuat sendiri

Jeuntas (bambu tempat pijakan)Awi Tali (Gigantochloa apus)Untuk pijakan penyadap saat menyimpan, menyadap dan mengam-bil lodongBuat sendiri

Penyadapan dapat dilakukan pada pohon langkap yang sudah cukup umur dengan ditandai telah mekarnya bunga jantan. Berdasarkan hasil wawancara, ciri-ciri bunga jantan yang sudah tua dan siap untuk disadap dapat dilihat dari beberapa tahapan sebagai berikut :1. Barenghor, (tandan bunga/ langari) terlihat sudah beukah (mekar) dan bagian dalam bunga (benang sari) berwarna kuning.2. Humangit, yaitu tercium bau langari yang sangat tajam apabila kita berada di bawah pohon langkap tetapi apabila berada di atas pohon langkap, bau langari ini tidak tercium sama sekali.3. Jeugang, yaitu disekitar tandan langari keluar getah yang sangat lengket.4. Lumejar, yaitu langari sudah berwarna hijau tua, hitam atau ungu kehitaman.Persiapan penyadapan dimulai dengan membersihkan batang pohon langkap dari ijuk dan membuka salumpitnya (pelepah), kemudian disigaian (memasang sigai) dan memasang jeuntas. Selanjutnya dilakukan proses ninggur, ngayun, dipagas dan dipoko. Lebih jelasnya kedua proses tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :a. Proses Ninggur dan NgayunNinggur dan ngayun ini merupakan salah satu upaya yang banyak dilakukan oleh para penyadap pada umumnya sebelum penyadapan nira dimulai. Ninggur adalah proses pemukulan tandan bunga jantan dengan cara memukulkan sebatang kayu yang disebut dengan paninggur pada tangkai bunga jantan dengan arah memutar mulai dari ujung ke arah pangkal, kemudian sebaliknya sebanyak 3-6 kali putaran yang dilakukan secara perlahan dan hati-hati. Proses ninggur ini dapat dilakukan pagi, siang ataupun sore hari sebanyak 1-2 kali dalam seminggu selama 1 bulan. Pemukulan tandan bunga jantan ini dilakukan lebih keras daripada sebelumnya pada saat proses ninggur hampir berakhir, yaitu sekitar minggu ke-3 dan ke-4. Pada proses ninggur ini disertai juga dengan proses ngayun, yaitu menggoyang-goyangkan tandan bunga jantan pada saat sebelum dan sesudah ditinggur.Ngayun setiap kalinya dilakukan sebanyak 20-50 kali ayunan. Kedua proses ini dilakukan dengan tujuan untuk memperbesar pori-pori dan melunakkan tandan bunga jantan, sehingga nira mudah keluar.b. Dipagas dan DipokoSetelah proses ninggur dan ngayun selesai, selanjutnya dilakukan proses magas/dipagas dan poko/dipoko. Dipagas, yaitu memotong ujung tandan bunga jantan (pada ruas paling ujung) dengan menggunakan pisau sadap, kemudian dibiarkan 1-2 hari sampai niranya keluar.Apabila dari tandan bunga jantan tersebut keluar buih/busa, maka buih yang keluar harus dibersihkan dengan cara tandan bunga jantan disayat tipis (1-2 mm) menggunakan pisau sadap kemudian digosok dengan ijuk. Buih atau yang disebut kekejoan ini dapat menyebabkan nira menjadi asam.Selanjutnya, setelah tandan bunga jantan bersih dari buih, tandan bunga jantan tersebut dibaluri dengan hasil tumbukan hati (bagian tengah) dari batang honje (Etlingera elatior), atau tumbukkan umbi talas cariang yang sudah busuk (Homalomena alba Hassk.) dapat juga menggunakan daun waluh ged/labu besar (Cucurbita pepo) atau juga menggunakan hasil parutan buah nanas, kemudian ditutup menggunakan ijuk dan didiamkan kembali selama 1-3 hari. Pembungkusan ini dikenal dengan istilah dipoko. Proses pembungkusan ini ditujukan untuk menarik nira agar keluar lebih banyak. Hal tersebut dimungkinkan karena bahan-bahan pemopok tadi mengandung asam yang dapat menarik nira (Muchtadi dan Sugiono, 1992).Jika setelah dipoko banyak nira yang keluar, maka tandan bunga jantan tersebut sudah dapat dilakukan penyadapan dengan cara melepas pembukus dan diganti dengan pemasangan lodong yang diikatkan ke tandan daun. Agar diperoleh nira yang baik, lodong yang akan dipakai sebaiknya dicuci terlebih dahulu dengan air yang mengalir, kemudian diasapi dengan menggunakan bara api dari suluh sampai lodong terasa panas dan kering. Proses tersebut dikenal dengan istilah digorok. B. Pengolahan Kolang-kalingPengolahan cangkaleng (kolang-kaling) ini merupakan pemanfaatan langkap yang berasal dari buah muda tandan bunga betina (caruluk). Dalam proses pengolahan cangkaleng ini dimulai dengan pemetikkan caruluk terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan cara pengolahannya.Caruluk atau buah langkap yang dapat dipetik untuk dijadikan cangkaleng (kolang-kaling) yaitu buah langkap yang muda. Buah langkap yang berusia sekitar 11,5 tahun atau buah langkap yang langari-nya sudah disadap sebanyak 5-7 kali. Pemetikan buah langkap ini adalah dengan cara memotong tandan caruluk dengan golok tebas yang tandannya diikat terkebih dahulu dengan tali tambang kemudian diulur ke bawah. Hal ini ditujukan agar pemetik tidak terkena getah dari buah langkap yang akan menimbulkan rasa gatal.Peralatan yang diperlukan dalam pembuatan kolang-kaling adalah tungku, kayu bakar, serbuk gergaji, drum besar, penutup drum yang dibalut dengan karung, pisau raut, carangka (keranjang dari bambu), ayakan gede (penyaring dari anyaman bambu), baskom, gegendil (sejenis martil) dan batu talenan (landasan). Pengolahan buah aren dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara dibakar atau direbus. Buah-buah aren yang dibakar dapat sekaligus dengan tandannya atau dilepas satu per satu dari tandannya terlebih dahulu. Hasil pembakaran bisasanya tidak merata bahkan terdapat buah-buah yang hangus. Kelemahan ini dapat diatasi dengan perebusan.

C. Tahapan Pembuatan Kolang-kaling1. Pemilihan buah langkapBuah langkap adalah bahan utamanya, dipilih yang masih setengah masak. Biasanya warna kulit buahnya masih hijau segar. Buah ini kemudian dipisahkan dari batangnya satu persatu kemudian dimasukkan ke dalam wadah.2. Pembakaran (Cara pertama)Setelah dipisahkan dari tangkainya, buah langkap dibakar dahulu agar getahnya hilang, jika tidak, kulit bisa terasa gatal bila terkena getah buah. Proses pembakaran dilakukan dengan menumpuk buah di atas bara api hingga daging buah sedikit hangus.

Gambar 12.Proses pembuatan kolang-kaling dengan cara dibakar (oven)

3. Perebusan (cara kedua)Tujuan perebusan buah aren juga sama dengan proses pembakaran. Proses ini dilakukan selama 1-2 jam lamanya. Sebelum buah aren diangkat sebaiknya diamkan dahulu airnya hingga dingin. Setelah itu, satu persatu buah aren bisa dikupas untuk diambil bijinya.

Gambar 13. Proses pembuatan kolang-kaling dengan cara direbus.

4. PengupasanKulit buah diiris dengan pisau secara hati-hati. Kemudian dibelah menjadi dua dan biji inti buah aren akan langsung terlihat. Dilepaskan satu per satu kemudian dcuci dengan air bersih.

Gambar 14. Proses pengupasan buah langkap setelah perebusan

5. PemukulanSebelum direndam biji langkap yang sudah terpisah dari kulit dipukul-pukul ringan dengan palu satu per satu. Tujuannya agar bentuknya lebih pipih dan sedikit lebar.

Gambar 15. Proses pemukulan kolang-kaling6. PerendamanSetelah bersih langsung direndam bersama air kapur selama 2-3 hari. Gunanya untuk menghilangkan kotoran dan mengenyalkan kolang-kaling. Jika warnanya sudah berubah menjadi bening maka jadilah kolang-kaling.

Gambar 16. Proses perendaman kolang-kaling

Dalam www.palmpedia.net disebutkan bahwa kolang-kaling yang dihasilkan dari buah langkap merupakan makanan penutup berupa topping pada es krim. Pohon langkap pertama kali berbuah pada umur 13 tahun, setelah itu berbuah lagi setiap dua tahun sekali. Satu pohon langkap dewasa dapat menghasilkan buah antara 200-300 kg dan setiap 10 kg buah menghasilkan biji antara 3 kg-3,5 kg. Setelah tiga atau empat kali panen, pohon mati. Biji semi terbuka diekstraksi dengan membelah buah, yang dilakukan di hutan untuk memudahkan transportasi. Eks-traksi harus dilakukan di tempat teduh untuk menjaga kualitas. Biji-biji tersebut direbus dan dapat disimpan dalam kantong plastik untuk 18-20 hari, kelembaban terjaga dan terhindar dari sinar matahari. Tunas dimasak dalam berbagai sup lokal. Di Thailand, kolang-kaling langkap dibuat manisan yang dikeringkan sebelum dikemas ke dalam kantong ukuran 100 gram. Ketika kolang-kaling yang dihasilkan berubah menjadi merah dan mengalami fermentasi, harga jualnya menjadi turun.

V. PENUTUP

Langkap dan aren secara morfologi dan anatomi ada beberapa kemiripan, yang membedakan hanya dari fostur batang, dimana langkap fosturnya lebih pendek dan diameter batangnya lebih kecil. Ukuran buah juga lebih kecil dibandingkan aren demikian juga dengan produktivitas niranya lebih sedikit dibandingkan aren. Sedangkan manfaat akhir dari langkap hampir sama dengan aren.Berdasarkan hal tersebut di atas maka, kemungkinan langkap dijadikan komplementer dari aren sangatlah potensial.

34

Lampiran 1. Genus arenga di dunia, kegunaan dan penyebarannyaNoNama LokalNama IlmiahKegunaanPenyebaranSumber

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.10.11.12.

13.

14.15.

16.

17.18.19.20.21.

22.

23.

24Australian Arenga Palm

Baling

Miniature Sugar Palm

Sasa utan, anudur

Formosa Palm

Hastate Palm

Hooker Fishtail Palm

The Christmas Island Palm

Chang guo guang lang--Tibetan Sugar PalmSagu

Gumayaka

IpathiLangkap

Aren

--Calappa Palm----Gumayaka

Aren Gelora

Westerhouts Sugar Palm

dhiudasal. alam panelArenga australis

Arenga brevipes

Arenga caudata

Arenga distincta

Arenga engleri

Arenga hastata

Arenga hookeriana

Arenga listeri

Arenga longicarpaArenga longipesArena micranthaArenga microcarpa

Arenga mindorensis

Arenga nanaArenga obtusifolia

Arenga pinnata

Arenga plicataArenga porphyrocarpaArenga retroflorescensArena talamauensisArenga tremula

Arenga undulatifolia

Arenga westerhoutii

Arenga wightii

Batangnya dapat menghasilkan sagu

Daunnya : untuk atap atau anyam, Ijuknya : untuk tali temali. Sebagai tanaman hias

Daunya dimanfaatkan untuk anyaman topi

--

Tanaman Hias

Tanaman Hias

Tanaman Hias

--

----Tanaman HiasBatangnya : menghasilkan sagu sebagai makanan pokok, masyarakat Papua dan MalukuUmbutnya dapat dimakan, daunnya digunakan untuk pembuatan keranjang, batangnya keras, dapat digunakan untuk gagang peralatan, bangunan, dll

--Daunnya digunakan sebagai atap. Batang : bagian kerasnya digunakan sebagai sarung golok dan gagang peralatan pertukanganTandan : dapat disadap untuk menghasilkan nira sebagai bahan baku gula merah, etanol dan minuman. Buahnya : diolah menjadi kolang-kaling. Ijuknya sebagai atap rumah, dekorasi, tali-temali, sikat, sapu, alat pembersih, pelapis jok, dll. Tulang daunnya digunakan sebagai sapu lidi, daun mudanya sebagai pembukus tembakau (rokok tradisional), atap rumah. Batangnya dapat menghasilkan sagu (tepung kanji). Kayu bagian kerasnya dipergunakan untuk berbagai keperluan bangunan, gagang, dll.--Tanaman Hias--

Umbutnya dapat dimakan, daunnya digunakan untuk pembuatan keranjang, batangnya keras, dapat digunakan untuk gagang peralatan, bangunan, dll.Daun : untuk atap rumah; Ijuk : untuk tali temali.Batangnya dapat menghasilkan sagu.Buahnya (kolang-kaling) dapat dikonsumsi, umbut nya juga dapat dikonsumsi. Tandan bunganya dapat disadap untuk diambil niranya. Tanaman dapat dijadikan sebagai tanaman hiasTandan : dapat disadap untuk menghasilkan niraQueensland-Australia

Sumatera dan Kalimantan

Cambodia, Hainan, Laos, Malaysiaa, Myanmar Selatan (Burma), Thailand, dan Vietnam.

Malaysia, KalimantanJepang Selatan, Taiwan, Kepulauan Ryukyu dan India

Malaysia, Vietnam, Thailand, Sumatera dan Kalimantan

Malaysia, ThailandChrismat Island-Australia

China

Bengkulu (Sumatera)

Bhutan/Timur Laut IndiaMaluku, Irian Jaya dan Papua New GuineaPhilipina

Semenanjung Malaysia, Sumatera dan JawaIndiaMulai dari Pantai Barat India-China Selatan. Seluruh kepulauan Indonesia.

Jambi (Sumatera)Sumatera, JawaSabah/MalaysiaSumateraPhilipina

Kalimantan

Assam, Kamboja, Himalaya Timur, Laos, Malaysia, Myanmar, dan Thailand.

IndiaMoore, (1963)

Sastrapradja, dkk. (1978)

PALMPEDIA

FLORIDATA

The Palm Nut Pages

eBay

PASCOA

Sastrapradja, dkk. (1978)

Henderson (2007)

DAFTAR PUSTAKAHadi.I.2005. Feeding Ecology of Long-Tailed Macaques at Cikakak Monkey Park. Graduate School Bogor Agricultural University Bogor. (Thesis).Haryanto. 1997. Invasi Langkap (Arenga obtusifolia) dan Dampaknya terhadap Keanekaragaman Hayati di Taman Nasional Ujung Kulon, Jawa Barat. Media Konservasi (Edisi Khusus) : 95-100. Haryanto dan Siswoyo. 1997. Sifat-sifat Morfologis dan Anatomis Langkap (Arenga obtusifolia Blumme Ex. Mart. Media Konservasi (Edisi Khusus) : 105-109. Henderson A. 2007. A Revision of Wallichia (Palmae). Taiwania. 52 (1) : 1-11.Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jilid I : 447 - 455Jeanson & Guo, 2001. Arenga longicarpa, a Poorly Known Species from South China. PALMS Vol. 55(3) 2011.pp 122-137.Kurrataayun. 2012. Analisis struktur anatomi akar dan batang pohon aren sebagai pohon yang dapat mencegah banjir dan erosi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Biologi. Institut Pertanian Bogor.Mogea, JP. 2004. Four New Species of Arenga (Palmae) From Indonesia. Reinwardtia Vo. 12, Part 2, pp: 181-189.Moore, H.E. (1963) The types and lectotypes of some palm genera. Gentes Herbarum; Occasional Papers on the Kinds of Plants 9(3): 268 Mulyani S. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta : Kanisius.Sastrapradja S., JP.Mogea, HM.Sangat dan JJ.Apriatini. 1978. Palem Indonesia. Lembaga Biologi Nasional-LIPI.Pongsattayapipat and Barfod. 2005. On the Indentities of Thai Sugar Palms. Palms. Vol. 49 (1) : 5-14.Rindengan, B dan Karouw, S. 2004. Palm wine aren. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Tanaman Aren. Tondano 9 Juni 2004. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain.Smith.NM. 1991. Ethnobotanical Field Notes from the Nothern Territory, Australia. Journal Adelaide Botanical Garden 14 (1) : 1-65.Wulandari, D.F. 2008. Pengaruh penggunaan ampas aren sebagai pengganti konsentrat terhadap konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan sapi peranakan Ongole. Skripsi. Jurusan nutrisi dan makanan ternak. Fakultas peternakan. Universitas Brawijaya. Malang.